Konsep pembinaan remaja masjid di Dusun Kembang Buton membahas tentang pentingnya pemberdayaan remaja melalui kegiatan di masjid untuk mencegah perilaku negatif dan meningkatkan pemahaman agama. Tulisan ini mengidentifikasi masalah di masyarakat setempat dan merumuskan strategi pemberdayaan melalui pelatihan di masjid.
2. Konsep Pembinaan Remaja Masjid di Dusun Kembang Buton 2
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar belakang
Kondisi Dusun Kembang Buton di tengah kota
Ambon yang diapit oleh dua Perguruan Tinggi
Universitas Darussalam dan IAIN Ambon tetapi sampai
saat ini belum mendapat pelayanan pemberdayaan dari
berbagai aspek. Hal ini menunjukkan bahwa peran
perguruan tinggi sebagai pencerah di tengah masyarakat
belum tampak secara maksimal. Salah satu aspek yang
menjadi permasalahan adalah pemahaman akan
pentingnya pendidikan belum menjadi kewajiban,
kebutuhan, untuk mencerahkan remaja masjid Al-
Hidayah di dusun Kembang Buton.
Misalnya penataan masjid yang belum maksimal
dalam melayani umat, kurangnya pendidikan agama
pada remaja, kebiasaan minum minuman keras,
kebiasaan merayakan pesta joget untuk berbagai
perayaan seperti perkawinan anak-anak mereka selalu
3. Konsep Pembinaan Remaja Masjid di Dusun Kembang Buton 3
dirayakan dengan pesta joget. Selain itu kebiasaan
mereka juga yaitu judi yang sering dilakukan oleh para
remaja yang marak di tengah masyarakat. Hal ini kerap
kali menimbulkan prilaku yang kurang baik dan bahkan
dapat meresahkan masyarakat.
Perilaku bermasalah (problem behavior) remaja
masjid. Masalah perilaku yang dialami remaja di sekolah,
atau kampus dapat dikatakan masih dalam kategori
wajar jika tidak merugikan dirinya sendiri dan orang lain.
Problematika ini memberikan dampak terhadap
perkembangan prilaku remaja dan lingkungan
masyarakat. Keadaan ini menjadikan remaja masjid
menjadi sentral pemberdayaan akibat lemahnya
pembinaan pada remaja di dusun Kembang Buton.
Akibat kurangnya pembinaan remaja masjid kondisi
masyarakat di Kembang Buton termasuk masyarakat
yang kurang sehat. Karena kondisi remaja kurang sehat
inilah sehingga fokus pemberdayaan ini dikonsentrasikan
pada remaja masjid Al-Hidayah di dusun Kembang
Buton.
4. Konsep Pembinaan Remaja Masjid di Dusun Kembang Buton 4
Remaja masjid adalah aset terbesar dalam sumber
daya yang akan menggerakkan regulasi interaksi sosial di
dalam masyarakat. Ia adalah sosok sumber daya yang
dinamis dan jika tidak ada pemberdayaan dan
pembinaan secara intensif maka dapat melahirkan
problematika sosial.
Pemberdayaan remaja mulai pada tahun 1995-1998
awalnya dilakukan oleh Ibnu Jarir dan Marzuki sebagai
orang pertama yang membuat pemberdayaan di Dusun
Wara kemudian dirubah menjadi dusun Kembang Buton.
Tapi pemberdayaan ini tidak mencakup pada semua
masyarakat tetapi akan ditekankan pada kelompok
remaja. Pilihan remaja dalam pemberdayaan ini
dilatarbelakangi oleh pemikiran bahwa unsur penting di
tengah masyarakat adalah remaja, karena remaja kerap
kali menjadi salah satu penyebab keresahan di tengah
masyarakat seperti di jalan raya, dan tempat-tempat
umum di kota Ambon dan juga terjadi di daerah lain
sebagaimana yang ditayangkan di media massa.
5. Konsep Pembinaan Remaja Masjid di Dusun Kembang Buton 5
Akhir-akhir ini di media massa kerap kali terjadi
tawuran pelajar sehingga Televisi Republik Indonesia
pusat mengundang para pakar dibidangnya untuk
mencari solusi. Isu ini juga menjadi tema penting dari tim
Lembaga Pemberdayaan IAIN Ambon. Pendamping
sebagai motivator dakwah dan komunikasi persuasif,
mendekati pemuda untuk melakukan dampingan dalam
rangka mencegah remaja dari prilaku yang kurang baik
seperti yang tampak di media massa tanggal 29
September 2012. Untuk menghindari prilaku tawuran ini
tim Lembaga Pengabdian Masyarakat (LPM) IAIN
Ambon berpendapat bahwa remaja perlu diselamatkan
dari berbagai prilaku yang tidak baik melalui pendekatan
dakwah dan komunikasi persuasif, empati, dan
partisipatori.
Pendekatan ini kami lakukan berdasarkan hasil
penelitian Syarifudin bahwa untuk meningkatkan
kesadaran remaja perlu dakwah empati, komunikasi
partisipatif, persuasif, dan komunikatif untuk mencegah
terjadinya tawuran remaja khususnya peserta didik di
6. Konsep Pembinaan Remaja Masjid di Dusun Kembang Buton 6
kota Ambon yang dilakukan di dusun Kembang Buton.
Pada tanggal 2 September tim LPM bersama pendamping
melakukan observasi awal di Masjid Al-Hidayah dusun
Kembang Buton.
Jarak antara Masjid Al-Hidayah dusun Kembang
Buton dengan IAIN Ambon sekitar 1 km, yang bisa
dijangkau dengan naik kendaran bermotor selama 10
menit. Aktivitas permberdayaan dilakukan setiap malam
minggu atau malam sabtu sebagai jadwal tetap yang telah
disepakati antara tim LPM IAIN Ambon dan pihak
pengurus Remaja masjid Al-Hidayah dusun Kembang
Buton.
Pelaksanaan kegiatan pemberdayaan dilakukan
setelah shalat Isya.Tim LPM IAIN Ambon bersama tim
pendamping menunaikan ibadah shalat magrib
berjamaah dengan warga dan pengurus Remaja Masjid
Al-Hidayah dusun Kembang Buton. Selain dipilih dari
tim LPM IAIN Ambon kami juga temani oleh tim
pendamping yang sudah kami pilih berdasarkan
spesifikasi keilmuan dan materi pemberdayaan yang ada
7. Konsep Pembinaan Remaja Masjid di Dusun Kembang Buton 7
di masjid Kembang Buton tersebut. Tujuan pendamping
ini agar dapat menyaksikan secara seksama problematika
pengelolaan masjid, pembinaan remaja masjid Al-
Hidayah dusun Kembang Buton.
B. Identifikasi masalah pengabdian.
Dari hasil pengamatan awal kami di Kembang
Buton jika menggunakan teori Wikelsyen maka faktor
pertama yang perlu diberdayakan adalah masjid karena
posdaya masjid sebagai spirit untuk melakukan
perbaikan mental masyarakat yang kerap kali minum
minuman keras, joget, dan kurang peduli pada
manajemen masjid. Oleh sebagai itu setelah kami dari tim
LPM IAIN Ambon mengamati mendapatkan beberapa
masalah sosial keagamaan sebagai berikut;
1. Kurangnya sumber daya remaja dalam mengelola
masjid l-Hidayah dusun Kembang Buton.
2. Pemahaman keagamaan yang masih sangat
tradisional yang berdampak pada pola interaksi
sosial yang kurang efektif dan kerap kali terjadi
8. Konsep Pembinaan Remaja Masjid di Dusun Kembang Buton 8
problematika sosial yang dihadapai oleh
masyarakat.
3. Memberikan penguatan kepada remaja masjid
dalam hal memakmurkan masjid.
4. Untuk mengetahui wawasan ilmu agama remaja
masjid.
5. Belum adanya pemberdayaan manajamen masjid
pada remas. Pemberdayaan remaja masjid tanggal 3
oktober, daftar hadir, foto dokumentasi. Seperti
Pemberdayaan teknik berkhutbah, membaca al-
Qur’an dengan tartil, dan mengantar khatib,
sebanyak 20 peserta.
C. Rumusan dan batasan Pengabdian
Dari indentifikasi permasalahan pengabdian di atas
untuk lebih fokus karena keterbatasan biaya dan waktu
maka dari sembilan permasalahan tersebut kami
merumuskan dan membatasinya fokus pengabdian
―bagaimana model pemberdayaan remaja masjid dalam
9. Konsep Pembinaan Remaja Masjid di Dusun Kembang Buton 9
meningkatkan perannya di tengah masyarakat dusun Kembang
Buton‖
Rumusan pengabdian tersebut untuk lebih tegas
dapat digambarkan unsur-unsur pengabdian yang akan
dilakukan di masjid Al-Hidayah dusun Kembang Buton.
Hal ini dideskripsikan dalam bentuk tabel berikut ini;
No Permasalahan pengabdian Unsur-Unsur
pengabdian
1 Gambaran Lokasi
Pengabdian
Matriks
Kesenjangan
Unsur-Unsur
Kesenjangan
2 Strategi Pemberdayaan
Remaja Masjid
Pelatihan
Manajemen
Masjid
Workshop
pembinaan
Keluarga
Sakinah
Pelatihan
Ceramah,
Khutbah, Imam
3 Hasil Pemberdayaan
Kepada Masyarakat
Pencapaian
Kognitif
Pencapaian
10. Konsep Pembinaan Remaja Masjid di Dusun Kembang Buton 10
Afektif
Pencapaian
Psikomotorik
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.Pemberdayaan Remaja masjid
Pemberdayaan remaja masjid dalam meningkatkan
perannya di tengah masyarakat memiliki peran strategis
karena pemuda merupakan agen penggerak dakwah
Islam yang sangat potensial.1 Bagi masyarakat Islam di
Indonesia, masjid selain menjadi tempat beribadah secara
berjamaah dan tempat untuk mendapatkan nasehat-
nasehat, ternyata juga menjadi tempat untuk membangun
kebersamaan dan tatanan nilai. Masjid tidak hanya
memenuhi kebutuhan spiritual, tapi juga memenuhi
1
Muh}ammad Zen, Manajemen Masjid Berdasarkan "The Eight
Habit" Selasa, 16 Desember 2008 05:31:48.
11. Konsep Pembinaan Remaja Masjid di Dusun Kembang Buton 11
kebutuhan sosial, bahkan membentuk tatanan nilai dalam
masyarakat. Landasan dalam pemberdayaan ini merujuk
pada firman Allah swt Artinya :
―Hanya yang memakmurkan masjid-masjid Allah ialah
orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari
Kemudian, serta tetap mendirikan shalat, menunaikan zakat
dan tidak takut (kepada siapapun) selain kepada Allah,
Maka merekalah orang-orang yang diharapkan Termasuk
golongan orang-orang yang mendapat petunjuk‖. (QS At
Taubah /9:18).2
Ayat di atas merupakan pengantar dari
pemberdayaan ini, ayat tersebut menunjukkan bahwa
peran strategis masjid tidak hanya sebagai tempat ibadah
dan ritual keagamaan saja tetapi juga mempunyai peran
strategis dalam pemberdayaan umat di Masjid.
Secara etimologis masjid berarti tempat untuk bersujud.
Sedangkan secara terminologis masjid diartikan sebagai
tempat beribadah umat Islam, khususnya dalam
menegakkan seluruh prinsip-prinsip Al-Quran dan
2
Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Quran dan
Terjemahnya, (Cet. Bandung: Jamanatul ‘Ali, 2004), h. 190
12. Konsep Pembinaan Remaja Masjid di Dusun Kembang Buton 12
Sunnah.3 Disamping itu masjid juga sering disebut
dengan Baitullah (rumah Allah), yang merupakan
bangunan yang didirikan sebagai sarana pengabdian
kepada Allah. Oleh karena itu, masjid merupakan
bangunan yang sengaja didirikan umat muslim untuk
melaksanakan shalat berjamaah dan berbagai keperluan
lain yang terkait dengan kemaslahatan umat muslim.
Sejarah menujukkan bahwa pada waktu Nabi
Muhammad SAW hijrah dari Mekah ke Madinah
ditemani sahabat beliau, Abu Bakar ra, pada waktu
melewati daerah Quba di sana beliau mendirikan Masjid
pertama sejak masa kenabiannya, yaitu Masjid Quba.
Setelah di Madinah Rasulullah juga mendirikan Masjid,
tempat umat Islam melaksanakan shalat berjama’ah dan
melaksanakan aktivitas sosial lainnya yang kemudian
disebut dengan Masjid Nabawi.
3
Abu> al-Fida> Isma>’i>l bin Umar bin Kasi>r al-Quraisyi> al-Dimasyqi>,
Tafsir Alqur’an al-‘az}im (Cet. II; Beirut: Dar T{aibah, 1999 M. 1920 H), h.
189.
13. Konsep Pembinaan Remaja Masjid di Dusun Kembang Buton 13
Kata masa>jidallah bermakna seluruh masjid di
permukaan bumi ini, sedangkan kata masjidallah yakni
masjidil Haram di Mekah.4 Selain firman Allah yang
dijelaskan dalam surah Attaubah Rasulullah saw. juga
bersabda pentingnya umat Islam memakmurkan masjid
yang diriwayatkan oleh Imam Muslim sebagai berikut:
َىلاَعَت ِهَّلِل اًدِجْسَم ىَنَب ْنَم-َالَق ُهَّنَأ ُتْبِسَح ٌرْيَكُب َالَق-ِهَّلال َهْجَو ِهِب ىِغَتْبَي-
َِّنَْجلا ىِ اًتْيَب َُهل ُهَّلال ىَنَب
Artinya:
"Barang siapa yang membangun masjid karena Allah,
maka Allah akan membangunkan baginya rumah di
surga." (HR Muslim).5
Hadis itu jelas sekali maksudnya, tapi kadang selalu
dipahami secara harfiah, tanpa mengkaji nilai dari makna
hadis tersebut secara konprehensip serta beranggapan
bahwa cukup menjadi panitia pembangunannya, Allah
4
Abu> al-Fida> Isma>’i>l bin Umar bin Kasi>r al-Quraisyi> al-Dimasyqi>,
Tafsir Alqur’an al-‘az}im (Cet. II; Beirut: Dar T{aibah, 1999 M. 1920 H), h.
189.
5
Abu> al-Husain Muslim bin Hajja>j al-Qusyairi> an-Nai>sa>bu>ri>, al-
Jami al-Sah}ih yang dikenal dengan Sah}ih Muslim (Cet. T.c. Beirut: Dar al-
jilid II t.t.), h. 68.
14. Konsep Pembinaan Remaja Masjid di Dusun Kembang Buton 14
swt. sudah membangunkan manusia rumah di syurga.
Konteks hadis tersebut penulis fahami bahwa
optimalisasi fungsi masjid diberbagai bidang termasuk
mengembangkan Dakwah. Kecenderungan membangun
masjid tetapi fungsi dan pemeliharaannya tidak menjadi
perhatian bagi umat.
Sejarah juga mencatat bahwa, masjid mengalami
perkembangan yang pesat, baik dalam bentuk bangunan
maupun fungsi dan perannya. Hampir dapat dikatakan,
dimana ada komunitas muslim disitulah ada Masjid.
Memang umat Islam tidak bisa terlepas dari Masjid.6
Disamping menjadi tempat beribadah, Masjid telah
menjadi sarana berkumpul, menuntut ilmu, bertukar
pengalaman, pusat da’wah dan lain sebagainya.
Pemberdayaan remaja masjid dalam meningkatkan
perannya di tengah masyarakat
6
Ali Mustafa Yaqub, Sejarah dan Metode Dakwah Nabi (Cet. IV;
Jakarta: Pustaka Firdaus, 2008), h. 166. Menurut ahli tarikh Ibnu H{isyam
(w 213 H) penguatan sistem yang dibentuk Rasulullah saw. setelah
menerima surat permintaan Dai dari warga Yatsrib untuk membentuk sub
sistem informasi Dakwah.
15. Konsep Pembinaan Remaja Masjid di Dusun Kembang Buton 15
Pada masa Nabi Muhammad SAW dan Khulafa Ar
Rasyidin, masjid berfungsi sebagai tempat beribadah,
menuntut ilmu, dan merencanakan kegiatan
kemasyarakatan. Kaum muslimin membicarakan
masalah-masalah agama, pendidikan, sosial, politik, dan
berbagai masalah kehidupan di masjid, mengajak
manusia pada keutamaan, kecintaan, pengetahuan,
kesadaran sosial, serta pengetahuan tentang hak dan
kewajiban kepada Allah. Bermula dari masjid pula,
mereka menyebarkan akhlak Islam dan memberantas
kebodohan. Oleh karena itu, masjid merupakan tempat
paling baik bagi kegiatan pendidikan dan pembentukan
moral keagamaan.
Perkembangan selanjutnya, di Indonesia banyak
Masjid didirikan umat Islam, baik Masjid umum, Masjid
Sekolah, Masjid Kantor, Masjid Kampus maupun yang
lainnya. Masjid didirikan untuk memenuhi hajat umat,
khususnya kebutuhan spiritual, guna mendekatkan diri
kepada Pencipta-nya. Tunduk dan patuh mengabdi
kepada Allah Swt. Masjid menjadi tambatan hati,
16. Konsep Pembinaan Remaja Masjid di Dusun Kembang Buton 16
pelabuhan pengembaraan hidup dan energi kehidupan
umat.
Dari sisi pertumbuhannya, masjid di Indonesia
sangat menggembirakan karena dari tahun ke tahun
jumlahnya kian bertambah. Kendati demikian, secara
jujur harus diakui, bahwa pemanfaatannya belum
optimal. Oleh karena itu, perlu diupayakan berbagai
usaha untuk memakmurkannya, di samping
memfungsikannya semaksimal mungkin secara terus
menerus.
Karenanya, menjadi tanggung jawab umat Islam
khusus para pengelolanya untuk mengembalikan masjid
sesuai fungsinya semula sebagai pusat segala kegiatan
kaum muslimin. Akan tetapi, untuk memakmurkan
masjid melalui optimalisasi peran dan fungsinya tersebut
di atas tidaklah mudah, diperlukan kemampuan
manajerial idarah dan kesiapan waktu dari para pengelola
masjid. Tentunya harus ada pembenahan internal dari
jamaah masjid itu sendiri. Setidaknya, ada beberapa hal
yang harus diperhatikan, antara lain, mengaktifkan
17. Konsep Pembinaan Remaja Masjid di Dusun Kembang Buton 17
kepengurusan masjid, mengaktifkan kegiatan masjid,
meningkatkan kepedulian terhadap amanah masjid,
meningkatkan kualitas manajemen idarah masjid dan
pemeliharaan fisik ri’ayah masjid.
B. Teori Masjid dan Pemberdayaan
1. Pengertian Masjid
Kata masjid berasal dari bahasa Arab yaitu: sajada,
yasjudu, sujudan yang berarti sujud7 atau tunduk. Masjid
juga terambil dari kata sajada yang berarti patuh, taat
serta tunduk dengan penuh hormat dan takzim.8 Dari fi’il
(kata kerja) sajada mendapat tambahan huruf min,
sehingga menjadi isim makan (kata benda yang
menunjukkan tempat) yang menyebabkan terjadinya
perubahan dari bentuk kata kerja (sajada) berarti masjidu.9
7
Louis ma’luf (Beirut: Al-Matba’ah al-Qanun al-hakikiyah, 1952),
h. 329.
8
M .Quraish Shihab, Wawasan Al-quran (Cet. VIII; Bandung: Mizan
1998). h. 23.
9
Sidi Gazalba, Masjid Sebagai Pusat Ibadah dan Kebudayaan Islam
(Jakarta: Pustaka Husna, 1994), h. 188.
18. Konsep Pembinaan Remaja Masjid di Dusun Kembang Buton 18
Dalam kamus bahasa indonesia dikatakan bahwa
masjid berarti rumah tempat sembahyan (salat) bagi umat
islam.10 Dalam kamus istilah agama dikatakan masjid
adalah tempat sujud umat Islam menunaikan ibadah
shalat zikir kepada Allah swt.11 Masjid dapat pula
diartikan meletakkah dahi, kedua tangan, lutut dan kaki
ke bumi yang kemudia dinamai sujud. Oleh karena itu
syariat adalah bentuk syariah lahiriah yang paling nyata
dari makna-makna di atas. Itulah sebabnya mengapa
bangunan yang dikhususkan untuk melaksanakan s}alat
dinamai masjid yang artinya tempat sujud.12
Dalam pengertian sehari-hari, masjid merupakan
bangunan tempat shalat kaum muslimin, yang
mengandung makna tunduk dan patuh. Hakekat masjid
adalah tempat melakukan segala aktifitas yang
10
WJS. Poerwadarminta, Kamus Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai
Pustaka 1987), 649.
11
Shadiq dan Salahuddin Chaeri, Kamus Istilah Agama (Jakarta: CV.
Sientarama, 1983), h. 213.
12
M. Quraish Shihab, op. cit. h. 460.
19. Konsep Pembinaan Remaja Masjid di Dusun Kembang Buton 19
menagandung kepatuhan kepada Allah semata.13 Masjid
adalah lembaga risalah tempat mencetak umat yang
beriman, beribadah, menghubungkan jiwa dengan sang
khalik, umat yang beramal shaleh dalam kehidupan
masyarakat, umat yang berwatak dan berakhlaq teguh.14
Dengan demikian masjid sebagai pusat informasi dan
komunikasi umat islam baik secara hablum minanllah
maupun hablum minannas.
Dalam konteks perkemban informasi dewasa ini
dengan mengefektifkan seluruh infrastruktur kemasjidan
seperti: Imamnya, Muazzinnya, Tenaga Kearsipan,
Clenning Services, Sucurity, Dan tenaga dakwah, Membuat
renstra dakwah di masjid: mulai dari Perencanaan
13
Sofyan Syafri Harahap, Manajen Masjid: Suatu pendekatan
Teoriritis dan Organisatoris (Cet. II; Yogyakarta: Dana Bhakti prima Yasa,
1993), h.4. lihat juga di Tesis Tajuddin Hajma dengan Judul: Pemberdayaan
Masjid Sebagai Media Komunikasi Islam. h.17.
14
Yusuf Qardawi, AL-Dawabit al-Syariyah li binai al-Masajid, di
terjemahkan oleh: Abdul Hayyie al-Kattani (Cet. I; jakarta: gema Insani
Press, 2000), h. h. 7.
20. Konsep Pembinaan Remaja Masjid di Dusun Kembang Buton 20
dakwah, pengorganisasi, pelaksanaan, pengarsipan dan
controling.15
Peradaban moderen ini kecendrungan umat dalam
memanfaatkan masjid telah mengikuti perkembangan
zaman dengan menyesuaikan dengan konteks moderen
khususnya menggunakan teknologi informasi sebagai
alat penunjang dalam melakukan aktifitas dakwah.
Seperti contoh dalam mendesain sebuah masjid yang
kokoh dipanggil tenaga arsitek komputer grafis dan
penggunan radio, TV, Internet dan media informasi dan
komunikasi lainnya dalam pelayanan umat. Dari
kemajuan tersebut peran masjid sebagai wadah aktifitas
ibadah dan publikasi Islam sebagaimana peran
Rasulullah saw.. di Madinah dalam membangun sistem
informasi Masjid dapat dilihat sebagai berikut:
1. Masjid dijadikan sebagai tempat menjaga diri dari
serangan musuh.
15
Ahmad Yani, Menuju umat terbaik: Kumpulan Buletin Artikel
Dakwah Khaeru Ummah (Jakarta: Khaeru Ummah, 1996), h. 157-159.
21. Konsep Pembinaan Remaja Masjid di Dusun Kembang Buton 21
2. Kalender Islam dimulai pada tanggal 12 Rabiul
Awal permulaan tahun hijria pada tanggal 1
muharam.
3. masjid juga dijadikan sebagai syiar perkembangan
agama Islam di mekah dan madinah.
4. masjid dijadikan sebagai satu sistem ikatan
kekeluargaan antara kaum anshor dan muhajirin
dengan satu prinsip yakni keimanan kepada Allah
swt.
5. Masjid dijadikan sebagai pusat gotong royong
umat islam demi kemaslahatan bersama.16
Ahmad Sutarmadi yang diungkapkan pada tahun
2002 dalam bukunya pemberdayaan masjid menjelaskan
bahwa masjid pada masa Rasul saw dan para sahabat
sudah mulai difungsikan mencakup semua aspek
kehidupan umat Islam waktu itu. Fungsi masjid
menempati posisi Central sebagai Sistem Informasi Islam
(Islamic Centre Information).17 Masjid sebagai pusat
pembinaan umat Islam, sekretariat pemerintah Islam,
pusat dakwah, dan pengembangan kebudayaan Islam,
16
Moh. E. Ayub. Op. cit. h. 10.
17
Faizah, et.al, Psikologi Dakwah (Cet. II; Jakarta: Prenada Group,
2009), h.viii
22. Konsep Pembinaan Remaja Masjid di Dusun Kembang Buton 22
mahkamah Islam dan baitul mal (lembaga pemberdayaan
ekonomi umat Islam) sebagai pusat kesejahteraan
ekonomi kerakyatan yang dikembangkan oleh kelompok
umat memakmurkan masjid Allah masjid dalam terapi
mengatasi kemiskinan, sebagaimana Firman Allah QS at-
Taubah (9) : 18
Terjemahnya
Hanya yang memakmurkan masjid-masjid Allah ialah
orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian,
serta tetap mendirikan shalat, menunaikan zakat dan tidak
takut (kepada siapapun) selain kepada Allah, Maka
merekalah orang-orang yang diharapkan termasuk golongan
orang-orang yang mendapat petunjuk.
Kata masa>jidallah bermakna semua masjid di
permukaan bumi ini, sedangkan kata masjidallah yakni
masjidil haram di Mekah.18 Hikmah yang dapat dipetik
dari ayat tersebut adalah masjid dipermukaan bumi
adalah media atau tempat paling ampuh membangun
skill mental/jiwa untuk melahirkan quantum ikhlas
sehingga melahirkan ekosistem dakwah yang sehat.
18
Abu> al-Fida> Isma>’i>l bin Umar bin Kasi>r al-Quraisyi> al-Dimasyqi>,
Tafsir Alqur’an al-‘az}im (Cet. II; Beirut: Dar T{aibah, 1999 M. 1920 H), h.
189.
23. Konsep Pembinaan Remaja Masjid di Dusun Kembang Buton 23
Kriteria masjid yang memiliki sentral dakwah yang sehat
adalah melahirkan umat yang tangguh dan tidak pernah
pasrah dengan kondisi apapun.
2. Teori Pemberdayaan
Teori pemberdayaan remaja sebagai instrumen
mengungkap dan membedah problematika remaja
menggunakan beberapa teori pemberdayaan untuk
mendapatkan gambran secara komprehensip bagaimana
cara memberdayakan remaja di Dusun Kembang Buton.
Proses sosial multi dimensi yang bertujuan untuk
membantu individu/kelompok agar dapat memperoleh
kendali bagi kehidupan mereka sendiri dalam memenuhi
kebutuhan dasaranya sesuai prinsip Al-Quran dan
Sunnah. Untuk memahami pemberdayaan menurut Page
dan Czuba ada 3 komponen penting :
1. Pemberdayaan bersifat multi dimensi, dimana
terlibat didalamnya dimensi sosiologi, psikologi,
ekonomi dan dimensi lainnya. Pemberdayaan dapat
24. Konsep Pembinaan Remaja Masjid di Dusun Kembang Buton 24
berlangsung pada berbagai jenjang, seperti:
individu, kelompok dan komunitas/masyarakat.
2. Pemberdayaan adalah suatu proses sosial
3. Pemberdayaan merupakan suatu proses yang mirip
dengan suatu perjalanan bagi pihak yang sedang
membangun.19
Sumodiningrat, bahwa pemberdayaan masyarakat
merupakan upaya untuk memandirikan masyarakat
lewat perwujudan potensi kemampuan yang mereka
miliki untuk bertahan dalam setiap perubahan sosial.
Pemberdayaan masyarakat senantiasa menyangkut dua
kelompok yang saling terkait, yaitu masyarakat sebagai
pihak yang diberdayakan dan pihak yang menaruh
kepedulian sebagai pihak yang memberdayakan.20 Teori
Pemberdayaan ini relevan dengan pandangan Rappaport
bahwa pemberdayaan: pemahaman secara psikologis
19
Page dan Czuba, Teori Pemberdayaan Masyarakat diterjemahkan
oleh: Usman Jide (Cet. I; Makassar: Berkah Utami, 2009), h. 66.
20
Sumodiningrat, Pemberdayaan Masyarakat (Cet. I; Jakarta: 1999),
h.98.
25. Konsep Pembinaan Remaja Masjid di Dusun Kembang Buton 25
pada masyarakat yang diberdayakan dan pengaruh
kontrol individu memiliki peran di tengah keadaan sosial,
seperti kekuatan politik, budaya, dan ekonomi.21
Berbagai pandangan para tokoh teori pemberdayaan
cukup mendapatkan gambaran dalam melihat
problematika pemberdayaan masyarakat di Dusun
kembang Buton di kota Ambon. Tetapi selain teori
pemberdayaan tersebut ada juga teori pemberdayaan
yang telah di undang-undangkan oleh Mc. Ardle pada
tahun 1989 bahwa pemberdayaan adalah proses
pengambilan keputusan oleh orang-orang yang secara
konsekwen melaksanakan keputusan tersebut agar cara
mencapai tujuan secara kolektif lebih sistematis, terukur,
dan memiliki metodologi yang teratur serta memiliki
kemandirian.
Dari teori Pemberdayaan tersebut tentunya masih
banyak lagi teori pemberdayaan yang tidak diungkapkan
21
Rappaport, Teori Pemberdayaan Dalam perspektif Lingkungan,
diterjemahkan oleh; Muhaimin dkk (Cet. II; Jakarta: Bumi Aksara, 1987),
h.121.
26. Konsep Pembinaan Remaja Masjid di Dusun Kembang Buton 26
dalam kajian teori tetapi hemat penulis dari teori yang
telah diungkapkan yang berhubungan dengan
pemberdayaan remaja masjid di Dusun Kembang Buton
telah memenuhi standar untuk membedah problematika
remaja untuk memiliki kemandirian dalam menata dan
merespon setiap persoalan kehidupan ditengah
masyarakat dengan baik dan tertib.
C. Paradigma Teori Pemberdayaan
Teori Pemberdayaan remaja masjid dalam
meningkatkan perannya di tengah masyarakat ini juga
didasarkan pada suatu konsep bahwa manusia
merupakan suatu sistem energi yang dinamis meliputi
respon terhadap rangsangan, dorongan, dan proses
penalaran untuk memelihara keseimbangan dalam
merespon sistem-sistem energi lain, sehingga
pembelajran dapat berinteraksi melalui organ rasa.22
Merujuk pada teori ini, juga mendasar adanya tingkah
laku (behaviorisme) manusia merupakan
22
http://antoniusmakas.blogspot.com/2010/05/teori-belajar-
psikologi-daya.html
27. Konsep Pembinaan Remaja Masjid di Dusun Kembang Buton 27
tanggapan (respon) terhadap (stimulan) yang
disebabkan oleh sesuatu yang dilihatnya. Jadi, terjadinya
tingah laku disebabkan oleh sesuatu yang lain. dengan
demikian munculah dua aliran;
1. Koneksinoisme atau asosianisme, yaitu terjadinya
tingkah laku manusia karena respon yang
disebabkan oleh stimulan lain dimana satu dengan
lainnya saling berhubungan.
2. Konotivisme, yakni terjadinya tingkah laku
manusia karena kemampuan manusia untuk
mengetahui dan membuat hubungan antara
komponen yang diketahuinya. kemampuan
mengetahui (kognitif) inilah menjadi respon
seseorang terhadap sitimulan semakin kuat.23
Dari eksperimen itu dapat ditarik kesimpulan
bahwa untuk membentuk tingkah laku tertentu harus
dilakukan secara berulang-ulang dengan melakukan
23
Ibid
28. Konsep Pembinaan Remaja Masjid di Dusun Kembang Buton 28
pengkondisian tertentu. Pengkondisian itu dengan
melakukan pancingan dengan sesuatu yang dapat
menumbuhkan peserta memahami materi pelajaran
melalui perlakuan dan penguatan dari guru. Adapun
teori penguatan pembelajaran tersebut antara lain;
a. Teori penguatan (reinforcement); Teori penguatan
atau reinforcement merupakan pengembangan lebih
lanjut dari teori koneksionisme. Kalau pada
pengkondisian (conditioning) yang diberi kondisi
adalah perangsangannya (stimulus), maka pada
teori penguatan yang dikondisikan atau diperkuat
adalah responsnya. Seorang anak yang
diberdayakan dengan giat dan dia dapat
menjawab semua pertanyaan dalam ulangan atau
ujian, maka guru memberikan penghargaan pada
anak ini dengan nilai yang tinggi, pujian atau
hadiah. Berkat pemberian penghargaan ini, maka
29. Konsep Pembinaan Remaja Masjid di Dusun Kembang Buton 29
anak tersebut akan pemberdayaan lebih rajin dan
lebih bersemangat lagi.24
b. Teori Cognitive Gestalt-Field; Teori pemberdayaan
Gestalt (Gestal Theory) lahir di Jerman pada tahun
1912 dipelopori dan dikembangkan oleh Max
Wertheimer (1880-1943) yang meneliti tentang
pengamatan dan problem solving, dari
pengamatannya ia menyesalkan penggunaan
metode menghapal di sekolah, dan menghendaki
agar remaja pemberdayaan dengan pengertian
bukan hapalan akademis.25
c. Teori Pemahaman (insight) Suatu konsep yang
penting dalam psikologi Gestalt adalah tentang
insight yaitu pengamatan dan pemahaman
mendadak tentang hubungan-hubungan antar
bagian-bagian dalam suatu situasi permasalahan.
Dalam pelaksanaan pemberdayaan teori Gestalt,
24
ibid
25
Woolfolk, Anita. Educational Psychology. (Needham Height :
Allyn and Bacon Sage Press, 1995), h. 291
30. Konsep Pembinaan Remaja Masjid di Dusun Kembang Buton 30
guru tidak memberikan potongan-potongan atau
bagian-bagian bahan ajar, tetapi selalu dalam satu
kesatuan yang khusus. Guru memberikan satu
kesatuan situasi atau bahan yang mengandung
persoalan-persoalan, dimana anak harus berusaha
menemukan hubungan antar bagian, memperoleh
insight agar ia dapat memahami keseluruhan
situasi atau bahan ajar tersebut. Menurut teori
Gestalt ini pengamatan manusia pada awalnya
bersifat global terhadap objek-objek yang dilihat,
karena itu pemberdayaan harus dimulai dari
keseluruhan, baru kemudian berproses kepada
bagian-bagian. Pengamatan artinya proses
menerima, menafsirkan, dan memberi arti
rangsangan yang masuk melalui indera seperti
mata dan telingan.26
d. Teori pemberdayaan Goal Insight; Teori
pemberdayaan Goal Insight menurut para ahli ialah
26
Ibid
31. Konsep Pembinaan Remaja Masjid di Dusun Kembang Buton 31
individu selalu berinteraksi dengan lingkungan.
Perbuatan individu selalu bertujuan, diarahkan
kepada perbuatan hubungan dengan lingkungan.
Pemberdayaan adalah usaha untuk
mengembangkan pemahaman tingkat tinggi.
Pemahaman yang bermutu tingkat tinggi adalah
pemahaman yang telah teruji, yang berisi
kecakapan menggunakan suatu objek, fakta,
proses, ataupun ide dalam berbagai situasi.
Pemahaman tingkat tinggi memungkinkan
seseorang bertindak inteligen, berwawasan luas,
mampu memecahkan berbagai masalah.
e. Teori pemberdayaan Cognitive Field; Kurt Lewin (
1892-1947) yang mengembangkan teori ini, dengan
menaruh perhatian kepada kepribadian dan
psikologi sosial. Lewin berpendapat bahwa
tingkah laku merupakan hasil interaksi antar
kekuatan-kekuatan, baik yang dari diri individu
seperti tujuan, kebutuhan, takanan kejiwaan,
maupun dari luar diri individu seperti tantangan
32. Konsep Pembinaan Remaja Masjid di Dusun Kembang Buton 32
dan permasalahan. Medan kekuatan psikologis
dimana individu bereaksi disebut life space yang
mencakup perwujudan lingkungan dimana
individu bereaksi, misalnya orang-orang yang
mereka temui, objek materiil yang ia hadapi dan
funsi-fungsi kejiwaan yang mereka miliki27
6. Proses Pemberdayaan.
Dalam Al-Quran memberikan inspirasi sebuah teori
pemberdayaan dengan mengenal benda-benda. Hal ini
dijelaskan dal surah Al-Baqarah ayat 31-33.
Terjemahnya:
31. dan Dia mengajarkan kepada Adam Nama-nama
(benda-benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya
kepada Para Malaikat lalu berfirman: "Sebutkanlah
kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu mamang benar
orang-orang yang benar!"
32. mereka menjawab: "Maha suci Engkau, tidak ada yang
Kami ketahui selain dari apa yang telah Engkau ajarkan
kepada kami; Sesungguhnya Engkaulah yang Maha
mengetahui lagi Maha Bijaksana[35]."
27
Sanjaya, Wina, Strategi Pembelajaran: Berorientasi Standar Proses
Pendidikan. (Cet. II; Jakarta : kencana Perdana Media Group, 2006), h. 103.
33. Konsep Pembinaan Remaja Masjid di Dusun Kembang Buton 33
33. Allah berfirman: "Hai Adam, beritahukanlah kepada
mereka Nama-nama benda ini." Maka setelah
diberitahukannya kepada mereka Nama-nama benda itu,
Allah berfirman: "Bukankah sudah Ku katakan kepadamu,
bahwa Sesungguhnya aku mengetahui rahasia langit dan
bumi dan mengetahui apa yang kamu lahirkan dan apa
yang kamu sembunyikan.28
Sebenarnya terjemahan hakim dengan Maha
Bijaksana kurang tepat, karena arti hakim ialah: yang
mempunyai hikmah. Hikmah ialah penciptaan dan
penggunaan sesuatu sesuai dengan sifat, guna dan
faedahnya. di sini diartikan dengan Maha Bijaksana
karena dianggap arti tersebut hampir mendekati arti
Hakim.29 Pemberdayaan Al-Quran itu adalah hikmah dan
memiliki potensi pemberdayaan untuk mencerdaskan
kondisi spiritual, intelektual, dan kecerdasan sosial bagi
peserta didik atau santri yang memgikuti
pempemberdayaanan Al-Quran.
28
Al-Quran Suyrah Al-Baqarah ayat 31-33.
29
Penjelasan Departemen agama terhadap kata ‚hikmah‛ dalam Al-
Quran Suyrah Al-Baqarah ayat 31-33.
34. Konsep Pembinaan Remaja Masjid di Dusun Kembang Buton 34
Dalam konteks pemahaman para ahli balagha
membuat metodologi memahami objek atau tanda secara
ma’ani (kecerdasan memahami objek), bayani
(kecerdasan menjelaskan objek), badi (kecerdasan
membahasakan objek).30 Inilah yang dikembangkan
dalam proser pemberdayaan memahami, menjelaskan
dan mengkomunikasikan setiap respon yang dicerna
panca indra manusia.
Selain ayat di atas Allah juga berfirman dalam Al-
Quran Surah al-Rahman ayat 1 sampai dengan ayat 4.
Ayat ini menjelaskan proses pemberdayaan manusia
Allah yang memberi daya untuk mampu
memberdayakan dan mengucapkan sesuatu berdasarkan
karunia dan kasih sayangnya. QS Ar-Rahman/55:1-4.
Terjemahnya:
1. (Tuhan) yang Maha pemurah,
2. yang telah mengajarkan Al Quran.
3. Dia menciptakan manusia.
30
Syarifudin, Sistem Informasi Dakwah (Cet. I; Makassar:
University Press, 2012), h. 68.
35. Konsep Pembinaan Remaja Masjid di Dusun Kembang Buton 35
4. mengajarnya pandai berbicara.31
Proses pemberdayaan adalah wujud pemberdayaan
serangkaian aktivitas yang terjadi pada pusat syaraf
individu yang pemberdayaan melafalkan dan melagukan
ayat Al-Quran. Proses pemberdayaan terjadi secara
abstrak, karena terjadi secara mental dan tidak dapat
diamati. Oleh karena itu, proses pemberdayaan hanya
dapat diamati jika ada perubahan perilaku dari seseorang
yang berbeda dengan sebelummnya .
Perubahan perilaku tersebut bisa dalam hal
pengetahuan, afektif, maupun psikomotoriknya. 32
Syarifudin mengemukakan dalam disertasinya bahwa
proses komunikatif itu terjadi jika adanya adanya responj
kode dalam mengemukakan pesan-pesan dalam peroses
komunikasi. Hal ini menggambarkan bahwa
pemberdayaan bisa efektif jika adanya kesamaan
keinginan dalam proses pemberdayaan.
31
Al-Quran Surah Ar-Rahman Ayat 1-4.
32
op.cit
36. Konsep Pembinaan Remaja Masjid di Dusun Kembang Buton 36
Berhasil atau gagalnya pencapain tujuan 33 amat
tergantung dari proses pemberdayaan yang dialami
remaja. Kaitannya dengan pemberdayaan remaja masjid
di Dusun Kembang Buton beberapa teori-teori yang
dikemukakan oleh para ahli dalam melakukan
pemberdayaan. Menurut Gagne (1984) pemberdayaan
adalah sebagai suatu proses dimana suatu organisme
berubah perilakunya sebagai akibat pengalaman. Proses
Pemberdayaan menurut pandangan Jerome S. Bruner;
Jerome S. Bruner (1960) seorang ahli psikologi
perkembangan dan psikologi pemberdayaan.
Bruner tidak mengembangkan suatu teori
pemberdayaan yang sistematis, yang penting baginya
ialah cara-cara bagaimana orang memilih,
mempertahankan, dan mentransformasikan informasi
secara efektif, ialah menurut Bruner inti dari
pemberdayaan. Menurutnya dalam proses
pemberdayaan dapat dibedakan menjadi tiga fase yaitu:
33
op.cit
37. Konsep Pembinaan Remaja Masjid di Dusun Kembang Buton 37
(1) informasi, dalam tiap pelajaran kita peroleh sejumlah
informasi, ada yang menambah pengetahuan yang telah
kita miliki, ada yang memperhalus dan
memperdalamnya ada pula informasi yang bertentangan
dengan apa yang telah kita ketahui sebelumnya, misalnya
ada energi yang lenyap; (2) Transformasi, informasi itu
harus dianalisis, diubah atau ditransformasikan kedalam
yang lebih abstrak, atau konseptual agar dapat
digunakan untuk hal-hal yang lebih luas dalam hal ini
bantuan guru sangat diperlukan; dan (3) Evaluasi
kemudian kita nilai hingga manakah pengetahuan yang
kita peroleh dan transformasi itu dapat dimanfaatkan
untuk memahami gejala-gejala lain.
Dalam proses pemberdayaan ketiga episode ini
selalu ada, yang menjadi masalah ialah berapa banyak
informasi diperlukan agar dapat ditransformasi. Lama
tiap episode tidak selalu sama, hal ini antara lain
tergantung pada hasil yang diharapkan, motivasi remaja
38. Konsep Pembinaan Remaja Masjid di Dusun Kembang Buton 38
pemberdayaan, minat, keinginan untul mengetahui, dan
dorongan untuk menemukan sendiri.34
Dalam kajian ini tim LPM IAIN Ambon perlu
mendemonstrasikan berbagai macam teori
pemberdayaan agar memiliki kekayaan cara pandang
dalam memetakan problematika remaja masjid Dusun
Kembang Buton berikut ini paradigma para ahli dalam
melakukan pemberdayaan dan proses pemberdayaan;
a. Proses pemberdayaan menurut pandangan Robert
M. Gagne Pemberdayaan adalah proses yang
kompleks, sejalan dengan itu menurut Robert M.
Gagne (1970) pemberdayaan merupakan kegiatan
yang kompleks dan hasil pemberdayaan berupa
kapabilitas, timbulnya kapabilitas disebabkan; (1)
stimulusi yang berasal dari lingkungan; dan (2)
proses kognitif yang dilakukan oleh remaja (pelajar).
Setelah pemberdayaan orang memiliki ketrampilan,
pengetahuan, sikap dan nilai. Dengan demikian
34
Jerome S. Bruner, Complexs Education Study (New Yor: Sage
Publishing, 2002), h. 67.
39. Konsep Pembinaan Remaja Masjid di Dusun Kembang Buton 39
dapat ditegaskan, pemberdayaan adalah
seperangkat proses kognitif yang mengubah sifat
stimulan lingkungan, melewati pengolahan
informasi, dan menjadi kapabilitas baru.
Pemberdayaan terjadi bila ada hasilnya yang dapat
diperlihatkan, anak-anak demikian juga orang
dewasa dapat mengingat kembali kata-kata yang
telah pernah didengar atau dipelajari Gagne (1970)
mengemukakan bahwa pemberdayaan adalah
perubahan yang terjadi dalam kemampuan manusia
yang terjadi setelah pemberdayaan secara terus
menerus, bukan hanya disebabkan oleh proses
pertumbuhan saja. Pemberdayaan terjadi apabila
suatu situasi stimulus bersama dengan isi ingatan
mempengaruhi santri sedemikian rupa sehingga
perbuatannya (performance) berubah dari waktu
sebelum ia mengalami situasi itu ke waktu setelah ia
mengalami situasi tadi. Gagne berkeyakinan, bahwa
pemberdayaan dipengaruhi oleh faktor dalam diri
dan faktor luar diri dimana keduanya saling
40. Konsep Pembinaan Remaja Masjid di Dusun Kembang Buton 40
berinteraksi. Komponen-komponen dalam proses
pemberdayaan menurut J.B. Watson yang dikutip
H.M. Arifin dapat di gambarkan sebagai (S)
stimulus (R) respons. S yaitu situasi yang memberi
stimulus, sedangkan R adalah respons dan garis
diantaranya adalah hubungan antara stimulus dan
respon yang terjadi dalam diri seseorang yang tidak
dapat kita amati, yang bertalian dengan sistem
syaraf dimana terjadi transformasi perangsang yang
dierima melalui alat indra.35 Stimulus itu
merupakan input yang berada diluar individu,
sedangkan respons adalah outputnya, yang juga
berada diluar individu sebagai hasil pemberdayaan
yang dapat diamati (Nasution, 2000:136).36 Ada tiga
komponen penting yakni kondisi eksternal yaitu
stimulus dari lingkungan dalam acara
pemberdayaan, kondisi internal yang
35
H.M. Arifin, Psikologi Dakwah: Suatu Pengantar (Cet. VI;
Jakarta: Bumi Aksara, 2004), h. 13.
36
Ibid
41. Konsep Pembinaan Remaja Masjid di Dusun Kembang Buton 41
menggambarkan keadaa internal da proses kognitif
santri dan hasil pemberdayaan yang
menggambarkan informasi verbal, ketrampilan
intelek, ketrampilan motorik, sikap, dan siasat
kognitif. Kondisi internal pemberdayaan ini
berinteraksi dengan kondisi eksternal
pemberdayaan, dari interaksi tersebut tampaklah
hasil pemberdayaan.
b. Proses pemberdayaan dilihat dari proses
pengajaran; Kegiatan mengajar tidak dapat
dilepaskan dari pemberdayaan, sebab keduanya
merupakan dua sisi dari sebuah mata uang.
Mengajar merupakan suatu upaya yang dilakukan
guru agar santri pemberdayaan dapat melakukan
perubahan tingkah lakunya (Sukmadinata, 1987).37
c. Pemberdayaan intuitif; Orang lebih mudah
membahas atau melakukan pemikiran analitik yang
lebih bersifat konkret daripada berpikir intuitif yang
37
Ibid
42. Konsep Pembinaan Remaja Masjid di Dusun Kembang Buton 42
lebih abstrak. Berpikir analitik meliputi suatu
rentetan langkah-langkah. Langkah-langkah
tersebut bersifat eksplisit dan biasanya dapat
disampaikan kepada orang lain. Hasil-hasil
pemikiran ini berupa informasi atau operasi. Model
pemikiran ini mengunakan proses pemikiran secara
deduktif dengan bantuan model konsep matematika
atau logika, menggunakan prinsip penelitian,
eksperimen dan analisis statistik.
Berpikir intuitif tidak memiliki langkah-langkah
yang dapat dirumuskan secara pasti dan teliti, lebih
merupakan suatu manuver yang didasarkan atas persepsi
implisit dari keseluruhan masalah. Pemikir sampai pada
suatu jawaban mungkin benar mungkin juga tidak,
dengan sedikit pernyataan tentang proses
pencapaiannya. Ia sering jarang dapat menjelaskan
bagaimana memperoleh jawaban, mungkin juga ia tidak
menyadari aspek-aspek dari situasi masalah yang ia
hadapi/kerjakan. Biasanya proses pemikiran intuitif ini
43. Konsep Pembinaan Remaja Masjid di Dusun Kembang Buton 43
berkenaan dengan domain kognitif terutama dengan
struktur pengetahuan, yang memungkinkan ia
melangkah atau meloncat atau memotong jalan pendek
untuk sampai pada suatu jawaban atau pemecahan. Hasil
berpikir intuitif dapat dicek dengan kesimpulan dari hasil
analitik.
Kedua model pemikiran ini dapat saling
komplemen. Melalui berpikir intuitif seseorang
memungkinkan sampai pada jawaban atau pemecahan
yang sama sekali tak dapat dipecahkan atau lambat sekali
bila mengunakan pemecahan melalui proses analitik.
Kemungkinan dapat terjadi pada suatu saat pemikir
intuitif dapat menemukan masalah yang sama sekali tak
dapat ditemukan oleh pemikir analitik. Pemecahan
intuitif mungkin lebih cepat dibandingkan dengan
pemecahan analitik. Hasil pemecahan intuitif dapat dicek
oleh hasil pemecahan analitik. Berikut ini dalah faktor-
faktor yang mempengaruhi berpikir intuitif:
1) Faktor Pemberdaya. Apakah remaja-remaja akan turut
berpikir intuitif, bila gurunya melakukan demikian?
44. Konsep Pembinaan Remaja Masjid di Dusun Kembang Buton 44
Remaja tidak akan berpikir intuitif andaikan
mereka tidak pernah melihat bagaimana gurunya
melakukan demikian dengan hasil baik.
2) Penguasaan bahan. Orang yang menguasai bidang
ilmu tertentu akan lebih sering berpikir intuitif bila
dibandingkan dengan orang yang tidak
menguasainya. Seorang dokter spesialis yang
berpengalaman dapat mengadakan diagnosis yang
tepat berdasarkan beberapa pertanyaan. Intuisi
adalah memperoleh jawaban berdasarkan
keterangan yang sangat terbatas. Tertentu saja selalu
ada kemungkinan bahwa hasil pemikiran intuisi
tidak benar dan karena itu perlu lagi diselidiki.
3) Struktur pengetahuan. Memahami struktur atau seluk
beluk suatu bidang ilmu memberi kemungkinan
yang lebih besar untuk berpikir intuitif. Dalam
matematika misalnya, ditekankan agar anak-anak
memahami struktur bidang studi itu.38
38
Ibid
45. Konsep Pembinaan Remaja Masjid di Dusun Kembang Buton 45
4) Prosedur heuristik. Yaitu mencari jawaban dengan
cara yang tidak ketat, misalnya menganjurkan
remaja-remaja untuk menemukan jawaban atas
masalah yang pelik dengan memikirkan masalah
yang ada persamaannya yang lebih sederhana atau
berpikir secara analogi, berdasarkan simetri, atau
dengan melukiskannya atau membuat diagram.
5) Menerka. Haruskah remaja-remaja dianjurkan untuk
menerka. Memang ada situasi dimana terkaan tidak
sesuai. Namun sering terkaan memberikan
kemungkinan untuk mendapatkan jawaban yang
tepat, walaupun masih perlu dibuktikan kemudian.
Sering remaja dilarang, bahkan dicela kalau ia
menerka. Dalam menghadapi masalah-masalah
pelik, kita juga sering harus mengambil keputusan
berdasarkan data yang tidak lengkap, sehingga kita
terpaksa menerka apa tindakan yang sebaiknya,
46. Konsep Pembinaan Remaja Masjid di Dusun Kembang Buton 46
menghukum anak yang menerka jawaban akan
menghalanginya berpikir produktif dan krearif.39
Pembinaan remaja dalam pandangan Henslin yang
dikembangkan pada tahun 2007 mengatakan bahwa
proses interakasi dengan keluarga merupakan
pembentuk dasar kepribadian seorang remaja. Rekaman
peristiwa yang di serap oleh remaja dirumah adalah
informasi awal yang akan menjadi modal untuk
melakukan interaksi sosial di tengah masyarakat. Jika
lingkungan rumah sehat maka karakter remaja cenderung
sehat dalam melakukan interaksi sosial di tengah
masyarakat.40 Dari padangan Henslin ini
menggambarkan bahwa tawuran yang terjadi pada
remaja akibat lingkungan rumah tangga yang kurang
sehat sehingga melahirkan remaja yang abnormal dalam
berprilaku. Hal yang hampir senada juga diungkapkan
39
Ibid
40
Henslin, This Is Your Brain On Joy: How The New Science Of
Happiness Can Help You Feel Good And Be Happy (Cet. II; Yogyakarta,
Andi Press, 2007), h. 121.
47. Konsep Pembinaan Remaja Masjid di Dusun Kembang Buton 47
oleh Santrock yang digagas pada tahun 2003 bahwa
seorang remaja akan berperilaku sesuai dengan apa yang
dilakukan oleh orang tuanya. Ketika orangtua melakukan
suatu hal, lalu terlihat oleh anaknya, maka hal tersebut
akan dicontoh oleh anak tersebut.
Lalu hal tersebut akan dipraktekkan juga ke orang
lain atau malah ke orang tua itu sendiri.41 Ketika orangtua
jujur dalam hal apapun ke anaknya, maka ini akan
menjadi contoh bagi remaja, sehingga mereka juga akan
jujur. Kejujuran tersebut akan mereka praktekkan ke
orangtuanya atau teman sebayanya ataupun kesemua
orang. Sehingga perilaku orangtua juga bisa menjadi
landasan dalam terbentuknya moral siswa.
Dapat disimpulkan di atas bahwa orangtua
memiliki kuasa yang lebih dalam membentuk moral para
remaja, sehingga penulis menyarankan untuk
menggunakan metode otoritatif oleh orang tua.
Sebenarnya banyak metode pembinaan moral untuk
41
John W. Santrock, Child Development: An Introduction (New
York: Sage Publishing, 2003), h. 44.
48. Konsep Pembinaan Remaja Masjid di Dusun Kembang Buton 48
remaja, tetapi penulis lebih ingin fokus pada dampak dari
sikap orangtua dan proses interaksi yang terjadi antara
remaja dan orangtuanya, sehingga motode otoritatif ini
yang penulis pilih. Selain itu juga ada faktor lain seperti
teori tentang perkembangan moral remaja, penelitian
yang telah dilakukan dan survey tentang metode ini dan
juga hal-hal lainnya.
Metode otoritatif dikembangkan Diana Baumrind
(1966) dimana metode ini merupakan salah satu dari tiga
metode pengasuhan anak yang ia paparkan. Metode ini
dilakukan oleh orangtua dengan mengarahkan remaja
melakukan kegiatan secara rasional dan sesuai dengan
permasalahan yang ada. Dengan metode ini para remaja
diberikan kebebasan dalam bertindak dengan batasan-
batasan untuk mengendalikan diri mereka. Sehingga di
dalam metode ini akan terjadi konsensus atau
kesepahaman antara orangtua dan remaja. Hal ini terjadi
karena orangtua yang memiliki aturan tersendiri dan
remaja juga sudah memiliki kebebasan dalam
menentukan aturannya. Pada konsensus nantinya akan
49. Konsep Pembinaan Remaja Masjid di Dusun Kembang Buton 49
terjadi komunikasi verbal yang bebas dengan orangtua
yang bersikap hangat dan membesarkan hati remajanya
sedangkan remaja bisa memaparkan ide-ide nya secara
bebas. Sehingga nantinya akan tercipta remaja yang
memiliki karekter atau moral yang kompeten.42
Dalam penelitiannya, Baumrind (1966)
menyimpulkan bahwa sikap orang tua yang otoritatif
lebih mendukung pembentukkan karakter seorang
remaja dibandingkan sikap atau pola asuh yang lain.
Pemberian kebebasan kepada remaja pada metode ini
memberikan kesempatan kepada mereka untuk
mengembangkan karakter diri mereka secara bebas tetapi
dengan batasan yang telah digariskan oleh orangtua.
Sehingga perkembangan karakter dan juga moral akan
fokus dan tidak menyimpang. Lalu, penelitian Baumrind
ini didukung oleh sebuah survey yang dilakukan oleh
situs Free Online Research Paper tentang pandangan
42
Baunrind, D. (1966). Effect of Authoritative Parental Control on
Childern Behavior. Diakses pada 04 Juli 2010 dari
http://persweb.wabash.edu/facstaff/hortonr/articles%20for%20
class/baumrind.
50. Konsep Pembinaan Remaja Masjid di Dusun Kembang Buton 50
remaja terhadap metode asuh orang tua. Situs ini
memaparkan bahwa 73% remaja yang menjadi
koresponden memiliki orangtua yang menerapkan
metode otoritatif dan mereka memberikan penilaian yang
tinggi terhadap metode ini.
Santrock (2003) pun memperkuat bahwa pola
otoritatif ini akan menimbulkan remaja yang
bertanggung jawab dan sadar diri secara social. Sehingga
metode otoritatif ini memiliki poin positif terhadap
perkembangan moral remaja dan tidak salah jika sangat
dianjurkan bagi orangtua untuk mulai menerapkan
metode ini kepada remajanya. Metode yang digunakan
adalah metode pengajaran moral, dan metode mengajar
dengan nilai-nilai moral. Metode-metode ini telah diteliti
oleh Gary D. Fenstermacher, Professor di Universitas
Michigan, beserta kedua asistennya Richard D.
Osguthorpe dan Matthew N. Sanger.43
43
Richard D. Osguthorpe dan Matthew N. Sanger, Teaching Morally
and Teaching Morality. (Cet. I; Yogyakarta: 2009), h. 77.
51. Konsep Pembinaan Remaja Masjid di Dusun Kembang Buton 51
Dalam penilitiannya, mereka mengamati dua
sekolah yang menggunakan metode berbeda dalam
membina moral para siswanya dikarenakan perbedaan
latarbelakang dari kedua sekolah itu. Sekolah pertama,
mereka sebut dengan K-5, menggunakan metode
pengajaran mengenai moral. Metode ini menekankan
pada teori-teori untuk memberikan pemahaman moral
kepada siswa. Disekolah K-5 ini, pembelajaran moral
dimasukkan ke dalam kurikulum sekolah. Selain itu juga
terdapat program-program pembinaan tentang kejujuran,
empati, toleransi, kerjasama, dan lain-lain yang
menunjang pengembangan moral siswa. Lalu sekolah
yang kedua, mereka sebut dengan K-8, menggunakan
metode pembinaan moral dengan menanamkan nilai-
nilai moral dalam setiap interaksi yang terjadi dengan
siswa. Metode ini lebih menekankan pada praktik dan
pemberian contoh sehingga siswa beserta masyarakat
sekolah terbiasa dengan perilaku-perilaku yang bermoral.
Membiasakan penerapan nilai-nilai moral diharapkan
52. Konsep Pembinaan Remaja Masjid di Dusun Kembang Buton 52
bisa menciptakan siswa-siswa yang memiliki pribadi
bermoral.
Dari hasil penelitian yang dijelaskan diatas, dapat
kita simpulkan bahwa salah satu metode pembinaan
remaja di lingkungan sekolah adalah dengan menerapkan
nilai-nilai moral dalam setiap interaksi antar anggota
sekolah yang diiringi dengan pengajaran nilai-nilai moral
yang membantu interaksi tersebut. Sehingga nantinya
dengan penerapan metode ini, diharapkan terbentuknya
remaja-remaja dengan kepribadian yang bermoral.
Sedangkan bentuk penerapan metode pembentukan
moral dengan menanamkan nilai-nilai moral ketika
berinteraksi adalah ketika guru mengajar. Guru memiliki
peran penting dalam perkembangan moral remaja
dimana dari sejak taman kanak-kanak hingga kuliah
seorang remaja akan berinteraksi dengan guru
(Zulkarnaen, 2010). Guru juga memiliki pengaruh
penting di dalam kelas, yaitu menciptakan iklim kelas
dan sebagai model moral bagi remaja yang diajar
(Santrock, 2003). Sehingga interaksi yang cukup sering
53. Konsep Pembinaan Remaja Masjid di Dusun Kembang Buton 53
dan kekuasaan yang dimiliki guru di dalam kelas secara
tidak langsung menciptakan proses interaksi dengan
memasukkan nilai-nilai moral yang nantinya bertujuan
membentuk moral para remaja.
Lalu pembahasan yang terakhir yaitu ketika seorang
remaja mengetahui dan memasuki lingkungan baru
seperti kelompok teman. Disini remaja akan lebih senang
jika mereka membuat lingkungan lebih kecil atau bisa
kita sebut kelompok teman sebaya, atau terkadang
konotasi negatifnya orang-orang bilang sebagai geng.
Pembentukkan kelompok-kelompok kecil ini tidak bisa
dielakkan karena sudah menjadi prinsip dasar dari ilmu
sosial (Henslin, 2007). Selain itu pembentukan kelompok
kecil ini juga biasanya dilandasi kepada kesamaan visi
dari setiap remaja (Wulansari, 2009). Para remaja tersebut
merasa memiliki cara yang sama untuk mencapai tujuan
sehingga mereka melakukannya secara bersama-sama.
Sehingga terbentuklah kelompok-kelompok kecil ini dan
menjadi lingkungan baru bagi interaksi sosial seorang
54. Konsep Pembinaan Remaja Masjid di Dusun Kembang Buton 54
remaja yang nantinya juga akan mempengaruhi
pembentukkan moral mereka.
Ketika remaja sudah berada di lingkungan barunya,
yaitu kelompok teman sebaya, maka proses interaksi
disini juga mulai berubah. Salah satu alasannya menurut
Henslin (2007) karena teman sebaya cenderung akan
mempengaruhi pola perilaku remaja. Lalu dia
menambahkan bahwa ketika seorang remaja menjadi
anggota suatu kelompok, berarti menyerahkan kepada
orang lain tentang keputusan remaja dalam berperilaku.
Jadi ketika seorang remaja masuk ke dalam sebuah
kelompok, lalu anggota kelompok menentukan bahwa
setiap anggota harus melakukan ini dan itu, maka setiap
anggota harus taat. Ketaatan terhadap keputusan ini
bukan karena ketakutan, tetapi lebih karena ada perasaan
yang mengikat antar anggota kelompok (Henslin, 2007).
Keputusan perilaku yang akan dijalankan remaja
ditentukan oleh kelompok dan hal ini lama kelamaan
akan mengubah moral dari remaja yang bergabung tadi.
55. Konsep Pembinaan Remaja Masjid di Dusun Kembang Buton 55
Dan akhirnya akan terlihat perubahan moral yang
diakibatkan pergaulan dengan anggota kelompok.44
Setelah penulis pelajari lebih dalam tentang
kelompok teman, maka metode yang penulis ajukan
adalah metode basudara antar anggota kelompok. Metode
ini sebelumnya sudah diteliti oleh Monika Keller dan
Wolfgang Edelstain (1991) yang berasal dari Institut Max
Plank, Jerman. Mereka meneliti 97 remaja yang berumur
7 sampai dengan 15 tahun dan menyimpulkan dari hasi
pengamatan dan wawancara mereka bahwa
perkembangan moral seorang remaja, seperti rasa
tanggung jawab, saling mempercayai, hubungan yang
semakin dekat, semakin berkembang seiring
perkembangannya umur yang mulai dari 7 hingga 15
tahun.45
44
Arifah, N. Peran Guru dalam Pendidikan Karakter, Moral, dan
Budaya. (Jakarta: Prenada Media group, 2010), h. 132.
45
Slavin, R. E. (2009). Educational Psycology
diterjemahkan oleh Samosir dengan judul: Psikologi
Pendidikan (Cet. I; Jakarta:Indeks 2006), h. 93.
56. Konsep Pembinaan Remaja Masjid di Dusun Kembang Buton 56
Disini dapat dilihat bahwa metode persahabatan
antar anggota kelompok memiliki pengaruh yang besar
bagi perkembangan remaja. Dengan mengamati beberapa
teori yang memberikan poin positif tentang
pengelompokan para remaja dan juga penelitian yang
dilakukan tentang persahabatan. Metode ini nantinya
akan menciptakan tingkat kesadaran moral yang sangat
tinggi pada remaja karena menurut Henslin (2007),
metode ini lebih menekankan pada perubahan moral
karena kenyamanan interaksi antara anggota kelompok.
Sehingga ini juga menjadi alasan bagi penulis
mengajukan metode persahabatan antar anggota
kelompok. Dan penerapan metode ini hendaknya mulai
dilakukan oleh para remaja.
Dimulai dari lingkungan keluarga, dengan
menerapkan metode otoritatif yang menekankan pada
kesepakatan yang terjadi antara remaja dengan
orangtuanya. Remaja di beri kebebasan dengan batasan-
batasan yang diajukan oleh orang tua. Sehingga nantinya
akan terbentuk remaja yang memiliki moral yang
57. Konsep Pembinaan Remaja Masjid di Dusun Kembang Buton 57
kompeten. Selanjutnya lingkungan sekolah dengan
menggunakan metode pengajaran moral dan mengajar
dengan moral yang keduanya ini tidak dapat dipisahkan
dalam penerapannya. Metode ini mampu menciptakan
suasana sekolah yang diharapkan bisa membentuk
kepribadian para remaja lebih bermoral. Lalu yang
terakhir adalah teman kelompok dengan metode
persahabatan antar anggota kelompok. Metode
persahabatan ini nantinya akan menciptakan tingkat
kesadaran moral yang sangat tinggi pada remaja
sehingga ini menjadi akhir rangkuman dari ketiga
metode tersebut.
7. Pemberdayaan bermakna.
Ausubel dan Robinson (1969) dikutip dari
Syarifudin (2010) membedakan dua dimensi dari proses
58. Konsep Pembinaan Remaja Masjid di Dusun Kembang Buton 58
komunikasi dalam komunikasi, yaitu dimensi cara
menguasai pengetahuan dan secara menghubungkan
pengetahuan baru dengan struktur ide yang telah ada.46
Pada dimensi yang pertama dibedakan tipe
pemberdayaan yang bersifat mencari (discovery learning)
dan yang bersifat menerima (reception learning). Pada
dimensi kedua, dibedakan antara pemberdayaan yang
bersifat menghapal (rote learning) dan pemberdayaan
bermakna (meaningful learning).
Ada dua hal penting dalam konsep bermakna, yaitu
struktur kognitif dan materi pengetahuan baru. Struktur
kognitif merupakan segala pengetahuan yang yang telah
dimiliki santri sebagai hasil dari kegiatan pemberdayaan
yang lalu. Dalam pemberdayaan bermakna pengetahuan
baru harus mempunyai hubungan atau dihubungkan
dengan struktur kognitifnya. Hubungan itu akan terjadi
karena adanya kesamaan isi (substantiveness) dan secara
46
Syarifudin, Sistem Informasi Dakwah pada masjid PT. Telkom
DIVRE VII Makassar Tesis, dipersentasikan untuk memenuhi gelas
magister dakwah dan komunikasi pada tahun 2010, h. 54.
59. Konsep Pembinaan Remaja Masjid di Dusun Kembang Buton 59
beraturan (non-arbitrer). Kedua sifat hubungan tersebut
menunjukkkan adanya kebermaknaan logis materi yang
akan dipelajari.47 Jadi kebermaknaan logis ini merupakan
sifat dari materi yang akan dipelajari tetapi tidak berarti
menjamin bahwa itu bermakna bagi santri.
Pemberdayaan bermakna menuntut tiga persyaratan: a).
Materi yang dipelajari harus dapat dihubungkan dengan
struktur kognitif secara beraturan karena adanya
kesamaan isi. b). Santri harus memiliki konsep yang
sesuai dengan materi yang akan dipelajarinya. c). Santri
harus mempunyai kemauan atau motif untuk
menghubungkan konsep tersebut dengan struktur
kognitifnya.
Makna merupakan hasil suatu proses
pemberdayaan bermakna. Hal itu juga akan menjadi isi
kognitif atau isi dari penyadaran yang muncul bila materi
yang punya makna potensial dihubungkan dengan
struktur kognitif. Bermakna dan pemberdayaan
47
Ibid
60. Konsep Pembinaan Remaja Masjid di Dusun Kembang Buton 60
menghapal bukan dua hal yang benar-benar bersifat
dikotomis, tetapi hanya menunjukkan apakah sesuatu
kegiatan pemberdayaan lebih mengarah pada bermakna
atau kurang bermakna. Suatu kegiatan pemberdayaan
yang kurang bermakna akan muncul apabila:
a. Materi yang dipelajari kurang memiliki
kebermaknaan logis.
b. Santri kurang memiliki konsep-konsep yang sesuai
dalam struktur kognitifnya.
c. Santri kurang memiliki kesiapan untuk melakukan
kegiatan pemberdayaan bermakna.
d. Pemberdayaan bermakna akan menghasilkan
konsep-konsep, ide-ide baru yang puny makna,
penuh arti, jelas, nyata perbedaannya dengan yang
lain. Konsep yang demikian tidak akan mudah
digoyahkan dibandingkan konsep-konsep yang
dibentuk melalui hubungan atau asosiasi arbitrer.
Dengan pemberdayaan bermakna, santri akan
menguasai dan mengingat konsep-konsep inti dan
konsep bukan inti berbaur dan saling menghambat,
61. Konsep Pembinaan Remaja Masjid di Dusun Kembang Buton 61
tetapi dalam pemberdayaan makna keduanya bisa
dibedakan dengan jelas.
Makna merupakan isi dari stuktur kognitif, yang
terjadi karena materi yang memiliki kebermaknaan
potensial disatukan dengan struktur kognitif. Proses
penyatuan tersebut berbeda-beda dan dapat diletakkan
dalam suatu hierarki dari yang bersifat represensional
sampai dengan pemberdayaan tinggi, perbuatan
pemberdayaan kreatif. Berikut adalah macam-macam
pemberdayaan bermakna:
a. Pemberdayaan represensional; Merupakan suatu
proses pemberdayaan untuk mendapatkan arti atau
makna dari simbol-simbol.
b. Pemberdayaan konsep; Pemberdayaan konsep dapat
mempunyai makna logis dan makna psikologis.
Makna logis terbentuk melalui fenomena adanya
benda-benda yang dikelompokkan karena memiliki
ciri-ciri yang sama. Pada tahap berikutnya bila anak
telah bersekolah ia pemberdayaan makna konsep
secara formal dari nama dan kata-kata. Kedua tahap
62. Konsep Pembinaan Remaja Masjid di Dusun Kembang Buton 62
proses pembentukan makna konsep tersebut terjadi
hampir dalam semua kegiatan anak pemberdayaan
konsep. Pembentukan konsep selanjutnya terjadi
melalui proses asimilasi yaitu definisi-definisi.
c. Pemberdayaan proposisi; Proposisi atau kalimat
merupakan suatu kalimat yang menunjukkan
hubungan antara dua hal. Proposisi ini ada yang
bersifat umum, ‖binatang buas makan daging‖ yang
berisi banyak konsep dan ada pula yang bersifat
khusus, harimau makan kelinci yang hanya berisi
saru konsep.48
d. Pemberdayaan diskoveri atau mencari; Bahan yang
yang dipelajari tidak disajikan secara tuntas tetapi
membutuhkan beberapa kegiatan mental untuk
menuntaskan dan menyatakan dengan struktur
kognitif. Pemberdayaan dikoveri terbagi atas dua
macam kegiatan pemberdayaan, yaitu
48
Ibid
63. Konsep Pembinaan Remaja Masjid di Dusun Kembang Buton 63
pemberdayaan memecahkan masalah dan
pemberdayaan kreatif.
e. Pemberdayaan pemecahan masalah; Memiliki proses
psikologis yang lebih kompleks dibandingkan
dengan pemberdayaan proposisi. Dalam
pemberdayaan pemecahan masalah, anak
dihadapkan pada masalah-masalah yang
memerlukan pemecahan. Guru mengajukan
beberapa pertanyaan yang mengarahkan santri agar
menemukan pemecahan atau jawabannya sendiri.49
f. Pemberdayaan kreatif; Kreatifitas adalah kemampuan
untuk menghasilkan sesuatu yang baru, baik baru
bagi dirinya maupun orang lain. Pemberdayaan
kreatif adalah santri proses pemberdayaan
merencanakan, melaksanakan, dan membuktikan
sendiri percobaan-percobaan. Mereka berusaha
mencari hubungan antara konsep-konsep yang baru
49
Ibid
64. Konsep Pembinaan Remaja Masjid di Dusun Kembang Buton 64
dan konsep-konsep yang telah ada pada struktur
kognitifnya.50
Membangun kreativitas remaja masjid adalah usaha
tegas untuk meningkatkan animo remaja masjid yang
selama ini dibentuk dilingkungan masyarakat yang
jarang mendengar informasi agama. Karena Joseph De
Vito dalam bukunya diadic dommunication
mengungkapkan bawha ekspresi seseorang sangat
tergantung pada volume input input informasi.51
Semakin banyak informasi positif yang diakses semakin
baik cara menata prilaku remaja tersebut.
Peningkatan Ibu Rumah tangga
Peningkatan Ibu Rumah tangga dalam pembinaan
remaja yang akan terjun di tengah masyarakat perlu
menjadi perhatian serius hal ini juga pernag di
intensipkan sejak 1978, dalam Repelita VI diarahkan
50
Ibid
51
Joseph De Vito, Communication Interpersonal (New York: Sage
Pblishing, 2009), h. 99.
65. Konsep Pembinaan Remaja Masjid di Dusun Kembang Buton 65
untuk mencapai kemitrasejajaran yang harmonis antara
pria dan wanita dalam pembangunan dan kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Sejalan dengan
itu, sasaran peningkatan peranan wanita dalam Repelita
VI adalah meningkatnya taraf pendidikan wanita sebagai
calon pemimpin dan membimbing anaknya agar dapat
menjadi remaja yang tangguh terhadap perubahan
zaman.
Masyarakat secara serasi dan seimbang jika unsur
remaja dapat diperhatikan pembinaan mentalnya. Hal ini
dapat diintensifkan pembinaan organisasi wanita dan
makin aktif peranannya dalam pembangunan remaja.
Dalam rangka mencapai sasaran tersebut ditempuh
berbagai kebijaksanaan, yaitu: meningkatkan kualitas
wanita sebagai sumber daya pembangunan;
meningkatkan kualitas dan perlindungan tenaga kerja
wanita; meningkatkan peran ganda wanita dalam
keluarga dan masyarakat; mengembangkan iklim sosial
budaya yang mendukung kemajuan wanita; serta
membina kelembagaan dan organisasi wanita.
66. Konsep Pembinaan Remaja Masjid di Dusun Kembang Buton 66
Pembinaan anak dan remaja ditujukan untuk
meningkatkan kualitas anak dan remaja, terutama dari
segi pendidikan dan kesehatan. Dalam Repelita VI
sasarannya adalah meningkatnya anak yang mempunyai
status gizi dan kesehatan yang baik; meningkatnya
jumlah anak dan remaja yang mengikuti pendidikan
dasar sembilan tahun; meningkatnya minat baca dan
belajar di kalangan anak dan remaja; terpelihara dan
terbinanya anak yang kurang beruntung dan terlantar;
menurunnya tingkat kenakalan remaja dan terhindarnya
anak dan remaja dari bahaya penyalahgunaan obat
terlarang, zat adiktif, dan narkotika; serta meningkatnya
kesadaran dan peran orang tua dalam mendidik dan
membina anak dan remaja, terutama dalam keimanan
dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan budi
pekerti luhur.
Untuk mencapai sasaran tersebut, Repelita VI
menetapkan kebijaksanaan pembinaan anak dan remaja
yaitu : meningkatkan status gizi dan kesehatan;
meningkatkan pendidikan; menum- buhkan wawasan
67. Konsep Pembinaan Remaja Masjid di Dusun Kembang Buton 67
iptek; menumbuhkan dan meningkatkan idea- lisme dan
patriotisme; meningkatkan kemampuan menyesuaikan
diri dengan masyarakat dan lingkungan; meningkatkan
peran keluarga dan masyarakat dalam pembinaan anak
dan remaja; serta meningkatkan pembinaan dan
perlindungan hukum anak dan remaja.
Pembinaan dan pengembangan pemuda bertujuan
untuk meningkatkan kualitas pemuda sebagai generasi
penerus perjuangan bangsa yang mandiri, tangguh, dan
ulet, serta mampu melestarikan nilai-nilai luhur bangsa.
Generasi muda yang berkualitas akan menjadi sumber
insani yang potensial dan andalan dalam pembangunan
nasional.
Dalam Repelita VI sasarannya adalah meningkatnya
pengetahuan dan keterampilan pemuda serta
kemampuannya untuk memanfaatkan,
mengembangkan, dan menguasai iptek; me- ningkatnya
partisipasi pemuda dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara berlandaskan Pancasila;
meningkatnya rasa kesetiakawanan sosial, serta
68. Konsep Pembinaan Remaja Masjid di Dusun Kembang Buton 68
kepedulian pada lingkungan sosial dan lingkungan
hidup; meningkatnya kualitas pemuda sebagai pewaris
nilai-nilai luhur budaya bangsa yang beriman dan
bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa; dan
meningkatnya kualitas kepemimpinan pemuda sebagai
kader penerus cita-cita perjuangan bangsa.
Untuk mewujudkan berbagai sasaran tersebut di
atas kebijaksanaan pembinaan dan pengembangan
pemuda dalam Repelita VI adalah : meningkatkan
perluasan kesempatan bagi pemuda untuk memperoleh
pendidikan dan pelatihan; me- ningkatkan peranserta
pemuda dalam pembangunan; meningkatkan
kepeloporan dan kepemimpinan pemuda dalam
pembangunan; dan meningkatkan kelembagaan dan
organisasi kepemudaan.
Berbagai kebijaksanaan peningkatan peranan wanita
serta pembinaan anak, remaja, dan pemuda tersebut
dituangkan dalam kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan
secara terpadu dengan pro-gram pembangunan bidang
lainnya.
69. Konsep Pembinaan Remaja Masjid di Dusun Kembang Buton 69
B. Peranan Keluarga
Dalam kurun waktu Repelita VI (1994/95 - 1997/98)
dilak-sanakan kegiatan-kegiatan peranan wanita yang
meliputi: pe-ningkatan kualitas wanita sebagai sumber
daya pembangunan; peningkatan kualitas dan
perlindungan tenaga kerja wanita; peningkatan peran
ganda wanita dalam keluarga dan masyarakat;
pengembangan iklim sosial budaya yang mendukung
kemajuan wanita; dan pembinaan kelembagaan dan
organisasi wanita.
a. Peningkatan Kualitas Wanita sebagai Sumber Daya
Pembangunan
Kualitas wanita sebagai sumber daya pembangunan
diupayakan untuk senantiasa meningkat sehingga wanita
dapat berperan sebagai mitrasejajar pria dalam
pembangunan, antara lain melalui pendidikan baik di
sekolah maupun di luar sekolah; peningkatan derajat
70. Konsep Pembinaan Remaja Masjid di Dusun Kembang Buton 70
kesehatan dan gizi; dan peningkatan ke-sejahteraan
keluarga.
Di bidang pendidikan, program wajib belajar telah
memberikan kesempatan yang lebih luas bagi wanita
untuk mengikuti pendidikan dasar sehingga rasio murid
wanita terhadap pria meningkat dari tahun ke tahun
(Tabel XX-1). Selanjutnya, untuk memberantas tiga buta
dilaksanakan pendidikan luar sekolah antara lain melalui
Kelompok Belajar (Kejar) Paket A yang sebagian besar
pesertanya adalah wanita. Berdasarkan data Survei Sosial
Ekonomi Nasional (SUSENAS) tahun 1997, persentase
penduduk wanita umur 10 tahun ke atas yang buta huruf
menurun dari sebesar 19,26 persen pada tahun terakhir
Repelita V menjadi 14,92 persen.
Dalam bidang kesehatan, perbaikan derajat
kesehatan dan gizi wanita dilakukan terutama melalui
kegiatan pelayanan kesehatan dasar bagi ibu hamil dan
menyusui. Dalam upaya menurunkan angka kematian
ibu melahirkan serta angka kematian bayi dan anak di
71. Konsep Pembinaan Remaja Masjid di Dusun Kembang Buton 71
daerah perdesaan diupayakan melalui penempatan bidan
di desa dan pembinaan serta pelatihan dukun bayi.
Sampai dengan tahun keempat Repelita VI telah
ditempatkan sekitar 68 ribu bidan PTT di seluruh desa.
Hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT)
tahun 1995 menunjukkan angka kematian ibu melahirkan
sekitar 373 per 100.000 kelahiran hidup, yang berarti
menurun dibandingkan tahun 1993 yaitu sekitar 425 per
100.000 kelahiran hidup. Namun dibanding dengan
sasaran akhir Repelita VI, yaitu 225 per 100.000 kelahiran
hidup, masih jauh lebih tinggi.
Hal ini antara lain disebabkan oleh masih rendahnya
tingkat pendidikan wanita terutama di daerah perdesaan,
masih rendahnya status gizi ibu hamil, masih terbatasnya
akses dan kualitas pelayanan persalinan di daerah
terpencil dan sulit terjangkau, serta masih banyaknya
wanita perdesaan yang memeriksakan dan melahirkan
anaknya dengan pertolongan dukun yang tidak terlatih.
Di bidang kependudukan dan keluarga sejahtera,
wanita telah sejak lama berpartisipasi sebagai peserta dan
72. Konsep Pembinaan Remaja Masjid di Dusun Kembang Buton 72
motivator KB. Pada tahun keempat Repelita VI sebanyak
6,3 juta pasangan usia subur (PUS), dengan hampir 99
persen di antaranya adalah wanita, berhasil diajak
menjadi peserta KB baru. Di samping itu, kegiatan
pembinaan akseptor KB untuk tetap ber-KB (peserta KB
aktif) terus dilakukan dan hingga tahun 1997/98 telah
mencapai 26,5 juta PUS.
Upaya pemberdayaan wanita untuk membantu
meningkatkan ekonomi keluarga terutama yang masih
berada dalam tahapan Pra- Sejahtera dan Sejahtera-I
dilaksanakan melalui program Tabungan Keluarga
Sejahtera (Takesra) dan Kredit Usaha Keluarga Sejahtera
(Kukesra). Program Takesra telah mencakup sebanyak
11,2 juta keluarga yang tergabung dalam 526,3 ribu
kelompok usaha. Penyerapan dana Kukesra hingga Maret
1998 telah mencapai sekitar Rp. 395,7 miliar.
Dalam bidang kesejahteraan sosial, upaya
meningkatkan taraf hidup fakir miskin dilakukan
melalui pembinaan kelompok usaha bersama (KUBE)
73. Konsep Pembinaan Remaja Masjid di Dusun Kembang Buton 73
terdiri dari 10 KK di mana anggotanya sebagian besar
adalah wanita.
b. Peningkatan Kualitas dan Perlindungan Tenaga
Kerja Wanita
Peningkatan kualitas tenaga kerja wanita
(nakerwan) dan perlindungan bagi nakerwan dan
keluarganya diupayakan melalui berbagai kegiatan
pelatihan. Sasaran utama kegiatan-kegiatan tersebut
adalah wanita dari keluarga berpenghasilan rendah.
Upaya peningkatan pendidikan dan keterampilan
wanita antara lain dilakukan melalui pelatihan
keterampilan berusaha sebagai upaya memperluas
kesempatan kerja wanita, serta pemberian bantuan modal
usaha kepada kelompok belajar usaha wanita di
perdesaan. Di bidang perkoperasian, telah dilaksanakan
penyuluhan dan pelatihan bagi kelompok wanita. Di
bidang pertanian, banyak wanita berperanserta dalam
kegiatan Pembinaan dan Peningkatan Pendapatan Petani-
Nelayan Kecil (P4K). Sejak dimulainya pada tahun 1988
74. Konsep Pembinaan Remaja Masjid di Dusun Kembang Buton 74
sampai dengan Februari 1998, kegiatan P4K telah
mencakup hampir 50 ribu KPK, yang 37 persen di
antaranya adalah KPK wanita. Sedangkan upaya
peningkatan kualitas nakerwan di sektor informal, antara
lain dilakukan melalui kegiatan terpadu bagi para wanita
pedagang kecil eceran, di samping upaya pembinaan
melalui kegiatan temu usaha, konsultasi usaha, serta
konsultasi teknis.
Dalam rangka meningkatkan perlindungan
kesehatan dan keselamatan kerja, pengupahan,
pengembangan karier, ke- sejahteraan tenaga kerja
wanita, dan jaminan sosial bagi tenaga kerja wanita dan
keluarganya, yaitu terhadap pelaksanaan peraturan
perundang-undangan mengenai upah minimum dan jam
kerja maksimum, dan kesehatan kerja di sektor informal,
serta penetapan upah minimum regional (UMR) di 27
propinsi dan Otorita Pulau Batam; antara lain melalui
program perlindungan bagi wanita yang bekerja malam
hari di perusahaan dan penyuluhan tenaga kerja wanita
di sektor formal.
75. Konsep Pembinaan Remaja Masjid di Dusun Kembang Buton 75
Selain itu dilakukan pula pelatihan skill bagi pelatih
di tingkat pusat dan kader pelatih di tingkat lapangan,
yang selanjutnya pelatih dan kader pelatih tersebut akan
memberikan pembinaan keterampilan serta penyuluhan
pentingnya pemberian air susu ibu (ASI) dan pengelolaan
tempat penitipan anak (TPA) bagi para pengelola TPA
dan nakerwan, di berbagai perusahaan, industri, dan di
sektor informal.
c. Peningkatan Peran Ganda Wanita dalam Keluarga
dan Masyarakat
Peningkatan peranan wanita dalam keluarga dan
masyarakat diarahkan bagi terciptanya kemitrasejajaran
yang harmonis antara pria dan wanita dalam membina
keluarga maupun dalam peran aktif di masyarakat.
Peran wanita dalam keluarga ditingkatkan antara lain
melalui penyuluhan dan bimbingan keterampilan untuk
meningkatkan pendapatan keluarga dan pembinaan
tumbuh kembang anak balita. Sementara itu, peran
76. Konsep Pembinaan Remaja Masjid di Dusun Kembang Buton 76
wanita dalam masyarakat dilakukan melalui
peningkatan berbagai aktivitas wanita di berbagai sektor
pembangunan.
Upaya meningkatkan peran wanita dalam
meningkatkan pendapatan keluarga dilakukan antara
lain melalui kegiatan bimbingan dan bantuan berusaha
sendiri dalam bentuk Usaha Swadaya Wanita Desa
(USWD), dari pembangunan kesejahteraan sosial.
Upaya meningkatkan kemampuan ibu dan anggota
keluarga dalam membina pertumbuhan dan
perkembangan anak balita dilakukan antara lain melalui
kegiatan kelompok bina keluarga balita (BKB). Kegiatan
posyandu terus ditingkatkan melalui kegiatan imunisasi
bagi ibu hamil, usaha perbaikan gizi keluarga (UPGK),
dan penyuluhan tentang pentingnya imunisasi bagi anak
balita dan pentingnya air susu ibu (ASI) bagi
pertumbuhan dan perkembangan anak balita. Kegiatan-
kegiatan tersebut dilak- sanakan di seluruh propinsi
hingga tingkat desa. Dalam rangka kegiatan diversifikasi
pangan dan gizi melalui pemanfaatan pekarangan rumah
77. Konsep Pembinaan Remaja Masjid di Dusun Kembang Buton 77
dalam bentuk penyebarluasan paket teknologi
pekarangan berupa bibit, benih (sayuran, buah-buahan,
ikan dan ternak unggas), dan sarana produksi di 27
propinsi.
Peran wanita dalam masyarakat terus ditingkatkan
melalui berbagai aktivitas wanita untuk mendukung
pembangunan di daerahnya. Kegiatan tersebut
dilaksanakan antara lain melalui wadah PKK, KB, dan
posyandu. Melalui gerakan PKK, wanita berperan aktif
dalam membina kesejahteraan keluarganya, sedangkan
dalam kegiatan posyandu, wanita terlibat secara aktif
dalam pemberian pelayanan kesehatan, imunisasi, dan
perbaikan gizi keluarga.
d. Pengembangan Iklim Sosial Budaya yang
Mendukung Kemajuan Wanita
Iklim sosial budaya yang mendukung kemajuan
wanita, terutama dalam wujud dukungan masyarakat
kepada upaya terciptanya kemitrasejajaran pria dan
wanita yang harmonis dalam pembangunan, diperlukan
78. Konsep Pembinaan Remaja Masjid di Dusun Kembang Buton 78
agar wanita dapat lebih berpartisipasi dalam
pembangunan. Untuk mencapai tujuan tersebut
dilakukan berbagai kegiatan yang mencakup penataan
hukum dan perundang-undangan dan kegiatan
komunikasi, informasi, dan edukasi (KIE) mengenai
jender.
Upaya penataan hukum dan perundang-undangan
bertujuan untuk mengembangkan kesadaran tentang hak
dan kewajiban wanita dengan memasyarakatkan
undang-undang dan peraturan yang melindungi hak-
hak wanita dan kewajibannya dalam aspek- aspek
perkawinan, perceraian, serta tata cara kerja bagi pekerja
wanita, seperti jam kerja malam dan pemutusan
hubungan kerja karena menikah, hamil, dan melahirkan.
Untuk menyebarluaskan makna kemitra sejajaran
pria dan wanita maka dilakukan kegiatan KIE mengenai
jender melalui media massa, antara lain melalui operasi
penerangan motivator juru penerang wanita dan operasi
penerangan peningkatan motivator wanita
79. Konsep Pembinaan Remaja Masjid di Dusun Kembang Buton 79
Kelompencapir. Sampai dengan tahun keempat telah
dibina sebanyak 1.411 kelompencapir wanita.
Di samping itu sejak tahun 1996 telah diupayakan
pembentukan indikator jender menurut sektor, yang
ditujukan untuk mengukur keberhasilan pembangunan
Repelita VI serta untuk mempersiapkan Repelita VII yang
mengandung wawasan kemitrasejajaran antara pria dan
wanita yang harmonis. Informasi mengenai statistik
wanita di Indonesia telah dipublikasikan dalam buku
―Profil Kedudukan dan Peranan Wanita Indonesia Tahun
1995‖ oleh Kantor Menteri Negara Urusan Peranan
Wanita bekerja sama dengan Biro Pusat Statistik. Pada
tahun 1997/98, telah dilaksanakan pula penyajian data
Indikator Sosial Wanita Indonesia tingkat nasional dan
propinsi.
e. Pembinaan Kelembagaan dan Organisasi Wanita
Pembinaan kelembagaan dan organisasi wanita
dilakukan untuk memantapkan fungsinya dalam
berpartisipasi dalam pembangunan. Pembinaan ini antara
80. Konsep Pembinaan Remaja Masjid di Dusun Kembang Buton 80
lain mencakup pembinaan kelompok PKK, Pusat Studi
Wanita (PSW) dan pembinaan tim pengelola Program
Peranan Wanita (P2W). Selain upaya pembinaan tersebut,
dilanjutkan pula kegiatan-kegiatan yang mendukung
perencanaan pembangunan yang berwawasan jender
dan partisipasi wanita dalam berbagai kegiatan
internasional.
Kegiatan wanita di daerah perdesaan
diselenggarakan melalui kelompok Pembinaan
Kesejahteraan Keluarga (PKK) dan posyandu. Selama
kurun waktu Repelita VI jumlah kelompok PKK serta
posyandu di tanah air berkembang dengan pesat hingga
telah mencakup seluruh desa dan kelurahan yang ada di
Indonesia. Di tingkat propinsi hingga desa, pembinaan
kelembagaan P2W dilakukan melalui Tim Pengelola
P2W. Di samping itu juga dibentuk Pusat Studi Wanita
(PSW) di perguruan tinggi yang merupakan mitra
pemerintah dalam merumuskan program P2W.
Sementara itu di tingkat nasional organisasi-organisasi
81. Konsep Pembinaan Remaja Masjid di Dusun Kembang Buton 81
wanita terus berperan melalui wadah Kongres Wanita
Indonesia (Kowani).
Dalam rangka kerjasama internasional, Indonesia
telah berpartisipasi aktif dalam Konperensi Dunia IV
tentang Wanita tahun 1995 di Beijing, Cina, yang
menghasilkan Beijing Declaration and Platform for Action.
Selanjutnya, untuk menjabarkan 12 kesepakatan tersebut,
pada awal tahun 1996 diselenggarakan "Semiloka
Nasional Pemantapan Kemitrasejajaran Pria dan Wanita
Dalam Rangka Pelaksanakan Konperensi Dunia IV
tentang Wanita" di Jakarta.
2. Pembinaan Anak dan Remaja
a. Peningkatan Status Gizi dan Kesehatan
Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan status
gizi dan kesehatan bayi, anak balita, serta remaja. Upaya
peningkatan status gizi bagi bayi dan anak balita
terutama dilaksanakan melalui posyandu yang
kegiatannya antara lain meliputi penyuluhan dan
pelayanan gizi, pemantauan pertumbuhan dan
perkembangan anak balita melalui kartu menuju sehat
82. Konsep Pembinaan Remaja Masjid di Dusun Kembang Buton 82
(KMS), peningkatan penggunaan air susu ibu (ASI), dan
pembinaan kebiasaan makanan yang sehat dan bermutu
gizi sejak usia dini. Sampai dengan tahun keempat
Repelita VI, jumlah posyandu yang melaksanakan
kegiatan peningkatan status gizi dan kesehatan telah
mencapai 257,0 ribu posyandu, meningkat dari tahun
1993/94 yaitu sebanyak 244,8 ribu posyandu.
Upaya peningkatan status gizi sekaligus penurunan
angka putus sekolah dan tinggal kelas anak didik SD/MI
di perdesaan dilaksanakan melalui Program Makanan
Tambahan Anak Sekolah (PMT-AS). Pada tahun 1996/97
PMT-AS dicanangkan menjadi program nasional yang
terpadu dan lintas sektor.
Sejalan dengan itu, dilakukan pula kegiatan usaha
kesehatan sekolah (UKS) yang meliputi penjaringan
masalah kesehatan, pemeriksaan kesehatan dan
pencegahan penyakit berupa imunisasi. Di samping itu
dilaksanakan pula Pekan Imunisasi Nasional (PIN) untuk
mencapai bebas Polio pada tahun 2000 dan sekaligus
untuk meningkatkan kesehatan bagi anak balita.
83. Konsep Pembinaan Remaja Masjid di Dusun Kembang Buton 83
Sebagai hasil dari berbagai kegiatan pembinaan
anak remaja tersebut di atas, terdapat peningkatan derajat
kesehatan serta status gizi yang ditunjukkan oleh
semakin menurunnya angka kematian bayi dan
prevalensi kurang energi protein (KEP). Angka kematian
bayi diperkirakan mengalami penurunan dari 58 per
seribu kelahiran pada tahun 1993 menjadi 50 per seribu
kelahiran pada tahun 1998. Demikian pula prevalensi
KEP pada anak balita cenderung mengalami penurunan
dari sebesar 41,7 persen pada tahun 1992 menjadi 35
persen pada tahun 1995.
b. Peningkatan Pendidikan
Peningkatan pendidikan dimaksudkan untuk
meningkatkan kualitas anak dan remaja yang bercirikan
keimanan dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha
Esa, berbudi pekerti luhur, cerdas, kreatif, berdisiplin,
serta sehat jasmani dan rohani. Dalam rangka
meningkatkan kualitas pendidikan anak dan remaja,
dilakukan upaya-upaya Wajib Belajar Pendidikan Dasar
84. Konsep Pembinaan Remaja Masjid di Dusun Kembang Buton 84
Sembilan Tahun, pendidikan agama dan budi pekerti
luhur serta kegiatan seperti pramuka, Karang Taruna,
OSIS, kesenian dan kegiatan keagamaan.
Pelaksanaan Wajib Belajar Pendidikan Dasar
Sembilan Tahun memberikan kesempatan anak dan
remaja untuk memperoleh pendidikan yang lebih tinggi
sehingga partisipasi pendidikan tingkat SD dan SLTP
dapat meningkat. Pada tahun 1997/98 angka partisipasi
kasar (APK) tingkat SD/MI dan tingkat SLTP tidak
termasuk MTs mencapai 113,6 persen dan 60,0 persen,
meningkat dari masing-masing 110,4 persen dan 43,4
persen pada tahun 1993/94. APK SLTP termasuk MTs
pada tahun 1997/98 telah mencapai 73,8 persen.
Gangguan kesehatan, kekurangan gizi, dan terutama
rendahnya kemampuan ekonomi keluarga, merupakan
penyebab utama anak dan remaja tidak bersekolah atau
putus sekolah sehingga APK terutama tingkat SLTP
belum dapat mencakup seluruh anak dan remaja.
Pendidikan agama dan budi pekerti luhur bagi anak
dan remaja diselenggarakan antara lain melalui kegiatan
85. Konsep Pembinaan Remaja Masjid di Dusun Kembang Buton 85
perkemahan keagamaan, penyuluhan keagamaan,
penyediaan buku bacaan keagamaan dan pesantren kilat
remaja SLTP.
c. Penumbuhan Wawasan Iptek
Penumbuhan wawasan iptek anak dan remaja
dimaksudkan untuk meningkatkan pemahaman,
kesadaran, pemanfaatan, penguasaan dan pengembangan
iptek sesuai dengan usia dan tahap perkembangannya.
Hal ini dilaksanakan dengan memberikan kesempatan
bermain bersama yang menumbuhkan daya cipta bagi
balita; menumbuhkan minat baca, menulis, berhitung,
seni, budaya, daya cipta, analisis, prakarsa dan kreasi
bagi anak usia sekolah; dan meningkatkan dan
membudayakan minat baca dan belajar bagi remaja.
Upaya menumbuhkan daya cipta bagi balita
dilaksanakan melalui penyediaan alat permainan
edukatif (APE) dan pedoman belajar pendidikan
prasekolah bagi lembaga-lembaga pendidikan
prasekolah. Sementara itu, dalam rangka menumbuhkan
86. Konsep Pembinaan Remaja Masjid di Dusun Kembang Buton 86
wawasan iptek bagi anak dan remaja, dalam Repelita VI
telah diselenggarakan sayembara penyusunan cerita
ilmiah bergambar dan lomba karya remaja setiap tahun.
Pada tahun 1994/95 telah didirikan pula Pusat Peragaan
Ilmu dan Teknologi di Taman Mini Indonesia Indah. Di
samping itu, dilaksanakan pula penyediaan taman
bacaan dan perpustakaan keliling di perdesaan di seluruh
propinsi, untuk meningkatkan minat membaca dan
belajar para anak dan remaja.
d. Peningkatan Idealisme dan Patriotisme
Upaya menumbuhkan dan meningkatkan idealisme,
patriotisme dan wawasan kebangsaan terhadap anak dan
remaja dilakukan dengan menanamkan rasa cinta tanah
air, disiplin dan kemandirian sejak anak usia sekolah.
Upaya tersebut terutama di-selenggarakan melalui
kegiatan kepramukaan berupa penyeleng-garaan
kepanduan, pelatihan instruktur/pembina pramuka,
serta bantuan pengadaan peralatan kepramukaan. Upaya
menanamkan rasa cinta tanah air dilakukan antara lain
87. Konsep Pembinaan Remaja Masjid di Dusun Kembang Buton 87
melalui kegiatan wisata remaja dan kirab remaja yang
diikuti oleh perwakilan remaja dari seluruh propinsi dan
wakil-wakil remaja dari negara sahabat. Kegiatan lainnya
yang ditujukan untuk meningkatkan idealisme,
patriotisme dan wawasan kebangsaan selama empat
tahun Repelita VI adalah Forum Dialog Anak (FDA).
d. Peningkatan Adabtasi Diri dengan Lingkungan
Peningkatan kemampuan anak dan remaja dalam
menyesuaikan diri dengan masyarakat dan
lingkungannya di maksudkan untuk membudayakan
hidup bermasyarakat sedini mungkin. Salah satu
kegiatannya adalah memberikan kesempatan bermain
bersama bagi balita dengan mengutamakan permainan
tradisional yang bercirikan budaya Indonesia. Sementara
itu bagi anak usia sekolah dan remaja, upaya-upaya
tersebut di atas dilanjutkan dengan penumbuhan
kesadaran hidup bermasyarakat dan peningkatan
kepekaannya terhadap lingkungan.
88. Konsep Pembinaan Remaja Masjid di Dusun Kembang Buton 88
Salah satu kegiatan pembinaan anak dan remaja
yang ditujukan untuk meningkatkan kemampuan
menyesuaikan diri adalah pengembangan tempat
penitipan anak (TPA) dan kelompok bermain melalui
pelatihan petugas, penyediaan peralatan, penyusunan
dan penyebarluasan profil panti sosial TPA dan
kelompok bermain. Sampai dengan tahun 1997/98,
jumlah TPA sampai dengan 1997/98 adalah 760 buah,
yang berlokasi di 24 propinsi.
Salah satu bentuk pembinaan remaja yang bertujuan
untuk meningkatkan kesadaran lingkungan adalah
―wisata remaja cinta lingkungan‖ bagi remaja di
lingkungan OSIS yang diselenggarakan setiap tahun sejak
awal Repelita VI. Selain itu, untuk lebih meningkatkan
pemahaman dan tindak nyata remaja dalam pelestarian
lingkungan hidup, setiap tahun dalam Repelita VI
diselenggarakan "Jambore Kependudukan dan
Lingkungan Hidup" yang diikuti oleh wakil-wakil
organisasi kepramukaan dari seluruh propinsi di
Indonesia.
89. Konsep Pembinaan Remaja Masjid di Dusun Kembang Buton 89
f. Peningkatan Peranan Keluarga dan Masyarakat
Peningkatan peran keluarga dan masyarakat
dimaksudkan untuk meningkatkan pengetahuan dan
keterampilan orang tua dan keluarga, meningkatkan dan
memperluas dukungan lembaga pendidikan sekolah dan
luar sekolah, meningkatkan partisipasi masyarakat serta
mendorong dunia usaha dalam pembinaan anak dan
remaja. Pendalaman pengetahuan dan peningkatan
keterampilan bagi para ibu mengenai pendidikan dan
pengasuhan anak balita yang baik dan benar
dilaksanakan melalui kelompok- kelompok bina keluarga
balita (BKB).
Sebagai hasil dorongan dan kerja sama antara
keluarga, masyarakat dan pemerintah dalam pembinaan
anak dan remaja, peran serta masyarakat luas termasuk
Ikatan Dokter Indonesia (IDI), GN-OTA, dan Forum
Komunikasi Pembinaan dan Pengembangan Anak
Indonesia (FKPPAI) selama Repelita VI, IDI membimbing
dalam perancangan dan pembuatan alat pantau tumbuh-
90. Konsep Pembinaan Remaja Masjid di Dusun Kembang Buton 90
kembang anak balita. Selain itu, pada akhir tahun
1995/96 FKPPAI telah menyelenggarakan Musyawarah
Nasional II yang bertujuan untuk meningkatkan
kesadaran dan pemahaman masyarakat tentang
pentingnya pembinaan dan pengembangan anak dan
remaja.
g. Pembinaan dan Perlindungan Hukum Anak dan
Remaja
Pembinaan dan perlindungan hukum bagi anak dan
remaja bertujuan untuk melindungi anak dan remaja dari
perlakuan atau tindakan yang tidak sesuai dengan atau
membahayakan bagi anak dan remaja baik secara fisik
maupun kejiwaan. Dalam Repelita VI, kegiatan ini antara
lain meliputi perlindungan terhadap anak-anak yang
terpaksa bekerja dan perlindungan terhadap berbagai
bentuk diskriminasi dan hukuman yang tidak
mendukung proses tumbuh kembang anak.
Perlindungan bagi anak yang terpaksa bekerja
ditujukan untuk melindungi dan mengawasi terhadap
91. Konsep Pembinaan Remaja Masjid di Dusun Kembang Buton 91
hal yang membahayakan keselamatan dan masa depan
anak tersebut.
Upaya perlindungan ini berupa pembatasan jam
kerja tidak lebih dari 4 jam sehari, tidak mempekerjakan
mereka pada malam hari, pemberian waktu dan
kesempatan kepada mereka untuk mengikuti pendidikan,
dan pelaksanaan pemberian upah sesuai dengan Upah
Minimum Regional (UMR) setempat. Untuk
meningkatkan kualitas pengawasan dan memperluas
pengawasan, diselenggarakan pelatihan peningkatan
pengelolaan bagi tenaga pengawas ketenagakerjaan
khususnya mereka yang menangani anak yang terpaksa
bekerja.
Dalam upaya awal untuk mengurangi anak yang
terpaksa bekerja pada Repelita VI, telah diupayakan
perbaikan penyediaan data dan informasi mengenai
aspek-aspek anak yang terpaksa bekerja. Berdasarkan
hasil Survei Angkatan Kerja Nasional (SAKERNAS),
jumlah anak usia 10-14 tahun yang terpaksa bekerja telah
92. Konsep Pembinaan Remaja Masjid di Dusun Kembang Buton 92
menurun dari 2,2 juta orang pada tahun 1993 menjadi 1,6
juta orang pada tahun 1997.
Peningkatan perlindungan terhadap anak dan
remaja dari berbagai bentuk diskriminasi dan hukuman
yang tidak mendukung proses tumbuh kembang anak
dilakukan antara lain melalui penyebarluasan dan
pemasyarakatan Keputusan Presiden No. 36 Tahun 1990
tentang ratifikasi konvensi hak anak.
Selain itu dalam Repelita VI juga dilaksanakan
serangkaian kajian dan penyempurnaan hukum tentang
anak, yang dilakukan antara lain melalui temu karya
penjabaran konvensi PBB dan Hukum Nasional,
penyusunan dan penyebarluasan panduan penyuluhan
hukum tentang anak, serta kajian penyempurnaan
Rancangan Peraturan Pemerintah (RPP) tentang
perlindungan terhadap anak yang terpaksa bekerja dan
Wajib Belajar. Dalam rangka mencegah dan mengurangi
kenakalan dan penyalahgunaan obat terlarang dan
narkotika di kalangan remaja, telah dikeluarkan UU No. 7
Tahun 1997 tentang pengesahan Konvensi Perserikatan
93. Konsep Pembinaan Remaja Masjid di Dusun Kembang Buton 93
Bangsa-Bangsa dalam pemberantasan peredaran gelap
narkotika dan psikotropika tahun 1988. Pelaksanaan
pengawasan peredaran obat-obat terlarang dan
psikotropika juga terus ditingkatkan secara terpadu
antara Badan Koordinasi Pelaksana (Bakolak)
bekerjasama dengan masyarakat dan pengusaha.
3. Pembinaan dan Pengembangan Pemuda
Hasil-hasil pelaksanaan program pembinaan dan
pengembangan pemuda sampai dengan tahun keempat
Repelita VI dapat dijelaskan sebagai berikut. Kesempatan
para pemuda memperoleh pendidikan melalui jalur
formal dapat terlihat dari angka partisipasi kasar (APK)
SLTA maupun APK Perguruan Tinggi (PT). Pada tahun
1997/98 APK SLTA, termasuk Madrasah Aliyah (MA)
dan APK Perguruan Tinggi, termasuk Perguruan Tinggi
Agama (PTA), masing-masing adalah 39,9 persen dan
12,5 persen. Angka partisipasi tersebut telah melampaui
sasaran tahun keempat Repelita VI.
94. Konsep Pembinaan Remaja Masjid di Dusun Kembang Buton 94
Dari APK tersebut tampak bahwa masih banyak
pemuda yang belum menikmati pendidikan melalui jalur
sekolah terutama karena kesulitan ekonomi. Dalam
upaya meningkatkan pengetahuan dan keterampilan
mereka diselenggarakan pendidikan melalui jalur luar
sekolah. Upaya tersebut antara lain dilaksanakan melalui
berbagai pembinaan dan pelatihan di balai latihan kerja
(BLK) yang telah ada di seluruh propinsi.
b. Peningkatan Peran Pemuda dalam Pembangunan
Upaya untuk meningkatkan peranserta pemuda
dalam kehidupan berpolitik dan berorganisasi antara
lain ditempuh melalui peningkatan pendidikan politik.
Sampai dengan tahun keempat Repelita VI jumlah
peserta yang mengikuti pendidikan politik adalah sekitar
3.800 orang setiap tahunnya, meningkat dari sekitar 860
orang pada akhir Repelita V. Selain itu, sampai dengan
tahun keempat telah diselenggarakan diskusi
antarorganisasi pemuda dengan pemerintah yang
95. Konsep Pembinaan Remaja Masjid di Dusun Kembang Buton 95
bertujuan untuk menambah wawasan para pemuda
dengan jumlah peserta sebanyak 8.385 orang.
Dalam rangka penumbuhan semangat
kewiraswastaan pemuda, telah dilaksanakan pembinaan
dan pelatihan keterampilan pengelolaan koperasi
pemuda di 27 propinsi dengan jumlah peserta kumulatif
sebanyak 6.600 orang. Selanjutnya dalam menanggulangi
kecenderungan pengangguran di kalangan pemuda
terdidik, pada tahun 1996/97 telah dikembangkan
kawasan industri bagi pemuda terdidik. Sebagian dari
kawasan industri akan disediakan bagi kaum muda
terdidik sebagai lokasi untuk mendirikan usaha.
Pemuda berperan besar dalam bidang olah raga.
Pembibitan olah ragawan berbakat di Pusat-Pusat
Pendidikan dan Latihan Olah Ragawan Pelajar (PPLP)
meningkat jumlahnya dari 250 orang pada tahun 1993/94
menjadi 749 orang pada tahun 1997/98. Upaya tersebut
telah memungkinkan meningkatnya prestasi dalam
berbagai cabang olah raga baik di tingkat nasional
maupun internasional. Prestasi Indonesia sebagai juara
96. Konsep Pembinaan Remaja Masjid di Dusun Kembang Buton 96
umum pada Sea Games XIX di Jakarta tahun 1997 tidak
terlepas dari peranserta pemuda.
Dalam rangka menumbuhkan daya cipta kreatif bagi
pemuda sehingga dapat memperkukuh jati diri dan
kepribadian bangsa, meningkatkan kebanggaan nasional,
serta memperkukuh persatuan dan kesatuan, dibuka dan
diperluas kesempatan untuk mengembangkan minat seni
dan budaya, telah diselenggarakan antara lain: pagelaran
seni di taman budaya di tingkat propinsi sebanyak 459
kali, di tingkat kabupaten 641 kali, pemberian bantuan
peralatan kesenian 480 unit, penyelenggaraan pameran
seni sebanyak 317 kali, pengiriman misi kesenian ke luar
negeri, termasuk festival persahabatan Indonesia–Jepang
di Tokyo pada tahun 1997.
Upaya peningkatan peran serta pemuda dalam
bidang pertahanan keamanan diarahkan untuk
meningkatkan ketahanan nasional dan wawasan
kebangsaan. Kegiatan yang dilaksanakan antara lain
melalui penataran kewaspadaan nasional (Tarpadnas)
97. Konsep Pembinaan Remaja Masjid di Dusun Kembang Buton 97
sebanyak 718 orang dan pelatihan kader bela negara
sebanyak hampir 3.000 orang.
Pembinaan pemuda dalam memantapkan perilaku
keagamaan bertujuan agar melalui pendekatan
keagamaan, kegiatan dan kreativitas pemuda dapat lebih
diarahkan pada hal-hal yang bermanfaat baik bagi diri
pribadi masing-masing maupun bagi keluarga dan
masyarakat. Meningkatnya hasrat pemuda mengenai
perilaku keagamaan tercermin dengan meningkatnya
peserta yang mengikuti sarasehan agamawan muda,
yaitu dari 80 orang per tahunnya pada Repelita V,
menjadi sekitar 330 orang pada akhir Repelita VI.
Selain itu, dalam upaya melindungi anak dan remaja
dari penyalahgunaan narkotika dan obat terlarang,
dilakukan pelatihan bagi para pemuda sebagai motivator.
Pada Repelita VI setiap tahunnya lebih dari 800 pemuda
mengikuti pelatihan motivator tersebut.
Peningkatan jiwa kepeloporan dan kepemimpinan
pemuda, diarahkan agar pemuda memiliki jiwa
kejuangan, keperintisan, kepekaan terhadap lingkungan,
98. Konsep Pembinaan Remaja Masjid di Dusun Kembang Buton 98
disiplin, dan sikap mandiri, serta kepedulian sosial yang
tinggi. Kegiatan yang dilakukan antara lain melalui
penempatan sarjana pendamping purna waktu (SP2W);
pertukaran pemuda antarpropinsi dan antarnegara; dan
napak tilas jejak pahlawan; serta pengembangan Karang
Taruna.
Selama empat tahun telah dikerahkan sekitar 4.000
orang SP2W dari berbagai disiplin ilmu di desa-desa
tertinggal sebagai pendamping kelompok IDT.
Penempatan pemuda pelopor tersebut diharapkan akan
mampu mendorong dan memberikan motivasi bagi
masyarakat dalam mengembangkan usaha-usaha
pertanian, perikanan, peternakan, dan usaha-usaha
ekonomi produktif lainnya sesuai dengan kondisi
setempat. Kegiatan tersebut juga telah menumbuhkan
kepedulian dan kesetiakawanan sosial pemuda yang
lebih tinggi.
Selain itu, untuk mendorong pemuda dalam
kepeloporannya di bidang ekonomi dan meningkatkan
99. Konsep Pembinaan Remaja Masjid di Dusun Kembang Buton 99
kepemimpinan pemuda dalam pembangunan
masyarakat terus dilakukan berbagai pelatihan dalam
rangka pengembangan Karang Taruna yang disertai
dengan bantuan paket sarana usaha. Pada tahun 1993/94,
bantuan dan pelatihan tersebut diberikan kepada 2.900
Karang Taruna dan sampai dengan tahun 1997/98
kepada 12.000 Karang Taruna. Selanjutnya pada tahun
1998/99 direncanakan pelatihan bagi 3.100 Karang
Taruna dan bantuan modal kerja bagi 1.100 Karang
Taruna.
Sebagai upaya untuk meningkatkan rasa cinta tanah
air serta semangat persatuan, kesatuan, dan persaudaraan
antarpemuda, dilaksanakan kegiatan napak tilas jejak
pahlawan yang diikuti oleh 2.225 orang setiap tahunnya
dan pertukaran pemuda antarpropinsi maupun
antarnegara masing-masing diikuti oleh sekitar 1.500
orang dan 132 orang setiap tahunnya.
Peningkatan kelembagaan dan organisasi
kepemudaan bertujuan untuk memantapkan peran dan
fungsi kelembagaan serta mekanisme kerja organisasi,
100. Konsep Pembinaan Remaja Masjid di Dusun Kembang Buton 100
sehingga dapat memperkukuh peran pemuda sebagai
generasi penerus bangsa yang mempunyai jiwa
kejuangan, wawasan kebangsaan, dan kecintaan tanah air
yang tinggi.
Kegiatan yang dilaksanakan dalam Repelita VI
antara lain meliputi pembinaan organisasi dan bantuan
sarana bagi organisasi KNPI, dan organisasi
kepramukaan, serta organisasi kepemudaan. Dalam
rangka itu ditingkatkan dan dikembangkan kegiatan
pelatihan bagi para pemimpin organisasi kepemudaan
serta berbagai diskusi yang membahas berbagai masalah
kepemudaan dan kebangsaan. Selanjutnya, dalam
mendukung kegiatan-kegiatan tersebut sampai dengan
tahun keempat Repelita VI telah disebarkan sekitar 53
ribu eksemplar buku pedoman kepemudaan yang
meningkat dari sekitar 33 ribu eksemplar selama Repelita
V.
101. Konsep Pembinaan Remaja Masjid di Dusun Kembang Buton 101
Pergerakan Dakwah Remaja
Konsep para ahli pemberdayaan tersebut
menggambarkan bahwa pemberdayaan dapat diamati
dari berbagai aspek tingkah laku manusia untuk
menciptakan remaja yang sehat secara spiritual,
intelektual dan sosial. Kajian ini lebih menekankan
pemberdayaan di lingkungan masyarakat dan dipusatkan
di masjid Dusun kembang Buton.
Adapun teori sistem pemberdayaan dalam
menyebarkan informasi pemberdayaan berdasarkan teori
sistem informasi. Komponen sistem informasi
pemberdayaan terdiri dari pesan, proses, hasil. Ketiga sub
sistem tersebut, sebagai instrumen dasar dalam
melakukan proses penerimaan dan pengiriman informasi
di remaja masjid. Pemberdayaan dilakukan dengan
konsep sebagai berikut:
a. Setiap sistem pemberdayaan memiliki tujuan (niat)
yang menjadi motivasi yang mengarahkan remaja
masjid untuk mengasah kepedulian sosial, spiritual,
102. Konsep Pembinaan Remaja Masjid di Dusun Kembang Buton 102
dan intelektual. Dan mendesain materi
pemberdayaan yang telah disepakati yang
dilakukan secara partisipatif dengan remaja masjid
Dusun Kembang Buton.
b. Proses: Proses merupakan bagian yang melakukan
perubahan atau trasnformasi dari masukan menjadi
keluaran yang berguna, misalnya berupa informasi
dakwah dan lain sebagainya.52
c. Output pemberdayan berupa informasi, cetakan,
saran, laporan, dan lain sebagainya.
d. Mekanisme/Pengendalian pemberdayaan: Menjaga
agar informasi pemberdayaan yang disebarkan
tidak berdampak buruk pada orang lain, yang
dapat memicu tindakan yang kurang berakhlaq.
Tetapi dapat memberikan spirit pencerahan bagi
remaja masjid di Dusun Kembang Buton.
52
op.cit Abdul kadir, Pengantar Sistem informasi, h. 71.
103. Konsep Pembinaan Remaja Masjid di Dusun Kembang Buton 103
Dari konsep pemberdayaan ini relevan dengan
metode pemberdayaan Jim Ife yang menjadi rujukan para
ahli pemberdayaan masyarakat yang sangat
berkembangan pada tahun 1995. Karena efektifinya
konsep ini maka dapat dijadikan sebagai rujukan
tambahan dalam pemberdayaan remaja masjid di Dusun
Kembang Buton sebagai instrumen tambahan untuk
membedah problematika sosial pada remaja masjid.
Adapun strategi pemberdayaan Jim Ife yang akan dicapai
dalam proses pemberdayaan antara lain:
1) Perencanaan dan kebijakan pemberdayaan (policy
and planning empawering): Untuk mengembangkan
perubahan struktur masyarakat dan institusi perlu
akses pemberdayaan yang intensip berbagai sumber
keilmuan agar kebutuhan dan kebuntuan
masyarakat dapat dikontrol sebelum menjadi
kekerasan psikologis ditengah masyarakat. Hal ini
dapat dilakukan dengan cara meningkatkan taraf
kehidupannya, menyediakan sumber kehidupan
yang cukup melalui model dan modul dalam