SlideShare a Scribd company logo
1 of 25
Jilid 2
Tiba-tiba Kwat Lin bangkit serentak, seolah-olah ada tenaga baru memasuki
tubuhnya yang menderita nyeri, lelah dan kelaparan karena selama tiga hari tiga
malam dia dipermainkan tanpa diberi makan atau minum oleh kakek iblis itu. Dia
berdiri tegak, telanjang bulat, lalu memandang ke arah semua mayat suhengnya,
dan matanya menjadi liar, keluar suara parau dari mulutnya yang pecah-pecah
bibirnya oleh gigitan kakek iblis. "Suheng sekalian, dengarlah ! Aku The Kwat Lin,
bersumpah untuk membalaskan kematian suheng sekalian. Satu-satunya tujuan
hidupku sekarang hanyalah untuk membalas dendam dan membunuh iblis busuk
Pat-jiu Kai-ong !" Tiba-tiba dia terhuyung mundur memandang wajah twa-
suhengnya. Pria inilah sebetulnya yang sudah sejak dahulu mencuri hatinya.
"Twa Suheng......!" Dia menubruk dan berlutut di dekat mayat yang sudah mulai
membusuk itu. "Jangan berduka, Twa-suheng....jangan menangis......" Dia berdiri
sesunggukan. "Apa.....? Aku telanjang.....? Pakaianmu......? Seperti orang gila yang
bicara dengan sesosok mayat, Kwat Lin bertanya, kemudian dia membuka baju
dan celana luar dari mayat yang sudah kaku kejang itu dengan agak susah, dan
mengenakan pada tubuhnya sendiri. Tentu saja agak kebesaran. "Hi-hi-hik,
pakaianmu kebesaran, Suheng......." Dia memandang wajah mayattwa-suhengnya
dan tertawa lagi. "Hi-hik, nah begitu, tertawalah Twa-suheng, tertawalah para
suheng sekalian......, tertawa dan bergembiralah karena dendam kalian pasti akan
kubalaskan...! Hi-hi-hik... hu-hu-huuuhhh..."
Dia menangis lagi terisak-isak dan dengan terhuyung-huyung dia meninggalkan
tempat mengerikan itu setelah mengambil pedang twa-suhengnya. Pedang itu
adalah pedang pusaka terbaik di antara pedang ketiga belas orang pendekar Bu-
tong-pai itu, sebatang pedang pemberian Ketua Bu-tong pai sendiri, pedang yang
di dekat gagangnya ada gambar setangkai bunga Bwee merah, maka pedang itu
diberi na ma Ang-bwe-kiam (Pedang Bunga Bwee Merah). Dia terhuyung-huyung,
pergi tak tentu tujuan, asal menggerakkan kedua kaki melangkah saja, langkah
yang kecil-kecil dan terhuyung-huyung karena tubuhnya masih terasa lelah, lapar
dan sakit semua. Kadang-kadang terdengar dia terisak menangis, kemudian
terkekeh geli sehingga kalau ada orang yang bertemu dengan wanita yang
bibirnya pecah-pecah mukanya penuh debu dan air mata, matanya membengkak
dan merah, rambutnya riap-riapan dan pakaiannya terlalu besar, ini tentu orang
itu akan merasa seram, mengira bahwa setidaknya dia adalah seorang wanita gila.
Dugaan ini memang tidak meleset terlalu jauh. Penderitaan lahir batin yang
melanda diri Kwat Lin membuat wanita malang ini tidak kuat menahan sehingga
terjadi perubahan pada ingatannya.
Pada hariyang sama ketika Cap-sha Sin-hiap roboh di tangan kakek iblis Pat-jiu Ka
i-ong di kaki Pegunungan Jeng-hoa-san, terjadi pula peristiwa hebat di bagian lain
dari Pegunungan itu. Kalau Cap-sha Sin-hiap roboh di daerah timur pegunungan,
maka di daerah barat terjadi pula peristiwa yang hampir sama sungguhpun
sifatnya berbeda.
Pada pagi hari itu, seorang wanita berjalan seorang diri mendaki lereng pertama
dari pegunungan Jeng-hoa-san sebelah barat. Wanita itu memasuki hutan dengan
wajah berseri dan harus diakui bahwa wajah wanita cantik manis sekali,
mempunyai daya tarik yang kuat sungguhpun usianya sudah empat puluh tahun.
Tidak.ada keriput mengganggu kulit mukanya yang putih halus, mulutnya yang
agak lebar itu mempunyai bibir yang senantiasa menantang dan seolah-olah buah
masak yang sudah pecah, akan tetapi kalau orang memperhatikan matanya, mata
yang jernih dan bersinar tajam, maka hati yang kagum akan kecantikannya tentu
akan berubah menjadiragu-ragu, curiga dan ngeri karena sepasang mata itu tidak
pernah, atau jarang sekali berkedip. Mata itu terbuka terus seperti mata boneka !
Dengan langkah-langkah gontai dan lemas, membuat buah pinggulnya menonjol
dan bergoyang ke kanan kiri, wanita itu berjalan seorang diri, memutar- mutar
sebuah payung yang dipanggulnya. Sebuah payung hitam yang tertutup,
gagangnya melengkung dan ujungnya meruncing. Pakaiannya serba mewah dan
indah, rambutnya panjang sekali, digelung ke atas seperti sebuah menara hitam
yang indah, terhias tusuk sanggul dari mutiara dan emas.
Yang menarik adalah kuku-kuku jari tangannya. Kuku yang panjang terpelihara,
diberi warna merah, panjang meruncing dan agak melengkung seperti kuku
kucing atau harimau. Pakaiannya yang mewah itu dibuat terlalu pas dengan
tubuhnya sehingga membungkus ketat tubuh itu, membayangkan lekuk lengkung
yang menggairahkan dari dada sampai ke kaki karena celananya yang terbuat dari
sutera merah muda itu pun ketat sekali!
Biarpun kelihatannya seperti seorang wanita cantik dan genit (tante girang),
namun sesungguhnya dia bukanlah manusia biasa saja ! Inilah dia yang terkenal
sekali di dunia hitam kaum penjahat, karena wanita ini bukan lain adalah Kiam-mo
Cai-li (Wanita Pandai Berpayung Pedang), sebuah julukan yang membuat bulu
tengkuk orang yang sudah mengenalnya berdiri sangking ngerinya karena wanita
yang sebenarnya hanya bernama Liok Si ini memiliki ilmu kepandaian yang tinggi
mengerikan dan kekejaman yang sukar dicari bandingnya ! Bahkan ia disamakan
dengan wanita cantik penjelmaan siluman rase yang biasa mengganggu pria, dan
setiap orang pria yang terjebak dalam pelukannya tentu akan mati kehabisan
darah, disedot habis oleh siluman ini !
Tentu saja bagi mereka yang belum pernah berjumpa dengannya, sama sekali
tidak akan mengira bahwa wanita yang berlenggak-lenggok dengan payung di
pundak itulah iblis wanita yang menggegerkan dunia kang-ouw dengan
perbuatannya yang luar biasa. Dan mudah saja diduga mengapa pada hari itu
Kiam-mo Cai-li ini mendaki lereng Jeng-hoa-san!
Tentu saja dia pun mendengar berita menggegerkan dunia kang-ouw akan adanya
Sin-tong, Si Bocah ajaib dan mendengar ini, kontan keras hatinya berdebar-debar
penuh ketegangan dan penuh birahi ! Dia dapat membayangkan betapa tenaga
mukjijatyang dihimpunnya secara ilmu hitam dengan jalan menghisap sari tenaga
ratusan orang pria, akan meningkat dengan hebat sekali kalau dia bisa menghisap
kejantanan si Bocah Ajaib itu ! Maka begitu mendengar akan bocah ajaib di
puncak Pegunungan Jeng-hoa-san di dalam Hutan Seribu Bunga, dia segera
menempuh perjalanan jauh mengunjungi pegunungan itu. Perjalananyang jauh
karena biarpun sering kali Liok Si ini pergi merantau namun dia memiliki sebuah
pondok kecil seperti istana mewahnya terletak di tempat yang tidak lumrah
dikunjungi manusia, yaitu di daerah Rawa Bangkai. Rawa-rawa yang liar ini
terdapat di kaki Pegunungan Luliang-san, merupakan daerah maut karena banyak
lumpur dan pasir yang berputar, merupakan perangkap maut bagi manusia dan
hewan. Namun di tengah-tengah rawa-rawa itu, yang tidak dapat dikunjungi oleh
manusia lain, terdapat sebuah tanah datar, tanah keras semacam pulau dan
diatas pulau inilah letaknya istana kecil milik Liok Si yang berjuluk Kiam-mo Cai-li,
bersama belasan orang pembantu-pembantu yang sudah menjadi orang-orang
kepercayaannya.
Dia disebut Cai-li (Wanita Pandai) karena sebetulnya wanita ini dulunya adalah
puteri seorang sastrawan kenamaan dan semenjak kecil Liok Si telah mempelajari
kesusastraan sehingga dia mahir sekali akan sastra, bahkan dia pernah menyamar
sebagai pria menempuh ujian pemerintah sehingga dia lulus dan mendapat gelar
siucai ! Akan tetapi, penyamarannya ketahuan dan seorang pembesar tinggi
istana yang kagum kepadanya lalu mengambilnya sebagai seorang selir. Selain
ilmu sastra, juga Liok Si ini semenjak kecil digembleng ilmu oleh para sahabat
ayahnya, apalagi setelah menjadi selir pembesar tinggi di istana, dia mengadakan
hubungan dengan kepala-kepala pengawal, dengan pengawal-pengawal kaisar
yang berilmu tinggi, menyerahkan tubuhnya sebagai pengganti ilmu silat-ilmu
silat tinggi yang diperolehnya sebagai "bayaran".
Akhirnya, pembesar itu mengetahui akan tabiat selirnya ini yang ternyata adalah
seorang wanita yang gila pria maka dia diusir dari istana pembesar itu. Akan
tetapi, apa yang dilakukan oleh wanita ini ? Dia membunuh Si Pembesar,
membawa banyak harta benda yang dicurinya dari istana itu, kemudian minggat
!.Belasan tahun kemudian, muncullah nama julukan Kiam-mo Cai- li, namun tidak
ada yang menduga bahwa dia adalah Liok Si yang dahulu menjadi selir bangsawan
dan yang membunuh bangsawan itu sehingga menjadi orang buruan pemerintah.
Liok Si berjalan sambil tersenyum-senyum, kadang-kadang senyumnya melebar
dan tampak giginya yang putih mengkilat dan di kedua ujungnya terdapat sebuah
gigi yang agak meruncing sehingga sekelebatan mirip gigi caling sihung. Hatinya
gembira sekali kalau dia membayangkan betapa akan sedapnya kalau dia dapat
memperoleh bocah ajaib itu.
"Hemmm, aku harus bersikap halus dan hati-hati terhadapnya, menikmatinya
selama mungkin. Hemmm..." Tiba-tiba dia terkejut dan menghentikan
langkahnya, akan tetapi kembali dia tersenyum manis matanya mengerling tajam
penuh kegairahan ketika melihat lima orang laki-laki berdiri di depannya dengan
sikap gagah. Pandang matanya menyambar-nyambar dan terbayang kepuasan
dan kekaguman. Memang, hati seorang wanita gila pria seperti Liok Si tentu saja
menjadi berdebar tegang ketika melihat lima orang pria yang usianya rata-rata
tiga puluh tahun lebih bertubuh tegap-tegap dan rata-rata berwajah tampan dan
gagah ! Seperti melihat lima butir buah yang ranum dan matang hati ! "Aih-aihh...
Siapakah Ngo-wi (Anda berlima) yang gagah perkasa ini ? Dan apakah Ngo-wi
sengaja hendak bertemu dan bicara dengan aku ?"
Seorang di antara mereka, yang usianya tiga puluh tahun, mukanya bulat dan
alisnya seperti golok hitam dan tebal, berkata, "Apakah kami berhadapan dengan
Kiam-mo Cai-li dari Rawa Bangkai ?" Wanita itu memainkan bola matanya
memandangi wajah merka berganti-ganti dengan berseri, mulutnya tersenyum
ketika menjawab, "kalau benar mengapa ? Kalian ini siapakah ?" "Kami adalah
Kee-san Ngo-hohan (Lima Pendekar dari Gunung Ayam)". "Kiam-mo Cai-li
mengeluarkan bunyi "tsk-tsk-tsk" dengan lidahnya tanda kagum. Segera dia
menjura dan berkata manis. "Aih, kiranya lima pendekar yang namanya sudah
terkenal di seluruh dunia kang-ouw sebagai murid- murid utama Hoa-san-pai ?
Aih, terimalah hormatnya seorang wanita bodoh seperti aku." "Harap Toanio
(Nyonya) tidak mengejek dan bersikap merendah. Kami sudah tahu siapa adanya
Kiam- mo Cai-li, dan karena melihat engkau mendakiJeng-hoa-san, maka terpaksa
kami memberanikan diri untuk menghadang."
"Ehm...! Maksud kalian ?" Senyumnya makin manis dan kerling matanya makin
memikat. "Kami telah mendengar akan berita bahwa tokoh-tokoh kang-ouw
sedang berusaha untuk memperebutkan Sin-tong yang berada di Hutan Seribu
Bunga dan kami mendengar pula bahwa Kiam-mo Cai-li merupakan seorang di
antara mereka yang hendak menculik Sin-tong. Karena kami telah berhutang budi,
diberi obat oleh Sin-tong maka kami hanya dapat membalas budinya dengan
melindunginya terutama dari tangan... maaf, para tokoh kaum sesat yang tentu
tidak mempunyai itikad baik terhadap dirinya. Andaikata kami tidak berhutang
budi sekalipun, mengingat bahwa Sin-tong adalah seorang anak ajaib yang telah
banyak menolong orang tanpa pandang bulu, sudah menjadi kewajiban orang-
orang gagah untuk melindunginya." Kembali Kiam-mo Cai-li tersenyum. "Terus
terang saja, memang aku mendengar tentang Sin-tong dan aku ingin
mendapatkannya, maka hari ini aku mendaki Jeng-hoa-san. Habis kalian mau apa
?" Kalau begitu, kami minta dengan hormat agar kau suka membatalkan niatmu
itu, Toanio. Kalau kau memaksa hendak menganggu Sin-tong, terpaksa kami akan
merintangimu dan tidak membolehkan kau melanjutkan perjalanan !"
"Hi-hi-hik, galak amat ! Lima orang laki-laki muda tampan gagah bertemu dengan
seorang wanita cantik penuh gairah, sungguh tidak semestinya kalau bermain
senjata mengadu nyawa!"
"Hemm, habis semestinya bagaimana ?" tanya orang pertama dari Kee-san Ngo-
hohan yang betapapun juga merasa jerih mendengar nama besar wanita ini dan
mengharapkan wanita itu akan mengalah dan pergi dari situ, tidak mengganggu
Sin-tong..Mata itu tajam mengerling dan senyumnya penuh arti, bibirnya penuh
tantangan.
"Mestinya ? Mestinya kita bermain cinta memadu kasih !"
"Perempuan hina !"
"Jalang !"
"Siluman betina "
Lima orang itu telah mencabut senjata masing-masing yaitu senjata golok besar
yang selama ini telah mengangkat nama mereka di dunia kang-ouw. Kelima orang
pendekar ini memang merupakan ahli-ahli bermain golok dengan Ilmu Hoa-san-
to-hoat yang terkenal, dan selain itu juga mereka semua mahir akan ilmu
menotok jalan darah yang bernama Sam-ci-tiam-hoat, yaitu ilmu menotok
menggunakan tiga buah jari tangan.
"Siaaaattt...singg...siang..."
"Ha-ha, bagus ! kalian memang gagah sekali bermain golok, tentu lebih gagah
kalau bermain cinta, hi-hik ! " Kiam- mo Cai- li mengelak dan tiba-tiba payung
hiatmnya berkembang terbuka. Payung itu merupakan senjata isimewa, terbuat
dari baja yang kuat dan kainnya terbuat dari kulit badak yang kering dan sudah
dimasak lemas, namun kuatnya luar biasa dapat menahan bacokan senjata tajam.
Adapun ujung payung itu meruncing, merupakan ujung pedang, dan gagangnya
yang melengkung itu pun dapat digunakan sebagai senjata kaitan yang lihai.
"Trang-trang-trang...!!" Bunga api berpijar ketika golok-golok itu tertangkis oleh
payung dan karena kini tubuh wanita itu tertutup payung yang berkembang dan
berputar-putar, maka sukarlah bagi lima orang itu untuk menyerangnya dari
depan. Mereka lalu berloncatan dan mengurung wanita itu. "Hi-hik, hayo
keroyoklah. Kalau baru kalian lima orang ini saja, masih terlampau sedikit bagiku.
Hi- hik, hendak kulihat sampai dimana kekuatan kalian apakah patut untuk
menjadi lawan-lawanku untuk bermain cinta !"
"Perempuan rendah !" Orang pertama dari lima pendekar itu marah sekali,
goloknya menyambar dahsyat, tapi tiba-tiba golok itu terhenti di tengah udara
karena telah terikat oleh sebuah benda hitam panjang yang lembut. Kiranya
wanita itu telah mengurai gelung rambutnya dan ternyata rambut itu panjangnya
sampai ke bawah pinggulnya, rambut yang gemuk hitam, panjang dan harum
baunya, bahkan bukan itu saja keistemewaannya, rambut itu dapat dipergunakan
sebagai senjata ampuh, sebagai cambuk yang kini berhasil membelit golok orang
pertama dari Kee-san ngo-hohan ! Sebelum orang ini sempat menarik goloknya,
tangan kiri Kiam-mo Cai-li bergerak menghantam tengkuk orang itu dengan
tangan miring. "Krekk!" Laki-laki itu mengeluh dan roboh tak dapat bangkit
kembali karena dia telah terkena totokan istimewa yang membuat tubuhnya
lumpuh sungguhpun dia masih dapat melihat dan mendengar. Empat orang
lainnya terkejut dan marah sekali. Mereka memutar golok lebih gencar lagi,
bahkan kini tangan kiri mereka membantu dengan serangan totokan Sam-ci-tia m-
hoat yang ampuh ! Namun orang yang mereka keroyok itu tertawa-tawa
mempermainkan mereka. Setiap serangan golok dapat dihalau dengan mudah
oleh payung yang diputar-putar sedangkan ujung rambut yang panjang itu
mengeluarkan suara ledakan- ledakan kecil dan menyambar-nyambar di atas
kepala mereka, tidak menyerang, hanya mendatangkan kepanikan saja karena
memang dipergunakan untuk mempermainkan mereka.
"Mampuslah !" Orang ke dua yang menyerang dengan golok ketika goloknya
ditangkis, cepat dia "memasuki" lowongan dan berhasilmengirim totokan. Karena
tempat terbuka yang dapat dimasuki jari tangannya di antara putaran payung itu
hanya di bagian dada, maka dia menotok dada kiri wanita itu. Dalam keadaan
seperti itu, menghadapi lawan yang amat tangguh, pendekar ini sudah tidak mau
lagi mempergunakan sopan santun yang tentu tidak akan dilanggarnya kalau
keadaan tidak mendesak seperti itu.."Cusss...!" tiga buah jari tangan itu tepat
mengenai buah dada kiri yang besar, tapi dia hanya merasakan sesuatu yang
lunak hangat, sedangkan wanita itu sama sekali tidak terpengaruh, bahkan
mengerling dan berkata, "Ihh, kau bersemangat benar, tampan. Belum apa-apa
sudah main colek dada, hihik !" Tentu saja pendekar ini menjadi merah sekali
mukanya. Dia merasa malu akan tetapi juga penasaran. Ilmu totok yang
dimilikinya sudah terkenal dan belum pernah gagal. Tadi jelas dia telah menotok
jalan darah yang amat berbahaya di dada wanita itu, mengapa wanita itu sama
sekali tidak merasakan apa-apa, bahkan menyindirnya dan dianggap dia mencolek
dada ?
Dengan marah dia menerjang lagi bersama tiga orang sutenya. "Sudah cukup,
sudah cukup, rebah dan beristirahatlah kalian !" Tiba-tiba payung itu tertutup
kembali, berubah menjadi pedang yang aneh dan segulung sinar hitam
menyambar-nyambar mendesak empat orang itu, kemudian dari atas terdengar
ledakan-ledakan dan berturut-turut tiga orang lagi roboh terkena totokan ujung
rambut wanita sakti itu. Seperti orang pertama, mereka ini pun roboh tertotok
dan lumpuh, hanya dapat memandang dengan mata terbelalak namun tidak
menggerakan kaki tangan mereka !
Orang termuda dari mereka kaget setengah mati melihat betapa empat orang
suhengnya telah roboh. Namun dia tidak menjadi gentar, bahkan dengan
kemarahan dan kebencian meluap dia memaki, "Perempuan hina, pelacur rendah,
siluman betina, aku takkan mau sudah sebelum dapat membunuhmu !" "A ihhh...
kau penuh semangat akan tetapi mulut mu penuh makian menyebalkan hatiku !"
Golok itu tertangkis oleh payung sedemikian kerasnya sehingga terpental dan
sebelum laki-laki itu dapat mengelak, sinar hitam menyambar dan ujung rambut
telah membelit lehernya ! Pria itu berusaha sekuat tenaga untuk melepaskan
libatan rambut dari lehernya dengan kedua tangan, akan tetapi begitu wanita itu
menggerakkan kepalanya, rambutnya terpecah menjadi banyak gumpalan dan
tahu-tahu kedua pergelangan lengan orang itu pun sudah terbelit rambut yang
seolah-olah hidup seperti ular-ular hitam yang kuat. "Nah, ke sinilah, Tampan.
Mendekatlah, kekasih. Kau perlu dihajar agar tidak suka memaki lagi !" Laki- laki
itu sudah membuka mulut hendak memaki lagi, akan tetapi libatan rambut pada
lehernya makin erat sehingga dia tidak dapat bernapas, kemudian rambut itu
menariknya mendekat kepada wanita yang tersenyum-senyum itu ! Kini laki-laki
itu sudah berada dekat sekali, bahkan dada dan perutnya telah menempel pada
dada yang membusung dan perut yang mengempis dari wanita itu. Tercium
olehnya bau wangi yang aneh dan memabokkan, akan tetapi karena lehernya
terbelit kuat-kuat, dan napasnya tak dapat lancar, maka dia terpaksa menjulurkan
lidahnya keluar.
"Aihhh, kau perlu diberi sedikit hajaran, Tampan !"
Empat orang pendekar yang tertotok melihat dengan mata terbelalak penuh
kengerian betapa wanita itu kini mendekatkan muka sute mereka yang termuda,
kemudian membuka mulut dan mencium mulut sute mereka yang terbuka dan
lidah yang terjulur keluar itu.Mereka melihat tubuh sute mereka berkelojot
sedikit seperti menahan sakit, mata sute mereka terbelalak, namun wanita itu
terus mencium dan menutup mulut pria itu dengan mulutnya sendiri yang lebar.
Tak dapat terlihat oleh empat orang pendekar itu betapa wanita itu yang kejam
dan keji seperti iblis, telah menggunakan giginya untuk menggigit sampai terluka
lidah sute mereka yang terjulur keluar, kemudian menghisap darah dari luka di
lidah itu !
Mereka berempat hanya melihat betapa wanita itu memejamkan mata, baru
sekarang mereka melihat wanita itu memejamkan mata, kelihatan penuh nikmat,
akan tetapi wajah sute mereka makin pucat dan mata sute mereka yang
terbelalak itu membayangkan kenyerian dan ketakutan yang hebat. Agaknya
wanita itu tidak puas karena darah yang dihisapnya kurang banyak, maka kini dia
melepaskan mulut pemuda itu dan memindahkan ciuman mulutnya ke leher si
Pemuda.
Dapat dibayangkan betapa kaget empat orang pendekar itu melihat bahwa mulut
sute mereka penuh warna merah darah ! "Sute...!!!" Mereka berseru akan tetapi
tidak dapat menggerakkan kaki tangan mereka. Sute mereka meronta-ronta
seperti ayam disembelih, matanya melotot memandang ke arah para suhengnya
seperti orang minta tolong, kemudian tubuhnya berkelojotan ketika wanita itu
kelihatan jelas menghisap-hisap lehernya ternyata bahwa urat besar di lehernya
telah ditembusi gigi yang meruncing dan kini dengan sepuasnya wanita itu
menghisap darah yang membanjir keluar dari urat di leher itu ! Mata yang
melotot itu makin hilang sinarnya dan pudar, wajahnya makin pucat dan akhirnya
tubuh yang meregang-regang itu lemas. Orang termuda itu pingsan karena
kehilangan banyak darah, takut dan ngeri. Kiam- mo Cai-li melepaskan libatan
rambutnya dan tubuh itu tergulig roboh, terlentang dengan muka pucat dan
napas terengah-engah.
Sute...!" Kembali mereka mengeluh dan dengan penuh kengerian mereka melihat
betapa wanita itu menggunakan lidahnya yang kecil merah dan meruncing itu
untuk menjilati darah yang masih belepotan di bibirnya yang menjadi makin
merah. Wajahnya kemerahan, segar seperti kembang mendapat siraman, berseri-
seri dan ketika dia mendekati empat orang itu, mereka terbelalak penuh
kengerian. Akan tetapi, wanita itu tidak menyerang mereka, agaknya dia sudah
puas menghisap darah orang termuda tadi. Hanya kini kedua tangannya bergerak-
gerak dan sekali renggut saja pakaian empat orang itu telah koyak-koyak.
Kemudian dia bangkit berdiri, dengan gerakan memikat seperti seorang penari
telanjang, dia membuka pakaiannya, menanggalkan satu demi satu sambil
menari-nari ! Sampai dia bertelanjang bulat sama sekali di depan empat orang itu
yang membuang muka dengan perasaan ngeri dan sebal ! "Kalian layanilah aku,
puaskanlah aku, senangkan hatiku dan aku akan membebaskan kalian berlima.
Lihat, bukankah tubuhku menarik ? Aku hanya ingin mendapatkan cinta kalian,
aku tidak menginginkan nyawa kalian."
"Cih, siluman betina ! Kauanggap kami ini orang-orang apa ? Kami adalah murid
Hoa-san-pai yang tidak takut mati. Seribu kali lebih baik mampus daripada
memenuhi selera mu yang terkutuk melayani nafsu berahimu yang menjijikan !"
kata empat orang itu saling susul dan saling bantu. Kiam-mo Cai- li tersenyum.
"Hi-hik, begitukah ? Kalau begitu, baiklah, kalian melayani aku sampai mampus !"
Dia lalu membungkuk dan menarik lengan seorang di antara mereka, kemudian
menggunakan kuku jari kelingking kiri menggurat beberapa tempat di punggung
dan tengkuk pria ini. Orang itu menggigil, menggigit bibir menahan sakit, akan
tetapi karena dia tidak mampu mengerahkan sinkang, dia tidak dapat melawan
pengaruh hebat yang menggetarkan tubuhnya melalui luka-luka goresan kuku
beracun dari kelingking itu. Mukanya menjadi merah, juga matanya menjadi
merah dan napasnya terengah-engah. Tiga orang pendekar yang lain memandang
penuh kekhawatiran dan kengerian. Tiba-tiba wanita itu terkekeh, menggunakan
tangan membebaskan totokan sehingga orang itu dapat menggerakkan kaki
tangannya dan terjadilah hal yang membuat tiga orang pendekar yang masih
rebah lumpuh itu terbelalak penuh kengerian. mereka melihat Sute mereka itu
seperti seorang gila menerkam dan mendekap tubuh wanita itu penuh gairah
nafsu !
Dengan mata terbelalak mereka melihat betapa wanita itu menyambutnya
dengan kedua lengan terbuka, bergulingan di atas rumput dan tampak betapa
wanita itu membiarkan dirinya diciumi, kemudian mengalihkan mulutnya yang
lebar ke leher Sute mereka ! Mereka bertiga terpaksa memejamkan mata agar
tidak usah menyaksikan peristiwa yang memalukan dan terkutuk itu. Mereka
mengerti bahwa Sute mereka melakukan hal terkutuk itu karena terpengaruh
oleh racun yang diguratkan oleh kuku jari kelingking si iblis betina, dan mereka
tahu pula bahwa Sute mereka yang diamuk pengaruh jahanam itu tidak tahu
bahwa darahnya dihisap oleh wanita itu yang seperti telah dilakukan pada orang
pertama tadi kini juga menghisap darahnya sepuas hatinya.
Dapat diduga lebih dahulu bahwa tiga orang yang lain juga mengalami siksaan
yang sama tanpa dapat berdaya apa-apa tanpa dapat melawan. Hal ini dilakukan
berturut-turut oleh Kiam-mo Cai-li dan tiga hari tiga malam kemudian, dia
meninggalkan tempat itu sambil menjilat-jilat bibirnya penuh kepuasan.
Setelah dia melempar kerling ke arah lima tubuh telanjang yang sudah menjadi
mayat semua itu, bergegas dia pergi mendaki Jeng-hoa-san untuk mencari Sin-
tong yang amat diinginkan. Lima orang Kee-san Ngo-hohan itu mengalami
kematian yang amat mengerikan. Tubuh mereka kehabisan darah, kulit
mengeriput. Mereka seperti lima ekor lalat yang terjebak ke sarang laba-laba dan
setelah semua darah mereka disedot habis oleh laba-laba, mayat mereka yang
sudah kering dan habis sarinya itu dilemparkan begitu saja.
Kwa Sin Liong, atau yang lebih terkenal dengan nama panggilan Sin-tong, pada
pagi hari itu seperti biasa setelah mandi cahaya matahari, lalu menjemur obat-
obatan dan tidak lama kemudian berturut-turut datanglah orang-orang dusun
yang membutuhkan bahan obat untuk bermacam penyakit yang mereka derita.
Sin-tong mendengarkan dengan sabar keluhan dan keterangan mereka tentang
sakit yang mereka derita, menyiapkan obat-obat untuk mereka semua dengan
hati penuh belas kasihan. Semua ada sebelas orang dusun, tua muda laki
perempuan yang memandang kepada bocah itu dengan sinar mata penuh kagum
dan pemujaan. Baru bertemu dan memandang wajah Sin-tong itu saja, mereka
sudah merasa banyak berkurang penderitaan sakit mereka. Seolah-olah ada
wibawa yang keluar dari wajah bocah penuh kasih sayang itu yang meringankan
rasa sakit yang mereka derita.
Tentu saja hal ini sebenarnya terjadi karena kepercayaan mereka yang penuh
bahwa bocah itu akan dapat menyembuhkan penyakit mereka, sehingga
keyakinan ini sendiri sudah merupakan obat yang manjur. Dan bocah ajaib itu
memang bukanlah seorang dukun yang menggunakan kemujijatan dan sulap atau
sihir untuk mengobati orang, melainkan berdasarkan ilmu pengobatan yang
wajar. Dia memilih buah, daun, bunga atau akar obat yang memang tepat
mengandung khasiat atau daya penyembuh terhadap penyakit-penyakit tertentu
itu. Tiba-tiba terdengar nyanyian yang makin lama makin jelas terdengar oleh
mereka semua. Juga Sin Liong, bocah ajaib itu, berhenti sebentar mengumpulkan
dan memilih obat yang akan dibagikan karena mendengar suara nyanyian yang
aneh itu. Akan tetapi begitu kata-kata nyanyian itu dimengertinya, dia
mengerutkan alisnya dan menggeleng-geleng kepala.
"Aihh, kalau hidup hanya untuk mengejar kesenangan, apapun juga tentu tidak
akan dipantangnya untuk dilakukan demi mencapai kesenangan!" kata Sin Liong.
"Huh-ha-ha, benar sekali, Sin-tong. Untuk mencapai kesenangan harus berani
melakukan apapun juga, termasuk membunuh para tamu-tamu yang tiada
harganya ini !" Terdengar jawaban dan tahu-tahu di situ telah berdiri Pat-jiu Kai-
ong ! Sebagai lanjutan kata-katanya, tongkatnya ditekankan kepada tanah di
depan kaki lalu lima kali ujung tongkat itu bergerak menerbangkan tanah dan
kerikil ke depan. Tampak sinar hitam berkelebat menyambar lima kali, disusul
jerit-jerit kesakitan dan robohlah berturut-turut lima orang dusun yang berada di
depan Sin Liong, roboh dan berkelojotan kemudian tewas seketika karena tanah
dan kerikil itu masuk ke dalam kepala mereka !
"Hi-hi-hik, kepandaian seperti itu saja dipamerkan di depan Sin-tong lihat ini!"
Tiba-tiba terdengar suara ketawa merdu dan tahu-tahu di situ telah berdiri
seorang wanita cantik yang bukan lain adalah Kiam- mo Cai-li! Dia menudingkan
payung hitamnya yang tertutup itu ke arah para penghuni dusun yang berwajah
pucat dan dengan mata terbelalak memandang lima orang teman mereka yang
telah tewas. "Cuat-cuat-cuat...!" Dariujung payung itu meluncur sinar-sinar hitam
dan berturut-turut, enam orang dusun yang masih hidup menjerit dan roboh tak
bergerak lagi, leher mereka ditembusi jarum-jarum hitam yang meluncur keluar
dari ujung payung itu !
Sejenak Sin Liong terbelalak memandang kepada kedua orang itu yang berdiri di
sebelah kanan dan kirinya. Kemudian dia memandang ke bawah, ke arah tubuh
sebelas orang dusun yang telah menjadi mayat. Mukanya menjadi merah, air
matanya berderai dan dengan suara nyaring dia berkata sambil menudingkan
telunjuknya bergantian kepada Pat-jiu Kai-ong dan Kiam-mo Cai, "Kalian ini
manusia atau iblis ? Kalian berdua amat kejam, perbuatan kalian amat terkutuk.
Membunuh orang-orang tak berdosa seolah kalian pandai menghidupkan orang.
Bocah itu memandang kepada sebelas mayat dan sesenggukan menangis.
"Hi-hi-hik, Sin-tong yang baik, apakah kau takut kubunuh ? Jangan khawatir, aku
datang bukan untuk membunuhmu," kata Kiam-mo Cai-li, agak kecewa melihat
betapa bocah ajaib itu menangis dan membayangkannya ketakutan..Sin Liong
mengangkat muka memandang wanita itu, biarpun air matanya masih berderai
turun namun pandang matanya sama sekali tidak membayangkan ketakutan, "Kau
mau bunuh aku atau tidak, terserah. Aku tidak takut !"
"Ha-ha-ha ! Benar hebat ! Sin-tong, kalau kau tidak takut kenapa menangis ?" Pat-
jiu Ka i-ong menegur.
"Apa kau menangisi kematian orang-orang tak berharga itu ?" Kiam-mo Cai-li
menyambung. "Mereka sudah mati mengapa ditangisi ? Aku menangis
menyaksikan kekejaman yang kalian lakukan, kau menangis karena melihat
kesesatan dan kekejaman kalian."
Dua orang tokoh sesat itu terbelalak heran saling pandang kemudian mereka
teringat kembali akan niat mereka terhadap anak ajaib ini, maka keduanya seperti
dikomando saja lalu tertawa, dan keduanya dengan kecepatan kilat menyerbu ke
depan hendak menubruk Sin-Liong yang berdiri tegak dan memandang dengan
sinar mata sedikitpun tidak membayangkan rasa takut !
"Desss......!" Karena gerakan mereka berbarengan, disertai rasa khawatir kalau-
kalau keduluan oleh orang lain, maka melihat Pat-jiu Kai-ong sudah lebih dekat
dengan Sin-tong, Kiam-mo Cai- li lalu merobah gerakannya, tidak hendak
menangkap Sin-tong karena dia kalah dulu, melainkan melakukan gerakan
mendorong dengan kedua tangannya ke arah Pat-jiu Kai-ong !
Pukulan jarak jauh yang dilakukan oleh wanita iblis ini dahsyat sekali, membuat
Pat-jiu Kai-ong terkejut ketika ada angin panas menyambar, maka dia cepat
menunda niatnya menangkap Sin-tong dan bergerak menangkis. Keduanya
merasakan dahsyatnya tenaga lawan dan terpental ke belakang !
Sejenak mereka saling berpandangan dan Pat-jiu Kai-ong yang lebih dulu dapat
menguasai dirinya lalu tertawa, "Ha-ha-ha, lama tidak jumpa, Kiam-mo Cai-li
menjadi makin gagah saja !" "Pat-jiu Kai-ong, selama ada aku disini, jangan harap
kau akan dapat merampas Sin-tong dari tanganku !" Wanita itu berkata dan
memandang tajam, siap menghadapi kakek yang dia tahu merupakan lawan yang
tangguh itu.
"Aha, Kiam-mo Cai- li, sekali ini kau mengalah lah kepadaku. Aku
membutuhkannya untuk menyempurnakan ilmuku..."
"Hi-hik, Ilmu Hiat-ciang Hoat-sut, bukan ? Kau sudah cukup tangguh, Kai-ong, dan
betapa mudahnya bagimu untuk mencari seratus orang anak lagi untuk kau hisap
darah, otak dan sumsumnya. Jangan Sin-tong !" "Hemmmm, kau mau menang
sendiri. Apa kaukira aku tidak tahu mengapa kau menghendaki Sin-tong ? Dia
masih terlalu muda, Cai-li, tentu tidak akan memuaskan hatimu. Apa sukarnya
bagimu mencari orang-orang muda yang kuat dan menyenangkan ?"
"Cukup ! Kita mempunyai keinginan sama, dan jalan satu-satunya adalah untuk
memperebutkannya dengan kepandaian !"
"Ha-ha-ha, bagus sekali. Memang aku ingin mencoba kepandaian Wanita Pandai
dari Rawa Bangkai !" Liok Si, Si Wanita Pandai Berpayung Pedang dari Rawa
Bangkai sudah tak dapat menahan kemarahannya melihat ada orang berani
merintanginya, maka sambil berteriak keras dia sudah menerjang maju dengan
senjatanya yang istimewa, yaitu payung hitam yang tangkainya sebatang pedang
runcing itu. "Trakkk !" Pat-jiu Kai-ong sudah menggerakkan tongkatnya
menangkis. Gempuran dua tenaga raksasa membuat keduanya terpental lagi ke
belakang dan Pat-jiu Ka i-ong cepat meloncat ke depan, tongkatnya berubah
menjadi segulungan sinar hita m yang menyambar ganas.
"Trakk! Trakkk !!"
Dua kali senjata payung dan tongkat bertemu di udara dan keduanya terhuyung
ke belakang. Diam-diam mereka berdua terkejut sekali dan maklum bahwa dalam
hal tenaga sakti, kekuatan mereka berimbang.
Sebelum mereka melanjutkan pertandingan mereka, tiba-tiba mereka melangkah
mundur dan memandang tajam karena berturut-turut di tempat itu telah muncul
lima orang kakek yang melihat cara munculnya dapat diduga tentu memiliki
kepandaian tinggi. Mereka muncul seperti setan-setan, tidak dapat didengar atau
dilihat lebih dahulu, tahu-tahu sudah berdiri di situ sambil memandang ke arah
Pat-jiu Kai-ong dan Kiam-mo Cai-li dengan bermacam sikap. Ketika dua orang
datuk kaum sesat atau golongan hitam ini melihat dengan penuh perhatian
mereka terkejut sekali. Biarpun diantara lima orang itu ada yang belum pernah
mereka jumpai, namun melihat ciri-ciri mereka, kedua orang datuk golongan
hitam ini dapat mengenal mereka yang kesemuanya adalah orang-orang aneh di
dunia kang-ouw yang masing-masing telah memiliki nama besar sebagai orang-
orang sakti.
Sementara itu, ketika melihat dua orang kakek dan nenek tadi bertanding
memperebutkan dirinya, Sin Liong menjadi makin berduka. Tak disangkanya
bahwa di tempat yang penuh damai ini di mana dia selama hampir tiga tahun
tinggal penuh ketentraman dan kedamaian, yang membuat dia hampir
melupakan kekejaman-kekejaman manusia ketika terjadi pembunuhan ayah-
bundanya, kini dia menyaksikan kekejaman yang lebih hebat lagi di mana sebelas
orang dusun yang sama sekali tidak berdosa dibunuh begitu saja oleh dua orang
itu. Maka dia lalu duduk di atas batu, bersila dan tak bergerak seperti arca,
hatinya dilanda duka, dan dia memandang dengan sikap tidak mengacuhkan.
Bahkan ketika muncul lima orang aneh itu, dia pun tidak membuat reaksi apa-apa
kecuali memandang dengan penuh perhatian namun dengan sikap sama sekali
tidak mengacuhkan.
Orang pertama adalah seorang kakek berusia enam puluh tahun, bertubuh tinggi
besar dengan muka merah seperti tokoh Kwan Kong dalam cerita Sam-kok,
kelihatan gagah sekali, di punggungnya tampak dua batang pedang menyilang,
matanya lebar alisnya tebal dan suaranya nyaring ketika dia tertawa, "Ha-ha-ha,
kiranya bukan hanya orang gagah saja yang tertarik kepada Sin-tong, juga iblis-
iblis berdatangan sungguhpun tentu mempunyai niat lain !"
Dengan ucapan yang jelas ditujukan kepada Kiam-mo Cai-li dan Pat-jiu Kai-ong
ini, dia memandang dua orang itu dengan terang-terangan. Orang ini bukanlah
orang sembarangan, namanya sendiri adalah Siang-koan Houw, akan tetapi dia
lebih terkenal dengan sebutan Tee-tok (Racun Bumi) karena selain merupakan
seorang ahli racun yang sukar dicari tandingannya, juga dia amat ganas
menghadapi lawan tidak mengenal ampun dan selain itu, juga dia amat jujur dan
blak-blakan, bicara dan bertindak tanpa pura-pura lagi. Ilmu silatnya tinggi sekali,
dan yang paling terkenal sehingga menggegerkan dunia persilatan adalah ilmu
pukulannya yang disebutPek-lui-kun (Ilmu Silat Tangan Kilat) dan Ilmu Pedangnya
Ban-tok Siang- kiam (Sepasang Pedang Selaksa Racun) ! Tidak ada orang yang tahu
dimana tempat tinggalnya karena memang dia seorang perantau yang muncul
dimana saja secara tak terduga-duga seperti kemunculannya sekarang inidi Hutan
Seribu Bunga.
"Huhh, bekas Suteku yang tetap goblok !" kata orang kedua. "Masa masih tidak
mengerti apa yang dikehendaki dua iblis ini. Gembel busuk itu tentu ingin
menghisap darah dan otak Sin-tong untuk menyempurnakan Ilmu Iblisnya Hiat-
Ciang Hoat-sut. Sedangkan iblis betina genit ini apa lagi yang dicari kecuali sari
kejantanan Sin-tong ? Hayo kalian menyangkal, hendak kulihat apakah kalian
begitu tak tahu malu untuk menyangka l!" Orang yang kata-katanya amat
menusuk ini adalah seorang kakek yang beberapa tahun lebih tua daripada Tee-
tok, bahkan menyebut Tee-tok sebagai bekas sutenya karena memang demikian.
Dia bertubuh tinggi kurus dan mukanya seperti tengkorak mengerikan, di
ketiaknya terselip sebatang tongkat panjang dan gerak-geriknya ketika bicara
seperti seekor monyet tidak mau diam, bahkan kadang-kadang menggaruk-garuk
kepala atau pantatnya, matanya liar memandang ke kanan- kiri. Inilah dia tokoh
hebat yang berjuluk Thian-tok (Racun Langit), bekas suheng Tee-tok yang memiliki
kepandaian khas.
Selain lihai dalam hal racun sesuai dengan nama dan julukannya, juga dia adalah
seorang pemuja Kauw Cee Thian atau Cee Thian Tha iseng, Si Raja Monyet itu,
yaitu sebatang tongkat yang dia beri nama Kim-kauw-pang seperti tongkat Si Raja
Monyet. Juga dia telah menciptakan ilmu silat tangan kosong yang meniru gerak-
gerik seekor monyetyang diberinya nama Sin- kauw-kun (Ilmu SilatMonyet Sakti).
Seperti juga Tee-tok, dia tidak mempunyai tempat tinggal yang tetap, dan tidak
ada yang tahu lagi nama aslinya, yaitu Bhong Sek Bin.
"Hemmm, setelah ada aku di sini jangan harap segala macam iblis dapat berbuat
sesuka hati sendiri !" kata orang ketiga, suaranya kasar dan keras, pandang
matanya seperti ujung pedang menusuk. Orang ini bernama Ciang Ham
julukannya Thian-he Te- it, Sedunia Nomor satu ! Usianya kurang lebih 50 tahun,
dan dia adalah ketua dari Perkumpulan Kang-jiu-pang (Perkumpulan Lengan Baja)
yang didirikannya di Secuan. Di tangan kirinya tampak sebatang senjata tombak
gagang panjang, dan selain terkenal sebagai seorang ahli bermain tombak, dia
pun terkenal sebagai seorang ahli bermain tombak, dia pun terkenal memiliki
lengan sekuat baja ! Pakaiannya ringkas seperti biasa dipakai oleh seorang ahli
silat dan setiap gerak-geriknya menunjukkan bahwa dia telah mempunyai
kepandaian silat yang sudah mendarah daging di tubuhnya.
Orang ke empat adalah seorang berpakaian sastrawan, sikapnya halus, usianya 50
tahun tapi masih tampak tampan, tubuhnya sedang dan dia sudah menjura ke
arah kedua orang datuk golongan hitam itu. Di pinggangnya terselip sebatang
mauwpit alat tulis pena panjang. "Kami berlima dengan tujuan yang sama datang
ke tempat ini, tidak sangka bertemu dengan dua orang tokoh terkenal seperti Ji-
wi (Anda berdua), Pat-jiu Kai-ong dan Kiam-mo Cai-li, terutama sekali kepada Cai-
li, terima lah hormatku." Pat-jiu Kai-ong sudah segera dapat mengenal siapa orang
ini, akan tetapi Kiam- mo Cai-li tidak mengenalnya. Hati wanita ini yang tadinya
panas mendengar kata-kata menentang dari tiga orang pertama, merasa seperti
dielus-elus oleh sikap dan kata-kata orang berpakaian sastrawan yang tampan ini.
Maka dia pun membalas penghormatannya dan dengan lirikan mata memikat dan
senyum simpul manis sekali dia bertanya, "Harap maafkan, tetapi siapakah
saudara yang manis budi dan yang tentu memiliki ilmu kepandaian bun dan bu
(Sastra dan silat) yang tinggi ini ?"
Laki-laki itu tersenyumdan menjawab halus, "Saya yang rendah dinamakan orang
Gin-siauw Siucai (Pelajar Bersuling Perak), seorang yang suka bersunyi di Beng-
san." Kiam-mo Cai-li kembali menjura, tersenyum dan berkata, "Aihhh, sudah
lama sekali saya telah mendengar nama besar Cin-siauw Siucai, sebagai seorang
ahli silat tinggi, terutama sekali sebagai seorang peniup suling yang mahir dan
sudah lama pula mendengar akan keindahan tamasya alam di Beng-san.
Mudah-mudahan saja saya akan berumur panjang untuk mengunjungi Beng-san
yang indah, menjadi tamu Gin-siauw Siucai yang ramah dan sopan, tidak seperti
kebanyakan pria yang kasar tak tahu sopan santun !" Ucapan terkhir ini jelas
ditujukannya kepada tiga orang tokoh pertama yang kasar-kasar tadi. Orang ke
lima dari rombongan itu adalah seorang tosu berusia enam puluh tahun lebih,
tubuhnya tinggi kurus dan mukanya pucat, tangan kiri memegang sebuah hudtim
(Kebutan Pendeta) dan tangan kanan memegang sebuah kipas yang tiada
hentinya digoyang-goyang mengipasi lehernya seolah-olah dia kepanasan,
padahal hawa di Hutan Seribu Bunga itu sejuk ! Kini dia membuka mulut dan
terdengarlah suaranya yang merdu menyanyikan sajak dalam kitab To-tek-kheng,
kitab utama dari kaum tosu (Pemeluk Agama To) !
Amat sempurna,
namun tampak tak sempurna,
tampak tidak lengkap,
sungguhpun kegunaannya tiada kurang
Terisi penuh,
namun tampaknya meluap tumpah,
tampaknya kosong,
sungguhpun tak pernah kehabisan
Yang paling lurus,
kelihatan bengkok,
yang paling cerdas,
kelihatan bodoh,
yang paling fasih,
kelihatan gagu.
Api panas dapat mengatasi dingin,
air sejuk dapat mengatasi panas,.Sang Budiman, murni dan tenang
dapat memberkati dunia !"
"Huah-ha-ha-ha! Anda tentulah lam-hai Seng-jin (Manusia Sakti Laut Selatan),
bukan ? Sajak-sajak To-tek-kheng agaknya telah menjadi semacam cap Anda, ha-
ha-ha !" kata Pat-jiu Kai-ong sambil tertawa mengejek.
Tosu itu berkata , "Siancai! Pat-jiu Kai-ong bermata tajam, dapat mengenal
seorang tosu miskin dan bodoh."
"Ah, jangan merendah, Totiang," kata Kiam-mo Cai-li, "Siapa orangnya yang tidak
tahu bahwa biarpun Anda seorang yang berpakaian tosu dan kelihatan miskin,
namun memiliki sebuah istana dan menjadi majikan dari Pulau Kura-kura. Ini
namanya menggunakan pakaian butut untuk menutupi pakaian indah di sebelah
dalamnya."
"Siancai! Pujian kosong...!" Tosu itu berkata dan mukanya menjadimerah. Tee-tok
Siangkoan Houw mngeluarkan suara menggereng tidak sabar. "Apa apaan semua
kepura-puraan yang menjemukan ini ? Pat-jiu Kai-ong dan Kiam-mo Cai-li, ketika
kami berlima datang tadi, kami melihat kalian sedang memperebutkan Sin-tong
dan tentu sebelas orang dusun ini kalian berdua yang membunuhnya !" "Tee-tok,
urusan itu adalah urusan kami sendiri. Perlu apa kau mencampuri ?" Pat-jiu Kai-
ong menjawab dengan senyumdan suara halus seperti kebiasaannya namun jelas
bahwa dia merasa tak senang. "Bukan urusanku, memang ! Akan tetapi
ketahuilah, kami berlima mempunyai maksud yang sama, yaitu masing- masing
menghendaki agar Sin-tong menjadi muridnya. Biarpun kami saling bertentangan
dan berebutan, namun kami memperebutkan Sin-tong untuk menjadi murid kami
atau seorang di antara kami. Sedangkan kalian berdua, mempunyai niat buruk !"
kata pula Tee-tok yang terkenal sebagai orang yang tidak pernah menyimpan
perasaan dan mengeluarkannya semua tanpa tedeng aling-aling lagi melalui
suaranya yang nyaring.
Sin Liong mengangkat muka memandang sejenak wajah wanita itu, kemudian dia
menunduk dan tidak menjawab, juga tidak bergerak, hatinya makin sakit karena
dia dengan jelas dapat melihat kepalsuan di balik bujuk-rayu manis itu, apalagi
kalau dia mengingat betapa wanita ini dengan tersenyum-senyum dapat begitu
saja membunuh jiwa enam orang dusun yang tidak berdosa!Dia merasa ngeri dan
tidak dapat menjawab.
"Sin-tong, aku adalah ketua dari Pat-jiu Kai-pang di Pegunungan Hong-san.
Sebagai seorang ketua perkumpulan pengemis, tentu saja aku kasihan sekali
melihat engkau seorang anak yang hidup sebatangkara. Kau ikutlah bersamaku,
Sin-tong, dan kelak kau akan menjadi raja Pengemis. Bukankah kau suka sekali
menolong orang ? Orang yang paling perlu ditolong olehmu adalah golongan
pengemis yang hidup sengsara, kau ikutlah dengan aku, dan Pat-jiu Kai-ong akan
menjadikan engkau seorang yang paling gagah di dunia ini !"
Kembali Sin-tong memandang wajah itu dan diam-diam bergidik. Orang yang
dapat membunuh lima orang dusun sambil tertawa-tawa seperti kakek ini
sekarang menawarkan kepadanya untuk menjadi raja pengemis ! Dia tidak
menjawab juga, hanya kembali menundukkan mukanya.
"Anak ajaib, anak baik, Sin-tong, dengarlah aku. Aku adalah Gin-siauw Siucai,
seorang sastrawan yang mengasingkan diri dan menjadi pertapa di Beng-san.
Selama hidupku aku tidak pernah melakukan perbuatan jahatdan selama puluhan
tahun aku tekun menghimpun ilmu silat, ilmu sastra dan ilmu meniup suling. Aku
ingin sekali mengangkat engkau sebagai muridku, Sin-tong."."Ha-ha-ha, kau turut
aku saja, Sin-tong. Biarpun aku seorang yang kasar, namun hatiku lemah
menghadapi anak-anak. Aku sendiri memiliki seorang anak perempuan sebaya
denganmu. Biarlah kau menjadi saudaranya, kau menjadimuridku dan kau takkan
kecewa menjadi murid Tee-tok. Pilihlah aku menjadi gurumu, Sin-tong."
"Tidak, aku saja ! Aku Bhong Sek Bin, namaku tidak pernah kukatakan kepada
siapapun dan sekarang kukatakan di depanmu, tanda bahwa aku percaya dan
suka sekali kepadamu. Akulah keturunan dari Dewa Sakti Cee Thian Thai-seng,
akulah yang mewarisi ilmu Kim-kauw-pang. Kau jadilah murid Thian-tok dan kelak
kau akan merajai dunia kang-ouw, Sin-tong."
"Lebih baik menjadi muridku. Aku Thian- he Te-it Ciang Ham, di kolong dunia
nomor satu dan ketua dari Kang- jiu-pang di Secuan. Menjadi muridku berarti
menjadi calon manusia terpandai di kolong langit !" "Siancai...siancai..!
Kaudengarlah mereka semua itu, Sin-tong.
Semua hendak mengajarkan ilmu silat dan memamerkan kekayaan duniawi, tidak
seorangpun yang hendak mengajarkan kebatinan kepadamu. Akan tetapi pinto
(aku) ingin sekali mengambil murid kepadamu, hendak pinto jadikan engkau
seorang calon Guru Besar Kebatinan. Kau berbakat untuk itu, siapa tahu, kelak
engkau akan memiliki kebijaksanaan besar seperti Nabi Lo-cu sendiri, dan engkau
menjadi seorang nabi baru. Kau jadilah murid Lam-hai Seng-jin, Sin-tong!"
Hening sejenak. Semua mata ditujukan kepada bocah yang masih duduk bersila
seperti arcadan yang tidak pernah menjawab kecuali mengangkat muka sebentar
memandang orang yang membujuknya. Kemudian terdengar suaranya, halus
menggetar dan penuh duka. "Terima kasih kepada Cuwi Locianpwe. Akan tetapi
saya tidak dapat ikut siapapun juga di antara Cuwi karena di balik semua kebaikan
Cuwi terdapat kekerasan dan nafsu membunuh sesama manusia.
Tidak, saya tidak akan turut siapapun, saya lebih senang tinggal disini, di tempat
sunyi ini. Harap Cuwi sekalian tinggalkan saya, saya akan mengubur mayat-mayat
yang patut dikasihani ini." "Wah, kepala batu ! Kalau begitu, aku akan
memaksamu !" kata Tee-tok yang berwatak berangasan dan kasar.
"Eh, nanti dulu ! Siapa pun tidak boleh mengganggunya !" bentak Thian-tok.
"Siancai.sabar dulu semua ! Jelas bahwa bocah ajaib ini tidak mau memilih
seorang diantara kita secara sukarela. Karena itu, tentu kita semua ingin
merampasnya secara kekerasan. Maka harus diatur sebaik dan seadil mungkin.
Kita bukan kanak-kanak, kita adalah orang-orang yang telah menghimpun banyak
ilmu, maka sebaiknya kalau kita sekarang masing- masing mengeluarkan ilmu dan
mengadu ilmu. Siapa yang keluar sebagai pemenang, tentu saja berhak memiliki
Sin-tong," kata Lam-hai Seng-jin yang lebih sabar daripada yang lain.
"Mana bisa diatur begitu ?" bantah Pat-jiu kai-ong yang khawatir kalau- kalau lima
orang itu akan mengeroyok dia dan Kiam- mo Cai-li. "Lebih baik seorang lawan
seorang, yang kalah masuk kotak dan yang menang harus menghadapi yang lain
setelah beristirahat. Begitu baru adil !" "Tidak !" bantah Kiam- mo Cai- li, wanita
yang cerdik ini dapat melihat kesempatan yang menguntungkannya kalau terjadi
pertandingan bersama seperti yang diusulkan Lam-hai Seng-jin. Dalam
pertempuran seperti itu, siapa cerdik tentu akan keluar sebagai pemenang. "Kalau
diadakan satu lawan satu, terlalu lama. Sebaiknya kita bertujuh mengeluarkan
ilmu dan saling serang tanpa memandang bulu. Dengan demikian, satu-satunya
orang yang keluar sebagai pemenang, Jelas dia telah lihai daripada yang lain."
Akhirnya Pat-jiu kai-ong kalah suara dan ketujuh orang itu telah mengeluarkan
senjata masing- masing, membentuk lingaran besar dan bergerak perlahan-lahan
saling lirik , siap untuk menghantam siapa yang dekat dan menangkis serangan
dari manapun juga ! Benar-benar merupakan pertandingan hebat yang kacau
balau dan aneh !.Sin Liong yang masih duduk bersila, memandang dengan mata
terbelalak dan dia menjadi silau ketika tujuh orang itu sudah mulai menggerakkan
senjata masing- masing untuk menyerang dan menangkis. Gerakan mereka
demikian cepatnya sehingga bagi Sin Liong, yang kelihatan hanyalah gulungan-
gulungan sinar senjata dan bayangan orang berkelebatan tanpa dapat dilihat jelas
bayangan siapa. Memang hebat pertandingan ini karena dipandang sepintas lalu,
seolah-olah setiap orang melawan enam orang musuh dan kadang-kadang terjadi
hal yang lucu.
Ketika Tee-tok menyerang Pat-jiu Kai-ong dengan siang-kiamnya, sepasang
pedangnya ini membabat darikiri kanan. Pat-jiu Kai-ong terkejutkarena pada saat
itu dia sedang menyerang Lam-hai Seng-jin yang di lain pihak juga sedang
menyerang Gin-siauw Siuca I ! Akan tetapi terdengar suara keras ketika sepasang
pedang Tee-tok itu bertemu dengan tombak di tangan Thian-he Te-it dan tongkat
Thian-tok, sehingga seolah-olah dua orang ini melindungi Pat-jiu Kai-ong.
Pertandingan kacau balau dan hanya Kiam-mo Cai-li yang benar-benar amat
cerdiknya. Dia tidak melayani seorang tertentu, melainkan berlarian berputar-
putar, selalu menghindarkan serangan lawan yang manapun juga dan dia pun
tidak menyerang siapa-siapa, hanya menggerakkan pedang payungnya dan
rambutnya untuk membuat kacau dan kadang-kadang juga menekan lawan
apabila melihat ada seorang diantara mereka yang terdesak.
Siasatnya adalah untuk merobohkan seorang demi seorang dengan jalan
"mengeroyok" tanpa membantu siapa-siapa agar jumlah lawannya berkurang.
Namun, mereka itu rata-rata adalah orang-orang yang memiliki kepandaian tinggi,
maka tidaklah mudah dibokong oleh Kiam-mo Cai-li, bahkan lama - lama akalnya
ini ketahuan dan mulailah mereka menujukan senjata kepada wanita ini sehingga
mau tidak mau wanita itu terseret ke dalam pertandingan kacau-balau itu !
Terpaksa dia mempertahankan diri dengan pedang payungnya, dan membalas
serangan lawan yang paling dekat dengan kemarahan meluap-luap. Sin Liong
menjadi bengong. Entah kapan datangnya, tahu-tahu dia melihat seorang laki-laki
duduk ongkang-ongkang di atas cabang pohon besar yang tumbuh dekat medan
pertandingan itu. Laki-laki itu memandang ke arah pertempuran dengan mata
terbelalak penuh perhatian, tangan kiri memegang sehelai kain putih lebar, dan
tangan kanan yang memegang sebatang alat tulis tiada hentinya mencorat-coret
di atas kain putih itu, seolah-olah dia tidak sedang menonton pertandingan,
melainkan sedang menonton pemandangan indah dan dilukisnya pemandangan
itu ! Sin Liong yang terheran-heran itu memperhatikan. Orang laki-laki itu kurang
lebih empat puluh tahun usianya, pakaiannya seperti seorang pelajar akan tetapi
di bagian dada bajunya yang kuning muda itu ada lukisan seekor Naga Emas dan
seekor Burung Hong Merah. Indah sekali lukisan baju itu. Wajahnya tampan dan
gagah, dengan kumis dan jenggot terpelihara baik-baik, pakaiannya juga bersih
dan terbuat dari sutera halus, sepatu yang dipakai kedua kakinya masih baru atau
setidaknya amat terpelihara sehingga mengkilap.
Rambutnya memakai kopyah sastrawan dan sepasang matanya bersinar-sinar
penuh kegembiraan ketika dia mencorat-coret melukis pertandingan antara tujuh
orang sakti itu. Sin Liong makin bingung. Betapa mungkin melukis tujuh orang
yang sedang berkelebatan hampir tak tampak itu ? Sin Liong tidak lagi
memperhatikan pertandingan, hanya memandang ke arah orang itu. Dia
mendengar bentakan-bentakan nyaring dan tidak tahu bahwa tujuh orang itu
telah ada yang terluka. Thian-he Te-it telah terkena hantaman tongkat Thian-tok
di pahanya sehingga terasa nyeri sekali. Pat-jiu Kai-ong juga kena serempet
pundaknya sehingga berdarah oleh sebatang di antara Siang-kiam di tangan Tee-
tok, sedangkan Lam-hai Seng-jin dan Gin-siauw Siucai juga telah mengadu tenaga
dan keduanya tergetar sampai muntahkan darah namun berkat sinkang mereka,
kedua orang ini tidak sampai mengalami luka dalam yang parah.
Sin Liong melihat betapa laki- laki di atas pohon itu tersenyum, menghentikan
coretannya, menyimpan pensil dan menyambar jubah luar yang tadi tergantung di
ranting pohon, memakainya, kemudian mengantongi gambar yang telah
digulungnya dan tubuhnya melayang turun. "Tontonan tidak bagus !" Terdengar
dia berseru. "Tujuh orang tua bangka gila memperlihatkan tontonan di depan
seorang anak kecil benar-benar tak tahu malu sama sekali !"
Tujuh orang itu terkejut ketika mendengar suara yang langsung menggetarkan
jantung mereka itu. Mengertilah mereka bahwa yang datang ini memiliki khikang
dan singkang yang amat kuat, sehingga dapat mengatur suaranya, langsung
dipergunakan untuk menyerang mereka dan sama sekali tidak mempengaruhiSin-
tong yang masih duduk bersila. Dengan hati tegang mereka lalu meloncat mundur
dan masing-masing.melintangkan senjata di depan dada, memandang ke arah
laki-laki gagah yang baru muncul itu. Namun, tidak ada seorangpun di antara
mereka yang mengenalnya, maka ketujuh orang itu menjadi marah sekali.

More Related Content

What's hot

Hikayat Prabu Kian Santang
Hikayat Prabu Kian SantangHikayat Prabu Kian Santang
Hikayat Prabu Kian SantangSatria
 
Ppt novel gue
Ppt novel guePpt novel gue
Ppt novel guelailyfary
 
Kisah pendekar bongkok kho ping hoo
Kisah pendekar bongkok kho ping hooKisah pendekar bongkok kho ping hoo
Kisah pendekar bongkok kho ping hooSariyanti Palembang
 
16. si tangan sakti
16. si tangan sakti16. si tangan sakti
16. si tangan saktiDody Irawan
 
Bu Kek Siansu Jilid 4
Bu Kek Siansu Jilid 4Bu Kek Siansu Jilid 4
Bu Kek Siansu Jilid 4Wibowo Kusuma
 
Bu Kek Siansu Jilid 24
Bu Kek Siansu Jilid 24Bu Kek Siansu Jilid 24
Bu Kek Siansu Jilid 24Wibowo Kusuma
 
Bu Kek Siansu Jilid 12
Bu Kek Siansu Jilid 12Bu Kek Siansu Jilid 12
Bu Kek Siansu Jilid 12Wibowo Kusuma
 
Bu Kek Siansu Jilid 17
Bu Kek Siansu Jilid 17Bu Kek Siansu Jilid 17
Bu Kek Siansu Jilid 17Wibowo Kusuma
 
06. pendekar bongkok
06. pendekar bongkok06. pendekar bongkok
06. pendekar bongkokDody Irawan
 
Aa navis-robohnya surau kami
Aa navis-robohnya surau kamiAa navis-robohnya surau kami
Aa navis-robohnya surau kamiprama_alj
 
Burung bayan dan cerpelai
Burung bayan dan cerpelaiBurung bayan dan cerpelai
Burung bayan dan cerpelaiBakri Taba
 
Bu Kek Siansu Jilid 20
Bu Kek Siansu Jilid 20Bu Kek Siansu Jilid 20
Bu Kek Siansu Jilid 20Wibowo Kusuma
 
Cerpen Robohnya Surau Kami, strukturnya, majas dan kata-kata sulit
Cerpen Robohnya Surau Kami, strukturnya, majas dan kata-kata sulitCerpen Robohnya Surau Kami, strukturnya, majas dan kata-kata sulit
Cerpen Robohnya Surau Kami, strukturnya, majas dan kata-kata sulitdaniasasqia
 
Kelompok Cerpen "Robohnya Surau Kami"
Kelompok Cerpen "Robohnya Surau Kami"Kelompok Cerpen "Robohnya Surau Kami"
Kelompok Cerpen "Robohnya Surau Kami"Aulia Dina Wulandani
 
KISAH CINTA PARA SAHABAT
KISAH CINTA PARA SAHABATKISAH CINTA PARA SAHABAT
KISAH CINTA PARA SAHABATMuhammad Trieha
 
Cerita Rakyat : Keong Mas
Cerita Rakyat : Keong MasCerita Rakyat : Keong Mas
Cerita Rakyat : Keong Masnadiamunasalma
 

What's hot (20)

Hikayat Prabu Kian Santang
Hikayat Prabu Kian SantangHikayat Prabu Kian Santang
Hikayat Prabu Kian Santang
 
Ppt novel gue
Ppt novel guePpt novel gue
Ppt novel gue
 
Kisah pendekar bongkok kho ping hoo
Kisah pendekar bongkok kho ping hooKisah pendekar bongkok kho ping hoo
Kisah pendekar bongkok kho ping hoo
 
16. si tangan sakti
16. si tangan sakti16. si tangan sakti
16. si tangan sakti
 
Kisah walisongo
Kisah walisongoKisah walisongo
Kisah walisongo
 
Hikayat
HikayatHikayat
Hikayat
 
Bu Kek Siansu Jilid 4
Bu Kek Siansu Jilid 4Bu Kek Siansu Jilid 4
Bu Kek Siansu Jilid 4
 
Bu Kek Siansu Jilid 24
Bu Kek Siansu Jilid 24Bu Kek Siansu Jilid 24
Bu Kek Siansu Jilid 24
 
Meminang bidadari
Meminang bidadariMeminang bidadari
Meminang bidadari
 
Bu Kek Siansu Jilid 12
Bu Kek Siansu Jilid 12Bu Kek Siansu Jilid 12
Bu Kek Siansu Jilid 12
 
Bu Kek Siansu Jilid 17
Bu Kek Siansu Jilid 17Bu Kek Siansu Jilid 17
Bu Kek Siansu Jilid 17
 
06. pendekar bongkok
06. pendekar bongkok06. pendekar bongkok
06. pendekar bongkok
 
Aa navis-robohnya surau kami
Aa navis-robohnya surau kamiAa navis-robohnya surau kami
Aa navis-robohnya surau kami
 
Burung bayan dan cerpelai
Burung bayan dan cerpelaiBurung bayan dan cerpelai
Burung bayan dan cerpelai
 
Kuda dan anak manusia
Kuda dan anak manusiaKuda dan anak manusia
Kuda dan anak manusia
 
Bu Kek Siansu Jilid 20
Bu Kek Siansu Jilid 20Bu Kek Siansu Jilid 20
Bu Kek Siansu Jilid 20
 
Cerpen Robohnya Surau Kami, strukturnya, majas dan kata-kata sulit
Cerpen Robohnya Surau Kami, strukturnya, majas dan kata-kata sulitCerpen Robohnya Surau Kami, strukturnya, majas dan kata-kata sulit
Cerpen Robohnya Surau Kami, strukturnya, majas dan kata-kata sulit
 
Kelompok Cerpen "Robohnya Surau Kami"
Kelompok Cerpen "Robohnya Surau Kami"Kelompok Cerpen "Robohnya Surau Kami"
Kelompok Cerpen "Robohnya Surau Kami"
 
KISAH CINTA PARA SAHABAT
KISAH CINTA PARA SAHABATKISAH CINTA PARA SAHABAT
KISAH CINTA PARA SAHABAT
 
Cerita Rakyat : Keong Mas
Cerita Rakyat : Keong MasCerita Rakyat : Keong Mas
Cerita Rakyat : Keong Mas
 

Similar to Bu Kek Siansu Jilid 2

Bu Kek Siansu Jilid 13
Bu Kek Siansu Jilid 13Bu Kek Siansu Jilid 13
Bu Kek Siansu Jilid 13Wibowo Kusuma
 
Menyibak Tabir Uga Prabu Siliwangi
Menyibak Tabir Uga Prabu SiliwangiMenyibak Tabir Uga Prabu Siliwangi
Menyibak Tabir Uga Prabu SiliwangiHulu Kujang
 
Bu Kek Siansu Jilid 18
Bu Kek Siansu Jilid 18Bu Kek Siansu Jilid 18
Bu Kek Siansu Jilid 18Wibowo Kusuma
 
12. kisah para pendekar pulau es
12. kisah para pendekar pulau es12. kisah para pendekar pulau es
12. kisah para pendekar pulau esDody Irawan
 
Bu Kek Siansu Jilid 6
Bu Kek Siansu Jilid 6Bu Kek Siansu Jilid 6
Bu Kek Siansu Jilid 6Wibowo Kusuma
 
08. sepasang pedang iblis
08. sepasang pedang iblis08. sepasang pedang iblis
08. sepasang pedang iblisDody Irawan
 
Kisah Para Pendekar Pulau Es_Kho Ping Hoo
Kisah Para Pendekar Pulau Es_Kho Ping HooKisah Para Pendekar Pulau Es_Kho Ping Hoo
Kisah Para Pendekar Pulau Es_Kho Ping HooSariyanti Palembang
 
14. kisah si bangau putih
14. kisah si bangau putih14. kisah si bangau putih
14. kisah si bangau putihDody Irawan
 
Snow white moden
Snow white modenSnow white moden
Snow white modenShika Nara
 
Bu Kek Siansu Jilid 9
Bu Kek Siansu Jilid 9Bu Kek Siansu Jilid 9
Bu Kek Siansu Jilid 9Wibowo Kusuma
 
Pendekar pedang akhirat
Pendekar pedang akhiratPendekar pedang akhirat
Pendekar pedang akhiratahfa42
 
Perkampungan+hantu+bag+6
Perkampungan+hantu+bag+6Perkampungan+hantu+bag+6
Perkampungan+hantu+bag+6radikalzen
 
Uga Wangsit Siliwangi
Uga Wangsit SiliwangiUga Wangsit Siliwangi
Uga Wangsit SiliwangiDani Setiawan
 
Pendekar super sakti kho png hoo
Pendekar super sakti kho png hooPendekar super sakti kho png hoo
Pendekar super sakti kho png hooSariyanti Palembang
 
07. pendekar super sakti
07. pendekar super sakti07. pendekar super sakti
07. pendekar super saktiDody Irawan
 
Bu Kek Siansu Jilid 10
Bu Kek Siansu Jilid 10Bu Kek Siansu Jilid 10
Bu Kek Siansu Jilid 10Wibowo Kusuma
 
Prajurit timah (soldadinho indonésio).docx
Prajurit timah (soldadinho indonésio).docxPrajurit timah (soldadinho indonésio).docx
Prajurit timah (soldadinho indonésio).docxmenip1
 
Halmahera , the ghost
Halmahera , the ghostHalmahera , the ghost
Halmahera , the ghostNoi Everain
 

Similar to Bu Kek Siansu Jilid 2 (20)

Bu Kek Siansu Jilid 13
Bu Kek Siansu Jilid 13Bu Kek Siansu Jilid 13
Bu Kek Siansu Jilid 13
 
Menyibak Tabir Uga Prabu Siliwangi
Menyibak Tabir Uga Prabu SiliwangiMenyibak Tabir Uga Prabu Siliwangi
Menyibak Tabir Uga Prabu Siliwangi
 
Bu Kek Siansu Jilid 18
Bu Kek Siansu Jilid 18Bu Kek Siansu Jilid 18
Bu Kek Siansu Jilid 18
 
12. kisah para pendekar pulau es
12. kisah para pendekar pulau es12. kisah para pendekar pulau es
12. kisah para pendekar pulau es
 
Bu Kek Siansu Jilid 6
Bu Kek Siansu Jilid 6Bu Kek Siansu Jilid 6
Bu Kek Siansu Jilid 6
 
ASAL MULA BURUNG SRIGUNTING.docx
ASAL MULA BURUNG SRIGUNTING.docxASAL MULA BURUNG SRIGUNTING.docx
ASAL MULA BURUNG SRIGUNTING.docx
 
08. sepasang pedang iblis
08. sepasang pedang iblis08. sepasang pedang iblis
08. sepasang pedang iblis
 
Kisah Para Pendekar Pulau Es_Kho Ping Hoo
Kisah Para Pendekar Pulau Es_Kho Ping HooKisah Para Pendekar Pulau Es_Kho Ping Hoo
Kisah Para Pendekar Pulau Es_Kho Ping Hoo
 
14. kisah si bangau putih
14. kisah si bangau putih14. kisah si bangau putih
14. kisah si bangau putih
 
Snow white moden
Snow white modenSnow white moden
Snow white moden
 
Bu Kek Siansu Jilid 9
Bu Kek Siansu Jilid 9Bu Kek Siansu Jilid 9
Bu Kek Siansu Jilid 9
 
Pendekar pedang akhirat
Pendekar pedang akhiratPendekar pedang akhirat
Pendekar pedang akhirat
 
Perkampungan+hantu+bag+6
Perkampungan+hantu+bag+6Perkampungan+hantu+bag+6
Perkampungan+hantu+bag+6
 
Uga Wangsit Siliwangi
Uga Wangsit SiliwangiUga Wangsit Siliwangi
Uga Wangsit Siliwangi
 
Pendekar super sakti kho png hoo
Pendekar super sakti kho png hooPendekar super sakti kho png hoo
Pendekar super sakti kho png hoo
 
07. pendekar super sakti
07. pendekar super sakti07. pendekar super sakti
07. pendekar super sakti
 
Bu Kek Siansu Jilid 10
Bu Kek Siansu Jilid 10Bu Kek Siansu Jilid 10
Bu Kek Siansu Jilid 10
 
Prajurit timah (soldadinho indonésio).docx
Prajurit timah (soldadinho indonésio).docxPrajurit timah (soldadinho indonésio).docx
Prajurit timah (soldadinho indonésio).docx
 
Halmahera , the ghost
Halmahera , the ghostHalmahera , the ghost
Halmahera , the ghost
 
Mitos
MitosMitos
Mitos
 

More from Wibowo Kusuma

Cara Cerdas jadi Orang Tua
Cara Cerdas jadi Orang TuaCara Cerdas jadi Orang Tua
Cara Cerdas jadi Orang TuaWibowo Kusuma
 
Brosur Penawaran Kemitraan Pertashop
Brosur Penawaran Kemitraan PertashopBrosur Penawaran Kemitraan Pertashop
Brosur Penawaran Kemitraan PertashopWibowo Kusuma
 
Bu Kek Siansu Jilid 23
Bu Kek Siansu Jilid 23Bu Kek Siansu Jilid 23
Bu Kek Siansu Jilid 23Wibowo Kusuma
 
Bu Kek Siansu Jilid 22
Bu Kek Siansu Jilid 22Bu Kek Siansu Jilid 22
Bu Kek Siansu Jilid 22Wibowo Kusuma
 
Bu Kek Siansu Jilid 21
Bu Kek Siansu Jilid 21Bu Kek Siansu Jilid 21
Bu Kek Siansu Jilid 21Wibowo Kusuma
 
Bu Kek Siansu Jilid 19
Bu Kek Siansu Jilid 19Bu Kek Siansu Jilid 19
Bu Kek Siansu Jilid 19Wibowo Kusuma
 
Bu Kek Siansu Jilid 16
Bu Kek Siansu Jilid 16Bu Kek Siansu Jilid 16
Bu Kek Siansu Jilid 16Wibowo Kusuma
 
Bu Kek Siansu Jilid 15
Bu Kek Siansu Jilid 15Bu Kek Siansu Jilid 15
Bu Kek Siansu Jilid 15Wibowo Kusuma
 
Bu Kek Siansu Jilid 11
Bu Kek Siansu Jilid 11Bu Kek Siansu Jilid 11
Bu Kek Siansu Jilid 11Wibowo Kusuma
 
Bu Kek Siansu Jilid 8
Bu Kek Siansu Jilid 8Bu Kek Siansu Jilid 8
Bu Kek Siansu Jilid 8Wibowo Kusuma
 
Bu Kek Siansu Jilid 7
Bu Kek Siansu Jilid 7Bu Kek Siansu Jilid 7
Bu Kek Siansu Jilid 7Wibowo Kusuma
 
Bu Kek Siansu Jilid 5
Bu Kek Siansu Jilid 5Bu Kek Siansu Jilid 5
Bu Kek Siansu Jilid 5Wibowo Kusuma
 
Bu Kek Siansu Jilid 3
Bu Kek Siansu Jilid 3Bu Kek Siansu Jilid 3
Bu Kek Siansu Jilid 3Wibowo Kusuma
 
Bu Kek Siansu Jilid 1
Bu Kek Siansu Jilid 1Bu Kek Siansu Jilid 1
Bu Kek Siansu Jilid 1Wibowo Kusuma
 
Panduan Pelayanan DJP tanpa tatap muka (covid 19)
Panduan Pelayanan DJP tanpa tatap muka (covid 19)Panduan Pelayanan DJP tanpa tatap muka (covid 19)
Panduan Pelayanan DJP tanpa tatap muka (covid 19)Wibowo Kusuma
 

More from Wibowo Kusuma (19)

Brosur CK
Brosur CKBrosur CK
Brosur CK
 
Cara Cerdas jadi Orang Tua
Cara Cerdas jadi Orang TuaCara Cerdas jadi Orang Tua
Cara Cerdas jadi Orang Tua
 
Pertashop Pertamina
Pertashop PertaminaPertashop Pertamina
Pertashop Pertamina
 
Brosur Penawaran Kemitraan Pertashop
Brosur Penawaran Kemitraan PertashopBrosur Penawaran Kemitraan Pertashop
Brosur Penawaran Kemitraan Pertashop
 
Bu Kek Siansu Jilid 23
Bu Kek Siansu Jilid 23Bu Kek Siansu Jilid 23
Bu Kek Siansu Jilid 23
 
Bu Kek Siansu Jilid 22
Bu Kek Siansu Jilid 22Bu Kek Siansu Jilid 22
Bu Kek Siansu Jilid 22
 
Bu Kek Siansu Jilid 21
Bu Kek Siansu Jilid 21Bu Kek Siansu Jilid 21
Bu Kek Siansu Jilid 21
 
Bu Kek Siansu Jilid 19
Bu Kek Siansu Jilid 19Bu Kek Siansu Jilid 19
Bu Kek Siansu Jilid 19
 
Bu Kek Siansu Jilid 16
Bu Kek Siansu Jilid 16Bu Kek Siansu Jilid 16
Bu Kek Siansu Jilid 16
 
Bu Kek Siansu Jilid 15
Bu Kek Siansu Jilid 15Bu Kek Siansu Jilid 15
Bu Kek Siansu Jilid 15
 
Bu Kek Siansu Jilid 11
Bu Kek Siansu Jilid 11Bu Kek Siansu Jilid 11
Bu Kek Siansu Jilid 11
 
Bu Kek Siansu Jilid 8
Bu Kek Siansu Jilid 8Bu Kek Siansu Jilid 8
Bu Kek Siansu Jilid 8
 
Bu Kek Siansu Jilid 7
Bu Kek Siansu Jilid 7Bu Kek Siansu Jilid 7
Bu Kek Siansu Jilid 7
 
Bu Kek Siansu Jilid 5
Bu Kek Siansu Jilid 5Bu Kek Siansu Jilid 5
Bu Kek Siansu Jilid 5
 
Bu Kek Siansu Jilid 3
Bu Kek Siansu Jilid 3Bu Kek Siansu Jilid 3
Bu Kek Siansu Jilid 3
 
Bu Kek Siansu Jilid 1
Bu Kek Siansu Jilid 1Bu Kek Siansu Jilid 1
Bu Kek Siansu Jilid 1
 
Panduan Pelayanan DJP tanpa tatap muka (covid 19)
Panduan Pelayanan DJP tanpa tatap muka (covid 19)Panduan Pelayanan DJP tanpa tatap muka (covid 19)
Panduan Pelayanan DJP tanpa tatap muka (covid 19)
 
Lebah CK Planning
Lebah CK PlanningLebah CK Planning
Lebah CK Planning
 
Marketing Plan CK
Marketing Plan CKMarketing Plan CK
Marketing Plan CK
 

Recently uploaded

Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)3HerisaSintia
 
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Abdiera
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxRezaWahyuni6
 
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxtugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxmawan5982
 
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptxPPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptxnerow98
 
implementasu Permendikbudristek no 53 2023
implementasu Permendikbudristek no 53 2023implementasu Permendikbudristek no 53 2023
implementasu Permendikbudristek no 53 2023DodiSetiawan46
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...Kanaidi ken
 
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfTUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfElaAditya
 
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptxMODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptxarnisariningsih98
 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxFuzaAnggriana
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxModul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxherisriwahyuni
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASKurniawan Dirham
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKirwan461475
 
Ppt tentang perkembangan Moral Pada Anak
Ppt tentang perkembangan Moral Pada AnakPpt tentang perkembangan Moral Pada Anak
Ppt tentang perkembangan Moral Pada Anakbekamalayniasinta
 
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxBAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxJamhuriIshak
 
demontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdf
demontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdfdemontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdf
demontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdfIndri117648
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfCloverash1
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...Kanaidi ken
 
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxTugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxmawan5982
 
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau tripletMelianaJayasaputra
 

Recently uploaded (20)

Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
 
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
 
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxtugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
 
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptxPPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
 
implementasu Permendikbudristek no 53 2023
implementasu Permendikbudristek no 53 2023implementasu Permendikbudristek no 53 2023
implementasu Permendikbudristek no 53 2023
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
 
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfTUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
 
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptxMODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxModul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
 
Ppt tentang perkembangan Moral Pada Anak
Ppt tentang perkembangan Moral Pada AnakPpt tentang perkembangan Moral Pada Anak
Ppt tentang perkembangan Moral Pada Anak
 
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxBAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
 
demontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdf
demontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdfdemontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdf
demontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdf
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
 
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxTugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
 
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
 

Bu Kek Siansu Jilid 2

  • 1.
  • 2. Jilid 2 Tiba-tiba Kwat Lin bangkit serentak, seolah-olah ada tenaga baru memasuki tubuhnya yang menderita nyeri, lelah dan kelaparan karena selama tiga hari tiga malam dia dipermainkan tanpa diberi makan atau minum oleh kakek iblis itu. Dia berdiri tegak, telanjang bulat, lalu memandang ke arah semua mayat suhengnya, dan matanya menjadi liar, keluar suara parau dari mulutnya yang pecah-pecah bibirnya oleh gigitan kakek iblis. "Suheng sekalian, dengarlah ! Aku The Kwat Lin, bersumpah untuk membalaskan kematian suheng sekalian. Satu-satunya tujuan hidupku sekarang hanyalah untuk membalas dendam dan membunuh iblis busuk Pat-jiu Kai-ong !" Tiba-tiba dia terhuyung mundur memandang wajah twa- suhengnya. Pria inilah sebetulnya yang sudah sejak dahulu mencuri hatinya. "Twa Suheng......!" Dia menubruk dan berlutut di dekat mayat yang sudah mulai membusuk itu. "Jangan berduka, Twa-suheng....jangan menangis......" Dia berdiri sesunggukan. "Apa.....? Aku telanjang.....? Pakaianmu......? Seperti orang gila yang bicara dengan sesosok mayat, Kwat Lin bertanya, kemudian dia membuka baju dan celana luar dari mayat yang sudah kaku kejang itu dengan agak susah, dan mengenakan pada tubuhnya sendiri. Tentu saja agak kebesaran. "Hi-hi-hik, pakaianmu kebesaran, Suheng......." Dia memandang wajah mayattwa-suhengnya dan tertawa lagi. "Hi-hik, nah begitu, tertawalah Twa-suheng, tertawalah para suheng sekalian......, tertawa dan bergembiralah karena dendam kalian pasti akan kubalaskan...! Hi-hi-hik... hu-hu-huuuhhh..." Dia menangis lagi terisak-isak dan dengan terhuyung-huyung dia meninggalkan tempat mengerikan itu setelah mengambil pedang twa-suhengnya. Pedang itu adalah pedang pusaka terbaik di antara pedang ketiga belas orang pendekar Bu- tong-pai itu, sebatang pedang pemberian Ketua Bu-tong pai sendiri, pedang yang di dekat gagangnya ada gambar setangkai bunga Bwee merah, maka pedang itu diberi na ma Ang-bwe-kiam (Pedang Bunga Bwee Merah). Dia terhuyung-huyung, pergi tak tentu tujuan, asal menggerakkan kedua kaki melangkah saja, langkah yang kecil-kecil dan terhuyung-huyung karena tubuhnya masih terasa lelah, lapar dan sakit semua. Kadang-kadang terdengar dia terisak menangis, kemudian terkekeh geli sehingga kalau ada orang yang bertemu dengan wanita yang bibirnya pecah-pecah mukanya penuh debu dan air mata, matanya membengkak dan merah, rambutnya riap-riapan dan pakaiannya terlalu besar, ini tentu orang itu akan merasa seram, mengira bahwa setidaknya dia adalah seorang wanita gila.
  • 3. Dugaan ini memang tidak meleset terlalu jauh. Penderitaan lahir batin yang melanda diri Kwat Lin membuat wanita malang ini tidak kuat menahan sehingga terjadi perubahan pada ingatannya. Pada hariyang sama ketika Cap-sha Sin-hiap roboh di tangan kakek iblis Pat-jiu Ka i-ong di kaki Pegunungan Jeng-hoa-san, terjadi pula peristiwa hebat di bagian lain dari Pegunungan itu. Kalau Cap-sha Sin-hiap roboh di daerah timur pegunungan, maka di daerah barat terjadi pula peristiwa yang hampir sama sungguhpun sifatnya berbeda. Pada pagi hari itu, seorang wanita berjalan seorang diri mendaki lereng pertama dari pegunungan Jeng-hoa-san sebelah barat. Wanita itu memasuki hutan dengan wajah berseri dan harus diakui bahwa wajah wanita cantik manis sekali, mempunyai daya tarik yang kuat sungguhpun usianya sudah empat puluh tahun. Tidak.ada keriput mengganggu kulit mukanya yang putih halus, mulutnya yang agak lebar itu mempunyai bibir yang senantiasa menantang dan seolah-olah buah masak yang sudah pecah, akan tetapi kalau orang memperhatikan matanya, mata yang jernih dan bersinar tajam, maka hati yang kagum akan kecantikannya tentu akan berubah menjadiragu-ragu, curiga dan ngeri karena sepasang mata itu tidak pernah, atau jarang sekali berkedip. Mata itu terbuka terus seperti mata boneka ! Dengan langkah-langkah gontai dan lemas, membuat buah pinggulnya menonjol dan bergoyang ke kanan kiri, wanita itu berjalan seorang diri, memutar- mutar sebuah payung yang dipanggulnya. Sebuah payung hitam yang tertutup, gagangnya melengkung dan ujungnya meruncing. Pakaiannya serba mewah dan indah, rambutnya panjang sekali, digelung ke atas seperti sebuah menara hitam yang indah, terhias tusuk sanggul dari mutiara dan emas. Yang menarik adalah kuku-kuku jari tangannya. Kuku yang panjang terpelihara, diberi warna merah, panjang meruncing dan agak melengkung seperti kuku kucing atau harimau. Pakaiannya yang mewah itu dibuat terlalu pas dengan tubuhnya sehingga membungkus ketat tubuh itu, membayangkan lekuk lengkung yang menggairahkan dari dada sampai ke kaki karena celananya yang terbuat dari sutera merah muda itu pun ketat sekali!
  • 4. Biarpun kelihatannya seperti seorang wanita cantik dan genit (tante girang), namun sesungguhnya dia bukanlah manusia biasa saja ! Inilah dia yang terkenal sekali di dunia hitam kaum penjahat, karena wanita ini bukan lain adalah Kiam-mo Cai-li (Wanita Pandai Berpayung Pedang), sebuah julukan yang membuat bulu tengkuk orang yang sudah mengenalnya berdiri sangking ngerinya karena wanita yang sebenarnya hanya bernama Liok Si ini memiliki ilmu kepandaian yang tinggi mengerikan dan kekejaman yang sukar dicari bandingnya ! Bahkan ia disamakan dengan wanita cantik penjelmaan siluman rase yang biasa mengganggu pria, dan setiap orang pria yang terjebak dalam pelukannya tentu akan mati kehabisan darah, disedot habis oleh siluman ini ! Tentu saja bagi mereka yang belum pernah berjumpa dengannya, sama sekali tidak akan mengira bahwa wanita yang berlenggak-lenggok dengan payung di pundak itulah iblis wanita yang menggegerkan dunia kang-ouw dengan perbuatannya yang luar biasa. Dan mudah saja diduga mengapa pada hari itu Kiam-mo Cai-li ini mendaki lereng Jeng-hoa-san! Tentu saja dia pun mendengar berita menggegerkan dunia kang-ouw akan adanya Sin-tong, Si Bocah ajaib dan mendengar ini, kontan keras hatinya berdebar-debar penuh ketegangan dan penuh birahi ! Dia dapat membayangkan betapa tenaga mukjijatyang dihimpunnya secara ilmu hitam dengan jalan menghisap sari tenaga ratusan orang pria, akan meningkat dengan hebat sekali kalau dia bisa menghisap kejantanan si Bocah Ajaib itu ! Maka begitu mendengar akan bocah ajaib di puncak Pegunungan Jeng-hoa-san di dalam Hutan Seribu Bunga, dia segera menempuh perjalanan jauh mengunjungi pegunungan itu. Perjalananyang jauh karena biarpun sering kali Liok Si ini pergi merantau namun dia memiliki sebuah pondok kecil seperti istana mewahnya terletak di tempat yang tidak lumrah dikunjungi manusia, yaitu di daerah Rawa Bangkai. Rawa-rawa yang liar ini terdapat di kaki Pegunungan Luliang-san, merupakan daerah maut karena banyak lumpur dan pasir yang berputar, merupakan perangkap maut bagi manusia dan hewan. Namun di tengah-tengah rawa-rawa itu, yang tidak dapat dikunjungi oleh manusia lain, terdapat sebuah tanah datar, tanah keras semacam pulau dan diatas pulau inilah letaknya istana kecil milik Liok Si yang berjuluk Kiam-mo Cai-li, bersama belasan orang pembantu-pembantu yang sudah menjadi orang-orang kepercayaannya.
  • 5. Dia disebut Cai-li (Wanita Pandai) karena sebetulnya wanita ini dulunya adalah puteri seorang sastrawan kenamaan dan semenjak kecil Liok Si telah mempelajari kesusastraan sehingga dia mahir sekali akan sastra, bahkan dia pernah menyamar sebagai pria menempuh ujian pemerintah sehingga dia lulus dan mendapat gelar siucai ! Akan tetapi, penyamarannya ketahuan dan seorang pembesar tinggi istana yang kagum kepadanya lalu mengambilnya sebagai seorang selir. Selain ilmu sastra, juga Liok Si ini semenjak kecil digembleng ilmu oleh para sahabat ayahnya, apalagi setelah menjadi selir pembesar tinggi di istana, dia mengadakan hubungan dengan kepala-kepala pengawal, dengan pengawal-pengawal kaisar yang berilmu tinggi, menyerahkan tubuhnya sebagai pengganti ilmu silat-ilmu silat tinggi yang diperolehnya sebagai "bayaran". Akhirnya, pembesar itu mengetahui akan tabiat selirnya ini yang ternyata adalah seorang wanita yang gila pria maka dia diusir dari istana pembesar itu. Akan tetapi, apa yang dilakukan oleh wanita ini ? Dia membunuh Si Pembesar, membawa banyak harta benda yang dicurinya dari istana itu, kemudian minggat !.Belasan tahun kemudian, muncullah nama julukan Kiam-mo Cai- li, namun tidak ada yang menduga bahwa dia adalah Liok Si yang dahulu menjadi selir bangsawan dan yang membunuh bangsawan itu sehingga menjadi orang buruan pemerintah. Liok Si berjalan sambil tersenyum-senyum, kadang-kadang senyumnya melebar dan tampak giginya yang putih mengkilat dan di kedua ujungnya terdapat sebuah gigi yang agak meruncing sehingga sekelebatan mirip gigi caling sihung. Hatinya gembira sekali kalau dia membayangkan betapa akan sedapnya kalau dia dapat memperoleh bocah ajaib itu. "Hemmm, aku harus bersikap halus dan hati-hati terhadapnya, menikmatinya selama mungkin. Hemmm..." Tiba-tiba dia terkejut dan menghentikan langkahnya, akan tetapi kembali dia tersenyum manis matanya mengerling tajam penuh kegairahan ketika melihat lima orang laki-laki berdiri di depannya dengan sikap gagah. Pandang matanya menyambar-nyambar dan terbayang kepuasan dan kekaguman. Memang, hati seorang wanita gila pria seperti Liok Si tentu saja menjadi berdebar tegang ketika melihat lima orang pria yang usianya rata-rata tiga puluh tahun lebih bertubuh tegap-tegap dan rata-rata berwajah tampan dan gagah ! Seperti melihat lima butir buah yang ranum dan matang hati ! "Aih-aihh... Siapakah Ngo-wi (Anda berlima) yang gagah perkasa ini ? Dan apakah Ngo-wi sengaja hendak bertemu dan bicara dengan aku ?"
  • 6. Seorang di antara mereka, yang usianya tiga puluh tahun, mukanya bulat dan alisnya seperti golok hitam dan tebal, berkata, "Apakah kami berhadapan dengan Kiam-mo Cai-li dari Rawa Bangkai ?" Wanita itu memainkan bola matanya memandangi wajah merka berganti-ganti dengan berseri, mulutnya tersenyum ketika menjawab, "kalau benar mengapa ? Kalian ini siapakah ?" "Kami adalah Kee-san Ngo-hohan (Lima Pendekar dari Gunung Ayam)". "Kiam-mo Cai-li mengeluarkan bunyi "tsk-tsk-tsk" dengan lidahnya tanda kagum. Segera dia menjura dan berkata manis. "Aih, kiranya lima pendekar yang namanya sudah terkenal di seluruh dunia kang-ouw sebagai murid- murid utama Hoa-san-pai ? Aih, terimalah hormatnya seorang wanita bodoh seperti aku." "Harap Toanio (Nyonya) tidak mengejek dan bersikap merendah. Kami sudah tahu siapa adanya Kiam- mo Cai-li, dan karena melihat engkau mendakiJeng-hoa-san, maka terpaksa kami memberanikan diri untuk menghadang." "Ehm...! Maksud kalian ?" Senyumnya makin manis dan kerling matanya makin memikat. "Kami telah mendengar akan berita bahwa tokoh-tokoh kang-ouw sedang berusaha untuk memperebutkan Sin-tong yang berada di Hutan Seribu Bunga dan kami mendengar pula bahwa Kiam-mo Cai-li merupakan seorang di antara mereka yang hendak menculik Sin-tong. Karena kami telah berhutang budi, diberi obat oleh Sin-tong maka kami hanya dapat membalas budinya dengan melindunginya terutama dari tangan... maaf, para tokoh kaum sesat yang tentu tidak mempunyai itikad baik terhadap dirinya. Andaikata kami tidak berhutang budi sekalipun, mengingat bahwa Sin-tong adalah seorang anak ajaib yang telah banyak menolong orang tanpa pandang bulu, sudah menjadi kewajiban orang- orang gagah untuk melindunginya." Kembali Kiam-mo Cai-li tersenyum. "Terus terang saja, memang aku mendengar tentang Sin-tong dan aku ingin mendapatkannya, maka hari ini aku mendaki Jeng-hoa-san. Habis kalian mau apa ?" Kalau begitu, kami minta dengan hormat agar kau suka membatalkan niatmu itu, Toanio. Kalau kau memaksa hendak menganggu Sin-tong, terpaksa kami akan merintangimu dan tidak membolehkan kau melanjutkan perjalanan !" "Hi-hi-hik, galak amat ! Lima orang laki-laki muda tampan gagah bertemu dengan seorang wanita cantik penuh gairah, sungguh tidak semestinya kalau bermain senjata mengadu nyawa!"
  • 7. "Hemm, habis semestinya bagaimana ?" tanya orang pertama dari Kee-san Ngo- hohan yang betapapun juga merasa jerih mendengar nama besar wanita ini dan mengharapkan wanita itu akan mengalah dan pergi dari situ, tidak mengganggu Sin-tong..Mata itu tajam mengerling dan senyumnya penuh arti, bibirnya penuh tantangan. "Mestinya ? Mestinya kita bermain cinta memadu kasih !" "Perempuan hina !" "Jalang !" "Siluman betina " Lima orang itu telah mencabut senjata masing-masing yaitu senjata golok besar yang selama ini telah mengangkat nama mereka di dunia kang-ouw. Kelima orang pendekar ini memang merupakan ahli-ahli bermain golok dengan Ilmu Hoa-san- to-hoat yang terkenal, dan selain itu juga mereka semua mahir akan ilmu menotok jalan darah yang bernama Sam-ci-tiam-hoat, yaitu ilmu menotok menggunakan tiga buah jari tangan. "Siaaaattt...singg...siang..." "Ha-ha, bagus ! kalian memang gagah sekali bermain golok, tentu lebih gagah kalau bermain cinta, hi-hik ! " Kiam- mo Cai- li mengelak dan tiba-tiba payung hiatmnya berkembang terbuka. Payung itu merupakan senjata isimewa, terbuat dari baja yang kuat dan kainnya terbuat dari kulit badak yang kering dan sudah dimasak lemas, namun kuatnya luar biasa dapat menahan bacokan senjata tajam. Adapun ujung payung itu meruncing, merupakan ujung pedang, dan gagangnya yang melengkung itu pun dapat digunakan sebagai senjata kaitan yang lihai. "Trang-trang-trang...!!" Bunga api berpijar ketika golok-golok itu tertangkis oleh payung dan karena kini tubuh wanita itu tertutup payung yang berkembang dan berputar-putar, maka sukarlah bagi lima orang itu untuk menyerangnya dari depan. Mereka lalu berloncatan dan mengurung wanita itu. "Hi-hik, hayo keroyoklah. Kalau baru kalian lima orang ini saja, masih terlampau sedikit bagiku. Hi- hik, hendak kulihat sampai dimana kekuatan kalian apakah patut untuk menjadi lawan-lawanku untuk bermain cinta !"
  • 8. "Perempuan rendah !" Orang pertama dari lima pendekar itu marah sekali, goloknya menyambar dahsyat, tapi tiba-tiba golok itu terhenti di tengah udara karena telah terikat oleh sebuah benda hitam panjang yang lembut. Kiranya wanita itu telah mengurai gelung rambutnya dan ternyata rambut itu panjangnya sampai ke bawah pinggulnya, rambut yang gemuk hitam, panjang dan harum baunya, bahkan bukan itu saja keistemewaannya, rambut itu dapat dipergunakan sebagai senjata ampuh, sebagai cambuk yang kini berhasil membelit golok orang pertama dari Kee-san ngo-hohan ! Sebelum orang ini sempat menarik goloknya, tangan kiri Kiam-mo Cai-li bergerak menghantam tengkuk orang itu dengan tangan miring. "Krekk!" Laki-laki itu mengeluh dan roboh tak dapat bangkit kembali karena dia telah terkena totokan istimewa yang membuat tubuhnya lumpuh sungguhpun dia masih dapat melihat dan mendengar. Empat orang lainnya terkejut dan marah sekali. Mereka memutar golok lebih gencar lagi, bahkan kini tangan kiri mereka membantu dengan serangan totokan Sam-ci-tia m- hoat yang ampuh ! Namun orang yang mereka keroyok itu tertawa-tawa mempermainkan mereka. Setiap serangan golok dapat dihalau dengan mudah oleh payung yang diputar-putar sedangkan ujung rambut yang panjang itu mengeluarkan suara ledakan- ledakan kecil dan menyambar-nyambar di atas kepala mereka, tidak menyerang, hanya mendatangkan kepanikan saja karena memang dipergunakan untuk mempermainkan mereka. "Mampuslah !" Orang ke dua yang menyerang dengan golok ketika goloknya ditangkis, cepat dia "memasuki" lowongan dan berhasilmengirim totokan. Karena tempat terbuka yang dapat dimasuki jari tangannya di antara putaran payung itu hanya di bagian dada, maka dia menotok dada kiri wanita itu. Dalam keadaan seperti itu, menghadapi lawan yang amat tangguh, pendekar ini sudah tidak mau lagi mempergunakan sopan santun yang tentu tidak akan dilanggarnya kalau keadaan tidak mendesak seperti itu.."Cusss...!" tiga buah jari tangan itu tepat mengenai buah dada kiri yang besar, tapi dia hanya merasakan sesuatu yang lunak hangat, sedangkan wanita itu sama sekali tidak terpengaruh, bahkan mengerling dan berkata, "Ihh, kau bersemangat benar, tampan. Belum apa-apa sudah main colek dada, hihik !" Tentu saja pendekar ini menjadi merah sekali mukanya. Dia merasa malu akan tetapi juga penasaran. Ilmu totok yang dimilikinya sudah terkenal dan belum pernah gagal. Tadi jelas dia telah menotok jalan darah yang amat berbahaya di dada wanita itu, mengapa wanita itu sama sekali tidak merasakan apa-apa, bahkan menyindirnya dan dianggap dia mencolek dada ?
  • 9. Dengan marah dia menerjang lagi bersama tiga orang sutenya. "Sudah cukup, sudah cukup, rebah dan beristirahatlah kalian !" Tiba-tiba payung itu tertutup kembali, berubah menjadi pedang yang aneh dan segulung sinar hitam menyambar-nyambar mendesak empat orang itu, kemudian dari atas terdengar ledakan-ledakan dan berturut-turut tiga orang lagi roboh terkena totokan ujung rambut wanita sakti itu. Seperti orang pertama, mereka ini pun roboh tertotok dan lumpuh, hanya dapat memandang dengan mata terbelalak namun tidak menggerakan kaki tangan mereka ! Orang termuda dari mereka kaget setengah mati melihat betapa empat orang suhengnya telah roboh. Namun dia tidak menjadi gentar, bahkan dengan kemarahan dan kebencian meluap dia memaki, "Perempuan hina, pelacur rendah, siluman betina, aku takkan mau sudah sebelum dapat membunuhmu !" "A ihhh... kau penuh semangat akan tetapi mulut mu penuh makian menyebalkan hatiku !" Golok itu tertangkis oleh payung sedemikian kerasnya sehingga terpental dan sebelum laki-laki itu dapat mengelak, sinar hitam menyambar dan ujung rambut telah membelit lehernya ! Pria itu berusaha sekuat tenaga untuk melepaskan libatan rambut dari lehernya dengan kedua tangan, akan tetapi begitu wanita itu menggerakkan kepalanya, rambutnya terpecah menjadi banyak gumpalan dan tahu-tahu kedua pergelangan lengan orang itu pun sudah terbelit rambut yang seolah-olah hidup seperti ular-ular hitam yang kuat. "Nah, ke sinilah, Tampan. Mendekatlah, kekasih. Kau perlu dihajar agar tidak suka memaki lagi !" Laki- laki itu sudah membuka mulut hendak memaki lagi, akan tetapi libatan rambut pada lehernya makin erat sehingga dia tidak dapat bernapas, kemudian rambut itu menariknya mendekat kepada wanita yang tersenyum-senyum itu ! Kini laki-laki itu sudah berada dekat sekali, bahkan dada dan perutnya telah menempel pada dada yang membusung dan perut yang mengempis dari wanita itu. Tercium olehnya bau wangi yang aneh dan memabokkan, akan tetapi karena lehernya terbelit kuat-kuat, dan napasnya tak dapat lancar, maka dia terpaksa menjulurkan lidahnya keluar.
  • 10. "Aihhh, kau perlu diberi sedikit hajaran, Tampan !" Empat orang pendekar yang tertotok melihat dengan mata terbelalak penuh kengerian betapa wanita itu kini mendekatkan muka sute mereka yang termuda, kemudian membuka mulut dan mencium mulut sute mereka yang terbuka dan lidah yang terjulur keluar itu.Mereka melihat tubuh sute mereka berkelojot sedikit seperti menahan sakit, mata sute mereka terbelalak, namun wanita itu terus mencium dan menutup mulut pria itu dengan mulutnya sendiri yang lebar. Tak dapat terlihat oleh empat orang pendekar itu betapa wanita itu yang kejam dan keji seperti iblis, telah menggunakan giginya untuk menggigit sampai terluka lidah sute mereka yang terjulur keluar, kemudian menghisap darah dari luka di lidah itu ! Mereka berempat hanya melihat betapa wanita itu memejamkan mata, baru sekarang mereka melihat wanita itu memejamkan mata, kelihatan penuh nikmat, akan tetapi wajah sute mereka makin pucat dan mata sute mereka yang terbelalak itu membayangkan kenyerian dan ketakutan yang hebat. Agaknya wanita itu tidak puas karena darah yang dihisapnya kurang banyak, maka kini dia melepaskan mulut pemuda itu dan memindahkan ciuman mulutnya ke leher si Pemuda. Dapat dibayangkan betapa kaget empat orang pendekar itu melihat bahwa mulut sute mereka penuh warna merah darah ! "Sute...!!!" Mereka berseru akan tetapi tidak dapat menggerakkan kaki tangan mereka. Sute mereka meronta-ronta seperti ayam disembelih, matanya melotot memandang ke arah para suhengnya seperti orang minta tolong, kemudian tubuhnya berkelojotan ketika wanita itu kelihatan jelas menghisap-hisap lehernya ternyata bahwa urat besar di lehernya telah ditembusi gigi yang meruncing dan kini dengan sepuasnya wanita itu menghisap darah yang membanjir keluar dari urat di leher itu ! Mata yang melotot itu makin hilang sinarnya dan pudar, wajahnya makin pucat dan akhirnya tubuh yang meregang-regang itu lemas. Orang termuda itu pingsan karena kehilangan banyak darah, takut dan ngeri. Kiam- mo Cai-li melepaskan libatan rambutnya dan tubuh itu tergulig roboh, terlentang dengan muka pucat dan napas terengah-engah.
  • 11. Sute...!" Kembali mereka mengeluh dan dengan penuh kengerian mereka melihat betapa wanita itu menggunakan lidahnya yang kecil merah dan meruncing itu untuk menjilati darah yang masih belepotan di bibirnya yang menjadi makin merah. Wajahnya kemerahan, segar seperti kembang mendapat siraman, berseri- seri dan ketika dia mendekati empat orang itu, mereka terbelalak penuh kengerian. Akan tetapi, wanita itu tidak menyerang mereka, agaknya dia sudah puas menghisap darah orang termuda tadi. Hanya kini kedua tangannya bergerak- gerak dan sekali renggut saja pakaian empat orang itu telah koyak-koyak. Kemudian dia bangkit berdiri, dengan gerakan memikat seperti seorang penari telanjang, dia membuka pakaiannya, menanggalkan satu demi satu sambil menari-nari ! Sampai dia bertelanjang bulat sama sekali di depan empat orang itu yang membuang muka dengan perasaan ngeri dan sebal ! "Kalian layanilah aku, puaskanlah aku, senangkan hatiku dan aku akan membebaskan kalian berlima. Lihat, bukankah tubuhku menarik ? Aku hanya ingin mendapatkan cinta kalian, aku tidak menginginkan nyawa kalian." "Cih, siluman betina ! Kauanggap kami ini orang-orang apa ? Kami adalah murid Hoa-san-pai yang tidak takut mati. Seribu kali lebih baik mampus daripada memenuhi selera mu yang terkutuk melayani nafsu berahimu yang menjijikan !" kata empat orang itu saling susul dan saling bantu. Kiam-mo Cai- li tersenyum. "Hi-hik, begitukah ? Kalau begitu, baiklah, kalian melayani aku sampai mampus !" Dia lalu membungkuk dan menarik lengan seorang di antara mereka, kemudian menggunakan kuku jari kelingking kiri menggurat beberapa tempat di punggung dan tengkuk pria ini. Orang itu menggigil, menggigit bibir menahan sakit, akan tetapi karena dia tidak mampu mengerahkan sinkang, dia tidak dapat melawan pengaruh hebat yang menggetarkan tubuhnya melalui luka-luka goresan kuku beracun dari kelingking itu. Mukanya menjadi merah, juga matanya menjadi merah dan napasnya terengah-engah. Tiga orang pendekar yang lain memandang penuh kekhawatiran dan kengerian. Tiba-tiba wanita itu terkekeh, menggunakan tangan membebaskan totokan sehingga orang itu dapat menggerakkan kaki tangannya dan terjadilah hal yang membuat tiga orang pendekar yang masih rebah lumpuh itu terbelalak penuh kengerian. mereka melihat Sute mereka itu seperti seorang gila menerkam dan mendekap tubuh wanita itu penuh gairah nafsu !
  • 12. Dengan mata terbelalak mereka melihat betapa wanita itu menyambutnya dengan kedua lengan terbuka, bergulingan di atas rumput dan tampak betapa wanita itu membiarkan dirinya diciumi, kemudian mengalihkan mulutnya yang lebar ke leher Sute mereka ! Mereka bertiga terpaksa memejamkan mata agar tidak usah menyaksikan peristiwa yang memalukan dan terkutuk itu. Mereka mengerti bahwa Sute mereka melakukan hal terkutuk itu karena terpengaruh oleh racun yang diguratkan oleh kuku jari kelingking si iblis betina, dan mereka tahu pula bahwa Sute mereka yang diamuk pengaruh jahanam itu tidak tahu bahwa darahnya dihisap oleh wanita itu yang seperti telah dilakukan pada orang pertama tadi kini juga menghisap darahnya sepuas hatinya. Dapat diduga lebih dahulu bahwa tiga orang yang lain juga mengalami siksaan yang sama tanpa dapat berdaya apa-apa tanpa dapat melawan. Hal ini dilakukan berturut-turut oleh Kiam-mo Cai-li dan tiga hari tiga malam kemudian, dia meninggalkan tempat itu sambil menjilat-jilat bibirnya penuh kepuasan. Setelah dia melempar kerling ke arah lima tubuh telanjang yang sudah menjadi mayat semua itu, bergegas dia pergi mendaki Jeng-hoa-san untuk mencari Sin- tong yang amat diinginkan. Lima orang Kee-san Ngo-hohan itu mengalami kematian yang amat mengerikan. Tubuh mereka kehabisan darah, kulit mengeriput. Mereka seperti lima ekor lalat yang terjebak ke sarang laba-laba dan setelah semua darah mereka disedot habis oleh laba-laba, mayat mereka yang sudah kering dan habis sarinya itu dilemparkan begitu saja. Kwa Sin Liong, atau yang lebih terkenal dengan nama panggilan Sin-tong, pada pagi hari itu seperti biasa setelah mandi cahaya matahari, lalu menjemur obat- obatan dan tidak lama kemudian berturut-turut datanglah orang-orang dusun yang membutuhkan bahan obat untuk bermacam penyakit yang mereka derita. Sin-tong mendengarkan dengan sabar keluhan dan keterangan mereka tentang sakit yang mereka derita, menyiapkan obat-obat untuk mereka semua dengan hati penuh belas kasihan. Semua ada sebelas orang dusun, tua muda laki perempuan yang memandang kepada bocah itu dengan sinar mata penuh kagum dan pemujaan. Baru bertemu dan memandang wajah Sin-tong itu saja, mereka sudah merasa banyak berkurang penderitaan sakit mereka. Seolah-olah ada wibawa yang keluar dari wajah bocah penuh kasih sayang itu yang meringankan rasa sakit yang mereka derita.
  • 13. Tentu saja hal ini sebenarnya terjadi karena kepercayaan mereka yang penuh bahwa bocah itu akan dapat menyembuhkan penyakit mereka, sehingga keyakinan ini sendiri sudah merupakan obat yang manjur. Dan bocah ajaib itu memang bukanlah seorang dukun yang menggunakan kemujijatan dan sulap atau sihir untuk mengobati orang, melainkan berdasarkan ilmu pengobatan yang wajar. Dia memilih buah, daun, bunga atau akar obat yang memang tepat mengandung khasiat atau daya penyembuh terhadap penyakit-penyakit tertentu itu. Tiba-tiba terdengar nyanyian yang makin lama makin jelas terdengar oleh mereka semua. Juga Sin Liong, bocah ajaib itu, berhenti sebentar mengumpulkan dan memilih obat yang akan dibagikan karena mendengar suara nyanyian yang aneh itu. Akan tetapi begitu kata-kata nyanyian itu dimengertinya, dia mengerutkan alisnya dan menggeleng-geleng kepala. "Aihh, kalau hidup hanya untuk mengejar kesenangan, apapun juga tentu tidak akan dipantangnya untuk dilakukan demi mencapai kesenangan!" kata Sin Liong. "Huh-ha-ha, benar sekali, Sin-tong. Untuk mencapai kesenangan harus berani melakukan apapun juga, termasuk membunuh para tamu-tamu yang tiada harganya ini !" Terdengar jawaban dan tahu-tahu di situ telah berdiri Pat-jiu Kai- ong ! Sebagai lanjutan kata-katanya, tongkatnya ditekankan kepada tanah di depan kaki lalu lima kali ujung tongkat itu bergerak menerbangkan tanah dan kerikil ke depan. Tampak sinar hitam berkelebat menyambar lima kali, disusul jerit-jerit kesakitan dan robohlah berturut-turut lima orang dusun yang berada di depan Sin Liong, roboh dan berkelojotan kemudian tewas seketika karena tanah dan kerikil itu masuk ke dalam kepala mereka ! "Hi-hi-hik, kepandaian seperti itu saja dipamerkan di depan Sin-tong lihat ini!" Tiba-tiba terdengar suara ketawa merdu dan tahu-tahu di situ telah berdiri seorang wanita cantik yang bukan lain adalah Kiam- mo Cai-li! Dia menudingkan payung hitamnya yang tertutup itu ke arah para penghuni dusun yang berwajah pucat dan dengan mata terbelalak memandang lima orang teman mereka yang telah tewas. "Cuat-cuat-cuat...!" Dariujung payung itu meluncur sinar-sinar hitam dan berturut-turut, enam orang dusun yang masih hidup menjerit dan roboh tak bergerak lagi, leher mereka ditembusi jarum-jarum hitam yang meluncur keluar dari ujung payung itu !
  • 14. Sejenak Sin Liong terbelalak memandang kepada kedua orang itu yang berdiri di sebelah kanan dan kirinya. Kemudian dia memandang ke bawah, ke arah tubuh sebelas orang dusun yang telah menjadi mayat. Mukanya menjadi merah, air matanya berderai dan dengan suara nyaring dia berkata sambil menudingkan telunjuknya bergantian kepada Pat-jiu Kai-ong dan Kiam-mo Cai, "Kalian ini manusia atau iblis ? Kalian berdua amat kejam, perbuatan kalian amat terkutuk. Membunuh orang-orang tak berdosa seolah kalian pandai menghidupkan orang. Bocah itu memandang kepada sebelas mayat dan sesenggukan menangis. "Hi-hi-hik, Sin-tong yang baik, apakah kau takut kubunuh ? Jangan khawatir, aku datang bukan untuk membunuhmu," kata Kiam-mo Cai-li, agak kecewa melihat betapa bocah ajaib itu menangis dan membayangkannya ketakutan..Sin Liong mengangkat muka memandang wanita itu, biarpun air matanya masih berderai turun namun pandang matanya sama sekali tidak membayangkan ketakutan, "Kau mau bunuh aku atau tidak, terserah. Aku tidak takut !" "Ha-ha-ha ! Benar hebat ! Sin-tong, kalau kau tidak takut kenapa menangis ?" Pat- jiu Ka i-ong menegur. "Apa kau menangisi kematian orang-orang tak berharga itu ?" Kiam-mo Cai-li menyambung. "Mereka sudah mati mengapa ditangisi ? Aku menangis menyaksikan kekejaman yang kalian lakukan, kau menangis karena melihat kesesatan dan kekejaman kalian." Dua orang tokoh sesat itu terbelalak heran saling pandang kemudian mereka teringat kembali akan niat mereka terhadap anak ajaib ini, maka keduanya seperti dikomando saja lalu tertawa, dan keduanya dengan kecepatan kilat menyerbu ke depan hendak menubruk Sin-Liong yang berdiri tegak dan memandang dengan sinar mata sedikitpun tidak membayangkan rasa takut ! "Desss......!" Karena gerakan mereka berbarengan, disertai rasa khawatir kalau- kalau keduluan oleh orang lain, maka melihat Pat-jiu Kai-ong sudah lebih dekat dengan Sin-tong, Kiam-mo Cai- li lalu merobah gerakannya, tidak hendak menangkap Sin-tong karena dia kalah dulu, melainkan melakukan gerakan mendorong dengan kedua tangannya ke arah Pat-jiu Kai-ong !
  • 15. Pukulan jarak jauh yang dilakukan oleh wanita iblis ini dahsyat sekali, membuat Pat-jiu Kai-ong terkejut ketika ada angin panas menyambar, maka dia cepat menunda niatnya menangkap Sin-tong dan bergerak menangkis. Keduanya merasakan dahsyatnya tenaga lawan dan terpental ke belakang ! Sejenak mereka saling berpandangan dan Pat-jiu Kai-ong yang lebih dulu dapat menguasai dirinya lalu tertawa, "Ha-ha-ha, lama tidak jumpa, Kiam-mo Cai-li menjadi makin gagah saja !" "Pat-jiu Kai-ong, selama ada aku disini, jangan harap kau akan dapat merampas Sin-tong dari tanganku !" Wanita itu berkata dan memandang tajam, siap menghadapi kakek yang dia tahu merupakan lawan yang tangguh itu. "Aha, Kiam-mo Cai- li, sekali ini kau mengalah lah kepadaku. Aku membutuhkannya untuk menyempurnakan ilmuku..." "Hi-hik, Ilmu Hiat-ciang Hoat-sut, bukan ? Kau sudah cukup tangguh, Kai-ong, dan betapa mudahnya bagimu untuk mencari seratus orang anak lagi untuk kau hisap darah, otak dan sumsumnya. Jangan Sin-tong !" "Hemmmm, kau mau menang sendiri. Apa kaukira aku tidak tahu mengapa kau menghendaki Sin-tong ? Dia masih terlalu muda, Cai-li, tentu tidak akan memuaskan hatimu. Apa sukarnya bagimu mencari orang-orang muda yang kuat dan menyenangkan ?" "Cukup ! Kita mempunyai keinginan sama, dan jalan satu-satunya adalah untuk memperebutkannya dengan kepandaian !" "Ha-ha-ha, bagus sekali. Memang aku ingin mencoba kepandaian Wanita Pandai dari Rawa Bangkai !" Liok Si, Si Wanita Pandai Berpayung Pedang dari Rawa Bangkai sudah tak dapat menahan kemarahannya melihat ada orang berani merintanginya, maka sambil berteriak keras dia sudah menerjang maju dengan senjatanya yang istimewa, yaitu payung hitam yang tangkainya sebatang pedang runcing itu. "Trakkk !" Pat-jiu Kai-ong sudah menggerakkan tongkatnya menangkis. Gempuran dua tenaga raksasa membuat keduanya terpental lagi ke belakang dan Pat-jiu Ka i-ong cepat meloncat ke depan, tongkatnya berubah menjadi segulungan sinar hita m yang menyambar ganas. "Trakk! Trakkk !!"
  • 16. Dua kali senjata payung dan tongkat bertemu di udara dan keduanya terhuyung ke belakang. Diam-diam mereka berdua terkejut sekali dan maklum bahwa dalam hal tenaga sakti, kekuatan mereka berimbang. Sebelum mereka melanjutkan pertandingan mereka, tiba-tiba mereka melangkah mundur dan memandang tajam karena berturut-turut di tempat itu telah muncul lima orang kakek yang melihat cara munculnya dapat diduga tentu memiliki kepandaian tinggi. Mereka muncul seperti setan-setan, tidak dapat didengar atau dilihat lebih dahulu, tahu-tahu sudah berdiri di situ sambil memandang ke arah Pat-jiu Kai-ong dan Kiam-mo Cai-li dengan bermacam sikap. Ketika dua orang datuk kaum sesat atau golongan hitam ini melihat dengan penuh perhatian mereka terkejut sekali. Biarpun diantara lima orang itu ada yang belum pernah mereka jumpai, namun melihat ciri-ciri mereka, kedua orang datuk golongan hitam ini dapat mengenal mereka yang kesemuanya adalah orang-orang aneh di dunia kang-ouw yang masing-masing telah memiliki nama besar sebagai orang- orang sakti. Sementara itu, ketika melihat dua orang kakek dan nenek tadi bertanding memperebutkan dirinya, Sin Liong menjadi makin berduka. Tak disangkanya bahwa di tempat yang penuh damai ini di mana dia selama hampir tiga tahun tinggal penuh ketentraman dan kedamaian, yang membuat dia hampir melupakan kekejaman-kekejaman manusia ketika terjadi pembunuhan ayah- bundanya, kini dia menyaksikan kekejaman yang lebih hebat lagi di mana sebelas orang dusun yang sama sekali tidak berdosa dibunuh begitu saja oleh dua orang itu. Maka dia lalu duduk di atas batu, bersila dan tak bergerak seperti arca, hatinya dilanda duka, dan dia memandang dengan sikap tidak mengacuhkan. Bahkan ketika muncul lima orang aneh itu, dia pun tidak membuat reaksi apa-apa kecuali memandang dengan penuh perhatian namun dengan sikap sama sekali tidak mengacuhkan. Orang pertama adalah seorang kakek berusia enam puluh tahun, bertubuh tinggi besar dengan muka merah seperti tokoh Kwan Kong dalam cerita Sam-kok, kelihatan gagah sekali, di punggungnya tampak dua batang pedang menyilang, matanya lebar alisnya tebal dan suaranya nyaring ketika dia tertawa, "Ha-ha-ha, kiranya bukan hanya orang gagah saja yang tertarik kepada Sin-tong, juga iblis- iblis berdatangan sungguhpun tentu mempunyai niat lain !"
  • 17. Dengan ucapan yang jelas ditujukan kepada Kiam-mo Cai-li dan Pat-jiu Kai-ong ini, dia memandang dua orang itu dengan terang-terangan. Orang ini bukanlah orang sembarangan, namanya sendiri adalah Siang-koan Houw, akan tetapi dia lebih terkenal dengan sebutan Tee-tok (Racun Bumi) karena selain merupakan seorang ahli racun yang sukar dicari tandingannya, juga dia amat ganas menghadapi lawan tidak mengenal ampun dan selain itu, juga dia amat jujur dan blak-blakan, bicara dan bertindak tanpa pura-pura lagi. Ilmu silatnya tinggi sekali, dan yang paling terkenal sehingga menggegerkan dunia persilatan adalah ilmu pukulannya yang disebutPek-lui-kun (Ilmu Silat Tangan Kilat) dan Ilmu Pedangnya Ban-tok Siang- kiam (Sepasang Pedang Selaksa Racun) ! Tidak ada orang yang tahu dimana tempat tinggalnya karena memang dia seorang perantau yang muncul dimana saja secara tak terduga-duga seperti kemunculannya sekarang inidi Hutan Seribu Bunga. "Huhh, bekas Suteku yang tetap goblok !" kata orang kedua. "Masa masih tidak mengerti apa yang dikehendaki dua iblis ini. Gembel busuk itu tentu ingin menghisap darah dan otak Sin-tong untuk menyempurnakan Ilmu Iblisnya Hiat- Ciang Hoat-sut. Sedangkan iblis betina genit ini apa lagi yang dicari kecuali sari kejantanan Sin-tong ? Hayo kalian menyangkal, hendak kulihat apakah kalian begitu tak tahu malu untuk menyangka l!" Orang yang kata-katanya amat menusuk ini adalah seorang kakek yang beberapa tahun lebih tua daripada Tee- tok, bahkan menyebut Tee-tok sebagai bekas sutenya karena memang demikian. Dia bertubuh tinggi kurus dan mukanya seperti tengkorak mengerikan, di ketiaknya terselip sebatang tongkat panjang dan gerak-geriknya ketika bicara seperti seekor monyet tidak mau diam, bahkan kadang-kadang menggaruk-garuk kepala atau pantatnya, matanya liar memandang ke kanan- kiri. Inilah dia tokoh hebat yang berjuluk Thian-tok (Racun Langit), bekas suheng Tee-tok yang memiliki kepandaian khas. Selain lihai dalam hal racun sesuai dengan nama dan julukannya, juga dia adalah seorang pemuja Kauw Cee Thian atau Cee Thian Tha iseng, Si Raja Monyet itu, yaitu sebatang tongkat yang dia beri nama Kim-kauw-pang seperti tongkat Si Raja Monyet. Juga dia telah menciptakan ilmu silat tangan kosong yang meniru gerak- gerik seekor monyetyang diberinya nama Sin- kauw-kun (Ilmu SilatMonyet Sakti). Seperti juga Tee-tok, dia tidak mempunyai tempat tinggal yang tetap, dan tidak ada yang tahu lagi nama aslinya, yaitu Bhong Sek Bin.
  • 18. "Hemmm, setelah ada aku di sini jangan harap segala macam iblis dapat berbuat sesuka hati sendiri !" kata orang ketiga, suaranya kasar dan keras, pandang matanya seperti ujung pedang menusuk. Orang ini bernama Ciang Ham julukannya Thian-he Te- it, Sedunia Nomor satu ! Usianya kurang lebih 50 tahun, dan dia adalah ketua dari Perkumpulan Kang-jiu-pang (Perkumpulan Lengan Baja) yang didirikannya di Secuan. Di tangan kirinya tampak sebatang senjata tombak gagang panjang, dan selain terkenal sebagai seorang ahli bermain tombak, dia pun terkenal sebagai seorang ahli bermain tombak, dia pun terkenal memiliki lengan sekuat baja ! Pakaiannya ringkas seperti biasa dipakai oleh seorang ahli silat dan setiap gerak-geriknya menunjukkan bahwa dia telah mempunyai kepandaian silat yang sudah mendarah daging di tubuhnya. Orang ke empat adalah seorang berpakaian sastrawan, sikapnya halus, usianya 50 tahun tapi masih tampak tampan, tubuhnya sedang dan dia sudah menjura ke arah kedua orang datuk golongan hitam itu. Di pinggangnya terselip sebatang mauwpit alat tulis pena panjang. "Kami berlima dengan tujuan yang sama datang ke tempat ini, tidak sangka bertemu dengan dua orang tokoh terkenal seperti Ji- wi (Anda berdua), Pat-jiu Kai-ong dan Kiam-mo Cai-li, terutama sekali kepada Cai- li, terima lah hormatku." Pat-jiu Kai-ong sudah segera dapat mengenal siapa orang ini, akan tetapi Kiam- mo Cai-li tidak mengenalnya. Hati wanita ini yang tadinya panas mendengar kata-kata menentang dari tiga orang pertama, merasa seperti dielus-elus oleh sikap dan kata-kata orang berpakaian sastrawan yang tampan ini. Maka dia pun membalas penghormatannya dan dengan lirikan mata memikat dan senyum simpul manis sekali dia bertanya, "Harap maafkan, tetapi siapakah saudara yang manis budi dan yang tentu memiliki ilmu kepandaian bun dan bu (Sastra dan silat) yang tinggi ini ?" Laki-laki itu tersenyumdan menjawab halus, "Saya yang rendah dinamakan orang Gin-siauw Siucai (Pelajar Bersuling Perak), seorang yang suka bersunyi di Beng- san." Kiam-mo Cai-li kembali menjura, tersenyum dan berkata, "Aihhh, sudah lama sekali saya telah mendengar nama besar Cin-siauw Siucai, sebagai seorang ahli silat tinggi, terutama sekali sebagai seorang peniup suling yang mahir dan sudah lama pula mendengar akan keindahan tamasya alam di Beng-san.
  • 19. Mudah-mudahan saja saya akan berumur panjang untuk mengunjungi Beng-san yang indah, menjadi tamu Gin-siauw Siucai yang ramah dan sopan, tidak seperti kebanyakan pria yang kasar tak tahu sopan santun !" Ucapan terkhir ini jelas ditujukannya kepada tiga orang tokoh pertama yang kasar-kasar tadi. Orang ke lima dari rombongan itu adalah seorang tosu berusia enam puluh tahun lebih, tubuhnya tinggi kurus dan mukanya pucat, tangan kiri memegang sebuah hudtim (Kebutan Pendeta) dan tangan kanan memegang sebuah kipas yang tiada hentinya digoyang-goyang mengipasi lehernya seolah-olah dia kepanasan, padahal hawa di Hutan Seribu Bunga itu sejuk ! Kini dia membuka mulut dan terdengarlah suaranya yang merdu menyanyikan sajak dalam kitab To-tek-kheng, kitab utama dari kaum tosu (Pemeluk Agama To) ! Amat sempurna, namun tampak tak sempurna, tampak tidak lengkap, sungguhpun kegunaannya tiada kurang Terisi penuh, namun tampaknya meluap tumpah, tampaknya kosong, sungguhpun tak pernah kehabisan Yang paling lurus, kelihatan bengkok, yang paling cerdas, kelihatan bodoh, yang paling fasih, kelihatan gagu. Api panas dapat mengatasi dingin, air sejuk dapat mengatasi panas,.Sang Budiman, murni dan tenang dapat memberkati dunia !"
  • 20. "Huah-ha-ha-ha! Anda tentulah lam-hai Seng-jin (Manusia Sakti Laut Selatan), bukan ? Sajak-sajak To-tek-kheng agaknya telah menjadi semacam cap Anda, ha- ha-ha !" kata Pat-jiu Kai-ong sambil tertawa mengejek. Tosu itu berkata , "Siancai! Pat-jiu Kai-ong bermata tajam, dapat mengenal seorang tosu miskin dan bodoh." "Ah, jangan merendah, Totiang," kata Kiam-mo Cai-li, "Siapa orangnya yang tidak tahu bahwa biarpun Anda seorang yang berpakaian tosu dan kelihatan miskin, namun memiliki sebuah istana dan menjadi majikan dari Pulau Kura-kura. Ini namanya menggunakan pakaian butut untuk menutupi pakaian indah di sebelah dalamnya." "Siancai! Pujian kosong...!" Tosu itu berkata dan mukanya menjadimerah. Tee-tok Siangkoan Houw mngeluarkan suara menggereng tidak sabar. "Apa apaan semua kepura-puraan yang menjemukan ini ? Pat-jiu Kai-ong dan Kiam-mo Cai-li, ketika kami berlima datang tadi, kami melihat kalian sedang memperebutkan Sin-tong dan tentu sebelas orang dusun ini kalian berdua yang membunuhnya !" "Tee-tok, urusan itu adalah urusan kami sendiri. Perlu apa kau mencampuri ?" Pat-jiu Kai- ong menjawab dengan senyumdan suara halus seperti kebiasaannya namun jelas bahwa dia merasa tak senang. "Bukan urusanku, memang ! Akan tetapi ketahuilah, kami berlima mempunyai maksud yang sama, yaitu masing- masing menghendaki agar Sin-tong menjadi muridnya. Biarpun kami saling bertentangan dan berebutan, namun kami memperebutkan Sin-tong untuk menjadi murid kami atau seorang di antara kami. Sedangkan kalian berdua, mempunyai niat buruk !" kata pula Tee-tok yang terkenal sebagai orang yang tidak pernah menyimpan perasaan dan mengeluarkannya semua tanpa tedeng aling-aling lagi melalui suaranya yang nyaring. Sin Liong mengangkat muka memandang sejenak wajah wanita itu, kemudian dia menunduk dan tidak menjawab, juga tidak bergerak, hatinya makin sakit karena dia dengan jelas dapat melihat kepalsuan di balik bujuk-rayu manis itu, apalagi kalau dia mengingat betapa wanita ini dengan tersenyum-senyum dapat begitu saja membunuh jiwa enam orang dusun yang tidak berdosa!Dia merasa ngeri dan tidak dapat menjawab.
  • 21. "Sin-tong, aku adalah ketua dari Pat-jiu Kai-pang di Pegunungan Hong-san. Sebagai seorang ketua perkumpulan pengemis, tentu saja aku kasihan sekali melihat engkau seorang anak yang hidup sebatangkara. Kau ikutlah bersamaku, Sin-tong, dan kelak kau akan menjadi raja Pengemis. Bukankah kau suka sekali menolong orang ? Orang yang paling perlu ditolong olehmu adalah golongan pengemis yang hidup sengsara, kau ikutlah dengan aku, dan Pat-jiu Kai-ong akan menjadikan engkau seorang yang paling gagah di dunia ini !" Kembali Sin-tong memandang wajah itu dan diam-diam bergidik. Orang yang dapat membunuh lima orang dusun sambil tertawa-tawa seperti kakek ini sekarang menawarkan kepadanya untuk menjadi raja pengemis ! Dia tidak menjawab juga, hanya kembali menundukkan mukanya. "Anak ajaib, anak baik, Sin-tong, dengarlah aku. Aku adalah Gin-siauw Siucai, seorang sastrawan yang mengasingkan diri dan menjadi pertapa di Beng-san. Selama hidupku aku tidak pernah melakukan perbuatan jahatdan selama puluhan tahun aku tekun menghimpun ilmu silat, ilmu sastra dan ilmu meniup suling. Aku ingin sekali mengangkat engkau sebagai muridku, Sin-tong."."Ha-ha-ha, kau turut aku saja, Sin-tong. Biarpun aku seorang yang kasar, namun hatiku lemah menghadapi anak-anak. Aku sendiri memiliki seorang anak perempuan sebaya denganmu. Biarlah kau menjadi saudaranya, kau menjadimuridku dan kau takkan kecewa menjadi murid Tee-tok. Pilihlah aku menjadi gurumu, Sin-tong." "Tidak, aku saja ! Aku Bhong Sek Bin, namaku tidak pernah kukatakan kepada siapapun dan sekarang kukatakan di depanmu, tanda bahwa aku percaya dan suka sekali kepadamu. Akulah keturunan dari Dewa Sakti Cee Thian Thai-seng, akulah yang mewarisi ilmu Kim-kauw-pang. Kau jadilah murid Thian-tok dan kelak kau akan merajai dunia kang-ouw, Sin-tong." "Lebih baik menjadi muridku. Aku Thian- he Te-it Ciang Ham, di kolong dunia nomor satu dan ketua dari Kang- jiu-pang di Secuan. Menjadi muridku berarti menjadi calon manusia terpandai di kolong langit !" "Siancai...siancai..! Kaudengarlah mereka semua itu, Sin-tong.
  • 22. Semua hendak mengajarkan ilmu silat dan memamerkan kekayaan duniawi, tidak seorangpun yang hendak mengajarkan kebatinan kepadamu. Akan tetapi pinto (aku) ingin sekali mengambil murid kepadamu, hendak pinto jadikan engkau seorang calon Guru Besar Kebatinan. Kau berbakat untuk itu, siapa tahu, kelak engkau akan memiliki kebijaksanaan besar seperti Nabi Lo-cu sendiri, dan engkau menjadi seorang nabi baru. Kau jadilah murid Lam-hai Seng-jin, Sin-tong!" Hening sejenak. Semua mata ditujukan kepada bocah yang masih duduk bersila seperti arcadan yang tidak pernah menjawab kecuali mengangkat muka sebentar memandang orang yang membujuknya. Kemudian terdengar suaranya, halus menggetar dan penuh duka. "Terima kasih kepada Cuwi Locianpwe. Akan tetapi saya tidak dapat ikut siapapun juga di antara Cuwi karena di balik semua kebaikan Cuwi terdapat kekerasan dan nafsu membunuh sesama manusia. Tidak, saya tidak akan turut siapapun, saya lebih senang tinggal disini, di tempat sunyi ini. Harap Cuwi sekalian tinggalkan saya, saya akan mengubur mayat-mayat yang patut dikasihani ini." "Wah, kepala batu ! Kalau begitu, aku akan memaksamu !" kata Tee-tok yang berwatak berangasan dan kasar. "Eh, nanti dulu ! Siapa pun tidak boleh mengganggunya !" bentak Thian-tok. "Siancai.sabar dulu semua ! Jelas bahwa bocah ajaib ini tidak mau memilih seorang diantara kita secara sukarela. Karena itu, tentu kita semua ingin merampasnya secara kekerasan. Maka harus diatur sebaik dan seadil mungkin. Kita bukan kanak-kanak, kita adalah orang-orang yang telah menghimpun banyak ilmu, maka sebaiknya kalau kita sekarang masing- masing mengeluarkan ilmu dan mengadu ilmu. Siapa yang keluar sebagai pemenang, tentu saja berhak memiliki Sin-tong," kata Lam-hai Seng-jin yang lebih sabar daripada yang lain. "Mana bisa diatur begitu ?" bantah Pat-jiu kai-ong yang khawatir kalau- kalau lima orang itu akan mengeroyok dia dan Kiam- mo Cai-li. "Lebih baik seorang lawan seorang, yang kalah masuk kotak dan yang menang harus menghadapi yang lain setelah beristirahat. Begitu baru adil !" "Tidak !" bantah Kiam- mo Cai- li, wanita yang cerdik ini dapat melihat kesempatan yang menguntungkannya kalau terjadi pertandingan bersama seperti yang diusulkan Lam-hai Seng-jin. Dalam pertempuran seperti itu, siapa cerdik tentu akan keluar sebagai pemenang. "Kalau diadakan satu lawan satu, terlalu lama. Sebaiknya kita bertujuh mengeluarkan ilmu dan saling serang tanpa memandang bulu. Dengan demikian, satu-satunya orang yang keluar sebagai pemenang, Jelas dia telah lihai daripada yang lain."
  • 23. Akhirnya Pat-jiu kai-ong kalah suara dan ketujuh orang itu telah mengeluarkan senjata masing- masing, membentuk lingaran besar dan bergerak perlahan-lahan saling lirik , siap untuk menghantam siapa yang dekat dan menangkis serangan dari manapun juga ! Benar-benar merupakan pertandingan hebat yang kacau balau dan aneh !.Sin Liong yang masih duduk bersila, memandang dengan mata terbelalak dan dia menjadi silau ketika tujuh orang itu sudah mulai menggerakkan senjata masing- masing untuk menyerang dan menangkis. Gerakan mereka demikian cepatnya sehingga bagi Sin Liong, yang kelihatan hanyalah gulungan- gulungan sinar senjata dan bayangan orang berkelebatan tanpa dapat dilihat jelas bayangan siapa. Memang hebat pertandingan ini karena dipandang sepintas lalu, seolah-olah setiap orang melawan enam orang musuh dan kadang-kadang terjadi hal yang lucu. Ketika Tee-tok menyerang Pat-jiu Kai-ong dengan siang-kiamnya, sepasang pedangnya ini membabat darikiri kanan. Pat-jiu Kai-ong terkejutkarena pada saat itu dia sedang menyerang Lam-hai Seng-jin yang di lain pihak juga sedang menyerang Gin-siauw Siuca I ! Akan tetapi terdengar suara keras ketika sepasang pedang Tee-tok itu bertemu dengan tombak di tangan Thian-he Te-it dan tongkat Thian-tok, sehingga seolah-olah dua orang ini melindungi Pat-jiu Kai-ong. Pertandingan kacau balau dan hanya Kiam-mo Cai-li yang benar-benar amat cerdiknya. Dia tidak melayani seorang tertentu, melainkan berlarian berputar- putar, selalu menghindarkan serangan lawan yang manapun juga dan dia pun tidak menyerang siapa-siapa, hanya menggerakkan pedang payungnya dan rambutnya untuk membuat kacau dan kadang-kadang juga menekan lawan apabila melihat ada seorang diantara mereka yang terdesak. Siasatnya adalah untuk merobohkan seorang demi seorang dengan jalan "mengeroyok" tanpa membantu siapa-siapa agar jumlah lawannya berkurang. Namun, mereka itu rata-rata adalah orang-orang yang memiliki kepandaian tinggi, maka tidaklah mudah dibokong oleh Kiam-mo Cai-li, bahkan lama - lama akalnya ini ketahuan dan mulailah mereka menujukan senjata kepada wanita ini sehingga mau tidak mau wanita itu terseret ke dalam pertandingan kacau-balau itu !
  • 24. Terpaksa dia mempertahankan diri dengan pedang payungnya, dan membalas serangan lawan yang paling dekat dengan kemarahan meluap-luap. Sin Liong menjadi bengong. Entah kapan datangnya, tahu-tahu dia melihat seorang laki-laki duduk ongkang-ongkang di atas cabang pohon besar yang tumbuh dekat medan pertandingan itu. Laki-laki itu memandang ke arah pertempuran dengan mata terbelalak penuh perhatian, tangan kiri memegang sehelai kain putih lebar, dan tangan kanan yang memegang sebatang alat tulis tiada hentinya mencorat-coret di atas kain putih itu, seolah-olah dia tidak sedang menonton pertandingan, melainkan sedang menonton pemandangan indah dan dilukisnya pemandangan itu ! Sin Liong yang terheran-heran itu memperhatikan. Orang laki-laki itu kurang lebih empat puluh tahun usianya, pakaiannya seperti seorang pelajar akan tetapi di bagian dada bajunya yang kuning muda itu ada lukisan seekor Naga Emas dan seekor Burung Hong Merah. Indah sekali lukisan baju itu. Wajahnya tampan dan gagah, dengan kumis dan jenggot terpelihara baik-baik, pakaiannya juga bersih dan terbuat dari sutera halus, sepatu yang dipakai kedua kakinya masih baru atau setidaknya amat terpelihara sehingga mengkilap. Rambutnya memakai kopyah sastrawan dan sepasang matanya bersinar-sinar penuh kegembiraan ketika dia mencorat-coret melukis pertandingan antara tujuh orang sakti itu. Sin Liong makin bingung. Betapa mungkin melukis tujuh orang yang sedang berkelebatan hampir tak tampak itu ? Sin Liong tidak lagi memperhatikan pertandingan, hanya memandang ke arah orang itu. Dia mendengar bentakan-bentakan nyaring dan tidak tahu bahwa tujuh orang itu telah ada yang terluka. Thian-he Te-it telah terkena hantaman tongkat Thian-tok di pahanya sehingga terasa nyeri sekali. Pat-jiu Kai-ong juga kena serempet pundaknya sehingga berdarah oleh sebatang di antara Siang-kiam di tangan Tee- tok, sedangkan Lam-hai Seng-jin dan Gin-siauw Siucai juga telah mengadu tenaga dan keduanya tergetar sampai muntahkan darah namun berkat sinkang mereka, kedua orang ini tidak sampai mengalami luka dalam yang parah. Sin Liong melihat betapa laki- laki di atas pohon itu tersenyum, menghentikan coretannya, menyimpan pensil dan menyambar jubah luar yang tadi tergantung di ranting pohon, memakainya, kemudian mengantongi gambar yang telah digulungnya dan tubuhnya melayang turun. "Tontonan tidak bagus !" Terdengar dia berseru. "Tujuh orang tua bangka gila memperlihatkan tontonan di depan seorang anak kecil benar-benar tak tahu malu sama sekali !"
  • 25. Tujuh orang itu terkejut ketika mendengar suara yang langsung menggetarkan jantung mereka itu. Mengertilah mereka bahwa yang datang ini memiliki khikang dan singkang yang amat kuat, sehingga dapat mengatur suaranya, langsung dipergunakan untuk menyerang mereka dan sama sekali tidak mempengaruhiSin- tong yang masih duduk bersila. Dengan hati tegang mereka lalu meloncat mundur dan masing-masing.melintangkan senjata di depan dada, memandang ke arah laki-laki gagah yang baru muncul itu. Namun, tidak ada seorangpun di antara mereka yang mengenalnya, maka ketujuh orang itu menjadi marah sekali.