SlideShare a Scribd company logo
1 of 17
BAB I 
PENDAHULUAN 
A. LATAR BELAKANG 
Sungai sebagai salah satu ekosistem terbuka sangat dipengaruhi oleh kondisi 
wilayah sekitar serta sangat rentan terhadap pencemaran. Sungai sebagai suatu 
ekosistem perairan memiliki berbagai komponen biotik dan abiotik yang saling 
berinteraksi dan mempengaruhi satu sama lainnya. Air merupakan komponen 
penting yang sangat dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari, seperti digunakan 
untuk minum, mandi, mencuci dan sebagainya. Kegunaan air yang terbilang vital 
tersebut maka sangat penting untuk menjaga kebersihan air dari berbagai 
pencemaran. Pencemaran air dapat diditeksi dengan berbagai cara, salah satunya 
adalah dengan melihat keberadaan Alga yang berpotensi sebagai bioindikator 
pencemaran air. 
Keberadaan Alga di Indonesia sangat melimpah. Alga di Indonesia memiliki 
banyak sekali manfaat. Salah satunya adalah pemanfaatan alga di Indonesia yang 
masih belum optimal, hanya terbatas sebagai pakan zooplankton dan ikan, sumber 
makanan dan sayuran, dan sumber bahan mentah industri terutama untuk agar-agar, 
karagenan, dan alginat. Padahal dari beberapa penelitian menunjukkan 
bahwa alga mempunyai keunggulan sebagai bioindikator dan biosorben logam 
berat. Pemanfaatan alga sebagai bioindikator dan biosorben dalam dasawarsa ini 
sangat diperlukan, seiring dengan berkembangnya berbagai bidang industri yang 
menimbulkan efek samping seperti pembuangan logam berat sebagai sisa proses 
kimia dari industri ke lingkungan (Buhani, 2007). 
Indikator biologis dapat ditentukan dari hewan / tanaman yang terletak pada 
daur pencemaran lingkungan sebelum sampai kepada manusia. Bioindikator 
adalah organisme atau respons biologis yang menunjukan masuknya zat tertentu 
dalam lingkungan. Dalam makalah ini akan dibahas tentang peranan Alga sebagai 
bioindikator pencemaran air, sehingga dapat memberikan informasi kepada 
masyarakat untuk mengetahui pencerahan air dengan melihat keberadaan Alga 
yang ada dalam perairan tersebut. Serta diketahui bahwa Alga juga bersifat 
spesifik terhadap bahan pencemar yang ada di dalam air tersebut.
B. RUMUSAN MASALAH 
Berdasarkan latar belakang maka dapat dirumuskan masalah sebagai 
berikut: 
1. Bagaimanakah kategori air yang tercemar? 
2. Bagaimanakah peran Alga sebagai bioindikator pencemaran air? 
3. Apa sajakah macam Alga yang berpotensi sebagai bioindikator 
pencemaran air? 
C. TUJUAN 
Berdasarkan rumusan masalah maka tujuannya adalah sebagai berikut: 
1. Untuk mengetahui kategori air yang tercemar. 
2. Untuk mengetahui peran Alga sebagai bioindikator pencemaran air. 
3. Untuk mengetahui macam Alga uang berpotensi sebagai bioindikator 
pencemaran air
BAB II 
ISI 
A. TINGKAT PENCEMARAN AIR 
Air adalah kebutuhan utama makhluk hidup. Air digunakan dalam 
berbagai aspek kehidupan manusia terutama sebagai kebutuhan rumah tangga. Air 
yang digunakan manusia berasal dari mata air di pengunungan, sumur, air hujan, 
sungai dan danau yang nantinya diolah oleh pemerintah menjadi air yang layak 
digunakan untuk kebutuhan hidup sehari-hari. Sebagian besar air yang diolah 
pemerintah untuk konsumsi air minum berasal dari sungai. Sungai merupakan 
perairan terbuka yang mengalir (lotik) yang mendapat masukan dari semua 
buangan berbagai kegiatan manusia di daerah pemukiman, pertanian, dan industri 
dari daerah sekitarnya. Masukan buangan ke dalam sungai dapat mengakibatkan 
terjadinya perubahan faktor fisika, kimia, dan biologi di dalam perairan. 
Perubahan ini dapat menghasilkan bahan-bahan yang esensial dalam perairan 
sehingga menggangu lingkungan perairan ( Nontji 1986 dalam Utomo, 2013). 
Lingkungan perairan yang terganggu dapat diketahui dengan mengukur 
nilai saprobitas air. Saprobitas perairan adalah keadaan kualitas air yang 
diakibatkan adanya penambahan bahan organik dalam suatu perairan yang 
biasanya indikatornya adalah jumlah dan susunan spesies dari organisme di dalam 
perairan tersebut. Menurut Parsoone dan De pauw 1979 dalam Utomo, 2013 
mengemukakan bahwa tingkat saprobik akan menunjukkan derajat pencemaran 
yang terjadi di dalam perairan dan akan diwujudkan oleh banyaknya jasad renik 
indikator pencemaran, serta tingkat saprobitas dapat dijelaskan melalui ciri 
struktur komunitas yang terbagi menjadi empat tingkat seperti pada Tabel 1.
Tabel 1. Kondisi Perairan pada Tingkat Saprobitas 
NO Tingkat Saprobitas Ciri Struktur Komunitas 
1 Polisaprobik Organisme produsen sangat rendah, DO rendah dan BOD 
tinggi, organisme kemolitropik dan produsen primer rendah. 
2 α-Mesosaprobik 
Saprobitas perairan yang tingkat pencemarannya sedang sampai 
dengan berat Jumlah produsen mulai menurun, DO rendah dan 
BOD tinggi, , kandungan DO di dalam perairan meningkat, 
tidak ada H2S, dan bakteri cukup tinggi. 
3 ß - Mesosaprobik Saprobitas perairan yang tingkat pencemarannya ringan sampai 
sedang. Jumlah organisme produsen, konsumen, dan 
dekomposer seimbang, struktur komunitas oganisme melimpah 
dalam jenis dan jumlah spesies, oksidasi dengan reduksi 
imbang. kandungan DO dalam perairan tinggi, bakteri sangat 
menurun, menghasilkan produk akhir nitrat. 
4 Oligosaprobik 
Jumlah organisme produsen, konsumen, dan decomposer 
seimbang. Struktur komunitas organisme sangat melimpah 
dalam jenis dan jumlah spesies, variasi jenis rendah dan 
didominasi jenis kecil. Organisme sensitif tipe trophik dan 
kemolitrophik (Produsen primer lebih besar dari konsumen dan 
decomposer). 
Saprobitas dapat diukur dengan menggunakan indikator plankton, karena 
setiap jenis plankton merupakan penyusun dari kelompok saprobitas tertentu 
yang akan mempengaruhi niai saprobitas tersebut. (Basmi, 2000 dalam Utomo, 
2013). Plankton dapat digunakan sebagai indikator saprobitas karena plankton 
memegang peran penting dalam mempengaruhi produktifitas primer perairan 
sungai (Ardi 2002) menyebutkan bahwa beberapa organisme plankton bersifat 
toleran dan mempunyai respon yang berbeda terhadap perubahan kualitas 
perairan. Selain itu plankton juga mempunyai sifat yang selalu bergerak dapat 
juga dijadikan indikator pencemaran perairan. Plankton akan bergerak mencari 
tempat yang sesuai dengan hidupnya apabila terjadi pencemaran yang mengubah
kondisi tempat hidupnya, Jadi dengan demikian terjadi perubahan susunan 
komunitas organisme di suatu perairan dan hal ini dapat dijadikan petunjuk 
terjadinya pencemaran di perairan. Dalam hal ini terdapat jenis-jenis plankton 
yang dapat digunakan sebagai petunjuk untuk mengetahui hal tersebut sesuai 
dengan kondisi biologi perairan tersebut (Mulyanto, 1992 dalam Utomo, 2013). 
Sumber : Parsoone dan De pauw 1979 dalam Utomo, 2013. 
Keterangan : DO : Dessolve of Oxygen, BOD : Biochemical Oxygen Demand 
Nilai koefisien saprobik (DRESSCHER & Van Der MARK dalam Dahuri, 
1995 dalam ) dapat diketahui dengan perhitungan sebagai berikut: 
C + 3D – B – 3A 
X = 
A + B + C + D 
Keterangan : 
X = Koefisien saprobik, berkisar dari –3 (polysaprobik) sampai +3 
(Oligosaprobik) A, B, C dan D = Jumlah spesies yang berbeda di dalam 
masing-masing kelompok tabel. 
Tingkat saprobitas perairan ditentukan berdasarkan nilai Saprobik Indeks 
(SI), Tropik Saprobik Indeks (TSI) menurut Lee et al (1987) dan Knobs (1978) 
dalam Utomo (2013), dalam Kriteria selengkapnya dapat dilihat pada tabel 
berikut ini : 
Tabel 2. Tingkat Saprobitas Perairan 
Antara bahan pencemar dengan koefisien saprobitas dapat dihubungkan pada 
tingkat pencemaran perairan (Suwondo et al, 2004 dalam ). Interpretasi koefisien 
saprobitas terhadap masing-masing tingkat pencemaran tersebut dapat dijelaskan 
melalui tabel dibawah ini.
Tabel 3. Macam Bahan Pencemar berdasarkan Nilai Koefisien Saprobik 
: 
B. POTENSI ALGA SEBAGAI BIOINDIKATOR 
Bioindikator adalah organisme atau respons biologis yang menunjukan 
masuknya zat tertentu dalam lingkungan. Bioindikator memiliki respons spesifik 
yang mampu memprediksi bagaimana kondisi spesies atau ekosistem akan 
merespons terhadap tekanan, serta mampu mengukur respons dengan akurasi dan 
presisi yang dapat diterima yang didasarkan pada pengetahuan tentang zat 
pencemar dan karakteristik (Mulgrew et al 2006 dalam Utomo 2013). 
Alga dalam komunitas perairan disebut dengan fitoplankton. Alga yang 
disebut dengan fitoplankton adalah golongan alga yang bersifat mikroskopis yang 
hidup soliter maupun berkoloni serta melayang di permukaan air (Yatim, 2003). 
Fitoplankton sebagai organisme autotrof menghasilkan oksigen yang akan 
dimanfaatkan oleh organisme lain, sehingga fitoplankton mempunyai peranan 
penting dalam menunjang produktifitas perairan. Keberadaan fitoplankton dapat 
dilihat berdasarkan kelimpahannya di perairan, yang dipengaruhi oleh parameter 
lingkungan (Lukman dkk, 2006). Selain sebagai produsen primer, fitoplankton 
juga sebagai penghasil oksigen terlarut di perairan bagi organisme lain (Kamali, 
2004). Bahan organik dan oksigen yang dihasilkan oleh fitoplankton dalam air 
berperan sebagai dasar mata rantai pada siklus makanan di perairan seperti yang
dikemukakan oleh Dawes, (1981) bahwa fitoplankton merupakan dasar produsen 
primer mata rantai makanan di perairan namun ada juga fitoplankton jenis tertentu 
mempunyai peran menurunkan kualitas perairan apabila jumlahnya berlebih 
(blooming). 
Pencemaran air merupakan perusakan kualitas air akibat akumulasi 
buangan yang dilakukan oleh manusia, baik buangan yang berguna maupun 
buangan yang tak berguna (Fachrul, 2005). Jenis-jenis organisme saprobitas yang 
berada pada lingkungan tercemar akan berbeda satu dengan yang lainnya. 
Keadaan ini dipengaruhi oleh kondisi lingkungan di perairan tersebut (Basmi 
2000). Fitoplankton berpotensi menjadi indikator terbaik dalam pencemaran 
organik. Fitoplankton mempunyai banyak kelebihan sebagai tolak ukur biologis 
yaitu mampu menunjukkan tingkat ketidakstabilan ekologi dan mengevaluasi 
berbagai bentuk pencemaran. Setiap jenis fitoplankton memiliki perbedaan dalam 
reaksi fisiologis dan tingkah laku terhadap perubahan kualitas lingkungan (Astirin 
dkk, 2002). Alga (fitoplankton), yang memiliki sifat yang khas sehingga 
memungkinkan hidup pada lingkungan tertentu. 
Secara umum, keuntungan pemanfaatan alga sebagai bioindikator dan biosorben 
adalah: 
1. alga mempunyai kemampuan yang cukup tinggi dalam mengadsorpsi logam 
berat karena di dalam alga terdapat gugus fungsi yang dapat melakukan 
pengikatan dengan ion logam. Gugus fungsi tersebut terutama gugus 
karboksil, hidroksil, amina, sulfudril, imadazol, sulfat, dan sulfonat yang 
terdapat dalam dinding sel dalam sitoplasma; 
2. bahan bakunya mudah didapat dan tersedia dalam jumlah banyak; 
3. biaya operasional yang rendah; 
4. tidak perlu nutrisi tambahan. 
Alga memiliki dua karakteristik yang penting, yaitu secara struktural, alga 
memiliki sejumlah situs aktif pada dinding selnya (polisakarida dan protein, 
beberapa diantaranya mengandung gugus karboksil, sulfat, amino) yang dapat 
menjadi binding sites ion-ion logam. Selain itu, pada permukaan alga terdapat 
pori-pori yang memberikan peluang untuk terjadinya proses adsorpsi secara fisik
(Susilawati, 2009 dalam ). Suatu lingkungan yang memiliki tingkat kandungan 
logam berat yang melebihi jumlah yang diperlukan, dapat mengakibatkan 
pertumbuhan alga terhambat, sehingga dalam keadaan ini eksistensi logam dalam 
lingkungan adalah polutan bagi alga. Adapun syarat utama suatu alga sebagai 
bioindikator adalah harus memiliki daya tahan tinggi terhadap toksisitas akut 
maupun toksisitas kronis (Harris and Ramelow, 1990 dalam DIGILIBUIN). 
Keberadaannya di perairan dapat mengambarkan status suatu perairan, 
apakah dalam keadaan tercemar atau tidak (Lukman dkk, 2006). Ada genera 
fitoplankton yang dikenal melimpah subur dalam daerah tercemar tinggi dan 
hampir secara keseluruhan tercemar. Fitoplankton mudah untuk dicuplik dan 
diidentifikasi yang membuat mereka di suatu perairan menjadi indikator 
pencemaran yang baik (Sukandar, 1993). Fitoplankton dapat berperan sebagai 
salah satu dari parameter ekologi yang dapat menggambarkan kondisi kualitas 
perairan. Keberadaan fitoplankton di suatu perairan juga dipengaruhi oleh faktor 
fisika, kimia dan biologi perairan di daerah tersebut (Odum, 1993). Perkembangan 
fitoplankton sangat ditentukan oleh intensitas sinar matahari, temperatur dan 
unsur hara. Struktur komunitas fitoplankton adalah suatu kumpulan populasi yang 
hidup pada suatu daerah atau habitat tertentu yang saling berhubungan dan 
berinteraksi atau mempunyai hubungan timbal balik dari zona tertentu (Odum, 
1993), meliputi indeks keanekaragaman, indeks dominasi, indeks keseragaman 
dan indeks kekayaan spesies (Kamali, 2004). Indeks keanekaragaman (diversitas 
index) spesies Shannon-Wiener yaitu suatu perhitungan secara matematik yang 
menggambarkan analisis informasi mengenai jumlah individu dalam setiap 
spesies, sejumlah spesies dan total individu dalam suatu komunitas (Masson, 
1981). Indeks keseragaman (Ekuitabilitas) merupakan gambaran keseragaman 
sebaran individu dari jenis fitoplankton dalam suatu komunitas (Odum, 1993). 
Indeks dominasi Simpson menggambarkan ada tidaknya suatu spesies yang 
mendominasi pada suatu komunitas. Hilangnya spesies dominan menimbulkan 
perubahan pada komunitas biotik dan lingkungan fisiknya (Odum, 1993). Indeks 
kekayaan (richness index) digunakan untuk mengetahui banyak sedikitnya taksa 
serta konsentrasi biota dalam suatu komunitas (Margalef, 1951dalam 
Romimohtarto, 2001).
C. MACAM ALGA SEBAGAI BIOINDIKATOR PENCEMARAN 
Dalam suatu daftar ekstensif yang berisi 240 genera dan 725 spesies 
fitoplankton yang dilaporkan toleran terhadap pencemaran, dari daftar ini 
menghasilkan suatu indeks pencemaran fitoplankton yang dapat digunakan untuk 
menghitung cuplikan air untuk pencemaran organik tinggi atau rendah, 20 genus 
fitoplankton paling sering dilaporkan dalam jumlah besar ialah dalam daerah 
tercemar tinggi disusun dan ditunjuk sebagai suatu jumlah indeks pencemaran 
(Sukandar, 1993). Fitoplankton yang menjadi indikator pencemaran dalam 
perairan dapat dilihat pada gambar berikut (Fukuyo, 2000 dalam Salam, 2010 ) 
Gambar 1. Jenis-jenis fitoplankton sebagai biondikator 
Jenis fitoplankton sebagai bioindikator berdasarkan nilai koefisien saprobik 
adalah sebagai berikut :
Tabel 4. Macam Alga berdasarkan Nilai Koefisien Saprobik 
Jenis-jenis organisme saprobitas yang berada pada lingkungan 
tercemarkan berbeda satu dengan yang lainnya. Keadaan ini dipengaruhi oleh 
kondisi lingkungan di perairan tersebut (Basmi 2000). Menurut Liebmann (1962) 
dalam Basmi (2000) bahwa berdasarkan organisme penyusunnya, maka tingkat 
saprobitas dapat dibagi menjadi empat kelompok seperti dalam Tabel 4. 
Tabel 5. Macam Organisme Penyusun Kelompok Perairan Saprobitas
1. Perairan Oligosaprobik 
Chlorophyceae adalah alga yang digunakan sebagai indikator pencemaran 
perairan Oligosaprobik yakni perairan yang belum tercemar sampai tercemar 
ringan. Whitton (1975) dalam Semiden (2013) menyatakan bahwa alga hijau 
(Chlorophyceae) merupakan rheofitoplankton yang biasa digunakan untuk 
indikator perairan tercemar ringan karena kelas Chlorophyceae umumnya dapat 
berkembang biak dengan baik pada air dengan kondisi antara tidak tercemar 
sampai sangat tercemar. 
Tingginya kelimpahan kelas Chlorophyceae dipengaruhi oleh intensitas 
cahaya dan kecepatan arus perairan. Chlorophyceae merupakan fitoplankton yang 
memiliki kandungan pigmen klorofil a dan b. Kandungan klorofil tersebut 
menyebabkan kelas Chlorophyceae lebih membutuhkan cahaya untuk proses 
fotosintesis dibandingkan kelas lainnya. Kecepatan arus juga berpengaruh 
terhadap keberadaan kelas Chlorophyceae, karena pada umumnya Chlorophyceae 
memiliki flagella. Arus sangat berperan dalam proses migrasi alga secara 
horizontal. 
Genera dari kelas Chlorophyceae yang umum digunakan sebagai 
bioindikator kualitas perairan adalah genera Spirogyra dan Desmidium. 
Levasseur dan Legendre (1984) dalam Semiden (2013) mengemukakan bahwa 
Spirogyra merupakan genera dari kelas Chlorophyceae berbentuk filamen atau 
benang yang banyak ditemukan pada perairan yang relative tenang dan Kenthum 
(1969) dalam Nemerow (1991) dalam Semiden (2013) menyatakan bahwa 
Desmidium merupakan salah satu genus dari kelas Chlorophyceae yang hidup 
pada perairan bersih. 
a. 
b. 
Gambar 3 (b) 
Divisi: Clorophyta 
Kelas : Cyanophyceae 
Ordo : Zygenematales 
Famili: Zygnemataceae 
Genus: Spirogyra 
Species : Spirogyra sp. 
Gambar 2 (a) 
Divisi: Clorophyta 
Kelas : Chlorophyceae 
Ordo : Zygenematales 
Famili: Desmidiaceae 
Genus: Desmidium 
Species : Desmidium 
sp. 
Gambar 2
2. Perairan ß - Mesosaprobik 
Perairan ß - Mesosaprobik merupakan perairan yang tingkat 
pencemarannya ringan sampai sedang. Bahan pencemar pada perairan ini adalah 
bahan organik maupun bahan anorganik. Bahan organik bisa berasal dari 
pemupukan yang dilakukan di persawahan sisa limbah tanaman maupun hewan 
mati yang dibuang ke sungai, sedangkan bahan anorganik berasal dari limbah 
pabrik yang tidak diolah dengan baik dan dibuang ke sungai. Kandungan bahan 
organik yang tinggi dapat menurunkan kualitas air sehingga hanya 
rheofitoplankton yang bersifat toleran saja yang dapat hidup (Fachrul, 2005 dalam 
Semiden, 2013). Bahan organik dan anorganik yang terakumulasi pada perairan 
menghalangi sinar matahari untuk menembus ke dalam perairan secara sempurna 
sehingga menghambat proses fotosintesis alga. Alga yang hidup dalam perairan 
ini divisi Chrysophyta diantaranya Melosira sp., dan Spyrogira sp . 
Gambar 4. Melosira ambigua Gambar 5. Spyrogira sp. 
Divisi : Chrysophyta 
Kelas : Bacillariophyceae 
Ordo : Centrales 
Famili: Melosiraceae 
Genus: Melosira 
Species : Melosira ambigua 
Sumber Gambar 4 : Musthafa (2013) 
Sumber Gamabar 5 : www.google.com 
Divisi : Chlorophyta 
Kelas : Chlorophyceae 
Ordo : Zygnematales 
Famili: Zygnemataceae 
Genus: Spyrogira 
Species : Spyrogira sp.
3.Perairan α-Mesosaprobik 
Perairan α-Mesosaprobik ini merupakan perairan yang tercemar sedang 
sampai berat dimana alga yang berperan sebagai bioindikator disini alga dari kelas 
Chlorococcales dan Diatomae seperti Rhizosolonia sp., Nitschia sp., dan 
Oscillatoria sp. 
Gambar 6. Rhizosolenia delicatula Gambar 7. Nitzschia actinastroides 
Divis : Chrysophyta 
Kelas : Bacillariophyceae 
Ordo : Centrales 
Famili: Rhizosoloniaceae 
Genus: Rhizosolenia 
Species : Rhizosolenia 
delicatula 
Sumber Gambar 6 dan 7 : Musthafa (2013) 
4.Perairan Polisaprobik 
Divis : Chrysophyta 
Kelas : Bacillariophyceae 
Ordo : Pennales 
Famili: Nitzschiaceae 
Genus: Nitzschia 
Species : Nitzschia 
actinastroides 
Alga sebagai biindikator pencemaran air dalam perairan ini terdiri dari 
kelas Chrysophyceae, sebagai contoh yakni Spirulina sp. 
Divisi : Cyanophyta Gambar 8. Spirulina sp. 
Kelas : Cyanophyceae 
Ordo : Nostocales 
Famili : Oscilatoriaceae 
Genus : Spirulina 
Spesies : Spirulina sp. Sumber gambar www.google.com
BAB III 
PENUTUP 
A. KESIMPULAN 
1. Tingkat saprobitas air di suatu perairan berbeda-beda yang dipengaruhi 
oleh aktivitas manusia dan limbah kegiatan manusia. Tingkat pencemaran 
atau saprobitas terbagi menjadi 4 tipe perairan yakni oligosaprobik, β- 
mesosaprobik, α-mesosaprobik, dan polysaprobik 
2. Alga digunakan sebagai bioindikator karena memiliki kemampuan yang 
tinggi dalam beradaptasi pada lingkungan yang tercemar, mudah 
didapatkan, biaya operasional rendah dan tidak perlu nutrisi tambahan. 
3. Macam alga yang berpotensi sebagai bioindikator disesuaikan dengan 
tingkat pencemaran perairan. Perairan oligosaprobik dicirikan dengan alga 
dari kelas Chlorophyceae yang beraneka ragam, perairan β –mesosaprobik 
dicirikan dengan alga dari kelas Bacilliariophyceae khususnya Melosira sp 
dan Chlorophyceae khususnya Spyrogira sp., perairan α-mesosaprobik 
dicirikan dengan alga dari kelas Bacillariophyceae khususnya Nitzchia sp. 
dan Rhizosolenia sp. dan perairan polysaprobik didominasi oleh keleas 
Chrysophyceae khususnya Spirulina sp. 
B. SARAN 
Makalah selanjutnya tentang alga sebagai bioindikator sebaiknya 
memperbanyak jurnal ilmiah yang dipakai supaya lebih valid informasi yang 
didapatkan.
DAFTAR RUJUKAN 
Buhani. 2007. Alga sebagai Bioindikator dan Biosorben Logam Berat. (Online) : 
http://www.chem-is try.org/, Diakses tanggal 14 Oktober 2014. 
Musthafa, H. 2013. Kemelimpahan dan Keanekaragaman Jenis Plankton di Sub 
DAS Gajahwong, Yogyakarta. Skripsi. Yogyakarta : Fakultas Sains dan 
Teknologi Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga. 
Utomo,Y. 2013. Saprobitas Peairan Sungai Juwana Berdasarkan Bioindikator 
Plankton. Skripsi. Semarang : Universitas Negeri Semarang. 
Salam, A. 2010. Analisis Kualitas Air Situ Bungur Ciputat berdasarkan Indeks 
Keanekaragaman Fitoplankton. Jakarta : Universitas Islam Negeri Syarif 
Hidayatullah. 
Semiden. S. Mukarlina, dan Setyawati, T.R. 2013. Keanekaragaman 
Rheofitoplankton Sebagai Bioindikator Kualitas Air Sungai Kapuas di 
Kabupaten Sanggau. Protobiont 2013 Vol 2 (2): 63 – 69.
ALGA SEBAGAI BIOINDIKATOR 
MAKALAH 
Untuk memenuhi tugas mata kuliah Fikologi 
yang dibina oleh 
Sitoresmi Prabaningtyas, S.Si, M.Si dan Murni Saptasari 
Disusunoleh: Kelompok 1 
off. H/G Botani 
1. Ayu Linda Febriani (110342422025) 
2. Yuliani (110342406481) 
3. LailyM. K. Mastika (110342422027) 
UNIVERSITAS NEGERI MALANG 
FAKULTAS ILMUMATEMATIKA DAN PENGETAHUANALAM 
JURUSANBIOLOGI 
OKTOBER 2014
Alga bioindikator

More Related Content

What's hot

Laporan Praktikum Pupuk Kompos
Laporan Praktikum Pupuk KomposLaporan Praktikum Pupuk Kompos
Laporan Praktikum Pupuk Kompos
Rizka Pratiwi
 
Laporan praktikum pembuatan pupuk kompos organik menggunakan bioaktivator em4
Laporan praktikum pembuatan pupuk kompos organik menggunakan bioaktivator em4Laporan praktikum pembuatan pupuk kompos organik menggunakan bioaktivator em4
Laporan praktikum pembuatan pupuk kompos organik menggunakan bioaktivator em4
Ariefman Fajar
 
Laporan Biokimia Praktikum Karbohidrat: Uji Molish, Uji Benedict, Uji Seliwan...
Laporan Biokimia Praktikum Karbohidrat: Uji Molish, Uji Benedict, Uji Seliwan...Laporan Biokimia Praktikum Karbohidrat: Uji Molish, Uji Benedict, Uji Seliwan...
Laporan Biokimia Praktikum Karbohidrat: Uji Molish, Uji Benedict, Uji Seliwan...
UNESA
 
Pengelolaan Limbah Industri
Pengelolaan Limbah IndustriPengelolaan Limbah Industri
Pengelolaan Limbah Industri
guest150909
 

What's hot (20)

Tipe tipe ekosistem dan kerawanannya
Tipe tipe ekosistem dan kerawanannyaTipe tipe ekosistem dan kerawanannya
Tipe tipe ekosistem dan kerawanannya
 
Dasar Kimia Analisa Analisa Oksigen Terlarut
Dasar Kimia Analisa Analisa Oksigen TerlarutDasar Kimia Analisa Analisa Oksigen Terlarut
Dasar Kimia Analisa Analisa Oksigen Terlarut
 
PPT bioindikator
PPT bioindikatorPPT bioindikator
PPT bioindikator
 
Power point pencemaran udara
Power point pencemaran udaraPower point pencemaran udara
Power point pencemaran udara
 
Laporan Praktikum Pupuk Kompos
Laporan Praktikum Pupuk KomposLaporan Praktikum Pupuk Kompos
Laporan Praktikum Pupuk Kompos
 
bioteknologi di bidang lingkungan
bioteknologi di bidang lingkunganbioteknologi di bidang lingkungan
bioteknologi di bidang lingkungan
 
Makalah lingkungan hidup
Makalah lingkungan hidupMakalah lingkungan hidup
Makalah lingkungan hidup
 
LATIHAN SOAL MEKANISME TRANSPOR PADA MEMBRAN
LATIHAN SOAL MEKANISME TRANSPOR PADA MEMBRANLATIHAN SOAL MEKANISME TRANSPOR PADA MEMBRAN
LATIHAN SOAL MEKANISME TRANSPOR PADA MEMBRAN
 
Biodiversitas
BiodiversitasBiodiversitas
Biodiversitas
 
Laporan praktikum pembuatan pupuk kompos organik menggunakan bioaktivator em4
Laporan praktikum pembuatan pupuk kompos organik menggunakan bioaktivator em4Laporan praktikum pembuatan pupuk kompos organik menggunakan bioaktivator em4
Laporan praktikum pembuatan pupuk kompos organik menggunakan bioaktivator em4
 
Laporan Biokimia Praktikum Karbohidrat: Uji Molish, Uji Benedict, Uji Seliwan...
Laporan Biokimia Praktikum Karbohidrat: Uji Molish, Uji Benedict, Uji Seliwan...Laporan Biokimia Praktikum Karbohidrat: Uji Molish, Uji Benedict, Uji Seliwan...
Laporan Biokimia Praktikum Karbohidrat: Uji Molish, Uji Benedict, Uji Seliwan...
 
Soal dan Jawaban Kimia Terapan
Soal dan Jawaban Kimia TerapanSoal dan Jawaban Kimia Terapan
Soal dan Jawaban Kimia Terapan
 
Pengelolaan Kualitas Air
Pengelolaan Kualitas AirPengelolaan Kualitas Air
Pengelolaan Kualitas Air
 
Makalah pencemaran air
Makalah pencemaran airMakalah pencemaran air
Makalah pencemaran air
 
Pengelolaan Limbah Industri
Pengelolaan Limbah IndustriPengelolaan Limbah Industri
Pengelolaan Limbah Industri
 
PPT PENCEMARAN LINGKUNGAN ( Yani Sutriyani )
PPT PENCEMARAN LINGKUNGAN ( Yani Sutriyani ) PPT PENCEMARAN LINGKUNGAN ( Yani Sutriyani )
PPT PENCEMARAN LINGKUNGAN ( Yani Sutriyani )
 
Biologi Tanah
Biologi TanahBiologi Tanah
Biologi Tanah
 
Presentasi Pencemaran Air
Presentasi Pencemaran Air Presentasi Pencemaran Air
Presentasi Pencemaran Air
 
Laporan oksigen terlarut
Laporan oksigen terlarutLaporan oksigen terlarut
Laporan oksigen terlarut
 
Makalh pengambilan sampel air
Makalh pengambilan sampel airMakalh pengambilan sampel air
Makalh pengambilan sampel air
 

Viewers also liked

Bioindikator fauna tanah
Bioindikator fauna tanahBioindikator fauna tanah
Bioindikator fauna tanah
Dian Novi. L
 
katak sebagai bioindikator
katak sebagai bioindikatorkatak sebagai bioindikator
katak sebagai bioindikator
Dina Lubis
 
Bioindikator kualitas lingkungan
Bioindikator kualitas lingkunganBioindikator kualitas lingkungan
Bioindikator kualitas lingkungan
Agus Candra
 
Virus yang merugikan manusia hewan dan tumbuhan
Virus yang merugikan manusia hewan dan tumbuhanVirus yang merugikan manusia hewan dan tumbuhan
Virus yang merugikan manusia hewan dan tumbuhan
Iyens Syeikhbu
 
Peran serangga dalam kehidupan manusia
Peran serangga dalam kehidupan manusiaPeran serangga dalam kehidupan manusia
Peran serangga dalam kehidupan manusia
Afifi Rahmadetiassani
 
Pengertian analisis kualitas ling
Pengertian analisis kualitas lingPengertian analisis kualitas ling
Pengertian analisis kualitas ling
septhree
 

Viewers also liked (15)

Tumbuhan sebagai bioindikator pencemaran lingkungan
Tumbuhan sebagai bioindikator pencemaran lingkunganTumbuhan sebagai bioindikator pencemaran lingkungan
Tumbuhan sebagai bioindikator pencemaran lingkungan
 
Bioindikator fauna tanah
Bioindikator fauna tanahBioindikator fauna tanah
Bioindikator fauna tanah
 
FAKTOR-FAKTOR KUALITAS LINGKUNGAN
FAKTOR-FAKTOR KUALITAS LINGKUNGANFAKTOR-FAKTOR KUALITAS LINGKUNGAN
FAKTOR-FAKTOR KUALITAS LINGKUNGAN
 
Bahaya Pencemaran
Bahaya PencemaranBahaya Pencemaran
Bahaya Pencemaran
 
Peranan virus dalam kehidupan 2
Peranan virus dalam kehidupan 2Peranan virus dalam kehidupan 2
Peranan virus dalam kehidupan 2
 
katak sebagai bioindikator
katak sebagai bioindikatorkatak sebagai bioindikator
katak sebagai bioindikator
 
Kualitas lingkungan
Kualitas lingkunganKualitas lingkungan
Kualitas lingkungan
 
Bioindikator kualitas lingkungan
Bioindikator kualitas lingkunganBioindikator kualitas lingkungan
Bioindikator kualitas lingkungan
 
Analisis kualitas lingkungan
Analisis kualitas lingkunganAnalisis kualitas lingkungan
Analisis kualitas lingkungan
 
Virus yang merugikan manusia hewan dan tumbuhan
Virus yang merugikan manusia hewan dan tumbuhanVirus yang merugikan manusia hewan dan tumbuhan
Virus yang merugikan manusia hewan dan tumbuhan
 
Makalah cyanobacteri (ahmad azmi k.u)
Makalah cyanobacteri (ahmad azmi k.u)Makalah cyanobacteri (ahmad azmi k.u)
Makalah cyanobacteri (ahmad azmi k.u)
 
Peran serangga dalam kehidupan manusia
Peran serangga dalam kehidupan manusiaPeran serangga dalam kehidupan manusia
Peran serangga dalam kehidupan manusia
 
Indikator polusi udara
Indikator polusi udaraIndikator polusi udara
Indikator polusi udara
 
Pengertian analisis kualitas ling
Pengertian analisis kualitas lingPengertian analisis kualitas ling
Pengertian analisis kualitas ling
 
Siklus air
Siklus airSiklus air
Siklus air
 

Similar to Alga bioindikator

Eutrofikasi perairan oleh_limbah_deterje
Eutrofikasi perairan oleh_limbah_deterjeEutrofikasi perairan oleh_limbah_deterje
Eutrofikasi perairan oleh_limbah_deterje
bahriah imam
 

Similar to Alga bioindikator (20)

Eutrofikasi perairan oleh_limbah_deterje
Eutrofikasi perairan oleh_limbah_deterjeEutrofikasi perairan oleh_limbah_deterje
Eutrofikasi perairan oleh_limbah_deterje
 
BAB I & II KUALITAS AIR Kel 9 (1).docx
BAB I & II KUALITAS AIR Kel 9 (1).docxBAB I & II KUALITAS AIR Kel 9 (1).docx
BAB I & II KUALITAS AIR Kel 9 (1).docx
 
Ppt biomon
Ppt biomonPpt biomon
Ppt biomon
 
Biodiversitas bioindikator biologi
Biodiversitas bioindikator biologiBiodiversitas bioindikator biologi
Biodiversitas bioindikator biologi
 
Tugas makalah mikrobiologi
Tugas makalah mikrobiologiTugas makalah mikrobiologi
Tugas makalah mikrobiologi
 
Parameter biologis pencemaran lingkungan
Parameter biologis pencemaran lingkunganParameter biologis pencemaran lingkungan
Parameter biologis pencemaran lingkungan
 
MAKALAH BARU 11.docx
MAKALAH BARU 11.docxMAKALAH BARU 11.docx
MAKALAH BARU 11.docx
 
Nugroho, galih adi
Nugroho, galih adiNugroho, galih adi
Nugroho, galih adi
 
133564471 mikroorganisme-pada-air-bersih-fix
133564471 mikroorganisme-pada-air-bersih-fix133564471 mikroorganisme-pada-air-bersih-fix
133564471 mikroorganisme-pada-air-bersih-fix
 
133564471 mikroorganisme-pada-air-bersih-fix
133564471 mikroorganisme-pada-air-bersih-fix133564471 mikroorganisme-pada-air-bersih-fix
133564471 mikroorganisme-pada-air-bersih-fix
 
PB 1. PENCEMARAN AIR.ppt
PB 1. PENCEMARAN AIR.pptPB 1. PENCEMARAN AIR.ppt
PB 1. PENCEMARAN AIR.ppt
 
PB 1. PENCEMARAN AIR.ppt
PB 1. PENCEMARAN AIR.pptPB 1. PENCEMARAN AIR.ppt
PB 1. PENCEMARAN AIR.ppt
 
Laporan praktikum ekologi hewan UMMY Solok
Laporan praktikum ekologi hewan UMMY SolokLaporan praktikum ekologi hewan UMMY Solok
Laporan praktikum ekologi hewan UMMY Solok
 
Parameter pencemaran dan perubahan lingkungan akibat pencemaran
Parameter pencemaran dan perubahan lingkungan akibat pencemaranParameter pencemaran dan perubahan lingkungan akibat pencemaran
Parameter pencemaran dan perubahan lingkungan akibat pencemaran
 
estimasi populasi gastropoda di tambakbayan yogyakarta
estimasi populasi gastropoda di tambakbayan yogyakartaestimasi populasi gastropoda di tambakbayan yogyakarta
estimasi populasi gastropoda di tambakbayan yogyakarta
 
Laporan Ekologi Tumbuhan "Ekosistem Darat Perairan dan Buatan"
Laporan Ekologi Tumbuhan "Ekosistem Darat Perairan dan Buatan"Laporan Ekologi Tumbuhan "Ekosistem Darat Perairan dan Buatan"
Laporan Ekologi Tumbuhan "Ekosistem Darat Perairan dan Buatan"
 
Jurnal perairan
Jurnal perairanJurnal perairan
Jurnal perairan
 
Makalah Ekosistem Laut
Makalah Ekosistem LautMakalah Ekosistem Laut
Makalah Ekosistem Laut
 
Pencemaran lingkungan
Pencemaran lingkunganPencemaran lingkungan
Pencemaran lingkungan
 
Pencemaran lingkungan
Pencemaran lingkunganPencemaran lingkungan
Pencemaran lingkungan
 

Recently uploaded

Modul Projek Bangunlah Jiwa dan Raganya - Damai Belajar Bersama - Fase C.pptx
Modul Projek Bangunlah Jiwa dan Raganya - Damai Belajar Bersama - Fase C.pptxModul Projek Bangunlah Jiwa dan Raganya - Damai Belajar Bersama - Fase C.pptx
Modul Projek Bangunlah Jiwa dan Raganya - Damai Belajar Bersama - Fase C.pptx
RIMA685626
 

Recently uploaded (20)

Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptxPendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
 
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
Modul Projek Bangunlah Jiwa dan Raganya - Damai Belajar Bersama - Fase C.pptx
Modul Projek Bangunlah Jiwa dan Raganya - Damai Belajar Bersama - Fase C.pptxModul Projek Bangunlah Jiwa dan Raganya - Damai Belajar Bersama - Fase C.pptx
Modul Projek Bangunlah Jiwa dan Raganya - Damai Belajar Bersama - Fase C.pptx
 
AKSI NYATA TOPIK 1 MERDEKA BELAJAR. PPTX
AKSI NYATA TOPIK 1 MERDEKA BELAJAR. PPTXAKSI NYATA TOPIK 1 MERDEKA BELAJAR. PPTX
AKSI NYATA TOPIK 1 MERDEKA BELAJAR. PPTX
 
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.pptLATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
 
MODUL AJAR IPAS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR IPAS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR IPAS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR IPAS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
 
Membaca dengan Metode Fonik - Membuat Rancangan Pembelajaran dengan Metode Fo...
Membaca dengan Metode Fonik - Membuat Rancangan Pembelajaran dengan Metode Fo...Membaca dengan Metode Fonik - Membuat Rancangan Pembelajaran dengan Metode Fo...
Membaca dengan Metode Fonik - Membuat Rancangan Pembelajaran dengan Metode Fo...
 
power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"
power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"
power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"
 
MODUL AJAR IPAS KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR IPAS KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR IPAS KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR IPAS KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdfAksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
 
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
 
PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...
PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...
PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...
 
Memperkasakan Dialog Prestasi Sekolah.pptx
Memperkasakan Dialog Prestasi Sekolah.pptxMemperkasakan Dialog Prestasi Sekolah.pptx
Memperkasakan Dialog Prestasi Sekolah.pptx
 
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsxvIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
 
E-modul Materi Ekosistem untuk kelas X SMA
E-modul Materi Ekosistem untuk kelas X SMAE-modul Materi Ekosistem untuk kelas X SMA
E-modul Materi Ekosistem untuk kelas X SMA
 
DAFTAR PPPK GURU KABUPATEN PURWOREJO TAHUN 2024
DAFTAR PPPK GURU KABUPATEN PURWOREJO TAHUN 2024DAFTAR PPPK GURU KABUPATEN PURWOREJO TAHUN 2024
DAFTAR PPPK GURU KABUPATEN PURWOREJO TAHUN 2024
 
Regresi Linear Kelompok 1 XI-10 revisi (1).pptx
Regresi Linear Kelompok 1 XI-10 revisi (1).pptxRegresi Linear Kelompok 1 XI-10 revisi (1).pptx
Regresi Linear Kelompok 1 XI-10 revisi (1).pptx
 
SOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAY
SOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAYSOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAY
SOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAY
 
7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx
7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx
7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx
 
RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...
RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...
RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...
 

Alga bioindikator

  • 1. BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Sungai sebagai salah satu ekosistem terbuka sangat dipengaruhi oleh kondisi wilayah sekitar serta sangat rentan terhadap pencemaran. Sungai sebagai suatu ekosistem perairan memiliki berbagai komponen biotik dan abiotik yang saling berinteraksi dan mempengaruhi satu sama lainnya. Air merupakan komponen penting yang sangat dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari, seperti digunakan untuk minum, mandi, mencuci dan sebagainya. Kegunaan air yang terbilang vital tersebut maka sangat penting untuk menjaga kebersihan air dari berbagai pencemaran. Pencemaran air dapat diditeksi dengan berbagai cara, salah satunya adalah dengan melihat keberadaan Alga yang berpotensi sebagai bioindikator pencemaran air. Keberadaan Alga di Indonesia sangat melimpah. Alga di Indonesia memiliki banyak sekali manfaat. Salah satunya adalah pemanfaatan alga di Indonesia yang masih belum optimal, hanya terbatas sebagai pakan zooplankton dan ikan, sumber makanan dan sayuran, dan sumber bahan mentah industri terutama untuk agar-agar, karagenan, dan alginat. Padahal dari beberapa penelitian menunjukkan bahwa alga mempunyai keunggulan sebagai bioindikator dan biosorben logam berat. Pemanfaatan alga sebagai bioindikator dan biosorben dalam dasawarsa ini sangat diperlukan, seiring dengan berkembangnya berbagai bidang industri yang menimbulkan efek samping seperti pembuangan logam berat sebagai sisa proses kimia dari industri ke lingkungan (Buhani, 2007). Indikator biologis dapat ditentukan dari hewan / tanaman yang terletak pada daur pencemaran lingkungan sebelum sampai kepada manusia. Bioindikator adalah organisme atau respons biologis yang menunjukan masuknya zat tertentu dalam lingkungan. Dalam makalah ini akan dibahas tentang peranan Alga sebagai bioindikator pencemaran air, sehingga dapat memberikan informasi kepada masyarakat untuk mengetahui pencerahan air dengan melihat keberadaan Alga yang ada dalam perairan tersebut. Serta diketahui bahwa Alga juga bersifat spesifik terhadap bahan pencemar yang ada di dalam air tersebut.
  • 2. B. RUMUSAN MASALAH Berdasarkan latar belakang maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimanakah kategori air yang tercemar? 2. Bagaimanakah peran Alga sebagai bioindikator pencemaran air? 3. Apa sajakah macam Alga yang berpotensi sebagai bioindikator pencemaran air? C. TUJUAN Berdasarkan rumusan masalah maka tujuannya adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui kategori air yang tercemar. 2. Untuk mengetahui peran Alga sebagai bioindikator pencemaran air. 3. Untuk mengetahui macam Alga uang berpotensi sebagai bioindikator pencemaran air
  • 3. BAB II ISI A. TINGKAT PENCEMARAN AIR Air adalah kebutuhan utama makhluk hidup. Air digunakan dalam berbagai aspek kehidupan manusia terutama sebagai kebutuhan rumah tangga. Air yang digunakan manusia berasal dari mata air di pengunungan, sumur, air hujan, sungai dan danau yang nantinya diolah oleh pemerintah menjadi air yang layak digunakan untuk kebutuhan hidup sehari-hari. Sebagian besar air yang diolah pemerintah untuk konsumsi air minum berasal dari sungai. Sungai merupakan perairan terbuka yang mengalir (lotik) yang mendapat masukan dari semua buangan berbagai kegiatan manusia di daerah pemukiman, pertanian, dan industri dari daerah sekitarnya. Masukan buangan ke dalam sungai dapat mengakibatkan terjadinya perubahan faktor fisika, kimia, dan biologi di dalam perairan. Perubahan ini dapat menghasilkan bahan-bahan yang esensial dalam perairan sehingga menggangu lingkungan perairan ( Nontji 1986 dalam Utomo, 2013). Lingkungan perairan yang terganggu dapat diketahui dengan mengukur nilai saprobitas air. Saprobitas perairan adalah keadaan kualitas air yang diakibatkan adanya penambahan bahan organik dalam suatu perairan yang biasanya indikatornya adalah jumlah dan susunan spesies dari organisme di dalam perairan tersebut. Menurut Parsoone dan De pauw 1979 dalam Utomo, 2013 mengemukakan bahwa tingkat saprobik akan menunjukkan derajat pencemaran yang terjadi di dalam perairan dan akan diwujudkan oleh banyaknya jasad renik indikator pencemaran, serta tingkat saprobitas dapat dijelaskan melalui ciri struktur komunitas yang terbagi menjadi empat tingkat seperti pada Tabel 1.
  • 4. Tabel 1. Kondisi Perairan pada Tingkat Saprobitas NO Tingkat Saprobitas Ciri Struktur Komunitas 1 Polisaprobik Organisme produsen sangat rendah, DO rendah dan BOD tinggi, organisme kemolitropik dan produsen primer rendah. 2 α-Mesosaprobik Saprobitas perairan yang tingkat pencemarannya sedang sampai dengan berat Jumlah produsen mulai menurun, DO rendah dan BOD tinggi, , kandungan DO di dalam perairan meningkat, tidak ada H2S, dan bakteri cukup tinggi. 3 ß - Mesosaprobik Saprobitas perairan yang tingkat pencemarannya ringan sampai sedang. Jumlah organisme produsen, konsumen, dan dekomposer seimbang, struktur komunitas oganisme melimpah dalam jenis dan jumlah spesies, oksidasi dengan reduksi imbang. kandungan DO dalam perairan tinggi, bakteri sangat menurun, menghasilkan produk akhir nitrat. 4 Oligosaprobik Jumlah organisme produsen, konsumen, dan decomposer seimbang. Struktur komunitas organisme sangat melimpah dalam jenis dan jumlah spesies, variasi jenis rendah dan didominasi jenis kecil. Organisme sensitif tipe trophik dan kemolitrophik (Produsen primer lebih besar dari konsumen dan decomposer). Saprobitas dapat diukur dengan menggunakan indikator plankton, karena setiap jenis plankton merupakan penyusun dari kelompok saprobitas tertentu yang akan mempengaruhi niai saprobitas tersebut. (Basmi, 2000 dalam Utomo, 2013). Plankton dapat digunakan sebagai indikator saprobitas karena plankton memegang peran penting dalam mempengaruhi produktifitas primer perairan sungai (Ardi 2002) menyebutkan bahwa beberapa organisme plankton bersifat toleran dan mempunyai respon yang berbeda terhadap perubahan kualitas perairan. Selain itu plankton juga mempunyai sifat yang selalu bergerak dapat juga dijadikan indikator pencemaran perairan. Plankton akan bergerak mencari tempat yang sesuai dengan hidupnya apabila terjadi pencemaran yang mengubah
  • 5. kondisi tempat hidupnya, Jadi dengan demikian terjadi perubahan susunan komunitas organisme di suatu perairan dan hal ini dapat dijadikan petunjuk terjadinya pencemaran di perairan. Dalam hal ini terdapat jenis-jenis plankton yang dapat digunakan sebagai petunjuk untuk mengetahui hal tersebut sesuai dengan kondisi biologi perairan tersebut (Mulyanto, 1992 dalam Utomo, 2013). Sumber : Parsoone dan De pauw 1979 dalam Utomo, 2013. Keterangan : DO : Dessolve of Oxygen, BOD : Biochemical Oxygen Demand Nilai koefisien saprobik (DRESSCHER & Van Der MARK dalam Dahuri, 1995 dalam ) dapat diketahui dengan perhitungan sebagai berikut: C + 3D – B – 3A X = A + B + C + D Keterangan : X = Koefisien saprobik, berkisar dari –3 (polysaprobik) sampai +3 (Oligosaprobik) A, B, C dan D = Jumlah spesies yang berbeda di dalam masing-masing kelompok tabel. Tingkat saprobitas perairan ditentukan berdasarkan nilai Saprobik Indeks (SI), Tropik Saprobik Indeks (TSI) menurut Lee et al (1987) dan Knobs (1978) dalam Utomo (2013), dalam Kriteria selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut ini : Tabel 2. Tingkat Saprobitas Perairan Antara bahan pencemar dengan koefisien saprobitas dapat dihubungkan pada tingkat pencemaran perairan (Suwondo et al, 2004 dalam ). Interpretasi koefisien saprobitas terhadap masing-masing tingkat pencemaran tersebut dapat dijelaskan melalui tabel dibawah ini.
  • 6. Tabel 3. Macam Bahan Pencemar berdasarkan Nilai Koefisien Saprobik : B. POTENSI ALGA SEBAGAI BIOINDIKATOR Bioindikator adalah organisme atau respons biologis yang menunjukan masuknya zat tertentu dalam lingkungan. Bioindikator memiliki respons spesifik yang mampu memprediksi bagaimana kondisi spesies atau ekosistem akan merespons terhadap tekanan, serta mampu mengukur respons dengan akurasi dan presisi yang dapat diterima yang didasarkan pada pengetahuan tentang zat pencemar dan karakteristik (Mulgrew et al 2006 dalam Utomo 2013). Alga dalam komunitas perairan disebut dengan fitoplankton. Alga yang disebut dengan fitoplankton adalah golongan alga yang bersifat mikroskopis yang hidup soliter maupun berkoloni serta melayang di permukaan air (Yatim, 2003). Fitoplankton sebagai organisme autotrof menghasilkan oksigen yang akan dimanfaatkan oleh organisme lain, sehingga fitoplankton mempunyai peranan penting dalam menunjang produktifitas perairan. Keberadaan fitoplankton dapat dilihat berdasarkan kelimpahannya di perairan, yang dipengaruhi oleh parameter lingkungan (Lukman dkk, 2006). Selain sebagai produsen primer, fitoplankton juga sebagai penghasil oksigen terlarut di perairan bagi organisme lain (Kamali, 2004). Bahan organik dan oksigen yang dihasilkan oleh fitoplankton dalam air berperan sebagai dasar mata rantai pada siklus makanan di perairan seperti yang
  • 7. dikemukakan oleh Dawes, (1981) bahwa fitoplankton merupakan dasar produsen primer mata rantai makanan di perairan namun ada juga fitoplankton jenis tertentu mempunyai peran menurunkan kualitas perairan apabila jumlahnya berlebih (blooming). Pencemaran air merupakan perusakan kualitas air akibat akumulasi buangan yang dilakukan oleh manusia, baik buangan yang berguna maupun buangan yang tak berguna (Fachrul, 2005). Jenis-jenis organisme saprobitas yang berada pada lingkungan tercemar akan berbeda satu dengan yang lainnya. Keadaan ini dipengaruhi oleh kondisi lingkungan di perairan tersebut (Basmi 2000). Fitoplankton berpotensi menjadi indikator terbaik dalam pencemaran organik. Fitoplankton mempunyai banyak kelebihan sebagai tolak ukur biologis yaitu mampu menunjukkan tingkat ketidakstabilan ekologi dan mengevaluasi berbagai bentuk pencemaran. Setiap jenis fitoplankton memiliki perbedaan dalam reaksi fisiologis dan tingkah laku terhadap perubahan kualitas lingkungan (Astirin dkk, 2002). Alga (fitoplankton), yang memiliki sifat yang khas sehingga memungkinkan hidup pada lingkungan tertentu. Secara umum, keuntungan pemanfaatan alga sebagai bioindikator dan biosorben adalah: 1. alga mempunyai kemampuan yang cukup tinggi dalam mengadsorpsi logam berat karena di dalam alga terdapat gugus fungsi yang dapat melakukan pengikatan dengan ion logam. Gugus fungsi tersebut terutama gugus karboksil, hidroksil, amina, sulfudril, imadazol, sulfat, dan sulfonat yang terdapat dalam dinding sel dalam sitoplasma; 2. bahan bakunya mudah didapat dan tersedia dalam jumlah banyak; 3. biaya operasional yang rendah; 4. tidak perlu nutrisi tambahan. Alga memiliki dua karakteristik yang penting, yaitu secara struktural, alga memiliki sejumlah situs aktif pada dinding selnya (polisakarida dan protein, beberapa diantaranya mengandung gugus karboksil, sulfat, amino) yang dapat menjadi binding sites ion-ion logam. Selain itu, pada permukaan alga terdapat pori-pori yang memberikan peluang untuk terjadinya proses adsorpsi secara fisik
  • 8. (Susilawati, 2009 dalam ). Suatu lingkungan yang memiliki tingkat kandungan logam berat yang melebihi jumlah yang diperlukan, dapat mengakibatkan pertumbuhan alga terhambat, sehingga dalam keadaan ini eksistensi logam dalam lingkungan adalah polutan bagi alga. Adapun syarat utama suatu alga sebagai bioindikator adalah harus memiliki daya tahan tinggi terhadap toksisitas akut maupun toksisitas kronis (Harris and Ramelow, 1990 dalam DIGILIBUIN). Keberadaannya di perairan dapat mengambarkan status suatu perairan, apakah dalam keadaan tercemar atau tidak (Lukman dkk, 2006). Ada genera fitoplankton yang dikenal melimpah subur dalam daerah tercemar tinggi dan hampir secara keseluruhan tercemar. Fitoplankton mudah untuk dicuplik dan diidentifikasi yang membuat mereka di suatu perairan menjadi indikator pencemaran yang baik (Sukandar, 1993). Fitoplankton dapat berperan sebagai salah satu dari parameter ekologi yang dapat menggambarkan kondisi kualitas perairan. Keberadaan fitoplankton di suatu perairan juga dipengaruhi oleh faktor fisika, kimia dan biologi perairan di daerah tersebut (Odum, 1993). Perkembangan fitoplankton sangat ditentukan oleh intensitas sinar matahari, temperatur dan unsur hara. Struktur komunitas fitoplankton adalah suatu kumpulan populasi yang hidup pada suatu daerah atau habitat tertentu yang saling berhubungan dan berinteraksi atau mempunyai hubungan timbal balik dari zona tertentu (Odum, 1993), meliputi indeks keanekaragaman, indeks dominasi, indeks keseragaman dan indeks kekayaan spesies (Kamali, 2004). Indeks keanekaragaman (diversitas index) spesies Shannon-Wiener yaitu suatu perhitungan secara matematik yang menggambarkan analisis informasi mengenai jumlah individu dalam setiap spesies, sejumlah spesies dan total individu dalam suatu komunitas (Masson, 1981). Indeks keseragaman (Ekuitabilitas) merupakan gambaran keseragaman sebaran individu dari jenis fitoplankton dalam suatu komunitas (Odum, 1993). Indeks dominasi Simpson menggambarkan ada tidaknya suatu spesies yang mendominasi pada suatu komunitas. Hilangnya spesies dominan menimbulkan perubahan pada komunitas biotik dan lingkungan fisiknya (Odum, 1993). Indeks kekayaan (richness index) digunakan untuk mengetahui banyak sedikitnya taksa serta konsentrasi biota dalam suatu komunitas (Margalef, 1951dalam Romimohtarto, 2001).
  • 9. C. MACAM ALGA SEBAGAI BIOINDIKATOR PENCEMARAN Dalam suatu daftar ekstensif yang berisi 240 genera dan 725 spesies fitoplankton yang dilaporkan toleran terhadap pencemaran, dari daftar ini menghasilkan suatu indeks pencemaran fitoplankton yang dapat digunakan untuk menghitung cuplikan air untuk pencemaran organik tinggi atau rendah, 20 genus fitoplankton paling sering dilaporkan dalam jumlah besar ialah dalam daerah tercemar tinggi disusun dan ditunjuk sebagai suatu jumlah indeks pencemaran (Sukandar, 1993). Fitoplankton yang menjadi indikator pencemaran dalam perairan dapat dilihat pada gambar berikut (Fukuyo, 2000 dalam Salam, 2010 ) Gambar 1. Jenis-jenis fitoplankton sebagai biondikator Jenis fitoplankton sebagai bioindikator berdasarkan nilai koefisien saprobik adalah sebagai berikut :
  • 10. Tabel 4. Macam Alga berdasarkan Nilai Koefisien Saprobik Jenis-jenis organisme saprobitas yang berada pada lingkungan tercemarkan berbeda satu dengan yang lainnya. Keadaan ini dipengaruhi oleh kondisi lingkungan di perairan tersebut (Basmi 2000). Menurut Liebmann (1962) dalam Basmi (2000) bahwa berdasarkan organisme penyusunnya, maka tingkat saprobitas dapat dibagi menjadi empat kelompok seperti dalam Tabel 4. Tabel 5. Macam Organisme Penyusun Kelompok Perairan Saprobitas
  • 11. 1. Perairan Oligosaprobik Chlorophyceae adalah alga yang digunakan sebagai indikator pencemaran perairan Oligosaprobik yakni perairan yang belum tercemar sampai tercemar ringan. Whitton (1975) dalam Semiden (2013) menyatakan bahwa alga hijau (Chlorophyceae) merupakan rheofitoplankton yang biasa digunakan untuk indikator perairan tercemar ringan karena kelas Chlorophyceae umumnya dapat berkembang biak dengan baik pada air dengan kondisi antara tidak tercemar sampai sangat tercemar. Tingginya kelimpahan kelas Chlorophyceae dipengaruhi oleh intensitas cahaya dan kecepatan arus perairan. Chlorophyceae merupakan fitoplankton yang memiliki kandungan pigmen klorofil a dan b. Kandungan klorofil tersebut menyebabkan kelas Chlorophyceae lebih membutuhkan cahaya untuk proses fotosintesis dibandingkan kelas lainnya. Kecepatan arus juga berpengaruh terhadap keberadaan kelas Chlorophyceae, karena pada umumnya Chlorophyceae memiliki flagella. Arus sangat berperan dalam proses migrasi alga secara horizontal. Genera dari kelas Chlorophyceae yang umum digunakan sebagai bioindikator kualitas perairan adalah genera Spirogyra dan Desmidium. Levasseur dan Legendre (1984) dalam Semiden (2013) mengemukakan bahwa Spirogyra merupakan genera dari kelas Chlorophyceae berbentuk filamen atau benang yang banyak ditemukan pada perairan yang relative tenang dan Kenthum (1969) dalam Nemerow (1991) dalam Semiden (2013) menyatakan bahwa Desmidium merupakan salah satu genus dari kelas Chlorophyceae yang hidup pada perairan bersih. a. b. Gambar 3 (b) Divisi: Clorophyta Kelas : Cyanophyceae Ordo : Zygenematales Famili: Zygnemataceae Genus: Spirogyra Species : Spirogyra sp. Gambar 2 (a) Divisi: Clorophyta Kelas : Chlorophyceae Ordo : Zygenematales Famili: Desmidiaceae Genus: Desmidium Species : Desmidium sp. Gambar 2
  • 12. 2. Perairan ß - Mesosaprobik Perairan ß - Mesosaprobik merupakan perairan yang tingkat pencemarannya ringan sampai sedang. Bahan pencemar pada perairan ini adalah bahan organik maupun bahan anorganik. Bahan organik bisa berasal dari pemupukan yang dilakukan di persawahan sisa limbah tanaman maupun hewan mati yang dibuang ke sungai, sedangkan bahan anorganik berasal dari limbah pabrik yang tidak diolah dengan baik dan dibuang ke sungai. Kandungan bahan organik yang tinggi dapat menurunkan kualitas air sehingga hanya rheofitoplankton yang bersifat toleran saja yang dapat hidup (Fachrul, 2005 dalam Semiden, 2013). Bahan organik dan anorganik yang terakumulasi pada perairan menghalangi sinar matahari untuk menembus ke dalam perairan secara sempurna sehingga menghambat proses fotosintesis alga. Alga yang hidup dalam perairan ini divisi Chrysophyta diantaranya Melosira sp., dan Spyrogira sp . Gambar 4. Melosira ambigua Gambar 5. Spyrogira sp. Divisi : Chrysophyta Kelas : Bacillariophyceae Ordo : Centrales Famili: Melosiraceae Genus: Melosira Species : Melosira ambigua Sumber Gambar 4 : Musthafa (2013) Sumber Gamabar 5 : www.google.com Divisi : Chlorophyta Kelas : Chlorophyceae Ordo : Zygnematales Famili: Zygnemataceae Genus: Spyrogira Species : Spyrogira sp.
  • 13. 3.Perairan α-Mesosaprobik Perairan α-Mesosaprobik ini merupakan perairan yang tercemar sedang sampai berat dimana alga yang berperan sebagai bioindikator disini alga dari kelas Chlorococcales dan Diatomae seperti Rhizosolonia sp., Nitschia sp., dan Oscillatoria sp. Gambar 6. Rhizosolenia delicatula Gambar 7. Nitzschia actinastroides Divis : Chrysophyta Kelas : Bacillariophyceae Ordo : Centrales Famili: Rhizosoloniaceae Genus: Rhizosolenia Species : Rhizosolenia delicatula Sumber Gambar 6 dan 7 : Musthafa (2013) 4.Perairan Polisaprobik Divis : Chrysophyta Kelas : Bacillariophyceae Ordo : Pennales Famili: Nitzschiaceae Genus: Nitzschia Species : Nitzschia actinastroides Alga sebagai biindikator pencemaran air dalam perairan ini terdiri dari kelas Chrysophyceae, sebagai contoh yakni Spirulina sp. Divisi : Cyanophyta Gambar 8. Spirulina sp. Kelas : Cyanophyceae Ordo : Nostocales Famili : Oscilatoriaceae Genus : Spirulina Spesies : Spirulina sp. Sumber gambar www.google.com
  • 14. BAB III PENUTUP A. KESIMPULAN 1. Tingkat saprobitas air di suatu perairan berbeda-beda yang dipengaruhi oleh aktivitas manusia dan limbah kegiatan manusia. Tingkat pencemaran atau saprobitas terbagi menjadi 4 tipe perairan yakni oligosaprobik, β- mesosaprobik, α-mesosaprobik, dan polysaprobik 2. Alga digunakan sebagai bioindikator karena memiliki kemampuan yang tinggi dalam beradaptasi pada lingkungan yang tercemar, mudah didapatkan, biaya operasional rendah dan tidak perlu nutrisi tambahan. 3. Macam alga yang berpotensi sebagai bioindikator disesuaikan dengan tingkat pencemaran perairan. Perairan oligosaprobik dicirikan dengan alga dari kelas Chlorophyceae yang beraneka ragam, perairan β –mesosaprobik dicirikan dengan alga dari kelas Bacilliariophyceae khususnya Melosira sp dan Chlorophyceae khususnya Spyrogira sp., perairan α-mesosaprobik dicirikan dengan alga dari kelas Bacillariophyceae khususnya Nitzchia sp. dan Rhizosolenia sp. dan perairan polysaprobik didominasi oleh keleas Chrysophyceae khususnya Spirulina sp. B. SARAN Makalah selanjutnya tentang alga sebagai bioindikator sebaiknya memperbanyak jurnal ilmiah yang dipakai supaya lebih valid informasi yang didapatkan.
  • 15. DAFTAR RUJUKAN Buhani. 2007. Alga sebagai Bioindikator dan Biosorben Logam Berat. (Online) : http://www.chem-is try.org/, Diakses tanggal 14 Oktober 2014. Musthafa, H. 2013. Kemelimpahan dan Keanekaragaman Jenis Plankton di Sub DAS Gajahwong, Yogyakarta. Skripsi. Yogyakarta : Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga. Utomo,Y. 2013. Saprobitas Peairan Sungai Juwana Berdasarkan Bioindikator Plankton. Skripsi. Semarang : Universitas Negeri Semarang. Salam, A. 2010. Analisis Kualitas Air Situ Bungur Ciputat berdasarkan Indeks Keanekaragaman Fitoplankton. Jakarta : Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah. Semiden. S. Mukarlina, dan Setyawati, T.R. 2013. Keanekaragaman Rheofitoplankton Sebagai Bioindikator Kualitas Air Sungai Kapuas di Kabupaten Sanggau. Protobiont 2013 Vol 2 (2): 63 – 69.
  • 16. ALGA SEBAGAI BIOINDIKATOR MAKALAH Untuk memenuhi tugas mata kuliah Fikologi yang dibina oleh Sitoresmi Prabaningtyas, S.Si, M.Si dan Murni Saptasari Disusunoleh: Kelompok 1 off. H/G Botani 1. Ayu Linda Febriani (110342422025) 2. Yuliani (110342406481) 3. LailyM. K. Mastika (110342422027) UNIVERSITAS NEGERI MALANG FAKULTAS ILMUMATEMATIKA DAN PENGETAHUANALAM JURUSANBIOLOGI OKTOBER 2014