ANALISIS SENSITIVITAS SIMPLEKS BESERTA PERUBAHAN KONTRIBUSI.pptx
Supiandi, Green Tourism SWARAMEP (Majalah Magister Ekonomi Pembangunan), Edisi Juli 2014, halaman 26-29.
1. SWARAMEP Magister Ekonomika Pembangunan Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Gadjah Mada
MENILIK EFEK UU DESA TERHADAP
PEMBANGUNAN DESA
JULI 2014| ISSN 1412-1883
2. *)lokasi pengambilan gambar di Sentani, Papua
Misi MEP FEB UGM
Mendidik mahasiswa menjadi pemimpin yang berintegritas dan berpengetahuan luas di bidang
ekonomika terapan untuk kesejahteraan masyarakat
Visi MEP FEB UGM
Menjadi program studi pascasarjana terkemuka di Asia Tenggara yang memberikan kontribusi
nyata melalui kegiatan pengajaran dan penelitian di bidang ekonomika terapan untuk
kesejahteraan masyarakat.
3. Pengantar Redaksi
SWARA MEP edisi semester gasal 2014 kembali hadir dengan berita dan informasi terak-tual
seputar MEP FEB UGM. Topik utama pembahasan pada edisi kali ini adalah paradigma baru
pembangunan ekonomi dalam UU Desa No. 6 Tahun 2014. Saat ini, kesiapan pemerintah desa
dalam menyongsong undang-undang desa menarik untuk ditelaah lebih dalam. Selain itu, pada
rubrik Opini membahas tentang implementasi Green Tourism dalam pembangunan berkelanjutan.
Di samping itu, SWARA MEP tetap menyajikan informasi dan berita tentang kegiatan di
MEP FEB UGM. Selain beberapa informasi lain tersaji dalam edisi kali ini, SWARA MEP menerima
sumbangan ide dan partisipasi aktif pembaca, baik mahasiswa, staf pengajar maupun alumni MEP
FEB UGM. Semoga informasi yang tersaji dalam edisi ini bisa memberikan inspirasi bagi pembaca
semua. Salam membaca, terima kasih.
Edisi Juli 2014
Yogyakarta, Tim Redaksi SWARA MEP UGM
Magister Ekonomika Pembangunan Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Gadjah Mada SWARA MEP
Pelindung
Penanggung Jawab
Pimpinan Umum
Pemimpin Redaksi
Redaksi
Distribusi dan Sirkulasi
Desainer Majalah dan Fotografi
Alamat Redaksi
Rekening
Prof. Wihana Kirana Wijaya, Ph.D
(Dekan FEB UGM)
Prof. Lincolin Arsyad, Ph.D
(Ketua Pengelola MEP UGM)
Dr. Akhmad Makhfatih, M.A.
Dra. Dwi Rining Suprapti
Prastowo, S.E.
Khumarun
Suroyo
Tri Sulasiyah
Gerindra Yusuf W., S.E., Akt.
Jalan Teknika Utara, Barek,
Bulasumur, Yogyakarta 55281
Telp. (0274) 518 946 555 917 555 918
Faks. (0274) 555 922
E-mail: admisi@mep.ugm.ac.id
Web: http://mep.ugm.ac.id
Bank Mandiri cabang UGM Yogyakarta a.n.
UGM FEB MEP Alumni
888 880 206 402 0003
06
SWARA MEP
26
Kesiapan
Pemerintah Desa
Pengesahan UU Desa sudah
tinggal di depan mata.
Pemerintah Daerah berke-wajiban
untuk berjalan sesuai
UU yang telah disahkan.
Bagaimana kesiapan pemer-intah
desa mengenai hal
tersebut? Baca selengkapnya ...
Green Tourism
setiap dana yang dihabiskan ketika
melakukan perjalanan wisata
berdampak pada lingkungan. Apa
saja? Baca selengkapnya ...
16
17
menilik
efek uu desa
terhadap
pembangunan desa
20
21
Edisi Juli 2014
BIMTEK Tentang
Manajemen Kepegawaian
Kunjungan Delegasi dari
Jepang
Penerimaan Mahasiswa Baru
angkatan 52
Seminar Hasil PKL Magelang
Berita Seputar Kegiatan Dies
Natalis MEP FEB UGM 2014 32
Pelatihan Leadership
Pelatihan Public Speaking
Kunjungan Delegasi
University of Malaya
Survey dan Diskusi “Daya
Saing Daerah”
11 Paradigma Baru
Pembangunan
Ekonomi Desa
22
4. Juli 2014 SWARA MEP 7
Bagi Bangsa Indonesia, Un-dang-
Undang Nomor 6 Tahun
2014 memiliki arti dan makna
tersendiri. Bukan saja karena
Undang-Undang ini adalah Undang-
Undang pertama tentang Desa yang se-cara
komprehensif mengatur persoalan-persoalan
kewilayahan, kemasyarakatan
dan permerintahan yang ada di Desa,
melainkan terlebih dari itu Undang-Un-dang
Desa ini mampu menjadi “magnet”
bagi semua pemangku kepentingan un-tuk
kembali “memperhatikan” arti pent-ing
desa dalam format negara Kesatuan
Republik Indonesia.
Secara historis dan filosofis jelas
bahwa keberadaan desa memiliki posisi
yang sangat strategis. Bahkan strategis
keberadaan desa ini terkenal jauh se-belum
Mr. Herman Warner Muntinghe
menyampaikan laporannya tanggal 14
Juli 1817 mengenai keberadaan desa
dipesisiran Pulau Jawa Utara (Kar-tohadikoesoemo,
1965; Surianingrat,
1985).
Dari sisi tata pemerintahan, jelas
bahwa tata pemerintahan desa itu ter-lebih
dulu ada sebelum tata pemerinta-han
di atasnya itu ada. Oleh karena itu,
ketika Undang-Undang Nomor 6 Ta-hun
2014 tentang desa, bertujuan untuk
mewujudkan desa yang maju, mandiri
dan sejahtera tanpa harus kehilangan jati
dirinya. Aspek-aspek penting yang dia-tur
selain mengenai penataan desa, ke-wenangan
desa, hak dan kewajiban desa
dan masyarakat desa, pembangunan desa
dan pembangunan kawasan perdesaan,
kekhususan Desa Adat, juga mengenai
aspek penyelenggaraan pemerintahan
dan sebagainya.
Dari sisi sejarah, desa memiliki
tata pemerintahan yang lebih tua daripa-da
pemerintahan di atasnya. Seharusnya
kapasitas pemerintah desa jauh lebih
maju daripada Pemerintah di atasnya.
Oleh karena itu dengan keberadaan
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014
ini adalah saatnya kembali kita mer-enungkan
pendapat Prof. Mr J de
Louter, seorang ahli tata negara Belanda
dan F. Laceulle dalam suatu laporannya,
yang menyatakan bahwa desa merupa-kan
fundamen bagi tatanegara Indonesia
(Sutardjo, 1965).
Dengan kata lain, karena desa merupa-kan
fundamen bagi kemajuan bangsa
dan negara Indonesia, maka desa harus
maju, mandiri, sejahtera tetapi tanpa
harus kehilangan jati dirinya. Dalam
rangka mewujudkan hal ini, salah satu
aspek yang sangat penting adalah men-genai
peningkatan kapasitas penye-lenggara
pemerintahan desa yaitu ka-pasitas
pemerintah desa. Sejak jaman
Orde Baru, melalui Ketetapan Majelis
Permusyawaratan Rakyat Nomor IV/
MPR/1978 tentang Garis-garis Besar
Haluan Negara, penguatan kapasitas
pemerintah desa sudah mulai dilakukan
(Kansil, 1988). Oleh karena kapasitas
pemerintah desa di Indonesia saat ini
sangat bervariatif levelnya dan mewar-nai
keberagaman desa yang saat ini jum-lahnya
kurang lebih 72.944 desa, maka
dalam meningkatkan kapasitas Pemerin-tah
desa perlu diperhatikan juga aspek-aspek
yang sifatnya lokal, regional dan
nasional serta dengan memperhatikan
asas penyelenggaraan Pemerintahan
desa yang termaktub dalam Pasal 24 Un-dang-
Undang Nomor 6 Tahun 2014 ten-tang
desa, yaitu asas kepastian hukum,
tertib penyelenggaraan pemerintahan,
tertib kepentingan umum, keterbukaan,
proporsionalitas, profesionalitas, akunt-abilitas,
efektivitas dan efisiensi, keari-fan
lokal, keberagaman dan partisipatif.
KESIAPAN PEMERINTAH DESA
DALAM MENYONGSONG
PELAKSANAAN
UNDANG-UNDANG DESA
oleh Dr. Eko Prasetyanto PP., M.Si., MA
(alumni MEP FEB UGM angkatan 7 Konsentrasi Pembangunan Daerah)
Direktur Pemerintahan Desa dan Kelurahan, Ditjen PMD, Kemendagri
5. Join us!
INFORMASI LEBIH LANJUT
Bagian Admisi MEP FEB UGM
Jalan Teknika Utara, Barek,
Bulasumur, Yogyakarta 55281
Telp. (0274) 518 946 555 917 555 918 Faks. (0274) 555 922
Hotline 0888 272 9055
Web: http://mep.ugm.ac.id
MEP FEB UGM
Magister Ekonomika dan Pembangunan
8 SWARA MEP Juli 2014 Juli 2014 SWARA MEP 9
Universitas Gadjah Mada
Program Magister
dan
Program Sertifikasi Penilai
(Magister Konsentrasi
Manajemen Aset dan
Penilaian Properti)
Permasalahan dan Isu Krusial
Pemerintahan Desa
Fungsi pemerintah, pada
hakekatnya ada 3 (tiga) yaitu un-tuk
mengatur (public regulation),
memberikan pelayanan (pub-lic
goods) dan pemberdayaan
masyarakat (empowerment). Per-soalannya
sekarang, untuk mel-aksanakan
fungsi-fungsi pemer-intahan
tersebut, kebanyakan
pemerintahan desa menghadapi
berbagai permasalahan yang cukup
kompleks. Secara garis besar berb-agai
permasalahan yang kompleks
tersebut dapat dikelompokkan
dalam tiga kelompok permasala-han,
yaitu permasalahan kewilaya-han,
kemasyarakatan dan pemerin-tahan.
Permasalahan kewilayahan, yang
sering dihadapi oleh pemerintah
desa saat ini antara lain adalah
masalah penetapan dan penegasan
batas desa, pemekaran desa, per-encanaan
pengembangan wilayah
desa dan perencanaan pembangu-nan
kawasan perdesaan, lingkun-gan
dan sebagainya. Sedangkan
permasalahan kemasyarakatan
yang dihadapi antara lain adalah
persoalan kemiskinan, pengang-guran,
pendidikan yang rendah,
kesehatan yang buruk, keterwaki-lan
perempuan, perlindungan anak,
dan sebagainya. Selanjutnya un-tuk
permasalahan Pemerintahan
dapat dikelompokkan dalam per-masalahan
kewenangan, keuangan,
kelembagaan dan personil.
Permasalahan kewilaya-han
ke depan akan menjadi sangat
penting untuk diperhatikan, karena
dengan meningkatnya intensitas
pembangunan serta anggaran yang
masuk ke desa, bukan tidak mung-kin
bahwa masalah batas desa akan
menjadi persoalan yang sangat
krusial. Batas desa yang masih di-dasarkan
pada batas alam sedikit
demi sedikit harus ditata sedemiki-an
rupa sehingga desa memiliki
batas desa yang berdasarkan pada
titik ordinat dan menggunakan pi-lar
batas desa tipe D. Demikian
juga dengan masalah pemekaran,
kalau tidak dikendalikan bukan
tidak mungkin desa akan menjadi
obyek kepentingan berbagai pihak.
Selanjutnya yang perlu diperhati-kan
dalam masalah kewilayahan
adalah masalah perencanaan pem-bangunan
desa dan kawasan perd-esaan,
dimana dalam ketentuan pe-rundang-
undangan ada kewajiban
kepala desa untuk membuat Ren-cana
Pembangunan Jangka Me-nengah
Desa (RPJM Desa) dan
Rencana Kerja pemerintahan desa
(RKP Desa), sebagai landasan bagi
pemerintah desa dalam membuat
Anggaran Pendapatan dan Belanja
Desa (APB Desa). Oleh karena itu,
persoalan penguasaan pengetahuan
mengenai tata cara pembuatan
RPJM Desa, RKP Desa, dan APB
Desa serta penguasaan mengenai
penetapan skala prioritas pem-bangunan
yang dibutuhkan Desa
dalam hubungannya dengan arah
kebijakan pembangunan daerah
adalah menjadi suatu permasalahan
yang perlu diselesaikan sedangkan
untuk permasalahan kemasyaraka-tan
dan pemberdayaan masyarakat,
antara lain terdapat permasalahan
kemiskinan, pengangguran, pen-didikkan
yang rendah dan keseha-tan
yang buruk. Data menunjukkan
bahwa persentase dan jumlah pen-duduk
miskin secara bertahap terus
mengalami penurunan, namun de-mikian
Tahun 2013 masih ada 28,5
juta penduduk miskin yang perlu
dientaskan (11,47). Demikian juga
dengan pengangguran yang ada
di Desa, perlu dicermati penyebab
maupun cara mengatasinya, apa-kah
pengangguran yang ada bersi-fat
friksional (frictional unemploy-ment
), pengangguran struktural
(structural unemployment), atau
pengangguran siklis (cyclical un-employment
) (Salvatore dan Di-ulio,
2004).
Selanjutnya dibidang Pemer-intahan,
permasalahan saat ini
antara lain adalah permasalahan
ketidakjelasan urusan yang men-jadi
kewenangan pemerintah desa.
Akibatnya, pemerintah desa men-galami
kesulitan dalam mengop-timalkan
tugas dan fungsinya,
khususnya dalam mengembang-kan
sumber-sumber pendapatan
aslinya. Dalam bidang keuangan
persoalannya adalah bagaimana
menggali dan mengelola keuangan,
sedangkan dibidang kelemba-gaan
permasalahan yang dihadapi
seperti pembentukan organisasi
yang gemuk, hubungan antar lem-baga
desa yang kurang harmonis,
kekurangan aparat yang kompeten,
dan sebagainya.
Pertanyaannya sekarang,
strategi apa yang diperlukan un-tuk
untuk mengatasi permasala-han-
permasalahan di atas agar
penyelenggaraan pemerintahan,
pelaksanaan pembangunan, pem-binaan
kemasyarakatan dan pem-berdayaan
masyarakat dapat berja-lan
dengan baik dan berkelanjutan
sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan ?
Strategi Penguatan Pemerinta-han
Desa
Memperhatikan permasalahan-per-masalahan
di atas, hal yang paling
penting dan mendasar untuk men-jawab
semua permasalahan ada-lah
rasa optimis dan kerja keras.
Pepatah mengatakan “Tidak ada
permasalahan yang tidak dapat dis-elesaikan...”...
“kalau ada kemauan
pasti ada jalan”. Berkaitan dengan
ini, dalam rangka menyiapkan
SDM, khususnya aparat pemer-intah
desa, maka peningkatan ke-mampuan
(cognitif), ketrampilan
(psycho-motorik) dan sikap (at-titude
) aparat Pemerintah Desa
terus ditingkatkan, misalnya mela-
6. lui Training of Trainers (TOT)
Manajemen Pemdes, yang saat ini
sudah memasuki tahun kelima,
pelatihan bagi aparat pemerintah
desa di 3 UPT yaitu Balai Besar
Pemberdayaan Masyarakat dan
Desa Malang, Balai Pember-dayaan
Masyarakat dan Desa Yo-gyakarta
dan Balai Pemberdayaan
Masyarakat dan Desa Lampung,
dan sebagainya.
Intinya, peningkatan ka-pasitas
Pemerintah Desa ada-lah
tanggungjawab semua pihak
yang terkait, tidak mungkin
kalau permasalahan ini hanya
diserahkan kepada pemerintah
desa dan masyarakatnya saja.
Perlu ada kerjasama yang siner-gis
antara pemerintah desa dan
masyarakatnya, dengan supra
desa (Pemerintah dan Pemda) ser-ta
pihak-pihak terkait yang peduli
terhadap Desa.
Untuk menjadikan apara-tur
pemerintahan desa yang “ber-daya”,
perlu ada penguatan yang
sinergis, sistematis dan berkelan-jutan.
Oleh karena itu, peningka-tan
anggaran desa ke depan perlu
diterjemahkan menjadi belanja
yang efektif melalui berbagai ska-la
prioritas sesuai dengan kebu-tuhan
desa, daerah dan nasional.
Salah satu skala prioritas yang
perlu dipertimbangkan adalah
dalam rangka meningkatkan ka-pasitas
apartur pemerintah desa.
Skala prioritas peningka-tan
kapasitas aparatur pemerintah
desa sangat diperlukan antara lain
dalam rangka membentuk kepem-impinan
lokal yang cakap, ber-wibawa
dan diterima masyarakat
(Adisasmita, 2006). Artinya
dalam menyongsong dan meny-ukseskan
Undang_undang ten-tang
desa ini aparatur pemerintah
desa tidak lagi dapat bekerja apa
adanya (take for granted), tetapi
harus mempunyai kemauan yang
kuat untuk meningkatkan peng-etahuan,
ketrampilan dan sikap
yang berkaitan dengan penye-lenggaraan
pemerintahan, pelak-sanaan
pembangunan, pembinaan
kemasyarakatan serta pember-dayaan
masyarakat (LAN, 2009).
Dalam rangka penguatan penye-lenggaraan
pemerintahan, maka
perlu ada upaya yang sinergis
dalam memperkuat kewenangan,
keuangan, kelembagaan dan per-sonil.
Dalam rangka penguatan
kewenangan, diperlukan adanya
“good will” dari semua pihak
untuk merealisasikan bagaimana
agar desa mampu mengatur dan
mengurus kewenangan yang ber-dasarkan
hak asal-usul dan ke-wenangan
berskala lokal desa,
maupun agar mampu mengurus
kewenangan yang ditugaskan dan
kewenangan lainnya sehingga
desa ke depan dapat menjadi desa
yang maju, mandiri dan sejahtera.
Selanjutnya dalam rangka meny-iapkan
kapasitas aparatur pemer-intah
desa, perlu diperhatikan
beberapa hal, Pertama, karena
design Undang-undang tentang
desa mendasarkan pada kombi-nasi
antara hak asal-usul dan adat-istiadat
setempat (self governing
community), dan sekaligus mem-beri
kewenangan kepada desa
untuk mengatur dan mengurus
penyelenggaraan pemerintahan,
pelaksanaan pembangunan, pem-binaan
kemasyarakatan dan pem-berdayaan
masyarakat desa (local
self government) serta Kedua,
karena desain kelembagaan
pemerintahan desa merupakan
kombinasi antara default village
dan optional village yang sesuai
dengan keragaman lokal, maka
penyiapan kapasitas pemerintah
desa harus mampu menjawab
tantangan yang bersifat lokal, re-gional,
nasional maupun global
dalam rangka mempercepat men-jawab
persoalan masyarakat yang
ada di desa berdasarkan prioritas
kebutuhan.
Dalam konteks politik par exel-lence
(politik untuk kebaikan),
Undang-Undang Desa yang di-pandang
sebagai salah satu solusi
atas problematika yang dihadapi
negara dalam menjawab persoa-lan
kemiskinan, pengangguran,
pendidikkan yang rendah, kes-ehatan
yang buruk dan berbagai
persoalan sosial lainnya, seperti
dalam rangka meningkatkan ka-pasitas
pemerintah desa perlu
segera ditindaklanjuti oleh semua
pihak dengan semangat : “jangan
mengharap apa diberikan negara
kepadamu tetapi apa yang mampu
kau berikan bagi negaramu”. Kita
pasti bisa, dari desa mari mem-bangun
bangsa !
Referensi
Adisasmita, R. 2006. Mem-bangun
Desa Partisipatip. Graha
Ilmu, Yogyakarta.
Kansil. 1988. Desa Kita:
Dalam Peraturan Tata pemer-intahan
Desa. Ghalia Indonesia,
Jakarta.
Kartohadikoesoemo, S., 1965.
Desa. Penerbitan “Sumur Band-ung”,
Bandung.
LAN. 2009. Peningkatan Ka-pasitas
Apartur Desa. Jakarta.
Salvatore, D. dan Diulio, E.,
2004. Prinsip-prinsip Ekonomi,
Penerbit Erlangga, Jakarta.
Surianingrat, B. 1988. Pemer-intahan
Administrasi Desa dan
Kelurahan. Aksara Baru, Jakarta.
Paradigma
Baru
Ketahanan ekono-mi
Borni Fadlan
Mahasiswa MEP UGM
Pembangunan Ekonomi dalam UU Desa
Indonesia
dari tahun ke
tahun memang
tampak imun terhadap
berbagai goncangan resesi
ekonomi dunia. Meskipun
pada era krisis moneter,
prestasi ekonomi Indonesia
melorot pada titik terren-dah,
ternyata pelan namun
pasti, di kemudian hari per-tumbuhan
ekonomi berger-ak
naik. Dalam sidang
penyampaian Keterangan
Pemerintah atas Ran-cangan
Undang-Undang
tentang RAPBN dan Nota
Keuangan RAPBN tahun
2014 (16/8/2013), Pres-iden
Susilo Bambang Yud-hoyono
mengklaim bahwa
selama kurun waktu 2004-
2009 pertumbuhan ekono-mi
mencapai rata-rata 5,5
persen. Pada tahun 2004,
PDB nasional mencapai
1.177 dollar AS. Tahun
2009 meningkat menjadi
2.299 dollar AS. Naik kem-bali
pada tahun 2012 men-jadi
3.592 dollar AS (http://
presiden.go.id, 2013).
Hasil riset International
Comparison Program (ICP)
yang melakukan pemer-ingkatan
negara-negara
dengan menggunakan pen-dekatan
kekuatan daya beli
di setiap negara (purchas-ing
power parity), meny-impulkan
bahwa Indonesia
masuk ke dalam peringkat
10 besar perekonomian du-nia,
satu peringkat di atas
Italia (Kompas, 9/5/2014).
Kesimpulan, penilaian
kekuatan ekonomi negara-negara
di dunia yang di-lakukan
ICP tersebut kiran-ya
memperkuat simpulan
bahwa ketahanan ekonomi
Indonesia cenderung mem-baik.
Tapi, meski capa-ian
pertumbuhan ekonomi
membanggakan, mengapa
kesejahteraan masyarakat
malah tidak tumbuh baik.
Alih-alih kemiskinan dan
ketimpangan sosial selalu
membayangi kehidupan
warga Indonesia, terutama
mereka yang berdomisili di
desa.
Pembangunan yang
Meminggirkan Desa
Tujuan luhur pembangunan
adalah menciptakan keba-hagiaan
dan kesejahteraan
masyarakat. Maka, sudah
sepantasnya desa menjadi
lokus prioritas pemban-gunan.
Desa, di satu sisi
adalah kantungnya sumber
daya ekonomi, tidak hanya
dalam bentuk tenaga kerja
(labour), tapi berbagai jenis
kekayaan hutan, air, tam-bang
dan mineral ada di
desa. Di sisi yang lain, desa
juga menjadi kantungnya
kemiskinan. Pertanyaan-nya
kemudian, mengapa
desa bernasib demikian.
Bagaimana disain kebija-kan
pembangunan nasional
kita, sehingga desa tidak
pernah mengenyam le-gitnya
kue kesejahteraan.
Akar penyebabnya adalah
pelembagaan kebijakan
ekonomi dan pengaturan
desa yang meminggirkan
desa. Melalui UU No. 5
tahun 1979 tentang Pemer-intahan
Desa, pemerintah
orde baru telah mengambil
alih otoritas desa dan mem-buka
penetrasi modal ke
desa secara besar-besaran.
Akibatnya, kewenangan
dan aset desa berpindah
tangan ke pemerintah dan
pemodal. Dalam perkem-bangannya
kemudian,
10 SWARA MEP Juli 2014 Juli 2014 SWARA MEP 11
7. sekalipun telah diberlakukan
kebijakan desentralisasi dan
otonomi daerah, ternyata pemer-intah
desa dan masyarakat juga
masih kehilangan hak untuk
menentukan pengelolaan sum-ber
ekonomi yang dimilikinya.
Dapat kita simak bagaimana
dengan mudahnya pemerin-tah
mengeluarkan izin penam-bangan
dan betapa lahapnya
para pemodal menambang ke-kayaan
mineral yang sebagian
besar ada di desa.
Memang, bisnis tam-bang
sangat menggiurkan pun-di-
pundi pendapatan yang ting-gi.
Simak saja, bijih tembaga
misalnya menyumbang ekspor
pertambangan sekitar 9,3 miliar
dollar AS; bijih nikel 3,1 miliar
dollar AS; bauksit 2,5 miliar
dollar AS; minyak mentah 19
miliar dollar AS, gas alam 24
miliar dollar AS, gas alam cair
6,8 miliar dollar AS, dan per-tambangan
lain 1,1 miliar dol-lar
AS (Band Indonesia, 2013
dalam Yustika, 2014). Namun,
mengapa pendapatan berlimpah
dari bisnis tambang malah tetap
membiaskan kemiskinan desa.
Tabel 1 berikut, kiranya men-konfirmasi
bahwa skenario
pertumbuhan ekonomi tidak
terkonsentrasi pada penumbu-han
kesejahteraan desa.
Akibat dari pola kebi-jakan
pembangunan ekonomi
yang mengabaikan desa ada-lah
tidak terkelolanya potensi
produk unggulan (compara-tive
advantage) daerah secara
baik dan konsisten. Salah satu
bukti nyatanya adalah orientasi
pengelolaan SDA di Indonesia
yang lebih gandrung pada kebi-jakan
ekspor mineral dan tam-bang.
Akibatnya keunggulan
ekonomi pedesaan dari sektor
pertanian malah kian melemah
baik dari segi kapasitas produk-sinya
maupun daya tawar di
pentas perdangan internasional.
Alih-alih pemerintah sering
mengeluarkan kebijakan impor
hasil pertanian dan peternakan.
Dampak lainya adalah desa
kehilangan aset dan alat-alat
produksi ekonomi strategisnya.
Konsentrasi pertumbuhan
ekonominya pun beralih dari
sektor ekonomi yang sama seka-li
tidak mendukung keberlanju-tan
sumber ekonomi pedesaan.
Belajar pada perkembangan
kuosien lokasi ekonomi di Ka-bupaten
Sleman pada tabel 2 di
bawah diketahui bahwa sebagai
ciri khas potensi ekonomi desa,
selama lima tahun, sektor per-tanian
tidak lagi menjadi fokus
pengembangan ekonomi dae-rah.
Kabupaten Sleman lebih
memilih untuk mengembang-kan
sektor bangunan, kemudian
disusul sektor perdagangan, ho-tel
dan restoran.
Nilai LQ Kabupaten
Sleman untuk sektor pertanian
yang berada di bawah nilai 1,
bahkan menurun dari tahun
2008-2012 menunjukkan bahwa
sektor ini menghadapi ancaman
serius. Sektor pertanian tidak
lagi menjadi primadona kebija-kan
ekonomi daerah. Jika sudah
demikian maka, masyarakat
desa akan mencari sumber pen-dapatan
di sektor non formal
dan meninggalkan desa, karena
sektor pertanian tidak lagi men-janjikan
pendapatan yang lay-ak.
Padahal, di masa mendatang
komoditas pangan akan men-jadi
sumber ketahanan ekonomi
lokal dan nasional yang sangat
vital. Geliat ekonomi dari sek-tor
bangunan, perdagangan, ho-
Tabel 4.2. Perkembangan Kuosien Lokasi (Location Quotient) Kabupaten Sleman
Tahun 2008 dan 2012
Sektor
PDRB DIY PDRB Kab. Sleman L.Q. Kab. Sleman
2008 2012 2008 2012 2008 2012
Pertanian 3.519.768 3.706.923 987.480 1.019.264 0,923 0,906
Pertambangan dan penggalian 144.772 159.808 30.372 38.636 0,690 0,797
Industri Pengolahan 2.566.422 2.915.722 904.474 1.005.640 1,159 1,064
Listrik, gas & air bersih 174.933 215.597 52.785 65.150 0,992 1,011
Bangunan 1.838.429 2.318.448 642.538 827.196 1,149 1,222
Perdagangan, Hotel-Restouran 3.965.384 4.920.045 1.276.918 1.636.136 1,059 1,121
Pengangkutan, Persewaan & jasa
1.999.332 2.581.620 339.243 433.134 0,558 0,588
perusahaan
Keuangan, Persewaan & jasa
perusahaan
1.790.556 2.402.718 598.190 779.721 1,099 1,183
Jasa-jasa 3.209.341 4.088.337 1.006.243 1.264.352 1,031 1,070
Jumlah 19.208.937 23.309.218 5.838.247 7.069.229 8,660 9,592
Sumber: DIY Dalam Angka dan Kabupaten Sleman Dalam Angka (2008 dan 2012), diolah.
tel dan restoran serta keuangan,
persewaan dan jasa yang terus
meningkat menyiratkan bahwa
kebijakan ekonomi Kabupaten
Sleman tidak lagi peduli pada
jaringan ekonomi pedesaan.
Pertumbuhan bangunan seperti
hotel, mall dan pasar modern
lainnya telah menambah capa-ian
PDRB di satu sisi. Namun
mengimposisi kekayaan ekono-mi
pertanian, terutama pengu-rangan
lahan pertanian dalam
skala tinggi di sisi yang lain.
Paradigma Baru Pembangu-nan
Ekonomi
Awal tahun 2014, pemerintah
telah mengesahkan Undang-un-dang
No. 6 tahun 2014 tentang
Desa. UU ini membawa para-digma
baru dalam pengelolaan
kebijakan ekonomi yang lebih
berpihak kepada desa. Pertama,
UU Desa mengakui dan men-dudukan
desa bukan lagi seba-gai
subsistem dari pemerintahan
kabupaten/kota, melainkan se-bagai
subsistem NKRI. Dengan
pengakuan ini berarti desa men-jadi
entitas negara bangsa Indo-nesia
(Bab II tentang Kedudu-kan
dan Jenis Desa). Kedua, UU
Desa mengamantakan kepada
negara agar mengalokasikan
Dana Alokasi Desa yang perun-tukannya
ke desa. Besaran yang
telah ditetapkan yaitu 10 persen
dari dan di luar dana transfer
daerah” (pasal 72). Lain dari
pada itu, UU Desa juga tetap
mewajibkan pemerintah daerah
untuk menyediakan pos ang-garan
untuk program Alokasi
Dana Desa sebagaimana telah
ditentukan pada regulasi yang
ada saat ini. Ketiga, pengakuan
kewenangan desa berdasar; 1)
asal usul, 2) kewenangan ber-skala
lokal dan 3) pelimpahan
pemerintah supradesa (pasal 18
dan 19).
Keempat, UU Desa mendorong
semua pelaksanaan program-program
pembangunan yang
beroperasi atau menjadikan
desa sebagai sasarannya harus
menghargai dan merujuk pada
RPJMDes sebagai basis arah
dan kebijakan pembangunan
desa (pasal 79). Kelima, pemer-intah
desa memiliki piranti
kebijakan berupa musyawa-rah
desa sebagai forum per-musyawaratan
yang diikuti oleh
Badan Permusyawaratan Desa
(BPD), Pemerintah Desa, dan
unsur masyarakat desa untuk
memusyawarahkan hal yang
bersifat strategis dalam penye-lenggaraan
Pemerintahan Desa
(pasal 54). Hal-hal yang bersifat
strategis tersebut diantaranya
menyoal penataan Desa, peren-canaan
Desa, kerja sama Desa,
rencana investasi yang masuk
ke Desa, pembentukan BUM
Desa, penambahan dan pele-pasan
Aset Desa dan kejadian
luar biasa. Keenam, UU Desa
mengamanatkan kepada pemer-intah
daerah untuk mengemba-likan
kekayaan milik desa yang
telah diambilalihnya sepanjang
belum digunakan untuk fasili-tas
publik. Beberapa contoh
kekayaan desa (aset) yang di-maksud
yaitu tanah kas desa,
tanah ulayat, pasar desa, pasar
hewan, tambatan perahu, ban-gunan
Desa, pelelangan ikan,
pelelangan hasil pertanian, hu-tan
milik desa, mata air milik
desa, pemandian umum, dll.
Tabel 1. Perkembangan Garis Kemiskinan Antara Kota-Desa
Tahun 2001-2011
Tahun
Batas Garis Kemiskinan
(Rp/kapita/bulan)
Kota Desa
2001 100.011 80.382
2002 130.499 96.512
2003 138.803 105.888
2004 143.455 108.725
2005 150.799 117.259
2006 174.290 130.584
2007 187.942 146.837
2008 204.896 161.831
2009 222.123 179.835
2010 232.988 192.354
2011 253.016 213.395
Sumber: BPS (2001, 2009, 2012), diolah
12 SWARA MEP Juli 2014 Juli 2014 SWARA MEP 13
8. Pijar paradigma pembangunan
yang tercermin dari UU Desa
di atas sungguh mengisyarat-kan
adanya peluang bagi desa
untuk membangun kesejahter-aan
dan kemandirian ekonomi
tanpa menggantungkan nasibn-ya
kepada mekanisme pasar
murni. Diakuinya desa sebagai
entitas NKRI telah mengang-kat
derajat desa sebagai subyek
pembangunan. Sebagai subyek,
berarti negara harus mengikut-sertakan
desa, baik dalam per-encanaan
maupun pelaksanaan
pembangunan (village driven
development). Transfer fiskal
dari APBN ke desa sebesar 10
persen dari dan di luar dana pe-rimbangan
ditambah ADD yang
bersumberkan APBD sudah
barang tentu akan menambah
amunisi keuangan desa untuk
menggerakan generator peren-canaan
pembangunan yang se-jauh
ini masih minim dukungan
dari pemerintah sendiri.
Realitasnya, desa akhir-akhir
ini memang sudah memiliki ke-mampuan
membuat dokumen
kebijakan perencanaan pemban-gunan
desa seperti RPJMDes,
APBDes maupun RKPDes. Na-mun
dukungan anggaran dari
pemerintah sendiri minim, seh-ingga
implementasi arah kebija-kan
desa berjalan terseok-seok.
Alih-alih, pemerintah malah
lebih senang memanjakan para
pemburu rente, dengan cara
membelanjakan proyek-proyek
Kementerian/Lembaga di desa,
tanpa menempatkan desa seba-gai
subyek, tapi hanya obyek
pembangunan. Karena itu
dukungan fiskal tersebut berpo-tensi
mendorong pertumbuhan
ekonomi desa, karena program/
kegiatan yang telah dirumuskan
desa melalui mekanisme mus-renbang
berpotensi mendapat
pembiayaan. Dengan dukungan
anggaran tersebut, maka potensi
14 SWARA MEP Juli 2014
desa untuk mengembangkan
aset-aset desa semakin terbuka.
Kebijakan pentrasi modal
ke desa yang ternyata kontra
produktif dengan cita-cita pem-bangunan
desa yang mandiri
dan sejahtera, kini tidak bisa
lagi sembarangan dilakukan.
Pasalnya, pihak-pihak yang
hendak mengambil potensi desa
sebagai komoditas ekonomi
harus bermusyawarah dengan
seluruh elemen yang ada di
desa. Dengan demikian, forum
ini berpotensi menjadi media
bagi desa untuk membangun
kedaulatan ekonomi sekaligus
memproteksi kebijakan-kebija-kan
ekonomi dari luar dirinya
yang cenderung akan mengim-posisi
desa. Dengan instrumen
ini besar harapan, di masa men-datang
desa tidak hanya memi-liki
kemampuan untuk melind-ungi
aset-asetnya tetapi juga
mendorong pengelolaan sumber
daya ekonomi yang mengede-pankan
prinsip-prinsip keber-lanjutan
dan keadilan.
Mendukung Kemandirian
Ekonomi Desa
UU desa memang telah memuat
sejumlah gagasan pembaharuan
pembangunan yang mengarah
pada pencapaian desa mandiri
dan sejahtera. Namun untuk
mengejawantahkan gagasan
tersebut dibutuhkan kesadaran
banyak pihak untuk melakukan
serangkaian tindakan yang se-cara
nyata membela, membina
dan memperjuangkan desa.
Jumlah desa di Nusantara yang
mencapai 73.000-an, tidak
sedikit yang masih membutuh-kan
penguatan kapasitas baik
dari aspek pemerintah desanya
maupun warga masyarakat
sipilnya. Penguatan kapasitas
pemerintah desa dibutuhkan
agar kemampuan administratif,
penyelenggaraan layanan publik
maupun pemerintahannya mem-beri
manfaat bagi masyarakat
desa. Demikian pula pengua-tan
warga masyarakat akan
meningkatkan daya tanggap
masyarakat untuk berorganisasi
serta menjadi mitra strategis
bagi pemerintah desa dalam pe-nyelenggaraan
kebijakan, lay-anan
publik serta pembangunan
desa. Pengelolaan keuangan
dan aset mungkin menjadi salah
satu material penguatan kapasi-tas
yang penting diperkenalkan,
agar besarnya uang dari APBN
dan APBD yang nanti akan
mengalir ke desa benar-benar
menjadi berkah.
Untuk mewujudkan ke-berkahan
Dana Alokasi Desa,
utamanya dalam rangka mewu-judkan
kemandirian ekonomi
desa, maka dibutuhkan kesa-daran
desa untuk membangun
jejaring ekonomi desa. Keung-gulan
komparatif desa harus
menjadi instrumen untuk men-ingkatkan
bergaining desa di
atas panggung politik kebijakan
ekonomi daerah dan nasional
yang cenderung meninggalkan
desa bahkan memutilasi desa.
Langkah-langkahnya, pertama,
penguatan perspektif RPJMDes
yang berbasis pada pengem-bangan
ekonomi lokal desa dan
antardesa. Kedua, perencanaan
tata ruang desa yang membasis
pada strategi pengembangan
pertumbuhan ekonomi lokal.
Ketiga, penataan APBDes yang
secara tepat ditujukan untuk
membiayai program-program
pembangunan desa yang sena-fas
dengan RPJMDes dan ke-mandirian
ekonomi desa. Tam-bahan
pula, pemerintah daerah
perlu terus menerus melakukan
pembinaan, pendampingan ser-ta
fasilitasi kepada desa dalam
rangka mendukung optimalisasi
aset desa untuk keberdayaan
ekonominya.[]
Konsentrasi ini memberikan
wawasan dan kompetensi
bagaimana strategi dan proses
penyusunan perencanaan
daerah dan rencana strategi
daerah (RPJM, RPJP dan
Renstra) harus dilakukan.
Sasaran konsentrasi ini
adalah pegawai daerah yang
membidangi perekonomian
dan pembangunan daerah,
seperti staf BAPPEDA dan
seluruh SKPD di daerah yang
berkaitan langsung dengan
perencanaan, perekonomian,
dan pembangunan daerah.
Keuangan Daerah
Konsentrasi ini memberikan pengetahuan dan
kemampuan tentang bagaimana menyusun Laporan
Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) sesuai dengan
aturan yang berlaku. Kriteria laporan keuangan wajar
tanpa pengecualian akan dieksploitasi sehingga
mahasiswa menjadi kompeten di bidang perencanaan
dan penyusunan keuangan daerah. Sasaran
konsentrasi ini adalah pegawai pemerintah daerah
yang membidangi pengelolaan pendapatan dan
keuangan daerahh seperti Dinas Pendapatan Daerah
dan bagian keuangan SKPD serta bagian lain yang
dalam pekerjaannya berhubungan dengan pengelolaan
keuangan daerah.
Konsentrasi Manajemen
Aset Dan Penilaian Bisnis
Konsentrasi ini memberikan pengetahuan dan
kemampuan tentang bagaimana menyusun
Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD)
sesuai dengan aturan yang berlaku. Kriteria
laporan keuangan wajar tanpa pengecualian akan
dieksploitasi sehingga mahasiswan cakap dan
mampu di bidang perencanaan dan penyusunan
keuangan daerah. Sasaran konsentrasi ini adalah
pegawai pemerintah daerah yang membidangi
pengelolaan pendapatan dan keuangan daerah
seperti Dinas pendapatan daerah dan bagian
keuangan SKPD serta bagian lain yang dalam
pekerjaannya berhubungan dengan pengelolaan
keuangan daerah.
Perencanaan
Pembangunan Daerah
Gabungan Konsentrasi Perencanaan
Pembangunan Daerah dan
Keuangan Daerah
Manajemen Aset dan
Penilaian Properti
Kurikulum program Reguler MEP ini
dirancang dapat diselesaikan dalam
waktu 23 bulan termasuk Program
Matrikulasi. Persyaratan untuk
Program Reguler MEP ini adalah
menyerahkan fotokopi ijazah dan
transkrip S1 yang dilegalisir dari
universitas yang telah terakreditasi
masing-masing 1 lembar dengan
indeks Prestasi Kumulatif (IPK) S1
minimal 2,75. Proses seleksi terdiri
dari tes AcEPT, PAPs, validasi dan
wawancara.
Konsentrasi ini memberikan pengetahuan
mengenai tentang cara memperoleh pendapat/
opini atau perkiraan nilai suatu bisnis atau
perusahaan/entitas atau suatu kepemilikan di
dalamnya, yang bertujuan untuk pengambilan
keputusan bagi manajemen untuk pengembangan
maupun perbaikan usaha/bisnis dalam rangka
mempertahankan keberlangsungan perusahaan.
Lulusan dari konsentrasi ini diakui oleh MAPPI
setara dengan Pendidikan Dasar Penilaian (PDP)
1 dan 2 juga bisa mengikuti program sertifikasi
penilai nantinya.
Kurikulum konsentrasi ini memberikan pengetahuan
bagaimana mengidentifikasi, menginventarisasi,
mengoptimalkan serta menilai aset daerah. Opini
Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) untuk laporan
keuangan belum tercapai karena masih terganjal
dengan masalah aset daerah. Sasaran konsentrasi
ini adalah pemerintah daerah yang membidangi
pengelolaan pendapatan dan keuangan daerah
dan aset seperti dinas pendapatan daerah dan
bagian keungan SKPD serta bagian lain yang dalam
pekerjaannya berhubungan dengan pengelolaan
aset. Lulusan dari konsentrasi ini diakui oleh MAPPI
setara dengan Pendidikan Dasar Penilaian (PDP) 1
dan 2 juga bisa mengikuti program sertifikasi penilai
nantinya.
PROGRAM
REGULER
MEP FEB
UGM
Committed to development
Come & Join us !
MEP
FEB
UGM
9. Pelatihan
Leadership
MEP UGM
Magister Ekonomika Pem-bangunan
FEB UGM (MEP
FEB UGM) menyeleng-garakan
kegiatan Learn-ing
Leadership di ruang seminar MEP
UGM yang diikuti oleh mahasiswa
MEP angkatan 51. Learning Leadership
merupakan salah satau kegiatan wajib
yang harus diikuti oleh mahasiswa ke-tika
memasuki kelas regular. Kegiatan
tersebut dikemas dengan stimulus
bentuk Fun Games sehingga acara
lebih menarik dan mahasiswa bisa
lebih mudah memahami. Pembentu-kan
karakter menjadi perhatian utama
dalam kegiatan pelatihan. Selain itu,
kegiatan ini bertujuan membekali ma-hasiswa
dalam peningkatan soft skills
tentang management ledearship dan
membentuk pemimpin yang berkarak-ter
dan berintegritas tinggi dimasa
yang akan datang untuk kemajuan
bangsa dan negara kearah yang lebih
baik.
Acara yang dilaksanakan
Sabtu, 5 April 2014 dipandu oleh Prof.
Djamaludin Ancok, Ph.D dibantu Dr.
Neila Ramadhani, M.A., M.Ed. dan Idris,
S.Pd. memberikan bentuk-bentuk per-mainan
sederhana dan menarik untuk
dimaknai. Materi yang disampaikan
dikemas seaktratif mungkin menjadi-kan
peserta terbawa dalam keceriaan-keceriaan
permainan. Berbagai per-mainan
dengan media bantu seperti
balon, bola, kain. Mahasiswa terlihat
sangat antusias mengikuti acara ini
terbukti semua dengan tertib mengi-kuti
acara ini sampai dengan selesai.
[Eni]
Kunjungan Tiga Delegasi
D alam rangka me-nambah
kemam-puan
University of Malaya dan mening-katkan
rasa percaya
diri karyawan, Program MEP
FEB UGM mengadakan keg-iatan
pelatihan Public Speak-ing
dan Pembawa Acara (MC)
bagi karyawan. Bertempat
di Ruang Seminar, kegiatan
ini dilaksanakan pada Hari
Kamis, 19 Juni 2014. Acara
dimulai pada pukul 09.00 WIB
dan dibuka oleh Bayu Suti-kno,
S.E., M.S.M., Ph.D., Sekre-taris
Bidang Administrasi dan
Keuangan Program Studi MEP
FEB UGM. “Banyak bertanya
pada Mbak Ninda bagaimana
supaya kemampuan berbic-ara
di depan orang banyak
menjadi lebih baik,” ujarnya.
Untuk pelatihan ini,
Program MEP FEB UGM bek-erja
sama dengan First Step
Public Speaking Club and
Courses dan materi pelati-hannya
diberikan oleh Ninda
Nindiani, seorang trainer,
broadcaster dan professional
MC yang sudah cukup ter-nama
di Yogyakarta. “Kalau
bicara di depan orang apa
yang terjadi,” tanya Ninda
pada peserta pelatihan. Pe-serta
ada yang menjawab
keringat dingin, gemeteran,
dan panas dingin. Beberapa
karyawan diminta untuk maju
Program Studi MEP FEB
UGM pada hari Jumat,
6 Juni 2014 menerima
kunjungan dari delegasi
University of Malaya dalam
rangka mempererat kerjasama
antara UGM dan University of
Malaya. Dalam kunjungannya,
University of Malaya mengirim-kan
tiga delegasi yang berasal
dari Fakultas Bina Alam Program
Studi Sarjana Estate Manajemen
antara lain Prof. Dr. Sr. Wan Nor
Azriyati Wan Abd Aziz, Dr. Zai-nur
Nisham B. Musa dan Ain-oriza
Mohd Aini. Delegasi yang
di ketuai oleh Prof. Dr. Sr. Wan
Nor Azriyati Abd Aziz ini, diteri-ma
langsung oleh Prof. Lincolin
Arsyad, Dr. Akhmad Makhfatih,
M.A, Bayu Sutikno, S.E., M.S.M.,
Ph.D selaku pengelola prodi be-serta
kabag dan staf di ruang
rapat program studi MEP FEB
UGM.
Kegiatan kunjungan ini
membahas dan menjajaki kerja
sama antara dua program stu-di.
Sebagai bentuk dimulainya
kerjasama, University of Malaya
berkeinginan untuk mengirim-kan
sekitar 45 mahasiswanya
pada bulan Agustus nanti.
Para mahasiswa tersebut akan
melakukan kajian dan diskusi
mengenai penilaian aset dan
properti bersama dengan ma-hasiswa,
staf dan dosen di Pro-gram
Studi MEP FEB UGM.
Prof. Dr. Sr. Wan Nor
Azriyati Abd Aziz menjelaskan
bahwa dipilihnya Program Studi
MEP FEB UGM karena konsen-trasi
Manajemen Properti dan
Penilaian Asset MEP FEB UGM
memiliki kesamaan dengan
program studi mereka. “Seba-gai
salah satu Daerah Istimewa
di Indonesia, ternyata kota Yo-gyakarta
mempunyai daya tarik
tertentu terhadap bidang studi
yang mereka pelajari, yaitu pen-gelolaan
property,” ujarnya. Se-lain
itu, Wan Nor Azriyati Abd
Aziz menambahkan bahwa
para mahasiswa tertarik untuk
mengetahui tentang sistem pe-nilaian
tanah, kepemilikan dan
pemanfaatan tanah serta mar-ket
properti di Kota Yogyakarta.
Rencana kerjasama ini disambut
baik oleh Prof. Lincolin Arsyad,
Ph.D selaku Ketua Program
Studi MEP FEB UGM. Selain
membahas kerjasama, pada
kesempatan ini baik pengelola
dan delegasi dari University of
Malaya juga melakukan sharing
dan bertukar informasi menge-nai
challenge dan opportunity
dari masing masing program
studi. [Dian]
Pelatihan
Public
Speaking
dan
Pembawa
acara (MC)
Survei dan
Diskusi
“Daya Saing
Daerah”
16 SWARA MEP Juli 2014 Juli 2014 SWARA MEP 17
Geliat MEP
ke depan untuk praktik sehinggga
bisa diberi masukan apa yang su-dah
baik dan apa yang perlu dit-ingkatkan.
Karyawan juga diminta
untuk memberikan masukan untuk
temannya.
Materi pelatihan ini juga meliputi
kemampuan untuk menjadi pem-bawa
acara karena banyak keg-iatan
yang diselenggarakan oleh
Program MEP FEB UGM mem-butuhkan
kemampuan menjadi
seorang MC. Semoga dengan
kegiatan pelatihan ini, kemam-puan
komunikasi karyawan men-jadi
meningkat dan muncul bakat-bakat
baru pembawa acara di
antara karyawan. [lina]
Program MEP FEB UGM bekerja
sama dengan Asia Competitive-ness
Institute (ACI) Lee Kuan Yew
School of Public Policy National
University of Singapore dan ISEI cabang
Yogyakarta menyelenggarakan Survei
dan Diskusi “Daya Saing Daerah”, Rabu
18 Juni 2014 di Ruang Seminar MEP
FEB UGM. Seminar kali ini memaparkan
hasil kajian tentang analisis daya sa-ing
dan strategi pembangunan untuk
33 Provinsi Indonesia. Peserta diskusi
adalah anggota ISEI cabang Yogyakarta
dengan moderator Prof. Mudrajad Kun-coro,
Ph.D.
Dalam salah satu sesi kegiatan diskusi,
terdapat pemaparan makalah yang ber-judul
Analisis Daya Saing dan Strategi
Pembangunan untuk 33 Provinsi Indo-nesia,
khususnya hasil kajian di Provinsi
Daerah Istimewa Yogyakarta. Dari hasil
peringkat Daya Saing Keseluruhan, po-sisi
DI Yogyakarta berada di peringkat
enam. DI Yogyakarta mungkinakan
berda dalam masalah ketika pasar pa-riwisata
dalam keadaan buruk yang
dipengaruhi perlambatan ekonomi.
10. PROGRAM
Terdapat dua program yang ditawarkan
1. Pendidikan Magister (19 bulan belum ter-masuk
matrikulasi/Pra MEP)
2. Program Sertifiksi Penilai (12 bulan), lanjutan
dari Program Magister konsentrasi Manajemen
Aset dan Penilaian Properti atau Manajemen
Aset dan Penilaian Bisnis
PERSYARATAN
1. Membayar biaya pendaftaran sebesar
Rp500.000,00 (lima ratus ribu rupiah).
2. IPK S1 minimal 2.75
3. Fotokopi ijazah dan transkrip S1 tingkat
pendidikan sebelumnya yang sah dan legal,
dilegalisir oleh institusi penerbit ijazah masing-masing
sebanyak 2 lembar.
4. Fotokopi sertifikat/bukti akreditasi program
studi jenjang pendidikan yang sebelumnya
5. Proyeksi keinginan untuk mengikuti Pendidikan
S2 di Program Pascasarjana UGM dapat
diunduh di http://um.ugm.ac.id
6. Penilaian kelayakan akademik (surat rekomen-dasi)
dari 2 (dua) orang/pihak yang meng-etahui
kemampuan akademik calon (atasan/
mantan pembimbing/ dosen) dapat diunduh di
http://um.ugm.ac.id
7. Surat Keterangan sehat dari Dokter.
PROSES SELEKSI
1. Menyerahkan seluruh syarat pendaftaran;
2. menyerahkan bukti skor TPA≥500 dan TOEFL
ITP≥450 atau AcEPT≥209 dari lembaga yang
diakui oleh UGM atau;
3. bagi peserta yang belum memiliki skor tersebut
dapat mengikuti tes PAPs yang diselenggara-kan
oleh Fakultas Psikologi UGM (web:www.
psikologi.ugm.ac.id) dan AcEPT yang diseleng-garakan
oleh Pusat Pelatihan Bahasa UGM
(web:www.ppb.ugm.ac.id) dapat dilihat pada
tabel jadwal seleksi;
4. tes validasi dan wawancara.
KURIKULUM
Kurikulum Program MEP FEB UGM diselenggarakan
dengan menggunakan semester dengan masa studi
19 bulan (belum termasuk matrikulasi/Pra MEP). Se-lama
program berlangsung jumlah matakuliah yang
diambil ekivalen dengan 39 SKS termasuk tesis.
BIAYA PENDIDIKAN
Biaya pendidikan untuk mengikuti Program Magister
sebesar Rp47.000.000,- (empat puluh tujuh juta
rupiah) dibayarkan dalam 3 (tiga) tahap:
Magister Ekonomika Pembangunan
Universitas Gadjah Mada
Pendidikan Magister dan Program Sertifikasi Penilai
Pendidikan Magister Ekonomika Pembangunan
yang andal. Seba-gian
besar laporan
keuangan institusi pub-lik
belum mendapat predi-kat
wajar tanpa pengecualian.
Penilaian aset adalah salah satu
pangkal permasalahannya. Di sinilah
letak persinggungan profesi akuntan-si
dan profesi penilai. Profesi akuntansi
dan profesi penilai bekerjasama di berbagai
area atau proyek. Hal ini ditunjukkan dengan
keberadaan sumber daya penilai pada beberapa
kantor akuntan publik. Profesi akuntansi juga semakin
mengenal kebutuhan akan penilai sebagai akibat dari IFRS
(International Financial Reporting Standard) yang mengaman-ahkan
fair value.
Program Pendidikan Master
Menyadari masih kurangnya kebutuhan tenaga penilai di Indonesia,
Program MEP UGM menyelenggarakan pendidikan S2 konsentrasi
Manajemen Aset, Penilaian Properti (MAPP) dan Manajemen Aset
dan Penilaian Bisnis (MAPB). Kurikulum konsentrasi ini memberi-kan
pengetahuan tentang penilaian baik aset maupun bisnis.
Di samping itu juga diberikan pengetahuan bagaimana
mengelola aset baik publik maupun swasta. Lulusan dari
konsentrasi ini diakui oleh MAPPI setara dengan penilai
tingkat dasar 1 dan 2 dan juga bisa mengikuti pro-gram
sertifikasi penilai.
Kurikulum Program Magister
Kurikulum Program MEP kon-sentrasi
MAPP dan MAPB diran-cang
dapat diselesaikan dalam waktu
19 bulan termasuk Program Matrikulasi.
Konsentrasi Manajemen Aset dan Penilaian
Properti
Konsentrasi ini memberikan pengetahuan bagaima-na
mengidentifikasi, menginven-tarisasi, mengopti-malkan
serta menilai aset – aset daerah. Opini wajar
tanpa pengecualian (WTP) untuk laporan keuangan be-lum
tercapai karena masih terganjal dengan masalah
aset daerah.
MEP
FEB
UGM
Konsentrasi Manajemen Aset Dan Penilaian
Bisnis
Konsentrasi ini memberikan pengetahuan
mengenai tentang cara memperoleh
pendapat/opini atau perkiraan nilai suatu bisnis atau
perusahaan/entitas atau suatu kepemilikan di
dalamnya, yang bertujuan untuk pengambilan keputu-san
bagi manajemen untuk pengembangan maupun
perbaikan usaha/bisnis dalam rangka mempertahan-kan
keberlangsungan perusahaan. Matakuliah yang
wajib diambil konsentrasi ini adalah:
Kebutuhan akan profesi penilai telah men-ingkat
secara signifikan. Jumlah penilai
publik bersertifikat yang sangat ter-batas
jumlahnya tidak mencuku-pi
untuk menakomodasi kebutuhan
bisnis dan kebutuhan pemerintah
saat ini. Tuntutan akan akunt-abilitas
dan transparansi
keuangan pemerintah
pusat dan daerah se-makin
mendesak-kan
kebutuhan
akan jasa
penilai
1. Ekonomika Mikro II
2. Ekonomika Makro II
3. Manajemen Korporasi
4. Ekonomika Terapan
5. Hukum Bisnis
6. Analisis Laporan
Keuangan
7. Metoda Penelitian
8. Teori Portofolio dan
Analisis Investasi
9. Manajemen Aset
10. Penilaian Bisnis
11. Seminar Strategi Riset
12. Tesis
1. Ekonomika Mikro II
2. Ekonomika Makro II
3. Elemen Properti
4. Ekonomika Terapan
5. Hukum Terapan
6. Elemen Penilaian
Properti
7. Metoda Penelitian
8. Ekonomika Pertanahan
dan Perkataan
9. Manajemen Aset
10. Penilaian Properti
11. Seminar Strategi Riset
12. Tesis
Tabel Biaya Pendidikan MEP UGM
Termin Batas Pembayaran Jumlah (Rp)
I Saat registrasi 7.000.000,00
II Daftar Ulang
Semester I
20.000.000,00
III Daftar Ulang Se-mester
II
20.000.000,00
Total 47.000.000,00
*)biaya program sertifikasi penilai sebesar
Rp 25.000.000,00
Program Sertifikasi Penilai
Program MEP UGM bekerjasama
dengan Masyarakat Profesi Pe-nilai
Indonesia (MAPPI) membuka
program sertifikasi penilai bagi
tamatan S2 MEP UGM konsen-trasi
Manajemen Aset dan Penila-ian
Properti. Kurikulum Program
MEP UGM sudah memasukkan
PLP 1, PLP 2, dan USP Lisan. Dari
program ini diharapkan mencetak
tenaga professional dengan gelar
M.Ec.Dev, dan sertifikasi sebagai
penilai bergelar MAPPI (Cert.). Pro-gram
pendidikan ini dibuka dengan
dua minat, yaitu Minat Penilaian
Properti dan Minat Penilaian Bisnis.
Keunggulan Program MEP UGM
1. Satu-satunya program studi
yang menyelenggarakan pendidi-kan
sertifikasi penilai
2. Intensifnya keterlibatan MAPPI
dalam penyusunan materi, kuriku-lum
dan pengajaran
3. pembimbingan laporan magang
lebih intensif
4. adanya seminar laporan
magang
5. adanya tutorial seluruh matakuli-ah
sertifikasi
6. keterlibatan pengelola dalam
USP Lisan sebagai peninjau dan
pengamat ujian.
Kurikulum
Program Sertifikasi Penilai
dirancang agar mahasisws
dapat menyelesaikan studi
dalam jangka waktu 12 bulan
Matakuliah Minat Penilaian Properti:
1. Standar Penilaian Indonesia
2. Penilaian Properti II
3. Penilaian Properti III
Matakuliah Minat Penilaian Bisnis:
1. Standar Penilaian Indonesia
2. Penilaian Bisnis II
3. Penilaian Bisnis III
Setelah lulus dari 3 matakuliah di
atas dan sudah dinyatakan lulus
ujian pendadaran, peserta melak-sanakan
magang selama 6 bulan
di Kantor Jasa Penilai Publik (KJPP)
yang direkomendasikan oleh MAPPI
Dalam kegiatan magang tersebut,
peserta diwajibkan membuat 3 (tiga)
laporan penilaian dan diseminarkan
Ketentuan kelulusan Program
Sertifikasi:
1. lulus ujian tulis matakuliah minat
2. telah mengikuti magang di KJPP
3. membuat 3 (tiga) laporan
penilaian selama magang
4. dinyatakan lulus ujian lisan
Sertifikasi Penilai yang di-laksanakan
oleh MAPPI
Mata Kuliah MAPP Mata Kuliah MAPB
Periode Perkuliahan 2014
Keterangan April 2015 September 2015
Pendaftaran Tutup 6 Maret
2015
27 Juli 2015
Seleksi lihat mep.ugm.ac.id
Kuliah Matrikulasi 1 April 2015 1 September
2015
Kuliah Perdana September
2015
Maret 2016
11. Geliat
MEP
Penerimaan Mahasiswa Baru
Angkatan 52 MEP FEB UGM
Magister Ekonomika Pembangunan Fakultas
Ekonomika dan Bisnis Universitas Gadjah
Mada (MEP FEB UGM) menyelenggarakan
pengarahan akademik untuk calon maha-siswa
baru. Pada semester ganjil tahun 2014 MEP UGM
menerima 42 calon mahasiswa baru angkatan ke-52
MEP FEB UGM dalam program reguler di Kampus MEP
UGM. Calon mahasiswa baru mengikuti program matri-kulasi
yang diselenggarakan program MEP FEB UGM.
Prof. Lincolin Arsyad, Ph.D selaku Ketua Program MEP
FEB UGM menerima kedatangan calon mahasiswa baru.
Selanjutnya, Dr. Akhmad Makhfatih, M.A. memberikan
informasi tentang program MEP FEB UGM.
“Program matrikulasi di MEP FEB UGM ditempuh se-lama
4 bulan dengan 5 mata kuliah,” ujar Makhfatih.
Selain itu, calon mahasiswa dapat mengikuti program
reguler MEP FEB UGM apabila sudah lulus program
matrikulasi, lulus PAPs skor 500 dan AcEPT skor 209
ekuivalen nilai Toefl 450. Selanjutnya, penjelasan ten-tang
ketentuan tata tertib akademik dan perkuliahan di
Program MEP FEB UGM. Sementara itu, Bayu Suktikno,
S.E., M.S.M., Ph.D menjelaskan tentang fasilitas-fasilitas
yang bias diakses mahasiswa selama kuliah di MEP FEB
UGM. [Anis]
Redaksi SWARA MEP menerima tulisan/artikel mahasiswa dan alumni dalam rubrik:
• Opini Mahasiswa/Alumni
Opini tentang isu kontemporer ekonomi atau yang berkaitan dengan konsentrasi yang diambil maha-siswa
(maks. 4 halaman)
• Artikel Kabar Daerah
Kabar Daerah berisi tentang cerita kondisi daerah asal mahasiswa. Panjang tulisan 2-3 halaman
• Aturan Penulisan
Ukuran kertas A4, Times New Roman 12 pt, spasi 1,5.
sila kirim tulisan ke alamat dan data diri (biodata, pas foto 4x6) ke email
admisi@mep.ugm.ac.id
Bimtek Tentang
Manajemen
Kepegawaian
PBKD DIY rogram MEP FEB UGM me-nerima
93 orang apara-tur
pengadministra-sian
kepegawaian Badan
Kepegawaian Daerah Daerah Is-timewa
Yogyakarta untuk mengi-kuti
Bimtek tentang Manajemen
Kepegawaian selama 3 hari dari
tanggal 19 – 21 Mei 2014. Dalam
rangka menyongsong penerapan
Undang-Undang No. 5 Tahun
2014 tentang Aparatur Sipil Neg-era,
BKD D.I. Yogyakarta bekerjasa-ma
dengan Program Studi MEP
FEB UGM untuk mempersiapkan
pegawai BKD mengaplikasikan UU
tersebut. Acara dibuka oleh Ketua
Program MEP FEB UGM Prof. Lin-colin
Arsyad, Ph.D dan Kepala BKD
Daerah Istimewa Yogyakarta Bap-ak
R. Agus Supriyanto, SH, M.Hum.
Dalam sambutannya, Ketua Pro-gram
MEP FEB UGM mengucapkan
terima kasih kepada BKD Daerah
Istimewa Yogyakarta yang telah
mempercayakan Bimtek ini kepa-da
Program Studi MEP FEB UGM.
“Kami berharap peserta mendapat
outcome dari Bimtek ini untuk me-layani
masyarakat, karena tugas
Aparatur Negara adalah melayani
sebaik mungkin dan sesempurna
mungkin,” ucap Lincolin Arsyad.
Kunjungan Delegasi
Universitas mitra dari jepang
Professional Human Resource
Development Project Phase
IV (PHRDP-IV) Program akan
segera dimulai. Ini adalah
program dari Bappenas untuk Pro-gram
Double Degree: satu tahun
kuliah di universitas Indonesia dan
melanjutkan tahun keduanya di
Univeristas Jepang. Program MEP
FEB UGM terpilih sebagai salah satu
mitra universitas dalam negeri un-tuk
pelaksanaan program ini.
Berkaitan dengan hal di
atas, pada Bulan Maret 2014 tercat-at
sudah ada 3 Universitas Jepang
yang berkunjung ke MEP FEB UGM.
Mereka adalah GRIPS pada tanggal
6 Maret 2014, IUJ pada tanggal 26
Maret 2014, dan Kobe University
pada tanggal 27 Maret 2014. Del-egasi
dari GRIPS terdiri dari Prof.
Yonosuke Hara, Ph.D., Ikumi Ito,
dan Yuki Miyabe; dari IUJ terdiri dari
Prof. Takahiro Akita, Prof. Noriyoshi
Shiraishi, dan Prof. Kakinaka; dan
dari Kobe University terdiri dari
Prof. Jun Matsunami dan Prof. Koji
Kawabata.
Agenda utama kunjungan
adalah membicarakan proses pen-erimaan
mahasiswa, rencana kuri-kulum
dan juga MoU. Juga sempat
disinggung kemungkinan profesor
dari universitas mitra Jepang un-tuk
memberikan kuliah umum bagi
mahasiswa Program MEP FEB UGM.
[lina]
“Pegawai ASN berperan seba-gai
perencana, pelaksana, dan
pengawas penyelenggaraan tu-gas
umum pemerintahan dan
pembangunan nasional melalui
pelaksanaan kebijakan dan pe-layanan
publik yang profesion-al,
bebas dari intervensi politik,
serta bersih dari praktik korupsi,
kolusi, dan nepotisme,” kata R.
Agus Supriyanto, SH, M.Hum.
(Kepala BKD D.I. Yogyakarta)
dalam sambutannya. Acara
Bimtek ditutup dengan agenda
kegiatan outbond di Desa Ledok
Sambi Kec. Pakem Kab. Sleman.
[Trie]
SWARA MEP
20 SWARA MEP Juli 2014 Juli 2014 SWARA MEP 21
12. Program MEP FEB UGM me-nyelenggarakan
22 SWARA MEP Juli 2014
seminar hasil
Program Kerja Lapangan (PKL)
Sabtu, 7 Juni 2014 di Ruang
Seminar MEP FEB UGM. Seminar PKL
dihadiri oleh perwakilan dari Pemerin-tah
Kabupaten Magelang yaitu Drs. E.
Endra Wacana (Assek III), Gamis Hari
Saktiyono, DP (Kabid Aset DPPKAD
Kab. Magelang), Widianto Ahmad dari
pengurus barang Kesehatan dan Dikke
Riyo Sembodo, Amd dari PU dan
ESDM. Selain itu, sebagai moderator
adalah Dr. Soeratno.
Seminar hasil PKL merupakan hasil
dari kunjungan PKL ke Kabupaten
Magelang yang telah dilakukan pada
tanggal 24 Mei 2014. Peserta yang
mengikuti kegiatan PKL adalah ma-hasiswa
angkatan 50 reguler dan be-berapa
dosen pendamping, antara
lain Prof. Nopirin, M.A., Dra. Wahyu
Hidayati, M.Si., dan Ari Setyaningrum,
Seminar Hasil
PKL Magelang
M.Ec.Dev., MAPPI (Cert.). Rangkaian
kegiatan PKL ini adalah Focus Group
Discussion (FGD) dengan Pemerintah
Kabupaten Magelang, observasi lapa-ngan
dan pembahasan masing-mas-ing
kelompok untuk diseminarkan.
Program PKL adalah kegiatan yang
bersifat wajib diikuti oleh mahasiswa.
Tujuan kegiatan ini mengaplikasikan
pengetahuan/wawasan/informasi
yang diperoleh mahasiswa dalam
perkuliahan. Tema PKL ke Kabupaten
Magelang adalah Pengolaan Aset Ka-bupaten
Magelang dengan 3 subtema,
antara lain optimalisasi aset kesehatan
(aspek legal tanah untuk Puskesmas),
optimalisasi aset pendidikan (penila-ian
aset SD dan SMP), dan optimal-isasi
aset infrastruktur (kapitalisasi dan
pemeliharaan jalan).
Seminar hasil PKL kali ini mempre-sentasikan
hasil kajian berdasarkan
temuan dari masing-masing kelom-pok.
Kelompok pertama dengan dos-en
pendamping Prof. Nopirin, M.A
membahas tentang optimalisasi aset
kesehatan, khususnya Puskesmas. Te-muan
di lapangan masih ada masalah
legalitas tanah, seperti pembangunan
Puskesmas di tanah kas desa (beng-kok).
Kelompok kedua dengan dosen
pendamping Ari Setyaningrum, M.Ec.
Dev., MAPPI (Cert.) membahas tentang
optimalisasi aset pendidikan, khususn-ya
asset di SDN Mendut dan SMP 1.
Salah satu temuan di lapangan adalah
kurangnya pemahaman kepala se-kolah
atau tata usaha pendataan aset
sekolah, seperti pencatatan, inventaris
, dan manajemen aset sekolah. Semen-tar
itu, kelompok ketiga dengan dosen
pendamping Dra. Wahyu Hidayati,
M.Si. membahas tentang optimalisasi
aset infrastruktur jalan di Kabupaten
Magelang. [Waluyo]
Geliat MEP
Crawford School of Economics and
Government. Australian National
University (ANU)
Master of International and Development
Economics (MIDEC)
National Graduate Institutes for
Policy Studies (GRIPS) Jepang
Master of Public Policy (MPP)
International University of Japan (IUJ)
Master of Arts in International Development
(MA)
Hiroshima University
Master of Arts (M.A.)
Takushoku University
Master of International Development (MIDS)
Kobe University
Master of Economics (M.Ec.)
Yokohama National University Master
of Economics (M.Ec.)
Ritsumeikan University
Master of Arts (M.A.)
Bagi mahasiswa yang tidak memenuhi persyaratan di atas,
maka dapat terus mengikuti program reguler untuk menda-patkan
gelar M.Ec.Dev.
Progam pendidikan Linkage meru-pakan
progam gelar ganda yaitu
Program Studi MEP FEB UGM dan dari
universitas mitra. Kelas ini dibuka untuk
perkuliahan pada semester ganjil bulan
September setiap tahunnya. Di Tahun perta-ma,
mahasiswa belajar di Program Studi MEP
FEB UGM dan ditahun kedua mahasiswa akan
belajar di universitas mitra. Lulusan program
Linkage akan memperoleh gelar M.Ec.Dev. dari
Progam Studi MEP FEB UGM dan juga memperoleh
gelar dari universitas mitra di luar negeri:
Linkage Program
Calon mahasiswa yang telah menyerahkan secara lengkap seluruh syarat
pendaftaran, maka akan mengikuti serangkaian tes:
• Mempunyai nilai skor TPA/PAPs >= 550, dibuktikan dengan sertifikat
yang masih berlaku, yaitu maksimum 1 tahun setelah tanggal dike-luarkannya
sertifikat;
• Mempunyai nilai tes kemampuan Bahasa Inggris yang masih berlaku,
yaitu maksimum 1 tahun setelah tanggal dikeluarkannya sertifikat,
dibuktikan dengan sertifikat:
• Institusional Testing Program (ITP) TOEFL dari institusi yang diakui
oleh IIEF minimal skor 550; atau
• Institusional English Testing System (IELTS) dari institusi yang diakui
oleh IDP, minimal skor 6.00; atau
• Internet-Based (IBT) TOEFL dari institusi yang diakui oleh IIEF, mini-mal
skor 79
MEP
FEB
UGM
Segenap Keluarga Besar Civitas Akademika MEP FEB UGM
mengucapkan
Selamat Hari Raya Idul Fitri 1435 H
Mohon Maaf Lahir dan Bathin
13. A. Mahasiswa Kelas
Kerjasama Pemerin-tah
Provinsi Sulawesi
Barat
B. Serah Terima Ma-hasiswa
Kelas Ker-sama
Pemerintah
Provinsi Sulawesi
Barat
C. Pelatihan PDP I
MEP UGM 9-17 Juni
2014
Galeri Foto
D.Pelatihan Teknik
Penyusunan Renja
dan RKA Kabupaten
Bombana 3-5 April
2014
E.Kunjungan DPRD
Jawa Barat 23 Juni
2014
F. Peserta Pelatihan
Akuntansi Pengelo-laan
Aset Daerah 26-
28 Maret 2014
D
E
F
A
B
C
14. Green
Tourism
Supiandi
Pada tahun 1971,
seorang ekonom
brilian Nicholas
Georgeschu-Rogen
menghasilkan pemikiran
ekonomi yang fundamental
sekaligus radikal yang ketika
itu dianggap menentang
arus neoklasik sehingga ia
dijuluki rebellion economist.
Pemikiran maha karya itu
adalah “The Entophy Law
and the Economic Process”,
sebuah karya yang mem-berikan
pesan bahwa pent-ingnya
mempertimbangkan
alam dan lingkungan dalam
pembangunan ekonomi,
karena kegiatan ekonomi
bagaimanapun juga tidak
terlepas dari hukum entro-py.
Maha karya yang mela-wan
arus pada tahun 1970-
an tersebut kini menjadi ruh
yang hidup kembali dalam
konteks pembangunan
berkelanjutan yang dike-nal
dengan ekonomi hijau
(Green Economy).
United Nation Environment
Programme (UNEP, 2011) men-definisikan
ekonomi hijau seba-gai
ekonomi yang rendah kar-bon,
efisien dalam penggunaan
tour-ism
sosial) sebagai ciri-ciri pariwisata
berkelanjutan. Istilah green sumber daya dan inklusif se-cara
sosial. Selanjutnya, definisi
ekonomi hijau bukanlah suatu
keadaan melainkan suatu proses
transformasi dan perkembangan
dinamis yang konstan, ekonomi
hijau menghasilkan kesejahter-aan
dan akses yang merata bagi
semua orang, menjaga lingkun-gan
dan ekonomi agar tetap be-rada
dalam daya dukung bumi
yang terbatas (Danish 92 Group,
2012). Dengan demikian ekono-mi
hijau merupakan kegiatan
ekonomi yang selain dapat men-ingkatkan
kesejahteraan rakyat
sebagai tujuan akhir kegiatan
ekonomi, juga diharapkan mem-beri
dampak tercapainya keadi-lan
bagi masyarakat maupun
lingkungan dan sumber daya
alam itu sendiri.
Oleh karena itu, konsep
ekonomi hijau perlu diinternal-isasikan
ke dalam berbagai sek-tor,
salah satu sektor yang akan
dibahas dalam tulisan ini adalah
sektor pariwisata dengan kon-sep
green tourism. Istilah green
tourism semakin banyak digu-nakan
dalam berbagai diskusi
yang mencakup segitiga men-dasar
(ekonomi, lingkungan dan
ini sudah terdapat dalam
literatur pariwisata sejak lebih
dari 20 tahun yang lalu, dengan
adaptasi merujuk pada gerakan
dari perdesaan ke pariwisata
ramah lingkungan di Eropa dan
Jepang. Kementerian Pariwisata
mendefinisikan green tourism
sebagai aktivitas bersenang-sen-ang
untuk menikmati alam dan
budaya dari destinasi dan berin-teraksi
dengan penduduk lokal
di daerah yang kaya dengan
lanskap alaminya perdesaan dan
pegunungan. Tourism merupa-kan
fenomena sosial yang diaki-batkan
oleh adanya perpindahan
tempat untuk sementara waktu
dari seseorang atau lebih yang
dapat menimbulkan dampak di
tempat tujuan maupun sepan-jang
waktu yang dilaluinya (Se-tiawinata,
2006).
Untuk memahami green
tourism, pertama-tama perlu
menanyakan hal berikut: “Un-tuk
siapa pembangunan dan
pengembangan green tourism
dan ekowisata sebagai suatu
hal berkelanjutan?” (Hubeis et
al, 2007). Dalam hal ini, pem-bangunan
dan pengembangan
berkelanjutan diartikan sebagai
usaha pemanfaatan sumber daya
yang ada untuk memenuhi ke-butuhan
sekarang dengan tanpa
mengesampingkan bagaimana
generasi mendatang meman-faatkan
sumber daya yang sama
guna memenuhi kebutuhan-nya
dimasanya. Selanjutnya,
United Nations World Tourism
Organization (UNWTO, 2011)
mendefinisikan pariwisata yang
berkelanjutan sebagai pariwisata
yang memperhitungkan secara
penuh dampak ekonomi, sosial
dan lingkungan sekarang dan
yang akan datang, menjawab
kebutuhan pengunjung, industri
(pariwisata), lingkungan dan ko-munitas
tuan rumah.
Pertanyaan selanjutnya
adalah “Masalah keberlanjutan
itu sebagai suatu pilihan atau
keterpaksaan?” (Hubeis et al,
2007). Dikatakan suatu pilihan,
bila pemanfaatan sumber daya
itu dilakukan pada saat ini secara
besar-besaran dengan mencari-kan
alternatif sumber daya yang
lain bagi generasi mendatang
dan dikatakan sebagai suatu ket-erpaksaan,
bila pada dasarnya
alam itu selalu harus dalam kead-aan
equilibrium, maka apabila di-lakukan
eksploitasi secara besar-besaran
dengan tanpa menjaga
keseimbangannya akan merusak
alam itu sendiri. Pembangunan
bidang pariwisata akan meng-hasilkan
trade-off antara men-dapatkan
manfaat atau dampak
kerugian yang dihasilkan akibat
pembangunan. Industri pari-wisata
menghasilkan barang dan
jasa yang berbeda dengan indus-tri
dalam arti umum yang telah
dikenal luas, misalnya jasa yang
dihasilkan memerlukan keahlian
Opini
714. 353 Jumlah wisatawan
mancanegara
yang masuk sepanjang
tahun 2014 (Jan-Mei)
USD 147.22
Rata-rata pengeluaran
wisatawan mancanegara per hari
sedangkan domestik sebesar
Rp 711.300 (2013)
Nilai tersebut meningkat
3.17% dan 0.89%
dari tahun 2013.
430 .793 Total kamar tahun 2013
(Hotel Bintang dan
Non Bintang)
26 SWARA MEP Juli 2014 Juli 2014 SWARA MEP 27
15. khusus dari penyelanggarannya
terutama dengan orang yang
menanganinya dalam rangka
memberikan kepuasan bagi para
konsumennya.
Karakteristik dari perencanaan
dan pengembangan green tour-ism
tidak lepas dari pemahaman
akan sifat atau karakter yang
menonjol dari produk industri
pariwisata (Hubeis et al., 2007)
yaitu tidak dapat dipindahkan,
tidak dapat ditimbun, proses
produksi dan konsumsi jatuh
pada waktu yang bersamaan.
Berkembangnya pembangunan
pariwisata akan mendorong dae-rah-
daerah dan masyarakat se-tempat
membangun sarana dan
prasarana yang dibutuhkan, seh-ingga
nantinya akan mendorong
para investor dari dalam maupun
luar negeri untuk berpartisipasi
dalam pembangunan objek dan
daya tarik wisata.
Lingkungan alami Indonesia
merupakan inti dari keseluru-han
daya tarik pariwisata. Daya
tarik tersebut bukan hanya ber-dampak
positif bagi pengem-bangan
ekonomi, jika dilihat
dari sudut pandang lingkungan
hidup kondisinya jauh dari ideal.
Eksploitasi eksosistem Indonesia
yang kaya dan beraneka-ragam
secara berlebihan sudah dikenal
luas dalam berbagai dokumen
termasuk laporan-laporan resmi
pemerintah Indonesia. Lapo-ran
tentang kondisi lingkungan
ASEAN dan sejumlah laporan
antar pemerintah dan sejumlah
perwakilan internasional lainnya.
Merujuk pada evaluasi dari Travel
and Tourism Competitiveness In-dex
(TTCI, 2011), yang mencakup
kinerja pariwisata dalam keber-lanjutan
lingkungan dan sum-berdaya
alami, Indonesia hanya
di posisi 130 di antara 133 ne-gara
yang dievaluasi. Meskipun
dapat dibuktikan bahwa kondisi
di beberapa wilayah lebih baik
dan di beberapa lagi lebih bu-ruk,
titik kuncinya adalah bahwa
keberlanjutan lingkungan meru-pakan
suatu isu di semua tingkat
pemerintahan di Indonesia.
Konsumsi energi dan air serta
produksi sampah yang berasal
dari wisatawan nyaris dua kali li-pat
ketimbang yang berasal dari
penduduk pada umumnya. Wisa-tawan
mengkonsumsi energi
dan air lebih daripada konsumsi
di rumahnya sendiri. Mereka
juga memproduksi lebih banyak
sampah yang ditinggalkan di
destinasi yang mereka kunjungi.
Hotel dan restoran pada berba-gai
skala operasi yang berbeda,
mengkonsumsi bahan kimia dan
bahan yang tak teruraikan yang
mempunyai efek pencemaran.
Sepanjang jalan daerah wisata di
Indonesia, dapat dijumpai ban-yak
warung makan dan beberapa
sarana akomodasi yang dikelola
tanpa pengetahuan yang me-madai,
khususnya menyangkut
dampak lingkungan.
Destinasi padat kunjungan, khu-susnya
kunjungan dalam jumlah
besar dengan kendaraan prib-adi,
menyebabkan pencemaran
udara yang menjadi tanggungan
penduduk dan menyebabkan
lingkungan yang tidak sehat. Mis-alnya
Bandung sebagai destinasi
wisata perkotaaan yang dengan
sarana perbelanjaan dan kuliner
sebagai daya tarik utamanya.
Orang-orang menghabiskan
waktu beberapa hari bahkan
lebih, sehingga menyebabkan
kepadatan lalu lintas yang san-gat
tinggi, terutama di pintu ger-bang
tol yang membuat antrian
kendaraan bisa mencapai 10 km.
Terdapat laporan bahwa selama
akhir pekan, sebanyak 200 ribu
kendaraan memasuki kota. Lalu
lintas yang padat dan kehidupan
malam di kota dapat menyebab-kan
pencemaran suara, perusa-kan
terhadap keaneka-ragaman
hayati dan gangguan terhadap
spesies di daratan dan di pesisir
dapat terjadi karena lemahnya
pengelolaan waktu kunjungan,
dan perusakan terhadap berba-gai
lokasi di bawah permukaan
air karena pengambilan karang
yang telah berlangsung di be-berapa
destinasi pantai yang
terkenal, merupakan isu lain
yang perlu diperhatikan.
Wisatawan juga dapat mencip-takan
dampak yang tidak disa-dari
ketika mereka mengunjungi
tempat atau daya tarik dengan
lingkungan alam dan budaya.
Karena itu perlu dikembang-kan
kampanye kesadaran pen-gunjung
tentang kemungkinan
dampak yang dapat mereka
timbulkan, khususnya dengan
menggunakan tanda-tanda yang
dapat diintepretasikan dalam
berbagai bahasa, ditempatkan
pada gerbang masuk ke berba-gai
lokasi daya tarik budaya atau
alam tertentu.
Berdasarkan fakta diatas, perlu
dilakukan langkah-langkah strat-egis
agar pariwisata di Indonesia
tidak mengalami kemerosotan
diantaranya (Hubeis et al., 2007).
a. Peningkatan pemahaman
green tourism, diantaranya pen-injauan
kembali kriteria yang
sesuai dengan kebutuhan pasar
pariwisata yang dinamis.
b. Pemberdayaan sumber daya
manusia yang diharapkan dapat
mempromosikan kesinambun-gan
green tourism.
c. Peningkatan kerjasama
dengan berbagai pihak untuk
mempromosikan dan menyebar-luaskan
green tourism sebagai
suatu kegiatan pariwisata alter-natif.
Dapatkan majalah digital SWARA MEP di
mep.ugm.ac.id/dm_swamep.php
Coming Soon
Dies Natalis MEP FEB UGM ke 20
Turut Berduka Cita atas meninggalnya salah satu
alumni MEP FEB UGM angkatan 39 dari
Kabupaten Raja Ampat, Papua Barat
Amude K., S.Sos, M.Ec.Dev
d. Pemanfaatan green tour-ism
melalui diferensiasi kegiatan
yang dianggap produktif.
Langkah-langkah yang dike-mukakan
tersebut menunjuk-kan
bahwa green tourism da-pat
menjadi potensi produk
pariwisata yang memiliki cirri
dan karakteristik tersendiri den-gan
jenis-jenis produk pariwisata
yang sudah ada. Mengingat lu-asnya
wilayah, keragaman hayati
dan budaya penduduk diseki-tarnya.
Oleh karena itu, perlu
dibangun citra, profesionalisme
dan kemampuan menyikapi
kondisi eksternal untuk meng-gali
potensi green tourism se-bagai
penerimaan pendapatn di
sektor pariwisata nasional, baik
penerimaan bagi pelaku usaha,
serta pajak dan devisa negara.
Pada akhirnya dapat disimpul-kan
bahwa kekayaan dan keber-agaman
sumber daya alam, flora
dan fauna merupakan kekuatan
utama kepariwisataan Indonesia
untuk tumbuh dan berkembang
menjadi daerah tujuan wisata
green tourism, maka diperlukan
langkah-langkah strategis antar
pihak, baik pemerintah maupun
masyarakat agar terwujud ket-erpaduan
lintas sektoral melalui
suatu strategi pengembangan
yang mengoptimalkan potensi
kepariwisataan, memperluas
kesempatan kerja, menata dan
memelihara objek daya tarik
wisata yang ada dan meningkat-kan
peran serta masyarakat yang
sadar wisata.
28 SWARA MEP Juli 2014 Juli 2014 SWARA MEP 29
16. Join us!
INFORMASI LEBIH LANJUT
Bagian Admisi MEP FEB UGM
Jalan Teknika Utara, Barek,
Bulasumur, Yogyakarta 55281
Telp. (0274) 518 946 555 917 555 918 Faks. (0274) 555 922
Hotline 0888 272 9055
Web: http://mep.ugm.ac.id
MEP FEB UGM
Magister Ekonomika dan Pembangunan
30 SWARA MEP Juli 2014 Juli 2014 SWARA MEP 31
Universitas Gadjah Mada
Program Magister
Ekonomika Pembangunan
Perencanaan dan Pembangunan
Daerah, Keuangan Daerah,
Manajemen Aset dan Penilaian
Properti, Manajemen Aset dan
Penilaian Bisnis
Dalam rangka menginte-grasikan
rencana kegiatan
yang akan dilaksanakan
sepanjang tahun 2014,
Program MEP FEB UGM menye-lenggarakan
workshop RENSTRA,
RENOP, dan RKAT yang dihadiri
oleh Pengelola dan Karyawan
Program MEP FEB UGM di Ruang
Langenbaswara di Hotel Jogjakarta
Plaza dan acara dibuka oleh Prof
Lincolin Arsyad, Ph.D, Ketua Pen-gelola
Program MEP FEB UGM dan
dipandu oleh Bayu Sutikno, S.E.,
M.S.M., Ph.D., Sekprodi Bid. Ad-ministrasi
dan Keuangan Program
MEP FEB UGM. “Small but beauti-ful
and healthy”, ujar Prof. Lincolin
Arsyad, Ph.D. dalam paparan yang
disampaikan. “Ini akan jadi tagline
kita,” tegasnya. Prof. Lincolin Ar-syad,
Ph.D. menambahkan bahwa
walaupun organisasi kita kecil, han-ya
terdiri dari 28 karyawan, kita bisa
‘cantik’ yang tercermin dalam kes-uksesan
kegiatan-kegiatan yang
diselenggarakan dan sehat dalam
sistem keuangan dan organisasi.
Program MEP FEB UGM
mempunyai Visi menjadi program
studi Pascasarjana terkemuka di
Asia Tenggara yang memberikan
kontribusi intelektual melalui keg-iatan
pengajaran dan penelitian di
bidang ekonomika terapan untuk
kesejahteraan masyarakat. Prof.
Lincolin Arsyad, Ph.D. menyam-paikan
bahwa Visi adalah mimpi
untuk menjadikan lembaga seperti
apa. “Ini adalah mimpi indah tetapi
affordable (bisa dicapai dengan
berusaha),” ujarnya. Visi bisa dica-pai
dengan misi yang telah dibuat.
Misi Program MEP FEB UGM adalah
mendidik mahasiswa agar menjadi
lulusan pascasarjana yang unggul
dan berkarakter di bidang ekono-mika
terapan, melakukan advanced
policy research, dan menyeleng-garakan
kegiatan pengabdian
masyarakat melalui pendidikan
dan penelitian yang terintegrasi
di bidang ekonomika terapan un-tuk
kesejahteraan masyarakat.
Target utama tahun 2014
adalah bidang akademik dan bi-dang
non-akademik. Bidang aka-demik
meliputi peningkatan kulitas
proses pembelajaran dan pening-katan
sarana penunjang proses
pembelajaran. Sedangkan bidang
non-akademik terdiri dari pening-katan
kualitas pelayanan terhadap
seluruh pemangku kepentingan
(stakeholders) dan peningkatan
kesejahteraan karyawan mela-lui
pemberian insentif, baik yang
tangible maupun yang intangi-ble.
“Everyone is customer. Jadi
semua harus dilayani, baik antar
bagian maupun lintas bagian,”
kata Prof. Lincolin Arsyad, Ph.D.
“Tata uang, tata orang,
dan tata barang adalah tiga hal
yang saya urusi”, kata Bayu Sutik-no,
Ph.D.. “Slogan PASTI akan men-jadi
panduan dalam tata orang,”
tegasnya. PASTI merupakan kepan-jangan
Profesional, Akuntabel, Se-derhana,
Transparan, dan Inovatif.
Selain itu, Bayu Sutikno, Ph.D. juga
memaparkan target-target dan
rencana-rencana yang akan dilak-sanakan
sepanjang tahun 2014.
Presentasi per bagian
juga dilaksanakan oleh masing-masing
Kepala Bagian. Dimulai
oleh Dwi Rining Suprapti; Kepala
Bagian Admisi, Alumni, Kerjasa-ma,
dan Hubungan Masyarakat;
Tri Agung Nugroho; Kepala Ba-gian
Akademik dan Sistem In-formasi;
dan yang terakhir Agus
Kartono Widodo; Kepala Bagian
Administrasi, Keuangan, SDM,
dan Umum. Tiap bagian mengi-dentifikasi
permasalahan, lang-kah
terobosan sebagai solusi
yang akan ditempuh dan indika-tor
kunci yang harus dicapai di
2014. Sepanjang presentasi juga
diwarnai dengan diskusi berkaitan
dengan program kerja yang diren-canakan.
Semoga juga semua ren-cana
kegiatan yang diagendakan
juga akan berbuah kesuksesan.
WORKSHOP
RENSTRA,
RENOP DAN RKAT
PROGRAM
MEP FEB UGM
17. Workshop Kurikulum
MAPP dan MAPB
Dalam rangka mem-peringati
Dies Na-talis
Program Studi
MEP FEB UGM ke-
19, Program Studi MEP FEB
UGM menyelenggarakan acara
tumpengan yang dilaksanakan
pada Hari Selasa, 3 Juni 2014.
Bertempat di Ruang Seminar
Program MEP FEB UGM, aca-ra
dimulai jam 12.00 WIB dan
dibuka dengan sambutan dari
Prof. Lincolin Arsyad, Ph.D.,
Ketua Pengelola Program MEP
FEB UGM. “Ibarat seorang
gadis, usia 19 adalah usai yang
ranum, cantik, dan banyak pem-inatnya,”
ujar Lincolin Arsyad.
Seperti dengan textline nya
yaitu Committed to Develop-ment,
Program MEP FEB UGM
mengabdikan dirinya pada pem-bangunan
daerah. “Khusus ta-hun
ini, acara dies dilaksanakan
secara sederhana tetapi semoga
tidak mengurangi arti milad
MEP,” tambahnya.
Acara tumpengan
ini dihadiri oleh Manajemen
FEB UGM, perwakilan dos-en,
perwakilan alumni, per-wakilan
mahasiswa, pengelola
dan karyawan Program MEP
FEB UGM. “Cikal bakal Pro-gram
MEP adalah pelatihan
PMSES,” kata Prof. Wihana
Kirana Jaya, Ph.D., Dekan FEB
UGM, dalam sambutannya. Ini
bermula dari minat banyak pe-serta
pelatihan PEMSES yang
ingin melanjutkan pendidikan
S2 dalam bidang pembangunan
daerah maka dibentuk Tim yang
menindaklanjuti pembentukan
Program MEP FEB UGM. Tim
6 ini terdiri dari Prof. Dr. Mar-diasmo,
M.B.A., Prof. Dr. In-sukindro,
M.A., Prof. Wihana
Kirana Jaya, Ph.D., Dr. Wahyu
Widayat, M.Ec, Dr. B.M. Pur-wanto,
M.B.A., dan Dr. Faried
Widjaya Mansoer,M.A..
“Untuk menjadi terke-muka
di Asia, kita harus punya
evidance based data dan juga
mempunyai inovasi,“ lanjut de-kan
FEB UGM. Dijelaskan juga
bahwa Program MEP juga harys
mempunyai kelas premium dan
research dashboard. Acara po-tong
tumpeng sendiri dilakukan
oleh Ketua Pengelola, Prof. Lin-colin
Arsyad, Ph.D., didamp-ingi
oleh Sekretaris Program
Studi Bidang Administrasi dan
Keuangan, Bayu Sutikno, S.E.,
M.S.M., Ph.D., yang diserah-kan
ke Dekan FEB UGM, Prof.
Wihana Kirana Jaya, Ph.D.
Acara selesai jam 14.00 yang
diakhiri dengan makan siang
bersama. [Lina]
Sarasehan Program Studi
Magister Ekonomika Terapan
Indonesia
Dalam rangka pengem-bangan
Prodi Magister
Ekonomika Terapan di
Indonesia, Program MEP
menyelenggarakan Sarasehan Pen-gelola
Prodi Magister Ekonomika
Terapan. Penyelenggaraan Sarase-han
tersebut bertempat di kampus
MEP FEB UGM pada hari Jumat,
6 Juni 2014. Peserta yang terlibat
dalam kegiatan ini merupakan per-wakilan
dari universitas yang me-miliki
prodi Magister Ekonomika
Terapan di Indonesia. Sepuluh prodi
hadir dalam acara Sarasehan Prodi
Magister Ekonomika Terapan, yang
terdiri dari Universitas Indonesia
(UI), Universitas Diponegoro (UN-DIP),
Universitas Cenderawasih
(UNCEN), Universitas Jenderal
Soedirman (UNSOED), Universitas
Trisakti, Universitas Negeri Sebelas
Maret (UNS), Universitas Mataram
(UNRAM), Universitas Airlangga
(UNAIR), Universitas Pembangu-nan
Nasional Yogyakarta (UPN)
dan. Kegitan ini adalah salah satu
bentuk tanggung jawab dalam men-ingkatkan
standar kualitas pembela-jaran
yang baik dibidang ekonomika
terapan.
Prof. Lincolin Arsyad, Ph.D men-gatakan
bahwa era globalisasi dan
Masyarakat Ekonomi ASEAN akan
diberlakukan pada tahun 2015 se-hingga
perguruan tinggi dituntut
meningkatkan tenaga professional
yang berpengetahuan luas dan ber-integritas
tinggi. “Persaingan saat
ini, bukan antar prodi di Indonesia
melainkan dengan prodi dari luar
negeri,” imbuhnya. Merujuk dari
permasalahan tersebut, dengan ber-tujuan
untuk meningkatkan kualitas
SDM di Indonesia, maka dibentuk
Asosiasi Program Magister Ekono-mika
Terapan (APMETI). Asosiasi
ini dibentuk untuk menyusun strate-gi
bagaimana meningkatkan kualitas
belajar mengajar di magister ekono-mi
terapan. Selain itu, asosiasi ini
dibentuk agar dapat bersaing den-gan
universitas internasional secara
global.
Kegiatan Sarasehan tersebut meng-hasilkan
sebuah Deklasrasi Pemben-tukan
Asosiasi Program Magister
Ekonomika Terapan (APMETI).
Beberapa maanfaat dengan ke-beradaan
APMETI, yaitu berbagi
pengalaman dalam pengelolaan
prodi, transfer kredit antar program
studi, kuliah tamu, dan pengkajian
kurikulum program studi. Selai itu,
pengembangan jejaring kerjasama
di tingkat nasional dan internasion-al.
[Prast]
“
APMETI ini
dibentuk untuk
menyusun strategi
bagaimana
meningkatkan
kualitas belajar
mengajar
di magister
“
ekonomika terapan
DIES NATALIS
MEP UGM
Turut Berduka Cita atas meninggalnya salah satu
alumni MEP FEB UGM kelas Bappenas 7
Dinas Pertanian dan Peternakan Kab. Batang
Provinsi Jawa Tengah
Masyithah, STP, M.Ec.DeV.
32 SWARA MEP Juli 2014 Juli 2014 SWARA MEP 33
18. “
Ibarat seorang gadis,
usia 19 adalah usia
“
yang ranum,
cantik, dan banyak
peminatnya
Dalam rangka mem-peringati
Dies Natalis
Program Studi MEP
FEB UGM ke-19, Pro-gram
Studi MEP FEB UGM me-nyelenggarakan
acara tumpen-gan
yang dilaksanakan pada Hari
Selasa, 3 Juni 2014. Bertempat
di Ruang Seminar Program MEP
FEB UGM, acara dimulai jam
12.00 WIB dan dibuka dengan
sambutan dari Prof. Lincolin
Arsyad, Ph.D., Ketua Pengelo-la
Program MEP FEB UGM.
“Ibarat seorang gadis, usia 19
adalah usai yang ranum, cantik,
dan banyak peminatnya,” ujar
Lincolin Arsyad. Seperti dengan
textline nya yaitu Committed to
Development, Program MEP
FEB UGM mengabdikan dirin-ya
pada pembangunan daerah.
“Khusus tahun ini, acara dies
dilaksanakan secara sederhana
Tumpengan Tasyakuran
Dies Natalis Ke-19 Program
MEP FEB UGM
tetapi semoga tidak mengurangi
arti milad MEP,” tambahnya.
Acara tumpengan ini dihadiri
oleh Manajemen FEB UGM,
perwakilan dosen, perwakilan
alumni, perwakilan mahasiswa,
pengelola dan karyawan Program
MEP FEB UGM. “Cikal bakal
Program MEP adalah pelatihan
PMSES,” kata Prof. Wihana
Kirana Jaya, Ph.D., Dekan FEB
UGM, dalam sambutannya. Ini
bermula dari minat banyak pe-serta
pelatihan PEMSES yang
ingin melanjutkan pendidikan
S2 dalam bidang pembangunan
daerah maka dibentuk Tim yang
menindaklanjuti pembentukan
Program MEP FEB UGM. Tim 6
ini terdiri dari Prof. Dr. Mardias-mo,
M.B.A., Prof. Dr. Insukin-dro,
M.A., Prof. Wihana Kirana
Jaya, Ph.D., Dr. Wahyu Widay-at,
M.Ec, Dr. B.M. Purwanto,
M.B.A., dan Dr. Faried Widjaya
Mansoer,M.A..
“Untuk menjadi terkemuka di
Asia, kita harus punya evidance
based data dan juga mempun-yai
inovasi,“ lanjut dekan FEB
UGM. Dijelaskan juga bahwa
Program MEP juga harys mem-punyai
kelas premium dan re-search
dashboard. Acara potong
tumpeng sendiri dilakukan oleh
Ketua Pengelola, Prof. Lincolin
Arsyad, Ph.D., didampingi oleh
Sekretaris Program Studi Bidang
Administrasi dan Keuangan,
Bayu Sutikno, S.E., M.S.M.,
Ph.D., yang diserahkan ke Dekan
FEB UGM, Prof. Wihana Kirana
Jaya, Ph.D. Acara selesai jam
14.00 yang diakhiri dengan ma-kan
siang bersama. [Lina]
KEPENGURUSAN MEP FEB UGM 2014
Sekretaris Program Studi
Bidang Akademik
Dr. Akhmad Makhfatih, M.A.
Sekretaris Program Studi Bidang
Umum, SDM, dan Keuangan
Bayu Sutikno, S.E., M.S.M., Ph.D.
Ketua Program Studi
Prof. Lincolin Arsyad, Ph.D.
34 SWARA MEP Juli 2014 Juli 2014 SWARA MEP 35