Dokumen tersebut membahas tentang perbedaan antara ekonomi Islam dengan ekonomi konvensional seperti ekonomi liberal, komunis, dan kapitalis. Ekonomi Islam didasarkan pada ajaran Al-Quran dan Hadist, dengan prinsip bahwa harta itu milik Allah dan manusia hanya menjadi khalifah. Tidak seperti ekonomi konvensional yang hanya mengejar keuntungan sebesar-besarnya.
1. Ekonomi Islam
Untuk Tugas Akhir Mata Kuliah Agama
Annisa Hidayati
14020212140053
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Diponegoro
2013
2. Ilmu ekonomi menurut Adam Smith (Bapak Ekonomi Dunia) adalah
ilmu yang mempelajari perilaku manusia dalam memilih dan menciptakan
kemakmuran. Inti masalah ekonomiadalah adanya ketidakseimbangan antara
kebutuhan manusia yang tidak terbatas dengan alat pemuas kebutuhan yang
jumlahnya terbatas. Permasalahan tersebut menyebabkan kelangkaan.
Sedangkan Ekonomi Islam adalah sistem ekonomi yang didasarkan
pada ajaran dan nilai-nilai Islam yang bersumber dari Al-Qur’an, As-Sunnah, Ijma
dan qiyas. Atau dapat didefinisikan sebagai suatu cabang pengetahuan yang
membantu merealisasikan kesejahteraan manusia melalui alokasi dan distribusi
sumber-sumber daya langka yang seirama dengan maqasid syariah yaitu menjaga
agama (li hifdz al din), jiwa manusia (li hifdzh an nafs), akal (li hifdzh al ‘akl),
keturunan (li hifdzh al nasl), dan menjaga kekayaan (li hifdzh al mal) tanpa
mengekang kebebasan individu.
Karakteristik ekonomi Islam berbeda dengan karakteristik ekonomi
liberal, komunis, dan kapitalis. Dalam sistem ekonomi Islam, tidak menganut
‘berkorban sekecil-kecilnya, mendapatkan keuntungan sebesar-besarnya’. Dalam
Islam ialah “Berkorban secara hemat dan tidak boros dalam rangka mendapatkan
keuntungan yang layak”. Untuk karakteristik Ekonomi Islam:
1. Harta kepunyaan Allah dan Manusia merupakan khalifah atas harta
Semua harta yang ada ditangan manusia pada hakikatnya kepunyaan
Allah, karena Dia-lah yang menciptakan. Dalam islam, kepemilikan
pribadi sangat dihormati walaupun hakikatnya tidak mutlak, dan
3. pemanfaatannya tidak boleh bertentangan dengan kepentingan orang lain
dan tentu saja tidak bertentangan dengan ajaran islam.
2. Ekonomi terikat dengan akidah, syariah, dan moral
3. Keseimbangan antara kerohanian dan kebendaan
4. Ekonomi islam menciptakan keseimbangan antara kepentingan individu
dengan kepentingan umum
5. Kebebasan individu dijamin dalam Islam
6. Petunjuk investasi
7. Zakat
8. Larangan riba
Dengan adanya ekonomi liberal, capital menyebabkan adanya ketimpangan
sosial antar Negara. Yang menjadi concern utama perekonomian modern dengan azas
utility yang bertumpu pada azas materialisme. Jika pandangan dunia seseorang hanya
mengejar keuntungan, maka sudah dapat dipastikan bahwa dia akan bertindak untuk
mendapatkan keuntungan.
Sebaliknya jika seseorang memiliki pandangan dunia bahwa eksistensi
dirinya di permukaan bumi ini adalah sebagai khalifah Allah, maka dalam kegiatan
ekonominya dia akan mengkonstruksi perilakunya sesuai dengan fungsi dan peran
dirinya sebagai khalifah Allah.
Islam melihat pembangunan menurut pengertian yang luas dan
menyeluruh (holistic) dengan menekankan pembangunan insaniyah, manusia
seutuhnya. Puncaknya adalah kehidupan ang seindah – indahnya (akhsani taqwim) yang
bermaksud menyusun rumusan di bidang sosial, ekonomi, hokum dan system nilai
4. menuju keadaan yang sesuai dengan hakikat atau jati diri dan fitrah manusia (human
nature) agar memiliki peringkat jiwa (rohani) yang suci atau “takziyah an nafs”
Filsafat system ekonomi merupakan prinsip dasar system yang dibangun
menurut suatu doktrin kehidupan yang melukiskan hubungan antara aspek ekonomi
dengan aspek non-ekonomi menurut suatu doktrin kehidupan masyarakat. Dalam
konteks studi ini, aspek ekonomi dan non-ekonomi digambarkan sebagai sebuah
piramida di mana pucuk tertinggi dari piramida tersebut adalah Tuhan sedangkan di sisi
bawah dari piramida tersebut di tempati manusia dan alam. Meskipun terdapat
perbedaan posisi antara ketiganya, namun ketiganya merupakan satu siklus yang saling
berkorelasi.
System ekonomi modern banyak mendapatkan kritik dari berbagai pihak
karena filsafat system yang mendasari baik pemikiran ekonomi (ilmu ekonomi) maupun
kegiatan ekonomi mereka dilandasi oleh filsafat system yang tidak mengakomidasi nilai-
nilai dasar yang menjadi kebutuhan mendasar dalam kehidupan manusia. Ekonomi
konvensional tidak secara eksplisit memuat peranan nilai dalam analisa ekonomi.
Kapitalis misalnya, dibangun atas tiga kerangka dasar yaitu: kelangkaan atau
keterbatasan barang-barang dan jasa yang berkaitan dengan kebutuhan manusia yang
tidak mampu dipenuhinya; nilai suatu barang yang dihasilkan itulah yang menjadi dasar
penelitian ekonomi, bahkan yang paling seing dikaji; price serta peranan yang dimainkan
dalam produksi, konsumsi, dan distribusi. Harga merupakan alat pengendalidalam
system ekonomi kapitalis.
System ini memandang barag dan jasa sebagai alat pemuas karena semua
yang melekat dalam barang dan jasa memiliki utility yang bersifat subyektif, barang yang
5. memiliki kegunaan itu layak dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan, sepanjang
masih diinginkan oleh sebagian orang, apapun dan bagaimanapun adaanya.
Pada dasarnya, ekistensi manusia sebagai moral being yag dikemukakan
Rachman (1999) menjadi atribut yang sangat karakteristik dalam sejarah awal
perkembangan ilmu ekonomi dan kegiatan perekonomian. Karena itulah ilmu ekonomi
tercatat sebagai disiplin ilmu yang mulia dan menempati posisi terhormat diantara ilmu-
ilmu sosial lainnya.
Sedangkan nilai-nilai yang menjadi sandaran dalam ilmu ekonomi dan
system ekonomi modern tidak lagi disarankan pada nilai ethnic legal, melainkan
unethnic illegal. Beberapa diantara etika yang dominan dalam system perekonomian
modern adalaha etika hedonism, etika utilitarianisme, etika humanis.
Masalah nilai ini perlu mendapatkan perhatian disamping unyuk
meluruskan kembali pandangan yang menempatkan ekonomi sebagai sesuatu yang
bebas nilai. Dengan adanya kesadaran bahwa pembangunan (ekonomi) tidak lagi
semata-mata dilihat sebagai persoalan perbaikan khususnya terhadap struktur ekonomi
suatu masyarakat, semisal penciptaan kemakmuran, tetapi juga mempersoalkan
bagaimana kemakmuran itu dicapai, untuk kepentingan siapa dan kenapa.