Bercerita adalah suatu kegiatan yang dilakukan seseorang secara lisan kepada orang lain dengan alat atau tanpa alat tentang apa yang harus disampaikan dalam bentuk pesan,informasi atau hanya sebuah dongeng yang untuk didengarkan dengan rasa menyenangkan oleh karena orang yang menyajikan cerita tersebut menyampaikan dengan menarik .Menikmati sebuah cerita mulai tumbuh pada seorang anak ia mengerti akan peristiwa yang terjadi di sekitarnya dan setelah memorinya merekam beberapa kabar berita masa pada usia 4-6 tahun.
PPT ini berisi tentang pengenalan terhadap beberapa tokoh perintis awal penyelenggaraan PAUD seperti: Pestalozzi, Froebel, Maria Montessori, WH Kilpatrick dan Helen Parkhust
Bercerita adalah suatu kegiatan yang dilakukan seseorang secara lisan kepada orang lain dengan alat atau tanpa alat tentang apa yang harus disampaikan dalam bentuk pesan,informasi atau hanya sebuah dongeng yang untuk didengarkan dengan rasa menyenangkan oleh karena orang yang menyajikan cerita tersebut menyampaikan dengan menarik .Menikmati sebuah cerita mulai tumbuh pada seorang anak ia mengerti akan peristiwa yang terjadi di sekitarnya dan setelah memorinya merekam beberapa kabar berita masa pada usia 4-6 tahun.
PPT ini berisi tentang pengenalan terhadap beberapa tokoh perintis awal penyelenggaraan PAUD seperti: Pestalozzi, Froebel, Maria Montessori, WH Kilpatrick dan Helen Parkhust
Kurikulum yang mendasari penerapan seluruh kurikulum yang ada di biMBA AlUEO. Dalam materi ini sahabat akan mempelajari metode biMBA sebagai pondasi membangun MINAT Belajar Anak dan pondasi penerapan kurikulum Baca, Tulis dan Matematika.
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondelferrydmn1999
Indonesia, negara kepulauan yang kaya akan keragaman budaya, suku, dan tradisi, memiliki Jakarta sebagai pusat kebudayaan yang dinamis dan unik. Salah satu kesenian tradisional yang ikonik dan identik dengan Jakarta adalah ondel-ondel, boneka raksasa yang biasanya tampil berpasangan, terdiri dari laki-laki dan perempuan. Ondel-ondel awalnya dianggap sebagai simbol budaya sakral dan memainkan peran penting dalam ritual budaya masyarakat Betawi untuk menolak bala atau nasib buruk. Namun, seiring dengan bergulirnya waktu dan perubahan zaman, makna sakral ondel-ondel perlahan memudar dan berubah menjadi sesuatu yang kurang bernilai. Kini, ondel-ondel lebih sering digunakan sebagai hiasan atau sebagai sarana untuk mencari penghasilan. Buku foto Lensa Kampung Ondel-Ondel berfokus pada Keluarga Mulyadi, yang menghadapi tantangan untuk menjaga tradisi pembuatan ondel-ondel warisan leluhur di tengah keterbatasan ekonomi yang ada. Melalui foto cerita, foto feature dan foto jurnalistik buku ini menggambarkan usaha Keluarga Mulyadi untuk menjaga tradisi pembuatan ondel-ondel sambil menghadapi dilema dalam mempertahankan makna budaya di tengah perubahan makna dan keterbatasan ekonomi keluarganya. Buku foto ini dapat menggambarkan tentang bagaimana keluarga tersebut berjuang untuk menjaga warisan budaya mereka di tengah arus modernisasi.
5. Jepang menjadi negara industri
Terapung yang mengimport
bahan baku dari semua negara
dan mengekportnya
Menjadi barang jadi
80 % tanah jepang pegunungan
dengan potensi peternakan dan
perkebunannya yang rendah
6. Tidak mempunyai perkebunan coklat,
Tapi terkenal sebagai pembuat coklat terbaik
Tidak mempunyai peternakan besar tapi memiliki
Perusahaan susu (nestle) yang terkenal
Tidak mempunyai reputasi keamanan namun
Disukai ivestor untuk meyimpan uangnya di bank
18. • Programme for International Student Assessment atau PISA, adalah
evaluasi sistem pendidikan negara-negara di dunia. PISA menilai
kemampuan kognitif dan keahlian membaca, matematika dan sains.
Pada tahun 2009, PISA memperlihatkan rata-rata siswa Indonesia
hanya menguasai pelajaran sampai level 3 dari 6 level. Dalam hal
membaca, Indonesia berada di peringkat 57, matematika di peringkat
61, dan sains di peringkat 60, dari 65 negara.
• Kemudian, Trends in International Mathematics and Science Study
(TIMSS), studi internasional untuk mengukur prestasi matematika
dan sains siswa SMP. TIMSS membagi penilaian dalam empat
kategori, yaitu rendah, menengah, tinggi, dan lanjutan. Hasil
penelitian TIMSS memperlihatkan 95% siswa Indonesia hanya
mampu menyelesaikan soal hingga tingkat menengah atau
intermediate.
• Riset berikutnya, Progress in International Reading Literacy Study
(PIRLS) adalah studi internasional tentang literasi membaca (melek
huruf) untuk siswa Sekolah Dasar. PIRLS diselenggarakan lima tahun
sekali. Pada tahun 2011, PIRLS diikuti oleh 45 negara. Hasilnya
memperlihatkan bahwa peserta didik Indonesia berada pada
peringkat ke 41 dari 45 negara dalam literasi membaca.
19. Model soal TIMSS
TIMSS membagi soal-soalnya menjadi empat
katagori:
– Low mengukur kemampuan sampai level knowing
– Intermediate mengukur kemampuan sampai level
applying
– High mengukur kemampuan sampai level reasoning
– Advance mengukur kemampuan sampai level reasoning
with incomplete information
23. 1. Menerapkan Konsep
Developmentally Appropriate Practices
(DAP) dan Pembelajaran Ramah Otak
24. Mengapa Muncul Konsep DAP?
• Kurikulum Amerika tahun 1960-1970an di anggap gagal
menghasilkan siswa yang dapat berpikir kritis dan menyelesaikan
masalah kehidupan
• Alasan kegagalanya adalah :
1. Orientasinya hanya pada menghafal ( rote memorization)
2. Lebih banyak menekankan aspek kognitif daripada aspek lain
(sosial, emosi dan spiritual)
3. Pelajaran bersifat abstrak ( tidak konkrit )
4. Materi pelajaran terpisah dari pelajaran lain.
5. Guru berceramah sedangkan anak hanya mendengarkan secara
pasif
6. Lebih banyak mengerjakan kegiatan individu
7. Ujian/ulangan lebih mengutamakan pilihan berganda
25. DAP
• Konsep pembelajaran DAP adalah memperlakukan
anak sebagai individu yang utuh ( the whole child )
yang melibatkan 4 komponen : Pengetahuan (
Knowledge), ketrampilan ( skills ), sifat alamiah (
dispositions ) dan perasaan ( feelings). Karena pikiran ,
emosi, imajinasi dan sifat alamiah anak berkerja secara
bersamaan dan saling berhubungan. Apabila sistem
pembelajaran di sekolah dapat melibatkan semua
aspek ini secara bersamaan, maka perkembangan
intelektual, sosial dan karakter anak dapat terbentuk
secara simultan.
*****(lihat kembali bagaimana para sahabat nabi
mendidik anak)
26. Konsep DAP
• Memperlakuakan anak sebagai individu yang
utuh
• Melibatkan 4 komponen : knoledge, skills,
dispositions dan feelings
Dianggap dapat
mempertahankan
& bahkan
meningkatkan
semangat anak-anak
untuk belajar.
27. Dimensi konsep DAP
Patut menurut umur
: sesuai dengan
tahap-tahap
perkembangan anak
DAP
Patut secara individual
: sesuai dengan
pertumbuhan dan
karakteristik anak,
kelebihanya,
ketertarikanya dan
pengalamanya
Patut secara sosial &
budaya : sesuai
dengan pengalaman
belajar yang
bermakna, relevan
dan sesuai dengan
sosial budaya
28. Kegiatan DAP
• Berarti dan relevan dengan kehidupan anak
• Belajar dengan menggunakan konsep bukan
hafalan (rote learning) dan menggunakan objek
konkrit
• Menimbulkan minat dan ketertarikan anak
• Interactive teaching and cooperative learning
• Kegiatan terintegrasi dengan kegiatan lain
• Melihat kemajuan anak secara berkelanjutan
• Evaluasi harus sesuai dan dilakukan secara terus
menerus (meliputi proses dan hasil akhir)
29. Atmosfir DAP
• Anak harus terlibat aktif dalam kegiatan kelas,
tidak sekedar menjadi pendengar pasif.
• Menghargai menerima dan memberi
semangat pada anak
• Mencelupkan anak kedalam kegiatan
• Memberikan kesempatan anak aktif,
berimajinasi, bersosialisasi dan berkreasi
30. Kurikulum DAP
social
emotional
intelectusl
physical
Melibatkan
pengalaman
sosial,
emosional,
intelektual
dan fisik
31. Jadwal waktu DAP
• Anak diberi waktu yang cukup untuk
bereksplorasi
• DAP memberikan peluang bagi anak untuk
aktif bermain, juga waktu untuk tenang,
belajar, beristirahat secara seimbang.
32. Kualitas Guru DAP
• Merespon segera atas kebutuhan dan keinginan anak
• Mendengar dan memberikan respon terhadap
pembicaraan anak
• Mendorong anak untuk dapat menyelesaikan tugas
dengan sukses
• Menumbuhkan kepercayaan diri anak dengan
menghormati, menerima dan memberikan rasa aman
kepada anak
• Menumbuhkan kemampuan mengontrol diri anak
dengan memperlakukan mereka secara hormat, serta
memberikan disiplin yang patut
34. Prinsip Kerja Otak
Seluruh informasi masuk
- Bermakna : diproses lebih lanjut
- Tidak bermakna maka tidak akan di proses
Dibagi ke bagian –bagian
otak
Ingatan jangka pendek
Ingatan Jangka
panjang
Jika ada emosi negatif (membahayakan, ketakutan dll) OTAK
TIDAK AKAN BEKERJA SECARA OPTIMAL
Respon
38. c. Otak selalu mencari arti / makna
berdasarkan pengalaman
• Anak kaya dengan pengalaman yang
bermakna
• Kaitkan pembelajaran dengan pengalaman
anak
• Pilih topik pembelajaran yang nyata dan
dekat dengan anak agar bermakna bagi anak
39. d. Otak lebih mudah memproses
informasi dengan pola yang sudah
dikenal
Anak akan lebih mudah belajar dengan pola yang
sudah dikenalnya dan tidak terpisah
PEMBELAJARAN HOLISTIK
Menghubungkan konsep baru dengan pola lama yang
sudah di kenal
MNEMONIC
40. e. Emosi mempengaruhi kerja otak
( Otak lebih mudah mengingat jika
melibatkan emosi )
41. f. Otak bekerja secara terbagi dan
menyeluruh
Otak Kiri
logis
sistematis
analisis
linier
bahasa
Otak kanan
ritmik
kreatif
musik
menyeluruh
emosi
imajinasi
Menghafal sambil bernyanyi / bermain
42. g. Otak menerima informasi di
dalam ataupun di luar fokus
• Lingkungan mempengaruhi proses belajar (
Poster, Display, Musik )
43. h. Proses belajar dilakukan secara
sadar maupun tidak sadar
• Lebih banyak belajar dari apa yang dilihat
44. i. Proses belajar ada yang dilakukan
secara alami dan ada yang butuh
latihan.
45. j. Otak dapat memahami dan
mengingat untuk selamanya
• Bahasa ibu >>>>>>> di ulang-ulang
• Anak di celupkan dalam berbagai pengalaman
/ proses di dalam diri atau lingkungan.
46. k. Otak tidak bekerja dengan baik
dalam keadaan tertekan namun
bekerja dengan baik saat di berikan
tantangan.
48. Ramah Otak
• Multi Indrawi
• Unik
• Dukungan lingkungan
• Arti / makna
• Hidupkan emosi positif
49. Aplikasi konsep DAP sesuai dengan
kerja otak
• Proses belajar harus menyenangkan
• Memberikan pengalaman yang bermakna dan
relevan
• Melibatkan aspek multi sensori manusia
• Memberikan pengalaman unik dan menantang
• Melibatkan peran aktif fisik
• Memberikan hubungan antara pendidik & anak
yang menyenangkan dan dapat dipercaya.
• Kurikulum yang menumbuhkan minat anak
52. Agar anak dapat menjadi
manusia yang ingin belajar
seumur hidup (lifelong learner)
sehingga dapat berpikir secara
kritis, imajinatif, dapat
mengungkap pertanyaan-pertanyaan
kritis, dapat
memberi alternatif solusi,
menghargai perbedaan, dapat
bekerjasama dan memiliki
kepedulian
53. Subyek yang diajarkan dapat mudah
dimengerti oleh anak. Dengan membuat anak
mudah mengerti akan meningkatkan daya
minat anak, anak lebih percaya diri dan
akhirnya lebih semangat untuk belajar.
54. Mampu mengakomodasi kecerdasan
majemuk manusia, sehingga setiap anak
dapat belajar sesuai dengan kecerdasan
dominan anak.
55. Mebiasakan anak berpikir holistik,
tidak berfikir fragmented. Dalam
kehidupan nyata setiap fenomena
tidak dapat dilihat dari satu sisi saja,
tetapi banyak faktor yang terkait yang
perlu ditinjau.
56. Diharapkan dengan memasukan
pendidikan karakter dalam sistem
belajar terpadu, dapat menciptakan
manusia berkarakter bukan sekedar
mengajarkan nilai-nilai moral yang
bersifat abstrak
58. • Perkembangan motorik, mental dan sosial anak
berjalan secara bertahap dan memerlukan
pendekatan yang patut sesuai dengan tahapan
umur anak, pendidikan karakter yang diberikan
kepada anak juga harus memperhatikan tahap-tahap
perkembangan moral anak. Untuk
mencapai tingkatan moral tertinggi seseorang
harus melalui tahapan tahapan moral dengan
baik, karena kesalahan pada tahapan sebelumnya
akan berakibat fatal terhadap perkembangan
moral berikutnya.
59. Perkembangan Moral Anak
• Thomas Lickona, Phd menformulasikan teori
perkembangan moral anak dengan mengadopsi dari
teori-teori yang telah dikembangkan sebelumnya. Dia
membagi tahapan ini menjadi 6 Fase, yaitu:
1. Fase Bayi
2.Fase 1 : Berfikir Egosentris
3. Fase 2 : Patuh Tanpa syarat
4. Fase 3 : Memenuhi harapan lingkungan
5. Fase 4 : Ingin menjaga kelompok
6. Fase 5 Moralitas tidak berpihak
60. Fase Bayi
Anak-anak usia Bayi sangat membutuhkan :
• Kelekatan Psikologis antara orang tua dan
anak (Bonding / Attachment (disusui 2 tahun))
• Ekspresi Cinta
• Responsif terhadap kebutuhan anak
• Kebutuhan akan rasa aman
• Kebutuhan akan stimulasi fisik dan mental
• Keseimbangan antara cinta dan otoritas
61. • Pakar psikologi mengatakan kelekatan psikologis anak
ketika bayi berpengaruh terhadap perilaku anak pada usia
selanjutnya. Anak-anak yang mempunyai kelekatan
psikologi yang erat pada ibunya mempunyai sifat lebih baik
yaitu mudah bergaul, mudah diatur, mempunyai motivasi
belajar tinggi, antusias dengan aktifitas di sekolah
dibandingkan dengan anak-anak yang memiliki kekurangan
kelekatan hubungan psikologis.
• Usia bayi adalah masa pembentukan trust versus mistrust (
percaya vs tidak percaya ). Apabila kualitas pengasuhan
baik ( diberikan kasih sayang, perhatian dan stimulasi yang
bagus ) maka rasa percaya anak dengan orang lain akan
terbentuk, sehingga dalam perkembangan selanjutnya ia
akan percaya kepada orang lain. Rasa percaya ini penting
dalam hubungan inter-personal di masyarakat dan
menimbulkan perasaan pada anak bahwa dunia adalah
tempat yang aman dan menyenangkan.
62. Fase 1 ( Berfikir Egosentris/ self
oriented morality )
• Usia sekitar 4 tahun
• Sangat egois
• Cenderung manipulatif (berkhayal)
• Cenderung melanggar aturan
• Dapat mengerti kaidah moral bila diajarkan
• Bisa bersikap kooperatif dan menyayangi sejauh
tidak konflik dengan kepentinganya
• Ingin mandiri
• **** tahap perkembangan, ini normal dan tidak
berlanjut selamanya.
63. Menghadapi anak Fase 1
• Memberikan arahan yang lembut namun tegas
• Memberikan alasan yang jelas mengapa sesuatu perbuatan
dilarang dilakukan
• Berikan pilihan dalam kegiatan
• Berikan insentif yang patut agar mau patuh namun jangan
sering-sering.
• Berikan aturan yang jelas dengan berulang-ulang
(konsepnya sekarang)
• Memberikan contoh bagaimana seharusnya anak
berperilaku
• Tumbuhkan rasa empati anak dengan melihat dari
prespektif orang lain
• Mengenalkan konsep “adil” dari titik pandang orang lain
• Berikan permainan yang menuntut harus bergiliran.
64. Fase 2.1
1. sekitar 4,5-6 tahun (kelas 1 SD)
- Patuh tanpa syarat
- Lebih mudah menurut dan kerjasama
- Orang dewasa maha tahu
- Suka mengadukan teman
- Cenderung melanggar kalau tidak diawasi
* ( Fase yang tepat untuk doktrinasi dan
penanaman adab dan akhlak tahap awal)
65. Cara menghadapi fase 2.1
• Memberikan kontrol eksternal dimana guru dapat
secara otoritatif mengajarkan moral baik dan
buruk karena anak masih tergantung dengan
otoritas orang dewasa
• Meyakinkan anak untuk menuruti orang tua /
guru
• Menekankan pentingnya perilaku baik dan sopan
• Berikan alasan sesuatu itu ‘tidak baik’
• Ajarkan anak tindakan yang salah atau tidak
boleh dilakukan.
66. Fase 2.2
2. Sekitar, 6,5-8 tahun (kelas 2 dan 3 SD/ Usia Tamyis)
-Merasa punya hak seperti orang dewasa
-Tidak lagi berpikir bisa diperintah-perintah orang dewasa.
Mulai ajarkan tindakan yang baik dan buruk dengan alasan.
-Konsep keadilan kaku (balas membalas)
-Berperilaku baik agar disenangi
-cenderung melanggar perintah
-berpotensi bertindak kasar dan tidak berempati
-Kurang bisa melihat tindakan yang salah
-Banyak terlibat perkelahian
• (masa penanaman akhlak dan syariat, mulai diajarkan
fiqih.)
67. Menghadapi anak fase 2.2
• Berikan pengertian akan pentingnya “karena cinta” dalam
melakukan sesuatu, tidak semata-mata prinsip timbal balik saja.
• Tekankan nilai agama yang menjunjung tinggi nilai cinta dan
pengorbanan.
• Ajak mereka merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain
• Bantu mereka untuk berbuat sesuai harapan anda, tidak hanya
karena ingin mendapatkan hadiah / pujian atau menghindari
hukuman
• Ciptakan hubungan mesra agar mereka peduli terhadap keinginan
dan harapan-harapan anda
• Ingatkan mereka bahwa antar anggota keluarga harus saling sayang
dan perluas rasa sayang ini ke luar keluarga, yaitu sayang terhadap
sesama manusia
• Berikan contoh perilaku anda dalam hal menolong dan peduli
dengan orang lain
68. Fase 3
3. Usia 8,5-14 tahun ( Kelas 4,5 &6 SD)
-Ingin penghargaan sosial
-Golden Rules ; Harus memeperlakukan orang lain seperti
kamu mengharap orang lain memperlakukanmu.
-Mengerti yang dibutuhkan orang lain
-Bisa menerima otoritas orang tua
-Bisa menerima tanggung jawab
-Cenderung kurang Percaya diri
-Mulai mempunyai Nurani.
* (aplikasi fikih dan pembinaan akhlak secara intens.)
69. Menghadapi Fase 3
• Memelihara hubungan yang baik dengan mereka dengan menjalin komunikasi,
turut serta dalam memecahkan masalahnya dan membantu mereka untuk
menemukan identitas dirinya
• Membantu membangun konsep diri yang positif:
- tidak membanding-bandingkan dengan temanya
- berikan penghargaan pada perilaku positif yang mereka lakukan
- Dorong mereka untuk mencari kawan yang baik
- Bantu mereka mengembangkan hobbi dan kemampuanya
- Bantu mereka menghilangkan kebiasaan mengecilkan orang lain
• Mendiskusikan permasalahan moral
• Menyeimbangkan antara memberi kebebasan terhadap mereka dan mengontrol
tindakan mereka
- gunakan otoritas anda berdasarkan cinta kasih
- katakan ‘ya’ atau ‘tidak’ kalau memang diperlukan, namun berikan mereka juga
peluang untuk memilih
- berikan mereka kesempatan menolak dengan cara yang baik
-jangan berlebihan dalam menimbulkan rasa bersalah mereka ketika mereka
berbuat salah. Hal ini dapat menimbulkan citra diri negatif
Gunakan kontrol secara tidak langsung
70. Fase 4
• Usia 16-19 tahun
• Ingin menjaga kelompoknya
• Bertanggung jawab terhadap peran dalam sistem
sosial
• Lebih mandiri, peer pressure menurun
• Dapat melihat dampak dari perbuatan negatif
• Peduli terhadap sesama anggota sistem sosial
• Memahami pentingnya jadi warga negara yang
baik
71. Menghadapi Fase 4
• Mengajak mereka berdiskusi yang dapat mencerahkan hati
nuraninya berdasarkan prinsip menghormati orang lain dan
menjalankan kewajibannya sebagai anggota sebuah sistem sosial
• Mengajak berdiskusi tentang permasalahan moral yang dihadapi
oleh masyarakat dan mendorong mereka untuk berpikir bagaimana
memberikan kontribusi positif terhadap sistem sosial
• Berikan pengalaman nyata dalam partisipasinya di lingkungan
komunitasnya ( kerja sosial, mencari uang sendiri, membantu
orang-orang yang kesulitan, belajar hidup mandiri di luar
rumah,pramuka ,camping dsb)
• Mendorong mereka untuk memikirkan masa depanya, apa yang
harus dipersiapkan dari sekarang agar dapat memberikan kontribusi
positif bagi orang lain. Tanamkan masa depan yang cerah hanya
dapat dicapai dengan pendidikan, kedisiplinan dan kerja keras
72. Fase 5
• Sebelum Usia 20
• Moralitas tidak berpihak
• Moral hati nurani, mempertahankan moral yang
menghargai HAM
• Bisa berdiri di luar sistem sosial dan bertindak secara
obyektif
• Percaya bahwa setiap sistem sosial harus dapat
memberikan benefit kepada setiap anggotanya
• Berbuat baik karena hati nuraninya berkata demikian,
bukan karena kepentingan pribadi, kelompok atau
sistemnya.
73. • Walaupun tahapan moral sebelumnya (fase 4)
sudah bagus, jarang orang dewasa yang
mampu mencapi tahapan ini, namun tahapan
ini belum mencerminkankualitas moral
tertinggi. Menurut Lickona orang yang
mempunyai moral tertinggi adalah mereka
yang dapat mempertahankan prinsip-prinsip
moral yang menghargai hak asasi manusia
walaupun harus berseberangan dengan sistem
sosialnya.
74. RASIONAL KURIKULUM 2013
PPT - 1.1
BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
DAN PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
75. • Kurikulum menurut Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003
Pasal 1 Ayat (19) adalah seperangkat rencana dan pengaturan
mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang
digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan
pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.
• Pengembangan Kurikulum 2013 merupakan langkah lanjutan
Pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi yang telah
dirintis pada tahun 2004 dan KTSP 2006 yang mencakup
kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan secara
terpadu.
76. Pendekatan Dalam Penyusunan SKL
Pada KBK 2004 dan KTSP 2006
Standar Isi
Mapel 1
SKL Mapel 1
SK-KD Mapel
1
Mapel 2
SKL Mapel 2
SK-KD Mapel
2
Mapel 3
SKL Mapel 3
SK-KD Mapel
3
Mapel n
SKL Mapel n
SK-KD Mapel
n
....
....
....
Standar Kompetensi Lulusan (SKL) Satuan Pendidikan
SK-KD: Standar Kompetensi (Strand/Bidang) dan Kompetensi Dasar 76
77. Tantangan Internal
• Tuntutan pendidikan yang mengacu kepada 8
Standar Nasional Pendidikan yang meliputi
standar pengelolaan, standar biaya, standar
sarana prasarana, standar pendidik dan tenaga
kependidikan, standar isi, standar proses, standar
penilaian, dan standar kompetensi lulusan.
• Tantangan internal lainnya terkait dengan faktor
perkembangan penduduk Indonesia dilihat dari
pertumbuhan penduduk usia produktif.
77
78. 78
Reformasi Pendidikan Mengacu Pada 8 Standar
STANDAR PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN
Peningkatan Kualifikasi & Sertifikasi, Pembayaran Tunjangan Sertifikasi, Uji
Kompetensi dan Pengukuran Kinerja
STANDAR SARANA-PRASARANA
Rehab Gedung Sekolah, RKB, Penyediaan Lab dan Perpustakaan,
Penyediaan Buku
STANDAR PEMBIAYAAN
BOS, Bantuan Siswa Miskin, BOPTN/Bidik Misi (di PT)
STANDAR PENGELOLAAN
Manajemen Berbasis Sekolah
STANDAR ISI
STANDAR
KOMPETENSI
LULUSAN
STANDAR (PROSES)
PENILAIAN
STANDAR PROSES
(PEMBELAJARAN)
PESERTA DIDIK
LULUSAN
KURIKULUM 2013
79. Perkembangan Penduduk Sebagai Modal
SDM
Usia Produktif
(2020-2035)
Melimpah
Kompeten
Tidak
Kompeten
Modal
Pembangunan
Transformasi
Melalui
Pendidikan
Beban
Pembangunan
Kurikulum
PTK
Sarpras
Pendanaan
Pengelolaan
79
80. Tantangan Eksternal
Tantangan Masa Depan
• Globalisasi: WTO, ASEAN Community, APEC, CAFTA
• Masalah lingkungan hidup
• Kemajuan teknologi informasi
• Konvergensi ilmu dan teknologi
• Ekonomi berbasis pengetahuan
• Kebangkitan industri kreatif dan budaya
• Pergeseran kekuatan ekonomi dunia
• Pengaruh dan imbas teknosains
• Mutu, investasi dan transformasi pada sektor pendidikan
• Materi TIMSS dan PISA
80
81. Tantangan Eksternal
Kompetensi Masa Depan
• Kemampuan berkomunikasi
• Kemampuan berpikir jernih dan kritis
• Kemampuan mempertimbangkan segi moral suatu permasalahan
• Kemampuan menjadi warga negara yang bertanggungjawab
• Kemampuan mencoba untuk mengerti dan toleran terhadap
pandangan yang berbeda
• Kemampuan hidup dalam masyarakat yang mengglobal
• Memiliki minat luas dalam kehidupan
• Memiliki kesiapan untuk bekerja
• Memiliki kecerdasan sesuai dengan bakat/minatnya
• Memiliki rasa tanggungjawab terhadap lingkungan
81
82. Tantangan Eksternal
Persepsi Masyarakat
• Terlalu menitikberatkan pada aspek kognitif
• Beban siswa terlalu berat
• Kurang bermuatan karakter
Perkembangan Pengetahuan dan Pedagogi
• Neurologi
• Psikologi
• Observation based [discovery] learning dan Collaborative learning
Fenomena Negatif yang Mengemuka
• Perkelahian pelajar
• Narkoba
• Korupsi
• Plagiarisme
• Kecurangan dalam Ujian (Contek, Kerpek.)
• Gejolak masyarakat (social unrest)
82
83. PENGEMBANGAN KURIKULUM 2013
KBK 2004
KTSP 2006
KURIKULUM
2013
TUJUAN PENDIDIKAN NASIONAL
4. Penyesuaian Beban
3. Penguatan Proses
2. Pendalaman dan
Perluasan Materi
1. Penataan Pola
Pikir dan Tata
Kelola
TANTANGAN INTERNAL DAN EKSTERNAL
83
83
84. Penyempurnaan Pola Pikir Perumusan Kurikulum
No KBK 2004 KTSP 2006 Kurikulum 2013
1
Standar Kompetensi Lulusan diturunkan dari
Standar Isi
Standar Kompetensi Lulusan
diturunkan dari kebutuhan
2
Standar Isi dirumuskan berdasarkan Tujuan
Mata Pelajaran (Standar Kompetensi Lulusan
Mata Pelajaran) yang dirinci menjadi Standar
Kompetensi dan Kompetensi Dasar Mata
Pelajaran
Standar Isi diturunkan dari
Standar Kompetensi Lulusan
melalui Kompetensi Inti yang
bebas mata pelajaran
3
Pemisahan antara mata pelajaran
pembentuk sikap, pembentuk keterampilan,
dan pembentuk pengetahuan
Semua mata pelajaran harus
berkontribusi terhadap
pembentukan sikap,
keterampilan, dan pengetahuan,
4 Kompetensi diturunkan dari mata pelajaran
Mata pelajaran diturunkan dari
kompetensi yang ingin dicapai
5
Mata pelajaran lepas satu dengan yang lain,
seperti sekumpulan mata pelajaran terpisah
Semua mata pelajaran diikat
oleh kompetensi inti (tiap kelas)
84
85. Penyempurnaan Pola Pikir
1 Berpusat pada Guru Berpusat pada Siswa
2 Satu Arah Interaktif
3 Isolasi Lingkungan Jejaring
4 Pasif Aktif-Menyelidiki
5 Maya/Abstrak Konteks Dunia Nyata
6 Pribadi Pembelajaran Berbasis Tim
7
Luas (semua materi
diajarkan)
Perilaku Khas Memberdayakan
Kaidah Keterikatan
8
Stimulasi Rasa Tunggal
(beberapa panca indera)
Stimulasi ke Segala Penjuru
(semua Panca indera)
9
Menuju
Alat Tunggal (papan tulis) Alat Multimedia (berbagai
peralatan teknologi pendidikan)
10 Hubungan Satu Arah Kooperatif
85
86. Penyempurnaan Pola Pikir (lanjutan)
11 Produksi Massa (siswa
memperoleh dokumen yg
sama)
Kebutuhan Pelanggan (siswa
mendapat dokumen sesuai dgn
ketertarikan sesuai potensinya)
12 Usaha Sadar Tunggal
(mengikuti cara yang
seragam)
Jamak (keberagaman inisiatif
individu siswa)
13 Satu Ilmu Pengetahuan
Bergeser (mempelajari
satu sisi pandang ilmu)
Pengetahuan Disiplin Jamak
(pendekatan multidisiplin)
14 Kontrol Terpusat (kontrol
oleh guru)
Otonomi dan Kepercayaan
(siswa diberi tanggungjawab)
15 Pemikiran Faktual Kritis (membutuhkan pemikiran
kreatif)
16 Penyampaian Pengetahuan
(pemindahan ilmu dari
guru ke siswa)
Pertukaran Pengetahuan (antara
guru dan siswa, siswa dan siswa
lainnya)
Menuju
86
87. Pola Pikir Perumusan Kurikulum
No KBK 2004 KTSP 2006 Kurikulum 2013
1 Standar Kompetensi Lulusan diturunkan dari
Standar Isi
Standar Kompetensi Lulusan
diturunkan dari kebutuhan
2 Standar Isi dirumuskan berdasarkan Tujuan Mata
Pelajaran (Standar Kompetensi Lulusan Mata
Pelajaran) yang dirinci menjadi Standar Kompetensi
dan Kompetensi Dasar Mata Pelajaran
Standar Isi diturunkan dari Standar
Kompetensi Lulusan melalui
Kompetensi Inti yang bebas mata
pelajaran
3 Pemisahan antara mata pelajaran pembentuk
sikap, pembentuk keterampilan, dan pembentuk
pengetahuan
Semua mata pelajaran harus
berkontribusi terhadap
pembentukan sikap, keterampilan,
dan pengetahuan,
4 Kompetensi diturunkan dari mata pelajaran Mata pelajaran diturunkan dari
kompetensi yang ingin dicapai
5 Mata pelajaran lepas satu dengan yang lain, seperti
sekumpulan mata pelajaran terpisah
Semua mata pelajaran diikat oleh
kompetensi inti (tiap kelas)
87
88. Langkah Penguatan Proses
Proses Karakteristik Penguatan
Pembelajaran
Menggunakan pendekatan saintifik melalui mengamati, menanya,
mencoba, menalar,....
Menggunakan ilmu pengetahuan sebagai penggerak
pembelajaran untuk semua mata pelajaran
Menuntun siswa untuk mencari tahu, bukan diberi tahu
[discovery learning]
Menekankan kemampuan berbahasa sebagai alat komunikasi,
pembawa pengetahuan dan berfikir logis, sistematis, dan kreatif
Penilaian
Mengukur tingkat berfikir siswa mulai dari rendah sampai tinggi
Menekankan pada pertanyaan yang mebutuhkan pemikiran
mendalam [bukan sekedar hafalan]
Mengukur proses kerja siswa, bukan hanya hasil kerja siswa
Menggunakan portofolio pembelajaran siswa
88
89. Langkah Penyesuaian Beban Guru dan Murid SD
Pelaku Beban Penyelesaian
Guru
Menyusun Silabus
Disediakan buku pegangan guru
Mencari buku yang sesuai
Mengajar beberapa mata pelajaran
dengan cara berbeda
Pendekatan tematik terpadu
menggunakan satu buku untuk
semua mata pelajaran sehingga
dapat selaras dengan
kemampuan Bahasa Indonesia
sebagai alat komunikasi dan
carrier of knowledge
Mengajar banyak mata pelajaran
Menggunakan bahasa Indonesia sebagai
penghela mata pelajaran yang lain
sehingga selara
Menggunakan ilmu pengetahuan sebagai
penggerak pembahasan
Murid
Mempelajari banyak mapel
Mempelajarai mata pelajaran dengan cara
berbeda
Membeli buku Penyedian buku teks oleh
Membeli lembar kerja siswa pemerintah/daerah
89
90. Keseimbangan antara sikap, keterampilan dan
pengetahuan untuk membangun soft skills dan
hard skills1
PT
SMA/K
SMP
SD
Sumber: Marzano (1985), Bruner (1960).
90
90
91. ELEMEN PERUBAHAN KURIKULUM 2013
PPT - 1.2
BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
DAN PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
92. 92
Elemen Perubahan
Standar
Kompetensi Lulusan
Standar Proses
Elemen Perubahan
Standar Isi Standar Penilaian
93. 93
Elemen Perubahan
Elemen
Deskripsi
SD SMP SMA SMK
Kompetensi
Lulusan
Adanya peningkatan dan keseimbangan soft skills dan hard skills
yang meliputi aspek kompetensi sikap, keterampilan, dan
pengetahuan
Kedudukan
mata
pelajaran (ISI)
Kompetensi yang semula diturunkan dari matapelajaran berubah
menjadi matapelajaran dikembangkan dari kompetensi.
Pendekatan
(ISI)
Kompetensi dikembangkan melalui:
Tematik
Integratif dalam
semua mata
pelajaran
Mata
pelajaran
Mata pelajaran Vokasinal
94. 94
Elemen
Deskripsi
SD SMP SMA SMK
Struktur
Kurikulum
(Mata pelajaran
dan alokasi
waktu)
(ISI)
• Holistik berbasis
sains (alam,
sosial, dan
budaya)
• Jumlah
matapelajaran
dari 10 menjadi 6
• Jumlah jam
bertambah 4
JP/minggu akibat
perubahan
pendekatan
pembelajaran
• TIK menjadi media
semua
matapelajaran
• Pengembangan diri
terintegrasi pada
setiap
matapelajaran dan
ekstrakurikuler
• Jumlah
matapelajaran dari
12 menjadi 10
• Jumlah jam
bertambah 6
JP/minggu akibat
perubahan
pendekatan
pembelajaran
• Perubahan
sistem: ada
matapelajaran
wajib dan ada
matapelajaran
pilihan
• Terjadi
pengurangan
matapelajaran
yang harus
diikuti siswa
• Jumlah jam
bertambah 1
JP/minggu
akibat
perubahan
pendekatan
pembelajaran
• Penambahan jenis
keahlian
berdasarkan
spektrum
kebutuhan (6
program keahlian,
40 bidang keahlian,
121 kompetensi
keahlian)
• Pengurangan
adaptif dan
normatif,
penambahan
produktif
• produktif
disesuaikan
dengan trend
perkembangan di
Industri
Elemen Perubahan
95. 95
Elemen Perubahan
Elemen
Deskripsi
SD SMP SMA SMK
Proses
pembelajar-an
• Standar Proses yang semula terfokus pada Eksplorasi, Elaborasi, dan
Konfirmasi dilengkapi dengan Mengamati, Menanya, Mengolah, Menyajikan,
Menyimpulkan, dan Mencipta.
• Belajar tidak hanya terjadi di ruang kelas, tetapi juga di lingkungan sekolah
dan masyarakat
• Guru bukan satu-satunya sumber belajar.
• Sikap tidak diajarkan secara verbal, tetapi melalui contoh dan teladan
• Tematik dan
terpadu
• IPA dan IPS
masing-masing
diajarkan
secara
terpadu
• Adanya mata
pelajaran wajib
dan pilihan
sesuai dengan
bakat dan
minatnya
• Kompetensi
keterampilan yang
sesuai dengan standar
industri
96. 96
Elemen
Deskripsi
SD SMP SMA SMK
Penilaian hasil
belajar
• Penilaian berbasis kompetensi
• Pergeseran dari penilain melalui tes [mengukur kompetensi pengetahuan
berdasarkan hasil saja], menuju penilaian otentik [mengukur semua kompetensi
sikap, keterampilan, dan pengetahuan berdasarkan proses dan hasil]
• Memperkuat PAP (Penilaian Acuan Patokan) yaitu pencapaian hasil belajar
didasarkan pada posisi skor yang diperolehnya terhadap skor ideal (maksimal)
• Penilaian tidak hanya pada level KD, tetapi juga kompetensi inti dan SKL
• Mendorong pemanfaatan portofolio yang dibuat siswa sebagai instrumen utama
penilaian
Ekstrakurikuler • Pramuka (wajib)
• UKS
• PMR
• Bahasa Inggris
• Pramuka
(wajib)
• OSIS
• UKS
• PMR
• Dll
• Pramuka
(wajib)
• OSIS
• UKS
• PMR
• Dll
• Pramuka (wajib)
• OSIS
• UKS
• PMR
• Dll
Elemen Perubahan
97. KTSP 2006 Kurikulum 2013 Ket
Mata pelajaran tertentu
mendukung kompetensi
tertentu
Tiap mata pelajaran mendukung semua
kompetensi [sikap, keterampilan, pengetahuan]
Semua
Jenjang
Mata pelajaran dirancang
berdiri sendiri dan
memiliki kompetensi
dasar sendiri
Mata pelajaran dirancang terkait satu dengan yang
lain dan memiliki kompetensi dasar yang diikat
oleh kompetensi inti tiap kelas
Semua
Jenjang
Bahasa Indonesia sejajar
dengan mapel lain
Bahasa Indonesia sebagai penghela mapel lain
[sikap dan keterampilan berbahasa}
SD
Tiap mata pelajaran
diajarkan dengan
pendekatan berbeda
Semua mata pelajaran diajarkan dengan
pendekatan yang sama [saintifik] melalui
mengamati, menanya, mencoba, menalar,....
Semua
Jenjang
Tiap jenis konten
pembelajaran diajarkan
terpisah [separated
curriculum]
Bermacam jenis konten pembelajaran diajarkan
terkait dan terpadu satu sama lain [cross
curriculum atau integrated curriculum]
SD
Konten ilmu pengetahuan diintegrasikan dan
dijadikan penggerak konten pembelajaran lainnya
SD
Perbedaan Esensial Kurikulum 2013
97
98. KTSP 2006 Kurikulum 2013 Ket
Tematik untuk kelas I – III
[belum integratif]
Tematik Integratif untuk Kelas I – VI SD
TIK adalah mata
pelajaran sendiri
TIK merupakan sarana pembelajaran, dipergunakan
sebagai media pembelajaran mata pelajaran lain
SMP
Bahasa Indonesia
sebagai pengetahuan
Bahasa Indonesia sebagai alat komunikasi dan
carrier of knowledge
SMP/
SMA/SMK
Untuk SMA, ada
penjurusan sejak kelas XI
Tidak ada penjurusan di SMA. Ada mata pelajaran
wajib, peminatan, antar minat, dan pendalaman
minat
SMA/SMK
SMA dan SMK tanpa
kesamaan kompetensi
SMA dan SMK memiliki mata pelajaran wajib yang
sama terkait dasar-dasar pengetahuan, keterampilan,
dan sikap.
SMA/SMK
Penjurusan di SMK
sangat detil [sampai
keahlian]
Penjurusan di SMK tidak terlalu detil [sampai bidang
studi], didalamnya terdapat pengelompokkan
peminatan dan pendalaman
SMA/SMK
Perbedaan Esensial Kurikulum 2013
98
99. Perubahan untuk Semua Mata Pelajaran
No Kurikulum Lama Kurikulum Baru
1
Materi disusun untuk
memberikan
pengetahuan kepada
siswa
Materi disusun seimbang mencakup kompetensi
sikap, pengetahuan, dan keterampilan
2
Pendekatan
pembelajaran adalah
siswa diberitahu tentang
materi yang harus
dihafal [siswa diberi
tahu].
Pendekatan pembelajaran berdasarkan
pengamatan, pertanyaan, pengumpulan data,
penalaran, dan penyajian hasilnya melalui
pemanfaatan berbagai sumber-sumber belajar
[siswa mencari tahu]
3
Penilaian pada
pengetahuan melalui
ulangan dan ujian
Penilaian otentik pada aspek kompetensi sikap,
pengetahuan, dan keterampilan berdasarkan
portofolio.
99
100. Perubahan pada Ilmu Pengetahuan Sosial
No Kurikulum Lama Kurikulum Baru
1
Materi disajikan terpisah
menjadi Geografi, Sejarah,
Ekonomi, Sosiologi
Materi disajikan terpadu, tidak dipisah dalam kelompok
Geografi, Sejarah, Ekonomi, Sosiologi.
2
Tidak ada platform, semua
kajian berdiri sejajar
Menggunakan Geografi sebagai platform kajian dengan
pertimbangan semua kejadian dan kegiatan terikat dengan
lokasi. Tujuannya adalah menekankan pentingnya
konektivitas ruang dalam memperkokoh NKRI. Kajian
sejarah, sosiologi, budaya, dan ekonomi disajikan untuk
mendukung terbentuknya konektivitas yang lebih kokoh.
3
Diajarkan oleh guru
berbeda (team teaching)
dengan sertifikasi
berdasarkan mata kajian
Diajarkan oleh satu orang guru yang memberikan
wawasan terpadu antar mata kajian tersebut sehingga
siswa dapat memahami pentingnya keterpaduan antar
mata kajian tersebut sebelum mendalaminya secara
terpisah dan lebih mendalam pada jenjang selanjutnya
100
101. Perubahan pada Ilmu Pengetahuan Alam
No Kurikulum Lama Kurikulum Baru
1 Materi disajikan terpisah antara
Fisika, Kimia, dan Biologi
Materi disajikan terpadu, tidak dipisah dalam kelompok Fisika,
Kimia, Biologi
2 Tidak ada platform, semua
kajian berdiri sejajar
Menggunakan Biologi sebagai platform kajian dengan
pertimbangan semua kejadian dan fenomena alam terkait dengan
benda beserta interaksi diantara benda-benda tersebut.
Tujuannya adalah menekankan pentingnya interaksi biologi, fisika,
kimia dan kombinasinya dalam membentuk ikatan yang stabil.
3 Materi ilmu bumi dan anta-riksa
masih belum memadai
[sebagian dibahas di IPS]
Diperkaya dengan materi ilmu bumi dan antariksa sesuai dengan
standar internasional
4 Materi kurang mendalam dan
cenderung hafalan
Materi diperkaya dengan kebutuhan siswa untuk berfikir kritis
dan analitis sesuai dengan standar internasional
5 Diajarkan oleh guru berbeda
(team teaching) dengan
sertifikasi berdasarkan mata
kajian
Diajarkan oleh satu orang guru yang memberikan wawasan
terpadu antar mata kajian tersebut sehingga siswa dapat
memahami pentingnya keterpaduan antar mata kajian tersebut
sebelum mendalaminya secara terpisah dan lebih mendalam
pada jenjang selanjutnya
101
102. Perubahan pada Matematika
No Kurikulum Lama Kurikulum Baru
1 Langsung masuk ke materi abstrak
Mulai dari pengamatan permasalahan konkret, kemudian
ke semi konkret, dan akhirnya abstraksi permasalahan
2
Banyak rumus yang harus dihafal
untuk menyelesaikan
permasalahan (hanya bisa
menggunakan)
Rumus diturunkan oleh siswa dan permasalahan yang
diajukan harus dapat dikerjakan siswa hanya dengan
rumus-rumus dan pengertian dasar (tidak hanya bisa
mnggunakan tetapi juga memahami asal-usulnya)
3
Permasalahan matematika selalu
diasosiasikan dengan [direduksi
menjadi] angka
Perimbangan antara matematika dengan angka dan tanpa
angka [gambar, grafik, pola, dsb]
4
Tidak membiasakan siswa untuk
berfikir kritis [hanya mekanistis]
Dirancang supaya siswa harus berfikir kritis untuk
menyelesaikan permasalahan yang diajukan
5
Metode penyelesaian masalah
yang tidak terstruktur
Membiasakan siswa berfikir algoritmis
6
Data dan statistik dikenalkan di
kelas IX saja
Memperluas materi mencakup peluang, pengolahan data,
dan statistik sejak kelas VII serta materi lain sesuai dengan
standar internasional
7 Matematika adalah eksak Mengenalkan konsep pendekatan dan perkiraan
102
103. Perubahan pada Bahasa Indonesia/Inggris
No Kurikulum Lama Kurikulum Baru
1
Materi yang diajarkan
ditekankan pada
tatabahasa/struktur bahasa
Materi yang dijarkan ditekankan pada kompetensi
berbahasa sebagai alat komunikasi untuk menyampaikan
gagasan dan pengetahuan
2
Siswa tidak dibiasakan
membaca dan memahami
makna teks yang disajikan
Siswa dibiasakan membaca dan memahami makna teks
serta meringkas dan menyajikan ulang dengan bahasa
sendiri
3
Siswa tidak dibiasakan
menyusun teks yang
sistematis, logis, dan efektif
Siswa dibiasakan menyusun teks yang sistematis, logis,
dan efektif melalui latihan-latihan penyusunan teks
4
Siswa tidak dikenalkan
tentang aturan-aturan teks
yang sesuai dengan
kebutuhan
Siswa dikenalkan dengan aturan-aturan teks yang sesuai
sehingga tidak rancu dalam proses penyusunan teks
(sesuai dengan situasi dan kondisi: siapa, apa, dimana)
5
Kurang menekankan pada
pentingnya ekspresi dan
spontanitas dalam
berbahasa
Siswa dibiasakan untuk dapat mengekspresikan dirinya
dan pengetahuannya dengan bahasa yang meyakinkan
secara spontan
103
104. Perubahan pada
Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaran
No Kurikulum Lama Kurikulum Baru
1
Materi disajikan
berdasarkan empat pilar
dengan pembahasan yang
terpisah-pisah
Materi disajikan tidak berdasarkan pada
pengelompokkan menurut empat pilar kebangsaan
tetapi berdasarkan keterpaduan empat pilar dalam
pembentukan karakter bangsa
2
Materi disajikan
berdasarkan pasokan yang
ada pada empat pilar
kebangsaan
Materi disajikan berdasarkan kebutuhan untuk menjadi
warga negara yang bertanggung jawab (taat norma,
asas, dan aturan)
3
Tidak ada penekanan pada
tindakan nyata sebagai
warga negara yang baik
Adanya kompetensi yang dituntut dari siswa untuk
melakukan tindakan nyata sebagai warga negara yang
baik
4
Pancasila dan
Kewarganegaraan disajikan
sebagai pengetahuan yang
harus dihafal
Pancasila dan Kewarganegaraan bukan hanya
pengetahuan, tetapi ditunjukkan melalui tindakan nyata
dan sikap keseharian.
104
105. Proses yang Mendukung Kreativitas
PROSES
PEMBELAJARAN
PROSES PENILAIAN
Pendekatan saintifik dan
kontekstual
Kemampuan kreativitas diperoleh melalui:
Observing [mengamati]
Questioning [menanya]
Associating [menalar]
Experimenting [mencoba]
Networking [Membentuk jejaring]
Penilaian Otentik
penilaian berbasis portofolio
pertanyaan yang tidak memiliki jawaban tunggal,
memberi nilai bagi jawaban nyeleneh,
menilai proses pengerjaannya bukan hanya
hasilnya,
penilaian spontanitas/ekspresif,
dll
105
106. KONSEP PENDEKATAN SCIENTIFIC
PPT - 2.2-1
BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
DAN PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
107. Kriteria
1. Materi pembelajaran berbasis pada fakta atau fenomena yang
dapat dijelaskan dengan logika atau penalaran tertentu;
bukan sebatas kira-kira, khayalan, legenda, atau dongeng
semata.
2. Penjelasan guru, respon siswa, dan interaksi edukatif guru-siswa
terbebas dari prasangka yang serta-merta, pemikiran
subjektif, atau penalaran yang menyimpang dari alur berpikir
logis.
3. Mendorong dan menginspirasi siswa berpikir secara kritis,
analistis, dan tepat dalam mengidentifikasi, memahami,
memecahkan masalah, dan mengaplikasikan materi
pembelajaran.
107
108. Kriteria (lanjutan)
4. Mendorong dan menginspirasi siswa mampu berpikir
hipotetik dalam melihat perbedaan, kesamaan, dan tautan
satu sama lain dari materi pembelajaran.
5. Mendorong dan menginspirasi siswa mampu memahami,
menerapkan, dan mengembangkan pola berpikir yang
rasional dan objektif dalam merespon materi pembelajaran.
6. Berbasis pada konsep, teori, dan fakta empiris yang dapat
dipertanggungjawabkan.
7. Tujuan pembelajaran dirumuskan secara sederhana dan
jelas, namun menarik sistem penyajiannya.
108
109. 109
Langkah-Langkah Pembelajaran
Proses pembelajaran menyentuh tiga ranah, yaitu sikap,
pengetahuan, dan keterampilan
Sikap
(Tahu Mengapa)
Keterampilan
(Tahu Bagaimana)
Pengetahuan
(Tahu Apa)
Peoduktif
Inovatif
Kreatif
Afektif
Hasil belajar melahirkan peserta didik yang produktif, kreatif, inovatif,
dan afektif melalui penguatan sikap, keterampilan, dan pengetahuan
yang terintegrasi
110. • Ranah sikap menggamit transformasi substansi atau materi ajar
agar peserta didik “tahu mengapa.”
• Ranah keterampilan menggamit transformasi substansi atau materi
ajar agar peserta didik “tahu bagaimana”.
• Ranah pengetahuan menggamit transformasi substansi atau materi
ajar agar peserta didik “tahu apa.”
• Hasil akhirnya adalah peningkatan dan keseimbangan antara
kemampuan untuk menjadi manusia yang baik (soft skills) dan
manusia yang memiliki kecakapan dan pengetahuan untuk hidup
secara layak (hard skills) dari peserta didik yang meliputi aspek
kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan.
110
Langkah-Langkah Pembelajaran (lanjutan)
111. • Kurikulum 2013 menekankan pada dimensi pedagogik
modern dalam pembelajaran, yaitu menggunakan
pendekatan ilmiah.
• Pendekatan ilmiah (scientific appoach) dalam pembelajaran
sebagaimana dimaksud meliputi mengamati, menanya,
menalar, mencoba, membentuk jejaring untuk semua mata
pelajaran.
111
Langkah-Langkah Pembelajaran (lanjutan)
113. KONSEP PENILAIAN AUTENTIK PADA PROSES
DAN HASIL BELAJAR
PPT 2.3
BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
DAN PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
114. A. Definisi
1. Penilaian autentik (Authentic Assessment) adalah pengukuran yang
bermakna secara signifikan atas hasil belajar peserta didik untuk
ranah sikap, keterampilan, dan pengetahuan.
2. Istilah Assessment merupakan sinonim dari penilaian, pengukuran,
pengujian, atau evaluasi.
3. Istilah autentik merupakan sinonim dari asli, nyata, valid, atau
reliabel.
4. Secara konseptual penilaian autentik lebih bermakna secara
signifikan dibandingkan dengan tes pilihan ganda terstandar sekali
pun.
5. Ketika menerapkan penilaian autentik untuk mengetahui hasil dan
prestasi belajar peserta didik, guru menerapkan kriteria yang
berkaitan dengan konstruksi pengetahuan, aktivitas mengamati dan
mencoba, dan nilai prestasi luar sekolah.
114
115. B. Penilaian Autentik dan Tuntutan Kurikulum 2013
1. Penilaian autentik memiliki relevansi kuat terhadap
pendekatan ilmiah dalam pembelajaran sesuai dengan
tuntutan Kurikulum 2013.
2. Penilaian tersebut mampu menggambarkan peningkatan hasil
belajar peserta didik, baik dalam rangka mengobservasi,
menalar, mencoba, membangun jejaring, dan lain-lain.
3. Penilaian autentik cenderung fokus pada tugas-tugas kompleks
atau kontekstual, memungkinkan peserta didik untuk
menunjukkan kompetensi mereka dalam pengaturan yang
lebih autentik.
4. Penilaian autentik sangat relevan dengan pendekatan tematik
terpadu dalam pembejajaran, khususnya jenjang sekolah dasar
atau untuk mata pelajaran yang sesuai.
115
116. B. Penilaian Autentik dan Tuntutan Kurikulum 2013
(lanjutan)
5. Penilaian autentik sering dikontradiksikan dengan penilaian
yang menggunakan standar tes berbasis norma, pilihan ganda,
benar–salah, menjodohkan, atau membuat jawaban singkat.
6. Tentu saja, pola penilaian seperti ini tidak diantikan dalam
proses pembelajaran, karena memang lazim digunakan dan
memperoleh legitimasi secara akademik.
7. Penilaian autentik dapat dibuat oleh guru sendiri, guru secara
tim, atau guru bekerja sama dengan peserta didik.
8. Dalam penilaian autentik, seringkali pelibatan siswa sangat
penting. Asumsinya, peserta didik dapat melakukan aktivitas
belajar lebih baik ketika mereka tahu bagaimana akan dinilai.
116
117. 9. Peserta didik diminta untuk merefleksikan dan mengevaluasi
kinerja mereka sendiri dalam rangka meningkatkan
pemahaman yang lebih dalam tentang tujuan pembelajaran
serta mendorong kemampuan belajar yang lebih tinggi.
10. Pada penilaian autentik guru menerapkan kriteria yang
berkaitan dengan konstruksi pengetahuan, kajian keilmuan,
dan pengalaman yang diperoleh dari luar sekolah.
11. Penilaian autentik mencoba menggabungkan kegiatan guru
mengajar, kegiatan siswa belajar, motivasi dan keterlibatan
peserta didik, serta keterampilan belajar.
12. Karena penilaian itu merupakan bagian dari proses
pembelajaran, guru dan peserta didik berbagi pemahaman
tentang kriteria kinerja.
117
B. Penilaian Autentik dan Tuntutan Kurikulum 2013
(lanjutan)
118. B. Penilaian Autentik dan Tuntutan Kurikulum 2013
(lanjutan)
13. Dalam beberapa kasus, peserta didik bahkan berkontribusi untuk
mendefinisikan harapan atas tugas-tugas yang harus mereka
lakukan.
14. Penilaian autentik sering digambarkan sebagai penilaian atas
perkembangan peserta didik, karena berfokus pada kemampuan
mereka berkembang untuk belajar bagaimana belajar tentang
subjek.
15. Penilaian autentik harus mampu menggambarkan sikap,
keterampilan, dan pengetahuan apa yang sudah atau belum
dimiliki oleh peserta didik, bagaimana mereka menerapkan
pengetahuannya, dalam hal apa mereka sudah atau belum
mampu menerapkan perolehan belajar, dan sebagainya.
16. Atas dasar itu, guru dapat mengidentifikasi materi apa yang
sudah layak dilanjutkan dan untuk materi apa pula kegiatan
118remedial harus dilakukan.
119. C. Penilaian Autentik dan Pembelajaran Autentik
1. Penilaian autentik mengharuskan pembelajaran yang autentik
pula.
2. Menurut Ormiston, belajar autentik mencerminkan tugas dan
pemecahan masalah yang diperlukan dalam kenyataannya di
luar sekolah.
3. Penilaian autentik terdiri dari berbagai teknik penilaian.
Pertama, pengukuran langsung keterampilan peserta didik yang
berhubungan dengan hasil jangka panjang pendidikan seperti
kesuksesan di tempat kerja. Kedua, penilaian atas tugas-tugas
yang memerlukan keterlibatan yang luas dan kinerja yang
kompleks. Ketiga, analisis proses yang digunakan untuk
menghasilkan respon peserta didik atas perolehan sikap,
keterampilan, dan pengetahuan yang ada.
119
120. C. Penilaian Autentik dan Pembelajaran Autentik
(lanjutan)
4. Penilaian autentik akan bermakna bagi guru untuk
menentukan cara-cara terbaik agar semua siswa dapat
mencapai hasil akhir, meski dengan satuan waktu yang
berbeda.
5. Konstruksi sikap, keterampilan, dan pengetahuan dicapai
melalui penyelesaian tugas di mana peserta didik telah
memainkan peran aktif dan kreatif.
6. Keterlibatan peserta didik dalam melaksanakan tugas sangat
bermakna bagi perkembangan pribadi mereka.
120
121. 7. Dalam pembelajaran autentik, peserta didik diminta
mengumpulkan informasi dengan pendekatan saintifik,
memahami aneka fenomena atau gejala dan hubungannya satu
sama lain secara mendalam, serta mengaitkan apa yang
dipelajari dengan dunia nyata yang ada di luar sekolah.
8. Guru dan peserta didik memiliki tanggung jawab atas apa yang
terjadi. Peserta didik pun tahu apa yang mereka ingin pelajari,
memiliki parameter waktu yang fleksibel, dan
bertanggungjawab untuk tetap pada tugas.
9. Penilaian autentik pun mendorong peserta didik
mengkonstruksi, mengorganisasikan, menganalisis, mensintesis,
menafsirkan, menjelaskan, dan mengevaluasi informasi untuk
kemudian mengubahnya menjadi pengetahuan baru.
121
C. Penilaian Autentik dan Pembelajaran Autentik
(lanjutan)
122. C. Penilaian Autentik dan Pembelajaran Autentik
(lanjutan)
Pada pembelajaran autentik, guru harus menjadi “guru autentik.” Peran
guru bukan hanya pada proses pembelajaran, melainkan juga pada
penilaian. Untuk bisa melaksanakan pembelajaran autentik, guru harus
memenuhi kriteria tertentu:
1. Mengetahui bagaimana menilai kekuatan dan kelemahan peserta
didik serta desain pembelajaran.
2. Mengetahui bagaimana cara membimbing peserta didik untuk
mengembangkan pengetahuan mereka sebelumnya dengan cara
mengajukan pertanyaan dan menyediakan sumberdaya memadai
bagi peserta didik untuk melakukan akuisisi pengetahuan.
3. Menjadi pengasuh proses pembelajaran, melihat informasi baru,
dan mengasimilasikan pemahaman peserta didik.
4. Menjadi kreatif tentang bagaimana proses belajar peserta didik
dapat diperluas dengan menimba pengalaman dari dunia di luar
tembok sekolah. 122
124. 1. Penilaian Kinerja
Penilaian autentik sebisa mungkin melibatkan parsisipasi peserta
didik, khususnya dalam proses dan aspek-aspek yang akan
dinilai. Guru dapat melakukannya dengan meminta para peserta
didik menyebutkan unsur-unsur proyek/tugas yang akan mereka
gunakan untuk menentukan kriteria penyelesaiannya.
Cara merekam hasil penilaian berbasis kinerja:
1. Daftar cek (checklist).
2. Catatan anekdot/narasi (anecdotal/narative records).
3. Skala penilaian (rating scale).
4. Memori atau ingatan (memory approach).
124
125. 2. Penilaian Proyek
Penilaian proyek (project assessment) merupakan kegiatan penilaian
terhadap tugas yang harus diselesaikan oleh peserta didik menurut
periode/waktu tertentu. Penyelesaian tugas dimaksud berupa
investigasi yang dilakukan oleh peserta didik, mulai dari perencanaan,
pengumpulan data, pengorganisasian, pengolahan, analisis, dan
penyajian data.
Tiga hal yang perlu diperhatian guru dalam penilaian proyek:
1. Keterampilan peserta didik dalam memilih topik, mencari dan
mengumpulkan data, mengolah dan menganalisis, memberi makna
atas informasi yang diperoleh, dan menulis laporan.
2. Kesesuaian atau relevansi materi pembelajaran dengan
pengembangan sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang
dibutuhkan oleh peserta didik.
3. Keaslian sebuah proyek pembelajaran yang dikerjakan atau
dihasilkan oleh peserta didik.
125
126. 3. Portofolio
Penilaian portofolio merupakan penilaian atas
kumpulan artefak yang menunjukkan kemajuan
dan dihargai sebagai hasil kerja dari dunia nyata.
Penilaian portofolio bisa berangkat dari hasil
kerja peserta didik secara perorangan atau
diproduksi secara berkelompok, memerlukan
refleksi peserta didik, dan dievaluasi
berdasarkan beberapa dimensi.
126
127. Penilaian portofolio dilakukan dengan menggunakan langkah-langkah
seperti berikut ini.
1. Guru menjelaskan secara ringkas esensi penilaian portofolio.
2. Guru atau guru bersama peserta didik menentukan jenis portofolio
yang akan dibuat.
3. Peserta didik, baik sendiri maupun kelompok, mandiri atau di
bawah bimbingan guru menyusun portofolio pembelajaran.
4. Guru menghimpun dan menyimpan portofolio peserta didik pada
tempat yang sesuai, disertai catatan tanggal pengumpulannya.
5. Guru menilai portofolio peserta didik dengan kriteria tertentu.
6. Jika memungkinkan, guru bersama peserta didik membahas
bersama dokumen portofolio yang dihasilkan.
7. Guru memberi umpan balik kepada peserta didik atas hasil
penilaian portofolio.
127
3. Portofolio (lanjutan)
128. 4. Penilaian Tertulis
• Tes tertulis berbentuk uraian atau esai
menuntut peserta didik mampu mengingat,
memahami, mengorganisasikan, menerapkan,
menganalisis, mensintesis, mengevaluasi, dan
sebagainya atas materi yang sudah dipelajari.
Tes tertulis berbentuk uraian sebisa mungkin
bersifat komprehensif, sehingga mampu
menggambarkan ranah sikap, pengetahuan,
dan keterampilan peserta didik.
128