SlideShare a Scribd company logo
1 of 148
Shikamaru Hiden, Chapter 1
Sejak kapan aku berhenti mengatakan semua hal itu merepotkan?
Pikiran itu terlintas di kepala Shikamaru saat ia sibuk memandang langit biru. Meskipun
angin berhembus tidak begitu kencang, awan-awan tipis berlarian mengejar satu sama lain
melewati garis pandang Shikamaru. Bentuknya yang kacau menyerupai keadaan
Shikamaru saat itu. Kemudian ia menertawakan pikirannya sendiri.
Bagaimanapun juga, sebenarnya ia sedang sibuk.
Dua tahun setelah Perang Dunia Shinobi ke-4, dunia akhirnya mulai mengembalikan
kestabilannya. Aliansi Kage yang terbentuk saat perang pecah berlanjut hingga saat ini dan
dunia shinobi telah berubah drastis dibanding sebelumnya.
Aliansi awalnya terbentuk dengan anggota 5 Desa Besar Ninja, namun seusai perang,
negara-negara kecil lainnya mulai mendeklarasikan partisipasinya dalam aliansi.
Organisasi yang berawal dari sebuah aliansi telah berkembang menjadi Persatuan Shinobi,
yang melibatkan setiap shinobi dari negara yang berpartisipasi.
Kontrak yang telah disetujui oleh desa-desa yang mengakui keberadaan aliansi telah
dibawa menjadi Persatuan Shinobi. Setiap desa yang berpartisipasi di Persatuan Shinobi
memiliki perwakilanshinobi yang ditugaskan untuk berdiskusi ataupun bernegosiasi
dengan Negara lainnya. Dengan cara ini, keseimbangan kerja antar desa dapat terjamin,
perbedaan antar desa dapat dipersatukan dan dunia shinobi dapat mencapai perdamaian.
“Haa…”
Helaan nafas Shikamaru menguap di udara. Punggungnya terasa kaku karena berbaring di
lantai yang dingin, dan jika ia tetap berbaring seperti ini, maka kemungkinan besar ia akan
terserang pilek. Tapi ia memiliki alasan untuk tetap berbaring.
Tumpukan pekerjaan menunggunya.
Begitu menumpuk dan itu sangat tidak lucu.
Shikamaru berniat untuk beristirahat sebentar sehingga ia mengizinkan dirinya untuk
bermalas-malasan sore ini. Ia menyadari, tepat saat ia bangkit dari berbaringnya nanti,
pikirannya akan kembali tersita oleh pekerjaan. Dan ketika hal itu terjadi, Shikamaru tahu
ia tidak akan mendapat kesempatan untuk beristirahat seperti ini lagi.
Karena itu, ia menolak untuk bergerak dan mengabaikan rasa dingin dari lantai yang
begitu menusuk, bersikeras untuk beristirahat selama yang ia bisa. Hingga seseorang
menemukannya, Shikamaru tak berniat untuk bergerak seinchi pun dari tempatnya ini.
‘Tempat ini’ adalah atap dari kediaman Hokage.
Kalian bisa melihat wajah-wajah Hokage dari generasi ke generasi terpahat di bukit paralel
yang mengitari tempat dimana Shikamaru berbaring.
Dari kiri ke kanan, terdapat pahatan wajah Hokage pertama, Hashirama, kemudian
adiknya, Tobirama, setelah itu Hokage Ketiga yang gugur saat Orochimaru menyerang
Konoha, yaitu Hiruzen, dan “Konoha no Kiroi Senko”, Namikaze Minato. Hokage kelima,
salah seorang dari Tiga Sannin Legendaris selain Jiraiya dan Orochimaru, yaitu Tsunade.
Mereka adalah orang-orang yang pernah menjadi Hokage.
Kemudian wajah seorang pria yang kini menjabat sebagai Hokage terpahat disamping
wajah Tsunade.
Sepasang mata yang terlihat sayu tampak di antara rambut keperakannya, begitu pula
dengan batang hidungnya, sedangkan bagian wajah lainnya tersembunyi dibalik sebuah
masker.
Hokage adalah simbol dari Konoha, sebuah jabatan yang tidak dapat diduduki kecuali kau
telah diakui oleh setiap shinobi di desa, meskipun wajah dari simbol yang seharusnya
terukir sebagai penghormatan di bukit itu setengahnya tersembunyi dibalik sebuah
masker…
Hatake Kakashi.
Merupakan nama pria yang kini menjabat sebagai Hokage.
Guru dari duo yang memimpin menuju kemenangan dalam perang lalu. Tak seorangpun di
dunia ninja yang tak mengetahui namanya. Shikamaru yang mengenal pria itu dan kedua
muridnya secara personal, merasa mereka bukanlah orang-orang yang memiliki
kepribadian seperti ‘bintang jatuh’. Begitu banyak penggemar yang mengidolakan dan
mengidam-idamkan mereka bertiga, menyebut mereka sebagai “pahlawan yang
melegenda”, namun kenyataannya tak satupun dari mereka yang cocok disebut “legenda”.
Kakashi, seorang pria yang mampu menyelesaikan segala hal walau dalam keadaan krisis,
akan kembali memerankan kehidupan sehari-harinya: pria dewasa yang tidak
menampakkan kelebihan apapun, yang tampak tidak berhasrat melakukan apapun.
Dua pahlawan lainnya memiliki masalah yang serupa. Yang satu bukan main bodohnya dan
yang satu lagi bukan main keras kepalanya. Ini semua karena dunia tidak mengetahui sisi
lain mereka sehingga dunia menyebutnya sebagai ‘legenda’.
“Lalu apa yang telah kulakukan..?”
Kalimat itu keluar dari mulut Shikamaru tanpa terpikir olehnya.
Ia sendiri merupakan tipe orang yang sama sekali tidak mendekati kata pahlawan. Ia pun
tidak pernah berharap untuk menjadi salah satunya.
Jika kalian menganggap bahwa ia ingin menjadi ninja yang menjalani latihan keras
untuk meningkatkan kemampuan ninjutsunya, maka kalian salah. Ia tak pernah berpikir
untuk mempelajari ninjutsu medis ataupun menjadi ahli di pasukan garis depan. Jika kalian
mengatakan bahwa ia ingin menjadi seseorang yang berpangkat tinggi sebagai pemecah
kode atau dalam operasi medis, kalian juga salah.
Menjadi seorang yang biasa-biasa saja…
Itu merupakan impian Shikamaru.
Ia ingin menjadi ninja yang biasa saja dan memiliki pekerjaan yang biasa, menikahi wanita
yang biasa-biasa saja, memiliki anak yang biasa-biasa saja, dan setelah itu menikmati hari
tua yang biasa-biasa saja.
Kemudian semua hal itu akan berakhir suatu saat.
Adakah hal yang lebih menyenangkan dari rencana hidupnya?
Ia rasa tidak.
Di hari yang cerah, berbaring dan memandang langit, melihat awan melayang yang
membawa pergi pikirannya. Saat hari hujan, ada bidak-bidak shogi yang menemaninya, itu
sudah lebih dari cukup. Tidak ada rasa tertekan karena ekspektasi dari orang-orang. Tidak
ada rasa stres.
Bukankah itu adalah kehidupan yang indah?
“Haaaa…”
Itu merupakan tarikan nafas yang dalam dari perutnya.
Ba*****n yang disebut “kenyataan” merupakan lawan yang tangguh.
Jika yang kau lawan adalah manusia, maka akan datang hari dimana kau akan
menang melawannya. Meskipun mereka kuat seolah tuhan, mereka pasti memiliki
kelemahan. Lawan dalam perang yang lalu adalah seseorang yang sangat kuat, semua
shinobi memfokuskan kekuatan mereka, bekerja sama, dan menang melawan musuh.
Bukankah begitu?
Kau pasti akan menang melawan musuh di hadapanmu.
Walaupun begitu…
“Kenyataan” adalah musuh tak berwujud yang tak akan—tak akan pernah terkalahkan.
Meskipun Shikamaru terus berharap dan menginginkan yang sebaliknya, kenyataan tanpa
ampun menyeretnya ke dalam takdir yang tidak ia inginkan. Shikamaru, seorang yang
sangat berharap untuk menjadi biasa-biasa saja, kini merupakan seseorang yang sangat
dibutuhkan dan diandalkan dalam Persekutuan Shinobi.
Ia dibebani oleh tugas yang banyak. Semua misi dari Daimyo dan warga setiap negara
harus diklasifikasikan dari peringkat A hingga D, setiap karakteristik desa harus
diperhitungkan untuk menentukan mana yang paling cocok untuk ditugaskan—kemudian
sebagai ketua dari Persatuan Shinobi, konsultasi 5 Kage. Mereka menggunakan Shikamaru
untuk segala hal, hingga menjadi partner shogi dari Tsuchikage yang sudah tua.
“Konoha no Shikamaru” dari Persekutuan Shinobi.
Demikian julukan yang diberikan pada Shikamaru.
Meskipun ia tak ingin menonjolkan diri, meskipun ia tak ingin sukses dalam hal apapun,
meskipun ia terus dan terus melawan hal tersebut, orang-orang sekitarnya terus
memaksanya sehingga hal tersebut menjadikannya setingkat di atas yang lainnya.
Kesalahan pertamanya terletak pada ujian promosi Chuunin.
Ujian Chunin, yang diikuti oleh desa ninja dari 5 negara besar termasuk genin dari negara-
negara kecil, berlangsung di tengah kekacauan yang dibuat Orochimaru dan menewaskan
Hokage Ketiga. Karena beberapa alasan, Shikamaru dipromosikan sebagai Chuunin.
Diantara seluruh peserta, hanya ia satu-satunya yang menjadi Chuunin,
Situasi tersebut merupakan situasi dimana Shikamaru ingin berteriak “apa yang telah
kaulakukan??!” pada dirinya lebih dari yang seharusnya.
Kesalahan fatal yang ia perbuat adalah pada babak dimana para genin dipasangkan
untuk bertarung satu lawan satu. Jurus kagemanenya sukses mengejutkan lawannya,
seorang kunoichi galak yang membawa sebuah kipas yang tak terkira besarnya yang
mampu meniupkan angin yang sangat kencang. Namun pada akhirnya, Shikamaru sendiri
memilih menyerah.
Pengorbanan ini yang membuat Shikamaru sangat dihargai.
Menjadi Chuunin, termasuk memimpin anak buah, merupakan hal yang
membutuhkan kemampuan untuk menganalisa keadaan dengan tepat. Para penguji
menyetujui pilihan Shikamaru untuk menyerah, dan memberikannya nilai yang paling
tinggi.
Hal itu merupakan hasil yang paling tidak dikehendaki.
Ia sama sekali tidak tertarik mengikuti ujian tersebut, gurunya lah, Sarutobi Asuma,
yang memaksanya untuk mengikuti ujian tersebut. Ia tidak pernah berniat untuk mengikuti
evaluasi apapun, tidak berhasrat sama sekali. Namun kenyataan tetap menuntun
Shikamaru menjadi Chuunin, dan semua orang di desa memandangnya dengan cara yang
berbeda.
Dan sejak saat itu, hidupnya mulai keluar dari jalur yang ia harapkan.
Ketika Sasuke meninggalkan desa, Shikamaru ditugaskan sebagai pemimpin dari tim
yang beranggotakan teman-teman sekelasnya untuk membawa kembali Sasuke. Setelah itu,
ia diberikan misi yang berbeda dari teman-temannya. Ia menolak dan memprotes, namun
kenyataan justru membawa Shikamaru ke tingkat yang lebih dan lebih lagi.
Sejak Perang Dunia Shinobi ke-4… Dua tahun telah berlalu.
Shikamaru telah berusia 19 tahun. Usia dimana ia tak bisa lagi disebut anak-anak.
Ia berpikir bagaimana seharusnya kau bersyukur ketika orang-orang mengharapkan hal-
hal yang hebat darimu. Bukankah menjadi seseorang yang diandalkan merupakan
pencapaian yang hebat? Jawabannya tidak perlu disebutkan. Salah satu contoh adalah
temannya sendiri, Naruto, dan bagaimana keinginannya yang kuat untuk menjadi
seseorang yang dapat diandalkan telah mengubahnya menjadi seorang pahlawan desa—
tidak, bahkan pahlawan dunia ninja.
Shikamaru sangat tahu bahwa manusia adalah makhluk hidup yang membutuhkan satu
sama lain. Itulah mengapa ia tak memiliki rasa benci seperti “andai kau tidak pernah ada”
pada orang-orang disekitarnya. Tak peduli seberapa besar penolakan yang diajukan
Shikamaru, ia tak pernah dibuang dari dalam misi.
Sudah 19 tahun sejak ia dilahirkan ke dunia, sudah banyak hal dan permasalahan yang ia
hadapi.
Kelompok yang berniat untuk mengambil alih dunia, “Akatsuki”, telah membunuh
gurunya, Asuma. Kekasih Asuma, Kurenai, saat itu tengah mengandung anak Asuma. Anak
itu sekarang telah berusia dua tahun. Namanya adalah Mirai.
Menjadi guru dari Mirai…adalah sebuah janji yang ia harus penuhi.
Ayah Shikamaru, Shikaku, ditugaskan menjadi pengatur strategi utama di Perang Dunia
Shinobi ke-4. Akibat Obito menggunakan kekuatan penghancur dari Juubi untuk
menghancurkan Markas Besar Aliansi, ayahnya gugur bersama dengan ayah Ino, Inoichi.
Bahkan kini, kalimat terakhir ayahnya dan Inoichi masih berdenging jelas di telinga
Shikamaru.
[Kami akan selalu bersamamu, jangan lupakan itu!]
Menjadi pria yang hebat seperti ayahnya…juga merupakan janji yang ia buat kepada pria
yang membantu membawanya ke dunia ini.
Dan juga…
Naruto.
Pahlawan shinobi yang sangat percaya bahwa dirinya mampu menjadi Hokage, yang sama
sekali tidak pernah meragukan fakta yang dihadapinya.
Dalam pertarungan melawan Juubi, Shikamaru berada di ambang kematian. Ketika ia
sedang berusaha diselamatkan oleh Sakura, terlintas pikiran di kepalanya :
Tidak ada yang pantas menjadi penasehatnya selain diriku!
Jika Naruto menjadi Hokage, maka Shikamaru akan menjadi tangan kanannya. Itulah
mimpinya.
Ia sudah memiliki banyak sekali kewajiban yang harus dipenuhi, bahkan ia tak
mau menghitungnya. Tidak salah lagi, itu semua karena adanya dorongan yang terus
membuatnya maju. Menjadi seseorang yang dibutuhkan adalah hal yang baik, dan ia
seharusnya bersyukur atas opini semua orang terhadapnya yang membuatnya dapat hidup
seperti sekarang ini.
Ia seharusnya bersyukur, namun…
Kadang ia merasa lelah.
Shikamaru yang sebenarnya bukanlah Shikamaru yang semua orang kira. Ia yang
sebenarnya adalah seorang pria yang selalu berpikir bahwa semua hal itu merepotkan,
yang mengharapkan kehidupan yang biasa saja. Tipe pria yang dapat ditemukan dimana
saja. Dan semakin besar ekspektasi orang terhadapnya, semakin ia ingin melarikan diri. Itu
adalah kebenaran dibalik seorang Nara Shikamaru.
Dulu, teman-temannya sangat mengerti betapa ia merupakan seseorang yang selalu
mengeluh, betapa ia terlalu malas untuk menyelesaikan apapun.
Sejak kapan mereka mulai keliru memahaminya?
Sejak kapan ia berhenti mengatakan semua hal itu merepotkan?
Secara logis, kedua hal itu dimulai pada waktu yang hampir bersamaan.
“Sejak kapan…?”
Saat ia memandangi awan, sebuah galur tertangkap pandangan Shikamaru. Matanya
menyipit agar dapat melihat jelas benda apa yang baru saja ia lihat.
Seekor elang mendekat ke garis pandangnya…
Elang tersebut terbang ke arah barat, dimana sebagian dari langit mulai berwarna merah
mudaterang karena matahari terbenam. Elang tersebut mengepakkan sayapnya dan
perlahan bergerak mengitar. Shikamaru berada di tengah kitaran elang tersebut. Bukan—
lebih tepatnya elang tersebut bergerak mengitari kediaman Hokage.
Shikamaru bukan hanya terduduk, ia berdiri tepat di atas kakinya.
Pikirannya yang melayang kembali fokus, matanya mengunci ke arah elang itu, tidak
melepaskan pandangannya sedikitpun
Hitam pekat…
Elang itu berwarna hitam pekat, seperti dilukis dengan tinta.
Tidak—elang itu benar-benar dilukis menggunakan tinta.
Choujuu Giga…
Jurus Sai…
Sai adalah pria yang bergabung dengan Naruto dan Sakura di Tim 7 sebagai pengganti
Sasuke. Keahliannya adalah jurus Choujuu Giga, melukis hewan menggunakan tinta dan
membuat mereka hidup dan bergerak.
Elang yang terbang di atas kepala Shikamaru pasti dari Sai…
“Akhirnya datang juga…”
Sesuai pandangan Shikamaru, elang itu berhenti bergerak mengitar dan mulai menurun.
Shikamaru bergegas menuju tangga. Disaat ia mencapai ujung tangga, ia akan berada di
kantor Hokage. Elang tersebut pasti menuju ke sana.
Saat Shikamaru mencapai tangga, elang tersebut menghilang di sisi belakang kediaman
Hokage, kemudian tampak bayangan wajah seseorang. Shikamaru segera menuruni tangga
menuju lorong kantor Hokage.
Ia membuka pintu tanpa perlu mengetuknya.
“Oh, Shikamaru”
Kakashi berbicara, berdiri dibalik meja yang berisi tumpukan buku dan dokumen,
membaca sebuah gulungan.
“Apakah elang dari Sai baru saja…?”
“Ya, itu benar”
Kakashi membalikkan gulungan ke arah Shikamaru agar ia dapat membacanya.
Shikamaru memandang kertas putih berisi tulisan dan kata-kata yang berantakan itu.
Pesan itu tampak seperti ditulis dengan terburu-buru.
“Situasinya lebih buruk dari yang kita kira”.
Tatapan Kakashi bertemu tatapan Shikamaru saat ia mulai bicara. Tatapan matanya jauh
lebih serius dari yang Shikamaru takutkan. Bahkan suara samar-samar yang biasanya
digunakan Hokage sekarang berubah menjadi lebih muram. Sikap Kakashi memberikannya
firasat yang sangat buruk.
Mata Shikamaru mengikuti tulisan yang terdapat dalam gulungan. Ketika sebagian besar
pesan Sai ditulis dengan tulisan yang sangat kecil dan halus menggunakan kuas tipis,
kalimat terakhir ditulis dengan besar, tebal dan kasar:
“AKU TIDAK MENGENAL SIAPA LAGI DIRIKU”
Bersambung…
Shikamaru Hiden, Chapter 2
Kepada Hokage Keenam,
Tidak ada waktu lagi, jadi aku persingkat saja.
Investigasi yang kami lakukan atas dasar kekhawatiran anda telah selesai kami
lakukan sesuai tingkat yang anda spesifikasikan. Namun tak ada satupun dari 10 rekanku
yang kembali, dan aku hanya tinggal sendiri.
Aku tak tau apakah mereka masih hidup atau sudah mati. Namun tak salah lagi, musuh
sudah menyadari keberadaan kami.
Aku akan langsung masuk ke pokok permasalahan.
Konflik internal di negara ini sudah jauh, sangat jauh lebih buruk dari yang anda
perkirakan. Jika kita membiarkan keadaan seperti ini, maka Persatuan Shinobi akan berada
dalam bahaya. Tidak, pada kenyataannya, aku percaya bahwa sudut pandang dunia akan
berubah.
Ada seorang pria yang membentuk negara ini.
Namanya adalah Gengo.
Negara ini ada karena Gengo, dan Gengo ada karena negara ini.
Tidaklah berlebihan jika disimpulkan bahwa seluruh negara ini ada untuk
kepentingan Gengo.
‘Peningkatan‘. Itu adalah kata yang paling cocok untuk menggambarkan Gengo.
Gengo akan menjadi seseorang yang akan mengubah dunia.
Aku tak yakin apakah aku tak ingin dunia untuk berubah.
Makhluk yang disebut Shinobi tidak benar-benar dikaruniai anugrah, iya kan?
Karena kita menanggung beban, maka kita adalah shinobi.
Tapi apakah itu benar-benar merupakan hal yang baik?
Tuan Hokage.
Tidak, Kakashi-san.
AKU TIDAK MENGENAL SIAPA DIRIKU LAGI
Shikamaru mendongakkan kepalanya setelah membaca pesan dari Sai,
menghembuskan nafas kecil.
Kakashi duduk di meja kerjanya, sikunya menopang pada permukaan meja. Ia mengenakan
topi yang harus digunakan seluruh Hokage dalam setiap pertemuan resmi. Topi itu tampak
membebani rambutnya yang telah memanjang beberapa tahun belakangan ini. Setiap
bagian wajah di bawah hidungnya tersembunyi dibalik maskernya seperti biasa.
Ia menopang rahangnya dengan kedua tangan, menunggu reaksi Shikamaru dalam diam.
“Apa yang kau pikirkan?” ia bertanya dengan suara yang sangat jelas.
Tidak ada orang lain selain mereka di dalam kantor Hokage.
“Aku berpikir… Kenapa Sai lebih memilih untuk mengirimkan pesannya daripada
kembali kesini?”
“Itu adalah hal yang perlu dipertanyakan.”
Kakashi melepaskan topangan dagunya, bersandar sambil berpikir. Mendongak ke
arah langit-langit, ia menghembuskan nafas yang lebih besar dan keras dari yang
dilakukan Shikamaru sebelumnya.
“Dan tampaknya, jika dilihat dari pesan itu, semua anggota tim kecuali Sai telah jatuh
ke tangan musuh dan dibunuh, benar kah?”
“Tampaknya seperti itu.”
“Sai memimpin tim beranggotakan sepuluh Anbu paling terlatih. Aku pikir tidak
mungkin satupun dari mereka melakukan ha; konyol yang akan mengekspos keberadaan
mereka terhadap musuh. Jadi tampaknya musuh juga sangat ahli dan terlatih.”
“Ya…” sambil berbicara, Kakashi memutar kursinya perlahan. Ia memutar kursinya
sekali, sehingga Shikamaru menghadap bagian belakang kursinya, sebelum kemudian
berbalik lagi. Kakashi adalah pria yang selalu menurunkan bahunya meskipun dalam
keadaan yang paling serius.
Normalnya, ketika seseorang dihadapi situasi seperti ini, tubuhnya akan
membeku bersama dengan pikirannya. Kakashi memiliki maksud untuk
tampak tenang agar pikirannya tidak membeku. Ia telah belajar untuk menjaga pergerakan
tubuhnya selama bertahun-tahun menjadi shinobi yang sudah melihat begitu banyak
kejadian mengejutkan dan pembunuhan yang mengerikan.
Shikamaru melihat ke arah Kakashi dengan ekspresi gelisah di wajahnya. Ia
membuka mulutnya untuk berbicara.
“Saat Sai menyadari bahwa ia telah kehilangan seluruh rekannya, hanya ada satu hal yang
dapat ia lakukan.”
“Melarikan diri, bukan?” kata Kakashi, masih memandang langit-langit.
“Ya.”
Kakashi mengangguk kepada jawaban Shikamaru. Meskipun ia harusnya melihat langsung
ke arah Shikamaru, ia masih juga memandang ke arah langit-langit.
“Dan ia lebih memilih pesan seperti ini daripada kembali ke desa untuk memberi
laporan langsung kepadamu, Tuan Ho-“
“Berapa kali aku bilang padamu kalau Kakashi-san saja sudah
cukup?” ucap Kakashi, akhirnya menatap ke arah Shikamaru. “Sejak kapan kau menjadi
sangat kaku? Akan lebih baik jika kau bersikap santai seperti biasa.”
“Aku takkan menetap menjadi anak-anak selamanya.”
“Bahkan sekarang, Naruto tetap bersikap seperti anak-anak.”
“Naruto adalah Naruto.”
“Oh, begitu ya…”
Entah mengapa tatapan sedih tampak di mata Kakashi. Ia membentangkan gulungan Sai
di mejanya, membaca ulang pesan itu.
Sai dapat mengubah tulisannya menjadi makhluk yang dilukis menggunakan
tinta dan mengirimnya ke tempat yang jauh, dimana makhluk tinta itu dapat berubah
kembali menjadi tulisan jika berkontak dengan gulungan kosong. Elang yang Shikamaru
lihat di atap tadi adalah bentukan makhluk tinta dari tulisan Sai yang ia lihat sekarang.
“Situasinya jauh lebih buruk yang aku kira, huh…”
“Kedengarannya masuk akal jika kita katakan bahwa shinobi yang menghilang saat
perang, begitu pula yang menghilang belakangan ini, ada di negara itu.”
“Tampaknya itu adalah yang Sai maksud.”
“Negara Shijima…” (Negeri Sunyi).
Seluruh masalah menjadi semakin besar sejak dua tahun lalu..
Banyak nyawa yang terenggut selama Perang Dunia Shinobi yang dimulai oleh
Uchiha Madara dan Uchiha Obito. Dihadapi dengan kekuatan yang mengerikan di luar dari
kategori manusia, shinobi dari Lima Negara Besar Ninja mengumpulkan kekuatan mereka
dan berjuang bersama. Akhirnya, orang yang memanipulasi Madara, Ootsutsuki Kaguya,
dapat dikalahkan dan perang berakhir.
Saat seluruh desa memasuki periode pemulihan kedamaian dari perang,
mengumpulkan detail dan menentukan siapa yang terbunuh dan siapa yang hilang dalam
pertempuran adalah hal yang penting. Perang yang lalu merupakan pertempuran yang
sengit yang bahkan dapat menghancurkan tanah benua. Jika jenazah korban perang dapat
ditemukan, maka itu dapat disebut sebagai keajaiban.
Dibanding dengan jumlah shinobi yang telah diketahui gugur dalam perang, jumlah
shinobi yang tidak diketahui keadaannya jauh lebih besar.
Kelima Negara Besar Shinobi telah kehilangan kurang lebih 10,000 shinobi…
10,000 shinobi merupakan korban Perang Dunia Ninja ke-4.
Musuh-musuh mereka telah dilenyapkan dari muka bumi. Banyak yang mengatakan
bahwa sebuah keberuntungan yang sangat besar bagi mereka untuk dapat mengakhiri
perang dengan ‘jumlah kehilangan yang hanya sejumlah ini’.
Tapi bukan begitu cara Shikamaru memandang masalah ini.
Bahkan kehilangan satu orang bisa dianggap sebagai kehilangan yang terlalu besar.
Pada perang yang lalu, ia telah kehilangan temannya, Hyuuga Neji. Shikamaru tidak
berpikir bahwa rasa sakit dari kehilangan Neji hanyalah satu dari sepuluh ribu. Rasa sakit
yang sama seperti kehilangan Hyuuga Neji pasti juga dirasakan pada setiap korban yang
lain.
Pada kematian seseorang, ada sebuah emosi yang kau tak bisa pisahkan dari dirimu
dengan hanya menyebut mereka sebagai “sebuah pengorbanan”.
Karena alasan itu…
Karena alasan itu perang harus tak boleh terjadi lagi.
“Aku bertanya-tanya berapa banyak jumlah shinobi yang menghilang ke Negeri
Sunyi..” Kakashi menggumamkan pertanyaan yang sama yang melintas di pikiran
Shikamaru.
Tepat seperti yang Kakashi katakan. Diantara seluruh shinobi yang hilang dalam
perang, pasti ada sebagian kecil yang masih hidup namun berada di luar jangkauan.
Markas Besar Persatuan Shinobi yang pertama kali menyadarinya.
Sejak Markas Besar yang menangani permintaan untuk pertolongan dan
semacamnya, mereka lah yang pertama kali menyadari berbagai keadaan. Salah
satu masalah mulai muncul sekitar satu tahun lalu.
Permintaan pengiriman shinobi merosot tajam.
Sejak Lima Negara Besar Ninja memutuskan untuk membentuk Persatuan, jarang
sekali terjadi perseteruan antar Daimyo di luar Negara kekuasaannya. Sehingga
sangatlah wajar jika permintaan untuk misi berbahaya seperti misi peringkat A atau
peringkat B menurun.
Walaupun begitu, permasalahan belum selesai disini.
Bahkan permintaan misi yang relatif mudah seperti peringkat C dan peringkat D
juga merosot.
Shikamaru sudah mendengar masalah ini lebih dulu karena ia juga memiliki jabatan
di markas besar. Namun sepertinya tak ada yang dapat mereka lakukan untuk
mengatasi penurunan permintaan misi. Persatuan Shinobi menyatakan bahwa hal itu
adalah perubahan singkat seiring waktu, dan menutup permasalahan ini.
Bagaimana pun, ada seorang pria yang menyatakan bahwa ia mampu
menyelesaikan masalah penurunan permintaan misi, begitu pula dengan salah satu
masalah yang muncul sejak akhir perang.
Pria itu adalah Kakashi.
Masalah lain yang berniat Kakashi selesaikan adalah : kasus hilangnya para ninja dari
Lima Negara Besar Ninja yang terjadi selama satu tahun belakangan.
Sejak sekitar satu tahun lalu, setiap desa kehilangan seorang ninja setiap bulannya.
Itu artinya sudah 12 ninja yang hilang dari setiap desa hingga saat ini. Kelima desa
memiliki total 60 shinobi yang hilang. Terlebih lagi, mereka adalah shinobi pria yang masih
muda dan lajang.
Meninggalkan desa adalah sebuah kejahatan yang serius. Tentu saja, setiap desa
mengirim orang-orangnya untuk mengejar para pembelot tersebut, namun, tak satupun
yang ditemukan.
“Aku rasa aku telah melakukan hal yang salah dengan meminta Sai untuk
melanjutkan investigasinya ketika ia meminta mundur.” Ucap Kakashi. “Aku harusnya
menariknya kembali dan mempersiapkan mentalnya sebelum mengirimnya ke Negeri
Sunyi.”
“Menyesali hal itu sekarang tak akan mengubah apapun.”
“Itu benar.”
Sai, yang dikirim untuk melakukan investigasi kasus hilangnya para ninja, telah
mengirimkan pemberitahuan bahwa ia menemukan hal yang mencurigakan sekitar satu
bulan lalu. Kakashi yang percaya bahwa hilangnya para ninja dan kasus penurunan misi
saling berhubungan, memerintahkan Sai untuk meneruskan investigasinya dan
mengirimkannya Anbu sebagai back up.
Kecurigaan yang Sai temukan adalah Negeri Sunyi.
Negeri Sunyi dapat ditemukan jauh di sebelah barat benua yang berseberangan
dengan Lima Negara Besar Shinobi dan negara-negara disekitar mereka.
Negeri itu adalah negara yang belum pernah memiliki kontak dengan desa-desa shinobi—
atau dengan negara asing lainnya. Itulah mengapa negara itu disebut “Negeri Sunyi”
oleh pihak luar. Informasi yang diketahui tentang negara itu adalah bahwa negara
itu merupakan negara dengan samurai yang menjaga warganya agar tetap berada
pada jalurnya, dan seorang Daimyo yang menguasai dan mengatur para samurai. Walapun
begitu, informasi lainnya masih merupakan misteri.
Dan bukan hanya itu saja permasalahan mereka. Ada juga masalah shinobi Konoha
yang hilang saat perang.
Negeri Sunyi mengumpulkan shinobi yang hilang dalam pertempuran begitu juga
dengan shinobi yang meninggalkan desa…
Untuk alasan apa?
Kakashi dapat melihat alasannya dengan jelas begitu pula dengan jawaban atas
kasus penurunan permintaan misi di Persatuan Shinobi.
“Menurutmu apa yang terjadi pada Sai?” Kakashi bertanya.
“Ia masih hidup.”
“Baiklah, aku setuju dengan itu.” Bagian bawah masker Kakashi bergerak seakan
ia tersenyum. “Ketika kau melihat pujiannya yang obsesif terhadap ‘Gengo’ pada pesannya
ini…” Kakashi menyentuh tulisan yang halus dan rapi pada pesan Sai.
Mengetahui apa yang ia pikirkan, Shikamaru tetap berbicara.
“Ini bukan hal yang ingin kupercaya, tapi kita tidak dapat menghilangkan
kemungkinan bahwa Sai telah ditangkap oleh pria yang disebut Gengo ini.”
“Bagaimanapun, Sai begitu murni…”
“Jika Sai masih hidup, kita tak mungkin tidak menyelamatkannya.”
“Itu benar…” mata kiri Kakashi yang memiliki luka tampak menggelap
karena keputusasaan.
Shikamaru dapat mengatakan dengan tepat apa yang Kakashi akan katakan tanpa
perlu mendengarnya dengan jelas.
Situasi ini memiliki skala yang lebih besar dan lebih penting daripada
sekedar menyelamatkan seorang rekan.
Shikamaru sendiri yang memaksa dirinya untuk mengeluarkan kata-kata tersebut.
“Jika konflik internal Negeri Sunyi benar-benar seperti apa yang Sai laporkan, jika
kejadian aneh terjadi di wilayah yang kau perkirakan, maka kita harus mengambil langkah
sesegera mungkin.”
“Aku tahu itu.”
Shikamaru tak berhenti bicara.
“Sudah dua tahun sejak perang berakhir. Seluruh desa akhirnya telah
mencapai kestabilannya, namun status negara keseluruhan masih terhitung setengah dari
kekuatan yang seharusnya.”
“Kita tidak mungkin dapat mencegah perang yang mungkin terjadi.”
“Tepat sekali.”
Kakashi menghembuskan nafas lagi, kemudian berdiri dari kursinya. Ia
melangkah mengitari mejanya yang terdapat tumpukan gulungan dan buku dan berdiri di
sebelah Shikamaru.
“Tampaknya kau memiliki kesimpulan yang sama denganku.” Ucap Kakashi.
“Ya.”
“Kalau begitu apakah kau mengerti apa yang aku pikirkan?”
“Kau ingin pergi dan melakukannya sendirian, iya kan?”
Kakashi memiliki banyak pengalaman selama masa mudanya sebagai Anbu. Ia yang paling
menonjol diantara para Anbu, yang memiliki keahlian dalam misi keji, sebagai
seorang prajurit yang kapabel.
Shikamaru dapat membaca pikiran itu dari wajahnya, kemudian menghembuskan
nafasnya.
“Tuan Hokage, aku sangat mengerti perasaanmu, tapi kau juga harusnya tau kalau apa
yang kau inginkan itu tidak akan terjadi.”
“Heh. Kecepatan pemikiranmu itu hampir secepat jurus Minato-sensei, kau tahu itu?”
Shikamaru memberikan tatapan yang panjang sebagai jawabannya. Kakashi
melanjutkan pembicaraannya untuk menghadapi keheningan Shikamaru.
“Ngomong-ngomong, menurut apa yang dikatakan Sai, pemimpin dibalik negara itu
adalah seorang pria yang disebut Gengo.”
“Ya.”
“Selama kita dapat melakukan sesuatu terhadapnya, maka tidak akan ada masalah
yang lebih jauh.”
“Itu seperti yang aku pikirkan.”
“Kalau begitu…”
Dengan meletakkan tangannya di tengah punggungnya dan melakukan peregangan
layaknya pria tua, Kakashi berkata, “Menurutmu siapa yang harus dikirim?”
“Aku akan pergi.”
“Huh?” mata Kakashi melebar. “Kau adalah perwakilan Konoha. Kau juga memiliki banyak
tugas di Persatuan Shinobi. Kau tidak perlu pergi untuk misi
pembunuhan pada saat seperti ini.”
Pembunuhan…
Kakashi akhirnya merealisasikan hal itu dalam bentuk kata-kata. Pemikiran yang sedari
tadi berada di kepala mereka kini telah dikeluarkan.
Jika Persatuan Shinobi dan Negeri Sunyi akhirnya berperang, maka persatuan yang
telah memakan waktu lama untuk pembentukannya akan terganggu, dan kemungkinan
akan pecah. Semua negara masih dalam keadaan lelah meskipun berada dalam masa
pemulihan—tak ada seorangpun yang menginginkan perang.
Jika pesan dari Sai dapat dipercaya, maka membunuh ‘Gengo’ akan menjadi jalan yang palin
cepat dan efektif untuk menghentikan Negeri Sunyi yang berusaha
mengganggu perdamaian dunia yang sulit untuk dicapai.
“Kita harus menjaga ruang lingkup pihak yang tahu akan masalah ini agar menjadi
sekecil mungkin.” Ucap Shikamaru.
“Namun kuberitahu kau, untuk melakukan misi ini…”
“Salah satu dari temanku telah ditangkap. Tolong izinkan aku pergi.”
Kakashi berhenti berbicara ketika ia melihat kebulatan tekad Shikamaru.
Seperti yang Kakashi katakan, tidak ada hal yang membuat Shikamaru perlu
melaksanakan misi ini. Akan lebih baik jika mencari orang lain yang lebih kapabel dan
mempercayakan hal ini pada mereka.
Namun, Shikamaru sendiri yang mengajukan dirinya.
Ia pun tak mengerti mengapa ia melakukannya.
Tapi ia tak bisa hanya tinggal diam.
Bersambung…
Shikamaru Hiden, Chapter 3
–
“Dan dengan ini, pertemuan bulan ini berakhir. Apakah ada yang ingin bertanya?”
Shikamaru memejamkan matanya saat mendengar suara yang terdengar tidak puas
pada pertemuan ini. Pria berkacamata yang berbicara adalah Chojuro, shinobi dari
Kirigakure. Shikamaru mengenalnya saat perang, ia merupakan salah satu bodyguard
Mizukage.
“Jika tidak ada yang ingin bertanya, kalau begitu, Shikamaru-san…” Chojuro
berbicara dengan nada permohonan dari tempat ia duduk, disebelah Shikamaru.
Shikamaru membuka mata kanannya untuk melihat ke arah Chojuro, kemudian
perlahan membuka keduanya.
Sepuluh shinobi duduk mengitari meja yang berbentuk lingkaran; baik pria maupun
wanita, semuanya rata-rata seusia dengan Shikamaru.
Mereka berada di Negeri Besi (Tetsu no Kuni); Markas Besar Persatuan Shinobi.
Negara ini memiliki sejumlah besar samurai yang kuat, karena itu mereka tidak
membutuhkan seorang shinobi pun. Sebelum perang, kelima Kage dari Lima Desa Besar
Tersembunyi mengadakan pertemuan di negara ini, dan sekarang, negara ini menjadi
Markas Besar Persatuan Shinobi. Markas Besar Persatuan Shinobi telah ditetapkan di
Negara Besi, tempat dimana aliansi pertama kali dibentuk.
Seluruh desa terkemuka dari kelima Negara Besar Shinobi menugaskan beberapa
shinobinya untuk mengadakan pertemuan di markas besar, dan—tak peduli siang ataupun
malam—melanjutkan kerja keras mereka demi perluasan dunia ninja secara keseluruhan.
Pertemuan ini dipenuhi oleh orang-orang yang menopang beban era dunia shinobi
yang selanjutnya. Tempat ini merupakan tempat dimana masa depan Shinobi
didiskusikan. Shinobi yang dikirim untuk pertemuan ini merupakan shinobi yang
berkapabel di desanya, yang dipertimbangkan sebagai kandidat Kage ataupun jabatan
lainnya. Diantara mereka, Shikamaru dan Chojuro adalah yang paling muda.
Selain Shikamaru dan Chojuro, yang memimpin rapat, ada juga Temari dari Sunagakure,
dan Omoi dari Kumogakure.
Shikamaru ditugaskan sebagai pimpinan dari pertemuan shinobi ini. Tentu saja, ia
tidak mengajukan dirinya. Ini merupakan hasil rekomendasi dari semua orang.
“Shikamaru-san?” suara Chojuro terdengar seperti khawatir akan keheningan
Shikamaru yang berkepanjangan.
Shikamaru berdeham, melihat kearah seluruh anggota, membuka mulutnya untuk bicara.
“Saya yakin bahwa kita tidak memiliki topik baru untuk dibicarakan pada pertemuan
ini. Saya berharap pertemuan-pertemuan berikutnya dapat berjalan singkat seperti ini.
Dengan begitu, sampai bertemu lagi bulan depan.”
Seusai menutup pertemuan itu, Shikamaru segera melangkahkan kakinya, mengumpulkan
semua gulungan dan dokumen yang tersebar sepanjang meja, melipat dan menggulungnya,
kemudian bersiap untuk meninggalkan ruangan
Karena bingung akan sikap pemimpinnya yang dingin, anggota lainnya bersiap
meninggalkan ruangan dengan segera. Semua orang keluar ruangan menuju dua lorong di
kanan dan di kiri.
Meskipun begitu banyak shinobi yang berjalan di lorong dengan gelisah, tak satupun
suara langkah mereka yang terdengar. Bagaimanapun juga mereka adalah shinobi. Suara
langkah orang lain pasti dapat terdengar, namun tidak dengan suara langkah shinobi. Itu
merupakan hal yang paling mendasar dari hal-hal dasar yang diajarkan di akademi ninja.
“Oi.” Sebuah suara memanggilnya dari belakang.
Shikamaru mendecakkan lidahnya dengan gelisah. Saat ini, pemilik suara itu adalah
orang yang paling tidak ingin ia ajak bicara.
Ia terus melangkah seolah tak mendengar panggilan itu.
“Tunggu, Shikamaru!”
Suara itu terasa seperti menghantamnya dari belakang.
“Ada apa?” Shikamaru menolehkan kepalanya untuk sekedar melihat wanita di
belakangnya dari balik bahunya.
Temari dari Suna. Rambutnya kini lebih pendek dibanding dua tahun lalu, dan
sekarang diikat dua pada bagian kanan dan kiri. Wajahnya tampak seperti orang dewasa,
matanya tampak lebih teduh dibanding dulu.
Ia lebih tua dari Shikamaru. Daripada mengatakan bahwa ia terlihat seperti orang
dewasa, akan lebih tepat jika dikatakan bahwa ia telah tumbuh menjadi orang dewasa
yang menawan.
“Ada apa dengamu?” Tanyanya.
Matanya tampak seperti lebih sayu dibanding dulu.
“Aku tidak mengerti maksudmu.”
“Kau bersikap aneh belakangan ini.” Temari mengulurkan tangannya yang ramping
untuk menggapai pundak Shikamaru, memutarnya agar menghadap ke arahnya.
Merepotkan…
Kata yang hampir keluar dari tenggorokannya itu kembali ia telan dengan penuh
ketakutan.
“Seperti sikapmu yang dingin pada pertemuan tadi.” Ia berkata, “Kau membuat
keputusan tanpa mengungkapkan sepatah kata atau memberikan penjelasan, itu membuat
semua orang gugup, atmosfir berubah menjadi tegang.”
“Oh ya?”
“Kau bahkan tidak menyadarinya…?” Mata Temari sedikit melebar. “Apa ada yang salah?”
“Tidak ada…”
“Ada hal yang tak ingin kau beritahukan padaku, benarkah itu?”
Tatapan Temari seperti terluka.
Sejak perang usai, terhitung sudah dua tahun Shikamaru telah bekerja sama dengan
Temari. Temari merupakan partner yang baik dan pengertian. Mereka berdua berbagi
perasaan yang sama, yaitu tidak ingin seluruh shinobi yang telah dipersatukan terpisah
kembali, begitu juga dengan niat mereka untuk bekerja sama dan membangun Persatuan
Shinobi sebaik mungkin.
Jika kalian melihat ikatan yang kuat antara Naruto, yang bertekad untuk menjadi Hokage
Konoha, dan Gaara, Kazekage Suna, maka dapat dikatakan dengan mudah bahwa ikatan
antara Suna dan Konoha merupakan yang terkuat diantara desa lainnya. Begitu juga
dengan kekuatan eksternal seperti dalam pekerjaan, maka wajar jika Shikamaru dan
Temari telah mencapai tahap dimana mereka memberikan dukungan yang terbesar satu
sama lain di Persatuan Shinobi.
“Sesuatu sedang terjadi di Konoha, kan?”
Temari sudah membuat tebakan yang tepat. Namun, ia melewatkan satu hal
kecil. Situasinya tidak terjadi di Konoha, meskipun situasinya mempengaruhi seluruh
shinobi Konoha. Teori Temari setengahnya benar, setengahnya salah.
Jika ada suatu hal yang tak mengubah hidup shinobi, maka itu adalah ketika segala hal
yang telah melewati perbatasan desamu, harus segera didiskusikan dengan desa lainnya.
Ini merupakan aturan dasar Persatuan Shinobi. Langkah yang diambil oleh Shikamaru dan
Kakashi jelas-jelas merupakan sebuah pelanggaran.
Namun, walaupun terdapat peraturan tak langsung tersebut, Shikamaru masih tak
berniat untuk mengatakan hal itu pada Temari. Sebuah langkah yang tidak bijak untuk
melibatkan seluruh Persatuan ke dalam urusan Negeri Sunyi.
Konoha akan menangani masalah ini sendiri…
Ia sendiri yang akan menanganinya.
“Kau tak bisa mengandalkanku dalam hal apapun?”
“Tidak.”
Nada Shikamaru yang tajam membuat mata Temari meredup.
“Jadi seperti itu…”
Sebuah tinju melayang tepat setelahnya.
Selang sedetik, wajah Temari yang menampakkan ekspresi tersinggung berubah
menjadi kemarahan besar. Tak ada waktu lagi untuk menghindarinya. Bahkan sebelum
Shikamaru menyadari apa yang sedang terjadi, tubuhnya sudah melayang ke arah lain.
Tubuhnya terguling di lantai lorong sebelum akhirnya terduduk. Ia
terdiam kemudian menggerakkan tangannya untuk menyentuh pipinya yang
memerah dan terasa pedih menyengat.
Temari menatapnya dengan menampakkan ekspresi kemarahan di wajahnya.
“Aku tak percaya bahwa aku salah menilaimu selama ini!” Ia berteriak dengan
penuh amarah, kata-katanya seolah berubah menjadi angin yang menghantam wajah
Shikamaru.
“Aku- aku minta maaf…”
Permintaan maaf itu meluncur tanpa disadari.
Dulu sewaktu ayahnya baru pulang saat matahari terbit, ibunya memaki ayahnya di
depan pintu masuk. Entah bagaimana, Shikamaru menemukan dirinya dimaki dengan
makian yang serupa oleh Temari.
Temari melangkah melewati Shikamaru dengan langkah yang besar dan cepat,
kemudian menghilang dibalik punggungnya.
Sudut matanya tampak sedikit basah…
*
“Kau sudah berhenti makan.”
Suara itu merupakan suara Chouji yang duduk di depannya, kedua pipinya
menggembung terisi makanan. Ino duduk disebelahnya.
Mereka berada di Yakiniku Q.
Dua tahun setelah perang, kedua temannya sudah tumbuh dewasa. Chouji masih
tetap gemuk seperti biasanya, namun matanya menampakkan perawakan yang maskulin,
dan kini ia memiliki jenggot. Rambut Ino tumbuh panjang dan lebih panjang
lagi, ia membiarkan poninya yang panjang terurai, tampak lebih dewasa daripada
sebelumnya.
“Apa kau makan sesuatu sebelum kemari?” Chouji membuka mulutnya untuk
melahap daging lagi, mengunyahnya dan kemudian menelannya.
“Shikamaru dan aku sudah berhenti tumbuh sejak lama, jadi kami tidak makan
secara berlebihan sepertimu, Chouji.”
“Hey!” Mata Chouji membelalak karena marah.
Shikamaru tertawa lepas. Rasa tenang menyelimuti hatinya. Rasanya sudah lama.
“Aku sengaja datang untuk makan siang bersama kalian, jadi untuk apa aku makan sebelum
kemari?” Shikamaru mengarahkan sumpitnya menuju potongan daging yang hampir
gosong.
Sepasang sumpit lainnya menghadang sumpit Shikamaru.
“Hey, tadi aku yang memanggang potongan daging itu!” Protes Chouji.
“Baiklah, baiklah.”
Mereka telah melalui saat-saat seperti ini berkali-kali sebelumnya. Shikamaru
melepaskan potongan daging itu, menuju daging potongan daging di sebelahnya. Ia melirik
ke arah Ino, yang mengangguk memberikan persetujuan.
“Sudah lama sejak terakhir kali kau mengajak kami keluar, Shikamaru.” Ucap Ino.
“Iya,” Chouji menimpali, “Belakangan, aku sangat jarang bertemu denganmu
kecuali jika kita mengatur waktu seperti ini.”
“Shikamaru punya banyak pekerjaan di Persatuan Shinobi dan ia juga membantu Hokage.
Dia sangat sibuk, Chouji, tidak bisa terlalu sering pergi bersama kita.”
“Aku mengerti, tapi…” Chouji meletakkan kedua tangannya di atas meja,
pipinya menggembung karena merengut.
Ketika sebagian dari diri Shikamaru merasa senang karena mereka menyadari
ketidakhadirannya, sebagian lainnya merasa kesepian, seperti ada jarak yang memisahkan
mereka dengan dirinya.
Jika ia ingin menjadi orang dewasa, maka ia harus berhenti berpikir seperti anak-
anak. Mereka sudah lama lulus dari Akademi. Semua hal tidak sama lagi seperti dulu saat
ia bisa bermain bersama teman-temannya hingga menjelang malam.
Sama seperti Shikamaru yang dibanjiri dengan pekerjaan dari organisasi dan tanggung
jawabnya pada Konoha, Ino dan Chouji yang telah berjuang pada perang yang lalu, menjadi
Chuunin yang hebat dan dapat diandalkan. Disaat mereka mengatakan ini semua
karena Shikamaru yang sangat sibuk, sebenarnya mereka juga memiliki waktu bebas
yang sama sedikitnya.
Dan juga, mereka datang untuk bertemu dengan Shikamaru tanpa mengeluh,
karena Shikamaru berkata bahwa ia ingin menemui mereka.
Mereka adalah teman yang paling lama dan paling dekat dengannya.
“Ada apa?” Ino bertanya saat ia melihat sumpit Shikamaru mengambang di udara,
tak bergerak.
“Bukan apa-apa. Aku hanya ingin bertemu kalian sebentar.” Shikamaru
memasukkan potongan kecil daging ke mulutnya.
“Ah, oke.”
Ino tidak bertanya apa-apa lagi setelah itu. Chouji melanjutkan menikmati
kegiatan memenuhi mulutnya dengan daging.
Lalu, ketiganya mulai mengobrol. Obrolan ringan dan konyol.
Cinta abadi Chouji pada makanan.
Kisah cinta Ino, seperti biasanya.
Kemudian, mengenang Asuma…
Shikamaru dapat merasakan jarak yang memisahkannya dengan teman-
temannya berkurang. Rasanya seperti kembali ke waktu pertama kali Asuma membawa
mereka kesini.
Pada masa itu, hidupnya penuh dengan keluhan tentang semua hal yang ‘merepotkan’…
Ketika melihat Chouji dan Ino yang sudah tumbuh dewasa. Shikamaru menyadari betapa
mereka tak akan bisa kembali ke masa-masa itu.
–
Shikamaru pulang ke rumah sendirian.
Hingga penghujung hari, ia tak mampu memberitahukan mereka.
Ia awalnya berpikir jika ia akan pergi ke Negeri Sunyi, maka ia akan mengajak
mereka berdua. Ia bermaksud mengajak mereka makan untuk mebicarakan hal tersebut.
Tapi saat melihat senyum di wajah mereka, entah bagaimana ia tak mampu berkata
apapun.
Jalan ia ia tempuh merupakan jalan yang gelap.
Demi Konoha, demi Persatuan Shinobi, demi kehidupan setiap shinobi, seseorang
harus dibunuh.
Dalam keadaan ini, kemenangan tak dapat diraih dengan cara yang wajar, dan karena
itu, pria itu harus dibunuh secara diam-diam.
Pembunuhan.
Pembunuhan bukanlah hal yang baru untuk shinobi. Seiring dengan waktu, cepat
atau lambat kau akan menyadari bahwa hal itu merupakan hal yang biasa di dunia ini.
Namun, tetap saja…
Adalah hal yang baik untuk memperkecil jumlah orang yang harus melakukan
pekerjaan kotor tersebut. Ia tak sampai hati untuk membawa serta Chouji dan Ino ke
jalan penuh kegelapan ini.
“Jadi, sepertinya Anbu…”
Shikamaru mendongak ke arah langit malam, dan tak satupun bintang yang tampak.
Bersambung…
General Links:
Shikamaru Hiden, Chapter 4
–
Shikamaru sedang berasa di ruangan Kakashi. Hokage Keenam itu dikelilingi oleh
segunungdokumen seperti biasanya. Ia menandatangani dokumen-dokumen itu secepat
kilat seakan hanya menunggu waktu hingga ia melemah karena kelelahan
Jendela sepanjang ruangan itu dibiarkan terbuka, dan kalian dapat melihat jalanan
di sepanjang Konoha. Desa itu tampak bersinar dibawah teriknya matahari pagi,
semuanya dibalut dalam atmosfirlembut yang menenangkan.
“Aku sudah membuatmu menunggu.” Ucap Kakashi sembari merapikan seberkas dokumen
di mejanya. “Ada urusan apa kau datang kemari?”
“Negeri Sunyi.”
“Ah, itu ya…”
Shikamaru masih belum menyelesaikan laporannya tentang pertemuan Persatuan
Shinobi yang lalu. Tidak ada hal yang terlalu penting dalam laporan itu, jadi ia
meninggalkannya.
“Semuanya berjalan seperti biasa di Persatuan Shinobi. Organisasi itu terdiri dari orang-
orang yang berkapabel, tidak ada yang perlu dikhawatirkan.”
“Kau adalah salah satu dari orang-orang yang berkapabel itu.”
Apakah itu benar? Apakah ia benar-benar merupakan orang yang pantas untuk
mewakili Konoha?
“Apa kau benar-benar berniat untuk pergi?” Tanya Kakashi.
“Ya.”
Kakashi menghembuskan nafas yang besar karena jawaban itu.
“Apa kau benar-benar harus pergi?”
“Sai sudah tertangkap. Desa kita sudah kehilangan shinobi dengan jumlah yang besar,
baik mereka yang hilang saat perang maupun yang hilang setelahnya. Apakah mereka
pergi dengan keinginan sendiri atau mereka ditangkap oleh Gengo adalah hal yang harus
kita verifikasi.
“Tekadmu sudah sangat bulat, huh.”
Shikamaru mengangguk dalam diam.
Kakashi memejamkan matanya dan menggelengkan kepalanya. Ia kembali melihat ke arah
Shikamaru.
“Aku mengerti. Aku takkan mengatakan apa-apa lagi. Menurutmu siapa yang akan
kau bawa? Kau tidak berencana pergi sendiri, kan?”
“Bisakah kau menyiapkan dua Anbu untukku?”
“Huh…” Kakashi menopang dagunya dengan satu tangan, sikunya berada di atas
meja. Matanya menampakkan ekspresi serius. “Kenapa tidak Ino dan Chouji?”
“Kombinasi InoShikaChou dapat digunakan untuk serangan diam-diam, namun aku
rasa tidak cocok digunakan dalam misi ini.”
“Karena ini misi pembunuhan, kan?”
“Terlebih lagi, penyelinapan adalah hal penting dalam misi ini. Aku butuh orang yang dapat
menyembunyikan chakra.”
“Hmm…”
Kakashi memejamkan matanya dan berpikir. Ia memikirkan permintaan Shikamaru
danmencocokkannya dengan beberapa rencana di kepalanya.
“Yang melakukan serangan untuk membunuh bukan kau, kan?”.
“Aku berniat menggunakan jurusku untuk mengunci target.”
“Kalau begitu kau membutuhkan seseorang yang akan melakukan serangan
untuk membunuh.” Kakashi menyimpulkannya terlebih dahulu. Ia mengerti apa yang
Shikamaru pikirkan.
Dua orang Anbu…
Satu orang yang dapat memanipulasi chakra dan menyembunyikan keberadaan
mereka. Satu orang lagi memiliki jurus yang dapat digunakan sebagai serangan untuk
membunuh.
“Aku tahu orang-orang yang cocok.” Ucap Kakashi.
“Terima kasih.”
“Aku akan mengaturnya.”
“Apa kau tidak punya hal lain yang ingin dibicarakan mengenai tugasku?” Tanya
Shikamaru.
“Tidak ada tugasmu yang lain yang lebih mendesak dari masalah ini” Ucap Kakashi, dan
saat itu kaudapat merasakan bahwa ia benar-benar merupakan seorang Hokage.
Ia memperhitungkan berbagai permasalahan penting dengan tenang, dan
membuat keputusan mengenai apa yang akan dilakukan dengan cepat dan tegas . Karena
kemampuannya lah shinobi dapat bekerja dibawahnya tanpa khawatir dan memberikan
segalanya untuk desa. Shikamaru berpikir mereka mungkin tak akan bisa melakukan
apapun tanpanya.
Ia tak pernah berpikir seperti ‘aku ingin menjadi Hokage’. Akan tetapi, bohong
jika mengatakan bahwa iya tidak merasa sedikitpun termotivasi untuk tumbuh. Di depan
pria seperti Kakashi, Shikamaru masihlah muda dan belum berpengalaman, tak
bisa dibandingkan dengannya, dan itu membuatnya frustasi.
“Aku akan memerintahkan mereka untuk segera kembali. Kau bisa menunggu sedikit
lebih lama, kan?”
“Tolong lakukan secepat mungkin.”
“Aku mengerti.” Kakashi tersenyum dibalik maskernya dan berdiri. Ia
membelakangi Shikamaru, menerawang ke arah pintu.
“Kau tidak perlu terlalu membebani dirimu sendiri, kau tahu kan.” Gumam Kakashi.
Shikamaru tak menjawab.
Membebani dirinya sendiri…
Mungkin bisa dibilang begitu.
Di satu sisi yang bahkan ia sendiri tidak mengerti, Shikamaru entah bagaimana,
berakhir dengan memikul banyak—begitu banyak beban.
Meskipun ia mengatakan bahwa semua hal itu merepotkan, entah bagaimana ia
akhirnya bertingkahtidak seperti dirinya, dan memikul begitu banyak hal. Meskipun semua
beban ini menjadi terlalu berat untuk dipikulnya, ia pun tak bisa membiarkannya begitu
saja.
Shikamaru sebenarnya juga takut.
Ia merasa bahwa ia bisa menyingkirkan segalanya, dan kehilangan dirinya
dalam prosesnya. Ia bisa kembali menjadi seseorang yang selalu mengatakan semua hal
itu merepotkan. Jika iamenyingkirkan semua kewajiban dan bebannya untuk
sesaat, bukankah besar kemungkinan bahwa ia tak akan mengambilnya lagi?
Dan ketika hal itu terjadi, maka apakah itu merupakan keadaan dimana tak ada lagi yang
membutuhkannya?
Pikiran itu sendiri sebenarnya sangatlah menakutkan.
“Aku ingin memberitahumu apa yang kupikirkan sekarang.” Kakashi mengangkat
tangan kirinya ke udara, membiarkan sekelibat petir muncul. “Saat ini, aku sangat ingin
mengabaikan semua kewajibanku sebagai ke Hokage dan pergi ke Negeri Sunyi.”
Shikamaru dapat mendengar jelas jeritan frustasi dari hati Kakashi: bagaimana seorang
pria ingin mengabaikan segalanya untuk pergi dan membunuh Gengo dengan kedua
tangannya.
Tapi tanggung jawabnya sebagai Hokage tidak bisa ia tinggalkan begitu saja.
“Sejujurnya,” Ucap Kakashi “Aku merasa…adalah hal yang tidak pantas bagiku
untuk membebanimu dengan hal ini.”
“Naruto dan aku, dan semua teman-teman sebaya kami, sudah menempati posisi
dengan berbagai beban dan tanggung jawab. Kau tak perlu memikulnya sendirian.”
“Apa memang begitu…”
Petir ditangan Kakashi lenyap tanpa menjadi apa-apa.
“Shikamaru.” Kakashi melirik ke arah pemuda berklan Nara itu. “Aku terkadang berpikir
apasebenarnya arti menjadi dewasa.”
“Tolong jangan tanyakan padaku jawabannya.” Shikamaru menghela nafas.
–
“Aku akan datang lagi.” Shikamaru berbicara pada batu nisan. Berpaling sejenak,
matanya terpaku pada nama yang terukir pada batu itu: Nara Shikaku.
Secara natural, ia ingin mengunjungi makam ayahnya setelah pertemuannya dengan
Kakashi usai.
Apa artinya menjadi orang dewasa? Ia merasa seperti akan menemukan jawaban
dari pertanyaan Kakashi disini.
Pada Perang Dunia Shinobi ke-4, ayahnya bersama kelima Kage berada di markas besar
aliansi.Setelah kelima Kage berangkat ke garis depan pertarungan
karena parahnya keadaan perang, ayah Ino dan ayah Shikamaru ditugaskan untuk
memberi arahan kepada seluruh pasukan.
Kemudian, Obito telah membangkitkan Juubi dan membuatnya meluncurkan Bijuudama-
nya untuk membuat kekacauan diantara pasukan aliansi. Saat serangan yang mematikan
itu mendekat, waktuterakhir Shikaku dihabiskan untuk berpikir dan mengatur strategi
selanjutnya untuk pasukan aliansi.
Ia telah menjadi seorang Shinobi hingga akhir hidupnya.
Tidak…
Kenyataannya adalah, hingga akhir hidupnya, Shikaku telah menjadi seorang ayah.
Meskipun yang mengetahui kebenaran itu hanya Shikamaru, putranya.
Sebenarnya apa arti menjadi orang dewasa?
Shikamaru memikirkan hal itu sesaat.
Setelah memberikan salam perpisahan pada makam ayahnya, kaki Shikamaru melangkah
ke makam yang selanjutnya ingin ia kunjungi.
Makam gurunya.
Sarutobi Asuma…
Ia adalah seorang pria yang telah meninggalkan kehidupan elit yang ia
sandang sebagai darah daging Hokage Ketiga, dan lebih memilih untuk berjaga di garis
depan.
Setelah Shikamaru lulus dari akademi, dibawah didikan Asuma–lah ia dibesarkan
sebagai shinobi seperti sekarang ini. Bersama Ino dan Chouji, ketiganya terus-menerus
mengikuti jejak Asuma,berjuang dalam berbagai misi.
Asuma, yang melewati berbagai keadaan krisis dengan rokok di mulutnya dan sikapnya
yang santai, telah menjadi inspirasi bagi Shikamaru.
Dan kini, Asuma tak dapat ditemukan lagi di dunia ini.
Ia gugur dalam pertarungan melawan kelompok ‘Akatsuki’ yang berencana untuk
menguasai dunia.
Ia mati demi menjaga agar Shikamaru tetap hidup…
Asuma sudah mengetahui bahwa mereka tidak punya kesempatan untuk menang melawan
kemampuan yang tak seperti manusia dari anggota Akatsuki yang mereka hadapi, dan
gugur karena mempertaruhkan hidupnya untuk melindungi Shikamaru dan rekannya yang
lain.
Ia juga telah menghabiskan waktu terakhirnya untuk memikirkan orang lain.
Shikamaru belum menemukan sesuatu yang membuatnya mempertaruhkan
nyawanya demimelindunginya.
Tentu saja, semua orang di desa ini dan semua temannya sangat berharga untuknya.
Namunperasaan itu berbeda dengan rasa ingin melindungi yang ditunjukkan oleh ayahnya
dan Asuma.
Mungkin itu artinya Shikamaru belum menjadi orang dewasa.
Awalnya ia berpikir bahwa kata ‘dewasa’ yang ambigu mengacu pada seorang
anak yang karena suatu hal terjebak dalam tubuhnya sendiri.
Dalam kasus itu, bahkan Kakashi pun hatinya masih seperti anak-anak.
Namun Kakashi telah memiliki sesuatu yang membuatnya akan menukarkan
nyawanya untuk melindunginya.
‘Untuk seorang Hokage, setiap orang di desa adalah anaknya’. Itu adalah kata-kata dari
Ayah Asuma, Hiruzen, Hokage Ketiga.
Mungkin ketika Kakashi memilih untuk menjadi Hokage, maka ia telah menjadi
orang dewasa.
Ia tidak lagi yakin tentang hal itu…
“Shika niichan!”
Shikamaru tersadar dari lamunannya karena suara riang yang mencapai telinganya.
Seorang balita montok yang terhuyung-huyung menuju ke arahnya. Berayun ke kiri
dan kanan menggunakan kaki kecilnya yang kikuk, ia berjalan ke arah Shikamaru
selangkah demi selangkah.
“Mirai.” Shikamaru memanggil namanya, suaranya secara natural berubah menjadi
ceria dan penuh perasaan. Rasa tegangnya melunak, dan bibirnya bergerak membentuk
senyuman.
“Gyaa!” Mirai kemudian menuju ke tempat ia berdiri, dan memeluk kakinya dengan
tanganpendeknya yang kecil. “Shika niichan!”
Balita itu menatapnya dengan matanya yang cerah, wajah mungilnya tersenyum
lebar. Senyum balita itu seperti matahari, dan Shikamaru dapat merasakan hatinya yang
beku mencair karena kehangatannya.
“Sudah lama ya, Shikamaru.”
“Kurenai-sensei.” Shikamaru memberi salam kepada wanita berambut gelap
yang merupakan ibu dari Mirai.
“Aku bukan seorang sensei lagi, berhenti memanggilku seperti itu.” Katanya sambil
tertawa.
Sarutobi Kurenai…
Sebenarnya, ia merupakan seorang jounin pemimpin seperti Kakashi dan Asuma,
yang bertanggung jawab untuk memimpin tim yang beranggotakan beberapa teman
sekelas Shikamaru. Namun sekarang ia adalah seorang ibu yang
mengabdikan seluruh waktunya untuk merawat anaknya.
“Kau datang untuk mengunjungi makam Asuma?” Tanyanya.
“Iya.”
“Dan makam ayahmu?”
“Aku baru saja mengunjunginya.”
Sembari mendengar pembicaraan mereka dan masih memeluk kaki Shikamaru,
Mirai tersenyum dan mengangkat kepalanya.
“Shika niichan! Bertemu ayah!”
Meskipun balita itu baru bisa menggunakan kalimat yang terputus-putus, ia
memiliki keinginan yang besar untuk mengungkapkan apa yang ia ingin katakan. Saat
melihat ke arah Mirai, hati Shikamaru menghangat.
Untuk menjadi guru dari anak ini…
Adalah janji yang ia buat pada Asuma dan Kurenai.
“Aku tahu, kau kesini untuk bertemu ayahmu, huh?” Shikamaru berjongkok agar ia
dapat berbicara dengannya, mata bertemu mata.
Mirai mengangguk senang karena merasa dimengerti.
“Wah, hebat sekali, Mirai.” Ucap Shikamaru, menepuk kepala Mirai dengan lembut.
Rasa lembut dari rambut balita yang masih halus itu menjalar di lengannya hingga
mencapai hatinya, berubah menjadi rasa tenang yang menyeruak ke dalam perasaannya.
“Cepatlah besar, oke?”
“Mm.”
“Kau benar-benar menyayangi Shikamaru niichan-mu, huh Mirai?” Ucap Kurenai.
Mirai mengangguk dengan antusias hingga ia hampir terjungkal ke depan, dan
Shikamarumenggapai untuk menangkapnya dengan kedua tangan.
Demi anak ini, dia benar-benar tak boleh pergi hanya untuk mati…
“Betul sekali!”
Mirai mengatakan kalimat itu pada waktu yang tepat, seolah ia dapat membaca
perasaan Shikamaru.
“Baiklah, terima kasih telah menyukaiku.”
Shikamaru menggendong Mirai dan mengangkatnya ke udara. Anak perempuan berusia
dua tahun itu tertawa girang. Shikamaru berpikir pada dirinya sendiri sekali lagi, lebih kuat
dari sebelumnya.
Aku benar-benar tidak boleh mati.
Bersambung…
General Links:
Shikamaru Hiden, Chapter 5
–
Berdiri di depan Shikamaru, dua wajah baru berwarna putih: kucing dan kera.
Tentu saja, kedua wajah hewan itu hanyalah topeng, dan dari leher ke
bawah berbentuk manusia. Mereka menggunakan seragam hitam pekat yang melekat pada
kulitnya, begitu juga jaket pelindungKonoha yang baru didesain ulang.
Jaket pelindung yang lama memiliki saku di kedua sisinya pada bagian dada agar shinobi
dapat menyimpan gulungan atau peralatan ninja, namun desain yang baru sudah tidak
menggunakannya lagi dan membuatnya lebih sederhana. Ini merupakan efek samping dari
era perdamaian yang telahterwujud setelah perang berakhir.
Dimana terlukis mata di topeng kedua Anbu tersebut, terdapat lubang seperti goa yang
dalam dan gelap. Pada kedua topeng itu terlukis mulut yang tipis, melengkung dari pipi ke
pipi. Pada topeng kucing terlukis garis tipis berwarna merah di bawah matanya. Pada
topeng kera terlukis alis merah tebal yang membuatnya terlihat seperti sedang marah.
Kedua Anbu itu mengaitkan tangannya dibalik punggungnya, dan celah mata pada topeng
mereka membuat Shikamaru merasa sedang diawasi.
“Ini mereka berdua, aku rasa mereka bisa melakukan segala yang kau harapkan.”
Ucap Kakashi dari tempat ia duduk di balik mejanya.
Dari tempat Shikamaru berdiri, Anbu bertopeng kucing berada di kanan, dan yang
bertopeng kera berada di kiri. Kedua Anbu itu memiliki berbedaan tinggi yang sangat jauh.
Si Kera 176 cm, sedikit lebih tinggi dari Shikamaru, sedangkat Si Kucing tingginya hanya
sepundak Shikamaru.
Jadi, yang bertopeng kera adalah pria, dan yang bertopeng kucing adalah wanita…
Meskipun tanpa perbedaan tinggi, struktur tubuh mereka sangatlah jelas.
“Kalian berdua, lepaskan topeng kalian.” Instruksi Kakashi.
Tangan kedua Anbu itu terangkat mencapai topeng mereka sesuai perintah
Kakashi, perlahan menurunkannya untuk memperlihatkan wajah mereka yang sebenarnya.
Memang sebuah ciri khas seorang Anbu untuk memakai topeng dengan wajah hewan.
Karena mereka biasanya berurusan dengan misi gelap sepeti pembunuhan atau
menyebabkan kekacauan di negara luar, mereka tidak mau membiarkan orang lain
mengetahui identitas mereka. Bahkan masyarakat Konoha sendiri tidak mengetahui siapa
yang merupakan Anbu, siapa yang tidak.
‘Orang-orang yang datang dan pergi dari desa tanpa memakan apapun adalah Anbu.’
Banyak sekali beredar rumor dan spekulasi seperti itu.
“Pria ini adalah Rou, and anak perempuan ini adalah Soku.”
Kedua Anbu itu membungkuk memberi salam pada Shikamaru saat
Kakashi memperkenalkan mereka.
“Memiliki perempuan yang sangat muda di Anbu…“
“Tidak terpikirkan, kan?” Soku memotong gumaman Shikamaru. “Tapi di dunia
Shinobi, kemampuan adalah segalanya, dan aku memasuki Anbu dengan membuktikan
nilai dari kemampuanku, kau tahu.”
“Dia benar.” Kakashi setuju dengan Soku.
Shikamaru tak bisa memungkiri keterkejutannya. Soku masih sangat muda. Ia paling
tidak lebih muda 5 atau 6 tahun dari Shikamaru, dan pasti baru saja lulus dari akademi.
Ia memiliki pipi kemerahan yang chubby, namun juga memiliki bibir tipis membentuk
rengutan yang memancarkan tekad. Alis tipisnya melengkung dan matanya memancarkan
kepercayaan diri.
Sesuatu darinya membuat Shikamaru merasa seperti inilah bentuk Temari saat kanak-
kanak.
“Hinoko diakui kemampuannya dan direkrut ke Anbu ketika ia baru saja lulus
dari Akademi. Meskipun usianya baru 14 tahun, ia telah menyelesaikan misi dengan
jumlah besar.” Ucap Kakashi. “Ia sangat diandalkan dalam Anbu”
“Tidak baik menilai kemampuan seseorang hanya dari penampilannya saja, kau tahu.” Ucap
Soku, menggembungkan pipinya sedikit. “Dan Tuan Hokage, aku terus-menerus
memberitahumu untuk tidak memanggilku dengan nama asli, kau tahu.”
“Hinoko… Nama yang sangat bag-”
Dalam sekejap, Soku telah hilang dari pandangan Shikamaru dan sebelum ia menyadarinya,
sebuah jari dengan sinar oranye berchakra ditekankan ke arah dahinya.
“Aku benci dipanggil dengan nama asliku, kau tahu. Jadi berhati-hatilah,
jangan menggunakannya.”
Shikamaru dapat merasakan sejenis percikan muncul dari ujung telunjuk Soku. Tampak
seperti versi kecil dari raikiri Kakashi.
Chakra meletup dari ujung jari Soku…
“Berhenti sekarang juga, Soku.”
Pria yang berbicara adalah pria yang membawa topeng kera. Kakashi memperkenalkannya
sebagai Rou. Ia memiliki alis yang tebal, rahang yang kuat dan tegas, kelopak mata segaris
yang menatap kearah Soku menunjukkan ketidaksetujuannya.
“Aku harus memperjelas hal ini dari awal, kau tahu.” Soku membalas. “Aku tidak terima
dipandang rendah sebagai anak kecil, kau tahu.”
“Salahku. Aku akan berhati-hati kedepannya.” Shikamaru memberikan permintamaafan
sederhana. Tidak perlu memperburuk situasi, dan ia tidak punya waktu untuk berurusan
dengan emosi gadis muda itu.
Soku mengalihkan pandangannya dari Rou dan kembali ke Shikamaru.
“Selama kau mengerti, kau tahu.” Ia berbalik dan kembali ke tempatnya, mengembalikan
posisinya ke posisi yang sama dengan tangan dibalik punggungnya.
“Rou dapat dengan bebas memanipulasi kualitas dan kuantitas chakra; baik miliknya
sendiri atau milik siapapun yang ia jadikan target dan kenali.” Ucap Kakashi, Rou
memberikan anggukan kecil.
“Apa itu berarti kau juga bisa meningkatkan chakra?” Tanya Shikamaru.
“Pertanyaan yang pintar.” Komentar Kakashi.
“Chakra yang dapat kuubah hanyalah chakra yang dirasakan oleh orang lain.” Ucap Rou.
“Untuk menjelaskannya, jika saya meningkatkan chakra anda, Shikamaru-dono, saya tak
akan bisa mengubah potensi pertempuran pada akhirnya. Chakra anda hanya akan tampak
lebih besar dalam persepsi orang lain. Dengan kata lain, jurus saya tidak akan efisien untuk
mengelabui jika subjek dari manipulasi chakra tidak berpartisipasi dalam pengelabuan.”
Rou memiliki gaya bicara yang sangat kuno, dan ditambah dengan penampilannya yang
berperawakan besar, tampak lebih seperti samurai daripada ninja.
Shikamaru memberikan pria itu anggukan untuk menunjukkan bahwa ia mengerti
akanpenjelasannya, dan membuka mulutnya untuk berbicara lagi.
“Saat kau mengatakan bahwa kau dapat mengubah kuantitas chakra yang dirasakan,
apakah itu berarti kau dapat menghapusnya juga?”
Bagaimanapun caramu melihatnya, Rou jelas terlihat berada di usia empat puluhan.
Iapaling tidak berusia dua puluh tahun lebih tua dari Shikamaru.
“Itu pasti mungkin. Saya dapat membuat chakra dari target manapun menghilang seperti
yang anda telah deskripsikan, sementara anda dapat melacak mereka, Shikamaru-dono.”
Dengan cara bicara pria itu yang kuno, Shikamaru setengah mengira kata ‘mengikuti jejak’
daripada ‘melacak’, dan merasa sedikit ragu dengan kata modern yang tidak teratur
“Aku rasa jurusnya sangat cocok untuk tugas ini, menurutmu bagimana?” Tanya Kakashi.
“Itu akan bekerja. Dan si kecil?” Shikamaru bertanya, mengalihkan pandangannya ke
arahSoku.
Alis gadis itu berkedut karena dipanggil ‘Si Kecil’. Anak itu tampaknya tak menyadari
bahwa ia masih anak-anak. Shikamaru belum yakin apakah hal yang bagus atau tidak
kegunaan gadis itu dalam misi.
“Sebuah demostrasi akan bagus, bukankah begitu?” Ucap Kakashi pada Soku.
Gadis itu mengangguk dan berbalik. Iya merentangkan tangan kirinya sehingga menghadap
ke jendela yang terbuka sepanjang ruangan Kakashi. Pada arah yang ia tunjuk, Shikamaru
dapat melihat burung walet sedang terbang di luar.
“Jurusku adalah jarum chakra, kau tahu…” Soku bergumam, dan sebuah kilat chakra
oranye meletup dari jari telunjuknya.
Saat itu, burung wallet yang dikejutkan oleh suara keras dengan cepat menukik untuk
bersembunyi di balik pilar di luar.
Jika Soku menembakkan chakranya pada saat seperti ini, tak mungkin ia dapat mengenai
target. Chakranya akan mengenai pilar dan hanya meninggalkan goresan di pilar itu.
Tapi…
Tak ada satupun goresan di pilar itu, dan dari luar walet itu mengeluarkan suara yang
tajam dan melengking.
Shikamaru segera mengarah ke jendela. Mengeluarkan dan memutar lehernya, matanya
mencari-cari dimana burung walet yang terbang tadi, dan menemukan burung itu di tanah.
Jelas-jelas terlihat mati.
“Aku tidak ingin kau salah paham, kau tahu. Aku menentang pembunuhan tanpa arti.” Soku
berbicara dibelakangnya.
Ketika ia berbicara, Shikamaru memandang ke arah walet yang kembali seperti biasa,
menggoyang kakinya dan bangkit. Kemudian, terbang kembali, bahkan lebih tinggi dari
sebelumnya.
“Aku membuat chakraku berevitalisasi ketika menembus target barusan, jadi burung walet
itu mungkin merasa lebih berenergi dari sebelumnya, kau tahu.”
“Bagaimana kau bisa melewati pilar itu?” Tanya Shikamaru, melepaskan tangannya
dari ambang jendela dan berbalik menghadap Soku.
Anak perempuan itu mengeluarkan tawa, menjulurkan lidahnya sebagai ejekan yang
kekanak-kanakan.
“Sekali aku telah membidik targetku, tak peduli ia berada dalam pandanganku atau
tidak, jarum chakraku akan mengikutinya kemanapun, kau tahu. Jarumku tidak akan
berhenti dari jalurnya hingga ia mengenai targetnya.”
Jadi.
Jurus Rou dapat menghilangkan keberadaan chakra mereka, dan membuat mereka dapat
menyusup tanpa terdeteksi. Saat mereka mencapai keberadaan Gengo, Shikamaru akan
menggunakan kagemane-nya untuk menahannya. Dan serangan mematikan akan
dilontarkan dengan mudah oleh jarum chakra Soku.
Semuanya akan baik-baik saja..
Mereka benar-benar dapat melakukannya…
“Bolehkah aku bertanya satu hal?”
“Tentu saja, kau tahu.” Soku memberikan senyumnya yang penuh kepercayaan diri.
“Bisakah kau berhenti menambahkan kata ‘kau tahu’ pada setiap akhir kalimatmu?”
*
Mereka datang.
Para musuh.
Ninja Oto.
Suruhan Orochimaru.
Tidak, tunggu…
Sejak kapan aku dikejar?
Aku yang seharusnya mengejar seseorang.
Seseorang yang harus diselamatkan.
Uchiha Sasuke.
Teman sekelas yang mampu melakukan segala hal dengan sempurna, yang
memiliki kepribadian buruk.
…Tapi ia merupakan seorang kawan. Ia tentu saja harus diselamatkan.
Aku memimpin sebuah tim untuk pertama kali. Kegagalan bukanlah pilihan.
Teman-temanku…
Teman-temanku telah dikalahkan, satu per satu.
Chouji.
Kiba.
Neji.
Dan kemudian Naruto…
Kami dikelilingi oleh ninja Oto yang mencemooh.
Aku minta maaf…
Aku minta maaf, semuanya.
Lain kali, aku tak akan gagal.
Jadi aku mohon- aku mohon jangan mati.
“AKU MOHON!”
Shikamaru terbangun karena jeritan keputus asaannya, menyibakkan selimutnya
dengan panik. Seluruh tubuhnya di basahi oleh keringat.
Ia baru saja bermimpi…
Itu adalah misi pertamanya sebagai Chuunin: untuk membawa kembali missing-nin
Uchiha Sasuke yang meninggalkan desa pimpinan Orochimaru.
Rekannya adalah beberapa teman sekelasnya dan Neji. Mereka berkurang, satu per
satu, dalam pengejaran Sasuke. Shikamaru telah memutuskan untuk mempercayakan
segalanya pada Naruto dan bertarung melawan ninja Oto.
Dan hasil dari keputusan itu adalah Sasuke meninggalkan desa, dan seluruh
temannya mengalami luka parah.
Sebagai Chuunin, sebagai pemimpin, misi pertamanya berakhir dengan kegagalan yang
membuatnya putus asa.
Shikamaru mengusap keringat di dahinya, dan perlahan mengambil nafas dalam-dalam.
Kenapa ia bermimpi seperti itu?
Hingga kini, ia tak pernah melihat kejadian itu dalam mimpi.
Walaupun begitu, kenyataannya luka dari peristiwa itu masih melekat di hatinya.
Shikamaru menganggap misi pencarian Sasuke merupakan aib terbesarnya, dan tak pernah
gagal memikirkan hal itu kapanpun ia menilai dirinya sendiri.
Ia tidak akan pernah lagi tersudut seperti waktu itu…
Mimpi hanyalah manifestasi dari alam bawah sadarmu.
Lalu, apakah aku sedang tersudut sekarang?
“Tidak apa-apa… Tidak apa-apa, Shikamaru…”
Meskipun bukan seperti dirinya untuk mencoba menenangkan diri sendiri, kata-kata itu
keluar dari mulut Shikamaru sebelum ia mampu menghentikannya. Hatinya masih
terpukul, darah menderu ke gendang telinganya seperti lonceng peringatan.
Tampaknya ia tak dapat tidur lagi malam ini.
Mereka akan segera berangkat saat matahari terbit.
Bersambung…
Shikamaru Hiden, Chapter 6
–
Sekumpulan anak laki-laki berusia sepuluh tahun menyeberangi jalan, tertawa dengan
keceriaanyang tampak tak berakhir. Tak jauh di belakang mereka, seorang pria berwajah
muram sedang terburu-buru menuju suatu tempat.
Anak-anak itu mungkin menuju Akademi, sedangkan pria itu mungkin akan pergi bekerja.
Di pinggir jalan, ada sebuah toko yang menjual lauk pauk pada pagi hari, bagian depan toko
dikelilingi oleh para ibu rumah tangga yang sedang bergosip dengan berbagai gestur.
Itu adalah pemandangan pagi seperti biasa.
Pagi yang damai ini, Shikamaru melangkah sepanjang jalan utama yang dimulai dari
gerbang depan Konoha yang terbuka lebar dan terus ke arah Kediaman Hokage. Jalan itu
berakhir dibalik kediaman itu, yaitu pada Monumen Hokage dimana wajah seluruh
generasi Hokage terpahat di sebuah bukit.
Tujuan Shikamaru adalah yang terakhir. Ia punya urusan disana.
Biasanya, ketika shinobi menerima misi di luar desa, mereka meninggalkan Konoha melalui
gerbang utama. Tidak ada peraturan tertentu yang mengatakan hal tersebut, tapi itu adalah
sebuah tradisi.
Para Anbu merupakan pengecualian. Mereka berurusan dengan misi yang sangat rahasia,
sehingga untuk menyembunyikan keberangkatan mereka dari warga Konoha, mereka telah
diatur untuk pergi melalui gerbang yang berada pada bukit di balik Kediaman Hokage.
Gerbang itu adalah tujuan Shikamaru. Misi kali ini dirahasiakan dari semua orang di desa.
Satu-satunya yang mengetahui hanya Kakashi, seorang shinobi yang sulit diatur, dan tentu
saja, Shikamaru sendiri, begitu juga Rou dan Soku yang menemaninya.
Ia menyerahkan urusan untuk menutupi ketidakhadirannya di desa pada Kakashi. Jika ada
yang bertanya tentang keberadaannya, mereka akan diberitahu bahwa Shikamaru ada
urusan mengenai Persatuan Shinobi di luar batas desa.
Skenario idealnya adalah dengan menyelinap keluar desa tanpa ada yang menyadari
kepergiannya, dan kembali sebelum ada yang menyadari ketidakhadirannya.
“Hm?” Saat Shikamaru dengan cepat menuju ke gerbang belakang, ia menyadari pria
berambut pirang berada dalam jarak pandangnya.
Si pirang juga menyadari keberadaannya.
“Yoo, pasti itu Shikamaru! Kenapa kau terburu-buru?”
Kau tak akan percaya bahwa keduanya sesusia, dengan seringai kekanak-kanakannya yang
menyala saat ia menghampiri temannya. Pipinya memiliki tiga garis seperti kumis kucing
pada tiap sisinya, dan matanya yang biru tampak bebas dari keraguan dan kebimbangan.
“Itu yang seharusnya kutanyakan padamu. Apa yang kau lakukan pagi-pagi begini, Naruto?”
Uzumaki Naruto.
Ia adalah seorang pahlawan yang telah menunjukkan jalan untuk mengakhiri perang besar
yang lalu pada semua orang, putra dari Hokage keempat. Kyuubi telah disegel dalam
tubuhnya saat iya baru lahir, dan ia tumbuh dengan menghadapi berbagai prasangka dari
orang sekitarnya, ia tak pernah bimbang akan cita-citanya untuk menjadi Hokage, dan
tetap menjalani jalan hidupnya. Seperti itulah Naruto.
Saat ini, ia adalah kandidat terkuat yang akan menjadi Hokage setelah Kakashi.
“Aku tidak bisa tidur semalam,” ucap Naruto, “Jadi saat aku terbangun pagi ini, aku
langsung pergi ke Ichiraku Ramen, dan sekarang aku menuju kembali ke rumah.”
“Kau pergi ke toko itu sepagi ini?”
“Belakangan ini, mereka buka 24 jam setiap hari.” Naruto tampak sangat senang akan hal
itu.
“Bukan, maksudku, kau makan ramen sepagi ini…”
“Aku selalu baik-baik saja kalau makan ramen, tidak peduli pagi atau siang atau malam!”
“Hey, itu bukan sesuatu yang patut dibanggakan.”
“Setengah dari tubuhku mungkin terbuat dari ramen.” Ucap Naruto serius, membusungkan
dadanya dengan bangga.
Shikamaru menghela nafas.
“Kau sekarang dikenal sebagai pahlawan yang mengakhiri perang, cobalah untuk menjaga
tubuhmu.”
“Pahlawan adalah pahlawan, dan ramen adalah ramen!”
“…Pemikiran yang tidak masuk akal.”
“Hahaha.” Naruto tertawa, malu-malu menggosokkan jari ke batang hidungnya.
Kebiasaan itu tidak berubah sejak di Akademi. Naruto selalu menjalani hidupnya dengan
pandangan yang lurus dan murni. Karena pandangan itulah ia mampu mengubah
sekitarnya- bahkan mengubah Shikamaru.
Naruto, yang dianggap sebagai kutukan bagi desa, menjaga hatinya yang murni dan
perlahan membuat banyak dan lebih banyak lagi teman yang berada sisinya.
Pada akhirnya, Naruto dapat menyelamatkan temannya Uchiha Sasuke yang telah jatuh
dalam kegelapan, penuh dengan kebencian terhadap dunia.
Menyelamatkannya bukanlah hal yang mudah.
Tidak…
Sebenarnya, itu merupakan hal yang tak dapat dilakukan oleh siapapun selain Naruto.
Mimpi yang selalu Naruto genggam erat-erat sejak ia kecil hanya satu: untuk menjadi
Hokage.
Ia tak pernah memiliki saudara yang memberinya dukungan, dan satu-satunya cara agar ia
mendapatkan perhatian dari orang lain adalah dengan leluconnya yang berulang-ulang,
namun ia tetap bersikeras bahwa ia akan menjadi Hokage suatu saat nanti.
Awalnya, tak ada yang percaya Naruto dapat melakukannya. Namun sekarang, tak ada
satupun orang di desa ini yang berpikir bahwa orang lain selain Naruto yang akan menjadi
Hokage selanjutnya.
Naruto adalah matahari.
Ia memiliki cahaya terang benderang dalam dirinya yang tak pernah redup, terus
berkobar. Karena begitu terangnya ia bersinar maka ia menjadi matahari. Semua yang
melihat semangatnya itu membuka hati mereka untuknya, dan menjadi temannya.
Hingga kini, dan hingga akhir nanti, Shikamaru merasa bahwa Naruto akan terus berjalan
kedepan tanpa keraguan dari cahayanya.
Dan itulah yang harus terjadi. Suatu hari, Naruto akan menjadi Hokage, memperoleh
kepercayaan desa lebih banyak lagi, dan terus bersinar, lebih terang dan lebih terang lagi.
Demi cahaya itu, hal seperti matahari tidak perlu mengetahui tentang kegelapan dunia.
Hingga kini, Naruto melancarkan perang melawan orang-orang yang hatinya telah
dipengaruhi oleh kegelapan yang tak terhitung jumlahnya, namun ia tak pernah berbelok.
‘Tak peduli sejauh apa seseorang tenggelam dalam kegelapan, bagian dari dirinya akan
merindukan cahaya.’
Naruto bertarung karena ia benar-benar mempercayai hal itu. Shikamaru telah melihatnya
mengubah hati musuh-musuhnya dengan prinsip yang sama berkali-kali.
Tak peduli seberapa besar kegelapan mengelilinginya, Naruto tak pernah kehilangan
cahayanya.
Karena itu Naruto tak benar-benar tahu arti sebenarnya dari ‘kegelapan’.
Selalu ada kegelapan di hati manusia. Berpikir bahwa kau dapat menyelamatkan semua
orang adalah prinsip yang mustahil.
Tak peduli seberapa dahsyat kau mecoba untuk menyelamatkan orang-orang dan
menuntun mereka menuju cahaya, akan selalu ada mereka yang tergelincir, terus terjatuh
ke dalam kegelapan. Begitulah kehidupan di dunia.
Namun Naruto tak berpikir seperti itu. Tak peduli seberapa membuat putus asanya
keadaan, ia tak akan menyerah untuk menyelamatkan semua orang dari takdir itu.
Seperti itulah Naruto.
Dan Shikamaru tak ingin ia berubah.
Naruto merupakan orang harus tetap menjadi murni dan polos, menjadi matahari yang
bersinar.
Semakin terang cahaya bersinar, semakin gelap bayangan berkembang.
Namun selama ada seseorang yang memikul beban kegelapan itu, maka semua akan baik-
baik saja.
Shikamaru berpikir bahwa menjadi ‘seseorang’ itu adalah tugasnya.
Bukankah wajar bagi seorang pengguna jurus bayangan untuk memikul beban dari
kegelapan?
Naruto akan menjadi Hokage, dan Shikamaru akan mendukungnya sebagai tangan
kanannya. Itu adalah mimpi Shikamaru; untuk berada di sisi Naruto dan menghalau semua
kegelapan yang akan mengganggu cahayanya.
Saat pikiran itu muncul di kepala Shikamaru, tiba-tiba ia memahami dirinya sendiri.
Mengapa ia begitu keras kepala mengajukan diri untuk pergi ke Negeri Sunyi?
Tentu saja, itu semua demi Naruto.
Jika Negeri Sunyi terus berkembang lebih kuat, maka Naruto akan berakhir menderita.
Negeri Sunyi akan menjadi penghalang besar baginya.
Itulah mengapa Shikamaru ingin pergi dan menghancurkannya sejak awal.
Bagimanapun, ia telah memutuskan untuk menanggung semua kegelapan yang mencoba
mengganggu cahaya Naruto. Termasuk berhadapan dengan penghalangnya di masa depan.
“Jadi apa yang kau lakukan?” Tanya naruto, memecah lamunan Shikamaru.
“Aku berjalan-jalan.”
“Sepagi ini?”
“Naruto,” Shikamaru tak berekspresi. “Aku berjalan-jalan seperti ini sama sekali tidak
seaneh kau yang memakan ramen sepagi ini.”
“Baiklah, itu benar.”
Keduanya tertawa.
“Apa kau sedang libur?” Tanya Shikamaru.
“Tentu saja tidak. Karena seseorang terus memberikanku misi yang merepotkan, aku tak
punya hari libur dalam setengah tahun ini, kau tahu. Aku akan pergi melaksanakan misi
siang nanti.”
‘Seseorang’ itu tentu saja, Shikamaru.
“Itu adalah misi-misi yang kupilih demi kepentinganmu, jadi berhenti mengeluh.”
“Tapi aku masih ingin istirahat sebentaaaaar saja.”
“Kau diawasi sebagai kandidat Hokage selanjutnya. Terlalu penting waktu yang kau
gunakan untuk istirahat. Lebih bersadar dirilah, Naruto.”
“Aku mengerti… tapi hanya satu-“
“Tidak ada tapi-tapian” Ucap Shikamaru, seperti memarahi anak kecil. “Semua orang di
desa menyetujuimu. Tapi karena mereka setuju maka kau harus melaksanakan misi yang
lebih banyak lagi, jadi orang-orang akan berpikir ‘aah, apa yang akan kami lakukan jika
Naruto tidak disini’. Sudah dua tahun sejak perang berakhir, kau tak dapat berpikir naïf
bahwa persetujuan semua orang akan terjamin dengan tindakanmu waktu itu.”
“Baiklah, baiklah…” Naruto sedikit cemberut sebelum melakukan peregangan. “Perutku
penuh, jadi kupikir aku akan pulang dan tidur sebentar.”
Shikamaru menyipitkan mata ke arahnya. “Jangan tidur terlalu lama.”
“Tidak akan” Naruto tertawa karena wajah seriusnya, dan kembali berjalan.
“Oi, Naruto.” Shikamaru memanggilnya.
“Apa?” Naruto berbalik.
“Kau adalah pria yang akan menjadi Hokage. Jangan lupakan itu.”
“Aku tidak akan menarik kembali kata-kataku,” janji Naruto. “Itulah jalan ninjaku.”
“Tak akan menarik kata-katamu.” Shikamaru berhenti sejenak. “Juga jalan ninjaku.”
“Yeah.” Naruto mengangkat tangan kanannya dan melambai, kemudian berbalik untuk
kembali berjalan.
Setelah melihat punggungnya sebentar, Shikamaru berbalik untuk menjalani jalannya juga.
“Aku pasti akan menjadikanmu Hokage.”
Shikamaru sudah sejak lama memutuskan bahwa ia takkan menarik kembali kata-kata itu.
–
“Aku membuat kalian menunggu, huh.”
Shikamaru menujukan kalimat itu pada Rou dan Soku.
Misi kali ini melibatkan penyusupan ke sebuah negara dan juga membunuh target. Itu
bukanlah hal yang dapat dilakukan sepenuhnya dibawah radar. Itulah mengapa mereka
berdua tidak menggunakan topengnya.
“Kita memiliki beberapa objek misi.” Ucap Shikamaru. “Memeriksa situasi di Negeri Sunyi.
Mencari Sai dan 10 Anbu yang hilang kontak. Namun prioritas utamanya adalah
membunuh pria bernama Gengo.”
Keduanya mengangguk dalam diam.
Kakashi tidak datang untuk melihat mereka pergi. Hanya ketiga shinobi itu yang berada di
dekat gerbang belakang yang tertutup. Gerbang itu tersembunyi diantara pepohonan di
dasar bukit. Daripada terlihat cerah, gerbang itu lebih terlihat lembab dan suram.
“Ah baiklah, karena kita akan menjalani misi pembunuhan, maka kita harus memastikan
tidak ada pemantauan…” Lubang hidung Rou melebar saat menekankan kata ‘pemantauan’.
Shikamaru menatapnya, bingung dengan apa yang dimaksud.
“Leluconmu sangat terasa datar, kau tahu.” Soku memberitahu Rou.
Pria itu tampak kebingungan, keringat mengalir di dahinya karena malu.
“Dia mencoba untuk membuat lelucon, kau tahu.” Soku menjelaskan pada Shikamaru
dengan ekspresi ‘aku minta maaf soal ini’ di wajahnya. “Kau tadi bicara tentang memeriksa
situasi, dan karena memeriksa memiliki arti yang sejenis dengan memantau, ia membuat
lelucon tentang pembunuhan yang kita lakukan agar tidak terpantau, karena ini
merupakan rahasia… Pada dasarnya, pria tua ini cenderung membuat lelucon seperti itu,
baik sekarang maupun nanti, jadi ada baiknya untuk berhati-hati, kau tahu.”
Shikamaru menelan keinginannya untuk membuat balasan yang jenaka, dan berdehamn
mencoba untuk mengembalikan suasana yang serius.
“Ketika kita melewati gerbang, kita langsung berlari, oke?”
“Kami sudah tahu itu, kau tahu.” Soku menjawab dengan riang.
Rou, yang wajahnya memerah karena malu, juga memberi anggukan.
“Baiklah kalau begitu, ayo.”
Dan dengan itu, ketiganya mendorong dan membuka gerbang belakang.
Bersambung…
Shikamaru Hiden, Chapter 7
–
Temari berdiri di belakang Gaara, melihat rambut crimson-nya yang bergoyang tertiup
angin. Saat melihatnya, ia berpikir pada dirinya betapa adiknya telah tumbuh menjadi
orang yang hebat.
Mereka berdiri di atas sebuah bukit, melihat pemandangan indah Suna dari atas. Orang-
orang di desa menyebutnya “tempat membaca angin” karena angin tak pernah
berhenti berhembus di atas sini, sepanjang tahun. Temari tahu bahwa hanya Gaara lah
yang datang kemari untuk menikmati pemandangan desa meskipun angin berhembus
kencang.
“Apa kau membutuhkan sesuatu, nee-san?” Tanya Gaara. Ia menolehkan kepalanya
untuk melihat Temari, dan Temari dapat melihat huruf kanji Ai yang berarti ‘Cinta’ tertato
di dahinya.
Beberapa tahun lalu, siapapun yang mendengar nama “Gaara”, akan bergidik
ketakutan. Tapi lihatlah adik kecilnya sekarang. Ia merupakan pemimpin Suna,
dan menjadi orang yang berpengaruh dalam aliansi yang mempersatukan seluruh shinobi.
Gaara telah menjadi seseorang yang sangat dibutuhkan di Dunia Shinobi.
Itu semua berkat Naruto.
Gaara memiliki bijuu dalam tubuhnya sejak lahir, sepanjang masa kecilnya. Ia
dulu meyakini satu hal: “mencintai diri sendiri” dan menjadikan seluruh dunia musuhnya,
tak membiarkan seseorang pun mendekatinya. Gaara yang dulu tak pernah membiarkan
kakak perempuannya, Temari, atau kakak laki-lakinya, Kankurou, mendekati apalagi
memasuki hatinya. Meskipun ia tak menyatakan hal itu terang-terangan, seluruh tubuhnya,
sikapnya saat kehilangan dirinya, yang bergolak haus akan darah, semua yang ia lakukan
men–transmisi-kan kata-kata itu dengan jelas.
Naruto adalah satu-satunya yang mampu menggapai Gaara.
Naruto tak bisa mengabaikan Gaara begitu saja, bukan saat ia merupakan jinchuuriki yang
hidup dengan kehidupan yang sama sepertinya. Setelah bertukar serangan dalam
pertempuran yang melewati batas manusia normal, keduanya perlahan memahami satu
sama lain. Saat bijuu dalam tubuh Gaara dikeluarkan oleh Akatsuki dan ia berada
pada ambang kematian, Naruto memompakan chakranya sebanyak mungkin pada
Gaara, tanpa ragu sedikitpun. Gaara telah menganggapnya sebagai ‘teman’.
Gaara telah berubah sejak ia bertemu Naruto, sifat Gaara yang dingin lenyap. Cara
ia berbicara dan memperlakukan Temari dan Kankurou berubah. Sikapnya pada desa
berubah. Perasaannya kepada semua orang di desa berubah.
Dan pada akhirnya, Gaara diakui oleh semua orang.
Temari sangat berterima kasih pada Naruto karena hal itu. Ia berpikir bahwa desa
Konohamerupakan desa yang menyenangkan. Penduduk desa mereka
memiliki kebanggaan yang besarsebagai shinobi, dan sebagian besar dari mereka
merupakan orang-orang yang berpikir logis.
Tiba-tiba, wajah pria itu melintas di pikirannya. Ada rasa sakit yang menyengat dada
Temari, dan dengan kesal ia mendecakkan lidahnya.
“Apa ada masalah, neesan?”
“Eh? Tidak…”
Gaara menatap ke arahnya, memandang dengan khawatir. Temari dapat
merasakankekhawatirannya yang besar, dan ia mengalihkan pandangan darinya.
Di desa Suna air selalu kering. Karena berada di tengah-tengah gurun, desa itu tak pernah
dituruni hujan. Pasir selalu bercampur dengan angin.
“Ada butiran debu yang masuk ke mataku, itu saja.”
“Itu hal yang langka.” Gaara berkata dengan lembut. “Hal itu tak biasa terjadi
padamu,neesan.”
“I- iya, benar…”
Orang-orang yang terlahir di Suna secara alami beradaptasi dengan pasir dan
anginnya, mereka terbiasa menghadapi hal tersebut. Meskipun saat badai pasir, tak
seorang ninja Suna pun yang matanya akan terasa perih karena pasir.
Kalimat Temari tentang ‘butiran debu memasuki matanya’ jelas-jelas adalah
sebuah kebohongan dan alasan.
“Shikamaru…” Gaara tiba-tiba menyebukan nama pria itu, dan Temari sedang lengah
sehingga ia tak dapat menahan dirinya yang menjadi kaku.
Meskipun tubuh kakaknya menjadi kaku layaknya sedang menghadapi musuh, Gaara tak
mengatakan apapun tentang sikap tubuhnya yang tiba-tiba itu, dan berbicara seolah tak
terjadi apa-apa.
“Aku merasa belakangan ini ia bersikap aneh. Terakhir aku melihatnya di Markas
Besar, tampaknya hatinya tak berada dalam tindakannya. Aku merasa ia bekerja terlalu
keras.”
“Kau berpikir begitu juga, huh.” Ucap Temari.
Gaara mengangguk. “Dulu aku tak peduli terhadap orang lain, namun sekarang aku sangat
berhati-hati dalam memperhatikan penampilan dan sikap orang lain. Mungkin karena
itulah aku peka terhadap pergerakan hati seseorang.”
Tentu saja, adik laki-lakinya pada dasarnya adalah orang yang sangat serius. Sekali ia
yakin bahwa ia harus melakukan sesuatu, ia akan melakukannya dengan bersungguh-
sungguh. Itu semua karena ia telah membuka hati sepenuhnya terhadap orang lain.”
Bukanlah hal yang mengejutkan jika adiknya dapat menyadari berubahan kecil dari sikap
Shikamaru ketika ia sangat berhati-hati dalam membaca sikap orang lain.
“Ia menyembunyikan sesuatu.”
“Mm…” Temari bersuara tanda setuju.
“Ia merupakan orang yang paling serius memikirkan seluruh masa depan Persatuan
dan shinobi dari yang lain.” Ucap Gaara. “Aku yakin ia tak akan melakukan hal
yang membahayakan Persatuan.”
Gaara merujuk pada fakta bahwa setiap desa yang berpartisipasi dalam Persatuan
Shinobi memiliki kewajiban untuk melaporkan setiap masalah baik di luar maupun di
dalam yurisdiksi mereka. Ia juga merujuk pada fakta bahwa ia dan Temari menyadari
Shikamaru enggan melaporkan situasi yang terjadi di Konoha. Situasi apapun
yang membuatnya bertindak seperti itu adalah situasi yang tampaknya mempengaruhi
seluruh desa shinobi.
“Apa kau tau apa yang kira-kira ia sembunyikan, neesan?”
“Aku harap aku tahu.”
Wajar jika Gaara bertanya padanya. Temari adalah orang yang paling sering bekerja
sama dengan Shikamaru dalam Persatuan Shinobi.
“Bukannya aku tak memiliki pemikiran tentang hal itu…” Ucap Temari. “Hanya saja aku tak
yakinapakah aku benar.”
Gaara mengangguk, mendengar dalam diam.
“Ia sedang serius menyelidiki shinobi yang hilang dalam perang, dan kasus missing-nin
yang baru-baru ini terjadi.”
Setelah Temari menjawab, Gaara mengalihkan pandangannya dan menatap ke arah desa
lagi. Sebuah alur muncul diantara alisnya.
Ia sedang berpikir.
Angin tiba-tiba berhembus. Butiran pasir menggores dahi mereka, rasa sakit yang terasa
familiar.
“Mari kita tanyakan pada Naruto.” Gaara bergumam. “Bersediakah kau, neesan?”
“Baiklah.” Temari terkejut dengan betapa cemasnya suara yang ia dengar.
“Tentu saja, kau juga harus bertanya pada Kakashi, tapi ia pasti akan enggan menjawab,
jadi pertama-tama tanyakan pada Naruto tentang Shikamaru.” Ucap Gaara, “Jika ternyata
Shikamaru sedang berada dalam situasi berbaya, maka kita paling tidak harus mencoba
menyelamatkannya dengan segala kekuatan yang kita miliki. Jika kau
merasa membutuhkan shinobi Suna, bawalah mereka sebanyak yang kau butuhkan.”
“…Shikamaru adalah shinobi dari Konoha, kau tahu?”
“Kita sudah lama melewati era dimana kita mempedulikan tentang ‘Shinobi Suna’
atau ‘Shinobi Konoha’. Ia adalah pria yang penting dalam Persatuan shinobi. Wajar jika kita
harus membantunya.”
“…Terima kasih.”
“Ini bukan sesuatu yang perlu kau terima kasihkan padaku, neesan.”
Setetes air mata yang berhasil lolos mengalir di pipi Temari. Menyekanya dengan tak sabar,
ia melihat ke arah adiknya dengan seringai yang lebar.
“Entah kenapa, hari ini butiran pasir terus-menerus masuk ke mataku.”
*
“Hey Sakura-chan, apa kau mendengar?” Naruto bertanya dengan kesal, menyandarkan
sikunya pada tumpukan buku yang menumpuk setinggi dadanya. Ia sedang berbicara pada
punggung Sakura saat ia sedang bergegas menelusuri rak buku yang memanjang menutupi
dinding.
“Kau tahu, Sai tidak tampak di sekitar kita sudah sebulan lebih, dan Shikamaru tiba-
tiba berubah menjadi sangat dingin dan kaku terhadapku. Hey, apa kau pikir
dia menyembunyikan sesuatu dariku?”
“Aku tidak tahu!”
Suara jengkel Sakura membuat Naruto mengerenyit.
“Bagaimana dengan misimu?”
“Sudah berakhir hari ini.”
“Kalau begitu cepatlah pergi ke Ichiraku, makan ramen, pulang, dan tidur!”
“Apaaaaaa, tapi sudah lama kau tidak ke Kediaman Hokage. Akhirnya kau muncul
juga… Kau bersikap sangat dingin sebagai anggota tim 7.”
Sakura berbalik dengan marah menghadap ke arah temannya yang memasang wajah
cemberut.
“Sekarang aku sedang kewalahan bekerja dengan Nona Tsunade dalam mengembangkan
sebuah sistem untuk jutsu medis, begitu juga bekerja dalam struktur sistem Persatuan
Shinobi. Aku harus mempelajari dokumen yang tersisa dari Nona Tsunade ketika ia masih
menjabat sebagai Hokage! Aku tidak punya waktu! Aku tidak bisa mendengarkan gosipmu!
Mengerti?”
Terengah, ia berbalik menghadap rak-rak buku.
“Lagipula, belakangan ini kau sering keluar dengan Hinata, kan? Bukankah lebih baik
kau pergi dan mengobrol dengannya yang mau mendengarkanmu daripada
menggangguku?”
“Apa? Kau cemburu?”
Sakura berbalik dengan ekspresi marah, memberikan tinjunya ke kepala Naruto.
“Tentu saja tidak! Aku memutuskan untuk menunggu Sasuke-kun, kau tahu!”
“I- iya nyonya…” Naruto menjawab. Tiba-tiba matanya menunjukkan keseriusan,
dan Sakura yang menyadari, memperhatikan apa yang dikatakannya.
“Tapi belakangan ini, kau tahu, aku punya perasaan yang sangat buruk.”
“Apa Kyuubi membuat kehebohan?”
Kyuubi masih berada dalam tubuh Naruto. Dan juga terdapat sebagian kekuatan dari 8
bijuu di dalam tubuhnya. Maka dari itu, kau bisa mengatakan bahwa ia merupakan pilar
dari kekuatan Juubi.Dalam perang lalu, Obito telah menjadi pilar dari Juubi dan
memperoleh chakra yang menyaingi Rikudou Sennin. Naruto yang telah mengambil bijuu
ke dalam tubuhnya, memiliki sebagian kekuatan Sage hingga kini. ‘Perasaan buruk’-nya
berbeda dengan manusia normal, dan Sakura juga mengetahui hal itu.
“Apa kau tidak merasa salah menilai?”
“Kau jahat, tidak percaya sama sekali dengan penilaianku…” Naruto bergumam,
menjatuhkan dirinya ke lantai merajuk.
“Karena sudah sepantasnya kau khawatir, makanya tidak ada yang bisa kau lakukan. Baik
Saimaupun Shikamaru mereka adalah shinobi yang hebat. Meskipun mereka
akhirnya menghadapi situasi dimana mereka membutuhkanmu, mereka akan memintanya.
Dan jika tidak, maka Hokage akan memintamu untuk menyelamatkan mereka.”
“Ehhh, aku tak yakin Kakashi-sensei tahu kapan saat itu tiba.”
“Kau jauh lebih buruk dari dia!” Sakura meledak, menendang tulang keringnya. Naruto
menggerakkan kakinya, berusaha menjaga jarak.
“Berhenti membicarakan hal yang tak bisa kau bantu, dan konsentrasilah pada misimu.
Itulah yang Sai dan Shikamaru inginkan darimu. Terutama Shikamaru. Ia bekerja keras
dalam Persatuan shinobi dan desa agar kau dapat menjadi Hokage! Jangan biarkan semua
itu menjadi sia-sia.”
“Aku tau mereka melakukan itu untukku… tapi itulah mengapa aku khawatir, kau tahu.”
Sakura menghelas nafas.
“Kuatkan dirimu. Mereka adalah teman-teman yang mempercayaimu selama ini, mereka
tak akan mati sia-sia.”
“Jangan berkata hal yang menakutkan tentang kematian!”
“Oh, demi apapun! Aku berkata satu hal kau sedih, aku berkata hal lain kau masih sedih!
Kausangat menyusahkan-ttebayo!” Sakura menggunakan frase yang biasa digunakan
Naruto padanya. “Pulanglah dan tidur!”
Sakura melempar Naruto keluar ruangan.
Bersambung…
Shikamaru Hiden, Chapter 8
–
Negeri Sunyi
Tim Shikamaru berlari selama tiga hari tak peduli siang atapun malam, sebelum
mereka akhirnya tiba di Negeri Sunyi.
Negeri Sunyi merupakan Negara yang relatif kecil, terletak menghadap bagian barat
kontinen. Sebagian besar dari negara itu dikelilingi oleh pegunungan dan hutan, dan
dataran utamanya dihiasi oleh tanah lapang. Tak ada satupun kota di dataran itu yang
luasnya mendekati kota manapun di Negara Api. Negeri Sunyi akan lebih terasa seperti
pedesaan yang sederhana bahkan bagi tiga pendiri Konoha.
Ibukota negara itu, Desa Tirai, terletak hampir di tengah-tengah Negara. Sejak mereka
menyelinap masuk dari batas negara, Shikamaru dan timnya secara konstan berlari
melewati bukit dan lembah. Saat mereka mencapai Desa Tirai, terhitung sudah empat hari
sejak mereka meninggalkan Konoha.
Meskipun negara itu merupakan negara yang miskin, ibukotanya masih memiliki
kemegahan layaknya kota besar. Ketika seluruh desa di negara itu memiliki rumah dengan
atap jerami, rumah terkecil di ibukota itu beratap genting. Terdapat banyak bangunan yang
dibuat menggunakan beton bertulang, dan jalanan yang bersih dan tertata rapi. Jalanan
yang tersebar di desa memiliki bentuk yang sama seperti jaring laba-laba, meluas
melingkar dari tengah kota. Ruang-ruang kecil dipisahkan oleh jalan, rumah, dan
apartemen yang berbaris berdampingan.
Sebuah bangunan yang sangat besar didirikan di tengah kota. Jika dilihat dari kejauhan,
bangunan ini merupakan satu-satunya yang mecolok diantara bangunan lain. Gedung itu
tingginya sekitar 10 lantai, dengan atap berwarna crimson, dan di tepi kiri dan kanan atap
terdapat dua patung singa berwarna emas.
“Ahh, ini pasti merupakan istana negara yang kita cari.”
“Tidak perlu terdengar begitu puas karena menyatakan hal yang sudah jelas, kau tahu.”
Shikamaru setengah mengawasi istana itu, setengah mendengarkan pembicaraan Rou
dan Soku saat mereka melewati jalan utama.
Tentu saja, mereka telah mengganti jaket pelindung Konoha mereka.
Sebagaimana budaya setiap negara yang berbeda, begitu pula dengan pakaian. Rou dan
Soku menyarankan agar mereka sebaiknya mendapatkan pakaian lokal sehingga mereka
tak tampak mencolok selama penyusupan, dan Shikamaru menurut karena pengalaman
mereka sebagai Anbu. Sepanjang jalan kota itu, mereka akan berhenti di mansion yang
tampak dimiliki oleh orang yang sangat kaya yang dapat mereka temukan dan
mendapatkan pakaian untuk mereka bertiga.
Pakaian yang dipakai orang-orang di Negeri Sunyi sangat sederhana, tanpa pola-pola
tertentu. Atasannya merupakan jubah uwagi**, yang menutupi sekitar dada dan diikat
menggunakan sabuk kain. Dari pinggang ke bawah menggunakan hakama** yang
lebar, dengan bagian bawah celanamereka dimasukkan ke dalam sepatu boot
bertali yang tingginya sebetis.
Warna pakaiannya juga tampak aneh seperti desainnya. Semua orang yang berjalan di Desa
Tirai itu menggunakan warna hitam atau coklat atau abu-abu. Bahkan pertokoan di
sepanjang jalan itu tidak memiliki lampu penerangan atau papan neon, iklan-iklan mereka
tampak membosankan dan suram.
Tak ada satupun hal yang tampak terang dapat ditemukan di seluruh kota itu.
“Apakah anda menyadarinya, Shikamaru-dono?” Rou bertanya dari posisinya di depan.
Shikamaru berdesakan di antara dua Anbu. Rou berjaga di bagian depan.
Pertanyaan pria itu sangat samar. Ia tidak merincikan apa yang seharusnya Shikamaru
telah sadari, jadi tidak ada cara untuk menjawabnya.
“Kita belum melihat satupun pelayan Daimyou.” Rou menjelaskan.
“Itu benar.” Shikamaru menyetujuinya.
Sembari berbincang, mereka menuju ke arah istana. Tidak ada maksud untuk
melaksanakan operasi itu sekarang, namun hanya mengikuti orang-orang sekitar yang
berjalan menuju bangunan terbesar itu. Shikamaru tentu saja tidak berkeinginan untuk
terburu-buru atau gegabah dan mempertaruhkan misi menjadi lebih buruk.
“Semua orang yang kita lihat di jalan sejauh ini adalah penduduk Negara. Sangat aneh jika
kita tak melihat satupun pelayan.”
Pengamatan Rou tepat sasaran.
Pemimpin-pemimpin negara di kontinen mereka, tanpa pengecualian, selalu merupakan
Daimyou. Persatuan antara Dunia Shinobi berjalan dengan baik, namun shinobi sama sekali
tak pernah berada dalam kepemimpinan politik. Dan Daimyou selalu tinggal di ibukota
Negara mereka, dengan tempat tinggal mereka yang dibanjiri oleh petugas yang melayani
mereka.
Pelayan-pelayan itu membedakan diri mereka dengan penduduk lainnya dengan bangga,
dari pakaian mereka yang berwarna-warni hingga perilaku mereka yang sombong dan
arogan. Mereka selalu sibuk di kota dimana Daimyou mereka tinggal, berkelana di daerah
sekitar untuknya.
Dan lagi, mereka tidak mendapati seorang pelayan pun.
“Kemungkinan disini memang tidak terdapat Daimyou.” Gumam Soku.
Itu mungkin merupakan keadaannya. Negara kecil terkadang memiliki keadaan dimana
penduduk menampakkan seolah-olah terdapat Daimyou, namun sebenarnya mereka
mengurus masalah mereka sendiri.
Tapi negara ini berbeda. Shikamaru sangat yakin akan hal itu.
Ia berbalik ke arah Soku, matanya melirik istana yang baru saja mereka lewati di belakang
mereka.
“Pesan Sai menyebutkan dengan jelas bahwa negara ini dikontrol oleh pria
bernama Gengo.”
“Tapi kemungkinan ia bukan seorang Daimyou, kau tahu.”
“Kau mendapatkan intinya.” Saat Shikamaru mengatakan hal itu, pandangannya jatuh ke
arah seorang pria yang berjalan di depan kelompoknya.
Ia mengenakan jubah hitam panjang dan memiliki mata yang tajam. Pakaiannya mencolok
diantarahakama dan uwagi yang digunakan oleh penduduk lainnya.
Desainnya mengingatkan Shikamaru pada jubah Akatsuki, meskipun pada pakaian pria ini
tak terdapat gambar awan merah, atau kerah tinggi yang menutupi mulutnya. Tak terdapat
lapisan ataupun pengikat ditengahnya, hanya ada lima buah kancing besar berwarna silver.
“Lihat pria di depan kita? Kita sudah melihat beberapa orang lainnya
berpakaian sepertinya. Apakau merasa teringat akan sesuatu saat melihat mereka?” Tanya
Shikamaru.
“Saya juga menyadarinya, Shikamaru-dono.”
“Bukankah seseorang normalnya menunggu sesaat daripada langsung menyetujui
sesuatu…?”Tanya Soku.
“Pakaian itu.
.
.bagaimanapun pakaian itu menjadi target.” Rou membuat satu lagi lelucon buruknya.
“Kami ingin kau diam, kau tahu.” Soku mengerang.
Mengabaikan gurauan mereka, Shikamaru lanjut berbicara.
“Rou, bagaimana dengan pria di sebelah sana? Apa kau tidak merasa ia terlihat familiar?”
Setelah Shikamaru berbicara, ia menolehkan kepalanya sedikit ke arah rumah teh di
jalanan yang ramai itu.
Rou menoleh untuk melihat ke arah yang Shikamaru maksud.
“Itu…Itu tidak mungkin…”
“Eh? Ada apa? Aku tak mengerti apa yang kalian sibuk bicarakan daritadi, kau tahu…”
“Jadi aku benar.” Shikamaru berkata dengan muram. “Aku terus merasa bahwa wajah
orang itu terlihat familiar.”
Ia dan Rou melihat ke arah pria yang menduduki bangku panjang di depan rumah teh dan
sedang meminum teh. Ia juga menggunakan jubah panjang yang mencolok.
Saat mereka melihatnya, pria itu memanggil pemilik rumah teh, dan penjaga toko segera
keluar dari dalam rumah teh itu, membungkuk berkali-kali dan memuji-muji serta
meminta maaf kepada pria itu.
Tingkah seperti itulah yang biasa dilakukan penduduk kepada pelayan Daimyou.
“Dia seharusnya merupakan Anbu,” ucap Rou terhenyak. “Namanya adalah Minoichi.”
“Pria itu…”
“Seharusnya merupakan yang hilang saat perang, kan?” Tebak Soku, menyelesaikan
kalimat Shikamaru.
Ketiga dari mereka terus berjalan melewati rumah teh, berhati-hati agar pemantauan
mereka terhadap Minoichi tidak disadari.
Shikamaru hiden
Shikamaru hiden
Shikamaru hiden
Shikamaru hiden
Shikamaru hiden
Shikamaru hiden
Shikamaru hiden
Shikamaru hiden
Shikamaru hiden
Shikamaru hiden
Shikamaru hiden
Shikamaru hiden
Shikamaru hiden
Shikamaru hiden
Shikamaru hiden
Shikamaru hiden
Shikamaru hiden
Shikamaru hiden
Shikamaru hiden
Shikamaru hiden
Shikamaru hiden
Shikamaru hiden
Shikamaru hiden
Shikamaru hiden
Shikamaru hiden
Shikamaru hiden
Shikamaru hiden
Shikamaru hiden
Shikamaru hiden
Shikamaru hiden
Shikamaru hiden
Shikamaru hiden
Shikamaru hiden
Shikamaru hiden
Shikamaru hiden
Shikamaru hiden
Shikamaru hiden
Shikamaru hiden
Shikamaru hiden
Shikamaru hiden
Shikamaru hiden
Shikamaru hiden
Shikamaru hiden
Shikamaru hiden
Shikamaru hiden
Shikamaru hiden
Shikamaru hiden
Shikamaru hiden
Shikamaru hiden
Shikamaru hiden
Shikamaru hiden
Shikamaru hiden
Shikamaru hiden
Shikamaru hiden
Shikamaru hiden
Shikamaru hiden
Shikamaru hiden
Shikamaru hiden
Shikamaru hiden
Shikamaru hiden
Shikamaru hiden
Shikamaru hiden
Shikamaru hiden
Shikamaru hiden
Shikamaru hiden
Shikamaru hiden
Shikamaru hiden
Shikamaru hiden
Shikamaru hiden
Shikamaru hiden
Shikamaru hiden
Shikamaru hiden
Shikamaru hiden
Shikamaru hiden
Shikamaru hiden
Shikamaru hiden
Shikamaru hiden
Shikamaru hiden
Shikamaru hiden
Shikamaru hiden
Shikamaru hiden
Shikamaru hiden
Shikamaru hiden
Shikamaru hiden
Shikamaru hiden
Shikamaru hiden
Shikamaru hiden
Shikamaru hiden
Shikamaru hiden
Shikamaru hiden
Shikamaru hiden
Shikamaru hiden
Shikamaru hiden

More Related Content

What's hot

What's hot (20)

Makalah Nemathelminthes
Makalah NemathelminthesMakalah Nemathelminthes
Makalah Nemathelminthes
 
Bryophyta & pteridophyta
Bryophyta & pteridophyta Bryophyta & pteridophyta
Bryophyta & pteridophyta
 
Kelompok 4 sub phylum chepalocordata
Kelompok 4 sub phylum chepalocordataKelompok 4 sub phylum chepalocordata
Kelompok 4 sub phylum chepalocordata
 
Struktur fungsi dan perkembangan akar
Struktur  fungsi dan perkembangan akarStruktur  fungsi dan perkembangan akar
Struktur fungsi dan perkembangan akar
 
Annelida
Annelida Annelida
Annelida
 
Botani 4 Batang
Botani 4 BatangBotani 4 Batang
Botani 4 Batang
 
Perkembangbiakan pada manusia dan hewan
Perkembangbiakan pada manusia dan hewanPerkembangbiakan pada manusia dan hewan
Perkembangbiakan pada manusia dan hewan
 
Imunokimia - Biokimia
Imunokimia - BiokimiaImunokimia - Biokimia
Imunokimia - Biokimia
 
Lumut hati-hepaticopsida
Lumut hati-hepaticopsidaLumut hati-hepaticopsida
Lumut hati-hepaticopsida
 
Gastrula
GastrulaGastrula
Gastrula
 
Xmia4 pyrrophyta
Xmia4 pyrrophytaXmia4 pyrrophyta
Xmia4 pyrrophyta
 
Protozoa [Protista Mirip Hewan]
Protozoa [Protista Mirip Hewan]Protozoa [Protista Mirip Hewan]
Protozoa [Protista Mirip Hewan]
 
Bab 4 reproduksi sel kelas XII SMA IPA
Bab 4  reproduksi sel kelas XII SMA IPABab 4  reproduksi sel kelas XII SMA IPA
Bab 4 reproduksi sel kelas XII SMA IPA
 
Presentasi sistem-reproduksi-manusia
Presentasi sistem-reproduksi-manusiaPresentasi sistem-reproduksi-manusia
Presentasi sistem-reproduksi-manusia
 
Lumut daun
Lumut daunLumut daun
Lumut daun
 
Hewan mamalia
Hewan mamaliaHewan mamalia
Hewan mamalia
 
Amphibia (Binatang Amphibi)
Amphibia (Binatang Amphibi)Amphibia (Binatang Amphibi)
Amphibia (Binatang Amphibi)
 
Tumbuhan air materi alga
Tumbuhan air materi algaTumbuhan air materi alga
Tumbuhan air materi alga
 
Xmia5 phyrrophyta
Xmia5 phyrrophytaXmia5 phyrrophyta
Xmia5 phyrrophyta
 
Bab 8. Morfologi, anatomi, sifat, karakteristik amfibi
Bab 8.  Morfologi, anatomi, sifat, karakteristik amfibiBab 8.  Morfologi, anatomi, sifat, karakteristik amfibi
Bab 8. Morfologi, anatomi, sifat, karakteristik amfibi
 

More from yoza fitriadi

Ketika mas gagah pergi
Ketika mas gagah pergiKetika mas gagah pergi
Ketika mas gagah pergiyoza fitriadi
 
Kalender Kerja Program Kesiswaan SMK S3 Idhata Curup 2015-2016
Kalender Kerja Program Kesiswaan SMK S3 Idhata Curup 2015-2016Kalender Kerja Program Kesiswaan SMK S3 Idhata Curup 2015-2016
Kalender Kerja Program Kesiswaan SMK S3 Idhata Curup 2015-2016yoza fitriadi
 
Peraturan bsnp-no-0034-pos-un-tp-2015-2016
Peraturan bsnp-no-0034-pos-un-tp-2015-2016Peraturan bsnp-no-0034-pos-un-tp-2015-2016
Peraturan bsnp-no-0034-pos-un-tp-2015-2016yoza fitriadi
 
Juknis pendataan-peserta-un-tahun-2016
Juknis pendataan-peserta-un-tahun-2016Juknis pendataan-peserta-un-tahun-2016
Juknis pendataan-peserta-un-tahun-2016yoza fitriadi
 
Informasi lomba 2016
Informasi lomba 2016Informasi lomba 2016
Informasi lomba 2016yoza fitriadi
 
4525 kst-tata busana
4525 kst-tata busana4525 kst-tata busana
4525 kst-tata busanayoza fitriadi
 
4418 kst-akomodasi perhotelan
4418 kst-akomodasi perhotelan4418 kst-akomodasi perhotelan
4418 kst-akomodasi perhotelanyoza fitriadi
 
Pedoman ukk2016 13-1_2016
Pedoman ukk2016 13-1_2016Pedoman ukk2016 13-1_2016
Pedoman ukk2016 13-1_2016yoza fitriadi
 
Kisi kisi-ujian-nasional-2016-smk
Kisi kisi-ujian-nasional-2016-smkKisi kisi-ujian-nasional-2016-smk
Kisi kisi-ujian-nasional-2016-smkyoza fitriadi
 

More from yoza fitriadi (11)

Bioteknologi
BioteknologiBioteknologi
Bioteknologi
 
Ketika mas gagah pergi
Ketika mas gagah pergiKetika mas gagah pergi
Ketika mas gagah pergi
 
Kalender Kerja Program Kesiswaan SMK S3 Idhata Curup 2015-2016
Kalender Kerja Program Kesiswaan SMK S3 Idhata Curup 2015-2016Kalender Kerja Program Kesiswaan SMK S3 Idhata Curup 2015-2016
Kalender Kerja Program Kesiswaan SMK S3 Idhata Curup 2015-2016
 
Peraturan bsnp-no-0034-pos-un-tp-2015-2016
Peraturan bsnp-no-0034-pos-un-tp-2015-2016Peraturan bsnp-no-0034-pos-un-tp-2015-2016
Peraturan bsnp-no-0034-pos-un-tp-2015-2016
 
Juknis pendataan-peserta-un-tahun-2016
Juknis pendataan-peserta-un-tahun-2016Juknis pendataan-peserta-un-tahun-2016
Juknis pendataan-peserta-un-tahun-2016
 
Informasi lomba 2016
Informasi lomba 2016Informasi lomba 2016
Informasi lomba 2016
 
4525 kst-tata busana
4525 kst-tata busana4525 kst-tata busana
4525 kst-tata busana
 
4418 kst-akomodasi perhotelan
4418 kst-akomodasi perhotelan4418 kst-akomodasi perhotelan
4418 kst-akomodasi perhotelan
 
3014 kst-kesehatan
3014 kst-kesehatan3014 kst-kesehatan
3014 kst-kesehatan
 
Pedoman ukk2016 13-1_2016
Pedoman ukk2016 13-1_2016Pedoman ukk2016 13-1_2016
Pedoman ukk2016 13-1_2016
 
Kisi kisi-ujian-nasional-2016-smk
Kisi kisi-ujian-nasional-2016-smkKisi kisi-ujian-nasional-2016-smk
Kisi kisi-ujian-nasional-2016-smk
 

Recently uploaded

IDMPO : SITUS TARUHAN BOLA ONLINE TERPERCAYA, KEMENANGAN DI BAYAR LUNAS Arnet...
IDMPO : SITUS TARUHAN BOLA ONLINE TERPERCAYA, KEMENANGAN DI BAYAR LUNAS Arnet...IDMPO : SITUS TARUHAN BOLA ONLINE TERPERCAYA, KEMENANGAN DI BAYAR LUNAS Arnet...
IDMPO : SITUS TARUHAN BOLA ONLINE TERPERCAYA, KEMENANGAN DI BAYAR LUNAS Arnet...Neta
 
Lim4D Link Daftar Situs Slot Gacor Hari Ini Terpercaya Gampang Maxwin
Lim4D Link Daftar Situs Slot Gacor Hari Ini Terpercaya Gampang MaxwinLim4D Link Daftar Situs Slot Gacor Hari Ini Terpercaya Gampang Maxwin
Lim4D Link Daftar Situs Slot Gacor Hari Ini Terpercaya Gampang MaxwinLim4D
 
STD BAB 6 STATISTIKA kelas x kurikulum merdeka
STD BAB 6 STATISTIKA kelas x kurikulum merdekaSTD BAB 6 STATISTIKA kelas x kurikulum merdeka
STD BAB 6 STATISTIKA kelas x kurikulum merdekachairilhidayat
 
Bento88slot Situs Judi Slot Terbaik & Daftar Slot Gacor Mudah Maxwin
Bento88slot Situs Judi Slot Terbaik & Daftar Slot Gacor Mudah MaxwinBento88slot Situs Judi Slot Terbaik & Daftar Slot Gacor Mudah Maxwin
Bento88slot Situs Judi Slot Terbaik & Daftar Slot Gacor Mudah MaxwinBento88slot
 
Nila88 : Situs Slot Gacor Scatter Hitam Mahjong & Link Slot Resmi Hari Ini
Nila88 : Situs Slot Gacor Scatter Hitam Mahjong & Link Slot Resmi Hari IniNila88 : Situs Slot Gacor Scatter Hitam Mahjong & Link Slot Resmi Hari Ini
Nila88 : Situs Slot Gacor Scatter Hitam Mahjong & Link Slot Resmi Hari IniNila88
 
MONITORING DAN EVALUASI PROGRAM PPI CILOTO oke.pp...............................
MONITORING DAN EVALUASI PROGRAM PPI CILOTO oke.pp...............................MONITORING DAN EVALUASI PROGRAM PPI CILOTO oke.pp...............................
MONITORING DAN EVALUASI PROGRAM PPI CILOTO oke.pp...............................teeka180806
 
Babahhsjdkdjdudhhndjdjdfjdjjdjdjfjdjjdjdjdjjf
BabahhsjdkdjdudhhndjdjdfjdjjdjdjfjdjjdjdjdjjfBabahhsjdkdjdudhhndjdjdfjdjjdjdjfjdjjdjdjdjjf
BabahhsjdkdjdudhhndjdjdfjdjjdjdjfjdjjdjdjdjjfDannahadiantyaflah
 
IDMPO Link Slot Online Terbaru Kamboja 2024
IDMPO Link Slot Online Terbaru Kamboja 2024IDMPO Link Slot Online Terbaru Kamboja 2024
IDMPO Link Slot Online Terbaru Kamboja 2024idmpo grup
 
PEDOMAN PENYELENGGARAAN BEASISWA LPPD JATIM - 2024.pdf
PEDOMAN PENYELENGGARAAN BEASISWA LPPD JATIM - 2024.pdfPEDOMAN PENYELENGGARAAN BEASISWA LPPD JATIM - 2024.pdf
PEDOMAN PENYELENGGARAAN BEASISWA LPPD JATIM - 2024.pdfachsofyan1
 
Wa + 62 82211599998, TERLARIS, souvenir dompet unik bandung
Wa + 62 82211599998, TERLARIS, souvenir dompet unik bandungWa + 62 82211599998, TERLARIS, souvenir dompet unik bandung
Wa + 62 82211599998, TERLARIS, souvenir dompet unik bandungnicksbag
 
Ryu4D : Daftar Situs Judi Slot Gacor Terbaik & Slot Gampang Menang
Ryu4D : Daftar Situs Judi Slot Gacor Terbaik & Slot Gampang MenangRyu4D : Daftar Situs Judi Slot Gacor Terbaik & Slot Gampang Menang
Ryu4D : Daftar Situs Judi Slot Gacor Terbaik & Slot Gampang MenangRyu4D
 
MAKALAH agama.11docx.docx. ppt agama katolik
MAKALAH agama.11docx.docx. ppt agama katolikMAKALAH agama.11docx.docx. ppt agama katolik
MAKALAH agama.11docx.docx. ppt agama katolikssuser328cb5
 
IDMPO : SITUS SLOT DEPOSIT RECEH & BOCORAN GAME SLOT GACOR TERPERCAYA 2024 Ar...
IDMPO : SITUS SLOT DEPOSIT RECEH & BOCORAN GAME SLOT GACOR TERPERCAYA 2024 Ar...IDMPO : SITUS SLOT DEPOSIT RECEH & BOCORAN GAME SLOT GACOR TERPERCAYA 2024 Ar...
IDMPO : SITUS SLOT DEPOSIT RECEH & BOCORAN GAME SLOT GACOR TERPERCAYA 2024 Ar...Neta
 
IDMPO : GAME SLOT SPACEMAN PRAGMATIC PLAY MUDAH JACKPOT
IDMPO : GAME SLOT SPACEMAN PRAGMATIC PLAY MUDAH JACKPOTIDMPO : GAME SLOT SPACEMAN PRAGMATIC PLAY MUDAH JACKPOT
IDMPO : GAME SLOT SPACEMAN PRAGMATIC PLAY MUDAH JACKPOTNeta
 

Recently uploaded (14)

IDMPO : SITUS TARUHAN BOLA ONLINE TERPERCAYA, KEMENANGAN DI BAYAR LUNAS Arnet...
IDMPO : SITUS TARUHAN BOLA ONLINE TERPERCAYA, KEMENANGAN DI BAYAR LUNAS Arnet...IDMPO : SITUS TARUHAN BOLA ONLINE TERPERCAYA, KEMENANGAN DI BAYAR LUNAS Arnet...
IDMPO : SITUS TARUHAN BOLA ONLINE TERPERCAYA, KEMENANGAN DI BAYAR LUNAS Arnet...
 
Lim4D Link Daftar Situs Slot Gacor Hari Ini Terpercaya Gampang Maxwin
Lim4D Link Daftar Situs Slot Gacor Hari Ini Terpercaya Gampang MaxwinLim4D Link Daftar Situs Slot Gacor Hari Ini Terpercaya Gampang Maxwin
Lim4D Link Daftar Situs Slot Gacor Hari Ini Terpercaya Gampang Maxwin
 
STD BAB 6 STATISTIKA kelas x kurikulum merdeka
STD BAB 6 STATISTIKA kelas x kurikulum merdekaSTD BAB 6 STATISTIKA kelas x kurikulum merdeka
STD BAB 6 STATISTIKA kelas x kurikulum merdeka
 
Bento88slot Situs Judi Slot Terbaik & Daftar Slot Gacor Mudah Maxwin
Bento88slot Situs Judi Slot Terbaik & Daftar Slot Gacor Mudah MaxwinBento88slot Situs Judi Slot Terbaik & Daftar Slot Gacor Mudah Maxwin
Bento88slot Situs Judi Slot Terbaik & Daftar Slot Gacor Mudah Maxwin
 
Nila88 : Situs Slot Gacor Scatter Hitam Mahjong & Link Slot Resmi Hari Ini
Nila88 : Situs Slot Gacor Scatter Hitam Mahjong & Link Slot Resmi Hari IniNila88 : Situs Slot Gacor Scatter Hitam Mahjong & Link Slot Resmi Hari Ini
Nila88 : Situs Slot Gacor Scatter Hitam Mahjong & Link Slot Resmi Hari Ini
 
MONITORING DAN EVALUASI PROGRAM PPI CILOTO oke.pp...............................
MONITORING DAN EVALUASI PROGRAM PPI CILOTO oke.pp...............................MONITORING DAN EVALUASI PROGRAM PPI CILOTO oke.pp...............................
MONITORING DAN EVALUASI PROGRAM PPI CILOTO oke.pp...............................
 
Babahhsjdkdjdudhhndjdjdfjdjjdjdjfjdjjdjdjdjjf
BabahhsjdkdjdudhhndjdjdfjdjjdjdjfjdjjdjdjdjjfBabahhsjdkdjdudhhndjdjdfjdjjdjdjfjdjjdjdjdjjf
Babahhsjdkdjdudhhndjdjdfjdjjdjdjfjdjjdjdjdjjf
 
IDMPO Link Slot Online Terbaru Kamboja 2024
IDMPO Link Slot Online Terbaru Kamboja 2024IDMPO Link Slot Online Terbaru Kamboja 2024
IDMPO Link Slot Online Terbaru Kamboja 2024
 
PEDOMAN PENYELENGGARAAN BEASISWA LPPD JATIM - 2024.pdf
PEDOMAN PENYELENGGARAAN BEASISWA LPPD JATIM - 2024.pdfPEDOMAN PENYELENGGARAAN BEASISWA LPPD JATIM - 2024.pdf
PEDOMAN PENYELENGGARAAN BEASISWA LPPD JATIM - 2024.pdf
 
Wa + 62 82211599998, TERLARIS, souvenir dompet unik bandung
Wa + 62 82211599998, TERLARIS, souvenir dompet unik bandungWa + 62 82211599998, TERLARIS, souvenir dompet unik bandung
Wa + 62 82211599998, TERLARIS, souvenir dompet unik bandung
 
Ryu4D : Daftar Situs Judi Slot Gacor Terbaik & Slot Gampang Menang
Ryu4D : Daftar Situs Judi Slot Gacor Terbaik & Slot Gampang MenangRyu4D : Daftar Situs Judi Slot Gacor Terbaik & Slot Gampang Menang
Ryu4D : Daftar Situs Judi Slot Gacor Terbaik & Slot Gampang Menang
 
MAKALAH agama.11docx.docx. ppt agama katolik
MAKALAH agama.11docx.docx. ppt agama katolikMAKALAH agama.11docx.docx. ppt agama katolik
MAKALAH agama.11docx.docx. ppt agama katolik
 
IDMPO : SITUS SLOT DEPOSIT RECEH & BOCORAN GAME SLOT GACOR TERPERCAYA 2024 Ar...
IDMPO : SITUS SLOT DEPOSIT RECEH & BOCORAN GAME SLOT GACOR TERPERCAYA 2024 Ar...IDMPO : SITUS SLOT DEPOSIT RECEH & BOCORAN GAME SLOT GACOR TERPERCAYA 2024 Ar...
IDMPO : SITUS SLOT DEPOSIT RECEH & BOCORAN GAME SLOT GACOR TERPERCAYA 2024 Ar...
 
IDMPO : GAME SLOT SPACEMAN PRAGMATIC PLAY MUDAH JACKPOT
IDMPO : GAME SLOT SPACEMAN PRAGMATIC PLAY MUDAH JACKPOTIDMPO : GAME SLOT SPACEMAN PRAGMATIC PLAY MUDAH JACKPOT
IDMPO : GAME SLOT SPACEMAN PRAGMATIC PLAY MUDAH JACKPOT
 

Shikamaru hiden

  • 1. Shikamaru Hiden, Chapter 1 Sejak kapan aku berhenti mengatakan semua hal itu merepotkan? Pikiran itu terlintas di kepala Shikamaru saat ia sibuk memandang langit biru. Meskipun angin berhembus tidak begitu kencang, awan-awan tipis berlarian mengejar satu sama lain melewati garis pandang Shikamaru. Bentuknya yang kacau menyerupai keadaan Shikamaru saat itu. Kemudian ia menertawakan pikirannya sendiri. Bagaimanapun juga, sebenarnya ia sedang sibuk. Dua tahun setelah Perang Dunia Shinobi ke-4, dunia akhirnya mulai mengembalikan kestabilannya. Aliansi Kage yang terbentuk saat perang pecah berlanjut hingga saat ini dan dunia shinobi telah berubah drastis dibanding sebelumnya. Aliansi awalnya terbentuk dengan anggota 5 Desa Besar Ninja, namun seusai perang, negara-negara kecil lainnya mulai mendeklarasikan partisipasinya dalam aliansi. Organisasi yang berawal dari sebuah aliansi telah berkembang menjadi Persatuan Shinobi, yang melibatkan setiap shinobi dari negara yang berpartisipasi. Kontrak yang telah disetujui oleh desa-desa yang mengakui keberadaan aliansi telah dibawa menjadi Persatuan Shinobi. Setiap desa yang berpartisipasi di Persatuan Shinobi memiliki perwakilanshinobi yang ditugaskan untuk berdiskusi ataupun bernegosiasi dengan Negara lainnya. Dengan cara ini, keseimbangan kerja antar desa dapat terjamin, perbedaan antar desa dapat dipersatukan dan dunia shinobi dapat mencapai perdamaian. “Haa…” Helaan nafas Shikamaru menguap di udara. Punggungnya terasa kaku karena berbaring di lantai yang dingin, dan jika ia tetap berbaring seperti ini, maka kemungkinan besar ia akan terserang pilek. Tapi ia memiliki alasan untuk tetap berbaring. Tumpukan pekerjaan menunggunya. Begitu menumpuk dan itu sangat tidak lucu. Shikamaru berniat untuk beristirahat sebentar sehingga ia mengizinkan dirinya untuk bermalas-malasan sore ini. Ia menyadari, tepat saat ia bangkit dari berbaringnya nanti, pikirannya akan kembali tersita oleh pekerjaan. Dan ketika hal itu terjadi, Shikamaru tahu ia tidak akan mendapat kesempatan untuk beristirahat seperti ini lagi.
  • 2. Karena itu, ia menolak untuk bergerak dan mengabaikan rasa dingin dari lantai yang begitu menusuk, bersikeras untuk beristirahat selama yang ia bisa. Hingga seseorang menemukannya, Shikamaru tak berniat untuk bergerak seinchi pun dari tempatnya ini. ‘Tempat ini’ adalah atap dari kediaman Hokage. Kalian bisa melihat wajah-wajah Hokage dari generasi ke generasi terpahat di bukit paralel yang mengitari tempat dimana Shikamaru berbaring. Dari kiri ke kanan, terdapat pahatan wajah Hokage pertama, Hashirama, kemudian adiknya, Tobirama, setelah itu Hokage Ketiga yang gugur saat Orochimaru menyerang Konoha, yaitu Hiruzen, dan “Konoha no Kiroi Senko”, Namikaze Minato. Hokage kelima, salah seorang dari Tiga Sannin Legendaris selain Jiraiya dan Orochimaru, yaitu Tsunade. Mereka adalah orang-orang yang pernah menjadi Hokage. Kemudian wajah seorang pria yang kini menjabat sebagai Hokage terpahat disamping wajah Tsunade. Sepasang mata yang terlihat sayu tampak di antara rambut keperakannya, begitu pula dengan batang hidungnya, sedangkan bagian wajah lainnya tersembunyi dibalik sebuah masker. Hokage adalah simbol dari Konoha, sebuah jabatan yang tidak dapat diduduki kecuali kau telah diakui oleh setiap shinobi di desa, meskipun wajah dari simbol yang seharusnya terukir sebagai penghormatan di bukit itu setengahnya tersembunyi dibalik sebuah masker… Hatake Kakashi. Merupakan nama pria yang kini menjabat sebagai Hokage. Guru dari duo yang memimpin menuju kemenangan dalam perang lalu. Tak seorangpun di dunia ninja yang tak mengetahui namanya. Shikamaru yang mengenal pria itu dan kedua muridnya secara personal, merasa mereka bukanlah orang-orang yang memiliki kepribadian seperti ‘bintang jatuh’. Begitu banyak penggemar yang mengidolakan dan mengidam-idamkan mereka bertiga, menyebut mereka sebagai “pahlawan yang melegenda”, namun kenyataannya tak satupun dari mereka yang cocok disebut “legenda”. Kakashi, seorang pria yang mampu menyelesaikan segala hal walau dalam keadaan krisis, akan kembali memerankan kehidupan sehari-harinya: pria dewasa yang tidak menampakkan kelebihan apapun, yang tampak tidak berhasrat melakukan apapun.
  • 3. Dua pahlawan lainnya memiliki masalah yang serupa. Yang satu bukan main bodohnya dan yang satu lagi bukan main keras kepalanya. Ini semua karena dunia tidak mengetahui sisi lain mereka sehingga dunia menyebutnya sebagai ‘legenda’. “Lalu apa yang telah kulakukan..?” Kalimat itu keluar dari mulut Shikamaru tanpa terpikir olehnya. Ia sendiri merupakan tipe orang yang sama sekali tidak mendekati kata pahlawan. Ia pun tidak pernah berharap untuk menjadi salah satunya. Jika kalian menganggap bahwa ia ingin menjadi ninja yang menjalani latihan keras untuk meningkatkan kemampuan ninjutsunya, maka kalian salah. Ia tak pernah berpikir untuk mempelajari ninjutsu medis ataupun menjadi ahli di pasukan garis depan. Jika kalian mengatakan bahwa ia ingin menjadi seseorang yang berpangkat tinggi sebagai pemecah kode atau dalam operasi medis, kalian juga salah. Menjadi seorang yang biasa-biasa saja… Itu merupakan impian Shikamaru. Ia ingin menjadi ninja yang biasa saja dan memiliki pekerjaan yang biasa, menikahi wanita yang biasa-biasa saja, memiliki anak yang biasa-biasa saja, dan setelah itu menikmati hari tua yang biasa-biasa saja. Kemudian semua hal itu akan berakhir suatu saat. Adakah hal yang lebih menyenangkan dari rencana hidupnya? Ia rasa tidak. Di hari yang cerah, berbaring dan memandang langit, melihat awan melayang yang membawa pergi pikirannya. Saat hari hujan, ada bidak-bidak shogi yang menemaninya, itu sudah lebih dari cukup. Tidak ada rasa tertekan karena ekspektasi dari orang-orang. Tidak ada rasa stres. Bukankah itu adalah kehidupan yang indah? “Haaaa…” Itu merupakan tarikan nafas yang dalam dari perutnya. Ba*****n yang disebut “kenyataan” merupakan lawan yang tangguh. Jika yang kau lawan adalah manusia, maka akan datang hari dimana kau akan menang melawannya. Meskipun mereka kuat seolah tuhan, mereka pasti memiliki kelemahan. Lawan dalam perang yang lalu adalah seseorang yang sangat kuat, semua
  • 4. shinobi memfokuskan kekuatan mereka, bekerja sama, dan menang melawan musuh. Bukankah begitu? Kau pasti akan menang melawan musuh di hadapanmu. Walaupun begitu… “Kenyataan” adalah musuh tak berwujud yang tak akan—tak akan pernah terkalahkan. Meskipun Shikamaru terus berharap dan menginginkan yang sebaliknya, kenyataan tanpa ampun menyeretnya ke dalam takdir yang tidak ia inginkan. Shikamaru, seorang yang sangat berharap untuk menjadi biasa-biasa saja, kini merupakan seseorang yang sangat dibutuhkan dan diandalkan dalam Persekutuan Shinobi. Ia dibebani oleh tugas yang banyak. Semua misi dari Daimyo dan warga setiap negara harus diklasifikasikan dari peringkat A hingga D, setiap karakteristik desa harus diperhitungkan untuk menentukan mana yang paling cocok untuk ditugaskan—kemudian sebagai ketua dari Persatuan Shinobi, konsultasi 5 Kage. Mereka menggunakan Shikamaru untuk segala hal, hingga menjadi partner shogi dari Tsuchikage yang sudah tua. “Konoha no Shikamaru” dari Persekutuan Shinobi. Demikian julukan yang diberikan pada Shikamaru. Meskipun ia tak ingin menonjolkan diri, meskipun ia tak ingin sukses dalam hal apapun, meskipun ia terus dan terus melawan hal tersebut, orang-orang sekitarnya terus memaksanya sehingga hal tersebut menjadikannya setingkat di atas yang lainnya. Kesalahan pertamanya terletak pada ujian promosi Chuunin. Ujian Chunin, yang diikuti oleh desa ninja dari 5 negara besar termasuk genin dari negara- negara kecil, berlangsung di tengah kekacauan yang dibuat Orochimaru dan menewaskan Hokage Ketiga. Karena beberapa alasan, Shikamaru dipromosikan sebagai Chuunin. Diantara seluruh peserta, hanya ia satu-satunya yang menjadi Chuunin, Situasi tersebut merupakan situasi dimana Shikamaru ingin berteriak “apa yang telah kaulakukan??!” pada dirinya lebih dari yang seharusnya. Kesalahan fatal yang ia perbuat adalah pada babak dimana para genin dipasangkan untuk bertarung satu lawan satu. Jurus kagemanenya sukses mengejutkan lawannya, seorang kunoichi galak yang membawa sebuah kipas yang tak terkira besarnya yang mampu meniupkan angin yang sangat kencang. Namun pada akhirnya, Shikamaru sendiri memilih menyerah.
  • 5. Pengorbanan ini yang membuat Shikamaru sangat dihargai. Menjadi Chuunin, termasuk memimpin anak buah, merupakan hal yang membutuhkan kemampuan untuk menganalisa keadaan dengan tepat. Para penguji menyetujui pilihan Shikamaru untuk menyerah, dan memberikannya nilai yang paling tinggi. Hal itu merupakan hasil yang paling tidak dikehendaki. Ia sama sekali tidak tertarik mengikuti ujian tersebut, gurunya lah, Sarutobi Asuma, yang memaksanya untuk mengikuti ujian tersebut. Ia tidak pernah berniat untuk mengikuti evaluasi apapun, tidak berhasrat sama sekali. Namun kenyataan tetap menuntun Shikamaru menjadi Chuunin, dan semua orang di desa memandangnya dengan cara yang berbeda. Dan sejak saat itu, hidupnya mulai keluar dari jalur yang ia harapkan. Ketika Sasuke meninggalkan desa, Shikamaru ditugaskan sebagai pemimpin dari tim yang beranggotakan teman-teman sekelasnya untuk membawa kembali Sasuke. Setelah itu, ia diberikan misi yang berbeda dari teman-temannya. Ia menolak dan memprotes, namun kenyataan justru membawa Shikamaru ke tingkat yang lebih dan lebih lagi. Sejak Perang Dunia Shinobi ke-4… Dua tahun telah berlalu. Shikamaru telah berusia 19 tahun. Usia dimana ia tak bisa lagi disebut anak-anak. Ia berpikir bagaimana seharusnya kau bersyukur ketika orang-orang mengharapkan hal- hal yang hebat darimu. Bukankah menjadi seseorang yang diandalkan merupakan pencapaian yang hebat? Jawabannya tidak perlu disebutkan. Salah satu contoh adalah temannya sendiri, Naruto, dan bagaimana keinginannya yang kuat untuk menjadi seseorang yang dapat diandalkan telah mengubahnya menjadi seorang pahlawan desa— tidak, bahkan pahlawan dunia ninja. Shikamaru sangat tahu bahwa manusia adalah makhluk hidup yang membutuhkan satu sama lain. Itulah mengapa ia tak memiliki rasa benci seperti “andai kau tidak pernah ada” pada orang-orang disekitarnya. Tak peduli seberapa besar penolakan yang diajukan Shikamaru, ia tak pernah dibuang dari dalam misi. Sudah 19 tahun sejak ia dilahirkan ke dunia, sudah banyak hal dan permasalahan yang ia hadapi.
  • 6. Kelompok yang berniat untuk mengambil alih dunia, “Akatsuki”, telah membunuh gurunya, Asuma. Kekasih Asuma, Kurenai, saat itu tengah mengandung anak Asuma. Anak itu sekarang telah berusia dua tahun. Namanya adalah Mirai. Menjadi guru dari Mirai…adalah sebuah janji yang ia harus penuhi. Ayah Shikamaru, Shikaku, ditugaskan menjadi pengatur strategi utama di Perang Dunia Shinobi ke-4. Akibat Obito menggunakan kekuatan penghancur dari Juubi untuk menghancurkan Markas Besar Aliansi, ayahnya gugur bersama dengan ayah Ino, Inoichi. Bahkan kini, kalimat terakhir ayahnya dan Inoichi masih berdenging jelas di telinga Shikamaru. [Kami akan selalu bersamamu, jangan lupakan itu!] Menjadi pria yang hebat seperti ayahnya…juga merupakan janji yang ia buat kepada pria yang membantu membawanya ke dunia ini. Dan juga… Naruto. Pahlawan shinobi yang sangat percaya bahwa dirinya mampu menjadi Hokage, yang sama sekali tidak pernah meragukan fakta yang dihadapinya. Dalam pertarungan melawan Juubi, Shikamaru berada di ambang kematian. Ketika ia sedang berusaha diselamatkan oleh Sakura, terlintas pikiran di kepalanya : Tidak ada yang pantas menjadi penasehatnya selain diriku! Jika Naruto menjadi Hokage, maka Shikamaru akan menjadi tangan kanannya. Itulah mimpinya. Ia sudah memiliki banyak sekali kewajiban yang harus dipenuhi, bahkan ia tak mau menghitungnya. Tidak salah lagi, itu semua karena adanya dorongan yang terus membuatnya maju. Menjadi seseorang yang dibutuhkan adalah hal yang baik, dan ia seharusnya bersyukur atas opini semua orang terhadapnya yang membuatnya dapat hidup seperti sekarang ini. Ia seharusnya bersyukur, namun… Kadang ia merasa lelah. Shikamaru yang sebenarnya bukanlah Shikamaru yang semua orang kira. Ia yang sebenarnya adalah seorang pria yang selalu berpikir bahwa semua hal itu merepotkan, yang mengharapkan kehidupan yang biasa saja. Tipe pria yang dapat ditemukan dimana
  • 7. saja. Dan semakin besar ekspektasi orang terhadapnya, semakin ia ingin melarikan diri. Itu adalah kebenaran dibalik seorang Nara Shikamaru. Dulu, teman-temannya sangat mengerti betapa ia merupakan seseorang yang selalu mengeluh, betapa ia terlalu malas untuk menyelesaikan apapun. Sejak kapan mereka mulai keliru memahaminya? Sejak kapan ia berhenti mengatakan semua hal itu merepotkan? Secara logis, kedua hal itu dimulai pada waktu yang hampir bersamaan. “Sejak kapan…?” Saat ia memandangi awan, sebuah galur tertangkap pandangan Shikamaru. Matanya menyipit agar dapat melihat jelas benda apa yang baru saja ia lihat. Seekor elang mendekat ke garis pandangnya… Elang tersebut terbang ke arah barat, dimana sebagian dari langit mulai berwarna merah mudaterang karena matahari terbenam. Elang tersebut mengepakkan sayapnya dan perlahan bergerak mengitar. Shikamaru berada di tengah kitaran elang tersebut. Bukan— lebih tepatnya elang tersebut bergerak mengitari kediaman Hokage. Shikamaru bukan hanya terduduk, ia berdiri tepat di atas kakinya. Pikirannya yang melayang kembali fokus, matanya mengunci ke arah elang itu, tidak melepaskan pandangannya sedikitpun Hitam pekat… Elang itu berwarna hitam pekat, seperti dilukis dengan tinta. Tidak—elang itu benar-benar dilukis menggunakan tinta. Choujuu Giga… Jurus Sai… Sai adalah pria yang bergabung dengan Naruto dan Sakura di Tim 7 sebagai pengganti Sasuke. Keahliannya adalah jurus Choujuu Giga, melukis hewan menggunakan tinta dan membuat mereka hidup dan bergerak. Elang yang terbang di atas kepala Shikamaru pasti dari Sai… “Akhirnya datang juga…” Sesuai pandangan Shikamaru, elang itu berhenti bergerak mengitar dan mulai menurun. Shikamaru bergegas menuju tangga. Disaat ia mencapai ujung tangga, ia akan berada di kantor Hokage. Elang tersebut pasti menuju ke sana.
  • 8. Saat Shikamaru mencapai tangga, elang tersebut menghilang di sisi belakang kediaman Hokage, kemudian tampak bayangan wajah seseorang. Shikamaru segera menuruni tangga menuju lorong kantor Hokage. Ia membuka pintu tanpa perlu mengetuknya. “Oh, Shikamaru” Kakashi berbicara, berdiri dibalik meja yang berisi tumpukan buku dan dokumen, membaca sebuah gulungan. “Apakah elang dari Sai baru saja…?” “Ya, itu benar” Kakashi membalikkan gulungan ke arah Shikamaru agar ia dapat membacanya. Shikamaru memandang kertas putih berisi tulisan dan kata-kata yang berantakan itu. Pesan itu tampak seperti ditulis dengan terburu-buru. “Situasinya lebih buruk dari yang kita kira”. Tatapan Kakashi bertemu tatapan Shikamaru saat ia mulai bicara. Tatapan matanya jauh lebih serius dari yang Shikamaru takutkan. Bahkan suara samar-samar yang biasanya digunakan Hokage sekarang berubah menjadi lebih muram. Sikap Kakashi memberikannya firasat yang sangat buruk. Mata Shikamaru mengikuti tulisan yang terdapat dalam gulungan. Ketika sebagian besar pesan Sai ditulis dengan tulisan yang sangat kecil dan halus menggunakan kuas tipis, kalimat terakhir ditulis dengan besar, tebal dan kasar: “AKU TIDAK MENGENAL SIAPA LAGI DIRIKU” Bersambung…
  • 9. Shikamaru Hiden, Chapter 2 Kepada Hokage Keenam, Tidak ada waktu lagi, jadi aku persingkat saja. Investigasi yang kami lakukan atas dasar kekhawatiran anda telah selesai kami lakukan sesuai tingkat yang anda spesifikasikan. Namun tak ada satupun dari 10 rekanku yang kembali, dan aku hanya tinggal sendiri. Aku tak tau apakah mereka masih hidup atau sudah mati. Namun tak salah lagi, musuh sudah menyadari keberadaan kami. Aku akan langsung masuk ke pokok permasalahan. Konflik internal di negara ini sudah jauh, sangat jauh lebih buruk dari yang anda perkirakan. Jika kita membiarkan keadaan seperti ini, maka Persatuan Shinobi akan berada dalam bahaya. Tidak, pada kenyataannya, aku percaya bahwa sudut pandang dunia akan berubah. Ada seorang pria yang membentuk negara ini. Namanya adalah Gengo. Negara ini ada karena Gengo, dan Gengo ada karena negara ini. Tidaklah berlebihan jika disimpulkan bahwa seluruh negara ini ada untuk kepentingan Gengo. ‘Peningkatan‘. Itu adalah kata yang paling cocok untuk menggambarkan Gengo. Gengo akan menjadi seseorang yang akan mengubah dunia. Aku tak yakin apakah aku tak ingin dunia untuk berubah. Makhluk yang disebut Shinobi tidak benar-benar dikaruniai anugrah, iya kan? Karena kita menanggung beban, maka kita adalah shinobi. Tapi apakah itu benar-benar merupakan hal yang baik? Tuan Hokage. Tidak, Kakashi-san. AKU TIDAK MENGENAL SIAPA DIRIKU LAGI Shikamaru mendongakkan kepalanya setelah membaca pesan dari Sai, menghembuskan nafas kecil. Kakashi duduk di meja kerjanya, sikunya menopang pada permukaan meja. Ia mengenakan topi yang harus digunakan seluruh Hokage dalam setiap pertemuan resmi. Topi itu tampak
  • 10. membebani rambutnya yang telah memanjang beberapa tahun belakangan ini. Setiap bagian wajah di bawah hidungnya tersembunyi dibalik maskernya seperti biasa. Ia menopang rahangnya dengan kedua tangan, menunggu reaksi Shikamaru dalam diam. “Apa yang kau pikirkan?” ia bertanya dengan suara yang sangat jelas. Tidak ada orang lain selain mereka di dalam kantor Hokage. “Aku berpikir… Kenapa Sai lebih memilih untuk mengirimkan pesannya daripada kembali kesini?” “Itu adalah hal yang perlu dipertanyakan.” Kakashi melepaskan topangan dagunya, bersandar sambil berpikir. Mendongak ke arah langit-langit, ia menghembuskan nafas yang lebih besar dan keras dari yang dilakukan Shikamaru sebelumnya. “Dan tampaknya, jika dilihat dari pesan itu, semua anggota tim kecuali Sai telah jatuh ke tangan musuh dan dibunuh, benar kah?” “Tampaknya seperti itu.” “Sai memimpin tim beranggotakan sepuluh Anbu paling terlatih. Aku pikir tidak mungkin satupun dari mereka melakukan ha; konyol yang akan mengekspos keberadaan mereka terhadap musuh. Jadi tampaknya musuh juga sangat ahli dan terlatih.” “Ya…” sambil berbicara, Kakashi memutar kursinya perlahan. Ia memutar kursinya sekali, sehingga Shikamaru menghadap bagian belakang kursinya, sebelum kemudian berbalik lagi. Kakashi adalah pria yang selalu menurunkan bahunya meskipun dalam keadaan yang paling serius. Normalnya, ketika seseorang dihadapi situasi seperti ini, tubuhnya akan membeku bersama dengan pikirannya. Kakashi memiliki maksud untuk tampak tenang agar pikirannya tidak membeku. Ia telah belajar untuk menjaga pergerakan tubuhnya selama bertahun-tahun menjadi shinobi yang sudah melihat begitu banyak kejadian mengejutkan dan pembunuhan yang mengerikan. Shikamaru melihat ke arah Kakashi dengan ekspresi gelisah di wajahnya. Ia membuka mulutnya untuk berbicara. “Saat Sai menyadari bahwa ia telah kehilangan seluruh rekannya, hanya ada satu hal yang dapat ia lakukan.” “Melarikan diri, bukan?” kata Kakashi, masih memandang langit-langit.
  • 11. “Ya.” Kakashi mengangguk kepada jawaban Shikamaru. Meskipun ia harusnya melihat langsung ke arah Shikamaru, ia masih juga memandang ke arah langit-langit. “Dan ia lebih memilih pesan seperti ini daripada kembali ke desa untuk memberi laporan langsung kepadamu, Tuan Ho-“ “Berapa kali aku bilang padamu kalau Kakashi-san saja sudah cukup?” ucap Kakashi, akhirnya menatap ke arah Shikamaru. “Sejak kapan kau menjadi sangat kaku? Akan lebih baik jika kau bersikap santai seperti biasa.” “Aku takkan menetap menjadi anak-anak selamanya.” “Bahkan sekarang, Naruto tetap bersikap seperti anak-anak.” “Naruto adalah Naruto.” “Oh, begitu ya…” Entah mengapa tatapan sedih tampak di mata Kakashi. Ia membentangkan gulungan Sai di mejanya, membaca ulang pesan itu. Sai dapat mengubah tulisannya menjadi makhluk yang dilukis menggunakan tinta dan mengirimnya ke tempat yang jauh, dimana makhluk tinta itu dapat berubah kembali menjadi tulisan jika berkontak dengan gulungan kosong. Elang yang Shikamaru lihat di atap tadi adalah bentukan makhluk tinta dari tulisan Sai yang ia lihat sekarang. “Situasinya jauh lebih buruk yang aku kira, huh…” “Kedengarannya masuk akal jika kita katakan bahwa shinobi yang menghilang saat perang, begitu pula yang menghilang belakangan ini, ada di negara itu.” “Tampaknya itu adalah yang Sai maksud.” “Negara Shijima…” (Negeri Sunyi). Seluruh masalah menjadi semakin besar sejak dua tahun lalu.. Banyak nyawa yang terenggut selama Perang Dunia Shinobi yang dimulai oleh Uchiha Madara dan Uchiha Obito. Dihadapi dengan kekuatan yang mengerikan di luar dari kategori manusia, shinobi dari Lima Negara Besar Ninja mengumpulkan kekuatan mereka dan berjuang bersama. Akhirnya, orang yang memanipulasi Madara, Ootsutsuki Kaguya, dapat dikalahkan dan perang berakhir. Saat seluruh desa memasuki periode pemulihan kedamaian dari perang, mengumpulkan detail dan menentukan siapa yang terbunuh dan siapa yang hilang dalam
  • 12. pertempuran adalah hal yang penting. Perang yang lalu merupakan pertempuran yang sengit yang bahkan dapat menghancurkan tanah benua. Jika jenazah korban perang dapat ditemukan, maka itu dapat disebut sebagai keajaiban. Dibanding dengan jumlah shinobi yang telah diketahui gugur dalam perang, jumlah shinobi yang tidak diketahui keadaannya jauh lebih besar. Kelima Negara Besar Shinobi telah kehilangan kurang lebih 10,000 shinobi… 10,000 shinobi merupakan korban Perang Dunia Ninja ke-4. Musuh-musuh mereka telah dilenyapkan dari muka bumi. Banyak yang mengatakan bahwa sebuah keberuntungan yang sangat besar bagi mereka untuk dapat mengakhiri perang dengan ‘jumlah kehilangan yang hanya sejumlah ini’. Tapi bukan begitu cara Shikamaru memandang masalah ini. Bahkan kehilangan satu orang bisa dianggap sebagai kehilangan yang terlalu besar. Pada perang yang lalu, ia telah kehilangan temannya, Hyuuga Neji. Shikamaru tidak berpikir bahwa rasa sakit dari kehilangan Neji hanyalah satu dari sepuluh ribu. Rasa sakit yang sama seperti kehilangan Hyuuga Neji pasti juga dirasakan pada setiap korban yang lain. Pada kematian seseorang, ada sebuah emosi yang kau tak bisa pisahkan dari dirimu dengan hanya menyebut mereka sebagai “sebuah pengorbanan”. Karena alasan itu… Karena alasan itu perang harus tak boleh terjadi lagi. “Aku bertanya-tanya berapa banyak jumlah shinobi yang menghilang ke Negeri Sunyi..” Kakashi menggumamkan pertanyaan yang sama yang melintas di pikiran Shikamaru. Tepat seperti yang Kakashi katakan. Diantara seluruh shinobi yang hilang dalam perang, pasti ada sebagian kecil yang masih hidup namun berada di luar jangkauan. Markas Besar Persatuan Shinobi yang pertama kali menyadarinya. Sejak Markas Besar yang menangani permintaan untuk pertolongan dan semacamnya, mereka lah yang pertama kali menyadari berbagai keadaan. Salah satu masalah mulai muncul sekitar satu tahun lalu. Permintaan pengiriman shinobi merosot tajam.
  • 13. Sejak Lima Negara Besar Ninja memutuskan untuk membentuk Persatuan, jarang sekali terjadi perseteruan antar Daimyo di luar Negara kekuasaannya. Sehingga sangatlah wajar jika permintaan untuk misi berbahaya seperti misi peringkat A atau peringkat B menurun. Walaupun begitu, permasalahan belum selesai disini. Bahkan permintaan misi yang relatif mudah seperti peringkat C dan peringkat D juga merosot. Shikamaru sudah mendengar masalah ini lebih dulu karena ia juga memiliki jabatan di markas besar. Namun sepertinya tak ada yang dapat mereka lakukan untuk mengatasi penurunan permintaan misi. Persatuan Shinobi menyatakan bahwa hal itu adalah perubahan singkat seiring waktu, dan menutup permasalahan ini. Bagaimana pun, ada seorang pria yang menyatakan bahwa ia mampu menyelesaikan masalah penurunan permintaan misi, begitu pula dengan salah satu masalah yang muncul sejak akhir perang. Pria itu adalah Kakashi. Masalah lain yang berniat Kakashi selesaikan adalah : kasus hilangnya para ninja dari Lima Negara Besar Ninja yang terjadi selama satu tahun belakangan. Sejak sekitar satu tahun lalu, setiap desa kehilangan seorang ninja setiap bulannya. Itu artinya sudah 12 ninja yang hilang dari setiap desa hingga saat ini. Kelima desa memiliki total 60 shinobi yang hilang. Terlebih lagi, mereka adalah shinobi pria yang masih muda dan lajang. Meninggalkan desa adalah sebuah kejahatan yang serius. Tentu saja, setiap desa mengirim orang-orangnya untuk mengejar para pembelot tersebut, namun, tak satupun yang ditemukan. “Aku rasa aku telah melakukan hal yang salah dengan meminta Sai untuk melanjutkan investigasinya ketika ia meminta mundur.” Ucap Kakashi. “Aku harusnya menariknya kembali dan mempersiapkan mentalnya sebelum mengirimnya ke Negeri Sunyi.” “Menyesali hal itu sekarang tak akan mengubah apapun.” “Itu benar.”
  • 14. Sai, yang dikirim untuk melakukan investigasi kasus hilangnya para ninja, telah mengirimkan pemberitahuan bahwa ia menemukan hal yang mencurigakan sekitar satu bulan lalu. Kakashi yang percaya bahwa hilangnya para ninja dan kasus penurunan misi saling berhubungan, memerintahkan Sai untuk meneruskan investigasinya dan mengirimkannya Anbu sebagai back up. Kecurigaan yang Sai temukan adalah Negeri Sunyi. Negeri Sunyi dapat ditemukan jauh di sebelah barat benua yang berseberangan dengan Lima Negara Besar Shinobi dan negara-negara disekitar mereka. Negeri itu adalah negara yang belum pernah memiliki kontak dengan desa-desa shinobi— atau dengan negara asing lainnya. Itulah mengapa negara itu disebut “Negeri Sunyi” oleh pihak luar. Informasi yang diketahui tentang negara itu adalah bahwa negara itu merupakan negara dengan samurai yang menjaga warganya agar tetap berada pada jalurnya, dan seorang Daimyo yang menguasai dan mengatur para samurai. Walapun begitu, informasi lainnya masih merupakan misteri. Dan bukan hanya itu saja permasalahan mereka. Ada juga masalah shinobi Konoha yang hilang saat perang. Negeri Sunyi mengumpulkan shinobi yang hilang dalam pertempuran begitu juga dengan shinobi yang meninggalkan desa… Untuk alasan apa? Kakashi dapat melihat alasannya dengan jelas begitu pula dengan jawaban atas kasus penurunan permintaan misi di Persatuan Shinobi. “Menurutmu apa yang terjadi pada Sai?” Kakashi bertanya. “Ia masih hidup.” “Baiklah, aku setuju dengan itu.” Bagian bawah masker Kakashi bergerak seakan ia tersenyum. “Ketika kau melihat pujiannya yang obsesif terhadap ‘Gengo’ pada pesannya ini…” Kakashi menyentuh tulisan yang halus dan rapi pada pesan Sai. Mengetahui apa yang ia pikirkan, Shikamaru tetap berbicara. “Ini bukan hal yang ingin kupercaya, tapi kita tidak dapat menghilangkan kemungkinan bahwa Sai telah ditangkap oleh pria yang disebut Gengo ini.” “Bagaimanapun, Sai begitu murni…” “Jika Sai masih hidup, kita tak mungkin tidak menyelamatkannya.”
  • 15. “Itu benar…” mata kiri Kakashi yang memiliki luka tampak menggelap karena keputusasaan. Shikamaru dapat mengatakan dengan tepat apa yang Kakashi akan katakan tanpa perlu mendengarnya dengan jelas. Situasi ini memiliki skala yang lebih besar dan lebih penting daripada sekedar menyelamatkan seorang rekan. Shikamaru sendiri yang memaksa dirinya untuk mengeluarkan kata-kata tersebut. “Jika konflik internal Negeri Sunyi benar-benar seperti apa yang Sai laporkan, jika kejadian aneh terjadi di wilayah yang kau perkirakan, maka kita harus mengambil langkah sesegera mungkin.” “Aku tahu itu.” Shikamaru tak berhenti bicara. “Sudah dua tahun sejak perang berakhir. Seluruh desa akhirnya telah mencapai kestabilannya, namun status negara keseluruhan masih terhitung setengah dari kekuatan yang seharusnya.” “Kita tidak mungkin dapat mencegah perang yang mungkin terjadi.” “Tepat sekali.” Kakashi menghembuskan nafas lagi, kemudian berdiri dari kursinya. Ia melangkah mengitari mejanya yang terdapat tumpukan gulungan dan buku dan berdiri di sebelah Shikamaru. “Tampaknya kau memiliki kesimpulan yang sama denganku.” Ucap Kakashi. “Ya.” “Kalau begitu apakah kau mengerti apa yang aku pikirkan?” “Kau ingin pergi dan melakukannya sendirian, iya kan?” Kakashi memiliki banyak pengalaman selama masa mudanya sebagai Anbu. Ia yang paling menonjol diantara para Anbu, yang memiliki keahlian dalam misi keji, sebagai seorang prajurit yang kapabel. Shikamaru dapat membaca pikiran itu dari wajahnya, kemudian menghembuskan nafasnya. “Tuan Hokage, aku sangat mengerti perasaanmu, tapi kau juga harusnya tau kalau apa yang kau inginkan itu tidak akan terjadi.”
  • 16. “Heh. Kecepatan pemikiranmu itu hampir secepat jurus Minato-sensei, kau tahu itu?” Shikamaru memberikan tatapan yang panjang sebagai jawabannya. Kakashi melanjutkan pembicaraannya untuk menghadapi keheningan Shikamaru. “Ngomong-ngomong, menurut apa yang dikatakan Sai, pemimpin dibalik negara itu adalah seorang pria yang disebut Gengo.” “Ya.” “Selama kita dapat melakukan sesuatu terhadapnya, maka tidak akan ada masalah yang lebih jauh.” “Itu seperti yang aku pikirkan.” “Kalau begitu…” Dengan meletakkan tangannya di tengah punggungnya dan melakukan peregangan layaknya pria tua, Kakashi berkata, “Menurutmu siapa yang harus dikirim?” “Aku akan pergi.” “Huh?” mata Kakashi melebar. “Kau adalah perwakilan Konoha. Kau juga memiliki banyak tugas di Persatuan Shinobi. Kau tidak perlu pergi untuk misi pembunuhan pada saat seperti ini.” Pembunuhan… Kakashi akhirnya merealisasikan hal itu dalam bentuk kata-kata. Pemikiran yang sedari tadi berada di kepala mereka kini telah dikeluarkan. Jika Persatuan Shinobi dan Negeri Sunyi akhirnya berperang, maka persatuan yang telah memakan waktu lama untuk pembentukannya akan terganggu, dan kemungkinan akan pecah. Semua negara masih dalam keadaan lelah meskipun berada dalam masa pemulihan—tak ada seorangpun yang menginginkan perang. Jika pesan dari Sai dapat dipercaya, maka membunuh ‘Gengo’ akan menjadi jalan yang palin cepat dan efektif untuk menghentikan Negeri Sunyi yang berusaha mengganggu perdamaian dunia yang sulit untuk dicapai. “Kita harus menjaga ruang lingkup pihak yang tahu akan masalah ini agar menjadi sekecil mungkin.” Ucap Shikamaru. “Namun kuberitahu kau, untuk melakukan misi ini…” “Salah satu dari temanku telah ditangkap. Tolong izinkan aku pergi.” Kakashi berhenti berbicara ketika ia melihat kebulatan tekad Shikamaru.
  • 17. Seperti yang Kakashi katakan, tidak ada hal yang membuat Shikamaru perlu melaksanakan misi ini. Akan lebih baik jika mencari orang lain yang lebih kapabel dan mempercayakan hal ini pada mereka. Namun, Shikamaru sendiri yang mengajukan dirinya. Ia pun tak mengerti mengapa ia melakukannya. Tapi ia tak bisa hanya tinggal diam. Bersambung…
  • 18. Shikamaru Hiden, Chapter 3 – “Dan dengan ini, pertemuan bulan ini berakhir. Apakah ada yang ingin bertanya?” Shikamaru memejamkan matanya saat mendengar suara yang terdengar tidak puas pada pertemuan ini. Pria berkacamata yang berbicara adalah Chojuro, shinobi dari Kirigakure. Shikamaru mengenalnya saat perang, ia merupakan salah satu bodyguard Mizukage. “Jika tidak ada yang ingin bertanya, kalau begitu, Shikamaru-san…” Chojuro berbicara dengan nada permohonan dari tempat ia duduk, disebelah Shikamaru. Shikamaru membuka mata kanannya untuk melihat ke arah Chojuro, kemudian perlahan membuka keduanya. Sepuluh shinobi duduk mengitari meja yang berbentuk lingkaran; baik pria maupun wanita, semuanya rata-rata seusia dengan Shikamaru. Mereka berada di Negeri Besi (Tetsu no Kuni); Markas Besar Persatuan Shinobi. Negara ini memiliki sejumlah besar samurai yang kuat, karena itu mereka tidak membutuhkan seorang shinobi pun. Sebelum perang, kelima Kage dari Lima Desa Besar Tersembunyi mengadakan pertemuan di negara ini, dan sekarang, negara ini menjadi Markas Besar Persatuan Shinobi. Markas Besar Persatuan Shinobi telah ditetapkan di Negara Besi, tempat dimana aliansi pertama kali dibentuk. Seluruh desa terkemuka dari kelima Negara Besar Shinobi menugaskan beberapa shinobinya untuk mengadakan pertemuan di markas besar, dan—tak peduli siang ataupun malam—melanjutkan kerja keras mereka demi perluasan dunia ninja secara keseluruhan. Pertemuan ini dipenuhi oleh orang-orang yang menopang beban era dunia shinobi yang selanjutnya. Tempat ini merupakan tempat dimana masa depan Shinobi didiskusikan. Shinobi yang dikirim untuk pertemuan ini merupakan shinobi yang berkapabel di desanya, yang dipertimbangkan sebagai kandidat Kage ataupun jabatan lainnya. Diantara mereka, Shikamaru dan Chojuro adalah yang paling muda. Selain Shikamaru dan Chojuro, yang memimpin rapat, ada juga Temari dari Sunagakure, dan Omoi dari Kumogakure. Shikamaru ditugaskan sebagai pimpinan dari pertemuan shinobi ini. Tentu saja, ia tidak mengajukan dirinya. Ini merupakan hasil rekomendasi dari semua orang.
  • 19. “Shikamaru-san?” suara Chojuro terdengar seperti khawatir akan keheningan Shikamaru yang berkepanjangan. Shikamaru berdeham, melihat kearah seluruh anggota, membuka mulutnya untuk bicara. “Saya yakin bahwa kita tidak memiliki topik baru untuk dibicarakan pada pertemuan ini. Saya berharap pertemuan-pertemuan berikutnya dapat berjalan singkat seperti ini. Dengan begitu, sampai bertemu lagi bulan depan.” Seusai menutup pertemuan itu, Shikamaru segera melangkahkan kakinya, mengumpulkan semua gulungan dan dokumen yang tersebar sepanjang meja, melipat dan menggulungnya, kemudian bersiap untuk meninggalkan ruangan Karena bingung akan sikap pemimpinnya yang dingin, anggota lainnya bersiap meninggalkan ruangan dengan segera. Semua orang keluar ruangan menuju dua lorong di kanan dan di kiri. Meskipun begitu banyak shinobi yang berjalan di lorong dengan gelisah, tak satupun suara langkah mereka yang terdengar. Bagaimanapun juga mereka adalah shinobi. Suara langkah orang lain pasti dapat terdengar, namun tidak dengan suara langkah shinobi. Itu merupakan hal yang paling mendasar dari hal-hal dasar yang diajarkan di akademi ninja. “Oi.” Sebuah suara memanggilnya dari belakang. Shikamaru mendecakkan lidahnya dengan gelisah. Saat ini, pemilik suara itu adalah orang yang paling tidak ingin ia ajak bicara. Ia terus melangkah seolah tak mendengar panggilan itu. “Tunggu, Shikamaru!” Suara itu terasa seperti menghantamnya dari belakang. “Ada apa?” Shikamaru menolehkan kepalanya untuk sekedar melihat wanita di belakangnya dari balik bahunya. Temari dari Suna. Rambutnya kini lebih pendek dibanding dua tahun lalu, dan sekarang diikat dua pada bagian kanan dan kiri. Wajahnya tampak seperti orang dewasa, matanya tampak lebih teduh dibanding dulu. Ia lebih tua dari Shikamaru. Daripada mengatakan bahwa ia terlihat seperti orang dewasa, akan lebih tepat jika dikatakan bahwa ia telah tumbuh menjadi orang dewasa yang menawan. “Ada apa dengamu?” Tanyanya.
  • 20. Matanya tampak seperti lebih sayu dibanding dulu. “Aku tidak mengerti maksudmu.” “Kau bersikap aneh belakangan ini.” Temari mengulurkan tangannya yang ramping untuk menggapai pundak Shikamaru, memutarnya agar menghadap ke arahnya. Merepotkan… Kata yang hampir keluar dari tenggorokannya itu kembali ia telan dengan penuh ketakutan. “Seperti sikapmu yang dingin pada pertemuan tadi.” Ia berkata, “Kau membuat keputusan tanpa mengungkapkan sepatah kata atau memberikan penjelasan, itu membuat semua orang gugup, atmosfir berubah menjadi tegang.” “Oh ya?” “Kau bahkan tidak menyadarinya…?” Mata Temari sedikit melebar. “Apa ada yang salah?” “Tidak ada…” “Ada hal yang tak ingin kau beritahukan padaku, benarkah itu?” Tatapan Temari seperti terluka. Sejak perang usai, terhitung sudah dua tahun Shikamaru telah bekerja sama dengan Temari. Temari merupakan partner yang baik dan pengertian. Mereka berdua berbagi perasaan yang sama, yaitu tidak ingin seluruh shinobi yang telah dipersatukan terpisah kembali, begitu juga dengan niat mereka untuk bekerja sama dan membangun Persatuan Shinobi sebaik mungkin. Jika kalian melihat ikatan yang kuat antara Naruto, yang bertekad untuk menjadi Hokage Konoha, dan Gaara, Kazekage Suna, maka dapat dikatakan dengan mudah bahwa ikatan antara Suna dan Konoha merupakan yang terkuat diantara desa lainnya. Begitu juga dengan kekuatan eksternal seperti dalam pekerjaan, maka wajar jika Shikamaru dan Temari telah mencapai tahap dimana mereka memberikan dukungan yang terbesar satu sama lain di Persatuan Shinobi. “Sesuatu sedang terjadi di Konoha, kan?” Temari sudah membuat tebakan yang tepat. Namun, ia melewatkan satu hal kecil. Situasinya tidak terjadi di Konoha, meskipun situasinya mempengaruhi seluruh shinobi Konoha. Teori Temari setengahnya benar, setengahnya salah.
  • 21. Jika ada suatu hal yang tak mengubah hidup shinobi, maka itu adalah ketika segala hal yang telah melewati perbatasan desamu, harus segera didiskusikan dengan desa lainnya. Ini merupakan aturan dasar Persatuan Shinobi. Langkah yang diambil oleh Shikamaru dan Kakashi jelas-jelas merupakan sebuah pelanggaran. Namun, walaupun terdapat peraturan tak langsung tersebut, Shikamaru masih tak berniat untuk mengatakan hal itu pada Temari. Sebuah langkah yang tidak bijak untuk melibatkan seluruh Persatuan ke dalam urusan Negeri Sunyi. Konoha akan menangani masalah ini sendiri… Ia sendiri yang akan menanganinya. “Kau tak bisa mengandalkanku dalam hal apapun?” “Tidak.” Nada Shikamaru yang tajam membuat mata Temari meredup. “Jadi seperti itu…” Sebuah tinju melayang tepat setelahnya. Selang sedetik, wajah Temari yang menampakkan ekspresi tersinggung berubah menjadi kemarahan besar. Tak ada waktu lagi untuk menghindarinya. Bahkan sebelum Shikamaru menyadari apa yang sedang terjadi, tubuhnya sudah melayang ke arah lain. Tubuhnya terguling di lantai lorong sebelum akhirnya terduduk. Ia terdiam kemudian menggerakkan tangannya untuk menyentuh pipinya yang memerah dan terasa pedih menyengat. Temari menatapnya dengan menampakkan ekspresi kemarahan di wajahnya. “Aku tak percaya bahwa aku salah menilaimu selama ini!” Ia berteriak dengan penuh amarah, kata-katanya seolah berubah menjadi angin yang menghantam wajah Shikamaru. “Aku- aku minta maaf…” Permintaan maaf itu meluncur tanpa disadari. Dulu sewaktu ayahnya baru pulang saat matahari terbit, ibunya memaki ayahnya di depan pintu masuk. Entah bagaimana, Shikamaru menemukan dirinya dimaki dengan makian yang serupa oleh Temari. Temari melangkah melewati Shikamaru dengan langkah yang besar dan cepat, kemudian menghilang dibalik punggungnya.
  • 22. Sudut matanya tampak sedikit basah… * “Kau sudah berhenti makan.” Suara itu merupakan suara Chouji yang duduk di depannya, kedua pipinya menggembung terisi makanan. Ino duduk disebelahnya. Mereka berada di Yakiniku Q. Dua tahun setelah perang, kedua temannya sudah tumbuh dewasa. Chouji masih tetap gemuk seperti biasanya, namun matanya menampakkan perawakan yang maskulin, dan kini ia memiliki jenggot. Rambut Ino tumbuh panjang dan lebih panjang lagi, ia membiarkan poninya yang panjang terurai, tampak lebih dewasa daripada sebelumnya. “Apa kau makan sesuatu sebelum kemari?” Chouji membuka mulutnya untuk melahap daging lagi, mengunyahnya dan kemudian menelannya. “Shikamaru dan aku sudah berhenti tumbuh sejak lama, jadi kami tidak makan secara berlebihan sepertimu, Chouji.” “Hey!” Mata Chouji membelalak karena marah. Shikamaru tertawa lepas. Rasa tenang menyelimuti hatinya. Rasanya sudah lama. “Aku sengaja datang untuk makan siang bersama kalian, jadi untuk apa aku makan sebelum kemari?” Shikamaru mengarahkan sumpitnya menuju potongan daging yang hampir gosong. Sepasang sumpit lainnya menghadang sumpit Shikamaru. “Hey, tadi aku yang memanggang potongan daging itu!” Protes Chouji. “Baiklah, baiklah.” Mereka telah melalui saat-saat seperti ini berkali-kali sebelumnya. Shikamaru melepaskan potongan daging itu, menuju daging potongan daging di sebelahnya. Ia melirik ke arah Ino, yang mengangguk memberikan persetujuan. “Sudah lama sejak terakhir kali kau mengajak kami keluar, Shikamaru.” Ucap Ino. “Iya,” Chouji menimpali, “Belakangan, aku sangat jarang bertemu denganmu kecuali jika kita mengatur waktu seperti ini.” “Shikamaru punya banyak pekerjaan di Persatuan Shinobi dan ia juga membantu Hokage. Dia sangat sibuk, Chouji, tidak bisa terlalu sering pergi bersama kita.”
  • 23. “Aku mengerti, tapi…” Chouji meletakkan kedua tangannya di atas meja, pipinya menggembung karena merengut. Ketika sebagian dari diri Shikamaru merasa senang karena mereka menyadari ketidakhadirannya, sebagian lainnya merasa kesepian, seperti ada jarak yang memisahkan mereka dengan dirinya. Jika ia ingin menjadi orang dewasa, maka ia harus berhenti berpikir seperti anak- anak. Mereka sudah lama lulus dari Akademi. Semua hal tidak sama lagi seperti dulu saat ia bisa bermain bersama teman-temannya hingga menjelang malam. Sama seperti Shikamaru yang dibanjiri dengan pekerjaan dari organisasi dan tanggung jawabnya pada Konoha, Ino dan Chouji yang telah berjuang pada perang yang lalu, menjadi Chuunin yang hebat dan dapat diandalkan. Disaat mereka mengatakan ini semua karena Shikamaru yang sangat sibuk, sebenarnya mereka juga memiliki waktu bebas yang sama sedikitnya. Dan juga, mereka datang untuk bertemu dengan Shikamaru tanpa mengeluh, karena Shikamaru berkata bahwa ia ingin menemui mereka. Mereka adalah teman yang paling lama dan paling dekat dengannya. “Ada apa?” Ino bertanya saat ia melihat sumpit Shikamaru mengambang di udara, tak bergerak. “Bukan apa-apa. Aku hanya ingin bertemu kalian sebentar.” Shikamaru memasukkan potongan kecil daging ke mulutnya. “Ah, oke.” Ino tidak bertanya apa-apa lagi setelah itu. Chouji melanjutkan menikmati kegiatan memenuhi mulutnya dengan daging. Lalu, ketiganya mulai mengobrol. Obrolan ringan dan konyol. Cinta abadi Chouji pada makanan. Kisah cinta Ino, seperti biasanya. Kemudian, mengenang Asuma… Shikamaru dapat merasakan jarak yang memisahkannya dengan teman- temannya berkurang. Rasanya seperti kembali ke waktu pertama kali Asuma membawa mereka kesini. Pada masa itu, hidupnya penuh dengan keluhan tentang semua hal yang ‘merepotkan’…
  • 24. Ketika melihat Chouji dan Ino yang sudah tumbuh dewasa. Shikamaru menyadari betapa mereka tak akan bisa kembali ke masa-masa itu. – Shikamaru pulang ke rumah sendirian. Hingga penghujung hari, ia tak mampu memberitahukan mereka. Ia awalnya berpikir jika ia akan pergi ke Negeri Sunyi, maka ia akan mengajak mereka berdua. Ia bermaksud mengajak mereka makan untuk mebicarakan hal tersebut. Tapi saat melihat senyum di wajah mereka, entah bagaimana ia tak mampu berkata apapun. Jalan ia ia tempuh merupakan jalan yang gelap. Demi Konoha, demi Persatuan Shinobi, demi kehidupan setiap shinobi, seseorang harus dibunuh. Dalam keadaan ini, kemenangan tak dapat diraih dengan cara yang wajar, dan karena itu, pria itu harus dibunuh secara diam-diam. Pembunuhan. Pembunuhan bukanlah hal yang baru untuk shinobi. Seiring dengan waktu, cepat atau lambat kau akan menyadari bahwa hal itu merupakan hal yang biasa di dunia ini. Namun, tetap saja… Adalah hal yang baik untuk memperkecil jumlah orang yang harus melakukan pekerjaan kotor tersebut. Ia tak sampai hati untuk membawa serta Chouji dan Ino ke jalan penuh kegelapan ini. “Jadi, sepertinya Anbu…” Shikamaru mendongak ke arah langit malam, dan tak satupun bintang yang tampak. Bersambung… General Links:
  • 25. Shikamaru Hiden, Chapter 4 – Shikamaru sedang berasa di ruangan Kakashi. Hokage Keenam itu dikelilingi oleh segunungdokumen seperti biasanya. Ia menandatangani dokumen-dokumen itu secepat kilat seakan hanya menunggu waktu hingga ia melemah karena kelelahan Jendela sepanjang ruangan itu dibiarkan terbuka, dan kalian dapat melihat jalanan di sepanjang Konoha. Desa itu tampak bersinar dibawah teriknya matahari pagi, semuanya dibalut dalam atmosfirlembut yang menenangkan. “Aku sudah membuatmu menunggu.” Ucap Kakashi sembari merapikan seberkas dokumen di mejanya. “Ada urusan apa kau datang kemari?” “Negeri Sunyi.” “Ah, itu ya…” Shikamaru masih belum menyelesaikan laporannya tentang pertemuan Persatuan Shinobi yang lalu. Tidak ada hal yang terlalu penting dalam laporan itu, jadi ia meninggalkannya. “Semuanya berjalan seperti biasa di Persatuan Shinobi. Organisasi itu terdiri dari orang- orang yang berkapabel, tidak ada yang perlu dikhawatirkan.” “Kau adalah salah satu dari orang-orang yang berkapabel itu.” Apakah itu benar? Apakah ia benar-benar merupakan orang yang pantas untuk mewakili Konoha? “Apa kau benar-benar berniat untuk pergi?” Tanya Kakashi. “Ya.” Kakashi menghembuskan nafas yang besar karena jawaban itu. “Apa kau benar-benar harus pergi?” “Sai sudah tertangkap. Desa kita sudah kehilangan shinobi dengan jumlah yang besar, baik mereka yang hilang saat perang maupun yang hilang setelahnya. Apakah mereka pergi dengan keinginan sendiri atau mereka ditangkap oleh Gengo adalah hal yang harus kita verifikasi. “Tekadmu sudah sangat bulat, huh.” Shikamaru mengangguk dalam diam.
  • 26. Kakashi memejamkan matanya dan menggelengkan kepalanya. Ia kembali melihat ke arah Shikamaru. “Aku mengerti. Aku takkan mengatakan apa-apa lagi. Menurutmu siapa yang akan kau bawa? Kau tidak berencana pergi sendiri, kan?” “Bisakah kau menyiapkan dua Anbu untukku?” “Huh…” Kakashi menopang dagunya dengan satu tangan, sikunya berada di atas meja. Matanya menampakkan ekspresi serius. “Kenapa tidak Ino dan Chouji?” “Kombinasi InoShikaChou dapat digunakan untuk serangan diam-diam, namun aku rasa tidak cocok digunakan dalam misi ini.” “Karena ini misi pembunuhan, kan?” “Terlebih lagi, penyelinapan adalah hal penting dalam misi ini. Aku butuh orang yang dapat menyembunyikan chakra.” “Hmm…” Kakashi memejamkan matanya dan berpikir. Ia memikirkan permintaan Shikamaru danmencocokkannya dengan beberapa rencana di kepalanya. “Yang melakukan serangan untuk membunuh bukan kau, kan?”. “Aku berniat menggunakan jurusku untuk mengunci target.” “Kalau begitu kau membutuhkan seseorang yang akan melakukan serangan untuk membunuh.” Kakashi menyimpulkannya terlebih dahulu. Ia mengerti apa yang Shikamaru pikirkan. Dua orang Anbu… Satu orang yang dapat memanipulasi chakra dan menyembunyikan keberadaan mereka. Satu orang lagi memiliki jurus yang dapat digunakan sebagai serangan untuk membunuh. “Aku tahu orang-orang yang cocok.” Ucap Kakashi. “Terima kasih.” “Aku akan mengaturnya.” “Apa kau tidak punya hal lain yang ingin dibicarakan mengenai tugasku?” Tanya Shikamaru. “Tidak ada tugasmu yang lain yang lebih mendesak dari masalah ini” Ucap Kakashi, dan saat itu kaudapat merasakan bahwa ia benar-benar merupakan seorang Hokage.
  • 27. Ia memperhitungkan berbagai permasalahan penting dengan tenang, dan membuat keputusan mengenai apa yang akan dilakukan dengan cepat dan tegas . Karena kemampuannya lah shinobi dapat bekerja dibawahnya tanpa khawatir dan memberikan segalanya untuk desa. Shikamaru berpikir mereka mungkin tak akan bisa melakukan apapun tanpanya. Ia tak pernah berpikir seperti ‘aku ingin menjadi Hokage’. Akan tetapi, bohong jika mengatakan bahwa iya tidak merasa sedikitpun termotivasi untuk tumbuh. Di depan pria seperti Kakashi, Shikamaru masihlah muda dan belum berpengalaman, tak bisa dibandingkan dengannya, dan itu membuatnya frustasi. “Aku akan memerintahkan mereka untuk segera kembali. Kau bisa menunggu sedikit lebih lama, kan?” “Tolong lakukan secepat mungkin.” “Aku mengerti.” Kakashi tersenyum dibalik maskernya dan berdiri. Ia membelakangi Shikamaru, menerawang ke arah pintu. “Kau tidak perlu terlalu membebani dirimu sendiri, kau tahu kan.” Gumam Kakashi. Shikamaru tak menjawab. Membebani dirinya sendiri… Mungkin bisa dibilang begitu. Di satu sisi yang bahkan ia sendiri tidak mengerti, Shikamaru entah bagaimana, berakhir dengan memikul banyak—begitu banyak beban. Meskipun ia mengatakan bahwa semua hal itu merepotkan, entah bagaimana ia akhirnya bertingkahtidak seperti dirinya, dan memikul begitu banyak hal. Meskipun semua beban ini menjadi terlalu berat untuk dipikulnya, ia pun tak bisa membiarkannya begitu saja. Shikamaru sebenarnya juga takut. Ia merasa bahwa ia bisa menyingkirkan segalanya, dan kehilangan dirinya dalam prosesnya. Ia bisa kembali menjadi seseorang yang selalu mengatakan semua hal itu merepotkan. Jika iamenyingkirkan semua kewajiban dan bebannya untuk sesaat, bukankah besar kemungkinan bahwa ia tak akan mengambilnya lagi? Dan ketika hal itu terjadi, maka apakah itu merupakan keadaan dimana tak ada lagi yang membutuhkannya?
  • 28. Pikiran itu sendiri sebenarnya sangatlah menakutkan. “Aku ingin memberitahumu apa yang kupikirkan sekarang.” Kakashi mengangkat tangan kirinya ke udara, membiarkan sekelibat petir muncul. “Saat ini, aku sangat ingin mengabaikan semua kewajibanku sebagai ke Hokage dan pergi ke Negeri Sunyi.” Shikamaru dapat mendengar jelas jeritan frustasi dari hati Kakashi: bagaimana seorang pria ingin mengabaikan segalanya untuk pergi dan membunuh Gengo dengan kedua tangannya. Tapi tanggung jawabnya sebagai Hokage tidak bisa ia tinggalkan begitu saja. “Sejujurnya,” Ucap Kakashi “Aku merasa…adalah hal yang tidak pantas bagiku untuk membebanimu dengan hal ini.” “Naruto dan aku, dan semua teman-teman sebaya kami, sudah menempati posisi dengan berbagai beban dan tanggung jawab. Kau tak perlu memikulnya sendirian.” “Apa memang begitu…” Petir ditangan Kakashi lenyap tanpa menjadi apa-apa. “Shikamaru.” Kakashi melirik ke arah pemuda berklan Nara itu. “Aku terkadang berpikir apasebenarnya arti menjadi dewasa.” “Tolong jangan tanyakan padaku jawabannya.” Shikamaru menghela nafas. – “Aku akan datang lagi.” Shikamaru berbicara pada batu nisan. Berpaling sejenak, matanya terpaku pada nama yang terukir pada batu itu: Nara Shikaku. Secara natural, ia ingin mengunjungi makam ayahnya setelah pertemuannya dengan Kakashi usai. Apa artinya menjadi orang dewasa? Ia merasa seperti akan menemukan jawaban dari pertanyaan Kakashi disini. Pada Perang Dunia Shinobi ke-4, ayahnya bersama kelima Kage berada di markas besar aliansi.Setelah kelima Kage berangkat ke garis depan pertarungan karena parahnya keadaan perang, ayah Ino dan ayah Shikamaru ditugaskan untuk memberi arahan kepada seluruh pasukan. Kemudian, Obito telah membangkitkan Juubi dan membuatnya meluncurkan Bijuudama- nya untuk membuat kekacauan diantara pasukan aliansi. Saat serangan yang mematikan
  • 29. itu mendekat, waktuterakhir Shikaku dihabiskan untuk berpikir dan mengatur strategi selanjutnya untuk pasukan aliansi. Ia telah menjadi seorang Shinobi hingga akhir hidupnya. Tidak… Kenyataannya adalah, hingga akhir hidupnya, Shikaku telah menjadi seorang ayah. Meskipun yang mengetahui kebenaran itu hanya Shikamaru, putranya. Sebenarnya apa arti menjadi orang dewasa? Shikamaru memikirkan hal itu sesaat. Setelah memberikan salam perpisahan pada makam ayahnya, kaki Shikamaru melangkah ke makam yang selanjutnya ingin ia kunjungi. Makam gurunya. Sarutobi Asuma… Ia adalah seorang pria yang telah meninggalkan kehidupan elit yang ia sandang sebagai darah daging Hokage Ketiga, dan lebih memilih untuk berjaga di garis depan. Setelah Shikamaru lulus dari akademi, dibawah didikan Asuma–lah ia dibesarkan sebagai shinobi seperti sekarang ini. Bersama Ino dan Chouji, ketiganya terus-menerus mengikuti jejak Asuma,berjuang dalam berbagai misi. Asuma, yang melewati berbagai keadaan krisis dengan rokok di mulutnya dan sikapnya yang santai, telah menjadi inspirasi bagi Shikamaru. Dan kini, Asuma tak dapat ditemukan lagi di dunia ini. Ia gugur dalam pertarungan melawan kelompok ‘Akatsuki’ yang berencana untuk menguasai dunia. Ia mati demi menjaga agar Shikamaru tetap hidup… Asuma sudah mengetahui bahwa mereka tidak punya kesempatan untuk menang melawan kemampuan yang tak seperti manusia dari anggota Akatsuki yang mereka hadapi, dan gugur karena mempertaruhkan hidupnya untuk melindungi Shikamaru dan rekannya yang lain. Ia juga telah menghabiskan waktu terakhirnya untuk memikirkan orang lain. Shikamaru belum menemukan sesuatu yang membuatnya mempertaruhkan nyawanya demimelindunginya.
  • 30. Tentu saja, semua orang di desa ini dan semua temannya sangat berharga untuknya. Namunperasaan itu berbeda dengan rasa ingin melindungi yang ditunjukkan oleh ayahnya dan Asuma. Mungkin itu artinya Shikamaru belum menjadi orang dewasa. Awalnya ia berpikir bahwa kata ‘dewasa’ yang ambigu mengacu pada seorang anak yang karena suatu hal terjebak dalam tubuhnya sendiri. Dalam kasus itu, bahkan Kakashi pun hatinya masih seperti anak-anak. Namun Kakashi telah memiliki sesuatu yang membuatnya akan menukarkan nyawanya untuk melindunginya. ‘Untuk seorang Hokage, setiap orang di desa adalah anaknya’. Itu adalah kata-kata dari Ayah Asuma, Hiruzen, Hokage Ketiga. Mungkin ketika Kakashi memilih untuk menjadi Hokage, maka ia telah menjadi orang dewasa. Ia tidak lagi yakin tentang hal itu… “Shika niichan!” Shikamaru tersadar dari lamunannya karena suara riang yang mencapai telinganya. Seorang balita montok yang terhuyung-huyung menuju ke arahnya. Berayun ke kiri dan kanan menggunakan kaki kecilnya yang kikuk, ia berjalan ke arah Shikamaru selangkah demi selangkah. “Mirai.” Shikamaru memanggil namanya, suaranya secara natural berubah menjadi ceria dan penuh perasaan. Rasa tegangnya melunak, dan bibirnya bergerak membentuk senyuman. “Gyaa!” Mirai kemudian menuju ke tempat ia berdiri, dan memeluk kakinya dengan tanganpendeknya yang kecil. “Shika niichan!” Balita itu menatapnya dengan matanya yang cerah, wajah mungilnya tersenyum lebar. Senyum balita itu seperti matahari, dan Shikamaru dapat merasakan hatinya yang beku mencair karena kehangatannya. “Sudah lama ya, Shikamaru.” “Kurenai-sensei.” Shikamaru memberi salam kepada wanita berambut gelap yang merupakan ibu dari Mirai.
  • 31. “Aku bukan seorang sensei lagi, berhenti memanggilku seperti itu.” Katanya sambil tertawa. Sarutobi Kurenai… Sebenarnya, ia merupakan seorang jounin pemimpin seperti Kakashi dan Asuma, yang bertanggung jawab untuk memimpin tim yang beranggotakan beberapa teman sekelas Shikamaru. Namun sekarang ia adalah seorang ibu yang mengabdikan seluruh waktunya untuk merawat anaknya. “Kau datang untuk mengunjungi makam Asuma?” Tanyanya. “Iya.” “Dan makam ayahmu?” “Aku baru saja mengunjunginya.” Sembari mendengar pembicaraan mereka dan masih memeluk kaki Shikamaru, Mirai tersenyum dan mengangkat kepalanya. “Shika niichan! Bertemu ayah!” Meskipun balita itu baru bisa menggunakan kalimat yang terputus-putus, ia memiliki keinginan yang besar untuk mengungkapkan apa yang ia ingin katakan. Saat melihat ke arah Mirai, hati Shikamaru menghangat. Untuk menjadi guru dari anak ini… Adalah janji yang ia buat pada Asuma dan Kurenai. “Aku tahu, kau kesini untuk bertemu ayahmu, huh?” Shikamaru berjongkok agar ia dapat berbicara dengannya, mata bertemu mata. Mirai mengangguk senang karena merasa dimengerti. “Wah, hebat sekali, Mirai.” Ucap Shikamaru, menepuk kepala Mirai dengan lembut. Rasa lembut dari rambut balita yang masih halus itu menjalar di lengannya hingga mencapai hatinya, berubah menjadi rasa tenang yang menyeruak ke dalam perasaannya. “Cepatlah besar, oke?” “Mm.” “Kau benar-benar menyayangi Shikamaru niichan-mu, huh Mirai?” Ucap Kurenai. Mirai mengangguk dengan antusias hingga ia hampir terjungkal ke depan, dan Shikamarumenggapai untuk menangkapnya dengan kedua tangan. Demi anak ini, dia benar-benar tak boleh pergi hanya untuk mati…
  • 32. “Betul sekali!” Mirai mengatakan kalimat itu pada waktu yang tepat, seolah ia dapat membaca perasaan Shikamaru. “Baiklah, terima kasih telah menyukaiku.” Shikamaru menggendong Mirai dan mengangkatnya ke udara. Anak perempuan berusia dua tahun itu tertawa girang. Shikamaru berpikir pada dirinya sendiri sekali lagi, lebih kuat dari sebelumnya. Aku benar-benar tidak boleh mati. Bersambung… General Links: Shikamaru Hiden, Chapter 5 – Berdiri di depan Shikamaru, dua wajah baru berwarna putih: kucing dan kera. Tentu saja, kedua wajah hewan itu hanyalah topeng, dan dari leher ke bawah berbentuk manusia. Mereka menggunakan seragam hitam pekat yang melekat pada kulitnya, begitu juga jaket pelindungKonoha yang baru didesain ulang. Jaket pelindung yang lama memiliki saku di kedua sisinya pada bagian dada agar shinobi dapat menyimpan gulungan atau peralatan ninja, namun desain yang baru sudah tidak menggunakannya lagi dan membuatnya lebih sederhana. Ini merupakan efek samping dari era perdamaian yang telahterwujud setelah perang berakhir. Dimana terlukis mata di topeng kedua Anbu tersebut, terdapat lubang seperti goa yang dalam dan gelap. Pada kedua topeng itu terlukis mulut yang tipis, melengkung dari pipi ke pipi. Pada topeng kucing terlukis garis tipis berwarna merah di bawah matanya. Pada topeng kera terlukis alis merah tebal yang membuatnya terlihat seperti sedang marah. Kedua Anbu itu mengaitkan tangannya dibalik punggungnya, dan celah mata pada topeng mereka membuat Shikamaru merasa sedang diawasi. “Ini mereka berdua, aku rasa mereka bisa melakukan segala yang kau harapkan.” Ucap Kakashi dari tempat ia duduk di balik mejanya.
  • 33. Dari tempat Shikamaru berdiri, Anbu bertopeng kucing berada di kanan, dan yang bertopeng kera berada di kiri. Kedua Anbu itu memiliki berbedaan tinggi yang sangat jauh. Si Kera 176 cm, sedikit lebih tinggi dari Shikamaru, sedangkat Si Kucing tingginya hanya sepundak Shikamaru. Jadi, yang bertopeng kera adalah pria, dan yang bertopeng kucing adalah wanita… Meskipun tanpa perbedaan tinggi, struktur tubuh mereka sangatlah jelas. “Kalian berdua, lepaskan topeng kalian.” Instruksi Kakashi. Tangan kedua Anbu itu terangkat mencapai topeng mereka sesuai perintah Kakashi, perlahan menurunkannya untuk memperlihatkan wajah mereka yang sebenarnya. Memang sebuah ciri khas seorang Anbu untuk memakai topeng dengan wajah hewan. Karena mereka biasanya berurusan dengan misi gelap sepeti pembunuhan atau menyebabkan kekacauan di negara luar, mereka tidak mau membiarkan orang lain mengetahui identitas mereka. Bahkan masyarakat Konoha sendiri tidak mengetahui siapa yang merupakan Anbu, siapa yang tidak. ‘Orang-orang yang datang dan pergi dari desa tanpa memakan apapun adalah Anbu.’ Banyak sekali beredar rumor dan spekulasi seperti itu. “Pria ini adalah Rou, and anak perempuan ini adalah Soku.” Kedua Anbu itu membungkuk memberi salam pada Shikamaru saat Kakashi memperkenalkan mereka. “Memiliki perempuan yang sangat muda di Anbu…“ “Tidak terpikirkan, kan?” Soku memotong gumaman Shikamaru. “Tapi di dunia Shinobi, kemampuan adalah segalanya, dan aku memasuki Anbu dengan membuktikan nilai dari kemampuanku, kau tahu.” “Dia benar.” Kakashi setuju dengan Soku. Shikamaru tak bisa memungkiri keterkejutannya. Soku masih sangat muda. Ia paling tidak lebih muda 5 atau 6 tahun dari Shikamaru, dan pasti baru saja lulus dari akademi. Ia memiliki pipi kemerahan yang chubby, namun juga memiliki bibir tipis membentuk rengutan yang memancarkan tekad. Alis tipisnya melengkung dan matanya memancarkan kepercayaan diri. Sesuatu darinya membuat Shikamaru merasa seperti inilah bentuk Temari saat kanak- kanak.
  • 34. “Hinoko diakui kemampuannya dan direkrut ke Anbu ketika ia baru saja lulus dari Akademi. Meskipun usianya baru 14 tahun, ia telah menyelesaikan misi dengan jumlah besar.” Ucap Kakashi. “Ia sangat diandalkan dalam Anbu” “Tidak baik menilai kemampuan seseorang hanya dari penampilannya saja, kau tahu.” Ucap Soku, menggembungkan pipinya sedikit. “Dan Tuan Hokage, aku terus-menerus memberitahumu untuk tidak memanggilku dengan nama asli, kau tahu.” “Hinoko… Nama yang sangat bag-” Dalam sekejap, Soku telah hilang dari pandangan Shikamaru dan sebelum ia menyadarinya, sebuah jari dengan sinar oranye berchakra ditekankan ke arah dahinya. “Aku benci dipanggil dengan nama asliku, kau tahu. Jadi berhati-hatilah, jangan menggunakannya.” Shikamaru dapat merasakan sejenis percikan muncul dari ujung telunjuk Soku. Tampak seperti versi kecil dari raikiri Kakashi. Chakra meletup dari ujung jari Soku… “Berhenti sekarang juga, Soku.” Pria yang berbicara adalah pria yang membawa topeng kera. Kakashi memperkenalkannya sebagai Rou. Ia memiliki alis yang tebal, rahang yang kuat dan tegas, kelopak mata segaris yang menatap kearah Soku menunjukkan ketidaksetujuannya. “Aku harus memperjelas hal ini dari awal, kau tahu.” Soku membalas. “Aku tidak terima dipandang rendah sebagai anak kecil, kau tahu.” “Salahku. Aku akan berhati-hati kedepannya.” Shikamaru memberikan permintamaafan sederhana. Tidak perlu memperburuk situasi, dan ia tidak punya waktu untuk berurusan dengan emosi gadis muda itu. Soku mengalihkan pandangannya dari Rou dan kembali ke Shikamaru. “Selama kau mengerti, kau tahu.” Ia berbalik dan kembali ke tempatnya, mengembalikan posisinya ke posisi yang sama dengan tangan dibalik punggungnya. “Rou dapat dengan bebas memanipulasi kualitas dan kuantitas chakra; baik miliknya sendiri atau milik siapapun yang ia jadikan target dan kenali.” Ucap Kakashi, Rou memberikan anggukan kecil. “Apa itu berarti kau juga bisa meningkatkan chakra?” Tanya Shikamaru. “Pertanyaan yang pintar.” Komentar Kakashi.
  • 35. “Chakra yang dapat kuubah hanyalah chakra yang dirasakan oleh orang lain.” Ucap Rou. “Untuk menjelaskannya, jika saya meningkatkan chakra anda, Shikamaru-dono, saya tak akan bisa mengubah potensi pertempuran pada akhirnya. Chakra anda hanya akan tampak lebih besar dalam persepsi orang lain. Dengan kata lain, jurus saya tidak akan efisien untuk mengelabui jika subjek dari manipulasi chakra tidak berpartisipasi dalam pengelabuan.” Rou memiliki gaya bicara yang sangat kuno, dan ditambah dengan penampilannya yang berperawakan besar, tampak lebih seperti samurai daripada ninja. Shikamaru memberikan pria itu anggukan untuk menunjukkan bahwa ia mengerti akanpenjelasannya, dan membuka mulutnya untuk berbicara lagi. “Saat kau mengatakan bahwa kau dapat mengubah kuantitas chakra yang dirasakan, apakah itu berarti kau dapat menghapusnya juga?” Bagaimanapun caramu melihatnya, Rou jelas terlihat berada di usia empat puluhan. Iapaling tidak berusia dua puluh tahun lebih tua dari Shikamaru. “Itu pasti mungkin. Saya dapat membuat chakra dari target manapun menghilang seperti yang anda telah deskripsikan, sementara anda dapat melacak mereka, Shikamaru-dono.” Dengan cara bicara pria itu yang kuno, Shikamaru setengah mengira kata ‘mengikuti jejak’ daripada ‘melacak’, dan merasa sedikit ragu dengan kata modern yang tidak teratur “Aku rasa jurusnya sangat cocok untuk tugas ini, menurutmu bagimana?” Tanya Kakashi. “Itu akan bekerja. Dan si kecil?” Shikamaru bertanya, mengalihkan pandangannya ke arahSoku. Alis gadis itu berkedut karena dipanggil ‘Si Kecil’. Anak itu tampaknya tak menyadari bahwa ia masih anak-anak. Shikamaru belum yakin apakah hal yang bagus atau tidak kegunaan gadis itu dalam misi. “Sebuah demostrasi akan bagus, bukankah begitu?” Ucap Kakashi pada Soku. Gadis itu mengangguk dan berbalik. Iya merentangkan tangan kirinya sehingga menghadap ke jendela yang terbuka sepanjang ruangan Kakashi. Pada arah yang ia tunjuk, Shikamaru dapat melihat burung walet sedang terbang di luar. “Jurusku adalah jarum chakra, kau tahu…” Soku bergumam, dan sebuah kilat chakra oranye meletup dari jari telunjuknya. Saat itu, burung wallet yang dikejutkan oleh suara keras dengan cepat menukik untuk bersembunyi di balik pilar di luar.
  • 36. Jika Soku menembakkan chakranya pada saat seperti ini, tak mungkin ia dapat mengenai target. Chakranya akan mengenai pilar dan hanya meninggalkan goresan di pilar itu. Tapi… Tak ada satupun goresan di pilar itu, dan dari luar walet itu mengeluarkan suara yang tajam dan melengking. Shikamaru segera mengarah ke jendela. Mengeluarkan dan memutar lehernya, matanya mencari-cari dimana burung walet yang terbang tadi, dan menemukan burung itu di tanah. Jelas-jelas terlihat mati. “Aku tidak ingin kau salah paham, kau tahu. Aku menentang pembunuhan tanpa arti.” Soku berbicara dibelakangnya. Ketika ia berbicara, Shikamaru memandang ke arah walet yang kembali seperti biasa, menggoyang kakinya dan bangkit. Kemudian, terbang kembali, bahkan lebih tinggi dari sebelumnya. “Aku membuat chakraku berevitalisasi ketika menembus target barusan, jadi burung walet itu mungkin merasa lebih berenergi dari sebelumnya, kau tahu.” “Bagaimana kau bisa melewati pilar itu?” Tanya Shikamaru, melepaskan tangannya dari ambang jendela dan berbalik menghadap Soku. Anak perempuan itu mengeluarkan tawa, menjulurkan lidahnya sebagai ejekan yang kekanak-kanakan. “Sekali aku telah membidik targetku, tak peduli ia berada dalam pandanganku atau tidak, jarum chakraku akan mengikutinya kemanapun, kau tahu. Jarumku tidak akan berhenti dari jalurnya hingga ia mengenai targetnya.” Jadi. Jurus Rou dapat menghilangkan keberadaan chakra mereka, dan membuat mereka dapat menyusup tanpa terdeteksi. Saat mereka mencapai keberadaan Gengo, Shikamaru akan menggunakan kagemane-nya untuk menahannya. Dan serangan mematikan akan dilontarkan dengan mudah oleh jarum chakra Soku. Semuanya akan baik-baik saja.. Mereka benar-benar dapat melakukannya… “Bolehkah aku bertanya satu hal?” “Tentu saja, kau tahu.” Soku memberikan senyumnya yang penuh kepercayaan diri.
  • 37. “Bisakah kau berhenti menambahkan kata ‘kau tahu’ pada setiap akhir kalimatmu?” * Mereka datang. Para musuh. Ninja Oto. Suruhan Orochimaru. Tidak, tunggu… Sejak kapan aku dikejar? Aku yang seharusnya mengejar seseorang. Seseorang yang harus diselamatkan. Uchiha Sasuke. Teman sekelas yang mampu melakukan segala hal dengan sempurna, yang memiliki kepribadian buruk. …Tapi ia merupakan seorang kawan. Ia tentu saja harus diselamatkan. Aku memimpin sebuah tim untuk pertama kali. Kegagalan bukanlah pilihan. Teman-temanku… Teman-temanku telah dikalahkan, satu per satu. Chouji. Kiba. Neji. Dan kemudian Naruto… Kami dikelilingi oleh ninja Oto yang mencemooh. Aku minta maaf… Aku minta maaf, semuanya. Lain kali, aku tak akan gagal. Jadi aku mohon- aku mohon jangan mati. “AKU MOHON!” Shikamaru terbangun karena jeritan keputus asaannya, menyibakkan selimutnya dengan panik. Seluruh tubuhnya di basahi oleh keringat. Ia baru saja bermimpi…
  • 38. Itu adalah misi pertamanya sebagai Chuunin: untuk membawa kembali missing-nin Uchiha Sasuke yang meninggalkan desa pimpinan Orochimaru. Rekannya adalah beberapa teman sekelasnya dan Neji. Mereka berkurang, satu per satu, dalam pengejaran Sasuke. Shikamaru telah memutuskan untuk mempercayakan segalanya pada Naruto dan bertarung melawan ninja Oto. Dan hasil dari keputusan itu adalah Sasuke meninggalkan desa, dan seluruh temannya mengalami luka parah. Sebagai Chuunin, sebagai pemimpin, misi pertamanya berakhir dengan kegagalan yang membuatnya putus asa. Shikamaru mengusap keringat di dahinya, dan perlahan mengambil nafas dalam-dalam. Kenapa ia bermimpi seperti itu? Hingga kini, ia tak pernah melihat kejadian itu dalam mimpi. Walaupun begitu, kenyataannya luka dari peristiwa itu masih melekat di hatinya. Shikamaru menganggap misi pencarian Sasuke merupakan aib terbesarnya, dan tak pernah gagal memikirkan hal itu kapanpun ia menilai dirinya sendiri. Ia tidak akan pernah lagi tersudut seperti waktu itu… Mimpi hanyalah manifestasi dari alam bawah sadarmu. Lalu, apakah aku sedang tersudut sekarang? “Tidak apa-apa… Tidak apa-apa, Shikamaru…” Meskipun bukan seperti dirinya untuk mencoba menenangkan diri sendiri, kata-kata itu keluar dari mulut Shikamaru sebelum ia mampu menghentikannya. Hatinya masih terpukul, darah menderu ke gendang telinganya seperti lonceng peringatan. Tampaknya ia tak dapat tidur lagi malam ini. Mereka akan segera berangkat saat matahari terbit. Bersambung…
  • 39. Shikamaru Hiden, Chapter 6 – Sekumpulan anak laki-laki berusia sepuluh tahun menyeberangi jalan, tertawa dengan keceriaanyang tampak tak berakhir. Tak jauh di belakang mereka, seorang pria berwajah muram sedang terburu-buru menuju suatu tempat. Anak-anak itu mungkin menuju Akademi, sedangkan pria itu mungkin akan pergi bekerja. Di pinggir jalan, ada sebuah toko yang menjual lauk pauk pada pagi hari, bagian depan toko dikelilingi oleh para ibu rumah tangga yang sedang bergosip dengan berbagai gestur. Itu adalah pemandangan pagi seperti biasa. Pagi yang damai ini, Shikamaru melangkah sepanjang jalan utama yang dimulai dari gerbang depan Konoha yang terbuka lebar dan terus ke arah Kediaman Hokage. Jalan itu berakhir dibalik kediaman itu, yaitu pada Monumen Hokage dimana wajah seluruh generasi Hokage terpahat di sebuah bukit. Tujuan Shikamaru adalah yang terakhir. Ia punya urusan disana. Biasanya, ketika shinobi menerima misi di luar desa, mereka meninggalkan Konoha melalui gerbang utama. Tidak ada peraturan tertentu yang mengatakan hal tersebut, tapi itu adalah sebuah tradisi. Para Anbu merupakan pengecualian. Mereka berurusan dengan misi yang sangat rahasia, sehingga untuk menyembunyikan keberangkatan mereka dari warga Konoha, mereka telah diatur untuk pergi melalui gerbang yang berada pada bukit di balik Kediaman Hokage. Gerbang itu adalah tujuan Shikamaru. Misi kali ini dirahasiakan dari semua orang di desa. Satu-satunya yang mengetahui hanya Kakashi, seorang shinobi yang sulit diatur, dan tentu saja, Shikamaru sendiri, begitu juga Rou dan Soku yang menemaninya. Ia menyerahkan urusan untuk menutupi ketidakhadirannya di desa pada Kakashi. Jika ada yang bertanya tentang keberadaannya, mereka akan diberitahu bahwa Shikamaru ada urusan mengenai Persatuan Shinobi di luar batas desa. Skenario idealnya adalah dengan menyelinap keluar desa tanpa ada yang menyadari kepergiannya, dan kembali sebelum ada yang menyadari ketidakhadirannya. “Hm?” Saat Shikamaru dengan cepat menuju ke gerbang belakang, ia menyadari pria berambut pirang berada dalam jarak pandangnya. Si pirang juga menyadari keberadaannya.
  • 40. “Yoo, pasti itu Shikamaru! Kenapa kau terburu-buru?” Kau tak akan percaya bahwa keduanya sesusia, dengan seringai kekanak-kanakannya yang menyala saat ia menghampiri temannya. Pipinya memiliki tiga garis seperti kumis kucing pada tiap sisinya, dan matanya yang biru tampak bebas dari keraguan dan kebimbangan. “Itu yang seharusnya kutanyakan padamu. Apa yang kau lakukan pagi-pagi begini, Naruto?” Uzumaki Naruto. Ia adalah seorang pahlawan yang telah menunjukkan jalan untuk mengakhiri perang besar yang lalu pada semua orang, putra dari Hokage keempat. Kyuubi telah disegel dalam tubuhnya saat iya baru lahir, dan ia tumbuh dengan menghadapi berbagai prasangka dari orang sekitarnya, ia tak pernah bimbang akan cita-citanya untuk menjadi Hokage, dan tetap menjalani jalan hidupnya. Seperti itulah Naruto. Saat ini, ia adalah kandidat terkuat yang akan menjadi Hokage setelah Kakashi. “Aku tidak bisa tidur semalam,” ucap Naruto, “Jadi saat aku terbangun pagi ini, aku langsung pergi ke Ichiraku Ramen, dan sekarang aku menuju kembali ke rumah.” “Kau pergi ke toko itu sepagi ini?” “Belakangan ini, mereka buka 24 jam setiap hari.” Naruto tampak sangat senang akan hal itu. “Bukan, maksudku, kau makan ramen sepagi ini…” “Aku selalu baik-baik saja kalau makan ramen, tidak peduli pagi atau siang atau malam!” “Hey, itu bukan sesuatu yang patut dibanggakan.” “Setengah dari tubuhku mungkin terbuat dari ramen.” Ucap Naruto serius, membusungkan dadanya dengan bangga. Shikamaru menghela nafas. “Kau sekarang dikenal sebagai pahlawan yang mengakhiri perang, cobalah untuk menjaga tubuhmu.” “Pahlawan adalah pahlawan, dan ramen adalah ramen!” “…Pemikiran yang tidak masuk akal.” “Hahaha.” Naruto tertawa, malu-malu menggosokkan jari ke batang hidungnya. Kebiasaan itu tidak berubah sejak di Akademi. Naruto selalu menjalani hidupnya dengan pandangan yang lurus dan murni. Karena pandangan itulah ia mampu mengubah sekitarnya- bahkan mengubah Shikamaru.
  • 41. Naruto, yang dianggap sebagai kutukan bagi desa, menjaga hatinya yang murni dan perlahan membuat banyak dan lebih banyak lagi teman yang berada sisinya. Pada akhirnya, Naruto dapat menyelamatkan temannya Uchiha Sasuke yang telah jatuh dalam kegelapan, penuh dengan kebencian terhadap dunia. Menyelamatkannya bukanlah hal yang mudah. Tidak… Sebenarnya, itu merupakan hal yang tak dapat dilakukan oleh siapapun selain Naruto. Mimpi yang selalu Naruto genggam erat-erat sejak ia kecil hanya satu: untuk menjadi Hokage. Ia tak pernah memiliki saudara yang memberinya dukungan, dan satu-satunya cara agar ia mendapatkan perhatian dari orang lain adalah dengan leluconnya yang berulang-ulang, namun ia tetap bersikeras bahwa ia akan menjadi Hokage suatu saat nanti. Awalnya, tak ada yang percaya Naruto dapat melakukannya. Namun sekarang, tak ada satupun orang di desa ini yang berpikir bahwa orang lain selain Naruto yang akan menjadi Hokage selanjutnya. Naruto adalah matahari. Ia memiliki cahaya terang benderang dalam dirinya yang tak pernah redup, terus berkobar. Karena begitu terangnya ia bersinar maka ia menjadi matahari. Semua yang melihat semangatnya itu membuka hati mereka untuknya, dan menjadi temannya. Hingga kini, dan hingga akhir nanti, Shikamaru merasa bahwa Naruto akan terus berjalan kedepan tanpa keraguan dari cahayanya. Dan itulah yang harus terjadi. Suatu hari, Naruto akan menjadi Hokage, memperoleh kepercayaan desa lebih banyak lagi, dan terus bersinar, lebih terang dan lebih terang lagi. Demi cahaya itu, hal seperti matahari tidak perlu mengetahui tentang kegelapan dunia. Hingga kini, Naruto melancarkan perang melawan orang-orang yang hatinya telah dipengaruhi oleh kegelapan yang tak terhitung jumlahnya, namun ia tak pernah berbelok. ‘Tak peduli sejauh apa seseorang tenggelam dalam kegelapan, bagian dari dirinya akan merindukan cahaya.’ Naruto bertarung karena ia benar-benar mempercayai hal itu. Shikamaru telah melihatnya mengubah hati musuh-musuhnya dengan prinsip yang sama berkali-kali.
  • 42. Tak peduli seberapa besar kegelapan mengelilinginya, Naruto tak pernah kehilangan cahayanya. Karena itu Naruto tak benar-benar tahu arti sebenarnya dari ‘kegelapan’. Selalu ada kegelapan di hati manusia. Berpikir bahwa kau dapat menyelamatkan semua orang adalah prinsip yang mustahil. Tak peduli seberapa dahsyat kau mecoba untuk menyelamatkan orang-orang dan menuntun mereka menuju cahaya, akan selalu ada mereka yang tergelincir, terus terjatuh ke dalam kegelapan. Begitulah kehidupan di dunia. Namun Naruto tak berpikir seperti itu. Tak peduli seberapa membuat putus asanya keadaan, ia tak akan menyerah untuk menyelamatkan semua orang dari takdir itu. Seperti itulah Naruto. Dan Shikamaru tak ingin ia berubah. Naruto merupakan orang harus tetap menjadi murni dan polos, menjadi matahari yang bersinar. Semakin terang cahaya bersinar, semakin gelap bayangan berkembang. Namun selama ada seseorang yang memikul beban kegelapan itu, maka semua akan baik- baik saja. Shikamaru berpikir bahwa menjadi ‘seseorang’ itu adalah tugasnya. Bukankah wajar bagi seorang pengguna jurus bayangan untuk memikul beban dari kegelapan? Naruto akan menjadi Hokage, dan Shikamaru akan mendukungnya sebagai tangan kanannya. Itu adalah mimpi Shikamaru; untuk berada di sisi Naruto dan menghalau semua kegelapan yang akan mengganggu cahayanya. Saat pikiran itu muncul di kepala Shikamaru, tiba-tiba ia memahami dirinya sendiri. Mengapa ia begitu keras kepala mengajukan diri untuk pergi ke Negeri Sunyi? Tentu saja, itu semua demi Naruto. Jika Negeri Sunyi terus berkembang lebih kuat, maka Naruto akan berakhir menderita. Negeri Sunyi akan menjadi penghalang besar baginya. Itulah mengapa Shikamaru ingin pergi dan menghancurkannya sejak awal. Bagimanapun, ia telah memutuskan untuk menanggung semua kegelapan yang mencoba mengganggu cahaya Naruto. Termasuk berhadapan dengan penghalangnya di masa depan.
  • 43. “Jadi apa yang kau lakukan?” Tanya naruto, memecah lamunan Shikamaru. “Aku berjalan-jalan.” “Sepagi ini?” “Naruto,” Shikamaru tak berekspresi. “Aku berjalan-jalan seperti ini sama sekali tidak seaneh kau yang memakan ramen sepagi ini.” “Baiklah, itu benar.” Keduanya tertawa. “Apa kau sedang libur?” Tanya Shikamaru. “Tentu saja tidak. Karena seseorang terus memberikanku misi yang merepotkan, aku tak punya hari libur dalam setengah tahun ini, kau tahu. Aku akan pergi melaksanakan misi siang nanti.” ‘Seseorang’ itu tentu saja, Shikamaru. “Itu adalah misi-misi yang kupilih demi kepentinganmu, jadi berhenti mengeluh.” “Tapi aku masih ingin istirahat sebentaaaaar saja.” “Kau diawasi sebagai kandidat Hokage selanjutnya. Terlalu penting waktu yang kau gunakan untuk istirahat. Lebih bersadar dirilah, Naruto.” “Aku mengerti… tapi hanya satu-“ “Tidak ada tapi-tapian” Ucap Shikamaru, seperti memarahi anak kecil. “Semua orang di desa menyetujuimu. Tapi karena mereka setuju maka kau harus melaksanakan misi yang lebih banyak lagi, jadi orang-orang akan berpikir ‘aah, apa yang akan kami lakukan jika Naruto tidak disini’. Sudah dua tahun sejak perang berakhir, kau tak dapat berpikir naïf bahwa persetujuan semua orang akan terjamin dengan tindakanmu waktu itu.” “Baiklah, baiklah…” Naruto sedikit cemberut sebelum melakukan peregangan. “Perutku penuh, jadi kupikir aku akan pulang dan tidur sebentar.” Shikamaru menyipitkan mata ke arahnya. “Jangan tidur terlalu lama.” “Tidak akan” Naruto tertawa karena wajah seriusnya, dan kembali berjalan. “Oi, Naruto.” Shikamaru memanggilnya. “Apa?” Naruto berbalik. “Kau adalah pria yang akan menjadi Hokage. Jangan lupakan itu.” “Aku tidak akan menarik kembali kata-kataku,” janji Naruto. “Itulah jalan ninjaku.” “Tak akan menarik kata-katamu.” Shikamaru berhenti sejenak. “Juga jalan ninjaku.”
  • 44. “Yeah.” Naruto mengangkat tangan kanannya dan melambai, kemudian berbalik untuk kembali berjalan. Setelah melihat punggungnya sebentar, Shikamaru berbalik untuk menjalani jalannya juga. “Aku pasti akan menjadikanmu Hokage.” Shikamaru sudah sejak lama memutuskan bahwa ia takkan menarik kembali kata-kata itu. – “Aku membuat kalian menunggu, huh.” Shikamaru menujukan kalimat itu pada Rou dan Soku. Misi kali ini melibatkan penyusupan ke sebuah negara dan juga membunuh target. Itu bukanlah hal yang dapat dilakukan sepenuhnya dibawah radar. Itulah mengapa mereka berdua tidak menggunakan topengnya. “Kita memiliki beberapa objek misi.” Ucap Shikamaru. “Memeriksa situasi di Negeri Sunyi. Mencari Sai dan 10 Anbu yang hilang kontak. Namun prioritas utamanya adalah membunuh pria bernama Gengo.” Keduanya mengangguk dalam diam. Kakashi tidak datang untuk melihat mereka pergi. Hanya ketiga shinobi itu yang berada di dekat gerbang belakang yang tertutup. Gerbang itu tersembunyi diantara pepohonan di dasar bukit. Daripada terlihat cerah, gerbang itu lebih terlihat lembab dan suram. “Ah baiklah, karena kita akan menjalani misi pembunuhan, maka kita harus memastikan tidak ada pemantauan…” Lubang hidung Rou melebar saat menekankan kata ‘pemantauan’. Shikamaru menatapnya, bingung dengan apa yang dimaksud. “Leluconmu sangat terasa datar, kau tahu.” Soku memberitahu Rou. Pria itu tampak kebingungan, keringat mengalir di dahinya karena malu. “Dia mencoba untuk membuat lelucon, kau tahu.” Soku menjelaskan pada Shikamaru dengan ekspresi ‘aku minta maaf soal ini’ di wajahnya. “Kau tadi bicara tentang memeriksa situasi, dan karena memeriksa memiliki arti yang sejenis dengan memantau, ia membuat lelucon tentang pembunuhan yang kita lakukan agar tidak terpantau, karena ini merupakan rahasia… Pada dasarnya, pria tua ini cenderung membuat lelucon seperti itu, baik sekarang maupun nanti, jadi ada baiknya untuk berhati-hati, kau tahu.” Shikamaru menelan keinginannya untuk membuat balasan yang jenaka, dan berdehamn mencoba untuk mengembalikan suasana yang serius.
  • 45. “Ketika kita melewati gerbang, kita langsung berlari, oke?” “Kami sudah tahu itu, kau tahu.” Soku menjawab dengan riang. Rou, yang wajahnya memerah karena malu, juga memberi anggukan. “Baiklah kalau begitu, ayo.” Dan dengan itu, ketiganya mendorong dan membuka gerbang belakang. Bersambung…
  • 46. Shikamaru Hiden, Chapter 7 – Temari berdiri di belakang Gaara, melihat rambut crimson-nya yang bergoyang tertiup angin. Saat melihatnya, ia berpikir pada dirinya betapa adiknya telah tumbuh menjadi orang yang hebat. Mereka berdiri di atas sebuah bukit, melihat pemandangan indah Suna dari atas. Orang- orang di desa menyebutnya “tempat membaca angin” karena angin tak pernah berhenti berhembus di atas sini, sepanjang tahun. Temari tahu bahwa hanya Gaara lah yang datang kemari untuk menikmati pemandangan desa meskipun angin berhembus kencang. “Apa kau membutuhkan sesuatu, nee-san?” Tanya Gaara. Ia menolehkan kepalanya untuk melihat Temari, dan Temari dapat melihat huruf kanji Ai yang berarti ‘Cinta’ tertato di dahinya. Beberapa tahun lalu, siapapun yang mendengar nama “Gaara”, akan bergidik ketakutan. Tapi lihatlah adik kecilnya sekarang. Ia merupakan pemimpin Suna, dan menjadi orang yang berpengaruh dalam aliansi yang mempersatukan seluruh shinobi. Gaara telah menjadi seseorang yang sangat dibutuhkan di Dunia Shinobi. Itu semua berkat Naruto. Gaara memiliki bijuu dalam tubuhnya sejak lahir, sepanjang masa kecilnya. Ia dulu meyakini satu hal: “mencintai diri sendiri” dan menjadikan seluruh dunia musuhnya, tak membiarkan seseorang pun mendekatinya. Gaara yang dulu tak pernah membiarkan kakak perempuannya, Temari, atau kakak laki-lakinya, Kankurou, mendekati apalagi memasuki hatinya. Meskipun ia tak menyatakan hal itu terang-terangan, seluruh tubuhnya, sikapnya saat kehilangan dirinya, yang bergolak haus akan darah, semua yang ia lakukan men–transmisi-kan kata-kata itu dengan jelas. Naruto adalah satu-satunya yang mampu menggapai Gaara. Naruto tak bisa mengabaikan Gaara begitu saja, bukan saat ia merupakan jinchuuriki yang hidup dengan kehidupan yang sama sepertinya. Setelah bertukar serangan dalam pertempuran yang melewati batas manusia normal, keduanya perlahan memahami satu
  • 47. sama lain. Saat bijuu dalam tubuh Gaara dikeluarkan oleh Akatsuki dan ia berada pada ambang kematian, Naruto memompakan chakranya sebanyak mungkin pada Gaara, tanpa ragu sedikitpun. Gaara telah menganggapnya sebagai ‘teman’. Gaara telah berubah sejak ia bertemu Naruto, sifat Gaara yang dingin lenyap. Cara ia berbicara dan memperlakukan Temari dan Kankurou berubah. Sikapnya pada desa berubah. Perasaannya kepada semua orang di desa berubah. Dan pada akhirnya, Gaara diakui oleh semua orang. Temari sangat berterima kasih pada Naruto karena hal itu. Ia berpikir bahwa desa Konohamerupakan desa yang menyenangkan. Penduduk desa mereka memiliki kebanggaan yang besarsebagai shinobi, dan sebagian besar dari mereka merupakan orang-orang yang berpikir logis. Tiba-tiba, wajah pria itu melintas di pikirannya. Ada rasa sakit yang menyengat dada Temari, dan dengan kesal ia mendecakkan lidahnya. “Apa ada masalah, neesan?” “Eh? Tidak…” Gaara menatap ke arahnya, memandang dengan khawatir. Temari dapat merasakankekhawatirannya yang besar, dan ia mengalihkan pandangan darinya. Di desa Suna air selalu kering. Karena berada di tengah-tengah gurun, desa itu tak pernah dituruni hujan. Pasir selalu bercampur dengan angin. “Ada butiran debu yang masuk ke mataku, itu saja.” “Itu hal yang langka.” Gaara berkata dengan lembut. “Hal itu tak biasa terjadi padamu,neesan.” “I- iya, benar…” Orang-orang yang terlahir di Suna secara alami beradaptasi dengan pasir dan anginnya, mereka terbiasa menghadapi hal tersebut. Meskipun saat badai pasir, tak seorang ninja Suna pun yang matanya akan terasa perih karena pasir. Kalimat Temari tentang ‘butiran debu memasuki matanya’ jelas-jelas adalah sebuah kebohongan dan alasan. “Shikamaru…” Gaara tiba-tiba menyebukan nama pria itu, dan Temari sedang lengah sehingga ia tak dapat menahan dirinya yang menjadi kaku.
  • 48. Meskipun tubuh kakaknya menjadi kaku layaknya sedang menghadapi musuh, Gaara tak mengatakan apapun tentang sikap tubuhnya yang tiba-tiba itu, dan berbicara seolah tak terjadi apa-apa. “Aku merasa belakangan ini ia bersikap aneh. Terakhir aku melihatnya di Markas Besar, tampaknya hatinya tak berada dalam tindakannya. Aku merasa ia bekerja terlalu keras.” “Kau berpikir begitu juga, huh.” Ucap Temari. Gaara mengangguk. “Dulu aku tak peduli terhadap orang lain, namun sekarang aku sangat berhati-hati dalam memperhatikan penampilan dan sikap orang lain. Mungkin karena itulah aku peka terhadap pergerakan hati seseorang.” Tentu saja, adik laki-lakinya pada dasarnya adalah orang yang sangat serius. Sekali ia yakin bahwa ia harus melakukan sesuatu, ia akan melakukannya dengan bersungguh- sungguh. Itu semua karena ia telah membuka hati sepenuhnya terhadap orang lain.” Bukanlah hal yang mengejutkan jika adiknya dapat menyadari berubahan kecil dari sikap Shikamaru ketika ia sangat berhati-hati dalam membaca sikap orang lain. “Ia menyembunyikan sesuatu.” “Mm…” Temari bersuara tanda setuju. “Ia merupakan orang yang paling serius memikirkan seluruh masa depan Persatuan dan shinobi dari yang lain.” Ucap Gaara. “Aku yakin ia tak akan melakukan hal yang membahayakan Persatuan.” Gaara merujuk pada fakta bahwa setiap desa yang berpartisipasi dalam Persatuan Shinobi memiliki kewajiban untuk melaporkan setiap masalah baik di luar maupun di dalam yurisdiksi mereka. Ia juga merujuk pada fakta bahwa ia dan Temari menyadari Shikamaru enggan melaporkan situasi yang terjadi di Konoha. Situasi apapun yang membuatnya bertindak seperti itu adalah situasi yang tampaknya mempengaruhi seluruh desa shinobi. “Apa kau tau apa yang kira-kira ia sembunyikan, neesan?” “Aku harap aku tahu.” Wajar jika Gaara bertanya padanya. Temari adalah orang yang paling sering bekerja sama dengan Shikamaru dalam Persatuan Shinobi.
  • 49. “Bukannya aku tak memiliki pemikiran tentang hal itu…” Ucap Temari. “Hanya saja aku tak yakinapakah aku benar.” Gaara mengangguk, mendengar dalam diam. “Ia sedang serius menyelidiki shinobi yang hilang dalam perang, dan kasus missing-nin yang baru-baru ini terjadi.” Setelah Temari menjawab, Gaara mengalihkan pandangannya dan menatap ke arah desa lagi. Sebuah alur muncul diantara alisnya. Ia sedang berpikir. Angin tiba-tiba berhembus. Butiran pasir menggores dahi mereka, rasa sakit yang terasa familiar. “Mari kita tanyakan pada Naruto.” Gaara bergumam. “Bersediakah kau, neesan?” “Baiklah.” Temari terkejut dengan betapa cemasnya suara yang ia dengar. “Tentu saja, kau juga harus bertanya pada Kakashi, tapi ia pasti akan enggan menjawab, jadi pertama-tama tanyakan pada Naruto tentang Shikamaru.” Ucap Gaara, “Jika ternyata Shikamaru sedang berada dalam situasi berbaya, maka kita paling tidak harus mencoba menyelamatkannya dengan segala kekuatan yang kita miliki. Jika kau merasa membutuhkan shinobi Suna, bawalah mereka sebanyak yang kau butuhkan.” “…Shikamaru adalah shinobi dari Konoha, kau tahu?” “Kita sudah lama melewati era dimana kita mempedulikan tentang ‘Shinobi Suna’ atau ‘Shinobi Konoha’. Ia adalah pria yang penting dalam Persatuan shinobi. Wajar jika kita harus membantunya.” “…Terima kasih.” “Ini bukan sesuatu yang perlu kau terima kasihkan padaku, neesan.” Setetes air mata yang berhasil lolos mengalir di pipi Temari. Menyekanya dengan tak sabar, ia melihat ke arah adiknya dengan seringai yang lebar. “Entah kenapa, hari ini butiran pasir terus-menerus masuk ke mataku.” * “Hey Sakura-chan, apa kau mendengar?” Naruto bertanya dengan kesal, menyandarkan sikunya pada tumpukan buku yang menumpuk setinggi dadanya. Ia sedang berbicara pada punggung Sakura saat ia sedang bergegas menelusuri rak buku yang memanjang menutupi dinding.
  • 50. “Kau tahu, Sai tidak tampak di sekitar kita sudah sebulan lebih, dan Shikamaru tiba- tiba berubah menjadi sangat dingin dan kaku terhadapku. Hey, apa kau pikir dia menyembunyikan sesuatu dariku?” “Aku tidak tahu!” Suara jengkel Sakura membuat Naruto mengerenyit. “Bagaimana dengan misimu?” “Sudah berakhir hari ini.” “Kalau begitu cepatlah pergi ke Ichiraku, makan ramen, pulang, dan tidur!” “Apaaaaaa, tapi sudah lama kau tidak ke Kediaman Hokage. Akhirnya kau muncul juga… Kau bersikap sangat dingin sebagai anggota tim 7.” Sakura berbalik dengan marah menghadap ke arah temannya yang memasang wajah cemberut. “Sekarang aku sedang kewalahan bekerja dengan Nona Tsunade dalam mengembangkan sebuah sistem untuk jutsu medis, begitu juga bekerja dalam struktur sistem Persatuan Shinobi. Aku harus mempelajari dokumen yang tersisa dari Nona Tsunade ketika ia masih menjabat sebagai Hokage! Aku tidak punya waktu! Aku tidak bisa mendengarkan gosipmu! Mengerti?” Terengah, ia berbalik menghadap rak-rak buku. “Lagipula, belakangan ini kau sering keluar dengan Hinata, kan? Bukankah lebih baik kau pergi dan mengobrol dengannya yang mau mendengarkanmu daripada menggangguku?” “Apa? Kau cemburu?” Sakura berbalik dengan ekspresi marah, memberikan tinjunya ke kepala Naruto. “Tentu saja tidak! Aku memutuskan untuk menunggu Sasuke-kun, kau tahu!” “I- iya nyonya…” Naruto menjawab. Tiba-tiba matanya menunjukkan keseriusan, dan Sakura yang menyadari, memperhatikan apa yang dikatakannya. “Tapi belakangan ini, kau tahu, aku punya perasaan yang sangat buruk.” “Apa Kyuubi membuat kehebohan?” Kyuubi masih berada dalam tubuh Naruto. Dan juga terdapat sebagian kekuatan dari 8 bijuu di dalam tubuhnya. Maka dari itu, kau bisa mengatakan bahwa ia merupakan pilar dari kekuatan Juubi.Dalam perang lalu, Obito telah menjadi pilar dari Juubi dan
  • 51. memperoleh chakra yang menyaingi Rikudou Sennin. Naruto yang telah mengambil bijuu ke dalam tubuhnya, memiliki sebagian kekuatan Sage hingga kini. ‘Perasaan buruk’-nya berbeda dengan manusia normal, dan Sakura juga mengetahui hal itu. “Apa kau tidak merasa salah menilai?” “Kau jahat, tidak percaya sama sekali dengan penilaianku…” Naruto bergumam, menjatuhkan dirinya ke lantai merajuk. “Karena sudah sepantasnya kau khawatir, makanya tidak ada yang bisa kau lakukan. Baik Saimaupun Shikamaru mereka adalah shinobi yang hebat. Meskipun mereka akhirnya menghadapi situasi dimana mereka membutuhkanmu, mereka akan memintanya. Dan jika tidak, maka Hokage akan memintamu untuk menyelamatkan mereka.” “Ehhh, aku tak yakin Kakashi-sensei tahu kapan saat itu tiba.” “Kau jauh lebih buruk dari dia!” Sakura meledak, menendang tulang keringnya. Naruto menggerakkan kakinya, berusaha menjaga jarak. “Berhenti membicarakan hal yang tak bisa kau bantu, dan konsentrasilah pada misimu. Itulah yang Sai dan Shikamaru inginkan darimu. Terutama Shikamaru. Ia bekerja keras dalam Persatuan shinobi dan desa agar kau dapat menjadi Hokage! Jangan biarkan semua itu menjadi sia-sia.” “Aku tau mereka melakukan itu untukku… tapi itulah mengapa aku khawatir, kau tahu.” Sakura menghelas nafas. “Kuatkan dirimu. Mereka adalah teman-teman yang mempercayaimu selama ini, mereka tak akan mati sia-sia.” “Jangan berkata hal yang menakutkan tentang kematian!” “Oh, demi apapun! Aku berkata satu hal kau sedih, aku berkata hal lain kau masih sedih! Kausangat menyusahkan-ttebayo!” Sakura menggunakan frase yang biasa digunakan Naruto padanya. “Pulanglah dan tidur!” Sakura melempar Naruto keluar ruangan. Bersambung…
  • 52. Shikamaru Hiden, Chapter 8 – Negeri Sunyi Tim Shikamaru berlari selama tiga hari tak peduli siang atapun malam, sebelum mereka akhirnya tiba di Negeri Sunyi. Negeri Sunyi merupakan Negara yang relatif kecil, terletak menghadap bagian barat kontinen. Sebagian besar dari negara itu dikelilingi oleh pegunungan dan hutan, dan dataran utamanya dihiasi oleh tanah lapang. Tak ada satupun kota di dataran itu yang luasnya mendekati kota manapun di Negara Api. Negeri Sunyi akan lebih terasa seperti pedesaan yang sederhana bahkan bagi tiga pendiri Konoha. Ibukota negara itu, Desa Tirai, terletak hampir di tengah-tengah Negara. Sejak mereka menyelinap masuk dari batas negara, Shikamaru dan timnya secara konstan berlari melewati bukit dan lembah. Saat mereka mencapai Desa Tirai, terhitung sudah empat hari sejak mereka meninggalkan Konoha. Meskipun negara itu merupakan negara yang miskin, ibukotanya masih memiliki kemegahan layaknya kota besar. Ketika seluruh desa di negara itu memiliki rumah dengan atap jerami, rumah terkecil di ibukota itu beratap genting. Terdapat banyak bangunan yang dibuat menggunakan beton bertulang, dan jalanan yang bersih dan tertata rapi. Jalanan yang tersebar di desa memiliki bentuk yang sama seperti jaring laba-laba, meluas melingkar dari tengah kota. Ruang-ruang kecil dipisahkan oleh jalan, rumah, dan apartemen yang berbaris berdampingan. Sebuah bangunan yang sangat besar didirikan di tengah kota. Jika dilihat dari kejauhan, bangunan ini merupakan satu-satunya yang mecolok diantara bangunan lain. Gedung itu tingginya sekitar 10 lantai, dengan atap berwarna crimson, dan di tepi kiri dan kanan atap terdapat dua patung singa berwarna emas. “Ahh, ini pasti merupakan istana negara yang kita cari.” “Tidak perlu terdengar begitu puas karena menyatakan hal yang sudah jelas, kau tahu.”
  • 53. Shikamaru setengah mengawasi istana itu, setengah mendengarkan pembicaraan Rou dan Soku saat mereka melewati jalan utama. Tentu saja, mereka telah mengganti jaket pelindung Konoha mereka. Sebagaimana budaya setiap negara yang berbeda, begitu pula dengan pakaian. Rou dan Soku menyarankan agar mereka sebaiknya mendapatkan pakaian lokal sehingga mereka tak tampak mencolok selama penyusupan, dan Shikamaru menurut karena pengalaman mereka sebagai Anbu. Sepanjang jalan kota itu, mereka akan berhenti di mansion yang tampak dimiliki oleh orang yang sangat kaya yang dapat mereka temukan dan mendapatkan pakaian untuk mereka bertiga. Pakaian yang dipakai orang-orang di Negeri Sunyi sangat sederhana, tanpa pola-pola tertentu. Atasannya merupakan jubah uwagi**, yang menutupi sekitar dada dan diikat menggunakan sabuk kain. Dari pinggang ke bawah menggunakan hakama** yang lebar, dengan bagian bawah celanamereka dimasukkan ke dalam sepatu boot bertali yang tingginya sebetis. Warna pakaiannya juga tampak aneh seperti desainnya. Semua orang yang berjalan di Desa Tirai itu menggunakan warna hitam atau coklat atau abu-abu. Bahkan pertokoan di sepanjang jalan itu tidak memiliki lampu penerangan atau papan neon, iklan-iklan mereka tampak membosankan dan suram. Tak ada satupun hal yang tampak terang dapat ditemukan di seluruh kota itu. “Apakah anda menyadarinya, Shikamaru-dono?” Rou bertanya dari posisinya di depan. Shikamaru berdesakan di antara dua Anbu. Rou berjaga di bagian depan. Pertanyaan pria itu sangat samar. Ia tidak merincikan apa yang seharusnya Shikamaru telah sadari, jadi tidak ada cara untuk menjawabnya. “Kita belum melihat satupun pelayan Daimyou.” Rou menjelaskan. “Itu benar.” Shikamaru menyetujuinya. Sembari berbincang, mereka menuju ke arah istana. Tidak ada maksud untuk melaksanakan operasi itu sekarang, namun hanya mengikuti orang-orang sekitar yang berjalan menuju bangunan terbesar itu. Shikamaru tentu saja tidak berkeinginan untuk terburu-buru atau gegabah dan mempertaruhkan misi menjadi lebih buruk. “Semua orang yang kita lihat di jalan sejauh ini adalah penduduk Negara. Sangat aneh jika kita tak melihat satupun pelayan.”
  • 54. Pengamatan Rou tepat sasaran. Pemimpin-pemimpin negara di kontinen mereka, tanpa pengecualian, selalu merupakan Daimyou. Persatuan antara Dunia Shinobi berjalan dengan baik, namun shinobi sama sekali tak pernah berada dalam kepemimpinan politik. Dan Daimyou selalu tinggal di ibukota Negara mereka, dengan tempat tinggal mereka yang dibanjiri oleh petugas yang melayani mereka. Pelayan-pelayan itu membedakan diri mereka dengan penduduk lainnya dengan bangga, dari pakaian mereka yang berwarna-warni hingga perilaku mereka yang sombong dan arogan. Mereka selalu sibuk di kota dimana Daimyou mereka tinggal, berkelana di daerah sekitar untuknya. Dan lagi, mereka tidak mendapati seorang pelayan pun. “Kemungkinan disini memang tidak terdapat Daimyou.” Gumam Soku. Itu mungkin merupakan keadaannya. Negara kecil terkadang memiliki keadaan dimana penduduk menampakkan seolah-olah terdapat Daimyou, namun sebenarnya mereka mengurus masalah mereka sendiri. Tapi negara ini berbeda. Shikamaru sangat yakin akan hal itu. Ia berbalik ke arah Soku, matanya melirik istana yang baru saja mereka lewati di belakang mereka. “Pesan Sai menyebutkan dengan jelas bahwa negara ini dikontrol oleh pria bernama Gengo.” “Tapi kemungkinan ia bukan seorang Daimyou, kau tahu.” “Kau mendapatkan intinya.” Saat Shikamaru mengatakan hal itu, pandangannya jatuh ke arah seorang pria yang berjalan di depan kelompoknya. Ia mengenakan jubah hitam panjang dan memiliki mata yang tajam. Pakaiannya mencolok diantarahakama dan uwagi yang digunakan oleh penduduk lainnya. Desainnya mengingatkan Shikamaru pada jubah Akatsuki, meskipun pada pakaian pria ini tak terdapat gambar awan merah, atau kerah tinggi yang menutupi mulutnya. Tak terdapat lapisan ataupun pengikat ditengahnya, hanya ada lima buah kancing besar berwarna silver.
  • 55. “Lihat pria di depan kita? Kita sudah melihat beberapa orang lainnya berpakaian sepertinya. Apakau merasa teringat akan sesuatu saat melihat mereka?” Tanya Shikamaru. “Saya juga menyadarinya, Shikamaru-dono.” “Bukankah seseorang normalnya menunggu sesaat daripada langsung menyetujui sesuatu…?”Tanya Soku. “Pakaian itu. . .bagaimanapun pakaian itu menjadi target.” Rou membuat satu lagi lelucon buruknya. “Kami ingin kau diam, kau tahu.” Soku mengerang. Mengabaikan gurauan mereka, Shikamaru lanjut berbicara. “Rou, bagaimana dengan pria di sebelah sana? Apa kau tidak merasa ia terlihat familiar?” Setelah Shikamaru berbicara, ia menolehkan kepalanya sedikit ke arah rumah teh di jalanan yang ramai itu. Rou menoleh untuk melihat ke arah yang Shikamaru maksud. “Itu…Itu tidak mungkin…” “Eh? Ada apa? Aku tak mengerti apa yang kalian sibuk bicarakan daritadi, kau tahu…” “Jadi aku benar.” Shikamaru berkata dengan muram. “Aku terus merasa bahwa wajah orang itu terlihat familiar.” Ia dan Rou melihat ke arah pria yang menduduki bangku panjang di depan rumah teh dan sedang meminum teh. Ia juga menggunakan jubah panjang yang mencolok. Saat mereka melihatnya, pria itu memanggil pemilik rumah teh, dan penjaga toko segera keluar dari dalam rumah teh itu, membungkuk berkali-kali dan memuji-muji serta meminta maaf kepada pria itu. Tingkah seperti itulah yang biasa dilakukan penduduk kepada pelayan Daimyou. “Dia seharusnya merupakan Anbu,” ucap Rou terhenyak. “Namanya adalah Minoichi.” “Pria itu…” “Seharusnya merupakan yang hilang saat perang, kan?” Tebak Soku, menyelesaikan kalimat Shikamaru. Ketiga dari mereka terus berjalan melewati rumah teh, berhati-hati agar pemantauan mereka terhadap Minoichi tidak disadari.