PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
Tabligh menggapai mubai'in baru & mengubah isu negatif menjadi positif
1. TABLIGH
MENGGAPAI MUBAI’IN BARU & MENGUBAH ISU
“NEGATIF” MENJADI “POTISIF”
Disampaikan dalam Daras Shubuh Ijtima Nasional
Ansharullah, Jumat-Ahad, 15-17 November 2013, di
Krucil, Banjarnegara, Jawa Tengah
Oleh:
H.M. Syaeful ‘Uyun
Mubaligh Wilayah Jateng Timur
CP: 081385946560, PIN BB:2B072EDC
2.
3. Sesungguhnya orang-orang yang berkata, “Tuhan
kami Allah,” kemudian mereka istiqamah, turun
kepada mereka malaikat-malaikat, “Janganlah kamu
takut, dan jangan pula bersedih, dan berilah khabar
suka tentang surga yang telah di janjikan kepadamu.
“Kami adalah teman-temanmu di dalam kehidupan
dunia dan di akhirat. Dan bagi kamu di dalamnya apa
yang diinginkan diri kamu dan bagi kamu di dalamnya
apa yang kamu minta. Sebagai hidangan dari Tuhan
Yang Maha Pengampun, Maha Penyayang. Dan,
siapakah yang lebih baik pembicaraanya dari orang
yang mengajak manusia kepada Allah dan beramal
shaleh serta berkata, “Sesungguhnya aku termasuk
orang-orang yang berserah diri.” Dan tidaklah sama
kebaikan dan keburukan. Tolaklah keburukan itu
dengan cara yang sebaik-baiknya, maka tiba-tiba ia,
yang di antara engkau dan dirinya ada permusuhan,
akan menjadi seperti seorang sahabat yang setia.
Dan, tiada yang dianugerahi taufik itu selain orangorang yang sabar, dan tiada yang dianugerahi taufik
itu selain orang yang mempunyai bagian besar dalam
kebaikan. (Ha Mim As-Sajdah, 41:31-36)
4. TIGA KIAT KEBERHASILAN TABLIGH
PERSEPEKTIF HA MIM AS-SAJDAH,
41:31-36
Istiqamah/Teguh dalam ke-imanan
Mujahadah/Sungguh-sungguh dalam
bertabligh dan berserah diri kepadaNya.
Tolak keburukan dengan cara yang
sebaik-baiknya
5. METODELOGI TABLIGH
PERSPEKTIF AL-QURAN
“Panggilah kepada jalan Tuhan engkau dengan
bijaksana dan nasihat yang baik, dan bertukarpikiranlah dengan mereka, dengan cara yang
sebaik-baiknya. Sesungguhnya Tuhan engkau
Dia lebih mengetahui siapa yang telah sesat dari
jalan-Nya, dan Dia Maha Mengetahui siapa yang
mendapat petunjuk.” (An-Nahl, 16:126)
“Dan janganlah kamu berbantah dengan
Ahlikitab, melainkan dengan dalil-dalil yang
paling baik, kecuali dengan orang-orang yang
aniaya di antara mereka. Dan katakanlah, “Kami
beriman kepada apa yang telah diturunkan
kepada kami dan yang telah diturunkan kepada
kamu, dan Tuhan kami dan Tuhan kamu itu Esa,
dan kami kepada-Nya berserah diri.” (AlAnkabut, 29:47)
6. HUKUM TABLIGH
Wajib, sama wajibnya dengan shalat, puasa, zakat, dan
hajji:
Hai Rasul, sampaikanlah apa-apa yang diturunkan kepada
engkau dari Tuhan engkau. Dan jika engkau tidak
melakukan hal itu maka engkau tidak menyampaikan
amanat-Nya. Dan, Allah swt. akan melindungi engkau dari
manusia. Sesungguhnya Allah swt. tidak akan memberi
petunjuk kepada kaum kafir. (Al-Maidah, 5:68)
Imam Jemaat Ahmadiyah: “Setiap Ahmadi adalah
Mubaligh”.
Imam Jemaat Ahmadiyah: “Semua pengurus
Ansharullah harus membai’atkan 1 orang/tahun”.
(Amanat Huzur di Singapore)
8. KENDALA TABLIGH YANG DIHADAPI
JEMAAT AHMADIYAH INDONESIA
ISU NEGATIF:
Ahmadiyah tidak meyakini Nabi
Muahmmad saw sebagai “KhaatamanNabiyyin”.
Ahmadiyah punya Nabi baru ke-26,
bernama: “Mirza Ghulam Ahmad”.
Ahmadiyah punya kitab suci baru,
bernama: “Tadzkirah”.
Ahmadiyah punya kalimah syahadat
baru, tiga kalimah bukan dua kalimah.
Ahmadiyah punya kiblat baru: “QadianIndia”, bukan “Baitullah MekahAlmukaramah”.
9. DAMPAK ISU NEGATIF
TEROR MENTAL: Demo anti Ahmadiyah,
mengancam membunuh warga Ahmadiyah,
tuntutan pembubaran Ahmadiyah.
TEROR FISIK: Penutupan/penyegelan pusatpusat kegiatan Ahmadiyah, pembakaran,
pengusiran & pembunuhan warga Ahmadiyah.
TEROR POLITIK: SKB Tiga Menteri Nomor: 3
Tahun 2008, Nomor: Kep-033/A/JA/6/2008,
Nomor: 199 Tahun 2008:
10. PELUANG TABLIGH JEMAAT
AHMADIYAH DI INDONESIA
Isu-isu negatif, semuanya membuka peluang
tabligh bagi Jemaat Ahmadiyah Indonesia
Demo dan aksi-aksi brutal anti Ahmadiyah,
membuka peluang tabligh bagi Jemaat
Ahmadiyah Indonesia
SKB, membuka peluang tabligh bagi Jemaat
Ahmadiyah Indonesia
Pasal 29 UUD 1945: 1. Negara berdasar atas
Ketuhanan Yang Maha Esa, 2. Negara
menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk
untuk memeluk agamanya masing-masing
dan untuk beribadat menurut agamanya dan
kepercayaannya itu.
11. CARA MENGUBAH ISU
“NEGATIF” MENJADI “POSITIF”
JAI harus fokus mengklarifikasi isu-isu negatif, setiap
Ahmadi harus menjadi Agen Ahmadiyah, harus menjadi lidah
hidup Jemaat Ahmadiyah, dan harus bisa meyakinkan publik
tanah air:
Bahwa, Ahmadiyah 100 % Islam, dan meyakini Islam
sebagai agama terakhir dan tersempurna (Khaatamuddiin).
Bahwa, Ahmadiyah meyakini Nabi Muhammad sebagai
“Khaataman-Nabiyyin”, dalam arti “nabi terakhir”, “penutup
nabi yang membawa syari’at”, “tidak akan ada lagi nabi
yang membawa agama baru, kitab suci baru dan kalimah
syahadat baru”
Bahwa, Ahmadiyah “tidak pernah” meyakini “Hadhrat Mirza
Ghulam Ahmad as, sebagai nabi baru, yang membawa
agama baru, kitab suci baru, dan kalimah syahadat baru”.
Bahwa, kitab suci Ahmadiyah adalah “Al-Quran” bukan
“Tadzkirah”
Bahwa, kiblat Ahmadiyah adalah “Baitullah Mekkah”, bukan
“Qadian-India”.
13. APA YANG DISAMPAIKAN
KEPADA GUBERNUR JATENG?
Ahmadiyah Indonesia adalah organisasi Islam. Sama seperti NU, seperti
Muhammadiyah, dll.
Ahmadiyah Indonesia adalah organisasi yang legal formal berbadan
hukum dengan SK Menteri Kehakiman RI No. JA.5/23/13 Tgl.13-3-1953.
Dalam kehidupan berbangsa, Ahmadiyah menerima Pancasila sebagai
Dasar Negara, dan UUD 1945. Sikap politik Ahmadiyah, sesuai dengan
petunjuk Al-Quran: athii’ullaaha wa athii’urrasulla wa uulil amri minkum.
Dalam kehidupan beragama, Ahmadiyah berakidah sesuai dengan: 6
Rukun Iman, dan beribadah sesuai dengan: 5 Rukun Islam. Ahmadiyah
meyakini, Nabi Muhammad Saw, adalah Khaataman-Nabiyyin, Islam
adalah Khaatamuddin, dan Al-Quran adalah Khaatamul Kutuub.
Ahmadiyah meyakini, Islam adalah agama yang sempurna dan lengkap,
dan satu-satunya penuntun ke jalan yang lurus dan satu-satunya sarana
untuk mencapai kesatuan dengan Tuhan.
Tidak benar, jika ada yang mengatakan, Ahmadiyah tidak mengakui Nabi
Muhammad sebagai Khaataman-Nabiyyin, punya nabi baru, punya kitab
suci baru, dan punya kalimah syahadat baru.
Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad as, Pendiri Jemaat Ahmadiyah, dalam
keyakinan Jemaat Ahmadiyah, adalah orang yang fana fillah dan fana firRasul Saw.
Ke-fana-an Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad as, Pendiri Jemaat Ahmadiyah,
kepada Nabi Muhammad Saw, telah mengantarkan beliau menjadi ummati
– pengikut sejati, dhil – bayangan, atau buruz – cerminan, Nabi
Muhammad Saw.
15. APA YANG DISAMPAIKAN KEPADA
BUPATI BOYOLALI?
Ahmadiyah bukan agama. Ahmadiyah bukan partai politik.
Ahmadiyah adalah organisasi dalam agama (Islam), sama
seperti Muhammadiyah, NU, dll.
Ahmadiyah mengimani, Allah itu Esa dan Muhammad adalah
Nabi dan Rasul-Nya. Ahmadiyah mengimani, Nabi
Muhammad saw. adalah Khãtaman-Nabiyyîn – cap (yang
mengesahkan) semua nabi, penutup nabi-nabi, nabi lama
maupun nabi baru, nabi yang membawa syariat maupun
nabi yang tidak membawa syariat yang terpisah dari Islam
dan Nabi Muhammad saw, (tasyri’-ghairi tasyri’ mustaqil).
Ahmadiyah mengimani, Islam adalah Khãtamuddîn – agama
terakhir dan tersempurna, dan Al-Quran adalah KhãtamulKutûb – kitab suci terakhir dan tersempurna. Ahmadiyah
mengimani, kenabian tasyri’-ghairi tasyri’ mustaqil telah
berakhir pada diri Baginda Nabi Muhammad saw., dan kitab
syari’at telah berakhir pada Kitab Suci Al-Qur’an. Ahmadiyah
mengimani, semua potensi kenabian: tasyri’-ghairi tasyri’
mustaqil telah berakhir pada diri Baginda Nabi Muhammad
saw, kecuali yang secara buruzi dikenakan jubah kenabian
Nabi Muhammad saw.
16. Ahmadiyah mengimani, sesudah Nabi Muhammad saw.
tidak akan ada lagi nabi baru, yang membawa agama
baru, kitab suci baru dan kalimah syahadat baru.
Ahmadiyah mengimani, meyakini ada lagi nabi baru, yang
membawa agama baru, kitab suci baru, dan kalimah
syahadat baru terpisah dari Islam dan Nabi Muhammad
saw, adalah sebuah kekufuran yang sekufur-kufurnya dan
kesesatan yang sesesat-sesatnya serta menyimpang dari
pokok ajaran Islam. Keyakinan Ahmadiyah ini final dan
tidak bisa ditawar-tawar lagi. Tidak benar, jika ada yang
mengatakan, Ahmadiyah tidak mengakui Nabi Muhammad
sebagai Khaataman-Nabiyyin, punya nabi baru, punya
kitab suci baru, dan punya kalimah syahadat baru.
Ahmadiyah meyakini, Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad as.,
Pendiri Jemaat Islam Ahmadiyah, bukan nabi baru, yang
membawa agama baru, kitab suci baru, kalimah syahadat
baru, seperti yang diisukan, disangkakan, dan
dipropagandakan beberapa kalangan umat Islam nonAhmadiyah.
17. Ahmadiyah meyakini, Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad as,
adalah orang yang fana fillah – larut tenggelam dalam
kecintaan kepada Allah, dan fana fir-Rasul saw – larut
tenggelam dalam kecintaan kepada Nabi Rasulullah saw.
Ke-fana-annya kepada Allah swt, dan ke-fana-annya kepada
Nabi Muhammad saw, telah mengantarkan beliau mendapat
amanat dari Allah swt, sebagai Mujaddid Abad XIV H, Imam
Mahdi-Masih Mau’ud – Imam Mahdi-Almasih Yang Dijanjikan
Kedatangannya oleh Nabi Muhammad saw, dan yang
ditunggu-tunggu kedatangannya oleh seluruh umat Islam –
sunni atau pun syi’ah.
Ke-fana-annya yang demikian rupa kepada Allah swt, dan
Nabi Muhammad saw, tidak ada lagi hijab yang membatasi,
telah menjadikan beliau sebagai ummaty – pengikut sejati,
dhilly - bayangan, buruzy - cerminan, madhar kamil –
penampakan sempurna, Nabi Muhammad saw, dan mendapat
kehormatan mengenakan jubah kenabian Nabi Muhammad
saw.
Sebagi Mujaddid, Imam Mahdi-Masih Mau’ud, sebagai
ummaty, dhilly, buruzy, madhar kamil Nabi Muhammad saw,
dan sebagai orang yang mengenakan jubah kenabian Nabi
Muhammad saw, Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad as,
seutuhnya dan sepenuhnya mengimani Allah sebagai Tuhan,
Islam sebagai Agama, Muhammad sebagai Nabi dan RasulNya, dan berpedoman kepada serta melaksanakan Al-Quran
dan Sunnah Nabi Muhammad saw.
18. TENTANG ISLAM SEBAGAI AGAMA
TERAKHIR DAN TERSEMPURNA
(KHAATAMUD-DIIN)
Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad as:
“Inti dari mazhab kami ialah: Laa Ilaha ilallahu MuhammadurRasulullahu (Tidak ada Tuhan selain Allah, Muhammad adalah
Utusan Allah). Kepercayaan kami yang menjadi pergantungan
dalam hidup ini dan yang padanya kami, dengan karunia dan
taufik Allah, berpegang sampai saat terakhir dari hayat kami
di bumi ini ialah, Junjungan dan Penghulu kami, Nabi
Muhammad saw, adalah Khaataman-Nabiyyin dan Khairul
Mursalin – yang termulia dari antara Nabi-nabi. Di tangan
beliau hukum syari’at telah disempurnakan. Karunia yang
serupa ini pada waktu sekarang adalah satu-satunya
penuntun ke jalan yang lurus dan satu-satunya sarana untuk
mencapai kesatuan dengan Tuhan Yang Maha Kuasa”. (Izala-iAuham, hal. 137, 1891)
“Sesudahnya tidak akan datang kebenaran baru, dan tidak
pula sebelumnya ada satu kebenaran yang tidak terdapat
didalamnya. Sebab itu, diatas kenabian ini habislah semua
kenabian. Memang, sudah sepantasnya demikian, sebab
sesuatu yang ada permulaannya, tentu ada pula
kesudahannya”. (Al-Wasiat, Jemaat Ahmadiyah Indonesia
2006, hal. 24)
19. TENTANG NABI MUHAMMAD SAW,
SEBAGAI “KHAATAMAN-NABIYYIN”
Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad as:
“Dengan sungguh-sungguh saya percaya bahwa
Nabi Muhammad SAW., adalah Khaatamul Anbiya.
Seorang yang tidak percaya pada Khatamun
Nubuwwah beliau (Rasulullah SAW), adalah orang
yang tidak beriman dan berada diluar lingkungan
Islam” (Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad, Taqrir
Wajibul I’lan, 1891)
“Ketahuilah wahai saudaraku, sesungguhnya kami
beriman kepada Allah sebagai Tuhan, dan
Muhammad shallallaahu ‘alaihi wa sallam adalah
seorang nabi, serta kami beriman, beliau adalah
“Khaataman-nabiyyin”.
(Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad, Tuhfatu Baghdad : 23)
20. TENTANG “AL-QURAN” SEBAGAI
“KHAATAMUL-KUTUUB”
Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad as:
“Tidak ada kitab kami selain Al - Qur’an
Syarif dan tidak ada Rasul kami kecuali
Muhammad Mustafa shallallaahu ‘alaihi
wasallam. Tidak ada agama kami kecuali
Islam dan kita mengimani bahwa Nabi kita,
Muhammad shallallaahu ‘alaihi
wasallam. adalah Khaatamul Anbiya’,
dan Al - Qur’an Syarif adalah Khaatamul
Kutub. (Maktubaat-e-Ahmadiyyah, jld.5,
No. 4)
21. ALASAN PEMERINTAH RI
MENERBITKAN SURAT KEPUTUSAN
BERSAMA (SKB)
JAI tidak konsisten dengan 12 butir
penjelasannya terutama butir ke-3
Dari hasil evaluasi Pemerintah RI,
menjawab pertanyaan: Benarkah
Mirza Ghulam Ahmad nabi? Jawaban
JAI, di satu tempat, dengan tempat
lain tidak sama, ada yang
mengatakan benar nabi, ada yang
mengatakan bukan nabi, mereka
inkonsisten.
22. BENARKAH JAI INKONSISTEN?
BENARKAH HADHRAT MIRZA GHULAM
AHMAD NABI?
Hasil Poling:
1. Ya, benar, beliau adalah nabi.
2. Ya, benar, beliau adalah nabi, yakni Nabi Isa yang
dijanjikan kedatangannya oleh Nabi Muhammad saw.
3. Ya, benar, beliau adalah nabi, tetapi nabi yang tidak
membawa syari’at.
4. Ya, benar, beliau adalah nabi, tetapi nabi tidak membawa
syari’at dan tidak berdiri sendiri.
5. Ya, benar, beliau adalah nabi, tetapi nabi yang dicapai
melalui kecintaan dan kefanaan kepada Nabi Muhammad
saw.
6. Ya, benar, beliau adalah nabi, tetapi nabi ummati.
7. Ya, benar, beliau adalah nabi, tetapi nabi yang menjadi
bayangan (dhil), dan cerminan (buruz), Nabi Muhammad
saw.
23. EVALUASI JAWABAN ATAS PERTANYAAN:
BENARKAH HADHRAT MIRZA GHULAM
AHMAD NABI?
Benar, beliau adalah nabi ⇒ benar tetapi tidak lengkap dan
rawan mengundang salah faham, polemik, bahkan
vonis pengkafiran, ujungnya SKB
Benar, beliau adalah nabi, yakni Nabi Isa yang dijanjikan
kedatangannya oleh Nabi Muhammad saw. ⇒ benar tetapi
memerlukan penjelasan lebih lanjut
Benar, beliau adalah nabi, tetapi nabi yang tidak membawa
syari’at ⇒ benar tetapi belum sempurna
Benar, beliau adalah nabi, tetapi nabi yang tidak membawa
syari’at dan tidak berdiri sendiri ⇒ benar dan sempurna
Benar, beliau adalah nabi, yakni nabi yang dicapai melalui
kecintaan dan kefanaan kepada Nabi Muhammad saw. ⇒
benar dan sempurna
Benar, beliau adalah nabi, tetapi nabi ummati ⇒ benar dan
sempurna
Benar, beliau adalah nabi, tetapi nabi yang menjadi bayangan
(dhil), dan cerminan (buruz), Nabi Muhammad saw. ⇒ benar
dan sempurna
24. JAWABAN YANG DIKEHENDAKI PEMBUAT
SKB: JAI KONSISTEN DENGAN 12 BUTIR
PENJELASAN PB JAI, BUTIR KE-3
Di antara keyakinan kami, Hadhrat
Mirza Ghulam Ahmad adalah seorang
guru, mursyid, pembawa berita
gembira dan peringatan serta
pengemban mubasyirat, pendiri dan
pemimpin Jemaat Ahmadiyah yang
bertugas memperkuat dakwah dan
syiar Islam yang dibawa oleh Nabi
Muhammad SAW.
25. PERLU MEMBERIKAN JAWABAN TAKTIS
UNTUK MEMPERLIHATKAN TINGKAT
KEILMUAN JAI BERADA DIATAS MEREKA
Nabi macam apa yang Anda
maksud?
Tasyri’?
Ghairi Tasyri’?
Mustaqil?
Ghairi Mustaqil?
Haqiqi?, atau
Dhilly?
26. KENABIAN YANG DIPROKLAMIRKAN
HADHRAT MIRZA GHULAM AHMAD as
“Ringkasnya, kenabian dan kerasulan saya adalah berdasarkan kedudukan
sebagai Muhammad SAW., dan Ahmad SAW., bukan berdasarkan diri saya
sendiri. Dan nama itu saya peroleh karena Fana Fir Rasul SAW, (mabuk
dalam kecintaan terhdap Rasulullah SAW). Oleh karena itu makna
“Khaataman-Nabiyyin”, tidak terganggu” (Ahmad, Ek Ghalati Ka Izalah,
sekarang dalam Mazharnamah : 87)
“Kapan pun dan dimanapun aku telah menolak disebut sebagai Nabi
atau Rasul, hal ini hanya berarti bahwa dengan mendapatkan karunia
kerohanian dari junjunganku yang mulia dan mendapatkan namanya,
aku telah dianugrahi pengetahuan mengenai khabar-khabar ghaib.
Tetapi, aku ulangi lagi, aku tidak memperkenalkan atau membawa
Syari’at baru dan aku tidak pernah menolak untuk disebut sebagai nabi
dalam makna ini. Malahan dengan makna inilah Tuhan telah
memanggilku dengan nama Nabi dan Rasul. Bahkan sampai sekarang
pun aku tidak menolak untuk disebut sebagai Nabi dan Rasul dalam
makna tersebut. Perkataanku: Man Naistam Rasool-o-Niyaa Warda
Amm Ktaab, yakni aku bukanlah seorang Nabi dan tidak membawa
kitab, tidaklah mengandung arti lain kecuali aku bukanlah seorang
nabi yang membawa Syari’at”. (Ek Galati Ka Izalah, hal. 13-14)
Berkali-kali aku katakan bahwa menurut ayat Al-Quran: Wa Aakhariina
minhum lammaa yalhaquu bihim, yakini: Dan juga kepada kaum yang
lain dari mereka yang belum berhubungan dengan mereka (62:3), aku
adalah cerminan gambar sang Khaataman-Nabiyyiin dan Muhammad
sendiri dalam bentuk buruz (bayangan). (Ek Galati Ka Izalah, hal. 16)
27. HADHRAT MIRZA GHULAM AHMAD as,
MENOLAK DISEBUT NABI YANG BERDIRI
SENDIRI (MUSTAQIL)
“Tuduhan yang dilemparkan kepada saya ialah bahwa
bentuk kenabian yang saya akui buat diri saya
menyebabkan saya keluar dari Islam. Dengan perkataan
lain saya dituduh mempercayai bahwa saya adalah nabi
yang berdiri sendiri, seorang nabi yang tak perlu
mengikuti Al-Quran Suci, dan bahwa kalimah saya lain
dan qiblat saya berubah. Juga saya disangkakan
menghapus syariat dan memutuskan tali kesetiaan
kepada Nabi Muhammad SAW,. Tuduhan itu sama
sekali palsu. Sesuatu pengakuan kenabian seperti
itu adalah kufur; ini jelas. Bukan hanya kini, tetapi dari
sejak permulaan sekali, saya selalu mengemukakan
dalam buku-buku saya, bahwa saya tidak mengakui
kenabian seperti itu untuk saya. Itu sama sekali adalah
tuduhan kosong dan suatu cercaan terhadap saya”
(Ahmad, Akhbar-i-Am, 26 Mei 1908 : 7; Tabligh-iRisalat, t.t. : 132-134)
28. HADHRAT MIRZA GHULAM AHMAD as,
MENOLAK DISEBUT NABI HAQIQI
“Apakah pendusta bejad yang mendakwakan
kerasulan dan kenabian seperti itu dapat mengimani
Quran Syarif? Dan apakah orang yang beriman
kepada Quran Syarif dan meyakini ayat: Wa lakirRasuulullaahi wa khaataman-nabiyyiina, sebagai
kalam Allah, dapat mengatakan bahwa dia juga
adalah rasul dan nabi sesudah Rasulullah saw?
Pencari keadilan hendaknya ingat, saya tidak pernah
pada waktu kapan pun menda’wakan kenabian atau
kerasulan secara haqiqi”. (Ahmad, Anjam-e-Atham,
catatan kaki, hal. 27-28, Mahzarnamah, hal. 83)
Namun, berkali-kali saya katakan bawa kata mursil
atau rasul atau nabi yang terdapat di dalam ilhamilham itu mengenai diri saya, itu bukanlah dalam
makna-makna haqiqi”. (Ahmad, Anjam-e-Atham,
catatan kaki, hal. 27-28, Mahzarnamah, hal.83)
29. HADHRAT MIRZA GHULAM AHMAD as, MENOLAK DAN
MENENTANG KEDATANGAN NABI BARU, YANG MEMBAWA
AGAMA BARU, KITAB SUCI DAN KALIMAH SYAHADAT BARU
(TASYRI’-GHAIRI TASYRI MUSTAQIL/NABI HAQIQI)
“Akidah kami adalah, seseorang yang mendakwakan
kenabian secara hakiki dan melepaskan dirinya dari
karunia/berkat-berkat Rasulullah SAW, serta
memisahkan diri dari mata air suci itu, lalu dia ingin
secara langsung menjadi nabi Allah, berarti dia itu
sesat dan tidak beragama. Dan orang seperti itu akan
membuat suatu kalimat syahadat tersendiri dan akan
menciptakan cara baru dalam peribadatan serta akan
mengadakan perubahan dalam hukum-hukum. Jadi,
tidak disangsikan lagi, dia adalah saudara bagi
Musailamah Kadzzab” (Ahmad, Anjam-e-Atham,
catatan kaki, hal. 27-28, Mahzarnamah : 84)
“Barangsiapa berkata sesudah Rasuullah SAW., bahwa
‘Aku adalah nabi dan rasul dalam makna hakiki’,
sedangkan dia berdusta dan dia meninggalkan AlQuran serta hukum-hukum Syariat yang mulia (AlQuran), berarti dia kafir dan pendusta”. (Ahmad,
Anjam-e-Atham, catatan kaki, hal. 27-28,
Mahzarnamah : 84)
30. HADHRAT MIRZA GHULAM AHMAD as, MENOLAK DAN
MENENTANG KEDATANGAN NABI BARU, YANG MEMBAWA
AGAMA BARU, KITAB SUCI DAN KALIMAH SYAHADAT BARU
(TASYRI’-GHAIRI TASYRI MUSTAQIL/NABI HAQIQI)
“Saya dengan sangat yakin dan dengan penda’waan
mengatakan bahwa potensi-potensi
nubuwwat/kenabian telah berakhir pada wujud
Rasulullah saw. Orang yang menegakan suatu silsilah
baru menentang beliau saw, lalau memaparkan suatu
kebenaran dan yang meninggalkan mata air kenabian
itu, adalah pendusta dan penipu. Saya katakan
dengan sejelas-jelasnya bahwa terkutuklah orang
yang meyakini orang lain di luar Rasulullah saw
sebagai nabi sesudah Rasulullah saw, dan yang
merubuhkan Khaatamun-Nubuwwat beliau saw. Itulah
sebabnya sesudah Rasulullah saw, tidak bisa datang
lagi nabi yang tidak memiliki cap/stempel kenabian
Muhammad saw.” (Al-Hakam, 10 Juni 1905, hal. 2,
Mahzarnamah : 84)
31. TEOLOGI KENABIAN HADHRAT MIRZA GHULAM AHMAD as.
TASYRI ’ I
MUSTAQIL
Nabi Tasyri’ Mustaqil:
1. Nabi Adam as.
2. Nabi Nuh as.
3. Nabi Ibrahim as.
4. Nabi Musa as.
5. Nabi Muhammad saw.
NABI
HAQIQUN
NABI
PINTUNYA TOTAL TELAH
TERTUTUP, KARENA
ISLAM ADALAH AGAMA
YANG SEMPURNA DAN
LENGKAP,
DAN RASULULLAH
S.A.W. ADALAH
“KHAATAMAN-NABIYYIN”
(5:3 & 33:40)
MUSTAQIL
(2:253)
(17:55)
GHAIRI
TASYRI’I
(6:84-90)
Nabi Ghairi Tasyri’ Mustaqil:
1. Nabi Ishaq as.
2. Nabi Yaqub as.
3. Nabi Yusuf as.
4. Nabi Harun as.
5. Nabi Daud as .
6. Nabi Sulaiman as.
7. Nabi Zakariya as.
8. Nabi Yahyas as.
9. Nabi Isa as, dll.
GHAIRI
MUSTAQIL
DHILLUN /
BURUZUN NABI
Nabi Ghairi Tasyri’i-Ghairi Mustaqil:
1. Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad as.
PINTUNYA TERBUKA,
BISA DICAPAI MELALUI
PINTU SIRAT-I-SHIDDIQUI
(JALAN SHIDDIQIYA),
YAKNI DENGAN
MELEBURKAN DIRI
SECARA SEMPURNA DAN
PENUH KECINTAAN
KEPADA RASULULLAH
S.A.W. (4:69-70, 6:124,
3:179)
32. STATUS HADHRAT MIRZA GHULAM AHMAD as.
BUKAN
NABI LAMA
Perwujudan
Kedatangan
Keduakali Nabi
Muhammad SAW
MIRZA
GHULAM
AHMAD
Orang yang
karena
Ke-fanaan-nya
di kenakan
“Jubah Kenabian”
Nabi
Muhammad SAW
BUKAN
NABI BARU
BUKAN
NABI TASYRI’
MUSTAQIL
(NABI HAQIQI)
NABI LAMA & NABI TASYRI MUSTAQIL
(NABI HAQIQI)
TIDAK BISA & TIDAK BOLEH DATANG
KARENA AKAN MERUSAK
“SEGEL KHAATAMAN-NABIYYIN”
NABI MUHAMMAD SAW.
•Nabi Yang
Tidak Membawa Syari’at
dan Tidak Berdiri Sendiri
(Nabiyyun Ghairi Tasyriyun
wa Ghairi Mustaqilun)
(Nabi Ummati)
(Nabi Dhilli)
(Nabi Buruzi)
BUKAN
NABI GHAIRI
TASYRI’
MUSTAQIL
(NABI HAQIQI)
BENTUK
KENABIAN BARU
TAPI
BUKAN
NABI BARU
NABI BARU & NABI GHAIRI TASYRI’
MUSTAQIL (NABI HAQIQI)
TIDAK BISA & TIDAK
BOLEH DATANG
KARENA AKAN MERUSAK
“SEGEL KHAATAMAN-NABIYYIN”
NABI MUHAMMAD SAW.
33. AHMADIYAH INDONESIA HARUS
MENAMPILKAN JATI DIRINYA
Loyalty – Kesetiaan
Freedom – Kemerdekaan
Equality – Kesetaraan
Respect – Menghargai, Menghormati
Peace – Damai
Love for all hatred for none –
mencintai semua orang, tidak
membenci siapa pun.
Ahmadiyah Indonesia, harus
menunjukan: 100 % Islam, dan 100
% Bangsa Indonesia
34. AHMADIYAH INDONESIA HARUS
JADI “ISLAM INDONESIA” BUKAN “ISLAM
DI INDONESIA”
Islam Indonesia, datang dari Timur Tengah atau
dari Hindustan sana. Tumbuh di Indonesia sesuai
dengan iklim, adat istiadat, dan budaya Indonesia.
Sebagai umat beragama, sepenuhnya berpedoman
kepada Al-Quran dan Sunnah Rasulullah Saw, sumber
pokok ajaran Islam. Sebagai warga negara,
sepenuhnya berpedoman kepada Dasar Negara:
Pancasila dan UUD 1945. Ia 100 % Islam tanpa
harus meninggalkan prinsip-prinsip kebangsaannya,
dan 100 % Bangsa Indonesia tanpa harus
meninggalkan prinsip-prinsip keagamaannya.
Islam di Indonesia, datang dari Arab atau Timur
Tengah sana. Mengadopsi semua pola, dari pola
politik, tradisi, adat istiadat Arab dan Timur Tengah
umumnya, hingga ke bentuk pakaian dan penutup
kepala, yang konon disebutnya sebagai pola agama.
35. CARAKTER “ISLAM INDONESIA”
Santun, toleran dan damai.
Ia menghargai, dam menghormati
agama, kepercayaan, tradisi, adat
istiadat dan budaya Bangsa
Indonesia.
Ia menghargai, menghormati:
Indonesia sebagai sebuah Bangsa
dan sebuah Negara, dan menerima
Pancasila sebagai Dasar Negara dan
UUD 1945.
36. CARAKTER “ISLAM DI INDONESIA”
Intoleran dan radikal.
Menganggap semua orang yang tidak
sefaham adalah kafir.
Dengan alasan jihad, bom bunuh diri halal.
Ia Datang di Indonesia dengan ingin
mengetrapkan segala pola politik, tradisi,
adat istiadat Arab dan Timur Tengah
umumnya, tanpa menghargai dan
menghormati sedikitpun tradisi, adat
istiadat dan budaya Bangsa Indonesia,
bahkan dengan Indonesia sebagai sebuah
Negara.
37. KONSEP BERAGAMA, BERBANGSA, DAN
BERNEGARA BAGI “ISLAM INDONESIA”
Islam
Pancasila
UUD 1945
UUD 1945 Perubahan
NKRI
Bhineka Tunggal Ika
Demokrasi
Pluralisme
: Yes! Agama
terakhir dan
tersempurna
: Yes!
: Yes!
: Yes!
: Yes!
: Yes!
: Oke! Yes!
: Oke! Yes!
38. KONSEP BERAGAMA, BERBANGSA, DAN
BERNEGARA BAGI “ISLAM DI INDONESIA”
Islam
Indonesia
: Wahyu, Yes!
: Negeri Kafir, Negeri
Thagut
Pancasila
: Bukan Wahyu, Haram
UUD 1945
: Bukan Wahyu, Haram
NKRI
: Bukan Daulah Khilafah
Islamiyah, Haram
Bhineka Tunggal Ika : Bukan Wahyu, Haram
Demokrasi
: Sistem Kufur: Haram
Pluralisme
: Bukan Agama, Haram
Karena mereka beranggapan Indonesia negeri kafir,
Pancasila, UUD 1945, NKRI, Bhineka Tunggal Ika,
Demokrasi, Pluralisme: haram, maka mereka pun
bercita-cita ingin merubah bentuk negara menjadi
negara Islam, dan mengganti Pancasila dengan
syari’ah, dengan khilafah, dll.
39.
40. SEBUAH PERTANYAAN UNTUK PARA
PENYELENGGARA NEGARA
Pilih bersekutu dengan “Islam Indonesia”, yang
santun, toleran dan damai, menghargai, menghormati
agama, kepercayaan, tradisi, adat istiadat dan budaya
Bangsa Indonesia, menghargai, menghormati: Indonesia
sebagai sebuah Bangsa dan sebuah Negara, dan
menerima Pancasila sebagai Dasar Negara dan UUD
1945?, atau
Pilih bersekutu dengan “Islam di Indonesia”, yang
intoleran dan radikal, menganggap semua orang yang
tidak sefaham adalah kafir, menghalalkan bom bunuh
diri dengan alasan jihad, ingin mengetrapkan segala
pola politik, tradisi, adat istiadat Arab dan Timur Tengah
umumnya, sama sekali menghargai dan menghormati
tradisi, adat istiadat dan budaya Bangsa Indonesia,
bahkan dengan Indonesia sebagai sebuah Negara?
41. UBAHLAH ISU “NEGATIF”
MENJADI “POSITIF”
SELAMAT BERTABLIGH