SlideShare a Scribd company logo
1 of 14
PKP2A I LAN Bandung
Kiara Payung, 5 April 2012
 Komentar per Issu / Poin
 Kembali ke Laptop: Apa itu
  Desentralisasi?
 Focusing …
 Milestone Desentralisasi Asimetris.
 Dalam TOR disebut berkali-kali soal tujuan negara dalam men-
  sejahterakan rakyatnya. Kesan awal, kajian ini ingin mengkaitkan
  sejauh mana dampak desentralisasi terhadap perwujudan
  kesejahteraan dan mencari pola desentralisasi (asimetris) yg paling
  optimal untuk mencapai kesejahteraan.
  KOMENTAR:
    Selama ini, pergerakan bandul desentralisasi lebih dikaitkan dengan efisiensi
     atau demokrasi (lihat slide).
    Desentralisasi yg berorientasi efisiensi, mungkin dapat dianalogkan dengan
     desentralisasi simetris. Sedangkan desentralisasi yg berorientasi demokrasi,
     lebih cocok dianalogkan dengan desentralisasi asimetris, meski tidak menutup
     kemungkinan desentralisasi asimetris lebih efektif menciptakan efisiensi
     (kasus Jepang).
    Baik desentralisasi yg berorientasi efisiensi maupun yg berorientasi
     demokrasi, pada dasarnya sama-sama bertujuan untuk menciptakan
     kesejahteraan. Namun belum ada kesimpulan bahwa desentralisasi yg pro
     efisiensi otomatis juga pro kesejahteraan. sehingga harus dihilangkan kesan
     bahwa desentralisasi asimetris lebih dekat dengan kesejahteraan.
KOMENTAR (Lanjutan):
  Akan sangat sulit merumuskan model desentralisasi asimetris
   dengan pintu masuk kesejahteraan (alasan ekonomi). Sebab,
   terlebih dahulu harus ada studi perbandingan model
   desentralisasi mana yg pernah berlaku di Indonesia yg paling
   mampu mensejahterakan warga negara. Jika sudah ketemu, baru
   dianalisis apa faktor yg menentukan keberhasilan desentralisasi
   dalam meraih kesejahteraan, untuk selanjutnya ditentukan dalam
   hal apa perlakuan asimetris diberikan.
  Kesulitan mengkaitkan desentralisasi asimetris dengan
   kesejahteraan juga didukung oleh fakta empirik bahwa Otsus
   papua dan Aceh tidak banyak memberi dampak positif pada
   kesejahteran masyarakat (TOR hal. 3).
  Mungkin, pintu masuk ‘keragaman, tuntutan kebutuhan, latar
   belakang historis, dan amanat konstitusi’ (alasan politik) lebih
   tepat untuk dipilih.
 Pada hal. 1 alinea 2 disebutkan bahwa UU No. 1/1945
  merupakan kebijakan desentralisasi yg pertama kali
  ditetapkan di Indonesia.
  KOMENTAR:
    Jika dihitung sejak Indonesia merdeka, benar. Namun jika
     melihat aspek historisitas, maka kebijakan yg pertama adalah
     Decentralizatie Wet 1903, yg disusul dengan Wet op de
     Bestuurshervorming (Stb. 1922/216).
 Pada Tabel 1.1. disebutkan bahwa asas otonomi pada masa
  UU No. 32/2004 adalah otonomi luas, nyata & bertgjawab.
  KOMENTAR:
    Menurut bagian Menimbang butir (b), Pasal 1, Pasal 2 (3), dan
     Pasal 10 (2), asas yang digunakan adalah otonomi seluas-
     luasnya.
What do we mean by
 Desentralisasi?
5 Tipologi Desentralisasi Smith.
4 Tipologi Desentralisasi Rondinelli
 & WB.
3 Tipologi Desentralisasi Brilantes Jr.
2 Tipologi Desentralisasi Ribot.
5 Typology of Decentralization
           (Smith, 2001)
4 Typology of Decentralization
          (Rondinelli and WB, 1999)




   Political decentralization;
   Administrative decentralization:
     Deconcentration
     Delegation
     Devolution

   Fiscal decentralization;
   Market decentralization.
3 Typology of Decentralization
         (Brilantes Jr., 2004)
2 Typology of Decentralization
           (Ribot, 2004)
 Dari beragam tipologi diatas, desentralisasi yg mana yg akan
  dikembangkan dengan pola asimetris?
 Dalam TOR nampaknya ada link yang hilang antara paparan awal Latar
  Belakang dengan keputusan untuk memfokuskan pada desentralisasi
  asimetris berbasis sosial ekonomi. Jika ini yg diambil, mungkin dalam
  Latar Belakang lebih tepat untuk mengangkat soal kesenjangan (sosial)
  ekonomi antar daerah, gambaran potensi perekonomian daerah,
  kapasitas fiskal masing2 daerah, visi dan target pembangunan bidang
  ekonomi masing2 daerah, dll.
 Dimensi « sosial » lebih baik dilekatkan pada dimensi « budaya » dari
  pada « ekonomi »  lihat Milestone Desentralisasi Asimetris.
 Perumusan Masalah dan Tujuan sebaiknya tidak melebar, dan cukup
  dipilih butir no. 1. Adapun masalah dan tujuan no. 2 dan 3 dapat dikaji
  pada seri tahun mendatang (multi years). Sebab, pada tahap pertama
  baru menyusun model, tentu implementasinya tidak bisa seketika,
  apalagi mengkaji soal implikasi dari penerapan model tsb.
Tahap 1




                       Tahap 2




                                           Tahap 3




                                                                Tahap 4
             Alasan              Alasan               Alasan                Alasan
            Historis             Politis               Sosial             Ekonomi
          Konstitusi                                 Budaya
– Tri Widodo W. Utomo –
Pusat Kajian Manajemen Kebijakan LAN-RI

More Related Content

Similar to DESENTRALISASI ASIMETRIS UNTUK KESEJAHTERAAN

Ppt Kebijakan dan manajemen kesehatan.pptx
Ppt Kebijakan dan manajemen kesehatan.pptxPpt Kebijakan dan manajemen kesehatan.pptx
Ppt Kebijakan dan manajemen kesehatan.pptxTyazmutzDartha
 
Partisipasi masy dlm pemb di pedesaan
Partisipasi masy dlm pemb di pedesaanPartisipasi masy dlm pemb di pedesaan
Partisipasi masy dlm pemb di pedesaanBe Susantyo
 
Kelompok 8
Kelompok 8Kelompok 8
Kelompok 8olerafif
 
Implikasi implementasi kebijakan desentralisasi dan otonomi daerah terhadap p...
Implikasi implementasi kebijakan desentralisasi dan otonomi daerah terhadap p...Implikasi implementasi kebijakan desentralisasi dan otonomi daerah terhadap p...
Implikasi implementasi kebijakan desentralisasi dan otonomi daerah terhadap p...Researcher Syndicate68
 
Kebijakan otonomi khusus di indonesia
Kebijakan otonomi khusus di indonesiaKebijakan otonomi khusus di indonesia
Kebijakan otonomi khusus di indonesiaDeny P. Sambodo
 
Pertemuan ke 4 - masalah sosial dan isu kebijakan sosial
Pertemuan ke 4 - masalah sosial dan isu kebijakan sosialPertemuan ke 4 - masalah sosial dan isu kebijakan sosial
Pertemuan ke 4 - masalah sosial dan isu kebijakan sosialUIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
 
Reinventing depsos
Reinventing depsosReinventing depsos
Reinventing depsosLa Mone
 
BAB 4 POLITIK & STRATEGI NASIONAL
BAB 4 POLITIK & STRATEGI NASIONALBAB 4 POLITIK & STRATEGI NASIONAL
BAB 4 POLITIK & STRATEGI NASIONALRisky Saputra
 
BAB I KONSEP EKONOMI (KUR 2013).pptx
BAB I  KONSEP EKONOMI (KUR 2013).pptxBAB I  KONSEP EKONOMI (KUR 2013).pptx
BAB I KONSEP EKONOMI (KUR 2013).pptxssuser0ef20a2
 
Otda, Pilkada dan Pembangunan Demokrasi
Otda, Pilkada dan Pembangunan DemokrasiOtda, Pilkada dan Pembangunan Demokrasi
Otda, Pilkada dan Pembangunan DemokrasiTri Widodo W. UTOMO
 
Riset akuntansi multidisiplin
Riset akuntansi multidisiplinRiset akuntansi multidisiplin
Riset akuntansi multidisiplinRatzman III
 

Similar to DESENTRALISASI ASIMETRIS UNTUK KESEJAHTERAAN (20)

Ppt Kebijakan dan manajemen kesehatan.pptx
Ppt Kebijakan dan manajemen kesehatan.pptxPpt Kebijakan dan manajemen kesehatan.pptx
Ppt Kebijakan dan manajemen kesehatan.pptx
 
Partisipasi masy dlm pemb di pedesaan
Partisipasi masy dlm pemb di pedesaanPartisipasi masy dlm pemb di pedesaan
Partisipasi masy dlm pemb di pedesaan
 
KTI sejarah.pdf
KTI sejarah.pdfKTI sejarah.pdf
KTI sejarah.pdf
 
Kelompok 8
Kelompok 8Kelompok 8
Kelompok 8
 
Implikasi implementasi kebijakan desentralisasi dan otonomi daerah terhadap p...
Implikasi implementasi kebijakan desentralisasi dan otonomi daerah terhadap p...Implikasi implementasi kebijakan desentralisasi dan otonomi daerah terhadap p...
Implikasi implementasi kebijakan desentralisasi dan otonomi daerah terhadap p...
 
Chapter ii
Chapter iiChapter ii
Chapter ii
 
Kebijakan otonomi khusus di indonesia
Kebijakan otonomi khusus di indonesiaKebijakan otonomi khusus di indonesia
Kebijakan otonomi khusus di indonesia
 
137664440 sosiologi-pembangunan
137664440 sosiologi-pembangunan137664440 sosiologi-pembangunan
137664440 sosiologi-pembangunan
 
137664440 sosiologi-pembangunan
137664440 sosiologi-pembangunan137664440 sosiologi-pembangunan
137664440 sosiologi-pembangunan
 
Pertemuan ke 4 - masalah sosial dan isu kebijakan sosial
Pertemuan ke 4 - masalah sosial dan isu kebijakan sosialPertemuan ke 4 - masalah sosial dan isu kebijakan sosial
Pertemuan ke 4 - masalah sosial dan isu kebijakan sosial
 
Reinventing depsos
Reinventing depsosReinventing depsos
Reinventing depsos
 
BAB 4 POLITIK & STRATEGI NASIONAL
BAB 4 POLITIK & STRATEGI NASIONALBAB 4 POLITIK & STRATEGI NASIONAL
BAB 4 POLITIK & STRATEGI NASIONAL
 
BAB I KONSEP EKONOMI (KUR 2013).pptx
BAB I  KONSEP EKONOMI (KUR 2013).pptxBAB I  KONSEP EKONOMI (KUR 2013).pptx
BAB I KONSEP EKONOMI (KUR 2013).pptx
 
aaaa
aaaaaaaa
aaaa
 
Neo klasik
Neo klasikNeo klasik
Neo klasik
 
Otda, Pilkada dan Pembangunan Demokrasi
Otda, Pilkada dan Pembangunan DemokrasiOtda, Pilkada dan Pembangunan Demokrasi
Otda, Pilkada dan Pembangunan Demokrasi
 
Riset akuntansi multidisiplin
Riset akuntansi multidisiplinRiset akuntansi multidisiplin
Riset akuntansi multidisiplin
 
Pu bencana-kupang
Pu bencana-kupangPu bencana-kupang
Pu bencana-kupang
 
Sistem politik di indonesia
Sistem politik di indonesiaSistem politik di indonesia
Sistem politik di indonesia
 
Kebijakan sosiallembang2006
Kebijakan sosiallembang2006Kebijakan sosiallembang2006
Kebijakan sosiallembang2006
 

More from Tri Widodo W. UTOMO

Strategi Kolaboratif untuk Inovasi Berkelanjutan
Strategi Kolaboratif untuk Inovasi BerkelanjutanStrategi Kolaboratif untuk Inovasi Berkelanjutan
Strategi Kolaboratif untuk Inovasi BerkelanjutanTri Widodo W. UTOMO
 
Inovasi Pelaksanaan Bangkom Berbasis Teknologi Informasi
Inovasi Pelaksanaan Bangkom Berbasis Teknologi InformasiInovasi Pelaksanaan Bangkom Berbasis Teknologi Informasi
Inovasi Pelaksanaan Bangkom Berbasis Teknologi InformasiTri Widodo W. UTOMO
 
Transformasi untuk LAN Semakin Berprestasi
Transformasi untuk LAN Semakin BerprestasiTransformasi untuk LAN Semakin Berprestasi
Transformasi untuk LAN Semakin BerprestasiTri Widodo W. UTOMO
 
Tata Kelola Kebijakan Berdasar Siklus Kebijakan
Tata Kelola Kebijakan Berdasar Siklus KebijakanTata Kelola Kebijakan Berdasar Siklus Kebijakan
Tata Kelola Kebijakan Berdasar Siklus KebijakanTri Widodo W. UTOMO
 
Strategi Kebijakan Penguatan Netralitas ASN dalam Pemilu
Strategi Kebijakan Penguatan Netralitas ASN dalam PemiluStrategi Kebijakan Penguatan Netralitas ASN dalam Pemilu
Strategi Kebijakan Penguatan Netralitas ASN dalam PemiluTri Widodo W. UTOMO
 
Pengelolaan Kinerja dalam Manajemen ASN
Pengelolaan Kinerja dalam Manajemen ASNPengelolaan Kinerja dalam Manajemen ASN
Pengelolaan Kinerja dalam Manajemen ASNTri Widodo W. UTOMO
 
Tranformasi Kab. Bogor Berkelanjutan
Tranformasi Kab. Bogor BerkelanjutanTranformasi Kab. Bogor Berkelanjutan
Tranformasi Kab. Bogor BerkelanjutanTri Widodo W. UTOMO
 
Manajemen Perubahan & Penerapannya di Sektor Publik
Manajemen Perubahan & Penerapannya di Sektor PublikManajemen Perubahan & Penerapannya di Sektor Publik
Manajemen Perubahan & Penerapannya di Sektor PublikTri Widodo W. UTOMO
 
Prospek Kolaborasi LAN-Yayasan Pijar
Prospek Kolaborasi LAN-Yayasan PijarProspek Kolaborasi LAN-Yayasan Pijar
Prospek Kolaborasi LAN-Yayasan PijarTri Widodo W. UTOMO
 
Gamifikasi Zoom & Behavioral Insight
Gamifikasi Zoom & Behavioral InsightGamifikasi Zoom & Behavioral Insight
Gamifikasi Zoom & Behavioral InsightTri Widodo W. UTOMO
 
Signifikansi Pendampingan Labinov di Daerah
Signifikansi Pendampingan Labinov di DaerahSignifikansi Pendampingan Labinov di Daerah
Signifikansi Pendampingan Labinov di DaerahTri Widodo W. UTOMO
 
Peta Kinerja Inovasi Daerah di Indonesia
Peta Kinerja Inovasi Daerah di IndonesiaPeta Kinerja Inovasi Daerah di Indonesia
Peta Kinerja Inovasi Daerah di IndonesiaTri Widodo W. UTOMO
 
Kab. Bireuen, Mengakselerasi Kinerja Melalui Inovasi
Kab. Bireuen, Mengakselerasi Kinerja Melalui InovasiKab. Bireuen, Mengakselerasi Kinerja Melalui Inovasi
Kab. Bireuen, Mengakselerasi Kinerja Melalui InovasiTri Widodo W. UTOMO
 
Perumusan Peraturan Berdasar Siklus Kebijakan
Perumusan Peraturan Berdasar Siklus KebijakanPerumusan Peraturan Berdasar Siklus Kebijakan
Perumusan Peraturan Berdasar Siklus KebijakanTri Widodo W. UTOMO
 
Recharging Inovasi Padang Panjang
Recharging Inovasi Padang PanjangRecharging Inovasi Padang Panjang
Recharging Inovasi Padang PanjangTri Widodo W. UTOMO
 
Transformasi untuk Parepare Semakin Berprestasi
Transformasi untuk Parepare Semakin BerprestasiTransformasi untuk Parepare Semakin Berprestasi
Transformasi untuk Parepare Semakin BerprestasiTri Widodo W. UTOMO
 
Transformasi Administrasi Publik Menjawab Tantangan Era Disrupsi
Transformasi Administrasi Publik Menjawab Tantangan Era DisrupsiTransformasi Administrasi Publik Menjawab Tantangan Era Disrupsi
Transformasi Administrasi Publik Menjawab Tantangan Era DisrupsiTri Widodo W. UTOMO
 
Korpri & Inovasi sebagai Perekat & Pemersatu Bangsa
Korpri & Inovasi sebagai Perekat & Pemersatu BangsaKorpri & Inovasi sebagai Perekat & Pemersatu Bangsa
Korpri & Inovasi sebagai Perekat & Pemersatu BangsaTri Widodo W. UTOMO
 
Inovasi Sebagai Strategi Mewujudkan Pelayanan Publik Berdampak
Inovasi Sebagai Strategi Mewujudkan Pelayanan Publik BerdampakInovasi Sebagai Strategi Mewujudkan Pelayanan Publik Berdampak
Inovasi Sebagai Strategi Mewujudkan Pelayanan Publik BerdampakTri Widodo W. UTOMO
 
Menjunjung Tinggi Sijunjung Melalui Inovasi
Menjunjung Tinggi Sijunjung Melalui InovasiMenjunjung Tinggi Sijunjung Melalui Inovasi
Menjunjung Tinggi Sijunjung Melalui InovasiTri Widodo W. UTOMO
 

More from Tri Widodo W. UTOMO (20)

Strategi Kolaboratif untuk Inovasi Berkelanjutan
Strategi Kolaboratif untuk Inovasi BerkelanjutanStrategi Kolaboratif untuk Inovasi Berkelanjutan
Strategi Kolaboratif untuk Inovasi Berkelanjutan
 
Inovasi Pelaksanaan Bangkom Berbasis Teknologi Informasi
Inovasi Pelaksanaan Bangkom Berbasis Teknologi InformasiInovasi Pelaksanaan Bangkom Berbasis Teknologi Informasi
Inovasi Pelaksanaan Bangkom Berbasis Teknologi Informasi
 
Transformasi untuk LAN Semakin Berprestasi
Transformasi untuk LAN Semakin BerprestasiTransformasi untuk LAN Semakin Berprestasi
Transformasi untuk LAN Semakin Berprestasi
 
Tata Kelola Kebijakan Berdasar Siklus Kebijakan
Tata Kelola Kebijakan Berdasar Siklus KebijakanTata Kelola Kebijakan Berdasar Siklus Kebijakan
Tata Kelola Kebijakan Berdasar Siklus Kebijakan
 
Strategi Kebijakan Penguatan Netralitas ASN dalam Pemilu
Strategi Kebijakan Penguatan Netralitas ASN dalam PemiluStrategi Kebijakan Penguatan Netralitas ASN dalam Pemilu
Strategi Kebijakan Penguatan Netralitas ASN dalam Pemilu
 
Pengelolaan Kinerja dalam Manajemen ASN
Pengelolaan Kinerja dalam Manajemen ASNPengelolaan Kinerja dalam Manajemen ASN
Pengelolaan Kinerja dalam Manajemen ASN
 
Tranformasi Kab. Bogor Berkelanjutan
Tranformasi Kab. Bogor BerkelanjutanTranformasi Kab. Bogor Berkelanjutan
Tranformasi Kab. Bogor Berkelanjutan
 
Manajemen Perubahan & Penerapannya di Sektor Publik
Manajemen Perubahan & Penerapannya di Sektor PublikManajemen Perubahan & Penerapannya di Sektor Publik
Manajemen Perubahan & Penerapannya di Sektor Publik
 
Prospek Kolaborasi LAN-Yayasan Pijar
Prospek Kolaborasi LAN-Yayasan PijarProspek Kolaborasi LAN-Yayasan Pijar
Prospek Kolaborasi LAN-Yayasan Pijar
 
Gamifikasi Zoom & Behavioral Insight
Gamifikasi Zoom & Behavioral InsightGamifikasi Zoom & Behavioral Insight
Gamifikasi Zoom & Behavioral Insight
 
Signifikansi Pendampingan Labinov di Daerah
Signifikansi Pendampingan Labinov di DaerahSignifikansi Pendampingan Labinov di Daerah
Signifikansi Pendampingan Labinov di Daerah
 
Peta Kinerja Inovasi Daerah di Indonesia
Peta Kinerja Inovasi Daerah di IndonesiaPeta Kinerja Inovasi Daerah di Indonesia
Peta Kinerja Inovasi Daerah di Indonesia
 
Kab. Bireuen, Mengakselerasi Kinerja Melalui Inovasi
Kab. Bireuen, Mengakselerasi Kinerja Melalui InovasiKab. Bireuen, Mengakselerasi Kinerja Melalui Inovasi
Kab. Bireuen, Mengakselerasi Kinerja Melalui Inovasi
 
Perumusan Peraturan Berdasar Siklus Kebijakan
Perumusan Peraturan Berdasar Siklus KebijakanPerumusan Peraturan Berdasar Siklus Kebijakan
Perumusan Peraturan Berdasar Siklus Kebijakan
 
Recharging Inovasi Padang Panjang
Recharging Inovasi Padang PanjangRecharging Inovasi Padang Panjang
Recharging Inovasi Padang Panjang
 
Transformasi untuk Parepare Semakin Berprestasi
Transformasi untuk Parepare Semakin BerprestasiTransformasi untuk Parepare Semakin Berprestasi
Transformasi untuk Parepare Semakin Berprestasi
 
Transformasi Administrasi Publik Menjawab Tantangan Era Disrupsi
Transformasi Administrasi Publik Menjawab Tantangan Era DisrupsiTransformasi Administrasi Publik Menjawab Tantangan Era Disrupsi
Transformasi Administrasi Publik Menjawab Tantangan Era Disrupsi
 
Korpri & Inovasi sebagai Perekat & Pemersatu Bangsa
Korpri & Inovasi sebagai Perekat & Pemersatu BangsaKorpri & Inovasi sebagai Perekat & Pemersatu Bangsa
Korpri & Inovasi sebagai Perekat & Pemersatu Bangsa
 
Inovasi Sebagai Strategi Mewujudkan Pelayanan Publik Berdampak
Inovasi Sebagai Strategi Mewujudkan Pelayanan Publik BerdampakInovasi Sebagai Strategi Mewujudkan Pelayanan Publik Berdampak
Inovasi Sebagai Strategi Mewujudkan Pelayanan Publik Berdampak
 
Menjunjung Tinggi Sijunjung Melalui Inovasi
Menjunjung Tinggi Sijunjung Melalui InovasiMenjunjung Tinggi Sijunjung Melalui Inovasi
Menjunjung Tinggi Sijunjung Melalui Inovasi
 

DESENTRALISASI ASIMETRIS UNTUK KESEJAHTERAAN

  • 1. PKP2A I LAN Bandung Kiara Payung, 5 April 2012
  • 2.  Komentar per Issu / Poin  Kembali ke Laptop: Apa itu Desentralisasi?  Focusing …  Milestone Desentralisasi Asimetris.
  • 3.  Dalam TOR disebut berkali-kali soal tujuan negara dalam men- sejahterakan rakyatnya. Kesan awal, kajian ini ingin mengkaitkan sejauh mana dampak desentralisasi terhadap perwujudan kesejahteraan dan mencari pola desentralisasi (asimetris) yg paling optimal untuk mencapai kesejahteraan. KOMENTAR:  Selama ini, pergerakan bandul desentralisasi lebih dikaitkan dengan efisiensi atau demokrasi (lihat slide).  Desentralisasi yg berorientasi efisiensi, mungkin dapat dianalogkan dengan desentralisasi simetris. Sedangkan desentralisasi yg berorientasi demokrasi, lebih cocok dianalogkan dengan desentralisasi asimetris, meski tidak menutup kemungkinan desentralisasi asimetris lebih efektif menciptakan efisiensi (kasus Jepang).  Baik desentralisasi yg berorientasi efisiensi maupun yg berorientasi demokrasi, pada dasarnya sama-sama bertujuan untuk menciptakan kesejahteraan. Namun belum ada kesimpulan bahwa desentralisasi yg pro efisiensi otomatis juga pro kesejahteraan. sehingga harus dihilangkan kesan bahwa desentralisasi asimetris lebih dekat dengan kesejahteraan.
  • 4.
  • 5. KOMENTAR (Lanjutan):  Akan sangat sulit merumuskan model desentralisasi asimetris dengan pintu masuk kesejahteraan (alasan ekonomi). Sebab, terlebih dahulu harus ada studi perbandingan model desentralisasi mana yg pernah berlaku di Indonesia yg paling mampu mensejahterakan warga negara. Jika sudah ketemu, baru dianalisis apa faktor yg menentukan keberhasilan desentralisasi dalam meraih kesejahteraan, untuk selanjutnya ditentukan dalam hal apa perlakuan asimetris diberikan.  Kesulitan mengkaitkan desentralisasi asimetris dengan kesejahteraan juga didukung oleh fakta empirik bahwa Otsus papua dan Aceh tidak banyak memberi dampak positif pada kesejahteran masyarakat (TOR hal. 3).  Mungkin, pintu masuk ‘keragaman, tuntutan kebutuhan, latar belakang historis, dan amanat konstitusi’ (alasan politik) lebih tepat untuk dipilih.
  • 6.  Pada hal. 1 alinea 2 disebutkan bahwa UU No. 1/1945 merupakan kebijakan desentralisasi yg pertama kali ditetapkan di Indonesia. KOMENTAR:  Jika dihitung sejak Indonesia merdeka, benar. Namun jika melihat aspek historisitas, maka kebijakan yg pertama adalah Decentralizatie Wet 1903, yg disusul dengan Wet op de Bestuurshervorming (Stb. 1922/216).  Pada Tabel 1.1. disebutkan bahwa asas otonomi pada masa UU No. 32/2004 adalah otonomi luas, nyata & bertgjawab. KOMENTAR:  Menurut bagian Menimbang butir (b), Pasal 1, Pasal 2 (3), dan Pasal 10 (2), asas yang digunakan adalah otonomi seluas- luasnya.
  • 7. What do we mean by Desentralisasi? 5 Tipologi Desentralisasi Smith. 4 Tipologi Desentralisasi Rondinelli & WB. 3 Tipologi Desentralisasi Brilantes Jr. 2 Tipologi Desentralisasi Ribot.
  • 8. 5 Typology of Decentralization (Smith, 2001)
  • 9. 4 Typology of Decentralization (Rondinelli and WB, 1999)  Political decentralization;  Administrative decentralization:  Deconcentration  Delegation  Devolution  Fiscal decentralization;  Market decentralization.
  • 10. 3 Typology of Decentralization (Brilantes Jr., 2004)
  • 11. 2 Typology of Decentralization (Ribot, 2004)
  • 12.  Dari beragam tipologi diatas, desentralisasi yg mana yg akan dikembangkan dengan pola asimetris?  Dalam TOR nampaknya ada link yang hilang antara paparan awal Latar Belakang dengan keputusan untuk memfokuskan pada desentralisasi asimetris berbasis sosial ekonomi. Jika ini yg diambil, mungkin dalam Latar Belakang lebih tepat untuk mengangkat soal kesenjangan (sosial) ekonomi antar daerah, gambaran potensi perekonomian daerah, kapasitas fiskal masing2 daerah, visi dan target pembangunan bidang ekonomi masing2 daerah, dll.  Dimensi « sosial » lebih baik dilekatkan pada dimensi « budaya » dari pada « ekonomi »  lihat Milestone Desentralisasi Asimetris.  Perumusan Masalah dan Tujuan sebaiknya tidak melebar, dan cukup dipilih butir no. 1. Adapun masalah dan tujuan no. 2 dan 3 dapat dikaji pada seri tahun mendatang (multi years). Sebab, pada tahap pertama baru menyusun model, tentu implementasinya tidak bisa seketika, apalagi mengkaji soal implikasi dari penerapan model tsb.
  • 13. Tahap 1 Tahap 2 Tahap 3 Tahap 4 Alasan Alasan Alasan Alasan Historis Politis Sosial Ekonomi Konstitusi Budaya
  • 14. – Tri Widodo W. Utomo – Pusat Kajian Manajemen Kebijakan LAN-RI