1. Dokumen tersebut membahas tentang keterbatasan sumber daya ekonomi produktif Indonesia dan hubungannya dengan utang luar negeri, mulai dari masa kolonial hingga pemerintahan reformasi.
PEREKONIMIAN EMPAT SEKTOR (PEREKONOMIAN TERBUKA).pptx
Hutang Luar Negeri
1. Di buat oleh
Abu Tholib (12311099)
M.rahadian P.K (12311047)
Dvi Dwi Putri (12311060)
2. Keterbatasan sumber
daya ekonomi produktif
Latar belakang
sumber
daya
modal
sumber
daya
manusia
sumber
daya
alam
Positif Negatif
Mendukung program
pembangunan nasional
pemerintah, sehingga target
pertumbuhan ekonomi nasional
dan peningkatan pendapatan per
kapita masyarakat meningkat
Menimbulkan berbagai masalah
dalam jangka panjang, baik ekonomi
maupun politik, bahkan pada beberapa
negara-negara yang sedang
berkembang menjadi beban yang
seolah-olah tak terlepaskan, yang justru
menyebabkan berkurangnya tingkat
kesejahteraan rakyatnya.
Hutang luar negari
Pembangunan ekonomi negara
Dibutuhkan adanya
sumberdaya modal yang
dapat digunakan
sebagai katalisator
pembangunan
3. Motivasi Negara
Pemberi Bantuan
Motivasi Negara
Penenerima Bantuan
Hutang Luar Negeri
Motivasi penyebab utang
luar negeri
Lanjutan...
1. Motivasi Politik
mempertahankan rezim-rezim
pemerintahan yang kadang goyah,
daripada untuk mendorong kemajuan
ekonomi dan social dalam jangka
panjang.
2. Motivasi Ekonomi
keuntungan akan mengalir pada
Negara-negara pemberi bantuan
1. Alasan ekonomis,
Sebagai obat pendorong dan stimulant bagi proses
pembangunan, serta mampu memicu pertumbuhan ekonomi
yang mandiri.
2. Alasan menyangkut masalah politik.
Di beberapa Negara, pinjaman luar negeri dianggap
memberikan kekuatan politik yang lebih besar kepada
pemimpin yang sedang berkuasa untuk menekan oposisi dan
mempertahankan kekuasaannya.
3. Motivasi yang dilandasi oleh moral
berlatar belakang pada rasa tanggung jawab kemanusiaan
Negara maju terhadap Negara berkembang. Dan bantuan luar
negeri dianggap sebagai kewajiban social bagi Negara-negara
maju untuk pembangunan Negara-negara berkembang.
4. Keadaan ketergantungan dilihat sebagai suatu gejala yang sangat
umum, berlaku bagi seluruh negara dunia Ketiga
Ketergantungan dilihat sebagai kondisi yang diakibatkan oleh ‘faktor
luar’
Permasalah ketergantungan lebih dilihat sebagai masalah ekonomi,
yang terjadi akibat mengalirnya surplus ekonomi dari negara dunia
Ketiga ke negara maju
Situasi ketergantungan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
proses polarisasi regional ekonomi global
Keadaan ketergantungan dilihatnya sebagai suatu hal yang mutlak
5. Kepemimpinan
Susilo Bambang
Yudhoyono
Kolonial Hindia
Belanda
Pemerintahan
Transisi (Habibie)
Pemerintah Era
Soeharto
Pemerintahan
Reformasi
kepemimpinan
Megawati
Soekarnoputri
Pemerintah Orde
Lama
Pemerintah kolonial Hindia Belanda
sudah memulai kebiasaan berutang bagi
pemerintahan di Indonesia. Seluruh
utang yang belum dilunasinya pun turut
diwariskan, sesuai dengan salah satu
hasil Konferensi Meja Bundar (KMB).
Penyerahan kedaulatan kepada Republik
Indonesia pada waktu itu disertai dengan
pengalihan tanggung jawab segala utang
pemerintah kolonial
6. Kepemimpinan
Susilo Bambang
Yudhoyono
Kolonial Hindia
Belanda
Pemerintahan
Transisi (Habibie)
Pemerintah Era
Soeharto
Pemerintahan
Reformasi
kepemimpinan
Megawati
Soekarnoputri
Pemerintah Orde
Lama
Transaksi utang luar negeri tetap terjadi
pada awal kemerdekaan. Sampai dengan
tahun 1950, utang pemerintah yang baru
tercatat sebesar USD 3,8 miliar. Akhirnya,
ketika terjadi perpindahan kekuasaan kepada
Soeharto, tercatat utang luar negeri
pemerintah adalah sebesar USD 2,1 miliar.
Jumlah ini belum termasuk utang warisan
pemerintah kolonial Belanda yang sekalipun
resmi diakui, tidak pernah dibayar oleh
pemerintahan Soekarno.
7. Kepemimpinan
Susilo Bambang
Yudhoyono
Kolonial Hindia
Belanda
Pemerintahan
Transisi (Habibie)
Pemerintah Era
Soeharto
Pemerintahan
Reformasi
kepemimpinan
Megawati
Soekarnoputri
Pemerintah Orde
Lama
Kembalinya Indonesia menjadi anggota IMF dan
Bank Dunia, seketika diimbali oleh negara-negara barat
berupa: pemberian hibah, restrukturisasi utang lama,
komitmen utang baru dan pencairan utang baru yang
cepat. Hibah sebesar USD 174 juta dikatakan bertujuan
untuk mengangkat Indonesia dari keterpurukan ekonomi.
Restrukturisasi utang yang disetuji bernilai sekitar USD
534 juta. Akhirnya, sejak tahun 1967 Indonesia mendapat
persetujuan utang baru dari banyak kreditur, dan
sebagiannya langsung dicairkan pada tahun itu juga
sejak tahun 1967 Indonesia telah menerima pinjaman
dengan syarat lunak atau dalam bentuk sumbangan
(grant) dari negara-negara dan lembaga-lembaga ke-
uangan iternasional yang tergabung dalam IGGI.
8. Kepemimpinan
Susilo Bambang
Yudhoyono
Kolonial Hindia
Belanda
Pemerintahan
Transisi (Habibie)
Pemerintah Era
Soeharto
Pemerintahan
Reformasi
kepemimpinan
Megawati
Soekarnoputri
Pemerintah Orde
Lama
Tanggal 14 dan 15 Mei 1997, kurs bath
terhadap US$ mengalami penurunan
(depresiasi) sebagai akibat dari keputusan jual
dari para investor yang tidak percaya lagi thd
prospek ekonomi Thailand dalam jangka pedek
Bulan Juli 1997, krisis melanda Indonesia (kurs
dari Rp 2.500 menjadi Rp 2.650.) BI
mengintervensi, namun tidak mampu sampai
bulan maret 1998 kurs melemah sampai Rp
10.550 dan bahkan menembus angka Rp
11.000/US$.
9. Kepemimpinan
Susilo Bambang
Yudhoyono
Kolonial Hindia
Belanda
Pemerintahan
Transisi (Habibie)
Pemerintah Era
Soeharto
Pemerintahan
Reformasi
kepemimpinan
Megawati
Soekarnoputri
Pemerintah Orde
Lama
Hubungan dengan IMF menjadi tidak baik
sebagai akibat dari penundaan pelaksanaan
amandemen UU No. 23 tahun 1999
mengenai Bank Indonesia; penerapan
otonomi daerah (terutama kebebasan untuk
hutang pemerintah daerah dari LN); dan
revisi APBN 2001.
Tahun 2001, pertumbuhan ekonomi
cenderung negative, IHSG merosot lebih dari
300 poin, dan nilai tukar rupiah melemah dari
Rp 7000 menjadi Rp 10.000 per US$.
10. Kepemimpinan
Susilo Bambang
Yudhoyono
Kolonial Hindia
Belanda
Pemerintahan
Transisi (Habibie)
Pemerintah Era
Soeharto
Pemerintahan
Reformasi
kepemimpinan
Megawati
Soekarnoputri
Pemerintah Orde
Lama
Kebijakan-kebijakan yang ditempuh untuk
mengatasi persoalan-persoalan ekonomi antara lain :
Meminta penundaan pembayaran utang sebesar
US$ 5,8 milyar pada pertemuan Paris Club ke-3
dan mengalokasikan pembayaran utang luar negeri
sebesar Rp 116.3 triliun.
Kebijakan privatisasi BUMN. Privatisasi adalah
menjual perusahaan negara di dalam periode krisis
dengan tujuan melindungi perusahaan negara dari
intervensi kekuatan-kekuatan politik dan
mengurangi beban negara. Hasil penjualan itu
berhasil menaikkan pertumbuhan ekonomi
Indonesia menjadi 4,1 %. Namun kebijakan ini
memicu banyak kontroversi, karena BUMN yang
diprivatisasi dijual ke perusahaan asing.
11. Kepemimpinan
Susilo Bambang
Yudhoyono
Kolonial Hindia
Belanda
Pemerintahan
Transisi (Habibie)
Pemerintah Era
Soeharto
Pemerintahan
Reformasi
kepemimpinan
Megawati
Soekarnoputri
Pemerintah Orde
Lama
Pada pertengahan bulan Oktober
2006 , Indonesia melunasi seluruh sisa
utang pada IMF sebesar 3,2 miliar dolar
AS. Dengan ini, maka diharapkan
Indonesia tak lagi mengikuti agenda-
agenda IMF dalam menentukan
kebijakan dalam negri. Namun wacana
untuk berhutang lagi pada luar negri
kembali mencuat, setelah keluarnya
laporan bahwa kesenjangan ekonomi
antara penduduk kaya dan miskin
menajam, dan jumlah penduduk miskin
meningkat.
12. 1.Dilihat dari sumber
dananya
2. Dilihat dari segi
persyaratannya
Pinjaman Multilateral
Pinjaman Bilateral
Pinjaman Sindikasi
Pinjaman Lunak
Pinjaman setengah lunak
Bentuk-bentuk Pinjaman Luar Negeri
13. Strategi defisit
anggaran
Tidak menyadari secara
penuh biaya yang harus
ditanggung di masa
depan
Kebijakan Faktor
sosial dan politik
lebih dominan
dibanding faktor
ekonomi dalam
melakukan utang
Faktor Penyebab Besarnya Luar Negeri
14. Pinjaman
bilateral
Jepang
Rp 235,16
triliun
Perancis
Rp 21,03 triliun
Jerman
Rp 19,43 triliun
Negara lain
Rp 62,5
triliun
Berdasarkan data dari Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang Kementerian
Keuangan yang dikutip vibiznews.com, Selasa (16/04/2013)
15. Pinjaman multilateral
Bank Dunia (World Bank)
Rp 122,14 triliun
Asian Development
Bank(ADB)
Rp 98,24 triliun
Islamic Development
Bank (IDB)
Rp 4,93 triliun
Lainnya
Rp 2,15 triliun
Lanjutan...
16. Kebaikan
utang luar negeri
Keburukan
utang luar negeri
No Kebaikan Keburukan
1. Pembiayaan pembangunan (pengeluaran
pemerintah) melalui utang luar lebih baik daripada
melalui penarikan pajak atau pencetakan uang.
Pembiayaan pengeluaran pemeritah yang dibiayai
utang luar negeri akan mendorong laju
pertumbuhan ekonomi. Sedangkan jika
pengeluaran pemerintah dibiayai dari pajak, maka
pendapatan masyarakat yang siap dibelanjakan
akan berkuarang dan konsumsi juga menurun
selanjutnya akan memeperkecil permintaan
agregat/ masyarakat dan mengekang laju
pertumbuhan pendapatan.
Apabila utang luar negeri harus ditempuh dengan
menekan konsumsi dan investasi, maka permintaan
agregat/masyarakat akan menurun selanjutnya akan
menghambat dan mengurangi tingkat pendapatan
nasional.
2. Negara-negara kreditur sering mempergunakan
hasil pembayaran bunga dan utang itu untuk
membeli (impor) barang-barang dan jasa-jasa dari
negara debitur, sehingga ekspor negara debitur
meningkat.
Pemerintah akan terkena beban langsung dari utang
luar negeri. Selama jangka waktu tertentu, beban utang
langsung dapat diukur dengan jumlah pembayaran
bunga dan cicilan utang terhadap kreditur.
17. No Kebaikan Keburukan
3. Meskipun beban utang langsung itu tetap
besarnya, beban riil langsung akan
berbeda-beda sesuai dengan proporsi
sumbangan angggota masyarakat
terhadap pembayaran utang luar negeri
tersebut. Jika pembayaran itu dibebankan
terutama kepada golongan kaya, beban riil
langsung itu akan lebih ringan daripada
kalau pembayaran itu dibebankan pada
golongan miskin.
Adanya beban riil langsung yang di
derita pemerintah berupa kerugian
dalam bentuk kesejahteraan ekonomi
(guna/utility) yang hilang karena adanya
pembiayaan cicilan utang dan bunga.
4. Dengan berakhirnya program IMF
pemerintah Indonesia telah menyusun
program stabilisasi makro ekonomi secara
komprehensif yang dituangkan dalam
white paper sebagai salah satu bentuk
penerapan unsur transparansi atas
komitmen dan akuntabilitas dalam
melaksanakan program pembangunan
Dari aspek utang luar negeri, keluarnya
pemerintah Indonesia dari program IMF
membawa konsekuensi berupa
tertutupnya peluang pemerintah
terhadap akses penjadwalan kembali
utang luar negeri bilateral yang jatuh
tempo melaui forum Paris Club.
Lanjutan...
18. 18
Lembaga-lembaga keuangan
multilateral diyakini telah bekerja
sebagai kepanjangan tangan
negara-negara Dunia Pertama
pemegang saham utama mereka,
untuk mengintervensi negara-
negara penerima pinjaman.
Sisi efektifitas
Sisi kelembagaan
secara internal, utang luar negeri menghambat
tumbuhnya kemandirian ekonomi negara.
Serta pemicu terjadinya kontraksi belanja
sosial, merosotnya kesejahteraan rakyat, dan
melebarnya kesenjangan.
Secara eksternal, utang luar negeri menjadi
pemicu meningkatnya ketergantungan negara
pada modal asing, dan pada pembuatan utang
luar negeri secara berkesinambungan .
DamapakHutangLuar Negeri
19. Hutang luar negeri sebagai
sarana yang sengaja
dikembangkan oleh negara-
negara pemberi pinjaman
untuk mengintervensi
negara-negara penerima
pinjaman.
Sisi ideologi
Sisi implikasi sosial dan politik
Hutang luar negeri diyakini telah
dipakai oleh negara-negara
pemberi pinjaman, terutama
Amerika, sebagai sarana untuk
menyebarluaskan kapitalisme
neoliberal ke seluruh penjuru
dunia.
Lanjutan...
20. 4.Kebijakan Pemerintah
pemerintah harus
mempunyai kemauan dan
itikad baik untuk mengakhiri
semua hasrat
berhutangnya, dan menolak
secara tegas pengaruh dan
tekanan dari negara lain
yang ingin menjerat negara
ini dengan utang yang besar
1.Debt Swap
solusi yang paling
sederhana mengatasi
utang luar negeri adalah
dengan mengoptimalkan
restrukturisasi utang
3.Potensi Internal
Pemerintah Sendiri
Dengan menjaga kinerja
makro-ekonomi dalam
posisi yang stabil dan
menstop utang luar baru.
2.Diplomasi Ekonomi
Diplomasi ekonomi juga penting
dilembagakan dengan sasaran
untuk memperoleh keringanan dan
penghapusan sebagian hutang
sehingga proses pengurasan
sumber daya dapat dihambat
Solusi Pemecahan Hutang Luar Negeri Indonesia