Beginners Guide to TikTok for Search - Rachel Pearson - We are Tilt __ Bright...
MENJADI PENGUSAHA SUKSES
1. DAFTAR ISI
DAFTAR ISI ........................................................................................................................................................... 1
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................................................................... 2
1.1 Latar Belakang ................................................................................................................................................. 2
1.2 Profil Puspo Wardoyo .................................................................................................................................... 2
1.3 Profil Ayam Bakar Wong Solo ..................................................................................................................... 2
1.4 Alasan Memilih Puspo Wardoyo Sebagai Role Model ........................................................................... 2
BAB II ISI DAN PEMBAHASAN ..................................................................................................................... 3
2.1 Proses Pengembangan Bisnis Puspo Wardoyo .......................................................................................... 3
2.2 Konsep 10 D William Bygrave yang diterapkan Puspo Wardoyo ......................................................... 4
2.3 Kompetensi yang dimiliki Puspo Wardoyo ................................................................................................ 6
2.4 Filosofi Bisnis Puspo Wardoyo .................................................................................................................... 6
BAB III PENUTUP ............................................................................................................................................... 8
3.1 Kesimpulan ....................................................................................................................................................... 8
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................................................ 9
LAMPIRAN .......................................................................................................................................................... 10
1
2. BAB I
PENDAHULUAN
2
1.1 Latar Belakang
Orang-orang yang kita kagumi sebagai panutan, baik seseorang yang sangat ahli dalam bidang tertentu,
memiliki jabatan yang tinggi di dalam sebuah organisasi atau perusahaan, atau bisa juga karena orang tersebut
memiliki kemampuan atau kebiasaan yang menurut kita bisa dijadikan sebagai contoh dalam berperilaku dan
bersosialisasi dengan orang lain di sekitar kita, biasa disebut sebagai Role Model.
Menurut Wikipedia, role model adalah seseorang yang memberikan contoh, dimana perilakunya kerap kali
dicontoh atau ditiru orang lain. Singkatnya, role model tidak hanya seseorang yang kita idolakan, tetapi lebih
dari itu, perilaku atau pencapaiannya mampu menginspirasi banyak orang, sehingga apa yang dilakukan oleh
orang tersebut selalu dijadikan sebagai contoh untuk ditiru ke dalam kebiasaan dan perilaku sehari-hari.
1.2 Profil Puspo Wardoyo
Puspo Wardoyo, (lahir di Solo, 30 November 1967; umur 46 tahun) adalah pengusaha pemilik Rumah
Makan Ayam Bakar Wong Solo dari kota Solo. Puspo Wardoyo memiliki 7 saudara dan terlahir dari keluarga
yang sederhana. Orang tuanya berdagang daging ayam dan membuka warung kecil. Puspo Wardoyo yang saat
itu masih kecil membantu menyembelih ayam pada pagi hari untuk dijual dipasar. Siang sampai malam, beliau
membantu orang tuanya menjajakan menu siap saji seperti ayam goreng, ayam bakar, dan menu ayam lainnya di
warung milik orangtuanya di dekat kampus UNS Solo. Orang tua Puspo Wardoyo ingin anaknya ada yang
menjadi pegawai negeri, dan itupun akhirnya terkabul. Puspo Wardoyo menjadi guru bidang studi pendidikan
seni di SMU Negeri 1 Blabak Muntilan. Namun t idak bertahan lama karena Puspo Wardoyo merasa bahwa
pekerjaan itu kurang cocok dengan jiwanya, dan dengan berbagai pertimbangan, akhirnya Puspo Wardoyo
mengundurkan diri karena ingin menjadi pengusaha. Akhirnya Puspo Wardoyo memilih pulang ke kampung
halamannya dan membuka warung ayam goreng kaki lima di Kleco, Solo. Dalam menekuni usahanya ini, Puspo
Wardoyo dibantu oleh 2 orang karyawan dan usaha ini termasuk pionir atau perintis lesehan kaki lima di Solo
pada tahun 1986.
1.3 Profil Ayam Bakar Wong Solo
Rumah makan Ayam Bakar Wong Solo adalah bisnis rumah makan yang bergerak dalam bidang jasa,
berdiri sejak 18 April 1991 di bawah kendali Puspo Wardoyo dan berkantor pusat di kota Medan dengan cabang
hampir di seluruh provinsi di Indonesia.
Rumah makan Ayam Ba kar Wong Solo salah satu rumah ma kan tradisional besar yang bermotto “halla lan
tayyiban” yang berarti hala l dari segi ma kan dan baik dari segi aspek pengolahan dan pelayanan. Walaupun
menggunakan ayam bakar dan nama wong solo bukan berarti menu yang ad a adalah ayam bakr saja tetapi juga
tersedia menu-menu yang lain seperti ikan dan sayuran. Lalu menggunakan nama wong solo karena pemilik
rumah makan ini adalah orang dari kota Solo. Namun demikian menu yang disajikan adalah menu tradisional
nusantara atau diambil dari berbagai daerah di Indonesia.
Sampai saat ini Ayam Bakar Wong Solo memiliki lebih dari 115 outlet yang tersebar di kota-kota besar
yang ada di Indonesia seperti Medan, Banda Aceh, Padang, Solo, Denpasar, Makassar, Pekanbaru, Surabaya,
Semarang, Jakarta, Malang hingga Papua dan 5 outlet yang berada di Malasyia.
1.4 Alasan Memilih Puspo Wardoyo sebagai Role Model
Alasan penulis memilih Puspo Wardoyo sebagai Role Model adalah karena kesuksesan yang diraihnya
terutama di bidang bisnis dapat memberikan contoh atau keteladanan yang positif bagi orang lain dan Puspo
Wardoyo juga dikenal sebagai sosok yang pantang menyerah dalam mengembangkan bisnisnya. Hal itu dapat
dilihat dari bagaimana beliau mengembangkan usahanya mulai dari membuka warung ayam goreng kaki lima
sampai sebesar sekarang yang telah memiliki banyak outlet yang tersebar di Indonesia maupun luar negeri.
3. BAB II
ISI DAN PEMBAHASAN
3
2.1 Proses Pengembangan Bisnis Puspo Wardoyo
Terinspirasi oleh cerita pedagang bakso yang sukses mengarungi hidup di Medan. Ketika itu Puspo
Wardoyo tengah merintis usaha warung lesehan ayam goreng kaki lima di Solo selepas mengundurkan diri dari
PNS, pada waktu itu pedagang bakso asal Solo tersebut bertandang ke tempat Puspo Wardoyo. Pedagang bakso
itu bercerita peluang usaha warung makan di Medan sangat bagus. Dalam sehari ia bisa meraup keuntungan
bersih di akhir tahun 1990 sekitar Rp. 300.000.
Cerita sukses tersebut begitu membenak di hati Puspo Wardoyo. Seorang penjual bakso yang bisa pulang
kampung tiap bulan. Ditambah si penjual bakso ini menggunakan pesawat terbang sebagai alat transportasi.
Akhirnya, Puspo Wardoyo bertekad bulat untuk merantau ke Medan. Untuk mewujudkan tekadnya itu, warung
makan ayam goreng yang termasuk perintis warung lesehan di Solo tersebut dijualnya kepada seorang teman.
Uang hasil penjualan tersebut dimanfaatkan untuk membeli tiket ke Jakarta. Kenapa memilih ke Jakarta,
bukannya ke Medan. Karena uang yang dimilik Puspo Wardoyo belum cukup sebagai bekal untuk merantau ke
Medan. Ketik tengah merantau ke ibu kota, Puspo Wardoyo membaca lowongan pekerjaan sebagai guru di
sebuah perguruan bernama DR Wahidin di Bagan Siapiapi, Sumatera Utara. Apa boleh buat, demi mewujudkan
cita-citanya sampai di Medan, Puspo Wardoyo berusaha mengumpulkan modal.
Kali ini dia kembali menjadi guru. Ini seperti pekerjaannya dulu, kala itu, Puspo Wardoyo adalah pegawai
negeri sipil dimana beliau menjadi staf pengajar mata pelajaran Pendidikan Seni di SMA Negeri Muntilan,
Kabupaten Magelang. “Target saya cuma dua tahun menjadi guru lag i,” katanya. Di sinilah Puspo Wardoyo
bertemu dengan istri pertamanya Rini Purwanti yang sama-sama menjadi tenaga pengajar di sekolah tersebut.
Dua tahun menjadi guru Puspo Wardoyo berhasil mengumpulkan tabungan senilai Rp. 2.400.000. Dengan
uang tak seberapa itu dijadikannya modal untuk menaklukkan kota Medan. Uang tabungan itu sebagian
digunakan untuk menyewa rumah dan membeli sebuah motor Vespa butut. Sisa Rp. 700.000 digunakannya
sebagai modal membangun warung kaki lima di bilangan Polonia Medan.
Puspo Wardoyo menyewa lahan 4x4 meter persegi seharga Rp. 1000 per hari. Suatu hari pegawainya
tertimpa masalah. Dia terlibat utang dengan rentenir. Puspo Wardoyo membantunya dengan meminjamkan uang.
Sebagai ucapan terima kasih, sang pegawai membawa wartawan sebuah harian lokal Medan. Si wartawan yang
merupakan sahabat dari suami pegawai yang ditolong Puspo Wardoyo menuliskan profilnya. Sebuah artikel
yang berisi profil Puspo Wardoyo berjudul “Sarjana Buka Ayam Bakar Wong Solo.”
Artikel itu membawa rezeki bagi Puspo Wardoyo. Esok hari artikel dimuat di koran, banyak orang yang
berbondong-bondong mendatangi warung ayam milik Puspo Wardoyo. Siapa sangka jika dari sebuah warung
kecil ini kemudian melahirkan sebuah usaha jaringan rumah makan yang cukup kondang seantero Medan.
Impian untuk menaklukkan “ jara k” So lo medan lebih dekat d ibanding Solo Sema rang pun menjad i kenyataan
melebihi impian yang beliau tinggalkan sebelumnya.
Dari ibu kota Sumatera Utara ini nanti Rumah Makan Ayam Bakar Wong Solo melejit ke pentas bisnis
nasional. Belakangan ini nama Ayam Bakar Wong Solo semakin berkibar setelah berhasil menaklukkan Jakarta
setelah sebelumnva "mengapung" dari daerah pinggiran. Dalam waktu relatif singkat kehadiran Wong Solo telah
merengsek dan menanamkan tonggak-tonggak bisnisnya di pusat kota metropolis ini. Ekspansinya pun semakin
tak tertahankan dengan memasuki berbagai kota besar di Indonesia.
Fenomena Ayam Bakar Wong Solo mengundang decak kekaguman berbagai kalangan dari pejabat
pemerintah, para pelaku bisnis hingga para pengamat. Hampir semua outletnya di Jakarta selalu sesak
pengunjung, terutama di akhir pekan dan hari libur. Bahkan ket ika bulan Ramadhan, semua outlet tersebut
membatasi jumlah pengunjung saat berbuka puasa.
Ada masa ketika di waktuwaktu awal merintis usaha di Medan Puspo Wardoyo nyaris patah semangat
dikarenakan selama berhari-hari tak pernah meraih untung. Hanya berjualan dua atau tiga ekor ayam bakar plus
nasi, terkadang dalam satu hari tak seekor pun yang laku. Pernah pula seluruh dagangannya yang telah dimasak
di rumah tumpah di tengah jalan karena jalanan licin sehabis hujan. "Apa boleh buat, saya terpaksa pulang dan
memasak lagi". katanya. Istrinya yang tak sabar melihat lambannya usaha Puspo Wardoyo bahkan sempat
memberi tahu ayahnya agar memberitahu ayahnya agar mempengaruhi beliau supaya tak berjualan ayam bakar
lagi. "Mertua saya bilang, kapan kamu akan tobat," katanya menirukan ucapan sang mertua.
Pada awal perantauannya ke Medan, Puspo wardoyo, sama sekali tak menyangka jika usaha warung ayam
bakar “Wong Solo” a kan berkembang seperi seka rang. Maklu m, ru mah ma kan yang dibukanya hanyalah sebuah
warung berukuran sekitar 3x4 meter di dekat bandara Polonia, Medan. Setahun pertama dia hanya mampu
menjual 3 ekor ayam per hari yang dibagibagi menjadi beberapa potong. Harga jual per potongnya Rp 4.500 plus
sepiring nasi. Di tahun kedua, naik menjadi 10 ekor ayam per hari Namun sekarang, memiliki lebih dari 115
cabang tersebar di seluruh kota-kota besar di Indonesia dan Malasyia. Meskipun masih mengandalkan ayam
4. bakar, namun menunya kini makin beragam hingga 100 jenis. Sudah terbiasa bagi Puspo Wardoyo untuk
menyisihkan 10 % dari keuntungannya untuk amal. Dia percaya, Tuhan akan memperkaya orang yang banyak
beramal.
Promosi dari mulut ke mulut membuat warung Puspo Wardoyo semakin terkenal. Terlebih ketika seorang
wartawan lo kal membuat tulisan tentang ‘Wong Solo,’ makin rama ilah warungnya. Pernah suatu hari dia
kewaalahan memenuhi pesanan pelanggan. Di saat tiga ekor ayam jualannya habis, datang pembeli lain yang
bersedia menunggu asalkan Wardoyo mau mencari ayam batu ke pasar. Diapun memenuhi permintaan
pelanggan tersebut dengan membeli t iga ekor ayam lagi. Namun datang lagi pelanggan lain yang juga bersedia
menunggu Wardoyo mencari ayam ke pasar.
Dua tahun berlalu dan seorang Puspo Wardoyo segera memperluas warung hingga layak disebut rumah
makan. Jiwa seni Puspo Wardoyo nampak tergurat pada bentuk bangunan dan penampilannya yang cenderung
nyeleneh. Dalam bentuk bangunan, misalnya, Puspo Wardoyo tak segan-segan mengeluarkan uang cukup besar
untuk membayar seorang arsitek guna mewujudkan imajinasinya terhadap suatu bentuk banguna n.
Perpaduan seni dan entrepreneurship Puspo Wardoyo juga tertuang dalam pendekatan terhadap konsumen.
”Saya berusaha menghafal nama-nama semua pelanggan saya. Sehingga sewaktu mereka datang saya harus
menyambut mere ka dengan menyebut namanya,” papar Wardo yo. Inilah yang disebutnya sebagai “menjadikan
pelanggan sebagai saudara”.
Seiring dengan berkembangnya Ayam Bakar Wong Solo, Puspo Wardoyo membuka kesempatan kepada
seluruh lapisan masyarakat untuk ikut menikmati nilai tambah Ayam Bakar Wong Solo melalui sistem waralaba.
Untuk waralaba tersebut, Puspo Wardoyo telah membuat standarisasi dalam hal rasa dan gerai (outlet). Jika
seseorang membeli waralaba Ayam Bakar Wong Solo di Jakarta, dipastikan sama rasa dan penataan gerainya
dengan Ayam Bakar Wong Solo Medan atau di tempat lain.
Sekarang gerai Ayam Bakar Wong Solo telah berdiri hampir di seluruh kota-kota besar yang ada di
Indonesia dan Malasyia. Keuletan Puspo Wardoyo dalam membes arkan warung makan ayam bakar yang
menjadi idaman masyarakat memang tidak mudah. Ia harus merasakan terlebih dahulu berbagai cobaan,
rintangan, halangan, hingga masa-masa sulit yang mencekam. Bermodalkan kesabaran, kerja keras, pantang
menyerah, dan dibumbui ketaqwaan dalam menjalankan usaha berdasarkan syariat Islam, tak pela k ia mampu
menorehkan prestasi yang gemilang, yakni ia mendapat penghargaan Enterprise-50 sebagai Waralaba Lokal
Terbaik dari Pesiden RI, Megawati Soekarnoputri.
2.2 Konsep 10 D William Bygrave yang diterapkan Puspo Wardoyo
Seorang Entrepreneur memang sedikit berbeda dibanding dengan orang biasa. William Bygrave membuat
4
daftar 10D sebagai ciri seorang entrepreneur, yaitu:
1. Dream (Mimpi)
Wirausahawan memiliki visi atas masa depan seperti apa yang mereka dan usaha mereka ingin
hadapi. Dan lebih penting lagi, mereka memiliki kemampuan mengimplementasikan mimpi
mereka.
Puspo Wardoyo adalah seorang pengusaja pemilik jaringan waralaba Ayam Bakar Wong Solo
yang sudah tersebar ke hamper seluruh kota-kota besar yang ada di Indonesia dan Malasyia.
Kesuksesannya saat ini bermula dari mimpinya untuk merantau dan menaklukkan kota Medan
dengan menjadi seorang entrepreneur. Akhirnya saat ini bukan hanya di kota Medan Puspo
Wardoyo berhasil mengembangkan usahanya tetapi hampir di seluruh kota besar yang ada di
Indonesia dan beberapa tersebar di Malasyia. Semua ini berawal dari sebuah ‘impian.’
2. Decisiveness (Ketegasan)
Tidak pernah menangguh-nagguhkan waktu. Mereka membuat keputusan dengan cepat dan
bertanggung jawab penuh atas keputusannya.
Seiring dengan berkembangnya Ayam Bakar Wong Solo, Puspo Wardoyo tanpa menangguh-nagguhkan
waktu untuk mengembangkan bisnisnya. Puspo Wardoyo lalu membuka kesempatan
untuk ikut menikmat i nilai tambah Ayam Bakar Wong Solo melalui sistem franchise atau
waralaba. Puspo Wardoyo memiliki ketegasan dalam menentukan perkembangan usahanya. Ia
mengambil keputusan dengan mengembangkan usahanya dengan sistem waralaba dan akhirnya
dapat menikmat i hasil kerja kerasnya setelah berhasil mengembangkan sistem waralaba pada
usahanya.
3. Doers (Pelaku)
Sekali mereka menentukan suatu jenis tindakan, mereka melaksanakannya secepat mungkin.
5. Salah satu kunci sukses Ayam Bakar Wong Solo adalah dengan menggunakan konsep
waralaba. Puspo Wardoyo tidak hanya berhasil menggaet mitra di dalam negeri tapi juga
merambah ke mitra-mit ranya di luar negeri. Saat ini tercatat ada sekitar lebih dari 115 rumah
makan Ayam Bakar Wong Solo yang telah berdiri dari hasil kerja sama dengan mitra-mitranya.
5
4. Determination (Determinasi)
Mereka mengimplementasikan usaha mereka dengan komitmen total. Mereka jarang
menyerah, bahkan pada saat menjumpai kesulitan yang tampaknya tidak mungkin diatasi.
Pada awal membuka warung makan, Puspo Wardoyo hanya mampu menjual 3-4 ekor ayam
setiap hari. Malah di hari pertama tak seorang pun datang ke warung yang hanya mampu
menampung 10 orang tersebut. Tetapi Puspo Wardoyo tidak berkecil hati, malah beliau semakin
tertantang untuk mengembangkan usahanya dan terus menekuni usaha tersebut.
Setelah melalui berbagai macam kesulitan dan dengan komitmen yang tinggi akhirnya usaha
yang dirintis oleh Puspo Wardoyo lama kelamaan menunjukkan hasilnya.
5. Dedication (Dedikasi)
Mereka berdedikasi total terhadap bisnisnya, kadangkala mengorbankan hubungan mereka
dengan kawan atau keluarganya. Mereka bekerja tak kenal lelah.
Walaupun Puspo Wardoyo sudah sukses merintis bisnis kuliner dengan Ayam Bakar Wong
Solo, ia masih berdedikasi terhadap bisnisnya dan tak ingin masuk ke jenis usaha yang lain. Karena
bakat yang dimilikinya cuma memasak dan ia sudah terlalu mencintai bidang makanan dengan
jenis makanan lokal Indonesia.
6. Devotion (Pengabdian)
Wirausahawan mencintai apa yang dikerjakannya. Rasa cinta inilah yang menahan mereka
ketika usaha mereka mendapat kesulitan.
Sejak kecil kehidupan Puspo Wardoyo tak jauh dari berurusan dengan ayam. Puspo kecil telah
ikut membantu kedua orang tuanya menjual makanan cepat saji seperti ayam bakar, ayam goreng,
dan menu ayam lainnya. Dari sinilah Puspo Wardoyo akhirnya memilih kuliner khususnya ayam
bakar sebagai bisnis utamanya dan memiliki pengabdian yang sangat tinggi terhadap apa yan g
dikerjakannya.
7. Details (Cermat)
Wirausahawan harus menguasai rincian yang bersifat kritis.
Meskipun Ayam Bakar Wong Solo telah terkenal hingga ke pelosok Nusantara, Puspo
Wardoyo terus waspada agar pelanggannya tidak bosan. Caranya dengan membuat berbagai variasi
menu, selain kualitas harus unggul dibanding lainnya. Saat ini, ia menyediakan 50 lebih menu
makanan dan 20-an menu minuman. Pelanggan RM Ayam Bakar Wong Solo akan selalu
menikmati sajian yang segar serta bumbu masak jaminan terbaik. Agar pelayanan selalu yang
terbaik, Puspo sedikit "cerewet" dengan membuat standardisasi bumbu, pelayanan dan desain
interior-eksterior rumah makannya. Semua bumbu dibuat di Medan sebelum didistribusi ke seluruh
cabang.
8. Destiny (Nasib)
Mereka ingin bertanggung jawab atas nasib mereka sendiri daripada bergantung kepada
seorang atasan.
Puspo Wardoyo pernah menjadi pegawai negeri sipil, saat itu, ia menjadi guru bidang studi
pendidikan seni di SMU Negeri 1 Blabak Muntilan. Namun t idak bertahan lama karena Puspo
Wardoyo merasa bahwa pekerjaan itu kurang cocok dengan jiwanya, dan dengan berbagai
pertimbangan, akhirnya Puspo Wardoyo mengundurkan diri karena ingin menjadi pengusaha.
Berkat keputusannya keluar dari pegawai negeri sipil dan menjadi entrepreneur akhirnya ia bias
meraih kesuksesan seperti sekarang ini.
9. Dollars (Uang)
Menjadi kaya bukanlah, mot ivasi utama bagi seorang wirausahawan. Mereka menganggap jika
mereka sukses, mereka akan mendapat pencapaian aktualisasi diri.
Puspo Wardoyo sadar bahwa keuntungan bisnis harus disisihkan untuk membantu orang lain.
Karena itulah, Puspo Wardoyo selalu menyisihkan sebagian hartanya sebesar 10% untuk beramal.
Dengan begitu, Puspo Wardoyo berharap bisnisnya bisa berjalan dengan cara yang halalan
thayyiban serta penuh dengan keberkahan.
6. 6
10. Distribute (Distribusi Tugas)
Wirausahawan mendistribusikan kepemilikan bisnisnya kepada karyawan kunci yang
merupakan faktor penting bagi kesuksesan bisnisnya.
Setelah lulus dari kuliahnya, Puspo Wardoyo berencana untuk mengajak anaknya untuk ikut
mengelola usaha yang dirintisnya. Namun, dia akan diperlakukan sebagai karyawan biasa, ikut
pelatihan dan melakukan pekerjaan dari bawah. Ia harus benar-benar profesional dan punya
kemampuan bagus.Agar nantinya dapat menggantikan Puspo Wardoyo sebagai pimpinan.
2.3 Kompetensi yang dimiliki Puspo Wardoyo
1. Intrapersonal Competence
Yang dimaksud dengan intrapersonal competence adalah kemampuan seorang entrepreneur
untuk melakukan Self control, ability to accept hard work dan willingness to learn.
Kemampuan intrapersonal yang dimiliki Puspo Wardoyo dapat terlihat dari adanya kemauan
untuk mencoba yang baru walaupun beratnya konsekuensi yang akan diterima. Hal ini terlihat dari
Puspo Wardoyo yang memutuskan untuk keluar dari PNS dan menjadi seorang wirausahawan serta
memutuskan untuk merantau ke Medan. Konsekeunsi yang dihadapinya begitu besar namun Puspo
Wardoyo memiliki keyakinan dan berupaya segera memperoleh apa yang diinginkannya .
2. Interpersonal Competence
Yang termasuk dalam interpersonal competence adalah setting oneself up as role model,
managing impression, trustworthiness.
Interpersonal competence yang dimiliki Puspo Wardoyo dapat dilihat dari kemampuannya
dalam melakukan pendekatan kepada pelanggan. Puspo Wardoyo berusaha menghafal seluruh
nama-nama pelanggan, sehingga sewaktu mereka berkunjung, Puspo Wardoyo menyambut mereka
dengan menyebutkan namanya. Inilah yang disebutnya sebagai menganggap pelanggan sebagai
saudara.
3. Technical Competence
Yang dimaksud dengan Technical Competence adalah memiliki kompetensi di bidang rancang
bangun (know-how) sesuai dengan bentuk usaha yang akan dipilih misalnya kemampuan dalam bidang
desain dan teknik produksi.
Technical Competence yang dimiliki Puspo Wardoyo dapat dilihat dari standarisasi rasa dan
outlet dari franchise Ayam Bakar Wong Solo. Jika seseorang membeli franchise Ayam Bakar Wong
Solo di Jakarta, dipastikan akan sama rasa dan penataan outletya dengan Ayam Bakar Wong Solo di
pusatnya, Medan ataupun ditempat lain.
4. Entrepreneurial Competence
Entrepreneurial competence diperlukan untuk menghasilkan produk baru, menghasilkan nilai
tambah baru, merintis usaha baru, melakukan proses dan teknik baru dan mengembangkan
organisasi baru.
Entrepreneurial competence yang dimiliki Puspo Wardoyo dapat dilihat dari bagaimana cara
ia mengembangkan bisnisnya dengan cara sistem waralaba sehingga dapat tersebar ke seluruh kota -
kota besar yang ada di Indonesia dan Malasyia. Agar pelanggannya tidak bosan, Puspo Wardoyo
membuat inovasi dengan membuat berbagai variasi menu dan rencana lainny a adalah
memperkenalkan Ayam Bakar Wong Solo ke semua lapisan, termasuk masyarakat kelas bawah.
Untuk itu, sistem waralaba kaki lima Ayam Bakar Wong Solo telah disiapkan. Sasaran pemegang
waralaba model terbaru ini adalah mahasiswa. Meskipun memakai embel -embel kaki lima,
standarisasi pelayanan dan produk tetap terjaga lewat kontrol ketat bagian Quality Control RM
Ayam Bakar Wong Solo.
2.4 Filosofi Bisnis Puspo Wardoyo
Puspo Wardoyo sebenarnya mempunyai suatu pandangan yang sederhana tapi maknanya sangat dalam
bahwa hidup ya bisnis, bisnis ya ibadah, hidup ya ibadah, jadi ketiganya walaupun secara istilah berbeda tetapi
bagi Puspo Wardoyo maknanya sama, tidak bisa dipisahkan satu dengan yang lainnya.
“Hai orang-orang beriman, sukakah kamu aku tunjukkan suatu perniagaan yang dapat
menyelamatkanmu dari azab yang pedih? (yaitu) kamu beriman kepada Allah dan RasulNya dan berjihad di
7. jalan A llah dengan harta dan jiwamu. Itulah yang lebih baik bagimu , jika kamu mengetahui.” (QS; Ash -Shaff:
10-11)
“Dan Aku (A llah) tidak menciptakan jin dan manusia kecuali untuk menyembah-Ku (ibadah)” (QS;
7
Adz-dzaariyat: 56)
Dua ayat diatas jelas bahwa antara hidup, bisnis dan ibadah itu merupakan satu kesatuan yang tak
terpisahkan.
Kunci sukses Ayam Bakar Wong Solo t idak lepas dari hukum-hukum Allah dan Puspo Wardoyo
memahami bahwa hal terpenting dalam menjalankan roda bisnis adalah bagaimana suatu pekerjaan tersebut
justru dapat menyelamatkan diri dari siksa api neraka. Sehingga insan -insan Ayam Bakar Wong Solo
memandang bekerja sebagai ibadah. Di setiap outlet Ayam Bakar Wong Solo terdapat Mushalla dan mewajibkan
pendalaman Agama bagi staf dan karyawan secara terus menerus.
Jadi tujuan sukses yang dimiliki Puspo Wardoyo dan Ayam Bakar Wong Solo miliknya adalah usaha
profesional yang maju dan islami dalam rangka terhidarnya insan-insan Ayam Bakar Wong Solo dari azab yang
pedih dan bermafaat bagi keluarga, masyarakat serta sukses dunia dan akhirat.
8. BAB III
PENUTUP
8
3.1 Kesimpulan
Puspo Wardoyo adalah sosok yang patut kita teladani. Bermodalkan kesabaran, kerja keras, pantang
menyerah, dan dibumbui ketaqwaan dalam menjalankan usaha berdasarkan syaria t Islam, membuatnya meraih
kesuksesan dan ia mampu menorehkan prestasi yang gemilang, yakni ia mendapat penghargaan Enterprise-50
sebagai Waralaba Lokal Terbaik dari Pesiden RI, Megawati Soekarnoputri.
Keberhasilan Puspo Wardoyo tidak terlepas dari prinsip bisnis yang dimilikinya yang mengganggap
bahwa berbisnis merupakan ibadah. Hal ini dapat dilihat dari visi RM Ayam Bakar Wong Solo yaitu rumah
makan Halalan Thayyiban demi upaya penyelamatan dari siksa Api Neraka dengan (QS; Ash-Shaff: 10-11)
sebagai landasannya.
Hal lain yang patut ditiru dari Puspo Wardoyo adalah sifat kedermawanannya. Ia percaya bahwa apa
pun hal baik yang kita lakukan pada orang lain pada gilirannya pasti akan kembali pada kita. Suatu saat, Puspo
Wardoyo menolong seorang karyawannya yang sedang mengalami masalah keuangan dan meminjamkan secara
sukarela sebagian besar uang tabungannya yang sebenarnya ia cadangkan untuk modal usaha yang tengah
berjuang keras untuk bertahan. Sebagai balasannya, karyawan tersebut membawa wartawan sebuah harian lokal
Medan. Si wartawan yang merupakan sahabat dari suami karyawan yang ditolong Puspo Wardoyo menuliskan
profilnya. Sebuah artikel yang berisi p rofil Puspo Wardoyo berjudul “Sarjana Buka Ayam Ba kar Wong Solo.”
Artikel itu membawa rezeki bagi Puspo Wardoyo. Esok hari art ikel dimuat di koran, banyak orang yang
berbondong-bondong mendatangi warung ayam milik Puspo Wardoyo.
9. DAFTAR PUSTAKA
http://en.wikipedia.org/wiki/Role_model diakses tanggal 22 September 2014
http://www.jatengbisnis.com/769/puspo-wardoyo/ diakses tanggal 22 September 2014
http://tabloidbo.com/?p=1844 diakses tanggal 23 September 2014
http://wongsolo.com/language/id/ diakses tanggal 22 September 2014
http://biografi-pengusaha.blogspot.com/2014/05/sejarah-ayam-bakar-wong-solo-puspo.html diakses tanggal 23
September 2014
http://inspirasisuksesmulia.blogspot.com/2013/01/kisah-sukses-ayam-bakar-wong-solo.html diakses tanggal 23
September 2014
http://www.jutaan-ukm.com/details-berita.php?id=22 diakses tanggal 23 September 2014
http://www.jutaan-ukm.com/details-berita.php?id=22 diakses tanggal 23 September 2014
http://ciode.wordpress.com/2010/11/06/lima -prinsip-sukses-puspo-wardoyo/ diakses tanggal 24 September 2014
9