SlideShare a Scribd company logo
Ir. Anung Riyanta, MSc
Kabid Prasarana dan Sarana
Disbun Prov Sumsel
Lokakarya Mendorong Kepastian Pengeloaan SDA dalam Mendukung Lansekap
Berkelanjutan di Sumatera Selatan, Palembang, 24 Juni 2016
KONDISI KONFLIK DI AREAL PENGGUNAAN
LAIN (APL) DAN UPAYA PENYELESAIAN
± 8,4 Juta
Population
13 Kabupaten
4 Kota
231 Kecamatan
384 Kelurahan
2.812 Desa
Sumber : - BPS Sumsel 2012
- Permendagri No.8 Tahun 2013
3
,
4
0
7
,
9
0
0
9
1
0
,
0
5
3
2,266,219
2,892,537
1
,
3
8
8
,
8
0
9
Kawasan lindung
Kawasan Budidaya
Hutan
Kawasan Budidaya
Pangan
Kawasan Budidaya
Perkebunan
Kawasan Budidaya Non
Pertanian
Rencana Pola Ruang Sumsel
“Perkebunan Sumatera Selatan Lebih Maju,
Berdaya Saing Global, Berkelanjutan dan Sebagai
Sumber Kesejahteraan”
VISI DINAS PERKEBUNAN 2013 - 2018
 LEBIH MAJU mengandung makna perkebunan Sumatera
Selatan mengalami kemajuan dalam penggunaan teknologi
dan inovasi
 BERDAYA SAING GLOBAL mengandung makna Hasil
produksi dapat bersaing dengan produksi dari negara lain
penghasil perkebunan
 BERKELANJUTAN mengandung makna Pembangunan
Perkebunan Provinsi Sumatera Selatan berdasarkan kaidah
berwawasan lingkungan dan kelestarian alam
 SUMBER KESEJAHTERAAN mengandung makna
Perkebunan Sumsel dapat meningkatkan kehidupan
masyarakat menjadi lebih bermartabat
MISI DINAS PERKEBUNAN
 Mendorong Peningkatan Kualitas SDM, Informasi
dan kelembagaan Perkebunan
 Memfasilitasi Penyediaan Bahan Baku Industri
yang berdaya Saing global
 Mendorong Pengoptimalan Pemenfaatan Lahan
dan Pelestarian Lingkungan
 Meningkatkan Pendapatan dan Kesehteraan
Masyarakat
Isu-Isu Pelanggaran HAM di
Perkebunan
1. Penguasaan lahan oleh korporsi perkebunan
yang sangat besar sehingga tidak memberi
kesempatan bagi petani/masyarakat
2. Pemerintah memberi fasilitas besar-besaran
bagi korporasi tanpa pemberdayaan
masyarakat
3. Kehadiran perkebunan memiskinkan dan
menekan kesejahteraan masyarakat
4. Pembiaran konflik berkepanjangan
Fakta Perlindungan HAM
Masyarakat
1. Kepemilikan lahan perkebunan rakyat jauh
lebih besar dibanding korporasi.
- Luas perkebunan Sumsel: 2.575.673.000 ha
- Luas Perkebunan Rakyat: 2.118.378.000 ha
(82%)
- Luas Perkebunan Besar: 457.295.000 ha
(18%)
2. Perberdayaan masyakat oleh Pemprov.
Sumsel setiap tahun rata-rata:
PERAN INDUSTRI KELAPA SAWIT
DALAM PEREKONOMIAN DAERAH
 pertumbuhan ekonomi
 penciptaan kesempatan/lapangan kerja
 pembangunan sosial masyarakat dan
pengurangan kemiskinan
 pengembangan wilayah, termasuk
pemanfaatan lahan kritis yang bermanfaat
bagi lingkungan
 penyedia bahan baku bagi pemenuhan
kebutuhan pangan dan non-pangan
 penghasil devisa dari ekspor produk kelapa
sawit
 penghasil energi PASPI
Sumber: Sumatera Selatan dalam Angka, 2000-2013 (diolah)
PDRB Sentra Sawit Bertumbuh Lebih cepat Dibanding Non
Sentra Sawit Di Provinsi Sumatera Selatan
PASPI
Perbandingan Pendapatan Petani Sawit
Plasma, Swadaya, dan Petani Non Sawit
(Padi) di Sumatera Selatan
Sumber: PASPI, 2014 (Data Primer) PASPI
0
5
10
15
20
25
30
35
40
45
2009 2010 2011 2012 2013
Rp
Juta
Pendapatan Petani per Ha per Bulan
Plasma Swadaya Petani Non Sawit
RUMAH PAK UMAR
PETANI PLASMA OKI
BANGUNAN LAMA TAHUN 1990 BANGUNAN BARU 2013
RUMAH PAK NYOMAN BADRE
PETANI PLASMA OKI
BANGUNAN LAMA 1994 BANGUNAN BARU 2010
Rumah-Rumah Petani Plasma di Muba
Rumah-Rumah Petani Plasma di Muba
IDENTIFIKASI PERMASALAHAN
DI BIDANG PERKEBUNAN
 Banyaknya tanaman perkebunan
rakyat yang sudah tua sehingga
produktivitas menurun.
 Benih yang digunakan petani masih
banyak bukan benih unggul sehingga
produksinya masih rendah.
 Kemampuan petugas dan petani
dalam berkebun yang baik (good
agriculture practices) masih rendah.
 Mutu hasil produksi
perkebunan/bahan baku yang masih
rendah (banyak bahan campuran dan
tidak sesuai standar mutu).
 Harga produk perkebunan yang
berfluktuatif.
 Serangan hama penyakit yang
mengakibatkan hasil dan umur
produksi tanaman jadi menurun.
Lanjutan Permasalahan.........
 Kemitraan antara Inti dan Plasma
masih banyak yang kurang harmonis.
 Produksi yang masih dalam bentuk bahan
mentah atau setengah jadi sehingga nilai
tambahnya masih kurang.
 Dukungan perbankan yang rendah dan
hanya pada komoditas tertentu.
 Adanya pasar global sehingga banyaknya
komoditas impor yang masuk yang
mengganggu harga.
Lanjutan Permasalahan.........
Jenis/Tipologi GUKP
 GUKP – Lahan
tanah adat/ulayat, RTRW, penyerobotan lahan, klaim
kepemilikan lahan, ganti rugi lahan, ganti rugi tanam
tumbuh, lahan terlantar.
 GUKP – Non Lahan
Tidak memiliki IUP, tuntutan kebun 20%, penetapan harga
panen, ingkar janji kemitraan, pencurian produksi.
 GUKP – Kehutanan
Lahan Perkebunan berubah status yang semula non-
kawasan hutan (APL) menjadi Kawasan Hutan, aktivitas
usaha perkebunan sebelum ada Pelepasan Kawasan Hutan
dari Menteri Kehutanan.
54 KASUS
O K U
6 KASUS
KERAGAAN GANGGUAN USAHA DAN KONFLIK PERKEBUNA s/d FEB 2016
O K I
6 KASUS
OKU TIMUR
3 KASUS
BANYUASIN
8 KASUS
MUARA ENIM
4 KASUS
LAHAT
4 KASUS
M U B A
6 KASUS
OGAN ILIR
1 KASUS
4 LAWANG
2 KASUS
MUSI RAWAS
4 KASUS
MURATARA
6 KASUS
PALI
3 KASUS
54 KASUS
(100 %)
NON LAHAN 4
(7.4 %)
KERAGAAN GUKP 2016 BERDASARKAN OBJEK
KEHUTANAN 8
(14.8 %)
LAHAN 42
(77,8 %)
 Masalah Lahan (77.8 %) :
 1. Tanaman petani dalam HGU
Perusahaan
 2. Ganti Rugi yang belum selesai
 3. HGU Perusahaan dikuasai Masyarakat
 4. Klaim HGU
 5. Masyarakat menggugat HGU Perus
6.Perusahaan menyerobot
Lanjutan Permasalahan.........
 Non Lahan (7.4 % ) :
 Harga TBS
 Kehutanan (14.8 % ) :
 Tumpang tindih Kawasan
Lanjutan Permasalahan.........
JENIS GUP DI SUMSEL THN 2016
MACAM GANGGUAN jenis gangguan sengketa lahan (okupasi, tumpang
tindih, dll) dan jenis gangguan sengketa lain-lain
(penjarahan produksi, pengrusakan aset, dll)
PELAKU Masyarakat sekitar Perusahaan / Pengusaha lain
LOKASI Di 13 (Tiga Belas KABUPATEN/Kota)
PENYEBAB - Kecemburuan sosial,
- Tumpang tindih areal,
- Tidak transparan antara Inti-Plasma,
- Okupasi lahan “terlantar”,dll
AKIBATNYA Proses produksi terganggu, kerugian materiil,
ketidak pastian iklim usaha, ketegangan hubungan
dg masyarakat.
Kerugian masyarakat: kehilangan akses, kerusakan
struktur sosial dan lingkungan.
FAKTOR UTAMA PENYEBAB GANGGUAN USAHA
DAN KONFLIK PERKEBUNAN
(1). POLA PEMBEBASAN LAHAN YANG
BERSIFAT PENDEKATAN KEKUASAAN
(2).KETIDAK TRANSPARANAN ANTAR PARA
PIHAK (PERUSAHAAN VS MASYARAKAT)
(3). KESALAHAN OBJEK GANTI RUGI
(4).KETIDAKJELASAN BUKTI KEPEMILIKAN
1. Melakukan konsolidasi dan koordinasi dengan pihak-pihak terkait dalam
penanganan kasus
2. Pembentukan Tim Teknis Penanganan Gangguan Usaha dan Konflik Perkebunan
3. Melakukan pembinaan dengan melakukan penilaian kebun sesuai peraturan
perundang-undangan
4. Melakukan pengawasan terhadap perusahaan perkebunan
5. Penegakan hukum dan penerapan sanksi yang tegas bagi pelaku usaha yang
terbukti melanggar peraturan perundang-undangan
6. Pemberdayaan dan peningkatan pengetahuan / keterampilan PPNS untuk
mendukung kegiatan yustisi
7. Melakukan pemantauan dan pengecekan pada lokasi-lokasi terjadinya GUKP
8. Menginventarisir kasus-kasus yang terjadi
9. Mengambil langkah-langkah yang harus dilakukan untuk penyelesaian kasus GUKP
10. Meningkatkan intensitas upaya pengawasan terhadap perusahaan perkebunan
11.Melaporkan perkembangan dan penyelesaian kasus secara rutin setiap 6 (enam)
bulan ke Pusat
Peran Pemerintah Provinsi/Kabupaten/Kota Dalam
Upaya Penanganan GUKP
1. Sebelum pembukaan baru atau pengembangan kebun perlu melakukan
musyawarah dengan pihak masyarakat pemegang hak.
2. Pembukaan lahan perkebunan dilakukan sesuai luasan yang telah ditetapkan.
3. Melakukan ganti rugi yang wajar sesuai kesepakatan dengan masyarakat dan
instansi terkait serta peraturan perundang-undangan yang berlaku.
4. Membuat IUP dan HGU dengan memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan.
5. Menerapkan program tanggung jawab sosial perusahaan (Corporate Social
Responsibility/ CSR).
6. Melakukan kemitraan yang saling menguntungkan, saling menghargai, saling
bertanggung jawab, saling memperkuat, dan saling ketergantungan dengan
pekebun, karyawan, dan masyarakat sekitar perkebunan.
Peran Pelaku Usaha/Perusahaan Perkebunan Dalam
Upaya Pencegahan Terjadinya GUKP
Mempercepat penyelesaian permasalahan Konflik Lahan Perkebunan
melalui :
1. Musyawarah untuk mufakat (win-win solution);
2. Penyelesaian ganti rugi lahan/ ganti rugi tanam tumbuh;
3. Komunikasi intensif dan persuasif antara pihak bersengketa dengan
instansi terkait;
4. Fasilitasi melalui pertemuan;
5. Pembinaan Kemitraan Usaha;
6. Mempercepat pembangunan kebun plasma sesuai peraturan dan
ketentuan yang berlaku;
7. Penilaian Usaha Perkebunan;
8. Mempercepat penerapan Indonesia Sustainable Palm Oil (ISPO);
9. Memberdayakan PPNS;
10. Penerapan sanksi sesuai peraturan yang berlaku.
Kebijakan Penanganan
Konflik Lahan Perkebunan
terima
kasih

More Related Content

Similar to Lokakarya Konflik SDA.ppt

Infrastruktur kelembagaan fgd serasi (yuti)
Infrastruktur kelembagaan   fgd serasi (yuti)Infrastruktur kelembagaan   fgd serasi (yuti)
Infrastruktur kelembagaan fgd serasi (yuti)
Syahyuti Si-Buyuang
 
Rudiana bachrie, hapzi.ali, etika bisnis, mercubuana, 2017
Rudiana bachrie, hapzi.ali, etika bisnis, mercubuana, 2017Rudiana bachrie, hapzi.ali, etika bisnis, mercubuana, 2017
Rudiana bachrie, hapzi.ali, etika bisnis, mercubuana, 2017
bachrie1982
 
Adaptasi reformasi agraria perubahan iklim
Adaptasi reformasi agraria perubahan iklimAdaptasi reformasi agraria perubahan iklim
Adaptasi reformasi agraria perubahan iklim
swirawan
 
Pengantar diskusi perhutanan sosial dan sdgs desa point 8 dan 9 6 juli 2021 l...
Pengantar diskusi perhutanan sosial dan sdgs desa point 8 dan 9 6 juli 2021 l...Pengantar diskusi perhutanan sosial dan sdgs desa point 8 dan 9 6 juli 2021 l...
Pengantar diskusi perhutanan sosial dan sdgs desa point 8 dan 9 6 juli 2021 l...
TV Desa
 
Laporan workshop dari barito kuala untuk indonesia
Laporan workshop dari barito kuala untuk indonesiaLaporan workshop dari barito kuala untuk indonesia
Laporan workshop dari barito kuala untuk indonesiapdatarawa
 
Tata kelola perkebunan kelapa sawit multi aras: Perubahan ekologi kawasan di ...
Tata kelola perkebunan kelapa sawit multi aras: Perubahan ekologi kawasan di ...Tata kelola perkebunan kelapa sawit multi aras: Perubahan ekologi kawasan di ...
Tata kelola perkebunan kelapa sawit multi aras: Perubahan ekologi kawasan di ...
CIFOR-ICRAF
 
PT. REKI_Tantangan dan Peluang Restorasi Ekosistem di Jambi.pdf
PT. REKI_Tantangan dan Peluang Restorasi Ekosistem  di Jambi.pdfPT. REKI_Tantangan dan Peluang Restorasi Ekosistem  di Jambi.pdf
PT. REKI_Tantangan dan Peluang Restorasi Ekosistem di Jambi.pdf
SubditSumberdayaPend
 
Kajian model bisnis ketahanan pangan dalam mendukung pengelolaan ekosistem ga...
Kajian model bisnis ketahanan pangan dalam mendukung pengelolaan ekosistem ga...Kajian model bisnis ketahanan pangan dalam mendukung pengelolaan ekosistem ga...
Kajian model bisnis ketahanan pangan dalam mendukung pengelolaan ekosistem ga...
International Tropical Peatlands Center
 
Rdhp peningkatan ip 2018
Rdhp peningkatan ip 2018Rdhp peningkatan ip 2018
Materi Ngopi bersama PSM Eps. 29 - Produk Unggulan Kawasan Perdesaan (Widarja...
Materi Ngopi bersama PSM Eps. 29 - Produk Unggulan Kawasan Perdesaan (Widarja...Materi Ngopi bersama PSM Eps. 29 - Produk Unggulan Kawasan Perdesaan (Widarja...
Materi Ngopi bersama PSM Eps. 29 - Produk Unggulan Kawasan Perdesaan (Widarja...
Akademi Desa 4.0
 
PT. Puri Hijau Lestari
PT. Puri Hijau LestariPT. Puri Hijau Lestari
PT. Puri Hijau Lestari
Ibnu Kurniawan Soetomo
 
Rdhp pendampingan kerbau 2018
Rdhp pendampingan  kerbau 2018Rdhp pendampingan  kerbau 2018
Presentasi tim kep 10 des 2020 (yuti)
Presentasi tim kep   10 des 2020 (yuti)Presentasi tim kep   10 des 2020 (yuti)
Presentasi tim kep 10 des 2020 (yuti)
Syahyuti Si-Buyuang
 
Ketahanan pangan keluarga.ppt
Ketahanan pangan keluarga.pptKetahanan pangan keluarga.ppt
Ketahanan pangan keluarga.ppt
Daradaraa1
 
Kkn lap 2015
Kkn lap 2015Kkn lap 2015
Kkn lap 2015
Perinober Siregar
 
Kebijakan penganggaran pemerintah daerah terhadap pengelolaan hutan dan lahan
Kebijakan  penganggaran pemerintah daerah terhadap pengelolaan hutan dan lahanKebijakan  penganggaran pemerintah daerah terhadap pengelolaan hutan dan lahan
Kebijakan penganggaran pemerintah daerah terhadap pengelolaan hutan dan lahanseptianm
 
Sejarah dan Perkembangan Super Tani
Sejarah  dan Perkembangan Super TaniSejarah  dan Perkembangan Super Tani
Sejarah dan Perkembangan Super Tani
andiundru
 
Saung herbal Brosur
Saung herbal BrosurSaung herbal Brosur
Saung herbal Brosur
home Syariah
 
Brosur Saung herbal
Brosur Saung herbalBrosur Saung herbal
Brosur Saung herbal
home Syariah
 

Similar to Lokakarya Konflik SDA.ppt (20)

Infrastruktur kelembagaan fgd serasi (yuti)
Infrastruktur kelembagaan   fgd serasi (yuti)Infrastruktur kelembagaan   fgd serasi (yuti)
Infrastruktur kelembagaan fgd serasi (yuti)
 
Rudiana bachrie, hapzi.ali, etika bisnis, mercubuana, 2017
Rudiana bachrie, hapzi.ali, etika bisnis, mercubuana, 2017Rudiana bachrie, hapzi.ali, etika bisnis, mercubuana, 2017
Rudiana bachrie, hapzi.ali, etika bisnis, mercubuana, 2017
 
Adaptasi reformasi agraria perubahan iklim
Adaptasi reformasi agraria perubahan iklimAdaptasi reformasi agraria perubahan iklim
Adaptasi reformasi agraria perubahan iklim
 
Pengantar diskusi perhutanan sosial dan sdgs desa point 8 dan 9 6 juli 2021 l...
Pengantar diskusi perhutanan sosial dan sdgs desa point 8 dan 9 6 juli 2021 l...Pengantar diskusi perhutanan sosial dan sdgs desa point 8 dan 9 6 juli 2021 l...
Pengantar diskusi perhutanan sosial dan sdgs desa point 8 dan 9 6 juli 2021 l...
 
Laporan workshop dari barito kuala untuk indonesia
Laporan workshop dari barito kuala untuk indonesiaLaporan workshop dari barito kuala untuk indonesia
Laporan workshop dari barito kuala untuk indonesia
 
Tata kelola perkebunan kelapa sawit multi aras: Perubahan ekologi kawasan di ...
Tata kelola perkebunan kelapa sawit multi aras: Perubahan ekologi kawasan di ...Tata kelola perkebunan kelapa sawit multi aras: Perubahan ekologi kawasan di ...
Tata kelola perkebunan kelapa sawit multi aras: Perubahan ekologi kawasan di ...
 
PT. REKI_Tantangan dan Peluang Restorasi Ekosistem di Jambi.pdf
PT. REKI_Tantangan dan Peluang Restorasi Ekosistem  di Jambi.pdfPT. REKI_Tantangan dan Peluang Restorasi Ekosistem  di Jambi.pdf
PT. REKI_Tantangan dan Peluang Restorasi Ekosistem di Jambi.pdf
 
Succes Story Transfer Prima Tani
Succes Story Transfer Prima TaniSucces Story Transfer Prima Tani
Succes Story Transfer Prima Tani
 
Kajian model bisnis ketahanan pangan dalam mendukung pengelolaan ekosistem ga...
Kajian model bisnis ketahanan pangan dalam mendukung pengelolaan ekosistem ga...Kajian model bisnis ketahanan pangan dalam mendukung pengelolaan ekosistem ga...
Kajian model bisnis ketahanan pangan dalam mendukung pengelolaan ekosistem ga...
 
Rdhp peningkatan ip 2018
Rdhp peningkatan ip 2018Rdhp peningkatan ip 2018
Rdhp peningkatan ip 2018
 
Materi Ngopi bersama PSM Eps. 29 - Produk Unggulan Kawasan Perdesaan (Widarja...
Materi Ngopi bersama PSM Eps. 29 - Produk Unggulan Kawasan Perdesaan (Widarja...Materi Ngopi bersama PSM Eps. 29 - Produk Unggulan Kawasan Perdesaan (Widarja...
Materi Ngopi bersama PSM Eps. 29 - Produk Unggulan Kawasan Perdesaan (Widarja...
 
PT. Puri Hijau Lestari
PT. Puri Hijau LestariPT. Puri Hijau Lestari
PT. Puri Hijau Lestari
 
Rdhp pendampingan kerbau 2018
Rdhp pendampingan  kerbau 2018Rdhp pendampingan  kerbau 2018
Rdhp pendampingan kerbau 2018
 
Presentasi tim kep 10 des 2020 (yuti)
Presentasi tim kep   10 des 2020 (yuti)Presentasi tim kep   10 des 2020 (yuti)
Presentasi tim kep 10 des 2020 (yuti)
 
Ketahanan pangan keluarga.ppt
Ketahanan pangan keluarga.pptKetahanan pangan keluarga.ppt
Ketahanan pangan keluarga.ppt
 
Kkn lap 2015
Kkn lap 2015Kkn lap 2015
Kkn lap 2015
 
Kebijakan penganggaran pemerintah daerah terhadap pengelolaan hutan dan lahan
Kebijakan  penganggaran pemerintah daerah terhadap pengelolaan hutan dan lahanKebijakan  penganggaran pemerintah daerah terhadap pengelolaan hutan dan lahan
Kebijakan penganggaran pemerintah daerah terhadap pengelolaan hutan dan lahan
 
Sejarah dan Perkembangan Super Tani
Sejarah  dan Perkembangan Super TaniSejarah  dan Perkembangan Super Tani
Sejarah dan Perkembangan Super Tani
 
Saung herbal Brosur
Saung herbal BrosurSaung herbal Brosur
Saung herbal Brosur
 
Brosur Saung herbal
Brosur Saung herbalBrosur Saung herbal
Brosur Saung herbal
 

Recently uploaded

Media Pembelajaran kelas 3 SD Materi konsep 8 arah mata angin
Media Pembelajaran kelas 3 SD Materi konsep 8 arah mata anginMedia Pembelajaran kelas 3 SD Materi konsep 8 arah mata angin
Media Pembelajaran kelas 3 SD Materi konsep 8 arah mata angin
margagurifma2023
 
Perencanaan Berbasis Data Satuan Pendidikan Jenjang SMP
Perencanaan Berbasis Data Satuan Pendidikan Jenjang SMPPerencanaan Berbasis Data Satuan Pendidikan Jenjang SMP
Perencanaan Berbasis Data Satuan Pendidikan Jenjang SMP
TriSutrisno48
 
Tugas_Rasianto-Refleksi - Pembelajaran Diferensiasi dalam PJOK.pdf
Tugas_Rasianto-Refleksi - Pembelajaran Diferensiasi dalam PJOK.pdfTugas_Rasianto-Refleksi - Pembelajaran Diferensiasi dalam PJOK.pdf
Tugas_Rasianto-Refleksi - Pembelajaran Diferensiasi dalam PJOK.pdf
nurfaridah271
 
AKSI NYATA PENDIDIKAN INKLUSIF_Baedlawi.pdf
AKSI NYATA PENDIDIKAN INKLUSIF_Baedlawi.pdfAKSI NYATA PENDIDIKAN INKLUSIF_Baedlawi.pdf
AKSI NYATA PENDIDIKAN INKLUSIF_Baedlawi.pdf
opkcibungbulang
 
Tokoh Pendidikan Universitas Negeri Jakarta.pdf
Tokoh Pendidikan Universitas Negeri Jakarta.pdfTokoh Pendidikan Universitas Negeri Jakarta.pdf
Tokoh Pendidikan Universitas Negeri Jakarta.pdf
Mutia Rini Siregar
 
Alur tujuan pembelajaran bahasa inggris kelas x fase e
Alur tujuan pembelajaran bahasa inggris kelas x fase eAlur tujuan pembelajaran bahasa inggris kelas x fase e
Alur tujuan pembelajaran bahasa inggris kelas x fase e
MsElisazmar
 
Aksi Nyata Erliana Mudah bukan memahamii
Aksi Nyata Erliana Mudah bukan memahamiiAksi Nyata Erliana Mudah bukan memahamii
Aksi Nyata Erliana Mudah bukan memahamii
esmaducoklat
 
RPH BAHASA MELAYU TAHUN 6 SJKC 2024.pptx
RPH BAHASA MELAYU TAHUN 6 SJKC 2024.pptxRPH BAHASA MELAYU TAHUN 6 SJKC 2024.pptx
RPH BAHASA MELAYU TAHUN 6 SJKC 2024.pptx
YongYongYong1
 
Modul Ajar Informatika Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Informatika Kelas 7 Fase D Kurikulum MerdekaModul Ajar Informatika Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Informatika Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka
Fathan Emran
 
MODUL P5 FASE B KELAS 4 MEMBUAT COBRICK.pdf
MODUL P5 FASE B KELAS 4 MEMBUAT COBRICK.pdfMODUL P5 FASE B KELAS 4 MEMBUAT COBRICK.pdf
MODUL P5 FASE B KELAS 4 MEMBUAT COBRICK.pdf
YuristaAndriyani1
 
LAPORAN PRAKTIKUM EKOLOGI UMUM TENTANG MENGUKUR KEANEKARAGAMAN JENIS FLORA D...
LAPORAN PRAKTIKUM EKOLOGI UMUM TENTANG  MENGUKUR KEANEKARAGAMAN JENIS FLORA D...LAPORAN PRAKTIKUM EKOLOGI UMUM TENTANG  MENGUKUR KEANEKARAGAMAN JENIS FLORA D...
LAPORAN PRAKTIKUM EKOLOGI UMUM TENTANG MENGUKUR KEANEKARAGAMAN JENIS FLORA D...
HengkiRisman
 
MODUL AJAR MAT LANJUT KELAS XI FASE F.pdf
MODUL AJAR MAT LANJUT KELAS XI FASE F.pdfMODUL AJAR MAT LANJUT KELAS XI FASE F.pdf
MODUL AJAR MAT LANJUT KELAS XI FASE F.pdf
sitispd78
 
Laporan Pembina Pramuka sd format doc.docx
Laporan Pembina Pramuka sd format doc.docxLaporan Pembina Pramuka sd format doc.docx
Laporan Pembina Pramuka sd format doc.docx
RUBEN Mbiliyora
 
KONSEP TEORI TERAPI KOMPLEMENTER - KELAS B KELOMPOK 10.pdf
KONSEP TEORI TERAPI KOMPLEMENTER - KELAS B KELOMPOK 10.pdfKONSEP TEORI TERAPI KOMPLEMENTER - KELAS B KELOMPOK 10.pdf
KONSEP TEORI TERAPI KOMPLEMENTER - KELAS B KELOMPOK 10.pdf
AsyeraPerangin1
 
Novel - PERISTIWA YANG MEMBERIKAN TELADAN.pptx
Novel - PERISTIWA YANG MEMBERIKAN TELADAN.pptxNovel - PERISTIWA YANG MEMBERIKAN TELADAN.pptx
Novel - PERISTIWA YANG MEMBERIKAN TELADAN.pptx
NirmalaJane
 
92836246-Soap-Pada-Pasien-Dengan-as-Primer.pdf
92836246-Soap-Pada-Pasien-Dengan-as-Primer.pdf92836246-Soap-Pada-Pasien-Dengan-as-Primer.pdf
92836246-Soap-Pada-Pasien-Dengan-as-Primer.pdf
tsuroyya38
 
Modul Ajar Matematika Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Matematika Kelas 11 Fase F Kurikulum MerdekaModul Ajar Matematika Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Matematika Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka
Fathan Emran
 
Powerpoint Materi Menyusun dan Merencanakan Modul Ajar
Powerpoint Materi Menyusun dan Merencanakan Modul AjarPowerpoint Materi Menyusun dan Merencanakan Modul Ajar
Powerpoint Materi Menyusun dan Merencanakan Modul Ajar
MashudiMashudi12
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]
Fathan Emran
 
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 10 Fase E Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 10 Fase E Kurikulum MerdekaModul Ajar Bahasa Inggris Kelas 10 Fase E Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 10 Fase E Kurikulum Merdeka
Fathan Emran
 

Recently uploaded (20)

Media Pembelajaran kelas 3 SD Materi konsep 8 arah mata angin
Media Pembelajaran kelas 3 SD Materi konsep 8 arah mata anginMedia Pembelajaran kelas 3 SD Materi konsep 8 arah mata angin
Media Pembelajaran kelas 3 SD Materi konsep 8 arah mata angin
 
Perencanaan Berbasis Data Satuan Pendidikan Jenjang SMP
Perencanaan Berbasis Data Satuan Pendidikan Jenjang SMPPerencanaan Berbasis Data Satuan Pendidikan Jenjang SMP
Perencanaan Berbasis Data Satuan Pendidikan Jenjang SMP
 
Tugas_Rasianto-Refleksi - Pembelajaran Diferensiasi dalam PJOK.pdf
Tugas_Rasianto-Refleksi - Pembelajaran Diferensiasi dalam PJOK.pdfTugas_Rasianto-Refleksi - Pembelajaran Diferensiasi dalam PJOK.pdf
Tugas_Rasianto-Refleksi - Pembelajaran Diferensiasi dalam PJOK.pdf
 
AKSI NYATA PENDIDIKAN INKLUSIF_Baedlawi.pdf
AKSI NYATA PENDIDIKAN INKLUSIF_Baedlawi.pdfAKSI NYATA PENDIDIKAN INKLUSIF_Baedlawi.pdf
AKSI NYATA PENDIDIKAN INKLUSIF_Baedlawi.pdf
 
Tokoh Pendidikan Universitas Negeri Jakarta.pdf
Tokoh Pendidikan Universitas Negeri Jakarta.pdfTokoh Pendidikan Universitas Negeri Jakarta.pdf
Tokoh Pendidikan Universitas Negeri Jakarta.pdf
 
Alur tujuan pembelajaran bahasa inggris kelas x fase e
Alur tujuan pembelajaran bahasa inggris kelas x fase eAlur tujuan pembelajaran bahasa inggris kelas x fase e
Alur tujuan pembelajaran bahasa inggris kelas x fase e
 
Aksi Nyata Erliana Mudah bukan memahamii
Aksi Nyata Erliana Mudah bukan memahamiiAksi Nyata Erliana Mudah bukan memahamii
Aksi Nyata Erliana Mudah bukan memahamii
 
RPH BAHASA MELAYU TAHUN 6 SJKC 2024.pptx
RPH BAHASA MELAYU TAHUN 6 SJKC 2024.pptxRPH BAHASA MELAYU TAHUN 6 SJKC 2024.pptx
RPH BAHASA MELAYU TAHUN 6 SJKC 2024.pptx
 
Modul Ajar Informatika Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Informatika Kelas 7 Fase D Kurikulum MerdekaModul Ajar Informatika Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Informatika Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka
 
MODUL P5 FASE B KELAS 4 MEMBUAT COBRICK.pdf
MODUL P5 FASE B KELAS 4 MEMBUAT COBRICK.pdfMODUL P5 FASE B KELAS 4 MEMBUAT COBRICK.pdf
MODUL P5 FASE B KELAS 4 MEMBUAT COBRICK.pdf
 
LAPORAN PRAKTIKUM EKOLOGI UMUM TENTANG MENGUKUR KEANEKARAGAMAN JENIS FLORA D...
LAPORAN PRAKTIKUM EKOLOGI UMUM TENTANG  MENGUKUR KEANEKARAGAMAN JENIS FLORA D...LAPORAN PRAKTIKUM EKOLOGI UMUM TENTANG  MENGUKUR KEANEKARAGAMAN JENIS FLORA D...
LAPORAN PRAKTIKUM EKOLOGI UMUM TENTANG MENGUKUR KEANEKARAGAMAN JENIS FLORA D...
 
MODUL AJAR MAT LANJUT KELAS XI FASE F.pdf
MODUL AJAR MAT LANJUT KELAS XI FASE F.pdfMODUL AJAR MAT LANJUT KELAS XI FASE F.pdf
MODUL AJAR MAT LANJUT KELAS XI FASE F.pdf
 
Laporan Pembina Pramuka sd format doc.docx
Laporan Pembina Pramuka sd format doc.docxLaporan Pembina Pramuka sd format doc.docx
Laporan Pembina Pramuka sd format doc.docx
 
KONSEP TEORI TERAPI KOMPLEMENTER - KELAS B KELOMPOK 10.pdf
KONSEP TEORI TERAPI KOMPLEMENTER - KELAS B KELOMPOK 10.pdfKONSEP TEORI TERAPI KOMPLEMENTER - KELAS B KELOMPOK 10.pdf
KONSEP TEORI TERAPI KOMPLEMENTER - KELAS B KELOMPOK 10.pdf
 
Novel - PERISTIWA YANG MEMBERIKAN TELADAN.pptx
Novel - PERISTIWA YANG MEMBERIKAN TELADAN.pptxNovel - PERISTIWA YANG MEMBERIKAN TELADAN.pptx
Novel - PERISTIWA YANG MEMBERIKAN TELADAN.pptx
 
92836246-Soap-Pada-Pasien-Dengan-as-Primer.pdf
92836246-Soap-Pada-Pasien-Dengan-as-Primer.pdf92836246-Soap-Pada-Pasien-Dengan-as-Primer.pdf
92836246-Soap-Pada-Pasien-Dengan-as-Primer.pdf
 
Modul Ajar Matematika Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Matematika Kelas 11 Fase F Kurikulum MerdekaModul Ajar Matematika Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Matematika Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka
 
Powerpoint Materi Menyusun dan Merencanakan Modul Ajar
Powerpoint Materi Menyusun dan Merencanakan Modul AjarPowerpoint Materi Menyusun dan Merencanakan Modul Ajar
Powerpoint Materi Menyusun dan Merencanakan Modul Ajar
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]
 
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 10 Fase E Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 10 Fase E Kurikulum MerdekaModul Ajar Bahasa Inggris Kelas 10 Fase E Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 10 Fase E Kurikulum Merdeka
 

Lokakarya Konflik SDA.ppt

  • 1. Ir. Anung Riyanta, MSc Kabid Prasarana dan Sarana Disbun Prov Sumsel Lokakarya Mendorong Kepastian Pengeloaan SDA dalam Mendukung Lansekap Berkelanjutan di Sumatera Selatan, Palembang, 24 Juni 2016 KONDISI KONFLIK DI AREAL PENGGUNAAN LAIN (APL) DAN UPAYA PENYELESAIAN
  • 2. ± 8,4 Juta Population 13 Kabupaten 4 Kota 231 Kecamatan 384 Kelurahan 2.812 Desa Sumber : - BPS Sumsel 2012 - Permendagri No.8 Tahun 2013
  • 3. 3 , 4 0 7 , 9 0 0 9 1 0 , 0 5 3 2,266,219 2,892,537 1 , 3 8 8 , 8 0 9 Kawasan lindung Kawasan Budidaya Hutan Kawasan Budidaya Pangan Kawasan Budidaya Perkebunan Kawasan Budidaya Non Pertanian Rencana Pola Ruang Sumsel
  • 4. “Perkebunan Sumatera Selatan Lebih Maju, Berdaya Saing Global, Berkelanjutan dan Sebagai Sumber Kesejahteraan” VISI DINAS PERKEBUNAN 2013 - 2018  LEBIH MAJU mengandung makna perkebunan Sumatera Selatan mengalami kemajuan dalam penggunaan teknologi dan inovasi  BERDAYA SAING GLOBAL mengandung makna Hasil produksi dapat bersaing dengan produksi dari negara lain penghasil perkebunan  BERKELANJUTAN mengandung makna Pembangunan Perkebunan Provinsi Sumatera Selatan berdasarkan kaidah berwawasan lingkungan dan kelestarian alam  SUMBER KESEJAHTERAAN mengandung makna Perkebunan Sumsel dapat meningkatkan kehidupan masyarakat menjadi lebih bermartabat
  • 5. MISI DINAS PERKEBUNAN  Mendorong Peningkatan Kualitas SDM, Informasi dan kelembagaan Perkebunan  Memfasilitasi Penyediaan Bahan Baku Industri yang berdaya Saing global  Mendorong Pengoptimalan Pemenfaatan Lahan dan Pelestarian Lingkungan  Meningkatkan Pendapatan dan Kesehteraan Masyarakat
  • 6. Isu-Isu Pelanggaran HAM di Perkebunan 1. Penguasaan lahan oleh korporsi perkebunan yang sangat besar sehingga tidak memberi kesempatan bagi petani/masyarakat 2. Pemerintah memberi fasilitas besar-besaran bagi korporasi tanpa pemberdayaan masyarakat 3. Kehadiran perkebunan memiskinkan dan menekan kesejahteraan masyarakat 4. Pembiaran konflik berkepanjangan
  • 7. Fakta Perlindungan HAM Masyarakat 1. Kepemilikan lahan perkebunan rakyat jauh lebih besar dibanding korporasi. - Luas perkebunan Sumsel: 2.575.673.000 ha - Luas Perkebunan Rakyat: 2.118.378.000 ha (82%) - Luas Perkebunan Besar: 457.295.000 ha (18%) 2. Perberdayaan masyakat oleh Pemprov. Sumsel setiap tahun rata-rata:
  • 8. PERAN INDUSTRI KELAPA SAWIT DALAM PEREKONOMIAN DAERAH  pertumbuhan ekonomi  penciptaan kesempatan/lapangan kerja  pembangunan sosial masyarakat dan pengurangan kemiskinan  pengembangan wilayah, termasuk pemanfaatan lahan kritis yang bermanfaat bagi lingkungan  penyedia bahan baku bagi pemenuhan kebutuhan pangan dan non-pangan  penghasil devisa dari ekspor produk kelapa sawit  penghasil energi PASPI
  • 9. Sumber: Sumatera Selatan dalam Angka, 2000-2013 (diolah) PDRB Sentra Sawit Bertumbuh Lebih cepat Dibanding Non Sentra Sawit Di Provinsi Sumatera Selatan PASPI
  • 10. Perbandingan Pendapatan Petani Sawit Plasma, Swadaya, dan Petani Non Sawit (Padi) di Sumatera Selatan Sumber: PASPI, 2014 (Data Primer) PASPI 0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 2009 2010 2011 2012 2013 Rp Juta Pendapatan Petani per Ha per Bulan Plasma Swadaya Petani Non Sawit
  • 11. RUMAH PAK UMAR PETANI PLASMA OKI BANGUNAN LAMA TAHUN 1990 BANGUNAN BARU 2013
  • 12. RUMAH PAK NYOMAN BADRE PETANI PLASMA OKI BANGUNAN LAMA 1994 BANGUNAN BARU 2010
  • 15. IDENTIFIKASI PERMASALAHAN DI BIDANG PERKEBUNAN  Banyaknya tanaman perkebunan rakyat yang sudah tua sehingga produktivitas menurun.  Benih yang digunakan petani masih banyak bukan benih unggul sehingga produksinya masih rendah.  Kemampuan petugas dan petani dalam berkebun yang baik (good agriculture practices) masih rendah.
  • 16.  Mutu hasil produksi perkebunan/bahan baku yang masih rendah (banyak bahan campuran dan tidak sesuai standar mutu).  Harga produk perkebunan yang berfluktuatif.  Serangan hama penyakit yang mengakibatkan hasil dan umur produksi tanaman jadi menurun. Lanjutan Permasalahan.........
  • 17.  Kemitraan antara Inti dan Plasma masih banyak yang kurang harmonis.  Produksi yang masih dalam bentuk bahan mentah atau setengah jadi sehingga nilai tambahnya masih kurang.  Dukungan perbankan yang rendah dan hanya pada komoditas tertentu.  Adanya pasar global sehingga banyaknya komoditas impor yang masuk yang mengganggu harga. Lanjutan Permasalahan.........
  • 18. Jenis/Tipologi GUKP  GUKP – Lahan tanah adat/ulayat, RTRW, penyerobotan lahan, klaim kepemilikan lahan, ganti rugi lahan, ganti rugi tanam tumbuh, lahan terlantar.  GUKP – Non Lahan Tidak memiliki IUP, tuntutan kebun 20%, penetapan harga panen, ingkar janji kemitraan, pencurian produksi.  GUKP – Kehutanan Lahan Perkebunan berubah status yang semula non- kawasan hutan (APL) menjadi Kawasan Hutan, aktivitas usaha perkebunan sebelum ada Pelepasan Kawasan Hutan dari Menteri Kehutanan.
  • 19. 54 KASUS O K U 6 KASUS KERAGAAN GANGGUAN USAHA DAN KONFLIK PERKEBUNA s/d FEB 2016 O K I 6 KASUS OKU TIMUR 3 KASUS BANYUASIN 8 KASUS MUARA ENIM 4 KASUS LAHAT 4 KASUS M U B A 6 KASUS OGAN ILIR 1 KASUS 4 LAWANG 2 KASUS MUSI RAWAS 4 KASUS MURATARA 6 KASUS PALI 3 KASUS
  • 20. 54 KASUS (100 %) NON LAHAN 4 (7.4 %) KERAGAAN GUKP 2016 BERDASARKAN OBJEK KEHUTANAN 8 (14.8 %) LAHAN 42 (77,8 %)
  • 21.  Masalah Lahan (77.8 %) :  1. Tanaman petani dalam HGU Perusahaan  2. Ganti Rugi yang belum selesai  3. HGU Perusahaan dikuasai Masyarakat  4. Klaim HGU  5. Masyarakat menggugat HGU Perus 6.Perusahaan menyerobot Lanjutan Permasalahan.........
  • 22.  Non Lahan (7.4 % ) :  Harga TBS  Kehutanan (14.8 % ) :  Tumpang tindih Kawasan Lanjutan Permasalahan.........
  • 23. JENIS GUP DI SUMSEL THN 2016 MACAM GANGGUAN jenis gangguan sengketa lahan (okupasi, tumpang tindih, dll) dan jenis gangguan sengketa lain-lain (penjarahan produksi, pengrusakan aset, dll) PELAKU Masyarakat sekitar Perusahaan / Pengusaha lain LOKASI Di 13 (Tiga Belas KABUPATEN/Kota) PENYEBAB - Kecemburuan sosial, - Tumpang tindih areal, - Tidak transparan antara Inti-Plasma, - Okupasi lahan “terlantar”,dll AKIBATNYA Proses produksi terganggu, kerugian materiil, ketidak pastian iklim usaha, ketegangan hubungan dg masyarakat. Kerugian masyarakat: kehilangan akses, kerusakan struktur sosial dan lingkungan.
  • 24. FAKTOR UTAMA PENYEBAB GANGGUAN USAHA DAN KONFLIK PERKEBUNAN (1). POLA PEMBEBASAN LAHAN YANG BERSIFAT PENDEKATAN KEKUASAAN (2).KETIDAK TRANSPARANAN ANTAR PARA PIHAK (PERUSAHAAN VS MASYARAKAT) (3). KESALAHAN OBJEK GANTI RUGI (4).KETIDAKJELASAN BUKTI KEPEMILIKAN
  • 25. 1. Melakukan konsolidasi dan koordinasi dengan pihak-pihak terkait dalam penanganan kasus 2. Pembentukan Tim Teknis Penanganan Gangguan Usaha dan Konflik Perkebunan 3. Melakukan pembinaan dengan melakukan penilaian kebun sesuai peraturan perundang-undangan 4. Melakukan pengawasan terhadap perusahaan perkebunan 5. Penegakan hukum dan penerapan sanksi yang tegas bagi pelaku usaha yang terbukti melanggar peraturan perundang-undangan 6. Pemberdayaan dan peningkatan pengetahuan / keterampilan PPNS untuk mendukung kegiatan yustisi 7. Melakukan pemantauan dan pengecekan pada lokasi-lokasi terjadinya GUKP 8. Menginventarisir kasus-kasus yang terjadi 9. Mengambil langkah-langkah yang harus dilakukan untuk penyelesaian kasus GUKP 10. Meningkatkan intensitas upaya pengawasan terhadap perusahaan perkebunan 11.Melaporkan perkembangan dan penyelesaian kasus secara rutin setiap 6 (enam) bulan ke Pusat Peran Pemerintah Provinsi/Kabupaten/Kota Dalam Upaya Penanganan GUKP
  • 26. 1. Sebelum pembukaan baru atau pengembangan kebun perlu melakukan musyawarah dengan pihak masyarakat pemegang hak. 2. Pembukaan lahan perkebunan dilakukan sesuai luasan yang telah ditetapkan. 3. Melakukan ganti rugi yang wajar sesuai kesepakatan dengan masyarakat dan instansi terkait serta peraturan perundang-undangan yang berlaku. 4. Membuat IUP dan HGU dengan memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan. 5. Menerapkan program tanggung jawab sosial perusahaan (Corporate Social Responsibility/ CSR). 6. Melakukan kemitraan yang saling menguntungkan, saling menghargai, saling bertanggung jawab, saling memperkuat, dan saling ketergantungan dengan pekebun, karyawan, dan masyarakat sekitar perkebunan. Peran Pelaku Usaha/Perusahaan Perkebunan Dalam Upaya Pencegahan Terjadinya GUKP
  • 27. Mempercepat penyelesaian permasalahan Konflik Lahan Perkebunan melalui : 1. Musyawarah untuk mufakat (win-win solution); 2. Penyelesaian ganti rugi lahan/ ganti rugi tanam tumbuh; 3. Komunikasi intensif dan persuasif antara pihak bersengketa dengan instansi terkait; 4. Fasilitasi melalui pertemuan; 5. Pembinaan Kemitraan Usaha; 6. Mempercepat pembangunan kebun plasma sesuai peraturan dan ketentuan yang berlaku; 7. Penilaian Usaha Perkebunan; 8. Mempercepat penerapan Indonesia Sustainable Palm Oil (ISPO); 9. Memberdayakan PPNS; 10. Penerapan sanksi sesuai peraturan yang berlaku. Kebijakan Penanganan Konflik Lahan Perkebunan