Dokumen tersebut membahas tentang adab-adab seorang majikan terhadap pegawainya, mulai dari membuat akad pekerjaan yang jelas, tidak memberikan pekerjaan di luar akad, sampai tidak melarang pegawai melaksanakan kewajibannya seperti shalat."
2. Adab-Adab Terhadap
Pegawai
Penulis:
Yulian Purnama
(semoga Allah mengampuninya dan kedua orang tuanya)
Edisi Pertama:
Rabi'ul Awal 1445H
website: kangaswad.wordpress.com | facebook: fb.me/yulianpurnama |
instagram: @kangaswad | twitter: @kangaswad | youtube:
youtube.com/yulianpurnama | telegram: @fawaid_kangaswad
2
3. Daftar Isi
Daftar Isi.............................................................................................................. 3
Mukadimah.......................................................................................................... 4
Adab 1 : Membuat Akad Yang Jelas.....................................................................5
Adab 2 : Tidak Memberikan Pekerjaan Di Luar Akad..........................................7
Adab 3 : Tidak Melarangnya Melakukan Kewajiban...........................................9
Adab 4 : Tidak Memerintahkan Maksiat............................................................ 11
Adab 5 : Pegawai Berbeda Dengan Budak.........................................................14
Adab 6 : Tidak Memberikan Pekerjaan Melebihi Batas.....................................16
Adab 7 : Menerapkan Adab-Adab Sesama Muslim............................................19
Adab 8 : Segera Memberikan Upahnya..............................................................22
Adab 9 : Memberikan Hak-Hak Pegawai Sesuai Aturan Ulil Amri....................25
Adab 10 : Memberikan Nasehat Yang Baik........................................................27
Penutup.............................................................................................................. 29
Daftar Pustaka.................................................................................................... 30
Biografi penulis..................................................................................................31
3
4. Mukadimah
ِمْيِِحَرال ِنَمِْحَرال ال ِمْسِب
Segala puji bagi Allah Rabb semesta alam, yang tidak sesembahan yang
haq kecuali Ia. Shalawat serta salam semoga senantiasa terlimpah kepada sayyid
kita, Nabi Muhammad Shallallahu'alaihi Wasallam, keluarga beliau, para
sahabat beliau dan orang-orang yang mengikuti beliau dengan ihsan.
Islam adalah agama yang sempurna dan universal. Islam telah mengajarkan
adab-adab kebaikan dalam setiap sendi kehidupan. Termasuk adab-adab dalam
dunia pekerjaan. Banyak yang telah membahas adab-adab seorang pegawai.
Namun perlu diketahui bahwa Islam juga mengajarkan adab-adab atasan atau
bos terhadap pegawainya.
Risalah yang ringkas ini akan menjelaskan tentang beberapa adab terhadap
pegawai. Semoga menjadi perhatian bagi para bos dan atasan yang
mempekerjakan para pegawai.
Kami memohon kepada Allah ta'ala agar menjadikan amalan yang sedikit
ini bermanfaat bagi penulisnya, pembacanya dan seluruh kaum Muslimin.
Semoga Allah ta'ala jadikan amalan ini sebagai amalan yang ikhlas hanya
mengharap wajah Allah semata.
Yulian Purnama
4
5. Adab 1 :
Membuat Akad Yang Jelas
Hubungan antara majikan dan pegawainya adalah hubungan jual-beli jasa,
lebih tepatnya akad ijarah (sewa) jasa. Majikan menyewa pegawainya untuk
melakukan pekerjaan tertentu di waktu tertentu. Maka akad ijarah yang dibuat di
sini haruslah jelas sejak awal. Jelas pekerjaannya, jelas rentang waktunya, dan
jelas upahnya. Dari Abu Hurairah radhiallahu ’anhu, ia berkata,
ِرَرَغال ِعْيَب ْنَعَو ،ِةَاصَلا ِعْيَب عن َمَلَسَو عليه ُهَلال َ ىلَص ِلا ُلَسور َ ىهَن
“Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam melarang jual beli dengan mengundi
kerikil dan melarang jual beli gharar”1
.
Jual beli gharar adalah jual beli yang terdapat unsur ketidak-jelasan.
Akad ijarah harus jelas jangka waktunya dan jelas upahnya. Ibnu Qudamah
rahimahullah mengatakan,
ول .ٍةَنَسو ٍرْهَشك ًةْلومعَم َنتكو أن ُبِجَي ٍةَدُم عل ى ْتَعَقَو إذا َةالاجار َنأ
ُهمَلَعن هذا في ََفِلخ
“Ijarah jika sudah disepakati untuk terjadi dalam jangka waktu tertentu, maka
wajib diketahui jangka waktunya. Hal ini tidak ada khilaf di antara ulama yang
kami ketahui”2
.
1 HR. Muslim no. 1513
2 Al Mughni, 5/323
5
6. Beliau juga mengatakan,
ًافِلخ ذلك في ُمَلَعن ل .ًامْلوعَم ُهنْوَك ِةالاجار ِضَوِع في ُطَرَتُشي
“Dipersyaratkan dalam ijarah, upahnya harus diketahui secara pasti. Tidak kami
ketahui adanya khilaf dalam masalah ini”3
.
Termasuk di dalamnya, tidak boleh melakukan akad sewa jasa yang tidak
jelas upahnya. Syaikh Abdul Aziz bin Baz rahimahullah menjelaskan, “Pemilik
usaha wajib menentukan upah yang jelas. Ia tidak boleh mempekerjakan orang
seperti itu yaitu tanpa upah yang jelas. Karena ini akan membawa kepada
perselisihan dan permusuhan. Karena ini merupakan bentuk upah yang majhul
(tidak jelas), maka tidak diperbolehkan”4
.
3 Al Mughni, 5/323
4 Fatawa Nurun ‘alad Darbi Syaikh Ibnu Baz, 1/1481
6
7. Adab 2 :
Tidak Memberikan Pekerjaan Di
Luar Akad
Ketika akad pekerjaan sudah jelas, maka pegawai hanya dituntut untuk
bekerja sesuai dengan akad yang telah disepakati. Majikan tidak boleh
memberikan pekerjaan di luar cakupan pekerjaan yang telah disepakati. Allah
ta'ala berfirman:
ِدُوقُعْلِاب ُوافْوَأ ُوانَمآ َنِيذَلا َاهّيَأ َاي
“Wahai orang-orang yang beriman, penuhilah akad-akad yang kalian
sepakati”5
.
Dari 'Amr bin Auf Al Muzanni radhiallahu'anhu, bahwa Rasulullah
Shallallahu'alahi Wasallam bersabda:
ًامِحرا َلأِح ْوأ َلِحل ََمَرِح ًاطشر َالإ ْمِهطشرو عل ى َنوالسلمو
“Kaum Muslimin wajib memenuhi apa yang mereka persyaratkan, kecuali
syarat yang mengharamkan yang halal dan menghalalkan yang haram”6
.
Maka membebani pegawai di luar cakupan pekerjaan yang disepakati, ini
adalah bentuk kezaliman dan pengkhianatan terhadap perjanjian. Kecuali jika
dibuat kesepakatan yang baru yang diridhai kedua belah pihak atau pegawai
ridha untuk mengerjakan pekerjaan di luar akad tersebut.
5 QS. Al Maidah: 1
6 HR. At Tirmidzi no. 1352, Ibnu Majah no.2353, At Tirmidzi berkata: “hasan shahih”
7
8. Dan akad ijarah adalah akad lazim. Artinya, akadnya bersifat mengikat,
sehingga untuk membatalkan akad atau mengubah akad, perlu persetujuan dari
kedua belah pihak. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah mengatakan:
ِرّاجَؤُملل وليس ،َيِملُسلا ِقّافاتبا ِيَفرَطال ِنم ٌةِمِزل فهي ًةَحيحص ْتَنكا إن
َرِاجَأتْسُلا َجِرُخي أن
“Akad ijarah jika telah sah, maka ia bersifat lazimah (mengikat) terhadap kedua
belah pihak, berdasarkan kesepakatan seluruh ulama. Penyewa tidak bisa secara
sepihak mengeluarkan pegawai dari akad”7
.
Sehingga jika atasan ingin memberikan tugas lain di luar akad, seharusnya
mengubah akad yang ada dengan persetujuan kedua belah pihak, atau meminta
keridhaan pegawai untuk melakukan tugas lain tersebut.
7 Majmu' Al Fatawa, 30/185
8
9. Adab 3 :
Tidak Melarangnya Melakukan
Kewajiban
Pada asalnya, waktu dari si pegawai pada jam kerja yang disepakati adalah
milik majikannya. Pegawai tidak boleh menggunakan waktunya untuk aktivitas
lainnya selain aktivitas pekerjaan yang diminta oleh majikannya. Namun,
majikan tidak boleh memerintahkan pegawainya untuk meninggalkan
kewajiban-kewajiban pribadi si pegawai. Seperti kewajiban shalat fardhu, shalat
Jum'at, shalat Id, dan semisalnya. Dan pegawai tidak wajib mengganti rugi jika
jam kerjanya ia gunakan untuk melaksanakan kewajiban-kewajiban tersebut.
Ibnu Muflih rahimahullah mengatakan,
إل ى َهسْافَن ّملُسي الذي ]وهو ،عليه َصن ّصالا الاجير عل ى َنضما ول
في َهاعْافَن ُرِاجُستألا ّقِحَستي ًةمعلوم ًةَدُم ُدالعق عليه يقع :أي [ِراجُستألا
ٍةاجمع ِةوصل ،ِهانَنُسب أوقاتها في ِسالم َلواتصال ِلفع سوى ،اجمعها
َةَدُلا تلك بنافعه ِرِاجُستألا لختصاص ًاّصخا َيّمُسو َستنيب؛ي ول ،ٍدِيعو
“[Tidak ada denda bagi al-ajir al-khash] beliau (penulis kitab Al-Muqni’)
menegaskan hal ini. [dia adalah orang yang menyerahkan jasanya kepada al-
musta’jir (majikan)], maksudnya: telah terjadi akad ijarah untuk jangka waktu
tertentu, yang pada rentang waktu ini al-musta’jir berhak mengambil manfaat
9
10. dari al-ajir al-khas. Kecuali waktu yang digunakan untuk salat lima waktu pada
waktunya, disertai dengan sunnah-sunnahnya, salat Jumat, dan salat ‘Id tanpa
perlu mengganti jam kerja. Al-ajir (karyawan) tersebut dilabeli dengan istilah
“khash” karena ia mengkhususkan rentang waktu kerjanya tersebut untuk
memberikan manfaat kepada al musta’jir (majikan)”8
.
Para ulama dalam Al Lajnah Ad Daimah lil Buhuts wal Ifta' ditanya, “Saya
diminta untuk bekerja oleh bos saya ketika sudah datang waktu shalat. Apakah
saya tetap mengerjakan ataukah tidak?”. Mereka menjawab, “Jika bos anda
memerintahkan demikian namun anda tetap bisa menunaikan shalat berjamaah
di masjid, maka tidak mengapa anda melakukan tugas tersebut. Selama yang
diperintahkan tersebut bukan perkara haram. Jika tugas tersebut adalah perkara
yang haram, atau bisa menghalangi anda untuk shalat berjama'ah di masjid,
maka tidak boleh menaatinya. Berdasarkan sabda Nabi Shallallahu'alaihi
Wasallam: “Sesungguhnya ketaatan itu hanya dalam perkara yang ma'ruf”. Dan
sabda beliau: “Tidak ada ketaatan kepada makhluk dalam maksiat kepada
Allah””9
.
Dalil-dalil untuk masalah ini juga sama dengan dalil pada poin ke empat di
halaman berikutnya.
8 Al-Mubdi’Syarah Al Muqni’, 5/108
9 Fatawa Al Lajnah, 7/303 -304
10
11. Adab 4 :
Tidak Memerintahkan Maksiat
Bos atau atasan tidak boleh memerintahkan pegawainya melakukan
maksiat, dan pegawai pun tidak boleh taat ketika diperintahkan untuk berbuat
maksiat, sekalipun itu dalam urusan pekerjaan. Taat kepada Allah dan Rasul-Nya
harus lebih didahulukan. Dari Ali bin Abi Thalib radhiallahu’anhu, Rasulullah
Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:
َِفُورْعَْلا ِيف ُةَعَاطال َامَنِإ ٍةَيِصْعَم ِيف َةَعَاط َل
”Tidak ada ketaatan di dalam maksiat, taat itu hanya dalam perkara yang
ma’ruf”10
.
Dalam riwayat Imam Ahmad dengan lafadz:
ِلا ِةَيِصْعَم ِيف ٍرَشَبِل َةَعَاط َل
“Tidak ada ketaatan kepada manusia dalam bermaksiat kepada Allah”11
.
Tidak ada ketaatan secara mutlak kecuali hanya kepada Allah dan Rasul-
Nya. Adapun selain keduanya tidak boleh diserahkan ketaatan secara total.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah mengatakan:
،ذلك في ضل فقد ًلِحا أو ًااعتقاد ًامطلق طاعته فأواجب ًاإمام نصب من
10 HR. Al Bukhari, no. 7257; Muslim, no. 1840
11 HR. Ahmad (2/318)
11
12. ًامعصوم ًاإمام وقت كل في اجعلوا ِحيث ،المامية الرافضة الضلل كأئمة
كل في بعده أِحد طاعة تب ول ،الرسول بعد معصوَم ل فإنه ،طاعته تب
شيء
“Siapa yang mengangkat imam yang diklaim wajib untuk ditaati secara mutlak
lahir dan batin, maka ia telah tersesat. Seperti para imam syiah rafidhah
imamiyah. Mereka menjadikan imam-imam mereka sebagai sosok yang maksum
dan wajib ditaati secara total. Karena tidak ada manusia yang maksum selain
Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam. Maka tidak wajib untuk taat secara
mutlak kepada siapapun setelah beliau”12
.
Imam Asy Syafi’i rahimahullah berkata:
وسلم عليه ال صل ى ال رسول سنة له استبانت من أن عل ى الناس أاجمع
الناس من أِحد لقول يدعها أن له يكن لم
“Para ulama bersepakat bahwa jika seseorang sudah dijelaskan padanya sunnah
Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam tidak boleh ia meninggalkan sunnah
demi membela pendapat siapapun”13
.
Seorang Mukmin tentulah harus lebih mendahulukan aturan Allah dan
Rasul-Nya daripada aturan yang lain. Itulah konsekuensi iman yang benar. Allah
ta’ala berfirman:
12 Majmu' Al Fatawa, 19/69
13 Diriwayatkan oleh Ibnul Qayyim dalam I’lamul Muwaqqi'in (2/361). Dinukil dari Ashl Sifah Shalatin
Nabi (hal.28)
12
13. ْنِم ُةَرَيِْلا ُمُهَل َنُوكَي ْنَأ ًارْمَأ ُهُلُوسَرَو ُلا َ ىضَق َاذِإ ٍةَنِمْؤُم َلو ٍنِمْؤُِل َنَاك َامَو
ْمِهِرْمَأ
“Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mukmin dan tidak (pula) bagi
perempuan yang mukmin, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu
ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka”14
.
Dari Anas bin Malik radhiallahu’anhu, Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam
bersabda:
،ِهَلِل َالإ ُهّبِحُي ل َءْرَلا ّبِحُي َنكا َنم :ِنالميا َمْعَط َدَاجو فيه َنُك َنم ٌٌثَلث
ِرَانال في َ ىقْلُي ْنأ َنكا َنمو ،ُماهِواس َام ِهْيَلإ َبَِحأ ُهُلَسورو ُهَلال َنكا َنمو
منه ُهَلال ُهَذَقْنأ ْنأ َدْعَب ِرْافُكال في َعِاجْرَي ْنأ ِنم ِهْيَلإ َبَِحأ
“Tiga jenis orang yang jika termasuk di dalamnya maka seseorang akan
merasakan lezatnya iman: orang yang mencintai seseorang, tidaklah ia
mencintainya kecuali karena Allah, orang yang menjadikan Allah dan Rasul-
Nya paling ia cintai daripada selain keduanya, dan orang yang dilemparkan ke
dalam api lebih ia sukai daripada ia kembali kepada kekufuran setelah Allah
selamatkan ia dari kekufuran”15
.
Hadits ini menunjukkan bahwa di antara konsekuensi iman adalah
mendahulukan Allah dan Rasul-Nya daripada selain keduanya.
14 QS. Al Ahzab: 36
15 HR. Al Bukhari no. 6041, Muslim no.43
13
14. Adab 5 :
Pegawai Berbeda Dengan Budak
Perlu diketahui bahwa berbeda antara pegawai dengan budak (hamba
sahaya). Dalam Al Qamus Al Muhith disebutkan:
ُهضبع أو ُهّلك ُوكلْمَلا الشخص ُقِيقَرال
“Hamba sahaya (budak) adalah orang yang dimiliki keseluruhannya atau
sebagiannya”.
Maka hamba sahaya itu dimiliki oleh orang lain, sehingga ia tidak bebas
melakukan apa yang ingin ia lakukan. Dan majikan dari budak berhak untuk
memerintahkannya apa saja sesuai keinginannya kecuali yang bertentangan
dengan syariat.
Adapun pegawai adalah al ajir, orang yang disewa jasanya. Allah ta'ala
berfirman:
ُيِمَْلا ّيِوَقْلا َتْرَاجْأَتْسا ِنَم َرْيَخ َنِإ ُهْرِاجْأَتْسا ِتَبَأ َاي َامُهَادِْحِإ ْتَلَاق
“Dan salah seorang dari kedua (perempuan) itu berkata, “Wahai ayahku!
Jadikanlah dia sebagai pekerja (pada kita), sesungguhnya orang yang paling
baik yang engkau ambil sebagai pekerja (pada kita) ialah orang yang kuat dan
dapat dipercaya”16
.
Ayah ini mengisahkan tentang Nabi Musa 'alaihissalam. Dalam ayat ini
16 QS. Al Qashash: 26
14
15. beliau musta'jar (diperkerjakan) oleh bapak dari sang wanita. Dan Nabi Musa
'alaihissalam tentu bukan budak. Sehingga pegawai itu berbeda dengan budak.
Oleh karena itu majikan tidak berhak memerintahkan pegawai untuk
melakukan apa saja sesuai keinginannya. Majikan hanya berhak memberikan
pekerjaan sesuai dengan perjanjian kerja. Misalnya petugas administrasi
keuangan tidak boleh diperintahkan untuk membersihkan mobil atau menyapu
lantai. Supir pribadi tidak boleh diperintahkan untuk mencuci pakaian. Dan
contoh-contoh semisalnya. Majikan juga tidak boleh memperlakukan pegawai
sebagaimana memperlakukan budak. Ini adalah bentuk kezaliman.
15
16. Adab 6 :
Tidak Memberikan Pekerjaan
Melebihi Batas
Seorang bos atau atasan tidak boleh membebani pegawainya dengan
pekerjaan yang melebihi batas sehingga ia sangat kelelahan atau berada dalam
bahaya. Dari Abu Sa'id Al Khudri radhiallahu'anhu, Nabi Shallallahu’alaihi
Wasallam bersabda:
َرَارِض َلَو َرَرَض َل
“Tidak boleh membahayakan diri sendiri dan tidak boleh membahayakan orang
lain”17
.
Dari Abu Hurairah dan Abu Dzar radhiallahu'anhuma, bahwa Nabi
Shallallahu'alaihi Wasallam bersabda tentang hak budak:
ُقيطي ل ما ِلالعم من ُُفَلُكي ول َِفبالعرو ُهتوكسو ُهمطعا ِكللمملو
“Budak berhak mendapatkan nafkah makanan dan nafkah pakaian secara
makruf. Dan tidak boleh ia dibebani dengan pekerjaan yang ia tidak
sanggupi”18
.
Ibnu Qudamah rahimahullah menjelaskan hadits ini:
17 HR. Ahmad (I/313) no.2867, dan Ibnu Majah no.2431, Al Albani mengatakan: “Hadits ini hasan dengan
keseluruhan jalannya dan syawahid-nya yang banyak” (Ahkamul Janaiz, hal. 16).
18 HR. Muslim no.1662
16
17. من ويقرب ،عليه يشق ما وهو ،يطيقه ل بعمل يؤدبه أن له يجوِز ول
به يضر ذلك ولن التقدَم؛ عنه ال رضي ذر أبي لديث عنه العجز
به الضرار من منوع وهو ،ويؤذيه
“Tidak boleh seorang tuan menghukum budaknya dengan pekerjaan yang tidak
ia sanggupi sehingga membuat ia kesusahan atau sampai membuat ia lemas.
Berdasarkan hadits Abu Dzar yang barusan. Dan karena hal itu akan
membahayakannya dan mengganggunya. Padahal tidak boleh memberikan
bahaya kepadanya”19
.
Syaikh Abdullah Ath Thayyar rahimahullah juga menjelaskan:
عليه يشق عمل كل وهو يطيقه ل ما ملوكه السيد يكلُف أن يحرَم
) عنه العجز من ويقرب
٣
من يكلُف "ول :التقدَم ذر أبي لديث (؛
-عنه ال رضي- الدري سعيد أبي ِحديث ولعموَم ،"يطيق ل ما العمل
ضار من ضرار ول ضرر "ل :قال - وسلم عليه ال صل ى - ال رسول أن
عليه ال شاق شاق ومن ال "ضاره
“Haram hukumnya seorang tuan membebani budaknya dengan pekerjaan yang
tidak ia sanggupi, yaitu semua pekerjaan yang membuat ia kesusahan atau
membuat ia lemas. Berdasarkan hadits dari Abu Dzar barusan: “tidak boleh ia
dibebani dengan pekerjaan yang ia tidak sanggupi”. Dan juga berdasarkan
19 Al Mughni, 11/436
17
18. keumuman hadits Abu Sa'id Al Khudri, bahwa Rasulullah Shallallahu'alaihi
Wasallam bersabda: “Tidak boleh membiarkan bahaya dan tidak boleh
membahayakan orang lain, siapa yang membahayakan orang lain, Allah akan
memberi ia bahaya, siapa yang menyusahkan orang lain, Allah akan beri ia
kesusahan””20
.
Jika hamba sahaya atau budak saja tidak boleh dibebani pekerjaan yang
melebihi batas, lebih lagi pegawai. Padahal hamba sahaya itu aset yang dimiliki
oleh tuannya yang bisa diperintahkan untuk melakukan pekerjaan apapun.
Itupun tidak boleh dibebani pekerjaan yang berlebihan. Maka apalagi pegawai
yang statusnya adalah orang yang disewa jasanya, bukan aset.
20 Al Fiqhul Muyassar, 5/220
18
19. Adab 7 :
Menerapkan Adab-Adab Sesama
Muslim
Seorang bos atau atasan ia tetap wajib menunaikan hak-hak sesama Muslim
terhadap pegawainya. Di antaranya:
a. Mengucapkan salam
b. Memenuhi undangannya
c. Mendoakan ketika bersin
d. Mengantarkan jenazah
Dari Abu Hurairah radhiallahu'anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu'alaihi
Wasallam bersabda:
ُهَتِيقَل َاذِإ :َالق ِ؟هَلال ُولسَر َاي َنُه َام :ِيلق ،ّتِس ِمِلْسُْلا َ ىلَع ِمِلْسُْلا ّقَِح
َسَطَع َاذِإَو ،ُهَل ْحَصْنَاف َكَحَصْنَتْسا َاذِإَو ،ُهْبِاجَأَف َكَاعَد َاذِإَو ،ِهْيَلَع ْمّلَسَف
ُهْعَبْتَاف َتَام َاذِإَو ،ُهْدُعَف َضِرَم َاذِإَو ،ُهْتّمَشَف َهَلال َدِمَحَف
“Hak sesama Muslim itu ada enam”. Para sahabat bertanya, “Apa saja wahai
Rasulullah?”. Nabi menjawab, “Jika engkau bertemu dengan saudaramu,
ucapkanlah salam kepadanya. Jika ia mengundangmu maka penuhilah. Jika ia
meminta nasehat kepadamu, maka nasehatilah ia. Jika ia bersin dan
mengucapkan hamdalah, maka doakan ia dengan “yarhamukallah”. Jika ia
19
20. sakit, maka jenguklah ia. Jika ia meninggal, maka antarkanlah jenazahnya”21
.
Dari Abu Hurairah radhiallahu'anhu, Nabi Shallallahu'alaihi Wasallam
bersabda:
ِزِئَانَْلا ُعَابّتَاو ِضِيرَْلا ُةَدَايِعَو َِمَلَسال ّدَر ٌسْمَخ ِمِلْسُْلا َ ىلَع ِمِلْسُْلا ّقَِح
ِسِطَاعْلا ُتِيمْشَتَو ِةَوْعَدال ُةَبَااجِإَو
"Hak sesama Muslim ada lima: membalas salamnya, menjenguknya ketika ia
sakit, mengikuti jenazahnya yang dibawa ke kuburan, memenuhi undangannya
dan ber-tasymit ketika ia bersin"22
.
Dari Abdullah bin Mas'ud radhiallahu'anhu, Nabi Shallallahu'alaihi
Wasallam bersabda :
َيِمِلْسُْلا ُوابِرْضَت َلو ،َةَيِدَهْلا ّوادُرَت َلو ،َيِعَادال ُوابِياجَأ
"Hendaknya kalian memenuhi undangan, dan jangan kalian menolak hadiah,
dan jangan kalian memukul sesama Muslim"23
.
e. Tidak boleh mencela pegawai
Dari Abdullah bin Mas’ud radhiallahu’anhu, Nabi Shallallahu’alaihi
Wasallam bersabda:
ّيَذالب ول ِشِِحالافا ول ِنَاعَلال ول ِنَاعَطبال ُنالؤم َسلي
21 HR. Muslim no.2162
22 HR. Al Bukhari no.1164, Muslim no.4022
23 HR. Ahmad no.3838, Ibnu Hibban no.5603, dishahihkan Al Albani dalam Shahih Al Jami' no.158
20
21. “Seorang Mukmin bukanlah orang yang suka mencela, suka melaknat, suka
bicara kotor dan suka bicara jorok”24
.
f. Tidak boleh merendahkan pegawai
Dari Abu Hurairah radhiallahu'anhu, Nabi Shallallahu'alaihi Wasallam
bersabda:
َ ىلع ْمُكُضْعَب ْعِبَي ول ،ُوارَبَدات ول ،ُواضَغَبات ول ،ُواشَاجَنات ول ،ُوادَسَات ل
ول ُهُمِلْظَي ل ،ِمِلْسُلا ُوخأ ُمِلْسُلا ًانْواخإ ِلا َدِباع ُوانُوكو ،ٍضْعَب ِعْيَب
ِبْسَحب ٍتَارَم ٌَثَلث ِهِرْدَص إل ى ُرِيشُيو ُناهها َىوْقَتال ُهُرِقْحَي ول ،ُهُلُذْخَي
،ُهُمَد ،ٌَمَراِح ِمِلْسُلا َ ىلع ِمِلْسُلا ّلُك ،َمِلْسُلا ُهأخا َرِقْحَي ْنأ ّرَشال َنِم ٍئِرْما
ُهُضْرِعو ،ُهُلوما
“Janganlah kalian saling mendengki, saling memfitnah, saling membenci, dan
saling memusuhi. Janganlah ada seseorang di antara kalian yang berjual beli
sesuatu yang masih dalam penawaran muslim lainnya dan jadilah kalian
hamba-hamba Allah yang saling bersaudara. Muslim yang satu dengan muslim
yang lainnya adalah bersaudara tidak boleh menyakiti, merendahkan, ataupun
menghina. Takwa itu ada di sini (Rasulullah menunjuk dadanya), Beliau
mengucapkannya sebanyak tiga kali. Seseorang telah dianggap berbuat jahat
apabila ia menghina saudaranya sesama muslim. Muslim yang satu dengan
yang Iainnya haram darahnya. hartanya, dan kehormatannya”25
.
24 HR. At Tirmidzi no.1977, dishahihkan Al Albani dalam Silsilah Ash Shahihah no.320
25 HR. Muslim no. 2564
21
22. Adab 8 :
Segera Memberikan Upahnya
Seorang bos atau atasan hendaknya segera memberikan upah kepada
pegawainya ketika pegawainya selesai mengerjakan pekerjaan yang disepakati.
Sebagaimana Allah ta'ala berfirman:
َنُهَرُواجُأ َنُهُوتَآف ْمُكَل َنْعَضْرَأ ْنِإَف
“Kemudian jika mereka menyusukan (anak-anak)mu untukmu maka berikanlah
kepada mereka upahnya”26
.
Dalam ayat ini diperintahkan untuk memberi upah kepada wanita yang
menyusui anak orang lain dengan upah. Ibnu Katsir rahimahullah menjelaskan:
“Jika mantan istri yang telah dicerai lalu menyusui anaknya, maka ia berhak
mendapatkan upah. Maka sang mantan istri ini boleh membuat kesepakatan
dengan sang mantan suami atau wali dari anaknya tentang berapa upah
susuannya”27
. Jika seorang ibu saja yang menyusui anaknya sendiri berhak
mendapatkan upah dari mantan suaminya atas susuan tersebut, terlebih lagi
wanita yang menyusui anak orang lain dan juga orang yang bekerja untuk orang
lain.
Wajib memberikan upah kepada pegawai yang telah menyelesaikan
pekerjaannya. Bersengaja tidak memberikan upah kepada pegawai yang telah
menyelesaikan pekerjaannya adalah kezaliman dan diancam dengan ancaman
yang keras. Dalam hadits dari Abu Hurairah radhiallahu'anhu, bahwa Rasulullah
26 QS. Ath Thalaq: 6
27 Tafsir Ibnu Katsir, 8/153
22
23. Shallallahu'alaihi Wasallam bersabda:
ٌلُاجَرو ،َرَدَغ َمُث بي َ ىطْعأ ٌلُاجَر :ِةَمِياقال ََمَوي ْمُهُمْصَخ أنا ٌةَثَلث :ُهَلال َلقا
َهرأاج ِهطُعي ولم منه َ ىفْوَتْسفا ًارِياجأ َرَاجْأَتْسا ٌلُاجَرو ،ُهَنَمَث َلَكفأ ًاّرُِح َعبا
“Allah ta'ala berfirman: Ada tiga orang yang Aku akan menjadi musuhnya di
hari Kiamat: orang yang membuat perjanjian dengan nama-Ku, lalu ia
melanggar perjanjian tersebut, orang yang menjual orang yang merdeka dan
memakan hasilnya, dan orang yang mempekerjakan seorang pekerja kemudian
pekerja ini menyelesaikan pekerjaannya namun tidak diberikan upahnya”28
.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam juga memerintahkan memberikan upah
sebelum keringat si pekerja kering. Dari ‘Abdullah bin ‘Umar radhiallahu'anhu,
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
ُهُقَرَع َُفِجَي ْنَأ َلْبَق ُهَرْاجَأ َرِياجَلا ُواطْعَأ
“Berikan upahnya seorang pekerja sebelum keringatnya kering”29
.
Maksudnya “sebelum keringatnya kering” adalah bersegera memberikan
upah ketika pekerjaan sudah selesai. Al Mula Ali Al Qari rahimahullah
menjelaskan:
ِءَاافِيْلا ِيف ِلَاطْمِْلا ِكْرَتَو ِءَاطْعِْلا ِعَارْسِإ ِيف ُةَغَلَابُْلا ُهْنِم ُدَارُْلَاو
“Maksud hadits ini adalah bersungguh-sungguh untuk mempercepat pembayaran
upah dan tidak menunda-nundanya”30
.
28 HR. Al Bukhari no.2227
29 HR. Ibnu Majah no.2443, Al Baihaqi no.11988, dishahihkan Al Albani dalam Irwaul Ghalil no.1498
30 Mirqatul Mafatih Syarah Misykatul Mashabih, 5/1993
23
24. Atasan yang menunda pemberian upah tanpa udzur, ia telah berbuat zalim.
Dari Abu Hurairah radhiallahu'anhu, N a b i Shallallahu'alahi Wasallam
bersabda:
ٌمْلُظ ّيِنَغْلا ُلْطَم
“Menunda penunaian kewajiban (bagi yang mampu) termasuk kezaliman”31
.
31 HR. Al Bukhari no. 2400 dan Muslim no. 1564
24
25. Adab 9 :
Memberikan Hak-Hak Pegawai
Sesuai Aturan Ulil Amri
Para bos dan atasan hendaknya menaati aturan dari ulil amri (pemerintah)
dalam masalah ketenaga-kerjaan dan hak-hak pegawai. Terkait dengan besaran
gaji, tunjangan, hak cuti, hak kesehatan dan lain-lainnya. Allah ta’ala berfirman:
ِنإَف ْمُكِنم ِرْمَلا ِيلْوُأَو َلُوسَرال ْاُوعِيطَأَو َّلا ْاُوعِيطَأ ْاُونَمآ َنِيذَلا َاهّيَأ َاي
ِرِخال َِمْوَيْلَاو ِّلِاب َنُونِمْؤُت ْمُتُنك ِنإ ِلُوسَرَالو ِّلا َ ىلِإ ُهّودُرَف ٍءْيَش ِيف ْمُتْعَِزَانَت
ًلِيوْأَت ُنَسِْحَأَو ٌرْيَخ َكِلَذ
“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan
ulil amri di antara kamu. kemudian jika kamu berlainan Pendapat tentang
sesuatu, Maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul
(sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian.
yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya”32
.
Dari Ibnu Umar radhiallahu’anhuma, Rasulullah Shallallahu’alaihi
Wasallam bersabda:
فإن بعصية يؤمر أن إل وكره أِحب فيما والطاعة السمع السلم الرء عل ى
32 QS. An Nisa: 59
25
26. طاعة ول سمع فل بعصية أمر
“Wajib bagi setiap Muslim untuk mendengar dan taat kepada pemimpinnya baik
dalam perkara yang ia sukai atau yang ia benci. Kecuali jika ia memerintahkan
suatu maksiat. Jika ia memerintahkan suatu maksiat maka tidak boleh
mendengar dan taat”33
.
Imam An Nawawi rahimahullah mengatakan:
معصية غير في المراء طاعة واجوب عل ى العلماء أاجمع
“Para ulama ijma akan wajibnya taat kepada ulil amri selama bukan dalam
perkara maksiat”34
.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata:
والماعة ُنةسال أهل أصول من أصل الئمة اجور عل ى الصبر
“Sabar terhadap kezaliman penguasa adalah salah satu pokok Ahlussunnah wal
Jama’ah”35
.
Maka para bos dan atasan wajib taat kepada aturan pemerintah seputar
ketenaga-kerjaan, selama aturan tersebut tidak melanggar syariat.
33 HR. Muslim no.1839
34 Syarah Shahih Muslim, 12/222
35 Majmu’Al Fatawa, 28/179
26
27. Adab 10 :
Memberikan Nasehat Yang Baik
Andaikan pegawai melakukan kesalahan atau pekerjaan yang kurang
sesuai, hendaknya atasan dan bos memberikan nasehat dengan cara yang baik
dan bijaksana. Dari Tamim ad-Dari radhiallahu'anhu, bahwa Rasulullah
Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:
َيِمِلْسُلا ِةَمِئَلو ِهِلَسورِلو ِهِبِتاكِلو ِهَلِل :َلقا ْ؟نَِل :ْنالُق .ُةَحِيصَنال ُنّيدال
ْمِهِتَموعا
“Agama adalah nasehat”. Para sahabat bertanya: “Untuk siapa?”. Beliau
menjawab: “Untuk Allah, kitab-Nya, Rasul-Nya, para imam kaum muslimin dan
umat muslim seluruhnya”36
.
Menasehati seseorang dari kesalahannya pada hakikatnya adalah usaha
untuk menolong dan menyayanginya. Dari Anas bin Malik radhiallahu'anhu,
Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:
،ًامُولْظَم ُهُرُصْنَن هذا ،ِهَلال َلُوسَر يا :قالوا ،ًامُولْظَم ْوَأ ًاِلَاظ َكَاخَأ ْرُصْنا
ِههْيَدَي َقْوَف ُذُخْأَت :َلقا ًا؟ِلَاظ ُهُرُصْنَن َُفَكيف
“Tolonglah saudaramu yang zhalim dan yang dizhalimi”. Para sahabat
bertanya: “Wahai Rasulullah, kami paham bahwa yang dizhalimi mesti
36 HR. Muslim no.55
27
28. ditolong, namun bagaimana menolong orang yang zhalim?”. Beliau bersabda:
“Tariklah tangannya (dari berbuat kezhaliman)”37
.
Di antara adab dalam menasehati adalah tidak menasehati pegawai di depan
umum. Imam Asy Syafi’i rahimahullah berkata:
فإن. ْهالماع في النصيحة ْنيبواجن . انافرادي في بنصحك تعمدني
خالافتني وإن . ْهاستماع أرض ى ل التوبيخ من .نوع الناس بي النصح
ْهطاع َطْعُت لم إذا ْعتز فل .قولي وعصيت
“Berilah nasihat kepadaku ketika aku sendiri. Jauhilah memberikan nasihat di
tengah-tengah keramaian. Sesungguhnya nasihat di tengah-tengah manusia itu
termasuk sesuatu Pelecehan yang aku tidak suka mendengarkannya. Jika engkau
menyelisihi dan menolak saranku. Maka janganlah engkau marah jika kata-
katamu tidak aku turuti”38
.
Demikian beberapa adab-adab atasan yang hendaknya diterapkan kepada
para pegawainya. Semoga Allah ta'ala memberikan taufik kepada kita semua
untuk menerapkan adab dan akhlak yang mulia.
37 HR. Al Bukhari, no. 2444
38 Diwan Asy Syafi’i, hal. 56
28
29. Penutup
Banyak bos dan atasan yang tidak menyadari bahwa posisi mereka adalah
amanah yang harus dijaga. Para bos dan atasan selain harus menunaikan
tugasnya dalam mengelola pekerjaan, mereka juga harus menunaikan hak-hak
para pegawainya dengan baik. Ini amanah yang akan dimintai pertanggung-
jawabannya oleh Allah ta'ala. Allah ta'ala berfirman:
َنُومَلْعَت ْمُتْنَأَو ْمُكِتَانَامَأ ُوانُوخَتَو َلُوسَرَالو َهَلال ُوانُوخَت َل ُوانَمآ َنِيذَلا َاهّيَأ َاي
"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kalian mengkhianati Allah dan
Rasul-Nya, serta jangan kalian mengkhianati amanah-amanah kalian. Padahal
kalian mengetahui"39
.
Mudah-mudahan tulisan yang ringkas ini membantu para bos dan atasan
untuk menunaikan amanah mereka dengan baik. Semoga Allah ta'ala
menerimanya sebagai amalan shalih dan pemberat timbangan amalan kebaikan
di Yaumul Mizan.
Al faqir ila maghfirati Rabbihi
Yulian Purnama
39 QS. Al Anfal: 27
29
30. Daftar Pustaka
• Al Fiqhul Muyassar, Syaikh Abdullah Ath Thayyar
• Al Mubdi’Syarah Al Muqni’, Ibnu Muflih
• Al Mughni, Ibnu Qudamah
• Ashl Sifah Shalatin Nabi, Syaikh Muhammad Nashiruddin Al Albani
• Diwan Asy Syafi’i
• Fatawa Al Lajnah Ad Daimah lil Buhuts wal Ifta'
• Fatawa Nurun ‘alad Darbi, Syaikh Abdul Aziz bin Baz
• Majmu' Al Fatawa, Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah
• Mausu'ah Fiqhiyyah Durar Saniyyah
• Mausu'ah Fiqhiyyah Kuwaitiyah
• Mirqatul Mafatih Syarah Misykatul Mashabih, Al Mula Ali Al Qari
• Tafsir Ibnu Katsir
30
31. Biografi penulis
Yulian Purnama, S.Kom. Dilahirkan di desa Citeureup, Kabupaten Bogor.
Dibesarkan di desa Cileungsi, Kabupaten Bogor. Mengenyam pendidikan
menengah atas di SMUN 1 Bogor, dekat dengan Kebun Raya Bogor. Mencicipi
pendidikan tinggi S1 Ilmu Komputer UGM di Yogyakarta, lulus tahun 2008.
Sambil kuliah, menuntut manisnya ilmu agama di Ma’had Al ‘Ilmi
Yogyakarta. Mendapatkan pelajaran dari :
Al Ustadz Amrullah Akadhinta, ST. : kitab Al Muyassar Fi ‘Ilmi An
Nahwi;
Al Ustadz M. Nur Ichwan Muslim, ST. : kitab At Tas-hil Qawa’id
Lughah At Tanzil,
Al Ustadz Ari Wahyudi, SSi: kitab Mulakhas Qawaidil Lughatil
Arabiyyah
Al Ustadz Muhammad Abduh Tuasikal, ST.,M.Eng : kitab Al Mukhtarat
Qawa’id Al Lughah;
Al Ustadz Sa’id Abu Ukasyah: kitab Al Ushul At Tsalatsah;
Al Ustadz Afifi Abdul Wadud, BA. : kitab Al Qawa’id Al Arba’ah;
Al Ustadz Abu Dihyah Marwan, BA. : kitab Al Qawa’id Al Mutsla;
Al Ustadz Abu Isa Abdullah bin Salam: Kitab At Tauhid Li Syaikh At
Tammimi, Syarh Al ‘Aqidah Ath Thahawiyyah;
Al Ustadz Faharuddin, BA.: kitab Bulughul Maram Bab Thaharah s/d
31
32. bab Zakat;
Al Ustadz Aris Munandar, Ss.MPi. : Shifatu Shalati An Nabiy, Shifatu
Shaumi An Nabiy, Ahkam Al ‘Idain, Al Manhaj As Salikin, Al Ushul Min
‘Ilmil Ushul, Bahjah Qulubi Al Abrar, Al Kabaair Li Adz Dzahabiy,
sebagian kitab Ma’alim Ushulil Fiqh ‘Inda Ahlissunnah Wal Jama’ah,
Maqashidus Syari’ah ‘indabni Taimiyyah, sebagian kitab Al Mulakhas
Al Fiqhi, Syarah Al Aqidah Ath Thahawiyyah, dan kitab-kitab lainnya.
Al Ustadz Abu Sa’ad Muhammad Nur Huda, MA. : Zaadud Da’iyah
ilallah dan kitab lainnya.
Al Ustadz Subhan Khadafi Lc. : fikih faraidh (waris)
Al Ustadz Badrusalam Lc. : sebagian kitab Silsilah Ahadits Shahihah
jilid 1 dan 2, syarah singkat kitab Nukhbatul Fikar
Al Ustadz Zainuddin Abu Qushaiy: Tafsir As Sam’ani dari awal hingga
surat An Nisa, Syarh Nawaqidhil Islam Lisy Syaikh Al Fauzan, sebagian
kitab Bulughul Maram
Juga mengikuti daurah-daurah singkat bersama para masyaikh timur tengah
yang datang ke Indonesia diantaranya:
Asy Syaikh Dr. Haitsam Sarhan, membahas kitab Ad Durus Al
Muhimmah li ‘Aammatil Ummah karya Syaikh Ibnu Baz.
Asy Syaikh Dr. Sa’ad bin Nashir Asy Syatsri, membahas kitab
Muqaddimah fii Ilmil Maqashid Asy Syariah.
Asy Syaikh Dr. Anis bin Thahir Al Andunisi, membahas Dhawabit
Muhimmah li Husni Fahmis Sunnah dan sebagian kitab Syamail
Muhammadiyyah.
32
33. Asy Syaikh Dr. Ibrahim bin Amir Ar Ruhaili, membahas kitab Al Ihkam
fi Sabri Ahwalil Hukkam wa maa Yusyra’u li Ar Ra’iyyati minal Ahkam.
Asy Syaikh Dr. Ashim bin Abdillah Al-Qaryuti, membahas hadits
Musalsal Awwaliyah dan Tsulatsiyat Al Bukhari.
Asy Syaikh Dr. Ali Abu Haniyyah, membahas kitab At Tashfiyah wat
Tarbiyah fi Waqi’as-Salaf.
Mendapatkan ijazah sanad untuk:
Hadits Musalsal Awwaliyah dari Asy Syaikh Ashim bin Abdillah Al-
Qaryuti.
Tsulatsiyat Al Bukhari dari Asy Syaikh Ashim bin Abdillah Al-Qaryuti
Beberapa karya tulis yang pernah ditulis di antaranya:
1. Shalatlah Sebagaimana Melihatku Shalatnya (sudah dicetak)
2. Inti Agama Islam (sudah dicetak)
3. Boleh Dan Tidak Boleh Terhadap Non Muslim (sudah dicetak)
4. Enam Pilar Akidah Dan Manhaj (sudah dicetak)
5. Bagaimana Menuntut Ilmu? (sudah dicetak)
6. Kupas Tuntas Sutrah Shalat (sudah dicetak)
7. Hukum Tabarruk Dengan Jasad Dan Kuburan Orang Shalih (PDF)
8. Alam Kubur Itu Benar Adanya (sudah dicetak)
9. Begini Maksudnya! Penjelasan 45 Hadits Yang Banyak Disalah-Pahami
33
34. (sudah dicetak)
10. Kupas Tuntas Hukum Gambar Makhluk Bernyawa (sudah dicetak)
11. Sembelihanku Hanya Untuk Allah (PDF)
12. Ringkasan Fikih Puasa (PDF)
13. Meminta Hujan Sesuai Tuntunan Syariat (PDF)
14. Kumpulan Fatwa Ulama Dalam Masalah Aqidah (PDF)
15. Kartu Hafalan Anak Islam (PDF)
16. Beberapa Salah Kaprah Seputar Puasa Ramadhan (PDF)
17. Tebarkanlah Salam (PDF)
18. Fikih Pengurusan Jenazah (PDF)
19. Larangan Duduk Di Majelis Ahlul Bid'ah (PDF)
20. 20 Konflik Rumah Tangga Dan Solusinya (sudah dicetak)
21. Berwudhu Dengan Ilmu (PDF)
34