SlideShare a Scribd company logo
1 of 9
Download to read offline
Bentuk: UNDANG-UNDANG (UU)
Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
Nomor: 13 TAHUN 1961 (13/1961)
Tanggal: 30 JUNI 1961 (JAKARTA)
Sumber: LN 1961/245; TLN NO. 2289
Tentang: KETENTUAN-KETENTUAN POKOK KEPOLISIAN NEGARA
Indeks: KEPOLISIAN NEGARA. KETENTUAN-KETENTUAN POKOK.

Presiden Republik Indonesia,
Menimbang:
perlu diadakan Undang-undang tentang ketentuan-ketentuan pokok Kepolisian Negara, agar supaya
Kepolisian Negara Republik Indonesia sebagai alat Negara penegak hukum - dalam menyelesaikan
revolusi sebagai alat revolusi yang terutama bertugas untuk keamanan didalam negeri - dapat
menunaikan tugasnya sebaik-baiknya.
Mengingat :
1. Pasal 5 ayat (1), pasal 20 ayat (1) dan pasal 27 ayat (1) Undang-undang Dasar;
2. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara No. I/ MPRS/1960 dan No. II/MPRS/1960;
3. Undang-undang REFR DOCNM="60ppu010">No. 10 Prp tahun 1960 (Lembaran-Negara tahun 1960
No. 31);

Dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat Gotong-Royong.
MEMUTUSKAN :
MENETAPKAN:
UNDANG-UNDANG TENTANG KETENTUAN-KETENTUAN POKOK KEPOLISIAN NEGARA.
BAB I.
KETENTUAN-KETENTUAN
Pasal 1.
(1). Kepolisian Negara Republik Indonesia, selanjutnya disebut Kepolisian Negara, ialah alat Negara
penegak hukum yang terutama bertugas memelihara keamanan didalam negeri.
(2). Kepolisian Negara dalam menjalankan tugasnya selalu menjunjung tinggi hak-hak azasi rakyat dan
hukum Negara.
Pasal 2.
Dalam melaksanakan ketentuan-ketentuan dalam pasal 1 maka Kepolisian Negara mempunyai tugas :
(1) a. memelihara ketertiban dan menjamin keamanan umum;
b. mencegah dan memberantas menjalarnya penyakit-penyakit masyarakat;
c. memelihara keselamatan Negara terhadap gangguan dari dalam;
d. memelihara keselamatan orang, benda dan masyarakat, termasuk memberi perlindungan dan
pertolongan; dan
e. mengusahakan ketaatan warga-negara dan masyarakat terhadap peraturan-peraturan Negara;
(2) dalam bidang peradilan mengadakan penyelidikan atas kejahatan dan pelanggaran menurut
ketentuan-ketentuan dalam undang-undang Hukum Acara Pidana dan lain-lain peraturan Negara;
(3) mengawasi aliran-aliran kepercayaan yang dapat membahayakan masyarakat dan Negara;
(4) melaksanakan tugas-tugas khusus lain yang diberikan kepadanya oleh suatu peraturan Negara.
Pasal 3.
Kepolisian Negara adalah Angkatan Bersenjata.
TGPT NAME="ps4">Pasal 4.
Semua peraturan-peraturan kepegawaian, gaji, pendidikan, perawatan, kesejahteraan rokhani/jasmani
dan urusan sosial dari anggota Kepolisian Negara dan keluarganya diatur dengan peraturan Negara.
BAB II.
PIMPINAN DAN SUSUNAN KEPOLISIAN NEGARA
Pasal 5.
(1) Penyelenggaraan tugas Kepolisian Negara dilakukan oleh Departemen Kepolisian.
(2) Susunan Organisasi, termasuk didalamnya pengkhususan lingkungan kerja tertentu, diatur lebih lanjut
dengan Keputusan-keputusan Presiden.
Pasal 6.
Presiden memegang kekuasaan tertinggi atas Kepolisian Negara.
Pasal 7.
(1) Menteri yang menguasai Kepolisian Negara, selanjutnya disebut Menteri, memegang pimpinan
penyelenggaraan tugas Kepolisian Negara, baik pencegahan (prepentip) maupun pemberantasan
(represip).
(2) Menteri menetapkan kebijaksanaan kepolisian, sesuai dengan politik Pemerintah umumnya dan politik
keamanan nasional khususnya serta bertanggung jawab atas pelaksanaan tugas memelihara keamanan
didalam negeri.
(3) Menteri memegang pimpinan Departemen Kepolisian.
(4) Menteri memegang pimpinan dan penguasaan umum daripada Kepolisian Negara.
Pasal 8.
Kepala Kepolisian Negara memegang pimpinan tehnis dan Komando Angkatan Kepolisian Negara.
Pasal 9.
(1) Kepolisian Negara merupakan satu kesatuan.
(2) Pembagian wilayah Republik Indonesia dalam daerah-daerah wewenang Kepolisian disusun menurut
keperluan pelaksanaan tugas Kepolisian Negara dan ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.
(3) Pimpinan Kepolisian di daerah bertanggung jawab atas pimpinan serta pelaksanaan kebijaksanaan
keamanan dan lain-lain tugas Kepolisian di daerahnya masing-masing dan langsung bertanggung jawab
kepada penjabat Polisi yang menurut hierarchi ada di atasnya.
Pasal 10
Mengingat adanya wewenang Kepala Daerah yang memegang pimpinan kebijaksanaan politik polisionil
dan koordinasi dinas- dinas vertikal di daerahnya maka Kepala Daerah dapat mempergunakan
Kepolisian Negara yang ada dalam daerahnya untuk melaksanakan wewenangnya dengan
memperhatikan hierarchi dalam Kepolisian Negara.
BAB III
WEWENANG DAN KEWAJIBAN
Pasal 11.

(1) Pada umumnya tiap-tiap penjabat Kepolisian Negara menjalankan tugas kepolisian tersebut pada
pasal 2 dalam wilayah dimana ia ditempatkan.
(2) Ia berwenang menjalankan tugas kepolisian tersebut di seluruh wilayah Republik Indonesia.
Pasal 12.
Penyidikan perkara dilakukan oleh penjabat-penjabat Kepolisian tertentu, yang selanjutnya diatur dengan
Peraturan Menteri.
Pasal 13.
Untuk kepentingan penyidikan, maka Kepolisian Negara berwenang:
a. menerima pengaduan;
b. memeriksa tanda pengenalan;
c. mengambil sidik jari dan memotret seseorang;
d. menangkap orang;
e. mengggeledah badan;
f. menahan orang sementara;
g. memanggil orang untuk didengar dan diperiksa;
h. mendatangkan ahli;
i. menggeledah halaman, rumah, gudang, alat pengangkutan darat - laut dan - udara;
j. membeslah barang untuk dijadikan bukti; dan
k. mengambil tindakan-tindakan lain;
a sampai dengan k menurut ketentuan-ketentuan dalam Undang-undang Hukum Acara Pidana dan/atau
lain peraturan Negara, dengan senantiasa mengindahkan norma-norma keagamaan, perikemanusiaan,
kesopanan dan kesusilaan.
Pasal 14.
Menteri mengawasi agar penahanan dan perlakuan terhadap orang yang ditahan oleh penjabat-penjabat
Kepolisian Negara dilakukan berdasarkan hukum dan mengadakan ketentuan-ketentuan guna
pelaksanaan pengawasan tersebut.
Pasal 15.
Dalam melaksanakan wewenang dimaksud dalam pasal 12 dan 13 maka diindahkan ketentuanketentuan dalam Undang-undang Pokok Kejaksaan.
BAB IV.
HUBUNGAN DENGAN INSTANSI-INSTANSI LAIN.
Pasal 16.

Hubungan Kepolisian Negara dengan instansi-instansi lain didasarkan atas sendi-sendi hubungan
fungsionil, dengan mengindahkan hierarchi masing-masing fihak.
Pasal 17.
Dalam hal terjadi gangguan ketertiban dan keamanan umum, dalam hal mana diduga bahwa tenaga
Kepolisian Negara tidak mencukupi untuk mengatasinya, maka diberikan bantuan militer, menurut
peraturan-peraturan yang berlaku tentang bantuan militer.
Pasal 18.
(1) Mengenai tugas serta kedudukan Kepolisian Negara pada waktu Negara dinyatakan dalam keadaan
bahaya, berlaku peraturan-peraturan perundang-undangan tentang keadaan bahaya.
(2) Kepolisian Negara dapat diikut-sertakan secara fisik didalam pertahanan dan ikut serta didalam
pengalaman usaha pertahanan guna mencapai potensi maximal dari rakyat di dalam pertahanan total.
BAB V.
PENUTUP
Pasal 19.
Undang-undang ini dapat disebut "UNDANG-UNDANG POKOK KEPOLISIAN NEGARA" dan mulai
berlaku, pada hari diundangkan.
Agar supaya setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan pengundangan undang-undang ini
dengan penempatan dalam Lembaran Negara Republik Indonesia.

Disahkan di Jakarta
pada tanggal 30 Juni 1961
Pejabat Presiden Republik Indonesia
JUANDA.
Diundangkan di Jakarta.
pada tanggal 30 Juni 1961.
Pejabat Sekretaris Negara,
SANTOSO.

PENJELASAN
ATAS
UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 1961
TENTANG
KETENTUAN-KETENTUAN POKOK KEPOLISIAN NEGARA.
UMUM.
1. Seperti juga halnya dengan alat-alat kekuasaan Negara lainnya, Kepolisian Negara Republik Indonesia
adalah alat revolusi dalam rangka Pembangunan Nasional Semesta Berencana untuk menuju
tercapainya masyarakat adil dan makmur bersama berdasarkan Pancasila atau masyarakat Sosialis
Indonesia guna memenuhi Amanat Penderitaan Rakyat.
Pada waktu sekarang dirasakan perlu untuk mengadakan konsolidasi sekedarnya dalam tugas dan
organisasi Kepolisian Negara sebagai alat revolusi dan sebagai penegak hukum di antara alat- alat
revolusi dan penegak-penegak hukum lainnya. Yang dimaksudkan ialah konsolidasi berupa
penampungan dalam suatu Undang-undang sehingga diperoleh pegangan yang serba tegas dan cukup
jelas bagi Kepolisian Negara dalam menunaikan tugasnya.
Sekiranya tidak perlu dijelaskan lebih lanjut bahwa penyusunan Undang-undang Pokok Kepolisian ini
didasarkan pada Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara Nomor I/MPRS/ 1960 dan
Nomor II MPRS/ 1960 (Lampiran A mengenai bidang Keamanan /Pertahanan Nomor 42, Nomor 46 dan
Nomor 48).
2. Mengingat rangka dan tujuan Kepolisian Negara sebagai yang dikemukakan di atas maka diharapkan
bahwa tugas Kepolisian Negara diselenggarakan pula dengan jiwa pembangunan Nasional Semesta
Berencana itu.
3. Sebagai tugas pokok Kepolisian Negara dapat disebut memelihara keamanan didalam Negeri.
Penyidikan tindak pidana termasuk pula tugas pokok Kepolisian Negara dalam bidang peradilan.
Penyidikan terutama ditujukan terhadap tindak pidana yang merintangi tujuan revolusi mencapai
masyarakat adil dan makmur. Sesuai dengan pembagian kerja antara Kepolisian Negara dan Kejaksaan
maka perlu ditegaskan bahwa penuntutan perkara diserahkan semata-mata kepada Kejaksaan, dengan
pengertian bahwa dalam hal-hal tertentu, menurut dan seperti yang ditetapkan dalam Undang-undang
Hukum Acara Pidana dan lain-lain peraturan Negara, Polisi Negara berwenang mengajukan suatu
perkara pidana langsung kepada Pengadilan.
Berhubung dengan hal bahwa Kejaksanaan berwenang melakukan penyidikan lanjutan, maka perlu
adanya ketentuan-ketentuan yang mengatur kerja sama antara Kejaksaan dan Kepolisian Negara dalam
penyidikan lanjutan. Ketentuan-ketentuan yang dimaksudkan itu diatur tersendiri antara instansi-instansi
yang bersangkutan.
Selanjutnya, berhubung dengan penyidikan perkara, perlu dicatat bahwa dalam praktek Kepolisian
(menurut hukum yang tak tertulis) fihak Kepolisian Negara berdasarkan kepentingan umum dapat
menyampingkan suatu perkara yang serba ringan, sehingga perkara itu tidak sampai pada tingkat
penuntutan oleh Jaksa. Praktek yang dimaksud itu dapat berlangsung terus.
Berhubung dengan penuntutan perkara yang menjadi tugas semata-mata dari Kejaksaan ditambah
wewenang Jaksa Agung untuk menyampingkan suatu perkara berdasarkan kepentingan umum, perlu
dicatat bahwa mengenai penyampingan perkara berlaku dan tetap berlaku prosedur, bahwa Kepala
Kepolisian Negara diajak berunding sebelum diambil tindakan penyampingan oleh Jaksa Agung, sesuai
dengan ketentuan-ketentuan dalam Undang-undang Pokok Kejaksaan.
PASAL DEMI PASAL.
Pasal 1.
ayat (1).
Khusus dalam rangka Pembangunan Nasional Semesta Berencana menuju ke "Masyarakat Sosialis
Indonesia" tugas memelihara keamanan didalam negeri ditujukan kepada tiap gangguan /bahaya yang
datangnya dari dalam dan yang mengancam usaha-usaha mencapai tujuan Nasional kita, sebagaimana
ditegaskan dalam Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara No. I/MPRS/ 1960 dan No.
II/MPRS/1960 (annex lampirannya). ayat (2). Dalam istilah "menjunjung tinggi" termasuk pengertian
"memberi perlindungan".
Pasal 2.
Tugas-tugas Kepolisian Negara dalam pasal ini merupakan perincian daripada tugas yang disebut dalam
pasal 1.
Untuk kepentingan pelaksanaan tugas tersebut maka pada Kepolisian Negara diadakan antara lain Polisi
Wanita, yang jumlahnya akan memenuhi keperluan di daerah sehingga pada pelosok-pelosok.
Tugas kepolisian itu ditujukan kepada semua orang dan golongan, termasuk orang-orang asing, yang
berada di Indonesia.
ayat (1).
huruf a.
Cukup jelas.
huruf b.
Yang dimaksud dengan penyakit masyarakat adalah antara lain:
1. pengemisan;
2. pelacuran;
3. perjudian;
4. pemadatan, pemabukan;
5. perdagangan manusia;
6. penghisapan (woeker);
7. pergelandangan.
Adapun tugas Kepolisian Negara dalam mencegah dan memberantas penyakit-penyakit masyarakat
tersebut ditujukan kepada penyakit- penyakit masyarakat yang akan/telah menjadi kejahatan/
pelanggaran.
Dalam hal ini Kepolisian Negara bekerja erat dengan Departemen Kesejahteraan Sosial dan instansiinstansi lain yang bersangkutan.

huruf c.
Cukup jelas.
huruf d.
Cukup jelas.
huruf e.
Kepolisian Negara mengusahakan ketaatan warga negara dan masyarakat kepada peraturan-peraturan
Negara yang jaminan pengamanannya diserahkan kepada Kepolisian Negara.
ayat (2).
Cukup jelas.
ayat (3).
Pelaksanaan tugas ini, dihubungkan dengan ketentuan dalam pasal 1 ayat (2) tentang menjunjung tinggi
hak-hak azasi rakyat antara lain yang terdapat dalam pasal 29 Undang-undang Dasar tentang kebebasan
beragama.
Dalam istilah "menjunjung tinggi" termasuk pengertian "memberi perlindungan".
ayat (4).
Tugas-tugas khusus lain yang dimaksud didalam ayat ini, diantaranya adalah tugas yang tercantum
dalam ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara No. II/MPRS/1960 bidang Pemerintahan
dan Keamanan/Pertahanan No. 51 yang menyatakan :
"Polisi Negara diikut-sertakan dalam proses produksi dengan tidak mengurangi tugas utamanya."
Pasal 3.
Ketentuan dalam ayat ini adalah sesuai dengan Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara
No. II/MPRS/1960.
Pasal 4.
Pasal ini adalah untuk menegaskan bahwa peraturan-peraturan kepegawaian dan sebagainya, untuk
Kepolisian Negara berdasarkan kepada Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara pasal 8
yo Buku 'KE-EMPAT, JILID XII Bab 103 yo Bab 104 S 1183 mengenai Penyusunan Kepolisian Negara.
Pasal 5.
ayat (1)
Cukup jelas.
ayat (2).
Pada Kepolisian Negara terdapat dinas-dinas dan lembaga-lembaga khusus untuk membantu Kepolisian
Negara dalam melaksanakan tugasnya.
Pasal 6.
Pemimpin tertinggi dari Kepolisian Negara ialah Presiden, karena menurut Undang-undang Dasar 1945
Presiden adalah Kepala Pemerintahan dan Menteri-menteri adalah Pembantu-pembantunya, yang
masing-masing langsung bertanggung jawab kepada Presiden. Pasal ini harus dihubungkan pula dengan
ketentuan dan penjelasan pasal 3.
Pasal 7 dan Pasal 8.
Pasal 7 menurut ketentuan-ketentuan tentang tugas dan wewenang Menteri.
Pasal 8 memuat ketentuan-ketentuan tentang tugas dan wewenang Kepala Kepolisian Negara. Jabatan
Menteri yang memegang pimpinan Departemen Kepolisian dipangku oleh Kepala Kepolisian Negara
sendiri, karena jabatan Menteri tersebut menghendaki pula pengertian dan pengetahuan sedalamdalamnya tentang tehnik kepolisian, sesuai dengan Keputusan Presiden No. 21 Tahun 1960 yang
mengadakan jabatan Menteri/Kepala Kepolisian Negara.
Pasal 9.
ayat (1).
Cukup jelas.
ayat (2).
Pembagian daerah wewenang Kepolisian Negara disusun menurut keperluan pelaksanaan tugas
Kepolisian Negara, karena pembagian daerah menurut persoalan kepolisian adalah lebih sesuai dengan
tugas kepolisian yang harus dilaksanakan. Walaupun demikian, dalam hal pelaksanaannya harus
diusahakan harmonis-dengan pembagian administratip dari instansi-instansi lain di luar kepolisian
Negara.
ayat (3).
Cukup jelas.
Pasal 10.
Untuk kepentingan konsentrasi tindakan di daerah berdasarkan jiwa gotong-royong, maka Kepala Daerah
dapat mengadakan koordinasi dari semua usaha-usaha dari Dinas-dinas tehnis di daerahnya, termasuk
Kepolisian Negara di daerah.
Pasal 11.
Cukup jeals.
Pasal 12.
Dengan peraturan Menteri ditetapkan pejabat-pejabat mana diberi wewenang sebagai penyidik umum
dan pejabat-pejabat mana sebagai pembantu penyidik umum.
Menteri menentukan syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh penyidik umum dan pembantu penyidik
umum, untuk menjamin penyidikan perkara sebaik-baiknya tanpa sesuatu tekanan dan paksaan.
Pasal 13.
Cukup jelas.
Pasal 14.
Pengawasan ini ditujukan kepada sah atau tidaknya penahanan-penahanan orang sepanjang dilakukan
oleh pejabat-pejabat Kepolisian Negara.
Pejabat-pejabat yang menahan orang tidak berdasarkan hukum, dikenakan hukuman administratip dan /
atau hukuman pidana.
Pasal 15.
Hubungan kerja sebagai yang dimaksud dalam pasal ini harus dilakukan dengan menjunjung tinggi kerjasama yang sederajat, sesuai dengan semangat gotong-royong sebagai unsur kepribadian Indonesia.
Pasal 16.
Hubungan Kepolisian Negara dengan instansi-instansi lain didasarkan atas sendi-sendi hubungan
fungsionil, agar supaya dapat dijamin hierarchi dan disiplin Kepolisian Negara yang teguh.
Disamping itu juga, hubungan instansi-instansi luar dengan fihak Kepolisian Negara dilakukan menurut
prosedur yang tidak melanggar hierarchi Kepolisian Negara, pun pula hubungan-hubungan hierarchi
yang berlaku dilain instansi.
Pasal 17.
Cukup jelas.
Pasal 18.
ayat (1).
Cukup jelas.
ayat (2).
Ketentuan dalam ayat ini adalah sesuai dengan praktek sejak Proklamasi Kemerdekaan hingga sekarang
dan Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara No. II/MPRS/1960.
Pasal 19.
Cukup jelas.
-------------------------------CATATAN
TGPT NAME="*)">*) Disetujui D.P.R.G.R. dalam rapat pleno terbuka ke-27 pada hari Senin tanggal 19
Juni 1961, P.136/1961
Kutipan: LEMBARAN NEGARA DAN TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA TAHUN 1961 YANG TELAH
DICETAK ULANG

More Related Content

What's hot

Proses Penegakan Hukum (gakkum) tindak pidana riksa saksi tsk; AKBP DADANG
Proses Penegakan Hukum (gakkum)  tindak pidana  riksa saksi tsk; AKBP DADANGProses Penegakan Hukum (gakkum)  tindak pidana  riksa saksi tsk; AKBP DADANG
Proses Penegakan Hukum (gakkum) tindak pidana riksa saksi tsk; AKBP DADANGDadang DjokoKaryanto
 
Undang Undang Polri
Undang Undang PolriUndang Undang Polri
Undang Undang Polrirestamadiun
 
Perpres nomor 52 tahun 2010
Perpres nomor 52 tahun 2010Perpres nomor 52 tahun 2010
Perpres nomor 52 tahun 2010Sei Enim
 
PPT Peran Penegak Keadilan Republik Indonesia
PPT Peran Penegak Keadilan Republik IndonesiaPPT Peran Penegak Keadilan Republik Indonesia
PPT Peran Penegak Keadilan Republik IndonesiaLydia Nurkumalawati
 
Per pres no52 th2010 ttg strukturpolri
Per pres no52 th2010 ttg strukturpolriPer pres no52 th2010 ttg strukturpolri
Per pres no52 th2010 ttg strukturpolriBobby D'Arch
 
Penegakan Hukum Tinjauan Terhadap Tugas dan Fungsi SatPol PP
Penegakan Hukum Tinjauan Terhadap Tugas dan Fungsi SatPol PPPenegakan Hukum Tinjauan Terhadap Tugas dan Fungsi SatPol PP
Penegakan Hukum Tinjauan Terhadap Tugas dan Fungsi SatPol PPSidiq Rohmadi
 

What's hot (13)

Uu 2 tahun 2002
Uu 2 tahun 2002Uu 2 tahun 2002
Uu 2 tahun 2002
 
Proses Penegakan Hukum (gakkum) tindak pidana riksa saksi tsk; AKBP DADANG
Proses Penegakan Hukum (gakkum)  tindak pidana  riksa saksi tsk; AKBP DADANGProses Penegakan Hukum (gakkum)  tindak pidana  riksa saksi tsk; AKBP DADANG
Proses Penegakan Hukum (gakkum) tindak pidana riksa saksi tsk; AKBP DADANG
 
Undang Undang Polri
Undang Undang PolriUndang Undang Polri
Undang Undang Polri
 
Tugas dan wewenang polri
Tugas dan wewenang polriTugas dan wewenang polri
Tugas dan wewenang polri
 
Hukum kepolisian
Hukum kepolisianHukum kepolisian
Hukum kepolisian
 
Perpres nomor 52 tahun 2010
Perpres nomor 52 tahun 2010Perpres nomor 52 tahun 2010
Perpres nomor 52 tahun 2010
 
PPT Peran Penegak Keadilan Republik Indonesia
PPT Peran Penegak Keadilan Republik IndonesiaPPT Peran Penegak Keadilan Republik Indonesia
PPT Peran Penegak Keadilan Republik Indonesia
 
Per pres no52 th2010 ttg strukturpolri
Per pres no52 th2010 ttg strukturpolriPer pres no52 th2010 ttg strukturpolri
Per pres no52 th2010 ttg strukturpolri
 
KUHP; DADANG DJOKO KARYANTO
KUHP; DADANG DJOKO KARYANTOKUHP; DADANG DJOKO KARYANTO
KUHP; DADANG DJOKO KARYANTO
 
Uu 02 2002
Uu 02 2002Uu 02 2002
Uu 02 2002
 
Uu 10 2004
Uu 10 2004Uu 10 2004
Uu 10 2004
 
Penegakan Hukum Tinjauan Terhadap Tugas dan Fungsi SatPol PP
Penegakan Hukum Tinjauan Terhadap Tugas dan Fungsi SatPol PPPenegakan Hukum Tinjauan Terhadap Tugas dan Fungsi SatPol PP
Penegakan Hukum Tinjauan Terhadap Tugas dan Fungsi SatPol PP
 
Uu 01 1979
Uu 01 1979Uu 01 1979
Uu 01 1979
 

Similar to Ketentuanketentuan pokok kepolisian_negara_(uu_13_13

Uu no. 2 th 2002 ttg kepolisian
Uu no. 2 th 2002 ttg kepolisianUu no. 2 th 2002 ttg kepolisian
Uu no. 2 th 2002 ttg kepolisianSei Enim
 
Undang-Undang Kepolisian
Undang-Undang KepolisianUndang-Undang Kepolisian
Undang-Undang KepolisianNorsel Maranden
 
Uu nomor 2 tahun 2002 tentang kepolisian negara republik indonesia
Uu nomor 2 tahun 2002 tentang kepolisian negara republik indonesiaUu nomor 2 tahun 2002 tentang kepolisian negara republik indonesia
Uu nomor 2 tahun 2002 tentang kepolisian negara republik indonesiaMakmurZakaria
 
Undang Undang Polri
Undang Undang PolriUndang Undang Polri
Undang Undang Polrirestamadiun
 
Ringkasan ma ttg. POLRI.pptx
Ringkasan ma ttg. POLRI.pptxRingkasan ma ttg. POLRI.pptx
Ringkasan ma ttg. POLRI.pptxRIZKYSETIABUDI
 
Ringkasan materi UU. NO.2 Tahun 2002 ttg. POLRI.pptx
Ringkasan materi UU. NO.2 Tahun 2002 ttg. POLRI.pptxRingkasan materi UU. NO.2 Tahun 2002 ttg. POLRI.pptx
Ringkasan materi UU. NO.2 Tahun 2002 ttg. POLRI.pptxRIZKYSETIABUDI
 
20160919_fgd_pertahanan_polri.pdf
20160919_fgd_pertahanan_polri.pdf20160919_fgd_pertahanan_polri.pdf
20160919_fgd_pertahanan_polri.pdfAsepKurniawan80
 
UU Nomor 1 Tahun 2023
UU Nomor 1 Tahun 2023UU Nomor 1 Tahun 2023
UU Nomor 1 Tahun 2023CIkumparan
 
UU Nomor 1 Tahun 2023.pdf
UU Nomor 1 Tahun 2023.pdfUU Nomor 1 Tahun 2023.pdf
UU Nomor 1 Tahun 2023.pdfAkunPremium123
 
6 ruang lingkup, sumber hukum dan penyidikan
6 ruang lingkup, sumber hukum dan penyidikan6 ruang lingkup, sumber hukum dan penyidikan
6 ruang lingkup, sumber hukum dan penyidikanGradeAlfonso
 
Perkap No8 Ham Bahasa Signed
Perkap No8 Ham Bahasa SignedPerkap No8 Ham Bahasa Signed
Perkap No8 Ham Bahasa SignedPeople Power
 
Uudarurat 33 1950
Uudarurat 33 1950Uudarurat 33 1950
Uudarurat 33 1950guest150909
 
Asas asas Hukum Pidana & Pengertian Perbuatan Pidana menurut Para Ahli
Asas asas Hukum Pidana & Pengertian Perbuatan Pidana menurut Para AhliAsas asas Hukum Pidana & Pengertian Perbuatan Pidana menurut Para Ahli
Asas asas Hukum Pidana & Pengertian Perbuatan Pidana menurut Para AhliIca Diennissa
 
Tugas dan wewenang polri
Tugas dan wewenang polriTugas dan wewenang polri
Tugas dan wewenang polriUcke Gadzali
 

Similar to Ketentuanketentuan pokok kepolisian_negara_(uu_13_13 (20)

Uu no. 2 th 2002 ttg kepolisian
Uu no. 2 th 2002 ttg kepolisianUu no. 2 th 2002 ttg kepolisian
Uu no. 2 th 2002 ttg kepolisian
 
Undang-Undang Kepolisian
Undang-Undang KepolisianUndang-Undang Kepolisian
Undang-Undang Kepolisian
 
Uu nomor 2 tahun 2002 tentang kepolisian negara republik indonesia
Uu nomor 2 tahun 2002 tentang kepolisian negara republik indonesiaUu nomor 2 tahun 2002 tentang kepolisian negara republik indonesia
Uu nomor 2 tahun 2002 tentang kepolisian negara republik indonesia
 
Undang Undang Polri
Undang Undang PolriUndang Undang Polri
Undang Undang Polri
 
Uu kepolisian
Uu kepolisianUu kepolisian
Uu kepolisian
 
1997 31 peradilan militer
1997 31 peradilan militer1997 31 peradilan militer
1997 31 peradilan militer
 
Ringkasan ma ttg. POLRI.pptx
Ringkasan ma ttg. POLRI.pptxRingkasan ma ttg. POLRI.pptx
Ringkasan ma ttg. POLRI.pptx
 
Ringkasan materi UU. NO.2 Tahun 2002 ttg. POLRI.pptx
Ringkasan materi UU. NO.2 Tahun 2002 ttg. POLRI.pptxRingkasan materi UU. NO.2 Tahun 2002 ttg. POLRI.pptx
Ringkasan materi UU. NO.2 Tahun 2002 ttg. POLRI.pptx
 
20160919_fgd_pertahanan_polri.pdf
20160919_fgd_pertahanan_polri.pdf20160919_fgd_pertahanan_polri.pdf
20160919_fgd_pertahanan_polri.pdf
 
UU Nomor 1 Tahun 2023
UU Nomor 1 Tahun 2023UU Nomor 1 Tahun 2023
UU Nomor 1 Tahun 2023
 
UU Nomor 1 Tahun 2023.pdf
UU Nomor 1 Tahun 2023.pdfUU Nomor 1 Tahun 2023.pdf
UU Nomor 1 Tahun 2023.pdf
 
Morph PPT slides.pptx
Morph PPT slides.pptxMorph PPT slides.pptx
Morph PPT slides.pptx
 
Pkol hir rib-44_1941
Pkol hir rib-44_1941Pkol hir rib-44_1941
Pkol hir rib-44_1941
 
6 ruang lingkup, sumber hukum dan penyidikan
6 ruang lingkup, sumber hukum dan penyidikan6 ruang lingkup, sumber hukum dan penyidikan
6 ruang lingkup, sumber hukum dan penyidikan
 
Perkap No8 Ham Bahasa Signed
Perkap No8 Ham Bahasa SignedPerkap No8 Ham Bahasa Signed
Perkap No8 Ham Bahasa Signed
 
Undang-Undang
Undang-UndangUndang-Undang
Undang-Undang
 
Uudarurat 33 1950
Uudarurat 33 1950Uudarurat 33 1950
Uudarurat 33 1950
 
Asas asas Hukum Pidana & Pengertian Perbuatan Pidana menurut Para Ahli
Asas asas Hukum Pidana & Pengertian Perbuatan Pidana menurut Para AhliAsas asas Hukum Pidana & Pengertian Perbuatan Pidana menurut Para Ahli
Asas asas Hukum Pidana & Pengertian Perbuatan Pidana menurut Para Ahli
 
Tugas dan wewenang polri
Tugas dan wewenang polriTugas dan wewenang polri
Tugas dan wewenang polri
 
Pp 16 2018 satpol pp
Pp 16 2018 satpol ppPp 16 2018 satpol pp
Pp 16 2018 satpol pp
 

More from Ilham Mustafa

Tanda kehormatan bintang_bhayangkara_(uu_14_thn_1_14
Tanda kehormatan bintang_bhayangkara_(uu_14_thn_1_14Tanda kehormatan bintang_bhayangkara_(uu_14_thn_1_14
Tanda kehormatan bintang_bhayangkara_(uu_14_thn_1_14Ilham Mustafa
 
Stastistik (uu 7_thn_1960)_7
Stastistik (uu 7_thn_1960)_7Stastistik (uu 7_thn_1960)_7
Stastistik (uu 7_thn_1960)_7Ilham Mustafa
 
Sensus (uu 6_thn_1960)_6
Sensus (uu 6_thn_1960)_6Sensus (uu 6_thn_1960)_6
Sensus (uu 6_thn_1960)_6Ilham Mustafa
 
Pokokpokok perkoprasian (uu_12_thn_1967)_12
Pokokpokok perkoprasian (uu_12_thn_1967)_12Pokokpokok perkoprasian (uu_12_thn_1967)_12
Pokokpokok perkoprasian (uu_12_thn_1967)_12Ilham Mustafa
 
Pokokpokok perbankan (uu_14_thn_1967)_14
Pokokpokok perbankan (uu_14_thn_1967)_14Pokokpokok perbankan (uu_14_thn_1967)_14
Pokokpokok perbankan (uu_14_thn_1967)_14Ilham Mustafa
 
Pokokpokok kesehatan (uu_9_thn_1960)_9
Pokokpokok kesehatan (uu_9_thn_1960)_9Pokokpokok kesehatan (uu_9_thn_1960)_9
Pokokpokok kesehatan (uu_9_thn_1960)_9Ilham Mustafa
 
Pokokpokok kepegawaian (uu_8_thn_1974)_8
Pokokpokok kepegawaian (uu_8_thn_1974)_8Pokokpokok kepegawaian (uu_8_thn_1974)_8
Pokokpokok kepegawaian (uu_8_thn_1974)_8Ilham Mustafa
 
Perubahan pasal 18__nomor_62_tahun_1958_tentang_k_3
Perubahan pasal 18__nomor_62_tahun_1958_tentang_k_3Perubahan pasal 18__nomor_62_tahun_1958_tentang_k_3
Perubahan pasal 18__nomor_62_tahun_1958_tentang_k_3Ilham Mustafa
 
Perkoperasian (uu 14_thn_1965)_14
Perkoperasian (uu 14_thn_1965)_14Perkoperasian (uu 14_thn_1965)_14
Perkoperasian (uu 14_thn_1965)_14Ilham Mustafa
 
Peraturan dasar pokokpokok_agraria_(uu_5_thn_1960_5
Peraturan dasar pokokpokok_agraria_(uu_5_thn_1960_5Peraturan dasar pokokpokok_agraria_(uu_5_thn_1960_5
Peraturan dasar pokokpokok_agraria_(uu_5_thn_1960_5Ilham Mustafa
 
Perjanjian bagi hasil_(uu_2_thn_1960)_2
Perjanjian bagi hasil_(uu_2_thn_1960)_2Perjanjian bagi hasil_(uu_2_thn_1960)_2
Perjanjian bagi hasil_(uu_2_thn_1960)_2Ilham Mustafa
 
Pengadilan dalam lingkungan_peradilan_umum_mahkam_13
Pengadilan dalam lingkungan_peradilan_umum_mahkam_13Pengadilan dalam lingkungan_peradilan_umum_mahkam_13
Pengadilan dalam lingkungan_peradilan_umum_mahkam_13Ilham Mustafa
 
Penertiban perjudian (uu_7_thn_1974)_7
Penertiban perjudian (uu_7_thn_1974)_7Penertiban perjudian (uu_7_thn_1974)_7
Penertiban perjudian (uu_7_thn_1974)_7Ilham Mustafa
 
Pembentukan kejaksaan tinggi_(uu_16_thn_1961)_16
Pembentukan kejaksaan tinggi_(uu_16_thn_1961)_16Pembentukan kejaksaan tinggi_(uu_16_thn_1961)_16
Pembentukan kejaksaan tinggi_(uu_16_thn_1961)_16Ilham Mustafa
 
Penambahan nomor_11_tahun_1966,_tentang_ketentua_4
Penambahan  nomor_11_tahun_1966,_tentang_ketentua_4Penambahan  nomor_11_tahun_1966,_tentang_ketentua_4
Penambahan nomor_11_tahun_1966,_tentang_ketentua_4Ilham Mustafa
 
Narkotika (uu 9_thn_1976)_9
Narkotika (uu 9_thn_1976)_9Narkotika (uu 9_thn_1976)_9
Narkotika (uu 9_thn_1976)_9Ilham Mustafa
 
Larangan penarikan cek_kosong_(uu_17_thn_1964)_17
Larangan penarikan cek_kosong_(uu_17_thn_1964)_17Larangan penarikan cek_kosong_(uu_17_thn_1964)_17
Larangan penarikan cek_kosong_(uu_17_thn_1964)_17Ilham Mustafa
 
Lalu lintas angkutan_jalan_raya_(uu_3_thn_1965)_3
Lalu lintas angkutan_jalan_raya_(uu_3_thn_1965)_3Lalu lintas angkutan_jalan_raya_(uu_3_thn_1965)_3
Lalu lintas angkutan_jalan_raya_(uu_3_thn_1965)_3Ilham Mustafa
 
Ketentuanketentuan pokok peternakan_kesehatan_hew_6
Ketentuanketentuan pokok peternakan_kesehatan_hew_6Ketentuanketentuan pokok peternakan_kesehatan_hew_6
Ketentuanketentuan pokok peternakan_kesehatan_hew_6Ilham Mustafa
 
Ketentuanketentuan pokok pertambangan_(uu_11_thn_11
Ketentuanketentuan pokok pertambangan_(uu_11_thn_11Ketentuanketentuan pokok pertambangan_(uu_11_thn_11
Ketentuanketentuan pokok pertambangan_(uu_11_thn_11Ilham Mustafa
 

More from Ilham Mustafa (20)

Tanda kehormatan bintang_bhayangkara_(uu_14_thn_1_14
Tanda kehormatan bintang_bhayangkara_(uu_14_thn_1_14Tanda kehormatan bintang_bhayangkara_(uu_14_thn_1_14
Tanda kehormatan bintang_bhayangkara_(uu_14_thn_1_14
 
Stastistik (uu 7_thn_1960)_7
Stastistik (uu 7_thn_1960)_7Stastistik (uu 7_thn_1960)_7
Stastistik (uu 7_thn_1960)_7
 
Sensus (uu 6_thn_1960)_6
Sensus (uu 6_thn_1960)_6Sensus (uu 6_thn_1960)_6
Sensus (uu 6_thn_1960)_6
 
Pokokpokok perkoprasian (uu_12_thn_1967)_12
Pokokpokok perkoprasian (uu_12_thn_1967)_12Pokokpokok perkoprasian (uu_12_thn_1967)_12
Pokokpokok perkoprasian (uu_12_thn_1967)_12
 
Pokokpokok perbankan (uu_14_thn_1967)_14
Pokokpokok perbankan (uu_14_thn_1967)_14Pokokpokok perbankan (uu_14_thn_1967)_14
Pokokpokok perbankan (uu_14_thn_1967)_14
 
Pokokpokok kesehatan (uu_9_thn_1960)_9
Pokokpokok kesehatan (uu_9_thn_1960)_9Pokokpokok kesehatan (uu_9_thn_1960)_9
Pokokpokok kesehatan (uu_9_thn_1960)_9
 
Pokokpokok kepegawaian (uu_8_thn_1974)_8
Pokokpokok kepegawaian (uu_8_thn_1974)_8Pokokpokok kepegawaian (uu_8_thn_1974)_8
Pokokpokok kepegawaian (uu_8_thn_1974)_8
 
Perubahan pasal 18__nomor_62_tahun_1958_tentang_k_3
Perubahan pasal 18__nomor_62_tahun_1958_tentang_k_3Perubahan pasal 18__nomor_62_tahun_1958_tentang_k_3
Perubahan pasal 18__nomor_62_tahun_1958_tentang_k_3
 
Perkoperasian (uu 14_thn_1965)_14
Perkoperasian (uu 14_thn_1965)_14Perkoperasian (uu 14_thn_1965)_14
Perkoperasian (uu 14_thn_1965)_14
 
Peraturan dasar pokokpokok_agraria_(uu_5_thn_1960_5
Peraturan dasar pokokpokok_agraria_(uu_5_thn_1960_5Peraturan dasar pokokpokok_agraria_(uu_5_thn_1960_5
Peraturan dasar pokokpokok_agraria_(uu_5_thn_1960_5
 
Perjanjian bagi hasil_(uu_2_thn_1960)_2
Perjanjian bagi hasil_(uu_2_thn_1960)_2Perjanjian bagi hasil_(uu_2_thn_1960)_2
Perjanjian bagi hasil_(uu_2_thn_1960)_2
 
Pengadilan dalam lingkungan_peradilan_umum_mahkam_13
Pengadilan dalam lingkungan_peradilan_umum_mahkam_13Pengadilan dalam lingkungan_peradilan_umum_mahkam_13
Pengadilan dalam lingkungan_peradilan_umum_mahkam_13
 
Penertiban perjudian (uu_7_thn_1974)_7
Penertiban perjudian (uu_7_thn_1974)_7Penertiban perjudian (uu_7_thn_1974)_7
Penertiban perjudian (uu_7_thn_1974)_7
 
Pembentukan kejaksaan tinggi_(uu_16_thn_1961)_16
Pembentukan kejaksaan tinggi_(uu_16_thn_1961)_16Pembentukan kejaksaan tinggi_(uu_16_thn_1961)_16
Pembentukan kejaksaan tinggi_(uu_16_thn_1961)_16
 
Penambahan nomor_11_tahun_1966,_tentang_ketentua_4
Penambahan  nomor_11_tahun_1966,_tentang_ketentua_4Penambahan  nomor_11_tahun_1966,_tentang_ketentua_4
Penambahan nomor_11_tahun_1966,_tentang_ketentua_4
 
Narkotika (uu 9_thn_1976)_9
Narkotika (uu 9_thn_1976)_9Narkotika (uu 9_thn_1976)_9
Narkotika (uu 9_thn_1976)_9
 
Larangan penarikan cek_kosong_(uu_17_thn_1964)_17
Larangan penarikan cek_kosong_(uu_17_thn_1964)_17Larangan penarikan cek_kosong_(uu_17_thn_1964)_17
Larangan penarikan cek_kosong_(uu_17_thn_1964)_17
 
Lalu lintas angkutan_jalan_raya_(uu_3_thn_1965)_3
Lalu lintas angkutan_jalan_raya_(uu_3_thn_1965)_3Lalu lintas angkutan_jalan_raya_(uu_3_thn_1965)_3
Lalu lintas angkutan_jalan_raya_(uu_3_thn_1965)_3
 
Ketentuanketentuan pokok peternakan_kesehatan_hew_6
Ketentuanketentuan pokok peternakan_kesehatan_hew_6Ketentuanketentuan pokok peternakan_kesehatan_hew_6
Ketentuanketentuan pokok peternakan_kesehatan_hew_6
 
Ketentuanketentuan pokok pertambangan_(uu_11_thn_11
Ketentuanketentuan pokok pertambangan_(uu_11_thn_11Ketentuanketentuan pokok pertambangan_(uu_11_thn_11
Ketentuanketentuan pokok pertambangan_(uu_11_thn_11
 

Recently uploaded

MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASKurniawan Dirham
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggeraksupriadi611
 
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5ssuserd52993
 
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genapDinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genapsefrida3
 
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxRefleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxIrfanAudah1
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxRezaWahyuni6
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxRezaWahyuni6
 
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxBAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxJamhuriIshak
 
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Abdiera
 
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfSitiJulaeha820399
 
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..ikayogakinasih12
 
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxPEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxsukmakarim1998
 
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxPaparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxIgitNuryana13
 
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajaran
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajarantugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajaran
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajarankeicapmaniez
 
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfCandraMegawati
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...Kanaidi ken
 
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7IwanSumantri7
 
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptxHendryJulistiyanto
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BAbdiera
 
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSovyOktavianti
 

Recently uploaded (20)

MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
 
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
 
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genapDinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
 
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxRefleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
 
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxBAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
 
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
 
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
 
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
 
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxPEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
 
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxPaparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
 
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajaran
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajarantugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajaran
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajaran
 
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
 
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
 
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
 
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
 

Ketentuanketentuan pokok kepolisian_negara_(uu_13_13

  • 1. Bentuk: UNDANG-UNDANG (UU) Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Nomor: 13 TAHUN 1961 (13/1961) Tanggal: 30 JUNI 1961 (JAKARTA) Sumber: LN 1961/245; TLN NO. 2289 Tentang: KETENTUAN-KETENTUAN POKOK KEPOLISIAN NEGARA Indeks: KEPOLISIAN NEGARA. KETENTUAN-KETENTUAN POKOK. Presiden Republik Indonesia, Menimbang: perlu diadakan Undang-undang tentang ketentuan-ketentuan pokok Kepolisian Negara, agar supaya Kepolisian Negara Republik Indonesia sebagai alat Negara penegak hukum - dalam menyelesaikan revolusi sebagai alat revolusi yang terutama bertugas untuk keamanan didalam negeri - dapat menunaikan tugasnya sebaik-baiknya. Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (1), pasal 20 ayat (1) dan pasal 27 ayat (1) Undang-undang Dasar; 2. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara No. I/ MPRS/1960 dan No. II/MPRS/1960; 3. Undang-undang REFR DOCNM="60ppu010">No. 10 Prp tahun 1960 (Lembaran-Negara tahun 1960 No. 31); Dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat Gotong-Royong. MEMUTUSKAN : MENETAPKAN: UNDANG-UNDANG TENTANG KETENTUAN-KETENTUAN POKOK KEPOLISIAN NEGARA. BAB I. KETENTUAN-KETENTUAN Pasal 1. (1). Kepolisian Negara Republik Indonesia, selanjutnya disebut Kepolisian Negara, ialah alat Negara penegak hukum yang terutama bertugas memelihara keamanan didalam negeri. (2). Kepolisian Negara dalam menjalankan tugasnya selalu menjunjung tinggi hak-hak azasi rakyat dan hukum Negara.
  • 2. Pasal 2. Dalam melaksanakan ketentuan-ketentuan dalam pasal 1 maka Kepolisian Negara mempunyai tugas : (1) a. memelihara ketertiban dan menjamin keamanan umum; b. mencegah dan memberantas menjalarnya penyakit-penyakit masyarakat; c. memelihara keselamatan Negara terhadap gangguan dari dalam; d. memelihara keselamatan orang, benda dan masyarakat, termasuk memberi perlindungan dan pertolongan; dan e. mengusahakan ketaatan warga-negara dan masyarakat terhadap peraturan-peraturan Negara; (2) dalam bidang peradilan mengadakan penyelidikan atas kejahatan dan pelanggaran menurut ketentuan-ketentuan dalam undang-undang Hukum Acara Pidana dan lain-lain peraturan Negara; (3) mengawasi aliran-aliran kepercayaan yang dapat membahayakan masyarakat dan Negara; (4) melaksanakan tugas-tugas khusus lain yang diberikan kepadanya oleh suatu peraturan Negara. Pasal 3. Kepolisian Negara adalah Angkatan Bersenjata. TGPT NAME="ps4">Pasal 4. Semua peraturan-peraturan kepegawaian, gaji, pendidikan, perawatan, kesejahteraan rokhani/jasmani dan urusan sosial dari anggota Kepolisian Negara dan keluarganya diatur dengan peraturan Negara. BAB II. PIMPINAN DAN SUSUNAN KEPOLISIAN NEGARA Pasal 5. (1) Penyelenggaraan tugas Kepolisian Negara dilakukan oleh Departemen Kepolisian. (2) Susunan Organisasi, termasuk didalamnya pengkhususan lingkungan kerja tertentu, diatur lebih lanjut dengan Keputusan-keputusan Presiden. Pasal 6. Presiden memegang kekuasaan tertinggi atas Kepolisian Negara. Pasal 7. (1) Menteri yang menguasai Kepolisian Negara, selanjutnya disebut Menteri, memegang pimpinan penyelenggaraan tugas Kepolisian Negara, baik pencegahan (prepentip) maupun pemberantasan (represip). (2) Menteri menetapkan kebijaksanaan kepolisian, sesuai dengan politik Pemerintah umumnya dan politik keamanan nasional khususnya serta bertanggung jawab atas pelaksanaan tugas memelihara keamanan didalam negeri.
  • 3. (3) Menteri memegang pimpinan Departemen Kepolisian. (4) Menteri memegang pimpinan dan penguasaan umum daripada Kepolisian Negara. Pasal 8. Kepala Kepolisian Negara memegang pimpinan tehnis dan Komando Angkatan Kepolisian Negara. Pasal 9. (1) Kepolisian Negara merupakan satu kesatuan. (2) Pembagian wilayah Republik Indonesia dalam daerah-daerah wewenang Kepolisian disusun menurut keperluan pelaksanaan tugas Kepolisian Negara dan ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah. (3) Pimpinan Kepolisian di daerah bertanggung jawab atas pimpinan serta pelaksanaan kebijaksanaan keamanan dan lain-lain tugas Kepolisian di daerahnya masing-masing dan langsung bertanggung jawab kepada penjabat Polisi yang menurut hierarchi ada di atasnya. Pasal 10 Mengingat adanya wewenang Kepala Daerah yang memegang pimpinan kebijaksanaan politik polisionil dan koordinasi dinas- dinas vertikal di daerahnya maka Kepala Daerah dapat mempergunakan Kepolisian Negara yang ada dalam daerahnya untuk melaksanakan wewenangnya dengan memperhatikan hierarchi dalam Kepolisian Negara. BAB III WEWENANG DAN KEWAJIBAN Pasal 11. (1) Pada umumnya tiap-tiap penjabat Kepolisian Negara menjalankan tugas kepolisian tersebut pada pasal 2 dalam wilayah dimana ia ditempatkan. (2) Ia berwenang menjalankan tugas kepolisian tersebut di seluruh wilayah Republik Indonesia. Pasal 12. Penyidikan perkara dilakukan oleh penjabat-penjabat Kepolisian tertentu, yang selanjutnya diatur dengan Peraturan Menteri. Pasal 13. Untuk kepentingan penyidikan, maka Kepolisian Negara berwenang: a. menerima pengaduan; b. memeriksa tanda pengenalan; c. mengambil sidik jari dan memotret seseorang; d. menangkap orang; e. mengggeledah badan; f. menahan orang sementara;
  • 4. g. memanggil orang untuk didengar dan diperiksa; h. mendatangkan ahli; i. menggeledah halaman, rumah, gudang, alat pengangkutan darat - laut dan - udara; j. membeslah barang untuk dijadikan bukti; dan k. mengambil tindakan-tindakan lain; a sampai dengan k menurut ketentuan-ketentuan dalam Undang-undang Hukum Acara Pidana dan/atau lain peraturan Negara, dengan senantiasa mengindahkan norma-norma keagamaan, perikemanusiaan, kesopanan dan kesusilaan. Pasal 14. Menteri mengawasi agar penahanan dan perlakuan terhadap orang yang ditahan oleh penjabat-penjabat Kepolisian Negara dilakukan berdasarkan hukum dan mengadakan ketentuan-ketentuan guna pelaksanaan pengawasan tersebut. Pasal 15. Dalam melaksanakan wewenang dimaksud dalam pasal 12 dan 13 maka diindahkan ketentuanketentuan dalam Undang-undang Pokok Kejaksaan. BAB IV. HUBUNGAN DENGAN INSTANSI-INSTANSI LAIN. Pasal 16. Hubungan Kepolisian Negara dengan instansi-instansi lain didasarkan atas sendi-sendi hubungan fungsionil, dengan mengindahkan hierarchi masing-masing fihak. Pasal 17. Dalam hal terjadi gangguan ketertiban dan keamanan umum, dalam hal mana diduga bahwa tenaga Kepolisian Negara tidak mencukupi untuk mengatasinya, maka diberikan bantuan militer, menurut peraturan-peraturan yang berlaku tentang bantuan militer. Pasal 18. (1) Mengenai tugas serta kedudukan Kepolisian Negara pada waktu Negara dinyatakan dalam keadaan bahaya, berlaku peraturan-peraturan perundang-undangan tentang keadaan bahaya. (2) Kepolisian Negara dapat diikut-sertakan secara fisik didalam pertahanan dan ikut serta didalam pengalaman usaha pertahanan guna mencapai potensi maximal dari rakyat di dalam pertahanan total. BAB V. PENUTUP Pasal 19.
  • 5. Undang-undang ini dapat disebut "UNDANG-UNDANG POKOK KEPOLISIAN NEGARA" dan mulai berlaku, pada hari diundangkan. Agar supaya setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan pengundangan undang-undang ini dengan penempatan dalam Lembaran Negara Republik Indonesia. Disahkan di Jakarta pada tanggal 30 Juni 1961 Pejabat Presiden Republik Indonesia JUANDA. Diundangkan di Jakarta. pada tanggal 30 Juni 1961. Pejabat Sekretaris Negara, SANTOSO. PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 1961 TENTANG KETENTUAN-KETENTUAN POKOK KEPOLISIAN NEGARA. UMUM. 1. Seperti juga halnya dengan alat-alat kekuasaan Negara lainnya, Kepolisian Negara Republik Indonesia adalah alat revolusi dalam rangka Pembangunan Nasional Semesta Berencana untuk menuju tercapainya masyarakat adil dan makmur bersama berdasarkan Pancasila atau masyarakat Sosialis Indonesia guna memenuhi Amanat Penderitaan Rakyat. Pada waktu sekarang dirasakan perlu untuk mengadakan konsolidasi sekedarnya dalam tugas dan organisasi Kepolisian Negara sebagai alat revolusi dan sebagai penegak hukum di antara alat- alat revolusi dan penegak-penegak hukum lainnya. Yang dimaksudkan ialah konsolidasi berupa penampungan dalam suatu Undang-undang sehingga diperoleh pegangan yang serba tegas dan cukup jelas bagi Kepolisian Negara dalam menunaikan tugasnya. Sekiranya tidak perlu dijelaskan lebih lanjut bahwa penyusunan Undang-undang Pokok Kepolisian ini didasarkan pada Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara Nomor I/MPRS/ 1960 dan Nomor II MPRS/ 1960 (Lampiran A mengenai bidang Keamanan /Pertahanan Nomor 42, Nomor 46 dan Nomor 48). 2. Mengingat rangka dan tujuan Kepolisian Negara sebagai yang dikemukakan di atas maka diharapkan bahwa tugas Kepolisian Negara diselenggarakan pula dengan jiwa pembangunan Nasional Semesta Berencana itu. 3. Sebagai tugas pokok Kepolisian Negara dapat disebut memelihara keamanan didalam Negeri. Penyidikan tindak pidana termasuk pula tugas pokok Kepolisian Negara dalam bidang peradilan. Penyidikan terutama ditujukan terhadap tindak pidana yang merintangi tujuan revolusi mencapai masyarakat adil dan makmur. Sesuai dengan pembagian kerja antara Kepolisian Negara dan Kejaksaan maka perlu ditegaskan bahwa penuntutan perkara diserahkan semata-mata kepada Kejaksaan, dengan pengertian bahwa dalam hal-hal tertentu, menurut dan seperti yang ditetapkan dalam Undang-undang
  • 6. Hukum Acara Pidana dan lain-lain peraturan Negara, Polisi Negara berwenang mengajukan suatu perkara pidana langsung kepada Pengadilan. Berhubung dengan hal bahwa Kejaksanaan berwenang melakukan penyidikan lanjutan, maka perlu adanya ketentuan-ketentuan yang mengatur kerja sama antara Kejaksaan dan Kepolisian Negara dalam penyidikan lanjutan. Ketentuan-ketentuan yang dimaksudkan itu diatur tersendiri antara instansi-instansi yang bersangkutan. Selanjutnya, berhubung dengan penyidikan perkara, perlu dicatat bahwa dalam praktek Kepolisian (menurut hukum yang tak tertulis) fihak Kepolisian Negara berdasarkan kepentingan umum dapat menyampingkan suatu perkara yang serba ringan, sehingga perkara itu tidak sampai pada tingkat penuntutan oleh Jaksa. Praktek yang dimaksud itu dapat berlangsung terus. Berhubung dengan penuntutan perkara yang menjadi tugas semata-mata dari Kejaksaan ditambah wewenang Jaksa Agung untuk menyampingkan suatu perkara berdasarkan kepentingan umum, perlu dicatat bahwa mengenai penyampingan perkara berlaku dan tetap berlaku prosedur, bahwa Kepala Kepolisian Negara diajak berunding sebelum diambil tindakan penyampingan oleh Jaksa Agung, sesuai dengan ketentuan-ketentuan dalam Undang-undang Pokok Kejaksaan. PASAL DEMI PASAL. Pasal 1. ayat (1). Khusus dalam rangka Pembangunan Nasional Semesta Berencana menuju ke "Masyarakat Sosialis Indonesia" tugas memelihara keamanan didalam negeri ditujukan kepada tiap gangguan /bahaya yang datangnya dari dalam dan yang mengancam usaha-usaha mencapai tujuan Nasional kita, sebagaimana ditegaskan dalam Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara No. I/MPRS/ 1960 dan No. II/MPRS/1960 (annex lampirannya). ayat (2). Dalam istilah "menjunjung tinggi" termasuk pengertian "memberi perlindungan". Pasal 2. Tugas-tugas Kepolisian Negara dalam pasal ini merupakan perincian daripada tugas yang disebut dalam pasal 1. Untuk kepentingan pelaksanaan tugas tersebut maka pada Kepolisian Negara diadakan antara lain Polisi Wanita, yang jumlahnya akan memenuhi keperluan di daerah sehingga pada pelosok-pelosok. Tugas kepolisian itu ditujukan kepada semua orang dan golongan, termasuk orang-orang asing, yang berada di Indonesia. ayat (1). huruf a. Cukup jelas. huruf b. Yang dimaksud dengan penyakit masyarakat adalah antara lain: 1. pengemisan; 2. pelacuran; 3. perjudian; 4. pemadatan, pemabukan; 5. perdagangan manusia; 6. penghisapan (woeker); 7. pergelandangan. Adapun tugas Kepolisian Negara dalam mencegah dan memberantas penyakit-penyakit masyarakat tersebut ditujukan kepada penyakit- penyakit masyarakat yang akan/telah menjadi kejahatan/ pelanggaran.
  • 7. Dalam hal ini Kepolisian Negara bekerja erat dengan Departemen Kesejahteraan Sosial dan instansiinstansi lain yang bersangkutan. huruf c. Cukup jelas. huruf d. Cukup jelas. huruf e. Kepolisian Negara mengusahakan ketaatan warga negara dan masyarakat kepada peraturan-peraturan Negara yang jaminan pengamanannya diserahkan kepada Kepolisian Negara. ayat (2). Cukup jelas. ayat (3). Pelaksanaan tugas ini, dihubungkan dengan ketentuan dalam pasal 1 ayat (2) tentang menjunjung tinggi hak-hak azasi rakyat antara lain yang terdapat dalam pasal 29 Undang-undang Dasar tentang kebebasan beragama. Dalam istilah "menjunjung tinggi" termasuk pengertian "memberi perlindungan". ayat (4). Tugas-tugas khusus lain yang dimaksud didalam ayat ini, diantaranya adalah tugas yang tercantum dalam ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara No. II/MPRS/1960 bidang Pemerintahan dan Keamanan/Pertahanan No. 51 yang menyatakan : "Polisi Negara diikut-sertakan dalam proses produksi dengan tidak mengurangi tugas utamanya." Pasal 3. Ketentuan dalam ayat ini adalah sesuai dengan Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara No. II/MPRS/1960. Pasal 4. Pasal ini adalah untuk menegaskan bahwa peraturan-peraturan kepegawaian dan sebagainya, untuk Kepolisian Negara berdasarkan kepada Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara pasal 8 yo Buku 'KE-EMPAT, JILID XII Bab 103 yo Bab 104 S 1183 mengenai Penyusunan Kepolisian Negara. Pasal 5. ayat (1) Cukup jelas. ayat (2). Pada Kepolisian Negara terdapat dinas-dinas dan lembaga-lembaga khusus untuk membantu Kepolisian Negara dalam melaksanakan tugasnya. Pasal 6. Pemimpin tertinggi dari Kepolisian Negara ialah Presiden, karena menurut Undang-undang Dasar 1945 Presiden adalah Kepala Pemerintahan dan Menteri-menteri adalah Pembantu-pembantunya, yang masing-masing langsung bertanggung jawab kepada Presiden. Pasal ini harus dihubungkan pula dengan ketentuan dan penjelasan pasal 3. Pasal 7 dan Pasal 8.
  • 8. Pasal 7 menurut ketentuan-ketentuan tentang tugas dan wewenang Menteri. Pasal 8 memuat ketentuan-ketentuan tentang tugas dan wewenang Kepala Kepolisian Negara. Jabatan Menteri yang memegang pimpinan Departemen Kepolisian dipangku oleh Kepala Kepolisian Negara sendiri, karena jabatan Menteri tersebut menghendaki pula pengertian dan pengetahuan sedalamdalamnya tentang tehnik kepolisian, sesuai dengan Keputusan Presiden No. 21 Tahun 1960 yang mengadakan jabatan Menteri/Kepala Kepolisian Negara. Pasal 9. ayat (1). Cukup jelas. ayat (2). Pembagian daerah wewenang Kepolisian Negara disusun menurut keperluan pelaksanaan tugas Kepolisian Negara, karena pembagian daerah menurut persoalan kepolisian adalah lebih sesuai dengan tugas kepolisian yang harus dilaksanakan. Walaupun demikian, dalam hal pelaksanaannya harus diusahakan harmonis-dengan pembagian administratip dari instansi-instansi lain di luar kepolisian Negara. ayat (3). Cukup jelas. Pasal 10. Untuk kepentingan konsentrasi tindakan di daerah berdasarkan jiwa gotong-royong, maka Kepala Daerah dapat mengadakan koordinasi dari semua usaha-usaha dari Dinas-dinas tehnis di daerahnya, termasuk Kepolisian Negara di daerah. Pasal 11. Cukup jeals. Pasal 12. Dengan peraturan Menteri ditetapkan pejabat-pejabat mana diberi wewenang sebagai penyidik umum dan pejabat-pejabat mana sebagai pembantu penyidik umum. Menteri menentukan syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh penyidik umum dan pembantu penyidik umum, untuk menjamin penyidikan perkara sebaik-baiknya tanpa sesuatu tekanan dan paksaan. Pasal 13. Cukup jelas. Pasal 14. Pengawasan ini ditujukan kepada sah atau tidaknya penahanan-penahanan orang sepanjang dilakukan oleh pejabat-pejabat Kepolisian Negara. Pejabat-pejabat yang menahan orang tidak berdasarkan hukum, dikenakan hukuman administratip dan / atau hukuman pidana. Pasal 15. Hubungan kerja sebagai yang dimaksud dalam pasal ini harus dilakukan dengan menjunjung tinggi kerjasama yang sederajat, sesuai dengan semangat gotong-royong sebagai unsur kepribadian Indonesia. Pasal 16. Hubungan Kepolisian Negara dengan instansi-instansi lain didasarkan atas sendi-sendi hubungan fungsionil, agar supaya dapat dijamin hierarchi dan disiplin Kepolisian Negara yang teguh. Disamping itu juga, hubungan instansi-instansi luar dengan fihak Kepolisian Negara dilakukan menurut
  • 9. prosedur yang tidak melanggar hierarchi Kepolisian Negara, pun pula hubungan-hubungan hierarchi yang berlaku dilain instansi. Pasal 17. Cukup jelas. Pasal 18. ayat (1). Cukup jelas. ayat (2). Ketentuan dalam ayat ini adalah sesuai dengan praktek sejak Proklamasi Kemerdekaan hingga sekarang dan Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara No. II/MPRS/1960. Pasal 19. Cukup jelas. -------------------------------CATATAN TGPT NAME="*)">*) Disetujui D.P.R.G.R. dalam rapat pleno terbuka ke-27 pada hari Senin tanggal 19 Juni 1961, P.136/1961 Kutipan: LEMBARAN NEGARA DAN TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA TAHUN 1961 YANG TELAH DICETAK ULANG