SlideShare a Scribd company logo
1 of 35
Download to read offline
1
Adab-Adab Terhadap
Pegawai
Penulis:
Yulian Purnama
(semoga Allah mengampuninya dan kedua orang tuanya)
Edisi Pertama:
Rabi'ul Awal 1445H
website: kangaswad.wordpress.com | facebook: fb.me/yulianpurnama |
instagram: @kangaswad | twitter: @kangaswad | youtube:
youtube.com/yulianpurnama | telegram: @fawaid_kangaswad
2
Daftar Isi
Daftar Isi.............................................................................................................. 3
Mukadimah.......................................................................................................... 4
Adab 1 : Membuat Akad Yang Jelas.....................................................................5
Adab 2 : Tidak Memberikan Pekerjaan Di Luar Akad..........................................7
Adab 3 : Tidak Melarangnya Melakukan Kewajiban...........................................9
Adab 4 : Tidak Memerintahkan Maksiat............................................................ 11
Adab 5 : Pegawai Berbeda Dengan Budak.........................................................14
Adab 6 : Tidak Memberikan Pekerjaan Melebihi Batas.....................................16
Adab 7 : Menerapkan Adab-Adab Sesama Muslim............................................19
Adab 8 : Segera Memberikan Upahnya..............................................................22
Adab 9 : Memberikan Hak-Hak Pegawai Sesuai Aturan Ulil Amri....................25
Adab 10 : Memberikan Nasehat Yang Baik........................................................27
Penutup.............................................................................................................. 29
Daftar Pustaka.................................................................................................... 30
Biografi penulis..................................................................................................31
3
Mukadimah
ِ‫م‬ْ‫ي‬ِ‫ِح‬َ‫ر‬‫ال‬ ِ‫ن‬َ‫م‬ْ‫ِح‬َ‫ر‬‫ال‬ ‫ال‬ ِ‫م‬ْ‫س‬ِ‫ب‬
Segala puji bagi Allah Rabb semesta alam, yang tidak sesembahan yang
haq kecuali Ia. Shalawat serta salam semoga senantiasa terlimpah kepada sayyid
kita, Nabi Muhammad Shallallahu'alaihi Wasallam, keluarga beliau, para
sahabat beliau dan orang-orang yang mengikuti beliau dengan ihsan.
Islam adalah agama yang sempurna dan universal. Islam telah mengajarkan
adab-adab kebaikan dalam setiap sendi kehidupan. Termasuk adab-adab dalam
dunia pekerjaan. Banyak yang telah membahas adab-adab seorang pegawai.
Namun perlu diketahui bahwa Islam juga mengajarkan adab-adab atasan atau
bos terhadap pegawainya.
Risalah yang ringkas ini akan menjelaskan tentang beberapa adab terhadap
pegawai. Semoga menjadi perhatian bagi para bos dan atasan yang
mempekerjakan para pegawai.
Kami memohon kepada Allah ta'ala agar menjadikan amalan yang sedikit
ini bermanfaat bagi penulisnya, pembacanya dan seluruh kaum Muslimin.
Semoga Allah ta'ala jadikan amalan ini sebagai amalan yang ikhlas hanya
mengharap wajah Allah semata.
Yulian Purnama
4
Adab 1 :
Membuat Akad Yang Jelas
Hubungan antara majikan dan pegawainya adalah hubungan jual-beli jasa,
lebih tepatnya akad ijarah (sewa) jasa. Majikan menyewa pegawainya untuk
melakukan pekerjaan tertentu di waktu tertentu. Maka akad ijarah yang dibuat di
sini haruslah jelas sejak awal. Jelas pekerjaannya, jelas rentang waktunya, dan
jelas upahnya. Dari Abu Hurairah radhiallahu ’anhu, ia berkata,
ِ‫ر‬َ‫ر‬َ‫غ‬‫ال‬ ِ‫ع‬ْ‫ي‬َ‫ب‬ ْ‫ن‬َ‫ع‬َ‫و‬ ،ِ‫ة‬‫َا‬‫ص‬َ‫ل‬‫ا‬ ِ‫ع‬ْ‫ي‬َ‫ب‬ ‫عن‬ َ‫م‬َ‫ل‬َ‫س‬َ‫و‬ ‫عليه‬ ُ‫ه‬َ‫ل‬‫ال‬ ‫َ ى‬‫ل‬َ‫ص‬ ِ‫ل‬‫ا‬ ُ‫ل‬‫َسو‬‫ر‬ ‫َ ى‬‫ه‬َ‫ن‬
“Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam melarang jual beli dengan mengundi
kerikil dan melarang jual beli gharar”1
.
Jual beli gharar adalah jual beli yang terdapat unsur ketidak-jelasan.
Akad ijarah harus jelas jangka waktunya dan jelas upahnya. Ibnu Qudamah
rahimahullah mengatakan,
‫ول‬ .ٍ‫ة‬َ‫ن‬َ‫س‬‫و‬ ٍ‫ر‬ْ‫ه‬َ‫ش‬‫ك‬ ً‫ة‬‫ْلوم‬‫ع‬َ‫م‬ َ‫ن‬‫تكو‬ ‫أن‬ ُ‫ب‬ِ‫ج‬َ‫ي‬ ٍ‫ة‬َ‫د‬ُ‫م‬ ‫عل ى‬ ْ‫ت‬َ‫ع‬َ‫ق‬َ‫و‬ ‫إذا‬ َ‫ة‬‫الاجار‬ َ‫ن‬‫أ‬
‫ُه‬‫م‬َ‫ل‬‫َع‬‫ن‬ ‫هذا‬ ‫في‬ َ‫َف‬‫ِل‬‫خ‬
“Ijarah jika sudah disepakati untuk terjadi dalam jangka waktu tertentu, maka
wajib diketahui jangka waktunya. Hal ini tidak ada khilaf di antara ulama yang
kami ketahui”2
.
1 HR. Muslim no. 1513
2 Al Mughni, 5/323
5
Beliau juga mengatakan,
‫ًا‬‫ف‬‫ِل‬‫خ‬ ‫ذلك‬ ‫في‬ ُ‫م‬َ‫ل‬‫َع‬‫ن‬ ‫ل‬ .‫ًا‬‫م‬‫ْلو‬‫ع‬َ‫م‬ ‫ُه‬‫ن‬ْ‫و‬َ‫ك‬ ِ‫ة‬‫الاجار‬ ِ‫ض‬َ‫و‬ِ‫ع‬ ‫في‬ ُ‫ط‬َ‫ر‬َ‫ت‬‫ُش‬‫ي‬
“Dipersyaratkan dalam ijarah, upahnya harus diketahui secara pasti. Tidak kami
ketahui adanya khilaf dalam masalah ini”3
.
Termasuk di dalamnya, tidak boleh melakukan akad sewa jasa yang tidak
jelas upahnya. Syaikh Abdul Aziz bin Baz rahimahullah menjelaskan, “Pemilik
usaha wajib menentukan upah yang jelas. Ia tidak boleh mempekerjakan orang
seperti itu yaitu tanpa upah yang jelas. Karena ini akan membawa kepada
perselisihan dan permusuhan. Karena ini merupakan bentuk upah yang majhul
(tidak jelas), maka tidak diperbolehkan”4
.
3 Al Mughni, 5/323
4 Fatawa Nurun ‘alad Darbi Syaikh Ibnu Baz, 1/1481
6
Adab 2 :
Tidak Memberikan Pekerjaan Di
Luar Akad
Ketika akad pekerjaan sudah jelas, maka pegawai hanya dituntut untuk
bekerja sesuai dengan akad yang telah disepakati. Majikan tidak boleh
memberikan pekerjaan di luar cakupan pekerjaan yang telah disepakati. Allah
ta'ala berfirman:
ِ‫د‬‫ُو‬‫ق‬ُ‫ع‬ْ‫ل‬‫ِا‬‫ب‬ ‫ُوا‬‫ف‬ْ‫و‬َ‫أ‬ ‫ُوا‬‫ن‬َ‫م‬‫آ‬ َ‫ن‬‫ِي‬‫ذ‬َ‫ل‬‫ا‬ ‫َا‬‫ه‬ّ‫ي‬َ‫أ‬ ‫َا‬‫ي‬
“Wahai orang-orang yang beriman, penuhilah akad-akad yang kalian
sepakati”5
.
Dari 'Amr bin Auf Al Muzanni radhiallahu'anhu, bahwa Rasulullah
Shallallahu'alahi Wasallam bersabda:
‫ًا‬‫م‬‫ِحرا‬ َ‫ل‬‫أِح‬ ْ‫و‬‫أ‬ َ‫ل‬‫ِحل‬ َ‫َم‬َ‫ر‬‫ِح‬ ‫ًا‬‫ط‬‫شر‬ ‫َا‬‫ل‬‫إ‬ ْ‫م‬‫ِه‬‫ط‬‫شرو‬ ‫عل ى‬ َ‫ن‬‫والسلمو‬
“Kaum Muslimin wajib memenuhi apa yang mereka persyaratkan, kecuali
syarat yang mengharamkan yang halal dan menghalalkan yang haram”6
.
Maka membebani pegawai di luar cakupan pekerjaan yang disepakati, ini
adalah bentuk kezaliman dan pengkhianatan terhadap perjanjian. Kecuali jika
dibuat kesepakatan yang baru yang diridhai kedua belah pihak atau pegawai
ridha untuk mengerjakan pekerjaan di luar akad tersebut.
5 QS. Al Maidah: 1
6 HR. At Tirmidzi no. 1352, Ibnu Majah no.2353, At Tirmidzi berkata: “hasan shahih”
7
Dan akad ijarah adalah akad lazim. Artinya, akadnya bersifat mengikat,
sehingga untuk membatalkan akad atau mengubah akad, perlu persetujuan dari
kedua belah pihak. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah mengatakan:
ِ‫ر‬ّ‫اج‬َ‫ؤ‬ُ‫م‬‫لل‬ ‫وليس‬ ،َ‫ي‬‫ِم‬‫ل‬‫ُس‬‫ل‬‫ا‬ ِ‫ق‬‫ّافا‬‫ت‬‫با‬ ِ‫ي‬‫َف‬‫ر‬َ‫ط‬‫ال‬ ‫ِن‬‫م‬ ٌ‫ة‬‫ِم‬‫ِز‬‫ل‬ ‫فهي‬ ً‫ة‬‫َحيح‬‫ص‬ ْ‫ت‬َ‫ن‬‫كا‬ ‫إن‬
َ‫ر‬ِ‫اج‬‫َأ‬‫ت‬ْ‫س‬ُ‫ل‬‫ا‬ َ‫ج‬ِ‫ر‬‫ُخ‬‫ي‬ ‫أن‬
“Akad ijarah jika telah sah, maka ia bersifat lazimah (mengikat) terhadap kedua
belah pihak, berdasarkan kesepakatan seluruh ulama. Penyewa tidak bisa secara
sepihak mengeluarkan pegawai dari akad”7
.
Sehingga jika atasan ingin memberikan tugas lain di luar akad, seharusnya
mengubah akad yang ada dengan persetujuan kedua belah pihak, atau meminta
keridhaan pegawai untuk melakukan tugas lain tersebut.
7 Majmu' Al Fatawa, 30/185
8
Adab 3 :
Tidak Melarangnya Melakukan
Kewajiban
Pada asalnya, waktu dari si pegawai pada jam kerja yang disepakati adalah
milik majikannya. Pegawai tidak boleh menggunakan waktunya untuk aktivitas
lainnya selain aktivitas pekerjaan yang diminta oleh majikannya. Namun,
majikan tidak boleh memerintahkan pegawainya untuk meninggalkan
kewajiban-kewajiban pribadi si pegawai. Seperti kewajiban shalat fardhu, shalat
Jum'at, shalat Id, dan semisalnya. Dan pegawai tidak wajib mengganti rugi jika
jam kerjanya ia gunakan untuk melaksanakan kewajiban-kewajiban tersebut.
Ibnu Muflih rahimahullah mengatakan,
‫إل ى‬ ‫َه‬‫س‬ْ‫اف‬َ‫ن‬ ‫ّم‬‫ل‬‫ُس‬‫ي‬ ‫الذي‬ ‫]وهو‬ ،‫عليه‬ َ‫ص‬‫ن‬ ّ‫ص‬‫الا‬ ‫الاجير‬ ‫عل ى‬ َ‫ن‬‫ضما‬ ‫ول‬
‫في‬ ‫َها‬‫ع‬ْ‫اف‬َ‫ن‬ ُ‫ر‬ِ‫اج‬‫ُستأ‬‫ل‬‫ا‬ ّ‫ق‬ِ‫ح‬‫َست‬‫ي‬ ً‫ة‬‫معلوم‬ ً‫ة‬َ‫د‬ُ‫م‬ ُ‫د‬‫العق‬ ‫عليه‬ ‫يقع‬ :‫أي‬ [‫ِر‬‫اج‬‫ُستأ‬‫ل‬‫ا‬
ٍ‫ة‬‫اجمع‬ ِ‫ة‬‫وصل‬ ،‫ِها‬‫ن‬َ‫ن‬ُ‫س‬‫ب‬ ‫أوقاتها‬ ‫في‬ ِ‫س‬‫الم‬ ‫َلوات‬‫ص‬‫ال‬ ِ‫ل‬‫فع‬ ‫سوى‬ ،‫اجمعها‬
َ‫ة‬َ‫د‬ُ‫ل‬‫ا‬ ‫تلك‬ ‫بنافعه‬ ِ‫ر‬ِ‫اج‬‫ُستأ‬‫ل‬‫ا‬ ‫لختصاص‬ ‫ًا‬ّ‫ص‬‫خا‬ َ‫ي‬ّ‫م‬ُ‫س‬‫و‬ ‫َستنيب؛‬‫ي‬ ‫ول‬ ،ٍ‫د‬‫ِي‬‫ع‬‫و‬
“[Tidak ada denda bagi al-ajir al-khash] beliau (penulis kitab Al-Muqni’)
menegaskan hal ini. [dia adalah orang yang menyerahkan jasanya kepada al-
musta’jir (majikan)], maksudnya: telah terjadi akad ijarah untuk jangka waktu
tertentu, yang pada rentang waktu ini al-musta’jir berhak mengambil manfaat
9
dari al-ajir al-khas. Kecuali waktu yang digunakan untuk salat lima waktu pada
waktunya, disertai dengan sunnah-sunnahnya, salat Jumat, dan salat ‘Id tanpa
perlu mengganti jam kerja. Al-ajir (karyawan) tersebut dilabeli dengan istilah
“khash” karena ia mengkhususkan rentang waktu kerjanya tersebut untuk
memberikan manfaat kepada al musta’jir (majikan)”8
.
Para ulama dalam Al Lajnah Ad Daimah lil Buhuts wal Ifta' ditanya, “Saya
diminta untuk bekerja oleh bos saya ketika sudah datang waktu shalat. Apakah
saya tetap mengerjakan ataukah tidak?”. Mereka menjawab, “Jika bos anda
memerintahkan demikian namun anda tetap bisa menunaikan shalat berjamaah
di masjid, maka tidak mengapa anda melakukan tugas tersebut. Selama yang
diperintahkan tersebut bukan perkara haram. Jika tugas tersebut adalah perkara
yang haram, atau bisa menghalangi anda untuk shalat berjama'ah di masjid,
maka tidak boleh menaatinya. Berdasarkan sabda Nabi Shallallahu'alaihi
Wasallam: “Sesungguhnya ketaatan itu hanya dalam perkara yang ma'ruf”. Dan
sabda beliau: “Tidak ada ketaatan kepada makhluk dalam maksiat kepada
Allah””9
.
Dalil-dalil untuk masalah ini juga sama dengan dalil pada poin ke empat di
halaman berikutnya.
8 Al-Mubdi’Syarah Al Muqni’, 5/108
9 Fatawa Al Lajnah, 7/303 -304
10
Adab 4 :
Tidak Memerintahkan Maksiat
Bos atau atasan tidak boleh memerintahkan pegawainya melakukan
maksiat, dan pegawai pun tidak boleh taat ketika diperintahkan untuk berbuat
maksiat, sekalipun itu dalam urusan pekerjaan. Taat kepada Allah dan Rasul-Nya
harus lebih didahulukan. Dari Ali bin Abi Thalib radhiallahu’anhu, Rasulullah
Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:
ِ‫َف‬‫ُو‬‫ر‬ْ‫ع‬َْ‫ل‬‫ا‬ ‫ِي‬‫ف‬ ُ‫ة‬َ‫ع‬‫َا‬‫ط‬‫ال‬ ‫َا‬‫م‬َ‫ن‬ِ‫إ‬ ٍ‫ة‬َ‫ي‬ِ‫ص‬ْ‫ع‬َ‫م‬ ‫ِي‬‫ف‬ َ‫ة‬َ‫ع‬‫َا‬‫ط‬ َ‫ل‬
”Tidak ada ketaatan di dalam maksiat, taat itu hanya dalam perkara yang
ma’ruf”10
.
Dalam riwayat Imam Ahmad dengan lafadz:
ِ‫ل‬‫ا‬ ِ‫ة‬َ‫ي‬ِ‫ص‬ْ‫ع‬َ‫م‬ ‫ِي‬‫ف‬ ٍ‫ر‬َ‫ش‬َ‫ب‬ِ‫ل‬ َ‫ة‬َ‫ع‬‫َا‬‫ط‬ َ‫ل‬
“Tidak ada ketaatan kepada manusia dalam bermaksiat kepada Allah”11
.
Tidak ada ketaatan secara mutlak kecuali hanya kepada Allah dan Rasul-
Nya. Adapun selain keduanya tidak boleh diserahkan ketaatan secara total.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah mengatakan:
،‫ذلك‬ ‫في‬ ‫ضل‬ ‫فقد‬ ً‫ل‬‫ِحا‬ ‫أو‬ ً‫ا‬‫اعتقاد‬ ً‫ا‬‫مطلق‬ ‫طاعته‬ ‫فأواجب‬ ً‫ا‬‫إمام‬ ‫نصب‬ ‫من‬
10 HR. Al Bukhari, no. 7257; Muslim, no. 1840
11 HR. Ahmad (2/318)
11
ً‫ا‬‫معصوم‬ ً‫ا‬‫إمام‬ ‫وقت‬ ‫كل‬ ‫في‬ ‫اجعلوا‬ ‫ِحيث‬ ،‫المامية‬ ‫الرافضة‬ ‫الضلل‬ ‫كأئمة‬
‫كل‬ ‫في‬ ‫بعده‬ ‫أِحد‬ ‫طاعة‬ ‫تب‬ ‫ول‬ ،‫الرسول‬ ‫بعد‬ ‫معصوَم‬ ‫ل‬ ‫فإنه‬ ،‫طاعته‬ ‫تب‬
‫شيء‬
“Siapa yang mengangkat imam yang diklaim wajib untuk ditaati secara mutlak
lahir dan batin, maka ia telah tersesat. Seperti para imam syiah rafidhah
imamiyah. Mereka menjadikan imam-imam mereka sebagai sosok yang maksum
dan wajib ditaati secara total. Karena tidak ada manusia yang maksum selain
Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam. Maka tidak wajib untuk taat secara
mutlak kepada siapapun setelah beliau”12
.
Imam Asy Syafi’i rahimahullah berkata:
‫وسلم‬ ‫عليه‬ ‫ال‬ ‫صل ى‬ ‫ال‬ ‫رسول‬ ‫سنة‬ ‫له‬ ‫استبانت‬ ‫من‬ ‫أن‬ ‫عل ى‬ ‫الناس‬ ‫أاجمع‬
‫الناس‬ ‫من‬ ‫أِحد‬ ‫لقول‬ ‫يدعها‬ ‫أن‬ ‫له‬ ‫يكن‬ ‫لم‬
“Para ulama bersepakat bahwa jika seseorang sudah dijelaskan padanya sunnah
Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam tidak boleh ia meninggalkan sunnah
demi membela pendapat siapapun”13
.
Seorang Mukmin tentulah harus lebih mendahulukan aturan Allah dan
Rasul-Nya daripada aturan yang lain. Itulah konsekuensi iman yang benar. Allah
ta’ala berfirman:
12 Majmu' Al Fatawa, 19/69
13 Diriwayatkan oleh Ibnul Qayyim dalam I’lamul Muwaqqi'in (2/361). Dinukil dari Ashl Sifah Shalatin
Nabi (hal.28)
12
ْ‫ن‬ِ‫م‬ ُ‫ة‬َ‫ر‬َ‫ي‬ِْ‫ل‬‫ا‬ ُ‫م‬ُ‫ه‬َ‫ل‬ َ‫ن‬‫ُو‬‫ك‬َ‫ي‬ ْ‫ن‬َ‫أ‬ ‫ًا‬‫ر‬ْ‫م‬َ‫أ‬ ُ‫ه‬ُ‫ل‬‫ُو‬‫س‬َ‫ر‬َ‫و‬ ُ‫ل‬‫ا‬ ‫َ ى‬‫ض‬َ‫ق‬ ‫َا‬‫ذ‬ِ‫إ‬ ٍ‫ة‬َ‫ن‬ِ‫م‬ْ‫ؤ‬ُ‫م‬ ‫َل‬‫و‬ ٍ‫ن‬ِ‫م‬ْ‫ؤ‬ُِ‫ل‬ َ‫ن‬‫َا‬‫ك‬ ‫َا‬‫م‬َ‫و‬
ْ‫م‬ِ‫ه‬ِ‫ر‬ْ‫م‬َ‫أ‬
“Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mukmin dan tidak (pula) bagi
perempuan yang mukmin, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu
ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka”14
.
Dari Anas bin Malik radhiallahu’anhu, Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam
bersabda:
،ِ‫ه‬َ‫ل‬ِ‫ل‬ ‫َا‬‫ل‬‫إ‬ ُ‫ه‬ّ‫ب‬ِ‫ح‬ُ‫ي‬ ‫ل‬ َ‫ء‬ْ‫ر‬َ‫ل‬‫ا‬ ّ‫ب‬ِ‫ح‬ُ‫ي‬ َ‫ن‬‫كا‬ ‫َن‬‫م‬ :ِ‫ن‬‫الميا‬ َ‫م‬ْ‫ع‬َ‫ط‬ َ‫د‬َ‫اج‬‫و‬ ‫فيه‬ َ‫ن‬ُ‫ك‬ ‫َن‬‫م‬ ٌ‫ٌث‬‫َل‬‫ث‬
ِ‫ر‬‫َا‬‫ن‬‫ال‬ ‫في‬ ‫َ ى‬‫ق‬ْ‫ل‬ُ‫ي‬ ْ‫ن‬‫أ‬ َ‫ن‬‫كا‬ ‫َن‬‫م‬‫و‬ ،‫ُما‬‫ه‬‫ِوا‬‫س‬ ‫َا‬‫م‬ ِ‫ه‬ْ‫ي‬َ‫ل‬‫إ‬ َ‫ب‬َ‫ِح‬‫أ‬ ُ‫ه‬ُ‫ل‬‫َسو‬‫ر‬‫و‬ ُ‫ه‬َ‫ل‬‫ال‬ َ‫ن‬‫كا‬ ‫َن‬‫م‬‫و‬
‫منه‬ ُ‫ه‬َ‫ل‬‫ال‬ ُ‫ه‬َ‫ذ‬َ‫ق‬ْ‫ن‬‫أ‬ ْ‫ن‬‫أ‬ َ‫د‬ْ‫ع‬َ‫ب‬ ِ‫ر‬ْ‫اف‬ُ‫ك‬‫ال‬ ‫في‬ َ‫ع‬ِ‫اج‬ْ‫ر‬َ‫ي‬ ْ‫ن‬‫أ‬ ‫ِن‬‫م‬ ِ‫ه‬ْ‫ي‬َ‫ل‬‫إ‬ َ‫ب‬َ‫ِح‬‫أ‬
“Tiga jenis orang yang jika termasuk di dalamnya maka seseorang akan
merasakan lezatnya iman: orang yang mencintai seseorang, tidaklah ia
mencintainya kecuali karena Allah, orang yang menjadikan Allah dan Rasul-
Nya paling ia cintai daripada selain keduanya, dan orang yang dilemparkan ke
dalam api lebih ia sukai daripada ia kembali kepada kekufuran setelah Allah
selamatkan ia dari kekufuran”15
.
Hadits ini menunjukkan bahwa di antara konsekuensi iman adalah
mendahulukan Allah dan Rasul-Nya daripada selain keduanya.
14 QS. Al Ahzab: 36
15 HR. Al Bukhari no. 6041, Muslim no.43
13
Adab 5 :
Pegawai Berbeda Dengan Budak
Perlu diketahui bahwa berbeda antara pegawai dengan budak (hamba
sahaya). Dalam Al Qamus Al Muhith disebutkan:
‫ُه‬‫ض‬‫بع‬ ‫أو‬ ُ‫ه‬ّ‫ل‬‫ك‬ ‫ُوك‬‫ل‬ْ‫م‬َ‫ل‬‫ا‬ ‫الشخص‬ ُ‫ق‬‫ِي‬‫ق‬َ‫ر‬‫ال‬
“Hamba sahaya (budak) adalah orang yang dimiliki keseluruhannya atau
sebagiannya”.
Maka hamba sahaya itu dimiliki oleh orang lain, sehingga ia tidak bebas
melakukan apa yang ingin ia lakukan. Dan majikan dari budak berhak untuk
memerintahkannya apa saja sesuai keinginannya kecuali yang bertentangan
dengan syariat.
Adapun pegawai adalah al ajir, orang yang disewa jasanya. Allah ta'ala
berfirman:
ُ‫ي‬ِ‫م‬َْ‫ل‬‫ا‬ ّ‫ي‬ِ‫و‬َ‫ق‬ْ‫ل‬‫ا‬ َ‫ت‬ْ‫ر‬َ‫اج‬ْ‫أ‬َ‫ت‬ْ‫س‬‫ا‬ ِ‫ن‬َ‫م‬ َ‫ر‬ْ‫ي‬َ‫خ‬ َ‫ن‬ِ‫إ‬ ُ‫ه‬ْ‫ر‬ِ‫اج‬ْ‫أ‬َ‫ت‬ْ‫س‬‫ا‬ ِ‫ت‬َ‫ب‬َ‫أ‬ ‫َا‬‫ي‬ ‫َا‬‫م‬ُ‫ه‬‫َا‬‫د‬ْ‫ِح‬ِ‫إ‬ ْ‫ت‬َ‫ل‬‫َا‬‫ق‬
“Dan salah seorang dari kedua (perempuan) itu berkata, “Wahai ayahku!
Jadikanlah dia sebagai pekerja (pada kita), sesungguhnya orang yang paling
baik yang engkau ambil sebagai pekerja (pada kita) ialah orang yang kuat dan
dapat dipercaya”16
.
Ayah ini mengisahkan tentang Nabi Musa 'alaihissalam. Dalam ayat ini
16 QS. Al Qashash: 26
14
beliau musta'jar (diperkerjakan) oleh bapak dari sang wanita. Dan Nabi Musa
'alaihissalam tentu bukan budak. Sehingga pegawai itu berbeda dengan budak.
Oleh karena itu majikan tidak berhak memerintahkan pegawai untuk
melakukan apa saja sesuai keinginannya. Majikan hanya berhak memberikan
pekerjaan sesuai dengan perjanjian kerja. Misalnya petugas administrasi
keuangan tidak boleh diperintahkan untuk membersihkan mobil atau menyapu
lantai. Supir pribadi tidak boleh diperintahkan untuk mencuci pakaian. Dan
contoh-contoh semisalnya. Majikan juga tidak boleh memperlakukan pegawai
sebagaimana memperlakukan budak. Ini adalah bentuk kezaliman.
15
Adab 6 :
Tidak Memberikan Pekerjaan
Melebihi Batas
Seorang bos atau atasan tidak boleh membebani pegawainya dengan
pekerjaan yang melebihi batas sehingga ia sangat kelelahan atau berada dalam
bahaya. Dari Abu Sa'id Al Khudri radhiallahu'anhu, Nabi Shallallahu’alaihi
Wasallam bersabda:
َ‫ر‬‫َا‬‫ر‬ِ‫ض‬ َ‫ل‬َ‫و‬ َ‫ر‬َ‫ر‬َ‫ض‬ َ‫ل‬
“Tidak boleh membahayakan diri sendiri dan tidak boleh membahayakan orang
lain”17
.
Dari Abu Hurairah dan Abu Dzar radhiallahu'anhuma, bahwa Nabi
Shallallahu'alaihi Wasallam bersabda tentang hak budak:
ُ‫ق‬‫يطي‬ ‫ل‬ ‫ما‬ ِ‫ل‬‫العم‬ ‫من‬ ُ‫ُف‬َ‫ل‬‫ُك‬‫ي‬ ‫ول‬ ِ‫َف‬‫بالعرو‬ ‫ُه‬‫ت‬‫وكسو‬ ‫ُه‬‫م‬‫طعا‬ ِ‫ك‬‫للمملو‬
“Budak berhak mendapatkan nafkah makanan dan nafkah pakaian secara
makruf. Dan tidak boleh ia dibebani dengan pekerjaan yang ia tidak
sanggupi”18
.
Ibnu Qudamah rahimahullah menjelaskan hadits ini:
17 HR. Ahmad (I/313) no.2867, dan Ibnu Majah no.2431, Al Albani mengatakan: “Hadits ini hasan dengan
keseluruhan jalannya dan syawahid-nya yang banyak” (Ahkamul Janaiz, hal. 16).
18 HR. Muslim no.1662
16
‫من‬ ‫ويقرب‬ ،‫عليه‬ ‫يشق‬ ‫ما‬ ‫وهو‬ ،‫يطيقه‬ ‫ل‬ ‫بعمل‬ ‫يؤدبه‬ ‫أن‬ ‫له‬ ‫يجوِز‬ ‫ول‬
‫به‬ ‫يضر‬ ‫ذلك‬ ‫ولن‬ ‫التقدَم؛‬ ‫عنه‬ ‫ال‬ ‫رضي‬ ‫ذر‬ ‫أبي‬ ‫لديث‬ ‫عنه‬ ‫العجز‬
‫به‬ ‫الضرار‬ ‫من‬ ‫منوع‬ ‫وهو‬ ،‫ويؤذيه‬
“Tidak boleh seorang tuan menghukum budaknya dengan pekerjaan yang tidak
ia sanggupi sehingga membuat ia kesusahan atau sampai membuat ia lemas.
Berdasarkan hadits Abu Dzar yang barusan. Dan karena hal itu akan
membahayakannya dan mengganggunya. Padahal tidak boleh memberikan
bahaya kepadanya”19
.
Syaikh Abdullah Ath Thayyar rahimahullah juga menjelaskan:
‫عليه‬ ‫يشق‬ ‫عمل‬ ‫كل‬ ‫وهو‬ ‫يطيقه‬ ‫ل‬ ‫ما‬ ‫ملوكه‬ ‫السيد‬ ‫يكلُف‬ ‫أن‬ ‫يحرَم‬
) ‫عنه‬ ‫العجز‬ ‫من‬ ‫ويقرب‬
٣
‫من‬ ‫يكلُف‬ ‫"ول‬ :‫التقدَم‬ ‫ذر‬ ‫أبي‬ ‫لديث‬ ‫(؛‬
-‫عنه‬ ‫ال‬ ‫رضي‬- ‫الدري‬ ‫سعيد‬ ‫أبي‬ ‫ِحديث‬ ‫ولعموَم‬ ،"‫يطيق‬ ‫ل‬ ‫ما‬ ‫العمل‬
‫ضار‬ ‫من‬ ‫ضرار‬ ‫ول‬ ‫ضرر‬ ‫"ل‬ :‫قال‬ - ‫وسلم‬ ‫عليه‬ ‫ال‬ ‫صل ى‬ - ‫ال‬ ‫رسول‬ ‫أن‬
‫عليه‬ ‫ال‬ ‫شاق‬ ‫شاق‬ ‫ومن‬ ‫ال‬ ‫"ضاره‬
“Haram hukumnya seorang tuan membebani budaknya dengan pekerjaan yang
tidak ia sanggupi, yaitu semua pekerjaan yang membuat ia kesusahan atau
membuat ia lemas. Berdasarkan hadits dari Abu Dzar barusan: “tidak boleh ia
dibebani dengan pekerjaan yang ia tidak sanggupi”. Dan juga berdasarkan
19 Al Mughni, 11/436
17
keumuman hadits Abu Sa'id Al Khudri, bahwa Rasulullah Shallallahu'alaihi
Wasallam bersabda: “Tidak boleh membiarkan bahaya dan tidak boleh
membahayakan orang lain, siapa yang membahayakan orang lain, Allah akan
memberi ia bahaya, siapa yang menyusahkan orang lain, Allah akan beri ia
kesusahan””20
.
Jika hamba sahaya atau budak saja tidak boleh dibebani pekerjaan yang
melebihi batas, lebih lagi pegawai. Padahal hamba sahaya itu aset yang dimiliki
oleh tuannya yang bisa diperintahkan untuk melakukan pekerjaan apapun.
Itupun tidak boleh dibebani pekerjaan yang berlebihan. Maka apalagi pegawai
yang statusnya adalah orang yang disewa jasanya, bukan aset.
20 Al Fiqhul Muyassar, 5/220
18
Adab 7 :
Menerapkan Adab-Adab Sesama
Muslim
Seorang bos atau atasan ia tetap wajib menunaikan hak-hak sesama Muslim
terhadap pegawainya. Di antaranya:
a. Mengucapkan salam
b. Memenuhi undangannya
c. Mendoakan ketika bersin
d. Mengantarkan jenazah
Dari Abu Hurairah radhiallahu'anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu'alaihi
Wasallam bersabda:
ُ‫ه‬َ‫ت‬‫ِي‬‫ق‬َ‫ل‬ ‫َا‬‫ذ‬ِ‫إ‬ :‫َال‬‫ق‬ ‫ِ؟‬‫ه‬َ‫ل‬‫ال‬ ‫ُول‬‫س‬َ‫ر‬ ‫َا‬‫ي‬ َ‫ن‬ُ‫ه‬ ‫َا‬‫م‬ :‫ِيل‬‫ق‬ ،ّ‫ت‬ِ‫س‬ ِ‫م‬ِ‫ل‬ْ‫س‬ُْ‫ل‬‫ا‬ ‫َ ى‬‫ل‬َ‫ع‬ ِ‫م‬ِ‫ل‬ْ‫س‬ُْ‫ل‬‫ا‬ ّ‫ق‬َ‫ِح‬
َ‫س‬َ‫ط‬َ‫ع‬ ‫َا‬‫ذ‬ِ‫إ‬َ‫و‬ ،ُ‫ه‬َ‫ل‬ ْ‫ح‬َ‫ص‬ْ‫ن‬‫َا‬‫ف‬ َ‫ك‬َ‫ح‬َ‫ص‬ْ‫ن‬َ‫ت‬ْ‫س‬‫ا‬ ‫َا‬‫ذ‬ِ‫إ‬َ‫و‬ ،ُ‫ه‬ْ‫ب‬ِ‫اج‬َ‫أ‬َ‫ف‬ َ‫ك‬‫َا‬‫ع‬َ‫د‬ ‫َا‬‫ذ‬ِ‫إ‬َ‫و‬ ،ِ‫ه‬ْ‫ي‬َ‫ل‬َ‫ع‬ ْ‫م‬ّ‫ل‬َ‫س‬َ‫ف‬
ُ‫ه‬ْ‫ع‬َ‫ب‬ْ‫ت‬‫َا‬‫ف‬ َ‫ت‬‫َا‬‫م‬ ‫َا‬‫ذ‬ِ‫إ‬َ‫و‬ ،ُ‫ه‬ْ‫د‬ُ‫ع‬َ‫ف‬ َ‫ض‬ِ‫ر‬َ‫م‬ ‫َا‬‫ذ‬ِ‫إ‬َ‫و‬ ،ُ‫ه‬ْ‫ت‬ّ‫م‬َ‫ش‬َ‫ف‬ َ‫ه‬َ‫ل‬‫ال‬ َ‫د‬ِ‫م‬َ‫ح‬َ‫ف‬
“Hak sesama Muslim itu ada enam”. Para sahabat bertanya, “Apa saja wahai
Rasulullah?”. Nabi menjawab, “Jika engkau bertemu dengan saudaramu,
ucapkanlah salam kepadanya. Jika ia mengundangmu maka penuhilah. Jika ia
meminta nasehat kepadamu, maka nasehatilah ia. Jika ia bersin dan
mengucapkan hamdalah, maka doakan ia dengan “yarhamukallah”. Jika ia
19
sakit, maka jenguklah ia. Jika ia meninggal, maka antarkanlah jenazahnya”21
.
Dari Abu Hurairah radhiallahu'anhu, Nabi Shallallahu'alaihi Wasallam
bersabda:
ِ‫ز‬ِ‫ئ‬‫َا‬‫ن‬َْ‫ل‬‫ا‬ ُ‫ع‬‫َا‬‫ب‬ّ‫ت‬‫َا‬‫و‬ ِ‫ض‬‫ِي‬‫ر‬َْ‫ل‬‫ا‬ ُ‫ة‬َ‫د‬‫َا‬‫ي‬ِ‫ع‬َ‫و‬ ِ‫َم‬َ‫ل‬َ‫س‬‫ال‬ ّ‫د‬َ‫ر‬ ٌ‫س‬ْ‫م‬َ‫خ‬ ِ‫م‬ِ‫ل‬ْ‫س‬ُْ‫ل‬‫ا‬ ‫َ ى‬‫ل‬َ‫ع‬ ِ‫م‬ِ‫ل‬ْ‫س‬ُْ‫ل‬‫ا‬ ّ‫ق‬َ‫ِح‬
ِ‫س‬ِ‫ط‬‫َا‬‫ع‬ْ‫ل‬‫ا‬ ُ‫ت‬‫ِي‬‫م‬ْ‫ش‬َ‫ت‬َ‫و‬ ِ‫ة‬َ‫و‬ْ‫ع‬َ‫د‬‫ال‬ ُ‫ة‬َ‫ب‬‫َا‬‫اج‬ِ‫إ‬َ‫و‬
"Hak sesama Muslim ada lima: membalas salamnya, menjenguknya ketika ia
sakit, mengikuti jenazahnya yang dibawa ke kuburan, memenuhi undangannya
dan ber-tasymit ketika ia bersin"22
.
Dari Abdullah bin Mas'ud radhiallahu'anhu, Nabi Shallallahu'alaihi
Wasallam bersabda :
َ‫ي‬ِ‫م‬ِ‫ل‬ْ‫س‬ُْ‫ل‬‫ا‬ ‫ُوا‬‫ب‬ِ‫ر‬ْ‫ض‬َ‫ت‬ ‫َل‬‫و‬ ،َ‫ة‬َ‫ي‬ِ‫د‬َ‫ه‬ْ‫ل‬‫ا‬ ‫ّوا‬‫د‬ُ‫ر‬َ‫ت‬ ‫َل‬‫و‬ ،َ‫ي‬ِ‫ع‬‫َا‬‫د‬‫ال‬ ‫ُوا‬‫ب‬‫ِي‬‫اج‬َ‫أ‬
"Hendaknya kalian memenuhi undangan, dan jangan kalian menolak hadiah,
dan jangan kalian memukul sesama Muslim"23
.
e. Tidak boleh mencela pegawai
Dari Abdullah bin Mas’ud radhiallahu’anhu, Nabi Shallallahu’alaihi
Wasallam bersabda:
ّ‫ي‬َ‫ذ‬‫الب‬ ‫ول‬ ِ‫ش‬ِ‫ِح‬‫الافا‬ ‫ول‬ ِ‫ن‬‫َا‬‫ع‬َ‫ل‬‫ال‬ ‫ول‬ ِ‫ن‬‫َا‬‫ع‬َ‫ط‬‫بال‬ ُ‫ن‬‫الؤم‬ َ‫س‬‫لي‬
21 HR. Muslim no.2162
22 HR. Al Bukhari no.1164, Muslim no.4022
23 HR. Ahmad no.3838, Ibnu Hibban no.5603, dishahihkan Al Albani dalam Shahih Al Jami' no.158
20
“Seorang Mukmin bukanlah orang yang suka mencela, suka melaknat, suka
bicara kotor dan suka bicara jorok”24
.
f. Tidak boleh merendahkan pegawai
Dari Abu Hurairah radhiallahu'anhu, Nabi Shallallahu'alaihi Wasallam
bersabda:
‫َ ى‬‫ل‬‫ع‬ ْ‫م‬ُ‫ك‬ُ‫ض‬ْ‫ع‬َ‫ب‬ ْ‫ع‬ِ‫ب‬َ‫ي‬ ‫ول‬ ،‫ُوا‬‫ر‬َ‫ب‬‫َدا‬‫ت‬ ‫ول‬ ،‫ُوا‬‫ض‬َ‫غ‬‫َبا‬‫ت‬ ‫ول‬ ،‫ُوا‬‫ش‬َ‫اج‬‫َنا‬‫ت‬ ‫ول‬ ،‫ُوا‬‫د‬َ‫س‬‫َا‬‫ت‬ ‫ل‬
‫ول‬ ُ‫ه‬ُ‫م‬ِ‫ل‬ْ‫ظ‬َ‫ي‬ ‫ل‬ ،ِ‫م‬ِ‫ل‬ْ‫س‬ُ‫ل‬‫ا‬ ‫ُو‬‫خ‬‫أ‬ ُ‫م‬ِ‫ل‬ْ‫س‬ُ‫ل‬‫ا‬ ‫ًا‬‫ن‬‫ْوا‬‫خ‬‫إ‬ ِ‫ل‬‫ا‬ َ‫د‬‫ِبا‬‫ع‬ ‫ُوا‬‫ن‬‫ُو‬‫ك‬‫و‬ ،ٍ‫ض‬ْ‫ع‬َ‫ب‬ ِ‫ع‬ْ‫ي‬َ‫ب‬
ِ‫ب‬ْ‫س‬َ‫ح‬‫ب‬ ٍ‫ت‬‫َا‬‫ر‬َ‫م‬ َ‫ٌث‬‫َل‬‫ث‬ ِ‫ه‬ِ‫ر‬ْ‫د‬َ‫ص‬ ‫إل ى‬ ُ‫ر‬‫ِي‬‫ش‬ُ‫ي‬‫و‬ ‫ُنا‬‫ه‬‫ها‬ ‫َى‬‫و‬ْ‫ق‬َ‫ت‬‫ال‬ ُ‫ه‬ُ‫ر‬ِ‫ق‬ْ‫ح‬َ‫ي‬ ‫ول‬ ،ُ‫ه‬ُ‫ل‬ُ‫ذ‬ْ‫خ‬َ‫ي‬
،ُ‫ه‬ُ‫م‬َ‫د‬ ،ٌ‫َم‬‫َرا‬‫ِح‬ ِ‫م‬ِ‫ل‬ْ‫س‬ُ‫ل‬‫ا‬ ‫َ ى‬‫ل‬‫ع‬ ِ‫م‬ِ‫ل‬ْ‫س‬ُ‫ل‬‫ا‬ ّ‫ل‬ُ‫ك‬ ،َ‫م‬ِ‫ل‬ْ‫س‬ُ‫ل‬‫ا‬ ُ‫ه‬‫أخا‬ َ‫ر‬ِ‫ق‬ْ‫ح‬َ‫ي‬ ْ‫ن‬‫أ‬ ّ‫ر‬َ‫ش‬‫ال‬ َ‫ن‬ِ‫م‬ ٍ‫ئ‬ِ‫ر‬ْ‫م‬‫ا‬
ُ‫ه‬ُ‫ض‬ْ‫ر‬ِ‫ع‬‫و‬ ،ُ‫ه‬ُ‫ل‬‫وما‬
“Janganlah kalian saling mendengki, saling memfitnah, saling membenci, dan
saling memusuhi. Janganlah ada seseorang di antara kalian yang berjual beli
sesuatu yang masih dalam penawaran muslim lainnya dan jadilah kalian
hamba-hamba Allah yang saling bersaudara. Muslim yang satu dengan muslim
yang lainnya adalah bersaudara tidak boleh menyakiti, merendahkan, ataupun
menghina. Takwa itu ada di sini (Rasulullah menunjuk dadanya), Beliau
mengucapkannya sebanyak tiga kali. Seseorang telah dianggap berbuat jahat
apabila ia menghina saudaranya sesama muslim. Muslim yang satu dengan
yang Iainnya haram darahnya. hartanya, dan kehormatannya”25
.
24 HR. At Tirmidzi no.1977, dishahihkan Al Albani dalam Silsilah Ash Shahihah no.320
25 HR. Muslim no. 2564
21
Adab 8 :
Segera Memberikan Upahnya
Seorang bos atau atasan hendaknya segera memberikan upah kepada
pegawainya ketika pegawainya selesai mengerjakan pekerjaan yang disepakati.
Sebagaimana Allah ta'ala berfirman:
َ‫ن‬ُ‫ه‬َ‫ر‬‫ُو‬‫اج‬ُ‫أ‬ َ‫ن‬ُ‫ه‬‫ُو‬‫ت‬‫َآ‬‫ف‬ ْ‫م‬ُ‫ك‬َ‫ل‬ َ‫ن‬ْ‫ع‬َ‫ض‬ْ‫ر‬َ‫أ‬ ْ‫ن‬ِ‫إ‬َ‫ف‬
“Kemudian jika mereka menyusukan (anak-anak)mu untukmu maka berikanlah
kepada mereka upahnya”26
.
Dalam ayat ini diperintahkan untuk memberi upah kepada wanita yang
menyusui anak orang lain dengan upah. Ibnu Katsir rahimahullah menjelaskan:
“Jika mantan istri yang telah dicerai lalu menyusui anaknya, maka ia berhak
mendapatkan upah. Maka sang mantan istri ini boleh membuat kesepakatan
dengan sang mantan suami atau wali dari anaknya tentang berapa upah
susuannya”27
. Jika seorang ibu saja yang menyusui anaknya sendiri berhak
mendapatkan upah dari mantan suaminya atas susuan tersebut, terlebih lagi
wanita yang menyusui anak orang lain dan juga orang yang bekerja untuk orang
lain.
Wajib memberikan upah kepada pegawai yang telah menyelesaikan
pekerjaannya. Bersengaja tidak memberikan upah kepada pegawai yang telah
menyelesaikan pekerjaannya adalah kezaliman dan diancam dengan ancaman
yang keras. Dalam hadits dari Abu Hurairah radhiallahu'anhu, bahwa Rasulullah
26 QS. Ath Thalaq: 6
27 Tafsir Ibnu Katsir, 8/153
22
Shallallahu'alaihi Wasallam bersabda:
ٌ‫ل‬ُ‫اج‬َ‫ر‬‫و‬ ،َ‫ر‬َ‫د‬َ‫غ‬ َ‫م‬ُ‫ث‬ ‫بي‬ ‫َ ى‬‫ط‬ْ‫ع‬‫أ‬ ٌ‫ل‬ُ‫اج‬َ‫ر‬ :ِ‫ة‬َ‫م‬‫ِيا‬‫ق‬‫ال‬ َ‫َم‬‫َو‬‫ي‬ ْ‫م‬ُ‫ه‬ُ‫م‬ْ‫ص‬َ‫خ‬ ‫أنا‬ ٌ‫ة‬َ‫ث‬‫َل‬‫ث‬ :ُ‫ه‬َ‫ل‬‫ال‬ َ‫ل‬‫قا‬
‫َه‬‫ر‬‫أاج‬ ‫ِه‬‫ط‬‫ُع‬‫ي‬ ‫ولم‬ ‫منه‬ ‫َ ى‬‫ف‬ْ‫و‬َ‫ت‬ْ‫س‬‫فا‬ ‫ًا‬‫ر‬‫ِي‬‫اج‬‫أ‬ َ‫ر‬َ‫اج‬ْ‫أ‬َ‫ت‬ْ‫س‬‫ا‬ ٌ‫ل‬ُ‫اج‬َ‫ر‬‫و‬ ،ُ‫ه‬َ‫ن‬َ‫م‬َ‫ث‬ َ‫ل‬َ‫ك‬‫فأ‬ ‫ًا‬ّ‫ر‬ُ‫ِح‬ َ‫ع‬‫با‬
“Allah ta'ala berfirman: Ada tiga orang yang Aku akan menjadi musuhnya di
hari Kiamat: orang yang membuat perjanjian dengan nama-Ku, lalu ia
melanggar perjanjian tersebut, orang yang menjual orang yang merdeka dan
memakan hasilnya, dan orang yang mempekerjakan seorang pekerja kemudian
pekerja ini menyelesaikan pekerjaannya namun tidak diberikan upahnya”28
.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam juga memerintahkan memberikan upah
sebelum keringat si pekerja kering. Dari ‘Abdullah bin ‘Umar radhiallahu'anhu,
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
ُ‫ه‬ُ‫ق‬َ‫ر‬َ‫ع‬ َ‫ُف‬ِ‫ج‬َ‫ي‬ ْ‫ن‬َ‫أ‬ َ‫ل‬ْ‫ب‬َ‫ق‬ ُ‫ه‬َ‫ر‬ْ‫اج‬َ‫أ‬ َ‫ر‬‫ِي‬‫اج‬َ‫ل‬‫ا‬ ‫ُوا‬‫ط‬ْ‫ع‬َ‫أ‬
“Berikan upahnya seorang pekerja sebelum keringatnya kering”29
.
Maksudnya “sebelum keringatnya kering” adalah bersegera memberikan
upah ketika pekerjaan sudah selesai. Al Mula Ali Al Qari rahimahullah
menjelaskan:
ِ‫ء‬‫َا‬‫اف‬‫ِي‬ْ‫ل‬‫ا‬ ‫ِي‬‫ف‬ ِ‫ل‬‫َا‬‫ط‬ْ‫م‬ِْ‫ل‬‫ا‬ ِ‫ك‬ْ‫ر‬َ‫ت‬َ‫و‬ ِ‫ء‬‫َا‬‫ط‬ْ‫ع‬ِْ‫ل‬‫ا‬ ِ‫ع‬‫َا‬‫ر‬ْ‫س‬ِ‫إ‬ ‫ِي‬‫ف‬ ُ‫ة‬َ‫غ‬َ‫ل‬‫َا‬‫ب‬ُْ‫ل‬‫ا‬ ُ‫ه‬ْ‫ن‬ِ‫م‬ ُ‫د‬‫َا‬‫ر‬ُْ‫ل‬‫َا‬‫و‬
“Maksud hadits ini adalah bersungguh-sungguh untuk mempercepat pembayaran
upah dan tidak menunda-nundanya”30
.
28 HR. Al Bukhari no.2227
29 HR. Ibnu Majah no.2443, Al Baihaqi no.11988, dishahihkan Al Albani dalam Irwaul Ghalil no.1498
30 Mirqatul Mafatih Syarah Misykatul Mashabih, 5/1993
23
Atasan yang menunda pemberian upah tanpa udzur, ia telah berbuat zalim.
Dari Abu Hurairah radhiallahu'anhu, N a b i Shallallahu'alahi Wasallam
bersabda:
ٌ‫م‬ْ‫ل‬ُ‫ظ‬ ّ‫ي‬ِ‫ن‬َ‫غ‬ْ‫ل‬‫ا‬ ُ‫ل‬ْ‫ط‬َ‫م‬
“Menunda penunaian kewajiban (bagi yang mampu) termasuk kezaliman”31
.
31 HR. Al Bukhari no. 2400 dan Muslim no. 1564
24
Adab 9 :
Memberikan Hak-Hak Pegawai
Sesuai Aturan Ulil Amri
Para bos dan atasan hendaknya menaati aturan dari ulil amri (pemerintah)
dalam masalah ketenaga-kerjaan dan hak-hak pegawai. Terkait dengan besaran
gaji, tunjangan, hak cuti, hak kesehatan dan lain-lainnya. Allah ta’ala berfirman:
‫ِن‬‫إ‬َ‫ف‬ ْ‫م‬ُ‫ك‬‫ِن‬‫م‬ ِ‫ر‬ْ‫م‬َ‫ل‬‫ا‬ ‫ِي‬‫ل‬ْ‫و‬ُ‫أ‬َ‫و‬ َ‫ل‬‫ُو‬‫س‬َ‫ر‬‫ال‬ ْ‫ا‬‫ُو‬‫ع‬‫ِي‬‫ط‬َ‫أ‬َ‫و‬ َّ‫ل‬‫ا‬ ْ‫ا‬‫ُو‬‫ع‬‫ِي‬‫ط‬َ‫أ‬ ْ‫ا‬‫ُو‬‫ن‬َ‫م‬‫آ‬ َ‫ن‬‫ِي‬‫ذ‬َ‫ل‬‫ا‬ ‫َا‬‫ه‬ّ‫ي‬َ‫أ‬ ‫َا‬‫ي‬
ِ‫ر‬ِ‫خ‬‫ال‬ ِ‫َم‬ْ‫و‬َ‫ي‬ْ‫ل‬‫َا‬‫و‬ ِّ‫ل‬‫ِا‬‫ب‬ َ‫ن‬‫ُو‬‫ن‬ِ‫م‬ْ‫ؤ‬ُ‫ت‬ ْ‫م‬ُ‫ت‬‫ُن‬‫ك‬ ‫ِن‬‫إ‬ ِ‫ل‬‫ُو‬‫س‬َ‫ر‬‫َال‬‫و‬ ِّ‫ل‬‫ا‬ ‫َ ى‬‫ل‬ِ‫إ‬ ُ‫ه‬‫ّو‬‫د‬ُ‫ر‬َ‫ف‬ ٍ‫ء‬ْ‫ي‬َ‫ش‬ ‫ِي‬‫ف‬ ْ‫م‬ُ‫ت‬ْ‫ع‬َ‫ِز‬‫َا‬‫ن‬َ‫ت‬
ً‫ل‬‫ِي‬‫و‬ْ‫أ‬َ‫ت‬ ُ‫ن‬َ‫س‬ْ‫ِح‬َ‫أ‬َ‫و‬ ٌ‫ر‬ْ‫ي‬َ‫خ‬ َ‫ك‬ِ‫ل‬َ‫ذ‬
“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan
ulil amri di antara kamu. kemudian jika kamu berlainan Pendapat tentang
sesuatu, Maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul
(sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian.
yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya”32
.
Dari Ibnu Umar radhiallahu’anhuma, Rasulullah Shallallahu’alaihi
Wasallam bersabda:
‫فإن‬ ‫بعصية‬ ‫يؤمر‬ ‫أن‬ ‫إل‬ ‫وكره‬ ‫أِحب‬ ‫فيما‬ ‫والطاعة‬ ‫السمع‬ ‫السلم‬ ‫الرء‬ ‫عل ى‬
32 QS. An Nisa: 59
25
‫طاعة‬ ‫ول‬ ‫سمع‬ ‫فل‬ ‫بعصية‬ ‫أمر‬
“Wajib bagi setiap Muslim untuk mendengar dan taat kepada pemimpinnya baik
dalam perkara yang ia sukai atau yang ia benci. Kecuali jika ia memerintahkan
suatu maksiat. Jika ia memerintahkan suatu maksiat maka tidak boleh
mendengar dan taat”33
.
Imam An Nawawi rahimahullah mengatakan:
‫معصية‬ ‫غير‬ ‫في‬ ‫المراء‬ ‫طاعة‬ ‫واجوب‬ ‫عل ى‬ ‫العلماء‬ ‫أاجمع‬
“Para ulama ijma akan wajibnya taat kepada ulil amri selama bukan dalam
perkara maksiat”34
.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata:
‫والماعة‬ ‫ُنة‬‫س‬‫ال‬ ‫أهل‬ ‫أصول‬ ‫من‬ ‫أصل‬ ‫الئمة‬ ‫اجور‬ ‫عل ى‬ ‫الصبر‬
“Sabar terhadap kezaliman penguasa adalah salah satu pokok Ahlussunnah wal
Jama’ah”35
.
Maka para bos dan atasan wajib taat kepada aturan pemerintah seputar
ketenaga-kerjaan, selama aturan tersebut tidak melanggar syariat.
33 HR. Muslim no.1839
34 Syarah Shahih Muslim, 12/222
35 Majmu’Al Fatawa, 28/179
26
Adab 10 :
Memberikan Nasehat Yang Baik
Andaikan pegawai melakukan kesalahan atau pekerjaan yang kurang
sesuai, hendaknya atasan dan bos memberikan nasehat dengan cara yang baik
dan bijaksana. Dari Tamim ad-Dari radhiallahu'anhu, bahwa Rasulullah
Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:
َ‫ي‬ِ‫م‬ِ‫ل‬ْ‫س‬ُ‫ل‬‫ا‬ ِ‫ة‬َ‫م‬ِ‫ئ‬َ‫ل‬‫و‬ ِ‫ه‬ِ‫ل‬‫َسو‬‫ر‬ِ‫ل‬‫و‬ ِ‫ه‬ِ‫ب‬‫ِتا‬‫ك‬ِ‫ل‬‫و‬ ِ‫ه‬َ‫ل‬ِ‫ل‬ :َ‫ل‬‫قا‬ ‫ْ؟‬‫ن‬َِ‫ل‬ :‫ْنا‬‫ل‬ُ‫ق‬ .ُ‫ة‬َ‫ح‬‫ِي‬‫ص‬َ‫ن‬‫ال‬ ُ‫ن‬‫ّي‬‫د‬‫ال‬
ْ‫م‬ِ‫ه‬ِ‫ت‬َ‫م‬‫وعا‬
“Agama adalah nasehat”. Para sahabat bertanya: “Untuk siapa?”. Beliau
menjawab: “Untuk Allah, kitab-Nya, Rasul-Nya, para imam kaum muslimin dan
umat muslim seluruhnya”36
.
Menasehati seseorang dari kesalahannya pada hakikatnya adalah usaha
untuk menolong dan menyayanginya. Dari Anas bin Malik radhiallahu'anhu,
Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:
،‫ًا‬‫م‬‫ُو‬‫ل‬ْ‫ظ‬َ‫م‬ ُ‫ه‬ُ‫ر‬ُ‫ص‬ْ‫ن‬َ‫ن‬ ‫هذا‬ ،ِ‫ه‬َ‫ل‬‫ال‬ َ‫ل‬‫ُو‬‫س‬َ‫ر‬ ‫يا‬ :‫قالوا‬ ،‫ًا‬‫م‬‫ُو‬‫ل‬ْ‫ظ‬َ‫م‬ ْ‫و‬َ‫أ‬ ‫ًا‬ِ‫ل‬‫َا‬‫ظ‬ َ‫ك‬‫َا‬‫خ‬َ‫أ‬ ْ‫ر‬ُ‫ص‬ْ‫ن‬‫ا‬
‫ِه‬‫ه‬ْ‫ي‬َ‫د‬َ‫ي‬ َ‫ق‬ْ‫و‬َ‫ف‬ ُ‫ذ‬ُ‫خ‬ْ‫أ‬َ‫ت‬ :َ‫ل‬‫قا‬ ‫ًا؟‬ِ‫ل‬‫َا‬‫ظ‬ ُ‫ه‬ُ‫ر‬ُ‫ص‬ْ‫ن‬َ‫ن‬ َ‫ُف‬‫َكي‬‫ف‬
“Tolonglah saudaramu yang zhalim dan yang dizhalimi”. Para sahabat
bertanya: “Wahai Rasulullah, kami paham bahwa yang dizhalimi mesti
36 HR. Muslim no.55
27
ditolong, namun bagaimana menolong orang yang zhalim?”. Beliau bersabda:
“Tariklah tangannya (dari berbuat kezhaliman)”37
.
Di antara adab dalam menasehati adalah tidak menasehati pegawai di depan
umum. Imam Asy Syafi’i rahimahullah berkata:
‫فإن‬. ْ‫ه‬‫الماع‬ ‫في‬ ‫النصيحة‬ ‫ْني‬‫ب‬‫واجن‬ . ‫انافرادي‬ ‫في‬ ‫بنصحك‬ ‫تعمدني‬
‫خالافتني‬ ‫وإن‬ . ْ‫ه‬‫استماع‬ ‫أرض ى‬ ‫ل‬ ‫التوبيخ‬ ‫من‬ .‫نوع‬ ‫الناس‬ ‫بي‬ ‫النصح‬
ْ‫ه‬‫طاع‬ َ‫ط‬ْ‫ع‬ُ‫ت‬ ‫لم‬ ‫إذا‬ ْ‫ع‬‫تز‬ ‫فل‬ .‫قولي‬ ‫وعصيت‬
“Berilah nasihat kepadaku ketika aku sendiri. Jauhilah memberikan nasihat di
tengah-tengah keramaian. Sesungguhnya nasihat di tengah-tengah manusia itu
termasuk sesuatu Pelecehan yang aku tidak suka mendengarkannya. Jika engkau
menyelisihi dan menolak saranku. Maka janganlah engkau marah jika kata-
katamu tidak aku turuti”38
.
Demikian beberapa adab-adab atasan yang hendaknya diterapkan kepada
para pegawainya. Semoga Allah ta'ala memberikan taufik kepada kita semua
untuk menerapkan adab dan akhlak yang mulia.
37 HR. Al Bukhari, no. 2444
38 Diwan Asy Syafi’i, hal. 56
28
Penutup
Banyak bos dan atasan yang tidak menyadari bahwa posisi mereka adalah
amanah yang harus dijaga. Para bos dan atasan selain harus menunaikan
tugasnya dalam mengelola pekerjaan, mereka juga harus menunaikan hak-hak
para pegawainya dengan baik. Ini amanah yang akan dimintai pertanggung-
jawabannya oleh Allah ta'ala. Allah ta'ala berfirman:
َ‫ن‬‫ُو‬‫م‬َ‫ل‬ْ‫ع‬َ‫ت‬ ْ‫م‬ُ‫ت‬ْ‫ن‬َ‫أ‬َ‫و‬ ْ‫م‬ُ‫ك‬ِ‫ت‬‫َا‬‫ن‬‫َا‬‫م‬َ‫أ‬ ‫ُوا‬‫ن‬‫ُو‬‫خ‬َ‫ت‬َ‫و‬ َ‫ل‬‫ُو‬‫س‬َ‫ر‬‫َال‬‫و‬ َ‫ه‬َ‫ل‬‫ال‬ ‫ُوا‬‫ن‬‫ُو‬‫خ‬َ‫ت‬ َ‫ل‬ ‫ُوا‬‫ن‬َ‫م‬‫آ‬ َ‫ن‬‫ِي‬‫ذ‬َ‫ل‬‫ا‬ ‫َا‬‫ه‬ّ‫ي‬َ‫أ‬ ‫َا‬‫ي‬
"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kalian mengkhianati Allah dan
Rasul-Nya, serta jangan kalian mengkhianati amanah-amanah kalian. Padahal
kalian mengetahui"39
.
Mudah-mudahan tulisan yang ringkas ini membantu para bos dan atasan
untuk menunaikan amanah mereka dengan baik. Semoga Allah ta'ala
menerimanya sebagai amalan shalih dan pemberat timbangan amalan kebaikan
di Yaumul Mizan.
Al faqir ila maghfirati Rabbihi
Yulian Purnama
39 QS. Al Anfal: 27
29
Daftar Pustaka
• Al Fiqhul Muyassar, Syaikh Abdullah Ath Thayyar
• Al Mubdi’Syarah Al Muqni’, Ibnu Muflih
• Al Mughni, Ibnu Qudamah
• Ashl Sifah Shalatin Nabi, Syaikh Muhammad Nashiruddin Al Albani
• Diwan Asy Syafi’i
• Fatawa Al Lajnah Ad Daimah lil Buhuts wal Ifta'
• Fatawa Nurun ‘alad Darbi, Syaikh Abdul Aziz bin Baz
• Majmu' Al Fatawa, Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah
• Mausu'ah Fiqhiyyah Durar Saniyyah
• Mausu'ah Fiqhiyyah Kuwaitiyah
• Mirqatul Mafatih Syarah Misykatul Mashabih, Al Mula Ali Al Qari
• Tafsir Ibnu Katsir
30
Biografi penulis
Yulian Purnama, S.Kom. Dilahirkan di desa Citeureup, Kabupaten Bogor.
Dibesarkan di desa Cileungsi, Kabupaten Bogor. Mengenyam pendidikan
menengah atas di SMUN 1 Bogor, dekat dengan Kebun Raya Bogor. Mencicipi
pendidikan tinggi S1 Ilmu Komputer UGM di Yogyakarta, lulus tahun 2008.
Sambil kuliah, menuntut manisnya ilmu agama di Ma’had Al ‘Ilmi
Yogyakarta. Mendapatkan pelajaran dari :
 Al Ustadz Amrullah Akadhinta, ST. : kitab Al Muyassar Fi ‘Ilmi An
Nahwi;
 Al Ustadz M. Nur Ichwan Muslim, ST. : kitab At Tas-hil Qawa’id
Lughah At Tanzil,
 Al Ustadz Ari Wahyudi, SSi: kitab Mulakhas Qawaidil Lughatil
Arabiyyah
 Al Ustadz Muhammad Abduh Tuasikal, ST.,M.Eng : kitab Al Mukhtarat
Qawa’id Al Lughah;
 Al Ustadz Sa’id Abu Ukasyah: kitab Al Ushul At Tsalatsah;
 Al Ustadz Afifi Abdul Wadud, BA. : kitab Al Qawa’id Al Arba’ah;
 Al Ustadz Abu Dihyah Marwan, BA. : kitab Al Qawa’id Al Mutsla;
 Al Ustadz Abu Isa Abdullah bin Salam: Kitab At Tauhid Li Syaikh At
Tammimi, Syarh Al ‘Aqidah Ath Thahawiyyah;
 Al Ustadz Faharuddin, BA.: kitab Bulughul Maram Bab Thaharah s/d
31
bab Zakat;
 Al Ustadz Aris Munandar, Ss.MPi. : Shifatu Shalati An Nabiy, Shifatu
Shaumi An Nabiy, Ahkam Al ‘Idain, Al Manhaj As Salikin, Al Ushul Min
‘Ilmil Ushul, Bahjah Qulubi Al Abrar, Al Kabaair Li Adz Dzahabiy,
sebagian kitab Ma’alim Ushulil Fiqh ‘Inda Ahlissunnah Wal Jama’ah,
Maqashidus Syari’ah ‘indabni Taimiyyah, sebagian kitab Al Mulakhas
Al Fiqhi, Syarah Al Aqidah Ath Thahawiyyah, dan kitab-kitab lainnya.
 Al Ustadz Abu Sa’ad Muhammad Nur Huda, MA. : Zaadud Da’iyah
ilallah dan kitab lainnya.
 Al Ustadz Subhan Khadafi Lc. : fikih faraidh (waris)
 Al Ustadz Badrusalam Lc. : sebagian kitab Silsilah Ahadits Shahihah
jilid 1 dan 2, syarah singkat kitab Nukhbatul Fikar
 Al Ustadz Zainuddin Abu Qushaiy: Tafsir As Sam’ani dari awal hingga
surat An Nisa, Syarh Nawaqidhil Islam Lisy Syaikh Al Fauzan, sebagian
kitab Bulughul Maram
Juga mengikuti daurah-daurah singkat bersama para masyaikh timur tengah
yang datang ke Indonesia diantaranya:
 Asy Syaikh Dr. Haitsam Sarhan, membahas kitab Ad Durus Al
Muhimmah li ‘Aammatil Ummah karya Syaikh Ibnu Baz.
 Asy Syaikh Dr. Sa’ad bin Nashir Asy Syatsri, membahas kitab
Muqaddimah fii Ilmil Maqashid Asy Syariah.
 Asy Syaikh Dr. Anis bin Thahir Al Andunisi, membahas Dhawabit
Muhimmah li Husni Fahmis Sunnah dan sebagian kitab Syamail
Muhammadiyyah.
32
 Asy Syaikh Dr. Ibrahim bin Amir Ar Ruhaili, membahas kitab Al Ihkam
fi Sabri Ahwalil Hukkam wa maa Yusyra’u li Ar Ra’iyyati minal Ahkam.
 Asy Syaikh Dr. Ashim bin Abdillah Al-Qaryuti, membahas hadits
Musalsal Awwaliyah dan Tsulatsiyat Al Bukhari.
 Asy Syaikh Dr. Ali Abu Haniyyah, membahas kitab At Tashfiyah wat
Tarbiyah fi Waqi’as-Salaf.
Mendapatkan ijazah sanad untuk:
 Hadits Musalsal Awwaliyah dari Asy Syaikh Ashim bin Abdillah Al-
Qaryuti.
 Tsulatsiyat Al Bukhari dari Asy Syaikh Ashim bin Abdillah Al-Qaryuti
Beberapa karya tulis yang pernah ditulis di antaranya:
1. Shalatlah Sebagaimana Melihatku Shalatnya (sudah dicetak)
2. Inti Agama Islam (sudah dicetak)
3. Boleh Dan Tidak Boleh Terhadap Non Muslim (sudah dicetak)
4. Enam Pilar Akidah Dan Manhaj (sudah dicetak)
5. Bagaimana Menuntut Ilmu? (sudah dicetak)
6. Kupas Tuntas Sutrah Shalat (sudah dicetak)
7. Hukum Tabarruk Dengan Jasad Dan Kuburan Orang Shalih (PDF)
8. Alam Kubur Itu Benar Adanya (sudah dicetak)
9. Begini Maksudnya! Penjelasan 45 Hadits Yang Banyak Disalah-Pahami
33
(sudah dicetak)
10. Kupas Tuntas Hukum Gambar Makhluk Bernyawa (sudah dicetak)
11. Sembelihanku Hanya Untuk Allah (PDF)
12. Ringkasan Fikih Puasa (PDF)
13. Meminta Hujan Sesuai Tuntunan Syariat (PDF)
14. Kumpulan Fatwa Ulama Dalam Masalah Aqidah (PDF)
15. Kartu Hafalan Anak Islam (PDF)
16. Beberapa Salah Kaprah Seputar Puasa Ramadhan (PDF)
17. Tebarkanlah Salam (PDF)
18. Fikih Pengurusan Jenazah (PDF)
19. Larangan Duduk Di Majelis Ahlul Bid'ah (PDF)
20. 20 Konflik Rumah Tangga Dan Solusinya (sudah dicetak)
21. Berwudhu Dengan Ilmu (PDF)
34
35

More Related Content

Similar to Adab-Adab Kepada Pegawai

Penentuan awal ramadhan dgn ruyah
Penentuan awal ramadhan dgn ruyahPenentuan awal ramadhan dgn ruyah
Penentuan awal ramadhan dgn ruyah
Nisya Hairunnisa
 
1_Sholat Orang Sakit.pdf
1_Sholat Orang Sakit.pdf1_Sholat Orang Sakit.pdf
1_Sholat Orang Sakit.pdf
imran521889
 

Similar to Adab-Adab Kepada Pegawai (20)

Khutbah Jumat Manusia-manusia Terbaik
Khutbah Jumat Manusia-manusia TerbaikKhutbah Jumat Manusia-manusia Terbaik
Khutbah Jumat Manusia-manusia Terbaik
 
Bayan Konsultan Syariah
Bayan Konsultan SyariahBayan Konsultan Syariah
Bayan Konsultan Syariah
 
7 cara mengatasi penyakit hasad
7 cara mengatasi penyakit hasad7 cara mengatasi penyakit hasad
7 cara mengatasi penyakit hasad
 
Fiqih istisqo
Fiqih istisqoFiqih istisqo
Fiqih istisqo
 
Makalah sewa menyewa dan upah mengupah
Makalah sewa menyewa dan upah mengupahMakalah sewa menyewa dan upah mengupah
Makalah sewa menyewa dan upah mengupah
 
USULUDDIN STPM : ULUM AL QURAN NASIKH MANSUKH
USULUDDIN STPM : ULUM AL QURAN NASIKH MANSUKHUSULUDDIN STPM : ULUM AL QURAN NASIKH MANSUKH
USULUDDIN STPM : ULUM AL QURAN NASIKH MANSUKH
 
Manfaat Wudhu & Shalat Bagi Kesehatan Baik Rohani Maupun Jasmani
Manfaat Wudhu & Shalat Bagi Kesehatan Baik Rohani Maupun JasmaniManfaat Wudhu & Shalat Bagi Kesehatan Baik Rohani Maupun Jasmani
Manfaat Wudhu & Shalat Bagi Kesehatan Baik Rohani Maupun Jasmani
 
Empat sumber hukum dalam aswaja www.zakypotensi.blogspot.com
Empat sumber hukum dalam aswaja www.zakypotensi.blogspot.comEmpat sumber hukum dalam aswaja www.zakypotensi.blogspot.com
Empat sumber hukum dalam aswaja www.zakypotensi.blogspot.com
 
Penentuan awal ramadhan dgn ruyah
Penentuan awal ramadhan dgn ruyahPenentuan awal ramadhan dgn ruyah
Penentuan awal ramadhan dgn ruyah
 
Dalil tentang shaum ramadhan
Dalil tentang shaum ramadhanDalil tentang shaum ramadhan
Dalil tentang shaum ramadhan
 
1_Sholat Orang Sakit.pdf
1_Sholat Orang Sakit.pdf1_Sholat Orang Sakit.pdf
1_Sholat Orang Sakit.pdf
 
Bay jual beli
Bay jual beliBay jual beli
Bay jual beli
 
hutang piutang, sewa, pinjam meminjam, dan akad
hutang piutang, sewa, pinjam meminjam, dan akadhutang piutang, sewa, pinjam meminjam, dan akad
hutang piutang, sewa, pinjam meminjam, dan akad
 
Megobati penyakit
Megobati penyakitMegobati penyakit
Megobati penyakit
 
Ebook mengobatipenyakitbekam abuazzam
Ebook mengobatipenyakitbekam abuazzamEbook mengobatipenyakitbekam abuazzam
Ebook mengobatipenyakitbekam abuazzam
 
Fiqih puasa
Fiqih puasaFiqih puasa
Fiqih puasa
 
Tafsir surat al baqarah 183
Tafsir surat al baqarah 183Tafsir surat al baqarah 183
Tafsir surat al baqarah 183
 
Waktu sholat dhuha: batas waktu sholat dhuha yang baik
Waktu sholat dhuha: batas waktu sholat dhuha yang baikWaktu sholat dhuha: batas waktu sholat dhuha yang baik
Waktu sholat dhuha: batas waktu sholat dhuha yang baik
 
09.1 HUKUM SAMSARAH (RUKUN & SYARAT)
09.1 HUKUM SAMSARAH (RUKUN & SYARAT)09.1 HUKUM SAMSARAH (RUKUN & SYARAT)
09.1 HUKUM SAMSARAH (RUKUN & SYARAT)
 
Muamalat
MuamalatMuamalat
Muamalat
 

More from Yulian Purnama

Shalatlah Sebagaimana Melihatku Shalat
Shalatlah Sebagaimana Melihatku ShalatShalatlah Sebagaimana Melihatku Shalat
Shalatlah Sebagaimana Melihatku Shalat
Yulian Purnama
 

More from Yulian Purnama (19)

Berwudhu Dengan Ilmu
Berwudhu Dengan IlmuBerwudhu Dengan Ilmu
Berwudhu Dengan Ilmu
 
Fikih Pengurusan Jenazah
Fikih Pengurusan JenazahFikih Pengurusan Jenazah
Fikih Pengurusan Jenazah
 
Tebarkanlah Salam!
Tebarkanlah Salam! Tebarkanlah Salam!
Tebarkanlah Salam!
 
Sembelihanku Hanya Untuk Allah
Sembelihanku Hanya Untuk AllahSembelihanku Hanya Untuk Allah
Sembelihanku Hanya Untuk Allah
 
Kupas Tuntas Hukum Gambar Makhluk Bernyawa
Kupas Tuntas Hukum Gambar Makhluk BernyawaKupas Tuntas Hukum Gambar Makhluk Bernyawa
Kupas Tuntas Hukum Gambar Makhluk Bernyawa
 
Sepuluh Tips Membersihkan Jiwa
Sepuluh Tips Membersihkan JiwaSepuluh Tips Membersihkan Jiwa
Sepuluh Tips Membersihkan Jiwa
 
Alam Kubur Itu Benar Adanya
Alam Kubur Itu Benar AdanyaAlam Kubur Itu Benar Adanya
Alam Kubur Itu Benar Adanya
 
Hukum Tabarruk Dengan Jasad dan Kuburan Orang Shalih
Hukum Tabarruk Dengan Jasad dan Kuburan Orang ShalihHukum Tabarruk Dengan Jasad dan Kuburan Orang Shalih
Hukum Tabarruk Dengan Jasad dan Kuburan Orang Shalih
 
Kupas Tuntas Sutrah Shalat
Kupas Tuntas Sutrah ShalatKupas Tuntas Sutrah Shalat
Kupas Tuntas Sutrah Shalat
 
Kartu Hafalan Anak Islam
Kartu Hafalan Anak IslamKartu Hafalan Anak Islam
Kartu Hafalan Anak Islam
 
Bagaimana Menuntut Ilmu?
Bagaimana Menuntut Ilmu?Bagaimana Menuntut Ilmu?
Bagaimana Menuntut Ilmu?
 
6 Pilar Akidah Dan manhaj
6 Pilar Akidah Dan manhaj6 Pilar Akidah Dan manhaj
6 Pilar Akidah Dan manhaj
 
Boleh Dan Tidak Boleh Terhadap Non Muslim
Boleh Dan Tidak Boleh Terhadap Non MuslimBoleh Dan Tidak Boleh Terhadap Non Muslim
Boleh Dan Tidak Boleh Terhadap Non Muslim
 
Buku Aktivitas: Ramadan Bulan Al-Qur’an
Buku Aktivitas: Ramadan Bulan Al-Qur’anBuku Aktivitas: Ramadan Bulan Al-Qur’an
Buku Aktivitas: Ramadan Bulan Al-Qur’an
 
Peran Wanita Dalam Perbaikan Masyarakat
Peran Wanita Dalam Perbaikan MasyarakatPeran Wanita Dalam Perbaikan Masyarakat
Peran Wanita Dalam Perbaikan Masyarakat
 
Inti Agama Islam
Inti Agama IslamInti Agama Islam
Inti Agama Islam
 
Shalatlah Sebagaimana Melihatku Shalat
Shalatlah Sebagaimana Melihatku ShalatShalatlah Sebagaimana Melihatku Shalat
Shalatlah Sebagaimana Melihatku Shalat
 
Kumpulan Fatwa Ulama Seputar Aqidah Vol 1
Kumpulan Fatwa Ulama Seputar Aqidah Vol 1Kumpulan Fatwa Ulama Seputar Aqidah Vol 1
Kumpulan Fatwa Ulama Seputar Aqidah Vol 1
 
Panduan Istisqa: Meminta Hujan Sesuai Tuntunan Syariat
Panduan Istisqa: Meminta Hujan Sesuai Tuntunan SyariatPanduan Istisqa: Meminta Hujan Sesuai Tuntunan Syariat
Panduan Istisqa: Meminta Hujan Sesuai Tuntunan Syariat
 

Recently uploaded

Penjelasan Asmaul Khomsah bahasa arab nahwu
Penjelasan Asmaul Khomsah bahasa arab nahwuPenjelasan Asmaul Khomsah bahasa arab nahwu
Penjelasan Asmaul Khomsah bahasa arab nahwu
Khiyaroh1
 
Power point materi IPA pada materi unsur
Power point materi IPA pada materi unsurPower point materi IPA pada materi unsur
Power point materi IPA pada materi unsur
DoddiKELAS7A
 
Aksi Nyata Cegah Perundungan Mulai dari Kelas [Guru].pptx
Aksi Nyata Cegah Perundungan Mulai dari Kelas [Guru].pptxAksi Nyata Cegah Perundungan Mulai dari Kelas [Guru].pptx
Aksi Nyata Cegah Perundungan Mulai dari Kelas [Guru].pptx
AgusSuarno2
 

Recently uploaded (20)

MODUL AJAR SENI RUPA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR SENI RUPA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR SENI RUPA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR SENI RUPA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
MODUL AJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM & BUDI PEKERTI (PAIBP) KELAS 5.pdf
MODUL AJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM & BUDI PEKERTI (PAIBP) KELAS 5.pdfMODUL AJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM & BUDI PEKERTI (PAIBP) KELAS 5.pdf
MODUL AJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM & BUDI PEKERTI (PAIBP) KELAS 5.pdf
 
PPDB SMAN 1 SURADE - PROV JABAR 2024 / 2025
PPDB SMAN 1 SURADE - PROV JABAR 2024 / 2025PPDB SMAN 1 SURADE - PROV JABAR 2024 / 2025
PPDB SMAN 1 SURADE - PROV JABAR 2024 / 2025
 
Bahan Ajar Power Point Materi Campuran kelas 8
Bahan Ajar Power Point Materi Campuran kelas 8Bahan Ajar Power Point Materi Campuran kelas 8
Bahan Ajar Power Point Materi Campuran kelas 8
 
AKUNTANSI INVESTASI PD SEKURITAS UTANG.pptx
AKUNTANSI INVESTASI PD SEKURITAS UTANG.pptxAKUNTANSI INVESTASI PD SEKURITAS UTANG.pptx
AKUNTANSI INVESTASI PD SEKURITAS UTANG.pptx
 
Variasi dan Gaya Mengajar, Mata Kuliah Strategi Belajar Mengajar
Variasi dan Gaya Mengajar, Mata Kuliah Strategi Belajar MengajarVariasi dan Gaya Mengajar, Mata Kuliah Strategi Belajar Mengajar
Variasi dan Gaya Mengajar, Mata Kuliah Strategi Belajar Mengajar
 
Materi: Mengapa tidak memanfaatkan Media ?
Materi: Mengapa tidak memanfaatkan Media ?Materi: Mengapa tidak memanfaatkan Media ?
Materi: Mengapa tidak memanfaatkan Media ?
 
Penjelasan Asmaul Khomsah bahasa arab nahwu
Penjelasan Asmaul Khomsah bahasa arab nahwuPenjelasan Asmaul Khomsah bahasa arab nahwu
Penjelasan Asmaul Khomsah bahasa arab nahwu
 
Power point materi IPA pada materi unsur
Power point materi IPA pada materi unsurPower point materi IPA pada materi unsur
Power point materi IPA pada materi unsur
 
Modul Ajar Matematika Kelas 5 Fase C Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Matematika Kelas 5 Fase C Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Modul Ajar Matematika Kelas 5 Fase C Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Matematika Kelas 5 Fase C Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
 
Slide Kick Off for Public - Google Cloud Arcade Facilitator 2024.pptx
Slide Kick Off for Public - Google Cloud Arcade Facilitator 2024.pptxSlide Kick Off for Public - Google Cloud Arcade Facilitator 2024.pptx
Slide Kick Off for Public - Google Cloud Arcade Facilitator 2024.pptx
 
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 2 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 2 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 2 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 2 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
UAS Matematika kelas IX 2024 HK_2024.pdf
UAS Matematika kelas IX 2024 HK_2024.pdfUAS Matematika kelas IX 2024 HK_2024.pdf
UAS Matematika kelas IX 2024 HK_2024.pdf
 
Mekanisme Mendengar Pada Manusia dan Hewan.pptx
Mekanisme Mendengar Pada Manusia dan Hewan.pptxMekanisme Mendengar Pada Manusia dan Hewan.pptx
Mekanisme Mendengar Pada Manusia dan Hewan.pptx
 
MODUL AJAR SENI MUSIK KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR SENI MUSIK KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR SENI MUSIK KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR SENI MUSIK KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
E-modul materi Ekosistem Kelas 10 SMA (Preview)
E-modul materi Ekosistem Kelas 10 SMA (Preview)E-modul materi Ekosistem Kelas 10 SMA (Preview)
E-modul materi Ekosistem Kelas 10 SMA (Preview)
 
MODUL AJAR SENI RUPA KELAS 2 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR SENI RUPA KELAS 2 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR SENI RUPA KELAS 2 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR SENI RUPA KELAS 2 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
Aksi Nyata Cegah Perundungan Mulai dari Kelas [Guru].pptx
Aksi Nyata Cegah Perundungan Mulai dari Kelas [Guru].pptxAksi Nyata Cegah Perundungan Mulai dari Kelas [Guru].pptx
Aksi Nyata Cegah Perundungan Mulai dari Kelas [Guru].pptx
 

Adab-Adab Kepada Pegawai

  • 1. 1
  • 2. Adab-Adab Terhadap Pegawai Penulis: Yulian Purnama (semoga Allah mengampuninya dan kedua orang tuanya) Edisi Pertama: Rabi'ul Awal 1445H website: kangaswad.wordpress.com | facebook: fb.me/yulianpurnama | instagram: @kangaswad | twitter: @kangaswad | youtube: youtube.com/yulianpurnama | telegram: @fawaid_kangaswad 2
  • 3. Daftar Isi Daftar Isi.............................................................................................................. 3 Mukadimah.......................................................................................................... 4 Adab 1 : Membuat Akad Yang Jelas.....................................................................5 Adab 2 : Tidak Memberikan Pekerjaan Di Luar Akad..........................................7 Adab 3 : Tidak Melarangnya Melakukan Kewajiban...........................................9 Adab 4 : Tidak Memerintahkan Maksiat............................................................ 11 Adab 5 : Pegawai Berbeda Dengan Budak.........................................................14 Adab 6 : Tidak Memberikan Pekerjaan Melebihi Batas.....................................16 Adab 7 : Menerapkan Adab-Adab Sesama Muslim............................................19 Adab 8 : Segera Memberikan Upahnya..............................................................22 Adab 9 : Memberikan Hak-Hak Pegawai Sesuai Aturan Ulil Amri....................25 Adab 10 : Memberikan Nasehat Yang Baik........................................................27 Penutup.............................................................................................................. 29 Daftar Pustaka.................................................................................................... 30 Biografi penulis..................................................................................................31 3
  • 4. Mukadimah ِ‫م‬ْ‫ي‬ِ‫ِح‬َ‫ر‬‫ال‬ ِ‫ن‬َ‫م‬ْ‫ِح‬َ‫ر‬‫ال‬ ‫ال‬ ِ‫م‬ْ‫س‬ِ‫ب‬ Segala puji bagi Allah Rabb semesta alam, yang tidak sesembahan yang haq kecuali Ia. Shalawat serta salam semoga senantiasa terlimpah kepada sayyid kita, Nabi Muhammad Shallallahu'alaihi Wasallam, keluarga beliau, para sahabat beliau dan orang-orang yang mengikuti beliau dengan ihsan. Islam adalah agama yang sempurna dan universal. Islam telah mengajarkan adab-adab kebaikan dalam setiap sendi kehidupan. Termasuk adab-adab dalam dunia pekerjaan. Banyak yang telah membahas adab-adab seorang pegawai. Namun perlu diketahui bahwa Islam juga mengajarkan adab-adab atasan atau bos terhadap pegawainya. Risalah yang ringkas ini akan menjelaskan tentang beberapa adab terhadap pegawai. Semoga menjadi perhatian bagi para bos dan atasan yang mempekerjakan para pegawai. Kami memohon kepada Allah ta'ala agar menjadikan amalan yang sedikit ini bermanfaat bagi penulisnya, pembacanya dan seluruh kaum Muslimin. Semoga Allah ta'ala jadikan amalan ini sebagai amalan yang ikhlas hanya mengharap wajah Allah semata. Yulian Purnama 4
  • 5. Adab 1 : Membuat Akad Yang Jelas Hubungan antara majikan dan pegawainya adalah hubungan jual-beli jasa, lebih tepatnya akad ijarah (sewa) jasa. Majikan menyewa pegawainya untuk melakukan pekerjaan tertentu di waktu tertentu. Maka akad ijarah yang dibuat di sini haruslah jelas sejak awal. Jelas pekerjaannya, jelas rentang waktunya, dan jelas upahnya. Dari Abu Hurairah radhiallahu ’anhu, ia berkata, ِ‫ر‬َ‫ر‬َ‫غ‬‫ال‬ ِ‫ع‬ْ‫ي‬َ‫ب‬ ْ‫ن‬َ‫ع‬َ‫و‬ ،ِ‫ة‬‫َا‬‫ص‬َ‫ل‬‫ا‬ ِ‫ع‬ْ‫ي‬َ‫ب‬ ‫عن‬ َ‫م‬َ‫ل‬َ‫س‬َ‫و‬ ‫عليه‬ ُ‫ه‬َ‫ل‬‫ال‬ ‫َ ى‬‫ل‬َ‫ص‬ ِ‫ل‬‫ا‬ ُ‫ل‬‫َسو‬‫ر‬ ‫َ ى‬‫ه‬َ‫ن‬ “Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam melarang jual beli dengan mengundi kerikil dan melarang jual beli gharar”1 . Jual beli gharar adalah jual beli yang terdapat unsur ketidak-jelasan. Akad ijarah harus jelas jangka waktunya dan jelas upahnya. Ibnu Qudamah rahimahullah mengatakan, ‫ول‬ .ٍ‫ة‬َ‫ن‬َ‫س‬‫و‬ ٍ‫ر‬ْ‫ه‬َ‫ش‬‫ك‬ ً‫ة‬‫ْلوم‬‫ع‬َ‫م‬ َ‫ن‬‫تكو‬ ‫أن‬ ُ‫ب‬ِ‫ج‬َ‫ي‬ ٍ‫ة‬َ‫د‬ُ‫م‬ ‫عل ى‬ ْ‫ت‬َ‫ع‬َ‫ق‬َ‫و‬ ‫إذا‬ َ‫ة‬‫الاجار‬ َ‫ن‬‫أ‬ ‫ُه‬‫م‬َ‫ل‬‫َع‬‫ن‬ ‫هذا‬ ‫في‬ َ‫َف‬‫ِل‬‫خ‬ “Ijarah jika sudah disepakati untuk terjadi dalam jangka waktu tertentu, maka wajib diketahui jangka waktunya. Hal ini tidak ada khilaf di antara ulama yang kami ketahui”2 . 1 HR. Muslim no. 1513 2 Al Mughni, 5/323 5
  • 6. Beliau juga mengatakan, ‫ًا‬‫ف‬‫ِل‬‫خ‬ ‫ذلك‬ ‫في‬ ُ‫م‬َ‫ل‬‫َع‬‫ن‬ ‫ل‬ .‫ًا‬‫م‬‫ْلو‬‫ع‬َ‫م‬ ‫ُه‬‫ن‬ْ‫و‬َ‫ك‬ ِ‫ة‬‫الاجار‬ ِ‫ض‬َ‫و‬ِ‫ع‬ ‫في‬ ُ‫ط‬َ‫ر‬َ‫ت‬‫ُش‬‫ي‬ “Dipersyaratkan dalam ijarah, upahnya harus diketahui secara pasti. Tidak kami ketahui adanya khilaf dalam masalah ini”3 . Termasuk di dalamnya, tidak boleh melakukan akad sewa jasa yang tidak jelas upahnya. Syaikh Abdul Aziz bin Baz rahimahullah menjelaskan, “Pemilik usaha wajib menentukan upah yang jelas. Ia tidak boleh mempekerjakan orang seperti itu yaitu tanpa upah yang jelas. Karena ini akan membawa kepada perselisihan dan permusuhan. Karena ini merupakan bentuk upah yang majhul (tidak jelas), maka tidak diperbolehkan”4 . 3 Al Mughni, 5/323 4 Fatawa Nurun ‘alad Darbi Syaikh Ibnu Baz, 1/1481 6
  • 7. Adab 2 : Tidak Memberikan Pekerjaan Di Luar Akad Ketika akad pekerjaan sudah jelas, maka pegawai hanya dituntut untuk bekerja sesuai dengan akad yang telah disepakati. Majikan tidak boleh memberikan pekerjaan di luar cakupan pekerjaan yang telah disepakati. Allah ta'ala berfirman: ِ‫د‬‫ُو‬‫ق‬ُ‫ع‬ْ‫ل‬‫ِا‬‫ب‬ ‫ُوا‬‫ف‬ْ‫و‬َ‫أ‬ ‫ُوا‬‫ن‬َ‫م‬‫آ‬ َ‫ن‬‫ِي‬‫ذ‬َ‫ل‬‫ا‬ ‫َا‬‫ه‬ّ‫ي‬َ‫أ‬ ‫َا‬‫ي‬ “Wahai orang-orang yang beriman, penuhilah akad-akad yang kalian sepakati”5 . Dari 'Amr bin Auf Al Muzanni radhiallahu'anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu'alahi Wasallam bersabda: ‫ًا‬‫م‬‫ِحرا‬ َ‫ل‬‫أِح‬ ْ‫و‬‫أ‬ َ‫ل‬‫ِحل‬ َ‫َم‬َ‫ر‬‫ِح‬ ‫ًا‬‫ط‬‫شر‬ ‫َا‬‫ل‬‫إ‬ ْ‫م‬‫ِه‬‫ط‬‫شرو‬ ‫عل ى‬ َ‫ن‬‫والسلمو‬ “Kaum Muslimin wajib memenuhi apa yang mereka persyaratkan, kecuali syarat yang mengharamkan yang halal dan menghalalkan yang haram”6 . Maka membebani pegawai di luar cakupan pekerjaan yang disepakati, ini adalah bentuk kezaliman dan pengkhianatan terhadap perjanjian. Kecuali jika dibuat kesepakatan yang baru yang diridhai kedua belah pihak atau pegawai ridha untuk mengerjakan pekerjaan di luar akad tersebut. 5 QS. Al Maidah: 1 6 HR. At Tirmidzi no. 1352, Ibnu Majah no.2353, At Tirmidzi berkata: “hasan shahih” 7
  • 8. Dan akad ijarah adalah akad lazim. Artinya, akadnya bersifat mengikat, sehingga untuk membatalkan akad atau mengubah akad, perlu persetujuan dari kedua belah pihak. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah mengatakan: ِ‫ر‬ّ‫اج‬َ‫ؤ‬ُ‫م‬‫لل‬ ‫وليس‬ ،َ‫ي‬‫ِم‬‫ل‬‫ُس‬‫ل‬‫ا‬ ِ‫ق‬‫ّافا‬‫ت‬‫با‬ ِ‫ي‬‫َف‬‫ر‬َ‫ط‬‫ال‬ ‫ِن‬‫م‬ ٌ‫ة‬‫ِم‬‫ِز‬‫ل‬ ‫فهي‬ ً‫ة‬‫َحيح‬‫ص‬ ْ‫ت‬َ‫ن‬‫كا‬ ‫إن‬ َ‫ر‬ِ‫اج‬‫َأ‬‫ت‬ْ‫س‬ُ‫ل‬‫ا‬ َ‫ج‬ِ‫ر‬‫ُخ‬‫ي‬ ‫أن‬ “Akad ijarah jika telah sah, maka ia bersifat lazimah (mengikat) terhadap kedua belah pihak, berdasarkan kesepakatan seluruh ulama. Penyewa tidak bisa secara sepihak mengeluarkan pegawai dari akad”7 . Sehingga jika atasan ingin memberikan tugas lain di luar akad, seharusnya mengubah akad yang ada dengan persetujuan kedua belah pihak, atau meminta keridhaan pegawai untuk melakukan tugas lain tersebut. 7 Majmu' Al Fatawa, 30/185 8
  • 9. Adab 3 : Tidak Melarangnya Melakukan Kewajiban Pada asalnya, waktu dari si pegawai pada jam kerja yang disepakati adalah milik majikannya. Pegawai tidak boleh menggunakan waktunya untuk aktivitas lainnya selain aktivitas pekerjaan yang diminta oleh majikannya. Namun, majikan tidak boleh memerintahkan pegawainya untuk meninggalkan kewajiban-kewajiban pribadi si pegawai. Seperti kewajiban shalat fardhu, shalat Jum'at, shalat Id, dan semisalnya. Dan pegawai tidak wajib mengganti rugi jika jam kerjanya ia gunakan untuk melaksanakan kewajiban-kewajiban tersebut. Ibnu Muflih rahimahullah mengatakan, ‫إل ى‬ ‫َه‬‫س‬ْ‫اف‬َ‫ن‬ ‫ّم‬‫ل‬‫ُس‬‫ي‬ ‫الذي‬ ‫]وهو‬ ،‫عليه‬ َ‫ص‬‫ن‬ ّ‫ص‬‫الا‬ ‫الاجير‬ ‫عل ى‬ َ‫ن‬‫ضما‬ ‫ول‬ ‫في‬ ‫َها‬‫ع‬ْ‫اف‬َ‫ن‬ ُ‫ر‬ِ‫اج‬‫ُستأ‬‫ل‬‫ا‬ ّ‫ق‬ِ‫ح‬‫َست‬‫ي‬ ً‫ة‬‫معلوم‬ ً‫ة‬َ‫د‬ُ‫م‬ ُ‫د‬‫العق‬ ‫عليه‬ ‫يقع‬ :‫أي‬ [‫ِر‬‫اج‬‫ُستأ‬‫ل‬‫ا‬ ٍ‫ة‬‫اجمع‬ ِ‫ة‬‫وصل‬ ،‫ِها‬‫ن‬َ‫ن‬ُ‫س‬‫ب‬ ‫أوقاتها‬ ‫في‬ ِ‫س‬‫الم‬ ‫َلوات‬‫ص‬‫ال‬ ِ‫ل‬‫فع‬ ‫سوى‬ ،‫اجمعها‬ َ‫ة‬َ‫د‬ُ‫ل‬‫ا‬ ‫تلك‬ ‫بنافعه‬ ِ‫ر‬ِ‫اج‬‫ُستأ‬‫ل‬‫ا‬ ‫لختصاص‬ ‫ًا‬ّ‫ص‬‫خا‬ َ‫ي‬ّ‫م‬ُ‫س‬‫و‬ ‫َستنيب؛‬‫ي‬ ‫ول‬ ،ٍ‫د‬‫ِي‬‫ع‬‫و‬ “[Tidak ada denda bagi al-ajir al-khash] beliau (penulis kitab Al-Muqni’) menegaskan hal ini. [dia adalah orang yang menyerahkan jasanya kepada al- musta’jir (majikan)], maksudnya: telah terjadi akad ijarah untuk jangka waktu tertentu, yang pada rentang waktu ini al-musta’jir berhak mengambil manfaat 9
  • 10. dari al-ajir al-khas. Kecuali waktu yang digunakan untuk salat lima waktu pada waktunya, disertai dengan sunnah-sunnahnya, salat Jumat, dan salat ‘Id tanpa perlu mengganti jam kerja. Al-ajir (karyawan) tersebut dilabeli dengan istilah “khash” karena ia mengkhususkan rentang waktu kerjanya tersebut untuk memberikan manfaat kepada al musta’jir (majikan)”8 . Para ulama dalam Al Lajnah Ad Daimah lil Buhuts wal Ifta' ditanya, “Saya diminta untuk bekerja oleh bos saya ketika sudah datang waktu shalat. Apakah saya tetap mengerjakan ataukah tidak?”. Mereka menjawab, “Jika bos anda memerintahkan demikian namun anda tetap bisa menunaikan shalat berjamaah di masjid, maka tidak mengapa anda melakukan tugas tersebut. Selama yang diperintahkan tersebut bukan perkara haram. Jika tugas tersebut adalah perkara yang haram, atau bisa menghalangi anda untuk shalat berjama'ah di masjid, maka tidak boleh menaatinya. Berdasarkan sabda Nabi Shallallahu'alaihi Wasallam: “Sesungguhnya ketaatan itu hanya dalam perkara yang ma'ruf”. Dan sabda beliau: “Tidak ada ketaatan kepada makhluk dalam maksiat kepada Allah””9 . Dalil-dalil untuk masalah ini juga sama dengan dalil pada poin ke empat di halaman berikutnya. 8 Al-Mubdi’Syarah Al Muqni’, 5/108 9 Fatawa Al Lajnah, 7/303 -304 10
  • 11. Adab 4 : Tidak Memerintahkan Maksiat Bos atau atasan tidak boleh memerintahkan pegawainya melakukan maksiat, dan pegawai pun tidak boleh taat ketika diperintahkan untuk berbuat maksiat, sekalipun itu dalam urusan pekerjaan. Taat kepada Allah dan Rasul-Nya harus lebih didahulukan. Dari Ali bin Abi Thalib radhiallahu’anhu, Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda: ِ‫َف‬‫ُو‬‫ر‬ْ‫ع‬َْ‫ل‬‫ا‬ ‫ِي‬‫ف‬ ُ‫ة‬َ‫ع‬‫َا‬‫ط‬‫ال‬ ‫َا‬‫م‬َ‫ن‬ِ‫إ‬ ٍ‫ة‬َ‫ي‬ِ‫ص‬ْ‫ع‬َ‫م‬ ‫ِي‬‫ف‬ َ‫ة‬َ‫ع‬‫َا‬‫ط‬ َ‫ل‬ ”Tidak ada ketaatan di dalam maksiat, taat itu hanya dalam perkara yang ma’ruf”10 . Dalam riwayat Imam Ahmad dengan lafadz: ِ‫ل‬‫ا‬ ِ‫ة‬َ‫ي‬ِ‫ص‬ْ‫ع‬َ‫م‬ ‫ِي‬‫ف‬ ٍ‫ر‬َ‫ش‬َ‫ب‬ِ‫ل‬ َ‫ة‬َ‫ع‬‫َا‬‫ط‬ َ‫ل‬ “Tidak ada ketaatan kepada manusia dalam bermaksiat kepada Allah”11 . Tidak ada ketaatan secara mutlak kecuali hanya kepada Allah dan Rasul- Nya. Adapun selain keduanya tidak boleh diserahkan ketaatan secara total. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah mengatakan: ،‫ذلك‬ ‫في‬ ‫ضل‬ ‫فقد‬ ً‫ل‬‫ِحا‬ ‫أو‬ ً‫ا‬‫اعتقاد‬ ً‫ا‬‫مطلق‬ ‫طاعته‬ ‫فأواجب‬ ً‫ا‬‫إمام‬ ‫نصب‬ ‫من‬ 10 HR. Al Bukhari, no. 7257; Muslim, no. 1840 11 HR. Ahmad (2/318) 11
  • 12. ً‫ا‬‫معصوم‬ ً‫ا‬‫إمام‬ ‫وقت‬ ‫كل‬ ‫في‬ ‫اجعلوا‬ ‫ِحيث‬ ،‫المامية‬ ‫الرافضة‬ ‫الضلل‬ ‫كأئمة‬ ‫كل‬ ‫في‬ ‫بعده‬ ‫أِحد‬ ‫طاعة‬ ‫تب‬ ‫ول‬ ،‫الرسول‬ ‫بعد‬ ‫معصوَم‬ ‫ل‬ ‫فإنه‬ ،‫طاعته‬ ‫تب‬ ‫شيء‬ “Siapa yang mengangkat imam yang diklaim wajib untuk ditaati secara mutlak lahir dan batin, maka ia telah tersesat. Seperti para imam syiah rafidhah imamiyah. Mereka menjadikan imam-imam mereka sebagai sosok yang maksum dan wajib ditaati secara total. Karena tidak ada manusia yang maksum selain Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam. Maka tidak wajib untuk taat secara mutlak kepada siapapun setelah beliau”12 . Imam Asy Syafi’i rahimahullah berkata: ‫وسلم‬ ‫عليه‬ ‫ال‬ ‫صل ى‬ ‫ال‬ ‫رسول‬ ‫سنة‬ ‫له‬ ‫استبانت‬ ‫من‬ ‫أن‬ ‫عل ى‬ ‫الناس‬ ‫أاجمع‬ ‫الناس‬ ‫من‬ ‫أِحد‬ ‫لقول‬ ‫يدعها‬ ‫أن‬ ‫له‬ ‫يكن‬ ‫لم‬ “Para ulama bersepakat bahwa jika seseorang sudah dijelaskan padanya sunnah Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam tidak boleh ia meninggalkan sunnah demi membela pendapat siapapun”13 . Seorang Mukmin tentulah harus lebih mendahulukan aturan Allah dan Rasul-Nya daripada aturan yang lain. Itulah konsekuensi iman yang benar. Allah ta’ala berfirman: 12 Majmu' Al Fatawa, 19/69 13 Diriwayatkan oleh Ibnul Qayyim dalam I’lamul Muwaqqi'in (2/361). Dinukil dari Ashl Sifah Shalatin Nabi (hal.28) 12
  • 13. ْ‫ن‬ِ‫م‬ ُ‫ة‬َ‫ر‬َ‫ي‬ِْ‫ل‬‫ا‬ ُ‫م‬ُ‫ه‬َ‫ل‬ َ‫ن‬‫ُو‬‫ك‬َ‫ي‬ ْ‫ن‬َ‫أ‬ ‫ًا‬‫ر‬ْ‫م‬َ‫أ‬ ُ‫ه‬ُ‫ل‬‫ُو‬‫س‬َ‫ر‬َ‫و‬ ُ‫ل‬‫ا‬ ‫َ ى‬‫ض‬َ‫ق‬ ‫َا‬‫ذ‬ِ‫إ‬ ٍ‫ة‬َ‫ن‬ِ‫م‬ْ‫ؤ‬ُ‫م‬ ‫َل‬‫و‬ ٍ‫ن‬ِ‫م‬ْ‫ؤ‬ُِ‫ل‬ َ‫ن‬‫َا‬‫ك‬ ‫َا‬‫م‬َ‫و‬ ْ‫م‬ِ‫ه‬ِ‫ر‬ْ‫م‬َ‫أ‬ “Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mukmin dan tidak (pula) bagi perempuan yang mukmin, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka”14 . Dari Anas bin Malik radhiallahu’anhu, Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda: ،ِ‫ه‬َ‫ل‬ِ‫ل‬ ‫َا‬‫ل‬‫إ‬ ُ‫ه‬ّ‫ب‬ِ‫ح‬ُ‫ي‬ ‫ل‬ َ‫ء‬ْ‫ر‬َ‫ل‬‫ا‬ ّ‫ب‬ِ‫ح‬ُ‫ي‬ َ‫ن‬‫كا‬ ‫َن‬‫م‬ :ِ‫ن‬‫الميا‬ َ‫م‬ْ‫ع‬َ‫ط‬ َ‫د‬َ‫اج‬‫و‬ ‫فيه‬ َ‫ن‬ُ‫ك‬ ‫َن‬‫م‬ ٌ‫ٌث‬‫َل‬‫ث‬ ِ‫ر‬‫َا‬‫ن‬‫ال‬ ‫في‬ ‫َ ى‬‫ق‬ْ‫ل‬ُ‫ي‬ ْ‫ن‬‫أ‬ َ‫ن‬‫كا‬ ‫َن‬‫م‬‫و‬ ،‫ُما‬‫ه‬‫ِوا‬‫س‬ ‫َا‬‫م‬ ِ‫ه‬ْ‫ي‬َ‫ل‬‫إ‬ َ‫ب‬َ‫ِح‬‫أ‬ ُ‫ه‬ُ‫ل‬‫َسو‬‫ر‬‫و‬ ُ‫ه‬َ‫ل‬‫ال‬ َ‫ن‬‫كا‬ ‫َن‬‫م‬‫و‬ ‫منه‬ ُ‫ه‬َ‫ل‬‫ال‬ ُ‫ه‬َ‫ذ‬َ‫ق‬ْ‫ن‬‫أ‬ ْ‫ن‬‫أ‬ َ‫د‬ْ‫ع‬َ‫ب‬ ِ‫ر‬ْ‫اف‬ُ‫ك‬‫ال‬ ‫في‬ َ‫ع‬ِ‫اج‬ْ‫ر‬َ‫ي‬ ْ‫ن‬‫أ‬ ‫ِن‬‫م‬ ِ‫ه‬ْ‫ي‬َ‫ل‬‫إ‬ َ‫ب‬َ‫ِح‬‫أ‬ “Tiga jenis orang yang jika termasuk di dalamnya maka seseorang akan merasakan lezatnya iman: orang yang mencintai seseorang, tidaklah ia mencintainya kecuali karena Allah, orang yang menjadikan Allah dan Rasul- Nya paling ia cintai daripada selain keduanya, dan orang yang dilemparkan ke dalam api lebih ia sukai daripada ia kembali kepada kekufuran setelah Allah selamatkan ia dari kekufuran”15 . Hadits ini menunjukkan bahwa di antara konsekuensi iman adalah mendahulukan Allah dan Rasul-Nya daripada selain keduanya. 14 QS. Al Ahzab: 36 15 HR. Al Bukhari no. 6041, Muslim no.43 13
  • 14. Adab 5 : Pegawai Berbeda Dengan Budak Perlu diketahui bahwa berbeda antara pegawai dengan budak (hamba sahaya). Dalam Al Qamus Al Muhith disebutkan: ‫ُه‬‫ض‬‫بع‬ ‫أو‬ ُ‫ه‬ّ‫ل‬‫ك‬ ‫ُوك‬‫ل‬ْ‫م‬َ‫ل‬‫ا‬ ‫الشخص‬ ُ‫ق‬‫ِي‬‫ق‬َ‫ر‬‫ال‬ “Hamba sahaya (budak) adalah orang yang dimiliki keseluruhannya atau sebagiannya”. Maka hamba sahaya itu dimiliki oleh orang lain, sehingga ia tidak bebas melakukan apa yang ingin ia lakukan. Dan majikan dari budak berhak untuk memerintahkannya apa saja sesuai keinginannya kecuali yang bertentangan dengan syariat. Adapun pegawai adalah al ajir, orang yang disewa jasanya. Allah ta'ala berfirman: ُ‫ي‬ِ‫م‬َْ‫ل‬‫ا‬ ّ‫ي‬ِ‫و‬َ‫ق‬ْ‫ل‬‫ا‬ َ‫ت‬ْ‫ر‬َ‫اج‬ْ‫أ‬َ‫ت‬ْ‫س‬‫ا‬ ِ‫ن‬َ‫م‬ َ‫ر‬ْ‫ي‬َ‫خ‬ َ‫ن‬ِ‫إ‬ ُ‫ه‬ْ‫ر‬ِ‫اج‬ْ‫أ‬َ‫ت‬ْ‫س‬‫ا‬ ِ‫ت‬َ‫ب‬َ‫أ‬ ‫َا‬‫ي‬ ‫َا‬‫م‬ُ‫ه‬‫َا‬‫د‬ْ‫ِح‬ِ‫إ‬ ْ‫ت‬َ‫ل‬‫َا‬‫ق‬ “Dan salah seorang dari kedua (perempuan) itu berkata, “Wahai ayahku! Jadikanlah dia sebagai pekerja (pada kita), sesungguhnya orang yang paling baik yang engkau ambil sebagai pekerja (pada kita) ialah orang yang kuat dan dapat dipercaya”16 . Ayah ini mengisahkan tentang Nabi Musa 'alaihissalam. Dalam ayat ini 16 QS. Al Qashash: 26 14
  • 15. beliau musta'jar (diperkerjakan) oleh bapak dari sang wanita. Dan Nabi Musa 'alaihissalam tentu bukan budak. Sehingga pegawai itu berbeda dengan budak. Oleh karena itu majikan tidak berhak memerintahkan pegawai untuk melakukan apa saja sesuai keinginannya. Majikan hanya berhak memberikan pekerjaan sesuai dengan perjanjian kerja. Misalnya petugas administrasi keuangan tidak boleh diperintahkan untuk membersihkan mobil atau menyapu lantai. Supir pribadi tidak boleh diperintahkan untuk mencuci pakaian. Dan contoh-contoh semisalnya. Majikan juga tidak boleh memperlakukan pegawai sebagaimana memperlakukan budak. Ini adalah bentuk kezaliman. 15
  • 16. Adab 6 : Tidak Memberikan Pekerjaan Melebihi Batas Seorang bos atau atasan tidak boleh membebani pegawainya dengan pekerjaan yang melebihi batas sehingga ia sangat kelelahan atau berada dalam bahaya. Dari Abu Sa'id Al Khudri radhiallahu'anhu, Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda: َ‫ر‬‫َا‬‫ر‬ِ‫ض‬ َ‫ل‬َ‫و‬ َ‫ر‬َ‫ر‬َ‫ض‬ َ‫ل‬ “Tidak boleh membahayakan diri sendiri dan tidak boleh membahayakan orang lain”17 . Dari Abu Hurairah dan Abu Dzar radhiallahu'anhuma, bahwa Nabi Shallallahu'alaihi Wasallam bersabda tentang hak budak: ُ‫ق‬‫يطي‬ ‫ل‬ ‫ما‬ ِ‫ل‬‫العم‬ ‫من‬ ُ‫ُف‬َ‫ل‬‫ُك‬‫ي‬ ‫ول‬ ِ‫َف‬‫بالعرو‬ ‫ُه‬‫ت‬‫وكسو‬ ‫ُه‬‫م‬‫طعا‬ ِ‫ك‬‫للمملو‬ “Budak berhak mendapatkan nafkah makanan dan nafkah pakaian secara makruf. Dan tidak boleh ia dibebani dengan pekerjaan yang ia tidak sanggupi”18 . Ibnu Qudamah rahimahullah menjelaskan hadits ini: 17 HR. Ahmad (I/313) no.2867, dan Ibnu Majah no.2431, Al Albani mengatakan: “Hadits ini hasan dengan keseluruhan jalannya dan syawahid-nya yang banyak” (Ahkamul Janaiz, hal. 16). 18 HR. Muslim no.1662 16
  • 17. ‫من‬ ‫ويقرب‬ ،‫عليه‬ ‫يشق‬ ‫ما‬ ‫وهو‬ ،‫يطيقه‬ ‫ل‬ ‫بعمل‬ ‫يؤدبه‬ ‫أن‬ ‫له‬ ‫يجوِز‬ ‫ول‬ ‫به‬ ‫يضر‬ ‫ذلك‬ ‫ولن‬ ‫التقدَم؛‬ ‫عنه‬ ‫ال‬ ‫رضي‬ ‫ذر‬ ‫أبي‬ ‫لديث‬ ‫عنه‬ ‫العجز‬ ‫به‬ ‫الضرار‬ ‫من‬ ‫منوع‬ ‫وهو‬ ،‫ويؤذيه‬ “Tidak boleh seorang tuan menghukum budaknya dengan pekerjaan yang tidak ia sanggupi sehingga membuat ia kesusahan atau sampai membuat ia lemas. Berdasarkan hadits Abu Dzar yang barusan. Dan karena hal itu akan membahayakannya dan mengganggunya. Padahal tidak boleh memberikan bahaya kepadanya”19 . Syaikh Abdullah Ath Thayyar rahimahullah juga menjelaskan: ‫عليه‬ ‫يشق‬ ‫عمل‬ ‫كل‬ ‫وهو‬ ‫يطيقه‬ ‫ل‬ ‫ما‬ ‫ملوكه‬ ‫السيد‬ ‫يكلُف‬ ‫أن‬ ‫يحرَم‬ ) ‫عنه‬ ‫العجز‬ ‫من‬ ‫ويقرب‬ ٣ ‫من‬ ‫يكلُف‬ ‫"ول‬ :‫التقدَم‬ ‫ذر‬ ‫أبي‬ ‫لديث‬ ‫(؛‬ -‫عنه‬ ‫ال‬ ‫رضي‬- ‫الدري‬ ‫سعيد‬ ‫أبي‬ ‫ِحديث‬ ‫ولعموَم‬ ،"‫يطيق‬ ‫ل‬ ‫ما‬ ‫العمل‬ ‫ضار‬ ‫من‬ ‫ضرار‬ ‫ول‬ ‫ضرر‬ ‫"ل‬ :‫قال‬ - ‫وسلم‬ ‫عليه‬ ‫ال‬ ‫صل ى‬ - ‫ال‬ ‫رسول‬ ‫أن‬ ‫عليه‬ ‫ال‬ ‫شاق‬ ‫شاق‬ ‫ومن‬ ‫ال‬ ‫"ضاره‬ “Haram hukumnya seorang tuan membebani budaknya dengan pekerjaan yang tidak ia sanggupi, yaitu semua pekerjaan yang membuat ia kesusahan atau membuat ia lemas. Berdasarkan hadits dari Abu Dzar barusan: “tidak boleh ia dibebani dengan pekerjaan yang ia tidak sanggupi”. Dan juga berdasarkan 19 Al Mughni, 11/436 17
  • 18. keumuman hadits Abu Sa'id Al Khudri, bahwa Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam bersabda: “Tidak boleh membiarkan bahaya dan tidak boleh membahayakan orang lain, siapa yang membahayakan orang lain, Allah akan memberi ia bahaya, siapa yang menyusahkan orang lain, Allah akan beri ia kesusahan””20 . Jika hamba sahaya atau budak saja tidak boleh dibebani pekerjaan yang melebihi batas, lebih lagi pegawai. Padahal hamba sahaya itu aset yang dimiliki oleh tuannya yang bisa diperintahkan untuk melakukan pekerjaan apapun. Itupun tidak boleh dibebani pekerjaan yang berlebihan. Maka apalagi pegawai yang statusnya adalah orang yang disewa jasanya, bukan aset. 20 Al Fiqhul Muyassar, 5/220 18
  • 19. Adab 7 : Menerapkan Adab-Adab Sesama Muslim Seorang bos atau atasan ia tetap wajib menunaikan hak-hak sesama Muslim terhadap pegawainya. Di antaranya: a. Mengucapkan salam b. Memenuhi undangannya c. Mendoakan ketika bersin d. Mengantarkan jenazah Dari Abu Hurairah radhiallahu'anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam bersabda: ُ‫ه‬َ‫ت‬‫ِي‬‫ق‬َ‫ل‬ ‫َا‬‫ذ‬ِ‫إ‬ :‫َال‬‫ق‬ ‫ِ؟‬‫ه‬َ‫ل‬‫ال‬ ‫ُول‬‫س‬َ‫ر‬ ‫َا‬‫ي‬ َ‫ن‬ُ‫ه‬ ‫َا‬‫م‬ :‫ِيل‬‫ق‬ ،ّ‫ت‬ِ‫س‬ ِ‫م‬ِ‫ل‬ْ‫س‬ُْ‫ل‬‫ا‬ ‫َ ى‬‫ل‬َ‫ع‬ ِ‫م‬ِ‫ل‬ْ‫س‬ُْ‫ل‬‫ا‬ ّ‫ق‬َ‫ِح‬ َ‫س‬َ‫ط‬َ‫ع‬ ‫َا‬‫ذ‬ِ‫إ‬َ‫و‬ ،ُ‫ه‬َ‫ل‬ ْ‫ح‬َ‫ص‬ْ‫ن‬‫َا‬‫ف‬ َ‫ك‬َ‫ح‬َ‫ص‬ْ‫ن‬َ‫ت‬ْ‫س‬‫ا‬ ‫َا‬‫ذ‬ِ‫إ‬َ‫و‬ ،ُ‫ه‬ْ‫ب‬ِ‫اج‬َ‫أ‬َ‫ف‬ َ‫ك‬‫َا‬‫ع‬َ‫د‬ ‫َا‬‫ذ‬ِ‫إ‬َ‫و‬ ،ِ‫ه‬ْ‫ي‬َ‫ل‬َ‫ع‬ ْ‫م‬ّ‫ل‬َ‫س‬َ‫ف‬ ُ‫ه‬ْ‫ع‬َ‫ب‬ْ‫ت‬‫َا‬‫ف‬ َ‫ت‬‫َا‬‫م‬ ‫َا‬‫ذ‬ِ‫إ‬َ‫و‬ ،ُ‫ه‬ْ‫د‬ُ‫ع‬َ‫ف‬ َ‫ض‬ِ‫ر‬َ‫م‬ ‫َا‬‫ذ‬ِ‫إ‬َ‫و‬ ،ُ‫ه‬ْ‫ت‬ّ‫م‬َ‫ش‬َ‫ف‬ َ‫ه‬َ‫ل‬‫ال‬ َ‫د‬ِ‫م‬َ‫ح‬َ‫ف‬ “Hak sesama Muslim itu ada enam”. Para sahabat bertanya, “Apa saja wahai Rasulullah?”. Nabi menjawab, “Jika engkau bertemu dengan saudaramu, ucapkanlah salam kepadanya. Jika ia mengundangmu maka penuhilah. Jika ia meminta nasehat kepadamu, maka nasehatilah ia. Jika ia bersin dan mengucapkan hamdalah, maka doakan ia dengan “yarhamukallah”. Jika ia 19
  • 20. sakit, maka jenguklah ia. Jika ia meninggal, maka antarkanlah jenazahnya”21 . Dari Abu Hurairah radhiallahu'anhu, Nabi Shallallahu'alaihi Wasallam bersabda: ِ‫ز‬ِ‫ئ‬‫َا‬‫ن‬َْ‫ل‬‫ا‬ ُ‫ع‬‫َا‬‫ب‬ّ‫ت‬‫َا‬‫و‬ ِ‫ض‬‫ِي‬‫ر‬َْ‫ل‬‫ا‬ ُ‫ة‬َ‫د‬‫َا‬‫ي‬ِ‫ع‬َ‫و‬ ِ‫َم‬َ‫ل‬َ‫س‬‫ال‬ ّ‫د‬َ‫ر‬ ٌ‫س‬ْ‫م‬َ‫خ‬ ِ‫م‬ِ‫ل‬ْ‫س‬ُْ‫ل‬‫ا‬ ‫َ ى‬‫ل‬َ‫ع‬ ِ‫م‬ِ‫ل‬ْ‫س‬ُْ‫ل‬‫ا‬ ّ‫ق‬َ‫ِح‬ ِ‫س‬ِ‫ط‬‫َا‬‫ع‬ْ‫ل‬‫ا‬ ُ‫ت‬‫ِي‬‫م‬ْ‫ش‬َ‫ت‬َ‫و‬ ِ‫ة‬َ‫و‬ْ‫ع‬َ‫د‬‫ال‬ ُ‫ة‬َ‫ب‬‫َا‬‫اج‬ِ‫إ‬َ‫و‬ "Hak sesama Muslim ada lima: membalas salamnya, menjenguknya ketika ia sakit, mengikuti jenazahnya yang dibawa ke kuburan, memenuhi undangannya dan ber-tasymit ketika ia bersin"22 . Dari Abdullah bin Mas'ud radhiallahu'anhu, Nabi Shallallahu'alaihi Wasallam bersabda : َ‫ي‬ِ‫م‬ِ‫ل‬ْ‫س‬ُْ‫ل‬‫ا‬ ‫ُوا‬‫ب‬ِ‫ر‬ْ‫ض‬َ‫ت‬ ‫َل‬‫و‬ ،َ‫ة‬َ‫ي‬ِ‫د‬َ‫ه‬ْ‫ل‬‫ا‬ ‫ّوا‬‫د‬ُ‫ر‬َ‫ت‬ ‫َل‬‫و‬ ،َ‫ي‬ِ‫ع‬‫َا‬‫د‬‫ال‬ ‫ُوا‬‫ب‬‫ِي‬‫اج‬َ‫أ‬ "Hendaknya kalian memenuhi undangan, dan jangan kalian menolak hadiah, dan jangan kalian memukul sesama Muslim"23 . e. Tidak boleh mencela pegawai Dari Abdullah bin Mas’ud radhiallahu’anhu, Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda: ّ‫ي‬َ‫ذ‬‫الب‬ ‫ول‬ ِ‫ش‬ِ‫ِح‬‫الافا‬ ‫ول‬ ِ‫ن‬‫َا‬‫ع‬َ‫ل‬‫ال‬ ‫ول‬ ِ‫ن‬‫َا‬‫ع‬َ‫ط‬‫بال‬ ُ‫ن‬‫الؤم‬ َ‫س‬‫لي‬ 21 HR. Muslim no.2162 22 HR. Al Bukhari no.1164, Muslim no.4022 23 HR. Ahmad no.3838, Ibnu Hibban no.5603, dishahihkan Al Albani dalam Shahih Al Jami' no.158 20
  • 21. “Seorang Mukmin bukanlah orang yang suka mencela, suka melaknat, suka bicara kotor dan suka bicara jorok”24 . f. Tidak boleh merendahkan pegawai Dari Abu Hurairah radhiallahu'anhu, Nabi Shallallahu'alaihi Wasallam bersabda: ‫َ ى‬‫ل‬‫ع‬ ْ‫م‬ُ‫ك‬ُ‫ض‬ْ‫ع‬َ‫ب‬ ْ‫ع‬ِ‫ب‬َ‫ي‬ ‫ول‬ ،‫ُوا‬‫ر‬َ‫ب‬‫َدا‬‫ت‬ ‫ول‬ ،‫ُوا‬‫ض‬َ‫غ‬‫َبا‬‫ت‬ ‫ول‬ ،‫ُوا‬‫ش‬َ‫اج‬‫َنا‬‫ت‬ ‫ول‬ ،‫ُوا‬‫د‬َ‫س‬‫َا‬‫ت‬ ‫ل‬ ‫ول‬ ُ‫ه‬ُ‫م‬ِ‫ل‬ْ‫ظ‬َ‫ي‬ ‫ل‬ ،ِ‫م‬ِ‫ل‬ْ‫س‬ُ‫ل‬‫ا‬ ‫ُو‬‫خ‬‫أ‬ ُ‫م‬ِ‫ل‬ْ‫س‬ُ‫ل‬‫ا‬ ‫ًا‬‫ن‬‫ْوا‬‫خ‬‫إ‬ ِ‫ل‬‫ا‬ َ‫د‬‫ِبا‬‫ع‬ ‫ُوا‬‫ن‬‫ُو‬‫ك‬‫و‬ ،ٍ‫ض‬ْ‫ع‬َ‫ب‬ ِ‫ع‬ْ‫ي‬َ‫ب‬ ِ‫ب‬ْ‫س‬َ‫ح‬‫ب‬ ٍ‫ت‬‫َا‬‫ر‬َ‫م‬ َ‫ٌث‬‫َل‬‫ث‬ ِ‫ه‬ِ‫ر‬ْ‫د‬َ‫ص‬ ‫إل ى‬ ُ‫ر‬‫ِي‬‫ش‬ُ‫ي‬‫و‬ ‫ُنا‬‫ه‬‫ها‬ ‫َى‬‫و‬ْ‫ق‬َ‫ت‬‫ال‬ ُ‫ه‬ُ‫ر‬ِ‫ق‬ْ‫ح‬َ‫ي‬ ‫ول‬ ،ُ‫ه‬ُ‫ل‬ُ‫ذ‬ْ‫خ‬َ‫ي‬ ،ُ‫ه‬ُ‫م‬َ‫د‬ ،ٌ‫َم‬‫َرا‬‫ِح‬ ِ‫م‬ِ‫ل‬ْ‫س‬ُ‫ل‬‫ا‬ ‫َ ى‬‫ل‬‫ع‬ ِ‫م‬ِ‫ل‬ْ‫س‬ُ‫ل‬‫ا‬ ّ‫ل‬ُ‫ك‬ ،َ‫م‬ِ‫ل‬ْ‫س‬ُ‫ل‬‫ا‬ ُ‫ه‬‫أخا‬ َ‫ر‬ِ‫ق‬ْ‫ح‬َ‫ي‬ ْ‫ن‬‫أ‬ ّ‫ر‬َ‫ش‬‫ال‬ َ‫ن‬ِ‫م‬ ٍ‫ئ‬ِ‫ر‬ْ‫م‬‫ا‬ ُ‫ه‬ُ‫ض‬ْ‫ر‬ِ‫ع‬‫و‬ ،ُ‫ه‬ُ‫ل‬‫وما‬ “Janganlah kalian saling mendengki, saling memfitnah, saling membenci, dan saling memusuhi. Janganlah ada seseorang di antara kalian yang berjual beli sesuatu yang masih dalam penawaran muslim lainnya dan jadilah kalian hamba-hamba Allah yang saling bersaudara. Muslim yang satu dengan muslim yang lainnya adalah bersaudara tidak boleh menyakiti, merendahkan, ataupun menghina. Takwa itu ada di sini (Rasulullah menunjuk dadanya), Beliau mengucapkannya sebanyak tiga kali. Seseorang telah dianggap berbuat jahat apabila ia menghina saudaranya sesama muslim. Muslim yang satu dengan yang Iainnya haram darahnya. hartanya, dan kehormatannya”25 . 24 HR. At Tirmidzi no.1977, dishahihkan Al Albani dalam Silsilah Ash Shahihah no.320 25 HR. Muslim no. 2564 21
  • 22. Adab 8 : Segera Memberikan Upahnya Seorang bos atau atasan hendaknya segera memberikan upah kepada pegawainya ketika pegawainya selesai mengerjakan pekerjaan yang disepakati. Sebagaimana Allah ta'ala berfirman: َ‫ن‬ُ‫ه‬َ‫ر‬‫ُو‬‫اج‬ُ‫أ‬ َ‫ن‬ُ‫ه‬‫ُو‬‫ت‬‫َآ‬‫ف‬ ْ‫م‬ُ‫ك‬َ‫ل‬ َ‫ن‬ْ‫ع‬َ‫ض‬ْ‫ر‬َ‫أ‬ ْ‫ن‬ِ‫إ‬َ‫ف‬ “Kemudian jika mereka menyusukan (anak-anak)mu untukmu maka berikanlah kepada mereka upahnya”26 . Dalam ayat ini diperintahkan untuk memberi upah kepada wanita yang menyusui anak orang lain dengan upah. Ibnu Katsir rahimahullah menjelaskan: “Jika mantan istri yang telah dicerai lalu menyusui anaknya, maka ia berhak mendapatkan upah. Maka sang mantan istri ini boleh membuat kesepakatan dengan sang mantan suami atau wali dari anaknya tentang berapa upah susuannya”27 . Jika seorang ibu saja yang menyusui anaknya sendiri berhak mendapatkan upah dari mantan suaminya atas susuan tersebut, terlebih lagi wanita yang menyusui anak orang lain dan juga orang yang bekerja untuk orang lain. Wajib memberikan upah kepada pegawai yang telah menyelesaikan pekerjaannya. Bersengaja tidak memberikan upah kepada pegawai yang telah menyelesaikan pekerjaannya adalah kezaliman dan diancam dengan ancaman yang keras. Dalam hadits dari Abu Hurairah radhiallahu'anhu, bahwa Rasulullah 26 QS. Ath Thalaq: 6 27 Tafsir Ibnu Katsir, 8/153 22
  • 23. Shallallahu'alaihi Wasallam bersabda: ٌ‫ل‬ُ‫اج‬َ‫ر‬‫و‬ ،َ‫ر‬َ‫د‬َ‫غ‬ َ‫م‬ُ‫ث‬ ‫بي‬ ‫َ ى‬‫ط‬ْ‫ع‬‫أ‬ ٌ‫ل‬ُ‫اج‬َ‫ر‬ :ِ‫ة‬َ‫م‬‫ِيا‬‫ق‬‫ال‬ َ‫َم‬‫َو‬‫ي‬ ْ‫م‬ُ‫ه‬ُ‫م‬ْ‫ص‬َ‫خ‬ ‫أنا‬ ٌ‫ة‬َ‫ث‬‫َل‬‫ث‬ :ُ‫ه‬َ‫ل‬‫ال‬ َ‫ل‬‫قا‬ ‫َه‬‫ر‬‫أاج‬ ‫ِه‬‫ط‬‫ُع‬‫ي‬ ‫ولم‬ ‫منه‬ ‫َ ى‬‫ف‬ْ‫و‬َ‫ت‬ْ‫س‬‫فا‬ ‫ًا‬‫ر‬‫ِي‬‫اج‬‫أ‬ َ‫ر‬َ‫اج‬ْ‫أ‬َ‫ت‬ْ‫س‬‫ا‬ ٌ‫ل‬ُ‫اج‬َ‫ر‬‫و‬ ،ُ‫ه‬َ‫ن‬َ‫م‬َ‫ث‬ َ‫ل‬َ‫ك‬‫فأ‬ ‫ًا‬ّ‫ر‬ُ‫ِح‬ َ‫ع‬‫با‬ “Allah ta'ala berfirman: Ada tiga orang yang Aku akan menjadi musuhnya di hari Kiamat: orang yang membuat perjanjian dengan nama-Ku, lalu ia melanggar perjanjian tersebut, orang yang menjual orang yang merdeka dan memakan hasilnya, dan orang yang mempekerjakan seorang pekerja kemudian pekerja ini menyelesaikan pekerjaannya namun tidak diberikan upahnya”28 . Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam juga memerintahkan memberikan upah sebelum keringat si pekerja kering. Dari ‘Abdullah bin ‘Umar radhiallahu'anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ُ‫ه‬ُ‫ق‬َ‫ر‬َ‫ع‬ َ‫ُف‬ِ‫ج‬َ‫ي‬ ْ‫ن‬َ‫أ‬ َ‫ل‬ْ‫ب‬َ‫ق‬ ُ‫ه‬َ‫ر‬ْ‫اج‬َ‫أ‬ َ‫ر‬‫ِي‬‫اج‬َ‫ل‬‫ا‬ ‫ُوا‬‫ط‬ْ‫ع‬َ‫أ‬ “Berikan upahnya seorang pekerja sebelum keringatnya kering”29 . Maksudnya “sebelum keringatnya kering” adalah bersegera memberikan upah ketika pekerjaan sudah selesai. Al Mula Ali Al Qari rahimahullah menjelaskan: ِ‫ء‬‫َا‬‫اف‬‫ِي‬ْ‫ل‬‫ا‬ ‫ِي‬‫ف‬ ِ‫ل‬‫َا‬‫ط‬ْ‫م‬ِْ‫ل‬‫ا‬ ِ‫ك‬ْ‫ر‬َ‫ت‬َ‫و‬ ِ‫ء‬‫َا‬‫ط‬ْ‫ع‬ِْ‫ل‬‫ا‬ ِ‫ع‬‫َا‬‫ر‬ْ‫س‬ِ‫إ‬ ‫ِي‬‫ف‬ ُ‫ة‬َ‫غ‬َ‫ل‬‫َا‬‫ب‬ُْ‫ل‬‫ا‬ ُ‫ه‬ْ‫ن‬ِ‫م‬ ُ‫د‬‫َا‬‫ر‬ُْ‫ل‬‫َا‬‫و‬ “Maksud hadits ini adalah bersungguh-sungguh untuk mempercepat pembayaran upah dan tidak menunda-nundanya”30 . 28 HR. Al Bukhari no.2227 29 HR. Ibnu Majah no.2443, Al Baihaqi no.11988, dishahihkan Al Albani dalam Irwaul Ghalil no.1498 30 Mirqatul Mafatih Syarah Misykatul Mashabih, 5/1993 23
  • 24. Atasan yang menunda pemberian upah tanpa udzur, ia telah berbuat zalim. Dari Abu Hurairah radhiallahu'anhu, N a b i Shallallahu'alahi Wasallam bersabda: ٌ‫م‬ْ‫ل‬ُ‫ظ‬ ّ‫ي‬ِ‫ن‬َ‫غ‬ْ‫ل‬‫ا‬ ُ‫ل‬ْ‫ط‬َ‫م‬ “Menunda penunaian kewajiban (bagi yang mampu) termasuk kezaliman”31 . 31 HR. Al Bukhari no. 2400 dan Muslim no. 1564 24
  • 25. Adab 9 : Memberikan Hak-Hak Pegawai Sesuai Aturan Ulil Amri Para bos dan atasan hendaknya menaati aturan dari ulil amri (pemerintah) dalam masalah ketenaga-kerjaan dan hak-hak pegawai. Terkait dengan besaran gaji, tunjangan, hak cuti, hak kesehatan dan lain-lainnya. Allah ta’ala berfirman: ‫ِن‬‫إ‬َ‫ف‬ ْ‫م‬ُ‫ك‬‫ِن‬‫م‬ ِ‫ر‬ْ‫م‬َ‫ل‬‫ا‬ ‫ِي‬‫ل‬ْ‫و‬ُ‫أ‬َ‫و‬ َ‫ل‬‫ُو‬‫س‬َ‫ر‬‫ال‬ ْ‫ا‬‫ُو‬‫ع‬‫ِي‬‫ط‬َ‫أ‬َ‫و‬ َّ‫ل‬‫ا‬ ْ‫ا‬‫ُو‬‫ع‬‫ِي‬‫ط‬َ‫أ‬ ْ‫ا‬‫ُو‬‫ن‬َ‫م‬‫آ‬ َ‫ن‬‫ِي‬‫ذ‬َ‫ل‬‫ا‬ ‫َا‬‫ه‬ّ‫ي‬َ‫أ‬ ‫َا‬‫ي‬ ِ‫ر‬ِ‫خ‬‫ال‬ ِ‫َم‬ْ‫و‬َ‫ي‬ْ‫ل‬‫َا‬‫و‬ ِّ‫ل‬‫ِا‬‫ب‬ َ‫ن‬‫ُو‬‫ن‬ِ‫م‬ْ‫ؤ‬ُ‫ت‬ ْ‫م‬ُ‫ت‬‫ُن‬‫ك‬ ‫ِن‬‫إ‬ ِ‫ل‬‫ُو‬‫س‬َ‫ر‬‫َال‬‫و‬ ِّ‫ل‬‫ا‬ ‫َ ى‬‫ل‬ِ‫إ‬ ُ‫ه‬‫ّو‬‫د‬ُ‫ر‬َ‫ف‬ ٍ‫ء‬ْ‫ي‬َ‫ش‬ ‫ِي‬‫ف‬ ْ‫م‬ُ‫ت‬ْ‫ع‬َ‫ِز‬‫َا‬‫ن‬َ‫ت‬ ً‫ل‬‫ِي‬‫و‬ْ‫أ‬َ‫ت‬ ُ‫ن‬َ‫س‬ْ‫ِح‬َ‫أ‬َ‫و‬ ٌ‫ر‬ْ‫ي‬َ‫خ‬ َ‫ك‬ِ‫ل‬َ‫ذ‬ “Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. kemudian jika kamu berlainan Pendapat tentang sesuatu, Maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya”32 . Dari Ibnu Umar radhiallahu’anhuma, Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda: ‫فإن‬ ‫بعصية‬ ‫يؤمر‬ ‫أن‬ ‫إل‬ ‫وكره‬ ‫أِحب‬ ‫فيما‬ ‫والطاعة‬ ‫السمع‬ ‫السلم‬ ‫الرء‬ ‫عل ى‬ 32 QS. An Nisa: 59 25
  • 26. ‫طاعة‬ ‫ول‬ ‫سمع‬ ‫فل‬ ‫بعصية‬ ‫أمر‬ “Wajib bagi setiap Muslim untuk mendengar dan taat kepada pemimpinnya baik dalam perkara yang ia sukai atau yang ia benci. Kecuali jika ia memerintahkan suatu maksiat. Jika ia memerintahkan suatu maksiat maka tidak boleh mendengar dan taat”33 . Imam An Nawawi rahimahullah mengatakan: ‫معصية‬ ‫غير‬ ‫في‬ ‫المراء‬ ‫طاعة‬ ‫واجوب‬ ‫عل ى‬ ‫العلماء‬ ‫أاجمع‬ “Para ulama ijma akan wajibnya taat kepada ulil amri selama bukan dalam perkara maksiat”34 . Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata: ‫والماعة‬ ‫ُنة‬‫س‬‫ال‬ ‫أهل‬ ‫أصول‬ ‫من‬ ‫أصل‬ ‫الئمة‬ ‫اجور‬ ‫عل ى‬ ‫الصبر‬ “Sabar terhadap kezaliman penguasa adalah salah satu pokok Ahlussunnah wal Jama’ah”35 . Maka para bos dan atasan wajib taat kepada aturan pemerintah seputar ketenaga-kerjaan, selama aturan tersebut tidak melanggar syariat. 33 HR. Muslim no.1839 34 Syarah Shahih Muslim, 12/222 35 Majmu’Al Fatawa, 28/179 26
  • 27. Adab 10 : Memberikan Nasehat Yang Baik Andaikan pegawai melakukan kesalahan atau pekerjaan yang kurang sesuai, hendaknya atasan dan bos memberikan nasehat dengan cara yang baik dan bijaksana. Dari Tamim ad-Dari radhiallahu'anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda: َ‫ي‬ِ‫م‬ِ‫ل‬ْ‫س‬ُ‫ل‬‫ا‬ ِ‫ة‬َ‫م‬ِ‫ئ‬َ‫ل‬‫و‬ ِ‫ه‬ِ‫ل‬‫َسو‬‫ر‬ِ‫ل‬‫و‬ ِ‫ه‬ِ‫ب‬‫ِتا‬‫ك‬ِ‫ل‬‫و‬ ِ‫ه‬َ‫ل‬ِ‫ل‬ :َ‫ل‬‫قا‬ ‫ْ؟‬‫ن‬َِ‫ل‬ :‫ْنا‬‫ل‬ُ‫ق‬ .ُ‫ة‬َ‫ح‬‫ِي‬‫ص‬َ‫ن‬‫ال‬ ُ‫ن‬‫ّي‬‫د‬‫ال‬ ْ‫م‬ِ‫ه‬ِ‫ت‬َ‫م‬‫وعا‬ “Agama adalah nasehat”. Para sahabat bertanya: “Untuk siapa?”. Beliau menjawab: “Untuk Allah, kitab-Nya, Rasul-Nya, para imam kaum muslimin dan umat muslim seluruhnya”36 . Menasehati seseorang dari kesalahannya pada hakikatnya adalah usaha untuk menolong dan menyayanginya. Dari Anas bin Malik radhiallahu'anhu, Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda: ،‫ًا‬‫م‬‫ُو‬‫ل‬ْ‫ظ‬َ‫م‬ ُ‫ه‬ُ‫ر‬ُ‫ص‬ْ‫ن‬َ‫ن‬ ‫هذا‬ ،ِ‫ه‬َ‫ل‬‫ال‬ َ‫ل‬‫ُو‬‫س‬َ‫ر‬ ‫يا‬ :‫قالوا‬ ،‫ًا‬‫م‬‫ُو‬‫ل‬ْ‫ظ‬َ‫م‬ ْ‫و‬َ‫أ‬ ‫ًا‬ِ‫ل‬‫َا‬‫ظ‬ َ‫ك‬‫َا‬‫خ‬َ‫أ‬ ْ‫ر‬ُ‫ص‬ْ‫ن‬‫ا‬ ‫ِه‬‫ه‬ْ‫ي‬َ‫د‬َ‫ي‬ َ‫ق‬ْ‫و‬َ‫ف‬ ُ‫ذ‬ُ‫خ‬ْ‫أ‬َ‫ت‬ :َ‫ل‬‫قا‬ ‫ًا؟‬ِ‫ل‬‫َا‬‫ظ‬ ُ‫ه‬ُ‫ر‬ُ‫ص‬ْ‫ن‬َ‫ن‬ َ‫ُف‬‫َكي‬‫ف‬ “Tolonglah saudaramu yang zhalim dan yang dizhalimi”. Para sahabat bertanya: “Wahai Rasulullah, kami paham bahwa yang dizhalimi mesti 36 HR. Muslim no.55 27
  • 28. ditolong, namun bagaimana menolong orang yang zhalim?”. Beliau bersabda: “Tariklah tangannya (dari berbuat kezhaliman)”37 . Di antara adab dalam menasehati adalah tidak menasehati pegawai di depan umum. Imam Asy Syafi’i rahimahullah berkata: ‫فإن‬. ْ‫ه‬‫الماع‬ ‫في‬ ‫النصيحة‬ ‫ْني‬‫ب‬‫واجن‬ . ‫انافرادي‬ ‫في‬ ‫بنصحك‬ ‫تعمدني‬ ‫خالافتني‬ ‫وإن‬ . ْ‫ه‬‫استماع‬ ‫أرض ى‬ ‫ل‬ ‫التوبيخ‬ ‫من‬ .‫نوع‬ ‫الناس‬ ‫بي‬ ‫النصح‬ ْ‫ه‬‫طاع‬ َ‫ط‬ْ‫ع‬ُ‫ت‬ ‫لم‬ ‫إذا‬ ْ‫ع‬‫تز‬ ‫فل‬ .‫قولي‬ ‫وعصيت‬ “Berilah nasihat kepadaku ketika aku sendiri. Jauhilah memberikan nasihat di tengah-tengah keramaian. Sesungguhnya nasihat di tengah-tengah manusia itu termasuk sesuatu Pelecehan yang aku tidak suka mendengarkannya. Jika engkau menyelisihi dan menolak saranku. Maka janganlah engkau marah jika kata- katamu tidak aku turuti”38 . Demikian beberapa adab-adab atasan yang hendaknya diterapkan kepada para pegawainya. Semoga Allah ta'ala memberikan taufik kepada kita semua untuk menerapkan adab dan akhlak yang mulia. 37 HR. Al Bukhari, no. 2444 38 Diwan Asy Syafi’i, hal. 56 28
  • 29. Penutup Banyak bos dan atasan yang tidak menyadari bahwa posisi mereka adalah amanah yang harus dijaga. Para bos dan atasan selain harus menunaikan tugasnya dalam mengelola pekerjaan, mereka juga harus menunaikan hak-hak para pegawainya dengan baik. Ini amanah yang akan dimintai pertanggung- jawabannya oleh Allah ta'ala. Allah ta'ala berfirman: َ‫ن‬‫ُو‬‫م‬َ‫ل‬ْ‫ع‬َ‫ت‬ ْ‫م‬ُ‫ت‬ْ‫ن‬َ‫أ‬َ‫و‬ ْ‫م‬ُ‫ك‬ِ‫ت‬‫َا‬‫ن‬‫َا‬‫م‬َ‫أ‬ ‫ُوا‬‫ن‬‫ُو‬‫خ‬َ‫ت‬َ‫و‬ َ‫ل‬‫ُو‬‫س‬َ‫ر‬‫َال‬‫و‬ َ‫ه‬َ‫ل‬‫ال‬ ‫ُوا‬‫ن‬‫ُو‬‫خ‬َ‫ت‬ َ‫ل‬ ‫ُوا‬‫ن‬َ‫م‬‫آ‬ َ‫ن‬‫ِي‬‫ذ‬َ‫ل‬‫ا‬ ‫َا‬‫ه‬ّ‫ي‬َ‫أ‬ ‫َا‬‫ي‬ "Hai orang-orang yang beriman, janganlah kalian mengkhianati Allah dan Rasul-Nya, serta jangan kalian mengkhianati amanah-amanah kalian. Padahal kalian mengetahui"39 . Mudah-mudahan tulisan yang ringkas ini membantu para bos dan atasan untuk menunaikan amanah mereka dengan baik. Semoga Allah ta'ala menerimanya sebagai amalan shalih dan pemberat timbangan amalan kebaikan di Yaumul Mizan. Al faqir ila maghfirati Rabbihi Yulian Purnama 39 QS. Al Anfal: 27 29
  • 30. Daftar Pustaka • Al Fiqhul Muyassar, Syaikh Abdullah Ath Thayyar • Al Mubdi’Syarah Al Muqni’, Ibnu Muflih • Al Mughni, Ibnu Qudamah • Ashl Sifah Shalatin Nabi, Syaikh Muhammad Nashiruddin Al Albani • Diwan Asy Syafi’i • Fatawa Al Lajnah Ad Daimah lil Buhuts wal Ifta' • Fatawa Nurun ‘alad Darbi, Syaikh Abdul Aziz bin Baz • Majmu' Al Fatawa, Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah • Mausu'ah Fiqhiyyah Durar Saniyyah • Mausu'ah Fiqhiyyah Kuwaitiyah • Mirqatul Mafatih Syarah Misykatul Mashabih, Al Mula Ali Al Qari • Tafsir Ibnu Katsir 30
  • 31. Biografi penulis Yulian Purnama, S.Kom. Dilahirkan di desa Citeureup, Kabupaten Bogor. Dibesarkan di desa Cileungsi, Kabupaten Bogor. Mengenyam pendidikan menengah atas di SMUN 1 Bogor, dekat dengan Kebun Raya Bogor. Mencicipi pendidikan tinggi S1 Ilmu Komputer UGM di Yogyakarta, lulus tahun 2008. Sambil kuliah, menuntut manisnya ilmu agama di Ma’had Al ‘Ilmi Yogyakarta. Mendapatkan pelajaran dari :  Al Ustadz Amrullah Akadhinta, ST. : kitab Al Muyassar Fi ‘Ilmi An Nahwi;  Al Ustadz M. Nur Ichwan Muslim, ST. : kitab At Tas-hil Qawa’id Lughah At Tanzil,  Al Ustadz Ari Wahyudi, SSi: kitab Mulakhas Qawaidil Lughatil Arabiyyah  Al Ustadz Muhammad Abduh Tuasikal, ST.,M.Eng : kitab Al Mukhtarat Qawa’id Al Lughah;  Al Ustadz Sa’id Abu Ukasyah: kitab Al Ushul At Tsalatsah;  Al Ustadz Afifi Abdul Wadud, BA. : kitab Al Qawa’id Al Arba’ah;  Al Ustadz Abu Dihyah Marwan, BA. : kitab Al Qawa’id Al Mutsla;  Al Ustadz Abu Isa Abdullah bin Salam: Kitab At Tauhid Li Syaikh At Tammimi, Syarh Al ‘Aqidah Ath Thahawiyyah;  Al Ustadz Faharuddin, BA.: kitab Bulughul Maram Bab Thaharah s/d 31
  • 32. bab Zakat;  Al Ustadz Aris Munandar, Ss.MPi. : Shifatu Shalati An Nabiy, Shifatu Shaumi An Nabiy, Ahkam Al ‘Idain, Al Manhaj As Salikin, Al Ushul Min ‘Ilmil Ushul, Bahjah Qulubi Al Abrar, Al Kabaair Li Adz Dzahabiy, sebagian kitab Ma’alim Ushulil Fiqh ‘Inda Ahlissunnah Wal Jama’ah, Maqashidus Syari’ah ‘indabni Taimiyyah, sebagian kitab Al Mulakhas Al Fiqhi, Syarah Al Aqidah Ath Thahawiyyah, dan kitab-kitab lainnya.  Al Ustadz Abu Sa’ad Muhammad Nur Huda, MA. : Zaadud Da’iyah ilallah dan kitab lainnya.  Al Ustadz Subhan Khadafi Lc. : fikih faraidh (waris)  Al Ustadz Badrusalam Lc. : sebagian kitab Silsilah Ahadits Shahihah jilid 1 dan 2, syarah singkat kitab Nukhbatul Fikar  Al Ustadz Zainuddin Abu Qushaiy: Tafsir As Sam’ani dari awal hingga surat An Nisa, Syarh Nawaqidhil Islam Lisy Syaikh Al Fauzan, sebagian kitab Bulughul Maram Juga mengikuti daurah-daurah singkat bersama para masyaikh timur tengah yang datang ke Indonesia diantaranya:  Asy Syaikh Dr. Haitsam Sarhan, membahas kitab Ad Durus Al Muhimmah li ‘Aammatil Ummah karya Syaikh Ibnu Baz.  Asy Syaikh Dr. Sa’ad bin Nashir Asy Syatsri, membahas kitab Muqaddimah fii Ilmil Maqashid Asy Syariah.  Asy Syaikh Dr. Anis bin Thahir Al Andunisi, membahas Dhawabit Muhimmah li Husni Fahmis Sunnah dan sebagian kitab Syamail Muhammadiyyah. 32
  • 33.  Asy Syaikh Dr. Ibrahim bin Amir Ar Ruhaili, membahas kitab Al Ihkam fi Sabri Ahwalil Hukkam wa maa Yusyra’u li Ar Ra’iyyati minal Ahkam.  Asy Syaikh Dr. Ashim bin Abdillah Al-Qaryuti, membahas hadits Musalsal Awwaliyah dan Tsulatsiyat Al Bukhari.  Asy Syaikh Dr. Ali Abu Haniyyah, membahas kitab At Tashfiyah wat Tarbiyah fi Waqi’as-Salaf. Mendapatkan ijazah sanad untuk:  Hadits Musalsal Awwaliyah dari Asy Syaikh Ashim bin Abdillah Al- Qaryuti.  Tsulatsiyat Al Bukhari dari Asy Syaikh Ashim bin Abdillah Al-Qaryuti Beberapa karya tulis yang pernah ditulis di antaranya: 1. Shalatlah Sebagaimana Melihatku Shalatnya (sudah dicetak) 2. Inti Agama Islam (sudah dicetak) 3. Boleh Dan Tidak Boleh Terhadap Non Muslim (sudah dicetak) 4. Enam Pilar Akidah Dan Manhaj (sudah dicetak) 5. Bagaimana Menuntut Ilmu? (sudah dicetak) 6. Kupas Tuntas Sutrah Shalat (sudah dicetak) 7. Hukum Tabarruk Dengan Jasad Dan Kuburan Orang Shalih (PDF) 8. Alam Kubur Itu Benar Adanya (sudah dicetak) 9. Begini Maksudnya! Penjelasan 45 Hadits Yang Banyak Disalah-Pahami 33
  • 34. (sudah dicetak) 10. Kupas Tuntas Hukum Gambar Makhluk Bernyawa (sudah dicetak) 11. Sembelihanku Hanya Untuk Allah (PDF) 12. Ringkasan Fikih Puasa (PDF) 13. Meminta Hujan Sesuai Tuntunan Syariat (PDF) 14. Kumpulan Fatwa Ulama Dalam Masalah Aqidah (PDF) 15. Kartu Hafalan Anak Islam (PDF) 16. Beberapa Salah Kaprah Seputar Puasa Ramadhan (PDF) 17. Tebarkanlah Salam (PDF) 18. Fikih Pengurusan Jenazah (PDF) 19. Larangan Duduk Di Majelis Ahlul Bid'ah (PDF) 20. 20 Konflik Rumah Tangga Dan Solusinya (sudah dicetak) 21. Berwudhu Dengan Ilmu (PDF) 34
  • 35. 35