Materi ini adalah tugas dari mata kuliah aset bangunan dan lingkungan, dimana kita dapat lebih mengetahui tentang cara pengelolaan sampah yang baik dan benar, serta jenis jenis sampah yang lazim pada umumnya
Pak Sujiman menjadi salah satu ikon yang cukup populer di Jawa Timur dengan produk pupuk cair organiknya. Pria asal Lirboyo, Kediri ini membuat sendiri pupuk dan komposter dari sampah-sampah organik. Beliau juga sering memberikan pelatihan mengenai pembuatan pupuk cair organik yang disebut dengan Jussos.
file ini berisi metode dan segala hal yang berkaitan dengan perkuliahan kesehatan lingkungan dalam mata kuliah pengelolaan sampah, semua terangkum dengan bahasa yang jelas dan mudah dipahami untuk informasi yang kurang dipahami dapat menghubungi saya secara langsung via email risaastriani@yahoo.com
Materi Pengolahan Sampah ini akan menjelaskan berbagai hal mulai dari latar belakang, tujuan, dan materi terkait mengenai berbagai cara dalam mengolah sampah.
FKM UNSRI ALIH PROGRAM 2013
Pak Sujiman menjadi salah satu ikon yang cukup populer di Jawa Timur dengan produk pupuk cair organiknya. Pria asal Lirboyo, Kediri ini membuat sendiri pupuk dan komposter dari sampah-sampah organik. Beliau juga sering memberikan pelatihan mengenai pembuatan pupuk cair organik yang disebut dengan Jussos.
file ini berisi metode dan segala hal yang berkaitan dengan perkuliahan kesehatan lingkungan dalam mata kuliah pengelolaan sampah, semua terangkum dengan bahasa yang jelas dan mudah dipahami untuk informasi yang kurang dipahami dapat menghubungi saya secara langsung via email risaastriani@yahoo.com
Materi Pengolahan Sampah ini akan menjelaskan berbagai hal mulai dari latar belakang, tujuan, dan materi terkait mengenai berbagai cara dalam mengolah sampah.
FKM UNSRI ALIH PROGRAM 2013
SAMPAH ORGANIK DAN MANFAATNYA BAGI MANUSIASutiahHanuji
Sampah organik adalah sampah yang berasal dari sisa-sisa organisme makhluk hidup baik manusia, hewan, serta tumbuhan.
Sampah organik sering ditemukan dalam kehidupan sehari-hari. Adapun contoh yang termasuk sampah organik adalah sisa sayur dan buah, kotoran hewan hingga daun kering.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), definisi sampah yaitu sebagai suatu barang yang dibuang karena sudah tidak terpakai lagi atau sisa dari kegiatan manusia. Sedangkan, maksud dari organik adalah suatu zat yang berasal dari makhluk hidup.
Berdasarkan asalnya, sampah terbagi menjadi 2 yaitu sampah organik dan anorganik. Dalam artikel ini, kita akan membahas penjelasan dari sampah organik, jenis, contoh, hingga cara mengolahnya.
MANFAAT PENGOLAHAN SAMPAH ORGANIK DENGAN KONSEP MEGALABINOVASI
1. Dapat mengatasi persoalan sampah organik yang apabila tidak dicarikan solusi yang tepat maka akan menjadi beban bagi para pelaku usaha baik itu perusahaan, instansi dan juga bagi lingkungan sekitar.
2. Keberadaan unit instalasi pengolahan sampah organik dengan konsep MEGALABINOVASI ini sangat ramah terhadap lingkungan, dikarenakan tidak menimbulkan bau, sehingga dapat di install pada lokasi yang berdekatan dengan warga.
3. Unit instalasi pengolahan sampah organik dengan konsep ini sangat unik dan bermanfaat, sehingga dapat menumbuhkan citra yang positif bagi warga sebagai komunitas pecinta lingkungan.
4. Beban pemeliharaan unit instalasi pengolahan sampah organik dengan konsep ini sangat ringan, maka secara jangka panjang akan memberikan penghematan beban pengolahan sampah yang cukup signifikan.
5. Konsep ini tidak mengandung unsur kimia dalam proses pengolahannya.
6. Proses yang dihasilkan berupa biogas bertekanan rendah, sehingga sangat aman di gunakan.
7. Desain dari unit instalasi pengolahan sampah organik dengan konsep ini dirancang secara customized sesuai citra yang diharapkan sehingga tidak terkesan sebagai tempat pengolahan sampah.
PRINSIP KERJA BIODIGESTER DENGAN KONSEP
Memanfaatkan proses pencernaan yang dilakukan oleh bakteri methanogen yang akan menghasilkan gas methana (CH4)
Gas methana yang dihasilkan bisa mencapai hingga 60% dari keseluruhan gas hasil reaktor, sisanya didominasi oleh CO2
Bakteri methanogen bekerja dalam lingkungan yang tidak ada udara (an aerob), sehingga proses ini bisa disebut pencernaan an aerob (an aerob digestion)
Bakteri methanogen akan secara natural berada dalam sampah yang yang mengandung bahan organik, seperti kotoran ternak, manusia dan sampah organik
Proses Pemasukan Sampah Organik Kedalam Biodigester MEGALABINOVASI
Sampah organik dimasukan kedalam lubang input digester
Tambahkan air secukupnya untuk membersihkan lubang input
Kocoklah digester setiap hari untuk meningkatkan kinerja bakteri pengurai
Dilakukan setiap hari dengan jumlah yang disesuaikan
Hindari pemasukan sampah anorganik kedalam digester
Pengelolaan Pupuk Cair Organik
Limbah cair biogas (slurry) akan keluar dari lubang output digester dengan sendirinya, disaat pemasukan sampah organik kedalam lubang input
Slurry ditampung kedalam drum penampung dibiarkan beberapa minggu sebelum digunakan
Slurry atau pupuk cair organik ini akan berbeda kandungan nutrisinya, tergantung dari sampah organik yang dimasukan
Biogas sama dengan sumber energi alternatif, maka asumsinya adalah 1m3 biogas setara dengan :
0,4 Kg LPG
0,52 Lt solar
0,62 Lt minyak tanah
4,7 KWH listrik
3,5 Kg kayu bakar
Asupan sampah 500 Kg/ha ri
Kapasitas Biodigester 54 m3
Produksi biogas perhari ± 12,5 m atau setara 10 Lt Bensin (kondisional
PPT LANDASAN PENDIDIKAN.pptx tentang hubungan sekolah dengan masyarakat
Tugas abl kelompok 3 sampah
1. Kelompok 3
Gisheilla Amalia P
Hasna Puspita N P
Intan Antika
Ira Nirmala P U
Mely Purnamasari
Mia Maryani
Sampah
Tata Cara Pengolahan Sampah 4R
A. Penggolongan sampah
Membuang sampah sembarangan dapat menyebabkan pencemaran udara, air, dan
tanah, salah satu penyebabnya adalah dikarenakan kita tidak disiplin dalam
membuang dan mengolah sampah. Kita sering menganggap semua sampah sama,
padahal pada sampah terdapat beberapa penggolongan . Secara umum, terdapat 3
jenis golongan sampah, yaitu :
1. Sampah Organik adalah sampah-sampah yang mudah membusuk. Contohnya
adalah sampah sisa dapur, sayur-sayuran, daun-daunan, buah-buahan dan lain-
lain.
2. Sampah Anorganik adalah sampah-sampah yang sukar atau tidak dapat
membusuk. Contohnya adalah logam, kaleng, plastik, kaca, dan lain-lain
3. Sampah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun) adalah sampah-sampah yang
mengandung racun. Contohnya adalah baterai, aki, dan lain-lain.
Jika disederhanakan terdapat 2 jenis sampah, yaitu :
1. Sampah Basah (Organik) :
Untuk sampah basah harus dilapisi dengan dua plastik yang berfungsi sebagai
fungsi penirisan dan penadah.
2. Sampah Kering (Anorganik).
2. Apabila penampungan-penampungan sampah tidak bisa lagi menampung sampah,
maka kemana kita tidak memiliki lagi tempat penyimpanan sampah yang akan
dibuang. Jangan sampai bumi kita tenggelam oleh sampah. Oleh sebab itu, kita harus
membudayakan 4R.
B. 4R (Reduce, Reuse, Recycle, Replace)
1. Reduce, yaitu merubah pola hidup kita dengan meminimalkan produk-produk
yang pada akhirnya dapat menjadi sampah. Contohnya adalah pengemasan yang
berlebihan seperti pada gambar di bawah ini.
2. Reuse, yaitu menggunakan kembali bahan-bahan yang potensial menjadi sampah.
Contohnya adalah mengolah sampah potensial tanpa proses seperti pada gambar
berikut ini.
3. Recycle, yaitu memanfaatkan kembali sampah dengan pembuatan kompos atau
mendaur ulang menjadi barang-barang baru. Contoh mengolah sampah potensial
melalui proses seperti pada gambar berikut ini.
3. 4. Replace, yaitu mengganti pengunaan bahan-bahan yang tidak dapat didaur ulang
oleh alam dengan yang dapat didaur ulang oleh alam. Contohnya adalah
penggunaan membungkus makanan dengan sterofoam dapat diganti dengan daun
pisang.
C. Cara Penanganan Sampah
Untuk lebih mengetahui bagaimana cara menangani sampah yang baik dan sesuai
dengan ketentuan yang ada, maka dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Timbulnya Sampah
Pemilahan,Pewadahan &
Pengolahan disumber
Pengumpulan
Pengangkutan
Pemindahan Pemilahan & Pengolahan
4. Membudayakan 4R bisa kita lakukan didalam rumah tangga. Dari timbunan
sampah, kita melakukan pemilahan, caranya adalah dengan mengelompokan dan
memisahkan sampah sesuai dengan jenis, jumlah, dan sifatnya. Sampah-sampah yang
berasal dari rumah tangga maupun tempat-tempat umum dikumpulkan. Sampah-
sampah ini kemudian dikumpulkan kemudian dipindahkan dari sumber sampah
ketempat pembuangan sementara.
D. Pembuatan Komposter
Komposter adalah salah satu produk Puslit Bangkin yang fungsinya untuk mengolah
sampah organik menjadi kompos. Pembuatannya cukup sederhana, yaitu:
1. Siapkan alat-alat seperti berikut ini:
a. Tong komposter,
b. Karton yang sudah dilubangi,
c. Bor,
d. 4 buah pipa sepanjang 50cm.
Cara pembuatannya adalah sebagai berikut:
a. Bungkus pipa dengan karton,
b. Kemudian bentuklah lubang pada pipa dengan bor mengikuti pola yang sudah
terbentuk di karton. Diameter lubang berukuran 0,5cm.
c. Setelah ke empat pipa dilubangi sesuai pola, siapkan lem, lalu aduk untuk
dioleskan pada pinggir-pinggir pipa.
d. Untuk tong komposter, buanglah pegangan plastik yang terletak dibadan tong.
e. Setelah itu, ratakan mulut tong dengan gergaji.
f. Lalu, dengan jarak 15cm dari bagian atas tong, buatlah 4 buah lobang dengan
diameter 10cm,
Pemrosesan Akhir
5. g. Selanjutnya, buatlah lubang-lubang kecil dari jarak 30 cm 30cm dari bagian
atas. Diameter lubang ini adalah 1cm. Sedangkan jarak antar satu lubang ke
lubang lain masing-masing adalah 14,5cm kesamping dan kebawah. Lubang
juga kita buat pada dasar tong yang nantinya berfungsi sebagai pembuangan
air atau drainase.
h. Langkah berikutnya, yaitu memasukan pipa pada tempat lubang besar yang
tersedia.
Hasil akhirnya adalah seperti pada gambar berikut ini.
E. Pemasangan Komposter
Berikut ini adalah gambar pemasangan komposter yang baik.
Sedangkan gambar di bawah ini adalah gambaran dari komposter yang sudah
tertanam.
6. Langkah-langkah detai dalam penanaman komposter, yaitu:
1. Siapkan lokasi yang memadai untuk menanam komposter. Lokasi yang dipilih
harus terhindar dari curahan hujan yang secara langsung dapat masuk ke
dalam komposter.
2. Galilah tanah dengan panjang 85cm dan lebar galian 60-70-cm.
3. Dasar komposter minimal 30cm diatas muka air tanah dangkal. Muka air tanah
dapat ditentukan berdasarkan muka air sumur di daerah sekitarnya pada
musim kemarau.
4. Kemudian, dasar galian diisi dengan kerikil berukuran 1-2 cm setinggi 10cm,
lalu masukan komposter yang didalamnya terlebih dahulu telah diisi kerikil
setinggi 10 cm.
5. Lalu, tambahkan kerikil disamping kiri kanan tong komposter setinggi 30cm
dari dasar tanah
6. Dibagian pipa, selimuti pipa gas dengan kerikil setebal 5cm dari atas dan
bawah, lalu ditimbun dengan tanah asal.
7. Setelah itu, timbul komposter dengan tanah 5cm sampah dibawah lubang
pemasukan
8. Setelah komposter siap, masukkan sampah dapur ke dalam komposter.
(Masukkan sampah secara rutin setiap hari sampai komposter penuh)
9. Setelah komposter penuh terisi, biarkan sampah selama 4bulan agar terjadi
proses pengomposan yang sempurna hingga sampah telah berubah menjadi
7. kompos yang ditandai dengan perubahan warna yang menjadi hitam seperti
tanah.
Contoh TPS Terpadu di Tegallega Bandung
Salah satu tempat pembuangan sampah sementara adalah TPS Tegallega. Setelah
dari TPS Tegallega, sampah-sampah yang telah terkumpul tersebut dibawa ke tempat
Tempat Pemrosesan Akhir, yaitu TPA Padalarang. Untuk lebih mengefesienkan
TPA, maka akan jauh lebih baik apabila kita menerapkan 4R dalam kehidupan sehari-
hari. Manfaat 4R bagi TPA adalah memperpanjang umur kendaraan transportasi
pengangkut sampah, mengurangi polusi udara, mengurangi pembusukan (semakin
sedikit sampah organik, maka akan semakin sedikit pula pembusukan atau air licit).
Melakukan pengolahan organik didaerah kita masig-masing. Contohnya daerah
Cibangkong Bandung. Cibangkong aadalah daerah yang berhasil menerapkan
pembuatan kompos sekala lingkungan. Pada dasarnya pembuatan kompos mengubah
karakteristik komposisi, dan jumlah sampah agar dapat diproses lebih lanjut. Setelah
nanti berhasil diproses barulah dapat dimanfaatkan atau dikembalikan kemedia
lingkungan secara aman.
F. Pengolahan Sampah Organik menjadi Kompos Skala Lingkungan
Salah satu contoh daerah yang menerapkan Pengolahan Sampah Organik menjadi
Kompos Skala Lingkungan adalah daerah Cibangkong, Bandung. Cibangkong termasuk
salah satu daerah yang warganya berhasil melakukan pembuatan kompos skala
lingkungan. Pada dasarnya, membuat kompos adalah mengubah karakteristik komposisi
dan, jumlah sampah agar dapat diproses lebih lanjut. Setelah nanti berhasil diproses,
barulah dapat dimanfaatkan atau dikembalikan ke media lingkungan secara aman.
Caranya adalah sebagai berikut:
1. Kumpulkan sampah basah (organik) yang telah dipisahkan dari sampah
anorganik
2. Sampah kemudian digiling dalam mesin penggiling sampah
3. Setelah hancur, masukan sampah kedalam tempat tertentu yang telah
disediakan
8. 4. Siram dengan bakteri pengurai, lalu diamkan selama 1 bulan
5. Selama masa itu, sampah akan berubah karakteristiknya menjadi kompos yang
berwarna hitam dan lembab
6. Lalu, kompos yang masih kasar ini kemudian diayak
7. Kompos dari sampah organik siap untuk dimanfaatkan
Selain pembuatan kompos skala lingkungan, ada juga pembuatan kompos dalam
kala yang lebih besar, yaitu skala industri. Dalam proses pembuatan kompos skala
industri, alat yang digunakan lebih canggih dan volume sampah yang diolah pun lebih
besar, kompos yang dihasilkan pun tentu saja dalam jumlah yang masif.
G. Cara Pengolahan Sampah Anorganik
Berikut contoh cara pengolahan sampah anorganik pada botol plastik.
1. Pisahkan sampah botol plastik dari sampah yang lain dan mengumpulkannya dalam
satu tempat
2. Setelah melepas semua label dari botolnya, masukan botol plastik kedalam mesin
penggiling. Lalu, Plastik akan hancur menjadi serpihan-serpihan kecil
3. Setelah dicuci, kemudian masukan kedalam karung
4. plastik daur ulang ini siap dimanfaatkan kembali. Biasanya hasil daur ulang botol
plastik ini dapat dugunakan sebagai bahan dasar benang.
9. PENGELOLAAN SAMPAH
Sampah adalah buangan padat yang di hasilkan oleh berbagai aktivitas sehari-hari
manusia yang di anggap sudah tidak memiliki nilai lagi. Setiap hari sampah dihasilkan dan
dibuang dengan kapasitas yang kian meningkat khususnya sampah yang berasal dari
aktivitas permukiman. Dalam rangka menciptakan lingkungan permukiman yang sehat,
bersih dan nyaman maka perlu perhatian dari berbagai pihak dalam menerapkan sistem
pengelolaan persampahan yang mengikuti kaidah yang tepat. Pengelolaan sampah yang tepat
dilakukan sejak sampah dihasilkan yaitu pada tingkat rumah tangga. Pengelolaan tersebut
dikenal sebagai pengelolaan sampah di sumber. Pengelolaan sampah di sumber dimulai dari
sistem pewadahan, kondisi umum sistem pewadahan yang ada pada saat ini adalah tercampur
yaitu tanpa melakukan pemilahan sampah. Sistem pewadahan yang seharusnya diterapkan
adalah pewadahan dengan sistem terpilah dimana sampah dipilah berdasarkan kategorinya
masing-masing seperti:
1. Sampah sisa makanan,
2. Sampah bekas kemasan,
3. Sampah kertas dan
4. Buangan berbahaya dan beracum
Sampah tersebut disimpan pada wadah yang memiliki warna yang berbeda agar tidak
terjadi kesalahan dalam memilah. Sampah basah memiliki karakteristik cepat terurai sehingga
dalam skala rumah tangga dapat dimanfaatkan menjadi kompos dengan menggunakan
komposter salah satunya adalah Keranjang Takakura. Sampah dapur, sisa makanan dan daun
adalah jenis sampah yang baik untuk dijadikan kompos. Sampah yang tidak terkelola pada
tingkat rumah tangga diangkut oleh petugas pengumpul sampah yang biasanya melayani pada
tingkat RT. Gerobak pengangkut terdiri dari kategori sampah basah untuk sampah sisa
makanan dan sampah kering untuk sisa kemasan, kertas serta buangan berbahaya dan
beracun. Sampah basah yang tidak di kompos pada tingkat rumah tangga di buang dengan
menggunakan wadah tertutup untuk menghindari bau. Petugas pengumpul sampah
selanjutnya membawa sampah langsung menuju transfer depo terdekat atau tempat
pembuangan sampah sementara yang biasa disebut TPS.
10. TPS (Tempat Pembuanan Sampah)
TPS merupakan tempat paling ideal untuk menerapkan sistem pengolahan sampah skala
kawasan. TPS yang menerapkan sistem pengelolaan tersebut dilengkapi dengan fasilitas
pendukung seperti kontainer sampah bersekat, rumah kompos, maupun tungku bakar atau
insenerator fasilitas tersebut merupakan sarana penunjang bagi pengelolaan sampah berbasis
masyarakat. Di TPS sampah kering di sortir oleh pemulung sebagai sektor informal pengolah
sampah untuk selanjutnya di daur ulang.Sementara itu sampah basah dikumpulkan oleh
petugas rumah kompos sebagai bahan dasar pembutan kompos. Sampah basah selanjutnya di
cacah dengan mesin pencacah untuk menghasilkan ukuran sampah yang kecil dan seragam
agar mempercepat proses pematangan kompos. Secara berkala sampah diaduk oleh petugas
rumah kompos guna mengkondisikan suasana aerob pada proses komposting yang bertujuan
untuk mempercepat proses komposting dan mengurangi timbulnya bau dari tumpukan
sampah.
Salah satu metode komposting skala kawasan yang sering digunakan adalah Open Windrow
selain tidak memerlukan bangunan khusus metode ini juga relatif mudah dalam
pengoperasiannya yaitu cukup menerapkan proses pembalikan untuk mendapatkan oksigen
dan penyiraman untuk menjaga kelembaban. Hasil dari pengolahan sampah baik dalam
bentuk komposting atau daur ulang dapat menambah nilai ekonomi dari sampah sekaligus
mereduksi sampah dalam jumlah yang signifikan sampah basah atau kering yang tidak dapat
dimanfaatkan lagi dikategorikan sebagai sampah layak buang. Sampah layak buang
dikumpulkan pada kontainer untuk diangkut menuju proses selanjutnya.Secara terjadwal truk
sampah akan mengangkut sampah layak buang yang telah dikumpulkan di TPS atau transfer
depo. Proses pengangkatan bak atau kontainer sampah dilakukan dengan otomatis dengan
menggunakan truk amroll. Kontainer perlu menerapkan prinsip kedap bau dan kedap air
untuk itu kontainer pengangkut sampah harus dalam keadaan tertutup dan kedap agar mampu
menahan bau dan air sampah agar tidak mencemari di sepanjang perjalanan. Kemudian
sampah layak jual yang terkumpul di bawa menuju ke TPA.
TPA (Tempat Pemrosesan Akhir)
TPA adalah tempat pemrosesan akhir sampah dimana sampah layak buang perlu diproses
lebih lanjut untuk menjaga agar tidak terjadi dampak negatif terhadap lingkungan maupun
mahkluk hidup, Pada TPA diperlukan fasilitas dan petugas operasional yang bekerja dengan
sistem manajemen yang baik. TPA atau Land Field adalah sarana yang hendaknya terisolasi
11. dari luar baik secara fisik maupun estetika dengan menggunakan tanaman sebagai penyangga.
Gerbang merupakan satu-satunya akses masuk ke TPA. Karena perlu diadakan control
terhadap masuknya sampah ke dalam TPA.
Proses pertama yang dilalui adalah melewati Jembatan Timbang. Setiap petugas truk,
dilengkapi dengan identitas yang terdaftar. Agar jelas siapa yang bertanggungjawab terhadap
sampah yang masuk ke dalam TPA. Sampah perlu dicatat berat dan volumenya berdasarkan
hasil penimbangan dan kapasitas truk guna mengatur penempatan sampah pada lahan urug.
Hasil pencatatan berat dan volume sampah di berikan kepada petugas truk sebagai surat
bukti masuk ke kawasan TPA. Setelah semua proses administrasi selesai maka truk sampah
siap masuk kedalam TPA untuk melaksanakan proses selanjutnya. Agar TPA dapat berfungsi
secara baik paling tidak di lokasi tersebut harus tersedia prsarana yang di siapkan secara baik
antara lain:
Prasarana TPA
1. Prasarana Jalan
2. Jaringan Drainase
3. Fasilitas Penyaluran dan Instalasi Pengolahan Lindi
4. Pipa Penyaluran Gas
12. 5. Sumur Pantau
6. Bagian Penerimaan dan Jembatan Timbang
7. Fasilitas Kantor dan Laboraturium
8. Bengkel Kendaraan dan Alat Berat
9. Area Parkir dan Pencucian Kendaraan
10. Rumah Kompos dan Daur Ulang
13. 11. Buffer Zone/Area Penyangga
12. Lahan Urug
13. Area Penyimpanan Tanah Penutup.
Di TPA diterapkan sistem zonasi untuk mengatur sistem pengurugan berdasarkan luas lahan
yang tersedia. Sampah akan dibawa ke zona pengurugan aktif dimana terdapat sel yang
menerima sampah.
Proses utama yang terjadi di TPA adalah pengurugan. Sampah yang dibawa menuju zona
pengurugan aktif kemudian dituangkan secara teratur sesuai arahan petugas lapangan di area
kerja aktif atau disebut sel aktif. Sampah yang dituangkan kemudian akan diangkat dengan
alat berat untuk menempatkan sampah secara mudah dan merata dalam sel aktif. Dozer
bekerja untuk menyebarkan sampah dalam lapisan-lapisan tidak lebih dari 50-60cm
kemudian dipadatkan sebanyak 4 hingga 5 kali gilasan hingga membentuk sel-sel sampah
yang stabil. Secara rutin bila sampah sudah mencapai ketinggian tertentu, maka akan dilapisi
tanah penutup antara dengan ketebalan minimum 15cm. Setelah tanah penutup rata melapisi
sampah maka lahan di atas tanah penutup tersebut dapat menjadi sel aktif baru yang siap
menerima sampah kembali apabila urugan sampah telah mencapai ketinggian maksimal maka
akan dilapisi tananh penutup akhir dengan ketebalan minimum 30cm. Pada zona pengurugan
yang telah dilapisi tanah menutup final selanjutnya dilakukan proses revegetasi yaitu
penanaman tumbuhan dan pohon yang sesuai dengan karakteristik lingkungan TPA.
Operasinal dan pemeliharaan TPA yang sesuai dengan sistem manajemen pengelolaan
sampah akan menghasilkan TPA yang hijau dan asri baik dalam tahap pengopersaian maupun
pascaoperasi. TPA yang sudah ditanami tanaman hijau nantinya dapat dijadikan paru-paru
hijau, daerah perkemahan, atau daerah wisata.
14. Kampung Asri Kampung Pengelolaan Sampah
Salah satu kampung di Indonesia yang telah melakukan pengelolaan sampah dengan baik
adalah Desa Domplang Kecamatan Teras Kabupaten Boyolali. Desa Domplang ini
mempunyai TPS yang memiliki fasilitas pendukung seperti rumah kompos dan tungku bakar.
Didalam TPS tersebut, dilakukan penyortiran oleh warga. Untuk sampah kering disortir oleh
pemuda kampung asri. Lalu dikumpulkan dan nantinya bisa dijual. Sedangkan untuk sampah
organic akan diproses di rumah kompos untuk nantinya dijadikan pupuk kompos dan bisa
menambah pendapatan Desa Domplang.