Dokumen tersebut membahas tentang tata kelola perkebunan kelapa sawit multi tingkat di Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur. Ringkasannya adalah: (1) Studi ini menganalisis efektivitas sistem tata kelola kelapa sawit berkelanjutan dalam mengendalikan ekspansi perkebunan sawit, (2) Didapati adanya kesenjangan pengetahuan petani akan sistem sertifikasi ISPO yang menyebabkan rendahnya kepatuhan pada stand
Komoditas Yang Belum Pernah Turun Harga Sepanjang Sejarah
Pada tanggal 20 Mei 2011, pemerintah Indonesia menerbitkan Inpres No. 10/2011 tentang penundaan penerbitan izin baru HPH (Hak Pengusahaan Hutan) dan penyempurnaan tata kelola hutan alam primer dan lahan gambut.
Sementara itu, dalam revitalisasi sektor kehutanan terutama industri kehutanan telah menempatkan target pencapaian peningkatan kapasitas industri perkayuan, yaitu pada 2007 dari 6,5 juta ton per tahun pulp menjadi 16 juta ton per tahun pada tahun 2020. Apabila asumsi 1 ton pulp memerlukan bahan baku kayu 4,9 m³, kayu yang dibutuhkan adalah sebanyak 78 juta m³ per tahun.
Di sisi lain, kemampuan penanaman secara nasional per tahun berkisar antara 150.000-200.000 ha sehingga masih terdapat kekurangan bahan baku hampir 50%. Pemerintah berharap agar sumber bahan baku yang berasal dari hutan tanaman rakyat (HTR) menjadi nafas bagi industri perkayuan. Hutan alam tetap terjaga, hutan produksi terus dikembangkan. Hutan tanaman dimasa depan akan menjadi tulang punggung bagi industri perkayuan nasional.
Sejak tahun 2011, PT. GAB (Global Agro Bisnis) dibawah naungan PT. Global Media Nusantara dengan ijin prinsip BKPM RI (Badan Koordinasi Penanaman Modal) No:6/1/IP/PMDN/2014 dan telah menerapkan ISO 9001:2015 (update) menawarkan kerjasama kepada seluruh masyarakat Indonesia.
Kami menawarkan bibit Pohon Jabon (Anthocephalus Cadamba) yang merupakan Green Property dengan kemudahan dan keuntungan, antara lain:
• Pohon telah tertanam dan berumur 1 tahun;
• Gratis Pencarian Lahan;
• Gratis Perawatan, Legalitas dan Sertifikasi;
• Setiap Pohon tercatat di BKPM RI dan Cert. ISO 9001:2015;
• Setiap Pohon dilindungi hingga US$40 oleh Asuransi Chubb Syariah;
• Sertifikat Kepemilikan Pohon disahkan Notaris;
• Fasilitas Pembelian Hasil Panen;
• Layanan Kunjungan Lahan dan Pabrik.
Contact:
081.328.706.777 | 0817.263.522 [WA]
www.i-gist.com
Bisnis Kayu telah dikenal sejak lama sebagai sebuah usaha yang sangat menjajikan, ini bisa kita lihat di kalangan konglomerasi sebelumnya. terlibih lagi saat ini kebijakan Pemerintah dan PBB telah melarang melakukan penebangan Hutan Alam.
Namun demikian usaha ini tidak serta merta dengan mudah untuk dilakukan oleh semua orang, banyak hal yang menjadi hambatan dalam memulai usaha ini, konon lagi bagi anda yang memiliki keterbatasan waktu dan finacial yang cukup, faktor keahlian juga sangat menentukan, baik dalam hal bercocok tanam maupun managemen pengelolaan kayu dan pemasaran.
oleh karna itulah PT. Global Media Nusantara melalui program I-Gist menawarkan sebuah solusi yang sangat Murah dan Aman bagi anda yang ingin berkebun Kayu Industry tanpa harus RIBET.
Pendekatan “Forest First”: Pemberdayaan petani, mengatasi deforestasi, dan me...CIFOR-ICRAF
Presented by Jeni Pareira, Wildlife Conservation Society – Indonesia Program at GCRF Trade Hub Webinar - Towards global green deals: Sustainable trade in palm oil, coffee and songbirds in Indonesia on 20 January 2022.
Dipresentasikan dalam acara Webinar Nasional “Kajian Kubah Gambut dan Penerapan Metode Paludikultur dalam Rehabilitasi dan Restorasi Lahan Gambut”, 22 Desember 2020.
Dipresentasikan dalam acara Webinar Nasional “Kajian Kubah Gambut dan Penerapan Metode Paludikultur dalam Rehabilitasi dan Restorasi Lahan Gambut”, 22 Desember 2020.
Komoditas Yang Belum Pernah Turun Harga Sepanjang Sejarah
Pada tanggal 20 Mei 2011, pemerintah Indonesia menerbitkan Inpres No. 10/2011 tentang penundaan penerbitan izin baru HPH (Hak Pengusahaan Hutan) dan penyempurnaan tata kelola hutan alam primer dan lahan gambut.
Sementara itu, dalam revitalisasi sektor kehutanan terutama industri kehutanan telah menempatkan target pencapaian peningkatan kapasitas industri perkayuan, yaitu pada 2007 dari 6,5 juta ton per tahun pulp menjadi 16 juta ton per tahun pada tahun 2020. Apabila asumsi 1 ton pulp memerlukan bahan baku kayu 4,9 m³, kayu yang dibutuhkan adalah sebanyak 78 juta m³ per tahun.
Di sisi lain, kemampuan penanaman secara nasional per tahun berkisar antara 150.000-200.000 ha sehingga masih terdapat kekurangan bahan baku hampir 50%. Pemerintah berharap agar sumber bahan baku yang berasal dari hutan tanaman rakyat (HTR) menjadi nafas bagi industri perkayuan. Hutan alam tetap terjaga, hutan produksi terus dikembangkan. Hutan tanaman dimasa depan akan menjadi tulang punggung bagi industri perkayuan nasional.
Sejak tahun 2011, PT. GAB (Global Agro Bisnis) dibawah naungan PT. Global Media Nusantara dengan ijin prinsip BKPM RI (Badan Koordinasi Penanaman Modal) No:6/1/IP/PMDN/2014 dan telah menerapkan ISO 9001:2015 (update) menawarkan kerjasama kepada seluruh masyarakat Indonesia.
Kami menawarkan bibit Pohon Jabon (Anthocephalus Cadamba) yang merupakan Green Property dengan kemudahan dan keuntungan, antara lain:
• Pohon telah tertanam dan berumur 1 tahun;
• Gratis Pencarian Lahan;
• Gratis Perawatan, Legalitas dan Sertifikasi;
• Setiap Pohon tercatat di BKPM RI dan Cert. ISO 9001:2015;
• Setiap Pohon dilindungi hingga US$40 oleh Asuransi Chubb Syariah;
• Sertifikat Kepemilikan Pohon disahkan Notaris;
• Fasilitas Pembelian Hasil Panen;
• Layanan Kunjungan Lahan dan Pabrik.
Contact:
081.328.706.777 | 0817.263.522 [WA]
www.i-gist.com
Bisnis Kayu telah dikenal sejak lama sebagai sebuah usaha yang sangat menjajikan, ini bisa kita lihat di kalangan konglomerasi sebelumnya. terlibih lagi saat ini kebijakan Pemerintah dan PBB telah melarang melakukan penebangan Hutan Alam.
Namun demikian usaha ini tidak serta merta dengan mudah untuk dilakukan oleh semua orang, banyak hal yang menjadi hambatan dalam memulai usaha ini, konon lagi bagi anda yang memiliki keterbatasan waktu dan finacial yang cukup, faktor keahlian juga sangat menentukan, baik dalam hal bercocok tanam maupun managemen pengelolaan kayu dan pemasaran.
oleh karna itulah PT. Global Media Nusantara melalui program I-Gist menawarkan sebuah solusi yang sangat Murah dan Aman bagi anda yang ingin berkebun Kayu Industry tanpa harus RIBET.
Pendekatan “Forest First”: Pemberdayaan petani, mengatasi deforestasi, dan me...CIFOR-ICRAF
Presented by Jeni Pareira, Wildlife Conservation Society – Indonesia Program at GCRF Trade Hub Webinar - Towards global green deals: Sustainable trade in palm oil, coffee and songbirds in Indonesia on 20 January 2022.
Dipresentasikan dalam acara Webinar Nasional “Kajian Kubah Gambut dan Penerapan Metode Paludikultur dalam Rehabilitasi dan Restorasi Lahan Gambut”, 22 Desember 2020.
Dipresentasikan dalam acara Webinar Nasional “Kajian Kubah Gambut dan Penerapan Metode Paludikultur dalam Rehabilitasi dan Restorasi Lahan Gambut”, 22 Desember 2020.
Green Property I-Gist adalah Properti yang memiliki 5 kelayakan dalam memiliki Bisnis Property , seperti Kelayakan Ekonomi, Kelayakan Ekologis,Kelayakan Sosial, Kelayakan Lingkungan Kelayakan Spiritual.
Komoditas Yang Belum Pernah Turun Harga Sepanjang Sejarah
Pada tanggal 20 Mei 2011, pemerintah Indonesia menerbitkan Inpres No. 10/2011 tentang penundaan penerbitan izin baru HPH (Hak Pengusahaan Hutan) dan penyempurnaan tata kelola hutan alam primer dan lahan gambut.
Sementara itu, dalam revitalisasi sektor kehutanan terutama industri kehutanan telah menempatkan target pencapaian peningkatan kapasitas industri perkayuan, yaitu pada 2007 dari 6,5 juta ton per tahun pulp menjadi 16 juta ton per tahun pada tahun 2020. Apabila asumsi 1 ton pulp memerlukan bahan baku kayu 4,9 m³, kayu yang dibutuhkan adalah sebanyak 78 juta m³ per tahun.
Di sisi lain, kemampuan penanaman secara nasional per tahun berkisar antara 150.000-200.000 ha sehingga masih terdapat kekurangan bahan baku hampir 50%. Pemerintah berharap agar sumber bahan baku yang berasal dari hutan tanaman rakyat (HTR) menjadi nafas bagi industri perkayuan. Hutan alam tetap terjaga, hutan produksi terus dikembangkan. Hutan tanaman dimasa depan akan menjadi tulang punggung bagi industri perkayuan nasional.
Sejak tahun 2011, PT. GAB (Global Agro Bisnis) dibawah naungan PT. Global Media Nusantara dengan Izjin BKPM RI (Badan Koordinasi Penanaman Modal) No:6/1/IP/PMDN/2014 dan telah menerapkan ISO 9001:2015 menawarkan kerjasama kepada seluruh masyarakat Indonesia.
Kami menawarkan bibit Pohon Jabon (Anthocephalus Cadamba) yang merupakan Green Property ber-Sertifikat dengan memberikan kemudahan dan keuntungan sbb:
• Pohon sudah tertanam dan berumur 12 bulan;
• Gratis Pencarian Lahan;
• Gratis Perawatan, Legalitas dan Sertifikasi;
• Pohon telah tertanam dan berumur 12 bulan;
• Setiap tercatat di BKPM RI dan Certif. ISO 9001:2015;
• Setiap Pohon Dilindungi US$40 oleh Asuransi Chubb Syariah Int'l;
• Sertifikat kepemilikan pohon disahkan Notaris;
• Fasilitas pembelian hasil panen;
• Layanan kunjungan lahan dan pabrik.
~ GRATIS KONSULTASI ~
Contact:
081.328.706.777 | 0817.263.522 [WA]
Agus Purnomo, Managing Director for Sustainability and Strategic Stakeholder Engagement, Sinar Mas Agribusiness and Food, delivered a guest lecture at the Institute of Technology and Science Bandung (ITSB) on 17 Jan 2018, on the topic of developing a sustainable Indonesian palm oil industry that is competitive in global agribusiness.
Presentasi oleh Mas Achmad Santosa, disampaikan pada Diskusi Terbatas Mengenai Revisi PERMENTAN No. 26 Tahun 2007 Tentang Pedoman Pemberian Izin Usaha Perkebunan. Diselenggarakan oleh ELSAM, Sawit Watch, SPKS, dan PILNET di Jakarta, 29 Mei 2013.
Pengembangan Business Case Pekebun Sawit Swadaya Berkelanjutan di Kotawaringi...CIFOR-ICRAF
Presented by Agus Andrianto and Heru Komarudin, CIFOR-ICRAF at GCRF Trade Hub Webinar - Towards global green deals: Sustainable trade in palm oil, coffee and songbirds in Indonesia on 20 January 2022.
Program Bioekonomi dan Lumbung Pangan (Food Estate) Togar Simatupang
Bioekonomi merupakan peluang besar bagi masyarakat lokal dan regional.
Pertumbuhan pertanian sangat penting dalam pengentasan kemiskinan di daerah pedesaan, dan satu peluang untuk pertumbuhan tersebut terletak pada peningkatan produk pertanian.
Potensi Indonesia untuk mengembangkan ekonomi nabati berbasis sumber daya lokal sebagian besar masih belum dimanfaatkan.
Solusinya adalah mengembangkan opsi teknologi atau model bisnis untuk penerapan lokal.
Kegiatan peningkatan kesadaran, pengembangan pengetahuan (studi), pengelompokan, dan jejaring diperlukan untuk mendukung rantai nilai dan model bisnis berbasis nabati yang baru.
Green Property I-Gist adalah Properti yang memiliki 5 kelayakan dalam memiliki Bisnis Property , seperti Kelayakan Ekonomi, Kelayakan Ekologis,Kelayakan Sosial, Kelayakan Lingkungan Kelayakan Spiritual.
Komoditas Yang Belum Pernah Turun Harga Sepanjang Sejarah
Pada tanggal 20 Mei 2011, pemerintah Indonesia menerbitkan Inpres No. 10/2011 tentang penundaan penerbitan izin baru HPH (Hak Pengusahaan Hutan) dan penyempurnaan tata kelola hutan alam primer dan lahan gambut.
Sementara itu, dalam revitalisasi sektor kehutanan terutama industri kehutanan telah menempatkan target pencapaian peningkatan kapasitas industri perkayuan, yaitu pada 2007 dari 6,5 juta ton per tahun pulp menjadi 16 juta ton per tahun pada tahun 2020. Apabila asumsi 1 ton pulp memerlukan bahan baku kayu 4,9 m³, kayu yang dibutuhkan adalah sebanyak 78 juta m³ per tahun.
Di sisi lain, kemampuan penanaman secara nasional per tahun berkisar antara 150.000-200.000 ha sehingga masih terdapat kekurangan bahan baku hampir 50%. Pemerintah berharap agar sumber bahan baku yang berasal dari hutan tanaman rakyat (HTR) menjadi nafas bagi industri perkayuan. Hutan alam tetap terjaga, hutan produksi terus dikembangkan. Hutan tanaman dimasa depan akan menjadi tulang punggung bagi industri perkayuan nasional.
Sejak tahun 2011, PT. GAB (Global Agro Bisnis) dibawah naungan PT. Global Media Nusantara dengan Izjin BKPM RI (Badan Koordinasi Penanaman Modal) No:6/1/IP/PMDN/2014 dan telah menerapkan ISO 9001:2015 menawarkan kerjasama kepada seluruh masyarakat Indonesia.
Kami menawarkan bibit Pohon Jabon (Anthocephalus Cadamba) yang merupakan Green Property ber-Sertifikat dengan memberikan kemudahan dan keuntungan sbb:
• Pohon sudah tertanam dan berumur 12 bulan;
• Gratis Pencarian Lahan;
• Gratis Perawatan, Legalitas dan Sertifikasi;
• Pohon telah tertanam dan berumur 12 bulan;
• Setiap tercatat di BKPM RI dan Certif. ISO 9001:2015;
• Setiap Pohon Dilindungi US$40 oleh Asuransi Chubb Syariah Int'l;
• Sertifikat kepemilikan pohon disahkan Notaris;
• Fasilitas pembelian hasil panen;
• Layanan kunjungan lahan dan pabrik.
~ GRATIS KONSULTASI ~
Contact:
081.328.706.777 | 0817.263.522 [WA]
Agus Purnomo, Managing Director for Sustainability and Strategic Stakeholder Engagement, Sinar Mas Agribusiness and Food, delivered a guest lecture at the Institute of Technology and Science Bandung (ITSB) on 17 Jan 2018, on the topic of developing a sustainable Indonesian palm oil industry that is competitive in global agribusiness.
Presentasi oleh Mas Achmad Santosa, disampaikan pada Diskusi Terbatas Mengenai Revisi PERMENTAN No. 26 Tahun 2007 Tentang Pedoman Pemberian Izin Usaha Perkebunan. Diselenggarakan oleh ELSAM, Sawit Watch, SPKS, dan PILNET di Jakarta, 29 Mei 2013.
Pengembangan Business Case Pekebun Sawit Swadaya Berkelanjutan di Kotawaringi...CIFOR-ICRAF
Presented by Agus Andrianto and Heru Komarudin, CIFOR-ICRAF at GCRF Trade Hub Webinar - Towards global green deals: Sustainable trade in palm oil, coffee and songbirds in Indonesia on 20 January 2022.
Program Bioekonomi dan Lumbung Pangan (Food Estate) Togar Simatupang
Bioekonomi merupakan peluang besar bagi masyarakat lokal dan regional.
Pertumbuhan pertanian sangat penting dalam pengentasan kemiskinan di daerah pedesaan, dan satu peluang untuk pertumbuhan tersebut terletak pada peningkatan produk pertanian.
Potensi Indonesia untuk mengembangkan ekonomi nabati berbasis sumber daya lokal sebagian besar masih belum dimanfaatkan.
Solusinya adalah mengembangkan opsi teknologi atau model bisnis untuk penerapan lokal.
Kegiatan peningkatan kesadaran, pengembangan pengetahuan (studi), pengelompokan, dan jejaring diperlukan untuk mendukung rantai nilai dan model bisnis berbasis nabati yang baru.
Keynote speech menteri pertanian dalam seminar keadulatan panganZain Corps
Terkait dengan upaya pengendalian alih fungsi lahan Data BPN (Badan Pertanahan Nasional) menunjukan bahwa saat ini ada 585 dokumen hukum tentang lahan. Beberapa diantara peraturan itu bertentangan satu sama lainnya, sehingga sulit untuk diterapkan. Pengaturan tentang pelarangan dan pengendalian alih fungsi lahan pertanian, utamanya sawah, telah dikeluarkan beberapa peraturan sejak akhir tahun 80-an. Diantaranya :
1. Pelarangan pembangunan kawasan industri dengan Alih Fungsi Lahan Pertanian (Keppres No.53/1989).
2. Pelarangan pemberian izin perubahan fungsi tanah basah dan pengairan beririgasi bagi kawasan industri (Keppres No.33/1990).
3. Pencegahan pengunaan tanah sawah beririgasi teknis untuk penggunaan non pertanian melalui penyusunan RTRW (SE MNA/KBPN 401-1851/ 1994),
4. Izin lokasi tdk boleh mengalihfungsikan sawah irigasi teknis (SE MNA/KBPN 401-2261/1994).
Terakhir kita telah menghasilkan UU No. 41/2009 tentang Perlindungan Lahan Pangan Berkelanjutan, sebagai amanat dari Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Tata Ruang. Undang-undang ini menggunakan pendekatan kawasan dan lebih bersifat upaya pencegahan terjadinya alih fungsi lahan, melalui pendekatan insentif dan non insentif. Sebagai turunan dari undang-undang ini telah disusun beberapa peraturan pemerintah, diantaranya, Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 1 tahun 2011 tentang penetapan dan alih fungsi lahan pertanian pangan berkelanjutan. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2012 tentang Insentif perlindungan lahan pertanian pangan berkelanjutan.
Analisis Masalah-Masalah dalam Pembangunan PertanianUjang Apriansyah
Sektor pertanian dihadapkan pada berbagai tantangan yang kompleks, termasuk salah satunya adalah akses terhadap teknologi dan lain sebagainya. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, diperlukan pendekatan holistik yang melibatkan kerjasama antara pemerintah, lembaga riset, dan masyarakat petani. Penyediaan pelatihan dan aksesibilitas terhadap teknologi pertanian yang inovatif perlu ditingkatkan, sambil memperkuat kebijakan yang mendukung pertanian berkelanjutan. Selain itu, penting untuk membangun kapasitas petani dalam mengelola hasil produksi dan memperkuat resiliensi mereka terhadap risiko ekonomi. Langkah-langkah ini akan memberikan kontribusi positif dalam meningkatkan produktivitas pertanian, kesejahteraan petani, dan ketahanan pangan nasional secara keseluruhan.
Mejorando la estimación de emisiones GEI conversión bosque degradado a planta...CIFOR-ICRAF
Presented by Kristell Hergoualc'h (Scientist, CIFOR-ICRAF) at Workshop “Lecciones para el monitoreo transparente: Experiencias de la Amazonia peruana” on 7 Mei 2024 in Lima, Peru.
Inclusión y transparencia como clave del éxito para el mecanismo de transfere...CIFOR-ICRAF
Presented by Lauren Cooper and Rowenn Kalman (Michigan State University) at Workshop “Lecciones para el monitoreo transparente: Experiencias de la Amazonia peruana” on 7 Mei 2024 in Lima, Peru.
Avances de Perú con relación al marco de transparencia del Acuerdo de ParísCIFOR-ICRAF
Presented by Berioska Quispe Estrada (Directora General de Cambio Climático y Desertificación) at Workshop “Lecciones para el monitoreo transparente: Experiencias de la Amazonia peruana” on 7 Mei 2024 in Lima, Peru.
Land tenure and forest landscape restoration in Cameroon and MadagascarCIFOR-ICRAF
FLR is an adaptive process that brings people (including women, men, youth, local and indigenous communities) together to identify, negotiate and implement practices that restore and enhance ecological and social functionality of forest landscapes that have been deforested or degraded.
ReSI-NoC - Strategie de mise en oeuvre.pdfCIFOR-ICRAF
Re nforcer les S ystèmes d’ I nnovations
agrosylvopastorales économiquement
rentables, écologiquement durables et
socialement équitables dans la région du
No rd C ameroun
ReSI-NoC: Introduction au contexte du projetCIFOR-ICRAF
Renforcer les systèmes d’innovation agricole en vue de
promouvoir des systèmes de production agricole et
d’élevage économiquement rentables, écologiquement
durables et socialement équitables dans la région du
Nord au Cameroun (ReSI-NoC)
Renforcer les Systèmes d’Innovations agrosylvopastorales économiquement renta...CIFOR-ICRAF
Renforcer les Systèmes d’Innovations agrosylvopastorales économiquement rentables, écologiquement durables et socialement équitables dans la région du
Nord Cameroun
Introducing Blue Carbon Deck seeking for actionable partnershipsCIFOR-ICRAF
Presented by Daniel Murdiyarso (Principal Scientist, CIFOR-ICRAF) at the "Climate Change Adaptation and Mitigation with Mangrove Ecosystems: Introducing Mangrove Ecosystems Strategies to the Climate Change Agenda" event in Bogor, 29 April 2024.
A Wide Range of Eco System Services with MangrovesCIFOR-ICRAF
Presented by Mihyun Seol and Himlal Baral (CIFOR-ICRAF) at the "Climate Change Adaptation and Mitigation with Mangrove Ecosystems: Introducing Mangrove Ecosystems Strategies to the Climate Change Agenda" event in Bogor, 29 April 2024.
Presented by Citra Gilang (Research Consultant, CIFOR-ICRAF) at the "Climate Change Adaptation and Mitigation with Mangrove Ecosystems: Introducing Mangrove Ecosystems Strategies to the Climate Change Agenda" event in Bogor, 29 April 2024.
Peat land Restoration Project in HLG LonderangCIFOR-ICRAF
Presented by Hyoung Gyun Kim (Korea–Indonesia Forest Cooperation Center) at the "Climate Change Adaptation and Mitigation with Mangrove Ecosystems: Introducing Mangrove Ecosystems Strategies to the Climate Change Agenda" event in Bogor, 29 April 2024.
Sungsang Mangrove Restoration and Ecotourism (SMART): A participatory action ...CIFOR-ICRAF
Presented by Beni Okarda (Senior Research Officer, CIFOR-ICRAF) at the "Climate Change Adaptation and Mitigation with Mangrove Ecosystems: Introducing Mangrove Ecosystems Strategies to the Climate Change Agenda" event in Bogor, 29 April 2024.
Coastal and mangrove vulnerability assessment In the Northern Coast of Java, ...CIFOR-ICRAF
Presented by Phidju Marrin Sagala (Research Consultant, CIFOR-ICRAF) at the "Climate Change Adaptation and Mitigation with Mangrove Ecosystems: Introducing Mangrove Ecosystems Strategies to the Climate Change Agenda" event in Bogor, 29 April 2024.
Carbon Stock Assessment in Banten Province and Demak, Central Java, IndonesiaCIFOR-ICRAF
Presented by Milkah Royna (Student Intern, CIFOR-ICRAF) at the "Climate Change Adaptation and Mitigation with Mangrove Ecosystems: Introducing Mangrove Ecosystems Strategies to the Climate Change Agenda" event in Bogor, 29 April 2024.
Cooperative Mangrove Project: Introduction, Scope, and PerspectivesCIFOR-ICRAF
Presented by Bora Lee (Warm-Temperate and Subtropical Forest Research Center, NIFoS Jeju, Republic of Korea) at the "Climate Change Adaptation and Mitigation with Mangrove Ecosystems: Introducing Mangrove Ecosystems Strategies to the Climate Change Agenda" event in Bogor, 29 April 2024.
PAPER KIMIA LINGKUNGAN MENINGKATNYA GAS RUMAH KACA IMPLIKASI DAN SOLUSI BAGI ...muhammadnoorhasby04
Gas rumah kaca memainkan peran penting dalam mempengaruhi iklim Bumi melalui mekanisme efek rumah kaca. Fenomena ini alami dan esensial untuk menjaga suhu Bumi tetap hangat dan layak huni. Namun, peningkatan konsentrasi gas rumah kaca akibat aktivitas manusia, seperti pembakaran bahan bakar fosil, deforestasi, dan praktik pertanian intensif, telah memperkuat efek ini, menyebabkan pemanasan global dan perubahan iklim yang signifikan.Pemanasan global membawa dampak luas pada berbagai aspek lingkungan, termasuk suhu rata-rata global, pola cuaca, kenaikan permukaan laut, serta frekuensi dan intensitas fenomena cuaca ekstrem seperti badai dan kekeringan. Dampak ini juga meluas ke ekosistem alami, menyebabkan gangguan pada habitat, distribusi spesies, dan interaksi ekologi, yang berdampak pada keanekaragaman hayati.
Untuk mengatasi tantangan yang ditimbulkan oleh peningkatan gas rumah kaca dan perubahan iklim, upaya mitigasi dan adaptasi menjadi sangat penting. Langkah-langkah mitigasi meliputi transisi ke sumber energi terbarukan, peningkatan efisiensi energi, dan pengelolaan lahan yang berkelanjutan. Di sisi lain, langkah-langkah adaptasi mencakup pembangunan infrastruktur yang tahan terhadap cuaca ekstrem, pengelolaan sumber daya air yang lebih baik, dan perlindungan terhadap wilayah pesisir.Selain itu, mengurangi konsumsi daging, memanfaatkan metode kompos, dan pembangunan infrastruktur yang tahan terhadap perubahan iklim adalah beberapa tindakan konkret yang dapat diambil untuk mengurangi dampak gas rumah kaca.Dengan pemahaman yang lebih baik tentang mekanisme dan dampak dari efek rumah kaca, serta melalui kolaborasi global yang kuat dan langkah-langkah konkret yang efektif, kita dapat melindungi planet kita dan memastikan kesejahteraan bagi generasi mendatang.
Studi Kasus : Oksidasi Pirit dan Pengaruhnya Terhadap Ekosistemd1051231041
Pirit merupakan zat di dalam tanah yang terbawa karena adanya arus pasang surut. Zat ini dapat membahayakan ekosistem sekitar apabila mengalami reaksi oksidasi dan penyebab utama mengapa tanah menjadi masam, karena mengandung senyawa besi dan belerang. Studi kasus ini bertujuan untuk menganalisis pembentukan, dampak, peran, pengaruh, hingga upaya pengelolaan lingkungan yang dapat dilakukan guna mengatasi masalah ekosistem yang terjadi.
KERUSAKAN LAHAN GAMBUT ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI DAN STRATEGI ...d1051231039
Lahan gambut merupakan salah satu ekosistem yang unik dan penting secara global. Terbentuk dari endapan bahan organik yang terdekomposisi selama ribuan tahun, lahan gambut memiliki peran yang sangat signifikan dalam menjaga keanekaragaman hayati, menyimpan karbon, serta mengatur siklus air. Kerusakan lahan gambut dapat menyebabkan hilangnya habitat, degradasi lingkungan, dan penurunan kesuburan tanah. Kerusakan lahan gambut di Indonesia telah meningkat seiring waktu, dengan laju deforestasi dan degradasi lahan gambut yang signifikan. Menurut data, sekitar 70% dari lahan gambut di Indonesia telah rusak, dan angka tersebut terus meningkat. Kerusakan lahan gambut memiliki dampak yang luas dan serius, tidak hanya secara lokal tetapi juga global. Selain menyebabkan hilangnya habitat bagi berbagai spesies tumbuhan dan hewan yang khas bagi ekosistem gambut, kerusakan lahan gambut juga melepaskan jumlah karbon yang signifikan ke atmosfer, berkontribusi pada perubahan iklim global.Kerusakan lahan gambut memiliki dampak negatif yang luas pada masyarakat, lingkungan, dan ekonomi. Dalam jangka panjang, kerusakan lahan gambut dapat menyebabkan hilangnya sumber daya alam, penurunan kesuburan tanah, dan peningkatan risiko bencana alam.
Analisis Konten Pendekatan Fear Appeal dalam Kampanye #TogetherPossible WWF.pdfBrigittaBelva
Berada dalam kerangka Mata Kuliah Riset Periklanan, tim peneliti menganalisis penggunaan pendekatan "fear appeal" atau memicu rasa takut dalam kampanye #TogetherPossible yang dilakukan oleh World Wide Fund (WWF) untuk mengedukasi masyarakat tentang isu lingkungan.
Analisis dilakukan dengan metode kualitatif, meliputi analisis konten media sosial WWF, observasi, dan analisis naratif. Tidak hanya itu, penelitian ini juga memberikan strategi nyata untuk meningkatkan keterlibatan dan dampak kampanye serupa di masa depan.
KERUSAKAN LAHAN GAMBUT ANALISIS EMISI KARBON DARI DEGRADASI LAHAN GAMBUT DI A...d1051231072
Lahan gambut adalah salah satu ekosistem penting di dunia yang berfungsi sebagai penyimpan karbon yang sangat efisien. Di Asia Tenggara, lahan gambut memainkan peran krusial dalam menjaga keseimbangan ekologi dan ekonomi. Namun, seiring dengan meningkatnya tekanan terhadap lahan untuk aktivitas pertanian, perkebunan, dan pembangunan infrastruktur, degradasi lahan gambut telah menjadi masalah lingkungan yang signifikan. Degradasi lahan gambut terjadi ketika lahan tersebut mengalami penurunan kualitas, baik secara fisik, kimia, maupun biologis, yang pada akhirnya mengakibatkan pelepasan karbon dalam jumlah besar ke atmosfer.
Lahan gambut di Asia Tenggara, khususnya di negara-negara seperti Indonesia dan Malaysia, menyimpan cadangan karbon yang sangat besar. Diperkirakan bahwa lahan gambut di wilayah ini menyimpan sekitar 68,5 miliar ton karbon, yang jika terlepas, akan memberikan kontribusi yang signifikan terhadap emisi gas rumah kaca global.
Hasil dari #INC4 #TraktatPlastik, #plastictreaty masih saja banyak reaksi ketidak puasan, tetapi seluruh negara anggota PBB bertekad melanjutkan putaran negosiasi
berikutnya: #INC5 di bulan November 2024 di Busan Korea Selatan
Cerita sukses desa-desa di Pasuruan kelola sampah dan hasilkan PAD ratusan juta adalah info inspiratif bagi khalayak yang berdiam di perdesaan
.
#PartisipasiASN dalam #bebersihsampah nyata biarpun tidak banyak informasinya
4. WWW.YOURCOMPANY.COM
Outline
Persentasi
Pendahuluan
Latar belakang ekonomi, sosial dan ekologi
1
Permasalahan
• Masalahan ekonomi, sosial, ekologi
• Dinamika tata kelola kelapa sawit2
Metode penelitian
• Lokasi penelitian
• Metode pengumpulan dan analisis data3
5 Penutup
Kesimpulan dan implikasi kebijakan
4 • Kegagalan tata kelola perkebunan kelapa sawit berkelanjutan
• Perubahan tutupan lahan akibat ekspansi perkebunan kelapa sawit
Pembahasan
5. WWW.YOURCOMPANY.COM
Pendahuluan
5
Sawit: komoditas yang efisien
• Kelapa sawit merupakan flex crop dapat
digunakan food, feed, fuel, industrial material
(Borras 2013, Alonso-Fradejas et al. 2015)
• Sawit merupakan komoditas minyak nabati
yang lebih efisien (produktifitas tinggi dan
biaya rendah) dari pada minyak nabati lain
seperti soybean dan rapeseed (laksono et al.
2019)
Peningkatan luas KBNK
• KBNK meningkat karena
pelepasan kawasan hutan
untuk perkebunan kelapa
sawit melalui prosedur legal,
angka luasan kawasan hutan
yang telah berubah menjadi
areal perkebunan kelapa
sawit yaitu 5.418.413 ha
pada tahun 2018 (Wibowo
et al. 2019)
Sawit berperan pada ekonomi
nasional, regional dan lokal
• Nilai ekspor meningkat dari tahun 2010
sebesar 15,4 miliar USD menjadi 20,8 miliar
USD pada tahun 2017 (Maryadi et al, 2019)
• Peningkatan serapan tenaga kerja, dari tahun
2010 sejumlah 5 juta menjadi 8,4 juta orang
pada tahun 2015 (PASPI 2016)
• Peningkatan pendapatan masyarakat lokal
(Wicke et al. 2011, Irawan et al. 2013, Jelsma
et al. 2017)
Sawit: komoditas pertanian yang
banyak diusakan masyarakat lokal
• Terbentuknya beragam relasi organisasi
produksi dari ekonomi kelapa sawit
(Colchester dan Chao 2011, Ndraha et al.
2014)
• Integrasi masyarakat adat ke sektor
perkebunan kelapa sawit (Colchester dan
Chao 2011, Mardianingsih et al. 2018)
Peningkatan kesempatan perempuan
di sektor publik
• Kelapa sawit memberikan kesempatan
perempuan untuk bekerja di sektor publik
(Azzahra et al. 2017, Samosir 2017,
Purwaningsih et al. 2019)
6. WWW.YOURCOMPANY.COM
6
Masalah Ekonomi dan sosial
Masalah Ekologi
Masalahanyangditimbulkankelapasawit
• Persoalan perubahan lanskap ekologi yang memberikan konsekuensi pada deforestasi (Fitzherbert et al.
2008, Adams 2009, Tarigan et al. 2015, Setiawan et al. 2016, Bennett et al. 2018) terdapat 3,4 juta Ha
kebun kelapa sawit di kawasan hutan (KEHATI 2019),
• Fragmentasi habitat (Fitzherbert et al. 2008)
• Hilangnya biodiversitas (Koh dan Wilcove 2008, Fitzherbert et al. 2008)
• Peningkatan emisi karbon (Saswattecha et al. 2017)
• Penurunan jasa lingkungan (Abram et al. 2014, Bakkegaard 2017, Fedele et al. 2017)
• Pencemaran air (Mol 2017)
• Penunggalan sumber nafkah (Yulian et al. 2017)
• Kerentanan nafkah (Amalia 2016, Azzahra et al. 2017, Mardianingsih et al. 2018)
• Pergeseran pola hidup masyarakat yang semula subsisten menjadi berorientasi pada pasar (Zunariyah
2012)
• Peningkatan ketimpangan sosial dan pendapatan (Euler et al. 2017)
• Penyebab timbulnya konflik lahan antar petani, antara petani dan masyarakat adat dengan pemegang
HGU, taman nasional dan kawasan konservasi dengan (Koczberski dan Curry 2005, Abram et al. 2017,
Wibowo et al. 2019).
• Persoalan pekerja anak dan perempuan terkait beban kerja terlampau tinggi, upah murah, dan status
hubungan kerja rentan (Sawit Watch 2018, KBS 2018)
7. Kemiskinan Kebakaran
lahan
Marak
pembala
kan liar
dan
usaha
perkebun
an tanpa
ijin
Kebijakan
nasional
Tahun
Masalah
• Inpres 1/
1986 PIR-
TRANS
• Kepmen
Pertanian
333/Kpts/KB
.510/6/1986
Tata Cara
Pelaksanaan
PIR-TRANS
Kepmen LH
40/MenLH/
1997
Koordinasi
Nasional
Pengenda-
lian
Kebakaran
Hutan dan
Lahan
1980an 1994-
1995 2013 2014 2015 2016 2018 2019
Permen-
tan
11/2015
ISPO
•Perpres
9/2016
Percepatan
Pelaksanaan
Kebijakan
Satu Peta
•Permen LHK
P.83/2016
Perhutanan.
Sosial
• Inpres 8/ 2018
Penundaan dan
Evaluasi
Perizinan
Perkebunan
Kelapa Sawit
• Permen LHK
Nomor
P.97/2018
tentang tukar
Menukar
Kawasan Hutan
• Permen LHK
P.17/2018
TORA
• Inpres 5/2019
Penghentian
Pemberian Izin
Baru &
Penyempur-naan
Tata Kelola Hutan
Alam Primer &
Lahan Gambut
• Inpres 6/ 2019
RANKSB
• Permen LHK
P.42/2019 TORA
• : Kepmentan
883/KPTS/SR.02
0/M/12/2019 luas
tutupan kelapa
sawit Indonesia
PP
71/2014
Perlindu-
ngan dan
Pengelola
an
Ekosistem
Gambut
UU
18/2013
Pencega-
han dan
Pembe-
rantasan
Perusa
kan
Hutan
Per-
mentan
19/
2011
ISPO
PP 4/2001
Pengendalian
Kerusakan
dan/atau
Pencemaran
LH berkaitan
dengan
kebakaran
hutan
dan/atau
lahan
Perpres
44/2020
ISPO
Isu
keberlan
jutan
sawit
Kebijakan
Internasional RSPO
RED I: target of
20% by 2020
2004 20102009
ISCC
2011 20201997
1998-
2000
Energy for
future: target
of 12% by 2010
RED I:
targetof 30%
by 2021-2030
Isu lingkungan dan
keberlanjutan kelapa sawit
Krisis moneter,
perambahan hutan,
kebakaran lahan
Kebakaran lahan
gambut
Tumpang tindih atas ruang dan
konflik tenurial, dan keefektifan
ISPO
DinamikaTataKelolaSawit
8. WWW.YOURCOMPANY.COM
Mengapa sistem tata kelola
kelapa sawit berkelanjutan
(Permentan 11/2015) tidak efektif
dalam mengendalikan ekspansi
kelapa sawit di kawasan hutan?
Pertanyaan
9. WWW.YOURCOMPANY.COM
Pendekatan
penelitian
• Kuantitatif Survey menggunakan questioners
• Kualitatif In-depth interview
Analisis tutupan
lahan
• Ground check 14-28 Feb 2018
• Citra Landsat 1990-2017
Companion
Modelling
• Tingkat Desa
• Tingkat Provinsi
• Tingkat Nasional
Lokasi penelitian • Desa Sabintulung,
Kecamatan Muara Kaman,
Kukar
• Desa Gunung Sari,
Kacamatan Tabang, Kukar
Jumlah responden • Pra-survey 5-11 Feb
2017
• Survey I dan wawancara
mendalam (14-28 Feb
2018) = 31 smallholders
• Survey II dan wawancara
mendalam (17-26 Feb
2019 ) = 31 smallholders
• Pra-survey 5-11 Feb
2017
• Survey I dan wawancara
mendalam (14-28 Feb
2018) = 44 smallholders
• Survey II dan wawancara
mendalam (17-26 Feb
2019)= 32 smallholders
MetodePenelitian
10. WWW.YOURCOMPANY.COM
Menganalisis efektifitas sistem tata kelola kelapa
sawit berkelanjutan dalam mengendalikan
ekspansi kelapa sawit
Indikator yang diukur dan diamati pada efektifitas sistem tata kelola kelapa sawit
1. Agensi (Stakeholders yang terlibat dalam sistem ekonomi kelapa sawit, Peran
stakeholders dalam sistem ekonomi kelapa sawit dan Kepentingan stakeholders
dalam sistem ekonomi kelapa sawit
2. Doxa dalam permen ISPO 2015 (kepatuhan petani pada PnC ISPO 2015 dan
kebijakan yang mendukung pada level mikro, meso dan makro)
3. Capital (pengetahuan)
4. Practice (ekspansi perkebunan kelapa sawit perubahan tutupan lahan)
11. WWW.YOURCOMPANY.COM
Agensidalamarenaperkebunankelapasawit
No Agensi Peran Kepentingan Potensi merusak sistem ISPO
1 Petani • Melakukan usaha pertanian • Mendapatkan income Tinggi (afiliasi pada kelompok
Perambah hutan)
2 Perusahaan sawit
dengan kebun
• Mengekspansi kelapa sawit
• Melakukan kemitraan plasma dan non plasma
• Mendapatkan profit
• Memastikan pasokan TBS mencukupi
• Memastikan konflik teredam melalui kemitraan
Rendah
3 Perusahaan sawit
tanpa kebun
• Membeli TBS • Mendapatkan profit
• Memastikan pasokan TBS mencukupi
Tinggi (penadah TBS dari
unclear area)
4 Koperasi • Melakukan kemitraan dengan petani
• Melakukan kemitraan dengan perusahaan
kelapa sawit
• Memastikan TBS anggota koperasi terjual Sedang
5 Tengkulak • Membeli TBS
• Memberikan pinjaman untuk petani
• Mendapatkan profit Tinggi (penadah TBS dari
unclear area)
6 Pemerintah lokal • Melegitimasi pembukaan kebun • Mendapatan kepercayaan dari masyarakat Rendah
7 Pemerintah regional • Mengeksekusi peraturan ISPO di tingkat petani
dan perusahaan
• Mendapatkan citra baik pada pemerintah
nasional
Rendah
8 Pemerintah nasional • Membuat regulasi pengaturan perkebunan
kepala sawit berkelanjutan (ISPO)
• Memastikan ISPO dapat diimplementasikan
• Mendapatan kepercayaan dari masyarakat
• Mendapatkan citra baik pada di forum
internasional
Rendah
9 Bank • Memberikan pendanaan (pinjaman) pada
perusahaan dan petani
• Mendapatkan profit Rendah
13. 0,0
1,0
2,0
3,0
4,0
Tingkat pengetahuan
tentang sistem
sertifikasi ISPO
Tingkat pengetahuan
tentang prosedur
pengurusan sertifikat
lahan
Tingkat pengetahuan
tentang prosedur
pengurusan STDB
Tingkat pengetahuan
tentang prosedur
pengurusan SPPL
Tingkat pengetahuan
tentang Pedoman
Teknis Budidaya
Kelapa Sawit
Tingkat pengetahuan
tentang Teknis
Pengamatan dan
Pengendalian Hama
Terpadu
Desa Gunung Sari
Aktual Ideal
0,0
1,0
2,0
3,0
4,0
Tingkat pengetahuan
tentang sistem
sertifikatifikasi ISPO
Tingkat pengetahuan
tentang prosedur
pengurusan sertifikat
lahan
Tingkat pengetahuan
tentang prosedur
pengurusan STDB
Tingkat pengetahuan
tentang prosedur
pengurusan SPPL
Tingkat pengetahuan
tentang Pedoman
Teknis Budidaya
Kelapa Sawit
Tingkat pengetahuan
tentang Teknis
Pengamatan dan
Pengendalian Hama
Terpadu
Desa Sabintulung
Aktual Ideal
• Teradapat gap pengetahuan petani terkait dengan sistem sertifikasi dan norma Indonesian
Sustainable Palm Oil (ISPO) karena ketiadaan sosialisasi dan pendampingan dari pemerintah
kapasitas pemerintah yang rendah (kurangnya finansial dan kuantitas SDM)
Capital:Pengetahuanpetanitentangnormakelapasawitberkelanjutan
14. WWW.YOURCOMPANY.COM
Practices:Ketundukanpetanipadanormakelapasawitberkelanjutan
Kepemilikan
legalitas lahan
(SHM)
Kepemilikan
Legalitas usaha
(STD-B)
Keikutsertaan
kelompok tani
Keikutsertaan
koperasi
Penanaman bibit
bersertifikat
Kepemilikan
legalitas lingkungan
(SPPL)
Ds. Sabintulung (n=31) 0% 0% 55% 10% 58% 0%
Ds. Gunung Sari (n=32) 0% 0% 66% 75% 63% 0%
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
90%
100%
Persentasekepatuhan
PnC
• Ketidaklengkapan ketundukan pada norma ISPO karena proses pengurusan STDB, SPPL, dan SHM
sulit dijalankan, mahal dan membutuhkan waktu yang lama
• Ketidaksesuaian norma petani dengan norma ISPO Gap antara pertanian tradisional yang
dilakukan oleh petani dengan pertanian sesuai norma ISPO
15. Desa Gunung Sari Desa Sabintulung
• Ekspansi di Desa Gunung Sari terjadi secara menyebar karena derajat integrasi petani dengan perusahaan
kuat melalui kemitraan plasma dan non plasma dan institusi formal (koperasi) di dalam desa
• Ekspansi di Desa Sabintulung terjadi secara mengelompok karena derajat integrasi petani dengan
perusahaan lemah dimana kemitraan plasma dikelola secara “satu atap” serta ketiadaan institusi formal
(koperasi) di dalam desa
Practices:Ekspansiperkebunankelapasawitdanperubahantutupanlahan
16. • Kecepatan ekspansi di Desa Gunung Sari lebih cepat dari pada kecepatan di Desa Sabintulung karena banyaknya
pendatang (Kecepatan ekspansi pendatang lebih tinggi dari pada penduduk asli), agensi intra dan ekstra desa
(tengkulak), afiliasi dengan kelompok perambah hutan, dan petani formal utilitarian rationality-illegal
0%
20%
40%
60%
80%
100%
1990 1995 2000 2005 2009 2016
Desa Gunung Sari
Awan Badan Air
Belukar Hutan
Lahan Terbuka Pemukiman
Perkebunan kelapa sawit
0%
20%
40%
60%
80%
100%
1990 1995 2000 2005 2009 2016
Desa Sabintulung
Badan Air Belukar
Belukar Rawa Hutan
Hutan Rawa Hutan Tanaman Industri
Ladang Lahan Terbuka
Pemukiman Rawa
Perkebunan kelapa sawit
Practices:Ekspansiperkebunankelapasawitdanperubahantatagunalahan
17. Defective governanceConspiracy of silence
1. Tindakan agensi yang
tidak komplit dalam
memenuhi PnC
2. Tidak ada penindakan
hukum
3. Ketidaksesuaian norma
dan nilai
4. Ketidakandalan PnC
5. Kegagalan dalam
mengelola jaringan
interorganisasi
1. Keterkaitan antar
agensi
2. Dilakukan secara
sembunyi-sembunyi
3. Dilegitimasi
4. Dibiarkan oleh Negara
tetapi tidak direstui
oleh negara
KonseptualisasiGagasan
18. WWW.YOURCOMPANY.COM
18
ISPO tidak efektif dalam menekan ekspansi kelapa sawit di kawasan hutan
Kesimpulan
• Agensi tidak tunduk dan berpotensi merusak sistem sertifikasi ISPO
• Capital pengetahuan tentang ISPO di level lokal terlalu minim
• Doxa berupa PnC ISPO tidakandal (tergantung pada aturan-aturan lain di lintas
lembaga) dan tidak cocok dengan norma lokal, serta kebijakan yang mendukung
ISPO di level regional yang terlambat dan di level lokal terjadi kekosongan
• ISPO tidak mampu menghabituasi/membuat tunduk agensi pada norma
keberlanjutan praktik ketidakteraturan dalam ekspansi perkebunan kelapa
sawit
19. WWW.YOURCOMPANY.COM
19
2
4
1
3
Program Klinik ISPO
Kurangnya pengetahuan dan ketundukan
petani pada PnC ISPO, dapat
ditingkatkan melalui pendampingan di
tingkat lokal melalui klinik ISPO yang
tersedia di tiap-tiap desa sentra kebun
kelapa sawit
Implikasi
Kebijakan
Mewujudkan Reforma Agraria
Insentif harga perlu diberlakukan untuk
kelapa sawit yang sudah tersertifikasi
agar ISPO tidak hanya menjadi beban
tambahan. Selain itu, penegakan hukum
yang tegas perlu diberlakukan agar
praktik-praktik ekspansi melalui jalur-
jalur illegal tidak dilakukan kembali
Sinkronisasi kebijakan
nasional, regional dan lokal
Kebijakan-kebijakan terkait perkebunan
kelapa sawit di level regional dan lokal
yang kontra produktif dengan ISPO,
harus segera dihapuskan dan segera
dibuat kebijakan regional dan lokal
untuk mendukung implementasi ISPO
Penegakan reward dan
punishment
Masalah tenurial di tingkat lokal
mendesak diselesaikan, tanpa legalitas
lahan maka petani tidak akan bisa
memproses syarat pra kondisi ISPO
lainnya (STDB dan SPPL)
5
Sistem sertifikasi pada
tata rantai
Tengkulak dan koperasi menjadi unit
usaha yang harus disertifikasi
21. WWW.YOURCOMPANY.COM
Rizka Amalia
PENDIDIKAN
1. S3 di Institut Pertanian Bogor: Program Studi Sosiologi Pedesaan
2. S2 di Institut Pertanian Bogor: Program Studi Pengelolaan SDA dan Lingkungan
3. S1 di Institut Pertanian Bogor: Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat
PUBLIKASI TERBARU
• Bioenergy Policy: The Biodiesel Sustainability Dilemma in Indonesia (2020)
http://www.iieta.org/journals/ijsdp/paper/10.18280/ijsdp.150414
• Perubahan Tutupan Lahan Akibat Ekspansi Perkebunan Kelapa Sawit: Dampak Sosial, Ekonomi dan Ekologi (2019)
https://ejournal.undip.ac.id/index.php/ilmulingkungan/article/view/22511/pdf
• Strategi Adaptasi Sosial Ekonomi dan Ekologi Rumahtangga Petani di Daerah Ekspansi Perkebunan Kelapa Sawit:
Studi Kasus di Dua Desa di Kalimantan Tengah (2018)
https://journal.ipb.ac.id/index.php/sodality/article/download/23226/15169
amalrizka@apps.ipb.ac.id