Seminar yang membahas peristiwa G30S dihadiri oleh sejarawan, perwakilan MUI, dan Kepolisian. Mereka menyampaikan pandangan berbeda mengenai peristiwa tersebut berdasarkan sudut pandang masing-masing. Diskusi menghasilkan berbagai pertanyaan dari peserta terkait kronologi, penyebab, dan dampak peristiwa G30S bagi Indonesia.
1. Laporan Kegiatan “Membincang Ulang Peristiwa G30S”
Taufik Firmansyah S, Sejarah 2014 1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Zaman sekarang ini kita disajikan dengan berbagai macam informasi tentang
peristiwa berdarah yang pernah terjadi di negeri kita ini. Peristiwa “G30S” atau sering
disebut juga “G30S PKI” telah menjadi lembaran hitam yang tertera pada sejarah
bangsa kita. Konflik horizontal yang terjadi pada saat itu merupakan sesuatu yang
sangat mengerikan. Tak bisa kita pungkiri, peristiwa tersebut sampai detik ini masih
terngiang di telinga masyarakat Indonesia.
Perkembangan ilmu teknologi dan informasi mendorong masalah ini terus
berlanjut. Banyak sekali sumber informasi yang menyajikan tentang kejadian ini.
Berbagai macam versi bermunculan. Tak sedikit antara satu dengan yang lainnya
berbeda pandangan bahkan ada beberapa versi yang saling bersebrangan. Tak ayal,
masyarakat kita dipusingkan dengan hal ini. Sehingga banyak pertanyaan yang
bermunculan.
Oleh karena itu, penerangan melalui diskusi harus sering dilakukan untuk
mengetahui kebenaran yang terjadi pada saat itu. Dalam diskusi akan terjadi
pengkajian yang lebih mendalam terhadap sumber informasi yang memiliki
pandangan yang berbeda sehingga diharapkan akan menghasilkan suatu kesimpulan
yang dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Diskusi dapat dilakukan dimana
saja. Baik yang formal maupun informal. Baik berupa seminar, penataran ataupun
berupa pembekalan. Seminar yang diselenggarakan oleh Fakultas Ilmu Budaya (FIB)
yang bekerja sama dengan Forsis merupakan salah satu bentuk diskusi yang
diharapkan akan menghasilkan titik temu yang dapat dipertanggungjawabkan.
B. Tujuan Penulisan Laporan
Adapun tujuan penulisan laporan ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui kronologis peristiwa “G30S”
2. Mengetahui pandangan MUI, Kepolisian, dan Sejarawan mengenai peristiwa
“G30S”
2. 3. Mengetahui dampak dari terjadinya peristiwa “G30S” bagi kehidupan bangsa
Laporan Kegiatan “Membincang Ulang Peristiwa G30S”
Taufik Firmansyah S, Sejarah 2014 2
Indonesia saat ini
C. Rumusan Masalah
1. Bagaimana kronologis peristiwa “G30S”?
2. Bagaimana pandangan MUI, Kepolisian, dan Sejarawan terhadap peristiwa
“G30S”?
3. Apa dampak dari terjadinya peristiwa “G30S” bagi kehidupan bangsa Indonesia
saat ini?
3. Laporan Kegiatan “Membincang Ulang Peristiwa G30S”
Taufik Firmansyah S, Sejarah 2014 3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Data Kegiatan
Nama Kegiatan : Seminar Kampus;
Tema Kegiatan : Membincang Ulang Peristiwa G30S;
Hari/Tanggal : Kamis, 25 September 2014;
Waktu : 09.00 s.d 12.30 WIB;
Tempat : Aula Gedung D, FIB Universitas Padjadjaran;
Moderator : Teguh Wijayanto;
Pembicara :
1. Dr. Mumuh Muhsin Zakaria, M.Hum. (Sejarawan
Unpad)
2. H. Muhammad Rafani Akhyar, M.Si (Sekretaris
Umum MUI Jawa Barat)
3. Kombes Arif (Perwakilan Polda Jabar)
4. Dr. R. M. Mulyadi (Sejarawan Unpad)
Peserta :
- Mahasiswa beserta civias akademika FIB Unpad
- Perwakilan mahasiswa dari 10 Perguruan Tinggi
yang berada di sekitar Bandung Raya dan sekitar
Jatinangor
Tamu undangan :
- Koordinator Prodi Sejarah FIB Unpad
- Perwakilan Forsis
- Dosen – dosen FIB Unpad
4. Laporan Kegiatan “Membincang Ulang Peristiwa G30S”
Taufik Firmansyah S, Sejarah 2014 4
B. Materi Kegiatan
1) Peristiwa 30 September 1965 dari Sudut Pandang MUI (Organisasi Islam)
Ideologi komunisme di Indonesia dibangun pada pilar – pilar Marxisme
Leninsme mulai berakar di Indonesia sejak masuknya tokoh komunis Belanda
pada 1914. Sepuluh tahun kemudian berdiriah organisasi politik dengan nama
Partai Komunisme Indonesia. dalam waktu yang tidak terlalu lama, Jenderal –
jenderal telah berhasil dibantai oleh organisasi politik ini.
Kelemahan yang membuahkan mala petaka berselang tujuh tahun (1948-1955)
PKI berhasil membangaun kekuatannya sehingga pada pemilu 1955 dan 1957 PKI
menjadi salah satu partai terbesar di Indonesia dengan menduduki uruan ke empat
saat dilakukannya pemilu pada tahun 1955.
Pada 1960an ada tiga kekuatan politik utama yaitu Soekarno, PKI dan TNI
AD. Hal tersebut membuat politik di Indonesia terbilang kaku karena patokan
terbesar yang mendasari adanya gerakan-gerakan tertentu ataupun munculnya
suatu kebijakan adalah tergantung ketiga kekuatan politik tersebut.
Dalam hal ini Bung Karno mengaku bahwa dirinya berada di tengah – tengah
tanpa memihak salah satu kekuatan poltik.
Namun, keadaan berubah ketika pemilu 1955 telah dilaksanakan.
Keberpihakan Bung Karno terhadap PKI sudah mulai terlihat. Pemilu yang
menghasilkan empat partai besar yang mendominasi, termasuk di dalamnya PKI
yang merupakan partai baru tetapi dapat eksis dan bersaing dengan partai – partai
lainnya. Pada 1957 sebuah buku diterbitkan oleh PKI untuk melancarkan revolusi
sosial terhadap masyarakat. Buku tersebut adalah buku ABC Revolusi Indonesia
(Revolusi 1945 Agraria dan Revolusi untuk mewujudkan komunisme).
Dua revolusi inilah yang merupakan salah satu faktor pendorong terbesar
adanya kejadian mengerikan antar masyarakat pada saat itu. Korban yang
berjatuhan akibat konflik sosisal yang cukup luas ini sudah bisa dihitung dengan
jari lagi. Sehingga terjadilah peristiwa 30 September 1965 yang merupakan
catatan hitam dalam kesejarahan bangsa kita.
2) Peristiwa 30 September 1965 dari Sudut Pandang Kepolisian (Aparatur
Pemerintahan)
Di Indonesia paham komunisme ini pernah tumbuh dan berkembang pada
awal abad ke 20 yaitu tepatnya pada tahun 1914. Prinsip mereka pada saat iu
5. adalah tidak mengimani tentang adanya Tuhan. Sehingga dikatakan bahwa
komunisme sangat dekat sekali hubungannnya dengan atheism.
Dalam komunisme, hanya dikenal dengan adanya satu partai saja yaitu Partai
Komunis. Hal ini bisa kita lihat dari Negara-negara yang masih menggunakan
komunisme sebagai ideologi mereka, seperti Korea Utara yang membeelakukan
sau partai yaitu Partai Komunis.
Bangsa kita sebenarnya sudah memiliki tameng penagkal yang cukup kuat.
Kita sudah memiliki Pancasila yang sangat fleksibel terhadap suatu kondisi.
Dalam Pancasila telah mengandung lima unsur penting dan yang paling utama
dalam menjalankan suatu negara. Termasuk didalamnya Pancasila telah jelas
sekali menerangkan bahwa Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang ber ke-
Tuhanan.
3) Peristiwa 30 September 1965 dari Sudut Pandang Sejarawan
Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang semakin pesat
menjadikan semakin banyaknya fakta dan teori bak berbentuk tulisan ataupun
hasil peneitian mengenai peristiwa G30S ini. Hal ini semakin memuncak ketika
rezim Orde Baru telah berhenti berkuasa. PKI yang sebelumnya selalu menjadi
sasaran kemarahan masyarakat karena di anggap sebagai dalang terjadinya
peristiwa tersebut sekarang semakin memudar. Banyaknya pendapat lain yang
menyatakan pandangan berbeda membuat peristiwa ini semakin memanjang.
Berawal dari perebutan daerah pertanian yang terjadi antara pemilik anah
dengan para buruh tani. Revolusi agraria menjadi senjata utama yang digunakan
oleh para buruh tani untuk merampas lahan tanah dari tuan pemiliknya. Pada saat
itu, tuan tanah kebanyakan dari kalangan Kiai. Sehingga konflik yang terjadi
mengalami pergeseran dari masalah perebutan tanah menjadi konflik horizontal
yang melibatkan agama di dalamnya. Bahkan tidak hanya Islam saja yang
berkonflik dengan PKI ini tetapi agama lain seperti Protestan dan Katolik pun
terlibat disana karena PKI ini ingin sekali menguasai seluruh lahan pertanian yang
ada termasuk lahan pertanian yang dimiliki oleh masyarakat yang beragama
Islam, Protestan, Katolik, dll.
Dengan kejadian yang seperti itu justru PKI lah yang menjadi sasaran utama
penyerangan yang dilakukan oleh oraganisasi – organisasi keagamaan yang
merasa terganggu. Sehingga terjadilah pembantaian orang – orang yang berbau
Laporan Kegiatan “Membincang Ulang Peristiwa G30S”
Taufik Firmansyah S, Sejarah 2014 5
6. PKI baik yang terliba langsung maupun yang hanya dicurigai sebagai anggota
semuanya di bunuh.
Miris sekali karena mereka yang menjadi korban, tidak semuanya orang –
orang yang teribat dalam masalah, tetapi banyak nyawa yang tak berdosa menjadi
korban kearogansian pada masa itu. Motif pembunuhan yang tidak jelas, entah iu
atas nama tugas negara, agama, bahkan demdam pribadi mewarnai peristiwa tragis
ini.
Laporan Kegiatan “Membincang Ulang Peristiwa G30S”
Taufik Firmansyah S, Sejarah 2014 6
C. Kegiatan Diskusi
Dalam kegiatan seminar ini, setelah keempat pembicara menyampaikan materi
sesuai dengan tema yang dibicarakan, dilakukan diskusi dengan sistem tanya jawab.
Diskusi tersebut dibagi menjadi tiga sesi dengan masing – masing sesi terdiri dari dua
penanya. Pertanyaan setiap sesi akan ditampung dan akan langsung di jawab oleh para
pembicara.
Kegiatan diskusi ini direspon positif oleh para peserta yang hadir. Ini dapat
dilihat dari banyaknya peserta yang ingin memberikan pertanyaan dalam setiap
sesinya. Namun, sesuai degan yang disepakati bahwa setiap sesi hanya akan
memberikan kesempatan kepada dua orang penanya saja. Sehingga tidak sedikit
peserta yang tidak memiliki kesempatan untuk bertanya.
Terlepas dari hal tersebut, diskusi berjalan dengan baik dan tertib. Adapun petikan
diskusi yang dilakukan pada saat itu ialah sebagai berikut:
a. Diskusi 1
Peserta : Apa pandangan MUI pada saat itu (saat terjadinya G30S)?
Pembicara 2 : Pada saat itu organisasi Islam yang paling menonjol adalah
NU, sehingga meskipun itu tidak menggambarkan keterlibatan semua pihak yang
beragama islam tetapi apa yang mereka lakukan merupakan bentuk dari
pandangan pemikiran orang-orang islam pada masa itu.
b. Diskusi 2
Peserta : Apakah kasus penyebaran bendera – bendera PKI telah
dilakukan pengusutan oleh pihak Kepolisian?
Pembicara 3 : Beberapa waktu yang lalu pernah terjadi kasus pengibaran
bendera PKI ataupun bendera – bendera terlarang lainnya seperti bendera GAM,
7. OPM, RMS, dll. di wilayah Indonesia. Semua kasus itu telah kami (kepolisian)
usut tuntas, dari mulai pihak yang terlibat langsung dalam pengibaran bendera
tersebut ataupun pihak – pihak yang tidak terlibat langsung tetapi memiliki
keterkaitan dengan kejadian tersebut.
Laporan Kegiatan “Membincang Ulang Peristiwa G30S”
Taufik Firmansyah S, Sejarah 2014 7
c. Diskusi 3
Peserta : Bagaimana sikap bapak – bapak semua yang berada di depan
tentang peristiwa G30S tersebut?
Pembicara 1,2,3,4 : “Sangat mengutuk kejadian tesebut”
d. Diskusi 5
Peserta : Dalam beberapa buku Soekarno dikatakan sebagai seseorang
yang pro terhadap keberadaan PKI dan secara tidak langsung mendukung sistem
komunisme, sedangakan Soekarno sendiri merupakan salah satu penggagas
Ideologi Pancasila yang jelas - jelas menentang / tidak sesuai dengan sistem
komunisme yang didukung oleh Soekarno. Mengapa bisa terjadi hal seperti itu?
Pembicara 1 : Pertanyaan yang logis. Memang benar bahwa Soekarno
merupakan salah satu penggagas dari Ideologi Pancasila, namun pada
kenyataannya Soekarno juga terkadang tidak patuh terhadap apa yang ia
kemukakan. Didengungkannya demokrasi terpimpin serta diberikannya dukungan
terhadap komunisme merupakan salah satu bentuk ketidak patuhan Soekarno.
Memang miris sekali bahwasannya sampai saat ini Pancasila hanya digunakan
sebagai alat politik penguasa yang akan meakukan kebijakan – kebijaknnya.
e. Diskusi 6
Peserta : Apakah yang harus kita lakukan dengan adanya berbagai
macam pandangan yang membicarakan tentang hal ini (Peristiwa G30S)?
Pembicara 1 : Kita tidak usah bingung dengan adanya perbedaan pandangan
tentang hal ini. Yang harus kita lakukan adalah mengkaji ulang secara continu
sumber – sumber informasi yang menyajikan tentang G30S ini sehingga kita akan
tahu banyak tentang segala sesuatu yang terjadi pada saat itu. Sehingga,
diharapkan dengan banyaknya pngkajian tentang sumber – sumber yang dianggap
berbeda akan menghasilkan kesimpulan yang memiliki alasan kuat terhadap
pengambilan keputusan tersebut. Memang objektifitas dalam hal ini tidak bisa
8. ditegakan dengan sebaik-baiknya karena memang bukti yang ada tidak
menunjukan fakta yang benar-benar akurat. Sehingga subjektifitas akan menjadi
teman anda ketika ada belajar dalam sejarah.
Laporan Kegiatan “Membincang Ulang Peristiwa G30S”
Taufik Firmansyah S, Sejarah 2014 8
f. Diskusi 7
Peserta : Pernyataan pembuka (prolog) yang sudah diungkapkan oleh
para pembicara cukup baik. Namun, saya belum menangkap jawaban dari inti
permasalahan yang kita bahas saat ini. Saya menyarankan / memberi masukan
bagaimana kalau diadakan sesi kedua yang mudah – mudahan akan terjadi
jawaban permasalahan inti yang kita cari.
Pembicara : Memang masalah ini sangat kompleks. Maka dari itu kita
akan sulit untuk menangkap pokok yang dibicarakan jika kita melihat hal ini dari
satu sisi. Untuk masalah waktu, saya serahkan kepada panitia.
Panitia : Waktu sesuai dengan jadwal yang sudah ditentukan, sehingga
mohon maaf sepertinya tidak memungkinkan untuk dilakukannya sesi pemaparan
materi yang kedua.
g. Diskusi 8
Peserta : Bagaimana pandangan bapak tentang isu terkini yang
menyebutkan bahwa partai pemenang pilpres sekarang yaitu PDIP dengan
Jokowinya akan meng-komuniskan Indonesia kembali mengingat banyak sekali
kader – kader partai ini yang beragama Kristen?
Pembicara 4 : Untuk masalah isu terkini, saya tidak bisa menjawabnya
secara gamblang. Karena ini merupakan hal yang sangat vital bagi
keberlangsungan pemerintahan serta ketertiban sosial masyarakat Indonesia.
Namun, pada intinya kita harus percaya bahwa Negara kita merupakan Negara
yang memiliki ideology yang jelas yaitu Pancasila dan masyarakat sampai saat ini
masih mempercayai bahwa Pancasila merupakan Ideologi yang sangat penting
bagi Bangsa Indonesia. Sehingga tidak mudah untuk mengubah apalagi mengganti
Ideologi bangsa kita tercinta ini.
9. Laporan Kegiatan “Membincang Ulang Peristiwa G30S”
Taufik Firmansyah S, Sejarah 2014 9
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dibalik kejadian luar biasa ini, banyak sekali pelajaran yang bisa kita petik.
Tentu saja, kita semua berharap kejadian ini tidak terulang lagi. Peran pemerintah
sangat penting sekali dalam hal ini. Karena pada saat itu peran pemerintah tidak
terlalu terlihat sehingga konflik yang terjadi secara horizontal ini terus berlanjut dan
mengakibatkan korban jiwa yang sangat banyak.
Adanya kepentingan tertentu dari suatu golongan pun disinyalir sebagai salah
satu penyebab konflik ini terus berlangsung karena seolah – olah rakyat hanya
menjadi korban adu domba saja. Banyaknya sumber yang membahas tentang
persitiwa ini menjadikan semakin menumpukya pertanyaan tentang peristiwa ini.
Sehingga sampai saat ini kita tidak bisa menjudge suatu pihak sebagai dalang dari
peristiwa ini.