MATERI MK. BAHASA INDONESIA pada semester 1 di fakultas teknik sipil. dimana pembahasan disini akan membahas mengenai materi apa saja yang dipelajari dan diteliti oleh mahasiswa terhadap materi yang ada.
MATERI MK. BAHASA INDONESIA pada semester 1 di fakultas teknik sipil. dimana pembahasan disini akan membahas mengenai materi apa saja yang dipelajari dan diteliti oleh mahasiswa terhadap materi yang ada.
Peristiwa tutur adalah terjadinya atau berlangsungnya interaksi linguistik dalam satu bentuk ujaran atau lebih yang melibatkan dua pihak yaitu penutur dan lawan tutur, dengan satu pokok tuturan,di dalam, tempat, dan situasi tertentu. Jadi interaksi yang berlangsung antara seorang pedagang dan pembeli di pasar pada waktu tertentu mengunakan bahasa sebagai alat komunikasinya adalah sebuah peristiwa tutur. Peristiwa serupa kita dapati juga dalam acara diskusi di ruang kuliah, rapat dinas di kantor, sidang di pengadilan, dan sebagainya.
Bagaimana percakapan di bus kota atau sedang di kereta api yang terjadi di antara penumpang yang tidak saling kenal (pada mulanya) dengan topik pembicaraan tidak menentu, tanpa tujuan, dengan ragam bahasa yang berganti-ganti, apakah dapat juga di sebut sebagai peristiwa tutur? Secara sosiolinguistik percakapan tersebut tidak dapat dikatakan sebagai peristiwa tutur, sebab pokok percakapan tidak menentu (berganti-ganti menurut situasi), tanpa tujuan dilakukan oleh orang-orang yang tidak segaja untuk bercakap-cakap, dan mengunakan ragam bahasa yang berganti-ganti. Sebuah percakapan baru dapat di sebut sebagai sebuah peristiwa tutur kalau memenuhi syarat.
Menurut Dell Hymes (1972) seorang pakar sosiolinguistik terkenal, bahwa suatu peristiwa tutur mempunyai delapan komponen, dan dibentuk menjadi akronim SPEAKING (diangkat dari Wadhaugh 1990):
Contoh Abstrak Jurnal Ilmiah Internasional di PTN Indonesia by Karinov.co.idWordpress Instant
Â
Abstrak dalam makalah ilmiah merupakan salah satu bagian terpenting untuk menarik pembaca menelusuri isi makalah lebih lanjut. Sebuah abstrak diibaratkan seperti synopsis film. Di dalamnya mencakup ulasan singkat, garis besar, dan poin-poin penting dari makalah untuk memudahkan pembaca memahami keseluruhan isi makalah.
Jika abstrak yang penulis susun tidak dapat menarik impresi pertama dengan baik, peluang makalah ilmiah tersebut untuk dibaca lebih jauh sangat kecil. Terlebih, dalam hal publikasi artikel ilmiah, penerbit hanya menampilkan abstrak untuk bisa diakses secara gratis. Oleh karena itu, sebuah abstrak harus disusun secara efektif dan menarik.
https://karinov.co.id/contoh-abstrak-ilmiah/
Peristiwa tutur adalah terjadinya atau berlangsungnya interaksi linguistik dalam satu bentuk ujaran atau lebih yang melibatkan dua pihak yaitu penutur dan lawan tutur, dengan satu pokok tuturan,di dalam, tempat, dan situasi tertentu. Jadi interaksi yang berlangsung antara seorang pedagang dan pembeli di pasar pada waktu tertentu mengunakan bahasa sebagai alat komunikasinya adalah sebuah peristiwa tutur. Peristiwa serupa kita dapati juga dalam acara diskusi di ruang kuliah, rapat dinas di kantor, sidang di pengadilan, dan sebagainya.
Bagaimana percakapan di bus kota atau sedang di kereta api yang terjadi di antara penumpang yang tidak saling kenal (pada mulanya) dengan topik pembicaraan tidak menentu, tanpa tujuan, dengan ragam bahasa yang berganti-ganti, apakah dapat juga di sebut sebagai peristiwa tutur? Secara sosiolinguistik percakapan tersebut tidak dapat dikatakan sebagai peristiwa tutur, sebab pokok percakapan tidak menentu (berganti-ganti menurut situasi), tanpa tujuan dilakukan oleh orang-orang yang tidak segaja untuk bercakap-cakap, dan mengunakan ragam bahasa yang berganti-ganti. Sebuah percakapan baru dapat di sebut sebagai sebuah peristiwa tutur kalau memenuhi syarat.
Menurut Dell Hymes (1972) seorang pakar sosiolinguistik terkenal, bahwa suatu peristiwa tutur mempunyai delapan komponen, dan dibentuk menjadi akronim SPEAKING (diangkat dari Wadhaugh 1990):
Contoh Abstrak Jurnal Ilmiah Internasional di PTN Indonesia by Karinov.co.idWordpress Instant
Â
Abstrak dalam makalah ilmiah merupakan salah satu bagian terpenting untuk menarik pembaca menelusuri isi makalah lebih lanjut. Sebuah abstrak diibaratkan seperti synopsis film. Di dalamnya mencakup ulasan singkat, garis besar, dan poin-poin penting dari makalah untuk memudahkan pembaca memahami keseluruhan isi makalah.
Jika abstrak yang penulis susun tidak dapat menarik impresi pertama dengan baik, peluang makalah ilmiah tersebut untuk dibaca lebih jauh sangat kecil. Terlebih, dalam hal publikasi artikel ilmiah, penerbit hanya menampilkan abstrak untuk bisa diakses secara gratis. Oleh karena itu, sebuah abstrak harus disusun secara efektif dan menarik.
https://karinov.co.id/contoh-abstrak-ilmiah/
HUBUNGAN KOMUNIKASI DAN RETORIKA
Retorika yang merupakan seni untuk berbicara tentu memiliki hubungan dengan proses komunikasi. Komunikasi dalam konteks ini adalah suatu proses penyampaian informasi dari komunikator kepada komunikan, sehingga komunikan mengerti apa yang dimkasudkan dan apa yang diinginkan oleh komunikator. Dalam retorika proses komunikasi sangatlah penting. Seorang retor harus mampu mengkomunikasikan isi pesannya secara baik dan efektif kepada khalayak. Jadi seorang retor harus memahami pola komunikasi yang digunakan dalam menyampaikan isi pesannya, dan pola komunikasi itu dapat diketahui dari jenis khalayak yang akan menyimaknya. Hal ini penting agar dapat terjadi proses komunikasi yang efektif. Faktor bahasa juga tak kalah penting, karena apabila kedua pihak itu akan saling mengerti apabila menggunakan bahasa yang sama. Jadi, retorika tentu tidak akan terlepas dari proses komunikasi, dan dapat dikatakan bahwa komunikasi secara mutlak merupakan bagian dari retorika. Retorika merupakan satu bidang ilmu yang penting dewasa ini. Banyak pria dan wanita yang mampu memperoleh sukses besar dalam hidup dan karirnya sebagai pemimpin berkat penguasaan ilmu retorika, sebab penguasaan teknik berbicara akan mempertinggi kepercayaan terhadap diri dan memberi rasa pasti kepada orang yang bersangkutan.
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondelferrydmn1999
Â
Indonesia, negara kepulauan yang kaya akan keragaman budaya, suku, dan tradisi, memiliki Jakarta sebagai pusat kebudayaan yang dinamis dan unik. Salah satu kesenian tradisional yang ikonik dan identik dengan Jakarta adalah ondel-ondel, boneka raksasa yang biasanya tampil berpasangan, terdiri dari laki-laki dan perempuan. Ondel-ondel awalnya dianggap sebagai simbol budaya sakral dan memainkan peran penting dalam ritual budaya masyarakat Betawi untuk menolak bala atau nasib buruk. Namun, seiring dengan bergulirnya waktu dan perubahan zaman, makna sakral ondel-ondel perlahan memudar dan berubah menjadi sesuatu yang kurang bernilai. Kini, ondel-ondel lebih sering digunakan sebagai hiasan atau sebagai sarana untuk mencari penghasilan. Buku foto Lensa Kampung Ondel-Ondel berfokus pada Keluarga Mulyadi, yang menghadapi tantangan untuk menjaga tradisi pembuatan ondel-ondel warisan leluhur di tengah keterbatasan ekonomi yang ada. Melalui foto cerita, foto feature dan foto jurnalistik buku ini menggambarkan usaha Keluarga Mulyadi untuk menjaga tradisi pembuatan ondel-ondel sambil menghadapi dilema dalam mempertahankan makna budaya di tengah perubahan makna dan keterbatasan ekonomi keluarganya. Buku foto ini dapat menggambarkan tentang bagaimana keluarga tersebut berjuang untuk menjaga warisan budaya mereka di tengah arus modernisasi.
Laporan Pembina Pramuka SD dalam format doc dapat anda jadikan sebagai rujukan dalam membuat laporan. silakan download di sini https://unduhperangkatku.com/contoh-laporan-kegiatan-pramuka-format-word/
1. i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang karena anugerah dari-Nya penulis dapat
menyelesaikan makalah tentang "Sikap Mental dalam Berbicara dan Antusiasme
Siswa di dalam Kelas" ini. Sholawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan
kepada junjungan besar kita, yaitu Nabi Muhammad SAW yang telah menunjukkan
kepada kita jalan yang lurus berupa ajaran agama Islam yang sempurna dan menjadi
anugerah serta rahmat bagi seluruh alam semesta.
Penulis sangat bersyukur karena telah menyelesaikan makalah yang menjadi
tugas Ilmu Kealamiahan Dasar dengan judul “Sikap Mental dalam Berbicara dan
Antusiasme Siswa di Kelas". Disamping itu, penulis mengucapkan terima kasih
kepada semua pihak yang telah membantu selama pembuatan makalah ini berlangsung
sehingga terealisasikanlah makalah ini.
Demikian yang dapat disampaikan, semoga makalah ini dapat bermanfaat dan
penulis berharap adanya kritik dan saran terhadap makalah ini agar kedepannya bisa
diperbaiki.
Bogor, Oktober 2017
Penulis
2. ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ......................................................................................i
DAFTAR ISI....................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................1
A. Latar Belakang ......................................................................................1
B. Rumusan Masalah.................................................................................2
C. Tujuan....................................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN .................................................................................4
A. Hakikat Berbicara..................................................................................4
B. Kualitas Pemahaman Berbicara ............................................................5
C. Sikap Mental dalam Berbicara ..............................................................5
D. Antusiasme Siswa di dalam Kelas ........................................................6
BAB III PENUTUP .........................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................9
3. 1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia tidak lepas dari kegiatan berkomunikasi, dengan komunikasi kita
semua dapat berhubungan satu sama lain. Seseorang yang mempunyai kemampuan
berkomunikasi yang baik akan lebih mudah bergaul terutama dengan lingkungan
masyarakat. Keterampilan berbahasa merupakan modal utama dalam komunikasi yang
terdiri dari 4 aspek yaitu: menyimak atau mendengarkan, berbicara, membaca dan
menulis.
Komunikasi pula tidak lepas dari kegatan berbicara, maka dari itu keterampilan
berbicara dapat menunjang dalam berkomunikasi. Maka salah satu aspek berbahasa
yang harus dikuasai oleh sisa adalah berbicara, sebab keterampilan berbicara
menunjang ketearampilan lainnya (Tarigan 1986: 86).1
Keterampilan ini bukanlah suatu jenis keterampilan yang dapat diwariskan
secara turun temurun walaupun pada dasarnya secara alamiah setiap manusia dapat
berbicara. Namun, keterampilan berbicara secara formal memerlukan latihan dan
pengarahan yang intensif. Stewart dan Kennert Zimmer memandang kebutuhan akan
komunikasi yang efektif dianggap sebagai suatu yang esensial untuk mencapai
keberhasilan setiap individu maupun kelompok. Siswa yang mempunyai
keterampilan berbicara yang baik, pembicaraannya akan lebih mudah dipahami oleh
penyimaknya. Berbicara menunjang keterampilan membaca dan menulis. Menulis dan
berbicara mempunyai kesamaan yaitu sebagai kegiatan produksi bahasa dan bersifat
menyampaikan informasi. Kemampuan siswa dalam berbicara juga akan bermanfaat
dalam kegiatan menyimak dan memahami bacaan.
1 Henry Guntur Tarigan,1986, hlm. 86
4. 2
Akan tetapi, masalah yang terjadi di lapangan adalah tidak semua siswa
mempunyai kemampuan berbicara yang baik.Oleh sebab itu, pembinaan keterampilan
berbicara harus dilakukan sedini mungkin. Pentingnya keterampilan berbicara atau
bercerita dalam komunikasi juga diungkapkan oleh Supriyadi (2005:178) 2bahwa
apabila seseorang memiliki keterampilan berbicara yang baik, dia akan memperoleh
keuntungan sosial maupun profesional. Keuntungan sosial berkaitan dengan kegiatan
interaksi sosial antarindividu. Sedangkan, keuntungan profesional diperoleh
sewaktu menggunakan bahasa untuk membuat pertanyaa-pertanyaan, menyampaikan
fakta-fakta dan pengetahuan, menjelaskan dan mendeskripsikan. Keterampilan
berbahasa lisan tersebut memudahkan siswa berkomunikasi dan mengungkapkan ide
atau gagasan kepada orang lain.Pentingnya penguasaan keterampilan berbicara untuk
siswa Sekolah Dasar juga dinyatakan oleh Farris (Supriyadi, 2005:179) bahwa
pembelajaran keterampilan berbicara penting dikuasai siswa agar mampu
mengembangkan kemampuan berpikir, membaca, menulis, dan menyimak.
Kemampuan berpikir mereka akan terlatih ketika mereka mengorganisasikan,
mengonsepkan, mengklarifikasikan, dan menyederhanakan pikiran, perasaan, dan ide
kepada orang lain secara lisan.3
B. Rumusan Masalah
Adapun masalah yang dirumuskan yaitu:
1. Apa yang dimaksud dengan hakikat berbicara?
2. Jelaskan tiga kategori kualitas pemahaman berbicara!
3. Jelaskan sikap mentar dalam berbicara!
4. Bagaimana antusiasme siswa saat belajar di kelas?
2 Supriyadi, 2005, hlm. 178
3 Ibid hlm. 179
5. 3
C. Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini diantaranya:
1. Agar mengetahui hakikat berbicara.
2. Agar mengetahui kategori kualitas pemahaman berbicara.
3. Dapat menjelaskan sikap mental dalam berbicara.
4. Dapat mengetahui antusiasme siswa saat belajar di kelas.
6. 4
BAB II
PEMBAHASAN
A. Hakikat Berbicara
Hakikat berbicara merupakan pengetahuan yang sangat fungsional dalam
memahami seluk beluk berbicara. Manusia hidup selalu berkelompok mulai daro
kelompok kecil, misalnya berkeluarga sampai kelompok yang besar seperti organsasi
sosial. Dalam kelompok itu mereka berinteraksi datu dengan yang lainnya.
Dimana jika ada kelompok baru, disitu juga pasti ada bahasa. Kenyataan ini
berlaku baik pada masyarakat tradisional maupun pada masyarakat modern. Dalam
setiap masyarakat diperlukan komunikasi lisan dan tulisan. Komunikasi juga dapat
dilakukan dalam berbagai cara diantaranya: komunikasi verbal dan komunikasi non
verbal. Komunkasi verbal menggunakan bahasa sebagai sarananya, sedangkan
komunikasi non verbal menggunakan sarana gerak-gerik seprti warna, gambar, bunyi
bel, dan sebagainya. Komunikasi verbal ini dianggap paling sempurna, efisien dan
efektif.
Komunikasi lisan sering terjadi dalam kehidupan manusia, misalnya dialog
dalam lingkungan keluarga, percakapan antara keluarga percakapan antara tetangga,
percakapan antara pembeli dan penjual di pasar dan sebagainya. Contoh lainnya
percakapam anggota keluarga seperti percakapan antara ibu dan anak, percakapan
dalam telepon dan sebagainya.
Interaksi antara pembicara dan pendengar ada yang langsung dan ada juga yang
tidak langsung. Interaksi langsung dapat bersifat dua arah atau multi arah, sedangkan
interaksi tak langsung bersifat serarah. Pembicara berusaha agar pendengar memahami
atau menangkap makna apa yang disampaikannya. Komunikasi lisan dalam setiap
contoh berlangsung dalam waktu, tempat, suasana yang tertentu pula. Sarana untuk
menyampaikan sesuatu itu mempergunakan bahasa lisan.
7. 5
Peristiwa berbicara akan berlangsung apabila dipenuhi sejumlah persyaratan,
antara lain:
1. Pengirim : orang yang menyampaikan pesan
2. Pesan : isi pembicaraan
3. Penerima : orang yang menerima pesan
4. Media : bahasa lisan
5. Sarana : waktu, tempat, suasana dan peralatan yang digunakan dalam
penyampaian pesan
6. Interaksi : searah, dua arah atau multi arah
7. Pemahaman : adanya saling pengertian
B. Kualitas Pemahaman Berbicara
Pengirim pesan itu akan berlangsung baik apabila ada pemahaman, artinya
penerima pesan akan menangkap pesan yang disampaikan oleh pembicara melalui
bahasa lisan. Kualitas pemahaman dapat dibagai atas tiga kategori:
1. Baik : pesan yang dikirim sama dengan pesan yang diterima
2. Sedang: pesan yang diterima mendekati pesan yang dikirim
3. Jelek : pesan yang diterima sedikit persamaannya dengan pesan yang
dikirimkan.
Pembicara yang tampil di depan umum dapat dibedakan atas dua golongan.
Pertama, pembicara yang mempunyai sesuatu hal untuk disampaikan. Kedua,
pembicara yang harus menyampaikan sesuatu kepada pendengarnya.
C. Sikap Mental dalam Berbicara
Kegiatan berbicara merupakan kegiatan yang membutuhkan berbagai macam
pengetahuan dan kemampuan yang sangat kompleks, salah satunya adalah sikap
mental. Sikap mental yang harus dibina oleh seorang pembicara pada saat berbicara
dijelaskan berikut ini:
8. 6
a. Rasa Komunikasi
Dalam berbicara harus terdapat keakraban antara pembicara dan pendengar.
Jika rasa keakraban itu tumbuh, dapat dipastikan tidak akan terjadi proses komunikasi
yang tumpah tindih. Pembicara yang baik akan berusaha untuk menumbuhkan suasana
komunikasi yang erat, seperti dalam pembicaraan sehari-hari. Respon yang diharapkan
dari pendengar adalah komunikasi yang aktif.
b. Rasa percaya diri
Seorang pembicara harus memiliki rasa percaya diri yang tinggi, rasa percaya
diri ini akan menghilangkan keraguan, sehingga pembicara akan merasa yakin dengan
apa yang disampaikannya.
c. Rasa kepemimpinan
Aminudin (1983:12) mengemukakan bahwa rasa kepemimpinan yang
berhubungan dengan kegiatan berbicara adalah rasa percaya diri dari pembicara bahwa
dirinya mampu mengatur, menguasai dan menjalin suasana akrab dengan
pendengarnya, serta mampu menyampaikan gagasan-gagasanannya dengan baik.
pembicara yang memiliki kemampuan dan mental pemimpin akan mampu mengatur
dan mengarahkan pendengar agar berkonsentrasi terhadap pokok pembicaraan yang
sedang dibahas.4
d. Rasa Humor
Seorang pembicara harus mencairkan suasana pada saat menyampaikan materi.
Salah satunya harus mempunyai rasa humor.
4 Aminuddin, 1983, hlm 12
10. 7
Tabel Antusiasme Siswa
No. Komponen yang Diamati Jumlah Persentase
1. Aktif 23 82%
2. Sangat Antusias mendengarkan 21 75%
3. Bertanya (berbicara) 21 75%
4. Mengobrol dengan teman 25 89%
5. Diskusi kelompok 28 100%
Kesimpulan:
Jadi, rata-rata siswa yang berada di dalam kelas pada saat pembelajaran
berlangsung lebih antusias untuk berdiskusi kelompok dibandingkan dengan
mendengarkan dan berbicara atau bertanya. Oleh karena itu ada baiknya siswa lebih
dikembangkan untuk komunikasinya.
11. 8
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Sikap mental dalam berbicara ada empat diantaranya: rasa komunikasi, rasa
percaya diri, rasa kepemimpinan dan rasa humor. Dan, untuk antusiasme jadi, rata-rata
siswa yang berada di dalam kelas pada saat pembelajaran berlangsung lebih antusias
untuk berdiskusi kelompok dibandingkan dengan mendengarkan dan berbicara atau
bertanya. Oleh karena itu ada baiknya siswa lebih dikembangkan untuk
komunikasinya.
B. Saran
Kita harus mengembangkan komunikasi dengan cara berbicara dan jangan lupa
menerapkan sikap mental dalam berbicara.
12. 9
DAFTAR PUSTAKA
Aminuddin,,, 1983 hlm. 12
https://www.google.co.id/search?q=antusiasme+anak+dalam+kelas&source=lnms&tb
m=isch&sa=X&ved=0ahUKEwjs_-
mjoPrWAhVBgI8KHbVQBDQQ_AUICigB&biw=1366&bih=700#imgrc=ealK7Rye
qi2E9M:. Diakses hari Rabu, 18 Oktober 2017
https://www.google.co.id/search?q=antusiasme+anak+dalam+kelas&source=lnms&tb
m=isch&sa=X&ved=0ahUKEwjs_-
mjoPrWAhVBgI8KHbVQBDQQ_AUICigB&biw=1366&bih=700#imgrc=yd1PgnF
SPpjIlM:. Diakses hari Rabu, 18 Oktober 2017
Henry Guntur Tarigan,,,1986, hlm. 86
Nuriah, Eshinta. http://eshintanuriah.blogspot.co.id/2015/10/makalah-keterampilan-
berbicara-bahasa.html. Diakses hari Rabu, 18 Oktober 2017
Supriyadi,,,2005, hlm. 178
Supriyadi,,,2005, hlm. 179