SlideShare a Scribd company logo
1 of 32
BAB I

                            PENDAHULUAN

A. Latarbelakang

            Tujuan pembangunan nasional adalah untuk mewujudkan

  masyarakat yang damai, demokratis, berdaya saing, maju dan

  sejahtera dalam ikatan negara kesatuan Republik Indonesia.

            Peran pemerintah masih cukup dominan sebagai mesin

  penggerak pembangunan (engine of development). Menurut J.M.

  Keynes (dalam Said Zainal Abidin:2008:137), kebebasan pasar tanpa

  ada campurtangan pemerintah tidak akan mampu melakukan alokasi

  sumber daya dan output secara optimal (full employment of output),

  karena itu Keynes memandang perlu adanya peran pemerintah, antara

  lain dalam bentuk kebijakan anggaran untuk mengatasi pengangguran

  yang sekaligus juga meningkatkan daya beli dan mendorong kegiatan

  bisnis.

            Menurut Said Zainal Abidin (2008:26), strategi pembangunan

  diarahkan untuk menciptakan pemerataan pembangunan dan hasil-

  hasilnya, yang berarti, pembangunan berlangsung diseluruh wilayah

  yang dilaksanakan dengan partisipasi aktif secara meluas dari

  masyarakat.     Yang   dimaksud   dengan   partisipasi   aktif   adalah

  keikutsertaan banyak pihak atas dasar sukarela dalam proses

  kegiatan pembangunan. Partisipasi aktif masyarakat hanya mungkin

  dapat dilakukan bila rakyat mempunyai kemampuan, baik secara politik

  maupun secara ekonomi dan tekhnologi. Mereka mampu ikutserta
dan mampu mengambil manfaat dari keikutsertaan itu secara

wajar.

         Tujuan utama penyelenggaraan otonomi daerah adalah untuk

meningkatkan pelayanan publik (publik service) dan memajukan

perekonomian daerah. Pada dasarnya terkandung tiga misi utama

pelaksanaan otonomi daerah dan desentralisasi fiskal, yaitu: (1)

meningkatkan    kualitas   dan   kuantitas   pelayanan    publik   dan

kesejahteraan masyarakat, (2) menciptakan efisiensi dan efektifitas

pengelolaan sumber daya daerah, dan (3) memberdayakan dan

menciptakan ruang bagi masyarakat (publik) untuk berpartisipasi dalam

proses pembangunan (Mardiasmo:2002:59).

         Dalam meningkatkan pelayanan publick dan memajukan

perekonomian daerah pada saat sekarang ini tidak akan terlepas dari

pengaruh perekonomian global.Pengaruh tersebut dapat berupa

peluang,sekaligus dapat pula berupa ancaman. Dari berbagai dampak

atau pengaruh negatif dari globalisasi yang mungkin ditimbulkan

terhadap perekonomian lokal dan nasional, peran pembinaan dari

pemerintah, baik pusat maupun daerah sangat diperlukan, agar pelaku

ekonomi daerah dan nasional mempunyai kekuatan untuk mengatasi

dampak negatif dari globalisasi terutama dalam mengantisipasi

masuknya kontraktor atau penyedia barang/jasa dari luar negeri.

         Kegiatan pembangunan yang dibiayai dengan APBD disamping

bertujuan untuk kelancaran tugas pemerintahan, juga bertujuan untuk

meningkatkan pelayanan terhadap masyarakat, yang dilaksanakan
dalam   bentuk    kegiatan       pembangunan.       Secara    ekonomi,     akan

memberikan peluang usaha dan lapangan kerja kepada masyarakat.

        Pemerintah dalam melakukan kegiatan pembangunan dapat

bertindak secara langsung, atau boleh jadi secara tidak langsung,

melalui kemitraan dengan pihak swasta dengan menggunakan lembaga

dan prosedur tertentu.

        APBD mempunyai fungsi alokasi yang mengandung arti bahwa

anggaran daerah harus diarahkan untuk menciptakan lapangan

kerja/mengurangi pengangguran dan pemborosan sumber daya,

serta   meningkatkan       efisiensi     dan    efektifitas    perekonomian

(Permendagri nomor 13 tahun 2006, pasal 16 ayat 4).

        Alokasi   anggaran        daerah     yang     dilaksanakan       melalui

program/kegiatan pembangunan merupakan salah satu peluang bagi

masyarakat    untuk      dapat     berpartisipasi     aktif,terutama      dalam

pengadaan barang/jasa pemerintah.

        Kebijakan umum pemerintah dalam pengadaan barang/jasa

pada pasal 4 Keppres nomor 80 Tahun 2003 adalah;

pada huruf:

     (a) Meningkatkan penggunaan pruduksi dalam negeri,rancang

         bangun dan perekayasaan nasional yang sasarannya adalah

         memperluas lapangan kerja dan mengembangkan industri

         dalam negeri dalam rangka meningkatkan daya saing

         barang/jasa     produksi    dalam     negeri   pada    perdagangan

         internasional
(b) Meningkatkan peranserta usaha kecil termasuk koperasi kecil

          dan kelompok masyarakat dalam pengadaan barang/jasa.


        Dari    kebijakan    umum    tentang    pengadaan   barang/jasa

pemerintah terutama pada huruf (a) dan huruf (b) tersebut ,pemerintah

berupaya untuk membangun kemampuan ekonomi nasional ,dengan

tetap dilandasi dengan prinsip-prinsip dasar efisiensi, efektif, terbuka

dan bersaing, transparan, adil/tidak diskriminatif, dan akuntabel, dalam

menumbuhkembangkan           peran   serta     usaha   nasional   dalam

pembangunan.


        Kegiatan pembangunan daerah yang dibiayai dengan APBD

dapat dikelompokan kedalam belanja daerah yang terdiri dari :

     a. Belanja tidak langsung, merupakan belanja yang dianggarkan

         tidak terkait secara langsung dengan pelaksana program dan

         kegiatan.

     b. Belanja langsung, merupakan belanja yang dianggarkan terkait

         secara langsung dengan pelaksanaan program dan kegiatan.


        Kelompok belanja langsung dari suatu kegiatan dibagi menurut

jenis belanja yang terdiri dari:


     a. Belanja pegawai, belanja untuk pengeluaran honorarium/upah
        dalam melaksanakan program dan kegiatan pemerintahan
        daerah.
     b. Belanja barang dan jasa, belanja digunakan untuk
        pengeluaran pembelian/pengadaan barang yang nilai
        manfaatnya kurang dari 12 (dua belas) bulan dan atau
        pemakaian jasa dalam melaksanakan program dan kegiatan
        pemerintah daerah.
Pembelian/pengadaan barang dan/atau pemakaian jasa
        dimaksud mencakup belanja barang pakai habis,
        bahan/material, jasa kantor, premi asuransi, perawatan
        kendaraan       bermotor,       cetak/penggandaan,     sewa
        rumah/gedung/gudang/parkir, sewa sarana mobilitas, sewa
        alat berat, sewa peralatan dan perlengkapan kantor, makanan
        dan minuman, pakaian dinas dan atributnya, pakaian kerja,
        pakaian khusus hari-hari tertentu, perjalanan dinas pindah
        tugas dan pemulangan pegawai.
     c. Belanja modal, belanja digunakan untuk pengeluaran yang
        dilakukan dalam rangka pembelian/pengadaan atau
        pembangunan aset tetap berwujud yang mempunyai nilai
        manfaat lebih dari 12 (dua belas) bulan untuk digunakan
        dalam kegiatan pemerintahan, seperti dalam bentuk tanah,
        peralatan dan mesin, gedung dan bangunan, jalan irigasi dan
        jaringan, dan aset tetap lainnya.
        Nilai pembelian/pengadaan atau pembangunan aset tetap
        berwujud yang dianggarkan dalam belanja modal hanya
        sebesar harga beli/bangunan aset.
        Kelompok belanja langsung; belanja barang dan jasa dan

belanja modal, pada prinsipnya menurut Keppres nomor 80 tahun 2003

pasal 17 ayat 1 harus dilakukan melalui pelelangan umum (tender

terbuka).


        Menurut Hendry Faizal Noor (2007:336) tender terbuka

mempunyai manfaat yang strategis, baik secara mikro, yaitu bagi

pemilik proyek (project’s owner), dan peserta tender (bidders), maupun

secara makro (manfaat bagi perekonomian nasional).


Secara mikro manfaat dari adanya atau dilaksanakannya tender atau

lelang terbuka ini adalah:


     1. Bagi pemilik proyek

        Memperkecil resiko atau peluang kegagalan proyek.Melalui

        tender terbuka pemilik dapat memilih kontraktor yang paling
baik dari segi kualitas, dengan biaya atau harga penawaran

       yang paling rendah.Dengan demikian efektifitas dan efisiensi

       akan lebih baik.

     2. Bagi peserta tender

       Memperkecil resiko atau peluang kegagalan proyek, peserta

       tender atau kontraktor akan terhindar dari menerima pekerjaan

       yang bukan keahliannya. Sehingga melalui tender terbuka

       peserta tender akan terhindar dari kerugian karena kurang

       kompeten dibidang pekerjaan yang akan diikuti.


       Secara makro manfaat dari adanya atau dilaksanakannya

tender atau lelang terbuka adalah:


     1. Meningkatkan efisiensi ekonomi secara nasional.

       Karena proyek yang ditenderkan dikerjakan dengan biaya yang

       terendah, dengan kualitas yang terbaik, maka apabila ini

       diberlakukan secara nasional, tentu ekonomi nasional akan

       lebih efisien.

   2. Meningkatkan daya saing ekonomi nasional

       Para    pelaku     ekonomi    (peserta   tender)   akan   berusaha

       menawarkan pekerjaannya dengan sebaik mungkin, disamping

       itu, peserta tender juga akan berusaha menawarkan harga

       serendah mungkin. Hal tersebut akan dapat mendorong

       inovasi, kreatifitas dan efisiensi yang akan dapat meningkatkan

       daya saing ekonomi nasional.
3. Mendorong iklim usaha yang lebih baik

         Dengan adanya lelang atau tender terbuka, maka iklim

         transparansi dan akuntabilitas akan menjadi persyaratan utama

         yang akan dapat mendorong atau meningkatkan kualitas iklim

         berusaha kearah yang lebih baik.

         Program dan kegiatan pemerintah yang dibiayai dengan APBD

terutama terhadap pengadaan barang/jasa harus dapat dilaksanakan

dengan    efektif,dan   efisien,   dengan   prinsip   persaingan   sehat,

transparan, terbuka, dan perlakuan yang adil bagi semua pihak,

sehingga hasilnya dapat dipertanggungjawabkan baik dari segi fisik,

keuangan maupun manfaatnya bagi kelancaran tugas pemerintah dan

pelayanan kepada masyarakat.

         Dalam pengadaan barang/jasa pemerintah dengan nilai diatas

Rp.50.000.000. (lima puluh juta rupiah) wajib dibentuk panitia

pengadaan, dan untuk nilai sampai Rp.50.000.000. (ima puluh juta

rupiah) dapat dilaksanakan oleh panitia pengadaan atau pejabat

pengadaan. Anggota panitia pengadaan berasal dari pegawai negeri,

baik dari instansi sendiri, maupun instansi teknis lainnya. (pasal 10

PerPres nomor 70 tahun 2005).

         Dalam pengadaan barang/jasa pemerintah, pemilihan penyedia

barang/jasa dapat dilakukan melalui metodae pelelangan umum,

pelelangan terbatas, pemilihan langsung, dan penunjukan langsung.

         Pengadaan barang/jasa pemerintah selalu dipandang sarat

dengan Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme ( KKN ), sehingga berimplikasi
terhadap sulitnya untuk menunjuk dan mengangkat panitia pengadaan,

yang pada akhirnya akan mempengaruhi efektifitas kegiatan dan

penyerapan APBD.

        Menurut Rohim ( 2008:17 ),persoalan korupsi yang sekarang

telah   menjadi     gurita   dalam    sistim    pemerintahan     di     Indonesia

merupakan gambaran dari bobroknya tata pemerintahan dinegeri ini.


        Jaksa Agung juga telah membentuk tim khusus yang akan

menangani pengadaan barang/jasa pemerintah, sebagai petanda positif

dari keinginan Jaksa Agung untuk mencari terdakwa yang merugikan

keuangan negara dalam pengadaan barang/jasa pemerintah.

        Menurut Barda Nawawi Arif (dalam Nurdjana : 2005:70),

korupsi disebabkan karena korupsi berkaitan erat dengan kompleksitas

masalah lain seperti masalah sikap mental/moral, masalah pola/sikap

hidup dan budaya sosial,masalah kebutuhan/tuntutan ekonomi dan

struktur/sistim     ekonomi,   masalah         lingkungan    hidup/sosial    dan

kesenjangan sosial-ekonomi, masalah struktur/budaya politik, masalah

peluang yang ada didalam mekanisme pembangunan atau kelemahan

birokrasi/prosedur administrasi (termasuk sistim pengawasan) dibidang

keuangan dan pelayanan umum.

        Keinginan      yang    kuat    untuk      membersihkan        pengadaan

barang/jasa       pemerintah   dari   KKN       melalui     perangkap     hukum,

merupakan hal yang biasa dan wajar dinegara hukum. Hal yang tidak

wajar, adalah bagaimana menegakan hukum dinegara terkorup.
Kondisi inilah yang membuat “gamang”, bahkan menjadi beban

phisikologis bagi PNS apabila ditunjuk/diangkat untuk menjadi anggota

panitia pengadaan.

Ruang lingkup Kebijakan Panitia Pengadaan

     Berdasarkan peraturan Presiden Republik Indonesia nomor 8

tahun 2006 tentang perubahan keempat atas keputusan Presiden

nomor 80 tahun 2003 tentang pedoman pelaksanaan pengadaan

barang/jasa pemerintah, pada pasal 10 mengatakan:

     Ayat 1. Panitia    pengadaan     wajib    dibentuk    untuk   semua

              pengadaan dengan nilai diatas Rp.50.000.000. (lima puluh

              juta rupiah).

     Ayat 2. Untuk pengadaan sampai dengan nilai Rp.50.000.000.

              (lima puluh juta rupiah) dilaksanakan oleh panitia atau

              pejabat pengadaan.

     Ayat 3. Anggota panitia pengadaan/pejabat pengadaan/anggota

              unit layanan pengadaan berasal dari pegawai negeri, baik

              dari instansi sendiri, maupun instansi teknis lainnya.

Persyaratan    Panitia/Pejabat   pengadaan/unit     layanan    pengadaan

adalah sebagai berikut:

     a. Memiliki integritas moral, disiplin dan tanggung jawab dalam

        mlaksanakan tugas;

     b. Memahami keseluruhan tugas yang akan diadakan;
c. Memahami jenis pekerjaan tertentu yang menjadi tugas

        panitia/pejabat pengadaan/unit layanan pengadaan yang

        bersangkuta;

     d. Memahami isi dokumen pengadaan/metode dan prosedur

        pengadaan berdasarkan peraturan Presiden ini;

     e. Tidak mempunyai hubungan keluarga dengan pejabat yang

        mengangkat        dan   menetapkan    sebgai    panitia/pejabat

        pengadaan/anggota unit pelayanan pengadaan;

     f. Memiliki sertifikat keahlian pengadaan barang/jasa pemerintah,

        (pasal 4 ayat 10 PerPres nomor 8 tahun 2006).

Tugas, wewenang, dan tanggungjawab panitia/pejabat pengadaan/unit

layanan pengadaan meliputi sebagai berikut:

     a. Menyusun jadwal dan menetapkan cara pelaksanaan           serta

        lokasi pengadaan;

     b. Menyusun dan menyiapkan harga perkiraan sendiri;

     c. Menyiapkan dokumen pengadaan;

     d. Mengumumkan pengadaan barang/jasa disurat kabar nasional

        dan/atau    propinsi    dan/atau   pengumuman     resmi    dan

        diupayakan diumumkan di website pengadaan nasional;

     e. Menilai kualifikasi penyedia melalui pascakualifikasi atau

        prakualifikasi;

     f. Melakukan evaluasi terhadap penawaran yang masuk;

     g. Mengusulkan calon pemenang;
h. Membuat laporan mengenai proses dan hasil pengadaan

          kepada pejabat pembuat komitmen dan/atau pejabat yang

          mengangkatnya;

     i.   Manandatangani      pakta      integritas   sebelum     pelaksanaan

          pengadaan barang/jasa dimulai ( pasal 10 ayat 4 PerPres

          nomor 8 tahun 2006 )

          Grindel (dalam Sujianto : 2008:31) mengatakan, implementasi

kebijakan     sesungguhnya       bukan    sekedar     berhubungan     dengan

mekanisme penjabaran atau operasional dari keputusan politik kedalam

prosedor-prosedur rutin lewat saluran birokrasi, melainkan lebih dari itu,

yaitu menyangkut masalah konflik, keputusan, dan siapa akan

memperoleh apa dari suatu kebijakan.

          Mengurai prasangka KKN dalam pengadaan barang/jasa

pemerintah, tentunya juga sama kompleksnya dengan KKN secara

umum, banyak variabel atau faktor yang saling berkaitan,sebagai mana

yang telah dikemukakan oleh Barda Nawawi Arif.


          Dilihat   dari   Tugas,     wewenang,        dan      tanggungjawab

panitia/pejabat pengadaan/unit layanan pengadaan, akan selalu

berhadapan dengan masalah konflik, keputusan, dan siapa akan

memperoleh apa dari pelaksanaan pengadaan.


          Prasangka        KKN      dalam        pengadaan        barang/jasa

pemerintah,menjadi         beban    phisikologis      bagi   PNS      apabila
ditunjuk/diangkat sebagai Panitia pengadaan. Sebab panitia pengadaan

secara struktur birokrasi berada dalam sistim yang dianggap korup.


        Menurut George Edwar III      ( dalam Sujianto:2008:38 ) ada

empat faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan implementasi

kebijakan, yaitu;


     1. Komunikasi

     2. Sumber Daya

     3. Disposisi

     4. Struktur Birokrasi


        Pada penilitian ini penulis tertarik untuk melihat implementasi

proses pelaksanaan pengadaan barang/jasa yang telah dilaksanakan

oleh panitia pengadaan,yang selama ini selalu dipandang sarat dengan

KKN. Fenomena yang telah dikemukakan dalam uraian sebelumnya

mendorong minat peneliti untuk lebih mendalami kebijakan pengadaan

barang/jasa pemerintah, terutama dalam melihat peranan panitia

pengadaan dalam mengimplementasikan kebijakan.


        Akhirnya, penelitian ini akan berangkat dari asumsi bahwa,

pelaksanaan pengadaan barang/jasa pemerintah akan dapat efektif dan

efisien, apabila adanya optimalisasi pemberdayaan Panitia pengadaan.
B. Perumusan Masalah

         Panitia    pengadaan       barang/jasa   pemerintah      memegang

  peranan yang sangat penting dalam mewujudkan efektifitas dan

  efisiensi kegiatan pembangunan.

         Yang      dimaksut   dengan    efektifitas   dan   efisiensi    dalam

  pengadaan barang/jasa menurut prinsip dasar Keputusan Presiden

  Republik Indonesia Nomor 80 tahun 2003, pasal 3 mengatakan;


       a. Efisien, berarti pengadaan barang/jasa harus diusahakan

          dengan menggunakan dana dan daya yang terbatas untuk

          mencapai sasaran yang ditetapkan dalam waktu sesingkat-

          singkatnya dan dapat dipertanggung jawabkan,

       b. Efektif, berart pengadaan barang/jasa harus sesuai dengan

          kebutuhan yang telah ditetapkan dan dapat memberikan

          manfaat yang sebesar-besarnya sesuai dengan sasaran yang

          ditetapkan,


         Peranan Panitia pengadaan yang sangat strategis dalam

  mewujudkan efektifitas dan efisiensi kegiatan pembangunan masih

  diselubungi   oleh    pandangan     yang   penuh    dengan     KKN      yang

  berarti,implementasi kebijakan yang telah dilaksanakan oleh Panitia

  pengadaan belum optimal sesuai dengan kebijakan pemerintah.


         Isu    yang    berkembang,     bahwa     pengadaan      barang/jasa

  pemerintah sarat dengan prasangka KKN,ditambahlagi dengan adanya

  “ancaman” Jaksa       Agung       ,akan membawa       implikasi       semakin
mempersulit posisi PNS apabila ditunjuk/diangkat menjadi Panitia

  Pengadaan.

          Pada penelitian ini, penulis ingin melihat factor-faktor yang

  mempengaruhi      panitia    pengadaan    dalam      mengimplementasikan

  kebijakan diantaranya; factor komunikasi,sumber daya,dan disposisi

  yang merupakan factor penentu dari keberhasilan panitia pengadaan

  dalam mengimplementasikan kebijakan.

          Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah:


       1. Bagaimana        proses   pengadaan    barang/jasa   yang     telah

          dilaksanakan oleh panitia pengadaan

       2. Apa     faktor      penghambat    panitia     pengadaan      dalam

          melaksanakan proses pengadaan?


C. Tujuan Penelitian

             Bertitik tolak dari latar belakang dan perumusan masalah

  yang ada, tujuan yang ingin dicapai melalui penelitian ini adalah;


       1. untuk mengidentifikasi implementasi proses pelaksanaan

          Pengadaan barang/jasa yang dilaksanakan oleh panitia

          pengadaan.

       2. Untuk    mendiskripsikan     faktor-faktor   penghambat      proses

          pengadaan barang/jasa yang dilaksanakan oleh panitia

          pengadaan.
D. Manfaat Penelitian

       Manfaat penelitian diharapkan akan dapat memberikan pemikiran

  sebagai berikut:


       1. Manfaat Praktis

          Sebagai masukan bagi Sekretariat Daerah Kabupaten Kampar

          dalam pelaksanaan pengadaan barang/jasa.

       2. Manfaat Akademis

          Sebagai    bahan      telaahan,   kajian   dan   analisa   dalam

          pengembangan teoritik dan konsep-konsep ilmiah yang

          memiliki      relevansi   terhadap    pengadaan      barang/jasa

          pemerintah, terutam proses pengadaan yang dilaksanakan

          oleh Panitia pengadaan. .
BAB II


                           KERANGKA TEORI


A. Konsep implementasi kebijakan


          Grindel (dalam Sujianto : 2008:31) mengatakan, implementasi

  kebijakan      sesungguhnya    bukan    sekedar   berhubungan     dengan

  mekanisme penjabaran atau operasional dari keputusan politik kedalam

  prosedor-prosedur rutin lewat saluran birokrasi, melainkan lebih dari itu,

  yaitu menyangkut masalah konflik, keputusan, dan siapa akan

  memperoleh apa dari suatu kebijakan.


          Menurut     konsepsi   Lester    (dalam   Sujianto   :   2008:33)

  implementasi didefinisikan sejauhmana arah dan tujuan kebijakan yang

  telah ditetapkan benar-benar tercapai.


          Meter dan Horn (dalam Sujianto : 2008:35) menetapkan ada

  enam variabel yang menentukan keberhasilan implementasi kebijakan

  antara lain;


       1. Standar dan tujuan Kebijakan (Policy Standars Objectives)

           Perhatian utama pada faktor-faktor yang menentukan hasil

           kerja

       2. Sumber Daya Kebijakan (Policy Resources)

           Sumber daya yang dimaksut meliputi dana dan insentif yang

           diharapkan dapat menunjang implementasi yang efektif.

       3. Aktifitas pengamatan dan komunikasi inter organisasi
Implementasi yang akan berhasil memerlukan mekanisme dan

   prosedur institusional dimana otoritas yang lebih tinggi dapat

   memungkinkan      pelaksana      akan     bertindak   dengan    cara

   konsisten.

4. Karakteristik pelaksana

   Karakteristik berhubungan dengan kemampuan dan kriteria

   staf tingkat pengawas (kontrol) hirarkis terhadap keputusan-

   keputusan sub unit dalam proses implementasi.

5. Kondisi ekonomi, sosial dan politik

   Hal yang berhubungan dengan ekosospol, yaitu;

   a. Apakah sumber daya ekonomi yang tersedia dalam

      organisasi pelaksana cukup memadai untuk menunjang

      keberhasilan pelaksana.

   b. Sejauh    mana    kondisi     sosial     ekonomi     yang    akan

      mempengaruhi pelaksanaan kebijakan.

   c. Seberapa jelas masalah kebijakan yang terkait.

   d. Apakah     kelompok    elit   menyetujui      atau   menentang

      pelaksanaan kebijakan.

   e. Apakah karakteristik partisipan dari organisasi pelaksana

      ada dukungan untuk kebijakan tersebut.

6. Disposisi atau sikap pelaksana

   Ada   tiga   unsur yang mempengaruhi pelaksana                 dalam

   mengimplementasikan kebijakan yaitu;
1. Kognisi ( pemahaman dan pengetahuan ) pelaksana

            terhadap kebijaka.

         2. Arah respon pelaksana terhadap implementasi menerima

            atau menolak.

         3. Intensitas dari respon pelaksana.


        Menurut George Edwar III      ( dalam Sujianto:2008:38 ) ada

empat faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan implementasi

kebijakan, yaitu;


     1. Komunikasi

     2. Sumber Daya

     3. Disposisi

     4. Struktur Birokrasi


        Soren Winter (dalam Riant Nugroho : 2007:85) mengidentifikasi

empat variabel yang mempengaruhi keberhasilan implementasi, yaitu;


     1. Proses formasi kebijakan;

     2. Prilaku organisasi pelaku implementasi;

     3. Prilaku birokrasi pelaksana ditingkat bawah;

     4. Respon kelompok target kebijakan dan perubahan dalam

         masyarakat.


        Struktur organisasi/birokrasi pelaksana pengadaan barang/jasa

pemerintah adalah struktur organisasi pelaksana intraorganisasional

yang berada didalam organisasi SKPD, yang terdiri dari ; Pengguna
Anggaran (PA), Pejabat Pembuat Komitmen ( PPK ) dan Panitia

Pengadaan.


         Pengertian organisasi (Lubis dan Husaini, 1987) adalah

sebagai kesatuan sosial dari sekelompok manusia, yang saling

berinteraksi menurut suatu pola tertentu, sehingga setiap anggota

organisasi memiliki fungsi dan tugasnya masing-masing, yang sebagai

suatu kesatuan mempunyai tujuan tertentu dan mempunyai batas-batas

yang jelas, sehingga bisa dipisahkan secara tegas dari lingkungannya.


         Menurut Kasim (1984) organisasi merupakan pola kerjasama

antara   orang-orang   yang   terlibat   dalam   kegiatan   yang   saling

berhubungan untuk mencapai tujuan tertentu.Menurut Hendry (1988)

organisasi adalah suatu koneksitas manusia yang kompleks dibentuk

untuk tujuan tertentu, dimana hubungan antar anggotanya bersifat

resmi.


         Pelaksanaan pengadaan barang/jasa pemerintah melibatkan

banyak kepentingan, baik PA, PPK, Panitia Pengadaan dan Rekanan

(penyedia barang/jasa), yang masing-masingnya memperjuangkan

kepentingannya.


         Dalam memperjuangkan masing-masing kepentingan agar

dapat sesuai dengan kebijakan pengadaan barang/jasa, masing-

masing kepentingan harus mempunyai keinginan yang sama untuk

melaksanakan kebijakan tersebut.
Menurut Bekhard dan Harris (dalam Rhenald Kasali : 2007:100)

perubahan akan terjadi kalau ada sejumlah syarat, yaitu;


     1. Manfaat-biaya. Manfaat yang diperoleh lebih besar dari pada

         biaya perubahan;

     2. Ketidakpuasan.      Adanya    ketidak     puasan    yang     menonjol

         terhadap keadaan sekarang;

     3. Persepsi hari esok. Manusia dalam suatu organisasi melihat

         hari esok yang dipersepsikan lebih baik;

     4. Cara yang praktis. Ada cara praktis yang dapat ditempuh untuk

         keluar dari situasi sekarang.


         Pelaksanaan pengadaan barang/jasa pemerintah mempunyai

manfaat yang strategis, baik secara mikro, yaitu bagi pemilik proyek

(Project’s Owner), dan peserta tender (bidder), maupun secara makro

(manfaat perekonomian Nasional) (Hendry Faisal Noor : 2007:136).


         Dalam proses pengadaan,bukan tidakmungkin akan terjadi

tindak   kejahatan   penyelewengan       antara    pelaku   bisnis     dengan

pelaksana pengadaan .


         Menurut     Igm.    Nurdjana        (2005),   tindak        kejahatan

penyelewengan dikalangan bisnis yang dilakukan oleh para pelaku

bisnis   dan   birokrat   termasuk   jenis   korupsi   endemic       (endemic

corruption).
Prosese pelaksanaan pengadaan barang/jasa pemerintah

sangat rentan dengan prasangka (prejudice) KKN, untuk itu sangat

diperlukan pemberdayaan panitia pengadaan.


         Menurut Rendi R. Wrihatnolo, Riant Nugroho D (2007),

pemberdayaan adalah sebuah proses yang mempunyai tiga tahapan,

yaitu;


     1. Penyadaran

         Prinsip dasarnya adalah membuat target mengerti bahwa

         mereka perlu diberdayakan, dan dalam proses pemberdayaan

         dimulai dari dalam diri mereka sendiri.

     2. Pengkapasitasan

         Memberikan daya atau kuasa (capacity building) untuk

         membuat mereka cakap (skilfull)

         Proses capacity building terdiri atas tiga jenis yaitu;

         1. Manusia

            Memampukan manusia baik sebagai individu, maupun

            kelompok dengan training (pelatihan).

         2. Organisasi

            Restrukturisasi organisasi yang hendak menerima daya

            atau kapasitas tersebut.
3. Sistim nilai

            Aturan main, pada tingkat yang lebih maju, sistim nilai

            terdiri pula atas budaya organisasi, etika, dan good

            governence.


     3. Pendayaan (empowerment)


         Kepada target diberikan daya, kekuasaan, otoritas, atau

         peluang. Pemberian ini sesuai dengan kualitas kecakapan

         yang telah dimiliki.


       Menurut Ujang Nurohma (Figur:2007), banyak organisasi

mengalami kegagalan bukan karena tidak memiliki visi, misi, tujuan dan

strategi yang baik, melainkan tidak mampu mengimplementasikannya,

sehingga dapat saja gambaran citra (brand image) dan kinerja dari

personil yang terlibat didalam pengadaan barang/jasa umpamanya

kurang berhasil menjalankan tugas dan fungsinya sebagai motor

penggerak     percepatan        pelaksanaan   kegiatan   pembangunan,

disebabkan ketidakmampuannya mengimplementasikan kebijakan..


       Pemberdayaan akan mampu mendemokratisasikan khususnya

proses pengadaan barang/jasa pemerintah dan pembangunan pada

umumnya yang dalam istilah internasionalnya dikenal sebagai prinsip

tata kelola pemerintahan yang baik (good governance).
B. Konsep Operasional


         Berdasarkan      deskripsi   dari   aspek    teoritis,   implementasi

  kebijakan pengadaan barang/jasa melalui panitian pengadaan dapat

  diuraikan   indikator   variabel    yang   mempengaruhi         keberhasilan

  implementasi yaitu:


      1. Komunikasi

         Komunikasi yang dimaksut disini adalah hubungan antara

         pemilik pekerjaan,dalam hal ini adalah Pejabat Pembuat

         Komitmen (PPK) dengan pelaksana pengadaan, dalam hal ini

         Panitia pengadaan, yang antara lain bertugas merumuskan

         dokumen pengadaan yang akan ditetapkan oleh PPK.

         Komunikasi juga dimaksudkan antara Panitia Pengadaan

         dengan     Penyedia    pekerjaan     dalam     mengkomunikasikan

         pedoman        pengadaan     yang   tertuang    didalam     dokumen

         pengadaan yang akan dijadikan pedoman bersama oleh Panitia

         Pengadaan dalam mengevaluasi dan pengajuan penawaran

         oleh penyedia pekerjaan (rekanan) didalam pengadaan.

         Hubungan timbalbalik antara Panitia            pengadaan      dengan

         penyedia pekerjaan juga dapat dilihat pada saat penjelasan

         pekerjaan, dan pada saat pembukaan sampul penawaran.

      2. Sumber daya

         Sumber daya panitia pengadaan berjumlah gasal, sekurang-

         kurangnya anggotanya berjumlah 3 orang yang memahami:
a. Tatacara pengadaan

   b. Substansi pekerjaan,

   c. Dan lain yang di perlukan, baik unsur dari dalam maupun

      dari luar instansi yang bersangkutan.


   Implementasi kebijakan pengadaan barang/jasa pemerintah

   memerlukan sumberdaya yang memadai, tanpa dukungan yang

   memadai       terhadap     Sumber    Daya     Panitia   Pengadaan,

   implementasi akan mengalami hambatan, bahkan mungkin

   mengalami      kegagalan     dalam    arti,   pemilihan   terhadap

   barang/jasa tidak sesuai dengan prinsip-prinsip kebijakan.


3. Disposisi

   Disposisi merupakan suatu sikap dari pelaksana (Panitia

   Pengadaan) untuk mau, menerima atau menolak,atau motivasi

   pelaksana untuk melaksanakan kebijakan.

   Ada   4     unsur   yang    mempengaruhi      disposisi,atau   sikap

   pelaksana untuk mau melaksanakan kebijakan, yaitu:

   1. Pengetahuan dan pemahaman para pelaksana terhadap

      kebijakan

   2. Arah dari respon para pelaksana untuk menerima atau

      menolak kebijakan yang akan diimplementasikan.

   3. Insentif

   4. Intensitas dari respon para pelaksana terhadap kebijakan.
Dengan adanya sikap para pelaksana untuk menerima atau

        menolak        hal-hal       yang   tidak     diperbolehkan            dalam

        mengimplementasikan             kebijakan         ,maka     mereka      akan

        mempunyai        inisiatif    dan   kreatifitas    untuk     mengefektifkan

        implementasi kebijakan tersebut.


        Dari uraian tersebut dapat dijadikan sebagai kerangka berfikir

penelitian sebagai berikut:



        komunikasi



                                                      Keberhasilan
        Sumber daya
                                                      implementasi/kinerja
                                                      panitia
                                                      pengadaanPanitia
                                                      pengadaan
          disposisi



        Komunikasi, sumber daya dan disposisi dari panitia pengadaan

akan mempengaruhi implementasi kebijakan pengadaan barang/jasa

pemerintah.


        Implementasi kebijakan pengadaan barang/jasa pemerintah

yang ditinjau dari sisi panitia pengadaan, apakan panitia pengadaan

dalam    pelaksanaan        pengadaan        barang/jasa          pemerintah    telah

memenuhi kriteria baik/tidak baik yang didasarkan kepada variabel ;

komunikasi.           Sumber         Daya       dan         disposisi.       didalam

mengimplementasikan kebijakan.
C. Teknik Pengukuran


            Pengukuran         variabel/indikator    implementasi     kebijakan

  dijabarkan      dalam      pertanyaan/pernyataan      dalam   bentuk   skala

  pengukuran yaitu;


         1. Baik, apabila pada masing-masing pertanyaan/pernyataan

            memenuhi semua kriteria penilaian diberi skor 3

         2. Cukup           baik,        apabila      pada      masing-masing

            pertanyaan/pernyataan hanya memenuhi 2 kriteria penilaian

            diberi skor 2

         3. Tidak         baik,         apabila      pada       masing-masing

            pertanyaan/pernyataan hanya memenuhi 1 kriteria penilaian

            diberi skor 1.


        Untuk lebih jelasnya dituangkan pada tabel berikut ini:


                  Tabel I Pengukuran Variabel Penelitian
   Konsep           Variabel                   Indikator          Kategori Skor
                                    PPK
                                    1 PPK menetapkan paket
                                       pekerjaan     yang    akan
                                       dilaksanakan oleh panitia
                                       pengadaan.
Implementasi                        2 PPK menetapkan          do-
  kebijakan                            kumen pengadaan, HPS,        Baik
 pengadaan                             dan jadwal pelelangan       Cukup
 barang/jasa      Komunikasi           yang telah disusun oleh      baik
 pemerintah                            Panitia                     Tidak
melalui panitia                     3. PPK      menetapkan    pe-   baik
 pengadaan                             menang pengadaan, atas               3
                                       usulan panitia pengadaan             2
                                    Panitia
                                    1. Panitia menyusun jadwal,             1
                                       dokumen, mengumumkan
                                       pengadaan secara terbuka.
2. Panitia     melaksanakan
               penjelasan pekerjaan, dan
               pembukaan          sampul
               penawaran          secara
               terbuka..
            3. Panitia bersama anggota
               melakukan    evaluasi,dan
               mengusulkan    pemenang
               kepada PPK.
            4. Panitia    mengumumkan
               pemenang pengadaan

Sumber      1. Persyaratan panitia
Daya        2. Tugas,wewenang,tanggug
               jawab panitia

Disposisi   1. Pengetahuan dan pema-
               haman Panitia
            2. Respon panitia
            3. Insentif
BAB III


                         METODE PENELITIAN


A. Jenis penelitian


          Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif.

  Menurut Sugiono (1992), penelitian diskriptif adalah penelitian yang

  dilakukan terhadap variabel tanpa membuat perbandingan atau

  menghubungkan dengan variabel yang lain.Menurut Nasir (1988),

  metode diskriptif adalah metode penelitian untuk membuat gambaran

  mengenai situasi dan kejadian.


          Dengan demikian, metode penelitian diskriptif akan digunakan

  untuk mengetahui implementasi kebijakan pengadaan barang/jasa

  pada bagian umum Sekretariat daerah Kabupaten Kampar.


B. Variabel Penelitian


          Variabel dalam penelitian ini yang menjadi objek pengamatan

  adalah Pejabat Pembuat Komitmen, Panitia Pengadaan dan rekanan

  pada bagian umum Sekretariat Daerah Kabupaten Kampar yang

  dipengaruhi oleh:


       1. Komunikasi

       2. Sumber daya

       3. Disposisi
C. Populasi dan sampel


            Pemilihan sampel/informan dari penelitian ini adalah sebagai

    berikut:


         1. Panitia Pengadaan

            Yang melaksanakan proses pengadaan

         2. Rekanan

            Sebagai penyedia pekerjaan.


            Untuk memudahkan pengambilan informan sebagai sampel

  dari   penyedia    pekerjaan,    dan    proses   pengadaan   yang   telah

  dilaksanakan oleh Panitia Pengadaan, maka diambillah data kontrak

  tahun anggaran 2008 sebanyak 30 dokumen kontrak, dan dokumen

  pelaksana anggaran tahun anggaran 2008 yang ada pada bagian

  umum Sekretariat Daerah Kabupaten Kampar.


D. Teknik pengumpulan data


            Teknik pengumpulan data adalah dengan wawancara dan

  menggunakan dokumen kontrak yang ada. Pengumpulan data dengan

  wawancara, agar peneliti dapat menggali tentang yang diketahui dan

  dialami    oleh   objek   yang   diteliti   dengan   menggunakan    daftar

  pertanyaan.
E. Teknik Analisa Data.


          Teknik analisa data yang digunakan adalah kombinasi dari dua

  teknis analisa data,yaitu analisis domain dan analisis taksononi.Analisa

  domain dilakukan untuk memperoleh gambaran yang bersifat umum

  dan relatif menyeluruh tentang apa yang tercakup dalam pokok

  permasalahan yang diteliti.


  Pada teknis analisis taksononi ,menjelaskan fenomena yang menjadi

  sasaran penelitian .
DAFTAR PUSTAKA


Abidin, Said Zainal, 2008, Strategi Kebijakan dalam Pembangunan dan
         Ekonomi Politik, Suara Bebas, Jakarta.
Faisal Noor Hehdry, 2007, Ekonomi Manajerial, PT Raja Grafindo
        Persada, Jakarta
Igm. Nurdjana, 2005, Korupsi Dalam Praktek Bisnis, PT Gramedia
        Pustaka Utama, Jakarta.
Rendi R, Rian Nugroho, 2007, Manajemen Pemberdayaan, PT Alex
        Media Komputindo, Jakarta.
Rohim, 2008, Modus Operandi Tindak Pidana Korupsi, Pena Multi
        Media, Depok.
Kasim, Ashar, 1993, Pengukuran Efektifitas dalam Organisasi, UI,
        Jakarta.
Lubis, Hari, dan Husaini, 1987, Organisasi ( Suatu Pendekatan Makro ),
         Pusat Antar Universitas ilmu-ilmu Sosial, UI, Jakarta.
Kasali, Renald, 2007, Chane, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Nugroho, Riant, 2007, Analisis Kebijakan, PT Alex Media Komputindo,
        Jakarta.
Mardiasmo, 2002, Otonomi dan Manajemen Keuangan Daerah, Andi,
        Yogyakarta.
Sugiono, 2004, Metode Penelitian Administrasi, Alfabet, Bandung
Sujianto, 2008, Implementasi Kebijakan Publik, Alaf Riau, Pekanbaru.
Kepres nomor 80 Tahun 2003, Tentang Pengadaan Barang/jasa
       Pemerintah.
Proposal Penelitian

Implementasi Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah
 Pada Panitia pengadaan Bagian Umum Sekretariat Daerah
                   Kabupaten Kampar


                       Tugas akhir
                       Fakhruddin




                      Penyusun:
                      SUWARDI
                   NIM : 200701068




          PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI
            KONSENTRASI KEBIJAKAN PUBLIK
           PASCA SARJANA UNIVERSITAS RIAU
                    PEKANBARAU

More Related Content

Similar to OPTIMASI PENGADAAN BARANG JASA APBD

pembangunan ekonomi daerah
pembangunan ekonomi daerahpembangunan ekonomi daerah
pembangunan ekonomi daerahAsgari S
 
Tugas 1 ringkasan materi akuntansi publik #dwi yeni lestari
Tugas 1 ringkasan materi akuntansi publik #dwi yeni lestariTugas 1 ringkasan materi akuntansi publik #dwi yeni lestari
Tugas 1 ringkasan materi akuntansi publik #dwi yeni lestarissuser16e932
 
Akuntansi sektor publik
Akuntansi sektor publikAkuntansi sektor publik
Akuntansi sektor publikAndi Lala
 
Beberapa pertanyaan dalam perencanaan pembangunan
Beberapa pertanyaan dalam perencanaan pembangunanBeberapa pertanyaan dalam perencanaan pembangunan
Beberapa pertanyaan dalam perencanaan pembangunanYuca Siahaan
 
Pendekatan Penyusunan Anggaran_Akuntansi Sektor Publik.pdf
Pendekatan Penyusunan Anggaran_Akuntansi Sektor Publik.pdfPendekatan Penyusunan Anggaran_Akuntansi Sektor Publik.pdf
Pendekatan Penyusunan Anggaran_Akuntansi Sektor Publik.pdfFajar318789
 
Pembangunan ekonomi daerah
Pembangunan ekonomi daerahPembangunan ekonomi daerah
Pembangunan ekonomi daerahLutfiyah Siti
 
Ppt tugas 7 pembangunan ekonomi daerah
Ppt tugas 7 pembangunan ekonomi daerahPpt tugas 7 pembangunan ekonomi daerah
Ppt tugas 7 pembangunan ekonomi daerahmohamad amsanudin
 
Agenda prabowo-hatta
Agenda prabowo-hattaAgenda prabowo-hatta
Agenda prabowo-hattaAri Murti
 
(7)pembangunan ekonomi daerah
(7)pembangunan ekonomi daerah(7)pembangunan ekonomi daerah
(7)pembangunan ekonomi daerahElisabeth Marina
 
7 pembangunan ekonomi daerah
7 pembangunan ekonomi daerah7 pembangunan ekonomi daerah
7 pembangunan ekonomi daerahAndi Sutandi
 
VISI-MISI, Gagasan, Program PRABOWO-HATTA
VISI-MISI, Gagasan, Program PRABOWO-HATTAVISI-MISI, Gagasan, Program PRABOWO-HATTA
VISI-MISI, Gagasan, Program PRABOWO-HATTAFerry Koto
 
Mini Workshop Infrastruktur Daerah - Skema KPBU - 2018
Mini Workshop Infrastruktur Daerah - Skema KPBU - 2018Mini Workshop Infrastruktur Daerah - Skema KPBU - 2018
Mini Workshop Infrastruktur Daerah - Skema KPBU - 2018H2O Management
 
7 pembangunan ekonomi daerah
7 pembangunan ekonomi daerah7 pembangunan ekonomi daerah
7 pembangunan ekonomi daerahemi halimi
 
Keputusan memilih unsera untuk melanjutkan studi dan faktor faktor yang memen...
Keputusan memilih unsera untuk melanjutkan studi dan faktor faktor yang memen...Keputusan memilih unsera untuk melanjutkan studi dan faktor faktor yang memen...
Keputusan memilih unsera untuk melanjutkan studi dan faktor faktor yang memen...Johan
 
Riki Maryo_F1031191027_UTS_AKT PUBLIK PAGI_1.pdf
Riki Maryo_F1031191027_UTS_AKT PUBLIK PAGI_1.pdfRiki Maryo_F1031191027_UTS_AKT PUBLIK PAGI_1.pdf
Riki Maryo_F1031191027_UTS_AKT PUBLIK PAGI_1.pdfPenyimpananAlif
 
Interlinkage LPPM dengan Kelembagaan Desa dalam ACFTA
Interlinkage LPPM dengan Kelembagaan Desa dalam ACFTAInterlinkage LPPM dengan Kelembagaan Desa dalam ACFTA
Interlinkage LPPM dengan Kelembagaan Desa dalam ACFTATri Cahyono
 

Similar to OPTIMASI PENGADAAN BARANG JASA APBD (20)

pembangunan ekonomi daerah
pembangunan ekonomi daerahpembangunan ekonomi daerah
pembangunan ekonomi daerah
 
Tugas 1 ringkasan materi akuntansi publik #dwi yeni lestari
Tugas 1 ringkasan materi akuntansi publik #dwi yeni lestariTugas 1 ringkasan materi akuntansi publik #dwi yeni lestari
Tugas 1 ringkasan materi akuntansi publik #dwi yeni lestari
 
Resum bab 1 2
Resum bab  1 2Resum bab  1 2
Resum bab 1 2
 
Akuntansi sektor publik
Akuntansi sektor publikAkuntansi sektor publik
Akuntansi sektor publik
 
Beberapa pertanyaan dalam perencanaan pembangunan
Beberapa pertanyaan dalam perencanaan pembangunanBeberapa pertanyaan dalam perencanaan pembangunan
Beberapa pertanyaan dalam perencanaan pembangunan
 
Pendekatan Penyusunan Anggaran_Akuntansi Sektor Publik.pdf
Pendekatan Penyusunan Anggaran_Akuntansi Sektor Publik.pdfPendekatan Penyusunan Anggaran_Akuntansi Sektor Publik.pdf
Pendekatan Penyusunan Anggaran_Akuntansi Sektor Publik.pdf
 
Pembangunan ekonomi daerah
Pembangunan ekonomi daerahPembangunan ekonomi daerah
Pembangunan ekonomi daerah
 
Measurement of Indirect Benefits and Costs
Measurement of Indirect Benefits and CostsMeasurement of Indirect Benefits and Costs
Measurement of Indirect Benefits and Costs
 
Ppt tugas 7 pembangunan ekonomi daerah
Ppt tugas 7 pembangunan ekonomi daerahPpt tugas 7 pembangunan ekonomi daerah
Ppt tugas 7 pembangunan ekonomi daerah
 
Agenda prabowo-hatta
Agenda prabowo-hattaAgenda prabowo-hatta
Agenda prabowo-hatta
 
(7)pembangunan ekonomi daerah
(7)pembangunan ekonomi daerah(7)pembangunan ekonomi daerah
(7)pembangunan ekonomi daerah
 
Pembagunan ekonomi daerah
Pembagunan ekonomi daerahPembagunan ekonomi daerah
Pembagunan ekonomi daerah
 
7 pembangunan ekonomi daerah
7 pembangunan ekonomi daerah7 pembangunan ekonomi daerah
7 pembangunan ekonomi daerah
 
VISI-MISI, Gagasan, Program PRABOWO-HATTA
VISI-MISI, Gagasan, Program PRABOWO-HATTAVISI-MISI, Gagasan, Program PRABOWO-HATTA
VISI-MISI, Gagasan, Program PRABOWO-HATTA
 
Mini Workshop Infrastruktur Daerah - Skema KPBU - 2018
Mini Workshop Infrastruktur Daerah - Skema KPBU - 2018Mini Workshop Infrastruktur Daerah - Skema KPBU - 2018
Mini Workshop Infrastruktur Daerah - Skema KPBU - 2018
 
Koperasi
KoperasiKoperasi
Koperasi
 
7 pembangunan ekonomi daerah
7 pembangunan ekonomi daerah7 pembangunan ekonomi daerah
7 pembangunan ekonomi daerah
 
Keputusan memilih unsera untuk melanjutkan studi dan faktor faktor yang memen...
Keputusan memilih unsera untuk melanjutkan studi dan faktor faktor yang memen...Keputusan memilih unsera untuk melanjutkan studi dan faktor faktor yang memen...
Keputusan memilih unsera untuk melanjutkan studi dan faktor faktor yang memen...
 
Riki Maryo_F1031191027_UTS_AKT PUBLIK PAGI_1.pdf
Riki Maryo_F1031191027_UTS_AKT PUBLIK PAGI_1.pdfRiki Maryo_F1031191027_UTS_AKT PUBLIK PAGI_1.pdf
Riki Maryo_F1031191027_UTS_AKT PUBLIK PAGI_1.pdf
 
Interlinkage LPPM dengan Kelembagaan Desa dalam ACFTA
Interlinkage LPPM dengan Kelembagaan Desa dalam ACFTAInterlinkage LPPM dengan Kelembagaan Desa dalam ACFTA
Interlinkage LPPM dengan Kelembagaan Desa dalam ACFTA
 

Recently uploaded

PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxPEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxsukmakarim1998
 
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfAksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfDimanWr1
 
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)MustahalMustahal
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxRezaWahyuni6
 
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7IwanSumantri7
 
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxBAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxJamhuriIshak
 
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptxPERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptxRizkyPratiwi19
 
Latihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajat
Latihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajatLatihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajat
Latihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajatArfiGraphy
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMmulyadia43
 
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxBab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxssuser35630b
 
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi SelatanSosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatanssuser963292
 
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxRefleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxIrfanAudah1
 
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDtugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDmawan5982
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAAndiCoc
 
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5KIKI TRISNA MUKTI
 
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfTUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfElaAditya
 
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SDPPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SDNurainiNuraini25
 
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSovyOktavianti
 
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxPerumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxadimulianta1
 
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genapDinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genapsefrida3
 

Recently uploaded (20)

PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxPEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
 
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfAksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
 
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
 
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
 
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxBAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
 
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptxPERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
 
Latihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajat
Latihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajatLatihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajat
Latihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajat
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
 
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxBab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
 
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi SelatanSosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
 
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxRefleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
 
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDtugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
 
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
 
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfTUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
 
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SDPPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
 
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
 
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxPerumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
 
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genapDinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
 

OPTIMASI PENGADAAN BARANG JASA APBD

  • 1. BAB I PENDAHULUAN A. Latarbelakang Tujuan pembangunan nasional adalah untuk mewujudkan masyarakat yang damai, demokratis, berdaya saing, maju dan sejahtera dalam ikatan negara kesatuan Republik Indonesia. Peran pemerintah masih cukup dominan sebagai mesin penggerak pembangunan (engine of development). Menurut J.M. Keynes (dalam Said Zainal Abidin:2008:137), kebebasan pasar tanpa ada campurtangan pemerintah tidak akan mampu melakukan alokasi sumber daya dan output secara optimal (full employment of output), karena itu Keynes memandang perlu adanya peran pemerintah, antara lain dalam bentuk kebijakan anggaran untuk mengatasi pengangguran yang sekaligus juga meningkatkan daya beli dan mendorong kegiatan bisnis. Menurut Said Zainal Abidin (2008:26), strategi pembangunan diarahkan untuk menciptakan pemerataan pembangunan dan hasil- hasilnya, yang berarti, pembangunan berlangsung diseluruh wilayah yang dilaksanakan dengan partisipasi aktif secara meluas dari masyarakat. Yang dimaksud dengan partisipasi aktif adalah keikutsertaan banyak pihak atas dasar sukarela dalam proses kegiatan pembangunan. Partisipasi aktif masyarakat hanya mungkin dapat dilakukan bila rakyat mempunyai kemampuan, baik secara politik maupun secara ekonomi dan tekhnologi. Mereka mampu ikutserta
  • 2. dan mampu mengambil manfaat dari keikutsertaan itu secara wajar. Tujuan utama penyelenggaraan otonomi daerah adalah untuk meningkatkan pelayanan publik (publik service) dan memajukan perekonomian daerah. Pada dasarnya terkandung tiga misi utama pelaksanaan otonomi daerah dan desentralisasi fiskal, yaitu: (1) meningkatkan kualitas dan kuantitas pelayanan publik dan kesejahteraan masyarakat, (2) menciptakan efisiensi dan efektifitas pengelolaan sumber daya daerah, dan (3) memberdayakan dan menciptakan ruang bagi masyarakat (publik) untuk berpartisipasi dalam proses pembangunan (Mardiasmo:2002:59). Dalam meningkatkan pelayanan publick dan memajukan perekonomian daerah pada saat sekarang ini tidak akan terlepas dari pengaruh perekonomian global.Pengaruh tersebut dapat berupa peluang,sekaligus dapat pula berupa ancaman. Dari berbagai dampak atau pengaruh negatif dari globalisasi yang mungkin ditimbulkan terhadap perekonomian lokal dan nasional, peran pembinaan dari pemerintah, baik pusat maupun daerah sangat diperlukan, agar pelaku ekonomi daerah dan nasional mempunyai kekuatan untuk mengatasi dampak negatif dari globalisasi terutama dalam mengantisipasi masuknya kontraktor atau penyedia barang/jasa dari luar negeri. Kegiatan pembangunan yang dibiayai dengan APBD disamping bertujuan untuk kelancaran tugas pemerintahan, juga bertujuan untuk meningkatkan pelayanan terhadap masyarakat, yang dilaksanakan
  • 3. dalam bentuk kegiatan pembangunan. Secara ekonomi, akan memberikan peluang usaha dan lapangan kerja kepada masyarakat. Pemerintah dalam melakukan kegiatan pembangunan dapat bertindak secara langsung, atau boleh jadi secara tidak langsung, melalui kemitraan dengan pihak swasta dengan menggunakan lembaga dan prosedur tertentu. APBD mempunyai fungsi alokasi yang mengandung arti bahwa anggaran daerah harus diarahkan untuk menciptakan lapangan kerja/mengurangi pengangguran dan pemborosan sumber daya, serta meningkatkan efisiensi dan efektifitas perekonomian (Permendagri nomor 13 tahun 2006, pasal 16 ayat 4). Alokasi anggaran daerah yang dilaksanakan melalui program/kegiatan pembangunan merupakan salah satu peluang bagi masyarakat untuk dapat berpartisipasi aktif,terutama dalam pengadaan barang/jasa pemerintah. Kebijakan umum pemerintah dalam pengadaan barang/jasa pada pasal 4 Keppres nomor 80 Tahun 2003 adalah; pada huruf: (a) Meningkatkan penggunaan pruduksi dalam negeri,rancang bangun dan perekayasaan nasional yang sasarannya adalah memperluas lapangan kerja dan mengembangkan industri dalam negeri dalam rangka meningkatkan daya saing barang/jasa produksi dalam negeri pada perdagangan internasional
  • 4. (b) Meningkatkan peranserta usaha kecil termasuk koperasi kecil dan kelompok masyarakat dalam pengadaan barang/jasa. Dari kebijakan umum tentang pengadaan barang/jasa pemerintah terutama pada huruf (a) dan huruf (b) tersebut ,pemerintah berupaya untuk membangun kemampuan ekonomi nasional ,dengan tetap dilandasi dengan prinsip-prinsip dasar efisiensi, efektif, terbuka dan bersaing, transparan, adil/tidak diskriminatif, dan akuntabel, dalam menumbuhkembangkan peran serta usaha nasional dalam pembangunan. Kegiatan pembangunan daerah yang dibiayai dengan APBD dapat dikelompokan kedalam belanja daerah yang terdiri dari : a. Belanja tidak langsung, merupakan belanja yang dianggarkan tidak terkait secara langsung dengan pelaksana program dan kegiatan. b. Belanja langsung, merupakan belanja yang dianggarkan terkait secara langsung dengan pelaksanaan program dan kegiatan. Kelompok belanja langsung dari suatu kegiatan dibagi menurut jenis belanja yang terdiri dari: a. Belanja pegawai, belanja untuk pengeluaran honorarium/upah dalam melaksanakan program dan kegiatan pemerintahan daerah. b. Belanja barang dan jasa, belanja digunakan untuk pengeluaran pembelian/pengadaan barang yang nilai manfaatnya kurang dari 12 (dua belas) bulan dan atau pemakaian jasa dalam melaksanakan program dan kegiatan pemerintah daerah.
  • 5. Pembelian/pengadaan barang dan/atau pemakaian jasa dimaksud mencakup belanja barang pakai habis, bahan/material, jasa kantor, premi asuransi, perawatan kendaraan bermotor, cetak/penggandaan, sewa rumah/gedung/gudang/parkir, sewa sarana mobilitas, sewa alat berat, sewa peralatan dan perlengkapan kantor, makanan dan minuman, pakaian dinas dan atributnya, pakaian kerja, pakaian khusus hari-hari tertentu, perjalanan dinas pindah tugas dan pemulangan pegawai. c. Belanja modal, belanja digunakan untuk pengeluaran yang dilakukan dalam rangka pembelian/pengadaan atau pembangunan aset tetap berwujud yang mempunyai nilai manfaat lebih dari 12 (dua belas) bulan untuk digunakan dalam kegiatan pemerintahan, seperti dalam bentuk tanah, peralatan dan mesin, gedung dan bangunan, jalan irigasi dan jaringan, dan aset tetap lainnya. Nilai pembelian/pengadaan atau pembangunan aset tetap berwujud yang dianggarkan dalam belanja modal hanya sebesar harga beli/bangunan aset. Kelompok belanja langsung; belanja barang dan jasa dan belanja modal, pada prinsipnya menurut Keppres nomor 80 tahun 2003 pasal 17 ayat 1 harus dilakukan melalui pelelangan umum (tender terbuka). Menurut Hendry Faizal Noor (2007:336) tender terbuka mempunyai manfaat yang strategis, baik secara mikro, yaitu bagi pemilik proyek (project’s owner), dan peserta tender (bidders), maupun secara makro (manfaat bagi perekonomian nasional). Secara mikro manfaat dari adanya atau dilaksanakannya tender atau lelang terbuka ini adalah: 1. Bagi pemilik proyek Memperkecil resiko atau peluang kegagalan proyek.Melalui tender terbuka pemilik dapat memilih kontraktor yang paling
  • 6. baik dari segi kualitas, dengan biaya atau harga penawaran yang paling rendah.Dengan demikian efektifitas dan efisiensi akan lebih baik. 2. Bagi peserta tender Memperkecil resiko atau peluang kegagalan proyek, peserta tender atau kontraktor akan terhindar dari menerima pekerjaan yang bukan keahliannya. Sehingga melalui tender terbuka peserta tender akan terhindar dari kerugian karena kurang kompeten dibidang pekerjaan yang akan diikuti. Secara makro manfaat dari adanya atau dilaksanakannya tender atau lelang terbuka adalah: 1. Meningkatkan efisiensi ekonomi secara nasional. Karena proyek yang ditenderkan dikerjakan dengan biaya yang terendah, dengan kualitas yang terbaik, maka apabila ini diberlakukan secara nasional, tentu ekonomi nasional akan lebih efisien. 2. Meningkatkan daya saing ekonomi nasional Para pelaku ekonomi (peserta tender) akan berusaha menawarkan pekerjaannya dengan sebaik mungkin, disamping itu, peserta tender juga akan berusaha menawarkan harga serendah mungkin. Hal tersebut akan dapat mendorong inovasi, kreatifitas dan efisiensi yang akan dapat meningkatkan daya saing ekonomi nasional.
  • 7. 3. Mendorong iklim usaha yang lebih baik Dengan adanya lelang atau tender terbuka, maka iklim transparansi dan akuntabilitas akan menjadi persyaratan utama yang akan dapat mendorong atau meningkatkan kualitas iklim berusaha kearah yang lebih baik. Program dan kegiatan pemerintah yang dibiayai dengan APBD terutama terhadap pengadaan barang/jasa harus dapat dilaksanakan dengan efektif,dan efisien, dengan prinsip persaingan sehat, transparan, terbuka, dan perlakuan yang adil bagi semua pihak, sehingga hasilnya dapat dipertanggungjawabkan baik dari segi fisik, keuangan maupun manfaatnya bagi kelancaran tugas pemerintah dan pelayanan kepada masyarakat. Dalam pengadaan barang/jasa pemerintah dengan nilai diatas Rp.50.000.000. (lima puluh juta rupiah) wajib dibentuk panitia pengadaan, dan untuk nilai sampai Rp.50.000.000. (ima puluh juta rupiah) dapat dilaksanakan oleh panitia pengadaan atau pejabat pengadaan. Anggota panitia pengadaan berasal dari pegawai negeri, baik dari instansi sendiri, maupun instansi teknis lainnya. (pasal 10 PerPres nomor 70 tahun 2005). Dalam pengadaan barang/jasa pemerintah, pemilihan penyedia barang/jasa dapat dilakukan melalui metodae pelelangan umum, pelelangan terbatas, pemilihan langsung, dan penunjukan langsung. Pengadaan barang/jasa pemerintah selalu dipandang sarat dengan Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme ( KKN ), sehingga berimplikasi
  • 8. terhadap sulitnya untuk menunjuk dan mengangkat panitia pengadaan, yang pada akhirnya akan mempengaruhi efektifitas kegiatan dan penyerapan APBD. Menurut Rohim ( 2008:17 ),persoalan korupsi yang sekarang telah menjadi gurita dalam sistim pemerintahan di Indonesia merupakan gambaran dari bobroknya tata pemerintahan dinegeri ini. Jaksa Agung juga telah membentuk tim khusus yang akan menangani pengadaan barang/jasa pemerintah, sebagai petanda positif dari keinginan Jaksa Agung untuk mencari terdakwa yang merugikan keuangan negara dalam pengadaan barang/jasa pemerintah. Menurut Barda Nawawi Arif (dalam Nurdjana : 2005:70), korupsi disebabkan karena korupsi berkaitan erat dengan kompleksitas masalah lain seperti masalah sikap mental/moral, masalah pola/sikap hidup dan budaya sosial,masalah kebutuhan/tuntutan ekonomi dan struktur/sistim ekonomi, masalah lingkungan hidup/sosial dan kesenjangan sosial-ekonomi, masalah struktur/budaya politik, masalah peluang yang ada didalam mekanisme pembangunan atau kelemahan birokrasi/prosedur administrasi (termasuk sistim pengawasan) dibidang keuangan dan pelayanan umum. Keinginan yang kuat untuk membersihkan pengadaan barang/jasa pemerintah dari KKN melalui perangkap hukum, merupakan hal yang biasa dan wajar dinegara hukum. Hal yang tidak wajar, adalah bagaimana menegakan hukum dinegara terkorup.
  • 9. Kondisi inilah yang membuat “gamang”, bahkan menjadi beban phisikologis bagi PNS apabila ditunjuk/diangkat untuk menjadi anggota panitia pengadaan. Ruang lingkup Kebijakan Panitia Pengadaan Berdasarkan peraturan Presiden Republik Indonesia nomor 8 tahun 2006 tentang perubahan keempat atas keputusan Presiden nomor 80 tahun 2003 tentang pedoman pelaksanaan pengadaan barang/jasa pemerintah, pada pasal 10 mengatakan: Ayat 1. Panitia pengadaan wajib dibentuk untuk semua pengadaan dengan nilai diatas Rp.50.000.000. (lima puluh juta rupiah). Ayat 2. Untuk pengadaan sampai dengan nilai Rp.50.000.000. (lima puluh juta rupiah) dilaksanakan oleh panitia atau pejabat pengadaan. Ayat 3. Anggota panitia pengadaan/pejabat pengadaan/anggota unit layanan pengadaan berasal dari pegawai negeri, baik dari instansi sendiri, maupun instansi teknis lainnya. Persyaratan Panitia/Pejabat pengadaan/unit layanan pengadaan adalah sebagai berikut: a. Memiliki integritas moral, disiplin dan tanggung jawab dalam mlaksanakan tugas; b. Memahami keseluruhan tugas yang akan diadakan;
  • 10. c. Memahami jenis pekerjaan tertentu yang menjadi tugas panitia/pejabat pengadaan/unit layanan pengadaan yang bersangkuta; d. Memahami isi dokumen pengadaan/metode dan prosedur pengadaan berdasarkan peraturan Presiden ini; e. Tidak mempunyai hubungan keluarga dengan pejabat yang mengangkat dan menetapkan sebgai panitia/pejabat pengadaan/anggota unit pelayanan pengadaan; f. Memiliki sertifikat keahlian pengadaan barang/jasa pemerintah, (pasal 4 ayat 10 PerPres nomor 8 tahun 2006). Tugas, wewenang, dan tanggungjawab panitia/pejabat pengadaan/unit layanan pengadaan meliputi sebagai berikut: a. Menyusun jadwal dan menetapkan cara pelaksanaan serta lokasi pengadaan; b. Menyusun dan menyiapkan harga perkiraan sendiri; c. Menyiapkan dokumen pengadaan; d. Mengumumkan pengadaan barang/jasa disurat kabar nasional dan/atau propinsi dan/atau pengumuman resmi dan diupayakan diumumkan di website pengadaan nasional; e. Menilai kualifikasi penyedia melalui pascakualifikasi atau prakualifikasi; f. Melakukan evaluasi terhadap penawaran yang masuk; g. Mengusulkan calon pemenang;
  • 11. h. Membuat laporan mengenai proses dan hasil pengadaan kepada pejabat pembuat komitmen dan/atau pejabat yang mengangkatnya; i. Manandatangani pakta integritas sebelum pelaksanaan pengadaan barang/jasa dimulai ( pasal 10 ayat 4 PerPres nomor 8 tahun 2006 ) Grindel (dalam Sujianto : 2008:31) mengatakan, implementasi kebijakan sesungguhnya bukan sekedar berhubungan dengan mekanisme penjabaran atau operasional dari keputusan politik kedalam prosedor-prosedur rutin lewat saluran birokrasi, melainkan lebih dari itu, yaitu menyangkut masalah konflik, keputusan, dan siapa akan memperoleh apa dari suatu kebijakan. Mengurai prasangka KKN dalam pengadaan barang/jasa pemerintah, tentunya juga sama kompleksnya dengan KKN secara umum, banyak variabel atau faktor yang saling berkaitan,sebagai mana yang telah dikemukakan oleh Barda Nawawi Arif. Dilihat dari Tugas, wewenang, dan tanggungjawab panitia/pejabat pengadaan/unit layanan pengadaan, akan selalu berhadapan dengan masalah konflik, keputusan, dan siapa akan memperoleh apa dari pelaksanaan pengadaan. Prasangka KKN dalam pengadaan barang/jasa pemerintah,menjadi beban phisikologis bagi PNS apabila
  • 12. ditunjuk/diangkat sebagai Panitia pengadaan. Sebab panitia pengadaan secara struktur birokrasi berada dalam sistim yang dianggap korup. Menurut George Edwar III ( dalam Sujianto:2008:38 ) ada empat faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan implementasi kebijakan, yaitu; 1. Komunikasi 2. Sumber Daya 3. Disposisi 4. Struktur Birokrasi Pada penilitian ini penulis tertarik untuk melihat implementasi proses pelaksanaan pengadaan barang/jasa yang telah dilaksanakan oleh panitia pengadaan,yang selama ini selalu dipandang sarat dengan KKN. Fenomena yang telah dikemukakan dalam uraian sebelumnya mendorong minat peneliti untuk lebih mendalami kebijakan pengadaan barang/jasa pemerintah, terutama dalam melihat peranan panitia pengadaan dalam mengimplementasikan kebijakan. Akhirnya, penelitian ini akan berangkat dari asumsi bahwa, pelaksanaan pengadaan barang/jasa pemerintah akan dapat efektif dan efisien, apabila adanya optimalisasi pemberdayaan Panitia pengadaan.
  • 13. B. Perumusan Masalah Panitia pengadaan barang/jasa pemerintah memegang peranan yang sangat penting dalam mewujudkan efektifitas dan efisiensi kegiatan pembangunan. Yang dimaksut dengan efektifitas dan efisiensi dalam pengadaan barang/jasa menurut prinsip dasar Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 80 tahun 2003, pasal 3 mengatakan; a. Efisien, berarti pengadaan barang/jasa harus diusahakan dengan menggunakan dana dan daya yang terbatas untuk mencapai sasaran yang ditetapkan dalam waktu sesingkat- singkatnya dan dapat dipertanggung jawabkan, b. Efektif, berart pengadaan barang/jasa harus sesuai dengan kebutuhan yang telah ditetapkan dan dapat memberikan manfaat yang sebesar-besarnya sesuai dengan sasaran yang ditetapkan, Peranan Panitia pengadaan yang sangat strategis dalam mewujudkan efektifitas dan efisiensi kegiatan pembangunan masih diselubungi oleh pandangan yang penuh dengan KKN yang berarti,implementasi kebijakan yang telah dilaksanakan oleh Panitia pengadaan belum optimal sesuai dengan kebijakan pemerintah. Isu yang berkembang, bahwa pengadaan barang/jasa pemerintah sarat dengan prasangka KKN,ditambahlagi dengan adanya “ancaman” Jaksa Agung ,akan membawa implikasi semakin
  • 14. mempersulit posisi PNS apabila ditunjuk/diangkat menjadi Panitia Pengadaan. Pada penelitian ini, penulis ingin melihat factor-faktor yang mempengaruhi panitia pengadaan dalam mengimplementasikan kebijakan diantaranya; factor komunikasi,sumber daya,dan disposisi yang merupakan factor penentu dari keberhasilan panitia pengadaan dalam mengimplementasikan kebijakan. Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimana proses pengadaan barang/jasa yang telah dilaksanakan oleh panitia pengadaan 2. Apa faktor penghambat panitia pengadaan dalam melaksanakan proses pengadaan? C. Tujuan Penelitian Bertitik tolak dari latar belakang dan perumusan masalah yang ada, tujuan yang ingin dicapai melalui penelitian ini adalah; 1. untuk mengidentifikasi implementasi proses pelaksanaan Pengadaan barang/jasa yang dilaksanakan oleh panitia pengadaan. 2. Untuk mendiskripsikan faktor-faktor penghambat proses pengadaan barang/jasa yang dilaksanakan oleh panitia pengadaan.
  • 15. D. Manfaat Penelitian Manfaat penelitian diharapkan akan dapat memberikan pemikiran sebagai berikut: 1. Manfaat Praktis Sebagai masukan bagi Sekretariat Daerah Kabupaten Kampar dalam pelaksanaan pengadaan barang/jasa. 2. Manfaat Akademis Sebagai bahan telaahan, kajian dan analisa dalam pengembangan teoritik dan konsep-konsep ilmiah yang memiliki relevansi terhadap pengadaan barang/jasa pemerintah, terutam proses pengadaan yang dilaksanakan oleh Panitia pengadaan. .
  • 16. BAB II KERANGKA TEORI A. Konsep implementasi kebijakan Grindel (dalam Sujianto : 2008:31) mengatakan, implementasi kebijakan sesungguhnya bukan sekedar berhubungan dengan mekanisme penjabaran atau operasional dari keputusan politik kedalam prosedor-prosedur rutin lewat saluran birokrasi, melainkan lebih dari itu, yaitu menyangkut masalah konflik, keputusan, dan siapa akan memperoleh apa dari suatu kebijakan. Menurut konsepsi Lester (dalam Sujianto : 2008:33) implementasi didefinisikan sejauhmana arah dan tujuan kebijakan yang telah ditetapkan benar-benar tercapai. Meter dan Horn (dalam Sujianto : 2008:35) menetapkan ada enam variabel yang menentukan keberhasilan implementasi kebijakan antara lain; 1. Standar dan tujuan Kebijakan (Policy Standars Objectives) Perhatian utama pada faktor-faktor yang menentukan hasil kerja 2. Sumber Daya Kebijakan (Policy Resources) Sumber daya yang dimaksut meliputi dana dan insentif yang diharapkan dapat menunjang implementasi yang efektif. 3. Aktifitas pengamatan dan komunikasi inter organisasi
  • 17. Implementasi yang akan berhasil memerlukan mekanisme dan prosedur institusional dimana otoritas yang lebih tinggi dapat memungkinkan pelaksana akan bertindak dengan cara konsisten. 4. Karakteristik pelaksana Karakteristik berhubungan dengan kemampuan dan kriteria staf tingkat pengawas (kontrol) hirarkis terhadap keputusan- keputusan sub unit dalam proses implementasi. 5. Kondisi ekonomi, sosial dan politik Hal yang berhubungan dengan ekosospol, yaitu; a. Apakah sumber daya ekonomi yang tersedia dalam organisasi pelaksana cukup memadai untuk menunjang keberhasilan pelaksana. b. Sejauh mana kondisi sosial ekonomi yang akan mempengaruhi pelaksanaan kebijakan. c. Seberapa jelas masalah kebijakan yang terkait. d. Apakah kelompok elit menyetujui atau menentang pelaksanaan kebijakan. e. Apakah karakteristik partisipan dari organisasi pelaksana ada dukungan untuk kebijakan tersebut. 6. Disposisi atau sikap pelaksana Ada tiga unsur yang mempengaruhi pelaksana dalam mengimplementasikan kebijakan yaitu;
  • 18. 1. Kognisi ( pemahaman dan pengetahuan ) pelaksana terhadap kebijaka. 2. Arah respon pelaksana terhadap implementasi menerima atau menolak. 3. Intensitas dari respon pelaksana. Menurut George Edwar III ( dalam Sujianto:2008:38 ) ada empat faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan implementasi kebijakan, yaitu; 1. Komunikasi 2. Sumber Daya 3. Disposisi 4. Struktur Birokrasi Soren Winter (dalam Riant Nugroho : 2007:85) mengidentifikasi empat variabel yang mempengaruhi keberhasilan implementasi, yaitu; 1. Proses formasi kebijakan; 2. Prilaku organisasi pelaku implementasi; 3. Prilaku birokrasi pelaksana ditingkat bawah; 4. Respon kelompok target kebijakan dan perubahan dalam masyarakat. Struktur organisasi/birokrasi pelaksana pengadaan barang/jasa pemerintah adalah struktur organisasi pelaksana intraorganisasional yang berada didalam organisasi SKPD, yang terdiri dari ; Pengguna
  • 19. Anggaran (PA), Pejabat Pembuat Komitmen ( PPK ) dan Panitia Pengadaan. Pengertian organisasi (Lubis dan Husaini, 1987) adalah sebagai kesatuan sosial dari sekelompok manusia, yang saling berinteraksi menurut suatu pola tertentu, sehingga setiap anggota organisasi memiliki fungsi dan tugasnya masing-masing, yang sebagai suatu kesatuan mempunyai tujuan tertentu dan mempunyai batas-batas yang jelas, sehingga bisa dipisahkan secara tegas dari lingkungannya. Menurut Kasim (1984) organisasi merupakan pola kerjasama antara orang-orang yang terlibat dalam kegiatan yang saling berhubungan untuk mencapai tujuan tertentu.Menurut Hendry (1988) organisasi adalah suatu koneksitas manusia yang kompleks dibentuk untuk tujuan tertentu, dimana hubungan antar anggotanya bersifat resmi. Pelaksanaan pengadaan barang/jasa pemerintah melibatkan banyak kepentingan, baik PA, PPK, Panitia Pengadaan dan Rekanan (penyedia barang/jasa), yang masing-masingnya memperjuangkan kepentingannya. Dalam memperjuangkan masing-masing kepentingan agar dapat sesuai dengan kebijakan pengadaan barang/jasa, masing- masing kepentingan harus mempunyai keinginan yang sama untuk melaksanakan kebijakan tersebut.
  • 20. Menurut Bekhard dan Harris (dalam Rhenald Kasali : 2007:100) perubahan akan terjadi kalau ada sejumlah syarat, yaitu; 1. Manfaat-biaya. Manfaat yang diperoleh lebih besar dari pada biaya perubahan; 2. Ketidakpuasan. Adanya ketidak puasan yang menonjol terhadap keadaan sekarang; 3. Persepsi hari esok. Manusia dalam suatu organisasi melihat hari esok yang dipersepsikan lebih baik; 4. Cara yang praktis. Ada cara praktis yang dapat ditempuh untuk keluar dari situasi sekarang. Pelaksanaan pengadaan barang/jasa pemerintah mempunyai manfaat yang strategis, baik secara mikro, yaitu bagi pemilik proyek (Project’s Owner), dan peserta tender (bidder), maupun secara makro (manfaat perekonomian Nasional) (Hendry Faisal Noor : 2007:136). Dalam proses pengadaan,bukan tidakmungkin akan terjadi tindak kejahatan penyelewengan antara pelaku bisnis dengan pelaksana pengadaan . Menurut Igm. Nurdjana (2005), tindak kejahatan penyelewengan dikalangan bisnis yang dilakukan oleh para pelaku bisnis dan birokrat termasuk jenis korupsi endemic (endemic corruption).
  • 21. Prosese pelaksanaan pengadaan barang/jasa pemerintah sangat rentan dengan prasangka (prejudice) KKN, untuk itu sangat diperlukan pemberdayaan panitia pengadaan. Menurut Rendi R. Wrihatnolo, Riant Nugroho D (2007), pemberdayaan adalah sebuah proses yang mempunyai tiga tahapan, yaitu; 1. Penyadaran Prinsip dasarnya adalah membuat target mengerti bahwa mereka perlu diberdayakan, dan dalam proses pemberdayaan dimulai dari dalam diri mereka sendiri. 2. Pengkapasitasan Memberikan daya atau kuasa (capacity building) untuk membuat mereka cakap (skilfull) Proses capacity building terdiri atas tiga jenis yaitu; 1. Manusia Memampukan manusia baik sebagai individu, maupun kelompok dengan training (pelatihan). 2. Organisasi Restrukturisasi organisasi yang hendak menerima daya atau kapasitas tersebut.
  • 22. 3. Sistim nilai Aturan main, pada tingkat yang lebih maju, sistim nilai terdiri pula atas budaya organisasi, etika, dan good governence. 3. Pendayaan (empowerment) Kepada target diberikan daya, kekuasaan, otoritas, atau peluang. Pemberian ini sesuai dengan kualitas kecakapan yang telah dimiliki. Menurut Ujang Nurohma (Figur:2007), banyak organisasi mengalami kegagalan bukan karena tidak memiliki visi, misi, tujuan dan strategi yang baik, melainkan tidak mampu mengimplementasikannya, sehingga dapat saja gambaran citra (brand image) dan kinerja dari personil yang terlibat didalam pengadaan barang/jasa umpamanya kurang berhasil menjalankan tugas dan fungsinya sebagai motor penggerak percepatan pelaksanaan kegiatan pembangunan, disebabkan ketidakmampuannya mengimplementasikan kebijakan.. Pemberdayaan akan mampu mendemokratisasikan khususnya proses pengadaan barang/jasa pemerintah dan pembangunan pada umumnya yang dalam istilah internasionalnya dikenal sebagai prinsip tata kelola pemerintahan yang baik (good governance).
  • 23. B. Konsep Operasional Berdasarkan deskripsi dari aspek teoritis, implementasi kebijakan pengadaan barang/jasa melalui panitian pengadaan dapat diuraikan indikator variabel yang mempengaruhi keberhasilan implementasi yaitu: 1. Komunikasi Komunikasi yang dimaksut disini adalah hubungan antara pemilik pekerjaan,dalam hal ini adalah Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) dengan pelaksana pengadaan, dalam hal ini Panitia pengadaan, yang antara lain bertugas merumuskan dokumen pengadaan yang akan ditetapkan oleh PPK. Komunikasi juga dimaksudkan antara Panitia Pengadaan dengan Penyedia pekerjaan dalam mengkomunikasikan pedoman pengadaan yang tertuang didalam dokumen pengadaan yang akan dijadikan pedoman bersama oleh Panitia Pengadaan dalam mengevaluasi dan pengajuan penawaran oleh penyedia pekerjaan (rekanan) didalam pengadaan. Hubungan timbalbalik antara Panitia pengadaan dengan penyedia pekerjaan juga dapat dilihat pada saat penjelasan pekerjaan, dan pada saat pembukaan sampul penawaran. 2. Sumber daya Sumber daya panitia pengadaan berjumlah gasal, sekurang- kurangnya anggotanya berjumlah 3 orang yang memahami:
  • 24. a. Tatacara pengadaan b. Substansi pekerjaan, c. Dan lain yang di perlukan, baik unsur dari dalam maupun dari luar instansi yang bersangkutan. Implementasi kebijakan pengadaan barang/jasa pemerintah memerlukan sumberdaya yang memadai, tanpa dukungan yang memadai terhadap Sumber Daya Panitia Pengadaan, implementasi akan mengalami hambatan, bahkan mungkin mengalami kegagalan dalam arti, pemilihan terhadap barang/jasa tidak sesuai dengan prinsip-prinsip kebijakan. 3. Disposisi Disposisi merupakan suatu sikap dari pelaksana (Panitia Pengadaan) untuk mau, menerima atau menolak,atau motivasi pelaksana untuk melaksanakan kebijakan. Ada 4 unsur yang mempengaruhi disposisi,atau sikap pelaksana untuk mau melaksanakan kebijakan, yaitu: 1. Pengetahuan dan pemahaman para pelaksana terhadap kebijakan 2. Arah dari respon para pelaksana untuk menerima atau menolak kebijakan yang akan diimplementasikan. 3. Insentif 4. Intensitas dari respon para pelaksana terhadap kebijakan.
  • 25. Dengan adanya sikap para pelaksana untuk menerima atau menolak hal-hal yang tidak diperbolehkan dalam mengimplementasikan kebijakan ,maka mereka akan mempunyai inisiatif dan kreatifitas untuk mengefektifkan implementasi kebijakan tersebut. Dari uraian tersebut dapat dijadikan sebagai kerangka berfikir penelitian sebagai berikut: komunikasi Keberhasilan Sumber daya implementasi/kinerja panitia pengadaanPanitia pengadaan disposisi Komunikasi, sumber daya dan disposisi dari panitia pengadaan akan mempengaruhi implementasi kebijakan pengadaan barang/jasa pemerintah. Implementasi kebijakan pengadaan barang/jasa pemerintah yang ditinjau dari sisi panitia pengadaan, apakan panitia pengadaan dalam pelaksanaan pengadaan barang/jasa pemerintah telah memenuhi kriteria baik/tidak baik yang didasarkan kepada variabel ; komunikasi. Sumber Daya dan disposisi. didalam mengimplementasikan kebijakan.
  • 26. C. Teknik Pengukuran Pengukuran variabel/indikator implementasi kebijakan dijabarkan dalam pertanyaan/pernyataan dalam bentuk skala pengukuran yaitu; 1. Baik, apabila pada masing-masing pertanyaan/pernyataan memenuhi semua kriteria penilaian diberi skor 3 2. Cukup baik, apabila pada masing-masing pertanyaan/pernyataan hanya memenuhi 2 kriteria penilaian diberi skor 2 3. Tidak baik, apabila pada masing-masing pertanyaan/pernyataan hanya memenuhi 1 kriteria penilaian diberi skor 1. Untuk lebih jelasnya dituangkan pada tabel berikut ini: Tabel I Pengukuran Variabel Penelitian Konsep Variabel Indikator Kategori Skor PPK 1 PPK menetapkan paket pekerjaan yang akan dilaksanakan oleh panitia pengadaan. Implementasi 2 PPK menetapkan do- kebijakan kumen pengadaan, HPS, Baik pengadaan dan jadwal pelelangan Cukup barang/jasa Komunikasi yang telah disusun oleh baik pemerintah Panitia Tidak melalui panitia 3. PPK menetapkan pe- baik pengadaan menang pengadaan, atas 3 usulan panitia pengadaan 2 Panitia 1. Panitia menyusun jadwal, 1 dokumen, mengumumkan pengadaan secara terbuka.
  • 27. 2. Panitia melaksanakan penjelasan pekerjaan, dan pembukaan sampul penawaran secara terbuka.. 3. Panitia bersama anggota melakukan evaluasi,dan mengusulkan pemenang kepada PPK. 4. Panitia mengumumkan pemenang pengadaan Sumber 1. Persyaratan panitia Daya 2. Tugas,wewenang,tanggug jawab panitia Disposisi 1. Pengetahuan dan pema- haman Panitia 2. Respon panitia 3. Insentif
  • 28. BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif. Menurut Sugiono (1992), penelitian diskriptif adalah penelitian yang dilakukan terhadap variabel tanpa membuat perbandingan atau menghubungkan dengan variabel yang lain.Menurut Nasir (1988), metode diskriptif adalah metode penelitian untuk membuat gambaran mengenai situasi dan kejadian. Dengan demikian, metode penelitian diskriptif akan digunakan untuk mengetahui implementasi kebijakan pengadaan barang/jasa pada bagian umum Sekretariat daerah Kabupaten Kampar. B. Variabel Penelitian Variabel dalam penelitian ini yang menjadi objek pengamatan adalah Pejabat Pembuat Komitmen, Panitia Pengadaan dan rekanan pada bagian umum Sekretariat Daerah Kabupaten Kampar yang dipengaruhi oleh: 1. Komunikasi 2. Sumber daya 3. Disposisi
  • 29. C. Populasi dan sampel Pemilihan sampel/informan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Panitia Pengadaan Yang melaksanakan proses pengadaan 2. Rekanan Sebagai penyedia pekerjaan. Untuk memudahkan pengambilan informan sebagai sampel dari penyedia pekerjaan, dan proses pengadaan yang telah dilaksanakan oleh Panitia Pengadaan, maka diambillah data kontrak tahun anggaran 2008 sebanyak 30 dokumen kontrak, dan dokumen pelaksana anggaran tahun anggaran 2008 yang ada pada bagian umum Sekretariat Daerah Kabupaten Kampar. D. Teknik pengumpulan data Teknik pengumpulan data adalah dengan wawancara dan menggunakan dokumen kontrak yang ada. Pengumpulan data dengan wawancara, agar peneliti dapat menggali tentang yang diketahui dan dialami oleh objek yang diteliti dengan menggunakan daftar pertanyaan.
  • 30. E. Teknik Analisa Data. Teknik analisa data yang digunakan adalah kombinasi dari dua teknis analisa data,yaitu analisis domain dan analisis taksononi.Analisa domain dilakukan untuk memperoleh gambaran yang bersifat umum dan relatif menyeluruh tentang apa yang tercakup dalam pokok permasalahan yang diteliti. Pada teknis analisis taksononi ,menjelaskan fenomena yang menjadi sasaran penelitian .
  • 31. DAFTAR PUSTAKA Abidin, Said Zainal, 2008, Strategi Kebijakan dalam Pembangunan dan Ekonomi Politik, Suara Bebas, Jakarta. Faisal Noor Hehdry, 2007, Ekonomi Manajerial, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta Igm. Nurdjana, 2005, Korupsi Dalam Praktek Bisnis, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Rendi R, Rian Nugroho, 2007, Manajemen Pemberdayaan, PT Alex Media Komputindo, Jakarta. Rohim, 2008, Modus Operandi Tindak Pidana Korupsi, Pena Multi Media, Depok. Kasim, Ashar, 1993, Pengukuran Efektifitas dalam Organisasi, UI, Jakarta. Lubis, Hari, dan Husaini, 1987, Organisasi ( Suatu Pendekatan Makro ), Pusat Antar Universitas ilmu-ilmu Sosial, UI, Jakarta. Kasali, Renald, 2007, Chane, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Nugroho, Riant, 2007, Analisis Kebijakan, PT Alex Media Komputindo, Jakarta. Mardiasmo, 2002, Otonomi dan Manajemen Keuangan Daerah, Andi, Yogyakarta. Sugiono, 2004, Metode Penelitian Administrasi, Alfabet, Bandung Sujianto, 2008, Implementasi Kebijakan Publik, Alaf Riau, Pekanbaru. Kepres nomor 80 Tahun 2003, Tentang Pengadaan Barang/jasa Pemerintah.
  • 32. Proposal Penelitian Implementasi Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Pada Panitia pengadaan Bagian Umum Sekretariat Daerah Kabupaten Kampar Tugas akhir Fakhruddin Penyusun: SUWARDI NIM : 200701068 PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI KONSENTRASI KEBIJAKAN PUBLIK PASCA SARJANA UNIVERSITAS RIAU PEKANBARAU