Jurnal ini menganalisis literatur terbaru tentang pembiayaan jangka panjang di negara berkembang. Bank dan pasar modal belum mampu menyediakan pembiayaan jangka panjang yang memadai. Investor institusional hanya sedikit yang menyediakan dana jangka panjang. Pemerintah dapat membantu memperluas pembiayaan jangka panjang meskipun dengan alat kebijakan terbatas.
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1. Dokumen tersebut merupakan contoh proposal penelitian yang menguji pengaruh nilai tukar rupiah dan suku bunga terhadap cadangan primer dan kredit bank Mandiri.
2. Tujuan penelitian adalah menganalisis pengaruh nilai tukar rupiah dan suku bunga terhadap dua variabel tersebut.
3. Metodologi penelitian menggunakan data sekunder dari berbagai sumber untuk variabel terikat
Hubungan antara kenaikan peringkat kredit dan penurunan biaya utang (cost of debt) telah dibuktikan. Kenaikan satu tingkat peringkat kredit diperkirakan dapat menurunkan yield SBN dan biaya pinjaman luar negeri sekitar 75-150 basis poin. Perbaikan peringkat kredit dan penurunan risiko negara Indonesia telah mengurangi biaya pendanaan dan membuka akses ke sumber pembiayaan baru.
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1. Dokumen tersebut merupakan contoh proposal penelitian yang menguji pengaruh nilai tukar rupiah dan suku bunga terhadap cadangan primer dan kredit bank Mandiri.
2. Tujuan penelitian adalah menganalisis pengaruh nilai tukar rupiah dan suku bunga terhadap dua variabel tersebut.
3. Metodologi penelitian menggunakan data sekunder dari berbagai sumber untuk variabel terikat
Hubungan antara kenaikan peringkat kredit dan penurunan biaya utang (cost of debt) telah dibuktikan. Kenaikan satu tingkat peringkat kredit diperkirakan dapat menurunkan yield SBN dan biaya pinjaman luar negeri sekitar 75-150 basis poin. Perbaikan peringkat kredit dan penurunan risiko negara Indonesia telah mengurangi biaya pendanaan dan membuka akses ke sumber pembiayaan baru.
Pengaruh dpk dan tingkat suku bunga terhadap likuiditasnurkholissyukron2
Teks tersebut merupakan abstrak dari penelitian tentang pengaruh dana program kemitraan dan tingkat suku bunga terhadap likuiditas perusahaan perbankan di Indonesia antara tahun 2014-2018. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dan menganalisis data dari 7 perusahaan perbankan. Hasilnya menunjukkan bahwa dana program kemitraan berpengaruh terhadap likuiditas secara parsial, namun tidak berpengaruh secara simultan bers
makalah Permasalahan utang luar negeri indonesiaIrvan Berutu
Makalah ini membahas permasalahan utang luar negeri Indonesia. Penyebab utang luar negeri antara lain karena kebutuhan dana yang besar untuk pembangunan namun sumber daya dalam negeri terbatas, sehingga pemerintah banyak mengandalkan pinjaman luar negeri. Solusi yang dibahas meliputi debt swap, restrukturisasi utang, dan pengurangan ketergantungan pada kreditur luar negeri.
Utang luar negeri berdampak pada pembangunan dan perekonomian Indonesia. Indonesia mengalami kesulitan membayar utang dengan rasio pembayaran utang yang tinggi dan meningkatnya kemiskinan. Utang digunakan untuk kepentingan kelompok tertentu dan intervensi negara kreditur. Solusinya melalui restrukturisasi utang, diplomasi ekonomi, potensi internal, dan kebijakan pemerintah yang menolak utang baru.
Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) telah berperan penting dalam menjaga stabilitas sistem keuangan Indonesia sejak krisis 1997-1998. LPS menjamin simpanan nasabah bank yang gagal dan melakukan penyehatan bank, namun masih menghadapi tantangan seperti cakupan penjaminan yang belum merata dan dampak integrasi ekonomi global.
1. Dokumen tersebut membahas tentang keterbatasan sumber daya ekonomi produktif Indonesia dan hubungannya dengan utang luar negeri, mulai dari masa kolonial hingga pemerintahan reformasi.
Dokumen tersebut merupakan proposal skripsi yang membahas faktor-faktor yang mempengaruhi Loan to Deposit Ratio (LDR) pada bank go public di Indonesia periode 2010-2015. Beberapa faktor yang akan diteliti pengaruhnya terhadap LDR antara lain Return on Asset, Non Performing Loan, Equity Multiplier, Total Asset Turn Over, Net Profit Margin, Debt to Asset Ratio, Loan to Asset Ratio, Cost of Fund, dan Lending Rate.
loan to value ratio (LTVR) , BI POLICY (konsep)DGT
Tinjauan efektivitas kebijakan loan to value terhadap risiko property bubble di Indonesia menemukan bahwa pertumbuhan kredit pemilikan rumah yang tinggi berkorelasi dengan kenaikan indeks harga properti. Bank Indonesia memperketat aturan loan to value pada 2013 untuk menjaga stabilitas harga properti dan mencegah gelembung ekonomi. Kebijakan ini diharapkan dapat mengendalikan pertumbuhan kredit properti dan menurunkan risiko gagal bayar.
Makalah ini membahas dampak risiko suku bunga terhadap perbankan dan perekonomian. Risiko suku bunga merupakan risiko yang dialami akibat perubahan suku bunga yang dapat mempengaruhi pendapatan dan nilai ekonomi bank. Sumber risiko suku bunga berasal dari perbedaan jatuh tempo aset dan kewajiban bank serta opsi yang terkandung di dalam instrumen keuangan. Perubahan suku bunga dapat berdampak pada penurunan pendapatan bunga
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1) Dokumen tersebut membahas tentang perbankan dan fungsinya dalam perekonomian, termasuk menghimpun dana dan menyalurkan kredit.
2) Juga membahas berbagai jenis kredit, suku bunga, dan hubungannya dengan investasi dan pertumbuhan ekonomi.
3) Tujuan penelitian adalah untuk melihat pengaruh suku bunga kredit dan pendapatan per kapita terhadap investasi.
Pengaruh dpk dan tingkat suku bunga terhadap likuiditasnurkholissyukron2
Teks tersebut merupakan abstrak dari penelitian tentang pengaruh dana program kemitraan dan tingkat suku bunga terhadap likuiditas perusahaan perbankan di Indonesia antara tahun 2014-2018. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dan menganalisis data dari 7 perusahaan perbankan. Hasilnya menunjukkan bahwa dana program kemitraan berpengaruh terhadap likuiditas secara parsial, namun tidak berpengaruh secara simultan bers
makalah Permasalahan utang luar negeri indonesiaIrvan Berutu
Makalah ini membahas permasalahan utang luar negeri Indonesia. Penyebab utang luar negeri antara lain karena kebutuhan dana yang besar untuk pembangunan namun sumber daya dalam negeri terbatas, sehingga pemerintah banyak mengandalkan pinjaman luar negeri. Solusi yang dibahas meliputi debt swap, restrukturisasi utang, dan pengurangan ketergantungan pada kreditur luar negeri.
Utang luar negeri berdampak pada pembangunan dan perekonomian Indonesia. Indonesia mengalami kesulitan membayar utang dengan rasio pembayaran utang yang tinggi dan meningkatnya kemiskinan. Utang digunakan untuk kepentingan kelompok tertentu dan intervensi negara kreditur. Solusinya melalui restrukturisasi utang, diplomasi ekonomi, potensi internal, dan kebijakan pemerintah yang menolak utang baru.
Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) telah berperan penting dalam menjaga stabilitas sistem keuangan Indonesia sejak krisis 1997-1998. LPS menjamin simpanan nasabah bank yang gagal dan melakukan penyehatan bank, namun masih menghadapi tantangan seperti cakupan penjaminan yang belum merata dan dampak integrasi ekonomi global.
1. Dokumen tersebut membahas tentang keterbatasan sumber daya ekonomi produktif Indonesia dan hubungannya dengan utang luar negeri, mulai dari masa kolonial hingga pemerintahan reformasi.
Dokumen tersebut merupakan proposal skripsi yang membahas faktor-faktor yang mempengaruhi Loan to Deposit Ratio (LDR) pada bank go public di Indonesia periode 2010-2015. Beberapa faktor yang akan diteliti pengaruhnya terhadap LDR antara lain Return on Asset, Non Performing Loan, Equity Multiplier, Total Asset Turn Over, Net Profit Margin, Debt to Asset Ratio, Loan to Asset Ratio, Cost of Fund, dan Lending Rate.
loan to value ratio (LTVR) , BI POLICY (konsep)DGT
Tinjauan efektivitas kebijakan loan to value terhadap risiko property bubble di Indonesia menemukan bahwa pertumbuhan kredit pemilikan rumah yang tinggi berkorelasi dengan kenaikan indeks harga properti. Bank Indonesia memperketat aturan loan to value pada 2013 untuk menjaga stabilitas harga properti dan mencegah gelembung ekonomi. Kebijakan ini diharapkan dapat mengendalikan pertumbuhan kredit properti dan menurunkan risiko gagal bayar.
Makalah ini membahas dampak risiko suku bunga terhadap perbankan dan perekonomian. Risiko suku bunga merupakan risiko yang dialami akibat perubahan suku bunga yang dapat mempengaruhi pendapatan dan nilai ekonomi bank. Sumber risiko suku bunga berasal dari perbedaan jatuh tempo aset dan kewajiban bank serta opsi yang terkandung di dalam instrumen keuangan. Perubahan suku bunga dapat berdampak pada penurunan pendapatan bunga
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1) Dokumen tersebut membahas tentang perbankan dan fungsinya dalam perekonomian, termasuk menghimpun dana dan menyalurkan kredit.
2) Juga membahas berbagai jenis kredit, suku bunga, dan hubungannya dengan investasi dan pertumbuhan ekonomi.
3) Tujuan penelitian adalah untuk melihat pengaruh suku bunga kredit dan pendapatan per kapita terhadap investasi.
Dokumen tersebut membahas tentang lembaga keuangan dan perbankan. Secara singkat, dokumen tersebut menjelaskan bahwa lembaga keuangan bertugas menghimpun dan menyalurkan dana dari masyarakat, bank umum merupakan lembaga keuangan utama yang menjalankan peran tersebut, serta membedakan bank umum dengan bank perkreditan rakyat.
Dokumen tersebut membahas tentang manajemen keuangan dan bursa keuangan serta teori suku bunga. Secara singkat, dibahas mengenai definisi manajemen keuangan, perkembangannya, tanggung jawab manajer keuangan, fungsi-fungsi keuangan, tujuan perusahaan, jenis-jenis bursa keuangan dan lembaga keuangannya, nilai waktu uang, dan teori suku bunga.
Tiga kalimat ringkasan dokumen tersebut adalah:
Dokumen tersebut membahas tentang makalah manajemen keuangan yang mencakup pengertian, jenis, lembaga, dan fungsi manajemen keuangan termasuk pengambilan keputusan investasi, pendanaan, dan pembagian laba. Dokumen tersebut juga menjelaskan berbagai pasar keuangan dan faktor yang mempengaruhi tingkat suku bunga.
Makalah ini membahas mengenai manajemen keuangan yang mencakup bursa keuangan, teori suku bunga, nilai waktu uang, analisis laporan keuangan, perencanaan keuangan, pengelolaan modal kerja, pengelolaan kredit dan persediaan, serta pembiayaan jangka pendek.
1. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dibentuk untuk menyatukan fungsi pengaturan, pengawasan, dan penindakan di sektor keuangan yang sebelumnya terpisah-pisah. 2. OJK dipimpin oleh Dewan Komisioner yang terdiri dari Kepala Eksekutif bidang perbankan, pasar modal, dan keuangan nonbank beserta anggota dari Bank Indonesia, Kementerian Keuangan, dan masyarakat. 3. Terdapat potensi konflik internal antara Dew
Makalah ini membahas tentang manajemen keuangan perusahaan, meliputi konsep nilai waktu uang, analisis laporan keuangan, perencanaan dan pengendalian keuangan, kebijakan modal kerja, dan pengelolaan kas, piutang, dan persediaan.
MATERI AKUNTANSI IJARAH POWER POINT (PPT)ritaseptia16
Ijarah adalah akad sewa-menyewa antara pemilik ma’jur (obyek
sewa) dan musta’jir (penyewa) untuk mendapatkan imbalan atas obyek
sewa yang di sewakannya.
BAB 3 PROFESI, PELUANG KERJA, DAN PELUANG USAHA BIDANG AKL.pptxanselmusl280
Jurusan akuntansi merupakan salah satu jurusan yang cukup populer di Indonesia. Banyak mahasiswa yang memilih jurusan ini karena prospek kerja yang menjanjikan. Namun, sebelum memilih jurusan ini, sebaiknya Anda mengetahui terlebih dahulu apa itu jurusan akuntansi.
Akuntansi adalah suatu bidang ilmu yang mempelajari tentang pencatatan, pengukuran, pengklasifikasian, dan pelaporan transaksi keuangan. Jurusan akuntansi sendiri merupakan suatu program studi yang mengajarkan ilmu akuntansi, mulai dari dasar-dasar akuntansi hingga akuntansi lanjutan.
Dalam jurusan akuntansi, Anda akan mempelajari berbagai materi, seperti dasar-dasar akuntansi, teori akuntansi, analisis laporan keuangan, audit, pajak, hingga manajemen keuangan. Selain itu, Anda juga akan belajar menggunakan software akuntansi, seperti Microsoft Excel dan SAP.
Gelar akademik yang akan didapatkan oleh para lulusan S-1 jurusan akuntansi adalah Sarjana Akuntansi (S.Ak.). Memiliki gelar sarjana akuntansi merupakan salah satu syarat penting untuk menjadi seorang akuntan profesional.
Dengan memperoleh gelar sarjana akuntansi, seseorang dianggap memiliki pengetahuan yang mendalam mengenai akuntansi, audit, pajak, dan manajemen keuangan.
Setelah lulus dari jurusan akuntansi, Anda memiliki peluang kerja yang sangat luas. Anda bisa bekerja di berbagai bidang, seperti akuntan publik, auditor, konsultan pajak, pegawai bank, pegawai asuransi, broker saham, hingga dosen akuntansi. Bahkan, jika Anda memiliki kemampuan untuk memulai bisnis, Anda juga bisa membuka usaha konsultan akuntansi.
Anda juga bisa memperoleh gaji yang cukup tinggi jika bekerja di bidang akuntansi. Gaji rata-rata untuk lulusan akuntansi di Indonesia bervariasi, tergantung dari posisi dan pengalaman kerja. Namun, umumnya gaji untuk lulusan akuntansi di Indonesia berkisar antara 4 hingga 10 juta rupiah per bulan.
Secara keseluruhan, jurusan akuntansi memiliki prospek kerja yang menjanjikan dan peluang karier yang luas. Namun, sebelum memilih jurusan ini, pastikan Anda memiliki minat dan bakat dalam bidang akuntansi. Selain itu, perlu juga memiliki kemampuan analisis yang baik, teliti, dan detail-oriented.
Salah satu prospek kerja yang menarik bagi lulusan akuntansi adalah menjadi broker saham.
Sebagai broker saham, tugas utama adalah membantu investor dalam membeli dan menjual saham di pasar saham. Selain itu, seorang broker saham juga harus memiliki pengetahuan dan kemampuan dalam menganalisis data dan memprediksi pergerakan harga saham.
Meskipun menjadi broker saham terdengar menarik dan menjanjikan, tetapi tidak semua lulusan akuntansi bisa menjadi broker saham dengan mudah. Ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi untuk menjadi broker saham, antara lain harus memiliki sertifikasi yang dikeluarkan oleh Bursa Efek Indonesia (BEI) dan harus memiliki lisensi dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
Namun, bagi lulusan akuntansi yang memiliki sertifikasi dan lisensi tersebut, prospek kerja sebagai broker saham di Indonesia
Understanding the Use of Long-term Finance in Developing Economies
1. Understanding the Use of
Long-term Finance in
Developing Economies
Author : Arif Gunawan
IMF Working Paper - Research Department
2. Abstract
2
Jurnal singkat ini mengulas literatur terbaru tentang penggunaan
keuangan jangka panjang di negara berkembang (relatif terhadap
yang maju) untuk mengidentifikasi di mana pembiayaan jangka
panjang terjadi, dan peran apa yang dimainkan oleh perantara
dan pasar keuangan yang berbeda dalam memperluas jenis
pembiayaan ini. Meskipun bank adalah penyedia kredit yang
paling penting, mereka tampaknya tidak menawarkan
pembiayaan jangka panjang. Pasar modal telah tumbuh sejak
1990-an dan dapat memberikan pembiayaan dalam jangka
waktu yang cukup panjang. Tetapi beberapa perusahaan
menggunakan pasar ini. Hanya beberapa investor institusional
yang menyediakan dana untuk jangka waktu panjang.
Pemerintah dapat membantu untuk memperluas pendanaan
jangka panjang, meskipun dengan alat kebijakan terbatas.
3. Table
of
Contents 1. Introduction 2. Banks 3. Capital Markets
3
4. Institutional
Investors
4.1 Portfolio Maturity of
Domestic Institutional
Investors : The Case of Chile
4.2 International Evidence on
Mutual Funds
5. Role Of The
Government
The evidence onThe
evidence on foreign bank
ownership
Government bank
ownership
References
4. Place your screenshot here
4
IMF Working
Paper
Research
Department
Understanding the Use of
Long-term Finance in
Developing Economies
Prepared by.
Maria Soledad Martinez
Peria and Sergio
Schmukler
Authorized for distribution
by Giovanni Dell’Ariccia
5. 1. Introduction
5
Kurangnya pendanaan jangka panjang yang memadai telah menjadi isu
penting dan menantang di banyak negara berkembang, terutama sejak
krisis keuangan global 2008-2009. Selain itu, ada banyak bukti bahwa
short termisme telah berkontribusi terhadap beberapa krisis keuangan
yang terkenal baik di negara berkembang dan berpenghasilan tinggi
(Eichengreen dan Hausmann, 1999; Rodrik dan Velasco, 2000; Tirole,
2003; Borensztein et al., 2005) ; Jeanne, 2009; Brunnermeier, 2009;
Raddatz, 2010; Beltratti dan Stulz, 2012; Broner, Lorenzoni, dan
Schmukler, 2013).
Manfaat keuangan jangka panjang dapat bertambah tidak hanya bagi
peminjam tetapi juga bagi penyedia dana (penabung dalam perekonomian)
dan perantara keuangan (bank dan investor institusional). Pemberi
pinjaman mungkin bersedia untuk terlibat dalam kontrak keuangan jangka
panjang karena pengembalian lebih tinggi daripada kontrak jangka pendek
dan karena jatuh tempo kontrak-kontrak ini mungkin sesuai dengan
kebutuhan tabungan jangka panjang mereka. Untuk ekonomi secara
keseluruhan, pendanaan jangka panjang mungkin berkontribusi terhadap
pertumbuhan yang lebih tinggi dan volatilitas ekonomi makro yang lebih
rendah (Aghion, Howitt, and Mayer, 2005).
6. 1. Introduction
6
Dalam situasi ketika pengguna dan penyedia keuangan idealnya lebih memilih
keuangan jangka panjang, market failures and policy distortions dapat
menyebabkan pembiayaan jangka panjang kurang diinginkan oleh pihak
penyedia keuangan sebab :
Pertama, karena perpanjangan pembiayaan jangka panjang menyiratkan risiko
besar bagi penyedia layanan, asimetri informasi dapat mencegah kreditor
mengetahui kapasitas pembayaran kembali yang sebenarnya dan kesediaan
untuk membayar peminjam, membuat kreditur enggan untuk menyetujui jumlah
pembiayaan jangka panjang yang diminta (Stiglitz dan Weiss , 1981).
Kedua, masalah koordinasi dapat memperpendek jatuh tempo utang. Ketika
senioritas klaim tidak ditegakkan dengan baik dan pemberi pinjaman tidak dapat
mengoordinasikan tindakan mereka, mereka akan melindungi diri mereka
sendiri terhadap pengenceran dengan secara bersamaan memperpendek
kematangan klaim mereka (Bolton dan Jeanne, 2009; Brunnermeier dan
Oehmke, 2013).
Ketiga, masalah insentif dari perantara keuangan dapat menyebabkan
kurangnya pembiayaan jangka panjang, bahkan di ekonomi dengan sektor
keuangan yang berkembang dengan baik. Investasi jangka pendek dapat
didorong, bukan oleh faktor sisi suplai atau kurangnya ketersediaan instrumen
jangka panjang, tetapi lebih oleh praktik evaluasi pengelola dana terhadap target
kinerja jangka pendek (Bebchuk dan Stole, 1993; Campbell dan Viceira, 2002;
Opazo, Raddatz, dan Schmukler, 2015).
7. Place your screenshot here
7
IMF Working
Paper
Research
Department
Understanding the Use of
Long-term Finance in
Developing Economies
Prepared by.
Maria Soledad Martinez
Peria and Sergio
Schmukler
Authorized for distribution
by Giovanni Dell’Ariccia
8. 2. Banks
8
Bank adalah sumber utama keuangan untuk perusahaan dan rumah tangga, dan dengan
demikian sangat penting untuk memahami struktur jatuh tempo utang di seluruh
perekonomian. (Diamond dan Dybvig 1983) mengumpulkan simpanan dan mentransformasi
deposito jangka pendek menjadi pinjaman jangka panjang, bank mengambil risiko likuiditas
(yang timbul dari ketidaksesuaian jatuh tempo antara aset dan liabilitas) dan dapat
memberikan pembiayaan untuk proyek jangka panjang yang tidak likuid.
Data Bankscope lintas ekonomi menunjukkan bahwa jatuh tempo pinjaman bank di negara
maju secara signifikan lebih lama daripada di negara berkembang. Sebagai contoh, hampir
sepertiga dari pinjaman bank di negara berpenghasilan tinggi memiliki jatuh tempo yang
melebihi lima tahun, untuk negara berkembang pinjaman dengan jatuh tempo lebih besar
dari 5 tahun rata-rata 18 persen (Gambar 1). Sebaliknya, setengah dari pinjaman bank
bersifat jangka pendek (kurang dari 1 tahun) di negara berkembang, pangsa pinjaman
jangka pendek di negara maju rata-rata mencapai 40 persen. Ada perbedaan yang lebih
kecil antara ekonomi maju dan berkembang dalam bagian pinjaman dengan jatuh tempo
antara 2 dan 5 tahun: untuk ekonomi maju pangsa ini rata-rata 28 persen dan rata-rata 32
persen untuk negara berkembang.
Pinjaman sindikasi, oleh bank-bank besar internasional untuk perusahaan besar,
menunjukkan gambaran yang berbeda. Jatuh tempo pinjaman lebih rendah di negara maju
dibandingkan dengan negara berkembang, Di negara berpenghasilan tinggi hampir enam
tahun, sementara di negara berpenghasilan menengah dan rendah, statistik mendekati tujuh
tahun. Perbedaan ini jenis pinjaman di negara berkembang untuk pembiayaan proyek atau
infrastruktur, yang cenderung memiliki kedewasaan yang lebih lama, sementara di negara
maju sebagian besar pinjaman sindikasi adalah pinjaman korporasi dengan tujuan umum
dengan jatuh tempo lebih pendek. (Cortina-Lorente, Didier, dan Schmukler, 2017). Selain
itu, perbedaan dalam jenis perusahaan yang memperoleh pembiayaan di berbagai negara
juga menjelaskan pola-pola ini (Cortina-Lorente, Didier, dan Schmukler, 2016).
General Preview
9. 2. Banks
9
Karakteristik negara juga mempengaruhi memahami kematangan pinjaman bank.
Faktor makro ekonomi seperti inflasi rendah (Demirgüç-Kunt dan Maksimovic,
1999; Kpodar dan Gbenyo, 2010; Tasić dan Valev, 2008, 2010), risiko negara
(Qian dan Strahan, 2007; Bae dan Goyal, 2009), dan institusi yang kuat (Fan,
Titman, dan Twite, 2012) membantu memperpanjang kedewasaan bank.
Tingkat pengembangan sektor keuangan, kemampuan untuk secara efektif
menegakkan kontrak keuangan, kerangka kolateral, dan lingkungan informasi
kredit, telah ditemukan berkorelasi positif dengan kematangan kredit bank (
Djankov, McLiesh, dan Shleifer, 2007; Qian dan Strahan, 2007; Tasić dan Valev,
2008, 2010; Bae and Goyal, 2009; Love, Martinez Pería, dan Singh, 2016).
Karakteristik bank juga mempengaruhi kematangan portofolio kredit bank (Tasic
dan Valey, 2010; Chernykh dan Theodossiou, 2011; Constant dan Ngomsi 2012).
Kebijakan seperti asuransi deposito dapat menurunkan risiko bank runs, sehingga
mengurangi kebutuhan bank untuk melakukan lindung nilai risiko ini dengan
menerbitkan pinjaman jangka pendek (Fan, Titman, dan Twite, 2012).
Peraturan yang mempengaruhi ukuran bank, kapitalisasi, dan pendanaan
kemungkinan akan mempengaruhi keuangan jangka panjang, karena karakteristik
bank ini berkorelasi dengan struktur jatuh tempo pinjaman bank (G20, 2013)
The Maturity of
Bank Loans
10. Place your screenshot here
10
IMF Working
Paper
Research
Department
Understanding the Use of
Long-term Finance in
Developing Economies
Prepared by.
Maria Soledad Martinez
Peria and Sergio
Schmukler
Authorized for distribution
by Giovanni Dell’Ariccia
11. 2. Capital Market
11
Pasar modal, umumnya terdiri dari pasar obligasi dan saham, merupakan sumber
potensial lain dari pendanaan jangka panjang bagi perusahaan. Pasar obligasi
cenderung besar dan dapat memberikan pendanaan dengan jangka waktu yang cukup
panjang relatif terhadap bank. Ekuitas dapat dianggap jangka panjang karena
perusahaan dapat menentukan kapan dan berapa banyak dividen untuk kembali kepada
pemegang saham, dengan asumsi tidak ada risiko jangka pendek.
Pasar modal secara signifikan lebih besar di negara maju daripada di negara
berkembang. Data tahun 2000 hingga 2011, total kapitalisasi pasar-pasar ini (termasuk
utang publik) rata-rata sekitar 203 persen dari PDB di negara-negara berpenghasilan
tinggi, hampir 98 persen di negara-negara berpenghasilan menengah ke atas, dan 62
persen di ekonomi berpenghasilan rendah ( Gambar 2). Nilai median lebih rendah
(khususnya di kalangan ekonomi berpenghasilan tinggi), menunjukkan pengaruh outlier
dalam setiap kategori pendapatan, tetapi pola utama tetap sama dan kapitalisasi pasar
modal berkorelasi positif dengan pendapatan.
Di negara maju, pasar saham cenderung mendominasi, diikuti oleh pasar obligasi
swasta. Rata-rata, kedua pasar itu menyumbang 157 persen PDB : kapitalisasi pasar
saham hampir 81 persen dari PDB dan kapitalisasi pasar obligasi swasta mendekati 76
persen. Sebaliknya, di negara berkembang, pasar saham juga penting, tetapi pasar
utang publik dan swasta berada di urutan kedua. Rata-rata, di kapitalisasi pasar saham
ekonomi menengah-atas berpenghasilan hampir 43 persen dari PDB dan kapitalisasi
pasar obligasi pemerintah umum sebesar 38 persen. Pasar obligasi swasta
menyumbang 17 persen kapitalisasi pasar rata-rata. Dalam dua kelompok
berpenghasilan rendah, pasar utang swasta sangat kecil pada 3 persen dari PDB.
12. 2. Capital Market
12
Kematangan masalah obligasi korporasi tidak secara jelas terkait dengan
pendapatan negara. Kematangan rata-rata obligasi korporasi di negara-negara
berpenghasilan menengah-atas adalah yang tertinggi (7,6 tahun) diikuti oleh ekonomi
berpenghasilan tinggi (6,7 tahun) dan ekonomi berpendapatan rendah dan menengah
(6,3 tahun). Salah satu alasan mendorong kematangan yang lebih rendah untuk
ekonomi berpenghasilan tinggi adalah bahwa persentase yang lebih besar dari masalah
obligasi adalah oleh perusahaan keuangan, dan masalah ini cenderung memiliki
kedewasaan yang lebih pendek (Cortina-Lorente, Didier, dan Schmukler, 2016, 2017).
Beberapa perusahaan besar yang menggunakan pasar keuangan ini, dan hanya
masalah terbesar dan tertua di ujung panjang spektrum kematangan (Claessens dan
Schmukler, 2007).
Perusahaan yang mengeluarkan di pasar internasional harus mengatasi persyaratan
ukuran minimum yang lebih besar dari perusahaan yang menggunakan pasar domestik
untuk mendapatkan dana jangka panjang, dan mungkin juga terkena risiko mata uang
(Gozzi et al., 2015).
Cara lain untuk memungkinkan perusahaan yang lebih kecil dan lebih rendah untuk
mengakses pasar modal adalah mengembangkan instrumen inovatif, seperti minibond,
dan melalui sekuritisasi pinjaman (Borensztein dkk., 2008; Giovannini dkk., 2015).
Tantangan yang saling melengkapi adalah meningkatkan basis investor dan
memperluas ruang lingkup portofolio investor. Di negara berpenghasilan tinggi dengan
pasar modal yang paling maju, perusahaan yang relatif lebih kecil dapat mengeluarkan
modal (Didier, Levine, dan Schmukler, 2015). Pengenalan instrumen keuangan baru
untuk investor seperti eksplisit senioritas atau instrumen utang negara terkait PDB juga
dapat membantu untuk memperpanjang jatuh tempo utang (Borensztein et al., 2005).
The Maturity of
Bank Loans
13. Place your screenshot here
13
IMF Working
Paper
Research
Department
Understanding the Use of
Long-term Finance in
Developing Economies
Prepared by.
Maria Soledad Martinez
Peria and Sergio
Schmukler
Authorized for distribution
by Giovanni Dell’Ariccia
14. “
14
4. Institutional investors
Selama dua dekade terakhir, banyak negara telah mencoba untuk membina keuangan jangka panjang melalui
promosi investor institusional nonbank domestik. Keyakinannya adalah bahwa para investor ini memiliki wawasan
investasi yang panjang, yang memungkinkan mereka untuk mengambil keuntungan dari risiko jangka panjang dan
premi ilikuiditas untuk menghasilkan pengembalian yang lebih tinggi pada aset mereka.
Selain itu, mereka diharapkan untuk lebih sabar, dengan cara countercyclical, membuat sebagian besar valuasi
rendah secara siklis untuk mencari peluang investasi jangka panjang yang menarik dan, dengan demikian,
membantu untuk memperdalam pasar keuangan jangka panjang. Pandangan ini telah diungkapkan dalam beberapa
penelitian dan artikel (Caprio dan Demirgüç-Kunt 1998; Davis 1998; Davis dan Steil 2001; Corbo dan Schmidt-
Hebbel 2003; Impavido, Musalem, dan Tressel 2003; BIS 2007; Borensztein dkk. 2008; Impavido, Lasagabaster,
dan Garcia-Huitron 2010; Della Croce, Stewart, dan Yermo 2011; OECD 2013b, c, 2014; The Economist 2013,
2014; Financial Times 2015).
Selama 2000-2011, partisipasi investor institusi di negara berkembang masih relatif kecil (Gambar 3). Aset
kumulatif dari investor institusi - dana pensiun, reksa dana, dan perusahaan asuransi - rata-rata 99 persen dari PDB
di negara berpenghasilan tinggi, dengan saham yang hampir sama untuk tiga set investor institusional. Sebaliknya,
aset lembaga-lembaga ini rata-rata hanya 25 persen dari PDB di negara-negara berpenghasilan menengah ke atas,
di mana dana pensiun mendominasi. Di negara-negara berpenghasilan rendah, pangsa aset investor institusional
terhadap PDB bahkan lebih rendah, rata-rata hampir 12 persen, dengan dana pensiun mencapai setengah dari
jumlah keseluruhan.
15. “
15
4.1. Portfolio Maturity of Domestic Institutional Investors: The Case of Chile
Menganalisis perbedaan dalam struktur kematangan investor institusi nonbank di Chili dan faktor-faktor yang
ada di belakang mereka relevan karena menantang harapan bahwa investor institusional di seluruh dewan akan
selalu membantu memperpanjang struktur kedewasaan. Situasi ini tidak spesifik-Chili, karena peraturan yang
berlaku di negara ini telah diadopsi oleh negara berkembang lainnya di Amerika Latin dan Eropa Tengah.
Bukti menunjukkan bahwa lembaga manajemen aset Chili (reksadana dan dana pensiun) memegang
sejumlah besar instrumen jangka pendek dan secara keseluruhan menginvestasikan jangka pendek relatif terhadap
perusahaan asuransi (Gambar 4). Baik reksadana maupun dana pensiun menginvestasikan lebih dari separuh
portofolio mereka dalam jangka waktu tiga tahun atau kurang, sedangkan perusahaan asuransi menginvestasikan
sedikit lebih dari sepertiga dari portofolio mereka dalam jangka waktu yang lebih pendek ini. Akibatnya, rata-rata
jatuh tempo untuk perusahaan asuransi (9,77 tahun) lebih dari dua kali lipat dari reksadana (3,97 tahun) dan dana
pensiun (4,36 tahun)
Secara keseluruhan, pengalaman Chili menunjukkan bahwa pengembangan investor institusional besar dan
canggih dengan kantong dalam tidak menjamin peningkatan permintaan untuk aset jangka panjang. Hanya
mendirikan lembaga manajemen aset dan dengan asumsi bahwa manajer akan berinvestasi dalam jangka panjang
tidak muncul untuk menghasilkan hasil yang diharapkan, terutama jika mereka akan tunduk pada sejenis pasar dan
pemantauan jangka pendek peraturan seperti yang di Chili.
16. “
16
4.2. International Evidence on Mutual Funds
Dalam beberapa tahun terakhir, pentingnya reksadana internasional telah berkembang. Pertumbuhan ini
terutama disebabkan oleh investor di negara maju yang semakin ingin mendiversifikasi portofolio mereka dengan
berinvestasi di negara lain termasuk negara berkembang, seringkali melalui dana pasar negara berkembang khusus
atau melalui peningkatan partisipasi pasar berkembang oleh dana aktif global (Gelos 2011).
Reksa dana AS dan Inggris berinvestasi dalam jangka waktu lebih lama ketika berinvestasi di negara
berkembang daripada investasi domestik ketika berinvestasi dalam instrumen utang domestik yang sama. Yakni,
dana ini cenderung untuk berinvestasi jangka panjang dalam obligasi korporasi daripada rata-rata jatuh tempo dana
domestik di ekonomi tempat mereka berinvestasi (Gambar 5). Oleh karena itu, reksa dana dari pusat keuangan
internasional tampaknya memainkan beberapa peran dalam memperluas struktur jatuh tempo obligasi korporasi di
negara berkembang.
Salah satu alasan potensial untuk perilaku ini adalah bahwa reksadana internasional mungkin bersedia
mengambil risiko lebih tinggi untuk berinvestasi lebih jangka panjang mengingat ukuran mereka yang lebih besar
dan kemampuan mereka untuk mendiversifikasi risiko ini dengan berinvestasi di berbagai negara di seluruh dunia.
Selain itu, dana domestik di negara berkembang mungkin akan mengalami arus keluar yang lebih besar terkait
dengan kinerja, sehingga mereka mungkin memiliki insentif untuk memegang proporsi yang lebih tinggi dari
instrumen jangka pendek.
17. 5. Role Of The
Government
17
Peran pemerintah dalam penyediaan keuangan jangka panjang Sejauh keuangan
jangka panjang dibatasi oleh kegagalan pasar dan kelemahan ekonomi dan
kelembagaan, kebijakan pemerintah dapat memainkan peran.
Promosi mekanisme pembagian informasi, seperti pembuatan biro kredit, dapat
bermanfaat (Tasić dan Valev, 2008; Martinez Peria dan Singh, 2014).
Risiko politik yang tinggi atau lingkungan makro ekonomi yang tidak stabil merusak
kemampuan agen ekonomi untuk memprediksi risiko dan pengembalian, dan karenanya,
keuangan jangka pendek akan menjadi bentuk pembiayaan luar negeri yang paling lazim
(Caprio dan Demirgüç-Kunt 1998).
Pada saat yang sama, calon debitur akan enggan untuk berinvestasi dan
permintaan keuangan jangka panjang akan rendah. Dengan demikian, mengurangi
ketidakpastian agregat dapat membantu. seperti efek negatif dari inflasi pada utang
jangka panjang (Demirgüç-Kunt dan Maksimovic, 1999; Jeanne dan Guscina, 2006;
Kpodar dan Gbenyo, 2010).
Lembaga negara memiliki perlindungan yang sangat lemah untuk kreditur, pemberi
pinjaman akan cenderung pemberian kontrak pinjaman jangka pendek, yang
membuatnya lebih mudah bagi mereka untuk mendisiplinkan peminjam melalui ancaman
menahan pembiayaan dalam hal tidak membayar (Qian dan Strahan, 2007; Warnock
dan Warnock, 2008; Fan, Titman, dan Twite 2012).
Kerangka hukum dan peraturan yang kuat serta kemampuan yang kuat untuk
menegakkan kontrak, kerangka kerja agunan yang memadai, ketentuan yang
memastikan adanya pasar yang kompetitif dan dapat bersaing untuk pembiayaan, dan
tata kelola perusahaan yang sesuai dan standar akuntansi (Bae dan Goyal, 2009; De
Haas, Ferreira , dan Taci, 2010; Fan, Titman, dan Twite 2012; Love, Martinez Peria, dan
Singh, 2016).
18. 5. Role Of The
Government
18
Sebagaimana ditunjukkan oleh bukti Chili, pemerintah juga dapat mempromosikan
pembiayaan jangka panjang melalui kebijakan yang menetapkan insentif yang tepat dan
menghilangkan pembatasan yang tidak perlu yang menghambat investor institusional
untuk berinvestasi jangka panjang. Untuk mengurangi fokus pada kinerja jangka pendek,
pemerintah perlu memastikan bahwa praktik kompensasi dan benchmarking yang diikuti
oleh investor institusional memiliki horizon jangka panjang (Rudolph dkk., 2010; Berstein,
Fuentes, dan Villatoro 2013; Stewart, 2014).
Investor institusional ini mungkin menunjukkan jenis risiko prosiklikis yang sama
dengan yang diketahui oleh bank dan mungkin tidak sesuai dengan gambaran buku teks
dari investor jangka panjang, tetapi memiliki banyak kesamaan dengan bank dalam
memperkuat guncangan (Shin, 2013).
Memastikan bahwa keterlibatan lembaga-lembaga keuangan milik pemerintah
berfungsi sebagai obat daripada sumber distorsi pasar, tujuan, ruang lingkup, dan batas
waktu keterlibatan perlu didefinisikan secara jelas (Scott, 2007; Rudolph, 2009; de la
Torre, Gozzi, dan Schmukler, 2017).
Finally hambatan utama untuk mempelajari peran perantara keuangan dalam
penyediaan keuangan jangka panjang adalah kurangnya data internasional dan
domestik pada portofolio dan kepemilikan institusional surat utang dan pinjaman bank.
Meskipun sebagian besar otoritas nasional mengumpulkan informasi ini, upaya bersama
diperlukan untuk mengkonsolidasikannya dan membuatnya sebanding di seluruh negara.
Upaya tersebut harus menyoroti langkah lebih lanjut untuk mendorong pembiayaan
jangka panjang melalui lembaga keuangan.