SlideShare a Scribd company logo
 
 
PENGARUH PEMBERIAN MACAM BAHAN ORGANIK DAN DOSIS
LEMPUNG TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN KORO
PEDANG (Canavalia ensiformisL.) DI LAHAN PASIR PANTAI
SKRIPSI
OLEH
FITRI AYU PUJI LESTARI
AGROTEKNOLOGI / 10 009 009
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SARJANAWIYATA TAMANSISWA
YOGYAKARTA
2015
 
 
SKRIPSI
PENGARUH PEMBERIAN MACAM BAHAN ORGANIK DAN DOSIS
LEMPUNG TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN KORO
PEDANG (Canavalia ensiformisL.) DI LAHAN PASIR PANTAI
Diajukan Kepada Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa Yogyakarta
Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh
Derajat Sarjana Pertanian
Disusun oleh :
Fitri Ayu Puji Lestari
AGROTEKNOLOGI / 10 009 009
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SARJANAWIYATA TAMANSISWA
YOGYAKARTA
2015
 
 
HALAMAN PENGESAHAN
SKRIPSI
PENGARUH PEMBERIAN MACAM BAHAN ORGANIK DAN DOSIS
LEMPUNG TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN KORO
PEDANG (Canavalia ensiformisL.) DI LAHAN PASIR PANTAI
Disusun oleh:
Fitri Ayu Puji Lestari
10 009 009
Telah dipertahankan di hadapan tim penguji
Pada tanggal 24 Februari 2015
Skripsi ini telah di terima sebagai persyaratan
Yang diperlukan untuk memperoleh
Derajat Sarjana Pertanian
Yogyakarta, April 2015
Mengetahui,
Pembimbing Utama Dekan
Ir. Sri Endah Prasetyowati S, MP Ir. Sri Endah Prasetyowati S,MP
Pembimbing Pendamping
Dra. M. Th. Darini, MP
 
 
MOTTO
“Menuntut ilmu itu seperti mendaki gunung,
Semakin tinggi gunung akan semakin berat medan dan tantangannya,
Tetapi pemandangan di puncak akan selalu lebih indah daripada dilembah”
“Untuk mencapai sukses bukan dimana kita belajar,
Tetapi bagaimana caranya kita belajar untuk sukses, aitakute shinjite imasu”
“Pendidikan merupakan perlengkapan paling baik untuk hari tua”
(Aristoteles)
“Hanya kebodohan yang meremehkan pendidikan”
(P. Syrus)
“Berusahalah untuk tidak menjadi manusia yang berhasil tetapi berusahalah
menjadi manusia yang berguna”
(Albert Einstein)
 
 
PERSEMBAHAN
Kupersembahkan karya kecil ini, untuk cahaya hidupku yang senantiasa ada dalam
suka maupun duka Rabbi & Penutanku, Allah SWT & Nabi Muhammmad SAW, dan
untuk orang – orang terkasihku.
Setulus hatimu mama’ searif arahanmu bapak, do’amu hadirkan keridhoan
untukku, petuahmu tuntunkan jalanku, pelukmu berkahi hidupku, kini putrimu
telah usai pendidikan sarjana, dengan kerendahan hati yang tulus, bersama
keridho’anmu ya Allah, kupersembahkan karya tulis ini untuk mu bapak & mama’
mungkin tak dapat selalu terucap, namun hati ini selalu bicara bahwa aku sungguh
sayang kalian,, kasih sayangmu sungguh tak akan terganti (Nurokhim & Gemi
Sulastri) <3<3<3
Kedua adikku Lufi Indriyani dan Puput Rahmawati. Kalian salah satu semangatku
untuk tetap semangat. Kalian harus bisa lebih baik dari mbak ya!!! Chanto, itsumo
ganbatte ne!!!
Mbah kakung, Mbah uti, Mboke, Pak tuo. Matur nuwun embah – embahku kagem
donga pangestune, dan semua keluarga besarku terima kasih atas do’a dan
dukungan kalian.:’)
Ibu Ir. Sri Endah Prasetyowati S, M.P selaku dosen pembimbing utama, Dra. M.
Th. Darini, M.P selaku dosen pembimbing pendamping, terima kasih untuk
bimbingan dan ilmu yang diberikan.
 
 
Ibu Ir. LilikKusdiarti, M.Sc selaku dosen wali, terima kasih ibu atas ilmu,
bimbingan, bantuan, sungguh ilmu yang sangat luar biasa, serta dosen – dosen di
Fakultas Pertanian yang menjadi orang tua kedua, terima kasih yang tak
terhingga telah memberikan bekal ilmu dan motivasinya.
Bapak Indria dan keluarga yang telah membantu merawat dan memelihara
tanaman koro. Terima kasih atas bantuan dan pengalamannya.”nambah ilmu lagi
”.
Bapak, ibu karyawan TU maupun laboratorium FP; bapak ibu penjaga
perpustakaan kampus II UST, terima kasih atas bantuan, bapak cleaning service
terima kasih selalu menjaga kebersihan kampus sehingga selalu nyaman untuk
belajar.
Watashi no kareshi Edy Nugroho,,,terima kasih untuk do’a, semangat, dukungan,
inspirasi, bantuan, dan kesetiaanyaDoumo arigatou gozaimashita, kimi
no koto ga suki da kara, aishite kurete arigatou =*<3
Teman terbaikku dan teman seperjuanganku, Wahyu Dwi Sulistyo aka wahyu aka
bebeb. Terima kasih atas tumpangannya, motivasi, keseruan segala leluconmu
selalu membuatku terus tersenyum,, Doumo arigatou,tomodachi ni natte arigatou,
itsumo ganbatte ne!!!!!!
Teman seangkatanku 2010, terima kasih atas bantuan, kegembiraan, motivasi,
persahabatan. Terima kasih teman.
 
 
Kakak dan adik angkatan di kampus FP tetap semangat!!!
Semua pihak yang tidak bisa saya sebutkan satu per satu yang senantiasa
mendoakan saya, mendukung saya, terima kasih, semoga dibalas dengan kebaikan
yang berlipat.
And for the last, the very best appreciate Larry Page and Sergey Brin yang
telah menciptakan ‘mbah’ google,, Good job men :*hihi
 
 
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat serta hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
”Pengaruh pemberian macam bahan organik dan dosis lempung terhadap
pertumbuhan dan hasil tanaman koro pedang (Canavaliaensiformis L.) dilahan
pasir pantai” yang diajukan kepada Fakultas Pertanian, Universitas Sarjanawiyata
Tamansiswa Yogyakarta, untuk memenuhi syarat guna memperoleh derajat Sarjana
Pertanian.
Dengan tersusunnya skripsi penelitian ini kami sampaikan terima kasih kepada:
1. Bapak Drs. Pardimin, MPd., PhD, selaku Rektor Universitas Sarjanawiyata
Tamansiswa, Yogyakarta.
2. Ibu Ir. Sri Endah Prasetyowati S, M.P, selaku Dekan Fakultas Pertanian
Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa, Yogyakarta, serta Dosen Pembimbing
Utama.
3. Ibu Dra. M. Th. Darini, M.P, selaku Dosen Pembimbing Pendamping.
4. Kedua orang tua saya, terima kasih untuk kasih sayang kalian. Serta semua pihak
yang telah mendukung dan membantu dalam pelaksanaan penelitian ini.
Penulis menyadari, bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Semoga
skripsi ini dapat bermanfaat untuk berbagai pihak.
Yogyakarta, April 2015
Penulis
 
 
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL......................................................................................... i
HALAMAN JUDUL............................................................................................. ii
HALAMAN PENGESAHAN............................................................................... iii
MOTTO ................................................................................................................ iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ........................................................................... v
KATA PENGANTAR .......................................................................................... viii
DAFTAR ISI......................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL................................................................................................. x
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xi
DAFTAR LAMPIRAN......................................................................................... xii
INTISARI.............................................................................................................. xiii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................ 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA....................................................................... 5
BAB III METODE DAN PELAKSANAAN PENELITIAN............................. 16
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS ............................................. 24
BAB V PEMBAHASAN DAN KESIMPULAN .............................................. 37
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 42
LAMPIRAN.......................................................................................................... 45
 
 
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Tinggi tanaman (cm).......................................................................... 28
Tabel 2. Jumlah cabang.................................................................................... 28
Tabel 3. Jumlah daun ....................................................................................... 29
Tabel 4. Jumlah bintil akar efektif ................................................................... 30
Tabel 5. Bobot bintil akar efektif (gram) ......................................................... 30
Tabel 6. Jumlah bunga ..................................................................................... 31
Tabel 7. Umur bunga........................................................................................ 32
Tabel 8. Bobot segar brangkasan (gram) ......................................................... 33
Tabel 9. Bobot kering brangkasan (gram)........................................................ 33
Tabel 10. Jumlah polong per tanaman................................................................ 34
Tabel 11. Bobot segar polong per tanaman (gram)............................................ 35
Tabel 12. Bobot kering polong per tanaman (gram) .......................................... 35
Tabel 13. Jumlah biji per polong....................................................................... 36
Tabel 14. Jumlah polong per petak .................................................................... 37
Tabel 15. Bobot polong per petak (kg) .............................................................. 38
Tabel 16. Bobot biji per petak (gram)................................................................ 38
Tabel 17. Hasil biji ha-1
(kg)............................................................................... 39
Tabel 18. Bobot 100 biji (gram)......................................................................... 40
 
 
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Jumlah daun umur 4 minggu ........................................................... 43
Gambar 2. Bobot polong per tanaman............................................................... 44
Gambar 3. Bobot biji per petak.......................................................................... 45
Gambar 4. Tata letak petak percobaan .............................................................. 60
Gambar 5. Tata letak petak sampel.................................................................... 61
Gambar 6. Gambar kecambah tanaman koro pedang di lahan pasir pantai....... 62
Gambar 7. Gambar lahan percobaan tanaman koro pedang
di lahan pasir pantai ......................................................................... 62
Gambar 8. Gambar tanaman koro pedang terserang jamur
di lahan pasir pantai ......................................................................... 63
Gambar 9. Gambar polong koro pedang terserang ulat di lahan pasir pantai.... 63
Gambar 10. Gambar tanaman koro pedang terkena uap garam
di lahan pasir pantai ......................................................................... 64
Gambar 11. Gambar pengamatan polong setelah panen ..................................... 64
 
 
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Sidik ragam tinggi tanaman dan jumlah cabang ......................... 51
Lampiran 2 :Sidik ragam jumlah daun jumlah bintil akar efektif..................... 52
Lampiran 3 : Sidik ragam bobot bintil akar efektif dan jumlah bunga............. 53
Lampiran 4 : Sidik ragam umur bunga dan bobot segar brangkasan................ 54
Lampiran 5 : Sidik ragam bobot kering brangkasan dan jumlah polong
per tanaman................................................................................. 55
Lampiran 6 :Sidik ragam bobot segar polong per tanaman dan
bobot kering polong per tanaman................................................ 56
Lampiran 7 : Sidik ragam jumlah biji per polong dan jumlah polong
per petak...................................................................................... 57
Lampiran 8 : Sidik ragam bobot polong per petak dan bobot biji per petak .... 58
Lampiran 9 : Sidik ragam hasil biji ha-1
dan bobot 100 biji ............................. 59
 
 
INTISARI
PENGARUH PEMBERIAN MACAM BAHAN ORGANIK DAN DOSIS
LEMPUNG TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN KORO
PEDANG (Canavalia ensiformisL.) DI LAHAN PASIR PANTAI
Oleh:
Fitri Ayu Puji Lestari
10 009 009
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pemgaruh pemberian macam bahan
organik dan dosis lempung terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman koro pedang
(Canavalia ensiformis L.). Penelitian dilaksanakan di Dusun Mancingan Desa
Parangtritis Kecamatan Kretek Kabupaten Bantul, Provinsi Daerah Istimewa
Yogyakarta, pada ketinggian tempat 15 m dpl, suhu minimum 28C dan suhu
maksimum 32C. Jenis tanah pasir, curah hujan 90,76 mm per tahun. Metode
penelitian ini adalah percobaan faktorial 4 x 2 yang disusun dalam Rancangan Acak
Kelompok Lengkap (RAKL). Faktor pertama pemberian macam bahan organik yang
terdiri dari empat level yaitu B1 : Pupuk kandang ayam, B2 : Pupuk kandang
kambing, B3 : Pupuk kandang sapi, dan B4 : Pupuk daun gliriside. Faktor kedua
penambahan dosis lempung yang terdiri dari dua level yaitu L1 : Lempung 10 ton ha-1
dan L2 : Lempung 20 ton ha-1
. Analisis hasil menggunakan sidik ragam, dilanjutkan
uji jarak berganda Duncan dengan jenjang nyata 5 %. Kesimpulan penelitian ini
menunjukkan tidak terjadi interaksi antara pemberian macam bahan organik dan dosis
lempung terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman koro pedang. Pertumbuhan koro
pedang terbaik pada pemberian pupuk hijau dan dosis lempung 10 ton ha-1
. Hasil
tertinggi juga diperoleh pada pemberian pupuk hijau dan dosis lempung 10 ton ha-1
.
Kata Kunci : Koro pedang, lempung, bahan organik, lahan pasir.
 
 
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kebutuhan kedelai yang semakin meningkat dari tahun ke tahun dan
kemampuan produksi yang semakin menurun, maka perlu diusahakan alternatif
tanaman yang dapat dimanfaatkan sebagai substitusi tanaman kedelai yaitu tanaman
jenis kacangan yang lain, salah satunya adalah tanaman kacang koro pedang.
Tanaman koro pedang merupakan jenis tanaman yang cukup mudah dibudidayakan
selain perawatannya yang mudah juga hasil yang diperoleh cukup menguntungkan.
Kelebihan tanaman ini dapat dipanen lebih dari satu kali dan dapat tumbuh dimana
saja tergantung perawatannya (Umiarsih, 2012).
Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar penduduknya
bermata pencaharian sebagai petani. Cara pandang masyarakat terhadap pertanian
berubah menjadi industri karena kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK)
sehingga lahan pertanian menjadi sedikit. Untuk mengatasi semakin menyempitnya
lahan pertanian serta kebutuhan pangan semakin meningkat maka diperlukan solusi
untuk mengatasi permasalahan tersebut. Salah satu solusinya adalah dengan
pemanfaaatan lahan pasir sebagai lahan pertanian (Fardani, 2005). Di setiap pantai
yang ada tentunya memiliki lahan pasir yang terhampar luas. Untuk wilayah selatan
Daerah Istimewa Yogyakarta sendiri, terdapat bentangan pantai sepanjang lebih dari
70 km, meliputi wilayah Kabupaten Bantul, Kulon Progo dan Gunung Kidul (Rahma,
2014).
 
 
Lahan pasir memiliki potensi tinggi untuk pengembangan pertanian, namun
belum dikelola dengan baik. Pada penelitian ini menggunakan lahan pasir pantai
sebagai tempat budidaya karena lahan produktif sudah tidak banyak tersedia dan juga
untuk memanfaatkan lahan marginal. Lahan pasir mempunyai potensi untuk
dibudidayakan tanaman koro pedang karena sinar matahari yang cukup serta
kebutuhan air yang mudah didapat. Pada dasarnya koro pedang sangat mudah dan
berpotensi untuk dikembangkan, namun karena dipengaruhi oleh beberapa faktor
yaitu jangka waktu panen yang lama dan pengolahan pasca panennya yang rumit
menjadi kendala untuk mengembangan tanaman koro pedang tersebut. Kelemahan
dari lahan pasir yaitu teksturnya yang terlalu porous sehingga harus diberi bahan
tambahan untuk mendapatkan keseimbangan tanah yang sesuai dengan
menambahkan tanah lempung dan beberapa bahan organik seperti pupuk kandang
ayam, sapi, kambing, dan pupuk hijau (daun glirisidae).
Walaupun lahan pasir pantai cukup luas, tetapi pemanfaatan lahan pasir pantai
masih banyak ditemukan permasalahan. Berbagai permasalahan yang dapat terjadi
pada lahan pasir yaitu lahan pasir memiliki beberapa keterbatasan diantaranya
kemampuan menahan airnya sangat rendah, miskin akan zat hara, daya ikat antar
partikel juga rendah, kecepatan angin yang tinggi, intensitas cahaya matahari dan
kadar garam juga sangat tinggi. Lahan pasir pantai merupakan lahan marginal yang
tandus, kering, miskin usur hara, dan mustahil untuk bisa dijadikan lahan pertanian
produktif. Selama ini pasir pantai yang menghampar luas dibiarkan begitu saja dan
 
 
jarang untuk dimanfaatkan sepenuhnya untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat. Saat ini lahan pasir pantai bisa dijadikan sebagai media untuk tanaman.
Berkaitan dengan permasalahan tersebut dapat dilakukan dengan cara memanipulasi
pada lahan pasir (Fardani, 2005).
Budidaya di lahan pasir dengan kandungan hara yang rendah, perlu adanya
penambahan bahan organik pada budidaya koro pedang di lahan pasir pantai agar
kebutuhan hara tanaman tercukupi. Dengan penambahan lempung dan bahan organik
secara bersama – sama kedalam tanah pasir diharapkan dapat memberikan
keuntungan terhadap perbaikan kualitas struktur tanah. Dengan struktur tanah yang
baik serta dengan perimbangan dan penyebaran pori yang baik, maka agregat tanah
dapat pula memberikan keseimbangan padat dan ruang pori yang lebih
menguntungkan bagi tanaman. Kebutuhan bahan organik pada lahan pasiran lebih
banyak dari lahan konvensional yaitu sekitar 20 – 30 ton ha-1
(Putri, 2013).
Penambahan lempung pada lahan pasir diperlukan karena lempung mempuyai
sifat pejal atau mampat yang menjadikan tanah menjadi poros. Kondisi ini
menyebabkan air dan udara mudah masuk – keluar tanah, hanya sedikit air yang
tertahan. Pada kondisi lapangan sebagian ruang pori terisi oleh udara, sehingga ruang
pori – pori makro disebut juga aerasi, atau dari segi kemudahannya dilalui air
(permeabilitas) disebut juga sebagai draenase. Meskipun ketersediaan air dan
udaranya baik, ketersediaan nutrisinya rendah, sehingga perlu adanya penambahan
fraksi lain yang memiliki daya ikat tinggi terhadap air dan unsur hara serta memiliki
 
 
pelepasan yang rendah. Hal ini menyebabkan air dan udara cukup mudah masuk
keluar tanah, sebagian air akan tertahan (Anonim, 2013).
B. Permasalahan
Penanaman koro pedang pada lahan pasir dengan menambahkan beberapa
bahan organik serta lempung merupakan salah satu upaya peningkatan daya guna
lahan pasir untuk usaha pertanian. Budidaya pada lahan pasir pantai perlu penyiraman
yang rutin agar kebutuhan air pada tanaman dapat terpenuhi. Budidaya pada lahan
pasir pantai juga dapat menjadi alternatif untuk memanfaatkan lahan marjinal untuk
membudidayakan tanaman legume maupun tanaman pangan. Beberapa kendala
budidaya di lahan pasir diantaranya, porositas lahan yang tinggi, minim unsur hara ,
adanya suhu yang tinggi, evapotranspirasi terlalu tinggi, sering terjadi badai garam.
Kendala tersebut mampu diatasi dengan manipulasi iklim mikro serta perbaikan sifat
fisika dan kimia tanah.
Dibutuhkan beberapa inovasi teknologi untuk mendukung budidaya kacang
koro pedang dilahan pasir tersebut, yaitu diantaranya dengan pemberian pupuk
organik, penambahan macam – macam amelioran untuk mengikat air dan unsur hara.
Macam – macam amelioran antara lain pupuk kandang ayam, kambing, sapi, serta
pupuk hijau (daun gliriside) yang bersifat lokal karena mudah diperoleh disekitar
lahan penelitian, seperti pupuk kandang diperoleh dari penduduk disekitar Desa
Parangtritis sedangkan untuk daun gliriside diperoleh dari tanaman pagar di lahan
pasir pantai yang tidak terpakai, maka digunakan untuk bahan tambahan pada
 
 
tanaman koro pedang. Perlakuan untuk mendukung budidaya kacang koro pedang
dilahan pasir pantai, yaitu dengan penambahan lempung agar dapat menahan air dan
unsur hara pada lahan pasir yang akan ditanami kacang koro pedang dan beberapa
macam pupuk kandang. Beberapa macam pupuk kandang yang digunakan yaitu
pupuk kandang sapi, pupuk kandang ayam, pupuk kandang kambing, dan pupuk
hijau. Belum diketahui jenis pupuk yang sesuai dengan kebutuhan tanaman yang akan
diberikan pada kacang koro pedang terhadap pertumbuhan dan hasilnya.
C. Tujuan
Penelitian ini mempunyai beberapa tujuan yaitu:
1. Mengetahui pengaruh dosis lempung yang tepat untuk pertumbuhan yang baik
dan hasil tanaman koro pedang yang tinggi di lahan pasir pantai.
2. Mengetahui pengaruh macam bahan organik yang tepat untuk pertumbuhan
dan hasil tanaman koro pedang di lahan pasir pantai.
3. Mengetahui interaksi dosis lempung dan macam bahan organik pada
pertumbuhan dan hasil tanaman koro pedang di lahan pasir pantai.
 
 
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Koro Pedang (Canavalia ensiformis L.)
Tanaman koro pedang termasuk golongan tanaman legum yang ditanam
sebagai bahan pangan. Biji tanaman ini cukup tinggi mengandung protein, walaupun
belum setinggi kedelai. Klasifikasi kacang koro pedang adalah kingdom : Plantae,
Sub kingdom : Tracheobionta (berpembuluh), Superdivisio : Spermatophyta
(menghasilkan biji), Divisio : Magnoliophyta (berbunga), Class : Magnoliopsida
(berkeping dua / dikotil), Sub-class : Rosidae, Ordo : Fabales, Familia : Fabaceae
(suku polong-polongan), Genus : Canavalia, Species : Canavalia ensiformis L.
(Umiarsih, 2012).
Koro pedang adalah jenis kacang koro yang dikenal sejak dulu oleh
masyarakat umum. Sifat dan kandungan nutrisi yang mendekati kedelai, koro pedang
sedang digalakkan sebagai subtitusi kedelai. Tanaman koro pedang, merupakan
tanaman semak yang tumbuh cepat dan berkayu dengan tinggi 3 – 10 m.
Akar tunggang, dan berwana putih kotor. Percabangan tumbuh pada buku terendah
dan beberapa cabang sekunder juga tumbuh (Umiarsih, 2012). Daun bertangkai dan
mempunyai 3 helai anak daun, daun tergolong majemuk, gasal, berselang-seling,
pangkalnya membulat, tepinya rata, berukuran panjamg 7,5 – 15 cm × lebar 5 – 10
cm, pertulangan melengkung, permukaan daun berambut, dan berwarna
hijau. Bunga berbentuk kupu – kupu, berwarna merah muda hingga putih. Koro
pedang memiliki bunga yang tergolong majemuk, tumbuh di ketiak daun, panjang
(7,5 – 20,0)cm, mahkota bunga berbentuk kupu-kupu, berwarna ungu, dan
 
 
panjangnya (2 – 4) cm. Buahnya tipe polong , panjang polong berkisar antara 30 – 40
cm.. Biji berbentuk lonjong, menempel ke samping, berwarna gading atau putih,
hilum coklat dengan panjang 6 – 9 mm. Tiap – tiap polong berisi (12 – 20) biji.
Panjang biji (2,5 – 3)cm. Biji koro pedang mudah dikenali dari selimut kulit biji yang
sangat tebal dan kulit biji tersebut menempel kuat, dan sangat berbeda dengan kulit
ari tipis pada kedelai (Anonim, 2013)
Sebagai jenis palawija koro pedang biasanya ditanam pada akhir musim hujan
karena untuk pertumbuhan awal tanaman masih cukup air untuk pertumbuhan
membentuk percabangan yang rimbun. Pada saat berbunga, pengisian polong dan
pemasakan, keadaan cuaca dalam kondisi kering, sehingga pada bulan Agustus,
September dapat mempercepat proses pemasakan biji. Tanaman koro pedang tahan
kekeringan, maka cocok ditanam di daerah tandus/kering, baik dataran tinggi maupun
dataran rendah. Keuntungan tanaman ini adalah memiliki adaptasi yang luas pada
lahan sub optimal, terutama pada lahan kering, mudah dibudidayakan secara tunggal
atau tumpangsari, cepat menghasilkan biomasa untuk pupuk hijau atau pakan,
mengandung protein tinggi, dan bijinya mengandung senyawa beracun toksik berupa
Con – Canavalia A yang dapat diolah sebagai obat kanker pada industri farmasi.
Umur tanaman panjang 9 – 15 bulan dan tidak dapat dikonsumsi langung mungkin
merupakan kelemahan tanaman koro pedang. Pada budidaya monokultur hasil biji
mencapai 1 – 4,5 ton biji kering/ha, tergantung populasi dan teknik produksi serta
lingkungan produksi lainnya (Anonim, 2013).
 
 
B. Lahan Pasir Pantai
Lahan pasir umumnya terdapat di daerah pesisir pantai yang terletak tidak
jauh dari bibir pantai. Lahan pasir mempunyai potensi yang cukup bagus untuk
dikembangkan sebagai daerah pertanian sebagai pemanfaatan lahan kosong. Pada
dasarnya pasir mempunyai peranan fisik. Butir – butir pasir beraneka bentuknya:
kebulat – bulatan, bersudut, dan berkeping. Di dalam tanah butir – butir pasir
biasanya diselaputi liat atau debu dan bersifat agak melekat. Bila pasir tidak
berselaput akan bersifat lepas. Bentuknya yang beraneka, maka hubungannya tidak
rapat, sehingga banyak terdapat pori – pori pada tanah pasir. Pori itulah yang
menyebabkan peredaran air dan udara dalam tanah menjadi baik, begitu pula
suhunya. Sehabis hujan, pada lempung atau liat sering terbentuk kerak – kerak tanah
dan dengan adanya kerak – kerak itu akan mempengaruhi peredaran air dan udara
dalam tanah (Anonim, 2012).
Tanah – tanah pasir mempunyai porositas kurang dari 50%, dengan jumlah
pori – pori makro lebih besar dari pada pori – pori mikro, maka bersifat mudah
merembeskan air dan gerakan udara di dalam tanah menjadi lebih lancar. Sebaliknya
berliat mempunyai porositas lebih dari 50%. Jumlah pori – pori mikro lebih besar dan
bersifat mudah menangkap air hujan, tetapi sulit merembeskan air dan gerakan udara
lebih terbatas. Untuk pertumbuhan tanaman menghendaki keseimbangan antara
porositas makro dan porositas mikro. Pada tanah yang baik porositas mikro 60% dari
seluruh porositas (Anonim, 2012).
 
 
Porositas ini sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor;
a. Tekstur tanah; lebih –lebih tanah berliat memiliki porositas yang lebih
tinggi daripada tanah berpasir.
b. Struktur tanah; yang paling baik adalah struktur remah, karena mikro dan
makro porositas akan lebih seimbang.
c. Kedalaman tanah; semakin jauh dari permukaan tanah porositas semakin
berkurang.
d. Pengolahan tanah; tanah yang baru saja diolah porositas bisa mencapai
70% sebaliknya porositas pada tanah yang padat menurun sampai 30%.
Teknik pengolahan tanah yang tepat dapat meningkatkan porositas, dan
sebaliknya pengolahan yang jelek dapat menurunkan.
Beraneka ragam tanaman berhasil dibudidayakan di lahan pasir pantai, mulai
dari tanaman hortikultura, tanaman tahunan, tanaman perkebunan, dan tanaman
pematah angin (wind brocker). Tanaman memiliki pertumbuhan yang baik, mampu
berbuah, dan dapat tumbuh subur seperti tanaman-tanaman yang ditanam di lahan
pertanian pada umumnya. Untuk jenis tanaman buah tahunan, seperti kelengkeng,
sawo, jeruk lemon, jeruk sunkist, bisa tumbuh dengan baik dan mampu berbuah lebat.
Bahkan, untuk tanaman sawo yang tumbuh setinggi satu sampai dua meter sudah
mampu berbuah. Untuk jenis tanaman perkebunan seperti jati, kelapa sawit, kurma,
dan jambu mete dapat berkembang dengan baik pula. Terakhir, jenis tanaman wind
barrier, yang meliputi cemara laut, akar wangi, akasia, dan kleresede (Rahma, 2014).
 
 
C. Bahan Organik
Bahan organik merupakan pembentuk granulasi dalam tanah dan sangat
penting dalam pembentukan agregat tanah yang stabil, dan berfungsi sebagai
penyedia unsur mikro yang ada di dalam tanah, dan sangat berguna bagi tanaman.
Bahan organik dapat meningkatkan Kapasitas Tukar Kation (KTK) tanah, dapat
mencapai 30 – 70 % dari total KTK tanah. KTK yang tinggi sangat penting untuk
mengikat unsur hara dari pupuk organik yang diberikan dan meningkatkan daya
sangga (Buffer) tanah (Abdurrahman, 2011).
Bahan organik berupa pupuk kandang merupakan pupuk yang berasal dari
kotoran hewan yang digunakan untuk menyediakan unsur hara bagi tanaman. Pupuk
kandang berperan untuk memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah. Komposisi
unsur hara yang terdapat pada pupuk kandang sangat tergantung pada jenis hewan,
umur, alas kandang dan pakan yang diberikan pada hewan tersebut.
Setiap jenis hewan tentunya menghasilkan kotoran yang memiliki kandungan
hara berbeda. Namun secara umum kotoran hewan mengandung unsur hara makro
seperti Nitrogen (N), Phosphor (P), Kalium (K), Kalsium (Ca), Magnesium (Mg) dan
Sulfur (S). Bila dibandingkan dengan pupuk kimia sintetis, kadar kandungan unsur
hara dalam pupuk kandang jauh lebih kecil. Oleh karena itu, perlu pupuk kandang
dalam jumlah yang sesuai kebutuhan tanaman untuk menyamai pemberian pupuk
kimia (Anonim, 2014).
 
 
Beberapa macam bahan organik yang digunakan untuk bahan tambahan dalam
budidaya di lahan pasir adalah:
a. Pupuk Kandang Ayam
Pupuk kandang ayam merupakan pupuk organik yang mengandung
unsur Nitrogen (N) 1,70 %, Phospor (P2O5) 1,90 %, dan Kalium (K2O) 1,50 %.
Pupuk kandang ayam mengandung kalium yang paling tinggi diantara pupuk
lainnya (Fidiyati, 2011). Pupuk kandang mempunyai beberapa sifat yang lebih
baik dari pupuk alami lainnya maupun pupuk buatan: (1) lebih lambat bereaksi,
karena sebagian besar zat makanan harus mengalami berbagai perubahan
terlebih dahulu sebelum diserap tanaman, (2) mempunyai efek residu, yaitu
haranya dapat secara berangsur menjadi bebas dan tersedia bagi tanaman
umumnya efek tersebut masih menguntungkan setelah 3 atau 4 tahun setelah
pemberian. Walaupun pada kenyataannya pengaruh cadangan tersebut tidak
begitu nyata. Dipastikan bahwa pemupukan dengan pupuk kandang secara
teratur, lambat laun akan membentuk cadangan unsur hara di dalam tanah
tersebut dan (3) dapat memperbaiki struktur dan bahan organik tanah (Hakim
dkk, 1986) cit Satwiko (2011).
Menurut Hartatik dan Widowati (2005) beberapa hasil peneltian aplikasi
pupuk kandang ayam selalu memberikan respon tanaman yang cukup baik. Hal
ini terjadi karena pupuk kandang ayam relatif lebih cepat terdekomposisi serta
 
 
mempunyai kadar hara yang lebih tinggi dibandingkan dengan pupuk kandang
lainnya.
Menurut Saragi (2008) pemberian pupuk kandang ayam 15 ton ha-1
memberikan pengaruh yang nyata terhadap tinggi tanaman, jumlah daun, total
luas daun, bobot basah tanaman, bobot kering tanaman, laju asimilasi bersih,
dan produksi per tanaman. Hal ini berhubungan dengan pembelahan,
pembasaran, dan difrensiasi sel yang menyebabkan penambahan volume.
Dengan aktifnya tanaman melakukan kegiatan tersebut akibat dari keadaan fisik
tanah yang baik dari pemberian pupuk kandang ayam yang menyebabkan bobot
basah, total luas daun, dan produksi yang tinggi. Jadi, kalau suatu tanaman
membuat sel – sel baru, pemanjangan sel dan penebalan jaringan sebenarnya
mengembangkan batang, daun dan akar akan meningkat dengan cepat, yang
akibatnya terjadi penambahan biomassa dari tanaman tersebut.
b. Pupuk Kandang Kambing
Pupuk kandang kambing mengandung bahan organik yang dapat
menyediakan zat hara bagi tanaman melalui proses penguraian. Proses ini
terjadi secara bertahap dengan melepaskan bahan organik yang sederhana untuk
pertumbuhan tanaman. Kadar hara pupuk kandang kambing mengandung
kalium yang relatif lebih rendah dari pupuk kandang lainnya. Sementara kadar
hara N hampir sama dengan pupuk kandang sapi. Kotoran kambing
mengandung bahan organik yang dapat menyediakan zat hara bagi tanaman
 
 
melalui proses penguraian. Proses ini terjadi secara bertahap dengan
melepaskan bahan organik yang sederhana untuk pertumbuhan tanaman.
Kandungan hara pupuk kandang kambing Nitrogen (N) 0,55%, Phospor (P)
0,31%, Kalium (K) 0,15% (Fidiyati, 2011).
Menurut Hartatik dan Widowati (2005) terkstur dari kotoran kambing
adalah khas, karena berbentuk butiran – butiran yang agak sukar dipecah secara
fisik sehingga sangat berpengaruh terhadap proses dekomposisi dan proses
penyediaan haranya. Nilai rasio C/N pupuk kandang kambing umumnya diatas
30%, sedangkan pupuk kandang yang baik umumnya harus mempunyai rasio
C/N kurang dari 20%., sehingga lebih baik pupuk kandang kambing
didekomposisikan terlebih dahulu sebelum digunakan untuk memupuk tanaman
utama.
c. Pupuk Kandang Sapi
Pupuk kandang sapi merupakan pupuk padat yang banyak mengandung
air dan lendir. Pupuk kandang sapi termasuk pupuk dingin karena perubahan
dari bahan yang terkandung dalam pupuk menjadi tersedia dalam tanah,
berlangsung secara perlahan – lahan (Latifah dan Istiqomah, 2011).
Menurut Hartatik dan Widowati (2005) kandungan pupuk kandang sapi
yaitu Nitrogen (N) 0,29%, Phosphor (P) 0,17%, dan Kalium (K) 0,35%
(Fidiyati, 2011). Kualitas dari pupuk kandang yang dihasilkan, tergantung pada
tinggi rendahnya kandungan N, P, dan K. Di antara jenis pupuk kandang, pupuk
 
 
kandang sapilah yang mempunyai kadar serat yang tinggi seperti selulosa, hal
ini terbukti dari hasil pengukuran parameter C/N rasio yang cukup tinggi yaitu
lebih dari 40%. Penekanan pertumbuhan terjadi karena mikroba decomposer
akan menggunakan N yang tersedia untuk mendekomposisi bahan organik
tersebut sehingga tanaman utama akan kekurangan N. Untuk memaksimalkan
penggunaan pupuk kandang sapi harus dilakukan pengomposan agar menjadi
kompos pupuk kandang sapi dengan rasio C/N dibawah 20%.
d. Pupuk Hijau (Daun Gliriside)
Gamal / gliriside (Gliricidia sepium) adalah nama sejenis perdu dari
kerabat polongan (suku Fabaceae alias Leguminosae). Sering digunakan
sebagai pagar hidup atau peneduh, perdu atau pohon kecil ini merupakan salah
satu jenis leguminosa multiguna yang terpenting setelah lamtoro (Leucaena
leucocephala). Nama – nama lainnya adalah kerside, gliriside (kolokial),
sliridia. Gliriside terutama ditanam sebagai pagar hidup, peneduh tanaman
(kakao, kopi, teh), atau sebagai rambatan untuk panili dan lada. Perakaran
gamal merupakan penambat nitrogen yang baik. Kandungan nitrogen yang
cukup tinggi yaitu Nitrogen (N) 3,15 – 6,5%, Phosphor (P) 0,31%, dan Kalium
(K) 2,65%, menyebabkan biomasa tanaman ini mudah mengalami dekomposisi.
Tanaman ini berfungsi pula sebagai pengendali erosi dan gulma terutama alang
– alang. Daun – daun dan rantingnya yang hijau juga dimanfaatkan
 
 
sebagai mulsa atau pupuk hijau untuk memperbaiki kesuburan tanah (Anonim,
2012).
Damanik (2009) menyatakan peubah amatan yang diamati adalah tinggi
tanaman, diameter batang, klorofil daun, umur berbunga, umur panen, produksi
per tanaman, produksi per plot, bobott 100 biji, berat berangkasan, indeks
panen, dan identifikasi gulma. Hasil penelitian menunjukkan pemberian pupuk
hijau berpengaruh nyata pada tinggi tanaman 5 MST tetapi berpengaruh tidak
nyata terhadap tinggi tanaman 3 MST, 7 MST, diameter batang, jumlah
klorofil, umur berbunga, umur panen, produksi per tanaman, produksi per plot,
berat berangkasan dan indeks panen.
D. Lempung
Lempung atau tanah liat adalah partikel mineral berkerangka dasar silikat
yang berdiameter kurang dari empat mikrometer. Lempung mengandung leburan
silika dan/atau aluminium yang halus. Unsur – unsur ini, silikon, oksigen, dan
alumunium adalah unsur yang paling banyak menyusun kerak bumi. Lempung
terbentuk dari proses pelapukan batuan silika oleh asam karbonat dan sebagian
dihasilkan dari aktivitas panas bumi. Lempung membentuk gumpalan keras saat
kering dan lengket apabila basah terkena air. Sifat ini ditentukan oleh jenis mineral
lempung yang mendominasinya (Anonim, 2013).
Di lapangan, sebagian ruang pori terisi oleh udara dan air dalam jumlah yang
seimbang sehinga tanaman dapat tumbuh pada lahan pasir karena hanya beberapa
 
 
tanaman yang dapat tumbuh di atas pasir, karena rongga – rongganya yang besar.
Dominasi fraksi liat akan menyebabkan terbentuknya banyak pori – pori mikro,
sehingga luas permukaan sentuhnya menjadi sangat luas, sehingga daya sangga
terhadap air sangat kuat. Kondisi ini menyebabkan air yang masuk kepori – pori
segera terperangkap dan udara sulit masuk tanah (Anonim, 2013).
Pada kondisi lapangan, sebagian ruang pori terisi air, sehingga pori – pori
mikro disebut pori kapiler meskipun ketersediaan nutrisi dan air baik, ketersediaan
udara yang menjadi faktor pembatas pertumbuhan tanaman dan mikroba. Hal tersebut
menunjukkan komposisi pori – pori tanah yang ideal adalah harus berasl dari
kombinasi fraksi pasir, liat, dan bahan lainnya dalam komposisi yang ideal, yaitu
pada tanah bertekstur remah agar ketersediaan air, udara, dan nutrisinya optimal.
Kemudian apabila dikaitkan dengan penambahan amelioran (bahan penyubur tanah,
seperti pupuk organik), maka pada tanah yang berpermeabilitas dan berperkolasi
cepat, bahan – bahan yang diberikan akan cepat hilang sehingga menjadi tidak
efisien. Dalam rekomendasi pemupukan atau penambahan bahan organik dan
lempung harus diperhatikan karena apabila tidak ada penambahan bahan organik
pasir masih akan sangat porous sehingga nutrisi yang terikat sangat sedikit.
Penambahan bahan organik ditujukan untuk membentuk koloid tanah yang akan
mempengaruhi kapasitas pertukaran kation (Anonim, 2014).
Selain memiliki banyak kendala, budidaya lahan pasir juga mempunyai
beberapa kelebihan diantaranya memiliki luasan lahan yang tinggi. Lahan pasir
 
 
merupakan lahan terbuka sehingga sinar matahari dan tempertur bukan merupakan
faktor pembatas. Sumber air tanah dangkal sehingga pemanfaatan sumber air tidak
memerlukan biaya yang mahal. Lempung terbentuk partikel – partikel yang sangat
halus yang besarnya kurang dari 2 m. Apabila tanah diberi garam Ca partikel –
partikel lempung akan mengumpul dan membentuk semacam jonjot yang prosesnya
disebut penjonjotan. Selain itu partikel liat dapat membentuk suspensi lama sekali
dalam air. Seperti partikel liat yang masih dalam bentuk suspensi, bila diberi garam
Ca akan terbentuk suatu jonjot yang disebut koloid. Dari bentuk – bentuk koloid
inilah sifat – sifat penting tanah lempung (Suhardi, 1985).
Selanjutnya tanah lempung bersifat:
a. Plastis, bila basah bisa diremas dan dibentuk, jika sudah kering bentuk itu
tetap(bisa dibentuk berbagai produk).
b. Banyak menghisap air; setelah menghisap air akan menggelembung dan
kedap, sebaliknya bila kering akan menyusut dan keras. Tanah liat akan
merekah pada musim kemarau dan menggembung di musim hujan.
Dengan kata lain, tanah liat akan mengkerut selama musim kemarau,
sehingga terjadi celah – celah yang dalam. Tanaman – tanaman berakar
dangkal akan cepat layu.
c. Partikel – partikel sangat halus; mudah terikat oleh tanah, suspensi –
suspensi yang telah mengendap akan membentuk suatu benda yang padat
dan kedap; sebaliknya kalau berbentuk jonjot, akan terikat oleh butir – butir
 
 
pasir. Dalam keadaan ini lempung menjadi unsur penting sebagai
pembentuk struktur tanah.
d. Mudah mengikat zat hara; partikel – partikel liat banyak mengikat zat hara
seperti Ca dan K dan berperan penting dalam daya hisap hara dalam tanah
(Suhardi, 1985).
E. Hipotesis
Diduga dengan dosis pemberian dosis lempung serta penambahan pupuk hijau
pada lahan pasir pantai dapat memberikan pertumbuhan dan hasil tanaman koro
pedang yang baik bagi tanaman koro pedang.
 
 
III. METODE DAN PELAKSANAAN PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Dusun Mancingan Desa Parangtritis Kecamatan
Kretek Kabupaten Bantul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, pada ketinggian
tempat 15 m dpl, suhu minimum 28C dan suhu maksimum 32C pada jenis tanah
pasir. Waktu pelaksanaan mulai bulan April sampai dengan September 2014.
B. Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian antara lain benih koro pedang, tanah
lempung, serta macam bahan organik (pupuk kandang ayam, pupuk kandang sapi,
pupuk kandang kambing, dan daun gliriside) masing – masing dengan dosis 30 ton
ha-1
. Alat yang digunakan antara lain cangkul, cetok, roll meter, neraca elektrik,
papan label, bambu, sabit, tali raffia, buku catatan, dan penggaris.
C. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah metode Rancangan Acak Kelompok
Lengkap (RAKL) faktorial dengan tiga ulangan. Faktor pertama adalah pemberian
macam bahan organik dengan dosis 30 ton ha-1
(pupuk kandang ayam, pupuk
kandang sapi, pupuk kandang kambing, dan daun gliriside) terdiri dari empat aras,
yaitu:
B1 : Pupuk kandang ayam 30 ton ha-1
(22 kg setiap petak)
B2 : Pupuk kandang kambing 22 ton h-1
(16 kg setiap petak)
B3 : Pupuk kandang sapi 30 ton ha-1
(22 kg setiap petak)
 
 
B4 : Pupuk daun gliriside 22 ton h-1
(16 kg setiap petak)
Faktor kedua adalah dosis pemberian lempung, yang terdiri atas dua aras,
yaitu:
L1 : Lempung 10 ton ha-1
(7,2 kg setiap petak)
L2 : Lempung 20 ton ha-1
(14,4 kg setiap petak)
Berdasarkan atas dua faktor tersebut, maka didapatkan delapan kombinasi
perlakuan, yaitu; B1L1, B2L2, B3L2, B1L2, B4L1, B2L1, B3L1, B4L2. Setiap perlakuan
diulang 3 kali, sehingga semuanya ada 24 petak.
D. Pelaksanaan Penelitian
1. Persiapan Penelitian
a. Pemilihan Benih
Benih yang berkualitas menentukan capaian produktifitas. Untuk itu
perlu pemahaman bagi petani agar dapat mengidentifikasi sendiri benih
yang bersertifikat, benih yang digunakan berasal dari Temanggung.
b. Persiapan Lahan
Persiapan lahan adalah upaya yang dilakukan untuk mengkondisikan
lahan agar dapat memberikan pertumbuhan tanaman secara optimal. Pertama
pembersihan gulma pengganggu seperti rumput, alang-alang atau tanaman
pengganggu lainnya, pembongkaran lahan atau pencangkulan hal ini
dimaksudkan untuk mendapat keseragaman permukaan lahan pasir yang akan
digunakan, pembuatan bedeng (untuk lahan datar) dengan ukuran lebar 2,4 m
 
 
dan panjang 3 m, penambahan lempung dengan dosis 10 ton ha-1
dan 20 ton
ha-1
serta pupuk kandang ternak (ayam, sapi, kambing) dan pupuk hijau
(gliriside) sebagai perlakuan penanaman, yang terakhir adalah menentukan
jarak tanam (60 x 40) cm.
c. Pemetakan Lahan, pemberian lempung dan pupuk kandang
Pengolahan lahan dilakukan pada awal Setelah dilakukan pengolahan
lahan kemudian dilakukan pemetakan dua minggu sebelum tanam dengan
jarak antar blok satu meter, kemudian membuat petakan setiap blok terdiri
dari delapan petak dengan jarak tanam (60 x 40) cm, dan jarak antar petak 50
cm. Kemudian pemberian lempung dan pupuk kandang diberikan setelah
lahan selesai dibuat petakan, pemberian pupuk dan lempung disesuaikan
dengan dosis yang ditentukan yaitu:
Pemberian tanah lempung:
1. Tanah lempung dengan dosis 10 ton-1
(7,2 kg setiap petak)
2. Tanah lempung dengan dosis 20 ton-1
(14,4 kg setiap petak)
Pemberian pupuk kandang:
1. Pupuk kandang ayam 30 ton ha-1
(22 kg setiap petak)
2. Pupuk kandang kambing 22 ton ha-1
(16 kg setiap petak)
3. Pupuk kandang sapi 30 ton ha-1
(22 kg setiap petak)
4. Pupuk daun gliriside 22 ton ha-1
(16 kg setiap petak)
 
 
d. Persiapan dan penanaman Benih Koro Pedang
Buat deretan penanaman dengan tali untuk meluruskan barisan tugal
bidang tanam sedalam kira kira 2 – 3 cm, dengan jarak (60 x 40) cm, lubang
tanam diberikan tambahan bahan organik (pupuk kandang ayam, sapi,
kambing, dan daun gliriside) dan lempung sebelum dilakukan penanaman,
setelah itu benih dimasukkan setiap lubang diisi dengan satu biji benih, dan
diupayakan mata lembaga menghadap kebawah, dan ditutup kembali dengan
tanah sehingga tidak terlihat, jangan dipadatkan agar biji mudah tumbuh ke
atas.
2. Pemeliharaan
 Sanitasi kebun
Pembersihan rumput dilakukan setelah tanaman berumur satu bulan atau ketika
sudah mulai muncul rumput liar yang mengganggu tanaman. Pembersihan
rumput kembali dilakukan pada usia tanaman dua bulan atau jika diperlukan
dan jumlah rumput mengganggu tanaman, sanitasi kebun dilakukan selain agar
tanaman tidak berebut unsur hara dengan tanaman juga untuk mencegah
datangnya hama pengisap polong, ulat daun/buah, dan karat daun (Anonim,
2012).
 Pemupukan
Pemupukan tergantung dari tingkat kesuburan tanah dan tingkat hasil yang
ingin dicapai. Pada penelitian yang telah dilakukan diberikan pemupukan
 
 
tambahan yang dilakukan pada saat tanaman berumur dua bulan dengan dosis
pupuk 3kg ponska, 8 kg Urea kedua pupuk tersebut diberikan dengan cara
ditebar di sekitar tanaman. Pupuk untuk menanggulangi hama walang
menggunakan Aktara 25 WG, 10 gram yang dilarutkan dalam 14 L air
kemudian disemprotkan pada tanaman koro pedang.
3. Pemanenan
Pemanenan dilakukan setelah buah berubah warna menjadi coklat dan
tanaman mulai berumur kurang lebih 4 – 5 bulan. Polong yang layak panen adalah
polong yang sudah berwarna coklat penuh/rata. Keterlambatan panen akan
menyebabkan polong/biji akan busuk. Kerusakan ini akan lebih cepat pada daerah
yg memeiliki kelembaban tinggi. Panen dilakukan dengan menggunakan gunting
pangkas (Anonim, 2012).
4. Pasca panen
Polong yang sudah dipanen dijemur 2 – 3 hari dipecah untuk mengambil
bijinya dari polong. Biji dijemur 2 – 3 hari sampai kadar air mencapai 14% dengan
ciri bila dijatuhkan dilantai, biji akan memantul dan mengeluarkan bunyi nyaring
(gesekan batu), biji didiamkan 1 hari lalu kemas dalam karung. Simpan dalam
gudang, dimana kemasannya tidak bersentuhan langsung dengan tanah (Anonim,
2012).
 
 
E. Pengamatan
Pengamatan pertumbuhan dan hasil tanaman koro pedang dilakukan
terhadap tanaman sampel.
a. Pengamatan pertumbuhan meliputi:
1. Tinggi tanaman
Tinggi tanaman diperoleh dengan cara mengukur dari pangkal batang
tanaman di permukaan tanah hingga titik tumbuh tanaman, sejak tanam sampai
dengan akhir tanam, yang dilakukan setiap minggu.
2. Jumlah cabang
Jumlah cabang diperoleh dengan cara menghitung cabang yang
dilakukan setiap bulan pada awal pertumbuhan vegetatif. Pengamatan ini
dilakukan dua kali, pada umumnya dilakukan 4 – 5 kali.
3. Jumlah daun
Jumlah daun diperoleh dengan cara menghitung daun dilakukan setiap
bulan pada awal pertumbuhan vegetatif. Pengamatan ini dilakukan dua kali
pada saat satu bulan setelah tanam dan dua bulan setelah tanam.
4. Bintil akar efektif
Bintil akar diamati pada saat tanaman berumur 7 minggu untuk
mengetahui jumlah bintil, bobot bintil, dan bobot bintil aktif.
5. Bobot segar brangkasan
Bobot segar diperoleh dari tanaman sampel dalam petak dengan
menimbang bobot tajuk dan akar tanaman.
 
 
6. Bobot kering brangkasan
Bobot kering tanaman didapat dari tanaman sampel dalam petak dengan
menimbang bobot tajuk dan akar tanaman yang sudah dikeringkan selama 3 x
24 jam sampai mencapai bobot konstan.
b. Variabel hasil yang selanjutnya dilakukan setelah pemanenan dengan
mengambil sampel pada tanaman dalam petak, variabel yang diamati
yaitu:
1. Jumlah polong per tanaman
Jumlah polong diperoleh dengan cara menghitung semua polong yang
dihasilkan dalam satu tanaman, diperoleh hanya satu kali panen, pada
umumnya dapat dipanen 3 – 4 kali panen.
2. Bobot segar polong per tanaman
Bobot segar polong diperoleh dengan menimbang polong segar setelah
pemanenan.
3. Bobot polong kering per tanaman
Bobot kering polong diperoleh dengan menimbang polong kering
matahari segera setelah panen, polong dikeringkan selama tujuh hari, setiap hari
mulai jam 08.00 – 15.00 WIB.
4. Jumlah biji per polong
Jumlah biji setiap polong diperoleh dengan cara mengumpulkan sampel
polong kemudian dihitung biji dalam satu polong.
 
 
5. Jumlah polong petak -1
Jumlah polong diperoleh dengan menghitung total hasil keseluruhan
polong dalam satu petak.
6. Bobot polong petak -1
Bobot polong yang diamati yaitu bobot polong dalam satu petak yang
kosong dan isi, dihitung dengan prosentase (%).
7. Bobot biji petak -1
Bobot biji diperoleh dengan menimbang jumlah biji yang diperoleh
dalam satu petak.
8. Hasil biji per hektar
Hasil biji per hektar dihitung setelah selesai pemanenan per petak
kemudian dikonversi menjadi hektar.
9. Bobot 100 biji
Bobot 100 biji diperoleh dengan mengambil sampel benih dari masing-
masing petak sebanyak 24 petak sampel.
F. Analisis Data
Untuk mengetahui pengaruh perlakuan terhadap variabel yang diamati
dengan analisis sidik ragam jenjang nyata 5%. Kemudian dilanjutkan dengan
Duncan’s Multiple Range Test (DMRT) pada jenjang nyata 5%.
 
 
IV. HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS
Hasil pengamatan meliputi komponen pertumbuhan tanaman diantaranya
tinggi tanaman, jumlah cabang, jumlah daun, bintil akar efektif, bobot bintil akar
efektif, bobot segar brangkasan, bobot kering brangkasan. Komponen hasil tanaman
diantaranya jumlah polong per tanaman, bobot segar polong per tanaman, bobot
polong kering per tanaman, jumlah biji per polong, jumlah polong petak -1
, bobot
polong petak -1
, bobot biji petak -1
, hasil biji per hektar dan bobot 100 biji. Data hasil
pengamatan dianalisis dengan menggunakan sidik ragam pada jenjang 5 % untuk
dilanjutkan dengan uji jarak ganda Duncan (Duncan’s Multiple Range Test = DMRT)
pada jenjang 5% untuk mengetahui perlakuan yang berbeda. Hasil analisis
dicantumkan pada tabel 1 – 18 dan lampiran 3 – 11.
A. Analisis dan hasil pengamatan pertumbuhan meliputi:
1. Tinggi tanaman
Pengaruh macam bahan organik dan dosis lempung terhadap tinggi tanaman disajikan
pada tabel 1 analisis duncan dalam lampiran 3.
Tabel 1 tidak ada interaksi penambahan macam pupuk kandang ayam, sapi, kambing,
dan pupuk hijau terhadap tinggi tanaman koro pedang tidak ada beda nyata, demikian
juga dosis lempung 10 ton ha-1
dan 20 ton ha-1
.
 
 
Tabel 1. Tinggi tanaman (cm)
Macam bahan organik
Dosis lempung
Rerata
10 ton ha-1
20 ton ha-1
Pupuk kandang ayam 48.60 60.29 54.44 a
Pupuk kandang sapi 51.95 54.93 53.44 a
Pupuk kandang kambing 47.21 48.86 48.03 a
Pupuk hijau 59.71 51.24 55.47 a
Rerata 0 51.87 p 0 53.83 p (-)
Keterangan: Rerata yang diikuti oleh huruf sama pada baris dan kolom yang sama
menunjukkan tidak ada beda nyata pada uji DMRT pada jenjang nyata
5%.
(-) : Tidak ada interaksi
2. Jumlah cabang
Pengaruh macam bahan organik dan dosis lempung terhadap jumlah cabang tanaman
koro pedang disajikan pada tabel 2 analisis duncan dalam lampiran 3.
Tabel 2 tidak ada interaksi penambahan macam pupuk kandang ayam, sapi, kambing,
dan pupuk hijau terhadap jumlah cabang tanaman koro pedang tidak ada beda nyata,
demikian juga dosis lempung 10 ton ha-1
dan 20 ton ha-1
.
Tabel 2. Jumlah cabang
Macam bahan organik
Dosis lempung
Rerata
10 ton ha-1
20 ton ha-1
Pupuk kandang ayam 13.33 14.66 14.00 a
Pupuk kandang sapi 14.33 14.66 14.50 a
Pupuk kandang kambing 13.66 13.66 13.66 a
Pupuk hijau 15.66 15.66 15.66 a
Rerata 0 14.25 p 0 14.66 p (-)
Keterangan: Rerata yang diikuti oleh huruf sama pada baris dan kolom yang sama
menunjukkan tidak ada beda nyata pada uji DMRT pada jenjang nyata
5%.
(-) : Tidak ada interaksi
 
 
3. Jumlah daun
Pengaruh macam bahan organik dan dosis lempung terhadap jumlah daun tanaman
koro pedang disajikan pada tabel 3 analisis duncan dalam lampiran 4.
Tabel 3 tidak ada interaksi penambahan macam pupuk kandang ayam, sapi, kambing,
namun ada beda nyata pada penambahan pupuk hijau terhadap jumlah daun tanaman
koro pedang, demikian juga dosis lempung 10 ton ha-1
dan 20 ton ha-1
tidak ada beda
nyata.
Tabel 3. Jumlah daun
Macam bahan organik
Dosis lempung
Rerata
10 ton ha-1 20 ton ha-1
Pupuk kandang ayam 35.00 60.00 47.50 b
Pupuk kandang sapi 46.67 46.67 46.67 b
Pupuk kandang kambing 28.00 53.67 40.83 b
Pupuk hijau 71.67 69.67 70.66 a
Rerata 0 45.33 p 0 57.50 p (-)
Keterangan: Rerata yang diikuti oleh huruf sama pada baris dan kolom yang sama
menunjukkan tidak ada beda nyata pada uji DMRT pada jenjang nyata
5%.
(-) : Tidak ada interaksi
4. Jumlah bintil akar efektif
Pengaruh macam bahan organik dan dosis lempung terhadap jumlah bintil akar
tanaman koro pedang disajikan pada tabel 4 analisis duncan dalam lampiran 4.
Tabel 4 menunjukkan rerata jumlah bintil akar efektif tanaman koro pedang dengan
pupuk kandang ayam, sapi, dan pupuk kambing tidak ada beda nyata, namun pada
tanaman dengan pemberian pupuk hijau menunjukkan saling beda nyata dengan
pupuk lain. Pada tabel 5 menunjukkan pada pupuk hijau mencapai hasil paling tinggi
 
 
dibanding pupuk lainnya. Pada dosis lempung 10 ton ha-1
dan 20 ton ha-1
menunjukkan tidak ada beda nyata.
Tabel 4. Jumlah bintil akar efektif
Macam bahan organik
Dosis lempung
Rerata
10 ton ha-1
20 ton ha-1
Pupuk kandang ayam 0.60 0.87 0.73 b
Pupuk kandang sapi 0.50 0.55 0.53 b
Pupuk kandang kambing 0.71 0.76 0.74 b
Pupuk hijau 1.63 1.55 1.59 a
Rerata 0 0.86 p 0 0.93 p (-)
Keterangan: Rerata yang diikuti oleh huruf sama pada baris dan kolom yang sama
menunjukkan tidak ada beda nyata pada uji DMRT pada jenjang nyata
5%.
(-) : Tidak ada interaksi
5. Bobot bintil akar efektif
Pengaruh macam bahan organik dan dosis lempung terhadap bobot bintil akar
tanaman disajikan pada tabel 5 analisis duncan dalam lampiran 5.
Tabel 5. Bobot bintil akar efektif (gram)
Macam bahan organik
Dosis lempung
Rerata
10 ton ha-1 20 ton ha-1
Pupuk kandang ayam 0.42 0.35 0.38 a
Pupuk kandang sapi 0.47 0.34 0.40 a
Pupuk kandang kambing 0.49 0.37 0.43 a
Pupuk hijau 0.60 0.41 0.51 a
Rerata 0 0.49 p 0 0.36 p (-)
Keterangan: Rerata yang diikuti oleh huruf sama pada baris dan kolom yang sama
menunjukkan tidak ada beda nyata pada uji DMRT pada jenjang nyata
5%.
(-) : Tidak ada interaksi
 
 
Tabel 5 menunjukkan rerata bobot bintil akar efektif tanaman koro pedang dengan
pupuk kandang ayam, sapi, kambing, dan pupuk hijau tidak ada beda nyata. Pada
dosis lempung 10 ton ha-1
dan 20 ton ha-1
menunjukkan tidak ada beda nyata.
6. Jumlah bunga
Pengaruh macam bahan organik dan dosis lempung terhadap jumlah bunga disajikan
pada tabel 6 analisis duncan dalam lampiran 5.
Tabel 6 menunjukkan rerata jumlah bunga tanaman koro pedang dengan macam
amelioran pupuk kandang ayam, sapi, kambing, dan pupuk hijau tidak ada beda
nyata. Dosis lempung 10 ton ha-1
dan 20 ton ha-1
menunjukkan tidak ada beda nyata.
Tabel 6. Jumlah bunga
Macam bahan organik
Dosis lempung
Rerata
10 ton ha-1 20 ton ha-1
Pupuk kandang ayam 5.66 7.00 6.33 a
Pupuk kandang sapi 6.66 5.33 6.00 a
Pupuk kandang kambing 6.33 5.33 6.00 a
Pupuk hijau 6.33 8.00 7.16 a
Rerata 0 6.25 p 0 6.50 p (-)
Keterangan: Rerata yang diikuti oleh huruf sama pada baris dan kolom yang sama
menunjukkan tidak ada beda nyata pada uji DMRT pada jenjang nyata
5%.
(-) : Tidak ada interaksi
7. Umur bunga
Pengaruh macam bahan organik dan dosis lempung terhadap umur bunga disajikan
pada tabel 7 analisis duncan dalam lampiran 6.
 
 
Tabel 7. Umur bunga
Macam bahan organik
Dosis lempung
Rerata
10 ton ha-1 20 ton ha-1
Pupuk kandang ayam 58.66 56.33 57.50 a
Pupuk kandang sapi 55.00 55.00 55.50 a
Pupuk kandang kambing 57.33 55.00 56.16 a
Pupuk hijau 57.33 55.66 56.50 a
Rerata 0 57.08 p 0 55.75 p (-)
Keterangan: Rerata yang diikuti oleh huruf sama pada baris dan kolom yang sama
menunjukkan tidak ada beda nyata pada uji DMRT pada jenjang nyata
5%.
(-) : Tidak ada interaksi
Tabel 7 menunjukkan rerata umur bunga tanaman koro pedang dengan macam
amelioran pupuk kandang ayam, sapi, kambing, dan pupuk hijau tidak ada beda
nyata. Pada dosis lempung 10 ton ha-1
dan 20 ton ha-1
menunjukkan tidak ada beda
nyata.
8. Bobot segar brangkasan
Pengaruh macam bahan organik dan dosis lempung terhadap bobot segar brangkasan
disajikan pada tabel 8 analisis duncan dalam lampiran 6.
Tabel 8 menunjukkan rerata bobot segar brangkasan koro pedang dengan macam
amelioran pupuk kandang ayam, sapi, kambing, dan pupuk hijau tidak ada beda
nyata. Pada dosis lempung 10 ton ha-1
dan 20 ton ha-1
menunjukkan tidak ada beda
nyata.
 
 
Tabel 8. Bobot segar brangkasan (gram)
Macam bahan organik
Dosis lempung
Rerata
10 ton ha-1 20 ton ha-1
Pupuk kandang ayam 264.6 210.1 237.36 a
Pupuk kandang sapi 219.4 091.7 155.56 a
Pupuk kandang kambing 187.5 100.0 143.75 a
Pupuk hijau 309.7 270.8 290.28 a
Rerata 00 245.31 p 00 168.16 p (-)
Keterangan: Rerata yang diikuti oleh huruf sama pada baris dan kolom yang sama
menunjukkan tidak ada beda nyata pada uji DMRT pada jenjang nyata
5%.
(-) : Tidak ada interaksi
9. Bobot kering brangkasan
Pengaruh macam bahan organik dan dosis lempung terhadap bobot kering brangkasan
disajikan pada tabel 9 analisis duncan dalam lampiran 7.
Tabel 9 menunjukkan rerata bobot kering brangkasan koro pedang dengan macam
amelioran pupuk kandang ayam, sapi, kambing, dan pupuk hijau tidak ada beda nyata
begitu pula pada dosis lempung 10 ton ha-1
dan 20 ton ha-1
.
Tabel 9. Bobot kering brangkasan (gram)
Macam bahan organik
Dosis lempung
Rerata
10 ton ha-1 20 ton ha-1
Pupuk kandang ayam 125.00 095.83 110.42 a
Pupuk kandang sapi 050.00 091.67 070.83 a
Pupuk kandang kambing 083.33 058.33 070.83 a
Pupuk hijau 177.08 111.11 144.10 a
Rerata 0119.27 p 0078.82 p (-)
Keterangan: Rerata yang diikuti oleh huruf sama pada baris dan kolom yang sama
menunjukkan tidak ada beda nyata pada uji DMRT pada jenjang nyata
5%.
(-) : Tidak ada interaksi
 
 
B. Analisis dan hasil pengamatan pemanenan meliputi:
1. Jumlah polong per tanaman
Pengaruh macam bahan organik dan dosis lempung terhadap jumlah polong per
tanaman koro pedang disajikan pada tabel 10 analisis duncan dalam lampiran 7.
Tabel 10. Jumlah polong per tanaman
Macam bahan organik
Dosis lempung
Rerata
10 ton ha-1 20 ton ha-1
Pupuk kandang ayam 5.00 3.33 4.16 a
Pupuk kandang sapi 3.66 4.66 4.16 a
Pupuk kandang kambing 4.66 3.33 4.00 a
Pupuk hijau 6.00 4.00 5.00 a
Rerata 0 4.83 p 0 3.83 p (-)
Keterangan: Rerata yang diikuti oleh huruf sama pada baris dan kolom yang sama
menunjukkan tidak ada beda nyata pada uji DMRT pada jenjang nyata
5%.
(-) : Tidak ada interaksi
Tabel 10 menunjukkan rerata jumlah polong per tanaman koro pedang dengan pupuk
kandang ayam, sapi, kambing, dan pupuk hijau tidak ada beda nyata. Pada dosis
lempung 10 ton ha-1
dan 20 ton ha-1
menunjukkan tidak ada beda nyata..
2. Bobot segar polong per tanaman
Pengaruh macam bahan organik dan dosis lempung terhadap bobot segar polong per
tanaman disajikan pada tabel 11 analisis duncan dalam lampiran 8.
Tabel 11 menunjukkan rerata bobot segar polong per tanaman koro pedang dengan
macam amelioran pupuk kandang ayam, sapi, kambing, dan pupuk hijau tidak ada
beda nyata. Pada dosis lempung 10 ton ha-1
dan 20 ton ha-1
menunjukkan ada beda
 
 
nyata. Penambahan dosis lempung 10 ton ha-1
menunjukkan hasil beda nyata dan
lebih tinggi daripada dosis lempung 20 ton ha-1
.
Tabel 11. Bobot segar polong per tanaman (gram)
Macam bahan organik
Dosis lempung
Rerata
10 ton ha-1 20 ton ha-1
Pupuk kandang ayam 185.56 158.34 171.95 a
Pupuk kandang sapi 186.11 086.67 136.39 a
Pupuk kandang kambing 130.56 041.67 086.11 a
Pupuk hijau 272.22 122.22 197.22 a
Rerata 0 193.61 p 0 102.22 q (-)
Keterangan: Rerata yang diikuti oleh huruf sama pada baris dan kolom yang sama
menunjukkan tidak ada beda nyata pada uji DMRT pada jenjang nyata
5%.
(-) : Tidak ada interaksi
3. Bobot kering polong per tanaman
Pengaruh macam bahan organik dan dosis lempung terhadap bobot kering polong per
tanaman disajikan pada tabel 12 analisis duncan dalam lampiran 8.
Tabel 12. Bobot kering polong per tanaman (gram)
Macam bahan organik
Dosis lempung
Rerata
10 ton ha-1 20 ton ha-1
Pupuk kandang ayam 42.82 56.94 49.88 a
Pupuk kandang sapi 58.54 23.18 39.43 a
Pupuk kandang kambing 37.45 23.18 30.32 a
Pupuk hijau 67.18 47.45 57.31 a
Rerata 0 51.50 p 0 36.97 p (-)
Keterangan: Rerata yang diikuti oleh huruf sama pada baris dan kolom yang sama
menunjukkan tidak ada beda nyata pada uji DMRT pada jenjang nyata
5%.
(-) : Tidak ada interaksi
 
 
Tabel 8 menunjukkan rerata bobot segar brangkasan koro pedang dengan macam
amelioran pupuk kandang ayam, sapi, kambing, dan pupuk hijau tidak ada beda
nyata. Pada dosis lempung 10 ton ha-1
dan 20 ton ha-1
menunjukkan tidak ada beda
nyata.
4. Jumlah biji per polong
Pengaruh macam bahan organik dan dosis lempung terhadap jumlah biji per polong
disajikan pada tabel 13 analisis duncan dalam lampiran 9.
Tabel 13. Jumlah biji per polong
Macam bahan organik
Dosis lempung
Rerata
10 ton ha-1 20 ton ha-1
Pupuk kandang ayam 4.00 6.33 5.16 a
Pupuk kandang sapi 5.00 4.66 4.83 a
Pupuk kandang kambing 4.00 2.66 3.33 a
Pupuk hijau 5.00 3.66 4.33 a
Rerata 04.50 p 04.33 p (-)
Keterangan: Rerata yang diikuti oleh huruf sama pada baris dan kolom yang sama
menunjukkan tidak ada beda nyata pada uji DMRT pada jenjang nyata
5%.
(-) : Tidak ada interaksi
Tabel 13 menunjukkan rerata jumlah biji per polong tanaman koro pedang dengan
macam amelioran pupuk kandang ayam, sapi, kambing, dan pupuk hijau tidak ada
beda nyata. Pada dosis lempung 10 ton ha-1
dan 20 ton ha-1
menunjukkan tidak ada
beda nyata.
 
 
5. Jumlah polong per petak
Pengaruh macam bahan organik dan dosis lempung terhadap jumlang polong per
petak disajikan pada tabel 14 analisis duncan dalam lampiran 9.
Tabel 14. Jumlah polong per petak
Macam bahan organik
Dosis lempung
Rerata
10 ton ha-1 20 ton ha-1
Pupuk kandang ayam 05.67 18.67 12.16 ab
Pupuk kandang sapi 03.33 11.33 7.33 b
Pupuk kandang kambing 08.67 00.00 4.33 b
Pupuk hijau 36.00 21.00 28.50 aa
Rerata 013.41 p 012.75 p (-)
Keterangan: Rerata yang diikuti oleh huruf sama pada baris dan kolom yang sama
menunjukkan tidak ada beda nyata pada uji DMRT pada jenjang nyata
5%.
(-) : Tidak ada interaksi
Tabel 14 menunjukkan rerata jumlah polong per petang tanaman koro pedang dengan
pupuk hijau berberda nyata dengan pupuk kandang sapi dan kambing, namun tidak
berbeda nyata dengan pupuk ayam. Pupuk kandang ayam tidak berbada nyata dengan
pupuk sapid an kambing, namun hasil yang diperoleh lebih tinggi. Pada dosis
lempung 10 ton ha-1
dan 20 ton ha-1
menunjukkan tidak ada beda nyata.
6. Bobot polong petak -1
Pengaruh macam bahan organik dan dosis lempung terhadap bobot polong petak-1
disajikan pada tabel 15 analisis duncan dalam lampiran 10.
Tabel 15 menunjukkan rerata bobot polong petak-1
tanaman koro pedang dengan
macam amelioran pupuk hijau berberda nyata dengan pupuk sapi dan kambing,
namun tidak berbeda nyata dengan pupuk ayam. Pupuk kandang ayam tidak berbada
 
 
nyata dengan pupuk sapi dan kambing, namun hasil yang diperoleh lebih tinggi. Pada
dosis lempung 10 ton ha-1
dan 20 ton ha-1
menunjukkan tidak ada beda nyata.
Tabel 15. Bobot polong per petak (kg)
Macam bahan organik
Dosis lempung
Rerata
10 ton ha-1 20 ton ha-1
Pupuk kandang ayam 0.40 1.13 0.76 ab
Pupuk kandang sapi 0.13 0.41 0.27 b0
Pupuk kandang kambing 0.50 0.00 0.25 b0
Pupuk hijau 1.65 1.28 1.46 a0
Rerata 00.67 p 00.70 p (-)
Keterangan: Rerata yang diikuti oleh huruf sama pada baris dan kolom yang sama
menunjukkan tidak ada beda nyata pada uji DMRT pada jenjang nyata
5%.
(-) : Tidak ada interaksi
7. Bobot biji petak -1
Pengaruh macam bahan organik dan dosis lempung terhadap bobot biji petak -
1
disajikan pada tabel 16 analisis duncan dalam lampiran 10.
Tabel 16. Bobot biji per petak (gram)
Macam bahan organik
Dosis lempung
Rerata
10 ton ha-1 20 ton ha-1
Pupuk kandang ayam 133.33 133.33 133.33 ba
Pupuk kandang sapi 066.67 036.67 051.67 bc
Pupuk kandang kambing 041.67 008.33 25.00 c
Pupuk hijau 183.33 225.00 204.17 aa
Rerata 0106.25 p 0100.83 p (-)
Keterangan: Rerata yang diikuti oleh huruf sama pada baris dan kolom yang sama
menunjukkan tidak ada beda nyata pada uji DMRT pada jenjang nyata
5%.
(-) : Tidak ada interaksi
 
 
Tabel 16 menunjukkan rerata bobot biji petak-1
tanaman koro pedang dengan macam
amelioran pupuk kandang ayam, sapi, dan pupuk hijau tidak ada beda nyata, namun
berbeda nyata pada tanaman yang diberi pupuk kandang kambing. Penggunaan pupuk
kandang kambing menunjukkan hasil paling rendah dibanding pupuk lainnya.
Pemberian pupuk hijau menunjukkan hasil paling tinggi dan tidak beda nyata dengan
pemberian pupuk kandang ayam, sedangkan pupuk kandang ayam tidak beda nyata
dengan pemberian pupuk kandang sapi namun hasilnya pupuk kandang ayam lebih
tinggi dari pada pupuk kandang sapi. Pupuk kandang sapi tidak beda nyata dengan
pupuk kandang kambing, namun pupuk kandang kambing berbeda nyata dengan
pupuk kandang ayam, dan pupuk hijau. Pada dosis lempung 10 ton ha-1
dan 20 ton
ha-1
menunjukkan tidak ada beda nyata.
8. Hasil biji Ha-1
Pengaruh macam bahan organik dan dosis lempung terhadap hasil biji ha-1
disajikan
pada tabel 17 analisis duncan dalam lampiran 11.
Tabel 17. Hasil biji ha-1
(kg)
Macam bahan organik
Dosis lempung
Rerata
10 ton ha-1 20 ton ha-1
Pupuk kandang ayam 185.19 185.19 185.19 ab
Pupuk kandang sapi 092.59 050.93 071.76 bc
Pupuk kandang kambing 057.87 011.57 34.72 c
Pupuk hijau 254.63 312.50 283.57 aa
Rerata 0147.57 p 0140.05 p (-)
Keterangan: Rerata yang diikuti oleh huruf sama pada baris dan kolom yang sama
menunjukkan tidak ada beda nyata pada uji DMRT pada jenjang nyata
5%.
(-) : Tidak ada interaksi
 
 
Tabel 17 menunjukkan tidak ada interaksi hasil biji ha-1
tanaman koro pedang
dengan macam pupuk kandang ayam, sapi, dan pupuk hijau tidak ada beda nyata,
namun berbeda nyata pada tanaman yang diberi pupuk kandang kambing.
Penggunaan pupuk kandang kambing menunjukkan hasil paling rendah dibanding
pupuk lainnya. Pemberian pupuk hijau menunjukkan hasil paling tinggi dan tidak
beda nyata dengan pemberian pupuk kandang ayam, sedangkan pupuk kandang ayam
tidak beda nyata dengan pemberian pupuk kandang sapi namun hasilnya pupuk
kandang ayam lebih tinggi dari pada pupuk kandang sapi. Pupuk kandang sapi tidak
beda nyata dengan pupuk kandang kambing, namun pupuk kandang kambing berbeda
nyata dengan pupuk kandang ayam, dan pupuk hijau. Pada dosis lempung 10 ton ha-1
dan 20 ton ha-1
menunjukkan tidak ada beda nyata.
9. Bobot 100 biji
Pengaruh macam bahan organik dan dosis lempung terhadap bobot 100 biji disajikan
pada tabel 18 analisis duncan dalam lampiran 11.
Tabel 18. Bobot 100 biji (gram)
Macam bahan organik
Dosis lempung
Rerata
10 ton ha-1 20 ton ha-1
Pupuk kandang ayam 125.00 150.00 137.50 a
Pupuk kandang sapi 100.00 133.33 116.67 a
Pupuk kandang kambing 091.67 041.67 066.67 a
Pupuk hijau 125.00 141.67 133.33 a
Rerata 0110.42 p 0116.67 p (-)
Keterangan: Rerata yang diikuti oleh huruf sama pada baris dan kolom yang sama
menunjukkan tidak ada beda nyata pada uji DMRT pada jenjang nyata
5%.
(-) : Tidak ada interaksi
 
 
Tabel 18 menunjukkan rerata bobot 100 biji tanaman koro pedang dengan macam
amelioran pupuk kandang ayam, sapi, kambing, dan pupuk hijau tidak ada beda
nyata. Pada dosis lempung 10 ton ha-1
dan 20 ton ha-1
menunjukkan tidak ada beda
nyata.
 
 
V. PEMBAHASAN DAN KESIMPULAN
A. Pembahasan
Berdasarkan sidik ragam pada beberapa variabel pengamatan tidak terdapat
interaksi yang nyata antara kombinasi macam bahan organik dan dosis lempung.
Variabel tersebut antara lain tinggi tanaman, jumlah cabang produktif, jumlah bintil
akar efektif, umur bunga, bobot segar brangkasan, bobot kering brangkasan, bobot
polong petak-1
, bobot biji petak-1
, hasil biji ha-1
, dan bobot 100 biji.
Pada variabel tinggi tanaman koro pedang pada umur 1 – 17 minggu yang
diberi perlakuan kombinasi dosis lempung dan macam ameliorant tidak menunjukkan
interaksi antara kedua faktor. Perlakuan dosis lempung 10 ton ha-1
tidak menunjukkan
beda nyata terhadap perlakuan dosis lempung 20 to ha-1
. Perlakuan terhadap
penambahan macam ameliorant , pupuk kandang ayam, pupuk kandang sapi, pupuk
kandang kambing, dan pupuk hijau semuanya tidak menunjukkan beda nyata.
Berdasarkan hasil analisis terhadap variabel jumlah cabang produktif
menunjukkan tidak ada interaksi, namun pada variabel jumlah daun tanaman koro
pedang pada umur 4 minggu yang diberi perlakuan kombinasi dosi lempung dan
macam ameliorant tidak menunjukkan interaksi antara kedua faktor. Perlakuan dosis
lempung 10 ton ha-1
tidak menunjukkan beda nyata terhadap perlakuan dosis
lempung 20 to ha-1
. Perlakuan terhadap penambahan macam ameliorant , pupuk
kandang ayam, pupuk kandang sapi, pupuk kandang kambing semuanya tidak
 
 
menunjukkan beda nyata, namun pada penambahan pupuk hijau menunjukkan beda
nyata dengan hasil paling tinggi dibanding pemberian pupuk lainnya.
Gambar 1 : Rerata jumlah daun umur 4 minggu
Gambar grafik 1 menunjukkan bahwa pada penambahan pupuk hijau
diperoleh hasil tertinggi. Kombinasi dosis lempung dan pupuk hijau yang tertinggi
adalah kombinasi dosis lempung 10 ton ha-1 dan pupuk hijau.
Pada variabel jumlah bintil akar efektif penambahan pupuk hijau juga menjadi
hasil tertinggi diantara penambahan pupuk kandang lainnya, dengan kombinasi dosis
lempung 10 ton ha-1
menjadi rerata jumlah bintil akar efektif tertinggi. Variabel lain
yang menunjukkan beda nyata yaitu bobot segar polong per tanaman yaitu didapatkan
hasil dari Perlakuan dosis lempung 10 ton ha-1dengan penambahan pupuk hijau
menunjukkan hasil tertinggi dibanding kombinasi lainnya. Pupuk hijau dapat
menghasilkan jumlah bintil akar efektif dan bobot segar polong per tanaman, dan
variabel lainnya lebih baik dibandingkan dengan pupuk kandang lainnya. Pada grafik
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
B1L1 B2L1 B3L1 B4L1 B1L2 B2L2 B3L2 B4L2
B1L1
B2L1
B3L1
B4L1
B1L2
B2L2
B3L2
B4L2
 
 
menunjukkan hasil yang sangat berbeda antara kombinasi dosis lempung 10 ton ha-1
dan pupuk hijau dengan kombinasi pupuk lainnya.
Gambar 2 : Rerata bobot polong per tanaman
Pada kombinasi pupuk hijau dan dosis lempung 20 ton ha-1
menunjukkan hasil
bobot biji petak-1
paling tinggi, dapat dilihat pada grafik 1 hasil bobot biji petak-1
.
Adanya pengaruh yang lebih baik pada kombinasi tersebut diduga pupuk hijau dapat
menyediakan unsur hara yaitu nitrogen, phosphor, dan kalium yang berpengaruh
besar terhadap bobot biji, dan dapat menjaga ketersediaan unsur hara. Penggunaan
lempung berfungsi untuk menjaga keseimbangan ruang pori pada lahan pasir.
0
50
100
150
200
250
300
350
B1L1 B2L1 B3L1 B4L1 B1L2 B2L2 B3L2 B4L2
B1L1
B2L1
B3L1
B4L1
B1L2
B2L2
B3L2
B4L2
 
 
Gambar 3 : bobot biji petak-1
Dari beberapa variabel pada petak percobaan dosis lempung 20 ton ha-1
menunjukka hasil yang terbaik dibanding dengan petak dengan dosis lempung 10 ton
ha-1
. Tanah berliat tinggi sangat baik untuk sawah, karena tanah berliat tinggi mampu
menahan air atau sulit meloloskan air ke lapisan bawah. Di lain pihak, tanaman
palawija atau hortikultura membutuhkan tanah yang poros. Oleh sebab itu, pemberian
gliriside sebagai sumber bahan organik ke dalam tanah yang dirotasikan dari sawah
ke tanaman lahan kering dapat menggemburkan tanah sehingga akar tanaman dapat
berkembang dengan leluasa. Akar yang berkembang baik akan mampu menyerap
unsur hara yang ada dalam tanah bagi pertumbuhan tanaman.
Tanaman koro pedang yang ditanam pada petak yang ditambahkan pupuk
hijau gliriside tumbuh lebih subur dibanding dengan pupuk kandang lainnya. Hal ini
jelas bahwa gliriside yang ditambahkan kedalam tanah dan akan mengalami proses
pelapukan dan menyumbangkan unsure hara yang besar bagi pertumbuhan tanaman.
‐50
0
50
100
150
200
250
300
B1L1 B2L1 B3L1 B4L1 B1L2 B2L2 B3L2 B4L2
B1L1
B2L1
B3L1
B4L1
B1L2
B2L2
B3L2
B4L2
 
 
Menurut Yulnafarmawita dkk (2010) pemanfaatan pupuk hijau sebagai pupuk
alternatif akan mendapatkan banyak keuntungan. Pertama, petani tidak membutuhkan
biaya transportasi bagi penyediaan pupuk, karena bisa diproduksi di lahan petani
sendiri. Kedua, pencemaran lingkungan akibat penghanyutan pupuk buatan tidak
akan terjadi, karena pupuk hijau tidak lansung tersedia serentak seperti halnya pupuk
buatan. Ketiga, pemakaian pupuk organik (pupuk hijau) tidak akan mencemarkan
lingkungan perairan. Keempat, BO dapat membentuk dan memantapkan aggregat
tanah, sehingga saat tanah kena pukulan butir hujan tanah tidak hancur. Hal ini
membuat laju masuknya air hujan kedalam melalui permukaan tanah (tinfiltrasi) tidak
terhambat. Dengan demikian, jumlah air yang mengalir di permukaan tanah bisa
diminimalisir sehingga peristiwa erosi bisa diantisipasi.
Pada pemberian pupuk hijau di dapatkan hasil terbaik hal ini di sebabkan oleh
kandungan nitrogen pada pupuk hijau yang tinggi sehingga pada pertumbuhan dan
hasil didapatkan hasil yang lebih baik. Pada pembentukan bintil akar sangat baik
dibanding pupuk lainnya, sehingga hampir semua bintil akar yang muncul merupakan
bintil akar efektif. Begitu pula pada parameter jumlah daun didapat hasil yang baik
sehingga proses fotosintesis dapat berjalan dengan maksimal dan pertumbuhan
tanaman menjadi lebih baik dibanding dengan perlakuan pemberian pupuk lainnya.
Selain kedua parameter tersebut pada parameter lain seperti pada jumlah polong per
tanaman juga pada pemberian pupuk hijau lebih baik daripada pemberian pupuk
lainnya.
 
 
B. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Tidak ada interaksi pada perlakuan dosis lempung dan penambahan macam
bahan organik pada hasil tanaman koro pedang di lahan pair pantai.
2. Pemberian pupuk hijau merupakan perlakuan terbaik pada pertumbuhan dan
hasil tanaman koro pedang di lahan pasir pantai.
3. Pemberian dosis lempung 10 ton ha-1
merupakan pemberian dosis terbaik
karena keduanya tidak berbeda nyata, sehingga tanah tidak terlalu pejal dan
porositas tanah seimbang.
 
 
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman. 2011. Beberapa Manfaat dan Fungsi Organik Tanah,
epetani.deptan.go.id (diakses pada 14 Maret 2014)
Anonim. 2007. Bahan organik, karieeen.wordpress.com/2007/06/18/bahan-organik/
(diakses pada 16 Maret 2014)
Anonim. 2012a. Budidaya Kacang Koro Pedang ( Canavalia ensiformis .L),
http://koropedangonline.blogspot.com/p/download.html (diakses pada 29
Maret 2014)
Anonim. 2012b. Gamal, http://id.wikipedia.org/wiki/gamal (diakses pada 21 Maret
2014)
Anonim, 2012c. pertanian lahan pasir, http://www.ngasih.com.html (diakses pada 24
februari 2015)
Anonim. 2013a. Kacang Parang, http://id.wikipedia.org/wiki/kacang-parang (diakses
pada 21 Maret 2014)
Anonim. 2013b. Lempung, http://id.wikipedia.org/wiki/lempung (diakses pada 16
Maret 2014)
Anonim. 2014a. Jenis dan karakteristik pupuk kandang, http://www.alamtani.com/
pupuk-kandang.html (diakses pada 21 Maret 2014)
Anonim. 2014b. Tanah, http://id.wikipedia.org/wiki/tanah (diakses pada 21 Maret
2014)
Damanik J. 2009. Pengaruh pupuk hijau krinyu (Chromolaena odorata L),
http://www.google.co.id/eprints.umk.ac.id/Halaman_Judul.pdf (diakses pada 7
Agustus 2014)
Damarwulan. 2013. Budidaya Koro Pedang, http://bataviareload.wordpress.com/
pertanian/budidaya-koro-pedang-yang-benar/ (diakses pada 21 Maret 2014)
Fardani S. 2012. Pengaruh Proporsi Penambahan Kompos BioPA Dan Mulsa Jerami
Terhadap Serapan Hara Na, Mg Serta Kandungan Klorofil Tanaman Kacang
Hijau (Phaseolus radiatus L.) Yang Ditanam Di Kawasan Pantai Pandansari
Bantul, http://eprints.uny.ac.id/8190/2/bab%201%20-%2005308141009.pdf
(diakses pada 5 April 2014)
 
 
Fidiyati N. 2011. Manfaat Kotoran Ayam Sebagai Bahan Organik,
http://Fidiaja.blogspot.com/2011/01/manfaat-kotoran-ayam-sebagai-baha.html
(diakses pada 21 Maret 2014)
Hartatik W. & L. R. Widowati. 2005. Pupuk Kandang, http://balittanah.
litbang.deptan.go.id/dokumentasi/buku/pupuk/pupuk4.pdf (diakses pada 29
Maret 2014)
Hatma S. 2006. Konservasi Tanah di Kawasan Karst Gunung Kidul,
http://mayong.staff.ugm.ac.id/site/?p=84 (diakses pada tanggal 5 April 2014)
Intara Y. I; A. Sapei., Erizal., N. Sembiring., dan M. H. B Djoefrie. 2011. Pengaruh
pemberian bahan organik pada tanah liat dan lempung berliat terhadap
kemampuan mengikat air, Jurnal IImu Pertanian Indonesia, Agustus 2011,
hlm. 130-135
Jokotarub. 2009. Petunjuk Teknis Penanaman Koro Bedog / Pedang, http://
jokotarub66.wordpress.com/about/petunjuk-teknis-penanaman-koro-bedog-
pedang/pengelola perhutani (diakses pada 21 Maret 2014)
Latifah E. dan N. Istiqomah. 2011. Kajian Pemberian Pupuk Kandang Sapi Dan
Pupuk Cair An-organik Untuk Meningkatkan Biomass Kaliandra Merah
(Calliandra calothyrsus), jatim.litbang.deptan.go.id (diakses pada 5 April
2014)
Lesmana. 2008. Bahan Organik, www. Lestari mandiri.org/id/pupuk-organik/156-
bahan organik.html (diakses pada 16 Maret 2014)
Mathius. ( – ) Kotoran Kambing – Domba pun Bisa Bernilai Ekonomis,
pustaka.litbang.deptan.go.id (diakses pada 29 Maret 2014)
Putri F. 2013. Bertani Di Lahan Pasir Pantai, http://www.bbpp-lembang.info/,2013
(diakses pada tanggal 5 April 2014)
Rahma C. 2014. Siapa Sangka Lahan Pasir Pantai Bisa Dijadikan Lahan Pertanian
Subur, http://green.kompasiana.com/penghijauan/2014/02/19/siapa-sangka-
lahan-pasir-pantai-bisa-dijadikan-lahan-pertanian-subur-633158.html (diakses
pada tanggal 5 April 2014)
Riyantoro A. E dan A. P Fitri. 2005. Pemanfaatan Lahan Pasir Pantai Untuk
Budidaya Buah Naga (Cactaceae hylocereus). http://student-
research.umm.ac.id/index.php/pimnas/article/viewFile/82/433_umm_student_
research.pdf (diakses pada tanggal 5 April 2014)
 
 
Saragi A. H. 2008. Pengaruh pemberian pupuk kandang ayam dan dosis kalium
terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman Peleng (Spinacia oleracea I.A),
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/7689/1/09E00433.pdf  
(diakses pada 7 Agustus 2014)
Satwiko A. 2011. Pupuk Kandang Ayam, http://anggersatwiko.blogspot.com/2011
/09/pupuk-kandang-ayam.html (diakses pada 29 Maret 2014)
Soeseno S. 1982. Sayur Mayur Untuk Karang Gizi, Jakarta, Penerbit Swadaya. 114 h
Suhardi. 1985. Dasar – Dasar Bercocok Tanam, Yogyakarta, Penerbit Kanisius. 218 h
Umiarsih. 2012. Kacang Koro Pedang (Canavalia gladiata),
http://umiarsih.wordpress.com/tag/kacang-koro-pedang-canavalia-gladiata/
(diakses pada 21 Maret 2014)
Yulnafatmawita, Gusnidar, Herviyanti, Ruhaimah, dan R. Novirza. 2010.
Pemanfaatan Gamal (Gliricidia sepium) Sebagai Amelioran Tanah Dan Pupuk
Alternatif Bagi Pertanaman Cabe (Capsicum annum),
http://repository.unand.ac.id/5322/1/5_YULNAFARMAWITA.pdf (Diakses
pada 22 Desember 2014)
Wartapa A; S. Sugihartiningsih; S. Astuti; dan Sukadi. 2010. Pengaruh Jenis Pupuk
dan Tanaman Antagonis Terhadap Hasil Cabe Rawit (Capsicum rutencens)
Budidaya Vertikultur, Jurnal llmu-ilmu Pertanian, Desember 2010 Vol. 6 No.
2. Hal. 142 – 156. Issn : 1858-1226
 
 
Lampiran 1 : Sidik ragam tinggi tanaman dan jumlah cabang
A. Tinggi tanaman
Sumber varian DB JK KT F Hitung Pr > F Ket
blok 2 117.3402583 58.6701292 1.73 0.2126 ns
Kandang (B) 3 197.8744833 65.9581611 1.95 0.1683 ns
Lempung (L) 1 23.0888167 23.0888167 0.68 0.4228 ns
kandang*lempung
(B*L)
3 307.2978833 102.4326278 3.03 0.0649 ns
Galat 14 473.989342 33.856382
Total 23 1119.590783
Keterangan: ns : Tidak beda nyata
B. Jumlah cabang
Sumber varian DB JK KT F Hitung Pr > F Ket
blok 2 53.08333333 26.54166667 11.52 0.0011 *
Kandang (B) 3 13.79166667 4.59722222 2.00 0.1610 ns
Lempung (L) 1 1.04166667 1.04166667 0.45 0.5122 ns
kandang*lempung
(B*L)
3 1.79166667 0.59722222 0.26 0.8535 ns
Galat 14 32.2500000 2.3035714
Total 23 101.9583333
Keterangan: ns : Tidak beda nyata
 : Beda nyata
 
 
Lampiran 2: Sidik ragam jumlah daun dan jumlah bintil akar efektif
A. Jumlah daun
Sumber varian DB JK KT F Hitung Pr > F Ket
blok 2 641.333333 320.666667 1.42 0.2737 ns
Kandang (B) 3 3122.833333 1040.944444 4.62 0.0190 *
Lempung (L) 1 888.166667 888.166667 3.94 0.0670 ns
kandang*lempung
(B*L)
3 1043.500000 347.833333 1.54 0.2471 ns
Galat 14 3154.000000 225.285714
Total 23 8849.833333
Keterangan: ns : Tidak beda nyata
 : Beda nyata
B. Jumlah bintil akar efektif
Sumber varian DB JK KT F Hitung Pr > F Ket
blok 2 0.19040833 0.09520417 0.30 0.7479 ns
Kandang (B) 3 4.02995000 1.34331667 4.19 0.0261 *
Lempung (L) 1 0.03375000 0.03375000 0.11 0.7505 ns
kandang*lempung
(B*L)
3 0.10001667 0.03333889 0.10 0.9564 ns
Galat 14 4.49365833 0.32097560
Total 23 8.84778333
Keterangan: ns : Tidak beda nyata
 : Beda nyata
 
 
Lampiran 3: Sidik ragam bobot bintil akar efektif dan jumlah bunga
A. Bobot bintil akar efektif
Sumber varian DB JK KT F Hitung Pr > F Ket
blok 2 1.46293333 0.73146667 34.47 <.0001 *
Kandang (B) 3 0.05411250 0.01803750 0.85 0.4894 ns
Lempung (L) 1 0.09753750 0.09753750 4.60 0.0501 ns
kandang*lempung
(B*L)
3 0.01164583 0.00388194 0.18 0.9062 ns
Galat 14 0.29706667 0.02121905
Total 23 1.92329583
Keterangan: ns : Tidak beda nyata
 : Beda nyata
B. Jumlah bunga
Sumber varian DB JK KT F Hitung Pr > F Ket
blok 2 14.25000000 7.12500000 1.86 0.1928 ns
Kandang (B) 3 5.45833333 1.81944444 0.47 0.7054 ns
Lempung (L) 1 0.37500000 0.37500000 0.10 0.7592 ns
kandang*lempung
(B*L)
3 9.79166667 3.26388889 0.85 0.4894 ns
Galat 14 53.75000000 3.83928571
Total 23 83.62500000
Keterangan: ns : Tidak beda nyata
Lampiran 4: Sidik ragam umur bunga dan bobot segar brangkasan
 
 
A. Umur bunga
Sumber varian DB JK KT F Hitung Pr > F Ket
blok 2 28.58333333 14.29166667 1.12 0.3540 ns
Kandang (B) 3 12.50000000 4.16666667 0.33 0.8063 ns
Lempung (L) 1 10.66666667 10.66666667 0.84 0.3762 ns
kandang*lempung
(B*L)
3 11.33333333 3.77777778 0.30 0.8278 ns
Galat 14 178.7500000 12.7678571
Total 23 241.8333333
Keterangan: ns : Tidak beda nyata
B. Bobot segar brangkasan
Sumber varian DB JK KT F Hitung Pr > F Ket
blok 2 34446.70463 17223.35232 1.06 0.3732 ns
Kandang (B) 3 87023.29075 29007.76358 1.78 0.1966 ns
Lempung (L) 1 35715.82107 35715.82107 2.19 0.1606 ns
kandang*lempung
(B*L)
3 6974.17617 2324.72539 0.14 0.9326 ns
Galat 14 227822.5010 16273.0358
Total 23 391982.4936
Keterangan: ns : Tidak beda nyata
Lampiran 5 : Sidik ragam bobot kering brangkasan dan jumlah polong per
 
 
tanaman
A. Bobot kering brangkasan
Sumber varian DB JK KT F Hitung Pr > F Ket
blok 2 3094.87443 1547.43721 0.47 0.6348 ns
Kandang (B) 3 22504.58247 7501.52749 2.28 0.1246 ns
Lempung (L) 1 9818.02402 9818.02402 2.98 0.1064 ns
kandang*lempung
(B*L)
3 1528.40538 509.46846 0.15 0.9250 ns
Galat 14 46143.20431 3295.94316
Total 23 83089.09060
Keterangan: ns : Tidak beda nyata
B. Jumlah polong per tanaman
Sumber varian DB JK KT F Hitung Pr > F Ket
blok 2 3.08333333 1.54166667 0.82 0.4596 ns
Kandang (B) 3 3.66666667 1.22222222 0.65 0.5948 ns
Lempung (L) 1 6.00000000 6.00000000 3.20 0.0953 ns
kandang*lempung
(B*L)
3 8.33333333 2.77777778 1.48 0.2625 ns
Galat 14 26.25000000 1.87500000
Total 23 47.33333333
Keterangan: ns : Tidak beda nyata
Lampiran 6 : Sidik ragam bobot segar polong per tanaman dan bobot kering
 
 
polong per tanaman
A. Bobot segar polong per tanaman
Sumber varian DB JK KT F Hitung Pr > F Ket
blok 2 17841.23890 8920.61945 0.92 0.4225 ns
Kandang (B) 3 41768.09262 13922.69754 1.43 0.2757 ns
Lempung (L) 1 50110.96482 50110.96482 5.15 0.0396 *
kandang*lempung
(B*L)
3 11436.04075 3812.01358 0.39 0.7608 ns
Galat 14 136225.6908 9730.4065
Total 23 257382.0279
Keterangan: ns : Tidak beda nyata
 : Beda nyata
B. Bobot kering polong per tanaman
Sumber varian DB JK KT F Hitung Pr > F Ket
blok 2 2055.825633 1027.912817 1.13 0.3520 ns
Kandang (B) 3 2518.397246 839.465749 0.92 0.4568 ns
Lempung (L) 1 1265.999004 1265.999004 1.39 0.2586 ns
kandang*lempung
(B*L)
3 2114.000579 704.666860 0.77 0.5287 ns
Galat 14 12780.08783 912.86342
Total 23 20734.31030
Keterangan: ns : Tidak beda nyata
Lampiran 7 : Sidik ragam jumlah biji per polong dan jumlah polong per petak
 
 
A. Jumlah biji per polong
Sumber varian DB JK KT F Hitung Pr > F Ket
blok 2 21.58333333 10.79166667 0.94 0.4147 ns
Kandang (B) 3 11.50000000 3.83333333 0.33 0.8016 ns
Lempung (L) 1 0.16666667 0.16666667 0.01 0.9059 ns
kandang*lempung
(B*L)
3 13.50000000 4.50000000 0.39 0.7613 ns
Galat 14 161.0833333 11.5059524
Total 23 207.8333333
Keterangan: ns : Tidak beda nyata
B. Jumlah polong per petak
Sumber varian DB JK KT F Hitung Pr > F Ket
blok 2 341.333333 170.666667 0.69 0.5198 ns
Kandang (B) 3 2088.833333 696.277778 2.80 0.0787 ns
Lempung (L) 1 2.666667 2.666667 0.01 0.9190 ns
kandang*lempung
(B*L)
3 797.000000 265.666667 1.07 0.3944 ns
Galat 14 3484.000000 248.857143
Total 23 6713.833333
Keterangan: ns : Tidak beda nyata
Lampiran 8 : Sidik ragam bobot polong per petak dan bobot biji per petak
 
 
A. Bobot polong per petak
Sumber varian DB JK KT F Hitung Pr > F Ket
blok 2 0.89583333 0.44791667 0.55 0.5900 ns
Kandang (B) 3 5.84947917 1.94982639 2.39 0.1128 ns
Lempung (L) 1 0.00843750 0.00843750 0.01 0.9205 ns
kandang*lempung
(B*L)
3 1.49531250 0.49843750 0.61 0.6196 ns
Galat 14 11.44083333 0.81720238
Total 23 19.68989583
Keterangan: ns : Tidak beda nyata
B. Bobot biji per petak
Sumber varian DB JK KT F Hitung Pr > F Ket
blok 2 21758.3333 10879.1667 1.73 0.2132 ns
Kandang (B) 3 119236.4583 39745.4861 6.32 0.0062 *
Lempung (L) 1 176.0417 176.0417 0.03 0.8695 ns
kandang*lempung
(B*L)
3 5444.7917 1814.9306 0.29 0.8329 ns
Galat 14 88058.3333 6289.8810
Total 23 234673.9583
Keterangan: ns : Tidak beda nyata
 : Beda nyata
 
 
Lampiran 9: Sidik ragam hasil biji ha-1
dan bobot 100 biji
C. Hasil biji ha-1
Sumber varian DB JK KT F Hitung Pr > F Ket
blok 2 41972.6518 20986.3259 1.73 0.2132 ns
Kandang (B) 3 230011.1741 76670.3914 6.32 0.0062 *
Lempung (L) 1 339.5280 339.5280 0.03 0.8695 ns
kandang*lempung
(B*L)
3 10502.6993 3500.8998 0.29 0.8329 ns
Galat 14 169868.9481 12133.4963
Total 23 452695.0014
Keterangan: ns : Tidak beda nyata
 : Beda nyata
A. Bobot 100 biji
Sumber varian DB JK KT F Hitung Pr > F Ket
blok 2 6458.33333 3229.16667 0.86 0.4453 ns
Kandang (B) 3 19036.45833 6345.48611 1.69 0.2157 ns
Lempung (L) 1 234.37500 234.37500 0.06 0.8066 ns
kandang*lempung
(B*L)
3 6536.45833 2178.81944 0.58 0.6385 ns
Galat 14 52708.33333 3764.88095
Total 23 84973.95833
Keterangan: ns : Tidak beda nyata
 
 
Blok I Blok II Blok III
Arah kesuburan lahan
Gambar 4. Tata letak petak percobaan
Keterangan:
B1 : Pupuk kandang Ayam
B2 : Pupuk kandang Kambing
B3 : Pupuk kandang Sapi
B4 : Pupuk Hijau (Daun Gliriside)
L1 : Lempung 10 ton ha-1
L2 : Lempung 20 ton ha-1
B3L2
B1L1
B2L1
B3L1
B4L2
B4L1
B1L2
B2L2
B1L1
B2L1
B3L1
B4L1
B1L2
B2L2
B3L2
B4L2
B1L1
B2L1
B3L1
B4L1
B1L2
B2L2
B3L2
B4L2
 
 
X  X  X  X  X  X 
  X  X  X  X  V  X 
 
  X  X  V  V  X  X 
 
  X  V  X  X  X  X 
 
  X  X  X  X  X  X   
Gambar 5. Tata letak petak sampel
Keterangan:
: Petak percobaan
: Petak sampel
XX : Tanaman percobaan
: Tanaman sampel
: Tanaman korban
Jarak tanam : 60 x 40 cm
Luas petak : 7,2 m2
: 2,4 m
: 3 m
A
B
A
BV 
X 
 
 
Gambar 6. Gambar kecambah tanaman koro pedang di lahan pasir pantai umur 7
hari tinggi 4 cm
Gambar 7. Gambar lahan percobaan tanaman koro pedang di lahan pasir pantai
 
 
Gambar 8. Gambar tanaman koro pedang terserang jamur di lahan pasir pantai
Gambar 9. Gambar polong koro pedang terserang ulat di lahan pasir pantai
 
 
Gambar 10. Gambar tanaman koro pedang terkena uap garam di lahan pasir pantai
Gambar 11. Gambar pengamatan polong setelah panen

More Related Content

What's hot

Anshella citra angelita
Anshella citra angelitaAnshella citra angelita
Anshella citra angelita
ANSHELLACITRAANGELITA
 
Kti hesti kirana
Kti hesti kiranaKti hesti kirana
Kti hesti kirana
HESTIKIRANA
 
Kti liana desmiani akbid paramata
Kti liana desmiani akbid paramataKti liana desmiani akbid paramata
Kti liana desmiani akbid paramata
Operator Warnet Vast Raha
 
5060 skripsi analisi rasio keuangan
5060 skripsi analisi rasio keuangan5060 skripsi analisi rasio keuangan
5060 skripsi analisi rasio keuangan
Muhammad Love Kian
 
MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI Ny. I USIA 3 HARI D...
MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI Ny. I USIA 3 HARI D...MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI Ny. I USIA 3 HARI D...
MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI Ny. I USIA 3 HARI D...
Warnet Raha
 
MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN IBU NIFAS PADA NY. “M” DENGAN...
MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN IBU NIFAS PADA NY. “M” DENGAN...MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN IBU NIFAS PADA NY. “M” DENGAN...
MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN IBU NIFAS PADA NY. “M” DENGAN...
Warnet Raha
 
Kti saraswati akbid paramata
Kti saraswati akbid paramataKti saraswati akbid paramata
Kti saraswati akbid paramata
Operator Warnet Vast Raha
 
Kti novensky e.m
Kti novensky e.mKti novensky e.m
Kti novensky e.m
Operator Warnet Vast Raha
 
Kti irman akbid paramata raha 2015
Kti irman akbid paramata raha 2015Kti irman akbid paramata raha 2015
Kti irman akbid paramata raha 2015
Operator Warnet Vast Raha
 
Kti mirda akbid paramata alumni 2015
Kti mirda akbid paramata alumni  2015Kti mirda akbid paramata alumni  2015
Kti mirda akbid paramata alumni 2015
Operator Warnet Vast Raha
 
Kti nur vita budirman akbid paramata
Kti nur vita budirman akbid paramataKti nur vita budirman akbid paramata
Kti nur vita budirman akbid paramata
Operator Warnet Vast Raha
 
Kti ayu safitri
Kti ayu safitriKti ayu safitri
Kti ayu safitri
AyuSafitriKTI
 
MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN IBU HAMILPADA NY”S” DENGAN AN...
MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN IBU HAMILPADA NY”S” DENGAN AN...MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN IBU HAMILPADA NY”S” DENGAN AN...
MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN IBU HAMILPADA NY”S” DENGAN AN...
Warnet Raha
 
Kti darmina
Kti darminaKti darmina

What's hot (17)

Anshella citra angelita
Anshella citra angelitaAnshella citra angelita
Anshella citra angelita
 
Bag awal
Bag awal Bag awal
Bag awal
 
Kti hesti kirana
Kti hesti kiranaKti hesti kirana
Kti hesti kirana
 
Kti liana desmiani akbid paramata
Kti liana desmiani akbid paramataKti liana desmiani akbid paramata
Kti liana desmiani akbid paramata
 
5060 skripsi analisi rasio keuangan
5060 skripsi analisi rasio keuangan5060 skripsi analisi rasio keuangan
5060 skripsi analisi rasio keuangan
 
MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI Ny. I USIA 3 HARI D...
MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI Ny. I USIA 3 HARI D...MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI Ny. I USIA 3 HARI D...
MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI Ny. I USIA 3 HARI D...
 
MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN IBU NIFAS PADA NY. “M” DENGAN...
MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN IBU NIFAS PADA NY. “M” DENGAN...MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN IBU NIFAS PADA NY. “M” DENGAN...
MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN IBU NIFAS PADA NY. “M” DENGAN...
 
Halaman depan
Halaman depanHalaman depan
Halaman depan
 
Kti saraswati akbid paramata
Kti saraswati akbid paramataKti saraswati akbid paramata
Kti saraswati akbid paramata
 
Kti novensky e.m
Kti novensky e.mKti novensky e.m
Kti novensky e.m
 
Kti irman akbid paramata raha 2015
Kti irman akbid paramata raha 2015Kti irman akbid paramata raha 2015
Kti irman akbid paramata raha 2015
 
Kti mirda akbid paramata alumni 2015
Kti mirda akbid paramata alumni  2015Kti mirda akbid paramata alumni  2015
Kti mirda akbid paramata alumni 2015
 
Kti nur vita budirman akbid paramata
Kti nur vita budirman akbid paramataKti nur vita budirman akbid paramata
Kti nur vita budirman akbid paramata
 
Kti ayu safitri
Kti ayu safitriKti ayu safitri
Kti ayu safitri
 
MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN IBU HAMILPADA NY”S” DENGAN AN...
MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN IBU HAMILPADA NY”S” DENGAN AN...MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN IBU HAMILPADA NY”S” DENGAN AN...
MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN IBU HAMILPADA NY”S” DENGAN AN...
 
Kti darmina
Kti darminaKti darmina
Kti darmina
 
Kaver kti akbid
Kaver kti akbidKaver kti akbid
Kaver kti akbid
 

Similar to Skripsi Allowed

118581569 pengaruh-senam-nifas-terhadap-kecepatan-penurunan-tinggi-fundus-ute...
118581569 pengaruh-senam-nifas-terhadap-kecepatan-penurunan-tinggi-fundus-ute...118581569 pengaruh-senam-nifas-terhadap-kecepatan-penurunan-tinggi-fundus-ute...
118581569 pengaruh-senam-nifas-terhadap-kecepatan-penurunan-tinggi-fundus-ute...Operator Warnet Vast Raha
 
GAMBARAN EFEK SAMPING PENGGUNAAN KB SUNTIK AKTIF DEPO MEDROKSI PROGESTERON AS...
GAMBARAN EFEK SAMPING PENGGUNAAN KB SUNTIK AKTIF DEPO MEDROKSI PROGESTERON AS...GAMBARAN EFEK SAMPING PENGGUNAAN KB SUNTIK AKTIF DEPO MEDROKSI PROGESTERON AS...
GAMBARAN EFEK SAMPING PENGGUNAAN KB SUNTIK AKTIF DEPO MEDROKSI PROGESTERON AS...
Warnet Raha
 
Kti rani permayana
Kti rani permayanaKti rani permayana
Kti rani permayana
RANIPERMAYANA
 
Pengelolaan sampah rt berbasis masyarakat jogja
Pengelolaan sampah rt berbasis masyarakat jogjaPengelolaan sampah rt berbasis masyarakat jogja
Pengelolaan sampah rt berbasis masyarakat jogjaIndriati Dewi
 
Kti geta anggawa
Kti  geta anggawaKti  geta anggawa
Kti geta anggawa
KTIGETAANGGAWA
 
MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN INTRANATAL PADA NY R DENGAN M...
MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN INTRANATAL PADA NY R DENGAN M...MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN INTRANATAL PADA NY R DENGAN M...
MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN INTRANATAL PADA NY R DENGAN M...
Warnet Raha
 
Codingan
CodinganCodingan
Codingan
mylikejie
 
Manajemen dan Pendokumentasian Asuhan Kebidanan Komunitas pada Keluarga Tn”T”...
Manajemen dan Pendokumentasian Asuhan Kebidanan Komunitas pada Keluarga Tn”T”...Manajemen dan Pendokumentasian Asuhan Kebidanan Komunitas pada Keluarga Tn”T”...
Manajemen dan Pendokumentasian Asuhan Kebidanan Komunitas pada Keluarga Tn”T”...
Warnet Raha
 
Kti setiawati
Kti setiawatiKti setiawati
Kti setiawati
KTISETIAWATI
 
33043552
3304355233043552
33043552
Sang Penyelamat
 
2311699472be43768f86783526a08d38
2311699472be43768f86783526a08d382311699472be43768f86783526a08d38
2311699472be43768f86783526a08d38
Sang Penyelamat
 
Skripsi 12
Skripsi  12Skripsi  12
Skripsi 12
university of riau
 
Kti istik analiza
Kti istik analizaKti istik analiza
Kti istik analiza
ISTIKANALIZA
 
Kti arun apriliani natasya r.
Kti arun apriliani natasya r.Kti arun apriliani natasya r.
Kti arun apriliani natasya r.
Operator Warnet Vast Raha
 
KARAKTERISTIK IBU BERSALIN DENGAN KETUBAN PECAH DINI DI RUMAH SAKIT UMUM DAER...
KARAKTERISTIK IBU BERSALIN DENGAN KETUBAN PECAH DINI DI RUMAH SAKIT UMUM DAER...KARAKTERISTIK IBU BERSALIN DENGAN KETUBAN PECAH DINI DI RUMAH SAKIT UMUM DAER...
KARAKTERISTIK IBU BERSALIN DENGAN KETUBAN PECAH DINI DI RUMAH SAKIT UMUM DAER...
Warnet Raha
 
Kti desi akbid paramata raha
Kti desi akbid paramata rahaKti desi akbid paramata raha
Kti desi akbid paramata raha
Operator Warnet Vast Raha
 
GAMBARAN PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG KEBUTUHAN GIZI MASA NIFAS DI WILAYAH K...
GAMBARAN PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG KEBUTUHAN GIZI MASA NIFAS DI WILAYAH K...GAMBARAN PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG KEBUTUHAN GIZI MASA NIFAS DI WILAYAH K...
GAMBARAN PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG KEBUTUHAN GIZI MASA NIFAS DI WILAYAH K...
Warnet Raha
 
Makalah media pembelajaran dan tik kel2
Makalah media pembelajaran dan tik kel2Makalah media pembelajaran dan tik kel2
Makalah media pembelajaran dan tik kel2
Lara Mayangsari
 
Kti ayu fitriani
Kti ayu fitrianiKti ayu fitriani
Kti ayu fitriani
Operator Warnet Vast Raha
 

Similar to Skripsi Allowed (20)

118581569 pengaruh-senam-nifas-terhadap-kecepatan-penurunan-tinggi-fundus-ute...
118581569 pengaruh-senam-nifas-terhadap-kecepatan-penurunan-tinggi-fundus-ute...118581569 pengaruh-senam-nifas-terhadap-kecepatan-penurunan-tinggi-fundus-ute...
118581569 pengaruh-senam-nifas-terhadap-kecepatan-penurunan-tinggi-fundus-ute...
 
GAMBARAN EFEK SAMPING PENGGUNAAN KB SUNTIK AKTIF DEPO MEDROKSI PROGESTERON AS...
GAMBARAN EFEK SAMPING PENGGUNAAN KB SUNTIK AKTIF DEPO MEDROKSI PROGESTERON AS...GAMBARAN EFEK SAMPING PENGGUNAAN KB SUNTIK AKTIF DEPO MEDROKSI PROGESTERON AS...
GAMBARAN EFEK SAMPING PENGGUNAAN KB SUNTIK AKTIF DEPO MEDROKSI PROGESTERON AS...
 
Kata pengantar
Kata pengantarKata pengantar
Kata pengantar
 
Kti rani permayana
Kti rani permayanaKti rani permayana
Kti rani permayana
 
Pengelolaan sampah rt berbasis masyarakat jogja
Pengelolaan sampah rt berbasis masyarakat jogjaPengelolaan sampah rt berbasis masyarakat jogja
Pengelolaan sampah rt berbasis masyarakat jogja
 
Kti geta anggawa
Kti  geta anggawaKti  geta anggawa
Kti geta anggawa
 
MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN INTRANATAL PADA NY R DENGAN M...
MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN INTRANATAL PADA NY R DENGAN M...MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN INTRANATAL PADA NY R DENGAN M...
MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN INTRANATAL PADA NY R DENGAN M...
 
Codingan
CodinganCodingan
Codingan
 
Manajemen dan Pendokumentasian Asuhan Kebidanan Komunitas pada Keluarga Tn”T”...
Manajemen dan Pendokumentasian Asuhan Kebidanan Komunitas pada Keluarga Tn”T”...Manajemen dan Pendokumentasian Asuhan Kebidanan Komunitas pada Keluarga Tn”T”...
Manajemen dan Pendokumentasian Asuhan Kebidanan Komunitas pada Keluarga Tn”T”...
 
Kti setiawati
Kti setiawatiKti setiawati
Kti setiawati
 
33043552
3304355233043552
33043552
 
2311699472be43768f86783526a08d38
2311699472be43768f86783526a08d382311699472be43768f86783526a08d38
2311699472be43768f86783526a08d38
 
Skripsi 12
Skripsi  12Skripsi  12
Skripsi 12
 
Kti istik analiza
Kti istik analizaKti istik analiza
Kti istik analiza
 
Kti arun apriliani natasya r.
Kti arun apriliani natasya r.Kti arun apriliani natasya r.
Kti arun apriliani natasya r.
 
KARAKTERISTIK IBU BERSALIN DENGAN KETUBAN PECAH DINI DI RUMAH SAKIT UMUM DAER...
KARAKTERISTIK IBU BERSALIN DENGAN KETUBAN PECAH DINI DI RUMAH SAKIT UMUM DAER...KARAKTERISTIK IBU BERSALIN DENGAN KETUBAN PECAH DINI DI RUMAH SAKIT UMUM DAER...
KARAKTERISTIK IBU BERSALIN DENGAN KETUBAN PECAH DINI DI RUMAH SAKIT UMUM DAER...
 
Kti desi akbid paramata raha
Kti desi akbid paramata rahaKti desi akbid paramata raha
Kti desi akbid paramata raha
 
GAMBARAN PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG KEBUTUHAN GIZI MASA NIFAS DI WILAYAH K...
GAMBARAN PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG KEBUTUHAN GIZI MASA NIFAS DI WILAYAH K...GAMBARAN PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG KEBUTUHAN GIZI MASA NIFAS DI WILAYAH K...
GAMBARAN PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG KEBUTUHAN GIZI MASA NIFAS DI WILAYAH K...
 
Makalah media pembelajaran dan tik kel2
Makalah media pembelajaran dan tik kel2Makalah media pembelajaran dan tik kel2
Makalah media pembelajaran dan tik kel2
 
Kti ayu fitriani
Kti ayu fitrianiKti ayu fitriani
Kti ayu fitriani
 

Recently uploaded

MATERI SOSIALISASI PPDB JABAR- 4PAN052024.pdf
MATERI SOSIALISASI PPDB JABAR- 4PAN052024.pdfMATERI SOSIALISASI PPDB JABAR- 4PAN052024.pdf
MATERI SOSIALISASI PPDB JABAR- 4PAN052024.pdf
ssuser289c2f1
 
Diseminasi Budaya Positif Lucy Kristina S.pptx
Diseminasi Budaya Positif Lucy Kristina S.pptxDiseminasi Budaya Positif Lucy Kristina S.pptx
Diseminasi Budaya Positif Lucy Kristina S.pptx
LucyKristinaS
 
SOAL SHB PKN SEMESTER GENAP TAHUN 2023-2024.docx
SOAL SHB PKN SEMESTER GENAP TAHUN 2023-2024.docxSOAL SHB PKN SEMESTER GENAP TAHUN 2023-2024.docx
SOAL SHB PKN SEMESTER GENAP TAHUN 2023-2024.docx
MuhammadBagusAprilia1
 
UNTUK DOSEN Materi Sosialisasi Pengelolaan Kinerja Akademik Dosen
UNTUK DOSEN Materi Sosialisasi Pengelolaan Kinerja Akademik DosenUNTUK DOSEN Materi Sosialisasi Pengelolaan Kinerja Akademik Dosen
UNTUK DOSEN Materi Sosialisasi Pengelolaan Kinerja Akademik Dosen
AdrianAgoes9
 
Kisi-kisi Soal PAT Matematika Kelas 3 SD
Kisi-kisi Soal PAT Matematika Kelas 3 SDKisi-kisi Soal PAT Matematika Kelas 3 SD
Kisi-kisi Soal PAT Matematika Kelas 3 SD
denunugraha
 
PENGUMUMAN PPDB SMPN 4 PONOROGO TAHUN 2024.pdf
PENGUMUMAN PPDB SMPN 4 PONOROGO TAHUN 2024.pdfPENGUMUMAN PPDB SMPN 4 PONOROGO TAHUN 2024.pdf
PENGUMUMAN PPDB SMPN 4 PONOROGO TAHUN 2024.pdf
smp4prg
 
Pi-2 AGUS MULYADI. S.Pd (3).pptx visi giru penggerak dan prakrsa perubahan bagja
Pi-2 AGUS MULYADI. S.Pd (3).pptx visi giru penggerak dan prakrsa perubahan bagjaPi-2 AGUS MULYADI. S.Pd (3).pptx visi giru penggerak dan prakrsa perubahan bagja
Pi-2 AGUS MULYADI. S.Pd (3).pptx visi giru penggerak dan prakrsa perubahan bagja
agusmulyadi08
 
LAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERI
LAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERILAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERI
LAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERI
PURWANTOSDNWATES2
 
penjelasan tentang tugas dan wewenang pkd
penjelasan tentang tugas dan wewenang pkdpenjelasan tentang tugas dan wewenang pkd
penjelasan tentang tugas dan wewenang pkd
jaya35ml2
 
NUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdf
NUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdfNUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdf
NUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdf
DataSupriatna
 
INSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docx
INSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docxINSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docx
INSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docx
lindaagina84
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan_ PENGAWASAN P3DN & TKDN_ pd PENGADAAN Ba...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan_ PENGAWASAN P3DN & TKDN_ pd PENGADAAN Ba...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan_ PENGAWASAN P3DN & TKDN_ pd PENGADAAN Ba...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan_ PENGAWASAN P3DN & TKDN_ pd PENGADAAN Ba...
Kanaidi ken
 
Bahan Sosialisasi PPDB_1 2024/2025 Bandung
Bahan Sosialisasi PPDB_1 2024/2025 BandungBahan Sosialisasi PPDB_1 2024/2025 Bandung
Bahan Sosialisasi PPDB_1 2024/2025 Bandung
Galang Adi Kuncoro
 
SOAL SBDP KELAS 3 SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2023 2024
SOAL SBDP KELAS 3 SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2023 2024SOAL SBDP KELAS 3 SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2023 2024
SOAL SBDP KELAS 3 SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2023 2024
ozijaya
 
PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...
PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...
PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...
agusmulyadi08
 
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docxRUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
kinayaptr30
 
LK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdf
LK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdfLK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdf
LK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdf
UditGheozi2
 
LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..
LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..
LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..
widyakusuma99
 
0. PPT Juknis PPDB TK-SD -SMP 2024-2025 Cilacap.pptx
0. PPT Juknis PPDB TK-SD -SMP 2024-2025 Cilacap.pptx0. PPT Juknis PPDB TK-SD -SMP 2024-2025 Cilacap.pptx
0. PPT Juknis PPDB TK-SD -SMP 2024-2025 Cilacap.pptx
Indah106914
 
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum MerdekaModul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Fathan Emran
 

Recently uploaded (20)

MATERI SOSIALISASI PPDB JABAR- 4PAN052024.pdf
MATERI SOSIALISASI PPDB JABAR- 4PAN052024.pdfMATERI SOSIALISASI PPDB JABAR- 4PAN052024.pdf
MATERI SOSIALISASI PPDB JABAR- 4PAN052024.pdf
 
Diseminasi Budaya Positif Lucy Kristina S.pptx
Diseminasi Budaya Positif Lucy Kristina S.pptxDiseminasi Budaya Positif Lucy Kristina S.pptx
Diseminasi Budaya Positif Lucy Kristina S.pptx
 
SOAL SHB PKN SEMESTER GENAP TAHUN 2023-2024.docx
SOAL SHB PKN SEMESTER GENAP TAHUN 2023-2024.docxSOAL SHB PKN SEMESTER GENAP TAHUN 2023-2024.docx
SOAL SHB PKN SEMESTER GENAP TAHUN 2023-2024.docx
 
UNTUK DOSEN Materi Sosialisasi Pengelolaan Kinerja Akademik Dosen
UNTUK DOSEN Materi Sosialisasi Pengelolaan Kinerja Akademik DosenUNTUK DOSEN Materi Sosialisasi Pengelolaan Kinerja Akademik Dosen
UNTUK DOSEN Materi Sosialisasi Pengelolaan Kinerja Akademik Dosen
 
Kisi-kisi Soal PAT Matematika Kelas 3 SD
Kisi-kisi Soal PAT Matematika Kelas 3 SDKisi-kisi Soal PAT Matematika Kelas 3 SD
Kisi-kisi Soal PAT Matematika Kelas 3 SD
 
PENGUMUMAN PPDB SMPN 4 PONOROGO TAHUN 2024.pdf
PENGUMUMAN PPDB SMPN 4 PONOROGO TAHUN 2024.pdfPENGUMUMAN PPDB SMPN 4 PONOROGO TAHUN 2024.pdf
PENGUMUMAN PPDB SMPN 4 PONOROGO TAHUN 2024.pdf
 
Pi-2 AGUS MULYADI. S.Pd (3).pptx visi giru penggerak dan prakrsa perubahan bagja
Pi-2 AGUS MULYADI. S.Pd (3).pptx visi giru penggerak dan prakrsa perubahan bagjaPi-2 AGUS MULYADI. S.Pd (3).pptx visi giru penggerak dan prakrsa perubahan bagja
Pi-2 AGUS MULYADI. S.Pd (3).pptx visi giru penggerak dan prakrsa perubahan bagja
 
LAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERI
LAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERILAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERI
LAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERI
 
penjelasan tentang tugas dan wewenang pkd
penjelasan tentang tugas dan wewenang pkdpenjelasan tentang tugas dan wewenang pkd
penjelasan tentang tugas dan wewenang pkd
 
NUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdf
NUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdfNUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdf
NUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdf
 
INSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docx
INSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docxINSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docx
INSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docx
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan_ PENGAWASAN P3DN & TKDN_ pd PENGADAAN Ba...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan_ PENGAWASAN P3DN & TKDN_ pd PENGADAAN Ba...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan_ PENGAWASAN P3DN & TKDN_ pd PENGADAAN Ba...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan_ PENGAWASAN P3DN & TKDN_ pd PENGADAAN Ba...
 
Bahan Sosialisasi PPDB_1 2024/2025 Bandung
Bahan Sosialisasi PPDB_1 2024/2025 BandungBahan Sosialisasi PPDB_1 2024/2025 Bandung
Bahan Sosialisasi PPDB_1 2024/2025 Bandung
 
SOAL SBDP KELAS 3 SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2023 2024
SOAL SBDP KELAS 3 SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2023 2024SOAL SBDP KELAS 3 SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2023 2024
SOAL SBDP KELAS 3 SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2023 2024
 
PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...
PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...
PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...
 
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docxRUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
 
LK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdf
LK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdfLK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdf
LK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdf
 
LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..
LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..
LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..
 
0. PPT Juknis PPDB TK-SD -SMP 2024-2025 Cilacap.pptx
0. PPT Juknis PPDB TK-SD -SMP 2024-2025 Cilacap.pptx0. PPT Juknis PPDB TK-SD -SMP 2024-2025 Cilacap.pptx
0. PPT Juknis PPDB TK-SD -SMP 2024-2025 Cilacap.pptx
 
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum MerdekaModul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
 

Skripsi Allowed

  • 1.     PENGARUH PEMBERIAN MACAM BAHAN ORGANIK DAN DOSIS LEMPUNG TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN KORO PEDANG (Canavalia ensiformisL.) DI LAHAN PASIR PANTAI SKRIPSI OLEH FITRI AYU PUJI LESTARI AGROTEKNOLOGI / 10 009 009 PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SARJANAWIYATA TAMANSISWA YOGYAKARTA 2015
  • 2.     SKRIPSI PENGARUH PEMBERIAN MACAM BAHAN ORGANIK DAN DOSIS LEMPUNG TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN KORO PEDANG (Canavalia ensiformisL.) DI LAHAN PASIR PANTAI Diajukan Kepada Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa Yogyakarta Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh Derajat Sarjana Pertanian Disusun oleh : Fitri Ayu Puji Lestari AGROTEKNOLOGI / 10 009 009 PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SARJANAWIYATA TAMANSISWA YOGYAKARTA 2015
  • 3.     HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI PENGARUH PEMBERIAN MACAM BAHAN ORGANIK DAN DOSIS LEMPUNG TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN KORO PEDANG (Canavalia ensiformisL.) DI LAHAN PASIR PANTAI Disusun oleh: Fitri Ayu Puji Lestari 10 009 009 Telah dipertahankan di hadapan tim penguji Pada tanggal 24 Februari 2015 Skripsi ini telah di terima sebagai persyaratan Yang diperlukan untuk memperoleh Derajat Sarjana Pertanian Yogyakarta, April 2015 Mengetahui, Pembimbing Utama Dekan Ir. Sri Endah Prasetyowati S, MP Ir. Sri Endah Prasetyowati S,MP Pembimbing Pendamping Dra. M. Th. Darini, MP
  • 4.     MOTTO “Menuntut ilmu itu seperti mendaki gunung, Semakin tinggi gunung akan semakin berat medan dan tantangannya, Tetapi pemandangan di puncak akan selalu lebih indah daripada dilembah” “Untuk mencapai sukses bukan dimana kita belajar, Tetapi bagaimana caranya kita belajar untuk sukses, aitakute shinjite imasu” “Pendidikan merupakan perlengkapan paling baik untuk hari tua” (Aristoteles) “Hanya kebodohan yang meremehkan pendidikan” (P. Syrus) “Berusahalah untuk tidak menjadi manusia yang berhasil tetapi berusahalah menjadi manusia yang berguna” (Albert Einstein)
  • 5.     PERSEMBAHAN Kupersembahkan karya kecil ini, untuk cahaya hidupku yang senantiasa ada dalam suka maupun duka Rabbi & Penutanku, Allah SWT & Nabi Muhammmad SAW, dan untuk orang – orang terkasihku. Setulus hatimu mama’ searif arahanmu bapak, do’amu hadirkan keridhoan untukku, petuahmu tuntunkan jalanku, pelukmu berkahi hidupku, kini putrimu telah usai pendidikan sarjana, dengan kerendahan hati yang tulus, bersama keridho’anmu ya Allah, kupersembahkan karya tulis ini untuk mu bapak & mama’ mungkin tak dapat selalu terucap, namun hati ini selalu bicara bahwa aku sungguh sayang kalian,, kasih sayangmu sungguh tak akan terganti (Nurokhim & Gemi Sulastri) <3<3<3 Kedua adikku Lufi Indriyani dan Puput Rahmawati. Kalian salah satu semangatku untuk tetap semangat. Kalian harus bisa lebih baik dari mbak ya!!! Chanto, itsumo ganbatte ne!!! Mbah kakung, Mbah uti, Mboke, Pak tuo. Matur nuwun embah – embahku kagem donga pangestune, dan semua keluarga besarku terima kasih atas do’a dan dukungan kalian.:’) Ibu Ir. Sri Endah Prasetyowati S, M.P selaku dosen pembimbing utama, Dra. M. Th. Darini, M.P selaku dosen pembimbing pendamping, terima kasih untuk bimbingan dan ilmu yang diberikan.
  • 6.     Ibu Ir. LilikKusdiarti, M.Sc selaku dosen wali, terima kasih ibu atas ilmu, bimbingan, bantuan, sungguh ilmu yang sangat luar biasa, serta dosen – dosen di Fakultas Pertanian yang menjadi orang tua kedua, terima kasih yang tak terhingga telah memberikan bekal ilmu dan motivasinya. Bapak Indria dan keluarga yang telah membantu merawat dan memelihara tanaman koro. Terima kasih atas bantuan dan pengalamannya.”nambah ilmu lagi ”. Bapak, ibu karyawan TU maupun laboratorium FP; bapak ibu penjaga perpustakaan kampus II UST, terima kasih atas bantuan, bapak cleaning service terima kasih selalu menjaga kebersihan kampus sehingga selalu nyaman untuk belajar. Watashi no kareshi Edy Nugroho,,,terima kasih untuk do’a, semangat, dukungan, inspirasi, bantuan, dan kesetiaanyaDoumo arigatou gozaimashita, kimi no koto ga suki da kara, aishite kurete arigatou =*<3 Teman terbaikku dan teman seperjuanganku, Wahyu Dwi Sulistyo aka wahyu aka bebeb. Terima kasih atas tumpangannya, motivasi, keseruan segala leluconmu selalu membuatku terus tersenyum,, Doumo arigatou,tomodachi ni natte arigatou, itsumo ganbatte ne!!!!!! Teman seangkatanku 2010, terima kasih atas bantuan, kegembiraan, motivasi, persahabatan. Terima kasih teman.
  • 7.     Kakak dan adik angkatan di kampus FP tetap semangat!!! Semua pihak yang tidak bisa saya sebutkan satu per satu yang senantiasa mendoakan saya, mendukung saya, terima kasih, semoga dibalas dengan kebaikan yang berlipat. And for the last, the very best appreciate Larry Page and Sergey Brin yang telah menciptakan ‘mbah’ google,, Good job men :*hihi
  • 8.     KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul ”Pengaruh pemberian macam bahan organik dan dosis lempung terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman koro pedang (Canavaliaensiformis L.) dilahan pasir pantai” yang diajukan kepada Fakultas Pertanian, Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa Yogyakarta, untuk memenuhi syarat guna memperoleh derajat Sarjana Pertanian. Dengan tersusunnya skripsi penelitian ini kami sampaikan terima kasih kepada: 1. Bapak Drs. Pardimin, MPd., PhD, selaku Rektor Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa, Yogyakarta. 2. Ibu Ir. Sri Endah Prasetyowati S, M.P, selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa, Yogyakarta, serta Dosen Pembimbing Utama. 3. Ibu Dra. M. Th. Darini, M.P, selaku Dosen Pembimbing Pendamping. 4. Kedua orang tua saya, terima kasih untuk kasih sayang kalian. Serta semua pihak yang telah mendukung dan membantu dalam pelaksanaan penelitian ini. Penulis menyadari, bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat untuk berbagai pihak. Yogyakarta, April 2015 Penulis
  • 9.     DAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL......................................................................................... i HALAMAN JUDUL............................................................................................. ii HALAMAN PENGESAHAN............................................................................... iii MOTTO ................................................................................................................ iv HALAMAN PERSEMBAHAN ........................................................................... v KATA PENGANTAR .......................................................................................... viii DAFTAR ISI......................................................................................................... ix DAFTAR TABEL................................................................................................. x DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xi DAFTAR LAMPIRAN......................................................................................... xii INTISARI.............................................................................................................. xiii BAB I PENDAHULUAN................................................................................ 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA....................................................................... 5 BAB III METODE DAN PELAKSANAAN PENELITIAN............................. 16 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS ............................................. 24 BAB V PEMBAHASAN DAN KESIMPULAN .............................................. 37 DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 42 LAMPIRAN.......................................................................................................... 45
  • 10.     DAFTAR TABEL Tabel 1. Tinggi tanaman (cm).......................................................................... 28 Tabel 2. Jumlah cabang.................................................................................... 28 Tabel 3. Jumlah daun ....................................................................................... 29 Tabel 4. Jumlah bintil akar efektif ................................................................... 30 Tabel 5. Bobot bintil akar efektif (gram) ......................................................... 30 Tabel 6. Jumlah bunga ..................................................................................... 31 Tabel 7. Umur bunga........................................................................................ 32 Tabel 8. Bobot segar brangkasan (gram) ......................................................... 33 Tabel 9. Bobot kering brangkasan (gram)........................................................ 33 Tabel 10. Jumlah polong per tanaman................................................................ 34 Tabel 11. Bobot segar polong per tanaman (gram)............................................ 35 Tabel 12. Bobot kering polong per tanaman (gram) .......................................... 35 Tabel 13. Jumlah biji per polong....................................................................... 36 Tabel 14. Jumlah polong per petak .................................................................... 37 Tabel 15. Bobot polong per petak (kg) .............................................................. 38 Tabel 16. Bobot biji per petak (gram)................................................................ 38 Tabel 17. Hasil biji ha-1 (kg)............................................................................... 39 Tabel 18. Bobot 100 biji (gram)......................................................................... 40
  • 11.     DAFTAR GAMBAR Gambar 1. Jumlah daun umur 4 minggu ........................................................... 43 Gambar 2. Bobot polong per tanaman............................................................... 44 Gambar 3. Bobot biji per petak.......................................................................... 45 Gambar 4. Tata letak petak percobaan .............................................................. 60 Gambar 5. Tata letak petak sampel.................................................................... 61 Gambar 6. Gambar kecambah tanaman koro pedang di lahan pasir pantai....... 62 Gambar 7. Gambar lahan percobaan tanaman koro pedang di lahan pasir pantai ......................................................................... 62 Gambar 8. Gambar tanaman koro pedang terserang jamur di lahan pasir pantai ......................................................................... 63 Gambar 9. Gambar polong koro pedang terserang ulat di lahan pasir pantai.... 63 Gambar 10. Gambar tanaman koro pedang terkena uap garam di lahan pasir pantai ......................................................................... 64 Gambar 11. Gambar pengamatan polong setelah panen ..................................... 64
  • 12.     DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 : Sidik ragam tinggi tanaman dan jumlah cabang ......................... 51 Lampiran 2 :Sidik ragam jumlah daun jumlah bintil akar efektif..................... 52 Lampiran 3 : Sidik ragam bobot bintil akar efektif dan jumlah bunga............. 53 Lampiran 4 : Sidik ragam umur bunga dan bobot segar brangkasan................ 54 Lampiran 5 : Sidik ragam bobot kering brangkasan dan jumlah polong per tanaman................................................................................. 55 Lampiran 6 :Sidik ragam bobot segar polong per tanaman dan bobot kering polong per tanaman................................................ 56 Lampiran 7 : Sidik ragam jumlah biji per polong dan jumlah polong per petak...................................................................................... 57 Lampiran 8 : Sidik ragam bobot polong per petak dan bobot biji per petak .... 58 Lampiran 9 : Sidik ragam hasil biji ha-1 dan bobot 100 biji ............................. 59
  • 13.     INTISARI PENGARUH PEMBERIAN MACAM BAHAN ORGANIK DAN DOSIS LEMPUNG TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN KORO PEDANG (Canavalia ensiformisL.) DI LAHAN PASIR PANTAI Oleh: Fitri Ayu Puji Lestari 10 009 009 Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pemgaruh pemberian macam bahan organik dan dosis lempung terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman koro pedang (Canavalia ensiformis L.). Penelitian dilaksanakan di Dusun Mancingan Desa Parangtritis Kecamatan Kretek Kabupaten Bantul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, pada ketinggian tempat 15 m dpl, suhu minimum 28C dan suhu maksimum 32C. Jenis tanah pasir, curah hujan 90,76 mm per tahun. Metode penelitian ini adalah percobaan faktorial 4 x 2 yang disusun dalam Rancangan Acak Kelompok Lengkap (RAKL). Faktor pertama pemberian macam bahan organik yang terdiri dari empat level yaitu B1 : Pupuk kandang ayam, B2 : Pupuk kandang kambing, B3 : Pupuk kandang sapi, dan B4 : Pupuk daun gliriside. Faktor kedua penambahan dosis lempung yang terdiri dari dua level yaitu L1 : Lempung 10 ton ha-1 dan L2 : Lempung 20 ton ha-1 . Analisis hasil menggunakan sidik ragam, dilanjutkan uji jarak berganda Duncan dengan jenjang nyata 5 %. Kesimpulan penelitian ini menunjukkan tidak terjadi interaksi antara pemberian macam bahan organik dan dosis lempung terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman koro pedang. Pertumbuhan koro pedang terbaik pada pemberian pupuk hijau dan dosis lempung 10 ton ha-1 . Hasil tertinggi juga diperoleh pada pemberian pupuk hijau dan dosis lempung 10 ton ha-1 . Kata Kunci : Koro pedang, lempung, bahan organik, lahan pasir.
  • 14.     I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebutuhan kedelai yang semakin meningkat dari tahun ke tahun dan kemampuan produksi yang semakin menurun, maka perlu diusahakan alternatif tanaman yang dapat dimanfaatkan sebagai substitusi tanaman kedelai yaitu tanaman jenis kacangan yang lain, salah satunya adalah tanaman kacang koro pedang. Tanaman koro pedang merupakan jenis tanaman yang cukup mudah dibudidayakan selain perawatannya yang mudah juga hasil yang diperoleh cukup menguntungkan. Kelebihan tanaman ini dapat dipanen lebih dari satu kali dan dapat tumbuh dimana saja tergantung perawatannya (Umiarsih, 2012). Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai petani. Cara pandang masyarakat terhadap pertanian berubah menjadi industri karena kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) sehingga lahan pertanian menjadi sedikit. Untuk mengatasi semakin menyempitnya lahan pertanian serta kebutuhan pangan semakin meningkat maka diperlukan solusi untuk mengatasi permasalahan tersebut. Salah satu solusinya adalah dengan pemanfaaatan lahan pasir sebagai lahan pertanian (Fardani, 2005). Di setiap pantai yang ada tentunya memiliki lahan pasir yang terhampar luas. Untuk wilayah selatan Daerah Istimewa Yogyakarta sendiri, terdapat bentangan pantai sepanjang lebih dari 70 km, meliputi wilayah Kabupaten Bantul, Kulon Progo dan Gunung Kidul (Rahma, 2014).
  • 15.     Lahan pasir memiliki potensi tinggi untuk pengembangan pertanian, namun belum dikelola dengan baik. Pada penelitian ini menggunakan lahan pasir pantai sebagai tempat budidaya karena lahan produktif sudah tidak banyak tersedia dan juga untuk memanfaatkan lahan marginal. Lahan pasir mempunyai potensi untuk dibudidayakan tanaman koro pedang karena sinar matahari yang cukup serta kebutuhan air yang mudah didapat. Pada dasarnya koro pedang sangat mudah dan berpotensi untuk dikembangkan, namun karena dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu jangka waktu panen yang lama dan pengolahan pasca panennya yang rumit menjadi kendala untuk mengembangan tanaman koro pedang tersebut. Kelemahan dari lahan pasir yaitu teksturnya yang terlalu porous sehingga harus diberi bahan tambahan untuk mendapatkan keseimbangan tanah yang sesuai dengan menambahkan tanah lempung dan beberapa bahan organik seperti pupuk kandang ayam, sapi, kambing, dan pupuk hijau (daun glirisidae). Walaupun lahan pasir pantai cukup luas, tetapi pemanfaatan lahan pasir pantai masih banyak ditemukan permasalahan. Berbagai permasalahan yang dapat terjadi pada lahan pasir yaitu lahan pasir memiliki beberapa keterbatasan diantaranya kemampuan menahan airnya sangat rendah, miskin akan zat hara, daya ikat antar partikel juga rendah, kecepatan angin yang tinggi, intensitas cahaya matahari dan kadar garam juga sangat tinggi. Lahan pasir pantai merupakan lahan marginal yang tandus, kering, miskin usur hara, dan mustahil untuk bisa dijadikan lahan pertanian produktif. Selama ini pasir pantai yang menghampar luas dibiarkan begitu saja dan
  • 16.     jarang untuk dimanfaatkan sepenuhnya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Saat ini lahan pasir pantai bisa dijadikan sebagai media untuk tanaman. Berkaitan dengan permasalahan tersebut dapat dilakukan dengan cara memanipulasi pada lahan pasir (Fardani, 2005). Budidaya di lahan pasir dengan kandungan hara yang rendah, perlu adanya penambahan bahan organik pada budidaya koro pedang di lahan pasir pantai agar kebutuhan hara tanaman tercukupi. Dengan penambahan lempung dan bahan organik secara bersama – sama kedalam tanah pasir diharapkan dapat memberikan keuntungan terhadap perbaikan kualitas struktur tanah. Dengan struktur tanah yang baik serta dengan perimbangan dan penyebaran pori yang baik, maka agregat tanah dapat pula memberikan keseimbangan padat dan ruang pori yang lebih menguntungkan bagi tanaman. Kebutuhan bahan organik pada lahan pasiran lebih banyak dari lahan konvensional yaitu sekitar 20 – 30 ton ha-1 (Putri, 2013). Penambahan lempung pada lahan pasir diperlukan karena lempung mempuyai sifat pejal atau mampat yang menjadikan tanah menjadi poros. Kondisi ini menyebabkan air dan udara mudah masuk – keluar tanah, hanya sedikit air yang tertahan. Pada kondisi lapangan sebagian ruang pori terisi oleh udara, sehingga ruang pori – pori makro disebut juga aerasi, atau dari segi kemudahannya dilalui air (permeabilitas) disebut juga sebagai draenase. Meskipun ketersediaan air dan udaranya baik, ketersediaan nutrisinya rendah, sehingga perlu adanya penambahan fraksi lain yang memiliki daya ikat tinggi terhadap air dan unsur hara serta memiliki
  • 17.     pelepasan yang rendah. Hal ini menyebabkan air dan udara cukup mudah masuk keluar tanah, sebagian air akan tertahan (Anonim, 2013). B. Permasalahan Penanaman koro pedang pada lahan pasir dengan menambahkan beberapa bahan organik serta lempung merupakan salah satu upaya peningkatan daya guna lahan pasir untuk usaha pertanian. Budidaya pada lahan pasir pantai perlu penyiraman yang rutin agar kebutuhan air pada tanaman dapat terpenuhi. Budidaya pada lahan pasir pantai juga dapat menjadi alternatif untuk memanfaatkan lahan marjinal untuk membudidayakan tanaman legume maupun tanaman pangan. Beberapa kendala budidaya di lahan pasir diantaranya, porositas lahan yang tinggi, minim unsur hara , adanya suhu yang tinggi, evapotranspirasi terlalu tinggi, sering terjadi badai garam. Kendala tersebut mampu diatasi dengan manipulasi iklim mikro serta perbaikan sifat fisika dan kimia tanah. Dibutuhkan beberapa inovasi teknologi untuk mendukung budidaya kacang koro pedang dilahan pasir tersebut, yaitu diantaranya dengan pemberian pupuk organik, penambahan macam – macam amelioran untuk mengikat air dan unsur hara. Macam – macam amelioran antara lain pupuk kandang ayam, kambing, sapi, serta pupuk hijau (daun gliriside) yang bersifat lokal karena mudah diperoleh disekitar lahan penelitian, seperti pupuk kandang diperoleh dari penduduk disekitar Desa Parangtritis sedangkan untuk daun gliriside diperoleh dari tanaman pagar di lahan pasir pantai yang tidak terpakai, maka digunakan untuk bahan tambahan pada
  • 18.     tanaman koro pedang. Perlakuan untuk mendukung budidaya kacang koro pedang dilahan pasir pantai, yaitu dengan penambahan lempung agar dapat menahan air dan unsur hara pada lahan pasir yang akan ditanami kacang koro pedang dan beberapa macam pupuk kandang. Beberapa macam pupuk kandang yang digunakan yaitu pupuk kandang sapi, pupuk kandang ayam, pupuk kandang kambing, dan pupuk hijau. Belum diketahui jenis pupuk yang sesuai dengan kebutuhan tanaman yang akan diberikan pada kacang koro pedang terhadap pertumbuhan dan hasilnya. C. Tujuan Penelitian ini mempunyai beberapa tujuan yaitu: 1. Mengetahui pengaruh dosis lempung yang tepat untuk pertumbuhan yang baik dan hasil tanaman koro pedang yang tinggi di lahan pasir pantai. 2. Mengetahui pengaruh macam bahan organik yang tepat untuk pertumbuhan dan hasil tanaman koro pedang di lahan pasir pantai. 3. Mengetahui interaksi dosis lempung dan macam bahan organik pada pertumbuhan dan hasil tanaman koro pedang di lahan pasir pantai.
  • 19.     II. TINJAUAN PUSTAKA A. Koro Pedang (Canavalia ensiformis L.) Tanaman koro pedang termasuk golongan tanaman legum yang ditanam sebagai bahan pangan. Biji tanaman ini cukup tinggi mengandung protein, walaupun belum setinggi kedelai. Klasifikasi kacang koro pedang adalah kingdom : Plantae, Sub kingdom : Tracheobionta (berpembuluh), Superdivisio : Spermatophyta (menghasilkan biji), Divisio : Magnoliophyta (berbunga), Class : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil), Sub-class : Rosidae, Ordo : Fabales, Familia : Fabaceae (suku polong-polongan), Genus : Canavalia, Species : Canavalia ensiformis L. (Umiarsih, 2012). Koro pedang adalah jenis kacang koro yang dikenal sejak dulu oleh masyarakat umum. Sifat dan kandungan nutrisi yang mendekati kedelai, koro pedang sedang digalakkan sebagai subtitusi kedelai. Tanaman koro pedang, merupakan tanaman semak yang tumbuh cepat dan berkayu dengan tinggi 3 – 10 m. Akar tunggang, dan berwana putih kotor. Percabangan tumbuh pada buku terendah dan beberapa cabang sekunder juga tumbuh (Umiarsih, 2012). Daun bertangkai dan mempunyai 3 helai anak daun, daun tergolong majemuk, gasal, berselang-seling, pangkalnya membulat, tepinya rata, berukuran panjamg 7,5 – 15 cm × lebar 5 – 10 cm, pertulangan melengkung, permukaan daun berambut, dan berwarna hijau. Bunga berbentuk kupu – kupu, berwarna merah muda hingga putih. Koro pedang memiliki bunga yang tergolong majemuk, tumbuh di ketiak daun, panjang (7,5 – 20,0)cm, mahkota bunga berbentuk kupu-kupu, berwarna ungu, dan
  • 20.     panjangnya (2 – 4) cm. Buahnya tipe polong , panjang polong berkisar antara 30 – 40 cm.. Biji berbentuk lonjong, menempel ke samping, berwarna gading atau putih, hilum coklat dengan panjang 6 – 9 mm. Tiap – tiap polong berisi (12 – 20) biji. Panjang biji (2,5 – 3)cm. Biji koro pedang mudah dikenali dari selimut kulit biji yang sangat tebal dan kulit biji tersebut menempel kuat, dan sangat berbeda dengan kulit ari tipis pada kedelai (Anonim, 2013) Sebagai jenis palawija koro pedang biasanya ditanam pada akhir musim hujan karena untuk pertumbuhan awal tanaman masih cukup air untuk pertumbuhan membentuk percabangan yang rimbun. Pada saat berbunga, pengisian polong dan pemasakan, keadaan cuaca dalam kondisi kering, sehingga pada bulan Agustus, September dapat mempercepat proses pemasakan biji. Tanaman koro pedang tahan kekeringan, maka cocok ditanam di daerah tandus/kering, baik dataran tinggi maupun dataran rendah. Keuntungan tanaman ini adalah memiliki adaptasi yang luas pada lahan sub optimal, terutama pada lahan kering, mudah dibudidayakan secara tunggal atau tumpangsari, cepat menghasilkan biomasa untuk pupuk hijau atau pakan, mengandung protein tinggi, dan bijinya mengandung senyawa beracun toksik berupa Con – Canavalia A yang dapat diolah sebagai obat kanker pada industri farmasi. Umur tanaman panjang 9 – 15 bulan dan tidak dapat dikonsumsi langung mungkin merupakan kelemahan tanaman koro pedang. Pada budidaya monokultur hasil biji mencapai 1 – 4,5 ton biji kering/ha, tergantung populasi dan teknik produksi serta lingkungan produksi lainnya (Anonim, 2013).
  • 21.     B. Lahan Pasir Pantai Lahan pasir umumnya terdapat di daerah pesisir pantai yang terletak tidak jauh dari bibir pantai. Lahan pasir mempunyai potensi yang cukup bagus untuk dikembangkan sebagai daerah pertanian sebagai pemanfaatan lahan kosong. Pada dasarnya pasir mempunyai peranan fisik. Butir – butir pasir beraneka bentuknya: kebulat – bulatan, bersudut, dan berkeping. Di dalam tanah butir – butir pasir biasanya diselaputi liat atau debu dan bersifat agak melekat. Bila pasir tidak berselaput akan bersifat lepas. Bentuknya yang beraneka, maka hubungannya tidak rapat, sehingga banyak terdapat pori – pori pada tanah pasir. Pori itulah yang menyebabkan peredaran air dan udara dalam tanah menjadi baik, begitu pula suhunya. Sehabis hujan, pada lempung atau liat sering terbentuk kerak – kerak tanah dan dengan adanya kerak – kerak itu akan mempengaruhi peredaran air dan udara dalam tanah (Anonim, 2012). Tanah – tanah pasir mempunyai porositas kurang dari 50%, dengan jumlah pori – pori makro lebih besar dari pada pori – pori mikro, maka bersifat mudah merembeskan air dan gerakan udara di dalam tanah menjadi lebih lancar. Sebaliknya berliat mempunyai porositas lebih dari 50%. Jumlah pori – pori mikro lebih besar dan bersifat mudah menangkap air hujan, tetapi sulit merembeskan air dan gerakan udara lebih terbatas. Untuk pertumbuhan tanaman menghendaki keseimbangan antara porositas makro dan porositas mikro. Pada tanah yang baik porositas mikro 60% dari seluruh porositas (Anonim, 2012).
  • 22.     Porositas ini sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor; a. Tekstur tanah; lebih –lebih tanah berliat memiliki porositas yang lebih tinggi daripada tanah berpasir. b. Struktur tanah; yang paling baik adalah struktur remah, karena mikro dan makro porositas akan lebih seimbang. c. Kedalaman tanah; semakin jauh dari permukaan tanah porositas semakin berkurang. d. Pengolahan tanah; tanah yang baru saja diolah porositas bisa mencapai 70% sebaliknya porositas pada tanah yang padat menurun sampai 30%. Teknik pengolahan tanah yang tepat dapat meningkatkan porositas, dan sebaliknya pengolahan yang jelek dapat menurunkan. Beraneka ragam tanaman berhasil dibudidayakan di lahan pasir pantai, mulai dari tanaman hortikultura, tanaman tahunan, tanaman perkebunan, dan tanaman pematah angin (wind brocker). Tanaman memiliki pertumbuhan yang baik, mampu berbuah, dan dapat tumbuh subur seperti tanaman-tanaman yang ditanam di lahan pertanian pada umumnya. Untuk jenis tanaman buah tahunan, seperti kelengkeng, sawo, jeruk lemon, jeruk sunkist, bisa tumbuh dengan baik dan mampu berbuah lebat. Bahkan, untuk tanaman sawo yang tumbuh setinggi satu sampai dua meter sudah mampu berbuah. Untuk jenis tanaman perkebunan seperti jati, kelapa sawit, kurma, dan jambu mete dapat berkembang dengan baik pula. Terakhir, jenis tanaman wind barrier, yang meliputi cemara laut, akar wangi, akasia, dan kleresede (Rahma, 2014).
  • 23.     C. Bahan Organik Bahan organik merupakan pembentuk granulasi dalam tanah dan sangat penting dalam pembentukan agregat tanah yang stabil, dan berfungsi sebagai penyedia unsur mikro yang ada di dalam tanah, dan sangat berguna bagi tanaman. Bahan organik dapat meningkatkan Kapasitas Tukar Kation (KTK) tanah, dapat mencapai 30 – 70 % dari total KTK tanah. KTK yang tinggi sangat penting untuk mengikat unsur hara dari pupuk organik yang diberikan dan meningkatkan daya sangga (Buffer) tanah (Abdurrahman, 2011). Bahan organik berupa pupuk kandang merupakan pupuk yang berasal dari kotoran hewan yang digunakan untuk menyediakan unsur hara bagi tanaman. Pupuk kandang berperan untuk memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah. Komposisi unsur hara yang terdapat pada pupuk kandang sangat tergantung pada jenis hewan, umur, alas kandang dan pakan yang diberikan pada hewan tersebut. Setiap jenis hewan tentunya menghasilkan kotoran yang memiliki kandungan hara berbeda. Namun secara umum kotoran hewan mengandung unsur hara makro seperti Nitrogen (N), Phosphor (P), Kalium (K), Kalsium (Ca), Magnesium (Mg) dan Sulfur (S). Bila dibandingkan dengan pupuk kimia sintetis, kadar kandungan unsur hara dalam pupuk kandang jauh lebih kecil. Oleh karena itu, perlu pupuk kandang dalam jumlah yang sesuai kebutuhan tanaman untuk menyamai pemberian pupuk kimia (Anonim, 2014).
  • 24.     Beberapa macam bahan organik yang digunakan untuk bahan tambahan dalam budidaya di lahan pasir adalah: a. Pupuk Kandang Ayam Pupuk kandang ayam merupakan pupuk organik yang mengandung unsur Nitrogen (N) 1,70 %, Phospor (P2O5) 1,90 %, dan Kalium (K2O) 1,50 %. Pupuk kandang ayam mengandung kalium yang paling tinggi diantara pupuk lainnya (Fidiyati, 2011). Pupuk kandang mempunyai beberapa sifat yang lebih baik dari pupuk alami lainnya maupun pupuk buatan: (1) lebih lambat bereaksi, karena sebagian besar zat makanan harus mengalami berbagai perubahan terlebih dahulu sebelum diserap tanaman, (2) mempunyai efek residu, yaitu haranya dapat secara berangsur menjadi bebas dan tersedia bagi tanaman umumnya efek tersebut masih menguntungkan setelah 3 atau 4 tahun setelah pemberian. Walaupun pada kenyataannya pengaruh cadangan tersebut tidak begitu nyata. Dipastikan bahwa pemupukan dengan pupuk kandang secara teratur, lambat laun akan membentuk cadangan unsur hara di dalam tanah tersebut dan (3) dapat memperbaiki struktur dan bahan organik tanah (Hakim dkk, 1986) cit Satwiko (2011). Menurut Hartatik dan Widowati (2005) beberapa hasil peneltian aplikasi pupuk kandang ayam selalu memberikan respon tanaman yang cukup baik. Hal ini terjadi karena pupuk kandang ayam relatif lebih cepat terdekomposisi serta
  • 25.     mempunyai kadar hara yang lebih tinggi dibandingkan dengan pupuk kandang lainnya. Menurut Saragi (2008) pemberian pupuk kandang ayam 15 ton ha-1 memberikan pengaruh yang nyata terhadap tinggi tanaman, jumlah daun, total luas daun, bobot basah tanaman, bobot kering tanaman, laju asimilasi bersih, dan produksi per tanaman. Hal ini berhubungan dengan pembelahan, pembasaran, dan difrensiasi sel yang menyebabkan penambahan volume. Dengan aktifnya tanaman melakukan kegiatan tersebut akibat dari keadaan fisik tanah yang baik dari pemberian pupuk kandang ayam yang menyebabkan bobot basah, total luas daun, dan produksi yang tinggi. Jadi, kalau suatu tanaman membuat sel – sel baru, pemanjangan sel dan penebalan jaringan sebenarnya mengembangkan batang, daun dan akar akan meningkat dengan cepat, yang akibatnya terjadi penambahan biomassa dari tanaman tersebut. b. Pupuk Kandang Kambing Pupuk kandang kambing mengandung bahan organik yang dapat menyediakan zat hara bagi tanaman melalui proses penguraian. Proses ini terjadi secara bertahap dengan melepaskan bahan organik yang sederhana untuk pertumbuhan tanaman. Kadar hara pupuk kandang kambing mengandung kalium yang relatif lebih rendah dari pupuk kandang lainnya. Sementara kadar hara N hampir sama dengan pupuk kandang sapi. Kotoran kambing mengandung bahan organik yang dapat menyediakan zat hara bagi tanaman
  • 26.     melalui proses penguraian. Proses ini terjadi secara bertahap dengan melepaskan bahan organik yang sederhana untuk pertumbuhan tanaman. Kandungan hara pupuk kandang kambing Nitrogen (N) 0,55%, Phospor (P) 0,31%, Kalium (K) 0,15% (Fidiyati, 2011). Menurut Hartatik dan Widowati (2005) terkstur dari kotoran kambing adalah khas, karena berbentuk butiran – butiran yang agak sukar dipecah secara fisik sehingga sangat berpengaruh terhadap proses dekomposisi dan proses penyediaan haranya. Nilai rasio C/N pupuk kandang kambing umumnya diatas 30%, sedangkan pupuk kandang yang baik umumnya harus mempunyai rasio C/N kurang dari 20%., sehingga lebih baik pupuk kandang kambing didekomposisikan terlebih dahulu sebelum digunakan untuk memupuk tanaman utama. c. Pupuk Kandang Sapi Pupuk kandang sapi merupakan pupuk padat yang banyak mengandung air dan lendir. Pupuk kandang sapi termasuk pupuk dingin karena perubahan dari bahan yang terkandung dalam pupuk menjadi tersedia dalam tanah, berlangsung secara perlahan – lahan (Latifah dan Istiqomah, 2011). Menurut Hartatik dan Widowati (2005) kandungan pupuk kandang sapi yaitu Nitrogen (N) 0,29%, Phosphor (P) 0,17%, dan Kalium (K) 0,35% (Fidiyati, 2011). Kualitas dari pupuk kandang yang dihasilkan, tergantung pada tinggi rendahnya kandungan N, P, dan K. Di antara jenis pupuk kandang, pupuk
  • 27.     kandang sapilah yang mempunyai kadar serat yang tinggi seperti selulosa, hal ini terbukti dari hasil pengukuran parameter C/N rasio yang cukup tinggi yaitu lebih dari 40%. Penekanan pertumbuhan terjadi karena mikroba decomposer akan menggunakan N yang tersedia untuk mendekomposisi bahan organik tersebut sehingga tanaman utama akan kekurangan N. Untuk memaksimalkan penggunaan pupuk kandang sapi harus dilakukan pengomposan agar menjadi kompos pupuk kandang sapi dengan rasio C/N dibawah 20%. d. Pupuk Hijau (Daun Gliriside) Gamal / gliriside (Gliricidia sepium) adalah nama sejenis perdu dari kerabat polongan (suku Fabaceae alias Leguminosae). Sering digunakan sebagai pagar hidup atau peneduh, perdu atau pohon kecil ini merupakan salah satu jenis leguminosa multiguna yang terpenting setelah lamtoro (Leucaena leucocephala). Nama – nama lainnya adalah kerside, gliriside (kolokial), sliridia. Gliriside terutama ditanam sebagai pagar hidup, peneduh tanaman (kakao, kopi, teh), atau sebagai rambatan untuk panili dan lada. Perakaran gamal merupakan penambat nitrogen yang baik. Kandungan nitrogen yang cukup tinggi yaitu Nitrogen (N) 3,15 – 6,5%, Phosphor (P) 0,31%, dan Kalium (K) 2,65%, menyebabkan biomasa tanaman ini mudah mengalami dekomposisi. Tanaman ini berfungsi pula sebagai pengendali erosi dan gulma terutama alang – alang. Daun – daun dan rantingnya yang hijau juga dimanfaatkan
  • 28.     sebagai mulsa atau pupuk hijau untuk memperbaiki kesuburan tanah (Anonim, 2012). Damanik (2009) menyatakan peubah amatan yang diamati adalah tinggi tanaman, diameter batang, klorofil daun, umur berbunga, umur panen, produksi per tanaman, produksi per plot, bobott 100 biji, berat berangkasan, indeks panen, dan identifikasi gulma. Hasil penelitian menunjukkan pemberian pupuk hijau berpengaruh nyata pada tinggi tanaman 5 MST tetapi berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman 3 MST, 7 MST, diameter batang, jumlah klorofil, umur berbunga, umur panen, produksi per tanaman, produksi per plot, berat berangkasan dan indeks panen. D. Lempung Lempung atau tanah liat adalah partikel mineral berkerangka dasar silikat yang berdiameter kurang dari empat mikrometer. Lempung mengandung leburan silika dan/atau aluminium yang halus. Unsur – unsur ini, silikon, oksigen, dan alumunium adalah unsur yang paling banyak menyusun kerak bumi. Lempung terbentuk dari proses pelapukan batuan silika oleh asam karbonat dan sebagian dihasilkan dari aktivitas panas bumi. Lempung membentuk gumpalan keras saat kering dan lengket apabila basah terkena air. Sifat ini ditentukan oleh jenis mineral lempung yang mendominasinya (Anonim, 2013). Di lapangan, sebagian ruang pori terisi oleh udara dan air dalam jumlah yang seimbang sehinga tanaman dapat tumbuh pada lahan pasir karena hanya beberapa
  • 29.     tanaman yang dapat tumbuh di atas pasir, karena rongga – rongganya yang besar. Dominasi fraksi liat akan menyebabkan terbentuknya banyak pori – pori mikro, sehingga luas permukaan sentuhnya menjadi sangat luas, sehingga daya sangga terhadap air sangat kuat. Kondisi ini menyebabkan air yang masuk kepori – pori segera terperangkap dan udara sulit masuk tanah (Anonim, 2013). Pada kondisi lapangan, sebagian ruang pori terisi air, sehingga pori – pori mikro disebut pori kapiler meskipun ketersediaan nutrisi dan air baik, ketersediaan udara yang menjadi faktor pembatas pertumbuhan tanaman dan mikroba. Hal tersebut menunjukkan komposisi pori – pori tanah yang ideal adalah harus berasl dari kombinasi fraksi pasir, liat, dan bahan lainnya dalam komposisi yang ideal, yaitu pada tanah bertekstur remah agar ketersediaan air, udara, dan nutrisinya optimal. Kemudian apabila dikaitkan dengan penambahan amelioran (bahan penyubur tanah, seperti pupuk organik), maka pada tanah yang berpermeabilitas dan berperkolasi cepat, bahan – bahan yang diberikan akan cepat hilang sehingga menjadi tidak efisien. Dalam rekomendasi pemupukan atau penambahan bahan organik dan lempung harus diperhatikan karena apabila tidak ada penambahan bahan organik pasir masih akan sangat porous sehingga nutrisi yang terikat sangat sedikit. Penambahan bahan organik ditujukan untuk membentuk koloid tanah yang akan mempengaruhi kapasitas pertukaran kation (Anonim, 2014). Selain memiliki banyak kendala, budidaya lahan pasir juga mempunyai beberapa kelebihan diantaranya memiliki luasan lahan yang tinggi. Lahan pasir
  • 30.     merupakan lahan terbuka sehingga sinar matahari dan tempertur bukan merupakan faktor pembatas. Sumber air tanah dangkal sehingga pemanfaatan sumber air tidak memerlukan biaya yang mahal. Lempung terbentuk partikel – partikel yang sangat halus yang besarnya kurang dari 2 m. Apabila tanah diberi garam Ca partikel – partikel lempung akan mengumpul dan membentuk semacam jonjot yang prosesnya disebut penjonjotan. Selain itu partikel liat dapat membentuk suspensi lama sekali dalam air. Seperti partikel liat yang masih dalam bentuk suspensi, bila diberi garam Ca akan terbentuk suatu jonjot yang disebut koloid. Dari bentuk – bentuk koloid inilah sifat – sifat penting tanah lempung (Suhardi, 1985). Selanjutnya tanah lempung bersifat: a. Plastis, bila basah bisa diremas dan dibentuk, jika sudah kering bentuk itu tetap(bisa dibentuk berbagai produk). b. Banyak menghisap air; setelah menghisap air akan menggelembung dan kedap, sebaliknya bila kering akan menyusut dan keras. Tanah liat akan merekah pada musim kemarau dan menggembung di musim hujan. Dengan kata lain, tanah liat akan mengkerut selama musim kemarau, sehingga terjadi celah – celah yang dalam. Tanaman – tanaman berakar dangkal akan cepat layu. c. Partikel – partikel sangat halus; mudah terikat oleh tanah, suspensi – suspensi yang telah mengendap akan membentuk suatu benda yang padat dan kedap; sebaliknya kalau berbentuk jonjot, akan terikat oleh butir – butir
  • 31.     pasir. Dalam keadaan ini lempung menjadi unsur penting sebagai pembentuk struktur tanah. d. Mudah mengikat zat hara; partikel – partikel liat banyak mengikat zat hara seperti Ca dan K dan berperan penting dalam daya hisap hara dalam tanah (Suhardi, 1985). E. Hipotesis Diduga dengan dosis pemberian dosis lempung serta penambahan pupuk hijau pada lahan pasir pantai dapat memberikan pertumbuhan dan hasil tanaman koro pedang yang baik bagi tanaman koro pedang.
  • 32.     III. METODE DAN PELAKSANAAN PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Dusun Mancingan Desa Parangtritis Kecamatan Kretek Kabupaten Bantul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, pada ketinggian tempat 15 m dpl, suhu minimum 28C dan suhu maksimum 32C pada jenis tanah pasir. Waktu pelaksanaan mulai bulan April sampai dengan September 2014. B. Bahan dan Alat Bahan yang digunakan dalam penelitian antara lain benih koro pedang, tanah lempung, serta macam bahan organik (pupuk kandang ayam, pupuk kandang sapi, pupuk kandang kambing, dan daun gliriside) masing – masing dengan dosis 30 ton ha-1 . Alat yang digunakan antara lain cangkul, cetok, roll meter, neraca elektrik, papan label, bambu, sabit, tali raffia, buku catatan, dan penggaris. C. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah metode Rancangan Acak Kelompok Lengkap (RAKL) faktorial dengan tiga ulangan. Faktor pertama adalah pemberian macam bahan organik dengan dosis 30 ton ha-1 (pupuk kandang ayam, pupuk kandang sapi, pupuk kandang kambing, dan daun gliriside) terdiri dari empat aras, yaitu: B1 : Pupuk kandang ayam 30 ton ha-1 (22 kg setiap petak) B2 : Pupuk kandang kambing 22 ton h-1 (16 kg setiap petak) B3 : Pupuk kandang sapi 30 ton ha-1 (22 kg setiap petak)
  • 33.     B4 : Pupuk daun gliriside 22 ton h-1 (16 kg setiap petak) Faktor kedua adalah dosis pemberian lempung, yang terdiri atas dua aras, yaitu: L1 : Lempung 10 ton ha-1 (7,2 kg setiap petak) L2 : Lempung 20 ton ha-1 (14,4 kg setiap petak) Berdasarkan atas dua faktor tersebut, maka didapatkan delapan kombinasi perlakuan, yaitu; B1L1, B2L2, B3L2, B1L2, B4L1, B2L1, B3L1, B4L2. Setiap perlakuan diulang 3 kali, sehingga semuanya ada 24 petak. D. Pelaksanaan Penelitian 1. Persiapan Penelitian a. Pemilihan Benih Benih yang berkualitas menentukan capaian produktifitas. Untuk itu perlu pemahaman bagi petani agar dapat mengidentifikasi sendiri benih yang bersertifikat, benih yang digunakan berasal dari Temanggung. b. Persiapan Lahan Persiapan lahan adalah upaya yang dilakukan untuk mengkondisikan lahan agar dapat memberikan pertumbuhan tanaman secara optimal. Pertama pembersihan gulma pengganggu seperti rumput, alang-alang atau tanaman pengganggu lainnya, pembongkaran lahan atau pencangkulan hal ini dimaksudkan untuk mendapat keseragaman permukaan lahan pasir yang akan digunakan, pembuatan bedeng (untuk lahan datar) dengan ukuran lebar 2,4 m
  • 34.     dan panjang 3 m, penambahan lempung dengan dosis 10 ton ha-1 dan 20 ton ha-1 serta pupuk kandang ternak (ayam, sapi, kambing) dan pupuk hijau (gliriside) sebagai perlakuan penanaman, yang terakhir adalah menentukan jarak tanam (60 x 40) cm. c. Pemetakan Lahan, pemberian lempung dan pupuk kandang Pengolahan lahan dilakukan pada awal Setelah dilakukan pengolahan lahan kemudian dilakukan pemetakan dua minggu sebelum tanam dengan jarak antar blok satu meter, kemudian membuat petakan setiap blok terdiri dari delapan petak dengan jarak tanam (60 x 40) cm, dan jarak antar petak 50 cm. Kemudian pemberian lempung dan pupuk kandang diberikan setelah lahan selesai dibuat petakan, pemberian pupuk dan lempung disesuaikan dengan dosis yang ditentukan yaitu: Pemberian tanah lempung: 1. Tanah lempung dengan dosis 10 ton-1 (7,2 kg setiap petak) 2. Tanah lempung dengan dosis 20 ton-1 (14,4 kg setiap petak) Pemberian pupuk kandang: 1. Pupuk kandang ayam 30 ton ha-1 (22 kg setiap petak) 2. Pupuk kandang kambing 22 ton ha-1 (16 kg setiap petak) 3. Pupuk kandang sapi 30 ton ha-1 (22 kg setiap petak) 4. Pupuk daun gliriside 22 ton ha-1 (16 kg setiap petak)
  • 35.     d. Persiapan dan penanaman Benih Koro Pedang Buat deretan penanaman dengan tali untuk meluruskan barisan tugal bidang tanam sedalam kira kira 2 – 3 cm, dengan jarak (60 x 40) cm, lubang tanam diberikan tambahan bahan organik (pupuk kandang ayam, sapi, kambing, dan daun gliriside) dan lempung sebelum dilakukan penanaman, setelah itu benih dimasukkan setiap lubang diisi dengan satu biji benih, dan diupayakan mata lembaga menghadap kebawah, dan ditutup kembali dengan tanah sehingga tidak terlihat, jangan dipadatkan agar biji mudah tumbuh ke atas. 2. Pemeliharaan  Sanitasi kebun Pembersihan rumput dilakukan setelah tanaman berumur satu bulan atau ketika sudah mulai muncul rumput liar yang mengganggu tanaman. Pembersihan rumput kembali dilakukan pada usia tanaman dua bulan atau jika diperlukan dan jumlah rumput mengganggu tanaman, sanitasi kebun dilakukan selain agar tanaman tidak berebut unsur hara dengan tanaman juga untuk mencegah datangnya hama pengisap polong, ulat daun/buah, dan karat daun (Anonim, 2012).  Pemupukan Pemupukan tergantung dari tingkat kesuburan tanah dan tingkat hasil yang ingin dicapai. Pada penelitian yang telah dilakukan diberikan pemupukan
  • 36.     tambahan yang dilakukan pada saat tanaman berumur dua bulan dengan dosis pupuk 3kg ponska, 8 kg Urea kedua pupuk tersebut diberikan dengan cara ditebar di sekitar tanaman. Pupuk untuk menanggulangi hama walang menggunakan Aktara 25 WG, 10 gram yang dilarutkan dalam 14 L air kemudian disemprotkan pada tanaman koro pedang. 3. Pemanenan Pemanenan dilakukan setelah buah berubah warna menjadi coklat dan tanaman mulai berumur kurang lebih 4 – 5 bulan. Polong yang layak panen adalah polong yang sudah berwarna coklat penuh/rata. Keterlambatan panen akan menyebabkan polong/biji akan busuk. Kerusakan ini akan lebih cepat pada daerah yg memeiliki kelembaban tinggi. Panen dilakukan dengan menggunakan gunting pangkas (Anonim, 2012). 4. Pasca panen Polong yang sudah dipanen dijemur 2 – 3 hari dipecah untuk mengambil bijinya dari polong. Biji dijemur 2 – 3 hari sampai kadar air mencapai 14% dengan ciri bila dijatuhkan dilantai, biji akan memantul dan mengeluarkan bunyi nyaring (gesekan batu), biji didiamkan 1 hari lalu kemas dalam karung. Simpan dalam gudang, dimana kemasannya tidak bersentuhan langsung dengan tanah (Anonim, 2012).
  • 37.     E. Pengamatan Pengamatan pertumbuhan dan hasil tanaman koro pedang dilakukan terhadap tanaman sampel. a. Pengamatan pertumbuhan meliputi: 1. Tinggi tanaman Tinggi tanaman diperoleh dengan cara mengukur dari pangkal batang tanaman di permukaan tanah hingga titik tumbuh tanaman, sejak tanam sampai dengan akhir tanam, yang dilakukan setiap minggu. 2. Jumlah cabang Jumlah cabang diperoleh dengan cara menghitung cabang yang dilakukan setiap bulan pada awal pertumbuhan vegetatif. Pengamatan ini dilakukan dua kali, pada umumnya dilakukan 4 – 5 kali. 3. Jumlah daun Jumlah daun diperoleh dengan cara menghitung daun dilakukan setiap bulan pada awal pertumbuhan vegetatif. Pengamatan ini dilakukan dua kali pada saat satu bulan setelah tanam dan dua bulan setelah tanam. 4. Bintil akar efektif Bintil akar diamati pada saat tanaman berumur 7 minggu untuk mengetahui jumlah bintil, bobot bintil, dan bobot bintil aktif. 5. Bobot segar brangkasan Bobot segar diperoleh dari tanaman sampel dalam petak dengan menimbang bobot tajuk dan akar tanaman.
  • 38.     6. Bobot kering brangkasan Bobot kering tanaman didapat dari tanaman sampel dalam petak dengan menimbang bobot tajuk dan akar tanaman yang sudah dikeringkan selama 3 x 24 jam sampai mencapai bobot konstan. b. Variabel hasil yang selanjutnya dilakukan setelah pemanenan dengan mengambil sampel pada tanaman dalam petak, variabel yang diamati yaitu: 1. Jumlah polong per tanaman Jumlah polong diperoleh dengan cara menghitung semua polong yang dihasilkan dalam satu tanaman, diperoleh hanya satu kali panen, pada umumnya dapat dipanen 3 – 4 kali panen. 2. Bobot segar polong per tanaman Bobot segar polong diperoleh dengan menimbang polong segar setelah pemanenan. 3. Bobot polong kering per tanaman Bobot kering polong diperoleh dengan menimbang polong kering matahari segera setelah panen, polong dikeringkan selama tujuh hari, setiap hari mulai jam 08.00 – 15.00 WIB. 4. Jumlah biji per polong Jumlah biji setiap polong diperoleh dengan cara mengumpulkan sampel polong kemudian dihitung biji dalam satu polong.
  • 39.     5. Jumlah polong petak -1 Jumlah polong diperoleh dengan menghitung total hasil keseluruhan polong dalam satu petak. 6. Bobot polong petak -1 Bobot polong yang diamati yaitu bobot polong dalam satu petak yang kosong dan isi, dihitung dengan prosentase (%). 7. Bobot biji petak -1 Bobot biji diperoleh dengan menimbang jumlah biji yang diperoleh dalam satu petak. 8. Hasil biji per hektar Hasil biji per hektar dihitung setelah selesai pemanenan per petak kemudian dikonversi menjadi hektar. 9. Bobot 100 biji Bobot 100 biji diperoleh dengan mengambil sampel benih dari masing- masing petak sebanyak 24 petak sampel. F. Analisis Data Untuk mengetahui pengaruh perlakuan terhadap variabel yang diamati dengan analisis sidik ragam jenjang nyata 5%. Kemudian dilanjutkan dengan Duncan’s Multiple Range Test (DMRT) pada jenjang nyata 5%.
  • 40.     IV. HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS Hasil pengamatan meliputi komponen pertumbuhan tanaman diantaranya tinggi tanaman, jumlah cabang, jumlah daun, bintil akar efektif, bobot bintil akar efektif, bobot segar brangkasan, bobot kering brangkasan. Komponen hasil tanaman diantaranya jumlah polong per tanaman, bobot segar polong per tanaman, bobot polong kering per tanaman, jumlah biji per polong, jumlah polong petak -1 , bobot polong petak -1 , bobot biji petak -1 , hasil biji per hektar dan bobot 100 biji. Data hasil pengamatan dianalisis dengan menggunakan sidik ragam pada jenjang 5 % untuk dilanjutkan dengan uji jarak ganda Duncan (Duncan’s Multiple Range Test = DMRT) pada jenjang 5% untuk mengetahui perlakuan yang berbeda. Hasil analisis dicantumkan pada tabel 1 – 18 dan lampiran 3 – 11. A. Analisis dan hasil pengamatan pertumbuhan meliputi: 1. Tinggi tanaman Pengaruh macam bahan organik dan dosis lempung terhadap tinggi tanaman disajikan pada tabel 1 analisis duncan dalam lampiran 3. Tabel 1 tidak ada interaksi penambahan macam pupuk kandang ayam, sapi, kambing, dan pupuk hijau terhadap tinggi tanaman koro pedang tidak ada beda nyata, demikian juga dosis lempung 10 ton ha-1 dan 20 ton ha-1 .
  • 41.     Tabel 1. Tinggi tanaman (cm) Macam bahan organik Dosis lempung Rerata 10 ton ha-1 20 ton ha-1 Pupuk kandang ayam 48.60 60.29 54.44 a Pupuk kandang sapi 51.95 54.93 53.44 a Pupuk kandang kambing 47.21 48.86 48.03 a Pupuk hijau 59.71 51.24 55.47 a Rerata 0 51.87 p 0 53.83 p (-) Keterangan: Rerata yang diikuti oleh huruf sama pada baris dan kolom yang sama menunjukkan tidak ada beda nyata pada uji DMRT pada jenjang nyata 5%. (-) : Tidak ada interaksi 2. Jumlah cabang Pengaruh macam bahan organik dan dosis lempung terhadap jumlah cabang tanaman koro pedang disajikan pada tabel 2 analisis duncan dalam lampiran 3. Tabel 2 tidak ada interaksi penambahan macam pupuk kandang ayam, sapi, kambing, dan pupuk hijau terhadap jumlah cabang tanaman koro pedang tidak ada beda nyata, demikian juga dosis lempung 10 ton ha-1 dan 20 ton ha-1 . Tabel 2. Jumlah cabang Macam bahan organik Dosis lempung Rerata 10 ton ha-1 20 ton ha-1 Pupuk kandang ayam 13.33 14.66 14.00 a Pupuk kandang sapi 14.33 14.66 14.50 a Pupuk kandang kambing 13.66 13.66 13.66 a Pupuk hijau 15.66 15.66 15.66 a Rerata 0 14.25 p 0 14.66 p (-) Keterangan: Rerata yang diikuti oleh huruf sama pada baris dan kolom yang sama menunjukkan tidak ada beda nyata pada uji DMRT pada jenjang nyata 5%. (-) : Tidak ada interaksi
  • 42.     3. Jumlah daun Pengaruh macam bahan organik dan dosis lempung terhadap jumlah daun tanaman koro pedang disajikan pada tabel 3 analisis duncan dalam lampiran 4. Tabel 3 tidak ada interaksi penambahan macam pupuk kandang ayam, sapi, kambing, namun ada beda nyata pada penambahan pupuk hijau terhadap jumlah daun tanaman koro pedang, demikian juga dosis lempung 10 ton ha-1 dan 20 ton ha-1 tidak ada beda nyata. Tabel 3. Jumlah daun Macam bahan organik Dosis lempung Rerata 10 ton ha-1 20 ton ha-1 Pupuk kandang ayam 35.00 60.00 47.50 b Pupuk kandang sapi 46.67 46.67 46.67 b Pupuk kandang kambing 28.00 53.67 40.83 b Pupuk hijau 71.67 69.67 70.66 a Rerata 0 45.33 p 0 57.50 p (-) Keterangan: Rerata yang diikuti oleh huruf sama pada baris dan kolom yang sama menunjukkan tidak ada beda nyata pada uji DMRT pada jenjang nyata 5%. (-) : Tidak ada interaksi 4. Jumlah bintil akar efektif Pengaruh macam bahan organik dan dosis lempung terhadap jumlah bintil akar tanaman koro pedang disajikan pada tabel 4 analisis duncan dalam lampiran 4. Tabel 4 menunjukkan rerata jumlah bintil akar efektif tanaman koro pedang dengan pupuk kandang ayam, sapi, dan pupuk kambing tidak ada beda nyata, namun pada tanaman dengan pemberian pupuk hijau menunjukkan saling beda nyata dengan pupuk lain. Pada tabel 5 menunjukkan pada pupuk hijau mencapai hasil paling tinggi
  • 43.     dibanding pupuk lainnya. Pada dosis lempung 10 ton ha-1 dan 20 ton ha-1 menunjukkan tidak ada beda nyata. Tabel 4. Jumlah bintil akar efektif Macam bahan organik Dosis lempung Rerata 10 ton ha-1 20 ton ha-1 Pupuk kandang ayam 0.60 0.87 0.73 b Pupuk kandang sapi 0.50 0.55 0.53 b Pupuk kandang kambing 0.71 0.76 0.74 b Pupuk hijau 1.63 1.55 1.59 a Rerata 0 0.86 p 0 0.93 p (-) Keterangan: Rerata yang diikuti oleh huruf sama pada baris dan kolom yang sama menunjukkan tidak ada beda nyata pada uji DMRT pada jenjang nyata 5%. (-) : Tidak ada interaksi 5. Bobot bintil akar efektif Pengaruh macam bahan organik dan dosis lempung terhadap bobot bintil akar tanaman disajikan pada tabel 5 analisis duncan dalam lampiran 5. Tabel 5. Bobot bintil akar efektif (gram) Macam bahan organik Dosis lempung Rerata 10 ton ha-1 20 ton ha-1 Pupuk kandang ayam 0.42 0.35 0.38 a Pupuk kandang sapi 0.47 0.34 0.40 a Pupuk kandang kambing 0.49 0.37 0.43 a Pupuk hijau 0.60 0.41 0.51 a Rerata 0 0.49 p 0 0.36 p (-) Keterangan: Rerata yang diikuti oleh huruf sama pada baris dan kolom yang sama menunjukkan tidak ada beda nyata pada uji DMRT pada jenjang nyata 5%. (-) : Tidak ada interaksi
  • 44.     Tabel 5 menunjukkan rerata bobot bintil akar efektif tanaman koro pedang dengan pupuk kandang ayam, sapi, kambing, dan pupuk hijau tidak ada beda nyata. Pada dosis lempung 10 ton ha-1 dan 20 ton ha-1 menunjukkan tidak ada beda nyata. 6. Jumlah bunga Pengaruh macam bahan organik dan dosis lempung terhadap jumlah bunga disajikan pada tabel 6 analisis duncan dalam lampiran 5. Tabel 6 menunjukkan rerata jumlah bunga tanaman koro pedang dengan macam amelioran pupuk kandang ayam, sapi, kambing, dan pupuk hijau tidak ada beda nyata. Dosis lempung 10 ton ha-1 dan 20 ton ha-1 menunjukkan tidak ada beda nyata. Tabel 6. Jumlah bunga Macam bahan organik Dosis lempung Rerata 10 ton ha-1 20 ton ha-1 Pupuk kandang ayam 5.66 7.00 6.33 a Pupuk kandang sapi 6.66 5.33 6.00 a Pupuk kandang kambing 6.33 5.33 6.00 a Pupuk hijau 6.33 8.00 7.16 a Rerata 0 6.25 p 0 6.50 p (-) Keterangan: Rerata yang diikuti oleh huruf sama pada baris dan kolom yang sama menunjukkan tidak ada beda nyata pada uji DMRT pada jenjang nyata 5%. (-) : Tidak ada interaksi 7. Umur bunga Pengaruh macam bahan organik dan dosis lempung terhadap umur bunga disajikan pada tabel 7 analisis duncan dalam lampiran 6.
  • 45.     Tabel 7. Umur bunga Macam bahan organik Dosis lempung Rerata 10 ton ha-1 20 ton ha-1 Pupuk kandang ayam 58.66 56.33 57.50 a Pupuk kandang sapi 55.00 55.00 55.50 a Pupuk kandang kambing 57.33 55.00 56.16 a Pupuk hijau 57.33 55.66 56.50 a Rerata 0 57.08 p 0 55.75 p (-) Keterangan: Rerata yang diikuti oleh huruf sama pada baris dan kolom yang sama menunjukkan tidak ada beda nyata pada uji DMRT pada jenjang nyata 5%. (-) : Tidak ada interaksi Tabel 7 menunjukkan rerata umur bunga tanaman koro pedang dengan macam amelioran pupuk kandang ayam, sapi, kambing, dan pupuk hijau tidak ada beda nyata. Pada dosis lempung 10 ton ha-1 dan 20 ton ha-1 menunjukkan tidak ada beda nyata. 8. Bobot segar brangkasan Pengaruh macam bahan organik dan dosis lempung terhadap bobot segar brangkasan disajikan pada tabel 8 analisis duncan dalam lampiran 6. Tabel 8 menunjukkan rerata bobot segar brangkasan koro pedang dengan macam amelioran pupuk kandang ayam, sapi, kambing, dan pupuk hijau tidak ada beda nyata. Pada dosis lempung 10 ton ha-1 dan 20 ton ha-1 menunjukkan tidak ada beda nyata.
  • 46.     Tabel 8. Bobot segar brangkasan (gram) Macam bahan organik Dosis lempung Rerata 10 ton ha-1 20 ton ha-1 Pupuk kandang ayam 264.6 210.1 237.36 a Pupuk kandang sapi 219.4 091.7 155.56 a Pupuk kandang kambing 187.5 100.0 143.75 a Pupuk hijau 309.7 270.8 290.28 a Rerata 00 245.31 p 00 168.16 p (-) Keterangan: Rerata yang diikuti oleh huruf sama pada baris dan kolom yang sama menunjukkan tidak ada beda nyata pada uji DMRT pada jenjang nyata 5%. (-) : Tidak ada interaksi 9. Bobot kering brangkasan Pengaruh macam bahan organik dan dosis lempung terhadap bobot kering brangkasan disajikan pada tabel 9 analisis duncan dalam lampiran 7. Tabel 9 menunjukkan rerata bobot kering brangkasan koro pedang dengan macam amelioran pupuk kandang ayam, sapi, kambing, dan pupuk hijau tidak ada beda nyata begitu pula pada dosis lempung 10 ton ha-1 dan 20 ton ha-1 . Tabel 9. Bobot kering brangkasan (gram) Macam bahan organik Dosis lempung Rerata 10 ton ha-1 20 ton ha-1 Pupuk kandang ayam 125.00 095.83 110.42 a Pupuk kandang sapi 050.00 091.67 070.83 a Pupuk kandang kambing 083.33 058.33 070.83 a Pupuk hijau 177.08 111.11 144.10 a Rerata 0119.27 p 0078.82 p (-) Keterangan: Rerata yang diikuti oleh huruf sama pada baris dan kolom yang sama menunjukkan tidak ada beda nyata pada uji DMRT pada jenjang nyata 5%. (-) : Tidak ada interaksi
  • 47.     B. Analisis dan hasil pengamatan pemanenan meliputi: 1. Jumlah polong per tanaman Pengaruh macam bahan organik dan dosis lempung terhadap jumlah polong per tanaman koro pedang disajikan pada tabel 10 analisis duncan dalam lampiran 7. Tabel 10. Jumlah polong per tanaman Macam bahan organik Dosis lempung Rerata 10 ton ha-1 20 ton ha-1 Pupuk kandang ayam 5.00 3.33 4.16 a Pupuk kandang sapi 3.66 4.66 4.16 a Pupuk kandang kambing 4.66 3.33 4.00 a Pupuk hijau 6.00 4.00 5.00 a Rerata 0 4.83 p 0 3.83 p (-) Keterangan: Rerata yang diikuti oleh huruf sama pada baris dan kolom yang sama menunjukkan tidak ada beda nyata pada uji DMRT pada jenjang nyata 5%. (-) : Tidak ada interaksi Tabel 10 menunjukkan rerata jumlah polong per tanaman koro pedang dengan pupuk kandang ayam, sapi, kambing, dan pupuk hijau tidak ada beda nyata. Pada dosis lempung 10 ton ha-1 dan 20 ton ha-1 menunjukkan tidak ada beda nyata.. 2. Bobot segar polong per tanaman Pengaruh macam bahan organik dan dosis lempung terhadap bobot segar polong per tanaman disajikan pada tabel 11 analisis duncan dalam lampiran 8. Tabel 11 menunjukkan rerata bobot segar polong per tanaman koro pedang dengan macam amelioran pupuk kandang ayam, sapi, kambing, dan pupuk hijau tidak ada beda nyata. Pada dosis lempung 10 ton ha-1 dan 20 ton ha-1 menunjukkan ada beda
  • 48.     nyata. Penambahan dosis lempung 10 ton ha-1 menunjukkan hasil beda nyata dan lebih tinggi daripada dosis lempung 20 ton ha-1 . Tabel 11. Bobot segar polong per tanaman (gram) Macam bahan organik Dosis lempung Rerata 10 ton ha-1 20 ton ha-1 Pupuk kandang ayam 185.56 158.34 171.95 a Pupuk kandang sapi 186.11 086.67 136.39 a Pupuk kandang kambing 130.56 041.67 086.11 a Pupuk hijau 272.22 122.22 197.22 a Rerata 0 193.61 p 0 102.22 q (-) Keterangan: Rerata yang diikuti oleh huruf sama pada baris dan kolom yang sama menunjukkan tidak ada beda nyata pada uji DMRT pada jenjang nyata 5%. (-) : Tidak ada interaksi 3. Bobot kering polong per tanaman Pengaruh macam bahan organik dan dosis lempung terhadap bobot kering polong per tanaman disajikan pada tabel 12 analisis duncan dalam lampiran 8. Tabel 12. Bobot kering polong per tanaman (gram) Macam bahan organik Dosis lempung Rerata 10 ton ha-1 20 ton ha-1 Pupuk kandang ayam 42.82 56.94 49.88 a Pupuk kandang sapi 58.54 23.18 39.43 a Pupuk kandang kambing 37.45 23.18 30.32 a Pupuk hijau 67.18 47.45 57.31 a Rerata 0 51.50 p 0 36.97 p (-) Keterangan: Rerata yang diikuti oleh huruf sama pada baris dan kolom yang sama menunjukkan tidak ada beda nyata pada uji DMRT pada jenjang nyata 5%. (-) : Tidak ada interaksi
  • 49.     Tabel 8 menunjukkan rerata bobot segar brangkasan koro pedang dengan macam amelioran pupuk kandang ayam, sapi, kambing, dan pupuk hijau tidak ada beda nyata. Pada dosis lempung 10 ton ha-1 dan 20 ton ha-1 menunjukkan tidak ada beda nyata. 4. Jumlah biji per polong Pengaruh macam bahan organik dan dosis lempung terhadap jumlah biji per polong disajikan pada tabel 13 analisis duncan dalam lampiran 9. Tabel 13. Jumlah biji per polong Macam bahan organik Dosis lempung Rerata 10 ton ha-1 20 ton ha-1 Pupuk kandang ayam 4.00 6.33 5.16 a Pupuk kandang sapi 5.00 4.66 4.83 a Pupuk kandang kambing 4.00 2.66 3.33 a Pupuk hijau 5.00 3.66 4.33 a Rerata 04.50 p 04.33 p (-) Keterangan: Rerata yang diikuti oleh huruf sama pada baris dan kolom yang sama menunjukkan tidak ada beda nyata pada uji DMRT pada jenjang nyata 5%. (-) : Tidak ada interaksi Tabel 13 menunjukkan rerata jumlah biji per polong tanaman koro pedang dengan macam amelioran pupuk kandang ayam, sapi, kambing, dan pupuk hijau tidak ada beda nyata. Pada dosis lempung 10 ton ha-1 dan 20 ton ha-1 menunjukkan tidak ada beda nyata.
  • 50.     5. Jumlah polong per petak Pengaruh macam bahan organik dan dosis lempung terhadap jumlang polong per petak disajikan pada tabel 14 analisis duncan dalam lampiran 9. Tabel 14. Jumlah polong per petak Macam bahan organik Dosis lempung Rerata 10 ton ha-1 20 ton ha-1 Pupuk kandang ayam 05.67 18.67 12.16 ab Pupuk kandang sapi 03.33 11.33 7.33 b Pupuk kandang kambing 08.67 00.00 4.33 b Pupuk hijau 36.00 21.00 28.50 aa Rerata 013.41 p 012.75 p (-) Keterangan: Rerata yang diikuti oleh huruf sama pada baris dan kolom yang sama menunjukkan tidak ada beda nyata pada uji DMRT pada jenjang nyata 5%. (-) : Tidak ada interaksi Tabel 14 menunjukkan rerata jumlah polong per petang tanaman koro pedang dengan pupuk hijau berberda nyata dengan pupuk kandang sapi dan kambing, namun tidak berbeda nyata dengan pupuk ayam. Pupuk kandang ayam tidak berbada nyata dengan pupuk sapid an kambing, namun hasil yang diperoleh lebih tinggi. Pada dosis lempung 10 ton ha-1 dan 20 ton ha-1 menunjukkan tidak ada beda nyata. 6. Bobot polong petak -1 Pengaruh macam bahan organik dan dosis lempung terhadap bobot polong petak-1 disajikan pada tabel 15 analisis duncan dalam lampiran 10. Tabel 15 menunjukkan rerata bobot polong petak-1 tanaman koro pedang dengan macam amelioran pupuk hijau berberda nyata dengan pupuk sapi dan kambing, namun tidak berbeda nyata dengan pupuk ayam. Pupuk kandang ayam tidak berbada
  • 51.     nyata dengan pupuk sapi dan kambing, namun hasil yang diperoleh lebih tinggi. Pada dosis lempung 10 ton ha-1 dan 20 ton ha-1 menunjukkan tidak ada beda nyata. Tabel 15. Bobot polong per petak (kg) Macam bahan organik Dosis lempung Rerata 10 ton ha-1 20 ton ha-1 Pupuk kandang ayam 0.40 1.13 0.76 ab Pupuk kandang sapi 0.13 0.41 0.27 b0 Pupuk kandang kambing 0.50 0.00 0.25 b0 Pupuk hijau 1.65 1.28 1.46 a0 Rerata 00.67 p 00.70 p (-) Keterangan: Rerata yang diikuti oleh huruf sama pada baris dan kolom yang sama menunjukkan tidak ada beda nyata pada uji DMRT pada jenjang nyata 5%. (-) : Tidak ada interaksi 7. Bobot biji petak -1 Pengaruh macam bahan organik dan dosis lempung terhadap bobot biji petak - 1 disajikan pada tabel 16 analisis duncan dalam lampiran 10. Tabel 16. Bobot biji per petak (gram) Macam bahan organik Dosis lempung Rerata 10 ton ha-1 20 ton ha-1 Pupuk kandang ayam 133.33 133.33 133.33 ba Pupuk kandang sapi 066.67 036.67 051.67 bc Pupuk kandang kambing 041.67 008.33 25.00 c Pupuk hijau 183.33 225.00 204.17 aa Rerata 0106.25 p 0100.83 p (-) Keterangan: Rerata yang diikuti oleh huruf sama pada baris dan kolom yang sama menunjukkan tidak ada beda nyata pada uji DMRT pada jenjang nyata 5%. (-) : Tidak ada interaksi
  • 52.     Tabel 16 menunjukkan rerata bobot biji petak-1 tanaman koro pedang dengan macam amelioran pupuk kandang ayam, sapi, dan pupuk hijau tidak ada beda nyata, namun berbeda nyata pada tanaman yang diberi pupuk kandang kambing. Penggunaan pupuk kandang kambing menunjukkan hasil paling rendah dibanding pupuk lainnya. Pemberian pupuk hijau menunjukkan hasil paling tinggi dan tidak beda nyata dengan pemberian pupuk kandang ayam, sedangkan pupuk kandang ayam tidak beda nyata dengan pemberian pupuk kandang sapi namun hasilnya pupuk kandang ayam lebih tinggi dari pada pupuk kandang sapi. Pupuk kandang sapi tidak beda nyata dengan pupuk kandang kambing, namun pupuk kandang kambing berbeda nyata dengan pupuk kandang ayam, dan pupuk hijau. Pada dosis lempung 10 ton ha-1 dan 20 ton ha-1 menunjukkan tidak ada beda nyata. 8. Hasil biji Ha-1 Pengaruh macam bahan organik dan dosis lempung terhadap hasil biji ha-1 disajikan pada tabel 17 analisis duncan dalam lampiran 11. Tabel 17. Hasil biji ha-1 (kg) Macam bahan organik Dosis lempung Rerata 10 ton ha-1 20 ton ha-1 Pupuk kandang ayam 185.19 185.19 185.19 ab Pupuk kandang sapi 092.59 050.93 071.76 bc Pupuk kandang kambing 057.87 011.57 34.72 c Pupuk hijau 254.63 312.50 283.57 aa Rerata 0147.57 p 0140.05 p (-) Keterangan: Rerata yang diikuti oleh huruf sama pada baris dan kolom yang sama menunjukkan tidak ada beda nyata pada uji DMRT pada jenjang nyata 5%. (-) : Tidak ada interaksi
  • 53.     Tabel 17 menunjukkan tidak ada interaksi hasil biji ha-1 tanaman koro pedang dengan macam pupuk kandang ayam, sapi, dan pupuk hijau tidak ada beda nyata, namun berbeda nyata pada tanaman yang diberi pupuk kandang kambing. Penggunaan pupuk kandang kambing menunjukkan hasil paling rendah dibanding pupuk lainnya. Pemberian pupuk hijau menunjukkan hasil paling tinggi dan tidak beda nyata dengan pemberian pupuk kandang ayam, sedangkan pupuk kandang ayam tidak beda nyata dengan pemberian pupuk kandang sapi namun hasilnya pupuk kandang ayam lebih tinggi dari pada pupuk kandang sapi. Pupuk kandang sapi tidak beda nyata dengan pupuk kandang kambing, namun pupuk kandang kambing berbeda nyata dengan pupuk kandang ayam, dan pupuk hijau. Pada dosis lempung 10 ton ha-1 dan 20 ton ha-1 menunjukkan tidak ada beda nyata. 9. Bobot 100 biji Pengaruh macam bahan organik dan dosis lempung terhadap bobot 100 biji disajikan pada tabel 18 analisis duncan dalam lampiran 11. Tabel 18. Bobot 100 biji (gram) Macam bahan organik Dosis lempung Rerata 10 ton ha-1 20 ton ha-1 Pupuk kandang ayam 125.00 150.00 137.50 a Pupuk kandang sapi 100.00 133.33 116.67 a Pupuk kandang kambing 091.67 041.67 066.67 a Pupuk hijau 125.00 141.67 133.33 a Rerata 0110.42 p 0116.67 p (-) Keterangan: Rerata yang diikuti oleh huruf sama pada baris dan kolom yang sama menunjukkan tidak ada beda nyata pada uji DMRT pada jenjang nyata 5%. (-) : Tidak ada interaksi
  • 54.     Tabel 18 menunjukkan rerata bobot 100 biji tanaman koro pedang dengan macam amelioran pupuk kandang ayam, sapi, kambing, dan pupuk hijau tidak ada beda nyata. Pada dosis lempung 10 ton ha-1 dan 20 ton ha-1 menunjukkan tidak ada beda nyata.
  • 55.     V. PEMBAHASAN DAN KESIMPULAN A. Pembahasan Berdasarkan sidik ragam pada beberapa variabel pengamatan tidak terdapat interaksi yang nyata antara kombinasi macam bahan organik dan dosis lempung. Variabel tersebut antara lain tinggi tanaman, jumlah cabang produktif, jumlah bintil akar efektif, umur bunga, bobot segar brangkasan, bobot kering brangkasan, bobot polong petak-1 , bobot biji petak-1 , hasil biji ha-1 , dan bobot 100 biji. Pada variabel tinggi tanaman koro pedang pada umur 1 – 17 minggu yang diberi perlakuan kombinasi dosis lempung dan macam ameliorant tidak menunjukkan interaksi antara kedua faktor. Perlakuan dosis lempung 10 ton ha-1 tidak menunjukkan beda nyata terhadap perlakuan dosis lempung 20 to ha-1 . Perlakuan terhadap penambahan macam ameliorant , pupuk kandang ayam, pupuk kandang sapi, pupuk kandang kambing, dan pupuk hijau semuanya tidak menunjukkan beda nyata. Berdasarkan hasil analisis terhadap variabel jumlah cabang produktif menunjukkan tidak ada interaksi, namun pada variabel jumlah daun tanaman koro pedang pada umur 4 minggu yang diberi perlakuan kombinasi dosi lempung dan macam ameliorant tidak menunjukkan interaksi antara kedua faktor. Perlakuan dosis lempung 10 ton ha-1 tidak menunjukkan beda nyata terhadap perlakuan dosis lempung 20 to ha-1 . Perlakuan terhadap penambahan macam ameliorant , pupuk kandang ayam, pupuk kandang sapi, pupuk kandang kambing semuanya tidak
  • 56.     menunjukkan beda nyata, namun pada penambahan pupuk hijau menunjukkan beda nyata dengan hasil paling tinggi dibanding pemberian pupuk lainnya. Gambar 1 : Rerata jumlah daun umur 4 minggu Gambar grafik 1 menunjukkan bahwa pada penambahan pupuk hijau diperoleh hasil tertinggi. Kombinasi dosis lempung dan pupuk hijau yang tertinggi adalah kombinasi dosis lempung 10 ton ha-1 dan pupuk hijau. Pada variabel jumlah bintil akar efektif penambahan pupuk hijau juga menjadi hasil tertinggi diantara penambahan pupuk kandang lainnya, dengan kombinasi dosis lempung 10 ton ha-1 menjadi rerata jumlah bintil akar efektif tertinggi. Variabel lain yang menunjukkan beda nyata yaitu bobot segar polong per tanaman yaitu didapatkan hasil dari Perlakuan dosis lempung 10 ton ha-1dengan penambahan pupuk hijau menunjukkan hasil tertinggi dibanding kombinasi lainnya. Pupuk hijau dapat menghasilkan jumlah bintil akar efektif dan bobot segar polong per tanaman, dan variabel lainnya lebih baik dibandingkan dengan pupuk kandang lainnya. Pada grafik 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 B1L1 B2L1 B3L1 B4L1 B1L2 B2L2 B3L2 B4L2 B1L1 B2L1 B3L1 B4L1 B1L2 B2L2 B3L2 B4L2
  • 57.     menunjukkan hasil yang sangat berbeda antara kombinasi dosis lempung 10 ton ha-1 dan pupuk hijau dengan kombinasi pupuk lainnya. Gambar 2 : Rerata bobot polong per tanaman Pada kombinasi pupuk hijau dan dosis lempung 20 ton ha-1 menunjukkan hasil bobot biji petak-1 paling tinggi, dapat dilihat pada grafik 1 hasil bobot biji petak-1 . Adanya pengaruh yang lebih baik pada kombinasi tersebut diduga pupuk hijau dapat menyediakan unsur hara yaitu nitrogen, phosphor, dan kalium yang berpengaruh besar terhadap bobot biji, dan dapat menjaga ketersediaan unsur hara. Penggunaan lempung berfungsi untuk menjaga keseimbangan ruang pori pada lahan pasir. 0 50 100 150 200 250 300 350 B1L1 B2L1 B3L1 B4L1 B1L2 B2L2 B3L2 B4L2 B1L1 B2L1 B3L1 B4L1 B1L2 B2L2 B3L2 B4L2
  • 58.     Gambar 3 : bobot biji petak-1 Dari beberapa variabel pada petak percobaan dosis lempung 20 ton ha-1 menunjukka hasil yang terbaik dibanding dengan petak dengan dosis lempung 10 ton ha-1 . Tanah berliat tinggi sangat baik untuk sawah, karena tanah berliat tinggi mampu menahan air atau sulit meloloskan air ke lapisan bawah. Di lain pihak, tanaman palawija atau hortikultura membutuhkan tanah yang poros. Oleh sebab itu, pemberian gliriside sebagai sumber bahan organik ke dalam tanah yang dirotasikan dari sawah ke tanaman lahan kering dapat menggemburkan tanah sehingga akar tanaman dapat berkembang dengan leluasa. Akar yang berkembang baik akan mampu menyerap unsur hara yang ada dalam tanah bagi pertumbuhan tanaman. Tanaman koro pedang yang ditanam pada petak yang ditambahkan pupuk hijau gliriside tumbuh lebih subur dibanding dengan pupuk kandang lainnya. Hal ini jelas bahwa gliriside yang ditambahkan kedalam tanah dan akan mengalami proses pelapukan dan menyumbangkan unsure hara yang besar bagi pertumbuhan tanaman. ‐50 0 50 100 150 200 250 300 B1L1 B2L1 B3L1 B4L1 B1L2 B2L2 B3L2 B4L2 B1L1 B2L1 B3L1 B4L1 B1L2 B2L2 B3L2 B4L2
  • 59.     Menurut Yulnafarmawita dkk (2010) pemanfaatan pupuk hijau sebagai pupuk alternatif akan mendapatkan banyak keuntungan. Pertama, petani tidak membutuhkan biaya transportasi bagi penyediaan pupuk, karena bisa diproduksi di lahan petani sendiri. Kedua, pencemaran lingkungan akibat penghanyutan pupuk buatan tidak akan terjadi, karena pupuk hijau tidak lansung tersedia serentak seperti halnya pupuk buatan. Ketiga, pemakaian pupuk organik (pupuk hijau) tidak akan mencemarkan lingkungan perairan. Keempat, BO dapat membentuk dan memantapkan aggregat tanah, sehingga saat tanah kena pukulan butir hujan tanah tidak hancur. Hal ini membuat laju masuknya air hujan kedalam melalui permukaan tanah (tinfiltrasi) tidak terhambat. Dengan demikian, jumlah air yang mengalir di permukaan tanah bisa diminimalisir sehingga peristiwa erosi bisa diantisipasi. Pada pemberian pupuk hijau di dapatkan hasil terbaik hal ini di sebabkan oleh kandungan nitrogen pada pupuk hijau yang tinggi sehingga pada pertumbuhan dan hasil didapatkan hasil yang lebih baik. Pada pembentukan bintil akar sangat baik dibanding pupuk lainnya, sehingga hampir semua bintil akar yang muncul merupakan bintil akar efektif. Begitu pula pada parameter jumlah daun didapat hasil yang baik sehingga proses fotosintesis dapat berjalan dengan maksimal dan pertumbuhan tanaman menjadi lebih baik dibanding dengan perlakuan pemberian pupuk lainnya. Selain kedua parameter tersebut pada parameter lain seperti pada jumlah polong per tanaman juga pada pemberian pupuk hijau lebih baik daripada pemberian pupuk lainnya.
  • 60.     B. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Tidak ada interaksi pada perlakuan dosis lempung dan penambahan macam bahan organik pada hasil tanaman koro pedang di lahan pair pantai. 2. Pemberian pupuk hijau merupakan perlakuan terbaik pada pertumbuhan dan hasil tanaman koro pedang di lahan pasir pantai. 3. Pemberian dosis lempung 10 ton ha-1 merupakan pemberian dosis terbaik karena keduanya tidak berbeda nyata, sehingga tanah tidak terlalu pejal dan porositas tanah seimbang.
  • 61.     DAFTAR PUSTAKA Abdurrahman. 2011. Beberapa Manfaat dan Fungsi Organik Tanah, epetani.deptan.go.id (diakses pada 14 Maret 2014) Anonim. 2007. Bahan organik, karieeen.wordpress.com/2007/06/18/bahan-organik/ (diakses pada 16 Maret 2014) Anonim. 2012a. Budidaya Kacang Koro Pedang ( Canavalia ensiformis .L), http://koropedangonline.blogspot.com/p/download.html (diakses pada 29 Maret 2014) Anonim. 2012b. Gamal, http://id.wikipedia.org/wiki/gamal (diakses pada 21 Maret 2014) Anonim, 2012c. pertanian lahan pasir, http://www.ngasih.com.html (diakses pada 24 februari 2015) Anonim. 2013a. Kacang Parang, http://id.wikipedia.org/wiki/kacang-parang (diakses pada 21 Maret 2014) Anonim. 2013b. Lempung, http://id.wikipedia.org/wiki/lempung (diakses pada 16 Maret 2014) Anonim. 2014a. Jenis dan karakteristik pupuk kandang, http://www.alamtani.com/ pupuk-kandang.html (diakses pada 21 Maret 2014) Anonim. 2014b. Tanah, http://id.wikipedia.org/wiki/tanah (diakses pada 21 Maret 2014) Damanik J. 2009. Pengaruh pupuk hijau krinyu (Chromolaena odorata L), http://www.google.co.id/eprints.umk.ac.id/Halaman_Judul.pdf (diakses pada 7 Agustus 2014) Damarwulan. 2013. Budidaya Koro Pedang, http://bataviareload.wordpress.com/ pertanian/budidaya-koro-pedang-yang-benar/ (diakses pada 21 Maret 2014) Fardani S. 2012. Pengaruh Proporsi Penambahan Kompos BioPA Dan Mulsa Jerami Terhadap Serapan Hara Na, Mg Serta Kandungan Klorofil Tanaman Kacang Hijau (Phaseolus radiatus L.) Yang Ditanam Di Kawasan Pantai Pandansari Bantul, http://eprints.uny.ac.id/8190/2/bab%201%20-%2005308141009.pdf (diakses pada 5 April 2014)
  • 62.     Fidiyati N. 2011. Manfaat Kotoran Ayam Sebagai Bahan Organik, http://Fidiaja.blogspot.com/2011/01/manfaat-kotoran-ayam-sebagai-baha.html (diakses pada 21 Maret 2014) Hartatik W. & L. R. Widowati. 2005. Pupuk Kandang, http://balittanah. litbang.deptan.go.id/dokumentasi/buku/pupuk/pupuk4.pdf (diakses pada 29 Maret 2014) Hatma S. 2006. Konservasi Tanah di Kawasan Karst Gunung Kidul, http://mayong.staff.ugm.ac.id/site/?p=84 (diakses pada tanggal 5 April 2014) Intara Y. I; A. Sapei., Erizal., N. Sembiring., dan M. H. B Djoefrie. 2011. Pengaruh pemberian bahan organik pada tanah liat dan lempung berliat terhadap kemampuan mengikat air, Jurnal IImu Pertanian Indonesia, Agustus 2011, hlm. 130-135 Jokotarub. 2009. Petunjuk Teknis Penanaman Koro Bedog / Pedang, http:// jokotarub66.wordpress.com/about/petunjuk-teknis-penanaman-koro-bedog- pedang/pengelola perhutani (diakses pada 21 Maret 2014) Latifah E. dan N. Istiqomah. 2011. Kajian Pemberian Pupuk Kandang Sapi Dan Pupuk Cair An-organik Untuk Meningkatkan Biomass Kaliandra Merah (Calliandra calothyrsus), jatim.litbang.deptan.go.id (diakses pada 5 April 2014) Lesmana. 2008. Bahan Organik, www. Lestari mandiri.org/id/pupuk-organik/156- bahan organik.html (diakses pada 16 Maret 2014) Mathius. ( – ) Kotoran Kambing – Domba pun Bisa Bernilai Ekonomis, pustaka.litbang.deptan.go.id (diakses pada 29 Maret 2014) Putri F. 2013. Bertani Di Lahan Pasir Pantai, http://www.bbpp-lembang.info/,2013 (diakses pada tanggal 5 April 2014) Rahma C. 2014. Siapa Sangka Lahan Pasir Pantai Bisa Dijadikan Lahan Pertanian Subur, http://green.kompasiana.com/penghijauan/2014/02/19/siapa-sangka- lahan-pasir-pantai-bisa-dijadikan-lahan-pertanian-subur-633158.html (diakses pada tanggal 5 April 2014) Riyantoro A. E dan A. P Fitri. 2005. Pemanfaatan Lahan Pasir Pantai Untuk Budidaya Buah Naga (Cactaceae hylocereus). http://student- research.umm.ac.id/index.php/pimnas/article/viewFile/82/433_umm_student_ research.pdf (diakses pada tanggal 5 April 2014)
  • 63.     Saragi A. H. 2008. Pengaruh pemberian pupuk kandang ayam dan dosis kalium terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman Peleng (Spinacia oleracea I.A), http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/7689/1/09E00433.pdf   (diakses pada 7 Agustus 2014) Satwiko A. 2011. Pupuk Kandang Ayam, http://anggersatwiko.blogspot.com/2011 /09/pupuk-kandang-ayam.html (diakses pada 29 Maret 2014) Soeseno S. 1982. Sayur Mayur Untuk Karang Gizi, Jakarta, Penerbit Swadaya. 114 h Suhardi. 1985. Dasar – Dasar Bercocok Tanam, Yogyakarta, Penerbit Kanisius. 218 h Umiarsih. 2012. Kacang Koro Pedang (Canavalia gladiata), http://umiarsih.wordpress.com/tag/kacang-koro-pedang-canavalia-gladiata/ (diakses pada 21 Maret 2014) Yulnafatmawita, Gusnidar, Herviyanti, Ruhaimah, dan R. Novirza. 2010. Pemanfaatan Gamal (Gliricidia sepium) Sebagai Amelioran Tanah Dan Pupuk Alternatif Bagi Pertanaman Cabe (Capsicum annum), http://repository.unand.ac.id/5322/1/5_YULNAFARMAWITA.pdf (Diakses pada 22 Desember 2014) Wartapa A; S. Sugihartiningsih; S. Astuti; dan Sukadi. 2010. Pengaruh Jenis Pupuk dan Tanaman Antagonis Terhadap Hasil Cabe Rawit (Capsicum rutencens) Budidaya Vertikultur, Jurnal llmu-ilmu Pertanian, Desember 2010 Vol. 6 No. 2. Hal. 142 – 156. Issn : 1858-1226
  • 64.     Lampiran 1 : Sidik ragam tinggi tanaman dan jumlah cabang A. Tinggi tanaman Sumber varian DB JK KT F Hitung Pr > F Ket blok 2 117.3402583 58.6701292 1.73 0.2126 ns Kandang (B) 3 197.8744833 65.9581611 1.95 0.1683 ns Lempung (L) 1 23.0888167 23.0888167 0.68 0.4228 ns kandang*lempung (B*L) 3 307.2978833 102.4326278 3.03 0.0649 ns Galat 14 473.989342 33.856382 Total 23 1119.590783 Keterangan: ns : Tidak beda nyata B. Jumlah cabang Sumber varian DB JK KT F Hitung Pr > F Ket blok 2 53.08333333 26.54166667 11.52 0.0011 * Kandang (B) 3 13.79166667 4.59722222 2.00 0.1610 ns Lempung (L) 1 1.04166667 1.04166667 0.45 0.5122 ns kandang*lempung (B*L) 3 1.79166667 0.59722222 0.26 0.8535 ns Galat 14 32.2500000 2.3035714 Total 23 101.9583333 Keterangan: ns : Tidak beda nyata  : Beda nyata
  • 65.     Lampiran 2: Sidik ragam jumlah daun dan jumlah bintil akar efektif A. Jumlah daun Sumber varian DB JK KT F Hitung Pr > F Ket blok 2 641.333333 320.666667 1.42 0.2737 ns Kandang (B) 3 3122.833333 1040.944444 4.62 0.0190 * Lempung (L) 1 888.166667 888.166667 3.94 0.0670 ns kandang*lempung (B*L) 3 1043.500000 347.833333 1.54 0.2471 ns Galat 14 3154.000000 225.285714 Total 23 8849.833333 Keterangan: ns : Tidak beda nyata  : Beda nyata B. Jumlah bintil akar efektif Sumber varian DB JK KT F Hitung Pr > F Ket blok 2 0.19040833 0.09520417 0.30 0.7479 ns Kandang (B) 3 4.02995000 1.34331667 4.19 0.0261 * Lempung (L) 1 0.03375000 0.03375000 0.11 0.7505 ns kandang*lempung (B*L) 3 0.10001667 0.03333889 0.10 0.9564 ns Galat 14 4.49365833 0.32097560 Total 23 8.84778333 Keterangan: ns : Tidak beda nyata  : Beda nyata
  • 66.     Lampiran 3: Sidik ragam bobot bintil akar efektif dan jumlah bunga A. Bobot bintil akar efektif Sumber varian DB JK KT F Hitung Pr > F Ket blok 2 1.46293333 0.73146667 34.47 <.0001 * Kandang (B) 3 0.05411250 0.01803750 0.85 0.4894 ns Lempung (L) 1 0.09753750 0.09753750 4.60 0.0501 ns kandang*lempung (B*L) 3 0.01164583 0.00388194 0.18 0.9062 ns Galat 14 0.29706667 0.02121905 Total 23 1.92329583 Keterangan: ns : Tidak beda nyata  : Beda nyata B. Jumlah bunga Sumber varian DB JK KT F Hitung Pr > F Ket blok 2 14.25000000 7.12500000 1.86 0.1928 ns Kandang (B) 3 5.45833333 1.81944444 0.47 0.7054 ns Lempung (L) 1 0.37500000 0.37500000 0.10 0.7592 ns kandang*lempung (B*L) 3 9.79166667 3.26388889 0.85 0.4894 ns Galat 14 53.75000000 3.83928571 Total 23 83.62500000 Keterangan: ns : Tidak beda nyata Lampiran 4: Sidik ragam umur bunga dan bobot segar brangkasan
  • 67.     A. Umur bunga Sumber varian DB JK KT F Hitung Pr > F Ket blok 2 28.58333333 14.29166667 1.12 0.3540 ns Kandang (B) 3 12.50000000 4.16666667 0.33 0.8063 ns Lempung (L) 1 10.66666667 10.66666667 0.84 0.3762 ns kandang*lempung (B*L) 3 11.33333333 3.77777778 0.30 0.8278 ns Galat 14 178.7500000 12.7678571 Total 23 241.8333333 Keterangan: ns : Tidak beda nyata B. Bobot segar brangkasan Sumber varian DB JK KT F Hitung Pr > F Ket blok 2 34446.70463 17223.35232 1.06 0.3732 ns Kandang (B) 3 87023.29075 29007.76358 1.78 0.1966 ns Lempung (L) 1 35715.82107 35715.82107 2.19 0.1606 ns kandang*lempung (B*L) 3 6974.17617 2324.72539 0.14 0.9326 ns Galat 14 227822.5010 16273.0358 Total 23 391982.4936 Keterangan: ns : Tidak beda nyata Lampiran 5 : Sidik ragam bobot kering brangkasan dan jumlah polong per
  • 68.     tanaman A. Bobot kering brangkasan Sumber varian DB JK KT F Hitung Pr > F Ket blok 2 3094.87443 1547.43721 0.47 0.6348 ns Kandang (B) 3 22504.58247 7501.52749 2.28 0.1246 ns Lempung (L) 1 9818.02402 9818.02402 2.98 0.1064 ns kandang*lempung (B*L) 3 1528.40538 509.46846 0.15 0.9250 ns Galat 14 46143.20431 3295.94316 Total 23 83089.09060 Keterangan: ns : Tidak beda nyata B. Jumlah polong per tanaman Sumber varian DB JK KT F Hitung Pr > F Ket blok 2 3.08333333 1.54166667 0.82 0.4596 ns Kandang (B) 3 3.66666667 1.22222222 0.65 0.5948 ns Lempung (L) 1 6.00000000 6.00000000 3.20 0.0953 ns kandang*lempung (B*L) 3 8.33333333 2.77777778 1.48 0.2625 ns Galat 14 26.25000000 1.87500000 Total 23 47.33333333 Keterangan: ns : Tidak beda nyata Lampiran 6 : Sidik ragam bobot segar polong per tanaman dan bobot kering
  • 69.     polong per tanaman A. Bobot segar polong per tanaman Sumber varian DB JK KT F Hitung Pr > F Ket blok 2 17841.23890 8920.61945 0.92 0.4225 ns Kandang (B) 3 41768.09262 13922.69754 1.43 0.2757 ns Lempung (L) 1 50110.96482 50110.96482 5.15 0.0396 * kandang*lempung (B*L) 3 11436.04075 3812.01358 0.39 0.7608 ns Galat 14 136225.6908 9730.4065 Total 23 257382.0279 Keterangan: ns : Tidak beda nyata  : Beda nyata B. Bobot kering polong per tanaman Sumber varian DB JK KT F Hitung Pr > F Ket blok 2 2055.825633 1027.912817 1.13 0.3520 ns Kandang (B) 3 2518.397246 839.465749 0.92 0.4568 ns Lempung (L) 1 1265.999004 1265.999004 1.39 0.2586 ns kandang*lempung (B*L) 3 2114.000579 704.666860 0.77 0.5287 ns Galat 14 12780.08783 912.86342 Total 23 20734.31030 Keterangan: ns : Tidak beda nyata Lampiran 7 : Sidik ragam jumlah biji per polong dan jumlah polong per petak
  • 70.     A. Jumlah biji per polong Sumber varian DB JK KT F Hitung Pr > F Ket blok 2 21.58333333 10.79166667 0.94 0.4147 ns Kandang (B) 3 11.50000000 3.83333333 0.33 0.8016 ns Lempung (L) 1 0.16666667 0.16666667 0.01 0.9059 ns kandang*lempung (B*L) 3 13.50000000 4.50000000 0.39 0.7613 ns Galat 14 161.0833333 11.5059524 Total 23 207.8333333 Keterangan: ns : Tidak beda nyata B. Jumlah polong per petak Sumber varian DB JK KT F Hitung Pr > F Ket blok 2 341.333333 170.666667 0.69 0.5198 ns Kandang (B) 3 2088.833333 696.277778 2.80 0.0787 ns Lempung (L) 1 2.666667 2.666667 0.01 0.9190 ns kandang*lempung (B*L) 3 797.000000 265.666667 1.07 0.3944 ns Galat 14 3484.000000 248.857143 Total 23 6713.833333 Keterangan: ns : Tidak beda nyata Lampiran 8 : Sidik ragam bobot polong per petak dan bobot biji per petak
  • 71.     A. Bobot polong per petak Sumber varian DB JK KT F Hitung Pr > F Ket blok 2 0.89583333 0.44791667 0.55 0.5900 ns Kandang (B) 3 5.84947917 1.94982639 2.39 0.1128 ns Lempung (L) 1 0.00843750 0.00843750 0.01 0.9205 ns kandang*lempung (B*L) 3 1.49531250 0.49843750 0.61 0.6196 ns Galat 14 11.44083333 0.81720238 Total 23 19.68989583 Keterangan: ns : Tidak beda nyata B. Bobot biji per petak Sumber varian DB JK KT F Hitung Pr > F Ket blok 2 21758.3333 10879.1667 1.73 0.2132 ns Kandang (B) 3 119236.4583 39745.4861 6.32 0.0062 * Lempung (L) 1 176.0417 176.0417 0.03 0.8695 ns kandang*lempung (B*L) 3 5444.7917 1814.9306 0.29 0.8329 ns Galat 14 88058.3333 6289.8810 Total 23 234673.9583 Keterangan: ns : Tidak beda nyata  : Beda nyata
  • 72.     Lampiran 9: Sidik ragam hasil biji ha-1 dan bobot 100 biji C. Hasil biji ha-1 Sumber varian DB JK KT F Hitung Pr > F Ket blok 2 41972.6518 20986.3259 1.73 0.2132 ns Kandang (B) 3 230011.1741 76670.3914 6.32 0.0062 * Lempung (L) 1 339.5280 339.5280 0.03 0.8695 ns kandang*lempung (B*L) 3 10502.6993 3500.8998 0.29 0.8329 ns Galat 14 169868.9481 12133.4963 Total 23 452695.0014 Keterangan: ns : Tidak beda nyata  : Beda nyata A. Bobot 100 biji Sumber varian DB JK KT F Hitung Pr > F Ket blok 2 6458.33333 3229.16667 0.86 0.4453 ns Kandang (B) 3 19036.45833 6345.48611 1.69 0.2157 ns Lempung (L) 1 234.37500 234.37500 0.06 0.8066 ns kandang*lempung (B*L) 3 6536.45833 2178.81944 0.58 0.6385 ns Galat 14 52708.33333 3764.88095 Total 23 84973.95833 Keterangan: ns : Tidak beda nyata
  • 73.     Blok I Blok II Blok III Arah kesuburan lahan Gambar 4. Tata letak petak percobaan Keterangan: B1 : Pupuk kandang Ayam B2 : Pupuk kandang Kambing B3 : Pupuk kandang Sapi B4 : Pupuk Hijau (Daun Gliriside) L1 : Lempung 10 ton ha-1 L2 : Lempung 20 ton ha-1 B3L2 B1L1 B2L1 B3L1 B4L2 B4L1 B1L2 B2L2 B1L1 B2L1 B3L1 B4L1 B1L2 B2L2 B3L2 B4L2 B1L1 B2L1 B3L1 B4L1 B1L2 B2L2 B3L2 B4L2
  • 74.     X  X  X  X  X  X    X  X  X  X  V  X      X  X  V  V  X  X      X  V  X  X  X  X      X  X  X  X  X  X    Gambar 5. Tata letak petak sampel Keterangan: : Petak percobaan : Petak sampel XX : Tanaman percobaan : Tanaman sampel : Tanaman korban Jarak tanam : 60 x 40 cm Luas petak : 7,2 m2 : 2,4 m : 3 m A B A BV  X 
  • 75.     Gambar 6. Gambar kecambah tanaman koro pedang di lahan pasir pantai umur 7 hari tinggi 4 cm Gambar 7. Gambar lahan percobaan tanaman koro pedang di lahan pasir pantai
  • 76.     Gambar 8. Gambar tanaman koro pedang terserang jamur di lahan pasir pantai Gambar 9. Gambar polong koro pedang terserang ulat di lahan pasir pantai
  • 77.     Gambar 10. Gambar tanaman koro pedang terkena uap garam di lahan pasir pantai Gambar 11. Gambar pengamatan polong setelah panen