2. Perpustakaan KIT(Royal Tropical Institute) di
Amsterdam :
Terdapat banyak sekali sumber kepustakaan yang
penting seperti buku, majalah dan naskah-naskah
asli yang berkaitan dengan penyerahan
kedaulatann. Sebagian besar informasi mengenai
sejarah Sintang ditemukan dalam sumber
kepustakaan mengenai kawasan bagian Barat
Borneo
KITLV /The Royal Netherlands Institute of
Southeast Asia and Caribbean Studies) di Leiden:
Memiliki koleksi sumber kepustakaan paling
banyak mengenai Sintang.
3. The National Archive di Den Haag :
Naskah-naskah asli tentang Sintang. Sebagian
besar dokumen penting ditemukan dalam bentuk
korespondensi para administrator Belanda yang
bertugas di Indonesia.
Publikasi di perpustakaan Universitas
Amsterdam;
Perpustakaan Panti Wreda Kerajaan Belanda
untuk para Mantan Militer (Koninklijk Tehuis voor
Oud-Militairen)
Museum Bronbeek.
Perpustakaan kerajaan belanda (KIT Library) di
Den Haag
4. Bab 1
Menggambarkan Sejarah awal Sintang hingga
kedatangan Belanda untuk menggambarkan asal
muasal dari berbagai etnis yang ada di Sintang
Bab 2
Berisi tentang kedatangan Belanda Tahun 1822,
Pendudukan PERTAMA dan KEDUA dan menjadikan
Sintang nyaris sebagai pusat administrasi Belanda di
Kalimantan.
Bab 3
Berisi informasi tentang struktur social dan ekonomi
di Sintang pada abad ke-19.
5. Bab 4
Memuat hal yang sama, namun pada periode
pertengahan abad ke-19.
Bab 5
Berisi kisah peperangan dan pemberontakan
antara Sintang dan Belanda.
Bagian Epilog
Menjelaskan permasalahan keanekaragaman
budaya di dalam masyarakat Kalimantan setelah
adanya Transmigrasi pada pertengahan akhir
abad ke-20.
6. Cara terbaik untuk mendapatkan informasi tentang sejarah
sintang dan asal muasal penduduknya adalah melalui
penelitian arkeologis.
Namun sampai saat ini ada dua kendala untuk penelitian
arkeologis, yaitu : tidak adanya ahli dan kesempatan serta
iklim.
Satu-satunya sumber informasi tentang sintang adalah
sumber kepustakaan tentang prasejarah dan sejarah awal
asia tenggara dan borneo.
Hingga 10.000 Tahun SM, Borneo terhubungkan dengan
seluruh kawasan Asia Tenggara melalui Daratan. Borneo
menjadi bagian dari dataran Sunda yang berasal dari nama
Selat Sunda. Migrasi bisa dilakukan melalui daratan
maupun lautan.
7. Penduduk Pertama Borneo adalah orang-orang Austronesia yang datang dari
daratan Asia Tenggara. Mereka menempuh perjalanan searah jarum jam mulai
dari Taiwan, menyeberang Filipina menuju Borneo.Penggalian di bagian timur
laut kepulauan tersebut memberikan bukti adanya keberadaan manusia sejak
12.000 tahun SM hingga sekarang.
Orang Austronesia inilah yang merupakan nenek moyang suku Dayak. Cara
hidup mereka mempunyai banyak sekali kesamaan dengan kebudayaan
tradisional Dayak.
Pemukiman orang Austronesia hampir sama dengan rumah panjang suku
Dayak. Mereka hidup dengan bercocok tanam, memelihara babi, ternak dan
memiliki keahlian dalam berburu, mencari ikan dan membuat alat-alat
pecah-belah. Pakaian mereka terbuat dari kulit kayu dan menghiasi diri
mereka dengan Tato. Bukti pertama yang menunjukkan adanya alat-alat dari
besi ditemukan kira-kira 500 tahun SM tetapi pemanfaatannya secara meluas
baru pada abad ke-6 atau ke-7 sesudah masehi.
Sekitar 3000 tahun SM mulai tampak perbedaan di antara orang Austronesia di
Borneo. Di sekitar Sintang tinggal suku Iban, Kantu, Kayan, Bidayuh dan
Dayak Melayu (Dayak Muslim).
8. Mitos mempunyai versi berbeda-beda mengenai
asal muasal suku Dayak. Alkisah terdapat pohon
besar di tempat tinggal para dewa. Suatu hari dua
anak dewa bermain di sana. Mereka bernama Pukat
Mangawan dan Bui Nasi. Mereka mempunyai ide
untuk menciptakan langit dan bumi. Maka
Keajaibanpun terjadilah, Pukat dan Bui Nasi
menikah dan memiliki tujuh anak. Salah satu anak
mereka menikah dengan Aji Melayu, seorang
saudagar dari Jawa yang kemudian secara mitologis
menjadi nenek moyang Kerajaan Sintang.
9. Kapan kerajaan Sintang didirikan sangat
tidak pasti karena bercampurnya mitos dan
Sejarah, serta hanya diceritakan turun
temurun sehingga kebenarannya sulit
dibuktikan.
Menurut tradisi, Raja Pertama Sintang adalah
Aji Melayu yaitu seorang Hindu dari Jawa.
Tetapi sebenarnya beliau adalah Raja
Sepauk. Pada saat itu Sintang belum eksis.
10. Aji Melayu Raja Sepauk
Jubair Mendirikan Kerajaan Sintang
dan memilih lokasi di titik
Pertemuan antara Sungai
Kapuas & Melawi.
Senentang = pertemuan dua
sungai
Dara Juanti Pendiri Sintang
(cerita Dara Juanti
dan Kura-Kura Emas).
11. Namun ada 4 alasan yang masuk akal bahwa
Sintang pasti didirikanpada abad ke-17.
PERTAMA
Adanya peta yang dibuat pada tahun 1657 yang
menunjukkan tempat bernama Santang yang berlokasi di
sepanjang sungai kea rah timurlaut Sukadana.
KEDUA
Dalam sejarah Sukadana diceritakan adanya konflik antara
penguasa Sukadana , yaitu Raja Akom dan Raja Poetan dari
Sintang.Raja Akom menjadi Raja di Sukadana antara yang
kelima atau keenam. Sekitar tahun 1800 Belanda
mengadakan perjanjian dengan raja yang ketigabelas. Jika
setiap raja berkuasa selama duapuluh tahun, maka kisah
tersebut pasti terjadi sekitar tahun 1600.
12. KETIGA
Informasi tentang kerajaan Selimbau. Raja pertama Selimbau
adalah Abang Tadjak. Mungkin Abang Tadjak sejajar dengan
Jubair di Sintang. Raja Selimbau yang kesebelas memerintah
pada tahun 1823. Dengan perhitungan yang sama sebagaimana
yang terjadi pada kerajaan Sukadana, maka Sintang sudah ada
pada Abad ke-17.
KEEMPAT
Sintang disebut dalam sejarah Banjermassin (Banjarmasin).
Pangeran Soerjanata diperkirakan diperkirakan telah
menaklukkan Sintang. Tampaknya beliau sama dengan Pangeran
Soerjana yang menjadi raja pada tahun 1663. Banjermassin
memimpin banyak peperangan pada Abad ke-17 dalam usaha
untuk menyebarluaskan agama Islam.
Tidak ada satupun dari alasan di atas yang mempunyai bukti kuat
namun jika seluruh cerita tersebut dirangkaikan maka cukup
masuk akal bahwa Sintang sudah ada pada Abad ke-17.
13. Raja pertama yang menganut Islam di Sintang
adalah SULTAN NATA MOHAMMAD SYAMSOEDIN
yang memimpin sekitar tahun 1700. Diperkirakan
bahwa Sintang menganut agama Islam atas
tekanan dari Banjermassin.
Jika Sintang telah menjadi kerajaan sebelum
datangnya agama Islam maka hal tersebut sesuai
dengan informasi dari Veth bahwa asal-muasal
Kerajaan Sintang adalah Dayak.
Victor King juga menyebutkan bahwa nenek
moyang sebagian besar kerajaan di Kapuas
adalah Dayak yang kemudian memeluk agama
Islam.
14. Masyarakat Tionghoa pertama yang menetap di Kalimantan Barat
datang pada pertengahan Abad ke 18 sebagai penambang emas.
Para pendatang Tionghoa berasal dari Pesisir Selatan Cina.
Dua kelompok terbesar di Kalimantan Barat adalah etnis
Tionghoa Teochiu dan Hakka.
Orang-orang Hakka pindah dari daratan Cina ke daerah pesisir
lebih awal. Kedua golongan etnis tersebut adalah Tionghoa Han
dan berbicara bahasa yang berasal dari bagian Selatan Cina.
Orang-orang Teochiu terkonsentrasi di perkotaan dan menjadi
ahli dalam perdagangan.
Etnis Tionghoa Hokkian yang kebanyakan tinggal di Jawa sangat
jarang ditemukan di Kalimantan. Kebanyakan para pendatang
Tionghoa menetap di Singkawang.Sintang mempunyai sedikit
populasi Tionghoa
(0,6 s/d 2,5 %)
15. AWAL PERKENALAN
Portugis adalah bangsa Eropa pertama yang menjalin hubungan dengan
Borneo di awal Abad ke-16.
Belanda tiba dengan kapal East Indies Company (VOC) sekitar tahun 1600.
Mereka datang sebagai Saudagar. Mereka menjalin hubungan dengan :
- Banjermassin (1609)
- Sukadana (1617)
- Pontianak (1778) tetapi hubungan ini tidak memberikan banyak
keuntungan bagi Belanda. Belanda tertarik kembali menjalin hubungan
dengan Borneo setelah adanya masa peralihan pemerintahan Inggris
(1811-1816).
Belanda datang pertama kali ke Sintang pada bulan Pebruari 1822.
Sebuah Misi dengan Komisaris J. Tobias, C.Hartmann dan E.Francis
menyusuri sungai Kapuas memasuki daerah-daerah di pedalaman. Misi
Pertama ini bertujuan untuk “menginspeksi”berbagai kerajaan di
sepanjang Kapuas dan untuk berkenalan dengan penguasa-penguasa
setempat.
16. Raja Sintang, Raja Sekadau, Raja sanggau tidak tertarik dengan misi
delegasi Belanda tsb.
Kemudian J.Tobias mengutus D.J. von den Dungen Gronovius ke berbagai
kerajaan di Kapuas untuk mengumpulkan sebanyak mungkin informasi.
Gronovius juga mencoba mengadakan perjanjian dengan para penguasa
setempat Pada saat itu penguasa Sintang, Sultan Atjep Mohammad
Jamal Ud-din baru saja meninggal, sehingga perjanjian pertama dibuat
antara Gronovius dengan pemimpin anggota keluarga dari pihak
kerajaan.
Perjanjian ini dibuat dalam suasana permusuhan dan intimidasi. Dengan
adanya penandatanganan perjanjian ini Sintang mengakui bahwa
Belanda menjadi pemimpin mereka. Selanjutnya, berbagai konflik
diatasi oleh Residen Borneo Barat dan mereka dilarang menjalin
hubungan dengan penguasa lain. Sebagai imbalanya, Sintang mendapat
perlindungan dari Belanda.
Maksud perjanjian tersebut adalah membangun kekuasaan Belanda
dan menciptakan situasi yang menguntungkan dalam bidang
perdagangan.
17. Walaupun demikian Belanda tidak yakin dengan perjanjian
tersebut. Pada tahun 1823 Ketua Komisi C.L.Hartmann
membentuk sebuah Regimen beranggotakan 40 tentara
dan mulai membangun benteng. DE STURLER menjadi
komandan pos ini.
Perjanjian 1822 juga diperbaharui dan tanpa batas waktu.
Namun Sintang belum memiliki pemimpin baru. Para
pemimpin keluarga kerajaan memilih ABANG SINKEL
sebagai raja baru tetapi Hartmann tidak mempercayai
pangeran ini. ABANG SINKEL boleh menjadi raja di
Sintang tetapi yang menjalankan kekuasaan kerajaan
adalah pamannya yaitu ADE DJUN.
ADE DJUN mendapat gelar PANGERAN RATOE KESOEMA
NEGARA.
18. Benteng dalam keadaan memprihatinkan, begitu juga dengan
pasukan tentaranya.
Dia tidak memiliki kekuasaan untuk menghentikan tradisi
pemenggalan kepala dan untuk mengakhiri konflik antara
Sintang dengan daerah-daerah di sekitarnya.
Dia meninggalkan benteng tanpa ijin 1825 dan benteng
diabaikan s/d 1827.
Benteng tsb dibakar oleh Pangeran Koening, saudara
Pangeran Ratoe pada tahun 1830.
Karena Belanda harus menghadapi perang Jawa (1825-1830),
maka investasi di Borneo berakhir. Tidak ada uang maka tidak
ada penjajahan dan Sintang dibiarkan bebas selama 30 tahun.
19. Dengan bebasnya Sintang dari Belanda selama tahun 1827-
1854 tidak terdapat banyak informasi pada masa itu.
Usaha untuk membangun kembali kekuasaan Belanda di
Sintang selalu ditolak.
Kemudian situasi berubah ketika orang Inggris bernama
James Brooke menjadi Raja Sarawak tahun 1841. Beliau
meningkatkan perekonomian Kuching dengan
mengadakan perdagangan di Hulu Kapuas. Ini merupakan
ancaman serius bagi perdagangan Belanda di Kapuas
yang menjadi motor perekonomian Pontianak. Ancaman
ini menjadi bagian penting dalam catatan Sejarah.
Untuk mempertahankan daerah kekuasaan mereka,
Belanda ingin menggabungkan 2 daerah di Borneo (bagian
selatan,Timur dan Barat). Daerah yang baru dinamakan
Borneo dan sekitarnya.
20. A.L.Weddik dipilih sebagai Gubernurnya.
Ibukota masih harus dipilih. Mereka ingin sebuah
tempat yang tepat di tengah Borneo. Alasan
resmi pendirian pusat kota ini disebutkan untuk
mendorong Peradaban, Kristianisasi dan
Kedamaian bagi orang Dayak. Tetapi kaitan
antara Belanda, Inggris dan Pemerintahan Hindia
belanda menunjukkan motif yang sebenarnya
yaitu untuk melindungi kegiatan perdagangan
mereka.
James Brooke telah membujuk beberapa
kelompok Dayak di daerah perbatasan untuk
memindahkan kegiatan mereka dari Pontianak
ke Sarawak.
21. Sebagai ibukota yang baru, Belanda memilih Sintang. Lokasi ini
strategis antara Kapuas dan Melawi, jarak yang dekat dengan
hilir sungai Banjermassin dan juga karena berbatasan dengan
Sarawak.
Tetapi ada kendala teknis yang merubah keputusan Belanda.
Jaraknya yang terlalu jauh dengan laut dan masalah
transportasi lainnya menyulitkan komunikasi dengan kantor
pusat di Batavia (Jakarta) dan juga untuk mempertahankannya
sebagai pusat militer dan sipil.
Akhirnya Pontianak dan Banjermassin dipilih menjadi ibukota
untuk 2 daerah baru di Borneo.
Walaupun rencana menjadikan Sintang sebagai ibukota tidak
dilaksanakan, Belanda tetap tertarik pada Sintang. Persiapan
menjadikan Sintang sebagai ibukota tersebut terjadi pada
tahun 1846. Namun karena kendala keuangan maka memerlukan
waktu agak lama hingga terjadinya PENDUDUKAN KEDUA.
22. Kedatangan Belanda disambut dengan perasaan campur aduk oleh masyarakat
Sintang. Pada saat itu Raja yang memerintah tidak disenangi oleh sebagian
penduduk setempat sehingga mereka berharap kondisi akan lebih baik dengan
kedatangan Belanda.
Namun para penguasa setempat tentu saja tidak senang dengan kembalinya
sang penjajah.
Ketika Belanda datang kembali pada tahun 1854, Sintang sedang terlibat
konflik dengan Selimbau dan tengah bersiap-siap untuk peperangan.
Konflik tersebut berlangsung antara tahun 1826 s/d 1854. Sintang telah
memperluas pengaruhnya ke Selimbau dan merendahkan penduduk Selimbau.
Selimbau menerima banyak hinaan sehingga situasinya memanas tepat ketika
Belanda datang.
Situasi inilah yang menjadi alasan di tempatkannya Von Gaffron di Sintang.
Dia adalah satu-satunya orang Eropa yang tinggal di Sintang selama 9 bulan.
Kedatangannya adalah untuk mempertahankan kedudukan Belanda hingga
lahirnya RI
23. KEPENDUDUKAN
Kabupaten Sintang di awal Abad ke-19 terdiri
dari : 86 kampung : 75 kampung Dayak dan
10 Kampung Melayu.
Hasil Sensus oleh Gronovius pada tahun 1832
sbb.:
Kelompok Populasi Jumlah
Dayak 49.666
Melayu 23.000
Tionghoa 900
TOTAL 73.566
Sekitar 16.900 diantaranya bermukim di
daerah Perkotaan (16.000 orang Melayu dan
900 orang Tionghoa).
25. Gronovius menduga bahwa jumlah penduduk Sintang yang
sebenarnya adalah 120.000 orang. Namun ada yang tidak
tercatat, yang diperkirakan orang-orang Dayak.
Pemimpin dalam masyarakat adalah Panembahan atau
Raja. Beliau menjalankan kekuasaan bersama dengan
keluarga kerajaan, umumnya adalah saudara laki-laki atau
Paman. Mereka menjadi pemimpin di wilayah-wilayah yang
lebih kecil. Mereka hidup dari pemasukan pajak yang
dikenakan kepada orang Dayak. Terdapat bermacam
bentuk pajak, misalnya Serah yaitu dagang paksa.Petani
harus menjual beras kepada kerajaan yang ditukar dengan
garam dan besi. Harga jual beli tentu saja selalu
menguntungkan pihak kerajaan. Usaha Belanda untu
memperbaiki system pajak ini menimbulkan banyak konflik
di Abad ke-19. Para anggota kerajaan tidak memimpin
kampung-kampung Dayak karena sudah dijalankan oleh
kepala kampong setempat
26. Kepala kampong ini dipilih oleh penduduk setempat.Pemilihan
tersebut awalnya adalah hak istimewa raja. Biasanya yang dipilih
adalah anak dari kepala kampong sebelumnya. Tetapi sang calon
harus seorang yang kaya, fasih berbicara dan memiliki wawasan
tentang adat (hokum masyarakat Dayak).
Etnis Melayu tidak membayar pajak, tetapi harus memberikan
pelayanan kepada pihak kerajaan pada waktu perang atau
bencana. Masyarakat Melayu terbagi dua : ORANG NEGERI dan
ORANG BUDAK.
Orang Negeri adalah masyarakat yang bebas;
Orang Budak adalah orang yang bergantung kepada pihak
Kerajaan.
Masyarakat Tionghoa adalah penduduk bebas, namun mereka
dibebani pajak yang tinggi dan denda.
Kelompok lain dalam masyarakat adalah orang-orang Eropa.
27. Belanda menempatkan posisi orang-orang Eropa
sebagai penguasa menurut perjanjian tahun 1822
tetapi mereka tidak benar-benar berkuasa hingga
akhir Abad ke-19.
Pengaruh mereka terlihat dalam pelantikan raja
(panembahan) dan perdagangan. Jumlah orang
Belanda di Sintang tidak lebih dari 45 orang.
DIAGRAM KOTA
MELAYU
KAPUAS
MELAWI
PEMUKIMAN TIONGHUA PEMUKIMAN BELANDA
28. Orang Dayak tinggal di Rumah betang.
Di dalam Rumah Betang tinggal beberapa keluarga (5
s/d 30 Keluarga). Rumah betang terdiri dari :
Ruang Umum : digunakan untuk kegiatan sehari-hari,
pertemuan resmi dan sosialisasi;
Tempat yang terbuka : digunakan untuk
mengeringkan padi dan menumbuk beras;
Bagian depan : dipakai untuk tempat laki-laki.
Bagian dalam (bilik) : para wanita tinggal di bagian
dalam sepanjang waktu
29. A
B C
A
B C
A
B C
A
B C
A
B C
A
B C
A
B C
D
E
A. Wilayah Pribadi Untuk Keluarga D. Ruang Umum Tertutup Dengan Perapian
B. Perapian Untuk Memasak E. Ruang Terbuka
C. Pintu Masuk
30. PERIODE KONFLIK
Pada bagian I diakhiri dengan penempatan pegawai Eropa
yaitu HEINRICH VON GAFFRON di Sintang pada tahun 1854.
Beliau diperintahkan untuk menelusuri sebab-musabab
konflik yang terjadi antara Sintang dan Selimbau. Hasil
penelitiannya adalah bahwa Sintang mencoba
menyebarluaskan kekuasaan.
Jika mereka bisa menguasai Selimbau maka mereka bisa
menguasai perdagangan dengan Sarawak. Perdagangan
dengan Pontianak sudah dikuasai karena para pedagang ini
dipaksa menjual produk-produk mereka di Sintang.
Kadang-kadang para pedagang ini dipenjarakan dan
keluarga mereka harus menebus dengan harga mahal untuk
membebaskan mereka.
Menurut mereka hanya kekuasaan Belanda yang permanen
yang dapat menghentikan sikap dominan Sintang.Mungkin
mereka melihat Belanda sebagai sekutu Penyelamat.
31. Pada tahun-tahun selanjutnya menunjukkan bahwa penduduk setempat tidak
menghargai kehadiran Belanda. Penempatan von Gaffron , satu-satunya
pegawai dilakukan dengan diam-diam. Baru setelah 9 bulan ada lagi orang-orang
Eropa yang datang. Sementara itu von Gaffron menghadapi percobaan
pembunuhan dan rumahnya dibakar padahal rumah itu dibangun untuk para
tentara Belanda.
Bantuan datang pada bulan Maret 1855. Residen bagian Barat Borneo, Prins,
datang dengan 180 orang tentara. Mereka menduga akan disambut secara
agresif tetapi ternyata tidak ada perlawanan sama sekali.
Mohammad, anak dari Panembahan menggantikan ayahnya dan Pangeran
Ratoe menjalani masa pension.
Perjanjian tahun 1847 diperbaharui dengan Raja Mohammad. Beberapa
perubahan terjadi pada pemerintahan Sintang.
Sintang menjadi ibukota wilayah Barat Sanggau hingga perbatasan Kutai
dan di bagian Utara hingga Sarawak (peta 6). Pemimpin wilayah adalah
asisten residen (von Gaffron) dibantu 2 inspektur. Selain itu ada 120 tentara
di sana. Mereka memang dibutuhkan.
32. Sintang dideklarasikan dalam keadaan perang sebanyak
2 kali :
Pertama : Tahun 1856 dan
Kedua : Tahun 1859
Kedua perang tersebut disebabkan oleh perlawanan
yang gigih menentang Belanda dari PANGERAN MOEDA,
PANGERAN ANOM, dan PANGERAN RATOE yang sudah
pensiun.
Pembentukan pemerintahan di daerah yang baru
merupakan kemunduran yang besar bagi keluarga
kerajaan. Keterangan yang lengkap mengenai perang
ini dapat dilihat pada Kielstra dan dalam dokumen
“Sintangsche troebelen” yang berada di KITLV,
Leiden.
33. Salah satu kejadian penting adalah penyerangan terhadap benteng
Belanda pada bulan Nopember 1856 oleh 700 gerilyawan setempat.
Sebagian besar penduduk, termasuk raja, menggabungkan diri dengan
para gerilyawan tetapi pihak Belanda berhasil mematahkan serangan
tersebut. Lebih dari 150 orang terbunuh dalam 2 jam, hanya 1 korban
dari pihak Belanda. Bantuan tentara untuk Belanda datang dari
Pontianak dan mereka mengejar para gerilyawan sampai jauh ke
pedalaman.
Kampung Nanga Kayan, tempat tinggal para gerilyawan, dibakar.
Para pemimpin penyerangan yaitu Pangeran Anom, Pangeran Koening dan
Pangeran Ratoe awalnya berhasil melarikan diri, tetapi tak lama kemudian :
Pangeran Ratoe tertangkap, dan dikirim ke pulau Jawa.
Pangeran Anom meninggal setelah perang yang kedua, yang
dideklarasikan pada tahun 1859 setelah serangkaian pembunuhan oleh
para gerilyawan.
34. Belanda semakin memperkuat kekuatan tentaranya
untuk dapat menekan dan melawan pemberontakan
ini tetapi para pemberontak selalu dapat melarikan
diri ke pedalaman. Para gerilyawan ini menjadi
masalah permanen bagi Belanda.
Secara resmi Sintang berada dalam keadaan damai
setelah masa perang kedua tetapi kekerasan terus
berlangsung, kali ini tidak hanya menantang
pemerintah tetapi juga antarkelompok setempat.
Belanda menghadapi banyak masalah dengan orang
Dayak di Tebidah, yang kemudian dikenal dengan
Perang Tebidah pada tahun 1895-1896 di bawah
pimpinan Raden Pakoe Djaja dan pemberontakan
Dayak Ketungau pada tahun 1908.
35. Suku Iban Dayak yang paling sering menjadi pemberontak
pada tahun 1870-an dan 1880-an. Pemenggalan kepala dan
perampasan terhadap suatu kelompok mengundang aksi
pembalasan serupa dari kelompok lain.
Belanda tidak mempunyai kekuasaan untuk menghentikan
berbagai konflik tersebut tetapi mereka tetap mencoba.
Mereka mengirimkan para inspektur ke pedalaman untuk
mendapatkan kepercayaan dari orang-orang Dayak dan
mencoba melemahkan kekuasaan para penguasa Melayu.
James Brooke melaksanakan taktik yang sama di Sarawak
dan terbukti berhasil. Banyaknya pemberontakan bisa
menjadi subyek penelitian lebih lanjut yang menarik,
khususnya dari perspektif Indonesia. Tersedia cukup banyak
dokumentasi mengenai hal ini di lembaga arsip dan
perpustakaan di Belanda.
36. Perang terjadi di Borneo pada tanggal 16 Desember 1941
dengan mendaratnya tentara Jepang di Kuching.
Kota di kuasai mereka pada tanggal 24 Desember.
Invansi Belanda ke Borneo terjadi pada bulan Januari.
Kota Pelabuhan Pemangkat segera dikuasai begitu juga
beberapa kota lainnya. Salah satu hal yang mengenaskan
adalah pemboman kota Pontianak pada tanggal 19
Desember.
Pada saat itu masyarakat berpikir bahwa bala bantuan
telah datang dan mereka berbondong-bondong ke luar
rumah untuk melihatnya. Ternyata yang datang adalah
pesawat pemboman Jepang, menghabisi begitu banyak
penduduk. Pemukiman kaum Tionghoa yang menderita
paling parah. Pasukan the Dutch East Indian Army (KNIL)
dipaksa untuk menarik mundur pasukannya ke pedalaman.
37. Perang yang sangat hebat terjadi di Sanggau, lokasi
bandara rahasia Singkawang II. Pasukan KNIL dan pasukan
Inggris harus meninggalkan Sanggau setelah perang
tersebut berlangsung 4 hari.
Mereka merencanakan untuk mempertahankan diri di
Sintang. Untuk kepentingan ini 4 brigade ditempatkan di
kota.
Namun pemimpin perang akhirnya membuat keputusan
lain. Sintang tidak cocok sebagai lokasi pertahanan,
sehingga mereka memutuskan untuk pergi ke arah Selatan
pada awal bulan Pebruari 1942. Sebagian besar orang
Eropa meninggalkan Sintang dan pergi ke pulau Jawa.
Hanya para biarawati di rumah sakit yang tetap tinggal.
Selanjutnya merekapun ditangkap oleh Jepang.
38. Letnan Roukens dan Davijt diperintahkan untuk memulihkan
kekuatan pada akhir Pebruari tetapi penyerahan kedaulatan (8 Maret
1942) ditandatangani lebih awal daripada kedatangan mereka di
Sintang.
Namun demikian Davijt mencoba memenuhi tugasnya. Beliau datangt
terlambat di Sintang, tetapi masih sempat tinggal dan memulihkan
kekuasaan Belanda di Putu Sibau selama beberapa minggu.
Penarikan mundur KNIL menyebabkan tidak adanya informasi dari
Sintang.
Untuk melangkapi kisah ini diperlukan penelitian lebih lanjut.Para
saksi sejarah bisa menjadi narasumber yang baik, selama mereka
masih hidup.
Jepang ingin menciptakan sebuah kerajaan dunia yang tidak
tergantungpada Negara manapun dan bebas dari imperialism Barat.
Kawasan seperti Borneo pasti menjamin keberlangsungan industry
perang dan mendatangkan keuntungan.
39. Pemerintahan harus segera dipulihkan.
Pertama-tama seluruh pegawai Belanda harus digantikan oleh
Jepang. Sebenarnya para pegawai Jepang adalah penerus rezim
militer.
Kalimantan diduduki oleh Angkatan Laut Jepang.
Kedua, Jepang ingin menguasai politik Lokal dengan
mengendalikan kaum elit, seperti yang telah dilakukan Belanda,
tetapi Jepang lebih memilih untuk menempatkan para
pegawainya sendiri.
Para raja dari berbagai wilayah Kalimantan, termasuk Raja
Abdulbahri dari Sintang dieksekusi dengan tuduhan konspirasi
melawan Jepang. Mereka semua ditangkap pada bulan Oktober
1943. Kemudian dieksekusi bulan Juni 1944. Begitu juga
penduduk Borneo tidak terhitung jumlahnya yang dibunuh di
kamp-kamp Jepang. Mereka dituduh tanpa bukti, ditangkap dan
dipenjarakan di kamp-kamp yang sangat kejam.
Sebuah rezim yang penuh terror dan ketakutan. Akhirnya rezim
tersebut berakhir pada 11 September 1945. Pemerintahan
diserahterimakan kepada Australia.
40. Kalimantan bebas dari penjajahan Jepang, tetapi
bukanlah merupakan awal dari periode kedamaian.
Indonesia ingin merdeka dari Belanda.Dibutuhkan
waktu 4 tahun untuk memproklamirkan kemerdekaan
ini.
Pemulihan kekuasaan Belanda di Sintang tidak terjadi
sebelum tahun 1946. Jumlah tentara yang ada tidak
memadai untuk seluruh wilayah Barat
Baru pada bulan Oktober 1945 Pontianak dikuasai
kembali oleh Belanda, diikuti oleh Singkawang pada
bulan Januari 1946. Satu batalyon tentara
ditempatkan di Sintang namun kewenangan mereka
sangat dibatasi.
41. KEPENDUDUKAN
Ada beberapa sensus yang dilakukan di
Borneo Barat pada penggal pertama abad ke-
20. Sangat sulit membandingkan angka-angka
tersebut dengan sensus yang dilakukan pada
awal abad ke-19 karena perubahan batas
diberbagai daerah. Kabupaten Sintang dibagi
menjadi 4 bagian yaitu : Sintang dan
sekitarnya, Melawi, Semitau dan Hulu Kapuas.
43. 1930 1947/48
Sintang 35.291 40.662 51.162 51.994
Dayak 31.806 78% 39.507 76%
Indonesians
Not Dayak 7.518 18% 10.135 19%
Chinese 1.259 3% 2.252 4%
Europians 62 >1% 33 >1%
Other Asian
People 17 >1% 54 >1%
44. Bagi sebagian besar orang kondisi kehidupan tak jauh
berbeda dengan abad sebelumnya. Orang Dayak tetap
menjadi petani. Terdapat beberapa perindustrian tetapi
hanya dalam skala kecil. Sumber pendapatan baru yang
menjanjikan adalah perkebunan karet.
Pada tahun 1930-an sekitar 2,5 juta pohon karet ditanam.
Sebagian besar dimiliki orang Melayu. Orang Tionghoa juga
memiliki beberapa perkebunan karet yang lebih kecil.
Pertambangan emas mereka tidak produktif lagi sehingga
mereka membutuhkan sumber pendapatan lain.
Selain karet, perdagangan juga merupakan sumber
pendapatan utama bagi masyarakat Tionghoa. Situasi
ekonomi tidak begitu baik. Banjir sering terjadi sehingga
menyebabkan kegagalan panen dan Sintang kehilangan
fungsinya sebagai pusat pasar produk-produk hutan.
Belanda beberapa kali mencoba memperkenalkan jenis
tanaman yang baru namun tidak berhasil.
45. Modernisasi mulai masuk Sintang pada Abad ke-20.
Perjalanan kapal dari Pontianak memakan waktu 2
hari hingga diperkenalkan kapal cepat (speedboat) di
Kapuas tahun 1926. Sejak saat itu rute Pontianak-
Sintang ditempuh dalam waktu 12 jam. Perbaikan
infrastruktur yang lain adalah pembangunan jalan ke
Nanga Pinoh dan Sanggau. Juga dibangun Rumah Sakit
Terapung di Sintang yang dikelola oleh Para
Biarawati.
Pendidikan berlangsung di Sekolah Pedalaman
Belanda tapi kemudian ditutup dan digantikan dengan
sekolah yang terdiri dari enam kelas. Semua murid
wajib belajar Bahasa Belanda. Tidak banyak anak
orang Dayak yang bersekolah di sini. Mereka
dibutuhkan untk membantu di Ladang.
46. Untuk memberikan pendidikan pada anak-anak yang tidak
mendapatkan kesempatan sekolah karena bekerja, diadakan
pengajaran keliling yang datang ke kampung-kampung. Tercatat
92 anak yang mendapatkan pendidikan dasar pada tahun 1936
dan 14 diantaranya anak Perempuan.
Ada sekolah menengah di Sintang jika ingin melanjutkan sekolah.
Tercatat 32 anak pergi ke sekolah menengah pada tahun 1936.
Pelayanan lainnya adalah kantor pos dan pengadilan. Pengadilan
diadakan 2 kali setahun hanya untuk kasus-kasus kriminalitas
yang serius. Kasus kriminalitas yang kecil diserahkan kepada
pemimpin kampung atau raja. Informasi lebih detail mengenai
struktur social dan perekonomian Sintang dapat ditemukan di
dalam banyak dokumen di bagian akhir laporan ini.
Naskah tentang serah terima jabatan dari residen lama kepada
residen baru sangat disarankan untuk dibaca.