1/3 penduduk dunia terinfeksi TB dan epidemi HIV meningkatkan kasus TB yang sulit ditangani. Di Indonesia, setiap tahun ada 539.000 kasus baru TB dengan 101.000 kematian. HIV merupakan faktor resiko utama untuk menjadi TB aktif karena menurunkan fungsi sel T dan sistem kekebalan tubuh. Pengobatan TB pada pasien HIV sama dengan non-HIV, meski resistensi obat lebih sering terjadi.
Dokumen tersebut membahas tentang pengertian, gejala, diagnosis, komplikasi, dan penanggulangan HIV/AIDS. HIV adalah virus yang menyerang sel T CD4+ dan menyebabkan AIDS bila jumlah sel T CD4+ menurun di bawah 200/μL darah. Gejala AIDS bervariasi mulai dari ringan hingga parah seperti infeksi oportunistik. Diagnosis dilakukan secara klinis dan laboratorium. Penanggulangannya meliputi promosi kesehatan,
Dokumen tersebut membahas tentang virus HIV dan AIDS. Ia menjelaskan bahawa virus HIV melemahkan sistem keimunan tubuh dan menyebabkan AIDS apabila sistem keimunan menjadi sangat lemah. Dokumen ini juga menyenaraikan cara penularan virus HIV melalui hubungan seks tidak selamat, pemindahan darah, dan dari ibu ke anak. Ia juga menerangkan tahap-tahap perkembangan jangkitan HIV.
Dokumen ini membahas HIV/AIDS, termasuk gejala, penyebab, faktor risiko, dan model epidemiologinya. HIV/AIDS pertama kali ditemukan pada 1981 di AS dan ditularkan melalui hubungan seksual atau transfusi darah. Gejalanya termasuk demam, penurunan berat badan, dan kelemahan umum. Penyebabnya adalah virus HIV yang menyerang sel darah putih. Faktor risikonya adalah hubungan seksual dan jarum suntik bersama.
HIV merupakan virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh. Dokumen ini membahas tentang definisi, struktur, siklus hidup, sel target, cara penularan, patogenesis, perjalanan penyakit, gejala klinis, diagnosis, penatalaksanaan HIV/AIDS. Terdapat empat stadium klinis penyakit berdasarkan WHO yang digunakan untuk memantau perkembangan klinis pasien. Pengobatan utama untuk HIV/AIDS adalah terapi antiretroviral yang bertujuan menek
Dokumen tersebut membahas tentang pengertian, gejala, diagnosis, dan penanggulangan HIV/AIDS. HIV adalah virus yang menyerang sel T CD4+ dan menyebabkan kekebalan tubuh menurun, sehingga menimbulkan berbagai infeksi oportunistik. Diagnosis HIV dapat dilakukan melalui tes laboratorium dan gejala klinis. Upaya penanggulangan meliputi promosi kesehatan, pencegahan, pengobatan, dan rehabilitasi.
1/3 penduduk dunia terinfeksi TB dan epidemi HIV meningkatkan kasus TB yang sulit ditangani. Di Indonesia, setiap tahun ada 539.000 kasus baru TB dengan 101.000 kematian. HIV merupakan faktor resiko utama untuk menjadi TB aktif karena menurunkan fungsi sel T dan sistem kekebalan tubuh. Pengobatan TB pada pasien HIV sama dengan non-HIV, meski resistensi obat lebih sering terjadi.
Dokumen tersebut membahas tentang pengertian, gejala, diagnosis, komplikasi, dan penanggulangan HIV/AIDS. HIV adalah virus yang menyerang sel T CD4+ dan menyebabkan AIDS bila jumlah sel T CD4+ menurun di bawah 200/μL darah. Gejala AIDS bervariasi mulai dari ringan hingga parah seperti infeksi oportunistik. Diagnosis dilakukan secara klinis dan laboratorium. Penanggulangannya meliputi promosi kesehatan,
Dokumen tersebut membahas tentang virus HIV dan AIDS. Ia menjelaskan bahawa virus HIV melemahkan sistem keimunan tubuh dan menyebabkan AIDS apabila sistem keimunan menjadi sangat lemah. Dokumen ini juga menyenaraikan cara penularan virus HIV melalui hubungan seks tidak selamat, pemindahan darah, dan dari ibu ke anak. Ia juga menerangkan tahap-tahap perkembangan jangkitan HIV.
Dokumen ini membahas HIV/AIDS, termasuk gejala, penyebab, faktor risiko, dan model epidemiologinya. HIV/AIDS pertama kali ditemukan pada 1981 di AS dan ditularkan melalui hubungan seksual atau transfusi darah. Gejalanya termasuk demam, penurunan berat badan, dan kelemahan umum. Penyebabnya adalah virus HIV yang menyerang sel darah putih. Faktor risikonya adalah hubungan seksual dan jarum suntik bersama.
HIV merupakan virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh. Dokumen ini membahas tentang definisi, struktur, siklus hidup, sel target, cara penularan, patogenesis, perjalanan penyakit, gejala klinis, diagnosis, penatalaksanaan HIV/AIDS. Terdapat empat stadium klinis penyakit berdasarkan WHO yang digunakan untuk memantau perkembangan klinis pasien. Pengobatan utama untuk HIV/AIDS adalah terapi antiretroviral yang bertujuan menek
Dokumen tersebut membahas tentang pengertian, gejala, diagnosis, dan penanggulangan HIV/AIDS. HIV adalah virus yang menyerang sel T CD4+ dan menyebabkan kekebalan tubuh menurun, sehingga menimbulkan berbagai infeksi oportunistik. Diagnosis HIV dapat dilakukan melalui tes laboratorium dan gejala klinis. Upaya penanggulangan meliputi promosi kesehatan, pencegahan, pengobatan, dan rehabilitasi.
Power Point ini berisi tentang penyakit AIDS, gejala, penularan, pencegahan serta pengobatan dari penyakit AIDS. Semoga dapat bermanfaat bagi pembaca dan dapat menambah wawasan bagi pembaca tentang penyakit AIDS
Selamat membaca !........
Dokumen tersebut membahas tentang HIV/AIDS, gejala, pencegahan, dan penanganannya. Virus HIV dapat menular melalui cairan tubuh tertentu seperti darah, sperma, cairan vagina, dan ASI. Kelompok berisiko tinggi adalah mereka yang melakukan hubungan seks tidak aman dan pengguna narkoba melalui jarum suntik. Pencegahannya adalah dengan abstinensi, kondom, serta menghindari narkoba.
Dokumen ini membahas tentang AIDS. Topik utama meliputi definisi AIDS, sejarah penemuan virus HIV, statistik kasus AIDS global, penyebab AIDS adalah virus HIV, gejala-gejala AIDS, bagaimana HIV bekerja di tubuh, dan cara penularan HIV seperti melalui darah tercemar, jarum suntik, dan dari ibu ke anak. Dokumen ini menyimpulkan bahwa AIDS dapat dicegah dengan menjalani gaya hidup sehat dan taat pada ajaran agama.
HIV atau Human Immunodeficiency Virus adalah virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh dan melemahkan kemampuan tubuh untuk melawan infeksi dan penyakit. Sedangkan AIDS merupakan sekumpulan gejala dan infeksi yang timbul karena rusaknya sistem kekebalan tubuh manusia akibat infeksi virus HIV.
Dokumen tersebut membahas tentang HIV/AIDS, mulai dari penjelasan virus HIV dan penyakit AIDS, gejala, cara penularan, pencegahan, pengobatan, dan tes HIV. Secara ringkas, dokumen tersebut memberikan informasi mengenai virus HIV yang menyerang sistem kekebalan tubuh dan menyebabkan penyakit AIDS, serta berbagai aspek terkait HIV/AIDS seperti gejala, penularan, dan upaya pencegahan dan penanganannya.
Dokumen tersebut membahas tentang HIV dan AIDS, sejarah penemuan virus HIV, asal-usul AIDS, gejala penyakit yang ditimbulkannya, prinsip dan cara penularannya, tahapan infeksi HIV, dan cara pencegahannya. HIV adalah virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh sehingga dapat berkembang menjadi AIDS, penyakit kompleks akibat kekebalan rendah. HIV ditularkan melalui aktivitas seksual tertentu, kontak darah, dan
HIV DALAM KEHAMILAN & PENATALAKSANAANNYA (WHO 2013)Indah Triayu
Dokumen tersebut membahas tentang HIV/AIDS dalam kehamilan dan penatalaksanaannya. Beberapa poin penting yang diangkat antara lain bahwa risiko penularan HIV dari ibu ke bayi dapat dikurangi menjadi kurang dari 5% dengan memberikan terapi antiretroviral untuk ibu hamil dan bayi baru lahir, serta menyusui dengan pengganti ASI. WHO merekomendasikan pemberian regimen TDF+3TC(FTC)+EFV untuk semua ibu hamil
AIDS disebabkan oleh infeksi HIV yang menyerang sistem kekebalan tubuh dan meninggalkan individu rentan terhadap infeksi dan kanker yang biasanya tidak berbahaya. Penularan AIDS di Provinsi Kepri terjadi melalui seks bebas dan meningkatnya jumlah pekerja seks komersial, sehingga daerah ini mengalami peningkatan kasus HIV/AIDS setiap tahunnya. Pencegahan yang disarankan adalah meningkatkan iman, menghindari hubungan
Dokumen tersebut membahas tentang HIV/AIDS, termasuk pengertian, jenis, cara penularan, orang yang berisiko tinggi tertular, hal-hal yang tidak menularkan, serta dampak sosial, ekonomi, dan pencegahannya.
Gejala dan tanda yang muncul pada pasien AIDS sangat beragam dan kompleks karena sistem kekebalan tubuh menurun sehingga berbagai infeksi dan kanker dapat menyerang berbagai organ. Oleh karena itu, perawatan pasien AIDS memerlukan pendekatan multidisiplin dan dukungan sosial dan psikologis yang kuat.
This document discusses HIV and TB co-infection. It notes that HIV increases the risk of developing active TB due to immunosuppression. Diagnosing TB is more difficult in HIV patients as sputum smears can be negative and symptoms are atypical. WHO recommends treating TB first before beginning antiretroviral therapy for co-infected patients, and directly observed treatment to ensure adherence. Clinical trials are exploring optimal antiretroviral regimens for co-infected patients.
The document discusses the deadly combination of the HIV/AIDS and tuberculosis (TB) pandemics. It states that around 12 million people worldwide are co-infected with HIV and TB, and that each disease makes the other worse. New tools are needed to combat the co-epidemic, including vaccines, diagnostics, and treatments. The Aeras Global TB Vaccine Foundation is working to develop new TB vaccines to help eliminate TB globally by 2050.
Power Point ini berisi tentang penyakit AIDS, gejala, penularan, pencegahan serta pengobatan dari penyakit AIDS. Semoga dapat bermanfaat bagi pembaca dan dapat menambah wawasan bagi pembaca tentang penyakit AIDS
Selamat membaca !........
Dokumen tersebut membahas tentang HIV/AIDS, gejala, pencegahan, dan penanganannya. Virus HIV dapat menular melalui cairan tubuh tertentu seperti darah, sperma, cairan vagina, dan ASI. Kelompok berisiko tinggi adalah mereka yang melakukan hubungan seks tidak aman dan pengguna narkoba melalui jarum suntik. Pencegahannya adalah dengan abstinensi, kondom, serta menghindari narkoba.
Dokumen ini membahas tentang AIDS. Topik utama meliputi definisi AIDS, sejarah penemuan virus HIV, statistik kasus AIDS global, penyebab AIDS adalah virus HIV, gejala-gejala AIDS, bagaimana HIV bekerja di tubuh, dan cara penularan HIV seperti melalui darah tercemar, jarum suntik, dan dari ibu ke anak. Dokumen ini menyimpulkan bahwa AIDS dapat dicegah dengan menjalani gaya hidup sehat dan taat pada ajaran agama.
HIV atau Human Immunodeficiency Virus adalah virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh dan melemahkan kemampuan tubuh untuk melawan infeksi dan penyakit. Sedangkan AIDS merupakan sekumpulan gejala dan infeksi yang timbul karena rusaknya sistem kekebalan tubuh manusia akibat infeksi virus HIV.
Dokumen tersebut membahas tentang HIV/AIDS, mulai dari penjelasan virus HIV dan penyakit AIDS, gejala, cara penularan, pencegahan, pengobatan, dan tes HIV. Secara ringkas, dokumen tersebut memberikan informasi mengenai virus HIV yang menyerang sistem kekebalan tubuh dan menyebabkan penyakit AIDS, serta berbagai aspek terkait HIV/AIDS seperti gejala, penularan, dan upaya pencegahan dan penanganannya.
Dokumen tersebut membahas tentang HIV dan AIDS, sejarah penemuan virus HIV, asal-usul AIDS, gejala penyakit yang ditimbulkannya, prinsip dan cara penularannya, tahapan infeksi HIV, dan cara pencegahannya. HIV adalah virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh sehingga dapat berkembang menjadi AIDS, penyakit kompleks akibat kekebalan rendah. HIV ditularkan melalui aktivitas seksual tertentu, kontak darah, dan
HIV DALAM KEHAMILAN & PENATALAKSANAANNYA (WHO 2013)Indah Triayu
Dokumen tersebut membahas tentang HIV/AIDS dalam kehamilan dan penatalaksanaannya. Beberapa poin penting yang diangkat antara lain bahwa risiko penularan HIV dari ibu ke bayi dapat dikurangi menjadi kurang dari 5% dengan memberikan terapi antiretroviral untuk ibu hamil dan bayi baru lahir, serta menyusui dengan pengganti ASI. WHO merekomendasikan pemberian regimen TDF+3TC(FTC)+EFV untuk semua ibu hamil
AIDS disebabkan oleh infeksi HIV yang menyerang sistem kekebalan tubuh dan meninggalkan individu rentan terhadap infeksi dan kanker yang biasanya tidak berbahaya. Penularan AIDS di Provinsi Kepri terjadi melalui seks bebas dan meningkatnya jumlah pekerja seks komersial, sehingga daerah ini mengalami peningkatan kasus HIV/AIDS setiap tahunnya. Pencegahan yang disarankan adalah meningkatkan iman, menghindari hubungan
Dokumen tersebut membahas tentang HIV/AIDS, termasuk pengertian, jenis, cara penularan, orang yang berisiko tinggi tertular, hal-hal yang tidak menularkan, serta dampak sosial, ekonomi, dan pencegahannya.
Gejala dan tanda yang muncul pada pasien AIDS sangat beragam dan kompleks karena sistem kekebalan tubuh menurun sehingga berbagai infeksi dan kanker dapat menyerang berbagai organ. Oleh karena itu, perawatan pasien AIDS memerlukan pendekatan multidisiplin dan dukungan sosial dan psikologis yang kuat.
This document discusses HIV and TB co-infection. It notes that HIV increases the risk of developing active TB due to immunosuppression. Diagnosing TB is more difficult in HIV patients as sputum smears can be negative and symptoms are atypical. WHO recommends treating TB first before beginning antiretroviral therapy for co-infected patients, and directly observed treatment to ensure adherence. Clinical trials are exploring optimal antiretroviral regimens for co-infected patients.
The document discusses the deadly combination of the HIV/AIDS and tuberculosis (TB) pandemics. It states that around 12 million people worldwide are co-infected with HIV and TB, and that each disease makes the other worse. New tools are needed to combat the co-epidemic, including vaccines, diagnostics, and treatments. The Aeras Global TB Vaccine Foundation is working to develop new TB vaccines to help eliminate TB globally by 2050.
- There is an estimated 1 million people worldwide who have TB and HIV co-infection, with a high burden in sub-Saharan Africa and Asia.
- People living with HIV are 26-31 times more likely to develop TB than those without HIV. TB is the most common illness in those with HIV and a major cause of HIV-related death.
- Clinical manifestations of TB in those with HIV depend on immune deficiency level, ranging from typical localized TB to atypical disseminated forms with more advanced HIV disease. Diagnosis involves screening algorithms, radiography, sputum smear microscopy, mycobacterial culture, and molecular and serological tests.
This document discusses treatment considerations for patients co-infected with tuberculosis (TB) and HIV. It summarizes evidence on initiating antiretroviral therapy (ART) in patients being treated for TB. Starting ART earlier reduces HIV disease progression and death, but increases the risk of TB-immune reconstitution inflammatory syndrome (IRIS). Later ART initiation reduces IRIS risk, but increases HIV disease progression and death risks. The optimal time to start ART in TB patients may depend on their CD4 count and differs according to the individual's risks.
This document discusses the close interlink between tuberculosis (TB) and HIV, noting that TB is a leading cause of HIV-related morbidity and mortality. It explains that HIV increases the risk of developing active TB for those with latent TB infections, and that people living with HIV have a 10-50% increased lifetime risk of developing TB compared to HIV-negative individuals. The document also describes how TB and HIV interact and influence each other, exacerbating the diseases. It provides details on diagnosing and treating co-infections of TB and HIV.
Pedoman ini membahas pencegahan penularan HIV dari ibu ke bayi di Indonesia, meliputi: (1) epidemiologi HIV di Indonesia dan pentingnya program PMTCT, (2) kebijakan pemerintah mendukung pencegahan penularan HIV dari ibu ke bayi, dan (3) kerja sama antar sektor diperlukan untuk meningkatkan cakupan program pencegahan.
The document discusses HIV/AIDS and tuberculosis (TB). It provides information on HIV, including how it attacks CD4 cells and weakens the immune system. TB is caused by the bacterium Mycobacterium tuberculosis. HIV increases the risk of active TB for those with latent TB infections. Clinical presentation of TB is often atypical in HIV patients. Proper treatment of both HIV and TB is required to improve prognosis. The case presentation is likely extrapulmonary TB involving the pericardium and lymph nodes based on the symptoms and chest x-ray findings.
This document discusses TB/HIV co-infection, providing information on the global epidemiology, pathogenesis, clinical presentation, diagnosis, and management of TB in HIV patients. Some key points:
- TB is the leading cause of death for people living with HIV globally, with Africa disproportionately affected as rates there continue to rise.
- HIV infection increases the risk of developing active TB due to CD4+ T-cell depletion impairing the immune response to M. tuberculosis. This can lead to atypical clinical presentations and difficulties in diagnosis.
- Diagnosis is challenging as sputum smear-negative TB is more common in HIV patients. Culture remains the gold standard but newer rapid tests like nucleic acid amplification and
coinfeccion VIH/TBC (Virus de la inmunodeficiencia humana con mycobacterium t...carlos canova
Este documento describe la coinfección de VIH y tuberculosis como un problema significativo de salud pública a nivel mundial, con estimados de 700,000 nuevos casos de tuberculosis VIH positivos en 2006. Explica que la coinfección acelera el daño mutuo entre la bacteria y el virus al aumentar la carga viral y cambiar la presentación clínica de la tuberculosis. También detalla los impactos como una mayor progresión a enfermedad tuberculosis, tasas de recurrencia más altas, mayor riesgo de transmisión en la comunidad, mayor mortalidad y mayores demandas al sistema
Este documento presenta una guía clínica actualizada sobre la coinfección de tuberculosis y VIH. La guía provee información sobre el diagnóstico, tratamiento y prevención de la tuberculosis pulmonar y extrapulmonar en personas viviendo con VIH. Además, cubre temas como el diagnóstico del VIH en pacientes con tuberculosis, las interacciones entre los medicamentos antituberculosos y antirretrovirales, y el manejo de la tuberculosis resistente a medicamentos.
El documento proporciona información sobre la tuberculosis y la coinfección con VIH. En 3 oraciones resume que la tuberculosis es una enfermedad bacteriana crónica causada principalmente por Mycobacterium tuberculosis, que puede ser pulmonar o extrapulmonar, y su diagnóstico y tratamiento en pacientes con y sin VIH. La coinfección TB-VIH es un problema de salud pública importante debido al mayor riesgo de progresión de la TB y mayor mortalidad en personas viviendo con VIH.
This document provides information on the definition, pathology, symptoms, signs, classification, and laboratory findings of anemia. It defines anemia as a reduction in hemoglobin concentration and oxygen carrying capacity in the blood. Anemias are classified based on whether red blood cell production or destruction is impaired. Common causes of microcytic anemia include iron deficiency and thalassemia. Thalassemia syndromes range from mild trait to severe thalassemia major depending on the number of functional globin genes. Laboratory findings helpful for diagnosing thalassemia include low MCV, MCH, and elevated HbA2.
Semua ibu hamil harus ditawarkan pemeriksaan HIV. Masa persalinan mempunyai risiko tertinggi dalam penularan HIV dari ibu ke bayi dibanding masa kehamilan dan nifas. Pemberian obat antiretroviral penting untuk mencegah transmisi infeksi ke bayi pada perempuan hamil dengan HIV positif.
Dokumen ini membahas tentang epidemiologi dan patogenesis tuberkulosis pada anak. Tuberkulosis pada anak merupakan masalah kesehatan penting di negara berkembang karena jumlah populasi anak yang besar. Sekitar 500.000 anak di dunia menderita TB setiap tahunnya dan 200 anak meninggal akibat TB setiap harinya. Faktor risiko penularan TB pada anak tergantung pada tingkat penularan, lama pajanan, dan daya tahan tubuh an
Este documento trata sobre la tuberculosis y el VIH/SIDA. Explica que la tuberculosis es una de las principales infecciones oportunistas que afectan a personas con VIH/SIDA debido a la debilidad del sistema inmunológico causada por el virus. Describe las manifestaciones clínicas, diagnóstico, tratamiento y patogénesis de la coinfección por tuberculosis y VIH, así como las interacciones entre los medicamentos antituberculosos y antirretrovirales.
TB and HIV screening in healthcare workers in a Mozambique hospitalKimberly Schafer
This document summarizes a tuberculosis (TB) and HIV screening study of 156 healthcare workers at Maputo Central Hospital in Mozambique. The study found an HIV prevalence of 16.9% among workers tested, with 40% of HIV positive cases being new diagnoses. One active TB case was diagnosed during screening. Additional cases were found after screening in workers who presented with symptoms. The study highlights the need for ongoing TB screening and infection control programs for healthcare workers at the hospital given the high burden of HIV and TB.
Dokumen tersebut membahas tentang berbagai penyakit pernapasan seperti TB paru, asma bronkial, PPOK, bronkiolitis, dan pneumonia serta gejala, tanda, dan penatalaksanaannya.
Gambaran klinis pasien TB dengan HIV/AIDS tergantung dari derajat berat ringannya. Pemeriksaan sputum BTA tetap penting untuk diagnosis TB meskipun di daerah dengan prevalensi HIV tinggi. Pemberian terapi TB dan ARV harus mempertimbangkan jumlah CD4 dan interaksi antar obat.
[Ringkasan]
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1. Dokumen tersebut membahas program penanggulangan tuberkulosis di Jawa Timur, termasuk strategi, tujuan, dan kebijakan operasional program tersebut.
2. Program tersebut menerapkan strategi DOTS dan bertujuan menurunkan angka kematian dan morbiditas TB dengan memutus rantai penularan.
3. Diagnosis TB didasarkan pada pemeriksaan sputum mikroskopis untuk menemukan basil tuberk
Case Presentation Co infection Miliary Tuberculosis and HIV/AIIDS Soroy Lardo
1. Dokumen tersebut membahas tentang ko-infeksi HIV dan TB, dimana kedua penyakit saling mempengaruhi dan memperburuk prognosis satu sama lain. 2. HIV menurunkan kekebalan tubuh sehingga meningkatkan risiko infeksi TB aktif, sementara replikasi HIV lebih tinggi pada lokasi infeksi TB. 3. Ko-infeksi meningkatkan replikasi kedua agen patogen dan merupitkan masalah kesehatan masyarakat yang serius.
Dokumen tersebut memberikan informasi mengenai HIV/AIDS, termasuk penjelasan tentang apa HIV dan AIDS, gejala dan perkembangannya, cara penularan, situasi epidemi di Indonesia dan Jawa Tengah, serta upaya pencegahan.
Dokumen tersebut memberikan informasi mengenai HIV/AIDS, termasuk penjelasan tentang HIV dan AIDS, cara penularannya, gejala dan perkembangannya, serta situasi epidemi HIV/AIDS di Indonesia dan Jawa Tengah khususnya.
Dokumen tersebut membahas tentang epidemiologi tuberkulosis di Indonesia dan dunia, gejala, diagnosis, penularan, pengobatan, serta jenis-jenis tuberkulosis."
Dokumen tersebut membahas tentang epidemiologi tuberkulosis sebagai masalah kesehatan global. Kasus dan kematian akibat TB terus meningkat karena komitmen, dana, dan sistem pelayanan kesehatan yang kurang memadai, serta dampak pandemi HIV dan munculnya TB yang resisten obat. Dokumen ini juga menyoroti situasi TB di Indonesia yang menjadi penyebab kematian infeksi nomor satu dengan kasus baru dan kematian yang sangat tinggi.
Dokumen tersebut membahas tentang patofisiologi dan sejarah alami infeksi HIV. Ada beberapa poin penting yang dijelaskan dalam dokumen, yaitu: (1) HIV menyerang sel CD4 dan menggunakannya untuk bereplikasi, (2) sistem kekebalan tubuh yang sedang berkembang pada anak membuat progresi penyakit HIV lebih cepat, dan (3) terapi obat antiretroviral digunakan untuk mencegah resistensi terhadap virus
Similar to Tb hiv coinfection dr. kurnia f. jamil 20 april 2013 (20)
PRESENTASI LAPORAN TUGAS AKHIR ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIFratnawulokt
Peningkatan status kesehatan ibu dan anak merupakan salah satu hal prioritas di Indonesia. Status derajat kesehatan ibu dan anak sendiri dapat dinilai dari jumlah AKI dan AKB. Pemerintah berupaya menerapkan program Sustainable Development Goals (SDGs) dengan harapan dapat menekan AKI dan AKB, tetapi kenyataannya masih tinggi sehingga tujuan dari penyusunan laporan tugas akhir ini untuk memberikan asuhan kebidanan secara komprehensif dari ibu hamil trimester III sampai KB.
Metode penelitian menggunakan Continuity of Care dengan pendokumentasian SOAP Notes. Subjek penelitian Ny. “H” usia 34 tahun masa kehamilan Trimester III hingga KB di PMB E Kecamatan Ngunut Kabupaten Tulungagung.
Hasil asuhan selama masa kehamilan trimester III tidak ada komplikasi pada Ny. “E”. Masa persalinan berjalan lancar meskipun terdapat kesenjangan dimana IMD dilakukan kurang dari 1 jam. Kunjungan neonatus hingga nifas normal tidak ada komplikasi, metode kontrasepsi memilih KB implant.
Kesimpulan asuhan pada Ny. “H” ditemukan kesenjangan antara kenyataan dan teori di penatalaksanaan, tetapi dalam pemberian asuhan ini kesenjangan masih dalam batas normal. Asuhan kebidanan ini diberikan untuk membantu mengurangi kemungkinan terjadi komplikasi pada saat masa kehamilan hingga KB.
3. HIV Prevalence in the South-East Asia
Region : 2008
Nepal
70.000
Myanmar
242.000
Thailand
610.000India
2.300.00
Indonesia
293.000
Five countries account
for the majority of PLHIV in
the Region
Four of these countries are
among the countries with the
highest burden of TB
5. ISTC Training Modules 2008
Estimated TB Incidence Rates
Rate per 100 000
0-9
10 - 24
25 - 49
50 - 99
100 - 300
300 or more
No Estimate
The countries of SEAR account for over
a third of the global burden of TB;
>90% in five high TB burden countries
6. Progress of HIV testing for notified TB
patients Global
Proportion of TB Patients
Tested for HIV
Key
No reported activity
< 15%
15 to 50%
51 to 75%
More than 75%
2004 2005
2006 2007
3 %
12 % 16 %
9 %
7. Progress of HIV testing for notified TB patients
Asia Pacific
Proportion of TB Patients
Tested for HIV
Key
No reported activity
< 15%
15 to 50%
51 to 75%
More than 75%
0.2 of 3.1 million notified TB patients
were tested in ASIA PACIFIC REGION in 2007
2004
2005
2006
2007
0.3 %
1.9 %
3.7 %
6.0 %
8. ISTC Training Modules 2008
5.7 Source: UNGASS data provided by countries, 2008.
Oceania
(2) (10)
East
Asia
(12)
Eastern
Asia
(12)
America Europe
(14) and
North
Africa
and
Middle
East
(3)
(Number of countries reporting)
GLOBALCaribbean Latin
(76)
South
and
South-
Central East Asia
(8)
Sub-
Saharan
Africa
(22)
Western
and
Central
Europe
(3)
Percentage of incident tuberculosis cases
in people living with HIV receiving both antiretroviral
and anti-tuberculosis medications, 2007
100
80
60
%
40
20
0
(Note: No data from North America)
9. 22 negara yg terbeban: 80% dari semua kasus baru
0
500
1000
1500
2000
India
China
Indonesia
Bangladesh
Nigeria
Pakistan
Philippines
SouthAfrica
RussianFederation
Ethiopia
DRCongo
VietNam
Kenya
URTanzania
Brazil
Thailand
Myanmar
Zimbabwe
Uganda
Cambodia
Afghanistan
Mozambique
EstimasikasusbaruTB(x1000)
11. ISTC Training Modules 2008
TB merupakan
penyebab kematian
utama bagi penderita
HIV di seluruh dunia
Mortalitas TB dan HIV
12. Jumlah kasus TB HIV meningkat 2 kali
lipat pada tahun 2007
Th 2006 : 0,7 juta --> Th 2007 : 1,37 juta
Perhatian terhadap pencegahan dan
penatalaksanaan kasus TB HIV perlu
ditingkatkan
13. Efek TB terhadap progresifitas
Infeksi HIV
TB meningkatkan progresifitas HIV
Penderita TB dengan HIV sering mempunyai viral
loads HIV yang tinggi
Penurunan imunitas lebih cepat, dan pertahanan hidup
bisa lebih singkat walaupun pengobatan TB berhasil
Penderita TB/HIV mempunyai kemungkinan hidup
lebih singkat dibanding penderita HIV yg tidak pernah
kena TB
ART menurunkan tingkat kematian pada pasien
TB/HIV
14. Epidemiologi ko-infeksi TB-HIV
1/3 ODHA terinfeksi TB
TB merupakan IO terbanyak dan
penyebab kematian utama pada ODHA
40 % kematian ODHA terkait dengan TB
15. Epidemiologi ko-infeksi TB-HIV
3,2 juta koinfeksi TB-HIV terdapat di Asia
Selatan & Tenggara
Diperkirakan dalam 3-5 tahun
mendatang, 20-25% kasus TB pada
beberapa negara di Asia Selatan &
Tenggara berhubungan langsung dengan
HIV
16. Infeksi TB vs Penyakit TB (TB aktif)
Infeksi TB – organisme ada, tetapi bersifat
dormant (tidur), tidak dapat menginfeksi
orang lain
Penyakit TB – orang tsb sakit dan dapat
menularkan penyakitnya ke orang lain
10% orang dgn infeksi TB akan menjadi
penyakit TB
Setiap orang dgn TB aktif dapat menginfeksi
10-15 orang/tahun
17. Kapan infeksi TB menjadi penyakit?
Kebanyakan terjadi dalam 2 tahun
pertama setelah infeksi
Jika orang menjadi immunocompromised
HIV
Kanker
Khemoterapi
Diabetes yang tidak terkontrol
Malnutrisi
18. Interaksi TB-HIV
HIV merupakan faktor risiko utama menyebabkan
TB aktif
Jumlah progresi menjadi TB aktif:
> 40 % pada pasien dengan HIV
5 % pada pasien tanpa HIV
Risiko reaktifasi infeksi TB:
2.5-15 % setiap tahun pada pasien dgn HIV
< 0.1 % setiap tahun pada pasien tanpa HIV
19. TB mempercepat perjalanan infeksi HIV
Pasien dgn koinfeksi TB-HIV mempunyai
viral load sekitar 1 log lebih besar daripada
pasien tanpa TB
Angka mortalitas pada ko-infeksi TB-HIV
k.l. 4 x lebih besar daripada pasien dengan
hanya TB sendiri
Interaksi TB-HIV
20. Boom, 2001
MTB replication
(reactivation/
persistance)
MTB mediated
imm. activation
Increased HIV
replication
CD4 depletion
HIV progression
CD4 loss
due to HIV
Intervention Inhibit MTB
Reduce HIV
Replication
TNF-
IL-6 IL-10
TGF- IL-1
Interaksi TB-HIV
23. Efek jumlah CD4 terhadap risiko TB
di antara ODHA
0
5
10
15
20
Italia AS Afrika Selatan
>350 200-350 <200
Insidens TB (per 100 /thn)
Antonucci JAMA 1995;274:143; Markowitz Ann Int Med 1997;126:123; Badri Lancet 2002;359:2059
24. TB dan AIDS
Risiko TB
selama hidup
10%
60%
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
PPD+/HIV-negatif PPD+/HIV+
26. Kapankah pemeriksaan uji HIV pada pasien TB ?
Dimana - Di daerah dg prevalensi HIV tinggi
Siapa - Pasien TB dg risiko tinggi terkena
infeksi HIV
Bagaimana - Pasien TB dengan keluhan
tanda/gejala yg menimbulkan
dugaan HIV
27. Daerah dengan prevalensi tinggi:
• Sub-Sahara Afrika
• Indonesia ; beberapa daerah tertentu di:
Papua, Jakarta, Jawa Timur dan Jawa Barat, Bali,
Kepri, Kalimantan Barat, Jawa Tengah dan
Sumatera Utara
Kelompok orang dengan risiko tinggi:
Pengguna narkoba suntik
Pekerja seks komersial
Biseksual
Homoseksual
Narapidana
28. Gambaran Klinis TB dengan
suspek HIV
Gejala klinis TB ditambah kelainan dibawah ini:
• Penurunan berat badan >10 kg (atau > 20%
dari berat badan) dalam 4 bulan
• Diare >1 bulan
• Nyeri saat menelan (odynophagia)
• Perasaan terbakar di kaki (neuropathy)
29. Tanda :
• Bekas herpes zoster
• Skin rash yg gatal
• Lesi kulit atau membran
mukosa yg berwarna gelap
atau kemerahan (Kaposi’s
sarcoma)
• Limfadenopati generalisata
• Oral Candidiasis
• Oral hairy leukoplakia
• Necrotizing gingivitis
• Aphthous ulcers (severe or
recurrent)
• Persistent painful genital
ulceration
•Angular chelitis
30. Hasil X-foto Toraks pasien TB
dengan infeksi HIV
HIV awal
HIV lanjut
(severe immuno-compromise)
33. Perbandingan gambaran klinis TB pada
penderita terinfeksi HIV dan tidak terinfeksi HIV
Gambaran HIV (+) HIV (-)
Keluhan respirasi +++ +++
Penyakit ekstra paru +++ +
Kavitas + +++
Foto toraks atipikal +++ +
PPD neg ++ +
Efek samping obat ++ +
Angka mortalitas +++ +
Relaps ++ +
34. Diagnosis TB pada Penderita HIV
Tidak sama dengan gejala umum TB
Demam dan penurunan berat badan merupakan gejala
yang penting
Batuk bukan gejala yang umum
Banyak variasi pada gambaran foto toraks
Lebih banyak TB ekstra paru dan TB disseminata
Diagnosis diferensial lebih luas
35. Lokasi TB Ekstra paru
yang sering ditemukan
Lymph Nodes: Cervical > axillary > inguinal
Serosal disease: pleural, pericardial
Genitourinary tract
Central nervous system:
meningitis, tuberculoma
Bone and joint
Soft tissue abscesses
Disseminated disease
36. TB Ekstra paru: Diagnosis
Prosedur Diagnostik: foto toraks, aspirasi
jarum halus, ultrasonografi, biopsi
Diagnosis dapat ditegakkan dengan dugaan
klinis, jika penyakit lain dapat disingkirkan
dan spesimen dari lesi sulit didapat
PadaTB Ekstra paru, perlu diperiksa apakah
disertai dengan TB paru berdasarkan
sputum BTA dan foto torak
Pada HIV, TB ekstra paru merupakan tanda
bahwa penyakitnya sudah lanjut (advanced)
37. Kolaborasi TB/HIV
Koordinasi program TB - HIV diperlukan utk :
Mencegah HIV pada pasien TB
Mencegah TB pada pasien HIV
Pemeriksaan pasien dan kontak ( untuk TB dan
HIV )
Koordinasi pengobatan dan penyediaan obat
38. Paduan OAT pada pasien TB HIV
Semua pasien (termasuk mereka yg terinfeksi
HIV) yg belum pernah diobati harus diberi
paduan obat lini pertama yang disepakati
secara internasional :
• Fase awal: 2 bulan INH, RIF, PZA, and EMB
• Fase lanjutan: 4 bulan INH and RIF, atau
• 6 bulan dengan INH and EMB (kegagalan
pengobatan lebih tinggi pada pasien HIV)
• Dosis OAT seharusnya mengikuti anjuran
Internasional
• Kombinasi dosis tetap sangat dianjurkan
39. Pemberian OAT dan ARV
Pada pemberian OAT dan ARV perlu
dipertimbangkan:
Interaksi antara obat-obat yang digunakan
Peran antiretroviral therapy (ART)
Overlap efek samping obat
Immune-reconstitution inflammatory
syndrome (IRIS)
Masalah kepatuhan pengobatan
40. Pemberian ART pada pasien TB HIV
Indikasi pemberian ART pada pasien TB/HIV
berdasarkan: Status penyakit HIV (kadar CD4)
Keberhasilan pengobatan dan paduan OAT
yang sedang dilakukan
Kepatuhan pengobatan dan efek samping
Jika belum diobati dengan ART pada saat
diagnosis TB, keputusan untuk memulai ART
didasarkan faktor2 berikut.
41. Obat ARV di Indonesia
Nama Generic Grup Nama Merek
Zidovudine/AZT NRTI Zidovex, Antivir
Lamivudine/3TC NRTI Hiviral
Stavudine NRTI Stavir, Zerit
Didanosine NRTI Videx
Nevirapine NNRTI Neviral
Nelfinavir PI Nelvex
Efavirenz/EFZ NNRTI Evafir
Zidovudine + Lamivudine Duviral
Stavudine + Lamivudine Coviro-LS3*
Stavudine + Lamivudine + Nevirapine Triomune, GPOVir
42. Obat ARV pilihan:
• ZDV/3TC/EFV
• d4T/ 3TC/ EFV
• ZDV/3TC/SQV/r (1600/200)
• d4T/3TC/SQV/r (1600/200)
• ZDV/3TC/LVP/RTV (400/400)
• d4T/3TC/LVP/RTV (400/400)
• ZDV/3TC/ABC
• d4T/ 3TC/ ABC
• ZDV/3TC/SQV/RTV (400/400)
• d4T/ 3TC/ SQV/RTV (400/400)
Jika tidak ada EFV, bisa dipergunakan NVP
(2 minggu I 200 mg/hari, selanjutnya 2 x 200
mg)
Obat ARV yang digunakan
43. Kapan Memulai Antiretroviral pada
pasien TB HIV dalam OAT
ISTC Training Modules 2008
Jika pemeriksaan CD4 tersedia :
Nilai CD4
< 200
200 - 350
> 350
ART
Mulai ART begitu pengobatan
TB tidak disertai efek
samping
( 2 – 8 minggu OAT)
Mulai ART setelah OAT fase
intensif selesai
Tunda ART sampai
pengobatan TB selesai
44. Kapan Memulai Antiretroviral pada
pasien TB HIV dalam OAT
Gambaran klinis ART
Adanya TB paru dan tanda HIV
advanced , atau tidak ada
perbaikan secara klinis; adanya
TB ekstra paru
Mulai ART begitu pengobatan TB
tidak disertai efek samping
( 2 – 8 minggu OAT)
TB paru BTA negatif, berat
badan bertambah dengan
pengobatan, tanpa tanda/gejala
HIV advanced
Mulai ART setelah OAT fase
intensif selesai
TB paru BTA positif, berat badan
bertambah dgn pengobatan,
tanpa tanda/gejala HIV
advanced
Tunda ART sampai pengobatan
TB selesai
Jika pemeriksaan CD4 tidak tersedia :
45. Terapi ko-infeksi TB-HIV
Status klinis Tidak ada CD4 Ada CD4
Hanya TB paru (tidak ada
tanda lain Stad 3 atau 4)
OAT diberikan sampai
selesai, baru dilanjutkan
dengan ART
Jika CD4 > 350:
Mulai dan selesaikan OAT, lalu
mulai ART kecuali jika timbul
tanda2 Stad 4 non-TB (mulai lebih
dini, tergantung penilaian klinis)
Jika CD4 200-350:
Mulai OAT. Mulai ART setelah fase
intensif (mulai lebih cepat jika
toleransi baik)
Jika CD4 < 200
Mulai OAT. Mulai ART segera jika
OAT dapat ditoleransi (2 minggu –
2 bulan)
TB paru disertai tanda2
Stad 3 atau 4 lainnya
Mulai OAT
Waktu pemberian ART
tergantung penilaian klinis
yg berkaitan dgn tanda2 lain
imuno defisiensi
TB ekstra paru Mulai terapi TB
Mulai ART segera jika OAT dapat ditoleransi (2 minggu – 2 bulan)
tanpa melihat jumlah CD4
46. TB-HIV apa yg diberikan pertama kali?
AZT/3TC/ABC
AZT (d4T)/3TC/EFZ
d4T (AZT) 3TC/NVP
2NRTI/ SQV/rtv
2NRTI/LPV/rtv
Jumlah pil sedikit, kurang poten
Hypersensitifitas IRIS?
Kehamilan! Neuropati
EFZ 600-800 mg
Neuropati, hepatotoksik, dosis?
Dosis yg digunakan: 1000/100 BID
(jumlah pil banyak) atau
1200/200 mg 1x/hari
LOP 400mg/rtv 400 mg 2x/hari,
efek samping!!
47. Dgn HAART
Tidak Ya
CD4 <200 CD4 200-350 CD4 > 350
Mulai
HAART
dlm 2 minggu
Mulai rejimen
TB
Mulai
HAART
dlm 2 bulan
Tanpa
HAART
Teruskan
dan sesuaikan
dosisnya
Terapi ko-infeksi TB-HIV
49. TB dan HIV:
Pemberian HAART segera vs ditunda
Alasan menunda terapi HIV sampai TB diobati:
1. HIV merupakan penyakit kronis.
2. Adherence dapat bermasalah.
3. Manajemen toksisitas lebih rumit.
4. Immune restoration dapat menimbulkan
“paradoxical reactions.”
50. Alasan memulai terapi HIV pada awal TB:
1. TB berkaitan dengan aktifasi imun, peningkatan
replikasi HIV, dan mempercepat progresi penyakit
HIV.
2. Terapi antiretroviral yg poten dapat mengurangi
jumlah HIV RNA, memperbaiki fungsi imun dan
memperlambat progresi penyakit HIV.
3. Terapi HIV mengurangi risiko timbulnya IO yang
lain.
TB dan HIV:
Pemberian HAART segera vs ditunda
51. Masalah terapi:
• Adherence / jumlah pil banyak
• Efek toksisitas yang tumpang tindih
mual muntah, ruam kulit, hepatitis, anemi
• Interaksi obat
Rifampisin merupakan enzyme inducer yang kuat
• ‘Paradoxical worsening’ TB
Reaksi Immune reconstitution
Lebih sering jika ART dimulai lebih dini pada terapi TB
Jika mungkin tunda ART sampai fase intensif selesai
Terapi ko-infeksi TB-HIV
52. Efek samping
HAART
- demam
- ruam kulit
- gangguan hati
- neuropati
Terapi TB
- demam
- ruam kulit
- gangguan hati
- neuropati
Sering terjadi dan sama
54. TB Immune reconstitution
Infeksi TB yang sebelumnya tenang
menjadi nyata 2-3 minggu setelah
memulai ART akibat meningkatnya
respons inflamasi
Gejala meliputi
demam, limfadenopati, abses, lesi paru
yang bertambah buruk dan meluasnya
lesi sus. saraf pusat, artritis
55. Rujukan dan perawatan TB-HIV
Program AIDSProgram TB
ProfilaksisIO
TerapiIO
ART
PerawatanPallatif
Intensive
Phase
Dukunganpsiko-sosio-ekonomi
PencegahanHIV
Entry point/T&C
Terapi TB (DOT)
Fase lanjutan
Penemuan kasus/
diagnosis
Fase intensif
56. Multi-drug Resistant (MDR) TB
• MDR-TB terjadi jika timbul resistensi
terhadap isoniazid dan rifampisin
• Sekitar 300 000 kasus baru MDR-TB setiap
tahun
• Saat ini 79% MDR-TB resisten terhadap
paling sedikit 3 atau 4 OAT
• Disebabkan oleh pemberian obat yang tidak
sesuai dan adherence yang buruk
57. Multi-drug Resistant (MDR) TB
• Secara bermakna meningkatkan angka
morbiditas dan mortalitas
• Memerlukan penggunaan terapi lini kedua
yang mahal dan toksik
• Strategi DOTS penting dalam mencegah
terjadinya MDR-TB
58. Hal penting - HIV-TB
TB adalah penyebab IO terbesar
TB bisa terjadi pada semua tahapan HIV
HIV merupakan faktor pencetus terbesar untuk
terjadinya TB aktif
Semakin lanjut tahapan dari HIV semakin tidak
khas gambaran TB
Anergi terhadap tes tuberkulin meningkat seiring
dengan menurunnya CD4
59. Terapi jangka pendek adekuat untuk
pengobatan
Profilaksis INH efektif tetapi masih kontroversi
Penanganan klinis yang tepat memperbaiki
prognosis walaupun tanpa ART
ART dapat diberikan bersama-sama dengan OAT,
tetapi dengan pilihan ART terbatas jika
digunakan rifampisin
Hal penting - HIV-TB
60. Pemberian Kotrimoksazol pada
pasien TB/HIV
Pasien TB dan infeksi HIV seharusnya diberi
kotrimoksasol sebagai pencegahan infeksi lainnya
Semua pasien TB yang positif HIV seharusnya
menerima Terapi Pencegahan Kotrimoksasol (CPT)
tanpa peduli jumlah CD4, paling tidak selama
dalam pengobatan TB
CPT dianjurkan untuk semua pasien dengan jumlah
sel CD4 kurang dari 200 sel/mm3
[Anjuran WHO]
61. Efek Samping OAT/ARV
Efek Samping OAT ARV
Skin rash PZA, RIF, INH
Nevirapine
Efavirenz
Abacavir
Mual, muntah PZA, RIF, INH
Zidovudine
Ritonavir
Amprenavir
Indinavir
Hepatitis
PZA, RIF, INH
Nevirapine
Protease
inhibitors
Leukopenia,
anemia
RIF Zidovudine
Burman et al, Am J Respir Crit Care Med 2001
62. IRIS
Immune Reconstitution Inflammatory Syndrome (IRIS)
Perburukan klinis pada saat respons yang
baik terhadap ART
Reaksi paradoksal dimana kondisi menjadi
lebih parah saat respon ART baik
Waktu timbulnya IRIS
Umumnya dalam 6 minggu pertama pemberian
ART (sering dalam waktu 2–3 minggu, tapi dapat
juga beberapa bulan setelah memulai ART)
Rujuk ke spesialis jika menduga IRIS
63.
64. WHO Policy on TB/HIV
+ the “4th I”
“Integrated case management”
+ D. Systems strengthening
Establish regular interaction
Resource mobilization
Capacity building
Involve communities, NGOs
Strategy for
TB- HIV in the
SEA Region
3 I’s
65. The 3 “I’s”
(+ The 4th “I”)
1. Intensified TB case finding (ICF)
2. Isoniazid preventive therapy ( IPT)
3. Infection control (IC) for TB in HIV
care ( + )
4. Integrated Case Management (ICM)
66. Implementation of IPT
(2005-2007)
2005 (10 countries, 26000 cases)
2006 (25 countries, 27000 cases)
2007 (45 countries, 29000 cases)
Progressing but still poor implemented…
67. RINGKASAN
TB meningkatkan progresifitas HIV
HIV meningkatkan progresifitas TB
Jika ada tanda, gejala dan/atau faktor risiko HIV
pada pasien TB, lakukanlah uji HIV
Pada infeksi TB yang disertai HIV, gambaran klinis
dan foto toraks dari TB bisa tidak khas(atypical)
PengobatanTB standard umumnya menyembuhkan
TB dengan ko-infeksi HIV
ART bagi pasien yg memenuhi syarat sangat
meningkatkan immunitas.
Diperlukan penerapan "The 4 I’s”
Diperlukan koordinasi pengobatan TB dan HIV