SlideShare a Scribd company logo
1 of 98
Download to read offline
SRS Airbag




SRS
(Supplemental Restraint System)




Training Support & Development    1
SRS Airbag




                             KATA PENGANTAR


Modul training ini dipersiapkan untuk teknisi yang akan mempelajari Supplemental Restraint
System. Disini teknisi akan mempelajari informasi umum mengenai supplementari restraint
system termasuk diagnosa dan cara troubleshooting. Kami mengharap buku ini dapat
membantu para teknisi dalam menangani masalah yang berkenaan dengan Supplemental
Restraint System. Untuk informasi lengkap dan prosedur perbaikannya, lebih lanjut dapat
menglihat shop manual.




December, 2003. Printed in Korea
Published by Technical Service Training Center. Copyright by Hyundai Motors Corp
Dilarang merubah atau memperbanyak isi buki ini tanpa ijin dari Hyundai Motor Corp. Alih
Bahasa oleh Training Support & Development
http://training.hmc.co.kr

daniyusuf@gmail.com




Training Support & Development                                                             2
SRS Airbag



1. Apakah itu A/Bag?
   1.1    Necessity
   1.2    Purpose
   1.3    Effect
   1.4    Air Bag System Category
   1.5    Basic Structure
   1.6    Basic Principle
   1.7    Operation Sequence
   1.8    Location of A/Bag after Deployment


2. Modules
   2.1    DAB (Driver Air Bag)
   2.2    Clock Spring
   2.3    Inflator
   2.4    PAB (Passenger Air Bag)
   2.5    SAB (Side Air Bag)
   2.6    CAB (Curtain Air Bag)


3. Seat belt
   3.1    History and Function of Seat Belt
   3.2    Types of Seat Belt
   3.3    Point Seat Belt Detail
   3.4    ELR (Emergency Locking Retractor)
   3.5    WLR (Webbing Clamp Locking Retractor)
   3.6    Pretensioner
   3.7    Load Limiter
   3.8    Troubleshooting of Seat Belt


4. Sensor
   4.1    PPD (Passenger Presence Detection)
   4.2    PODS (Passive Occupant Detection System)
   4.3    WCS (Weight Classification System)
   4.4    FIS (Front Impact Sensor)
   4.5    SIS (Side Impact Sensor)
   4.6    Buckle Switch
   4.7    Seat Track (Position) Sensor
Training Support & Development                       3
SRS Airbag



5. ACU
   5.1    General
   5.2    Connector
   5.3    Block Diagram
   5.4    Inside Sensors and Etc.
   5.5    Diagnostic Troubleshooting Flow Chart


6. Others
   6.1    SST
   6.2    Crash Test (Barrier Test)
   6.3    Seating Position
   6.4    Index




Training Support & Development                    4
SRS Airbag



1. Apakah itu Air bag?

1.1 Kepentingan
Seat belt adalah alat yang nyata untuk melindungi tubuh seorang penumpang ketika terjadi trabrakan
pada kendaraan. Namun ketika terjadi tabrakan dalam kecepatan tinggi badan penumpang masih
mengalami resiko benturan yang keras dengan benda di depannya (kemudi, dasboard           dan lainnya),
sehingga hanya dengan seat belt saja tubuh tidak bisa terlindungi dengan baik.

Dan khususnya terhadap tabrakan antara depan dan belakang kendaraan, bagian atas tubuh akan
terlempar kedepan meskipun orang tersebut sudah memakai sabuk pengaman, sehingga bagian kepala
atau bahu akan membentuk kemudi atau kaca depan kendaraan sehingga dapat menyebabkan cedera
serius.

SRS Air bag System adalah suatu alat yang dapat mengurangi resiko cedera pada bagian kepala dan
bahu pengemudi atau penumpang melalui pengembangan kantong udara yang dipasang di kemudi atau
instrument panel ketika kerjadi tabrakan pada kendaraan, dan alat ini adalah sebagai tambahan dari seat
belt yang sudah ada sebelumnya.

SRS Air bag System adalah suatu perlengkapan tambahan fungsi pengekang dan pelindung pada sealt.
Karena alasan bahwa nama sistemnya sudah ada maka sebagai akronimnya adalah Supplemental
Restraint System (SRS Air bag).



1.2 Tujuan
Fungsi Air Bag

    Meredam energi energi kinematik penumpang.
    Melindungi penumpang dari benturan dengan interior trim.
    Melindungai penumpang dari pecahan kaca.
    Mengurangi tertekuknya leher.



1.3 Efek
Efek sistem keselamatan

    Mengurangi resiko kecelakaan fatal (Data yang dikeluarkan oleh NHTSA, 1999)
    Bila hanya menggunakan Seat Belt: tingkat berkurangnya adalah 45%
    Bila hanya memakai Air Bag : tingkat berkurangnya 14%
    Bila menggunakan Seat Belt + Air Bag : tingkat berkurangnya adalah 50%


Training Support & Development                                                                       5
SRS Airbag


1.4 Kategori Air bag System
Tidak ada pengelompokan khusus pada sistem air bag,     karena Air Bag dikembangkan secara bertahap.
Sebelumnya sensornya secara mekanis dan sekarang menggunakan sensor elektronik. Tentunya ada
perbedaan pada ACU tergantung dari parbik pembuatnya seperti Siemens, Hyundai Air Bag (HAE), TRW,
dan Delphi Mando yang sudah ada sekarang, umumnya ada dua macam yaitu : sensor dipasang di
dalam ACU, atau dipasang diluar.

1) Tipe Single Sensor (Terintegrasi dengan sensor di dalam Air bag control module)

Di dalam ACU, terdapat sensor untuk mengukur benturan dari depan, belakang, kiri dan kanan.



                                                        PAB              SAB




                              DAB                ACU


2) Tipe Multi-Sensor (Tipe Front sensor )

Di dalam ACU, terdapat sensor yang mengukur benturan dari sisi depan, belakang, kanan dan kiri. Air bag
meletus ditentukan oleh sensor dengan membandingkan sisi mana yang mengalami benturan.



                                                        PAB                   CAB




                FIS




                              DAB                ACU



Training Support & Development                                                                       6
SRS Airbag


1.5 Struktur Dasar
Sistem Air bag terdiri dari unit pengatur air bag, sensors, air bag module, belt pretensioner.


                                            ACU     PBP
                              PAB




                                                                             RSAB

                                                                 BS     FSAB             SIS
                FIS



                                                                                         CAB


                            DAB                   DBPT


Penempatan masing-masing sistem air bag mengacu pada modulnya,              DAB dipasang di dalam steering
wheel, PAB dipasang di dalam panel (crash pad) depan tempat duduk penumpang. FRT SAB dipasang di
tempat duduk, dan Rear SAB dipasang di samping tempat duduk. BPT dipasang dibagian bawah center
filler, dan CAB dipasang di kedua sisi.

Letak Sensor – FIS letaknya dibelakang Front Bumper, untuk air bag sisi kanan dan kiri. SIS letaknya
dibawah Center filler (umumnya disamping BPT), digunakan untuk meletuskan SAB dan CAB.

Sensor untuk mendeteksi benturan dari sisi depan kiri dan kanan dipasang di dalam ACU. Kebanyakan
sensor yang dipakai oleh Hyundai motor adalah tipe elektronik, dan hanya Safing sensor saja yang ada di
dalam ACU yang bertipe mekanis.

Sensor-sensor ini satu sama lain tidak kompatibel. Disamping itu, seluruh sensor tersebut adalah
direction-oriented, sehingga perlu kehati-hatian pada saat pemasangannya. Karena jika pemasangan
sensor terbalik atau miring, maka bisa menimbulkan masalah pada sistem Air bag.



1.6 Prinsip Dasar
Prinsip kerja

Berikut adalah diagram yang menunjukkan prinsip kerja sistem air bag.

                        CRASH              SENSING            DECISION            DEPLOYMENT




Training Support & Development                                                                          7
SRS Airbag


Urutan dasar meletusnya Air bag adalah sebagai berikut . ketika terjadi benturan, masing-masing sensor
akan mengukur benturan tersebut. Hasil pengukurannya dikirim ke ACU. Kemudian ACU menganalisa
benturan tersebut dan memutuskan apakah air bag perlu meletus atau tidak. Jika perlu meletus, ACU
akan memberikan suplai arus ke module yang akan dikembangkan. Setiap module akan meletuskan Air
bag melalui arus listrik yang disuplai. Kemudian Air bag akan meletus dan mengelembung untuk
melindungi penumpang. Terlihat prosesnya cukup sederhana, namun sebenarnya variabel yang terlibat
disini cukup banyak. Dikarenakan air bag meletus pada saat mobil melaju atau mengembungnya sedikit
sehingga akan membahayakan penumpang dari pada melindungi. Benturan termasuk benturan dari
bawah, benturan bagian atas, dan benturan dengan material elastik seperti kayu, membuat sistem air ini
makin rumit. Dan tentunya jika air bag ini terlalu sensitif terhadap benturan, maka kemungkinan tidak bisa
meletus pada saat terjadi benturan kuat. Karena itulah lembaga peneliti    menentukan kapan air bag
akan meletus berdasarkan hasil penelitian dan pengalaman.

1.7 Urutan Proses
Proses waktu meletusnya air bag adalah sebagai berikut.



 Crash                              3 mSec



 Crash    Sensing


 Make decision deployment     or undeployment

 Ignite the Inflator
                                                  20 mSec                 35 mSec              40 mSec
 Produce Nitrogen Gas to Inflate the Bag

 Bag Deploying

 Full Deployment of the Bag

 Protect the Occupants


 Vent Gas (Bag Deflation)                                             105 mSec ~ 150 mSec


 Airbag System Completed




                                    1.8 Letak A/Bag setelah meletus

Letak Air Bag

Training Support & Development                                                                           8
SRS Airbag




                                        FSAB (F,R)      CAB (R)    RSAB (R,R)
                             PAB




                           DAB
                                          FASB (F,L)     CAB (L)     RSAB (R,L)



2. Module

2.1 DAB (Driver Air Bag)
Modul untuk pengemudi dipasang persis ditengah-tengah steering wheel. Pada saat kecepatan tinggi dan
terjadi benturan, maka bahaya terlemparnya pengemudi mengarah ke steering wheel meskipun sudah
ada sabuk pengaman.

Air bag melindungi pengemudi dari benturan dengan kemudi sehingga aman dari kecelakaan serius.


                                                Clock Spring                    DAB




                        Multi Function Switch              Steering Wheel




Training Support & Development                                                                    9
SRS Airbag


Unit air bag terdiri dari cup-shape generator, kantong udara, cover dan instalasi seperlunya. Lipatan kantor
udara yang disusun dengan sangat rapi membuat ruang yang dipercederan untuk menempatkan kantong
tersebut tidak begitu besar. Volume air bag biasanya sekitar 40 ~ 60•

Setelah sistem air bag mendapat setrum,     tutup cover air bag akan terbuka membuka jalan agar kantong
udara bisa meletus melalui aliran gas yang masuk ke dalamnya. Semua koneksi elektrikal dan lead
dilengkapi dengan shorting bar untuk melindungi agar tidak terjadi kesalahan pemberian arus ke air bag
(air bag meletus sendiri).

1) DAB (Driver Air Bag)

Terakhir ini banyak pengemudi yang tercedera akibat        meletusnya Air bag, sehingga sekarang DAB
memakai air bag tipe depowered (powernya dikurangi). Namun demikian, untuk pengemudi yang
berukuran kecil   (tinggi dibawah 150cm) kemungkinan bisa juga tercedera oleh meletusnya Air bag        ini.

Depowered Air bag

Maret 1997, NHTSA dari Amerika Serikat.      Mengumumkan bahwa pabrik pembuat kendaraan agar
dapat menggunakan air bag tipe depower (mengurangi tekanan gelembung angin) sehingga kantong
udara tidak meletus dengan cepat.

    Penurunan powernya sekitar 20 sampai 35 persen (inflator)
    Tujuannya adalah untuk memaksimalkan keselamatan bagi penumpang wanita dan anak-anak
    Melindungi leher

Untuk itulah, sekarang ini sudah dikembangkan Dual Stage Air bag module yang lebih aman
dibandingkan dengan air bag tipe depowered. Ketika terjadi trabrakan pada kendaraan, kemungkinan
terjadi benturan cukup keras, sehingga selanjutnya kemungkinan dipikirkan untuk membuat air bag tiga
stage menggantikan dual stage. Pada dasarnya Air bag dirancang untuk meletus dengan tekanan
konstan mengabaikan kecepatan ketika terjadi benturan. Akibatnya, ketika terjadi benturan dengan
kecepatan rendah, kadang kala Air bag malah dapat membuat kecelakaan. Untuk itu sekarang ini
dipercederan untuk merancang Air bag yang dapat meletus dengan tekanan dan kecepatan yang
berbeda berdasarkan kondisi benturannya. Dengan Dual Stage Air bag masalah ini dapat dipecahkan.
Untuk menyesuaikan kecepatan dan tekanan meletusnya air bag, pada air bag tiga stages, terdapat dua
Igniter yang dipasang di dalam Air bag Module.

Dengan pertimbangan tekanan dan kecepatan air bag harus 100% meletus, tekanan dan kecepatan
igniter pertama disetel sekitar 70%. Dan igniter ke dua di setel sekitar 30%. Melalui tes benturan yang
dilakukan, hasinya adalah penyetelan dengan rasio 70:30. Contohnya untuk kecepatan yang lebih rendah,
hanya Igniter pertama saja yang meletus. Dan untuk benturan dengan kecepatan menengah,               Igniter
kedua akan meletus juga dalam waktu 10milidetik. Untuk benturan dengan kecepatan yang lebih tinggi
lagi maka igniter pertama dan kedua akan meletus secara bersamaan.


Training Support & Development                                                                           10
SRS Airbag


Dengan menyesuaikan tekanan dan kecepatan meletusnya air bag berdasarkan kondisi benturan
kendaraan, maka tingkat keselamatan pengemudi akan lebih terjaga. Terakhir ini untuk lebih
meningkatkan keselamatan, ketika air bag meletus, modul akan mempertimbangkan informasi apakah
pengemudi mengenakan sabuk pengeman atau dimana letak kursi pengemudi, dsb.

2) Dual stage




                                                  1st Squib

                                                                              2nd Squib




Training Support & Development                                                             11
SRS Airbag


3) DAB Module (Single-General)


                                                   Inflator Assembly               Module Cover




                                                    Warning Label                                 Reacting Plate

                                                                       One Igniter


2.2 Clock Spring
Clock spring fungsinya adalah untuk membentuk koneksi antara unit kontrol A/Bag dan driver module di
dalam steering wheel.     Clock spring dapat memberikan jaminan koneksi elektrikal untuk semua posisi
putaran.


                                                           Rotor
                                 Ring Gear                                 Screw

                                 Cable                                       Warning Label


                                                                                   Gear


                                                                             Upper Case

                                                                   Sheet     Lower Case
                                             Cable End Support

                                              Clock Spring Part


Sebelum memasang atau melepas clock spring, roda depan kendaraan harus diset lurus ke depan, dan posisi
clock spring jangan sampai terlipat ketika sudah dilepas untuk menghindari agar tidak terjadi kerusakan pada
clock spring.

Apabila akan mengganti Clock Spring baru, pastikan keakuratan posisinya terhadap tape atau clip untuk
menghindari agar tidak ikut   berputar di dalam coil spring, untuk itu lepas dahulu sebelum memasangnya.
Jika tetap tidak bisa bekerja meskipun pemasangannya benar, kemungkinan Clock Spring bisa terputus
Training Support & Development                                                                                 12
SRS Airbag


pada saat mobil melaju. Jika hendak membongkar Clock Spring, pertama pastikan kedua roda depan
lurus ke depan, kemudian jaga putaran clock spring dalam satu arah dengan siklus putaran 5.5 sampai
7.5. kemudian putar sekitar 3 sampai 3.5 dengan arah kebalikannya, luruskan tanda segitiga pada
permukaan Clock Spring. Selanjutknya pasang dengan hati-hati.




                                              Clock spring

2.3 Inflator
Inflator Assembly



                      PYROTECHNIC INFLATOR                          1. Ignition system
                                                                    2. Autoignition charge
                                                                    3. Inflator housing
                                                                    4. Filter system
                                                                    5. Initiator
                                                                    6. Gas generator
                                                                    7.Connector with integral shorting clip




Sekarang mari kita perhatikan Pyrotechnic Inflator yang terakhir ini banyak dipakai akhir-akhir ini dipakai.
Dahulu banyak model yang dipakai seperti tipe compressed air dan Pyrotechnic, namun sekarang yang
banyak dipakai adalah Pyrotechnic Inflator karena sudah terbukti baik, kuat dan mudah pemasangannya.
Dilihat dari struktur bagian dalamnya, ketika arus mengalir di dalam Initiator kelima, dengan kata lain pada
saat arus tertentu disuplai dari ACU, maka Initiator pertama akan membuat ledakan kecil, kemudian
menyalakan Auto Ignition Charge kedua . Panas penyepian akan mengaktifkan Gas Generator keenam,
untuk mengasilkan gas secara cepat. pada saat tersebut terjadinya panas sangat cepat, sehingga
mengeluarkan debu.

Karena itulah, panas dari gas ini lebih rendah dan debunya dibuang lewat melalui Filter keempat. Gas ini


Training Support & Development                                                                                13
SRS Airbag


lah yang mengisi kantong udara agar mengelembung. Komposisi utama gas ini adalah He. N2,CO2,Ar.
Struktur bagian dalam DAB, PAB, dan SAB, dst. Hampir sama. Posisi modul untuk penumpang di
tempatkan di dalam glove box dalam dash board (crash pad).



2.4 PAB (Passenger Air Bag)
Posisi modul untuk penumpang di tempatkan di dalam glove box dalam dash board. Ada dua macam
cara pemasangan PAB : yang pertama dipasang di dalam Dashboard, dan cara satunya lagi adalah
dipasang di luar. Untuk yang dipasang di dalam Dashboard, tampilan Dashboard terlihat bersih dan rapi,
namun ketika PAB meletus, maka bagian luar Dashboard harus diganti dengan yang baru. Untuk tipe
later yang terpasang terpisah, tampilannya kurang bagus, namun pada saat dia meletus, hanya
komponen PAB terpisah yang diganti.




                                  Inflator assembly            Warning label




                           Connector




                                                Mounting bracket

PAB fungsinya adalah untuk melindungi penumpang depan ketika terjadi kecelakaan. Dikarenakan PAB
diharapkan dapat melindungi dengan area yang lebih luas, maka volumenya sekarang adalah sekitar
120~160•. Akan berbahaya apabila ada handphone atau benda lain mengenai area meletusnya air bag.
Karena apabila Air bag meletus, benda diatasnya akan terpental dan mengenai orang di depannya.




Training Support & Development                                                                     14
SRS Airbag


1) Urutan Pemberian Arus Air Bag

Pemberian arus ke sirkuit untuk inflator akan diberikan dengan urutan pengembangan kantong udara
sebagai berikut   (tergantung dari keputusan pengembangan yang telah putuskan sebelumya).


                              ON
                   DAB
                             OFF
                                                           50 ms

                                                         Td=1ms
                              ON
                   PAB
                             OFF

                                               Tf

Waktu yang dibutuhkan untuk meletuskan kantong udara dilakukan dalam janga waktu yang sangat
singkat, sehinga pada saat kantong udara mengelembung karena disisi oleh gas pada saat tersebut
sampai mengeluarkan bunyi yang cukup keras (suara letusan). Biasanya lebih dari 100dB.

Ketika kantong udara untuk pengemudi dan penumpang meletus pada saat yang bersamaan, suara yang
ditimbulkan dari letusan kedua kantong udara tersebut dapat menggangu alat pendengaran manusia.
Karena itulah mengapa terjadinya pengembangan air bag dilakukan dengan DAB lebih dulu 1milidetik.
Sehingga bisa mengurangi noise dan memperlambat naiknya tekanan di dalam kendaraan.

2.5 SAB (Side Air Bag)
Side air bag dikembangkan untuk membantu mengurangi resiko cedera akibat benturan dari samping,
sehingga dapat dikatakan perbedaannya adalah pada kepala dan kematian. SAB dirancang untuk
menyerap benturan antara orang di dalam dengan pintu kendaraan apabila terjadi tabrakan dari samping
kendaraan. Kantong udara ini bisa dipasang dikursi untuk melindungi dada atau kepala/dada.




Ketika kantong udara untuk dada (Air bag samping) mengalami benturan dari samping, kantong udara
dapat mengurangi resiko cedera pada dada sekitar 20%.
Training Support & Development                                                                   15
SRS Airbag




          Crash                     Impact Sensing




          Sending Signal to SRSCM   SRSCM operates FSAB




Training Support & Development                            16
SRS Airbag


2.6 CAB (Curtain Air Bag)
Curtain air bag module dapat memberikan perlindungan yang lebih pada kepala dan leher pengemudinya.
Rollover (jungkir balik) adalah penyebab serius terjadinya cedera, terutama pada kepala dan leher.
Sehingga ada lagi tambahan kantong udara yang disebut dengan curtain air bag module untuk mengatasi
keadaan apabila mobil terjungkir balik. Curtain air bag module meletus dari atap roof kendaraan dan bisa
dikombinasikan dengan sistem side impact air bag. Curtain air bag module dapat memberikan
perlindungan yang lebih baik ketika kendaraan mengalami tubrukan dan terjungkir balik.




                             Head Injury Criterion
                                                              10866
                    12000

                    10000          8590

                     8000

                     6000

                     4000

                     2000                    593                       577

                        0
                                    Europe                        US

                                       Without CAB       With CAB

                               HIC can be reduced by approximately 80%




Curtain air bag akan tetap meletus selama lebih dari 6 detik untuk mempersiapkan kemungkinan terjadi
lagi benturan selanjutnya karena tubrukan beruntun atau ketika kendaraan jungkir balik. Ketika

Training Support & Development                                                                       17
SRS Airbag


benturannya terjadi dari samping kendaraan, kantung udara ini akan melindungi penumpangnya agar
tidak terlempar keluar.



                  ROLL TYPE OR FOLD TYPE
                                                  INFLATOR




                          CURTAIN AIR BAG




CAB: Letaknya diatas Roof Rack, dan akan bergerak kebawah apila kantung udaranya meletus.




Training Support & Development                                                              18
SRS Airbag



3. Seat Belt

3.1 Sejarah dan Fungsi Seat Belt
1) Static Belt dua titik (sekitar tahun 1922)

Belt yang panjang sabuknya dapat disesuaikan tanpa fungsi retraction atau pencabut      (dipakai untuk
BUS).

2) NLR (None Locking Retractor, 1965) :

Hanya untuk Seat belt tanpa fungsi locking, digunakan setelah memakai Seat belt secara sempurna.
Biasanya seat belt dipasang di dalam tempat duduk penumpang bus.

3) ALR (Auto Locking Retractor, 1970)

Karena mempunyai fungsi fungsi auto Locking, panjang sabuk pengemannya dapat menyesuaikan diri
secara otomatis. Akan tetapi, setelah seat belt   terkunci, maka sabuknya tidak akan dapat keluar lagi,
dan akan kembali keposisi semula apabila fungsi locking dilepas (kekurangan: dada pemakainya agak
tertekan).

4) ELR (Emergency Locking Retractor, 1972)

Sabuk pengaman ini akan mengunci apabila kendaraan mengalami tabrakan atau mengerem mendadak.
Tipe sabuk pengaman ini masih dipakai sampai sekarang.

(1) T/R (Tension Reducer)

Alat ini fungsinya adalah untuk mengurangi tarikan sabuk pengaman karena adanya Rewinding Spring
Force (Solenoid). Saat dipakai , alat ini akan mengurangi tarikan seat belt dengan menggunakan dua
macam Rewinding Spring dengan gaya balik yang berbeda dengan sensor yang dapat mendeteksi
apakah seat belt dipasang atau tidak.

(2) WLR (WEBBING Locking Retractor)

Ketika kendaraan mengalami kecelakaan dan dalam situasi darurat, sabuknya akan terkunci bila ada
kejutan, sehingga bisa melindungi lebih aman.

(3) CLR (Convertible Locking Retractor)

Dikembangkan untuk keselamatan CHLD SEAT (kursi anak-anak).            Karena aturan yang mengharuskan
alat ini dipasang di Amerika Utara. Sabuk pengaman ini diaktifkan oleh Gear dan Cam, dan apabila
sabuknya tertarik, maka ALR akan aktif, dan setelah tergulung kembali, maka sabuknya akan kembali ke
posisi ELR.




Training Support & Development                                                                            19
SRS Airbag


Aturan Hukum Seat Belt

Seat belt atau sabuk pengaman sudah dikembangkan sejak tahun 1950an dan sudah dilegalisasi
pemasangannya setalah tahun 1960an namun masih sedikit, namun demikian , legalisasi pemakaian
sabuk pengaman direalisasikan setelah tahun 1970an.

Peraturan mengenai seat belt     1968 : FMVSS 208 in USA

                                 1969 : ADR 5A in Australia

                                 1977 : EEC No 14 in Europe

Keharusan memakai sabuk pengaman

 Country     Enforcement          Applied Seat                       Fine             Fastened Person Rate
 Australia     1972. 1               All seats                70~100 Aus $                      95%
  France       1973. 7          Front & rear seats              40~80 Fr          89% on highway & 83% on road
                                                                                 Obligated an attachment portion for
  Norway       1975. 9      All seats in a passenger car     300 Nor. Krone
                                                                                             a child seat
 Denmark       1976. 1       All seats in every vehicle     200 Danish Krone
                                                                                  After unification, use former west
 Germany       1976. 1       All seats in every vehicle        40 D-Mark
                                                                                        Germany regulation
  Japan        1986. 11      All seats in every vehicle      Violation 1 point



Karakteristik Tabrakan & Cedera Penumpang

Ketika sebuah mobil menabrak suatu benda atau mobil lainnya, dapat kita sebut dengan benturan
pertama, kemudian penumpang di dalamnya membentur bagian dalam kendaraan, yang kita sebut
dengan benturan kedua.

Apabila suatu kendaraan beradu dengan benda di depannya dapat kita tentukan sebagai berikut :

   V0 :      kecepatan sebelum terjadi benturan dengan benda di depannya
   L1:       besarnya bodi yang ringsek karena terkena benturan
   t:        waktu setelah terjadi benturan pertama
   V(t):     kecepatan tubuh setelah terjadi benturan pertama
   Vp(t):    kecepatan relatif antara penumpang dan kendaraan

Maka Kecepatan pada benturan keduanya adalah



                                                 Vp(t) = V0 - V(t)



Training Support & Development                                                                                    20
SRS Airbag


Pada saat terjadi tubrukan, ruang yang masih didapat untuk penumpang adalah L1 + L2. ketika suatu
kendaraan berbenturan dengan suatu benda atau kendaraan lain di depannya, maka akan terjadi
rangkaian benturan.

   1st Collision : benturan pada mobil tersebut
   2nd Collision : benturan antara penumpang dengan bodi kendaraan seperti kemudi dan instrument
   panel.
   3rd Collision : benturan di dalam tubuh penumpang seperti tulang dengan tulang dan tulang dengan
   otot, dsb.

Penyeluran energi pada bagian dalam bodi kendaraan

                                Action
                                Reaction Direct
                                Reaction Indirect




   Tingkat keseriusan cedera apabila tidak memakai air bag adalah 9.3 kali lebih besar dibandingkan
   dengan yang menggunakan air bag.
   Saat terjadi tabrakan, apabila memakai sabuk pengaman, kemungkinan meninggal dunia adalah 75%
   dengan kondisi sebagai berikut: dari fatal menjadi luka serius ; serius menjadi agak serius; agak serius
   menjadi luka biasa , dimana dari kemungkinan meninggal dunia menjadi luka biasa adalah 49%.




Training Support & Development                                                                          21
SRS Airbag



Tenaga benturan pada saat terjadi tabrakan

                                                                  Limitation of bearing force in crash events
   100 Km/h of crash velocity corresponds to a                           When it bears both hands only :        about   50Kg
   free falling at 40m height                                            When it bears both feet only:          about 100Kg
                                                                         When it bears both hands and feet: about 150Kg
   80 Km/h of crash velocity corresponds to a
   free falling at 25m height                                     In the event of crash when it bears both hands and feet , the
                                                                  allowable velocity should be less than 7Km/h.
                                                                                                                            2
   60 Km/h of crash velocity                                      Impact power [Kg] = body weight×deceleration [m/s ]÷gravity
   corresponds to a free falling at                               Assumed that a body weight is 70Kg, the impact power goes
   14m height                                                                               70Kg×19.4m/s2÷9.8m/s2 = 138.6 Kg
                                                                  Therefore, the above resultant proved that the limitation of bearing
                                                                  force is similar to an impact power.
   40 Km/h of crash
   velocity corresponds
                                                                  Correlation between a crash velocity and a free-falling As a left
   to a free falling at 6m
                                APT     APT     APT     APT       figure, 40Km/h of crash velocity corresponds to a free falling of an
   height
                                                                  apartment roof on 6m height, furthermore, this crash velocity
                                                                  equals to an impact power of 30 times compare to a body weight
       Comparison of crash velocity and Impact power              of an occupant.




3.2      Jenis Seat Belt
  1) Poin Seat Belt

  Seat belt assembly ditujukan untuk menahan laju                      Seat belt assembly ditujukan untuk
  gerakan dada dan bahu                                               menahan laju gerakan pinggul


                                  Slip Guide (D-Ring)


 Height Adjuster
                                                                      Buckle                                      Adjustable
        Webbing                                                                                                    Tongue


                                                                                                                   Adjust Clip
      Web Guide
                                                        Tongue
                                                         Buckle       Anchor Plate                                  Anchor Plate
      Retractor

 Anchor Plate




Training Support & Development                                                                                             22
SRS Airbag


  2)    Bagian komponen Seat Belt


       BELT SYSTEM       Static Belt                   2 Points Belt

                         Automatic Belt                3 Points Belt



       RETRACTOR         Automatic Locking Retractor

                         Emergency Locking Retractor   VSIR (Vehicle Sensitive Inertia Reel)

                                                       DSIR (Dual Sensitive Inertia Reel)

                                                       WSIR (Webbing Sensitive Inertia Reel)

                                                       Additional Devices
                                                       Webbing Clamp
                                                       Tension Reducer
                                                       Convertible (A/ELR)
                                                       Pretensioner (Pyro, Mechanical)
                                                       (Load Limiter)




Training Support & Development                                                           23
SRS Airbag




 BUCKLE                Push Button Type                       Sewed to Webbing


                       Slide Button Type                      Sewed to Webbing
                                                              Steel Plate Stalk
                                                              Boot Type Stalk (Cable Type Stalk)




3) Bagian komponen Seat Belt


 SLIP GUIDE (D-RING)             Conventional Ring Type + Nylon Coating
                                 Conventional Ring Type + Plastic Molding
                                 Press Stamping Steel        + Plastic Molding


 WEBBING                         High Tenacity Yarn, Non-Twisted Yarm
                                 Excellent Resin Finishing
                                 Strong Tensile Strength Webbing
                                 Superior Resistance to Light
                                 Low Hysteresis of Withdrawal / Retraction Force
                                 Anti-Static Electricity
                                 Soft Edge
                                 Fashioned Weaving Pattern


 SHOULDER HEIGHT                 Pull Type
 ADJUSTER
                                 Push Type

                                 Release Button Type




Training Support & Development                                                                     24
SRS Airbag


3.3       Rincian mengenai Seat Belt
• Seat belt secara umum

                                                     ANCHOR PLATE          BUCKLE




                                                      WEBBING


                                                       TONGUE
                                                       STOPPER
                                                       TONGUE
                             HEIGHT
                            ADJUSTER
                                                        SLIP GUIDE
                                                         (D-RING)
                                                                           WARNING
                                                        WEB GUIDE          SWITCH



                                                       STAY BRACKET

                                                            RETRACTER
                                                            (TYPE : ELR)




                                                       MOUNTING BRACKET




Istilah
1. Anchor Plate: Komponen yang dipasang di bodi mobil. Bagian ujung keluar sabuk retractor dipasang
    ke bodi.
2. Buckle: konektor yang bisa dilepas dengan cepat untuk mengencangkan si pemakai seat belt.
3. Height Adjuster: dikarenakan tinggi orang berbeda beda, maka seat belt harus bisa disetel
    menyesuaikan postur pemakainya agar lebih aman dan nyaman.
4. Karena itulah, Height Adjuster berperan dalam menyesuaikan posisi slip guide ke atas dan ke bawah.
5. Mounting Bracket: komponen yang dipasang dibabian bawah retractor.
6. Retractor: alat yang dipasang untuk menggulung sabuk pengaman.
7. Slip Guide (D-Ring): komponen untuk merubah arah sabuk pengaman.
8. Stay Bracket: suatu komponen yang dipasang dibagian atas retractor untuk menempatkan posisi
    retractor di bodi kendaraan, mudah dipasang dan anti guncangan.
9. Tongue: komponen yang dipasang pada buckle.
10. Tongue Stopper: alat untuk menopang Tongue agar posisi sabuk pengamannya benar.
11. Warning Switch: alat untuk memberitahukan kepada pengemudi apabila sabuk pengaman tidak
    terpasang.
12. Webbing: Sabuk yang terbuat dari bahan polyester.
13. Web Guide: suatu peralatan induksi agar sabuk dapat bekerja dengan normal ketika ditarik dan
    dikendurkan.




Training Support & Development                                                                    25
SRS Airbag


Static 2 Point Seat Belt (Center)




                    Anchor Plate     Buckle   Adjustable        Adjust Clip        Anchor Plate
                                               Tongue



Isilah
1) Adjustable Tongue: komponen yang dipasang pada buckle.
2) Anchor Plate: komponen yang dipasang pada bodi kendaraan. Bagian ujung sabuk yang terdapat
   retractor dipasang pad bodi kendaraan.
3) Buckle: konektor yang bisa dilepas dengan cepat dipakai untuk mengencangkan orang yang
   memakai seat belt.


NLR (Non Locking Retractor) 2 Point Seat Belt (Center)




                      Anchor Plate   Buckle        Retractor                  Anchor Plate
                                                 (Type : NLR)




Istilah
1) Anchor Plate: komponen yang dipasang di bodi kendaraan. Bagian ujung sabuk yang terikat dengan
   retractor dipasang ke bodi kendaraan.
2) Buckle: konektor yang bisa dilepas dengan cepat dipakai untuk mengencangkan orang yang
   memakai seat belt..
3) Retractor: komponen untuk menggulung sabuk pengaman.

Training Support & Development                                                                    26
SRS Airbag


3.4 ELR (Emergency Locking Retractor)
Retractor ini hanya akan mengunci pada saat kendaraan mengalami benturan atau rem mendadak.
penumpang yang memakai sabuk pengaman ini bisa bergerak dengan leluasa karena sabuknya akan
bergerak mengikuti pergerakan badan, jenis sabuk pengaman inilah (ELR) yang sekarang banyak
dipakasi.

ELR digolongkan menjadi tiga macam yaitu berdasarkan kepekaan terhadap satus darurat pada
kendaraannya. Namun demikian kebanyakan yang dipakai adalah jenis Dual Sensing Type Retractor.



                         Kepekaan                                             Deteksi

 VSIR               Vehicle Sensing                           Mendeteksi kecondongan kendaran

 WSIR               Web Sensing                               Mendeteksi akselerasi sabuk pengaman

                                                              Mendeteksi kecondongan kendaraan dan
 DSIR               Dual Sensing(Vehicle+Web Sensing)
                                                              akselerasi sabuk pengaman



1) Prinsip Dasar Kerja ELR

Mendeteksi kendaraan : Mendeteksi kecondongan kendaraan untuk melakukan penguncian sabuk
pengaman ketika kendaraan mengalami benturan atau terbalik. Umumnya yang banyak dipakai adalah
tipe Plumb dan Ball, dan terakhir adalah tipe Ball yang terkenal handal.

Web Sensing : Mendeteksi akselerasi sabuk pengaman, locking dijalankan dengan menggunakan
perbedaan pergerakan inertia yang terjadi karena penyaluran akselerasi ke sabuk pengamaan ketika
terjadi benturan.




                                            Ball Type Sensing


Training Support & Development                                                                       27
SRS Airbag


VSIR (Vehicle Sensitive Inertia Reel)



                         1. Normal                                         The retractor will lock up as follows;
                                            WEBBING RE/EXTRACTION
                                Status                                     1) During hard braking and acceleration.
                         1) Tilt
                                                                           2) If the vehicle is leaning excessively.
                            α≤15•
                         2) Vel. Dev.                                      3) When turning.
                            V•0.7g


                      B-PILLAR                                      C.G UNIT     C.G PAWL                        C.G BALL
                                                          WEBBING



                         2. Working
                                                                               NORMAL         TILT                          &
                         Status                                                             LOCKING
                                                                                              VEHICLE VELOCITY
                         1) Tilt
                            ••27•
                         2) Vel. Dev.                                 1. Tilt                 1. Tilt              1. Necessary
                            V 07                                         α≤15•                   Activated            Locking
                                                                      2. Vel. Dev.            angle                   α≥27•
                                                                         V≤0.7g                  15 •≤α≤27•        2. Vel. Dev.
                                                                      3. C. G pawl is         2. Vel. Dev.            V≥0.7g
         NOTE:   Vel. Dev. : Vehicle velocity deviation                  in steady.              V≥0.7g            3. A retractor
                 α: Seat belt installation angle                                              3. C.G pawl is          should be
                 g: Gravity acceleration                                                                           locked.




WSIR (Webbing Sensitive Inertia Reel)

Prinsip kerja : Apabila sabuk tertarik secara tiba-tiba maka retractor akan mengunci.

        Tidak mengunci @ kurang dari 0.3g,

        Mengunci @ 0.3g to 2.0g,

        Semua mengunci @ lebih dari 2.0g, struktur penarikan sabuk pada tipe WSIR berdasarkan gaya
        inersia terhadap bodi.




Training Support & Development                                                                                                  28
SRS Airbag


     NON-LOCK                                                 NON-LOCK
                                                                   LOCK                                                         LOCK




                                                       FLYWHEEL           HOOK                                            POWL
                                                    MASS FLYWHEEL          LOCKRING                                          SHAFT
                  FIG 1                                                  FIG 2                                                     FIG 3


  1. Normal Status                                    2. First Locking                                          3. Second(Final) Locking
    1) Free of extraction                                  1) Lock ring is locked by                                 1) With rotating of lock ring,
  and                                                         hook.                                                     pawl and ratchet of shaft
       retraction.                                         2) The locked lock ring                                      each other are engaged.
    2) There are no web                               is                                                             2) Then webbing extraction
  and                                                         rotated by hook                                           do not occur.




DSIR (Dual Sensitive Inertia Reel)

        WEBBING RE/EXTRACTION                  WEBBING EXTRACTION                          WEBBING EXTRACTION                                         WEBBING

  NON-LOCK                         NON-LOCK HOOK & PAWL                               NON-LOCK PAWL
                                                                                           LOCK HOOK                                    NON-LOCK PAWL
                                                                    HOOK




                                PAWL




       C.G BALL                    FLYWHEEL C.G BALL                            FLYWHEEL         HOOK                              PAWL
                                              C.G PAWL                       MASS FLYWHEEL       LOCKRING                            SHAFT
          FIG 1                                    FIG 2                                        FIG 3                                         FIG 4

 1. Normal Status                      2. Vehicle Sensing                        3. Webbing Sensing (1st)                4. Webbing Sensing (2nd)
   1) No activation, VSIR and            1) When the speed difference              1) Lock ring is locked by hook.          1) With rotating of lock ring,
       WSIR                                 and the tilting of vehicle             2) The locked lock ring is                   pawl and ratchet of shaft
   2) Free of extraction and                occur, vehicle sensor is                   rotated by hook.                         each other are engaged.
       retraction                           worked.                                                                         2) Then webbing extraction
   3) There are no web and                                                                                                      do not occur.
       vehicle      sensing.




Training Support & Development                                                                                                                    29
SRS Airbag


3.5      WLR (Webbing Clamp Locking Retractor)

    Mengapa harus Web clamp ?


Web clamp retractor atau yang biasa disebut dengan Web lockers adalah tipe sabuk pengaman yang
paling efektif untuk mengurangi pergerakan penumpang pada saat terjadi kecelakaan mobil. Cara kerja
didapat melalui penciutan sabuk melalui penghilangan efek “film spool” yang dikenal juga sebagai
cinching.


    Dapatkah kelebihan web clamp dibuktikan ?


Hasil tes menunjukkan bahwa sistem yang mempunyai web clamp dapat menciutkan uluran sabuk
pengaman di bagian bahu lebih dari 70 mm.                       Sehingga bisa mengurangi gerakan tubuh ke arah depan
dan mengurangi angka HIC.


    Mengapa rancangan webclamp retractor terdapat load bearing spool?


Kastemer sudah lama memakai retractor tradisional yang dilengkapi dengan load bearing spools. Ide
pembuatan retractor dengan plastic spool yang tidak biasa menarik beban adalah untuk sedikit perubahan.
Hal ini bisa dimengerti karena sejak beberapa tahun menjadi bagian yang tidak ikut menjadi objek
pengembangan dan ratusan jam pengujian yang pada akhirnya menghasilkan produk ini. Dalam
prakteknya load bearing spool adalah suatu fungsi yang menjadi percuma (terlalu berlebihan) selama
seluruh titik pada web clamp adalah untuk mencegah adanya beban yang datang ke spool. Sekali spool
termuati maka sabuk pada spool akan mengencang. Dengan menambahkan load bearing spool
kustomer akan menambah kocek yang sebenarnya tidak perlu.


                                                                      WLR v.s ELR Retractor


                                                               150
                                         Webbing Payout (mm)




                                                                                         ELR
                                                               100


                                                                50

                                                                                           WLR

                                                                        500      1000         1500
      * HIC: Head Injury Criterion
                                                                                Webbing Force (N)




Training Support & Development                                                                                   30
SRS Airbag


1)    Dasar Prinsip Kerja WLR
                                                                                                                    Webbing Lock’g

 Sensor Ball              Webbing Lock’g


                                                                                                                                C/WIDGE
Sensor Lever
                            C/WIDGE
                                                                                                                                S/WIDGE

     PAWL

                            S/WDIGE
Sensor ASSY
                                                                                                                                 15°

                                                                                                          LOCK’G
     Beats                   S/DISC
                                             S/DISC   Sensor Ball    Sensor Lever   PAWL   Sensor ASSY




     Selama besarnya Spool pada ELR adalah antar 100mm~150mm, maka kemungkinan bisa terjadi
     cedera karena terjadi benturan I/P atau kemudi dengan kepala dan bahu. Sehingga perlu dimasukkan
     lagi fungsi tambahan.
     Besarnya Spool WLR yang keluar adalah                  : 20~40mm


Mekanisme yang ada pada WLR

                                  WEBBING                           WEBBING                                                 WEBBING
                                  RE / EXTRACTION                   EXTRACTION                   LEVER                      RE / EXTRACTION
                                                                                                  UNIT
                                    LEVER
                                                                      LOCK
                                     UNIT
                                                                      RING
                                                                                                  PAWL

                                  RECEIVER




1. Initial Status                 2. ELR Working                         3. WLR Working                  4. Return Initial Status
    The retraction and                 When the speed difference            The webbing is locked by         A clamper comes back by
  extraction of webbing              and the tilting of vehicle            a clamper.                      returning pawl spring and
    are not controlled.              occur, vehicle sensor is                                              lever spring at initial status
                                     worked. Then first locking by                                         and then, the retraction and
                                     hook and final locking occur                                          extraction of webbing are not
                                     in sequence.                                                            limited.



Training Support & Development                                                                                                   31
SRS Airbag


2) Tension Reducer

Struktur & Perilaku : Tension reducer dipasang bersama dengan normal spring dan reducer spring
dibagian dalam holder. Jika penumpang mengencangkan sabuk pengaman, maka holder akan mengunci
melalui solenoid valve, yakni gaya pengas merubah dari normal spring menjadi reducer spring, karena
itulah tension reducer mempunyai struktur yang dapat menciutkan tekanan yang disebabkan oleh
gerakan sabuk oleh bahu penumpang.


                            WEBBING         EXTRACTION                                                            EXTRACTION
                                                                                                  WEBBING
        HOLDER                                                                HOLDER

                                            RETRACTION                                                            RETRACTION


                                                  NORMAL SPRING    NORMAL SPRING

                                                  REDUCER SPRING   REDUCER SPRING


                                           SOLENOID ASM
           LEVER                                                                   LEVER


         LEVER SPR’G                                                         LEVER SPR’G




            1. Initial Status                                                 2. When a seat belt is engaged (when tongue
                 When an occupant does not buckle up, that                     and buckle is set), buckle switch goes ON
              is, a tongue is separated with a buckle, it is                   and solenoid valve set ON and then, lever is
              time that a normal spring is working.                            worked.
                                                                                   Simultaneously, normal switch goes OFF
                                                                               and retraction and extraction of   webbing
                                                                               are worked by reducer spring only.
                                  WEBBING           EXTRACTION
             HOLDER

                                                    RETRACTION


 NORMAL SPRING

REDUCER SPRING


                                                  SOLENOID ASM
                  LEVER


            LEVER SPR’G




            3. When a seat belt is released (when tongue
              and buckle is set off) buckle switch goes OFF
              and solenoid valve set OFF and then, lever
              comes back at initial status. It is time that    a
              normal spring is working.




Training Support & Development                                                                                              32
SRS Airbag


3.6    Pretensioner
1) Fungsinya adalah

    Mencagah agar sabuk tidak kendur
    Mengurangi gerakan ke depan
    Bekerja kembali seperti semula setelah terjadi kecelakaan tabrakan

2) Jenis dan fungsi Pretensioner

Kenapa pretensioner diperlukan ?

Setiap orang yang memakai sabuk pengaman sabuknya akan kendur. Kekenduran tersebut bisa
disebabkan karena baju yang tebal, posisi seat belt yang kurang pas, reducer sudah aus atau ada
kemacetan pada sistem sabuknya. Ketika terjadi benturan sabuk yang kendur ini akan tertarik oleh
gerakan maju penumpang kedepan sebelum seat belt mulai menahan si pemakainya. Akibatnya sabuk
pengaman terlambat bekerja, penumpang tersebut akan terlempar, kemungkinan terbentur dengan
kemudi akan lebih besar dan menyebabkan cedera kepada pemakainya.

Jenis Pretensioner

(1) Retractor Pretensioner

Retractor pretensioner terdiri dari actuator (spring atau pyrotechnic device), connecting member (bowden
cable) dan clutch tuntuk menghubungkan actuator ke spool. Dalam bekerjanya retractor pretensioner
menggulung sabuk kembali ke spool, sehingga dapat mengurangi kendurnya sabuk. Besarnya sabuk
yang ditarik ke dalam retractor dikurangi secara perlahan oleh efek film spool.

(2) Buckle Pretensioner

Buckle Pretensioner terdiri dari satu actuator (spring atau pyrotechnic), satu connecting member (bowden
cable) dan ratchet untuk mengunci pergerakan bagian bawah. Cara kerjanya adalah buckle head ditarik
ke bawah untuk mencegah agar sabuk pengaman antara bagian diagonal dan pankuan tidak kendur.
Sistem mekanismenya baik karena hanya perlu pergerakan buckle sebesar 75mm dari yang ada 150mm.
Mekanisme ratchet pada area ini mampu menahan berbagai bemacam beban. Buckle pada tipe ini harus
bisa tetap kuat mengunci pada saat dipakai.




Training Support & Development                                                                       33
SRS Airbag


Jenis Pretensioner



                 Buckle pretensioner                                   Pretensioner at the retractor



                           50                                                  2x   50
                                         x                                                         x
                                                                                              x
                                     x

                                70                                                       70




3) Prinsip Dasar Pretensioner

Mekanisme untuk meningkatkan keselamatan penumpang dengan menghilangkan Spool-out mount,
Webbing dan passenger slack dengan cara memutar balik shaft oleh Retractor maka perlu ditambahkan
fungsinya untuk menurunkan pergerakan penumpang dengan menggulung sabuk pengamannya pada
saat terjadi benturan.



           Terjadi tubrukan                     Sinyal dikirim dari external
                                                     sensor (ECU)
                                                                                          Gas menghasilkan
                                                                                              letupan

          Sabuk menggulung                       Terjadi letusan tekanan
                                                      secara cepat




           Sabuk mengurangi                                                         Performa penyelamatan
                                               Cidera penumpang bekurang
              kendurannya                                                               menjadi optimal




E-P/T : Diaktifkan oleh sinyal elektrik berkat adanya external detect sensor.

M-P/T : Pin Firing activation system oleh self-sensing detect sensor.

B-P/T : Fungsi tambahan Pretensioning pada BUCKLE.




Training Support & Development                                                                               34
SRS Airbag


                                                                            GAS GENERATOR
4) Karakteristik P/T (Ball Type)                                                                 TUBE ASS’Y

    Operation Condition : When Collision over 15 Km/h
    Rewinding : Below 120mm
    Operational Time : <12ms (below 0.12 seconds)
    Gas Generator Pressure : Max. 1000bar
    Operational Force (Static condition) : <2.5KN
    Explosive Capacity : 600-800mg
                                                                            SPINDLE
    Electrical Triggering Impact : A/Bag ECU used commonly
    Fungsi tambahan
      * ALR/ELR                                                                           REWIND SPRING
      * LOAD LIMITER
                                                                                                 Ball Trap
      * TENSION REDUCER (Stress Release)


Performa Pretensioner




                                               Fc mac = 4,750 N (485 kgf)




                                                             Fc mac = 4,750 N (485 kgf)



                                              Fp mac = 4,900 N (500 kgf)
                                                                                   Buckle
                                                                                   Fb < 9.5 KN



Maksimal beban bio-mechanical pada seat belts tanpa menyebabkan cedera selama pretensioning
bekerja.

Retractor pretensioner F pr < 4.7 KN

Lap belt load F l< 4.9 KN




Training Support & Development                                                                                35
SRS Airbag


5) Cara Kerja Pretensioner

    Tipe Cylinder



             Initial                       Explosion 1st Stage                Explosion 2nd Stage                Stable Stage

                       PLATE                                                                        P/COVER                     P/RELEASE
 SHAFT P/T
                       RELEASE                                                                      STOPPER
                                      Drum
                                                                                                                                 Rotation is
                                     Reduction
                                                                                                                                 prevented
                                                                                                                                 by Stopper

                            SHEAR
                            PIN

                                                                                                    T/Bar
                                                              SHEAR PIN                             Distorsion

                       PLATE DRIVE                   Wire Tension Direction                                           Wire Winding Direction

         WIRE




    Pengaktivan Pretensioner

(1) Aktivasi

Pada saat microprosessor memutuskan untuk meletuskan air bag, maka ECU akan mensuplai arus ke
activator untuk mengaktifkan sirkuit yang menjalankan presentioner. Disini Safing sensor tidak dipakai.
Setiap kali seat belt pretensioner diaktifkan, maka internal counter akan ditambah. Apabila counter ini
mencapai angka 6, maka warning lamp akan di-set, dan pesan kesalahan akan disimpan di dalam
memori non-volatile. Disini unit ECU dapat digunakan kembali sampai lima kali sejak pengaktipan
pretensioner. Setelah enam kali pengaktifpan, maka Control Module harus diganti dengan yang baru.

(2) Firing circuit

Sebagai pilihan ada dua tambahan firing circuit untuk seat belt. Masing-masing firing circuit dapat
diaktifkan sendiri. Konfigurasi firing circuits dibuat sedemikian rupa sehingga tidak terjadi koneksi yang
low-impedance dari squibs ke ground lainnya atau positif potential di dalam ECU dengan status tidak
bergerak.

(3) Firing sequence

Sistem yang mempunyai sirkuit opesional seat belt pretensioner normlalnya adalah untuk mengaktifkan
seat belt pretensioners, jika kekuatan benturannya sedikit,                     maka airbag akan meletus. Pretensioner
untuk pengemudi dan penumpang diaktifkan pada saat yang bersamaan. Urutan pengapian dan waktu
ON untuk firing circuit diatur oleh ECU, dan waktu ON normalnya adalah 4 milidetik.

Training Support & Development                                                                                                36
SRS Airbag


(4) Firing current

Sirkuit opsional seat belt pretensioner arusnya disuplai dari battery. Pada saat diaktifkan, maka arus akan
mengalir melalui activator melalui firing transistors. Besarnya arus ini tergantung dari tegangan battery
yang diberikan dan tahanan dari external firing loops. Umumnya maksimal arus dibatasi oleh ECU sekitar
2 -3 A.



6) Pretensioner – Urutan kerja dan prinsip kerja tipe ball

      Fungsi kerja pretensioner

Perputaran Retractor Spindle oleh Aluminum Ball.           Gaspressure                  Ball Trap
(1)    Gas Generator dihidupkan oleh sinyal elektrik
        yang diterima dari ECU ketika terjadi benturan.
                                                                Pipe
(2)    Tekanan Firing gas disalurkan ke Ball (14EA).
(3)    Pinion akan aktif begitu Ball (14EA) bergerak di         Piston
        sepanjang tube.
(4)    Ketika putaran pada pinion memutar Spindle
        dengan arah berbalik, maka sabuk akan
        menggulung.
Kuantitas Ball bermacam tergantung dari spesifikasi
pabrik pembuatnya.
                                                             Massbodies                         Pinion
                                                             (AI.-Balls)


      Power Unit Assembly

Pada saat Propellant dihidupkan (mendapat arus) oleh sinyal elektrikal dari ECU maka dia akan
menghasilkan tekanan gas tinggi dan mengaktifkan Ball (Gas Generator).




Training Support & Development                                                                          37
SRS Airbag


• Power Unit Assembly

Pada saat Propellant dihidupkan (mendapat arus) oleh sinyal elektrikal dari ECU maka dia akan
menghasilkan tekanan gas tinggi dan mengaktifkan Ball (Gas Generator).


                                           Screw
                      Tube Cover      Tube                                   The place (Ball Trap)
                      Assembled       Assembled                              where the Ball is stored
                                                                             by the movement after
                                                                             P/T is activated.


                          Rivet




                                         Frame where the components of RTR is
                                         fabricated and operational function is performed.



    Guide function of Ball movement (Tube)



         Rotates Pinion by moving along the                        Prevents noise generation by inhibiting the
         tube by the gas pressure.                                 movement of the Ball normally.
                                               Spring
                               14 Mass Balls                    Gas Generator

                        Tube




                                                  Ball Stop




       Prevents the Ball from moving in
       the converse direction that entered
       Ball Trap when P/T is activated
       (Ball Stop).




Training Support & Development                                                                           38
SRS Airbag


7) Struktur Pretensioner




                                        Electrical Pretensioner

8) MGG

• MGG (Micro Gas Generator)

- Bentuk (Diagram)


                                                                                  BOOSTER CUP
                                                                      SQUIB

                                                                               SHORT’G CLOP




                                                              SHORT’G CLOP

                                                           RETAINER              RETAINER




- Ciri Elektrikal

    No.                        ITEM                                          SPESIFIKASI

            Tahanan diantara terminal
     1                                                   2.15±0.35•
            Tahanan pada Igniter
            ALL FIRE CURRENT
      2                                                  0.8A•2ms
            All fire current
            NO FIRE CURRENT
     3                                                   0.2A•10s
            No fire current



Training Support & Development                                                                  39
SRS Airbag




Training Support & Development   40
SRS Airbag


9) Mechanical Pretensioner

   Pretensioner mekanis sama dengan tipe elektrikal.

Dua perlengkapan keselamatan (perlengkapan keselamatan primery & secondary )

   Perlengkapadan keselamatan transportasi primary
   Dihilangkan apabila sudah ada unit single yang terpasang, atau sudah ada perlengkapan
   keselamatan primary yang dapat mencegah letupan karena mishandling, atau dengan
   mengencangkan baut MT’G ke kendaraan. Sebelum pemasangan, celah antara Primary Safety
   Device dan RTR base adalah 3mm, safety device akan aktif.

   PPD: Passenger Present Detection
   Setelah dipasang pada kendaraan, maka alat ini akan melelas dan mengaktifkan Safety Device yang
   ditentukan berdasarkan deteksi apakah penumpang ada (memakai seat belt) , melalui sejumlah
   webbing output dan secondary safety device yang mengaktifkan Pretensioner hanya pada ketika
   penumpang memakai seat belt. Jika terjadi benturan pada kendaraan dan penumpang di dalamnya
   tidak menggunakan seat belt, maka Pretensioner-nya tidak bisa bekerja. Pada saat terjadi tabrakan
   perlengkapan keselamatan primary dan secondary akan diaktifkan sekaligus dan sensor mekanis
   akan aktif.


   Urutan kerja Pretensioner mekanis

   (1) Setelah melepas perlengkapan keselamatan Primary/Secondary
   (2) Saat terjadi benturan, terjadi gerakan ke arah depan dikarenakan adanya tumpuan berat badan
       yang terdorong ke depan, kemudian.
   (3) Sensor Lever yang dipasang pada mass frame bergerak, dan
   (4) Percussion Spring dilepas sehingga memasang Firing Pin, dan
   (5) Firing Pin memberikan isyarat ke Gas Generator, untuk membangkitkan letusan.



   Prinsip kerja Pretensioner mekanis

  Pada saat Gas Generator dihidupkan berdasarkan urutan kerja yang ada pada Pretensioner mekanis,
  Ball di dalam tube digerakkan dengan arah terbalik oleh gaya yang dilepas dari gas, sehingga
  contacting spindle dan shaft yang dihubungkannya akan berputar, dan menggulung sabuk
  pengamannya.




Training Support & Development                                                                   41
SRS Airbag




                                                             Sensor Lever   Percussion
      Mechanical Sensor Sketch
                                                                              Spring
                                                           Servo Lever

                                               Mass Frame
                                                                               Overlap



                                                                            Gas
                                               Sensor                       Generator
                                               spring




                                                                            Firing Pin


3.7    Load Limiter

Peran Load Limiter

  • Load limiters mengurangi “Bag and Belt” beban pundak
  • Load limiters rmengurangi gaya yang ada pada penumpang
  • Load limiters mengontrol kinematics penumpang.


Untuk mengurangi tingginya angka pundak G

  • ELR + WLR
  • ELR + P/T
  • ELR + P/T + Load Limiter




Training Support & Development                                                           42
SRS Airbag


1) Prinsip dasar Load Limiter

                        STOPPER F/L
                                                       ‘A’
                     SHAFT TORSION




                        SHAFT SENSOR

       SHAFT P/T        SPOOL




                   Komponen                                     Prinsip kerja

 1. Komponen Shaft                          1. Menghentikan Shaft Sensor karena adanya
    : SHAFT SENSOR, SHAFT TORSION,            faktor Locking.
    SHAFT P/T                               2. Ketika bebannya melebih sekitar 5KN yang
 2. Status pengencangan komponen              terjadi pada sabuknya, kekencangan Shaft akan
    SPOOL+SHAFT P/T                           di alihkan berkat adanya putaran Spool+Shaft
    SHAFT P/T+SHAFT TORSION,                  P/T, Force Limiter diaktifkan dan digerakkan (
    SHAFT TORSION+SHAFT SNESOR                Arah).
 3. Stopper F/L dikencangkan antara Shaft   3. Setelah pegerakan dengan jarak yang konstan,
    Sensor dan Spool.                         Stopper F/L akan menyentuh bagian ‘A’ dari
                                              Shaft Sensor, sehingga membuat Spool stop
                                              berputar. L/LIMITER Distorsion berhenti.




Training Support & Development                                                                 43
SRS Airbag


LOAD LIMITER

Pada saat gaya terbesar disalurkan ke tubuh manusia ketika terjadi tubrukan (sekitar 55•75msec),
mekanisme ini memungkinkan bahu penumpang dapat terluka karena menghilangnya keseimbangan
dan terserapnya gaya akibat rusaknya plastic retractor dan Spool, dsb ketika terjadi benturan.




                                                             Energy Absorption
                              Occupant Acceleration




                                                      40   80      120           160
                                                            Time(ms)




Load Limiter (dengan kantung udara ) = tanpa stopper

Pada saat terjadi tabrakan dan mendapat gaya lebih dari 550 Kgf (5.5KN), torsion bar akan terus terlipat,
menarik sabuk yang ada pada seat belt. Torsion bar dapat tetap diangka 8 putaran (panjang sabuk bisa
sampai 1 meter.). Maka dari itu , tipe W/O stop dapat dipakai hanya untuk kendaraan yang dilengkapi
dengan air bag, dan ketika air bag mulai meletus , maka torsion bar akan berhenti melilit.



Load Limiter (tanpa air bag) = dengan stopper

Pada tipe ini Torsion bar dapat dililit sampa 270 derajat, dan dipakai pada kendaraan yang tidak dilengkapi
dengan air bag, dan ketika tali sabuknya tertarik sekitar 120mm, maka torsion bar akan kembali terkunci,
sehingga angka untuk beban dummy-nya akan mulai naik. Yaitu, waktu berhentinya lilitan adalah sekitar
200 milidetik, dan anggaplah kekuatan tubrukan ini cukup kuat sehingga dapat merusakn mesin, sehingga
inilah saatnya untuk mencegah benturan kedua di dalam mobil.




Training Support & Development                                                                          44
SRS Airbag


Nama dan Fungsi Load Limiter




                 Tread Head                                            Torsion Bar




 Load Limiter mempunyai elemen pengunci,              Bila batas beban melebihi 5.5KN diberikan
 menyalurkan gaya kuncian ke tension bar. Untuk       ke Spindle, maka dia akan melilit dan L/L
 tipe W/stop type, torsion bar berhenti pada hinge    dijalankan untuk menyerap benturan energi
 spindle untuk mengcegah melintirnya torsion bar      sehingga ikat dapat sabuk tertarik
 sehingga torsion bar dapat berputar 270 derajat




                    Spindle


 Adalah gelondongan tempat melilitnya ikat sabuk,
 dan ketika elemen pengemucinya dikuncki ke
 frame, ditahan oleh torsion bar, dan apabila beban
 tarikannya lebih dari 5.5KN, maka akan disalurkan
 ke T/bar kemudian melilitnya.
Training Support & Development                                                             45
SRS Airbag


  Penyerapan Energi



            Sistem belt                     Dengan                             Dengan                                  Dengan
                                                                             Pretensioner                            Pretensioner
                 3 titik               Pretensioner                         & Load Limiter                             & Airbag




  25                                  25                                   25                                   25
  20                                  20                                   20                                   20
  15                                  15                                   15                                   15
  10                                  10                                   10                                   10
   5                                  5                                    5                                     5
   0                                  0                                    0                                     0
       20   40   60    80 100 120          20   40   60   80 100 120            20    40   60   80 100 120           20    40   60   80 100 120



Karakteristik mekanisme Seat Belt

                           ELR             ELR + T/R             WLR            WLR + T/R            ELR + P/T       ELR + WLR + P/T



                 PULL
                 OUT

                  120
                              FILM           FILM
                             SPOOL          SPOOL
                             EFFECT         EFFECT             (NO FILM)         (NO FILM)            BETTER
 SPOOL                70
                                                                                                                           BEST
  OUT                        STRETC         STRETC              STRETC               STRETC             FILM
                                                                                                       SPOOL
                      25                                                                               EFFECT
                            LOCKING         LOCKING            LOCKING           LOCKING

                                                                                                       STRETC             STRETC


                                                                                                      LOCKING             LOCKING
                 PULL
                  IN




       - ELR : Emergency Locking Retractor - T/R : Tension Reducer
       - WLR : Web locking Retractor                       - P/T : Pretensioner


Training Support & Development                                                                                                            46
SRS Airbag


Komponen Seat Belt (Tipe umum)

       Hanger adjuster

                                              Anchor                                                                         Seat
                                               cover




    Dust cover




                                                 Buckle


                                                                                     Rear seat belt (2 point)
                                                                                                                                     Rear retractor
                 Front seat belt                                                                                                    Seat belt (3 point)
                                   Front Seat                                Rear Seat



Komponen Seat Belt (tipe ELR)


                                    4.0~5.5
                                                       Upper anchor                                                                        4.0~5.5
  Upper anchor                                                                                      Upper anchor plate
                                                          plate
   plate cover



                                                                           Rear
                                                                         seat belt                                                                    4.0~5.5
                                                                         (3 point)


                                                            Front                                                  Buckle
                                                           Seat belt
                                                                                                                                                  Emergency
                                                                                                                                                   Locking
                                                                                                                                                   Retractor
                                                            Emergency                                                                               (E.L.R)
                                                             Locking
                                                             Retractor                            Rear seat belt (2 point)
                                                              (E.L.R)

   Buckle


                                   Front Seat                                Rear Seat




Training Support & Development                                                                                                              47
SRS Airbag


      3.8              Troubleshooting Seat Belt
      Troubleshooting Seat Belt

                  • Troubleshooting ELR 3 titik
                  • Troubleshooting Buckle
                  • Troubleshooting Pretentioner Seat Belt 3 titik
                  • Titik kontak Seat Belt



      Troubleshooting ELR 3 titik


                               Gejala                  Kemungkinan penyebab                     Cara mengatasi
                  Tali sabuk tidak bisa               Batas menggulung dan mengulur       Penarikan atau penguluran tali
                  menggulung atau mengulur dari       sudah melebih batas (yaitu lebih    sabuk dari retractor dibawah
                  retractor.                          dari 2.0g).                         batasan (kurang dari 2.0g).
                                                      Ada benda asing yang masuk ke       Hilangkan benda asing yang
                                                      dalam retractor.                    masuk. Gulung kembali setelah
                                                      Tali sabuk di dalam retractor       dikendurkan.
                                                      terlipat.                           Ganti 3 point seat belt assembly
                                                      Retractor sudah rusak karena        (Tongue side).
                                                      pernah tertabrak.
Retractor (ELR)




                  Apabila seat belt assembly tidak    Ada benda asing yang masuk ke       Keluarkan benda asing terebut.
                  kencang, tali sabuknya tidak        dalam retractor.                    Betulkan tali sabuk yang melintir
                  mau menggulung dan macet.           Tali sabuk melintir di dalam slip   kemudian gulung kembali secara
                                                      guide atau retractor.               perlahan carefully.
                                                      Retractor bekas tertabrak sudah     Ganti seat belt assembly tiga titik
                                                      rusak                               (Tongue side).
                  Tali sabuk kekencangannya           Besarnya gulungan dan tarikan       Tarikan atau gulungan tali sabuk
                  terlalu ketat lain dari biasanya    tali sabuk melebihi batas (lebih    dari retractor dibawah spesifikasi
                                                      dari 2.0g).                         (kurang dari 2.0g).
                                                      Ketika tali sabuk dikencangkan      Kencangkan tali sabuk
                                                      pada saat kendaraan condong         pengaman pada jalan yang rata
                                                      keatas                              karena VSIR bekarja dengan
                                                                                          kondisi condong ke atas sekitar
                                                                                          27% .




      Training Support & Development                                                                                    48
SRS Airbag


Troubleshooting 3 point ELR

                                Gejala                               Kemungkinan                        Cara mengatasi
Retractor (ELR)




                  Tali sabuk pengaman tidak bisa          (1) Eeb sensing spring yang ada di   (1) Ganti 3 point seat belt assembly
                  dikencangkan meskipun dayanya               dalam retractor rusak                (Tongue side).
                  sudah sesuai dengan spesifikasi.        (2) Komponen web sensor tidak        (2) Ganti 3 point seat belt assembly
                                                              berfungsi dengan baik                (Tongue side).
                  Bagian ujung tali sabuk sudah terlalu   (1) Slip guide atau bagian tongue    (1) Ganti 3 point seat belt assembly
Webbing




                  aus.                                        sudah aus karena pamakaian           (Tongue side).



                  Bagian molding tongue dan D-ring        (1) Bagian molding sudah rusak       (1) Ganti 3 point seat belt assembly
Torgue&D ring




                  sudah rusak                                 karena mobil pernah tertabrak        (Tongue side).
                                                              atau ada terbentur dengan
                                                              benda keras




Troubleshooting Pretentioner 3 point Seat Belt

                              Gejala                           Kemungkinan penyebab                     Cara mengatasi
 Lampu peringatan seat belt menyala                       (1) Buckle switch rusak              (1) Ganti buckle assembly
                                                          (2) Wiring atau ground rusak         (2) Perbaiki bilamana perlu
                                                          (3) Micro gas generator rusak        (3) Ganti retractor assembly




Training Support & Development                                                                                            49
SRS Airbag


Troubleshooting terhadap Buckle

             Gejala                    Kemungkinan penyebab                           Cara mengatasi

 (1) lampu peringatan seat belt    (1) Seat belt switch rusak            (1) Lepas connector dari switch.
    tidak menyala.                 (2) Seat belt warning lamp rusak      (2) Periksa kontinuitas antar terminalnya.
                                   (3) Seat belt switch position rusak
                                                                            Kondisi Seat Belt      Status Status
                                                                               Fastened                 ••
                                                                               Loosened                 0•

                                                                         (1) Dengan kunci kontak diposisi ON
                                                                            pastikan bahwa bohlamnya menyala.

                                                                             Kondisi seat Belt     Warning Lamp
                                                                                Fastened                OFF
                                                                                Loosened                ON

                                                                         (1) Setelah pemeriksaan diatas kemudian
                                                                            ganti buckle.

 (2) Pada saat tali sabuk          (1) Komponen yang berhubungan         (1) Ganti buckle assembly
     dikencangkan, tongue tidak        dengan pengunci di dalam          (2) Buang benda asing yang masuk.
     mau terkunci ke dalam             buckle sudah rusak.
     buckle                        (2) Ada benda asing masuk di
                                       dalam tongue.


 (3) Tongue tidak mau lepas dari   (1) Komponen yang berhubungan         (1) Ganti buckle assembly
     buckle                            dengan pengunci di dalam
                                       buckle sudah rusak.


 (4) Tutup buckle rusak            (1) Buckle sudah rusak karena         (1) Ganti buckle assembly
                                       bekas tertabrak atau terbentur
                                       benda keras.




Training Support & Development                                                                                     50
SRS Airbag



4. Sensor
4.1 PPD (Passenger Presence Detection)
1) Prinsip kerja

Sistem Passenger Presence Detection (PPD) fungsinya adalah untuk mendeteksi adanya penumpang
yang duduk dikursi penumpang. Sistem ini dirancang untuk menghindari agar kantong udara tidak
meletus pada tempat yang tidak perlu seperti yang tidak ada penumpangnya. Sistem PPD terdiri dari
weight sensor dan unit interface. Weight sensor menggunakan teknologi Force Sensor Resistor (FSR)
dari IEE Luxembourg. Teknologi ini terbukti andal dalam mendeteksi adanya penumpang yang duduk
dikursi penumpang dengan ketentuan sebagai berikut :

    - occupied : 15 kg (↑)




                             Seat                                        Interface unit




                             Mat

2) Komponen




                                                           PPD Interface and Connector



Training Support & Development                                                                51
SRS Airbag


3) Status perubahan waktu



                                                  Passenger
                                                  Occupied


                   1.2s x 8 = 9.6S                                         1.2s
                                          1.2s                     1.2s


                                                      1.2s
                       Passenger                                             PPD
                      Not Occupied                                           Error
                                                 1.2s x 8 = 9.6S


4) Circuit (PPD)

                     FSRTM - Sensor mat



                                                           Rp = 2.2 kΩ
                                                           470pF – 30% ≤ C2 ≤ 10nF + 30%

                                                                 Vbatt
                         Drive Logic
                                                                Rp

                                                      15
                                                                                  µC
                       µC
                                                                C2




                     PPD Interface Unit                                   HAE3




Training Support & Development                                                             52
SRS Airbag


4.2     PODS (Passive Occupant Detection System)
1) Prinsip kerja

Passive Occupant Detection System (PODS) menggunakan sensor pad fleksibel yang ditempatkan di
dalam kursi kendaraan yang gunanya untuk mendeteksi adanya penumpang di kursi penumpang
belakang agar bila ada kecelakaan kantong udara untuk penumpang bisa meletus.

PODS system mengetahui adanya penumpang berdasarkan berat yang menduduki bantalan tempat
duduk penumpang belakang. Bladder yang diisi dengan cairan di dalam bantalan kursi dihubungkan ke
pressure sensor. Data dari pressure sensor dimasukkan ke PODS electronic control unit (ECU) yang
perangkat lunak kontrol algoritmanya di dalam microprocessor sudah diremajakan. PODS menghitung
data beban tekanan untuk mengetahui berdasarkan persentase apakah penumpangnya orang dewasa
atau bukan. Data tersebut kemudian dibandingkan dengan data yang tersimpang dikomputer. Jika proses
data tekanan menunjukkan bahwa penumpangnya memang ada, maka air bag controller akan
mengijikan kantong udara sisi penumpang untuk meletus. Jika data tekanannya kurang, air bag controller
akan menahannya agar kantong udara untuk sisi penumpang tidak meletus.

Perhitungan PODS berdasarkan faktor-faktor sebagai berikut : Seat belt tension (jika diperlukan) untuk
menahan kursi kecil yang pas untuk anak-anak yang beratnya sudah dimasukkan ke dalam bantalan
tempat duduk penumpang. Data yang dipakai sebagai acuan adalah data kasar dan batas tingkat
kehisterisan.

Kehilangan bobot berat tempat duduk, berdasarkan dari faktor seat back, lengan, dan kaki ke lantai, serta
keluarnya posisi dari tempat duduk melalui perbandingan angka bobot beratnya dalam selang waktu
waktu tertentu.


2) Mekanisme sistem




                      Bladder                                        PODS

                                                               Control Module


                            H                                                                Body Harness
                            o
                                                                                              Connector
                            s                                                         Ignition
                                                             Spare
                            e                                                       PODSOUT
                                                             Spare                  PODSIN
                           Pressure           Regulated                             Ground
                                              Pressure                      Spare
                            Sensor                  Ground




Training Support & Development                                                                              53
SRS Airbag


3) Tujuan penggunaan PODS

       Sistem ini akan mencegah agar kantong udara tidak meletus apabila bobot berat penumpangnya
       adalah 66lb atau kurang untuk    memasang atau melepas sabuk pengaman yang dipakai khusus
       untuk balita yang didudukkan dibangku penumpang depan.
       Sistem ini akan aktif apabila bobot penumpangnya adalah 105lb atau lebih agar : penumpang
       dewasa atau yang lebih besar dapat duduk dengan sudut dan posisi yang pas, termasuk ragam
       posisi tempat duduk.
       Variasi pengembangan air bag adalah kurang dari 19% berdasarkan output dari bantalan bahan
       tempat duduk.



4.3 WCS (Weight Classification System)
1) Prinsip kerja

Khusus untuk tempat duduk penumpang depan, tidak ada pembatasan apakah itu untuk orang dewasa
atau anak-anak. Sistem present Air bag hanya mendeteksi apakah ada penumpang ditempat duduk
tersebut atau tidak, dan apabila tidak ada penumpangnya yang duduk disitu , maka Air bag tidak akan
meletus. Karena itulah apabila yang duduk dikursi penumpang depan berpostur kecil dibawah 150cm
atau berumur 12 tahun, maka jika terjadi tubrukan dan kantong udara meletus, kantong udara yang
meletus tersebut bisa melukai leher dan bagian tubuh lainnya.

WCS dimaksudkan untuk mengetahui apakah yang duduk di kursi penumpang adalah orang dewasa
atau bukan. Kombinasi logic untuk menentukan orang/objet ada dua parameter yaitu.

   1. sit-in weight
                                                                      Verdeckle zone
   2. sit-in shape

2) Komponen


      10 x 8
      independent sensors
      80 values




Training Support & Development                                                                  54
SRS Airbag


3) Metode

   • Sub divisi     dari permukaan tempat duduk ke dalam bagian simetris yang berbeda.
   • Mengukur posisi titik gravitasi tengah setiap bagiannya.
   • Menganalisa jarak dan distribusi titik gravitasi tengah.
   • Membandingkan bentuk tubuh manusia secara hitungan matematis.
   • Fungsi PPD masih aktif sebagai fungsi kedua.


4) Karakteristik

Mengoptimalkan pengembangan kantong udara multi-stage sama baiknya seperti fungsi seat belt
pre-tensioner berdasarkan ukuran dan posisi penumpang.

       Konsep seat assembly sama seperti PPD.
       Ketahanannya juga sama baik.
       Teknologi PPD sudah terbukti andal.
       Dapat dipakai untuk kursi pengemudi.
       Melindungi     5th percentile female.



4.4     FIS (Front Impact Sensor)
1) Struktur dan prinsip kerja FIS

Tujuan dari sistem Multi-point sensing adalah memasang beberapa Acceleration Sensor (FIS Sensor) di
dalam Crash Zone ke sistem Single point sensing, untuk meningkatkan pembedaan benturan melalui
hasil deteksi data yang lebih komplit pada tahap awalnya, kemudian melaporkannya ke unit Air bag
control yang terletak ditengah. Prinsip utama dari sistem Multi-point sensing adalah sensor yang dapat
mendeteksi deselerasi yang dipansang di dekat titik benturan, sehingga jenis benturan yang akan terjadi
dapat dianalisa melalui sinyal deselerasi, karena hitungan terjadinya benturan dapat ditingkatkan lagi.
Untuk saat ini yang dipakai oleh Hyundai adalah satu sensor yang dipasang ditengah depan radiator, dan
untuk di depan, kiri, kanan, bodi samping, sehingga yang dipasang adalah dua sensor. Dahulu
sensor-sensor dipasang di dalam ACU. Tentunya, sistem yang ada cara kerjanya adalah dengan
membandingkan sinyal dari sensor diluar dan sensor yang ada di dalam untuk memutuskan apakah
kantor udara perlu diletuskan atau tidak.




                Left FIS sensor
               Left FIS sensor                     Left FISAirba
                                                   Central sensor             Left FIS sensor
                                                                             Right FIS sensor
                                                    Controller


                                               Multi-Point Sensing
Training Support & Development                                                                      55
SRS Airbag


2) Front Impact Sensor



                          ♠ Faster ACU G Senser
                          ♠ Support ACU G Sensor




                  Front Crash – 34kph, 30? Left and Right Frame Rain
           350
           300
           250
           200
           150
                                                                            Sensor Issuses
 Acc.(g)




           100
                                                                            Acceleration Range +/- 250 g
            50
             0                                                              Shock Resistancy up to 1500 g
            -50
           -100
           -150
              0             20              40                60       80
                                      Time (ms)




                                                                            Mounting yang dipasang mempengaruhi
                                                                            pemancaran sinyal
                                                                            • Bnturan samping dan ke kuatannya dapat
                                                                               diperoleh dari sinyal sensor yang terpisah.
                                                                            • Performa Pole-Test tergantung dari struktur
                                                                               kendaraannya




Training Support & Development                                                                                      56
Step 2-chassis-air-bag
Step 2-chassis-air-bag
Step 2-chassis-air-bag
Step 2-chassis-air-bag
Step 2-chassis-air-bag
Step 2-chassis-air-bag
Step 2-chassis-air-bag
Step 2-chassis-air-bag
Step 2-chassis-air-bag
Step 2-chassis-air-bag
Step 2-chassis-air-bag
Step 2-chassis-air-bag
Step 2-chassis-air-bag
Step 2-chassis-air-bag
Step 2-chassis-air-bag
Step 2-chassis-air-bag
Step 2-chassis-air-bag
Step 2-chassis-air-bag
Step 2-chassis-air-bag
Step 2-chassis-air-bag
Step 2-chassis-air-bag
Step 2-chassis-air-bag
Step 2-chassis-air-bag
Step 2-chassis-air-bag
Step 2-chassis-air-bag
Step 2-chassis-air-bag
Step 2-chassis-air-bag
Step 2-chassis-air-bag
Step 2-chassis-air-bag
Step 2-chassis-air-bag
Step 2-chassis-air-bag
Step 2-chassis-air-bag
Step 2-chassis-air-bag
Step 2-chassis-air-bag
Step 2-chassis-air-bag
Step 2-chassis-air-bag
Step 2-chassis-air-bag
Step 2-chassis-air-bag
Step 2-chassis-air-bag
Step 2-chassis-air-bag
Step 2-chassis-air-bag
Step 2-chassis-air-bag

More Related Content

What's hot (20)

Sistem clutch
Sistem clutchSistem clutch
Sistem clutch
 
Sistem pelinciran
Sistem pelinciranSistem pelinciran
Sistem pelinciran
 
15. starter motor
15. starter motor15. starter motor
15. starter motor
 
Efi
Efi Efi
Efi
 
AIR COND
AIR CONDAIR COND
AIR COND
 
Kerja menanggalkan tayar
Kerja menanggalkan tayarKerja menanggalkan tayar
Kerja menanggalkan tayar
 
Auto transmission 1
Auto transmission 1Auto transmission 1
Auto transmission 1
 
Menyelenggara gearbox automatik
Menyelenggara gearbox automatik Menyelenggara gearbox automatik
Menyelenggara gearbox automatik
 
Pengenalan kepada steering manual
Pengenalan kepada steering manualPengenalan kepada steering manual
Pengenalan kepada steering manual
 
9. fuse
9. fuse9. fuse
9. fuse
 
4. relay
4. relay4. relay
4. relay
 
Sistem gantungan
Sistem gantunganSistem gantungan
Sistem gantungan
 
Sistem srs
Sistem srsSistem srs
Sistem srs
 
Pengenalan Sistem Stereng (13 Jan 13)
Pengenalan Sistem Stereng (13 Jan 13)Pengenalan Sistem Stereng (13 Jan 13)
Pengenalan Sistem Stereng (13 Jan 13)
 
10. bateri kenderaan
10. bateri kenderaan10. bateri kenderaan
10. bateri kenderaan
 
Tayar
TayarTayar
Tayar
 
7. litar elektrik
7. litar elektrik7. litar elektrik
7. litar elektrik
 
fungsi-dan-cara-kerja-common rail.
fungsi-dan-cara-kerja-common rail.fungsi-dan-cara-kerja-common rail.
fungsi-dan-cara-kerja-common rail.
 
Sistem elektronik kenderaan
Sistem elektronik kenderaanSistem elektronik kenderaan
Sistem elektronik kenderaan
 
Pemeriksaan komponen elektrik kenderaan
Pemeriksaan komponen elektrik kenderaanPemeriksaan komponen elektrik kenderaan
Pemeriksaan komponen elektrik kenderaan
 

Viewers also liked

Jenis & fungsi sensor
Jenis & fungsi sensorJenis & fungsi sensor
Jenis & fungsi sensorjuan_fjfn
 
1752 p1-p psp-teknik ototronik
1752 p1-p psp-teknik ototronik1752 p1-p psp-teknik ototronik
1752 p1-p psp-teknik ototronikWinarto Winartoap
 
Step 1-electrical basic electricity
Step 1-electrical basic electricityStep 1-electrical basic electricity
Step 1-electrical basic electricitySlamet Setiyono
 
Bab 8 -listrik-dan-elektronika1
Bab 8 -listrik-dan-elektronika1Bab 8 -listrik-dan-elektronika1
Bab 8 -listrik-dan-elektronika1Slamet Setiyono
 
Teknik ototronik 2015
Teknik ototronik 2015Teknik ototronik 2015
Teknik ototronik 2015Yuli Ermawati
 
Sistem air bag penumpang depan
Sistem air bag penumpang depanSistem air bag penumpang depan
Sistem air bag penumpang depanSlamet Setiyono
 
KONTROL TIRAI OTOMATIS MENGGUNAKAN LRD SENSOR DAN ARDUINO UNO
KONTROL TIRAI OTOMATIS MENGGUNAKAN LRD SENSOR DAN ARDUINO UNOKONTROL TIRAI OTOMATIS MENGGUNAKAN LRD SENSOR DAN ARDUINO UNO
KONTROL TIRAI OTOMATIS MENGGUNAKAN LRD SENSOR DAN ARDUINO UNOrahayuviraa
 
Bab 11-sistem-injeksi-121001221458-phpapp01
Bab 11-sistem-injeksi-121001221458-phpapp01Bab 11-sistem-injeksi-121001221458-phpapp01
Bab 11-sistem-injeksi-121001221458-phpapp01Andri Prasetyo
 
Teknik bodi otomotif_jilid_2
Teknik bodi otomotif_jilid_2Teknik bodi otomotif_jilid_2
Teknik bodi otomotif_jilid_2Slamet Setiyono
 
Bab 21-power-window-alarm
Bab 21-power-window-alarmBab 21-power-window-alarm
Bab 21-power-window-alarmSlamet Setiyono
 
Teknik bodi otomotif_jilid_3
Teknik bodi otomotif_jilid_3Teknik bodi otomotif_jilid_3
Teknik bodi otomotif_jilid_3Slamet Setiyono
 
Chasis Management System - Ototronik SMK
Chasis Management System - Ototronik SMKChasis Management System - Ototronik SMK
Chasis Management System - Ototronik SMKKukuh Adhi Rumekso
 
Kertas Penerangan (sensor)
Kertas Penerangan (sensor)Kertas Penerangan (sensor)
Kertas Penerangan (sensor)juan_fjfn
 

Viewers also liked (20)

Jenis & fungsi sensor
Jenis & fungsi sensorJenis & fungsi sensor
Jenis & fungsi sensor
 
Airbag
AirbagAirbag
Airbag
 
Cara Kerja Airbag
Cara Kerja AirbagCara Kerja Airbag
Cara Kerja Airbag
 
Airbag
AirbagAirbag
Airbag
 
1752 p1-p psp-teknik ototronik
1752 p1-p psp-teknik ototronik1752 p1-p psp-teknik ototronik
1752 p1-p psp-teknik ototronik
 
Fungsi cara kerja srs
Fungsi cara kerja srsFungsi cara kerja srs
Fungsi cara kerja srs
 
Step 1-electrical basic electricity
Step 1-electrical basic electricityStep 1-electrical basic electricity
Step 1-electrical basic electricity
 
Bab 8 -listrik-dan-elektronika1
Bab 8 -listrik-dan-elektronika1Bab 8 -listrik-dan-elektronika1
Bab 8 -listrik-dan-elektronika1
 
Teknik ototronik 2015
Teknik ototronik 2015Teknik ototronik 2015
Teknik ototronik 2015
 
Sistem air bag penumpang depan
Sistem air bag penumpang depanSistem air bag penumpang depan
Sistem air bag penumpang depan
 
KONTROL TIRAI OTOMATIS MENGGUNAKAN LRD SENSOR DAN ARDUINO UNO
KONTROL TIRAI OTOMATIS MENGGUNAKAN LRD SENSOR DAN ARDUINO UNOKONTROL TIRAI OTOMATIS MENGGUNAKAN LRD SENSOR DAN ARDUINO UNO
KONTROL TIRAI OTOMATIS MENGGUNAKAN LRD SENSOR DAN ARDUINO UNO
 
Bab 14 abs-asr-esp
Bab 14 abs-asr-espBab 14 abs-asr-esp
Bab 14 abs-asr-esp
 
Bab 18 car-audio-vidio
Bab 18 car-audio-vidioBab 18 car-audio-vidio
Bab 18 car-audio-vidio
 
Bab 11-sistem-injeksi-121001221458-phpapp01
Bab 11-sistem-injeksi-121001221458-phpapp01Bab 11-sistem-injeksi-121001221458-phpapp01
Bab 11-sistem-injeksi-121001221458-phpapp01
 
Teknik bodi otomotif_jilid_2
Teknik bodi otomotif_jilid_2Teknik bodi otomotif_jilid_2
Teknik bodi otomotif_jilid_2
 
Bab 21-power-window-alarm
Bab 21-power-window-alarmBab 21-power-window-alarm
Bab 21-power-window-alarm
 
9.b. transmisi manual
9.b. transmisi manual9.b. transmisi manual
9.b. transmisi manual
 
Teknik bodi otomotif_jilid_3
Teknik bodi otomotif_jilid_3Teknik bodi otomotif_jilid_3
Teknik bodi otomotif_jilid_3
 
Chasis Management System - Ototronik SMK
Chasis Management System - Ototronik SMKChasis Management System - Ototronik SMK
Chasis Management System - Ototronik SMK
 
Kertas Penerangan (sensor)
Kertas Penerangan (sensor)Kertas Penerangan (sensor)
Kertas Penerangan (sensor)
 

More from Slamet Setiyono

Teknik bodi otomotif_jilid_1
Teknik bodi otomotif_jilid_1Teknik bodi otomotif_jilid_1
Teknik bodi otomotif_jilid_1Slamet Setiyono
 
Step 1-chassis-steering-suspension
Step 1-chassis-steering-suspensionStep 1-chassis-steering-suspension
Step 1-chassis-steering-suspensionSlamet Setiyono
 
Step 1-chassis-brake-system
Step 1-chassis-brake-systemStep 1-chassis-brake-system
Step 1-chassis-brake-systemSlamet Setiyono
 
Step 1-electrical air conditioning
Step 1-electrical air conditioningStep 1-electrical air conditioning
Step 1-electrical air conditioningSlamet Setiyono
 
Bab 23-sistem-kontrol-parkir
Bab 23-sistem-kontrol-parkirBab 23-sistem-kontrol-parkir
Bab 23-sistem-kontrol-parkirSlamet Setiyono
 
31d04 tires and_disc_wheels
31d04 tires and_disc_wheels31d04 tires and_disc_wheels
31d04 tires and_disc_wheelsSlamet Setiyono
 
Bab 13 sistem-pengtur-kecepatan-konstan
Bab 13 sistem-pengtur-kecepatan-konstanBab 13 sistem-pengtur-kecepatan-konstan
Bab 13 sistem-pengtur-kecepatan-konstanSlamet Setiyono
 
Bab 12 sistem-pengatur-katup-elektronik
Bab 12 sistem-pengatur-katup-elektronikBab 12 sistem-pengatur-katup-elektronik
Bab 12 sistem-pengatur-katup-elektronikSlamet Setiyono
 
Bab 10-pengapian-elektronik
Bab 10-pengapian-elektronikBab 10-pengapian-elektronik
Bab 10-pengapian-elektronikSlamet Setiyono
 
Bab 9-dasar-sistem-kontrol-rev-telah-cetak-rev-mei-28-b
Bab 9-dasar-sistem-kontrol-rev-telah-cetak-rev-mei-28-bBab 9-dasar-sistem-kontrol-rev-telah-cetak-rev-mei-28-b
Bab 9-dasar-sistem-kontrol-rev-telah-cetak-rev-mei-28-bSlamet Setiyono
 
Bab 6 -penggunaan-peralatan-dan-perlengkapan-perbaikan-siap-cetak
Bab 6 -penggunaan-peralatan-dan-perlengkapan-perbaikan-siap-cetakBab 6 -penggunaan-peralatan-dan-perlengkapan-perbaikan-siap-cetak
Bab 6 -penggunaan-peralatan-dan-perlengkapan-perbaikan-siap-cetakSlamet Setiyono
 

More from Slamet Setiyono (20)

Teknik bodi otomotif_jilid_1
Teknik bodi otomotif_jilid_1Teknik bodi otomotif_jilid_1
Teknik bodi otomotif_jilid_1
 
Step 1-chassis-steering-suspension
Step 1-chassis-steering-suspensionStep 1-chassis-steering-suspension
Step 1-chassis-steering-suspension
 
Step 1-chassis-brake-system
Step 1-chassis-brake-systemStep 1-chassis-brake-system
Step 1-chassis-brake-system
 
Step 1-electrical air conditioning
Step 1-electrical air conditioningStep 1-electrical air conditioning
Step 1-electrical air conditioning
 
Bab 23-sistem-kontrol-parkir
Bab 23-sistem-kontrol-parkirBab 23-sistem-kontrol-parkir
Bab 23-sistem-kontrol-parkir
 
Bab 22-sistem-navigasi
Bab 22-sistem-navigasiBab 22-sistem-navigasi
Bab 22-sistem-navigasi
 
Bab 24 epswiper
Bab 24 epswiperBab 24 epswiper
Bab 24 epswiper
 
31d04 tires and_disc_wheels
31d04 tires and_disc_wheels31d04 tires and_disc_wheels
31d04 tires and_disc_wheels
 
Bab 17-automatic-ac
Bab 17-automatic-acBab 17-automatic-ac
Bab 17-automatic-ac
 
Bab 16 -suspensi-aktif
Bab 16 -suspensi-aktifBab 16 -suspensi-aktif
Bab 16 -suspensi-aktif
 
Bab 13 sistem-pengtur-kecepatan-konstan
Bab 13 sistem-pengtur-kecepatan-konstanBab 13 sistem-pengtur-kecepatan-konstan
Bab 13 sistem-pengtur-kecepatan-konstan
 
Bab 12 sistem-pengatur-katup-elektronik
Bab 12 sistem-pengatur-katup-elektronikBab 12 sistem-pengatur-katup-elektronik
Bab 12 sistem-pengatur-katup-elektronik
 
Bab 16 -suspensi-aktif
Bab 16 -suspensi-aktifBab 16 -suspensi-aktif
Bab 16 -suspensi-aktif
 
Bab 11-sistem-injeksi
Bab 11-sistem-injeksiBab 11-sistem-injeksi
Bab 11-sistem-injeksi
 
Bab 10-pengapian-elektronik
Bab 10-pengapian-elektronikBab 10-pengapian-elektronik
Bab 10-pengapian-elektronik
 
Bab 9-dasar-sistem-kontrol-rev-telah-cetak-rev-mei-28-b
Bab 9-dasar-sistem-kontrol-rev-telah-cetak-rev-mei-28-bBab 9-dasar-sistem-kontrol-rev-telah-cetak-rev-mei-28-b
Bab 9-dasar-sistem-kontrol-rev-telah-cetak-rev-mei-28-b
 
Bab 7- alat-alat-ukur
Bab 7- alat-alat-ukurBab 7- alat-alat-ukur
Bab 7- alat-alat-ukur
 
Bab 6 -penggunaan-peralatan-dan-perlengkapan-perbaikan-siap-cetak
Bab 6 -penggunaan-peralatan-dan-perlengkapan-perbaikan-siap-cetakBab 6 -penggunaan-peralatan-dan-perlengkapan-perbaikan-siap-cetak
Bab 6 -penggunaan-peralatan-dan-perlengkapan-perbaikan-siap-cetak
 
Bab 5- gambar-teknik
Bab 5- gambar-teknikBab 5- gambar-teknik
Bab 5- gambar-teknik
 
Bab 4 -prosedur-k31
Bab 4 -prosedur-k31Bab 4 -prosedur-k31
Bab 4 -prosedur-k31
 

Recently uploaded

PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...Kanaidi ken
 
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxJurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxBambang440423
 
Kelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara InggrisKelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara InggrisNazla aulia
 
Teknik Menjawab Kertas P.Moral SPM 2024.pptx
Teknik Menjawab Kertas P.Moral SPM  2024.pptxTeknik Menjawab Kertas P.Moral SPM  2024.pptx
Teknik Menjawab Kertas P.Moral SPM 2024.pptxwongcp2
 
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptxMODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptxarnisariningsih98
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxRezaWahyuni6
 
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...Kanaidi ken
 
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptxPPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptxalalfardilah
 
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxKesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxDwiYuniarti14
 
UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...
UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...
UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...jumadsmanesi
 
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfAKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfTaqdirAlfiandi1
 
PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2
PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2
PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2noviamaiyanti
 
SILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docx
SILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docxSILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docx
SILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docxrahmaamaw03
 
PPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKA
PPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKAPPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKA
PPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKARenoMardhatillahS
 
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxPrakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxSyaimarChandra1
 
aksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmm
aksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmmaksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmm
aksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmmeunikekambe10
 
PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.
PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.
PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.aechacha366
 
MTK BAB 5 PENGOLAHAN DATA (Materi 2).pptx
MTK BAB 5 PENGOLAHAN DATA (Materi 2).pptxMTK BAB 5 PENGOLAHAN DATA (Materi 2).pptx
MTK BAB 5 PENGOLAHAN DATA (Materi 2).pptxssuser0239c1
 
MA Kelas XII Bab 1 materi musik mkontemnporerFase F.pdf
MA Kelas XII  Bab 1 materi musik mkontemnporerFase F.pdfMA Kelas XII  Bab 1 materi musik mkontemnporerFase F.pdf
MA Kelas XII Bab 1 materi musik mkontemnporerFase F.pdfcicovendra
 
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptxPanduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptxsudianaade137
 

Recently uploaded (20)

PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
 
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxJurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
 
Kelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara InggrisKelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
 
Teknik Menjawab Kertas P.Moral SPM 2024.pptx
Teknik Menjawab Kertas P.Moral SPM  2024.pptxTeknik Menjawab Kertas P.Moral SPM  2024.pptx
Teknik Menjawab Kertas P.Moral SPM 2024.pptx
 
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptxMODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
 
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...
 
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptxPPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
 
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxKesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
 
UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...
UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...
UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...
 
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfAKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
 
PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2
PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2
PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2
 
SILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docx
SILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docxSILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docx
SILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docx
 
PPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKA
PPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKAPPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKA
PPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKA
 
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxPrakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
 
aksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmm
aksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmmaksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmm
aksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmm
 
PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.
PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.
PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.
 
MTK BAB 5 PENGOLAHAN DATA (Materi 2).pptx
MTK BAB 5 PENGOLAHAN DATA (Materi 2).pptxMTK BAB 5 PENGOLAHAN DATA (Materi 2).pptx
MTK BAB 5 PENGOLAHAN DATA (Materi 2).pptx
 
MA Kelas XII Bab 1 materi musik mkontemnporerFase F.pdf
MA Kelas XII  Bab 1 materi musik mkontemnporerFase F.pdfMA Kelas XII  Bab 1 materi musik mkontemnporerFase F.pdf
MA Kelas XII Bab 1 materi musik mkontemnporerFase F.pdf
 
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptxPanduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
 

Step 2-chassis-air-bag

  • 1. SRS Airbag SRS (Supplemental Restraint System) Training Support & Development 1
  • 2. SRS Airbag KATA PENGANTAR Modul training ini dipersiapkan untuk teknisi yang akan mempelajari Supplemental Restraint System. Disini teknisi akan mempelajari informasi umum mengenai supplementari restraint system termasuk diagnosa dan cara troubleshooting. Kami mengharap buku ini dapat membantu para teknisi dalam menangani masalah yang berkenaan dengan Supplemental Restraint System. Untuk informasi lengkap dan prosedur perbaikannya, lebih lanjut dapat menglihat shop manual. December, 2003. Printed in Korea Published by Technical Service Training Center. Copyright by Hyundai Motors Corp Dilarang merubah atau memperbanyak isi buki ini tanpa ijin dari Hyundai Motor Corp. Alih Bahasa oleh Training Support & Development http://training.hmc.co.kr daniyusuf@gmail.com Training Support & Development 2
  • 3. SRS Airbag 1. Apakah itu A/Bag? 1.1 Necessity 1.2 Purpose 1.3 Effect 1.4 Air Bag System Category 1.5 Basic Structure 1.6 Basic Principle 1.7 Operation Sequence 1.8 Location of A/Bag after Deployment 2. Modules 2.1 DAB (Driver Air Bag) 2.2 Clock Spring 2.3 Inflator 2.4 PAB (Passenger Air Bag) 2.5 SAB (Side Air Bag) 2.6 CAB (Curtain Air Bag) 3. Seat belt 3.1 History and Function of Seat Belt 3.2 Types of Seat Belt 3.3 Point Seat Belt Detail 3.4 ELR (Emergency Locking Retractor) 3.5 WLR (Webbing Clamp Locking Retractor) 3.6 Pretensioner 3.7 Load Limiter 3.8 Troubleshooting of Seat Belt 4. Sensor 4.1 PPD (Passenger Presence Detection) 4.2 PODS (Passive Occupant Detection System) 4.3 WCS (Weight Classification System) 4.4 FIS (Front Impact Sensor) 4.5 SIS (Side Impact Sensor) 4.6 Buckle Switch 4.7 Seat Track (Position) Sensor Training Support & Development 3
  • 4. SRS Airbag 5. ACU 5.1 General 5.2 Connector 5.3 Block Diagram 5.4 Inside Sensors and Etc. 5.5 Diagnostic Troubleshooting Flow Chart 6. Others 6.1 SST 6.2 Crash Test (Barrier Test) 6.3 Seating Position 6.4 Index Training Support & Development 4
  • 5. SRS Airbag 1. Apakah itu Air bag? 1.1 Kepentingan Seat belt adalah alat yang nyata untuk melindungi tubuh seorang penumpang ketika terjadi trabrakan pada kendaraan. Namun ketika terjadi tabrakan dalam kecepatan tinggi badan penumpang masih mengalami resiko benturan yang keras dengan benda di depannya (kemudi, dasboard dan lainnya), sehingga hanya dengan seat belt saja tubuh tidak bisa terlindungi dengan baik. Dan khususnya terhadap tabrakan antara depan dan belakang kendaraan, bagian atas tubuh akan terlempar kedepan meskipun orang tersebut sudah memakai sabuk pengaman, sehingga bagian kepala atau bahu akan membentuk kemudi atau kaca depan kendaraan sehingga dapat menyebabkan cedera serius. SRS Air bag System adalah suatu alat yang dapat mengurangi resiko cedera pada bagian kepala dan bahu pengemudi atau penumpang melalui pengembangan kantong udara yang dipasang di kemudi atau instrument panel ketika kerjadi tabrakan pada kendaraan, dan alat ini adalah sebagai tambahan dari seat belt yang sudah ada sebelumnya. SRS Air bag System adalah suatu perlengkapan tambahan fungsi pengekang dan pelindung pada sealt. Karena alasan bahwa nama sistemnya sudah ada maka sebagai akronimnya adalah Supplemental Restraint System (SRS Air bag). 1.2 Tujuan Fungsi Air Bag Meredam energi energi kinematik penumpang. Melindungi penumpang dari benturan dengan interior trim. Melindungai penumpang dari pecahan kaca. Mengurangi tertekuknya leher. 1.3 Efek Efek sistem keselamatan Mengurangi resiko kecelakaan fatal (Data yang dikeluarkan oleh NHTSA, 1999) Bila hanya menggunakan Seat Belt: tingkat berkurangnya adalah 45% Bila hanya memakai Air Bag : tingkat berkurangnya 14% Bila menggunakan Seat Belt + Air Bag : tingkat berkurangnya adalah 50% Training Support & Development 5
  • 6. SRS Airbag 1.4 Kategori Air bag System Tidak ada pengelompokan khusus pada sistem air bag, karena Air Bag dikembangkan secara bertahap. Sebelumnya sensornya secara mekanis dan sekarang menggunakan sensor elektronik. Tentunya ada perbedaan pada ACU tergantung dari parbik pembuatnya seperti Siemens, Hyundai Air Bag (HAE), TRW, dan Delphi Mando yang sudah ada sekarang, umumnya ada dua macam yaitu : sensor dipasang di dalam ACU, atau dipasang diluar. 1) Tipe Single Sensor (Terintegrasi dengan sensor di dalam Air bag control module) Di dalam ACU, terdapat sensor untuk mengukur benturan dari depan, belakang, kiri dan kanan. PAB SAB DAB ACU 2) Tipe Multi-Sensor (Tipe Front sensor ) Di dalam ACU, terdapat sensor yang mengukur benturan dari sisi depan, belakang, kanan dan kiri. Air bag meletus ditentukan oleh sensor dengan membandingkan sisi mana yang mengalami benturan. PAB CAB FIS DAB ACU Training Support & Development 6
  • 7. SRS Airbag 1.5 Struktur Dasar Sistem Air bag terdiri dari unit pengatur air bag, sensors, air bag module, belt pretensioner. ACU PBP PAB RSAB BS FSAB SIS FIS CAB DAB DBPT Penempatan masing-masing sistem air bag mengacu pada modulnya, DAB dipasang di dalam steering wheel, PAB dipasang di dalam panel (crash pad) depan tempat duduk penumpang. FRT SAB dipasang di tempat duduk, dan Rear SAB dipasang di samping tempat duduk. BPT dipasang dibagian bawah center filler, dan CAB dipasang di kedua sisi. Letak Sensor – FIS letaknya dibelakang Front Bumper, untuk air bag sisi kanan dan kiri. SIS letaknya dibawah Center filler (umumnya disamping BPT), digunakan untuk meletuskan SAB dan CAB. Sensor untuk mendeteksi benturan dari sisi depan kiri dan kanan dipasang di dalam ACU. Kebanyakan sensor yang dipakai oleh Hyundai motor adalah tipe elektronik, dan hanya Safing sensor saja yang ada di dalam ACU yang bertipe mekanis. Sensor-sensor ini satu sama lain tidak kompatibel. Disamping itu, seluruh sensor tersebut adalah direction-oriented, sehingga perlu kehati-hatian pada saat pemasangannya. Karena jika pemasangan sensor terbalik atau miring, maka bisa menimbulkan masalah pada sistem Air bag. 1.6 Prinsip Dasar Prinsip kerja Berikut adalah diagram yang menunjukkan prinsip kerja sistem air bag. CRASH SENSING DECISION DEPLOYMENT Training Support & Development 7
  • 8. SRS Airbag Urutan dasar meletusnya Air bag adalah sebagai berikut . ketika terjadi benturan, masing-masing sensor akan mengukur benturan tersebut. Hasil pengukurannya dikirim ke ACU. Kemudian ACU menganalisa benturan tersebut dan memutuskan apakah air bag perlu meletus atau tidak. Jika perlu meletus, ACU akan memberikan suplai arus ke module yang akan dikembangkan. Setiap module akan meletuskan Air bag melalui arus listrik yang disuplai. Kemudian Air bag akan meletus dan mengelembung untuk melindungi penumpang. Terlihat prosesnya cukup sederhana, namun sebenarnya variabel yang terlibat disini cukup banyak. Dikarenakan air bag meletus pada saat mobil melaju atau mengembungnya sedikit sehingga akan membahayakan penumpang dari pada melindungi. Benturan termasuk benturan dari bawah, benturan bagian atas, dan benturan dengan material elastik seperti kayu, membuat sistem air ini makin rumit. Dan tentunya jika air bag ini terlalu sensitif terhadap benturan, maka kemungkinan tidak bisa meletus pada saat terjadi benturan kuat. Karena itulah lembaga peneliti menentukan kapan air bag akan meletus berdasarkan hasil penelitian dan pengalaman. 1.7 Urutan Proses Proses waktu meletusnya air bag adalah sebagai berikut. Crash 3 mSec Crash Sensing Make decision deployment or undeployment Ignite the Inflator 20 mSec 35 mSec 40 mSec Produce Nitrogen Gas to Inflate the Bag Bag Deploying Full Deployment of the Bag Protect the Occupants Vent Gas (Bag Deflation) 105 mSec ~ 150 mSec Airbag System Completed 1.8 Letak A/Bag setelah meletus Letak Air Bag Training Support & Development 8
  • 9. SRS Airbag FSAB (F,R) CAB (R) RSAB (R,R) PAB DAB FASB (F,L) CAB (L) RSAB (R,L) 2. Module 2.1 DAB (Driver Air Bag) Modul untuk pengemudi dipasang persis ditengah-tengah steering wheel. Pada saat kecepatan tinggi dan terjadi benturan, maka bahaya terlemparnya pengemudi mengarah ke steering wheel meskipun sudah ada sabuk pengaman. Air bag melindungi pengemudi dari benturan dengan kemudi sehingga aman dari kecelakaan serius. Clock Spring DAB Multi Function Switch Steering Wheel Training Support & Development 9
  • 10. SRS Airbag Unit air bag terdiri dari cup-shape generator, kantong udara, cover dan instalasi seperlunya. Lipatan kantor udara yang disusun dengan sangat rapi membuat ruang yang dipercederan untuk menempatkan kantong tersebut tidak begitu besar. Volume air bag biasanya sekitar 40 ~ 60• Setelah sistem air bag mendapat setrum, tutup cover air bag akan terbuka membuka jalan agar kantong udara bisa meletus melalui aliran gas yang masuk ke dalamnya. Semua koneksi elektrikal dan lead dilengkapi dengan shorting bar untuk melindungi agar tidak terjadi kesalahan pemberian arus ke air bag (air bag meletus sendiri). 1) DAB (Driver Air Bag) Terakhir ini banyak pengemudi yang tercedera akibat meletusnya Air bag, sehingga sekarang DAB memakai air bag tipe depowered (powernya dikurangi). Namun demikian, untuk pengemudi yang berukuran kecil (tinggi dibawah 150cm) kemungkinan bisa juga tercedera oleh meletusnya Air bag ini. Depowered Air bag Maret 1997, NHTSA dari Amerika Serikat. Mengumumkan bahwa pabrik pembuat kendaraan agar dapat menggunakan air bag tipe depower (mengurangi tekanan gelembung angin) sehingga kantong udara tidak meletus dengan cepat. Penurunan powernya sekitar 20 sampai 35 persen (inflator) Tujuannya adalah untuk memaksimalkan keselamatan bagi penumpang wanita dan anak-anak Melindungi leher Untuk itulah, sekarang ini sudah dikembangkan Dual Stage Air bag module yang lebih aman dibandingkan dengan air bag tipe depowered. Ketika terjadi trabrakan pada kendaraan, kemungkinan terjadi benturan cukup keras, sehingga selanjutnya kemungkinan dipikirkan untuk membuat air bag tiga stage menggantikan dual stage. Pada dasarnya Air bag dirancang untuk meletus dengan tekanan konstan mengabaikan kecepatan ketika terjadi benturan. Akibatnya, ketika terjadi benturan dengan kecepatan rendah, kadang kala Air bag malah dapat membuat kecelakaan. Untuk itu sekarang ini dipercederan untuk merancang Air bag yang dapat meletus dengan tekanan dan kecepatan yang berbeda berdasarkan kondisi benturannya. Dengan Dual Stage Air bag masalah ini dapat dipecahkan. Untuk menyesuaikan kecepatan dan tekanan meletusnya air bag, pada air bag tiga stages, terdapat dua Igniter yang dipasang di dalam Air bag Module. Dengan pertimbangan tekanan dan kecepatan air bag harus 100% meletus, tekanan dan kecepatan igniter pertama disetel sekitar 70%. Dan igniter ke dua di setel sekitar 30%. Melalui tes benturan yang dilakukan, hasinya adalah penyetelan dengan rasio 70:30. Contohnya untuk kecepatan yang lebih rendah, hanya Igniter pertama saja yang meletus. Dan untuk benturan dengan kecepatan menengah, Igniter kedua akan meletus juga dalam waktu 10milidetik. Untuk benturan dengan kecepatan yang lebih tinggi lagi maka igniter pertama dan kedua akan meletus secara bersamaan. Training Support & Development 10
  • 11. SRS Airbag Dengan menyesuaikan tekanan dan kecepatan meletusnya air bag berdasarkan kondisi benturan kendaraan, maka tingkat keselamatan pengemudi akan lebih terjaga. Terakhir ini untuk lebih meningkatkan keselamatan, ketika air bag meletus, modul akan mempertimbangkan informasi apakah pengemudi mengenakan sabuk pengeman atau dimana letak kursi pengemudi, dsb. 2) Dual stage 1st Squib 2nd Squib Training Support & Development 11
  • 12. SRS Airbag 3) DAB Module (Single-General) Inflator Assembly Module Cover Warning Label Reacting Plate One Igniter 2.2 Clock Spring Clock spring fungsinya adalah untuk membentuk koneksi antara unit kontrol A/Bag dan driver module di dalam steering wheel. Clock spring dapat memberikan jaminan koneksi elektrikal untuk semua posisi putaran. Rotor Ring Gear Screw Cable Warning Label Gear Upper Case Sheet Lower Case Cable End Support Clock Spring Part Sebelum memasang atau melepas clock spring, roda depan kendaraan harus diset lurus ke depan, dan posisi clock spring jangan sampai terlipat ketika sudah dilepas untuk menghindari agar tidak terjadi kerusakan pada clock spring. Apabila akan mengganti Clock Spring baru, pastikan keakuratan posisinya terhadap tape atau clip untuk menghindari agar tidak ikut berputar di dalam coil spring, untuk itu lepas dahulu sebelum memasangnya. Jika tetap tidak bisa bekerja meskipun pemasangannya benar, kemungkinan Clock Spring bisa terputus Training Support & Development 12
  • 13. SRS Airbag pada saat mobil melaju. Jika hendak membongkar Clock Spring, pertama pastikan kedua roda depan lurus ke depan, kemudian jaga putaran clock spring dalam satu arah dengan siklus putaran 5.5 sampai 7.5. kemudian putar sekitar 3 sampai 3.5 dengan arah kebalikannya, luruskan tanda segitiga pada permukaan Clock Spring. Selanjutknya pasang dengan hati-hati. Clock spring 2.3 Inflator Inflator Assembly PYROTECHNIC INFLATOR 1. Ignition system 2. Autoignition charge 3. Inflator housing 4. Filter system 5. Initiator 6. Gas generator 7.Connector with integral shorting clip Sekarang mari kita perhatikan Pyrotechnic Inflator yang terakhir ini banyak dipakai akhir-akhir ini dipakai. Dahulu banyak model yang dipakai seperti tipe compressed air dan Pyrotechnic, namun sekarang yang banyak dipakai adalah Pyrotechnic Inflator karena sudah terbukti baik, kuat dan mudah pemasangannya. Dilihat dari struktur bagian dalamnya, ketika arus mengalir di dalam Initiator kelima, dengan kata lain pada saat arus tertentu disuplai dari ACU, maka Initiator pertama akan membuat ledakan kecil, kemudian menyalakan Auto Ignition Charge kedua . Panas penyepian akan mengaktifkan Gas Generator keenam, untuk mengasilkan gas secara cepat. pada saat tersebut terjadinya panas sangat cepat, sehingga mengeluarkan debu. Karena itulah, panas dari gas ini lebih rendah dan debunya dibuang lewat melalui Filter keempat. Gas ini Training Support & Development 13
  • 14. SRS Airbag lah yang mengisi kantong udara agar mengelembung. Komposisi utama gas ini adalah He. N2,CO2,Ar. Struktur bagian dalam DAB, PAB, dan SAB, dst. Hampir sama. Posisi modul untuk penumpang di tempatkan di dalam glove box dalam dash board (crash pad). 2.4 PAB (Passenger Air Bag) Posisi modul untuk penumpang di tempatkan di dalam glove box dalam dash board. Ada dua macam cara pemasangan PAB : yang pertama dipasang di dalam Dashboard, dan cara satunya lagi adalah dipasang di luar. Untuk yang dipasang di dalam Dashboard, tampilan Dashboard terlihat bersih dan rapi, namun ketika PAB meletus, maka bagian luar Dashboard harus diganti dengan yang baru. Untuk tipe later yang terpasang terpisah, tampilannya kurang bagus, namun pada saat dia meletus, hanya komponen PAB terpisah yang diganti. Inflator assembly Warning label Connector Mounting bracket PAB fungsinya adalah untuk melindungi penumpang depan ketika terjadi kecelakaan. Dikarenakan PAB diharapkan dapat melindungi dengan area yang lebih luas, maka volumenya sekarang adalah sekitar 120~160•. Akan berbahaya apabila ada handphone atau benda lain mengenai area meletusnya air bag. Karena apabila Air bag meletus, benda diatasnya akan terpental dan mengenai orang di depannya. Training Support & Development 14
  • 15. SRS Airbag 1) Urutan Pemberian Arus Air Bag Pemberian arus ke sirkuit untuk inflator akan diberikan dengan urutan pengembangan kantong udara sebagai berikut (tergantung dari keputusan pengembangan yang telah putuskan sebelumya). ON DAB OFF 50 ms Td=1ms ON PAB OFF Tf Waktu yang dibutuhkan untuk meletuskan kantong udara dilakukan dalam janga waktu yang sangat singkat, sehinga pada saat kantong udara mengelembung karena disisi oleh gas pada saat tersebut sampai mengeluarkan bunyi yang cukup keras (suara letusan). Biasanya lebih dari 100dB. Ketika kantong udara untuk pengemudi dan penumpang meletus pada saat yang bersamaan, suara yang ditimbulkan dari letusan kedua kantong udara tersebut dapat menggangu alat pendengaran manusia. Karena itulah mengapa terjadinya pengembangan air bag dilakukan dengan DAB lebih dulu 1milidetik. Sehingga bisa mengurangi noise dan memperlambat naiknya tekanan di dalam kendaraan. 2.5 SAB (Side Air Bag) Side air bag dikembangkan untuk membantu mengurangi resiko cedera akibat benturan dari samping, sehingga dapat dikatakan perbedaannya adalah pada kepala dan kematian. SAB dirancang untuk menyerap benturan antara orang di dalam dengan pintu kendaraan apabila terjadi tabrakan dari samping kendaraan. Kantong udara ini bisa dipasang dikursi untuk melindungi dada atau kepala/dada. Ketika kantong udara untuk dada (Air bag samping) mengalami benturan dari samping, kantong udara dapat mengurangi resiko cedera pada dada sekitar 20%. Training Support & Development 15
  • 16. SRS Airbag Crash Impact Sensing Sending Signal to SRSCM SRSCM operates FSAB Training Support & Development 16
  • 17. SRS Airbag 2.6 CAB (Curtain Air Bag) Curtain air bag module dapat memberikan perlindungan yang lebih pada kepala dan leher pengemudinya. Rollover (jungkir balik) adalah penyebab serius terjadinya cedera, terutama pada kepala dan leher. Sehingga ada lagi tambahan kantong udara yang disebut dengan curtain air bag module untuk mengatasi keadaan apabila mobil terjungkir balik. Curtain air bag module meletus dari atap roof kendaraan dan bisa dikombinasikan dengan sistem side impact air bag. Curtain air bag module dapat memberikan perlindungan yang lebih baik ketika kendaraan mengalami tubrukan dan terjungkir balik. Head Injury Criterion 10866 12000 10000 8590 8000 6000 4000 2000 593 577 0 Europe US Without CAB With CAB HIC can be reduced by approximately 80% Curtain air bag akan tetap meletus selama lebih dari 6 detik untuk mempersiapkan kemungkinan terjadi lagi benturan selanjutnya karena tubrukan beruntun atau ketika kendaraan jungkir balik. Ketika Training Support & Development 17
  • 18. SRS Airbag benturannya terjadi dari samping kendaraan, kantung udara ini akan melindungi penumpangnya agar tidak terlempar keluar. ROLL TYPE OR FOLD TYPE INFLATOR CURTAIN AIR BAG CAB: Letaknya diatas Roof Rack, dan akan bergerak kebawah apila kantung udaranya meletus. Training Support & Development 18
  • 19. SRS Airbag 3. Seat Belt 3.1 Sejarah dan Fungsi Seat Belt 1) Static Belt dua titik (sekitar tahun 1922) Belt yang panjang sabuknya dapat disesuaikan tanpa fungsi retraction atau pencabut (dipakai untuk BUS). 2) NLR (None Locking Retractor, 1965) : Hanya untuk Seat belt tanpa fungsi locking, digunakan setelah memakai Seat belt secara sempurna. Biasanya seat belt dipasang di dalam tempat duduk penumpang bus. 3) ALR (Auto Locking Retractor, 1970) Karena mempunyai fungsi fungsi auto Locking, panjang sabuk pengemannya dapat menyesuaikan diri secara otomatis. Akan tetapi, setelah seat belt terkunci, maka sabuknya tidak akan dapat keluar lagi, dan akan kembali keposisi semula apabila fungsi locking dilepas (kekurangan: dada pemakainya agak tertekan). 4) ELR (Emergency Locking Retractor, 1972) Sabuk pengaman ini akan mengunci apabila kendaraan mengalami tabrakan atau mengerem mendadak. Tipe sabuk pengaman ini masih dipakai sampai sekarang. (1) T/R (Tension Reducer) Alat ini fungsinya adalah untuk mengurangi tarikan sabuk pengaman karena adanya Rewinding Spring Force (Solenoid). Saat dipakai , alat ini akan mengurangi tarikan seat belt dengan menggunakan dua macam Rewinding Spring dengan gaya balik yang berbeda dengan sensor yang dapat mendeteksi apakah seat belt dipasang atau tidak. (2) WLR (WEBBING Locking Retractor) Ketika kendaraan mengalami kecelakaan dan dalam situasi darurat, sabuknya akan terkunci bila ada kejutan, sehingga bisa melindungi lebih aman. (3) CLR (Convertible Locking Retractor) Dikembangkan untuk keselamatan CHLD SEAT (kursi anak-anak). Karena aturan yang mengharuskan alat ini dipasang di Amerika Utara. Sabuk pengaman ini diaktifkan oleh Gear dan Cam, dan apabila sabuknya tertarik, maka ALR akan aktif, dan setelah tergulung kembali, maka sabuknya akan kembali ke posisi ELR. Training Support & Development 19
  • 20. SRS Airbag Aturan Hukum Seat Belt Seat belt atau sabuk pengaman sudah dikembangkan sejak tahun 1950an dan sudah dilegalisasi pemasangannya setalah tahun 1960an namun masih sedikit, namun demikian , legalisasi pemakaian sabuk pengaman direalisasikan setelah tahun 1970an. Peraturan mengenai seat belt 1968 : FMVSS 208 in USA 1969 : ADR 5A in Australia 1977 : EEC No 14 in Europe Keharusan memakai sabuk pengaman Country Enforcement Applied Seat Fine Fastened Person Rate Australia 1972. 1 All seats 70~100 Aus $ 95% France 1973. 7 Front & rear seats 40~80 Fr 89% on highway & 83% on road Obligated an attachment portion for Norway 1975. 9 All seats in a passenger car 300 Nor. Krone a child seat Denmark 1976. 1 All seats in every vehicle 200 Danish Krone After unification, use former west Germany 1976. 1 All seats in every vehicle 40 D-Mark Germany regulation Japan 1986. 11 All seats in every vehicle Violation 1 point Karakteristik Tabrakan & Cedera Penumpang Ketika sebuah mobil menabrak suatu benda atau mobil lainnya, dapat kita sebut dengan benturan pertama, kemudian penumpang di dalamnya membentur bagian dalam kendaraan, yang kita sebut dengan benturan kedua. Apabila suatu kendaraan beradu dengan benda di depannya dapat kita tentukan sebagai berikut : V0 : kecepatan sebelum terjadi benturan dengan benda di depannya L1: besarnya bodi yang ringsek karena terkena benturan t: waktu setelah terjadi benturan pertama V(t): kecepatan tubuh setelah terjadi benturan pertama Vp(t): kecepatan relatif antara penumpang dan kendaraan Maka Kecepatan pada benturan keduanya adalah Vp(t) = V0 - V(t) Training Support & Development 20
  • 21. SRS Airbag Pada saat terjadi tubrukan, ruang yang masih didapat untuk penumpang adalah L1 + L2. ketika suatu kendaraan berbenturan dengan suatu benda atau kendaraan lain di depannya, maka akan terjadi rangkaian benturan. 1st Collision : benturan pada mobil tersebut 2nd Collision : benturan antara penumpang dengan bodi kendaraan seperti kemudi dan instrument panel. 3rd Collision : benturan di dalam tubuh penumpang seperti tulang dengan tulang dan tulang dengan otot, dsb. Penyeluran energi pada bagian dalam bodi kendaraan Action Reaction Direct Reaction Indirect Tingkat keseriusan cedera apabila tidak memakai air bag adalah 9.3 kali lebih besar dibandingkan dengan yang menggunakan air bag. Saat terjadi tabrakan, apabila memakai sabuk pengaman, kemungkinan meninggal dunia adalah 75% dengan kondisi sebagai berikut: dari fatal menjadi luka serius ; serius menjadi agak serius; agak serius menjadi luka biasa , dimana dari kemungkinan meninggal dunia menjadi luka biasa adalah 49%. Training Support & Development 21
  • 22. SRS Airbag Tenaga benturan pada saat terjadi tabrakan Limitation of bearing force in crash events 100 Km/h of crash velocity corresponds to a When it bears both hands only : about 50Kg free falling at 40m height When it bears both feet only: about 100Kg When it bears both hands and feet: about 150Kg 80 Km/h of crash velocity corresponds to a free falling at 25m height In the event of crash when it bears both hands and feet , the allowable velocity should be less than 7Km/h. 2 60 Km/h of crash velocity Impact power [Kg] = body weight×deceleration [m/s ]÷gravity corresponds to a free falling at Assumed that a body weight is 70Kg, the impact power goes 14m height 70Kg×19.4m/s2÷9.8m/s2 = 138.6 Kg Therefore, the above resultant proved that the limitation of bearing force is similar to an impact power. 40 Km/h of crash velocity corresponds Correlation between a crash velocity and a free-falling As a left to a free falling at 6m APT APT APT APT figure, 40Km/h of crash velocity corresponds to a free falling of an height apartment roof on 6m height, furthermore, this crash velocity equals to an impact power of 30 times compare to a body weight Comparison of crash velocity and Impact power of an occupant. 3.2 Jenis Seat Belt 1) Poin Seat Belt Seat belt assembly ditujukan untuk menahan laju Seat belt assembly ditujukan untuk gerakan dada dan bahu menahan laju gerakan pinggul Slip Guide (D-Ring) Height Adjuster Buckle Adjustable Webbing Tongue Adjust Clip Web Guide Tongue Buckle Anchor Plate Anchor Plate Retractor Anchor Plate Training Support & Development 22
  • 23. SRS Airbag 2) Bagian komponen Seat Belt BELT SYSTEM Static Belt 2 Points Belt Automatic Belt 3 Points Belt RETRACTOR Automatic Locking Retractor Emergency Locking Retractor VSIR (Vehicle Sensitive Inertia Reel) DSIR (Dual Sensitive Inertia Reel) WSIR (Webbing Sensitive Inertia Reel) Additional Devices Webbing Clamp Tension Reducer Convertible (A/ELR) Pretensioner (Pyro, Mechanical) (Load Limiter) Training Support & Development 23
  • 24. SRS Airbag BUCKLE Push Button Type Sewed to Webbing Slide Button Type Sewed to Webbing Steel Plate Stalk Boot Type Stalk (Cable Type Stalk) 3) Bagian komponen Seat Belt SLIP GUIDE (D-RING) Conventional Ring Type + Nylon Coating Conventional Ring Type + Plastic Molding Press Stamping Steel + Plastic Molding WEBBING High Tenacity Yarn, Non-Twisted Yarm Excellent Resin Finishing Strong Tensile Strength Webbing Superior Resistance to Light Low Hysteresis of Withdrawal / Retraction Force Anti-Static Electricity Soft Edge Fashioned Weaving Pattern SHOULDER HEIGHT Pull Type ADJUSTER Push Type Release Button Type Training Support & Development 24
  • 25. SRS Airbag 3.3 Rincian mengenai Seat Belt • Seat belt secara umum ANCHOR PLATE BUCKLE WEBBING TONGUE STOPPER TONGUE HEIGHT ADJUSTER SLIP GUIDE (D-RING) WARNING WEB GUIDE SWITCH STAY BRACKET RETRACTER (TYPE : ELR) MOUNTING BRACKET Istilah 1. Anchor Plate: Komponen yang dipasang di bodi mobil. Bagian ujung keluar sabuk retractor dipasang ke bodi. 2. Buckle: konektor yang bisa dilepas dengan cepat untuk mengencangkan si pemakai seat belt. 3. Height Adjuster: dikarenakan tinggi orang berbeda beda, maka seat belt harus bisa disetel menyesuaikan postur pemakainya agar lebih aman dan nyaman. 4. Karena itulah, Height Adjuster berperan dalam menyesuaikan posisi slip guide ke atas dan ke bawah. 5. Mounting Bracket: komponen yang dipasang dibabian bawah retractor. 6. Retractor: alat yang dipasang untuk menggulung sabuk pengaman. 7. Slip Guide (D-Ring): komponen untuk merubah arah sabuk pengaman. 8. Stay Bracket: suatu komponen yang dipasang dibagian atas retractor untuk menempatkan posisi retractor di bodi kendaraan, mudah dipasang dan anti guncangan. 9. Tongue: komponen yang dipasang pada buckle. 10. Tongue Stopper: alat untuk menopang Tongue agar posisi sabuk pengamannya benar. 11. Warning Switch: alat untuk memberitahukan kepada pengemudi apabila sabuk pengaman tidak terpasang. 12. Webbing: Sabuk yang terbuat dari bahan polyester. 13. Web Guide: suatu peralatan induksi agar sabuk dapat bekerja dengan normal ketika ditarik dan dikendurkan. Training Support & Development 25
  • 26. SRS Airbag Static 2 Point Seat Belt (Center) Anchor Plate Buckle Adjustable Adjust Clip Anchor Plate Tongue Isilah 1) Adjustable Tongue: komponen yang dipasang pada buckle. 2) Anchor Plate: komponen yang dipasang pada bodi kendaraan. Bagian ujung sabuk yang terdapat retractor dipasang pad bodi kendaraan. 3) Buckle: konektor yang bisa dilepas dengan cepat dipakai untuk mengencangkan orang yang memakai seat belt. NLR (Non Locking Retractor) 2 Point Seat Belt (Center) Anchor Plate Buckle Retractor Anchor Plate (Type : NLR) Istilah 1) Anchor Plate: komponen yang dipasang di bodi kendaraan. Bagian ujung sabuk yang terikat dengan retractor dipasang ke bodi kendaraan. 2) Buckle: konektor yang bisa dilepas dengan cepat dipakai untuk mengencangkan orang yang memakai seat belt.. 3) Retractor: komponen untuk menggulung sabuk pengaman. Training Support & Development 26
  • 27. SRS Airbag 3.4 ELR (Emergency Locking Retractor) Retractor ini hanya akan mengunci pada saat kendaraan mengalami benturan atau rem mendadak. penumpang yang memakai sabuk pengaman ini bisa bergerak dengan leluasa karena sabuknya akan bergerak mengikuti pergerakan badan, jenis sabuk pengaman inilah (ELR) yang sekarang banyak dipakasi. ELR digolongkan menjadi tiga macam yaitu berdasarkan kepekaan terhadap satus darurat pada kendaraannya. Namun demikian kebanyakan yang dipakai adalah jenis Dual Sensing Type Retractor. Kepekaan Deteksi VSIR Vehicle Sensing Mendeteksi kecondongan kendaran WSIR Web Sensing Mendeteksi akselerasi sabuk pengaman Mendeteksi kecondongan kendaraan dan DSIR Dual Sensing(Vehicle+Web Sensing) akselerasi sabuk pengaman 1) Prinsip Dasar Kerja ELR Mendeteksi kendaraan : Mendeteksi kecondongan kendaraan untuk melakukan penguncian sabuk pengaman ketika kendaraan mengalami benturan atau terbalik. Umumnya yang banyak dipakai adalah tipe Plumb dan Ball, dan terakhir adalah tipe Ball yang terkenal handal. Web Sensing : Mendeteksi akselerasi sabuk pengaman, locking dijalankan dengan menggunakan perbedaan pergerakan inertia yang terjadi karena penyaluran akselerasi ke sabuk pengamaan ketika terjadi benturan. Ball Type Sensing Training Support & Development 27
  • 28. SRS Airbag VSIR (Vehicle Sensitive Inertia Reel) 1. Normal The retractor will lock up as follows; WEBBING RE/EXTRACTION Status 1) During hard braking and acceleration. 1) Tilt 2) If the vehicle is leaning excessively. α≤15• 2) Vel. Dev. 3) When turning. V•0.7g B-PILLAR C.G UNIT C.G PAWL C.G BALL WEBBING 2. Working NORMAL TILT & Status LOCKING VEHICLE VELOCITY 1) Tilt ••27• 2) Vel. Dev. 1. Tilt 1. Tilt 1. Necessary V 07 α≤15• Activated Locking 2. Vel. Dev. angle α≥27• V≤0.7g 15 •≤α≤27• 2. Vel. Dev. 3. C. G pawl is 2. Vel. Dev. V≥0.7g NOTE: Vel. Dev. : Vehicle velocity deviation in steady. V≥0.7g 3. A retractor α: Seat belt installation angle 3. C.G pawl is should be g: Gravity acceleration locked. WSIR (Webbing Sensitive Inertia Reel) Prinsip kerja : Apabila sabuk tertarik secara tiba-tiba maka retractor akan mengunci. Tidak mengunci @ kurang dari 0.3g, Mengunci @ 0.3g to 2.0g, Semua mengunci @ lebih dari 2.0g, struktur penarikan sabuk pada tipe WSIR berdasarkan gaya inersia terhadap bodi. Training Support & Development 28
  • 29. SRS Airbag NON-LOCK NON-LOCK LOCK LOCK FLYWHEEL HOOK POWL MASS FLYWHEEL LOCKRING SHAFT FIG 1 FIG 2 FIG 3 1. Normal Status 2. First Locking 3. Second(Final) Locking 1) Free of extraction 1) Lock ring is locked by 1) With rotating of lock ring, and hook. pawl and ratchet of shaft retraction. 2) The locked lock ring each other are engaged. 2) There are no web is 2) Then webbing extraction and rotated by hook do not occur. DSIR (Dual Sensitive Inertia Reel) WEBBING RE/EXTRACTION WEBBING EXTRACTION WEBBING EXTRACTION WEBBING NON-LOCK NON-LOCK HOOK & PAWL NON-LOCK PAWL LOCK HOOK NON-LOCK PAWL HOOK PAWL C.G BALL FLYWHEEL C.G BALL FLYWHEEL HOOK PAWL C.G PAWL MASS FLYWHEEL LOCKRING SHAFT FIG 1 FIG 2 FIG 3 FIG 4 1. Normal Status 2. Vehicle Sensing 3. Webbing Sensing (1st) 4. Webbing Sensing (2nd) 1) No activation, VSIR and 1) When the speed difference 1) Lock ring is locked by hook. 1) With rotating of lock ring, WSIR and the tilting of vehicle 2) The locked lock ring is pawl and ratchet of shaft 2) Free of extraction and occur, vehicle sensor is rotated by hook. each other are engaged. retraction worked. 2) Then webbing extraction 3) There are no web and do not occur. vehicle sensing. Training Support & Development 29
  • 30. SRS Airbag 3.5 WLR (Webbing Clamp Locking Retractor) Mengapa harus Web clamp ? Web clamp retractor atau yang biasa disebut dengan Web lockers adalah tipe sabuk pengaman yang paling efektif untuk mengurangi pergerakan penumpang pada saat terjadi kecelakaan mobil. Cara kerja didapat melalui penciutan sabuk melalui penghilangan efek “film spool” yang dikenal juga sebagai cinching. Dapatkah kelebihan web clamp dibuktikan ? Hasil tes menunjukkan bahwa sistem yang mempunyai web clamp dapat menciutkan uluran sabuk pengaman di bagian bahu lebih dari 70 mm. Sehingga bisa mengurangi gerakan tubuh ke arah depan dan mengurangi angka HIC. Mengapa rancangan webclamp retractor terdapat load bearing spool? Kastemer sudah lama memakai retractor tradisional yang dilengkapi dengan load bearing spools. Ide pembuatan retractor dengan plastic spool yang tidak biasa menarik beban adalah untuk sedikit perubahan. Hal ini bisa dimengerti karena sejak beberapa tahun menjadi bagian yang tidak ikut menjadi objek pengembangan dan ratusan jam pengujian yang pada akhirnya menghasilkan produk ini. Dalam prakteknya load bearing spool adalah suatu fungsi yang menjadi percuma (terlalu berlebihan) selama seluruh titik pada web clamp adalah untuk mencegah adanya beban yang datang ke spool. Sekali spool termuati maka sabuk pada spool akan mengencang. Dengan menambahkan load bearing spool kustomer akan menambah kocek yang sebenarnya tidak perlu. WLR v.s ELR Retractor 150 Webbing Payout (mm) ELR 100 50 WLR 500 1000 1500 * HIC: Head Injury Criterion Webbing Force (N) Training Support & Development 30
  • 31. SRS Airbag 1) Dasar Prinsip Kerja WLR Webbing Lock’g Sensor Ball Webbing Lock’g C/WIDGE Sensor Lever C/WIDGE S/WIDGE PAWL S/WDIGE Sensor ASSY 15° LOCK’G Beats S/DISC S/DISC Sensor Ball Sensor Lever PAWL Sensor ASSY Selama besarnya Spool pada ELR adalah antar 100mm~150mm, maka kemungkinan bisa terjadi cedera karena terjadi benturan I/P atau kemudi dengan kepala dan bahu. Sehingga perlu dimasukkan lagi fungsi tambahan. Besarnya Spool WLR yang keluar adalah : 20~40mm Mekanisme yang ada pada WLR WEBBING WEBBING WEBBING RE / EXTRACTION EXTRACTION LEVER RE / EXTRACTION UNIT LEVER LOCK UNIT RING PAWL RECEIVER 1. Initial Status 2. ELR Working 3. WLR Working 4. Return Initial Status The retraction and When the speed difference The webbing is locked by A clamper comes back by extraction of webbing and the tilting of vehicle a clamper. returning pawl spring and are not controlled. occur, vehicle sensor is lever spring at initial status worked. Then first locking by and then, the retraction and hook and final locking occur extraction of webbing are not in sequence. limited. Training Support & Development 31
  • 32. SRS Airbag 2) Tension Reducer Struktur & Perilaku : Tension reducer dipasang bersama dengan normal spring dan reducer spring dibagian dalam holder. Jika penumpang mengencangkan sabuk pengaman, maka holder akan mengunci melalui solenoid valve, yakni gaya pengas merubah dari normal spring menjadi reducer spring, karena itulah tension reducer mempunyai struktur yang dapat menciutkan tekanan yang disebabkan oleh gerakan sabuk oleh bahu penumpang. WEBBING EXTRACTION EXTRACTION WEBBING HOLDER HOLDER RETRACTION RETRACTION NORMAL SPRING NORMAL SPRING REDUCER SPRING REDUCER SPRING SOLENOID ASM LEVER LEVER LEVER SPR’G LEVER SPR’G 1. Initial Status 2. When a seat belt is engaged (when tongue When an occupant does not buckle up, that and buckle is set), buckle switch goes ON is, a tongue is separated with a buckle, it is and solenoid valve set ON and then, lever is time that a normal spring is working. worked. Simultaneously, normal switch goes OFF and retraction and extraction of webbing are worked by reducer spring only. WEBBING EXTRACTION HOLDER RETRACTION NORMAL SPRING REDUCER SPRING SOLENOID ASM LEVER LEVER SPR’G 3. When a seat belt is released (when tongue and buckle is set off) buckle switch goes OFF and solenoid valve set OFF and then, lever comes back at initial status. It is time that a normal spring is working. Training Support & Development 32
  • 33. SRS Airbag 3.6 Pretensioner 1) Fungsinya adalah Mencagah agar sabuk tidak kendur Mengurangi gerakan ke depan Bekerja kembali seperti semula setelah terjadi kecelakaan tabrakan 2) Jenis dan fungsi Pretensioner Kenapa pretensioner diperlukan ? Setiap orang yang memakai sabuk pengaman sabuknya akan kendur. Kekenduran tersebut bisa disebabkan karena baju yang tebal, posisi seat belt yang kurang pas, reducer sudah aus atau ada kemacetan pada sistem sabuknya. Ketika terjadi benturan sabuk yang kendur ini akan tertarik oleh gerakan maju penumpang kedepan sebelum seat belt mulai menahan si pemakainya. Akibatnya sabuk pengaman terlambat bekerja, penumpang tersebut akan terlempar, kemungkinan terbentur dengan kemudi akan lebih besar dan menyebabkan cedera kepada pemakainya. Jenis Pretensioner (1) Retractor Pretensioner Retractor pretensioner terdiri dari actuator (spring atau pyrotechnic device), connecting member (bowden cable) dan clutch tuntuk menghubungkan actuator ke spool. Dalam bekerjanya retractor pretensioner menggulung sabuk kembali ke spool, sehingga dapat mengurangi kendurnya sabuk. Besarnya sabuk yang ditarik ke dalam retractor dikurangi secara perlahan oleh efek film spool. (2) Buckle Pretensioner Buckle Pretensioner terdiri dari satu actuator (spring atau pyrotechnic), satu connecting member (bowden cable) dan ratchet untuk mengunci pergerakan bagian bawah. Cara kerjanya adalah buckle head ditarik ke bawah untuk mencegah agar sabuk pengaman antara bagian diagonal dan pankuan tidak kendur. Sistem mekanismenya baik karena hanya perlu pergerakan buckle sebesar 75mm dari yang ada 150mm. Mekanisme ratchet pada area ini mampu menahan berbagai bemacam beban. Buckle pada tipe ini harus bisa tetap kuat mengunci pada saat dipakai. Training Support & Development 33
  • 34. SRS Airbag Jenis Pretensioner Buckle pretensioner Pretensioner at the retractor 50 2x 50 x x x x 70 70 3) Prinsip Dasar Pretensioner Mekanisme untuk meningkatkan keselamatan penumpang dengan menghilangkan Spool-out mount, Webbing dan passenger slack dengan cara memutar balik shaft oleh Retractor maka perlu ditambahkan fungsinya untuk menurunkan pergerakan penumpang dengan menggulung sabuk pengamannya pada saat terjadi benturan. Terjadi tubrukan Sinyal dikirim dari external sensor (ECU) Gas menghasilkan letupan Sabuk menggulung Terjadi letusan tekanan secara cepat Sabuk mengurangi Performa penyelamatan Cidera penumpang bekurang kendurannya menjadi optimal E-P/T : Diaktifkan oleh sinyal elektrik berkat adanya external detect sensor. M-P/T : Pin Firing activation system oleh self-sensing detect sensor. B-P/T : Fungsi tambahan Pretensioning pada BUCKLE. Training Support & Development 34
  • 35. SRS Airbag GAS GENERATOR 4) Karakteristik P/T (Ball Type) TUBE ASS’Y Operation Condition : When Collision over 15 Km/h Rewinding : Below 120mm Operational Time : <12ms (below 0.12 seconds) Gas Generator Pressure : Max. 1000bar Operational Force (Static condition) : <2.5KN Explosive Capacity : 600-800mg SPINDLE Electrical Triggering Impact : A/Bag ECU used commonly Fungsi tambahan * ALR/ELR REWIND SPRING * LOAD LIMITER Ball Trap * TENSION REDUCER (Stress Release) Performa Pretensioner Fc mac = 4,750 N (485 kgf) Fc mac = 4,750 N (485 kgf) Fp mac = 4,900 N (500 kgf) Buckle Fb < 9.5 KN Maksimal beban bio-mechanical pada seat belts tanpa menyebabkan cedera selama pretensioning bekerja. Retractor pretensioner F pr < 4.7 KN Lap belt load F l< 4.9 KN Training Support & Development 35
  • 36. SRS Airbag 5) Cara Kerja Pretensioner Tipe Cylinder Initial Explosion 1st Stage Explosion 2nd Stage Stable Stage PLATE P/COVER P/RELEASE SHAFT P/T RELEASE STOPPER Drum Rotation is Reduction prevented by Stopper SHEAR PIN T/Bar SHEAR PIN Distorsion PLATE DRIVE Wire Tension Direction Wire Winding Direction WIRE Pengaktivan Pretensioner (1) Aktivasi Pada saat microprosessor memutuskan untuk meletuskan air bag, maka ECU akan mensuplai arus ke activator untuk mengaktifkan sirkuit yang menjalankan presentioner. Disini Safing sensor tidak dipakai. Setiap kali seat belt pretensioner diaktifkan, maka internal counter akan ditambah. Apabila counter ini mencapai angka 6, maka warning lamp akan di-set, dan pesan kesalahan akan disimpan di dalam memori non-volatile. Disini unit ECU dapat digunakan kembali sampai lima kali sejak pengaktipan pretensioner. Setelah enam kali pengaktifpan, maka Control Module harus diganti dengan yang baru. (2) Firing circuit Sebagai pilihan ada dua tambahan firing circuit untuk seat belt. Masing-masing firing circuit dapat diaktifkan sendiri. Konfigurasi firing circuits dibuat sedemikian rupa sehingga tidak terjadi koneksi yang low-impedance dari squibs ke ground lainnya atau positif potential di dalam ECU dengan status tidak bergerak. (3) Firing sequence Sistem yang mempunyai sirkuit opesional seat belt pretensioner normlalnya adalah untuk mengaktifkan seat belt pretensioners, jika kekuatan benturannya sedikit, maka airbag akan meletus. Pretensioner untuk pengemudi dan penumpang diaktifkan pada saat yang bersamaan. Urutan pengapian dan waktu ON untuk firing circuit diatur oleh ECU, dan waktu ON normalnya adalah 4 milidetik. Training Support & Development 36
  • 37. SRS Airbag (4) Firing current Sirkuit opsional seat belt pretensioner arusnya disuplai dari battery. Pada saat diaktifkan, maka arus akan mengalir melalui activator melalui firing transistors. Besarnya arus ini tergantung dari tegangan battery yang diberikan dan tahanan dari external firing loops. Umumnya maksimal arus dibatasi oleh ECU sekitar 2 -3 A. 6) Pretensioner – Urutan kerja dan prinsip kerja tipe ball Fungsi kerja pretensioner Perputaran Retractor Spindle oleh Aluminum Ball. Gaspressure Ball Trap (1) Gas Generator dihidupkan oleh sinyal elektrik yang diterima dari ECU ketika terjadi benturan. Pipe (2) Tekanan Firing gas disalurkan ke Ball (14EA). (3) Pinion akan aktif begitu Ball (14EA) bergerak di Piston sepanjang tube. (4) Ketika putaran pada pinion memutar Spindle dengan arah berbalik, maka sabuk akan menggulung. Kuantitas Ball bermacam tergantung dari spesifikasi pabrik pembuatnya. Massbodies Pinion (AI.-Balls) Power Unit Assembly Pada saat Propellant dihidupkan (mendapat arus) oleh sinyal elektrikal dari ECU maka dia akan menghasilkan tekanan gas tinggi dan mengaktifkan Ball (Gas Generator). Training Support & Development 37
  • 38. SRS Airbag • Power Unit Assembly Pada saat Propellant dihidupkan (mendapat arus) oleh sinyal elektrikal dari ECU maka dia akan menghasilkan tekanan gas tinggi dan mengaktifkan Ball (Gas Generator). Screw Tube Cover Tube The place (Ball Trap) Assembled Assembled where the Ball is stored by the movement after P/T is activated. Rivet Frame where the components of RTR is fabricated and operational function is performed. Guide function of Ball movement (Tube) Rotates Pinion by moving along the Prevents noise generation by inhibiting the tube by the gas pressure. movement of the Ball normally. Spring 14 Mass Balls Gas Generator Tube Ball Stop Prevents the Ball from moving in the converse direction that entered Ball Trap when P/T is activated (Ball Stop). Training Support & Development 38
  • 39. SRS Airbag 7) Struktur Pretensioner Electrical Pretensioner 8) MGG • MGG (Micro Gas Generator) - Bentuk (Diagram) BOOSTER CUP SQUIB SHORT’G CLOP SHORT’G CLOP RETAINER RETAINER - Ciri Elektrikal No. ITEM SPESIFIKASI Tahanan diantara terminal 1 2.15±0.35• Tahanan pada Igniter ALL FIRE CURRENT 2 0.8A•2ms All fire current NO FIRE CURRENT 3 0.2A•10s No fire current Training Support & Development 39
  • 40. SRS Airbag Training Support & Development 40
  • 41. SRS Airbag 9) Mechanical Pretensioner Pretensioner mekanis sama dengan tipe elektrikal. Dua perlengkapan keselamatan (perlengkapan keselamatan primery & secondary ) Perlengkapadan keselamatan transportasi primary Dihilangkan apabila sudah ada unit single yang terpasang, atau sudah ada perlengkapan keselamatan primary yang dapat mencegah letupan karena mishandling, atau dengan mengencangkan baut MT’G ke kendaraan. Sebelum pemasangan, celah antara Primary Safety Device dan RTR base adalah 3mm, safety device akan aktif. PPD: Passenger Present Detection Setelah dipasang pada kendaraan, maka alat ini akan melelas dan mengaktifkan Safety Device yang ditentukan berdasarkan deteksi apakah penumpang ada (memakai seat belt) , melalui sejumlah webbing output dan secondary safety device yang mengaktifkan Pretensioner hanya pada ketika penumpang memakai seat belt. Jika terjadi benturan pada kendaraan dan penumpang di dalamnya tidak menggunakan seat belt, maka Pretensioner-nya tidak bisa bekerja. Pada saat terjadi tabrakan perlengkapan keselamatan primary dan secondary akan diaktifkan sekaligus dan sensor mekanis akan aktif. Urutan kerja Pretensioner mekanis (1) Setelah melepas perlengkapan keselamatan Primary/Secondary (2) Saat terjadi benturan, terjadi gerakan ke arah depan dikarenakan adanya tumpuan berat badan yang terdorong ke depan, kemudian. (3) Sensor Lever yang dipasang pada mass frame bergerak, dan (4) Percussion Spring dilepas sehingga memasang Firing Pin, dan (5) Firing Pin memberikan isyarat ke Gas Generator, untuk membangkitkan letusan. Prinsip kerja Pretensioner mekanis Pada saat Gas Generator dihidupkan berdasarkan urutan kerja yang ada pada Pretensioner mekanis, Ball di dalam tube digerakkan dengan arah terbalik oleh gaya yang dilepas dari gas, sehingga contacting spindle dan shaft yang dihubungkannya akan berputar, dan menggulung sabuk pengamannya. Training Support & Development 41
  • 42. SRS Airbag Sensor Lever Percussion Mechanical Sensor Sketch Spring Servo Lever Mass Frame Overlap Gas Sensor Generator spring Firing Pin 3.7 Load Limiter Peran Load Limiter • Load limiters mengurangi “Bag and Belt” beban pundak • Load limiters rmengurangi gaya yang ada pada penumpang • Load limiters mengontrol kinematics penumpang. Untuk mengurangi tingginya angka pundak G • ELR + WLR • ELR + P/T • ELR + P/T + Load Limiter Training Support & Development 42
  • 43. SRS Airbag 1) Prinsip dasar Load Limiter STOPPER F/L ‘A’ SHAFT TORSION SHAFT SENSOR SHAFT P/T SPOOL Komponen Prinsip kerja 1. Komponen Shaft 1. Menghentikan Shaft Sensor karena adanya : SHAFT SENSOR, SHAFT TORSION, faktor Locking. SHAFT P/T 2. Ketika bebannya melebih sekitar 5KN yang 2. Status pengencangan komponen terjadi pada sabuknya, kekencangan Shaft akan SPOOL+SHAFT P/T di alihkan berkat adanya putaran Spool+Shaft SHAFT P/T+SHAFT TORSION, P/T, Force Limiter diaktifkan dan digerakkan ( SHAFT TORSION+SHAFT SNESOR Arah). 3. Stopper F/L dikencangkan antara Shaft 3. Setelah pegerakan dengan jarak yang konstan, Sensor dan Spool. Stopper F/L akan menyentuh bagian ‘A’ dari Shaft Sensor, sehingga membuat Spool stop berputar. L/LIMITER Distorsion berhenti. Training Support & Development 43
  • 44. SRS Airbag LOAD LIMITER Pada saat gaya terbesar disalurkan ke tubuh manusia ketika terjadi tubrukan (sekitar 55•75msec), mekanisme ini memungkinkan bahu penumpang dapat terluka karena menghilangnya keseimbangan dan terserapnya gaya akibat rusaknya plastic retractor dan Spool, dsb ketika terjadi benturan. Energy Absorption Occupant Acceleration 40 80 120 160 Time(ms) Load Limiter (dengan kantung udara ) = tanpa stopper Pada saat terjadi tabrakan dan mendapat gaya lebih dari 550 Kgf (5.5KN), torsion bar akan terus terlipat, menarik sabuk yang ada pada seat belt. Torsion bar dapat tetap diangka 8 putaran (panjang sabuk bisa sampai 1 meter.). Maka dari itu , tipe W/O stop dapat dipakai hanya untuk kendaraan yang dilengkapi dengan air bag, dan ketika air bag mulai meletus , maka torsion bar akan berhenti melilit. Load Limiter (tanpa air bag) = dengan stopper Pada tipe ini Torsion bar dapat dililit sampa 270 derajat, dan dipakai pada kendaraan yang tidak dilengkapi dengan air bag, dan ketika tali sabuknya tertarik sekitar 120mm, maka torsion bar akan kembali terkunci, sehingga angka untuk beban dummy-nya akan mulai naik. Yaitu, waktu berhentinya lilitan adalah sekitar 200 milidetik, dan anggaplah kekuatan tubrukan ini cukup kuat sehingga dapat merusakn mesin, sehingga inilah saatnya untuk mencegah benturan kedua di dalam mobil. Training Support & Development 44
  • 45. SRS Airbag Nama dan Fungsi Load Limiter Tread Head Torsion Bar Load Limiter mempunyai elemen pengunci, Bila batas beban melebihi 5.5KN diberikan menyalurkan gaya kuncian ke tension bar. Untuk ke Spindle, maka dia akan melilit dan L/L tipe W/stop type, torsion bar berhenti pada hinge dijalankan untuk menyerap benturan energi spindle untuk mengcegah melintirnya torsion bar sehingga ikat dapat sabuk tertarik sehingga torsion bar dapat berputar 270 derajat Spindle Adalah gelondongan tempat melilitnya ikat sabuk, dan ketika elemen pengemucinya dikuncki ke frame, ditahan oleh torsion bar, dan apabila beban tarikannya lebih dari 5.5KN, maka akan disalurkan ke T/bar kemudian melilitnya. Training Support & Development 45
  • 46. SRS Airbag Penyerapan Energi Sistem belt Dengan Dengan Dengan Pretensioner Pretensioner 3 titik Pretensioner & Load Limiter & Airbag 25 25 25 25 20 20 20 20 15 15 15 15 10 10 10 10 5 5 5 5 0 0 0 0 20 40 60 80 100 120 20 40 60 80 100 120 20 40 60 80 100 120 20 40 60 80 100 120 Karakteristik mekanisme Seat Belt ELR ELR + T/R WLR WLR + T/R ELR + P/T ELR + WLR + P/T PULL OUT 120 FILM FILM SPOOL SPOOL EFFECT EFFECT (NO FILM) (NO FILM) BETTER SPOOL 70 BEST OUT STRETC STRETC STRETC STRETC FILM SPOOL 25 EFFECT LOCKING LOCKING LOCKING LOCKING STRETC STRETC LOCKING LOCKING PULL IN - ELR : Emergency Locking Retractor - T/R : Tension Reducer - WLR : Web locking Retractor - P/T : Pretensioner Training Support & Development 46
  • 47. SRS Airbag Komponen Seat Belt (Tipe umum) Hanger adjuster Anchor Seat cover Dust cover Buckle Rear seat belt (2 point) Rear retractor Front seat belt Seat belt (3 point) Front Seat Rear Seat Komponen Seat Belt (tipe ELR) 4.0~5.5 Upper anchor 4.0~5.5 Upper anchor Upper anchor plate plate plate cover Rear seat belt 4.0~5.5 (3 point) Front Buckle Seat belt Emergency Locking Retractor Emergency (E.L.R) Locking Retractor Rear seat belt (2 point) (E.L.R) Buckle Front Seat Rear Seat Training Support & Development 47
  • 48. SRS Airbag 3.8 Troubleshooting Seat Belt Troubleshooting Seat Belt • Troubleshooting ELR 3 titik • Troubleshooting Buckle • Troubleshooting Pretentioner Seat Belt 3 titik • Titik kontak Seat Belt Troubleshooting ELR 3 titik Gejala Kemungkinan penyebab Cara mengatasi Tali sabuk tidak bisa Batas menggulung dan mengulur Penarikan atau penguluran tali menggulung atau mengulur dari sudah melebih batas (yaitu lebih sabuk dari retractor dibawah retractor. dari 2.0g). batasan (kurang dari 2.0g). Ada benda asing yang masuk ke Hilangkan benda asing yang dalam retractor. masuk. Gulung kembali setelah Tali sabuk di dalam retractor dikendurkan. terlipat. Ganti 3 point seat belt assembly Retractor sudah rusak karena (Tongue side). pernah tertabrak. Retractor (ELR) Apabila seat belt assembly tidak Ada benda asing yang masuk ke Keluarkan benda asing terebut. kencang, tali sabuknya tidak dalam retractor. Betulkan tali sabuk yang melintir mau menggulung dan macet. Tali sabuk melintir di dalam slip kemudian gulung kembali secara guide atau retractor. perlahan carefully. Retractor bekas tertabrak sudah Ganti seat belt assembly tiga titik rusak (Tongue side). Tali sabuk kekencangannya Besarnya gulungan dan tarikan Tarikan atau gulungan tali sabuk terlalu ketat lain dari biasanya tali sabuk melebihi batas (lebih dari retractor dibawah spesifikasi dari 2.0g). (kurang dari 2.0g). Ketika tali sabuk dikencangkan Kencangkan tali sabuk pada saat kendaraan condong pengaman pada jalan yang rata keatas karena VSIR bekarja dengan kondisi condong ke atas sekitar 27% . Training Support & Development 48
  • 49. SRS Airbag Troubleshooting 3 point ELR Gejala Kemungkinan Cara mengatasi Retractor (ELR) Tali sabuk pengaman tidak bisa (1) Eeb sensing spring yang ada di (1) Ganti 3 point seat belt assembly dikencangkan meskipun dayanya dalam retractor rusak (Tongue side). sudah sesuai dengan spesifikasi. (2) Komponen web sensor tidak (2) Ganti 3 point seat belt assembly berfungsi dengan baik (Tongue side). Bagian ujung tali sabuk sudah terlalu (1) Slip guide atau bagian tongue (1) Ganti 3 point seat belt assembly Webbing aus. sudah aus karena pamakaian (Tongue side). Bagian molding tongue dan D-ring (1) Bagian molding sudah rusak (1) Ganti 3 point seat belt assembly Torgue&D ring sudah rusak karena mobil pernah tertabrak (Tongue side). atau ada terbentur dengan benda keras Troubleshooting Pretentioner 3 point Seat Belt Gejala Kemungkinan penyebab Cara mengatasi Lampu peringatan seat belt menyala (1) Buckle switch rusak (1) Ganti buckle assembly (2) Wiring atau ground rusak (2) Perbaiki bilamana perlu (3) Micro gas generator rusak (3) Ganti retractor assembly Training Support & Development 49
  • 50. SRS Airbag Troubleshooting terhadap Buckle Gejala Kemungkinan penyebab Cara mengatasi (1) lampu peringatan seat belt (1) Seat belt switch rusak (1) Lepas connector dari switch. tidak menyala. (2) Seat belt warning lamp rusak (2) Periksa kontinuitas antar terminalnya. (3) Seat belt switch position rusak Kondisi Seat Belt Status Status Fastened •• Loosened 0• (1) Dengan kunci kontak diposisi ON pastikan bahwa bohlamnya menyala. Kondisi seat Belt Warning Lamp Fastened OFF Loosened ON (1) Setelah pemeriksaan diatas kemudian ganti buckle. (2) Pada saat tali sabuk (1) Komponen yang berhubungan (1) Ganti buckle assembly dikencangkan, tongue tidak dengan pengunci di dalam (2) Buang benda asing yang masuk. mau terkunci ke dalam buckle sudah rusak. buckle (2) Ada benda asing masuk di dalam tongue. (3) Tongue tidak mau lepas dari (1) Komponen yang berhubungan (1) Ganti buckle assembly buckle dengan pengunci di dalam buckle sudah rusak. (4) Tutup buckle rusak (1) Buckle sudah rusak karena (1) Ganti buckle assembly bekas tertabrak atau terbentur benda keras. Training Support & Development 50
  • 51. SRS Airbag 4. Sensor 4.1 PPD (Passenger Presence Detection) 1) Prinsip kerja Sistem Passenger Presence Detection (PPD) fungsinya adalah untuk mendeteksi adanya penumpang yang duduk dikursi penumpang. Sistem ini dirancang untuk menghindari agar kantong udara tidak meletus pada tempat yang tidak perlu seperti yang tidak ada penumpangnya. Sistem PPD terdiri dari weight sensor dan unit interface. Weight sensor menggunakan teknologi Force Sensor Resistor (FSR) dari IEE Luxembourg. Teknologi ini terbukti andal dalam mendeteksi adanya penumpang yang duduk dikursi penumpang dengan ketentuan sebagai berikut : - occupied : 15 kg (↑) Seat Interface unit Mat 2) Komponen PPD Interface and Connector Training Support & Development 51
  • 52. SRS Airbag 3) Status perubahan waktu Passenger Occupied 1.2s x 8 = 9.6S 1.2s 1.2s 1.2s 1.2s Passenger PPD Not Occupied Error 1.2s x 8 = 9.6S 4) Circuit (PPD) FSRTM - Sensor mat Rp = 2.2 kΩ 470pF – 30% ≤ C2 ≤ 10nF + 30% Vbatt Drive Logic Rp 15 µC µC C2 PPD Interface Unit HAE3 Training Support & Development 52
  • 53. SRS Airbag 4.2 PODS (Passive Occupant Detection System) 1) Prinsip kerja Passive Occupant Detection System (PODS) menggunakan sensor pad fleksibel yang ditempatkan di dalam kursi kendaraan yang gunanya untuk mendeteksi adanya penumpang di kursi penumpang belakang agar bila ada kecelakaan kantong udara untuk penumpang bisa meletus. PODS system mengetahui adanya penumpang berdasarkan berat yang menduduki bantalan tempat duduk penumpang belakang. Bladder yang diisi dengan cairan di dalam bantalan kursi dihubungkan ke pressure sensor. Data dari pressure sensor dimasukkan ke PODS electronic control unit (ECU) yang perangkat lunak kontrol algoritmanya di dalam microprocessor sudah diremajakan. PODS menghitung data beban tekanan untuk mengetahui berdasarkan persentase apakah penumpangnya orang dewasa atau bukan. Data tersebut kemudian dibandingkan dengan data yang tersimpang dikomputer. Jika proses data tekanan menunjukkan bahwa penumpangnya memang ada, maka air bag controller akan mengijikan kantong udara sisi penumpang untuk meletus. Jika data tekanannya kurang, air bag controller akan menahannya agar kantong udara untuk sisi penumpang tidak meletus. Perhitungan PODS berdasarkan faktor-faktor sebagai berikut : Seat belt tension (jika diperlukan) untuk menahan kursi kecil yang pas untuk anak-anak yang beratnya sudah dimasukkan ke dalam bantalan tempat duduk penumpang. Data yang dipakai sebagai acuan adalah data kasar dan batas tingkat kehisterisan. Kehilangan bobot berat tempat duduk, berdasarkan dari faktor seat back, lengan, dan kaki ke lantai, serta keluarnya posisi dari tempat duduk melalui perbandingan angka bobot beratnya dalam selang waktu waktu tertentu. 2) Mekanisme sistem Bladder PODS Control Module H Body Harness o Connector s Ignition Spare e PODSOUT Spare PODSIN Pressure Regulated Ground Pressure Spare Sensor Ground Training Support & Development 53
  • 54. SRS Airbag 3) Tujuan penggunaan PODS Sistem ini akan mencegah agar kantong udara tidak meletus apabila bobot berat penumpangnya adalah 66lb atau kurang untuk memasang atau melepas sabuk pengaman yang dipakai khusus untuk balita yang didudukkan dibangku penumpang depan. Sistem ini akan aktif apabila bobot penumpangnya adalah 105lb atau lebih agar : penumpang dewasa atau yang lebih besar dapat duduk dengan sudut dan posisi yang pas, termasuk ragam posisi tempat duduk. Variasi pengembangan air bag adalah kurang dari 19% berdasarkan output dari bantalan bahan tempat duduk. 4.3 WCS (Weight Classification System) 1) Prinsip kerja Khusus untuk tempat duduk penumpang depan, tidak ada pembatasan apakah itu untuk orang dewasa atau anak-anak. Sistem present Air bag hanya mendeteksi apakah ada penumpang ditempat duduk tersebut atau tidak, dan apabila tidak ada penumpangnya yang duduk disitu , maka Air bag tidak akan meletus. Karena itulah apabila yang duduk dikursi penumpang depan berpostur kecil dibawah 150cm atau berumur 12 tahun, maka jika terjadi tubrukan dan kantong udara meletus, kantong udara yang meletus tersebut bisa melukai leher dan bagian tubuh lainnya. WCS dimaksudkan untuk mengetahui apakah yang duduk di kursi penumpang adalah orang dewasa atau bukan. Kombinasi logic untuk menentukan orang/objet ada dua parameter yaitu. 1. sit-in weight Verdeckle zone 2. sit-in shape 2) Komponen 10 x 8 independent sensors 80 values Training Support & Development 54
  • 55. SRS Airbag 3) Metode • Sub divisi dari permukaan tempat duduk ke dalam bagian simetris yang berbeda. • Mengukur posisi titik gravitasi tengah setiap bagiannya. • Menganalisa jarak dan distribusi titik gravitasi tengah. • Membandingkan bentuk tubuh manusia secara hitungan matematis. • Fungsi PPD masih aktif sebagai fungsi kedua. 4) Karakteristik Mengoptimalkan pengembangan kantong udara multi-stage sama baiknya seperti fungsi seat belt pre-tensioner berdasarkan ukuran dan posisi penumpang. Konsep seat assembly sama seperti PPD. Ketahanannya juga sama baik. Teknologi PPD sudah terbukti andal. Dapat dipakai untuk kursi pengemudi. Melindungi 5th percentile female. 4.4 FIS (Front Impact Sensor) 1) Struktur dan prinsip kerja FIS Tujuan dari sistem Multi-point sensing adalah memasang beberapa Acceleration Sensor (FIS Sensor) di dalam Crash Zone ke sistem Single point sensing, untuk meningkatkan pembedaan benturan melalui hasil deteksi data yang lebih komplit pada tahap awalnya, kemudian melaporkannya ke unit Air bag control yang terletak ditengah. Prinsip utama dari sistem Multi-point sensing adalah sensor yang dapat mendeteksi deselerasi yang dipansang di dekat titik benturan, sehingga jenis benturan yang akan terjadi dapat dianalisa melalui sinyal deselerasi, karena hitungan terjadinya benturan dapat ditingkatkan lagi. Untuk saat ini yang dipakai oleh Hyundai adalah satu sensor yang dipasang ditengah depan radiator, dan untuk di depan, kiri, kanan, bodi samping, sehingga yang dipasang adalah dua sensor. Dahulu sensor-sensor dipasang di dalam ACU. Tentunya, sistem yang ada cara kerjanya adalah dengan membandingkan sinyal dari sensor diluar dan sensor yang ada di dalam untuk memutuskan apakah kantor udara perlu diletuskan atau tidak. Left FIS sensor Left FIS sensor Left FISAirba Central sensor Left FIS sensor Right FIS sensor Controller Multi-Point Sensing Training Support & Development 55
  • 56. SRS Airbag 2) Front Impact Sensor ♠ Faster ACU G Senser ♠ Support ACU G Sensor Front Crash – 34kph, 30? Left and Right Frame Rain 350 300 250 200 150 Sensor Issuses Acc.(g) 100 Acceleration Range +/- 250 g 50 0 Shock Resistancy up to 1500 g -50 -100 -150 0 20 40 60 80 Time (ms) Mounting yang dipasang mempengaruhi pemancaran sinyal • Bnturan samping dan ke kuatannya dapat diperoleh dari sinyal sensor yang terpisah. • Performa Pole-Test tergantung dari struktur kendaraannya Training Support & Development 56