1. Imam Muslim berkata: Telah mengabarkan kepada kami Yahya bin Habib Al-
Haritsi, (Dia - Yahya bin Habib Al-Haritsi telah berkata) Telah mengabarkan kepada
kami Khalid bin Al-Haritsi, (Dia - Khalid bin Al-Haritsi berkata) telah mengabarkan
kepada kami Ibnu Juraij, (Ibnu Juraij berkata) telah mengabarkan kepadaku Yunus
bin Yusuf, dari Sulaiman bin Yasaar, Dia (Sulaiman bin Yasaar) berkata, Ketika
orang-orang telah meninggalkan Abu Hurairah, maka berkatalah Naatil bin Qais al
Hizamy Asy-Syamiy (seorang penduduk palestine beliau adalah seorang tabiin),
"Wahai Syaikh, ceritakanlah kepadaku suatu hadits yang Engkau telah dengar dari
Rasulullah Shollallahu'alaihi wassalam, Ya (Aku akan ceritakan - Jawab Abu
Hurairah). Aku telah mendengar Rasulullah Shollallahu'alaihi wassalam bersabda:
"Sesungguhnya manusia pertama yang diadili pada hari kiamat adalah orang yang
mati syahid di jalan Allah. Ia didatangkan dan diperlihatkan kepadanya kenikmatan-
kenikmatan (yang diberikan di dunia), lalu ia pun mengenalinya. Allah bertanya
kepadanya : 'Amal apakah yang engkau lakukan dengan nikmat-nikmat itu?' Ia
menjawab : 'Aku berperang semata-mata karena Engkau sehingga aku mati syahid.'
Allah berfirman : 'Engkau dusta! Engkau berperang supaya dikatakan seorang yang
gagah berani.Memang demikianlah yang telah dikatakan (tentang dirimu).'Kemudian
diperintahkan (malaikat) agar menyeret orang itu atas mukanya (tertelungkup), lalu
dilemparkan ke dalam neraka. Berikutnya orang (yang diadili) adalah seorang yang
menuntut ilmu dan mengajarkannya serta membaca al-Qur-an. Ia didatangkan dan
diperlihatkan kepadanya kenikmatan-kenikmatannya, maka ia pun mengakuinya.
Kemudian Allah menanyakannya: 'Amal apakah yang telah engkau lakukan dengan
kenikmatan-kenikmatan itu?' Ia menjawab: 'Aku menuntut ilmu dan mengajarkannya
serta aku membaca al-Qur-an hanyalah karena engkau.' Allah berkata : 'Engkau
dusta! Engkau menuntut ilmu agar dikatakan seorang 'alim (yang berilmu) dan
engkau membaca al-Qur-an supaya dikatakan seorang qari' (pembaca al-Qur-an
yang baik).Memang begitulah yang dikatakan (tentang dirimu).'Kemudian
diperintahkan (malaikat) agar menyeret atas mukanya dan melemparkannya ke
dalam neraka.Berikutnya (yang diadili) adalah orang yang diberikan kelapangan
rezeki dan berbagai macam harta benda.Ia didatangkan dan diperlihatkan
2. kepadanya kenikmatan-kenikmatannya, maka ia pun mengenalinya (mengakuinya).
Allah bertanya : 'Apa yang engkau telah lakukan dengan nikmat-nikmat itu?' Dia
menjawab : 'Aku tidak pernah meninggalkan shadaqah dan infaq pada jalan yang
Engkau cintai, melainkan pasti aku melakukannya semata-mata karena Engkau.'
Allah berfirman : 'Engkau dusta! Engkau berbuat yang demikian itu supaya
dikatakan seorang dermawan (murah hati) dan memang begitulah yang dikatakan
(tentang dirimu).'Kemudian diperintahkan (malaikat) agar menyeretnya atas
mukanya dan melemparkannya ke dalam neraka.'’
Takhrij Hadits
Hadits ini diriwayatkan oleh : Muslim, Kitabul Imarah bab Man Qaatala lir Riya' was
Sum'ah Istahaqqannar VI/47 atau III/1513-1514 no. 1905; An-Nasa-i, Kitabul Jihad
bab Man Qaatala liyuqala : Fulan Jari', Sunan Nasa-i VI/23-24, Ahmad dalam
Musnadnya II/322 dan Baihaqy IX/168.
Hadits di atas derajadnya Shohih sebagaimana dijelaskan oleh al-Hakim dan
disetujui oleh adz-Dzahabi I/418-419, Syaikh Ahmad Muhammad Syakir dalam
tahqiq Musnad Imam Ahmad no. 8260 dan Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-
Albani dalam Shahih At-Targhib wat Tarhib I/114 no. 22 serta dalam Shahih an-
Nasa'i II/658 no. 2940
Hadits yang semakna dengan ini diriwayatkan oleh Imam at-Tirmidzi dalam
Sunannya, Kitab Az-Zuhud bab Ma Ja'a fir Riya' was Sum'ah no. 2382, Tuhfatul
Ahwadzi VII/54 no. 2489, Ibnu Khuzaimah dalam Shahihnya no. 2482 dan Ibnu
Hibban no. 2502-Mawariduzh Zham'an dan al-Hakim I/418-419 .
Penjelasan Hadits
Hadits di atas menjelaskan tentang ditolaknya suatu amal karena dilandasi dengan
3. riya’. Syarat pokok diterima suatu amal shalih adalah : ikhlas karena Allah semata,
dan amal tersebut harus sesuai dengan contoh dari Rasulullah saw. Ibnu Katsir
rahimahullah berkata: “Inilah dua landasan amal yang diterima, ikhlas karena Allah
dan sesuai dengan Sunnah Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam”.
Hadits di atas menjelaskan tentang adanya tiga golongan manusia yang dimasukkan
ke dalam neraka dan tidak mendapat penolong selain Allah. Mereka membawa amal
yang besar, tetapi mereka melakukannya karena riya', ingin mendapatkan pujian dan
sanjungan. Pelaku riya' , pada hari yang dibuka dan disibak semua hati, wajahnya
diseret secara tertelungkup sampai masuk ke dalam neraka. Tiga golongan tersebut
ialah :
Golongan Pertama : Yaitu kaum yang dianugerahi Allah kesehatan dan kekuatan.
Kewajiban mereka seharusnya adalah mencurahkan semuanya untuk Allah dan di
jalan Allah dalam rangka mensyukuri nikmat-nikmatNya.Tetapi sayang, setan telah
menjadikan mereka mencurahkannya di luar jalan ini. Mereka memang pergi ke
medan jihad dan berperang, tetapi tujuan mereka supaya disebut pemberani. Kepada
merekalah Allah mengawali pengadilanNya pada hari Kiamat. Lalu Allah
memperlihatkan nikmat-nikmatNya yang telah dianugerahkan kepada mereka, seraya
bertanya : “Apa yang kamu kerjakan dengan nikat-nikmat itu?” Pada saat itulah Allah
membuka rahasia hati mereka seraya berfirman : “Kamu pendusta! Sesungguhnya
kamu berperang (berjihad) hanya supaya dikatakan pemberani (pahlawan).”Mereka
tidak mampu membantah, karena memang demikianlah kenyataannya. Malaikat pun
diperintahkan menarik wajahnya dan melemparkan ke dalam api neraka.
Golongan Kedua : Yaitu kaum yang dimuliakan Allah dengan diberi kesempatan
untuk menuntut ilmu dan mengajarkannya kepada manusia. Mereka mampu
membaca al Qur`an dan mempelajarinya. Seharusnya, dengan ilmu tersebut mereka
berniat karena Allah semata sebagai manifestasi rasa syukur kepadaNya atas
limpahan rahmatNya.Tetapi sayang, tujuan yang semestinya karena Allah, telah
4. dipalingkan dan dihiasi oleh setan, sehingga mereka berbuat riya' (pamer) dengan
ilmu itu di hadapan manusia, agar mendapat pujian, kedudukan, harta dan jabatan.
Mereka tidak menyadari, bahwa Allah selalu melihat dan mengetahui apa yang
mereka lakukan. Allah mengetahui rahasia yang tersembunyi di hati mereka.
Ternyata, mereka belajar, mengajar dan membaca al Qur`an supaya dikatakan sebagai
seorang alim, pintar atau yang semisal itu. Sedangkan yang membaca al Qur`an
supaya dikatakan qari' atau qari’ah, orang yang bagus dan indah bacaannya. Maka
pada hari Kiamat nanti, tidak ada yang mereka peroleh kecuali dikatakan
“pendusta”.Mereka hanya terdiam disertai kehinaan, kerugian dan penuh
penyesalan.Kemudian Allah menyuruh malaikat agar menyeret dan mencampakkan
mereka ke dalam neraka.
Golongan Ketiga : Yaitu kaum yang diberi kelapangan rezeki dan berbagai macam
harta benda. Mereka adalah golongan yang mampu, kaya dan berduit.Kewajiban
mereka semestinya bersyukur kepada Allah dengan ikhlas karena Allah semata.Tetapi
sayang, mereka shadaqah, infaq, memberikan uang dan mendermakan harta supaya
menjadi terkenal dan dikatakan dermawan, karim (yang mulia hatinya), supaya
dikatakan orang yang khair (baik). Padahal apa yang mereka katakan di hadapan
Allah, bahwa mereka berinfaq, bershadaqah karena Allah adalah dusta belaka. Allah
mengetahui hati dan tujuan mereka. Kemudian mereka diperintahkan untuk diseret
atas mukanya dan dicampakkan ke dalam neraka, dan mereka tidak mendapatkan
seorang penolong pun selain Allah Subhanahu wa Ta'ala.
Imam Nawawi rahimahullah mengatakan, sabda Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa
sallam tentang orang yang berperang, orang alim dan dermawan serta siksa Allah atas
mereka, ialah karena mereka mengerjakan demikian untuk selain Allah.Dan
dimasukkan mereka ke dalam neraka menunjukkan betapa haramnya riya' dan keras
siksaannya, serta diwajibkannya ikhlas dalam seluruh amal. Allah berfirman :
"Tidaklah mereka diperintahkan melainkan untuk menyembah Allah dengan
memurnikan ketaatan kepadaNya dalam (menjalankan) agama dengan lurus" [al
5. Bayyinah : 5]
Keumuman hadits-hadits tentang keutamaan jihad, sesungguhnya diperuntukkan bagi
orang yang melaksanakannya karena Allah dengan ikhlas. Demikian pula pujian
terhadap ulama dan orang yang berinfaq di segala sektor kebaikan, semua itu terjadi
dengan syarat apabila mereka melakukan yang demikian itu semata-mata karena
Allah Ta'ala.
Demikian mengerikan siksa dan ancaman bagi orang yang berbuat riya' dalam
melakukan kebaikan.Mereka berbuat dengan tujuan mengharap pujian dan sanjungan
dari manusia.Islam lebih banyak memperhatikan faktor niat (pendorong) suatu amal
daripada amal itu sendiri, meskipun kedua-duanya mendapat perhatian.
Secara fitrah sudah diketahui, bahwa penipuan yang dilakukan seseorang terhadap
orang lain merupakan perbuatan hina dan dosa yang jelek. Jika penipuan itu
dilakukan seorang makhluk terhadap khaliq (pencipta)nya, maka perbuatan itu lebih
sangat hina, buruk dan tercela. Perbuatan itu merupakan perbuatan orang yang suka
berpura-pura dan berbuat untuk menarik perhatian manusia.Ia memperlihatkan di
hadapan mereka seakan-akan dia hanya menghendaki Allah semata. Padahal ia adalah
seorang penipu dan pendusta, maka tidak heran jika Allah menghinakannya dengan
dimasukkan ke dalam api neraka.