SlideShare a Scribd company logo
1 of 67
Ilmu dari rekognisi (pengenalan),
antisipasi,      evaluasi,      dan
pengendalian           faktor-faktor
lingkungan sehingga tenaga kerja &
masyarakat terhindar dari efek
samping kemajuan teknologi
ERA INDUSTRIALISASI




                      MANUSIA




                         INTER-AKSI

                       5P
1.   PERTUMBUHAN PENDUDUK (POPULATION)
2.   KENAIKAN PRODUKSI (PRODUCTION)
3.   PERTAMBAHAN PENGGUNAAN ENERGI (POWER)
4.   PERLUASAN PENGGUNAAN LAHAN (PLACE)
5.   BERTAMBAHNYA PENCEMARAN (POLLUTION)
Terdapat 3 Keahlian yang Terlibat:


            SAFETY ENGINEERING
            INDUSTRIAL HYGIENE
            INDUSTRIAL MEDICINE
Berhubungan dengan :

          SAFE CONSTRUCTION
          SAFE WORK PROCESSES
          SAFE PRACTICES
Berhubungan dengan :
 MENGEVALUASI KEMEMPUAN KARYAWAN UNTUK

   MELAKUKAN PEKERJAANNYA
 MEMONITOR DAN MENJAGA KESEHATAN KARYAWAN

   DENGAN MENGURANGI RESIKO PEKERJAAN YANG

   BERAKIBAT PADA KECELAKAAN DAN PENYEBARAN

    PENYAKIT
 MEMBANTU MENGURANGI BEBAN PSIKOLOGI YANG

   BERKAITAN DENGAN PEKERJAAN
 MEMBERIKAN SARAN KE MANAJEMEN TENTANG MASALAH

   KESEHATAN DI TEMPAT DAN PROSES KERJA
Berhubungan dengan :

     REKOGNITION SUMBER BAHAYA

     ANTISIPASI SUMBER BAHAYA

     EVALUASI SUMBER BAHAYA.

     KONTROL SUMBER BAHAYA :

        PADA LINGKUNGAN KERJA.

        POLUSI DARI PROSES PEKERJAAN.
MAN                         WORKPLACE




MEDICINE                     HYGIENE                    SAFETY




    PREVENTION OF DISEASES              PREVENTION OF INJURIES
   Kemajuan dan kecanggihan teknologi ternyata
    membawa:

              >   Masalah baru.
              >   Risiko tinggi.
              >   Terjadi kecelakaan.
              >   Bencana

   Yang memberi efek negative jangka panjang
    terhadap:
     KESEHATAN MASYARAKAT.
     KESEJAHTERAAN MASYARAKAT.
     KUALITAS TANAH, AIR, UDARA.
ANTIPATE                       RECOGNIZE
     Be aware of potential            Identify symptoms and
        hazards before                  hazard when they
          they occur                            exist




          CONTROL                           EVALUATE
   Eliminate or reduce current          Assess hazards correctly
hazards by taking corrective action     and determine corective
  and prevent future hazards by                  action
     taking prevention action
Rekognisi
    Mengenal bahaya lingkungan yang berhubungan
    dengan pekerjaan ( Work Operation) dan
    pemahaman dari efek atau akibatnya terhadap
    para pekerja maupun masyarakat disekitarnya

   Tujuan; untuk mengetahui:
    1. Jenis dan besarnya bahaya
      - Jenis bahaya; fisika, kimia, ergonomi dll
      - Besar bahaya; konsentrasi/kadar di dalam
         media di ling. Kerja
2. Sumber bahaya dan area kerja yang beresiko
    - sumber ; material, proses, peralatan,
  limbah

3. Pekerja yang beresiko
    - Pekerja
    - Unit kerja
   Metode Rekognisi

    1. Laporan Kecelakaan Kerja
        Digunakan untuk mengantisipasi area
    bahaya,    proses terjadinya bahaya serta
    pekerja yang berpotensi.

    2. Laporan Pemeriksaan Fisik
        Untuk mengidentifikasi kondisi kronis.

    3. Pengumuman Kepada Karyawan
        Pada beberapa kasus berguna untuk
    sosialisasi K3 .
   Metode Rekognisi

    4. Inspeksi Lapangan
        Pengecekan terhadap mesin oleh ahli,
        atau      inspeksilangsung keliling
        lingkungan kerja

    5. Diskusi Dengan Tenaga Profesional

    6. Dll
Antisipasi

 Adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan
 untuk memprediksi kemungkinan-
 kemungkinan potensi bahaya yang ada di
 tempat kerja.

 Cara melakukan Antisipasi
 1. Tentukan skop area/ konteks pembahasan
    - Area kerja
    - Bahaya yang ada
    - Pekerja
2. Mengumpulkan data potensi bahaya
    - Data primer
      ex; observasi, spot sampling, kuesioner
    - Data sekunder
      ex; hasil riset, literatur, laporan.

 3. Laporan
    - berupa listing seluruh potensi bahaya
    - Hasil: bahaya/tidak
Evaluasi

 Adalah melakukan pengukuran dan analisa
(lapangan dan laboratorium) terhadap hazard
yang ada di tempat kerja.

Pengendalian

Adalah tindakan koreksi terhadap hazard
yang teridentifikasi sebelumnya.

pengendalian dilakukan setelah evaluasi
hazard.
Tujuan Hegiene Industri

1   Sebagai alat untuk mencapai derajat
    kesehatan tenaga kerja yang setinggi-
    tingginya ---- kesehateraan pekerja.

2. Sebagai alat untuk meningkatkan produksi
   yang berlandaskan pada meningkatnya
   efisiensi dan daya produktivitas manusia
   dalam produksi.

3. Tenaga kerja terlindung dari berbagai
   resiko akibat lingkungan kerja
Alasan perlunya mempelajari HI

1.   Bahaya selalu ada di tempat kerja
2.   Pekerja adalah asset.
3.   Produktivitas menurun --- perusahaan rugi
4.   Banyak kejadian penyakit dan injuri akibat
     kerja.
5.   Perusahaan akan mengalami kerugian yang
     tidak ternilai jumlahnya jika terjadi
     peningkatan kejadian penyakit akibat kerja
     dan meningkatnya ketidakhadiran pekerja
     karena sakit yang diakibatkan oleh bahaya
     yang timbul ditempat kerja
Alasan perlunya mempelajari HI

6.   Peraturan mengharuskan perusahaan untuk
     meningkatkan kesehatan pekerja
7.   Mengabaikan hak pekerja untuk tetap sehat berarti
     melanggar HAM
8.   Higene industri merupakan suatu metode yang
     efektif dalam mengelola lingkungan kerja dan
     pekerja dalam menekan tingkat kejadian injury
     dan penyakit akibat kerja
Undang-Undang No.1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan
 Kerja

Pasal 3, ayat 1
g. mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebar
   luasnya
    suhu, kelembaban, debu, kotoran, asap, uap, gas
   hembusan angin, cuaca, sinar radiasi, suara & getaran
h. mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit
   akibat kerja baik physik maupun psychis, peracunan,
   infeksi & penularan
i. memperoleh penerangan yang cukup dan sesuai
j. menyelenggarakan suhu dan lembab udara yang baik
Dari Undang-Undang No.1 Tahun 1970 Tentang
  Keselamatan Kerja pasal 3 ayat 1 point g, h,i dan j
  tersebut di jelaskan dalam :
PERATURAN MENTERI PERBURUAN NO. 7 TAHUN 1964
  Tentang;
  SYARAT KESEHATAN, KEBERSIHAN SERTA PENERANGAN
  DALAM TEMPAT KERJA

  Pasal 5, Ayat 5
   Luas tempat kerja harus sedemikian rupa sehingga tiap
  pekerja dapat tempat yang cukup untuk bergerak secara
  bebas, paling sedikit 2 meter buat seorang pekerja
Pasal 6, Ayat 6
Jumlah kakus adalah sebagai berikut
Untuk 1 – 15 orang buruh       = 1 kakus
Untuk 16 – 30 orang buruh = 2 kakus
Untuk 31 – 45 orang buruh      = 3 kakus
Untuk 46 – 60 orang buruh      = 4 kakus
Untuk 61 – 80 orang buruh      = 5 kakus
Untuk 81 – 100 orang buruh = 6 kakus
Dan selanjutnya untuk setiap 100 orang 6 kakus
Pasal 12, Ayat 4
Apabila penerangan buatan menyebabkan          kenaikan   suhu
  .....tidak boleh naik melebihi 32ᵒC...

Pasal 14, Ayat 1
Kadar penerangan diukur dengan alat-alat pengukur cahaya yang
baik setinggi tempat kerja yang sebenarnya atau setinggi perut
untuk penerangan umum (1 meter)

Pasal 14, Ayat 2
Penerangan darurat..... paling sedikit 5 lux

Pasal 14, Ayat 3
Penerangan untuk halaman dan jalan-jalan dalam lingkungan
perusahaan harus paling sedikit mempunyai kekuatan 20 lux
Pasal 14, Ayat 4
Penerangan yang cukup....membedakan barang-barang kasar
paling sedikit 50 lux

Pasal 14, Ayat 5
Penerangan yang cukup....membedakan barang-barang kecil
secara sepintas lalu......paling sedikit 100 lux

Pasal 14, Ayat 6
Penerangan yang cukup....membedakan barang-barang kecil
yang agak teliti......paling sedikit 200 lux

Pasal 14, Ayat 7
Penerangan yang cukup....membedakan yang teliti dari pad barang
barang kecil ...... paling sedikit 300 lux
Pasal 14, Ayat 8
Penerangan yang cukup....membedakan barang-
  barang halus dan kontras yang sedang .........paling
  sedikit 500 lux

Pasal 14, Ayat 9
Penerangan yang cukup....membedakan barang-barang
  yang sangat halus dengan kontras yang sangat
  kurang..... paling sedikit 1000 lux
SURAT EDARAN MENTERI TENAGA KERJA NOMOR : SE
  01/MEN/1997

  Tentang;
  NILAI AMBANG BATAS FAKTOR KIMIA DIUDARA LINGKUNGAN
  KERJA

KATEGORI NILAI AMBANG BATAS (NAB)

1. NAB rata-rata selama jam kerja, yaitu kadar bahan-bahan
  kimia rata-rata selama 8 jam per hari atau 40 jam per
  minggu di mana hampir semua tenaga kerja dapat terpajan
  berulang-ulang, sehari-hari dalam melakukan pekerjaannya,
  tanpa mengakibatkan gangguan kesehatan maupun PAK.
  Disingkat dengan NAB
2. NAB batas pemaparan singkat, yaitu kadar tertentu
  bahan-bahan kimia di udara lingkungan tempat kerja di
  mana hampir semua tenaga kerja dapat terpajan secara
  terus menerus dalam waktu yang singkat yaitu tidak boleh
  lebih dari 15 menit dan tidak lebih dari 4 kali pemajanan
  per hari kerja, tanpa menderita/mengalami gangguan
  iritasi, kerusakan atau perubahan jaringan yang kronis.
  Disingkat dengan PSD (Pemaparan Singkat yang
  Diperkenankan)

3. NAB tertinggi, kadar tertinggi bahan-bahan kimia di
  udara lingkungan kerja setiap saat yang tidak boleh
  dilewati selama melakukan pekerjaan. Disingkat dengan
  KTD (Kadar tertinggi yang Diperkenankan)
KEGUNAAN NILAI AMBANG BATAS
   Sebagai rekomendasi bagi praktek higiene perusahaan dalam
  melakukan penatalaksaan lingkungan kerja sebagai upaya untuk
  mencegah dampaknya terhadap kesehatan

Dengan demikian NAB dapat digunakan :
1. Sebagai kadar standar untuk perbandingan
2. Sebagai pedoman untuk perencanaan produksi dan perencanaan
   teknologi pengendalian bahaya-bahaya dilingkungan kerja
3. Menentukan subtitusi bahan proses produksi terhadap bahan yang
   lebih beracun dengan bahan yang kurang beracun
4. Membantu menentukan diagnosis gangguan kesehatan, timbulnya
   penyakit dan hambatan efisiensi kerja akibat faktor kimiawi
   dengan bantuan pemeriksaan biologik
   UU RI No 3 tahun 1969 Tentang Persetujuan Konvensi ILO Internasional
    Nomor 120 Mengenai Hygiene dalam Perniagaan dan Kantor

    Pasal 7
    semua bangunan yang digunakan oleh pekerja dan perlengkapannya
    harus selalu dipelihara baik dan dijaga kebersihannya.

    Pasal 8
    semua bangunan yang digunakan oleh pekerja harus mempunyai
    ventilasi yang cukup dan sesuai bersifat alami atau buatan atau kedua-
    duanya, yang memberi udara segar atau yang dibersihkan
Pasal 9
semua bangunan yang digunakan pekerja harus mempunyai penerangan
yang cukup dan sesuai, tempat-tempat kerja sedapat mungkin harus
mendapatkan penerangan alam.

Pasal 10
suhu yang nyaman dan tetap apabila keadaan memungkinkan harus
dipertahankan dalam bangunan yang dipergunakan oleh pekerja-pekerja

Pasal 18
kebisingan dan getaran-getaran yang mungkin mempunyai pengaruh-
pengaruh yang berbahaya kepada pekerja harus dikurangi sebanyak
mungkin dengan tindakan-tindakan yang tepat dan dapat dilaksanakan.
Standar adalah sebuah norma atau patokan yang diterima dan
disetujui untuk mengukur sesuatu kuantitas dan kualitas

Standar ini dikategorikan menjadi dua :
a. Standar berdasar konsensus, ialah standar yang disetujui
   oleh sekelompok orang, namun pemakaiannya tidak
   ditentukan oleh undang-undang.

b. Standar di bawah peraturan, adalah standar yang
  pemakiannya diwajibkan oleh pemerintah.
Standard K3
Kriteria yang ditetapkan dan disesuaikan untuk
mencapai suatu keadaan masyarakat tenaga kerja
  yang
sehat dan selamat di tempat kerja              serta
  optimal dalam
produktifitasnya.
   Jenis-jenis Standard dalam K3

    A. Standard Manajemen
    Standard Manajemen K3 ditetapkan berdasarkan PERMENAKER
    No; Per-05/MEN/1996 tentang SMK3

    B. Standard Personil
    Disesuaikan dengan jenis pekerjaan dan keahliannya, standar
    untuk ;
    - operator boiler (PERMENAKER No; Per-01/MEN/1988)
    - pengemudi forklift (PERMENAKER No; Per-05/MEN/1985)
    - operator crane (PERMENAKER No; Per-01/MEN/1989)
C. Standard lingkungan tempat kerja

1. Standard sanitasi industri;
 Meliputi; Syarat2 saluran industri, limbah industri, ukuran.
ruangan untuk setiap tenaga kerja, mutu kakus dan
     jumlahnya dsb

Standard ini ditetapkan berdasarkan Peraturan Menteri
Perburuhan No 7 tahun 1964, tentang Syarat Kesehatan,
Kebersihan serta Penerangan dalam tempat kerja.
2. Standard Potensi bahaya Faktor Fisika di tempat kerja.
  Standard ini ditetapkan berdasarkan KEPMENAKER No;
  Kep-51/MEN/1999 tentang Nilai Ambang Batas Faktor
  Fisika.
    Standar untuk penerangan ditetapkan berdasarkan
  Peraturan meneteri Perburuhan No; 7 tahun 1964.

3. Standard Potensi Bahaya Kimia di udara tempat kerja.
   Standard ini ditetapkan berdasarkan Surat Edaran
  Menteri
   tenaga Kerja no; SE-01/MEN/1997 tentang NAB faktor
    kimia di udara tempat kerja.
D. Standard Peralatan Kerja

Peralatan kerja adalah peralatan yang digunakan atau
dipakai oleh tenaga kerja untuk melakukan pekerjaannya.

1. peralatan kerja; mesin-mesin untuk proses produksi,
  meja
   kerja, instalasi listrik dsb mengacu PERMENAKER No; Per-
  04/MEN/1985 tentang Pesawat Tenaga dan Produksi

  2. Alat pelindung diri.
  Ditetapkan berdasarkan Intruksi Menteri tenaga kerja No;
  INST.05/M/BW/1997 tentang pengawasan Alat Pelindung
  Diri
SAMPLING
    AND
MEASUREMENT
SAMPLING AND MEASUREMENT

Pengertian Sampling

• Sampling  Pengambilan sampel
   *Sampel : Contoh, Bagian dari sesuatu yang
menggambarkan keseluruhan

• Sampling adalah suatu kegiatan pengambilan
sebagian dari objek yang akan diukur atau
diteliti dengan maksud untuk dapat
menggambarkan secara umum fenomena pada
objek yang diukur atau diteliti secara benar dan
tepat.
Kenapa Sampling ?
   Objek yang akan diamati terlalu banyak/besar
   Homogenitas objek yang diamati
   Keterbatasan waktu
   Keterbatasan sumber daya (sdm, dana, dll)
   Untuk efisiensi
   Strategi sampling merupakan suatu
    perencanaan yang dalam efektifitas
    penggunaan sumber daya untuk mencapai
    tujuan.

Strategi Sampling harus mempertimbangkan
  aspek:
  1. Perlindungan kesehatan
  2. Pemenuhan peraturan pemerintah
  3. Efektifitas biaya
   Komponen Strategi Sampling terdiri dari :

     – WHAT to sample
    – WHEN to sample
    – WHERE to sample
    – WHOM to sample
    – HOW LONG to sample
    – HOW MANY samples to take
   WHAT Apa yang akan disampling (jenis
    bahaya) Bertujuan untuk menentukan metode pengukuran
    yang digunakan
    - prosedur
    - alat ukur
    - metode analisa akhir

   WHEN Kapan dilakukan pengambilan sampel
    – Siang atau malam
    – Pre shift, during shift, end of shift, or end of
       work week
   WHERE Dimana sampel diambil
     - Pengukuran di lingkungan kerja
    - Pengukuran pada pekerja
   WHOM (Jika pekerja dijadikan sample) Siapa yang
    akan dijadikan sampel
      (Pekerja yang berisiko terpajan)
    – Maximum risk employee
    – Random
    HOW LONG  Berapa lama waktu yang
    diperlukan dalam pengambilan satu sampel
    (Lihat Niosh Manual Analytical Method)
   HOW MANY Berapa banyak sampel akan
    diambil; dipengaruhi oleh:
    – Luas area yang berisiko (Area sampling)
    – Minimal untuk analisis (Material sampling)
    – Jumlah pekerja yang berisiko (sampling pada
        pekerja)
    HOW LONG
    – Full period single sample
    – Full period consecutive sample
    – Partial period consecutive sample
Tujuan Pengukuran

1. Mengetahui jenis bahaya secara spesifik
2. Mengetahui sumber bahaya dan area kerja
    yang berisiko
3. Mengetahui konsentrasi emisi
4. Mengetahui pekerja yang berisiko
5. mengetahui area yang aman
6. Mengetahui keberhasilan program yang
   dilaksanakan
Proses Pengukuran
   Direct Measurement

    – Langsung mengukur bahaya
    – Hasil pengukuran langsung diketahui
    – Sering digunakan untuk bahaya fisik
Proses Pengukuran

   Indirect Measurement (bahaya kimia dan
    biologi)

    – Bahaya diukur dengan mengambil sampel
       media
    – Hasil pengukuran tidak langsung diketahui
    – Perlu analisis laboratorium
Lokasi pengukuran
   General Air
    – Sumber
    – Area

    Pekerja
    – Pajanan
    – Cairan tubuh
   General Air
    - Sumber
        Mengukur konsentrasi emisi bahaya
        Pengukuran dilakukan di dekat sumber
           dengan jarak ± 1 meter
        Pada beberapa jenis bahaya kadang kala
          pengukuran pada sumber tidak bisa
          dilakukan karena berisiko bagi
    keselamatan
          alat maupun operator.
   General Air
     - Area
        Pengukuran dilakukan pada area yang
            terpajan adalah area yang terjangkau oleh
            distribusi bahaya.
        Lebih diprioritaskan area terpajan yang
            terdapat pekerja yang bekerja atau dilalui
    oleh
              pekerja pada saat bekerja
   Pekerja

    – Pajanan
       * Pengukuran dilakukan pada bagian tubuh
         yang terpajan.
           – Telinga oleh Noise
           – Area pernafasan oleh Debu, Bahan kimia
             di udara, dll
           – Kulit oleh bahan kimia yang bisa terserap
             oleh kulit
Pekerja
 – Cairan tubuh
    • Pengukuran dilakukan dengan mengambil
     cairan tubuh sebagai media pengukuran.
       – saliva
       – urin
       – feses
       – darah
   • Hasil pengukuran diperoleh dari hasil analisis
     media yang diambil
Personal Measurement
Metode Pengukuran

• Metode pengukuran setiap bahaya berbeda-
  beda,
  tergantung jenis bahayanya
• Adakalanya terdapat perbedaan pengukuran
 pada sumber, area, dan pekerja
• Adakalanya terdapat perbedaan metode
 pengukuran pada area indoor maupun outdoor
Langkah-langkah pengukuran (Umum)

• Tentukan titik pengukuran/sampling baik
   pada sumber, area, maupun pekerja

• Kumpulkan informasi tentang:
     – Proses kerja yang ada
     – Jumlah pekerja dan pola kerja yang ada
     – Pengendalian yang sudah ada
     – Equipment dan fasilitas yang ada
Langkah-langkah pengukuran (Umum)

• Persiapan Alat Ukur/Alat Sampling

 – Pastikan alat ukur/sampling yang digunakan
    sesuai dengan bahaya yang akan diukur/disampling
 – Pastikan alat ukur/sampling berfungsi baik
 – Pastikan alat ukur lengkap
 – Pastikan alat ukur terkalibrasi
 – Pastikan prosedur persiapan sudah dilakukan
     dengan benar
  – Siapkan form pencatatan
Langkah-langkah pengukuran (Umum)

• Pelaksanaan Pengukuran/Sampling
– Pastikan alat ukur/sampling diletakkan pada tempat
  yang tepat
– Pastikan langkah pengoperasian alat ukur/sampling
  sesuai dengan standar
– Pastikan waktu pengukuran sesuai dengan standar
– Pastikan prosedur persiapan sudah dilakukan dengan
  benar
– Jangan sampai alat ukur diganggu oleh pihak yang tidak
   berkepentingan
– Perhatikan keselamatan operator saat pengukuran
Langkah-langkah pengukuran (Umum)

• Setelah Pengukuran/Sampling

 – Lanjutkan dengan analisis data (untuk pengukuran
    berupa pengambilan sampel)
– Lakukan analisis data sesuai dengan metode analisis
    yang ada
– Bandingkan hasil pengukuran dengan standar (TLV,
   Peraturan yang berlaku)
– Susun rekomendasi untuk tindakan perbaikan jika
   diperlukan
   Kesalahan alat ukur
         • Alat rusak
         • Alat tidak kalibrasi
         • Kelengkapan alat kurang
    Kesalahan pembacaan
    Kesalahan titik sampling
   Kerusakan sampel (transportasi, terkontaminasi,
    dll)
   Kesalahan metode analisis

More Related Content

What's hot

Faktor bahaya lingkungan kerja
Faktor bahaya lingkungan kerjaFaktor bahaya lingkungan kerja
Faktor bahaya lingkungan kerja
Deby Andriany
 
3. hygiene industri
3. hygiene industri3. hygiene industri
3. hygiene industri
Winarso Arso
 
Epidemiologi kesehatan-lingkungan1
Epidemiologi kesehatan-lingkungan1Epidemiologi kesehatan-lingkungan1
Epidemiologi kesehatan-lingkungan1
Thonce Thesia
 
Syarat pembentukan P2K3
Syarat pembentukan  P2K3Syarat pembentukan  P2K3
Syarat pembentukan P2K3
Herry Prakoso
 
Higiene perusahaan-4
Higiene perusahaan-4Higiene perusahaan-4
Higiene perusahaan-4
Sie Hoo
 

What's hot (20)

K3 presentation
K3 presentationK3 presentation
K3 presentation
 
SNI 16-7061-2004 tentang Pengukuran Iklim Kerja (Panas) dengan Parameter Inde...
SNI 16-7061-2004 tentang Pengukuran Iklim Kerja (Panas) dengan Parameter Inde...SNI 16-7061-2004 tentang Pengukuran Iklim Kerja (Panas) dengan Parameter Inde...
SNI 16-7061-2004 tentang Pengukuran Iklim Kerja (Panas) dengan Parameter Inde...
 
Faktor bahaya lingkungan kerja
Faktor bahaya lingkungan kerjaFaktor bahaya lingkungan kerja
Faktor bahaya lingkungan kerja
 
Lingkungan kerja
Lingkungan kerjaLingkungan kerja
Lingkungan kerja
 
3. hygiene industri
3. hygiene industri3. hygiene industri
3. hygiene industri
 
KONSEP K3 RS
KONSEP K3 RSKONSEP K3 RS
KONSEP K3 RS
 
Epid k3
Epid k3Epid k3
Epid k3
 
Penyakit Akibat Kerja - K3
Penyakit Akibat Kerja - K3Penyakit Akibat Kerja - K3
Penyakit Akibat Kerja - K3
 
Pengawasan Kesehatan Kerja
Pengawasan Kesehatan KerjaPengawasan Kesehatan Kerja
Pengawasan Kesehatan Kerja
 
SNI 7231:2009 tentang Metoda Pengukuran Intensitas Kebisingan di Tempat Kerja
SNI 7231:2009 tentang Metoda Pengukuran Intensitas Kebisingan di Tempat KerjaSNI 7231:2009 tentang Metoda Pengukuran Intensitas Kebisingan di Tempat Kerja
SNI 7231:2009 tentang Metoda Pengukuran Intensitas Kebisingan di Tempat Kerja
 
SNI 16-7058-2004 tentang Pengukuran Kadar Debu Total di Udara Tempat Kerja
SNI 16-7058-2004 tentang Pengukuran Kadar Debu Total di Udara Tempat KerjaSNI 16-7058-2004 tentang Pengukuran Kadar Debu Total di Udara Tempat Kerja
SNI 16-7058-2004 tentang Pengukuran Kadar Debu Total di Udara Tempat Kerja
 
PPT kesehatan dan keselamatan kerja (K3)
PPT kesehatan dan keselamatan kerja (K3)PPT kesehatan dan keselamatan kerja (K3)
PPT kesehatan dan keselamatan kerja (K3)
 
Job Safety Analysis
Job Safety AnalysisJob Safety Analysis
Job Safety Analysis
 
Perhitungan & penilaian hse statistik bagian 1 rev.00
Perhitungan & penilaian hse statistik bagian 1 rev.00Perhitungan & penilaian hse statistik bagian 1 rev.00
Perhitungan & penilaian hse statistik bagian 1 rev.00
 
Epidemiologi kesehatan-lingkungan1
Epidemiologi kesehatan-lingkungan1Epidemiologi kesehatan-lingkungan1
Epidemiologi kesehatan-lingkungan1
 
SNI 16-7062-2004 tentang Pengukuran Intensitas Penerangan di Tempat Kerja
SNI 16-7062-2004 tentang Pengukuran Intensitas Penerangan di Tempat KerjaSNI 16-7062-2004 tentang Pengukuran Intensitas Penerangan di Tempat Kerja
SNI 16-7062-2004 tentang Pengukuran Intensitas Penerangan di Tempat Kerja
 
Syarat pembentukan P2K3
Syarat pembentukan  P2K3Syarat pembentukan  P2K3
Syarat pembentukan P2K3
 
Higiene perusahaan-4
Higiene perusahaan-4Higiene perusahaan-4
Higiene perusahaan-4
 
JSA Materi.pptx
JSA Materi.pptxJSA Materi.pptx
JSA Materi.pptx
 
K3 Lingkungan Kerja
K3 Lingkungan KerjaK3 Lingkungan Kerja
K3 Lingkungan Kerja
 

Viewers also liked

Industrial hygiene № 28
Industrial hygiene № 28Industrial hygiene № 28
Industrial hygiene № 28
Jasmine John
 
ITP UNS Semester 3, HIPERKES: Faktor2 fisik lingkungan kerja
ITP UNS Semester 3, HIPERKES: Faktor2 fisik lingkungan kerjaITP UNS Semester 3, HIPERKES: Faktor2 fisik lingkungan kerja
ITP UNS Semester 3, HIPERKES: Faktor2 fisik lingkungan kerja
Fransiska Puteri
 
Praktikum Pengukuran kadar debu, amonia, timbal dan karbondioksida
Praktikum Pengukuran kadar debu, amonia, timbal dan karbondioksidaPraktikum Pengukuran kadar debu, amonia, timbal dan karbondioksida
Praktikum Pengukuran kadar debu, amonia, timbal dan karbondioksida
hengkiferdianto
 
Permenkes ri no. 907 tahun 2002 syarat syarat dan pengawasan kualitas air minum
Permenkes ri no. 907 tahun 2002 syarat syarat dan pengawasan kualitas air minumPermenkes ri no. 907 tahun 2002 syarat syarat dan pengawasan kualitas air minum
Permenkes ri no. 907 tahun 2002 syarat syarat dan pengawasan kualitas air minum
Arina Priyanka
 
Monthly Safety Report September 2013
Monthly Safety Report September 2013Monthly Safety Report September 2013
Monthly Safety Report September 2013
ChinaHarbour
 

Viewers also liked (20)

Higiene Industri - Potensi Bahaya Industri
Higiene Industri - Potensi Bahaya IndustriHigiene Industri - Potensi Bahaya Industri
Higiene Industri - Potensi Bahaya Industri
 
Industrial hygiene
Industrial hygieneIndustrial hygiene
Industrial hygiene
 
Higiene industri
Higiene industriHigiene industri
Higiene industri
 
industrial hygiene
industrial hygiene industrial hygiene
industrial hygiene
 
Industrial hygiene № 28
Industrial hygiene № 28Industrial hygiene № 28
Industrial hygiene № 28
 
ITP UNS Semester 3, HIPERKES: Faktor2 fisik lingkungan kerja
ITP UNS Semester 3, HIPERKES: Faktor2 fisik lingkungan kerjaITP UNS Semester 3, HIPERKES: Faktor2 fisik lingkungan kerja
ITP UNS Semester 3, HIPERKES: Faktor2 fisik lingkungan kerja
 
poster alat pemadam api
poster alat pemadam apiposter alat pemadam api
poster alat pemadam api
 
Praktikum Pengukuran kadar debu, amonia, timbal dan karbondioksida
Praktikum Pengukuran kadar debu, amonia, timbal dan karbondioksidaPraktikum Pengukuran kadar debu, amonia, timbal dan karbondioksida
Praktikum Pengukuran kadar debu, amonia, timbal dan karbondioksida
 
K3 industri semen
K3 industri semenK3 industri semen
K3 industri semen
 
Portable fire extinguisher
Portable fire extinguisherPortable fire extinguisher
Portable fire extinguisher
 
Lingkungan kerja part_1
Lingkungan kerja part_1Lingkungan kerja part_1
Lingkungan kerja part_1
 
3. hygiene industri
3. hygiene industri3. hygiene industri
3. hygiene industri
 
Permenkes ri no. 907 tahun 2002 syarat syarat dan pengawasan kualitas air minum
Permenkes ri no. 907 tahun 2002 syarat syarat dan pengawasan kualitas air minumPermenkes ri no. 907 tahun 2002 syarat syarat dan pengawasan kualitas air minum
Permenkes ri no. 907 tahun 2002 syarat syarat dan pengawasan kualitas air minum
 
Materi k3 hygiene industri
Materi k3   hygiene industriMateri k3   hygiene industri
Materi k3 hygiene industri
 
Penyakit akibat kerja (PAK) pekerja pencuci motor
Penyakit akibat kerja (PAK) pekerja pencuci motorPenyakit akibat kerja (PAK) pekerja pencuci motor
Penyakit akibat kerja (PAK) pekerja pencuci motor
 
Melihat kebaikan-di-segala-hal by Harun Yahya
Melihat kebaikan-di-segala-hal by Harun YahyaMelihat kebaikan-di-segala-hal by Harun Yahya
Melihat kebaikan-di-segala-hal by Harun Yahya
 
Shoc proposal dec 2013 rev.01_ok
Shoc proposal dec 2013 rev.01_okShoc proposal dec 2013 rev.01_ok
Shoc proposal dec 2013 rev.01_ok
 
Ergonomi
ErgonomiErgonomi
Ergonomi
 
Monthly Safety Report September 2013
Monthly Safety Report September 2013Monthly Safety Report September 2013
Monthly Safety Report September 2013
 
Jurnal lingkungan kerja dan gangguan kesehatan
Jurnal lingkungan kerja dan gangguan kesehatanJurnal lingkungan kerja dan gangguan kesehatan
Jurnal lingkungan kerja dan gangguan kesehatan
 

Similar to Higiene industri

Hiperkes revisi.pptx
Hiperkes revisi.pptxHiperkes revisi.pptx
Hiperkes revisi.pptx
Ainur
 
Hygiene perusahaan,
Hygiene perusahaan,Hygiene perusahaan,
Hygiene perusahaan,
murdiyah
 
Job Safety Analysis.ppt
Job Safety Analysis.pptJob Safety Analysis.ppt
Job Safety Analysis.ppt
imamdiani
 
Materi orientasi dan pengertian k3 mg 1 01
Materi orientasi dan pengertian k3 mg 1 01Materi orientasi dan pengertian k3 mg 1 01
Materi orientasi dan pengertian k3 mg 1 01
Uwai Shakespeare
 
20211117 Aspek Keselamatan Pertambangan.pdf
20211117 Aspek Keselamatan Pertambangan.pdf20211117 Aspek Keselamatan Pertambangan.pdf
20211117 Aspek Keselamatan Pertambangan.pdf
intanarimbi
 
Suatu keadaan/kondisi/peralatan/ metode/ material yang dapat mengakibatkan (b...
Suatu keadaan/kondisi/peralatan/ metode/ material yang dapat mengakibatkan (b...Suatu keadaan/kondisi/peralatan/ metode/ material yang dapat mengakibatkan (b...
Suatu keadaan/kondisi/peralatan/ metode/ material yang dapat mengakibatkan (b...
joe251
 

Similar to Higiene industri (20)

Hiperkes revisi.pptx
Hiperkes revisi.pptxHiperkes revisi.pptx
Hiperkes revisi.pptx
 
Higine Perusahaan - Materi Kuliah K3 (Kesehatan, Keselamatan Kerja)
Higine Perusahaan - Materi Kuliah K3 (Kesehatan, Keselamatan Kerja)Higine Perusahaan - Materi Kuliah K3 (Kesehatan, Keselamatan Kerja)
Higine Perusahaan - Materi Kuliah K3 (Kesehatan, Keselamatan Kerja)
 
Kelompok 1 bab 12 higiene perusahaan
Kelompok 1 bab 12 higiene perusahaanKelompok 1 bab 12 higiene perusahaan
Kelompok 1 bab 12 higiene perusahaan
 
K3 Ketenagakerjaan
K3 KetenagakerjaanK3 Ketenagakerjaan
K3 Ketenagakerjaan
 
Hygiene perusahaan,
Hygiene perusahaan,Hygiene perusahaan,
Hygiene perusahaan,
 
Job Safety Analysis.ppt
Job Safety Analysis.pptJob Safety Analysis.ppt
Job Safety Analysis.ppt
 
Keselamatan dan Kesehatan Kerja.ppt
Keselamatan dan Kesehatan Kerja.pptKeselamatan dan Kesehatan Kerja.ppt
Keselamatan dan Kesehatan Kerja.ppt
 
Materi orientasi dan pengertian k3 mg 1 01
Materi orientasi dan pengertian k3 mg 1 01Materi orientasi dan pengertian k3 mg 1 01
Materi orientasi dan pengertian k3 mg 1 01
 
Week 11 sanitasi industri, perkantoran, dan tempat-tempat umum
Week 11  sanitasi industri, perkantoran, dan tempat-tempat umumWeek 11  sanitasi industri, perkantoran, dan tempat-tempat umum
Week 11 sanitasi industri, perkantoran, dan tempat-tempat umum
 
Modul k3
Modul k3Modul k3
Modul k3
 
training basic k3 potensi bahaya dan pengendalian risiko.pptx
training basic k3 potensi bahaya dan pengendalian risiko.pptxtraining basic k3 potensi bahaya dan pengendalian risiko.pptx
training basic k3 potensi bahaya dan pengendalian risiko.pptx
 
K3
K3K3
K3
 
Hygiene industri
Hygiene industriHygiene industri
Hygiene industri
 
Modul k3
Modul k3Modul k3
Modul k3
 
20211117 Aspek Keselamatan Pertambangan.pdf
20211117 Aspek Keselamatan Pertambangan.pdf20211117 Aspek Keselamatan Pertambangan.pdf
20211117 Aspek Keselamatan Pertambangan.pdf
 
Materi K3
Materi K3Materi K3
Materi K3
 
Suatu keadaan/kondisi/peralatan/ metode/ material yang dapat mengakibatkan (b...
Suatu keadaan/kondisi/peralatan/ metode/ material yang dapat mengakibatkan (b...Suatu keadaan/kondisi/peralatan/ metode/ material yang dapat mengakibatkan (b...
Suatu keadaan/kondisi/peralatan/ metode/ material yang dapat mengakibatkan (b...
 
Keselamatan dan Kesehatan Kerja.ppt
Keselamatan dan Kesehatan  Kerja.pptKeselamatan dan Kesehatan  Kerja.ppt
Keselamatan dan Kesehatan Kerja.ppt
 
Pengertian (DEFINISI) K3 (KESELAMATAN, KEAMANAN DAN KESEHATAN) KERJA
Pengertian (DEFINISI) K3 (KESELAMATAN, KEAMANAN DAN KESEHATAN) KERJAPengertian (DEFINISI) K3 (KESELAMATAN, KEAMANAN DAN KESEHATAN) KERJA
Pengertian (DEFINISI) K3 (KESELAMATAN, KEAMANAN DAN KESEHATAN) KERJA
 
K3
K3K3
K3
 

Higiene industri

  • 1.
  • 2. Ilmu dari rekognisi (pengenalan), antisipasi, evaluasi, dan pengendalian faktor-faktor lingkungan sehingga tenaga kerja & masyarakat terhindar dari efek samping kemajuan teknologi
  • 3. ERA INDUSTRIALISASI MANUSIA INTER-AKSI 5P 1. PERTUMBUHAN PENDUDUK (POPULATION) 2. KENAIKAN PRODUKSI (PRODUCTION) 3. PERTAMBAHAN PENGGUNAAN ENERGI (POWER) 4. PERLUASAN PENGGUNAAN LAHAN (PLACE) 5. BERTAMBAHNYA PENCEMARAN (POLLUTION)
  • 4. Terdapat 3 Keahlian yang Terlibat:  SAFETY ENGINEERING  INDUSTRIAL HYGIENE  INDUSTRIAL MEDICINE
  • 5. Berhubungan dengan :  SAFE CONSTRUCTION  SAFE WORK PROCESSES  SAFE PRACTICES
  • 6. Berhubungan dengan :  MENGEVALUASI KEMEMPUAN KARYAWAN UNTUK MELAKUKAN PEKERJAANNYA  MEMONITOR DAN MENJAGA KESEHATAN KARYAWAN DENGAN MENGURANGI RESIKO PEKERJAAN YANG BERAKIBAT PADA KECELAKAAN DAN PENYEBARAN PENYAKIT  MEMBANTU MENGURANGI BEBAN PSIKOLOGI YANG BERKAITAN DENGAN PEKERJAAN  MEMBERIKAN SARAN KE MANAJEMEN TENTANG MASALAH KESEHATAN DI TEMPAT DAN PROSES KERJA
  • 7. Berhubungan dengan :  REKOGNITION SUMBER BAHAYA  ANTISIPASI SUMBER BAHAYA  EVALUASI SUMBER BAHAYA.  KONTROL SUMBER BAHAYA :  PADA LINGKUNGAN KERJA.  POLUSI DARI PROSES PEKERJAAN.
  • 8. MAN WORKPLACE MEDICINE HYGIENE SAFETY PREVENTION OF DISEASES PREVENTION OF INJURIES
  • 9. Kemajuan dan kecanggihan teknologi ternyata membawa: > Masalah baru. > Risiko tinggi. > Terjadi kecelakaan. > Bencana  Yang memberi efek negative jangka panjang terhadap:  KESEHATAN MASYARAKAT.  KESEJAHTERAAN MASYARAKAT.  KUALITAS TANAH, AIR, UDARA.
  • 10. ANTIPATE RECOGNIZE Be aware of potential Identify symptoms and hazards before hazard when they they occur exist CONTROL EVALUATE Eliminate or reduce current Assess hazards correctly hazards by taking corrective action and determine corective and prevent future hazards by action taking prevention action
  • 11. Rekognisi Mengenal bahaya lingkungan yang berhubungan dengan pekerjaan ( Work Operation) dan pemahaman dari efek atau akibatnya terhadap para pekerja maupun masyarakat disekitarnya  Tujuan; untuk mengetahui: 1. Jenis dan besarnya bahaya - Jenis bahaya; fisika, kimia, ergonomi dll - Besar bahaya; konsentrasi/kadar di dalam media di ling. Kerja
  • 12. 2. Sumber bahaya dan area kerja yang beresiko - sumber ; material, proses, peralatan, limbah 3. Pekerja yang beresiko - Pekerja - Unit kerja
  • 13. Metode Rekognisi 1. Laporan Kecelakaan Kerja Digunakan untuk mengantisipasi area bahaya, proses terjadinya bahaya serta pekerja yang berpotensi. 2. Laporan Pemeriksaan Fisik Untuk mengidentifikasi kondisi kronis. 3. Pengumuman Kepada Karyawan Pada beberapa kasus berguna untuk sosialisasi K3 .
  • 14. Metode Rekognisi 4. Inspeksi Lapangan Pengecekan terhadap mesin oleh ahli, atau inspeksilangsung keliling lingkungan kerja 5. Diskusi Dengan Tenaga Profesional 6. Dll
  • 15. Antisipasi Adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk memprediksi kemungkinan- kemungkinan potensi bahaya yang ada di tempat kerja.  Cara melakukan Antisipasi 1. Tentukan skop area/ konteks pembahasan - Area kerja - Bahaya yang ada - Pekerja
  • 16. 2. Mengumpulkan data potensi bahaya - Data primer ex; observasi, spot sampling, kuesioner - Data sekunder ex; hasil riset, literatur, laporan. 3. Laporan - berupa listing seluruh potensi bahaya - Hasil: bahaya/tidak
  • 17. Evaluasi Adalah melakukan pengukuran dan analisa (lapangan dan laboratorium) terhadap hazard yang ada di tempat kerja. Pengendalian Adalah tindakan koreksi terhadap hazard yang teridentifikasi sebelumnya. pengendalian dilakukan setelah evaluasi hazard.
  • 18. Tujuan Hegiene Industri 1 Sebagai alat untuk mencapai derajat kesehatan tenaga kerja yang setinggi- tingginya ---- kesehateraan pekerja. 2. Sebagai alat untuk meningkatkan produksi yang berlandaskan pada meningkatnya efisiensi dan daya produktivitas manusia dalam produksi. 3. Tenaga kerja terlindung dari berbagai resiko akibat lingkungan kerja
  • 19. Alasan perlunya mempelajari HI 1. Bahaya selalu ada di tempat kerja 2. Pekerja adalah asset. 3. Produktivitas menurun --- perusahaan rugi 4. Banyak kejadian penyakit dan injuri akibat kerja. 5. Perusahaan akan mengalami kerugian yang tidak ternilai jumlahnya jika terjadi peningkatan kejadian penyakit akibat kerja dan meningkatnya ketidakhadiran pekerja karena sakit yang diakibatkan oleh bahaya yang timbul ditempat kerja
  • 20. Alasan perlunya mempelajari HI 6. Peraturan mengharuskan perusahaan untuk meningkatkan kesehatan pekerja 7. Mengabaikan hak pekerja untuk tetap sehat berarti melanggar HAM 8. Higene industri merupakan suatu metode yang efektif dalam mengelola lingkungan kerja dan pekerja dalam menekan tingkat kejadian injury dan penyakit akibat kerja
  • 21.
  • 22. Undang-Undang No.1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan Kerja Pasal 3, ayat 1 g. mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebar luasnya suhu, kelembaban, debu, kotoran, asap, uap, gas hembusan angin, cuaca, sinar radiasi, suara & getaran h. mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja baik physik maupun psychis, peracunan, infeksi & penularan i. memperoleh penerangan yang cukup dan sesuai j. menyelenggarakan suhu dan lembab udara yang baik
  • 23. Dari Undang-Undang No.1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan Kerja pasal 3 ayat 1 point g, h,i dan j tersebut di jelaskan dalam : PERATURAN MENTERI PERBURUAN NO. 7 TAHUN 1964 Tentang; SYARAT KESEHATAN, KEBERSIHAN SERTA PENERANGAN DALAM TEMPAT KERJA Pasal 5, Ayat 5 Luas tempat kerja harus sedemikian rupa sehingga tiap pekerja dapat tempat yang cukup untuk bergerak secara bebas, paling sedikit 2 meter buat seorang pekerja
  • 24. Pasal 6, Ayat 6 Jumlah kakus adalah sebagai berikut Untuk 1 – 15 orang buruh = 1 kakus Untuk 16 – 30 orang buruh = 2 kakus Untuk 31 – 45 orang buruh = 3 kakus Untuk 46 – 60 orang buruh = 4 kakus Untuk 61 – 80 orang buruh = 5 kakus Untuk 81 – 100 orang buruh = 6 kakus Dan selanjutnya untuk setiap 100 orang 6 kakus
  • 25. Pasal 12, Ayat 4 Apabila penerangan buatan menyebabkan kenaikan suhu .....tidak boleh naik melebihi 32ᵒC... Pasal 14, Ayat 1 Kadar penerangan diukur dengan alat-alat pengukur cahaya yang baik setinggi tempat kerja yang sebenarnya atau setinggi perut untuk penerangan umum (1 meter) Pasal 14, Ayat 2 Penerangan darurat..... paling sedikit 5 lux Pasal 14, Ayat 3 Penerangan untuk halaman dan jalan-jalan dalam lingkungan perusahaan harus paling sedikit mempunyai kekuatan 20 lux
  • 26. Pasal 14, Ayat 4 Penerangan yang cukup....membedakan barang-barang kasar paling sedikit 50 lux Pasal 14, Ayat 5 Penerangan yang cukup....membedakan barang-barang kecil secara sepintas lalu......paling sedikit 100 lux Pasal 14, Ayat 6 Penerangan yang cukup....membedakan barang-barang kecil yang agak teliti......paling sedikit 200 lux Pasal 14, Ayat 7 Penerangan yang cukup....membedakan yang teliti dari pad barang barang kecil ...... paling sedikit 300 lux
  • 27. Pasal 14, Ayat 8 Penerangan yang cukup....membedakan barang- barang halus dan kontras yang sedang .........paling sedikit 500 lux Pasal 14, Ayat 9 Penerangan yang cukup....membedakan barang-barang yang sangat halus dengan kontras yang sangat kurang..... paling sedikit 1000 lux
  • 28.
  • 29.
  • 30.
  • 31.
  • 32. SURAT EDARAN MENTERI TENAGA KERJA NOMOR : SE 01/MEN/1997 Tentang; NILAI AMBANG BATAS FAKTOR KIMIA DIUDARA LINGKUNGAN KERJA KATEGORI NILAI AMBANG BATAS (NAB) 1. NAB rata-rata selama jam kerja, yaitu kadar bahan-bahan kimia rata-rata selama 8 jam per hari atau 40 jam per minggu di mana hampir semua tenaga kerja dapat terpajan berulang-ulang, sehari-hari dalam melakukan pekerjaannya, tanpa mengakibatkan gangguan kesehatan maupun PAK. Disingkat dengan NAB
  • 33. 2. NAB batas pemaparan singkat, yaitu kadar tertentu bahan-bahan kimia di udara lingkungan tempat kerja di mana hampir semua tenaga kerja dapat terpajan secara terus menerus dalam waktu yang singkat yaitu tidak boleh lebih dari 15 menit dan tidak lebih dari 4 kali pemajanan per hari kerja, tanpa menderita/mengalami gangguan iritasi, kerusakan atau perubahan jaringan yang kronis. Disingkat dengan PSD (Pemaparan Singkat yang Diperkenankan) 3. NAB tertinggi, kadar tertinggi bahan-bahan kimia di udara lingkungan kerja setiap saat yang tidak boleh dilewati selama melakukan pekerjaan. Disingkat dengan KTD (Kadar tertinggi yang Diperkenankan)
  • 34. KEGUNAAN NILAI AMBANG BATAS Sebagai rekomendasi bagi praktek higiene perusahaan dalam melakukan penatalaksaan lingkungan kerja sebagai upaya untuk mencegah dampaknya terhadap kesehatan Dengan demikian NAB dapat digunakan : 1. Sebagai kadar standar untuk perbandingan 2. Sebagai pedoman untuk perencanaan produksi dan perencanaan teknologi pengendalian bahaya-bahaya dilingkungan kerja 3. Menentukan subtitusi bahan proses produksi terhadap bahan yang lebih beracun dengan bahan yang kurang beracun 4. Membantu menentukan diagnosis gangguan kesehatan, timbulnya penyakit dan hambatan efisiensi kerja akibat faktor kimiawi dengan bantuan pemeriksaan biologik
  • 35. UU RI No 3 tahun 1969 Tentang Persetujuan Konvensi ILO Internasional Nomor 120 Mengenai Hygiene dalam Perniagaan dan Kantor Pasal 7 semua bangunan yang digunakan oleh pekerja dan perlengkapannya harus selalu dipelihara baik dan dijaga kebersihannya. Pasal 8 semua bangunan yang digunakan oleh pekerja harus mempunyai ventilasi yang cukup dan sesuai bersifat alami atau buatan atau kedua- duanya, yang memberi udara segar atau yang dibersihkan
  • 36. Pasal 9 semua bangunan yang digunakan pekerja harus mempunyai penerangan yang cukup dan sesuai, tempat-tempat kerja sedapat mungkin harus mendapatkan penerangan alam. Pasal 10 suhu yang nyaman dan tetap apabila keadaan memungkinkan harus dipertahankan dalam bangunan yang dipergunakan oleh pekerja-pekerja Pasal 18 kebisingan dan getaran-getaran yang mungkin mempunyai pengaruh- pengaruh yang berbahaya kepada pekerja harus dikurangi sebanyak mungkin dengan tindakan-tindakan yang tepat dan dapat dilaksanakan.
  • 37. Standar adalah sebuah norma atau patokan yang diterima dan disetujui untuk mengukur sesuatu kuantitas dan kualitas Standar ini dikategorikan menjadi dua : a. Standar berdasar konsensus, ialah standar yang disetujui oleh sekelompok orang, namun pemakaiannya tidak ditentukan oleh undang-undang. b. Standar di bawah peraturan, adalah standar yang pemakiannya diwajibkan oleh pemerintah.
  • 38. Standard K3 Kriteria yang ditetapkan dan disesuaikan untuk mencapai suatu keadaan masyarakat tenaga kerja yang sehat dan selamat di tempat kerja serta optimal dalam produktifitasnya.
  • 39. Jenis-jenis Standard dalam K3 A. Standard Manajemen Standard Manajemen K3 ditetapkan berdasarkan PERMENAKER No; Per-05/MEN/1996 tentang SMK3 B. Standard Personil Disesuaikan dengan jenis pekerjaan dan keahliannya, standar untuk ; - operator boiler (PERMENAKER No; Per-01/MEN/1988) - pengemudi forklift (PERMENAKER No; Per-05/MEN/1985) - operator crane (PERMENAKER No; Per-01/MEN/1989)
  • 40. C. Standard lingkungan tempat kerja 1. Standard sanitasi industri; Meliputi; Syarat2 saluran industri, limbah industri, ukuran. ruangan untuk setiap tenaga kerja, mutu kakus dan jumlahnya dsb Standard ini ditetapkan berdasarkan Peraturan Menteri Perburuhan No 7 tahun 1964, tentang Syarat Kesehatan, Kebersihan serta Penerangan dalam tempat kerja.
  • 41. 2. Standard Potensi bahaya Faktor Fisika di tempat kerja. Standard ini ditetapkan berdasarkan KEPMENAKER No; Kep-51/MEN/1999 tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika. Standar untuk penerangan ditetapkan berdasarkan Peraturan meneteri Perburuhan No; 7 tahun 1964. 3. Standard Potensi Bahaya Kimia di udara tempat kerja. Standard ini ditetapkan berdasarkan Surat Edaran Menteri tenaga Kerja no; SE-01/MEN/1997 tentang NAB faktor kimia di udara tempat kerja.
  • 42. D. Standard Peralatan Kerja Peralatan kerja adalah peralatan yang digunakan atau dipakai oleh tenaga kerja untuk melakukan pekerjaannya. 1. peralatan kerja; mesin-mesin untuk proses produksi, meja kerja, instalasi listrik dsb mengacu PERMENAKER No; Per- 04/MEN/1985 tentang Pesawat Tenaga dan Produksi 2. Alat pelindung diri. Ditetapkan berdasarkan Intruksi Menteri tenaga kerja No; INST.05/M/BW/1997 tentang pengawasan Alat Pelindung Diri
  • 43. SAMPLING AND MEASUREMENT
  • 44. SAMPLING AND MEASUREMENT Pengertian Sampling • Sampling  Pengambilan sampel *Sampel : Contoh, Bagian dari sesuatu yang menggambarkan keseluruhan • Sampling adalah suatu kegiatan pengambilan sebagian dari objek yang akan diukur atau diteliti dengan maksud untuk dapat menggambarkan secara umum fenomena pada objek yang diukur atau diteliti secara benar dan tepat.
  • 45. Kenapa Sampling ?  Objek yang akan diamati terlalu banyak/besar  Homogenitas objek yang diamati  Keterbatasan waktu  Keterbatasan sumber daya (sdm, dana, dll)  Untuk efisiensi
  • 46. Strategi sampling merupakan suatu perencanaan yang dalam efektifitas penggunaan sumber daya untuk mencapai tujuan. Strategi Sampling harus mempertimbangkan aspek: 1. Perlindungan kesehatan 2. Pemenuhan peraturan pemerintah 3. Efektifitas biaya
  • 47. Komponen Strategi Sampling terdiri dari : – WHAT to sample – WHEN to sample – WHERE to sample – WHOM to sample – HOW LONG to sample – HOW MANY samples to take
  • 48. WHAT Apa yang akan disampling (jenis bahaya) Bertujuan untuk menentukan metode pengukuran yang digunakan - prosedur - alat ukur - metode analisa akhir  WHEN Kapan dilakukan pengambilan sampel – Siang atau malam – Pre shift, during shift, end of shift, or end of work week
  • 49. WHERE Dimana sampel diambil - Pengukuran di lingkungan kerja - Pengukuran pada pekerja  WHOM (Jika pekerja dijadikan sample) Siapa yang akan dijadikan sampel (Pekerja yang berisiko terpajan) – Maximum risk employee – Random  HOW LONG  Berapa lama waktu yang diperlukan dalam pengambilan satu sampel (Lihat Niosh Manual Analytical Method)
  • 50. HOW MANY Berapa banyak sampel akan diambil; dipengaruhi oleh: – Luas area yang berisiko (Area sampling) – Minimal untuk analisis (Material sampling) – Jumlah pekerja yang berisiko (sampling pada pekerja)  HOW LONG – Full period single sample – Full period consecutive sample – Partial period consecutive sample
  • 51.
  • 52. Tujuan Pengukuran 1. Mengetahui jenis bahaya secara spesifik 2. Mengetahui sumber bahaya dan area kerja yang berisiko 3. Mengetahui konsentrasi emisi 4. Mengetahui pekerja yang berisiko 5. mengetahui area yang aman 6. Mengetahui keberhasilan program yang dilaksanakan
  • 53. Proses Pengukuran  Direct Measurement – Langsung mengukur bahaya – Hasil pengukuran langsung diketahui – Sering digunakan untuk bahaya fisik
  • 54. Proses Pengukuran  Indirect Measurement (bahaya kimia dan biologi) – Bahaya diukur dengan mengambil sampel media – Hasil pengukuran tidak langsung diketahui – Perlu analisis laboratorium
  • 55. Lokasi pengukuran  General Air – Sumber – Area  Pekerja – Pajanan – Cairan tubuh
  • 56. General Air - Sumber  Mengukur konsentrasi emisi bahaya  Pengukuran dilakukan di dekat sumber dengan jarak ± 1 meter  Pada beberapa jenis bahaya kadang kala pengukuran pada sumber tidak bisa dilakukan karena berisiko bagi keselamatan alat maupun operator.
  • 57. General Air - Area  Pengukuran dilakukan pada area yang terpajan adalah area yang terjangkau oleh distribusi bahaya.  Lebih diprioritaskan area terpajan yang terdapat pekerja yang bekerja atau dilalui oleh pekerja pada saat bekerja
  • 58.
  • 59. Pekerja – Pajanan * Pengukuran dilakukan pada bagian tubuh yang terpajan. – Telinga oleh Noise – Area pernafasan oleh Debu, Bahan kimia di udara, dll – Kulit oleh bahan kimia yang bisa terserap oleh kulit
  • 60. Pekerja – Cairan tubuh • Pengukuran dilakukan dengan mengambil cairan tubuh sebagai media pengukuran. – saliva – urin – feses – darah • Hasil pengukuran diperoleh dari hasil analisis media yang diambil
  • 62. Metode Pengukuran • Metode pengukuran setiap bahaya berbeda- beda, tergantung jenis bahayanya • Adakalanya terdapat perbedaan pengukuran pada sumber, area, dan pekerja • Adakalanya terdapat perbedaan metode pengukuran pada area indoor maupun outdoor
  • 63. Langkah-langkah pengukuran (Umum) • Tentukan titik pengukuran/sampling baik pada sumber, area, maupun pekerja • Kumpulkan informasi tentang: – Proses kerja yang ada – Jumlah pekerja dan pola kerja yang ada – Pengendalian yang sudah ada – Equipment dan fasilitas yang ada
  • 64. Langkah-langkah pengukuran (Umum) • Persiapan Alat Ukur/Alat Sampling – Pastikan alat ukur/sampling yang digunakan sesuai dengan bahaya yang akan diukur/disampling – Pastikan alat ukur/sampling berfungsi baik – Pastikan alat ukur lengkap – Pastikan alat ukur terkalibrasi – Pastikan prosedur persiapan sudah dilakukan dengan benar – Siapkan form pencatatan
  • 65. Langkah-langkah pengukuran (Umum) • Pelaksanaan Pengukuran/Sampling – Pastikan alat ukur/sampling diletakkan pada tempat yang tepat – Pastikan langkah pengoperasian alat ukur/sampling sesuai dengan standar – Pastikan waktu pengukuran sesuai dengan standar – Pastikan prosedur persiapan sudah dilakukan dengan benar – Jangan sampai alat ukur diganggu oleh pihak yang tidak berkepentingan – Perhatikan keselamatan operator saat pengukuran
  • 66. Langkah-langkah pengukuran (Umum) • Setelah Pengukuran/Sampling – Lanjutkan dengan analisis data (untuk pengukuran berupa pengambilan sampel) – Lakukan analisis data sesuai dengan metode analisis yang ada – Bandingkan hasil pengukuran dengan standar (TLV, Peraturan yang berlaku) – Susun rekomendasi untuk tindakan perbaikan jika diperlukan
  • 67. Kesalahan alat ukur • Alat rusak • Alat tidak kalibrasi • Kelengkapan alat kurang  Kesalahan pembacaan  Kesalahan titik sampling  Kerusakan sampel (transportasi, terkontaminasi, dll)  Kesalahan metode analisis