SlideShare a Scribd company logo
UU 13/1961, KETENTUAN KETENTUAN POKOK KEPOLISIAN........
Bentuk: UNDANG-UNDANG (UU)
Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
Nomor: 13 TAHUN 1961 (13/1961)
Tanggal: 30 JUNI 1961 (JAKARTA)
Sumber: LN 1961/245; TLN NO. 2289
Tentang: KETENTUAN-KETENTUAN POKOK KEPOLISIAN NEGARA REFR
TGPTNM="*)">*)
Indeks: KEPOLISIAN NEGARA. KETENTUAN-KETENTUAN POKOK.

Presiden Republik Indonesia,
Menimbang:
perlu diadakan Undang-undang tentang ketentuan-ketentuan pokok Kepolisian Negara, agar
supaya Kepolisian Negara Republik Indonesia sebagai alat Negara penegak hukum - dalam
menyelesaikan revolusi sebagai alat revolusi yang terutama bertugas untuk keamanan didalam
negeri - dapat menunaikan tugasnya sebaik-baiknya.
Mengingat :
1. Pasal 5 ayat (1), pasal 20 ayat (1) dan pasal 27 ayat (1) Undang-undang Dasar;
2. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara No.I/ MPRS/1960 dan No.
II/MPRS/1960;
3. Undang-undang REFR DOCNM="60ppu010">No. 10 Prp tahun 1960 (Lembaran-Negara
tahun 1960 No. 31);

Dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat Gotong-Royong.
MEMUTUSKAN :
MENETAPKAN:
UNDANG-UNDANG TENTANG KETENTUAN-KETENTUAN POKOK KEPOLISIAN
NEGARA.
BAB I.
KETENTUAN-KETENTUAN
Pasal 1.
(1). Kepolisian Negara Republik Indonesia, selanjutnya disebut Kepolisian Negara, ialah alat
Negara penegak hukum yang terutama bertugas memelihara keamanan didalam negeri.
(2). Kepolisian Negara dalam menjalankan tugasnya selalu menjunjung tinggi hak-hak azasi
rakyat dan hukum Negara.
Pasal 2.
Dalam melaksanakan ketentuan-ketentuan dalam pasal 1 maka Kepolisian Negara mempunyai
tugas :
(1) a. memelihara ketertiban dan menjamin keamanan umum;
b. mencegah dan memberantas menjalarnya penyakit-penyakit masyarakat;
c. memelihara keselamatan Negara terhadap gangguan dari dalam;
d. memelihara keselamatan orang, benda dan masyarakat, termasuk memberi perlindungan dan
pertolongan; dan
e. mengusahakan ketaatan warga-negara dan masyarakat terhadap peraturan-peraturan Negara;
(2) dalam bidang peradilan mengadakan penyelidikan atas kejahatan dan pelanggaran menurut
ketentuan-ketentuan dalam undang-undang Hukum Acara Pidana dan lain-lain peraturan Negara;
(3) mengawasi aliran-aliran kepercayaan yang dapat membahayakan masyarakat dan Negara;
(4) melaksanakan tugas-tugas khusus lain yang diberikan kepadanya oleh suatu peraturan
Negara.
Pasal 3.
Kepolisian Negara adalah Angkatan Bersenjata.
TGPT NAME="ps4">Pasal 4.
Semua peraturan-peraturan kepegawaian, gaji, pendidikan, perawatan, kesejahteraan
rokhani/jasmani dan urusan sosial dari anggota Kepolisian Negara dan keluarganya diatur
dengan peraturan Negara.
BAB II.
PIMPINAN DAN SUSUNAN KEPOLISIAN NEGARA
Pasal 5.
(1) Penyelenggaraan tugas Kepolisian Negara dilakukan oleh Departemen Kepolisian.
(2) Susunan Organisasi, termasuk didalamnya pengkhususan lingkungan kerja tertentu, diatur
lebih lanjut dengan Keputusan-keputusan Presiden.
Pasal 6.
Presiden memegang kekuasaan tertinggi atas Kepolisian Negara.
Pasal 7.
(1) Menteri yang menguasai Kepolisian Negara, selanjutnya disebut Menteri, memegang
pimpinan penyelenggaraan tugas Kepolisian Negara, baik pencegahan (prepentip) maupun
pemberantasan (represip).
(2) Menteri menetapkan kebijaksanaan kepolisian, sesuai dengan politik Pemerintah umumnya
dan politik keamanan nasional khususnya serta bertanggung jawab atas pelaksanaan tugas
memelihara keamanan didalam negeri.
(3) Menteri memegang pimpinan Departemen Kepolisian.
(4) Menteri memegang pimpinan dan penguasaan umum daripada Kepolisian Negara.
Pasal 8.
Kepala Kepolisian Negara memegang pimpinan tehnis dan Komando Angkatan Kepolisian
Negara.
Pasal 9.
(1) Kepolisian Negara merupakan satu kesatuan.
(2) Pembagian wilayah Republik Indonesia dalam daerah-daerah wewenang Kepolisian disusun
menurut keperluan pelaksanaan tugas Kepolisian Negara dan ditetapkan dengan Peraturan
Pemerintah.
(3) Pimpinan Kepolisian di daerah bertanggung jawab atas pimpinan serta pelaksanaan
kebijaksanaan keamanan dan lain-lain tugas Kepolisian di daerahnya masing-masing dan
langsung bertanggung jawab kepada penjabat Polisi yang menurut hierarchi ada di atasnya.
Pasal 10
Mengingat adanya wewenang Kepala Daerah yang memegang pimpinan kebijaksanaan politik
polisionil dan koordinasi dinas- dinas vertikal di daerahnya maka Kepala Daerah dapat
mempergunakan Kepolisian Negara yang ada dalam daerahnya untuk melaksanakan
wewenangnya dengan memperhatikan hierarchi dalam Kepolisian Negara.
BAB III
WEWENANG DAN KEWAJIBAN
Pasal 11.

(1) Pada umumnya tiap-tiap penjabat Kepolisian Negara menjalankan tugas kepolisian tersebut
pada pasal 2 dalam wilayah dimana ia ditempatkan.
(2) Ia berwenang menjalankan tugas kepolisian tersebut di seluruh wilayah Republik Indonesia.
Pasal 12.
Penyidikan perkara dilakukan oleh penjabat-penjabat Kepolisian tertentu, yang selanjutnya diatur
dengan Peraturan Menteri.
Pasal 13.
Untuk kepentingan penyidikan, maka Kepolisian Negara berwenang:
a. menerima pengaduan;
b. memeriksa tanda pengenalan;
c. mengambil sidik jari dan memotret seseorang;
d. menangkap orang;
e. mengggeledah badan;
f. menahan orang sementara;
g. memanggil orang untuk didengar dan diperiksa;
h. mendatangkan ahli;
i. menggeledah halaman, rumah, gudang, alat pengangkutan darat - laut dan - udara;
j. membeslah barang untuk dijadikan bukti; dan
k. mengambil tindakan-tindakan lain;
a sampai dengan k menurut ketentuan-ketentuan dalam Undang-undang Hukum Acara Pidana
dan/atau lain peraturan Negara, dengan senantiasa mengindahkan norma-norma keagamaan,
perikemanusiaan, kesopanan dan kesusilaan.
Pasal 14.
Menteri mengawasi agar penahanan dan perlakuan terhadap orang yang ditahan oleh penjabatpenjabat Kepolisian Negara dilakukan berdasarkan hukum dan mengadakan ketentuan-ketentuan
guna pelaksanaan pengawasan tersebut.
Pasal 15.
Dalam melaksanakan wewenang dimaksud dalam pasal 12 dan 13 maka diindahkan ketentuanketentuan dalam Undang-undang Pokok Kejaksaan.
BAB IV.
HUBUNGAN DENGAN INSTANSI-INSTANSI LAIN.
Pasal 16.

Hubungan Kepolisian Negara dengan instansi-instansi lain didasarkan atas sendi-sendi hubungan
fungsionil, dengan mengindahkan hierarchi masing-masing fihak.
Pasal 17.
Dalam hal terjadi gangguan ketertiban dan keamanan umum, dalam hal mana diduga bahwa
tenaga Kepolisian Negara tidak mencukupi untuk mengatasinya, maka diberikan bantuan militer,
menurut peraturan-peraturan yang berlaku tentang bantuan militer.
Pasal 18.
(1) Mengenai tugas serta kedudukan Kepolisian Negara pada waktu Negara dinyatakan dalam
keadaan bahaya, berlaku peraturan-peraturan perundang-undangan tentang keadaan bahaya.
(2) Kepolisian Negara dapat diikut-sertakan secara fisik didalam pertahanan dan ikut serta
didalam pengalaman usaha pertahanan guna mencapai potensi maximal dari rakyat di dalam
pertahanan total.
BAB V.
PENUTUP
Pasal 19.
Undang-undang ini dapat disebut "UNDANG-UNDANG POKOK KEPOLISIAN NEGARA"
dan mulai berlaku, pada hari diundangkan.
Agar supaya setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan pengundangan undang-undang
ini dengan penempatan dalam Lembaran Negara Republik Indonesia.

Disahkan di Jakarta
pada tanggal 30 Juni 1961
Pejabat Presiden Republik Indonesia
JUANDA.
Diundangkan di Jakarta.
pada tanggal 30 Juni 1961.
Pejabat Sekretaris Negara,
SANTOSO.

PENJELASAN
ATAS
UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 1961
TENTANG
KETENTUAN-KETENTUAN POKOK KEPOLISIAN NEGARA.
UMUM.
1. Seperti juga halnya dengan alat-alat kekuasaan Negara lainnya, Kepolisian Negara Republik
Indonesia adalah alat revolusi dalam rangka Pembangunan Nasional Semesta Berencana untuk
menuju tercapainya masyarakat adil dan makmur bersama berdasarkan Pancasila atau
masyarakat Sosialis Indonesia guna memenuhi Amanat Penderitaan Rakyat.
Pada waktu sekarang dirasakan perlu untuk mengadakan konsolidasi sekedarnya dalam tugas dan
organisasi Kepolisian Negara sebagai alat revolusi dan sebagai penegak hukum di antara alatalat revolusi dan penegak-penegak hukum lainnya.Yang dimaksudkan ialah konsolidasi berupa
penampungan dalam suatu Undang-undang sehingga diperoleh pegangan yang serba tegas dan
cukup jelas bagi Kepolisian Negara dalam menunaikan tugasnya.
Sekiranya tidak perlu dijelaskan lebih lanjut bahwa penyusunan Undang-undang Pokok
Kepolisian ini didasarkan pada Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara Nomor
I/MPRS/ 1960 dan Nomor II MPRS/ 1960 (Lampiran A mengenai bidang Keamanan /Pertahanan
Nomor 42, Nomor 46 dan Nomor 48).
2. Mengingat rangka dan tujuan Kepolisian Negara sebagai yang dikemukakan di atas maka
diharapkan bahwa tugas Kepolisian Negara diselenggarakan pula dengan jiwa pembangunan
Nasional Semesta Berencana itu.
3. Sebagai tugas pokok Kepolisian Negara dapat disebut memelihara keamanan didalam Negeri.
Penyidikan tindak pidana termasuk pula tugas pokok Kepolisian Negara dalam bidang peradilan.
Penyidikan terutama ditujukan terhadap tindak pidana yang merintangi tujuan revolusi mencapai
masyarakat adil dan makmur. Sesuai dengan pembagian kerja antara Kepolisian Negara dan
Kejaksaan maka perlu ditegaskan bahwa penuntutan perkara diserahkan semata-mata kepada
Kejaksaan, dengan pengertian bahwa dalam hal-hal tertentu, menurut dan seperti yang ditetapkan
dalam Undang-undang Hukum Acara Pidana dan lain-lain peraturan Negara, Polisi Negara
berwenang mengajukan suatu perkara pidana langsung kepada Pengadilan.
Berhubung dengan hal bahwa Kejaksanaan berwenang melakukan penyidikan lanjutan, maka
perlu adanya ketentuan-ketentuan yang mengatur kerja sama antara Kejaksaan dan Kepolisian
Negara dalam penyidikan lanjutan. Ketentuan-ketentuan yang dimaksudkan itu diatur tersendiri
antara instansi-instansi yang bersangkutan.
Selanjutnya, berhubung dengan penyidikan perkara, perlu dicatat bahwa dalam praktek
Kepolisian (menurut hukum yang tak tertulis) fihak Kepolisian Negara berdasarkan kepentingan
umum dapat menyampingkan suatu perkara yang serba ringan, sehingga perkara itu tidak sampai
pada tingkat penuntutan oleh Jaksa. Praktek yang dimaksud itu dapat berlangsung terus.
Berhubung dengan penuntutan perkara yang menjadi tugas semata-mata dari Kejaksaan
ditambah wewenang Jaksa Agung untuk menyampingkan suatu perkara berdasarkan kepentingan
umum, perlu dicatat bahwa mengenai penyampingan perkara berlaku dan tetap berlaku prosedur,
bahwa Kepala Kepolisian Negara diajak berunding sebelum diambil tindakan penyampingan
oleh Jaksa Agung, sesuai dengan ketentuan-ketentuan dalam Undang-undang Pokok Kejaksaan.
PASAL DEMI PASAL.
Pasal 1.
ayat (1).
Khusus dalam rangka Pembangunan Nasional Semesta Berencana menuju ke "Masyarakat
Sosialis Indonesia" tugas memelihara keamanan didalam negeri ditujukan kepada tiap gangguan
/bahaya yang datangnya dari dalam dan yang mengancam usaha-usaha mencapai tujuan Nasional
kita, sebagaimana ditegaskan dalam Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara No.
I/MPRS/ 1960 dan No.II/MPRS/1960 (annex lampirannya).ayat (2). Dalam istilah "menjunjung
tinggi" termasuk pengertian "memberi perlindungan".
Pasal 2.
Tugas-tugas Kepolisian Negara dalam pasal ini merupakan perincian daripada tugas yang disebut
dalam pasal 1.
Untuk kepentingan pelaksanaan tugas tersebut maka pada Kepolisian Negara diadakan antara
lain Polisi Wanita, yang jumlahnya akan memenuhi keperluan di daerah sehingga pada pelosokpelosok.
Tugas kepolisian itu ditujukan kepada semua orang dan golongan, termasuk orang-orang asing,
yang berada di Indonesia.
ayat (1).
huruf a.
Cukup jelas.
huruf b.
Yang dimaksud dengan penyakit masyarakat adalah antara lain:
1. pengemisan;
2. pelacuran;
3. perjudian;
4. pemadatan, pemabukan;
5. perdagangan manusia;
6. penghisapan (woeker);
7. pergelandangan.
Adapun tugas Kepolisian Negara dalam mencegah dan memberantas penyakit-penyakit
masyarakat tersebut ditujukan kepada penyakit- penyakit masyarakat yang akan/telah menjadi
kejahatan/ pelanggaran.
Dalam hal ini Kepolisian Negara bekerja erat dengan Departemen Kesejahteraan Sosial dan
instansi-instansi lain yang bersangkutan.

huruf c.
Cukup jelas.
huruf d.
Cukup jelas.
huruf e.
Kepolisian Negara mengusahakan ketaatan warga negara dan masyarakat kepada peraturanperaturan Negara yang jaminan pengamanannya diserahkan kepada Kepolisian Negara.
ayat (2).
Cukup jelas.
ayat (3).
Pelaksanaan tugas ini, dihubungkan dengan ketentuan dalam pasal 1 ayat (2) tentang menjunjung
tinggi hak-hak azasi rakyat antara lain yang terdapat dalam pasal 29 Undang-undang Dasar
tentang kebebasan beragama.
Dalam istilah "menjunjung tinggi" termasuk pengertian "memberi perlindungan".
ayat (4).
Tugas-tugas khusus lain yang dimaksud didalam ayat ini, diantaranya adalah tugas yang
tercantum dalam ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara No. II/MPRS/1960
bidang Pemerintahan dan Keamanan/Pertahanan No. 51 yang menyatakan :
"Polisi Negara diikut-sertakan dalam proses produksi dengan tidak mengurangi tugas utamanya."
Pasal 3.
Ketentuan dalam ayat ini adalah sesuai dengan Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat
Sementara No.II/MPRS/1960.
Pasal 4.
Pasal ini adalah untuk menegaskan bahwa peraturan-peraturan kepegawaian dan sebagainya,
untuk Kepolisian Negara berdasarkan kepada Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat
Sementara pasal 8 yo Buku 'KE-EMPAT, JILID XII Bab 103 yo Bab 104 S 1183 mengenai
Penyusunan Kepolisian Negara.
Pasal 5.
ayat (1)
Cukup jelas.
ayat (2).
Pada Kepolisian Negara terdapat dinas-dinas dan lembaga-lembaga khusus untuk membantu
Kepolisian Negara dalam melaksanakan tugasnya.
Pasal 6.
Pemimpin tertinggi dari Kepolisian Negara ialah Presiden, karena menurut Undang-undang
Dasar 1945 Presiden adalah Kepala Pemerintahan dan Menteri-menteri adalah Pembantupembantunya, yang masing-masing langsung bertanggung jawab kepada Presiden. Pasal ini
harus dihubungkan pula dengan ketentuan dan penjelasan pasal 3.
Pasal 7 dan Pasal 8.
Pasal 7 menurut ketentuan-ketentuan tentang tugas dan wewenang Menteri.
Pasal 8 memuat ketentuan-ketentuan tentang tugas dan wewenang Kepala Kepolisian Negara.
Jabatan Menteri yang memegang pimpinan Departemen Kepolisian dipangku oleh Kepala
Kepolisian Negara sendiri, karena jabatan Menteri tersebut menghendaki pula pengertian dan
pengetahuan sedalam-dalamnya tentang tehnik kepolisian, sesuai dengan Keputusan Presiden
No. 21 Tahun 1960 yang mengadakan jabatan Menteri/Kepala Kepolisian Negara.
Pasal 9.
ayat (1).
Cukup jelas.
ayat (2).
Pembagian daerah wewenang Kepolisian Negara disusun menurut keperluan pelaksanaan tugas
Kepolisian Negara, karena pembagian daerah menurut persoalan kepolisian adalah lebih sesuai
dengan tugas kepolisian yang harus dilaksanakan.Walaupun demikian, dalam hal
pelaksanaannya harus diusahakan harmonis-dengan pembagian administratip dari instansiinstansi lain di luar kepolisian Negara.
ayat (3).
Cukup jelas.
Pasal 10.
Untuk kepentingan konsentrasi tindakan di daerah berdasarkan jiwa gotong-royong, maka
Kepala Daerah dapat mengadakan koordinasi dari semua usaha-usaha dari Dinas-dinas tehnis di
daerahnya, termasuk Kepolisian Negara di daerah.
Pasal 11.
Cukup jeals.
Pasal 12.
Dengan peraturan Menteri ditetapkan pejabat-pejabat mana diberi wewenang sebagai penyidik
umum dan pejabat-pejabat mana sebagai pembantu penyidik umum.
Menteri menentukan syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh penyidik umum dan pembantu
penyidik umum, untuk menjamin penyidikan perkara sebaik-baiknya tanpa sesuatu tekanan dan
paksaan.
Pasal 13.
Cukup jelas.
Pasal 14.
Pengawasan ini ditujukan kepada sah atau tidaknya penahanan-penahanan orang sepanjang
dilakukan oleh pejabat-pejabat Kepolisian Negara.
Pejabat-pejabat yang menahan orang tidak berdasarkan hukum, dikenakan hukuman
administratip dan / atau hukuman pidana.
Pasal 15.
Hubungan kerja sebagai yang dimaksud dalam pasal ini harus dilakukan dengan menjunjung
tinggi kerja-sama yang sederajat, sesuai dengan semangat gotong-royong sebagai unsur
kepribadian Indonesia.
Pasal 16.
Hubungan Kepolisian Negara dengan instansi-instansi lain didasarkan atas sendi-sendi hubungan
fungsionil, agar supaya dapat dijamin hierarchi dan disiplin Kepolisian Negara yang teguh.
Disamping itu juga, hubungan instansi-instansi luar dengan fihak Kepolisian Negara dilakukan
menurut prosedur yang tidak melanggar hierarchi Kepolisian Negara, pun pula hubunganhubungan hierarchi yang berlaku dilain instansi.
Pasal 17.
Cukup jelas.
Pasal 18.
ayat (1).
Cukup jelas.
ayat (2).
Ketentuan dalam ayat ini adalah sesuai dengan praktek sejak Proklamasi Kemerdekaan hingga
sekarang dan Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara No.II/MPRS/1960.
Pasal 19.
Cukup jelas.
-------------------------------CATATAN
TGPT NAME="*)">*) Disetujui D.P.R.G.R. dalam rapat pleno terbuka ke-27 pada hari Senin
tanggal 19 Juni 1961, P.136/1961
Kutipan: LEMBARAN NEGARA DAN TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA TAHUN 1961
YANG TELAH DICETAK ULANG

More Related Content

What's hot

Proses Penegakan Hukum (gakkum) tindak pidana riksa saksi tsk; AKBP DADANG
Proses Penegakan Hukum (gakkum)  tindak pidana  riksa saksi tsk; AKBP DADANGProses Penegakan Hukum (gakkum)  tindak pidana  riksa saksi tsk; AKBP DADANG
Proses Penegakan Hukum (gakkum) tindak pidana riksa saksi tsk; AKBP DADANG
Dadang DjokoKaryanto
 
Undang Undang Polri
Undang Undang PolriUndang Undang Polri
Undang Undang Polrirestamadiun
 
Tugas dan wewenang polri
Tugas dan wewenang polriTugas dan wewenang polri
Tugas dan wewenang polri
Operator Warnet Vast Raha
 
PPT Peran Penegak Keadilan Republik Indonesia
PPT Peran Penegak Keadilan Republik IndonesiaPPT Peran Penegak Keadilan Republik Indonesia
PPT Peran Penegak Keadilan Republik Indonesia
Lydia Nurkumalawati
 
KUHP; DADANG DJOKO KARYANTO
KUHP; DADANG DJOKO KARYANTOKUHP; DADANG DJOKO KARYANTO
KUHP; DADANG DJOKO KARYANTO
Dadang DjokoKaryanto
 
Perpres nomor 52 tahun 2010
Perpres nomor 52 tahun 2010Perpres nomor 52 tahun 2010
Perpres nomor 52 tahun 2010Sei Enim
 
Per pres no52 th2010 ttg strukturpolri
Per pres no52 th2010 ttg strukturpolriPer pres no52 th2010 ttg strukturpolri
Per pres no52 th2010 ttg strukturpolri
Bobby D'Arch
 
Penegakan Hukum Tinjauan Terhadap Tugas dan Fungsi SatPol PP
Penegakan Hukum Tinjauan Terhadap Tugas dan Fungsi SatPol PPPenegakan Hukum Tinjauan Terhadap Tugas dan Fungsi SatPol PP
Penegakan Hukum Tinjauan Terhadap Tugas dan Fungsi SatPol PP
Sidiq Rohmadi
 
LATIHAN BA GAKKUM POLAIR ;Henti riksa-adm riksa kpl; AKBP DADANG DK
LATIHAN BA GAKKUM POLAIR ;Henti  riksa-adm riksa kpl; AKBP DADANG DK LATIHAN BA GAKKUM POLAIR ;Henti  riksa-adm riksa kpl; AKBP DADANG DK
LATIHAN BA GAKKUM POLAIR ;Henti riksa-adm riksa kpl; AKBP DADANG DK
Dadang DjokoKaryanto
 
Ruu kuhp Rancangan Undang Undang Kitab Undang Undang Hukum Pidana agustus 2019
Ruu kuhp Rancangan Undang Undang Kitab Undang Undang Hukum Pidana agustus 2019Ruu kuhp Rancangan Undang Undang Kitab Undang Undang Hukum Pidana agustus 2019
Ruu kuhp Rancangan Undang Undang Kitab Undang Undang Hukum Pidana agustus 2019
PengacaraBalikpapanY
 

What's hot (13)

Proses Penegakan Hukum (gakkum) tindak pidana riksa saksi tsk; AKBP DADANG
Proses Penegakan Hukum (gakkum)  tindak pidana  riksa saksi tsk; AKBP DADANGProses Penegakan Hukum (gakkum)  tindak pidana  riksa saksi tsk; AKBP DADANG
Proses Penegakan Hukum (gakkum) tindak pidana riksa saksi tsk; AKBP DADANG
 
Undang Undang Polri
Undang Undang PolriUndang Undang Polri
Undang Undang Polri
 
Tugas dan wewenang polri
Tugas dan wewenang polriTugas dan wewenang polri
Tugas dan wewenang polri
 
PPT Peran Penegak Keadilan Republik Indonesia
PPT Peran Penegak Keadilan Republik IndonesiaPPT Peran Penegak Keadilan Republik Indonesia
PPT Peran Penegak Keadilan Republik Indonesia
 
Hukum kepolisian
Hukum kepolisianHukum kepolisian
Hukum kepolisian
 
KUHP; DADANG DJOKO KARYANTO
KUHP; DADANG DJOKO KARYANTOKUHP; DADANG DJOKO KARYANTO
KUHP; DADANG DJOKO KARYANTO
 
Perpres nomor 52 tahun 2010
Perpres nomor 52 tahun 2010Perpres nomor 52 tahun 2010
Perpres nomor 52 tahun 2010
 
Per pres no52 th2010 ttg strukturpolri
Per pres no52 th2010 ttg strukturpolriPer pres no52 th2010 ttg strukturpolri
Per pres no52 th2010 ttg strukturpolri
 
Uu 02 2002
Uu 02 2002Uu 02 2002
Uu 02 2002
 
Penegakan Hukum Tinjauan Terhadap Tugas dan Fungsi SatPol PP
Penegakan Hukum Tinjauan Terhadap Tugas dan Fungsi SatPol PPPenegakan Hukum Tinjauan Terhadap Tugas dan Fungsi SatPol PP
Penegakan Hukum Tinjauan Terhadap Tugas dan Fungsi SatPol PP
 
LATIHAN BA GAKKUM POLAIR ;Henti riksa-adm riksa kpl; AKBP DADANG DK
LATIHAN BA GAKKUM POLAIR ;Henti  riksa-adm riksa kpl; AKBP DADANG DK LATIHAN BA GAKKUM POLAIR ;Henti  riksa-adm riksa kpl; AKBP DADANG DK
LATIHAN BA GAKKUM POLAIR ;Henti riksa-adm riksa kpl; AKBP DADANG DK
 
Pkol hir rib-44_1941
Pkol hir rib-44_1941Pkol hir rib-44_1941
Pkol hir rib-44_1941
 
Ruu kuhp Rancangan Undang Undang Kitab Undang Undang Hukum Pidana agustus 2019
Ruu kuhp Rancangan Undang Undang Kitab Undang Undang Hukum Pidana agustus 2019Ruu kuhp Rancangan Undang Undang Kitab Undang Undang Hukum Pidana agustus 2019
Ruu kuhp Rancangan Undang Undang Kitab Undang Undang Hukum Pidana agustus 2019
 

Similar to Ketentuan ketentuan pokok_kepolisian_(uu_12_thn_1_12

Undang Undang Polri
Undang Undang PolriUndang Undang Polri
Undang Undang Polri
restamadiun
 
Uu kepolisian
Uu kepolisianUu kepolisian
Uu kepolisian
Dadang DjokoKaryanto
 
Uu no. 2 th 2002 ttg kepolisian
Uu no. 2 th 2002 ttg kepolisianUu no. 2 th 2002 ttg kepolisian
Uu no. 2 th 2002 ttg kepolisianSei Enim
 
Undang-Undang Kepolisian
Undang-Undang KepolisianUndang-Undang Kepolisian
Undang-Undang Kepolisian
Norsel Maranden
 
Uu nomor 2 tahun 2002 tentang kepolisian negara republik indonesia
Uu nomor 2 tahun 2002 tentang kepolisian negara republik indonesiaUu nomor 2 tahun 2002 tentang kepolisian negara republik indonesia
Uu nomor 2 tahun 2002 tentang kepolisian negara republik indonesia
MakmurZakaria
 
DOC-20240528-WA0150..pdf Revisi UU Polri Draf
DOC-20240528-WA0150..pdf Revisi UU Polri DrafDOC-20240528-WA0150..pdf Revisi UU Polri Draf
DOC-20240528-WA0150..pdf Revisi UU Polri Draf
CIkumparan
 
Ringkasan ma ttg. POLRI.pptx
Ringkasan ma ttg. POLRI.pptxRingkasan ma ttg. POLRI.pptx
Ringkasan ma ttg. POLRI.pptx
RIZKYSETIABUDI
 
Ringkasan materi UU. NO.2 Tahun 2002 ttg. POLRI.pptx
Ringkasan materi UU. NO.2 Tahun 2002 ttg. POLRI.pptxRingkasan materi UU. NO.2 Tahun 2002 ttg. POLRI.pptx
Ringkasan materi UU. NO.2 Tahun 2002 ttg. POLRI.pptx
RIZKYSETIABUDI
 
20160919_fgd_pertahanan_polri.pdf
20160919_fgd_pertahanan_polri.pdf20160919_fgd_pertahanan_polri.pdf
20160919_fgd_pertahanan_polri.pdf
AsepKurniawan80
 
Morph PPT slides.pptx
Morph PPT slides.pptxMorph PPT slides.pptx
Morph PPT slides.pptx
H62MuhammadIkhsanRah
 
UU Nomor 1 Tahun 2023
UU Nomor 1 Tahun 2023UU Nomor 1 Tahun 2023
UU Nomor 1 Tahun 2023
CIkumparan
 
UU Nomor 1 Tahun 2023.pdf
UU Nomor 1 Tahun 2023.pdfUU Nomor 1 Tahun 2023.pdf
UU Nomor 1 Tahun 2023.pdf
AkunPremium123
 
Tugas dan wewenang polri
Tugas dan wewenang polriTugas dan wewenang polri
Tugas dan wewenang polri
Ucke Gadzali
 
6 ruang lingkup, sumber hukum dan penyidikan
6 ruang lingkup, sumber hukum dan penyidikan6 ruang lingkup, sumber hukum dan penyidikan
6 ruang lingkup, sumber hukum dan penyidikan
GradeAlfonso
 
Hukum Acara Pidana Militer
Hukum Acara Pidana MiliterHukum Acara Pidana Militer
Hukum Acara Pidana Militer
Fenti Anita Sari
 
Uudarurat 33 1950
Uudarurat 33 1950Uudarurat 33 1950
Uudarurat 33 1950guest150909
 
Perkap No8 Ham Bahasa Signed
Perkap No8 Ham Bahasa SignedPerkap No8 Ham Bahasa Signed
Perkap No8 Ham Bahasa SignedPeople Power
 
Kolonial herzien inlandsch_reglement (1)
Kolonial herzien inlandsch_reglement (1)Kolonial herzien inlandsch_reglement (1)
Kolonial herzien inlandsch_reglement (1)
LBHASTRANAWA
 

Similar to Ketentuan ketentuan pokok_kepolisian_(uu_12_thn_1_12 (20)

Undang Undang Polri
Undang Undang PolriUndang Undang Polri
Undang Undang Polri
 
Uu kepolisian
Uu kepolisianUu kepolisian
Uu kepolisian
 
Uu no. 2 th 2002 ttg kepolisian
Uu no. 2 th 2002 ttg kepolisianUu no. 2 th 2002 ttg kepolisian
Uu no. 2 th 2002 ttg kepolisian
 
Undang-Undang Kepolisian
Undang-Undang KepolisianUndang-Undang Kepolisian
Undang-Undang Kepolisian
 
Uu nomor 2 tahun 2002 tentang kepolisian negara republik indonesia
Uu nomor 2 tahun 2002 tentang kepolisian negara republik indonesiaUu nomor 2 tahun 2002 tentang kepolisian negara republik indonesia
Uu nomor 2 tahun 2002 tentang kepolisian negara republik indonesia
 
1997 31 peradilan militer
1997 31 peradilan militer1997 31 peradilan militer
1997 31 peradilan militer
 
DOC-20240528-WA0150..pdf Revisi UU Polri Draf
DOC-20240528-WA0150..pdf Revisi UU Polri DrafDOC-20240528-WA0150..pdf Revisi UU Polri Draf
DOC-20240528-WA0150..pdf Revisi UU Polri Draf
 
Uu 15 1961
Uu 15 1961Uu 15 1961
Uu 15 1961
 
Ringkasan ma ttg. POLRI.pptx
Ringkasan ma ttg. POLRI.pptxRingkasan ma ttg. POLRI.pptx
Ringkasan ma ttg. POLRI.pptx
 
Ringkasan materi UU. NO.2 Tahun 2002 ttg. POLRI.pptx
Ringkasan materi UU. NO.2 Tahun 2002 ttg. POLRI.pptxRingkasan materi UU. NO.2 Tahun 2002 ttg. POLRI.pptx
Ringkasan materi UU. NO.2 Tahun 2002 ttg. POLRI.pptx
 
20160919_fgd_pertahanan_polri.pdf
20160919_fgd_pertahanan_polri.pdf20160919_fgd_pertahanan_polri.pdf
20160919_fgd_pertahanan_polri.pdf
 
Morph PPT slides.pptx
Morph PPT slides.pptxMorph PPT slides.pptx
Morph PPT slides.pptx
 
UU Nomor 1 Tahun 2023
UU Nomor 1 Tahun 2023UU Nomor 1 Tahun 2023
UU Nomor 1 Tahun 2023
 
UU Nomor 1 Tahun 2023.pdf
UU Nomor 1 Tahun 2023.pdfUU Nomor 1 Tahun 2023.pdf
UU Nomor 1 Tahun 2023.pdf
 
Tugas dan wewenang polri
Tugas dan wewenang polriTugas dan wewenang polri
Tugas dan wewenang polri
 
6 ruang lingkup, sumber hukum dan penyidikan
6 ruang lingkup, sumber hukum dan penyidikan6 ruang lingkup, sumber hukum dan penyidikan
6 ruang lingkup, sumber hukum dan penyidikan
 
Hukum Acara Pidana Militer
Hukum Acara Pidana MiliterHukum Acara Pidana Militer
Hukum Acara Pidana Militer
 
Uudarurat 33 1950
Uudarurat 33 1950Uudarurat 33 1950
Uudarurat 33 1950
 
Perkap No8 Ham Bahasa Signed
Perkap No8 Ham Bahasa SignedPerkap No8 Ham Bahasa Signed
Perkap No8 Ham Bahasa Signed
 
Kolonial herzien inlandsch_reglement (1)
Kolonial herzien inlandsch_reglement (1)Kolonial herzien inlandsch_reglement (1)
Kolonial herzien inlandsch_reglement (1)
 

More from Ilham Mustafa

Tanda kehormatan bintang_bhayangkara_(uu_14_thn_1_14
Tanda kehormatan bintang_bhayangkara_(uu_14_thn_1_14Tanda kehormatan bintang_bhayangkara_(uu_14_thn_1_14
Tanda kehormatan bintang_bhayangkara_(uu_14_thn_1_14Ilham Mustafa
 
Stastistik (uu 7_thn_1960)_7
Stastistik (uu 7_thn_1960)_7Stastistik (uu 7_thn_1960)_7
Stastistik (uu 7_thn_1960)_7Ilham Mustafa
 
Sensus (uu 6_thn_1960)_6
Sensus (uu 6_thn_1960)_6Sensus (uu 6_thn_1960)_6
Sensus (uu 6_thn_1960)_6Ilham Mustafa
 
Pokokpokok perkoprasian (uu_12_thn_1967)_12
Pokokpokok perkoprasian (uu_12_thn_1967)_12Pokokpokok perkoprasian (uu_12_thn_1967)_12
Pokokpokok perkoprasian (uu_12_thn_1967)_12Ilham Mustafa
 
Pokokpokok perbankan (uu_14_thn_1967)_14
Pokokpokok perbankan (uu_14_thn_1967)_14Pokokpokok perbankan (uu_14_thn_1967)_14
Pokokpokok perbankan (uu_14_thn_1967)_14Ilham Mustafa
 
Pokokpokok kesehatan (uu_9_thn_1960)_9
Pokokpokok kesehatan (uu_9_thn_1960)_9Pokokpokok kesehatan (uu_9_thn_1960)_9
Pokokpokok kesehatan (uu_9_thn_1960)_9Ilham Mustafa
 
Pokokpokok kepegawaian (uu_8_thn_1974)_8
Pokokpokok kepegawaian (uu_8_thn_1974)_8Pokokpokok kepegawaian (uu_8_thn_1974)_8
Pokokpokok kepegawaian (uu_8_thn_1974)_8Ilham Mustafa
 
Perubahan pasal 18__nomor_62_tahun_1958_tentang_k_3
Perubahan pasal 18__nomor_62_tahun_1958_tentang_k_3Perubahan pasal 18__nomor_62_tahun_1958_tentang_k_3
Perubahan pasal 18__nomor_62_tahun_1958_tentang_k_3Ilham Mustafa
 
Perkoperasian (uu 14_thn_1965)_14
Perkoperasian (uu 14_thn_1965)_14Perkoperasian (uu 14_thn_1965)_14
Perkoperasian (uu 14_thn_1965)_14Ilham Mustafa
 
Peraturan dasar pokokpokok_agraria_(uu_5_thn_1960_5
Peraturan dasar pokokpokok_agraria_(uu_5_thn_1960_5Peraturan dasar pokokpokok_agraria_(uu_5_thn_1960_5
Peraturan dasar pokokpokok_agraria_(uu_5_thn_1960_5Ilham Mustafa
 
Perjanjian bagi hasil_(uu_2_thn_1960)_2
Perjanjian bagi hasil_(uu_2_thn_1960)_2Perjanjian bagi hasil_(uu_2_thn_1960)_2
Perjanjian bagi hasil_(uu_2_thn_1960)_2Ilham Mustafa
 
Pengadilan dalam lingkungan_peradilan_umum_mahkam_13
Pengadilan dalam lingkungan_peradilan_umum_mahkam_13Pengadilan dalam lingkungan_peradilan_umum_mahkam_13
Pengadilan dalam lingkungan_peradilan_umum_mahkam_13Ilham Mustafa
 
Penertiban perjudian (uu_7_thn_1974)_7
Penertiban perjudian (uu_7_thn_1974)_7Penertiban perjudian (uu_7_thn_1974)_7
Penertiban perjudian (uu_7_thn_1974)_7Ilham Mustafa
 
Pembentukan kejaksaan tinggi_(uu_16_thn_1961)_16
Pembentukan kejaksaan tinggi_(uu_16_thn_1961)_16Pembentukan kejaksaan tinggi_(uu_16_thn_1961)_16
Pembentukan kejaksaan tinggi_(uu_16_thn_1961)_16Ilham Mustafa
 
Penambahan nomor_11_tahun_1966,_tentang_ketentua_4
Penambahan  nomor_11_tahun_1966,_tentang_ketentua_4Penambahan  nomor_11_tahun_1966,_tentang_ketentua_4
Penambahan nomor_11_tahun_1966,_tentang_ketentua_4Ilham Mustafa
 
Narkotika (uu 9_thn_1976)_9
Narkotika (uu 9_thn_1976)_9Narkotika (uu 9_thn_1976)_9
Narkotika (uu 9_thn_1976)_9Ilham Mustafa
 
Larangan penarikan cek_kosong_(uu_17_thn_1964)_17
Larangan penarikan cek_kosong_(uu_17_thn_1964)_17Larangan penarikan cek_kosong_(uu_17_thn_1964)_17
Larangan penarikan cek_kosong_(uu_17_thn_1964)_17Ilham Mustafa
 
Lalu lintas angkutan_jalan_raya_(uu_3_thn_1965)_3
Lalu lintas angkutan_jalan_raya_(uu_3_thn_1965)_3Lalu lintas angkutan_jalan_raya_(uu_3_thn_1965)_3
Lalu lintas angkutan_jalan_raya_(uu_3_thn_1965)_3Ilham Mustafa
 
Ketentuanketentuan pokok peternakan_kesehatan_hew_6
Ketentuanketentuan pokok peternakan_kesehatan_hew_6Ketentuanketentuan pokok peternakan_kesehatan_hew_6
Ketentuanketentuan pokok peternakan_kesehatan_hew_6Ilham Mustafa
 
Ketentuanketentuan pokok pertambangan_(uu_11_thn_11
Ketentuanketentuan pokok pertambangan_(uu_11_thn_11Ketentuanketentuan pokok pertambangan_(uu_11_thn_11
Ketentuanketentuan pokok pertambangan_(uu_11_thn_11Ilham Mustafa
 

More from Ilham Mustafa (20)

Tanda kehormatan bintang_bhayangkara_(uu_14_thn_1_14
Tanda kehormatan bintang_bhayangkara_(uu_14_thn_1_14Tanda kehormatan bintang_bhayangkara_(uu_14_thn_1_14
Tanda kehormatan bintang_bhayangkara_(uu_14_thn_1_14
 
Stastistik (uu 7_thn_1960)_7
Stastistik (uu 7_thn_1960)_7Stastistik (uu 7_thn_1960)_7
Stastistik (uu 7_thn_1960)_7
 
Sensus (uu 6_thn_1960)_6
Sensus (uu 6_thn_1960)_6Sensus (uu 6_thn_1960)_6
Sensus (uu 6_thn_1960)_6
 
Pokokpokok perkoprasian (uu_12_thn_1967)_12
Pokokpokok perkoprasian (uu_12_thn_1967)_12Pokokpokok perkoprasian (uu_12_thn_1967)_12
Pokokpokok perkoprasian (uu_12_thn_1967)_12
 
Pokokpokok perbankan (uu_14_thn_1967)_14
Pokokpokok perbankan (uu_14_thn_1967)_14Pokokpokok perbankan (uu_14_thn_1967)_14
Pokokpokok perbankan (uu_14_thn_1967)_14
 
Pokokpokok kesehatan (uu_9_thn_1960)_9
Pokokpokok kesehatan (uu_9_thn_1960)_9Pokokpokok kesehatan (uu_9_thn_1960)_9
Pokokpokok kesehatan (uu_9_thn_1960)_9
 
Pokokpokok kepegawaian (uu_8_thn_1974)_8
Pokokpokok kepegawaian (uu_8_thn_1974)_8Pokokpokok kepegawaian (uu_8_thn_1974)_8
Pokokpokok kepegawaian (uu_8_thn_1974)_8
 
Perubahan pasal 18__nomor_62_tahun_1958_tentang_k_3
Perubahan pasal 18__nomor_62_tahun_1958_tentang_k_3Perubahan pasal 18__nomor_62_tahun_1958_tentang_k_3
Perubahan pasal 18__nomor_62_tahun_1958_tentang_k_3
 
Perkoperasian (uu 14_thn_1965)_14
Perkoperasian (uu 14_thn_1965)_14Perkoperasian (uu 14_thn_1965)_14
Perkoperasian (uu 14_thn_1965)_14
 
Peraturan dasar pokokpokok_agraria_(uu_5_thn_1960_5
Peraturan dasar pokokpokok_agraria_(uu_5_thn_1960_5Peraturan dasar pokokpokok_agraria_(uu_5_thn_1960_5
Peraturan dasar pokokpokok_agraria_(uu_5_thn_1960_5
 
Perjanjian bagi hasil_(uu_2_thn_1960)_2
Perjanjian bagi hasil_(uu_2_thn_1960)_2Perjanjian bagi hasil_(uu_2_thn_1960)_2
Perjanjian bagi hasil_(uu_2_thn_1960)_2
 
Pengadilan dalam lingkungan_peradilan_umum_mahkam_13
Pengadilan dalam lingkungan_peradilan_umum_mahkam_13Pengadilan dalam lingkungan_peradilan_umum_mahkam_13
Pengadilan dalam lingkungan_peradilan_umum_mahkam_13
 
Penertiban perjudian (uu_7_thn_1974)_7
Penertiban perjudian (uu_7_thn_1974)_7Penertiban perjudian (uu_7_thn_1974)_7
Penertiban perjudian (uu_7_thn_1974)_7
 
Pembentukan kejaksaan tinggi_(uu_16_thn_1961)_16
Pembentukan kejaksaan tinggi_(uu_16_thn_1961)_16Pembentukan kejaksaan tinggi_(uu_16_thn_1961)_16
Pembentukan kejaksaan tinggi_(uu_16_thn_1961)_16
 
Penambahan nomor_11_tahun_1966,_tentang_ketentua_4
Penambahan  nomor_11_tahun_1966,_tentang_ketentua_4Penambahan  nomor_11_tahun_1966,_tentang_ketentua_4
Penambahan nomor_11_tahun_1966,_tentang_ketentua_4
 
Narkotika (uu 9_thn_1976)_9
Narkotika (uu 9_thn_1976)_9Narkotika (uu 9_thn_1976)_9
Narkotika (uu 9_thn_1976)_9
 
Larangan penarikan cek_kosong_(uu_17_thn_1964)_17
Larangan penarikan cek_kosong_(uu_17_thn_1964)_17Larangan penarikan cek_kosong_(uu_17_thn_1964)_17
Larangan penarikan cek_kosong_(uu_17_thn_1964)_17
 
Lalu lintas angkutan_jalan_raya_(uu_3_thn_1965)_3
Lalu lintas angkutan_jalan_raya_(uu_3_thn_1965)_3Lalu lintas angkutan_jalan_raya_(uu_3_thn_1965)_3
Lalu lintas angkutan_jalan_raya_(uu_3_thn_1965)_3
 
Ketentuanketentuan pokok peternakan_kesehatan_hew_6
Ketentuanketentuan pokok peternakan_kesehatan_hew_6Ketentuanketentuan pokok peternakan_kesehatan_hew_6
Ketentuanketentuan pokok peternakan_kesehatan_hew_6
 
Ketentuanketentuan pokok pertambangan_(uu_11_thn_11
Ketentuanketentuan pokok pertambangan_(uu_11_thn_11Ketentuanketentuan pokok pertambangan_(uu_11_thn_11
Ketentuanketentuan pokok pertambangan_(uu_11_thn_11
 

Recently uploaded

Koneksi Antar Materi Modul 1.4.ppt x
Koneksi Antar Materi Modul 1.4.ppt           xKoneksi Antar Materi Modul 1.4.ppt           x
Koneksi Antar Materi Modul 1.4.ppt x
johan199969
 
Pi-2 AGUS MULYADI. S.Pd (3).pptx visi giru penggerak dan prakrsa perubahan bagja
Pi-2 AGUS MULYADI. S.Pd (3).pptx visi giru penggerak dan prakrsa perubahan bagjaPi-2 AGUS MULYADI. S.Pd (3).pptx visi giru penggerak dan prakrsa perubahan bagja
Pi-2 AGUS MULYADI. S.Pd (3).pptx visi giru penggerak dan prakrsa perubahan bagja
agusmulyadi08
 
SOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptx
SOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptxSOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptx
SOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptx
astridamalia20
 
LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..
LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..
LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..
widyakusuma99
 
Form B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docx
Form B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docxForm B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docx
Form B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docx
EkoPutuKromo
 
PPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdf
PPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdfPPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdf
PPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdf
safitriana935
 
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondel
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-OndelSebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondel
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondel
ferrydmn1999
 
Bab 3 Sejarah Kerajaan Hindu-Buddha.pptx
Bab 3 Sejarah Kerajaan Hindu-Buddha.pptxBab 3 Sejarah Kerajaan Hindu-Buddha.pptx
Bab 3 Sejarah Kerajaan Hindu-Buddha.pptx
nawasenamerta
 
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docxRUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
kinayaptr30
 
KOMITMEN MENULIS DI BLOG KBMN PB PGRI.ppt
KOMITMEN MENULIS DI BLOG KBMN PB PGRI.pptKOMITMEN MENULIS DI BLOG KBMN PB PGRI.ppt
KOMITMEN MENULIS DI BLOG KBMN PB PGRI.ppt
Dedi Dwitagama
 
Permainan Wiwi Wowo aksi nyata berkebhinekaan
Permainan Wiwi Wowo aksi nyata berkebhinekaanPermainan Wiwi Wowo aksi nyata berkebhinekaan
Permainan Wiwi Wowo aksi nyata berkebhinekaan
DEVI390643
 
PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...
PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...
PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...
agusmulyadi08
 
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum MerdekaModul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Fathan Emran
 
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptxRANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
SurosoSuroso19
 
tugas modul 1.4 Koneksi Antar Materi (1).pptx
tugas  modul 1.4 Koneksi Antar Materi (1).pptxtugas  modul 1.4 Koneksi Antar Materi (1).pptx
tugas modul 1.4 Koneksi Antar Materi (1).pptx
d2spdpnd9185
 
PPT Aksi Nyata Diseminasi Modul 1.4.pptx
PPT Aksi Nyata Diseminasi Modul 1.4.pptxPPT Aksi Nyata Diseminasi Modul 1.4.pptx
PPT Aksi Nyata Diseminasi Modul 1.4.pptx
Kurnia Fajar
 
MATERI SOSIALISASI PPDB JABAR- 4PAN052024.pdf
MATERI SOSIALISASI PPDB JABAR- 4PAN052024.pdfMATERI SOSIALISASI PPDB JABAR- 4PAN052024.pdf
MATERI SOSIALISASI PPDB JABAR- 4PAN052024.pdf
ssuser289c2f1
 
Tugas Mandiri 1.4.a.4.3 Keyakinan Kelas.pdf
Tugas Mandiri 1.4.a.4.3 Keyakinan Kelas.pdfTugas Mandiri 1.4.a.4.3 Keyakinan Kelas.pdf
Tugas Mandiri 1.4.a.4.3 Keyakinan Kelas.pdf
muhammadRifai732845
 
Laporan pembina seni tari - www.kherysuryawan.id.pdf
Laporan pembina seni tari - www.kherysuryawan.id.pdfLaporan pembina seni tari - www.kherysuryawan.id.pdf
Laporan pembina seni tari - www.kherysuryawan.id.pdf
heridawesty4
 
RHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdf
RHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdfRHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdf
RHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdf
asyi1
 

Recently uploaded (20)

Koneksi Antar Materi Modul 1.4.ppt x
Koneksi Antar Materi Modul 1.4.ppt           xKoneksi Antar Materi Modul 1.4.ppt           x
Koneksi Antar Materi Modul 1.4.ppt x
 
Pi-2 AGUS MULYADI. S.Pd (3).pptx visi giru penggerak dan prakrsa perubahan bagja
Pi-2 AGUS MULYADI. S.Pd (3).pptx visi giru penggerak dan prakrsa perubahan bagjaPi-2 AGUS MULYADI. S.Pd (3).pptx visi giru penggerak dan prakrsa perubahan bagja
Pi-2 AGUS MULYADI. S.Pd (3).pptx visi giru penggerak dan prakrsa perubahan bagja
 
SOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptx
SOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptxSOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptx
SOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptx
 
LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..
LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..
LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..
 
Form B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docx
Form B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docxForm B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docx
Form B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docx
 
PPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdf
PPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdfPPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdf
PPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdf
 
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondel
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-OndelSebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondel
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondel
 
Bab 3 Sejarah Kerajaan Hindu-Buddha.pptx
Bab 3 Sejarah Kerajaan Hindu-Buddha.pptxBab 3 Sejarah Kerajaan Hindu-Buddha.pptx
Bab 3 Sejarah Kerajaan Hindu-Buddha.pptx
 
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docxRUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
 
KOMITMEN MENULIS DI BLOG KBMN PB PGRI.ppt
KOMITMEN MENULIS DI BLOG KBMN PB PGRI.pptKOMITMEN MENULIS DI BLOG KBMN PB PGRI.ppt
KOMITMEN MENULIS DI BLOG KBMN PB PGRI.ppt
 
Permainan Wiwi Wowo aksi nyata berkebhinekaan
Permainan Wiwi Wowo aksi nyata berkebhinekaanPermainan Wiwi Wowo aksi nyata berkebhinekaan
Permainan Wiwi Wowo aksi nyata berkebhinekaan
 
PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...
PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...
PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...
 
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum MerdekaModul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
 
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptxRANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
 
tugas modul 1.4 Koneksi Antar Materi (1).pptx
tugas  modul 1.4 Koneksi Antar Materi (1).pptxtugas  modul 1.4 Koneksi Antar Materi (1).pptx
tugas modul 1.4 Koneksi Antar Materi (1).pptx
 
PPT Aksi Nyata Diseminasi Modul 1.4.pptx
PPT Aksi Nyata Diseminasi Modul 1.4.pptxPPT Aksi Nyata Diseminasi Modul 1.4.pptx
PPT Aksi Nyata Diseminasi Modul 1.4.pptx
 
MATERI SOSIALISASI PPDB JABAR- 4PAN052024.pdf
MATERI SOSIALISASI PPDB JABAR- 4PAN052024.pdfMATERI SOSIALISASI PPDB JABAR- 4PAN052024.pdf
MATERI SOSIALISASI PPDB JABAR- 4PAN052024.pdf
 
Tugas Mandiri 1.4.a.4.3 Keyakinan Kelas.pdf
Tugas Mandiri 1.4.a.4.3 Keyakinan Kelas.pdfTugas Mandiri 1.4.a.4.3 Keyakinan Kelas.pdf
Tugas Mandiri 1.4.a.4.3 Keyakinan Kelas.pdf
 
Laporan pembina seni tari - www.kherysuryawan.id.pdf
Laporan pembina seni tari - www.kherysuryawan.id.pdfLaporan pembina seni tari - www.kherysuryawan.id.pdf
Laporan pembina seni tari - www.kherysuryawan.id.pdf
 
RHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdf
RHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdfRHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdf
RHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdf
 

Ketentuan ketentuan pokok_kepolisian_(uu_12_thn_1_12

  • 1. UU 13/1961, KETENTUAN KETENTUAN POKOK KEPOLISIAN........ Bentuk: UNDANG-UNDANG (UU) Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Nomor: 13 TAHUN 1961 (13/1961) Tanggal: 30 JUNI 1961 (JAKARTA) Sumber: LN 1961/245; TLN NO. 2289 Tentang: KETENTUAN-KETENTUAN POKOK KEPOLISIAN NEGARA REFR TGPTNM="*)">*) Indeks: KEPOLISIAN NEGARA. KETENTUAN-KETENTUAN POKOK. Presiden Republik Indonesia, Menimbang: perlu diadakan Undang-undang tentang ketentuan-ketentuan pokok Kepolisian Negara, agar supaya Kepolisian Negara Republik Indonesia sebagai alat Negara penegak hukum - dalam menyelesaikan revolusi sebagai alat revolusi yang terutama bertugas untuk keamanan didalam negeri - dapat menunaikan tugasnya sebaik-baiknya. Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (1), pasal 20 ayat (1) dan pasal 27 ayat (1) Undang-undang Dasar; 2. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara No.I/ MPRS/1960 dan No. II/MPRS/1960; 3. Undang-undang REFR DOCNM="60ppu010">No. 10 Prp tahun 1960 (Lembaran-Negara tahun 1960 No. 31); Dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat Gotong-Royong. MEMUTUSKAN : MENETAPKAN: UNDANG-UNDANG TENTANG KETENTUAN-KETENTUAN POKOK KEPOLISIAN NEGARA. BAB I.
  • 2. KETENTUAN-KETENTUAN Pasal 1. (1). Kepolisian Negara Republik Indonesia, selanjutnya disebut Kepolisian Negara, ialah alat Negara penegak hukum yang terutama bertugas memelihara keamanan didalam negeri. (2). Kepolisian Negara dalam menjalankan tugasnya selalu menjunjung tinggi hak-hak azasi rakyat dan hukum Negara. Pasal 2. Dalam melaksanakan ketentuan-ketentuan dalam pasal 1 maka Kepolisian Negara mempunyai tugas : (1) a. memelihara ketertiban dan menjamin keamanan umum; b. mencegah dan memberantas menjalarnya penyakit-penyakit masyarakat; c. memelihara keselamatan Negara terhadap gangguan dari dalam; d. memelihara keselamatan orang, benda dan masyarakat, termasuk memberi perlindungan dan pertolongan; dan e. mengusahakan ketaatan warga-negara dan masyarakat terhadap peraturan-peraturan Negara; (2) dalam bidang peradilan mengadakan penyelidikan atas kejahatan dan pelanggaran menurut ketentuan-ketentuan dalam undang-undang Hukum Acara Pidana dan lain-lain peraturan Negara; (3) mengawasi aliran-aliran kepercayaan yang dapat membahayakan masyarakat dan Negara; (4) melaksanakan tugas-tugas khusus lain yang diberikan kepadanya oleh suatu peraturan Negara. Pasal 3. Kepolisian Negara adalah Angkatan Bersenjata. TGPT NAME="ps4">Pasal 4. Semua peraturan-peraturan kepegawaian, gaji, pendidikan, perawatan, kesejahteraan rokhani/jasmani dan urusan sosial dari anggota Kepolisian Negara dan keluarganya diatur dengan peraturan Negara. BAB II. PIMPINAN DAN SUSUNAN KEPOLISIAN NEGARA Pasal 5.
  • 3. (1) Penyelenggaraan tugas Kepolisian Negara dilakukan oleh Departemen Kepolisian. (2) Susunan Organisasi, termasuk didalamnya pengkhususan lingkungan kerja tertentu, diatur lebih lanjut dengan Keputusan-keputusan Presiden. Pasal 6. Presiden memegang kekuasaan tertinggi atas Kepolisian Negara. Pasal 7. (1) Menteri yang menguasai Kepolisian Negara, selanjutnya disebut Menteri, memegang pimpinan penyelenggaraan tugas Kepolisian Negara, baik pencegahan (prepentip) maupun pemberantasan (represip). (2) Menteri menetapkan kebijaksanaan kepolisian, sesuai dengan politik Pemerintah umumnya dan politik keamanan nasional khususnya serta bertanggung jawab atas pelaksanaan tugas memelihara keamanan didalam negeri. (3) Menteri memegang pimpinan Departemen Kepolisian. (4) Menteri memegang pimpinan dan penguasaan umum daripada Kepolisian Negara. Pasal 8. Kepala Kepolisian Negara memegang pimpinan tehnis dan Komando Angkatan Kepolisian Negara. Pasal 9. (1) Kepolisian Negara merupakan satu kesatuan. (2) Pembagian wilayah Republik Indonesia dalam daerah-daerah wewenang Kepolisian disusun menurut keperluan pelaksanaan tugas Kepolisian Negara dan ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah. (3) Pimpinan Kepolisian di daerah bertanggung jawab atas pimpinan serta pelaksanaan kebijaksanaan keamanan dan lain-lain tugas Kepolisian di daerahnya masing-masing dan langsung bertanggung jawab kepada penjabat Polisi yang menurut hierarchi ada di atasnya. Pasal 10 Mengingat adanya wewenang Kepala Daerah yang memegang pimpinan kebijaksanaan politik polisionil dan koordinasi dinas- dinas vertikal di daerahnya maka Kepala Daerah dapat mempergunakan Kepolisian Negara yang ada dalam daerahnya untuk melaksanakan wewenangnya dengan memperhatikan hierarchi dalam Kepolisian Negara.
  • 4. BAB III WEWENANG DAN KEWAJIBAN Pasal 11. (1) Pada umumnya tiap-tiap penjabat Kepolisian Negara menjalankan tugas kepolisian tersebut pada pasal 2 dalam wilayah dimana ia ditempatkan. (2) Ia berwenang menjalankan tugas kepolisian tersebut di seluruh wilayah Republik Indonesia. Pasal 12. Penyidikan perkara dilakukan oleh penjabat-penjabat Kepolisian tertentu, yang selanjutnya diatur dengan Peraturan Menteri. Pasal 13. Untuk kepentingan penyidikan, maka Kepolisian Negara berwenang: a. menerima pengaduan; b. memeriksa tanda pengenalan; c. mengambil sidik jari dan memotret seseorang; d. menangkap orang; e. mengggeledah badan; f. menahan orang sementara; g. memanggil orang untuk didengar dan diperiksa; h. mendatangkan ahli; i. menggeledah halaman, rumah, gudang, alat pengangkutan darat - laut dan - udara; j. membeslah barang untuk dijadikan bukti; dan k. mengambil tindakan-tindakan lain; a sampai dengan k menurut ketentuan-ketentuan dalam Undang-undang Hukum Acara Pidana dan/atau lain peraturan Negara, dengan senantiasa mengindahkan norma-norma keagamaan, perikemanusiaan, kesopanan dan kesusilaan. Pasal 14. Menteri mengawasi agar penahanan dan perlakuan terhadap orang yang ditahan oleh penjabatpenjabat Kepolisian Negara dilakukan berdasarkan hukum dan mengadakan ketentuan-ketentuan guna pelaksanaan pengawasan tersebut. Pasal 15. Dalam melaksanakan wewenang dimaksud dalam pasal 12 dan 13 maka diindahkan ketentuanketentuan dalam Undang-undang Pokok Kejaksaan.
  • 5. BAB IV. HUBUNGAN DENGAN INSTANSI-INSTANSI LAIN. Pasal 16. Hubungan Kepolisian Negara dengan instansi-instansi lain didasarkan atas sendi-sendi hubungan fungsionil, dengan mengindahkan hierarchi masing-masing fihak. Pasal 17. Dalam hal terjadi gangguan ketertiban dan keamanan umum, dalam hal mana diduga bahwa tenaga Kepolisian Negara tidak mencukupi untuk mengatasinya, maka diberikan bantuan militer, menurut peraturan-peraturan yang berlaku tentang bantuan militer. Pasal 18. (1) Mengenai tugas serta kedudukan Kepolisian Negara pada waktu Negara dinyatakan dalam keadaan bahaya, berlaku peraturan-peraturan perundang-undangan tentang keadaan bahaya. (2) Kepolisian Negara dapat diikut-sertakan secara fisik didalam pertahanan dan ikut serta didalam pengalaman usaha pertahanan guna mencapai potensi maximal dari rakyat di dalam pertahanan total. BAB V. PENUTUP Pasal 19. Undang-undang ini dapat disebut "UNDANG-UNDANG POKOK KEPOLISIAN NEGARA" dan mulai berlaku, pada hari diundangkan. Agar supaya setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan pengundangan undang-undang ini dengan penempatan dalam Lembaran Negara Republik Indonesia. Disahkan di Jakarta pada tanggal 30 Juni 1961 Pejabat Presiden Republik Indonesia JUANDA.
  • 6. Diundangkan di Jakarta. pada tanggal 30 Juni 1961. Pejabat Sekretaris Negara, SANTOSO. PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 1961 TENTANG KETENTUAN-KETENTUAN POKOK KEPOLISIAN NEGARA. UMUM. 1. Seperti juga halnya dengan alat-alat kekuasaan Negara lainnya, Kepolisian Negara Republik Indonesia adalah alat revolusi dalam rangka Pembangunan Nasional Semesta Berencana untuk menuju tercapainya masyarakat adil dan makmur bersama berdasarkan Pancasila atau masyarakat Sosialis Indonesia guna memenuhi Amanat Penderitaan Rakyat. Pada waktu sekarang dirasakan perlu untuk mengadakan konsolidasi sekedarnya dalam tugas dan organisasi Kepolisian Negara sebagai alat revolusi dan sebagai penegak hukum di antara alatalat revolusi dan penegak-penegak hukum lainnya.Yang dimaksudkan ialah konsolidasi berupa penampungan dalam suatu Undang-undang sehingga diperoleh pegangan yang serba tegas dan cukup jelas bagi Kepolisian Negara dalam menunaikan tugasnya. Sekiranya tidak perlu dijelaskan lebih lanjut bahwa penyusunan Undang-undang Pokok Kepolisian ini didasarkan pada Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara Nomor I/MPRS/ 1960 dan Nomor II MPRS/ 1960 (Lampiran A mengenai bidang Keamanan /Pertahanan Nomor 42, Nomor 46 dan Nomor 48). 2. Mengingat rangka dan tujuan Kepolisian Negara sebagai yang dikemukakan di atas maka diharapkan bahwa tugas Kepolisian Negara diselenggarakan pula dengan jiwa pembangunan Nasional Semesta Berencana itu. 3. Sebagai tugas pokok Kepolisian Negara dapat disebut memelihara keamanan didalam Negeri. Penyidikan tindak pidana termasuk pula tugas pokok Kepolisian Negara dalam bidang peradilan. Penyidikan terutama ditujukan terhadap tindak pidana yang merintangi tujuan revolusi mencapai masyarakat adil dan makmur. Sesuai dengan pembagian kerja antara Kepolisian Negara dan Kejaksaan maka perlu ditegaskan bahwa penuntutan perkara diserahkan semata-mata kepada Kejaksaan, dengan pengertian bahwa dalam hal-hal tertentu, menurut dan seperti yang ditetapkan dalam Undang-undang Hukum Acara Pidana dan lain-lain peraturan Negara, Polisi Negara berwenang mengajukan suatu perkara pidana langsung kepada Pengadilan. Berhubung dengan hal bahwa Kejaksanaan berwenang melakukan penyidikan lanjutan, maka perlu adanya ketentuan-ketentuan yang mengatur kerja sama antara Kejaksaan dan Kepolisian Negara dalam penyidikan lanjutan. Ketentuan-ketentuan yang dimaksudkan itu diatur tersendiri antara instansi-instansi yang bersangkutan.
  • 7. Selanjutnya, berhubung dengan penyidikan perkara, perlu dicatat bahwa dalam praktek Kepolisian (menurut hukum yang tak tertulis) fihak Kepolisian Negara berdasarkan kepentingan umum dapat menyampingkan suatu perkara yang serba ringan, sehingga perkara itu tidak sampai pada tingkat penuntutan oleh Jaksa. Praktek yang dimaksud itu dapat berlangsung terus. Berhubung dengan penuntutan perkara yang menjadi tugas semata-mata dari Kejaksaan ditambah wewenang Jaksa Agung untuk menyampingkan suatu perkara berdasarkan kepentingan umum, perlu dicatat bahwa mengenai penyampingan perkara berlaku dan tetap berlaku prosedur, bahwa Kepala Kepolisian Negara diajak berunding sebelum diambil tindakan penyampingan oleh Jaksa Agung, sesuai dengan ketentuan-ketentuan dalam Undang-undang Pokok Kejaksaan. PASAL DEMI PASAL. Pasal 1. ayat (1). Khusus dalam rangka Pembangunan Nasional Semesta Berencana menuju ke "Masyarakat Sosialis Indonesia" tugas memelihara keamanan didalam negeri ditujukan kepada tiap gangguan /bahaya yang datangnya dari dalam dan yang mengancam usaha-usaha mencapai tujuan Nasional kita, sebagaimana ditegaskan dalam Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara No. I/MPRS/ 1960 dan No.II/MPRS/1960 (annex lampirannya).ayat (2). Dalam istilah "menjunjung tinggi" termasuk pengertian "memberi perlindungan". Pasal 2. Tugas-tugas Kepolisian Negara dalam pasal ini merupakan perincian daripada tugas yang disebut dalam pasal 1. Untuk kepentingan pelaksanaan tugas tersebut maka pada Kepolisian Negara diadakan antara lain Polisi Wanita, yang jumlahnya akan memenuhi keperluan di daerah sehingga pada pelosokpelosok. Tugas kepolisian itu ditujukan kepada semua orang dan golongan, termasuk orang-orang asing, yang berada di Indonesia. ayat (1). huruf a. Cukup jelas. huruf b. Yang dimaksud dengan penyakit masyarakat adalah antara lain: 1. pengemisan; 2. pelacuran; 3. perjudian; 4. pemadatan, pemabukan; 5. perdagangan manusia; 6. penghisapan (woeker); 7. pergelandangan.
  • 8. Adapun tugas Kepolisian Negara dalam mencegah dan memberantas penyakit-penyakit masyarakat tersebut ditujukan kepada penyakit- penyakit masyarakat yang akan/telah menjadi kejahatan/ pelanggaran. Dalam hal ini Kepolisian Negara bekerja erat dengan Departemen Kesejahteraan Sosial dan instansi-instansi lain yang bersangkutan. huruf c. Cukup jelas. huruf d. Cukup jelas. huruf e. Kepolisian Negara mengusahakan ketaatan warga negara dan masyarakat kepada peraturanperaturan Negara yang jaminan pengamanannya diserahkan kepada Kepolisian Negara. ayat (2). Cukup jelas. ayat (3). Pelaksanaan tugas ini, dihubungkan dengan ketentuan dalam pasal 1 ayat (2) tentang menjunjung tinggi hak-hak azasi rakyat antara lain yang terdapat dalam pasal 29 Undang-undang Dasar tentang kebebasan beragama. Dalam istilah "menjunjung tinggi" termasuk pengertian "memberi perlindungan". ayat (4). Tugas-tugas khusus lain yang dimaksud didalam ayat ini, diantaranya adalah tugas yang tercantum dalam ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara No. II/MPRS/1960 bidang Pemerintahan dan Keamanan/Pertahanan No. 51 yang menyatakan : "Polisi Negara diikut-sertakan dalam proses produksi dengan tidak mengurangi tugas utamanya." Pasal 3. Ketentuan dalam ayat ini adalah sesuai dengan Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara No.II/MPRS/1960. Pasal 4. Pasal ini adalah untuk menegaskan bahwa peraturan-peraturan kepegawaian dan sebagainya, untuk Kepolisian Negara berdasarkan kepada Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara pasal 8 yo Buku 'KE-EMPAT, JILID XII Bab 103 yo Bab 104 S 1183 mengenai Penyusunan Kepolisian Negara. Pasal 5.
  • 9. ayat (1) Cukup jelas. ayat (2). Pada Kepolisian Negara terdapat dinas-dinas dan lembaga-lembaga khusus untuk membantu Kepolisian Negara dalam melaksanakan tugasnya. Pasal 6. Pemimpin tertinggi dari Kepolisian Negara ialah Presiden, karena menurut Undang-undang Dasar 1945 Presiden adalah Kepala Pemerintahan dan Menteri-menteri adalah Pembantupembantunya, yang masing-masing langsung bertanggung jawab kepada Presiden. Pasal ini harus dihubungkan pula dengan ketentuan dan penjelasan pasal 3. Pasal 7 dan Pasal 8. Pasal 7 menurut ketentuan-ketentuan tentang tugas dan wewenang Menteri. Pasal 8 memuat ketentuan-ketentuan tentang tugas dan wewenang Kepala Kepolisian Negara. Jabatan Menteri yang memegang pimpinan Departemen Kepolisian dipangku oleh Kepala Kepolisian Negara sendiri, karena jabatan Menteri tersebut menghendaki pula pengertian dan pengetahuan sedalam-dalamnya tentang tehnik kepolisian, sesuai dengan Keputusan Presiden No. 21 Tahun 1960 yang mengadakan jabatan Menteri/Kepala Kepolisian Negara. Pasal 9. ayat (1). Cukup jelas. ayat (2). Pembagian daerah wewenang Kepolisian Negara disusun menurut keperluan pelaksanaan tugas Kepolisian Negara, karena pembagian daerah menurut persoalan kepolisian adalah lebih sesuai dengan tugas kepolisian yang harus dilaksanakan.Walaupun demikian, dalam hal pelaksanaannya harus diusahakan harmonis-dengan pembagian administratip dari instansiinstansi lain di luar kepolisian Negara. ayat (3). Cukup jelas. Pasal 10. Untuk kepentingan konsentrasi tindakan di daerah berdasarkan jiwa gotong-royong, maka Kepala Daerah dapat mengadakan koordinasi dari semua usaha-usaha dari Dinas-dinas tehnis di daerahnya, termasuk Kepolisian Negara di daerah. Pasal 11. Cukup jeals. Pasal 12. Dengan peraturan Menteri ditetapkan pejabat-pejabat mana diberi wewenang sebagai penyidik
  • 10. umum dan pejabat-pejabat mana sebagai pembantu penyidik umum. Menteri menentukan syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh penyidik umum dan pembantu penyidik umum, untuk menjamin penyidikan perkara sebaik-baiknya tanpa sesuatu tekanan dan paksaan. Pasal 13. Cukup jelas. Pasal 14. Pengawasan ini ditujukan kepada sah atau tidaknya penahanan-penahanan orang sepanjang dilakukan oleh pejabat-pejabat Kepolisian Negara. Pejabat-pejabat yang menahan orang tidak berdasarkan hukum, dikenakan hukuman administratip dan / atau hukuman pidana. Pasal 15. Hubungan kerja sebagai yang dimaksud dalam pasal ini harus dilakukan dengan menjunjung tinggi kerja-sama yang sederajat, sesuai dengan semangat gotong-royong sebagai unsur kepribadian Indonesia. Pasal 16. Hubungan Kepolisian Negara dengan instansi-instansi lain didasarkan atas sendi-sendi hubungan fungsionil, agar supaya dapat dijamin hierarchi dan disiplin Kepolisian Negara yang teguh. Disamping itu juga, hubungan instansi-instansi luar dengan fihak Kepolisian Negara dilakukan menurut prosedur yang tidak melanggar hierarchi Kepolisian Negara, pun pula hubunganhubungan hierarchi yang berlaku dilain instansi. Pasal 17. Cukup jelas. Pasal 18. ayat (1). Cukup jelas. ayat (2). Ketentuan dalam ayat ini adalah sesuai dengan praktek sejak Proklamasi Kemerdekaan hingga sekarang dan Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara No.II/MPRS/1960. Pasal 19. Cukup jelas. -------------------------------CATATAN
  • 11. TGPT NAME="*)">*) Disetujui D.P.R.G.R. dalam rapat pleno terbuka ke-27 pada hari Senin tanggal 19 Juni 1961, P.136/1961 Kutipan: LEMBARAN NEGARA DAN TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA TAHUN 1961 YANG TELAH DICETAK ULANG