Tumor palpebra merupakan tumor yang sering terjadi di kelopak mata. Dokumen ini membahas anatomi mata dan jenis-jenis tumor palpebra seperti karsinoma sel basal. Karsinoma sel basal dapat disebabkan oleh paparan sinar ultraviolet dan sering muncul pada wajah dan leher. Patofisiologinya melibatkan aktivasi jalur hedgehog yang menyebabkan pertumbuhan sel yang tidak terkendali.
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondelferrydmn1999
Indonesia, negara kepulauan yang kaya akan keragaman budaya, suku, dan tradisi, memiliki Jakarta sebagai pusat kebudayaan yang dinamis dan unik. Salah satu kesenian tradisional yang ikonik dan identik dengan Jakarta adalah ondel-ondel, boneka raksasa yang biasanya tampil berpasangan, terdiri dari laki-laki dan perempuan. Ondel-ondel awalnya dianggap sebagai simbol budaya sakral dan memainkan peran penting dalam ritual budaya masyarakat Betawi untuk menolak bala atau nasib buruk. Namun, seiring dengan bergulirnya waktu dan perubahan zaman, makna sakral ondel-ondel perlahan memudar dan berubah menjadi sesuatu yang kurang bernilai. Kini, ondel-ondel lebih sering digunakan sebagai hiasan atau sebagai sarana untuk mencari penghasilan. Buku foto Lensa Kampung Ondel-Ondel berfokus pada Keluarga Mulyadi, yang menghadapi tantangan untuk menjaga tradisi pembuatan ondel-ondel warisan leluhur di tengah keterbatasan ekonomi yang ada. Melalui foto cerita, foto feature dan foto jurnalistik buku ini menggambarkan usaha Keluarga Mulyadi untuk menjaga tradisi pembuatan ondel-ondel sambil menghadapi dilema dalam mempertahankan makna budaya di tengah perubahan makna dan keterbatasan ekonomi keluarganya. Buku foto ini dapat menggambarkan tentang bagaimana keluarga tersebut berjuang untuk menjaga warisan budaya mereka di tengah arus modernisasi.
UNTUK DOSEN Materi Sosialisasi Pengelolaan Kinerja Akademik DosenAdrianAgoes9
sosialisasi untuk dosen dalam mengisi dan memadankan sister akunnya, sehingga bisa memutakhirkan data di dalam sister tersebut. ini adalah untuk kepentingan jabatan akademik dan jabatan fungsional dosen. penting untuk karir dan jabatan dosen juga untuk kepentingan akademik perguruan tinggi terkait.
ppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdfNur afiyah
Pembelajaran landasan pendidikan yang membahas tentang profesionalisasi pendidikan. Semoga dengan adanya materi ini dapat memudahkan kita untuk memahami dengan baik serta menambah pengetahuan kita tentang profesionalisasi pendidikan.
2. DAFTAR ISI
Halaman Judul.....................................................................................................1
Daftar Isi .............................................................................................................2
LEMBAR PENGESAHAN.................................................................................3
BAB I – PENDAHULUAN ................................................................................5
BAB II – TINJAUAN PUSTAKA......................................................................7
2.1 Anatomi Mata……... ..................................................................5
2.2 Definisi Tumor………..............................................................10
2.3 Epidemiologi Tumor ................................................................10
2.4 Etiologi Karsinoma Sel Basal…………………………………11
2.5 Patofisiologi Karsinoma Sel Basal............................................11
2.6 Manifestasi Klinis......................................................................13
2.7 Diagnosis Karsinoma Sel Basal................................................15
2.8 Diagnosis Banding Karsinoma Sel Basal..................................15
2.9 Penatalaksanaan Pterigium........................................................15
2.10 Komplikasi Karsinoma Sel Basal
2.11 Prognosis Pterigium...................................................................17
BAB III PEMBAHASAN……………………………………………………26
BAB IV PENUTUP…………………………………………………………..28
3.1 Kesimpulan.............................................................................28
3.2 Saran .....................................................................................28
Daftar Pustaka ...................................................................................................29
3. LEMBAR PENGESAHAN
Yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bahwa :
Nama : Ni Luh Wilda Mawarni
NIM : N 111 18 079
Fakultas : Kedokteran
Program Studi : Pendidikan Dokter
Judul Referat : Tumor Palpebra
Bagian Ilmu Kesehatan Mata
RSUD UNDATA
Fakultas Kedokteran Universitas Tadulako
Palu,12 Desember 2021
Mengetahui,
Dokter Pembimbing Klinik / Kepala SMF/ Bagian Ilmu Kesehatan Mata RSUD
Undata/ FK Untad
dr. Neneng Helijanti Sahuna, Sp.M
NIP: 19731101 200302 2 006
4. 5
BAB I
PENDAHULUAN
Tumor adalah jaringan baru (neoplasma) yang timbul di dalam tubuh
akibat pengaruh berbagai faktor penyebab dan menyebabkan jaringan setempat
pada tingkat gen kehilangan kendali normal atas pertumbuhannya. Pada waktu
tertentu di dalam tubuh, adakalanya proses pertumbuhan sel yang alamiah
mengalami pertumbuhan yang di luar kendali karena mekanisme yang belum
diketahui. Pertumbuhan tersebut terbentuk dengan tidak memiliki tujuan dan
bukan atas perintah yang normal dari dalam tubuh. (1)
Sel-sel tersebut membelah lebih cepat daripada sel normal dan tidak pada
jalur yang semestinya. Selsel yang membelah tersebut menumpuk dan membentuk
massa yang tidak terstruktur atau biasa disebut dengan tumor. (1)Tumor mata dapat
menjadi penyebab utama kehilangan ketajaman penglihatan dibanding penyakit
mata lainnya serta mengakibatkan cacat kosmetik dan kematian.(2)
Kejadian kanker atau tumor mata di Indonesia jarang terlaporkan secara
spesifik dan terbatas pada regional-regional daerah di Indonesia. Menurut laporan
Mansur (2017),di RSUP. Dr. Wahidin Sudirohusodo, Makassar dari tahun 2014-
2016 didapatkan 70 kasus tumor mata dengan jumlah perempuan (67,2%) lebih
banyak daripada laki-laki (32,8%). Berdasarkan umur, jumlah balita (0-5 tahun)
lebih banyak dengan kasus retinoblastoma (50%). Jenis tumor mata yang
didapatkan adalah tumor intraokular (58,6%), tumor ekstraokular (40%), dan
retrobulbar (1,4%).(1)
Tumor eksternal terdiri dari tumor palpebra dan tumor konjungtiva. Tumor
palpebra adalah benjolan massa abnormal pada daerah sekitar mata dan kelopak
mata. Tumor palpebra bisa berasal dari kulit, jaringan ikat, jaringan kelenjar,
pembuluh darah, saraf, maupun dari otot sekitar palpebra. Tumor palpebra dapat
dikelompokkan menjadi tumor jinak dan tumor ganas. (1)
Tumor palpebra merupakan neoplasia tersering di bidang oftalmologi.
Tumor jinak umumnya muncul pada usia muda dan palpebra superior merupakan
lokasai tersering. Terapi dan penatalaksanaan kanker mata terdiri dari
pembedahan, medikamentosa, penyinaran, dan target sel terapi. (1)Berbeda halnya
5. 6
dengan tumor ganas yang umumnya muncul pada usia tua dengan lokasi tersering
pada palpebra inferior.1-3 Sekitar 86% dari tumor ganas merupakan karsinoma sel
basal (basal cell carcinoma/BCC). Kasus BCC umumnya berjalan progresif yang
lambat, namun jika tidak diobati, tumor akan menyerang dan menghancurkan
jaringan di sekitarnya. (3)
6. 7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi Bola Mata dan Fisiologi Mata
Gambar 2.1 Anatomi Bola Mata4
Segmen dan ruang bola mata dapat dibagi menjadi dua segmen:
anterior dan posterior.
A. Segmen Anterior
Segmen anterior termasuk lensa (yang digantung dari badan siliaris oleh
zonula), dan struktur anteriornya, yaitu, iris, kornea dan dua ruang berisi
humor: ruang anterior dan posterior.
Ruang anterior, yang dibatasi oleh bagian belakang kornea, dan di
posterior oleh iris dan bagian tubuh siliaris. Kedalaman ruang
anterior sekitar 2,5 mm di tengah pada orang dewasa normal. Ini
lebih dangkal di hypermetropes dan lebih dalam di myopes, tetapi
hampir sama di dua mata dari individu yang sama. Ini berisi sekitar
0,25 ml aqueous humor.
7. 8
Ruang posterior, yaitu ruang segitiga yang berisi 0,06 ml aqueous
humor. Di anterior dibatasi oleh permukaan posterior iris dan
bagian tubuh siliaris, di posterior oleh lensa kristal dan zonulnya,
dan di lateral oleh badan siliaris.
B. Segmen Posterior
Segmen posterior termasuk struktur posterior lensa, yaitu,
vitreous humor (bahan seperti gel yang mengisi ruang di belakang lensa),
retina, cakram koroid dan nervus optik.4
Retina atau selaput jala, merupakan bagian mata yang mengandung
reseptor yang menerima rangsangan cahaya. Retina berbatas dengan
koroid dengan sel pigmen epitel retina, dan terdiri atas lapisan :
1. Lapis fotoreseptor, merupakan lapis terluar retina terdiri atas
sel batang yang mepunyai bentuk ramping, dan sel kerucut.
2. Membran limitan eksterna yang merupakan membran maya.
3. Lapis nukleus luar, merupakan susunan lapis nukleus sel
kerucut dan batang.
Ketiga lapis diatas avaskular dan mendapat metabolisme dari
kapiler koroid.
4. Lapis pleksiform luar, merupakan lapis aselular dan merupakan
tempat sinapsis sel fotoreseptor dengan sel bipolar dan sel
horizontal.
5. Lapis nukleus dalam, merupakan tubuh sel bipolar, sel
horizontal dan sel muller lapis ini mendapat metabolisme dari
arteri retina sentral.
6. Lapis pleksiform dalam, merupakan lapis aselular merupakan
tempat sinap sel bipolar, sel amakrin deng sel ganglion.
7. Lapis sel ganglion yang merupakan lapis badan sel daripada
neuron kedua.
8. Lapis serabut saraf, merupakan lapis akson sel ganglion
menuju ke arah saraf optik. Didalam lapisan-lapisan ini
terleetak sebagian besar pembuluh darah retina.
8. 9
9. Membran limitan interna, merupakan membran hialinantara
retina dan badan kaca.
Warna retina biasanya jingga, kadang pucat paada anemia dan
iskemia, mreah pada hiperemia. Pembuluh darah didalam retina
merupakan cabang arteri oftalmika, arteri retina sentral masuk retina
melalui papil saraf optik yang akan memberikan nutrisi pada retina dalam.
Lapisan luar retina atau sel kerucut dan batang mendapat nutrisi dari
koroid.
Untuk melihat fungsi retina maka dilakukan pemeriksaan subjektif retina
seperti : tajam penglihatan, penglihatan warna, dan lapang pandang.
Pemeriksaan obyektif adalah elektroretinografi (ERG), elektrookulografi
(EOG), dan visual evoked respons (VER).5
Gambar 2.2 Lapisan Retina4
9. 10
2.2 Definisi
Tumor, memiliki pengertian suatu jaringan baru (neoplasma) yang
timbul dalam tubuh akibat pengaruh berbagai faktor penyebab dan
menyebabkan jaringan setempat pada tingkat gen kehilangan kendali normal
atas pertumbuhannya. Menurut sifatnya, tumor dibagi menjadi dua jenis,
yaitu tumor jinak (benigna) dan ganas (maligna). Tumor ganas sering disebut
sebagai kanker. (1)
Tumor mata adalah tumor yang tumbuh di setiap bagian mata
(struktur adneksa, bola mata, dan orbita). Secara anatomi, mata tersusun atas
dua bagian utama, yaitu rongga orbita dan kelopak mata beserta kelenjar dan
penyusunnya (seperti otot mata, syaraf mata, dan kelenjar air mata/adneksa).(1)
Tumor pada palpebra seperti karsinoma sel basal, neoplasia glandula
lakrimal yang terdiri pleomorfik adenoma dan adenoid cystic karsinoma,
rhabdhosarcoma, adenoma pituitary, adenomakarsinoma sebaseus, karsinoma
sel skuamosa, cavernosum hemangioma.(6)
Karsinoma Sel Basal (KSB) adalah neoplasma ganas yang berasal dari
sel non keratinisasi yang berasal dari lapisan basal epidermis. KSB
menyumbang sekitar 75 % dari semua kanker kulit. Angka kematiannya sangat
rendah, tetapi KSB kadang kala tumbuh secara agresif menyebabkan destruksi
jaringan yang luas.(7)
2.3 Epidemiologi
Kejadian kanker atau tumor mata di Indonesia jarang terlaporkan secara
spesifik dan terbatas pada regional-regional daerah di Indonesia. Menurut
laporan Mansur (2017),di RSUP. Dr. Wahidin Sudirohusodo, Makassar dari
tahun 2014-2016 didapatkan 70 kasus tumor mata dengan jumlah perempuan
(67,2%) lebih banyak daripada laki-laki (32,8%). Berdasarkan umur, jumlah
balita (0-5 tahun) lebih banyak dengan kasus retinoblastoma (50%). Jenis
10. 11
tumor mata yang didapatkan adalah tumor intraokular (58,6%), tumor
ekstraokular (40%), dan retrobulbar (1,4%).(1)
2.4 Etiologi
Etiologi Faktor risiko lingkungan Patogenesis KSB melibatkan pajanan
sinar ultraviolet (UV), terutama ultraviolet B (UVB), yang akan menginduksi
mutasi gen supresor tumor. Pajanan ini bergantung pada waktu, pola dan
jumlah radiasi UV, tetapi hingga kini masih belum dapat dijelaskan dengan
tepat hubungan antara risiko KSB dengan pajanan UV. Faktor-faktor fisis
dapat mempengaruhi kemampuan merespons radiasi UV, misalnya warna
kulit, rambut, dan mata.(8)
2.5 Patofisiologi
Pada kasus KSB familial dan sporadis terdapat aktivasi hedgehog (HH)
signal pathway yang tidak sesuai. Awalnya HH signal pathway diidentifikasi
sebagai determinan segment polarity lalat buah Drosophila melanogaster.
Jalur ini berperan penting dalam perkembangan vertebrata. Protein sonic HH
(SHH) yang disekresi akan berikatan dengan tumor-suppressor protein
patched homologue 1 (PTCH1), sehingga akan menggagalkan supresi sinyal
intraselular yang diperantarai interaksi PTCH-1 dengan protein
transmembran lain, yaitu G-protein-coupled receptor smoothened (SMO).
Target selanjutnya dari SMO adalah famili GLI faktor transkripsi. Saat tidak
ada PTCH1, maka SMO menjadi aktif, dan menyebabkan aktivasi gen target
yang terus menerus. (8)
Perubahan lain pada jaras HH yang terlibat dalam perkembangan
penyakit ini termasuk mutasi peningkatan fungsi SHH, SMO, dan GLI. Pada
kurang lebih 50% kasus KSB sporadik ditemukan mutasi gen supresor tumor
p53. Beberapa mutasi terjadi pada sekuens dipirimidin, yang menandakan
mutasi ini disebabkan pajanan radiasi UVB. β-katenin nuklear berhubungan
dengan peningkatan proliferasi sel tumor. Gambaran KSB bervariasi sesuai
11. 12
tipe klinis yang berbeda, yaitu: nodular, superfisial, morfeaformis,
berpigmen, dan fibroepitelioma Pinkus (FEP). (8)
KSB nodular merupakan jenis KSB yang paling sering, terutama
terdapat di bagian yang terpajan sinar matahari, yaitu wajah dan leher.
Gambarannya dimulai dari nodulus kecil yang berkilat dan beberapa
telangiektasis kecil di permukaannya. Nodulus ini dapat membesar perlahan
dan berulserasi di bagian tengah. Ulkus membesar dan dikelilingi tepi yang
meninggi seperti mutiara, disebut sebagai ulkus roden. Kadang-kadang ulkus
ini dapat bersifat infiltratif dan agresif, sehingga membesar dan menginvasi
lebih dalam. KSB berpigmen merupakan subtipe KSB tipe nodular dengan
melanisasi. Gambaran klinis menunjukkan papul hiperpigmentasi yang
translusen dan dapat terjadi erosi. KSB superfisial paling sering terdapat di
badan dan menunjukkan gambaran klinis menyerupai eksema. Pada plak
tersebut terdapat bagian dengan ulkus kecil superfisial dan krusta, bagian
tengahnya halus dan terdapat skar atrofi.
KSB morfeaformis (sclerosing) merupakan varian KSB dengan
pertumbuhan agresif. Gambaran klinis menyerupai skleroderma, yaitu plak
kekuningan, rata atau sedikit melekuk ke bawah, berindurasi dengan batas
yang seringkali tegas. Hampir selalu terdapat di wajah. Permukaannya halus
dan berkilat. Kulit di dasarnya tetap utuh hingga diperlukan jangka waktu
yang cukup lama sebelum akhirnya terjadi ulserasi dan infiltrasi yang dalam.
Gambaran klinis fibroepitelioma Pinkus (FEP) menyerupai fibroma, yaitu
berupa nodus padat, sedikit bertangkai, ditutupi oleh kulit yang halus dan
berwarna merah muda. Paling sering terdapat di punggung bawah(8)
Sifat biologis Secara umum, KSB merupakan tumor dengan
pertumbuhan lambat yang lebih sering menginvasi secara lokal
dibandingkan metastasis. Tumor yang berisiko tinggi menimbulkan
perluasan adalah tumor yang terdapat di sepanjang sulkus nasofasial atau
retroaurikular. Invasi perineural lebih sering terjadi pada KSB tipe agresif dan
rekuren, serta berlokasi di area praaurikular dan malar. Manifestasi
12. 13
penyebaran perineural berupa nyeri, parestesia, kelemahan atau paralisis.
Metastasis sangat jarang terjadi, bervariasi antara 0,0028% hingga 0,55%,
dan sering terjadi pada tipe agresif, dengan keterlibatan kelenjar getah
bening dan paru.(8)
2.6 Manifestasi Klinis
Gambaran klinis utama dari keganasan epidermal adalah ulserasi,
kurangnya kelembutan, indurasi, batas tidak teratur dan destruksi
arsitektur batas kelopak.
1. Nodular 8 Nodular KSB memiliki permukaan yang licin, tegas,
nodul seperti mutiara dengan dilatasi pembuluh darah kecil.
Awalnya, pertumbuhan lambat dan sekitar 1-2 tahun tumor
dapat mencapai diameter 0,5 cm
2. Noduloulcerative Noduloulcerative (ulkus rodent) memiliki
ulserasi sentral, tepi seperti mutiara (gbr.2) dan pembuluh
darah melebar dan tidak teratur (telangiectasis) pada tepi
lateral atas. Pada waktu tertentu dapat mengikis sebagian
besar kelopak mata.
13. 14
Gambar: A. Karsinoma sel basal tipe nodul ulseratif. B: Histopatology
3. Sclerosing Sclerosing KSB (morphoeic) kurang umum dan
mungkin sulit untuk didiagnosa karena tumor tersebut
menginfiltrasi lateral bawah epidermis berupa plak indurasi.
Tepi dari tumor tidak dapat mendeskripsikan klinis dan lesi
tersebut cenderung jauh lebih luas dibandingkan pada
pemeriksaan palpasi. Pada pemeriksaan sepintas, KSB
sclerosing dapat mensimulasi area lokal 'blepharitis kronis'
unilateral.
4.
Tipe lain Tipe lain dari KSB biasanya tidak ditemukan pada
kelopak yang kistik, adenoid, berpigmen dan permukaan multipel.
Pasien dengan KSB sering menunjukkan tanda-tanda kerusakan
actinic dari kulit wajah.(9)
14. 15
2.7 Diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis ,pemeriksaan fisik (gejala
klinis) dan pemeriksaan histopatologis. Dari anamnesis terdapat kelainan
kulit terutama dimuka yang sudah berlangsung lama berupa benjolan kecil,
tahi lalat, luka yang sukar sembuh,lambat menjadi besar dan mudah
berdarah, Tidak ada rasa gatal / sakit.(9)
Pada pemeriksaan fisik terlihat papul /ulkus dapat berwarna seperti
warna kulit atau hiperpigmentasi. Pada palpasi teraba indurasi. Tidak
terdapat pembesaran kelenjar getah bening regional. Pemeriksaan
penunjang berupa pemeriksaan hispatologi yaitu dengan dilakukan biopsi.(9)
Diagnosa Karsinoma Sel Basal dapat diperoleh melalui anamnesis,
pemeriksaan fisik (eufloresensi), pemeriksaan dermoskopi, dan pemeriksaan
histopatologi.
a. Anamnesis : Apakah sering terpapar sinar matahari dalam waktu yang cukup
lama secara terus menerus?,Apakah ada riwayat kulit terbakar yang
berulang akibat paparan sinar matahari?. Apakah menderita penyakit-
penyakit yang mengakibatkan supresi pada imunitas seperti HIV? Apakah
pernah terpapar bahan arsenik? Apakah mengalami penyakit Granuloma
Inguinale?. Apakah memiliki penyakit akibat genetik seperti Xeroderma
Pigmentosa, Nevoid Basal Cell Carcinoma, dan Albinism? Apakah pasien
merokok?
b. Pemeriksaan Fisik Pada pemeriksaan fisik akan didapatkan kelainan-
kelainan sesuai dengan tipe-tipe Karsinoma Sel Basal sebagai berikut:
Nodular Basalioma akan didapatkan eufloresensi berupa nodul menyerupai
kutil, tidak berambut, berwarna coklat atau hitam, tidak mengkilat (keruh).
c. Pemeriksaan penunjang Diagnosis pasti Karsinoma Sel Basal adalah
pemeriksaan histopatologi dengan melakukan biopsi jaringan kulit yang
dicurigai mengandung sel-sel kanker tersebut (skin biopsy.(10)
15. 16
2.8 Diagnosis Banding
Karsinoma sel skuamosa
Trikoepitelioma
Melanoma Malignan
Keratosis Seboroik
Melanocytyc naevi.8
2.9 Penatalaksanaan
Terapi Oleh karena sinar matahari prediposisi utama untuk terjadi
kanker kulit maka perlu diketahui perlindungan kulit terhadap sinar
matahari, terutama bagi orang-orang yang sering melakukan aktifitas diluar
rumah dengan cara memakai sunscreens (tabir surya) selama terpajan sinar
matahari. (9)
Penggunaan tabir surya untuk kegiatan diluar rumah diperlukan tabir
surya dengan SPM yang lebih tinggi (>15-30). Adanya hubungan antara
terbentuknya berbagai radikal bebas antara lain akibat sinar UV pada
beberapa jenis kanker kulit, telah banyak dilaporkan. Pemakaian antioksidan
dapat berfungsi untuk menetralkan kerusakan atau mempertahankan fungsi
dari serangan radikal bebas. Telah banyak bukti bahwa terpaparnya jaringan
dengan radikal bebas dapat mengakibatkan berbagai gejala klinik atau
penyakit yang cukup serius. (9)
1. Biopsi Kedua jenis biopsi ini merukan insisional, di mana hanya
sebagian dari lesi akan diambil, dan eksisisional, di mana seluruh lesi
diambil. Kedua jenis biopsi insisional ini antara lain :
a. Shave
Shave biopsi dilakukan dengan pisau dan diambilnya bagian
dangkal dari lesi. Ini dapat digunakan dalam mendiagnosis lesi jinak
tapi tidak tepat jika diduga adanya keganasan.
16. 17
b. Punch Punch biopsy dilakukan dengan menggunakan dermatom
kulit mirip dengan trephine kornea. Dapat dilakukan pemeriksaan
histologi dari bagian lesi terdalam.
2. Bedah Eksisi Seluruh tumor sebaiknya diambil dengan tetap
mempertahankan sebanyak mungkin jaringan yang normal. KSB yang
paling kecil dapat disembuhkan dengan eksisi tumor bersama-sama
dengan 4mm tepi jaringan yang terlihat normal secara klinis. Eksisi
bedah yang lebih radikal diperlukan untuk KSB yang besar dan tumor-
tumor agresif seperti SCC dan SGC. Frozen section control oleh salah
satu metode standar atau operasi mikrografi dapat meningkatkan
tingkat keberhasilan.
a. Standard frozen section melibatkan pemeriksaan histologi dari tepi
spesimen yang dipotong pada saat operasi untuk memastikan bahwa
specimen tersebut bebas tumor.
b. Mohs’ micrographic surgery melibatkan eksisi dengan analisis
operative serial frozen section horizontal dari permukaan bawah-
tumor. Bagian tersebut kemudian diberi kode warna atau dipetakan
untuk mengidentifikasi daerah sisa tumor. Meskipun cukup 10 0
memakan waktu , metode ini memaksimalkan kemungkinan eksisi
tumor total dengan mengorbankan jaringan normal yang minimal.
Teknik Ini sangat berguna untuk tumor yang tumbuh difus dan
memiliki tepi terbatas dengan jari-seperti ekstensi, seperti pada KSB
tipe sclerosing, SCC, tumor berulang dan tumor yang melibatkan
canthus medial atau lateral.(9,)(1)
3. Rekonstruksi
Teknik rekonstruksi kelopak mata tergantung pada luasnya
jaringan yang diambil dan apakah itu full-thickness. Hal ini penting
untuk merekonstruksi baik lamellae anterior dan posterior. Jika salah
satu dari lamellae telah dikorbankan selama eksisi tumor, harus
17. 18
direkonstruksi dengan jaringan yang sama. Kerusakan lamelar anterior
dapat ditutup secara langsung atau dengan flap lokal
Radioterapi
Indikasi: KSB kecil yang tidak melibatkan daerah canthal medial pada
pasien yang tidak sesuai atau menolak untuk operasi, Kaposi sarcoma
karena radiosensitive. Kontraindikasi : KSB canthal medial karena
radioterapi akan merusak canaliculi Tumor kelopak mata atas karena
hasil keratinisasi berikutnya pada mata yang tidak nyaman secara
kronis. (9)
2.10 Komplikasi
Komplikasi yang terdapat terjadi antara lain : Selulitis adalah lesi kanker yang
terkontaminasi bakteri,tanda-tandayangdapat dilihat pada kulit adalah tanda-
tanda inflamasi seperti rubor, kalor, dolor, dan functiolesa. (10)
2.11 Prognosis
Prognosis umumnya baik dengan five year survival rate
mencapai 99%. Karsinoma sel basal mempunyai rekurensi
tinggi,terutama bila pengobatan tidak adekuat. Biasanya rekurensi
tejadi 4 bulan pertama sampai 12 bulan setelah pengobatan.6 Faktor-
faktor yang mempengaruhi prognosis KSB : Ukuran tumor
(peningkatan ukuran memiliki risiko kekambuhan yang lebih
tinggi),Lokasi tumor (lesi di tengah wajah, terutama di sekitar mata,
hidung, bibir dan telinga, adalah pada risiko yang lebih tinggi
terulangnya), Definition of clinical margins (poorly defined lesions are
at higher risk of recurrence), Histologis subtipe (subtipe tertentu
memiliki resiko yang lebih tinggi terulangnya), Fitur histologis agresi
(keterlibatan perineural dan ⁄ atau perivascular menganugerahkan
risiko yang lebih tinggi terulangnya), Kegagalan penanganan
sebelumnya (lesi yang rekuren) (9)
19. 20
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama :Islam
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Desa Lamberea
II. ANAMNESIS
Keluhan Utama: Benjolan di kelopak mata bawah sebelah kanan.
Riwayat Penyakit Sekarang:Pasien datang dengan keluhan benjolan di kelopakk
mata bawah sebelah kanan. Pasien mengatakan awalnya kecil lama-kelamaan
membesar dari 10 tahun yang lalu. Pasien juga mengatakan penglihatan kabur
beberapa tahun terakhir. Demam(-)
Riwayat Penyakit Mata Sebelumnya: Pasien tidak pernah mengalami hal yang
seperti ini sebelumnya.
Riwayat Penyakit Lain: Tidak ada
Riwayat Trauma: Tidak ada
III. PEMERIKSAAN FISIK
Status Generalis:
Keadaan Umum : Sakit sedang
Kesadaran : Kompos Mentis
Tanda Vital
- Tekanan Darah :120/80 mmHg
- Nadi :82x/menit
- Pernapasan :20x/menit
- Suhu : 36,6 C
Status Oftalmologis OD OS
Visus
- Tajam 6/6 6/6
20. 21
penglihatan
- Koreksi
- Addisi
- Distansia pupil
- Kacamata
lama
Inspeksi:
Kedudukan bola mata
- Eksoftalmus
- Endoftalmus
- Deviasi
- Gerakan bola
mata
Supra silia
- Warna
- Letak
Palpebra superior dan
inferior
- Edema
- Nyeri tekan
- Ektropion
- Entropion
- Trikiasis
- Sikatrik
- Ptosis
- Pus
- Hiperemis
- Pembekakan
Konjungtiva tarsal
superior dan inferior
- Hiperemis
- Sikatriks
Konjungtiva Bulbi
- Sekret
- Injeksi
konjungtiva
Tidak dilakukan
(-)
Tidak dilakukan
(-)
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Bebas kesegala arah
Kecoklatan
Simetris
Ada ( palpebra inferior)
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak dilakukan
(-)
Tidak dilakukan
(-)
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Bebas kesegala arah
Kecoklatan
Simetris
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
21. 22
- Injeksi siliar
- Injeksi
episklera
- Hiperemis
- Perdarahan
subkonjungtiv
a
- Pterigium
- Nodul
Sistem lakrimasi
- Punctum
lakrimal
Sklera
- Warna
Kornea
- Kejernihan
- Permukaan
- Infiltrat
- Ulkus
- Arcus senilis
- Edema
Bilik mata depan
- Kedalaman
- Kejernihan
- Hipopion
- Hifema
Iris
- Warna
- kripte
- Sinekia
Pupil
- Letak
- Bentuk
- Ukuran
- Refleks cahaya
langsung
- Refleks cahaya
tak langsung
Lensa
- Kejernihan
Tidak ada
Terbuka
Normal
Jernih
Normal
Tidak ada
Tidak adaTidak ada
Normal
(+)
(-)
(-)
Kecoklatan
(+)
(-)
Central
Bulat
(+)
(+)
Jernih
Tidak ada
(+)
(-)
Tidak dilakukan
Tidak ada
Terbuka
Normal
Jernih
Normal
Tidak ada
Tidak adaTidak ada
Normal
(+)
(-)
(-)
Kecoklatan
(+)
(-)
Central
Bulat
(+)
(+)
Jernih
Tidak ada
(+)
(-)
Tidak dilakukan
22. 23
Palpasi
- Nyeri tekan
- Massa tumor
- Tensi okuli
Lapang pandang
- Tes
konfrontasi
Tes buta warna
Oftalmoskopi
TIO
Slit lamp
- Palpebra
inferior
- Silia
- Konjungtiva
- Kornea
- Camera oculi
anterior
- Iris
- Pupil
- Lensa
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
23. 24
IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Hemoglobin (HGB)= 14,6 g/dL
Leukosit (WBC)= 8,8 Ribu/uL
Eritrosit ( RBC)= 39,8%
Hematokrit(HCT)=256 Ribu/uL
V. RESUME
Pasien datang dengan keluhan benjolan di kelopakk mata bawah sebelah kanan.
Pasien mengatakan awalnya kecil lama-kelamaan membesar dari 10 tahun yang
lalu. Pasien juga mengatakan penglihatan kabur beberapa tahun terakhir.
24. 25
VI. DIAGNOSIS/ DIAGNOSIS BANDING
OD Tumor Palpebra Inferior
VII. PENATALAKSANAAN
-Cefadroxil 2x500mg
-Natrium Diclofenak 2x50 mg
-Eo polidemisin 3x1
VIII. PROGNOSIS
Quo ad vitam : Ad Bonam
Quo ad fungtionam : Ad Bonam
25. 26
BAB III
PEMBAHASAN
Diagnosis ditegakan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan
pemeriksaan penunjang pasien ini diagnosis dengan OD Tumor palpebra inferior.
26. 27
Pada anamnesis pasien datang ke RS Undata dengan keluhan benjolan di kelopak
mata bawah sebelah kanan. Pasien mengatakan awalnya kecil lama-kelamaan
membesar sejak 10 tahun yang lalu. Pasien juga mengatakan penglihatan kabur
sejak 1 tahun terakhir disertai rasa tidak nyaman pada kelopak mata kanan bawah.
Pada pemeriksaan fisik terdapat benjolan pada kelopak mata bawah sebelah
kanan.
Gejala- gejala yang dialami pasien merupakan gejala tumor palpebra
dikarenakan tumor suatu jaringan baru (neoplasma) yang timbul dalam tubuh
akibat pengaruh berbagai faktor penyebab dan menyebabkan jaringan setempat
pada tingkat gen kehilangan kendali normal atas pertumbuhannya. Pertumbuhan
tersebut terbentuk dengan tidak memiliki tujuan dan bukan atas perintah normal
dari tubuh. Sel-sel tersebut membelah lebih cepat daripada sel normal dan tidak
pada jalur yang semestinya. Sel- sel yang membelah tersebut menumpuk dan
membentuk massa yang tidak terstruktur. Tumor palpebra benjolan massa
abnormal pada daerah sekitar kelopak mata. Tumor palpebra bisa berasal dari
kulit, jaringan ikat, jaringan kelenjar, pembuluh darah, saraf, maupun dari otot
sekitar palpebra.
Terapi atau penatalaksanaan pada kasus ini adalah pembedahan (
surgical therapy), medikamentosa( obat-obatan), penyinaran (
radioterapi/radiasi). Dan target sel terapi. Pada pasien ini dilakukan insisi tumor.
Terapi pembedahan pada kanker mata dilakukan dengan mengetahui jenis kanker
matanya terlebih dahulu. Apabila jenis kanker mata tersebut berupa kanker mata
ekstraokuler / eksternal, maka cukup dilakukan pembedahan kecil menggunakan
metode eksisi atau insisi. Medikamentosa ( obat-obatan) pada pasien ini diberikan
cefadroxil 2x 500mg, Antibiotic golongan senyawa ini bekerja secara umum
menyusup ke pasangan basa di dekat ganda DNA, kemudian memisahkan kedua
rantai DNA, serta menggangu transkripsi DNA dan produksi mRNA. Pasien juga
diberikan Salep polidemisin 3x1 dan Natrium Diklofenak 2x50 mg, Natrium
diklofenak merupakan NSAID non selektif yang digunakan sebagai antiinflamasi,
analgesik dan antipiretik.
28. 29
1. Karsinoma Sel Basal (KSB) adalah neoplasma ganas yang berasal dari
sel non keratinisasi yang berasal dari lapisan basal epidermis. serta
tidak mengakibatkan kematian.
2. Diagnosa karsinoma sel basal ditegakkan berdasarkan gambaran klinis
dan pemeriksaan histopatologis.
3. Pengobatan karsinoma sel basal bertujuan untuk kesembuhan dengan
hasil kosmetik yang baik. Prognosis karsinoma sel basal pada umumnya
baik apabila dapat ditegakkan diagnosis dini dan pengobatan segera.
.
3.2 Saran
Perlunya anamnesis yang teliti, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan
penunjang yang tepat agar dilakukan tatalaksana penyakit secara optimal.
29. 30
DAFTAR PUSTAKA
1. Soebagjo D.H Onkologi Mata. 2019. Departemen Kesehatan Mata.
Fakultas Universitas Airlangga. Penerbit Airlangga
2. Mansur P.A., Pagarra Halimah. Karakteristik Penderita Tumor Mata di
RSUP DR. Wahidin Sudirohusodo .2017. Fakultas Kedokteran Universitas
Hasanudin
3. Supit Wenny , 2021. Karsinoma Sel Basoskuamosa Palpebra
Rekuren.Medical Scope Journal Vol 2 No 2. from: https://Journal. unsrat.
ac. id
4. Khurana, AK. Comprehensive ophtalmology. Edisi ke-4. New Delhi: New
Age International (P) Ltd; 2007.
5. Ilyas, S. Ilmu penyakit mata. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Jakarta; 2014
6. Lubis, Pramono. 2019. Makalah Kedokteran Nusantara. Tumor Orbida dan
Adneksa. Vol 52, No 3.
7. Pramuningtyas, 2012. Gejala Klinis Sebagai Prediktor Pada Karsinoma Sel
Basal. Biomedika, Vol 4 No 1.
8. Miryana., dkk. 2013. Gambaran Histopatologi Karsinoma Sel Basal. Vol 40
No 3. viewed 19 November 2021.
9. Lubis. R.R. 2017. Karsinoma Sel Basal Pada Mata. Departemen Kesehatan
Mata Universita Sumatera Utara.
10. Hendaria.,dkk. 2015. Kanker Kulit.Journal. from: https://ojs.
unud.ac.id/index.php/eum/art