SlideShare a Scribd company logo
KATA PENGANTAR 
Berawal dari hati, ingin kami ucapkan semua rasa syukur ini kepada Allah SWT yang 
telah melimpahkan rahmat, hidayah, serta pertolongannya kepada kami melalui orang-orang 
pilihan-Nya, sehingga Makalah ini dapat selesai tepat waktu. Shalawat serta salam tetap 
tercurah kepada junjungan Nabi besar Muhammad SAW yang telah mengingatkan kami 
tentang arti kesabaran, kerja keras, dan perjuangan dalam menjalani kehidupan. 
Penulisan Makalah ini melalui perjalanan yang tidak mudah. Cukup melelahkan dan 
banyak cobaan. Tapi insya Allah semua itu memberi arti tersendiri untuk kami. Semua itu tak 
lepas dari teman, sahabat, dan para pengajar. Disini pula kami ingin mengucapkan 
terimakasih kepada: 
1. Bapak 
2. Anggota kelompok kami yang senantiasa membantu demi kelancaran Makalah ini 
3. Orang tua kami tercinta yang selalu mendukung kami dari segala arah 
4. Semua teman dan sahabat yang tidak mungkin kami sebutkan satu persatu. 
Penulis telah berupaya untuk menyelesaikan Makalah dengan baik dan sesempurna 
mungkin, akan tetapi tentunya masih ada kekurangan yang perlu diperbaiki. Maka dari itu, 
penulis mengharap kritik dan saran dari pembaca. 
Surabaya, 21 September 2014
DAFTAR ISI
BAB I 
PENDAHULUAN 
Seorang muslim yang paripurna adalah nalar dan hatinya bersinar, pandangan akal 
dan hatinya tajam, akal pikir dan nuraninya berpadu dalam berinteraksi dengan Allah dan 
manusia, sehingga sulit diterka mana lebih dulu berperan kejujuran jiwanya atau kebenaran 
akalnya. Sifat kesempurnaan ini merupakan karakter Islam, yaitu agama yang membangun 
kemurnian aqidah atas dasar kejernihan akal dan membentuk pola pikir teologis yang 
menyerupai bidang-bidang ilmu eksakta, karena dalam segi aqidah, Islam hanya menerima 
hal-hal yang menurut ukuran akal sehat dapat diterima sebagai ajaran aqidah yang benar dan 
lurus. 
Konsep ketuhanan dalam Islam mulai muncul setelah wafat-Nya Rasulullah 
Muhammad SAW. Karena muncul beberapa aliran yang sifatnya tradisional dan modern. 
Sering sekali terjadi pendapat dan tafsiran terhadap Al-quran dan Hadits. Ada yang melihat 
secara tekstual dan ada yang melihat secara kontekstual. 
Dalam Islam, konsep ketuhanan merupakan hal utama dan paling awal yang harus 
diperbaiki, karena itu merupakan pondasi yang menopang kehidupan ke-Islamannya nanti. 
Pondasi itu harus benar-benar kuat dan kokoh karena kalau tidak, itu akan mengurangi 
hakekat ke-Islaman seorang manusia. 
Pembuktian wujud tuhan seorang Islam atau pembuktian wujud Allah sangatlah susah 
karena tidak ada yang pernah dan bisa melihat Allah, tapi hal yang harus kita ketahui bahwa 
manusia tidak mungkin bisa ada tanpa pencipta, dunia dan alam ini tidak mungkin bisa ada 
tanpa pencipta. Tidak mungkin semua hal itu bisa ada tanpa adanya sang pencipta. Dan 
penciptanya itu adalah Allah. Manusia, hewan, dan alam ini adalah akibat, sedangkan 
sebabnya adalah Allah SWT. 
Keimanan seseorang tumbuh dari lingkungan, seorang anak yang lahir dari keluarga 
yang bagus ibadahnya kemungkinan besar ibadahnya juga bagus, keimanan akan tumbuh 
dengan baik ketika kita pelihara, harus ada pembiasaan dalam melakukan ibadah. 
Beriman kepada Allah tidak hanya sekedar mengucapkan tapi harus dikuatkan dalam 
hati dan dibuktikan lewat perbuatan. Perbuatan yang dimaksud adalah perbuatan yang sesuai 
dengan ajaran Agama Islam. 
Aspek keimanan yang akan dikaji dalam tulisan ini adalah aspek kejiwaan dan nilai. 
Aspek ini belum mendapat perhatian seperti perhatian terhadap aspek lainnya. Kecintaan 
kepada Allah, ikhlas beramal hanya karena Allah, serta mengabdikan diri dan tawakal 
sepenuhnya kepada-Nya, merupakan nilai keutamaan yang perlu diperhatikan dan 
diutamakan dalam menyempurnakan cabang-cabang keimanan. 
Sesungguhnya amalah lahiriah berupa ibadah mahdhah dan muamalah tidak akan 
mencapai kesempurnaan, kecuali jika didasari dan diramu dengan nilai keutamaan tersebut.
Sebab nilai-nilai tersebut senantiasa mengalir dalam hati dan tertuang dalam setiap gerak 
serta perilaku keseharian. 
Pendidikan modern telah mempengaruhi peserta didik dari berbagai arah dan 
pengaruhnya telah sedemikian rupa merasuki jiwa generasi penerus. Jika tidak pandai 
membina jiwa generasi mendatang, dengan menanamkan nilai-nilai keimanan dalam nalar, 
pikir, dan akal budi mereka, maka mereka tidak akan selamat dari pengaruh negatif 
pendidikan modern. Mungkin mereka merasa ada yang kurang dalam sisi spiritualitasnya dan 
berusaha menyempurnakan dari sumber-sumber lain. Bila ini terjadi, maka perlu segera 
diambil tindakan, agar pintu spiritualitas yang terbuka tidak diisi oleh ajaran lain yang bukan 
berasal dari ajaran spiritualitas Islam. 
Pilar akal dan rasionalitas dalam akidah Islam tercermin dalam aturan muamalat dan 
dalam memberikan solusi serta terapi bagi persoalan yang dihadapi. Selain itu, Islam adalah 
agama ibadah. Ajaran tentang ibadah didasarkan atas kesucian hati yang dipenuhi dengan 
keikhlasan, cinta, serta dibersihkan dari dorongan hawa nafsu, egoisme, dan sikap ingin 
menang sendiri. Agama seseorang tidak sempurna, jika kehangatan spiritualitas yang dimiliki 
tidak disertai dengan pengalaman ilmiah dan ketajaman nalar. Pentingnya akal bagi iman 
ibarat pentingnya mata bagi orang yang sedang berjalan. 
Topik ini berisi pembahasan tentang masalah keimanan dan pengkajian kembali 
dalam masalah tersebut. Sebagian aspek keimanan mendapat perhatian dan pengkajian yang 
begitu intensif, sehingga mudah didapat di tengah masyarakat. Aspek yang akan dikaji dalam 
tulisan ini adalah aspek kejiwaan dan nilai. Aspek ini belum mendapat perhatian seperti 
perhatian terhadap aspek lainnya. Kecintaan kepada Allah, ikhlas beramal hanya karena 
Allah, serta mengabdikan diri dan tawakal sepenuhnya kepada-Nya, merupakan nilai 
keutamaan yang perlu diperhatikan dan harus diutamakan dalam menyempurnakan cabang-cabang 
keimanan. 
Dalam sejarah peradaban Yunani, tercatat bahwa pengkajian dan kontemplasi tentang 
eksistensi Tuhan menempati tempat yang khusus dalam bidang pemikiran filsafat. Contoh 
yang paling nyata dari usaha kajian filosofis tentang eksistensi Tuhan dapat dilihat bagaimana 
filosof Aristoteles menggunakan gerak-gerak yang nampak di alam dalam membuktikan 
adanya penggerak yang tak terlihat. 
Tradisi argumentasi filosofis tentang eksistensi Tuhan, sifat dan perbuatan-Nya ini 
kemudian secara berangsur-angsur masuk dan berpengaruh ke dalam dunia keimanan Islam. 
Tapi tradisi ini, mewujudkan semangat baru di bawah pengaruh doktrin-doktrin suci Islam 
dan kemudian secara spektakuler melahirkan filosof-filosof seperti Al-Farabi dan Ibnu Sina, 
dan secara riil, tradisi ini juga mempengaruhi warna pemikiran teologi dan tasawuf dalam 
penafsiran Islam. 
Perkara tentang Tuhan secara mendasar merupakan subyek permasalahan filsafat. 
Ketika kita membahas tentang hakikat alam, maka sesungguhnya kita pun membahas tentang 
eksistensi Tuhan. Secara hakiki, wujud Tuhan tak terpisahkan dari eksistensi alam, begitu 
pula sebaliknya, wujud alam mustahil terpisah dari keberadaan Tuhan. Filsafat tidak
mengkaji suatu realitas yang dibatasi oleh ruang dan waktu atau salah satu faktor dari ribuan 
faktor yang berpengaruh atas alam. Pencarian tentang Tuhan dalam koridor filsafat bukan 
seperti penelitian terhadap satu fenomena khusus yang dipengaruhi oleh faktor tertentu. 
Tuhan yang hakiki adalah Tuhan yang disampaikan oleh para Nabi dan Rasul yakni, 
Tuhan hakiki itu bukan di langit dan di bumi, bukan di atas langit, bukan di alam, tetapi Dia 
meliputi semua tempat dan segala realitas wujud. 
Dalam Al-qur’an, kata tuhan disebut dengan kata “ilah” dipakai untuk menyatakan 
berbagai objek yang dibesarkan atau dipentingkan oleh manusia. 
Menurut Al-qur’an, Tuhan (ilah) diartikan sesuatu yang sangat dipentingkan oleh 
manusia sedemikian rupa, sehingga manusia merelakan dirinya untuk dikuasai olehnya. 
Dipentingkan secara luas berarti : 
1. Dipuja 
2. Dicintai 
3. Diharapkan dapat memberikan kemaslahatan atau kegembiraan 
4. Ditakuti akan mendatangkan bahaya atau kerugian 
Istilah Tuhan dalam sebutan Al-Quran digunakan kata ilaahun, yaitu setiap yang menjadi 
penggerak atau motivator, sehingga dikagumi dan dipatuhi oleh manusia. Orang yang 
mematuhinya di sebut abdun (hamba). Kata ilaah (Tuhan) di dalam Al-Quran konotasinya 
ada dua kemungkinan, yaitu Allah, dan selain Allah. Subjektif (hawa nafsu) dapat menjadi 
ilah (Tuhan). Benda-benda seperti : patung, pohon, binatang, dan lain-lain dapat pula 
berperan sebagai ilah. Sebelum turun Al-Quran di kalangan masyarakat, Arab telah menganut 
konsep tauhid (monoteisme). Allah sebagai Tuhan mereka. Hal ini diketahui dari ungkapan-ungkapan 
yang mereka cetuskan, baik dalam doa maupun acara-acara ritual. Abu Thalib, 
ketika memberikan khutbah nikah Nabi Muhammad dengan Khadijah (sekitar 15 tahun 
sebelum turunya Al-Quran), ia mengungkapkan kata-kata Alhamdulillah. Adanya nama 
Abdullah (hamba Allah) telah lazim dipakai di kalangan masyarakat Arab sebelum turunnya 
Al-Quran. Keyakinan akan adanya Allah, kemahabesaran Allah, kekuasaan Allah dan lain-lain, 
telah terbukti. Dari kenyataan tersebut timbul pertanyaan, Apakah konsep ketuhanan 
yang dibawakan Nabi Muhammad? Pertanyaan ini muncul karena Nabi Muhammad dalam 
mendakwahkan konsep ilahiyah mendapat tantangan keras dari kalangan masyarakat. Jika 
konsep ketuhanan yang dibawa Muhammad sama dengan konsep ketuhanan yang mereka 
yakini tentu tidak demikian kejadiannya. 
Konsep Tuhan merupakan konsep yang mendasar bagi setiap agama yang ada. Dari 
konsep Tuhan tersebut, lahirlah konsep-konsep Islamic worldview yang lain, seperti : konsep 
tentang wahyu, konsep kenabian, konsep alam, konsep manusia, konsep kehidupan, konsep 
penciptaan, konsep ilmu, dan konsep-konsep yang lainnya. Dikarenakan begitu sentralnya 
konsep Tuhan tersebut, maka perbincangan mengenai agama apapun, tidak akan terlepas dari 
pemahaman konsep Tuhan.
Konsep Tuhan dalam Islam, bersifat unik dan final, yang tidak sama dengan konsep 
Tuhan dalam agama-agama lain, seperti : Kristen, Yahudi, Hindu, Budha, dan Konghucu. 
Berbeda juga dengan konsep Tuhan dalam tradisi filsafat Yunani maupun dengan tradisi 
mistik Timur dan Barat. Sebagaimana yang telah djelaskan Al-Attas bahwa: 
“The nature of God Understood in Islam is not the same as the conceptions of God 
Understood in the various religious traditions of the world; nor is it the same as the 
conceptions of God understood in greek and Hellenistic philosophical tradition; nor as the 
conceptionsvof God understood in Western philosophical or scientific tradition; nor in that of 
Occidental and Oriental mystical traditions”. 
Konsep Tuhan dalam Islam otentik dan final, berdasarkan atas wahyu Al-Qur’an yang 
juga bersifat otentik dan final, lafdhan wa ma’nan dari Allah, Shalih fi kulli zaman wa 
makan, dan tidak ada keraguan di dalamnya. Prof. Al-Attas menjelaskan “The nature of God 
as revealed in Islam is Derived from Revelation”. 
Konsep Tuhan dalam Islam bersifat “haq”. Bukan Tuhan hasil personifikasi, 
sebagaimana agama lain melakukannya sebagai penyelamat, penebus dosa, Bapa, anak, ruh 
qudus dan sebagainya. Dan bukan juga seperti Tuhan dalam konsepsi Aristotle, yaitu Tuhan 
filsafat, yang sering diistilahkan dengan penggerak yang tidak bergerak, Tuhan yang ada 
dalam pikiran manusia. Yang berarti bahwa ketika manusia tidak berfikir Tuhan, maka Tuhan 
itu tidak ada. Tuhan adalah Dzat yang transenden dan mutlak, yang sama sekali berbeda 
dengan makhluknya. Maka tidak tepat manusia, sebagai ciptaan, menciptakan dari pemikiran 
mereka sendiri mengenai personifikasi ataupun atribusi kepada Dzat Pencipta. 
Konsep Tuhan dalam Islam telah memperlihatkan kemurnian dan kejelasan dengan 
konsep Tuhan dalam agama lain (Kristen, Yahudi, Budha, Hindu, dsb) maupun dengan 
konsep Tuhan dalam pandangan penggagas pluralisme agama. Baik agama lain maupun 
kaum pluralis, sama-sama menghadapi problem teologis. Kalangan non muslim membangun 
konsep Tuhan di atas landasan yang rapuh, sedangkan kalangan pluralis membangun 
doktrinnya di atas keraguan-raguan (skeptis) dengan meragukan kebenaran yang seharusnya 
diyakini. Dalam tulisan ini, penulis membatasi pembahasan pada konsep Tuhan dua agama 
semitik (Kristen dan Islam) dan Tuhan dalam pandangan Pluralisme agama. 
Konsep Tuhan dalam Islam dirumuskan dalam Al-Qur’an yang tergambar dalam 
syahadat tauhid “Laa ilaaha illallah, Muhammadur Rasulullah” (tiada Tuhan selain Allah, dan 
Muhammad adalah utusan Allah). Seseorang yang bertauhid, akan mengikrarkan dan 
meyakini, bahwa satu-satunya Tuhan yang berhak untuk disembah dan ditaati adalah Allah. 
Bukan Tuhan yang lain. Kemudian ia juga harus menyatakan bahwa Muhammad sebagai 
utusan Allah yang membawa risalah untuk mengenalkan Allah kepada hambanya. Tauhid 
disini dinamakan tauhidullah, yakni pengenalan dan pengakuan akan Allah Yang Maha Esa 
sebagai satu-satunya Tuhan. 
Konsep Laa ilaaha illallah, banyak ditemukan dalam Al-Qur’an, diantaranya, dalam 
Surah Muhammad, Allah telah menyatakan “ketahuilah bahwa tiada tuhan selain 
Allah”. Dalam Surah Thaha, Allah berfirman, “ Aku memilihmu, maka perhatikan apa yang
akan diwahyukan kepadamu. Sesunggunya Aku ini adalah Allah, tiada Tuhan selain-Ku. 
Karena itu, sembahlah Aku dan dirikanlah Shalat untuk mengingat-Ku”. Ayat ini merupakan 
wahyu yang diturunkan kepada Nabi Musa a.s. Kemudian juga dalam Surah Al-Isra’, Allah 
berfirman, “Tidak ada Tuhan selain Dia”. Dari beberapa ayat tersebut, nampak jelas bahwa 
Tuhan dalam Islam adalah Allah. 
Selain terdapat dalam Al-Qur’an, konsep Laa ilaaha illallah juga terdapat dalam 
beberapa hadits. Diantaranya, dari ‘Abd Allah ibn Abi Qotadah dari ayahnya, bahwa 
Rasulullah saw. bersabda, “Siapa yang mengucap, ‘Aku bersaksi tiada Tuhan selain Allah, 
dan bersaksi bahwa Muhammad utusan Allah’, dengan lisannya, dan dengan ini kalbunya 
tentram, niscaya ia diharamkan menghuni neraka”. Riwayat lain, dari Mu’ad ibn Jabal 
meriwayatkan dari Rasulullah saw. bahwa beliau bersabda, “Siapa yang akhir 
perkataannya Laa Ilaaha Illallah lalu meninggal Dunia, niscaya ia masuk surga.
BAB II 
PERMASALAHAN 
Beberapa masalah yang akan dibahas pada Makalah ini antara lain : 
2.1 Siapakah Tuhan itu? 
2.2 Bagaimana Sejarah Pemikiran Manusia tentang Konsep Ketuhanan? 
2.3 Siapakah Tuhan menurut Pandangan Islam? 
2.4 Bagaimana Pembuktian Wujud Tuhan? 
2.5 Apa Pengertian Iman dan Taqwa kepada Tuhan? 
2.6 Bagaimana Tanda-tanda Orang Beriman serta Bertaqwa kepada Tuhan?
BAB III 
PEMBAHASAN 
3.1 Pengertian Tuhan 
Secara umum, Tuhan sering disebut-sebut dengan nama Sang Pencipta. Penggunaan 
Logika yang benar dapat mengantar manusia mengenal pencipta-Nya, yaitu dengan 
merenungi ciptaan-Nya serta tanda-tanda kekuasaan-Nya. Hal ini akan lebih lengkap jika 
dibarengi dengan qalbu yang tidak pernah membohongi pemilik-Nya. Kedua anugerah sangat 
berharga dari Sang Pencipta tersebut dilengkapi dengan panduan yang sesuai dengan tingkat 
kedewasaan dan kemampuan berfikir (logika) umat manusia. Itulah makanya penjelasan 
dalam kitab suci samawi selalu bertambah, dari yang paling awal hingga yang paling terakhir. 
Ibarat sebuah software, maka setiap edisi akan lebih baik dari edisi sebelumnya 
hingga sampai pada edisi yang sempurna. Namun demikian, pesan utamanya selalu sama 
walau umat yang menerima petunjuk tersebut tidak mau atau memang tidak memahami pesan 
dari kitab suci tersebut. Pesan tauhid selalu diletakkan dalam urutan nomor satu di dalam 
semua kitab samawi, mulai dari Shuhuf Ibrahim, Taurat, Zabur (Mazmur), Injil hingga Al- 
Qur'an. Sekuat apapun manusia mencoba menutupi kebenaran dan membelokkan ajaran 
tersebut, sunnatullah akan berkata lain. Kebenaran itu akan terkuak sekalipun masih ada saja 
manusia yang tetap tidak mau menerimanya. 
Sebagai contoh, Ajaran Ibrahim Alaihi Sallam (2000-1900 SM) hingga Musa Alaihi 
Sallam (1400 SM) yang sempat punah, ditulis kembali Oleh Ezra atau Uzair pada 536-456 
SM yang masuk ke dalam Perjanjian Lama sebagai "The book of Ezra." Ajaran Ezra yang 
dibelokkan oleh Bani Israel, diperbarui dan digenapi oleh Injil yang diturunkan kepada Isa 
Alaihi Sallam (Abad Pertama Masehi). 
Saat ajaran Injil dibelokkan lagi, Al-Qur'an diturunkan kepada Muhammad 
Salallahu'alaihi Wasallam dan tidak pernah berubah hingga akhir zaman. Namun, ketika 
pelurusan Al-Qur'an tidak diterima oleh para ahli kitab (mereka yang mengimani kitab-kitab 
Taurat, Zabur, dan Injil), Allah memperingatkan ahli kitab dengan dua peristiwa besar, yaitu 
penemuan Naskah Laut Mati yang lebih banyak menyinggung kitab Perjanjian lama (Taurat) 
serta kajian sarjana Bible yang objektif dalam meluruskan ajaran Injil (Gospel, Perjanjian 
Baru). 
Umat Yahudi yang suka sekali bermain-main dengan sejarah untuk kepentingan 
semangat nasionalisme mereka, diberi peringatan dengan penemuan Naskah Qumran, dan 
umat Kristen yang suka melawan rasionalisme diberi peringatan dengan berbagai kajian 
objektif dan rasional tentang keyakinan mereka dengan pertanyaan, Masihkan mereka belum 
percaya juga? Jika umat muslim pun ikut-ikutan meninggalkan Al-Qur'an, maka entah 
peringatan apa yang akan mereka terima dari Allah. 
Upaya membelokkan peng-ESA-an Allah menjadi paham Trinitas dalam tradisi 
Gereja, sebenarnya sangat bertentangan dengan kitab suci yang menjadi panduan gereja itu 
sendiri. Namun keyakinan semu yang sudah mengendap lebih dari ± 20 abad lamanya ini
agaknya menjadi penghalang paling besar bagi mereka untuk menghargai nalar dan akal di 
samping dogma, yang seharusnya sangat dapat diunggulkan. 
Bible memuat penyataan tegas dari Tuhan seperti: "Dengan siapa hendak kamu 
samakan Aku, seakan-akan Aku seperti dia? Firman Yang Mahakudus." (Yesaya 40: 25). 
Sama tegasnya dengan pernyataan Al-Qur'an: "Tidak ada satupun yang menyerupai-Nya." 
(QS. As-Syura [42]:11). Menunjuk pernyataan tegas dalam Bible di atas, maka sebenarnya 
ajaran tentang pribadi dan roh, hanyalah bualan semata. Tapi karena kepercayaan berkata 
lain, sebagian kelompok Kristen tidak menerima ayat ini, karena ayat ini terdapat di dalam 
kitab perjanjian lama yang mereka tolak, walaupun pada sisi lain para penolak perjanjian 
lama menggunakan beberapa ayatnya untuk melegalisir beberapa kepercayaannya 
berdasarkan Perjanjian Baru. 
Al-Qur'an juga menyinggung soal firman (kalam), namun dalam pengertian yang 
sangat berbeda dibandingkan dengan pemahaman gereja yang acapkali menggunakan ayat-ayat 
Al-Qur'an untuk mendukung pemahaman ketuhanan Yesus. Padahal ayat ini justru 
meluruskan pemahaman tentang firman. "(Ingatlah) ketika malaikat berkata: Wahai Maryam, 
sesungguhnya Allah memberi kabar gembira kepada engkau dengan kalimat dari pada-Nya, 
namanya Almasih "Isa anak Maryam, yang mempunyai kebesaran di dunia dan akhirat dan 
termasuk orang-orang yang dekat kepada Allah." (QS. Ali Imran[3]: 45). Kalimat yang 
dimaksud adalah seperti yang dijelaskan oleh Allah dalam surat yang sama pada ayat 
berikutnya yaitu: "Maryam berkata: Wahai Tuhanku, betapa mungkin aku mempunyai anak, 
padahal aku belurn pernah disentuh oleh seorang laki-lakipun. Allah berfirman: 
"Demikianlah Allah menciptakan apa yang dikendaki-Nya. Apabila Allah berkehendak 
menetapkan sesuatu, maka Allah hanya cukup berkata kepadanya: "Jadilah", lalu 
jadilah." (QS. Ali Imran[3]: 47). Dengan pengertian bahwa firman adalah perkataan Allah 
untuk mewujudkan kehendak-Nya, maka kata "milik" atau "dari" tidak boleh dihilangkan. 
Sebab ini sekaligus merupakan jawaban atas ketidakmampuan manusia untuk menalar adanya 
seorang manusia yang lahir tanpa pertemuan antara ovum dan sperma. Bahwa jika Allah 
berkehendak maka cukup berfirman "Kun" maka "jadilah" apa pun yang dikehendaki-Nya, 
termasuk penciptaan Adam atau Yesus. Hal ini tidak dapat dipungkiri baik oleh umat Kristen 
atau Muslim sebab baik menurut Alkitab maupun Al-Qur'an memang keduanya 
dijelaskan menjadi wujud melalui proses yang berbeda dari manusia pada umumnya. 
3.2 Sejarah Pemikiran Manusia tentang Konsep Ketuhanan 
3.2.1 Pemikiran Barat 
Yang dimaksud konsep Ketuhanan menurut pemikiran manusia adalah konsep yang 
didasarkan atas hasil pemikiran baik melalui pengalaman lahiriah maupun batiniah, baik yang 
bersifat penelitian rasional maupun pengalaman batin. Dalam literatur sejarah agama, dikenal 
teori evolusionisme, yaitu teori yang menyatakan adanya proses dari kepercayaan yang amat 
sederhana, lama-kelamaan meningkat menjadi sempurna. Teori tersebut mula-mula 
dikemukakan oleh Max Muller, kemudian dikemukakan oleh EB Taylor, Robertson Smith,
Lubbock, dan Jevens. Proses perkembangan pemikiran tentang Tuhan menurut teori 
evolusionisme adalah sebagai berikut: 
a. Dinamisme 
Menurut paham ini, manusia sejak zaman primitif telah mengakui adanya 
kekuatan yang berpengaruh dalam kehidupan. Mula-mula sesuatu yang berpengaruh 
tersebut ditujukan pada benda. Setiap benda mempunyai pengaruh pada manusia, ada 
yang berpengaruh positif dan ada pula yang berpengaruh negatif. Kekuatan yang ada 
pada benda disebut dengan nama yang berbeda-beda, seperti mana 
(Melanesia), tuah (Melayu), dan syakti (India). Mana adalah kekuatan gaib yang tidak 
dapat dilihat atau diindera dengan panca indera. Oleh karena itu, dianggap sebagai 
sesuatu yang misterius. Meskipun mana tidak dapat diindera, tetapi ia dapat dirasakan 
pengaruhnya. 
b. Animisme 
Di samping kepercayaan dinamisme, masyarakat primitif juga mempercayai 
adanya peran roh dalam hidupnya. Setiap benda yang dianggap benda baik, 
mempunyai roh. Oleh masyarakat primitif, roh dipercayai sebagai sesuatu yang aktif 
sekalipun bendanya telah mati. Oleh karena itu, roh dianggap sebagai sesuatu yang 
selalu hidup, mempunyai rasa senang, rasa tidak senang, serta mempunyai kebutuhan-kebutuhan. 
Roh akan senang apabila kebutuhannya dipenuhi. Menurut kepercayaan 
ini, agar manusia tidak terkena efek negatif dari roh-roh tersebut, manusia harus 
menyediakan kebutuhan roh. Saji-sajian yang sesuai dengan advis dukun adalah salah 
satu usaha untuk memenuhi kebutuhan roh. 
c. Politeisme 
Kepercayaan dinamisme dan animisme lama-lama tidak memberikan 
kepuasan, karena terlalu banyak yang menjadi sanjungan dan pujaan. Roh yang lebih 
dari yang lain kemudian disebut dewa. Dewa mempunyai tugas dan kekuasaan 
tertentu sesuai dengan bidangnya. Ada Dewa yang bertanggung jawab terhadap 
cahaya, ada yang membidangi masalah air, ada yang membidangi angin dan lain 
sebagainya. 
d. Henoteisme 
Politeisme tidak memberikan kepuasan terutama terhadap kaum cendekiawan. 
Oleh karena itu dari dewa-dewa yang diakui diadakan seleksi, karena tidak mungkin 
mempunyai kekuatan yang sama. Lama-kelamaan kepercayaan manusia meningkat 
menjadi lebih definitif (tertentu). Satu bangsa hanya mengakui satu dewa yang disebut 
dengan Tuhan, namun manusia masih mengakui Tuhan (Ilah) bangsa lain. 
Kepercayaan satu Tuhan untuk satu bangsa disebut dengan henoteisme (Tuhan tingkat 
Nasional).
e. Monoteisme 
Kepercayaan dalam bentuk henoteisme melangkah menjadi monoteisme. 
Dalam monoteisme hanya mengakui satu Tuhan untuk seluruh bangsa dan bersifat 
internasional. Bentuk monoteisme ditinjau dari filsafat Ketuhanan terbagi dalam tiga 
paham yaitu: deisme, panteisme, dan teisme. 
Evolusionisme dalam kepercayaan terhadap Tuhan sebagaimana dinyatakan oleh Max 
Muller dan EB. Taylor (1877), ditentang oleh Andrew Lang (1898) yang menekankan adanya 
monoteisme dalam masyarakat primitif. Dia mengemukakan bahwa orang-orang yang 
berbudaya rendah juga sama monoteismenya dengan orang-orang Kristen. Mereka 
mempunyai kepercayaan pada wujud yang Agung dan sifat-sifat yang khas terhadap Tuhan 
mereka, yang tidak mereka berikan kepada wujud yang lain. Dengan lahirnya pendapat 
Andrew Lang, maka berangsur-angsur golongan evolusionisme menjadi reda dan sebaliknya, 
sarjana-sarjana agama terutama di Eropa Barat mulai menantang evolusionisme dan 
memperkenalkan teori baru untuk memahami sejarah agama. Mereka menyatakan bahwa ide 
tentang Tuhan tidak datang secara evolusi, tetapi dengan relevansi atau wahyu. Kesimpulan 
tersebut diambil berdasarkan pada penyelidikan bermacam-macam kepercayaan yang dimiliki 
oleh kebanyakan masyarakat primitif. Dalam penyelidikan didapatkan bukti-bukti bahwa 
asal-usul kepercayaan masyarakat primitif adalah monoteisme dan monoteisme adalah 
berasal dari ajaran wahyu Tuhan. (Zaglul Yusuf, 1993: 26-37). 
3.2.2 Pemikiran Umat Islam 
Di kalangan umat Islam terdapat polemik dalam masalah ketuhanan. Satu kelompok 
berpegang teguh dengan Jabariah, yaitu faham yang mengatakan bahwa Tuhan mempunyai 
kekuatan mutlak yang menjadi penentu segalanya. Di lain pihak ada yang berpegang pada 
doktrin Qodariah, yaitu faham yang mengatakan bahwa manusia lah yang menentukan 
nasibnya. Polemik dalam masalah ketuhanan di kalangan umat Islam pernah menimbulkan 
suatu dis-integrasi (perpecahan) umat Islam, yang cukup menyedihkan. Peristiwa al-mihnah 
yaitu pembantaian terhadap para tokoh Jabariah oleh penguasa Qadariah pada zaman khalifah 
al-Makmun (Dinasti Abbasiah). Munculnya faham Jabariah dan Qadariah berkaitan erat 
dengan masalah politik umat Islam setelah Rasulullah Muhammad meninggal. Sebagai 
kepala pemerintahaan, Abu Bakar Siddiq secara aklamasi formal diangkat sebagai pelanjut 
Rasulullah. Berikutnya digantikan oleh Umar Ibnu Al-Khattab, Usman dan Ali. 
Embrio ketegangan politik sebenarnya sudah ada sejak khalifah Abu Bakar, yaitu 
persaingan segitiga antara sekompok orang Anshar (pribumi Madinah), sekelompok orang 
Muhajirin yang fanatik dengan garis keturunan Abdul Muthalib (fanatisme Ali), dan 
kelompok mayoritas yang mendukung kepemimpinan Abu Bakar. Pada periode 
kepemimpinan Abu Bakar dan Umar, gejolak politik tidak muncul, karena sikap khalifah 
yang tegas, sehingga kelompok oposisi tidak diberikan kesempatan melakukan gerakannya. 
Ketika khalifah dipegang oleh Usman Ibn Affan (khalifah ke 3), ketegangan politik 
menjadi terbuka. Sistem nepotisme yang diterapkan oleh penguasa (wazir) pada masa 
khalifah Usman menjadi penyebab adanya reaksi negatif dari kalangan warga Abdul
Muthalib. Akibatnya terjadi ketegangan, yang menyebabkan Usman sebagai khalifah 
terbunuh. Ketegangan semakin bergejolak pada khalifah berikutnya, yaitu Ali Ibn Abi Thalib. 
Dendam yang dikumandangkan dalam bentuk slogan bahwa darah harus dibalas dengan 
darah, menjadi motto bagi kalangan oposisi di bawah kepemimpinan Muawiyah bin Abi 
Sufyan. Pertempuran antara dua kubu tidak terhindarkan. Untuk menghindari perpecahan, 
antara dua kubu yang berselisih mengadakan perjanjian damai. Nampaknya bagi kelompok 
Muawiyah, perjanjian damai hanyalah merupakan strategi untuk memenangkan pertempuran. 
Amru bin Ash sebagai diplomat Muawiyah mengungkapkan penilaian sepihak. Pihak Ali 
yang paling bersalah, sementara pihaknya tidak bersalah. Akibat perjanjian itu pihak Ali 
(sebagai penguasa resmi) tersudut. Setelah dirasakan oleh pihak Ali bahwa perjanjian itu 
merugikan pihaknya, di kalangan pendukung Ali terbelah menjadi dua kelompok, yaitu : 
kelompok yang tetap setia kepada Ali, dan kelompok yang menyatakan keluar, namun tidak 
mau bergabung dengan Muawiyah. Kelompok pertama disebut dengan kelompok Syiah, dan 
kelompok kedua disebut dengan Khawarij. Dengan demikian umat Islam terpecah menjadi 
tiga kelompok politik, yaitu: 1) Kelompok Muawiyah (Sunni), 2) Kelompok Syiah, dan 3) 
Kelompok Khawarij. 
Untuk memenangkan kelompok dalam menghadapi oposisinya, mereka tidak segan-segan 
menggunakan konsep asasi. Kelompok yang satu sampai mengkafirkan kelompok 
lainnya. Menurut Khawarij, semua pihak yang terlibat perjanjian damai baik pihak Muawiyah 
maupun pihak Ali dinyatakan kafir. Pihak Muawiyah dikatakan kafir karena menentang 
pemerintah, sedangkan pihak Ali dikatakan kafir karena tidak bersikap tegas terhadap para 
pemberontak, berarti tidak menetapkan hukum berdasarkan ketentuan Allah. Mereka 
mengkafirkan Ali dan para pendukungknya, berdasarkan Al-Quran Surat Al-Maidah (5) : 44. 
3.3 Pengertian Tuhan menurut Pandangan Islam 
Tuhan dalam Islam biasa kita sebut dengan Allah. Bagaimana kita membuktikan 
bahwa Allah itu ada? Cobalah kita perhatikan benda-benda di sekeliling kita, di rumah 
terdapat meja, kursi, almari, TV, komputer, dan segala macam perabotan, alat-alat dapur dan 
sebagainya. Apakah semua itu terjadi dengan sendirinya? Tentu tidak, semua itu pasti ada 
yang membuatnya. Siapakah yang membuatnya? Meski kita tidak tahu namanya, bagaimana 
bentuk tubuhnya, warna kulitnya, tetapi kita yakin bahwa yang membuat barang-barang itu 
tentulah manusia. Kita tentu akan menolak jika ada yang mengatakan bahwa barang-barang 
itu ada dengan sendirinya. Akal kita tidak menerima kalau benda-benda itu dibuat oleh 
hewan, atau yang serupa dengan benda itu. Misalnya meja, dibuat oleh manusia yang rupa 
dan jenisnya seperti meja. Bila kita arahkan pandangan ke lingkungan yang lebih luas lagi, 
kita akan menemukan banyak benda berupa hewan, ada yang jinak dan liar, yang berkaki 
dua, dan empat. Ada yang terbang dan ada pula berjalan lamban. Kita juga dapat menjumpai 
beraneka jenis tumbuh-tumbuhan, tanaman lunak dan keras. Ada yang berpohon menjalar, 
dan ada pula yang tinggi. Buahnya juga beraneka macam. Besar, kecil dengan rasa manis, 
kecut dan pahit. Bunga-bungaan juga menampilkan aneka macam warna indah yang 
menyenangkan mata memandangnya. Kita berkeyakinan bahwa tak mungkin benda-benda itu 
terjadi dengan sendirinya. Pastilah ada yang menciptakan, meskipun kita tidak pernah melihat 
penciptanya.
Kita pun menolak kalau dikatakan bahwa yang menciptakan itu sama dengan benda-benda 
yang diciptakan. Pencipta ayam sama dengan ayam, pencipta manusia sama dengan 
manusia. Atau setidak-tidaknya ada keserupaan pencipta dengan makhluk, mempunyai mata, 
telinga, hidung, berwajah, berkaki, bertangan, dan sebagainya. Atau mungkinkah patung 
dapat menciptakan sesuatu. Kalau ya, alangkah lucunya dan kalau tidak mengapa ada yang 
menyembahnya, atau mengangkatnya sebagai Tuhan? 
Pencipta memang tidak sama dengan yang dicipta. Khalik tidak sama dengan 
makhluk. Ia adalah Dzat Yang Wajib Adanya (Dzat Wajibul Wujud). Bagaimana jenis dan 
bentuknya bukanlah jangkauan akal manusia, karena itu kita dilarang memikirkan Dzat 
Tuhan. Pikirkanlah ciptaan-Nya, janganlah pikirkan Dzat-Nya. Dengan melihat ciptaan yang 
begitu menakjubkan, kita percaya bahwa yang menciptakan tentulah lebih Agung lagi. 
Artinya : 
62. Allah menciptakan segala sesuatu dan dia memelihara segala sesuatu. 
63. Kepunyaan-Nyalah kunci-kunci (perbendaharaan) langit dan bumi, dan orang-orang 
yang kafir terhadap ayat-ayat Allah, mereka Itulah orang-orang yang merugi. 
Artinya : 
255. Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan dia yang hidup kekal lagi 
terus-menerus mengurus (makhluk-Nya), tidak mengantuk dan tidak tidur. Kepunyaan-Nya 
apa yang di langit dan di bumi. Tiada yang dapat memberi syafa’at di sisi Allah tanpa izin-
Nya. Allah mengetahui apa-apa yang di hadapan mereka dan di belakang mereka, dan 
mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah melainkan apa yang dikehendaki-Nya. 
Artinya : 
114. Maka Maha Tinggi Allah raja yang sebenar-benarnya, dan janganlah kamu tergesa-gesa 
membaca Al-Qur’an sebelum disempurnakan mewahyukannya kepadamu, dan 
Katakanlah: “Ya Tuhanku, tambahkanlah kepadaku ilmu pengetahuan.” 
3.4 Pembuktian Wujud Tuhan 
3.4.1 Metode Pembuktian Ilmiah 
Tantangan zaman modern terhadap agama terletak dalam masalah metode 
pembuktian. Metode ini mengenal hakikat melalui percobaan dan pengamatan, sedang akidah 
agama berhubungan dengan alam di luar indera, yang tidak mungkin dilakukan percobaan 
(agama didasarkan pada analogi dan induksi). Hal inilah yang menyebabkan menurut metode 
ini agama batal, sebab agama tidak mempunyai landasan ilmiah. 
Sebenarnya sebagian ilmu modern juga batal, sebab juga tidak mempunyai landasan 
ilmiah. Metode baru tidak mengingkari wujud sesuatu, walaupun belum diuji secara empiris. 
Di samping itu metode ini juga tidak menolak analogi antara sesuatu yang tidak terlihat 
dengan sesuatu yang telah diamati secara empiris. Hal ini disebut dengan “Analogi Ilmiah” 
dan dianggap sama dengan percobaan empiris. 
Suatu percobaan dipandang sebagai kenyataan ilmiah, tidak hanya karena percobaan 
itu dapat diamati secara langsung. Demikian pula suatu analogi tidak dapat dianggap salah, 
hanya karena dia analogi. Kemungkinan benar dan salah dari keduanya berada pada tingkat 
yang sama. 
Percobaan dan pengamatan bukanlah metode Sains yang pasti, karena ilmu 
pengetahuan tidak terbatas pada persoalan yang dapat diamati dengan hanya penelitian secara 
empiris saja. Teori yang disimpulkan dari pengamatan merupakan hal-hal yang tidak punya 
jalan untuk mengobservasi. Orang yang mempelajari ilmu pengetahuan modern berpendapat 
bahwa kebanyakan pandangan pengetahuan modern, hanya merupakan interpretasi terhadap 
pengamatan dan pandangan tersebut belum dicoba secara empiris. Oleh karena itu, banyak 
sarjana percaya padanya hakikat yang tidak dapat diindera secara langsung. Sarjana mana 
pun tidak mampu melangkah lebih jauh tanpa berpegang pada kata-kata seperti: “Gaya” 
(force), “Energy”, “Alam” (nature), dan “Hukum Alam”. Padahal tidak ada seorang sarjana 
pun yang mengenal apa itu : “Gaya, Energi, Alam, dan Hukum Alam”. Sarjana tersebut tidak 
mampu memberikan penjelasan terhadap kata-kata tersebut secara sempurna, sama seperti
ahli teologi yang tidak mampu memberikan penjelasan tentang sifat Tuhan. Keduanya 
percaya sesuai dengan bidangnya pada sebab-sebab yang tidak diketahui. 
Dengan demikian tidak berarti bahwa agama adalah “Iman kepada yang Ghaib” dan 
ilmu pengetahuan adalah percaya kepada “Pengamatan Ilmiah”. Sebab, baik agama maupun 
ilmu pengetahuan kedua-duanya berlandaskan pada keimanan pada yang ghaib. Hanya saja 
ruang lingkup agama yang sebenarnya adalah ruang lingkup “Penentuan Hakikat” terakhir 
dan asli, sedang ruang lingkup ilmu pengetahuan terbatas pada pembahasan ciri-ciri luar saja. 
Kalau ilmu pengtahuan memasuki bidang penentuan hakikat, yang sebenarnya adalah bidang 
agama, berarti ilmu pengetahuan telah menempuh jalan iman kepada yang ghaib. Oleh sebab 
itu harus ditempuh bidang lain. 
Para sarjana masih menganggap bahwa hipotesis yang menafsirkan pengamatan tidak 
kurang nilainya dari hakikat yang diamati. Mereka tidak dapat mengatakan : “Kenyataan 
yang diamati adalah satu-satunya “ilmu” dan semua hal yang berada di luar kenyataan bukan 
ilmu, sebab tidak dapat diamati”. Sebenarnya apa yang disebut dengan iman kepada yang 
ghaib oleh orang mukmin, adalah iman kepada hakikat yang tidak dapat diamati. Hal ini tidak 
berarti satu kepercayaan buta, tetapi justru merupakan interpretasi yang terbaik terhadap 
kenyataan yang tidak dapat diamati oleh para sarjana. 
3.4.2 Keberadaan Alam Membuktikan Adanya Tuhan 
Adanya alam serta organisasinya yang menakjubkan dan rahasianya yang pelik, tidak 
boleh tidak memberikan penjelasan bahwa ada sesuatu kekuatan yang telah menciptakannya, 
suatu “Akal” yang tidak ada batasnya. Setiap manusia normal percaya bahwa dirinya “ada” 
dan percaya pula bahwa alam ini “ada”. Dengan dasar itu dan dengan kepercayaan inilah 
dijalani setiap bentuk kegiatan ilmiah dan kehidupan. 
Jika percaya tentang eksistensi alam, maka secara logika harus percaya tentang 
adanya Pencipta Alam. Pernyataan yang mengatakan : “Percaya adanya makhluk, tetapi 
menolak adanya Khaliq adalah suatu pernyataan yang tidak benar”. Belum pernah diketahui 
adanya sesuatu yang berasal dari tidak ada tanpa diciptakan. Segala sesuatu bagaimanapun 
ukurannya, pasti ada penyebabnya. Oleh karena itu, bagaimana akan percaya bahwa alam 
semesta yang demikian luasnya, ada dengan sendirinya tanpa pencipta? 
3.4.3 Pembuktian Adanya Tuhan dengan Pendekatan Fisika 
Sampai abad ke-19, pendapat yang mengatakan bahwa alam menciptakan dirinya 
sendiri (alam bersifat azali) masih banyak pengikutnya. Tetapi setelah ditemukan “Hukum 
Kedua Termodinamika” (Second Law of Thermodynamics), pernyataan ini telah kehilangan 
landasan berpijak. 
Hukum tersebut yang dikenal dengan hukum keterbatasan energi atau teori 
pembatasan perubahan energi panas membuktikan bahwa adanya alam tidak mungkin bersifat 
azali. Hukum tersebut menerangkan bahwa energi panas selalu berpindah dari keadaan panas 
beralih menjadi tidak panas. Sedang kebalikannya tidak mungkin, yakni energi panas tidak
mungkin berubah dari keadaan yang tidak panas menjadi panas. Perubahan energi panas 
dikendalikan oleh keseimbangan antara “energi yang ada” dengan “energi yang tidak ada”. 
Bertitik tolak dari kenyataan bahwa proses kerja kimia dan fisika di alam terus 
berlangsung, serta kehidupan tetap berjalan. Hal itu membuktikan secara pasti bahwa alam 
bukan bersifat azali. Seandainya alam ini azali, maka sejak dulu alam sudah kehilangan 
energinya, sesuai dengan hukum tersebut dan tidak akan ada lagi kehidupan di alam ini. Oleh 
karena, itu pasti ada yang menciptakan alam yaitu Tuhan. 
3.4.4 Pembuktian Adanya Tuhan dengan Pendekatan Astronomi 
Benda alam yang paling dekat dengan bumi adalah bulan, yang jaraknya dari bumi 
sekitar 240.000 mil, yang bergerak mengelilingi bumi dan menyelesaikan setiap edarannya 
selama dua puluh sembilan hari sekali. Demikian pula bumi yang terletak 93.000.000.000 mil 
dari matahari berputar pada porosnya dengan kecepatan seribu mil per jam dan menempuh 
garis edarnya sepanjang 190.000.000 mil setiap setahun sekali. Di samping bumi terdapat 
gugus sembilan planet tata surya, termasuk bumi, yang mengelilingi matahari dengan 
kecepatan luar biasa. 
Matahari tidak berhenti pada suatu tempat tertentu, tetapi ia beredar bersama-sama 
dengan planet-planet dan asteroid mengelilingi garis edarnya dengan kecepatan 600.000 mil 
per jam. Di samping itu masih ada ribuan sistem selain “sistem tata surya” kita dan setiap 
sistem mempunyai kumpulan atau galaxy sendiri-sendiri. Galaxy-galaxy tersebut juga 
beredar pada garis edarnya. Galaxy dimana terletak sistem matahari kita, beredar pada 
sumbunya dan menyelesaikan edarannya sekali dalam 200.000.000 tahun cahaya. 
Logika manusia dengan memperhatikan sistem yang luar biasa dan organisasi yang 
teliti, akan berkesimpulan bahwa mustahil semuanya ini terjadi dengan sendirinya, bahkan 
akan menyimpulkan bahwa di balik semuanya itu ada kekuatan maha besar yang membuat 
dan mengendalikan sistem yang luar biasa tersebut, kekuatan maha besar tersebut adalah 
Tuhan. 
Metode pembuktian adanya Tuhan melalui pemahaman dan penghayatan keserasian 
alam tersebut oleh Ibnu Rusyd diberi istilah “Dalil Ikhtira”. Di samping itu Ibnu Rusyd juga 
menggunakan metode lain yaitu “Dalil Inayah”. Dalil Inayah adalah metode pembuktian 
adanya Tuhan melalui pemahaman dan penghayatan manfaat alam bagi kehidupan manusia 
(Zakiah Daradjat, 1996:78-80). 
3.5 Pengertian Iman dan Taqwa kepada Tuhan 
Iman menurut bahasa adalah membenarkan. Adapun menurut istilah syari’at yaitu 
meyakini dengan hati, mengucapkan dengan lisan dan membuktikannya dalam amal 
perbuatan yang terdiri dari tujuh puluh tiga hingga tujuh puluh sembilan cabang. Yang 
tertinggi adalah ucapan لله هال ا اَ dan yang terendah adalah menyingkirkan gangguan dari 
jalan yang menggangu orang yang sedang berjalan, baik berupa batu, duri, barang bekas, 
sampah, dan sesuatu yang berbau tak sedap atau semisalnya. Rasulullah Shallahu’alaihi wa 
Sallam bersabda, ”Iman lebih dari tujuh puluh atau enam puluh cabang, paling utamanya
perkataan لله هال ا اَ dan yang paling rendahnya menyingkirkan gangguan dari jalan, dan 
malu merupakan cabang dari keimanan.” (Riwayat Muslim: 35, Abu Dawud: 4676, 
Tirmidzi: 2614). 
Secara pokok, iman memiliki enam rukun sesuai dengan yang disebutkan dalam 
hadist Jibril (Hadist no. 2 pada hadist arba’in an-Nawawi) tatkala bertanya kepada Nabi 
Muhammad Shallahu’alaihi wa Sallam tentang iman, lalu beliau menjawab, ”Iman adalah 
engkau percaya kepada Allah, para malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, para rasul-Nya, hari 
akhir, dan percaya kepada taqdir-Nya, yang baik dan yang buruk.” (Mutafaqqun ‘alaihi). 
Adapun cakupan dan jenisnya, keimanan mencakup seluruh bentuk amal kebaikan 
yang kurang lebih ada tujuh puluh tiga cabang. Karena itu Allah menggolongkan dan 
menyebut ibadah shalat dengan sebutan iman dalam firmanNya, ”Dan Allah tidak akan 
menyia-nyiakan imanmu”. (QS. Al-Baqarah:143). 
Para ahli tafsir menyatakan, yang dimaksud ’imanmu’ adalah shalatmu tatkala engkau 
menghadap ke arah baitul maqdis, karena sebelum turun perintah shalat menghadap ke 
Baitullah (Ka’bah) para sahabat mengahadap ke Baitul Maqdis. Iman kepada Allah adalah 
mempercayai bahwa Dia itu maujud (ada) yang disifati dengan sifat-sifat keagungan dan 
kesempurnaan, yang suci dari sifat-sifat kekurangan. Dia Maha Esa, Maha Benar, tempat 
bergantung para makhluk, tunggal (tidak ada yang setara dengan Dia), Pencipta segala 
makhluk, yang melakukan segala yang dikehendaki-Nya, dan mengerjakan dalam kerajaan- 
Nya apa yang dikehendaki-Nya. Beriman kepada Allah juga bisa diartikan, berikrar dengan 
macam-macam tauhid yang tiga serta beri’tiqad (berkeyakinan) dan beramal dengannya yaitu 
tauhid rububiyyah, tauhid uluhiyyah, dan tauhid al-asma’ wa ash-shifaat. 
Iman kepada Allah mengandung empat unsur: 
1. Beriman akan adanya Allah. Mengimani adanya Allah ini bisa dibuktikan dengan: 
(a). Bahwa manusia mempunyai fitrah mengimani adanya Tuhan tanpa harus 
didahului dengan berfikir dan sebelumnya. Fitrah ini tidak akan berubah kecuali ada sesuatu 
pengaruh lain yang mengubah hatinya. Nabi Muhammad Shallahu’alaihi wa Sallam 
bersabda: ”Tidaklah anak itu lahir melainkan dalam keadaan fitrah, kedua orangtuanya lah 
yang menjadikan mereka Yahudi, Nashrani, atau Majusi.” (HR. Bukhori). Bahwa makhluk 
tersebut tidak muncul begitu saja secara kebetulan, karena segala sesuatu yang wujud pasti 
ada yang mewujudkan yang tidak lain adalah Allah, Tuhan semesta alam. Allah berfirman, 
”Apakah mereka diciptakan tanpa sesuatupun ataukah mereka yang menciptakan (diri 
mereka sendiri)?” (QS. Ath-Thur: 35). Maksudnya, tidak mungkin mereka tercipta tanpa ada 
yang menciptakan dan tidak mungkin mereka mampu menciptakan dirinya sendiri. Berarti 
mereka pasti ada yang menciptakan, yaitu Allah yang maha suci. Lebih jelasnya kita ambil 
contoh, seandainya ada orang yang memberitahu anda ada sebuah istana yang sangat megah 
yang dikelilingi taman, terdapat sungai yang mengalir di sekitarnya, di dalamnya penuh 
permadani, perhiasan dan ornamen-ornamen indah. Lalu orang tersebut berkata kepada anda, 
istana yang lengkap beserta isinya itu ada dengan sendirinya atau muncul begitu saja tanpa 
ada yang membangunnya. Maka anda pasti segera mengingkari dan tidak mempercayai cerita
tersebut dan anda menganggap ucapannya itu sebagai suatu kebodohan. Lalu apa mungkin 
alam semesta yang begitu luas yang dilengkapi dengan bumi, langit, bintang, dan planet yang 
tertata rapi, muncul dengan sendirinya atau muncul dengan tiba-tiba tanpa ada yang 
menciptakan? 
(b). Adanya kitab-kitab samawi yang membicarakan tentang adanya Allah. Demikian 
pula hukum serta aturan dalam kitab-kitab tersebut yang mengatur kehidupan demi 
kemaslahatan manusia menunjukkan bahwa kitab-kitab tersebut berasal dari Tuhan Yang 
Maha Esa. 
(c). Adanya orang-orang yang dikabulkan do’anya. Ditolongnya orang-orang yang 
sedang mengalami kesulitan, ini menjadi bukti-bukti kuat adanya Allah. Allah berfirman: 
”Dan (ingatlah kisah) Nuh, sebelum itu ketika dia berdoa, dan kami memperkenankan 
doanya, lalu kami selamatkan dia beserta keluarganya dari bencana yang besar.” (QS. Al- 
Anbiya’: 76). 
(d). Adanya tanda-tanda kenabian seorang utusan yang disebut mukjizat adalah suatu 
bukti kuat adanya Dzat yang mengutus mereka yang tidak lain Dia adalah Allah Azza wa 
Jalla. Misalnya: Mukjizat nabi Musa ’Alahissalam. Tatkala beliau diperintah memukulkan 
tongkatnya ke laut sehingga terbelahlah lautan tersebut menjadi dua belas jalan yang kering 
dan air di antara jalan-jalan tersebut laksana gunung. Firman Allah, ”Lalu kami wahyukan 
kepada Musa: “Pukullah lautan itu dengan tongkatmu”. Maka terbelahlah lautan itu dan 
tiap-tiap belahan adalah seperti gunung yang besar”. (QS. Asy-Syu’ara’: 63). Contoh lain 
adalah mukjizat yang diberikan kepada nabi Isa ’Alaihissalam berupa membuat burung dari 
tanah, menyembuhkan orang buta sejak lahirnya dan penyakit sopak (sejenis penyakit kulit), 
menghidupkan orang mati dan mengeluarkan dari kuburannya atas izin Allah. Allah 
berfirman: “Sesungguhnya Aku Telah datang kepadamu dengan membawa sesuatu tanda 
(mukjizat) dari Tuhanmu, yaitu Aku membuat untuk kamu dari tanah berbentuk burung; 
Kemudian Aku meniupnya, Maka ia menjadi seekor burung dengan seizin Allah; dan Aku 
menyembuhkan orang yang buta sejak dari lahirnya dan orang yang berpenyakit sopak; dan 
Aku menghidupkan orang mati dengan seizin Allah; dan Aku kabarkan kepadamu apa yang 
kamu makan dan apa yang kamu simpan di rumahmu ”. (QS. Ali Imran: 49). 
2. Mengimani sifat rububiyah Allah (Tauhid Rububiyah) yaitu mengimani sepenuhnya bahwa 
Allah-lah memberi rizki, menolong, menghidupkan, mematikan dan bahwasanya Dia itu 
adalah pencipta alam semesta, Raja dan Penguasa segala sesuatu. 
3. Mengimani sifat uluhiyah Allah (Tauhid Uluhiyah) yaitu mengimani hanya Dia lah yang 
tidak ada sekutu bagi-Nya, meng-Esakan Allah melalui segala ibadah yang memang 
disyariatkan dan diperintahkan-Nya dengan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun 
baik seorang malaikat, nabi, wali maupun yang lainnya. Tauhid rububiyah saja tanpa adanya 
tauhid uluhiyah belum bisa dikatakan beriman kepada Allah karena kaum musyrikin pada 
zaman Rasulullah Shallahu’alaihi wa Sallam juga mengimani tauhid rububiyah saja tanpa 
mengimani tauhid uluhiyah, mereka mengakui bahwa Allah yang memberi rizki dan 
mengatur segala urusan tetapi mereka juga menyembah sesembahan selain Allah. Allah
berfirman, “Katakanlah: ‘Siapakah yang memberi rizki kepadamu, dari langit dan bumi, 
atau siapakah yang kuasa (menciptakan) pendengaran dan penglihatan, dan siapakah yang 
mengeluarkan yang hidup dari yang mati dan yang mengeluarkan yang mati dari yang hidup 
dan siapakah yang mengatur segala urusan.’ Maka, mereka men-jawab: ‘Allah.’ Maka, 
katakanlah: ‘Mengapa kamu tidak bertaqwa (kepada-Nya)?” (QS. Yusuf: 31-32). Dan Allah 
berfirman, “Dan sebagian besar dari mereka tidak beriman kepada Allah, melainkan dalam 
keadaan mempersekutukan Allah (dengan sembahan-sembahan lain ).” (QS. Yusuf : 106). 
4. Mengimani Asma’ dan Sifat Allah (Tauhid Asma’ wa Sifat) yaitu menetapkan apa-apa 
yang Allah dan Rasul-Nya telah tetapkan atas diri-Nya baik itu berkenaan dengan nama-nama 
maupun sifat-sifat Allah, tanpa tahrif dan ta’thil serta tanpa takyif dan tamtsil. Dua prinsip 
dalam meyakini sifat Allah Subhanahu wa ta’ala, Allah Subhanahu wa ta’ala wajib disucikan 
dari semua sifat-sifat kurang secara mutlak, seperti ngantuk, tidur, lemah, bodoh, mati, dan 
lainnya. Allah mempunyai nama dan sifat yang sempurna yang tidak ada kekurangan sedikit 
pun juga, tidak ada sesuatu pun dari makhluk yang menyamai sifat-sifat Allah. Imam Abu 
Hanifah rahimahullah berkata: “Allah juga memiliki tangan, wajah dan diri seperti disebutkan 
sendiri oleh Allah dalam Al-Qur’an. Maka apa yang disebutkan oleh Allah tentang wajah, 
tangan dan diri menunjukkan bahwa Allah mempunyai sifat yang tidak boleh direka-reka 
bentuknya. Dan juga tidak boleh disebutkan bahwa tangan Allah itu artinya kekuasaan-Nya 
atau nikmat-Nya, karena hal itu berarti meniadakan sifat-sifat Allah, sebagaimana pendapat 
yang dipegang oleh ahli qadar dan golongan Mu’tazilah. Beliau juga berkata: “Allah tidak 
serupa dengan makhluk-Nya, dan makhluk-Nya juga tidak serupa dengan Allah. Allah itu 
tetap akan selalu memiliki nama-nama dan sifat-sifat-Nya. Allah berfirman, ”Tidak ada 
sesuatupun yang serupa dengan Dia.” (QS. Asy-Syuura’: 11). 
Beriman kepada Allah secara benar sebagaimana digambarkan akan membuahkan 
beberapa hasil yang sangat agung bagi orang-orang beriman, diantaranya: merealisasikan 
pengesaan kepada Allah sehingga tidak menggantungkan harapan kepada selain Allah, tidak 
takut, dan tidak menyembah kepada selain-Nya. Menyempurnakan kecintaan terhadap Allah, 
serta mengagungkan-Nya sesuai dengan kandungan makna nama-nama-Nya yang indah dan 
sifat-sifat-Nya Yang Agung. Merealisasikan ibadah kepada Allah dengan mengerjakan apa 
yang diperintah serta menjauhi apa yang dilarang-Nya. 
Pengertian Taqwa secara dasar adalah menjalankan perintah, dan menjauhi larangan. 
Kepada siapa? Maka dilanjutkan dengan kalimat Taqwallah yaitu taqwa kepada Allah SWT. 
Kelihatan kata-kata tersebut ringan diucapkan tapi kenyataannya banyak orang yang belum 
sanggup bahkan terkesan asal-asalan dalam menerapkan arti kata Taqwa tersebut, lihat sekitar 
kita ada beberapa orang yang tidak berpuasa dan terang-terangan makan di tempat umum, 
padahal bila ditanya " mas, agama-nya apa?" jawab-nya muslim, ada juga yang sudah 
berpuasa tapi masih suka melirik kanan-kiri dan ketika ditanya " mas, ini kan lagi puasa?" 
jawabnya cuma sebentar kan boleh. Ya... Allah, manusia..., manusia.., sebenarnya banyak 
contoh bagaimana lingkungan di sekitar kita atau mungkin kita pribadi masih belum mampu 
mengemban amanah Taqwallah dengan sepenuhnya.
Taqwa = Terdiri dari 3 Huruf. Ta = Tawadhu' artinya sikap rendah diri (hati), patuh, 
taat baik kepada aturan Allah SWT, maupun kepada sesama muslim jangan menyombongkan 
diri / sok. Qof = Qona'ah artinya sikap menerima apa adanya (ikhlas), dalam semua aspek, 
baik ketika mendapat rahmat atau ujian, barokah atau musibah, kebahagiaan atau teguran dari 
Allah SWT, harus disyukuri dengan hati yang lapang dada. Wau = Wara' artinya sikap 
menjaga hati / diri (introspeksi), ketika menemui hal yang bersifat subhat (tidak jelas hukum-nya) 
atau yang bersifat haram (yang dilarang) oleh Allah SWT. Beberapa ulama 
mendifinisikan dengan : 
Taqwa = dari kata = waqa-yaqi-wiqayah = memelihara yang artinya memelihara iman agar 
terhindar dari hal-hal yang dibenci dan dilarang oleh Allah SWT. 
Taqwa = Takut yang artinya takut akan murka da adzab allah SWT. 
Taqwa = Menghindar yang artinya menjauh dari segala keburukan dan kejelekan dari sifat 
syetan. 
Taqwa = Sadar yang artinya menyadari bahwa diri kita makhluk ciptaan Allah sehingga 
apapun bentuk perintah-nya harus di taati, dan jangan sekali-kali menutup mata akan hal ini. 
"Hai Orang-orang beriman bertaqwalah kamu kepada Allah, dengan sebenar-benar taqwa, 
dan janganlah kalian mati, melainkan dalam keadaan beragama islam." (Al-Imron : 102). 
3.6 Tanda-tanda Orang Beriman serta Bertaqwa kepada Tuhan 
1. Sangat mencintai Allah SWT. 
Ketahuilah bahwa orang kalau sudah mencintai pastinya akan sangat trengginas, 
cekatan dan aktif, dan dalam hal ini melakukan berbagai macam kebajikan sebagai wujud 
akan rasa cintanya. 
Dalilnya, Surat Al-Baqarah ayat 165. 
وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَتَّخِذُ مِنْ دُونِ اللََِّّ أَنْدَادًا يُحِبُّونَهُمْ كَحُبِِّ اللََِّّ وَالَّذِينَ آمَ نُوا أَ دََُّ 
حُبًّا لِلََِّّ وَلَوْ يَرَى الَّذِينَ ظَلَمُوا إِذْ يَرَوْنَ الْعَذَابَ أَنَّ الْقُوَّ ةَ لِلََِّّ جَمِيعًا وَ أَنَّ اللَََّّ 
دََِيدُ الْعَذَابِ 
Artinya: 
“Dan diantara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain 
Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun orang-orang 
yang beriman Amat sangat cintanya kepada Allah. Dan jika seandainya orang-orang yang 
berbuat zalim itu mengetahui ketika mereka melihat siksa (pada hari kiamat), bahwa 
kekuatan itu kepunyaan Allah semuanya, dan bahwa Allah Amat berat siksaan-Nya (niscaya 
mereka menyesal)”.
2. Menjadi Kader Perjuangan Islam. 
Dalilnya Surat Al-Anfaal ayat 64-65. 
فَكَذَّبُوهُ فَأنَْجَيْنَاهُ وَالَّذِينَ مَعَهُ فِي الْفُلْكِ وَأَغْرَقْنَا الَّذِينَ كَذَّبُوا بِآ يَا نَِِا إِنَّهُمْ كَانُوا 
قَوْمًا عَمِينَ 
وَإِلَى عَادٍ أَخَاهُمْ هُودًا قَالَ يَا قَوْ مِ اعْبُدُوا اللَََّّ مَا لَكُمْ مِنْ إِلَهٍ غَيْرُهُ أَفَلا تَّقُونَ 
Artinya: 
64. “Maka mereka mendustakan Nuh, kemudian Kami selamatkan Dia dan orang-orang 
yang bersamanya dalam bahtera, dan Kami tenggelamkan orang-orang yang mendustakan 
ayat-ayat kami. Sesungguhnya mereka adalah kaum yang buta (mata hatinya).” 
65. “Dan (kami telah mengutus) kepada kaum 'Aad saudara mereka, Hud. ia berkata: "Hai 
kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada Tuhan bagimu selain dari-Nya. Maka 
mengapa kamu tidak bertakwa kepada-Nya?” 
3. Selalu Komitmen dalam Syahadatnya. 
Dalilnya Surat Al-Fath ayat 18. 
لَقَدْ رَضِيَ اللََُّّ عَنِ الْمُؤْمِنِينَ إِذْ يُبَايِعُونَكَ حَِْتَ الشَّجَرَةِ فَعَلِمَ مَا ف ي قُلُوبِهِمْ 
فَأنَْزَلَ السَّكِينَةَ عَلَيْهِمْ وَأَثَابَهُمْ فَتْحًا قَرِيبًا 
Artinya: 
“Sesungguhnya Allah telah ridha terhadap orang-orang mukmin ketika mereka berjanji 
setia kepadamu di bawah pohon, Maka Allah mengetahui apa yang ada dalam hati mereka 
lalu menurunkan ketenangan atas mereka dan memberi Balasan kepada mereka dengan 
kemenangan yang dekat (waktunya)”. 
4. Tiap Pekerjaan selalu didasari Ilmu. 
Dalilnya Surat Al-Isar' ayat 36. 
وَلا قَِْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ إِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ أُولَئِكَ كَ انَ عَنْهُ 
مَسْئُولا 
Artinya: 
“Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. 
Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta 
pertanggungan jawabnya”.
5. Hidup Berjamaah 
Dalilnya Surat An-Nisa' ayat 59. 
إِنَّ مَثَلَ عِيسَى عِنْدَ اللََّّ كَمَثَلِ آدَمَ خَلَقَهُ مِنْ رَُِابٍ ثُمَّ قَالَ لَهُ كُنْ فَيَكُ ونُ 
Artinya: 
“Sesungguhnya misal (penciptaan) Isa di sisi Allah, adalah seperti (penciptaan) Adam. Allah 
menciptakan Adam dari tanah, kemudian Allah berfirman kepadanya: "Jadilah" (seorang 
manusia), Maka jadilah Dia”. 
6. Senantiasa Bersyukur. 
Dalinya Surat Saba ayat 13. 
يَعْمَلُونَ لَهُ مَا يَشَاءُ مِنْ مَحَارِيبَ وَ مََِاثِيلَ وَجِفَانٍ كَالْجَوَابِ وَقُدُورٍ رَاسِ يَا اعْمَلُوا آلَ دَاوُدَ كَُْرًا وَقَلِيلٌ مِنْ عِبَادِيَ الشَّكُور Atinya: 
“Para jin itu membuat untuk Sulaiman apa yang dikehendakiNya dari gedung-gedung yang 
Tinggi dan patung-patung dan piring-piring yang (besarnya) seperti kolam dan periuk yang 
tetap (berada di atas tungku). Bekerjalah Hai keluarga Daud untuk bersyukur (kepada 
Allah). dan sedikit sekali dari hamba-hambaKu yang berterima kasih”.
BAB IV 
PENUTUP 
KESIMPULAN 
Filsafat Ketuhanan adalah pemikiran tentang Tuhan dengan pendekatan akal budi, 
maka dipakai pendekatan yang disebut filosofis. 
1) Manusia, hewan, tumbuhan dan seluruh alam semesta ini lahir pasti ada penyebabnya, 
pasti ada penciptanya, dan penciptanya itu adalah Allah tuhan bagi seluruh makhluk. 
2) Keimanan tidak hanya diucapkan lewat bibir, tapi juga harus diyakini dalam hati, dan 
dibuktikan lewat perbuatan. 
3) Iman atau kepercayaan merupakan dasar utama seseorang dalam memeluk sesuatu agama 
karena dengan keyakinan dapat membuat orang untuk melakukan apa yang diperintahkan dan 
apa yang dilarang oleh keyakinannya tersebut atau dengan kata lain iman dapat membentuk 
orang jadi bertaqwa. 
4) Takwa adalah melaksanakan perintah Allah dan menjauhkan larangannya. 
5) Iman adalah percaya pada pandangan dan sikap hidup dengan ajaran Allah, yaitu al-Qur’an 
menurut Sunnah Rasul, atau dengan selain ajaran Allah, yang terwujud ke dalam ucapan dan 
perbuatan. 
SARAN 
Semoga makalah ini dapat menjadi referensi bagi semua pihak untuk dapat lebih 
mengembangkan ilmu pengetahuan Agama Islam dan dapat pula mengerti dan paham akan 
ketakwaan keimanannya kepada Allah SWT.
DAFTAR PUSTAKA

More Related Content

What's hot

Agama : Hakikat Manusia Menurut Islam
Agama : Hakikat Manusia Menurut IslamAgama : Hakikat Manusia Menurut Islam
Agama : Hakikat Manusia Menurut Islam
Wachidatin N C
 
Pendidikan Agama ISlam "Mengenal Bagaimana Manusia Bertuhan "
Pendidikan Agama ISlam "Mengenal Bagaimana Manusia Bertuhan "Pendidikan Agama ISlam "Mengenal Bagaimana Manusia Bertuhan "
Pendidikan Agama ISlam "Mengenal Bagaimana Manusia Bertuhan "
chusnaqumillaila
 
Makalah Konsep Manusia Menurut Islam
Makalah Konsep Manusia Menurut IslamMakalah Konsep Manusia Menurut Islam
Makalah Konsep Manusia Menurut Islam
Kris Feby
 
Makalah tentang islam
Makalah tentang islamMakalah tentang islam
Makalah tentang islam
Ais elkirami
 
Hakikat manusia menurut islam
Hakikat manusia menurut islamHakikat manusia menurut islam
Hakikat manusia menurut islam
Adhi Panjie Gumilang
 
Tugas makalah pendidikan agama islam
Tugas makalah pendidikan agama islamTugas makalah pendidikan agama islam
Tugas makalah pendidikan agama islam
aqilul ghazir
 
Konsep Tuhan dan Ketuhanan dan Aliran Ketuhanan
Konsep Tuhan dan Ketuhanan dan Aliran KetuhananKonsep Tuhan dan Ketuhanan dan Aliran Ketuhanan
Konsep Tuhan dan Ketuhanan dan Aliran Ketuhanan
bahriaz
 
Konsep islam tentang manusia
Konsep islam tentang manusiaKonsep islam tentang manusia
Konsep islam tentang manusia
Rhe Dwi Yuni
 
Hakikat manusia menurut islam
Hakikat manusia menurut islamHakikat manusia menurut islam
Hakikat manusia menurut islam
Asmida Herawati
 
Pandangan Para Filosuf Mengenai Konsep Ketuhanan dan Perbedaan Antara Aliran ...
Pandangan Para Filosuf Mengenai Konsep Ketuhanan dan Perbedaan Antara Aliran ...Pandangan Para Filosuf Mengenai Konsep Ketuhanan dan Perbedaan Antara Aliran ...
Pandangan Para Filosuf Mengenai Konsep Ketuhanan dan Perbedaan Antara Aliran ...
pjj_kemenkes
 
Hakekat Manusia Menurut Islam dan Al'Quran
Hakekat Manusia Menurut Islam dan Al'QuranHakekat Manusia Menurut Islam dan Al'Quran
Hakekat Manusia Menurut Islam dan Al'Quran
Hery Kurniawan
 
Hakikat manusia nemurut islam dan barat
Hakikat manusia nemurut islam dan baratHakikat manusia nemurut islam dan barat
Hakikat manusia nemurut islam dan baratprofhariko
 
manusia dan agama
manusia dan agamamanusia dan agama
manusia dan agamamkazree
 

What's hot (16)

Materi kuliah pai
Materi kuliah paiMateri kuliah pai
Materi kuliah pai
 
Agama : Hakikat Manusia Menurut Islam
Agama : Hakikat Manusia Menurut IslamAgama : Hakikat Manusia Menurut Islam
Agama : Hakikat Manusia Menurut Islam
 
Pendidikan Agama ISlam "Mengenal Bagaimana Manusia Bertuhan "
Pendidikan Agama ISlam "Mengenal Bagaimana Manusia Bertuhan "Pendidikan Agama ISlam "Mengenal Bagaimana Manusia Bertuhan "
Pendidikan Agama ISlam "Mengenal Bagaimana Manusia Bertuhan "
 
Makalah Konsep Manusia Menurut Islam
Makalah Konsep Manusia Menurut IslamMakalah Konsep Manusia Menurut Islam
Makalah Konsep Manusia Menurut Islam
 
Makalah tentang islam
Makalah tentang islamMakalah tentang islam
Makalah tentang islam
 
Hakikat manusia menurut islam
Hakikat manusia menurut islamHakikat manusia menurut islam
Hakikat manusia menurut islam
 
Tugas makalah pendidikan agama islam
Tugas makalah pendidikan agama islamTugas makalah pendidikan agama islam
Tugas makalah pendidikan agama islam
 
Konsep Tuhan dan Ketuhanan dan Aliran Ketuhanan
Konsep Tuhan dan Ketuhanan dan Aliran KetuhananKonsep Tuhan dan Ketuhanan dan Aliran Ketuhanan
Konsep Tuhan dan Ketuhanan dan Aliran Ketuhanan
 
Konsep islam tentang manusia
Konsep islam tentang manusiaKonsep islam tentang manusia
Konsep islam tentang manusia
 
Hakikat manusia menurut islam
Hakikat manusia menurut islamHakikat manusia menurut islam
Hakikat manusia menurut islam
 
Pandangan Para Filosuf Mengenai Konsep Ketuhanan dan Perbedaan Antara Aliran ...
Pandangan Para Filosuf Mengenai Konsep Ketuhanan dan Perbedaan Antara Aliran ...Pandangan Para Filosuf Mengenai Konsep Ketuhanan dan Perbedaan Antara Aliran ...
Pandangan Para Filosuf Mengenai Konsep Ketuhanan dan Perbedaan Antara Aliran ...
 
Tugas evaluasi i
Tugas evaluasi iTugas evaluasi i
Tugas evaluasi i
 
Hakekat Manusia Menurut Islam dan Al'Quran
Hakekat Manusia Menurut Islam dan Al'QuranHakekat Manusia Menurut Islam dan Al'Quran
Hakekat Manusia Menurut Islam dan Al'Quran
 
Hakikat dan martabat manusia
Hakikat dan martabat manusiaHakikat dan martabat manusia
Hakikat dan martabat manusia
 
Hakikat manusia nemurut islam dan barat
Hakikat manusia nemurut islam dan baratHakikat manusia nemurut islam dan barat
Hakikat manusia nemurut islam dan barat
 
manusia dan agama
manusia dan agamamanusia dan agama
manusia dan agama
 

Viewers also liked

Bab 3
Bab 3 Bab 3
Tegur sapa
Tegur sapaTegur sapa
Tegur sapa
Prasetyo Budi
 
Semangat dalam belajar dan berdoa
Semangat dalam belajar dan berdoaSemangat dalam belajar dan berdoa
Semangat dalam belajar dan berdoa
Prasetyo Budi
 
Sikap gereja terhadap agama
Sikap gereja terhadap agama Sikap gereja terhadap agama
Sikap gereja terhadap agama
Prasetyo Budi
 
KONSEP KETUHANAN DAN TEOLOGI DALAM ISLAM
KONSEP KETUHANAN DAN TEOLOGI DALAM ISLAMKONSEP KETUHANAN DAN TEOLOGI DALAM ISLAM
KONSEP KETUHANAN DAN TEOLOGI DALAM ISLAMindah sulistyaningsih
 
Percaya diri
Percaya diriPercaya diri
Percaya diri
Prasetyo Budi
 
TUGAS LATIHAN AGAMA SEBAGAI TUGAS AKHIR UNTUK MATA KULIAH PENDIDIKAN AGAMA KR...
TUGAS LATIHAN AGAMA SEBAGAI TUGAS AKHIR UNTUK MATA KULIAH PENDIDIKAN AGAMA KR...TUGAS LATIHAN AGAMA SEBAGAI TUGAS AKHIR UNTUK MATA KULIAH PENDIDIKAN AGAMA KR...
TUGAS LATIHAN AGAMA SEBAGAI TUGAS AKHIR UNTUK MATA KULIAH PENDIDIKAN AGAMA KR...
Agnes Yodo
 
Konsep Ketuhanan Dalam Islam
Konsep Ketuhanan Dalam IslamKonsep Ketuhanan Dalam Islam
Konsep Ketuhanan Dalam Islam
herlena sari
 
Aku lemah lembut dan rendah hati
Aku lemah lembut dan rendah hatiAku lemah lembut dan rendah hati
Aku lemah lembut dan rendah hati
Prasetyo Budi
 
Bab 1-nilai-kepercayaan-kepada-tuhan
Bab 1-nilai-kepercayaan-kepada-tuhanBab 1-nilai-kepercayaan-kepada-tuhan
Bab 1-nilai-kepercayaan-kepada-tuhanPrissalya Priss
 
Nilai 1.1 kepercayaan kepada tuhan
Nilai 1.1 kepercayaan kepada tuhanNilai 1.1 kepercayaan kepada tuhan
Nilai 1.1 kepercayaan kepada tuhanSuhaila Panut
 
Makalah Mata Kuliah Pendidikan Agama Kristen Protestan
Makalah Mata Kuliah Pendidikan Agama Kristen ProtestanMakalah Mata Kuliah Pendidikan Agama Kristen Protestan
Makalah Mata Kuliah Pendidikan Agama Kristen Protestan
Reynes E. Tekay
 
Sejarah perkembangan ilmu perbandingan agama
Sejarah perkembangan ilmu perbandingan agamaSejarah perkembangan ilmu perbandingan agama
Sejarah perkembangan ilmu perbandingan agamaKodogg Kritingg
 

Viewers also liked (15)

Bab 3
Bab 3 Bab 3
Bab 3
 
Tegur sapa
Tegur sapaTegur sapa
Tegur sapa
 
Spe Bab6
Spe Bab6Spe Bab6
Spe Bab6
 
Semangat dalam belajar dan berdoa
Semangat dalam belajar dan berdoaSemangat dalam belajar dan berdoa
Semangat dalam belajar dan berdoa
 
Sikap gereja terhadap agama
Sikap gereja terhadap agama Sikap gereja terhadap agama
Sikap gereja terhadap agama
 
KONSEP KETUHANAN DAN TEOLOGI DALAM ISLAM
KONSEP KETUHANAN DAN TEOLOGI DALAM ISLAMKONSEP KETUHANAN DAN TEOLOGI DALAM ISLAM
KONSEP KETUHANAN DAN TEOLOGI DALAM ISLAM
 
Percaya diri
Percaya diriPercaya diri
Percaya diri
 
TUGAS LATIHAN AGAMA SEBAGAI TUGAS AKHIR UNTUK MATA KULIAH PENDIDIKAN AGAMA KR...
TUGAS LATIHAN AGAMA SEBAGAI TUGAS AKHIR UNTUK MATA KULIAH PENDIDIKAN AGAMA KR...TUGAS LATIHAN AGAMA SEBAGAI TUGAS AKHIR UNTUK MATA KULIAH PENDIDIKAN AGAMA KR...
TUGAS LATIHAN AGAMA SEBAGAI TUGAS AKHIR UNTUK MATA KULIAH PENDIDIKAN AGAMA KR...
 
Konsep Ketuhanan Dalam Islam
Konsep Ketuhanan Dalam IslamKonsep Ketuhanan Dalam Islam
Konsep Ketuhanan Dalam Islam
 
Aku lemah lembut dan rendah hati
Aku lemah lembut dan rendah hatiAku lemah lembut dan rendah hati
Aku lemah lembut dan rendah hati
 
Bab 1-nilai-kepercayaan-kepada-tuhan
Bab 1-nilai-kepercayaan-kepada-tuhanBab 1-nilai-kepercayaan-kepada-tuhan
Bab 1-nilai-kepercayaan-kepada-tuhan
 
Nilai 1.1 kepercayaan kepada tuhan
Nilai 1.1 kepercayaan kepada tuhanNilai 1.1 kepercayaan kepada tuhan
Nilai 1.1 kepercayaan kepada tuhan
 
Makalah Mata Kuliah Pendidikan Agama Kristen Protestan
Makalah Mata Kuliah Pendidikan Agama Kristen ProtestanMakalah Mata Kuliah Pendidikan Agama Kristen Protestan
Makalah Mata Kuliah Pendidikan Agama Kristen Protestan
 
Sejarah perkembangan ilmu perbandingan agama
Sejarah perkembangan ilmu perbandingan agamaSejarah perkembangan ilmu perbandingan agama
Sejarah perkembangan ilmu perbandingan agama
 
Rekoleksi
RekoleksiRekoleksi
Rekoleksi
 

Similar to Tugas makalah pai

PPT LIANA MITTA _ KONSEP KETUHANAN DALAM ISLAM.pptx
PPT LIANA MITTA _ KONSEP KETUHANAN DALAM ISLAM.pptxPPT LIANA MITTA _ KONSEP KETUHANAN DALAM ISLAM.pptx
PPT LIANA MITTA _ KONSEP KETUHANAN DALAM ISLAM.pptx
JauharArifin10
 
Tauhid, Al-Qur’an&Hadits, Generasi Terbaik dan Salafussalih, Berbagi, Keadila...
Tauhid, Al-Qur’an&Hadits, Generasi Terbaik dan Salafussalih, Berbagi, Keadila...Tauhid, Al-Qur’an&Hadits, Generasi Terbaik dan Salafussalih, Berbagi, Keadila...
Tauhid, Al-Qur’an&Hadits, Generasi Terbaik dan Salafussalih, Berbagi, Keadila...
DitiTriAriputry
 
SEJARAH ISLAM DI INDONESIA MAHASISWA INDONESIA
SEJARAH ISLAM DI INDONESIA MAHASISWA INDONESIASEJARAH ISLAM DI INDONESIA MAHASISWA INDONESIA
SEJARAH ISLAM DI INDONESIA MAHASISWA INDONESIA
FRANCISCUSEXZARYUANR
 
Pai poltek bab 2
Pai poltek bab 2Pai poltek bab 2
Pai poltek bab 2
evayenida
 
Makalah tugas tik
Makalah tugas tikMakalah tugas tik
Makalah tugas tik
ainundalilah30
 
Makalah tugas tik
Makalah tugas tikMakalah tugas tik
Makalah tugas tik
ainundalilah30
 
Hakikat manusia dalam konsep kehidupan
Hakikat manusia dalam konsep kehidupanHakikat manusia dalam konsep kehidupan
Hakikat manusia dalam konsep kehidupan
pkbm maritim
 
Hakikat Manusia
Hakikat ManusiaHakikat Manusia
Hakikat Manusia
Cecep Kustandi
 
Filsafat Ketuhanan .pptx
Filsafat Ketuhanan .pptxFilsafat Ketuhanan .pptx
Filsafat Ketuhanan .pptx
PutriAnjelani
 
Peran Agama dalam Membangun Peradaban
Peran Agama dalam Membangun PeradabanPeran Agama dalam Membangun Peradaban
Peran Agama dalam Membangun Peradaban
SuciNurpratiwi
 
Bagaimana agama menjamin kebahagiaan
Bagaimana agama menjamin kebahagiaanBagaimana agama menjamin kebahagiaan
Bagaimana agama menjamin kebahagiaan
dindaa99
 
abdi,+01.+Abdul+Maten+&+Nur+Sahed.pdf
abdi,+01.+Abdul+Maten+&+Nur+Sahed.pdfabdi,+01.+Abdul+Maten+&+Nur+Sahed.pdf
abdi,+01.+Abdul+Maten+&+Nur+Sahed.pdf
darsitun1
 
Landasan Kependidikan
Landasan KependidikanLandasan Kependidikan
Landasan Kependidikan
bigbossjava
 
Ppt 1 pribadi manusia
Ppt 1   pribadi manusiaPpt 1   pribadi manusia
Ppt 1 pribadi manusia
PENDIDIKANADALAHPENT
 
Karakteristik Ajaran Islam (1).pptx
Karakteristik Ajaran Islam (1).pptxKarakteristik Ajaran Islam (1).pptx
Karakteristik Ajaran Islam (1).pptx
sophia356221
 
Agama arti dan r lingkupnya
Agama arti dan r lingkupnyaAgama arti dan r lingkupnya
Agama arti dan r lingkupnyaSutipyo Ru'iya
 
Laporan praktikum akhlak tasawuf
Laporan praktikum akhlak tasawufLaporan praktikum akhlak tasawuf
Laporan praktikum akhlak tasawufAznil Muhammad
 
Paper dogmatika iii bebas dari dosa
Paper dogmatika iii bebas dari dosaPaper dogmatika iii bebas dari dosa
Paper dogmatika iii bebas dari dosa
hanstaliak
 

Similar to Tugas makalah pai (20)

PPT LIANA MITTA _ KONSEP KETUHANAN DALAM ISLAM.pptx
PPT LIANA MITTA _ KONSEP KETUHANAN DALAM ISLAM.pptxPPT LIANA MITTA _ KONSEP KETUHANAN DALAM ISLAM.pptx
PPT LIANA MITTA _ KONSEP KETUHANAN DALAM ISLAM.pptx
 
Tauhid, Al-Qur’an&Hadits, Generasi Terbaik dan Salafussalih, Berbagi, Keadila...
Tauhid, Al-Qur’an&Hadits, Generasi Terbaik dan Salafussalih, Berbagi, Keadila...Tauhid, Al-Qur’an&Hadits, Generasi Terbaik dan Salafussalih, Berbagi, Keadila...
Tauhid, Al-Qur’an&Hadits, Generasi Terbaik dan Salafussalih, Berbagi, Keadila...
 
SEJARAH ISLAM DI INDONESIA MAHASISWA INDONESIA
SEJARAH ISLAM DI INDONESIA MAHASISWA INDONESIASEJARAH ISLAM DI INDONESIA MAHASISWA INDONESIA
SEJARAH ISLAM DI INDONESIA MAHASISWA INDONESIA
 
Pai poltek bab 2
Pai poltek bab 2Pai poltek bab 2
Pai poltek bab 2
 
Makalah tugas tik
Makalah tugas tikMakalah tugas tik
Makalah tugas tik
 
Makalah tugas tik
Makalah tugas tikMakalah tugas tik
Makalah tugas tik
 
Hakikat manusia dalam konsep kehidupan
Hakikat manusia dalam konsep kehidupanHakikat manusia dalam konsep kehidupan
Hakikat manusia dalam konsep kehidupan
 
Hakikat Manusia
Hakikat ManusiaHakikat Manusia
Hakikat Manusia
 
Filsafat Ketuhanan .pptx
Filsafat Ketuhanan .pptxFilsafat Ketuhanan .pptx
Filsafat Ketuhanan .pptx
 
Peran Agama dalam Membangun Peradaban
Peran Agama dalam Membangun PeradabanPeran Agama dalam Membangun Peradaban
Peran Agama dalam Membangun Peradaban
 
Bagaimana agama menjamin kebahagiaan
Bagaimana agama menjamin kebahagiaanBagaimana agama menjamin kebahagiaan
Bagaimana agama menjamin kebahagiaan
 
abdi,+01.+Abdul+Maten+&+Nur+Sahed.pdf
abdi,+01.+Abdul+Maten+&+Nur+Sahed.pdfabdi,+01.+Abdul+Maten+&+Nur+Sahed.pdf
abdi,+01.+Abdul+Maten+&+Nur+Sahed.pdf
 
Landasan Kependidikan
Landasan KependidikanLandasan Kependidikan
Landasan Kependidikan
 
Makalah agama islam
Makalah agama islamMakalah agama islam
Makalah agama islam
 
Ppt 1 pribadi manusia
Ppt 1   pribadi manusiaPpt 1   pribadi manusia
Ppt 1 pribadi manusia
 
Karakteristik Ajaran Islam (1).pptx
Karakteristik Ajaran Islam (1).pptxKarakteristik Ajaran Islam (1).pptx
Karakteristik Ajaran Islam (1).pptx
 
makalah teologi islam
makalah teologi islammakalah teologi islam
makalah teologi islam
 
Agama arti dan r lingkupnya
Agama arti dan r lingkupnyaAgama arti dan r lingkupnya
Agama arti dan r lingkupnya
 
Laporan praktikum akhlak tasawuf
Laporan praktikum akhlak tasawufLaporan praktikum akhlak tasawuf
Laporan praktikum akhlak tasawuf
 
Paper dogmatika iii bebas dari dosa
Paper dogmatika iii bebas dari dosaPaper dogmatika iii bebas dari dosa
Paper dogmatika iii bebas dari dosa
 

Recently uploaded

Etikolegal Pelayanan kebidanan ibu hamil
Etikolegal Pelayanan kebidanan ibu hamilEtikolegal Pelayanan kebidanan ibu hamil
Etikolegal Pelayanan kebidanan ibu hamil
NurWana20
 
Reformasi Birokrasi Kementerian Pertanian Republik Indonesia Tahun 2020-2024
Reformasi Birokrasi Kementerian Pertanian Republik Indonesia Tahun 2020-2024Reformasi Birokrasi Kementerian Pertanian Republik Indonesia Tahun 2020-2024
Reformasi Birokrasi Kementerian Pertanian Republik Indonesia Tahun 2020-2024
Universitas Sriwijaya
 
TEORI-TEORI KEPEMIMPINAN (Tugas uas Kepemimpinan)
TEORI-TEORI KEPEMIMPINAN (Tugas uas Kepemimpinan)TEORI-TEORI KEPEMIMPINAN (Tugas uas Kepemimpinan)
TEORI-TEORI KEPEMIMPINAN (Tugas uas Kepemimpinan)
NurHalifah34
 
Penumbuhan POSLUHDES ( pos penyuluhan desa)
Penumbuhan POSLUHDES ( pos penyuluhan desa)Penumbuhan POSLUHDES ( pos penyuluhan desa)
Penumbuhan POSLUHDES ( pos penyuluhan desa)
SobriCubi
 
TRANSFORMASI PEMBERDAYAAN APARATUR NEGARA DI INDONESIA
TRANSFORMASI PEMBERDAYAAN APARATUR NEGARA DI INDONESIATRANSFORMASI PEMBERDAYAAN APARATUR NEGARA DI INDONESIA
TRANSFORMASI PEMBERDAYAAN APARATUR NEGARA DI INDONESIA
Universitas Sriwijaya
 
MATERI 1 Peraturan Lelang.pptx dalam bernegara
MATERI 1 Peraturan Lelang.pptx dalam bernegaraMATERI 1 Peraturan Lelang.pptx dalam bernegara
MATERI 1 Peraturan Lelang.pptx dalam bernegara
vannia34
 
1.4.a.8. Koneksi Antar Materi Budaya Positif
1.4.a.8. Koneksi Antar Materi Budaya Positif1.4.a.8. Koneksi Antar Materi Budaya Positif
1.4.a.8. Koneksi Antar Materi Budaya Positif
emalestari711
 
KOSP SD MODEL 1 - datadikdasmen.com.docx
KOSP SD MODEL 1 - datadikdasmen.com.docxKOSP SD MODEL 1 - datadikdasmen.com.docx
KOSP SD MODEL 1 - datadikdasmen.com.docx
sdpurbatua03
 
Reformasi Administrasi Publik di Indonesia (1998-2023): Strategi, Implementas...
Reformasi Administrasi Publik di Indonesia (1998-2023): Strategi, Implementas...Reformasi Administrasi Publik di Indonesia (1998-2023): Strategi, Implementas...
Reformasi Administrasi Publik di Indonesia (1998-2023): Strategi, Implementas...
Universitas Sriwijaya
 
PPT (EKOSISTEM) - Refandi Alim - Bahan Ajar Magang.pptx
PPT (EKOSISTEM) - Refandi Alim - Bahan Ajar Magang.pptxPPT (EKOSISTEM) - Refandi Alim - Bahan Ajar Magang.pptx
PPT (EKOSISTEM) - Refandi Alim - Bahan Ajar Magang.pptx
refandialim
 
THE TRADISIONAL MODEL OF PUBLIC ADMINISTRATION model tradisional administras...
THE TRADISIONAL MODEL OF PUBLIC  ADMINISTRATION model tradisional administras...THE TRADISIONAL MODEL OF PUBLIC  ADMINISTRATION model tradisional administras...
THE TRADISIONAL MODEL OF PUBLIC ADMINISTRATION model tradisional administras...
Universitas Sriwijaya
 
PPT ASAS PERATURAN PERundang UNDANGAN.pptx
PPT ASAS PERATURAN PERundang UNDANGAN.pptxPPT ASAS PERATURAN PERundang UNDANGAN.pptx
PPT ASAS PERATURAN PERundang UNDANGAN.pptx
LuhAriyani1
 
Permasalahan dan Kebijakan Konvergensi Penurunan Stunting di Desa.pptx
Permasalahan dan Kebijakan Konvergensi Penurunan Stunting di Desa.pptxPermasalahan dan Kebijakan Konvergensi Penurunan Stunting di Desa.pptx
Permasalahan dan Kebijakan Konvergensi Penurunan Stunting di Desa.pptx
Zainul Akmal
 

Recently uploaded (13)

Etikolegal Pelayanan kebidanan ibu hamil
Etikolegal Pelayanan kebidanan ibu hamilEtikolegal Pelayanan kebidanan ibu hamil
Etikolegal Pelayanan kebidanan ibu hamil
 
Reformasi Birokrasi Kementerian Pertanian Republik Indonesia Tahun 2020-2024
Reformasi Birokrasi Kementerian Pertanian Republik Indonesia Tahun 2020-2024Reformasi Birokrasi Kementerian Pertanian Republik Indonesia Tahun 2020-2024
Reformasi Birokrasi Kementerian Pertanian Republik Indonesia Tahun 2020-2024
 
TEORI-TEORI KEPEMIMPINAN (Tugas uas Kepemimpinan)
TEORI-TEORI KEPEMIMPINAN (Tugas uas Kepemimpinan)TEORI-TEORI KEPEMIMPINAN (Tugas uas Kepemimpinan)
TEORI-TEORI KEPEMIMPINAN (Tugas uas Kepemimpinan)
 
Penumbuhan POSLUHDES ( pos penyuluhan desa)
Penumbuhan POSLUHDES ( pos penyuluhan desa)Penumbuhan POSLUHDES ( pos penyuluhan desa)
Penumbuhan POSLUHDES ( pos penyuluhan desa)
 
TRANSFORMASI PEMBERDAYAAN APARATUR NEGARA DI INDONESIA
TRANSFORMASI PEMBERDAYAAN APARATUR NEGARA DI INDONESIATRANSFORMASI PEMBERDAYAAN APARATUR NEGARA DI INDONESIA
TRANSFORMASI PEMBERDAYAAN APARATUR NEGARA DI INDONESIA
 
MATERI 1 Peraturan Lelang.pptx dalam bernegara
MATERI 1 Peraturan Lelang.pptx dalam bernegaraMATERI 1 Peraturan Lelang.pptx dalam bernegara
MATERI 1 Peraturan Lelang.pptx dalam bernegara
 
1.4.a.8. Koneksi Antar Materi Budaya Positif
1.4.a.8. Koneksi Antar Materi Budaya Positif1.4.a.8. Koneksi Antar Materi Budaya Positif
1.4.a.8. Koneksi Antar Materi Budaya Positif
 
KOSP SD MODEL 1 - datadikdasmen.com.docx
KOSP SD MODEL 1 - datadikdasmen.com.docxKOSP SD MODEL 1 - datadikdasmen.com.docx
KOSP SD MODEL 1 - datadikdasmen.com.docx
 
Reformasi Administrasi Publik di Indonesia (1998-2023): Strategi, Implementas...
Reformasi Administrasi Publik di Indonesia (1998-2023): Strategi, Implementas...Reformasi Administrasi Publik di Indonesia (1998-2023): Strategi, Implementas...
Reformasi Administrasi Publik di Indonesia (1998-2023): Strategi, Implementas...
 
PPT (EKOSISTEM) - Refandi Alim - Bahan Ajar Magang.pptx
PPT (EKOSISTEM) - Refandi Alim - Bahan Ajar Magang.pptxPPT (EKOSISTEM) - Refandi Alim - Bahan Ajar Magang.pptx
PPT (EKOSISTEM) - Refandi Alim - Bahan Ajar Magang.pptx
 
THE TRADISIONAL MODEL OF PUBLIC ADMINISTRATION model tradisional administras...
THE TRADISIONAL MODEL OF PUBLIC  ADMINISTRATION model tradisional administras...THE TRADISIONAL MODEL OF PUBLIC  ADMINISTRATION model tradisional administras...
THE TRADISIONAL MODEL OF PUBLIC ADMINISTRATION model tradisional administras...
 
PPT ASAS PERATURAN PERundang UNDANGAN.pptx
PPT ASAS PERATURAN PERundang UNDANGAN.pptxPPT ASAS PERATURAN PERundang UNDANGAN.pptx
PPT ASAS PERATURAN PERundang UNDANGAN.pptx
 
Permasalahan dan Kebijakan Konvergensi Penurunan Stunting di Desa.pptx
Permasalahan dan Kebijakan Konvergensi Penurunan Stunting di Desa.pptxPermasalahan dan Kebijakan Konvergensi Penurunan Stunting di Desa.pptx
Permasalahan dan Kebijakan Konvergensi Penurunan Stunting di Desa.pptx
 

Tugas makalah pai

  • 1. KATA PENGANTAR Berawal dari hati, ingin kami ucapkan semua rasa syukur ini kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, serta pertolongannya kepada kami melalui orang-orang pilihan-Nya, sehingga Makalah ini dapat selesai tepat waktu. Shalawat serta salam tetap tercurah kepada junjungan Nabi besar Muhammad SAW yang telah mengingatkan kami tentang arti kesabaran, kerja keras, dan perjuangan dalam menjalani kehidupan. Penulisan Makalah ini melalui perjalanan yang tidak mudah. Cukup melelahkan dan banyak cobaan. Tapi insya Allah semua itu memberi arti tersendiri untuk kami. Semua itu tak lepas dari teman, sahabat, dan para pengajar. Disini pula kami ingin mengucapkan terimakasih kepada: 1. Bapak 2. Anggota kelompok kami yang senantiasa membantu demi kelancaran Makalah ini 3. Orang tua kami tercinta yang selalu mendukung kami dari segala arah 4. Semua teman dan sahabat yang tidak mungkin kami sebutkan satu persatu. Penulis telah berupaya untuk menyelesaikan Makalah dengan baik dan sesempurna mungkin, akan tetapi tentunya masih ada kekurangan yang perlu diperbaiki. Maka dari itu, penulis mengharap kritik dan saran dari pembaca. Surabaya, 21 September 2014
  • 3. BAB I PENDAHULUAN Seorang muslim yang paripurna adalah nalar dan hatinya bersinar, pandangan akal dan hatinya tajam, akal pikir dan nuraninya berpadu dalam berinteraksi dengan Allah dan manusia, sehingga sulit diterka mana lebih dulu berperan kejujuran jiwanya atau kebenaran akalnya. Sifat kesempurnaan ini merupakan karakter Islam, yaitu agama yang membangun kemurnian aqidah atas dasar kejernihan akal dan membentuk pola pikir teologis yang menyerupai bidang-bidang ilmu eksakta, karena dalam segi aqidah, Islam hanya menerima hal-hal yang menurut ukuran akal sehat dapat diterima sebagai ajaran aqidah yang benar dan lurus. Konsep ketuhanan dalam Islam mulai muncul setelah wafat-Nya Rasulullah Muhammad SAW. Karena muncul beberapa aliran yang sifatnya tradisional dan modern. Sering sekali terjadi pendapat dan tafsiran terhadap Al-quran dan Hadits. Ada yang melihat secara tekstual dan ada yang melihat secara kontekstual. Dalam Islam, konsep ketuhanan merupakan hal utama dan paling awal yang harus diperbaiki, karena itu merupakan pondasi yang menopang kehidupan ke-Islamannya nanti. Pondasi itu harus benar-benar kuat dan kokoh karena kalau tidak, itu akan mengurangi hakekat ke-Islaman seorang manusia. Pembuktian wujud tuhan seorang Islam atau pembuktian wujud Allah sangatlah susah karena tidak ada yang pernah dan bisa melihat Allah, tapi hal yang harus kita ketahui bahwa manusia tidak mungkin bisa ada tanpa pencipta, dunia dan alam ini tidak mungkin bisa ada tanpa pencipta. Tidak mungkin semua hal itu bisa ada tanpa adanya sang pencipta. Dan penciptanya itu adalah Allah. Manusia, hewan, dan alam ini adalah akibat, sedangkan sebabnya adalah Allah SWT. Keimanan seseorang tumbuh dari lingkungan, seorang anak yang lahir dari keluarga yang bagus ibadahnya kemungkinan besar ibadahnya juga bagus, keimanan akan tumbuh dengan baik ketika kita pelihara, harus ada pembiasaan dalam melakukan ibadah. Beriman kepada Allah tidak hanya sekedar mengucapkan tapi harus dikuatkan dalam hati dan dibuktikan lewat perbuatan. Perbuatan yang dimaksud adalah perbuatan yang sesuai dengan ajaran Agama Islam. Aspek keimanan yang akan dikaji dalam tulisan ini adalah aspek kejiwaan dan nilai. Aspek ini belum mendapat perhatian seperti perhatian terhadap aspek lainnya. Kecintaan kepada Allah, ikhlas beramal hanya karena Allah, serta mengabdikan diri dan tawakal sepenuhnya kepada-Nya, merupakan nilai keutamaan yang perlu diperhatikan dan diutamakan dalam menyempurnakan cabang-cabang keimanan. Sesungguhnya amalah lahiriah berupa ibadah mahdhah dan muamalah tidak akan mencapai kesempurnaan, kecuali jika didasari dan diramu dengan nilai keutamaan tersebut.
  • 4. Sebab nilai-nilai tersebut senantiasa mengalir dalam hati dan tertuang dalam setiap gerak serta perilaku keseharian. Pendidikan modern telah mempengaruhi peserta didik dari berbagai arah dan pengaruhnya telah sedemikian rupa merasuki jiwa generasi penerus. Jika tidak pandai membina jiwa generasi mendatang, dengan menanamkan nilai-nilai keimanan dalam nalar, pikir, dan akal budi mereka, maka mereka tidak akan selamat dari pengaruh negatif pendidikan modern. Mungkin mereka merasa ada yang kurang dalam sisi spiritualitasnya dan berusaha menyempurnakan dari sumber-sumber lain. Bila ini terjadi, maka perlu segera diambil tindakan, agar pintu spiritualitas yang terbuka tidak diisi oleh ajaran lain yang bukan berasal dari ajaran spiritualitas Islam. Pilar akal dan rasionalitas dalam akidah Islam tercermin dalam aturan muamalat dan dalam memberikan solusi serta terapi bagi persoalan yang dihadapi. Selain itu, Islam adalah agama ibadah. Ajaran tentang ibadah didasarkan atas kesucian hati yang dipenuhi dengan keikhlasan, cinta, serta dibersihkan dari dorongan hawa nafsu, egoisme, dan sikap ingin menang sendiri. Agama seseorang tidak sempurna, jika kehangatan spiritualitas yang dimiliki tidak disertai dengan pengalaman ilmiah dan ketajaman nalar. Pentingnya akal bagi iman ibarat pentingnya mata bagi orang yang sedang berjalan. Topik ini berisi pembahasan tentang masalah keimanan dan pengkajian kembali dalam masalah tersebut. Sebagian aspek keimanan mendapat perhatian dan pengkajian yang begitu intensif, sehingga mudah didapat di tengah masyarakat. Aspek yang akan dikaji dalam tulisan ini adalah aspek kejiwaan dan nilai. Aspek ini belum mendapat perhatian seperti perhatian terhadap aspek lainnya. Kecintaan kepada Allah, ikhlas beramal hanya karena Allah, serta mengabdikan diri dan tawakal sepenuhnya kepada-Nya, merupakan nilai keutamaan yang perlu diperhatikan dan harus diutamakan dalam menyempurnakan cabang-cabang keimanan. Dalam sejarah peradaban Yunani, tercatat bahwa pengkajian dan kontemplasi tentang eksistensi Tuhan menempati tempat yang khusus dalam bidang pemikiran filsafat. Contoh yang paling nyata dari usaha kajian filosofis tentang eksistensi Tuhan dapat dilihat bagaimana filosof Aristoteles menggunakan gerak-gerak yang nampak di alam dalam membuktikan adanya penggerak yang tak terlihat. Tradisi argumentasi filosofis tentang eksistensi Tuhan, sifat dan perbuatan-Nya ini kemudian secara berangsur-angsur masuk dan berpengaruh ke dalam dunia keimanan Islam. Tapi tradisi ini, mewujudkan semangat baru di bawah pengaruh doktrin-doktrin suci Islam dan kemudian secara spektakuler melahirkan filosof-filosof seperti Al-Farabi dan Ibnu Sina, dan secara riil, tradisi ini juga mempengaruhi warna pemikiran teologi dan tasawuf dalam penafsiran Islam. Perkara tentang Tuhan secara mendasar merupakan subyek permasalahan filsafat. Ketika kita membahas tentang hakikat alam, maka sesungguhnya kita pun membahas tentang eksistensi Tuhan. Secara hakiki, wujud Tuhan tak terpisahkan dari eksistensi alam, begitu pula sebaliknya, wujud alam mustahil terpisah dari keberadaan Tuhan. Filsafat tidak
  • 5. mengkaji suatu realitas yang dibatasi oleh ruang dan waktu atau salah satu faktor dari ribuan faktor yang berpengaruh atas alam. Pencarian tentang Tuhan dalam koridor filsafat bukan seperti penelitian terhadap satu fenomena khusus yang dipengaruhi oleh faktor tertentu. Tuhan yang hakiki adalah Tuhan yang disampaikan oleh para Nabi dan Rasul yakni, Tuhan hakiki itu bukan di langit dan di bumi, bukan di atas langit, bukan di alam, tetapi Dia meliputi semua tempat dan segala realitas wujud. Dalam Al-qur’an, kata tuhan disebut dengan kata “ilah” dipakai untuk menyatakan berbagai objek yang dibesarkan atau dipentingkan oleh manusia. Menurut Al-qur’an, Tuhan (ilah) diartikan sesuatu yang sangat dipentingkan oleh manusia sedemikian rupa, sehingga manusia merelakan dirinya untuk dikuasai olehnya. Dipentingkan secara luas berarti : 1. Dipuja 2. Dicintai 3. Diharapkan dapat memberikan kemaslahatan atau kegembiraan 4. Ditakuti akan mendatangkan bahaya atau kerugian Istilah Tuhan dalam sebutan Al-Quran digunakan kata ilaahun, yaitu setiap yang menjadi penggerak atau motivator, sehingga dikagumi dan dipatuhi oleh manusia. Orang yang mematuhinya di sebut abdun (hamba). Kata ilaah (Tuhan) di dalam Al-Quran konotasinya ada dua kemungkinan, yaitu Allah, dan selain Allah. Subjektif (hawa nafsu) dapat menjadi ilah (Tuhan). Benda-benda seperti : patung, pohon, binatang, dan lain-lain dapat pula berperan sebagai ilah. Sebelum turun Al-Quran di kalangan masyarakat, Arab telah menganut konsep tauhid (monoteisme). Allah sebagai Tuhan mereka. Hal ini diketahui dari ungkapan-ungkapan yang mereka cetuskan, baik dalam doa maupun acara-acara ritual. Abu Thalib, ketika memberikan khutbah nikah Nabi Muhammad dengan Khadijah (sekitar 15 tahun sebelum turunya Al-Quran), ia mengungkapkan kata-kata Alhamdulillah. Adanya nama Abdullah (hamba Allah) telah lazim dipakai di kalangan masyarakat Arab sebelum turunnya Al-Quran. Keyakinan akan adanya Allah, kemahabesaran Allah, kekuasaan Allah dan lain-lain, telah terbukti. Dari kenyataan tersebut timbul pertanyaan, Apakah konsep ketuhanan yang dibawakan Nabi Muhammad? Pertanyaan ini muncul karena Nabi Muhammad dalam mendakwahkan konsep ilahiyah mendapat tantangan keras dari kalangan masyarakat. Jika konsep ketuhanan yang dibawa Muhammad sama dengan konsep ketuhanan yang mereka yakini tentu tidak demikian kejadiannya. Konsep Tuhan merupakan konsep yang mendasar bagi setiap agama yang ada. Dari konsep Tuhan tersebut, lahirlah konsep-konsep Islamic worldview yang lain, seperti : konsep tentang wahyu, konsep kenabian, konsep alam, konsep manusia, konsep kehidupan, konsep penciptaan, konsep ilmu, dan konsep-konsep yang lainnya. Dikarenakan begitu sentralnya konsep Tuhan tersebut, maka perbincangan mengenai agama apapun, tidak akan terlepas dari pemahaman konsep Tuhan.
  • 6. Konsep Tuhan dalam Islam, bersifat unik dan final, yang tidak sama dengan konsep Tuhan dalam agama-agama lain, seperti : Kristen, Yahudi, Hindu, Budha, dan Konghucu. Berbeda juga dengan konsep Tuhan dalam tradisi filsafat Yunani maupun dengan tradisi mistik Timur dan Barat. Sebagaimana yang telah djelaskan Al-Attas bahwa: “The nature of God Understood in Islam is not the same as the conceptions of God Understood in the various religious traditions of the world; nor is it the same as the conceptions of God understood in greek and Hellenistic philosophical tradition; nor as the conceptionsvof God understood in Western philosophical or scientific tradition; nor in that of Occidental and Oriental mystical traditions”. Konsep Tuhan dalam Islam otentik dan final, berdasarkan atas wahyu Al-Qur’an yang juga bersifat otentik dan final, lafdhan wa ma’nan dari Allah, Shalih fi kulli zaman wa makan, dan tidak ada keraguan di dalamnya. Prof. Al-Attas menjelaskan “The nature of God as revealed in Islam is Derived from Revelation”. Konsep Tuhan dalam Islam bersifat “haq”. Bukan Tuhan hasil personifikasi, sebagaimana agama lain melakukannya sebagai penyelamat, penebus dosa, Bapa, anak, ruh qudus dan sebagainya. Dan bukan juga seperti Tuhan dalam konsepsi Aristotle, yaitu Tuhan filsafat, yang sering diistilahkan dengan penggerak yang tidak bergerak, Tuhan yang ada dalam pikiran manusia. Yang berarti bahwa ketika manusia tidak berfikir Tuhan, maka Tuhan itu tidak ada. Tuhan adalah Dzat yang transenden dan mutlak, yang sama sekali berbeda dengan makhluknya. Maka tidak tepat manusia, sebagai ciptaan, menciptakan dari pemikiran mereka sendiri mengenai personifikasi ataupun atribusi kepada Dzat Pencipta. Konsep Tuhan dalam Islam telah memperlihatkan kemurnian dan kejelasan dengan konsep Tuhan dalam agama lain (Kristen, Yahudi, Budha, Hindu, dsb) maupun dengan konsep Tuhan dalam pandangan penggagas pluralisme agama. Baik agama lain maupun kaum pluralis, sama-sama menghadapi problem teologis. Kalangan non muslim membangun konsep Tuhan di atas landasan yang rapuh, sedangkan kalangan pluralis membangun doktrinnya di atas keraguan-raguan (skeptis) dengan meragukan kebenaran yang seharusnya diyakini. Dalam tulisan ini, penulis membatasi pembahasan pada konsep Tuhan dua agama semitik (Kristen dan Islam) dan Tuhan dalam pandangan Pluralisme agama. Konsep Tuhan dalam Islam dirumuskan dalam Al-Qur’an yang tergambar dalam syahadat tauhid “Laa ilaaha illallah, Muhammadur Rasulullah” (tiada Tuhan selain Allah, dan Muhammad adalah utusan Allah). Seseorang yang bertauhid, akan mengikrarkan dan meyakini, bahwa satu-satunya Tuhan yang berhak untuk disembah dan ditaati adalah Allah. Bukan Tuhan yang lain. Kemudian ia juga harus menyatakan bahwa Muhammad sebagai utusan Allah yang membawa risalah untuk mengenalkan Allah kepada hambanya. Tauhid disini dinamakan tauhidullah, yakni pengenalan dan pengakuan akan Allah Yang Maha Esa sebagai satu-satunya Tuhan. Konsep Laa ilaaha illallah, banyak ditemukan dalam Al-Qur’an, diantaranya, dalam Surah Muhammad, Allah telah menyatakan “ketahuilah bahwa tiada tuhan selain Allah”. Dalam Surah Thaha, Allah berfirman, “ Aku memilihmu, maka perhatikan apa yang
  • 7. akan diwahyukan kepadamu. Sesunggunya Aku ini adalah Allah, tiada Tuhan selain-Ku. Karena itu, sembahlah Aku dan dirikanlah Shalat untuk mengingat-Ku”. Ayat ini merupakan wahyu yang diturunkan kepada Nabi Musa a.s. Kemudian juga dalam Surah Al-Isra’, Allah berfirman, “Tidak ada Tuhan selain Dia”. Dari beberapa ayat tersebut, nampak jelas bahwa Tuhan dalam Islam adalah Allah. Selain terdapat dalam Al-Qur’an, konsep Laa ilaaha illallah juga terdapat dalam beberapa hadits. Diantaranya, dari ‘Abd Allah ibn Abi Qotadah dari ayahnya, bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Siapa yang mengucap, ‘Aku bersaksi tiada Tuhan selain Allah, dan bersaksi bahwa Muhammad utusan Allah’, dengan lisannya, dan dengan ini kalbunya tentram, niscaya ia diharamkan menghuni neraka”. Riwayat lain, dari Mu’ad ibn Jabal meriwayatkan dari Rasulullah saw. bahwa beliau bersabda, “Siapa yang akhir perkataannya Laa Ilaaha Illallah lalu meninggal Dunia, niscaya ia masuk surga.
  • 8. BAB II PERMASALAHAN Beberapa masalah yang akan dibahas pada Makalah ini antara lain : 2.1 Siapakah Tuhan itu? 2.2 Bagaimana Sejarah Pemikiran Manusia tentang Konsep Ketuhanan? 2.3 Siapakah Tuhan menurut Pandangan Islam? 2.4 Bagaimana Pembuktian Wujud Tuhan? 2.5 Apa Pengertian Iman dan Taqwa kepada Tuhan? 2.6 Bagaimana Tanda-tanda Orang Beriman serta Bertaqwa kepada Tuhan?
  • 9. BAB III PEMBAHASAN 3.1 Pengertian Tuhan Secara umum, Tuhan sering disebut-sebut dengan nama Sang Pencipta. Penggunaan Logika yang benar dapat mengantar manusia mengenal pencipta-Nya, yaitu dengan merenungi ciptaan-Nya serta tanda-tanda kekuasaan-Nya. Hal ini akan lebih lengkap jika dibarengi dengan qalbu yang tidak pernah membohongi pemilik-Nya. Kedua anugerah sangat berharga dari Sang Pencipta tersebut dilengkapi dengan panduan yang sesuai dengan tingkat kedewasaan dan kemampuan berfikir (logika) umat manusia. Itulah makanya penjelasan dalam kitab suci samawi selalu bertambah, dari yang paling awal hingga yang paling terakhir. Ibarat sebuah software, maka setiap edisi akan lebih baik dari edisi sebelumnya hingga sampai pada edisi yang sempurna. Namun demikian, pesan utamanya selalu sama walau umat yang menerima petunjuk tersebut tidak mau atau memang tidak memahami pesan dari kitab suci tersebut. Pesan tauhid selalu diletakkan dalam urutan nomor satu di dalam semua kitab samawi, mulai dari Shuhuf Ibrahim, Taurat, Zabur (Mazmur), Injil hingga Al- Qur'an. Sekuat apapun manusia mencoba menutupi kebenaran dan membelokkan ajaran tersebut, sunnatullah akan berkata lain. Kebenaran itu akan terkuak sekalipun masih ada saja manusia yang tetap tidak mau menerimanya. Sebagai contoh, Ajaran Ibrahim Alaihi Sallam (2000-1900 SM) hingga Musa Alaihi Sallam (1400 SM) yang sempat punah, ditulis kembali Oleh Ezra atau Uzair pada 536-456 SM yang masuk ke dalam Perjanjian Lama sebagai "The book of Ezra." Ajaran Ezra yang dibelokkan oleh Bani Israel, diperbarui dan digenapi oleh Injil yang diturunkan kepada Isa Alaihi Sallam (Abad Pertama Masehi). Saat ajaran Injil dibelokkan lagi, Al-Qur'an diturunkan kepada Muhammad Salallahu'alaihi Wasallam dan tidak pernah berubah hingga akhir zaman. Namun, ketika pelurusan Al-Qur'an tidak diterima oleh para ahli kitab (mereka yang mengimani kitab-kitab Taurat, Zabur, dan Injil), Allah memperingatkan ahli kitab dengan dua peristiwa besar, yaitu penemuan Naskah Laut Mati yang lebih banyak menyinggung kitab Perjanjian lama (Taurat) serta kajian sarjana Bible yang objektif dalam meluruskan ajaran Injil (Gospel, Perjanjian Baru). Umat Yahudi yang suka sekali bermain-main dengan sejarah untuk kepentingan semangat nasionalisme mereka, diberi peringatan dengan penemuan Naskah Qumran, dan umat Kristen yang suka melawan rasionalisme diberi peringatan dengan berbagai kajian objektif dan rasional tentang keyakinan mereka dengan pertanyaan, Masihkan mereka belum percaya juga? Jika umat muslim pun ikut-ikutan meninggalkan Al-Qur'an, maka entah peringatan apa yang akan mereka terima dari Allah. Upaya membelokkan peng-ESA-an Allah menjadi paham Trinitas dalam tradisi Gereja, sebenarnya sangat bertentangan dengan kitab suci yang menjadi panduan gereja itu sendiri. Namun keyakinan semu yang sudah mengendap lebih dari ± 20 abad lamanya ini
  • 10. agaknya menjadi penghalang paling besar bagi mereka untuk menghargai nalar dan akal di samping dogma, yang seharusnya sangat dapat diunggulkan. Bible memuat penyataan tegas dari Tuhan seperti: "Dengan siapa hendak kamu samakan Aku, seakan-akan Aku seperti dia? Firman Yang Mahakudus." (Yesaya 40: 25). Sama tegasnya dengan pernyataan Al-Qur'an: "Tidak ada satupun yang menyerupai-Nya." (QS. As-Syura [42]:11). Menunjuk pernyataan tegas dalam Bible di atas, maka sebenarnya ajaran tentang pribadi dan roh, hanyalah bualan semata. Tapi karena kepercayaan berkata lain, sebagian kelompok Kristen tidak menerima ayat ini, karena ayat ini terdapat di dalam kitab perjanjian lama yang mereka tolak, walaupun pada sisi lain para penolak perjanjian lama menggunakan beberapa ayatnya untuk melegalisir beberapa kepercayaannya berdasarkan Perjanjian Baru. Al-Qur'an juga menyinggung soal firman (kalam), namun dalam pengertian yang sangat berbeda dibandingkan dengan pemahaman gereja yang acapkali menggunakan ayat-ayat Al-Qur'an untuk mendukung pemahaman ketuhanan Yesus. Padahal ayat ini justru meluruskan pemahaman tentang firman. "(Ingatlah) ketika malaikat berkata: Wahai Maryam, sesungguhnya Allah memberi kabar gembira kepada engkau dengan kalimat dari pada-Nya, namanya Almasih "Isa anak Maryam, yang mempunyai kebesaran di dunia dan akhirat dan termasuk orang-orang yang dekat kepada Allah." (QS. Ali Imran[3]: 45). Kalimat yang dimaksud adalah seperti yang dijelaskan oleh Allah dalam surat yang sama pada ayat berikutnya yaitu: "Maryam berkata: Wahai Tuhanku, betapa mungkin aku mempunyai anak, padahal aku belurn pernah disentuh oleh seorang laki-lakipun. Allah berfirman: "Demikianlah Allah menciptakan apa yang dikendaki-Nya. Apabila Allah berkehendak menetapkan sesuatu, maka Allah hanya cukup berkata kepadanya: "Jadilah", lalu jadilah." (QS. Ali Imran[3]: 47). Dengan pengertian bahwa firman adalah perkataan Allah untuk mewujudkan kehendak-Nya, maka kata "milik" atau "dari" tidak boleh dihilangkan. Sebab ini sekaligus merupakan jawaban atas ketidakmampuan manusia untuk menalar adanya seorang manusia yang lahir tanpa pertemuan antara ovum dan sperma. Bahwa jika Allah berkehendak maka cukup berfirman "Kun" maka "jadilah" apa pun yang dikehendaki-Nya, termasuk penciptaan Adam atau Yesus. Hal ini tidak dapat dipungkiri baik oleh umat Kristen atau Muslim sebab baik menurut Alkitab maupun Al-Qur'an memang keduanya dijelaskan menjadi wujud melalui proses yang berbeda dari manusia pada umumnya. 3.2 Sejarah Pemikiran Manusia tentang Konsep Ketuhanan 3.2.1 Pemikiran Barat Yang dimaksud konsep Ketuhanan menurut pemikiran manusia adalah konsep yang didasarkan atas hasil pemikiran baik melalui pengalaman lahiriah maupun batiniah, baik yang bersifat penelitian rasional maupun pengalaman batin. Dalam literatur sejarah agama, dikenal teori evolusionisme, yaitu teori yang menyatakan adanya proses dari kepercayaan yang amat sederhana, lama-kelamaan meningkat menjadi sempurna. Teori tersebut mula-mula dikemukakan oleh Max Muller, kemudian dikemukakan oleh EB Taylor, Robertson Smith,
  • 11. Lubbock, dan Jevens. Proses perkembangan pemikiran tentang Tuhan menurut teori evolusionisme adalah sebagai berikut: a. Dinamisme Menurut paham ini, manusia sejak zaman primitif telah mengakui adanya kekuatan yang berpengaruh dalam kehidupan. Mula-mula sesuatu yang berpengaruh tersebut ditujukan pada benda. Setiap benda mempunyai pengaruh pada manusia, ada yang berpengaruh positif dan ada pula yang berpengaruh negatif. Kekuatan yang ada pada benda disebut dengan nama yang berbeda-beda, seperti mana (Melanesia), tuah (Melayu), dan syakti (India). Mana adalah kekuatan gaib yang tidak dapat dilihat atau diindera dengan panca indera. Oleh karena itu, dianggap sebagai sesuatu yang misterius. Meskipun mana tidak dapat diindera, tetapi ia dapat dirasakan pengaruhnya. b. Animisme Di samping kepercayaan dinamisme, masyarakat primitif juga mempercayai adanya peran roh dalam hidupnya. Setiap benda yang dianggap benda baik, mempunyai roh. Oleh masyarakat primitif, roh dipercayai sebagai sesuatu yang aktif sekalipun bendanya telah mati. Oleh karena itu, roh dianggap sebagai sesuatu yang selalu hidup, mempunyai rasa senang, rasa tidak senang, serta mempunyai kebutuhan-kebutuhan. Roh akan senang apabila kebutuhannya dipenuhi. Menurut kepercayaan ini, agar manusia tidak terkena efek negatif dari roh-roh tersebut, manusia harus menyediakan kebutuhan roh. Saji-sajian yang sesuai dengan advis dukun adalah salah satu usaha untuk memenuhi kebutuhan roh. c. Politeisme Kepercayaan dinamisme dan animisme lama-lama tidak memberikan kepuasan, karena terlalu banyak yang menjadi sanjungan dan pujaan. Roh yang lebih dari yang lain kemudian disebut dewa. Dewa mempunyai tugas dan kekuasaan tertentu sesuai dengan bidangnya. Ada Dewa yang bertanggung jawab terhadap cahaya, ada yang membidangi masalah air, ada yang membidangi angin dan lain sebagainya. d. Henoteisme Politeisme tidak memberikan kepuasan terutama terhadap kaum cendekiawan. Oleh karena itu dari dewa-dewa yang diakui diadakan seleksi, karena tidak mungkin mempunyai kekuatan yang sama. Lama-kelamaan kepercayaan manusia meningkat menjadi lebih definitif (tertentu). Satu bangsa hanya mengakui satu dewa yang disebut dengan Tuhan, namun manusia masih mengakui Tuhan (Ilah) bangsa lain. Kepercayaan satu Tuhan untuk satu bangsa disebut dengan henoteisme (Tuhan tingkat Nasional).
  • 12. e. Monoteisme Kepercayaan dalam bentuk henoteisme melangkah menjadi monoteisme. Dalam monoteisme hanya mengakui satu Tuhan untuk seluruh bangsa dan bersifat internasional. Bentuk monoteisme ditinjau dari filsafat Ketuhanan terbagi dalam tiga paham yaitu: deisme, panteisme, dan teisme. Evolusionisme dalam kepercayaan terhadap Tuhan sebagaimana dinyatakan oleh Max Muller dan EB. Taylor (1877), ditentang oleh Andrew Lang (1898) yang menekankan adanya monoteisme dalam masyarakat primitif. Dia mengemukakan bahwa orang-orang yang berbudaya rendah juga sama monoteismenya dengan orang-orang Kristen. Mereka mempunyai kepercayaan pada wujud yang Agung dan sifat-sifat yang khas terhadap Tuhan mereka, yang tidak mereka berikan kepada wujud yang lain. Dengan lahirnya pendapat Andrew Lang, maka berangsur-angsur golongan evolusionisme menjadi reda dan sebaliknya, sarjana-sarjana agama terutama di Eropa Barat mulai menantang evolusionisme dan memperkenalkan teori baru untuk memahami sejarah agama. Mereka menyatakan bahwa ide tentang Tuhan tidak datang secara evolusi, tetapi dengan relevansi atau wahyu. Kesimpulan tersebut diambil berdasarkan pada penyelidikan bermacam-macam kepercayaan yang dimiliki oleh kebanyakan masyarakat primitif. Dalam penyelidikan didapatkan bukti-bukti bahwa asal-usul kepercayaan masyarakat primitif adalah monoteisme dan monoteisme adalah berasal dari ajaran wahyu Tuhan. (Zaglul Yusuf, 1993: 26-37). 3.2.2 Pemikiran Umat Islam Di kalangan umat Islam terdapat polemik dalam masalah ketuhanan. Satu kelompok berpegang teguh dengan Jabariah, yaitu faham yang mengatakan bahwa Tuhan mempunyai kekuatan mutlak yang menjadi penentu segalanya. Di lain pihak ada yang berpegang pada doktrin Qodariah, yaitu faham yang mengatakan bahwa manusia lah yang menentukan nasibnya. Polemik dalam masalah ketuhanan di kalangan umat Islam pernah menimbulkan suatu dis-integrasi (perpecahan) umat Islam, yang cukup menyedihkan. Peristiwa al-mihnah yaitu pembantaian terhadap para tokoh Jabariah oleh penguasa Qadariah pada zaman khalifah al-Makmun (Dinasti Abbasiah). Munculnya faham Jabariah dan Qadariah berkaitan erat dengan masalah politik umat Islam setelah Rasulullah Muhammad meninggal. Sebagai kepala pemerintahaan, Abu Bakar Siddiq secara aklamasi formal diangkat sebagai pelanjut Rasulullah. Berikutnya digantikan oleh Umar Ibnu Al-Khattab, Usman dan Ali. Embrio ketegangan politik sebenarnya sudah ada sejak khalifah Abu Bakar, yaitu persaingan segitiga antara sekompok orang Anshar (pribumi Madinah), sekelompok orang Muhajirin yang fanatik dengan garis keturunan Abdul Muthalib (fanatisme Ali), dan kelompok mayoritas yang mendukung kepemimpinan Abu Bakar. Pada periode kepemimpinan Abu Bakar dan Umar, gejolak politik tidak muncul, karena sikap khalifah yang tegas, sehingga kelompok oposisi tidak diberikan kesempatan melakukan gerakannya. Ketika khalifah dipegang oleh Usman Ibn Affan (khalifah ke 3), ketegangan politik menjadi terbuka. Sistem nepotisme yang diterapkan oleh penguasa (wazir) pada masa khalifah Usman menjadi penyebab adanya reaksi negatif dari kalangan warga Abdul
  • 13. Muthalib. Akibatnya terjadi ketegangan, yang menyebabkan Usman sebagai khalifah terbunuh. Ketegangan semakin bergejolak pada khalifah berikutnya, yaitu Ali Ibn Abi Thalib. Dendam yang dikumandangkan dalam bentuk slogan bahwa darah harus dibalas dengan darah, menjadi motto bagi kalangan oposisi di bawah kepemimpinan Muawiyah bin Abi Sufyan. Pertempuran antara dua kubu tidak terhindarkan. Untuk menghindari perpecahan, antara dua kubu yang berselisih mengadakan perjanjian damai. Nampaknya bagi kelompok Muawiyah, perjanjian damai hanyalah merupakan strategi untuk memenangkan pertempuran. Amru bin Ash sebagai diplomat Muawiyah mengungkapkan penilaian sepihak. Pihak Ali yang paling bersalah, sementara pihaknya tidak bersalah. Akibat perjanjian itu pihak Ali (sebagai penguasa resmi) tersudut. Setelah dirasakan oleh pihak Ali bahwa perjanjian itu merugikan pihaknya, di kalangan pendukung Ali terbelah menjadi dua kelompok, yaitu : kelompok yang tetap setia kepada Ali, dan kelompok yang menyatakan keluar, namun tidak mau bergabung dengan Muawiyah. Kelompok pertama disebut dengan kelompok Syiah, dan kelompok kedua disebut dengan Khawarij. Dengan demikian umat Islam terpecah menjadi tiga kelompok politik, yaitu: 1) Kelompok Muawiyah (Sunni), 2) Kelompok Syiah, dan 3) Kelompok Khawarij. Untuk memenangkan kelompok dalam menghadapi oposisinya, mereka tidak segan-segan menggunakan konsep asasi. Kelompok yang satu sampai mengkafirkan kelompok lainnya. Menurut Khawarij, semua pihak yang terlibat perjanjian damai baik pihak Muawiyah maupun pihak Ali dinyatakan kafir. Pihak Muawiyah dikatakan kafir karena menentang pemerintah, sedangkan pihak Ali dikatakan kafir karena tidak bersikap tegas terhadap para pemberontak, berarti tidak menetapkan hukum berdasarkan ketentuan Allah. Mereka mengkafirkan Ali dan para pendukungknya, berdasarkan Al-Quran Surat Al-Maidah (5) : 44. 3.3 Pengertian Tuhan menurut Pandangan Islam Tuhan dalam Islam biasa kita sebut dengan Allah. Bagaimana kita membuktikan bahwa Allah itu ada? Cobalah kita perhatikan benda-benda di sekeliling kita, di rumah terdapat meja, kursi, almari, TV, komputer, dan segala macam perabotan, alat-alat dapur dan sebagainya. Apakah semua itu terjadi dengan sendirinya? Tentu tidak, semua itu pasti ada yang membuatnya. Siapakah yang membuatnya? Meski kita tidak tahu namanya, bagaimana bentuk tubuhnya, warna kulitnya, tetapi kita yakin bahwa yang membuat barang-barang itu tentulah manusia. Kita tentu akan menolak jika ada yang mengatakan bahwa barang-barang itu ada dengan sendirinya. Akal kita tidak menerima kalau benda-benda itu dibuat oleh hewan, atau yang serupa dengan benda itu. Misalnya meja, dibuat oleh manusia yang rupa dan jenisnya seperti meja. Bila kita arahkan pandangan ke lingkungan yang lebih luas lagi, kita akan menemukan banyak benda berupa hewan, ada yang jinak dan liar, yang berkaki dua, dan empat. Ada yang terbang dan ada pula berjalan lamban. Kita juga dapat menjumpai beraneka jenis tumbuh-tumbuhan, tanaman lunak dan keras. Ada yang berpohon menjalar, dan ada pula yang tinggi. Buahnya juga beraneka macam. Besar, kecil dengan rasa manis, kecut dan pahit. Bunga-bungaan juga menampilkan aneka macam warna indah yang menyenangkan mata memandangnya. Kita berkeyakinan bahwa tak mungkin benda-benda itu terjadi dengan sendirinya. Pastilah ada yang menciptakan, meskipun kita tidak pernah melihat penciptanya.
  • 14. Kita pun menolak kalau dikatakan bahwa yang menciptakan itu sama dengan benda-benda yang diciptakan. Pencipta ayam sama dengan ayam, pencipta manusia sama dengan manusia. Atau setidak-tidaknya ada keserupaan pencipta dengan makhluk, mempunyai mata, telinga, hidung, berwajah, berkaki, bertangan, dan sebagainya. Atau mungkinkah patung dapat menciptakan sesuatu. Kalau ya, alangkah lucunya dan kalau tidak mengapa ada yang menyembahnya, atau mengangkatnya sebagai Tuhan? Pencipta memang tidak sama dengan yang dicipta. Khalik tidak sama dengan makhluk. Ia adalah Dzat Yang Wajib Adanya (Dzat Wajibul Wujud). Bagaimana jenis dan bentuknya bukanlah jangkauan akal manusia, karena itu kita dilarang memikirkan Dzat Tuhan. Pikirkanlah ciptaan-Nya, janganlah pikirkan Dzat-Nya. Dengan melihat ciptaan yang begitu menakjubkan, kita percaya bahwa yang menciptakan tentulah lebih Agung lagi. Artinya : 62. Allah menciptakan segala sesuatu dan dia memelihara segala sesuatu. 63. Kepunyaan-Nyalah kunci-kunci (perbendaharaan) langit dan bumi, dan orang-orang yang kafir terhadap ayat-ayat Allah, mereka Itulah orang-orang yang merugi. Artinya : 255. Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan dia yang hidup kekal lagi terus-menerus mengurus (makhluk-Nya), tidak mengantuk dan tidak tidur. Kepunyaan-Nya apa yang di langit dan di bumi. Tiada yang dapat memberi syafa’at di sisi Allah tanpa izin-
  • 15. Nya. Allah mengetahui apa-apa yang di hadapan mereka dan di belakang mereka, dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah melainkan apa yang dikehendaki-Nya. Artinya : 114. Maka Maha Tinggi Allah raja yang sebenar-benarnya, dan janganlah kamu tergesa-gesa membaca Al-Qur’an sebelum disempurnakan mewahyukannya kepadamu, dan Katakanlah: “Ya Tuhanku, tambahkanlah kepadaku ilmu pengetahuan.” 3.4 Pembuktian Wujud Tuhan 3.4.1 Metode Pembuktian Ilmiah Tantangan zaman modern terhadap agama terletak dalam masalah metode pembuktian. Metode ini mengenal hakikat melalui percobaan dan pengamatan, sedang akidah agama berhubungan dengan alam di luar indera, yang tidak mungkin dilakukan percobaan (agama didasarkan pada analogi dan induksi). Hal inilah yang menyebabkan menurut metode ini agama batal, sebab agama tidak mempunyai landasan ilmiah. Sebenarnya sebagian ilmu modern juga batal, sebab juga tidak mempunyai landasan ilmiah. Metode baru tidak mengingkari wujud sesuatu, walaupun belum diuji secara empiris. Di samping itu metode ini juga tidak menolak analogi antara sesuatu yang tidak terlihat dengan sesuatu yang telah diamati secara empiris. Hal ini disebut dengan “Analogi Ilmiah” dan dianggap sama dengan percobaan empiris. Suatu percobaan dipandang sebagai kenyataan ilmiah, tidak hanya karena percobaan itu dapat diamati secara langsung. Demikian pula suatu analogi tidak dapat dianggap salah, hanya karena dia analogi. Kemungkinan benar dan salah dari keduanya berada pada tingkat yang sama. Percobaan dan pengamatan bukanlah metode Sains yang pasti, karena ilmu pengetahuan tidak terbatas pada persoalan yang dapat diamati dengan hanya penelitian secara empiris saja. Teori yang disimpulkan dari pengamatan merupakan hal-hal yang tidak punya jalan untuk mengobservasi. Orang yang mempelajari ilmu pengetahuan modern berpendapat bahwa kebanyakan pandangan pengetahuan modern, hanya merupakan interpretasi terhadap pengamatan dan pandangan tersebut belum dicoba secara empiris. Oleh karena itu, banyak sarjana percaya padanya hakikat yang tidak dapat diindera secara langsung. Sarjana mana pun tidak mampu melangkah lebih jauh tanpa berpegang pada kata-kata seperti: “Gaya” (force), “Energy”, “Alam” (nature), dan “Hukum Alam”. Padahal tidak ada seorang sarjana pun yang mengenal apa itu : “Gaya, Energi, Alam, dan Hukum Alam”. Sarjana tersebut tidak mampu memberikan penjelasan terhadap kata-kata tersebut secara sempurna, sama seperti
  • 16. ahli teologi yang tidak mampu memberikan penjelasan tentang sifat Tuhan. Keduanya percaya sesuai dengan bidangnya pada sebab-sebab yang tidak diketahui. Dengan demikian tidak berarti bahwa agama adalah “Iman kepada yang Ghaib” dan ilmu pengetahuan adalah percaya kepada “Pengamatan Ilmiah”. Sebab, baik agama maupun ilmu pengetahuan kedua-duanya berlandaskan pada keimanan pada yang ghaib. Hanya saja ruang lingkup agama yang sebenarnya adalah ruang lingkup “Penentuan Hakikat” terakhir dan asli, sedang ruang lingkup ilmu pengetahuan terbatas pada pembahasan ciri-ciri luar saja. Kalau ilmu pengtahuan memasuki bidang penentuan hakikat, yang sebenarnya adalah bidang agama, berarti ilmu pengetahuan telah menempuh jalan iman kepada yang ghaib. Oleh sebab itu harus ditempuh bidang lain. Para sarjana masih menganggap bahwa hipotesis yang menafsirkan pengamatan tidak kurang nilainya dari hakikat yang diamati. Mereka tidak dapat mengatakan : “Kenyataan yang diamati adalah satu-satunya “ilmu” dan semua hal yang berada di luar kenyataan bukan ilmu, sebab tidak dapat diamati”. Sebenarnya apa yang disebut dengan iman kepada yang ghaib oleh orang mukmin, adalah iman kepada hakikat yang tidak dapat diamati. Hal ini tidak berarti satu kepercayaan buta, tetapi justru merupakan interpretasi yang terbaik terhadap kenyataan yang tidak dapat diamati oleh para sarjana. 3.4.2 Keberadaan Alam Membuktikan Adanya Tuhan Adanya alam serta organisasinya yang menakjubkan dan rahasianya yang pelik, tidak boleh tidak memberikan penjelasan bahwa ada sesuatu kekuatan yang telah menciptakannya, suatu “Akal” yang tidak ada batasnya. Setiap manusia normal percaya bahwa dirinya “ada” dan percaya pula bahwa alam ini “ada”. Dengan dasar itu dan dengan kepercayaan inilah dijalani setiap bentuk kegiatan ilmiah dan kehidupan. Jika percaya tentang eksistensi alam, maka secara logika harus percaya tentang adanya Pencipta Alam. Pernyataan yang mengatakan : “Percaya adanya makhluk, tetapi menolak adanya Khaliq adalah suatu pernyataan yang tidak benar”. Belum pernah diketahui adanya sesuatu yang berasal dari tidak ada tanpa diciptakan. Segala sesuatu bagaimanapun ukurannya, pasti ada penyebabnya. Oleh karena itu, bagaimana akan percaya bahwa alam semesta yang demikian luasnya, ada dengan sendirinya tanpa pencipta? 3.4.3 Pembuktian Adanya Tuhan dengan Pendekatan Fisika Sampai abad ke-19, pendapat yang mengatakan bahwa alam menciptakan dirinya sendiri (alam bersifat azali) masih banyak pengikutnya. Tetapi setelah ditemukan “Hukum Kedua Termodinamika” (Second Law of Thermodynamics), pernyataan ini telah kehilangan landasan berpijak. Hukum tersebut yang dikenal dengan hukum keterbatasan energi atau teori pembatasan perubahan energi panas membuktikan bahwa adanya alam tidak mungkin bersifat azali. Hukum tersebut menerangkan bahwa energi panas selalu berpindah dari keadaan panas beralih menjadi tidak panas. Sedang kebalikannya tidak mungkin, yakni energi panas tidak
  • 17. mungkin berubah dari keadaan yang tidak panas menjadi panas. Perubahan energi panas dikendalikan oleh keseimbangan antara “energi yang ada” dengan “energi yang tidak ada”. Bertitik tolak dari kenyataan bahwa proses kerja kimia dan fisika di alam terus berlangsung, serta kehidupan tetap berjalan. Hal itu membuktikan secara pasti bahwa alam bukan bersifat azali. Seandainya alam ini azali, maka sejak dulu alam sudah kehilangan energinya, sesuai dengan hukum tersebut dan tidak akan ada lagi kehidupan di alam ini. Oleh karena, itu pasti ada yang menciptakan alam yaitu Tuhan. 3.4.4 Pembuktian Adanya Tuhan dengan Pendekatan Astronomi Benda alam yang paling dekat dengan bumi adalah bulan, yang jaraknya dari bumi sekitar 240.000 mil, yang bergerak mengelilingi bumi dan menyelesaikan setiap edarannya selama dua puluh sembilan hari sekali. Demikian pula bumi yang terletak 93.000.000.000 mil dari matahari berputar pada porosnya dengan kecepatan seribu mil per jam dan menempuh garis edarnya sepanjang 190.000.000 mil setiap setahun sekali. Di samping bumi terdapat gugus sembilan planet tata surya, termasuk bumi, yang mengelilingi matahari dengan kecepatan luar biasa. Matahari tidak berhenti pada suatu tempat tertentu, tetapi ia beredar bersama-sama dengan planet-planet dan asteroid mengelilingi garis edarnya dengan kecepatan 600.000 mil per jam. Di samping itu masih ada ribuan sistem selain “sistem tata surya” kita dan setiap sistem mempunyai kumpulan atau galaxy sendiri-sendiri. Galaxy-galaxy tersebut juga beredar pada garis edarnya. Galaxy dimana terletak sistem matahari kita, beredar pada sumbunya dan menyelesaikan edarannya sekali dalam 200.000.000 tahun cahaya. Logika manusia dengan memperhatikan sistem yang luar biasa dan organisasi yang teliti, akan berkesimpulan bahwa mustahil semuanya ini terjadi dengan sendirinya, bahkan akan menyimpulkan bahwa di balik semuanya itu ada kekuatan maha besar yang membuat dan mengendalikan sistem yang luar biasa tersebut, kekuatan maha besar tersebut adalah Tuhan. Metode pembuktian adanya Tuhan melalui pemahaman dan penghayatan keserasian alam tersebut oleh Ibnu Rusyd diberi istilah “Dalil Ikhtira”. Di samping itu Ibnu Rusyd juga menggunakan metode lain yaitu “Dalil Inayah”. Dalil Inayah adalah metode pembuktian adanya Tuhan melalui pemahaman dan penghayatan manfaat alam bagi kehidupan manusia (Zakiah Daradjat, 1996:78-80). 3.5 Pengertian Iman dan Taqwa kepada Tuhan Iman menurut bahasa adalah membenarkan. Adapun menurut istilah syari’at yaitu meyakini dengan hati, mengucapkan dengan lisan dan membuktikannya dalam amal perbuatan yang terdiri dari tujuh puluh tiga hingga tujuh puluh sembilan cabang. Yang tertinggi adalah ucapan لله هال ا اَ dan yang terendah adalah menyingkirkan gangguan dari jalan yang menggangu orang yang sedang berjalan, baik berupa batu, duri, barang bekas, sampah, dan sesuatu yang berbau tak sedap atau semisalnya. Rasulullah Shallahu’alaihi wa Sallam bersabda, ”Iman lebih dari tujuh puluh atau enam puluh cabang, paling utamanya
  • 18. perkataan لله هال ا اَ dan yang paling rendahnya menyingkirkan gangguan dari jalan, dan malu merupakan cabang dari keimanan.” (Riwayat Muslim: 35, Abu Dawud: 4676, Tirmidzi: 2614). Secara pokok, iman memiliki enam rukun sesuai dengan yang disebutkan dalam hadist Jibril (Hadist no. 2 pada hadist arba’in an-Nawawi) tatkala bertanya kepada Nabi Muhammad Shallahu’alaihi wa Sallam tentang iman, lalu beliau menjawab, ”Iman adalah engkau percaya kepada Allah, para malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, para rasul-Nya, hari akhir, dan percaya kepada taqdir-Nya, yang baik dan yang buruk.” (Mutafaqqun ‘alaihi). Adapun cakupan dan jenisnya, keimanan mencakup seluruh bentuk amal kebaikan yang kurang lebih ada tujuh puluh tiga cabang. Karena itu Allah menggolongkan dan menyebut ibadah shalat dengan sebutan iman dalam firmanNya, ”Dan Allah tidak akan menyia-nyiakan imanmu”. (QS. Al-Baqarah:143). Para ahli tafsir menyatakan, yang dimaksud ’imanmu’ adalah shalatmu tatkala engkau menghadap ke arah baitul maqdis, karena sebelum turun perintah shalat menghadap ke Baitullah (Ka’bah) para sahabat mengahadap ke Baitul Maqdis. Iman kepada Allah adalah mempercayai bahwa Dia itu maujud (ada) yang disifati dengan sifat-sifat keagungan dan kesempurnaan, yang suci dari sifat-sifat kekurangan. Dia Maha Esa, Maha Benar, tempat bergantung para makhluk, tunggal (tidak ada yang setara dengan Dia), Pencipta segala makhluk, yang melakukan segala yang dikehendaki-Nya, dan mengerjakan dalam kerajaan- Nya apa yang dikehendaki-Nya. Beriman kepada Allah juga bisa diartikan, berikrar dengan macam-macam tauhid yang tiga serta beri’tiqad (berkeyakinan) dan beramal dengannya yaitu tauhid rububiyyah, tauhid uluhiyyah, dan tauhid al-asma’ wa ash-shifaat. Iman kepada Allah mengandung empat unsur: 1. Beriman akan adanya Allah. Mengimani adanya Allah ini bisa dibuktikan dengan: (a). Bahwa manusia mempunyai fitrah mengimani adanya Tuhan tanpa harus didahului dengan berfikir dan sebelumnya. Fitrah ini tidak akan berubah kecuali ada sesuatu pengaruh lain yang mengubah hatinya. Nabi Muhammad Shallahu’alaihi wa Sallam bersabda: ”Tidaklah anak itu lahir melainkan dalam keadaan fitrah, kedua orangtuanya lah yang menjadikan mereka Yahudi, Nashrani, atau Majusi.” (HR. Bukhori). Bahwa makhluk tersebut tidak muncul begitu saja secara kebetulan, karena segala sesuatu yang wujud pasti ada yang mewujudkan yang tidak lain adalah Allah, Tuhan semesta alam. Allah berfirman, ”Apakah mereka diciptakan tanpa sesuatupun ataukah mereka yang menciptakan (diri mereka sendiri)?” (QS. Ath-Thur: 35). Maksudnya, tidak mungkin mereka tercipta tanpa ada yang menciptakan dan tidak mungkin mereka mampu menciptakan dirinya sendiri. Berarti mereka pasti ada yang menciptakan, yaitu Allah yang maha suci. Lebih jelasnya kita ambil contoh, seandainya ada orang yang memberitahu anda ada sebuah istana yang sangat megah yang dikelilingi taman, terdapat sungai yang mengalir di sekitarnya, di dalamnya penuh permadani, perhiasan dan ornamen-ornamen indah. Lalu orang tersebut berkata kepada anda, istana yang lengkap beserta isinya itu ada dengan sendirinya atau muncul begitu saja tanpa ada yang membangunnya. Maka anda pasti segera mengingkari dan tidak mempercayai cerita
  • 19. tersebut dan anda menganggap ucapannya itu sebagai suatu kebodohan. Lalu apa mungkin alam semesta yang begitu luas yang dilengkapi dengan bumi, langit, bintang, dan planet yang tertata rapi, muncul dengan sendirinya atau muncul dengan tiba-tiba tanpa ada yang menciptakan? (b). Adanya kitab-kitab samawi yang membicarakan tentang adanya Allah. Demikian pula hukum serta aturan dalam kitab-kitab tersebut yang mengatur kehidupan demi kemaslahatan manusia menunjukkan bahwa kitab-kitab tersebut berasal dari Tuhan Yang Maha Esa. (c). Adanya orang-orang yang dikabulkan do’anya. Ditolongnya orang-orang yang sedang mengalami kesulitan, ini menjadi bukti-bukti kuat adanya Allah. Allah berfirman: ”Dan (ingatlah kisah) Nuh, sebelum itu ketika dia berdoa, dan kami memperkenankan doanya, lalu kami selamatkan dia beserta keluarganya dari bencana yang besar.” (QS. Al- Anbiya’: 76). (d). Adanya tanda-tanda kenabian seorang utusan yang disebut mukjizat adalah suatu bukti kuat adanya Dzat yang mengutus mereka yang tidak lain Dia adalah Allah Azza wa Jalla. Misalnya: Mukjizat nabi Musa ’Alahissalam. Tatkala beliau diperintah memukulkan tongkatnya ke laut sehingga terbelahlah lautan tersebut menjadi dua belas jalan yang kering dan air di antara jalan-jalan tersebut laksana gunung. Firman Allah, ”Lalu kami wahyukan kepada Musa: “Pukullah lautan itu dengan tongkatmu”. Maka terbelahlah lautan itu dan tiap-tiap belahan adalah seperti gunung yang besar”. (QS. Asy-Syu’ara’: 63). Contoh lain adalah mukjizat yang diberikan kepada nabi Isa ’Alaihissalam berupa membuat burung dari tanah, menyembuhkan orang buta sejak lahirnya dan penyakit sopak (sejenis penyakit kulit), menghidupkan orang mati dan mengeluarkan dari kuburannya atas izin Allah. Allah berfirman: “Sesungguhnya Aku Telah datang kepadamu dengan membawa sesuatu tanda (mukjizat) dari Tuhanmu, yaitu Aku membuat untuk kamu dari tanah berbentuk burung; Kemudian Aku meniupnya, Maka ia menjadi seekor burung dengan seizin Allah; dan Aku menyembuhkan orang yang buta sejak dari lahirnya dan orang yang berpenyakit sopak; dan Aku menghidupkan orang mati dengan seizin Allah; dan Aku kabarkan kepadamu apa yang kamu makan dan apa yang kamu simpan di rumahmu ”. (QS. Ali Imran: 49). 2. Mengimani sifat rububiyah Allah (Tauhid Rububiyah) yaitu mengimani sepenuhnya bahwa Allah-lah memberi rizki, menolong, menghidupkan, mematikan dan bahwasanya Dia itu adalah pencipta alam semesta, Raja dan Penguasa segala sesuatu. 3. Mengimani sifat uluhiyah Allah (Tauhid Uluhiyah) yaitu mengimani hanya Dia lah yang tidak ada sekutu bagi-Nya, meng-Esakan Allah melalui segala ibadah yang memang disyariatkan dan diperintahkan-Nya dengan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun baik seorang malaikat, nabi, wali maupun yang lainnya. Tauhid rububiyah saja tanpa adanya tauhid uluhiyah belum bisa dikatakan beriman kepada Allah karena kaum musyrikin pada zaman Rasulullah Shallahu’alaihi wa Sallam juga mengimani tauhid rububiyah saja tanpa mengimani tauhid uluhiyah, mereka mengakui bahwa Allah yang memberi rizki dan mengatur segala urusan tetapi mereka juga menyembah sesembahan selain Allah. Allah
  • 20. berfirman, “Katakanlah: ‘Siapakah yang memberi rizki kepadamu, dari langit dan bumi, atau siapakah yang kuasa (menciptakan) pendengaran dan penglihatan, dan siapakah yang mengeluarkan yang hidup dari yang mati dan yang mengeluarkan yang mati dari yang hidup dan siapakah yang mengatur segala urusan.’ Maka, mereka men-jawab: ‘Allah.’ Maka, katakanlah: ‘Mengapa kamu tidak bertaqwa (kepada-Nya)?” (QS. Yusuf: 31-32). Dan Allah berfirman, “Dan sebagian besar dari mereka tidak beriman kepada Allah, melainkan dalam keadaan mempersekutukan Allah (dengan sembahan-sembahan lain ).” (QS. Yusuf : 106). 4. Mengimani Asma’ dan Sifat Allah (Tauhid Asma’ wa Sifat) yaitu menetapkan apa-apa yang Allah dan Rasul-Nya telah tetapkan atas diri-Nya baik itu berkenaan dengan nama-nama maupun sifat-sifat Allah, tanpa tahrif dan ta’thil serta tanpa takyif dan tamtsil. Dua prinsip dalam meyakini sifat Allah Subhanahu wa ta’ala, Allah Subhanahu wa ta’ala wajib disucikan dari semua sifat-sifat kurang secara mutlak, seperti ngantuk, tidur, lemah, bodoh, mati, dan lainnya. Allah mempunyai nama dan sifat yang sempurna yang tidak ada kekurangan sedikit pun juga, tidak ada sesuatu pun dari makhluk yang menyamai sifat-sifat Allah. Imam Abu Hanifah rahimahullah berkata: “Allah juga memiliki tangan, wajah dan diri seperti disebutkan sendiri oleh Allah dalam Al-Qur’an. Maka apa yang disebutkan oleh Allah tentang wajah, tangan dan diri menunjukkan bahwa Allah mempunyai sifat yang tidak boleh direka-reka bentuknya. Dan juga tidak boleh disebutkan bahwa tangan Allah itu artinya kekuasaan-Nya atau nikmat-Nya, karena hal itu berarti meniadakan sifat-sifat Allah, sebagaimana pendapat yang dipegang oleh ahli qadar dan golongan Mu’tazilah. Beliau juga berkata: “Allah tidak serupa dengan makhluk-Nya, dan makhluk-Nya juga tidak serupa dengan Allah. Allah itu tetap akan selalu memiliki nama-nama dan sifat-sifat-Nya. Allah berfirman, ”Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia.” (QS. Asy-Syuura’: 11). Beriman kepada Allah secara benar sebagaimana digambarkan akan membuahkan beberapa hasil yang sangat agung bagi orang-orang beriman, diantaranya: merealisasikan pengesaan kepada Allah sehingga tidak menggantungkan harapan kepada selain Allah, tidak takut, dan tidak menyembah kepada selain-Nya. Menyempurnakan kecintaan terhadap Allah, serta mengagungkan-Nya sesuai dengan kandungan makna nama-nama-Nya yang indah dan sifat-sifat-Nya Yang Agung. Merealisasikan ibadah kepada Allah dengan mengerjakan apa yang diperintah serta menjauhi apa yang dilarang-Nya. Pengertian Taqwa secara dasar adalah menjalankan perintah, dan menjauhi larangan. Kepada siapa? Maka dilanjutkan dengan kalimat Taqwallah yaitu taqwa kepada Allah SWT. Kelihatan kata-kata tersebut ringan diucapkan tapi kenyataannya banyak orang yang belum sanggup bahkan terkesan asal-asalan dalam menerapkan arti kata Taqwa tersebut, lihat sekitar kita ada beberapa orang yang tidak berpuasa dan terang-terangan makan di tempat umum, padahal bila ditanya " mas, agama-nya apa?" jawab-nya muslim, ada juga yang sudah berpuasa tapi masih suka melirik kanan-kiri dan ketika ditanya " mas, ini kan lagi puasa?" jawabnya cuma sebentar kan boleh. Ya... Allah, manusia..., manusia.., sebenarnya banyak contoh bagaimana lingkungan di sekitar kita atau mungkin kita pribadi masih belum mampu mengemban amanah Taqwallah dengan sepenuhnya.
  • 21. Taqwa = Terdiri dari 3 Huruf. Ta = Tawadhu' artinya sikap rendah diri (hati), patuh, taat baik kepada aturan Allah SWT, maupun kepada sesama muslim jangan menyombongkan diri / sok. Qof = Qona'ah artinya sikap menerima apa adanya (ikhlas), dalam semua aspek, baik ketika mendapat rahmat atau ujian, barokah atau musibah, kebahagiaan atau teguran dari Allah SWT, harus disyukuri dengan hati yang lapang dada. Wau = Wara' artinya sikap menjaga hati / diri (introspeksi), ketika menemui hal yang bersifat subhat (tidak jelas hukum-nya) atau yang bersifat haram (yang dilarang) oleh Allah SWT. Beberapa ulama mendifinisikan dengan : Taqwa = dari kata = waqa-yaqi-wiqayah = memelihara yang artinya memelihara iman agar terhindar dari hal-hal yang dibenci dan dilarang oleh Allah SWT. Taqwa = Takut yang artinya takut akan murka da adzab allah SWT. Taqwa = Menghindar yang artinya menjauh dari segala keburukan dan kejelekan dari sifat syetan. Taqwa = Sadar yang artinya menyadari bahwa diri kita makhluk ciptaan Allah sehingga apapun bentuk perintah-nya harus di taati, dan jangan sekali-kali menutup mata akan hal ini. "Hai Orang-orang beriman bertaqwalah kamu kepada Allah, dengan sebenar-benar taqwa, dan janganlah kalian mati, melainkan dalam keadaan beragama islam." (Al-Imron : 102). 3.6 Tanda-tanda Orang Beriman serta Bertaqwa kepada Tuhan 1. Sangat mencintai Allah SWT. Ketahuilah bahwa orang kalau sudah mencintai pastinya akan sangat trengginas, cekatan dan aktif, dan dalam hal ini melakukan berbagai macam kebajikan sebagai wujud akan rasa cintanya. Dalilnya, Surat Al-Baqarah ayat 165. وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَتَّخِذُ مِنْ دُونِ اللََِّّ أَنْدَادًا يُحِبُّونَهُمْ كَحُبِِّ اللََِّّ وَالَّذِينَ آمَ نُوا أَ دََُّ حُبًّا لِلََِّّ وَلَوْ يَرَى الَّذِينَ ظَلَمُوا إِذْ يَرَوْنَ الْعَذَابَ أَنَّ الْقُوَّ ةَ لِلََِّّ جَمِيعًا وَ أَنَّ اللَََّّ دََِيدُ الْعَذَابِ Artinya: “Dan diantara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman Amat sangat cintanya kepada Allah. Dan jika seandainya orang-orang yang berbuat zalim itu mengetahui ketika mereka melihat siksa (pada hari kiamat), bahwa kekuatan itu kepunyaan Allah semuanya, dan bahwa Allah Amat berat siksaan-Nya (niscaya mereka menyesal)”.
  • 22. 2. Menjadi Kader Perjuangan Islam. Dalilnya Surat Al-Anfaal ayat 64-65. فَكَذَّبُوهُ فَأنَْجَيْنَاهُ وَالَّذِينَ مَعَهُ فِي الْفُلْكِ وَأَغْرَقْنَا الَّذِينَ كَذَّبُوا بِآ يَا نَِِا إِنَّهُمْ كَانُوا قَوْمًا عَمِينَ وَإِلَى عَادٍ أَخَاهُمْ هُودًا قَالَ يَا قَوْ مِ اعْبُدُوا اللَََّّ مَا لَكُمْ مِنْ إِلَهٍ غَيْرُهُ أَفَلا تَّقُونَ Artinya: 64. “Maka mereka mendustakan Nuh, kemudian Kami selamatkan Dia dan orang-orang yang bersamanya dalam bahtera, dan Kami tenggelamkan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat kami. Sesungguhnya mereka adalah kaum yang buta (mata hatinya).” 65. “Dan (kami telah mengutus) kepada kaum 'Aad saudara mereka, Hud. ia berkata: "Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada Tuhan bagimu selain dari-Nya. Maka mengapa kamu tidak bertakwa kepada-Nya?” 3. Selalu Komitmen dalam Syahadatnya. Dalilnya Surat Al-Fath ayat 18. لَقَدْ رَضِيَ اللََُّّ عَنِ الْمُؤْمِنِينَ إِذْ يُبَايِعُونَكَ حَِْتَ الشَّجَرَةِ فَعَلِمَ مَا ف ي قُلُوبِهِمْ فَأنَْزَلَ السَّكِينَةَ عَلَيْهِمْ وَأَثَابَهُمْ فَتْحًا قَرِيبًا Artinya: “Sesungguhnya Allah telah ridha terhadap orang-orang mukmin ketika mereka berjanji setia kepadamu di bawah pohon, Maka Allah mengetahui apa yang ada dalam hati mereka lalu menurunkan ketenangan atas mereka dan memberi Balasan kepada mereka dengan kemenangan yang dekat (waktunya)”. 4. Tiap Pekerjaan selalu didasari Ilmu. Dalilnya Surat Al-Isar' ayat 36. وَلا قَِْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ إِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ أُولَئِكَ كَ انَ عَنْهُ مَسْئُولا Artinya: “Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya”.
  • 23. 5. Hidup Berjamaah Dalilnya Surat An-Nisa' ayat 59. إِنَّ مَثَلَ عِيسَى عِنْدَ اللََّّ كَمَثَلِ آدَمَ خَلَقَهُ مِنْ رَُِابٍ ثُمَّ قَالَ لَهُ كُنْ فَيَكُ ونُ Artinya: “Sesungguhnya misal (penciptaan) Isa di sisi Allah, adalah seperti (penciptaan) Adam. Allah menciptakan Adam dari tanah, kemudian Allah berfirman kepadanya: "Jadilah" (seorang manusia), Maka jadilah Dia”. 6. Senantiasa Bersyukur. Dalinya Surat Saba ayat 13. يَعْمَلُونَ لَهُ مَا يَشَاءُ مِنْ مَحَارِيبَ وَ مََِاثِيلَ وَجِفَانٍ كَالْجَوَابِ وَقُدُورٍ رَاسِ يَا اعْمَلُوا آلَ دَاوُدَ كَُْرًا وَقَلِيلٌ مِنْ عِبَادِيَ الشَّكُور Atinya: “Para jin itu membuat untuk Sulaiman apa yang dikehendakiNya dari gedung-gedung yang Tinggi dan patung-patung dan piring-piring yang (besarnya) seperti kolam dan periuk yang tetap (berada di atas tungku). Bekerjalah Hai keluarga Daud untuk bersyukur (kepada Allah). dan sedikit sekali dari hamba-hambaKu yang berterima kasih”.
  • 24. BAB IV PENUTUP KESIMPULAN Filsafat Ketuhanan adalah pemikiran tentang Tuhan dengan pendekatan akal budi, maka dipakai pendekatan yang disebut filosofis. 1) Manusia, hewan, tumbuhan dan seluruh alam semesta ini lahir pasti ada penyebabnya, pasti ada penciptanya, dan penciptanya itu adalah Allah tuhan bagi seluruh makhluk. 2) Keimanan tidak hanya diucapkan lewat bibir, tapi juga harus diyakini dalam hati, dan dibuktikan lewat perbuatan. 3) Iman atau kepercayaan merupakan dasar utama seseorang dalam memeluk sesuatu agama karena dengan keyakinan dapat membuat orang untuk melakukan apa yang diperintahkan dan apa yang dilarang oleh keyakinannya tersebut atau dengan kata lain iman dapat membentuk orang jadi bertaqwa. 4) Takwa adalah melaksanakan perintah Allah dan menjauhkan larangannya. 5) Iman adalah percaya pada pandangan dan sikap hidup dengan ajaran Allah, yaitu al-Qur’an menurut Sunnah Rasul, atau dengan selain ajaran Allah, yang terwujud ke dalam ucapan dan perbuatan. SARAN Semoga makalah ini dapat menjadi referensi bagi semua pihak untuk dapat lebih mengembangkan ilmu pengetahuan Agama Islam dan dapat pula mengerti dan paham akan ketakwaan keimanannya kepada Allah SWT.