SlideShare a Scribd company logo
VERTIKULTUR TANAMAN SELADA UNTUK MENINGKATKAN
KEUNTUNGAN DI UNIT RUMAH PANGAN LESTARI (RPL)
BALAI BESAR PELATIHAN PERTANIAN LEMBANG
LAPORAN TUGAS AKHIR
Oleh :
VINNISA NILAM
NBP. 1201362045
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
JURUSAN BUDIDAYA TANAMAN PANGAN
POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI PAYAKUMBUH
PAYAKUMBUH
2015
VERTIKULTUR TANAMAN SELADA UNTUK MENINGKATKAN
KEUNTUNGAN DI UNIT RUMAH PANGAN LESTARI (RPL)
BALAI BESAR PELATIHAN PERTANIAN LEMBANG
LAPORAN TUGAS AKHIR
Oleh :
VINNISA NILAM
NBP. 1201362045
Laporan ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Ahli Madya ( A.Md )
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
JURUSAN BUDIDAYA TANAMAN PANGAN
POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI PAYAKUMBUH
PAYAKUMBUH
2015
KATA PERSEMBAHAN
Bismillahirrahmanirrahim..
Ya Rabbi...
Rasa syukur hamba ucapkan kehadirat Engkau..
Serta shalawat dan salam kepada idola Rasulullah SAW dan
para sahabat yang mulia
Tanpa izin-Mu takkan hamba dapatkan gelar ini
Tanpa cinta, kasih dan sayang-Mu takkan bisa hamba bertahan
sejauh ini
Tanpa ilmu-Mu takkan mampu hamba menjadi seorang yang
berilmu
Ya Rabbi....
Jangan pernah Engkau padamkan semangat hamba untuk
berjuang dalam kebaikan
Jangan pernah Engkau sesatkan jalan hamba untuk menuntut
ilmu dunia dan akhirat
Jangan pernah Engkau jauhkan hamba dari cahaya-Mu ketika
dalam kegelapan
Jangan pernah Engkau lemahkan hamba ketika jatuh
Ya Rabbi....
Istiqomahkan hati hamba dalam pilihan yang baik
Berikanlah rahmat, kasih sayang, kemudahan rezeki,
kesejahteraan dunia dan akhirat kepada orang-orang yang telah
membantu, membimbing dan mendidik hamba ke jalan yang
lurus-Mu
Sayangilah orang-orang yang menyayangi dan mengasihi hamba
Engkau yang Maha Pengasih dan Penyayang
Tiada daya upaya dan kekuatan melainkan dengan pertolongan-
Mu Yang Maha Tinggi lagi Maha Mulia
Ya Rabb...
Semoga sebuah karya mungil ini menjadi amal shaleh bagiku
dan menjadi kebanggaan
bagi keluargaku tercinta..
Aamiin..
Ibunda dan ayahandaku sayang..
Ku persembahkan hadiah kecilku ini untukmu
Ku tau ini tak sebanding dengan besarnya jasamu
Ku tau ini tak setimpal dengan kesusahan dan pengorbananmu
selama ini
Namun…mudahan dengan ini…
Mampu menyelipkan sedikit senyum kabahagiaan
Pengobat rasa lelah dan menjadi penyejuk di hati
Yang selama ini aku tak mampu menorehkan senyum itu di
wajahmu
Anakmu minta maaf karena telah menyusahkan atau bahkan
menyakiti hatimu ayah.. ibu..
Sungguh ananda tak bermaksud demikian..
Ananda mohon restu untuk kedepannya
Doakan ananda menjadi anak yang bisa membahagiakan
keluarga kita
Doakan hamba sukses di masa depan
Untuk segalanya hamba mengucapkan Terima Kasih Ma....
Terima Kasih Pa...
My Sister’s
Kakakku tersayang (Riana Nilam S.Pd) alhamdulillah adikmu
sekarang juga telah memiliki gelar, maafkan sikapku yang tak
hentinya membuatmu jengkel. Tapi aku tau kakak telah
terbiasa dengan itu dan semoga keluarga kita semakin
harmonis.
Adikku Nadia Nilam dan Enola Nilam, kalian sudah semakin
tumbuh besar. Semoga kalian menjadi anak yang cerdas,
soleha, dan sayang keluarga.
Jangan pernah malas belajar. Rajinlah membaca buku karena
Buku adalah Jendela Dunia.
Kalian harus sukses. Bahagiakan kedua orangtua kita.
Love you so much my best sister’s. (*Bighug)
Dosen Pembimbing
Special thanks untuk Bapak Mukhlis A.Md S.P M.Si dan Ibu Sri
Nofianti S.P atas bimbingannya selama vini di Politani. Kalian
adalah dua sosok motivator dan panutan vini berada di
kampus.
Doakan vini dan semua bimbingan bisa sukses di masa depan,
restui kami untuk bisa terjun ke masyarakat.
My Best Friend’s
Sahabat.. Kalian luar biasa..
Tanpa kaliah aku tak kan menjadi apa-apa..
Kiki.. aku dipertemukan kamu di masa-masa terkhir kita di
Politani.. Makasih banyak untuk support dan hari yang indah
bersamamu tak kan terlupa.
Melisa, Hafni dan Isma.. Kalian juga membuatku mengerti akan
arti kehidupan. Terima kasih telah menerima kekuranganku
selama 3 bulan bersama.
Kuharap kita tak melupakan sedikitpun moment bersama
Kawan Kupang semua big thanks. Teman tomat (Bg Rio, Juver,
Jeki, Roi), Teman Kentang (Bg domi, Ina Maya, Ina Marche, Ina
Rere), dan Teman RPL Tomi.
Kalian semua adalah teman yang hangat. Membuat
paradigmaku selama ini berubah seratus persen.
Kata Perbedaan itu Indah benar-benar kunikmati bersamamu.
Argha dan adik-adik magang terimakasih bantuannya, kakak
begitu menyusahkan kalian.
Bapak Engkus, Bapak RPL, n seluruhnya yang ada di BBPP.
Geng KPK (Ukhti Nilo, Saudara Ceyi, Princess Rani, Trisno, Ati,
Fevy, Ukhput, Deni, Arifin, Angger, Ali n Alil). Keep do the best.
Kawan, jangan pernah tinggalkan teman kita yang kesusahan,
bantu dan rangkullah dia. Buktikan kalian adalah geng yang
kompak. Tapi tetap dijaga ya ukh.
Empat Sekawan dan Visimeldi kalian akan selalu dihati.
For the last.
BEM Permadan Jilid II dan BEM Kabinet Reformasi.. Special
thanks untuk kalian semua. Tak lupa salam sayang juga untuk
FSI Al-Azzam dan Forgamis.
Gamsahabnida yeoreobundeul.
VERTIKULTUR TANAMAN SELADA UNTUK MENINGKATKAN
KEUNTUNGAN DI UNIT RUMAH PANGAN LESTARI (RPL)
BALAI BESAR PELATIHAN PERTANIAN LEMBANG
RINGKASAN
Oleh : Vinnisa Nilam
(Di bawah bimbingan Sri Nofianti, SP)
Tanaman selada merupakan tanaman yang cukup digemari saat ini. Daya
tarik utama tanaman ini adalah memiliki masa panen yang pendek, pasar terbuka
luas dan harga relatif stabil. Permintaan akan tanaman selada semakin meningkat
seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk Indonesia dari tahun ke tahun.
Pemenuhan kebutuhan terkendala karena lahan pertanian yang saat ini sudah
semakin berkurang, sehingga terdapat sebuah program yang disebut „Rumah
Pangan Lestari (RPL)‟. Program ini lebih menekankan keluarga atau rumah
tangga untuk berbudidaya di pekarangan seoptimal mungkin. Sistem budidaya
vertikultur merupakan suatu pola budidaya yang cocok untuk diterapkan di
pekarangan karena memiliki konsep pemanfaatan lahan ke arah vertikal atau
keatas. Kegiatan budidaya selada dengan sistem vertikultur yang ada di RPL
BBPP Lembang secara keseluruhan cukup layak untuk dijalankan, terbukti
dengan angka R/C Ratio yang diperoleh sebesar 1,6 dengan keuntungan yang
diterima sebesar Rp 227.406-. Model wadah media vertikultur yang terdapat di
RPL bermacam-macam dan jumlah pendapatan yang diterima dari masing-masing
model tersebut berbeda. Berdasarkan analisis pendapatan yang dihasilkan dari
lahan seluas 1x1,5 m, model yang menghasilkan keuntungan tertinggi adalah pot
vertikal yaitu sebesar Rp 227.059,-. Keuntungan tertinggi kedua adalah dengan
model pot gantung yaitu sebesar Rp 73.102,- dan keuntungan terendah adalah
model rak dengan pendapatan senilai Rp 30.642,-.
Kata Kunci : Selada, Vertikultur, Selada vertikultur, Pekarangan, Pemanfaatan
Pekarangan, Rumah Pangan Lestari (RPL).
PERNYATAAN KEASLIAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa isi Laporan Tugas Akhir yang saya
tulis dengan judul “Vertikultur Tanaman Selada Untuk Meningkatkan
Keuntungan di Unit Rumah Pangan Lestari (RPL) Balai Besar Pelatihan Pertanian
Lembang” merupakan hasil kerja sendiri dan bukan merupakan ciplakan dari hasil
kerja orang lain, kecuali kutipan yang sumbernya dicantumkan. Jika dikemudian
hari pernyataan ini ternyata tidak benar, maka saya akan menerima sanksi sesuai
dengan ketentuan yang berlaku.
Tanjung Pati, Agustus 2015
Yang Menyatakan,
Vinnisa Nilam
NBP. 1201362045
RIWAYAT HIDUP
Vinnisa Nilam dilahirkan pada tanggal 04 Oktober
1995 di Tanjung Pati, Kec. Harau, Kab. Limapuluh
Kota, Sumatera Barat. Penulis adalah buah hati dari
Ibunda Asmira dan Ayahanda Irwan. Penulis merupakan
anak kedua dari empat bersaudara.
Pada tahun 2006 penulis menamatkan Sekolah
Dasar di SDN 01 Bukik Limbuku dan tahun 2009
menyelesaikan pendidikan di SMP N 1 Kec Harau.
Selanjutnya pada tahun 2012 penulis menamatkan
pendidikan SMA di SMA N I Kec. Harau. Semasa SMA, penulis aktif dalam
kegiatan OSIS, Pramuka, PIK Remaja dan UKS, OSIS dengan jabatan
koordinator departemen kebugaran jasmani dan olahraga, Pramuka sebagai
anggota aktif, PIK Remaja sebagai anggota dan UKS selaku bendahara. Penulis
juga pernah diutus untuk mengikuti kegiatan olimpiade bidang ilmu Kebumian
semasa SMA. Kemudian penulis melanjutkan pendidikan di Politeknik Pertanian
Universitas Andalas Jurusan Budidaya Tanaman Pangan Program Studi
Agribisnis.
Selama menjadi mahasiswa di Politani penulis aktif dalam kegiatan
kemahasiswaan. Tahun ajaran 2013/2014 penulis diamanahkan menjadi staf
Departemen Luar Negeri BEM Kabinet Permada Jilid II, kemudian tahun ajaran
2014/2015 penulis diangkat sebagai Bendahara Umum BEM Kabinet Reformasi.
Penulis juga aktif di LDK FSI Al-Azzam dan Pers Kampus.
Penulis telah mengikuti PORPROF (Pekan Olahraga Provinsi) Sumbar
sebanyak dua periode yaitu tahun 2012 dan 2014 dengan cabang olahraga yang
digeluti yaitu „Bridge‟. Pada semester V penulis menyusun dan melaksanakan
Proyek Usaha Mandiri (PUM) dengan judul “Analisis Pendapatan Agribisnis
Jagung Manis dengan Pemasaran Langsung Kepada Konsumen di Kecamatan
Harau”. Penulis telah menyelesaikan pendidikan Diploma III di Politeknik
Pertanian Universitas Andalas dengan Program Studi Agribisnis Pertanian pada
tahun 2015.
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyusun dan menyelesaikan
penulisan laporan Pengalaman Kerja Praktek Mahasiswa (PKPM) ini dengan
judul “Vertikultur Tanaman Selada Untuk Meningkatkan Keuntungan di
Unit Rumah Pangan Lestari (RPL) Balai Besar Pelatihan Pertanian
Lembang”. Shalawat dan salam penulis ucapakan untuk arwah junjungan umat,
yakni Nabi Besar Muhammad SAW.
Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan rasa terima kasih kepada
semua pihak yang telah memberikan dukungan dan dorongan kepada penulis.
Dimana laporan ini merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan studi pada
Program Studi Agribisnis Jurusan Budidaya Tanaman Pangan Politeknik
Pertanian Negeri Payakumbuh. Secara khusus penulis menyampaikan rasa terima
kasih dan penghargaan kepada :
1. Ibu Ir. Gusmalini, M.Si selaku Direktur Politeknik Pertanian Negeri
Payakumbuh.
2. Bapak Ir. Setya Dharma, M.Si selaku Ketua Jurusan Budidaya Tanaman
Pangan.
3. Ibu Indria Ukrita, SP. M.Sc selaku Ketua Program Studi Agribisnis.
4. Ibu Sri Nofianti, SP selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah banyak
membantu dalam penyusunan Laporan Tugas Akhir.
5. Bapak Ir. Bandel Hartopo, M.Sc selaku Kepala Balai Besar Pelatihan Pertanian
(BBPP) Lembang.
6. Bapak Encang Solihin selaku koordinator magang di BBPP Lembang.
7. Bapak Asep Komarudin, Drs. Jajat Sudrajat dan seluruh karyawan serta
pembimbing RPL BBPP Lembang yang telah banyak membimbing penulis.
Mudah-mudahan dengan adanya pembuatan laporan ini akan memberikan
dampak yang positif serta nilai tambah dalam upaya peningkatan kualitas sumber
daya manusia, terutama untuk penulis sendiri dalam menggapai cita-cita dan masa
depan. Harapan penulis semoga laporan ini bermanfaat bagi kita semua.
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan. Hal ini
tidak terlepas dari keterbatasan penulis sebagai manusia biasa yang tidak luput
dari kekhilafan dan kesalahan. Untuk itu Penulis sangat mengharapkan kritik dan
saran yang sifatnya membangun demi kesempurnaan laporan ini.
Tanjung Pati, Mei 2015
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ............................................................................ i
DAFTAR ISI............................................................................................ iii
DAFTAR TABEL ................................................................................... v
DAFTAR GAMBAR .............................................................................. vi
DAFTAR LAMPIRAN........................................................................... vii
I. PENDAHULUAN .......................................................................... 1
1.1. Latar Belakang........................................................................ 1
1.2. Tujuan..................................................................................... 3
II. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................ 4
2.1. Tanaman Selada...................................................................... 4
2.1.1 Taksonomi dan Morfologi Tanaman Selada................. 4
2.1.2 Syarat Tumbuh Tanaman Selada.................................. 6
2.2. Vertikultur............................................................................... 7
2.2.1 Teknik Vertikultur ........................................................ 7
2.2.2 Fungsi dan Manfaat Vertikultur.................................... 9
2.2.3 Kelebihan Teknik Vertikultur....................................... 10
2.2.4 Bentuk-Bentuk Vertikultur ........................................... 10
2.3. Pekarangan dan Usahatani Keluarga...................................... 11
2.3.1 Pekarangan.................................................................... 11
2.3.2 Usahatani Keluarga....................................................... 13
2.4. Budidaya Tanaman Selada ..................................................... 14
2.4.1 Pembibitan..................................................................... 15
2.4.2 Penyiapan Wadah Media Tanam Vertikultur ............... 15
2.4.3 Penyiapan Media Tanam .............................................. 17
2.4.4 Penanaman (Pemindahan Bibit) ................................... 18
2.4.5 Pemeliharaan Tanaman................................................. 18
2.4.6 Panen dan Pascapanen .................................................. 23
III. METODE PELAKSANAAN........................................................ 24
3.1. Waktu dan Tempat.................................................................. 24
3.2. Alat dan Bahan ....................................................................... 24
3.2.1 Alat yang Dibutuhkan ................................................... 24
3.2.2 Bahan yang Dibutuhkan ............................................... 25
3.3. Ruang Lingkup................................................................ ....... 26
3.4. Data dan Sumber Data............................................................ 26
3.5. Metode Pengumpulan Data.................................................... 27
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN...................................................... 29
4.1. Gambaran Umum Instansi...................................................... 29
4.1.1 Sejarah Balai Besar Peatihan Pertanian Lembang........ 29
4.1.2 Visi, Misi, Tugas dan Fungsi BBPP Lembang............. 30
4.1.3 Organisasi Instansi........................................................ 32
4.1.4 Sumberdaya Manusia Instansi ...................................... 34
4.1.5 Sekilas Inkubator Usahatani ......................................... 35
4.1.6 Kondisi Keuangan Instansi........................................... 39
4.1.7 Deskripsi Kegiatan Bisnis Instansi ............................... 39
4.1.8 Sekilas Rumah Pangan Lestari (RPL) .......................... 41
4.2. Tingkat Pendapatan Keluarga Melalui Vertikultur................. 46
4.2.1 Proses Produksi Selada Vertikultur .............................. 46
4.2.2 Vertikultur dan Keunggulan Vertikultur ...................... 57
4.2.3 Analisis Usaha Budidaya Selada Vertikultur di RPL
BBPP Lembang ............................................................ 61
4.2.4 Tigkat Keuntungan Model Rancangan Wadah Media
Vertikultur..................................................................... 66
V. KESIMPULAN ............................................................................. 71
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................. 73
LAMPIRAN............................................................................................. 75
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Kebutuhan alat budidaya selada sistem vertikultur di unit RPL BBPP
Lembang............................................................................................... 24
2. Data bahan dan jumlah kebutuhan bahan pembuatan wadah tanam
vertikultur di RPL BBPP Lembang...................................................... 25
3. Data alat dan jumlah kebutuhan alat untuk pembuatan wadah tanam
vertikultur............................................................................................. 25
4. Data bahan dan jumlah kebutuhan bahan budidaya selada vertikultur
di RPL BBPP Lembang........................................................................ 25
5. Jumlah Sumberdaya Manusia di BBPP................................................ 34
6. Jumlah Pegawai Berdasarkan Golongan dan Tingkat Pendidikan....... 34
7. Data Model Rancangan Wadah Media Vertikultur di unit RPL BBPP 51
8. Analisa Usaha Budidaya Vertikultur di Unit RPL BBPP Lembang .... 62
9. Tingkat Keuntungan Model Vertikultur di Lahan Kosong 1x1,5 m .... 67
10. Biaya Pembelian Alat untuk Budidaya Tanaman Selada Sistem
Vertikultur Selama 1 Periode Produksi di RPL BBPP Lembang ...... 75
11. Biaya Pembelian Bahan untuk Pembuatan Alat/Wadah Media
Tanam Vertikultur Selama 1 Periode Produksi di RPL BBPP
Lembang ............................................................................................ 75
12. Biaya Penyusutan Alat untuk Budidaya Tanaman Selada Sistem
Vertikultur Selama 1 Periode Produksi di RPL BBPP Lembang ...... 76
13. Biaya Bahan untuk Budidaya Tanaman Selada Sistem Vertikultur
Selama 1 Periode Produksi di RPL BBPP Lembang......................... 76
14. Biaya Tenaga Kerja Untuk Budidaya Selada Sistem Vertikultur
Selama 1 Periode Produksi di RPL BBPP Lembang......................... 77
15. Biaya lain-lain untuk Budidaya Selada Sistem Vertikultur Selama 1
Periode Produksi di RPL BBPP Lembang......................................... 77
16. Data Produksi dan Pendapatan untuk Budidaya Selada Sistem
Vertikultur Selama 1 Periode Produksi di RPL BBPP Lembang ...... 77
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Beberapa Varietas Botani Selada ......................................................... 6
2. Struktur Organisasi Balai Besar Pertanian (BBPP) Lembang.............. 33
3. Struktur Organisasi Inkubator Usahatani ............................................. 38
4. Skema/bagan Alur Proses Produksi Selada Sistem Vertikultur ........... 47
5. Wadah Vertikultur Pot Vertikal ........................................................... 57
6. Wadah Vertikultur Rak ........................................................................ 58
7. Lay Out Rak Vertikultur pada Luas Lahan 1x1,5 m ............................ 65
8. Lay Out Pot Vertikal pada Luas Lahan 1x1,5 m.................................. 65
9. Lay Out Pot Gantung pada Luas Lahan 1x1,5 m ................................. 66
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Kebutuhan Biaya dan Jumlah Penerimaan Usaha Budidaya
Vertikultur Selada................................................................................. 75
2. Dokumentasi Proses Produksi Selada .................................................. 78
3. Macam-macam Wadah Media Tanam Vertikultur............................... 82
4. Dokumentasi Rumah Pangan Lestari BBPP Lembang ........................ 84
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia termasuk negara dengan jumlah dan pertumbuhan penduduk yang
cukup tinngi. Jumlah keseluruhan penduduk Indonesia pada tahun 2013 adalah
sebesar 250 juta jiwa dengan persentase pertumbuhan penduduk per tahun sebesar
1,49%. Keadaan jumlah penduduk yang semakin meningkat menuntut adanya
pemenuhan kebutuhan yang lebih besar. Tanaman selada merupakan tanaman
yang cukup banyak digemari oleh masyarakat di Indonesia saat ini. Dilihat dari
permintaan pasar dalam dan luar negeri terhadap tanaman selada yang semakin
meningkat, maka komoditas ini mempunyai prospek cerah untuk dikembangkan.
Daya tarik utama tanaman ini adalah memiliki masa panen yang pendek, pasar
yang terbuka luas dan harga yang relatif stabil (Rukmana, 2005).
Tanaman selada diduga berasal dari Asia Barat. Daerah penyebaran tanaman
selada diantaranya adalah Karibia, Malaysia, Afrika Timur, Tengah dan Barat,
serta Filipina. Perkembangan selanjutnya, pembudidayaan selada meluas ke
negara-negara yang beriklim sedang maupun panas di seluruh belahan dunia.
Selada belum berkembang pesat di Indonesia sebagai sayuran komersial. Daerah
yang banyak ditanami selada masih terbatas di pusat-pusat produsen sayuran
seperti Cipanas (Cianjur) dan Lembang (Bandung). Jenis sayuran ini sangat
berpotensi untuk menjadi komoditas komersial di masa mendatang
(Sastradihardja, 2011).
Pemenuhan kebutuhan penduduk akan tanaman selada terkendala oleh
permasalahan lahan pertanian yang semakin berkurang pada saat ini. Seiring
dengan hal ini, Kementan RI (2012) menyampaikan bahwa Pemerintah
berkomitmen untuk melibatkan rumah tangga dalam mewujudkan kemandirian
pangan, diversifikasi pangan berbasis sumberdaya lokal dan konservasi tanaman
untuk masa depan dengan budaya menanam di pekarangan. Kemudian,
Pemerintah membuat sebuah program yang disebut “Rumah pangan Lestari
(RPL)” dengan konsep pemanfaatan pekarangan semaksimal mungkin.
Luas lahan pekarangan secara nasional berjumlah sekitar 10,3 juta ha atau
14 % dari keseluruhan luas lahan pertanian. Lahan pekarangan ini merupakan
salah satu sumber potensial penyedia bahan pangan yang bernilai gizi dan
memiliki nilai ekonomi tinggi (Kementan RI, 2012). Lahan pekarangan tersebut
sebagian besar masih belum dimanfaatkan sebagai areal pertanaman aneka
komoditas pertanian. Berdasarkan hasil pengamatan Badan Litbang Pertanian,
perhatian petani terhadap pemanfaatan lahan pekarangan relatif masih terbatas,
sehingga pengembangan berbagai inovasi yang terkait dengan lahan pekarangan
belum banyak berkembang sebagaimana yang diharapkan. Melalui program RPL,
maka pekarangan sempit dapat dimanfaatkan untuk pemenuhan kebutuhan
keluarga serta sebagai sumber penghasilan tambahan bagi keluarga.
Pekarangan rumah dapat dioptimalkan pemanfaatannya melalui sistem
budidaya vertikultur. Vertikultur merupakan cara bertani yang dilakukan dengan
menggunakan kolom-kolom dan kemudian disusun secara vertikal
(Sutarminingsih, 2007). Dengan penerapan teknik vertikultur, peningkatan jumlah
tanaman pada suatu areal dapat berlipat 3-10 kali tergantung model/rancangan
wadah media tanam yang digunakan.
Berasarkan permasalahan yang ada diatas maka penulis mengangkat judul
laporan “Vertikultur Tanaman Selada Untuk Meningkatkan Keuntungan di Unit
Rumah Pangan Lestari (RPL) Balai Besar Pelatihan Pertanian Lembang.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan penulisan laporan ini adalah sebagai berikut :
a. Mengetahui budidaya selada dengan sistem vertikultur, manfaat serta
keunggulan dari sistem tersebut.
b. Mengetahui dan menghitung pendapatan keluarga melalui budidaya selada
sistem vertikultur sebagai upaya pemanfaatan pekarangan.
c. Mengetahui model rancangan wadah media tanam vertikultur yang
menghasilkan pendapatan tertinggi di Rumah Pangan Lestari BBPP
Lembang.
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tanaman Selada
2.1.1 Taksonomi dan Morfologi Tanaman Selada
Kedudukan tanaman selada dalam sistematika tumbuhan adalah sebagai
berikut :
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Ordo : Asterales
Famili : Asteraceae (Compositae)
Genus : Lactuca
Selada termasuk tanaman semusim yang banyak mengandung air
(herbaceous). Batangnya pendek berbuku–buku sebagai tempat kedudukan daun.
Daun–daun selada berbentuk bulat panjang, yang mana panjangnya ± 25 cm dan
lebar ±15 cm (Rukmana, 2005).
Menurut Rukmana (2005), sistem perakaran tanaman selada adalah akar
tunggang dan cabang–cabang akarnya menyebar ke semua arah pada kedalaman
25–50 cm. Di daerah yang beriklim sedang (sub tropis), tanaman selada mudah
berbunga. Bunga tanaman ini berwarna kuning, terletak pada rangkaian yang lebat
dan tangkai bunganya dapat mencapai ketinggian 90 cm. Bunga ini menghasilkan
buah berbentuk polong yang berisi biji.
Menurut Rubatzky dan Yamaguchi (1999) dalam Prawoto (2012), pada
dasarnya terdapat kurang lebih enam perbedaan morfologi dari tipe-tipe selada,
yaitu crisp-head, butterhead, cos, selada daun/selada potong, selada batang dan
selada latin. Berikut merupakan tipe-tipe selada yang meliputi beberapa kelompok
varietas botanis yang terdiri atas :
1. L. sativa var. Capitata merupakan kelompok varietas dari selada kepala
renyah (crisp-head) dan kepala mentega (butterhead). Menurut Haryanto
et al. (2002) selada jenis ini mempunyai krop bulat dengan daun silang
merapat. Pada jenis tertentu beberapa helaian daun pada bagian bawah
tetap berlepasan. Daunnya ada yang berwarna hijau terang, tetapi ada juga
yang berwarna agak gelap. Batangnya sangat pendek dan hampir tidak
terlihat. Selada jenis ini rasanya lunak dan renyah.
2. L. sativa var. Longifolia yaitu selada cos (romaine). Selada ini mempunyai
krop yang lonjong. Daunnya lebih tegak bila dibandingkan daun selada
yang umumnya menjuntai ke bawah (gambar 1C). Ukurannya besar dan
warnanya hijau tua serta agak gelap. Meskipun sedikit liat, selada jenis ini
rasanya enak. Jenis selada ini tergolong lambat pertumbuhannya.
3. L. sativa var. Crispa yaitu selada yang helaian daunnya lepas dan
tepiannya berombak atau bergerigi. Selada ini berwarna hijau atau merah
dan selada tipe ini tidak membentuk krop (gambar 1A dan 1B).
4. L. sativa var. Asparagina yaitu selada batang. Selada jenis ini memiliki
ciri-ciri daun berukuran besar, panjang dan bertangkai lebar, serta
berwarna hijau terang. Daunnya berlepasan dan tidak membentuk krop.
5. L. sativa kelompok varietas selada latin, contohnya Sucrine dan Creole.
Dibawah ini merupakan gambar beberapa varietas botanis selada.
Gambar 1. Beberapa Varietas Botanis Selada
Sumber : Prawoto, 2012
(A). Selada Keriting yang termasuk dalam kelompok varietas Crispa,
(B). Lollorossa yang termasuk ke dalam kelompok varietas Crispa,
(C). Romaine yang termasuk ke dalam kelompok varietas Longofolia.
2.1.2 Syarat Tumbuh Tanaman Selada
Tanaman selada dapat tumbuh baik di dataran rendah maupun dataran tinggi
(pegunungan). Beberapa daerah di Indonesia cocok untuk dilakukan penanaman
selada karena kondisi lingkungannya (iklim dan tanah) yang mendukung
pertumbuhan optimal pada tanaman selada.
a. Iklim
Daerah yang cocok untuk penanaman selada adalah daerah yang memiliki
ketinggian sekitar 500-2.000 m dpl dan suhu rata-rata 15º-20ºC. Daerah penghasil
selada antara lain Batu dan Tengger (Jawa Timur), Tawangmangu, Bandungan,
dan Dieng (Jawa Tengah), Pacet, Cipanas, dan Lembang (Jawa Barat), serta
Tomohon (Sulawesi Utara). Tanaman selada tidak tahan bila terlalu banyak hujan,
kelembaban terlalu tinggi, dan tergenang air karena dalam kondisi seperti itu,
tanaman akan mudah terserang penyakit. Waktu tanam yang paling cocok yaitu
A CB
pada waktu musim kemarau dengan penyiraman yang cukup. Selada memerlukan
sinar matahari yang cukup (tidak banyak awan) dan tempat yang terbuka
(Sastradihardja, 2011).
b. Tanah
Tanaman selada dapat ditanam pada berbagai macam tanah namun
pertumbuhan yang baik akan diperoleh bila ditanam pada tanah liat berpasir yang
cukup mengandung bahan organik, gembur, remah dan tidak mudah tergenang
oleh air. Selada tumbuh baik dengan pH 5,0 - 6,5. Bila pH terlalu rendah perlu
dilakukan pengapuran agar tanaman dapat tumbuh optimal (Sastradihardja, 2011).
2.2 Vertikultur
2.2.1 Teknik Vertikultur
Istilah vertikultur diserap dari bahasa Inggris yang berasal dari kata vertical
dan culture yang artinya teknik budidaya tanaman secara vertikal sehingga
penanamannya menggunakan sistem bertingkat. Pada awalnya, teknik ini berasal
dari gagasan vertical garden yang dilontarkan sebuah perusahaan benih di Swiss
sekitar tahun 1945 (Andoko, 2004).
Menurut Andoko (2004), tujuan utama penerapan teknik vertikultur adalah
memanfaatkan lahan sempit seoptimal mungkin. Dimana dengan menerapkan
teknik vertikultur ini maka peningkatan jumlah tanaman pada suatu areal tertentu
dapat berlipat 3–10 kali, tergantung model yang digunakan. Sutarminingsih
(2007) menambahkan, vertikultur dapat diterapkan pada daerah–daerah dengan
lahan sempit, khususnya di daerah perkotaan yang kini rata–rata menjadi
pemukiman yang padat.
Budidaya dengan teknik vertikultur pada prinsipnya tidak jauh berbeda
dengan budidaya di kebun atau di lahan datar. Perbedaan paling mendasar terletak
pada penggunaan lahan produksi. Andoko (2004) menyampaikan bahwa teknik
vertikultur memungkinkan dilakukan pembudidayaan diatas lahan seluas satu
meter persegi dengan jumlah tanaman jauh lebih banyak dibanding di lahan datar
dengan luas yang sama. Media tanam yang digunakan pada teknik vertikultur ini
sama dengan media tanam di lahan datar, tetapi jumlah penggunaan pada teknik
vertikultur lebih sedikit dibanding di lahan datar.
Penanaman dengan teknik vertikultur dapat memberikan aspek estetis
karena tanaman yang tampil berderet secara vertikal dapat menampilkan nuansa
keindahan. Oleh karena itu, umumnya budidaya dengan teknik vertikultur banyak
dilakukan oleh ibu rumah tangga, pensiunan atau remaja untuk sekedar
menyalurkan hobi. Bangunan vertikultur di halaman rumah dengan aneka jenis
tanaman yang berderet ke atas memang sungguh memikat mata serta
menimbulkan perasaan puas dan bangga pada pemiliknya. Disamping dapat
menampilkan keindahan, bukan berarti penanaman dengan teknik vertikultur tidak
dapat diterapkan untuk tujuan komersial. Dengan dasar pemikiran bahwa
vertikultur dapat melipatgandakan jumlah tanaman dan produksi maka teknik ini
secara ekonomis dapat dipertanggungjawabkan untuk tujuan komersial. Investasi
yang dibutuhkan untuk penerapan teknik vertikultur ini jauh lebih tinggi
dibandingkan dengan cara konvensional. Namun, dengan produksi yang lebih
tinggi karena populasi tanaman lebih banyak maka investasi tersebut dapat
tertutupi (Sutarminingsih, 2007).
2.2.2 Fungsi dan Manfaat Vertikultur
Sutarminingsih (2007) menyampaikan beberapa fungsi dan manfaat dari
pengembangan vertikultur di daerah perkotaan yang pada umumnya memiliki
pekarangan sempit. Fungsi dan manfaat tersebut adalah sebagai berikut :
- Menciptakan keasrian, keserasian dan keindahan lingkungan kota yang
dipenuhi dengan berbagai sarana/prasarana perkotaan dan pemukiman padat
penduduk.
- Konservasi sumber daya tanah yaitu dengan mengelola dan
memanfaatkannya secara bijaksana agar ketersediaannya dapat terus
berlanjut.
- Konservasi sumber daya air, sebab dengan penghematan penggunaan air
berarti ketersediaan air dapat lebih terjamin pada masa–massa yang akan
datang.
- Mempengaruhi dan memperbaiki iklim mikro perkotaan, sehingga kondisi
perkotaan menjadi lebih sejuk dan nyaman.
- Berjalannya proses daur ulang limbah perkotaan (sampah dapur, kotoran
ternak) yang dimanfaatkan sebagai kompos/pupuk kandang.
- Sebagai alternatif kesempatan kerja bagi para pencari kerja dan atau untuk
meningkatkan pendapatan warga masyarakat agar dapat lebih memperbaiki
kualitas keluarganya.
- Upaya memenuhi kebutuhan bahan pangan perkotaan dan menjaga
keberlanjutannya.
2.2.3 Kelebihan Teknik Vertikultur
Ada beberapa kelebihan dari teknik budidaya secara vertikultur, diantaranya
sebagai berikut (Sutarminingsih, 2007) :
a. Menghemat lahan.
b. Menghemat air.
c. Mendukung pertanian organik, karena lebih menganjurkan penggunaan
pupuk alami (pupuk kandang dan kompos) dan sesedikit mungkin
menggunakan pestisida anorganik.
d. Bahan–bahan yang digunakan sebagai wadah media tanam, dapat
disesuaikan dengan kondisi setempat/ketersediaan bahan yang ada.
e. Umur tanaman relatif pendek.
f. Pemeliharaan tanaman relatif sederhana.
g. Tempat dibangunnya bangunan vertikultur menampilkan nilai estetika atau
dapat dikatakan sebagai tanaman hias.
h. Bangunan vertikultur dapat dipindah–pindahkan ke tempat yang diinginkan,
terutama untuk vertikultur dengan konstruksi yang dipindah–pindahkan.
2.2.4 Bentuk – Bentuk Vertikultur
Vertikultur dapat dilaksanakan dengan memanfaatkan bahan–bahan dan
peralatan yang ada di sekitar kita. Kegiatan persiapan dan pemeliharaannya cukup
mudah sehingga dapat dilakukan oleh setiap orang yang ingin menekuninya.
Menurut Sutarminingsih (2007), beberapa rancangan wadah media tanam yang
sudah cukup banyak dicoba dan menunjukkan tingkat keberhasilan yang tinggi
adalah sebagai berikut :
a. Kolom wadah media tanam disusun secara vertikal. Dalam hal ini, setiap
bahan yang akan digunakan sebagai kolom wadah media dibuat dalam
posisi berdiri tegak/vertikal dan diberi lubang pada permukaannya sebagai
tempat terbuka atau sebagai lubang tanam dari tanaman yang akan
dibudidayakan.
b. Kolom wadah media disusun secara horizontal. Dalam hal ini, wadah media
dibuat dalam bentuk kolom secara mendatar atau dalam bentuk pot–pot,
plastik, polybag yang kemudian disusun dalam rak–rak kearah vertikal.
c. Wadah media digantung. Dalam hal ini, wadah media dapat disusun saling
bersambungan kemudian digantung, sehingga menyerupai pot–pot gantung.
d. Pot susun. Wadah media sebaiknya dipilih dari bahan–bahan yang cukup
kokoh dan dapat tegak berdiri dengan bentuk menyerupai pot. Bahan–bahan
tersebut kemudian disusun pada suatu tegakan dengan susunan menurut
selera, sehingga menjadi pot susun yang mirip dengan pohon pot.
2.3. Pekarangan dan Usahatani Keluarga
2.3.1 Pekarangan
Menurut Agus et al (2002), pekarangan merupakan lahan atau halaman di
sekitar rumah dengan batas yang jelas dan memiliki fungsi multiguna antara lain
sebagai tempat dipraktekkannya sistem agroforesti, konservasi sumberdaya
genetik, konservasi tanah dan air, produksi bahan pangan dari tunbuhan dan
hewan, tempat terselenggaranya aktifitas yang berhubungan dengan sosial &
budaya.
Fungsi pekarangan dapat digolongkan menjadi dua bagian yakni fungsi
ekonomis dan non-ekonomis. Pekarangan berfungsi ekonomis yaitu hasil
pembudidayaan pekarangan dapat dimanfaatkan langsung untuk memenuhi
kebutuhan hidup; sedangkan pekarangan berfungsi non-ekonomis yaitu hasil
pembudidayaan pekarangan dapat dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan
hidup secara tidak langsung (jasa lingkungan). Secara garis besar, pemanfaatan
lahan pekarangan menurut lokasinya dikelompokkan menjadi tiga kategori, yaitu:
 Di daerah pedalaman, pekarangan pada umumnya dimanfaatkan sebagai
sumber pangan dan gizi, obat-obatan, dan rempah-rempah serta untuk
pelestarian lingkungan.
 Di daerah pedesaan yang dekat dengan pusat konsumsi, pekarangan
dimanfaatkan sebagai penghasil buah-buahan, sumber penghasilan, dan
pelestarian lingkungan.
 Di daerah perkotaan, pekarangan dimanfaatkan sebagai sumber pangan
untuk perbaikan gizi, memberikan kenyamanan dan keindahan, serta
melestarikan lingkungan (Riah, 2005).
Pemanfaatan lahan pekarangan dapat dilakukan melalui tiga model
penanaman yaitu penanaman secara konvensional, penanaman dengan
menggunakan pot dan penanaman secara vertikultur. Penanaman konvensional
adalah metode penanaman tanaman langsung di tanah dan prinsipnya sama
dengan berkebun sayuran dalam arti sebenarnya, tetapi skalanya lebih kecil sesuai
dengan lahan yang tersedia. Sementara, penanaman dengan menggunakan pot
adalah sebuah alternatif untuk lebih memperbanyak jumlah tanaman dan jenis
sayur yang diusahakan dan penanaman secara vertikultur adalah pola bercocok
tanam yang menggunakan wadah tanam vertikal untuk mengatasi keterbatasan
lahan. Setiap model penanaman membutuhkan persiapan-persiapan tersendiri
(Agus, 2001).
2.3.2 Usahatani Keluarga
Konsep rumah tangga atau keluarga menunjuk pada arti ekonomi dari satuan
keluarga, seperti bagaimana keluarga itu mengelola kegiatan ekonomi keluarga,
pembagian kerja dan fungsi, kemudian berapa jumlah pendapatan yang diperoleh
atau konsumsinya serta jenis produksi dan jasa yang dihasilkan. Kontribusi
pendapatan dari satu jenis kegiatan terhadap total pendapatan keluarga tergantung
pada produktifitas faktor produksi yang digunakan dari jenis kegiatan yang
bersangkutan. Stabilitas pendapatan keluarga cenderung dipengaruhi oleh sumber-
sumber pendapatan (Suratiyah, 2009).
Usahatani merupakan cara individu atau kelompok sebagai pengelolanya
yang memperoleh dan memadukan sumberdaya (lahan, kerja, modal, waktu, dan
pengelolaan) terbatas untuk mencapai tujuan (Soekartawi, 2002). Keuntungan
adalah selisih antara penerimaan dan semua biaya yang dikeluarkan selama proses
produksi. Tujuan dari analisis keuntungan yaitu menggambarkan keadaan
sekarang dari suatu usaha dan menggambarkan keadaan yang akan datang dari
perencanaan. Faktor–faktor yang mempengaruhi keuntungan menurut Suratiyah
(2009) adalah: (1) Faktor internal yaitu: umur petani, pendidikan, jumlah tenaga
kerja keluarga, luas lahan dan modal; (2) Faktor eksternal yaitu: input meliputi
ketersediaan dan harga, output meliputi permintaan dan harga; (3) Faktor
manajemen. Soekartawi (2002) menyatakan penerimaan usahatani merupakan
nilai produk total dalam jangka waktu tertentu, baik untuk dijual maupun
dikonsumsi rumah tangga, untuk sosial ataupun untuk disimpan.
Soekartawi (2002) menyampaikan bahwa pengeluaran atau biaya usahatani
merupakan nilai penggunan produksi dan lain-lain yang dikenakan pada produk
yang bersangkutan. Biaya produksi merupakan semua biaya yang
dilakukan/dikeluarkan oleh orang, kelompok atau perusahaan dalam menciptakan
barang-barang yang diproduksinya. Keseluruhan jumlah biaya produksi yang
dikeluarkan produsen dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu biaya tetap dan
biaya variabel. Biaya tetap merupakan biaya yang apabila jumlah suatu faktor
produksi yang digunakan ada-lah tetap, maka biaya produksi yang dikeluarkan
untuk memperolehnya tidak berubah nilainya, namun apabila jumlah suatu faktor
produksi yang digunakan selalu berubah-ubah, maka biaya produksi yang
dikeluarkan juga berubah-ubah nilainya maka disebut dengan biaya variabel.
Menurut Soekartawi (2002), biaya produksi dalam usahatani dapat
dibedakan menjadi biaya tunai dan biaya diperhitungkan. Biaya tunai adalah biaya
tetap dan biaya variabel yang dibayar secara tunai misalnya pajak tanah dan bunga
pinjaman, sedangkan biaya variabel misalnya biaya untuk benih, pupuk, obat-
obatan, dan biaya tenaga luar keluarga. Sedangkan biaya diperhitungkan adalah
biaya penyusutan alat-alat dan tenaga kerja dalam keluarga.
Tingginya keuntungan tidak selalu menunjukkan efisiensi yang tinggi, maka
analisis keuntungan selalu diikuti dengan pengukuran efisiensi. Ukuran efisiensi
dapat dihitung dengan perbandingan penerimaan dengan biaya (R/C) yang
menunjukkan berapa penerimaan yang diterima untuk setiap biaya yang
dikeluarkan selama proses produksi (Soekartawi, 2002).
2.4 Budidaya Tanaman Selada
Teknik budidaya/proses produksi budidaya selada adalah sebagai berikut :
2.4.1 Pembibitan
Selada diperbanyak dengan biji-bijinya. Untuk lahan seluas 1 hektar
diperlukan benih selada ± 250 gram atau pada kisaran 400-600 gram, tergantung
varietas dan jarak tanamnya. Benih selada dapat langsung disebar di atas
bedengan (sistem tanam atau sebar langsung). Cara penyebaran ini memiliki
kelebihan menghemat waktu, tenaga, biaya, dan tidak memerlukan ketrampilan
yang khusus, namun kelemahannya adalah menyulitkan pemeliharaan tanaman
yang masih kecil (stadium bibit), dan pada waktu tanaman sudah berumur 1,5
bulan sejak sebar, benih perlu dlakukan penjarangan (Sastradihardja, 2011).
Cara yang dianjurkan adalah disemai dulu di lahan pesemaian selama ± 1
bulan. Kelebihan cara ini antara lain dapat menghemat benih, memudahkan
pemeliharaan bibit karena terkonsentrasi di lahan pesemaian saja dan dapat
memilih bibit yang baik sewaktu dipindahtanamkan ke kebun. Kelemahan cara
disemai dulu, diantaranya memerlukan biaya, tenaga dan waktu tambahan, serta
keterampilan khusus dalam penyiapan bibit di pesemaian (Sastradihardja, 2011).
2.4.2 Penyiapan Wadah Media Tanam
Menurut Sutarminingsih (2007), banyak jenis bahan di sekitar yang dapat
digunakan sebagai wadah media tanam bagi tanaman yang dibudidayakan secara
vertikultur. Adapun syarat penting yang harus dimiliki oleh bahan-bahan tersebut
adalah cukup awet digunakan, mudah diperoleh dan relatif murah. Beberapa
alternatif jenis bahan yang dapat digunakan sebagai kolom atau wadah media
tanam bagi tanaman yang dibudidayakan dengan sistem vertikultur adalah sebagai
berikut :
a. Secara Vertikal
Menurut Sutarminingsih (2007), beberapa jenis bahan yang dapat digunakan
dalam pembuatan kolom atau wadah media tanam secara vertikal adalah sebagai
berikut :
 Bambu dengan garis tengah (diameter) yang cukup besar, misalnya bambu
petung.
 Plempem (saluran air yang terbuat dari tanah liat).
 Pralon (PVC).
 Kaleng-kaleng bekas dengan diameter cukup besar.
 Karung plastik bekas (bekas wadah beras, gula pasir, pakan ternak dan
sebagainya).
 Plastik mulsa (plastik hitam perak).
 Karpet talang.
 Kasa plastik.
b. Secara Horizontal
Beberapa jenis bahan yang dapat digunakan dalam pembuatan kolom atau
wadah media tanam secara horizontal adalah bambu, papan kayu, pralon (PVC)
dan karpet talang. Adapun kerangka/rak yang digunakan untuk meletakkan wadah
media tersebut dapat dibuat dari bambu, kayu ataupun besi (Sutarminingsih,
2007).
c. Pot Gantung
Beberapa jenis bahan yang dapat digunakan dalam pembuatan kolom atau
wadah media tanam yang disusun sebagai pot gantung adalah bambu, tempurung
kelapa, kaleng-kaleng bekas ataupun pot-pot plastik. Untuk menggantungkan
bahan-bahan tersebut, dapat digunakan tali dan sebagai tempat/kerangka yang
untuk menggantungkan dapat dubuat dari bambu, kayu atau besi (Sutarminingsih,
2007).
d. Pot Susun
Jenis bahan yang dapat digunakan dalam pembuatan pot susun adalah
bambu dan kaleng-kaleng bekas. Tegakan/sandaran yang digunakan untuk
meletakkan pot-pot susun tersebut dapat dibuat dari bambu, kayu ataupun
kerangka besi (Sutarminingsih, 2007).
2.4.3 Penyiapan Media Tanam
Tanah yang menjadi media tumbuh tanaman merupakan salah satu unsur
untuk menghasilkan produk-produk pertanian. Agar tanaman dapat berproduksi
dengan baik, diperlukan adanya sumber daya tanah yang baik pula, dalam arti
mampu mendukung pertumbuhan tanaman melalui ketersediaan unsur-unsur hara,
air dan udara yang terkandung di dalamnya. Jenis tanah yang dapat digunakan
pada pola budidaya tanaman secara vertikal adalah tanah yang berstruktur remah,
misalnya tanah yang mengandung pasir, tanah liat ataupun lumpur. Apabila jenis-
jenis tanah tersebut tidak ada, maka jenis tanah apapun yang ada di sekitar dapat
digunakan. Tanah-tanah tersebut kemudian dicampur dengan pupuk kandang atau
kompos dan arang sekam dengan perbandingan 1:1:1. Perbandingan tersebut
digunakan dengan tujuan agar tanah yang digunakan sebagai media tanam
mempunyai butiran-butiran yang tidak begitu lepas-lepas, namun gembur, dapat
cukup menahah dan melepaskan air, serta cukup banyak mengandung zat
makanan. Penggunaan sekam ditujukan agar proses penyerapan air serta hara
dapat terjadi secara merata, sehingga tanah tidak mudah padat dan keras
(Sutarminingsih, 2007).
2.4.4 Penanaman (Pemindahan Bibit)
Sutarminingsih (2007) menyampaikan bahwa sebelum bibit dipindah-
tanamkan ke dalam wadah media tanam, kondisi tanah di dalamnya harus cukup
dengan air dan selanjutnya dapat dibuat lubang-lubang tanam pada tempat-tempat
yang telah ditentukan. Bibit yag diperkirakan siap dipindahkan, kemudian
dipindah-tanamkan kedalam kolom-kolom wada media tanam. Usahakan agar
dalam pemindahan tersebut akar tidak rusak (dapat disertai sedikit tanah), sedapat
mungkin lurus dan seluruhnya masuk ke dalam lubang tanam. Kemudian, tanah
pada lubang tanam dapat dipadatkan dengan menggunakan jari tangan.
2.4.5 Pemeliharaan Tanaman
Secara umum, pemeliharaan yang dilakukan terhadap tanaman sayuran yang
dibudidayakan secara vertikal meliputi penyulaman, penyiraman, penyiangan,
pemupukan dan pengendalian hama penyakit.
a. Penyulaman
Penyulaman dilakukan terhadap tanaman yang mati atau tumbuh abnormal.
Kegiatan penyulaman dilakukan seminggu setelah tanam agar diperoleh
keseragaman tanaman. Benih atau bahan yang digunakan untuk menyulam adalah
bibit yang sama dengan bibit atau bahan yang digunakan pada penanaman
pertama kalinya (Sutarminingsih, 2007).
b. Penyiraman
Redaksi Trubus (2013) menyampaikan bahwa setelah dilakukan penanaman,
sayuran perlu disiram setiap hari terutama di musim kemarau, namun perlu dijaga
agar pada waktu penyiraman tidak akan timbul air yang menyebabkan becek
sebab genangan air di tanah becek membuat tanah akan memadat. Selain itu,
genangan air juga akan mengganggu pernapasan tanaman, memudahkan serangan
hama-penyakit dan bisa mengakibatkan tidak berfungsinya jaringan tanaman
karena terjadinya proses pembusukan.
Penyiraman dapat dilakukan dengan menggunakan gayung, gembor, selang
dari tempat penampungan (tandon) air, ataupun dengan sistem tetes melalui
pengaliran air dalam paralon-paralon kecil yang dilewatkan diatas kolom-kolom
tanaman (Sutarminingsih, 2007). Penyiraman diusahakan tidak menggunakan air
selokan yang kotor mengingat bahaya residu yang dikandung air tersebut.
Frekuensi penyiraman dapat ditingkatkan menjadi dua kali sehari jika hari panas
atau pada musim kemarau.
c. Penyiangan
Penyiangan atau pembersihan terhadap tanaman pesaing perlu dilakukan,
mengingat gulma dapat menghalangi pertumbuhan tanaman pokok dan merebut
zat-zat makanan yang diperlukan tanaman pokok, selain itu gulma justru dapat
menjadi tempat hidup atau sumber makanan bagi hama dan penyakit yang
nantinya juga dapat menyerang tanaman pokok. Penyiangan dalam hal ini hanya
dilakukan pada bagian-bagian kolom/wadah yang terbuka saja.
d. Pemupukan
Agus G.T.K et al (2002) menyatakan bahwa selain dengan pupuk kandang
atau kompos sebagai pupuk dasar, tanaman sayuran juga harus diberi pupuk
lanjutan setelah ditanam. Tanaman sayuran membutuhkan unsur hara untuk
pertumbuhannya. Unsur hara diambil dari tanah lewat akar. Tanah yang masih
subur dan kaya bahan organik akan mampu menyediakan hara yang diperlukan
tanaman dalam jumlah memadai.
Jenis pupuk yang diberikan tergantung pada jenis sayurannya. Sayuran
selada yang diambil/dikonsumsi adalah daunnya, maka jenis pupuk yang paling
tepat ditambahkan adalah pupuk urea. Pemberian pupuk ini membuat sayuran
tersebut akan menghasilkan daun dalam jumlah banyak, berukuran besar dan
dengan warna yang lebih cerah, selain itu ukuran batangnya juga lebih besar dan
lentur (Redaksi Trubus, 2012).
e. Pengendalian Hama dan Penyakit
Hama dan penyakit merupakan salah satu faktor pembatas dalam usaha
budidaya pertanian. Maksudnya adalah bahwa bila hama atau penyakit kemudian
datang dan menyerang tanaman yang diusahakan, maka kemungkinan produksi
tanaman tersebut akan terganggu atau menurun (Rukmana, 2005).
 Hama
 Ulat tanah
Tubuhnya berwarna hitam atau hitam keabu-abuan, aktif pada malam hari
dan bersifat pemangsa segala jenis tanaman. Pada siang hari, ulat tanah
bersembunyi di bawah tanah atau sisa-sisa tanaman. Ulat ini menyerang tanaman
dengan cara memotong pangkal batang atau titik tumbuh, sehingga patah atau
terkulai. Ulat ini merusak tanaman yang masih muda (berumur ± 1-30 hari setelah
tanam). Pengendalian secara organik dapat dilakukan dengan mencari dan
mengumpulkan ulat tanah di sekitar tanaman yang terserang kemudian langsung
dibunuh atau pemasangan umpan beracun yang mengandung bahan aktif
Trikiorfon dan juga disemprot insektisida berbahan aktif Monokrotofos (Haryanto
et al, 2002).
 Kutu aphid hijau
Kutu aphid hijau sering dinamakan juga sebagai kutu daun, tubuhnya kecil
berwarna hitam atau hitam kekuning-kuningan. Hama ini umumnya menyerang
daun-daun tanaman dengan cara mengisap cairan sel-selnya. Serangan kutu daun
menyebabkan pertumbuhan tanaman kerdil, daun keriput, layu dan akhirnya mati.
Pengendalian dilakukan dengan waktu tanam secara serempak, memijit kutu daun
hingga mati, mengurangi keragaman jumlah tanaman inang, atau disemprot
insektisida yang mengandung bahan aktif Deltametrin atau Klorpirifos (Haryanto
et al, 2002)..
 Penyakit
 Bercak daun
Organisme penyebabnya adalah cendawan Cercospora longissima Sacc.
atau C. lactucae Tev. Gejala serangan penyakit ini mula-mula berupa bercak kecil
kebasah-basahan pada tepi daun, kemudian meluas menyerang jaringan tanaman,
daunnya berubah menjadi kecoklatan, dan banyak titik hitam yang merupakan
konidium jamur. Pengendalian dengan melakukan pergiliran tanaman, memotong
bagian tanaman yang sakit untuk dibakar (dimusnahkan) dan disemprot fungisida
yang mengandung bahan aktif Mankozeb (Haryanto et al, 2002).
 Busuk daun
Penyebab busuk daun adalah cendawan Bremia lactucae Regel yang sering
mengakibatkan daun selada bercak bersudut, menguning dan akhirnya bercak-
bercak kecoklatan (membusuk). Penyakit ini biasanya menyerang hebat pada
kondisi iklim berkabut (berembun). Beberapa cara mengendalikan penyakit busuk
daun yaitu membersihkan gulma, mengumpulkan dan membakar tanaman yang
sakit, melakukan rotasi tanaman dan disemprot fungisida yang mengandung bahan
aktif Mankozeb (Haryanto et al, 2002)..
 Busuk basah
Penyebab busuk basah adalah bakteri Erwinia carotovora (Jones).
Gejalanya yaitu daun dan batang tanaman selada membusuk sewaktu di kebun
maupun setelah panen (lepas panen). Selain membusuk berwarna coklat atau
coklat kehitam-hitaman juga mengeluarkan aroma bau yang khas dan menyolok
hidung. Pengendalian dilakukan dengan cara menjaga kebersihan kebun (sanitasi),
menghindari kerusakan atau luka pada waktu pemeliharam tanaman ataupun saat
panen, serta melakukan penanganan pasca panen sebaik mungkin.
 Penyakit daun kuning
Penyebab daun kuning disebabkan oleh virus aster. Virus aster pertama kali
ditemukan pada tanaman aster. Gejalanya yaitu daun yang masih muda menjadi
kuning. Penyebab virus ini kemungkinan oleh kutu aphid atau belalang. Pada
umumnya, virus belum dapat diberantas. Upaya yang dapat dilakukan hanya
dengan pencegahan seperti mencabut dan membakar tanaman yang sakit,
membersihkan tangan setelah memegang tanaman yang sakit, membersihkan
gulma dan mengendalikan kutu-kutu yang menjadi vektor.
2.4.6 Panen dan Pascapanen
Tanaman selada keriting dapat dipanen pada umur 35 hari setelah tanam
dimana jumlah daun telah maksimal dan rapat, ukuran daun besar, berwarna hijau
segar dan batangnya belum memanjang. Pada umumnya terdapat 3 cara
pemanenan sayuran yang sering dilakukan yaitu dipetik, dipotong dan dicabut.
Untuk tanaman selada keriting pemanenannya dapat dilakukan dengan cara
dipotong atau dicabut dengan akar-akarnya. Panen sebaiknya dilakukan pada saat
tidak hujan atau berkabut. Kegiatan pascapanen selada meliputi pengumpulan
hasil, pembersihan dan pengemasan.
BAB III. METODE PELAKSANAAN
3.1 Waktu dan Tempat
Kegiatan Pengalaman Kerja Praktek Mahasiswa (PKPM) dilaksanakan
selama kurang lebih 10 minggu. PKPM dimulai pada tanggal 23 Maret 2015 dan
berakhir pada tanggal 30 Mei 2015. Kegiatan yang berlangsung sepuluh minggu
tersebut berlangsung di Inkubator Usahatani (IUT) unit Rumah Pangan Lestari
Balai Besar Pelatihan Pertanian Lembang. Lokasi Instansi ini terletak di Jl.
Kayuambon no. 82, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat, Provinsi
Jawa Barat.
3.2 Alat dan Bahan
Selama proses produksi tanaman selada dibutuhkan beberapa alat dan bahan
untuk dapat melaksanakan produksi. Adapun alat dan bahan yang digunakan
sebagai berikut :
3.2.1 Alat yang dibutuhkan
Adapun alat yang dibutuhkan selama proses produksi selada dengan sistem
vertikultur adalah sebagai berikut :
Tabel 1. Kebutuhan Alat Budidaya Selada Sistem Vertikultur di Unit RPL BBPP
Lembang
No. Nama Alat Satuan Jumlah Kebutuhan
1 Baki Pesemaian (tray) Unit 3
2 Karung Goni Unit 1
3 Selang Air Meter 4
4 Rak Talang Air Unit 3
5 Rak Bambu Unit 1
6 Rak Pralon (PVC) Unit 1
7 Pot Gantung Bambu Tunggal Unit 2
8 Pot Gantung Pralon Tunggal Unit 2
9 Pot Gantung Pralon Triple Unit 1
10 Pot Vertikal Pralon Unit 6
Pembuatan 7 jenis wadah media tanam vertikultur diatas membutuhkan
bahan-bahan berikut ini :
Tabel 2. Data bahan dan jumlah kebutuhan bahan pembuatan wadah tanam
vertikultur di RPL BBPP Lembang
No Nama Bahan Satuan Jumlah
1 Kayu Kaso 3 x 4 (4 m) Batang 13
2 Talang Air Segi PVC (4 m) Batang 6
3 Tutup Talang Unit 42
4 Paku Kg 2
5 Bambu Gombong (9 m) Batang 3
6 Bambu Tali (9 m) Batang 4
7 Pralon (4 m) Batang 5
8 Tutup Dop Unit 14
9 Tali Meter 20
10 Pot ukuran sedang Unit 6
11 Pembakar Spiritus ml 90
Alat yang dibutuhkan untuk pembuatan rak vertikultur diatas adalah sebagai
berikut :
Tabel 3. Data alat dan jumlah kebutuhan alat pembuatan wadah tanam vertikultur
No Nama Bahan Satuan Jumlah
1 Palu Unit 1
2 Gergaji Besi Unit 1
3 Bor Listrik Unit 1
3.2.2 Bahan yang dibutuhkan
Berikut merupakan jenis bahan-bahan yang dibutuhkan dalam proses
budidaya selada dengan sistem vertikultur :
Tabel 4. Data bahan dan jumlah kebutuhan bahan budidaya selada vertikultur di
RPL BBPP Lembang
No Nama Bahan Satuan Jumlah Kebutuhan
1 Bibit Selada Hijau Butir 150
2 Bibit Lollorossa Butir 150
3 Pupuk Kandang Karung 5
4 Arang Sekam Karung 5
5 Urin Kelinci Liter 26
3.3 Ruang lingkup
Ruang lingkup penulisan laporan ini meliputi hal-hal sebagai berikut :
a. Budidaya selada dengan sistem vertikultur untuk mengoptimalkan
penggunaan lahan pekarangan yang sempit.
b. Analisa aspek finansial dari budidaya sistem vertikultur selada dan
manfaatnya bagi keluarga.
c. Peningkatan nilai guna lahan pekarangan yang pada awalnya bernilai nol
menjadi lahan yang memberikan nilai tambah terhadap keluarga.
d. Keterkaitan antara pekarangan (lahan sempit) dengan sistem budidaya
vertikultur serta kontibusinya terhadap peningkatan pendapatan keluarga.
3.4 Data dan sumber data
Sumber data yang digunakan dalam pembuatan laporan ini terdiri dari data
primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh atau
dikumpulkan oleh penulis secara langsung dari sumber datanya. Data primer
disebut juga sebagai data asli atau data baru yang memiliki sifat up to date dan
untuk mendapatkan data primer, penulis harus mengumpulkannya secara
langsung. Data primer yang diperoleh oleh penulis antara lain sebagai berikut :
1. Diskusi/tanya jawab secara langsung dengan pembimbing lapangan,
koordinator magang, karyawan instansi lain dan pihak-pihak terkait
mengenai judul laporan dan masalah-masalah umum lain mengenai
instansi maupun komoditi yang diambil oleh penulis.
2. Melalui observasi atau praktik langsung di lapangan.
Data sekunder adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan oleh penulis
dari berbagai sumber yang telah ada. Data sekunder merupakan data yang
dikumpulkan berasal dari studi kepustakaan maupun pengumpulan data melalui
internet tentang tanaman selada, vertikultur dan ilmu-ilmu relevan sesuai dengan
judul laporan yang diangkat oleh penulis. Informasi yang dikumpulkan antara lain
adalah :
a. Gambaran umum instansi seperti sejarah instansi, sumber daya instansi
dan kondisi keuangan instansi. Tahun data dari informasi mengenai
instansi yang diperoleh merupakan informasi/data terbaru yaitu pada tahun
2015.
b. Deskripsi mengenai budidaya selada pada umumnya, budidaya tanaman
dengan sistem vertikutltur, budidaya pada pekarangan sempit dan data
mengenai Rumah Pangan Lestari (RPL). Cara pengumpulan data ini yaitu
dengan melakukan studi kepustakaan maupun internet. Tahun data yang
diperoleh berasal dari berbagai macam tahun data mulai dari tahun 2001
hingga tahun 2014.
3.5 Metode pengumpulan data
Beberapa metode pengumpulan data yang digunakan dalam penulisan
laporan adalah sebagai berikut :
a. Studi literatur
Melalui teknik ini dilakukan kegiatan pengumpulan data, keterangan dan
informasi dengan penelaahan secara cermat atas berbagai dokumen arsip, hasil
laporan, buku–buku ilmiah, dan bahan tertulis lainnya yang relevan.
b. Wawancara
Wawancara yaitu suatu teknik pengumpulan data dengan cara mengadakan
tanya jawab langsung dengan responden.
c. Observasi (Pengamatan)
Teknik pengumpulan data melalui observasi merupakan pengumpulan data
yang dilakukan dengan cara mengamati dan mencatat secara sistematis.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Instansi
4.1.1 Sejarah Balai Besar Pelatihan Pertanian Lembang
Balai Besar Pelatihan Pertanian (BBPP) Lembang berdiri pada tahun 1962
yang pada awalnya bernama PLP (Pusat Pelatihan Pertanian) milik Pemda
propinsi Jawa Barat, kemudian pada tanggal 28 Januari 1978 berdasarkan SK
Mentan No.52/KPTS/org/1/1978 pengelolaannya diambil alih oleh Badan
Pendidikan dan Latihan Penyuluhan Pertanian dan berubah menjadi BLPP (Balai
Latihan Pegawai Pertanian) Kayuambon dengan tingkat Eselone ring IIIb meliputi
wilayah kerja Jawa Barat bagian timur dan DKI Jakarta. Tahun 2000 dengan
keluarnya SK Mentan No.84/KPTS/OT.210/2/2000, tanggal 29 Februari 2000
berubah menjadi BDP (Balai Diklat Pertanian) Lembang. Dengan keluarnya SK
Mentan No.355/KPTS/OT.210/5/2002, tanggal 8 Mei 2002 BDP mendapatkan
kenaikan eselon menjadi Eselon IIIa dan berganti nama menjadi BDAH (Balai
Diklat Agribisnis Hortikultura) Lembang.
Berdasarkan SK Mentan No.487/KPTS/OT.160/10/2003, dengan adanya
perkembangan IPTEK di era globalisasi serta kebutuhan wilayah binaan yang
semakin kompleks secara nasional, tanggal 14 Oktober 2003 BDAH Lembang
berkembang menjadi tingkatan Eselon II dengan nama BBDAH (Balai Besar
Diklat Agribisnis Hortikultura) Kayuambon. BBDAH mempunyai tugas
melaksanakan diklat keahlian dan pengembangan teknik diklat di bidang
Agribisnis Hortikultura dalam rangka peningkatan kualitas sumber daya manusia
pertanian.
Tahun 2007 dilakukan penataan kembali organisasi dan tata kerja dengan
perubahan nama lembaga menjadi BBPP (Balai Besar Pelatihan Pertanian)
Lembang. Perubahan nama ini dilakukan dalam rangka meningkatkan daya guna
dan hasil guna pelaksanaan pelatihan di bidang pertanian. BBPP Lembang terletak
pada wilayah sentra produksi sayuran, juga merupakan daerah Agrowisata.
Ketinggian daerah ±1.200 mdpl dengan curah hujan 100-400 mm/bulan, serta
rata-rata kelembaban nisbi 84-89%. BBPP Lembang sangat ideal untuk menjadi
pusat pelatihan, lokakarya atau seminar bagi pengembangan SDM pertanian serta
sebagai pusat informasi teknologi pertanian khususnya sayur-sayuran dan buah-
buahan di tingkat nasional maupun internasional.
4.1.2 Visi, Misi, Tugas dan Fungsi BBPP Lembang
a. Visi
Visi BBPP Lembang adalah “Menjadi lembaga pelatihan yang handal untuk
menghasilkan SDM pertanian yang profesional dalam mendukung industri
pertanian yang berdaya saing”.
b. Misi
Adapun misi BBPP Lembang yaitu:
1. Meningkatkan kualitas program berbasis kinerja.
2. Meningkatkan pendayagunaan sarana dan prasarana pelatihan serta
produktivitas instalasi agribisnis.
3. Meningkatakan sistem manajemen mutu penyelenggaraan pelatihan sesuai
sistem mutu yang berkualitas (ISO – 900:2008).
4. Meningkatkan mutu penyelenggaraan pelatihan dengan melaksanakan
pelatihan berbasis kompetensi.
5. Melaksanakan pengembangan teknik pelatihan hortikultura dan
melaksanakan pelatihan teknis, fungsional dan kewirausahaan bagi aparatur
dan non aparatur pertanian sesuai dangan Standar Kompetensi Kerja (SKK)
dalam rangka mewujudkan 4 (empat) sukses pembangunan pertanian.
6. Meningkatkan profesionalisme Widyaiswara dan tenaga teknis pelatihan.
7. Meningkatkan kerja sama pelatihan dalam negeri dan melaksanakan
pelatihan kerja sama luar negeri.
8. Melaksanakan sistem informasi, pemantauan, evaluasi dan pelaporan
pelatihan dan melakukan pengendalian internal yang akurat dan kredibel.
9. Meningkatkan kualitas pengelolaan administrasi penata-usahaan dan rumah
tangga yang transparan dan akuntabel.
c. Tugas BBPP Lembang
Berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor
101/Permentan/OT.140/10/2013 tanggal 9 Oktober 2013 tentang organisasi dan
tata kerja, BBPP Lembang mempunyai tugas mengembangkan teknik pelatihan
teknis, fungsional dan kewirausahaan di bidang pertanian bagi aparatur dan non
aparatur.
d. Fungsi BBPP Lembang
BBPP Lembang memiliki fungsi sebagai berikut:
1) Penyusunana rencana, program dan pelaksanaan kerjasama.
2) Pelaksanaan pemantauan, evaluasi dan pelaporan.
3) Pelaksanaan pelatihan teknis di bidang pertanian.
4) Pelaksanaan pelatihan fungsional di bidang pertanian bagi aparatur pertanian.
5) Pelaksanaan pelatihan kewirausahaan di bidang pertanian.xcvbn
6) Pelaksanaan pengembangan teknik pertanian di bidang hortikultura.
7) Pelaksanaan pengembangan teknik pelatihan pertanian.
8) Pelaksanaan penyususunan paket pembelajaran dan media pelatihan teknis,
fungsional dan kewirausahaan di bidang pertanian.
9) Penyususunan bahan Standar Kompetensi Kerja (SKK) pelatihan teknis,
fungsional dan kewirausahaan di bidang pertanian.
4.1.3 Organisasi Instansi
a. Susunan Organisasi
BBPP dikepalai oleh seorang Kepala Balai yang membawahi :
 Kepala Bagian Umum
Kepala Bagian Umum dibantu oleh:
 Kepala Sub Bagian Kepegawaian dan Rumah Tangga,
 Kepala Sub Bagian Keuangan,
 Kepala Sub Bagian Perlengkapan dan Instalasi.
 Kepala Bidang Program dan Evaluasi
Kepala Bidang Program dan Evaluasi, dibantu oleh:
 Kepala Seksi Program dan Kerjasama,
 Kepala Seksi Evaluasi dan Pelaporan.
 Kepala Bidang Penyelenggaraan Pelatihan
Kepala Bidang Penyelenggaraan Pelatihan dibantu oleh:
 Kepala Seksi Pelatihan Aparatur,
 Kepala Seksi Pelatihan Non Aparatur.
 Kelompok Jabatan Fungsional
b. Struktur organisasi
BBPP Lembang mempunyai struktur organisasi sebagai berikut :
Gambar 2. Struktur Organisasi Balai Besar Pelatihan Pertanian (BBPP) Lembang
Inkubator
Usahatani
Tatang Suhendi
KEPALA BALAI
Ir. Bandel Hartopo.M. Sc
KELOMPOK
JABATAN FUNGSIONAL
BAGIAN
UMUM
Ir.Iski S, M.Si
Subbag
Keuangan
Deden
Hamdan, S.Pd
Subbag
Kepegawaian
dan
RumahTangga
Irwan W., Bc. Hk
Subbag
Perlengkapa
n dan
Instalasi
Drs. Taufik
Lukman,MP
BIDANG
PENYELENGGARAAN
PELATIHAN
Dr. Ibrahim Saragih
SeksiPelatihan
Aparatur
Lily Suherli, SP
Seksi Pelatihan
Non Aparatur
Kusyaman,S. Sos
BIDANG PROGRAM
DAN EVALUASI
Afandi
Seksi
Evaluasidan
Pelaporan
Yullyndra
TD, SP
Seksi
Program dan
Kerjasama
Iwan Kurnia, SP
4.1.4 Sumberdaya Manusia Instansi
BBPP Lembang pada tahun 2015 didukung oleh 141 orang pegawai. Berikut
ini merupakan rincian jumlah keseluruhan seumberdaya manusia yang ada di
BBPP Lembang :
Tabel 5. Jumlah Sumberdaya Manusia di BBPP
No Keterangan Jumlah (orang)
1 PNS
- Pejabat Struktural 11
- Kelompok Fungsional Widyaiswira 29
- Kelompok Fungsional Analisis Kepegawaian 1
- Kelompok Fungsional Pranata Humas 1
- Kelompok Fungsional Umum 78
2 Tenaga Kontrak 9
3 THL 8
4 Satpam 4
Total 141
Tabel dibawah ini merupakan jumlah pegawai BBPP berdasarkan golongan
dan tingkat pendidikan.
Tabel 6. Jumlah Pegawai Berdasarkan Golongan dan Tingkat Pendidikan
Golongan
Pegawai berdasarkan golongan
Tahun 2015 (orang)
Gol I
Gol II
Gol III
Gol IV
1
37
61
21
Tingkat
Pegawai berdasarkan tingkat pendidikan
Tahun 2015 (orang)
S3
S2
S1
D3
SLTA
SLTP
SD
1
31
43
5
33
3
3
4.1.5 Sekilas Inkubator Usahatani (IUT)
a. Latar Belakang IUT
Sejak tahun 2002, Balai Besar Pelatihan Pertanian (BBPP) Lembang telah
mendirikan Inkubator Agribisnis (IA). Inkubator Agribisnis berganti nama
menjadi Inkubator Usahatani (IUT) pada tahun 2013 dan berfungsi sebagai sarana
pelatihan serta melayani para pelaku agribisnis secara nasional, khususnya Jawa
Barat. Bentuk pelayanan langsung yang diberikan IUT kepada pelaku usaha
pertanian terbatas pada pola pendidikan dan latihan, selain itu proses tersebut
belum melibatkan partisipasi aktif dari kalangan bisnis dan akademisi. Hal ini
belum mencerminkan pelayanan langsung yang harus diberikan IUT, yang mana
berdampak pada belum terjadinya proses transformasi petani yang dibina menjadi
wirausahawan. Kondisi demikian, menuntut perubahan struktur dan fungsi
kelembagaan Inkubator Usahatani yang dimiliki Lembang selain mengembangkan
usahanya di bidang pertanian juga menjadi mediator serta transformator bagi
petani untuk menjadi wirausaha agribisnis.
b. Tujuan IUT BBPP Lembang
Sebagai bagian dari institusi pelayanan publik dalam bidang agribisnis,
pengembangan kelembagaan IUT Balai Besar Pelatihan Pertanian (BBPP)
Lembang bertujuan untuk :
a. Meningkatkan kemampuan SDM staf teknis Inkubator Usahatani dengan
melaksanakan berbagai kegiatan usahatani sesuai dengan bidang keahliannya.
b. Menjadi mediator dan transfomator dalam pengembangan agripreneur-
agripreneur baru di Indonesia.
c. Menciptakan jejaring kerja (networking) bagi agripreneur, pemerintah dan
berbagai pemangku kepentingan (stake holders) dengan berbagai kompetensi
yang dimiliki oleh BBPP Lembang secara maksimal dan melembaga.
c. Ruang Lingkup Inkubator Usahatani BBPP Lembang
Inkubator Usahatani (IUT) didirikan sebagai upaya untuk memperlancar
proses penciptaan usaha-usaha baru, terutama usaha-usaha yang berkait erat
dengan kompetensi BBPP Lembang. Secara internal, mediasi penciptaan inovasi
dari penemuan-penemuan di BBPP akan terus berkembang karena adanya
aktivitas komersialisasi. IUT juga menjadi salah satu bagian dalam proses
pelatihan di BBPP, terutama belajar secara nyata tentang bagaimana
mengupayakan penciptaan nilai tambah (value added creation), peningkatan
profesionalisme (to be profesional), bertanggung-jawab (to be committed),
menciptakan wirausaha yang handal dan bagaimana membentuk sebuah
komunitas bisnis (business society). IUT kedepannya diharapkan dapat menjadi
salah satu ujung tombak BBPP Lembang dalam upaya mendorong terus lahirnya
inovasi. Lebih jauh lagi, IUT harus mampu menjadi mediator dan transformator
untuk mendorong tercipta dan tumbuhnya kesejahteraan masyarakat (social
wealth creation).
Inkubator Usahatani memberikan pelayanan usaha sebagai berikut:
a. Menyediakan infrastruktur perkantoran bersama, termasuk diantaranya ruang
pertemuan konsultasi, keamanan, furnitur, perlengkapan kantor (termasuk
fasilitas internet), telepon dan perlengkapannya, perpustakaan, kebersihan dan
perawatan serta akomodasi penginapan. Menyediakan platform pertemuan
antara agripreneur dengan service provider.
b. Menyediakan akses bagi jaringan mitra aliansi, sumber-sumber permodalan
dan networking.
c. Menyediakan asisten dan mentor-mentor bisnis dari kalangan praktisi bisnis,
menyangkut konsultasi teknis dan manajemen perusahaan, teknologi, proses
produksi, pemasaran dan sebagainya.
d. Layanan bisnis seperti masalah administrasi perusahaan, layanan
kesekretariatan dan akuntansi, masalah legal dan masalah hak atas kekayaan
intelektual.
e. Menyediakan akses informasi bagi institusi finansial, industri, pemilik modal,
dan warga masyarakat yang ingin mencari potensi-potensi usaha baru yang
dikelola oleh IUT.
d. Sumber Daya Manusia di Inkubator Usahatani BBPP Lembang
Balai Besar Pelatihan Pertanian (BBPP) Lembang sebagai lembaga yang
memiliki dukungan teknis dan pengalaman yang panjang dalam berkomunikasi
dengan para petani dan pelaku agribisnis lainnya, sangat berpotensi menjadi
lembaga pengembang inovasi baru dalam menghasilkan produk dan proses yang
merupakan bagian penting dalam strategi diversifikasi disamping pengembangan
pasar yang baru.
BBPP Lembang adalah tempat ideal sebagai Inkubator Usahatani karena
didukung oleh kemampuan untuk menjalankan lembaga ini secara operasional.
Sumberdaya manusia yang dimiliki di Inkubator Usahatani BBPP Lembang
terdiri dari 1 orang pengelola dan 15 orang pelaksana teknis. SDM IUT BBPP
Lembang dilihat dari pendidikan meliputi enam orang Sarjana, satu orang
Diploma dan sembilan orang tamatan SPMA/sederajat.
Struktur organisasi Inkubator Usahatani BBPP Kayuambon Lembang adalah
seperti gambar tiga dibawah ini.
STRUKTUR ORGANISASI INKUBATOR USAHATANI
Gambar 3. Struktur Organisasi Inkubator Usahatani
Penanggung Jawab
Kabag Umum
Tim Pengawas
(SPI)
Kelompok Ahli/
Konsultan/Widyaiswara
Pengelola IUT
Tatang S.
Pelaksana Unit
Administrasi dan
Keuangan
Rini. N, SP
Pelaksana Kultur
Jaringan
Yuli Yulinawati, SP
Pelaksana
Pengolahan Hasil
Euis Kurniati, SP
Pelaksana Buah
E. Kusnadi
Asep Komarudin
Rumah
Pangan
Lestari
Jajang
Dadan Septia
Amas
Miko
Pelaksana
Hidroponik
Teten CM ,SP
Slamet S. S.ST
Pelaksana
Sayuran
Lapangan
Encang Solihin
Ade R
Rokhmadin A,md
Pelaksana
Tanaman
Hias
Juniadi S.P
Kabid. Penyelenggara Diklat
(Pelatihan Non Aparatur)
Pengarah
Ka. Balai
4.1.6 Kondisi Keuangan Instansi
Kondisi keuangan Inkubator Usahatani di BBPP Lembang cukup baik.
Semua keperluan alat dan bahan untuk mendukung kegiatan usahatani di
Inkubator Usahatani BBPP Lembang seperti penyedia pupuk, benih dan sarana
produksi lainnya mendapatkan pembiayaan dari Balai Besar Pelatihan Pertanian
Lembang itu sendiri.
Dana yang digunakan oleh Balai Besar Pelatihan Pertanian (BBPP)
Lembang bersumber dari Kementerian Pertanian, lebih tepatnya bagian
Penyuluhan dan Pengembangan Sumberdaya Manusia Pertanian. Alokasi dana
yang didapatkan oleh BBPP untuk tahun 2015 adalah Rp 23.046.993.000. Dana
ini digunakan untuk menjalankan seluruh fungsi dari BBPP termasuk salah
satunya Inkubator Usahatani.
4.1.7 Deskripsi Kegiatan Bisnis Instansi
a. Deskripsi Produksi
Kegiatan bisnis yang ada di BBPP Lembang hanya dijalankan oleh bagian
Inkubator Usahatani (IUT). Seperti pada gambar tiga diatas, di IUT terdapat
beberapa unit produksi seperti tanaman hias, tanaman sayuran lapangan,
hidroponik, rumah pangan lestari, buah-buahan dan unit pengolahan hasil. Proses
produksi masing-masing unit berbeda-beda, ada yang dibudidayakan di dalam
screen house dan ada yang di lapangan. Tanaman di dalam screen house adalah
tanaman hias dan tanaman sayuran (kentang, tomat cherry & seledri). Ketiga
tanaman sayuran tersebut dibudidayakan dengan metode hidroponik. Metode
hidroponik yang ada di IUT BBPP Lembang ini terdiri atas dua sistem yaitu
hidroponik irigasi tetes (drip irigation) dan hidroponik sistem aeroponik. Kentang
dibudidayakan dengan sistem aeroponik sedangkan tomat cherry dan seledri
dengan sistem irigasi tetes.
b. Produk
Produk yang dihasilkan oleh IUT ini diantaranya adalah tomat cherry,
seledri, kentang, brokoli, pakcoy, caysin, edamame, jagung manis jepang, selada
merah, selada hijau, kecipir, jeruk, bawang merah, bawang daun, stroberi,
kabocha, labu siam, aragula, siombak, pagoda, cabai, cengek (cabai rawit) dan
tanaman hias seperti krisan, anggrek dan kaktus.
c. Pelanggan
IUT BBPP Lembang memiliki beberapa pelanggan seperti Amazing Farm,
LM Java dan juga pedagang-pedagang pengumpul. Tomat cherry pelanggannya
adalah Amazing Farm, kedelai edamame pelanggannya LM Java dan komoditi
lain pada umumnya merupakan langganan pedagang-pedagang pengumpul.
Kemudian di unit RPL selain pedagang pengumpul, yang menjadi pelanggannya
adalah restoran BBPP dan Labor pengolahan BBPP.
d. Pemasok Bahan Baku
Pada kegiatan budidaya yang menjadi pemasok bahan baku untuk
menjalankan kegiatan pada umumnya adalah kios-kios pertanian, namun terdapat
beberapa komoditi yang bahan bakunya seperti bibit diperoleh dari Amazing Farm
karena adanya hubungan kemitraan.
e. Pemasaran
Produk-produk yang dihasilkan di IUT BBPP Lembang ada yang dipasarkan
secara langsung dan tidak langsung. Pemasaran tidak langsung yaitu hasil-hasil
budidaya yang dijual melalui pedagang pengumpul, Amazing Farm dan LM Java
yang mana akan dilanjutkan ke pasar baik tradisional maupun modern dengan atau
tanpa menambah nilai jual produk seperti pengemasan dan sebagainya. Sedangkan
pemasaran langsung yang dijalankan adalah penjualan ke restoran BBPP dan
labor pengolahan hasil.
Penjualan ke Amazing Farm dan LM Java diatas berjalan karena adanya
hubungan kemitraan. Hubungan kemitraan yang terjadi adalah mitra tanpa MOU,
namun seluruh produk yang dihasilkan untuk komoditi tertentu di IUT dipasarkan
ke Amazing Farm dan LM Java tersebut.
4.1.8 Sekilas Rumah Pangan Lestari (RPL)
a. Tentang RPL
Rumah Pangan Lestari (RPL) yaitu rumah tangga dengan prinsip
pemanfaatan pekarangan yang dirancang untuk memenuhi kebutuhan pangan dan
gizi keluarga, diversifikasi pangan berbasis sumberdaya lokal, pelestarian
tanaman pangan untuk masa depan serta peningkatan pendapatan yang pada
akhirnya akan meningkatkan pendapatan.
Rumah Pangan Lestari yang ada di BBPP Lembang dibawa pertama kali
oleh Bapak Ir. Bandel Hartopo selaku Kepala Balai. RPL ini baru saja didirikan
pada tahun 2014. Luas lahan yang dimiliki oleh RPL ±700 m2
. Jenis tanaman
yang ditanam di RPL sangat beragam seperti tanaman sayuran, buah-buahan,
umbi-umbian dan rempah. Beberapa tanaman sayuran yang ditanam seperti
selada, bayam, kangkung, bawang daun, buncis, cabe rawit, kabocha, brokoli,
sawi, aragula, siombak, pagoda, seledri, terong dan tomat. Kemudian tanaman
buah-buahan diantaranya jambu air, jambu biji klutuk, jeruk bali, jeruk manis,
jeruk nipis, jeruk purut, kedondong, mangga, markisa, pisang dan strawberry.
Yang termasuk ke dalam kategori umbi-umbian yang ada di RPL BBPP Lembang
adalah talas, ubi kayu dan ubi jalar. Kategori terakhir adalah tanaman rempah,
diantaranya daun kemangi. Selain tanaman tersebut, di RPL juga terdapat
beberapa ternak seperti kambing, domba, sapi dan ikan.
Pada dasarnya, RPL merupakan bagian dari Kawasan Rumah Pangan
Lestari (KRPL) yang penerapannya dilakukan terhadap suatu kawasan baik dalam
satu desa, kampung, RT dan sebagainya. KRPL ini pertama kali diterapkan di
Kabupaten Pacitan yang terletak di Jawa Barat. Tanaman-tanaman yang ada di
RPL ditata sedemikian rupa sehingga menghasilkan pekarangan yang indah dan
tidak ada ruang yang kosong, ditambah dengan bunga–bunga yang ditanam
sehingga menambah keindahan dari Rumah Pangan Lestari BBPP Lembang.
b. Prinsip, Tujuan dan Fungsi RPL
 Prinsip
 Pemanfaatan pekarangan ramah lingkungan dan memenuhi kebutuhan
pangan serta gizi keluarga.
 Diversifikasi pangan berbasis sumberdaya lokal.
 Konservasi sumberdaya genetik tanaman pangan.
 Menjaga kelestariannya melalui kebun bibit desa melalui peningkatan
pendapatan dan kesejahteraan masyarakat.
 Tujuan
 Pemenuhan pangan dan gizi keluarga.
 Meningkatkan kemampuan masyarakat dalam pemanfaatan lahan
pekarangan.
 Mengembangkan sumber benih untuk berkelanjutan pemanfaatna
pekarangan.
 Pengembangan kegiatan ekonomi produktif sehingga mampu meningkatkan
kesejahteraan keluarga.
 Fungsi
 Pelestarian sumberdaya alam dan lingkungan.
 Fungsi ekonomi
 Fungsi sosial.
c. Model Budidaya Rumah Pangan Lestari BBPP Lembang
Berikut merupakan model budidaya yang ada di unit Rumah Pangan Lestari
BBPP Lembang :
 Vertikultur (model gantung, tempel, tegak dan rak)
Merupakan teknologi untuk mengatasi keterbatasan ruang/lahan. Tanaman
dapat disusun secara bertingkat dan dapat diletakkan pada lahan sempit karena
vertikultur memanfaatkan lahan kearah vertikal/keatas.
 Pot / polybag
Yaitu budidaya yang penanamannya dilakukan didalam pot/polybag yang
didalamnya telah diisi dengan media tanam. Beberapa tanaman yang ditanam di
dalam pot/polybag selain bunga penghias rumah adalah bawang daun, seledri,
stroberi dan terung.
 Tanam langsung
Tanam langsung maksudnya adalah penanaman di tanah secara langsung
tanpa dibuat bedengan atau semacamnya.
 Aquaponik
Sistem budidaya aquaponik merupakan penggabungan antara budidaya
secara vertikal dengan hidroponik.
 Minaponik
Minaponik merupakan teknologi yang mengkombinasikan anatara budidaya
ikan dengan tanaman. Tanaman yang disusun vertikal di bagian atas dan di bagian
bawahnya terdapat sebuah bak/tangki/penampungan tempat hidupnya ikan.
 Bedengan
Budidaya di lapangan dengan menggunakan bedengan ada yang
menggunakan mulsa dan ada juga yang tidak.
 Kandang
Kandang sebagai tempat pemeliharaan hewan-hewan ternak. Adapun hewan
ternaknya adalah sapi, kambing dan domba.
 Kolam terpal / kolam mini / tong
Merupakan sebagai tempat berbudidaya ikan. Ikan yang dibudidayakan di
RPL adalah ikan lele.
 Pagar hidup
Model budidaya pagar hidup adalah memaksimalkan fungsi-fungsi pagar
untuk berbudidaya dan menambah keindahan. Tanaman yang bisa dipraktekkan
ke pagar hidup di RPL adalah labu siam, kabocha dan kecipir.
e. Kebun Bibit Desa
RPL BBPP Lembang memiliki sebuah Kebun Bibit Desa (KBD) berukuran
±6m2
yang mana KBD merupakan salah satu cara untuk mendukung
keberlanjutan RPL. KBD merupakan tempat bagi keluarga untuk menjaga
ketersediaan benih/bibit yang akan ditanam di pekarangan. Pada saat satu tanaman
di pekarangan telah habis masa panennya maka harus ditanami dengan bibit baru
sesegera mungkin agar lahan pekarangan tidak kosong, dan untuk menjaga hal
tersebut maka diperlukan sebuah kebun bibit desa.
Pengaplikasian KBD sebenarnya lebih diperuntukkan bagi Kawasan Rumah
Pangan Lestari (KRPL). KRPL merupakan gabungan dari RPL-RPL, dimana
dalam suatu kawasan seperti satu dusun, desa ataupun kampung. Satu KRPL
memiliki satu KBD yang dikelola oleh satu orang. Orang tersebut bertugas untuk
menjaga ketersediaan bibit untuk RPL-RPL dalam satu dusun, desa atau kampung
yang dikelolanya, namun pada RPL BBPP Lembang, KBD dikelola secara
independen oleh rumah tangga karena tidak berbasis kawasan.
KBD yang ada di BBPP Lembang ini tidak hanya digunakan sebagai tempat
pembibitan saja, namun didalamnya juga dimanfaatkan sebagai tempat
penyimpanan alat-alat pertanian seperti cangkul, kored, sabit, ember, dan berbagai
macam peralatan lainnya yang dibutuhkan dalam mengelola pekarangan.
e. Biomen dan Biogas
 Biomen
Biomen merupakan hasil fermentasi dari urin manusia dan hewan dengan
menambahkan EM4. RPL BBPP Lembang memiliki bermacam ternak seperti
domba, kelinci, sapi dan ikan. Limbah urin dari domba dan kelinci yang ada di
BBPP dimanfaatkan menjadi biomen yang bermanfaat bagi tanaman karena
diketahui urin tersebut mengandung unsur hara yang cukup tinggi, sehingga hal
ini lebih bersifat ekonomis bagi keluarga.
Pengaplikasian biomen dilakukan dengan mencampurkan 10 liter urin
dengan 200 ml EM4. Campuran tersebut disimpan selama tiga minggu di dalam
bak penampungan dan setelah itu, maka dapat dilakukan pemupukan terhadap
tanaman dengan aplikasi setiap satu liter biomen ditambahkan sepuluh liter air.
 Biogas
Biogas adalah gas yang dihasilkan dari proses penguraian bahan–bahan
organik oleh mikroorganisme pada kondisi langka oksigen (anaerob). Sumber
energi biogas yang utama adalah kotoran ternak sapi, kerbau, babi dan kuda.
Kotoran ternak sapi yang ada di RPL dimanfaatkan untuk pembuatan biogas
sehingga dapat dimanfaatkan sebagai pembangkit listrik. Hal ini menjadi sumber
energi alternatif yang ramah lingkungan dan terbarukan. Biogas ini dapat dibakar
seperti elpiji. Melalui pemanfaatan biogas maka keluarga tidak perlu lagi membeli
gas elpiji yang banyak dijual di pasar.
Manfaat energi biogas adalah sebagai pengganti bahan bakar khususnya
minyak tanah yang dipergunakan untuk memasak, kemudian sebagai bahan
pengganti bahan bakar minyak (bensin dan solar). Biogas juga dapat digunakan
sebagai pembangkit energi listrik jika dalam skala besar.
4.2 Tingkat Pendapatan Keluarga Melalui Vertikultur
4.2.1 Proses Produksi Selada Vertikultur
Kegiatan-kegiatan yang dilakukan selama proses produksi selada pada rak
vertikultur dapat dilihat pada gambar 4 dibawah ini :
Gambar 4. Skema/bagan alur proses produksi selada sistem vertikultur
a. Persiapan Benih / Pembibitan
Selada merupakan tanaman yang diperbanyak dengan biji–bijinya. Benih
selada dapat diperbanyak dengan cara langsung disebar diatas bedengan dan dapat
juga dengan disemai dahulu di lahan pesemaian. Budidaya pada rak vertikultur di
RPL, pembibitan yang dilakukan adalah di lahan pesemaian terlebih dahulu, lebih
tepatnya di KBD (kebun bibit desa). Benih selada keriting yang digunakan untuk
pembibitan adalah benih unggul dan bersertifikat yang setiap kemasannya berisi
7.000 butir benih dengan harga Rp 20.000/kemasan. Sedangkan benih selada
lollorossa (selada merah) yang digunakan adalah benih dengan merek dagang
Persiapan Wadah Media Tanam
Vertikultur
Pemeliharaan
Panen dan Pasca Panen
Penanaman
Persiapan Benih / Pembibitan
Pemupukan
Penyulaman
Penyiraman
Persiapan Media Tanam
indo seed. Benih ini berisi 5.000 butir per kemasannya dengan harga adalah Rp
40.000,-/kemasan.
Tahapan dan tata cara penyiapan bibit selada di lahan pesemaian yang
dilakukan adalah sebagai berikut :
 Mempersiapkan alat dan bahan yang digunakan dalam melakukan
pesemaian. Adapun alat yang digunakan yaitu tray (baki pesemaian)
sedangkan bahannya adalah benih selada baik selada hijau maupun selada
lollorossa, media tanam, air dan karung goni. Penggunaan tray dalam
pesemaian ini memberikan kemudahan bagi keluarga dalam
pelaksanaannya dimana keluarga tidak perlu membuat wadah semai secara
manual. Selain itu, tempat tanam di tray ini telah dikotak-kotakkan
sehingga pada saat pemindahan bibit ke lapangan, bibit yang dipindahkan
tidak rusak dan akarnya tidak terganggu. Jika menggunakan wadah semai
manual seperti yang dilakukan pada umumnya, akan terjadi kesulitan pada
saat pemindahan bibit ke lapangan. Satu buah tray memiliki kapasitas 128
benih tanaman, sehingga jika dimasukkan satu biji per lubang maka untuk
kegiatan pembibitan tanaman selada di RPL dibutuhkan tiga unit tray.
 Media tanam untuk pesemaian adalah campuran tanah, pupuk kandang dan
arang sekam. Ketiga bahan dicampur dengan perbandingan 1:1:1, artinya
untuk pesemaian ini dibutuhkan tanah, pupuk kandang dan arang sekam
masing-masing 1 kg.
 Campuran ketiga bahan dimasukkan ke dalam tray (baki pesemaian) yang
telah disiapkan dan kemudian tray diberi air secukupnya hingga media
tanam menjadi lembab.
 Kemudian masukkan benih selada ke dalam tray yang telah berisi media
satu per lubangnya. Kegiatan ini dapat dilakukan dengan menggunakan
alat bantu berupa paku kecil, lidi atau benda lainnya untuk memasukkan
benih tanaman satu persatu. Bantuan alat tersebut adalah untuk
memudahkan penanaman benih karena ukuran benih yang kecil.
 Langkah selanjutnya adalah menyimpan benih pada tempat yang aman,
dalam hal ini penyimpanan dilakukan di KBD. Tray di dalam KBD
tersebut ditutup dengan menggunakan karung goni. Penggunaan karung
goni sebagai penutup pembibitan adalah agar memudahkan keluarga pada
saat pemeliharaan pembibitan yaitu kegiatan penyiraman.
Pemeliharaan Bibit
Benih-benih yang telah disemaikan dan berkecambah berarti telah tumbuh
menjadi bibit. Sebelum dipindahtanamkan ke dalam kolom-kolom wadah media
tanam, diperlukan adanya perawatan terhadap bibit-bibit tersebut agar dapat
tumbuh dengan baik dan sehat. Penyiraman dilakukan dua kali sehari terhadap
benih yang disemaikan dan jika terdapat hujan maka cukup dilakukan satu kali.
Penyiraman dilakukan diatas karung goni tanpa perlu membukanya terlebih
dahulu.
Karung goni penutup tray pesemaian dibuka setelah benih berkecambah
agar bibit mendapatkan cukup sinar matahari. Rentang waktu untuk melepaskan
karung goni dapat berpengaruh terhadap kualitas bibit yang akan dihasilkan,
dimana apabila karung goni terlalu lama dilepaskan akan menjadikan bibit
tumbuh memanjang seperti tanaman toge. Bibit yang terlalu lama ditutupi dengan
karung goni akan mengakibatkan bibit tersebut berusaha mencari-cari celah untuk
mendapatkan sinar matahari. Oleh karena itu, pada hari ketiga karung goni
dilepaskan agar benih yang telah berkecambah tersebut bisa mendapatkan sinar
matahari.
Kegiatan penyiraman tetap terus dilakukan setelah karung goni dilepas
hingga tanaman siap dipindahkan ke wadah media vertikultur. Metode
penyiraman yang efektif dilakukan untuk pesemaian ini adalah dengan
mencelupkan tray secara hati-hati kedalam bak air. Tray memiliki lubang kecil
pada bagian dasar (bawah) dan dengan hal itu akan terjadi perembesan air melalui
lubang-lubang tersebut. Selain efektif dilakukan, metode ini juga bisa menghemat
waktu yang digunakan untuk penyiraman pesemaian. Penyiraman dengan cara ini
juga bertujuan agar bibit yang masih berukuran kecil dan lunak tidak rusak akibat
percikan-percikan air. Perawatan tersebut dilakukan hingga bibit siap untuk
dipindahtanamkan.
b. Persiapan Wadah Media Tanam Vertikultur
Vertikultur dapat dilaksanakan dengan memanfaatkan bahan-bahan dan
peralatan yang ada di sekitar, namun terdapat syarat penting yang harus dimiliki
oleh bahan-bahan tersebut yaitu awet digunakan, mudah diperoleh dan harganya
relatif murah.
Jenis bahan dan model rancangan wadah media tanam vertikultur yang
terdapat di Unit Rumah Pangan Lestari BBPP Lembang sangat beragam, ada yang
menggunakan bahan dasar talang air, pralon dan juga bambu gombong. Bahan-
bahan ini dapat dibuat menjadi berbagai macam model vertikultur seperti kolom
wadah yang disusun secara vertikal, horizontal, wadah media digantung ataupun
pot susun. Menurut Sutarminingsih (2007), keempat rancangan tersebut
merupakan rancangan yang sudah cukup banyak dicoba dan menunjukkan tingkat
keberhasilan yang tinggi. Berikut ini adalah data mengenai rancangan wadah
media tanam vertikultur yang ada di Unit RPL BBPP Lembang.
Tabel 7. Data Model Rancangan Wadah Media Vertikultur di Unit RPL BBPP
No. Nama Alat Satuan Jumlah Kebutuhan
1 Rak Talang Air Unit 3
2 Rak Bambu Unit 1
3 Rak Pralon (PVC) Unit 1
4 Pot Gantung Bambu Tunggal Unit 2
5 Pot Gantung Pralon Tunggal Unit 2
6 Pot Gantung Pralon Triple Unit 1
7 Pot Vertikal Pralon Unit 6
Cara Pembuatan
 Sistem Rak
Wadah media tanam vertikultur yang berbentuk kolom horizontal rak dapat
dibuat dari berbagai macam bahan, diantaranya adalah bambu, pralon (PVC),
papan, plastik, karung plastik, karpet talang, kantong plastik ataupun polybag.
Wadah media tanam yang terdapat di RPL BBPP Lembang ini terbuat dari bahan
talang air, bambu dan pralon, meskipun bahannya berbeda tetapi prinsip
pembuatannya sama. Adapun cara pembuatan kolom horizontal berupa rak ini
adalah sebagai berikut :
- Mempersiapkan alat dan bahan yang tertera pada tabel 3 dan tabel 4 untuk
pembuatan wadah media rak.
- Memotong talang air, pralon dan bambu sepanjang ± 1,3 m
- Menentukan dan menandai titik-titik lubang tanam dengan jarak ± 30 cm.
- Selanjutnya membuat lubang tanam dengan diameter 3-4 cm untuk bahan
pralon dan bambu, sedangkan untuk bahan talang air tidak perlu dilubangi
karena talang air berbentuk segi yang bagian atasnya terbuka. Cara
melubanginya adalah dengan menggunakan bor listrik. Lakukan hal serupa
pada pralon-pralon yang lain. Kedua ujung pralon ditutup dengan penutup
pralon (dop). Penutup ini selain menggunakan dop juga bisa dengan
memanfaatkan bahan lain yang harganya lebih rendah seperti plastik untuk
lebih ekonomisnya.
- Susunlah talang-talang, pralon-pralon dan bambu-bambu pada 3 rak yang
dibuat dari bahan kayu kaso atau bambu tali.
 Pot Gantung
Wadah media tanam vertikultur yang berbentuk pot gantung dapat dibuat
dari bahan-bahan seperti bambu, pralon, pot, tempurung kelapa, kaleng-keleng
bekas ataupun bahan lainnya. Wadah media tanam berbentuk pot gantung yang
ada di unit RPL terbuat dari bahan pralon dan bambu. Cara pembuatan pot
gantung ini cukup mudah, yaitu dengan memotong bambu ataupun paralon lalu
dilubangi sebagai tempat tumbuhnya tanaman, dan kemudian pralon atau bambu
tersebut digantungkan ke kayu atau tempat lain yang ada di pekarangan/teras
rumah.
 Pot Vertikal
Wadah media tanam sistem pot vertikal dapat dibuat dengan menggunakan
bahan bambu, pralon, plempem, karpet talang, kaleng bekas dan lain sebagainya.
Jenis bahan yang digunakan di RPL adalah pralon.
- Langkah pembuatannya pertama kali adalah memotong pralon dengan ukuran
1,5 m.
- Tentukan dan tandai jarak lubang tanam, untuk tanaman selada yang memiliki
ukuran relatif kecil maka jarak antar lubang tanamnya dibuat 20 cm.
- Pembuatan lubang tanam dilakukan seara berselang-seling antara permukaan
yang satu dengan lainnya.
- Pada bagian yang ditandai, dibuat sayatan dengan menggunakan gergaji.
Panjang sayatan dibuat lebih kurang 5-7 cm.
- Bagian yang disayat dipanaskan dengan api lampu spiritus dan setelah pralon
panas serta menjadi lunak, masukkan kayu pengungkit pada bagian sayatan
agar terbentuk lubang tanam.
- Langkah terakhir yaitu tanam pralon ke dalam pot yang berisi tanah agar
pralon dapat berdiri tegak.
c. Persiapan Media
Media tanam merupakan suatu bahan sebagai tempat untuk tumbuhnya
tanaman. Media yang digunakan untuk penanaman selada sistem vertikultur ini
adalah campuran antara tanah, pupuk kandang dan arang sekam dengan
perbandingan 1:1:1. Perbandingan tersebut digunakan dengan tujuan agar tanah
yang digunakan sebagai media tanam menjadi gembur, dapat cukup menahan dan
meloloskan air, serta cukup banyak mengandung zat makanan. Ketiga jenis media
dicampur secara merata dan kemudian dimasukkan ke dalam masing-masing
wadah vertikultur. Media tanam ini dapat digunakan hingga 3 kali penanaman,
namun perlu ditambahkan kembali pupuk kandang/kompos. Pupuk buatan dapat
juga ditambahkan agar unsur hara tetap tersedia secara memadai.
Penambahan/pembaharuan pupuk tersebut dilakukan dengan cara membongkar
media tanam yang lama terlebih dahulu, lalu tambahkan pupuk dan lakukan
pengadukan secara merata.
d. Penananam (Pemindahan Bibit)
Penanaman atau pemindahan bibit ke wadah media tanam vertikultur
dilakukan pada saat pembibitan telah berumur 2-3 minggu, dimana bibit yang
dipindahkan adalah bibit yang telah memiliki 3-4 helai daun. Bibit ditanam pada
setiap lubang tanam yang telah tersedia pada wadah vertikultur sebanyak satu
bibit per lubangnya. Buat lubang tanam dengan menggunakan tangan dan
kemudian masukkan bibitnya. Kegiatan pemindahan bibit ini harus dilakukan
dengan hati-hati, usahakan akar tanaman tidak rusak. Penanaman ke dalam wadah
vertikultur dapat diikutsertakan sedikit tanah dari bibit agar akar tanaman tidak
rusak dan tetap terjaga, kemudian setelah bibit tersebut dimasukkan, untuk
menjaga agar bibit dapat berdiri tegap maka lakukan sedikit pemadatan tanah
dengan menggunakan tangan di bagian batang selada tersebut.
e. Pemeliharaan
Kegiatan pemeliharaan terhadap tanaman selada yang dilakukan adalah
sebagai berikut :
 Penyulaman
Penyulaman dilakukan terhadap tanaman yang tidak tumbuh atau tumbuh
abnormal. Kegiatan penyulaman dilakukan hingga selada berumur seminggu
setelah tanam agar diperoleh keseragaman tanaman. Bibit yang digunakan untuk
menyulam adalah bibit yang sama dengan bibit pada saat penanaman pertama.
 Penyiraman
Penyiraman perlu dilakukan agar kebutuhan tanaman terhadap air dapat
tercukupi serta dapat menjaga kelembapannya (AAK, 2009). Penyiraman
dilakukan dengan menggunakan air bersih, jika menggunakan air yang berasal
dari selokan dikhawatirkan akan mengandung residu bahan berbahaya. Frekuensi
penyiraman dilakukan sebanyak dua kali dalam sehari, namun pada saat musim
kemarau cukup dilakukan satu kali di sore hari, pada intinya kegiatan penyiraman
tergantung kepada cuaca serta kondisi tanaman. Penyiraman dilakukan dengan
menggunakan selang dari tempat penampungan air, namun selain dengan cara
tersebut penyiraman juga dapat dilakukan dengan gayung, gembor dan lain
sebagainya.
 Penyiangan
Penyiangan bertujuan untuk membersihkan lahan dari gulma sehingga
tanaman dapat tumbuh optimal. Penyiangan yang dilakukan terhadap penanaman
secara vertikultur dilakukan secara manual yaitu dengan mencabut gulma pada
bagian-bagian kolom/wadah media yang terbuka. Dikarenakan penanaman secara
vertikultur maka gulma yang tumbuh cukup sedikit sehingga kegiatan ini dapat
dilakukan dengan rentang waktu pendek.
 Pemupukan
Pemupukan perlu dilakukan agar terjadi penambahan zat-zat makanan
(unsur hara) ke dalam media tanam. Pemupukan harus dilakukan dengan baik agar
kandungan hara di dalam tanah menjadi maksimal sehingga tanaman akan
mendatangkan hasil yang maksimal pula. Pemupukan susulan yang dilakukan
terhadap tanaman selada menggunakan urin kelinci. Mutryarny, Endriani dan Sri
(2014) menyatakan bahwa, meningkatnya kesadaran akan kesehatan telah
menyebabkan meningkatnya trend (populer) tanaman organik yang
mengakibatkan penggunaan pupuk organik dari unggas dan ruminansia
meningkat.
Pupuk organik dari urin kelinci memberikan pengaruh bagi pertumbuhan,
tinggi tanaman, jumlah daun, bobot segar dan bobot konsumsi tanaman
(Mutryarny, Endriani dan Sri, 2014). Pengaplikasian urin kelinci terhadap
tanaman adalah dengan mencampurkan setiap 1 lt urin dengan 10 lt air. Pupuk ini
diberikan kepada tanaman dengan frekuensi sebanyak tiga kali, yaitu pada umur 6
HST, 15 HST dan 20 HST. Dosis yang diberikan kepada tanaman adalah
sebanyak 250 cc/tanaman pada setiap kali pemupukan.
Berdasarkan hasil riset Badan Penelitian Ternak Bogor (2005) telah
diketahui unsur N P K rata-rata pada urine kelinci sebesar 2,72% (N), 1,1% (P)
dan 0,5% (K). Kandungan ini lebih tinggi jika dibandingkan dengan urine hewan
yang lain seperti sapi, kambing, domba dan kuda. Manfaat urine kelinci semakin
super jika air kencing kelinci yang telah diolah menjadi pupuk organik cair di
dapat dari ternak yang mencapai umur dewasa 6 hingga 8 bulan. Hal ini adalah
karena air kencing kelinci dewasa telah terbukti paling tinggi dan kaya kandungan
unsur N, P, dan K (Mutryarny, Endriani dan Sri, 2014).
f. Panen dan Pascapanen
Tanaman selada keriting sudah bisa dipanen pada umur 30 hari hingga 45
hari setelah tanam. Tata cara dan prosedur panen pada wadah vertikultur sama
saja dengan penanaman konvensional di lahan, yaitu dengan mencabut atau
memotong. Tanaman selada dapat dipanen dengan dicabut hingga ke akar-akarnya
dan setelah tanaman dipanen selanjutnya dilakukan pembersihan selada dengan
menggunakan air bersih. Daun-daun selada yang rusak, terkena penyakit, busuk
dan sebagainya dibuang dari tangkainya saat selada dibersihkan, sehingga tersisa
daun-daun yang bagus dan layak untuk dijual dan dikonsumsi oleh masyarakat.
Gambar 5. Wadah Vertikultur Pot
Vertikal
Tanaman selada dianginkan setelah dibersihkan dan dittimbang lalu dimasukkan
kedalam plastik, maka tanaman selada siap untuk dijual.
4.2.2 Vertikultur dan Keunggulan Vertikultur
Sistem budidaya vertikultur hadir akibat adanya keterbatasan lahan yang
sekarang ini semakin marak karena banyaknya pembangunan pengalihan lahan
yang terjadi. Permasalahan ini menjadikan vertikultur sebagai sebuah solusi
terhadap rumah tangga/keluarga untuk dapat bercocok tanam di pekarangan
rumah dengan optimal, hemat lahan, menggunakan teknologi dan metode
sederhana namun secara ekonomi tetap layak untuk dijalankan.
Vertikultur memiliki banyak keunggulan seperti berikut :
a. Menghemat lahan / dapat diterapkan di lahan sempit
Mengarah ke definisi vertikultur yang memanfaatkan lahan ke arah vertikal
maka metode tersebut tidak membutuhkan lahan yang luas atau dengan kata lain
memanfaatkan lahan yang sempit. Model rancangan dari wadah media tanam
vertikultur dapat dirancang sendiri oleh
keluarga dengan bentuk yang
diinginkan namun disesuaikan dengan
kondisi pekarangan rumah. Penanaman
selada di lapangan dengan jarak tanam
30 x 30 cm, untuk menanam 18 batang
tanaman membutuhkan luas lahan
minimal 1,62 m2
, sedangkan dengan
menggunakan wadah media tanam
vertikultur pot vertikal seperti gambar 5 hanya membutuhkan luas lahan kurang
dari 0,05 m2
untuk menanam 18 batang tanaman selada. Oleh karena itu luasan
lahan yang bisa dihemat adalah sebesar 1,57 m2
.
Menggunakan model rancangan rak bertingkat tiga seperti yang terlihat
pada gambar 6, pada lahan
seluas 1,5 m2
mampu menanam
tanaman dengan jarak tanam
30cm sebanyak 35 batang
tanaman, sedangkan kondisi di
lapangan untuk menanam 35
tanaman selada dengan jarak
tanam yang sama membutuhkan lahan seluas 3,15 m2
. Oleh karena itu, luas lahan
yang dapat dihemat dengan menggunakan model rancangan ini adalah 1,65 m2
.
b. Mendukung pertanian organik
Budidaya vertikultur yang dilakukan di RPL BBPP Lembang tidak
menggunakan pestisida apapun dalam pemeliharaan tanaman seladanya. Budidaya
yang dilakukan hanya menggunakan pupuk alami, seperti pupuk kandang, arang
sekam dan urin ternak. Oleh karena itu, budidaya vertikultur yang dilakukan
mengarah dan mendukung pertanian organik.
c. Penyediaan bahan wadah media tanam dapat disesuaikan
Bahan-bahan yang digunakan sebagai wadah media tanam dapat disesuaikan
dengan kondisi setempat/ketersediaan bahan yang ada. Wadah media tanam di
RPL terbuat dari berbagai macam bahan seperti pralon, bambu dan talang air
dengan berbagai macam rancangan yang berbeda. Tujuan utama penggunaan
Gambar 6. Wadah Vertikultur Rak
berbagai macam bahan di RPL BBPP Lembang adalah untuk menarik minat dari
pengunjung yang datang ke RPL untuk menerapkannya di perumahan mereka
dengan menggunkan beberapa alternatif yang ada di RPL.
Bahan dasar wadah media tanam tidak hanya terbatas kepada tiga jenis
bahan yang ada di RPL, wadah dapat disesuaikan denan kondisi setempat, namun
persyaratannya adalah kuat dan mudah untuk dipindah-pindahkan. Bahan lain
yang bisa dimanfaatkan selain ketiga jenis bahan yang ada di RPL adalah kaleng-
kaleng bekas, karpet bekas, tempurung kelapa, pot-pot plastik dan lain sebagainya
tergantung kepada kreatifitas dari keluarga.
d. Pemeliharaan tanaman relatif sederhana
Kegiatan budidaya sistem vertikultur dan budidaya secara konvensional di
lahan pada dasarnya memiliki prosedur yang sama, hanya wadah media tanam
yang berbeda. Penanaman vertikultur dilakukan pada wadah media tanam
vertikultur yang dibuat khusus sedangkan secara konvensional ditanam di tanah
lepas, namun media tanam dapat disamakan. Kegiatan penyiangan yang dilakukan
di rak vertikultur dapat dikatakan hampir tidak ada karena gulma yang tumbuh
sangat sedikit, berbeda dengan penanaman di lapangan yang biasanya ditumbuhi
banyak gulma dan akan menyebabkan hama penyakit menyerang tanaman.
Pemeliharaan di lapangan lebih sulit daripada vertikultur, karena dengan
banyaknya gulma, tanaman akan rentan terserang hama dan penyakit. Oleh karena
itu, diperlukan kegiatan pengendalian hama dan penyakit baik secara manual
maupun menggunakan obat-obatan, pemeliharaan tanaman selada di rak
vertikultur RPL tidak pernah diberikan obat-obatan jenis apapun terhadap
tanaman. Hal ini didukung oleh kondisi tanaman yang bersih dan penyiraman
yang dijaga. Penyiraman dijaga maksudnya adalah volume penyiraman yang tidak
berlebihan, karena pada saat volume air yang diberikan terhadap tanaman
berlebihan menyebabkan padatnya permukaan tanah, timbul becek atau genangan
air di permukaan. Genangan air ini dapat menjadi sumber penyakit terhadap
tanaman seperti penyakit busuk basah.
e. Menambah nilai estetika
Penanaman tanaman dengan sistem vertikultur memiliki keunggulan dapat
meningkatkan nilai estetika dan keindahan dari rumah. Bangunan wadah media
tanam yang bersih dan asri memanjakan mata yang memandangnya. Tanaman
selada apabila pertumbuhannya cukup dan bagus akan menampilkan nilai
keindahan yang tinggi terlebih di rak vertikultur yang tersusun sangat rapi. Pada
saat tanaman semakin tumbuh besar dan sehat, keluarga bahkan menjadi sangat
sayang untuk memetik dan memanennya. Nilai keindahan/estetika dari vertikultur
di RPL BBPP ini ditambah dengan adanya dua jenis warna selada yang ditanam
yaitu selada hijau biasa dan selada merah (lollorossa).
f. Dapat dilakukan oleh siapa saja
Budidaya sistem vertikultur dapat dilakukan oleh siapa saja tak terkecuali
bagi keluarga-keluarga. Budidaya tanaman secara vertikultur sebenarnya tidak
perlu menggunakan peralatan dan bahan yang akan menghabiskan biaya besar,
yang penting wadah yang dipakai dapat menyediakan ruang tumbuh yang baik
bagi tanaman. Budidaya vertikultur terkadang hasilnya tidak hanya berupa panen
tetapi juga keindahan tanaman yang ditanam dan struktur bangunan/wadah tanam
yang tahan lama. Oleh karena itu, untuk alasan - alasan tersebut diatas maka cara
berikut ini dapat dipakai, yaitu alat dan bahan yang digunakan antara lain pralon,
Lta vinnisa nilam 1201362045
Lta vinnisa nilam 1201362045
Lta vinnisa nilam 1201362045
Lta vinnisa nilam 1201362045
Lta vinnisa nilam 1201362045
Lta vinnisa nilam 1201362045
Lta vinnisa nilam 1201362045
Lta vinnisa nilam 1201362045
Lta vinnisa nilam 1201362045
Lta vinnisa nilam 1201362045
Lta vinnisa nilam 1201362045
Lta vinnisa nilam 1201362045
Lta vinnisa nilam 1201362045
Lta vinnisa nilam 1201362045
Lta vinnisa nilam 1201362045
Lta vinnisa nilam 1201362045
Lta vinnisa nilam 1201362045
Lta vinnisa nilam 1201362045
Lta vinnisa nilam 1201362045
Lta vinnisa nilam 1201362045
Lta vinnisa nilam 1201362045
Lta vinnisa nilam 1201362045
Lta vinnisa nilam 1201362045
Lta vinnisa nilam 1201362045
Lta vinnisa nilam 1201362045
Lta vinnisa nilam 1201362045
Lta vinnisa nilam 1201362045
Lta vinnisa nilam 1201362045
Lta vinnisa nilam 1201362045

More Related Content

What's hot

Teks mc kem kecemerlangan upsr
Teks mc kem kecemerlangan upsrTeks mc kem kecemerlangan upsr
Teks mc kem kecemerlangan upsrkgiie79
 
Weekly Newsletter LAZNas Chevron Rumbai Maret 2016 week 2
Weekly Newsletter LAZNas Chevron Rumbai Maret 2016 week 2Weekly Newsletter LAZNas Chevron Rumbai Maret 2016 week 2
Weekly Newsletter LAZNas Chevron Rumbai Maret 2016 week 2LAZNas Chevron
 
Monthly Newsletter LAZNas Chevron Indonesia edisi Mei 2018
Monthly Newsletter LAZNas Chevron Indonesia edisi Mei 2018Monthly Newsletter LAZNas Chevron Indonesia edisi Mei 2018
Monthly Newsletter LAZNas Chevron Indonesia edisi Mei 2018LAZNas Chevron
 
50 jawapan ulasan
50 jawapan ulasan50 jawapan ulasan
50 jawapan ulasangunavathy
 
Sri hariyadi kipa 2014
Sri hariyadi kipa 2014Sri hariyadi kipa 2014
Sri hariyadi kipa 2014Sri Hariyadi
 
Teks ucapan pengerusi majlis perasmian perkhemahan unit beruniform 2014 sk da...
Teks ucapan pengerusi majlis perasmian perkhemahan unit beruniform 2014 sk da...Teks ucapan pengerusi majlis perasmian perkhemahan unit beruniform 2014 sk da...
Teks ucapan pengerusi majlis perasmian perkhemahan unit beruniform 2014 sk da...Humairah Fakri
 
Teks ucapan majlis bacaan yasin pelajar tahap 21
Teks ucapan majlis bacaan yasin pelajar tahap 21Teks ucapan majlis bacaan yasin pelajar tahap 21
Teks ucapan majlis bacaan yasin pelajar tahap 21Kamsix
 
Slide karangan ulasan (vle frog)
Slide karangan ulasan (vle frog)Slide karangan ulasan (vle frog)
Slide karangan ulasan (vle frog)Norsuhaila Ila
 
TEKS PENGACARA MAJLIS GRADUASI
TEKS PENGACARA MAJLIS GRADUASITEKS PENGACARA MAJLIS GRADUASI
TEKS PENGACARA MAJLIS GRADUASINazira M
 
Teks pengacara majlis perasmian mesyuarat permuafakatan ppki sk parit bunga
Teks pengacara majlis perasmian mesyuarat permuafakatan ppki sk parit bungaTeks pengacara majlis perasmian mesyuarat permuafakatan ppki sk parit bunga
Teks pengacara majlis perasmian mesyuarat permuafakatan ppki sk parit bungaAmirrudin Md Shah
 
Teks ucapan mc malam sua mesra (MAKAN MALAM)
Teks ucapan mc malam sua mesra (MAKAN MALAM)Teks ucapan mc malam sua mesra (MAKAN MALAM)
Teks ucapan mc malam sua mesra (MAKAN MALAM)Nad0209
 
Teks pengacara majlis mesy agung ke 40
Teks pengacara majlis mesy agung ke 40Teks pengacara majlis mesy agung ke 40
Teks pengacara majlis mesy agung ke 40mazidah binti ali
 
Budidaya Rumput Laut (Kappaphycus alvarezii) menggunakan Bibit Hasil Kultur J...
Budidaya Rumput Laut (Kappaphycus alvarezii) menggunakan Bibit Hasil Kultur J...Budidaya Rumput Laut (Kappaphycus alvarezii) menggunakan Bibit Hasil Kultur J...
Budidaya Rumput Laut (Kappaphycus alvarezii) menggunakan Bibit Hasil Kultur J...Andinursaban
 
Teks pengacara majlis mesyaurat agung pibg. onnline
Teks pengacara majlis mesyaurat agung pibg. onnlineTeks pengacara majlis mesyaurat agung pibg. onnline
Teks pengacara majlis mesyaurat agung pibg. onnlineMaimunah Sibli
 
Teks ucapan perasmian mesy agung pibg
Teks ucapan perasmian mesy agung pibgTeks ucapan perasmian mesy agung pibg
Teks ucapan perasmian mesy agung pibgNorkaspawati Kassim
 

What's hot (17)

Teks mc kem kecemerlangan upsr
Teks mc kem kecemerlangan upsrTeks mc kem kecemerlangan upsr
Teks mc kem kecemerlangan upsr
 
Weekly Newsletter LAZNas Chevron Rumbai Maret 2016 week 2
Weekly Newsletter LAZNas Chevron Rumbai Maret 2016 week 2Weekly Newsletter LAZNas Chevron Rumbai Maret 2016 week 2
Weekly Newsletter LAZNas Chevron Rumbai Maret 2016 week 2
 
Monthly Newsletter LAZNas Chevron Indonesia edisi Mei 2018
Monthly Newsletter LAZNas Chevron Indonesia edisi Mei 2018Monthly Newsletter LAZNas Chevron Indonesia edisi Mei 2018
Monthly Newsletter LAZNas Chevron Indonesia edisi Mei 2018
 
50 jawapan ulasan
50 jawapan ulasan50 jawapan ulasan
50 jawapan ulasan
 
Sri hariyadi kipa 2014
Sri hariyadi kipa 2014Sri hariyadi kipa 2014
Sri hariyadi kipa 2014
 
Teks ucapan pengerusi majlis perasmian perkhemahan unit beruniform 2014 sk da...
Teks ucapan pengerusi majlis perasmian perkhemahan unit beruniform 2014 sk da...Teks ucapan pengerusi majlis perasmian perkhemahan unit beruniform 2014 sk da...
Teks ucapan pengerusi majlis perasmian perkhemahan unit beruniform 2014 sk da...
 
Teks ucapan majlis bacaan yasin pelajar tahap 21
Teks ucapan majlis bacaan yasin pelajar tahap 21Teks ucapan majlis bacaan yasin pelajar tahap 21
Teks ucapan majlis bacaan yasin pelajar tahap 21
 
Slide karangan ulasan (vle frog)
Slide karangan ulasan (vle frog)Slide karangan ulasan (vle frog)
Slide karangan ulasan (vle frog)
 
TEKS PENGACARA MAJLIS GRADUASI
TEKS PENGACARA MAJLIS GRADUASITEKS PENGACARA MAJLIS GRADUASI
TEKS PENGACARA MAJLIS GRADUASI
 
Teks pengacara majlis perasmian mesyuarat permuafakatan ppki sk parit bunga
Teks pengacara majlis perasmian mesyuarat permuafakatan ppki sk parit bungaTeks pengacara majlis perasmian mesyuarat permuafakatan ppki sk parit bunga
Teks pengacara majlis perasmian mesyuarat permuafakatan ppki sk parit bunga
 
Teks juruacara merentas desa skbm.
Teks juruacara merentas desa skbm.Teks juruacara merentas desa skbm.
Teks juruacara merentas desa skbm.
 
Teks ucapan mc malam sua mesra (MAKAN MALAM)
Teks ucapan mc malam sua mesra (MAKAN MALAM)Teks ucapan mc malam sua mesra (MAKAN MALAM)
Teks ucapan mc malam sua mesra (MAKAN MALAM)
 
Teks pengacara majlis mesy agung ke 40
Teks pengacara majlis mesy agung ke 40Teks pengacara majlis mesy agung ke 40
Teks pengacara majlis mesy agung ke 40
 
Budidaya Rumput Laut (Kappaphycus alvarezii) menggunakan Bibit Hasil Kultur J...
Budidaya Rumput Laut (Kappaphycus alvarezii) menggunakan Bibit Hasil Kultur J...Budidaya Rumput Laut (Kappaphycus alvarezii) menggunakan Bibit Hasil Kultur J...
Budidaya Rumput Laut (Kappaphycus alvarezii) menggunakan Bibit Hasil Kultur J...
 
Teks pengacara majlis mesyaurat agung pibg. onnline
Teks pengacara majlis mesyaurat agung pibg. onnlineTeks pengacara majlis mesyaurat agung pibg. onnline
Teks pengacara majlis mesyaurat agung pibg. onnline
 
Kwu
KwuKwu
Kwu
 
Teks ucapan perasmian mesy agung pibg
Teks ucapan perasmian mesy agung pibgTeks ucapan perasmian mesy agung pibg
Teks ucapan perasmian mesy agung pibg
 

Similar to Lta vinnisa nilam 1201362045

Proposal Makanan Tradisional Berbahan Dasar Nabati
Proposal Makanan Tradisional Berbahan Dasar Nabati Proposal Makanan Tradisional Berbahan Dasar Nabati
Proposal Makanan Tradisional Berbahan Dasar Nabati NaufalNasrullah3
 
Skripsi tanpa bab pembahasan
Skripsi tanpa bab pembahasanSkripsi tanpa bab pembahasan
Skripsi tanpa bab pembahasanjeniirinti
 
Kti metta selani
Kti metta selaniKti metta selani
Kti metta selaniMettaSelani
 
Kti suci nala
Kti suci nalaKti suci nala
Kti suci nalaSuciNala
 
Kti melisa purnama sari
Kti melisa purnama sariKti melisa purnama sari
Kti melisa purnama sariMELISAPURNAMa
 
Kati siti munarsih
Kati siti munarsihKati siti munarsih
Kati siti munarsihSitimunarsih
 
Asuhan kebidanan pada ibu nifas terhadap ny
Asuhan kebidanan pada ibu nifas terhadap nyAsuhan kebidanan pada ibu nifas terhadap ny
Asuhan kebidanan pada ibu nifas terhadap nyLIAMAIASTUTI
 

Similar to Lta vinnisa nilam 1201362045 (20)

Kti wayan seli novela
Kti wayan seli novelaKti wayan seli novela
Kti wayan seli novela
 
Anshella citra angelita
Anshella citra angelitaAnshella citra angelita
Anshella citra angelita
 
Kti desak gede apna
Kti desak gede apnaKti desak gede apna
Kti desak gede apna
 
Proposal Makanan Tradisional Berbahan Dasar Nabati
Proposal Makanan Tradisional Berbahan Dasar Nabati Proposal Makanan Tradisional Berbahan Dasar Nabati
Proposal Makanan Tradisional Berbahan Dasar Nabati
 
Skripsi tanpa bab pembahasan
Skripsi tanpa bab pembahasanSkripsi tanpa bab pembahasan
Skripsi tanpa bab pembahasan
 
Kti dian eka putri
Kti  dian eka putriKti  dian eka putri
Kti dian eka putri
 
Kti metta selani
Kti metta selaniKti metta selani
Kti metta selani
 
Kti suci nala
Kti suci nalaKti suci nala
Kti suci nala
 
Kti melisa purnama sari
Kti melisa purnama sariKti melisa purnama sari
Kti melisa purnama sari
 
Kati siti munarsih
Kati siti munarsihKati siti munarsih
Kati siti munarsih
 
Kti istik analiza
Kti istik analizaKti istik analiza
Kti istik analiza
 
Kti desty hery dyana
Kti desty hery dyanaKti desty hery dyana
Kti desty hery dyana
 
Kti ratna juwita
Kti ratna juwitaKti ratna juwita
Kti ratna juwita
 
Kti intan widari
Kti intan widariKti intan widari
Kti intan widari
 
Kti armayani
Kti armayaniKti armayani
Kti armayani
 
Kti febby laras pamella
Kti febby laras pamellaKti febby laras pamella
Kti febby laras pamella
 
Kti ayu safitri
Kti ayu safitriKti ayu safitri
Kti ayu safitri
 
Kti dian eka putri
Kti  dian eka putriKti  dian eka putri
Kti dian eka putri
 
Asuhan kebidanan pada ibu nifas terhadap ny
Asuhan kebidanan pada ibu nifas terhadap nyAsuhan kebidanan pada ibu nifas terhadap ny
Asuhan kebidanan pada ibu nifas terhadap ny
 
Kti reny nurul andriyani
Kti reny nurul andriyaniKti reny nurul andriyani
Kti reny nurul andriyani
 

More from Andrew Hutabarat

More from Andrew Hutabarat (20)

Jabs 0910 213
Jabs 0910 213Jabs 0910 213
Jabs 0910 213
 
Format proposal 2
Format proposal 2Format proposal 2
Format proposal 2
 
Format laporan acara 1
Format laporan acara 1Format laporan acara 1
Format laporan acara 1
 
Sistem Komputer
Sistem KomputerSistem Komputer
Sistem Komputer
 
Konsentrasi Klorofil Daun sebagai Indikator Kekurangan Air pada Tanaman
Konsentrasi Klorofil Daun sebagai Indikator Kekurangan Air pada TanamanKonsentrasi Klorofil Daun sebagai Indikator Kekurangan Air pada Tanaman
Konsentrasi Klorofil Daun sebagai Indikator Kekurangan Air pada Tanaman
 
Contoh proposal penelitian ilmiah
Contoh proposal penelitian ilmiahContoh proposal penelitian ilmiah
Contoh proposal penelitian ilmiah
 
Kuliah fisiologi lingkungan 2014 ind 1
Kuliah fisiologi lingkungan 2014 ind 1Kuliah fisiologi lingkungan 2014 ind 1
Kuliah fisiologi lingkungan 2014 ind 1
 
Kuliah fisiologi lingkungan 2014 ind
Kuliah fisiologi lingkungan 2014 indKuliah fisiologi lingkungan 2014 ind
Kuliah fisiologi lingkungan 2014 ind
 
Integrated weed
Integrated weedIntegrated weed
Integrated weed
 
Ekotan 15
Ekotan 15Ekotan 15
Ekotan 15
 
The biodiversity budiastuti 2014
The biodiversity budiastuti 2014The biodiversity budiastuti 2014
The biodiversity budiastuti 2014
 
Site dan mode of action
Site dan mode of actionSite dan mode of action
Site dan mode of action
 
Seed bank
Seed bankSeed bank
Seed bank
 
Managemen gulma
Managemen gulmaManagemen gulma
Managemen gulma
 
Kuliang fisiologi lingkungan ing 2014 2 1
Kuliang fisiologi lingkungan ing 2014 2 1Kuliang fisiologi lingkungan ing 2014 2 1
Kuliang fisiologi lingkungan ing 2014 2 1
 
I gulma l2
I gulma l2I gulma l2
I gulma l2
 
Ecologi gulma
Ecologi gulmaEcologi gulma
Ecologi gulma
 
Kuliang fisiologi lingkungan ing 2014 2
Kuliang fisiologi lingkungan ing 2014 2Kuliang fisiologi lingkungan ing 2014 2
Kuliang fisiologi lingkungan ing 2014 2
 
Ekotanjut1
Ekotanjut1Ekotanjut1
Ekotanjut1
 
The biodiversity ho 2015
The biodiversity ho 2015The biodiversity ho 2015
The biodiversity ho 2015
 

Recently uploaded

Solusi dan Strategi ATHG yang di hadapi Indonesia (Kelas 11).pptx
Solusi dan Strategi ATHG yang di hadapi Indonesia (Kelas 11).pptxSolusi dan Strategi ATHG yang di hadapi Indonesia (Kelas 11).pptx
Solusi dan Strategi ATHG yang di hadapi Indonesia (Kelas 11).pptxAgungRomadhon3
 
Sapawarga - Manual Guide PPDB Tahun 2024.pdf
Sapawarga - Manual Guide PPDB Tahun 2024.pdfSapawarga - Manual Guide PPDB Tahun 2024.pdf
Sapawarga - Manual Guide PPDB Tahun 2024.pdfTarkaTarka
 
Modul P5 Berekayasa dan Berteknologi untuk Membangun NKRI.pptx
Modul P5 Berekayasa dan Berteknologi untuk Membangun NKRI.pptxModul P5 Berekayasa dan Berteknologi untuk Membangun NKRI.pptx
Modul P5 Berekayasa dan Berteknologi untuk Membangun NKRI.pptxSriayuAnisaToip
 
RENCANA + Link2 MATERI Training _PEMBEKALAN Kompetensi_PENGELOLAAN PENGADAAN...
RENCANA + Link2 MATERI  Training _PEMBEKALAN Kompetensi_PENGELOLAAN PENGADAAN...RENCANA + Link2 MATERI  Training _PEMBEKALAN Kompetensi_PENGELOLAAN PENGADAAN...
RENCANA + Link2 MATERI Training _PEMBEKALAN Kompetensi_PENGELOLAAN PENGADAAN...Kanaidi ken
 
Presentasi visi misi revisi sekolah dasar.pptx
Presentasi visi misi revisi sekolah dasar.pptxPresentasi visi misi revisi sekolah dasar.pptx
Presentasi visi misi revisi sekolah dasar.pptxDWIHANDOYOPUTRO2
 
PRESENTASI OBSERVASI PENGELOLAAN KINERJA KEPALA SEKOLAH.pptx
PRESENTASI OBSERVASI PENGELOLAAN KINERJA KEPALA SEKOLAH.pptxPRESENTASI OBSERVASI PENGELOLAAN KINERJA KEPALA SEKOLAH.pptx
PRESENTASI OBSERVASI PENGELOLAAN KINERJA KEPALA SEKOLAH.pptxmuhammadyudiyanto55
 
Modul Pembentukan Disiplin Rohani (PDR) 2024
Modul Pembentukan Disiplin Rohani (PDR) 2024Modul Pembentukan Disiplin Rohani (PDR) 2024
Modul Pembentukan Disiplin Rohani (PDR) 2024SABDA
 
Solusi Masalah Pendidikan Kelompok 9 Wawasan Pendidikan.pptx
Solusi Masalah Pendidikan Kelompok 9 Wawasan Pendidikan.pptxSolusi Masalah Pendidikan Kelompok 9 Wawasan Pendidikan.pptx
Solusi Masalah Pendidikan Kelompok 9 Wawasan Pendidikan.pptxaristasaputri46
 
1. Standar Operasional Prosedur PPDB Pada paud
1. Standar Operasional Prosedur PPDB Pada paud1. Standar Operasional Prosedur PPDB Pada paud
1. Standar Operasional Prosedur PPDB Pada paudMamanDiana
 
tugas modul 1.4 Koneksi Antar Materi (1).pptx
tugas  modul 1.4 Koneksi Antar Materi (1).pptxtugas  modul 1.4 Koneksi Antar Materi (1).pptx
tugas modul 1.4 Koneksi Antar Materi (1).pptxd2spdpnd9185
 
LAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERI
LAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERILAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERI
LAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERIPURWANTOSDNWATES2
 
Sosialisme Kapitalis Karl Marx (Dosen Pengampu: Khoirin Nisai Shalihati)
Sosialisme Kapitalis Karl Marx (Dosen Pengampu: Khoirin Nisai Shalihati)Sosialisme Kapitalis Karl Marx (Dosen Pengampu: Khoirin Nisai Shalihati)
Sosialisme Kapitalis Karl Marx (Dosen Pengampu: Khoirin Nisai Shalihati)saritharamadhani03
 
tugas pai kelas 10 rangkuman bab 10 smk madani bogor
tugas pai kelas 10 rangkuman bab 10 smk madani bogortugas pai kelas 10 rangkuman bab 10 smk madani bogor
tugas pai kelas 10 rangkuman bab 10 smk madani bogorWILDANREYkun
 
ppt-menghindari-marah-ghadab-membiasakan-kontrol-diri-dan-berani-membela-kebe...
ppt-menghindari-marah-ghadab-membiasakan-kontrol-diri-dan-berani-membela-kebe...ppt-menghindari-marah-ghadab-membiasakan-kontrol-diri-dan-berani-membela-kebe...
ppt-menghindari-marah-ghadab-membiasakan-kontrol-diri-dan-berani-membela-kebe...AgusRahmat39
 
INDIKATOR KINERJA DAN FOKUS PERILAKU KS.pdf
INDIKATOR KINERJA DAN FOKUS PERILAKU KS.pdfINDIKATOR KINERJA DAN FOKUS PERILAKU KS.pdf
INDIKATOR KINERJA DAN FOKUS PERILAKU KS.pdfNurSriWidyastuti1
 
BUKTI DUKUNG RHK SEKOLAH DASAR NEGERI.pptx
BUKTI DUKUNG RHK SEKOLAH DASAR NEGERI.pptxBUKTI DUKUNG RHK SEKOLAH DASAR NEGERI.pptx
BUKTI DUKUNG RHK SEKOLAH DASAR NEGERI.pptxDWIHANDOYOPUTRO2
 
VISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBI
VISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBIVISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBI
VISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBIgloriosaesy
 
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 1 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 1 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 1 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 1 KURIKULUM MERDEKA.pdfAndiCoc
 
Konflik dan Negosiasi dalam perilaku organisai
Konflik dan Negosiasi dalam perilaku organisaiKonflik dan Negosiasi dalam perilaku organisai
Konflik dan Negosiasi dalam perilaku organisaimuhammadmasyhuri9
 
Koneksi Antar Materi Modul 1.4.ppt x
Koneksi Antar Materi Modul 1.4.ppt           xKoneksi Antar Materi Modul 1.4.ppt           x
Koneksi Antar Materi Modul 1.4.ppt xjohan199969
 

Recently uploaded (20)

Solusi dan Strategi ATHG yang di hadapi Indonesia (Kelas 11).pptx
Solusi dan Strategi ATHG yang di hadapi Indonesia (Kelas 11).pptxSolusi dan Strategi ATHG yang di hadapi Indonesia (Kelas 11).pptx
Solusi dan Strategi ATHG yang di hadapi Indonesia (Kelas 11).pptx
 
Sapawarga - Manual Guide PPDB Tahun 2024.pdf
Sapawarga - Manual Guide PPDB Tahun 2024.pdfSapawarga - Manual Guide PPDB Tahun 2024.pdf
Sapawarga - Manual Guide PPDB Tahun 2024.pdf
 
Modul P5 Berekayasa dan Berteknologi untuk Membangun NKRI.pptx
Modul P5 Berekayasa dan Berteknologi untuk Membangun NKRI.pptxModul P5 Berekayasa dan Berteknologi untuk Membangun NKRI.pptx
Modul P5 Berekayasa dan Berteknologi untuk Membangun NKRI.pptx
 
RENCANA + Link2 MATERI Training _PEMBEKALAN Kompetensi_PENGELOLAAN PENGADAAN...
RENCANA + Link2 MATERI  Training _PEMBEKALAN Kompetensi_PENGELOLAAN PENGADAAN...RENCANA + Link2 MATERI  Training _PEMBEKALAN Kompetensi_PENGELOLAAN PENGADAAN...
RENCANA + Link2 MATERI Training _PEMBEKALAN Kompetensi_PENGELOLAAN PENGADAAN...
 
Presentasi visi misi revisi sekolah dasar.pptx
Presentasi visi misi revisi sekolah dasar.pptxPresentasi visi misi revisi sekolah dasar.pptx
Presentasi visi misi revisi sekolah dasar.pptx
 
PRESENTASI OBSERVASI PENGELOLAAN KINERJA KEPALA SEKOLAH.pptx
PRESENTASI OBSERVASI PENGELOLAAN KINERJA KEPALA SEKOLAH.pptxPRESENTASI OBSERVASI PENGELOLAAN KINERJA KEPALA SEKOLAH.pptx
PRESENTASI OBSERVASI PENGELOLAAN KINERJA KEPALA SEKOLAH.pptx
 
Modul Pembentukan Disiplin Rohani (PDR) 2024
Modul Pembentukan Disiplin Rohani (PDR) 2024Modul Pembentukan Disiplin Rohani (PDR) 2024
Modul Pembentukan Disiplin Rohani (PDR) 2024
 
Solusi Masalah Pendidikan Kelompok 9 Wawasan Pendidikan.pptx
Solusi Masalah Pendidikan Kelompok 9 Wawasan Pendidikan.pptxSolusi Masalah Pendidikan Kelompok 9 Wawasan Pendidikan.pptx
Solusi Masalah Pendidikan Kelompok 9 Wawasan Pendidikan.pptx
 
1. Standar Operasional Prosedur PPDB Pada paud
1. Standar Operasional Prosedur PPDB Pada paud1. Standar Operasional Prosedur PPDB Pada paud
1. Standar Operasional Prosedur PPDB Pada paud
 
tugas modul 1.4 Koneksi Antar Materi (1).pptx
tugas  modul 1.4 Koneksi Antar Materi (1).pptxtugas  modul 1.4 Koneksi Antar Materi (1).pptx
tugas modul 1.4 Koneksi Antar Materi (1).pptx
 
LAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERI
LAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERILAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERI
LAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERI
 
Sosialisme Kapitalis Karl Marx (Dosen Pengampu: Khoirin Nisai Shalihati)
Sosialisme Kapitalis Karl Marx (Dosen Pengampu: Khoirin Nisai Shalihati)Sosialisme Kapitalis Karl Marx (Dosen Pengampu: Khoirin Nisai Shalihati)
Sosialisme Kapitalis Karl Marx (Dosen Pengampu: Khoirin Nisai Shalihati)
 
tugas pai kelas 10 rangkuman bab 10 smk madani bogor
tugas pai kelas 10 rangkuman bab 10 smk madani bogortugas pai kelas 10 rangkuman bab 10 smk madani bogor
tugas pai kelas 10 rangkuman bab 10 smk madani bogor
 
ppt-menghindari-marah-ghadab-membiasakan-kontrol-diri-dan-berani-membela-kebe...
ppt-menghindari-marah-ghadab-membiasakan-kontrol-diri-dan-berani-membela-kebe...ppt-menghindari-marah-ghadab-membiasakan-kontrol-diri-dan-berani-membela-kebe...
ppt-menghindari-marah-ghadab-membiasakan-kontrol-diri-dan-berani-membela-kebe...
 
INDIKATOR KINERJA DAN FOKUS PERILAKU KS.pdf
INDIKATOR KINERJA DAN FOKUS PERILAKU KS.pdfINDIKATOR KINERJA DAN FOKUS PERILAKU KS.pdf
INDIKATOR KINERJA DAN FOKUS PERILAKU KS.pdf
 
BUKTI DUKUNG RHK SEKOLAH DASAR NEGERI.pptx
BUKTI DUKUNG RHK SEKOLAH DASAR NEGERI.pptxBUKTI DUKUNG RHK SEKOLAH DASAR NEGERI.pptx
BUKTI DUKUNG RHK SEKOLAH DASAR NEGERI.pptx
 
VISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBI
VISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBIVISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBI
VISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBI
 
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 1 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 1 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 1 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 1 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
Konflik dan Negosiasi dalam perilaku organisai
Konflik dan Negosiasi dalam perilaku organisaiKonflik dan Negosiasi dalam perilaku organisai
Konflik dan Negosiasi dalam perilaku organisai
 
Koneksi Antar Materi Modul 1.4.ppt x
Koneksi Antar Materi Modul 1.4.ppt           xKoneksi Antar Materi Modul 1.4.ppt           x
Koneksi Antar Materi Modul 1.4.ppt x
 

Lta vinnisa nilam 1201362045

  • 1. VERTIKULTUR TANAMAN SELADA UNTUK MENINGKATKAN KEUNTUNGAN DI UNIT RUMAH PANGAN LESTARI (RPL) BALAI BESAR PELATIHAN PERTANIAN LEMBANG LAPORAN TUGAS AKHIR Oleh : VINNISA NILAM NBP. 1201362045 PROGRAM STUDI AGRIBISNIS JURUSAN BUDIDAYA TANAMAN PANGAN POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI PAYAKUMBUH PAYAKUMBUH 2015
  • 2. VERTIKULTUR TANAMAN SELADA UNTUK MENINGKATKAN KEUNTUNGAN DI UNIT RUMAH PANGAN LESTARI (RPL) BALAI BESAR PELATIHAN PERTANIAN LEMBANG LAPORAN TUGAS AKHIR Oleh : VINNISA NILAM NBP. 1201362045 Laporan ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ahli Madya ( A.Md ) PROGRAM STUDI AGRIBISNIS JURUSAN BUDIDAYA TANAMAN PANGAN POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI PAYAKUMBUH PAYAKUMBUH 2015
  • 3.
  • 4.
  • 5. KATA PERSEMBAHAN Bismillahirrahmanirrahim.. Ya Rabbi... Rasa syukur hamba ucapkan kehadirat Engkau.. Serta shalawat dan salam kepada idola Rasulullah SAW dan para sahabat yang mulia Tanpa izin-Mu takkan hamba dapatkan gelar ini Tanpa cinta, kasih dan sayang-Mu takkan bisa hamba bertahan sejauh ini Tanpa ilmu-Mu takkan mampu hamba menjadi seorang yang berilmu Ya Rabbi.... Jangan pernah Engkau padamkan semangat hamba untuk berjuang dalam kebaikan Jangan pernah Engkau sesatkan jalan hamba untuk menuntut ilmu dunia dan akhirat Jangan pernah Engkau jauhkan hamba dari cahaya-Mu ketika dalam kegelapan Jangan pernah Engkau lemahkan hamba ketika jatuh Ya Rabbi.... Istiqomahkan hati hamba dalam pilihan yang baik Berikanlah rahmat, kasih sayang, kemudahan rezeki, kesejahteraan dunia dan akhirat kepada orang-orang yang telah membantu, membimbing dan mendidik hamba ke jalan yang lurus-Mu Sayangilah orang-orang yang menyayangi dan mengasihi hamba Engkau yang Maha Pengasih dan Penyayang Tiada daya upaya dan kekuatan melainkan dengan pertolongan- Mu Yang Maha Tinggi lagi Maha Mulia Ya Rabb... Semoga sebuah karya mungil ini menjadi amal shaleh bagiku dan menjadi kebanggaan bagi keluargaku tercinta.. Aamiin.. Ibunda dan ayahandaku sayang.. Ku persembahkan hadiah kecilku ini untukmu Ku tau ini tak sebanding dengan besarnya jasamu Ku tau ini tak setimpal dengan kesusahan dan pengorbananmu selama ini Namun…mudahan dengan ini… Mampu menyelipkan sedikit senyum kabahagiaan Pengobat rasa lelah dan menjadi penyejuk di hati Yang selama ini aku tak mampu menorehkan senyum itu di wajahmu Anakmu minta maaf karena telah menyusahkan atau bahkan menyakiti hatimu ayah.. ibu.. Sungguh ananda tak bermaksud demikian.. Ananda mohon restu untuk kedepannya Doakan ananda menjadi anak yang bisa membahagiakan keluarga kita Doakan hamba sukses di masa depan Untuk segalanya hamba mengucapkan Terima Kasih Ma.... Terima Kasih Pa... My Sister’s Kakakku tersayang (Riana Nilam S.Pd) alhamdulillah adikmu sekarang juga telah memiliki gelar, maafkan sikapku yang tak hentinya membuatmu jengkel. Tapi aku tau kakak telah terbiasa dengan itu dan semoga keluarga kita semakin harmonis. Adikku Nadia Nilam dan Enola Nilam, kalian sudah semakin tumbuh besar. Semoga kalian menjadi anak yang cerdas, soleha, dan sayang keluarga. Jangan pernah malas belajar. Rajinlah membaca buku karena Buku adalah Jendela Dunia. Kalian harus sukses. Bahagiakan kedua orangtua kita. Love you so much my best sister’s. (*Bighug) Dosen Pembimbing Special thanks untuk Bapak Mukhlis A.Md S.P M.Si dan Ibu Sri Nofianti S.P atas bimbingannya selama vini di Politani. Kalian adalah dua sosok motivator dan panutan vini berada di kampus. Doakan vini dan semua bimbingan bisa sukses di masa depan, restui kami untuk bisa terjun ke masyarakat. My Best Friend’s Sahabat.. Kalian luar biasa.. Tanpa kaliah aku tak kan menjadi apa-apa.. Kiki.. aku dipertemukan kamu di masa-masa terkhir kita di Politani.. Makasih banyak untuk support dan hari yang indah bersamamu tak kan terlupa. Melisa, Hafni dan Isma.. Kalian juga membuatku mengerti akan arti kehidupan. Terima kasih telah menerima kekuranganku selama 3 bulan bersama. Kuharap kita tak melupakan sedikitpun moment bersama Kawan Kupang semua big thanks. Teman tomat (Bg Rio, Juver, Jeki, Roi), Teman Kentang (Bg domi, Ina Maya, Ina Marche, Ina Rere), dan Teman RPL Tomi. Kalian semua adalah teman yang hangat. Membuat paradigmaku selama ini berubah seratus persen. Kata Perbedaan itu Indah benar-benar kunikmati bersamamu. Argha dan adik-adik magang terimakasih bantuannya, kakak begitu menyusahkan kalian. Bapak Engkus, Bapak RPL, n seluruhnya yang ada di BBPP. Geng KPK (Ukhti Nilo, Saudara Ceyi, Princess Rani, Trisno, Ati, Fevy, Ukhput, Deni, Arifin, Angger, Ali n Alil). Keep do the best. Kawan, jangan pernah tinggalkan teman kita yang kesusahan, bantu dan rangkullah dia. Buktikan kalian adalah geng yang kompak. Tapi tetap dijaga ya ukh. Empat Sekawan dan Visimeldi kalian akan selalu dihati. For the last. BEM Permadan Jilid II dan BEM Kabinet Reformasi.. Special thanks untuk kalian semua. Tak lupa salam sayang juga untuk FSI Al-Azzam dan Forgamis. Gamsahabnida yeoreobundeul.
  • 6. VERTIKULTUR TANAMAN SELADA UNTUK MENINGKATKAN KEUNTUNGAN DI UNIT RUMAH PANGAN LESTARI (RPL) BALAI BESAR PELATIHAN PERTANIAN LEMBANG RINGKASAN Oleh : Vinnisa Nilam (Di bawah bimbingan Sri Nofianti, SP) Tanaman selada merupakan tanaman yang cukup digemari saat ini. Daya tarik utama tanaman ini adalah memiliki masa panen yang pendek, pasar terbuka luas dan harga relatif stabil. Permintaan akan tanaman selada semakin meningkat seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk Indonesia dari tahun ke tahun. Pemenuhan kebutuhan terkendala karena lahan pertanian yang saat ini sudah semakin berkurang, sehingga terdapat sebuah program yang disebut „Rumah Pangan Lestari (RPL)‟. Program ini lebih menekankan keluarga atau rumah tangga untuk berbudidaya di pekarangan seoptimal mungkin. Sistem budidaya vertikultur merupakan suatu pola budidaya yang cocok untuk diterapkan di pekarangan karena memiliki konsep pemanfaatan lahan ke arah vertikal atau keatas. Kegiatan budidaya selada dengan sistem vertikultur yang ada di RPL BBPP Lembang secara keseluruhan cukup layak untuk dijalankan, terbukti dengan angka R/C Ratio yang diperoleh sebesar 1,6 dengan keuntungan yang diterima sebesar Rp 227.406-. Model wadah media vertikultur yang terdapat di RPL bermacam-macam dan jumlah pendapatan yang diterima dari masing-masing model tersebut berbeda. Berdasarkan analisis pendapatan yang dihasilkan dari lahan seluas 1x1,5 m, model yang menghasilkan keuntungan tertinggi adalah pot vertikal yaitu sebesar Rp 227.059,-. Keuntungan tertinggi kedua adalah dengan model pot gantung yaitu sebesar Rp 73.102,- dan keuntungan terendah adalah model rak dengan pendapatan senilai Rp 30.642,-. Kata Kunci : Selada, Vertikultur, Selada vertikultur, Pekarangan, Pemanfaatan Pekarangan, Rumah Pangan Lestari (RPL).
  • 7. PERNYATAAN KEASLIAN Dengan ini saya menyatakan bahwa isi Laporan Tugas Akhir yang saya tulis dengan judul “Vertikultur Tanaman Selada Untuk Meningkatkan Keuntungan di Unit Rumah Pangan Lestari (RPL) Balai Besar Pelatihan Pertanian Lembang” merupakan hasil kerja sendiri dan bukan merupakan ciplakan dari hasil kerja orang lain, kecuali kutipan yang sumbernya dicantumkan. Jika dikemudian hari pernyataan ini ternyata tidak benar, maka saya akan menerima sanksi sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Tanjung Pati, Agustus 2015 Yang Menyatakan, Vinnisa Nilam NBP. 1201362045
  • 8. RIWAYAT HIDUP Vinnisa Nilam dilahirkan pada tanggal 04 Oktober 1995 di Tanjung Pati, Kec. Harau, Kab. Limapuluh Kota, Sumatera Barat. Penulis adalah buah hati dari Ibunda Asmira dan Ayahanda Irwan. Penulis merupakan anak kedua dari empat bersaudara. Pada tahun 2006 penulis menamatkan Sekolah Dasar di SDN 01 Bukik Limbuku dan tahun 2009 menyelesaikan pendidikan di SMP N 1 Kec Harau. Selanjutnya pada tahun 2012 penulis menamatkan pendidikan SMA di SMA N I Kec. Harau. Semasa SMA, penulis aktif dalam kegiatan OSIS, Pramuka, PIK Remaja dan UKS, OSIS dengan jabatan koordinator departemen kebugaran jasmani dan olahraga, Pramuka sebagai anggota aktif, PIK Remaja sebagai anggota dan UKS selaku bendahara. Penulis juga pernah diutus untuk mengikuti kegiatan olimpiade bidang ilmu Kebumian semasa SMA. Kemudian penulis melanjutkan pendidikan di Politeknik Pertanian Universitas Andalas Jurusan Budidaya Tanaman Pangan Program Studi Agribisnis. Selama menjadi mahasiswa di Politani penulis aktif dalam kegiatan kemahasiswaan. Tahun ajaran 2013/2014 penulis diamanahkan menjadi staf Departemen Luar Negeri BEM Kabinet Permada Jilid II, kemudian tahun ajaran 2014/2015 penulis diangkat sebagai Bendahara Umum BEM Kabinet Reformasi. Penulis juga aktif di LDK FSI Al-Azzam dan Pers Kampus. Penulis telah mengikuti PORPROF (Pekan Olahraga Provinsi) Sumbar sebanyak dua periode yaitu tahun 2012 dan 2014 dengan cabang olahraga yang digeluti yaitu „Bridge‟. Pada semester V penulis menyusun dan melaksanakan Proyek Usaha Mandiri (PUM) dengan judul “Analisis Pendapatan Agribisnis Jagung Manis dengan Pemasaran Langsung Kepada Konsumen di Kecamatan Harau”. Penulis telah menyelesaikan pendidikan Diploma III di Politeknik Pertanian Universitas Andalas dengan Program Studi Agribisnis Pertanian pada tahun 2015.
  • 9. KATA PENGANTAR Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyusun dan menyelesaikan penulisan laporan Pengalaman Kerja Praktek Mahasiswa (PKPM) ini dengan judul “Vertikultur Tanaman Selada Untuk Meningkatkan Keuntungan di Unit Rumah Pangan Lestari (RPL) Balai Besar Pelatihan Pertanian Lembang”. Shalawat dan salam penulis ucapakan untuk arwah junjungan umat, yakni Nabi Besar Muhammad SAW. Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan rasa terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan dukungan dan dorongan kepada penulis. Dimana laporan ini merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan studi pada Program Studi Agribisnis Jurusan Budidaya Tanaman Pangan Politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh. Secara khusus penulis menyampaikan rasa terima kasih dan penghargaan kepada : 1. Ibu Ir. Gusmalini, M.Si selaku Direktur Politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh. 2. Bapak Ir. Setya Dharma, M.Si selaku Ketua Jurusan Budidaya Tanaman Pangan. 3. Ibu Indria Ukrita, SP. M.Sc selaku Ketua Program Studi Agribisnis. 4. Ibu Sri Nofianti, SP selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah banyak membantu dalam penyusunan Laporan Tugas Akhir.
  • 10. 5. Bapak Ir. Bandel Hartopo, M.Sc selaku Kepala Balai Besar Pelatihan Pertanian (BBPP) Lembang. 6. Bapak Encang Solihin selaku koordinator magang di BBPP Lembang. 7. Bapak Asep Komarudin, Drs. Jajat Sudrajat dan seluruh karyawan serta pembimbing RPL BBPP Lembang yang telah banyak membimbing penulis. Mudah-mudahan dengan adanya pembuatan laporan ini akan memberikan dampak yang positif serta nilai tambah dalam upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia, terutama untuk penulis sendiri dalam menggapai cita-cita dan masa depan. Harapan penulis semoga laporan ini bermanfaat bagi kita semua. Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan. Hal ini tidak terlepas dari keterbatasan penulis sebagai manusia biasa yang tidak luput dari kekhilafan dan kesalahan. Untuk itu Penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun demi kesempurnaan laporan ini. Tanjung Pati, Mei 2015 Penulis
  • 11. DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR ............................................................................ i DAFTAR ISI............................................................................................ iii DAFTAR TABEL ................................................................................... v DAFTAR GAMBAR .............................................................................. vi DAFTAR LAMPIRAN........................................................................... vii I. PENDAHULUAN .......................................................................... 1 1.1. Latar Belakang........................................................................ 1 1.2. Tujuan..................................................................................... 3 II. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................ 4 2.1. Tanaman Selada...................................................................... 4 2.1.1 Taksonomi dan Morfologi Tanaman Selada................. 4 2.1.2 Syarat Tumbuh Tanaman Selada.................................. 6 2.2. Vertikultur............................................................................... 7 2.2.1 Teknik Vertikultur ........................................................ 7 2.2.2 Fungsi dan Manfaat Vertikultur.................................... 9 2.2.3 Kelebihan Teknik Vertikultur....................................... 10 2.2.4 Bentuk-Bentuk Vertikultur ........................................... 10 2.3. Pekarangan dan Usahatani Keluarga...................................... 11 2.3.1 Pekarangan.................................................................... 11 2.3.2 Usahatani Keluarga....................................................... 13 2.4. Budidaya Tanaman Selada ..................................................... 14 2.4.1 Pembibitan..................................................................... 15 2.4.2 Penyiapan Wadah Media Tanam Vertikultur ............... 15 2.4.3 Penyiapan Media Tanam .............................................. 17 2.4.4 Penanaman (Pemindahan Bibit) ................................... 18 2.4.5 Pemeliharaan Tanaman................................................. 18 2.4.6 Panen dan Pascapanen .................................................. 23 III. METODE PELAKSANAAN........................................................ 24 3.1. Waktu dan Tempat.................................................................. 24 3.2. Alat dan Bahan ....................................................................... 24 3.2.1 Alat yang Dibutuhkan ................................................... 24 3.2.2 Bahan yang Dibutuhkan ............................................... 25 3.3. Ruang Lingkup................................................................ ....... 26 3.4. Data dan Sumber Data............................................................ 26 3.5. Metode Pengumpulan Data.................................................... 27 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN...................................................... 29 4.1. Gambaran Umum Instansi...................................................... 29
  • 12. 4.1.1 Sejarah Balai Besar Peatihan Pertanian Lembang........ 29 4.1.2 Visi, Misi, Tugas dan Fungsi BBPP Lembang............. 30 4.1.3 Organisasi Instansi........................................................ 32 4.1.4 Sumberdaya Manusia Instansi ...................................... 34 4.1.5 Sekilas Inkubator Usahatani ......................................... 35 4.1.6 Kondisi Keuangan Instansi........................................... 39 4.1.7 Deskripsi Kegiatan Bisnis Instansi ............................... 39 4.1.8 Sekilas Rumah Pangan Lestari (RPL) .......................... 41 4.2. Tingkat Pendapatan Keluarga Melalui Vertikultur................. 46 4.2.1 Proses Produksi Selada Vertikultur .............................. 46 4.2.2 Vertikultur dan Keunggulan Vertikultur ...................... 57 4.2.3 Analisis Usaha Budidaya Selada Vertikultur di RPL BBPP Lembang ............................................................ 61 4.2.4 Tigkat Keuntungan Model Rancangan Wadah Media Vertikultur..................................................................... 66 V. KESIMPULAN ............................................................................. 71 DAFTAR PUSTAKA.............................................................................. 73 LAMPIRAN............................................................................................. 75
  • 13. DAFTAR TABEL Tabel Halaman 1. Kebutuhan alat budidaya selada sistem vertikultur di unit RPL BBPP Lembang............................................................................................... 24 2. Data bahan dan jumlah kebutuhan bahan pembuatan wadah tanam vertikultur di RPL BBPP Lembang...................................................... 25 3. Data alat dan jumlah kebutuhan alat untuk pembuatan wadah tanam vertikultur............................................................................................. 25 4. Data bahan dan jumlah kebutuhan bahan budidaya selada vertikultur di RPL BBPP Lembang........................................................................ 25 5. Jumlah Sumberdaya Manusia di BBPP................................................ 34 6. Jumlah Pegawai Berdasarkan Golongan dan Tingkat Pendidikan....... 34 7. Data Model Rancangan Wadah Media Vertikultur di unit RPL BBPP 51 8. Analisa Usaha Budidaya Vertikultur di Unit RPL BBPP Lembang .... 62 9. Tingkat Keuntungan Model Vertikultur di Lahan Kosong 1x1,5 m .... 67 10. Biaya Pembelian Alat untuk Budidaya Tanaman Selada Sistem Vertikultur Selama 1 Periode Produksi di RPL BBPP Lembang ...... 75 11. Biaya Pembelian Bahan untuk Pembuatan Alat/Wadah Media Tanam Vertikultur Selama 1 Periode Produksi di RPL BBPP Lembang ............................................................................................ 75 12. Biaya Penyusutan Alat untuk Budidaya Tanaman Selada Sistem Vertikultur Selama 1 Periode Produksi di RPL BBPP Lembang ...... 76 13. Biaya Bahan untuk Budidaya Tanaman Selada Sistem Vertikultur Selama 1 Periode Produksi di RPL BBPP Lembang......................... 76 14. Biaya Tenaga Kerja Untuk Budidaya Selada Sistem Vertikultur Selama 1 Periode Produksi di RPL BBPP Lembang......................... 77 15. Biaya lain-lain untuk Budidaya Selada Sistem Vertikultur Selama 1 Periode Produksi di RPL BBPP Lembang......................................... 77 16. Data Produksi dan Pendapatan untuk Budidaya Selada Sistem Vertikultur Selama 1 Periode Produksi di RPL BBPP Lembang ...... 77
  • 14. DAFTAR GAMBAR Gambar Halaman 1. Beberapa Varietas Botani Selada ......................................................... 6 2. Struktur Organisasi Balai Besar Pertanian (BBPP) Lembang.............. 33 3. Struktur Organisasi Inkubator Usahatani ............................................. 38 4. Skema/bagan Alur Proses Produksi Selada Sistem Vertikultur ........... 47 5. Wadah Vertikultur Pot Vertikal ........................................................... 57 6. Wadah Vertikultur Rak ........................................................................ 58 7. Lay Out Rak Vertikultur pada Luas Lahan 1x1,5 m ............................ 65 8. Lay Out Pot Vertikal pada Luas Lahan 1x1,5 m.................................. 65 9. Lay Out Pot Gantung pada Luas Lahan 1x1,5 m ................................. 66
  • 15. DAFTAR LAMPIRAN Lampiran Halaman 1. Kebutuhan Biaya dan Jumlah Penerimaan Usaha Budidaya Vertikultur Selada................................................................................. 75 2. Dokumentasi Proses Produksi Selada .................................................. 78 3. Macam-macam Wadah Media Tanam Vertikultur............................... 82 4. Dokumentasi Rumah Pangan Lestari BBPP Lembang ........................ 84
  • 16. BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia termasuk negara dengan jumlah dan pertumbuhan penduduk yang cukup tinngi. Jumlah keseluruhan penduduk Indonesia pada tahun 2013 adalah sebesar 250 juta jiwa dengan persentase pertumbuhan penduduk per tahun sebesar 1,49%. Keadaan jumlah penduduk yang semakin meningkat menuntut adanya pemenuhan kebutuhan yang lebih besar. Tanaman selada merupakan tanaman yang cukup banyak digemari oleh masyarakat di Indonesia saat ini. Dilihat dari permintaan pasar dalam dan luar negeri terhadap tanaman selada yang semakin meningkat, maka komoditas ini mempunyai prospek cerah untuk dikembangkan. Daya tarik utama tanaman ini adalah memiliki masa panen yang pendek, pasar yang terbuka luas dan harga yang relatif stabil (Rukmana, 2005). Tanaman selada diduga berasal dari Asia Barat. Daerah penyebaran tanaman selada diantaranya adalah Karibia, Malaysia, Afrika Timur, Tengah dan Barat, serta Filipina. Perkembangan selanjutnya, pembudidayaan selada meluas ke negara-negara yang beriklim sedang maupun panas di seluruh belahan dunia. Selada belum berkembang pesat di Indonesia sebagai sayuran komersial. Daerah yang banyak ditanami selada masih terbatas di pusat-pusat produsen sayuran seperti Cipanas (Cianjur) dan Lembang (Bandung). Jenis sayuran ini sangat berpotensi untuk menjadi komoditas komersial di masa mendatang (Sastradihardja, 2011). Pemenuhan kebutuhan penduduk akan tanaman selada terkendala oleh permasalahan lahan pertanian yang semakin berkurang pada saat ini. Seiring dengan hal ini, Kementan RI (2012) menyampaikan bahwa Pemerintah
  • 17. berkomitmen untuk melibatkan rumah tangga dalam mewujudkan kemandirian pangan, diversifikasi pangan berbasis sumberdaya lokal dan konservasi tanaman untuk masa depan dengan budaya menanam di pekarangan. Kemudian, Pemerintah membuat sebuah program yang disebut “Rumah pangan Lestari (RPL)” dengan konsep pemanfaatan pekarangan semaksimal mungkin. Luas lahan pekarangan secara nasional berjumlah sekitar 10,3 juta ha atau 14 % dari keseluruhan luas lahan pertanian. Lahan pekarangan ini merupakan salah satu sumber potensial penyedia bahan pangan yang bernilai gizi dan memiliki nilai ekonomi tinggi (Kementan RI, 2012). Lahan pekarangan tersebut sebagian besar masih belum dimanfaatkan sebagai areal pertanaman aneka komoditas pertanian. Berdasarkan hasil pengamatan Badan Litbang Pertanian, perhatian petani terhadap pemanfaatan lahan pekarangan relatif masih terbatas, sehingga pengembangan berbagai inovasi yang terkait dengan lahan pekarangan belum banyak berkembang sebagaimana yang diharapkan. Melalui program RPL, maka pekarangan sempit dapat dimanfaatkan untuk pemenuhan kebutuhan keluarga serta sebagai sumber penghasilan tambahan bagi keluarga. Pekarangan rumah dapat dioptimalkan pemanfaatannya melalui sistem budidaya vertikultur. Vertikultur merupakan cara bertani yang dilakukan dengan menggunakan kolom-kolom dan kemudian disusun secara vertikal (Sutarminingsih, 2007). Dengan penerapan teknik vertikultur, peningkatan jumlah tanaman pada suatu areal dapat berlipat 3-10 kali tergantung model/rancangan wadah media tanam yang digunakan.
  • 18. Berasarkan permasalahan yang ada diatas maka penulis mengangkat judul laporan “Vertikultur Tanaman Selada Untuk Meningkatkan Keuntungan di Unit Rumah Pangan Lestari (RPL) Balai Besar Pelatihan Pertanian Lembang. 1.2 Tujuan Adapun tujuan penulisan laporan ini adalah sebagai berikut : a. Mengetahui budidaya selada dengan sistem vertikultur, manfaat serta keunggulan dari sistem tersebut. b. Mengetahui dan menghitung pendapatan keluarga melalui budidaya selada sistem vertikultur sebagai upaya pemanfaatan pekarangan. c. Mengetahui model rancangan wadah media tanam vertikultur yang menghasilkan pendapatan tertinggi di Rumah Pangan Lestari BBPP Lembang.
  • 19. BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Selada 2.1.1 Taksonomi dan Morfologi Tanaman Selada Kedudukan tanaman selada dalam sistematika tumbuhan adalah sebagai berikut : Kingdom : Plantae Divisi : Spermatophyta Sub divisi : Angiospermae Kelas : Dicotyledonae Ordo : Asterales Famili : Asteraceae (Compositae) Genus : Lactuca Selada termasuk tanaman semusim yang banyak mengandung air (herbaceous). Batangnya pendek berbuku–buku sebagai tempat kedudukan daun. Daun–daun selada berbentuk bulat panjang, yang mana panjangnya ± 25 cm dan lebar ±15 cm (Rukmana, 2005). Menurut Rukmana (2005), sistem perakaran tanaman selada adalah akar tunggang dan cabang–cabang akarnya menyebar ke semua arah pada kedalaman 25–50 cm. Di daerah yang beriklim sedang (sub tropis), tanaman selada mudah berbunga. Bunga tanaman ini berwarna kuning, terletak pada rangkaian yang lebat dan tangkai bunganya dapat mencapai ketinggian 90 cm. Bunga ini menghasilkan buah berbentuk polong yang berisi biji.
  • 20. Menurut Rubatzky dan Yamaguchi (1999) dalam Prawoto (2012), pada dasarnya terdapat kurang lebih enam perbedaan morfologi dari tipe-tipe selada, yaitu crisp-head, butterhead, cos, selada daun/selada potong, selada batang dan selada latin. Berikut merupakan tipe-tipe selada yang meliputi beberapa kelompok varietas botanis yang terdiri atas : 1. L. sativa var. Capitata merupakan kelompok varietas dari selada kepala renyah (crisp-head) dan kepala mentega (butterhead). Menurut Haryanto et al. (2002) selada jenis ini mempunyai krop bulat dengan daun silang merapat. Pada jenis tertentu beberapa helaian daun pada bagian bawah tetap berlepasan. Daunnya ada yang berwarna hijau terang, tetapi ada juga yang berwarna agak gelap. Batangnya sangat pendek dan hampir tidak terlihat. Selada jenis ini rasanya lunak dan renyah. 2. L. sativa var. Longifolia yaitu selada cos (romaine). Selada ini mempunyai krop yang lonjong. Daunnya lebih tegak bila dibandingkan daun selada yang umumnya menjuntai ke bawah (gambar 1C). Ukurannya besar dan warnanya hijau tua serta agak gelap. Meskipun sedikit liat, selada jenis ini rasanya enak. Jenis selada ini tergolong lambat pertumbuhannya. 3. L. sativa var. Crispa yaitu selada yang helaian daunnya lepas dan tepiannya berombak atau bergerigi. Selada ini berwarna hijau atau merah dan selada tipe ini tidak membentuk krop (gambar 1A dan 1B). 4. L. sativa var. Asparagina yaitu selada batang. Selada jenis ini memiliki ciri-ciri daun berukuran besar, panjang dan bertangkai lebar, serta berwarna hijau terang. Daunnya berlepasan dan tidak membentuk krop. 5. L. sativa kelompok varietas selada latin, contohnya Sucrine dan Creole.
  • 21. Dibawah ini merupakan gambar beberapa varietas botanis selada. Gambar 1. Beberapa Varietas Botanis Selada Sumber : Prawoto, 2012 (A). Selada Keriting yang termasuk dalam kelompok varietas Crispa, (B). Lollorossa yang termasuk ke dalam kelompok varietas Crispa, (C). Romaine yang termasuk ke dalam kelompok varietas Longofolia. 2.1.2 Syarat Tumbuh Tanaman Selada Tanaman selada dapat tumbuh baik di dataran rendah maupun dataran tinggi (pegunungan). Beberapa daerah di Indonesia cocok untuk dilakukan penanaman selada karena kondisi lingkungannya (iklim dan tanah) yang mendukung pertumbuhan optimal pada tanaman selada. a. Iklim Daerah yang cocok untuk penanaman selada adalah daerah yang memiliki ketinggian sekitar 500-2.000 m dpl dan suhu rata-rata 15º-20ºC. Daerah penghasil selada antara lain Batu dan Tengger (Jawa Timur), Tawangmangu, Bandungan, dan Dieng (Jawa Tengah), Pacet, Cipanas, dan Lembang (Jawa Barat), serta Tomohon (Sulawesi Utara). Tanaman selada tidak tahan bila terlalu banyak hujan, kelembaban terlalu tinggi, dan tergenang air karena dalam kondisi seperti itu, tanaman akan mudah terserang penyakit. Waktu tanam yang paling cocok yaitu A CB
  • 22. pada waktu musim kemarau dengan penyiraman yang cukup. Selada memerlukan sinar matahari yang cukup (tidak banyak awan) dan tempat yang terbuka (Sastradihardja, 2011). b. Tanah Tanaman selada dapat ditanam pada berbagai macam tanah namun pertumbuhan yang baik akan diperoleh bila ditanam pada tanah liat berpasir yang cukup mengandung bahan organik, gembur, remah dan tidak mudah tergenang oleh air. Selada tumbuh baik dengan pH 5,0 - 6,5. Bila pH terlalu rendah perlu dilakukan pengapuran agar tanaman dapat tumbuh optimal (Sastradihardja, 2011). 2.2 Vertikultur 2.2.1 Teknik Vertikultur Istilah vertikultur diserap dari bahasa Inggris yang berasal dari kata vertical dan culture yang artinya teknik budidaya tanaman secara vertikal sehingga penanamannya menggunakan sistem bertingkat. Pada awalnya, teknik ini berasal dari gagasan vertical garden yang dilontarkan sebuah perusahaan benih di Swiss sekitar tahun 1945 (Andoko, 2004). Menurut Andoko (2004), tujuan utama penerapan teknik vertikultur adalah memanfaatkan lahan sempit seoptimal mungkin. Dimana dengan menerapkan teknik vertikultur ini maka peningkatan jumlah tanaman pada suatu areal tertentu dapat berlipat 3–10 kali, tergantung model yang digunakan. Sutarminingsih (2007) menambahkan, vertikultur dapat diterapkan pada daerah–daerah dengan lahan sempit, khususnya di daerah perkotaan yang kini rata–rata menjadi pemukiman yang padat.
  • 23. Budidaya dengan teknik vertikultur pada prinsipnya tidak jauh berbeda dengan budidaya di kebun atau di lahan datar. Perbedaan paling mendasar terletak pada penggunaan lahan produksi. Andoko (2004) menyampaikan bahwa teknik vertikultur memungkinkan dilakukan pembudidayaan diatas lahan seluas satu meter persegi dengan jumlah tanaman jauh lebih banyak dibanding di lahan datar dengan luas yang sama. Media tanam yang digunakan pada teknik vertikultur ini sama dengan media tanam di lahan datar, tetapi jumlah penggunaan pada teknik vertikultur lebih sedikit dibanding di lahan datar. Penanaman dengan teknik vertikultur dapat memberikan aspek estetis karena tanaman yang tampil berderet secara vertikal dapat menampilkan nuansa keindahan. Oleh karena itu, umumnya budidaya dengan teknik vertikultur banyak dilakukan oleh ibu rumah tangga, pensiunan atau remaja untuk sekedar menyalurkan hobi. Bangunan vertikultur di halaman rumah dengan aneka jenis tanaman yang berderet ke atas memang sungguh memikat mata serta menimbulkan perasaan puas dan bangga pada pemiliknya. Disamping dapat menampilkan keindahan, bukan berarti penanaman dengan teknik vertikultur tidak dapat diterapkan untuk tujuan komersial. Dengan dasar pemikiran bahwa vertikultur dapat melipatgandakan jumlah tanaman dan produksi maka teknik ini secara ekonomis dapat dipertanggungjawabkan untuk tujuan komersial. Investasi yang dibutuhkan untuk penerapan teknik vertikultur ini jauh lebih tinggi dibandingkan dengan cara konvensional. Namun, dengan produksi yang lebih tinggi karena populasi tanaman lebih banyak maka investasi tersebut dapat tertutupi (Sutarminingsih, 2007).
  • 24. 2.2.2 Fungsi dan Manfaat Vertikultur Sutarminingsih (2007) menyampaikan beberapa fungsi dan manfaat dari pengembangan vertikultur di daerah perkotaan yang pada umumnya memiliki pekarangan sempit. Fungsi dan manfaat tersebut adalah sebagai berikut : - Menciptakan keasrian, keserasian dan keindahan lingkungan kota yang dipenuhi dengan berbagai sarana/prasarana perkotaan dan pemukiman padat penduduk. - Konservasi sumber daya tanah yaitu dengan mengelola dan memanfaatkannya secara bijaksana agar ketersediaannya dapat terus berlanjut. - Konservasi sumber daya air, sebab dengan penghematan penggunaan air berarti ketersediaan air dapat lebih terjamin pada masa–massa yang akan datang. - Mempengaruhi dan memperbaiki iklim mikro perkotaan, sehingga kondisi perkotaan menjadi lebih sejuk dan nyaman. - Berjalannya proses daur ulang limbah perkotaan (sampah dapur, kotoran ternak) yang dimanfaatkan sebagai kompos/pupuk kandang. - Sebagai alternatif kesempatan kerja bagi para pencari kerja dan atau untuk meningkatkan pendapatan warga masyarakat agar dapat lebih memperbaiki kualitas keluarganya. - Upaya memenuhi kebutuhan bahan pangan perkotaan dan menjaga keberlanjutannya.
  • 25. 2.2.3 Kelebihan Teknik Vertikultur Ada beberapa kelebihan dari teknik budidaya secara vertikultur, diantaranya sebagai berikut (Sutarminingsih, 2007) : a. Menghemat lahan. b. Menghemat air. c. Mendukung pertanian organik, karena lebih menganjurkan penggunaan pupuk alami (pupuk kandang dan kompos) dan sesedikit mungkin menggunakan pestisida anorganik. d. Bahan–bahan yang digunakan sebagai wadah media tanam, dapat disesuaikan dengan kondisi setempat/ketersediaan bahan yang ada. e. Umur tanaman relatif pendek. f. Pemeliharaan tanaman relatif sederhana. g. Tempat dibangunnya bangunan vertikultur menampilkan nilai estetika atau dapat dikatakan sebagai tanaman hias. h. Bangunan vertikultur dapat dipindah–pindahkan ke tempat yang diinginkan, terutama untuk vertikultur dengan konstruksi yang dipindah–pindahkan. 2.2.4 Bentuk – Bentuk Vertikultur Vertikultur dapat dilaksanakan dengan memanfaatkan bahan–bahan dan peralatan yang ada di sekitar kita. Kegiatan persiapan dan pemeliharaannya cukup mudah sehingga dapat dilakukan oleh setiap orang yang ingin menekuninya. Menurut Sutarminingsih (2007), beberapa rancangan wadah media tanam yang sudah cukup banyak dicoba dan menunjukkan tingkat keberhasilan yang tinggi adalah sebagai berikut :
  • 26. a. Kolom wadah media tanam disusun secara vertikal. Dalam hal ini, setiap bahan yang akan digunakan sebagai kolom wadah media dibuat dalam posisi berdiri tegak/vertikal dan diberi lubang pada permukaannya sebagai tempat terbuka atau sebagai lubang tanam dari tanaman yang akan dibudidayakan. b. Kolom wadah media disusun secara horizontal. Dalam hal ini, wadah media dibuat dalam bentuk kolom secara mendatar atau dalam bentuk pot–pot, plastik, polybag yang kemudian disusun dalam rak–rak kearah vertikal. c. Wadah media digantung. Dalam hal ini, wadah media dapat disusun saling bersambungan kemudian digantung, sehingga menyerupai pot–pot gantung. d. Pot susun. Wadah media sebaiknya dipilih dari bahan–bahan yang cukup kokoh dan dapat tegak berdiri dengan bentuk menyerupai pot. Bahan–bahan tersebut kemudian disusun pada suatu tegakan dengan susunan menurut selera, sehingga menjadi pot susun yang mirip dengan pohon pot. 2.3. Pekarangan dan Usahatani Keluarga 2.3.1 Pekarangan Menurut Agus et al (2002), pekarangan merupakan lahan atau halaman di sekitar rumah dengan batas yang jelas dan memiliki fungsi multiguna antara lain sebagai tempat dipraktekkannya sistem agroforesti, konservasi sumberdaya genetik, konservasi tanah dan air, produksi bahan pangan dari tunbuhan dan hewan, tempat terselenggaranya aktifitas yang berhubungan dengan sosial & budaya. Fungsi pekarangan dapat digolongkan menjadi dua bagian yakni fungsi ekonomis dan non-ekonomis. Pekarangan berfungsi ekonomis yaitu hasil
  • 27. pembudidayaan pekarangan dapat dimanfaatkan langsung untuk memenuhi kebutuhan hidup; sedangkan pekarangan berfungsi non-ekonomis yaitu hasil pembudidayaan pekarangan dapat dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan hidup secara tidak langsung (jasa lingkungan). Secara garis besar, pemanfaatan lahan pekarangan menurut lokasinya dikelompokkan menjadi tiga kategori, yaitu:  Di daerah pedalaman, pekarangan pada umumnya dimanfaatkan sebagai sumber pangan dan gizi, obat-obatan, dan rempah-rempah serta untuk pelestarian lingkungan.  Di daerah pedesaan yang dekat dengan pusat konsumsi, pekarangan dimanfaatkan sebagai penghasil buah-buahan, sumber penghasilan, dan pelestarian lingkungan.  Di daerah perkotaan, pekarangan dimanfaatkan sebagai sumber pangan untuk perbaikan gizi, memberikan kenyamanan dan keindahan, serta melestarikan lingkungan (Riah, 2005). Pemanfaatan lahan pekarangan dapat dilakukan melalui tiga model penanaman yaitu penanaman secara konvensional, penanaman dengan menggunakan pot dan penanaman secara vertikultur. Penanaman konvensional adalah metode penanaman tanaman langsung di tanah dan prinsipnya sama dengan berkebun sayuran dalam arti sebenarnya, tetapi skalanya lebih kecil sesuai dengan lahan yang tersedia. Sementara, penanaman dengan menggunakan pot adalah sebuah alternatif untuk lebih memperbanyak jumlah tanaman dan jenis sayur yang diusahakan dan penanaman secara vertikultur adalah pola bercocok tanam yang menggunakan wadah tanam vertikal untuk mengatasi keterbatasan
  • 28. lahan. Setiap model penanaman membutuhkan persiapan-persiapan tersendiri (Agus, 2001). 2.3.2 Usahatani Keluarga Konsep rumah tangga atau keluarga menunjuk pada arti ekonomi dari satuan keluarga, seperti bagaimana keluarga itu mengelola kegiatan ekonomi keluarga, pembagian kerja dan fungsi, kemudian berapa jumlah pendapatan yang diperoleh atau konsumsinya serta jenis produksi dan jasa yang dihasilkan. Kontribusi pendapatan dari satu jenis kegiatan terhadap total pendapatan keluarga tergantung pada produktifitas faktor produksi yang digunakan dari jenis kegiatan yang bersangkutan. Stabilitas pendapatan keluarga cenderung dipengaruhi oleh sumber- sumber pendapatan (Suratiyah, 2009). Usahatani merupakan cara individu atau kelompok sebagai pengelolanya yang memperoleh dan memadukan sumberdaya (lahan, kerja, modal, waktu, dan pengelolaan) terbatas untuk mencapai tujuan (Soekartawi, 2002). Keuntungan adalah selisih antara penerimaan dan semua biaya yang dikeluarkan selama proses produksi. Tujuan dari analisis keuntungan yaitu menggambarkan keadaan sekarang dari suatu usaha dan menggambarkan keadaan yang akan datang dari perencanaan. Faktor–faktor yang mempengaruhi keuntungan menurut Suratiyah (2009) adalah: (1) Faktor internal yaitu: umur petani, pendidikan, jumlah tenaga kerja keluarga, luas lahan dan modal; (2) Faktor eksternal yaitu: input meliputi ketersediaan dan harga, output meliputi permintaan dan harga; (3) Faktor manajemen. Soekartawi (2002) menyatakan penerimaan usahatani merupakan nilai produk total dalam jangka waktu tertentu, baik untuk dijual maupun dikonsumsi rumah tangga, untuk sosial ataupun untuk disimpan.
  • 29. Soekartawi (2002) menyampaikan bahwa pengeluaran atau biaya usahatani merupakan nilai penggunan produksi dan lain-lain yang dikenakan pada produk yang bersangkutan. Biaya produksi merupakan semua biaya yang dilakukan/dikeluarkan oleh orang, kelompok atau perusahaan dalam menciptakan barang-barang yang diproduksinya. Keseluruhan jumlah biaya produksi yang dikeluarkan produsen dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap merupakan biaya yang apabila jumlah suatu faktor produksi yang digunakan ada-lah tetap, maka biaya produksi yang dikeluarkan untuk memperolehnya tidak berubah nilainya, namun apabila jumlah suatu faktor produksi yang digunakan selalu berubah-ubah, maka biaya produksi yang dikeluarkan juga berubah-ubah nilainya maka disebut dengan biaya variabel. Menurut Soekartawi (2002), biaya produksi dalam usahatani dapat dibedakan menjadi biaya tunai dan biaya diperhitungkan. Biaya tunai adalah biaya tetap dan biaya variabel yang dibayar secara tunai misalnya pajak tanah dan bunga pinjaman, sedangkan biaya variabel misalnya biaya untuk benih, pupuk, obat- obatan, dan biaya tenaga luar keluarga. Sedangkan biaya diperhitungkan adalah biaya penyusutan alat-alat dan tenaga kerja dalam keluarga. Tingginya keuntungan tidak selalu menunjukkan efisiensi yang tinggi, maka analisis keuntungan selalu diikuti dengan pengukuran efisiensi. Ukuran efisiensi dapat dihitung dengan perbandingan penerimaan dengan biaya (R/C) yang menunjukkan berapa penerimaan yang diterima untuk setiap biaya yang dikeluarkan selama proses produksi (Soekartawi, 2002). 2.4 Budidaya Tanaman Selada Teknik budidaya/proses produksi budidaya selada adalah sebagai berikut :
  • 30. 2.4.1 Pembibitan Selada diperbanyak dengan biji-bijinya. Untuk lahan seluas 1 hektar diperlukan benih selada ± 250 gram atau pada kisaran 400-600 gram, tergantung varietas dan jarak tanamnya. Benih selada dapat langsung disebar di atas bedengan (sistem tanam atau sebar langsung). Cara penyebaran ini memiliki kelebihan menghemat waktu, tenaga, biaya, dan tidak memerlukan ketrampilan yang khusus, namun kelemahannya adalah menyulitkan pemeliharaan tanaman yang masih kecil (stadium bibit), dan pada waktu tanaman sudah berumur 1,5 bulan sejak sebar, benih perlu dlakukan penjarangan (Sastradihardja, 2011). Cara yang dianjurkan adalah disemai dulu di lahan pesemaian selama ± 1 bulan. Kelebihan cara ini antara lain dapat menghemat benih, memudahkan pemeliharaan bibit karena terkonsentrasi di lahan pesemaian saja dan dapat memilih bibit yang baik sewaktu dipindahtanamkan ke kebun. Kelemahan cara disemai dulu, diantaranya memerlukan biaya, tenaga dan waktu tambahan, serta keterampilan khusus dalam penyiapan bibit di pesemaian (Sastradihardja, 2011). 2.4.2 Penyiapan Wadah Media Tanam Menurut Sutarminingsih (2007), banyak jenis bahan di sekitar yang dapat digunakan sebagai wadah media tanam bagi tanaman yang dibudidayakan secara vertikultur. Adapun syarat penting yang harus dimiliki oleh bahan-bahan tersebut adalah cukup awet digunakan, mudah diperoleh dan relatif murah. Beberapa alternatif jenis bahan yang dapat digunakan sebagai kolom atau wadah media tanam bagi tanaman yang dibudidayakan dengan sistem vertikultur adalah sebagai berikut :
  • 31. a. Secara Vertikal Menurut Sutarminingsih (2007), beberapa jenis bahan yang dapat digunakan dalam pembuatan kolom atau wadah media tanam secara vertikal adalah sebagai berikut :  Bambu dengan garis tengah (diameter) yang cukup besar, misalnya bambu petung.  Plempem (saluran air yang terbuat dari tanah liat).  Pralon (PVC).  Kaleng-kaleng bekas dengan diameter cukup besar.  Karung plastik bekas (bekas wadah beras, gula pasir, pakan ternak dan sebagainya).  Plastik mulsa (plastik hitam perak).  Karpet talang.  Kasa plastik. b. Secara Horizontal Beberapa jenis bahan yang dapat digunakan dalam pembuatan kolom atau wadah media tanam secara horizontal adalah bambu, papan kayu, pralon (PVC) dan karpet talang. Adapun kerangka/rak yang digunakan untuk meletakkan wadah media tersebut dapat dibuat dari bambu, kayu ataupun besi (Sutarminingsih, 2007). c. Pot Gantung Beberapa jenis bahan yang dapat digunakan dalam pembuatan kolom atau wadah media tanam yang disusun sebagai pot gantung adalah bambu, tempurung kelapa, kaleng-kaleng bekas ataupun pot-pot plastik. Untuk menggantungkan
  • 32. bahan-bahan tersebut, dapat digunakan tali dan sebagai tempat/kerangka yang untuk menggantungkan dapat dubuat dari bambu, kayu atau besi (Sutarminingsih, 2007). d. Pot Susun Jenis bahan yang dapat digunakan dalam pembuatan pot susun adalah bambu dan kaleng-kaleng bekas. Tegakan/sandaran yang digunakan untuk meletakkan pot-pot susun tersebut dapat dibuat dari bambu, kayu ataupun kerangka besi (Sutarminingsih, 2007). 2.4.3 Penyiapan Media Tanam Tanah yang menjadi media tumbuh tanaman merupakan salah satu unsur untuk menghasilkan produk-produk pertanian. Agar tanaman dapat berproduksi dengan baik, diperlukan adanya sumber daya tanah yang baik pula, dalam arti mampu mendukung pertumbuhan tanaman melalui ketersediaan unsur-unsur hara, air dan udara yang terkandung di dalamnya. Jenis tanah yang dapat digunakan pada pola budidaya tanaman secara vertikal adalah tanah yang berstruktur remah, misalnya tanah yang mengandung pasir, tanah liat ataupun lumpur. Apabila jenis- jenis tanah tersebut tidak ada, maka jenis tanah apapun yang ada di sekitar dapat digunakan. Tanah-tanah tersebut kemudian dicampur dengan pupuk kandang atau kompos dan arang sekam dengan perbandingan 1:1:1. Perbandingan tersebut digunakan dengan tujuan agar tanah yang digunakan sebagai media tanam mempunyai butiran-butiran yang tidak begitu lepas-lepas, namun gembur, dapat cukup menahah dan melepaskan air, serta cukup banyak mengandung zat makanan. Penggunaan sekam ditujukan agar proses penyerapan air serta hara
  • 33. dapat terjadi secara merata, sehingga tanah tidak mudah padat dan keras (Sutarminingsih, 2007). 2.4.4 Penanaman (Pemindahan Bibit) Sutarminingsih (2007) menyampaikan bahwa sebelum bibit dipindah- tanamkan ke dalam wadah media tanam, kondisi tanah di dalamnya harus cukup dengan air dan selanjutnya dapat dibuat lubang-lubang tanam pada tempat-tempat yang telah ditentukan. Bibit yag diperkirakan siap dipindahkan, kemudian dipindah-tanamkan kedalam kolom-kolom wada media tanam. Usahakan agar dalam pemindahan tersebut akar tidak rusak (dapat disertai sedikit tanah), sedapat mungkin lurus dan seluruhnya masuk ke dalam lubang tanam. Kemudian, tanah pada lubang tanam dapat dipadatkan dengan menggunakan jari tangan. 2.4.5 Pemeliharaan Tanaman Secara umum, pemeliharaan yang dilakukan terhadap tanaman sayuran yang dibudidayakan secara vertikal meliputi penyulaman, penyiraman, penyiangan, pemupukan dan pengendalian hama penyakit. a. Penyulaman Penyulaman dilakukan terhadap tanaman yang mati atau tumbuh abnormal. Kegiatan penyulaman dilakukan seminggu setelah tanam agar diperoleh keseragaman tanaman. Benih atau bahan yang digunakan untuk menyulam adalah bibit yang sama dengan bibit atau bahan yang digunakan pada penanaman pertama kalinya (Sutarminingsih, 2007).
  • 34. b. Penyiraman Redaksi Trubus (2013) menyampaikan bahwa setelah dilakukan penanaman, sayuran perlu disiram setiap hari terutama di musim kemarau, namun perlu dijaga agar pada waktu penyiraman tidak akan timbul air yang menyebabkan becek sebab genangan air di tanah becek membuat tanah akan memadat. Selain itu, genangan air juga akan mengganggu pernapasan tanaman, memudahkan serangan hama-penyakit dan bisa mengakibatkan tidak berfungsinya jaringan tanaman karena terjadinya proses pembusukan. Penyiraman dapat dilakukan dengan menggunakan gayung, gembor, selang dari tempat penampungan (tandon) air, ataupun dengan sistem tetes melalui pengaliran air dalam paralon-paralon kecil yang dilewatkan diatas kolom-kolom tanaman (Sutarminingsih, 2007). Penyiraman diusahakan tidak menggunakan air selokan yang kotor mengingat bahaya residu yang dikandung air tersebut. Frekuensi penyiraman dapat ditingkatkan menjadi dua kali sehari jika hari panas atau pada musim kemarau. c. Penyiangan Penyiangan atau pembersihan terhadap tanaman pesaing perlu dilakukan, mengingat gulma dapat menghalangi pertumbuhan tanaman pokok dan merebut zat-zat makanan yang diperlukan tanaman pokok, selain itu gulma justru dapat menjadi tempat hidup atau sumber makanan bagi hama dan penyakit yang nantinya juga dapat menyerang tanaman pokok. Penyiangan dalam hal ini hanya dilakukan pada bagian-bagian kolom/wadah yang terbuka saja.
  • 35. d. Pemupukan Agus G.T.K et al (2002) menyatakan bahwa selain dengan pupuk kandang atau kompos sebagai pupuk dasar, tanaman sayuran juga harus diberi pupuk lanjutan setelah ditanam. Tanaman sayuran membutuhkan unsur hara untuk pertumbuhannya. Unsur hara diambil dari tanah lewat akar. Tanah yang masih subur dan kaya bahan organik akan mampu menyediakan hara yang diperlukan tanaman dalam jumlah memadai. Jenis pupuk yang diberikan tergantung pada jenis sayurannya. Sayuran selada yang diambil/dikonsumsi adalah daunnya, maka jenis pupuk yang paling tepat ditambahkan adalah pupuk urea. Pemberian pupuk ini membuat sayuran tersebut akan menghasilkan daun dalam jumlah banyak, berukuran besar dan dengan warna yang lebih cerah, selain itu ukuran batangnya juga lebih besar dan lentur (Redaksi Trubus, 2012). e. Pengendalian Hama dan Penyakit Hama dan penyakit merupakan salah satu faktor pembatas dalam usaha budidaya pertanian. Maksudnya adalah bahwa bila hama atau penyakit kemudian datang dan menyerang tanaman yang diusahakan, maka kemungkinan produksi tanaman tersebut akan terganggu atau menurun (Rukmana, 2005).  Hama  Ulat tanah Tubuhnya berwarna hitam atau hitam keabu-abuan, aktif pada malam hari dan bersifat pemangsa segala jenis tanaman. Pada siang hari, ulat tanah bersembunyi di bawah tanah atau sisa-sisa tanaman. Ulat ini menyerang tanaman dengan cara memotong pangkal batang atau titik tumbuh, sehingga patah atau
  • 36. terkulai. Ulat ini merusak tanaman yang masih muda (berumur ± 1-30 hari setelah tanam). Pengendalian secara organik dapat dilakukan dengan mencari dan mengumpulkan ulat tanah di sekitar tanaman yang terserang kemudian langsung dibunuh atau pemasangan umpan beracun yang mengandung bahan aktif Trikiorfon dan juga disemprot insektisida berbahan aktif Monokrotofos (Haryanto et al, 2002).  Kutu aphid hijau Kutu aphid hijau sering dinamakan juga sebagai kutu daun, tubuhnya kecil berwarna hitam atau hitam kekuning-kuningan. Hama ini umumnya menyerang daun-daun tanaman dengan cara mengisap cairan sel-selnya. Serangan kutu daun menyebabkan pertumbuhan tanaman kerdil, daun keriput, layu dan akhirnya mati. Pengendalian dilakukan dengan waktu tanam secara serempak, memijit kutu daun hingga mati, mengurangi keragaman jumlah tanaman inang, atau disemprot insektisida yang mengandung bahan aktif Deltametrin atau Klorpirifos (Haryanto et al, 2002)..  Penyakit  Bercak daun Organisme penyebabnya adalah cendawan Cercospora longissima Sacc. atau C. lactucae Tev. Gejala serangan penyakit ini mula-mula berupa bercak kecil kebasah-basahan pada tepi daun, kemudian meluas menyerang jaringan tanaman, daunnya berubah menjadi kecoklatan, dan banyak titik hitam yang merupakan konidium jamur. Pengendalian dengan melakukan pergiliran tanaman, memotong bagian tanaman yang sakit untuk dibakar (dimusnahkan) dan disemprot fungisida yang mengandung bahan aktif Mankozeb (Haryanto et al, 2002).
  • 37.  Busuk daun Penyebab busuk daun adalah cendawan Bremia lactucae Regel yang sering mengakibatkan daun selada bercak bersudut, menguning dan akhirnya bercak- bercak kecoklatan (membusuk). Penyakit ini biasanya menyerang hebat pada kondisi iklim berkabut (berembun). Beberapa cara mengendalikan penyakit busuk daun yaitu membersihkan gulma, mengumpulkan dan membakar tanaman yang sakit, melakukan rotasi tanaman dan disemprot fungisida yang mengandung bahan aktif Mankozeb (Haryanto et al, 2002)..  Busuk basah Penyebab busuk basah adalah bakteri Erwinia carotovora (Jones). Gejalanya yaitu daun dan batang tanaman selada membusuk sewaktu di kebun maupun setelah panen (lepas panen). Selain membusuk berwarna coklat atau coklat kehitam-hitaman juga mengeluarkan aroma bau yang khas dan menyolok hidung. Pengendalian dilakukan dengan cara menjaga kebersihan kebun (sanitasi), menghindari kerusakan atau luka pada waktu pemeliharam tanaman ataupun saat panen, serta melakukan penanganan pasca panen sebaik mungkin.  Penyakit daun kuning Penyebab daun kuning disebabkan oleh virus aster. Virus aster pertama kali ditemukan pada tanaman aster. Gejalanya yaitu daun yang masih muda menjadi kuning. Penyebab virus ini kemungkinan oleh kutu aphid atau belalang. Pada umumnya, virus belum dapat diberantas. Upaya yang dapat dilakukan hanya dengan pencegahan seperti mencabut dan membakar tanaman yang sakit, membersihkan tangan setelah memegang tanaman yang sakit, membersihkan gulma dan mengendalikan kutu-kutu yang menjadi vektor.
  • 38. 2.4.6 Panen dan Pascapanen Tanaman selada keriting dapat dipanen pada umur 35 hari setelah tanam dimana jumlah daun telah maksimal dan rapat, ukuran daun besar, berwarna hijau segar dan batangnya belum memanjang. Pada umumnya terdapat 3 cara pemanenan sayuran yang sering dilakukan yaitu dipetik, dipotong dan dicabut. Untuk tanaman selada keriting pemanenannya dapat dilakukan dengan cara dipotong atau dicabut dengan akar-akarnya. Panen sebaiknya dilakukan pada saat tidak hujan atau berkabut. Kegiatan pascapanen selada meliputi pengumpulan hasil, pembersihan dan pengemasan.
  • 39. BAB III. METODE PELAKSANAAN 3.1 Waktu dan Tempat Kegiatan Pengalaman Kerja Praktek Mahasiswa (PKPM) dilaksanakan selama kurang lebih 10 minggu. PKPM dimulai pada tanggal 23 Maret 2015 dan berakhir pada tanggal 30 Mei 2015. Kegiatan yang berlangsung sepuluh minggu tersebut berlangsung di Inkubator Usahatani (IUT) unit Rumah Pangan Lestari Balai Besar Pelatihan Pertanian Lembang. Lokasi Instansi ini terletak di Jl. Kayuambon no. 82, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat, Provinsi Jawa Barat. 3.2 Alat dan Bahan Selama proses produksi tanaman selada dibutuhkan beberapa alat dan bahan untuk dapat melaksanakan produksi. Adapun alat dan bahan yang digunakan sebagai berikut : 3.2.1 Alat yang dibutuhkan Adapun alat yang dibutuhkan selama proses produksi selada dengan sistem vertikultur adalah sebagai berikut : Tabel 1. Kebutuhan Alat Budidaya Selada Sistem Vertikultur di Unit RPL BBPP Lembang No. Nama Alat Satuan Jumlah Kebutuhan 1 Baki Pesemaian (tray) Unit 3 2 Karung Goni Unit 1 3 Selang Air Meter 4 4 Rak Talang Air Unit 3 5 Rak Bambu Unit 1 6 Rak Pralon (PVC) Unit 1 7 Pot Gantung Bambu Tunggal Unit 2 8 Pot Gantung Pralon Tunggal Unit 2 9 Pot Gantung Pralon Triple Unit 1 10 Pot Vertikal Pralon Unit 6
  • 40. Pembuatan 7 jenis wadah media tanam vertikultur diatas membutuhkan bahan-bahan berikut ini : Tabel 2. Data bahan dan jumlah kebutuhan bahan pembuatan wadah tanam vertikultur di RPL BBPP Lembang No Nama Bahan Satuan Jumlah 1 Kayu Kaso 3 x 4 (4 m) Batang 13 2 Talang Air Segi PVC (4 m) Batang 6 3 Tutup Talang Unit 42 4 Paku Kg 2 5 Bambu Gombong (9 m) Batang 3 6 Bambu Tali (9 m) Batang 4 7 Pralon (4 m) Batang 5 8 Tutup Dop Unit 14 9 Tali Meter 20 10 Pot ukuran sedang Unit 6 11 Pembakar Spiritus ml 90 Alat yang dibutuhkan untuk pembuatan rak vertikultur diatas adalah sebagai berikut : Tabel 3. Data alat dan jumlah kebutuhan alat pembuatan wadah tanam vertikultur No Nama Bahan Satuan Jumlah 1 Palu Unit 1 2 Gergaji Besi Unit 1 3 Bor Listrik Unit 1 3.2.2 Bahan yang dibutuhkan Berikut merupakan jenis bahan-bahan yang dibutuhkan dalam proses budidaya selada dengan sistem vertikultur : Tabel 4. Data bahan dan jumlah kebutuhan bahan budidaya selada vertikultur di RPL BBPP Lembang No Nama Bahan Satuan Jumlah Kebutuhan 1 Bibit Selada Hijau Butir 150 2 Bibit Lollorossa Butir 150 3 Pupuk Kandang Karung 5 4 Arang Sekam Karung 5 5 Urin Kelinci Liter 26
  • 41. 3.3 Ruang lingkup Ruang lingkup penulisan laporan ini meliputi hal-hal sebagai berikut : a. Budidaya selada dengan sistem vertikultur untuk mengoptimalkan penggunaan lahan pekarangan yang sempit. b. Analisa aspek finansial dari budidaya sistem vertikultur selada dan manfaatnya bagi keluarga. c. Peningkatan nilai guna lahan pekarangan yang pada awalnya bernilai nol menjadi lahan yang memberikan nilai tambah terhadap keluarga. d. Keterkaitan antara pekarangan (lahan sempit) dengan sistem budidaya vertikultur serta kontibusinya terhadap peningkatan pendapatan keluarga. 3.4 Data dan sumber data Sumber data yang digunakan dalam pembuatan laporan ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan oleh penulis secara langsung dari sumber datanya. Data primer disebut juga sebagai data asli atau data baru yang memiliki sifat up to date dan untuk mendapatkan data primer, penulis harus mengumpulkannya secara langsung. Data primer yang diperoleh oleh penulis antara lain sebagai berikut : 1. Diskusi/tanya jawab secara langsung dengan pembimbing lapangan, koordinator magang, karyawan instansi lain dan pihak-pihak terkait mengenai judul laporan dan masalah-masalah umum lain mengenai instansi maupun komoditi yang diambil oleh penulis. 2. Melalui observasi atau praktik langsung di lapangan. Data sekunder adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan oleh penulis dari berbagai sumber yang telah ada. Data sekunder merupakan data yang
  • 42. dikumpulkan berasal dari studi kepustakaan maupun pengumpulan data melalui internet tentang tanaman selada, vertikultur dan ilmu-ilmu relevan sesuai dengan judul laporan yang diangkat oleh penulis. Informasi yang dikumpulkan antara lain adalah : a. Gambaran umum instansi seperti sejarah instansi, sumber daya instansi dan kondisi keuangan instansi. Tahun data dari informasi mengenai instansi yang diperoleh merupakan informasi/data terbaru yaitu pada tahun 2015. b. Deskripsi mengenai budidaya selada pada umumnya, budidaya tanaman dengan sistem vertikutltur, budidaya pada pekarangan sempit dan data mengenai Rumah Pangan Lestari (RPL). Cara pengumpulan data ini yaitu dengan melakukan studi kepustakaan maupun internet. Tahun data yang diperoleh berasal dari berbagai macam tahun data mulai dari tahun 2001 hingga tahun 2014. 3.5 Metode pengumpulan data Beberapa metode pengumpulan data yang digunakan dalam penulisan laporan adalah sebagai berikut : a. Studi literatur Melalui teknik ini dilakukan kegiatan pengumpulan data, keterangan dan informasi dengan penelaahan secara cermat atas berbagai dokumen arsip, hasil laporan, buku–buku ilmiah, dan bahan tertulis lainnya yang relevan. b. Wawancara Wawancara yaitu suatu teknik pengumpulan data dengan cara mengadakan tanya jawab langsung dengan responden.
  • 43. c. Observasi (Pengamatan) Teknik pengumpulan data melalui observasi merupakan pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mengamati dan mencatat secara sistematis.
  • 44. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Instansi 4.1.1 Sejarah Balai Besar Pelatihan Pertanian Lembang Balai Besar Pelatihan Pertanian (BBPP) Lembang berdiri pada tahun 1962 yang pada awalnya bernama PLP (Pusat Pelatihan Pertanian) milik Pemda propinsi Jawa Barat, kemudian pada tanggal 28 Januari 1978 berdasarkan SK Mentan No.52/KPTS/org/1/1978 pengelolaannya diambil alih oleh Badan Pendidikan dan Latihan Penyuluhan Pertanian dan berubah menjadi BLPP (Balai Latihan Pegawai Pertanian) Kayuambon dengan tingkat Eselone ring IIIb meliputi wilayah kerja Jawa Barat bagian timur dan DKI Jakarta. Tahun 2000 dengan keluarnya SK Mentan No.84/KPTS/OT.210/2/2000, tanggal 29 Februari 2000 berubah menjadi BDP (Balai Diklat Pertanian) Lembang. Dengan keluarnya SK Mentan No.355/KPTS/OT.210/5/2002, tanggal 8 Mei 2002 BDP mendapatkan kenaikan eselon menjadi Eselon IIIa dan berganti nama menjadi BDAH (Balai Diklat Agribisnis Hortikultura) Lembang. Berdasarkan SK Mentan No.487/KPTS/OT.160/10/2003, dengan adanya perkembangan IPTEK di era globalisasi serta kebutuhan wilayah binaan yang semakin kompleks secara nasional, tanggal 14 Oktober 2003 BDAH Lembang berkembang menjadi tingkatan Eselon II dengan nama BBDAH (Balai Besar Diklat Agribisnis Hortikultura) Kayuambon. BBDAH mempunyai tugas melaksanakan diklat keahlian dan pengembangan teknik diklat di bidang Agribisnis Hortikultura dalam rangka peningkatan kualitas sumber daya manusia pertanian.
  • 45. Tahun 2007 dilakukan penataan kembali organisasi dan tata kerja dengan perubahan nama lembaga menjadi BBPP (Balai Besar Pelatihan Pertanian) Lembang. Perubahan nama ini dilakukan dalam rangka meningkatkan daya guna dan hasil guna pelaksanaan pelatihan di bidang pertanian. BBPP Lembang terletak pada wilayah sentra produksi sayuran, juga merupakan daerah Agrowisata. Ketinggian daerah ±1.200 mdpl dengan curah hujan 100-400 mm/bulan, serta rata-rata kelembaban nisbi 84-89%. BBPP Lembang sangat ideal untuk menjadi pusat pelatihan, lokakarya atau seminar bagi pengembangan SDM pertanian serta sebagai pusat informasi teknologi pertanian khususnya sayur-sayuran dan buah- buahan di tingkat nasional maupun internasional. 4.1.2 Visi, Misi, Tugas dan Fungsi BBPP Lembang a. Visi Visi BBPP Lembang adalah “Menjadi lembaga pelatihan yang handal untuk menghasilkan SDM pertanian yang profesional dalam mendukung industri pertanian yang berdaya saing”. b. Misi Adapun misi BBPP Lembang yaitu: 1. Meningkatkan kualitas program berbasis kinerja. 2. Meningkatkan pendayagunaan sarana dan prasarana pelatihan serta produktivitas instalasi agribisnis. 3. Meningkatakan sistem manajemen mutu penyelenggaraan pelatihan sesuai sistem mutu yang berkualitas (ISO – 900:2008). 4. Meningkatkan mutu penyelenggaraan pelatihan dengan melaksanakan pelatihan berbasis kompetensi.
  • 46. 5. Melaksanakan pengembangan teknik pelatihan hortikultura dan melaksanakan pelatihan teknis, fungsional dan kewirausahaan bagi aparatur dan non aparatur pertanian sesuai dangan Standar Kompetensi Kerja (SKK) dalam rangka mewujudkan 4 (empat) sukses pembangunan pertanian. 6. Meningkatkan profesionalisme Widyaiswara dan tenaga teknis pelatihan. 7. Meningkatkan kerja sama pelatihan dalam negeri dan melaksanakan pelatihan kerja sama luar negeri. 8. Melaksanakan sistem informasi, pemantauan, evaluasi dan pelaporan pelatihan dan melakukan pengendalian internal yang akurat dan kredibel. 9. Meningkatkan kualitas pengelolaan administrasi penata-usahaan dan rumah tangga yang transparan dan akuntabel. c. Tugas BBPP Lembang Berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor 101/Permentan/OT.140/10/2013 tanggal 9 Oktober 2013 tentang organisasi dan tata kerja, BBPP Lembang mempunyai tugas mengembangkan teknik pelatihan teknis, fungsional dan kewirausahaan di bidang pertanian bagi aparatur dan non aparatur. d. Fungsi BBPP Lembang BBPP Lembang memiliki fungsi sebagai berikut: 1) Penyusunana rencana, program dan pelaksanaan kerjasama. 2) Pelaksanaan pemantauan, evaluasi dan pelaporan. 3) Pelaksanaan pelatihan teknis di bidang pertanian. 4) Pelaksanaan pelatihan fungsional di bidang pertanian bagi aparatur pertanian. 5) Pelaksanaan pelatihan kewirausahaan di bidang pertanian.xcvbn
  • 47. 6) Pelaksanaan pengembangan teknik pertanian di bidang hortikultura. 7) Pelaksanaan pengembangan teknik pelatihan pertanian. 8) Pelaksanaan penyususunan paket pembelajaran dan media pelatihan teknis, fungsional dan kewirausahaan di bidang pertanian. 9) Penyususunan bahan Standar Kompetensi Kerja (SKK) pelatihan teknis, fungsional dan kewirausahaan di bidang pertanian. 4.1.3 Organisasi Instansi a. Susunan Organisasi BBPP dikepalai oleh seorang Kepala Balai yang membawahi :  Kepala Bagian Umum Kepala Bagian Umum dibantu oleh:  Kepala Sub Bagian Kepegawaian dan Rumah Tangga,  Kepala Sub Bagian Keuangan,  Kepala Sub Bagian Perlengkapan dan Instalasi.  Kepala Bidang Program dan Evaluasi Kepala Bidang Program dan Evaluasi, dibantu oleh:  Kepala Seksi Program dan Kerjasama,  Kepala Seksi Evaluasi dan Pelaporan.  Kepala Bidang Penyelenggaraan Pelatihan Kepala Bidang Penyelenggaraan Pelatihan dibantu oleh:  Kepala Seksi Pelatihan Aparatur,  Kepala Seksi Pelatihan Non Aparatur.  Kelompok Jabatan Fungsional
  • 48. b. Struktur organisasi BBPP Lembang mempunyai struktur organisasi sebagai berikut : Gambar 2. Struktur Organisasi Balai Besar Pelatihan Pertanian (BBPP) Lembang Inkubator Usahatani Tatang Suhendi KEPALA BALAI Ir. Bandel Hartopo.M. Sc KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL BAGIAN UMUM Ir.Iski S, M.Si Subbag Keuangan Deden Hamdan, S.Pd Subbag Kepegawaian dan RumahTangga Irwan W., Bc. Hk Subbag Perlengkapa n dan Instalasi Drs. Taufik Lukman,MP BIDANG PENYELENGGARAAN PELATIHAN Dr. Ibrahim Saragih SeksiPelatihan Aparatur Lily Suherli, SP Seksi Pelatihan Non Aparatur Kusyaman,S. Sos BIDANG PROGRAM DAN EVALUASI Afandi Seksi Evaluasidan Pelaporan Yullyndra TD, SP Seksi Program dan Kerjasama Iwan Kurnia, SP
  • 49. 4.1.4 Sumberdaya Manusia Instansi BBPP Lembang pada tahun 2015 didukung oleh 141 orang pegawai. Berikut ini merupakan rincian jumlah keseluruhan seumberdaya manusia yang ada di BBPP Lembang : Tabel 5. Jumlah Sumberdaya Manusia di BBPP No Keterangan Jumlah (orang) 1 PNS - Pejabat Struktural 11 - Kelompok Fungsional Widyaiswira 29 - Kelompok Fungsional Analisis Kepegawaian 1 - Kelompok Fungsional Pranata Humas 1 - Kelompok Fungsional Umum 78 2 Tenaga Kontrak 9 3 THL 8 4 Satpam 4 Total 141 Tabel dibawah ini merupakan jumlah pegawai BBPP berdasarkan golongan dan tingkat pendidikan. Tabel 6. Jumlah Pegawai Berdasarkan Golongan dan Tingkat Pendidikan Golongan Pegawai berdasarkan golongan Tahun 2015 (orang) Gol I Gol II Gol III Gol IV 1 37 61 21 Tingkat Pegawai berdasarkan tingkat pendidikan Tahun 2015 (orang) S3 S2 S1 D3 SLTA SLTP SD 1 31 43 5 33 3 3
  • 50. 4.1.5 Sekilas Inkubator Usahatani (IUT) a. Latar Belakang IUT Sejak tahun 2002, Balai Besar Pelatihan Pertanian (BBPP) Lembang telah mendirikan Inkubator Agribisnis (IA). Inkubator Agribisnis berganti nama menjadi Inkubator Usahatani (IUT) pada tahun 2013 dan berfungsi sebagai sarana pelatihan serta melayani para pelaku agribisnis secara nasional, khususnya Jawa Barat. Bentuk pelayanan langsung yang diberikan IUT kepada pelaku usaha pertanian terbatas pada pola pendidikan dan latihan, selain itu proses tersebut belum melibatkan partisipasi aktif dari kalangan bisnis dan akademisi. Hal ini belum mencerminkan pelayanan langsung yang harus diberikan IUT, yang mana berdampak pada belum terjadinya proses transformasi petani yang dibina menjadi wirausahawan. Kondisi demikian, menuntut perubahan struktur dan fungsi kelembagaan Inkubator Usahatani yang dimiliki Lembang selain mengembangkan usahanya di bidang pertanian juga menjadi mediator serta transformator bagi petani untuk menjadi wirausaha agribisnis. b. Tujuan IUT BBPP Lembang Sebagai bagian dari institusi pelayanan publik dalam bidang agribisnis, pengembangan kelembagaan IUT Balai Besar Pelatihan Pertanian (BBPP) Lembang bertujuan untuk : a. Meningkatkan kemampuan SDM staf teknis Inkubator Usahatani dengan melaksanakan berbagai kegiatan usahatani sesuai dengan bidang keahliannya. b. Menjadi mediator dan transfomator dalam pengembangan agripreneur- agripreneur baru di Indonesia.
  • 51. c. Menciptakan jejaring kerja (networking) bagi agripreneur, pemerintah dan berbagai pemangku kepentingan (stake holders) dengan berbagai kompetensi yang dimiliki oleh BBPP Lembang secara maksimal dan melembaga. c. Ruang Lingkup Inkubator Usahatani BBPP Lembang Inkubator Usahatani (IUT) didirikan sebagai upaya untuk memperlancar proses penciptaan usaha-usaha baru, terutama usaha-usaha yang berkait erat dengan kompetensi BBPP Lembang. Secara internal, mediasi penciptaan inovasi dari penemuan-penemuan di BBPP akan terus berkembang karena adanya aktivitas komersialisasi. IUT juga menjadi salah satu bagian dalam proses pelatihan di BBPP, terutama belajar secara nyata tentang bagaimana mengupayakan penciptaan nilai tambah (value added creation), peningkatan profesionalisme (to be profesional), bertanggung-jawab (to be committed), menciptakan wirausaha yang handal dan bagaimana membentuk sebuah komunitas bisnis (business society). IUT kedepannya diharapkan dapat menjadi salah satu ujung tombak BBPP Lembang dalam upaya mendorong terus lahirnya inovasi. Lebih jauh lagi, IUT harus mampu menjadi mediator dan transformator untuk mendorong tercipta dan tumbuhnya kesejahteraan masyarakat (social wealth creation). Inkubator Usahatani memberikan pelayanan usaha sebagai berikut: a. Menyediakan infrastruktur perkantoran bersama, termasuk diantaranya ruang pertemuan konsultasi, keamanan, furnitur, perlengkapan kantor (termasuk fasilitas internet), telepon dan perlengkapannya, perpustakaan, kebersihan dan perawatan serta akomodasi penginapan. Menyediakan platform pertemuan antara agripreneur dengan service provider.
  • 52. b. Menyediakan akses bagi jaringan mitra aliansi, sumber-sumber permodalan dan networking. c. Menyediakan asisten dan mentor-mentor bisnis dari kalangan praktisi bisnis, menyangkut konsultasi teknis dan manajemen perusahaan, teknologi, proses produksi, pemasaran dan sebagainya. d. Layanan bisnis seperti masalah administrasi perusahaan, layanan kesekretariatan dan akuntansi, masalah legal dan masalah hak atas kekayaan intelektual. e. Menyediakan akses informasi bagi institusi finansial, industri, pemilik modal, dan warga masyarakat yang ingin mencari potensi-potensi usaha baru yang dikelola oleh IUT. d. Sumber Daya Manusia di Inkubator Usahatani BBPP Lembang Balai Besar Pelatihan Pertanian (BBPP) Lembang sebagai lembaga yang memiliki dukungan teknis dan pengalaman yang panjang dalam berkomunikasi dengan para petani dan pelaku agribisnis lainnya, sangat berpotensi menjadi lembaga pengembang inovasi baru dalam menghasilkan produk dan proses yang merupakan bagian penting dalam strategi diversifikasi disamping pengembangan pasar yang baru. BBPP Lembang adalah tempat ideal sebagai Inkubator Usahatani karena didukung oleh kemampuan untuk menjalankan lembaga ini secara operasional. Sumberdaya manusia yang dimiliki di Inkubator Usahatani BBPP Lembang terdiri dari 1 orang pengelola dan 15 orang pelaksana teknis. SDM IUT BBPP Lembang dilihat dari pendidikan meliputi enam orang Sarjana, satu orang Diploma dan sembilan orang tamatan SPMA/sederajat.
  • 53. Struktur organisasi Inkubator Usahatani BBPP Kayuambon Lembang adalah seperti gambar tiga dibawah ini. STRUKTUR ORGANISASI INKUBATOR USAHATANI Gambar 3. Struktur Organisasi Inkubator Usahatani Penanggung Jawab Kabag Umum Tim Pengawas (SPI) Kelompok Ahli/ Konsultan/Widyaiswara Pengelola IUT Tatang S. Pelaksana Unit Administrasi dan Keuangan Rini. N, SP Pelaksana Kultur Jaringan Yuli Yulinawati, SP Pelaksana Pengolahan Hasil Euis Kurniati, SP Pelaksana Buah E. Kusnadi Asep Komarudin Rumah Pangan Lestari Jajang Dadan Septia Amas Miko Pelaksana Hidroponik Teten CM ,SP Slamet S. S.ST Pelaksana Sayuran Lapangan Encang Solihin Ade R Rokhmadin A,md Pelaksana Tanaman Hias Juniadi S.P Kabid. Penyelenggara Diklat (Pelatihan Non Aparatur) Pengarah Ka. Balai
  • 54. 4.1.6 Kondisi Keuangan Instansi Kondisi keuangan Inkubator Usahatani di BBPP Lembang cukup baik. Semua keperluan alat dan bahan untuk mendukung kegiatan usahatani di Inkubator Usahatani BBPP Lembang seperti penyedia pupuk, benih dan sarana produksi lainnya mendapatkan pembiayaan dari Balai Besar Pelatihan Pertanian Lembang itu sendiri. Dana yang digunakan oleh Balai Besar Pelatihan Pertanian (BBPP) Lembang bersumber dari Kementerian Pertanian, lebih tepatnya bagian Penyuluhan dan Pengembangan Sumberdaya Manusia Pertanian. Alokasi dana yang didapatkan oleh BBPP untuk tahun 2015 adalah Rp 23.046.993.000. Dana ini digunakan untuk menjalankan seluruh fungsi dari BBPP termasuk salah satunya Inkubator Usahatani. 4.1.7 Deskripsi Kegiatan Bisnis Instansi a. Deskripsi Produksi Kegiatan bisnis yang ada di BBPP Lembang hanya dijalankan oleh bagian Inkubator Usahatani (IUT). Seperti pada gambar tiga diatas, di IUT terdapat beberapa unit produksi seperti tanaman hias, tanaman sayuran lapangan, hidroponik, rumah pangan lestari, buah-buahan dan unit pengolahan hasil. Proses produksi masing-masing unit berbeda-beda, ada yang dibudidayakan di dalam screen house dan ada yang di lapangan. Tanaman di dalam screen house adalah tanaman hias dan tanaman sayuran (kentang, tomat cherry & seledri). Ketiga tanaman sayuran tersebut dibudidayakan dengan metode hidroponik. Metode hidroponik yang ada di IUT BBPP Lembang ini terdiri atas dua sistem yaitu hidroponik irigasi tetes (drip irigation) dan hidroponik sistem aeroponik. Kentang
  • 55. dibudidayakan dengan sistem aeroponik sedangkan tomat cherry dan seledri dengan sistem irigasi tetes. b. Produk Produk yang dihasilkan oleh IUT ini diantaranya adalah tomat cherry, seledri, kentang, brokoli, pakcoy, caysin, edamame, jagung manis jepang, selada merah, selada hijau, kecipir, jeruk, bawang merah, bawang daun, stroberi, kabocha, labu siam, aragula, siombak, pagoda, cabai, cengek (cabai rawit) dan tanaman hias seperti krisan, anggrek dan kaktus. c. Pelanggan IUT BBPP Lembang memiliki beberapa pelanggan seperti Amazing Farm, LM Java dan juga pedagang-pedagang pengumpul. Tomat cherry pelanggannya adalah Amazing Farm, kedelai edamame pelanggannya LM Java dan komoditi lain pada umumnya merupakan langganan pedagang-pedagang pengumpul. Kemudian di unit RPL selain pedagang pengumpul, yang menjadi pelanggannya adalah restoran BBPP dan Labor pengolahan BBPP. d. Pemasok Bahan Baku Pada kegiatan budidaya yang menjadi pemasok bahan baku untuk menjalankan kegiatan pada umumnya adalah kios-kios pertanian, namun terdapat beberapa komoditi yang bahan bakunya seperti bibit diperoleh dari Amazing Farm karena adanya hubungan kemitraan. e. Pemasaran Produk-produk yang dihasilkan di IUT BBPP Lembang ada yang dipasarkan secara langsung dan tidak langsung. Pemasaran tidak langsung yaitu hasil-hasil budidaya yang dijual melalui pedagang pengumpul, Amazing Farm dan LM Java
  • 56. yang mana akan dilanjutkan ke pasar baik tradisional maupun modern dengan atau tanpa menambah nilai jual produk seperti pengemasan dan sebagainya. Sedangkan pemasaran langsung yang dijalankan adalah penjualan ke restoran BBPP dan labor pengolahan hasil. Penjualan ke Amazing Farm dan LM Java diatas berjalan karena adanya hubungan kemitraan. Hubungan kemitraan yang terjadi adalah mitra tanpa MOU, namun seluruh produk yang dihasilkan untuk komoditi tertentu di IUT dipasarkan ke Amazing Farm dan LM Java tersebut. 4.1.8 Sekilas Rumah Pangan Lestari (RPL) a. Tentang RPL Rumah Pangan Lestari (RPL) yaitu rumah tangga dengan prinsip pemanfaatan pekarangan yang dirancang untuk memenuhi kebutuhan pangan dan gizi keluarga, diversifikasi pangan berbasis sumberdaya lokal, pelestarian tanaman pangan untuk masa depan serta peningkatan pendapatan yang pada akhirnya akan meningkatkan pendapatan. Rumah Pangan Lestari yang ada di BBPP Lembang dibawa pertama kali oleh Bapak Ir. Bandel Hartopo selaku Kepala Balai. RPL ini baru saja didirikan pada tahun 2014. Luas lahan yang dimiliki oleh RPL ±700 m2 . Jenis tanaman yang ditanam di RPL sangat beragam seperti tanaman sayuran, buah-buahan, umbi-umbian dan rempah. Beberapa tanaman sayuran yang ditanam seperti selada, bayam, kangkung, bawang daun, buncis, cabe rawit, kabocha, brokoli, sawi, aragula, siombak, pagoda, seledri, terong dan tomat. Kemudian tanaman buah-buahan diantaranya jambu air, jambu biji klutuk, jeruk bali, jeruk manis, jeruk nipis, jeruk purut, kedondong, mangga, markisa, pisang dan strawberry.
  • 57. Yang termasuk ke dalam kategori umbi-umbian yang ada di RPL BBPP Lembang adalah talas, ubi kayu dan ubi jalar. Kategori terakhir adalah tanaman rempah, diantaranya daun kemangi. Selain tanaman tersebut, di RPL juga terdapat beberapa ternak seperti kambing, domba, sapi dan ikan. Pada dasarnya, RPL merupakan bagian dari Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL) yang penerapannya dilakukan terhadap suatu kawasan baik dalam satu desa, kampung, RT dan sebagainya. KRPL ini pertama kali diterapkan di Kabupaten Pacitan yang terletak di Jawa Barat. Tanaman-tanaman yang ada di RPL ditata sedemikian rupa sehingga menghasilkan pekarangan yang indah dan tidak ada ruang yang kosong, ditambah dengan bunga–bunga yang ditanam sehingga menambah keindahan dari Rumah Pangan Lestari BBPP Lembang. b. Prinsip, Tujuan dan Fungsi RPL  Prinsip  Pemanfaatan pekarangan ramah lingkungan dan memenuhi kebutuhan pangan serta gizi keluarga.  Diversifikasi pangan berbasis sumberdaya lokal.  Konservasi sumberdaya genetik tanaman pangan.  Menjaga kelestariannya melalui kebun bibit desa melalui peningkatan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat.  Tujuan  Pemenuhan pangan dan gizi keluarga.  Meningkatkan kemampuan masyarakat dalam pemanfaatan lahan pekarangan.
  • 58.  Mengembangkan sumber benih untuk berkelanjutan pemanfaatna pekarangan.  Pengembangan kegiatan ekonomi produktif sehingga mampu meningkatkan kesejahteraan keluarga.  Fungsi  Pelestarian sumberdaya alam dan lingkungan.  Fungsi ekonomi  Fungsi sosial. c. Model Budidaya Rumah Pangan Lestari BBPP Lembang Berikut merupakan model budidaya yang ada di unit Rumah Pangan Lestari BBPP Lembang :  Vertikultur (model gantung, tempel, tegak dan rak) Merupakan teknologi untuk mengatasi keterbatasan ruang/lahan. Tanaman dapat disusun secara bertingkat dan dapat diletakkan pada lahan sempit karena vertikultur memanfaatkan lahan kearah vertikal/keatas.  Pot / polybag Yaitu budidaya yang penanamannya dilakukan didalam pot/polybag yang didalamnya telah diisi dengan media tanam. Beberapa tanaman yang ditanam di dalam pot/polybag selain bunga penghias rumah adalah bawang daun, seledri, stroberi dan terung.  Tanam langsung Tanam langsung maksudnya adalah penanaman di tanah secara langsung tanpa dibuat bedengan atau semacamnya.
  • 59.  Aquaponik Sistem budidaya aquaponik merupakan penggabungan antara budidaya secara vertikal dengan hidroponik.  Minaponik Minaponik merupakan teknologi yang mengkombinasikan anatara budidaya ikan dengan tanaman. Tanaman yang disusun vertikal di bagian atas dan di bagian bawahnya terdapat sebuah bak/tangki/penampungan tempat hidupnya ikan.  Bedengan Budidaya di lapangan dengan menggunakan bedengan ada yang menggunakan mulsa dan ada juga yang tidak.  Kandang Kandang sebagai tempat pemeliharaan hewan-hewan ternak. Adapun hewan ternaknya adalah sapi, kambing dan domba.  Kolam terpal / kolam mini / tong Merupakan sebagai tempat berbudidaya ikan. Ikan yang dibudidayakan di RPL adalah ikan lele.  Pagar hidup Model budidaya pagar hidup adalah memaksimalkan fungsi-fungsi pagar untuk berbudidaya dan menambah keindahan. Tanaman yang bisa dipraktekkan ke pagar hidup di RPL adalah labu siam, kabocha dan kecipir. e. Kebun Bibit Desa RPL BBPP Lembang memiliki sebuah Kebun Bibit Desa (KBD) berukuran ±6m2 yang mana KBD merupakan salah satu cara untuk mendukung keberlanjutan RPL. KBD merupakan tempat bagi keluarga untuk menjaga
  • 60. ketersediaan benih/bibit yang akan ditanam di pekarangan. Pada saat satu tanaman di pekarangan telah habis masa panennya maka harus ditanami dengan bibit baru sesegera mungkin agar lahan pekarangan tidak kosong, dan untuk menjaga hal tersebut maka diperlukan sebuah kebun bibit desa. Pengaplikasian KBD sebenarnya lebih diperuntukkan bagi Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL). KRPL merupakan gabungan dari RPL-RPL, dimana dalam suatu kawasan seperti satu dusun, desa ataupun kampung. Satu KRPL memiliki satu KBD yang dikelola oleh satu orang. Orang tersebut bertugas untuk menjaga ketersediaan bibit untuk RPL-RPL dalam satu dusun, desa atau kampung yang dikelolanya, namun pada RPL BBPP Lembang, KBD dikelola secara independen oleh rumah tangga karena tidak berbasis kawasan. KBD yang ada di BBPP Lembang ini tidak hanya digunakan sebagai tempat pembibitan saja, namun didalamnya juga dimanfaatkan sebagai tempat penyimpanan alat-alat pertanian seperti cangkul, kored, sabit, ember, dan berbagai macam peralatan lainnya yang dibutuhkan dalam mengelola pekarangan. e. Biomen dan Biogas  Biomen Biomen merupakan hasil fermentasi dari urin manusia dan hewan dengan menambahkan EM4. RPL BBPP Lembang memiliki bermacam ternak seperti domba, kelinci, sapi dan ikan. Limbah urin dari domba dan kelinci yang ada di BBPP dimanfaatkan menjadi biomen yang bermanfaat bagi tanaman karena diketahui urin tersebut mengandung unsur hara yang cukup tinggi, sehingga hal ini lebih bersifat ekonomis bagi keluarga.
  • 61. Pengaplikasian biomen dilakukan dengan mencampurkan 10 liter urin dengan 200 ml EM4. Campuran tersebut disimpan selama tiga minggu di dalam bak penampungan dan setelah itu, maka dapat dilakukan pemupukan terhadap tanaman dengan aplikasi setiap satu liter biomen ditambahkan sepuluh liter air.  Biogas Biogas adalah gas yang dihasilkan dari proses penguraian bahan–bahan organik oleh mikroorganisme pada kondisi langka oksigen (anaerob). Sumber energi biogas yang utama adalah kotoran ternak sapi, kerbau, babi dan kuda. Kotoran ternak sapi yang ada di RPL dimanfaatkan untuk pembuatan biogas sehingga dapat dimanfaatkan sebagai pembangkit listrik. Hal ini menjadi sumber energi alternatif yang ramah lingkungan dan terbarukan. Biogas ini dapat dibakar seperti elpiji. Melalui pemanfaatan biogas maka keluarga tidak perlu lagi membeli gas elpiji yang banyak dijual di pasar. Manfaat energi biogas adalah sebagai pengganti bahan bakar khususnya minyak tanah yang dipergunakan untuk memasak, kemudian sebagai bahan pengganti bahan bakar minyak (bensin dan solar). Biogas juga dapat digunakan sebagai pembangkit energi listrik jika dalam skala besar. 4.2 Tingkat Pendapatan Keluarga Melalui Vertikultur 4.2.1 Proses Produksi Selada Vertikultur Kegiatan-kegiatan yang dilakukan selama proses produksi selada pada rak vertikultur dapat dilihat pada gambar 4 dibawah ini :
  • 62. Gambar 4. Skema/bagan alur proses produksi selada sistem vertikultur a. Persiapan Benih / Pembibitan Selada merupakan tanaman yang diperbanyak dengan biji–bijinya. Benih selada dapat diperbanyak dengan cara langsung disebar diatas bedengan dan dapat juga dengan disemai dahulu di lahan pesemaian. Budidaya pada rak vertikultur di RPL, pembibitan yang dilakukan adalah di lahan pesemaian terlebih dahulu, lebih tepatnya di KBD (kebun bibit desa). Benih selada keriting yang digunakan untuk pembibitan adalah benih unggul dan bersertifikat yang setiap kemasannya berisi 7.000 butir benih dengan harga Rp 20.000/kemasan. Sedangkan benih selada lollorossa (selada merah) yang digunakan adalah benih dengan merek dagang Persiapan Wadah Media Tanam Vertikultur Pemeliharaan Panen dan Pasca Panen Penanaman Persiapan Benih / Pembibitan Pemupukan Penyulaman Penyiraman Persiapan Media Tanam
  • 63. indo seed. Benih ini berisi 5.000 butir per kemasannya dengan harga adalah Rp 40.000,-/kemasan. Tahapan dan tata cara penyiapan bibit selada di lahan pesemaian yang dilakukan adalah sebagai berikut :  Mempersiapkan alat dan bahan yang digunakan dalam melakukan pesemaian. Adapun alat yang digunakan yaitu tray (baki pesemaian) sedangkan bahannya adalah benih selada baik selada hijau maupun selada lollorossa, media tanam, air dan karung goni. Penggunaan tray dalam pesemaian ini memberikan kemudahan bagi keluarga dalam pelaksanaannya dimana keluarga tidak perlu membuat wadah semai secara manual. Selain itu, tempat tanam di tray ini telah dikotak-kotakkan sehingga pada saat pemindahan bibit ke lapangan, bibit yang dipindahkan tidak rusak dan akarnya tidak terganggu. Jika menggunakan wadah semai manual seperti yang dilakukan pada umumnya, akan terjadi kesulitan pada saat pemindahan bibit ke lapangan. Satu buah tray memiliki kapasitas 128 benih tanaman, sehingga jika dimasukkan satu biji per lubang maka untuk kegiatan pembibitan tanaman selada di RPL dibutuhkan tiga unit tray.  Media tanam untuk pesemaian adalah campuran tanah, pupuk kandang dan arang sekam. Ketiga bahan dicampur dengan perbandingan 1:1:1, artinya untuk pesemaian ini dibutuhkan tanah, pupuk kandang dan arang sekam masing-masing 1 kg.  Campuran ketiga bahan dimasukkan ke dalam tray (baki pesemaian) yang telah disiapkan dan kemudian tray diberi air secukupnya hingga media tanam menjadi lembab.
  • 64.  Kemudian masukkan benih selada ke dalam tray yang telah berisi media satu per lubangnya. Kegiatan ini dapat dilakukan dengan menggunakan alat bantu berupa paku kecil, lidi atau benda lainnya untuk memasukkan benih tanaman satu persatu. Bantuan alat tersebut adalah untuk memudahkan penanaman benih karena ukuran benih yang kecil.  Langkah selanjutnya adalah menyimpan benih pada tempat yang aman, dalam hal ini penyimpanan dilakukan di KBD. Tray di dalam KBD tersebut ditutup dengan menggunakan karung goni. Penggunaan karung goni sebagai penutup pembibitan adalah agar memudahkan keluarga pada saat pemeliharaan pembibitan yaitu kegiatan penyiraman. Pemeliharaan Bibit Benih-benih yang telah disemaikan dan berkecambah berarti telah tumbuh menjadi bibit. Sebelum dipindahtanamkan ke dalam kolom-kolom wadah media tanam, diperlukan adanya perawatan terhadap bibit-bibit tersebut agar dapat tumbuh dengan baik dan sehat. Penyiraman dilakukan dua kali sehari terhadap benih yang disemaikan dan jika terdapat hujan maka cukup dilakukan satu kali. Penyiraman dilakukan diatas karung goni tanpa perlu membukanya terlebih dahulu. Karung goni penutup tray pesemaian dibuka setelah benih berkecambah agar bibit mendapatkan cukup sinar matahari. Rentang waktu untuk melepaskan karung goni dapat berpengaruh terhadap kualitas bibit yang akan dihasilkan, dimana apabila karung goni terlalu lama dilepaskan akan menjadikan bibit tumbuh memanjang seperti tanaman toge. Bibit yang terlalu lama ditutupi dengan karung goni akan mengakibatkan bibit tersebut berusaha mencari-cari celah untuk
  • 65. mendapatkan sinar matahari. Oleh karena itu, pada hari ketiga karung goni dilepaskan agar benih yang telah berkecambah tersebut bisa mendapatkan sinar matahari. Kegiatan penyiraman tetap terus dilakukan setelah karung goni dilepas hingga tanaman siap dipindahkan ke wadah media vertikultur. Metode penyiraman yang efektif dilakukan untuk pesemaian ini adalah dengan mencelupkan tray secara hati-hati kedalam bak air. Tray memiliki lubang kecil pada bagian dasar (bawah) dan dengan hal itu akan terjadi perembesan air melalui lubang-lubang tersebut. Selain efektif dilakukan, metode ini juga bisa menghemat waktu yang digunakan untuk penyiraman pesemaian. Penyiraman dengan cara ini juga bertujuan agar bibit yang masih berukuran kecil dan lunak tidak rusak akibat percikan-percikan air. Perawatan tersebut dilakukan hingga bibit siap untuk dipindahtanamkan. b. Persiapan Wadah Media Tanam Vertikultur Vertikultur dapat dilaksanakan dengan memanfaatkan bahan-bahan dan peralatan yang ada di sekitar, namun terdapat syarat penting yang harus dimiliki oleh bahan-bahan tersebut yaitu awet digunakan, mudah diperoleh dan harganya relatif murah. Jenis bahan dan model rancangan wadah media tanam vertikultur yang terdapat di Unit Rumah Pangan Lestari BBPP Lembang sangat beragam, ada yang menggunakan bahan dasar talang air, pralon dan juga bambu gombong. Bahan- bahan ini dapat dibuat menjadi berbagai macam model vertikultur seperti kolom wadah yang disusun secara vertikal, horizontal, wadah media digantung ataupun pot susun. Menurut Sutarminingsih (2007), keempat rancangan tersebut
  • 66. merupakan rancangan yang sudah cukup banyak dicoba dan menunjukkan tingkat keberhasilan yang tinggi. Berikut ini adalah data mengenai rancangan wadah media tanam vertikultur yang ada di Unit RPL BBPP Lembang. Tabel 7. Data Model Rancangan Wadah Media Vertikultur di Unit RPL BBPP No. Nama Alat Satuan Jumlah Kebutuhan 1 Rak Talang Air Unit 3 2 Rak Bambu Unit 1 3 Rak Pralon (PVC) Unit 1 4 Pot Gantung Bambu Tunggal Unit 2 5 Pot Gantung Pralon Tunggal Unit 2 6 Pot Gantung Pralon Triple Unit 1 7 Pot Vertikal Pralon Unit 6 Cara Pembuatan  Sistem Rak Wadah media tanam vertikultur yang berbentuk kolom horizontal rak dapat dibuat dari berbagai macam bahan, diantaranya adalah bambu, pralon (PVC), papan, plastik, karung plastik, karpet talang, kantong plastik ataupun polybag. Wadah media tanam yang terdapat di RPL BBPP Lembang ini terbuat dari bahan talang air, bambu dan pralon, meskipun bahannya berbeda tetapi prinsip pembuatannya sama. Adapun cara pembuatan kolom horizontal berupa rak ini adalah sebagai berikut : - Mempersiapkan alat dan bahan yang tertera pada tabel 3 dan tabel 4 untuk pembuatan wadah media rak. - Memotong talang air, pralon dan bambu sepanjang ± 1,3 m - Menentukan dan menandai titik-titik lubang tanam dengan jarak ± 30 cm. - Selanjutnya membuat lubang tanam dengan diameter 3-4 cm untuk bahan pralon dan bambu, sedangkan untuk bahan talang air tidak perlu dilubangi karena talang air berbentuk segi yang bagian atasnya terbuka. Cara melubanginya adalah dengan menggunakan bor listrik. Lakukan hal serupa
  • 67. pada pralon-pralon yang lain. Kedua ujung pralon ditutup dengan penutup pralon (dop). Penutup ini selain menggunakan dop juga bisa dengan memanfaatkan bahan lain yang harganya lebih rendah seperti plastik untuk lebih ekonomisnya. - Susunlah talang-talang, pralon-pralon dan bambu-bambu pada 3 rak yang dibuat dari bahan kayu kaso atau bambu tali.  Pot Gantung Wadah media tanam vertikultur yang berbentuk pot gantung dapat dibuat dari bahan-bahan seperti bambu, pralon, pot, tempurung kelapa, kaleng-keleng bekas ataupun bahan lainnya. Wadah media tanam berbentuk pot gantung yang ada di unit RPL terbuat dari bahan pralon dan bambu. Cara pembuatan pot gantung ini cukup mudah, yaitu dengan memotong bambu ataupun paralon lalu dilubangi sebagai tempat tumbuhnya tanaman, dan kemudian pralon atau bambu tersebut digantungkan ke kayu atau tempat lain yang ada di pekarangan/teras rumah.  Pot Vertikal Wadah media tanam sistem pot vertikal dapat dibuat dengan menggunakan bahan bambu, pralon, plempem, karpet talang, kaleng bekas dan lain sebagainya. Jenis bahan yang digunakan di RPL adalah pralon. - Langkah pembuatannya pertama kali adalah memotong pralon dengan ukuran 1,5 m. - Tentukan dan tandai jarak lubang tanam, untuk tanaman selada yang memiliki ukuran relatif kecil maka jarak antar lubang tanamnya dibuat 20 cm.
  • 68. - Pembuatan lubang tanam dilakukan seara berselang-seling antara permukaan yang satu dengan lainnya. - Pada bagian yang ditandai, dibuat sayatan dengan menggunakan gergaji. Panjang sayatan dibuat lebih kurang 5-7 cm. - Bagian yang disayat dipanaskan dengan api lampu spiritus dan setelah pralon panas serta menjadi lunak, masukkan kayu pengungkit pada bagian sayatan agar terbentuk lubang tanam. - Langkah terakhir yaitu tanam pralon ke dalam pot yang berisi tanah agar pralon dapat berdiri tegak. c. Persiapan Media Media tanam merupakan suatu bahan sebagai tempat untuk tumbuhnya tanaman. Media yang digunakan untuk penanaman selada sistem vertikultur ini adalah campuran antara tanah, pupuk kandang dan arang sekam dengan perbandingan 1:1:1. Perbandingan tersebut digunakan dengan tujuan agar tanah yang digunakan sebagai media tanam menjadi gembur, dapat cukup menahan dan meloloskan air, serta cukup banyak mengandung zat makanan. Ketiga jenis media dicampur secara merata dan kemudian dimasukkan ke dalam masing-masing wadah vertikultur. Media tanam ini dapat digunakan hingga 3 kali penanaman, namun perlu ditambahkan kembali pupuk kandang/kompos. Pupuk buatan dapat juga ditambahkan agar unsur hara tetap tersedia secara memadai. Penambahan/pembaharuan pupuk tersebut dilakukan dengan cara membongkar media tanam yang lama terlebih dahulu, lalu tambahkan pupuk dan lakukan pengadukan secara merata.
  • 69. d. Penananam (Pemindahan Bibit) Penanaman atau pemindahan bibit ke wadah media tanam vertikultur dilakukan pada saat pembibitan telah berumur 2-3 minggu, dimana bibit yang dipindahkan adalah bibit yang telah memiliki 3-4 helai daun. Bibit ditanam pada setiap lubang tanam yang telah tersedia pada wadah vertikultur sebanyak satu bibit per lubangnya. Buat lubang tanam dengan menggunakan tangan dan kemudian masukkan bibitnya. Kegiatan pemindahan bibit ini harus dilakukan dengan hati-hati, usahakan akar tanaman tidak rusak. Penanaman ke dalam wadah vertikultur dapat diikutsertakan sedikit tanah dari bibit agar akar tanaman tidak rusak dan tetap terjaga, kemudian setelah bibit tersebut dimasukkan, untuk menjaga agar bibit dapat berdiri tegap maka lakukan sedikit pemadatan tanah dengan menggunakan tangan di bagian batang selada tersebut. e. Pemeliharaan Kegiatan pemeliharaan terhadap tanaman selada yang dilakukan adalah sebagai berikut :  Penyulaman Penyulaman dilakukan terhadap tanaman yang tidak tumbuh atau tumbuh abnormal. Kegiatan penyulaman dilakukan hingga selada berumur seminggu setelah tanam agar diperoleh keseragaman tanaman. Bibit yang digunakan untuk menyulam adalah bibit yang sama dengan bibit pada saat penanaman pertama.  Penyiraman Penyiraman perlu dilakukan agar kebutuhan tanaman terhadap air dapat tercukupi serta dapat menjaga kelembapannya (AAK, 2009). Penyiraman dilakukan dengan menggunakan air bersih, jika menggunakan air yang berasal
  • 70. dari selokan dikhawatirkan akan mengandung residu bahan berbahaya. Frekuensi penyiraman dilakukan sebanyak dua kali dalam sehari, namun pada saat musim kemarau cukup dilakukan satu kali di sore hari, pada intinya kegiatan penyiraman tergantung kepada cuaca serta kondisi tanaman. Penyiraman dilakukan dengan menggunakan selang dari tempat penampungan air, namun selain dengan cara tersebut penyiraman juga dapat dilakukan dengan gayung, gembor dan lain sebagainya.  Penyiangan Penyiangan bertujuan untuk membersihkan lahan dari gulma sehingga tanaman dapat tumbuh optimal. Penyiangan yang dilakukan terhadap penanaman secara vertikultur dilakukan secara manual yaitu dengan mencabut gulma pada bagian-bagian kolom/wadah media yang terbuka. Dikarenakan penanaman secara vertikultur maka gulma yang tumbuh cukup sedikit sehingga kegiatan ini dapat dilakukan dengan rentang waktu pendek.  Pemupukan Pemupukan perlu dilakukan agar terjadi penambahan zat-zat makanan (unsur hara) ke dalam media tanam. Pemupukan harus dilakukan dengan baik agar kandungan hara di dalam tanah menjadi maksimal sehingga tanaman akan mendatangkan hasil yang maksimal pula. Pemupukan susulan yang dilakukan terhadap tanaman selada menggunakan urin kelinci. Mutryarny, Endriani dan Sri (2014) menyatakan bahwa, meningkatnya kesadaran akan kesehatan telah menyebabkan meningkatnya trend (populer) tanaman organik yang mengakibatkan penggunaan pupuk organik dari unggas dan ruminansia meningkat.
  • 71. Pupuk organik dari urin kelinci memberikan pengaruh bagi pertumbuhan, tinggi tanaman, jumlah daun, bobot segar dan bobot konsumsi tanaman (Mutryarny, Endriani dan Sri, 2014). Pengaplikasian urin kelinci terhadap tanaman adalah dengan mencampurkan setiap 1 lt urin dengan 10 lt air. Pupuk ini diberikan kepada tanaman dengan frekuensi sebanyak tiga kali, yaitu pada umur 6 HST, 15 HST dan 20 HST. Dosis yang diberikan kepada tanaman adalah sebanyak 250 cc/tanaman pada setiap kali pemupukan. Berdasarkan hasil riset Badan Penelitian Ternak Bogor (2005) telah diketahui unsur N P K rata-rata pada urine kelinci sebesar 2,72% (N), 1,1% (P) dan 0,5% (K). Kandungan ini lebih tinggi jika dibandingkan dengan urine hewan yang lain seperti sapi, kambing, domba dan kuda. Manfaat urine kelinci semakin super jika air kencing kelinci yang telah diolah menjadi pupuk organik cair di dapat dari ternak yang mencapai umur dewasa 6 hingga 8 bulan. Hal ini adalah karena air kencing kelinci dewasa telah terbukti paling tinggi dan kaya kandungan unsur N, P, dan K (Mutryarny, Endriani dan Sri, 2014). f. Panen dan Pascapanen Tanaman selada keriting sudah bisa dipanen pada umur 30 hari hingga 45 hari setelah tanam. Tata cara dan prosedur panen pada wadah vertikultur sama saja dengan penanaman konvensional di lahan, yaitu dengan mencabut atau memotong. Tanaman selada dapat dipanen dengan dicabut hingga ke akar-akarnya dan setelah tanaman dipanen selanjutnya dilakukan pembersihan selada dengan menggunakan air bersih. Daun-daun selada yang rusak, terkena penyakit, busuk dan sebagainya dibuang dari tangkainya saat selada dibersihkan, sehingga tersisa daun-daun yang bagus dan layak untuk dijual dan dikonsumsi oleh masyarakat.
  • 72. Gambar 5. Wadah Vertikultur Pot Vertikal Tanaman selada dianginkan setelah dibersihkan dan dittimbang lalu dimasukkan kedalam plastik, maka tanaman selada siap untuk dijual. 4.2.2 Vertikultur dan Keunggulan Vertikultur Sistem budidaya vertikultur hadir akibat adanya keterbatasan lahan yang sekarang ini semakin marak karena banyaknya pembangunan pengalihan lahan yang terjadi. Permasalahan ini menjadikan vertikultur sebagai sebuah solusi terhadap rumah tangga/keluarga untuk dapat bercocok tanam di pekarangan rumah dengan optimal, hemat lahan, menggunakan teknologi dan metode sederhana namun secara ekonomi tetap layak untuk dijalankan. Vertikultur memiliki banyak keunggulan seperti berikut : a. Menghemat lahan / dapat diterapkan di lahan sempit Mengarah ke definisi vertikultur yang memanfaatkan lahan ke arah vertikal maka metode tersebut tidak membutuhkan lahan yang luas atau dengan kata lain memanfaatkan lahan yang sempit. Model rancangan dari wadah media tanam vertikultur dapat dirancang sendiri oleh keluarga dengan bentuk yang diinginkan namun disesuaikan dengan kondisi pekarangan rumah. Penanaman selada di lapangan dengan jarak tanam 30 x 30 cm, untuk menanam 18 batang tanaman membutuhkan luas lahan minimal 1,62 m2 , sedangkan dengan menggunakan wadah media tanam
  • 73. vertikultur pot vertikal seperti gambar 5 hanya membutuhkan luas lahan kurang dari 0,05 m2 untuk menanam 18 batang tanaman selada. Oleh karena itu luasan lahan yang bisa dihemat adalah sebesar 1,57 m2 . Menggunakan model rancangan rak bertingkat tiga seperti yang terlihat pada gambar 6, pada lahan seluas 1,5 m2 mampu menanam tanaman dengan jarak tanam 30cm sebanyak 35 batang tanaman, sedangkan kondisi di lapangan untuk menanam 35 tanaman selada dengan jarak tanam yang sama membutuhkan lahan seluas 3,15 m2 . Oleh karena itu, luas lahan yang dapat dihemat dengan menggunakan model rancangan ini adalah 1,65 m2 . b. Mendukung pertanian organik Budidaya vertikultur yang dilakukan di RPL BBPP Lembang tidak menggunakan pestisida apapun dalam pemeliharaan tanaman seladanya. Budidaya yang dilakukan hanya menggunakan pupuk alami, seperti pupuk kandang, arang sekam dan urin ternak. Oleh karena itu, budidaya vertikultur yang dilakukan mengarah dan mendukung pertanian organik. c. Penyediaan bahan wadah media tanam dapat disesuaikan Bahan-bahan yang digunakan sebagai wadah media tanam dapat disesuaikan dengan kondisi setempat/ketersediaan bahan yang ada. Wadah media tanam di RPL terbuat dari berbagai macam bahan seperti pralon, bambu dan talang air dengan berbagai macam rancangan yang berbeda. Tujuan utama penggunaan Gambar 6. Wadah Vertikultur Rak
  • 74. berbagai macam bahan di RPL BBPP Lembang adalah untuk menarik minat dari pengunjung yang datang ke RPL untuk menerapkannya di perumahan mereka dengan menggunkan beberapa alternatif yang ada di RPL. Bahan dasar wadah media tanam tidak hanya terbatas kepada tiga jenis bahan yang ada di RPL, wadah dapat disesuaikan denan kondisi setempat, namun persyaratannya adalah kuat dan mudah untuk dipindah-pindahkan. Bahan lain yang bisa dimanfaatkan selain ketiga jenis bahan yang ada di RPL adalah kaleng- kaleng bekas, karpet bekas, tempurung kelapa, pot-pot plastik dan lain sebagainya tergantung kepada kreatifitas dari keluarga. d. Pemeliharaan tanaman relatif sederhana Kegiatan budidaya sistem vertikultur dan budidaya secara konvensional di lahan pada dasarnya memiliki prosedur yang sama, hanya wadah media tanam yang berbeda. Penanaman vertikultur dilakukan pada wadah media tanam vertikultur yang dibuat khusus sedangkan secara konvensional ditanam di tanah lepas, namun media tanam dapat disamakan. Kegiatan penyiangan yang dilakukan di rak vertikultur dapat dikatakan hampir tidak ada karena gulma yang tumbuh sangat sedikit, berbeda dengan penanaman di lapangan yang biasanya ditumbuhi banyak gulma dan akan menyebabkan hama penyakit menyerang tanaman. Pemeliharaan di lapangan lebih sulit daripada vertikultur, karena dengan banyaknya gulma, tanaman akan rentan terserang hama dan penyakit. Oleh karena itu, diperlukan kegiatan pengendalian hama dan penyakit baik secara manual maupun menggunakan obat-obatan, pemeliharaan tanaman selada di rak vertikultur RPL tidak pernah diberikan obat-obatan jenis apapun terhadap tanaman. Hal ini didukung oleh kondisi tanaman yang bersih dan penyiraman
  • 75. yang dijaga. Penyiraman dijaga maksudnya adalah volume penyiraman yang tidak berlebihan, karena pada saat volume air yang diberikan terhadap tanaman berlebihan menyebabkan padatnya permukaan tanah, timbul becek atau genangan air di permukaan. Genangan air ini dapat menjadi sumber penyakit terhadap tanaman seperti penyakit busuk basah. e. Menambah nilai estetika Penanaman tanaman dengan sistem vertikultur memiliki keunggulan dapat meningkatkan nilai estetika dan keindahan dari rumah. Bangunan wadah media tanam yang bersih dan asri memanjakan mata yang memandangnya. Tanaman selada apabila pertumbuhannya cukup dan bagus akan menampilkan nilai keindahan yang tinggi terlebih di rak vertikultur yang tersusun sangat rapi. Pada saat tanaman semakin tumbuh besar dan sehat, keluarga bahkan menjadi sangat sayang untuk memetik dan memanennya. Nilai keindahan/estetika dari vertikultur di RPL BBPP ini ditambah dengan adanya dua jenis warna selada yang ditanam yaitu selada hijau biasa dan selada merah (lollorossa). f. Dapat dilakukan oleh siapa saja Budidaya sistem vertikultur dapat dilakukan oleh siapa saja tak terkecuali bagi keluarga-keluarga. Budidaya tanaman secara vertikultur sebenarnya tidak perlu menggunakan peralatan dan bahan yang akan menghabiskan biaya besar, yang penting wadah yang dipakai dapat menyediakan ruang tumbuh yang baik bagi tanaman. Budidaya vertikultur terkadang hasilnya tidak hanya berupa panen tetapi juga keindahan tanaman yang ditanam dan struktur bangunan/wadah tanam yang tahan lama. Oleh karena itu, untuk alasan - alasan tersebut diatas maka cara berikut ini dapat dipakai, yaitu alat dan bahan yang digunakan antara lain pralon,