SlideShare a Scribd company logo
1 of 19
Download to read offline
SWARAMEP Magister Ekonomika Pembangunan Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Gadjah Mada 
MENILIK EFEK UU DESA TERHADAP 
PEMBANGUNAN DESA 
JULI 2014| ISSN 1412-1883
*)lokasi pengambilan gambar di Sentani, Papua 
Misi MEP FEB UGM 
Mendidik mahasiswa menjadi pemimpin yang berintegritas dan berpengetahuan luas di bidang 
ekonomika terapan untuk kesejahteraan masyarakat 
Visi MEP FEB UGM 
Menjadi program studi pascasarjana terkemuka di Asia Tenggara yang memberikan kontribusi 
nyata melalui kegiatan pengajaran dan penelitian di bidang ekonomika terapan untuk 
kesejahteraan masyarakat.
Pengantar Redaksi 
SWARA MEP edisi semester gasal 2014 kembali hadir dengan berita dan informasi terak-tual 
seputar MEP FEB UGM. Topik utama pembahasan pada edisi kali ini adalah paradigma baru 
pembangunan ekonomi dalam UU Desa No. 6 Tahun 2014. Saat ini, kesiapan pemerintah desa 
dalam menyongsong undang-undang desa menarik untuk ditelaah lebih dalam. Selain itu, pada 
rubrik Opini membahas tentang implementasi Green Tourism dalam pembangunan berkelanjutan. 
Di samping itu, SWARA MEP tetap menyajikan informasi dan berita tentang kegiatan di 
MEP FEB UGM. Selain beberapa informasi lain tersaji dalam edisi kali ini, SWARA MEP menerima 
sumbangan ide dan partisipasi aktif pembaca, baik mahasiswa, staf pengajar maupun alumni MEP 
FEB UGM. Semoga informasi yang tersaji dalam edisi ini bisa memberikan inspirasi bagi pembaca 
semua. Salam membaca, terima kasih. 
Edisi Juli 2014 
Yogyakarta, Tim Redaksi SWARA MEP UGM 
Magister Ekonomika Pembangunan Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Gadjah Mada SWARA MEP 
Pelindung 
Penanggung Jawab 
Pimpinan Umum 
Pemimpin Redaksi 
Redaksi 
Distribusi dan Sirkulasi 
Desainer Majalah dan Fotografi 
Alamat Redaksi 
Rekening 
Prof. Wihana Kirana Wijaya, Ph.D 
(Dekan FEB UGM) 
Prof. Lincolin Arsyad, Ph.D 
(Ketua Pengelola MEP UGM) 
Dr. Akhmad Makhfatih, M.A. 
Dra. Dwi Rining Suprapti 
Prastowo, S.E. 
Khumarun 
Suroyo 
Tri Sulasiyah 
Gerindra Yusuf W., S.E., Akt. 
Jalan Teknika Utara, Barek, 
Bulasumur, Yogyakarta 55281 
Telp. (0274) 518 946 555 917 555 918 
Faks. (0274) 555 922 
E-mail: admisi@mep.ugm.ac.id 
Web: http://mep.ugm.ac.id 
Bank Mandiri cabang UGM Yogyakarta a.n. 
UGM FEB MEP Alumni 
888 880 206 402 0003 
06 
SWARA MEP 
26 
Kesiapan 
Pemerintah Desa 
Pengesahan UU Desa sudah 
tinggal di depan mata. 
Pemerintah Daerah berke-wajiban 
untuk berjalan sesuai 
UU yang telah disahkan. 
Bagaimana kesiapan pemer-intah 
desa mengenai hal 
tersebut? Baca selengkapnya ... 
Green Tourism 
setiap dana yang dihabiskan ketika 
melakukan perjalanan wisata 
berdampak pada lingkungan. Apa 
saja? Baca selengkapnya ... 
16 
17 
menilik 
efek uu desa 
terhadap 
pembangunan desa 
20 
21 
Edisi Juli 2014 
BIMTEK Tentang 
Manajemen Kepegawaian 
Kunjungan Delegasi dari 
Jepang 
Penerimaan Mahasiswa Baru 
angkatan 52 
Seminar Hasil PKL Magelang 
Berita Seputar Kegiatan Dies 
Natalis MEP FEB UGM 2014 32 
Pelatihan Leadership 
Pelatihan Public Speaking 
Kunjungan Delegasi 
University of Malaya 
Survey dan Diskusi “Daya 
Saing Daerah” 
11 Paradigma Baru 
Pembangunan 
Ekonomi Desa 
22
Juli 2014 SWARA MEP 7 
Bagi Bangsa Indonesia, Un-dang- 
Undang Nomor 6 Tahun 
2014 memiliki arti dan makna 
tersendiri. Bukan saja karena 
Undang-Undang ini adalah Undang- 
Undang pertama tentang Desa yang se-cara 
komprehensif mengatur persoalan-persoalan 
kewilayahan, kemasyarakatan 
dan permerintahan yang ada di Desa, 
melainkan terlebih dari itu Undang-Un-dang 
Desa ini mampu menjadi “magnet” 
bagi semua pemangku kepentingan un-tuk 
kembali “memperhatikan” arti pent-ing 
desa dalam format negara Kesatuan 
Republik Indonesia. 
Secara historis dan filosofis jelas 
bahwa keberadaan desa memiliki posisi 
yang sangat strategis. Bahkan strategis 
keberadaan desa ini terkenal jauh se-belum 
Mr. Herman Warner Muntinghe 
menyampaikan laporannya tanggal 14 
Juli 1817 mengenai keberadaan desa 
dipesisiran Pulau Jawa Utara (Kar-tohadikoesoemo, 
1965; Surianingrat, 
1985). 
Dari sisi tata pemerintahan, jelas 
bahwa tata pemerintahan desa itu ter-lebih 
dulu ada sebelum tata pemerinta-han 
di atasnya itu ada. Oleh karena itu, 
ketika Undang-Undang Nomor 6 Ta-hun 
2014 tentang desa, bertujuan untuk 
mewujudkan desa yang maju, mandiri 
dan sejahtera tanpa harus kehilangan jati 
dirinya. Aspek-aspek penting yang dia-tur 
selain mengenai penataan desa, ke-wenangan 
desa, hak dan kewajiban desa 
dan masyarakat desa, pembangunan desa 
dan pembangunan kawasan perdesaan, 
kekhususan Desa Adat, juga mengenai 
aspek penyelenggaraan pemerintahan 
dan sebagainya. 
Dari sisi sejarah, desa memiliki 
tata pemerintahan yang lebih tua daripa-da 
pemerintahan di atasnya. Seharusnya 
kapasitas pemerintah desa jauh lebih 
maju daripada Pemerintah di atasnya. 
Oleh karena itu dengan keberadaan 
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 
ini adalah saatnya kembali kita mer-enungkan 
pendapat Prof. Mr J de 
Louter, seorang ahli tata negara Belanda 
dan F. Laceulle dalam suatu laporannya, 
yang menyatakan bahwa desa merupa-kan 
fundamen bagi tatanegara Indonesia 
(Sutardjo, 1965). 
Dengan kata lain, karena desa merupa-kan 
fundamen bagi kemajuan bangsa 
dan negara Indonesia, maka desa harus 
maju, mandiri, sejahtera tetapi tanpa 
harus kehilangan jati dirinya. Dalam 
rangka mewujudkan hal ini, salah satu 
aspek yang sangat penting adalah men-genai 
peningkatan kapasitas penye-lenggara 
pemerintahan desa yaitu ka-pasitas 
pemerintah desa. Sejak jaman 
Orde Baru, melalui Ketetapan Majelis 
Permusyawaratan Rakyat Nomor IV/ 
MPR/1978 tentang Garis-garis Besar 
Haluan Negara, penguatan kapasitas 
pemerintah desa sudah mulai dilakukan 
(Kansil, 1988). Oleh karena kapasitas 
pemerintah desa di Indonesia saat ini 
sangat bervariatif levelnya dan mewar-nai 
keberagaman desa yang saat ini jum-lahnya 
kurang lebih 72.944 desa, maka 
dalam meningkatkan kapasitas Pemerin-tah 
desa perlu diperhatikan juga aspek-aspek 
yang sifatnya lokal, regional dan 
nasional serta dengan memperhatikan 
asas penyelenggaraan Pemerintahan 
desa yang termaktub dalam Pasal 24 Un-dang- 
Undang Nomor 6 Tahun 2014 ten-tang 
desa, yaitu asas kepastian hukum, 
tertib penyelenggaraan pemerintahan, 
tertib kepentingan umum, keterbukaan, 
proporsionalitas, profesionalitas, akunt-abilitas, 
efektivitas dan efisiensi, keari-fan 
lokal, keberagaman dan partisipatif. 
KESIAPAN PEMERINTAH DESA 
DALAM MENYONGSONG 
PELAKSANAAN 
UNDANG-UNDANG DESA 
oleh Dr. Eko Prasetyanto PP., M.Si., MA 
(alumni MEP FEB UGM angkatan 7 Konsentrasi Pembangunan Daerah) 
Direktur Pemerintahan Desa dan Kelurahan, Ditjen PMD, Kemendagri
Join us! 
INFORMASI LEBIH LANJUT 
Bagian Admisi MEP FEB UGM 
Jalan Teknika Utara, Barek, 
Bulasumur, Yogyakarta 55281 
Telp. (0274) 518 946 555 917 555 918 Faks. (0274) 555 922 
Hotline 0888 272 9055 
Web: http://mep.ugm.ac.id 
MEP FEB UGM 
Magister Ekonomika dan Pembangunan 
8 SWARA MEP Juli 2014 Juli 2014 SWARA MEP 9 
Universitas Gadjah Mada 
Program Magister 
dan 
Program Sertifikasi Penilai 
(Magister Konsentrasi 
Manajemen Aset dan 
Penilaian Properti) 
Permasalahan dan Isu Krusial 
Pemerintahan Desa 
Fungsi pemerintah, pada 
hakekatnya ada 3 (tiga) yaitu un-tuk 
mengatur (public regulation), 
memberikan pelayanan (pub-lic 
goods) dan pemberdayaan 
masyarakat (empowerment). Per-soalannya 
sekarang, untuk mel-aksanakan 
fungsi-fungsi pemer-intahan 
tersebut, kebanyakan 
pemerintahan desa menghadapi 
berbagai permasalahan yang cukup 
kompleks. Secara garis besar berb-agai 
permasalahan yang kompleks 
tersebut dapat dikelompokkan 
dalam tiga kelompok permasala-han, 
yaitu permasalahan kewilaya-han, 
kemasyarakatan dan pemerin-tahan. 
Permasalahan kewilayahan, yang 
sering dihadapi oleh pemerintah 
desa saat ini antara lain adalah 
masalah penetapan dan penegasan 
batas desa, pemekaran desa, per-encanaan 
pengembangan wilayah 
desa dan perencanaan pembangu-nan 
kawasan perdesaan, lingkun-gan 
dan sebagainya. Sedangkan 
permasalahan kemasyarakatan 
yang dihadapi antara lain adalah 
persoalan kemiskinan, pengang-guran, 
pendidikan yang rendah, 
kesehatan yang buruk, keterwaki-lan 
perempuan, perlindungan anak, 
dan sebagainya. Selanjutnya un-tuk 
permasalahan Pemerintahan 
dapat dikelompokkan dalam per-masalahan 
kewenangan, keuangan, 
kelembagaan dan personil. 
Permasalahan kewilaya-han 
ke depan akan menjadi sangat 
penting untuk diperhatikan, karena 
dengan meningkatnya intensitas 
pembangunan serta anggaran yang 
masuk ke desa, bukan tidak mung-kin 
bahwa masalah batas desa akan 
menjadi persoalan yang sangat 
krusial. Batas desa yang masih di-dasarkan 
pada batas alam sedikit 
demi sedikit harus ditata sedemiki-an 
rupa sehingga desa memiliki 
batas desa yang berdasarkan pada 
titik ordinat dan menggunakan pi-lar 
batas desa tipe D. Demikian 
juga dengan masalah pemekaran, 
kalau tidak dikendalikan bukan 
tidak mungkin desa akan menjadi 
obyek kepentingan berbagai pihak. 
Selanjutnya yang perlu diperhati-kan 
dalam masalah kewilayahan 
adalah masalah perencanaan pem-bangunan 
desa dan kawasan perd-esaan, 
dimana dalam ketentuan pe-rundang- 
undangan ada kewajiban 
kepala desa untuk membuat Ren-cana 
Pembangunan Jangka Me-nengah 
Desa (RPJM Desa) dan 
Rencana Kerja pemerintahan desa 
(RKP Desa), sebagai landasan bagi 
pemerintah desa dalam membuat 
Anggaran Pendapatan dan Belanja 
Desa (APB Desa). Oleh karena itu, 
persoalan penguasaan pengetahuan 
mengenai tata cara pembuatan 
RPJM Desa, RKP Desa, dan APB 
Desa serta penguasaan mengenai 
penetapan skala prioritas pem-bangunan 
yang dibutuhkan Desa 
dalam hubungannya dengan arah 
kebijakan pembangunan daerah 
adalah menjadi suatu permasalahan 
yang perlu diselesaikan sedangkan 
untuk permasalahan kemasyaraka-tan 
dan pemberdayaan masyarakat, 
antara lain terdapat permasalahan 
kemiskinan, pengangguran, pen-didikkan 
yang rendah dan keseha-tan 
yang buruk. Data menunjukkan 
bahwa persentase dan jumlah pen-duduk 
miskin secara bertahap terus 
mengalami penurunan, namun de-mikian 
Tahun 2013 masih ada 28,5 
juta penduduk miskin yang perlu 
dientaskan (11,47). Demikian juga 
dengan pengangguran yang ada 
di Desa, perlu dicermati penyebab 
maupun cara mengatasinya, apa-kah 
pengangguran yang ada bersi-fat 
friksional (frictional unemploy-ment 
), pengangguran struktural 
(structural unemployment), atau 
pengangguran siklis (cyclical un-employment 
) (Salvatore dan Di-ulio, 
2004). 
Selanjutnya dibidang Pemer-intahan, 
permasalahan saat ini 
antara lain adalah permasalahan 
ketidakjelasan urusan yang men-jadi 
kewenangan pemerintah desa. 
Akibatnya, pemerintah desa men-galami 
kesulitan dalam mengop-timalkan 
tugas dan fungsinya, 
khususnya dalam mengembang-kan 
sumber-sumber pendapatan 
aslinya. Dalam bidang keuangan 
persoalannya adalah bagaimana 
menggali dan mengelola keuangan, 
sedangkan dibidang kelemba-gaan 
permasalahan yang dihadapi 
seperti pembentukan organisasi 
yang gemuk, hubungan antar lem-baga 
desa yang kurang harmonis, 
kekurangan aparat yang kompeten, 
dan sebagainya. 
Pertanyaannya sekarang, 
strategi apa yang diperlukan un-tuk 
untuk mengatasi permasala-han- 
permasalahan di atas agar 
penyelenggaraan pemerintahan, 
pelaksanaan pembangunan, pem-binaan 
kemasyarakatan dan pem-berdayaan 
masyarakat dapat berja-lan 
dengan baik dan berkelanjutan 
sesuai dengan ketentuan peraturan 
perundang-undangan ? 
Strategi Penguatan Pemerinta-han 
Desa 
Memperhatikan permasalahan-per-masalahan 
di atas, hal yang paling 
penting dan mendasar untuk men-jawab 
semua permasalahan ada-lah 
rasa optimis dan kerja keras. 
Pepatah mengatakan “Tidak ada 
permasalahan yang tidak dapat dis-elesaikan...”... 
“kalau ada kemauan 
pasti ada jalan”. Berkaitan dengan 
ini, dalam rangka menyiapkan 
SDM, khususnya aparat pemer-intah 
desa, maka peningkatan ke-mampuan 
(cognitif), ketrampilan 
(psycho-motorik) dan sikap (at-titude 
) aparat Pemerintah Desa 
terus ditingkatkan, misalnya mela-
lui Training of Trainers (TOT) 
Manajemen Pemdes, yang saat ini 
sudah memasuki tahun kelima, 
pelatihan bagi aparat pemerintah 
desa di 3 UPT yaitu Balai Besar 
Pemberdayaan Masyarakat dan 
Desa Malang, Balai Pember-dayaan 
Masyarakat dan Desa Yo-gyakarta 
dan Balai Pemberdayaan 
Masyarakat dan Desa Lampung, 
dan sebagainya. 
Intinya, peningkatan ka-pasitas 
Pemerintah Desa ada-lah 
tanggungjawab semua pihak 
yang terkait, tidak mungkin 
kalau permasalahan ini hanya 
diserahkan kepada pemerintah 
desa dan masyarakatnya saja. 
Perlu ada kerjasama yang siner-gis 
antara pemerintah desa dan 
masyarakatnya, dengan supra 
desa (Pemerintah dan Pemda) ser-ta 
pihak-pihak terkait yang peduli 
terhadap Desa. 
Untuk menjadikan apara-tur 
pemerintahan desa yang “ber-daya”, 
perlu ada penguatan yang 
sinergis, sistematis dan berkelan-jutan. 
Oleh karena itu, peningka-tan 
anggaran desa ke depan perlu 
diterjemahkan menjadi belanja 
yang efektif melalui berbagai ska-la 
prioritas sesuai dengan kebu-tuhan 
desa, daerah dan nasional. 
Salah satu skala prioritas yang 
perlu dipertimbangkan adalah 
dalam rangka meningkatkan ka-pasitas 
apartur pemerintah desa. 
Skala prioritas peningka-tan 
kapasitas aparatur pemerintah 
desa sangat diperlukan antara lain 
dalam rangka membentuk kepem-impinan 
lokal yang cakap, ber-wibawa 
dan diterima masyarakat 
(Adisasmita, 2006). Artinya 
dalam menyongsong dan meny-ukseskan 
Undang_undang ten-tang 
desa ini aparatur pemerintah 
desa tidak lagi dapat bekerja apa 
adanya (take for granted), tetapi 
harus mempunyai kemauan yang 
kuat untuk meningkatkan peng-etahuan, 
ketrampilan dan sikap 
yang berkaitan dengan penye-lenggaraan 
pemerintahan, pelak-sanaan 
pembangunan, pembinaan 
kemasyarakatan serta pember-dayaan 
masyarakat (LAN, 2009). 
Dalam rangka penguatan penye-lenggaraan 
pemerintahan, maka 
perlu ada upaya yang sinergis 
dalam memperkuat kewenangan, 
keuangan, kelembagaan dan per-sonil. 
Dalam rangka penguatan 
kewenangan, diperlukan adanya 
“good will” dari semua pihak 
untuk merealisasikan bagaimana 
agar desa mampu mengatur dan 
mengurus kewenangan yang ber-dasarkan 
hak asal-usul dan ke-wenangan 
berskala lokal desa, 
maupun agar mampu mengurus 
kewenangan yang ditugaskan dan 
kewenangan lainnya sehingga 
desa ke depan dapat menjadi desa 
yang maju, mandiri dan sejahtera. 
Selanjutnya dalam rangka meny-iapkan 
kapasitas aparatur pemer-intah 
desa, perlu diperhatikan 
beberapa hal, Pertama, karena 
design Undang-undang tentang 
desa mendasarkan pada kombi-nasi 
antara hak asal-usul dan adat-istiadat 
setempat (self governing 
community), dan sekaligus mem-beri 
kewenangan kepada desa 
untuk mengatur dan mengurus 
penyelenggaraan pemerintahan, 
pelaksanaan pembangunan, pem-binaan 
kemasyarakatan dan pem-berdayaan 
masyarakat desa (local 
self government) serta Kedua, 
karena desain kelembagaan 
pemerintahan desa merupakan 
kombinasi antara default village 
dan optional village yang sesuai 
dengan keragaman lokal, maka 
penyiapan kapasitas pemerintah 
desa harus mampu menjawab 
tantangan yang bersifat lokal, re-gional, 
nasional maupun global 
dalam rangka mempercepat men-jawab 
persoalan masyarakat yang 
ada di desa berdasarkan prioritas 
kebutuhan. 
Dalam konteks politik par exel-lence 
(politik untuk kebaikan), 
Undang-Undang Desa yang di-pandang 
sebagai salah satu solusi 
atas problematika yang dihadapi 
negara dalam menjawab persoa-lan 
kemiskinan, pengangguran, 
pendidikkan yang rendah, kes-ehatan 
yang buruk dan berbagai 
persoalan sosial lainnya, seperti 
dalam rangka meningkatkan ka-pasitas 
pemerintah desa perlu 
segera ditindaklanjuti oleh semua 
pihak dengan semangat : “jangan 
mengharap apa diberikan negara 
kepadamu tetapi apa yang mampu 
kau berikan bagi negaramu”. Kita 
pasti bisa, dari desa mari mem-bangun 
bangsa ! 
Referensi 
Adisasmita, R. 2006. Mem-bangun 
Desa Partisipatip. Graha 
Ilmu, Yogyakarta. 
Kansil. 1988. Desa Kita: 
Dalam Peraturan Tata pemer-intahan 
Desa. Ghalia Indonesia, 
Jakarta. 
Kartohadikoesoemo, S., 1965. 
Desa. Penerbitan “Sumur Band-ung”, 
Bandung. 
LAN. 2009. Peningkatan Ka-pasitas 
Apartur Desa. Jakarta. 
Salvatore, D. dan Diulio, E., 
2004. Prinsip-prinsip Ekonomi, 
Penerbit Erlangga, Jakarta. 
Surianingrat, B. 1988. Pemer-intahan 
Administrasi Desa dan 
Kelurahan. Aksara Baru, Jakarta. 
Paradigma 
Baru 
Ketahanan ekono-mi 
Borni Fadlan 
Mahasiswa MEP UGM 
Pembangunan Ekonomi dalam UU Desa 
Indonesia 
dari tahun ke 
tahun memang 
tampak imun terhadap 
berbagai goncangan resesi 
ekonomi dunia. Meskipun 
pada era krisis moneter, 
prestasi ekonomi Indonesia 
melorot pada titik terren-dah, 
ternyata pelan namun 
pasti, di kemudian hari per-tumbuhan 
ekonomi berger-ak 
naik. Dalam sidang 
penyampaian Keterangan 
Pemerintah atas Ran-cangan 
Undang-Undang 
tentang RAPBN dan Nota 
Keuangan RAPBN tahun 
2014 (16/8/2013), Pres-iden 
Susilo Bambang Yud-hoyono 
mengklaim bahwa 
selama kurun waktu 2004- 
2009 pertumbuhan ekono-mi 
mencapai rata-rata 5,5 
persen. Pada tahun 2004, 
PDB nasional mencapai 
1.177 dollar AS. Tahun 
2009 meningkat menjadi 
2.299 dollar AS. Naik kem-bali 
pada tahun 2012 men-jadi 
3.592 dollar AS (http:// 
presiden.go.id, 2013). 
Hasil riset International 
Comparison Program (ICP) 
yang melakukan pemer-ingkatan 
negara-negara 
dengan menggunakan pen-dekatan 
kekuatan daya beli 
di setiap negara (purchas-ing 
power parity), meny-impulkan 
bahwa Indonesia 
masuk ke dalam peringkat 
10 besar perekonomian du-nia, 
satu peringkat di atas 
Italia (Kompas, 9/5/2014). 
Kesimpulan, penilaian 
kekuatan ekonomi negara-negara 
di dunia yang di-lakukan 
ICP tersebut kiran-ya 
memperkuat simpulan 
bahwa ketahanan ekonomi 
Indonesia cenderung mem-baik. 
Tapi, meski capa-ian 
pertumbuhan ekonomi 
membanggakan, mengapa 
kesejahteraan masyarakat 
malah tidak tumbuh baik. 
Alih-alih kemiskinan dan 
ketimpangan sosial selalu 
membayangi kehidupan 
warga Indonesia, terutama 
mereka yang berdomisili di 
desa. 
Pembangunan yang 
Meminggirkan Desa 
Tujuan luhur pembangunan 
adalah menciptakan keba-hagiaan 
dan kesejahteraan 
masyarakat. Maka, sudah 
sepantasnya desa menjadi 
lokus prioritas pemban-gunan. 
Desa, di satu sisi 
adalah kantungnya sumber 
daya ekonomi, tidak hanya 
dalam bentuk tenaga kerja 
(labour), tapi berbagai jenis 
kekayaan hutan, air, tam-bang 
dan mineral ada di 
desa. Di sisi yang lain, desa 
juga menjadi kantungnya 
kemiskinan. Pertanyaan-nya 
kemudian, mengapa 
desa bernasib demikian. 
Bagaimana disain kebija-kan 
pembangunan nasional 
kita, sehingga desa tidak 
pernah mengenyam le-gitnya 
kue kesejahteraan. 
Akar penyebabnya adalah 
pelembagaan kebijakan 
ekonomi dan pengaturan 
desa yang meminggirkan 
desa. Melalui UU No. 5 
tahun 1979 tentang Pemer-intahan 
Desa, pemerintah 
orde baru telah mengambil 
alih otoritas desa dan mem-buka 
penetrasi modal ke 
desa secara besar-besaran. 
Akibatnya, kewenangan 
dan aset desa berpindah 
tangan ke pemerintah dan 
pemodal. Dalam perkem-bangannya 
kemudian, 
10 SWARA MEP Juli 2014 Juli 2014 SWARA MEP 11
sekalipun telah diberlakukan 
kebijakan desentralisasi dan 
otonomi daerah, ternyata pemer-intah 
desa dan masyarakat juga 
masih kehilangan hak untuk 
menentukan pengelolaan sum-ber 
ekonomi yang dimilikinya. 
Dapat kita simak bagaimana 
dengan mudahnya pemerin-tah 
mengeluarkan izin penam-bangan 
dan betapa lahapnya 
para pemodal menambang ke-kayaan 
mineral yang sebagian 
besar ada di desa. 
Memang, bisnis tam-bang 
sangat menggiurkan pun-di- 
pundi pendapatan yang ting-gi. 
Simak saja, bijih tembaga 
misalnya menyumbang ekspor 
pertambangan sekitar 9,3 miliar 
dollar AS; bijih nikel 3,1 miliar 
dollar AS; bauksit 2,5 miliar 
dollar AS; minyak mentah 19 
miliar dollar AS, gas alam 24 
miliar dollar AS, gas alam cair 
6,8 miliar dollar AS, dan per-tambangan 
lain 1,1 miliar dol-lar 
AS (Band Indonesia, 2013 
dalam Yustika, 2014). Namun, 
mengapa pendapatan berlimpah 
dari bisnis tambang malah tetap 
membiaskan kemiskinan desa. 
Tabel 1 berikut, kiranya men-konfirmasi 
bahwa skenario 
pertumbuhan ekonomi tidak 
terkonsentrasi pada penumbu-han 
kesejahteraan desa. 
Akibat dari pola kebi-jakan 
pembangunan ekonomi 
yang mengabaikan desa ada-lah 
tidak terkelolanya potensi 
produk unggulan (compara-tive 
advantage) daerah secara 
baik dan konsisten. Salah satu 
bukti nyatanya adalah orientasi 
pengelolaan SDA di Indonesia 
yang lebih gandrung pada kebi-jakan 
ekspor mineral dan tam-bang. 
Akibatnya keunggulan 
ekonomi pedesaan dari sektor 
pertanian malah kian melemah 
baik dari segi kapasitas produk-sinya 
maupun daya tawar di 
pentas perdangan internasional. 
Alih-alih pemerintah sering 
mengeluarkan kebijakan impor 
hasil pertanian dan peternakan. 
Dampak lainya adalah desa 
kehilangan aset dan alat-alat 
produksi ekonomi strategisnya. 
Konsentrasi pertumbuhan 
ekonominya pun beralih dari 
sektor ekonomi yang sama seka-li 
tidak mendukung keberlanju-tan 
sumber ekonomi pedesaan. 
Belajar pada perkembangan 
kuosien lokasi ekonomi di Ka-bupaten 
Sleman pada tabel 2 di 
bawah diketahui bahwa sebagai 
ciri khas potensi ekonomi desa, 
selama lima tahun, sektor per-tanian 
tidak lagi menjadi fokus 
pengembangan ekonomi dae-rah. 
Kabupaten Sleman lebih 
memilih untuk mengembang-kan 
sektor bangunan, kemudian 
disusul sektor perdagangan, ho-tel 
dan restoran. 
Nilai LQ Kabupaten 
Sleman untuk sektor pertanian 
yang berada di bawah nilai 1, 
bahkan menurun dari tahun 
2008-2012 menunjukkan bahwa 
sektor ini menghadapi ancaman 
serius. Sektor pertanian tidak 
lagi menjadi primadona kebija-kan 
ekonomi daerah. Jika sudah 
demikian maka, masyarakat 
desa akan mencari sumber pen-dapatan 
di sektor non formal 
dan meninggalkan desa, karena 
sektor pertanian tidak lagi men-janjikan 
pendapatan yang lay-ak. 
Padahal, di masa mendatang 
komoditas pangan akan men-jadi 
sumber ketahanan ekonomi 
lokal dan nasional yang sangat 
vital. Geliat ekonomi dari sek-tor 
bangunan, perdagangan, ho- 
Tabel 4.2. Perkembangan Kuosien Lokasi (Location Quotient) Kabupaten Sleman 
Tahun 2008 dan 2012 
Sektor 
PDRB DIY PDRB Kab. Sleman L.Q. Kab. Sleman 
2008 2012 2008 2012 2008 2012 
Pertanian 3.519.768 3.706.923 987.480 1.019.264 0,923 0,906 
Pertambangan dan penggalian 144.772 159.808 30.372 38.636 0,690 0,797 
Industri Pengolahan 2.566.422 2.915.722 904.474 1.005.640 1,159 1,064 
Listrik, gas & air bersih 174.933 215.597 52.785 65.150 0,992 1,011 
Bangunan 1.838.429 2.318.448 642.538 827.196 1,149 1,222 
Perdagangan, Hotel-Restouran 3.965.384 4.920.045 1.276.918 1.636.136 1,059 1,121 
Pengangkutan, Persewaan & jasa 
1.999.332 2.581.620 339.243 433.134 0,558 0,588 
perusahaan 
Keuangan, Persewaan & jasa 
perusahaan 
1.790.556 2.402.718 598.190 779.721 1,099 1,183 
Jasa-jasa 3.209.341 4.088.337 1.006.243 1.264.352 1,031 1,070 
Jumlah 19.208.937 23.309.218 5.838.247 7.069.229 8,660 9,592 
Sumber: DIY Dalam Angka dan Kabupaten Sleman Dalam Angka (2008 dan 2012), diolah. 
tel dan restoran serta keuangan, 
persewaan dan jasa yang terus 
meningkat menyiratkan bahwa 
kebijakan ekonomi Kabupaten 
Sleman tidak lagi peduli pada 
jaringan ekonomi pedesaan. 
Pertumbuhan bangunan seperti 
hotel, mall dan pasar modern 
lainnya telah menambah capa-ian 
PDRB di satu sisi. Namun 
mengimposisi kekayaan ekono-mi 
pertanian, terutama pengu-rangan 
lahan pertanian dalam 
skala tinggi di sisi yang lain. 
Paradigma Baru Pembangu-nan 
Ekonomi 
Awal tahun 2014, pemerintah 
telah mengesahkan Undang-un-dang 
No. 6 tahun 2014 tentang 
Desa. UU ini membawa para-digma 
baru dalam pengelolaan 
kebijakan ekonomi yang lebih 
berpihak kepada desa. Pertama, 
UU Desa mengakui dan men-dudukan 
desa bukan lagi seba-gai 
subsistem dari pemerintahan 
kabupaten/kota, melainkan se-bagai 
subsistem NKRI. Dengan 
pengakuan ini berarti desa men-jadi 
entitas negara bangsa Indo-nesia 
(Bab II tentang Kedudu-kan 
dan Jenis Desa). Kedua, UU 
Desa mengamantakan kepada 
negara agar mengalokasikan 
Dana Alokasi Desa yang perun-tukannya 
ke desa. Besaran yang 
telah ditetapkan yaitu 10 persen 
dari dan di luar dana transfer 
daerah” (pasal 72). Lain dari 
pada itu, UU Desa juga tetap 
mewajibkan pemerintah daerah 
untuk menyediakan pos ang-garan 
untuk program Alokasi 
Dana Desa sebagaimana telah 
ditentukan pada regulasi yang 
ada saat ini. Ketiga, pengakuan 
kewenangan desa berdasar; 1) 
asal usul, 2) kewenangan ber-skala 
lokal dan 3) pelimpahan 
pemerintah supradesa (pasal 18 
dan 19). 
Keempat, UU Desa mendorong 
semua pelaksanaan program-program 
pembangunan yang 
beroperasi atau menjadikan 
desa sebagai sasarannya harus 
menghargai dan merujuk pada 
RPJMDes sebagai basis arah 
dan kebijakan pembangunan 
desa (pasal 79). Kelima, pemer-intah 
desa memiliki piranti 
kebijakan berupa musyawa-rah 
desa sebagai forum per-musyawaratan 
yang diikuti oleh 
Badan Permusyawaratan Desa 
(BPD), Pemerintah Desa, dan 
unsur masyarakat desa untuk 
memusyawarahkan hal yang 
bersifat strategis dalam penye-lenggaraan 
Pemerintahan Desa 
(pasal 54). Hal-hal yang bersifat 
strategis tersebut diantaranya 
menyoal penataan Desa, peren-canaan 
Desa, kerja sama Desa, 
rencana investasi yang masuk 
ke Desa, pembentukan BUM 
Desa, penambahan dan pele-pasan 
Aset Desa dan kejadian 
luar biasa. Keenam, UU Desa 
mengamanatkan kepada pemer-intah 
daerah untuk mengemba-likan 
kekayaan milik desa yang 
telah diambilalihnya sepanjang 
belum digunakan untuk fasili-tas 
publik. Beberapa contoh 
kekayaan desa (aset) yang di-maksud 
yaitu tanah kas desa, 
tanah ulayat, pasar desa, pasar 
hewan, tambatan perahu, ban-gunan 
Desa, pelelangan ikan, 
pelelangan hasil pertanian, hu-tan 
milik desa, mata air milik 
desa, pemandian umum, dll. 
Tabel 1. Perkembangan Garis Kemiskinan Antara Kota-Desa 
Tahun 2001-2011 
Tahun 
Batas Garis Kemiskinan 
(Rp/kapita/bulan) 
Kota Desa 
2001 100.011 80.382 
2002 130.499 96.512 
2003 138.803 105.888 
2004 143.455 108.725 
2005 150.799 117.259 
2006 174.290 130.584 
2007 187.942 146.837 
2008 204.896 161.831 
2009 222.123 179.835 
2010 232.988 192.354 
2011 253.016 213.395 
Sumber: BPS (2001, 2009, 2012), diolah 
12 SWARA MEP Juli 2014 Juli 2014 SWARA MEP 13
Pijar paradigma pembangunan 
yang tercermin dari UU Desa 
di atas sungguh mengisyarat-kan 
adanya peluang bagi desa 
untuk membangun kesejahter-aan 
dan kemandirian ekonomi 
tanpa menggantungkan nasibn-ya 
kepada mekanisme pasar 
murni. Diakuinya desa sebagai 
entitas NKRI telah mengang-kat 
derajat desa sebagai subyek 
pembangunan. Sebagai subyek, 
berarti negara harus mengikut-sertakan 
desa, baik dalam per-encanaan 
maupun pelaksanaan 
pembangunan (village driven 
development). Transfer fiskal 
dari APBN ke desa sebesar 10 
persen dari dan di luar dana pe-rimbangan 
ditambah ADD yang 
bersumberkan APBD sudah 
barang tentu akan menambah 
amunisi keuangan desa untuk 
menggerakan generator peren-canaan 
pembangunan yang se-jauh 
ini masih minim dukungan 
dari pemerintah sendiri. 
Realitasnya, desa akhir-akhir 
ini memang sudah memiliki ke-mampuan 
membuat dokumen 
kebijakan perencanaan pemban-gunan 
desa seperti RPJMDes, 
APBDes maupun RKPDes. Na-mun 
dukungan anggaran dari 
pemerintah sendiri minim, seh-ingga 
implementasi arah kebija-kan 
desa berjalan terseok-seok. 
Alih-alih, pemerintah malah 
lebih senang memanjakan para 
pemburu rente, dengan cara 
membelanjakan proyek-proyek 
Kementerian/Lembaga di desa, 
tanpa menempatkan desa seba-gai 
subyek, tapi hanya obyek 
pembangunan. Karena itu 
dukungan fiskal tersebut berpo-tensi 
mendorong pertumbuhan 
ekonomi desa, karena program/ 
kegiatan yang telah dirumuskan 
desa melalui mekanisme mus-renbang 
berpotensi mendapat 
pembiayaan. Dengan dukungan 
anggaran tersebut, maka potensi 
14 SWARA MEP Juli 2014 
desa untuk mengembangkan 
aset-aset desa semakin terbuka. 
Kebijakan pentrasi modal 
ke desa yang ternyata kontra 
produktif dengan cita-cita pem-bangunan 
desa yang mandiri 
dan sejahtera, kini tidak bisa 
lagi sembarangan dilakukan. 
Pasalnya, pihak-pihak yang 
hendak mengambil potensi desa 
sebagai komoditas ekonomi 
harus bermusyawarah dengan 
seluruh elemen yang ada di 
desa. Dengan demikian, forum 
ini berpotensi menjadi media 
bagi desa untuk membangun 
kedaulatan ekonomi sekaligus 
memproteksi kebijakan-kebija-kan 
ekonomi dari luar dirinya 
yang cenderung akan mengim-posisi 
desa. Dengan instrumen 
ini besar harapan, di masa men-datang 
desa tidak hanya memi-liki 
kemampuan untuk melind-ungi 
aset-asetnya tetapi juga 
mendorong pengelolaan sumber 
daya ekonomi yang mengede-pankan 
prinsip-prinsip keber-lanjutan 
dan keadilan. 
Mendukung Kemandirian 
Ekonomi Desa 
UU desa memang telah memuat 
sejumlah gagasan pembaharuan 
pembangunan yang mengarah 
pada pencapaian desa mandiri 
dan sejahtera. Namun untuk 
mengejawantahkan gagasan 
tersebut dibutuhkan kesadaran 
banyak pihak untuk melakukan 
serangkaian tindakan yang se-cara 
nyata membela, membina 
dan memperjuangkan desa. 
Jumlah desa di Nusantara yang 
mencapai 73.000-an, tidak 
sedikit yang masih membutuh-kan 
penguatan kapasitas baik 
dari aspek pemerintah desanya 
maupun warga masyarakat 
sipilnya. Penguatan kapasitas 
pemerintah desa dibutuhkan 
agar kemampuan administratif, 
penyelenggaraan layanan publik 
maupun pemerintahannya mem-beri 
manfaat bagi masyarakat 
desa. Demikian pula pengua-tan 
warga masyarakat akan 
meningkatkan daya tanggap 
masyarakat untuk berorganisasi 
serta menjadi mitra strategis 
bagi pemerintah desa dalam pe-nyelenggaraan 
kebijakan, lay-anan 
publik serta pembangunan 
desa. Pengelolaan keuangan 
dan aset mungkin menjadi salah 
satu material penguatan kapasi-tas 
yang penting diperkenalkan, 
agar besarnya uang dari APBN 
dan APBD yang nanti akan 
mengalir ke desa benar-benar 
menjadi berkah. 
Untuk mewujudkan ke-berkahan 
Dana Alokasi Desa, 
utamanya dalam rangka mewu-judkan 
kemandirian ekonomi 
desa, maka dibutuhkan kesa-daran 
desa untuk membangun 
jejaring ekonomi desa. Keung-gulan 
komparatif desa harus 
menjadi instrumen untuk men-ingkatkan 
bergaining desa di 
atas panggung politik kebijakan 
ekonomi daerah dan nasional 
yang cenderung meninggalkan 
desa bahkan memutilasi desa. 
Langkah-langkahnya, pertama, 
penguatan perspektif RPJMDes 
yang berbasis pada pengem-bangan 
ekonomi lokal desa dan 
antardesa. Kedua, perencanaan 
tata ruang desa yang membasis 
pada strategi pengembangan 
pertumbuhan ekonomi lokal. 
Ketiga, penataan APBDes yang 
secara tepat ditujukan untuk 
membiayai program-program 
pembangunan desa yang sena-fas 
dengan RPJMDes dan ke-mandirian 
ekonomi desa. Tam-bahan 
pula, pemerintah daerah 
perlu terus menerus melakukan 
pembinaan, pendampingan ser-ta 
fasilitasi kepada desa dalam 
rangka mendukung optimalisasi 
aset desa untuk keberdayaan 
ekonominya.[] 
Konsentrasi ini memberikan 
wawasan dan kompetensi 
bagaimana strategi dan proses 
penyusunan perencanaan 
daerah dan rencana strategi 
daerah (RPJM, RPJP dan 
Renstra) harus dilakukan. 
Sasaran konsentrasi ini 
adalah pegawai daerah yang 
membidangi perekonomian 
dan pembangunan daerah, 
seperti staf BAPPEDA dan 
seluruh SKPD di daerah yang 
berkaitan langsung dengan 
perencanaan, perekonomian, 
dan pembangunan daerah. 
Keuangan Daerah 
Konsentrasi ini memberikan pengetahuan dan 
kemampuan tentang bagaimana menyusun Laporan 
Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) sesuai dengan 
aturan yang berlaku. Kriteria laporan keuangan wajar 
tanpa pengecualian akan dieksploitasi sehingga 
mahasiswa menjadi kompeten di bidang perencanaan 
dan penyusunan keuangan daerah. Sasaran 
konsentrasi ini adalah pegawai pemerintah daerah 
yang membidangi pengelolaan pendapatan dan 
keuangan daerahh seperti Dinas Pendapatan Daerah 
dan bagian keuangan SKPD serta bagian lain yang 
dalam pekerjaannya berhubungan dengan pengelolaan 
keuangan daerah. 
Konsentrasi Manajemen 
Aset Dan Penilaian Bisnis 
Konsentrasi ini memberikan pengetahuan dan 
kemampuan tentang bagaimana menyusun 
Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) 
sesuai dengan aturan yang berlaku. Kriteria 
laporan keuangan wajar tanpa pengecualian akan 
dieksploitasi sehingga mahasiswan cakap dan 
mampu di bidang perencanaan dan penyusunan 
keuangan daerah. Sasaran konsentrasi ini adalah 
pegawai pemerintah daerah yang membidangi 
pengelolaan pendapatan dan keuangan daerah 
seperti Dinas pendapatan daerah dan bagian 
keuangan SKPD serta bagian lain yang dalam 
pekerjaannya berhubungan dengan pengelolaan 
keuangan daerah. 
Perencanaan 
Pembangunan Daerah 
Gabungan Konsentrasi Perencanaan 
Pembangunan Daerah dan 
Keuangan Daerah 
Manajemen Aset dan 
Penilaian Properti 
Kurikulum program Reguler MEP ini 
dirancang dapat diselesaikan dalam 
waktu 23 bulan termasuk Program 
Matrikulasi. Persyaratan untuk 
Program Reguler MEP ini adalah 
menyerahkan fotokopi ijazah dan 
transkrip S1 yang dilegalisir dari 
universitas yang telah terakreditasi 
masing-masing 1 lembar dengan 
indeks Prestasi Kumulatif (IPK) S1 
minimal 2,75. Proses seleksi terdiri 
dari tes AcEPT, PAPs, validasi dan 
wawancara. 
Konsentrasi ini memberikan pengetahuan 
mengenai tentang cara memperoleh pendapat/ 
opini atau perkiraan nilai suatu bisnis atau 
perusahaan/entitas atau suatu kepemilikan di 
dalamnya, yang bertujuan untuk pengambilan 
keputusan bagi manajemen untuk pengembangan 
maupun perbaikan usaha/bisnis dalam rangka 
mempertahankan keberlangsungan perusahaan. 
Lulusan dari konsentrasi ini diakui oleh MAPPI 
setara dengan Pendidikan Dasar Penilaian (PDP) 
1 dan 2 juga bisa mengikuti program sertifikasi 
penilai nantinya. 
Kurikulum konsentrasi ini memberikan pengetahuan 
bagaimana mengidentifikasi, menginventarisasi, 
mengoptimalkan serta menilai aset daerah. Opini 
Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) untuk laporan 
keuangan belum tercapai karena masih terganjal 
dengan masalah aset daerah. Sasaran konsentrasi 
ini adalah pemerintah daerah yang membidangi 
pengelolaan pendapatan dan keuangan daerah 
dan aset seperti dinas pendapatan daerah dan 
bagian keungan SKPD serta bagian lain yang dalam 
pekerjaannya berhubungan dengan pengelolaan 
aset. Lulusan dari konsentrasi ini diakui oleh MAPPI 
setara dengan Pendidikan Dasar Penilaian (PDP) 1 
dan 2 juga bisa mengikuti program sertifikasi penilai 
nantinya. 
PROGRAM 
REGULER 
MEP FEB 
UGM 
Committed to development 
Come & Join us ! 
MEP 
FEB 
UGM
Pelatihan 
Leadership 
MEP UGM 
Magister Ekonomika Pem-bangunan 
FEB UGM (MEP 
FEB UGM) menyeleng-garakan 
kegiatan Learn-ing 
Leadership di ruang seminar MEP 
UGM yang diikuti oleh mahasiswa 
MEP angkatan 51. Learning Leadership 
merupakan salah satau kegiatan wajib 
yang harus diikuti oleh mahasiswa ke-tika 
memasuki kelas regular. Kegiatan 
tersebut dikemas dengan stimulus 
bentuk Fun Games sehingga acara 
lebih menarik dan mahasiswa bisa 
lebih mudah memahami. Pembentu-kan 
karakter menjadi perhatian utama 
dalam kegiatan pelatihan. Selain itu, 
kegiatan ini bertujuan membekali ma-hasiswa 
dalam peningkatan soft skills 
tentang management ledearship dan 
membentuk pemimpin yang berkarak-ter 
dan berintegritas tinggi dimasa 
yang akan datang untuk kemajuan 
bangsa dan negara kearah yang lebih 
baik. 
Acara yang dilaksanakan 
Sabtu, 5 April 2014 dipandu oleh Prof. 
Djamaludin Ancok, Ph.D dibantu Dr. 
Neila Ramadhani, M.A., M.Ed. dan Idris, 
S.Pd. memberikan bentuk-bentuk per-mainan 
sederhana dan menarik untuk 
dimaknai. Materi yang disampaikan 
dikemas seaktratif mungkin menjadi-kan 
peserta terbawa dalam keceriaan-keceriaan 
permainan. Berbagai per-mainan 
dengan media bantu seperti 
balon, bola, kain. Mahasiswa terlihat 
sangat antusias mengikuti acara ini 
terbukti semua dengan tertib mengi-kuti 
acara ini sampai dengan selesai. 
[Eni] 
Kunjungan Tiga Delegasi 
D alam rangka me-nambah 
kemam-puan 
University of Malaya dan mening-katkan 
rasa percaya 
diri karyawan, Program MEP 
FEB UGM mengadakan keg-iatan 
pelatihan Public Speak-ing 
dan Pembawa Acara (MC) 
bagi karyawan. Bertempat 
di Ruang Seminar, kegiatan 
ini dilaksanakan pada Hari 
Kamis, 19 Juni 2014. Acara 
dimulai pada pukul 09.00 WIB 
dan dibuka oleh Bayu Suti-kno, 
S.E., M.S.M., Ph.D., Sekre-taris 
Bidang Administrasi dan 
Keuangan Program Studi MEP 
FEB UGM. “Banyak bertanya 
pada Mbak Ninda bagaimana 
supaya kemampuan berbic-ara 
di depan orang banyak 
menjadi lebih baik,” ujarnya. 
Untuk pelatihan ini, 
Program MEP FEB UGM bek-erja 
sama dengan First Step 
Public Speaking Club and 
Courses dan materi pelati-hannya 
diberikan oleh Ninda 
Nindiani, seorang trainer, 
broadcaster dan professional 
MC yang sudah cukup ter-nama 
di Yogyakarta. “Kalau 
bicara di depan orang apa 
yang terjadi,” tanya Ninda 
pada peserta pelatihan. Pe-serta 
ada yang menjawab 
keringat dingin, gemeteran, 
dan panas dingin. Beberapa 
karyawan diminta untuk maju 
Program Studi MEP FEB 
UGM pada hari Jumat, 
6 Juni 2014 menerima 
kunjungan dari delegasi 
University of Malaya dalam 
rangka mempererat kerjasama 
antara UGM dan University of 
Malaya. Dalam kunjungannya, 
University of Malaya mengirim-kan 
tiga delegasi yang berasal 
dari Fakultas Bina Alam Program 
Studi Sarjana Estate Manajemen 
antara lain Prof. Dr. Sr. Wan Nor 
Azriyati Wan Abd Aziz, Dr. Zai-nur 
Nisham B. Musa dan Ain-oriza 
Mohd Aini. Delegasi yang 
di ketuai oleh Prof. Dr. Sr. Wan 
Nor Azriyati Abd Aziz ini, diteri-ma 
langsung oleh Prof. Lincolin 
Arsyad, Dr. Akhmad Makhfatih, 
M.A, Bayu Sutikno, S.E., M.S.M., 
Ph.D selaku pengelola prodi be-serta 
kabag dan staf di ruang 
rapat program studi MEP FEB 
UGM. 
Kegiatan kunjungan ini 
membahas dan menjajaki kerja 
sama antara dua program stu-di. 
Sebagai bentuk dimulainya 
kerjasama, University of Malaya 
berkeinginan untuk mengirim-kan 
sekitar 45 mahasiswanya 
pada bulan Agustus nanti. 
Para mahasiswa tersebut akan 
melakukan kajian dan diskusi 
mengenai penilaian aset dan 
properti bersama dengan ma-hasiswa, 
staf dan dosen di Pro-gram 
Studi MEP FEB UGM. 
Prof. Dr. Sr. Wan Nor 
Azriyati Abd Aziz menjelaskan 
bahwa dipilihnya Program Studi 
MEP FEB UGM karena konsen-trasi 
Manajemen Properti dan 
Penilaian Asset MEP FEB UGM 
memiliki kesamaan dengan 
program studi mereka. “Seba-gai 
salah satu Daerah Istimewa 
di Indonesia, ternyata kota Yo-gyakarta 
mempunyai daya tarik 
tertentu terhadap bidang studi 
yang mereka pelajari, yaitu pen-gelolaan 
property,” ujarnya. Se-lain 
itu, Wan Nor Azriyati Abd 
Aziz menambahkan bahwa 
para mahasiswa tertarik untuk 
mengetahui tentang sistem pe-nilaian 
tanah, kepemilikan dan 
pemanfaatan tanah serta mar-ket 
properti di Kota Yogyakarta. 
Rencana kerjasama ini disambut 
baik oleh Prof. Lincolin Arsyad, 
Ph.D selaku Ketua Program 
Studi MEP FEB UGM. Selain 
membahas kerjasama, pada 
kesempatan ini baik pengelola 
dan delegasi dari University of 
Malaya juga melakukan sharing 
dan bertukar informasi menge-nai 
challenge dan opportunity 
dari masing masing program 
studi. [Dian] 
Pelatihan 
Public 
Speaking 
dan 
Pembawa 
acara (MC) 
Survei dan 
Diskusi 
“Daya Saing 
Daerah” 
16 SWARA MEP Juli 2014 Juli 2014 SWARA MEP 17 
Geliat MEP 
ke depan untuk praktik sehinggga 
bisa diberi masukan apa yang su-dah 
baik dan apa yang perlu dit-ingkatkan. 
Karyawan juga diminta 
untuk memberikan masukan untuk 
temannya. 
Materi pelatihan ini juga meliputi 
kemampuan untuk menjadi pem-bawa 
acara karena banyak keg-iatan 
yang diselenggarakan oleh 
Program MEP FEB UGM mem-butuhkan 
kemampuan menjadi 
seorang MC. Semoga dengan 
kegiatan pelatihan ini, kemam-puan 
komunikasi karyawan men-jadi 
meningkat dan muncul bakat-bakat 
baru pembawa acara di 
antara karyawan. [lina] 
Program MEP FEB UGM bekerja 
sama dengan Asia Competitive-ness 
Institute (ACI) Lee Kuan Yew 
School of Public Policy National 
University of Singapore dan ISEI cabang 
Yogyakarta menyelenggarakan Survei 
dan Diskusi “Daya Saing Daerah”, Rabu 
18 Juni 2014 di Ruang Seminar MEP 
FEB UGM. Seminar kali ini memaparkan 
hasil kajian tentang analisis daya sa-ing 
dan strategi pembangunan untuk 
33 Provinsi Indonesia. Peserta diskusi 
adalah anggota ISEI cabang Yogyakarta 
dengan moderator Prof. Mudrajad Kun-coro, 
Ph.D. 
Dalam salah satu sesi kegiatan diskusi, 
terdapat pemaparan makalah yang ber-judul 
Analisis Daya Saing dan Strategi 
Pembangunan untuk 33 Provinsi Indo-nesia, 
khususnya hasil kajian di Provinsi 
Daerah Istimewa Yogyakarta. Dari hasil 
peringkat Daya Saing Keseluruhan, po-sisi 
DI Yogyakarta berada di peringkat 
enam. DI Yogyakarta mungkinakan 
berda dalam masalah ketika pasar pa-riwisata 
dalam keadaan buruk yang 
dipengaruhi perlambatan ekonomi.
PROGRAM 
Terdapat dua program yang ditawarkan 
1. Pendidikan Magister (19 bulan belum ter-masuk 
matrikulasi/Pra MEP) 
2. Program Sertifiksi Penilai (12 bulan), lanjutan 
dari Program Magister konsentrasi Manajemen 
Aset dan Penilaian Properti atau Manajemen 
Aset dan Penilaian Bisnis 
PERSYARATAN 
1. Membayar biaya pendaftaran sebesar 
Rp500.000,00 (lima ratus ribu rupiah). 
2. IPK S1 minimal 2.75 
3. Fotokopi ijazah dan transkrip S1 tingkat 
pendidikan sebelumnya yang sah dan legal, 
dilegalisir oleh institusi penerbit ijazah masing-masing 
sebanyak 2 lembar. 
4. Fotokopi sertifikat/bukti akreditasi program 
studi jenjang pendidikan yang sebelumnya 
5. Proyeksi keinginan untuk mengikuti Pendidikan 
S2 di Program Pascasarjana UGM dapat 
diunduh di http://um.ugm.ac.id 
6. Penilaian kelayakan akademik (surat rekomen-dasi) 
dari 2 (dua) orang/pihak yang meng-etahui 
kemampuan akademik calon (atasan/ 
mantan pembimbing/ dosen) dapat diunduh di 
http://um.ugm.ac.id 
7. Surat Keterangan sehat dari Dokter. 
PROSES SELEKSI 
1. Menyerahkan seluruh syarat pendaftaran; 
2. menyerahkan bukti skor TPA≥500 dan TOEFL 
ITP≥450 atau AcEPT≥209 dari lembaga yang 
diakui oleh UGM atau; 
3. bagi peserta yang belum memiliki skor tersebut 
dapat mengikuti tes PAPs yang diselenggara-kan 
oleh Fakultas Psikologi UGM (web:www. 
psikologi.ugm.ac.id) dan AcEPT yang diseleng-garakan 
oleh Pusat Pelatihan Bahasa UGM 
(web:www.ppb.ugm.ac.id) dapat dilihat pada 
tabel jadwal seleksi; 
4. tes validasi dan wawancara. 
KURIKULUM 
Kurikulum Program MEP FEB UGM diselenggarakan 
dengan menggunakan semester dengan masa studi 
19 bulan (belum termasuk matrikulasi/Pra MEP). Se-lama 
program berlangsung jumlah matakuliah yang 
diambil ekivalen dengan 39 SKS termasuk tesis. 
BIAYA PENDIDIKAN 
Biaya pendidikan untuk mengikuti Program Magister 
sebesar Rp47.000.000,- (empat puluh tujuh juta 
rupiah) dibayarkan dalam 3 (tiga) tahap: 
Magister Ekonomika Pembangunan 
Universitas Gadjah Mada 
Pendidikan Magister dan Program Sertifikasi Penilai 
Pendidikan Magister Ekonomika Pembangunan 
yang andal. Seba-gian 
besar laporan 
keuangan institusi pub-lik 
belum mendapat predi-kat 
wajar tanpa pengecualian. 
Penilaian aset adalah salah satu 
pangkal permasalahannya. Di sinilah 
letak persinggungan profesi akuntan-si 
dan profesi penilai. Profesi akuntansi 
dan profesi penilai bekerjasama di berbagai 
area atau proyek. Hal ini ditunjukkan dengan 
keberadaan sumber daya penilai pada beberapa 
kantor akuntan publik. Profesi akuntansi juga semakin 
mengenal kebutuhan akan penilai sebagai akibat dari IFRS 
(International Financial Reporting Standard) yang mengaman-ahkan 
fair value. 
Program Pendidikan Master 
Menyadari masih kurangnya kebutuhan tenaga penilai di Indonesia, 
Program MEP UGM menyelenggarakan pendidikan S2 konsentrasi 
Manajemen Aset, Penilaian Properti (MAPP) dan Manajemen Aset 
dan Penilaian Bisnis (MAPB). Kurikulum konsentrasi ini memberi-kan 
pengetahuan tentang penilaian baik aset maupun bisnis. 
Di samping itu juga diberikan pengetahuan bagaimana 
mengelola aset baik publik maupun swasta. Lulusan dari 
konsentrasi ini diakui oleh MAPPI setara dengan penilai 
tingkat dasar 1 dan 2 dan juga bisa mengikuti pro-gram 
sertifikasi penilai. 
Kurikulum Program Magister 
Kurikulum Program MEP kon-sentrasi 
MAPP dan MAPB diran-cang 
dapat diselesaikan dalam waktu 
19 bulan termasuk Program Matrikulasi. 
Konsentrasi Manajemen Aset dan Penilaian 
Properti 
Konsentrasi ini memberikan pengetahuan bagaima-na 
mengidentifikasi, menginven-tarisasi, mengopti-malkan 
serta menilai aset – aset daerah. Opini wajar 
tanpa pengecualian (WTP) untuk laporan keuangan be-lum 
tercapai karena masih terganjal dengan masalah 
aset daerah. 
MEP 
FEB 
UGM 
Konsentrasi Manajemen Aset Dan Penilaian 
Bisnis 
Konsentrasi ini memberikan pengetahuan 
mengenai tentang cara memperoleh 
pendapat/opini atau perkiraan nilai suatu bisnis atau 
perusahaan/entitas atau suatu kepemilikan di 
dalamnya, yang bertujuan untuk pengambilan keputu-san 
bagi manajemen untuk pengembangan maupun 
perbaikan usaha/bisnis dalam rangka mempertahan-kan 
keberlangsungan perusahaan. Matakuliah yang 
wajib diambil konsentrasi ini adalah: 
Kebutuhan akan profesi penilai telah men-ingkat 
secara signifikan. Jumlah penilai 
publik bersertifikat yang sangat ter-batas 
jumlahnya tidak mencuku-pi 
untuk menakomodasi kebutuhan 
bisnis dan kebutuhan pemerintah 
saat ini. Tuntutan akan akunt-abilitas 
dan transparansi 
keuangan pemerintah 
pusat dan daerah se-makin 
mendesak-kan 
kebutuhan 
akan jasa 
penilai 
1. Ekonomika Mikro II 
2. Ekonomika Makro II 
3. Manajemen Korporasi 
4. Ekonomika Terapan 
5. Hukum Bisnis 
6. Analisis Laporan 
Keuangan 
7. Metoda Penelitian 
8. Teori Portofolio dan 
Analisis Investasi 
9. Manajemen Aset 
10. Penilaian Bisnis 
11. Seminar Strategi Riset 
12. Tesis 
1. Ekonomika Mikro II 
2. Ekonomika Makro II 
3. Elemen Properti 
4. Ekonomika Terapan 
5. Hukum Terapan 
6. Elemen Penilaian 
Properti 
7. Metoda Penelitian 
8. Ekonomika Pertanahan 
dan Perkataan 
9. Manajemen Aset 
10. Penilaian Properti 
11. Seminar Strategi Riset 
12. Tesis 
Tabel Biaya Pendidikan MEP UGM 
Termin Batas Pembayaran Jumlah (Rp) 
I Saat registrasi 7.000.000,00 
II Daftar Ulang 
Semester I 
20.000.000,00 
III Daftar Ulang Se-mester 
II 
20.000.000,00 
Total 47.000.000,00 
*)biaya program sertifikasi penilai sebesar 
Rp 25.000.000,00 
Program Sertifikasi Penilai 
Program MEP UGM bekerjasama 
dengan Masyarakat Profesi Pe-nilai 
Indonesia (MAPPI) membuka 
program sertifikasi penilai bagi 
tamatan S2 MEP UGM konsen-trasi 
Manajemen Aset dan Penila-ian 
Properti. Kurikulum Program 
MEP UGM sudah memasukkan 
PLP 1, PLP 2, dan USP Lisan. Dari 
program ini diharapkan mencetak 
tenaga professional dengan gelar 
M.Ec.Dev, dan sertifikasi sebagai 
penilai bergelar MAPPI (Cert.). Pro-gram 
pendidikan ini dibuka dengan 
dua minat, yaitu Minat Penilaian 
Properti dan Minat Penilaian Bisnis. 
Keunggulan Program MEP UGM 
1. Satu-satunya program studi 
yang menyelenggarakan pendidi-kan 
sertifikasi penilai 
2. Intensifnya keterlibatan MAPPI 
dalam penyusunan materi, kuriku-lum 
dan pengajaran 
3. pembimbingan laporan magang 
lebih intensif 
4. adanya seminar laporan 
magang 
5. adanya tutorial seluruh matakuli-ah 
sertifikasi 
6. keterlibatan pengelola dalam 
USP Lisan sebagai peninjau dan 
pengamat ujian. 
Kurikulum 
Program Sertifikasi Penilai 
dirancang agar mahasisws 
dapat menyelesaikan studi 
dalam jangka waktu 12 bulan 
Matakuliah Minat Penilaian Properti: 
1. Standar Penilaian Indonesia 
2. Penilaian Properti II 
3. Penilaian Properti III 
Matakuliah Minat Penilaian Bisnis: 
1. Standar Penilaian Indonesia 
2. Penilaian Bisnis II 
3. Penilaian Bisnis III 
Setelah lulus dari 3 matakuliah di 
atas dan sudah dinyatakan lulus 
ujian pendadaran, peserta melak-sanakan 
magang selama 6 bulan 
di Kantor Jasa Penilai Publik (KJPP) 
yang direkomendasikan oleh MAPPI 
Dalam kegiatan magang tersebut, 
peserta diwajibkan membuat 3 (tiga) 
laporan penilaian dan diseminarkan 
Ketentuan kelulusan Program 
Sertifikasi: 
1. lulus ujian tulis matakuliah minat 
2. telah mengikuti magang di KJPP 
3. membuat 3 (tiga) laporan 
penilaian selama magang 
4. dinyatakan lulus ujian lisan 
Sertifikasi Penilai yang di-laksanakan 
oleh MAPPI 
Mata Kuliah MAPP Mata Kuliah MAPB 
Periode Perkuliahan 2014 
Keterangan April 2015 September 2015 
Pendaftaran Tutup 6 Maret 
2015 
27 Juli 2015 
Seleksi lihat mep.ugm.ac.id 
Kuliah Matrikulasi 1 April 2015 1 September 
2015 
Kuliah Perdana September 
2015 
Maret 2016
Geliat 
MEP 
Penerimaan Mahasiswa Baru 
Angkatan 52 MEP FEB UGM 
Magister Ekonomika Pembangunan Fakultas 
Ekonomika dan Bisnis Universitas Gadjah 
Mada (MEP FEB UGM) menyelenggarakan 
pengarahan akademik untuk calon maha-siswa 
baru. Pada semester ganjil tahun 2014 MEP UGM 
menerima 42 calon mahasiswa baru angkatan ke-52 
MEP FEB UGM dalam program reguler di Kampus MEP 
UGM. Calon mahasiswa baru mengikuti program matri-kulasi 
yang diselenggarakan program MEP FEB UGM. 
Prof. Lincolin Arsyad, Ph.D selaku Ketua Program MEP 
FEB UGM menerima kedatangan calon mahasiswa baru. 
Selanjutnya, Dr. Akhmad Makhfatih, M.A. memberikan 
informasi tentang program MEP FEB UGM. 
“Program matrikulasi di MEP FEB UGM ditempuh se-lama 
4 bulan dengan 5 mata kuliah,” ujar Makhfatih. 
Selain itu, calon mahasiswa dapat mengikuti program 
reguler MEP FEB UGM apabila sudah lulus program 
matrikulasi, lulus PAPs skor 500 dan AcEPT skor 209 
ekuivalen nilai Toefl 450. Selanjutnya, penjelasan ten-tang 
ketentuan tata tertib akademik dan perkuliahan di 
Program MEP FEB UGM. Sementara itu, Bayu Suktikno, 
S.E., M.S.M., Ph.D menjelaskan tentang fasilitas-fasilitas 
yang bias diakses mahasiswa selama kuliah di MEP FEB 
UGM. [Anis] 
Redaksi SWARA MEP menerima tulisan/artikel mahasiswa dan alumni dalam rubrik: 
• Opini Mahasiswa/Alumni 
Opini tentang isu kontemporer ekonomi atau yang berkaitan dengan konsentrasi yang diambil maha-siswa 
(maks. 4 halaman) 
• Artikel Kabar Daerah 
Kabar Daerah berisi tentang cerita kondisi daerah asal mahasiswa. Panjang tulisan 2-3 halaman 
• Aturan Penulisan 
Ukuran kertas A4, Times New Roman 12 pt, spasi 1,5. 
sila kirim tulisan ke alamat dan data diri (biodata, pas foto 4x6) ke email 
admisi@mep.ugm.ac.id 
Bimtek Tentang 
Manajemen 
Kepegawaian 
PBKD DIY rogram MEP FEB UGM me-nerima 
93 orang apara-tur 
pengadministra-sian 
kepegawaian Badan 
Kepegawaian Daerah Daerah Is-timewa 
Yogyakarta untuk mengi-kuti 
Bimtek tentang Manajemen 
Kepegawaian selama 3 hari dari 
tanggal 19 – 21 Mei 2014. Dalam 
rangka menyongsong penerapan 
Undang-Undang No. 5 Tahun 
2014 tentang Aparatur Sipil Neg-era, 
BKD D.I. Yogyakarta bekerjasa-ma 
dengan Program Studi MEP 
FEB UGM untuk mempersiapkan 
pegawai BKD mengaplikasikan UU 
tersebut. Acara dibuka oleh Ketua 
Program MEP FEB UGM Prof. Lin-colin 
Arsyad, Ph.D dan Kepala BKD 
Daerah Istimewa Yogyakarta Bap-ak 
R. Agus Supriyanto, SH, M.Hum. 
Dalam sambutannya, Ketua Pro-gram 
MEP FEB UGM mengucapkan 
terima kasih kepada BKD Daerah 
Istimewa Yogyakarta yang telah 
mempercayakan Bimtek ini kepa-da 
Program Studi MEP FEB UGM. 
“Kami berharap peserta mendapat 
outcome dari Bimtek ini untuk me-layani 
masyarakat, karena tugas 
Aparatur Negara adalah melayani 
sebaik mungkin dan sesempurna 
mungkin,” ucap Lincolin Arsyad. 
Kunjungan Delegasi 
Universitas mitra dari jepang 
Professional Human Resource 
Development Project Phase 
IV (PHRDP-IV) Program akan 
segera dimulai. Ini adalah 
program dari Bappenas untuk Pro-gram 
Double Degree: satu tahun 
kuliah di universitas Indonesia dan 
melanjutkan tahun keduanya di 
Univeristas Jepang. Program MEP 
FEB UGM terpilih sebagai salah satu 
mitra universitas dalam negeri un-tuk 
pelaksanaan program ini. 
Berkaitan dengan hal di 
atas, pada Bulan Maret 2014 tercat-at 
sudah ada 3 Universitas Jepang 
yang berkunjung ke MEP FEB UGM. 
Mereka adalah GRIPS pada tanggal 
6 Maret 2014, IUJ pada tanggal 26 
Maret 2014, dan Kobe University 
pada tanggal 27 Maret 2014. Del-egasi 
dari GRIPS terdiri dari Prof. 
Yonosuke Hara, Ph.D., Ikumi Ito, 
dan Yuki Miyabe; dari IUJ terdiri dari 
Prof. Takahiro Akita, Prof. Noriyoshi 
Shiraishi, dan Prof. Kakinaka; dan 
dari Kobe University terdiri dari 
Prof. Jun Matsunami dan Prof. Koji 
Kawabata. 
Agenda utama kunjungan 
adalah membicarakan proses pen-erimaan 
mahasiswa, rencana kuri-kulum 
dan juga MoU. Juga sempat 
disinggung kemungkinan profesor 
dari universitas mitra Jepang un-tuk 
memberikan kuliah umum bagi 
mahasiswa Program MEP FEB UGM. 
[lina] 
“Pegawai ASN berperan seba-gai 
perencana, pelaksana, dan 
pengawas penyelenggaraan tu-gas 
umum pemerintahan dan 
pembangunan nasional melalui 
pelaksanaan kebijakan dan pe-layanan 
publik yang profesion-al, 
bebas dari intervensi politik, 
serta bersih dari praktik korupsi, 
kolusi, dan nepotisme,” kata R. 
Agus Supriyanto, SH, M.Hum. 
(Kepala BKD D.I. Yogyakarta) 
dalam sambutannya. Acara 
Bimtek ditutup dengan agenda 
kegiatan outbond di Desa Ledok 
Sambi Kec. Pakem Kab. Sleman. 
[Trie] 
SWARA MEP 
20 SWARA MEP Juli 2014 Juli 2014 SWARA MEP 21
Program MEP FEB UGM me-nyelenggarakan 
22 SWARA MEP Juli 2014 
seminar hasil 
Program Kerja Lapangan (PKL) 
Sabtu, 7 Juni 2014 di Ruang 
Seminar MEP FEB UGM. Seminar PKL 
dihadiri oleh perwakilan dari Pemerin-tah 
Kabupaten Magelang yaitu Drs. E. 
Endra Wacana (Assek III), Gamis Hari 
Saktiyono, DP (Kabid Aset DPPKAD 
Kab. Magelang), Widianto Ahmad dari 
pengurus barang Kesehatan dan Dikke 
Riyo Sembodo, Amd dari PU dan 
ESDM. Selain itu, sebagai moderator 
adalah Dr. Soeratno. 
Seminar hasil PKL merupakan hasil 
dari kunjungan PKL ke Kabupaten 
Magelang yang telah dilakukan pada 
tanggal 24 Mei 2014. Peserta yang 
mengikuti kegiatan PKL adalah ma-hasiswa 
angkatan 50 reguler dan be-berapa 
dosen pendamping, antara 
lain Prof. Nopirin, M.A., Dra. Wahyu 
Hidayati, M.Si., dan Ari Setyaningrum, 
Seminar Hasil 
PKL Magelang 
M.Ec.Dev., MAPPI (Cert.). Rangkaian 
kegiatan PKL ini adalah Focus Group 
Discussion (FGD) dengan Pemerintah 
Kabupaten Magelang, observasi lapa-ngan 
dan pembahasan masing-mas-ing 
kelompok untuk diseminarkan. 
Program PKL adalah kegiatan yang 
bersifat wajib diikuti oleh mahasiswa. 
Tujuan kegiatan ini mengaplikasikan 
pengetahuan/wawasan/informasi 
yang diperoleh mahasiswa dalam 
perkuliahan. Tema PKL ke Kabupaten 
Magelang adalah Pengolaan Aset Ka-bupaten 
Magelang dengan 3 subtema, 
antara lain optimalisasi aset kesehatan 
(aspek legal tanah untuk Puskesmas), 
optimalisasi aset pendidikan (penila-ian 
aset SD dan SMP), dan optimal-isasi 
aset infrastruktur (kapitalisasi dan 
pemeliharaan jalan). 
Seminar hasil PKL kali ini mempre-sentasikan 
hasil kajian berdasarkan 
temuan dari masing-masing kelom-pok. 
Kelompok pertama dengan dos-en 
pendamping Prof. Nopirin, M.A 
membahas tentang optimalisasi aset 
kesehatan, khususnya Puskesmas. Te-muan 
di lapangan masih ada masalah 
legalitas tanah, seperti pembangunan 
Puskesmas di tanah kas desa (beng-kok). 
Kelompok kedua dengan dosen 
pendamping Ari Setyaningrum, M.Ec. 
Dev., MAPPI (Cert.) membahas tentang 
optimalisasi aset pendidikan, khususn-ya 
asset di SDN Mendut dan SMP 1. 
Salah satu temuan di lapangan adalah 
kurangnya pemahaman kepala se-kolah 
atau tata usaha pendataan aset 
sekolah, seperti pencatatan, inventaris 
, dan manajemen aset sekolah. Semen-tar 
itu, kelompok ketiga dengan dosen 
pendamping Dra. Wahyu Hidayati, 
M.Si. membahas tentang optimalisasi 
aset infrastruktur jalan di Kabupaten 
Magelang. [Waluyo] 
Geliat MEP 
Crawford School of Economics and 
Government. Australian National 
University (ANU) 
Master of International and Development 
Economics (MIDEC) 
National Graduate Institutes for 
Policy Studies (GRIPS) Jepang 
Master of Public Policy (MPP) 
International University of Japan (IUJ) 
Master of Arts in International Development 
(MA) 
Hiroshima University 
Master of Arts (M.A.) 
Takushoku University 
Master of International Development (MIDS) 
Kobe University 
Master of Economics (M.Ec.) 
Yokohama National University Master 
of Economics (M.Ec.) 
Ritsumeikan University 
Master of Arts (M.A.) 
Bagi mahasiswa yang tidak memenuhi persyaratan di atas, 
maka dapat terus mengikuti program reguler untuk menda-patkan 
gelar M.Ec.Dev. 
Progam pendidikan Linkage meru-pakan 
progam gelar ganda yaitu 
Program Studi MEP FEB UGM dan dari 
universitas mitra. Kelas ini dibuka untuk 
perkuliahan pada semester ganjil bulan 
September setiap tahunnya. Di Tahun perta-ma, 
mahasiswa belajar di Program Studi MEP 
FEB UGM dan ditahun kedua mahasiswa akan 
belajar di universitas mitra. Lulusan program 
Linkage akan memperoleh gelar M.Ec.Dev. dari 
Progam Studi MEP FEB UGM dan juga memperoleh 
gelar dari universitas mitra di luar negeri: 
Linkage Program 
Calon mahasiswa yang telah menyerahkan secara lengkap seluruh syarat 
pendaftaran, maka akan mengikuti serangkaian tes: 
• Mempunyai nilai skor TPA/PAPs >= 550, dibuktikan dengan sertifikat 
yang masih berlaku, yaitu maksimum 1 tahun setelah tanggal dike-luarkannya 
sertifikat; 
• Mempunyai nilai tes kemampuan Bahasa Inggris yang masih berlaku, 
yaitu maksimum 1 tahun setelah tanggal dikeluarkannya sertifikat, 
dibuktikan dengan sertifikat: 
• Institusional Testing Program (ITP) TOEFL dari institusi yang diakui 
oleh IIEF minimal skor 550; atau 
• Institusional English Testing System (IELTS) dari institusi yang diakui 
oleh IDP, minimal skor 6.00; atau 
• Internet-Based (IBT) TOEFL dari institusi yang diakui oleh IIEF, mini-mal 
skor 79 
MEP 
FEB 
UGM 
Segenap Keluarga Besar Civitas Akademika MEP FEB UGM 
mengucapkan 
Selamat Hari Raya Idul Fitri 1435 H 
Mohon Maaf Lahir dan Bathin
A. Mahasiswa Kelas 
Kerjasama Pemerin-tah 
Provinsi Sulawesi 
Barat 
B. Serah Terima Ma-hasiswa 
Kelas Ker-sama 
Pemerintah 
Provinsi Sulawesi 
Barat 
C. Pelatihan PDP I 
MEP UGM 9-17 Juni 
2014 
Galeri Foto 
D.Pelatihan Teknik 
Penyusunan Renja 
dan RKA Kabupaten 
Bombana 3-5 April 
2014 
E.Kunjungan DPRD 
Jawa Barat 23 Juni 
2014 
F. Peserta Pelatihan 
Akuntansi Pengelo-laan 
Aset Daerah 26- 
28 Maret 2014 
D 
E 
F 
A 
B 
C
Green 
Tourism 
Supiandi 
Pada tahun 1971, 
seorang ekonom 
brilian Nicholas 
Georgeschu-Rogen 
menghasilkan pemikiran 
ekonomi yang fundamental 
sekaligus radikal yang ketika 
itu dianggap menentang 
arus neoklasik sehingga ia 
dijuluki rebellion economist. 
Pemikiran maha karya itu 
adalah “The Entophy Law 
and the Economic Process”, 
sebuah karya yang mem-berikan 
pesan bahwa pent-ingnya 
mempertimbangkan 
alam dan lingkungan dalam 
pembangunan ekonomi, 
karena kegiatan ekonomi 
bagaimanapun juga tidak 
terlepas dari hukum entro-py. 
Maha karya yang mela-wan 
arus pada tahun 1970- 
an tersebut kini menjadi ruh 
yang hidup kembali dalam 
konteks pembangunan 
berkelanjutan yang dike-nal 
dengan ekonomi hijau 
(Green Economy). 
United Nation Environment 
Programme (UNEP, 2011) men-definisikan 
ekonomi hijau seba-gai 
ekonomi yang rendah kar-bon, 
efisien dalam penggunaan 
tour-ism 
sosial) sebagai ciri-ciri pariwisata 
berkelanjutan. Istilah green sumber daya dan inklusif se-cara 
sosial. Selanjutnya, definisi 
ekonomi hijau bukanlah suatu 
keadaan melainkan suatu proses 
transformasi dan perkembangan 
dinamis yang konstan, ekonomi 
hijau menghasilkan kesejahter-aan 
dan akses yang merata bagi 
semua orang, menjaga lingkun-gan 
dan ekonomi agar tetap be-rada 
dalam daya dukung bumi 
yang terbatas (Danish 92 Group, 
2012). Dengan demikian ekono-mi 
hijau merupakan kegiatan 
ekonomi yang selain dapat men-ingkatkan 
kesejahteraan rakyat 
sebagai tujuan akhir kegiatan 
ekonomi, juga diharapkan mem-beri 
dampak tercapainya keadi-lan 
bagi masyarakat maupun 
lingkungan dan sumber daya 
alam itu sendiri. 
Oleh karena itu, konsep 
ekonomi hijau perlu diinternal-isasikan 
ke dalam berbagai sek-tor, 
salah satu sektor yang akan 
dibahas dalam tulisan ini adalah 
sektor pariwisata dengan kon-sep 
green tourism. Istilah green 
tourism semakin banyak digu-nakan 
dalam berbagai diskusi 
yang mencakup segitiga men-dasar 
(ekonomi, lingkungan dan 
ini sudah terdapat dalam 
literatur pariwisata sejak lebih 
dari 20 tahun yang lalu, dengan 
adaptasi merujuk pada gerakan 
dari perdesaan ke pariwisata 
ramah lingkungan di Eropa dan 
Jepang. Kementerian Pariwisata 
mendefinisikan green tourism 
sebagai aktivitas bersenang-sen-ang 
untuk menikmati alam dan 
budaya dari destinasi dan berin-teraksi 
dengan penduduk lokal 
di daerah yang kaya dengan 
lanskap alaminya perdesaan dan 
pegunungan. Tourism merupa-kan 
fenomena sosial yang diaki-batkan 
oleh adanya perpindahan 
tempat untuk sementara waktu 
dari seseorang atau lebih yang 
dapat menimbulkan dampak di 
tempat tujuan maupun sepan-jang 
waktu yang dilaluinya (Se-tiawinata, 
2006). 
Untuk memahami green 
tourism, pertama-tama perlu 
menanyakan hal berikut: “Un-tuk 
siapa pembangunan dan 
pengembangan green tourism 
dan ekowisata sebagai suatu 
hal berkelanjutan?” (Hubeis et 
al, 2007). Dalam hal ini, pem-bangunan 
dan pengembangan 
berkelanjutan diartikan sebagai 
usaha pemanfaatan sumber daya 
yang ada untuk memenuhi ke-butuhan 
sekarang dengan tanpa 
mengesampingkan bagaimana 
generasi mendatang meman-faatkan 
sumber daya yang sama 
guna memenuhi kebutuhan-nya 
dimasanya. Selanjutnya, 
United Nations World Tourism 
Organization (UNWTO, 2011) 
mendefinisikan pariwisata yang 
berkelanjutan sebagai pariwisata 
yang memperhitungkan secara 
penuh dampak ekonomi, sosial 
dan lingkungan sekarang dan 
yang akan datang, menjawab 
kebutuhan pengunjung, industri 
(pariwisata), lingkungan dan ko-munitas 
tuan rumah. 
Pertanyaan selanjutnya 
adalah “Masalah keberlanjutan 
itu sebagai suatu pilihan atau 
keterpaksaan?” (Hubeis et al, 
2007). Dikatakan suatu pilihan, 
bila pemanfaatan sumber daya 
itu dilakukan pada saat ini secara 
besar-besaran dengan mencari-kan 
alternatif sumber daya yang 
lain bagi generasi mendatang 
dan dikatakan sebagai suatu ket-erpaksaan, 
bila pada dasarnya 
alam itu selalu harus dalam kead-aan 
equilibrium, maka apabila di-lakukan 
eksploitasi secara besar-besaran 
dengan tanpa menjaga 
keseimbangannya akan merusak 
alam itu sendiri. Pembangunan 
bidang pariwisata akan meng-hasilkan 
trade-off antara men-dapatkan 
manfaat atau dampak 
kerugian yang dihasilkan akibat 
pembangunan. Industri pari-wisata 
menghasilkan barang dan 
jasa yang berbeda dengan indus-tri 
dalam arti umum yang telah 
dikenal luas, misalnya jasa yang 
dihasilkan memerlukan keahlian 
Opini 
714. 353 Jumlah wisatawan 
mancanegara 
yang masuk sepanjang 
tahun 2014 (Jan-Mei) 
USD 147.22 
Rata-rata pengeluaran 
wisatawan mancanegara per hari 
sedangkan domestik sebesar 
Rp 711.300 (2013) 
Nilai tersebut meningkat 
3.17% dan 0.89% 
dari tahun 2013. 
430 .793 Total kamar tahun 2013 
(Hotel Bintang dan 
Non Bintang) 
26 SWARA MEP Juli 2014 Juli 2014 SWARA MEP 27
khusus dari penyelanggarannya 
terutama dengan orang yang 
menanganinya dalam rangka 
memberikan kepuasan bagi para 
konsumennya. 
Karakteristik dari perencanaan 
dan pengembangan green tour-ism 
tidak lepas dari pemahaman 
akan sifat atau karakter yang 
menonjol dari produk industri 
pariwisata (Hubeis et al., 2007) 
yaitu tidak dapat dipindahkan, 
tidak dapat ditimbun, proses 
produksi dan konsumsi jatuh 
pada waktu yang bersamaan. 
Berkembangnya pembangunan 
pariwisata akan mendorong dae-rah- 
daerah dan masyarakat se-tempat 
membangun sarana dan 
prasarana yang dibutuhkan, seh-ingga 
nantinya akan mendorong 
para investor dari dalam maupun 
luar negeri untuk berpartisipasi 
dalam pembangunan objek dan 
daya tarik wisata. 
Lingkungan alami Indonesia 
merupakan inti dari keseluru-han 
daya tarik pariwisata. Daya 
tarik tersebut bukan hanya ber-dampak 
positif bagi pengem-bangan 
ekonomi, jika dilihat 
dari sudut pandang lingkungan 
hidup kondisinya jauh dari ideal. 
Eksploitasi eksosistem Indonesia 
yang kaya dan beraneka-ragam 
secara berlebihan sudah dikenal 
luas dalam berbagai dokumen 
termasuk laporan-laporan resmi 
pemerintah Indonesia. Lapo-ran 
tentang kondisi lingkungan 
ASEAN dan sejumlah laporan 
antar pemerintah dan sejumlah 
perwakilan internasional lainnya. 
Merujuk pada evaluasi dari Travel 
and Tourism Competitiveness In-dex 
(TTCI, 2011), yang mencakup 
kinerja pariwisata dalam keber-lanjutan 
lingkungan dan sum-berdaya 
alami, Indonesia hanya 
di posisi 130 di antara 133 ne-gara 
yang dievaluasi. Meskipun 
dapat dibuktikan bahwa kondisi 
di beberapa wilayah lebih baik 
dan di beberapa lagi lebih bu-ruk, 
titik kuncinya adalah bahwa 
keberlanjutan lingkungan meru-pakan 
suatu isu di semua tingkat 
pemerintahan di Indonesia. 
Konsumsi energi dan air serta 
produksi sampah yang berasal 
dari wisatawan nyaris dua kali li-pat 
ketimbang yang berasal dari 
penduduk pada umumnya. Wisa-tawan 
mengkonsumsi energi 
dan air lebih daripada konsumsi 
di rumahnya sendiri. Mereka 
juga memproduksi lebih banyak 
sampah yang ditinggalkan di 
destinasi yang mereka kunjungi. 
Hotel dan restoran pada berba-gai 
skala operasi yang berbeda, 
mengkonsumsi bahan kimia dan 
bahan yang tak teruraikan yang 
mempunyai efek pencemaran. 
Sepanjang jalan daerah wisata di 
Indonesia, dapat dijumpai ban-yak 
warung makan dan beberapa 
sarana akomodasi yang dikelola 
tanpa pengetahuan yang me-madai, 
khususnya menyangkut 
dampak lingkungan. 
Destinasi padat kunjungan, khu-susnya 
kunjungan dalam jumlah 
besar dengan kendaraan prib-adi, 
menyebabkan pencemaran 
udara yang menjadi tanggungan 
penduduk dan menyebabkan 
lingkungan yang tidak sehat. Mis-alnya 
Bandung sebagai destinasi 
wisata perkotaaan yang dengan 
sarana perbelanjaan dan kuliner 
sebagai daya tarik utamanya. 
Orang-orang menghabiskan 
waktu beberapa hari bahkan 
lebih, sehingga menyebabkan 
kepadatan lalu lintas yang san-gat 
tinggi, terutama di pintu ger-bang 
tol yang membuat antrian 
kendaraan bisa mencapai 10 km. 
Terdapat laporan bahwa selama 
akhir pekan, sebanyak 200 ribu 
kendaraan memasuki kota. Lalu 
lintas yang padat dan kehidupan 
malam di kota dapat menyebab-kan 
pencemaran suara, perusa-kan 
terhadap keaneka-ragaman 
hayati dan gangguan terhadap 
spesies di daratan dan di pesisir 
dapat terjadi karena lemahnya 
pengelolaan waktu kunjungan, 
dan perusakan terhadap berba-gai 
lokasi di bawah permukaan 
air karena pengambilan karang 
yang telah berlangsung di be-berapa 
destinasi pantai yang 
terkenal, merupakan isu lain 
yang perlu diperhatikan. 
Wisatawan juga dapat mencip-takan 
dampak yang tidak disa-dari 
ketika mereka mengunjungi 
tempat atau daya tarik dengan 
lingkungan alam dan budaya. 
Karena itu perlu dikembang-kan 
kampanye kesadaran pen-gunjung 
tentang kemungkinan 
dampak yang dapat mereka 
timbulkan, khususnya dengan 
menggunakan tanda-tanda yang 
dapat diintepretasikan dalam 
berbagai bahasa, ditempatkan 
pada gerbang masuk ke berba-gai 
lokasi daya tarik budaya atau 
alam tertentu. 
Berdasarkan fakta diatas, perlu 
dilakukan langkah-langkah strat-egis 
agar pariwisata di Indonesia 
tidak mengalami kemerosotan 
diantaranya (Hubeis et al., 2007). 
a. Peningkatan pemahaman 
green tourism, diantaranya pen-injauan 
kembali kriteria yang 
sesuai dengan kebutuhan pasar 
pariwisata yang dinamis. 
b. Pemberdayaan sumber daya 
manusia yang diharapkan dapat 
mempromosikan kesinambun-gan 
green tourism. 
c. Peningkatan kerjasama 
dengan berbagai pihak untuk 
mempromosikan dan menyebar-luaskan 
green tourism sebagai 
suatu kegiatan pariwisata alter-natif. 
Dapatkan majalah digital SWARA MEP di 
mep.ugm.ac.id/dm_swamep.php 
Coming Soon 
Dies Natalis MEP FEB UGM ke 20 
Turut Berduka Cita atas meninggalnya salah satu 
alumni MEP FEB UGM angkatan 39 dari 
Kabupaten Raja Ampat, Papua Barat 
Amude K., S.Sos, M.Ec.Dev 
d. Pemanfaatan green tour-ism 
melalui diferensiasi kegiatan 
yang dianggap produktif. 
Langkah-langkah yang dike-mukakan 
tersebut menunjuk-kan 
bahwa green tourism da-pat 
menjadi potensi produk 
pariwisata yang memiliki cirri 
dan karakteristik tersendiri den-gan 
jenis-jenis produk pariwisata 
yang sudah ada. Mengingat lu-asnya 
wilayah, keragaman hayati 
dan budaya penduduk diseki-tarnya. 
Oleh karena itu, perlu 
dibangun citra, profesionalisme 
dan kemampuan menyikapi 
kondisi eksternal untuk meng-gali 
potensi green tourism se-bagai 
penerimaan pendapatn di 
sektor pariwisata nasional, baik 
penerimaan bagi pelaku usaha, 
serta pajak dan devisa negara. 
Pada akhirnya dapat disimpul-kan 
bahwa kekayaan dan keber-agaman 
sumber daya alam, flora 
dan fauna merupakan kekuatan 
utama kepariwisataan Indonesia 
untuk tumbuh dan berkembang 
menjadi daerah tujuan wisata 
green tourism, maka diperlukan 
langkah-langkah strategis antar 
pihak, baik pemerintah maupun 
masyarakat agar terwujud ket-erpaduan 
lintas sektoral melalui 
suatu strategi pengembangan 
yang mengoptimalkan potensi 
kepariwisataan, memperluas 
kesempatan kerja, menata dan 
memelihara objek daya tarik 
wisata yang ada dan meningkat-kan 
peran serta masyarakat yang 
sadar wisata. 
28 SWARA MEP Juli 2014 Juli 2014 SWARA MEP 29
Join us! 
INFORMASI LEBIH LANJUT 
Bagian Admisi MEP FEB UGM 
Jalan Teknika Utara, Barek, 
Bulasumur, Yogyakarta 55281 
Telp. (0274) 518 946 555 917 555 918 Faks. (0274) 555 922 
Hotline 0888 272 9055 
Web: http://mep.ugm.ac.id 
MEP FEB UGM 
Magister Ekonomika dan Pembangunan 
30 SWARA MEP Juli 2014 Juli 2014 SWARA MEP 31 
Universitas Gadjah Mada 
Program Magister 
Ekonomika Pembangunan 
Perencanaan dan Pembangunan 
Daerah, Keuangan Daerah, 
Manajemen Aset dan Penilaian 
Properti, Manajemen Aset dan 
Penilaian Bisnis 
Dalam rangka menginte-grasikan 
rencana kegiatan 
yang akan dilaksanakan 
sepanjang tahun 2014, 
Program MEP FEB UGM menye-lenggarakan 
workshop RENSTRA, 
RENOP, dan RKAT yang dihadiri 
oleh Pengelola dan Karyawan 
Program MEP FEB UGM di Ruang 
Langenbaswara di Hotel Jogjakarta 
Plaza dan acara dibuka oleh Prof 
Lincolin Arsyad, Ph.D, Ketua Pen-gelola 
Program MEP FEB UGM dan 
dipandu oleh Bayu Sutikno, S.E., 
M.S.M., Ph.D., Sekprodi Bid. Ad-ministrasi 
dan Keuangan Program 
MEP FEB UGM. “Small but beauti-ful 
and healthy”, ujar Prof. Lincolin 
Arsyad, Ph.D. dalam paparan yang 
disampaikan. “Ini akan jadi tagline 
kita,” tegasnya. Prof. Lincolin Ar-syad, 
Ph.D. menambahkan bahwa 
walaupun organisasi kita kecil, han-ya 
terdiri dari 28 karyawan, kita bisa 
‘cantik’ yang tercermin dalam kes-uksesan 
kegiatan-kegiatan yang 
diselenggarakan dan sehat dalam 
sistem keuangan dan organisasi. 
Program MEP FEB UGM 
mempunyai Visi menjadi program 
studi Pascasarjana terkemuka di 
Asia Tenggara yang memberikan 
kontribusi intelektual melalui keg-iatan 
pengajaran dan penelitian di 
bidang ekonomika terapan untuk 
kesejahteraan masyarakat. Prof. 
Lincolin Arsyad, Ph.D. menyam-paikan 
bahwa Visi adalah mimpi 
untuk menjadikan lembaga seperti 
apa. “Ini adalah mimpi indah tetapi 
affordable (bisa dicapai dengan 
berusaha),” ujarnya. Visi bisa dica-pai 
dengan misi yang telah dibuat. 
Misi Program MEP FEB UGM adalah 
mendidik mahasiswa agar menjadi 
lulusan pascasarjana yang unggul 
dan berkarakter di bidang ekono-mika 
terapan, melakukan advanced 
policy research, dan menyeleng-garakan 
kegiatan pengabdian 
masyarakat melalui pendidikan 
dan penelitian yang terintegrasi 
di bidang ekonomika terapan un-tuk 
kesejahteraan masyarakat. 
Target utama tahun 2014 
adalah bidang akademik dan bi-dang 
non-akademik. Bidang aka-demik 
meliputi peningkatan kulitas 
proses pembelajaran dan pening-katan 
sarana penunjang proses 
pembelajaran. Sedangkan bidang 
non-akademik terdiri dari pening-katan 
kualitas pelayanan terhadap 
seluruh pemangku kepentingan 
(stakeholders) dan peningkatan 
kesejahteraan karyawan mela-lui 
pemberian insentif, baik yang 
tangible maupun yang intangi-ble. 
“Everyone is customer. Jadi 
semua harus dilayani, baik antar 
bagian maupun lintas bagian,” 
kata Prof. Lincolin Arsyad, Ph.D. 
“Tata uang, tata orang, 
dan tata barang adalah tiga hal 
yang saya urusi”, kata Bayu Sutik-no, 
Ph.D.. “Slogan PASTI akan men-jadi 
panduan dalam tata orang,” 
tegasnya. PASTI merupakan kepan-jangan 
Profesional, Akuntabel, Se-derhana, 
Transparan, dan Inovatif. 
Selain itu, Bayu Sutikno, Ph.D. juga 
memaparkan target-target dan 
rencana-rencana yang akan dilak-sanakan 
sepanjang tahun 2014. 
Presentasi per bagian 
juga dilaksanakan oleh masing-masing 
Kepala Bagian. Dimulai 
oleh Dwi Rining Suprapti; Kepala 
Bagian Admisi, Alumni, Kerjasa-ma, 
dan Hubungan Masyarakat; 
Tri Agung Nugroho; Kepala Ba-gian 
Akademik dan Sistem In-formasi; 
dan yang terakhir Agus 
Kartono Widodo; Kepala Bagian 
Administrasi, Keuangan, SDM, 
dan Umum. Tiap bagian mengi-dentifikasi 
permasalahan, lang-kah 
terobosan sebagai solusi 
yang akan ditempuh dan indika-tor 
kunci yang harus dicapai di 
2014. Sepanjang presentasi juga 
diwarnai dengan diskusi berkaitan 
dengan program kerja yang diren-canakan. 
Semoga juga semua ren-cana 
kegiatan yang diagendakan 
juga akan berbuah kesuksesan. 
WORKSHOP 
RENSTRA, 
RENOP DAN RKAT 
PROGRAM 
MEP FEB UGM
Workshop Kurikulum 
MAPP dan MAPB 
Dalam rangka mem-peringati 
Dies Na-talis 
Program Studi 
MEP FEB UGM ke- 
19, Program Studi MEP FEB 
UGM menyelenggarakan acara 
tumpengan yang dilaksanakan 
pada Hari Selasa, 3 Juni 2014. 
Bertempat di Ruang Seminar 
Program MEP FEB UGM, aca-ra 
dimulai jam 12.00 WIB dan 
dibuka dengan sambutan dari 
Prof. Lincolin Arsyad, Ph.D., 
Ketua Pengelola Program MEP 
FEB UGM. “Ibarat seorang 
gadis, usia 19 adalah usai yang 
ranum, cantik, dan banyak pem-inatnya,” 
ujar Lincolin Arsyad. 
Seperti dengan textline nya 
yaitu Committed to Develop-ment, 
Program MEP FEB UGM 
mengabdikan dirinya pada pem-bangunan 
daerah. “Khusus ta-hun 
ini, acara dies dilaksanakan 
secara sederhana tetapi semoga 
tidak mengurangi arti milad 
MEP,” tambahnya. 
Acara tumpengan 
ini dihadiri oleh Manajemen 
FEB UGM, perwakilan dos-en, 
perwakilan alumni, per-wakilan 
mahasiswa, pengelola 
dan karyawan Program MEP 
FEB UGM. “Cikal bakal Pro-gram 
MEP adalah pelatihan 
PMSES,” kata Prof. Wihana 
Kirana Jaya, Ph.D., Dekan FEB 
UGM, dalam sambutannya. Ini 
bermula dari minat banyak pe-serta 
pelatihan PEMSES yang 
ingin melanjutkan pendidikan 
S2 dalam bidang pembangunan 
daerah maka dibentuk Tim yang 
menindaklanjuti pembentukan 
Program MEP FEB UGM. Tim 
6 ini terdiri dari Prof. Dr. Mar-diasmo, 
M.B.A., Prof. Dr. In-sukindro, 
M.A., Prof. Wihana 
Kirana Jaya, Ph.D., Dr. Wahyu 
Widayat, M.Ec, Dr. B.M. Pur-wanto, 
M.B.A., dan Dr. Faried 
Widjaya Mansoer,M.A.. 
“Untuk menjadi terke-muka 
di Asia, kita harus punya 
evidance based data dan juga 
mempunyai inovasi,“ lanjut de-kan 
FEB UGM. Dijelaskan juga 
bahwa Program MEP juga harys 
mempunyai kelas premium dan 
research dashboard. Acara po-tong 
tumpeng sendiri dilakukan 
oleh Ketua Pengelola, Prof. Lin-colin 
Arsyad, Ph.D., didamp-ingi 
oleh Sekretaris Program 
Studi Bidang Administrasi dan 
Keuangan, Bayu Sutikno, S.E., 
M.S.M., Ph.D., yang diserah-kan 
ke Dekan FEB UGM, Prof. 
Wihana Kirana Jaya, Ph.D. 
Acara selesai jam 14.00 yang 
diakhiri dengan makan siang 
bersama. [Lina] 
Sarasehan Program Studi 
Magister Ekonomika Terapan 
Indonesia 
Dalam rangka pengem-bangan 
Prodi Magister 
Ekonomika Terapan di 
Indonesia, Program MEP 
menyelenggarakan Sarasehan Pen-gelola 
Prodi Magister Ekonomika 
Terapan. Penyelenggaraan Sarase-han 
tersebut bertempat di kampus 
MEP FEB UGM pada hari Jumat, 
6 Juni 2014. Peserta yang terlibat 
dalam kegiatan ini merupakan per-wakilan 
dari universitas yang me-miliki 
prodi Magister Ekonomika 
Terapan di Indonesia. Sepuluh prodi 
hadir dalam acara Sarasehan Prodi 
Magister Ekonomika Terapan, yang 
terdiri dari Universitas Indonesia 
(UI), Universitas Diponegoro (UN-DIP), 
Universitas Cenderawasih 
(UNCEN), Universitas Jenderal 
Soedirman (UNSOED), Universitas 
Trisakti, Universitas Negeri Sebelas 
Maret (UNS), Universitas Mataram 
(UNRAM), Universitas Airlangga 
(UNAIR), Universitas Pembangu-nan 
Nasional Yogyakarta (UPN) 
dan. Kegitan ini adalah salah satu 
bentuk tanggung jawab dalam men-ingkatkan 
standar kualitas pembela-jaran 
yang baik dibidang ekonomika 
terapan. 
Prof. Lincolin Arsyad, Ph.D men-gatakan 
bahwa era globalisasi dan 
Masyarakat Ekonomi ASEAN akan 
diberlakukan pada tahun 2015 se-hingga 
perguruan tinggi dituntut 
meningkatkan tenaga professional 
yang berpengetahuan luas dan ber-integritas 
tinggi. “Persaingan saat 
ini, bukan antar prodi di Indonesia 
melainkan dengan prodi dari luar 
negeri,” imbuhnya. Merujuk dari 
permasalahan tersebut, dengan ber-tujuan 
untuk meningkatkan kualitas 
SDM di Indonesia, maka dibentuk 
Asosiasi Program Magister Ekono-mika 
Terapan (APMETI). Asosiasi 
ini dibentuk untuk menyusun strate-gi 
bagaimana meningkatkan kualitas 
belajar mengajar di magister ekono-mi 
terapan. Selain itu, asosiasi ini 
dibentuk agar dapat bersaing den-gan 
universitas internasional secara 
global. 
Kegiatan Sarasehan tersebut meng-hasilkan 
sebuah Deklasrasi Pemben-tukan 
Asosiasi Program Magister 
Ekonomika Terapan (APMETI). 
Beberapa maanfaat dengan ke-beradaan 
APMETI, yaitu berbagi 
pengalaman dalam pengelolaan 
prodi, transfer kredit antar program 
studi, kuliah tamu, dan pengkajian 
kurikulum program studi. Selai itu, 
pengembangan jejaring kerjasama 
di tingkat nasional dan internasion-al. 
[Prast] 
“ 
APMETI ini 
dibentuk untuk 
menyusun strategi 
bagaimana 
meningkatkan 
kualitas belajar 
mengajar 
di magister 
“ 
ekonomika terapan 
DIES NATALIS 
MEP UGM 
Turut Berduka Cita atas meninggalnya salah satu 
alumni MEP FEB UGM kelas Bappenas 7 
Dinas Pertanian dan Peternakan Kab. Batang 
Provinsi Jawa Tengah 
Masyithah, STP, M.Ec.DeV. 
32 SWARA MEP Juli 2014 Juli 2014 SWARA MEP 33
“ 
Ibarat seorang gadis, 
usia 19 adalah usia 
“ 
yang ranum, 
cantik, dan banyak 
peminatnya 
Dalam rangka mem-peringati 
Dies Natalis 
Program Studi MEP 
FEB UGM ke-19, Pro-gram 
Studi MEP FEB UGM me-nyelenggarakan 
acara tumpen-gan 
yang dilaksanakan pada Hari 
Selasa, 3 Juni 2014. Bertempat 
di Ruang Seminar Program MEP 
FEB UGM, acara dimulai jam 
12.00 WIB dan dibuka dengan 
sambutan dari Prof. Lincolin 
Arsyad, Ph.D., Ketua Pengelo-la 
Program MEP FEB UGM. 
“Ibarat seorang gadis, usia 19 
adalah usai yang ranum, cantik, 
dan banyak peminatnya,” ujar 
Lincolin Arsyad. Seperti dengan 
textline nya yaitu Committed to 
Development, Program MEP 
FEB UGM mengabdikan dirin-ya 
pada pembangunan daerah. 
“Khusus tahun ini, acara dies 
dilaksanakan secara sederhana 
Tumpengan Tasyakuran 
Dies Natalis Ke-19 Program 
MEP FEB UGM 
tetapi semoga tidak mengurangi 
arti milad MEP,” tambahnya. 
Acara tumpengan ini dihadiri 
oleh Manajemen FEB UGM, 
perwakilan dosen, perwakilan 
alumni, perwakilan mahasiswa, 
pengelola dan karyawan Program 
MEP FEB UGM. “Cikal bakal 
Program MEP adalah pelatihan 
PMSES,” kata Prof. Wihana 
Kirana Jaya, Ph.D., Dekan FEB 
UGM, dalam sambutannya. Ini 
bermula dari minat banyak pe-serta 
pelatihan PEMSES yang 
ingin melanjutkan pendidikan 
S2 dalam bidang pembangunan 
daerah maka dibentuk Tim yang 
menindaklanjuti pembentukan 
Program MEP FEB UGM. Tim 6 
ini terdiri dari Prof. Dr. Mardias-mo, 
M.B.A., Prof. Dr. Insukin-dro, 
M.A., Prof. Wihana Kirana 
Jaya, Ph.D., Dr. Wahyu Widay-at, 
M.Ec, Dr. B.M. Purwanto, 
M.B.A., dan Dr. Faried Widjaya 
Mansoer,M.A.. 
“Untuk menjadi terkemuka di 
Asia, kita harus punya evidance 
based data dan juga mempun-yai 
inovasi,“ lanjut dekan FEB 
UGM. Dijelaskan juga bahwa 
Program MEP juga harys mem-punyai 
kelas premium dan re-search 
dashboard. Acara potong 
tumpeng sendiri dilakukan oleh 
Ketua Pengelola, Prof. Lincolin 
Arsyad, Ph.D., didampingi oleh 
Sekretaris Program Studi Bidang 
Administrasi dan Keuangan, 
Bayu Sutikno, S.E., M.S.M., 
Ph.D., yang diserahkan ke Dekan 
FEB UGM, Prof. Wihana Kirana 
Jaya, Ph.D. Acara selesai jam 
14.00 yang diakhiri dengan ma-kan 
siang bersama. [Lina] 
KEPENGURUSAN MEP FEB UGM 2014 
Sekretaris Program Studi 
Bidang Akademik 
Dr. Akhmad Makhfatih, M.A. 
Sekretaris Program Studi Bidang 
Umum, SDM, dan Keuangan 
Bayu Sutikno, S.E., M.S.M., Ph.D. 
Ketua Program Studi 
Prof. Lincolin Arsyad, Ph.D. 
34 SWARA MEP Juli 2014 Juli 2014 SWARA MEP 35
kunjungi mep.ugm.ac.id 
36 SWARA MEP Juli 2014 
MEP 
FEB 
UGM

More Related Content

What's hot

Penguatan kelembagaan bumdes
Penguatan kelembagaan bumdesPenguatan kelembagaan bumdes
Penguatan kelembagaan bumdesibnu istiawan
 
Laporan akhir kkn izza fix
Laporan akhir kkn izza fixLaporan akhir kkn izza fix
Laporan akhir kkn izza fixIzzatulMarifah1
 
ANALISIS KINERJA BADAN USAHA MILIK DESA (BUMDes) DAN IMPLIKASINYA BAGI KEMAND...
ANALISIS KINERJA BADAN USAHA MILIK DESA (BUMDes) DAN IMPLIKASINYA BAGI KEMAND...ANALISIS KINERJA BADAN USAHA MILIK DESA (BUMDes) DAN IMPLIKASINYA BAGI KEMAND...
ANALISIS KINERJA BADAN USAHA MILIK DESA (BUMDes) DAN IMPLIKASINYA BAGI KEMAND...Adijaya Group
 
Sosialisasi BUM Desa
Sosialisasi BUM DesaSosialisasi BUM Desa
Sosialisasi BUM DesaSyamsul Azha
 
LAPORAN AKHIR PROGRAM KKN UNUSIDA
LAPORAN AKHIR PROGRAM KKN UNUSIDALAPORAN AKHIR PROGRAM KKN UNUSIDA
LAPORAN AKHIR PROGRAM KKN UNUSIDAjohanrudi2
 
Memuliakan dan memperkuat desa menjadi desa mandiri marwan jafar
Memuliakan dan memperkuat desa menjadi desa mandiri   marwan jafarMemuliakan dan memperkuat desa menjadi desa mandiri   marwan jafar
Memuliakan dan memperkuat desa menjadi desa mandiri marwan jafarkeuangandesa
 
22. bumdes dalam alur regulasi
22. bumdes dalam alur regulasi22. bumdes dalam alur regulasi
22. bumdes dalam alur regulasikeuangandesa
 
Laporan hasil kkn
Laporan hasil kknLaporan hasil kkn
Laporan hasil kknNikmon Amal
 
Pidato selamatan Desa 2021
Pidato selamatan  Desa 2021Pidato selamatan  Desa 2021
Pidato selamatan Desa 2021TV Desa
 
Laporan. kegiatan bulan bhakti gotong royong masyarakat (bbgrm) ke xiv tema
Laporan. kegiatan bulan bhakti gotong royong masyarakat (bbgrm) ke xiv temaLaporan. kegiatan bulan bhakti gotong royong masyarakat (bbgrm) ke xiv tema
Laporan. kegiatan bulan bhakti gotong royong masyarakat (bbgrm) ke xiv temaNoviNoVarra
 
Bumdes dalam mendukung poros maritim
Bumdes dalam mendukung poros maritimBumdes dalam mendukung poros maritim
Bumdes dalam mendukung poros maritimibnu istiawan
 
LAPORAN PELAKSANAAN BBGRM TAHUN 2017
LAPORAN PELAKSANAAN BBGRM TAHUN 2017LAPORAN PELAKSANAAN BBGRM TAHUN 2017
LAPORAN PELAKSANAAN BBGRM TAHUN 2017Strobillus Found
 

What's hot (19)

Penguatan kelembagaan bumdes
Penguatan kelembagaan bumdesPenguatan kelembagaan bumdes
Penguatan kelembagaan bumdes
 
Manajemen bum des
Manajemen bum desManajemen bum des
Manajemen bum des
 
Laporan akhir kkn izza fix
Laporan akhir kkn izza fixLaporan akhir kkn izza fix
Laporan akhir kkn izza fix
 
ANALISIS KINERJA BADAN USAHA MILIK DESA (BUMDes) DAN IMPLIKASINYA BAGI KEMAND...
ANALISIS KINERJA BADAN USAHA MILIK DESA (BUMDes) DAN IMPLIKASINYA BAGI KEMAND...ANALISIS KINERJA BADAN USAHA MILIK DESA (BUMDes) DAN IMPLIKASINYA BAGI KEMAND...
ANALISIS KINERJA BADAN USAHA MILIK DESA (BUMDes) DAN IMPLIKASINYA BAGI KEMAND...
 
Sosialisasi BUM Desa
Sosialisasi BUM DesaSosialisasi BUM Desa
Sosialisasi BUM Desa
 
LAPORAN AKHIR PROGRAM KKN UNUSIDA
LAPORAN AKHIR PROGRAM KKN UNUSIDALAPORAN AKHIR PROGRAM KKN UNUSIDA
LAPORAN AKHIR PROGRAM KKN UNUSIDA
 
Memuliakan dan memperkuat desa menjadi desa mandiri marwan jafar
Memuliakan dan memperkuat desa menjadi desa mandiri   marwan jafarMemuliakan dan memperkuat desa menjadi desa mandiri   marwan jafar
Memuliakan dan memperkuat desa menjadi desa mandiri marwan jafar
 
BUMDes
BUMDesBUMDes
BUMDes
 
Peresentasi bumdes rembug desa
Peresentasi bumdes rembug desaPeresentasi bumdes rembug desa
Peresentasi bumdes rembug desa
 
contoh laporan KKN
contoh laporan KKNcontoh laporan KKN
contoh laporan KKN
 
Pendahuluan
PendahuluanPendahuluan
Pendahuluan
 
22. bumdes dalam alur regulasi
22. bumdes dalam alur regulasi22. bumdes dalam alur regulasi
22. bumdes dalam alur regulasi
 
Laporan hasil kkn
Laporan hasil kknLaporan hasil kkn
Laporan hasil kkn
 
Pidato selamatan Desa 2021
Pidato selamatan  Desa 2021Pidato selamatan  Desa 2021
Pidato selamatan Desa 2021
 
Laporan. kegiatan bulan bhakti gotong royong masyarakat (bbgrm) ke xiv tema
Laporan. kegiatan bulan bhakti gotong royong masyarakat (bbgrm) ke xiv temaLaporan. kegiatan bulan bhakti gotong royong masyarakat (bbgrm) ke xiv tema
Laporan. kegiatan bulan bhakti gotong royong masyarakat (bbgrm) ke xiv tema
 
Bumdes dalam mendukung poros maritim
Bumdes dalam mendukung poros maritimBumdes dalam mendukung poros maritim
Bumdes dalam mendukung poros maritim
 
LAPORAN PELAKSANAAN BBGRM TAHUN 2017
LAPORAN PELAKSANAAN BBGRM TAHUN 2017LAPORAN PELAKSANAAN BBGRM TAHUN 2017
LAPORAN PELAKSANAAN BBGRM TAHUN 2017
 
Peran bumdes
Peran bumdesPeran bumdes
Peran bumdes
 
Panduan BUMDes
Panduan BUMDesPanduan BUMDes
Panduan BUMDes
 

Similar to Supiandi, Green Tourism SWARAMEP (Majalah Magister Ekonomi Pembangunan), Edisi Juli 2014, halaman 26-29.

Panduan Penyusunan Perdes sept 2015
Panduan Penyusunan Perdes sept 2015Panduan Penyusunan Perdes sept 2015
Panduan Penyusunan Perdes sept 2015Tomy Risqi
 
Pnpm mandiri pedesaan
Pnpm mandiri pedesaanPnpm mandiri pedesaan
Pnpm mandiri pedesaanBeta Iriawan
 
Pengantar Pelatihan Relawan SID (Sistem Informasi Desa)
Pengantar Pelatihan Relawan SID (Sistem Informasi Desa)Pengantar Pelatihan Relawan SID (Sistem Informasi Desa)
Pengantar Pelatihan Relawan SID (Sistem Informasi Desa)Formasi Org
 
Seri 8 Buku UU No 6 Tahun 2014 - Ketahanan masyarakat desa
Seri 8 Buku UU No 6 Tahun 2014 - Ketahanan masyarakat desaSeri 8 Buku UU No 6 Tahun 2014 - Ketahanan masyarakat desa
Seri 8 Buku UU No 6 Tahun 2014 - Ketahanan masyarakat desaAgus hariyanto
 
Program Formasi 2017 - 2019
Program Formasi 2017 - 2019Program Formasi 2017 - 2019
Program Formasi 2017 - 2019Formasi Org
 
Buku 5 Desa mandiri desa membangun
Buku 5 Desa mandiri desa membangunBuku 5 Desa mandiri desa membangun
Buku 5 Desa mandiri desa membangunAgus hariyanto
 
Desa Mandiri, Desa Membangun (DPR RI)
Desa Mandiri, Desa Membangun (DPR RI)Desa Mandiri, Desa Membangun (DPR RI)
Desa Mandiri, Desa Membangun (DPR RI)BPD Ajakkang
 
Seri 6 Buku Implementasi UU No 6 Tahun 2014 - Perencanaan pembangunan desa
Seri 6 Buku Implementasi UU No 6 Tahun 2014 - Perencanaan pembangunan desaSeri 6 Buku Implementasi UU No 6 Tahun 2014 - Perencanaan pembangunan desa
Seri 6 Buku Implementasi UU No 6 Tahun 2014 - Perencanaan pembangunan desaAgus hariyanto
 
laporan yodes hereng.doc
laporan yodes hereng.doclaporan yodes hereng.doc
laporan yodes hereng.docarnoldjansen10
 
Analisis kesiapan perangkat kampung dalam pelaksanaan pengelolaan keuangan ka...
Analisis kesiapan perangkat kampung dalam pelaksanaan pengelolaan keuangan ka...Analisis kesiapan perangkat kampung dalam pelaksanaan pengelolaan keuangan ka...
Analisis kesiapan perangkat kampung dalam pelaksanaan pengelolaan keuangan ka...Syukriy Abdullah
 
PPT Bahan Seminar Proposal tesis.pptx
PPT Bahan Seminar Proposal tesis.pptxPPT Bahan Seminar Proposal tesis.pptx
PPT Bahan Seminar Proposal tesis.pptxEdiSuhandi2
 
Materi Perenc Inklusif_29 Mar 2019.pptx
Materi Perenc Inklusif_29 Mar 2019.pptxMateri Perenc Inklusif_29 Mar 2019.pptx
Materi Perenc Inklusif_29 Mar 2019.pptxAllEnaMau
 
Analisis potensi usaha bum kute
Analisis potensi usaha bum kuteAnalisis potensi usaha bum kute
Analisis potensi usaha bum kuteglora sby
 
Laporan PKL Dispermades.docx
Laporan PKL Dispermades.docxLaporan PKL Dispermades.docx
Laporan PKL Dispermades.docxRahDewi
 
2.1.1.buku.pintar.sistem.administrasi.informasi.desa (1)
2.1.1.buku.pintar.sistem.administrasi.informasi.desa (1)2.1.1.buku.pintar.sistem.administrasi.informasi.desa (1)
2.1.1.buku.pintar.sistem.administrasi.informasi.desa (1)syahrunNazil1
 
LAPORAN KETERANGAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAH DESA (LKPPD) TAHUN 2022
LAPORAN KETERANGAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAH DESA (LKPPD) TAHUN 2022LAPORAN KETERANGAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAH DESA (LKPPD) TAHUN 2022
LAPORAN KETERANGAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAH DESA (LKPPD) TAHUN 2022Pemdes Wonoyoso
 
Peranan pemerintah-desa-memberdayakan-masyarakat-di-era-otoda-pada-desa(1)
Peranan pemerintah-desa-memberdayakan-masyarakat-di-era-otoda-pada-desa(1)Peranan pemerintah-desa-memberdayakan-masyarakat-di-era-otoda-pada-desa(1)
Peranan pemerintah-desa-memberdayakan-masyarakat-di-era-otoda-pada-desa(1)Operator Warnet Vast Raha
 
Peranan pemerintah-desa-memberdayakan-masyarakat-di-era-otoda-pada-desa
Peranan pemerintah-desa-memberdayakan-masyarakat-di-era-otoda-pada-desaPeranan pemerintah-desa-memberdayakan-masyarakat-di-era-otoda-pada-desa
Peranan pemerintah-desa-memberdayakan-masyarakat-di-era-otoda-pada-desaOperator Warnet Vast Raha
 

Similar to Supiandi, Green Tourism SWARAMEP (Majalah Magister Ekonomi Pembangunan), Edisi Juli 2014, halaman 26-29. (20)

Panduan Penyusunan Perdes sept 2015
Panduan Penyusunan Perdes sept 2015Panduan Penyusunan Perdes sept 2015
Panduan Penyusunan Perdes sept 2015
 
Pnpm mandiri pedesaan
Pnpm mandiri pedesaanPnpm mandiri pedesaan
Pnpm mandiri pedesaan
 
Pengantar Pelatihan Relawan SID (Sistem Informasi Desa)
Pengantar Pelatihan Relawan SID (Sistem Informasi Desa)Pengantar Pelatihan Relawan SID (Sistem Informasi Desa)
Pengantar Pelatihan Relawan SID (Sistem Informasi Desa)
 
Seri 8 Buku UU No 6 Tahun 2014 - Ketahanan masyarakat desa
Seri 8 Buku UU No 6 Tahun 2014 - Ketahanan masyarakat desaSeri 8 Buku UU No 6 Tahun 2014 - Ketahanan masyarakat desa
Seri 8 Buku UU No 6 Tahun 2014 - Ketahanan masyarakat desa
 
Program Formasi 2017 - 2019
Program Formasi 2017 - 2019Program Formasi 2017 - 2019
Program Formasi 2017 - 2019
 
95532571 makalah
95532571 makalah95532571 makalah
95532571 makalah
 
Buku 5 Desa mandiri desa membangun
Buku 5 Desa mandiri desa membangunBuku 5 Desa mandiri desa membangun
Buku 5 Desa mandiri desa membangun
 
Desa Mandiri, Desa Membangun (DPR RI)
Desa Mandiri, Desa Membangun (DPR RI)Desa Mandiri, Desa Membangun (DPR RI)
Desa Mandiri, Desa Membangun (DPR RI)
 
Seri 6 Buku Implementasi UU No 6 Tahun 2014 - Perencanaan pembangunan desa
Seri 6 Buku Implementasi UU No 6 Tahun 2014 - Perencanaan pembangunan desaSeri 6 Buku Implementasi UU No 6 Tahun 2014 - Perencanaan pembangunan desa
Seri 6 Buku Implementasi UU No 6 Tahun 2014 - Perencanaan pembangunan desa
 
laporan yodes hereng.doc
laporan yodes hereng.doclaporan yodes hereng.doc
laporan yodes hereng.doc
 
Analisis kesiapan perangkat kampung dalam pelaksanaan pengelolaan keuangan ka...
Analisis kesiapan perangkat kampung dalam pelaksanaan pengelolaan keuangan ka...Analisis kesiapan perangkat kampung dalam pelaksanaan pengelolaan keuangan ka...
Analisis kesiapan perangkat kampung dalam pelaksanaan pengelolaan keuangan ka...
 
PPT Bahan Seminar Proposal tesis.pptx
PPT Bahan Seminar Proposal tesis.pptxPPT Bahan Seminar Proposal tesis.pptx
PPT Bahan Seminar Proposal tesis.pptx
 
Materi Perenc Inklusif_29 Mar 2019.pptx
Materi Perenc Inklusif_29 Mar 2019.pptxMateri Perenc Inklusif_29 Mar 2019.pptx
Materi Perenc Inklusif_29 Mar 2019.pptx
 
Analisis potensi usaha bum kute
Analisis potensi usaha bum kuteAnalisis potensi usaha bum kute
Analisis potensi usaha bum kute
 
Laporan PKL Dispermades.docx
Laporan PKL Dispermades.docxLaporan PKL Dispermades.docx
Laporan PKL Dispermades.docx
 
2.1.1.buku.pintar.sistem.administrasi.informasi.desa (1)
2.1.1.buku.pintar.sistem.administrasi.informasi.desa (1)2.1.1.buku.pintar.sistem.administrasi.informasi.desa (1)
2.1.1.buku.pintar.sistem.administrasi.informasi.desa (1)
 
Kajian regulasi harmonisasi uu desa
Kajian regulasi harmonisasi uu desaKajian regulasi harmonisasi uu desa
Kajian regulasi harmonisasi uu desa
 
LAPORAN KETERANGAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAH DESA (LKPPD) TAHUN 2022
LAPORAN KETERANGAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAH DESA (LKPPD) TAHUN 2022LAPORAN KETERANGAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAH DESA (LKPPD) TAHUN 2022
LAPORAN KETERANGAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAH DESA (LKPPD) TAHUN 2022
 
Peranan pemerintah-desa-memberdayakan-masyarakat-di-era-otoda-pada-desa(1)
Peranan pemerintah-desa-memberdayakan-masyarakat-di-era-otoda-pada-desa(1)Peranan pemerintah-desa-memberdayakan-masyarakat-di-era-otoda-pada-desa(1)
Peranan pemerintah-desa-memberdayakan-masyarakat-di-era-otoda-pada-desa(1)
 
Peranan pemerintah-desa-memberdayakan-masyarakat-di-era-otoda-pada-desa
Peranan pemerintah-desa-memberdayakan-masyarakat-di-era-otoda-pada-desaPeranan pemerintah-desa-memberdayakan-masyarakat-di-era-otoda-pada-desa
Peranan pemerintah-desa-memberdayakan-masyarakat-di-era-otoda-pada-desa
 

Recently uploaded

KONSEP & SISTEM PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA
KONSEP & SISTEM PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIAKONSEP & SISTEM PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA
KONSEP & SISTEM PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIAAchmadHasanHafidzi
 
Konsep Dasar Manajemen, Strategik dan Manajemen Strategik
Konsep Dasar Manajemen, Strategik dan Manajemen StrategikKonsep Dasar Manajemen, Strategik dan Manajemen Strategik
Konsep Dasar Manajemen, Strategik dan Manajemen Strategikmonikabudiman19
 
PPT KEGIATAN MENGOLAKASIAN DANA SUKU BUNGA KLP 4.pptx
PPT KEGIATAN MENGOLAKASIAN DANA SUKU BUNGA KLP 4.pptxPPT KEGIATAN MENGOLAKASIAN DANA SUKU BUNGA KLP 4.pptx
PPT KEGIATAN MENGOLAKASIAN DANA SUKU BUNGA KLP 4.pptximamfadilah24062003
 
BAB 4 C IPS KLS 9 TENTANG MASA DEMOKRASI TERPIMPIN.pptx
BAB 4 C IPS KLS 9 TENTANG MASA DEMOKRASI TERPIMPIN.pptxBAB 4 C IPS KLS 9 TENTANG MASA DEMOKRASI TERPIMPIN.pptx
BAB 4 C IPS KLS 9 TENTANG MASA DEMOKRASI TERPIMPIN.pptxTheresiaSimamora1
 
KESEIMBANGAN PEREKONOMIAN DUA SEKTOR.pdf
KESEIMBANGAN PEREKONOMIAN DUA SEKTOR.pdfKESEIMBANGAN PEREKONOMIAN DUA SEKTOR.pdf
KESEIMBANGAN PEREKONOMIAN DUA SEKTOR.pdfNizeAckerman
 
konsep akuntansi biaya, perilaku biaya.ppt
konsep akuntansi biaya, perilaku biaya.pptkonsep akuntansi biaya, perilaku biaya.ppt
konsep akuntansi biaya, perilaku biaya.pptAchmadHasanHafidzi
 
11.-SUPERVISI-DALAM-MANAJEMEN-KEPERAWATAN.ppt
11.-SUPERVISI-DALAM-MANAJEMEN-KEPERAWATAN.ppt11.-SUPERVISI-DALAM-MANAJEMEN-KEPERAWATAN.ppt
11.-SUPERVISI-DALAM-MANAJEMEN-KEPERAWATAN.pptsantikalakita
 
Keseimbangan perekonomian tigas termasuk peran pemerintah
Keseimbangan perekonomian tigas termasuk peran pemerintahKeseimbangan perekonomian tigas termasuk peran pemerintah
Keseimbangan perekonomian tigas termasuk peran pemerintahUNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BERAU
 
PIUTANG, AKUNTANSI, AKUNTANSI KEUANGAN LANJUTAN I
PIUTANG, AKUNTANSI, AKUNTANSI KEUANGAN LANJUTAN IPIUTANG, AKUNTANSI, AKUNTANSI KEUANGAN LANJUTAN I
PIUTANG, AKUNTANSI, AKUNTANSI KEUANGAN LANJUTAN IAccIblock
 
KREDIT PERBANKAN JENIS DAN RUANG LINGKUPNYA
KREDIT PERBANKAN JENIS DAN RUANG LINGKUPNYAKREDIT PERBANKAN JENIS DAN RUANG LINGKUPNYA
KREDIT PERBANKAN JENIS DAN RUANG LINGKUPNYARirilMardiana
 
5. WAKALH BUL UJRAH DAN KAFALAH BIL UJRAH.pptx
5. WAKALH BUL UJRAH DAN KAFALAH BIL UJRAH.pptx5. WAKALH BUL UJRAH DAN KAFALAH BIL UJRAH.pptx
5. WAKALH BUL UJRAH DAN KAFALAH BIL UJRAH.pptxfitriamutia
 
Konsep Dasar Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya.ppt
Konsep Dasar Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya.pptKonsep Dasar Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya.ppt
Konsep Dasar Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya.pptAchmadHasanHafidzi
 
Pengertian, Konsep dan Jenis Modal Kerja
Pengertian, Konsep dan Jenis Modal KerjaPengertian, Konsep dan Jenis Modal Kerja
Pengertian, Konsep dan Jenis Modal Kerjamonikabudiman19
 
Pengantar Akuntansi dan Prinsip-prinsip Akuntansi.ppt
Pengantar Akuntansi dan Prinsip-prinsip Akuntansi.pptPengantar Akuntansi dan Prinsip-prinsip Akuntansi.ppt
Pengantar Akuntansi dan Prinsip-prinsip Akuntansi.pptAchmadHasanHafidzi
 
Bab 13 Pemodelan Ekonometrika: Spesifikasi Model
Bab 13 Pemodelan Ekonometrika: Spesifikasi ModelBab 13 Pemodelan Ekonometrika: Spesifikasi Model
Bab 13 Pemodelan Ekonometrika: Spesifikasi ModelAdhiliaMegaC1
 
ANALISIS SENSITIVITAS SIMPLEKS BESERTA PERUBAHAN KONTRIBUSI.pptx
ANALISIS SENSITIVITAS SIMPLEKS BESERTA PERUBAHAN KONTRIBUSI.pptxANALISIS SENSITIVITAS SIMPLEKS BESERTA PERUBAHAN KONTRIBUSI.pptx
ANALISIS SENSITIVITAS SIMPLEKS BESERTA PERUBAHAN KONTRIBUSI.pptxUNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BERAU
 

Recently uploaded (16)

KONSEP & SISTEM PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA
KONSEP & SISTEM PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIAKONSEP & SISTEM PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA
KONSEP & SISTEM PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA
 
Konsep Dasar Manajemen, Strategik dan Manajemen Strategik
Konsep Dasar Manajemen, Strategik dan Manajemen StrategikKonsep Dasar Manajemen, Strategik dan Manajemen Strategik
Konsep Dasar Manajemen, Strategik dan Manajemen Strategik
 
PPT KEGIATAN MENGOLAKASIAN DANA SUKU BUNGA KLP 4.pptx
PPT KEGIATAN MENGOLAKASIAN DANA SUKU BUNGA KLP 4.pptxPPT KEGIATAN MENGOLAKASIAN DANA SUKU BUNGA KLP 4.pptx
PPT KEGIATAN MENGOLAKASIAN DANA SUKU BUNGA KLP 4.pptx
 
BAB 4 C IPS KLS 9 TENTANG MASA DEMOKRASI TERPIMPIN.pptx
BAB 4 C IPS KLS 9 TENTANG MASA DEMOKRASI TERPIMPIN.pptxBAB 4 C IPS KLS 9 TENTANG MASA DEMOKRASI TERPIMPIN.pptx
BAB 4 C IPS KLS 9 TENTANG MASA DEMOKRASI TERPIMPIN.pptx
 
KESEIMBANGAN PEREKONOMIAN DUA SEKTOR.pdf
KESEIMBANGAN PEREKONOMIAN DUA SEKTOR.pdfKESEIMBANGAN PEREKONOMIAN DUA SEKTOR.pdf
KESEIMBANGAN PEREKONOMIAN DUA SEKTOR.pdf
 
konsep akuntansi biaya, perilaku biaya.ppt
konsep akuntansi biaya, perilaku biaya.pptkonsep akuntansi biaya, perilaku biaya.ppt
konsep akuntansi biaya, perilaku biaya.ppt
 
11.-SUPERVISI-DALAM-MANAJEMEN-KEPERAWATAN.ppt
11.-SUPERVISI-DALAM-MANAJEMEN-KEPERAWATAN.ppt11.-SUPERVISI-DALAM-MANAJEMEN-KEPERAWATAN.ppt
11.-SUPERVISI-DALAM-MANAJEMEN-KEPERAWATAN.ppt
 
Keseimbangan perekonomian tigas termasuk peran pemerintah
Keseimbangan perekonomian tigas termasuk peran pemerintahKeseimbangan perekonomian tigas termasuk peran pemerintah
Keseimbangan perekonomian tigas termasuk peran pemerintah
 
PIUTANG, AKUNTANSI, AKUNTANSI KEUANGAN LANJUTAN I
PIUTANG, AKUNTANSI, AKUNTANSI KEUANGAN LANJUTAN IPIUTANG, AKUNTANSI, AKUNTANSI KEUANGAN LANJUTAN I
PIUTANG, AKUNTANSI, AKUNTANSI KEUANGAN LANJUTAN I
 
KREDIT PERBANKAN JENIS DAN RUANG LINGKUPNYA
KREDIT PERBANKAN JENIS DAN RUANG LINGKUPNYAKREDIT PERBANKAN JENIS DAN RUANG LINGKUPNYA
KREDIT PERBANKAN JENIS DAN RUANG LINGKUPNYA
 
5. WAKALH BUL UJRAH DAN KAFALAH BIL UJRAH.pptx
5. WAKALH BUL UJRAH DAN KAFALAH BIL UJRAH.pptx5. WAKALH BUL UJRAH DAN KAFALAH BIL UJRAH.pptx
5. WAKALH BUL UJRAH DAN KAFALAH BIL UJRAH.pptx
 
Konsep Dasar Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya.ppt
Konsep Dasar Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya.pptKonsep Dasar Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya.ppt
Konsep Dasar Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya.ppt
 
Pengertian, Konsep dan Jenis Modal Kerja
Pengertian, Konsep dan Jenis Modal KerjaPengertian, Konsep dan Jenis Modal Kerja
Pengertian, Konsep dan Jenis Modal Kerja
 
Pengantar Akuntansi dan Prinsip-prinsip Akuntansi.ppt
Pengantar Akuntansi dan Prinsip-prinsip Akuntansi.pptPengantar Akuntansi dan Prinsip-prinsip Akuntansi.ppt
Pengantar Akuntansi dan Prinsip-prinsip Akuntansi.ppt
 
Bab 13 Pemodelan Ekonometrika: Spesifikasi Model
Bab 13 Pemodelan Ekonometrika: Spesifikasi ModelBab 13 Pemodelan Ekonometrika: Spesifikasi Model
Bab 13 Pemodelan Ekonometrika: Spesifikasi Model
 
ANALISIS SENSITIVITAS SIMPLEKS BESERTA PERUBAHAN KONTRIBUSI.pptx
ANALISIS SENSITIVITAS SIMPLEKS BESERTA PERUBAHAN KONTRIBUSI.pptxANALISIS SENSITIVITAS SIMPLEKS BESERTA PERUBAHAN KONTRIBUSI.pptx
ANALISIS SENSITIVITAS SIMPLEKS BESERTA PERUBAHAN KONTRIBUSI.pptx
 

Supiandi, Green Tourism SWARAMEP (Majalah Magister Ekonomi Pembangunan), Edisi Juli 2014, halaman 26-29.

  • 1. SWARAMEP Magister Ekonomika Pembangunan Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Gadjah Mada MENILIK EFEK UU DESA TERHADAP PEMBANGUNAN DESA JULI 2014| ISSN 1412-1883
  • 2. *)lokasi pengambilan gambar di Sentani, Papua Misi MEP FEB UGM Mendidik mahasiswa menjadi pemimpin yang berintegritas dan berpengetahuan luas di bidang ekonomika terapan untuk kesejahteraan masyarakat Visi MEP FEB UGM Menjadi program studi pascasarjana terkemuka di Asia Tenggara yang memberikan kontribusi nyata melalui kegiatan pengajaran dan penelitian di bidang ekonomika terapan untuk kesejahteraan masyarakat.
  • 3. Pengantar Redaksi SWARA MEP edisi semester gasal 2014 kembali hadir dengan berita dan informasi terak-tual seputar MEP FEB UGM. Topik utama pembahasan pada edisi kali ini adalah paradigma baru pembangunan ekonomi dalam UU Desa No. 6 Tahun 2014. Saat ini, kesiapan pemerintah desa dalam menyongsong undang-undang desa menarik untuk ditelaah lebih dalam. Selain itu, pada rubrik Opini membahas tentang implementasi Green Tourism dalam pembangunan berkelanjutan. Di samping itu, SWARA MEP tetap menyajikan informasi dan berita tentang kegiatan di MEP FEB UGM. Selain beberapa informasi lain tersaji dalam edisi kali ini, SWARA MEP menerima sumbangan ide dan partisipasi aktif pembaca, baik mahasiswa, staf pengajar maupun alumni MEP FEB UGM. Semoga informasi yang tersaji dalam edisi ini bisa memberikan inspirasi bagi pembaca semua. Salam membaca, terima kasih. Edisi Juli 2014 Yogyakarta, Tim Redaksi SWARA MEP UGM Magister Ekonomika Pembangunan Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Gadjah Mada SWARA MEP Pelindung Penanggung Jawab Pimpinan Umum Pemimpin Redaksi Redaksi Distribusi dan Sirkulasi Desainer Majalah dan Fotografi Alamat Redaksi Rekening Prof. Wihana Kirana Wijaya, Ph.D (Dekan FEB UGM) Prof. Lincolin Arsyad, Ph.D (Ketua Pengelola MEP UGM) Dr. Akhmad Makhfatih, M.A. Dra. Dwi Rining Suprapti Prastowo, S.E. Khumarun Suroyo Tri Sulasiyah Gerindra Yusuf W., S.E., Akt. Jalan Teknika Utara, Barek, Bulasumur, Yogyakarta 55281 Telp. (0274) 518 946 555 917 555 918 Faks. (0274) 555 922 E-mail: admisi@mep.ugm.ac.id Web: http://mep.ugm.ac.id Bank Mandiri cabang UGM Yogyakarta a.n. UGM FEB MEP Alumni 888 880 206 402 0003 06 SWARA MEP 26 Kesiapan Pemerintah Desa Pengesahan UU Desa sudah tinggal di depan mata. Pemerintah Daerah berke-wajiban untuk berjalan sesuai UU yang telah disahkan. Bagaimana kesiapan pemer-intah desa mengenai hal tersebut? Baca selengkapnya ... Green Tourism setiap dana yang dihabiskan ketika melakukan perjalanan wisata berdampak pada lingkungan. Apa saja? Baca selengkapnya ... 16 17 menilik efek uu desa terhadap pembangunan desa 20 21 Edisi Juli 2014 BIMTEK Tentang Manajemen Kepegawaian Kunjungan Delegasi dari Jepang Penerimaan Mahasiswa Baru angkatan 52 Seminar Hasil PKL Magelang Berita Seputar Kegiatan Dies Natalis MEP FEB UGM 2014 32 Pelatihan Leadership Pelatihan Public Speaking Kunjungan Delegasi University of Malaya Survey dan Diskusi “Daya Saing Daerah” 11 Paradigma Baru Pembangunan Ekonomi Desa 22
  • 4. Juli 2014 SWARA MEP 7 Bagi Bangsa Indonesia, Un-dang- Undang Nomor 6 Tahun 2014 memiliki arti dan makna tersendiri. Bukan saja karena Undang-Undang ini adalah Undang- Undang pertama tentang Desa yang se-cara komprehensif mengatur persoalan-persoalan kewilayahan, kemasyarakatan dan permerintahan yang ada di Desa, melainkan terlebih dari itu Undang-Un-dang Desa ini mampu menjadi “magnet” bagi semua pemangku kepentingan un-tuk kembali “memperhatikan” arti pent-ing desa dalam format negara Kesatuan Republik Indonesia. Secara historis dan filosofis jelas bahwa keberadaan desa memiliki posisi yang sangat strategis. Bahkan strategis keberadaan desa ini terkenal jauh se-belum Mr. Herman Warner Muntinghe menyampaikan laporannya tanggal 14 Juli 1817 mengenai keberadaan desa dipesisiran Pulau Jawa Utara (Kar-tohadikoesoemo, 1965; Surianingrat, 1985). Dari sisi tata pemerintahan, jelas bahwa tata pemerintahan desa itu ter-lebih dulu ada sebelum tata pemerinta-han di atasnya itu ada. Oleh karena itu, ketika Undang-Undang Nomor 6 Ta-hun 2014 tentang desa, bertujuan untuk mewujudkan desa yang maju, mandiri dan sejahtera tanpa harus kehilangan jati dirinya. Aspek-aspek penting yang dia-tur selain mengenai penataan desa, ke-wenangan desa, hak dan kewajiban desa dan masyarakat desa, pembangunan desa dan pembangunan kawasan perdesaan, kekhususan Desa Adat, juga mengenai aspek penyelenggaraan pemerintahan dan sebagainya. Dari sisi sejarah, desa memiliki tata pemerintahan yang lebih tua daripa-da pemerintahan di atasnya. Seharusnya kapasitas pemerintah desa jauh lebih maju daripada Pemerintah di atasnya. Oleh karena itu dengan keberadaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 ini adalah saatnya kembali kita mer-enungkan pendapat Prof. Mr J de Louter, seorang ahli tata negara Belanda dan F. Laceulle dalam suatu laporannya, yang menyatakan bahwa desa merupa-kan fundamen bagi tatanegara Indonesia (Sutardjo, 1965). Dengan kata lain, karena desa merupa-kan fundamen bagi kemajuan bangsa dan negara Indonesia, maka desa harus maju, mandiri, sejahtera tetapi tanpa harus kehilangan jati dirinya. Dalam rangka mewujudkan hal ini, salah satu aspek yang sangat penting adalah men-genai peningkatan kapasitas penye-lenggara pemerintahan desa yaitu ka-pasitas pemerintah desa. Sejak jaman Orde Baru, melalui Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Nomor IV/ MPR/1978 tentang Garis-garis Besar Haluan Negara, penguatan kapasitas pemerintah desa sudah mulai dilakukan (Kansil, 1988). Oleh karena kapasitas pemerintah desa di Indonesia saat ini sangat bervariatif levelnya dan mewar-nai keberagaman desa yang saat ini jum-lahnya kurang lebih 72.944 desa, maka dalam meningkatkan kapasitas Pemerin-tah desa perlu diperhatikan juga aspek-aspek yang sifatnya lokal, regional dan nasional serta dengan memperhatikan asas penyelenggaraan Pemerintahan desa yang termaktub dalam Pasal 24 Un-dang- Undang Nomor 6 Tahun 2014 ten-tang desa, yaitu asas kepastian hukum, tertib penyelenggaraan pemerintahan, tertib kepentingan umum, keterbukaan, proporsionalitas, profesionalitas, akunt-abilitas, efektivitas dan efisiensi, keari-fan lokal, keberagaman dan partisipatif. KESIAPAN PEMERINTAH DESA DALAM MENYONGSONG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG DESA oleh Dr. Eko Prasetyanto PP., M.Si., MA (alumni MEP FEB UGM angkatan 7 Konsentrasi Pembangunan Daerah) Direktur Pemerintahan Desa dan Kelurahan, Ditjen PMD, Kemendagri
  • 5. Join us! INFORMASI LEBIH LANJUT Bagian Admisi MEP FEB UGM Jalan Teknika Utara, Barek, Bulasumur, Yogyakarta 55281 Telp. (0274) 518 946 555 917 555 918 Faks. (0274) 555 922 Hotline 0888 272 9055 Web: http://mep.ugm.ac.id MEP FEB UGM Magister Ekonomika dan Pembangunan 8 SWARA MEP Juli 2014 Juli 2014 SWARA MEP 9 Universitas Gadjah Mada Program Magister dan Program Sertifikasi Penilai (Magister Konsentrasi Manajemen Aset dan Penilaian Properti) Permasalahan dan Isu Krusial Pemerintahan Desa Fungsi pemerintah, pada hakekatnya ada 3 (tiga) yaitu un-tuk mengatur (public regulation), memberikan pelayanan (pub-lic goods) dan pemberdayaan masyarakat (empowerment). Per-soalannya sekarang, untuk mel-aksanakan fungsi-fungsi pemer-intahan tersebut, kebanyakan pemerintahan desa menghadapi berbagai permasalahan yang cukup kompleks. Secara garis besar berb-agai permasalahan yang kompleks tersebut dapat dikelompokkan dalam tiga kelompok permasala-han, yaitu permasalahan kewilaya-han, kemasyarakatan dan pemerin-tahan. Permasalahan kewilayahan, yang sering dihadapi oleh pemerintah desa saat ini antara lain adalah masalah penetapan dan penegasan batas desa, pemekaran desa, per-encanaan pengembangan wilayah desa dan perencanaan pembangu-nan kawasan perdesaan, lingkun-gan dan sebagainya. Sedangkan permasalahan kemasyarakatan yang dihadapi antara lain adalah persoalan kemiskinan, pengang-guran, pendidikan yang rendah, kesehatan yang buruk, keterwaki-lan perempuan, perlindungan anak, dan sebagainya. Selanjutnya un-tuk permasalahan Pemerintahan dapat dikelompokkan dalam per-masalahan kewenangan, keuangan, kelembagaan dan personil. Permasalahan kewilaya-han ke depan akan menjadi sangat penting untuk diperhatikan, karena dengan meningkatnya intensitas pembangunan serta anggaran yang masuk ke desa, bukan tidak mung-kin bahwa masalah batas desa akan menjadi persoalan yang sangat krusial. Batas desa yang masih di-dasarkan pada batas alam sedikit demi sedikit harus ditata sedemiki-an rupa sehingga desa memiliki batas desa yang berdasarkan pada titik ordinat dan menggunakan pi-lar batas desa tipe D. Demikian juga dengan masalah pemekaran, kalau tidak dikendalikan bukan tidak mungkin desa akan menjadi obyek kepentingan berbagai pihak. Selanjutnya yang perlu diperhati-kan dalam masalah kewilayahan adalah masalah perencanaan pem-bangunan desa dan kawasan perd-esaan, dimana dalam ketentuan pe-rundang- undangan ada kewajiban kepala desa untuk membuat Ren-cana Pembangunan Jangka Me-nengah Desa (RPJM Desa) dan Rencana Kerja pemerintahan desa (RKP Desa), sebagai landasan bagi pemerintah desa dalam membuat Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APB Desa). Oleh karena itu, persoalan penguasaan pengetahuan mengenai tata cara pembuatan RPJM Desa, RKP Desa, dan APB Desa serta penguasaan mengenai penetapan skala prioritas pem-bangunan yang dibutuhkan Desa dalam hubungannya dengan arah kebijakan pembangunan daerah adalah menjadi suatu permasalahan yang perlu diselesaikan sedangkan untuk permasalahan kemasyaraka-tan dan pemberdayaan masyarakat, antara lain terdapat permasalahan kemiskinan, pengangguran, pen-didikkan yang rendah dan keseha-tan yang buruk. Data menunjukkan bahwa persentase dan jumlah pen-duduk miskin secara bertahap terus mengalami penurunan, namun de-mikian Tahun 2013 masih ada 28,5 juta penduduk miskin yang perlu dientaskan (11,47). Demikian juga dengan pengangguran yang ada di Desa, perlu dicermati penyebab maupun cara mengatasinya, apa-kah pengangguran yang ada bersi-fat friksional (frictional unemploy-ment ), pengangguran struktural (structural unemployment), atau pengangguran siklis (cyclical un-employment ) (Salvatore dan Di-ulio, 2004). Selanjutnya dibidang Pemer-intahan, permasalahan saat ini antara lain adalah permasalahan ketidakjelasan urusan yang men-jadi kewenangan pemerintah desa. Akibatnya, pemerintah desa men-galami kesulitan dalam mengop-timalkan tugas dan fungsinya, khususnya dalam mengembang-kan sumber-sumber pendapatan aslinya. Dalam bidang keuangan persoalannya adalah bagaimana menggali dan mengelola keuangan, sedangkan dibidang kelemba-gaan permasalahan yang dihadapi seperti pembentukan organisasi yang gemuk, hubungan antar lem-baga desa yang kurang harmonis, kekurangan aparat yang kompeten, dan sebagainya. Pertanyaannya sekarang, strategi apa yang diperlukan un-tuk untuk mengatasi permasala-han- permasalahan di atas agar penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan pembangunan, pem-binaan kemasyarakatan dan pem-berdayaan masyarakat dapat berja-lan dengan baik dan berkelanjutan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan ? Strategi Penguatan Pemerinta-han Desa Memperhatikan permasalahan-per-masalahan di atas, hal yang paling penting dan mendasar untuk men-jawab semua permasalahan ada-lah rasa optimis dan kerja keras. Pepatah mengatakan “Tidak ada permasalahan yang tidak dapat dis-elesaikan...”... “kalau ada kemauan pasti ada jalan”. Berkaitan dengan ini, dalam rangka menyiapkan SDM, khususnya aparat pemer-intah desa, maka peningkatan ke-mampuan (cognitif), ketrampilan (psycho-motorik) dan sikap (at-titude ) aparat Pemerintah Desa terus ditingkatkan, misalnya mela-
  • 6. lui Training of Trainers (TOT) Manajemen Pemdes, yang saat ini sudah memasuki tahun kelima, pelatihan bagi aparat pemerintah desa di 3 UPT yaitu Balai Besar Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Malang, Balai Pember-dayaan Masyarakat dan Desa Yo-gyakarta dan Balai Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Lampung, dan sebagainya. Intinya, peningkatan ka-pasitas Pemerintah Desa ada-lah tanggungjawab semua pihak yang terkait, tidak mungkin kalau permasalahan ini hanya diserahkan kepada pemerintah desa dan masyarakatnya saja. Perlu ada kerjasama yang siner-gis antara pemerintah desa dan masyarakatnya, dengan supra desa (Pemerintah dan Pemda) ser-ta pihak-pihak terkait yang peduli terhadap Desa. Untuk menjadikan apara-tur pemerintahan desa yang “ber-daya”, perlu ada penguatan yang sinergis, sistematis dan berkelan-jutan. Oleh karena itu, peningka-tan anggaran desa ke depan perlu diterjemahkan menjadi belanja yang efektif melalui berbagai ska-la prioritas sesuai dengan kebu-tuhan desa, daerah dan nasional. Salah satu skala prioritas yang perlu dipertimbangkan adalah dalam rangka meningkatkan ka-pasitas apartur pemerintah desa. Skala prioritas peningka-tan kapasitas aparatur pemerintah desa sangat diperlukan antara lain dalam rangka membentuk kepem-impinan lokal yang cakap, ber-wibawa dan diterima masyarakat (Adisasmita, 2006). Artinya dalam menyongsong dan meny-ukseskan Undang_undang ten-tang desa ini aparatur pemerintah desa tidak lagi dapat bekerja apa adanya (take for granted), tetapi harus mempunyai kemauan yang kuat untuk meningkatkan peng-etahuan, ketrampilan dan sikap yang berkaitan dengan penye-lenggaraan pemerintahan, pelak-sanaan pembangunan, pembinaan kemasyarakatan serta pember-dayaan masyarakat (LAN, 2009). Dalam rangka penguatan penye-lenggaraan pemerintahan, maka perlu ada upaya yang sinergis dalam memperkuat kewenangan, keuangan, kelembagaan dan per-sonil. Dalam rangka penguatan kewenangan, diperlukan adanya “good will” dari semua pihak untuk merealisasikan bagaimana agar desa mampu mengatur dan mengurus kewenangan yang ber-dasarkan hak asal-usul dan ke-wenangan berskala lokal desa, maupun agar mampu mengurus kewenangan yang ditugaskan dan kewenangan lainnya sehingga desa ke depan dapat menjadi desa yang maju, mandiri dan sejahtera. Selanjutnya dalam rangka meny-iapkan kapasitas aparatur pemer-intah desa, perlu diperhatikan beberapa hal, Pertama, karena design Undang-undang tentang desa mendasarkan pada kombi-nasi antara hak asal-usul dan adat-istiadat setempat (self governing community), dan sekaligus mem-beri kewenangan kepada desa untuk mengatur dan mengurus penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan pembangunan, pem-binaan kemasyarakatan dan pem-berdayaan masyarakat desa (local self government) serta Kedua, karena desain kelembagaan pemerintahan desa merupakan kombinasi antara default village dan optional village yang sesuai dengan keragaman lokal, maka penyiapan kapasitas pemerintah desa harus mampu menjawab tantangan yang bersifat lokal, re-gional, nasional maupun global dalam rangka mempercepat men-jawab persoalan masyarakat yang ada di desa berdasarkan prioritas kebutuhan. Dalam konteks politik par exel-lence (politik untuk kebaikan), Undang-Undang Desa yang di-pandang sebagai salah satu solusi atas problematika yang dihadapi negara dalam menjawab persoa-lan kemiskinan, pengangguran, pendidikkan yang rendah, kes-ehatan yang buruk dan berbagai persoalan sosial lainnya, seperti dalam rangka meningkatkan ka-pasitas pemerintah desa perlu segera ditindaklanjuti oleh semua pihak dengan semangat : “jangan mengharap apa diberikan negara kepadamu tetapi apa yang mampu kau berikan bagi negaramu”. Kita pasti bisa, dari desa mari mem-bangun bangsa ! Referensi Adisasmita, R. 2006. Mem-bangun Desa Partisipatip. Graha Ilmu, Yogyakarta. Kansil. 1988. Desa Kita: Dalam Peraturan Tata pemer-intahan Desa. Ghalia Indonesia, Jakarta. Kartohadikoesoemo, S., 1965. Desa. Penerbitan “Sumur Band-ung”, Bandung. LAN. 2009. Peningkatan Ka-pasitas Apartur Desa. Jakarta. Salvatore, D. dan Diulio, E., 2004. Prinsip-prinsip Ekonomi, Penerbit Erlangga, Jakarta. Surianingrat, B. 1988. Pemer-intahan Administrasi Desa dan Kelurahan. Aksara Baru, Jakarta. Paradigma Baru Ketahanan ekono-mi Borni Fadlan Mahasiswa MEP UGM Pembangunan Ekonomi dalam UU Desa Indonesia dari tahun ke tahun memang tampak imun terhadap berbagai goncangan resesi ekonomi dunia. Meskipun pada era krisis moneter, prestasi ekonomi Indonesia melorot pada titik terren-dah, ternyata pelan namun pasti, di kemudian hari per-tumbuhan ekonomi berger-ak naik. Dalam sidang penyampaian Keterangan Pemerintah atas Ran-cangan Undang-Undang tentang RAPBN dan Nota Keuangan RAPBN tahun 2014 (16/8/2013), Pres-iden Susilo Bambang Yud-hoyono mengklaim bahwa selama kurun waktu 2004- 2009 pertumbuhan ekono-mi mencapai rata-rata 5,5 persen. Pada tahun 2004, PDB nasional mencapai 1.177 dollar AS. Tahun 2009 meningkat menjadi 2.299 dollar AS. Naik kem-bali pada tahun 2012 men-jadi 3.592 dollar AS (http:// presiden.go.id, 2013). Hasil riset International Comparison Program (ICP) yang melakukan pemer-ingkatan negara-negara dengan menggunakan pen-dekatan kekuatan daya beli di setiap negara (purchas-ing power parity), meny-impulkan bahwa Indonesia masuk ke dalam peringkat 10 besar perekonomian du-nia, satu peringkat di atas Italia (Kompas, 9/5/2014). Kesimpulan, penilaian kekuatan ekonomi negara-negara di dunia yang di-lakukan ICP tersebut kiran-ya memperkuat simpulan bahwa ketahanan ekonomi Indonesia cenderung mem-baik. Tapi, meski capa-ian pertumbuhan ekonomi membanggakan, mengapa kesejahteraan masyarakat malah tidak tumbuh baik. Alih-alih kemiskinan dan ketimpangan sosial selalu membayangi kehidupan warga Indonesia, terutama mereka yang berdomisili di desa. Pembangunan yang Meminggirkan Desa Tujuan luhur pembangunan adalah menciptakan keba-hagiaan dan kesejahteraan masyarakat. Maka, sudah sepantasnya desa menjadi lokus prioritas pemban-gunan. Desa, di satu sisi adalah kantungnya sumber daya ekonomi, tidak hanya dalam bentuk tenaga kerja (labour), tapi berbagai jenis kekayaan hutan, air, tam-bang dan mineral ada di desa. Di sisi yang lain, desa juga menjadi kantungnya kemiskinan. Pertanyaan-nya kemudian, mengapa desa bernasib demikian. Bagaimana disain kebija-kan pembangunan nasional kita, sehingga desa tidak pernah mengenyam le-gitnya kue kesejahteraan. Akar penyebabnya adalah pelembagaan kebijakan ekonomi dan pengaturan desa yang meminggirkan desa. Melalui UU No. 5 tahun 1979 tentang Pemer-intahan Desa, pemerintah orde baru telah mengambil alih otoritas desa dan mem-buka penetrasi modal ke desa secara besar-besaran. Akibatnya, kewenangan dan aset desa berpindah tangan ke pemerintah dan pemodal. Dalam perkem-bangannya kemudian, 10 SWARA MEP Juli 2014 Juli 2014 SWARA MEP 11
  • 7. sekalipun telah diberlakukan kebijakan desentralisasi dan otonomi daerah, ternyata pemer-intah desa dan masyarakat juga masih kehilangan hak untuk menentukan pengelolaan sum-ber ekonomi yang dimilikinya. Dapat kita simak bagaimana dengan mudahnya pemerin-tah mengeluarkan izin penam-bangan dan betapa lahapnya para pemodal menambang ke-kayaan mineral yang sebagian besar ada di desa. Memang, bisnis tam-bang sangat menggiurkan pun-di- pundi pendapatan yang ting-gi. Simak saja, bijih tembaga misalnya menyumbang ekspor pertambangan sekitar 9,3 miliar dollar AS; bijih nikel 3,1 miliar dollar AS; bauksit 2,5 miliar dollar AS; minyak mentah 19 miliar dollar AS, gas alam 24 miliar dollar AS, gas alam cair 6,8 miliar dollar AS, dan per-tambangan lain 1,1 miliar dol-lar AS (Band Indonesia, 2013 dalam Yustika, 2014). Namun, mengapa pendapatan berlimpah dari bisnis tambang malah tetap membiaskan kemiskinan desa. Tabel 1 berikut, kiranya men-konfirmasi bahwa skenario pertumbuhan ekonomi tidak terkonsentrasi pada penumbu-han kesejahteraan desa. Akibat dari pola kebi-jakan pembangunan ekonomi yang mengabaikan desa ada-lah tidak terkelolanya potensi produk unggulan (compara-tive advantage) daerah secara baik dan konsisten. Salah satu bukti nyatanya adalah orientasi pengelolaan SDA di Indonesia yang lebih gandrung pada kebi-jakan ekspor mineral dan tam-bang. Akibatnya keunggulan ekonomi pedesaan dari sektor pertanian malah kian melemah baik dari segi kapasitas produk-sinya maupun daya tawar di pentas perdangan internasional. Alih-alih pemerintah sering mengeluarkan kebijakan impor hasil pertanian dan peternakan. Dampak lainya adalah desa kehilangan aset dan alat-alat produksi ekonomi strategisnya. Konsentrasi pertumbuhan ekonominya pun beralih dari sektor ekonomi yang sama seka-li tidak mendukung keberlanju-tan sumber ekonomi pedesaan. Belajar pada perkembangan kuosien lokasi ekonomi di Ka-bupaten Sleman pada tabel 2 di bawah diketahui bahwa sebagai ciri khas potensi ekonomi desa, selama lima tahun, sektor per-tanian tidak lagi menjadi fokus pengembangan ekonomi dae-rah. Kabupaten Sleman lebih memilih untuk mengembang-kan sektor bangunan, kemudian disusul sektor perdagangan, ho-tel dan restoran. Nilai LQ Kabupaten Sleman untuk sektor pertanian yang berada di bawah nilai 1, bahkan menurun dari tahun 2008-2012 menunjukkan bahwa sektor ini menghadapi ancaman serius. Sektor pertanian tidak lagi menjadi primadona kebija-kan ekonomi daerah. Jika sudah demikian maka, masyarakat desa akan mencari sumber pen-dapatan di sektor non formal dan meninggalkan desa, karena sektor pertanian tidak lagi men-janjikan pendapatan yang lay-ak. Padahal, di masa mendatang komoditas pangan akan men-jadi sumber ketahanan ekonomi lokal dan nasional yang sangat vital. Geliat ekonomi dari sek-tor bangunan, perdagangan, ho- Tabel 4.2. Perkembangan Kuosien Lokasi (Location Quotient) Kabupaten Sleman Tahun 2008 dan 2012 Sektor PDRB DIY PDRB Kab. Sleman L.Q. Kab. Sleman 2008 2012 2008 2012 2008 2012 Pertanian 3.519.768 3.706.923 987.480 1.019.264 0,923 0,906 Pertambangan dan penggalian 144.772 159.808 30.372 38.636 0,690 0,797 Industri Pengolahan 2.566.422 2.915.722 904.474 1.005.640 1,159 1,064 Listrik, gas & air bersih 174.933 215.597 52.785 65.150 0,992 1,011 Bangunan 1.838.429 2.318.448 642.538 827.196 1,149 1,222 Perdagangan, Hotel-Restouran 3.965.384 4.920.045 1.276.918 1.636.136 1,059 1,121 Pengangkutan, Persewaan & jasa 1.999.332 2.581.620 339.243 433.134 0,558 0,588 perusahaan Keuangan, Persewaan & jasa perusahaan 1.790.556 2.402.718 598.190 779.721 1,099 1,183 Jasa-jasa 3.209.341 4.088.337 1.006.243 1.264.352 1,031 1,070 Jumlah 19.208.937 23.309.218 5.838.247 7.069.229 8,660 9,592 Sumber: DIY Dalam Angka dan Kabupaten Sleman Dalam Angka (2008 dan 2012), diolah. tel dan restoran serta keuangan, persewaan dan jasa yang terus meningkat menyiratkan bahwa kebijakan ekonomi Kabupaten Sleman tidak lagi peduli pada jaringan ekonomi pedesaan. Pertumbuhan bangunan seperti hotel, mall dan pasar modern lainnya telah menambah capa-ian PDRB di satu sisi. Namun mengimposisi kekayaan ekono-mi pertanian, terutama pengu-rangan lahan pertanian dalam skala tinggi di sisi yang lain. Paradigma Baru Pembangu-nan Ekonomi Awal tahun 2014, pemerintah telah mengesahkan Undang-un-dang No. 6 tahun 2014 tentang Desa. UU ini membawa para-digma baru dalam pengelolaan kebijakan ekonomi yang lebih berpihak kepada desa. Pertama, UU Desa mengakui dan men-dudukan desa bukan lagi seba-gai subsistem dari pemerintahan kabupaten/kota, melainkan se-bagai subsistem NKRI. Dengan pengakuan ini berarti desa men-jadi entitas negara bangsa Indo-nesia (Bab II tentang Kedudu-kan dan Jenis Desa). Kedua, UU Desa mengamantakan kepada negara agar mengalokasikan Dana Alokasi Desa yang perun-tukannya ke desa. Besaran yang telah ditetapkan yaitu 10 persen dari dan di luar dana transfer daerah” (pasal 72). Lain dari pada itu, UU Desa juga tetap mewajibkan pemerintah daerah untuk menyediakan pos ang-garan untuk program Alokasi Dana Desa sebagaimana telah ditentukan pada regulasi yang ada saat ini. Ketiga, pengakuan kewenangan desa berdasar; 1) asal usul, 2) kewenangan ber-skala lokal dan 3) pelimpahan pemerintah supradesa (pasal 18 dan 19). Keempat, UU Desa mendorong semua pelaksanaan program-program pembangunan yang beroperasi atau menjadikan desa sebagai sasarannya harus menghargai dan merujuk pada RPJMDes sebagai basis arah dan kebijakan pembangunan desa (pasal 79). Kelima, pemer-intah desa memiliki piranti kebijakan berupa musyawa-rah desa sebagai forum per-musyawaratan yang diikuti oleh Badan Permusyawaratan Desa (BPD), Pemerintah Desa, dan unsur masyarakat desa untuk memusyawarahkan hal yang bersifat strategis dalam penye-lenggaraan Pemerintahan Desa (pasal 54). Hal-hal yang bersifat strategis tersebut diantaranya menyoal penataan Desa, peren-canaan Desa, kerja sama Desa, rencana investasi yang masuk ke Desa, pembentukan BUM Desa, penambahan dan pele-pasan Aset Desa dan kejadian luar biasa. Keenam, UU Desa mengamanatkan kepada pemer-intah daerah untuk mengemba-likan kekayaan milik desa yang telah diambilalihnya sepanjang belum digunakan untuk fasili-tas publik. Beberapa contoh kekayaan desa (aset) yang di-maksud yaitu tanah kas desa, tanah ulayat, pasar desa, pasar hewan, tambatan perahu, ban-gunan Desa, pelelangan ikan, pelelangan hasil pertanian, hu-tan milik desa, mata air milik desa, pemandian umum, dll. Tabel 1. Perkembangan Garis Kemiskinan Antara Kota-Desa Tahun 2001-2011 Tahun Batas Garis Kemiskinan (Rp/kapita/bulan) Kota Desa 2001 100.011 80.382 2002 130.499 96.512 2003 138.803 105.888 2004 143.455 108.725 2005 150.799 117.259 2006 174.290 130.584 2007 187.942 146.837 2008 204.896 161.831 2009 222.123 179.835 2010 232.988 192.354 2011 253.016 213.395 Sumber: BPS (2001, 2009, 2012), diolah 12 SWARA MEP Juli 2014 Juli 2014 SWARA MEP 13
  • 8. Pijar paradigma pembangunan yang tercermin dari UU Desa di atas sungguh mengisyarat-kan adanya peluang bagi desa untuk membangun kesejahter-aan dan kemandirian ekonomi tanpa menggantungkan nasibn-ya kepada mekanisme pasar murni. Diakuinya desa sebagai entitas NKRI telah mengang-kat derajat desa sebagai subyek pembangunan. Sebagai subyek, berarti negara harus mengikut-sertakan desa, baik dalam per-encanaan maupun pelaksanaan pembangunan (village driven development). Transfer fiskal dari APBN ke desa sebesar 10 persen dari dan di luar dana pe-rimbangan ditambah ADD yang bersumberkan APBD sudah barang tentu akan menambah amunisi keuangan desa untuk menggerakan generator peren-canaan pembangunan yang se-jauh ini masih minim dukungan dari pemerintah sendiri. Realitasnya, desa akhir-akhir ini memang sudah memiliki ke-mampuan membuat dokumen kebijakan perencanaan pemban-gunan desa seperti RPJMDes, APBDes maupun RKPDes. Na-mun dukungan anggaran dari pemerintah sendiri minim, seh-ingga implementasi arah kebija-kan desa berjalan terseok-seok. Alih-alih, pemerintah malah lebih senang memanjakan para pemburu rente, dengan cara membelanjakan proyek-proyek Kementerian/Lembaga di desa, tanpa menempatkan desa seba-gai subyek, tapi hanya obyek pembangunan. Karena itu dukungan fiskal tersebut berpo-tensi mendorong pertumbuhan ekonomi desa, karena program/ kegiatan yang telah dirumuskan desa melalui mekanisme mus-renbang berpotensi mendapat pembiayaan. Dengan dukungan anggaran tersebut, maka potensi 14 SWARA MEP Juli 2014 desa untuk mengembangkan aset-aset desa semakin terbuka. Kebijakan pentrasi modal ke desa yang ternyata kontra produktif dengan cita-cita pem-bangunan desa yang mandiri dan sejahtera, kini tidak bisa lagi sembarangan dilakukan. Pasalnya, pihak-pihak yang hendak mengambil potensi desa sebagai komoditas ekonomi harus bermusyawarah dengan seluruh elemen yang ada di desa. Dengan demikian, forum ini berpotensi menjadi media bagi desa untuk membangun kedaulatan ekonomi sekaligus memproteksi kebijakan-kebija-kan ekonomi dari luar dirinya yang cenderung akan mengim-posisi desa. Dengan instrumen ini besar harapan, di masa men-datang desa tidak hanya memi-liki kemampuan untuk melind-ungi aset-asetnya tetapi juga mendorong pengelolaan sumber daya ekonomi yang mengede-pankan prinsip-prinsip keber-lanjutan dan keadilan. Mendukung Kemandirian Ekonomi Desa UU desa memang telah memuat sejumlah gagasan pembaharuan pembangunan yang mengarah pada pencapaian desa mandiri dan sejahtera. Namun untuk mengejawantahkan gagasan tersebut dibutuhkan kesadaran banyak pihak untuk melakukan serangkaian tindakan yang se-cara nyata membela, membina dan memperjuangkan desa. Jumlah desa di Nusantara yang mencapai 73.000-an, tidak sedikit yang masih membutuh-kan penguatan kapasitas baik dari aspek pemerintah desanya maupun warga masyarakat sipilnya. Penguatan kapasitas pemerintah desa dibutuhkan agar kemampuan administratif, penyelenggaraan layanan publik maupun pemerintahannya mem-beri manfaat bagi masyarakat desa. Demikian pula pengua-tan warga masyarakat akan meningkatkan daya tanggap masyarakat untuk berorganisasi serta menjadi mitra strategis bagi pemerintah desa dalam pe-nyelenggaraan kebijakan, lay-anan publik serta pembangunan desa. Pengelolaan keuangan dan aset mungkin menjadi salah satu material penguatan kapasi-tas yang penting diperkenalkan, agar besarnya uang dari APBN dan APBD yang nanti akan mengalir ke desa benar-benar menjadi berkah. Untuk mewujudkan ke-berkahan Dana Alokasi Desa, utamanya dalam rangka mewu-judkan kemandirian ekonomi desa, maka dibutuhkan kesa-daran desa untuk membangun jejaring ekonomi desa. Keung-gulan komparatif desa harus menjadi instrumen untuk men-ingkatkan bergaining desa di atas panggung politik kebijakan ekonomi daerah dan nasional yang cenderung meninggalkan desa bahkan memutilasi desa. Langkah-langkahnya, pertama, penguatan perspektif RPJMDes yang berbasis pada pengem-bangan ekonomi lokal desa dan antardesa. Kedua, perencanaan tata ruang desa yang membasis pada strategi pengembangan pertumbuhan ekonomi lokal. Ketiga, penataan APBDes yang secara tepat ditujukan untuk membiayai program-program pembangunan desa yang sena-fas dengan RPJMDes dan ke-mandirian ekonomi desa. Tam-bahan pula, pemerintah daerah perlu terus menerus melakukan pembinaan, pendampingan ser-ta fasilitasi kepada desa dalam rangka mendukung optimalisasi aset desa untuk keberdayaan ekonominya.[] Konsentrasi ini memberikan wawasan dan kompetensi bagaimana strategi dan proses penyusunan perencanaan daerah dan rencana strategi daerah (RPJM, RPJP dan Renstra) harus dilakukan. Sasaran konsentrasi ini adalah pegawai daerah yang membidangi perekonomian dan pembangunan daerah, seperti staf BAPPEDA dan seluruh SKPD di daerah yang berkaitan langsung dengan perencanaan, perekonomian, dan pembangunan daerah. Keuangan Daerah Konsentrasi ini memberikan pengetahuan dan kemampuan tentang bagaimana menyusun Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) sesuai dengan aturan yang berlaku. Kriteria laporan keuangan wajar tanpa pengecualian akan dieksploitasi sehingga mahasiswa menjadi kompeten di bidang perencanaan dan penyusunan keuangan daerah. Sasaran konsentrasi ini adalah pegawai pemerintah daerah yang membidangi pengelolaan pendapatan dan keuangan daerahh seperti Dinas Pendapatan Daerah dan bagian keuangan SKPD serta bagian lain yang dalam pekerjaannya berhubungan dengan pengelolaan keuangan daerah. Konsentrasi Manajemen Aset Dan Penilaian Bisnis Konsentrasi ini memberikan pengetahuan dan kemampuan tentang bagaimana menyusun Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) sesuai dengan aturan yang berlaku. Kriteria laporan keuangan wajar tanpa pengecualian akan dieksploitasi sehingga mahasiswan cakap dan mampu di bidang perencanaan dan penyusunan keuangan daerah. Sasaran konsentrasi ini adalah pegawai pemerintah daerah yang membidangi pengelolaan pendapatan dan keuangan daerah seperti Dinas pendapatan daerah dan bagian keuangan SKPD serta bagian lain yang dalam pekerjaannya berhubungan dengan pengelolaan keuangan daerah. Perencanaan Pembangunan Daerah Gabungan Konsentrasi Perencanaan Pembangunan Daerah dan Keuangan Daerah Manajemen Aset dan Penilaian Properti Kurikulum program Reguler MEP ini dirancang dapat diselesaikan dalam waktu 23 bulan termasuk Program Matrikulasi. Persyaratan untuk Program Reguler MEP ini adalah menyerahkan fotokopi ijazah dan transkrip S1 yang dilegalisir dari universitas yang telah terakreditasi masing-masing 1 lembar dengan indeks Prestasi Kumulatif (IPK) S1 minimal 2,75. Proses seleksi terdiri dari tes AcEPT, PAPs, validasi dan wawancara. Konsentrasi ini memberikan pengetahuan mengenai tentang cara memperoleh pendapat/ opini atau perkiraan nilai suatu bisnis atau perusahaan/entitas atau suatu kepemilikan di dalamnya, yang bertujuan untuk pengambilan keputusan bagi manajemen untuk pengembangan maupun perbaikan usaha/bisnis dalam rangka mempertahankan keberlangsungan perusahaan. Lulusan dari konsentrasi ini diakui oleh MAPPI setara dengan Pendidikan Dasar Penilaian (PDP) 1 dan 2 juga bisa mengikuti program sertifikasi penilai nantinya. Kurikulum konsentrasi ini memberikan pengetahuan bagaimana mengidentifikasi, menginventarisasi, mengoptimalkan serta menilai aset daerah. Opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) untuk laporan keuangan belum tercapai karena masih terganjal dengan masalah aset daerah. Sasaran konsentrasi ini adalah pemerintah daerah yang membidangi pengelolaan pendapatan dan keuangan daerah dan aset seperti dinas pendapatan daerah dan bagian keungan SKPD serta bagian lain yang dalam pekerjaannya berhubungan dengan pengelolaan aset. Lulusan dari konsentrasi ini diakui oleh MAPPI setara dengan Pendidikan Dasar Penilaian (PDP) 1 dan 2 juga bisa mengikuti program sertifikasi penilai nantinya. PROGRAM REGULER MEP FEB UGM Committed to development Come & Join us ! MEP FEB UGM
  • 9. Pelatihan Leadership MEP UGM Magister Ekonomika Pem-bangunan FEB UGM (MEP FEB UGM) menyeleng-garakan kegiatan Learn-ing Leadership di ruang seminar MEP UGM yang diikuti oleh mahasiswa MEP angkatan 51. Learning Leadership merupakan salah satau kegiatan wajib yang harus diikuti oleh mahasiswa ke-tika memasuki kelas regular. Kegiatan tersebut dikemas dengan stimulus bentuk Fun Games sehingga acara lebih menarik dan mahasiswa bisa lebih mudah memahami. Pembentu-kan karakter menjadi perhatian utama dalam kegiatan pelatihan. Selain itu, kegiatan ini bertujuan membekali ma-hasiswa dalam peningkatan soft skills tentang management ledearship dan membentuk pemimpin yang berkarak-ter dan berintegritas tinggi dimasa yang akan datang untuk kemajuan bangsa dan negara kearah yang lebih baik. Acara yang dilaksanakan Sabtu, 5 April 2014 dipandu oleh Prof. Djamaludin Ancok, Ph.D dibantu Dr. Neila Ramadhani, M.A., M.Ed. dan Idris, S.Pd. memberikan bentuk-bentuk per-mainan sederhana dan menarik untuk dimaknai. Materi yang disampaikan dikemas seaktratif mungkin menjadi-kan peserta terbawa dalam keceriaan-keceriaan permainan. Berbagai per-mainan dengan media bantu seperti balon, bola, kain. Mahasiswa terlihat sangat antusias mengikuti acara ini terbukti semua dengan tertib mengi-kuti acara ini sampai dengan selesai. [Eni] Kunjungan Tiga Delegasi D alam rangka me-nambah kemam-puan University of Malaya dan mening-katkan rasa percaya diri karyawan, Program MEP FEB UGM mengadakan keg-iatan pelatihan Public Speak-ing dan Pembawa Acara (MC) bagi karyawan. Bertempat di Ruang Seminar, kegiatan ini dilaksanakan pada Hari Kamis, 19 Juni 2014. Acara dimulai pada pukul 09.00 WIB dan dibuka oleh Bayu Suti-kno, S.E., M.S.M., Ph.D., Sekre-taris Bidang Administrasi dan Keuangan Program Studi MEP FEB UGM. “Banyak bertanya pada Mbak Ninda bagaimana supaya kemampuan berbic-ara di depan orang banyak menjadi lebih baik,” ujarnya. Untuk pelatihan ini, Program MEP FEB UGM bek-erja sama dengan First Step Public Speaking Club and Courses dan materi pelati-hannya diberikan oleh Ninda Nindiani, seorang trainer, broadcaster dan professional MC yang sudah cukup ter-nama di Yogyakarta. “Kalau bicara di depan orang apa yang terjadi,” tanya Ninda pada peserta pelatihan. Pe-serta ada yang menjawab keringat dingin, gemeteran, dan panas dingin. Beberapa karyawan diminta untuk maju Program Studi MEP FEB UGM pada hari Jumat, 6 Juni 2014 menerima kunjungan dari delegasi University of Malaya dalam rangka mempererat kerjasama antara UGM dan University of Malaya. Dalam kunjungannya, University of Malaya mengirim-kan tiga delegasi yang berasal dari Fakultas Bina Alam Program Studi Sarjana Estate Manajemen antara lain Prof. Dr. Sr. Wan Nor Azriyati Wan Abd Aziz, Dr. Zai-nur Nisham B. Musa dan Ain-oriza Mohd Aini. Delegasi yang di ketuai oleh Prof. Dr. Sr. Wan Nor Azriyati Abd Aziz ini, diteri-ma langsung oleh Prof. Lincolin Arsyad, Dr. Akhmad Makhfatih, M.A, Bayu Sutikno, S.E., M.S.M., Ph.D selaku pengelola prodi be-serta kabag dan staf di ruang rapat program studi MEP FEB UGM. Kegiatan kunjungan ini membahas dan menjajaki kerja sama antara dua program stu-di. Sebagai bentuk dimulainya kerjasama, University of Malaya berkeinginan untuk mengirim-kan sekitar 45 mahasiswanya pada bulan Agustus nanti. Para mahasiswa tersebut akan melakukan kajian dan diskusi mengenai penilaian aset dan properti bersama dengan ma-hasiswa, staf dan dosen di Pro-gram Studi MEP FEB UGM. Prof. Dr. Sr. Wan Nor Azriyati Abd Aziz menjelaskan bahwa dipilihnya Program Studi MEP FEB UGM karena konsen-trasi Manajemen Properti dan Penilaian Asset MEP FEB UGM memiliki kesamaan dengan program studi mereka. “Seba-gai salah satu Daerah Istimewa di Indonesia, ternyata kota Yo-gyakarta mempunyai daya tarik tertentu terhadap bidang studi yang mereka pelajari, yaitu pen-gelolaan property,” ujarnya. Se-lain itu, Wan Nor Azriyati Abd Aziz menambahkan bahwa para mahasiswa tertarik untuk mengetahui tentang sistem pe-nilaian tanah, kepemilikan dan pemanfaatan tanah serta mar-ket properti di Kota Yogyakarta. Rencana kerjasama ini disambut baik oleh Prof. Lincolin Arsyad, Ph.D selaku Ketua Program Studi MEP FEB UGM. Selain membahas kerjasama, pada kesempatan ini baik pengelola dan delegasi dari University of Malaya juga melakukan sharing dan bertukar informasi menge-nai challenge dan opportunity dari masing masing program studi. [Dian] Pelatihan Public Speaking dan Pembawa acara (MC) Survei dan Diskusi “Daya Saing Daerah” 16 SWARA MEP Juli 2014 Juli 2014 SWARA MEP 17 Geliat MEP ke depan untuk praktik sehinggga bisa diberi masukan apa yang su-dah baik dan apa yang perlu dit-ingkatkan. Karyawan juga diminta untuk memberikan masukan untuk temannya. Materi pelatihan ini juga meliputi kemampuan untuk menjadi pem-bawa acara karena banyak keg-iatan yang diselenggarakan oleh Program MEP FEB UGM mem-butuhkan kemampuan menjadi seorang MC. Semoga dengan kegiatan pelatihan ini, kemam-puan komunikasi karyawan men-jadi meningkat dan muncul bakat-bakat baru pembawa acara di antara karyawan. [lina] Program MEP FEB UGM bekerja sama dengan Asia Competitive-ness Institute (ACI) Lee Kuan Yew School of Public Policy National University of Singapore dan ISEI cabang Yogyakarta menyelenggarakan Survei dan Diskusi “Daya Saing Daerah”, Rabu 18 Juni 2014 di Ruang Seminar MEP FEB UGM. Seminar kali ini memaparkan hasil kajian tentang analisis daya sa-ing dan strategi pembangunan untuk 33 Provinsi Indonesia. Peserta diskusi adalah anggota ISEI cabang Yogyakarta dengan moderator Prof. Mudrajad Kun-coro, Ph.D. Dalam salah satu sesi kegiatan diskusi, terdapat pemaparan makalah yang ber-judul Analisis Daya Saing dan Strategi Pembangunan untuk 33 Provinsi Indo-nesia, khususnya hasil kajian di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Dari hasil peringkat Daya Saing Keseluruhan, po-sisi DI Yogyakarta berada di peringkat enam. DI Yogyakarta mungkinakan berda dalam masalah ketika pasar pa-riwisata dalam keadaan buruk yang dipengaruhi perlambatan ekonomi.
  • 10. PROGRAM Terdapat dua program yang ditawarkan 1. Pendidikan Magister (19 bulan belum ter-masuk matrikulasi/Pra MEP) 2. Program Sertifiksi Penilai (12 bulan), lanjutan dari Program Magister konsentrasi Manajemen Aset dan Penilaian Properti atau Manajemen Aset dan Penilaian Bisnis PERSYARATAN 1. Membayar biaya pendaftaran sebesar Rp500.000,00 (lima ratus ribu rupiah). 2. IPK S1 minimal 2.75 3. Fotokopi ijazah dan transkrip S1 tingkat pendidikan sebelumnya yang sah dan legal, dilegalisir oleh institusi penerbit ijazah masing-masing sebanyak 2 lembar. 4. Fotokopi sertifikat/bukti akreditasi program studi jenjang pendidikan yang sebelumnya 5. Proyeksi keinginan untuk mengikuti Pendidikan S2 di Program Pascasarjana UGM dapat diunduh di http://um.ugm.ac.id 6. Penilaian kelayakan akademik (surat rekomen-dasi) dari 2 (dua) orang/pihak yang meng-etahui kemampuan akademik calon (atasan/ mantan pembimbing/ dosen) dapat diunduh di http://um.ugm.ac.id 7. Surat Keterangan sehat dari Dokter. PROSES SELEKSI 1. Menyerahkan seluruh syarat pendaftaran; 2. menyerahkan bukti skor TPA≥500 dan TOEFL ITP≥450 atau AcEPT≥209 dari lembaga yang diakui oleh UGM atau; 3. bagi peserta yang belum memiliki skor tersebut dapat mengikuti tes PAPs yang diselenggara-kan oleh Fakultas Psikologi UGM (web:www. psikologi.ugm.ac.id) dan AcEPT yang diseleng-garakan oleh Pusat Pelatihan Bahasa UGM (web:www.ppb.ugm.ac.id) dapat dilihat pada tabel jadwal seleksi; 4. tes validasi dan wawancara. KURIKULUM Kurikulum Program MEP FEB UGM diselenggarakan dengan menggunakan semester dengan masa studi 19 bulan (belum termasuk matrikulasi/Pra MEP). Se-lama program berlangsung jumlah matakuliah yang diambil ekivalen dengan 39 SKS termasuk tesis. BIAYA PENDIDIKAN Biaya pendidikan untuk mengikuti Program Magister sebesar Rp47.000.000,- (empat puluh tujuh juta rupiah) dibayarkan dalam 3 (tiga) tahap: Magister Ekonomika Pembangunan Universitas Gadjah Mada Pendidikan Magister dan Program Sertifikasi Penilai Pendidikan Magister Ekonomika Pembangunan yang andal. Seba-gian besar laporan keuangan institusi pub-lik belum mendapat predi-kat wajar tanpa pengecualian. Penilaian aset adalah salah satu pangkal permasalahannya. Di sinilah letak persinggungan profesi akuntan-si dan profesi penilai. Profesi akuntansi dan profesi penilai bekerjasama di berbagai area atau proyek. Hal ini ditunjukkan dengan keberadaan sumber daya penilai pada beberapa kantor akuntan publik. Profesi akuntansi juga semakin mengenal kebutuhan akan penilai sebagai akibat dari IFRS (International Financial Reporting Standard) yang mengaman-ahkan fair value. Program Pendidikan Master Menyadari masih kurangnya kebutuhan tenaga penilai di Indonesia, Program MEP UGM menyelenggarakan pendidikan S2 konsentrasi Manajemen Aset, Penilaian Properti (MAPP) dan Manajemen Aset dan Penilaian Bisnis (MAPB). Kurikulum konsentrasi ini memberi-kan pengetahuan tentang penilaian baik aset maupun bisnis. Di samping itu juga diberikan pengetahuan bagaimana mengelola aset baik publik maupun swasta. Lulusan dari konsentrasi ini diakui oleh MAPPI setara dengan penilai tingkat dasar 1 dan 2 dan juga bisa mengikuti pro-gram sertifikasi penilai. Kurikulum Program Magister Kurikulum Program MEP kon-sentrasi MAPP dan MAPB diran-cang dapat diselesaikan dalam waktu 19 bulan termasuk Program Matrikulasi. Konsentrasi Manajemen Aset dan Penilaian Properti Konsentrasi ini memberikan pengetahuan bagaima-na mengidentifikasi, menginven-tarisasi, mengopti-malkan serta menilai aset – aset daerah. Opini wajar tanpa pengecualian (WTP) untuk laporan keuangan be-lum tercapai karena masih terganjal dengan masalah aset daerah. MEP FEB UGM Konsentrasi Manajemen Aset Dan Penilaian Bisnis Konsentrasi ini memberikan pengetahuan mengenai tentang cara memperoleh pendapat/opini atau perkiraan nilai suatu bisnis atau perusahaan/entitas atau suatu kepemilikan di dalamnya, yang bertujuan untuk pengambilan keputu-san bagi manajemen untuk pengembangan maupun perbaikan usaha/bisnis dalam rangka mempertahan-kan keberlangsungan perusahaan. Matakuliah yang wajib diambil konsentrasi ini adalah: Kebutuhan akan profesi penilai telah men-ingkat secara signifikan. Jumlah penilai publik bersertifikat yang sangat ter-batas jumlahnya tidak mencuku-pi untuk menakomodasi kebutuhan bisnis dan kebutuhan pemerintah saat ini. Tuntutan akan akunt-abilitas dan transparansi keuangan pemerintah pusat dan daerah se-makin mendesak-kan kebutuhan akan jasa penilai 1. Ekonomika Mikro II 2. Ekonomika Makro II 3. Manajemen Korporasi 4. Ekonomika Terapan 5. Hukum Bisnis 6. Analisis Laporan Keuangan 7. Metoda Penelitian 8. Teori Portofolio dan Analisis Investasi 9. Manajemen Aset 10. Penilaian Bisnis 11. Seminar Strategi Riset 12. Tesis 1. Ekonomika Mikro II 2. Ekonomika Makro II 3. Elemen Properti 4. Ekonomika Terapan 5. Hukum Terapan 6. Elemen Penilaian Properti 7. Metoda Penelitian 8. Ekonomika Pertanahan dan Perkataan 9. Manajemen Aset 10. Penilaian Properti 11. Seminar Strategi Riset 12. Tesis Tabel Biaya Pendidikan MEP UGM Termin Batas Pembayaran Jumlah (Rp) I Saat registrasi 7.000.000,00 II Daftar Ulang Semester I 20.000.000,00 III Daftar Ulang Se-mester II 20.000.000,00 Total 47.000.000,00 *)biaya program sertifikasi penilai sebesar Rp 25.000.000,00 Program Sertifikasi Penilai Program MEP UGM bekerjasama dengan Masyarakat Profesi Pe-nilai Indonesia (MAPPI) membuka program sertifikasi penilai bagi tamatan S2 MEP UGM konsen-trasi Manajemen Aset dan Penila-ian Properti. Kurikulum Program MEP UGM sudah memasukkan PLP 1, PLP 2, dan USP Lisan. Dari program ini diharapkan mencetak tenaga professional dengan gelar M.Ec.Dev, dan sertifikasi sebagai penilai bergelar MAPPI (Cert.). Pro-gram pendidikan ini dibuka dengan dua minat, yaitu Minat Penilaian Properti dan Minat Penilaian Bisnis. Keunggulan Program MEP UGM 1. Satu-satunya program studi yang menyelenggarakan pendidi-kan sertifikasi penilai 2. Intensifnya keterlibatan MAPPI dalam penyusunan materi, kuriku-lum dan pengajaran 3. pembimbingan laporan magang lebih intensif 4. adanya seminar laporan magang 5. adanya tutorial seluruh matakuli-ah sertifikasi 6. keterlibatan pengelola dalam USP Lisan sebagai peninjau dan pengamat ujian. Kurikulum Program Sertifikasi Penilai dirancang agar mahasisws dapat menyelesaikan studi dalam jangka waktu 12 bulan Matakuliah Minat Penilaian Properti: 1. Standar Penilaian Indonesia 2. Penilaian Properti II 3. Penilaian Properti III Matakuliah Minat Penilaian Bisnis: 1. Standar Penilaian Indonesia 2. Penilaian Bisnis II 3. Penilaian Bisnis III Setelah lulus dari 3 matakuliah di atas dan sudah dinyatakan lulus ujian pendadaran, peserta melak-sanakan magang selama 6 bulan di Kantor Jasa Penilai Publik (KJPP) yang direkomendasikan oleh MAPPI Dalam kegiatan magang tersebut, peserta diwajibkan membuat 3 (tiga) laporan penilaian dan diseminarkan Ketentuan kelulusan Program Sertifikasi: 1. lulus ujian tulis matakuliah minat 2. telah mengikuti magang di KJPP 3. membuat 3 (tiga) laporan penilaian selama magang 4. dinyatakan lulus ujian lisan Sertifikasi Penilai yang di-laksanakan oleh MAPPI Mata Kuliah MAPP Mata Kuliah MAPB Periode Perkuliahan 2014 Keterangan April 2015 September 2015 Pendaftaran Tutup 6 Maret 2015 27 Juli 2015 Seleksi lihat mep.ugm.ac.id Kuliah Matrikulasi 1 April 2015 1 September 2015 Kuliah Perdana September 2015 Maret 2016
  • 11. Geliat MEP Penerimaan Mahasiswa Baru Angkatan 52 MEP FEB UGM Magister Ekonomika Pembangunan Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Gadjah Mada (MEP FEB UGM) menyelenggarakan pengarahan akademik untuk calon maha-siswa baru. Pada semester ganjil tahun 2014 MEP UGM menerima 42 calon mahasiswa baru angkatan ke-52 MEP FEB UGM dalam program reguler di Kampus MEP UGM. Calon mahasiswa baru mengikuti program matri-kulasi yang diselenggarakan program MEP FEB UGM. Prof. Lincolin Arsyad, Ph.D selaku Ketua Program MEP FEB UGM menerima kedatangan calon mahasiswa baru. Selanjutnya, Dr. Akhmad Makhfatih, M.A. memberikan informasi tentang program MEP FEB UGM. “Program matrikulasi di MEP FEB UGM ditempuh se-lama 4 bulan dengan 5 mata kuliah,” ujar Makhfatih. Selain itu, calon mahasiswa dapat mengikuti program reguler MEP FEB UGM apabila sudah lulus program matrikulasi, lulus PAPs skor 500 dan AcEPT skor 209 ekuivalen nilai Toefl 450. Selanjutnya, penjelasan ten-tang ketentuan tata tertib akademik dan perkuliahan di Program MEP FEB UGM. Sementara itu, Bayu Suktikno, S.E., M.S.M., Ph.D menjelaskan tentang fasilitas-fasilitas yang bias diakses mahasiswa selama kuliah di MEP FEB UGM. [Anis] Redaksi SWARA MEP menerima tulisan/artikel mahasiswa dan alumni dalam rubrik: • Opini Mahasiswa/Alumni Opini tentang isu kontemporer ekonomi atau yang berkaitan dengan konsentrasi yang diambil maha-siswa (maks. 4 halaman) • Artikel Kabar Daerah Kabar Daerah berisi tentang cerita kondisi daerah asal mahasiswa. Panjang tulisan 2-3 halaman • Aturan Penulisan Ukuran kertas A4, Times New Roman 12 pt, spasi 1,5. sila kirim tulisan ke alamat dan data diri (biodata, pas foto 4x6) ke email admisi@mep.ugm.ac.id Bimtek Tentang Manajemen Kepegawaian PBKD DIY rogram MEP FEB UGM me-nerima 93 orang apara-tur pengadministra-sian kepegawaian Badan Kepegawaian Daerah Daerah Is-timewa Yogyakarta untuk mengi-kuti Bimtek tentang Manajemen Kepegawaian selama 3 hari dari tanggal 19 – 21 Mei 2014. Dalam rangka menyongsong penerapan Undang-Undang No. 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Neg-era, BKD D.I. Yogyakarta bekerjasa-ma dengan Program Studi MEP FEB UGM untuk mempersiapkan pegawai BKD mengaplikasikan UU tersebut. Acara dibuka oleh Ketua Program MEP FEB UGM Prof. Lin-colin Arsyad, Ph.D dan Kepala BKD Daerah Istimewa Yogyakarta Bap-ak R. Agus Supriyanto, SH, M.Hum. Dalam sambutannya, Ketua Pro-gram MEP FEB UGM mengucapkan terima kasih kepada BKD Daerah Istimewa Yogyakarta yang telah mempercayakan Bimtek ini kepa-da Program Studi MEP FEB UGM. “Kami berharap peserta mendapat outcome dari Bimtek ini untuk me-layani masyarakat, karena tugas Aparatur Negara adalah melayani sebaik mungkin dan sesempurna mungkin,” ucap Lincolin Arsyad. Kunjungan Delegasi Universitas mitra dari jepang Professional Human Resource Development Project Phase IV (PHRDP-IV) Program akan segera dimulai. Ini adalah program dari Bappenas untuk Pro-gram Double Degree: satu tahun kuliah di universitas Indonesia dan melanjutkan tahun keduanya di Univeristas Jepang. Program MEP FEB UGM terpilih sebagai salah satu mitra universitas dalam negeri un-tuk pelaksanaan program ini. Berkaitan dengan hal di atas, pada Bulan Maret 2014 tercat-at sudah ada 3 Universitas Jepang yang berkunjung ke MEP FEB UGM. Mereka adalah GRIPS pada tanggal 6 Maret 2014, IUJ pada tanggal 26 Maret 2014, dan Kobe University pada tanggal 27 Maret 2014. Del-egasi dari GRIPS terdiri dari Prof. Yonosuke Hara, Ph.D., Ikumi Ito, dan Yuki Miyabe; dari IUJ terdiri dari Prof. Takahiro Akita, Prof. Noriyoshi Shiraishi, dan Prof. Kakinaka; dan dari Kobe University terdiri dari Prof. Jun Matsunami dan Prof. Koji Kawabata. Agenda utama kunjungan adalah membicarakan proses pen-erimaan mahasiswa, rencana kuri-kulum dan juga MoU. Juga sempat disinggung kemungkinan profesor dari universitas mitra Jepang un-tuk memberikan kuliah umum bagi mahasiswa Program MEP FEB UGM. [lina] “Pegawai ASN berperan seba-gai perencana, pelaksana, dan pengawas penyelenggaraan tu-gas umum pemerintahan dan pembangunan nasional melalui pelaksanaan kebijakan dan pe-layanan publik yang profesion-al, bebas dari intervensi politik, serta bersih dari praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme,” kata R. Agus Supriyanto, SH, M.Hum. (Kepala BKD D.I. Yogyakarta) dalam sambutannya. Acara Bimtek ditutup dengan agenda kegiatan outbond di Desa Ledok Sambi Kec. Pakem Kab. Sleman. [Trie] SWARA MEP 20 SWARA MEP Juli 2014 Juli 2014 SWARA MEP 21
  • 12. Program MEP FEB UGM me-nyelenggarakan 22 SWARA MEP Juli 2014 seminar hasil Program Kerja Lapangan (PKL) Sabtu, 7 Juni 2014 di Ruang Seminar MEP FEB UGM. Seminar PKL dihadiri oleh perwakilan dari Pemerin-tah Kabupaten Magelang yaitu Drs. E. Endra Wacana (Assek III), Gamis Hari Saktiyono, DP (Kabid Aset DPPKAD Kab. Magelang), Widianto Ahmad dari pengurus barang Kesehatan dan Dikke Riyo Sembodo, Amd dari PU dan ESDM. Selain itu, sebagai moderator adalah Dr. Soeratno. Seminar hasil PKL merupakan hasil dari kunjungan PKL ke Kabupaten Magelang yang telah dilakukan pada tanggal 24 Mei 2014. Peserta yang mengikuti kegiatan PKL adalah ma-hasiswa angkatan 50 reguler dan be-berapa dosen pendamping, antara lain Prof. Nopirin, M.A., Dra. Wahyu Hidayati, M.Si., dan Ari Setyaningrum, Seminar Hasil PKL Magelang M.Ec.Dev., MAPPI (Cert.). Rangkaian kegiatan PKL ini adalah Focus Group Discussion (FGD) dengan Pemerintah Kabupaten Magelang, observasi lapa-ngan dan pembahasan masing-mas-ing kelompok untuk diseminarkan. Program PKL adalah kegiatan yang bersifat wajib diikuti oleh mahasiswa. Tujuan kegiatan ini mengaplikasikan pengetahuan/wawasan/informasi yang diperoleh mahasiswa dalam perkuliahan. Tema PKL ke Kabupaten Magelang adalah Pengolaan Aset Ka-bupaten Magelang dengan 3 subtema, antara lain optimalisasi aset kesehatan (aspek legal tanah untuk Puskesmas), optimalisasi aset pendidikan (penila-ian aset SD dan SMP), dan optimal-isasi aset infrastruktur (kapitalisasi dan pemeliharaan jalan). Seminar hasil PKL kali ini mempre-sentasikan hasil kajian berdasarkan temuan dari masing-masing kelom-pok. Kelompok pertama dengan dos-en pendamping Prof. Nopirin, M.A membahas tentang optimalisasi aset kesehatan, khususnya Puskesmas. Te-muan di lapangan masih ada masalah legalitas tanah, seperti pembangunan Puskesmas di tanah kas desa (beng-kok). Kelompok kedua dengan dosen pendamping Ari Setyaningrum, M.Ec. Dev., MAPPI (Cert.) membahas tentang optimalisasi aset pendidikan, khususn-ya asset di SDN Mendut dan SMP 1. Salah satu temuan di lapangan adalah kurangnya pemahaman kepala se-kolah atau tata usaha pendataan aset sekolah, seperti pencatatan, inventaris , dan manajemen aset sekolah. Semen-tar itu, kelompok ketiga dengan dosen pendamping Dra. Wahyu Hidayati, M.Si. membahas tentang optimalisasi aset infrastruktur jalan di Kabupaten Magelang. [Waluyo] Geliat MEP Crawford School of Economics and Government. Australian National University (ANU) Master of International and Development Economics (MIDEC) National Graduate Institutes for Policy Studies (GRIPS) Jepang Master of Public Policy (MPP) International University of Japan (IUJ) Master of Arts in International Development (MA) Hiroshima University Master of Arts (M.A.) Takushoku University Master of International Development (MIDS) Kobe University Master of Economics (M.Ec.) Yokohama National University Master of Economics (M.Ec.) Ritsumeikan University Master of Arts (M.A.) Bagi mahasiswa yang tidak memenuhi persyaratan di atas, maka dapat terus mengikuti program reguler untuk menda-patkan gelar M.Ec.Dev. Progam pendidikan Linkage meru-pakan progam gelar ganda yaitu Program Studi MEP FEB UGM dan dari universitas mitra. Kelas ini dibuka untuk perkuliahan pada semester ganjil bulan September setiap tahunnya. Di Tahun perta-ma, mahasiswa belajar di Program Studi MEP FEB UGM dan ditahun kedua mahasiswa akan belajar di universitas mitra. Lulusan program Linkage akan memperoleh gelar M.Ec.Dev. dari Progam Studi MEP FEB UGM dan juga memperoleh gelar dari universitas mitra di luar negeri: Linkage Program Calon mahasiswa yang telah menyerahkan secara lengkap seluruh syarat pendaftaran, maka akan mengikuti serangkaian tes: • Mempunyai nilai skor TPA/PAPs >= 550, dibuktikan dengan sertifikat yang masih berlaku, yaitu maksimum 1 tahun setelah tanggal dike-luarkannya sertifikat; • Mempunyai nilai tes kemampuan Bahasa Inggris yang masih berlaku, yaitu maksimum 1 tahun setelah tanggal dikeluarkannya sertifikat, dibuktikan dengan sertifikat: • Institusional Testing Program (ITP) TOEFL dari institusi yang diakui oleh IIEF minimal skor 550; atau • Institusional English Testing System (IELTS) dari institusi yang diakui oleh IDP, minimal skor 6.00; atau • Internet-Based (IBT) TOEFL dari institusi yang diakui oleh IIEF, mini-mal skor 79 MEP FEB UGM Segenap Keluarga Besar Civitas Akademika MEP FEB UGM mengucapkan Selamat Hari Raya Idul Fitri 1435 H Mohon Maaf Lahir dan Bathin
  • 13. A. Mahasiswa Kelas Kerjasama Pemerin-tah Provinsi Sulawesi Barat B. Serah Terima Ma-hasiswa Kelas Ker-sama Pemerintah Provinsi Sulawesi Barat C. Pelatihan PDP I MEP UGM 9-17 Juni 2014 Galeri Foto D.Pelatihan Teknik Penyusunan Renja dan RKA Kabupaten Bombana 3-5 April 2014 E.Kunjungan DPRD Jawa Barat 23 Juni 2014 F. Peserta Pelatihan Akuntansi Pengelo-laan Aset Daerah 26- 28 Maret 2014 D E F A B C
  • 14. Green Tourism Supiandi Pada tahun 1971, seorang ekonom brilian Nicholas Georgeschu-Rogen menghasilkan pemikiran ekonomi yang fundamental sekaligus radikal yang ketika itu dianggap menentang arus neoklasik sehingga ia dijuluki rebellion economist. Pemikiran maha karya itu adalah “The Entophy Law and the Economic Process”, sebuah karya yang mem-berikan pesan bahwa pent-ingnya mempertimbangkan alam dan lingkungan dalam pembangunan ekonomi, karena kegiatan ekonomi bagaimanapun juga tidak terlepas dari hukum entro-py. Maha karya yang mela-wan arus pada tahun 1970- an tersebut kini menjadi ruh yang hidup kembali dalam konteks pembangunan berkelanjutan yang dike-nal dengan ekonomi hijau (Green Economy). United Nation Environment Programme (UNEP, 2011) men-definisikan ekonomi hijau seba-gai ekonomi yang rendah kar-bon, efisien dalam penggunaan tour-ism sosial) sebagai ciri-ciri pariwisata berkelanjutan. Istilah green sumber daya dan inklusif se-cara sosial. Selanjutnya, definisi ekonomi hijau bukanlah suatu keadaan melainkan suatu proses transformasi dan perkembangan dinamis yang konstan, ekonomi hijau menghasilkan kesejahter-aan dan akses yang merata bagi semua orang, menjaga lingkun-gan dan ekonomi agar tetap be-rada dalam daya dukung bumi yang terbatas (Danish 92 Group, 2012). Dengan demikian ekono-mi hijau merupakan kegiatan ekonomi yang selain dapat men-ingkatkan kesejahteraan rakyat sebagai tujuan akhir kegiatan ekonomi, juga diharapkan mem-beri dampak tercapainya keadi-lan bagi masyarakat maupun lingkungan dan sumber daya alam itu sendiri. Oleh karena itu, konsep ekonomi hijau perlu diinternal-isasikan ke dalam berbagai sek-tor, salah satu sektor yang akan dibahas dalam tulisan ini adalah sektor pariwisata dengan kon-sep green tourism. Istilah green tourism semakin banyak digu-nakan dalam berbagai diskusi yang mencakup segitiga men-dasar (ekonomi, lingkungan dan ini sudah terdapat dalam literatur pariwisata sejak lebih dari 20 tahun yang lalu, dengan adaptasi merujuk pada gerakan dari perdesaan ke pariwisata ramah lingkungan di Eropa dan Jepang. Kementerian Pariwisata mendefinisikan green tourism sebagai aktivitas bersenang-sen-ang untuk menikmati alam dan budaya dari destinasi dan berin-teraksi dengan penduduk lokal di daerah yang kaya dengan lanskap alaminya perdesaan dan pegunungan. Tourism merupa-kan fenomena sosial yang diaki-batkan oleh adanya perpindahan tempat untuk sementara waktu dari seseorang atau lebih yang dapat menimbulkan dampak di tempat tujuan maupun sepan-jang waktu yang dilaluinya (Se-tiawinata, 2006). Untuk memahami green tourism, pertama-tama perlu menanyakan hal berikut: “Un-tuk siapa pembangunan dan pengembangan green tourism dan ekowisata sebagai suatu hal berkelanjutan?” (Hubeis et al, 2007). Dalam hal ini, pem-bangunan dan pengembangan berkelanjutan diartikan sebagai usaha pemanfaatan sumber daya yang ada untuk memenuhi ke-butuhan sekarang dengan tanpa mengesampingkan bagaimana generasi mendatang meman-faatkan sumber daya yang sama guna memenuhi kebutuhan-nya dimasanya. Selanjutnya, United Nations World Tourism Organization (UNWTO, 2011) mendefinisikan pariwisata yang berkelanjutan sebagai pariwisata yang memperhitungkan secara penuh dampak ekonomi, sosial dan lingkungan sekarang dan yang akan datang, menjawab kebutuhan pengunjung, industri (pariwisata), lingkungan dan ko-munitas tuan rumah. Pertanyaan selanjutnya adalah “Masalah keberlanjutan itu sebagai suatu pilihan atau keterpaksaan?” (Hubeis et al, 2007). Dikatakan suatu pilihan, bila pemanfaatan sumber daya itu dilakukan pada saat ini secara besar-besaran dengan mencari-kan alternatif sumber daya yang lain bagi generasi mendatang dan dikatakan sebagai suatu ket-erpaksaan, bila pada dasarnya alam itu selalu harus dalam kead-aan equilibrium, maka apabila di-lakukan eksploitasi secara besar-besaran dengan tanpa menjaga keseimbangannya akan merusak alam itu sendiri. Pembangunan bidang pariwisata akan meng-hasilkan trade-off antara men-dapatkan manfaat atau dampak kerugian yang dihasilkan akibat pembangunan. Industri pari-wisata menghasilkan barang dan jasa yang berbeda dengan indus-tri dalam arti umum yang telah dikenal luas, misalnya jasa yang dihasilkan memerlukan keahlian Opini 714. 353 Jumlah wisatawan mancanegara yang masuk sepanjang tahun 2014 (Jan-Mei) USD 147.22 Rata-rata pengeluaran wisatawan mancanegara per hari sedangkan domestik sebesar Rp 711.300 (2013) Nilai tersebut meningkat 3.17% dan 0.89% dari tahun 2013. 430 .793 Total kamar tahun 2013 (Hotel Bintang dan Non Bintang) 26 SWARA MEP Juli 2014 Juli 2014 SWARA MEP 27
  • 15. khusus dari penyelanggarannya terutama dengan orang yang menanganinya dalam rangka memberikan kepuasan bagi para konsumennya. Karakteristik dari perencanaan dan pengembangan green tour-ism tidak lepas dari pemahaman akan sifat atau karakter yang menonjol dari produk industri pariwisata (Hubeis et al., 2007) yaitu tidak dapat dipindahkan, tidak dapat ditimbun, proses produksi dan konsumsi jatuh pada waktu yang bersamaan. Berkembangnya pembangunan pariwisata akan mendorong dae-rah- daerah dan masyarakat se-tempat membangun sarana dan prasarana yang dibutuhkan, seh-ingga nantinya akan mendorong para investor dari dalam maupun luar negeri untuk berpartisipasi dalam pembangunan objek dan daya tarik wisata. Lingkungan alami Indonesia merupakan inti dari keseluru-han daya tarik pariwisata. Daya tarik tersebut bukan hanya ber-dampak positif bagi pengem-bangan ekonomi, jika dilihat dari sudut pandang lingkungan hidup kondisinya jauh dari ideal. Eksploitasi eksosistem Indonesia yang kaya dan beraneka-ragam secara berlebihan sudah dikenal luas dalam berbagai dokumen termasuk laporan-laporan resmi pemerintah Indonesia. Lapo-ran tentang kondisi lingkungan ASEAN dan sejumlah laporan antar pemerintah dan sejumlah perwakilan internasional lainnya. Merujuk pada evaluasi dari Travel and Tourism Competitiveness In-dex (TTCI, 2011), yang mencakup kinerja pariwisata dalam keber-lanjutan lingkungan dan sum-berdaya alami, Indonesia hanya di posisi 130 di antara 133 ne-gara yang dievaluasi. Meskipun dapat dibuktikan bahwa kondisi di beberapa wilayah lebih baik dan di beberapa lagi lebih bu-ruk, titik kuncinya adalah bahwa keberlanjutan lingkungan meru-pakan suatu isu di semua tingkat pemerintahan di Indonesia. Konsumsi energi dan air serta produksi sampah yang berasal dari wisatawan nyaris dua kali li-pat ketimbang yang berasal dari penduduk pada umumnya. Wisa-tawan mengkonsumsi energi dan air lebih daripada konsumsi di rumahnya sendiri. Mereka juga memproduksi lebih banyak sampah yang ditinggalkan di destinasi yang mereka kunjungi. Hotel dan restoran pada berba-gai skala operasi yang berbeda, mengkonsumsi bahan kimia dan bahan yang tak teruraikan yang mempunyai efek pencemaran. Sepanjang jalan daerah wisata di Indonesia, dapat dijumpai ban-yak warung makan dan beberapa sarana akomodasi yang dikelola tanpa pengetahuan yang me-madai, khususnya menyangkut dampak lingkungan. Destinasi padat kunjungan, khu-susnya kunjungan dalam jumlah besar dengan kendaraan prib-adi, menyebabkan pencemaran udara yang menjadi tanggungan penduduk dan menyebabkan lingkungan yang tidak sehat. Mis-alnya Bandung sebagai destinasi wisata perkotaaan yang dengan sarana perbelanjaan dan kuliner sebagai daya tarik utamanya. Orang-orang menghabiskan waktu beberapa hari bahkan lebih, sehingga menyebabkan kepadatan lalu lintas yang san-gat tinggi, terutama di pintu ger-bang tol yang membuat antrian kendaraan bisa mencapai 10 km. Terdapat laporan bahwa selama akhir pekan, sebanyak 200 ribu kendaraan memasuki kota. Lalu lintas yang padat dan kehidupan malam di kota dapat menyebab-kan pencemaran suara, perusa-kan terhadap keaneka-ragaman hayati dan gangguan terhadap spesies di daratan dan di pesisir dapat terjadi karena lemahnya pengelolaan waktu kunjungan, dan perusakan terhadap berba-gai lokasi di bawah permukaan air karena pengambilan karang yang telah berlangsung di be-berapa destinasi pantai yang terkenal, merupakan isu lain yang perlu diperhatikan. Wisatawan juga dapat mencip-takan dampak yang tidak disa-dari ketika mereka mengunjungi tempat atau daya tarik dengan lingkungan alam dan budaya. Karena itu perlu dikembang-kan kampanye kesadaran pen-gunjung tentang kemungkinan dampak yang dapat mereka timbulkan, khususnya dengan menggunakan tanda-tanda yang dapat diintepretasikan dalam berbagai bahasa, ditempatkan pada gerbang masuk ke berba-gai lokasi daya tarik budaya atau alam tertentu. Berdasarkan fakta diatas, perlu dilakukan langkah-langkah strat-egis agar pariwisata di Indonesia tidak mengalami kemerosotan diantaranya (Hubeis et al., 2007). a. Peningkatan pemahaman green tourism, diantaranya pen-injauan kembali kriteria yang sesuai dengan kebutuhan pasar pariwisata yang dinamis. b. Pemberdayaan sumber daya manusia yang diharapkan dapat mempromosikan kesinambun-gan green tourism. c. Peningkatan kerjasama dengan berbagai pihak untuk mempromosikan dan menyebar-luaskan green tourism sebagai suatu kegiatan pariwisata alter-natif. Dapatkan majalah digital SWARA MEP di mep.ugm.ac.id/dm_swamep.php Coming Soon Dies Natalis MEP FEB UGM ke 20 Turut Berduka Cita atas meninggalnya salah satu alumni MEP FEB UGM angkatan 39 dari Kabupaten Raja Ampat, Papua Barat Amude K., S.Sos, M.Ec.Dev d. Pemanfaatan green tour-ism melalui diferensiasi kegiatan yang dianggap produktif. Langkah-langkah yang dike-mukakan tersebut menunjuk-kan bahwa green tourism da-pat menjadi potensi produk pariwisata yang memiliki cirri dan karakteristik tersendiri den-gan jenis-jenis produk pariwisata yang sudah ada. Mengingat lu-asnya wilayah, keragaman hayati dan budaya penduduk diseki-tarnya. Oleh karena itu, perlu dibangun citra, profesionalisme dan kemampuan menyikapi kondisi eksternal untuk meng-gali potensi green tourism se-bagai penerimaan pendapatn di sektor pariwisata nasional, baik penerimaan bagi pelaku usaha, serta pajak dan devisa negara. Pada akhirnya dapat disimpul-kan bahwa kekayaan dan keber-agaman sumber daya alam, flora dan fauna merupakan kekuatan utama kepariwisataan Indonesia untuk tumbuh dan berkembang menjadi daerah tujuan wisata green tourism, maka diperlukan langkah-langkah strategis antar pihak, baik pemerintah maupun masyarakat agar terwujud ket-erpaduan lintas sektoral melalui suatu strategi pengembangan yang mengoptimalkan potensi kepariwisataan, memperluas kesempatan kerja, menata dan memelihara objek daya tarik wisata yang ada dan meningkat-kan peran serta masyarakat yang sadar wisata. 28 SWARA MEP Juli 2014 Juli 2014 SWARA MEP 29
  • 16. Join us! INFORMASI LEBIH LANJUT Bagian Admisi MEP FEB UGM Jalan Teknika Utara, Barek, Bulasumur, Yogyakarta 55281 Telp. (0274) 518 946 555 917 555 918 Faks. (0274) 555 922 Hotline 0888 272 9055 Web: http://mep.ugm.ac.id MEP FEB UGM Magister Ekonomika dan Pembangunan 30 SWARA MEP Juli 2014 Juli 2014 SWARA MEP 31 Universitas Gadjah Mada Program Magister Ekonomika Pembangunan Perencanaan dan Pembangunan Daerah, Keuangan Daerah, Manajemen Aset dan Penilaian Properti, Manajemen Aset dan Penilaian Bisnis Dalam rangka menginte-grasikan rencana kegiatan yang akan dilaksanakan sepanjang tahun 2014, Program MEP FEB UGM menye-lenggarakan workshop RENSTRA, RENOP, dan RKAT yang dihadiri oleh Pengelola dan Karyawan Program MEP FEB UGM di Ruang Langenbaswara di Hotel Jogjakarta Plaza dan acara dibuka oleh Prof Lincolin Arsyad, Ph.D, Ketua Pen-gelola Program MEP FEB UGM dan dipandu oleh Bayu Sutikno, S.E., M.S.M., Ph.D., Sekprodi Bid. Ad-ministrasi dan Keuangan Program MEP FEB UGM. “Small but beauti-ful and healthy”, ujar Prof. Lincolin Arsyad, Ph.D. dalam paparan yang disampaikan. “Ini akan jadi tagline kita,” tegasnya. Prof. Lincolin Ar-syad, Ph.D. menambahkan bahwa walaupun organisasi kita kecil, han-ya terdiri dari 28 karyawan, kita bisa ‘cantik’ yang tercermin dalam kes-uksesan kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan dan sehat dalam sistem keuangan dan organisasi. Program MEP FEB UGM mempunyai Visi menjadi program studi Pascasarjana terkemuka di Asia Tenggara yang memberikan kontribusi intelektual melalui keg-iatan pengajaran dan penelitian di bidang ekonomika terapan untuk kesejahteraan masyarakat. Prof. Lincolin Arsyad, Ph.D. menyam-paikan bahwa Visi adalah mimpi untuk menjadikan lembaga seperti apa. “Ini adalah mimpi indah tetapi affordable (bisa dicapai dengan berusaha),” ujarnya. Visi bisa dica-pai dengan misi yang telah dibuat. Misi Program MEP FEB UGM adalah mendidik mahasiswa agar menjadi lulusan pascasarjana yang unggul dan berkarakter di bidang ekono-mika terapan, melakukan advanced policy research, dan menyeleng-garakan kegiatan pengabdian masyarakat melalui pendidikan dan penelitian yang terintegrasi di bidang ekonomika terapan un-tuk kesejahteraan masyarakat. Target utama tahun 2014 adalah bidang akademik dan bi-dang non-akademik. Bidang aka-demik meliputi peningkatan kulitas proses pembelajaran dan pening-katan sarana penunjang proses pembelajaran. Sedangkan bidang non-akademik terdiri dari pening-katan kualitas pelayanan terhadap seluruh pemangku kepentingan (stakeholders) dan peningkatan kesejahteraan karyawan mela-lui pemberian insentif, baik yang tangible maupun yang intangi-ble. “Everyone is customer. Jadi semua harus dilayani, baik antar bagian maupun lintas bagian,” kata Prof. Lincolin Arsyad, Ph.D. “Tata uang, tata orang, dan tata barang adalah tiga hal yang saya urusi”, kata Bayu Sutik-no, Ph.D.. “Slogan PASTI akan men-jadi panduan dalam tata orang,” tegasnya. PASTI merupakan kepan-jangan Profesional, Akuntabel, Se-derhana, Transparan, dan Inovatif. Selain itu, Bayu Sutikno, Ph.D. juga memaparkan target-target dan rencana-rencana yang akan dilak-sanakan sepanjang tahun 2014. Presentasi per bagian juga dilaksanakan oleh masing-masing Kepala Bagian. Dimulai oleh Dwi Rining Suprapti; Kepala Bagian Admisi, Alumni, Kerjasa-ma, dan Hubungan Masyarakat; Tri Agung Nugroho; Kepala Ba-gian Akademik dan Sistem In-formasi; dan yang terakhir Agus Kartono Widodo; Kepala Bagian Administrasi, Keuangan, SDM, dan Umum. Tiap bagian mengi-dentifikasi permasalahan, lang-kah terobosan sebagai solusi yang akan ditempuh dan indika-tor kunci yang harus dicapai di 2014. Sepanjang presentasi juga diwarnai dengan diskusi berkaitan dengan program kerja yang diren-canakan. Semoga juga semua ren-cana kegiatan yang diagendakan juga akan berbuah kesuksesan. WORKSHOP RENSTRA, RENOP DAN RKAT PROGRAM MEP FEB UGM
  • 17. Workshop Kurikulum MAPP dan MAPB Dalam rangka mem-peringati Dies Na-talis Program Studi MEP FEB UGM ke- 19, Program Studi MEP FEB UGM menyelenggarakan acara tumpengan yang dilaksanakan pada Hari Selasa, 3 Juni 2014. Bertempat di Ruang Seminar Program MEP FEB UGM, aca-ra dimulai jam 12.00 WIB dan dibuka dengan sambutan dari Prof. Lincolin Arsyad, Ph.D., Ketua Pengelola Program MEP FEB UGM. “Ibarat seorang gadis, usia 19 adalah usai yang ranum, cantik, dan banyak pem-inatnya,” ujar Lincolin Arsyad. Seperti dengan textline nya yaitu Committed to Develop-ment, Program MEP FEB UGM mengabdikan dirinya pada pem-bangunan daerah. “Khusus ta-hun ini, acara dies dilaksanakan secara sederhana tetapi semoga tidak mengurangi arti milad MEP,” tambahnya. Acara tumpengan ini dihadiri oleh Manajemen FEB UGM, perwakilan dos-en, perwakilan alumni, per-wakilan mahasiswa, pengelola dan karyawan Program MEP FEB UGM. “Cikal bakal Pro-gram MEP adalah pelatihan PMSES,” kata Prof. Wihana Kirana Jaya, Ph.D., Dekan FEB UGM, dalam sambutannya. Ini bermula dari minat banyak pe-serta pelatihan PEMSES yang ingin melanjutkan pendidikan S2 dalam bidang pembangunan daerah maka dibentuk Tim yang menindaklanjuti pembentukan Program MEP FEB UGM. Tim 6 ini terdiri dari Prof. Dr. Mar-diasmo, M.B.A., Prof. Dr. In-sukindro, M.A., Prof. Wihana Kirana Jaya, Ph.D., Dr. Wahyu Widayat, M.Ec, Dr. B.M. Pur-wanto, M.B.A., dan Dr. Faried Widjaya Mansoer,M.A.. “Untuk menjadi terke-muka di Asia, kita harus punya evidance based data dan juga mempunyai inovasi,“ lanjut de-kan FEB UGM. Dijelaskan juga bahwa Program MEP juga harys mempunyai kelas premium dan research dashboard. Acara po-tong tumpeng sendiri dilakukan oleh Ketua Pengelola, Prof. Lin-colin Arsyad, Ph.D., didamp-ingi oleh Sekretaris Program Studi Bidang Administrasi dan Keuangan, Bayu Sutikno, S.E., M.S.M., Ph.D., yang diserah-kan ke Dekan FEB UGM, Prof. Wihana Kirana Jaya, Ph.D. Acara selesai jam 14.00 yang diakhiri dengan makan siang bersama. [Lina] Sarasehan Program Studi Magister Ekonomika Terapan Indonesia Dalam rangka pengem-bangan Prodi Magister Ekonomika Terapan di Indonesia, Program MEP menyelenggarakan Sarasehan Pen-gelola Prodi Magister Ekonomika Terapan. Penyelenggaraan Sarase-han tersebut bertempat di kampus MEP FEB UGM pada hari Jumat, 6 Juni 2014. Peserta yang terlibat dalam kegiatan ini merupakan per-wakilan dari universitas yang me-miliki prodi Magister Ekonomika Terapan di Indonesia. Sepuluh prodi hadir dalam acara Sarasehan Prodi Magister Ekonomika Terapan, yang terdiri dari Universitas Indonesia (UI), Universitas Diponegoro (UN-DIP), Universitas Cenderawasih (UNCEN), Universitas Jenderal Soedirman (UNSOED), Universitas Trisakti, Universitas Negeri Sebelas Maret (UNS), Universitas Mataram (UNRAM), Universitas Airlangga (UNAIR), Universitas Pembangu-nan Nasional Yogyakarta (UPN) dan. Kegitan ini adalah salah satu bentuk tanggung jawab dalam men-ingkatkan standar kualitas pembela-jaran yang baik dibidang ekonomika terapan. Prof. Lincolin Arsyad, Ph.D men-gatakan bahwa era globalisasi dan Masyarakat Ekonomi ASEAN akan diberlakukan pada tahun 2015 se-hingga perguruan tinggi dituntut meningkatkan tenaga professional yang berpengetahuan luas dan ber-integritas tinggi. “Persaingan saat ini, bukan antar prodi di Indonesia melainkan dengan prodi dari luar negeri,” imbuhnya. Merujuk dari permasalahan tersebut, dengan ber-tujuan untuk meningkatkan kualitas SDM di Indonesia, maka dibentuk Asosiasi Program Magister Ekono-mika Terapan (APMETI). Asosiasi ini dibentuk untuk menyusun strate-gi bagaimana meningkatkan kualitas belajar mengajar di magister ekono-mi terapan. Selain itu, asosiasi ini dibentuk agar dapat bersaing den-gan universitas internasional secara global. Kegiatan Sarasehan tersebut meng-hasilkan sebuah Deklasrasi Pemben-tukan Asosiasi Program Magister Ekonomika Terapan (APMETI). Beberapa maanfaat dengan ke-beradaan APMETI, yaitu berbagi pengalaman dalam pengelolaan prodi, transfer kredit antar program studi, kuliah tamu, dan pengkajian kurikulum program studi. Selai itu, pengembangan jejaring kerjasama di tingkat nasional dan internasion-al. [Prast] “ APMETI ini dibentuk untuk menyusun strategi bagaimana meningkatkan kualitas belajar mengajar di magister “ ekonomika terapan DIES NATALIS MEP UGM Turut Berduka Cita atas meninggalnya salah satu alumni MEP FEB UGM kelas Bappenas 7 Dinas Pertanian dan Peternakan Kab. Batang Provinsi Jawa Tengah Masyithah, STP, M.Ec.DeV. 32 SWARA MEP Juli 2014 Juli 2014 SWARA MEP 33
  • 18. “ Ibarat seorang gadis, usia 19 adalah usia “ yang ranum, cantik, dan banyak peminatnya Dalam rangka mem-peringati Dies Natalis Program Studi MEP FEB UGM ke-19, Pro-gram Studi MEP FEB UGM me-nyelenggarakan acara tumpen-gan yang dilaksanakan pada Hari Selasa, 3 Juni 2014. Bertempat di Ruang Seminar Program MEP FEB UGM, acara dimulai jam 12.00 WIB dan dibuka dengan sambutan dari Prof. Lincolin Arsyad, Ph.D., Ketua Pengelo-la Program MEP FEB UGM. “Ibarat seorang gadis, usia 19 adalah usai yang ranum, cantik, dan banyak peminatnya,” ujar Lincolin Arsyad. Seperti dengan textline nya yaitu Committed to Development, Program MEP FEB UGM mengabdikan dirin-ya pada pembangunan daerah. “Khusus tahun ini, acara dies dilaksanakan secara sederhana Tumpengan Tasyakuran Dies Natalis Ke-19 Program MEP FEB UGM tetapi semoga tidak mengurangi arti milad MEP,” tambahnya. Acara tumpengan ini dihadiri oleh Manajemen FEB UGM, perwakilan dosen, perwakilan alumni, perwakilan mahasiswa, pengelola dan karyawan Program MEP FEB UGM. “Cikal bakal Program MEP adalah pelatihan PMSES,” kata Prof. Wihana Kirana Jaya, Ph.D., Dekan FEB UGM, dalam sambutannya. Ini bermula dari minat banyak pe-serta pelatihan PEMSES yang ingin melanjutkan pendidikan S2 dalam bidang pembangunan daerah maka dibentuk Tim yang menindaklanjuti pembentukan Program MEP FEB UGM. Tim 6 ini terdiri dari Prof. Dr. Mardias-mo, M.B.A., Prof. Dr. Insukin-dro, M.A., Prof. Wihana Kirana Jaya, Ph.D., Dr. Wahyu Widay-at, M.Ec, Dr. B.M. Purwanto, M.B.A., dan Dr. Faried Widjaya Mansoer,M.A.. “Untuk menjadi terkemuka di Asia, kita harus punya evidance based data dan juga mempun-yai inovasi,“ lanjut dekan FEB UGM. Dijelaskan juga bahwa Program MEP juga harys mem-punyai kelas premium dan re-search dashboard. Acara potong tumpeng sendiri dilakukan oleh Ketua Pengelola, Prof. Lincolin Arsyad, Ph.D., didampingi oleh Sekretaris Program Studi Bidang Administrasi dan Keuangan, Bayu Sutikno, S.E., M.S.M., Ph.D., yang diserahkan ke Dekan FEB UGM, Prof. Wihana Kirana Jaya, Ph.D. Acara selesai jam 14.00 yang diakhiri dengan ma-kan siang bersama. [Lina] KEPENGURUSAN MEP FEB UGM 2014 Sekretaris Program Studi Bidang Akademik Dr. Akhmad Makhfatih, M.A. Sekretaris Program Studi Bidang Umum, SDM, dan Keuangan Bayu Sutikno, S.E., M.S.M., Ph.D. Ketua Program Studi Prof. Lincolin Arsyad, Ph.D. 34 SWARA MEP Juli 2014 Juli 2014 SWARA MEP 35
  • 19. kunjungi mep.ugm.ac.id 36 SWARA MEP Juli 2014 MEP FEB UGM