Dokumen tersebut membahas tentang unsur-unsur pembentuk ruang kota menurut beberapa ahli. Terdapat lima unsur utama yang membentuk ruang kota yaitu wisma, karya, marga, suka, dan prasarana. Unsur-unsur lainnya meliputi titik, garis, bidang, fungsi, batas, dimensi, dan bentuk.
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/KotaPenataan Ruang
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No : 20/PRT/M/2011 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/Kota - Batang Tubuh RDTR
Dokumen tersebut membahas tentang unsur-unsur pembentuk ruang kota menurut beberapa ahli. Terdapat lima unsur utama yang membentuk ruang kota yaitu wisma, karya, marga, suka, dan prasarana. Unsur-unsur lainnya meliputi titik, garis, bidang, fungsi, batas, dimensi, dan bentuk.
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/KotaPenataan Ruang
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No : 20/PRT/M/2011 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/Kota - Batang Tubuh RDTR
Dokumen tersebut membahas tentang peraturan zonasi dalam UU No. 26/2007 tentang Penataan Ruang. Ia menjelaskan pengertian, fungsi, ketentuan penyusunan, dan kewajiban pemerintah dalam peraturan zonasi. Peraturan zonasi merupakan pedoman pengendalian pemanfaatan ruang yang disusun berdasarkan rencana rinci tata ruang untuk setiap zona.
Permen PU Nomor 12 Tahun 2009 tentang Pedoman Penyediaan Dan Pemanfaatan Ruan...Penataan Ruang
Pedoman ini mengatur penyediaan dan pemanfaatan ruang terbuka non hijau (RTNH) di kawasan perkotaan. Dokumen ini menjelaskan definisi, fungsi, manfaat, tipologi, standar luas penyediaan, dan pengaturan material RTNH pada berbagai skala lingkungan perkotaan. Pedoman ini bertujuan menjamin ketersediaan dan keberlanjutan RTNH bagi kepentingan masyarakat perkotaan.
Dokumen tersebut membahas tahapan pengkajian pengaruh kebijakan, rencana, dan program terhadap lingkungan hidup meliputi identifikasi pemangku kepentingan, isu strategis, pengaruh kebijakan terhadap lingkungan, alternatif penyempurnaan, dan rekomendasi. Dokumen ini juga menjelaskan konsep kebijakan, rencana, dan program serta hubungannya dengan isu strategis dan tujuan pembangunan berkelanjutan.
Dokumen tersebut membahas tentang kawasan kumuh dan upaya-upaya peningkatan pemukiman kumuh. Kawasan kumuh ditandai dengan kepadatan penduduk yang tinggi, sarana dan prasarana yang buruk, serta ketidaksesuaian bangunan dengan standar. Upaya peningkatan yang dilakukan antara lain program Kampung Improvement Program (KIP) di Indonesia dan program Baan Mankong di Thailand yang melibatkan masyarakat.
Paparan Akhir RKPKP Kota surakarta 2015 dalam penanganan kumuh Bagus ardian
[Ringkasan]
Dokumen tersebut merangkum hasil verifikasi lokasi kumuh di Kota Surakarta berdasarkan Surat Keputusan Walikota. Total luas kawasan kumuh menurut SK semula adalah 467,62 Ha, namun hasil verifikasi lapangan menunjukkan luasnya hanya 359,53 Ha. Rencana penanganan kumuh akan difokuskan pada 51 kawasan prioritas yang telah divalidasi melalui survey partisipatif di tingkat kelurahan.
Peraturan Daerah ini mengatur tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Tanggamus untuk periode 2011-2031 dengan mempertimbangkan peraturan perundang-undangan terkait penataan ruang dan pembangunan wilayah Kabupaten Tanggamus.
Profil Kelurahan Batu Merah Kota AmbonBagus ardian
Program NUSP-2 bertujuan untuk meningkatkan kualitas permukiman kumuh melalui kerjasama pemerintah, masyarakat, dan swasta. Salah satu lokasinya adalah Kelurahan Batu Merah Kota Ambon yang memiliki luas permukiman kumuh 22,21 ha dengan tingkat kekumuhannya berat. NUSP-2 telah melaksanakan berbagai kegiatan penanganan permukiman kumuh di Batu Merah pada skala kawasan dan lingkungan.
Dokumen tersebut membahas tentang kebutuhan perumahan di kota. Secara singkat, dokumen menjelaskan bahwa kebutuhan perumahan kota dipengaruhi oleh jumlah dan kepadatan penduduk, jumlah rumah layak huni, luas kota, dan sosial ekonomi penduduk. Dokumen juga menjelaskan cara menghitung kebutuhan luas kota dan rumah baru untuk masa datang berdasarkan pertumbuhan penduduk.
Dokumen tersebut membahas tentang permukiman kumuh dan upaya yang dilakukan untuk mengatasinya. Permukiman kumuh ditandai dengan kepadatan penduduk dan kondisi rumah yang di bawah standar, serta kurangnya prasarana dan sarana. Hal ini disebabkan oleh pertambahan penduduk yang tidak terkendali di perkotaan. Upaya yang dilakukan pemerintah antara lain Program Perbaikan Kampung dan peremajaan lingkungan kumuh dengan membong
Dokumen tersebut membahas tentang peraturan zonasi dalam UU No. 26/2007 tentang Penataan Ruang. Ia menjelaskan pengertian, fungsi, ketentuan penyusunan, dan kewajiban pemerintah dalam peraturan zonasi. Peraturan zonasi merupakan pedoman pengendalian pemanfaatan ruang yang disusun berdasarkan rencana rinci tata ruang untuk setiap zona.
Permen PU Nomor 12 Tahun 2009 tentang Pedoman Penyediaan Dan Pemanfaatan Ruan...Penataan Ruang
Pedoman ini mengatur penyediaan dan pemanfaatan ruang terbuka non hijau (RTNH) di kawasan perkotaan. Dokumen ini menjelaskan definisi, fungsi, manfaat, tipologi, standar luas penyediaan, dan pengaturan material RTNH pada berbagai skala lingkungan perkotaan. Pedoman ini bertujuan menjamin ketersediaan dan keberlanjutan RTNH bagi kepentingan masyarakat perkotaan.
Dokumen tersebut membahas tahapan pengkajian pengaruh kebijakan, rencana, dan program terhadap lingkungan hidup meliputi identifikasi pemangku kepentingan, isu strategis, pengaruh kebijakan terhadap lingkungan, alternatif penyempurnaan, dan rekomendasi. Dokumen ini juga menjelaskan konsep kebijakan, rencana, dan program serta hubungannya dengan isu strategis dan tujuan pembangunan berkelanjutan.
Dokumen tersebut membahas tentang kawasan kumuh dan upaya-upaya peningkatan pemukiman kumuh. Kawasan kumuh ditandai dengan kepadatan penduduk yang tinggi, sarana dan prasarana yang buruk, serta ketidaksesuaian bangunan dengan standar. Upaya peningkatan yang dilakukan antara lain program Kampung Improvement Program (KIP) di Indonesia dan program Baan Mankong di Thailand yang melibatkan masyarakat.
Paparan Akhir RKPKP Kota surakarta 2015 dalam penanganan kumuh Bagus ardian
[Ringkasan]
Dokumen tersebut merangkum hasil verifikasi lokasi kumuh di Kota Surakarta berdasarkan Surat Keputusan Walikota. Total luas kawasan kumuh menurut SK semula adalah 467,62 Ha, namun hasil verifikasi lapangan menunjukkan luasnya hanya 359,53 Ha. Rencana penanganan kumuh akan difokuskan pada 51 kawasan prioritas yang telah divalidasi melalui survey partisipatif di tingkat kelurahan.
Peraturan Daerah ini mengatur tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Tanggamus untuk periode 2011-2031 dengan mempertimbangkan peraturan perundang-undangan terkait penataan ruang dan pembangunan wilayah Kabupaten Tanggamus.
Profil Kelurahan Batu Merah Kota AmbonBagus ardian
Program NUSP-2 bertujuan untuk meningkatkan kualitas permukiman kumuh melalui kerjasama pemerintah, masyarakat, dan swasta. Salah satu lokasinya adalah Kelurahan Batu Merah Kota Ambon yang memiliki luas permukiman kumuh 22,21 ha dengan tingkat kekumuhannya berat. NUSP-2 telah melaksanakan berbagai kegiatan penanganan permukiman kumuh di Batu Merah pada skala kawasan dan lingkungan.
Dokumen tersebut membahas tentang kebutuhan perumahan di kota. Secara singkat, dokumen menjelaskan bahwa kebutuhan perumahan kota dipengaruhi oleh jumlah dan kepadatan penduduk, jumlah rumah layak huni, luas kota, dan sosial ekonomi penduduk. Dokumen juga menjelaskan cara menghitung kebutuhan luas kota dan rumah baru untuk masa datang berdasarkan pertumbuhan penduduk.
Dokumen tersebut membahas tentang permukiman kumuh dan upaya yang dilakukan untuk mengatasinya. Permukiman kumuh ditandai dengan kepadatan penduduk dan kondisi rumah yang di bawah standar, serta kurangnya prasarana dan sarana. Hal ini disebabkan oleh pertambahan penduduk yang tidak terkendali di perkotaan. Upaya yang dilakukan pemerintah antara lain Program Perbaikan Kampung dan peremajaan lingkungan kumuh dengan membong
Program Penanganan Lingkungan Perumahan dan Permukiman Kumuh Berbasis Kawasan...Oswar Mungkasa
Dokumen tersebut membahas tentang penanganan permukiman kumuh dan perumahan kumuh secara terpadu dan berkelanjutan melalui pendekatan berbasis kawasan. Dokumen ini juga menjelaskan perlunya koordinasi antar sektor dan keterlibatan berbagai pihak dalam upaya meningkatkan kualitas permukiman dan perumahan serta mengurangi luasan permukiman kumuh.
Permukiman Kumuh, Isu Tanah dan Isu KemiskinanOswar Mungkasa
Permukiman kumuh merupakan masalah kompleks yang dipengaruhi oleh faktor tanah dan kemiskinan. Isu tanah muncul dari sistem hukum tanah ganda kolonal yang menyebabkan ketidakjelasan status hukum lahan dan memunculkan permukiman liar. Kemiskinan juga berperan sebagai penyebab utama karena menghambat akses aset dan pilihan untuk keluarga miskin. Untuk merumuskan kebijakan penanganan yang tepat, dip
Strategi penanggulangan lingkungan kumuh kota surakarta 2012Bagus ardian
Strategi penanggulangan lingkungan kumuh dan rumah tidak layak huni meliputi (1) melembagakan sistem penyelenggaraan perumahan yang melibatkan berbagai pihak, (2) memwujudkan perumahan layak huni dan terjangkau, (3) pemberdayaan masyarakat dalam pengelolaan lingkungan.
Panduan Identifikasi Kawasan Permukiman Kumuhinfosanitasi
Dokumen tersebut memberikan pedoman untuk mengidentifikasi kawasan permukiman kumuh di daerah penyangga kota metropolitan. Pedoman ini menjelaskan kriteria yang digunakan untuk mengidentifikasi kawasan tersebut, termasuk kriteria vitalitas non-ekonomi, vitalitas ekonomi, status tanah, prasarana dan sarana, komitmen pemerintah, dan prioritas penanganan. Bobot untuk masing-masing kriteria juga dijelaskan secara rinci.
Penanganan Perumahan dan Permukiman Kumuh di kota CimahiOswar Mungkasa
Dokumen tersebut membahas penanganan perumahan dan permukiman kumuh di Kota Cimahi. Beberapa poin pentingnya adalah jumlah penduduk Kota Cimahi yang mencapai 571.139 jiwa dengan laju pertambahan 2,36% per tahun, serta upaya-upaya yang dilakukan untuk merehabilitasi rumah tidak layak huni, membangun sarana air bersih, jalan dan drainase di kawasan permukiman melalui program-program seperti P2KP, PNP
Disampaikan oleh Budi Prayitno (Kepala Pusat Perumahan dan Permukiman UGM) pada Pra Seminar Nasional Penanganan Perumahan dan Permukiman Kumuh di Jakarta 18 September 2012
semua orang mempunyai pemahaman yang berbeda tentang kata penggusuran dan relokasi. menurut kamus besar Indonesia, kata itu mempunyai pengertian yang sama. jadi harap benarkan dalam mengartikan kata tersebut #marikitabelajar
ILMU SOSIAL DAN BUDAYA DASAR MANUSIA DAN LINGKUNGANEnvaPya
Makalah ini membahas tentang hubungan manusia dan lingkungan serta pengaruh manusia pada lingkungan hidupnya. Ia menjelaskan bahwa lingkungan merupakan faktor penting bagi kelangsungan hidup manusia dan terdiri atas unsur biotik, abiotik, dan sosial budaya. Makalah ini juga menganalisis pengaruh positif dan negatif tindakan manusia terhadap lingkungan serta pentingnya pengelolaan sumber daya alam yang ber
Digital 129140 t 24950 respon risiko--literaturafif fifku
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1) Dokumen tersebut membahas tentang kinerja mutu lingkungan perumahan dan permukiman.
2) Beberapa strategi untuk meningkatkan kinerja mutu antara lain dengan program penanganan permukiman kumuh, penanganan permukiman kumuh ilegal, dan revalisasi lingkungan permukiman strategis.
3) Dokumen tersebut juga membahas konsep penataan lingkungan perumahan dan permukiman.
Teks tersebut membahas tentang perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta dampaknya terhadap lingkungan. Ia menjelaskan bahwa meski ilmu pengetahuan dan teknologi memberikan kemudahan bagi manusia, tetapi juga dapat menyebabkan masalah lingkungan seperti perusakan lingkungan dan pencemaran. Oleh karena itu, diperlukan pengelolaan lingkungan yang baik untuk menjaga keseimbangan ekosistem.
Makalah sosisologi pedesaan (lingkungan hidup pedesaan) (1)Haniatur Rohmah
Makalah ini membahas tentang lingkungan hidup pedesaan dan permasalahan-permasalahan yang dihadapi. Lingkungan hidup pedesaan ditandai dengan ikatan sosial yang kuat dan mata pencaharian yang bergantung pada pertanian. Permasalahan utama meliputi rendahnya pendidikan, kurangnya sarana kesehatan dan sosial budaya, serta kesadaran keamanan yang masih minimal.
Dokumen tersebut membahas tentang hukum lingkungan hidup dan pembangunan berkelanjutan. Secara ringkas, dokumen menjelaskan definisi lingkungan hidup, masalah-masalah lingkungan hidup di Indonesia seperti penebangan liar dan polusi, serta pentingnya kesadaran masyarakat dalam pelestarian lingkungan hidup.
3. 1. Pengertian Pemukiman
Pemukiman sering disebut perumahan dan atau
sebaliknya. Pemukiman berasal dari kata
housing dalam bahasa Inggris yang artinya
adalah perumahan dan kata human
settlement yang artinya pemukiman.
4. Perumahan memberikan
kesan tentang rumah atau
kumpulan rumah beserta
prasarana dan sarana
ligkungannya. Perumahan
menitiberatkan pada fisik
atau benda mati, yaitu
houses dan land
settlement.
Pemukiman memberikan
kesan tentang pemukim
atau kumpulan pemukim
beserta sikap dan
perilakunya di dalam
lingkungan, sehingga
pemukiman
menitikberatkan pada
sesuatu yang bukan
bersifat fisik atau benda
mati yaitu manusia
(human).
5. 2. Pengertian Kumuh
Kumuh adalah kesan atau gambaran secara
umum tentang sikap dan tingkah laku yang
rendah dilihat dari standar hidup dan
penghasilan kelas menengah. Dengan kata
lain, kumuh dapat diartikan sebagai tanda
atau cap yang diberikan golongan atas yang
sudah mapan kepada golongan bawah yang
belum mapan
6. Herbert J.
Gans dengan kalimat:
”Obsolescence per se is not harmful and
designation of an area as a slum for the
reason alone is merely a reflection of middle
clas standards and middle alass incomes”
8. Sebab Kumuh
Kumuh adalah kemunduran atau kerusakan
lingkungan hidup dilihat dari:
1. segi fisik, yaitu gangguan yang ditimbulkan
oleh unsur-unsur alam seperti air dan udara,
2. segi masyarakat / sosial, yaitu gangguan yang
ditimbulkan oleh manusia sendiri seperti
kepadatan lalulintas, sampah.
9. Akibat Kumuh
Kumuh adalah akibat perkembangan dari gejala-gejala
antara lain:
1. kondisi perumahan yang buruk,
2. penduduk yang terlalu padat,
3. fasilitas lingkungan yang kurang memadai,
4. tingkah laku menyimpang,
5. budaya kumuh,
6. apati dan isolasi.
10. 3. Kawasan Kumuh
Kawasan kumuh adalah kawasan dimana rumah
dan kondisi hunian masyarakat di kawasan
tersebut sangat buruk.
11. Ciri-ciri kawasan kumuh
Rumah maupun sarana dan prasarana yang ada
tidak sesuai dengan standar yang berlaku, baik
standar kebutuhan, kepadatan bangunan,
persyaratan rumah sehat, kebutuhan sarana
air bersih, sanitasi maupun persyaratan
kelengkapan prasarana jalan, ruang terbuka,
serta kelengkapan fasilitas sosial lainnya.
12. Ciri-ciri kawasan kumuh
Menurut Prof. DR. Parsudi Suparlan
1. Fasilitas umum yang kondisinya kurang atau
tidak memadai.
2. Kondisi hunian rumah dan pemukiman serta
penggunaan ruangruanganya mencerminkan
penghuninya yang kurang mampu atau miskin.
13. 3. Adanya tingkat frekuensi
dankepadatan volume
yang tinggi dalam
penggunaan ruang-ruang
yang ada di pemukiman
kumuh sehingga
mencerminkan adanya
kesemrawutan tata ruang
dan ketidakberdayaan
ekonomi penghuninya.
14. 4. Pemukiman kumuh merupakan suatu satuan-satuan komuniti yang hidup
secara tersendiri dengan batas-batas kebudayaan dan sosial yang jelas,
yaitu terwujud sebagai :
a. Sebuah komuniti tunggal, berada di tanah milik negara, dan karena
itu dapat digolongkan sebagai hunian liar.
b. Satuan komuniti tunggal yang merupakan bagian dari sebuah RT atau
sebuah RW.
c. Sebuah satuan komuniti tunggal yang terwujud sebagai sebuah RTatau RW
atau bahkan terwujud sebagai sebuah Kelurahan, dan bukan hunian liar.
15. 5. Penghuni pemukiman kumuh secara sosial
dan ekonomi tidak homogen, warganya
mempunyai mata pencaharian dan tingkat
kepadatan yang beranekaragam, begitu juga
asal muasalnya. Dalam masyarakat
pemukiman kumuh juga dikenal adanya
pelapisan sosial berdasarkan atas kemampuan
ekonomi mereka yang berbeda-beda tersebut.
16. 6. Sebagian besar penghuni pemukiman kumuh
adalah mereka yang bekerja di sektor informal
atau mempunyai mata pencaharian tambahan
di sektor informil.
17. Faktor Penyebab Timbulnya
Permukiman Kumuh
Menurut Yudohusodo (1991) dalam bukunya
Rumah Untuk Seluruh Rakyat adalah sebagai
berikut :
- Arus urbanisasi penduduk yang sangat pesat
terutama di kota-kota besar berdampak
terhadap timbulnya ledakan jumlah
penduduk.
18. - Sektor informal merupakan bidang pekerjaan
tanpa penghasilan yang tetap. Bidang
pekerjaan ini muncul karena pengaruh
desakan ekonomi yang tidak didukung oleh
keahlian yang memadai.
19. - Kondisi sosial budaya masyarakat juga menjadi
pemicu terbentuknya kawasan permukiman
kumuh, yang dimaksud disini menyangkut
pola hidup atau kebiasaan masyarakat yang
masih terbawa iramanya kehidupan kota.
20. Upaya Penanganan Permukiman
Kumuh
Penanganan permukiman kumuh dilakukan
sebagai upaya perbaikan lingkungan permukiman
yang mengalami penurunan kualitas lingkungan,
kondisi kehidupan dan penghidupan
masyarakatnya sangat memprihatinkan,
kepadataan bangunan sangat tinggi, struktur
bangunan sangat rendah, dan kekurangan
terhadap akses prasarana dan sarana
permukiman seperti drainase, sampah, dan
sebagainya.
21. struktur bangunan sangat rendah
kekurangan terhadap akses prasarana
sarana permukiman seperti drainase, sampah,
dan sebagainya.
22.
23.
24.
25.
26.
27.
28.
29.
30.
31. Upaya Peningkatan Kualitas
Permukiman Kumuh
Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah
melaksanakan rencana strategis peningkatan
kualitas lingkungan permukiman kumuh
mempertimbangkan efektifitas dan efisiensi,
sebagai bagian dari proses pembangunan
berkelanjutan (sustainable development)
mengedepankan strategi pemberdayaan dan
kemampuan (empowerment and enabling
stategy)
32. Tujuan
Tujuannya adalah
1. Tercapainya peningkatan kualitas lingkungan
permukiman yang mampu mendorong
tercapaianya peningkatan derajat kesehatan,
pendidikan dan daya beli masyarakat.
2. Peningkatan kualitas lingkungan kawasan
permukiman yang sehat sehingga dapat
memberikan kontribusi yang signifikan bagi
kesehatan lingkungan kota.
33. Pendekatan Peningkatan Kualitas
Lingkungan Permukiman Kumuh
1. Pendekatan partisipatori,
2. Pembangunan berkelanjutan
3. Pendekatan secara fisik dari sisi tata ruang,
34. Pendekatan partisipatori
Mengeksplorasi masukan dari komunitas,
khususnya kelompok sasaran,
Mefokuskan pada permintaan lokal,
Perubahan prilaku dan yang mampu
mengeksplorasi cara-cara inovatif untuk
melaksanakan operasional dan
pemeliharaannya.
35. Pembangunan berkelanjutan
Dilaksanakan dengan menaruh perhatian utama
pada pencapaian tujuan pembangunan
lingkungan yang terintegrasi dalam satu
kesatuan sistem dengan pencapaian tujuan
pembangunan sosial dan ekonomi
36. Pendekatan secara fisik dari sisi tata
ruang
Pendekatan ini pada peningkatan kualitas
lingkungan permukiman kumuh merupakan
bagian dari rencana umum tata ruang kota
dan merupakan suatu hal yang penting untuk
meningkatkan fungsi dan manfaat ruang kota
secara integral.
38. Redefiasi
Bentuk penanganan permukiman dengan
melakukan intervensi program permukiman
tanpa merubah struktur ruang yang telah ada
dan berjalan.
39. Kegiatan Redefiasi
1) Revitalisasi:
Peningkatan kualitas lingkungan, memperbaiki dan
mendorong ekonomi kawasan dengan memanfatkan
prasarana dan sarana
2) Rehabilitasi:
Meliputi renovasi dengan melakukan perubahan sebagian
komponen pembentukan permukiman, komponen
diperbaharui sesuai standart yang baru berlaku.
Rekontruksi dengan mengembalikan komponen
permukiman pada kondisi asalnya, baik persyaratan
maupun penggunaannya.
41. Kegiatan Restrukturisasi
• 1) Renewal:
Melakukan pembongkaran secara sebagian atau
menyeluruh komponen permukiman, melakukan
perubahan secara stuktural dengan membangun
kembali di atas lahan yang sama.
2) Redevelopment:
Dilakukan dengan terlebih dahulu melakukan
pembongkaraan prasarana dan sarana dari sebagian
ataupun seluruh kawasan.
3) Restorasi:
Dengan mengembalikan pada kondisi asalnya sesuai
dengan persyaratan permukiman yang benar.
42. Surat Edaran Menpera No. 04/SE/M/I/93 tahun
1993: penanganan perumahan dan permukiman
kumuh yang tidak layak huni yang keadaannya
tidak memenuhi persyaratan teknis, sosial,
kesehatan, keselamatan dan kenyamanan serta
tidak memenuhi persyaratan ekologis dan legal
administratif, dilaksanakan melalui pola
perbaikan/ pemugaran, peremajaan maupun
relokasi sesuai dengan tingkat/ kondisi
permasalahan yang ada.