2. 2
Ir. FAKHRIZAL,ST., MT.,IPP.,CSE
Tempat/Tgl Lahir : Padang, 12 Februari 1971
Keluarga : 1 Istri dan 4 Anak
Hobby : Music, Nature, Travelling
Alamat : Komplek Palapa Saiyo Blok A6 No. 13A Kec. Batang Anai, Kab. Padang Pariaman
Perjalanan Luar Negeri : Jerman, Perancis, Belanda, Swedya, Malaysia, Singapura, Philipina dan
Thailand
Pengalaman Kerja : Direktur PT. Arshy Citra Kamato ( Contractor )
Direktur PT. Trio Macan Paris
Team Leader Penyusunan Model Penjaminan Mutu Di Dirjen Bina Kontruksi Di
Kementrian PU PERA
Team Leader Pekerjaan Prohansam Kementrian PU PERA Dirjen Cipta Karya
Koordinator Team Tenaga Ahli Monev di Balai II Kementrian PU PERA Dirjen
Bina Konstruksi
Project Engineer di Proyek TOL Padang -Sicincin
Organisasi : - Sekjen PAKKI(Perkumpulan Ahli Keselamatan Kontruksi Indonesia) Sumbar 2021-2025
- Ketua Bidang LITBANG DPP PAKKI 2021-2025
- Sekretaris PII Wilayah Sumbar, 2021-2024
Email : zalfachrizal@gmail.com
HP / WA : +62 81267855862
3. 3
SERTIFIKAT DAN PELATIHAN
1. Workshop Internasional Di HAWK University Holzminden, Germany 2012
2. Pelatihan Pengadaan Barang dan Jasa(PBJ), Padang, 2015
3. Internasional Coference On Urban Studies, Manila 2016
4. TOT SMK3 Konstruksi, Lombok 2016
5. Pelatihan Sistim Manajemen Mutu (SMM), 2016
6. Pelatihan SMK3 Madya, 2017
7. Pelatihan Tenaga Ahli BSPS, Bali, 2018
8. Insinyur Profesional Muda
9. Sertifikasi Keahlian :
a. Ahli Utama Teknik Bangunan Gedung
b. Ahli Madya Teknik Jembatan
c. Ahli Madya Teknik Jalan
d. Ahli Utama Manajemen Konstruksi
e. Ahli Madya Manajemen Proyek
f. Ahli Madya Manajemen Mutu
g. Ahli Madya K3 Konstruksi
h. Ahli Madya Sumber Daya Air
4. OUTLINE:
01
SASARAN KESELAMATAN KONSTRUKSI
LATAR BELAKANG KECELAKAAN KONSTRUKSI
Definisi Kecelakaan Konstruksi
A
Accident dan Incident
B
Sebab Akibat Kecelakaan
C
KONSEP KESELAMATAN KONSTRUKSI
MEMAHAMI TUJUAN DAN LAMBANG K3
PENDEKATAN DAN PENGERTIAN
KESELAMATAN KONSTRUKSI
PENCEGAHAN KECELAKAAN KONSTRUKSI:
MEMAHAMI INDUKSI K3
KOMUNIKASI KESELAMATAN KONSTRUKSI:
Safety talk
A
Tool box meeting
B
5 (lima) ELEMEN KESELAMATAN KONSTRUKSI
02
03
04
05
07
08
09
10
PENGERTIAN BAHAYA
06
APD dan APK
11
5. Memahami Keselamatan Konstruksi secara umum
Memahami Bahaya dan Kecelakaan Konstruksi
Memahami Penggunaan Alat-Alat Pelindung Diri (APD)
Mampu melakukan Komunikasi dan Koordinasi
Memahami 5 Elemen dan Strategi Keselamatan Konstruksi
1
2
3
4
5
TUJUAN PEMBELAJARAN
6. 01 ACCIDENT FREE
Keinginan untuk selamat dan terhindar dari bahaya
LATAR BELAKANG KECELAKAAN KONSTRUKSI
02 BUSSINESS INTERUPTION
Keinginan untuk terhindat dari kerugian materi akibat kecelakaan
03 COMPLIANCE WITH LAW
Memenuhi ketentuan hukum
04 COSTUMER SATISFACTION
Desakan dari pihak luar dan tuntutan masyarakat
7. SAFETY
FIRST
Menjamin proses konstruksi
berjalan lancar
Melindungi para pekerja dan
orang lainnya di tempat kerja
(formal maupun informal)
Menjamin setiap material/alat
konstruksi dipakai secara aman
dan efisien
SASARAN KESELAMATAN KONSTRUKSI
10. Arti (Makna) Tanda Palang
Bebas dari kecelakaan dan penyakit akibat kerja (PAK).
LAMBANG K3
Bentuk lambang berupa
palang berwarna hijau
dengan roda bergerigi
sebelas dengan warna
dasar putih
Arti (Makna) Roda Gigi
Bekerja dengan kesegaran jasmani dan rohani.
Arti (Makna) Warna Putih
Bersih dan suci.
Arti (Makna) Warna Hijau Selamat,
sehat dan sejahtera.
Arti (Makna) 11 (sebelas) Gerigi Roda Sebelas
Bab Undang-Undang No 1 Tahun 1970 tentang
Keselamatan Kerja.
11. PENDEKATAN DAN PENGERTIAN
KESELAMATAN KONSTRUKSI
Peraturan Perundang-Undangan
Ketenagakerjaan antara lain:
• UU No 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan
Kerja
• UU No 13 Tahun 2013 tentang
Ketenagakerjaan
• PP No 50 Tahun 2012 tentang Penerapan
SMK3
• Permen PU No 5 Tahun 2014 tentang
Pedoman SMK3 Konstruksi Bidang Pekerjaan
Umum
HUKUM K3 merupakan Hak Asasi Manusia (HAM).
Kecelakaan menimbulkan penderitaan bagi
korban dan keluarganya sehingga K3 sebagai
pelindung bagi pekerja dan masyarakat.
KEMANUSIAAN
K3 mencegah kerugian dan
meningkatkan produktivitas kerja.
EKONOMI
Upaya atau pemikiran dan penerapannya
yang ditujukan untuk menjamin keutuhan
dan kesempurnaan baik jasmaniah maupun
rohaniah tenaga kerja pada khususnya dan
manusia pada umumnya, hasil karya dan
budaya, untuk meningkatkan kesejahteraan
tenaga kerja.
PHILOSOPHY
Suatu ilmu pengetahuan dan
penerapannya dalam upaya
mencegah kecelakaan, kebakaran,
peledakan, pencemaran, penyakit
akibat kerja, dll
KEILMUAN
12. 12
• Bahaya adalah segala kondisi
yang dapat merugikan baik
cidera atau kerugian lainnya;
• Bahaya adalah sumber, situasi
atau tindakan yang berpotensi
menciderai manusia atau sakit
penyakit atau kombinasi dari
semuanya.
DEFINISI BAHAYA
13. 13
Phsycologis
Stress Tidak harmonis Habis dimarahi
Ergonomis
Berdiri Duduk Ukuran Jangkauan
Biologis
Bisa Kuman Virus.jamur Serangga
Bahan Kimia
Ledakan Kebakaran Keracunan Korosi
Aliran Listrik
Lebih beban Tersentuh Loncatan api Isolasi buruk Gagal fuse
Benda phisik
Cahaya Bising Suhu Radiasii Getaran Tekanan
Benda diam
Gravitasi/elevasi Rusak Ambruk Kunci lemah
Benda Bergerak
lurus Putar Acak Angkut/angkat
JENIS BAHAYA
14. JENIS BAHAYA KONSTRUKSI
Physical Hazard
Chemical Hazard
Electrical Hazard
01
02
03
Mechanical Hazard
04
05
06
07
Psychological
Hazard
Biological
Hazard
Ergonomic
Aman yaitu bebas dari
bahaya, bebas dari
gangguan, terlindung,
tidak mengandung risiko,
tidak merasa takut.
15. 15
• Pengamanan tidak sempurna pada alat (tidak terdapat
safety )
• D1 : Peralatan
• D2 : Peralatan/bahan yang tidak sesuai peruntukan
• D3 : Kecacatan, ketidaksempurnaan (kondisi tidak
semestinya, misalnya: kasar, licin, tajam, timpang, aus,
retak, rapuh, dan lain-lain).
• D4 : Pengaturan prosedur yang tidak aman (misalnya:
penyimpanan, peletakan yang tidak aman, di luar batas
kemampuan, pembebanan lebih, faktor psikososial, dan
lain-lain).
• D5 : Penerapan tidak sempurna (kurang cahaya, silau,
dan lain-lain).
• D6 : Ventilasi tidak sempurna (pergantian udara segar
yang kurang,).
SK Dirjen Binawas Ketenagakerjaan NOMOR : KEP. 84/BW/1998
TANGGAL : 8 APRIL 1998
Sebagai lampiran dari Permenaker No: 03/MEN/1998, tentang
Tatacara Pelaporan Kecelakaan Kerja
KONDISI YANG BERBAHAYA
• D7 : Iklim kerja yang tidak aman (suhu udara yang
terlalu tinggi,, kelembaban udara yang berbahaya,
faktor biologi, dan lainlain).
• D8 : Tekanan udara yang tidak aman (tekanan udara
yang tinggi dll).
• D9 : Getaran yang berbahaya (getaran frekuensi
rendah, dan lain-lain).
• D10 : Bising (suara yang intensitasnya melebihi nilai
ambang batas).
• D11 : Pakaian, kelengkapan yang tidak aman (APD tidak
sesuai standar).
• D12 : Kejadian berbahaya lainnya (bergerak atau
berputar terlalu lambat, peluncuran benda,
ketel/tangki melendung, konstruksi retak, korosi, dan
lainlain).
16. 16
SK Dirjen Binawas Ketenagakerjaan NOMOR : KEP. 84/BW/1998
TANGGAL : 8 APRIL 1998
Sebagai lampiran dari Permenaker No: 03/MEN/1998, tentang
Tatacara Pelaporan Kecelakaan Kerja
TINDAKAN YANG BERBAHAYA
• E1 : Melakukan pekerjaan tanpa wewenang, lupa
mengamankan, lupa memberi tanda/peringatan.
• E2 : Bekerja dengan kecepatan berbahaya.
• E3 : Membuat alat pengaman tidak berfungsi
(melepaskan, mengubah, dan lain-lain).
• E4 : Memakai peralatan yang tidak aman, tanpa
peralatan.
• E5 : Memuat, membongkar, menempatkan,
mencampur, menggabungkan dan sebagainya dengan
tidak aman (proses produksi).
• E6 : Mengambil posisi atau sikap tubuh tidak aman
(ergonomi).
• E7 : Bekerja pada objek yang berputar atau berbahaya
( misalnya membersihkan, mengatur, memberi
pelumas, dan lain-lain).
• E8 : Mengalihkan perhatian, mengganggu,
sembrono/dakar, mengagetkan, dan lain-lain).
• E9 : Melalaikan penggunaan alat pelindung diri yang
ditentukan.
• E10 : Lain-lain.
17. TEORI KECELAKAAN
01
02
03
ACCIDENT PRONENESS THEORY
Terdapat orang tertentu yang dari bawaan pribadinya lebih
rawan kecelakaan dibandingkan orang lain
GOALS FREEDOM ALERTNESS THEORY
Pekerja yangg diberi kebebasan untuk menetapkan target
kerjanya sendiri akan menghasilkan hasil kerja yang lebih
berkualitas dan berperilaku lebih aman.
ADJUSTMENT STRESS THEORY
Terdapat faktor negatif dalam lingkungan kerja, baik internal
maupun eksternal.
18. FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB TERJADINYA
KECELAKAAN KONSTRUKSI
Kelalaian pelaksana dan lemahnya
pengawasan.
Tidak dilibatkannya tenaga ahli/tenaga terampil
di bidang konstruksi maupun ahli K3 dalam
pelaksanaan konstruksi.
Penerapan SMKK tidak dilaksanakan secara
konsisten.
Melanggar ketentuan yang berkaitan dengan
Keselamatan Konstruksi.
01 02 03 04
19. Suatu keadaan/kondisi apabila pada saat
itu sedikit saja ada perubahan maka dapat
mengakibatkan terjadinya kecelakaan
(accident)
Incident
Kejadian yang tidak dikehendaki dan tidak
diduga/tiba-tiba yang dapat menimbulkan
korban manusia, harta benda, dan
lingkungan
Accident
ACCIDENT DAN INCIDENT
20. LACK OF
CONTROL
BASIC
CAUSES
IMMEDIATE
CAUSES
INCIDENT LOSS
LEMAH PENGENDALIAN/
PENGAWASAN
1. PROGRAM TAK SESUAI
2. STANDAR TAK COCOK
3. TAK PATUH STANDAR
SEBAB-SEBAB DASAR
1. FAKTOR PERSONAL
2. FAKTOR PEKERJAAN
SEBAB LANGSUNG
1. TINDAKAN TAK AMAN
2. KONDISI TAK AMAN
KONTAK DENGAN
ENERGI ATAU BAHAN
KERUGIAN
1. MANUSIA
2. HARTA BENDA
3. PROSES KERJA
4. LINGKUNGAN
5. MASYARAKAT
KECELAKAAN
ADALAH AKIBAT DARI RANGKAIAN SEBAB-
AKIBAT (DOMINO EFFECTS)
PENYEBAB KECELAKAAN DAN
AKIBAT KERUGIANNYA
21. Induksi Keselamatan dan
Kesehatan Kerja ( K3 )
Pengertian Induksi K3 adalah
penjelasan dan pengarahan
tentang K3 yang berkaitan
dengan potensi bahaya,
pengendalian bahaya, tanggap
darurat, dan cara-cara
penyelamatan pada kegiatan.
“ “
22. INDUKSI KESELAMATAN KONSTRUKSI
22
INDUKSI UMUM
Penjelasan dan
pengarahan tentang K3
secara singkat yang
diberikan khusus untuk
tamu atau pengunjung
Penjelasan dan pengarahan tentang K3 yang bersifat umum,
yang diberikan kepada karyawan baru atau karyawan yang
kembali setelah 6 bulan atau lebih meninggalkan kegiatan .
Penjelasan dan pengarahan
tentang K3 yang bersifat
khusus/spesifik yang diberikan
kepada karyawan baru yang
telah mengikuti lnduksi umum
dan karyawan mutasi/
pindahan dalam perusahaan
yang sama.
23. TATA CARA INDUKSI K3
23
Induksi Keselamatan dan Kesehatan Kerja
a
Induksi Keselamatan dan Kesehatan Kerja harus
diberikan pada karyawan dan tamu
b Induksi harus dilakukan di ruangan khusus.
c
Bahan/materi induksi harus tersedia dalam jumlah
yang sesuai dengan jumlah peserta dan jenis induksi.
d
Alat bantu untuk mempermudah dan memperjelas
penyampaian materi induksi harus disesuaikan
dengan jenis dan kondisi yang ada di lokasi.
e
Setiap peserta induksi harus mengisi daftar hadir dan
daftar periksa.
f
Daftar periksa yang telah ditandatangani peserta
dan penyaji induksi diarsipkan oleh bagian
Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
g Hasil induksi didokumentasikan oleh perusahaan.
h
Jenis induksi Keselamatan dan Kesehatan Kerja
adalah induksi umum, induksi lokal, induksi tamu,
dan induksi ulang.
24. INDUKSI
UMUM
a) Induksi harus diberikan kepada karyawan baru yang akan melakukan
pekerjaan di perusahaan.
b) Induksi dilakukan oleh orang yang berkompeten yang diberi wewenang oleh
perusahaan.
c) Topik materi induksi harus dimasukkan dalam suatu daftar periksa dan akan
menjadi acuan bagi pelaksana induksi. Topik tersebut sekurang-kurangnya
mencakup:
1. Hak dan kewajiban karyawan dan pengusaha dalam hal Keselamatan dan
Kesehatan Kerja berdasarkan peraturan yang berlaku.
2. Kebijakan dan sistem manejemen K3 perusahaan.
3. Peraturan umum Keselamatan dan Kesehatan Kerja perusahaan.
4. Prestasi K3 dan pengalaman kegagalan sistem K3 (Kecelakaan).
5. Gambaran umum kegiatan perusahaan dan struktur organisasi perusahaan.
6. Prosedur penanganan gawat darurat, nomor telepon, komunikasi saluran
radio,
7. Prosedur evakuasi dan tempat berkumpul bila ada kebakaran dan atau
keadaan darurat.
8. Denah lokasi proyek dan Pusat Pertolongan Pertama Kecelakaan (P3K),
Induksi diakhiri dengan evaluasi tertulis dan diberikan kartu identitas
karyawan. Peserta dan penyaji induksi menandatangani daftar periksa.
25. INDUKSI
TAMU
a) Induksi dilakukan saat tamu akan masuk ke daerah kerja.
b) Induksi untuk tamu diberikan oleh pegawai K3 atau petugas lain yang ditunjuk,
Topik/materi induksi dimasukan dalam suatu brosur yang disediakan khusus
untuk petunjuk tamu, mencakup
1. Gambaran umum proyek.
2. Kebijakan perusahaan dan proyek tentang K3.
3. Kewajiban tamu selama berada di lingkungan proyek.
4. Tempat berkumpul bila ada kebakaran dan fasilitas lainnya
Para tamu tersebut selalu didampingi oleh pengawas daerah kerja
atau orang yang ditunjuknya bila tamu tersebut hendak ke lapangan.
Tamu yang sudah mendapat induksi diberikan tanda pengenal
tamulvisitor.
26. Pertemuan Kelompok
Pekerja K3
(Tool Box Meeting)
1. Mengadakan penjelasan informasi K3 L harian / mingguan
(tergantung kondisi dilapangan). Melalui Pertemuan Kelompok
Kecil Pekerja semua potensi sumber bahaya yang berada
dibawah pekerjaan pekerja tersebut di identifikasi.
2. Meningkatkan pemeliharaan Kondisi K3 L yang aman, sikap
dan perilaku kerja bermutu dan effisien.
TUJUAN:
27. No Uraian aktivitas Penanggung jawab Keterangan
1 Pelaksanaan Pertemuan Kelompok Pekerja K3 L:
Pertemuan Kelompok Pekerja dapat dilaksanakan
kapan saja (sewaktu-waktu) dengan durasi waktu
pertemuan cukup pendek, berkisar 10 s/d 15 menit
atau lebih, dan tempat pelaksanaannya dimana saja
di lokasi tempat kerja (lapangan).
Dipimpin oleh Kepala
Regu (Mandor yang
sudah dilatih)
Anggota pertemuan
kelompok pekerja
adalah kelompok
pekerja yang terlibat
dalam proses
pekerjaan secara
langsung dilapangan
Pertemuan Kelompok Pekerja harus dilaksanakan
minimal 1 kali dalam 1 minggu, yang lebih utama,
dapat dilaksanakan setiap hari.
Pelaksanaan Pertemuan Kelompok Pekerja
dilaksanakan dengan teliti / akurat, sederhana
sejalan dengan aktifitas harian, semua peringatan
K3 L harus di tekankan dalam pelaksanaan
pekerjaan ke semua tingkatan pekerja, semua
masalah diatas barus berbasis identifikasi potensi
sumber bahaya.
Pertemuan Kelompok Pekerja K3
(Tool Box Meeting)
28. No Uraian aktivitas Penanggung jawab Keterangan
2 Pelaksanaan Pertemuan Kelompok Pekerja K3 L:
Semua permasalahan K3 L mencakup proses kerja,
metode kerja dan progress K3 L, atau hasil
pertemuan pagi K3 L didiskusikan atau dibicarakan
di Pertemuan Kelompok Pekerja.
Dipimpin oleh Kepala
Regu (Mandor yang
sudah dilatih)
Anggota pertemuan
kelompok pekerja
adalah kelompok
pekerja yang terlibat
dalam proses
pekerjaan secara
langsung dilapangan
Semua supervisor harus membantu menetapkan
topik-topik keselamatan yang berbasis identifikasi
potensi sumber bahaya dalam lingkaran
kegiatannya dan / atau terhadap kejadian /
peristiwa yang cenderung mengarah ke kondisi
kecelakaan kerja dan / atau telah terjadi kecelakaan
kerja, sesuai dengan jenis pekerjaan yang
dikerjakannya
Pertemuan Kelompok Pekerja K3
(Tool Box Meeting)
29. No Uraian aktivitas Penanggung jawab Keterangan
3 Pelaksanaan Pertemuan Kelompok Pekerja K3 L:
1) Topik Pertemuan Kelompok Pekerja, dapat
berupa : Penjelasan kondisi yang berbahaya
dari setiap pekerjaan.
2) Penyimpangan keadaan yang ditemukan saat
inspeksi K3 L.
3) Insiden / Kecelakaan dan dijelaskan maksud dan
tujuan pencegahannya.
4) Instruksi dan informasi dari Kepala Proyek,
Komite K3L dan Pemberi Pekerjaan).
5) Peraturan dan ketetapan perundang-undangan.
Dipimpin oleh Kepala
Regu (Mandor yang
sudah dilatih)
Anggota pertemuan
kelompok pekerja
adalah kelompok
pekerja yang terlibat
dalam proses
pekerjaan secara
langsung dilapangan
Pertemuan Kelompok Pekerja K3
(Tool Box Meeting)
30. 5 PRINSIP DASAR SMK3
Peninjauan Secara Teratur dan
Peningkatan Penerapan SMK3
secara Berkesinambungan
Peninjauan secara teratur &
Peningkatan Penerapan SMK3
Penetapan Kebijakan dan Penjaminan Komitmen K3
Kebijakan dan Komitmen
Perencanaan Pemenuhan
Kebijakan, Tujuan dan Sasaran
Penerapan K3
Perencanaan K3
Penerapan Rencana K3 secara Efektif
dgn Mengembangkan Kemampuan
dan Mekanisme Pendukung yg
Diperlukan utk Mencapai Kebijakan,
Tujuan dan Sasaran K3
Penerapan Rencana K3 Secara Efektif
Pengukuran, Pemantauan, dan
Pengevaluasian Kinerja K3
Pengukuran, Pemantauan dan
Pengevaluasian Kinerja K3
31. 5 ELEMEN KESELAMATAN KONSTRUKSI
KEPEMIMPINAN DAN PARTISIPASI PEKERJA
DALAM KESELAMATAN KONSTRUKSI
a. Kepedulian Pimpinan Terhadap Isu
Eksternal dan Internal
b. Komitmen Keselamatan Konstruksi
STEP 1 DUKUNGAN KESELAMATAN KONSTRUKSI
a. Sumber Daya
b. Kompetensi
c. Kepedulian
d. Komunikasi
e. Informasi Terdokumentasi
STEP 3
EVALUASI KINERJA KESELAMATAN KONSTRUKSI
a. Pemantauan dan Evaluasi
b. Tinjauan Manajemen
c. Peningkatan Kinerja Keselamatan Konstruksi
STEP 5
PERENCANAAN KESELAMATAN KONSTRUKSI
a. Identifikasi Bahaya, Penilaian Risiko,
Pengendalian dan Peluang
b. Rencana Tindakan (Sasaran dan Program)
c. Standar dan Peraturan Perundangan
.
STEP 2
OPERASI KESELAMATAN KONSTRUKSI
a. Perencanaan Keselamatan Konstruksi
b. Pengendalian Operasi
c. Kesiapan dan Tanggapan Terhadap Kondisi
Darurat
STEP 4