1. Menjadi Pemimpin – Untuk menjadi seorang pemimpin yang ditakuti sangatlah mudah tetapi untuk menjadi seorang
pemimpin yang disegani tidak mudah dan memerlukan beberapa karakter yang dimiliki oleh seorang pemimpin. Ada tujuh
karakter penting untuk menjadi pemimpin disegani oleh karyawan atau bawahannya.
Definisi KepemimpinanMengenai definisi kepemimpinan, banyak perbedaan pendapat mengenai
definisinya. Halini disebabkan berbedanya sudut pendang dari masing-masing peneliti,
merekamendefinisikan kepemimpinan sesuai dengan perspektif-perspektif individual dan aspek dari
fenomena yang paling menarik perhatian mereka.Jacobs & Jacques mendefinisikan kepemimpinan
sebagai sebuah proses memberi arti(pengarahan yang berarti) terhadap usaha kolektif, dan yang
mengakibatkan kesediaanuntuk melakukan usaha yang diinginkan untuk mencapai
sasaran.[1]Sedangkan menurut Tannenbaum, Weschler & Massarik kepemimpinan adalah
pengaruhantarpribadi, yang dijalankan dalam suatu sistem situasi tertentu, serta diarahkan
melalui proses komunikasi, ke arah pencapain satu tujuan atau bebrapa tujuan tertentu.[2]Dari
pengertian di atas ditarik kesimpulan bahwa kepemimpinan merupakan suatuhubungan proses
mempengaruhi yang terjadi dalam suatu komunitas yang diarahkanuntuk tercapainya tujuan
bersama. Disamping itu jika melihat rumus kepemimpinan yangdiajukan oleh Paul Hersey dan
Kenneth H. Blanchard, maka hubungan natara pemimpindan yang dipimpin tidak harus selalu berada
dalam hubungan yang hirarkis
Kepemimpinan adalah sebuah keputusan dan lebih merupakan hasil dari proses
perubahan karakter atau tranformasi internal dalam diri seseorang. Kepemimpinan bukanlah
jabatan atau gelar, melainkan sebuah kelahiran dari proses panjang perubahan dalam diri
seseorang. Ketika seseorang menemukan visi dan misi hidupnya, ketika terjadi kedamaian
dalam diri (inner peace) dan membentuk bangunan karakter yang kokoh, ketika setiap ucapan
dan tindakannya mulai memberikan pengaruh kepada lingkungannya, dan ketika
keberadaannya mendorong perubahan dalam organisasinya, pada saat itulah seseorang lahir
menjadi pemimpin sejati. Jadi pemimpin bukan sekedar gelar atau jabatan yang diberikan
dari luar melainkan sesuatu yang tumbuh dan berkembang dari dalam diri seseorang.
Kepemimpinan lahir dari proses internal (leadership from the inside out ).
Kepemimpinan sesungguhnya tidak ditentukan oleh pangkat atau jabatan seseorang.
Kepemimpinan adalah sesuatu yang muncul dari dalam dan merupakan buah dari keputusan
seseorang untuk mau menjadi pemimpin, baik bagi dirinya sendiri, bagi keluarga, bagi
lingkungan pekerjaan, maupun bagi lingkungan sosial dan bahkan bagi negerinya.
Kesmpulan:
Pemimpin yang berhasil hendaknya memiliki beberapa kriteria yang tergantung pada
sudut pandang atau pendekatan yang digunakan, apakah itu kepribadiannya, keterampilan,
bakat, sifat – sifatnya, atau kewenangannya yang dimiliki yang mana nantinya sangat
berpengaruh terhadap teori maupun gaya kepemimpinan yang akan diterapkan.
Rahasia utama kepemimpinan adalah kekuatan terbesar seorang pemimpin bukan dari
kekuasaanya, bukan kecerdasannya, tapi dari kekuatan pribadinya. Seorang pemimpin sejati
selalu bekerja keras memperbaiki dirinya sebelum sibuk memperbaiki orang lain.
Menjadi Pribadi Yang Bijak
Bismillaahirrahmanirrahiim,
Satu ciri ketakwaan seseorang kepada Allah adalah sifat bijak dalam kehidupannya. Yaa Ayyuhan naasu innaa
khalaqnaakum min dzakariw wa untsa wa ja'alnaakum syu'uubaw waqabaa-ila li ta'aarafuu inna akramakum'indallahi
atqaakum innallaha 'aliimun khabiir (Qs.Al-Hujuraat ayat 13). "Hai sekalian manusia sesungguhnya Kami menciptakan
kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya
2. kamu saling mengenal. Sesungguhnya semulia-mulia kamu di sisi Allah ialah yang lebih taqwa di antara kamu.
Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Teliti". Ciri orang yang bertaqwa adalah dia merupakan orang yang
bijaksana. Pertanyaan pertama ketika kita bercermin adalah apakan diri ini sudah bijak, jika jawabannya belum maka
jadikanlah hal ini sebagai sebuah cita-cita.
Jika ada yang mengatakan rindu pemimpin yang bijak, jika kita mengatakan bahwa bangsa ini krisis keteladanan, maka
jangan mencari teladan karena susah untuk ditemukan, untuk itu yang paling mudah adalah menjadikan kita sebagai tauladan
paling tidak untuk keluarga, janganlah menuntut untuk mendapatkan presiden yang bijak karena akan susah untuk didapat,
karena itu yang dapat kita lakukan adalah menuntut diri kita sendiri. Orang yang bijaksana itu merupakan suatu keindahan
tersendiri, misalkan ketika menjadi seorang guru yang bijak biasanya sangat disukai oleh murid-muridnya. Seorang
pemimpin yang bijak biasanya ia disegani oleh kawan maupun lawan, jika orang tua bijaksana maka akan dicintai oleh anakanaknya.
Pada dasarnya kebijakan ini tidak susah untuk dimiliki. Ud'u illa sabiili rabbika bil hikmati wal mau 'izhatil hasanati, wa
jaadilhum billatii hiya ahsanu inna rabbaka huwa'alamu bi man dhalla 'an sabilihii wa huwa a'lamu bil muhtadiin. Artinya:
"Serulah kepada jalan (agama) Tuhanmu dengan hikmah dan pengajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara
sebaik-baiknya, sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang sesat dari jalan-Nya dan Dia lebih
mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk".
Sumber kearifan dan kebijaksanaan dapat datang dari :
1. Sikap hidupnya yang siddiq yaitu orang yang sangat menyukai kebenaran, sekuat tenaga hidupnya berusaha berbuat benar
dan selalu ingin membuat orang menjadi benar, semangat didalam hati akan cinta terhadap kebenaran, istiqomah dalam
kebenaran dan ingin orang juga memiliki sikap yang benar maka hal tersebutlah yang membuat orang menjadi bijaksana.
2. Sikap hidup yang amanah, rasa tanggung jawab karena hidup yang hanya sekali dan ingin mempertanggung jawabkan
hidup ini baik sebagai anak, ayah, orang tua, anggota masyarakat, sikap amanah ini timbul dari dalam jiwa kita.
3. Sikap hidup Fathonah, berwawasan luas, berilmu luas jadi begitu banyak pilihan sikap yang merupakan buah dari
kecerdasan.
4. Sikap hidup yang Tabligh adalah dapat menyampaikan sesuatu dengan baik kebenaran. Sehingga menyebabkan
mendapatkan sesuatu yang diinginkan tanpa merusak tatanan yang ada.
BAGAIMANA CARA MENJADI ORANG YANG BIJAK
1. Tidak Emosional, hal itu berarti orang yang temperamental, mudah marah, meledak-ledak, gampang tersinggung, sulit
menjadi bijaksana dan hanya dapat menjadi bijak dengan pertolongan Allah dan kegigihan usaha untuk berubah, jadi orang
yang bijak adalah orang yang terampil mengendalikan diri. Berhati-hatilah jika kita termasuk orang yang mudah marah maka
jika bertindak biasanya cenderung tergesa-gesa. Orang-orang yang emosional tersinggung sedikit akan sibuk membela diri
dan membalas menyerang, ini tidak bijaksana karena yang dicari adalah kemenangan pribadi bukan kebenaran itu sendiri.
2. Tidak egois, orang yang egois jelas tidak akan dapat menjadi bijak, karena bijak itu pada dasarnya ingin kemaslahatan
bersama, orang yang egois biasanya hanya menginginkan kebaikan untuk dirinya sendiri. Rasulullah selalu hidup dalam
pengorbanan, begitu pula Indonesia dapat merdeka oleh orang-orang yang berjuang penuh pengorbanan. Orang yang bijak
adalah orang yang mau berkorban untuk orang lain bukan mengorbankan orang lain untuk kepentingan dirinya sendiri.
3. Suka cinta dan rindu pada nasihat, akan sangat bodoh jika kita masuk hutan tanpa bertanya kepada orang yang tahu
mengenai hutan. Jika kita di beri nasihat seharusnya kita berterima kasih. Jika kita tersinggung karena di sebut bodoh maka
seharusnya kita tersinggung jika disebut pintar karena itu tidak benar. Jika kita alergi terhadap kritik, saran, nasehat atau
koreksi maka kita tidak akan bisa menjadi orang yang bijak. Jika seorang pemimpin alergi terhadap saran atau nasehat,
bahkan memusuhi orang yang mengkritik, maka dia tidak akan pernah bisa memimpin dengan baik.
4. Memiliki kasih sayang terhadap sesama, Rasa sayang yang ada diharapkan tetap berpijak pada rambu-rambu yang ada
seperti ketegasan. Diriwayatkan bahwa orang yang dinasehati oleh Rasulullah secara bijak berbalik menjadi orang yang
lebih baik dari sebelumnya. Orang-orang yang bijak akan sayang terhadap sesama. Berbeda dengan orang-orang yang hidup
penuh dengan kebencian, dimana kepuasan bathinnya adalah menghancurkan orang lain. Pemimpin sebaiknya memiliki
kasih sayang yang berlimpah tidak hanya pada waktu kampanye saja. Kasih sayangnya juga tidak hanya untuk satu pihak
atau kelompok melainkan merata untuk semua golongan.
5. Selalu berupaya membangun, Orang yang bijak tidak hanyut oleh masa lalu yang membuat lumpuh tetapi selalu menatap
ke depan untuk memperbaiki segalanya. Orang yang bijak akan membangkitkan semangat orang yang lemah, menerangi
sesuatu yang gelap. Jika melihat orang yang berdosa, maka ia akan bersemangat untuk mengajak orang tersebut untuk
bertaubat. Orang yang bijak ingin membuat orang maju dan sangat tidak menyukai kehancuran dan kelumpuhan kecuali bagi
kebathilan. Semangat orang yang bijak adalah semangat untuk maju tidak hanya untuk dirinya tetapi juga bagi orang lain
disekitarnya.
Jadi yang dibutuhkan pada seorang pemimpin bijak adalah pribadi yang tidak emosional, tidak egois, penuh kasih sayang,
cinta akan nasihat dan memiliki semangat terus menerus untuk membangun dirinya, ummat serta bangsa ini, dia tidak akan
peduli walaupun dibalik kebangkitan yang ada dia mungkin akan tenggelam. Pemimpin yang bijak tidak peduli akan
popularitas dan tidak peduli dengan adanya pujian manusia karena kuncinya adalah ketulusan dan tidak mengharapkan
apapun dari yang telah di lakukan, adalah tidak akan bisa bijak jika kita mengharapkan sesuatu dari apa yang kita lakukan.
Kita hanya akan menikmati sikap bijak jika kita bisa memberikan sesuatu dari rizki kita, bukannya mengharapkan sesuatu
dari yang kita kerjakan.
Alhamdulillaahirobbil’alamin
Mari Belajar Menjadi Pemimpin Yang Baik (Inspirasi Tengah Malam)
3. OPINI | 06 January 2011 | 03:16
Dibaca: 725
Komentar: 0
Nihil
(Edisi 1/Naqoura, Rabu 5/1/2011. 22.20 waktu Lebanon)
Menjadi pemimpin yang baik tidaklah semudah mendapatkan jabatan „pemimpin‟, namun bagaimana kita akan
memerpalukan diri sendiri setelah menjadi seorang pemimpin manakala jabatan „pemimpin‟ itu telah kita
dapatkan, apapun namanya organisasi itu yang harus kita pimpin. Untuk menjadi pemimpin yang baik dan
disegani tentu saja membutuhkan waktu dan proses interaksi yang panjang dengan anak buah, anggota,
jama‟ah dan lain-lain sesuai nama organisasinya.
Banyak hal atau kiat yang mungkin bisa dilakukan walaupun saya yakin akan sulit untuk menjalaninya (minimal
ada upaya), antara lain :
1. Menjadi suri tauladan. Hal ini bukan berarti kita harus sempurna dahulu akhlaqnya, akan tapi paling tidak
harus konsisten antara apa yang kita ucapkan dengan tindakan kita di hadapan anak buah. Misalnya, kita
mengatakan bahwa rapat akan dimulai pukul 8.00, maka kita harus konsisten memulai rapat pada jam 8.00
tersebut.
2. Miliki kompetensi yang dibutuhkan oleh organisasi. Kita harus mampu menunjukan kompetensi itu di depan
anak buah agar mereka tahu bahwa mereka dipimpin oleh orang yang ahli di bidangnya, sehingga mereka segan
terhadap pemimpinnya.
3. Jaga penampilan Anda “sedikit” di atas mereka. Jika anak buah memakai kaos, paling tidak kita memakai
kemeja. Jika mereka berinfaq 1000 rupiah, tentunya kita berinfaq lebih dari itu. Yang penting, penampilan
(secara fisik) harus lebih rapi dan bersih dari anak buah.
4. Jangan pernah bosan untuk berkomunikasi dengan anak buah. Jelaskan visi dan kemauan kita sebagai
pemimpin kepada anak buah secara berulang-ulang serta harus mampu memberi contoh nyata. Kalau bisa
dengan metode yang berbeda-beda agar mereka tidak bosan dengan penjelasan kita. Pemimpin yang baik tidak
boleh pendiam namun harus mau dan sabar menjelaskan keinginannya secara terus menerus dan berulangulang.
5. Rajinlah memberikan “setoran” kebaikan kepada anak buah. Mulai dari hal yang kecil, seperti memulai
berjabat tangan, memulia tersenyum dan menyapa lebih dahulu sampai yang „berat‟ seperti menolong anak buah
yang kesulitan. Hal ini perlu dilakukan secara rutin “setoran” tersebut walau kecil daripada hanya sesekali
walaupun besar. Ini sesuai dengan hadits Nabi, “Sesungguhnya Allah lebih mencintai amal yang rutin walau
sedikit” (HR. Muslim).
Semoga dengan lima cara ini dapat menjadikan kita seorang pemimpin yang baik dan disegani oleh anak buah.
Jurus Akrab Dengan Anak Buah
Boleh percaya boleh tidak, pada dasarnya setiap orang ingin menjadi pemimpin. Terutama orang yang mumpuni, dalam
arti memiliki kemampuan dan kualitas yang baik. Tetapi jadi pemimpin itu tidaklah mudah. Karena namanya juga
pemimpin, anda dituntut untuk sanggup memimpin, memerintah, sekaligus membimbing anak buah. Di samping itu
seorang pemimpin juga dituntut untuk mampu membina hubungan yang akrab antara atasan dan bawahan tanpa
kehilangan wibawa sebagai pemimpin.
Yang disebut belakangan memang tidak mudah. Karena jika sama sekali tidak akrab dengan anak buah bisa dianggap sok
jaim. Sekalinya akrab, khawatir anak buah akan ngelunjak. Padahal sebagai pemimpin pasti dong anda ingin disegani oleh
anak buah sekaligus dihormati. So, bagi anda para pemimpin, simak deh jurus-jurus akrab dengan anak buah, tanpa
kehilangan batasan antara anak buah dan bos:
- Jika anda mendelegasikan tugas pada anak buah jangan lepas tangan begitu saja. Sesekali tanyakan kesulitan yang
mereka hadapi. Jika perlu, beri mereka bantuan sesuai dengan kewenangan anda. Jika anda ada waktu, diskusikan
bersama-sama kesulitan dan kendala yang mereka hadapi.
- Berikan penghargaan atas hasil kerja dan prestasi yang mereka raih. Penghargaan tidak selalu dalam bentuk ‘materi’.
Tetapi bisa juga pujian. Jangan 'pelit' pujian jika memang hasil kerja mereka memuaskan. Katakan juga bahwa kerja keras
mereka bukan saja turut melancarkan dan mempermudah tugas anda sebagai pemimpin tetapi juga memberi kontribusi
berarti bagi perusahaan.
- Jangan abaikan ide-ide dan gagasan dari anak buah. Beri point pada setiap ide cemerlang mereka. Dan informasikan pada
4. mereka jika anda memakai ide cemerlang tersebut. Hal ini untuk menunjukkan bahwa anda bukanlah atasan yang suka
mencuri ide anak buah dengan mengatasnamakan ide itu sebagai ide pribadi.
- Segera informasikan pada mereka jika ada kebijakan-kebijakan baru. Jangan sampai mereka tahu dari atasan yang lain.
Jika anda tidak menginformasikannya, selain akan dianggap tidak komunikatif oleh anak buah, anda akan dianggap
menyembunyikan informasi penting demi kepentingan sendiri.
- Dalam suasana yang santai jangan ragu untuk terlibat obrolan bersama mereka. Misalnya saat makan siang atau rekreasi
kantor. Dengarkan obrolan dan keinginan mereka. Dengarkan juga kritik dan uneg-uneg mereka selama menjadi anak buah
anda. Dengan demikian anda bisa mengetahui apa saja kekurangan yang perlu anda perbaiki. Begitu juga dengan anda,
anda bisa memberikan kritikan yang berguna bagi mereka.
- Sekali-kali adakan rekreasi bersama anak-anak buah di divisi anda. Nggak perlu jauh-jauh, cukup di tempat hiburan yang
dekat dengan kota anda. Selain sebagai refreshing atau penyegaran bagi anak buah, cara ini cukup ampuh untuk
menggalang kebersamaan dan kekompakan.
Dengan demikian, anda akan mendapat tempat tersendiri di hati mereka. Mereka akan semakin segan sekaligus merasa
dekat dengan anda tanpa lupa menghormati anda sebagai pimpinannya. Sehingga, anda tidak akan kesulitan bekerjasama
dengan mereka. Hal ini berarti andapun akan senantiasa mendapat dukungan dari mereka.
Bagaimana menjadi pemimpin yang baik?????
Saudaraku yang Terkasih, untuk menjadi pemimpin yang baik dan disegani tentu membutuhkan waktu dan
proses interaksi yang panjang dengan anak buah. Beberapa cara yang bisa dilakukan adalah :
1. Jadilah teladan bagi anak buah. Hal ini bukan berarti kita harus sempurna dulu akhlaqnya, tapi paling
tidak harus konsisten antara apa yang kita ucapkan dengan tindakan kita di hadapan anak buah. Misalnya, kita
mengatakan bahwa rapat akan dimulai pukul 8.00, maka kita harus konsisten memulai rapat pada jam 8.00
tersebut.
2. Rajinlah memberikan “setoran” kebaikan kepada anak buah. Mulai dari hal yang kecil, seperti memulai
berjabat tangan, memulia tersenyum dan menyapa lebih dahulu. Sampai yang „berat‟ seperti menolong anak
buah yang kesulitan. Lakukan secara rutin “setoran” tersebut walau kecil daripada hanya sesekali walaupun
besar. Ini sesuai dengan hadits Nabi, “Sesungguhnya Allah lebih mencintai amal yang rutin walau sedikit” (HR.
Muslim).
3. Miliki kompetensi yang dibutuhkan oleh organisasi Anda. Tunjukan kompetensi itu di depan anak buah
Anda agar mereka tahu bahwa mereka dipimpin oleh orang yang ahli di bidangnya, sehingga mereka segan
kepada Anda.
4. Jangan pernah bosan untuk berkomunikasi dengan anak buah. Jelaskan visi dan kemauan Anda kepada
anak buah secara berulang-ulang. Kalau bisa dengan metode yang berbeda-beda agar mereka tidak bosan
dengan penjelasan Anda. Pemimpin yang baik tidak boleh pendiam. Ia harus mau dan sabar menjelaskan
keinginannya kepada anak buah secara berualang-ulang.
5. Jaga penampilan Anda “sedikit” di atas mereka. Jika anak buah Anda pakai kaos, Anda pakai kemeja. Jika
mereka berinfaq 1000 rupiah, Anda berinfaq lebih dari itu. Yang penting, penampilan (secara fisik) harus lebih
rapi dan bersih dari anak buah.