Di perusahaan system informasi paling luas cakupannya yaitu di Marketing. Karena di marketing, perusahaan bersinggungan langsung dengan masyarakat. Terlebih saat ini social media hampir digunakan oleh setiap orang.
Biasanya perusahaan menggunakan social media untuk membangun komunitas dan jaringan marketing. Akan tetapi etika di social media ini kadang berbenturan. Misalkan kita ambil contoh penggunaan foto yang di posting oleh orang di social media dan diambil oleh divisi design dept marketing. Divisi design tersebut biasanya mencari foto dari google dan menggunakannya sebagai media promosi di social media dengan mengedit terlebih dahulu foto tersebut. Hal ini terjadi karena posting di social media harus rutin dan berkala, sehingga designer dituntut menghasilkan foto design yang cukup banyak. Posting di social media harus rutin agar komunitas selalu menerima informasi terbaru dari perusahaan. Dengan rutin nya posting ini maka anggaran jika membeli lisensi dari foto tersebut menjadi tinggi. Sehingga biasanya designer hanya mengambil saja tanpa melihat lisensi dari foto tersebut.
SI-PI, Khristina Damayanti, Hapzi Ali, Isu Sosial Dan Etika Dalam Sistem Informasi, Universitas Mercu Buana, 2017
1. SISTEM INFORMASI DAN PENGENDALIAN INTERNAL
DOSEN : PROF. DR. IR. HAPZI ALI, MM, CMA
TENTANG
ISU SOSIAL DAN ETIKA DALAM SISTEM INFORMASI
OLEH :
KHRISTINA DAMAYANTI (55516120065)
MAGISTER AKUNTANSI
PROGRAM PASCASARJANA (S2)
UNIVERSITAS MERCUBUANA
TAHUN 2017
2. Contoh Kasus Etika, Sosial, dan Politik di Perusahaan Dalam Penerapan
Sistem Informasi
Di perusahaan system informasi paling luas cakupannya yaitu di Marketing. Karena di
marketing, perusahaan bersinggungan langsung dengan masyarakat. Terlebih saat ini social
media hampir digunakan oleh setiap orang.
Biasanya perusahaan menggunakan social media untuk membangun komunitas dan jaringan
marketing. Akan tetapi etika di social media ini kadang berbenturan. Misalkan kita ambil
contoh penggunaan foto yang di posting oleh orang di social media dan diambil oleh divisi
design dept marketing. Divisi design tersebut biasanya mencari foto dari google dan
menggunakannya sebagai media promosi di social media dengan mengedit terlebih dahulu foto
tersebut. Hal ini terjadi karena posting di social media harus rutin dan berkala, sehingga
designer dituntut menghasilkan foto design yang cukup banyak. Posting di social media harus
rutin agar komunitas selalu menerima informasi terbaru dari perusahaan. Dengan rutin nya
posting ini maka anggaran jika membeli lisensi dari foto tersebut menjadi tinggi. Sehingga
biasanya designer hanya mengambil saja tanpa melihat lisensi dari foto tersebut.
Kejadian pengambilan foto di google atau social media ini jika dilihat dari analisa etika yaitu,
1. Mengidentifikasi dan menggambarkan dengan jelas fakta-fakta.
Semua foto yang di upload di social media, blog, atau media sharing lainya di internet
pasti memiliki legal statement yang harus kita patuhi. Harusnya designer meminta ijin
terlebih dahulu ke pemilik foto atau jika kita sudah meminta ijin tetapi tidak ada respon
maka bisa mencantumkan sumber foto tersebut di ambil dari mana.
2. Tentukan konflik atau dilema dan mengidentifikasi nilai-nilai yang lebih tinggi-order
yang terlibat.
Konflik yang muncul biasanya foto itu dijadikan promosi brand tertentu seolah – olah
orang yang ada difoto menggunakan produk dari perusahaan. Atau privasi dari orang
yang ada di foto tersebut terganggu. Seharusnya divisi designer memperhatikan kaidah
dan tidak melanggar privasi seseorang.
3. 3. Mengidentifikasi pemangku kepentingan.
Orang yang berkepentingan dalam kasus penggunaan foto tersebut yaitu designer /
marketing untuk selalu update di social media dan pemilik foto yang di ambil tanpa
ijin.
4. Mengidentifikasi pilihan berita yang kita ambil dengan alasan yang jelas.
Pada kasus penggunaan foto tersebut pilihan yang paling baik adalah designer
menggunakan foto dengan legal. Jika foto tersebut diambil dari blog atau dari social
media, maka designer harus meminta ijin terlebih dahulu. Dengan pilihan ini maka
designer akan terbatasi sehingga ada konsekuansi dari penggunaan foto yang legal
tersebut. Pilihan yang paling tepat adalah designer membeli foto dari situs resmi.
5. Identifikasi potensi konsekuensi dari pilihan Anda.
Kosekuensi dari pilihan yang seharusnya diambil oleh divisi designer yaitu
a. Menggunakan foto dari web dengan aturan yang jelas. Misalkan dari shutterstock,
dll
b. Perusahaan harus mengeluarkan dana lebih untuk membeli lisensi dari foto yang
digunakan.
c. Designer bekerja secara fair dan jujur dalam menggunakan hak cipta orang lain.
4. Dalam hal apa sajakah isu etika, sosial dan politis saling berhubungan dalam Implementasi
Sistem Informasi dan pemakaian internet pada perusahaan saudara.
1. Isu Etika
Isu etika dalam implementasi system informasi dan pemakain internet di perusahaan
yaitu dalam hal marketing. Marketing biasanya mencari customer dari social media
sehingga dalam kondisi apa perusahaan dianggap menyerang atau melanggar
kebebasan pribadi seseorang? Peraturan-peraturan apa yang berbicara mengenai
interferensi kehidupan orang lain melalui pengawasan secara diam-diam, melalui
penelitian pasar, atau melalui medium apa pun? Apakah kita perlu memberitau orang
yang bersangkutan jika ingin mengambil data-data informasi dirinya? Haruskah kita
mengumumkan kepada orang-orang bahwa kita menggunakan informasi yang
terkumpul untuk tujuan review karyawan.
2. Isu Sosial
Perusahaan memang sudah mempunyai departemen CSR ( Corporate Social
Responsibility ) untuk peran perusahaan dalam social masyarakat. Akan tetapi dengan
hadirnya system informasi, CSR harusnya lebih luas bias berkarya. Misalkan dengan
memberikan informasi secara berkala tentang pentingnya vaksin, bahaya jika vaksin
terlambat, dan di tambahkan sebagai program dalam CSR. Misalkan memberikan
informasi vaksin dan pengobatan geratis di social media, dll. Sehingga informasi lebih
luas dan cakupan CSR lebih mengena ke orang yang membutuhkan.
3. Isu Politik
Isu-isu politik mengenai implementasi system informasi di perusahaan yaitu pada
perkembangan perundang-undangan yang mengatur relasi antara pemegang
dokumen/catatan dan individu. Haruskah kita mengizinkan FBI untuk mengawasi e-
mail agar bisa melacak penjahat atau teroris. Sampai sejauh apa situs-situs e-commerce
dan bisnis lainnya dimungkinkan untuk mempertahankan data pribadi mengenai
individu. Selama ini kita selalu mempercayakan data kita ke raksasa internet, seperti
google, Facebook, dll. Dan Ini sudah menjadi rahasia umum jika data pengguna di
internet, termasuk data pengguna Google, dapat diakses oleh pemerintah. Dalam hal
ini, pemerintah Amerika dan FBI mempunyai legalitas untuk meminta data pengguna
5. kepada Google lewat National Security Letter (NSL) untuk keperluan kemanan dan
penegakan hukum di Amerika.
Untuk meningkatkan transparansi mengenai informasi apa yang diminta dan diberikan
pada FBI, Google mempublikasikan delapan NSL kepada publik lewat blognya.
Sebelumnya, Google dan perusahaan teknologi terkait lainnya telah melakukan
serangkaian upaya hukum untuk mendapat izin publikasi NSL ini.
Sumber :
1. https://www.blog.google/topics/public-policy/sharing-national-security-letters-public/