SlideShare a Scribd company logo
1 of 32
LAPORAN PRAKTIKUM
KULTUR JARINGAN TANAMAN
PERKECAMBAHAN BIJI ANGGREK, BIJI ANTHURIUM, DAN
INDUKSI KALUS EKSPLAN DAUN BINAHONG
Disusun Oleh:
Kelompok 1
Evira Yustika A420110061
Afif Lestiana A420110073
Sumiati A420110074
Firlita Nurul K A420120008
LABORATORIUM KULTUR JARINGAN TANAMAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
GASAL 2014/2015
ii
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PRAKTIKUM KULTUR JARINGAN TANAMAN
Mahasiswa tersebut di bawah ini
Kelompok 01
Nama/NIM : 1. Evira Yustika A42011006
2. Afif Lestiana A420110073
3. Sumiati A420110074
4. Firlita Nurul K A420120008
Telah menyelesaikan praktikum KJT semester gasal 2014/2015 dengan nilai
akhir…..
Surakarta, Januari 2015
Mengesahkan,
Dosen Pengampu Penyusun
(Triastuti Rahayu, M. Si) (Kelompok 01)
iii
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Puji syukur kami haturkan kepada ALLAH SWT. Yang telah meberikan
rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan
Laporan Praktikum Kultur Jaringan Tanaman yang dilaksanakan hari Senin.
Pada kesempatan ini kami mengucapkan terimakasih kepada:
1. Ibu Triastuti Rahayu, M. Si selaku Dosen Mata Kuliah Pilihan Kultur
Jaringan Tanaman.
2. Teman-teman seperjuangan yang telah membantu dalam praktikum maupun
Pembuatan Laporan ini.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini masih banyak
kekurangan, oleh karena itu, kami mengharap kritik dan saran yang sifatnya
membangun agar dalam pembuatan laporan selanjutnya dapat lebih baik.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Surakarta, Januari 2015
Penyusun
iv
DAFTAR ISI
COVER...........................................................................................................i
LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................ii
KATA PENGANTAR ....................................................................................iii
DAFTAR ISI..................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN ...............................................................................1
A.Latar Belakang................................................................................1
B.Tujuan .......................................................................................2
C. Parameter.......................................................................................3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA....................................................................4
A. Biji Anggrek ...................................................................................4
B. Biji Anthurium................................................................................6
C. Perkecambahan...............................................................................7
D. Tanaman Binahong.........................................................................7
E. Kultur Jaringan Tanaman................................................................8
F. Induksi Kalus..................................................................................9
BAB III CARA KERJA..................................................................................10
A. Perkecambahan Biji Anggrek dan Anthurium................................10
B. Induksi Kalus Daun Binahong ......................................................15
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................17
A. Hasil................................................................................................17
1. Pelaksanaan Praktikum............................................................17
2. Hasil.........................................................................................17
B. Pembahasan....................................................................................19
BAB V KESIMPULAN..................................................................................26
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................27
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Setiap sel tumbuhan memiliki informasi genetik yang lengkap.
Berdasarkan hal tersebut, diperkirakan bahwa sel tumbuhan dapat tumbuh
menjadi individu baru yang utuh dan lengkap sama seperti induknya.
Kemampuan sel tumbuhan untuk tumbuh menjadi individu baru jika
diletakkan pada lingkungan yang sesuai dinamakan totipotensi.
Kemampuan sel tumbuhan yang dinamakan totipotensi telah mendorong
ilmuan untuk mengembangkan sel atau jaringan tersebut sehingga
menghasilkan suatu individu baru yang akhirnya dikembangkan suatu
sistem yang dinamakan kultur in vitro tumbuhan.
Secara lebih singkat kultur jaringan merupakan metode untuk
memperbanyak sel dengan mengisolasi bagian-bagian tanaman serta
menumbuhkannya secara aseptis (bebas hama) di dalam sbuah media.
Namun tehnik ini belum banyak di pakai di Indonesia, padahal tehnik
cukup efektif dan steril. Tanama bisa melakukan kultur jaringan jika
memiliki sifat totipotensi, yaitu kemampuan sel untuk beregenerasi
menjadi tanaman lengkap kembali.
Kultur jaringan dalam bahasa asing disebut sebagai tissue culture.
Kultur adalah budidaya dan jaringan adalah sekelompok sel
yang mempunyai bentuk dan fungsi yang sama. jadi, kultur jarin
gan berarti membudidayakan suatu jaringan tanaman menjadi tanaman
kecil yang mempunyai sifat seperti induknya. Jadi, kultur jaringan (Tissue
Culture) merupakan salah satu cara perbanyakan tanaman secara vegetatif.
Kultur jaringan merupakan teknik perbanyakan tanaman dengan cara
mengisolasi bagian tanaman seperti daun, mata tunas, serta menumbuhkan
bagian-bagian tersebut dalam media buatan secara aseptik yang kaya
nutrisi dan zat pengatur tumbuh dalam wadah tertutup yang tembus cahaya
sehingga bagian tanaman dapat memperbanyak diri dan bergenerasi
2
2
menjadi tanaman lengkap. Prinsip utama dari teknik kultur jaringan adalah
perbayakan tanaman dengan menggunakan bagian vegetatif tanaman
menggunakan media buatan yang dilakukan di tempat steril. Salah satu
aplikasi kultur jaringan yang telah dikenal secara meluas dan telah banyak
diusahakan untuk tujuan komersial adalah perbanyakan tanaman
Perbanyakan melalui kultur jaringan yang banyak diusahakan secara
komersial pada saat ini terutama di negara-negara maju
seperti Amerika, Jepang, dan Eropa Berdasarkan hasil percobaan
Morel pada tahun 1960 pada tanaman anggrek Cymbidium dan
tanaman hias lainnya, dalam waktu singkat dari bahan tanaman yang
sangat terbatas menghasilkan tanaman baru yang sangat
banyak. Hasil penelitian tersebut telah merangsang para peneliti untuk
menerapkannya pada tanaman lain.
Manfaat dari kultur jaringan secara in vitro bagi perbanyakan
tanaman adalah: pengadaan bibit tidak tergantung musim, bibit dapat
diproduksi dalam jumlah banyak dengan waktu yang relatif lebih cepat
(dari satu mata tunas yang sudah respon dalam 1 tahun dapat dihasilkan
minimal 10.000 planlet/bibit), bibit yang dihasilkan seragam, bibit yang
dihasilkan bebas penyakit (meng gunakan organ tertentu), dan biaya
pengangkutan bibit relatif lebih murah. Sedangkan kultur kalus bermanfaat
untuk memperoleh kalus dari eksplan yang di isolasi dan ditumbuhkan
dalam lingkungan terkendali. Kalus diharapkan mampu memperbanyak
dirinya (mengganda massa selnya) secara terus-menerus. Sel-sel penyusun
kalus adalah sel-sel parenkim yang mempunyai ikatan renggang dengan
sel-sel lainnya.
B. TUJUAN
1. Mengetahui cara dan hasil perkecambahan biji anggrek secara in vitro
(persentase perkecambahan dan pertumbuhan kecambah).
2. Mengetahui cara dan hasil perkecambahan biji anthurium secara in vitro.
3
3
3. Mengetahui cara dan hasil induksi kalus dari eksplan daun tanaman
binahong.
C. PARAMETER
1. Prosentase perkecambahan biji, pertumbuhan kecambah.
2. Induksi Kalus: mulai terbentuk kalus, warna kalus, tekstur kalus, ukuran
kalus, ada tidaknya akar, ada tidaknya tunas.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Biji Anggrek
Famili Orchidaceae terdiri dari 800 genus dan tidak kurang dari 30.000
spesies (Gunawan & Tim Penulis PM, 2005: 5).
Bunga anggrek terdiri dari kelopak bunga, mahkota bunga, benang
sari, putik, dan bakal buah. Bentuk daun angrek bervariasi, dari yang sempit
memanjang sampai bulat panjang. Buah anggrek merupakan buah kapsular
yang berbelah enam. Bijinya terdapat di dalam buah dan sangat banyak. Biji-
biji anggrek tidak memiliki endosperm, sehingga untuk perkecambahan dan
pertumbuhan awal biji anggrek dibutuhkan gula dan persenyawaan-
persenyawaan lain dari luar atau dari lingkungan sekitarnya (Gunawan & Tim
Penulis PM, 2005: 8-11).
Suku anggrek anggrekan atau Orchidaceae merupakan satu suku
tumbuhan berbunga dengan anggota jenis terbanyak. Jenis jenisnya tersebar
luas sangat luas dari daerah tropika basah hingga wilayah sirkumpolar.
Kebanyakan anggota suku ini hidup sebagai anggota epifit. Terutama yang
berasal dari daerah tropis.anggrek di daerah beriklim sedang biasanya hidup
ditanah dan membentuk umbi sebagi cara berdaptasiterhadap musim dingin.
Organ organnya cenderung tebal dan berdaging ( sukulen ) membutnya tahan
menghadpi tekanan, kesediaan air. Dan anggrek epifit ini dapat hidup ditanah
yang lembab. ( Darmono, 2003 ).
Pada umumnya akar Anggrek Cattleya berbentuk silindris, berdaging
lunak, mudah patah, satu ujung akar meruncing licin dan sedikit lengket.
Dalam keadaan kering, akar tampak berwarna putih keperak-perakan. Pada
bagian luarnya dan hanya pada bagian ujung akar saja yang berwarna hijau
ada pula yang tampak agak keunguan. Akar-akar yang sudah tua menjadi
coklat dan kering da kemudian digantikan oleh akar yang baru tumbuh. Akar
Anggrek mempunyai valemen yang terdiri dari beberapa lapis sel yang
5
berongga dan transparan serta merupakan lapisan pelindung pda sistem
saluran akar. Valemen berfungsi melindungi akar dari kehilangan air dalam
proses transpirasi da evaporasi. Cattleya mempunyai valemen yang sangat
besar sehingga diameter akarnya cukup besar. (Trubus 2005).
Pola pertumbuhan pada tanaman anggrek artinya memmiliki
pertumbuhan ujung batang terbatas. Batang ini tumbuh terus dan akan
berhenti setelah mencapai batas maksimum. Pertumbuhan ini akan
dilanjutkan oleh anakan baru yang tumbuh disampingnya. Pada anggrek
simpodial ini terdapat penguhung yang disebut rhizoma atau batang dibawah
tanah. Dari rhizoma ini akan keluar tunas anakan baru. Di antara rhizoma dan
daun ada semacam umbi yang disebut pseudobuld ( umbi palsu ). Ukuran
maupun bentuk dari umbi palsu ini bervariasi. ( Abi, 2005 ).
Tanaman anggrek termasuk tanaman yang mempunyai keceptan
tumbuh lambat dan berbeda beda. Hal ini sangat berpengaruh bila yang
menjadi tujuan pemeliharaan adalah memproduksi bunga. Tanaman anggrek
juga mempunyai pola pertumbuhan yang berbedadengan tanaman hias yang
lain. Pertumbuhan tanaman anggrek , ditentukan oleh faktor iklim dan faktor
pemeliharaan. Faktor iklim meliputi suhu, cahaya, kelembapan. Sedangkan
faktor pemeliharaan terdiri dari pemupukan dan pemeliharaan. ( Ahmadi,
2004 ).
Berdasarkan pertumbuhan batangnya Cattleya termasuk Anggrek
Simpodial, yaitu terdiri dari umbi semu (pseudobulb) yang mempunyai
pertumbuhan terbatas. Pseudobulb berbentuk gada, agak pipih, keras dan
berdaging. Ukurannya bervariasi tergantung pada spesiesnya. Pada pangkal
Pseudobulb terdapat akar rimpang rizoma yang menghubungkan Pseudobulb
yang satu dengan Pseudobulb yang lainnya. Sementara itu, Pseudobulb yang
telah mengeluarkan bunga akan berfungsi sebagai tempat penyimpanan
makanan dan air (Daisy, 2005 ).
6
B. Biji Anthurium
Anthurium pertama kali ditemukan pada tahun 1829 oleh seorang ahli
botani berkebangsaan Inggris bernama Schott. Tanaman ini diduga berasal
dari Benua Amerika. Di habitat aslinya, tanaman ini hidup di hutan hujan
tropis. Hingga kini, tak kurang dari 1.000 spesies Anthurium liar tumbuh di
alam. Di Indonesia berbagai jenis Anthurium bisa ditemukan di hutan-hutan
yang tersebar di Sumatera, Jawa, Kalimantan, dan Sulawesi (Redaksi
AgroMedia, 2007: 10). Kadir (2007: 5) menyatakan bahwa Anthurium
termasuk keluarga Araceae dan sekerabat dengan Aglaonema dan
Philodendron.
Tjitrosoepomo (2010: 461), menyatakan bahwa Suku Araceae
merupakan tanaman terna dengan getah yang cair atau seperti susu, pait,
dalam tanah mempunyai rimpang yang memanjang atau seperti umbi,
terkadang tumbuh memanjat, jarang dengan batang berkayu. Daunnya
tersusun roset akar atau tersebar pada batang atau bersilang dalam 2 baris.
Suku ini memiliki lebih dari 100 marga yang seluruhnya meliputi lebih dari
1.500 jenis, lebih dari 90% merupakan penghuni daerah tropika.
Berikut adalah sistem klasifikasi Anthurium menurut Lawrence dalam
Purwanto (2007):
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Monocotyledoneae
Ordo : Aracales
Famili : Araceae
Genus : Anthurium
Spesies : Anthurium sp.
Purwanto (2007), menyatakan bahwa Anthurium termasuk tanaman
yang mudah perbanyakannya. Perbanyakan dapat dilakukan secara generatif
(dengan biji) ataupun secara vegetatif (dengan bonggol dan pemisahan
anakan). Perbanyakan secara generatif dilakukan menggunakan biji.
Keunggulan teknik ini antara lain dapat menghasilkan tanaman dalam jumlah
banyak dan tidak merusak tanaman induk. Teknik ini memungkinkan untuk
7
memperoleh tanaman yang bervariasi karena sifat keturunan bisa berbeda
dengan induknya.
C. Perkecambahan
Persentase perkecambahan menunjukkan jumlah kecambah normal
yang dapat dihasilkan oleh benih murni pada kondisi lingkungan tertentu
dalam jangka waktu yang telah ditetapkan. Laju perkecambahan dapat diukur
dengan menghitung jumlah hari yang diperlukan untuk munculnya radikel
atau plumula (Sutopo, 1988).
Menurut penelitian Marlina (2004), menyatakan bahwa dalam
perkecambahan anthurium secara in vitro umumnya menggunakan media MS,
kemudian dalam percobaan selanjutnya dalam pembentukan tunas adventif
dapat menggunakan media lainnya.
D. Tanaman Binahong
Tanaman binahong ( Andredera cordifolia / Tonere Steen ) merupakan
tanaman yang menjalar, berumur panjang( perenial), bisa mencapai panjang
kurang lebih 5 m. Tanaman binahong berbatang lunak, silindris, saling
membelit ,berwarna merah, permukaan halus kadang membentuk semacam
umbi umbi yang melekat diketiak daun dengan bentuk tak beraturan dan
bertekstru kasar, (Rochani,N, 2009)
Daun dan batang binahong yang dilumatkan efektif menyembuhkan
memar,rematik, pegel linu,nyeri urat dan untuk menghaluskan kulit. Rebusan
binahong ini dapat digunakan untuk mengeringkan luka bekas operasi.
Rebusan umbi binahong dapat digunakan untuk memenyembuhkan luka, maag
dan tifus. Tanaman binahong ini mempunyai nama yang berbeda beda disetiap
negara. ( Kurniawan AJ. 2009)
Tanaman binahong ini mempunyai daun dengan ciri ciri tunggal,
berangkai sangat pendek, tersusun berseling, berwarna hijau, bentuk jantung
/cordota, panjang 5- 10 cm, lebar 3-7 cm, helain daun dari tanaman binahong
8
ini adalah tipis lemas, ujung runcing, pangkal berlekuk, rata, permukaan licin
dan bisa dimakan. ( Edi, 2004 )
Tanaman binahong ini berbunga majemuk berbentuk tandan, bertangkai
panjang, muncul diketiak daundan mahkota berearana krem keputih putihan
berjumlah lima helai tidak berlekatan, panjang helai mahkota 0,5-1 cm, berbau
harum. Rimpang tanman binahong ini berbentuk rimpang berdaging lunak. (
Damayanti, 2011 ).
Daun binahong mengandung saponin, alkaloid dan polifenol. Saponin
merupakan senyawa aktif permukaan dan bersifat seperti sabun. Penyarian
senyawa saponin akan memberikan hasil yang lebih baik sebagai antibakteri
jika menggunakan pelarut polar seperti etanol 70%. Pada hidrolisis, saponin
menghasilkan aglikon yang disebut sapogenin (sebagai kortison). Berdasarkan
strukturnya, saponin ada dua yaitu steroid dan triterpenoid. Saponin steroid
terdapat dalam tumbuhan monokotil, dan saponin triterpenoid terdapat dalam
tumbuhan dikotil. Saponin memacu pembentukan kolagen, yaitu protein
struktur yang berperan dalam proses penyembuhan luka. ( Santoso, 2005 ).
E. Kultur Jaringan Tanaman
Kultur jaringan ialah teknik menumbuhkan-kembangkan bagian
tanaman, berupa sel, jaringan, atau organ dalam kondisi aseptik secara in vitro.
Teknik ini dicirikan oleh kondisi kultur yang aseptik, penggunaan media
kultur buatan dengan kandungan nutrisi lengkap dan ZPT (Zat Pengatur
Tumbuh), serta kondisi ruang kultur yang suhu dan pencahayaannya terkontrol
(Yusnita, 2003).
Usaha mencari bahan eksplan untuk dibudidayakan secara kultur
jaringan, dapat dilakukan dengan berbagai cara. Salah satunya dengan
menumbuhkan biji steril suatu tanaman dilakukan di atas medium kultur
jaringan secara aseptik. Dengan cara budidaya biji steril, kemungkinan
terjadinya kontaminasi pada eksplan yang dibudidayakan lebih kecil daripada
memotong jaringan dari lapangan atau dari rumah kaca (Hendaryono dan Ari,
1994: 109-110).
9
F. Induksi Kalus
Kalus merupakan jaringan yang tak berbentuk serta tak terorganisasi.
Jaringan ini adalah hasil pembelahan sel yang berpotensi tinggi untuk terus-
menerus membelah diri. Kalus adalah satu fase yang harus dilalui selama
pengkulturan protoplast. Kultur kalus adlah kultur kumpulan sel yang
terbentuk dari pengkulturan organ, jaringan, maupun pengkulturan sel-sel
yang mendahului (Katuuk, 1989: 109).
Menurut Fitriani (2005) pengkalusan ini juga terjadi bila tanaman
mengalami stress. Selain upaya perlindungan oleh tanaman, pembentukan
kalus dapat dipengaruhi oleh bagian tanaman yang digunakan sebagai eksplan,
metode budidaya in vitro, dan zat-zat yang ditambahkan pada media dasar
(Suryowinoto 1996 dalam Ibrahim dkk 2004).
10
BAB III
CARA KERJA
A. Perkecambahan Biji Anggrek dan Anthurium
1. Perkecambahan Biji Anggrek
 Sterilisasi alat dan bahan
Bungkus alat dengan kertas payung Aquades steril
Sterilisasi menggunakan autoklaf
 Pembuatan Media VW0
11
Menimbang sebanyak 0,835 g media VW, 15 g Gula, dan 4 g Agar
menggunakan timbangan digitalVW
Ukur pH menjadi 5,6-5,8 Menuang media dalam botol kultur
Menutup dengan alumunium foil
Homogenisasi media VW, gula, dan
agar dengan menggunakan hot
magnetic stirrer
Tambahkan Plant Preservative
Mixture (PPM) sebanyak 0,25 mL
12
 Penanaman Benih Anggrek dalam LAF
Kondisi aseptis
Merendam buang anggrek dalam alkohol Bakar buah anggrek
(Langkah ini dilakukan sebanyak 3 kali)
Memotong kedua ujung buah anggrek Membuka buah anggrek
Alat dan bahan yang telah disterilisasi
dalam autoclaf disterilisasi kembali
sebelum masuk LAF
Menanam biji anggrek ke
dalam botol kultur
Sterilisasi alumunium foil
13
Tutup dengan alumunium foil Labeling
Meletakkan dalam ruang inkubasi
14
2. Perkecambahan Biji Anthurium
Menimbang sebanyak 4,43 g/L Media MS, 30 g Gula dan 8 g Agar
Menuang aquades dalam beaker glass Campur Media MS dengan aquades
Homogenkan media MS, Gula dan Agar
menggunakan hot magnetic stirer
Menuang sebanyak 20 ml
dan menutup dengan
alumunium foil
Menanam biji anthurium ke dalam botol
kultur secara aseptik di LAF lalu meletakkan
dalam ruang inkubasi
15
B. Induksi Kalus Daun Binahong
Tanaman Binahong Potong Daun Binahong
Meletakkan dalam beaker glass dan sterilisasi dengan bayclin selama 30”
dan bilas dengan air kran secara perlahan
Siapkan cawan petri, scalpel, pinset dan
alumunium foil yang telah disterilisasi
dengan autoclaf
Sterilisasi kembali alat dan bahan dengan
alkohol sebelum masuk LAF
Sterilisasi daun binahong dengan bayclin
selama 30”
Meniriskan daun binahong dalam cawan
petri
16
Memotong daun pada daerah ibu sterilisasi mulut botol kultur
tulang daun dengan ukuran 1x1 cm
Menanam eksplan daun binahong Menutup botol kultur dengan
alumunium foil steril
Labeling dan meletakkan botol kultur dalam ruang inkubasi
17
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. HASIL
1. Pelaksanaan Praktikum
Praktikum Kultur Jaringan Tanaman (KJT) dilaksanakan pada:
Hari, Tanggal : Kamis, 04 September – Kamis, 18 Desember 2014.
Waktu : Pukul 08.40-10.20 WIB
Tempat : Laboratorium Kultur Jaringan Tanaman (KJT) Universitas
Muhammadiyah Surakarta
2. Hasil
a. Biji Anthurium (Penanaman tanggal 16 Oktober 2014)
Keterangan:
E : Eksplan
M : Media
Hari
ke-
Hari
tumbuh
kecambah
Panjang
kecamb
ah ( cm )
Jumlah
biji yang
ditanam
Jumlah biji
berkecamba
h ( % )
Kontaminan
Jamu
r
E/M Bakteri E/M
15 7 0,8 3 100% - -
28 3 3 100% - -
35 4,5 3 100% - -
42 5 3 100% - -
49 5,2 3 100% - -
56 6,5 3 100% - -
63 6,8 3 100% - -
18
b. Daun Binahong
Media MS + ZPT 2,4 – D 2 ppm
Penanaman tanggal 13 November 2014
Keterangan:
E : Eksplan
M : Media
PENGAMAT-
AN HARI KE
BOTOL/NAMA
EKSPLAN EKSPLAN KONTAMINAN
KETKALUS
TUNAS/AKAR
JAMUR BAKTERI
TEKSTUR WARNA E M E M
7 1/Afif Lestiana Remah Putih - - - - -
Kalus di
pangkal
ibu daun
14 Remah Putih - - - - -
21 Remah Putih Akar - - - -
28 Remah Putih Akar - - - -
35 Remah Putih Akar - - - -
PENGAMAT-
AN HARI KE
BOTOL/NAMA
EKSPLAN EKSPLAN KONTAMINAN
KETKALUS
TUNAS/AKAR
JAMUR BAKTERI
TEKSTUR WARNA E M E M
7 2/Sumiati Remah Putih - - - - - -Kalus di
pangkal
ibu daun
- Merubah
warna
media
menjadi
pink
14 Remah Putih - - - - -
21 Remah Putih - - - - -
28 Remah Putih - - - - -
35 Remah Putih - - - - -
PENGAMAT-
AN HARI KE
BOTOL/NAMA
EKSPLAN EKSPLAN KONTAMINAN
KETKALUS
TUNAS/AKAR
JAMUR BAKTERI
TEKSTUR WARNA E M E M
7 3/Evira Yustika Remah Putih - - - - -
-Kalus di
pangkal
ibu daun
14 Remah Putih - - - - -
21 Remah Putih Akar - - - -
28 Remah Putih Akar - - - -
35 Remah Putih Akar - - - -
19
B. PEMBAHASAN
1. Perkecambahan Biji
Kelompok 01 menggunakan eksplan yaitu biji anggrek dan
anthurium terhadap perkecambahan secara in vitro. Menurut hasil
pengamatan didapatkan data sebagai berikut.
a. Biji Anggrek
1) Kontaminasi
Tidak terjadi kontaminasi dalam perkecambahan biji
anggrek, karena tingkat kesterilan dalam melakukan pengkulturan
terjaga. Sterilisasi dilakukan untuk membersihkan buah anggrek
dari mikroorganisme yang dapat mengganggu pertumbuhan biji
anggrek saat di kondisi in vitro. Sterilisasi buah anggrek biasanya
dapat dilakukan dengan dua cara yaitu dengan buah yang masih
tertutup atau buah yang sudah pecah. Jika buah masih tertutup
maka sterilisasi lebih mudah dengan menggunakan alkohol dan
buah dibakar di atas api Bunsen. Jika buah sudah pecah maka
sterilisasi juga harus dilakukan terhadap biji yang sudah keluar.
Metode yang kedua akan lebih rumit karena harus dilakukan
sterilisasi basah menggunakan larutan bleach (bayclin) yang
dicampur dengan tween untuk membersihkan buah dan biji
anggrek. Perkecambahan anggrek membutuhkan kondisi
lingkungan dan nutrisi tertentu terutama jika biji anggrek masih
PENGAMAT-
AN HARI KE
BOTOL/NAMA
EKSPLAN EKSPLAN KONTAMINAN
KETKALUS
TUNAS/AKAR
JAMUR BAKTERI
TEKSTUR WARNA E M E M
7 4/Firlita N.K Remah Putih - - - - -
-Kalus di
pangkal
ibu daun
14 Remah Putih - - - - -
21 Remah Putih Akar - - - -
28 Remah Putih Akar - - - -
35 Remah Putih Akar - - - -
20
muda. Lingkungan yang mendukung seperti suhu dan cahaya
tertentu untuk mematahkan dormansi dan memicu perkecambahan.
Nutrisi yang dibutuhkan perlu didukung dengan pemberian nutrisi
secara lengkap karena biji anggrek tidak mengandung endosperm
atau cadangan makanan untuk membantu pertumbuhan dalam
tahap awal sebelum mencapai tahap autotrof.
b. Biji Anthurium
1) Kontaminasi
Pada kelompok kami, biji anthurium tidak mengalami
kontaminasi, karena tingkat kesterilan dalam melakukan
pengkulturan terjaga sedangkan pada kelompok lain terjadi
kontaminasi. Biji yang ditanam pada media adalah 3 biji dan
tumbuh dengan baik sehingga keberhasilan yang di dapat adalah
100%. Kontaminasi berbagai macam jamur disebabkan oleh
sterilisasi yang kurang sempuna baik terhadap alat, bahan dan
pelaku kultur itu sendiri. Sehingga mikroba-mikroba yang ada
didalam maupun disekitar kalus berkembang biak di dalam media.
Sterilisasi yang kurang sempurna kemungkinan besar terjadi pada
saat pemindahan tanam kalus dalam botol kultur berikutnya.
Apabila pemindahan kalus terlalu lama, maka mikroba yang ada
disekitar kemungkinan terbawa sehingga peristiwa kontaminasi
tidak dapat dihindarkan. Untuk menstrilisasi bahan-bahan yang
akan digunakan telah tersedia banyak bahan sterilisasi. Misalnya,
larutan hipoklorit yang telah terbukti efektif pada kebanyakan
bahan tanaman. Namun, bahan sterilisasi pun bersifat meracuni
jaringan. Maka dari itu perlu diperhatikan tingkat konsentrasi dan
lamanya perlakuan untuk mengurangi resiko kematian jaringan.
Selain itu zat pengatur tumbuh juga sangat berpengaruh
terhadap keberhasilan kultur jaringan. Pierik (1987)
mengemukakan bahwa fitohormon adalah senyawa-senyawa yang
21
dihasilkan oleh tanaman tingkat tinnggi secara endogen. Senyawa
tersebut berperan merangsang dan meningkatkan pertumbuhan
serta perkembangan sel, jaringan dan organ tanaman menuju arah
diferensiasi tertentu. Pierik juga menambahkan bahwa sangat sulit
untuk menerapkan teknik kultur jaringan tanpa melibatkan zat
pengatur tumbuh. Beberapa zat pengatur tumbuha antara lain
adalah auksin, sitokinin, giberelin, asam absisat dan etilen.
Sedangkan tanaman yang tidak terkontaminasi dikarenakan cara
sterilisasi yang tepat.
Penanaman anthurium dimulai tanggal 16 Oktober 2014
dan didapat hasil yaitu:
Hari
ke-
Hari
tumbuh
kecambah
Panjang
kecamb
ah ( cm )
Jumlah
biji yang
ditanam
Jumlah biji
berkecamba
h ( % )
Kontaminan
Jamu
r
E/M Bakteri E/M
15 7 0,8 3 100% - -
28 3 3 100% - -
35 4,5 3 100% - -
42 5 3 100% - -
49 5,2 3 100% - -
56 6,5 3 100% - -
63 6,8 3 100% - -
Dari hasil pengamatan diatas, dapat dilihat bahwa semakin
hari panjang kecambah semakin meningkat dan memiliki
presentase yang normal yaitu 100%. Hal ini berarti dari penanaman
anthurium dari kelompok kami berhasil, akan tetapi tanaman
tersebut tidak tegak lurus karena tanaman tersebut mengikuti arah
sinar cahaya untuk berfotosintesis dan untuk mendapatkan nutrisi
yang cukup.
22
c. Persentase perkecambahan
Persentase perkecambahan biji anthurium dapat dihitung dengan cara
sebagai berikut.
Persentase perkecambahan =
Jumlah kecambah yang tumbuh
Jumlah benih yang ditanam
x 100%
=
3
3
x 100%
= 100%
2. Induksi Kalus
Eksplan yang digunakan adalah bagian daun muda binahong
(Anredera cordifolia). Salah satu indicator adanya pertumbuhan dalam
kultur in vitro adalah munculnya kalus pada eksplan. Kalus adalah
sekumpulan sel yang membelah secara tidak teratur. Menurut Gunawan
(1987) kalus merupakan satu kumpulan sel amorphous yang terjadi dari
sel-sel jaringan awal yang membelah dari secara terus menerus. Secara
alamiah, kalus dibentuk oleh semua tanaman yang dikulturkan dan sebagai
cara perlindungan tanaman terhadap luka yang ditimbulkan akibat proses
pemotongan saat persiapan bahan eksplan. Respon pertumbuhan yang
dihasilkan dari penanaman potongan daun binahong (Anredera cordifolia)
yang ditanam pada media Murashige – Skoog (MS) dengan penambahan
zat pengatur tumbuh 2,4 – D 2 ppm adalah terbentuknya kalus. Respon
tersebut sudah tampak kurang lebih 5 minggu setelah ditanam dalam
kondisi aseptic. Respon pembentukan kalus rata-rata mulai tampak pada
hari ke lima setelah ditanam dalam media MS.
Pertumbuhan kalus pada binahong ini memperlihatkan tipe
sigmoid, dimana pada minggu pertama eksplan sedang mengalami
adaptasi dengan lingkungan barunya sehingga pertumbuhannya tidak
terlalu cepat. Pada minggu ke dua sampai minggu ke lima, pertumbuhan
kalus mulai mengalami peningkatan dari minggu ke minggu. Sedangkan
pada kelompok kami terdapat satu dari empat botol yang mengalami
penurunan pertumbuhan kalus pada minggu ke tiga sampai ke lima,
23
kemungkinan nutrisi dalam media mulai berkurang sehingga pertumbuhan
pun terhambat. Dalam hal ini agar kalus dapat terus-menerus tumbuh dapat
dilakukan subkultur ke dalam medium yang baru.
Kombinasi zat pengatur tumbuh menunjukkan respon kalus yang
bervariasi yaitu dari aspek tekstur, warna, dan hari munculnya kalus. Dari
aspek tekstur kalus, kalus-kalus yang terinduksi bertekstur remah,
berwarna putih. Kalus yang dihasilkan dari kedua kombinasi itu kecil dan
sedikit, berada di daerah ibu daun dan permukaan daun yang teriris serta di
ujung tulang daun primer yang tersayat.
Kalus mulai terbentuk pada daerah perlukaan yang dibuat dengan
menggores eksplan ketika penanaman. Perlukaan tersebut dapat
mempermudah jaringan eksplan kontak langsung dengan media, sehingga
kalus dapat lebih cepat terbentuk pada daerah perlukaan. Indicator
pertumbuhan eksplan pada kultur in vitro berupa warna kalus
menggambarkan visual kalus sehingga dapat diketahui apakah suatu kalus
masih memiliki sel-sel yang aktif membelah atau telah mati. Jaringan
kalus yang dihasilkan suatu eksplan biasanya memunculkan warna yang
berbeda. Warna kalus mengalami perubahan seiring dengan pertambahan
umur kalus. Apabila kalus yang terbentuk dari eksplan berwarna hijau
adalah putih atau keputihan, atau coklat berarti telah terjadi degradasi
klorofil. Degradasi klorofil terjadi akibat hilangnya rental phytol oleh
enzim klorofilase, sehingga terbentuk klorofilin atau klorofilid yang
menghasilkan warna hijau cerah. Eksplan yang ditanam tidak mengalami
browning.
Terbentunya akar pada eksplan karena adanya ZPT yang berupa
2,4 D atau auksin yang berperan dalam pembelahan dan pembesaran sel
yang terdapat di pucuk serta merangsang pembentukan akar. Selain itu
auksin sangat dikenal sebagai hormone yang mampu menginduksi
terjadinya kalus, menghambat kerja sitokinin klorofil dalam kalus,
menghambat morfogenesis kalus membentuk akar atau tunas dan
mendorong proses embryogenesis (Santoso dan Nurshandi 2003).
24
Golongan auksin seperti 2,4 D dan NAA dapat menyebabkan pertumbuhan
kalus dari eksplan dan menghambat regenerasi pucuk (Nasir, 2002).
Akar muncul dari kalus yang sudah terbentuk. Pada awalnya hanya
terbentuk kalus saja, tidak terjadi pembentukan akar, setelah hari ke 21
terlihat adanya akar yang muncul di permukaan kalus. Hal ini
menunjukkan adanya pengaruh keseimbangan auksin dan sitokinin
terhadap respon jaringan.
ZPT 2,4 – D 2 ppm + BAP 1 ppm dan 2, 4 – D 2 ppm.
Sedangkan pada hasil kelompok lain yang menjadi perbandingan
media adalah adanya kombinasi perlakuan BAP 1 ppm dengan 2,4 – D
memperlihatkan respon kalus meremah berwarna putih yang tumbuh di
daerah irisan permukaan atas dan di ujung sayatan tulang daun primer.
Kalus yang terbentuk kecil dan sedikit, hal ini menunjukkan bahwa nutrisi
dalam media dapat diserap oleh ekplan.
Lamanya waktu terbentuknya kalus diduga konsentrasi BAP 1 ppm
tidak mampu mengimbagi konsentrasi 2,4 D 2 ppm. Media pada kelompok
lain menunjukkan warna yang berbeda karena adanya penambahan BAP
1 ppm, ini terjadi karena metabolit sekunder kalus mencair ke media. Pada
penambahan BAP terbentuk tunas. Tunas merupakan bagian yang dapat
dijadikan parameter keberhasilan dari kegiatan budidaya karena dari tunas
dapat diperbanyak menjadi individu baru. Hormon sitokinin dan unsur
25
hara yang tersedia dalam media tidak secara mutlak mempengaruhi
pertumbuhan tunas karena setiap tanaman memiliki hormon endogen yang
dapat membentuk tunas dengan sendirinya. Penambahan jumlah tunas
dapat dijadikan salah satu parameter yang diukur secara kuantitatif.
Sitokinin berperan dalam merangsang terjadinya pembelahan sel,
pembentukan tunas, dan mendorong proliferasi meristem ujung. Selain itu
pemberian sitokinin tunggal tanpa penambahan auksin dapat
meningkatkan jumlah tunas dengan cara melipatgandakan jumlah mata
tunas. Selain itu sitokinin dapat mendorong proses morfogenesis,
pertunasan, pembentukan kloroplas, serta menghambat pembentukan akar.
26
BAB V
SIMPULAN
1. Dalam praktikum ini, kelompok kami melakukan beberapa
percobaan, diantaranya perkecambahan biji anggrek, anthurium,
serta induksi kalus dari eksplan daun tanaman bonahong. Teknik
yang digunakan hamper sama, hanya saja media yang digunakan
berbeda. Khusus perkecambahan anggrek menggunakan media
VW, sedangkan perkecambahan anthurium menggunakan media
MS0, serta induksi kalus menggunakan media MS dengan zat
pengatur tumbuh (ZPT) 2,4-D 2 ppm.
2. Persentase perkecambahan biji anggrek dan anthurium keseluruhan
mencapai 100% karena tidak terjadi kontaminasi.
3. Pertumbuhan pada biji anthurium semakin hari semakin meningkat
(tinggi) dan tidak mengalami kontaminasi.
4. Respon pembentukan kalus daun binahong rata-rata mulai tampak
pada hari ke lima setelah ditanam dalam media MS.
5. Warna kalus daun binahong putih, tekstur remah, kalus terbentuk
pada daerah perlukaan yang dibuat dengan menggores eksplan
ketika penanaman dan ibu daun.
6. Tidak terjadi browning pada eksplan.
7. Pada eksplan daun binahong terdapat satu botol yang mengalami
perubahan warna menjadi pink (merah muda) dari keempat botol,
ini disebabkan karena metabolit sekunder kalus mencair pada
media.
8. Pada penambahan ZPT 2,4 D 2 ppm terbentuk akar, sedangkan
pada media BAP 1 ppm ditambah 2,4 D 2 ppm terbentuk tunas dan
akar.
27
DAFTAR PUSTAKA
Abi, Muhammad. 2005. Agar Anggrek Rajin Berbunga. Jakarta : Penebar
Swadaya.
Ahmadi S.A. 2004. Optimasi Media Sub Kultur untuk Meningkatkan Kualitas
Daisy P.S.H. 2005. Pembibitan Anggrek dalam Botol. Yogyakart: Kanisius.
Damayanti, E. 2011. Budidaya Tanaman Binahong. Yogyakarta : Araska.
Darmono, D.W. 2003. Merawat Cattley. Jakarta : Swadaya.
Edi, S. 2004. Kultur Jaringan Cara Mengolah Tanaman Binahong. Depok ;
Agromedia Pustaka.
Gunawan, Livy Winata & Tim Penulis PM. 2005. Budi Daya Anggrek. Depok :
Niaga Swadaya.
Hendaryono, Daisy P. Sriyanti & Ari Wijayani. 1994. Teknik Kultur Jaringan
Pengenalan dan Petunjuk Perbanyakan Tanaman secara Vegetatif-
Modern. Yogyakarta : Kanisius.
Kadir, Abdul. 2007. Galeri Anthurium Daun. Jakarta : Penebar Swadaya.
Kurniawan ,AJ. 2009. Buku Kultur Jaringan Terpadu. Yogyakarta : UGM Press.
Marlina, Nina. 2004. Teknik Perbanyakan Anthurium dengan Kultur Jaringan.
Buletin Teknik Pertanian. Vol. 9. No. 2.
Nasir M. 2002. Bioteknologi : Potensi dan Keberhasilannya dalam Bidang
Pertanian. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.
Pierik, R.L.M. 1987. In Vitro Culture og Higher Plants. Netherlands : Martinus
Nijhoff.
Purwanto, Arie Wijayani. 2007. Anthurium: Tanaman Daun Eksotik. Yogyakarta :
Kanisius.
Redaksi Agro Media. 2007. Agar Tanaman Hias Tampil Cantik. Jakarta :
Agromedia.
Rochani, N. 2009. Budidaya Jaringan Tanaman. Yogyakarta. UGM Press.
Plantlet Anggrek Phaelaenopsis pada Kultur in Vitro, Batu.
28
Santoso ,U dan Gunawan F. 2005. Kultur Jaringan Tanaman. Malang: UMM
Press.
Sutopo, Lita. 1988. Teknologi Benih. Jakarta: Rajawali.
Tjitrosoepomo, Gembong. 2010. Taksonomi Tumbuhan (Spermatophyta).
Yogyakarta : UGM Press.
Trubus Infokit. 2005. Anggrek Dendrobium. Depok : Tribus Swadaya Wisma
Hijau.
Yusnita. 2003. Kultur Jaringan Cara Memperbanyak Tanaman secara Efisien.
Jakarta : AgroMedia Pustaka.

More Related Content

What's hot

Laporan produksi tanaman jagung
Laporan produksi tanaman jagung Laporan produksi tanaman jagung
Laporan produksi tanaman jagung
AGROTEKNOLOGI
 
225366239 laporan-praktiku-uji-vigor-asli
225366239 laporan-praktiku-uji-vigor-asli225366239 laporan-praktiku-uji-vigor-asli
225366239 laporan-praktiku-uji-vigor-asli
VanyWardani
 
Konservasi mekanik dan kimia
Konservasi mekanik dan kimiaKonservasi mekanik dan kimia
Konservasi mekanik dan kimia
Nurul Aulia
 
Laporan praktikum teknologi benih acara 3
Laporan praktikum teknologi benih acara 3Laporan praktikum teknologi benih acara 3
Laporan praktikum teknologi benih acara 3
Arif nor fauzi
 
Laporan kadar air benih (autosaved)
Laporan kadar air benih (autosaved)Laporan kadar air benih (autosaved)
Laporan kadar air benih (autosaved)
Mohammad Muttaqien
 
Laporan teknologi pupuk dan pemupukan
Laporan teknologi pupuk dan pemupukanLaporan teknologi pupuk dan pemupukan
Laporan teknologi pupuk dan pemupukan
fahmiganteng
 

What's hot (20)

LAPORAN PRAKTIKUM PENYAKIT TANAMAN
LAPORAN PRAKTIKUM PENYAKIT TANAMANLAPORAN PRAKTIKUM PENYAKIT TANAMAN
LAPORAN PRAKTIKUM PENYAKIT TANAMAN
 
Laporan produksi tanaman jagung
Laporan produksi tanaman jagung Laporan produksi tanaman jagung
Laporan produksi tanaman jagung
 
Praktikum Pembuatan Pupuk Bokashi
Praktikum Pembuatan Pupuk BokashiPraktikum Pembuatan Pupuk Bokashi
Praktikum Pembuatan Pupuk Bokashi
 
LAPORAN PRAKTIKUM LAPANG “PENGAMATAN HAMA dan PENYAKIT TANAMAN PADI (Oryza sa...
LAPORAN PRAKTIKUM LAPANG “PENGAMATAN HAMA dan PENYAKIT TANAMAN PADI (Oryza sa...LAPORAN PRAKTIKUM LAPANG “PENGAMATAN HAMA dan PENYAKIT TANAMAN PADI (Oryza sa...
LAPORAN PRAKTIKUM LAPANG “PENGAMATAN HAMA dan PENYAKIT TANAMAN PADI (Oryza sa...
 
Metode pengambilan data serangga
Metode pengambilan data seranggaMetode pengambilan data serangga
Metode pengambilan data serangga
 
225366239 laporan-praktiku-uji-vigor-asli
225366239 laporan-praktiku-uji-vigor-asli225366239 laporan-praktiku-uji-vigor-asli
225366239 laporan-praktiku-uji-vigor-asli
 
Laporan Praktikum Pengukuran luas daun
Laporan Praktikum Pengukuran luas daunLaporan Praktikum Pengukuran luas daun
Laporan Praktikum Pengukuran luas daun
 
Konservasi mekanik dan kimia
Konservasi mekanik dan kimiaKonservasi mekanik dan kimia
Konservasi mekanik dan kimia
 
BENTUK POLA TANAM SISTEM AGROFORESTI
BENTUK POLA TANAM SISTEM AGROFORESTIBENTUK POLA TANAM SISTEM AGROFORESTI
BENTUK POLA TANAM SISTEM AGROFORESTI
 
Laporan jaringan pengankut air(LIMITED EDITION)
Laporan jaringan pengankut air(LIMITED EDITION)Laporan jaringan pengankut air(LIMITED EDITION)
Laporan jaringan pengankut air(LIMITED EDITION)
 
Laporan praktikum teknologi benih acara 3
Laporan praktikum teknologi benih acara 3Laporan praktikum teknologi benih acara 3
Laporan praktikum teknologi benih acara 3
 
Laporan Praktkum Kultur Jaringan Tumbuhan: Pembuatan Media MS (Murashige & Sk...
Laporan Praktkum Kultur Jaringan Tumbuhan: Pembuatan Media MS (Murashige & Sk...Laporan Praktkum Kultur Jaringan Tumbuhan: Pembuatan Media MS (Murashige & Sk...
Laporan Praktkum Kultur Jaringan Tumbuhan: Pembuatan Media MS (Murashige & Sk...
 
Faktor faktor yang mempengaruhi unsur hara dalam tanah
Faktor faktor yang mempengaruhi unsur hara dalam tanahFaktor faktor yang mempengaruhi unsur hara dalam tanah
Faktor faktor yang mempengaruhi unsur hara dalam tanah
 
Alat dan mesin penanaman
Alat dan mesin penanamanAlat dan mesin penanaman
Alat dan mesin penanaman
 
TEKNIK PERSILANGA,N BUATAN
TEKNIK PERSILANGA,N BUATANTEKNIK PERSILANGA,N BUATAN
TEKNIK PERSILANGA,N BUATAN
 
Laporan Praktikum Diagnosis Laboratorium: Penyakit Tanaman
Laporan Praktikum Diagnosis Laboratorium: Penyakit TanamanLaporan Praktikum Diagnosis Laboratorium: Penyakit Tanaman
Laporan Praktikum Diagnosis Laboratorium: Penyakit Tanaman
 
Laporan kadar air benih (autosaved)
Laporan kadar air benih (autosaved)Laporan kadar air benih (autosaved)
Laporan kadar air benih (autosaved)
 
Laporan teknologi pupuk dan pemupukan
Laporan teknologi pupuk dan pemupukanLaporan teknologi pupuk dan pemupukan
Laporan teknologi pupuk dan pemupukan
 
Seminar proposal
Seminar proposalSeminar proposal
Seminar proposal
 
Makalah Bawang Merah
Makalah Bawang MerahMakalah Bawang Merah
Makalah Bawang Merah
 

Viewers also liked

Pengolahan limbah kulit singkong dalam pembuatan kue putu
Pengolahan limbah kulit singkong dalam pembuatan kue putuPengolahan limbah kulit singkong dalam pembuatan kue putu
Pengolahan limbah kulit singkong dalam pembuatan kue putu
Firlita Nurul Kharisma
 
LAPORAN PRAKTIKUM LABORATORIUM ANALISIS BAHAN PANGAN
LAPORAN PRAKTIKUM LABORATORIUM ANALISIS BAHAN PANGANLAPORAN PRAKTIKUM LABORATORIUM ANALISIS BAHAN PANGAN
LAPORAN PRAKTIKUM LABORATORIUM ANALISIS BAHAN PANGAN
chindest
 
2. halaman persetujuan, pengesahan, pengantar, daftar isi
2. halaman persetujuan, pengesahan, pengantar, daftar isi2. halaman persetujuan, pengesahan, pengantar, daftar isi
2. halaman persetujuan, pengesahan, pengantar, daftar isi
Ahmad Lukman Hakim
 
Makalah undang undang sistem pendidikan nasional
Makalah undang undang sistem pendidikan nasionalMakalah undang undang sistem pendidikan nasional
Makalah undang undang sistem pendidikan nasional
Firlita Nurul Kharisma
 
Contoh laporan pkl smk
Contoh laporan pkl smkContoh laporan pkl smk
Contoh laporan pkl smk
Bae Haqie
 

Viewers also liked (6)

Pengolahan limbah kulit singkong dalam pembuatan kue putu
Pengolahan limbah kulit singkong dalam pembuatan kue putuPengolahan limbah kulit singkong dalam pembuatan kue putu
Pengolahan limbah kulit singkong dalam pembuatan kue putu
 
LAPORAN PRAKTIKUM LABORATORIUM ANALISIS BAHAN PANGAN
LAPORAN PRAKTIKUM LABORATORIUM ANALISIS BAHAN PANGANLAPORAN PRAKTIKUM LABORATORIUM ANALISIS BAHAN PANGAN
LAPORAN PRAKTIKUM LABORATORIUM ANALISIS BAHAN PANGAN
 
Lap3 pembuatan tempe
Lap3  pembuatan tempeLap3  pembuatan tempe
Lap3 pembuatan tempe
 
2. halaman persetujuan, pengesahan, pengantar, daftar isi
2. halaman persetujuan, pengesahan, pengantar, daftar isi2. halaman persetujuan, pengesahan, pengantar, daftar isi
2. halaman persetujuan, pengesahan, pengantar, daftar isi
 
Makalah undang undang sistem pendidikan nasional
Makalah undang undang sistem pendidikan nasionalMakalah undang undang sistem pendidikan nasional
Makalah undang undang sistem pendidikan nasional
 
Contoh laporan pkl smk
Contoh laporan pkl smkContoh laporan pkl smk
Contoh laporan pkl smk
 

Similar to Laporan kjt

Makalah biologi ANALISIS KULTUR JARINGAN
Makalah biologi ANALISIS  KULTUR JARINGANMakalah biologi ANALISIS  KULTUR JARINGAN
Makalah biologi ANALISIS KULTUR JARINGAN
Fahrizal Hari
 
Makalah reproduksi tumbuhan Angiospermae pdf
Makalah reproduksi tumbuhan Angiospermae pdfMakalah reproduksi tumbuhan Angiospermae pdf
Makalah reproduksi tumbuhan Angiospermae pdf
Dody Perdana
 

Similar to Laporan kjt (20)

Makalah biologi
Makalah biologiMakalah biologi
Makalah biologi
 
Kultur jaringan1
Kultur jaringan1Kultur jaringan1
Kultur jaringan1
 
Tugas makalah botani umum yani
Tugas makalah botani umum yaniTugas makalah botani umum yani
Tugas makalah botani umum yani
 
Makalah biologi ANALISIS KULTUR JARINGAN
Makalah biologi ANALISIS  KULTUR JARINGANMakalah biologi ANALISIS  KULTUR JARINGAN
Makalah biologi ANALISIS KULTUR JARINGAN
 
Laporan Praktikum Kultur Jaringan Tumbuhan: Aklimatisasi Anggrek Dendrobium s...
Laporan Praktikum Kultur Jaringan Tumbuhan: Aklimatisasi Anggrek Dendrobium s...Laporan Praktikum Kultur Jaringan Tumbuhan: Aklimatisasi Anggrek Dendrobium s...
Laporan Praktikum Kultur Jaringan Tumbuhan: Aklimatisasi Anggrek Dendrobium s...
 
Format_Laporan_MIKROTEKNIK TUMBUHAN_FIX_NEWW.docx
Format_Laporan_MIKROTEKNIK TUMBUHAN_FIX_NEWW.docxFormat_Laporan_MIKROTEKNIK TUMBUHAN_FIX_NEWW.docx
Format_Laporan_MIKROTEKNIK TUMBUHAN_FIX_NEWW.docx
 
Fadhila_Humaira_-_Laporan_Miktum_BIO_D_17.pdf
Fadhila_Humaira_-_Laporan_Miktum_BIO_D_17.pdfFadhila_Humaira_-_Laporan_Miktum_BIO_D_17.pdf
Fadhila_Humaira_-_Laporan_Miktum_BIO_D_17.pdf
 
Tugas diskusi biology
Tugas diskusi biologyTugas diskusi biology
Tugas diskusi biology
 
Makalah biologi tentang kultur jaringan pada tumbuhan
Makalah biologi tentang kultur jaringan pada  tumbuhanMakalah biologi tentang kultur jaringan pada  tumbuhan
Makalah biologi tentang kultur jaringan pada tumbuhan
 
isi buku pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan
isi buku pertumbuhan dan perkembangan tumbuhanisi buku pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan
isi buku pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan
 
Lumut ( bryophyta)
Lumut ( bryophyta)Lumut ( bryophyta)
Lumut ( bryophyta)
 
Kultur jaringan-anggrek-makalh-ppm
Kultur jaringan-anggrek-makalh-ppmKultur jaringan-anggrek-makalh-ppm
Kultur jaringan-anggrek-makalh-ppm
 
Buku Tumbuhan Berbiji
Buku Tumbuhan BerbijiBuku Tumbuhan Berbiji
Buku Tumbuhan Berbiji
 
Kelompok 9 (tumbuhan tidak berkormus)
Kelompok 9 (tumbuhan tidak berkormus)Kelompok 9 (tumbuhan tidak berkormus)
Kelompok 9 (tumbuhan tidak berkormus)
 
Kultur Jaringan (Presentasi Biologi SMA)
Kultur Jaringan (Presentasi Biologi SMA)Kultur Jaringan (Presentasi Biologi SMA)
Kultur Jaringan (Presentasi Biologi SMA)
 
Pertemuan 2 sistem reproduksi pada tumbuhan
Pertemuan 2 sistem reproduksi pada tumbuhanPertemuan 2 sistem reproduksi pada tumbuhan
Pertemuan 2 sistem reproduksi pada tumbuhan
 
KULTUR JARINGAN (1)(1).pptx
KULTUR JARINGAN (1)(1).pptxKULTUR JARINGAN (1)(1).pptx
KULTUR JARINGAN (1)(1).pptx
 
Paper Kultur
Paper KulturPaper Kultur
Paper Kultur
 
Makalah klasifikasi hewan dan tumbuhan
Makalah klasifikasi hewan dan tumbuhanMakalah klasifikasi hewan dan tumbuhan
Makalah klasifikasi hewan dan tumbuhan
 
Makalah reproduksi tumbuhan Angiospermae pdf
Makalah reproduksi tumbuhan Angiospermae pdfMakalah reproduksi tumbuhan Angiospermae pdf
Makalah reproduksi tumbuhan Angiospermae pdf
 

More from Firlita Nurul Kharisma

Pengolahan limbah kulit pisang menjadi tepung untuk berbagai bahan makanan ku...
Pengolahan limbah kulit pisang menjadi tepung untuk berbagai bahan makanan ku...Pengolahan limbah kulit pisang menjadi tepung untuk berbagai bahan makanan ku...
Pengolahan limbah kulit pisang menjadi tepung untuk berbagai bahan makanan ku...
Firlita Nurul Kharisma
 
Pembuatan nata de soya dari limbah organik
Pembuatan nata de soya dari limbah organikPembuatan nata de soya dari limbah organik
Pembuatan nata de soya dari limbah organik
Firlita Nurul Kharisma
 
Pembuatan biodigester biogas skala semipilot untuk pengolahan limbah pasar
Pembuatan biodigester biogas skala semipilot untuk pengolahan limbah pasarPembuatan biodigester biogas skala semipilot untuk pengolahan limbah pasar
Pembuatan biodigester biogas skala semipilot untuk pengolahan limbah pasar
Firlita Nurul Kharisma
 
Modul pelatihan implementasi kurikulum 2013
Modul pelatihan implementasi kurikulum 2013Modul pelatihan implementasi kurikulum 2013
Modul pelatihan implementasi kurikulum 2013
Firlita Nurul Kharisma
 
Kurikulum 2013-kompetensi-dasar-smp-ver-3-3-2013
Kurikulum 2013-kompetensi-dasar-smp-ver-3-3-2013Kurikulum 2013-kompetensi-dasar-smp-ver-3-3-2013
Kurikulum 2013-kompetensi-dasar-smp-ver-3-3-2013
Firlita Nurul Kharisma
 
Kurikulum 2013-kompetensi-dasar-smp-ver-3-3-2013
Kurikulum 2013-kompetensi-dasar-smp-ver-3-3-2013Kurikulum 2013-kompetensi-dasar-smp-ver-3-3-2013
Kurikulum 2013-kompetensi-dasar-smp-ver-3-3-2013
Firlita Nurul Kharisma
 
Makalah pkti batasan dan sejarah bahasa indonesia
Makalah pkti batasan dan sejarah bahasa indonesiaMakalah pkti batasan dan sejarah bahasa indonesia
Makalah pkti batasan dan sejarah bahasa indonesia
Firlita Nurul Kharisma
 
Pkti sejarah dan batasan bahasa indonesia
Pkti sejarah dan batasan bahasa indonesiaPkti sejarah dan batasan bahasa indonesia
Pkti sejarah dan batasan bahasa indonesia
Firlita Nurul Kharisma
 

More from Firlita Nurul Kharisma (20)

Pengolahan limbah kulit pisang menjadi tepung untuk berbagai bahan makanan ku...
Pengolahan limbah kulit pisang menjadi tepung untuk berbagai bahan makanan ku...Pengolahan limbah kulit pisang menjadi tepung untuk berbagai bahan makanan ku...
Pengolahan limbah kulit pisang menjadi tepung untuk berbagai bahan makanan ku...
 
Pembuatan nata de soya dari limbah organik
Pembuatan nata de soya dari limbah organikPembuatan nata de soya dari limbah organik
Pembuatan nata de soya dari limbah organik
 
Pembuatan biodigester biogas skala semipilot untuk pengolahan limbah pasar
Pembuatan biodigester biogas skala semipilot untuk pengolahan limbah pasarPembuatan biodigester biogas skala semipilot untuk pengolahan limbah pasar
Pembuatan biodigester biogas skala semipilot untuk pengolahan limbah pasar
 
Modul pelatihan implementasi kurikulum 2013
Modul pelatihan implementasi kurikulum 2013Modul pelatihan implementasi kurikulum 2013
Modul pelatihan implementasi kurikulum 2013
 
Panduan pkm-tahun-2013
Panduan pkm-tahun-2013Panduan pkm-tahun-2013
Panduan pkm-tahun-2013
 
Penelitian ekologi hewan
Penelitian ekologi hewanPenelitian ekologi hewan
Penelitian ekologi hewan
 
Pedoman umum ejaan-yang_disempurnakan
Pedoman umum ejaan-yang_disempurnakanPedoman umum ejaan-yang_disempurnakan
Pedoman umum ejaan-yang_disempurnakan
 
Hormon auksin
Hormon auksinHormon auksin
Hormon auksin
 
Hormon tumbuhan fistum
Hormon tumbuhan fistumHormon tumbuhan fistum
Hormon tumbuhan fistum
 
Prinsip islam ttg psikologi
Prinsip islam ttg psikologiPrinsip islam ttg psikologi
Prinsip islam ttg psikologi
 
Contoh silabus-dan-rpp-kurikulum-2013
Contoh silabus-dan-rpp-kurikulum-2013Contoh silabus-dan-rpp-kurikulum-2013
Contoh silabus-dan-rpp-kurikulum-2013
 
Kurikulum 2013-kompetensi-dasar-smp-ver-3-3-2013
Kurikulum 2013-kompetensi-dasar-smp-ver-3-3-2013Kurikulum 2013-kompetensi-dasar-smp-ver-3-3-2013
Kurikulum 2013-kompetensi-dasar-smp-ver-3-3-2013
 
00 modul kurikulum 2013
00 modul kurikulum 201300 modul kurikulum 2013
00 modul kurikulum 2013
 
Contoh silabus-dan-rpp-kurikulum-2013
Contoh silabus-dan-rpp-kurikulum-2013Contoh silabus-dan-rpp-kurikulum-2013
Contoh silabus-dan-rpp-kurikulum-2013
 
Kurikulum 2013-kompetensi-dasar-smp-ver-3-3-2013
Kurikulum 2013-kompetensi-dasar-smp-ver-3-3-2013Kurikulum 2013-kompetensi-dasar-smp-ver-3-3-2013
Kurikulum 2013-kompetensi-dasar-smp-ver-3-3-2013
 
00 modul kurikulum 2013
00 modul kurikulum 201300 modul kurikulum 2013
00 modul kurikulum 2013
 
Makalah pkti batasan dan sejarah bahasa indonesia
Makalah pkti batasan dan sejarah bahasa indonesiaMakalah pkti batasan dan sejarah bahasa indonesia
Makalah pkti batasan dan sejarah bahasa indonesia
 
Pkti sejarah dan batasan bahasa indonesia
Pkti sejarah dan batasan bahasa indonesiaPkti sejarah dan batasan bahasa indonesia
Pkti sejarah dan batasan bahasa indonesia
 
Ekomorfo dan ekofisio hewan
Ekomorfo dan ekofisio hewanEkomorfo dan ekofisio hewan
Ekomorfo dan ekofisio hewan
 
Buku siswa ipa smp kelas 7
Buku siswa ipa smp kelas 7Buku siswa ipa smp kelas 7
Buku siswa ipa smp kelas 7
 

Laporan kjt

  • 1. LAPORAN PRAKTIKUM KULTUR JARINGAN TANAMAN PERKECAMBAHAN BIJI ANGGREK, BIJI ANTHURIUM, DAN INDUKSI KALUS EKSPLAN DAUN BINAHONG Disusun Oleh: Kelompok 1 Evira Yustika A420110061 Afif Lestiana A420110073 Sumiati A420110074 Firlita Nurul K A420120008 LABORATORIUM KULTUR JARINGAN TANAMAN PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA GASAL 2014/2015
  • 2. ii LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN PRAKTIKUM KULTUR JARINGAN TANAMAN Mahasiswa tersebut di bawah ini Kelompok 01 Nama/NIM : 1. Evira Yustika A42011006 2. Afif Lestiana A420110073 3. Sumiati A420110074 4. Firlita Nurul K A420120008 Telah menyelesaikan praktikum KJT semester gasal 2014/2015 dengan nilai akhir….. Surakarta, Januari 2015 Mengesahkan, Dosen Pengampu Penyusun (Triastuti Rahayu, M. Si) (Kelompok 01)
  • 3. iii KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum Wr. Wb Puji syukur kami haturkan kepada ALLAH SWT. Yang telah meberikan rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan Laporan Praktikum Kultur Jaringan Tanaman yang dilaksanakan hari Senin. Pada kesempatan ini kami mengucapkan terimakasih kepada: 1. Ibu Triastuti Rahayu, M. Si selaku Dosen Mata Kuliah Pilihan Kultur Jaringan Tanaman. 2. Teman-teman seperjuangan yang telah membantu dalam praktikum maupun Pembuatan Laporan ini. Kami menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini masih banyak kekurangan, oleh karena itu, kami mengharap kritik dan saran yang sifatnya membangun agar dalam pembuatan laporan selanjutnya dapat lebih baik. Wassalamu’alaikum Wr. Wb. Surakarta, Januari 2015 Penyusun
  • 4. iv DAFTAR ISI COVER...........................................................................................................i LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................ii KATA PENGANTAR ....................................................................................iii DAFTAR ISI..................................................................................................iv BAB I PENDAHULUAN ...............................................................................1 A.Latar Belakang................................................................................1 B.Tujuan .......................................................................................2 C. Parameter.......................................................................................3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA....................................................................4 A. Biji Anggrek ...................................................................................4 B. Biji Anthurium................................................................................6 C. Perkecambahan...............................................................................7 D. Tanaman Binahong.........................................................................7 E. Kultur Jaringan Tanaman................................................................8 F. Induksi Kalus..................................................................................9 BAB III CARA KERJA..................................................................................10 A. Perkecambahan Biji Anggrek dan Anthurium................................10 B. Induksi Kalus Daun Binahong ......................................................15 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................17 A. Hasil................................................................................................17 1. Pelaksanaan Praktikum............................................................17 2. Hasil.........................................................................................17 B. Pembahasan....................................................................................19 BAB V KESIMPULAN..................................................................................26 DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................27
  • 5. 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Setiap sel tumbuhan memiliki informasi genetik yang lengkap. Berdasarkan hal tersebut, diperkirakan bahwa sel tumbuhan dapat tumbuh menjadi individu baru yang utuh dan lengkap sama seperti induknya. Kemampuan sel tumbuhan untuk tumbuh menjadi individu baru jika diletakkan pada lingkungan yang sesuai dinamakan totipotensi. Kemampuan sel tumbuhan yang dinamakan totipotensi telah mendorong ilmuan untuk mengembangkan sel atau jaringan tersebut sehingga menghasilkan suatu individu baru yang akhirnya dikembangkan suatu sistem yang dinamakan kultur in vitro tumbuhan. Secara lebih singkat kultur jaringan merupakan metode untuk memperbanyak sel dengan mengisolasi bagian-bagian tanaman serta menumbuhkannya secara aseptis (bebas hama) di dalam sbuah media. Namun tehnik ini belum banyak di pakai di Indonesia, padahal tehnik cukup efektif dan steril. Tanama bisa melakukan kultur jaringan jika memiliki sifat totipotensi, yaitu kemampuan sel untuk beregenerasi menjadi tanaman lengkap kembali. Kultur jaringan dalam bahasa asing disebut sebagai tissue culture. Kultur adalah budidaya dan jaringan adalah sekelompok sel yang mempunyai bentuk dan fungsi yang sama. jadi, kultur jarin gan berarti membudidayakan suatu jaringan tanaman menjadi tanaman kecil yang mempunyai sifat seperti induknya. Jadi, kultur jaringan (Tissue Culture) merupakan salah satu cara perbanyakan tanaman secara vegetatif. Kultur jaringan merupakan teknik perbanyakan tanaman dengan cara mengisolasi bagian tanaman seperti daun, mata tunas, serta menumbuhkan bagian-bagian tersebut dalam media buatan secara aseptik yang kaya nutrisi dan zat pengatur tumbuh dalam wadah tertutup yang tembus cahaya sehingga bagian tanaman dapat memperbanyak diri dan bergenerasi
  • 6. 2 2 menjadi tanaman lengkap. Prinsip utama dari teknik kultur jaringan adalah perbayakan tanaman dengan menggunakan bagian vegetatif tanaman menggunakan media buatan yang dilakukan di tempat steril. Salah satu aplikasi kultur jaringan yang telah dikenal secara meluas dan telah banyak diusahakan untuk tujuan komersial adalah perbanyakan tanaman Perbanyakan melalui kultur jaringan yang banyak diusahakan secara komersial pada saat ini terutama di negara-negara maju seperti Amerika, Jepang, dan Eropa Berdasarkan hasil percobaan Morel pada tahun 1960 pada tanaman anggrek Cymbidium dan tanaman hias lainnya, dalam waktu singkat dari bahan tanaman yang sangat terbatas menghasilkan tanaman baru yang sangat banyak. Hasil penelitian tersebut telah merangsang para peneliti untuk menerapkannya pada tanaman lain. Manfaat dari kultur jaringan secara in vitro bagi perbanyakan tanaman adalah: pengadaan bibit tidak tergantung musim, bibit dapat diproduksi dalam jumlah banyak dengan waktu yang relatif lebih cepat (dari satu mata tunas yang sudah respon dalam 1 tahun dapat dihasilkan minimal 10.000 planlet/bibit), bibit yang dihasilkan seragam, bibit yang dihasilkan bebas penyakit (meng gunakan organ tertentu), dan biaya pengangkutan bibit relatif lebih murah. Sedangkan kultur kalus bermanfaat untuk memperoleh kalus dari eksplan yang di isolasi dan ditumbuhkan dalam lingkungan terkendali. Kalus diharapkan mampu memperbanyak dirinya (mengganda massa selnya) secara terus-menerus. Sel-sel penyusun kalus adalah sel-sel parenkim yang mempunyai ikatan renggang dengan sel-sel lainnya. B. TUJUAN 1. Mengetahui cara dan hasil perkecambahan biji anggrek secara in vitro (persentase perkecambahan dan pertumbuhan kecambah). 2. Mengetahui cara dan hasil perkecambahan biji anthurium secara in vitro.
  • 7. 3 3 3. Mengetahui cara dan hasil induksi kalus dari eksplan daun tanaman binahong. C. PARAMETER 1. Prosentase perkecambahan biji, pertumbuhan kecambah. 2. Induksi Kalus: mulai terbentuk kalus, warna kalus, tekstur kalus, ukuran kalus, ada tidaknya akar, ada tidaknya tunas.
  • 8. 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Biji Anggrek Famili Orchidaceae terdiri dari 800 genus dan tidak kurang dari 30.000 spesies (Gunawan & Tim Penulis PM, 2005: 5). Bunga anggrek terdiri dari kelopak bunga, mahkota bunga, benang sari, putik, dan bakal buah. Bentuk daun angrek bervariasi, dari yang sempit memanjang sampai bulat panjang. Buah anggrek merupakan buah kapsular yang berbelah enam. Bijinya terdapat di dalam buah dan sangat banyak. Biji- biji anggrek tidak memiliki endosperm, sehingga untuk perkecambahan dan pertumbuhan awal biji anggrek dibutuhkan gula dan persenyawaan- persenyawaan lain dari luar atau dari lingkungan sekitarnya (Gunawan & Tim Penulis PM, 2005: 8-11). Suku anggrek anggrekan atau Orchidaceae merupakan satu suku tumbuhan berbunga dengan anggota jenis terbanyak. Jenis jenisnya tersebar luas sangat luas dari daerah tropika basah hingga wilayah sirkumpolar. Kebanyakan anggota suku ini hidup sebagai anggota epifit. Terutama yang berasal dari daerah tropis.anggrek di daerah beriklim sedang biasanya hidup ditanah dan membentuk umbi sebagi cara berdaptasiterhadap musim dingin. Organ organnya cenderung tebal dan berdaging ( sukulen ) membutnya tahan menghadpi tekanan, kesediaan air. Dan anggrek epifit ini dapat hidup ditanah yang lembab. ( Darmono, 2003 ). Pada umumnya akar Anggrek Cattleya berbentuk silindris, berdaging lunak, mudah patah, satu ujung akar meruncing licin dan sedikit lengket. Dalam keadaan kering, akar tampak berwarna putih keperak-perakan. Pada bagian luarnya dan hanya pada bagian ujung akar saja yang berwarna hijau ada pula yang tampak agak keunguan. Akar-akar yang sudah tua menjadi coklat dan kering da kemudian digantikan oleh akar yang baru tumbuh. Akar Anggrek mempunyai valemen yang terdiri dari beberapa lapis sel yang
  • 9. 5 berongga dan transparan serta merupakan lapisan pelindung pda sistem saluran akar. Valemen berfungsi melindungi akar dari kehilangan air dalam proses transpirasi da evaporasi. Cattleya mempunyai valemen yang sangat besar sehingga diameter akarnya cukup besar. (Trubus 2005). Pola pertumbuhan pada tanaman anggrek artinya memmiliki pertumbuhan ujung batang terbatas. Batang ini tumbuh terus dan akan berhenti setelah mencapai batas maksimum. Pertumbuhan ini akan dilanjutkan oleh anakan baru yang tumbuh disampingnya. Pada anggrek simpodial ini terdapat penguhung yang disebut rhizoma atau batang dibawah tanah. Dari rhizoma ini akan keluar tunas anakan baru. Di antara rhizoma dan daun ada semacam umbi yang disebut pseudobuld ( umbi palsu ). Ukuran maupun bentuk dari umbi palsu ini bervariasi. ( Abi, 2005 ). Tanaman anggrek termasuk tanaman yang mempunyai keceptan tumbuh lambat dan berbeda beda. Hal ini sangat berpengaruh bila yang menjadi tujuan pemeliharaan adalah memproduksi bunga. Tanaman anggrek juga mempunyai pola pertumbuhan yang berbedadengan tanaman hias yang lain. Pertumbuhan tanaman anggrek , ditentukan oleh faktor iklim dan faktor pemeliharaan. Faktor iklim meliputi suhu, cahaya, kelembapan. Sedangkan faktor pemeliharaan terdiri dari pemupukan dan pemeliharaan. ( Ahmadi, 2004 ). Berdasarkan pertumbuhan batangnya Cattleya termasuk Anggrek Simpodial, yaitu terdiri dari umbi semu (pseudobulb) yang mempunyai pertumbuhan terbatas. Pseudobulb berbentuk gada, agak pipih, keras dan berdaging. Ukurannya bervariasi tergantung pada spesiesnya. Pada pangkal Pseudobulb terdapat akar rimpang rizoma yang menghubungkan Pseudobulb yang satu dengan Pseudobulb yang lainnya. Sementara itu, Pseudobulb yang telah mengeluarkan bunga akan berfungsi sebagai tempat penyimpanan makanan dan air (Daisy, 2005 ).
  • 10. 6 B. Biji Anthurium Anthurium pertama kali ditemukan pada tahun 1829 oleh seorang ahli botani berkebangsaan Inggris bernama Schott. Tanaman ini diduga berasal dari Benua Amerika. Di habitat aslinya, tanaman ini hidup di hutan hujan tropis. Hingga kini, tak kurang dari 1.000 spesies Anthurium liar tumbuh di alam. Di Indonesia berbagai jenis Anthurium bisa ditemukan di hutan-hutan yang tersebar di Sumatera, Jawa, Kalimantan, dan Sulawesi (Redaksi AgroMedia, 2007: 10). Kadir (2007: 5) menyatakan bahwa Anthurium termasuk keluarga Araceae dan sekerabat dengan Aglaonema dan Philodendron. Tjitrosoepomo (2010: 461), menyatakan bahwa Suku Araceae merupakan tanaman terna dengan getah yang cair atau seperti susu, pait, dalam tanah mempunyai rimpang yang memanjang atau seperti umbi, terkadang tumbuh memanjat, jarang dengan batang berkayu. Daunnya tersusun roset akar atau tersebar pada batang atau bersilang dalam 2 baris. Suku ini memiliki lebih dari 100 marga yang seluruhnya meliputi lebih dari 1.500 jenis, lebih dari 90% merupakan penghuni daerah tropika. Berikut adalah sistem klasifikasi Anthurium menurut Lawrence dalam Purwanto (2007): Divisi : Spermatophyta Subdivisi : Angiospermae Kelas : Monocotyledoneae Ordo : Aracales Famili : Araceae Genus : Anthurium Spesies : Anthurium sp. Purwanto (2007), menyatakan bahwa Anthurium termasuk tanaman yang mudah perbanyakannya. Perbanyakan dapat dilakukan secara generatif (dengan biji) ataupun secara vegetatif (dengan bonggol dan pemisahan anakan). Perbanyakan secara generatif dilakukan menggunakan biji. Keunggulan teknik ini antara lain dapat menghasilkan tanaman dalam jumlah banyak dan tidak merusak tanaman induk. Teknik ini memungkinkan untuk
  • 11. 7 memperoleh tanaman yang bervariasi karena sifat keturunan bisa berbeda dengan induknya. C. Perkecambahan Persentase perkecambahan menunjukkan jumlah kecambah normal yang dapat dihasilkan oleh benih murni pada kondisi lingkungan tertentu dalam jangka waktu yang telah ditetapkan. Laju perkecambahan dapat diukur dengan menghitung jumlah hari yang diperlukan untuk munculnya radikel atau plumula (Sutopo, 1988). Menurut penelitian Marlina (2004), menyatakan bahwa dalam perkecambahan anthurium secara in vitro umumnya menggunakan media MS, kemudian dalam percobaan selanjutnya dalam pembentukan tunas adventif dapat menggunakan media lainnya. D. Tanaman Binahong Tanaman binahong ( Andredera cordifolia / Tonere Steen ) merupakan tanaman yang menjalar, berumur panjang( perenial), bisa mencapai panjang kurang lebih 5 m. Tanaman binahong berbatang lunak, silindris, saling membelit ,berwarna merah, permukaan halus kadang membentuk semacam umbi umbi yang melekat diketiak daun dengan bentuk tak beraturan dan bertekstru kasar, (Rochani,N, 2009) Daun dan batang binahong yang dilumatkan efektif menyembuhkan memar,rematik, pegel linu,nyeri urat dan untuk menghaluskan kulit. Rebusan binahong ini dapat digunakan untuk mengeringkan luka bekas operasi. Rebusan umbi binahong dapat digunakan untuk memenyembuhkan luka, maag dan tifus. Tanaman binahong ini mempunyai nama yang berbeda beda disetiap negara. ( Kurniawan AJ. 2009) Tanaman binahong ini mempunyai daun dengan ciri ciri tunggal, berangkai sangat pendek, tersusun berseling, berwarna hijau, bentuk jantung /cordota, panjang 5- 10 cm, lebar 3-7 cm, helain daun dari tanaman binahong
  • 12. 8 ini adalah tipis lemas, ujung runcing, pangkal berlekuk, rata, permukaan licin dan bisa dimakan. ( Edi, 2004 ) Tanaman binahong ini berbunga majemuk berbentuk tandan, bertangkai panjang, muncul diketiak daundan mahkota berearana krem keputih putihan berjumlah lima helai tidak berlekatan, panjang helai mahkota 0,5-1 cm, berbau harum. Rimpang tanman binahong ini berbentuk rimpang berdaging lunak. ( Damayanti, 2011 ). Daun binahong mengandung saponin, alkaloid dan polifenol. Saponin merupakan senyawa aktif permukaan dan bersifat seperti sabun. Penyarian senyawa saponin akan memberikan hasil yang lebih baik sebagai antibakteri jika menggunakan pelarut polar seperti etanol 70%. Pada hidrolisis, saponin menghasilkan aglikon yang disebut sapogenin (sebagai kortison). Berdasarkan strukturnya, saponin ada dua yaitu steroid dan triterpenoid. Saponin steroid terdapat dalam tumbuhan monokotil, dan saponin triterpenoid terdapat dalam tumbuhan dikotil. Saponin memacu pembentukan kolagen, yaitu protein struktur yang berperan dalam proses penyembuhan luka. ( Santoso, 2005 ). E. Kultur Jaringan Tanaman Kultur jaringan ialah teknik menumbuhkan-kembangkan bagian tanaman, berupa sel, jaringan, atau organ dalam kondisi aseptik secara in vitro. Teknik ini dicirikan oleh kondisi kultur yang aseptik, penggunaan media kultur buatan dengan kandungan nutrisi lengkap dan ZPT (Zat Pengatur Tumbuh), serta kondisi ruang kultur yang suhu dan pencahayaannya terkontrol (Yusnita, 2003). Usaha mencari bahan eksplan untuk dibudidayakan secara kultur jaringan, dapat dilakukan dengan berbagai cara. Salah satunya dengan menumbuhkan biji steril suatu tanaman dilakukan di atas medium kultur jaringan secara aseptik. Dengan cara budidaya biji steril, kemungkinan terjadinya kontaminasi pada eksplan yang dibudidayakan lebih kecil daripada memotong jaringan dari lapangan atau dari rumah kaca (Hendaryono dan Ari, 1994: 109-110).
  • 13. 9 F. Induksi Kalus Kalus merupakan jaringan yang tak berbentuk serta tak terorganisasi. Jaringan ini adalah hasil pembelahan sel yang berpotensi tinggi untuk terus- menerus membelah diri. Kalus adalah satu fase yang harus dilalui selama pengkulturan protoplast. Kultur kalus adlah kultur kumpulan sel yang terbentuk dari pengkulturan organ, jaringan, maupun pengkulturan sel-sel yang mendahului (Katuuk, 1989: 109). Menurut Fitriani (2005) pengkalusan ini juga terjadi bila tanaman mengalami stress. Selain upaya perlindungan oleh tanaman, pembentukan kalus dapat dipengaruhi oleh bagian tanaman yang digunakan sebagai eksplan, metode budidaya in vitro, dan zat-zat yang ditambahkan pada media dasar (Suryowinoto 1996 dalam Ibrahim dkk 2004).
  • 14. 10 BAB III CARA KERJA A. Perkecambahan Biji Anggrek dan Anthurium 1. Perkecambahan Biji Anggrek  Sterilisasi alat dan bahan Bungkus alat dengan kertas payung Aquades steril Sterilisasi menggunakan autoklaf  Pembuatan Media VW0
  • 15. 11 Menimbang sebanyak 0,835 g media VW, 15 g Gula, dan 4 g Agar menggunakan timbangan digitalVW Ukur pH menjadi 5,6-5,8 Menuang media dalam botol kultur Menutup dengan alumunium foil Homogenisasi media VW, gula, dan agar dengan menggunakan hot magnetic stirrer Tambahkan Plant Preservative Mixture (PPM) sebanyak 0,25 mL
  • 16. 12  Penanaman Benih Anggrek dalam LAF Kondisi aseptis Merendam buang anggrek dalam alkohol Bakar buah anggrek (Langkah ini dilakukan sebanyak 3 kali) Memotong kedua ujung buah anggrek Membuka buah anggrek Alat dan bahan yang telah disterilisasi dalam autoclaf disterilisasi kembali sebelum masuk LAF Menanam biji anggrek ke dalam botol kultur Sterilisasi alumunium foil
  • 17. 13 Tutup dengan alumunium foil Labeling Meletakkan dalam ruang inkubasi
  • 18. 14 2. Perkecambahan Biji Anthurium Menimbang sebanyak 4,43 g/L Media MS, 30 g Gula dan 8 g Agar Menuang aquades dalam beaker glass Campur Media MS dengan aquades Homogenkan media MS, Gula dan Agar menggunakan hot magnetic stirer Menuang sebanyak 20 ml dan menutup dengan alumunium foil Menanam biji anthurium ke dalam botol kultur secara aseptik di LAF lalu meletakkan dalam ruang inkubasi
  • 19. 15 B. Induksi Kalus Daun Binahong Tanaman Binahong Potong Daun Binahong Meletakkan dalam beaker glass dan sterilisasi dengan bayclin selama 30” dan bilas dengan air kran secara perlahan Siapkan cawan petri, scalpel, pinset dan alumunium foil yang telah disterilisasi dengan autoclaf Sterilisasi kembali alat dan bahan dengan alkohol sebelum masuk LAF Sterilisasi daun binahong dengan bayclin selama 30” Meniriskan daun binahong dalam cawan petri
  • 20. 16 Memotong daun pada daerah ibu sterilisasi mulut botol kultur tulang daun dengan ukuran 1x1 cm Menanam eksplan daun binahong Menutup botol kultur dengan alumunium foil steril Labeling dan meletakkan botol kultur dalam ruang inkubasi
  • 21. 17 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL 1. Pelaksanaan Praktikum Praktikum Kultur Jaringan Tanaman (KJT) dilaksanakan pada: Hari, Tanggal : Kamis, 04 September – Kamis, 18 Desember 2014. Waktu : Pukul 08.40-10.20 WIB Tempat : Laboratorium Kultur Jaringan Tanaman (KJT) Universitas Muhammadiyah Surakarta 2. Hasil a. Biji Anthurium (Penanaman tanggal 16 Oktober 2014) Keterangan: E : Eksplan M : Media Hari ke- Hari tumbuh kecambah Panjang kecamb ah ( cm ) Jumlah biji yang ditanam Jumlah biji berkecamba h ( % ) Kontaminan Jamu r E/M Bakteri E/M 15 7 0,8 3 100% - - 28 3 3 100% - - 35 4,5 3 100% - - 42 5 3 100% - - 49 5,2 3 100% - - 56 6,5 3 100% - - 63 6,8 3 100% - -
  • 22. 18 b. Daun Binahong Media MS + ZPT 2,4 – D 2 ppm Penanaman tanggal 13 November 2014 Keterangan: E : Eksplan M : Media PENGAMAT- AN HARI KE BOTOL/NAMA EKSPLAN EKSPLAN KONTAMINAN KETKALUS TUNAS/AKAR JAMUR BAKTERI TEKSTUR WARNA E M E M 7 1/Afif Lestiana Remah Putih - - - - - Kalus di pangkal ibu daun 14 Remah Putih - - - - - 21 Remah Putih Akar - - - - 28 Remah Putih Akar - - - - 35 Remah Putih Akar - - - - PENGAMAT- AN HARI KE BOTOL/NAMA EKSPLAN EKSPLAN KONTAMINAN KETKALUS TUNAS/AKAR JAMUR BAKTERI TEKSTUR WARNA E M E M 7 2/Sumiati Remah Putih - - - - - -Kalus di pangkal ibu daun - Merubah warna media menjadi pink 14 Remah Putih - - - - - 21 Remah Putih - - - - - 28 Remah Putih - - - - - 35 Remah Putih - - - - - PENGAMAT- AN HARI KE BOTOL/NAMA EKSPLAN EKSPLAN KONTAMINAN KETKALUS TUNAS/AKAR JAMUR BAKTERI TEKSTUR WARNA E M E M 7 3/Evira Yustika Remah Putih - - - - - -Kalus di pangkal ibu daun 14 Remah Putih - - - - - 21 Remah Putih Akar - - - - 28 Remah Putih Akar - - - - 35 Remah Putih Akar - - - -
  • 23. 19 B. PEMBAHASAN 1. Perkecambahan Biji Kelompok 01 menggunakan eksplan yaitu biji anggrek dan anthurium terhadap perkecambahan secara in vitro. Menurut hasil pengamatan didapatkan data sebagai berikut. a. Biji Anggrek 1) Kontaminasi Tidak terjadi kontaminasi dalam perkecambahan biji anggrek, karena tingkat kesterilan dalam melakukan pengkulturan terjaga. Sterilisasi dilakukan untuk membersihkan buah anggrek dari mikroorganisme yang dapat mengganggu pertumbuhan biji anggrek saat di kondisi in vitro. Sterilisasi buah anggrek biasanya dapat dilakukan dengan dua cara yaitu dengan buah yang masih tertutup atau buah yang sudah pecah. Jika buah masih tertutup maka sterilisasi lebih mudah dengan menggunakan alkohol dan buah dibakar di atas api Bunsen. Jika buah sudah pecah maka sterilisasi juga harus dilakukan terhadap biji yang sudah keluar. Metode yang kedua akan lebih rumit karena harus dilakukan sterilisasi basah menggunakan larutan bleach (bayclin) yang dicampur dengan tween untuk membersihkan buah dan biji anggrek. Perkecambahan anggrek membutuhkan kondisi lingkungan dan nutrisi tertentu terutama jika biji anggrek masih PENGAMAT- AN HARI KE BOTOL/NAMA EKSPLAN EKSPLAN KONTAMINAN KETKALUS TUNAS/AKAR JAMUR BAKTERI TEKSTUR WARNA E M E M 7 4/Firlita N.K Remah Putih - - - - - -Kalus di pangkal ibu daun 14 Remah Putih - - - - - 21 Remah Putih Akar - - - - 28 Remah Putih Akar - - - - 35 Remah Putih Akar - - - -
  • 24. 20 muda. Lingkungan yang mendukung seperti suhu dan cahaya tertentu untuk mematahkan dormansi dan memicu perkecambahan. Nutrisi yang dibutuhkan perlu didukung dengan pemberian nutrisi secara lengkap karena biji anggrek tidak mengandung endosperm atau cadangan makanan untuk membantu pertumbuhan dalam tahap awal sebelum mencapai tahap autotrof. b. Biji Anthurium 1) Kontaminasi Pada kelompok kami, biji anthurium tidak mengalami kontaminasi, karena tingkat kesterilan dalam melakukan pengkulturan terjaga sedangkan pada kelompok lain terjadi kontaminasi. Biji yang ditanam pada media adalah 3 biji dan tumbuh dengan baik sehingga keberhasilan yang di dapat adalah 100%. Kontaminasi berbagai macam jamur disebabkan oleh sterilisasi yang kurang sempuna baik terhadap alat, bahan dan pelaku kultur itu sendiri. Sehingga mikroba-mikroba yang ada didalam maupun disekitar kalus berkembang biak di dalam media. Sterilisasi yang kurang sempurna kemungkinan besar terjadi pada saat pemindahan tanam kalus dalam botol kultur berikutnya. Apabila pemindahan kalus terlalu lama, maka mikroba yang ada disekitar kemungkinan terbawa sehingga peristiwa kontaminasi tidak dapat dihindarkan. Untuk menstrilisasi bahan-bahan yang akan digunakan telah tersedia banyak bahan sterilisasi. Misalnya, larutan hipoklorit yang telah terbukti efektif pada kebanyakan bahan tanaman. Namun, bahan sterilisasi pun bersifat meracuni jaringan. Maka dari itu perlu diperhatikan tingkat konsentrasi dan lamanya perlakuan untuk mengurangi resiko kematian jaringan. Selain itu zat pengatur tumbuh juga sangat berpengaruh terhadap keberhasilan kultur jaringan. Pierik (1987) mengemukakan bahwa fitohormon adalah senyawa-senyawa yang
  • 25. 21 dihasilkan oleh tanaman tingkat tinnggi secara endogen. Senyawa tersebut berperan merangsang dan meningkatkan pertumbuhan serta perkembangan sel, jaringan dan organ tanaman menuju arah diferensiasi tertentu. Pierik juga menambahkan bahwa sangat sulit untuk menerapkan teknik kultur jaringan tanpa melibatkan zat pengatur tumbuh. Beberapa zat pengatur tumbuha antara lain adalah auksin, sitokinin, giberelin, asam absisat dan etilen. Sedangkan tanaman yang tidak terkontaminasi dikarenakan cara sterilisasi yang tepat. Penanaman anthurium dimulai tanggal 16 Oktober 2014 dan didapat hasil yaitu: Hari ke- Hari tumbuh kecambah Panjang kecamb ah ( cm ) Jumlah biji yang ditanam Jumlah biji berkecamba h ( % ) Kontaminan Jamu r E/M Bakteri E/M 15 7 0,8 3 100% - - 28 3 3 100% - - 35 4,5 3 100% - - 42 5 3 100% - - 49 5,2 3 100% - - 56 6,5 3 100% - - 63 6,8 3 100% - - Dari hasil pengamatan diatas, dapat dilihat bahwa semakin hari panjang kecambah semakin meningkat dan memiliki presentase yang normal yaitu 100%. Hal ini berarti dari penanaman anthurium dari kelompok kami berhasil, akan tetapi tanaman tersebut tidak tegak lurus karena tanaman tersebut mengikuti arah sinar cahaya untuk berfotosintesis dan untuk mendapatkan nutrisi yang cukup.
  • 26. 22 c. Persentase perkecambahan Persentase perkecambahan biji anthurium dapat dihitung dengan cara sebagai berikut. Persentase perkecambahan = Jumlah kecambah yang tumbuh Jumlah benih yang ditanam x 100% = 3 3 x 100% = 100% 2. Induksi Kalus Eksplan yang digunakan adalah bagian daun muda binahong (Anredera cordifolia). Salah satu indicator adanya pertumbuhan dalam kultur in vitro adalah munculnya kalus pada eksplan. Kalus adalah sekumpulan sel yang membelah secara tidak teratur. Menurut Gunawan (1987) kalus merupakan satu kumpulan sel amorphous yang terjadi dari sel-sel jaringan awal yang membelah dari secara terus menerus. Secara alamiah, kalus dibentuk oleh semua tanaman yang dikulturkan dan sebagai cara perlindungan tanaman terhadap luka yang ditimbulkan akibat proses pemotongan saat persiapan bahan eksplan. Respon pertumbuhan yang dihasilkan dari penanaman potongan daun binahong (Anredera cordifolia) yang ditanam pada media Murashige – Skoog (MS) dengan penambahan zat pengatur tumbuh 2,4 – D 2 ppm adalah terbentuknya kalus. Respon tersebut sudah tampak kurang lebih 5 minggu setelah ditanam dalam kondisi aseptic. Respon pembentukan kalus rata-rata mulai tampak pada hari ke lima setelah ditanam dalam media MS. Pertumbuhan kalus pada binahong ini memperlihatkan tipe sigmoid, dimana pada minggu pertama eksplan sedang mengalami adaptasi dengan lingkungan barunya sehingga pertumbuhannya tidak terlalu cepat. Pada minggu ke dua sampai minggu ke lima, pertumbuhan kalus mulai mengalami peningkatan dari minggu ke minggu. Sedangkan pada kelompok kami terdapat satu dari empat botol yang mengalami penurunan pertumbuhan kalus pada minggu ke tiga sampai ke lima,
  • 27. 23 kemungkinan nutrisi dalam media mulai berkurang sehingga pertumbuhan pun terhambat. Dalam hal ini agar kalus dapat terus-menerus tumbuh dapat dilakukan subkultur ke dalam medium yang baru. Kombinasi zat pengatur tumbuh menunjukkan respon kalus yang bervariasi yaitu dari aspek tekstur, warna, dan hari munculnya kalus. Dari aspek tekstur kalus, kalus-kalus yang terinduksi bertekstur remah, berwarna putih. Kalus yang dihasilkan dari kedua kombinasi itu kecil dan sedikit, berada di daerah ibu daun dan permukaan daun yang teriris serta di ujung tulang daun primer yang tersayat. Kalus mulai terbentuk pada daerah perlukaan yang dibuat dengan menggores eksplan ketika penanaman. Perlukaan tersebut dapat mempermudah jaringan eksplan kontak langsung dengan media, sehingga kalus dapat lebih cepat terbentuk pada daerah perlukaan. Indicator pertumbuhan eksplan pada kultur in vitro berupa warna kalus menggambarkan visual kalus sehingga dapat diketahui apakah suatu kalus masih memiliki sel-sel yang aktif membelah atau telah mati. Jaringan kalus yang dihasilkan suatu eksplan biasanya memunculkan warna yang berbeda. Warna kalus mengalami perubahan seiring dengan pertambahan umur kalus. Apabila kalus yang terbentuk dari eksplan berwarna hijau adalah putih atau keputihan, atau coklat berarti telah terjadi degradasi klorofil. Degradasi klorofil terjadi akibat hilangnya rental phytol oleh enzim klorofilase, sehingga terbentuk klorofilin atau klorofilid yang menghasilkan warna hijau cerah. Eksplan yang ditanam tidak mengalami browning. Terbentunya akar pada eksplan karena adanya ZPT yang berupa 2,4 D atau auksin yang berperan dalam pembelahan dan pembesaran sel yang terdapat di pucuk serta merangsang pembentukan akar. Selain itu auksin sangat dikenal sebagai hormone yang mampu menginduksi terjadinya kalus, menghambat kerja sitokinin klorofil dalam kalus, menghambat morfogenesis kalus membentuk akar atau tunas dan mendorong proses embryogenesis (Santoso dan Nurshandi 2003).
  • 28. 24 Golongan auksin seperti 2,4 D dan NAA dapat menyebabkan pertumbuhan kalus dari eksplan dan menghambat regenerasi pucuk (Nasir, 2002). Akar muncul dari kalus yang sudah terbentuk. Pada awalnya hanya terbentuk kalus saja, tidak terjadi pembentukan akar, setelah hari ke 21 terlihat adanya akar yang muncul di permukaan kalus. Hal ini menunjukkan adanya pengaruh keseimbangan auksin dan sitokinin terhadap respon jaringan. ZPT 2,4 – D 2 ppm + BAP 1 ppm dan 2, 4 – D 2 ppm. Sedangkan pada hasil kelompok lain yang menjadi perbandingan media adalah adanya kombinasi perlakuan BAP 1 ppm dengan 2,4 – D memperlihatkan respon kalus meremah berwarna putih yang tumbuh di daerah irisan permukaan atas dan di ujung sayatan tulang daun primer. Kalus yang terbentuk kecil dan sedikit, hal ini menunjukkan bahwa nutrisi dalam media dapat diserap oleh ekplan. Lamanya waktu terbentuknya kalus diduga konsentrasi BAP 1 ppm tidak mampu mengimbagi konsentrasi 2,4 D 2 ppm. Media pada kelompok lain menunjukkan warna yang berbeda karena adanya penambahan BAP 1 ppm, ini terjadi karena metabolit sekunder kalus mencair ke media. Pada penambahan BAP terbentuk tunas. Tunas merupakan bagian yang dapat dijadikan parameter keberhasilan dari kegiatan budidaya karena dari tunas dapat diperbanyak menjadi individu baru. Hormon sitokinin dan unsur
  • 29. 25 hara yang tersedia dalam media tidak secara mutlak mempengaruhi pertumbuhan tunas karena setiap tanaman memiliki hormon endogen yang dapat membentuk tunas dengan sendirinya. Penambahan jumlah tunas dapat dijadikan salah satu parameter yang diukur secara kuantitatif. Sitokinin berperan dalam merangsang terjadinya pembelahan sel, pembentukan tunas, dan mendorong proliferasi meristem ujung. Selain itu pemberian sitokinin tunggal tanpa penambahan auksin dapat meningkatkan jumlah tunas dengan cara melipatgandakan jumlah mata tunas. Selain itu sitokinin dapat mendorong proses morfogenesis, pertunasan, pembentukan kloroplas, serta menghambat pembentukan akar.
  • 30. 26 BAB V SIMPULAN 1. Dalam praktikum ini, kelompok kami melakukan beberapa percobaan, diantaranya perkecambahan biji anggrek, anthurium, serta induksi kalus dari eksplan daun tanaman bonahong. Teknik yang digunakan hamper sama, hanya saja media yang digunakan berbeda. Khusus perkecambahan anggrek menggunakan media VW, sedangkan perkecambahan anthurium menggunakan media MS0, serta induksi kalus menggunakan media MS dengan zat pengatur tumbuh (ZPT) 2,4-D 2 ppm. 2. Persentase perkecambahan biji anggrek dan anthurium keseluruhan mencapai 100% karena tidak terjadi kontaminasi. 3. Pertumbuhan pada biji anthurium semakin hari semakin meningkat (tinggi) dan tidak mengalami kontaminasi. 4. Respon pembentukan kalus daun binahong rata-rata mulai tampak pada hari ke lima setelah ditanam dalam media MS. 5. Warna kalus daun binahong putih, tekstur remah, kalus terbentuk pada daerah perlukaan yang dibuat dengan menggores eksplan ketika penanaman dan ibu daun. 6. Tidak terjadi browning pada eksplan. 7. Pada eksplan daun binahong terdapat satu botol yang mengalami perubahan warna menjadi pink (merah muda) dari keempat botol, ini disebabkan karena metabolit sekunder kalus mencair pada media. 8. Pada penambahan ZPT 2,4 D 2 ppm terbentuk akar, sedangkan pada media BAP 1 ppm ditambah 2,4 D 2 ppm terbentuk tunas dan akar.
  • 31. 27 DAFTAR PUSTAKA Abi, Muhammad. 2005. Agar Anggrek Rajin Berbunga. Jakarta : Penebar Swadaya. Ahmadi S.A. 2004. Optimasi Media Sub Kultur untuk Meningkatkan Kualitas Daisy P.S.H. 2005. Pembibitan Anggrek dalam Botol. Yogyakart: Kanisius. Damayanti, E. 2011. Budidaya Tanaman Binahong. Yogyakarta : Araska. Darmono, D.W. 2003. Merawat Cattley. Jakarta : Swadaya. Edi, S. 2004. Kultur Jaringan Cara Mengolah Tanaman Binahong. Depok ; Agromedia Pustaka. Gunawan, Livy Winata & Tim Penulis PM. 2005. Budi Daya Anggrek. Depok : Niaga Swadaya. Hendaryono, Daisy P. Sriyanti & Ari Wijayani. 1994. Teknik Kultur Jaringan Pengenalan dan Petunjuk Perbanyakan Tanaman secara Vegetatif- Modern. Yogyakarta : Kanisius. Kadir, Abdul. 2007. Galeri Anthurium Daun. Jakarta : Penebar Swadaya. Kurniawan ,AJ. 2009. Buku Kultur Jaringan Terpadu. Yogyakarta : UGM Press. Marlina, Nina. 2004. Teknik Perbanyakan Anthurium dengan Kultur Jaringan. Buletin Teknik Pertanian. Vol. 9. No. 2. Nasir M. 2002. Bioteknologi : Potensi dan Keberhasilannya dalam Bidang Pertanian. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada. Pierik, R.L.M. 1987. In Vitro Culture og Higher Plants. Netherlands : Martinus Nijhoff. Purwanto, Arie Wijayani. 2007. Anthurium: Tanaman Daun Eksotik. Yogyakarta : Kanisius. Redaksi Agro Media. 2007. Agar Tanaman Hias Tampil Cantik. Jakarta : Agromedia. Rochani, N. 2009. Budidaya Jaringan Tanaman. Yogyakarta. UGM Press. Plantlet Anggrek Phaelaenopsis pada Kultur in Vitro, Batu.
  • 32. 28 Santoso ,U dan Gunawan F. 2005. Kultur Jaringan Tanaman. Malang: UMM Press. Sutopo, Lita. 1988. Teknologi Benih. Jakarta: Rajawali. Tjitrosoepomo, Gembong. 2010. Taksonomi Tumbuhan (Spermatophyta). Yogyakarta : UGM Press. Trubus Infokit. 2005. Anggrek Dendrobium. Depok : Tribus Swadaya Wisma Hijau. Yusnita. 2003. Kultur Jaringan Cara Memperbanyak Tanaman secara Efisien. Jakarta : AgroMedia Pustaka.