Dokumen tersebut membahas tentang definisi, jenis, struktur, dan perkembangan perkerasan jalan. Terdapat tiga jenis perkerasan yaitu lentur, kaku, dan komposit, yang masing-masing memiliki lapisan dan fungsi berbeda dalam mendistribusikan beban lalu lintas.
Desain Perkerasan Jalan | Program Studi D3 Teknik Sipil Transportasi UNS 2016Bimo Radifan A
Dokumen tersebut merangkum desain perkerasan jalan untuk Jalan Kapten Mulyadi di Solo. Terdapat dua jenis perkerasan yang direncanakan, yaitu perkerasan lentur dan perkerasan kaku. Berdasarkan perhitungan CESA-5, dipilih perkerasan kaku dengan tebal 254 mm sebagai rekomendasi karena memiliki umur layanan yang lebih lama dan tahan terhadap suhu tinggi.
Dokumen tersebut membahas analisis daya dukung pondasi menurut teori Terzaghi. Terzaghi mengembangkan analisis daya dukung berdasarkan anggapan tertentu seperti pondasi berbentuk memanjang tak berhingga, tanah homogen, dan keruntuhan geser umum. Ia mendefinisikan daya dukung ultimit sebagai beban maksimum per satuan luas. Persamaan daya dukung mempertimbangkan kohesi, beban terbagi, dan berat tanah dengan menggun
Geometrik Jalan Raya (Perencanaan)
Jalan Raya adalah suatu jalur tanah yang permukaannya dibentuk dengan kemiringan tertentu dan diberi perkerasan yang dipergunakan untuk lintasaan kendaraan maupun orang yang menghubungkan lalu lintas antara dua atau lebih tempat pemusatan kegiatan.
Contoh soal perencanaan pondasi telapak untuk mendukung beban 150 KN/m pada tanah lempung dengan tebal fondasi 20 cm. Lebar pondasi yang dibutuhkan adalah 1,25 m dengan mempertimbangkan faktor aman 3. Contoh kedua membahas perencanaan pondasi bujur sangkar untuk struktur dengan kedalaman air tanah yang dalam. Dimensi pondasi yang dibutuhkan adalah lebar 1,55 m.
Dokumen tersebut membahas tentang definisi, jenis, struktur, dan perkembangan perkerasan jalan. Terdapat tiga jenis perkerasan yaitu lentur, kaku, dan komposit, yang masing-masing memiliki lapisan dan fungsi berbeda dalam mendistribusikan beban lalu lintas.
Desain Perkerasan Jalan | Program Studi D3 Teknik Sipil Transportasi UNS 2016Bimo Radifan A
Dokumen tersebut merangkum desain perkerasan jalan untuk Jalan Kapten Mulyadi di Solo. Terdapat dua jenis perkerasan yang direncanakan, yaitu perkerasan lentur dan perkerasan kaku. Berdasarkan perhitungan CESA-5, dipilih perkerasan kaku dengan tebal 254 mm sebagai rekomendasi karena memiliki umur layanan yang lebih lama dan tahan terhadap suhu tinggi.
Dokumen tersebut membahas analisis daya dukung pondasi menurut teori Terzaghi. Terzaghi mengembangkan analisis daya dukung berdasarkan anggapan tertentu seperti pondasi berbentuk memanjang tak berhingga, tanah homogen, dan keruntuhan geser umum. Ia mendefinisikan daya dukung ultimit sebagai beban maksimum per satuan luas. Persamaan daya dukung mempertimbangkan kohesi, beban terbagi, dan berat tanah dengan menggun
Geometrik Jalan Raya (Perencanaan)
Jalan Raya adalah suatu jalur tanah yang permukaannya dibentuk dengan kemiringan tertentu dan diberi perkerasan yang dipergunakan untuk lintasaan kendaraan maupun orang yang menghubungkan lalu lintas antara dua atau lebih tempat pemusatan kegiatan.
Contoh soal perencanaan pondasi telapak untuk mendukung beban 150 KN/m pada tanah lempung dengan tebal fondasi 20 cm. Lebar pondasi yang dibutuhkan adalah 1,25 m dengan mempertimbangkan faktor aman 3. Contoh kedua membahas perencanaan pondasi bujur sangkar untuk struktur dengan kedalaman air tanah yang dalam. Dimensi pondasi yang dibutuhkan adalah lebar 1,55 m.
The document is a structural design project for the concrete foundation of a mosque floor plan. It includes the preliminary design, load calculations, structural analysis, and design of reinforced concrete beams. Key details include:
- Floor plan dimensions and material properties
- Dead and live load calculations
- Maximum bending moments and shear forces for different beam spans
- Design of beams for the span with the highest bending moment, checking capacity, ductility, and reinforcement spacing
Dokumen tersebut membahas tentang keseimbangan regangan pada balok beton bertulang. Terdapat tiga hal penting yaitu: 1) letak garis netral tergantung pada jumlah tulangan baja tarik, 2) keseimbangan regangan menempati posisi penting sebagai pembatas antara dua cara hancur yang berbeda, 3) standar menetapkan pembatasan jumlah penulangan agar tercapai daktilitas.
Standar ini mengatur tentang pembebanan yang harus diperhitungkan dalam perencanaan jembatan, termasuk beban mati, beban hidup, beban lingkungan, dan kombinasi beban. Standar ini merevisi ketentuan teknis pembebanan dalam SNI sebelumnya dan menyesuaikannya dengan perkembangan terkini. Standar ini dimaksudkan sebagai acuan bagi perencana dalam menentukan pembebanan rencana untuk jembatan.
Teks tersebut membahas karakteristik komponen lalu lintas seperti sarana, pemakai jalan, dan prasarana. Ia menjelaskan dimensi dan kategori berbagai jenis kendaraan, karakteristik pemakai jalan, serta klasifikasi dan fungsi jalan seperti jalan arteri, kolektor, dan lokal.
Dokumen tersebut membahas tentang prinsip-prinsip pemadatan tanah untuk pembangunan jalan dan struktur teknik lainnya. Pemadatan tanah diperlukan untuk meningkatkan kekuatan tanah dengan meningkatkan berat volume tanah. Dokumen ini juga membahas faktor-faktor yang mempengaruhi pemadatan tanah seperti kadar air, jenis tanah, dan energi pemadatan. Selain itu, dibahas pula prosedur uji pemadatan labor
Perkerasan Jalan Raya Lentur dan Kaku, metode Analisis dan Manual
ANGGOTA KELOMPOK :
DHANES PRABASWARA ( I 0112029)
AYU ISMOYO SOFIANA ( I 0113021)
MUHAMMAD BUDI SANTOSO( I 0113080)
RAKE ADIUTO ( I 0113105)
SITI DWI RAHAYU ( I 0113124)
Makalah ini membahas metode pelaksanaan konstruksi jembatan, terbagi menjadi dua bagian utama yaitu metode jembatan beton dan jembatan rangka. Pada jembatan beton dijelaskan metode MSS, ILM, balanced cantilever dengan formtraveller, cable stayed, dan precast segmental. Sedangkan pada jembatan rangka dijelaskan metode full temporary support, semi temporary support, full cantilever, dan semi cantilever.
Analisis lalu lintas harian rata-rata di Pasar Anggrek dan sekitar Jalan Y'AM Sabran untuk menentukan rencana perkerasan jalan dan pelebbaran. Lalu lintas diperkirakan akan tumbuh sebesar 5% setiap 5 tahun. Analisis menghitung lalu lintas ekivalen awal, tengah, dan akhir untuk menentukan tebal perkerasan minimum yang dibutuhkan berdasarkan daya dukung tanah. Tebal perkerasan minimum yang dihasilkan
Presentasi Kelompok Kelas Pak Ary Setyawan
Jurusan Teknik Sipil UNS
Perkerasan Jalan Raya
Menjelaskan cara hitung perencanaan perkerasan jalan raya Lentur (flexible) dan Kaku (rigid) menggunakan metode analisis komponen dan metode manual menurut Manual Perkerasan Jalan Raya.
Desember 2015
The document is a structural design project for the concrete foundation of a mosque floor plan. It includes the preliminary design, load calculations, structural analysis, and design of reinforced concrete beams. Key details include:
- Floor plan dimensions and material properties
- Dead and live load calculations
- Maximum bending moments and shear forces for different beam spans
- Design of beams for the span with the highest bending moment, checking capacity, ductility, and reinforcement spacing
Dokumen tersebut membahas tentang keseimbangan regangan pada balok beton bertulang. Terdapat tiga hal penting yaitu: 1) letak garis netral tergantung pada jumlah tulangan baja tarik, 2) keseimbangan regangan menempati posisi penting sebagai pembatas antara dua cara hancur yang berbeda, 3) standar menetapkan pembatasan jumlah penulangan agar tercapai daktilitas.
Standar ini mengatur tentang pembebanan yang harus diperhitungkan dalam perencanaan jembatan, termasuk beban mati, beban hidup, beban lingkungan, dan kombinasi beban. Standar ini merevisi ketentuan teknis pembebanan dalam SNI sebelumnya dan menyesuaikannya dengan perkembangan terkini. Standar ini dimaksudkan sebagai acuan bagi perencana dalam menentukan pembebanan rencana untuk jembatan.
Teks tersebut membahas karakteristik komponen lalu lintas seperti sarana, pemakai jalan, dan prasarana. Ia menjelaskan dimensi dan kategori berbagai jenis kendaraan, karakteristik pemakai jalan, serta klasifikasi dan fungsi jalan seperti jalan arteri, kolektor, dan lokal.
Dokumen tersebut membahas tentang prinsip-prinsip pemadatan tanah untuk pembangunan jalan dan struktur teknik lainnya. Pemadatan tanah diperlukan untuk meningkatkan kekuatan tanah dengan meningkatkan berat volume tanah. Dokumen ini juga membahas faktor-faktor yang mempengaruhi pemadatan tanah seperti kadar air, jenis tanah, dan energi pemadatan. Selain itu, dibahas pula prosedur uji pemadatan labor
Perkerasan Jalan Raya Lentur dan Kaku, metode Analisis dan Manual
ANGGOTA KELOMPOK :
DHANES PRABASWARA ( I 0112029)
AYU ISMOYO SOFIANA ( I 0113021)
MUHAMMAD BUDI SANTOSO( I 0113080)
RAKE ADIUTO ( I 0113105)
SITI DWI RAHAYU ( I 0113124)
Makalah ini membahas metode pelaksanaan konstruksi jembatan, terbagi menjadi dua bagian utama yaitu metode jembatan beton dan jembatan rangka. Pada jembatan beton dijelaskan metode MSS, ILM, balanced cantilever dengan formtraveller, cable stayed, dan precast segmental. Sedangkan pada jembatan rangka dijelaskan metode full temporary support, semi temporary support, full cantilever, dan semi cantilever.
Analisis lalu lintas harian rata-rata di Pasar Anggrek dan sekitar Jalan Y'AM Sabran untuk menentukan rencana perkerasan jalan dan pelebbaran. Lalu lintas diperkirakan akan tumbuh sebesar 5% setiap 5 tahun. Analisis menghitung lalu lintas ekivalen awal, tengah, dan akhir untuk menentukan tebal perkerasan minimum yang dibutuhkan berdasarkan daya dukung tanah. Tebal perkerasan minimum yang dihasilkan
Presentasi Kelompok Kelas Pak Ary Setyawan
Jurusan Teknik Sipil UNS
Perkerasan Jalan Raya
Menjelaskan cara hitung perencanaan perkerasan jalan raya Lentur (flexible) dan Kaku (rigid) menggunakan metode analisis komponen dan metode manual menurut Manual Perkerasan Jalan Raya.
Desember 2015
1. Rencana perkerasan jalan di Desa Purwosari – Desa Ngadirojo Lor, Wonogiri menggunakan perkerasan lentur berupa aspal beton tebal 100 mm dengan fondasi berbutir karena beban lalu lintas yang dihitung mencapai 7,11 juta ESA.
2. Untuk perkerasan kaku direncanakan menggunakan pelat beton tebal 285 mm dengan fondasi berupa tanah yang diperkuat karena CBR tanah dasar hanya 5,3%.
3. Manual Desain Perkeras
Perkerasan Jalan Lentur_Kelompok 3_Perkerasan Jalan Raya_Universitas Sebelas ...GemaPutriHabsari
Kelompok 3 melakukan desain perkerasan lentur untuk jalan arteri dengan CBR 6,5%. Mereka menentukan beban gandar standar kumulatif selama 20 tahun sebesar 41.322.674. Berdasarkan nilai tersebut, dibutuhkan struktur perkerasan dengan lapisan aspal setebal 135 mm dan fondasi agregat kelas S setebal 200 mm untuk permukaan bahu jalan.
Dokumen ini membahas tentang analisis biaya proyek, pengendalian pelaksanaan proyek, dan pelaksanaan pekerjaan jalan. Mencakup istilah-istilah terkait, struktur perkerasan lentur dan kaku, serta persyaratan material dan pelaksanaan pekerjaan jalan.
Desain Perkerasan Jalan (Kaku & Lentur)Gusti Albert
Dokumen tersebut merupakan desain perkerasan jalan untuk jalan arteri dengan umur rencana 40 tahun. Berdasarkan perhitungan, dipilih perkerasan kaku dengan tebal 34 cm karena cocok untuk volume lalu lintas yang besar dan kondisi tanah yang lemah."
Perencanaan Perkeraasan Kaku Kelompok 6 UNS PJR 2022.pdfGibranAlmunawar
Dokumen ini memberikan ringkasan perencanaan perkerasan jalan kaku di Duri, Riau. Jalan rencana memiliki CBR tanah dasar 3,7% dan dirancang untuk umur 40 tahun. Struktur perkerasan terdiri dari pelat beton tebal 305 mm, lapis fondasi LMC 100 mm, dan drainase 150 mm. Sambungan menggunakan dowel.
Contoh Desain Perkerasan Jalan Kaku dan Lentur kelompok 4 Teknik Sipil UNS 2019Kevin Ferdinand
Dokumen tersebut merangkum desain perkerasan kaku dan lentur untuk jalan arteri di Dusun Ngemplak - Daren Wetan. Terdiri dari penentuan umur rencana, beban lalu lintas, struktur fondasi dan lapisan perkerasan, serta drainase. Perkerasan kaku menggunakan beton berstruktur 305 mm tanpa tulangan, sedangkan perkerasan lentur terdiri dari lapisan aspal berstruktur 500 mm.
Tinjauan Desain Geometrik Jalan Subaim - Buli Ruas Jalan Uni-uni Kab. Halmahe...Djunaidi Syalat
Proposal ini membahas rencana perubahan geometri jalan Subaim-Buli di Kabupaten Halmahera Timur menjadi jalan arteri luar kota tipe pegunungan. Rencana ini mencakup perubahan geometri jalan, perencanaan tebal perkerasan lentur, dan dimensi saluran tepi jalan.
Desain perkerasan jalan untuk jalan arteri dua lajur dua arah dengan umur rencana 20-40 tahun. Lalu lintas harian sebesar 240 kendaraan dan CBR tanah 6. Dilakukan perancangan struktur perkerasan lentur berupa AC-WC modifikasi tebal 40 mm untuk umur 20 tahun, dan perkerasan kaku tebal 340 mm untuk umur 40 tahun. Kedua desain mempertimbangkan kondisi tanah, lalu lintas, dan biaya pemeliharaan.
1) Survei lapangan dan pengumpulan data dilakukan untuk perencanaan drainase jalan. Survei meliputi data topografi, hidrologi, dan fasilitas drainase yang ada.
2) Pelaksanaan survei lapangan mencakup pemotretan, pengumpulan data kependudukan, dan penyelidikan genangan. Jenis dan lokasi survei ditentukan berdasarkan tujuan survei.
3) Penentuan daerah pengaliran saluran jalan dilakukan dengan du
1) Survei lapangan dan pengumpulan data dilakukan untuk perencanaan drainase jalan. Survei meliputi data topografi, hidrologi, dan fasilitas drainase yang ada.
2) Pelaksanaan survei lapangan mencakup pemotretan, pengumpulan data kependudukan, dan penyelidikan genangan. Jenis dan lokasi survei ditentukan berdasarkan tujuan survei.
3) Penentuan daerah pengaliran saluran jalan dilakukan dengan du
Analisis prioritas penanganan jalan pada ruas jalan Krebet - Bantur dilakukan dengan menganalisis kondisi jalan menggunakan metode SDI dan RCI untuk menentukan tingkat kerusakan setiap segmen, kemudian menentukan urutan prioritas perbaikan menggunakan metode AHP dengan mempertimbangkan beberapa kriteria.
Modul perencanaan trase jalan memberikan panduan tentang faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam penentuan trase jalan, seperti topografi, geofisik, hidrologi, dan lingkungan. Faktor-faktor ini meliputi kemiringan medan, kelandaian alinyemen, daerah aliran sungai, karakteristik tanah, iklim, muka air tanah, tata guna lahan, hutan lindung, dan cagar budaya. Perencanaan trase jalan bertujuan memilih
Dokumen tersebut membahas metode analisis komponen untuk merencanakan tebal perkerasan lentur jalan. Metode ini mempertimbangkan faktor-faktor seperti daya dukung tanah, faktor regional, volume lalu lintas, dan beban kendaraan untuk menentukan tebal perkerasan yang tepat. Mahasiswa dapat mempelajari metode ini untuk merancang perkerasan sesuai dengan kondisi lingkungan dan lalu lintas.
Similar to Session 1 perhitungan perkerasan lentur pelebaran (20)
ANALISIS PENGARUH INDUSTRI BATU BARA TERHADAP PENCEMARAN UDARA.pdfnarayafiryal8
Industri batu bara telah menjadi salah satu penyumbang utama pencemaran udara global. Proses ekstraksi batu bara, baik melalui penambangan terbuka maupun penambangan bawah tanah, menghasilkan debu dan gas beracun yang dilepaskan ke atmosfer. Gas-gas tersebut termasuk sulfur dioksida (SO2), nitrogen oksida (NOx), dan partikel-partikel halus (PM2.5) yang berbahaya bagi kesehatan manusia dan lingkungan. Selain itu, pembakaran batu bara di pembangkit listrik dan industri menyebabkan emisi karbon dioksida (CO2), yang merupakan penyebab utama perubahan iklim global dan pemanasan global.
Pencemaran udara yang disebabkan oleh industri batu bara juga memiliki dampak lokal yang signifikan. Di sekitar area penambangan, debu batu bara yang dihasilkan dapat mengganggu kesehatan masyarakat dan ekosistem lokal. Paparan terus-menerus terhadap debu batu bara dapat menyebabkan masalah pernapasan seperti asma dan bronkitis, serta berkontribusi pada penyakit paru-paru yang lebih serius. Selain itu, hujan asam yang disebabkan oleh emisi sulfur dioksida dapat merusak tanaman, air tanah, dan ekosistem sungai, mengancam keberlanjutan lingkungan di sekitar lokasi industri batu bara.
2. PEDOMAN – PEDOMAN UNTUK PERENCANAAN
TEBAL PERKERASAN JALAN
1. Petunjuk Perencanaan Tebal Perkerasan Lentur Jalan Raya Dengan Metode Analisa
Komponen No. 378/KPTS/1987.
2. AASHTO Guide for Design of Pavement Structures 1993
3. Pedoman Perencanaan Tebal Perkerasan Pt.T-01-2002-B
4. Pedoman Perencanaan Perkerasan Beton Semen Pd.T.14-2003.
5. Ketentuan Desain dan Revisi Desain Jalan dan Jembatan , Direktur Jenderal Bina Marga
No UM 0103 –Db/242, Maret 2008;
6. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 19/PRT/M/2011 Tentang Persyaratan Teknis
Jalan dan Kriteria Perencanaan Teknis Jalan
7. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 58/Kpts/M/2012 Tentang Penetapan Kelas
Jalan Berdasarkan Daya Dukung Untuk Menerima Muatan Sumbu Terberat Dan Dimensi
Kendaraan Bermotor Di Pulau Jawa Dan Pulau Sumatera
8. Surat Edaran Direktorat Jenderal Bina Marga No. 002/P/Bm/2011Tentang Pedoman
Desain Perkerasan Lentur (Interim)
9. Surat Edaran Direktorat Jenderal Bina Marga Nomor 02/M/Bm/2013 Manual Desain
Perkerasan Jalan;
10. Surat Edaran Direktorat Jenderal Bina Marga Nomor 04/SE/Db/2017 Penyampaian
Manual Desain Perkerasan Jalan Revisi 2017 Di Lingkungan Direktorat jenderal Bina
Marga.
3. PERENCANAAN TEBAL PERKERASAN LENTUR MENGGUNAKAN METODE
AASHTO 1993
Salah satu metoda perencanaan untuk tebal perkerasan jalan yang sering
digunakan adalah metoda AASHTO’93.
Metoda ini sudah dipakai secara umum di seluruh dunia untuk perencanaan
serta di adopsi sebagai standar perencanaan di berbagai negara.
Metoda AASHTO’93 ini pada dasarnya adalah metoda perencanaan yang
didasarkan pada metoda empiris.
Parameter yang dibutuhkan pada perencanaan menggunakan metoda
AASHTO’93 ini antara lain adalah :
a) Lalu lintas
b) Tanah Dasar
c) Reliability
d) Faktor lingkungan
e) Drainase
f) Serviceablity
g) Structural Number (SN)
4. A. LALU LINTAS
Prosedur perencanaan untuk parameter lalu lintas didasarkan
pada kumulatif beban gandar standar ekivalen (Cumulative
Equivalent Standard Axle, CESA). Perhitungan untuk CESA ini
didasarkan pada konversi lalu lintas yang lewat terhadap
beban gandar standar 8.16 kN dan mempertimbangkan umur
rencana, volume lalu lintas, faktor distribusi lajur, serta
faktor bangkitan lalu lintas (growth factor).
Umur Rencana perkerasan adalah jumlah repetisi beban lalu
lintas (dalam satuan Equivalent Standard Axle Load, ESAL) yang
diperkirakan akan melintas dalam kurun waktu tertentu.
7. Jenis Klasifikasi Kendaraan
Survei lalu lintas, dengan durasi minimal 7 x 24 jam1. Survei dapat dilakukan
secara manual mengacu pada Pedoman Survei Pencacahan Lalu Lintas (Pd T-19-
2004-B) atau menggunakan peralatan dengan pendekatan yang sama.
8. B. Tanah Dasar
Tanah Dasar dihitung berdasarkan data CBR yang mewakili untuk suatu ruas
jalan yang direncanakan. CBR representatif dari suatu ruas jalan yang
direncanakan ini tergantung dari klasifikasi jalan yang direncanakan.
Pengambilan dari data CBR untuk perencanaan jalan biasanya diambil pada
jarak 100 meter. Untuk satu ruas jalan yang panjang biasanya dibagi atas
segmen‐segmen yang mempunyai nilai CBR yang relatif sama. Dari nilai CBR
representatif ini kemudian diprediksi modulus elastisitas tanah dasar dengan
mengambil persamaan sebagai berikut:
E = 1500 x CBR (psi)
Dimana :
CBR = nilai CBR representatif (%).
E = modulus elastisitas tanah dasar (psi).
11. C. Reliability
Reliability didefinisikan sebagai
kemungkinan bahwa tingkat pelayanan
dapat tercapai pada tingkatan tertentu
dari sisi pandangan para pengguna jalan
sepanjang umur yang direncanakan. Hal
ini memberikan implikasi bahwa repetisi
beban yang direncanakan dapat tercapai
hingga mencapai tingkatan pelayanan
tertentu.
Pengaplikasian dari konsep reliability ini
diberikan juga dalam parameter standar
deviasi yang mempresentasikan
kondisi‐kondisi lokal dari ruas jalan yang
direncanakan serta tipe perkerasan antara
lain perkerasan lentur ataupun perkerasan
kaku :
Deviasi Standar
(So) = 0.4 – 0.5
12. D. Faktor Lingkungan
Pengaruh jangka panjang dari temperatur dan kelembaban pada
penurunan serviceability belum dipertimbangkan. Satu hal yang
menarik dari faktor lingkungan ini adalah pengaruh dari kondisi swell
dipertimbangkan, maka penurunan serviceability diperhitungkan
selama masa analisis yang kemudian berpengaruh pada umur rencana
perkerasan.
Penurunan serviceability akibat roadbed swelling tergantung juga pada
konstanta swell, probabilitas swell, dll. Metoda dan tata cara
perhitungan penurunan serviceability ini dimuat pada Appendix G dari
metoda AASHTO’93.
13. E. Drainase
Salah satu tujuan utama dari perancangan perkerasan jalan adalah agar lapisan
fondasi, fondasi bawah, dan tanah dasar terhindar dari pengaruh air, namun
selama umur layanan masuknya air pada perkerasan sulit untuk dihindari.
14. Nilai Koefisien drainase (m)
.
1. Galian dengan drainase sub soil,
terdrainase sempurna
2. Timbunan dg lapis pondasi bawah
menerus sampai bahu (day-lighting)
3. Diatas permukaan tanah dengan
drainase sub soil, medan datar
4. Timbunan dengan tepi permeabilitas
rendah dan lapis pondasi bawah
5. Galian, pada permukaan tanah, atau
timbunan tanpa drainase subsoil dan
6. Tanah dasar jenuh secara permanen
selama musim hujan dan tidak ter-
alirkan. Tanpa titik keluar utk sistem
sub soil. Aturan lapis penutup
capping juga berlaku.
Kondisi Lapangan
(digunakan untuk pemilihan
nilai m yang sesuai)
nilai 'm'
utk desain
Detail Tipikal
Agregat kelas B tanah dasar jenuh
Aggregate base B
>500
Geotekstil
1.2
1.2
1.0
0.9
0.7
0.4
Jalur Lalu Lintas Bahu
Lapis Pondasi agregat kelas B
Rounding
Drainase
sub soil
Tepi dengan permeabilitas
rendah
Muka air tanah tinggi
(keluaran drainase sub soil
selalu diatas muka banjir
(tidak terkena banjir)
tepi dg permeabilitas rendah > 500mm
Terkadang drainase sub soil dibawah
Jalur Lalu Lintas Bahu
Jalur Lalu Lintas
Jalur Lalu Lintas
Bahu
Bahu
Drainase
sub soil
Lapis Pondasi agregat kelas B
Lapis Pondasi agregat kelas B Geotekstil
Jalur Lalu Lintas Bahu
Lapis Pondasi agregat kelas B
boxed. Tepi jalur drainase lebih dari
Jalur Lalu Lintas Bahu
500 m. solusi alternatif dengan drai-
nase melintang dari sub base pada
jarak < 10 m atau pada titik terendah.
.
1. Galian dengan drainase sub soil,
terdrainase sempurna
2. Timbunan dg lapis pondasi bawah
menerus sampai bahu (day-lighting)
3. Diatas permukaan tanah dengan
drainase sub soil, medan datar
4. Timbunan dengan tepi permeabilitas
rendah dan lapis pondasi bawah
5. Galian, pada permukaan tanah, atau
timbunan tanpa drainase subsoil dan
6. Tanah dasar jenuh secara permanen
selama musim hujan dan tidak ter-
alirkan. Tanpa titik keluar utk sistem
sub soil. Aturan lapis penutup
capping juga berlaku.
Kondisi Lapangan
(digunakan untuk pemilihan
nilai m yang sesuai)
nilai 'm'
utk desain
Detail Tipikal
Agregat kelas B tanah dasar jenuh
Aggregate base B
>500
Geotekstil
1.2
1.2
1.0
0.9
0.7
0.4
Jalur Lalu Lintas Bahu
Lapis Pondasi agregat kelas B
Rounding
Drainase
sub soil
Tepi dengan permeabilitas
rendah
Muka air tanah tinggi
(keluaran drainase sub soil
selalu diatas muka banjir
(tidak terkena banjir)
tepi dg permeabilitas rendah > 500mm
Terkadang drainase sub soil dibawah
Jalur Lalu Lintas Bahu
Jalur Lalu Lintas
Jalur Lalu Lintas
Bahu
Bahu
Drainase
sub soil
Lapis Pondasi agregat kelas B
Lapis Pondasi agregat kelas B Geotekstil
Jalur Lalu Lintas Bahu
Lapis Pondasi agregat kelas B
boxed. Tepi jalur drainase lebih dari
Jalur Lalu Lintas Bahu
500 m. solusi alternatif dengan drai-
nase melintang dari sub base pada
jarak < 10 m atau pada titik terendah.
1. Galian dengan drainase sub soil,
terdrainase sempurna
2. Timbunan dg lapis pondasi bawah
menerus sampai bahu (day-lighting)
3. Diatas permukaan tanah dengan
drainase sub soil, medan datar
4. Timbunan dengan tepi permeabilitas
rendah dan lapis pondasi bawah
Kondisi Lapangan
(digunakan untuk pemilihan
nilai m yang sesuai)
nilai 'm'
utk desain
Detail Tipikal
Aggregate base B
Geotekstil
1.2
1.2
1.0
0.9
Jalur Lalu Lintas Bahu
Lapis Pondasi agregat kelas B
Drainase
sub soil
(keluaran drainase sub soil
selalu diatas muka banjir
(tidak terkena banjir)
Terkadang drainase sub soil dibawah
Jalur Lalu Lintas Bahu
Jalur Lalu Lintas
Jalur Lalu Lintas
Bahu
Bahu
Drainase
sub soil
Lapis Pondasi agregat kelas B
boxed. Tepi jalur drainase lebih dari
500 m. solusi alternatif dengan drai-
nase melintang dari sub base pada
15. F. Serviceability
Serviceability merupakan tingkat pelayanan yang diberikan oleh sistem
perkerasan yang kemudian dirasakan oleh pengguna jalan. Untuk
serviceability ini parameter utama yang dipertimbangkan adalah nilai Present
Serviceability Index (PSI). Nilai serviceability ini merupakan nilai yang menjadi
penentu tingkat pelayanan fungsional dari suatu sistem perkerasan jalan.
Secara numerik serviceability ini merupakan fungsi dari beberapa parameter
antara lain ketidakrataan, jumlah lobang, luas tambalan, dll.
Nilai serviceability ini diberikan dalam beberapa tingkatan antara lain :
1. Untuk perkerasan yang baru dibuka (open traffic) nilai serviceability ini diberikan
sebesar 4.0 – 4.2. Nilai ini dalam terminologi perkerasan diberikan sebagai nilai
initial serviceability (Po).
2. Untuk perkerasan yang harus dilakukan perbaikan pelayanannya, nilai
serviceability ini diberikan sebesar 2.0. Nilai ini dalam terminologi perkerasan
diberikan sebagai nilai terminal serviceability (Pt).
3. Untuk perkerasan yang sudah rusak dan tidak bisa dilewati, maka nilai
serviceability ini akan diberikan sebesar 1.5. Nilai ini diberikan dalam terminologi
failure serviceability (Pf).
17. Kurva penurunan kondisi jalan dengan pemeliharaan
BATAS MASA PELAYANAN
Umur (tahun)
10
PEMILIHARAAN BERKALA PENINGKATAN STRUKTUR
Po
BATAS
MANTAP
KONTRUKSI
JALAN
Pt LINTASAN
IDEAL
BATAS
KRITIS
5 TAHUN
JIKA TANPA PROGRAM
PENINGKATAN JALAN
Kurva penurunan kondisi jalan
tanpa pemeliharaan
10 TAHUN
Pemeliharaan berkala dalam pada paruh umur rencana = 5 tahun
18. G. Structural Number
Structural Number (SN) merupakan fungsi dari ketebalan
lapisan, koefisien relatif lapisan (layer coefficients), dan
koefisien drainase (drainage coefficients).
Persamaan untuk Structural Number adalah sebagai berikut :
SN = a1D1 + a2D2m2 + a3D3m3
Dimana :
SN = nilai Structural Number.
a1, a2, a3 = koefisien relatif masing‐masing lapisan.
D1, D2, D3 = tebal masing‐masing lapisan perkerasan.
m1, m2, m3 = koefisien drainase masing‐masing lapisan.
22. Persamaan AASHTO’93
Dari hasil percobaan jalan AASHO untuk berbagai macam variasi kondisi dan jenis
perkerasan, maka disusunlah metoda perencanaan AASHO yang kemudian berubah
menjadi AASHTO. Dasar perencanaan dari metoda AASHTO baik AASHTO’72,
AASHTO’86, maupun metoda terbaru saat sekarang yaitu AASHTO’93 adalah persamaan
seperti yang diberikan dibawah ini:
Dimana:
W18 = Kumulatif beban gandar standar selama umur perencanaan (CESA).
ZR = Standard Normal Deviate.
So = Combined standard error dari prediksi lalu lintas dan kinerja.
SN = Structural Number.
Po = Initial serviceability.
Pt = Terminal serviceability.
Pf = Failure serviceability.
Mr = Modulus resilien (psi)
23. Percobaan di salah satu ruas jalan direncanakan untuk lalu lintas sedang dengan nilai
kumulatif beban gandar standar ekivalen sebesar 3.000.000 ESA. Komposisi lapisan
yang direncanakan adalah sebagai berikut :
1. Lapis permukaan AC-WC.
2. Lapis Antara AC - BC
3. Lapis Pondasi AC Base.
4. Lapis Pondasi Agregat.
parameter‐parameter sebagai berikut:
a) Initial Present Serviceability Index (Po) = 4.0
b) Failure Serviceability Index (Pf) = 1.5
c) Terminal Serviceability Index (Pt) = 1.5
d) Standard Deviate (So) = 0.45
e) Reliability = 80%, hal ini memberikan nilai Zr = ‐0.841
Untuk bahan pembentuk perkerasan digunakan sebagai berikut:
1. Lapisan aus terdiri dari AC WC dengan layer coefficient a = 0.40.
2. Lapis pondasi beraspal terdiri dari AC BC layer coefficient a = 0.36.
3. Lapis pondasi beraspal terdiri dari AC Base layer coefficient a = 0.30.
4. Lapis pondasi berbutir terdiri dari Lapis Pondasi Atas dengan CBR 90% layer
coefficient 0.13 dengan Mr = 29.000 Psi
5. Tanah dasar dengan CBR sebesar 6% dengan Mr= 9000 Psi
Percobaan Analisa Tebal Perkerasan
24. Penentuan tebal lapisan konstruksi
SN yang diperlukan di atas lapis fondasi Kelas A dengan CBR 90%
atau modulus = 29.000 psi untuk lalu lintas rencana sebanyak
3.000.000 ESAL, maka dengan menggunakan Persamaan AASHTO’93
diperoleh SN1 = 2.235
D*1 = SN1/(a1)= 2,235/0,4 = 5.59 inci (~ 14.19 cm).
Untuk efisiensi, maka lapis beraspal dipasang dengan tiga (3) tipe, yaitu:
Laston Lapis Aus Modifikasi (AC-WC)
D*1-ACWC-Mod = 4,0 cm (1.575 inci) SN*1-ACWC-Mod = D*1- ACWC-Mod x a1- ACWC
= 1.575 x 0,4 = 0.630
Laston Lapis Antara Modifikasi (AC-BC)
D*1-ACBC-Mod = 6,0 cm (2.36 inci) SN*1-ACBC-Mod = D*1-ACBC-Mod x a1-ACBC
= 2.36 x 0,360 = 0.85
Laston Lapis Fondasi (AC-Base)
D*2-ACBase = (SN1 - (SN*1-ACWC + SN*1-AcBC)) / a2-ACBase
= (2.235 - (0.630 + 0.85)) / 0,30
= 2.52 inci = 6,4 cm (~7,5 cm)
Jadi SN1 = 0.630+ 0.85+ (2.52 x 0,30) = 2.235 inci > SN1 OK
25. Dengan cara seperti di atas, tentukan SN bagian perkerasan di atas
lapis fondasi bawah dengan memasukkan modulus lapis fondasi bawah
sebesar 18.000 psi maka dengan menggunakan Persamaan AASHTO’93
diperoleh SN1 = 3.114
koefisien drainase (m) tebal lapis fondasi ditetapkan D2* = 30 cm (11.81
inci) dan m = 1.
SN2* = D2* x a2-fondasi kelas A x m2
= 11,81 x 0,135 x 1,0 Koef. Drainase m = 1
= 1.59 > SN2 - SN1 = 3,114 - 2,235 = 0.879 Ok
Untuk menghitung tebal lapis fondasi bawah maka sesuai dengan cara seperti di
atas, SN bagian perkerasan di atas tanah dasar dengan CBR 6% atau
memasukkan modulus resilien (MR = 9.000 psi) maka dengan menggunakan
Persamaan AASHTO’93 diperoleh SN1 = 3.32
Berdasarkan nilai SN tersebut, tebal lapis fondasi bawah yang diperlukan adalah,
D3* = {SN3 - (SN1* + SN2*)}/(a3 x m3)
= {3.32 - (2.235 + 1.59)}/(0,125 x 1,0) Koef. Drainase m = 1
= -4.045 inci (-10.27 cm); Artinya tidak perlu penambahan pondasi bawah
26. AC - WC Mod 4 cm
Tanah Dasar 6 %
Lapis Pondasi Agg. Kelas A 30 cm
AC - Base 7.5 cm
AC - BC Mod 6 cm
Tebal lapis perekerasan rencana