SlideShare a Scribd company logo
Bentuk: UNDANG-UNDANG (UU)
Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
Nomor: 14 TAHUN 1961 (14/1961)
Tanggal: 14 TAHUN 1961 (JAKARTA)
Sumber: LN 1961/246; TLN NO. 2290
Tentang: TANDA KEHORMATAN BINTANG BHAYANGKARA
Indeks: TANDA KEHORMATAN. BINTANG. BHAYANGKARA.

Presiden Republik Indonesia,
Menimbang :
bahwa untuk menghargai kesetiaan dan jasa-jasa yang luar biasa dan melampaui panggilan kewajiban
dibidang tugas Kepolisian untuk kepentingan Nusa dan Bangsa, baik yang diberikan oleh anggota
Kepolisian Negara maupun oleh Warga-Negara Indonesia bukan anggota Kepolisian Negara, perlu
diadakan Tanda Kehormatan.
Mengingat :
1. Pasal 5 ayat (1), pasal 15 dan 20 ayat (1) Undang-undang Dasar;
2. Undang-undang REFR DOCNM="59uut004">Nomor 4 Drt tahun 1959 (Lembaran Negara tahun 1959
Nomor 44);
3. Undang-undang REFR DOCNM="60ppu010">Nomor 10 Prp. tahun 1960 (Lembaran Negara tahun
1960 Nomor 31);
Mendengar :
Kabinet Kerja dalam sidangnya tanggal 9 Maret 1961;

Dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat Gotong- Royong
MEMUTUSKAN :
Menetapkan :
UNDANG-UNDANG TENTANG TANDA KEHORMATAN BINTANG BHAYANGKARA
Pasal 1.
(1) Tanda Kehormatan berupa bintang kepahlawanan Kepolisian bernama "Bintang Bhayangkara", terdiri
atas Bintang kelas satu, Bintang kelas dua dan Bintang kelas tiga.
(2) Bintang Bhayangkara adalah sederajat dengan Bintang- bintang di bidang Militer dan Sipil, di bawah
Bintang Gerilya.
Pasal 2.
(1) Kepada anggota Kepolisian Negara yang dibidang tugas Kepolisian menunjukkan keberanian serta
kebijaksanaan dan ketabahan luar biasa yang melampaui panggilan kewajiban tanpa merugikan tugas
pokok, dengan senantiasa menjunjung tinggi hak-hak azasi rakyat dan hukum Negara, sejak Proklamasi
Kemerdekaan tahun 1945 serta kepada Republik Indonesia dan tidak pernah mengkhianati perjuangan,
serta memenuhi syarat-syarat umum untuk mendapat bintang, diberikan anugerah Tanda Kehormatan
Bintang Bhayangkara.
(2) Tergantung daripada nilai jasa kepahlawanan yang ditunjukkannya, dapat dianugerahkan bintang
kelas tiga, Bintang kelas dua atau Bintang Kelas satu.
Pasal 3.
Bintang Bhayangkara dianugerahkan pula kepada warga negara Indonesia bukan anggota Kepolisian
Negara, yang memenuhi syarat-syarat termaksud dalam pasal 2 ayat (1).
Pasal 4.
Bintang Bhayangkara diberikan pula secara anumerta kepada mereka yang memenuhi syarat-syarat
menurut pasal 2, pasal 3 atau pasal 10.
Pasal 5.
(1) Bintang Bhayangkara berbentuk seperti dilukiskan dalam lampiran, ialah sebuah bintang berhias yang
bersudut lima dengan garis tengah 45 milimeter, disebelah muka terdapat perisai Kepolisian.
(2) Bintang kelas satu mempunyai bintang dan hiasan sinar-sinar yang dibuat dari logam berwarna emas,
sedangkan lingkaran yang terdiri dari padi dan kapas, pita dengan tulisan Bhayangkara dan ketiga
bintang kecil serta perisai lambang Kepolisian dibuat dari logam berwarna perak.
(3) Bintang kelas dua mempunyai bintang dan hiasan sinar-sinar yang dibuat dari logam berwarna perak,
sedangkan lingkaran yang terdiri dari padi dan kapas, pita dengan tulisan Bhayangkara dan ketiga
bintang kecil serta perisai lambang Kepolisian dibuat dari logam berwarna emas.
(4) Bintang kelas tiga dibuat seluruhnya dari logam berwarna perak.
(5) Disebelah belakang Bintang terdapat tulisan Republik Indonesia.
Pasal 6.

(1) Pita dari pada Bintang Bhayangkara bercorak seperti dilukiskan dalam lampiran, berukuran lebar 35
milimeter, panjang 40 milimeter dan berwarna dasar hitam dengan lajur-lajur berwarna kuning masingmasing lebar 2 milimeter, yang membagi dasar hitam dalam bagian-bagian yang sama.
(2) Pita daripada Bintang kelas satu mempunyai 6 lajur kuning, pita daripada Bintang kelas dua 5 lajur
kuning dan bintang ketas tiga 4 lajur kuning.
(3) Pita harian daripada Bintang Bhayangkara berwarna sama dengan pita tersebut dalam ayat (1) dan
(2) dengan ukuran panjang 35 milimeter dan lebar 10 milimeter, sebagi dilukiskan dalam lampiran.
Pasal 7.
(1) Bintang Bhayangkara diberikan dengan Keputusan Presiden atas usul Menteri yang menguasai
Kepolisian Negara, selanjutnya disebut Menteri, dengan persetujuan Kabinet, setelah mendengar
pertimbangan Dewan Tanda-tanda Kehormatan.
(2) Pelaksanaan penyerahan Bintang Bhayangkara dilakukan oleh Presiden atau atas nama Presiden
oleh Menteri atau oleh pejabat yang ditunjuk oleh Menteri.
(3) Tiap-tiap pemberian anugerah Bintang Bhayangkara disertai dengan penyerahan suatu piagam
bentuk seperti dilukiskan dalam lampiran, dalam mana dimuat uraian singkat tentang alasan-alasan yang
menyebabkan pemberian anugerah tersebut.
Pasal 8.
Mereka yang memperoleh Bintang Bhayangkara mendapat perlakuan istimewa sebagai berikut :
1. diberi hormat terlebih dahulu oleh sesama pangkatnya yang telah menerima Bintang Bhayangkara
dengan kelas lebih rendah atau yang tidak menerimanya;
2. diberi hadiah yang diatur dengan Keputusan Menteri;
3. dalam hal meninggal dunia dapat dimakamkan di Makam Pahlawan dengan upacara Kepolisian
menurut ketentuan Kepala Kepolisian Negara.
Pasal 9.
Dengan Peraturan Negara ditetapkan :
a. susunan, tugas dan segala sesuatu mengenai Badan Pertimbangan Tanda-tanda Kehormatan
Kepolisian Negara, dalam hubungan dengan Dewan Tanda-tanda Kehormatan;
b. tata-cara penyerahan Bintang Bhayangkara dengan upacara Kepolisian ; dan
c. tata-cara pemakaian Bintang Bhayangkara.
Pasal 10.
(1) Dalam hal-hal istimewa atas usul Menteri dan pertimbangan Dewan Tanda-tanda Kehortaman,
Bintang Bhayangkara dapat diberikan dengan Keputusan Presiden kepada warga-negara Indonesia
maupun asing yang memenuhi syarat-syarat untuk mendapat bintang sebagai penghargaan atas jasajasa luar biasa, yang disumbangkan khusus untuk kemajuan dan pembangunan Kepolisian Negara.
(2) Dalam hal Bintang Bhayangkara dianugerahkan kepada warga-negara asing menurut ayat (1) di atas,
maka pasal 8 angka 2 dan pasal 11 huruf c tidak berlaku.
Pasal 11
Hak atas Bintang Bhayangkara dicabut apabila yang menerima:
a. dengan putusan pengadilan yang tidak dapat diubah lagi dikenakan hukuman penjara yang lamanya
lebih dari satu tahun karena kejahatan;
b. dengan putusan pengadilan yang tidak dapat diubah lagi dikenakan hukuman karena sesuatu
kejahatan terhadap keselamatan Negara;
c. masuk dinas polisi atau Angkatan Perang negara asing tanpa mendapat ijin dari Pemerintah Republik
Indonesia;
d. masuk organisasi yang terlarang;
e. memberontak atau menyeleweng terhadap Republik Indonesia;
f. tidak memenuhi lagi syarat-syarat untuk mendapat bintang dan melanggar kode-kehormatan.
Pasal 12.
Segala sesuatu mengenai Bintang Bhayangkara yang belum diatur dalam undang-undang ini, diatur lebih
lanjut dengan Peraturan Negara, dengan mengindahkan ketentuan-ketentuan umum tentang pemberian
bintang.
Pasal 13.
Sebelum ada Peraturan Negara yang dimaksud dalam pasal 9 undang-undang ini, maka segala sesuatu
diatur atas kebijaksanaan Pemerintah.
Pasal 14.
Undang-undang ini dapat disebut "Undang-undang Bintang Bhayangkara" dan mulai berlaku pada hari
diundangkan.
Agar supaya setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan pengundangan undang-undang ini
dengan penempatan dalam Lembaran Negara Republik Indonesia.

Disahkan di Jakarta.
pada tanggal 30 Juni 1961.
Pejabat Presiden RepublikIndonesia,
JUANDA.
Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 30 Juni 1961.
Sekretaris Negara,
MOHD. ICHSAN.

PENJELASAN
ATAS
UNDANG-UNDANG NOMOR 14 TAHUN 1961.
TENTANG
TANDA KEHORMATAN BINTANG BHAYANGKARA.
UMUM.
Sudah selayaknya, bahwa jasa-jasa terhadap nusa dan bangsa di bidang Kepolisian pun mendapat
penghargaan.
Akan tetapi, hingga kini belum ada tanda kehormatan yang khusus diperuntukkan jasa-jasa terhadap
nusa dan bangsa di bidang tugas Kepolisian. Penghargaan atas jasa-jasa termaksud hingga sekarang
hanya diberikan dengan jalan kenaikan pangkat, kenaikan gaji istimewa, pemberian surat pujian dan
sebagainya.
Penghargaan berupa kenaikan pangkat dan sebagainya, lebih- lebih bilamana berupa pemberian bintang
atau tanda kehormatan lainnya, merupakan dorongan moril yang kuat untuk melimpahkan kesungguhan
dalam melaksanakan tugasnya.
Dimana tanda kehormatan itu dapat dianugerahkan pula kepada warganegara Indonesia bukan anggota
Kepolisian Negara, maka kepada seluruh lapisan masyarakat diberikan dorongan yang kuat untuk
membantu usaha pemeliharaan ketertiban dan keamanan umum dengan sesungguh-sungguhnya.
Kepolisian Negara merupakan kesatuan komando yang bersifat tehnis dan khusus, seperti halnya
dengan Angkatan Darat, Angkatan Laut dan Angkatan Udara, yang - walaupun tidak dapat dipisahpisahkan sebagai satu Angkatan Perang - masing-masing mempunyai sifat tehnis yang berbeda-beda,
sehingga dalam hal kecakapan maupun keakhlian seorang anggota suatu Angkatan dibidang tugasnya
tidak dapat begitu saja dinilai oleh oknum Angkatan atau kesatuan lain.
Secara tradisionil dapat dicatat, bahwa kesatuan-kesatuan Kepolisian Negara, besar dan kecil, dalam
operasi-operasi militer, secara gabungan maupun.berdiri sendiri, telah ikut serta dalam perjuangan
mempertahankan kemerdekaan.
Maka dari sebab itu perlu diadakan tanda kehormatan berupa bintang kepahlawanan Kepolisian yang
dinamakan "Bintang Bhayangkara". Bintang Bhayangkara dianugerahkan kepada anggota Kepolisian
Negara atau warganegara Indonesia lainnya yang menunjukkan keberanian serta kebijaksanaan dan
ketabahan luar biasa yang melampaui panggilan kewajiban tanpa merugikan tugas pokoknya, dan
kepada warga negara Indonesia atau asing yang berjasa luar biasa untuk kemajuan dan pembangunan
Kepolisian Negara.
PASAL DEMl PASAL:
Pasal 1.
(1) Ketentuan ini ada hubungannya dengan pasal 2 ayat (2). Bintang kelas satu tingkatnya lebih tinggi
dari pada Bintang kelas dua; Bintang kelas dua tingkatnya lebih tinggi daripada Bintang kelas tiga.
(2) Ketentuan ini adalah sesuai dengan penjelasan umum Undang- undang No. 4 Drt 1959 tentang
bintang-bintang bagi jasa yang luar biasa.
Ketentuan ini menunjukkan pula bahwa Bintang Bhayangkara adalah di bawah Bintang Mahaputra.
Pasal 2.
(1) Dengan tugas Kepolisian dimaksudkan tugas-tugas Kepolisian Negara sebagai termuat dalam
Undang-undang Pokok Kepolisian. Syarat-syarat pokok yang ditentukan disini adalah keberanian serta
kebijaksanaan dan ketabahan luar biasa yang melampaui panggilan kewajiban. Syarat-syarat tersebut
dihubungkan dengan Tribrata sebagai pedoman hidup, dan Catur Prasatya sebagai pedoman kerja untuk
anggota Kepolisian Negara.
Badan Pertimbangan Tanda-tanda Kehormatan Kepolisian Negara dapat mengadakan perincian yang
lebih konkrit daripada syarat-syarat termaksud untuk dijadikan pegangan dalam memberi
pertimbangannya. Mengenai kata-kata: "Tanpa merugikan tugas pokok", dimaksudkan untuk mencegah
sikap: "Biar merugikan tugas pokok asal memperoleh Tanda Kehormatan". Yang dimaksud dengan
syarat-syarat umum untuk mendapat bintang adalah seperti yang dimuat dalam pasal 7 ayat (2) Sub 1
Undang-undang No. 4 Drt 1959. Untuk jasa yang sama dari seorang dalam satu peristiwa hanyalah diberi
satu tanda kehormatan.
(2) Ketentuan ini ada hubungnnya dengan pasal 1 ayat (1). Ini dimaksudkan, bahwa pemberian anugerah
Bintang Bhayangkara dengan kelas lebih tinggi menghilangkan hak atas bintang dengan kelas lebih
rendah. Begitupun yang telah memperoleh bintang dengan kelas lebih tinggi tidak dapat diberi anugerah
bintang dengan kelas lebih rendah.
Pasal 3.
Ini dimaksudkan supaya kepada seluruh lapisan masyarakat Indonesia diberikan dorongan untuk
membantu usaha pemeliharaan ketertiban dan keamanan umum.
Pasal 4.
Menurut kebiasaan yang lazim Tanda Kehormatan dapat diberikan secara anumerta.
Pasal 5.
Cukup jelas.
Pasal 6.
Cukup jelas.
Pasal 7
Cukup jelas.
Pasal 8.
Sudah selayaknya, bahwa mereka yang memperoleh Tanda Kehormatan mendapat perlakuan
kehormatan yang istimewa.
Mengenai hadiah, diatur dengan Keputusan Menteri. Untuk anugerah Bintang Bhayangkara kedua kali
dan seterusnya tidak diberikan hadiah tersebut.
Pasal 9.
a. Hubungan antara Badan Pertimbangan Tanda-tanda Kehormatan Kepolisian Negara dan Dewan
Tanda-tanda Kehormatan disesuaikan dengan pasal 11 Undang-undang No. 4 Drt 1959. Disamping
anggota-anggota tetap maka dalam Badan Pertimbangan Tanda-tanda Kehormatan Kepolisian Negara
dapat diadakan anggota-anggota insidentil yang diangkat dari orang-orang yang telah ikut-serta dalam
peristiwa yang bersangkutan atau mengetahui peristiwa itu.
b. Tata-cara penyerahan Bintang Bhayangkara diatur dengan Peraturan Pemerintah.
c. Tata-cara pemakaian Bintang Bhayangkara disesuaikan dengan pasal 13 Undang-undang No. 4 Drt
1959.
Pasal 10.
Disamping apa yang telah dijelaskan dalam pasal 2 dan 3 dianggap perlu, bahwa warga-negara
Indonesia atau asing yang telah berjasa luar biasa dalam lapangan kemajuan dan pembangunan
Kepolisian Negara diberikan kemungkinan pula untuk memperoleh Bintang Bhayangkara. Akan tetapi
karena ini merupakan kekecualian, maka bukan maksudnya bahwa pemberian anugerah Bintang
Bhayangkara dalam hal-hal istimewa dilakukan secara berkelebihan.
Pasal 11.
Ini dimaksudkan agar supaya tanda kehormatan Bintang Bhayangkara tidak mencemarkan namanya,
karena kelakuan-kelakuan mereka yang telah memperolehnya.
Ketentuan pada huruf f dihubungkan dengan ketentuan dalam pasal 2 ayat (1) huruf b dan pasal 7 ayat
(2) sub 1 Undang-undang No. 4 Drt 1959.
Pencabutan hak menurut huruf f ini dilakukan pula bilamana yang menerima Bintang Bhayangkara
kehilangan haknya untuk menjadi anggota Angkatan Perang atau Kepolisian Negara.
Pasal 12.
Yang dimaksud dengan ketentuan-ketentuan umum tentang pemberian bintang adalah ketentuanketentuan yang dimuat dalam Undang-undang No. 4 Drt 1959.
Pasal 13.
Cukup jelas.
Pasal 14.
Ketentuan ini tidak menutup kemungkinan untuk memberikan Bintang Bhayangkara terhadap jasa-jasa
luar biasa yang diberikan sejak hari Proklamasi Kemerdekaan 1945.

PIAGAM
TANDA KEHORMATAN
Presiden/Panglima Tertinggi
Angkatan Perang Republik Indonesia
menganugerahkan :
tanda Kehormatan Bintang Bhayangkara
Tingkat : I
Kepada :
atas jasa kepahlawanan yang luar biasa tugas Kepolisian Negara Republik Indonesia untuk kepentingan
Nusa dan Bangsa.
Presiden/Panglima Tertinggi
Angkatan Perang Republik Indonesia,
SOEKARNO
-------------------------------CATATAN
Kutipan: LEMBARAN NEGARA DAN TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA TAHUN 1961 YANG TELAH
DICETAK ULANG

More Related Content

What's hot

Permenkumham Nomor 7 tahun 2020 tentang Pemberian Visa dan Izin Tinggal dalam...
Permenkumham Nomor 7 tahun 2020 tentang Pemberian Visa dan Izin Tinggal dalam...Permenkumham Nomor 7 tahun 2020 tentang Pemberian Visa dan Izin Tinggal dalam...
Permenkumham Nomor 7 tahun 2020 tentang Pemberian Visa dan Izin Tinggal dalam...
Awallokita Mayangsari
 
Uu tahun 2006 no. 13 tentang perlindungan saksi dan korban
Uu tahun 2006 no. 13 tentang perlindungan saksi dan korbanUu tahun 2006 no. 13 tentang perlindungan saksi dan korban
Uu tahun 2006 no. 13 tentang perlindungan saksi dan korban
Legal Akses
 
Uu no 48 tahun 2009
Uu no 48 tahun 2009Uu no 48 tahun 2009
Uu no 48 tahun 2009khairu_zikri
 
Permen no.13 2016 tata cara orang asing
Permen no.13 2016 tata cara orang asingPermen no.13 2016 tata cara orang asing
Permen no.13 2016 tata cara orang asing
ahmad jaeni
 
Uu 20 1952
Uu 20 1952Uu 20 1952
Uu 20 1952
guest150909
 
Uu no 7 tahun 1989
Uu no 7 tahun 1989Uu no 7 tahun 1989
Uu no 7 tahun 1989khairu_zikri
 
Perpu 01 1950
Perpu 01 1950Perpu 01 1950
Perpu 01 1950
aus1787
 
Uu no 3 tahun 2009
Uu no 3 tahun 2009Uu no 3 tahun 2009
Uu no 3 tahun 2009
khairu_zikri
 
UU No 3 Tahun 2009 (Perubahan Kedua Atas Undang Undang Nomor 14 Tahun 1985 Te...
UU No 3 Tahun 2009 (Perubahan Kedua Atas Undang Undang Nomor 14 Tahun 1985 Te...UU No 3 Tahun 2009 (Perubahan Kedua Atas Undang Undang Nomor 14 Tahun 1985 Te...
UU No 3 Tahun 2009 (Perubahan Kedua Atas Undang Undang Nomor 14 Tahun 1985 Te...
Hendie Cahya Maladewa
 
Uu no 50 tahun 2009
Uu no 50 tahun 2009Uu no 50 tahun 2009
Uu no 50 tahun 2009khairu_zikri
 
Uu tahun 2004 no. 16 tentang kerjaksaan ri
Uu tahun 2004 no. 16 tentang kerjaksaan riUu tahun 2004 no. 16 tentang kerjaksaan ri
Uu tahun 2004 no. 16 tentang kerjaksaan ri
Legal Akses
 
Perpu 01 1950
Perpu 01 1950Perpu 01 1950
Perpu 01 1950
guest150909
 
Tindak pidana korupsi 03 71
Tindak pidana korupsi 03 71Tindak pidana korupsi 03 71
Tindak pidana korupsi 03 71mapjmakassar
 
PP Nomor 39 Tahun 2020
PP Nomor 39 Tahun 2020PP Nomor 39 Tahun 2020
PP Nomor 39 Tahun 2020
CIkumparan
 
Skkma 144
Skkma 144Skkma 144
Skkma 144
khairu_zikri
 
Uu 02 1986
Uu 02 1986Uu 02 1986
Uu 02 1986
People Power
 
Baleg rj-20200904-085805-1532
Baleg rj-20200904-085805-1532Baleg rj-20200904-085805-1532
Baleg rj-20200904-085805-1532
merdekacom
 
Uu 07 1953
Uu 07 1953Uu 07 1953
Uu 07 1953
guest150909
 

What's hot (18)

Permenkumham Nomor 7 tahun 2020 tentang Pemberian Visa dan Izin Tinggal dalam...
Permenkumham Nomor 7 tahun 2020 tentang Pemberian Visa dan Izin Tinggal dalam...Permenkumham Nomor 7 tahun 2020 tentang Pemberian Visa dan Izin Tinggal dalam...
Permenkumham Nomor 7 tahun 2020 tentang Pemberian Visa dan Izin Tinggal dalam...
 
Uu tahun 2006 no. 13 tentang perlindungan saksi dan korban
Uu tahun 2006 no. 13 tentang perlindungan saksi dan korbanUu tahun 2006 no. 13 tentang perlindungan saksi dan korban
Uu tahun 2006 no. 13 tentang perlindungan saksi dan korban
 
Uu no 48 tahun 2009
Uu no 48 tahun 2009Uu no 48 tahun 2009
Uu no 48 tahun 2009
 
Permen no.13 2016 tata cara orang asing
Permen no.13 2016 tata cara orang asingPermen no.13 2016 tata cara orang asing
Permen no.13 2016 tata cara orang asing
 
Uu 20 1952
Uu 20 1952Uu 20 1952
Uu 20 1952
 
Uu no 7 tahun 1989
Uu no 7 tahun 1989Uu no 7 tahun 1989
Uu no 7 tahun 1989
 
Perpu 01 1950
Perpu 01 1950Perpu 01 1950
Perpu 01 1950
 
Uu no 3 tahun 2009
Uu no 3 tahun 2009Uu no 3 tahun 2009
Uu no 3 tahun 2009
 
UU No 3 Tahun 2009 (Perubahan Kedua Atas Undang Undang Nomor 14 Tahun 1985 Te...
UU No 3 Tahun 2009 (Perubahan Kedua Atas Undang Undang Nomor 14 Tahun 1985 Te...UU No 3 Tahun 2009 (Perubahan Kedua Atas Undang Undang Nomor 14 Tahun 1985 Te...
UU No 3 Tahun 2009 (Perubahan Kedua Atas Undang Undang Nomor 14 Tahun 1985 Te...
 
Uu no 50 tahun 2009
Uu no 50 tahun 2009Uu no 50 tahun 2009
Uu no 50 tahun 2009
 
Uu tahun 2004 no. 16 tentang kerjaksaan ri
Uu tahun 2004 no. 16 tentang kerjaksaan riUu tahun 2004 no. 16 tentang kerjaksaan ri
Uu tahun 2004 no. 16 tentang kerjaksaan ri
 
Perpu 01 1950
Perpu 01 1950Perpu 01 1950
Perpu 01 1950
 
Tindak pidana korupsi 03 71
Tindak pidana korupsi 03 71Tindak pidana korupsi 03 71
Tindak pidana korupsi 03 71
 
PP Nomor 39 Tahun 2020
PP Nomor 39 Tahun 2020PP Nomor 39 Tahun 2020
PP Nomor 39 Tahun 2020
 
Skkma 144
Skkma 144Skkma 144
Skkma 144
 
Uu 02 1986
Uu 02 1986Uu 02 1986
Uu 02 1986
 
Baleg rj-20200904-085805-1532
Baleg rj-20200904-085805-1532Baleg rj-20200904-085805-1532
Baleg rj-20200904-085805-1532
 
Uu 07 1953
Uu 07 1953Uu 07 1953
Uu 07 1953
 

Viewers also liked

Ketentuanketentuan pokok kejaksaan_republik_indon_15
Ketentuanketentuan pokok kejaksaan_republik_indon_15Ketentuanketentuan pokok kejaksaan_republik_indon_15
Ketentuanketentuan pokok kejaksaan_republik_indon_15Ilham Mustafa
 
Ketentuanketentuan pokok kehutanan_(uu_5_thn_1967_5
Ketentuanketentuan pokok kehutanan_(uu_5_thn_1967_5Ketentuanketentuan pokok kehutanan_(uu_5_thn_1967_5
Ketentuanketentuan pokok kehutanan_(uu_5_thn_1967_5Ilham Mustafa
 
Ketentuanketentuan pokok kekuasaan_kehakiman_(uu_19
Ketentuanketentuan pokok kekuasaan_kehakiman_(uu_19Ketentuanketentuan pokok kekuasaan_kehakiman_(uu_19
Ketentuanketentuan pokok kekuasaan_kehakiman_(uu_19
Ilham Mustafa
 
Pembentukan kejaksaan tinggi_(uu_16_thn_1961)_16
Pembentukan kejaksaan tinggi_(uu_16_thn_1961)_16Pembentukan kejaksaan tinggi_(uu_16_thn_1961)_16
Pembentukan kejaksaan tinggi_(uu_16_thn_1961)_16Ilham Mustafa
 
Pokokpokok kesehatan (uu_9_thn_1960)_9
Pokokpokok kesehatan (uu_9_thn_1960)_9Pokokpokok kesehatan (uu_9_thn_1960)_9
Pokokpokok kesehatan (uu_9_thn_1960)_9
Ilham Mustafa
 
Penertiban perjudian (uu_7_thn_1974)_7
Penertiban perjudian (uu_7_thn_1974)_7Penertiban perjudian (uu_7_thn_1974)_7
Penertiban perjudian (uu_7_thn_1974)_7
Ilham Mustafa
 
Badan pemeriksa keuangan_(uu_5_thn_1973)_5
Badan pemeriksa keuangan_(uu_5_thn_1973)_5Badan pemeriksa keuangan_(uu_5_thn_1973)_5
Badan pemeriksa keuangan_(uu_5_thn_1973)_5
Ilham Mustafa
 
Sensus (uu 6_thn_1960)_6
Sensus (uu 6_thn_1960)_6Sensus (uu 6_thn_1960)_6
Sensus (uu 6_thn_1960)_6
Ilham Mustafa
 
Ketentuan ketentuan pokok_kepolisian_(uu_12_thn_1_12
Ketentuan ketentuan pokok_kepolisian_(uu_12_thn_1_12Ketentuan ketentuan pokok_kepolisian_(uu_12_thn_1_12
Ketentuan ketentuan pokok_kepolisian_(uu_12_thn_1_12
Ilham Mustafa
 
Ketentuanketentuan pokok kepolisian_negara_(uu_13_13
Ketentuanketentuan pokok kepolisian_negara_(uu_13_13Ketentuanketentuan pokok kepolisian_negara_(uu_13_13
Ketentuanketentuan pokok kepolisian_negara_(uu_13_13Ilham Mustafa
 
Pengadilan dalam lingkungan_peradilan_umum_mahkam_13
Pengadilan dalam lingkungan_peradilan_umum_mahkam_13Pengadilan dalam lingkungan_peradilan_umum_mahkam_13
Pengadilan dalam lingkungan_peradilan_umum_mahkam_13
Ilham Mustafa
 
Narkotika (uu 9_thn_1976)_9
Narkotika (uu 9_thn_1976)_9Narkotika (uu 9_thn_1976)_9
Narkotika (uu 9_thn_1976)_9Ilham Mustafa
 
Perubahan pasal 18__nomor_62_tahun_1958_tentang_k_3
Perubahan pasal 18__nomor_62_tahun_1958_tentang_k_3Perubahan pasal 18__nomor_62_tahun_1958_tentang_k_3
Perubahan pasal 18__nomor_62_tahun_1958_tentang_k_3
Ilham Mustafa
 
Pokokpokok perbankan (uu_14_thn_1967)_14
Pokokpokok perbankan (uu_14_thn_1967)_14Pokokpokok perbankan (uu_14_thn_1967)_14
Pokokpokok perbankan (uu_14_thn_1967)_14
Ilham Mustafa
 
Lalu lintas angkutan_jalan_raya_(uu_3_thn_1965)_3
Lalu lintas angkutan_jalan_raya_(uu_3_thn_1965)_3Lalu lintas angkutan_jalan_raya_(uu_3_thn_1965)_3
Lalu lintas angkutan_jalan_raya_(uu_3_thn_1965)_3
Ilham Mustafa
 

Viewers also liked (15)

Ketentuanketentuan pokok kejaksaan_republik_indon_15
Ketentuanketentuan pokok kejaksaan_republik_indon_15Ketentuanketentuan pokok kejaksaan_republik_indon_15
Ketentuanketentuan pokok kejaksaan_republik_indon_15
 
Ketentuanketentuan pokok kehutanan_(uu_5_thn_1967_5
Ketentuanketentuan pokok kehutanan_(uu_5_thn_1967_5Ketentuanketentuan pokok kehutanan_(uu_5_thn_1967_5
Ketentuanketentuan pokok kehutanan_(uu_5_thn_1967_5
 
Ketentuanketentuan pokok kekuasaan_kehakiman_(uu_19
Ketentuanketentuan pokok kekuasaan_kehakiman_(uu_19Ketentuanketentuan pokok kekuasaan_kehakiman_(uu_19
Ketentuanketentuan pokok kekuasaan_kehakiman_(uu_19
 
Pembentukan kejaksaan tinggi_(uu_16_thn_1961)_16
Pembentukan kejaksaan tinggi_(uu_16_thn_1961)_16Pembentukan kejaksaan tinggi_(uu_16_thn_1961)_16
Pembentukan kejaksaan tinggi_(uu_16_thn_1961)_16
 
Pokokpokok kesehatan (uu_9_thn_1960)_9
Pokokpokok kesehatan (uu_9_thn_1960)_9Pokokpokok kesehatan (uu_9_thn_1960)_9
Pokokpokok kesehatan (uu_9_thn_1960)_9
 
Penertiban perjudian (uu_7_thn_1974)_7
Penertiban perjudian (uu_7_thn_1974)_7Penertiban perjudian (uu_7_thn_1974)_7
Penertiban perjudian (uu_7_thn_1974)_7
 
Badan pemeriksa keuangan_(uu_5_thn_1973)_5
Badan pemeriksa keuangan_(uu_5_thn_1973)_5Badan pemeriksa keuangan_(uu_5_thn_1973)_5
Badan pemeriksa keuangan_(uu_5_thn_1973)_5
 
Sensus (uu 6_thn_1960)_6
Sensus (uu 6_thn_1960)_6Sensus (uu 6_thn_1960)_6
Sensus (uu 6_thn_1960)_6
 
Ketentuan ketentuan pokok_kepolisian_(uu_12_thn_1_12
Ketentuan ketentuan pokok_kepolisian_(uu_12_thn_1_12Ketentuan ketentuan pokok_kepolisian_(uu_12_thn_1_12
Ketentuan ketentuan pokok_kepolisian_(uu_12_thn_1_12
 
Ketentuanketentuan pokok kepolisian_negara_(uu_13_13
Ketentuanketentuan pokok kepolisian_negara_(uu_13_13Ketentuanketentuan pokok kepolisian_negara_(uu_13_13
Ketentuanketentuan pokok kepolisian_negara_(uu_13_13
 
Pengadilan dalam lingkungan_peradilan_umum_mahkam_13
Pengadilan dalam lingkungan_peradilan_umum_mahkam_13Pengadilan dalam lingkungan_peradilan_umum_mahkam_13
Pengadilan dalam lingkungan_peradilan_umum_mahkam_13
 
Narkotika (uu 9_thn_1976)_9
Narkotika (uu 9_thn_1976)_9Narkotika (uu 9_thn_1976)_9
Narkotika (uu 9_thn_1976)_9
 
Perubahan pasal 18__nomor_62_tahun_1958_tentang_k_3
Perubahan pasal 18__nomor_62_tahun_1958_tentang_k_3Perubahan pasal 18__nomor_62_tahun_1958_tentang_k_3
Perubahan pasal 18__nomor_62_tahun_1958_tentang_k_3
 
Pokokpokok perbankan (uu_14_thn_1967)_14
Pokokpokok perbankan (uu_14_thn_1967)_14Pokokpokok perbankan (uu_14_thn_1967)_14
Pokokpokok perbankan (uu_14_thn_1967)_14
 
Lalu lintas angkutan_jalan_raya_(uu_3_thn_1965)_3
Lalu lintas angkutan_jalan_raya_(uu_3_thn_1965)_3Lalu lintas angkutan_jalan_raya_(uu_3_thn_1965)_3
Lalu lintas angkutan_jalan_raya_(uu_3_thn_1965)_3
 

Similar to Tanda kehormatan bintang_bhayangkara_(uu_14_thn_1_14

Uudrt 2 1959
Uudrt 2 1959Uudrt 2 1959
Uudrt 2 1959
guest150909
 
Uudrt 07 1958
Uudrt 07 1958Uudrt 07 1958
Uudrt 07 1958
guest150909
 
Undang Undang Polri
Undang Undang PolriUndang Undang Polri
Undang Undang Polri
restamadiun
 
Uu kepolisian
Uu kepolisianUu kepolisian
Uu kepolisian
Dadang DjokoKaryanto
 
Uu no. 2 th 2002 ttg kepolisian
Uu no. 2 th 2002 ttg kepolisianUu no. 2 th 2002 ttg kepolisian
Uu no. 2 th 2002 ttg kepolisianSei Enim
 
Undang-Undang Kepolisian
Undang-Undang KepolisianUndang-Undang Kepolisian
Undang-Undang Kepolisian
Norsel Maranden
 
Uu nomor 2 tahun 2002 tentang kepolisian negara republik indonesia
Uu nomor 2 tahun 2002 tentang kepolisian negara republik indonesiaUu nomor 2 tahun 2002 tentang kepolisian negara republik indonesia
Uu nomor 2 tahun 2002 tentang kepolisian negara republik indonesia
MakmurZakaria
 
Uu 2 tahun 2002
Uu 2 tahun 2002Uu 2 tahun 2002
Uu 2 tahun 2002
Sujarwo Buwono Lpb
 
Peraturan Pemerintah No. 61 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomo...
Peraturan Pemerintah No. 61 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomo...Peraturan Pemerintah No. 61 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomo...
Peraturan Pemerintah No. 61 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomo...
Penataan Ruang
 
UU Nomor 11 Tahun 2021.pdf
UU Nomor 11 Tahun 2021.pdfUU Nomor 11 Tahun 2021.pdf
UU Nomor 11 Tahun 2021.pdf
taniasela95
 
Undang Undang Polri
Undang Undang PolriUndang Undang Polri
Undang Undang Polri
restamadiun
 
Salinan Perpres Nomor 54 Tahun 2022
Salinan Perpres Nomor 54 Tahun 2022Salinan Perpres Nomor 54 Tahun 2022
Salinan Perpres Nomor 54 Tahun 2022
CIkumparan
 
DOC-20240528-WA0150..pdf Revisi UU Polri Draf
DOC-20240528-WA0150..pdf Revisi UU Polri DrafDOC-20240528-WA0150..pdf Revisi UU Polri Draf
DOC-20240528-WA0150..pdf Revisi UU Polri Draf
CIkumparan
 
UU Nomor 20 Tahun 2009 kumparanNews pdfi
UU Nomor 20 Tahun 2009 kumparanNews pdfiUU Nomor 20 Tahun 2009 kumparanNews pdfi
UU Nomor 20 Tahun 2009 kumparanNews pdfi
CI kumparan
 
Undang undang no.2 tahun 2002 tentang kepolisian negara republik indonesia
Undang undang no.2 tahun 2002 tentang kepolisian negara republik indonesiaUndang undang no.2 tahun 2002 tentang kepolisian negara republik indonesia
Undang undang no.2 tahun 2002 tentang kepolisian negara republik indonesiaSylvia Diansari
 

Similar to Tanda kehormatan bintang_bhayangkara_(uu_14_thn_1_14 (17)

Uudrt 2 1959
Uudrt 2 1959Uudrt 2 1959
Uudrt 2 1959
 
Uudrt 07 1958
Uudrt 07 1958Uudrt 07 1958
Uudrt 07 1958
 
Uu 31 1997
Uu 31 1997Uu 31 1997
Uu 31 1997
 
1997 31 peradilan militer
1997 31 peradilan militer1997 31 peradilan militer
1997 31 peradilan militer
 
Undang Undang Polri
Undang Undang PolriUndang Undang Polri
Undang Undang Polri
 
Uu kepolisian
Uu kepolisianUu kepolisian
Uu kepolisian
 
Uu no. 2 th 2002 ttg kepolisian
Uu no. 2 th 2002 ttg kepolisianUu no. 2 th 2002 ttg kepolisian
Uu no. 2 th 2002 ttg kepolisian
 
Undang-Undang Kepolisian
Undang-Undang KepolisianUndang-Undang Kepolisian
Undang-Undang Kepolisian
 
Uu nomor 2 tahun 2002 tentang kepolisian negara republik indonesia
Uu nomor 2 tahun 2002 tentang kepolisian negara republik indonesiaUu nomor 2 tahun 2002 tentang kepolisian negara republik indonesia
Uu nomor 2 tahun 2002 tentang kepolisian negara republik indonesia
 
Uu 2 tahun 2002
Uu 2 tahun 2002Uu 2 tahun 2002
Uu 2 tahun 2002
 
Peraturan Pemerintah No. 61 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomo...
Peraturan Pemerintah No. 61 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomo...Peraturan Pemerintah No. 61 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomo...
Peraturan Pemerintah No. 61 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomo...
 
UU Nomor 11 Tahun 2021.pdf
UU Nomor 11 Tahun 2021.pdfUU Nomor 11 Tahun 2021.pdf
UU Nomor 11 Tahun 2021.pdf
 
Undang Undang Polri
Undang Undang PolriUndang Undang Polri
Undang Undang Polri
 
Salinan Perpres Nomor 54 Tahun 2022
Salinan Perpres Nomor 54 Tahun 2022Salinan Perpres Nomor 54 Tahun 2022
Salinan Perpres Nomor 54 Tahun 2022
 
DOC-20240528-WA0150..pdf Revisi UU Polri Draf
DOC-20240528-WA0150..pdf Revisi UU Polri DrafDOC-20240528-WA0150..pdf Revisi UU Polri Draf
DOC-20240528-WA0150..pdf Revisi UU Polri Draf
 
UU Nomor 20 Tahun 2009 kumparanNews pdfi
UU Nomor 20 Tahun 2009 kumparanNews pdfiUU Nomor 20 Tahun 2009 kumparanNews pdfi
UU Nomor 20 Tahun 2009 kumparanNews pdfi
 
Undang undang no.2 tahun 2002 tentang kepolisian negara republik indonesia
Undang undang no.2 tahun 2002 tentang kepolisian negara republik indonesiaUndang undang no.2 tahun 2002 tentang kepolisian negara republik indonesia
Undang undang no.2 tahun 2002 tentang kepolisian negara republik indonesia
 

More from Ilham Mustafa

Stastistik (uu 7_thn_1960)_7
Stastistik (uu 7_thn_1960)_7Stastistik (uu 7_thn_1960)_7
Stastistik (uu 7_thn_1960)_7Ilham Mustafa
 
Pokokpokok perkoprasian (uu_12_thn_1967)_12
Pokokpokok perkoprasian (uu_12_thn_1967)_12Pokokpokok perkoprasian (uu_12_thn_1967)_12
Pokokpokok perkoprasian (uu_12_thn_1967)_12
Ilham Mustafa
 
Pokokpokok kepegawaian (uu_8_thn_1974)_8
Pokokpokok kepegawaian (uu_8_thn_1974)_8Pokokpokok kepegawaian (uu_8_thn_1974)_8
Pokokpokok kepegawaian (uu_8_thn_1974)_8Ilham Mustafa
 
Perkoperasian (uu 14_thn_1965)_14
Perkoperasian (uu 14_thn_1965)_14Perkoperasian (uu 14_thn_1965)_14
Perkoperasian (uu 14_thn_1965)_14Ilham Mustafa
 
Peraturan dasar pokokpokok_agraria_(uu_5_thn_1960_5
Peraturan dasar pokokpokok_agraria_(uu_5_thn_1960_5Peraturan dasar pokokpokok_agraria_(uu_5_thn_1960_5
Peraturan dasar pokokpokok_agraria_(uu_5_thn_1960_5Ilham Mustafa
 
Perjanjian bagi hasil_(uu_2_thn_1960)_2
Perjanjian bagi hasil_(uu_2_thn_1960)_2Perjanjian bagi hasil_(uu_2_thn_1960)_2
Perjanjian bagi hasil_(uu_2_thn_1960)_2Ilham Mustafa
 
Penambahan nomor_11_tahun_1966,_tentang_ketentua_4
Penambahan  nomor_11_tahun_1966,_tentang_ketentua_4Penambahan  nomor_11_tahun_1966,_tentang_ketentua_4
Penambahan nomor_11_tahun_1966,_tentang_ketentua_4Ilham Mustafa
 
Larangan penarikan cek_kosong_(uu_17_thn_1964)_17
Larangan penarikan cek_kosong_(uu_17_thn_1964)_17Larangan penarikan cek_kosong_(uu_17_thn_1964)_17
Larangan penarikan cek_kosong_(uu_17_thn_1964)_17Ilham Mustafa
 
Ketentuanketentuan pokok peternakan_kesehatan_hew_6
Ketentuanketentuan pokok peternakan_kesehatan_hew_6Ketentuanketentuan pokok peternakan_kesehatan_hew_6
Ketentuanketentuan pokok peternakan_kesehatan_hew_6
Ilham Mustafa
 
Ketentuanketentuan pokok pertambangan_(uu_11_thn_11
Ketentuanketentuan pokok pertambangan_(uu_11_thn_11Ketentuanketentuan pokok pertambangan_(uu_11_thn_11
Ketentuanketentuan pokok pertambangan_(uu_11_thn_11
Ilham Mustafa
 
Atau penodaan agama_(uu_1_thn_1965)
Atau penodaan agama_(uu_1_thn_1965)Atau penodaan agama_(uu_1_thn_1965)
Atau penodaan agama_(uu_1_thn_1965)Ilham Mustafa
 

More from Ilham Mustafa (11)

Stastistik (uu 7_thn_1960)_7
Stastistik (uu 7_thn_1960)_7Stastistik (uu 7_thn_1960)_7
Stastistik (uu 7_thn_1960)_7
 
Pokokpokok perkoprasian (uu_12_thn_1967)_12
Pokokpokok perkoprasian (uu_12_thn_1967)_12Pokokpokok perkoprasian (uu_12_thn_1967)_12
Pokokpokok perkoprasian (uu_12_thn_1967)_12
 
Pokokpokok kepegawaian (uu_8_thn_1974)_8
Pokokpokok kepegawaian (uu_8_thn_1974)_8Pokokpokok kepegawaian (uu_8_thn_1974)_8
Pokokpokok kepegawaian (uu_8_thn_1974)_8
 
Perkoperasian (uu 14_thn_1965)_14
Perkoperasian (uu 14_thn_1965)_14Perkoperasian (uu 14_thn_1965)_14
Perkoperasian (uu 14_thn_1965)_14
 
Peraturan dasar pokokpokok_agraria_(uu_5_thn_1960_5
Peraturan dasar pokokpokok_agraria_(uu_5_thn_1960_5Peraturan dasar pokokpokok_agraria_(uu_5_thn_1960_5
Peraturan dasar pokokpokok_agraria_(uu_5_thn_1960_5
 
Perjanjian bagi hasil_(uu_2_thn_1960)_2
Perjanjian bagi hasil_(uu_2_thn_1960)_2Perjanjian bagi hasil_(uu_2_thn_1960)_2
Perjanjian bagi hasil_(uu_2_thn_1960)_2
 
Penambahan nomor_11_tahun_1966,_tentang_ketentua_4
Penambahan  nomor_11_tahun_1966,_tentang_ketentua_4Penambahan  nomor_11_tahun_1966,_tentang_ketentua_4
Penambahan nomor_11_tahun_1966,_tentang_ketentua_4
 
Larangan penarikan cek_kosong_(uu_17_thn_1964)_17
Larangan penarikan cek_kosong_(uu_17_thn_1964)_17Larangan penarikan cek_kosong_(uu_17_thn_1964)_17
Larangan penarikan cek_kosong_(uu_17_thn_1964)_17
 
Ketentuanketentuan pokok peternakan_kesehatan_hew_6
Ketentuanketentuan pokok peternakan_kesehatan_hew_6Ketentuanketentuan pokok peternakan_kesehatan_hew_6
Ketentuanketentuan pokok peternakan_kesehatan_hew_6
 
Ketentuanketentuan pokok pertambangan_(uu_11_thn_11
Ketentuanketentuan pokok pertambangan_(uu_11_thn_11Ketentuanketentuan pokok pertambangan_(uu_11_thn_11
Ketentuanketentuan pokok pertambangan_(uu_11_thn_11
 
Atau penodaan agama_(uu_1_thn_1965)
Atau penodaan agama_(uu_1_thn_1965)Atau penodaan agama_(uu_1_thn_1965)
Atau penodaan agama_(uu_1_thn_1965)
 

Recently uploaded

Pemutakhiran Data dosen pada sister.pptx
Pemutakhiran Data dosen pada sister.pptxPemutakhiran Data dosen pada sister.pptx
Pemutakhiran Data dosen pada sister.pptx
ssuser4dafea
 
RENCANA TINDAK LANJUT (RTL) PASCA PELATIHAN.pptx
RENCANA TINDAK LANJUT (RTL) PASCA PELATIHAN.pptxRENCANA TINDAK LANJUT (RTL) PASCA PELATIHAN.pptx
RENCANA TINDAK LANJUT (RTL) PASCA PELATIHAN.pptx
mukminbdk
 
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 8 Fase D Kurikulum MerdekaModul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka
Fathan Emran
 
PPT PENGELOLAAN KINERJA PADA PMM SEKOLAH.pptx
PPT PENGELOLAAN KINERJA PADA PMM SEKOLAH.pptxPPT PENGELOLAAN KINERJA PADA PMM SEKOLAH.pptx
PPT PENGELOLAAN KINERJA PADA PMM SEKOLAH.pptx
AqlanHaritsAlfarisi
 
Pelatihan AI GKA abdi Sabda - Apa itu AI?
Pelatihan AI GKA abdi Sabda - Apa itu AI?Pelatihan AI GKA abdi Sabda - Apa itu AI?
Pelatihan AI GKA abdi Sabda - Apa itu AI?
SABDA
 
Ppt landasan pendidikan Pai 9 _20240604_231000_0000.pdf
Ppt landasan pendidikan Pai 9 _20240604_231000_0000.pdfPpt landasan pendidikan Pai 9 _20240604_231000_0000.pdf
Ppt landasan pendidikan Pai 9 _20240604_231000_0000.pdf
fadlurrahman260903
 
materi penyuluhan kesehatan reproduksi remaja
materi penyuluhan kesehatan reproduksi remajamateri penyuluhan kesehatan reproduksi remaja
materi penyuluhan kesehatan reproduksi remaja
DewiInekePuteri
 
AKSI NYATA TRANSISI PAUD-SD : PENGUATAN DI TAHUN AJARAN BARU
AKSI NYATA TRANSISI PAUD-SD : PENGUATAN DI TAHUN AJARAN BARUAKSI NYATA TRANSISI PAUD-SD : PENGUATAN DI TAHUN AJARAN BARU
AKSI NYATA TRANSISI PAUD-SD : PENGUATAN DI TAHUN AJARAN BARU
junaedikuluri1
 
Modul Ajar Statistika Data Fase F kelas
Modul Ajar Statistika Data Fase F  kelasModul Ajar Statistika Data Fase F  kelas
Modul Ajar Statistika Data Fase F kelas
ananda238570
 
Materi Feedback (umpan balik) kelas Psikologi Komunikasi
Materi Feedback (umpan balik) kelas Psikologi KomunikasiMateri Feedback (umpan balik) kelas Psikologi Komunikasi
Materi Feedback (umpan balik) kelas Psikologi Komunikasi
AdePutraTunggali
 
Materi 1_Bagaimana Kita Memaknai Sekolah yang Berkualitas_ (ss versi kab_kot)...
Materi 1_Bagaimana Kita Memaknai Sekolah yang Berkualitas_ (ss versi kab_kot)...Materi 1_Bagaimana Kita Memaknai Sekolah yang Berkualitas_ (ss versi kab_kot)...
Materi 1_Bagaimana Kita Memaknai Sekolah yang Berkualitas_ (ss versi kab_kot)...
ahyani72
 
KKTP Kurikulum Merdeka sebagai Panduan dalam kurikulum merdeka
KKTP Kurikulum Merdeka sebagai Panduan dalam kurikulum merdekaKKTP Kurikulum Merdeka sebagai Panduan dalam kurikulum merdeka
KKTP Kurikulum Merdeka sebagai Panduan dalam kurikulum merdeka
irvansupriadi44
 
Pembentukan-Pantarlih-Pilkada-Kabupaten-Tapin.pptx
Pembentukan-Pantarlih-Pilkada-Kabupaten-Tapin.pptxPembentukan-Pantarlih-Pilkada-Kabupaten-Tapin.pptx
Pembentukan-Pantarlih-Pilkada-Kabupaten-Tapin.pptx
Sosdiklihparmassdm
 
SINOPSIS, TEMA DAN PERSOALAN NOVEL MENITI IMPIAN
SINOPSIS, TEMA DAN PERSOALAN NOVEL MENITI IMPIANSINOPSIS, TEMA DAN PERSOALAN NOVEL MENITI IMPIAN
SINOPSIS, TEMA DAN PERSOALAN NOVEL MENITI IMPIAN
NanieIbrahim
 
RANCANGAN TINDAKAN UNTUK AKSI NYATA MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF.pdf
RANCANGAN TINDAKAN UNTUK AKSI NYATA MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF.pdfRANCANGAN TINDAKAN UNTUK AKSI NYATA MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF.pdf
RANCANGAN TINDAKAN UNTUK AKSI NYATA MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF.pdf
junarpudin36
 
MODUL AJAR MAT LANJUT KELAS XI FASE F.pdf
MODUL AJAR MAT LANJUT KELAS XI FASE F.pdfMODUL AJAR MAT LANJUT KELAS XI FASE F.pdf
MODUL AJAR MAT LANJUT KELAS XI FASE F.pdf
sitispd78
 
PENDAMPINGAN INDIVIDU 2 CGP ANGKATAN 10 KOTA DEPOK
PENDAMPINGAN INDIVIDU 2 CGP ANGKATAN 10 KOTA DEPOKPENDAMPINGAN INDIVIDU 2 CGP ANGKATAN 10 KOTA DEPOK
PENDAMPINGAN INDIVIDU 2 CGP ANGKATAN 10 KOTA DEPOK
GusniartiGusniarti5
 
Panduan Penggunaan Rekomendasi Buku Sastra.pdf
Panduan Penggunaan Rekomendasi Buku Sastra.pdfPanduan Penggunaan Rekomendasi Buku Sastra.pdf
Panduan Penggunaan Rekomendasi Buku Sastra.pdf
MildayantiMildayanti
 
Aksi Nyata Erliana Mudah bukan memahamii
Aksi Nyata Erliana Mudah bukan memahamiiAksi Nyata Erliana Mudah bukan memahamii
Aksi Nyata Erliana Mudah bukan memahamii
esmaducoklat
 
Laporan Pembina Pramuka sd format doc.docx
Laporan Pembina Pramuka sd format doc.docxLaporan Pembina Pramuka sd format doc.docx
Laporan Pembina Pramuka sd format doc.docx
RUBEN Mbiliyora
 

Recently uploaded (20)

Pemutakhiran Data dosen pada sister.pptx
Pemutakhiran Data dosen pada sister.pptxPemutakhiran Data dosen pada sister.pptx
Pemutakhiran Data dosen pada sister.pptx
 
RENCANA TINDAK LANJUT (RTL) PASCA PELATIHAN.pptx
RENCANA TINDAK LANJUT (RTL) PASCA PELATIHAN.pptxRENCANA TINDAK LANJUT (RTL) PASCA PELATIHAN.pptx
RENCANA TINDAK LANJUT (RTL) PASCA PELATIHAN.pptx
 
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 8 Fase D Kurikulum MerdekaModul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka
 
PPT PENGELOLAAN KINERJA PADA PMM SEKOLAH.pptx
PPT PENGELOLAAN KINERJA PADA PMM SEKOLAH.pptxPPT PENGELOLAAN KINERJA PADA PMM SEKOLAH.pptx
PPT PENGELOLAAN KINERJA PADA PMM SEKOLAH.pptx
 
Pelatihan AI GKA abdi Sabda - Apa itu AI?
Pelatihan AI GKA abdi Sabda - Apa itu AI?Pelatihan AI GKA abdi Sabda - Apa itu AI?
Pelatihan AI GKA abdi Sabda - Apa itu AI?
 
Ppt landasan pendidikan Pai 9 _20240604_231000_0000.pdf
Ppt landasan pendidikan Pai 9 _20240604_231000_0000.pdfPpt landasan pendidikan Pai 9 _20240604_231000_0000.pdf
Ppt landasan pendidikan Pai 9 _20240604_231000_0000.pdf
 
materi penyuluhan kesehatan reproduksi remaja
materi penyuluhan kesehatan reproduksi remajamateri penyuluhan kesehatan reproduksi remaja
materi penyuluhan kesehatan reproduksi remaja
 
AKSI NYATA TRANSISI PAUD-SD : PENGUATAN DI TAHUN AJARAN BARU
AKSI NYATA TRANSISI PAUD-SD : PENGUATAN DI TAHUN AJARAN BARUAKSI NYATA TRANSISI PAUD-SD : PENGUATAN DI TAHUN AJARAN BARU
AKSI NYATA TRANSISI PAUD-SD : PENGUATAN DI TAHUN AJARAN BARU
 
Modul Ajar Statistika Data Fase F kelas
Modul Ajar Statistika Data Fase F  kelasModul Ajar Statistika Data Fase F  kelas
Modul Ajar Statistika Data Fase F kelas
 
Materi Feedback (umpan balik) kelas Psikologi Komunikasi
Materi Feedback (umpan balik) kelas Psikologi KomunikasiMateri Feedback (umpan balik) kelas Psikologi Komunikasi
Materi Feedback (umpan balik) kelas Psikologi Komunikasi
 
Materi 1_Bagaimana Kita Memaknai Sekolah yang Berkualitas_ (ss versi kab_kot)...
Materi 1_Bagaimana Kita Memaknai Sekolah yang Berkualitas_ (ss versi kab_kot)...Materi 1_Bagaimana Kita Memaknai Sekolah yang Berkualitas_ (ss versi kab_kot)...
Materi 1_Bagaimana Kita Memaknai Sekolah yang Berkualitas_ (ss versi kab_kot)...
 
KKTP Kurikulum Merdeka sebagai Panduan dalam kurikulum merdeka
KKTP Kurikulum Merdeka sebagai Panduan dalam kurikulum merdekaKKTP Kurikulum Merdeka sebagai Panduan dalam kurikulum merdeka
KKTP Kurikulum Merdeka sebagai Panduan dalam kurikulum merdeka
 
Pembentukan-Pantarlih-Pilkada-Kabupaten-Tapin.pptx
Pembentukan-Pantarlih-Pilkada-Kabupaten-Tapin.pptxPembentukan-Pantarlih-Pilkada-Kabupaten-Tapin.pptx
Pembentukan-Pantarlih-Pilkada-Kabupaten-Tapin.pptx
 
SINOPSIS, TEMA DAN PERSOALAN NOVEL MENITI IMPIAN
SINOPSIS, TEMA DAN PERSOALAN NOVEL MENITI IMPIANSINOPSIS, TEMA DAN PERSOALAN NOVEL MENITI IMPIAN
SINOPSIS, TEMA DAN PERSOALAN NOVEL MENITI IMPIAN
 
RANCANGAN TINDAKAN UNTUK AKSI NYATA MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF.pdf
RANCANGAN TINDAKAN UNTUK AKSI NYATA MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF.pdfRANCANGAN TINDAKAN UNTUK AKSI NYATA MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF.pdf
RANCANGAN TINDAKAN UNTUK AKSI NYATA MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF.pdf
 
MODUL AJAR MAT LANJUT KELAS XI FASE F.pdf
MODUL AJAR MAT LANJUT KELAS XI FASE F.pdfMODUL AJAR MAT LANJUT KELAS XI FASE F.pdf
MODUL AJAR MAT LANJUT KELAS XI FASE F.pdf
 
PENDAMPINGAN INDIVIDU 2 CGP ANGKATAN 10 KOTA DEPOK
PENDAMPINGAN INDIVIDU 2 CGP ANGKATAN 10 KOTA DEPOKPENDAMPINGAN INDIVIDU 2 CGP ANGKATAN 10 KOTA DEPOK
PENDAMPINGAN INDIVIDU 2 CGP ANGKATAN 10 KOTA DEPOK
 
Panduan Penggunaan Rekomendasi Buku Sastra.pdf
Panduan Penggunaan Rekomendasi Buku Sastra.pdfPanduan Penggunaan Rekomendasi Buku Sastra.pdf
Panduan Penggunaan Rekomendasi Buku Sastra.pdf
 
Aksi Nyata Erliana Mudah bukan memahamii
Aksi Nyata Erliana Mudah bukan memahamiiAksi Nyata Erliana Mudah bukan memahamii
Aksi Nyata Erliana Mudah bukan memahamii
 
Laporan Pembina Pramuka sd format doc.docx
Laporan Pembina Pramuka sd format doc.docxLaporan Pembina Pramuka sd format doc.docx
Laporan Pembina Pramuka sd format doc.docx
 

Tanda kehormatan bintang_bhayangkara_(uu_14_thn_1_14

  • 1. Bentuk: UNDANG-UNDANG (UU) Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Nomor: 14 TAHUN 1961 (14/1961) Tanggal: 14 TAHUN 1961 (JAKARTA) Sumber: LN 1961/246; TLN NO. 2290 Tentang: TANDA KEHORMATAN BINTANG BHAYANGKARA Indeks: TANDA KEHORMATAN. BINTANG. BHAYANGKARA. Presiden Republik Indonesia, Menimbang : bahwa untuk menghargai kesetiaan dan jasa-jasa yang luar biasa dan melampaui panggilan kewajiban dibidang tugas Kepolisian untuk kepentingan Nusa dan Bangsa, baik yang diberikan oleh anggota Kepolisian Negara maupun oleh Warga-Negara Indonesia bukan anggota Kepolisian Negara, perlu diadakan Tanda Kehormatan. Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (1), pasal 15 dan 20 ayat (1) Undang-undang Dasar; 2. Undang-undang REFR DOCNM="59uut004">Nomor 4 Drt tahun 1959 (Lembaran Negara tahun 1959 Nomor 44); 3. Undang-undang REFR DOCNM="60ppu010">Nomor 10 Prp. tahun 1960 (Lembaran Negara tahun 1960 Nomor 31); Mendengar : Kabinet Kerja dalam sidangnya tanggal 9 Maret 1961; Dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat Gotong- Royong MEMUTUSKAN : Menetapkan : UNDANG-UNDANG TENTANG TANDA KEHORMATAN BINTANG BHAYANGKARA Pasal 1. (1) Tanda Kehormatan berupa bintang kepahlawanan Kepolisian bernama "Bintang Bhayangkara", terdiri atas Bintang kelas satu, Bintang kelas dua dan Bintang kelas tiga. (2) Bintang Bhayangkara adalah sederajat dengan Bintang- bintang di bidang Militer dan Sipil, di bawah Bintang Gerilya.
  • 2. Pasal 2. (1) Kepada anggota Kepolisian Negara yang dibidang tugas Kepolisian menunjukkan keberanian serta kebijaksanaan dan ketabahan luar biasa yang melampaui panggilan kewajiban tanpa merugikan tugas pokok, dengan senantiasa menjunjung tinggi hak-hak azasi rakyat dan hukum Negara, sejak Proklamasi Kemerdekaan tahun 1945 serta kepada Republik Indonesia dan tidak pernah mengkhianati perjuangan, serta memenuhi syarat-syarat umum untuk mendapat bintang, diberikan anugerah Tanda Kehormatan Bintang Bhayangkara. (2) Tergantung daripada nilai jasa kepahlawanan yang ditunjukkannya, dapat dianugerahkan bintang kelas tiga, Bintang kelas dua atau Bintang Kelas satu. Pasal 3. Bintang Bhayangkara dianugerahkan pula kepada warga negara Indonesia bukan anggota Kepolisian Negara, yang memenuhi syarat-syarat termaksud dalam pasal 2 ayat (1). Pasal 4. Bintang Bhayangkara diberikan pula secara anumerta kepada mereka yang memenuhi syarat-syarat menurut pasal 2, pasal 3 atau pasal 10. Pasal 5. (1) Bintang Bhayangkara berbentuk seperti dilukiskan dalam lampiran, ialah sebuah bintang berhias yang bersudut lima dengan garis tengah 45 milimeter, disebelah muka terdapat perisai Kepolisian. (2) Bintang kelas satu mempunyai bintang dan hiasan sinar-sinar yang dibuat dari logam berwarna emas, sedangkan lingkaran yang terdiri dari padi dan kapas, pita dengan tulisan Bhayangkara dan ketiga bintang kecil serta perisai lambang Kepolisian dibuat dari logam berwarna perak. (3) Bintang kelas dua mempunyai bintang dan hiasan sinar-sinar yang dibuat dari logam berwarna perak, sedangkan lingkaran yang terdiri dari padi dan kapas, pita dengan tulisan Bhayangkara dan ketiga bintang kecil serta perisai lambang Kepolisian dibuat dari logam berwarna emas. (4) Bintang kelas tiga dibuat seluruhnya dari logam berwarna perak. (5) Disebelah belakang Bintang terdapat tulisan Republik Indonesia. Pasal 6. (1) Pita dari pada Bintang Bhayangkara bercorak seperti dilukiskan dalam lampiran, berukuran lebar 35 milimeter, panjang 40 milimeter dan berwarna dasar hitam dengan lajur-lajur berwarna kuning masingmasing lebar 2 milimeter, yang membagi dasar hitam dalam bagian-bagian yang sama. (2) Pita daripada Bintang kelas satu mempunyai 6 lajur kuning, pita daripada Bintang kelas dua 5 lajur kuning dan bintang ketas tiga 4 lajur kuning. (3) Pita harian daripada Bintang Bhayangkara berwarna sama dengan pita tersebut dalam ayat (1) dan (2) dengan ukuran panjang 35 milimeter dan lebar 10 milimeter, sebagi dilukiskan dalam lampiran. Pasal 7.
  • 3. (1) Bintang Bhayangkara diberikan dengan Keputusan Presiden atas usul Menteri yang menguasai Kepolisian Negara, selanjutnya disebut Menteri, dengan persetujuan Kabinet, setelah mendengar pertimbangan Dewan Tanda-tanda Kehormatan. (2) Pelaksanaan penyerahan Bintang Bhayangkara dilakukan oleh Presiden atau atas nama Presiden oleh Menteri atau oleh pejabat yang ditunjuk oleh Menteri. (3) Tiap-tiap pemberian anugerah Bintang Bhayangkara disertai dengan penyerahan suatu piagam bentuk seperti dilukiskan dalam lampiran, dalam mana dimuat uraian singkat tentang alasan-alasan yang menyebabkan pemberian anugerah tersebut. Pasal 8. Mereka yang memperoleh Bintang Bhayangkara mendapat perlakuan istimewa sebagai berikut : 1. diberi hormat terlebih dahulu oleh sesama pangkatnya yang telah menerima Bintang Bhayangkara dengan kelas lebih rendah atau yang tidak menerimanya; 2. diberi hadiah yang diatur dengan Keputusan Menteri; 3. dalam hal meninggal dunia dapat dimakamkan di Makam Pahlawan dengan upacara Kepolisian menurut ketentuan Kepala Kepolisian Negara. Pasal 9. Dengan Peraturan Negara ditetapkan : a. susunan, tugas dan segala sesuatu mengenai Badan Pertimbangan Tanda-tanda Kehormatan Kepolisian Negara, dalam hubungan dengan Dewan Tanda-tanda Kehormatan; b. tata-cara penyerahan Bintang Bhayangkara dengan upacara Kepolisian ; dan c. tata-cara pemakaian Bintang Bhayangkara. Pasal 10. (1) Dalam hal-hal istimewa atas usul Menteri dan pertimbangan Dewan Tanda-tanda Kehortaman, Bintang Bhayangkara dapat diberikan dengan Keputusan Presiden kepada warga-negara Indonesia maupun asing yang memenuhi syarat-syarat untuk mendapat bintang sebagai penghargaan atas jasajasa luar biasa, yang disumbangkan khusus untuk kemajuan dan pembangunan Kepolisian Negara. (2) Dalam hal Bintang Bhayangkara dianugerahkan kepada warga-negara asing menurut ayat (1) di atas, maka pasal 8 angka 2 dan pasal 11 huruf c tidak berlaku. Pasal 11 Hak atas Bintang Bhayangkara dicabut apabila yang menerima: a. dengan putusan pengadilan yang tidak dapat diubah lagi dikenakan hukuman penjara yang lamanya lebih dari satu tahun karena kejahatan; b. dengan putusan pengadilan yang tidak dapat diubah lagi dikenakan hukuman karena sesuatu kejahatan terhadap keselamatan Negara; c. masuk dinas polisi atau Angkatan Perang negara asing tanpa mendapat ijin dari Pemerintah Republik Indonesia; d. masuk organisasi yang terlarang; e. memberontak atau menyeleweng terhadap Republik Indonesia; f. tidak memenuhi lagi syarat-syarat untuk mendapat bintang dan melanggar kode-kehormatan.
  • 4. Pasal 12. Segala sesuatu mengenai Bintang Bhayangkara yang belum diatur dalam undang-undang ini, diatur lebih lanjut dengan Peraturan Negara, dengan mengindahkan ketentuan-ketentuan umum tentang pemberian bintang. Pasal 13. Sebelum ada Peraturan Negara yang dimaksud dalam pasal 9 undang-undang ini, maka segala sesuatu diatur atas kebijaksanaan Pemerintah. Pasal 14. Undang-undang ini dapat disebut "Undang-undang Bintang Bhayangkara" dan mulai berlaku pada hari diundangkan. Agar supaya setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan pengundangan undang-undang ini dengan penempatan dalam Lembaran Negara Republik Indonesia. Disahkan di Jakarta. pada tanggal 30 Juni 1961. Pejabat Presiden RepublikIndonesia, JUANDA. Diundangkan di Jakarta pada tanggal 30 Juni 1961. Sekretaris Negara, MOHD. ICHSAN. PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 14 TAHUN 1961. TENTANG TANDA KEHORMATAN BINTANG BHAYANGKARA. UMUM. Sudah selayaknya, bahwa jasa-jasa terhadap nusa dan bangsa di bidang Kepolisian pun mendapat penghargaan. Akan tetapi, hingga kini belum ada tanda kehormatan yang khusus diperuntukkan jasa-jasa terhadap nusa dan bangsa di bidang tugas Kepolisian. Penghargaan atas jasa-jasa termaksud hingga sekarang hanya diberikan dengan jalan kenaikan pangkat, kenaikan gaji istimewa, pemberian surat pujian dan sebagainya. Penghargaan berupa kenaikan pangkat dan sebagainya, lebih- lebih bilamana berupa pemberian bintang atau tanda kehormatan lainnya, merupakan dorongan moril yang kuat untuk melimpahkan kesungguhan dalam melaksanakan tugasnya. Dimana tanda kehormatan itu dapat dianugerahkan pula kepada warganegara Indonesia bukan anggota Kepolisian Negara, maka kepada seluruh lapisan masyarakat diberikan dorongan yang kuat untuk membantu usaha pemeliharaan ketertiban dan keamanan umum dengan sesungguh-sungguhnya.
  • 5. Kepolisian Negara merupakan kesatuan komando yang bersifat tehnis dan khusus, seperti halnya dengan Angkatan Darat, Angkatan Laut dan Angkatan Udara, yang - walaupun tidak dapat dipisahpisahkan sebagai satu Angkatan Perang - masing-masing mempunyai sifat tehnis yang berbeda-beda, sehingga dalam hal kecakapan maupun keakhlian seorang anggota suatu Angkatan dibidang tugasnya tidak dapat begitu saja dinilai oleh oknum Angkatan atau kesatuan lain. Secara tradisionil dapat dicatat, bahwa kesatuan-kesatuan Kepolisian Negara, besar dan kecil, dalam operasi-operasi militer, secara gabungan maupun.berdiri sendiri, telah ikut serta dalam perjuangan mempertahankan kemerdekaan. Maka dari sebab itu perlu diadakan tanda kehormatan berupa bintang kepahlawanan Kepolisian yang dinamakan "Bintang Bhayangkara". Bintang Bhayangkara dianugerahkan kepada anggota Kepolisian Negara atau warganegara Indonesia lainnya yang menunjukkan keberanian serta kebijaksanaan dan ketabahan luar biasa yang melampaui panggilan kewajiban tanpa merugikan tugas pokoknya, dan kepada warga negara Indonesia atau asing yang berjasa luar biasa untuk kemajuan dan pembangunan Kepolisian Negara. PASAL DEMl PASAL: Pasal 1. (1) Ketentuan ini ada hubungannya dengan pasal 2 ayat (2). Bintang kelas satu tingkatnya lebih tinggi dari pada Bintang kelas dua; Bintang kelas dua tingkatnya lebih tinggi daripada Bintang kelas tiga. (2) Ketentuan ini adalah sesuai dengan penjelasan umum Undang- undang No. 4 Drt 1959 tentang bintang-bintang bagi jasa yang luar biasa. Ketentuan ini menunjukkan pula bahwa Bintang Bhayangkara adalah di bawah Bintang Mahaputra. Pasal 2. (1) Dengan tugas Kepolisian dimaksudkan tugas-tugas Kepolisian Negara sebagai termuat dalam Undang-undang Pokok Kepolisian. Syarat-syarat pokok yang ditentukan disini adalah keberanian serta kebijaksanaan dan ketabahan luar biasa yang melampaui panggilan kewajiban. Syarat-syarat tersebut dihubungkan dengan Tribrata sebagai pedoman hidup, dan Catur Prasatya sebagai pedoman kerja untuk anggota Kepolisian Negara. Badan Pertimbangan Tanda-tanda Kehormatan Kepolisian Negara dapat mengadakan perincian yang lebih konkrit daripada syarat-syarat termaksud untuk dijadikan pegangan dalam memberi pertimbangannya. Mengenai kata-kata: "Tanpa merugikan tugas pokok", dimaksudkan untuk mencegah sikap: "Biar merugikan tugas pokok asal memperoleh Tanda Kehormatan". Yang dimaksud dengan syarat-syarat umum untuk mendapat bintang adalah seperti yang dimuat dalam pasal 7 ayat (2) Sub 1 Undang-undang No. 4 Drt 1959. Untuk jasa yang sama dari seorang dalam satu peristiwa hanyalah diberi satu tanda kehormatan. (2) Ketentuan ini ada hubungnnya dengan pasal 1 ayat (1). Ini dimaksudkan, bahwa pemberian anugerah Bintang Bhayangkara dengan kelas lebih tinggi menghilangkan hak atas bintang dengan kelas lebih rendah. Begitupun yang telah memperoleh bintang dengan kelas lebih tinggi tidak dapat diberi anugerah bintang dengan kelas lebih rendah. Pasal 3. Ini dimaksudkan supaya kepada seluruh lapisan masyarakat Indonesia diberikan dorongan untuk membantu usaha pemeliharaan ketertiban dan keamanan umum. Pasal 4. Menurut kebiasaan yang lazim Tanda Kehormatan dapat diberikan secara anumerta. Pasal 5. Cukup jelas. Pasal 6. Cukup jelas.
  • 6. Pasal 7 Cukup jelas. Pasal 8. Sudah selayaknya, bahwa mereka yang memperoleh Tanda Kehormatan mendapat perlakuan kehormatan yang istimewa. Mengenai hadiah, diatur dengan Keputusan Menteri. Untuk anugerah Bintang Bhayangkara kedua kali dan seterusnya tidak diberikan hadiah tersebut. Pasal 9. a. Hubungan antara Badan Pertimbangan Tanda-tanda Kehormatan Kepolisian Negara dan Dewan Tanda-tanda Kehormatan disesuaikan dengan pasal 11 Undang-undang No. 4 Drt 1959. Disamping anggota-anggota tetap maka dalam Badan Pertimbangan Tanda-tanda Kehormatan Kepolisian Negara dapat diadakan anggota-anggota insidentil yang diangkat dari orang-orang yang telah ikut-serta dalam peristiwa yang bersangkutan atau mengetahui peristiwa itu. b. Tata-cara penyerahan Bintang Bhayangkara diatur dengan Peraturan Pemerintah. c. Tata-cara pemakaian Bintang Bhayangkara disesuaikan dengan pasal 13 Undang-undang No. 4 Drt 1959. Pasal 10. Disamping apa yang telah dijelaskan dalam pasal 2 dan 3 dianggap perlu, bahwa warga-negara Indonesia atau asing yang telah berjasa luar biasa dalam lapangan kemajuan dan pembangunan Kepolisian Negara diberikan kemungkinan pula untuk memperoleh Bintang Bhayangkara. Akan tetapi karena ini merupakan kekecualian, maka bukan maksudnya bahwa pemberian anugerah Bintang Bhayangkara dalam hal-hal istimewa dilakukan secara berkelebihan. Pasal 11. Ini dimaksudkan agar supaya tanda kehormatan Bintang Bhayangkara tidak mencemarkan namanya, karena kelakuan-kelakuan mereka yang telah memperolehnya. Ketentuan pada huruf f dihubungkan dengan ketentuan dalam pasal 2 ayat (1) huruf b dan pasal 7 ayat (2) sub 1 Undang-undang No. 4 Drt 1959. Pencabutan hak menurut huruf f ini dilakukan pula bilamana yang menerima Bintang Bhayangkara kehilangan haknya untuk menjadi anggota Angkatan Perang atau Kepolisian Negara. Pasal 12. Yang dimaksud dengan ketentuan-ketentuan umum tentang pemberian bintang adalah ketentuanketentuan yang dimuat dalam Undang-undang No. 4 Drt 1959. Pasal 13. Cukup jelas. Pasal 14. Ketentuan ini tidak menutup kemungkinan untuk memberikan Bintang Bhayangkara terhadap jasa-jasa luar biasa yang diberikan sejak hari Proklamasi Kemerdekaan 1945. PIAGAM TANDA KEHORMATAN Presiden/Panglima Tertinggi Angkatan Perang Republik Indonesia menganugerahkan : tanda Kehormatan Bintang Bhayangkara
  • 7. Tingkat : I Kepada : atas jasa kepahlawanan yang luar biasa tugas Kepolisian Negara Republik Indonesia untuk kepentingan Nusa dan Bangsa. Presiden/Panglima Tertinggi Angkatan Perang Republik Indonesia, SOEKARNO -------------------------------CATATAN Kutipan: LEMBARAN NEGARA DAN TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA TAHUN 1961 YANG TELAH DICETAK ULANG