Teks tersebut membahas perbandingan antara ideologi Liberalisme, Sosialisme, dan Pancasila. Liberalisme menekankan kebebasan individu dan hak-hak warga negara, sedangkan Sosialisme lebih mengedepankan kepentingan negara. Pancasila menghindari ketidakseimbangan antara individu dan negara dengan menghargai keduanya. Teks tersebut juga membandingkan pandangan ketiga ideologi terhadap agama dan pendidikan.
1. dikembangkan secara keseluruhan yang tersusun sistematis untuk mewujudkan tujuan dan cita- cita suatu
Negara.
A. Ideologi Pancasila
Sebagaimana yang dikemukakan oleh Alfian (BP7 Pusat,1991 : 192), Pancasila telah memenuhi
syarat sebagai ideologi terbuka khususnya di Negara Republik Indonesia. Sebagai ideologi terbuka
Pancasila memberikan orientasi ke depan, mengharuskan bangsanya untuk selalu menyadari situasi
kehidupan yang sedang dan akan dihadapinya, terutama menghadapi globalisasi dan era keterbukaan
dunia dalam segala bidang. Pancasila sebagai ideologi terbuka memiliki dimensi – dimensi idealitas,
normatif, dan realitas.
B. Liberalisme
Jika dibandingkan dengan ideologi Pancasila yang secara khusus norma-normanya terdapat di
dalam Undang-Undang Dasar 1945, maka dapat dikatakan bahwa hal-hal yang terdapat di dalam
Liberalisme terdapat di dalam pasal-pasal UUD 1945, tetapi Pancasila menolak Liberalisme sebagai
ideologi yang bersifat absolutisasi dan determinisme.
Liberalisme merupakan paham yang memberikan penekanan kebebasan individu ssehingga
kesejahteraan bukan menjadi tanggung jawab negara.
C. Komunisme
Komunisme sebagai anti Kapitalisme menggunakan sistem Sosialisme sebagai alat kekuasaan
sebagai prinsip semua adalah milik rakyat dan dikuasai oleh negara untuk kemakmuran rakyat secara
merata. Komunisme sangat membatasi demokrasi pada rakyatnya sehingga Komunisme juga disebut anti
Liberalisme.
Dalam Komunisme perubahan sosial harus dimulai dari peran Partai Komunis. Jadi perubahan
sosial dimulai dari buruh, namun pengorganisasian buruh hanya dapat berhasil jika bernaung di bawah
dominasi partai.
D. Sosialisme
Sosialisme merupakan ideologi yang lebih mengedepankan persamaan / pemerataan derajat antar
masyarakatnya. Ideologi Sosialisme berpandangan bahwa manusia tidak dapat hidup sendiri – sendiri.
Kerja sama atau gotong royong akan membuat kehidupan dalam bermasyarakat menjadi lebih baik.
2. Sosialisme mencita-citakan sebuah masyarakat yang didalamnya semua orang hidup dan dapat
bekerja sama dalam kebebasan dan solidaritas dengan hak-hak, yang sama. Tujuannya ialah
mengorganisir buruh dan menjamin pembagian merata hasil-hasil yang dicapai, memberikan
ketenteraman dan kesempatan bagi semua orang.
Perbandingan antara ideologi liberalisme, sosialisme, dan Pancasila
Liberalisme
Sosialisme Pancasila
Negara sebagai penjaga
malam. Rakyat atau
warganya mempunyai
kebebasan untuk berbuat
atau bertindak apa saja asal
tidak melanggar tertib
hukum.
Mementingkan kekuasaan
dan kepentingan negara
Hubungan antara
warganegara dengan negara
adalah seimbang.
Kepentingan dan hak
warganegara lebih
diutamakan dari pada
kepentingan negara. Negara
didirikan untuk menjamin
kebebasan dan kepentingan
warganegara.
Kepentingan negara lebih
diutamakan daripada
kepentingan warga negara.
Kebebasan atau kepentingan
warganegara dikalahkan
untuk kepentingan negara
tidak mengutamakan negara
tetapi juga tidak
mengutamakan
warganegara. Kepentingan
negara dan kepentingan
warganegara sama-sama
dipentingkan
Negara tidak mencampuri
urusan agama. Agama
menjadi urusan pribadi
setiap warganegara. Negara
terpisah dengan agama.
Warganegara bebas
beragama, tetapi juga bebas
tidak beragama.
Kehidupan agama juga
terpisah dengan negara.
Warganegara bebas
beragama, bebas tidak
beragama dan bebas pula
untuk propaganda anti-agama
Agama erat hubungannya
dengan negara. Negara
memperhatikan kehidupan
agama. Agama
mendapatkan perhatian
penting dari negara. Setiap
wargane-gara dijamin pula
kebebasannya untuk memilih
salah satu agama yang ada
dan diakui oleh pemerintah.
Setiap orang harus
beragama, tetapi agama
yang dipilih diserahkan
kepada masing-masing
warganegara. Atheis atau
tidak mengakui adanya
Tuhan, tidak diperbolehkan
Read more: http://hitamandbiru.blogspot.com/2012/07/perbandingan-antara-ideologi.
html#ixzz2ELk6SJ5U
menganut ideology Sosialisme adalah Uni Soviet ( sekarang Rusia ) , Cina , Korea Utara ,
Vietnam .
3. Sekarang , kita akan membahas perbedaan pokok antara ideology Liberalisme dan Sosialisme . Adapun
perbedaan pokok tersebut adalah .
Ideologi Liberalisme
o Negara sebagai penjaga malam . Rakyat atau warganya mempunyai kebebasan untuk berbuat atau
bertindak apa saja asal tidak melanggar tertib hukum .
o Kepentingan dan hak warganegara lebih diutamakan daripada kepentingan Negara . Negara didirikan
untuk menjamin kebebasan dan kepentingan warga Negara.
o Negara tidak mencampuri urusan agama . Agama menjadi urusan pribadi setiap warganegaranya . Negara
terpisah dengan agama . Warganegara bebas beragama , tetapi bebas juga tidak beragama.
Ideologi Sosialisme
o Mementingkan kekuasaan dan kepentingan Negara
o Kepentingan Negara lebih diutamakan daripada kepentingan warga Negara . Kebebasan atau kepentingan
warganegara dikalahkan untuk kepentingan Negara .
o Kehidupan agama juga terpisah dengan Negara . warganegara bebas beragama , bebas tidak beragama dan
bebas pula untuk propaganda anti-agama .
Persamaan ideology Liberalisme , Sosialisme dan Pancasila
o Persamaan antara ideology Liberalisme , Sosialisme dan Pancasila adalah ketiga ideology itu digunakan
sebagai ideology atau dasar Negara .
Perbedaan Ideology Liberalisme , Sosalisme dan Pancasila .
a. Dalam Hubungan agama dengan ideologi
Padda Negara Liberal , Negara tidak mencampuri urusan agama . Warganegara bebas bebas beragama dan
bebas juga tidak beragama .
Pada Negara sosialis , kehidupan negara terpisah juga dengan agama . Warganegara bebas
Log Masuk
Mendaftar
Explore
Ideologi LiberalismeNegara sebagai penjaga malam . Rakyat atauwarganya mempunyai kebebasan untuk
berbuat ataubertindak apa saja asal tidak melanggar tertibhukum .Kepentingan dan hak warganegara lebih
diutamakandaripada kepentingan Negara . Negara didirikanuntuk menjamin kebebasan dan kepentingan
wargaNegara.Negara tidak mencampuri urusan agama . Agamamenjadi urusan pribadi setiap
warganegaranya .Negara terpisah dengan agama . Warganegarabebas beragama , tetapi bebas juga
tidakberagama.Ideologi SosialismeMementingkan kekuasaan dan kepentingan NegaraKepentingan
Negara lebih diutamakan daripadakepentingan warga Negara . Kebebasan ataukepentingan warganegara
dikalahkan untukkepentingan Negara .
4. Kehidupan agama juga terpisah dengan Negara .warganegara bebas beragama , bebas tidakberagama dan
bebas pula untuk propaganda anti-agama .Persamaan ideology Liberalisme , Sosialisme danPancasila
Persamaan antara ideology Liberalisme , Sosialismedan Pancasila adalah ketiga ideology itu
digunakansebagai ideology atau dasar Negara .Perbedaan Ideology Liberalisme , Sosalisme danPancasila
.a.
Dalam Hubungan agama dengan ideologi
Padda Negara Liberal , Negara tidak mencampuriurusan agama . Warganegara bebas bebasberagama dan
bebas juga tidak beragama .
Pada Negara sosialis , kehidupan negara terpisah juga dengan agama . Warganegara bebas
beragama , tidak beragama dan bebas pulapropaganda anti-agama
Pada Negara Indonesia ( ideology pancasila ),Negara memperhatikan kehidupan agama .Agama mendapat
perhatian penting dariNegara. Propaganda anti-agama dilarang , tidakmengakui adanya tuhan juga
dilarang .Penduduk Indonesia juga harus beragama.Penduduk diprbolehkan memilih salah 1 agama yang
diakui oleh pemerintah .b.
Dalam Bidang pendidikan
Di Negara Liberal , pendidikan diarahkan padapengembangan demokrasi .
Di Negara sosialis , pendidikan diarahkanmembentuk warganegara yang senantiasa atuhatau taat pada
perintah Negara .
Di Indonesia , pendidikan diarahkan untukmembentuk warganegara yang bertanggung jawab , memiliki
akhlak mulia , dan takwakepada Tuhan Yang Maha Esa .
5. Perbedaan Dan Persamaan Pancasila Dan Ideologi Lain
BAB II
PEMBAHASAN
a. Pengertian Ideologi
Kata ideologo berasal dari bahasa Latin (idea; daya cipta sebagai hasil
kesadaran manusia dan logos; ilmu). Istilah in diperkenalkan oleh filsuf
perancis A. Destut lde Tracy (1801) yang mempelajari berbagai gagasan
(idea) manusia serta kadar kebenarannya. Pengertian ini kemudian meluas
sebagai keseluruhan pemikiran, cita rasa, serta segala upaya, terutama di
bidang politik . Ideologi juga diartikan sebagai filsafah hidupdan pandangan
dunia (dalam bahasa Jerman disebut Weltanschauung).
Biasanya, ideologi selalu mengutamakan asas-asas kehidupan politik
dan kenegaraan sebagai satu kehidupan nasional yang berarti
kepemimpinan, kekuasaan, dan kelembegaan dengan tujuan kesejahteraan.
Berikut ini beberapa pengertian ideoloi.
a) A. Destult de Tracy
Ideologi adalah bagian dari filsafat yang merupakan ilmu yang mendasari
ilmu-ilmu lain seperti pendidikan, etika, politik, dan sebagainya.
b) Labiratorium IKIP Malang
Ideologi adalah seperangkat nilai, ide, dan cita-cita, serta metode
melaksankan/mewujudkannya.
c) Kamus Ilmiah Populer
Ideologi adalah cita-cita yang merupakan dasar salah satu sistem politik,
paham, kepercayaan, dan seterusnya (ideologi sosialis, ideologi islam, dan
lain-lain).
d) Moerdiono
6. Ideologi adalah kompleksitas pengetahuan dan nilai yang secara
keseluruhan menjadi landasan bagi seseorang (masyarakat) untuk
memahami jagat raya dan bumi seisinya serta menentukan sikap dasar untuk
mengelolanya.
e) Encyclopedia International
Ideologi adalah sistem gagasan, keyakinan, dan sikap yang mendasari cara
hidup suatu kelompok, kelas, atau masyarakat tertentu.
f) Prof. Padmo Wahyono, SH.
Ideologi diberi makna sebgai pandangan hidup bangsa, filsafah hidup bangsa,
yang berupa seperangkat tata nilai yang dicita-citakan dan akan
direalisasikan didalam kehidupanberkelompok. Ideologi ini akan memberikan
stabilitas arah dalam hidup berkelompok dan sekaligus memberikan
dinamika gerak menuju apa yang dicita-citakan.
g) Dr. Alfian
Ideologi adalah suatu pandangan atau sistem nilai yang menyeluruh dan
mendalam tentang bagaimana cara yang sebaiknya, yaitu secara moral
dianggap benar dan adil mengatur tingkah laku bersama dalam berbagai segi
kehidupan.
Dari pendapat pendapat tersebut di atas, hal yang harus dipahami
adalah bahwa suatu ideologi pada umumnya mewujudkan pandangan khas
tentang pentingnya kerjasama antar manusia dalam kerja, hubungan
manusia dengan kekuasaan ( politik negara), sumber kekuasaan bagi
penguasa, dan tingkat kesederajatan antar manusia. Sebagai akibat
kekhasan tersebut suatu ideologi bisa saja tidak dimengerti oleh kelompok
lain yang tidak mau menerimanya, dan tidak ajarang pula suatu ideologi
menjadi beku, kaku, dan tidak berubah, serta menuntut para pengikutnya
untuk patuh terhadap ajarannya.
7. b. Hakikat dan Fungsi Ideologi
Suatu Ideologi pada dasarnya merupakan hasil refleksi manusia atas
kemampuannya mengadakan distansi (menjaga jarak) dengan dunia
kehidupannya. Antara ideologi dan kenyataan hidup masyarakat terjadi
hubungan dialektis, sehingga berlangsung pengaruh timbal balik yang
terwujud dalam interaksi yang di satu pihakl memacu ideologi agar semakin
realistis dan di lain pihak mendorong masyarakat supaya mendekati bentuk
yang ideal. Ideologi mencerminkan cara berpikir masyarakat dan juga
membentuk masyarakat menuju cita-cita.
Dengan demikian, terlihat bahwa ideologi bukanlah sekedar
pengetahuan teoritas belaka, tetapi merupakan sesuatu yang dihayati
menjadi suatu keyakinan. Ideologi adalah satu pilhan yang jelas menuntut
komitmen untuk mewujudkannya. Semakin mendalam kesadaran ideologis
seseorang berarti semakin tinggi pula rasa komitmennya untuk
melaksanakannya. Komitmen itu tercermin dalam sikap seorang yang
meyakini ideologinya sebagai ketentuan-ketentuan normative yang harus
ditaati dalam hidup bermasyarakat.
Berdasarkan uraian tersebut di atas, dapatlah di kemukakan bahwa
ideologi mempunyai fungsi sebagai berikut:
a. Struktur kognitif, yaitu keseluruhan pengetahuan yang dapat merupakan
landasan untuk memahami dan menafsirkan dunia dan kejadian-kejadian
dalam alam sekitarnya.
b. Orientasi dasar dengan membuka wawasan yang memberikan makna serta
menunujukkan tujuan dalam kehidupan manusia.
c. Norma-norma yang menjadi peodman dan pegangan bagi seseorang untuk
melangkah dan bertindak.
d. Bekal dan jalan bagi seseorang untuk menemukan identitasnya.
8. e. Kekuatan yang mampu menyemangati dan mendorong seseorang untuk
menjalankan kegiatan dan mencapai tujuan.
f. Pendidikan bagi seseorang atau masyarakat untuk memahami, menghayati,
serta bertingkah laku sesuai dengan orientasi dan norma-norma yang
terkandung di dalamnya.
c. Ideologi sebagai suatu sistem
Ideologi dapat dirumuskan sebagai suatu sistem berpikir yang digunakan
oleh suatu masyarakat untuk menginterprestasikan (mengartikan) hidup dan
kehiduupannya. Dapat juga dikatakan sebagai identitas suatu masyarakat
atau bangsa (identity), yang sering disebut dengan istilah “kepribadian
bangsa”. Mengingat ideologi merupakan suatu sistem berpikir dalam semua
aspek kehidupan, maka ia dapat diterapkan ke dalam sistem politik,
ekonomi, dan sosial budaya. Mula-mula digali dari kenyataan-kenyataan yang
(induktif), kemudian dirumuskan dalam suatu sistem, dan akhirnya
diterapkan kembali dalam segala aspek kehidupan (deduktif).
Ideologi biasanya adalah sistem yang tertutup (deduktif-induktif). Apabila
suatu masyarakat menganut sistem ideologi tertentu, itu berarti masyarakat
tersebut menggunakan sistem deduktif; yaitu seluruh kehidupan masyarakat
baik politik, ekonomi, maupun kehidupan sosial-budaya sehari-hari
bersumber dari nilai-nilai tertentu yang dianut oleh ideologinya. Contohnya
ialah sosialisme-marxisme, liberalisme, dan agama tertentu.
Ideologi dapat juga mengandung pengertian bahwa dia harus menegara,
yaitu nilai-nilai yang dikandungnya diatur melalui negara. Jadi, sesungguhnya
negaralah yang mempunyai peran penting di dalam sistem ideologi guna
mengatur warga negaranya dan mencapai cita-cita dan tujuannya.
d. Pancasila sebagai ideologi nasional
9. Suatu sistem filsafat pada tingkat perkembangan tertentu melahirkan
ideologi. Biasanya ideologi lebih mengutamakan asas-asas kehidupan politik
dan kenegaraan sebagai satu kehidupan nasional yang esensinya adalah
kepemimpinan, kekuasaan dan kelembagaan dengan tujuan kesejahteraan.
Secara filosofis, ideologi bersumber pada suatu sistem filsafat
dikembangkan dan dilaksanakan oleh suatu ideologi. Berdasarkan asas
teoritis demikian, maka nilai-nilai yang terkandung di dalam Pancasila adalah
falsafah hidup yang berkembang dalam sosio-budaya Indonesia. Nilai
Pancasila yang telah terkristalisasi dianggap sebagai nilai dasar dan puncak
(sari-sari) budaya bangsa.
Sedemikian mendasarnya nilai-nilai Pancasila dalam menjiwai dan
memberikan watak (kepribadian, identitas), pengakuan atas kedudukan
Pancasila sebagai filsafat adalah wajar. Sebagai ajaran filsafat, Pancasila
mencerminkan nilai dan pandangan mendasar dan hakikat rakyat Indonesia
dalam hubungannya dengan : Ketuhanan, Kemanusiaan, Kenegaraan,,
Kekluargaan dan Musyawarah, serta Keadilan Sosial.
Niali dan fungsi filsafat Pancasila telah ada jauh sebelum Indonesia
merdeka. Ini berarti, dengan kemerdekaan yang diperoleh bangsa dan negara
Indonesia, secara melembaga dan formal, kedudukan dan fungsi Pancasila
ditingkatkan. Dari keudukannya sebagai filsafat hidup ditingkatkan menjadi
filsafat negara “dari kondisi sosio-budaya yang terkristalisasi menjadi nilai
filosofis-ideologis yang kontinental” (dikukuhkan berdasarkan Undang-
Undang Dasar 1945)
e. Pancasila sebagai ideologi terbuka
Abdulkadir Besar dalam tulisannya tentang :Pancasila Ideologi Terbuka”,
antara lain menyebutkabn bahwa pada umumnya khalayak memehai arti
“terbuka” dari pernyataan “ideologi terbuka” sebagai filsafat keterbukaan
ideologi itu sendiri. Oleh sebab itu, pernyataan “Pancasila adalah ideologi
10. terbuka”, banyak dipahami secara harfiah, yaitu berbagai konsep dari
ideologi lain, terutama dari ideologi liberalisme, seperti hak asasi manusia,
pasar bebas, mayoritas tunggal, dualisme pemerintahan, serta konsekuensi
logis sistem oposisi liberal, tanpa penalaran yang sistematis nilai-nilai itu
dianggap dan diberlakukan sebagai konsep yang inheren dalam ideologi
Pancasila.
Adanya anggapan umum yang demikian, dapat dipahami karena adanya
sebab-sebab sebagai berikut:
a. Orang yang bersangkutan tidak atau belum memahami ideologi Pancasila
secara memadai, dan
b. “Kebebasan Individu” yang menjadi nilai intrinsik ideologi liberalisme
bukannya dipersepsikan sebagai konsep ideologis, tetapi justru
dipersepsikan sebagai konsep bebas nilai yang identik dengan konsep yang
bersifat objektif universal.
Semua konsep dari suatu ideologi niscaya teralir secara deduktif-logis
dari nilai intrinsik ideologi yang bersangkutan. Sebagai contoh, nilai intrinsik
ideologi liberalisme adalah kebebasan individu, ideologi komunis adalah
hubungan produksi, dan ideologi Pabcasila adalah kebersamaan. Berkenaan
dengan hal tersebut, konsep dari suatu ideologi tidak dapat diberlakukan
pada ideologi lain. Bila hal ini dipaksakan, yang akan terwujud adalah cita-cita
dari ideologi lain.
a) Dimensi ideologi terbuka
Dalam pandangan Dr. Alfian, kekuatan suatu ideologi tergantung pada 3
(tiga) dimensi yang terkandung didalam dirinya, yaiut:
1) Dimensi realitas
Bahwa nilai-nilai dasar di dalam suati ideologi bersumber dari nilai-nilai riil
yang hidup dalam masyarakat yang tertanam dan berakar di dalam
masyarakat, terutama pada waktu ideologi itu lahir. Dengan demikian,
11. mereka betul-betul merasakan dan menghayati bahwa nilai-nilai dasar itu
adalah milik mereka bersama.
2) Dimensi idealisme
Bahwa nilai-nilai dasar ideologi tersabut mengandung idealisme, bukan
angan-angan (utopia), yang memberi harapan tentang masa depan yang lebih
baik melalui perwujudan atau pengamalannya dalam praktik kehidupan
bersama sehari-hari dengan berbagai dimensinya. Ideologi yang tangguh
biasanya muncul dari pertautan erat, yang saling mengisi dan saling
memperkuat antara dimensi realitas dan dimensi idealisme yang terkandung
didalamnya.
3) Dimensi fleksibelitas (pengembangan)
Bahwa ideologi tersebut memiliki keluwesan yang memungkinkan dan
bahkan merangsang pengembangan pemikiran-pemikiran baru yang relevan
tentang dirinya, tanpa menghilangkan atau mengingkari akikat (jati diri) yang
terkandung dalam niai-nilai dasarnya. Dimensi fleksibelitas atau dimensi
pengembangan sangat diperlukan oleh suatu ideologi guna memelihara dan
memperkuat relevansinya dari masa ke masa.
b) Gagasan pancasila sebagai ideologi terbuka
Gagasan pertama mengeni Pancasila sebagai ideologi terbuka secara
formal ditampilkan sekitar ahun 1985, walaupun semangatnya sendiri
sesungguhnya dapat ditelusuri dari pembahasan para pendiri negara pada
tahun 1945. Pemikiran Pancasila sebagai deologi terbuka tersirat di dalam
penjelasan UUD 1945 di mana disebutkan “ Maka telah cukup jika Undang-
Undang Dasar hanya memuat garis-garis besar sebagai instruksi kepada
pemerintah pusat dan lain-lain penyelenggara negara untuk
menyelenggarakan kehidupan negara dan kesejahteraan sosial terutama
bagi negara baru dan negara muda, lebih baik hukum dasar yang tertulis itu
12. hanya memuat aturan-aturan pokok, sedang aturan-aturan yang
menyelenggarakan aturan pokok itu diserahkan kepada undang-undang yang
lebih mudah caranya membuat, mengubah, dan mencabut”. Dari kutipan
tersebut kita dapat memahami bahwa UUD1945 pada hakikatnya
mengandung unsur keterbukaan; karena dasar UUD 1945 adalah pancasila,
maka Pancasila merupkan ideologi nasional bagi bangsa Indonesia bersifat
terbuka pula.
c) Perwujudan Pancasila sebagai ideologi terbuka
Sebagai ideologi terbuka, Pancasila bisa menyelesaikan berbagai
persoalan yang dihadapi oleh bangsa Indonesia. Namun demikian, faktor
manusia baik penguasa maupun rakyat, sangat menentukan dalam mengukur
kemampuan sebuah ideologi dalam menyelesaikan berbagai masalah. Sebaik
apapun ideologi, tanpa didukung oleh sumber daya manusia yang baik,
hanyalah utopia atau angan-angan belaka
d) Batas keterbukaan ideologi Pancasila
Suatu ideologi, apapun namanya memiliki nilai-nilai dasar atau intrinsik
dan nilai instrumental. Nilai intrinsik adalah nilai yang dirinya sendiri
merupakan tujuan. Seperangkat nilai intrinsik (nilai dasar) yang terkandung
di dalam setiap ideologi berdaya aktif. Artinya ia memberi inspirasi sekaligus
energi kapada para penganutnya untuk mencipta dan berbuat. Dengan
demikian, tiap nilai intrinsik niscaya bersifat khas dan tidak ada duanya.
Dalam ideologi Pancasila, nilai intrinsikyang dimaksud adalah nilai-nilai
Ketuhanan, Kemanusiaan, Persatuan, Kerakyatan, dan keadilan sosial. Sifat
keterbukaan ideologi mengandung arti bahwadi satu sisi nilai instrumental
itu bersifat dinamis, yaitu dapat disesuaiakan dengan tuntutan kemajuan
zaman, bahkan dapat diganti dengan nilai instrumental lain demi
terpeliharanya relevansi ideologi dengan tingkat kemajuan masyarakat.
Namun disisi lain, penyesuaian diri maupun penggantian tersebut tidak boleh
13. berakibat meniadakan nilai dasar atau intrinsiknya. Dengan kata lain,
keterbukaan ideologi itu ada batasnya.
Batas jenis pertama :
Bahwa yang boleh disesuaikan dan diganti hanya nilai instrumental,
sedangkan nilai dasar atau intrinsiknya mutlak dilarang nilai instrumental
dalam ideologi Pancasila adalah nilai-nilai lebih lanjut dari nilai-nilai dasar
atau intrinsiknya yang dijabarkan secara lebih kreatif dan dinamis dalam
bentuk UUD 1945, dan Peraturan Perundang-undangan lainya.
Batas jenis kedua, yaitu terdiri dari 2 (dua) buah norma
1) Penyesuaian nilai instrumental pada tuntutan kemajuan zaman harus
dijaga agar daya kerja nilai instrumental yang disesuaiakan itu tetap
memadai untuk mewujudkan nilai intrinsik yang bersangkutan. Sebab jika
nilai instrumental penyesuaian tersebut berdaya kerja lain, maka nilai
intrinsik yang bersangkutan tak akan pernah terwujud.
2) Nilai instrumental pengganti tidak boleh bertentangan dengan linea recta
nilai instrumental yang diganti. Sebab, bila bertentangan itu berarti
bertentangan pula dengan nilai intrinsiknya yang berdaya meniadakan nilai
intrinsikyang bersangkutan.
BAB II
PEMBAHASAN
a. Pengertian Ideologi
Kata ideologo berasal dari bahasa Latin (idea; daya cipta sebagai hasil
kesadaran manusia dan logos; ilmu). Istilah in diperkenalkan oleh filsuf
perancis A. Destut lde Tracy (1801) yang mempelajari berbagai gagasan
(idea) manusia serta kadar kebenarannya. Pengertian ini kemudian meluas
sebagai keseluruhan pemikiran, cita rasa, serta segala upaya, terutama di
14. bidang politik . Ideologi juga diartikan sebagai filsafah hidupdan pandangan
dunia (dalam bahasa Jerman disebut Weltanschauung).
Biasanya, ideologi selalu mengutamakan asas-asas kehidupan politik
dan kenegaraan sebagai satu kehidupan nasional yang berarti
kepemimpinan, kekuasaan, dan kelembegaan dengan tujuan kesejahteraan.
Berikut ini beberapa pengertian ideoloi.
a) A. Destult de Tracy
Ideologi adalah bagian dari filsafat yang merupakan ilmu yang mendasari
ilmu-ilmu lain seperti pendidikan, etika, politik, dan sebagainya.
b) Labiratorium IKIP Malang
Ideologi adalah seperangkat nilai, ide, dan cita-cita, serta metode
melaksankan/mewujudkannya.
c) Kamus Ilmiah Populer
Ideologi adalah cita-cita yang merupakan dasar salah satu sistem politik,
paham, kepercayaan, dan seterusnya (ideologi sosialis, ideologi islam, dan
lain-lain).
d) Moerdiono
Ideologi adalah kompleksitas pengetahuan dan nilai yang secara
keseluruhan menjadi landasan bagi seseorang (masyarakat) untuk
memahami jagat raya dan bumi seisinya serta menentukan sikap dasar untuk
mengelolanya.
e) Encyclopedia International
Ideologi adalah sistem gagasan, keyakinan, dan sikap yang mendasari cara
hidup suatu kelompok, kelas, atau masyarakat tertentu.
f) Prof. Padmo Wahyono, SH.
Ideologi diberi makna sebgai pandangan hidup bangsa, filsafah hidup bangsa,
yang berupa seperangkat tata nilai yang dicita-citakan dan akan
15. direalisasikan didalam kehidupanberkelompok. Ideologi ini akan memberikan
stabilitas arah dalam hidup berkelompok dan sekaligus memberikan
dinamika gerak menuju apa yang dicita-citakan.
g) Dr. Alfian
Ideologi adalah suatu pandangan atau sistem nilai yang menyeluruh dan
mendalam tentang bagaimana cara yang sebaiknya, yaitu secara moral
dianggap benar dan adil mengatur tingkah laku bersama dalam berbagai segi
kehidupan.
Dari pendapat pendapat tersebut di atas, hal yang harus dipahami
adalah bahwa suatu ideologi pada umumnya mewujudkan pandangan khas
tentang pentingnya kerjasama antar manusia dalam kerja, hubungan
manusia dengan kekuasaan ( politik negara), sumber kekuasaan bagi
penguasa, dan tingkat kesederajatan antar manusia. Sebagai akibat
kekhasan tersebut suatu ideologi bisa saja tidak dimengerti oleh kelompok
lain yang tidak mau menerimanya, dan tidak ajarang pula suatu ideologi
menjadi beku, kaku, dan tidak berubah, serta menuntut para pengikutnya
untuk patuh terhadap ajarannya.
b. Hakikat dan Fungsi Ideologi
Suatu Ideologi pada dasarnya merupakan hasil refleksi manusia atas
kemampuannya mengadakan distansi (menjaga jarak) dengan dunia
kehidupannya. Antara ideologi dan kenyataan hidup masyarakat terjadi
hubungan dialektis, sehingga berlangsung pengaruh timbal balik yang
terwujud dalam interaksi yang di satu pihakl memacu ideologi agar semakin
realistis dan di lain pihak mendorong masyarakat supaya mendekati bentuk
yang ideal. Ideologi mencerminkan cara berpikir masyarakat dan juga
membentuk masyarakat menuju cita-cita.
Dengan demikian, terlihat bahwa ideologi bukanlah sekedar
pengetahuan teoritas belaka, tetapi merupakan sesuatu yang dihayati
16. menjadi suatu keyakinan. Ideologi adalah satu pilhan yang jelas menuntut
komitmen untuk mewujudkannya. Semakin mendalam kesadaran ideologis
seseorang berarti semakin tinggi pula rasa komitmennya untuk
melaksanakannya. Komitmen itu tercermin dalam sikap seorang yang
meyakini ideologinya sebagai ketentuan-ketentuan normative yang harus
ditaati dalam hidup bermasyarakat.
Berdasarkan uraian tersebut di atas, dapatlah di kemukakan bahwa
ideologi mempunyai fungsi sebagai berikut:
a. Struktur kognitif, yaitu keseluruhan pengetahuan yang dapat merupakan
landasan untuk memahami dan menafsirkan dunia dan kejadian-kejadian
dalam alam sekitarnya.
b. Orientasi dasar dengan membuka wawasan yang memberikan makna serta
menunujukkan tujuan dalam kehidupan manusia.
c. Norma-norma yang menjadi peodman dan pegangan bagi seseorang untuk
melangkah dan bertindak.
d. Bekal dan jalan bagi seseorang untuk menemukan identitasnya.
e. Kekuatan yang mampu menyemangati dan mendorong seseorang untuk
menjalankan kegiatan dan mencapai tujuan.
f. Pendidikan bagi seseorang atau masyarakat untuk memahami, menghayati,
serta bertingkah laku sesuai dengan orientasi dan norma-norma yang
terkandung di dalamnya.
c. Ideologi sebagai suatu sistem
Ideologi dapat dirumuskan sebagai suatu sistem berpikir yang digunakan
oleh suatu masyarakat untuk menginterprestasikan (mengartikan) hidup dan
kehiduupannya. Dapat juga dikatakan sebagai identitas suatu masyarakat
atau bangsa (identity), yang sering disebut dengan istilah “kepribadian
bangsa”. Mengingat ideologi merupakan suatu sistem berpikir dalam semua
17. aspek kehidupan, maka ia dapat diterapkan ke dalam sistem politik,
ekonomi, dan sosial budaya. Mula-mula digali dari kenyataan-kenyataan yang
(induktif), kemudian dirumuskan dalam suatu sistem, dan akhirnya
diterapkan kembali dalam segala aspek kehidupan (deduktif).
Ideologi biasanya adalah sistem yang tertutup (deduktif-induktif). Apabila
suatu masyarakat menganut sistem ideologi tertentu, itu berarti masyarakat
tersebut menggunakan sistem deduktif; yaitu seluruh kehidupan masyarakat
baik politik, ekonomi, maupun kehidupan sosial-budaya sehari-hari
bersumber dari nilai-nilai tertentu yang dianut oleh ideologinya. Contohnya
ialah sosialisme-marxisme, liberalisme, dan agama tertentu.
Ideologi dapat juga mengandung pengertian bahwa dia harus menegara,
yaitu nilai-nilai yang dikandungnya diatur melalui negara. Jadi, sesungguhnya
negaralah yang mempunyai peran penting di dalam sistem ideologi guna
mengatur warga negaranya dan mencapai cita-cita dan tujuannya.
d. Pancasila sebagai ideologi nasional
Suatu sistem filsafat pada tingkat perkembangan tertentu melahirkan
ideologi. Biasanya ideologi lebih mengutamakan asas-asas kehidupan politik
dan kenegaraan sebagai satu kehidupan nasional yang esensinya adalah
kepemimpinan, kekuasaan dan kelembagaan dengan tujuan kesejahteraan.
Secara filosofis, ideologi bersumber pada suatu sistem filsafat
dikembangkan dan dilaksanakan oleh suatu ideologi. Berdasarkan asas
teoritis demikian, maka nilai-nilai yang terkandung di dalam Pancasila adalah
falsafah hidup yang berkembang dalam sosio-budaya Indonesia. Nilai
Pancasila yang telah terkristalisasi dianggap sebagai nilai dasar dan puncak
(sari-sari) budaya bangsa.
Sedemikian mendasarnya nilai-nilai Pancasila dalam menjiwai dan
memberikan watak (kepribadian, identitas), pengakuan atas kedudukan
Pancasila sebagai filsafat adalah wajar. Sebagai ajaran filsafat, Pancasila
18. mencerminkan nilai dan pandangan mendasar dan hakikat rakyat Indonesia
dalam hubungannya dengan : Ketuhanan, Kemanusiaan, Kenegaraan,,
Kekluargaan dan Musyawarah, serta Keadilan Sosial.
Niali dan fungsi filsafat Pancasila telah ada jauh sebelum Indonesia
merdeka. Ini berarti, dengan kemerdekaan yang diperoleh bangsa dan negara
Indonesia, secara melembaga dan formal, kedudukan dan fungsi Pancasila
ditingkatkan. Dari keudukannya sebagai filsafat hidup ditingkatkan menjadi
filsafat negara “dari kondisi sosio-budaya yang terkristalisasi menjadi nilai
filosofis-ideologis yang kontinental” (dikukuhkan berdasarkan Undang-
Undang Dasar 1945)
e. Pancasila sebagai ideologi terbuka
Abdulkadir Besar dalam tulisannya tentang :Pancasila Ideologi Terbuka”,
antara lain menyebutkabn bahwa pada umumnya khalayak memehai arti
“terbuka” dari pernyataan “ideologi terbuka” sebagai filsafat keterbukaan
ideologi itu sendiri. Oleh sebab itu, pernyataan “Pancasila adalah ideologi
terbuka”, banyak dipahami secara harfiah, yaitu berbagai konsep dari
ideologi lain, terutama dari ideologi liberalisme, seperti hak asasi manusia,
pasar bebas, mayoritas tunggal, dualisme pemerintahan, serta konsekuensi
logis sistem oposisi liberal, tanpa penalaran yang sistematis nilai-nilai itu
dianggap dan diberlakukan sebagai konsep yang inheren dalam ideologi
Pancasila.
Adanya anggapan umum yang demikian, dapat dipahami karena adanya
sebab-sebab sebagai berikut:
a. Orang yang bersangkutan tidak atau belum memahami ideologi Pancasila
secara memadai, dan
b. “Kebebasan Individu” yang menjadi nilai intrinsik ideologi liberalisme
bukannya dipersepsikan sebagai konsep ideologis, tetapi justru
19. dipersepsikan sebagai konsep bebas nilai yang identik dengan konsep yang
bersifat objektif universal.
Semua konsep dari suatu ideologi niscaya teralir secara deduktif-logis
dari nilai intrinsik ideologi yang bersangkutan. Sebagai contoh, nilai intrinsik
ideologi liberalisme adalah kebebasan individu, ideologi komunis adalah
hubungan produksi, dan ideologi Pabcasila adalah kebersamaan. Berkenaan
dengan hal tersebut, konsep dari suatu ideologi tidak dapat diberlakukan
pada ideologi lain. Bila hal ini dipaksakan, yang akan terwujud adalah cita-cita
dari ideologi lain.
a) Dimensi ideologi terbuka
Dalam pandangan Dr. Alfian, kekuatan suatu ideologi tergantung pada 3
(tiga) dimensi yang terkandung didalam dirinya, yaiut:
1) Dimensi realitas
Bahwa nilai-nilai dasar di dalam suati ideologi bersumber dari nilai-nilai riil
yang hidup dalam masyarakat yang tertanam dan berakar di dalam
masyarakat, terutama pada waktu ideologi itu lahir. Dengan demikian,
mereka betul-betul merasakan dan menghayati bahwa nilai-nilai dasar itu
adalah milik mereka bersama.
2) Dimensi idealisme
Bahwa nilai-nilai dasar ideologi tersabut mengandung idealisme, bukan
angan-angan (utopia), yang memberi harapan tentang masa depan yang lebih
baik melalui perwujudan atau pengamalannya dalam praktik kehidupan
bersama sehari-hari dengan berbagai dimensinya. Ideologi yang tangguh
biasanya muncul dari pertautan erat, yang saling mengisi dan saling
memperkuat antara dimensi realitas dan dimensi idealisme yang terkandung
didalamnya.
3) Dimensi fleksibelitas (pengembangan)
20. Bahwa ideologi tersebut memiliki keluwesan yang memungkinkan dan
bahkan merangsang pengembangan pemikiran-pemikiran baru yang relevan
tentang dirinya, tanpa menghilangkan atau mengingkari akikat (jati diri) yang
terkandung dalam niai-nilai dasarnya. Dimensi fleksibelitas atau dimensi
pengembangan sangat diperlukan oleh suatu ideologi guna memelihara dan
memperkuat relevansinya dari masa ke masa.
b) Gagasan pancasila sebagai ideologi terbuka
Gagasan pertama mengeni Pancasila sebagai ideologi terbuka secara
formal ditampilkan sekitar ahun 1985, walaupun semangatnya sendiri
sesungguhnya dapat ditelusuri dari pembahasan para pendiri negara pada
tahun 1945. Pemikiran Pancasila sebagai deologi terbuka tersirat di dalam
penjelasan UUD 1945 di mana disebutkan “ Maka telah cukup jika Undang-
Undang Dasar hanya memuat garis-garis besar sebagai instruksi kepada
pemerintah pusat dan lain-lain penyelenggara negara untuk
menyelenggarakan kehidupan negara dan kesejahteraan sosial terutama
bagi negara baru dan negara muda, lebih baik hukum dasar yang tertulis itu
hanya memuat aturan-aturan pokok, sedang aturan-aturan yang
menyelenggarakan aturan pokok itu diserahkan kepada undang-undang yang
lebih mudah caranya membuat, mengubah, dan mencabut”. Dari kutipan
tersebut kita dapat memahami bahwa UUD1945 pada hakikatnya
mengandung unsur keterbukaan; karena dasar UUD 1945 adalah pancasila,
maka Pancasila merupkan ideologi nasional bagi bangsa Indonesia bersifat
terbuka pula.
c) Perwujudan Pancasila sebagai ideologi terbuka
Sebagai ideologi terbuka, Pancasila bisa menyelesaikan berbagai
persoalan yang dihadapi oleh bangsa Indonesia. Namun demikian, faktor
manusia baik penguasa maupun rakyat, sangat menentukan dalam mengukur
kemampuan sebuah ideologi dalam menyelesaikan berbagai masalah. Sebaik
21. apapun ideologi, tanpa didukung oleh sumber daya manusia yang baik,
hanyalah utopia atau angan-angan belaka
d) Batas keterbukaan ideologi Pancasila
Suatu ideologi, apapun namanya memiliki nilai-nilai dasar atau intrinsik
dan nilai instrumental. Nilai intrinsik adalah nilai yang dirinya sendiri
merupakan tujuan. Seperangkat nilai intrinsik (nilai dasar) yang terkandung
di dalam setiap ideologi berdaya aktif. Artinya ia memberi inspirasi sekaligus
energi kapada para penganutnya untuk mencipta dan berbuat. Dengan
demikian, tiap nilai intrinsik niscaya bersifat khas dan tidak ada duanya.
Dalam ideologi Pancasila, nilai intrinsikyang dimaksud adalah nilai-nilai
Ketuhanan, Kemanusiaan, Persatuan, Kerakyatan, dan keadilan sosial. Sifat
keterbukaan ideologi mengandung arti bahwadi satu sisi nilai instrumental
itu bersifat dinamis, yaitu dapat disesuaiakan dengan tuntutan kemajuan
zaman, bahkan dapat diganti dengan nilai instrumental lain demi
terpeliharanya relevansi ideologi dengan tingkat kemajuan masyarakat.
Namun disisi lain, penyesuaian diri maupun penggantian tersebut tidak boleh
berakibat meniadakan nilai dasar atau intrinsiknya. Dengan kata lain,
keterbukaan ideologi itu ada batasnya.
Batas jenis pertama :
Bahwa yang boleh disesuaikan dan diganti hanya nilai instrumental,
sedangkan nilai dasar atau intrinsiknya mutlak dilarang nilai instrumental
dalam ideologi Pancasila adalah nilai-nilai lebih lanjut dari nilai-nilai dasar
atau intrinsiknya yang dijabarkan secara lebih kreatif dan dinamis dalam
bentuk UUD 1945, dan Peraturan Perundang-undangan lainya.
Batas jenis kedua, yaitu terdiri dari 2 (dua) buah norma
1) Penyesuaian nilai instrumental pada tuntutan kemajuan zaman harus
dijaga agar daya kerja nilai instrumental yang disesuaiakan itu tetap
memadai untuk mewujudkan nilai intrinsik yang bersangkutan. Sebab jika
22. nilai instrumental penyesuaian tersebut berdaya kerja lain, maka nilai
intrinsik yang bersangkutan tak akan pernah terwujud.
2) Nilai instrumental pengganti tidak boleh bertentangan dengan linea recta
nilai instrumental yang diganti. Sebab, bila bertentangan itu berarti
bertentangan pula dengan nilai intrinsiknya yang berdaya meniadakan nilai
intrinsikyang bersangkutan.
BAB II
PEMBAHASAN
a. Pengertian Ideologi
Kata ideologo berasal dari bahasa Latin (idea; daya cipta sebagai hasil
kesadaran manusia dan logos; ilmu). Istilah in diperkenalkan oleh filsuf
perancis A. Destut lde Tracy (1801) yang mempelajari berbagai gagasan
(idea) manusia serta kadar kebenarannya. Pengertian ini kemudian meluas
sebagai keseluruhan pemikiran, cita rasa, serta segala upaya, terutama di
bidang politik . Ideologi juga diartikan sebagai filsafah hidupdan pandangan
dunia (dalam bahasa Jerman disebut Weltanschauung).
Biasanya, ideologi selalu mengutamakan asas-asas kehidupan politik
dan kenegaraan sebagai satu kehidupan nasional yang berarti
kepemimpinan, kekuasaan, dan kelembegaan dengan tujuan kesejahteraan.
Berikut ini beberapa pengertian ideoloi.
a) A. Destult de Tracy
Ideologi adalah bagian dari filsafat yang merupakan ilmu yang mendasari
ilmu-ilmu lain seperti pendidikan, etika, politik, dan sebagainya.
b) Labiratorium IKIP Malang
Ideologi adalah seperangkat nilai, ide, dan cita-cita, serta metode
melaksankan/mewujudkannya.
c) Kamus Ilmiah Populer
23. Ideologi adalah cita-cita yang merupakan dasar salah satu sistem politik,
paham, kepercayaan, dan seterusnya (ideologi sosialis, ideologi islam, dan
lain-lain).
d) Moerdiono
Ideologi adalah kompleksitas pengetahuan dan nilai yang secara
keseluruhan menjadi landasan bagi seseorang (masyarakat) untuk
memahami jagat raya dan bumi seisinya serta menentukan sikap dasar untuk
mengelolanya.
e) Encyclopedia International
Ideologi adalah sistem gagasan, keyakinan, dan sikap yang mendasari cara
hidup suatu kelompok, kelas, atau masyarakat tertentu.
f) Prof. Padmo Wahyono, SH.
Ideologi diberi makna sebgai pandangan hidup bangsa, filsafah hidup bangsa,
yang berupa seperangkat tata nilai yang dicita-citakan dan akan
direalisasikan didalam kehidupanberkelompok. Ideologi ini akan memberikan
stabilitas arah dalam hidup berkelompok dan sekaligus memberikan
dinamika gerak menuju apa yang dicita-citakan.
g) Dr. Alfian
Ideologi adalah suatu pandangan atau sistem nilai yang menyeluruh dan
mendalam tentang bagaimana cara yang sebaiknya, yaitu secara moral
dianggap benar dan adil mengatur tingkah laku bersama dalam berbagai segi
kehidupan.
Dari pendapat pendapat tersebut di atas, hal yang harus dipahami
adalah bahwa suatu ideologi pada umumnya mewujudkan pandangan khas
tentang pentingnya kerjasama antar manusia dalam kerja, hubungan
manusia dengan kekuasaan ( politik negara), sumber kekuasaan bagi
penguasa, dan tingkat kesederajatan antar manusia. Sebagai akibat
24. kekhasan tersebut suatu ideologi bisa saja tidak dimengerti oleh kelompok
lain yang tidak mau menerimanya, dan tidak ajarang pula suatu ideologi
menjadi beku, kaku, dan tidak berubah, serta menuntut para pengikutnya
untuk patuh terhadap ajarannya.
b. Hakikat dan Fungsi Ideologi
Suatu Ideologi pada dasarnya merupakan hasil refleksi manusia atas
kemampuannya mengadakan distansi (menjaga jarak) dengan dunia
kehidupannya. Antara ideologi dan kenyataan hidup masyarakat terjadi
hubungan dialektis, sehingga berlangsung pengaruh timbal balik yang
terwujud dalam interaksi yang di satu pihakl memacu ideologi agar semakin
realistis dan di lain pihak mendorong masyarakat supaya mendekati bentuk
yang ideal. Ideologi mencerminkan cara berpikir masyarakat dan juga
membentuk masyarakat menuju cita-cita.
Dengan demikian, terlihat bahwa ideologi bukanlah sekedar
pengetahuan teoritas belaka, tetapi merupakan sesuatu yang dihayati
menjadi suatu keyakinan. Ideologi adalah satu pilhan yang jelas menuntut
komitmen untuk mewujudkannya. Semakin mendalam kesadaran ideologis
seseorang berarti semakin tinggi pula rasa komitmennya untuk
melaksanakannya. Komitmen itu tercermin dalam sikap seorang yang
meyakini ideologinya sebagai ketentuan-ketentuan normative yang harus
ditaati dalam hidup bermasyarakat.
Berdasarkan uraian tersebut di atas, dapatlah di kemukakan bahwa
ideologi mempunyai fungsi sebagai berikut:
a. Struktur kognitif, yaitu keseluruhan pengetahuan yang dapat merupakan
landasan untuk memahami dan menafsirkan dunia dan kejadian-kejadian
dalam alam sekitarnya.
b. Orientasi dasar dengan membuka wawasan yang memberikan makna serta
menunujukkan tujuan dalam kehidupan manusia.
25. c. Norma-norma yang menjadi peodman dan pegangan bagi seseorang untuk
melangkah dan bertindak.
d. Bekal dan jalan bagi seseorang untuk menemukan identitasnya.
e. Kekuatan yang mampu menyemangati dan mendorong seseorang untuk
menjalankan kegiatan dan mencapai tujuan.
f. Pendidikan bagi seseorang atau masyarakat untuk memahami, menghayati,
serta bertingkah laku sesuai dengan orientasi dan norma-norma yang
terkandung di dalamnya.
c. Ideologi sebagai suatu sistem
Ideologi dapat dirumuskan sebagai suatu sistem berpikir yang digunakan
oleh suatu masyarakat untuk menginterprestasikan (mengartikan) hidup dan
kehiduupannya. Dapat juga dikatakan sebagai identitas suatu masyarakat
atau bangsa (identity), yang sering disebut dengan istilah “kepribadian
bangsa”. Mengingat ideologi merupakan suatu sistem berpikir dalam semua
aspek kehidupan, maka ia dapat diterapkan ke dalam sistem politik,
ekonomi, dan sosial budaya. Mula-mula digali dari kenyataan-kenyataan yang
(induktif), kemudian dirumuskan dalam suatu sistem, dan akhirnya
diterapkan kembali dalam segala aspek kehidupan (deduktif).
Ideologi biasanya adalah sistem yang tertutup (deduktif-induktif). Apabila
suatu masyarakat menganut sistem ideologi tertentu, itu berarti masyarakat
tersebut menggunakan sistem deduktif; yaitu seluruh kehidupan masyarakat
baik politik, ekonomi, maupun kehidupan sosial-budaya sehari-hari
bersumber dari nilai-nilai tertentu yang dianut oleh ideologinya. Contohnya
ialah sosialisme-marxisme, liberalisme, dan agama tertentu.
Ideologi dapat juga mengandung pengertian bahwa dia harus menegara,
yaitu nilai-nilai yang dikandungnya diatur melalui negara. Jadi, sesungguhnya
26. negaralah yang mempunyai peran penting di dalam sistem ideologi guna
mengatur warga negaranya dan mencapai cita-cita dan tujuannya.
d. Pancasila sebagai ideologi nasional
Suatu sistem filsafat pada tingkat perkembangan tertentu melahirkan
ideologi. Biasanya ideologi lebih mengutamakan asas-asas kehidupan politik
dan kenegaraan sebagai satu kehidupan nasional yang esensinya adalah
kepemimpinan, kekuasaan dan kelembagaan dengan tujuan kesejahteraan.
Secara filosofis, ideologi bersumber pada suatu sistem filsafat
dikembangkan dan dilaksanakan oleh suatu ideologi. Berdasarkan asas
teoritis demikian, maka nilai-nilai yang terkandung di dalam Pancasila adalah
falsafah hidup yang berkembang dalam sosio-budaya Indonesia. Nilai
Pancasila yang telah terkristalisasi dianggap sebagai nilai dasar dan puncak
(sari-sari) budaya bangsa.
Sedemikian mendasarnya nilai-nilai Pancasila dalam menjiwai dan
memberikan watak (kepribadian, identitas), pengakuan atas kedudukan
Pancasila sebagai filsafat adalah wajar. Sebagai ajaran filsafat, Pancasila
mencerminkan nilai dan pandangan mendasar dan hakikat rakyat Indonesia
dalam hubungannya dengan : Ketuhanan, Kemanusiaan, Kenegaraan,,
Kekluargaan dan Musyawarah, serta Keadilan Sosial.
Niali dan fungsi filsafat Pancasila telah ada jauh sebelum Indonesia
merdeka. Ini berarti, dengan kemerdekaan yang diperoleh bangsa dan negara
Indonesia, secara melembaga dan formal, kedudukan dan fungsi Pancasila
ditingkatkan. Dari keudukannya sebagai filsafat hidup ditingkatkan menjadi
filsafat negara “dari kondisi sosio-budaya yang terkristalisasi menjadi nilai
filosofis-ideologis yang kontinental” (dikukuhkan berdasarkan Undang-
Undang Dasar 1945)
e. Pancasila sebagai ideologi terbuka
27. Abdulkadir Besar dalam tulisannya tentang :Pancasila Ideologi Terbuka”,
antara lain menyebutkabn bahwa pada umumnya khalayak memehai arti
“terbuka” dari pernyataan “ideologi terbuka” sebagai filsafat keterbukaan
ideologi itu sendiri. Oleh sebab itu, pernyataan “Pancasila adalah ideologi
terbuka”, banyak dipahami secara harfiah, yaitu berbagai konsep dari
ideologi lain, terutama dari ideologi liberalisme, seperti hak asasi manusia,
pasar bebas, mayoritas tunggal, dualisme pemerintahan, serta konsekuensi
logis sistem oposisi liberal, tanpa penalaran yang sistematis nilai-nilai itu
dianggap dan diberlakukan sebagai konsep yang inheren dalam ideologi
Pancasila.
Adanya anggapan umum yang demikian, dapat dipahami karena adanya
sebab-sebab sebagai berikut:
a. Orang yang bersangkutan tidak atau belum memahami ideologi Pancasila
secara memadai, dan
b. “Kebebasan Individu” yang menjadi nilai intrinsik ideologi liberalisme
bukannya dipersepsikan sebagai konsep ideologis, tetapi justru
dipersepsikan sebagai konsep bebas nilai yang identik dengan konsep yang
bersifat objektif universal.
Semua konsep dari suatu ideologi niscaya teralir secara deduktif-logis
dari nilai intrinsik ideologi yang bersangkutan. Sebagai contoh, nilai intrinsik
ideologi liberalisme adalah kebebasan individu, ideologi komunis adalah
hubungan produksi, dan ideologi Pabcasila adalah kebersamaan. Berkenaan
dengan hal tersebut, konsep dari suatu ideologi tidak dapat diberlakukan
pada ideologi lain. Bila hal ini dipaksakan, yang akan terwujud adalah cita-cita
dari ideologi lain.
a) Dimensi ideologi terbuka
Dalam pandangan Dr. Alfian, kekuatan suatu ideologi tergantung pada 3
(tiga) dimensi yang terkandung didalam dirinya, yaiut:
28. 1) Dimensi realitas
Bahwa nilai-nilai dasar di dalam suati ideologi bersumber dari nilai-nilai riil
yang hidup dalam masyarakat yang tertanam dan berakar di dalam
masyarakat, terutama pada waktu ideologi itu lahir. Dengan demikian,
mereka betul-betul merasakan dan menghayati bahwa nilai-nilai dasar itu
adalah milik mereka bersama.
2) Dimensi idealisme
Bahwa nilai-nilai dasar ideologi tersabut mengandung idealisme, bukan
angan-angan (utopia), yang memberi harapan tentang masa depan yang lebih
baik melalui perwujudan atau pengamalannya dalam praktik kehidupan
bersama sehari-hari dengan berbagai dimensinya. Ideologi yang tangguh
biasanya muncul dari pertautan erat, yang saling mengisi dan saling
memperkuat antara dimensi realitas dan dimensi idealisme yang terkandung
didalamnya.
3) Dimensi fleksibelitas (pengembangan)
Bahwa ideologi tersebut memiliki keluwesan yang memungkinkan dan
bahkan merangsang pengembangan pemikiran-pemikiran baru yang relevan
tentang dirinya, tanpa menghilangkan atau mengingkari akikat (jati diri) yang
terkandung dalam niai-nilai dasarnya. Dimensi fleksibelitas atau dimensi
pengembangan sangat diperlukan oleh suatu ideologi guna memelihara dan
memperkuat relevansinya dari masa ke masa.
b) Gagasan pancasila sebagai ideologi terbuka
Gagasan pertama mengeni Pancasila sebagai ideologi terbuka secara
formal ditampilkan sekitar ahun 1985, walaupun semangatnya sendiri
sesungguhnya dapat ditelusuri dari pembahasan para pendiri negara pada
tahun 1945. Pemikiran Pancasila sebagai deologi terbuka tersirat di dalam
penjelasan UUD 1945 di mana disebutkan “ Maka telah cukup jika Undang-
29. Undang Dasar hanya memuat garis-garis besar sebagai instruksi kepada
pemerintah pusat dan lain-lain penyelenggara negara untuk
menyelenggarakan kehidupan negara dan kesejahteraan sosial terutama
bagi negara baru dan negara muda, lebih baik hukum dasar yang tertulis itu
hanya memuat aturan-aturan pokok, sedang aturan-aturan yang
menyelenggarakan aturan pokok itu diserahkan kepada undang-undang yang
lebih mudah caranya membuat, mengubah, dan mencabut”. Dari kutipan
tersebut kita dapat memahami bahwa UUD1945 pada hakikatnya
mengandung unsur keterbukaan; karena dasar UUD 1945 adalah pancasila,
maka Pancasila merupkan ideologi nasional bagi bangsa Indonesia bersifat
terbuka pula.
c) Perwujudan Pancasila sebagai ideologi terbuka
Sebagai ideologi terbuka, Pancasila bisa menyelesaikan berbagai
persoalan yang dihadapi oleh bangsa Indonesia. Namun demikian, faktor
manusia baik penguasa maupun rakyat, sangat menentukan dalam mengukur
kemampuan sebuah ideologi dalam menyelesaikan berbagai masalah. Sebaik
apapun ideologi, tanpa didukung oleh sumber daya manusia yang baik,
hanyalah utopia atau angan-angan belaka
d) Batas keterbukaan ideologi Pancasila
Suatu ideologi, apapun namanya memiliki nilai-nilai dasar atau intrinsik
dan nilai instrumental. Nilai intrinsik adalah nilai yang dirinya sendiri
merupakan tujuan. Seperangkat nilai intrinsik (nilai dasar) yang terkandung
di dalam setiap ideologi berdaya aktif. Artinya ia memberi inspirasi sekaligus
energi kapada para penganutnya untuk mencipta dan berbuat. Dengan
demikian, tiap nilai intrinsik niscaya bersifat khas dan tidak ada duanya.
Dalam ideologi Pancasila, nilai intrinsikyang dimaksud adalah nilai-nilai
Ketuhanan, Kemanusiaan, Persatuan, Kerakyatan, dan keadilan sosial. Sifat
keterbukaan ideologi mengandung arti bahwadi satu sisi nilai instrumental
30. itu bersifat dinamis, yaitu dapat disesuaiakan dengan tuntutan kemajuan
zaman, bahkan dapat diganti dengan nilai instrumental lain demi
terpeliharanya relevansi ideologi dengan tingkat kemajuan masyarakat.
Namun disisi lain, penyesuaian diri maupun penggantian tersebut tidak boleh
berakibat meniadakan nilai dasar atau intrinsiknya. Dengan kata lain,
keterbukaan ideologi itu ada batasnya.
Batas jenis pertama :
Bahwa yang boleh disesuaikan dan diganti hanya nilai instrumental,
sedangkan nilai dasar atau intrinsiknya mutlak dilarang nilai instrumental
dalam ideologi Pancasila adalah nilai-nilai lebih lanjut dari nilai-nilai dasar
atau intrinsiknya yang dijabarkan secara lebih kreatif dan dinamis dalam
bentuk UUD 1945, dan Peraturan Perundang-undangan lainya.
Batas jenis kedua, yaitu terdiri dari 2 (dua) buah norma
1) Penyesuaian nilai instrumental pada tuntutan kemajuan zaman harus
dijaga agar daya kerja nilai instrumental yang disesuaiakan itu tetap
memadai untuk mewujudkan nilai intrinsik yang bersangkutan. Sebab jika
nilai instrumental penyesuaian tersebut berdaya kerja lain, maka nilai
intrinsik yang bersangkutan tak akan pernah terwujud.
2) Nilai instrumental pengganti tidak boleh bertentangan dengan linea recta
nilai instrumental yang diganti. Sebab, bila bertentangan itu berarti
bertentangan pula dengan nilai intrinsiknya yang berdaya meniadakan nilai
intrinsikyang bersangkutan.