SlideShare a Scribd company logo
1 of 21
Download to read offline
8



                                  BAB II


                        TINJAUAN PUSTAKA


A. Strategi Pembelajaran

       Secara bahasa, strategi bisa diartikan sebagai ’siasat’, ’kiat’, ’trik’, atau

’cara’ (Fathurrohman dan Sutikno, 2007). Sedangkan secara umum, strategi

mempunyai pengertian garis-garis besar haluan untuk bertindak dalam usaha

mencapai tujuan yang telah ditentukan (Djamarah, 2006; Fathurrohman dan

Sutikno, 2007). Strategi merupakan usaha untuk memperoleh kesuksesan dan

keberhasilan dalam mencapai tujuan. Dalam dunia pendidikan strategi dapat

diartikan sebagai a plan, method, or series of activities designed to achieves a

particular educational goal (David dalam Depdiknas, 2008).

       Adapun strategi belajar mengajar dapat diartikan sebagai pola umum

kegiatan guru murid dalam perwujudan kegiatan belajar mengajar untuk

mencapai tujuan yang telah digariskan (Djamarah, 2006; Fathurrohman dan

Sutikno, 2007). Atau dengan kata lain, strategi belajar mengajar merupakan

sejumlah langkah yang direkayasa sedemikian rupa untuk mencapai tujuan

pengajaran tertentu (Fathurrohman dan Sutikno, 2007). Menurut Depdiknas

(2008), strategi pembelajaran merupakan rencana tindakan (rangkaian kegiatan)

termasuk penggunaan metode dan pemanfaatan berbagai sumber daya atau

kekuatan dalam pembelajaran yang disusun untuk mencapai tujuan tertentu.

Dalam hal ini adalah tujuan pembelajaran. Dilain pihak Dick & Carey (1985)
                                                                                   8
9



menyatakan bahwa strategi pembelajaran adalah suatu set materi dan prosedur

pembelajaran yang digunakan secara bersama-sama untuk menimbulkan hasil

belajar pada siswa (Depdiknas, 2008). Strategi pembelajaran (belajar-mengajar)

merupakan cara dan urutan yang ditempuh seorang guru dalam mengajar agar

berhasil atau tujuan pembelajaran tercapai (Arifin, dkk. 2000).

       Arti penting strategi pembelajaran adalah kunci peningkatan jaminan

kualitas pembelajaran. Strategi pembelajaran aktif merupakan satu alternatif

yang memungkinkan untuk melakukan kontekstualisasi guna menciptakan

partisipasi aktif peserta didik dalam proses pembelajaran, yang pada gilirannya

mendorong kemudahan peningkatan jaminan kualitas guru (Munthe, 2009).

       Untuk melaksanakan tugas secara profesional, guru memerlukan

wawasan yang mantap tentang kemungkinan-kemungkinan strategi belajar

mengajar yang sesuai dengan tujuan belajar yang telah dirumuskan. Menurut

Mansyur (Djamarah, 2006; Fathurrohman dan Sutikno, 2007), batasan belajar

mengajar yang bersifat umum mempunyai empat dasar strategi, yakni:

a. Mengidentifikasi serta menetapkan tingkah laku dan kepribadian anak

    didik sebagaimana yang diharapkan sesuai tuntutan dan perubahan zaman.

b. Mempertimbangkan dan memilah sistem belajar mengajar yang tepat untuk

    mencapai sasaran yang akurat.

c. Memilih dan menetapkan prosedur, metode dan teknik belajar mengajar

    yang dianggap paling tepat dan efektif sehingga dapat dijadikan pegangan

    guru dalam menunaikan kegiatan mengajar.
10



d. Menetapkan norma-norma dan batas minimal keberhasilan atau kriteria

    serta standar keberhasilan sehingga dapat dijadikan pedoman oleh guru

    dalam melakukan evaluasi hasil kegiatan belajar mengajar.

       Strategi/metode/teknik pembelajaran mutlak harus sesuai, serasi, dan

selaras dengan materi/bahan ajar dan kompetensi yang ingin dicapai guru dan

murid seperti ditunjukkan pada Gambar 2.1. Strategi pembelajaran adalah alat

atau media, bukan tujuan pembelajaran (Munthe, 2009)

                                  MATERI




             EVALUASI          Pembelajaran         KOMPETENSI




                                 STRATEGI


Gambar 2.1 Hubungan Strategi Pembelajaran dengan Materi, Kompetensi, dan
           Evaluasi Pembelajaran


           Strategi   pembelajaran    dikatakan   tepat   jika   sesuai   dengan

kecenderungan kompetensi sebagai totalitas hasil belajar yang akan

dikembangkan, yakni apakah lebih bersifat kognitif, afektif, atau psikomotorik.

       Tingkat berpikir yang berbeda membutuhkan strategi pembelajaran yang

tepat (seperti yang dpat dilihat pada Tabel 2.1). Pengembangan berpikir

(kognitif, afektif, atau psikomotorik) ini menjadi tujuan pembelajaran dari mata
11



pelajaran tertentu. Pengembangan hasil belajar ini dapat dikelompokkan ke

dalam ranah atau domain kognisi. Benyamin Bloom menjelaskan bahwa

domain kognisi (cognitive) terdiri atas 6 tingkatan, mulai dari yang sederhana

sampai yang sangat kompleks, yaitu knowledge (pengetahuan), comprehension

(pemahaman), aplication (penerapan), analysis (analisis), synthesis (sintesis),

dan evaluation (penilaian).

       Jika studi sosial memiliki nilai-nilai seperti kepribadian, yang menjadi

tujuan pembelajaran, maka ia dimasukkan ke dalam kelompok domain afeksi

(affective). David R. Krathwohl (dalam Munthe, 2009) menjelaskan bahwa

domain afeksi atau affective terdiri atas 5 level. Tingkat domain itu dimulai dari

yang sederhana sampai yang sangat kompleks, yaitu receiving, responding,

valuing, organization, dan characterization. Kemampuan tingkat yang lebih

tinggi akan sekaligus memenuhi kemampuan di bawahnya.

       Demikian halnya dengan domain psikomotorik (psychomotor) yang

mengembangkan kemampuan motorik, mulai dari yang sederhana sampai yang

sangat kompleks.. Jika sebuah kompetensi mengandung pengembangan totalitas

hasil belajar yang meliputi berbagai domain, maka ia juga membutuhkan

berbagai strategi pembelajaran yang tepat.
12



  Tabel 2.1 Kesesuaian Ranah dan Tingkat Hasil Belajar dengan Strategi
           Pembelajaran (Munthe, 2009)
  Domain               Level                         Methode or Strategy
              1. Knowledge          •   Lecture, programmed instruction, drill and practice

              2. Comrehension       •   Lecture, modularized intruction, programmed
                                        intruction
              3. Application        •   Discussion, simulation and games, CAI, modularized,
                                        instruction, field experience, laboratory
Cognitive     4. Analysis           •   Discussion, independent/group project, simulation,
                                        field experience, role playing, laboratory
              5. Synthesis          •   Independent/group project, field experience, role
                                        playing, laboratory

              6. Evaluation         •   Independent/group project, field experience,
                                        laboratory
                                    •    Lecture, discussion, modularized intruction, field
              1.   Receiving
                                         experience
                                    •    Discussion, simulation, modularized intruction,
              2.   Responding
                                         role playing, field experience
Affective                           •    Discussion, independent/group project, simulation,
              3.   Valuing
                                         role playing, field experience
                                    •    Discussion, independent/group project, field
              4.   Organization          experience

                                    •    Independent project, field experience.
              5. Characterization
              1. Perception         •    Demonstration (lecture), drill and practice

              2. Set                •    Demonstration (lecture), drill and practice

              3. Guided             •    Peer (teaching), games, role playing, field
                   Response              experience, drill and practice

Psychomotor                         •    Games, role playing, field experience, drill and
              4. Mechanism               practice

              5. Complex Overt      •    Games, field experience
                   Response
              6.   Adaptation       •    Independent project, games, field experience

                                    •    Independent project, games, field experience
              7. Origination
13



         Strategi pembelajaran yang disusun juga harus sesuai dengan

 pendekatan yang akan digunakan. Pendekatan pembelajaran dalam pendidikan

 diciptakan orang berorientasi pada aspek hasil belajar yang diharapkan dapat

 dimiliki seseorang setelah melaksanakan pembelajaran. Beberapa pendekatan

 pembelajaran di antaranya adalah pendekatan konsep dari J. Bruner, pendekatan

 pengorganisasian    konsep     dari   David    Ausubel,   pendekatan     tingkat

 perkembangan intelektual dari Piaget, serta pendekatan Induktif-Deduktif dari

 Hilda Taba, pendekatan pemecahan masalah (Problem Solving Approach), dan

 pendekatan Sains, Teknologi dan Masyarakat yang berorientasi pada paham

 bahwa belajar pada dasarnya adalah pengembangan intelektual (Arifin, 2003).




B. Representasi Kimia


     Representasi adalah perbuatan mewakili, keadaan mewakili, perwakilan

(KBBI, 2002). Menurut Johnstone dalam Chittleborough (2004), konsep kimia

pada umumnya dapat direpresentasikan pada tiga level yang berbeda, yaitu:


1. Level makroskopik: riil dan dapat dilihat, seperti fenomena kimia yang terjadi

   dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam laboratorium yang dapat diamati

   langsung.


2. Level sub-mikroskopik: berdasarkan observasi riil tetapi masih memerlukan

   teori untuk menjelaskan apa yang terjadi pada level molekuler dan
14



   menggunakan representasi model teoritis, seperti partikel sub-mikroskopik

   yang tidak dapat dilihat secara langsung.


3. Level simbolik: representasi dari suatu kenyataan, seperti representasi simbol

   dari atom, molekul, dan senyawa, baik dalam bentuk gambar, aljabar, maupun

   bentuk-bentuk hasil pengolahan komputer.


         Ketiga level representasi kimia ini saling berhubungan dan berkontribusi

dalam pembentukan makna dan pemahaman siswa terhadap kimia. Berdasarkan

hal tersebut, representasi kimia bisa digambarkan seperti Gambar 2.2.


                                           Makroskopik
                                      Riil yang dapat diindera




               Sub-Mikroskopik                                    Simbolik
              Riil dan Representasi                              Representasi
                dari teori model

                       Gambar 2.2. Representasi Ilmu Kimia

          Beberapa literatur menunjukkan bahwa dua aspek dari representasi

   kimia adalah penyebab kesulitan dalam belajar kimia. Pertama, khususnya

   simbolik dan molekuler (sub-mikroskopik) adalah abstrak dan tidak dapat

   dimengerti oleh intuisi (Ben-Zvi, Eylon & Silberstein dalam Wu, 2000).

   Kedua, kemampuan siswa untuk memvisualisasikan representasi. Hal ini

   dihubungkan dengan pemahaman mereka mengenai suatu konsep (Keig &
15



   Rubba dalam Wu, 2000). Contohnya adalah mengubah rumus kimia dari air

   (H2O) menjadi rumus sturukturnya.



C. Intertekstualitas Ilmu Kimia

       Fenomena kimia yang dapat diamati secara makroskopik biasanya

dijelaskan dengan level sub-mikroskopik dan simbolik dari representasi kimia.

Akibatnya, kemampuan siswa untuk memahami masing-masing level representasi

kimia dan kemampuan untuk mentransfer dari satu level ke level yang lain adalah

aspek yang penting untuk dapat mengerti dan menyimpulkan suatu penjelasan.

Penggunaan secara simultan dari representasi kimia (level makroskopik, sub-

mikroskopik, dan simbolik) terbukti telah mengurangi konsep alternatif

(miskonsepsi) siswa dalam pengajaran dan pembelajaran konsep kimia (Russell et

al. dalam Treagust et al., 2003).

       Hubungan intertekstualitas kimia merupakan pertautan antara representasi

kimia, pengalaman kehidupan sehari-hari dan kejadian-kejadian di kelas yang

dilakukan siswa selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Dengan menerapkan

hubungan intertekstualitas kimia, diharapkan siswa dapat memahami konsep-

konsep kimia secara lebih utuh. Pemahaman konsep-konsep kimia tersebut dapat

dibangun pada suatu rangkaian yang saling berhubungan dari konsep yang telah

dipegang siswa. Hal tersebut sejalan dengan teori belajar bermakna yang

dikemukakan oleh Ausubel. Menurut Ausubel, belajar bermakna terjadi apabila

ada suatu proses yang mengaitkan informasi baru pada konsep yang relevan yang
16



telah ada sebelumnya pada stuktur kognitif seseorang (Arifin, 2003). Jadi, dalam

belajar bermakna informasi baru diasimilasikan pada subsumer-subsumer relevan

yang telah ada dalam struktur kognitif (Dahar, 1996). Tanpa hubungan yang jelas

antara kejadian dan representasi, siswa tidak dapat mengasimilasi pengetahuan

dasar baru ke dalam kerangka konsep mereka (Russell et al. dalam Treagust et

al., 2003). Oleh karena itu, dalam pembelajaran kimia, belajar bermakna harus

berpusat pada siswa dan dihubungkan dengan kejadian-kejadian sebagaimana

disebutkan   menurut    konstruktivisme   (dalam    Budiningsih,   2005)    yang

beranggapan bahwa pengetahuan bukanlah kumpulan fakta dari suatu kenyataan

yang sedang dipelajari, melainkan sebagai konstruksi kognitif seseorang terhadap

objek, pengalaman, maupun lingkungnnya. Pengetahuan bukanlah sesuatu yang

sudah ada dan tersedia dan sementara orang lain tinggal menerimanya.

Pengetahuan adalah sebagai suatu pembentukan yang terus menerus oleh

seseorang yang setiap saat mengalami reorganisasi karena adanya pemahaman-

pemahaman baru. Karli (dalam Adisusilo) menyatakan konstruktivisme adalah

salah satu pandangan tentang proses pembelajaran yang menyatakan bahwa dalam

proses belajar (perolehan pengetahuan) diawali dengan terjadinya konflik kognitif

yang hanya dapat diatasi melalui pengetahuan diri dan pada akhir proses belajar

pengetahuan akan dibangun oleh anak melalui pengalamannya dari hasil interkasi

dengan lingkungannya. Pendekatan konstruktivisme menghendakai siswa harus

membangun pengetahuan di dalam benaknya sendiri. Guru dapat membantu

proses ini dengan cara mengajar yang membuat informasi lebih bermakna dengan
17



memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan atau menerapkan

sendiri ide-ide mereka. Guru dapat memberi siswa tangga yang dapat membantu

siswa mencapai tingkat pemahaman yang lebih tinggi, namun harus diupayakan

agar siswa sendiri yang memanjat tangga tersebut. Artinya guru hanya berperan

sebagai fasilitator siswa dalam memperoleh pengetahuan. Pengetahuan yang akan

dimiliki siswa bermula dari keaktifan siswa untuk mencari dan menemukan.

Pengetahuan tidak akan diperoleh dari siswa yang pasif. Untuk membangun suatu

pengetahuan baru, siswa akan menyesuaikan suatu pengetahuan baru dengan

pengetahuan lama yang telah dimilikinya melalaui berinterksi sosial dengan siswa

yang lain.

       Kedekatan teori belajar bermakna Ausubel dengan konstruktivisme adalah

keduanya menekankan pentingnya mengasosiasikan pengalaman, fenomena, dan

fakta-fakta baru kedalam sistem pengertian yang telah dimiliki, keduanya

menekankan pentingnya asimilasi pengalaman baru ke dalam konsep atau

pengertian yang sudah dimiliki siswa, dan keduanya mengasumsikan adanya

keaktifan siswa dalam belajar.



D. Deskripsi Materi Interaksi antar Partikel

       Interaksi antar partikel adalah interaksi yang melibatkan atom, ion, dan

molekul. Interaksi antar partikel terdiri dari ikatan logam (interaksi yang terjadi

antara atom dengan atom), gaya ion-ion (interaksi yang terjadi antara ion yang

satu dengan ion yang lain), gaya antar molekul (interaksi antara molekul yang
18



satu dengan molekul yang lain), dan gaya ion dengan molekul. Yang menjadi

fokus penelitian ini adalah gaya ion-ion, gaya van der Waals (gaya dipol-dipol,

gaya dipol-dipol terimbas, gaya dispersi London), ikatan hidrogen, dan gaya ion

dengan molekul.

   a. Gaya Ion-Ion

          Gaya ion-ion terjadi karena adanya bakutarik elektrostatik di antara

       ion-ion yang berlawanan muatan. Ion positif dan ion negatif terbentuk

       karena adanya serah terima elektron. Gaya ini terdapat pada senyawa ion.

       Contohnya garam natrium fluoride, NaF. Selain pada satu jenis senyawa

       ion, gaya ion-ion juga terdapat pada campuran lelehan garam. Misalnya

       pada pembuatan logam aluminium, yaitu pada tahap reduksi aluminium

       oksida yang dilakukan melalui elektrolisis menurut proses Hall-Heroult.

       Aluminium oksida mempunyai titik leleh yang sangat tinggi, yaitu lebih

       dari 2000°C. Oleh karena itu, elektrolisis lelehan aluminium oksida

       dilarutkan dalam lelehan kriolit (Na3AlF6) dalam bejana dari baja berlapis

       grafit yang sekaligus berfungsi sebagai katode. Dengan cara itu,

       elektrolisis dapat dilangsungkan pada suhu 950°C.

          .

   b. Gaya antar Molekul

          Gaya yang terjadi antara satu molekul dengan molekul yang lain

       disebut dengan interaksi antar molekul (intermolecular forces) atau gaya

       antar molekul. Gaya ini yang menyebabkan suatu gas dapat mencair dan
19



membeku. Gaya atau ikatan antar molekul sangat berbeda dengan ikatan

di dalam suatu molekul (intramolecular forces), yaitu ikatan kovalen.

Ikatan antar molekul terjadi karena adanya antaraksi antara molekul

sebagai hasil dari muatan parsial. Ada beberapa jenis gaya antar molekul,

yaitu: ikatan hidrogen dan gaya van der Waals (gaya dipol-dipol, gaya

dipol-dipol terimbas, dan dispersi London). Ikatan hidrogen termasuk ke

dalam antaraksi dipol-dipol yang istimewa. Oleh karena itu, ikatan

hidrogen akan dibahas secara terpisah dari gaya dipol-dipol.


1. Ikatan Hidrogen

   Bukti awal adanya ikatan hidrogen berasal dari kajian mengenai titik

   didih senyawa. Biasanya, titik didih sederet senyawa yang serupa yang

   mengandung unsur-unsur dalam golongan yang sama meningkat

   dengan meningkatnya massa molekul. Tetapi senyawa hidrogen unsur-

   unsur golongan 5A, 6A, dan 7A tidak mengikuti kecenderungan ini.

   Dalam setiap deret ini, senyawa yang paling ringan (NH3, H2O, dan

   HF) memiliki titik didih tertinggi, bertentangan dengan dugaan yang

   didasarkan pada massa molekul seperti ditunjukkan pada Gambar 2.3.

   Alasannya adalah adanya ikatan hidrogen yang meluas antara

   molekul-molekul dalam senyawa tersebut.
20




      Gambar 2.3 Kurva Titik didih Senyawa-senyawa Hidrogen.
Terlihat bahwa titik didih senyawa yang terbentuk oleh unsur periode
  kedua (N, O, F) menyimpang dari senyawa unsur segolongannya.


       Ikatan hidrogen terbentuk bila atom hidrogen     terikat pada

atom elektronegatif seperti fluorin, oksigen, atau nitrogen. Secara

umum, ikatan hidrogen dapat digambarkan sebagai berikut:



Keterangan:    A dan B adalah N, O, atau F
               ... adalah ikatan hydrogen
               : adalah pasangan elektron bebas
               - adalah ikatan antara atom


       Fakta bahwa beberapa senyawa organik dengan gugus hidroksi

–OH atau gugus amino –NH2 relatif lebih larut dalam air dibandingkan

dengan pelarut anorganik lain disebabkan karena pembentukan ikatan

hidrogen dengan molekul air. Dimerisasi asam karboksilat seperti

asama asetat CH3COOH        juga merupakan contoh adanya ikatan

hidrogen seperti ditunjukkan pada Gambar 2.4.
21




             Gambar 2.4 Ikatan Hidrogen pada Dimerisasi Asam
                            Karboksilat
(Takeuchi, 2006)

2. Gaya van der Waals

       Gaya    dorong    pembentukan     ikatan   hidrogen    adalah

distribusi muatan yang tak seragam dalam molekul, atau polaritas

molekul (dipol permanen). Polaritas molekul adalah sebab agregasi

molekul menjadi cair atau padat. Namun, molekul non polar semacam

metana CH4, hidrogen H2 atau helium He dapat juga dicairkan, dan

pada suhu yang sangat rendah, mungkin juga dipadatkan. Hal ini

berarti bahwa ada gaya agreagasi antar molekul dan atom ini. Gaya

semacam ini disebut dengan gaya van der Waals.

       Ikatan hidrogen yang diuraikan di atas adalah salah satu

jenis gaya antar molekul, yaitu gaya tarik dipol-dipol istimewa. Gaya

antar molekul yang lain adalah gaya van der Waals yang terdiri dari

gaya tarik dipol-dipol, gaya tarik dipol-dipol terimbas dan gaya

dispersi London.
22



a. Gaya Dipol-Dipol

          Saat molekul-molekul yang memiliki dipol berdekatan satu

   sama lain, ujung positif satu molekul akan tertarik ke ujung negatif

   molekul lainnya. Gaya tarik yang terjadi tersebut dinamakan gaya tarik

   dipol-dipol (Gambar 2.5). Gaya dipol baru efektif jika molekul-

   molekul polar sangat berdekatan.




       Gambar 2.5 Gaya Dipol-dipol pada Padatan (a) dan Cairan (b)

          Jika dibandingkan senyawa-senyawa polar dengan massa

   molekul dan ukuran yang hampir sama, semakin besar momen

   dipolnya, semakin polar molekulnya dan semakin besar pula gaya

   dipol-dipolnya. Semakin besar momen dipolnya, semakin tinggi pula

   titik didihnya (Sumarna, 2006). Ikatan Kovalen terjadi karena adanya

   penggunaan bersama pasangan elektron oleh atom-atom yang

   berikatan. Contohnya HCl yang merupakan molekul polar.

          Pasangan elektron ikatan pada molekul HCl, lebih tertarik ke

   arah atom Cl yang lebih elektronegatif dibandingkan dengan atom H

   sehingga terjadi pengkutuban muatan yang dinamakan dipol.
23



b. Gaya Tarik Dipol-Dipol Terimbas

   Jika molekul polar ditempatkan di dekat suatu atom atau molekul

   nonpolar, distribusi elektron pada atom atau molekul nonpolar itu

   akan terganggu dengan gaya yang dilakukan oleh molekul polar

   tersebut. Akibatnya, atom atau molekul nonpolar tersebut mempunyai

   dipol. Dipol yang dihasilkan dalam atom atau molekul nonpolar itu

   disebut dipol terinduksi (induced dipole) sebab pemisahan muatan

   positif dan negatif dalam atom atau molekul nonpolar itu disebabkan

   terinduksi oleh suatu molekul polar. Interaksi tarik-menarik antara

   molekul polar dan dipol terinduksi disebut interaksi dipol-dipol

   terinduksi (terimbas). Contohnya adalah gas oksigen yang terlarut

   dalam air seperti ditunjukkan oleh Gambar 2.6. Gas Oksigen (O2)

   adalah molekul nonpolar yang akan terimbas oleh adanya molekul air

   (H2O) yang polar.




     Gambar 2.6 Ikan Hidup dalam Air Menunjukkan Adanya Oksigen
                               dalam Air
24



c. Gaya Dispersi London

          Kebolehpolaran (polarizability) berperan penting dalam gaya

   antar molekul. Kebolehpolaran adalah kemudahan terganggunya

   distribusi elektron dalam suatu atom atau molekul nonpolar.

   Kebolehpolaran memungkinkan gas-gas yang mengandung atom atau

   molekul nonpolar (misalnya O2) diperoleh dalam bentuk cairnya,

   seperti ditunjukkan pada Gambar 2.7.




                   Gambar 2.7 Oksigen Cair pada Suhu 90,20 K

          Dalam molekul oksigen, elektron-elektron bergerak pada jarak

   tertentu dari inti. Pada saat tertentu mungkin saja molekul itu memiliki

   momen dipol yang dihasilkan oleh letak tertentu elektron-elektron

   tersebut. Momen dipol ini disebut dipol sesaat karena dipol ini hanya

   berlangsung selama sepersekian detik yang sangat singkat. Pada saat

   berikutnya elektron-elektron itu berada pada tempat yang berbeda dan

   molekul itu memiliki dipol sesaat yang baru, dan seterusnya. Tetapi,

   jika dirata-ratakan terhadap waktu (yaitu, waktu yang diperlukan untuk

   melakukan pengukuran momen dipol), molekul tersebut tidak
25



memiliki   momen      dipol   karena    dipol-dipol   sesaat   saling

menghilangkan satu sama lain. Dalam kumpulan molekul oksigen,

dipol sesaat satu molekul oksigen dapat menginduksi dipol pada setiap

molekul oksigen tetangga terdekatnya. Pada saat berikutnya, dipol

sesaat yang berbeda dapat menciptakan dipol-dipol sementara pada

molekul-molekul oksigen di sekitarnya. Hal penting di sini adalah

bahwa interaksi semacam ini menghasilkan tarik-menarik antara

molekul-molekul oksigen. Tafsiran mekanika kuantum terhadap dipol-

dipol sesaat ini dikemukakan pada tahun 1930 oleh Fritz London,

seorang fisikawan Jerman. London menunjukkan bahwa besarnya

tarik-menarik ini berbanding lurus dengan kebolehpolaran atom atau

molekul. Seperti yang kita harapkan, gaya tarik-menarik yang timbul

sebagai hasil dipol-dipol yang terinduksi sementara dalam atom atau

molekul, yang disebut gaya dispersi (dispersion force), mungkin

cukup lemah. Hal ini terbukti pada oksigen yang memiliki titik didih

hanya 90,20 K.

       Gaya dispersi biasanya meningkat dengan meningkatnya massa

molekul relatif karena molekul-molekul dengan massa molekul relatif

yang lebih besar berarti bahwa atom yang lebih besar distribusi

elektronnya lebih mudah diganggu karena elektron-elektronnya kurang

terikat pada inti (Chang, 2005). Selain itu, kekuatan gaya dispersi

London juga dipengaruhi oleh struktur molekulnya. Semakin banyak
26



cabangnya, maka gaya dispersinya semakin lemah. Misalnya molekul-

molekul hidrokarbon n-propana C3H8, dan n-heksana C6H14, yang

strukturnya ditunjukkan pada Gambar 2.9:

                                     H       H       H

                             H       C       C       C       H

                                     H       H       H
                                     n-Propana

                         H       H       H       H       H       H

                    H    C       C       C       C       C       C   H

                         H       H       H       H       H       H
                                n-Heksana
           Gambar 2.8 Struktur n-Propana dan n-Heksana

Setiap molekul-molekul tersebut secara keseluruhan bersifat nonpolar.

Dalam cairannya masing-masing, molekul-molekulnya akan saling

tarik-menarik dengan gaya London. Tetapi gaya tarik yang mengikat

molekul-molekul heksana dalam cairannya lebih kuat daripada yang

mengikat molekul-molekul propana dalam cairannya. Hal tersebut

terbukti dengan nilai titik didih heksana (68,7°C) yang lebih besar

daripada nilai titik didih propana (-42,1°C). Alasannya beranjak dari

sejumlah tempat sepanjang rantai yang dapat tertarik oleh molekul-

molekul lain yang mengelilinginya. Heksana mempunyai rantai lebih

panjang dibandingkan propana, oleh karena itu, gaya tarik antara

molekul heksana dengan molekul heksana yang lain akan lebih terasa

oleh sekitarnya (Brady, 1999).
27



c. Gaya Ion dengan Molekul

          Gaya ion dengan suatu molekul terdiri dari gaya ion-dipol

   (gaya yang terjadi antara ion dengan molekul polar) dan gaya ion-

   dipol terimbas (gaya yang terjadi antara ion dengan molekul

   nonpolar).


   1. Gaya Ion-Dipol

      Ketika ion dekat dengan molekul polar (dipol) keduanya akan

      berinteraksi satu sama lain, maka dihasilkan gaya ion-dipol.

      Contoh terpenting yang dapat diambil adalah ketika senyawa ionik

      dilarutkan di dalam air. Ion-ion akan terpisah karena antaraksi

      antara ion dan ujung muatan yang berlawanan dari molekul air

      dapat mengatasi antaraksi antara ion-ion itu sendiri. Salah satu

      contoh senyawa ion tersebut adalah garam NaCl. Ketika garam

      NaCl dilarutkan ke dalam air, ion-ion Na+ dan Cl- dikelilingi oleh

      molekul air (Gambar 2.8).




        Gambar 2.9 Gaya ion-dipol A. ion Na+ dengan Molekul Air, dan
                       B. Ion Cl- dengan Molekul Air
28



2. Gaya Ion-Dipol Terimbas

   Jika ion ditempatkan di dekat suatu atom atau molekul nonpolar,

   distribusi elektron pada atom atau molekul nonpolar itu akan

   terganggu dengan gaya yang dilakukan oleh ion tersebut. Dipol

   yang dihasilkan dalam atom atau molekul nonpolar itu disebut

   dipol terimbas, sebab pemisahan muatan positif dan negatif dalam

   atom atau molekul nonpolar itu disebabkan terimbas oleh suatu

   ion. Interaksi tarik-menarik antara ion dan dipol terimbas disebut

   interaksi ion-dipol terimbas. Gaya ini berperan penting dalam

   biologi yaitu pada inisiasi pengikatan ion Fe2+ yang terdapat pada

   hemoglobin dengan molekul oksigen yang terdapat di dalam

   aliran darah. Gaya ini juga berperan dalam melarutkan garam di

   dalam pelarut yang sedikit polar seperti LiCl di dalam etanol

   (Silberberg, 2007).

More Related Content

What's hot

Jenis jenis strategi pembelajaran
Jenis jenis strategi pembelajaranJenis jenis strategi pembelajaran
Jenis jenis strategi pembelajaran
Thuu Wien Ewie
 
ppt Model pembelajaran
ppt Model pembelajaranppt Model pembelajaran
ppt Model pembelajaran
rizka_pratiwi
 
Ppt pendekatan pembelajaran
Ppt pendekatan pembelajaranPpt pendekatan pembelajaran
Ppt pendekatan pembelajaran
rizka_pratiwi
 
4 model pengajaran
4 model pengajaran4 model pengajaran
4 model pengajaran
Kamal Khalid
 
Bmm3171 konsep strategi, pendekatan, kaedah dan teknik
Bmm3171   konsep strategi, pendekatan, kaedah dan teknikBmm3171   konsep strategi, pendekatan, kaedah dan teknik
Bmm3171 konsep strategi, pendekatan, kaedah dan teknik
Permata_An-Nur
 
Pembelajaran secara kontekstual
Pembelajaran secara kontekstualPembelajaran secara kontekstual
Pembelajaran secara kontekstual
zabidah awang
 
Model model pembelajaran terbaru
Model model pembelajaran terbaruModel model pembelajaran terbaru
Model model pembelajaran terbaru
Key Anech
 
Pendekatan deduktif
Pendekatan deduktifPendekatan deduktif
Pendekatan deduktif
Skyra Nsmn
 

What's hot (20)

Peta konsep
Peta konsepPeta konsep
Peta konsep
 
Model-Model Pembelajaran dalam Strategi dan Metode Pembelajaran.
Model-Model Pembelajaran dalam Strategi dan Metode Pembelajaran.Model-Model Pembelajaran dalam Strategi dan Metode Pembelajaran.
Model-Model Pembelajaran dalam Strategi dan Metode Pembelajaran.
 
Jenis jenis strategi pembelajaran
Jenis jenis strategi pembelajaranJenis jenis strategi pembelajaran
Jenis jenis strategi pembelajaran
 
Ppt model pembelajaran
Ppt model pembelajaranPpt model pembelajaran
Ppt model pembelajaran
 
Pendekatan inkuiri penemuan
Pendekatan inkuiri penemuanPendekatan inkuiri penemuan
Pendekatan inkuiri penemuan
 
Model-model Pembelajaran
Model-model PembelajaranModel-model Pembelajaran
Model-model Pembelajaran
 
Metode dan teknik pembelajaran
Metode dan teknik pembelajaranMetode dan teknik pembelajaran
Metode dan teknik pembelajaran
 
ppt Model pembelajaran
ppt Model pembelajaranppt Model pembelajaran
ppt Model pembelajaran
 
Definisi model, metode, pendekatan dan strategi pembelajaran
Definisi model, metode, pendekatan dan strategi pembelajaranDefinisi model, metode, pendekatan dan strategi pembelajaran
Definisi model, metode, pendekatan dan strategi pembelajaran
 
65 model pembelajaran dan 15 metode pembelajaran
65 model pembelajaran dan 15 metode pembelajaran65 model pembelajaran dan 15 metode pembelajaran
65 model pembelajaran dan 15 metode pembelajaran
 
Ppt pendekatan pembelajaran
Ppt pendekatan pembelajaranPpt pendekatan pembelajaran
Ppt pendekatan pembelajaran
 
4 model pengajaran
4 model pengajaran4 model pengajaran
4 model pengajaran
 
Bmm3171 konsep strategi, pendekatan, kaedah dan teknik
Bmm3171   konsep strategi, pendekatan, kaedah dan teknikBmm3171   konsep strategi, pendekatan, kaedah dan teknik
Bmm3171 konsep strategi, pendekatan, kaedah dan teknik
 
Pembelajaran secara kontekstual
Pembelajaran secara kontekstualPembelajaran secara kontekstual
Pembelajaran secara kontekstual
 
59 model pembelajaran dan 15 metode pembelajaran
59 model pembelajaran dan 15 metode pembelajaran59 model pembelajaran dan 15 metode pembelajaran
59 model pembelajaran dan 15 metode pembelajaran
 
Model model pembelajaran
Model model pembelajaranModel model pembelajaran
Model model pembelajaran
 
Model-model Pembelajaran
Model-model PembelajaranModel-model Pembelajaran
Model-model Pembelajaran
 
Model model pembelajaran terbaru
Model model pembelajaran terbaruModel model pembelajaran terbaru
Model model pembelajaran terbaru
 
Pendekatan deduktif
Pendekatan deduktifPendekatan deduktif
Pendekatan deduktif
 
Strategi pembelajaran
Strategi pembelajaran Strategi pembelajaran
Strategi pembelajaran
 

Similar to Kimia 1

Ppt tekpen septy
Ppt tekpen septyPpt tekpen septy
Ppt tekpen septy
240108
 
Ppt. Belajar dan Pembalajaran tentang Pendekatan, Strategi, Metode Dan Model ...
Ppt. Belajar dan Pembalajaran tentang Pendekatan, Strategi, Metode Dan Model ...Ppt. Belajar dan Pembalajaran tentang Pendekatan, Strategi, Metode Dan Model ...
Ppt. Belajar dan Pembalajaran tentang Pendekatan, Strategi, Metode Dan Model ...
Rina Rahmawati
 
Pp tekno uas sukma
Pp tekno uas sukmaPp tekno uas sukma
Pp tekno uas sukma
dewi1717
 
Ppt tekpen sukma
Ppt tekpen sukmaPpt tekpen sukma
Ppt tekpen sukma
240108
 
Ppt tekpen sukma
Ppt tekpen sukmaPpt tekpen sukma
Ppt tekpen sukma
maya38
 
pengertian pendekatan, metode, teknik dan model pembelajaran
pengertian pendekatan, metode, teknik dan model pembelajaranpengertian pendekatan, metode, teknik dan model pembelajaran
pengertian pendekatan, metode, teknik dan model pembelajaran
AjengIlla
 
Ppt tekno maya
Ppt tekno mayaPpt tekno maya
Ppt tekno maya
240108
 
Pp tekno maya
Pp tekno mayaPp tekno maya
Pp tekno maya
maya38
 
Ppt uas tekno verika dian
Ppt uas tekno verika dianPpt uas tekno verika dian
Ppt uas tekno verika dian
vey_riecha
 
Peta Konsep Media Pembelajaran
Peta Konsep Media PembelajaranPeta Konsep Media Pembelajaran
Peta Konsep Media Pembelajaran
gawukbalap
 
Inovasi pendidikan di sekolah
Inovasi pendidikan di sekolahInovasi pendidikan di sekolah
Inovasi pendidikan di sekolah
smkfarmasi
 
tugas akhir mata kuliah standar belajar matematika
tugas akhir mata kuliah standar belajar matematikatugas akhir mata kuliah standar belajar matematika
tugas akhir mata kuliah standar belajar matematika
dea nindria imansari
 
Pembelajaran Mastery Learning
Pembelajaran Mastery LearningPembelajaran Mastery Learning
Pembelajaran Mastery Learning
ELce PurWandarie
 

Similar to Kimia 1 (20)

Ppt tekpen septy
Ppt tekpen septyPpt tekpen septy
Ppt tekpen septy
 
Ppt. Belajar dan Pembalajaran tentang Pendekatan, Strategi, Metode Dan Model ...
Ppt. Belajar dan Pembalajaran tentang Pendekatan, Strategi, Metode Dan Model ...Ppt. Belajar dan Pembalajaran tentang Pendekatan, Strategi, Metode Dan Model ...
Ppt. Belajar dan Pembalajaran tentang Pendekatan, Strategi, Metode Dan Model ...
 
Powerpoint strategi pembelajaran
Powerpoint strategi pembelajaranPowerpoint strategi pembelajaran
Powerpoint strategi pembelajaran
 
10 ALAT BANTU (PENDEKATAN, MODEL, METODA).pptx
10 ALAT BANTU (PENDEKATAN, MODEL, METODA).pptx10 ALAT BANTU (PENDEKATAN, MODEL, METODA).pptx
10 ALAT BANTU (PENDEKATAN, MODEL, METODA).pptx
 
Pp tekno uas sukma
Pp tekno uas sukmaPp tekno uas sukma
Pp tekno uas sukma
 
Ppt tekpen sukma
Ppt tekpen sukmaPpt tekpen sukma
Ppt tekpen sukma
 
Ppt tekpen sukma
Ppt tekpen sukmaPpt tekpen sukma
Ppt tekpen sukma
 
pengertian pendekatan, metode, teknik dan model pembelajaran
pengertian pendekatan, metode, teknik dan model pembelajaranpengertian pendekatan, metode, teknik dan model pembelajaran
pengertian pendekatan, metode, teknik dan model pembelajaran
 
strategi pendekatan metode pembelajaran-pt 3.pdf
strategi pendekatan metode pembelajaran-pt 3.pdfstrategi pendekatan metode pembelajaran-pt 3.pdf
strategi pendekatan metode pembelajaran-pt 3.pdf
 
Ppt tekno maya
Ppt tekno mayaPpt tekno maya
Ppt tekno maya
 
Pp tekno maya
Pp tekno mayaPp tekno maya
Pp tekno maya
 
LUTFI KOTO : KLASIFIKASI STRATEGI PEMBELAJARAN
LUTFI KOTO : KLASIFIKASI STRATEGI PEMBELAJARANLUTFI KOTO : KLASIFIKASI STRATEGI PEMBELAJARAN
LUTFI KOTO : KLASIFIKASI STRATEGI PEMBELAJARAN
 
Strategi kognitif kel3 pak rohmat
Strategi kognitif kel3 pak rohmatStrategi kognitif kel3 pak rohmat
Strategi kognitif kel3 pak rohmat
 
Ppt uas tekno verika dian
Ppt uas tekno verika dianPpt uas tekno verika dian
Ppt uas tekno verika dian
 
Peta Konsep Media Pembelajaran
Peta Konsep Media PembelajaranPeta Konsep Media Pembelajaran
Peta Konsep Media Pembelajaran
 
Kegiatan Pembelajaran
Kegiatan PembelajaranKegiatan Pembelajaran
Kegiatan Pembelajaran
 
Inovasi pendidikan di sekolah
Inovasi pendidikan di sekolahInovasi pendidikan di sekolah
Inovasi pendidikan di sekolah
 
Tgs kurikulum individu
Tgs kurikulum individuTgs kurikulum individu
Tgs kurikulum individu
 
tugas akhir mata kuliah standar belajar matematika
tugas akhir mata kuliah standar belajar matematikatugas akhir mata kuliah standar belajar matematika
tugas akhir mata kuliah standar belajar matematika
 
Pembelajaran Mastery Learning
Pembelajaran Mastery LearningPembelajaran Mastery Learning
Pembelajaran Mastery Learning
 

Kimia 1

  • 1. 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Strategi Pembelajaran Secara bahasa, strategi bisa diartikan sebagai ’siasat’, ’kiat’, ’trik’, atau ’cara’ (Fathurrohman dan Sutikno, 2007). Sedangkan secara umum, strategi mempunyai pengertian garis-garis besar haluan untuk bertindak dalam usaha mencapai tujuan yang telah ditentukan (Djamarah, 2006; Fathurrohman dan Sutikno, 2007). Strategi merupakan usaha untuk memperoleh kesuksesan dan keberhasilan dalam mencapai tujuan. Dalam dunia pendidikan strategi dapat diartikan sebagai a plan, method, or series of activities designed to achieves a particular educational goal (David dalam Depdiknas, 2008). Adapun strategi belajar mengajar dapat diartikan sebagai pola umum kegiatan guru murid dalam perwujudan kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan yang telah digariskan (Djamarah, 2006; Fathurrohman dan Sutikno, 2007). Atau dengan kata lain, strategi belajar mengajar merupakan sejumlah langkah yang direkayasa sedemikian rupa untuk mencapai tujuan pengajaran tertentu (Fathurrohman dan Sutikno, 2007). Menurut Depdiknas (2008), strategi pembelajaran merupakan rencana tindakan (rangkaian kegiatan) termasuk penggunaan metode dan pemanfaatan berbagai sumber daya atau kekuatan dalam pembelajaran yang disusun untuk mencapai tujuan tertentu. Dalam hal ini adalah tujuan pembelajaran. Dilain pihak Dick & Carey (1985) 8
  • 2. 9 menyatakan bahwa strategi pembelajaran adalah suatu set materi dan prosedur pembelajaran yang digunakan secara bersama-sama untuk menimbulkan hasil belajar pada siswa (Depdiknas, 2008). Strategi pembelajaran (belajar-mengajar) merupakan cara dan urutan yang ditempuh seorang guru dalam mengajar agar berhasil atau tujuan pembelajaran tercapai (Arifin, dkk. 2000). Arti penting strategi pembelajaran adalah kunci peningkatan jaminan kualitas pembelajaran. Strategi pembelajaran aktif merupakan satu alternatif yang memungkinkan untuk melakukan kontekstualisasi guna menciptakan partisipasi aktif peserta didik dalam proses pembelajaran, yang pada gilirannya mendorong kemudahan peningkatan jaminan kualitas guru (Munthe, 2009). Untuk melaksanakan tugas secara profesional, guru memerlukan wawasan yang mantap tentang kemungkinan-kemungkinan strategi belajar mengajar yang sesuai dengan tujuan belajar yang telah dirumuskan. Menurut Mansyur (Djamarah, 2006; Fathurrohman dan Sutikno, 2007), batasan belajar mengajar yang bersifat umum mempunyai empat dasar strategi, yakni: a. Mengidentifikasi serta menetapkan tingkah laku dan kepribadian anak didik sebagaimana yang diharapkan sesuai tuntutan dan perubahan zaman. b. Mempertimbangkan dan memilah sistem belajar mengajar yang tepat untuk mencapai sasaran yang akurat. c. Memilih dan menetapkan prosedur, metode dan teknik belajar mengajar yang dianggap paling tepat dan efektif sehingga dapat dijadikan pegangan guru dalam menunaikan kegiatan mengajar.
  • 3. 10 d. Menetapkan norma-norma dan batas minimal keberhasilan atau kriteria serta standar keberhasilan sehingga dapat dijadikan pedoman oleh guru dalam melakukan evaluasi hasil kegiatan belajar mengajar. Strategi/metode/teknik pembelajaran mutlak harus sesuai, serasi, dan selaras dengan materi/bahan ajar dan kompetensi yang ingin dicapai guru dan murid seperti ditunjukkan pada Gambar 2.1. Strategi pembelajaran adalah alat atau media, bukan tujuan pembelajaran (Munthe, 2009) MATERI EVALUASI Pembelajaran KOMPETENSI STRATEGI Gambar 2.1 Hubungan Strategi Pembelajaran dengan Materi, Kompetensi, dan Evaluasi Pembelajaran Strategi pembelajaran dikatakan tepat jika sesuai dengan kecenderungan kompetensi sebagai totalitas hasil belajar yang akan dikembangkan, yakni apakah lebih bersifat kognitif, afektif, atau psikomotorik. Tingkat berpikir yang berbeda membutuhkan strategi pembelajaran yang tepat (seperti yang dpat dilihat pada Tabel 2.1). Pengembangan berpikir (kognitif, afektif, atau psikomotorik) ini menjadi tujuan pembelajaran dari mata
  • 4. 11 pelajaran tertentu. Pengembangan hasil belajar ini dapat dikelompokkan ke dalam ranah atau domain kognisi. Benyamin Bloom menjelaskan bahwa domain kognisi (cognitive) terdiri atas 6 tingkatan, mulai dari yang sederhana sampai yang sangat kompleks, yaitu knowledge (pengetahuan), comprehension (pemahaman), aplication (penerapan), analysis (analisis), synthesis (sintesis), dan evaluation (penilaian). Jika studi sosial memiliki nilai-nilai seperti kepribadian, yang menjadi tujuan pembelajaran, maka ia dimasukkan ke dalam kelompok domain afeksi (affective). David R. Krathwohl (dalam Munthe, 2009) menjelaskan bahwa domain afeksi atau affective terdiri atas 5 level. Tingkat domain itu dimulai dari yang sederhana sampai yang sangat kompleks, yaitu receiving, responding, valuing, organization, dan characterization. Kemampuan tingkat yang lebih tinggi akan sekaligus memenuhi kemampuan di bawahnya. Demikian halnya dengan domain psikomotorik (psychomotor) yang mengembangkan kemampuan motorik, mulai dari yang sederhana sampai yang sangat kompleks.. Jika sebuah kompetensi mengandung pengembangan totalitas hasil belajar yang meliputi berbagai domain, maka ia juga membutuhkan berbagai strategi pembelajaran yang tepat.
  • 5. 12 Tabel 2.1 Kesesuaian Ranah dan Tingkat Hasil Belajar dengan Strategi Pembelajaran (Munthe, 2009) Domain Level Methode or Strategy 1. Knowledge • Lecture, programmed instruction, drill and practice 2. Comrehension • Lecture, modularized intruction, programmed intruction 3. Application • Discussion, simulation and games, CAI, modularized, instruction, field experience, laboratory Cognitive 4. Analysis • Discussion, independent/group project, simulation, field experience, role playing, laboratory 5. Synthesis • Independent/group project, field experience, role playing, laboratory 6. Evaluation • Independent/group project, field experience, laboratory • Lecture, discussion, modularized intruction, field 1. Receiving experience • Discussion, simulation, modularized intruction, 2. Responding role playing, field experience Affective • Discussion, independent/group project, simulation, 3. Valuing role playing, field experience • Discussion, independent/group project, field 4. Organization experience • Independent project, field experience. 5. Characterization 1. Perception • Demonstration (lecture), drill and practice 2. Set • Demonstration (lecture), drill and practice 3. Guided • Peer (teaching), games, role playing, field Response experience, drill and practice Psychomotor • Games, role playing, field experience, drill and 4. Mechanism practice 5. Complex Overt • Games, field experience Response 6. Adaptation • Independent project, games, field experience • Independent project, games, field experience 7. Origination
  • 6. 13 Strategi pembelajaran yang disusun juga harus sesuai dengan pendekatan yang akan digunakan. Pendekatan pembelajaran dalam pendidikan diciptakan orang berorientasi pada aspek hasil belajar yang diharapkan dapat dimiliki seseorang setelah melaksanakan pembelajaran. Beberapa pendekatan pembelajaran di antaranya adalah pendekatan konsep dari J. Bruner, pendekatan pengorganisasian konsep dari David Ausubel, pendekatan tingkat perkembangan intelektual dari Piaget, serta pendekatan Induktif-Deduktif dari Hilda Taba, pendekatan pemecahan masalah (Problem Solving Approach), dan pendekatan Sains, Teknologi dan Masyarakat yang berorientasi pada paham bahwa belajar pada dasarnya adalah pengembangan intelektual (Arifin, 2003). B. Representasi Kimia Representasi adalah perbuatan mewakili, keadaan mewakili, perwakilan (KBBI, 2002). Menurut Johnstone dalam Chittleborough (2004), konsep kimia pada umumnya dapat direpresentasikan pada tiga level yang berbeda, yaitu: 1. Level makroskopik: riil dan dapat dilihat, seperti fenomena kimia yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam laboratorium yang dapat diamati langsung. 2. Level sub-mikroskopik: berdasarkan observasi riil tetapi masih memerlukan teori untuk menjelaskan apa yang terjadi pada level molekuler dan
  • 7. 14 menggunakan representasi model teoritis, seperti partikel sub-mikroskopik yang tidak dapat dilihat secara langsung. 3. Level simbolik: representasi dari suatu kenyataan, seperti representasi simbol dari atom, molekul, dan senyawa, baik dalam bentuk gambar, aljabar, maupun bentuk-bentuk hasil pengolahan komputer. Ketiga level representasi kimia ini saling berhubungan dan berkontribusi dalam pembentukan makna dan pemahaman siswa terhadap kimia. Berdasarkan hal tersebut, representasi kimia bisa digambarkan seperti Gambar 2.2. Makroskopik Riil yang dapat diindera Sub-Mikroskopik Simbolik Riil dan Representasi Representasi dari teori model Gambar 2.2. Representasi Ilmu Kimia Beberapa literatur menunjukkan bahwa dua aspek dari representasi kimia adalah penyebab kesulitan dalam belajar kimia. Pertama, khususnya simbolik dan molekuler (sub-mikroskopik) adalah abstrak dan tidak dapat dimengerti oleh intuisi (Ben-Zvi, Eylon & Silberstein dalam Wu, 2000). Kedua, kemampuan siswa untuk memvisualisasikan representasi. Hal ini dihubungkan dengan pemahaman mereka mengenai suatu konsep (Keig &
  • 8. 15 Rubba dalam Wu, 2000). Contohnya adalah mengubah rumus kimia dari air (H2O) menjadi rumus sturukturnya. C. Intertekstualitas Ilmu Kimia Fenomena kimia yang dapat diamati secara makroskopik biasanya dijelaskan dengan level sub-mikroskopik dan simbolik dari representasi kimia. Akibatnya, kemampuan siswa untuk memahami masing-masing level representasi kimia dan kemampuan untuk mentransfer dari satu level ke level yang lain adalah aspek yang penting untuk dapat mengerti dan menyimpulkan suatu penjelasan. Penggunaan secara simultan dari representasi kimia (level makroskopik, sub- mikroskopik, dan simbolik) terbukti telah mengurangi konsep alternatif (miskonsepsi) siswa dalam pengajaran dan pembelajaran konsep kimia (Russell et al. dalam Treagust et al., 2003). Hubungan intertekstualitas kimia merupakan pertautan antara representasi kimia, pengalaman kehidupan sehari-hari dan kejadian-kejadian di kelas yang dilakukan siswa selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Dengan menerapkan hubungan intertekstualitas kimia, diharapkan siswa dapat memahami konsep- konsep kimia secara lebih utuh. Pemahaman konsep-konsep kimia tersebut dapat dibangun pada suatu rangkaian yang saling berhubungan dari konsep yang telah dipegang siswa. Hal tersebut sejalan dengan teori belajar bermakna yang dikemukakan oleh Ausubel. Menurut Ausubel, belajar bermakna terjadi apabila ada suatu proses yang mengaitkan informasi baru pada konsep yang relevan yang
  • 9. 16 telah ada sebelumnya pada stuktur kognitif seseorang (Arifin, 2003). Jadi, dalam belajar bermakna informasi baru diasimilasikan pada subsumer-subsumer relevan yang telah ada dalam struktur kognitif (Dahar, 1996). Tanpa hubungan yang jelas antara kejadian dan representasi, siswa tidak dapat mengasimilasi pengetahuan dasar baru ke dalam kerangka konsep mereka (Russell et al. dalam Treagust et al., 2003). Oleh karena itu, dalam pembelajaran kimia, belajar bermakna harus berpusat pada siswa dan dihubungkan dengan kejadian-kejadian sebagaimana disebutkan menurut konstruktivisme (dalam Budiningsih, 2005) yang beranggapan bahwa pengetahuan bukanlah kumpulan fakta dari suatu kenyataan yang sedang dipelajari, melainkan sebagai konstruksi kognitif seseorang terhadap objek, pengalaman, maupun lingkungnnya. Pengetahuan bukanlah sesuatu yang sudah ada dan tersedia dan sementara orang lain tinggal menerimanya. Pengetahuan adalah sebagai suatu pembentukan yang terus menerus oleh seseorang yang setiap saat mengalami reorganisasi karena adanya pemahaman- pemahaman baru. Karli (dalam Adisusilo) menyatakan konstruktivisme adalah salah satu pandangan tentang proses pembelajaran yang menyatakan bahwa dalam proses belajar (perolehan pengetahuan) diawali dengan terjadinya konflik kognitif yang hanya dapat diatasi melalui pengetahuan diri dan pada akhir proses belajar pengetahuan akan dibangun oleh anak melalui pengalamannya dari hasil interkasi dengan lingkungannya. Pendekatan konstruktivisme menghendakai siswa harus membangun pengetahuan di dalam benaknya sendiri. Guru dapat membantu proses ini dengan cara mengajar yang membuat informasi lebih bermakna dengan
  • 10. 17 memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan atau menerapkan sendiri ide-ide mereka. Guru dapat memberi siswa tangga yang dapat membantu siswa mencapai tingkat pemahaman yang lebih tinggi, namun harus diupayakan agar siswa sendiri yang memanjat tangga tersebut. Artinya guru hanya berperan sebagai fasilitator siswa dalam memperoleh pengetahuan. Pengetahuan yang akan dimiliki siswa bermula dari keaktifan siswa untuk mencari dan menemukan. Pengetahuan tidak akan diperoleh dari siswa yang pasif. Untuk membangun suatu pengetahuan baru, siswa akan menyesuaikan suatu pengetahuan baru dengan pengetahuan lama yang telah dimilikinya melalaui berinterksi sosial dengan siswa yang lain. Kedekatan teori belajar bermakna Ausubel dengan konstruktivisme adalah keduanya menekankan pentingnya mengasosiasikan pengalaman, fenomena, dan fakta-fakta baru kedalam sistem pengertian yang telah dimiliki, keduanya menekankan pentingnya asimilasi pengalaman baru ke dalam konsep atau pengertian yang sudah dimiliki siswa, dan keduanya mengasumsikan adanya keaktifan siswa dalam belajar. D. Deskripsi Materi Interaksi antar Partikel Interaksi antar partikel adalah interaksi yang melibatkan atom, ion, dan molekul. Interaksi antar partikel terdiri dari ikatan logam (interaksi yang terjadi antara atom dengan atom), gaya ion-ion (interaksi yang terjadi antara ion yang satu dengan ion yang lain), gaya antar molekul (interaksi antara molekul yang
  • 11. 18 satu dengan molekul yang lain), dan gaya ion dengan molekul. Yang menjadi fokus penelitian ini adalah gaya ion-ion, gaya van der Waals (gaya dipol-dipol, gaya dipol-dipol terimbas, gaya dispersi London), ikatan hidrogen, dan gaya ion dengan molekul. a. Gaya Ion-Ion Gaya ion-ion terjadi karena adanya bakutarik elektrostatik di antara ion-ion yang berlawanan muatan. Ion positif dan ion negatif terbentuk karena adanya serah terima elektron. Gaya ini terdapat pada senyawa ion. Contohnya garam natrium fluoride, NaF. Selain pada satu jenis senyawa ion, gaya ion-ion juga terdapat pada campuran lelehan garam. Misalnya pada pembuatan logam aluminium, yaitu pada tahap reduksi aluminium oksida yang dilakukan melalui elektrolisis menurut proses Hall-Heroult. Aluminium oksida mempunyai titik leleh yang sangat tinggi, yaitu lebih dari 2000°C. Oleh karena itu, elektrolisis lelehan aluminium oksida dilarutkan dalam lelehan kriolit (Na3AlF6) dalam bejana dari baja berlapis grafit yang sekaligus berfungsi sebagai katode. Dengan cara itu, elektrolisis dapat dilangsungkan pada suhu 950°C. . b. Gaya antar Molekul Gaya yang terjadi antara satu molekul dengan molekul yang lain disebut dengan interaksi antar molekul (intermolecular forces) atau gaya antar molekul. Gaya ini yang menyebabkan suatu gas dapat mencair dan
  • 12. 19 membeku. Gaya atau ikatan antar molekul sangat berbeda dengan ikatan di dalam suatu molekul (intramolecular forces), yaitu ikatan kovalen. Ikatan antar molekul terjadi karena adanya antaraksi antara molekul sebagai hasil dari muatan parsial. Ada beberapa jenis gaya antar molekul, yaitu: ikatan hidrogen dan gaya van der Waals (gaya dipol-dipol, gaya dipol-dipol terimbas, dan dispersi London). Ikatan hidrogen termasuk ke dalam antaraksi dipol-dipol yang istimewa. Oleh karena itu, ikatan hidrogen akan dibahas secara terpisah dari gaya dipol-dipol. 1. Ikatan Hidrogen Bukti awal adanya ikatan hidrogen berasal dari kajian mengenai titik didih senyawa. Biasanya, titik didih sederet senyawa yang serupa yang mengandung unsur-unsur dalam golongan yang sama meningkat dengan meningkatnya massa molekul. Tetapi senyawa hidrogen unsur- unsur golongan 5A, 6A, dan 7A tidak mengikuti kecenderungan ini. Dalam setiap deret ini, senyawa yang paling ringan (NH3, H2O, dan HF) memiliki titik didih tertinggi, bertentangan dengan dugaan yang didasarkan pada massa molekul seperti ditunjukkan pada Gambar 2.3. Alasannya adalah adanya ikatan hidrogen yang meluas antara molekul-molekul dalam senyawa tersebut.
  • 13. 20 Gambar 2.3 Kurva Titik didih Senyawa-senyawa Hidrogen. Terlihat bahwa titik didih senyawa yang terbentuk oleh unsur periode kedua (N, O, F) menyimpang dari senyawa unsur segolongannya. Ikatan hidrogen terbentuk bila atom hidrogen terikat pada atom elektronegatif seperti fluorin, oksigen, atau nitrogen. Secara umum, ikatan hidrogen dapat digambarkan sebagai berikut: Keterangan: A dan B adalah N, O, atau F ... adalah ikatan hydrogen : adalah pasangan elektron bebas - adalah ikatan antara atom Fakta bahwa beberapa senyawa organik dengan gugus hidroksi –OH atau gugus amino –NH2 relatif lebih larut dalam air dibandingkan dengan pelarut anorganik lain disebabkan karena pembentukan ikatan hidrogen dengan molekul air. Dimerisasi asam karboksilat seperti asama asetat CH3COOH juga merupakan contoh adanya ikatan hidrogen seperti ditunjukkan pada Gambar 2.4.
  • 14. 21 Gambar 2.4 Ikatan Hidrogen pada Dimerisasi Asam Karboksilat (Takeuchi, 2006) 2. Gaya van der Waals Gaya dorong pembentukan ikatan hidrogen adalah distribusi muatan yang tak seragam dalam molekul, atau polaritas molekul (dipol permanen). Polaritas molekul adalah sebab agregasi molekul menjadi cair atau padat. Namun, molekul non polar semacam metana CH4, hidrogen H2 atau helium He dapat juga dicairkan, dan pada suhu yang sangat rendah, mungkin juga dipadatkan. Hal ini berarti bahwa ada gaya agreagasi antar molekul dan atom ini. Gaya semacam ini disebut dengan gaya van der Waals. Ikatan hidrogen yang diuraikan di atas adalah salah satu jenis gaya antar molekul, yaitu gaya tarik dipol-dipol istimewa. Gaya antar molekul yang lain adalah gaya van der Waals yang terdiri dari gaya tarik dipol-dipol, gaya tarik dipol-dipol terimbas dan gaya dispersi London.
  • 15. 22 a. Gaya Dipol-Dipol Saat molekul-molekul yang memiliki dipol berdekatan satu sama lain, ujung positif satu molekul akan tertarik ke ujung negatif molekul lainnya. Gaya tarik yang terjadi tersebut dinamakan gaya tarik dipol-dipol (Gambar 2.5). Gaya dipol baru efektif jika molekul- molekul polar sangat berdekatan. Gambar 2.5 Gaya Dipol-dipol pada Padatan (a) dan Cairan (b) Jika dibandingkan senyawa-senyawa polar dengan massa molekul dan ukuran yang hampir sama, semakin besar momen dipolnya, semakin polar molekulnya dan semakin besar pula gaya dipol-dipolnya. Semakin besar momen dipolnya, semakin tinggi pula titik didihnya (Sumarna, 2006). Ikatan Kovalen terjadi karena adanya penggunaan bersama pasangan elektron oleh atom-atom yang berikatan. Contohnya HCl yang merupakan molekul polar. Pasangan elektron ikatan pada molekul HCl, lebih tertarik ke arah atom Cl yang lebih elektronegatif dibandingkan dengan atom H sehingga terjadi pengkutuban muatan yang dinamakan dipol.
  • 16. 23 b. Gaya Tarik Dipol-Dipol Terimbas Jika molekul polar ditempatkan di dekat suatu atom atau molekul nonpolar, distribusi elektron pada atom atau molekul nonpolar itu akan terganggu dengan gaya yang dilakukan oleh molekul polar tersebut. Akibatnya, atom atau molekul nonpolar tersebut mempunyai dipol. Dipol yang dihasilkan dalam atom atau molekul nonpolar itu disebut dipol terinduksi (induced dipole) sebab pemisahan muatan positif dan negatif dalam atom atau molekul nonpolar itu disebabkan terinduksi oleh suatu molekul polar. Interaksi tarik-menarik antara molekul polar dan dipol terinduksi disebut interaksi dipol-dipol terinduksi (terimbas). Contohnya adalah gas oksigen yang terlarut dalam air seperti ditunjukkan oleh Gambar 2.6. Gas Oksigen (O2) adalah molekul nonpolar yang akan terimbas oleh adanya molekul air (H2O) yang polar. Gambar 2.6 Ikan Hidup dalam Air Menunjukkan Adanya Oksigen dalam Air
  • 17. 24 c. Gaya Dispersi London Kebolehpolaran (polarizability) berperan penting dalam gaya antar molekul. Kebolehpolaran adalah kemudahan terganggunya distribusi elektron dalam suatu atom atau molekul nonpolar. Kebolehpolaran memungkinkan gas-gas yang mengandung atom atau molekul nonpolar (misalnya O2) diperoleh dalam bentuk cairnya, seperti ditunjukkan pada Gambar 2.7. Gambar 2.7 Oksigen Cair pada Suhu 90,20 K Dalam molekul oksigen, elektron-elektron bergerak pada jarak tertentu dari inti. Pada saat tertentu mungkin saja molekul itu memiliki momen dipol yang dihasilkan oleh letak tertentu elektron-elektron tersebut. Momen dipol ini disebut dipol sesaat karena dipol ini hanya berlangsung selama sepersekian detik yang sangat singkat. Pada saat berikutnya elektron-elektron itu berada pada tempat yang berbeda dan molekul itu memiliki dipol sesaat yang baru, dan seterusnya. Tetapi, jika dirata-ratakan terhadap waktu (yaitu, waktu yang diperlukan untuk melakukan pengukuran momen dipol), molekul tersebut tidak
  • 18. 25 memiliki momen dipol karena dipol-dipol sesaat saling menghilangkan satu sama lain. Dalam kumpulan molekul oksigen, dipol sesaat satu molekul oksigen dapat menginduksi dipol pada setiap molekul oksigen tetangga terdekatnya. Pada saat berikutnya, dipol sesaat yang berbeda dapat menciptakan dipol-dipol sementara pada molekul-molekul oksigen di sekitarnya. Hal penting di sini adalah bahwa interaksi semacam ini menghasilkan tarik-menarik antara molekul-molekul oksigen. Tafsiran mekanika kuantum terhadap dipol- dipol sesaat ini dikemukakan pada tahun 1930 oleh Fritz London, seorang fisikawan Jerman. London menunjukkan bahwa besarnya tarik-menarik ini berbanding lurus dengan kebolehpolaran atom atau molekul. Seperti yang kita harapkan, gaya tarik-menarik yang timbul sebagai hasil dipol-dipol yang terinduksi sementara dalam atom atau molekul, yang disebut gaya dispersi (dispersion force), mungkin cukup lemah. Hal ini terbukti pada oksigen yang memiliki titik didih hanya 90,20 K. Gaya dispersi biasanya meningkat dengan meningkatnya massa molekul relatif karena molekul-molekul dengan massa molekul relatif yang lebih besar berarti bahwa atom yang lebih besar distribusi elektronnya lebih mudah diganggu karena elektron-elektronnya kurang terikat pada inti (Chang, 2005). Selain itu, kekuatan gaya dispersi London juga dipengaruhi oleh struktur molekulnya. Semakin banyak
  • 19. 26 cabangnya, maka gaya dispersinya semakin lemah. Misalnya molekul- molekul hidrokarbon n-propana C3H8, dan n-heksana C6H14, yang strukturnya ditunjukkan pada Gambar 2.9: H H H H C C C H H H H n-Propana H H H H H H H C C C C C C H H H H H H H n-Heksana Gambar 2.8 Struktur n-Propana dan n-Heksana Setiap molekul-molekul tersebut secara keseluruhan bersifat nonpolar. Dalam cairannya masing-masing, molekul-molekulnya akan saling tarik-menarik dengan gaya London. Tetapi gaya tarik yang mengikat molekul-molekul heksana dalam cairannya lebih kuat daripada yang mengikat molekul-molekul propana dalam cairannya. Hal tersebut terbukti dengan nilai titik didih heksana (68,7°C) yang lebih besar daripada nilai titik didih propana (-42,1°C). Alasannya beranjak dari sejumlah tempat sepanjang rantai yang dapat tertarik oleh molekul- molekul lain yang mengelilinginya. Heksana mempunyai rantai lebih panjang dibandingkan propana, oleh karena itu, gaya tarik antara molekul heksana dengan molekul heksana yang lain akan lebih terasa oleh sekitarnya (Brady, 1999).
  • 20. 27 c. Gaya Ion dengan Molekul Gaya ion dengan suatu molekul terdiri dari gaya ion-dipol (gaya yang terjadi antara ion dengan molekul polar) dan gaya ion- dipol terimbas (gaya yang terjadi antara ion dengan molekul nonpolar). 1. Gaya Ion-Dipol Ketika ion dekat dengan molekul polar (dipol) keduanya akan berinteraksi satu sama lain, maka dihasilkan gaya ion-dipol. Contoh terpenting yang dapat diambil adalah ketika senyawa ionik dilarutkan di dalam air. Ion-ion akan terpisah karena antaraksi antara ion dan ujung muatan yang berlawanan dari molekul air dapat mengatasi antaraksi antara ion-ion itu sendiri. Salah satu contoh senyawa ion tersebut adalah garam NaCl. Ketika garam NaCl dilarutkan ke dalam air, ion-ion Na+ dan Cl- dikelilingi oleh molekul air (Gambar 2.8). Gambar 2.9 Gaya ion-dipol A. ion Na+ dengan Molekul Air, dan B. Ion Cl- dengan Molekul Air
  • 21. 28 2. Gaya Ion-Dipol Terimbas Jika ion ditempatkan di dekat suatu atom atau molekul nonpolar, distribusi elektron pada atom atau molekul nonpolar itu akan terganggu dengan gaya yang dilakukan oleh ion tersebut. Dipol yang dihasilkan dalam atom atau molekul nonpolar itu disebut dipol terimbas, sebab pemisahan muatan positif dan negatif dalam atom atau molekul nonpolar itu disebabkan terimbas oleh suatu ion. Interaksi tarik-menarik antara ion dan dipol terimbas disebut interaksi ion-dipol terimbas. Gaya ini berperan penting dalam biologi yaitu pada inisiasi pengikatan ion Fe2+ yang terdapat pada hemoglobin dengan molekul oksigen yang terdapat di dalam aliran darah. Gaya ini juga berperan dalam melarutkan garam di dalam pelarut yang sedikit polar seperti LiCl di dalam etanol (Silberberg, 2007).