Dokumen tersebut membahas kriteria dasar perencanaan struktur bangunan tahan gempa, termasuk material dan jenis struktur yang sesuai, serta prosedur analisis statik dan dinamik untuk menentukan pengaruh beban gempa terhadap struktur.
Pelaksana Lapangan Pekerjaan SalPelaksana Lapangan Pekerjaan Saluran Irigasi ...AnggunSindy
Pelaksana Lapangan Pekerjaan Saluran Irigasi – Level 5
Pelaksana Lapangan Pekerjaan Saluran Irigasi – Level 5
Pelaksana Lapangan Pekerjaan Saluran Irigasi – Level 5Pelaksana Lapangan Pekerjaan Saluran Irigasi – Level 5
Pelaksana Lapangan Pekerjaan Saluran Irigasi – Level 5
BANGUNAN BERTINGKAT DIBAGI MENJADI DUA (BERDASARKAN KETINGGIAN GEDUNG DAN SPESIFIKASI DAN SYARAT-SYARAT) :
LOW RISE BUILDING (3-4 LANTAI ATAU DGN KETINGGIAN 10 m)
HIGH RISE BUILDING (LBH DARI 4 LANTAI ATAU LEBIH 10 m)
Pengertian
High rise building atau bangunan tinggi merupakan istilah yang sering digunakan merujuk kepada bangunan yang memiliki struktur menjulang tinggi atau bangunan dengan jumlah tingkat yang banyak.
Sebuah bangunan dapat disebut bangunan tinggi atau high rise building jika bangunan tersebut memiliki ketinggian 23 meter hingga 150 meter di atas tanah. Bangunan tinggi akan ideal ditinggali jika ada lift atau elevator dan tentunya didukung oleh struktur bangunan yang kuat dan tahan lama.
High rise building memiliki bentuk fisik yang langsing dan tinggi. Perbedaan antara luasan tapak dan ketinggiannya cukup signifikan. Sesuai dengan tujuan high rise building untuk menambah ruang dengan keterbatasan lahan, bangunan ini memiliki luasan tapak yang kecil yaitu 750 m2 sampai dengan 1500m 2, dengan setiap lantainya memiliki ketinggian 3,75 m.
Karakteristik
• Tinggi Bangunan
Seperti yang disebutkan diatas sebuah bangunan disebut bangunan tinggi atau high rise building apabila memiliki ketinggian setidaknya 23 meter atau 6 lantai.bangunan semacam ini sudah banyak ditemukan di kota-kota besar di indonesia.
• Luas Per Lantai
Bangunan tinggi merupakan bangunan yang hemat lahan dan biasanya memiliki luas tapak yang kecil karena titik umumnya luas pantai berkisar antara 750 m2 hingga 1500 meter persegi.
• Tipe Struktur
Sebuah bangunan tinggi harus didukung dengan struktur yang kuat menahan beban bangunan maupun momen dari ketinggiannya. Ada tiga macam struktur yaitu open frame, flat slab dan bearing wall system. Dari ketiga tipe ini tipe yang paling banyak digunakan adalah open frame karena lebih efisien dalam penggunaan material.
• Tipikal
Umumnya denah lantai bangunan tinggi memiliki bentuk yang tipikal lurus ke atas.dengan membuat lantai yang tipikal ke atas maka akan memudahkan dalam perencanaan dan pelaksanaannya terutama dari segi struktur. Biasanya ukuran lantai akan mengecil keatas untuk menekan moment akibat ketinggian bangunan.
• Keterbatasan Lahan
Bangunan tinggi merupakan salah satu solusi menghadapi masalah keterbatasan lahan. Namun dengan keterbatasan lahan ini biasanya bangunan tinggi akan menggunakan area parkir bertingkat. Dengan keterbatasan lahan maka bangunan tinggi biasanya jarang yang memiliki landscape yang baik kecuali menggunakan vertical garden atau sky garden.
• Risiko Angin Dan Gempa
Biasanya bangunan tinggi memiliki bentuk yang langsing dan tinggi. Secara fisika maka bangunan ini akan sangat dipengaruhi oleh adanya gempa maupun tekanan angin dari sekeliling bangunan. Untuk itu biasanya bangunan tinggi memiliki sistem aerodinamika yang baik serta struktur yang dapat bertahan dalam goncangan.
• Resiko Roboh
Semakin tinggi sebuah bangunan maka semakin besar pula resikonya untuk roboh. Berdasarkan hal ini maka pembangunan sebuah high rise building memerlukan perencanaan yang matang dan antisipasi berbagai kemungkinan yang dapat terjadi saat pelaksanaan konstruksi.
• Kompleksitas Tinggi
Pembangunan sebuah high rise building
TUGAS pelaksana pekerjaan jalan jenjang empat 4 .pptx -.pdf
Tugas pertemuan 5 dan 6
1. Kriteria Dasar Perencanaan Struktur Bangunan
Tahan Gempa
TUGAS PERTEMUAN 5 DAN 6
REKAYASA GEMPA
Nama : Rahmat Riyanto
NIMN : 171003222010711
2. PENDAHULUAN
Beban gempa merupakan beban yang sangat tidak dapat diperkirakan
baik besarnya, arahnya, maupun saat terjadinya. Besarnya beban
gempa yang bekerja pada struktur bangunan, tergantung dari banyak
variabel. Gaya horisontal, gaya vertikal dan momen torsi yang terjadi
akibat gempa pada struktur, sangat tergantung pada berat dan
kekakuan material struktur, konfigurasi dan sistem struktur, periode
atau waktu getar struktur, kondisi tanah dasar, wilayah kegempaan,
serta perilaku gempa itu sendiri.
3. PENDAHULUAN
Kriteria dasar perencanaan tata letak struktur bangunan di daerah
rawan gempa :
• Struktur bangunan harus mempunyai bentuk yang sederhana,
kompak dan simetris
• Struktur bangunan tidak boleh terlalu langsing, baik pada
denahnya maupunpotonganya, serta mempunyai kekakuan yang
cukup.
• Distribusi dari massa, kekakuan dan kekuatan disepanjang tinggi
bangunan diusahakan seragam dan menerus.
• Elemen-elemen vertikal dari struktur (kolom) harus dibuat lebih
kuat dari elemen- elemen horisontal dari struktur (balok), agar
sendi plastis terbentuk terlebih dahulu pada balok-balok (strong
column – weak beam).
4. Analisis Struktur
Terhadap Beban Gempa
Prosedur analisis yang paling sederhana dan yang langsung dapat digunakan
untuk menentukan pengaruh dari beban gempa terhadap struktur bangunan
adalah prosedur analisis statik. Analisis statik hanya boleh dilakukan untuk
struktur-struktur bangunan dengan bentuk yang sederhana dan beraturan atau
simetris, yang tidak menunjukkan perbandingan yang menyolok dalam
perbandingan antara berat dan kekakuan pada tingkat- tingkatnya. Prosedur
analisis statik ini hanyalah suatu cara pendekatan yang menirukan pengaruh
dinamik dari beban gempa yang sesungguhnya.
5. Analisis Struktur
Terhadap Beban Gempa
1. Pengaruh Beban Gempa Horisontal
Pengaruh beban gempa horisontal dapat
bekerja pada masing-masing arah dari
sumbu utama bangunan, atau pada
kedua arah sumbu utama dari struktur
bangunan secara bersamaan. Pengaruh
bekerjanya beban gempa secara
bersamaan pada kedua arah sumbu
utama, dapat sangat membahayakan
kekuatan struktur.
Arah bekerjanya beban gempa pada struktur bangunan
6. Analisis Struktur
Terhadap Beban Gempa
2. Pengaruh Beban Gempa Vertikal
Gerakan tanah kearah vertical ini ini dapat mengakibatkan pengaruh beban
gempa berarah vertikal yang bekerja pada struktur bangunan. Faktor Respon
Gempa vertikal Cv dapat dihitung menurut persamaan : Cv = y .Am.I,
Dimana : y = koefisien (0,5-0,8)
Am = percepatan tanah maksimum
I = faktor keutamaan struktur bangunan.
7. Analisis Struktur
Terhadap Beban Gempa
3. Pengaruh Beban Gravitasi Vertikal
Beban gravitasi vertikal pada struktur bangunan dapat terdiri dari
kombinasi antara beban mati dan beban hidup. Besarnya beban
mati dan beban hidup dapat dihitung dengan mengacu pada
standar pembebanan yang berlaku.
8. Beban Gempa
Statik Equivalen
Analisis Beban Gempa Nominal Statik Ekivalen merupakan
metode pendekatan dari sifat-sifat dinamik yang sebenarnya dari
beban gempa yang bekerja pada struktur. Struktur- struktur yang
tidak begitu mudah untuk diperkirakan perilakunya terhadap
beban gempa, struktur-struktur dengan tinggi tingkat lebih dari
40 meter, atau struktur-struktur gedung yang tidak beraturan
dengan ketinggian tingkat kurang dari 40 meter, harus dianalisis
dengan prosedur analisis dinamik.
9. Beban Gempa
Statik Equivalen
Ketahanan Gempa Untuk Struktur Rumah dan Gedung (SNI 03-1726-2002).,
besarnya Beban Gempa Nominal (V) yang bekerja pada struktur bangunan,
ditentukan menurut persamaan :
dimana : I = Faktor Keutamaan Struktur
C = Faktor Respon Gempa
Wt = Jumlah dari beban mati dan beban hidup
R = Faktor Reduksi Gempa
10. Beban Gempa
Statik Equivalen
1. Waktu Getar Struktur
Untuk keperluan analisis pendahuluan, waktu getar alami (T) dari
struktur bangunan gedung (dalam detik) dapat ditentukan
dengan rumus pendekatan atau rumus empiris sebagai berikut :
• Untuk struktur-struktur bangunan gedung yang berbentuk
portal tanpa unsur pengaku (dinding geser/ shear wall atau
bracing) yang membatasi simpangan :
T empiris = 0,085 H 0,75 ( untuk portal baja )
T empiris = 0,060 H 0,75 ( untuk portal beton )
• Untuk struktur-struktur bangunan gedung lainnya :
T empiris = 0,009 H/( B ) 0,5
11. Beban Gempa
Statik Equivalen
2. Pembagian Beban Gempa Pada Struktur
Beban Gempa Nominal Statik Ekuivalen (V) akibat gempa harus
didistribusikan di sepanjang tinggi tingkat gedung menjadi beban-beban
horisontal terpusat (Fi), rumus :
dimana Wi adalah berat lantai tingkat ke-i, termasuk beban hidup yang
sesuai, hi adalah ketinggian lantai tingkat ke-i diukur dari taraf penjepitan
lateral, dan sedangkan n adalah nomor lantai tingkat paling atas.
12. Prosedur Analisis Dinamik
Analisis dinamik perlu dilakukan pada struktur-struktur bangunan
gedung dengan karakteristik sebagai berikut :
• Gedung-gedung dengan konfigurasi struktur sangat tidak
beraturan
• Gedung-gedung dengan loncatan-loncatan bidang muka yang
besar
• Gedung-gedung dengan kekakuan tingkat yang tidak merata
• Gedung-gedung yang tingginya lebih dari 40 meter
13. Pemilihan Cara Analisis
Untuk keperluan analisis perencanaan gempa dari struktur
bangunan yang berukuran sedang atau menengah, dapat
dilakukan prosedur analisis statik dengan metode Analisis Beban
Gempa Nominal Statik Ekuivalen. Untuk struktur bangunan yang
besar dan cukup penting, analisis perencanaan terhadap
pengaruh gempa tidak cukup hanya dilakukan dengan analisis
statik saja, tetapi harus menggunakan prosedur analisis dinamik
untuk mendapatkan hasil yang lebih akurat.
14. Kriteria Dasar Perencanaan
Yang perlu diperhatikan oleh seorang perencana struktur di
dalam merancang struktur tahan gempa adalah bahwa, bentuk
atau konfigurasi struktur akan berpengaruh terhadap respons
statik maupun respons dinamik dari struktur, di dalam menerima
beban gempa.
15. Kriteria Dasar Perencanaan
1. Material Struktur
• Perbandingan antara kekuatan dan berat dari material struktur, harus
cukup besar.
• Material struktur harus mempunyai kemampuan untuk berdeformasi
(bersifat daktail).
• Sifat degradasi kekuatan dan degradasi kekakuan dari material struktur,
harus cukup rendah.
• Keseragaman Kekuatan dan Kekakuan
• Harga yang ekonomis.
16. Kriteria Dasar Perencanaan
2. Jenis Struktur
• Struktur Baja (Steel Structure)
• Struktur Komposit (Composite Structure)
• Struktur Kayu (Wooden Structure)
• Struktur Beton Bertulang (Reinforced Concrete Structure)
• Struktur Beton Pracetak (Precast Concrete Structure)
• Struktur Beton Prategang (Prestress Concrete Structure)
• Struktur Pasangan Bata (Mansory Structure)