SlideShare a Scribd company logo
Oleh : Ta’ Rauf Yusuf
NEGARA SUPER POWER
Jepang menjadi negara industri 
Terapung yang mengimport 
bahan baku dari semua negara 
dan mengekportnya 
Menjadi barang jadi 
80 % tanah jepang pegunungan 
dengan potensi peternakan dan 
perkebunannya yang rendah
Tidak mempunyai perkebunan coklat, 
Tapi terkenal sebagai pembuat coklat terbaik 
Tidak mempunyai peternakan besar tapi memiliki 
Perusahaan susu (nestle) yang terkenal 
Tidak mempunyai reputasi keamanan namun 
Disukai ivestor untuk meyimpan uangnya di bank
Sumber Departemen Dalam Negeri Republik Indonesia tahun 2004
1.829. 570 km² : Daratan non-air 
93.000 km² : Daratan berair
Conoco Phillips/USA 
beroperasi di Indonesia lebih dari 40 tahun. 
produsen migas terbesar ketiga di 
Indonesia.
Jumlah Penduduk terbesar ke 4 
246.864.191 Jiwa
Tahun 2013: 7,4 Juta Pengangguran – 
360 ribu diantaranya berlatar belakang 
sarjana
Bencana pengangguran intelektual
PISA 2012 
PROGRAMME FOR 
INTERNATIONAL SCHOOL ASSESMENT 
RESULT IN FOCUS 
Organisation for Economic Co-operation and 
Development (OECD)
Peringkat Tertinggi
Peringkat Terendah
• Programme for International Student Assessment atau PISA, adalah 
evaluasi sistem pendidikan negara-negara di dunia. PISA menilai 
kemampuan kognitif dan keahlian membaca, matematika dan sains. 
Pada tahun 2009, PISA memperlihatkan rata-rata siswa Indonesia 
hanya menguasai pelajaran sampai level 3 dari 6 level. Dalam hal 
membaca, Indonesia berada di peringkat 57, matematika di peringkat 
61, dan sains di peringkat 60, dari 65 negara. 
• Kemudian, Trends in International Mathematics and Science Study 
(TIMSS), studi internasional untuk mengukur prestasi matematika 
dan sains siswa SMP. TIMSS membagi penilaian dalam empat 
kategori, yaitu rendah, menengah, tinggi, dan lanjutan. Hasil 
penelitian TIMSS memperlihatkan 95% siswa Indonesia hanya 
mampu menyelesaikan soal hingga tingkat menengah atau 
intermediate. 
• Riset berikutnya, Progress in International Reading Literacy Study 
(PIRLS) adalah studi internasional tentang literasi membaca (melek 
huruf) untuk siswa Sekolah Dasar. PIRLS diselenggarakan lima tahun 
sekali. Pada tahun 2011, PIRLS diikuti oleh 45 negara. Hasilnya 
memperlihatkan bahwa peserta didik Indonesia berada pada 
peringkat ke 41 dari 45 negara dalam literasi membaca.
Model soal TIMSS 
TIMSS membagi soal-soalnya menjadi empat 
katagori: 
– Low mengukur kemampuan sampai level knowing 
– Intermediate mengukur kemampuan sampai level 
applying 
– High mengukur kemampuan sampai level reasoning 
– Advance mengukur kemampuan sampai level reasoning 
with incomplete information
Benarkah Kurikulum 2013 mampu 
menjawabnya ?
Alasan ilmiah 
penyusunan kurikulum 
2013
1. Menerapkan Konsep 
Developmentally Appropriate Practices 
(DAP) dan Pembelajaran Ramah Otak
Mengapa Muncul Konsep DAP? 
• Kurikulum Amerika tahun 1960-1970an di anggap gagal 
menghasilkan siswa yang dapat berpikir kritis dan menyelesaikan 
masalah kehidupan 
• Alasan kegagalanya adalah : 
1. Orientasinya hanya pada menghafal ( rote memorization) 
2. Lebih banyak menekankan aspek kognitif daripada aspek lain 
(sosial, emosi dan spiritual) 
3. Pelajaran bersifat abstrak ( tidak konkrit ) 
4. Materi pelajaran terpisah dari pelajaran lain. 
5. Guru berceramah sedangkan anak hanya mendengarkan secara 
pasif 
6. Lebih banyak mengerjakan kegiatan individu 
7. Ujian/ulangan lebih mengutamakan pilihan berganda
DAP 
• Konsep pembelajaran DAP adalah memperlakukan 
anak sebagai individu yang utuh ( the whole child ) 
yang melibatkan 4 komponen : Pengetahuan ( 
Knowledge), ketrampilan ( skills ), sifat alamiah ( 
dispositions ) dan perasaan ( feelings). Karena pikiran , 
emosi, imajinasi dan sifat alamiah anak berkerja secara 
bersamaan dan saling berhubungan. Apabila sistem 
pembelajaran di sekolah dapat melibatkan semua 
aspek ini secara bersamaan, maka perkembangan 
intelektual, sosial dan karakter anak dapat terbentuk 
secara simultan. 
*****(lihat kembali bagaimana para sahabat nabi 
mendidik anak)
Konsep DAP 
• Memperlakuakan anak sebagai individu yang 
utuh 
• Melibatkan 4 komponen : knoledge, skills, 
dispositions dan feelings 
Dianggap dapat 
mempertahankan 
& bahkan 
meningkatkan 
semangat anak-anak 
untuk belajar.
Dimensi konsep DAP 
Patut menurut umur 
: sesuai dengan 
tahap-tahap 
perkembangan anak 
DAP 
Patut secara individual 
: sesuai dengan 
pertumbuhan dan 
karakteristik anak, 
kelebihanya, 
ketertarikanya dan 
pengalamanya 
Patut secara sosial & 
budaya : sesuai 
dengan pengalaman 
belajar yang 
bermakna, relevan 
dan sesuai dengan 
sosial budaya
Kegiatan DAP 
• Berarti dan relevan dengan kehidupan anak 
• Belajar dengan menggunakan konsep bukan 
hafalan (rote learning) dan menggunakan objek 
konkrit 
• Menimbulkan minat dan ketertarikan anak 
• Interactive teaching and cooperative learning 
• Kegiatan terintegrasi dengan kegiatan lain 
• Melihat kemajuan anak secara berkelanjutan 
• Evaluasi harus sesuai dan dilakukan secara terus 
menerus (meliputi proses dan hasil akhir)
Atmosfir DAP 
• Anak harus terlibat aktif dalam kegiatan kelas, 
tidak sekedar menjadi pendengar pasif. 
• Menghargai menerima dan memberi 
semangat pada anak 
• Mencelupkan anak kedalam kegiatan 
• Memberikan kesempatan anak aktif, 
berimajinasi, bersosialisasi dan berkreasi
Kurikulum DAP 
social 
emotional 
intelectusl 
physical 
Melibatkan 
pengalaman 
sosial, 
emosional, 
intelektual 
dan fisik
Jadwal waktu DAP 
• Anak diberi waktu yang cukup untuk 
bereksplorasi 
• DAP memberikan peluang bagi anak untuk 
aktif bermain, juga waktu untuk tenang, 
belajar, beristirahat secara seimbang.
Kualitas Guru DAP 
• Merespon segera atas kebutuhan dan keinginan anak 
• Mendengar dan memberikan respon terhadap 
pembicaraan anak 
• Mendorong anak untuk dapat menyelesaikan tugas 
dengan sukses 
• Menumbuhkan kepercayaan diri anak dengan 
menghormati, menerima dan memberikan rasa aman 
kepada anak 
• Menumbuhkan kemampuan mengontrol diri anak 
dengan memperlakukan mereka secara hormat, serta 
memberikan disiplin yang patut
2. Pembelajaran Ramah Otak
Prinsip Kerja Otak 
Seluruh informasi masuk 
- Bermakna : diproses lebih lanjut 
- Tidak bermakna maka tidak akan di proses 
Dibagi ke bagian –bagian 
otak 
Ingatan jangka pendek 
Ingatan Jangka 
panjang 
Jika ada emosi negatif (membahayakan, ketakutan dll) OTAK 
TIDAK AKAN BEKERJA SECARA OPTIMAL 
Respon
Prinsip-Prinsip Pembelajaran Ramah 
Otak
a. Otak bekerja secara paralel 
( melakukan beberapa hal dalam satu 
waktu )
b. Sistem kerja otak berkaitan dengan 
seluruh organ tubuh
c. Otak selalu mencari arti / makna 
berdasarkan pengalaman 
• Anak kaya dengan pengalaman yang 
bermakna 
• Kaitkan pembelajaran dengan pengalaman 
anak 
• Pilih topik pembelajaran yang nyata dan 
dekat dengan anak agar bermakna bagi anak
d. Otak lebih mudah memproses 
informasi dengan pola yang sudah 
dikenal 
Anak akan lebih mudah belajar dengan pola yang 
sudah dikenalnya dan tidak terpisah 
PEMBELAJARAN HOLISTIK 
Menghubungkan konsep baru dengan pola lama yang 
sudah di kenal 
MNEMONIC
e. Emosi mempengaruhi kerja otak 
( Otak lebih mudah mengingat jika 
melibatkan emosi )
f. Otak bekerja secara terbagi dan 
menyeluruh 
Otak Kiri 
logis 
sistematis 
analisis 
linier 
bahasa 
Otak kanan 
ritmik 
kreatif 
musik 
menyeluruh 
emosi 
imajinasi 
Menghafal sambil bernyanyi / bermain
g. Otak menerima informasi di 
dalam ataupun di luar fokus 
• Lingkungan mempengaruhi proses belajar ( 
Poster, Display, Musik )
h. Proses belajar dilakukan secara 
sadar maupun tidak sadar 
• Lebih banyak belajar dari apa yang dilihat
i. Proses belajar ada yang dilakukan 
secara alami dan ada yang butuh 
latihan.
j. Otak dapat memahami dan 
mengingat untuk selamanya 
• Bahasa ibu >>>>>>> di ulang-ulang 
• Anak di celupkan dalam berbagai pengalaman 
/ proses di dalam diri atau lingkungan.
k. Otak tidak bekerja dengan baik 
dalam keadaan tertekan namun 
bekerja dengan baik saat di berikan 
tantangan.
l. Tiap otak Unik 
• Kinestetik 
• Visual 
• auditori
Ramah Otak 
• Multi Indrawi 
• Unik 
• Dukungan lingkungan 
• Arti / makna 
• Hidupkan emosi positif
Aplikasi konsep DAP sesuai dengan 
kerja otak 
• Proses belajar harus menyenangkan 
• Memberikan pengalaman yang bermakna dan 
relevan 
• Melibatkan aspek multi sensori manusia 
• Memberikan pengalaman unik dan menantang 
• Melibatkan peran aktif fisik 
• Memberikan hubungan antara pendidik & anak 
yang menyenangkan dan dapat dipercaya. 
• Kurikulum yang menumbuhkan minat anak
3. Integrated Learning Curriculum 
DAP 
Kurikulum 
Terpadu
Mengapa kurikulum terpadu
Agar anak dapat menjadi 
manusia yang ingin belajar 
seumur hidup (lifelong learner) 
sehingga dapat berpikir secara 
kritis, imajinatif, dapat 
mengungkap pertanyaan-pertanyaan 
kritis, dapat 
memberi alternatif solusi, 
menghargai perbedaan, dapat 
bekerjasama dan memiliki 
kepedulian
Subyek yang diajarkan dapat mudah 
dimengerti oleh anak. Dengan membuat anak 
mudah mengerti akan meningkatkan daya 
minat anak, anak lebih percaya diri dan 
akhirnya lebih semangat untuk belajar.
Mampu mengakomodasi kecerdasan 
majemuk manusia, sehingga setiap anak 
dapat belajar sesuai dengan kecerdasan 
dominan anak.
Mebiasakan anak berpikir holistik, 
tidak berfikir fragmented. Dalam 
kehidupan nyata setiap fenomena 
tidak dapat dilihat dari satu sisi saja, 
tetapi banyak faktor yang terkait yang 
perlu ditinjau.
Diharapkan dengan memasukan 
pendidikan karakter dalam sistem 
belajar terpadu, dapat menciptakan 
manusia berkarakter bukan sekedar 
mengajarkan nilai-nilai moral yang 
bersifat abstrak
4. Pendidikan harus sesuai dengan 
tahapan perkembangan moral 
anak.
• Perkembangan motorik, mental dan sosial anak 
berjalan secara bertahap dan memerlukan 
pendekatan yang patut sesuai dengan tahapan 
umur anak, pendidikan karakter yang diberikan 
kepada anak juga harus memperhatikan tahap-tahap 
perkembangan moral anak. Untuk 
mencapai tingkatan moral tertinggi seseorang 
harus melalui tahapan tahapan moral dengan 
baik, karena kesalahan pada tahapan sebelumnya 
akan berakibat fatal terhadap perkembangan 
moral berikutnya.
Perkembangan Moral Anak 
• Thomas Lickona, Phd menformulasikan teori 
perkembangan moral anak dengan mengadopsi dari 
teori-teori yang telah dikembangkan sebelumnya. Dia 
membagi tahapan ini menjadi 6 Fase, yaitu: 
1. Fase Bayi 
2.Fase 1 : Berfikir Egosentris 
3. Fase 2 : Patuh Tanpa syarat 
4. Fase 3 : Memenuhi harapan lingkungan 
5. Fase 4 : Ingin menjaga kelompok 
6. Fase 5 Moralitas tidak berpihak
Fase Bayi 
Anak-anak usia Bayi sangat membutuhkan : 
• Kelekatan Psikologis antara orang tua dan 
anak (Bonding / Attachment (disusui 2 tahun)) 
• Ekspresi Cinta 
• Responsif terhadap kebutuhan anak 
• Kebutuhan akan rasa aman 
• Kebutuhan akan stimulasi fisik dan mental 
• Keseimbangan antara cinta dan otoritas
• Pakar psikologi mengatakan kelekatan psikologis anak 
ketika bayi berpengaruh terhadap perilaku anak pada usia 
selanjutnya. Anak-anak yang mempunyai kelekatan 
psikologi yang erat pada ibunya mempunyai sifat lebih baik 
yaitu mudah bergaul, mudah diatur, mempunyai motivasi 
belajar tinggi, antusias dengan aktifitas di sekolah 
dibandingkan dengan anak-anak yang memiliki kekurangan 
kelekatan hubungan psikologis. 
• Usia bayi adalah masa pembentukan trust versus mistrust ( 
percaya vs tidak percaya ). Apabila kualitas pengasuhan 
baik ( diberikan kasih sayang, perhatian dan stimulasi yang 
bagus ) maka rasa percaya anak dengan orang lain akan 
terbentuk, sehingga dalam perkembangan selanjutnya ia 
akan percaya kepada orang lain. Rasa percaya ini penting 
dalam hubungan inter-personal di masyarakat dan 
menimbulkan perasaan pada anak bahwa dunia adalah 
tempat yang aman dan menyenangkan.
Fase 1 ( Berfikir Egosentris/ self 
oriented morality ) 
• Usia sekitar 4 tahun 
• Sangat egois 
• Cenderung manipulatif (berkhayal) 
• Cenderung melanggar aturan 
• Dapat mengerti kaidah moral bila diajarkan 
• Bisa bersikap kooperatif dan menyayangi sejauh 
tidak konflik dengan kepentinganya 
• Ingin mandiri 
• **** tahap perkembangan, ini normal dan tidak 
berlanjut selamanya.
Menghadapi anak Fase 1 
• Memberikan arahan yang lembut namun tegas 
• Memberikan alasan yang jelas mengapa sesuatu perbuatan 
dilarang dilakukan 
• Berikan pilihan dalam kegiatan 
• Berikan insentif yang patut agar mau patuh namun jangan 
sering-sering. 
• Berikan aturan yang jelas dengan berulang-ulang 
(konsepnya sekarang) 
• Memberikan contoh bagaimana seharusnya anak 
berperilaku 
• Tumbuhkan rasa empati anak dengan melihat dari 
prespektif orang lain 
• Mengenalkan konsep “adil” dari titik pandang orang lain 
• Berikan permainan yang menuntut harus bergiliran.
Fase 2.1 
1. sekitar 4,5-6 tahun (kelas 1 SD) 
- Patuh tanpa syarat 
- Lebih mudah menurut dan kerjasama 
- Orang dewasa maha tahu 
- Suka mengadukan teman 
- Cenderung melanggar kalau tidak diawasi 
* ( Fase yang tepat untuk doktrinasi dan 
penanaman adab dan akhlak tahap awal)
Cara menghadapi fase 2.1 
• Memberikan kontrol eksternal dimana guru dapat 
secara otoritatif mengajarkan moral baik dan 
buruk karena anak masih tergantung dengan 
otoritas orang dewasa 
• Meyakinkan anak untuk menuruti orang tua / 
guru 
• Menekankan pentingnya perilaku baik dan sopan 
• Berikan alasan sesuatu itu ‘tidak baik’ 
• Ajarkan anak tindakan yang salah atau tidak 
boleh dilakukan.
Fase 2.2 
2. Sekitar, 6,5-8 tahun (kelas 2 dan 3 SD/ Usia Tamyis) 
-Merasa punya hak seperti orang dewasa 
-Tidak lagi berpikir bisa diperintah-perintah orang dewasa. 
Mulai ajarkan tindakan yang baik dan buruk dengan alasan. 
-Konsep keadilan kaku (balas membalas) 
-Berperilaku baik agar disenangi 
-cenderung melanggar perintah 
-berpotensi bertindak kasar dan tidak berempati 
-Kurang bisa melihat tindakan yang salah 
-Banyak terlibat perkelahian 
• (masa penanaman akhlak dan syariat, mulai diajarkan 
fiqih.)
Menghadapi anak fase 2.2 
• Berikan pengertian akan pentingnya “karena cinta” dalam 
melakukan sesuatu, tidak semata-mata prinsip timbal balik saja. 
• Tekankan nilai agama yang menjunjung tinggi nilai cinta dan 
pengorbanan. 
• Ajak mereka merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain 
• Bantu mereka untuk berbuat sesuai harapan anda, tidak hanya 
karena ingin mendapatkan hadiah / pujian atau menghindari 
hukuman 
• Ciptakan hubungan mesra agar mereka peduli terhadap keinginan 
dan harapan-harapan anda 
• Ingatkan mereka bahwa antar anggota keluarga harus saling sayang 
dan perluas rasa sayang ini ke luar keluarga, yaitu sayang terhadap 
sesama manusia 
• Berikan contoh perilaku anda dalam hal menolong dan peduli 
dengan orang lain
Fase 3 
3. Usia 8,5-14 tahun ( Kelas 4,5 &6 SD) 
-Ingin penghargaan sosial 
-Golden Rules ; Harus memeperlakukan orang lain seperti 
kamu mengharap orang lain memperlakukanmu. 
-Mengerti yang dibutuhkan orang lain 
-Bisa menerima otoritas orang tua 
-Bisa menerima tanggung jawab 
-Cenderung kurang Percaya diri 
-Mulai mempunyai Nurani. 
* (aplikasi fikih dan pembinaan akhlak secara intens.)
Menghadapi Fase 3 
• Memelihara hubungan yang baik dengan mereka dengan menjalin komunikasi, 
turut serta dalam memecahkan masalahnya dan membantu mereka untuk 
menemukan identitas dirinya 
• Membantu membangun konsep diri yang positif: 
- tidak membanding-bandingkan dengan temanya 
- berikan penghargaan pada perilaku positif yang mereka lakukan 
- Dorong mereka untuk mencari kawan yang baik 
- Bantu mereka mengembangkan hobbi dan kemampuanya 
- Bantu mereka menghilangkan kebiasaan mengecilkan orang lain 
• Mendiskusikan permasalahan moral 
• Menyeimbangkan antara memberi kebebasan terhadap mereka dan mengontrol 
tindakan mereka 
- gunakan otoritas anda berdasarkan cinta kasih 
- katakan ‘ya’ atau ‘tidak’ kalau memang diperlukan, namun berikan mereka juga 
peluang untuk memilih 
- berikan mereka kesempatan menolak dengan cara yang baik 
-jangan berlebihan dalam menimbulkan rasa bersalah mereka ketika mereka 
berbuat salah. Hal ini dapat menimbulkan citra diri negatif 
Gunakan kontrol secara tidak langsung
Fase 4 
• Usia 16-19 tahun 
• Ingin menjaga kelompoknya 
• Bertanggung jawab terhadap peran dalam sistem 
sosial 
• Lebih mandiri, peer pressure menurun 
• Dapat melihat dampak dari perbuatan negatif 
• Peduli terhadap sesama anggota sistem sosial 
• Memahami pentingnya jadi warga negara yang 
baik
Menghadapi Fase 4 
• Mengajak mereka berdiskusi yang dapat mencerahkan hati 
nuraninya berdasarkan prinsip menghormati orang lain dan 
menjalankan kewajibannya sebagai anggota sebuah sistem sosial 
• Mengajak berdiskusi tentang permasalahan moral yang dihadapi 
oleh masyarakat dan mendorong mereka untuk berpikir bagaimana 
memberikan kontribusi positif terhadap sistem sosial 
• Berikan pengalaman nyata dalam partisipasinya di lingkungan 
komunitasnya ( kerja sosial, mencari uang sendiri, membantu 
orang-orang yang kesulitan, belajar hidup mandiri di luar 
rumah,pramuka ,camping dsb) 
• Mendorong mereka untuk memikirkan masa depanya, apa yang 
harus dipersiapkan dari sekarang agar dapat memberikan kontribusi 
positif bagi orang lain. Tanamkan masa depan yang cerah hanya 
dapat dicapai dengan pendidikan, kedisiplinan dan kerja keras
Fase 5 
• Sebelum Usia 20 
• Moralitas tidak berpihak 
• Moral hati nurani, mempertahankan moral yang 
menghargai HAM 
• Bisa berdiri di luar sistem sosial dan bertindak secara 
obyektif 
• Percaya bahwa setiap sistem sosial harus dapat 
memberikan benefit kepada setiap anggotanya 
• Berbuat baik karena hati nuraninya berkata demikian, 
bukan karena kepentingan pribadi, kelompok atau 
sistemnya.
• Walaupun tahapan moral sebelumnya (fase 4) 
sudah bagus, jarang orang dewasa yang 
mampu mencapi tahapan ini, namun tahapan 
ini belum mencerminkankualitas moral 
tertinggi. Menurut Lickona orang yang 
mempunyai moral tertinggi adalah mereka 
yang dapat mempertahankan prinsip-prinsip 
moral yang menghargai hak asasi manusia 
walaupun harus berseberangan dengan sistem 
sosialnya.
RASIONAL KURIKULUM 2013 
PPT - 1.1 
BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN 
DAN PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN 
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
• Kurikulum menurut Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 
Pasal 1 Ayat (19) adalah seperangkat rencana dan pengaturan 
mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang 
digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan 
pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. 
• Pengembangan Kurikulum 2013 merupakan langkah lanjutan 
Pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi yang telah 
dirintis pada tahun 2004 dan KTSP 2006 yang mencakup 
kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan secara 
terpadu.
Pendekatan Dalam Penyusunan SKL 
Pada KBK 2004 dan KTSP 2006 
Standar Isi 
Mapel 1 
SKL Mapel 1 
SK-KD Mapel 
1 
Mapel 2 
SKL Mapel 2 
SK-KD Mapel 
2 
Mapel 3 
SKL Mapel 3 
SK-KD Mapel 
3 
Mapel n 
SKL Mapel n 
SK-KD Mapel 
n 
.... 
.... 
.... 
Standar Kompetensi Lulusan (SKL) Satuan Pendidikan 
SK-KD: Standar Kompetensi (Strand/Bidang) dan Kompetensi Dasar 76
Tantangan Internal 
• Tuntutan pendidikan yang mengacu kepada 8 
Standar Nasional Pendidikan yang meliputi 
standar pengelolaan, standar biaya, standar 
sarana prasarana, standar pendidik dan tenaga 
kependidikan, standar isi, standar proses, standar 
penilaian, dan standar kompetensi lulusan. 
• Tantangan internal lainnya terkait dengan faktor 
perkembangan penduduk Indonesia dilihat dari 
pertumbuhan penduduk usia produktif. 
77
78 
Reformasi Pendidikan Mengacu Pada 8 Standar 
STANDAR PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN 
Peningkatan Kualifikasi & Sertifikasi, Pembayaran Tunjangan Sertifikasi, Uji 
Kompetensi dan Pengukuran Kinerja 
STANDAR SARANA-PRASARANA 
Rehab Gedung Sekolah, RKB, Penyediaan Lab dan Perpustakaan, 
Penyediaan Buku 
STANDAR PEMBIAYAAN 
BOS, Bantuan Siswa Miskin, BOPTN/Bidik Misi (di PT) 
STANDAR PENGELOLAAN 
Manajemen Berbasis Sekolah 
STANDAR ISI 
STANDAR 
KOMPETENSI 
LULUSAN 
STANDAR (PROSES) 
PENILAIAN 
STANDAR PROSES 
(PEMBELAJARAN) 
PESERTA DIDIK 
LULUSAN 
KURIKULUM 2013
Perkembangan Penduduk Sebagai Modal 
SDM 
Usia Produktif 
(2020-2035) 
Melimpah 
Kompeten 
Tidak 
Kompeten 
Modal 
Pembangunan 
Transformasi 
Melalui 
Pendidikan 
Beban 
Pembangunan 
 Kurikulum 
 PTK 
 Sarpras 
 Pendanaan 
 Pengelolaan 
79
Tantangan Eksternal 
Tantangan Masa Depan 
• Globalisasi: WTO, ASEAN Community, APEC, CAFTA 
• Masalah lingkungan hidup 
• Kemajuan teknologi informasi 
• Konvergensi ilmu dan teknologi 
• Ekonomi berbasis pengetahuan 
• Kebangkitan industri kreatif dan budaya 
• Pergeseran kekuatan ekonomi dunia 
• Pengaruh dan imbas teknosains 
• Mutu, investasi dan transformasi pada sektor pendidikan 
• Materi TIMSS dan PISA 
80
Tantangan Eksternal 
Kompetensi Masa Depan 
• Kemampuan berkomunikasi 
• Kemampuan berpikir jernih dan kritis 
• Kemampuan mempertimbangkan segi moral suatu permasalahan 
• Kemampuan menjadi warga negara yang bertanggungjawab 
• Kemampuan mencoba untuk mengerti dan toleran terhadap 
pandangan yang berbeda 
• Kemampuan hidup dalam masyarakat yang mengglobal 
• Memiliki minat luas dalam kehidupan 
• Memiliki kesiapan untuk bekerja 
• Memiliki kecerdasan sesuai dengan bakat/minatnya 
• Memiliki rasa tanggungjawab terhadap lingkungan 
81
Tantangan Eksternal 
Persepsi Masyarakat 
• Terlalu menitikberatkan pada aspek kognitif 
• Beban siswa terlalu berat 
• Kurang bermuatan karakter 
Perkembangan Pengetahuan dan Pedagogi 
• Neurologi 
• Psikologi 
• Observation based [discovery] learning dan Collaborative learning 
Fenomena Negatif yang Mengemuka 
• Perkelahian pelajar 
• Narkoba 
• Korupsi 
• Plagiarisme 
• Kecurangan dalam Ujian (Contek, Kerpek.) 
• Gejolak masyarakat (social unrest) 
82
PENGEMBANGAN KURIKULUM 2013 
KBK 2004 
KTSP 2006 
KURIKULUM 
2013 
TUJUAN PENDIDIKAN NASIONAL 
4. Penyesuaian Beban 
3. Penguatan Proses 
2. Pendalaman dan 
Perluasan Materi 
1. Penataan Pola 
Pikir dan Tata 
Kelola 
TANTANGAN INTERNAL DAN EKSTERNAL 
83 
83
Penyempurnaan Pola Pikir Perumusan Kurikulum 
No KBK 2004 KTSP 2006 Kurikulum 2013 
1 
Standar Kompetensi Lulusan diturunkan dari 
Standar Isi 
Standar Kompetensi Lulusan 
diturunkan dari kebutuhan 
2 
Standar Isi dirumuskan berdasarkan Tujuan 
Mata Pelajaran (Standar Kompetensi Lulusan 
Mata Pelajaran) yang dirinci menjadi Standar 
Kompetensi dan Kompetensi Dasar Mata 
Pelajaran 
Standar Isi diturunkan dari 
Standar Kompetensi Lulusan 
melalui Kompetensi Inti yang 
bebas mata pelajaran 
3 
Pemisahan antara mata pelajaran 
pembentuk sikap, pembentuk keterampilan, 
dan pembentuk pengetahuan 
Semua mata pelajaran harus 
berkontribusi terhadap 
pembentukan sikap, 
keterampilan, dan pengetahuan, 
4 Kompetensi diturunkan dari mata pelajaran 
Mata pelajaran diturunkan dari 
kompetensi yang ingin dicapai 
5 
Mata pelajaran lepas satu dengan yang lain, 
seperti sekumpulan mata pelajaran terpisah 
Semua mata pelajaran diikat 
oleh kompetensi inti (tiap kelas) 
84
Penyempurnaan Pola Pikir 
1 Berpusat pada Guru Berpusat pada Siswa 
2 Satu Arah Interaktif 
3 Isolasi Lingkungan Jejaring 
4 Pasif Aktif-Menyelidiki 
5 Maya/Abstrak Konteks Dunia Nyata 
6 Pribadi Pembelajaran Berbasis Tim 
7 
Luas (semua materi 
diajarkan) 
Perilaku Khas Memberdayakan 
Kaidah Keterikatan 
8 
Stimulasi Rasa Tunggal 
(beberapa panca indera) 
Stimulasi ke Segala Penjuru 
(semua Panca indera) 
9 
Menuju 
Alat Tunggal (papan tulis) Alat Multimedia (berbagai 
peralatan teknologi pendidikan) 
10 Hubungan Satu Arah Kooperatif 
85
Penyempurnaan Pola Pikir (lanjutan) 
11 Produksi Massa (siswa 
memperoleh dokumen yg 
sama) 
Kebutuhan Pelanggan (siswa 
mendapat dokumen sesuai dgn 
ketertarikan sesuai potensinya) 
12 Usaha Sadar Tunggal 
(mengikuti cara yang 
seragam) 
Jamak (keberagaman inisiatif 
individu siswa) 
13 Satu Ilmu Pengetahuan 
Bergeser (mempelajari 
satu sisi pandang ilmu) 
Pengetahuan Disiplin Jamak 
(pendekatan multidisiplin) 
14 Kontrol Terpusat (kontrol 
oleh guru) 
Otonomi dan Kepercayaan 
(siswa diberi tanggungjawab) 
15 Pemikiran Faktual Kritis (membutuhkan pemikiran 
kreatif) 
16 Penyampaian Pengetahuan 
(pemindahan ilmu dari 
guru ke siswa) 
Pertukaran Pengetahuan (antara 
guru dan siswa, siswa dan siswa 
lainnya) 
Menuju 
86
Pola Pikir Perumusan Kurikulum 
No KBK 2004 KTSP 2006 Kurikulum 2013 
1 Standar Kompetensi Lulusan diturunkan dari 
Standar Isi 
Standar Kompetensi Lulusan 
diturunkan dari kebutuhan 
2 Standar Isi dirumuskan berdasarkan Tujuan Mata 
Pelajaran (Standar Kompetensi Lulusan Mata 
Pelajaran) yang dirinci menjadi Standar Kompetensi 
dan Kompetensi Dasar Mata Pelajaran 
Standar Isi diturunkan dari Standar 
Kompetensi Lulusan melalui 
Kompetensi Inti yang bebas mata 
pelajaran 
3 Pemisahan antara mata pelajaran pembentuk 
sikap, pembentuk keterampilan, dan pembentuk 
pengetahuan 
Semua mata pelajaran harus 
berkontribusi terhadap 
pembentukan sikap, keterampilan, 
dan pengetahuan, 
4 Kompetensi diturunkan dari mata pelajaran Mata pelajaran diturunkan dari 
kompetensi yang ingin dicapai 
5 Mata pelajaran lepas satu dengan yang lain, seperti 
sekumpulan mata pelajaran terpisah 
Semua mata pelajaran diikat oleh 
kompetensi inti (tiap kelas) 
87
Langkah Penguatan Proses 
Proses Karakteristik Penguatan 
Pembelajaran 
Menggunakan pendekatan saintifik melalui mengamati, menanya, 
mencoba, menalar,.... 
Menggunakan ilmu pengetahuan sebagai penggerak 
pembelajaran untuk semua mata pelajaran 
Menuntun siswa untuk mencari tahu, bukan diberi tahu 
[discovery learning] 
Menekankan kemampuan berbahasa sebagai alat komunikasi, 
pembawa pengetahuan dan berfikir logis, sistematis, dan kreatif 
Penilaian 
Mengukur tingkat berfikir siswa mulai dari rendah sampai tinggi 
Menekankan pada pertanyaan yang mebutuhkan pemikiran 
mendalam [bukan sekedar hafalan] 
Mengukur proses kerja siswa, bukan hanya hasil kerja siswa 
Menggunakan portofolio pembelajaran siswa 
88
Langkah Penyesuaian Beban Guru dan Murid SD 
Pelaku Beban Penyelesaian 
Guru 
Menyusun Silabus 
Disediakan buku pegangan guru 
Mencari buku yang sesuai 
Mengajar beberapa mata pelajaran 
dengan cara berbeda 
Pendekatan tematik terpadu 
menggunakan satu buku untuk 
semua mata pelajaran sehingga 
dapat selaras dengan 
kemampuan Bahasa Indonesia 
sebagai alat komunikasi dan 
carrier of knowledge 
Mengajar banyak mata pelajaran 
Menggunakan bahasa Indonesia sebagai 
penghela mata pelajaran yang lain 
sehingga selara 
Menggunakan ilmu pengetahuan sebagai 
penggerak pembahasan 
Murid 
Mempelajari banyak mapel 
Mempelajarai mata pelajaran dengan cara 
berbeda 
Membeli buku Penyedian buku teks oleh 
Membeli lembar kerja siswa pemerintah/daerah 
89
Keseimbangan antara sikap, keterampilan dan 
pengetahuan untuk membangun soft skills dan 
hard skills1 
PT 
SMA/K 
SMP 
SD 
Sumber: Marzano (1985), Bruner (1960). 
90 
90
ELEMEN PERUBAHAN KURIKULUM 2013 
PPT - 1.2 
BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN 
DAN PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN 
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
92 
Elemen Perubahan 
Standar 
Kompetensi Lulusan 
Standar Proses 
Elemen Perubahan 
Standar Isi Standar Penilaian
93 
Elemen Perubahan 
Elemen 
Deskripsi 
SD SMP SMA SMK 
Kompetensi 
Lulusan 
Adanya peningkatan dan keseimbangan soft skills dan hard skills 
yang meliputi aspek kompetensi sikap, keterampilan, dan 
pengetahuan 
Kedudukan 
mata 
pelajaran (ISI) 
Kompetensi yang semula diturunkan dari matapelajaran berubah 
menjadi matapelajaran dikembangkan dari kompetensi. 
Pendekatan 
(ISI) 
Kompetensi dikembangkan melalui: 
Tematik 
Integratif dalam 
semua mata 
pelajaran 
Mata 
pelajaran 
Mata pelajaran Vokasinal
94 
Elemen 
Deskripsi 
SD SMP SMA SMK 
Struktur 
Kurikulum 
(Mata pelajaran 
dan alokasi 
waktu) 
(ISI) 
• Holistik berbasis 
sains (alam, 
sosial, dan 
budaya) 
• Jumlah 
matapelajaran 
dari 10 menjadi 6 
• Jumlah jam 
bertambah 4 
JP/minggu akibat 
perubahan 
pendekatan 
pembelajaran 
• TIK menjadi media 
semua 
matapelajaran 
• Pengembangan diri 
terintegrasi pada 
setiap 
matapelajaran dan 
ekstrakurikuler 
• Jumlah 
matapelajaran dari 
12 menjadi 10 
• Jumlah jam 
bertambah 6 
JP/minggu akibat 
perubahan 
pendekatan 
pembelajaran 
• Perubahan 
sistem: ada 
matapelajaran 
wajib dan ada 
matapelajaran 
pilihan 
• Terjadi 
pengurangan 
matapelajaran 
yang harus 
diikuti siswa 
• Jumlah jam 
bertambah 1 
JP/minggu 
akibat 
perubahan 
pendekatan 
pembelajaran 
• Penambahan jenis 
keahlian 
berdasarkan 
spektrum 
kebutuhan (6 
program keahlian, 
40 bidang keahlian, 
121 kompetensi 
keahlian) 
• Pengurangan 
adaptif dan 
normatif, 
penambahan 
produktif 
• produktif 
disesuaikan 
dengan trend 
perkembangan di 
Industri 
Elemen Perubahan
95 
Elemen Perubahan 
Elemen 
Deskripsi 
SD SMP SMA SMK 
Proses 
pembelajar-an 
• Standar Proses yang semula terfokus pada Eksplorasi, Elaborasi, dan 
Konfirmasi dilengkapi dengan Mengamati, Menanya, Mengolah, Menyajikan, 
Menyimpulkan, dan Mencipta. 
• Belajar tidak hanya terjadi di ruang kelas, tetapi juga di lingkungan sekolah 
dan masyarakat 
• Guru bukan satu-satunya sumber belajar. 
• Sikap tidak diajarkan secara verbal, tetapi melalui contoh dan teladan 
• Tematik dan 
terpadu 
• IPA dan IPS 
masing-masing 
diajarkan 
secara 
terpadu 
• Adanya mata 
pelajaran wajib 
dan pilihan 
sesuai dengan 
bakat dan 
minatnya 
• Kompetensi 
keterampilan yang 
sesuai dengan standar 
industri
96 
Elemen 
Deskripsi 
SD SMP SMA SMK 
Penilaian hasil 
belajar 
• Penilaian berbasis kompetensi 
• Pergeseran dari penilain melalui tes [mengukur kompetensi pengetahuan 
berdasarkan hasil saja], menuju penilaian otentik [mengukur semua kompetensi 
sikap, keterampilan, dan pengetahuan berdasarkan proses dan hasil] 
• Memperkuat PAP (Penilaian Acuan Patokan) yaitu pencapaian hasil belajar 
didasarkan pada posisi skor yang diperolehnya terhadap skor ideal (maksimal) 
• Penilaian tidak hanya pada level KD, tetapi juga kompetensi inti dan SKL 
• Mendorong pemanfaatan portofolio yang dibuat siswa sebagai instrumen utama 
penilaian 
Ekstrakurikuler • Pramuka (wajib) 
• UKS 
• PMR 
• Bahasa Inggris 
• Pramuka 
(wajib) 
• OSIS 
• UKS 
• PMR 
• Dll 
• Pramuka 
(wajib) 
• OSIS 
• UKS 
• PMR 
• Dll 
• Pramuka (wajib) 
• OSIS 
• UKS 
• PMR 
• Dll 
Elemen Perubahan
KTSP 2006 Kurikulum 2013 Ket 
Mata pelajaran tertentu 
mendukung kompetensi 
tertentu 
Tiap mata pelajaran mendukung semua 
kompetensi [sikap, keterampilan, pengetahuan] 
Semua 
Jenjang 
Mata pelajaran dirancang 
berdiri sendiri dan 
memiliki kompetensi 
dasar sendiri 
Mata pelajaran dirancang terkait satu dengan yang 
lain dan memiliki kompetensi dasar yang diikat 
oleh kompetensi inti tiap kelas 
Semua 
Jenjang 
Bahasa Indonesia sejajar 
dengan mapel lain 
Bahasa Indonesia sebagai penghela mapel lain 
[sikap dan keterampilan berbahasa} 
SD 
Tiap mata pelajaran 
diajarkan dengan 
pendekatan berbeda 
Semua mata pelajaran diajarkan dengan 
pendekatan yang sama [saintifik] melalui 
mengamati, menanya, mencoba, menalar,.... 
Semua 
Jenjang 
Tiap jenis konten 
pembelajaran diajarkan 
terpisah [separated 
curriculum] 
Bermacam jenis konten pembelajaran diajarkan 
terkait dan terpadu satu sama lain [cross 
curriculum atau integrated curriculum] 
SD 
Konten ilmu pengetahuan diintegrasikan dan 
dijadikan penggerak konten pembelajaran lainnya 
SD 
Perbedaan Esensial Kurikulum 2013 
97
KTSP 2006 Kurikulum 2013 Ket 
Tematik untuk kelas I – III 
[belum integratif] 
Tematik Integratif untuk Kelas I – VI SD 
TIK adalah mata 
pelajaran sendiri 
TIK merupakan sarana pembelajaran, dipergunakan 
sebagai media pembelajaran mata pelajaran lain 
SMP 
Bahasa Indonesia 
sebagai pengetahuan 
Bahasa Indonesia sebagai alat komunikasi dan 
carrier of knowledge 
SMP/ 
SMA/SMK 
Untuk SMA, ada 
penjurusan sejak kelas XI 
Tidak ada penjurusan di SMA. Ada mata pelajaran 
wajib, peminatan, antar minat, dan pendalaman 
minat 
SMA/SMK 
SMA dan SMK tanpa 
kesamaan kompetensi 
SMA dan SMK memiliki mata pelajaran wajib yang 
sama terkait dasar-dasar pengetahuan, keterampilan, 
dan sikap. 
SMA/SMK 
Penjurusan di SMK 
sangat detil [sampai 
keahlian] 
Penjurusan di SMK tidak terlalu detil [sampai bidang 
studi], didalamnya terdapat pengelompokkan 
peminatan dan pendalaman 
SMA/SMK 
Perbedaan Esensial Kurikulum 2013 
98
Perubahan untuk Semua Mata Pelajaran 
No Kurikulum Lama Kurikulum Baru 
1 
Materi disusun untuk 
memberikan 
pengetahuan kepada 
siswa 
Materi disusun seimbang mencakup kompetensi 
sikap, pengetahuan, dan keterampilan 
2 
Pendekatan 
pembelajaran adalah 
siswa diberitahu tentang 
materi yang harus 
dihafal [siswa diberi 
tahu]. 
Pendekatan pembelajaran berdasarkan 
pengamatan, pertanyaan, pengumpulan data, 
penalaran, dan penyajian hasilnya melalui 
pemanfaatan berbagai sumber-sumber belajar 
[siswa mencari tahu] 
3 
Penilaian pada 
pengetahuan melalui 
ulangan dan ujian 
Penilaian otentik pada aspek kompetensi sikap, 
pengetahuan, dan keterampilan berdasarkan 
portofolio. 
99
Perubahan pada Ilmu Pengetahuan Sosial 
No Kurikulum Lama Kurikulum Baru 
1 
Materi disajikan terpisah 
menjadi Geografi, Sejarah, 
Ekonomi, Sosiologi 
Materi disajikan terpadu, tidak dipisah dalam kelompok 
Geografi, Sejarah, Ekonomi, Sosiologi. 
2 
Tidak ada platform, semua 
kajian berdiri sejajar 
Menggunakan Geografi sebagai platform kajian dengan 
pertimbangan semua kejadian dan kegiatan terikat dengan 
lokasi. Tujuannya adalah menekankan pentingnya 
konektivitas ruang dalam memperkokoh NKRI. Kajian 
sejarah, sosiologi, budaya, dan ekonomi disajikan untuk 
mendukung terbentuknya konektivitas yang lebih kokoh. 
3 
Diajarkan oleh guru 
berbeda (team teaching) 
dengan sertifikasi 
berdasarkan mata kajian 
Diajarkan oleh satu orang guru yang memberikan 
wawasan terpadu antar mata kajian tersebut sehingga 
siswa dapat memahami pentingnya keterpaduan antar 
mata kajian tersebut sebelum mendalaminya secara 
terpisah dan lebih mendalam pada jenjang selanjutnya 
100
Perubahan pada Ilmu Pengetahuan Alam 
No Kurikulum Lama Kurikulum Baru 
1 Materi disajikan terpisah antara 
Fisika, Kimia, dan Biologi 
Materi disajikan terpadu, tidak dipisah dalam kelompok Fisika, 
Kimia, Biologi 
2 Tidak ada platform, semua 
kajian berdiri sejajar 
Menggunakan Biologi sebagai platform kajian dengan 
pertimbangan semua kejadian dan fenomena alam terkait dengan 
benda beserta interaksi diantara benda-benda tersebut. 
Tujuannya adalah menekankan pentingnya interaksi biologi, fisika, 
kimia dan kombinasinya dalam membentuk ikatan yang stabil. 
3 Materi ilmu bumi dan anta-riksa 
masih belum memadai 
[sebagian dibahas di IPS] 
Diperkaya dengan materi ilmu bumi dan antariksa sesuai dengan 
standar internasional 
4 Materi kurang mendalam dan 
cenderung hafalan 
Materi diperkaya dengan kebutuhan siswa untuk berfikir kritis 
dan analitis sesuai dengan standar internasional 
5 Diajarkan oleh guru berbeda 
(team teaching) dengan 
sertifikasi berdasarkan mata 
kajian 
Diajarkan oleh satu orang guru yang memberikan wawasan 
terpadu antar mata kajian tersebut sehingga siswa dapat 
memahami pentingnya keterpaduan antar mata kajian tersebut 
sebelum mendalaminya secara terpisah dan lebih mendalam 
pada jenjang selanjutnya 
101
Perubahan pada Matematika 
No Kurikulum Lama Kurikulum Baru 
1 Langsung masuk ke materi abstrak 
Mulai dari pengamatan permasalahan konkret, kemudian 
ke semi konkret, dan akhirnya abstraksi permasalahan 
2 
Banyak rumus yang harus dihafal 
untuk menyelesaikan 
permasalahan (hanya bisa 
menggunakan) 
Rumus diturunkan oleh siswa dan permasalahan yang 
diajukan harus dapat dikerjakan siswa hanya dengan 
rumus-rumus dan pengertian dasar (tidak hanya bisa 
mnggunakan tetapi juga memahami asal-usulnya) 
3 
Permasalahan matematika selalu 
diasosiasikan dengan [direduksi 
menjadi] angka 
Perimbangan antara matematika dengan angka dan tanpa 
angka [gambar, grafik, pola, dsb] 
4 
Tidak membiasakan siswa untuk 
berfikir kritis [hanya mekanistis] 
Dirancang supaya siswa harus berfikir kritis untuk 
menyelesaikan permasalahan yang diajukan 
5 
Metode penyelesaian masalah 
yang tidak terstruktur 
Membiasakan siswa berfikir algoritmis 
6 
Data dan statistik dikenalkan di 
kelas IX saja 
Memperluas materi mencakup peluang, pengolahan data, 
dan statistik sejak kelas VII serta materi lain sesuai dengan 
standar internasional 
7 Matematika adalah eksak Mengenalkan konsep pendekatan dan perkiraan 
102
Perubahan pada Bahasa Indonesia/Inggris 
No Kurikulum Lama Kurikulum Baru 
1 
Materi yang diajarkan 
ditekankan pada 
tatabahasa/struktur bahasa 
Materi yang dijarkan ditekankan pada kompetensi 
berbahasa sebagai alat komunikasi untuk menyampaikan 
gagasan dan pengetahuan 
2 
Siswa tidak dibiasakan 
membaca dan memahami 
makna teks yang disajikan 
Siswa dibiasakan membaca dan memahami makna teks 
serta meringkas dan menyajikan ulang dengan bahasa 
sendiri 
3 
Siswa tidak dibiasakan 
menyusun teks yang 
sistematis, logis, dan efektif 
Siswa dibiasakan menyusun teks yang sistematis, logis, 
dan efektif melalui latihan-latihan penyusunan teks 
4 
Siswa tidak dikenalkan 
tentang aturan-aturan teks 
yang sesuai dengan 
kebutuhan 
Siswa dikenalkan dengan aturan-aturan teks yang sesuai 
sehingga tidak rancu dalam proses penyusunan teks 
(sesuai dengan situasi dan kondisi: siapa, apa, dimana) 
5 
Kurang menekankan pada 
pentingnya ekspresi dan 
spontanitas dalam 
berbahasa 
Siswa dibiasakan untuk dapat mengekspresikan dirinya 
dan pengetahuannya dengan bahasa yang meyakinkan 
secara spontan 
103
Perubahan pada 
Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaran 
No Kurikulum Lama Kurikulum Baru 
1 
Materi disajikan 
berdasarkan empat pilar 
dengan pembahasan yang 
terpisah-pisah 
Materi disajikan tidak berdasarkan pada 
pengelompokkan menurut empat pilar kebangsaan 
tetapi berdasarkan keterpaduan empat pilar dalam 
pembentukan karakter bangsa 
2 
Materi disajikan 
berdasarkan pasokan yang 
ada pada empat pilar 
kebangsaan 
Materi disajikan berdasarkan kebutuhan untuk menjadi 
warga negara yang bertanggung jawab (taat norma, 
asas, dan aturan) 
3 
Tidak ada penekanan pada 
tindakan nyata sebagai 
warga negara yang baik 
Adanya kompetensi yang dituntut dari siswa untuk 
melakukan tindakan nyata sebagai warga negara yang 
baik 
4 
Pancasila dan 
Kewarganegaraan disajikan 
sebagai pengetahuan yang 
harus dihafal 
Pancasila dan Kewarganegaraan bukan hanya 
pengetahuan, tetapi ditunjukkan melalui tindakan nyata 
dan sikap keseharian. 
104
Proses yang Mendukung Kreativitas 
PROSES 
PEMBELAJARAN 
PROSES PENILAIAN 
Pendekatan saintifik dan 
kontekstual 
Kemampuan kreativitas diperoleh melalui: 
 Observing [mengamati] 
 Questioning [menanya] 
 Associating [menalar] 
 Experimenting [mencoba] 
 Networking [Membentuk jejaring] 
Penilaian Otentik 
 penilaian berbasis portofolio 
 pertanyaan yang tidak memiliki jawaban tunggal, 
 memberi nilai bagi jawaban nyeleneh, 
 menilai proses pengerjaannya bukan hanya 
hasilnya, 
 penilaian spontanitas/ekspresif, 
 dll 
105
KONSEP PENDEKATAN SCIENTIFIC 
PPT - 2.2-1 
BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN 
DAN PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN 
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
Kriteria 
1. Materi pembelajaran berbasis pada fakta atau fenomena yang 
dapat dijelaskan dengan logika atau penalaran tertentu; 
bukan sebatas kira-kira, khayalan, legenda, atau dongeng 
semata. 
2. Penjelasan guru, respon siswa, dan interaksi edukatif guru-siswa 
terbebas dari prasangka yang serta-merta, pemikiran 
subjektif, atau penalaran yang menyimpang dari alur berpikir 
logis. 
3. Mendorong dan menginspirasi siswa berpikir secara kritis, 
analistis, dan tepat dalam mengidentifikasi, memahami, 
memecahkan masalah, dan mengaplikasikan materi 
pembelajaran. 
107
Kriteria (lanjutan) 
4. Mendorong dan menginspirasi siswa mampu berpikir 
hipotetik dalam melihat perbedaan, kesamaan, dan tautan 
satu sama lain dari materi pembelajaran. 
5. Mendorong dan menginspirasi siswa mampu memahami, 
menerapkan, dan mengembangkan pola berpikir yang 
rasional dan objektif dalam merespon materi pembelajaran. 
6. Berbasis pada konsep, teori, dan fakta empiris yang dapat 
dipertanggungjawabkan. 
7. Tujuan pembelajaran dirumuskan secara sederhana dan 
jelas, namun menarik sistem penyajiannya. 
108
109 
Langkah-Langkah Pembelajaran 
Proses pembelajaran menyentuh tiga ranah, yaitu sikap, 
pengetahuan, dan keterampilan 
Sikap 
(Tahu Mengapa) 
Keterampilan 
(Tahu Bagaimana) 
Pengetahuan 
(Tahu Apa) 
Peoduktif 
Inovatif 
Kreatif 
Afektif 
Hasil belajar melahirkan peserta didik yang produktif, kreatif, inovatif, 
dan afektif melalui penguatan sikap, keterampilan, dan pengetahuan 
yang terintegrasi
• Ranah sikap menggamit transformasi substansi atau materi ajar 
agar peserta didik “tahu mengapa.” 
• Ranah keterampilan menggamit transformasi substansi atau materi 
ajar agar peserta didik “tahu bagaimana”. 
• Ranah pengetahuan menggamit transformasi substansi atau materi 
ajar agar peserta didik “tahu apa.” 
• Hasil akhirnya adalah peningkatan dan keseimbangan antara 
kemampuan untuk menjadi manusia yang baik (soft skills) dan 
manusia yang memiliki kecakapan dan pengetahuan untuk hidup 
secara layak (hard skills) dari peserta didik yang meliputi aspek 
kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan. 
110 
Langkah-Langkah Pembelajaran (lanjutan)
• Kurikulum 2013 menekankan pada dimensi pedagogik 
modern dalam pembelajaran, yaitu menggunakan 
pendekatan ilmiah. 
• Pendekatan ilmiah (scientific appoach) dalam pembelajaran 
sebagaimana dimaksud meliputi mengamati, menanya, 
menalar, mencoba, membentuk jejaring untuk semua mata 
pelajaran. 
111 
Langkah-Langkah Pembelajaran (lanjutan)
112 
Langkah-Langkah Pembelajaran 
Observing 
(mengamati) 
Questioning 
(menanya) 
Associating 
(menalar) 
Experimen-ting 
(mencoba) 
Networking 
(membentuk 
Jejaring) 
Pendekatan ilmiah dalam pembelajaran
KONSEP PENILAIAN AUTENTIK PADA PROSES 
DAN HASIL BELAJAR 
PPT 2.3 
BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN 
DAN PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN 
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
A. Definisi 
1. Penilaian autentik (Authentic Assessment) adalah pengukuran yang 
bermakna secara signifikan atas hasil belajar peserta didik untuk 
ranah sikap, keterampilan, dan pengetahuan. 
2. Istilah Assessment merupakan sinonim dari penilaian, pengukuran, 
pengujian, atau evaluasi. 
3. Istilah autentik merupakan sinonim dari asli, nyata, valid, atau 
reliabel. 
4. Secara konseptual penilaian autentik lebih bermakna secara 
signifikan dibandingkan dengan tes pilihan ganda terstandar sekali 
pun. 
5. Ketika menerapkan penilaian autentik untuk mengetahui hasil dan 
prestasi belajar peserta didik, guru menerapkan kriteria yang 
berkaitan dengan konstruksi pengetahuan, aktivitas mengamati dan 
mencoba, dan nilai prestasi luar sekolah. 
114
B. Penilaian Autentik dan Tuntutan Kurikulum 2013 
1. Penilaian autentik memiliki relevansi kuat terhadap 
pendekatan ilmiah dalam pembelajaran sesuai dengan 
tuntutan Kurikulum 2013. 
2. Penilaian tersebut mampu menggambarkan peningkatan hasil 
belajar peserta didik, baik dalam rangka mengobservasi, 
menalar, mencoba, membangun jejaring, dan lain-lain. 
3. Penilaian autentik cenderung fokus pada tugas-tugas kompleks 
atau kontekstual, memungkinkan peserta didik untuk 
menunjukkan kompetensi mereka dalam pengaturan yang 
lebih autentik. 
4. Penilaian autentik sangat relevan dengan pendekatan tematik 
terpadu dalam pembejajaran, khususnya jenjang sekolah dasar 
atau untuk mata pelajaran yang sesuai. 
115
B. Penilaian Autentik dan Tuntutan Kurikulum 2013 
(lanjutan) 
5. Penilaian autentik sering dikontradiksikan dengan penilaian 
yang menggunakan standar tes berbasis norma, pilihan ganda, 
benar–salah, menjodohkan, atau membuat jawaban singkat. 
6. Tentu saja, pola penilaian seperti ini tidak diantikan dalam 
proses pembelajaran, karena memang lazim digunakan dan 
memperoleh legitimasi secara akademik. 
7. Penilaian autentik dapat dibuat oleh guru sendiri, guru secara 
tim, atau guru bekerja sama dengan peserta didik. 
8. Dalam penilaian autentik, seringkali pelibatan siswa sangat 
penting. Asumsinya, peserta didik dapat melakukan aktivitas 
belajar lebih baik ketika mereka tahu bagaimana akan dinilai. 
116
9. Peserta didik diminta untuk merefleksikan dan mengevaluasi 
kinerja mereka sendiri dalam rangka meningkatkan 
pemahaman yang lebih dalam tentang tujuan pembelajaran 
serta mendorong kemampuan belajar yang lebih tinggi. 
10. Pada penilaian autentik guru menerapkan kriteria yang 
berkaitan dengan konstruksi pengetahuan, kajian keilmuan, 
dan pengalaman yang diperoleh dari luar sekolah. 
11. Penilaian autentik mencoba menggabungkan kegiatan guru 
mengajar, kegiatan siswa belajar, motivasi dan keterlibatan 
peserta didik, serta keterampilan belajar. 
12. Karena penilaian itu merupakan bagian dari proses 
pembelajaran, guru dan peserta didik berbagi pemahaman 
tentang kriteria kinerja. 
117 
B. Penilaian Autentik dan Tuntutan Kurikulum 2013 
(lanjutan)
B. Penilaian Autentik dan Tuntutan Kurikulum 2013 
(lanjutan) 
13. Dalam beberapa kasus, peserta didik bahkan berkontribusi untuk 
mendefinisikan harapan atas tugas-tugas yang harus mereka 
lakukan. 
14. Penilaian autentik sering digambarkan sebagai penilaian atas 
perkembangan peserta didik, karena berfokus pada kemampuan 
mereka berkembang untuk belajar bagaimana belajar tentang 
subjek. 
15. Penilaian autentik harus mampu menggambarkan sikap, 
keterampilan, dan pengetahuan apa yang sudah atau belum 
dimiliki oleh peserta didik, bagaimana mereka menerapkan 
pengetahuannya, dalam hal apa mereka sudah atau belum 
mampu menerapkan perolehan belajar, dan sebagainya. 
16. Atas dasar itu, guru dapat mengidentifikasi materi apa yang 
sudah layak dilanjutkan dan untuk materi apa pula kegiatan 
118remedial harus dilakukan.
C. Penilaian Autentik dan Pembelajaran Autentik 
1. Penilaian autentik mengharuskan pembelajaran yang autentik 
pula. 
2. Menurut Ormiston, belajar autentik mencerminkan tugas dan 
pemecahan masalah yang diperlukan dalam kenyataannya di 
luar sekolah. 
3. Penilaian autentik terdiri dari berbagai teknik penilaian. 
Pertama, pengukuran langsung keterampilan peserta didik yang 
berhubungan dengan hasil jangka panjang pendidikan seperti 
kesuksesan di tempat kerja. Kedua, penilaian atas tugas-tugas 
yang memerlukan keterlibatan yang luas dan kinerja yang 
kompleks. Ketiga, analisis proses yang digunakan untuk 
menghasilkan respon peserta didik atas perolehan sikap, 
keterampilan, dan pengetahuan yang ada. 
119
C. Penilaian Autentik dan Pembelajaran Autentik 
(lanjutan) 
4. Penilaian autentik akan bermakna bagi guru untuk 
menentukan cara-cara terbaik agar semua siswa dapat 
mencapai hasil akhir, meski dengan satuan waktu yang 
berbeda. 
5. Konstruksi sikap, keterampilan, dan pengetahuan dicapai 
melalui penyelesaian tugas di mana peserta didik telah 
memainkan peran aktif dan kreatif. 
6. Keterlibatan peserta didik dalam melaksanakan tugas sangat 
bermakna bagi perkembangan pribadi mereka. 
120
7. Dalam pembelajaran autentik, peserta didik diminta 
mengumpulkan informasi dengan pendekatan saintifik, 
memahami aneka fenomena atau gejala dan hubungannya satu 
sama lain secara mendalam, serta mengaitkan apa yang 
dipelajari dengan dunia nyata yang ada di luar sekolah. 
8. Guru dan peserta didik memiliki tanggung jawab atas apa yang 
terjadi. Peserta didik pun tahu apa yang mereka ingin pelajari, 
memiliki parameter waktu yang fleksibel, dan 
bertanggungjawab untuk tetap pada tugas. 
9. Penilaian autentik pun mendorong peserta didik 
mengkonstruksi, mengorganisasikan, menganalisis, mensintesis, 
menafsirkan, menjelaskan, dan mengevaluasi informasi untuk 
kemudian mengubahnya menjadi pengetahuan baru. 
121 
C. Penilaian Autentik dan Pembelajaran Autentik 
(lanjutan)
C. Penilaian Autentik dan Pembelajaran Autentik 
(lanjutan) 
Pada pembelajaran autentik, guru harus menjadi “guru autentik.” Peran 
guru bukan hanya pada proses pembelajaran, melainkan juga pada 
penilaian. Untuk bisa melaksanakan pembelajaran autentik, guru harus 
memenuhi kriteria tertentu: 
1. Mengetahui bagaimana menilai kekuatan dan kelemahan peserta 
didik serta desain pembelajaran. 
2. Mengetahui bagaimana cara membimbing peserta didik untuk 
mengembangkan pengetahuan mereka sebelumnya dengan cara 
mengajukan pertanyaan dan menyediakan sumberdaya memadai 
bagi peserta didik untuk melakukan akuisisi pengetahuan. 
3. Menjadi pengasuh proses pembelajaran, melihat informasi baru, 
dan mengasimilasikan pemahaman peserta didik. 
4. Menjadi kreatif tentang bagaimana proses belajar peserta didik 
dapat diperluas dengan menimba pengalaman dari dunia di luar 
tembok sekolah. 122
D. Jenis-jenis Penilaian Autentik 
1. Penilaian Kinerja 
2. Penilaian Proyek 
3. Penilaian Portofolio 
4. Penilaian Tertulis 
123
1. Penilaian Kinerja 
Penilaian autentik sebisa mungkin melibatkan parsisipasi peserta 
didik, khususnya dalam proses dan aspek-aspek yang akan 
dinilai. Guru dapat melakukannya dengan meminta para peserta 
didik menyebutkan unsur-unsur proyek/tugas yang akan mereka 
gunakan untuk menentukan kriteria penyelesaiannya. 
Cara merekam hasil penilaian berbasis kinerja: 
1. Daftar cek (checklist). 
2. Catatan anekdot/narasi (anecdotal/narative records). 
3. Skala penilaian (rating scale). 
4. Memori atau ingatan (memory approach). 
124
2. Penilaian Proyek 
Penilaian proyek (project assessment) merupakan kegiatan penilaian 
terhadap tugas yang harus diselesaikan oleh peserta didik menurut 
periode/waktu tertentu. Penyelesaian tugas dimaksud berupa 
investigasi yang dilakukan oleh peserta didik, mulai dari perencanaan, 
pengumpulan data, pengorganisasian, pengolahan, analisis, dan 
penyajian data. 
Tiga hal yang perlu diperhatian guru dalam penilaian proyek: 
1. Keterampilan peserta didik dalam memilih topik, mencari dan 
mengumpulkan data, mengolah dan menganalisis, memberi makna 
atas informasi yang diperoleh, dan menulis laporan. 
2. Kesesuaian atau relevansi materi pembelajaran dengan 
pengembangan sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang 
dibutuhkan oleh peserta didik. 
3. Keaslian sebuah proyek pembelajaran yang dikerjakan atau 
dihasilkan oleh peserta didik. 
125
3. Portofolio 
Penilaian portofolio merupakan penilaian atas 
kumpulan artefak yang menunjukkan kemajuan 
dan dihargai sebagai hasil kerja dari dunia nyata. 
Penilaian portofolio bisa berangkat dari hasil 
kerja peserta didik secara perorangan atau 
diproduksi secara berkelompok, memerlukan 
refleksi peserta didik, dan dievaluasi 
berdasarkan beberapa dimensi. 
126
Penilaian portofolio dilakukan dengan menggunakan langkah-langkah 
seperti berikut ini. 
1. Guru menjelaskan secara ringkas esensi penilaian portofolio. 
2. Guru atau guru bersama peserta didik menentukan jenis portofolio 
yang akan dibuat. 
3. Peserta didik, baik sendiri maupun kelompok, mandiri atau di 
bawah bimbingan guru menyusun portofolio pembelajaran. 
4. Guru menghimpun dan menyimpan portofolio peserta didik pada 
tempat yang sesuai, disertai catatan tanggal pengumpulannya. 
5. Guru menilai portofolio peserta didik dengan kriteria tertentu. 
6. Jika memungkinkan, guru bersama peserta didik membahas 
bersama dokumen portofolio yang dihasilkan. 
7. Guru memberi umpan balik kepada peserta didik atas hasil 
penilaian portofolio. 
127 
3. Portofolio (lanjutan)
4. Penilaian Tertulis 
• Tes tertulis berbentuk uraian atau esai 
menuntut peserta didik mampu mengingat, 
memahami, mengorganisasikan, menerapkan, 
menganalisis, mensintesis, mengevaluasi, dan 
sebagainya atas materi yang sudah dipelajari. 
Tes tertulis berbentuk uraian sebisa mungkin 
bersifat komprehensif, sehingga mampu 
menggambarkan ranah sikap, pengetahuan, 
dan keterampilan peserta didik. 
128
Matur 
Nuwun

More Related Content

What's hot

Strategi pembelajaran di TK
Strategi pembelajaran di TKStrategi pembelajaran di TK
Strategi pembelajaran di TK
Mohammad Fauziddin
 
Cerdas istimewa berbakat istimewa
Cerdas istimewa berbakat istimewaCerdas istimewa berbakat istimewa
Cerdas istimewa berbakat istimewarenizadja
 
Metode Bercerita Anak Usia DIni
Metode Bercerita Anak Usia DIniMetode Bercerita Anak Usia DIni
Metode Bercerita Anak Usia DIni
Mutiara Ernanda Putri
 
Karya tulis model pelatihan tutor paud unt jambore ptk paudni 2011
Karya tulis model pelatihan tutor paud unt jambore ptk paudni 2011Karya tulis model pelatihan tutor paud unt jambore ptk paudni 2011
Karya tulis model pelatihan tutor paud unt jambore ptk paudni 2011Susilowati Boediono
 
Implikasi perkembangan kanak
Implikasi perkembangan kanakImplikasi perkembangan kanak
Implikasi perkembangan kanak
SJK (C) CHUNG HWA LIMBANG
 
Keberbakatan
KeberbakatanKeberbakatan
Keberbakatan
cindrya
 
PPT Tokoh Pendidikan Anak Usia Dini
PPT Tokoh Pendidikan Anak Usia Dini PPT Tokoh Pendidikan Anak Usia Dini
PPT Tokoh Pendidikan Anak Usia Dini
Universitas Negeri Jakarta
 
Klp 2 dasar dasar mengajar
Klp 2 dasar dasar mengajarKlp 2 dasar dasar mengajar
Klp 2 dasar dasar mengajarIrwan Hasan
 
Pelajar Hiperaktif
Pelajar HiperaktifPelajar Hiperaktif
Pelajar HiperaktifAwatif Atif
 
Tugas PPT Teknologi Informasi
Tugas PPT Teknologi InformasiTugas PPT Teknologi Informasi
Tugas PPT Teknologi Informasi11071995
 
nota ringkas perkembangan kanak2
nota ringkas perkembangan kanak2nota ringkas perkembangan kanak2
nota ringkas perkembangan kanak2
Aisyah Zainudin
 
Perbedaan antara pendekatan strategi metode model kelompok 2 4 b pg paud 2013
Perbedaan antara pendekatan strategi metode model kelompok 2 4 b pg paud 2013Perbedaan antara pendekatan strategi metode model kelompok 2 4 b pg paud 2013
Perbedaan antara pendekatan strategi metode model kelompok 2 4 b pg paud 2013
Zufa Fauzia
 
Perkembangan kognitif dan bahasa kanak-kanak (2-3 tahun)
Perkembangan kognitif dan bahasa kanak-kanak (2-3 tahun)Perkembangan kognitif dan bahasa kanak-kanak (2-3 tahun)
Perkembangan kognitif dan bahasa kanak-kanak (2-3 tahun)
HaniShahira
 
Karakteristik Peserta Didik SD dan Prinsip-prinsip Pembelajaran yang Mendidik
Karakteristik Peserta Didik SD dan Prinsip-prinsip Pembelajaran yang MendidikKarakteristik Peserta Didik SD dan Prinsip-prinsip Pembelajaran yang Mendidik
Karakteristik Peserta Didik SD dan Prinsip-prinsip Pembelajaran yang Mendidik
Fitri Yusmaniah
 

What's hot (20)

Strategi pembelajaran di TK
Strategi pembelajaran di TKStrategi pembelajaran di TK
Strategi pembelajaran di TK
 
Cerdas istimewa berbakat istimewa
Cerdas istimewa berbakat istimewaCerdas istimewa berbakat istimewa
Cerdas istimewa berbakat istimewa
 
Metode Bercerita Anak Usia DIni
Metode Bercerita Anak Usia DIniMetode Bercerita Anak Usia DIni
Metode Bercerita Anak Usia DIni
 
Karya tulis model pelatihan tutor paud unt jambore ptk paudni 2011
Karya tulis model pelatihan tutor paud unt jambore ptk paudni 2011Karya tulis model pelatihan tutor paud unt jambore ptk paudni 2011
Karya tulis model pelatihan tutor paud unt jambore ptk paudni 2011
 
Implikasi perkembangan kanak
Implikasi perkembangan kanakImplikasi perkembangan kanak
Implikasi perkembangan kanak
 
Keberbakatan
KeberbakatanKeberbakatan
Keberbakatan
 
Metode bercerita dongeng
Metode bercerita dongengMetode bercerita dongeng
Metode bercerita dongeng
 
PPT Tokoh Pendidikan Anak Usia Dini
PPT Tokoh Pendidikan Anak Usia Dini PPT Tokoh Pendidikan Anak Usia Dini
PPT Tokoh Pendidikan Anak Usia Dini
 
Klp 2 dasar dasar mengajar
Klp 2 dasar dasar mengajarKlp 2 dasar dasar mengajar
Klp 2 dasar dasar mengajar
 
Pelajar Hiperaktif
Pelajar HiperaktifPelajar Hiperaktif
Pelajar Hiperaktif
 
Tugasan 1 final
Tugasan 1 finalTugasan 1 final
Tugasan 1 final
 
Tugas PPT Teknologi Informasi
Tugas PPT Teknologi InformasiTugas PPT Teknologi Informasi
Tugas PPT Teknologi Informasi
 
Kecerdasan anak usia dini
Kecerdasan anak usia diniKecerdasan anak usia dini
Kecerdasan anak usia dini
 
nota ringkas perkembangan kanak2
nota ringkas perkembangan kanak2nota ringkas perkembangan kanak2
nota ringkas perkembangan kanak2
 
Perbedaan antara pendekatan strategi metode model kelompok 2 4 b pg paud 2013
Perbedaan antara pendekatan strategi metode model kelompok 2 4 b pg paud 2013Perbedaan antara pendekatan strategi metode model kelompok 2 4 b pg paud 2013
Perbedaan antara pendekatan strategi metode model kelompok 2 4 b pg paud 2013
 
Model pembelajaran di tk
Model pembelajaran di tkModel pembelajaran di tk
Model pembelajaran di tk
 
Perkembangan kognitif dan bahasa kanak-kanak (2-3 tahun)
Perkembangan kognitif dan bahasa kanak-kanak (2-3 tahun)Perkembangan kognitif dan bahasa kanak-kanak (2-3 tahun)
Perkembangan kognitif dan bahasa kanak-kanak (2-3 tahun)
 
Lkt paudni materi
Lkt paudni materiLkt paudni materi
Lkt paudni materi
 
Bermain Dan Anak
Bermain Dan AnakBermain Dan Anak
Bermain Dan Anak
 
Karakteristik Peserta Didik SD dan Prinsip-prinsip Pembelajaran yang Mendidik
Karakteristik Peserta Didik SD dan Prinsip-prinsip Pembelajaran yang MendidikKarakteristik Peserta Didik SD dan Prinsip-prinsip Pembelajaran yang Mendidik
Karakteristik Peserta Didik SD dan Prinsip-prinsip Pembelajaran yang Mendidik
 

Similar to sosialisasi kurikulum 2013

Kumpulan 17 oren- PENGURUSAN MURID (Kesediaan Belajar)
Kumpulan 17 oren- PENGURUSAN MURID (Kesediaan Belajar)Kumpulan 17 oren- PENGURUSAN MURID (Kesediaan Belajar)
Kumpulan 17 oren- PENGURUSAN MURID (Kesediaan Belajar)
miera84
 
1 perkembangan kognitif
1 perkembangan kognitif1 perkembangan kognitif
1 perkembangan kognitifIsmail Hashim
 
PEMBELAJARAN-BERBASIS-OTAK-PADA-PENDIDIKAN-ANAK-USIA-DINI.pptx
PEMBELAJARAN-BERBASIS-OTAK-PADA-PENDIDIKAN-ANAK-USIA-DINI.pptxPEMBELAJARAN-BERBASIS-OTAK-PADA-PENDIDIKAN-ANAK-USIA-DINI.pptx
PEMBELAJARAN-BERBASIS-OTAK-PADA-PENDIDIKAN-ANAK-USIA-DINI.pptx
TajulAripin3
 
Arief rahman menjadi guru yang profesional dan bermartabat
Arief rahman   menjadi guru yang profesional dan bermartabatArief rahman   menjadi guru yang profesional dan bermartabat
Arief rahman menjadi guru yang profesional dan bermartabat
Toto Yulianto
 
GURU MILENIAL_MENYIAPKAN ANAK cerdas TANGGUH berakhlaq_Kajian Neuroteaching_A...
GURU MILENIAL_MENYIAPKAN ANAK cerdas TANGGUH berakhlaq_Kajian Neuroteaching_A...GURU MILENIAL_MENYIAPKAN ANAK cerdas TANGGUH berakhlaq_Kajian Neuroteaching_A...
GURU MILENIAL_MENYIAPKAN ANAK cerdas TANGGUH berakhlaq_Kajian Neuroteaching_A...
budiyono67
 
ANak Berbakat dan Anak lambat belajar
ANak Berbakat dan Anak lambat belajarANak Berbakat dan Anak lambat belajar
ANak Berbakat dan Anak lambat belajar
Mitha Ye Es
 
Metode mengajar
Metode mengajarMetode mengajar
Metode mengajar
eunmi song
 
IDENTIFIKASI MASALAH KESULITAN BELAJAR SISWA.pptx
IDENTIFIKASI MASALAH KESULITAN BELAJAR SISWA.pptxIDENTIFIKASI MASALAH KESULITAN BELAJAR SISWA.pptx
IDENTIFIKASI MASALAH KESULITAN BELAJAR SISWA.pptx
UMN AL WASHLIYAH
 
Teori Pendidikan Dasar_Heppy Kinasih_1831600943.pptx
Teori Pendidikan Dasar_Heppy Kinasih_1831600943.pptxTeori Pendidikan Dasar_Heppy Kinasih_1831600943.pptx
Teori Pendidikan Dasar_Heppy Kinasih_1831600943.pptx
EvyJohnsy1
 
Kajian tindakan bahasa melayu teknik bercerita
Kajian tindakan bahasa melayu teknik berceritaKajian tindakan bahasa melayu teknik bercerita
Kajian tindakan bahasa melayu teknik berceritafatimah Baharin
 
Kurikulum Dasar biMBA (new)
Kurikulum Dasar biMBA (new)Kurikulum Dasar biMBA (new)
Kurikulum Dasar biMBA (new)
Diklat biMBA
 
perubahan pola pikir sd smp-sma-smk
perubahan pola pikir sd smp-sma-smkperubahan pola pikir sd smp-sma-smk
perubahan pola pikir sd smp-sma-smk
Fery Zahuri
 
M3KB4 - Keterkaitan Tema.pptx
M3KB4 - Keterkaitan Tema.pptxM3KB4 - Keterkaitan Tema.pptx
M3KB4 - Keterkaitan Tema.pptx
ErizNKhas2
 
33760961 topik-1-alam-belajar-2
33760961 topik-1-alam-belajar-233760961 topik-1-alam-belajar-2
33760961 topik-1-alam-belajar-2shahrul
 
Pendidikan holistik
Pendidikan holistikPendidikan holistik
Pendidikan holistik
Susilowati Boediono
 

Similar to sosialisasi kurikulum 2013 (20)

Pedagogi bestari
Pedagogi bestariPedagogi bestari
Pedagogi bestari
 
Kumpulan 17 oren- PENGURUSAN MURID (Kesediaan Belajar)
Kumpulan 17 oren- PENGURUSAN MURID (Kesediaan Belajar)Kumpulan 17 oren- PENGURUSAN MURID (Kesediaan Belajar)
Kumpulan 17 oren- PENGURUSAN MURID (Kesediaan Belajar)
 
1 perkembangan kognitif
1 perkembangan kognitif1 perkembangan kognitif
1 perkembangan kognitif
 
PEMBELAJARAN-BERBASIS-OTAK-PADA-PENDIDIKAN-ANAK-USIA-DINI.pptx
PEMBELAJARAN-BERBASIS-OTAK-PADA-PENDIDIKAN-ANAK-USIA-DINI.pptxPEMBELAJARAN-BERBASIS-OTAK-PADA-PENDIDIKAN-ANAK-USIA-DINI.pptx
PEMBELAJARAN-BERBASIS-OTAK-PADA-PENDIDIKAN-ANAK-USIA-DINI.pptx
 
Soal baru
Soal baruSoal baru
Soal baru
 
Joyfull learning
Joyfull learningJoyfull learning
Joyfull learning
 
Arief rahman menjadi guru yang profesional dan bermartabat
Arief rahman   menjadi guru yang profesional dan bermartabatArief rahman   menjadi guru yang profesional dan bermartabat
Arief rahman menjadi guru yang profesional dan bermartabat
 
GURU MILENIAL_MENYIAPKAN ANAK cerdas TANGGUH berakhlaq_Kajian Neuroteaching_A...
GURU MILENIAL_MENYIAPKAN ANAK cerdas TANGGUH berakhlaq_Kajian Neuroteaching_A...GURU MILENIAL_MENYIAPKAN ANAK cerdas TANGGUH berakhlaq_Kajian Neuroteaching_A...
GURU MILENIAL_MENYIAPKAN ANAK cerdas TANGGUH berakhlaq_Kajian Neuroteaching_A...
 
ANak Berbakat dan Anak lambat belajar
ANak Berbakat dan Anak lambat belajarANak Berbakat dan Anak lambat belajar
ANak Berbakat dan Anak lambat belajar
 
topik-1-alam-belajar
topik-1-alam-belajartopik-1-alam-belajar
topik-1-alam-belajar
 
Metode mengajar
Metode mengajarMetode mengajar
Metode mengajar
 
IDENTIFIKASI MASALAH KESULITAN BELAJAR SISWA.pptx
IDENTIFIKASI MASALAH KESULITAN BELAJAR SISWA.pptxIDENTIFIKASI MASALAH KESULITAN BELAJAR SISWA.pptx
IDENTIFIKASI MASALAH KESULITAN BELAJAR SISWA.pptx
 
Teori Pendidikan Dasar_Heppy Kinasih_1831600943.pptx
Teori Pendidikan Dasar_Heppy Kinasih_1831600943.pptxTeori Pendidikan Dasar_Heppy Kinasih_1831600943.pptx
Teori Pendidikan Dasar_Heppy Kinasih_1831600943.pptx
 
Kajian tindakan bahasa melayu teknik bercerita
Kajian tindakan bahasa melayu teknik berceritaKajian tindakan bahasa melayu teknik bercerita
Kajian tindakan bahasa melayu teknik bercerita
 
Kurikulum Dasar biMBA (new)
Kurikulum Dasar biMBA (new)Kurikulum Dasar biMBA (new)
Kurikulum Dasar biMBA (new)
 
perubahan pola pikir sd smp-sma-smk
perubahan pola pikir sd smp-sma-smkperubahan pola pikir sd smp-sma-smk
perubahan pola pikir sd smp-sma-smk
 
DASAR PENGEMBANGAN SISTEM PEMBELAJARAN DI INDONESIA
DASAR PENGEMBANGAN SISTEM PEMBELAJARAN DI INDONESIADASAR PENGEMBANGAN SISTEM PEMBELAJARAN DI INDONESIA
DASAR PENGEMBANGAN SISTEM PEMBELAJARAN DI INDONESIA
 
M3KB4 - Keterkaitan Tema.pptx
M3KB4 - Keterkaitan Tema.pptxM3KB4 - Keterkaitan Tema.pptx
M3KB4 - Keterkaitan Tema.pptx
 
33760961 topik-1-alam-belajar-2
33760961 topik-1-alam-belajar-233760961 topik-1-alam-belajar-2
33760961 topik-1-alam-belajar-2
 
Pendidikan holistik
Pendidikan holistikPendidikan holistik
Pendidikan holistik
 

Recently uploaded

Juknis Pengisian Blanko Ijazah 2024 29 04 2024 Top.pptx
Juknis Pengisian Blanko Ijazah 2024 29 04 2024 Top.pptxJuknis Pengisian Blanko Ijazah 2024 29 04 2024 Top.pptx
Juknis Pengisian Blanko Ijazah 2024 29 04 2024 Top.pptx
mattaja008
 
PRESENTASI OBSERVASI PENGELOLAAN KINERJA KEPALA SEKOLAH.pptx
PRESENTASI OBSERVASI PENGELOLAAN KINERJA KEPALA SEKOLAH.pptxPRESENTASI OBSERVASI PENGELOLAAN KINERJA KEPALA SEKOLAH.pptx
PRESENTASI OBSERVASI PENGELOLAAN KINERJA KEPALA SEKOLAH.pptx
muhammadyudiyanto55
 
Paparan Kurikulum Satuan Pendidikan_LOKAKARYA TPK 2024.pptx.pdf
Paparan Kurikulum Satuan Pendidikan_LOKAKARYA TPK 2024.pptx.pdfPaparan Kurikulum Satuan Pendidikan_LOKAKARYA TPK 2024.pptx.pdf
Paparan Kurikulum Satuan Pendidikan_LOKAKARYA TPK 2024.pptx.pdf
SEMUELSAMBOKARAENG
 
NUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdf
NUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdfNUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdf
NUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdf
DataSupriatna
 
PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...
PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...
PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...
agusmulyadi08
 
Koneksi Antar Materi Modul 1.4.ppt x
Koneksi Antar Materi Modul 1.4.ppt           xKoneksi Antar Materi Modul 1.4.ppt           x
Koneksi Antar Materi Modul 1.4.ppt x
johan199969
 
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docxRUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
lastri261
 
Laporan Piket Guru untuk bukti dukung PMM.pdf
Laporan Piket Guru untuk bukti dukung PMM.pdfLaporan Piket Guru untuk bukti dukung PMM.pdf
Laporan Piket Guru untuk bukti dukung PMM.pdf
gloriosaesy
 
LK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdf
LK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdfLK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdf
LK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdf
UditGheozi2
 
Pi-2 AGUS MULYADI. S.Pd (3).pptx visi giru penggerak dan prakrsa perubahan bagja
Pi-2 AGUS MULYADI. S.Pd (3).pptx visi giru penggerak dan prakrsa perubahan bagjaPi-2 AGUS MULYADI. S.Pd (3).pptx visi giru penggerak dan prakrsa perubahan bagja
Pi-2 AGUS MULYADI. S.Pd (3).pptx visi giru penggerak dan prakrsa perubahan bagja
agusmulyadi08
 
Patofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrin
Patofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrinPatofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrin
Patofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrin
rohman85
 
LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..
LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..
LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..
widyakusuma99
 
VISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBI
VISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBIVISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBI
VISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBI
gloriosaesy
 
RHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdf
RHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdfRHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdf
RHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdf
asyi1
 
SOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptx
SOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptxSOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptx
SOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptx
astridamalia20
 
Form B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docx
Form B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docxForm B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docx
Form B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docx
EkoPutuKromo
 
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondel
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-OndelSebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondel
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondel
ferrydmn1999
 
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum MerdekaModul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum Merdeka
Fathan Emran
 
Sapawarga - Manual Guide PPDB Tahun 2024.pdf
Sapawarga - Manual Guide PPDB Tahun 2024.pdfSapawarga - Manual Guide PPDB Tahun 2024.pdf
Sapawarga - Manual Guide PPDB Tahun 2024.pdf
TarkaTarka
 
tugas modul 1.4 Koneksi Antar Materi (1).pptx
tugas  modul 1.4 Koneksi Antar Materi (1).pptxtugas  modul 1.4 Koneksi Antar Materi (1).pptx
tugas modul 1.4 Koneksi Antar Materi (1).pptx
d2spdpnd9185
 

Recently uploaded (20)

Juknis Pengisian Blanko Ijazah 2024 29 04 2024 Top.pptx
Juknis Pengisian Blanko Ijazah 2024 29 04 2024 Top.pptxJuknis Pengisian Blanko Ijazah 2024 29 04 2024 Top.pptx
Juknis Pengisian Blanko Ijazah 2024 29 04 2024 Top.pptx
 
PRESENTASI OBSERVASI PENGELOLAAN KINERJA KEPALA SEKOLAH.pptx
PRESENTASI OBSERVASI PENGELOLAAN KINERJA KEPALA SEKOLAH.pptxPRESENTASI OBSERVASI PENGELOLAAN KINERJA KEPALA SEKOLAH.pptx
PRESENTASI OBSERVASI PENGELOLAAN KINERJA KEPALA SEKOLAH.pptx
 
Paparan Kurikulum Satuan Pendidikan_LOKAKARYA TPK 2024.pptx.pdf
Paparan Kurikulum Satuan Pendidikan_LOKAKARYA TPK 2024.pptx.pdfPaparan Kurikulum Satuan Pendidikan_LOKAKARYA TPK 2024.pptx.pdf
Paparan Kurikulum Satuan Pendidikan_LOKAKARYA TPK 2024.pptx.pdf
 
NUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdf
NUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdfNUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdf
NUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdf
 
PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...
PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...
PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...
 
Koneksi Antar Materi Modul 1.4.ppt x
Koneksi Antar Materi Modul 1.4.ppt           xKoneksi Antar Materi Modul 1.4.ppt           x
Koneksi Antar Materi Modul 1.4.ppt x
 
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docxRUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
 
Laporan Piket Guru untuk bukti dukung PMM.pdf
Laporan Piket Guru untuk bukti dukung PMM.pdfLaporan Piket Guru untuk bukti dukung PMM.pdf
Laporan Piket Guru untuk bukti dukung PMM.pdf
 
LK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdf
LK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdfLK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdf
LK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdf
 
Pi-2 AGUS MULYADI. S.Pd (3).pptx visi giru penggerak dan prakrsa perubahan bagja
Pi-2 AGUS MULYADI. S.Pd (3).pptx visi giru penggerak dan prakrsa perubahan bagjaPi-2 AGUS MULYADI. S.Pd (3).pptx visi giru penggerak dan prakrsa perubahan bagja
Pi-2 AGUS MULYADI. S.Pd (3).pptx visi giru penggerak dan prakrsa perubahan bagja
 
Patofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrin
Patofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrinPatofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrin
Patofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrin
 
LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..
LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..
LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..
 
VISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBI
VISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBIVISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBI
VISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBI
 
RHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdf
RHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdfRHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdf
RHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdf
 
SOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptx
SOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptxSOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptx
SOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptx
 
Form B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docx
Form B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docxForm B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docx
Form B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docx
 
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondel
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-OndelSebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondel
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondel
 
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum MerdekaModul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum Merdeka
 
Sapawarga - Manual Guide PPDB Tahun 2024.pdf
Sapawarga - Manual Guide PPDB Tahun 2024.pdfSapawarga - Manual Guide PPDB Tahun 2024.pdf
Sapawarga - Manual Guide PPDB Tahun 2024.pdf
 
tugas modul 1.4 Koneksi Antar Materi (1).pptx
tugas  modul 1.4 Koneksi Antar Materi (1).pptxtugas  modul 1.4 Koneksi Antar Materi (1).pptx
tugas modul 1.4 Koneksi Antar Materi (1).pptx
 

sosialisasi kurikulum 2013

  • 1. Oleh : Ta’ Rauf Yusuf
  • 2.
  • 4.
  • 5. Jepang menjadi negara industri Terapung yang mengimport bahan baku dari semua negara dan mengekportnya Menjadi barang jadi 80 % tanah jepang pegunungan dengan potensi peternakan dan perkebunannya yang rendah
  • 6. Tidak mempunyai perkebunan coklat, Tapi terkenal sebagai pembuat coklat terbaik Tidak mempunyai peternakan besar tapi memiliki Perusahaan susu (nestle) yang terkenal Tidak mempunyai reputasi keamanan namun Disukai ivestor untuk meyimpan uangnya di bank
  • 7. Sumber Departemen Dalam Negeri Republik Indonesia tahun 2004
  • 8. 1.829. 570 km² : Daratan non-air 93.000 km² : Daratan berair
  • 9.
  • 10.
  • 11. Conoco Phillips/USA beroperasi di Indonesia lebih dari 40 tahun. produsen migas terbesar ketiga di Indonesia.
  • 12. Jumlah Penduduk terbesar ke 4 246.864.191 Jiwa
  • 13. Tahun 2013: 7,4 Juta Pengangguran – 360 ribu diantaranya berlatar belakang sarjana
  • 15. PISA 2012 PROGRAMME FOR INTERNATIONAL SCHOOL ASSESMENT RESULT IN FOCUS Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD)
  • 18. • Programme for International Student Assessment atau PISA, adalah evaluasi sistem pendidikan negara-negara di dunia. PISA menilai kemampuan kognitif dan keahlian membaca, matematika dan sains. Pada tahun 2009, PISA memperlihatkan rata-rata siswa Indonesia hanya menguasai pelajaran sampai level 3 dari 6 level. Dalam hal membaca, Indonesia berada di peringkat 57, matematika di peringkat 61, dan sains di peringkat 60, dari 65 negara. • Kemudian, Trends in International Mathematics and Science Study (TIMSS), studi internasional untuk mengukur prestasi matematika dan sains siswa SMP. TIMSS membagi penilaian dalam empat kategori, yaitu rendah, menengah, tinggi, dan lanjutan. Hasil penelitian TIMSS memperlihatkan 95% siswa Indonesia hanya mampu menyelesaikan soal hingga tingkat menengah atau intermediate. • Riset berikutnya, Progress in International Reading Literacy Study (PIRLS) adalah studi internasional tentang literasi membaca (melek huruf) untuk siswa Sekolah Dasar. PIRLS diselenggarakan lima tahun sekali. Pada tahun 2011, PIRLS diikuti oleh 45 negara. Hasilnya memperlihatkan bahwa peserta didik Indonesia berada pada peringkat ke 41 dari 45 negara dalam literasi membaca.
  • 19. Model soal TIMSS TIMSS membagi soal-soalnya menjadi empat katagori: – Low mengukur kemampuan sampai level knowing – Intermediate mengukur kemampuan sampai level applying – High mengukur kemampuan sampai level reasoning – Advance mengukur kemampuan sampai level reasoning with incomplete information
  • 20.
  • 21. Benarkah Kurikulum 2013 mampu menjawabnya ?
  • 22. Alasan ilmiah penyusunan kurikulum 2013
  • 23. 1. Menerapkan Konsep Developmentally Appropriate Practices (DAP) dan Pembelajaran Ramah Otak
  • 24. Mengapa Muncul Konsep DAP? • Kurikulum Amerika tahun 1960-1970an di anggap gagal menghasilkan siswa yang dapat berpikir kritis dan menyelesaikan masalah kehidupan • Alasan kegagalanya adalah : 1. Orientasinya hanya pada menghafal ( rote memorization) 2. Lebih banyak menekankan aspek kognitif daripada aspek lain (sosial, emosi dan spiritual) 3. Pelajaran bersifat abstrak ( tidak konkrit ) 4. Materi pelajaran terpisah dari pelajaran lain. 5. Guru berceramah sedangkan anak hanya mendengarkan secara pasif 6. Lebih banyak mengerjakan kegiatan individu 7. Ujian/ulangan lebih mengutamakan pilihan berganda
  • 25. DAP • Konsep pembelajaran DAP adalah memperlakukan anak sebagai individu yang utuh ( the whole child ) yang melibatkan 4 komponen : Pengetahuan ( Knowledge), ketrampilan ( skills ), sifat alamiah ( dispositions ) dan perasaan ( feelings). Karena pikiran , emosi, imajinasi dan sifat alamiah anak berkerja secara bersamaan dan saling berhubungan. Apabila sistem pembelajaran di sekolah dapat melibatkan semua aspek ini secara bersamaan, maka perkembangan intelektual, sosial dan karakter anak dapat terbentuk secara simultan. *****(lihat kembali bagaimana para sahabat nabi mendidik anak)
  • 26. Konsep DAP • Memperlakuakan anak sebagai individu yang utuh • Melibatkan 4 komponen : knoledge, skills, dispositions dan feelings Dianggap dapat mempertahankan & bahkan meningkatkan semangat anak-anak untuk belajar.
  • 27. Dimensi konsep DAP Patut menurut umur : sesuai dengan tahap-tahap perkembangan anak DAP Patut secara individual : sesuai dengan pertumbuhan dan karakteristik anak, kelebihanya, ketertarikanya dan pengalamanya Patut secara sosial & budaya : sesuai dengan pengalaman belajar yang bermakna, relevan dan sesuai dengan sosial budaya
  • 28. Kegiatan DAP • Berarti dan relevan dengan kehidupan anak • Belajar dengan menggunakan konsep bukan hafalan (rote learning) dan menggunakan objek konkrit • Menimbulkan minat dan ketertarikan anak • Interactive teaching and cooperative learning • Kegiatan terintegrasi dengan kegiatan lain • Melihat kemajuan anak secara berkelanjutan • Evaluasi harus sesuai dan dilakukan secara terus menerus (meliputi proses dan hasil akhir)
  • 29. Atmosfir DAP • Anak harus terlibat aktif dalam kegiatan kelas, tidak sekedar menjadi pendengar pasif. • Menghargai menerima dan memberi semangat pada anak • Mencelupkan anak kedalam kegiatan • Memberikan kesempatan anak aktif, berimajinasi, bersosialisasi dan berkreasi
  • 30. Kurikulum DAP social emotional intelectusl physical Melibatkan pengalaman sosial, emosional, intelektual dan fisik
  • 31. Jadwal waktu DAP • Anak diberi waktu yang cukup untuk bereksplorasi • DAP memberikan peluang bagi anak untuk aktif bermain, juga waktu untuk tenang, belajar, beristirahat secara seimbang.
  • 32. Kualitas Guru DAP • Merespon segera atas kebutuhan dan keinginan anak • Mendengar dan memberikan respon terhadap pembicaraan anak • Mendorong anak untuk dapat menyelesaikan tugas dengan sukses • Menumbuhkan kepercayaan diri anak dengan menghormati, menerima dan memberikan rasa aman kepada anak • Menumbuhkan kemampuan mengontrol diri anak dengan memperlakukan mereka secara hormat, serta memberikan disiplin yang patut
  • 34. Prinsip Kerja Otak Seluruh informasi masuk - Bermakna : diproses lebih lanjut - Tidak bermakna maka tidak akan di proses Dibagi ke bagian –bagian otak Ingatan jangka pendek Ingatan Jangka panjang Jika ada emosi negatif (membahayakan, ketakutan dll) OTAK TIDAK AKAN BEKERJA SECARA OPTIMAL Respon
  • 36. a. Otak bekerja secara paralel ( melakukan beberapa hal dalam satu waktu )
  • 37. b. Sistem kerja otak berkaitan dengan seluruh organ tubuh
  • 38. c. Otak selalu mencari arti / makna berdasarkan pengalaman • Anak kaya dengan pengalaman yang bermakna • Kaitkan pembelajaran dengan pengalaman anak • Pilih topik pembelajaran yang nyata dan dekat dengan anak agar bermakna bagi anak
  • 39. d. Otak lebih mudah memproses informasi dengan pola yang sudah dikenal Anak akan lebih mudah belajar dengan pola yang sudah dikenalnya dan tidak terpisah PEMBELAJARAN HOLISTIK Menghubungkan konsep baru dengan pola lama yang sudah di kenal MNEMONIC
  • 40. e. Emosi mempengaruhi kerja otak ( Otak lebih mudah mengingat jika melibatkan emosi )
  • 41. f. Otak bekerja secara terbagi dan menyeluruh Otak Kiri logis sistematis analisis linier bahasa Otak kanan ritmik kreatif musik menyeluruh emosi imajinasi Menghafal sambil bernyanyi / bermain
  • 42. g. Otak menerima informasi di dalam ataupun di luar fokus • Lingkungan mempengaruhi proses belajar ( Poster, Display, Musik )
  • 43. h. Proses belajar dilakukan secara sadar maupun tidak sadar • Lebih banyak belajar dari apa yang dilihat
  • 44. i. Proses belajar ada yang dilakukan secara alami dan ada yang butuh latihan.
  • 45. j. Otak dapat memahami dan mengingat untuk selamanya • Bahasa ibu >>>>>>> di ulang-ulang • Anak di celupkan dalam berbagai pengalaman / proses di dalam diri atau lingkungan.
  • 46. k. Otak tidak bekerja dengan baik dalam keadaan tertekan namun bekerja dengan baik saat di berikan tantangan.
  • 47. l. Tiap otak Unik • Kinestetik • Visual • auditori
  • 48. Ramah Otak • Multi Indrawi • Unik • Dukungan lingkungan • Arti / makna • Hidupkan emosi positif
  • 49. Aplikasi konsep DAP sesuai dengan kerja otak • Proses belajar harus menyenangkan • Memberikan pengalaman yang bermakna dan relevan • Melibatkan aspek multi sensori manusia • Memberikan pengalaman unik dan menantang • Melibatkan peran aktif fisik • Memberikan hubungan antara pendidik & anak yang menyenangkan dan dapat dipercaya. • Kurikulum yang menumbuhkan minat anak
  • 50. 3. Integrated Learning Curriculum DAP Kurikulum Terpadu
  • 52. Agar anak dapat menjadi manusia yang ingin belajar seumur hidup (lifelong learner) sehingga dapat berpikir secara kritis, imajinatif, dapat mengungkap pertanyaan-pertanyaan kritis, dapat memberi alternatif solusi, menghargai perbedaan, dapat bekerjasama dan memiliki kepedulian
  • 53. Subyek yang diajarkan dapat mudah dimengerti oleh anak. Dengan membuat anak mudah mengerti akan meningkatkan daya minat anak, anak lebih percaya diri dan akhirnya lebih semangat untuk belajar.
  • 54. Mampu mengakomodasi kecerdasan majemuk manusia, sehingga setiap anak dapat belajar sesuai dengan kecerdasan dominan anak.
  • 55. Mebiasakan anak berpikir holistik, tidak berfikir fragmented. Dalam kehidupan nyata setiap fenomena tidak dapat dilihat dari satu sisi saja, tetapi banyak faktor yang terkait yang perlu ditinjau.
  • 56. Diharapkan dengan memasukan pendidikan karakter dalam sistem belajar terpadu, dapat menciptakan manusia berkarakter bukan sekedar mengajarkan nilai-nilai moral yang bersifat abstrak
  • 57. 4. Pendidikan harus sesuai dengan tahapan perkembangan moral anak.
  • 58. • Perkembangan motorik, mental dan sosial anak berjalan secara bertahap dan memerlukan pendekatan yang patut sesuai dengan tahapan umur anak, pendidikan karakter yang diberikan kepada anak juga harus memperhatikan tahap-tahap perkembangan moral anak. Untuk mencapai tingkatan moral tertinggi seseorang harus melalui tahapan tahapan moral dengan baik, karena kesalahan pada tahapan sebelumnya akan berakibat fatal terhadap perkembangan moral berikutnya.
  • 59. Perkembangan Moral Anak • Thomas Lickona, Phd menformulasikan teori perkembangan moral anak dengan mengadopsi dari teori-teori yang telah dikembangkan sebelumnya. Dia membagi tahapan ini menjadi 6 Fase, yaitu: 1. Fase Bayi 2.Fase 1 : Berfikir Egosentris 3. Fase 2 : Patuh Tanpa syarat 4. Fase 3 : Memenuhi harapan lingkungan 5. Fase 4 : Ingin menjaga kelompok 6. Fase 5 Moralitas tidak berpihak
  • 60. Fase Bayi Anak-anak usia Bayi sangat membutuhkan : • Kelekatan Psikologis antara orang tua dan anak (Bonding / Attachment (disusui 2 tahun)) • Ekspresi Cinta • Responsif terhadap kebutuhan anak • Kebutuhan akan rasa aman • Kebutuhan akan stimulasi fisik dan mental • Keseimbangan antara cinta dan otoritas
  • 61. • Pakar psikologi mengatakan kelekatan psikologis anak ketika bayi berpengaruh terhadap perilaku anak pada usia selanjutnya. Anak-anak yang mempunyai kelekatan psikologi yang erat pada ibunya mempunyai sifat lebih baik yaitu mudah bergaul, mudah diatur, mempunyai motivasi belajar tinggi, antusias dengan aktifitas di sekolah dibandingkan dengan anak-anak yang memiliki kekurangan kelekatan hubungan psikologis. • Usia bayi adalah masa pembentukan trust versus mistrust ( percaya vs tidak percaya ). Apabila kualitas pengasuhan baik ( diberikan kasih sayang, perhatian dan stimulasi yang bagus ) maka rasa percaya anak dengan orang lain akan terbentuk, sehingga dalam perkembangan selanjutnya ia akan percaya kepada orang lain. Rasa percaya ini penting dalam hubungan inter-personal di masyarakat dan menimbulkan perasaan pada anak bahwa dunia adalah tempat yang aman dan menyenangkan.
  • 62. Fase 1 ( Berfikir Egosentris/ self oriented morality ) • Usia sekitar 4 tahun • Sangat egois • Cenderung manipulatif (berkhayal) • Cenderung melanggar aturan • Dapat mengerti kaidah moral bila diajarkan • Bisa bersikap kooperatif dan menyayangi sejauh tidak konflik dengan kepentinganya • Ingin mandiri • **** tahap perkembangan, ini normal dan tidak berlanjut selamanya.
  • 63. Menghadapi anak Fase 1 • Memberikan arahan yang lembut namun tegas • Memberikan alasan yang jelas mengapa sesuatu perbuatan dilarang dilakukan • Berikan pilihan dalam kegiatan • Berikan insentif yang patut agar mau patuh namun jangan sering-sering. • Berikan aturan yang jelas dengan berulang-ulang (konsepnya sekarang) • Memberikan contoh bagaimana seharusnya anak berperilaku • Tumbuhkan rasa empati anak dengan melihat dari prespektif orang lain • Mengenalkan konsep “adil” dari titik pandang orang lain • Berikan permainan yang menuntut harus bergiliran.
  • 64. Fase 2.1 1. sekitar 4,5-6 tahun (kelas 1 SD) - Patuh tanpa syarat - Lebih mudah menurut dan kerjasama - Orang dewasa maha tahu - Suka mengadukan teman - Cenderung melanggar kalau tidak diawasi * ( Fase yang tepat untuk doktrinasi dan penanaman adab dan akhlak tahap awal)
  • 65. Cara menghadapi fase 2.1 • Memberikan kontrol eksternal dimana guru dapat secara otoritatif mengajarkan moral baik dan buruk karena anak masih tergantung dengan otoritas orang dewasa • Meyakinkan anak untuk menuruti orang tua / guru • Menekankan pentingnya perilaku baik dan sopan • Berikan alasan sesuatu itu ‘tidak baik’ • Ajarkan anak tindakan yang salah atau tidak boleh dilakukan.
  • 66. Fase 2.2 2. Sekitar, 6,5-8 tahun (kelas 2 dan 3 SD/ Usia Tamyis) -Merasa punya hak seperti orang dewasa -Tidak lagi berpikir bisa diperintah-perintah orang dewasa. Mulai ajarkan tindakan yang baik dan buruk dengan alasan. -Konsep keadilan kaku (balas membalas) -Berperilaku baik agar disenangi -cenderung melanggar perintah -berpotensi bertindak kasar dan tidak berempati -Kurang bisa melihat tindakan yang salah -Banyak terlibat perkelahian • (masa penanaman akhlak dan syariat, mulai diajarkan fiqih.)
  • 67. Menghadapi anak fase 2.2 • Berikan pengertian akan pentingnya “karena cinta” dalam melakukan sesuatu, tidak semata-mata prinsip timbal balik saja. • Tekankan nilai agama yang menjunjung tinggi nilai cinta dan pengorbanan. • Ajak mereka merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain • Bantu mereka untuk berbuat sesuai harapan anda, tidak hanya karena ingin mendapatkan hadiah / pujian atau menghindari hukuman • Ciptakan hubungan mesra agar mereka peduli terhadap keinginan dan harapan-harapan anda • Ingatkan mereka bahwa antar anggota keluarga harus saling sayang dan perluas rasa sayang ini ke luar keluarga, yaitu sayang terhadap sesama manusia • Berikan contoh perilaku anda dalam hal menolong dan peduli dengan orang lain
  • 68. Fase 3 3. Usia 8,5-14 tahun ( Kelas 4,5 &6 SD) -Ingin penghargaan sosial -Golden Rules ; Harus memeperlakukan orang lain seperti kamu mengharap orang lain memperlakukanmu. -Mengerti yang dibutuhkan orang lain -Bisa menerima otoritas orang tua -Bisa menerima tanggung jawab -Cenderung kurang Percaya diri -Mulai mempunyai Nurani. * (aplikasi fikih dan pembinaan akhlak secara intens.)
  • 69. Menghadapi Fase 3 • Memelihara hubungan yang baik dengan mereka dengan menjalin komunikasi, turut serta dalam memecahkan masalahnya dan membantu mereka untuk menemukan identitas dirinya • Membantu membangun konsep diri yang positif: - tidak membanding-bandingkan dengan temanya - berikan penghargaan pada perilaku positif yang mereka lakukan - Dorong mereka untuk mencari kawan yang baik - Bantu mereka mengembangkan hobbi dan kemampuanya - Bantu mereka menghilangkan kebiasaan mengecilkan orang lain • Mendiskusikan permasalahan moral • Menyeimbangkan antara memberi kebebasan terhadap mereka dan mengontrol tindakan mereka - gunakan otoritas anda berdasarkan cinta kasih - katakan ‘ya’ atau ‘tidak’ kalau memang diperlukan, namun berikan mereka juga peluang untuk memilih - berikan mereka kesempatan menolak dengan cara yang baik -jangan berlebihan dalam menimbulkan rasa bersalah mereka ketika mereka berbuat salah. Hal ini dapat menimbulkan citra diri negatif Gunakan kontrol secara tidak langsung
  • 70. Fase 4 • Usia 16-19 tahun • Ingin menjaga kelompoknya • Bertanggung jawab terhadap peran dalam sistem sosial • Lebih mandiri, peer pressure menurun • Dapat melihat dampak dari perbuatan negatif • Peduli terhadap sesama anggota sistem sosial • Memahami pentingnya jadi warga negara yang baik
  • 71. Menghadapi Fase 4 • Mengajak mereka berdiskusi yang dapat mencerahkan hati nuraninya berdasarkan prinsip menghormati orang lain dan menjalankan kewajibannya sebagai anggota sebuah sistem sosial • Mengajak berdiskusi tentang permasalahan moral yang dihadapi oleh masyarakat dan mendorong mereka untuk berpikir bagaimana memberikan kontribusi positif terhadap sistem sosial • Berikan pengalaman nyata dalam partisipasinya di lingkungan komunitasnya ( kerja sosial, mencari uang sendiri, membantu orang-orang yang kesulitan, belajar hidup mandiri di luar rumah,pramuka ,camping dsb) • Mendorong mereka untuk memikirkan masa depanya, apa yang harus dipersiapkan dari sekarang agar dapat memberikan kontribusi positif bagi orang lain. Tanamkan masa depan yang cerah hanya dapat dicapai dengan pendidikan, kedisiplinan dan kerja keras
  • 72. Fase 5 • Sebelum Usia 20 • Moralitas tidak berpihak • Moral hati nurani, mempertahankan moral yang menghargai HAM • Bisa berdiri di luar sistem sosial dan bertindak secara obyektif • Percaya bahwa setiap sistem sosial harus dapat memberikan benefit kepada setiap anggotanya • Berbuat baik karena hati nuraninya berkata demikian, bukan karena kepentingan pribadi, kelompok atau sistemnya.
  • 73. • Walaupun tahapan moral sebelumnya (fase 4) sudah bagus, jarang orang dewasa yang mampu mencapi tahapan ini, namun tahapan ini belum mencerminkankualitas moral tertinggi. Menurut Lickona orang yang mempunyai moral tertinggi adalah mereka yang dapat mempertahankan prinsip-prinsip moral yang menghargai hak asasi manusia walaupun harus berseberangan dengan sistem sosialnya.
  • 74. RASIONAL KURIKULUM 2013 PPT - 1.1 BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DAN PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
  • 75. • Kurikulum menurut Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 1 Ayat (19) adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. • Pengembangan Kurikulum 2013 merupakan langkah lanjutan Pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi yang telah dirintis pada tahun 2004 dan KTSP 2006 yang mencakup kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan secara terpadu.
  • 76. Pendekatan Dalam Penyusunan SKL Pada KBK 2004 dan KTSP 2006 Standar Isi Mapel 1 SKL Mapel 1 SK-KD Mapel 1 Mapel 2 SKL Mapel 2 SK-KD Mapel 2 Mapel 3 SKL Mapel 3 SK-KD Mapel 3 Mapel n SKL Mapel n SK-KD Mapel n .... .... .... Standar Kompetensi Lulusan (SKL) Satuan Pendidikan SK-KD: Standar Kompetensi (Strand/Bidang) dan Kompetensi Dasar 76
  • 77. Tantangan Internal • Tuntutan pendidikan yang mengacu kepada 8 Standar Nasional Pendidikan yang meliputi standar pengelolaan, standar biaya, standar sarana prasarana, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar isi, standar proses, standar penilaian, dan standar kompetensi lulusan. • Tantangan internal lainnya terkait dengan faktor perkembangan penduduk Indonesia dilihat dari pertumbuhan penduduk usia produktif. 77
  • 78. 78 Reformasi Pendidikan Mengacu Pada 8 Standar STANDAR PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN Peningkatan Kualifikasi & Sertifikasi, Pembayaran Tunjangan Sertifikasi, Uji Kompetensi dan Pengukuran Kinerja STANDAR SARANA-PRASARANA Rehab Gedung Sekolah, RKB, Penyediaan Lab dan Perpustakaan, Penyediaan Buku STANDAR PEMBIAYAAN BOS, Bantuan Siswa Miskin, BOPTN/Bidik Misi (di PT) STANDAR PENGELOLAAN Manajemen Berbasis Sekolah STANDAR ISI STANDAR KOMPETENSI LULUSAN STANDAR (PROSES) PENILAIAN STANDAR PROSES (PEMBELAJARAN) PESERTA DIDIK LULUSAN KURIKULUM 2013
  • 79. Perkembangan Penduduk Sebagai Modal SDM Usia Produktif (2020-2035) Melimpah Kompeten Tidak Kompeten Modal Pembangunan Transformasi Melalui Pendidikan Beban Pembangunan  Kurikulum  PTK  Sarpras  Pendanaan  Pengelolaan 79
  • 80. Tantangan Eksternal Tantangan Masa Depan • Globalisasi: WTO, ASEAN Community, APEC, CAFTA • Masalah lingkungan hidup • Kemajuan teknologi informasi • Konvergensi ilmu dan teknologi • Ekonomi berbasis pengetahuan • Kebangkitan industri kreatif dan budaya • Pergeseran kekuatan ekonomi dunia • Pengaruh dan imbas teknosains • Mutu, investasi dan transformasi pada sektor pendidikan • Materi TIMSS dan PISA 80
  • 81. Tantangan Eksternal Kompetensi Masa Depan • Kemampuan berkomunikasi • Kemampuan berpikir jernih dan kritis • Kemampuan mempertimbangkan segi moral suatu permasalahan • Kemampuan menjadi warga negara yang bertanggungjawab • Kemampuan mencoba untuk mengerti dan toleran terhadap pandangan yang berbeda • Kemampuan hidup dalam masyarakat yang mengglobal • Memiliki minat luas dalam kehidupan • Memiliki kesiapan untuk bekerja • Memiliki kecerdasan sesuai dengan bakat/minatnya • Memiliki rasa tanggungjawab terhadap lingkungan 81
  • 82. Tantangan Eksternal Persepsi Masyarakat • Terlalu menitikberatkan pada aspek kognitif • Beban siswa terlalu berat • Kurang bermuatan karakter Perkembangan Pengetahuan dan Pedagogi • Neurologi • Psikologi • Observation based [discovery] learning dan Collaborative learning Fenomena Negatif yang Mengemuka • Perkelahian pelajar • Narkoba • Korupsi • Plagiarisme • Kecurangan dalam Ujian (Contek, Kerpek.) • Gejolak masyarakat (social unrest) 82
  • 83. PENGEMBANGAN KURIKULUM 2013 KBK 2004 KTSP 2006 KURIKULUM 2013 TUJUAN PENDIDIKAN NASIONAL 4. Penyesuaian Beban 3. Penguatan Proses 2. Pendalaman dan Perluasan Materi 1. Penataan Pola Pikir dan Tata Kelola TANTANGAN INTERNAL DAN EKSTERNAL 83 83
  • 84. Penyempurnaan Pola Pikir Perumusan Kurikulum No KBK 2004 KTSP 2006 Kurikulum 2013 1 Standar Kompetensi Lulusan diturunkan dari Standar Isi Standar Kompetensi Lulusan diturunkan dari kebutuhan 2 Standar Isi dirumuskan berdasarkan Tujuan Mata Pelajaran (Standar Kompetensi Lulusan Mata Pelajaran) yang dirinci menjadi Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Mata Pelajaran Standar Isi diturunkan dari Standar Kompetensi Lulusan melalui Kompetensi Inti yang bebas mata pelajaran 3 Pemisahan antara mata pelajaran pembentuk sikap, pembentuk keterampilan, dan pembentuk pengetahuan Semua mata pelajaran harus berkontribusi terhadap pembentukan sikap, keterampilan, dan pengetahuan, 4 Kompetensi diturunkan dari mata pelajaran Mata pelajaran diturunkan dari kompetensi yang ingin dicapai 5 Mata pelajaran lepas satu dengan yang lain, seperti sekumpulan mata pelajaran terpisah Semua mata pelajaran diikat oleh kompetensi inti (tiap kelas) 84
  • 85. Penyempurnaan Pola Pikir 1 Berpusat pada Guru Berpusat pada Siswa 2 Satu Arah Interaktif 3 Isolasi Lingkungan Jejaring 4 Pasif Aktif-Menyelidiki 5 Maya/Abstrak Konteks Dunia Nyata 6 Pribadi Pembelajaran Berbasis Tim 7 Luas (semua materi diajarkan) Perilaku Khas Memberdayakan Kaidah Keterikatan 8 Stimulasi Rasa Tunggal (beberapa panca indera) Stimulasi ke Segala Penjuru (semua Panca indera) 9 Menuju Alat Tunggal (papan tulis) Alat Multimedia (berbagai peralatan teknologi pendidikan) 10 Hubungan Satu Arah Kooperatif 85
  • 86. Penyempurnaan Pola Pikir (lanjutan) 11 Produksi Massa (siswa memperoleh dokumen yg sama) Kebutuhan Pelanggan (siswa mendapat dokumen sesuai dgn ketertarikan sesuai potensinya) 12 Usaha Sadar Tunggal (mengikuti cara yang seragam) Jamak (keberagaman inisiatif individu siswa) 13 Satu Ilmu Pengetahuan Bergeser (mempelajari satu sisi pandang ilmu) Pengetahuan Disiplin Jamak (pendekatan multidisiplin) 14 Kontrol Terpusat (kontrol oleh guru) Otonomi dan Kepercayaan (siswa diberi tanggungjawab) 15 Pemikiran Faktual Kritis (membutuhkan pemikiran kreatif) 16 Penyampaian Pengetahuan (pemindahan ilmu dari guru ke siswa) Pertukaran Pengetahuan (antara guru dan siswa, siswa dan siswa lainnya) Menuju 86
  • 87. Pola Pikir Perumusan Kurikulum No KBK 2004 KTSP 2006 Kurikulum 2013 1 Standar Kompetensi Lulusan diturunkan dari Standar Isi Standar Kompetensi Lulusan diturunkan dari kebutuhan 2 Standar Isi dirumuskan berdasarkan Tujuan Mata Pelajaran (Standar Kompetensi Lulusan Mata Pelajaran) yang dirinci menjadi Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Mata Pelajaran Standar Isi diturunkan dari Standar Kompetensi Lulusan melalui Kompetensi Inti yang bebas mata pelajaran 3 Pemisahan antara mata pelajaran pembentuk sikap, pembentuk keterampilan, dan pembentuk pengetahuan Semua mata pelajaran harus berkontribusi terhadap pembentukan sikap, keterampilan, dan pengetahuan, 4 Kompetensi diturunkan dari mata pelajaran Mata pelajaran diturunkan dari kompetensi yang ingin dicapai 5 Mata pelajaran lepas satu dengan yang lain, seperti sekumpulan mata pelajaran terpisah Semua mata pelajaran diikat oleh kompetensi inti (tiap kelas) 87
  • 88. Langkah Penguatan Proses Proses Karakteristik Penguatan Pembelajaran Menggunakan pendekatan saintifik melalui mengamati, menanya, mencoba, menalar,.... Menggunakan ilmu pengetahuan sebagai penggerak pembelajaran untuk semua mata pelajaran Menuntun siswa untuk mencari tahu, bukan diberi tahu [discovery learning] Menekankan kemampuan berbahasa sebagai alat komunikasi, pembawa pengetahuan dan berfikir logis, sistematis, dan kreatif Penilaian Mengukur tingkat berfikir siswa mulai dari rendah sampai tinggi Menekankan pada pertanyaan yang mebutuhkan pemikiran mendalam [bukan sekedar hafalan] Mengukur proses kerja siswa, bukan hanya hasil kerja siswa Menggunakan portofolio pembelajaran siswa 88
  • 89. Langkah Penyesuaian Beban Guru dan Murid SD Pelaku Beban Penyelesaian Guru Menyusun Silabus Disediakan buku pegangan guru Mencari buku yang sesuai Mengajar beberapa mata pelajaran dengan cara berbeda Pendekatan tematik terpadu menggunakan satu buku untuk semua mata pelajaran sehingga dapat selaras dengan kemampuan Bahasa Indonesia sebagai alat komunikasi dan carrier of knowledge Mengajar banyak mata pelajaran Menggunakan bahasa Indonesia sebagai penghela mata pelajaran yang lain sehingga selara Menggunakan ilmu pengetahuan sebagai penggerak pembahasan Murid Mempelajari banyak mapel Mempelajarai mata pelajaran dengan cara berbeda Membeli buku Penyedian buku teks oleh Membeli lembar kerja siswa pemerintah/daerah 89
  • 90. Keseimbangan antara sikap, keterampilan dan pengetahuan untuk membangun soft skills dan hard skills1 PT SMA/K SMP SD Sumber: Marzano (1985), Bruner (1960). 90 90
  • 91. ELEMEN PERUBAHAN KURIKULUM 2013 PPT - 1.2 BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DAN PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
  • 92. 92 Elemen Perubahan Standar Kompetensi Lulusan Standar Proses Elemen Perubahan Standar Isi Standar Penilaian
  • 93. 93 Elemen Perubahan Elemen Deskripsi SD SMP SMA SMK Kompetensi Lulusan Adanya peningkatan dan keseimbangan soft skills dan hard skills yang meliputi aspek kompetensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan Kedudukan mata pelajaran (ISI) Kompetensi yang semula diturunkan dari matapelajaran berubah menjadi matapelajaran dikembangkan dari kompetensi. Pendekatan (ISI) Kompetensi dikembangkan melalui: Tematik Integratif dalam semua mata pelajaran Mata pelajaran Mata pelajaran Vokasinal
  • 94. 94 Elemen Deskripsi SD SMP SMA SMK Struktur Kurikulum (Mata pelajaran dan alokasi waktu) (ISI) • Holistik berbasis sains (alam, sosial, dan budaya) • Jumlah matapelajaran dari 10 menjadi 6 • Jumlah jam bertambah 4 JP/minggu akibat perubahan pendekatan pembelajaran • TIK menjadi media semua matapelajaran • Pengembangan diri terintegrasi pada setiap matapelajaran dan ekstrakurikuler • Jumlah matapelajaran dari 12 menjadi 10 • Jumlah jam bertambah 6 JP/minggu akibat perubahan pendekatan pembelajaran • Perubahan sistem: ada matapelajaran wajib dan ada matapelajaran pilihan • Terjadi pengurangan matapelajaran yang harus diikuti siswa • Jumlah jam bertambah 1 JP/minggu akibat perubahan pendekatan pembelajaran • Penambahan jenis keahlian berdasarkan spektrum kebutuhan (6 program keahlian, 40 bidang keahlian, 121 kompetensi keahlian) • Pengurangan adaptif dan normatif, penambahan produktif • produktif disesuaikan dengan trend perkembangan di Industri Elemen Perubahan
  • 95. 95 Elemen Perubahan Elemen Deskripsi SD SMP SMA SMK Proses pembelajar-an • Standar Proses yang semula terfokus pada Eksplorasi, Elaborasi, dan Konfirmasi dilengkapi dengan Mengamati, Menanya, Mengolah, Menyajikan, Menyimpulkan, dan Mencipta. • Belajar tidak hanya terjadi di ruang kelas, tetapi juga di lingkungan sekolah dan masyarakat • Guru bukan satu-satunya sumber belajar. • Sikap tidak diajarkan secara verbal, tetapi melalui contoh dan teladan • Tematik dan terpadu • IPA dan IPS masing-masing diajarkan secara terpadu • Adanya mata pelajaran wajib dan pilihan sesuai dengan bakat dan minatnya • Kompetensi keterampilan yang sesuai dengan standar industri
  • 96. 96 Elemen Deskripsi SD SMP SMA SMK Penilaian hasil belajar • Penilaian berbasis kompetensi • Pergeseran dari penilain melalui tes [mengukur kompetensi pengetahuan berdasarkan hasil saja], menuju penilaian otentik [mengukur semua kompetensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan berdasarkan proses dan hasil] • Memperkuat PAP (Penilaian Acuan Patokan) yaitu pencapaian hasil belajar didasarkan pada posisi skor yang diperolehnya terhadap skor ideal (maksimal) • Penilaian tidak hanya pada level KD, tetapi juga kompetensi inti dan SKL • Mendorong pemanfaatan portofolio yang dibuat siswa sebagai instrumen utama penilaian Ekstrakurikuler • Pramuka (wajib) • UKS • PMR • Bahasa Inggris • Pramuka (wajib) • OSIS • UKS • PMR • Dll • Pramuka (wajib) • OSIS • UKS • PMR • Dll • Pramuka (wajib) • OSIS • UKS • PMR • Dll Elemen Perubahan
  • 97. KTSP 2006 Kurikulum 2013 Ket Mata pelajaran tertentu mendukung kompetensi tertentu Tiap mata pelajaran mendukung semua kompetensi [sikap, keterampilan, pengetahuan] Semua Jenjang Mata pelajaran dirancang berdiri sendiri dan memiliki kompetensi dasar sendiri Mata pelajaran dirancang terkait satu dengan yang lain dan memiliki kompetensi dasar yang diikat oleh kompetensi inti tiap kelas Semua Jenjang Bahasa Indonesia sejajar dengan mapel lain Bahasa Indonesia sebagai penghela mapel lain [sikap dan keterampilan berbahasa} SD Tiap mata pelajaran diajarkan dengan pendekatan berbeda Semua mata pelajaran diajarkan dengan pendekatan yang sama [saintifik] melalui mengamati, menanya, mencoba, menalar,.... Semua Jenjang Tiap jenis konten pembelajaran diajarkan terpisah [separated curriculum] Bermacam jenis konten pembelajaran diajarkan terkait dan terpadu satu sama lain [cross curriculum atau integrated curriculum] SD Konten ilmu pengetahuan diintegrasikan dan dijadikan penggerak konten pembelajaran lainnya SD Perbedaan Esensial Kurikulum 2013 97
  • 98. KTSP 2006 Kurikulum 2013 Ket Tematik untuk kelas I – III [belum integratif] Tematik Integratif untuk Kelas I – VI SD TIK adalah mata pelajaran sendiri TIK merupakan sarana pembelajaran, dipergunakan sebagai media pembelajaran mata pelajaran lain SMP Bahasa Indonesia sebagai pengetahuan Bahasa Indonesia sebagai alat komunikasi dan carrier of knowledge SMP/ SMA/SMK Untuk SMA, ada penjurusan sejak kelas XI Tidak ada penjurusan di SMA. Ada mata pelajaran wajib, peminatan, antar minat, dan pendalaman minat SMA/SMK SMA dan SMK tanpa kesamaan kompetensi SMA dan SMK memiliki mata pelajaran wajib yang sama terkait dasar-dasar pengetahuan, keterampilan, dan sikap. SMA/SMK Penjurusan di SMK sangat detil [sampai keahlian] Penjurusan di SMK tidak terlalu detil [sampai bidang studi], didalamnya terdapat pengelompokkan peminatan dan pendalaman SMA/SMK Perbedaan Esensial Kurikulum 2013 98
  • 99. Perubahan untuk Semua Mata Pelajaran No Kurikulum Lama Kurikulum Baru 1 Materi disusun untuk memberikan pengetahuan kepada siswa Materi disusun seimbang mencakup kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan 2 Pendekatan pembelajaran adalah siswa diberitahu tentang materi yang harus dihafal [siswa diberi tahu]. Pendekatan pembelajaran berdasarkan pengamatan, pertanyaan, pengumpulan data, penalaran, dan penyajian hasilnya melalui pemanfaatan berbagai sumber-sumber belajar [siswa mencari tahu] 3 Penilaian pada pengetahuan melalui ulangan dan ujian Penilaian otentik pada aspek kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan berdasarkan portofolio. 99
  • 100. Perubahan pada Ilmu Pengetahuan Sosial No Kurikulum Lama Kurikulum Baru 1 Materi disajikan terpisah menjadi Geografi, Sejarah, Ekonomi, Sosiologi Materi disajikan terpadu, tidak dipisah dalam kelompok Geografi, Sejarah, Ekonomi, Sosiologi. 2 Tidak ada platform, semua kajian berdiri sejajar Menggunakan Geografi sebagai platform kajian dengan pertimbangan semua kejadian dan kegiatan terikat dengan lokasi. Tujuannya adalah menekankan pentingnya konektivitas ruang dalam memperkokoh NKRI. Kajian sejarah, sosiologi, budaya, dan ekonomi disajikan untuk mendukung terbentuknya konektivitas yang lebih kokoh. 3 Diajarkan oleh guru berbeda (team teaching) dengan sertifikasi berdasarkan mata kajian Diajarkan oleh satu orang guru yang memberikan wawasan terpadu antar mata kajian tersebut sehingga siswa dapat memahami pentingnya keterpaduan antar mata kajian tersebut sebelum mendalaminya secara terpisah dan lebih mendalam pada jenjang selanjutnya 100
  • 101. Perubahan pada Ilmu Pengetahuan Alam No Kurikulum Lama Kurikulum Baru 1 Materi disajikan terpisah antara Fisika, Kimia, dan Biologi Materi disajikan terpadu, tidak dipisah dalam kelompok Fisika, Kimia, Biologi 2 Tidak ada platform, semua kajian berdiri sejajar Menggunakan Biologi sebagai platform kajian dengan pertimbangan semua kejadian dan fenomena alam terkait dengan benda beserta interaksi diantara benda-benda tersebut. Tujuannya adalah menekankan pentingnya interaksi biologi, fisika, kimia dan kombinasinya dalam membentuk ikatan yang stabil. 3 Materi ilmu bumi dan anta-riksa masih belum memadai [sebagian dibahas di IPS] Diperkaya dengan materi ilmu bumi dan antariksa sesuai dengan standar internasional 4 Materi kurang mendalam dan cenderung hafalan Materi diperkaya dengan kebutuhan siswa untuk berfikir kritis dan analitis sesuai dengan standar internasional 5 Diajarkan oleh guru berbeda (team teaching) dengan sertifikasi berdasarkan mata kajian Diajarkan oleh satu orang guru yang memberikan wawasan terpadu antar mata kajian tersebut sehingga siswa dapat memahami pentingnya keterpaduan antar mata kajian tersebut sebelum mendalaminya secara terpisah dan lebih mendalam pada jenjang selanjutnya 101
  • 102. Perubahan pada Matematika No Kurikulum Lama Kurikulum Baru 1 Langsung masuk ke materi abstrak Mulai dari pengamatan permasalahan konkret, kemudian ke semi konkret, dan akhirnya abstraksi permasalahan 2 Banyak rumus yang harus dihafal untuk menyelesaikan permasalahan (hanya bisa menggunakan) Rumus diturunkan oleh siswa dan permasalahan yang diajukan harus dapat dikerjakan siswa hanya dengan rumus-rumus dan pengertian dasar (tidak hanya bisa mnggunakan tetapi juga memahami asal-usulnya) 3 Permasalahan matematika selalu diasosiasikan dengan [direduksi menjadi] angka Perimbangan antara matematika dengan angka dan tanpa angka [gambar, grafik, pola, dsb] 4 Tidak membiasakan siswa untuk berfikir kritis [hanya mekanistis] Dirancang supaya siswa harus berfikir kritis untuk menyelesaikan permasalahan yang diajukan 5 Metode penyelesaian masalah yang tidak terstruktur Membiasakan siswa berfikir algoritmis 6 Data dan statistik dikenalkan di kelas IX saja Memperluas materi mencakup peluang, pengolahan data, dan statistik sejak kelas VII serta materi lain sesuai dengan standar internasional 7 Matematika adalah eksak Mengenalkan konsep pendekatan dan perkiraan 102
  • 103. Perubahan pada Bahasa Indonesia/Inggris No Kurikulum Lama Kurikulum Baru 1 Materi yang diajarkan ditekankan pada tatabahasa/struktur bahasa Materi yang dijarkan ditekankan pada kompetensi berbahasa sebagai alat komunikasi untuk menyampaikan gagasan dan pengetahuan 2 Siswa tidak dibiasakan membaca dan memahami makna teks yang disajikan Siswa dibiasakan membaca dan memahami makna teks serta meringkas dan menyajikan ulang dengan bahasa sendiri 3 Siswa tidak dibiasakan menyusun teks yang sistematis, logis, dan efektif Siswa dibiasakan menyusun teks yang sistematis, logis, dan efektif melalui latihan-latihan penyusunan teks 4 Siswa tidak dikenalkan tentang aturan-aturan teks yang sesuai dengan kebutuhan Siswa dikenalkan dengan aturan-aturan teks yang sesuai sehingga tidak rancu dalam proses penyusunan teks (sesuai dengan situasi dan kondisi: siapa, apa, dimana) 5 Kurang menekankan pada pentingnya ekspresi dan spontanitas dalam berbahasa Siswa dibiasakan untuk dapat mengekspresikan dirinya dan pengetahuannya dengan bahasa yang meyakinkan secara spontan 103
  • 104. Perubahan pada Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaran No Kurikulum Lama Kurikulum Baru 1 Materi disajikan berdasarkan empat pilar dengan pembahasan yang terpisah-pisah Materi disajikan tidak berdasarkan pada pengelompokkan menurut empat pilar kebangsaan tetapi berdasarkan keterpaduan empat pilar dalam pembentukan karakter bangsa 2 Materi disajikan berdasarkan pasokan yang ada pada empat pilar kebangsaan Materi disajikan berdasarkan kebutuhan untuk menjadi warga negara yang bertanggung jawab (taat norma, asas, dan aturan) 3 Tidak ada penekanan pada tindakan nyata sebagai warga negara yang baik Adanya kompetensi yang dituntut dari siswa untuk melakukan tindakan nyata sebagai warga negara yang baik 4 Pancasila dan Kewarganegaraan disajikan sebagai pengetahuan yang harus dihafal Pancasila dan Kewarganegaraan bukan hanya pengetahuan, tetapi ditunjukkan melalui tindakan nyata dan sikap keseharian. 104
  • 105. Proses yang Mendukung Kreativitas PROSES PEMBELAJARAN PROSES PENILAIAN Pendekatan saintifik dan kontekstual Kemampuan kreativitas diperoleh melalui:  Observing [mengamati]  Questioning [menanya]  Associating [menalar]  Experimenting [mencoba]  Networking [Membentuk jejaring] Penilaian Otentik  penilaian berbasis portofolio  pertanyaan yang tidak memiliki jawaban tunggal,  memberi nilai bagi jawaban nyeleneh,  menilai proses pengerjaannya bukan hanya hasilnya,  penilaian spontanitas/ekspresif,  dll 105
  • 106. KONSEP PENDEKATAN SCIENTIFIC PPT - 2.2-1 BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DAN PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
  • 107. Kriteria 1. Materi pembelajaran berbasis pada fakta atau fenomena yang dapat dijelaskan dengan logika atau penalaran tertentu; bukan sebatas kira-kira, khayalan, legenda, atau dongeng semata. 2. Penjelasan guru, respon siswa, dan interaksi edukatif guru-siswa terbebas dari prasangka yang serta-merta, pemikiran subjektif, atau penalaran yang menyimpang dari alur berpikir logis. 3. Mendorong dan menginspirasi siswa berpikir secara kritis, analistis, dan tepat dalam mengidentifikasi, memahami, memecahkan masalah, dan mengaplikasikan materi pembelajaran. 107
  • 108. Kriteria (lanjutan) 4. Mendorong dan menginspirasi siswa mampu berpikir hipotetik dalam melihat perbedaan, kesamaan, dan tautan satu sama lain dari materi pembelajaran. 5. Mendorong dan menginspirasi siswa mampu memahami, menerapkan, dan mengembangkan pola berpikir yang rasional dan objektif dalam merespon materi pembelajaran. 6. Berbasis pada konsep, teori, dan fakta empiris yang dapat dipertanggungjawabkan. 7. Tujuan pembelajaran dirumuskan secara sederhana dan jelas, namun menarik sistem penyajiannya. 108
  • 109. 109 Langkah-Langkah Pembelajaran Proses pembelajaran menyentuh tiga ranah, yaitu sikap, pengetahuan, dan keterampilan Sikap (Tahu Mengapa) Keterampilan (Tahu Bagaimana) Pengetahuan (Tahu Apa) Peoduktif Inovatif Kreatif Afektif Hasil belajar melahirkan peserta didik yang produktif, kreatif, inovatif, dan afektif melalui penguatan sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang terintegrasi
  • 110. • Ranah sikap menggamit transformasi substansi atau materi ajar agar peserta didik “tahu mengapa.” • Ranah keterampilan menggamit transformasi substansi atau materi ajar agar peserta didik “tahu bagaimana”. • Ranah pengetahuan menggamit transformasi substansi atau materi ajar agar peserta didik “tahu apa.” • Hasil akhirnya adalah peningkatan dan keseimbangan antara kemampuan untuk menjadi manusia yang baik (soft skills) dan manusia yang memiliki kecakapan dan pengetahuan untuk hidup secara layak (hard skills) dari peserta didik yang meliputi aspek kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan. 110 Langkah-Langkah Pembelajaran (lanjutan)
  • 111. • Kurikulum 2013 menekankan pada dimensi pedagogik modern dalam pembelajaran, yaitu menggunakan pendekatan ilmiah. • Pendekatan ilmiah (scientific appoach) dalam pembelajaran sebagaimana dimaksud meliputi mengamati, menanya, menalar, mencoba, membentuk jejaring untuk semua mata pelajaran. 111 Langkah-Langkah Pembelajaran (lanjutan)
  • 112. 112 Langkah-Langkah Pembelajaran Observing (mengamati) Questioning (menanya) Associating (menalar) Experimen-ting (mencoba) Networking (membentuk Jejaring) Pendekatan ilmiah dalam pembelajaran
  • 113. KONSEP PENILAIAN AUTENTIK PADA PROSES DAN HASIL BELAJAR PPT 2.3 BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DAN PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
  • 114. A. Definisi 1. Penilaian autentik (Authentic Assessment) adalah pengukuran yang bermakna secara signifikan atas hasil belajar peserta didik untuk ranah sikap, keterampilan, dan pengetahuan. 2. Istilah Assessment merupakan sinonim dari penilaian, pengukuran, pengujian, atau evaluasi. 3. Istilah autentik merupakan sinonim dari asli, nyata, valid, atau reliabel. 4. Secara konseptual penilaian autentik lebih bermakna secara signifikan dibandingkan dengan tes pilihan ganda terstandar sekali pun. 5. Ketika menerapkan penilaian autentik untuk mengetahui hasil dan prestasi belajar peserta didik, guru menerapkan kriteria yang berkaitan dengan konstruksi pengetahuan, aktivitas mengamati dan mencoba, dan nilai prestasi luar sekolah. 114
  • 115. B. Penilaian Autentik dan Tuntutan Kurikulum 2013 1. Penilaian autentik memiliki relevansi kuat terhadap pendekatan ilmiah dalam pembelajaran sesuai dengan tuntutan Kurikulum 2013. 2. Penilaian tersebut mampu menggambarkan peningkatan hasil belajar peserta didik, baik dalam rangka mengobservasi, menalar, mencoba, membangun jejaring, dan lain-lain. 3. Penilaian autentik cenderung fokus pada tugas-tugas kompleks atau kontekstual, memungkinkan peserta didik untuk menunjukkan kompetensi mereka dalam pengaturan yang lebih autentik. 4. Penilaian autentik sangat relevan dengan pendekatan tematik terpadu dalam pembejajaran, khususnya jenjang sekolah dasar atau untuk mata pelajaran yang sesuai. 115
  • 116. B. Penilaian Autentik dan Tuntutan Kurikulum 2013 (lanjutan) 5. Penilaian autentik sering dikontradiksikan dengan penilaian yang menggunakan standar tes berbasis norma, pilihan ganda, benar–salah, menjodohkan, atau membuat jawaban singkat. 6. Tentu saja, pola penilaian seperti ini tidak diantikan dalam proses pembelajaran, karena memang lazim digunakan dan memperoleh legitimasi secara akademik. 7. Penilaian autentik dapat dibuat oleh guru sendiri, guru secara tim, atau guru bekerja sama dengan peserta didik. 8. Dalam penilaian autentik, seringkali pelibatan siswa sangat penting. Asumsinya, peserta didik dapat melakukan aktivitas belajar lebih baik ketika mereka tahu bagaimana akan dinilai. 116
  • 117. 9. Peserta didik diminta untuk merefleksikan dan mengevaluasi kinerja mereka sendiri dalam rangka meningkatkan pemahaman yang lebih dalam tentang tujuan pembelajaran serta mendorong kemampuan belajar yang lebih tinggi. 10. Pada penilaian autentik guru menerapkan kriteria yang berkaitan dengan konstruksi pengetahuan, kajian keilmuan, dan pengalaman yang diperoleh dari luar sekolah. 11. Penilaian autentik mencoba menggabungkan kegiatan guru mengajar, kegiatan siswa belajar, motivasi dan keterlibatan peserta didik, serta keterampilan belajar. 12. Karena penilaian itu merupakan bagian dari proses pembelajaran, guru dan peserta didik berbagi pemahaman tentang kriteria kinerja. 117 B. Penilaian Autentik dan Tuntutan Kurikulum 2013 (lanjutan)
  • 118. B. Penilaian Autentik dan Tuntutan Kurikulum 2013 (lanjutan) 13. Dalam beberapa kasus, peserta didik bahkan berkontribusi untuk mendefinisikan harapan atas tugas-tugas yang harus mereka lakukan. 14. Penilaian autentik sering digambarkan sebagai penilaian atas perkembangan peserta didik, karena berfokus pada kemampuan mereka berkembang untuk belajar bagaimana belajar tentang subjek. 15. Penilaian autentik harus mampu menggambarkan sikap, keterampilan, dan pengetahuan apa yang sudah atau belum dimiliki oleh peserta didik, bagaimana mereka menerapkan pengetahuannya, dalam hal apa mereka sudah atau belum mampu menerapkan perolehan belajar, dan sebagainya. 16. Atas dasar itu, guru dapat mengidentifikasi materi apa yang sudah layak dilanjutkan dan untuk materi apa pula kegiatan 118remedial harus dilakukan.
  • 119. C. Penilaian Autentik dan Pembelajaran Autentik 1. Penilaian autentik mengharuskan pembelajaran yang autentik pula. 2. Menurut Ormiston, belajar autentik mencerminkan tugas dan pemecahan masalah yang diperlukan dalam kenyataannya di luar sekolah. 3. Penilaian autentik terdiri dari berbagai teknik penilaian. Pertama, pengukuran langsung keterampilan peserta didik yang berhubungan dengan hasil jangka panjang pendidikan seperti kesuksesan di tempat kerja. Kedua, penilaian atas tugas-tugas yang memerlukan keterlibatan yang luas dan kinerja yang kompleks. Ketiga, analisis proses yang digunakan untuk menghasilkan respon peserta didik atas perolehan sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang ada. 119
  • 120. C. Penilaian Autentik dan Pembelajaran Autentik (lanjutan) 4. Penilaian autentik akan bermakna bagi guru untuk menentukan cara-cara terbaik agar semua siswa dapat mencapai hasil akhir, meski dengan satuan waktu yang berbeda. 5. Konstruksi sikap, keterampilan, dan pengetahuan dicapai melalui penyelesaian tugas di mana peserta didik telah memainkan peran aktif dan kreatif. 6. Keterlibatan peserta didik dalam melaksanakan tugas sangat bermakna bagi perkembangan pribadi mereka. 120
  • 121. 7. Dalam pembelajaran autentik, peserta didik diminta mengumpulkan informasi dengan pendekatan saintifik, memahami aneka fenomena atau gejala dan hubungannya satu sama lain secara mendalam, serta mengaitkan apa yang dipelajari dengan dunia nyata yang ada di luar sekolah. 8. Guru dan peserta didik memiliki tanggung jawab atas apa yang terjadi. Peserta didik pun tahu apa yang mereka ingin pelajari, memiliki parameter waktu yang fleksibel, dan bertanggungjawab untuk tetap pada tugas. 9. Penilaian autentik pun mendorong peserta didik mengkonstruksi, mengorganisasikan, menganalisis, mensintesis, menafsirkan, menjelaskan, dan mengevaluasi informasi untuk kemudian mengubahnya menjadi pengetahuan baru. 121 C. Penilaian Autentik dan Pembelajaran Autentik (lanjutan)
  • 122. C. Penilaian Autentik dan Pembelajaran Autentik (lanjutan) Pada pembelajaran autentik, guru harus menjadi “guru autentik.” Peran guru bukan hanya pada proses pembelajaran, melainkan juga pada penilaian. Untuk bisa melaksanakan pembelajaran autentik, guru harus memenuhi kriteria tertentu: 1. Mengetahui bagaimana menilai kekuatan dan kelemahan peserta didik serta desain pembelajaran. 2. Mengetahui bagaimana cara membimbing peserta didik untuk mengembangkan pengetahuan mereka sebelumnya dengan cara mengajukan pertanyaan dan menyediakan sumberdaya memadai bagi peserta didik untuk melakukan akuisisi pengetahuan. 3. Menjadi pengasuh proses pembelajaran, melihat informasi baru, dan mengasimilasikan pemahaman peserta didik. 4. Menjadi kreatif tentang bagaimana proses belajar peserta didik dapat diperluas dengan menimba pengalaman dari dunia di luar tembok sekolah. 122
  • 123. D. Jenis-jenis Penilaian Autentik 1. Penilaian Kinerja 2. Penilaian Proyek 3. Penilaian Portofolio 4. Penilaian Tertulis 123
  • 124. 1. Penilaian Kinerja Penilaian autentik sebisa mungkin melibatkan parsisipasi peserta didik, khususnya dalam proses dan aspek-aspek yang akan dinilai. Guru dapat melakukannya dengan meminta para peserta didik menyebutkan unsur-unsur proyek/tugas yang akan mereka gunakan untuk menentukan kriteria penyelesaiannya. Cara merekam hasil penilaian berbasis kinerja: 1. Daftar cek (checklist). 2. Catatan anekdot/narasi (anecdotal/narative records). 3. Skala penilaian (rating scale). 4. Memori atau ingatan (memory approach). 124
  • 125. 2. Penilaian Proyek Penilaian proyek (project assessment) merupakan kegiatan penilaian terhadap tugas yang harus diselesaikan oleh peserta didik menurut periode/waktu tertentu. Penyelesaian tugas dimaksud berupa investigasi yang dilakukan oleh peserta didik, mulai dari perencanaan, pengumpulan data, pengorganisasian, pengolahan, analisis, dan penyajian data. Tiga hal yang perlu diperhatian guru dalam penilaian proyek: 1. Keterampilan peserta didik dalam memilih topik, mencari dan mengumpulkan data, mengolah dan menganalisis, memberi makna atas informasi yang diperoleh, dan menulis laporan. 2. Kesesuaian atau relevansi materi pembelajaran dengan pengembangan sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang dibutuhkan oleh peserta didik. 3. Keaslian sebuah proyek pembelajaran yang dikerjakan atau dihasilkan oleh peserta didik. 125
  • 126. 3. Portofolio Penilaian portofolio merupakan penilaian atas kumpulan artefak yang menunjukkan kemajuan dan dihargai sebagai hasil kerja dari dunia nyata. Penilaian portofolio bisa berangkat dari hasil kerja peserta didik secara perorangan atau diproduksi secara berkelompok, memerlukan refleksi peserta didik, dan dievaluasi berdasarkan beberapa dimensi. 126
  • 127. Penilaian portofolio dilakukan dengan menggunakan langkah-langkah seperti berikut ini. 1. Guru menjelaskan secara ringkas esensi penilaian portofolio. 2. Guru atau guru bersama peserta didik menentukan jenis portofolio yang akan dibuat. 3. Peserta didik, baik sendiri maupun kelompok, mandiri atau di bawah bimbingan guru menyusun portofolio pembelajaran. 4. Guru menghimpun dan menyimpan portofolio peserta didik pada tempat yang sesuai, disertai catatan tanggal pengumpulannya. 5. Guru menilai portofolio peserta didik dengan kriteria tertentu. 6. Jika memungkinkan, guru bersama peserta didik membahas bersama dokumen portofolio yang dihasilkan. 7. Guru memberi umpan balik kepada peserta didik atas hasil penilaian portofolio. 127 3. Portofolio (lanjutan)
  • 128. 4. Penilaian Tertulis • Tes tertulis berbentuk uraian atau esai menuntut peserta didik mampu mengingat, memahami, mengorganisasikan, menerapkan, menganalisis, mensintesis, mengevaluasi, dan sebagainya atas materi yang sudah dipelajari. Tes tertulis berbentuk uraian sebisa mungkin bersifat komprehensif, sehingga mampu menggambarkan ranah sikap, pengetahuan, dan keterampilan peserta didik. 128