PROSES MORFOFONEMIK DAN PROSES MORFOLOGIK LiswiAnisa
Â
morfologi adalah bagian dari ilmu bahasa yang membicarakan atau yang mempelajari seluk-beluk bentuk kata serta pengaruh perubahan-perubahan bentuk kata terhadap golongan dan arti kata, atau dengan kata lain dapat dikatakan bahwa morfologi mempelajari seluk-beluk bentuk kata serta fungsi perubahan-perubahan bentuk kata itu, baik fungsi gramatik maupun fungsi semantik.
PROSES MORFOFONEMIK DAN PROSES MORFOLOGIK LiswiAnisa
Â
morfologi adalah bagian dari ilmu bahasa yang membicarakan atau yang mempelajari seluk-beluk bentuk kata serta pengaruh perubahan-perubahan bentuk kata terhadap golongan dan arti kata, atau dengan kata lain dapat dikatakan bahwa morfologi mempelajari seluk-beluk bentuk kata serta fungsi perubahan-perubahan bentuk kata itu, baik fungsi gramatik maupun fungsi semantik.
RUMUSAN MASALAH sebagai berikut :
- Bagaimana konsep tentang bahasa ?
- Bagaimana sejarah bahasa Indonesia ?
- Bagaimana kedudukan dan fungsi bahasa Indonesia ?
- Bagaimana bentuk ragam bahasa Indonesia ?
Selayang Pandang
Upaya pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia, baik dalam kedudukannya sebagai bahasa nasional maupun bahasa negara, perlu terus ditingkatkan, terlebih pada era global dan era perdagangan bebas seperti sekarang ini. Hal itu dimaksudkan agar kedudukan dan fungsi bahasa Indonesia tersebut menjadi semakin mantap sehingga bahasa Indonesia dapat menjadi sarana komunikasi yang modern dan mampu menempatkan diri sejajar dengan bahasa-bahasa modern yang lain di dunia.
Salah satu upaya yang dilakukan dalam pembinaan bahasa Indonesia adalah pemasyarakatan bahasa Indonesia. Kegiatan pemasyarakatan bahasa Indonesia selain dimaksudkan untuk meningkatkan sikap positif masyarakat terhadap bahasa Indonesia, juga untuk meningkatkan mutu penggunaan bahasa. Kegiatan pemasyarakatan bahasa Indonesia itu perlu dilakukan secara terus-menerus agar dapat menjangkau seluruh lapisan masyarakat dan diarahkan pada upaya memperkukuh persatuan dan kesatuan bangsa.
RUMUSAN MASALAH sebagai berikut :
- Bagaimana konsep tentang bahasa ?
- Bagaimana sejarah bahasa Indonesia ?
- Bagaimana kedudukan dan fungsi bahasa Indonesia ?
- Bagaimana bentuk ragam bahasa Indonesia ?
Selayang Pandang
Upaya pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia, baik dalam kedudukannya sebagai bahasa nasional maupun bahasa negara, perlu terus ditingkatkan, terlebih pada era global dan era perdagangan bebas seperti sekarang ini. Hal itu dimaksudkan agar kedudukan dan fungsi bahasa Indonesia tersebut menjadi semakin mantap sehingga bahasa Indonesia dapat menjadi sarana komunikasi yang modern dan mampu menempatkan diri sejajar dengan bahasa-bahasa modern yang lain di dunia.
Salah satu upaya yang dilakukan dalam pembinaan bahasa Indonesia adalah pemasyarakatan bahasa Indonesia. Kegiatan pemasyarakatan bahasa Indonesia selain dimaksudkan untuk meningkatkan sikap positif masyarakat terhadap bahasa Indonesia, juga untuk meningkatkan mutu penggunaan bahasa. Kegiatan pemasyarakatan bahasa Indonesia itu perlu dilakukan secara terus-menerus agar dapat menjangkau seluruh lapisan masyarakat dan diarahkan pada upaya memperkukuh persatuan dan kesatuan bangsa.
Makalah ini dibuat untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Teknologi Informasi dan Komunikasi
Dosen Pengampu : Muhamad Ginanjar Ganeswara, S.Kom, M.Pd
Nama : Shela Oktavia
Kelas : 2B / PGSD
UNTUK DOSEN Materi Sosialisasi Pengelolaan Kinerja Akademik DosenAdrianAgoes9
Â
sosialisasi untuk dosen dalam mengisi dan memadankan sister akunnya, sehingga bisa memutakhirkan data di dalam sister tersebut. ini adalah untuk kepentingan jabatan akademik dan jabatan fungsional dosen. penting untuk karir dan jabatan dosen juga untuk kepentingan akademik perguruan tinggi terkait.
VARIASI FONOLOGI BAHASA MELAYU DIALEK PONTIANAK YANG DIGUNAKAN MASYARAKAT SIANTAN DI KOTA PONTIANAK KALIMANTAN BARAT
1. VARIASI FONOLOGI BAHASA MELAYU DIALEK PONTIANAK
YANG DIGUNAKAN MASYARAKAT SIANTAN DI KOTA
PONTIANAK KALIMANTAN BARAT
PROPOSAL PENELITIAN
O
L
E
H
SYAâBANI KHOIRIYAH
511100343
INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PERSATUAN GURU REPUBLIK INDONESIA
PONTIANAK 2014
2. BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bangsa Indonesia memiliki banyak sekali suku, ras, maupun bahasa dengan dialek
yang beragam. Ada suku Minang yang berbahasa Minang dengan dialeknya masing-masing,
ada suku Jawa yang berbahasa daerah Jawa dan Sunda dengan masing-masing dialeknya, dan
lain-lain.
Kota Pontianak sendiri terdapat dua bahasa, yakni bahasa indonesia dan bahasa
melayu pontianak. Bahasa melayu yang sering digunakan oleh masyarakat Pontianak Kedua
bahasa ini memiliki bahasa yang hampir sama namun mempunyai dialek dan aksen (tekanan
suara pada kata atau suku kata) yang berbeda. Masyarakat penutur bahasa melayu
menggunakan bahasa daerahnya, selain untuk keperluan komunikasi sehari-hari juga
digunakan untuk keperluan adat istiadat masyarakat setempat.
Sebagai alat komunikasi yang digunakan sehari-hari, masyarakat penutur bahasa
melayu menggunakan bahasa daerahnya untuk berbagai macam keperluan atau kegiatan.
Banyaknya kegiatan yang dilakukan menyebabkan beragamnya pula bahasa yang digunakan
untuk berkomunikasi. Keragaman bahasa ini pula terlihat pada struktur fonologis maupun
morfologisnya. Selain itu, faktor yang menyebabkan adanya variasi fonologis pada Bahasa
melayu adalah kesamaan situasi dan tempat digunakannya kata tersebut. Kesamaan situasi
dan tempat di sini maksudnya adalah kata-kata yang salah satu fonemnya berbeda, digunakan
pada tempat dan situasi yang sama dalam kalimat, memiliki makna yang sama. Sebagian
besar jenis kata yang memiliki variasi fonologis dalam bahasa melayu adalah kata kerja.
3. Contoh, kata <pergi> dan <pegi> sama-sama memiliki arti langkah atau melangkah,
namun kata <pergi> digunakan untuk langkah kaki, sedangkan kata <pegi> digunakan untuk
langkah jari tangan atau jengkal dan diistilahkan untuk âorang yang sengaja memperlambat
langkahnyaâ. Secara fonologis, perbedaan kedua kata tersebut terletak pada fonem konsonan
[r] atau [e] untuk sebutan dalam bahasa melayu. Kedua fonem konsonan ini berasal dari
tempat artikulasi yang berbeda, namun jika dilihat dari ciri fonetisnya keduanya sama-sama
merupakan fonem konsonantal dan anterior. Secara ortografis, Pada umumnya bunyi vokal
depan seperti /e/ dan /i/ diucapkan dengan bibir dilebarkan sedangkan vokal belakang seperti
/u/ dan /o/ diucapkan dengan bibir dibulatkan. Secara ortografis, fonem vokal /e/ dan /u/
ditulis sama seperti bunyi asalnya yakni [e] dan [u] dan sama pula pelafalannya pada kata
sate dan susu dalam bahasa Indonesia karena kata tersebut merupakan silabel terbuka.
Secara fonografi (ejaan berdasarkan lafal) vokal [u] pada kata <zasu> dan vokal [e]
pada kata <zase> ini merupakan dua buah vokal yang sangat jauh berbeda dalam proses
menghasilkannya. Akan tetapi, penutur Bahasa melayu secara konvensional memunculkan
vokal [a] sehingga menjadi sepadan dengan vokal [e] yang sebenarnya berbeda. Perbedaan
dalam pembuatan ini terlihat pada tinggi rendahnya lidah, posisi lidah, ketegangan lidah, dan
bentuk bibir. Menurut Dardjowidjojo (2005:38), kriteria yang dipakai untuk membentuk
bunyi vokal adalah (1) tinggi-rendahnya lidah, (2) posisi lidah, (3) ketegangan lidah, dan (4)
bentuk bibir. Vokal [e] merupakan bunyi yang dihasilkan dengan posisi lidah dinaikkan
setengah atau biasa disebut tengah-depan. Sedangkan, vokal [u] merupakan bunyi yang
dihasilkan dengan posisi lidah bagian belakang (dorsum) dinaikkan hingga hampir
menyentuh langit-langit lunak (velum/velar).
Oleh karena dalam bahasa Melayu tidak mengenal suku tertutup, maka setiap vokal
yang terdapat dalam setiap kata ditulis sama seperti bunyi asalnya atau penyebutannya. Jadi,
bunyi vokal /a/, /i/, /u/, /e/, /Ó-â/, dan /o/ tetap ditulis [a], [i], [u], [e], [Ó/â], dan [o].
4. Dari uraian pada latar belakang di atas, peneliti mengambil judul Variasi Fonologis
Bahasa melayu sebagai tema pokok dalam melakukan penelitian. Adapun hal yang secara
spesifik yang akan diteliti adalah morfem-morfem dalam bahasa melayu yang memiliki
variasi pada struktur fonologisnya seperti beberapa kata yang telah diuraikan di atas.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang, peneliti membuat rumusan sebagai berikut:
1. Bagaimanakah variasi fonologis morfem bahasa Melayu?
2. Faktor-faktor apa sajakah yang menyebabkan adanya variasi fonologis tersebut?
C. Tujuan Penelitian
Dalam penelitian apapun pasti seorang peneliti memiliki tujuan atas penelitiannya
tersebut. Adapun tujuan dari penelitian ini ada 2 macam, yakni tujuan umum dan tujuan
khusus.
1. Tujuan Umum
Secara umum, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui variasi fonologis
yang terdapat dalam bahasa melayu serta untuk menemukan faktor-faktor yang
menyebabkan adanya variasi fonologis tersebut.
2. Tujuan Khusus
Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk:
a. Menemukan dan mendeskripsikan variasi fonologis yang terdapat dalam bahasa
melayu.
b. Menemukan dan mendeskripsikan faktor-faktor yang menyebabkan munculnya
variasi fonologis morfem dalam bahasa Melayu.
5. D. Manfaat Penelitian
Tentunya tiap penelitian dapat menjawab permasalahan dan hasilnya dapat
bermanfaat bagi semua pihak, lebih khusus pada pembelajar bahasa, baik bahasa Indonesia
maupun bahasa daerah. Adapun manfaat dalam penelitian ini dibagi atas manfaat teoretis dan
manfaat praktis.
1. Manfaat Teoretis
Secara teoretis, penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam
mengembangkan teori Fonologi sehingga pembelajar bahasa dapat mengetahui
perbedaan tiap variasi bahasa dalam hal ini adalah variasi pada struktur fonologis pada
bahasa daerah. Selain itu, diharapkan hasil penelitian ini dapat digunakan untuk
peneliti selanjutnya yang ingin meneliti hal yang sama sebagai bahan kajian
kepustakaannya.
2. Manfaat Praktis
Adapun manfaat praktis dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Sebagai bahan informasi untuk masyarakat yang menggunakan bahasa
Ende namun tidak mengetahui variasi fonologis pada setiap kata atau
morfem dalam bahasanya.
2. Untuk dipelajari lebih lanjut di dunia pendidikan, khususnya pendidikan
kebahasaan.
3. Sebagai bahan pustaka bagi peneliti-peneliti selanjutnya yang hendak
meneliti objek yang sama sehingga mempermudah proses penelitian.
6. BAB II
KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN TEORI
A. Kajian Pustaka
Kesuma (2007:36 dalam Muhammad 2011:108) menyebutkan bahwa terdapat
tiga fungsi kajian pustaka, yaitu (1) untuk memastikan pernahnya masalah yang lagi diteliti
dilakukan oleh peneliti lain; (2) apakah masalah yang diteliti dikaji secara komperhensif,
lengkap dan hasinya memuaskan atau tidak; dan (3) mengungkapkan kekhasan atau
perbedaan masalah yang akan diteliti.
Beberapa penelitian mengenai bahasa melayu telah dilakukan oleh peneliti-peneliti
terdahulu untuk menyelesaikan skripsi maupun karya ilmiah lainnya. Hasil dari penelitian ini
menyatakan bahwa morfologi prefiks pe- menjadi pa-, dan se- menjadi sa-. Permasalahan
yang diangkat dalam penelitian ini adalah variasi fonologis pemakaian bahasa melayu yang
berada di kota Pontianak.
Adapun persamaan dari beberapa penelitian yang disebutkan di atas dengan penelitian
mengenai Variasi Fonologis Bahasa melayu ini adalah sama-sama meneliti tentang variasi
pada bahasa daerah dalam bidang fonologi. Bedanya, jika dalam penelitian-penelitian yang
disebutkan di atas meneliti tentang variasi fonogis Pada penelitian ini, peneliti mengambil
judul fonologi bahasa melayu dialeg Pontianak yangdigunakan masyarakat Pontianak
Kalimantan barat dengan merujuk pada beberapa penelitian yang telah dilakukan di atas.
B. Konsep
Variasi Fonologis
7. Variasi (Kamus Besar Bahasa Indonesia) adalah 1. tindakan atau hasil perubahan dari
keadaan semula; selingan; 2. bentuk (rupa) yang lain; yang berbeda bentuk (rupa); 3. hiasan
tambahan; 4. wujud pelbagai manifestasi, baik bersyarat maupun tidak bersyarat dari suatu
satuan. Variasi fonologis adalah variasi pemakaian bunyi yang bersifat fonetis dan tidak
membedakan makna. Variasi tersebut terbentuk karena penutur berasal dari kelompok sosial
yang berbeda dan faktor keadaan alam, yaitu letak wilayah tempat tinggal penutur.
Variasi fonologis dalam pemakaian Bahasa melayu juga dipengaruhi oleh beberapa faktor
tersebut.
Pendapat lain menyatakan bahwa variasi fonologi adalah variasi pemakaian bunyi yang
bersifat fonetis dan tidak membedakan makna. Variasi tersebut terbentuk karena letak
wilayah tinggal penutur dan kelompok sosial penutur yang berbeda, sehingga menimbulkan
pengucapan fonem yang berbeda.
Nadra dan Reniwati (2009:23) menyatakan bahwa yang dimaksud dengan variasi
fonologis adalah variasi bahasa yang terdapat dalam bidang fonologi, yang mencakup variasi
bunyi dan variasi fonem. Contoh variasi fonologis antara lain terjadi penambahan bunyi,
pergeseran bunyi, dan sebagainya. Dalam bahasa Melayu, penambahan bunyi terjadi seperti
pada kata <ye ke>dalam bidang linguistik bunyi ini ditulis seperti tanda tanya (?).
C. Bahasa dan Bahasa Daerah
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Bahasa ialah 1. sistem lambang bunyi yang
arbitrer, yang digunakan oleh anggota suatu masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan
mengiden-tifikasikan diri; 2. percakapan (perkataan) yang baik; tingkah laku yang baik;
sopan santun: budi bahasa atau perangai serta tutur kata menunjukkan sifat dan tabiat
seseorang (baik buruk kelakuan menunjukkan tinggi rendah asal atau keturunan). Sedangkan,
8. bahasa daerah adalah bahasa yang lazim dipakai di suatu daerah; bahasa suku bangsa (Kamus
Besar Bahasa Indonesia offline).
Bahasa merupakan sistem tanda bunyi ujaran yang bersifat arbitrer atau sewenang-
wenang (Subroto, 2007:12 dalam Muhammad, 2011:40).
Kridalaksana (1983) dan juga dalam Koentjono (1982) dalam Muhammad (2011:40)
menyatakan bahwa bahasa merupakan sistem lambang bunyi arbitrer yang digunakan oleh
para anggota kelompok sosial untuk bekerja sama, berkomunikasi, dan mengidentifikasikan
diri.
Ada pula yang menyatakan bahwa bahasa adalah sistem tanda bunyi yang disusun
berdasarkan kesepakatan bersama yang digunakan sebagai alat komunikasi dalam rangka
menjalankan interaksi sosial.
D. Teori
Dalam sebuah penelitian tentu seorang peneliti membutuhkan data yang akurat serta
rill. Data yang akurat dan rill ini akan dijadikan peneliti sebagai acuan dalam menganalisis
penelitiannya. Oleh karena itu, peneliti menggunakan teori yang sesuai dengan penelitiannya
untuk dijadikan acuan atau pedoman untuk menganalisis tiap data yang diteliti. Teori
dimanfaatkan sebagai pemandu agar fokus penelitian sesuai dengan kenyataan di lapangan.
Selain itu, landasan teori juga bermanfaat untuk memberikan gambaran umum tentang latar
penelitian dan sebagai bahan pembahasan hasil penelitian.
Teori adalah sekumpulan proposisi yang saling berkaitan secara logis untuk
memberikan penjelasan mengenai sejumlah fenomena (Liang, 1984:57 melalui Kesuma
(2007:37 dalam Muhammad, 2011:109).
9. Dengan melihat definisi yang diutarakan oleh Kridalaksana, Muhammad (2011:109)
berpendapat bahwa teori tidak hanya sekedar hipotesis, tetapi lebih pada penjelasan
berdasarkan konsep dan argumen tentang suatu fenomena, misalnya bahasa.
Dalam penelitian bahasa, yang berobjekkan fonem, morfem, kata, frase, klausa,
kalimat, teks, wacana, makna, pengguna, dan penggunaan bahasa dapat dijelaskan oleh teori,
yaitu teori bahasa (Muhammad, 2001:111).
Adapun teori yang digunakan sebagai acauan peneliti dalam menganalisis data, yakni
teori fonologi tentang morfofonemik. Chaer (2009:1) memberikan batasan bahwa fonologi
adalah sebuah ilmu kajian linguistik yang mempelajari, membahas, membicarakan dan
menganalisis bunyi-bunyi bahasa yang diproduksi oleh alat-alat ucap manusia (artikulator).
Lebih lanjut, Abdul Chaer (2003:102 dalam http://uniisna.wordpress.com) mengatakan,
secara etimologi istilah âfonologiâ ini dibentuk dari kata fon yang berarti âbunyiâ dan logi
yang berarti ilmu. Jadi, secara sederhana dapat dikatakan bahwa fonologi merupakan ilmu
yang mempelajari bunyi-bunyi bahasa pada umumnya. Objek kajiannya adalah fon atau bunyi
bahasa yang dihasilkan oleh alat ucap manusia (artikulator).
Muhammad (2011:126) menyatakan bahwa fonologi adalah cabang ilmu linguistik
yang mengkaji atau menelaah cara-cara mengatur dan menggunakan bunyi bahasa alamiah.
Fonologi menguraikan pola-pola bunyi dan jenis bunyi yang dihasilkan oleh penutur bahasa
yang dipelajari. Selain itu, fonologi menelaah urutan-urutan fonem suatu bahasa.
Verhaar (1984:36 dalam http://uniisna.wordpress.com) mengatakan bahwa fonologi
merupakan bidang khusus dalam linguistik yang mengamati bunyi-bunyi suatu bahasa
tertentu sesuai dengan fungsinya untuk membedakan makna leksikal dalam suatu bahasa.
Bunyi bahasa yang dimaksud oleh Verhaar di sini adalah bunyi-bunyi bahasa yang berfungsi
membedakan makna kata.
10. Fonologi adalah salah satu cabang ilmu bahasa (linguistik) yang mengkaji dan
menganalisis bunyi ujaran pada suatu bahasa dengan cara mempelajari bagaimana bunyi
ujaran itu dihasilkan oleh alat ucap manusia (artikulator), bagaimana bunyi ujaran itu sebagai
getaran udara, bagaimana bunyi ujaran itu diterima oleh telinga manusia, dan bagaimana
bunyi ujaran itu dalam fungsinya sebagai pembeda makna.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, morfofonemik adalah telaah tentang
perubahan-perubahan fonem yang terjadi sebagai akibat pertemuan (hubungan) morfem
dengan morfem lain. Morfofonemik (disebut juga morfonologi atau morfofonologi) adalah
kajian mengenai terjadinya perubahan bunyi atau perubahan fonem sebagai akibat dari
adanya proses morfologi, baik proses afiksasi, proses reduplikasi, maupun proses komposisi
(Chaer, 2008:43). Umpamanya, perubahan bentuk dalam proses afiksasi yakni pelesapan
fonem yang terjadi pada prefiks ber- pada kata dasar ârenangâ yang secara ortografis berubah
dan diterima oleh masyarakat penutur Bahasa Indonesia sebagai âberenangâ dan bukan
âberrenangâ. Bunyi [r] yang ada pada prefiks ber- dilesapkan pada saat terjadi perubahan
morfologi. Hal yang sama juga terjadi pada kata dasar âsejarahâ dengan sufiks asing â-wanâ
yang melesapkan fonem /h/ pada kata dasar âsejarahâ yang secara ortografis berubah dan
diterima menjadi âsejarawanâ dan bukan âsejarahwanâ. Selain pelesapan, dalam proses
morfologi (morfofonemik) juga dikenal dengan beberapa jenis perubahan, yakni adanya
pemunculan fonem, peluluhan fonem, perubahan fonem, dan pergeseran fonem.
Menurut Chaer (2008:44), pelesapan fonem adalah hilangnya fonem dalam suatu
proses morfologi. Dalam bahasa daerah Melayu, pun terjadi proses fonologi dilambangkan
dengan tanda baca tanya yang ditulis miring (?). Pemunculan fonem ini lazimnya terdapat
pada kata yang memiliki bunyi vokal rangkap seperti /aa, ae, ai, au, ao, ea, ee, ei, eu, eo, ia,
ie, ii, io, iu, oa, oe, oi, oo, ua, ue, ui, uu, uo/.
11. BAB II
METODE PENELITIAN
A. Pendekatan Penelitian
Pendekatan penelitian bisa diartikan: (a) apakah suatu penelitian itu kuantitatif
atau kualitatif (Nunan, 1992:4 dalam Marietta, 2011:12) atau (b) apakah penelitian itu
penelitian ruangan atau lapangan (Blaxter, Hughes dan Thight, 2001:91-97 dalam
Marietta, 2011:12). Pendekatan yang dilakukan dalam penelitian tentang Variasi
Fonologis Morfem Bahasa Melayu menggunakan pendekatan kualitatif deskripif dimana
data yang diambil berupa kata-kata, yakni tuturan atau dialek yang biasa digunakan oleh
penutur asli Ende dalam kesehariannya untuk berkomunikasi.
Deskriptif adalah sifat data penelitian kualitatif. Wujud datanya berupa deskripsi
objek penelitian. Dengan kata lain, wujud data penelitian kualitatif adalah kata-kata,
gambar, dan angka-angka yang tidak dihasilkan melalui pengolahan statistika. Data yang
deskriptif ini bisa dihasilkan dari transkrip (hasil) wawancara, catatan lapangan melalui
pengamatan, foto-foto, video-tape, dokumen pribadi, catatan memo, dan dokumen resmi
yang lain. Bogdan dan Taylor (1975:5) dalam Moleong (2010:4) yang diadopsi oleh
Muhammad, (2011:30) mendefinisikan metodologi kualitatif sebagai prosedur penelitian
yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata atau lisan dari orang-orang dan
perilaku yang dapat diamati. Selanjutnya, Berg (2007:3) yang diadopsi oleh Djamâan
(2010:12) dalam Muhammad (2011:30) menyatakan bahwa penelitian kualitatif, âRefers
to the meaning, concept, definitions, characteristic, metaphors, symbols, and
12. descriptions of thingâ. Menurut definisi ini, penelitian kualitatif ditekankan pada
deskripsi objek yang diteliti.
Muhammad (2010:23) dalam Muhammad (2011:31) menyebutkan bahwa salah
satu fenomena yang dapat menjadi objek penelitian kualitatif adalah peristiwa
komunikasi atau berbahasa karena peristiwa ini melibatkan tuturan, makna semantik
tutur, orang yang bertutur, maksud yang bertutur, situasi tutur, peristiwa tutur, tindak
tutur, dan latar tuturan.
B. Data dan Sumber Data
Data
Data merupakan bahan untuk menjawab pertanyaan, memecahkan
permasalahan atau membuktikan hipotesis penelitian (Marietta, 2011:15). Sedangkan,
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) data adalah keterangan atau bahan
nyata yang dapat dijadikan dasar kajian (analisis atau kesimpulan). Dan, Muhammad
(2011:168) berpendapat bahwa data merupakan perangkat untuk menjawab soal-soal
penelitian. Mengenai bentuk data, Nunan (1992:231) dan Blaxter, Hughes dan Thight
(2001:296-297) dalam Marietta (2011:16) menyatakan bahwa data dapat berupa angka,
yang disebut data kuantitatif, dan yang bukan angka, yang disebut data kualitatif.
Data yang terdapat dalam penelitian ini adalah data kualitatif, yakni data yang bukan
angka atau berupa kata-kata verbal (lisan). Data kata-kata verbal (lisan) disini
maksudnya adalah tuturan, ujaran, perkataan, atau pembicaraan yang dilakukan oleh
penutur bahasa Ende sebagai data tunggal penelitian. Data lisan merupakan data yang
sifatnya benar-benar nyata dan asli.
Sumber Data
Sumber data terkait dengan dari siapa, apa, dan mana informasi mengenai
fokus penelitian diperoleh. Dengan kata lain, sumber data berkaitan dengan lokasi dan
13. satuan penelitian atau observation unit. Jadi, sumber merupakan asal-usul dari apa,
siapa, dan mana data diperoleh. Data dapat juga dihasilkan karena menggunakan
metode penyediaan data, seperti wawancara, pengamatan (observasi), itrospeksi, dan
dokumen (Muhammad, 2011:167).
Sumber data merupakan asal data yang diperoleh dalam penelitian. Sumber data
dalam penelitian ini adalah sumber lisan, yakni diambil dari percakapan atau
pembicaraan dari penutur asli bahasa melayu yang menggunakan bahasanya untuk
berkomunikasi sehari-hari selain bahasa kedua, bahasa Indonesia. Sumber data
didapatkan dengan cara peneliti melibatkan diri dengan masyarakat penutur yakni
dengan bercakap-cakap dan mendengarkan setiap percakapan yang dilakukan.
Pengambilan sumber data lisan bertujuan agar memudahkan peneliti
mendapatkan data yang benar-benar asli dari penutur bahasa melayu sendiri karena
data lisan merupakan hal pokok yang dikaji dalam penelitian ini. Setiap kata yang
diucapkanâkata-kata yang menurut peneliti memiliki variasi pada struktur fonologis
akan dicatat atau direkam sebagai sumber data penelitian.
Menurut Moleong (2010:396), yang dikutip oleh Muhammad (2011:170)
menyarankan agar seorang peneliti memeriksa keabsahan data secara komperhensif.
Keabsahan data mencakup metode pengumpulan data yang diterapkan di lokasi
penelitian, seperti perpanjangan keikutsertaan dalam melakukan penelitian.
Sebelum turun ke lapangan untuk mendapatkan sumber data tersebut terlebih dahulu
peneliti membuat daftar kata-kata yang sesuai dengan penelitian sehingga memudahkan
peneliti mendapatkan data dan mempercepat waktu proses penelitian.
14. C. Teknik Pengumpulan Data
Sejalan dengan metode yang disebutkan di atas, yakni metode simak dan metode
cakap, maka teknik yang digunakan adalah teknik Simak Libat Cakap. Pada teknik ini,
peneliti melakukan penyadapan dengan cara berpartisipasi sambil menyimak,
berpartisipasi dalam pembicaraan, dan menyimak para informan dalam hal ini, peneliti
terlibat langsung dalam dialog (Mahsun, 2007:246 dalam Muhammad, 2011:194).
Selain itu, teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik sadap yang
merupakan dasar dari metode simak (pengamatan/observasi). Teknik sadap disebut
teknik dasar dalam metode simak karena pada hakikatnya penyimakan diwujudkan
dengan penyadapan, dalam arti penelitian dalam upaya mendapatkan data dilakukan
dengan menyadap penggunaan bahasa seseorang atau beberapa orang yang menjadi
informan (Mahsun, 2007:242 dalam Muhammad, 2011:194).
D. Metode dan Teknik Analisis Data
Metode
Metode adalah cara yang harus dilaksanakan; teknik adalah cara melaksanakan
metode (Sudaryanto, 1993:9).
Menurut Patton (1988) dalam Kaelan (2005:209), yang dikutip oleh Muhammad
(2009:221) menyatakan bahwa analisis data merupakan suatu proses mengatur urutan
data, mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori, dan satuan uraian besar.
Subroto (2007:59 dalam Muhammad 2011:222) menyatakan bahwa menganalisis
berarti mengurai atau memilah-bedakan unsur-unsur yang membentuk satuan lingual
atau mengurai suatu satuan lingual ke dalam komponen-komponennya.
15. Muhammad (2011:222) dengan menyimpulkan pendapat dari Subroto (2007) dan
Sudaryanto (1993) berpendapat bahwa analisis data merupakan suatu aktivitas mengurai
atau memburaikan data untuk melahirkan kaidah atau kaidah-kaidah yang berkenaan
dengan fokus penelitian dengan menggunakan metode, teknik, dan alat. Tahap analisis
data merupakan upaya sang peneliti menangani langsung masalah yang terkandung pada
data (Sudaryanto, 1993:6). Adapun tahap menganalisis data dalam penelitian ini adalah
dengan menggunakan metode dan teknik yang sesuai agar data yang dianalisis
kebenarannya dapat teruji dan valid.
Teknik Analisis Data
Analisis data adalah kegiatan menguraikan, menjabarkan, menyelidiki,
memecahkan atau menganalisis permasalahan dalam hal ini data penelitian yang telah
dikumpulkan dengan menggunakan metode dan teknik tertentu serta berlandaskan pada
teori yang sesuai. Teknik yang digunakan dalam menganalisis data dalam penelitian ini
adalah teknik Pilah Unsur Penentu (PUP) atau dividing-key-factors technique. Teknik
Pilah Unsur Penentu yang selanjutnya disebut PUP dalam penelitian ini merupakan
teknik dasar untuk melaksanakan metode padan. Alat teknik ini adalah kemampuan
peneliti dalam memilah data. kemampuan yang dimiliki peneliti bersifat mental,
mengandalkan intuisi, dan menggunakan pengetahuan teoritis.
Langkah-langkah yang akan dilakukan dalam menganalisis data dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Mengumpulkan dan mengorganisasikan data yang telah diperoleh.
b. Membaca data secara keseluruhan dan membuat catatan sehingga
memperjelas maksud dari data yang disajikan.
16. c. Mengelompokkan setiap data (contoh kata-kata verbal yang mengalami
variasi fonologis) yang ada ke dalam masing-masing bagian sehingga
mempermudah analisis.
d. Memberikan penjelasan terhadap setiap data yang telah dikelompokkan
tersebut serta memberikan penjelasan secara naratif mengenai fenomena
yang diteliti.
17. DAFTAR PUSTAKA
Ali, Mohamad. 1993. Strategi Penelitian Pendidikan. Bandung: Angkasa
Sugiono. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung :
Alfabeta
Ahmad, Sabaruddin. 1953. Pengantar Sastera Indonesia. Medan: SAIFUL.
Ali, Mohamad. 1993. Strategi Penelitian Pendidikan. Bandung: Angkasa
Sugiono. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung :
Alfabeta
Main sufanti. 2010. Strategi pengajaran bahasa dan sastra indonesia. Surakarta :
Yuma Pustaka
http://.blogspot.com/macam-macam metode pembelajara.html. ningsihmartini hal 14--
12-2014 (online)
http://definisi.org/search/wikipedia-pengertian -. di unduh tnggal 12-mei 2014 (Online)
http://www.scribd.com/doc/112780449/RPP-kebahasaan d i unduh tnggal 12-mei-20134
. (Online)