SlideShare a Scribd company logo
1 of 63
POPULASI
Populasi
Studi
Kumpulan dari satuan atau
unit dimana kita
mengambil sampel
Populasi
Target
Kumpulan dari satuan atau
unit yang ingin kita buat
inferensi/generalisasi nya
dalam suatu penelitian
atau sering disebut dengan
sasaran penelitian
Syarat Populasi
Meliputi seluruh unit
sampel
Sampel tdk dihitung 2
kali
Batas jelas
Up to date Dpt dilacak dilapangan
Mengapa harus dilakukan
pengambilan sampel??
● Adanya populasi yang sangat besar (infinite population), di dalam
populasi yang besar dan tidak terbatas tidak mungkin seluruh
populasi diamati sebab membutuhkan waktu yang lama.
● Homogenitas  tidak perlu semua unit populasi yang homogen
diamati dan diukur
● Penarikan sampel menghemat biaya dan waktu
● Ketelitian dan ketepatan pengukuan, meneliti dan mengukur subjek
dalam jumlah sedikit (sampel) tentu akan lebih teliti dibandingkan
dengan mengukur subjek yang banyak (populasi)
POPULASI
BESAR
Lebih ekonomis
Lebih efisensi
Lebih akurat  kontrol yang
baik saat pengukuran
Proses
Sampling
Kelompok referensi untuk memperkirakan
karakteristik atau menarik kesimpulan
tentang populasi
SAMPEL
Harus Representatif
Ciri-Ciri Sampel yang Baik
Dapat memberikan
keterangan
sebanyak mungkin
dengan biaya yang
efisien
Dapat menentukan
presisi (ketepatan) hasil
penelitian dengan
menentukan standar
deviasi dari taksiran
yang diperoleh
Sederhana dan
mudah dilaksanakan
Dapat menghasilkan
gambaran karakter
populasi yang tepat
Keuntungan
Sampling
Murah
Mudah
Cepat
Akurat
Mewakili
populasi
Spesifik
Kesalahan dalam Pengambilan
Sampel
Melakukan sampling
secara ceroboh atau tidak
layak
Memilih jenis sampling
yang tidak sesuai dengan
tujuan studi
11
Prosedur Pengambilan
Sampel
Sample Size
Menentukan jenis
data yg diperlukan
Menentukan
tujuan penelitian
Menentukan
populasi sampel
Menentukan teknik
sampling
Menentukan unit
sample yg
diperlukan
Memilih
Sampel
Cara
Pengambilan
Sampel
Besar
Sampel
Besar sampel saja tidak menjamin
bahwa sampel yang kita “ambil” akan
mewakili karakteristik populasinya
tanpa memperhatikan cara
pengambilannya, sebaiknya cara
pengambilan sampel yang menganut
azas probabilitas atau random tidak
dengan sendirinya akan memperoleh
sampel yang representatif terhadap
populasinya tanpa memperhitungkan
besar sampel terhadap populasinya.
Sampel
Representatif
Tujuan Penelitiian
Estimasi tertentu pada populasi (penelitian deskriptif)
Contoh :
1. Mengetahui proporsi penyakit ISPA pada balita
2. Mengetahui distribusi frekuensi cakupan konsumsi Fe pada ibu hamil
Pengujian hipotesis untuk membandingkan nilai satu kelompok
populasi dengan kelompok populasi lain
Proporsi ISPA pada balita dari populasi ibu perokok lebih tinggi dibandingkan
dengan dari populasi ibu non-perokok
● Suatu penelitian bertujuan menguji hipotesis bahwa terdapat
perbedaan proporsi cakupan ASI ekskusif antara ibu anemia
dengan ibu tidak anemia, maka untuk memastikan bahwa
perbedaan yang ditemukan bukan karena kebetulan, maka
dilakukan uji statistik
● Ditetapkannya :
○ H0 (Hipotesis Nol)  tidak ada perbedaan antara
parameter kedua populasi
○ Ha (Hipotesis Alternatif  ada perbedaan parameter
kedua populasi
Cara menguji Hipotesis?
● Kesalahan tipe I atau α, yaitu salah menolak hipotesis
nol, padahal di populasi hipotesis adalah benar
● Kesalahan tipe II atau β, yaitu peneliti gagal menolak
hipotesis nol, padahal di populasi hipotesis nol adalah
salah
● Kekuatan uji (power) atau 1-β, yaitu kemungkinan
untuk menolak hipotesis nol jika hipotesis nol pada
populasi adalah salah
Keputusannya bergantung dari seberapa besar
risiko untuk salah mengambil kesimpulan, yaitu:
Besar Sampel tergantung pada :
a. Eksplorasi awal: 1
percontoh mungkin cukup
b. Generalisasi - harus
representative
Semakin tinggi ~ semakin
besar sampel
a. Kategorikal/
proporsional
b. Kontinyu (interval)
Jenis Penelitian
Derajat ketepatan
perkiraan yg
diinginkan
Skala Ukur Variabel
Dependen
03
Perhitungan besar Sampel Minimal
● Estimasi Proporsi dengan Presisi Mutlak  penelitian deskriptif (data kategorik)
● n= Jumlah sampel dibutuhkan
● Z= Nilai Baku distribusi normal pada a tertentu (99%, 95%, 90%
Nilai 99% = 2,58; 95% = 1,96; 90% = 1,64
● p= proporsi suatu kejadian (penelitian sebelumnya)
● d= derajat akurasi (presisi) yang diinginkan
d
P
P
Z
=
n 2
)
1
(
)
( 2
1 
a
a

1
Z
Kepala Dinas Kabupaten Cianjur ingin mengetahui prevalensi anemia pada ibu
hamil. Berdasarkan informasi pada survei gizi ibu hamil di jawa barat diperoleh
prevalensi anemia pada kehamilan sebesar 62%. Berdasarkan masalah dan
informasi yang ada, berapa jumlah sampel yang dibutuhkan jika kepala dinas
menginginkan presisi mutlak sebesar 10% dengan derajat kepercayaan 90% ?
Jawaban
Diketahui :
90% = 1,64
p = 62% = 0,62
d = 10%
Tentukan jumlah sampel minimal
Contoh Soal
a

1
Z
Perhitungan rumus sampel minimal :
47
,
90
01
,
0
)
38
,
0
(
62
,
0
84
.
3
)
1
,
0
(
)
62
,
0
1
(
62
,
0
96
,
1
)
1
(
2
2





n
x
n
x
n
d
P
P
z
=
n 2
2
-
1 a
Jadi, sampel minimum yang
dibutuhkan sebesar 90,47 ibu
hamil. Jumlah tersebut dibulatkan
menjadi 91 ibu hamil, yang berarti
91 ibu hamil dibutuhkan sebagai
sampel agar kita percaya 90%
dalam melakukan estimasi
prevalensi anemia pada ibu hamil.
Perhitungan besar Sampel Minimal
● Estimasi Rata-Rata penelitian deskriptif (data numerik)
● n= Jumlah sampel dibutuhkan
● Z= Nilai Baku distribusi normal pada a tertentu (99%, 95%, 90%
Nilai 99% = 2,58; 95% = 1,96; 90% = 1,64
● σ= standar deviasi (penelitian sebelumnya)
● d= derajat akurasi (presisi) yang diinginkan
2
2
1 )
(
d
Z
=
n 2

a

a

1
Z
Suatu penelitian dilakukan untuk mengetahui asupan energi pada balita di
Kabupaten Lampung Selatan. Dari penelitian di Kabupaten lain, diketahui
standar deviasi asupan energi pada balita adalah 50 kkal. Besar sampel yang
harus diambil jika peneliti menginginkan derajat kepercayaan 95% dan besar
simpangan maksimum dari rata-rata asupan energi adalah 20kkal?
Jawaban
Diketahui :
95% = 1,96
Σ = 50
d = 20
Tentukan jumlah sampel minimal
Contoh Soal
a

1
Z
Jadi, sampel minimum yang
dibutuhkan sebesar 24,01
Balita. Jumlah tersebut
dibulatkan menjadi 25 balita.
01
,
24
20
50
96
,
1
)
(
2
2
2
2
2
1



n
x
n
d
Z
=
n 2

a
Uji Hipotesis Beda 2 Proporsi (two tailed)
Crossectional
Uji Hipotesis Beda Proporsi 2 Sisi  Penelitian analitik dengan data kategorik
)2
p
-
p
(
)2
q
p
+
q
p
z
+
2PQ
z
(
=
n
2
1
2
2
1
1
-
1
-
1 
a
•n= Jumlah sampel yang dibutuhkan=n1=n2
•Z= Nilai Baku distribusi normal pada a atau  tertentu
• = Derajat Kepercayaan 99% = 2,58; 95%=1,96; 90%=1,64
• = Kekuatan Uji 99% = 2,33; 95% = 1,64; 90%=1,28; 80%=0,84
•p1=proporsi sesuatu pd klp I; q1=1-p1
•p2=proporsi sesuatu pd klp II; q2=1-p2
•P= (p1+p2)/2; Q=1-P
z -
1 
z -
1 a
Rumus jumlah sampel tersebut adalah untuk sampel yang
diambil secara acak sederhana (simple random sampling).
Pada penelitian survei, pengambilan sampel secara acak
sederhana sulit untuk dilakukan sehingga jumlah sampel
yang diperoleh harus dikalikan dengan faktor efek desain
(design effect), yang sering digunakan adalah dikali 2
Contoh hasil penelitian dimana persentase dihitung
berdasarkan baris
Variabel Terikat Total
Kategori 1 Kategori 2
Variabel
Bebas
Kategori 1 a (p1) b (q1) (a+b) (n1)
Kategori 2 c (p2) d (q2) (c+d) (n2)
Total (a+c) (b+d) n1+n2
Suatu penelitian pendahuluan mempelihatkan bahwa
kebiasaan merokok pada ibu hamil merupakan faktor
risiko terhadap kejadian BBLR (Berat Bayi Lahir
Rendah). Pada penelitian tersebut, dari 20 ibu hamil
yang merokok, 12 orang melahirkan dengan BBLR. Dari
20 ibu hamil yang tidak merokok, 6 orang melahirkan
bayi BBLR. Seorang peneliti ingin mengetahui apakah
ada perbedaan proporsi BBLR antara ibu hamil yang
merokok dengan tidak merokok. Berapa besar sampel
yang diperlukan jika peneliti menghendaki drajat
kemaknaan 5% dan kekuatan uji 80%?
Jawaban
Diketahui :
Proporsi bayi BBLR pada ibu yang merokok =
12
20
𝑥100% = 60%  p1 = 0,6
Proporsi bayi BBLR pada ibu yang tidak merokok =
6
20
𝑥100% = 30% p2 = 0,3
Proporsi rata-rata(P) = (p1+p2)/2 = (0,6+0,3)/2 = 0,45
Derajat kemaknaan 5% = = 1,96
Kekuatan Uji 80% = = 0,84
Maka, perhitungan besar sampel minimal sebagai berikut
z -
1 a
z -
1 
92
,
41
)
3
,
0
6
,
0
(
)
)
3
,
0
1
(
3
,
0
6
,
0
1
(
6
,
0
84
,
0
)
45
,
0
1
(
45
,
0
2
96
,
1
(
2
2








n
x
n
)2
p
-
p
(
)2
q
p
+
q
p
z
+
2pq
z
(
=
n
2
1
2
2
1
1
-
1
-
1 
a
Jadi untuk membuktikan bahwa
proporsi BBLR pada ibu merokok
tidak sama/berbeda dari proporsi
BBLR ibu yang tidak merokok
diperlukan sampel minimal
sebanyak 42 pada masing-masing
kelompok.
Variabel dependen : kategori
Dua populasi  Penelitian kasus kontrol
P2= Proporsi subjek terpajan pada
kelompok tanpa penyakit;
q2=1-P2
P= (p1+p2)/2; Q= 1-P
2
1
2
2
2
2
1
1
1
1
)
(
)
2
(
p
p
q
p
q
p
z
PQ
z
n





 
a
n= jumlah sampel=n1=n2
Z=nilai baku distribusi normal
p1= Proporsi subjek terpajan pada
kelompok penyakit
q1 = 1 – p1
Contoh hasil penelitian dimana persentase dihitung
berdasarkan kolom
Variabel Terikat Total
Kasus Kontrol
Variabel
Bebas
terpajan a (p1) b (p2) (a+b)
Tidak terpajan c (q1) d (q2) (c+d)
Total (a+c) (n1) (b+d) (n2) n1+n2
Jawaban
Diketahui :
Proporsi bayi Non BBLR pada ibu yang anemia = 60%  p2 = 0,6
OR = 2,5  p1 =
𝑂𝑅 𝑝2
𝑂𝑅 𝑝2 +(1−𝑝2)
=
2,5(0,6)
2,5 0,6+(1−0,6)
=0,78
Proporsi rata-rata(P) = (p1+p2)/2 = (0,6+0,78)/2 = 0,69
Derajat kemaknaan 5% = = 1,96
Kekuatan Uji 80% = = 0,84
Maka, perhitungan besar sampel minimal sebagai berikut
z -
1 a
z -
1 
96
.
44
)
6
,
0
78
,
0
(
)
)
6
,
0
1
(
6
,
0
78
,
0
1
(
78
,
0
84
,
0
)
69
,
0
1
(
69
,
0
2
96
,
1
(
2
2








n
x
n
)2
p
-
p
(
)2
q
p
+
q
p
z
+
2PQ
z
(
=
n
2
1
2
2
1
1
-
1
-
1 
a
Jadi untuk membuktikan bahwa
proporsi BBLR pada ibu anemia
tidak sama/berbeda dari proporsi
BBLR pada ibu yang tidak anemia
diperlukan sampel minimal
sebanyak 50 pada masing-masing
kelompok.
N= jumlah sampel=n1=n2
Z=nilai baku distribusi normal
p1= proporsi sesuatu pada kelompok I;
p1 = (RR)P2; q1=1-P1
P2= proporsi sesuatu pada kelompok II;
q2=1-P2
Uji Hipotesis Risiko Relatif
Dua populasi  kohort
2
1
2
2
2
2
1
1
1
1
)
(
)
2
(
p
p
q
p
q
p
z
PQ
z
n





 
a
2
)
( 2
1 p
p
P


P
Q 
 1
Contoh hasil penelitian dimana persentase dihitung
berdasarkan baris
Variabel Terikat Total
Penyakit (+) Penyakit (-)
Variabel
Bebas
terpajan a (p1) b (q1) (a+b) (n1)
Tidak terpajan c (p2) d (q2) (c+d) (n2)
Total (a+c) (b+d) n1+n2
Contoh Soal 4
Seorang peneliti ingin membandingkan terapi
pembedahan dengan radiasi untuk suatu jenis
kanker. Dari penelitian terdahulu diketahui bahwa
35% pasien kanker tersebut yang menjalani terapi
pembedahan meninggal dalam waktu 5 tahun
setelah terapi. Berapa besar sampel yang
diperlukan jika peneliti ingin melakukan penelitian
kohort dengan asumsi resiko kematian pada terapi
radiasi adalah separuh dari terapi pembedahan
(RR = 0,5) dan peneliti menginginkan derajat
kemaknaan 5% serta kekuatan uji 90% ?
Jawaban
Diketahui :
Proporsi kematian pasien kanker dengan terapi pembedahan radiasi
= 35%  p2 = 0,35
RR = 0,5  p1 = RR(p1)= 0,5 x 0,35 = 0,175
Proporsi rata-rata(P) = (p1+p2)/2 = (0,175+0,35)/2 = 0,262
Derajat kemaknaan 5% = = 1,96
Kekuatan Uji 90% = = 1,28
Maka, perhitungan besar sampel minimal sebagai berikut
z -
1 a
z -
1 
33
.
121
)
35
,
0
175
,
0
(
)
)
35
,
0
1
(
35
,
0
)
175
,
0
1
(
175
,
0
28
,
1
)
262
,
0
1
(
262
,
0
2
96
,
1
(
2
2








n
x
n
)2
p
-
p
(
)2
q
p
+
q
p
z
+
2PQ
z
(
=
n
2
1
2
2
1
1
-
1
-
1 
a Jadi besar sampel
minimal untuk
penelitian kohort
tersebut adalah 122
pada masing-masing
kelompok.
● Pada uji hipotesis beda rata-rata berpasangan (dependen sampel),
peneliti ingin menguji perbedaan rata-rata sebelum dan sesudah
intervensi diberikan.
● Maka rumus yang digunakan
Uji Hipotesis Beda Rata-Rata Dua
Kelompok Berpasangan
2
2
1
2
1
1
2
)
(
)
(


 
a


 
 Z
Z
n
Keterangan :
σ = standar deviasi
Z=nilai baku distribusi normal
µ1= rata-rata pada keadaan sebelum
intervensi
µ2=rata-rata pada keadaan sesudah
intervensi
Contoh Soal
Seorang peneliti ingin membuktikan efek
pembeian tablet zat besi terhadap peningkatan
kadar hemoglobin pada ibu hamil. Dari penelitian
pendahuluan pada 10 orang ibu hamil, diketahui
rata-rata kadar hemoglobin sebelum perlakuan
adalah 9,5 g/dl dan setelah empat bulan
pemberian zat besi rata-rata menjadi 10,5 g/dl.
Jadi ada peningkatan kadar hemoglobin 1,0 g/dl
dan standar deviasi 0,25 g/dl. Peneliti ingin
menguji hipotesis dengan perbedaan rata-rata
minimum yang ingin diketahui adalah sebesar 0,2
g/dl, tingkat kemaknaan 5% dan kekuatan uji
90%. Berapa jumlah sampel minimal yang
dibutuhkan dalam penelitian tersebut?
Jawaban
Diketahui :
σ = 0,25
Perbedaan rata-rata minimum (µ1-µ2)= 0,2
α 5% maka Z1-α = 1,96
Kekuatan Uji 90% maka Z1-β = 1,28
Maka perhitungan sampel minimal yang dibutuhkan sebagai berikut.
17
)
2
,
0
(
)
28
,
1
96
,
1
(
25
,
0
)
(
)
(
2
2
2
2
2
1
2
1
1
2





 

n
n
Z
Z
n


 
a
Jadi, peneliti membutuhkan
minimal 17 ibu hamil sebagai
sampel
● Penelitian sering ditujukan untuk mengetahui perbedaan dua rata-rata pada kelompok atau populasi
independen.
● Misalnya peneliti ingin mengetahui perbedaan rata-rata antara kelompok 1 yang diberikan
intervensi/perlakuan dengan kelompok 2 (diberikan intervensi lain/tidak diberikan intervensi)
● Maka rumus yang digunakan sebagai berikut
Uji Hipotesis Beda Rata-Rata Dua
Kelompok Independen
2
2
1
2
1
1
2
)
(
)
(
2


 
a


 
 Z
Z
n
Keterangan :
σ = standar deviasi
Z=nilai baku distribusi normal
µ1= rata-rata pada kelompok 1
µ2= rata-rata pada kelompok 2
Pada umumnya nilai tidak diketahui sehingga
umumnya diperkirakan berdasarkan varians gabungan
dengan rumus sebagai berikut
Keterangan :
= standar deviasi pada kelompok 1
= standar deviasi pada kelompok 2
2

)
1
2
(
)
1
1
(
)
1
2
(
)
1
1
[(
2
2
2
1
2







n
n
s
n
s
n
Sp
2
1
s
2
2
s
Seorang peneliti ingin mengetahui efek samping asupan
natrium terhadap tekanan darah orang dewasa sehat. Pada
penelitian sebelumnya dengan jumlah sampel 20 orang
untuk masing-masing kelompok diketahui pada kelompok
masyarakat yan konsumsi natrium rendah rata-rata tekanan
darah diastolik adalah 75 mmHg dengan standar deviasi 10
mmHg. Pada kelompok masyarakat yang konsumsi
natriumnya tinggi rata-rata tekanan darah diastoliknya
adalah 82 mmHg dengan standar deviasi 12 mmHg. Berapa
jumlah sampel minimum yang dibutuhkan jika peneliti
hendak menguji hipotesis adanya perbedaan tekanan
diastolik pada kedua kelompok tersebut dengan derajat
kemaknaan 5% dan kekuatan uji 80%?
Jawaban
Diketahui:
n1 = 20, s1 = 10, µ1=75
n2 = 20, s2 = 12, µ2=82
Kemaknaan 5% , maka nilai Z1-α = 1,96 (dari tabel Z)
Kekuatan uji 80%, maka nilai Z1-β = 0,84 (dari tabel Z)
Maka, perhitungan rumus sampel sebagai berikut
122
_
1
20
(
)
1
20
(
]
12
)
1
20
(
10
)
1
20
[
)
1
2
(
)
1
1
(
)
1
2
(
)
1
1
[(
2
2
2
2
2
2
2
1
2















p
p
p
S
S
n
n
s
n
s
n
S
03
,
39
)
82
75
(
]
84
,
0
96
,
1
)[
122
(
2
)
(
)
(
2
2
2
2
2
1
2
1
1






 

n
n
Z
Z
n


 
a
Jadi peneliti memerlukan sampel minimal 40 orang untuk masing-masing kelompok
Uji Hipotesis Koefisien Korelasi
3
)
(
2
1
1


 



a z
z
n









r
r
In
1
1
5
,
0

• Dalam penelitian yang menghubungkan
antara 2 variabel kontinu (numerik),
peneliti seringkali menggambarkan
hubungan tersebut dalam bentuk
koefisien korelasi (r) atau koefisien
determinasi (r²).
• Perhitungan besar sampel untuk uji
hipotesis koefisien korelasi
Keterangan :
Z=nilai baku distribusi normal
= transformasi fisher
r = koefisien korelasi

Rumus jumlah sampel tersebut adalah untuk sampel yang diambil secara acak sederhana (simple random sampling).
Pada penelitian survei, pengambilan sampel secara acak sederhana sulit untuk dilakukan sehingga jumlah sampel
yang diperoleh harus dikalikan dengan faktor efek desain (design effect), yang sering digunakan adalah dikali 2
Contoh Soal
Seorang peneliti ingin mengetahui hubungan antara tinggi badan ibu dengan status gizi
anak balita yang dinyatakan dengan z-score indeks BB/TB atau PB. Peneliti
memperkirakan koefisien korelasi kedua variabel tersebut adalah sebesar 0,8. berapa
jumlah sampel minimal jika peneliti menghendaki tingkat kemaknaan 1% dan kekuatan uji
90%?
Jawaban
Diketahui :
Koefisien korelasi (r)= 0,8
Kemaknaan 1% , maka nilai Z1-α = 2.58 (dari tabel Z)
Kekuatan uji 90%, maka nilai Z1-β = 1.28 (dari tabel Z)
Maka, perhitungan rumus sampel sebagai berikut
0986
,
1
8
,
0
1
8
,
0
1
5
,
0
1
1
5
,
0






















In
r
r
In
35
,
15
3
0986
,
1
28
,
1
58
,
2
3
)
(
2
1
1












 

n
n
z
z
n


a
Jadi, peneliti membutuhkan
sampel minimal sebesar 16
orang.
Teknik sampling merupakan salah satu elemen yang
penting dalam suatu penelitian. Penelitian yang baik, kecil
maupun besar, baik itu penelitian kuantitatif dan
kualitatif, wajib menentukan dan menerapkan suatu
metode sampling dan menentukan sampel yang akan
diambil untuk subjek penelitian.
Menentukan sampel dalam teknik sampling menjadi hal
yang krusial dalam penelitian. Keakuratannya
memengaruhi tingkat keberhasilan riset Anda.
Sampling
Frame
• “Sampling frame”  Daftar yang berisikan setiap
elemen populasi yang bisa diambil sebagai sampel
• Contoh  Daftar rumah tangga, Buku petunjuk
telepon, catatan pajak, catatan SIM,dll
• Kerangka sampling yang baik penting untuk
sampling yang akurat
• Kerangka sampling harus “up to date”.
Teknik Pengambilan Sampel
Probabilty
Sampling
Teknik pengambilan sampel
yang memberikan peluang
yang sama bagi setiap
anggota populasi untuk
dijadikan sampel
Non
Probability
sampling
Teknik pengambilan sampel
yang tidak memberi
peluang/kesempatan yang sama
untuk dipilih menjadi sampel
Probabilty Sampling
Cluster
Sampling
Stratified Random
Sampling
Systematic
sampling
Simple random
sampling
Simple Random Sampling
Digunakan jika populasi tidak
terlalu bervariasi (homogen) dan
tidak terlalu menyebar secara
geografis
Harus tersedia sampling frame/
kerangka sampling
Cara pengambilan sampel dengan
diundi, menggunakan tabel
bilangan random, menggunakan
perangkat komputer
Cluster Sampling Cluster random sampling adalah suatu jenis
teknik sampling dimana seorang peneliti membagi
populasi menjadi beberapa kelompok yang
terpisah yang disebut sebagai cluster. Dari
beberapa cluster ini diambil beberapa sampel
yang dipilih secara random atau acak. Cluster
random sampling adalah teknik sampling yang
banyak digunakan pada kelompok statistika yang
sifatnya geografis. Dalam metode cluster,
populasi dibagi menjadi beberapa gugus atau
kelas dengan asumsi setiap gugus atau kelas
sudah terdapat semua sifat-sifat atau variansi
yang hendak diteliti. Selanjutnya kelas-kelas
itulah yang akan diacak atau dirandom. Dan unit
sampel akan diambil dari kelas yang sudah dipilih.
Langkah-langkah
cluster random sampling
Peneliti membagi populasi
menjadi beberapa
kelompok/kluster berdasarkan
kecamatan/kriteria tertentu
Peneliti memilih beberapa cluster
sesuai dengan penelitian yang
dilakukan melalui pemilihan
sampel acak yang sistematis
Lalu dari beberapa cluster yang
telah dipilih secara acak, peneliti
dapat memilih bebeapa subjek dari
tiap cluster melalui random
sampling
02
01 03
● Pada penyampelan jenis ini, anggota populasi
dikelompokkan berdasarkan stratanya, misal
tinggi, sedang, dan rendah. Kemudian dipilih
sampel yang mewakili masing-masing strata
● Elemen populasi dibagi menjadi beberapa
tingkatan (stratifikasi) berdasarkan karakter
yang melekat padanya. Dalam stratified
random sampling elemen populasi
dikelompokkan pada tingkatan-tingkatan
tertentu dengan tujuan pengambilan sampel
akan merata pada seluruh tingkatan dan
sampel mewakili karakter seluruh elemen
populasi yang heterogen.
Stratified Random Sampling
Langkah-Langkah Stratified Random
Sampling
04
Pilih sampel dari
setiap stratum
secara acak.
03
Tentukan jumlah
sampel dalam setiap
stratum
02
Bagi sampling frame
tersebut berdasarkan
strata yang dikehendaki
01
Siapkan “sampling
frame”
• Jika peneliti dihadapkan pada ukuran populasi yang banyak dan tidak
memiliki alat pengambil data secara random, cara pengambilan sampel
sistematis dapat digunakan.
• Cara ini menuntut kepada peneliti untuk memilih unsur populasi secara
sistematis, yaitu unsur populasi yang bisa dijadikan sampel adalah yang
“keberapa”.
• Misalnya, setiap unsur populasi yang keenam, yang bisa dijadikan sampel.
Soal “keberapa”-nya satu unsur populasi bisa dijadikan sampel tergantung
pada ukuran populasi dan ukuran sampel.
• Misalnya, dalam satu populasi terdapat 5000 rumah. Sampel yang akan
diambil adalah 250 rumah dengan demikian interval di antara sampel
kesatu, kedua, dan seterusnya adalah 25.
Systematic Sampling
1. Susun sampling frame
2. Tetapkan jumlah sampel yang
ingin diambil
3. Tentukan K (kelas interval)
4. Tentukan angka atau nomor awal
di antara kelas interval tersebut
secara acak atau random –
biasanya melalui cara undian saja
5. Mulailah mengambil sampel
dimulai dari angka atau nomor
awal yang terpilih
6. Pilihlah sebagai sampel angka
atau nomor interval berikutnya
Langkah-langkah Systematic Sampling
Non Probability sampling
Purposive
Sampling
Snowball
Sampling
Accidental
Sampling
Quota
Sampling
Teknik
Sampel
Jenuh
Purposive
Sampling
Purposive Sampling adalah teknik sampling yang
cukup sering digunakan. Metode ini menggunakan
kriteria yang telah dipilih oleh peneliti dalam
memilih sampel. Kriteria pemilihan sampel terbagi
menjadi kriteria inklusi dan eksklusi.
Kriteria inklusi merupakan
kriteria sampel yang diinginkan
peneliti berdasarkan tujuan
penelitian.
Kriteria eksklusi merupakan
kriteria khusus yang
menyebabkan calon responden
yang memenuhi kriteria inklusi
harus dikeluarkan dari kelompok
penelitian
Quota Sampling
Tehnik sampling ini mengambil jumlah
sampel sebanyak jumlah yang telah
ditentukan oleh peneliti.
Sampel diambil dengan memberikan jatah
atau quota tertentu terhadap kelompok.
Pengumpulan data dilakukan langsung pada
unit sampling. Setelah jatah terpenuhi, maka
pengumpulan data dihentikan.
Kelebihan metode ini yaitu praktis karena
sampel penelitian sudah diketahui
sebelumnya, sedangkan kekurangannya
yaitu bias penelitian cukup tinggi jika
menggunakan metode ini.
Accidental Sampling
Sampling aksidental adalah
teknik penentuan sampel
berdasarkan kebetulan, yaitu
siapa saja yang secara
kebetulan bertemu dengan
peneliti dapat digunakan
sebagai sampel, bila
dipandang orang yang
kebetulan ditemui itu sesuai
sebagai sumber data.
Dalam teknik sampling
aksidental, pengambilan
sampel tidak ditetapkan lebih
dahulu. Peneliti langsung saja
mengumpulkan data dari unit
sampling yang ditemui.
Teknik Sampel Jenuh
● Teknik Sampling Jenuh adalah teknik
penentuan sampel yang menjadikan
semua anggota populasi sebagai
sampel. dengan syarat populasi yang
ada kurang dari 30 orang.
CREDITS: This presentation template was created by
Slidesgo, including icons by Flaticon, and
infographics & images by Freepik
THANKS!

More Related Content

Similar to SAMPLING.pptx

Tugas uas b.indonesia
Tugas uas b.indonesiaTugas uas b.indonesia
Tugas uas b.indonesiaatin111
 
Menghitung besar-sampel-penelitian
Menghitung besar-sampel-penelitianMenghitung besar-sampel-penelitian
Menghitung besar-sampel-penelitianAhmad Tobroni
 
Cara menghitung besar Sampel Statistik.ppt
Cara menghitung besar Sampel Statistik.pptCara menghitung besar Sampel Statistik.ppt
Cara menghitung besar Sampel Statistik.pptAyu Nurdiyan
 
Pilihan uji statistik
Pilihan uji statistikPilihan uji statistik
Pilihan uji statistikAnwar Hidayat
 
dokumen.tips_populasi-dan-sampelppt-569cccbb58aa4.ppt
dokumen.tips_populasi-dan-sampelppt-569cccbb58aa4.pptdokumen.tips_populasi-dan-sampelppt-569cccbb58aa4.ppt
dokumen.tips_populasi-dan-sampelppt-569cccbb58aa4.pptssuser384015
 
Populasi dan sampel
Populasi dan sampelPopulasi dan sampel
Populasi dan sampelzmeffendi
 
Pert. 3 statistik teknik penarikan sampel
Pert. 3 statistik teknik penarikan sampelPert. 3 statistik teknik penarikan sampel
Pert. 3 statistik teknik penarikan sampelArief Pratama
 
Bahan ajar stat non par
Bahan ajar stat non par Bahan ajar stat non par
Bahan ajar stat non par Fuhr Heri
 
Bab.10 uji hipotesis
Bab.10 uji hipotesisBab.10 uji hipotesis
Bab.10 uji hipotesisBayu Bayu
 
Populasi_dan_Sampel-Populasi_dan_Sampel.ppt
Populasi_dan_Sampel-Populasi_dan_Sampel.pptPopulasi_dan_Sampel-Populasi_dan_Sampel.ppt
Populasi_dan_Sampel-Populasi_dan_Sampel.pptAgathaHaselvin
 
Populasi dan Sampel.pptrntrtnnrrnrrnrnrtn
Populasi dan Sampel.pptrntrtnnrrnrrnrnrtnPopulasi dan Sampel.pptrntrtnnrrnrrnrnrtn
Populasi dan Sampel.pptrntrtnnrrnrrnrnrtnMahruriSaputra
 
9 PENDUGAAN-PARAMETER RERATA DAN PROPORSI.pptx
9 PENDUGAAN-PARAMETER RERATA DAN PROPORSI.pptx9 PENDUGAAN-PARAMETER RERATA DAN PROPORSI.pptx
9 PENDUGAAN-PARAMETER RERATA DAN PROPORSI.pptxKosmetikolshop
 
Besar sampel crossectional case_control_kohort_iwan_ariawan
Besar sampel crossectional case_control_kohort_iwan_ariawanBesar sampel crossectional case_control_kohort_iwan_ariawan
Besar sampel crossectional case_control_kohort_iwan_ariawannanang_wardhana
 
Populasi_dan_Sample FIX.ppt keperawatan!
Populasi_dan_Sample FIX.ppt keperawatan!Populasi_dan_Sample FIX.ppt keperawatan!
Populasi_dan_Sample FIX.ppt keperawatan!windri3
 
Populasi dan sampel
Populasi dan sampel Populasi dan sampel
Populasi dan sampel fikri asyura
 
14-10_ Pengujian Hipotesis - Sampel Kecil.pdf
14-10_ Pengujian Hipotesis - Sampel Kecil.pdf14-10_ Pengujian Hipotesis - Sampel Kecil.pdf
14-10_ Pengujian Hipotesis - Sampel Kecil.pdfssusere6d456
 

Similar to SAMPLING.pptx (20)

Tugas uas b.indonesia
Tugas uas b.indonesiaTugas uas b.indonesia
Tugas uas b.indonesia
 
Menghitung besar-sampel-penelitian
Menghitung besar-sampel-penelitianMenghitung besar-sampel-penelitian
Menghitung besar-sampel-penelitian
 
Cara menghitung besar Sampel Statistik.ppt
Cara menghitung besar Sampel Statistik.pptCara menghitung besar Sampel Statistik.ppt
Cara menghitung besar Sampel Statistik.ppt
 
Pilihan uji statistik
Pilihan uji statistikPilihan uji statistik
Pilihan uji statistik
 
dokumen.tips_populasi-dan-sampelppt-569cccbb58aa4.ppt
dokumen.tips_populasi-dan-sampelppt-569cccbb58aa4.pptdokumen.tips_populasi-dan-sampelppt-569cccbb58aa4.ppt
dokumen.tips_populasi-dan-sampelppt-569cccbb58aa4.ppt
 
Populasi dan sampel
Populasi dan sampelPopulasi dan sampel
Populasi dan sampel
 
Pert. 3 statistik teknik penarikan sampel
Pert. 3 statistik teknik penarikan sampelPert. 3 statistik teknik penarikan sampel
Pert. 3 statistik teknik penarikan sampel
 
Probabilitas sampling
Probabilitas samplingProbabilitas sampling
Probabilitas sampling
 
Bahan ajar stat non par
Bahan ajar stat non par Bahan ajar stat non par
Bahan ajar stat non par
 
Bab.10 uji hipotesis
Bab.10 uji hipotesisBab.10 uji hipotesis
Bab.10 uji hipotesis
 
Populasi_dan_Sampel-Populasi_dan_Sampel.ppt
Populasi_dan_Sampel-Populasi_dan_Sampel.pptPopulasi_dan_Sampel-Populasi_dan_Sampel.ppt
Populasi_dan_Sampel-Populasi_dan_Sampel.ppt
 
Populasi dan Sampel.pptrntrtnnrrnrrnrnrtn
Populasi dan Sampel.pptrntrtnnrrnrrnrnrtnPopulasi dan Sampel.pptrntrtnnrrnrrnrnrtn
Populasi dan Sampel.pptrntrtnnrrnrrnrnrtn
 
9 PENDUGAAN-PARAMETER RERATA DAN PROPORSI.pptx
9 PENDUGAAN-PARAMETER RERATA DAN PROPORSI.pptx9 PENDUGAAN-PARAMETER RERATA DAN PROPORSI.pptx
9 PENDUGAAN-PARAMETER RERATA DAN PROPORSI.pptx
 
Besar sampel crossectional case_control_kohort_iwan_ariawan
Besar sampel crossectional case_control_kohort_iwan_ariawanBesar sampel crossectional case_control_kohort_iwan_ariawan
Besar sampel crossectional case_control_kohort_iwan_ariawan
 
Uji Beda Mean
Uji Beda MeanUji Beda Mean
Uji Beda Mean
 
Statistika_Inferensial.pptx
Statistika_Inferensial.pptxStatistika_Inferensial.pptx
Statistika_Inferensial.pptx
 
Metode sampling kimia farmasi
Metode sampling kimia farmasiMetode sampling kimia farmasi
Metode sampling kimia farmasi
 
Populasi_dan_Sample FIX.ppt keperawatan!
Populasi_dan_Sample FIX.ppt keperawatan!Populasi_dan_Sample FIX.ppt keperawatan!
Populasi_dan_Sample FIX.ppt keperawatan!
 
Populasi dan sampel
Populasi dan sampel Populasi dan sampel
Populasi dan sampel
 
14-10_ Pengujian Hipotesis - Sampel Kecil.pdf
14-10_ Pengujian Hipotesis - Sampel Kecil.pdf14-10_ Pengujian Hipotesis - Sampel Kecil.pdf
14-10_ Pengujian Hipotesis - Sampel Kecil.pdf
 

Recently uploaded

MODUL AJAR IPAS KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR IPAS KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR IPAS KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR IPAS KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdfAndiCoc
 
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfAndiCoc
 
TUGAS RUANG KOLABORASI 1.3 PRAKARSA PERUBAHAN
TUGAS RUANG KOLABORASI 1.3 PRAKARSA PERUBAHANTUGAS RUANG KOLABORASI 1.3 PRAKARSA PERUBAHAN
TUGAS RUANG KOLABORASI 1.3 PRAKARSA PERUBAHANwawan479953
 
PPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptx
PPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptxPPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptx
PPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptxriscacriswanda
 
Program Kerja Public Relations - Perencanaan
Program Kerja Public Relations - PerencanaanProgram Kerja Public Relations - Perencanaan
Program Kerja Public Relations - PerencanaanAdePutraTunggali
 
Panduan Memahami Data Rapor Pendidikan 2024
Panduan Memahami Data Rapor Pendidikan 2024Panduan Memahami Data Rapor Pendidikan 2024
Panduan Memahami Data Rapor Pendidikan 2024RahmadLalu1
 
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfAndiCoc
 
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKAKELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKAppgauliananda03
 
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsxvIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsxsyahrulutama16
 
AKSI NYATA TOPIK 1 MERDEKA BELAJAR. PPTX
AKSI NYATA TOPIK 1 MERDEKA BELAJAR. PPTXAKSI NYATA TOPIK 1 MERDEKA BELAJAR. PPTX
AKSI NYATA TOPIK 1 MERDEKA BELAJAR. PPTXIksanSaputra6
 
Memperkasakan Dialog Prestasi Sekolah.pptx
Memperkasakan Dialog Prestasi Sekolah.pptxMemperkasakan Dialog Prestasi Sekolah.pptx
Memperkasakan Dialog Prestasi Sekolah.pptxsalmnor
 
MODUL AJAR BAHASA INGGRIS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INGGRIS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR BAHASA INGGRIS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INGGRIS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfAndiCoc
 
PPT Mean Median Modus data tunggal .pptx
PPT Mean Median Modus data tunggal .pptxPPT Mean Median Modus data tunggal .pptx
PPT Mean Median Modus data tunggal .pptxDEAAYUANGGREANI
 
OPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptx
OPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptxOPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptx
OPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptxDedeRosza
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdfAndiCoc
 
668579210-Visi-Gp-Berdasarkan-Tahapan-Bagja.pdf
668579210-Visi-Gp-Berdasarkan-Tahapan-Bagja.pdf668579210-Visi-Gp-Berdasarkan-Tahapan-Bagja.pdf
668579210-Visi-Gp-Berdasarkan-Tahapan-Bagja.pdfAfriYani29
 
Topik 4_Eksplorasi Konsep LK Kelompok_Pendidikan Berkelanjutan
Topik 4_Eksplorasi Konsep LK Kelompok_Pendidikan BerkelanjutanTopik 4_Eksplorasi Konsep LK Kelompok_Pendidikan Berkelanjutan
Topik 4_Eksplorasi Konsep LK Kelompok_Pendidikan BerkelanjutanAyuApriliyanti6
 
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...pipinafindraputri1
 
1. Kisi-kisi PAT IPA Kelas 7 Kurmer 2024
1. Kisi-kisi PAT IPA Kelas 7 Kurmer 20241. Kisi-kisi PAT IPA Kelas 7 Kurmer 2024
1. Kisi-kisi PAT IPA Kelas 7 Kurmer 2024DessyArliani
 
Aksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMK
Aksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMKAksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMK
Aksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMKgamelamalaal
 

Recently uploaded (20)

MODUL AJAR IPAS KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR IPAS KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR IPAS KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR IPAS KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
TUGAS RUANG KOLABORASI 1.3 PRAKARSA PERUBAHAN
TUGAS RUANG KOLABORASI 1.3 PRAKARSA PERUBAHANTUGAS RUANG KOLABORASI 1.3 PRAKARSA PERUBAHAN
TUGAS RUANG KOLABORASI 1.3 PRAKARSA PERUBAHAN
 
PPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptx
PPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptxPPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptx
PPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptx
 
Program Kerja Public Relations - Perencanaan
Program Kerja Public Relations - PerencanaanProgram Kerja Public Relations - Perencanaan
Program Kerja Public Relations - Perencanaan
 
Panduan Memahami Data Rapor Pendidikan 2024
Panduan Memahami Data Rapor Pendidikan 2024Panduan Memahami Data Rapor Pendidikan 2024
Panduan Memahami Data Rapor Pendidikan 2024
 
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKAKELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
 
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsxvIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
 
AKSI NYATA TOPIK 1 MERDEKA BELAJAR. PPTX
AKSI NYATA TOPIK 1 MERDEKA BELAJAR. PPTXAKSI NYATA TOPIK 1 MERDEKA BELAJAR. PPTX
AKSI NYATA TOPIK 1 MERDEKA BELAJAR. PPTX
 
Memperkasakan Dialog Prestasi Sekolah.pptx
Memperkasakan Dialog Prestasi Sekolah.pptxMemperkasakan Dialog Prestasi Sekolah.pptx
Memperkasakan Dialog Prestasi Sekolah.pptx
 
MODUL AJAR BAHASA INGGRIS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INGGRIS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR BAHASA INGGRIS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INGGRIS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
PPT Mean Median Modus data tunggal .pptx
PPT Mean Median Modus data tunggal .pptxPPT Mean Median Modus data tunggal .pptx
PPT Mean Median Modus data tunggal .pptx
 
OPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptx
OPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptxOPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptx
OPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptx
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
668579210-Visi-Gp-Berdasarkan-Tahapan-Bagja.pdf
668579210-Visi-Gp-Berdasarkan-Tahapan-Bagja.pdf668579210-Visi-Gp-Berdasarkan-Tahapan-Bagja.pdf
668579210-Visi-Gp-Berdasarkan-Tahapan-Bagja.pdf
 
Topik 4_Eksplorasi Konsep LK Kelompok_Pendidikan Berkelanjutan
Topik 4_Eksplorasi Konsep LK Kelompok_Pendidikan BerkelanjutanTopik 4_Eksplorasi Konsep LK Kelompok_Pendidikan Berkelanjutan
Topik 4_Eksplorasi Konsep LK Kelompok_Pendidikan Berkelanjutan
 
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
 
1. Kisi-kisi PAT IPA Kelas 7 Kurmer 2024
1. Kisi-kisi PAT IPA Kelas 7 Kurmer 20241. Kisi-kisi PAT IPA Kelas 7 Kurmer 2024
1. Kisi-kisi PAT IPA Kelas 7 Kurmer 2024
 
Aksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMK
Aksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMKAksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMK
Aksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMK
 

SAMPLING.pptx

  • 1.
  • 2.
  • 3. POPULASI Populasi Studi Kumpulan dari satuan atau unit dimana kita mengambil sampel Populasi Target Kumpulan dari satuan atau unit yang ingin kita buat inferensi/generalisasi nya dalam suatu penelitian atau sering disebut dengan sasaran penelitian
  • 4. Syarat Populasi Meliputi seluruh unit sampel Sampel tdk dihitung 2 kali Batas jelas Up to date Dpt dilacak dilapangan
  • 5. Mengapa harus dilakukan pengambilan sampel?? ● Adanya populasi yang sangat besar (infinite population), di dalam populasi yang besar dan tidak terbatas tidak mungkin seluruh populasi diamati sebab membutuhkan waktu yang lama. ● Homogenitas  tidak perlu semua unit populasi yang homogen diamati dan diukur ● Penarikan sampel menghemat biaya dan waktu ● Ketelitian dan ketepatan pengukuan, meneliti dan mengukur subjek dalam jumlah sedikit (sampel) tentu akan lebih teliti dibandingkan dengan mengukur subjek yang banyak (populasi)
  • 6. POPULASI BESAR Lebih ekonomis Lebih efisensi Lebih akurat  kontrol yang baik saat pengukuran Proses Sampling Kelompok referensi untuk memperkirakan karakteristik atau menarik kesimpulan tentang populasi SAMPEL Harus Representatif
  • 7. Ciri-Ciri Sampel yang Baik Dapat memberikan keterangan sebanyak mungkin dengan biaya yang efisien Dapat menentukan presisi (ketepatan) hasil penelitian dengan menentukan standar deviasi dari taksiran yang diperoleh Sederhana dan mudah dilaksanakan Dapat menghasilkan gambaran karakter populasi yang tepat
  • 8.
  • 10. Kesalahan dalam Pengambilan Sampel Melakukan sampling secara ceroboh atau tidak layak Memilih jenis sampling yang tidak sesuai dengan tujuan studi
  • 11. 11 Prosedur Pengambilan Sampel Sample Size Menentukan jenis data yg diperlukan Menentukan tujuan penelitian Menentukan populasi sampel Menentukan teknik sampling Menentukan unit sample yg diperlukan Memilih Sampel
  • 12. Cara Pengambilan Sampel Besar Sampel Besar sampel saja tidak menjamin bahwa sampel yang kita “ambil” akan mewakili karakteristik populasinya tanpa memperhatikan cara pengambilannya, sebaiknya cara pengambilan sampel yang menganut azas probabilitas atau random tidak dengan sendirinya akan memperoleh sampel yang representatif terhadap populasinya tanpa memperhitungkan besar sampel terhadap populasinya. Sampel Representatif
  • 13.
  • 14. Tujuan Penelitiian Estimasi tertentu pada populasi (penelitian deskriptif) Contoh : 1. Mengetahui proporsi penyakit ISPA pada balita 2. Mengetahui distribusi frekuensi cakupan konsumsi Fe pada ibu hamil Pengujian hipotesis untuk membandingkan nilai satu kelompok populasi dengan kelompok populasi lain Proporsi ISPA pada balita dari populasi ibu perokok lebih tinggi dibandingkan dengan dari populasi ibu non-perokok
  • 15. ● Suatu penelitian bertujuan menguji hipotesis bahwa terdapat perbedaan proporsi cakupan ASI ekskusif antara ibu anemia dengan ibu tidak anemia, maka untuk memastikan bahwa perbedaan yang ditemukan bukan karena kebetulan, maka dilakukan uji statistik ● Ditetapkannya : ○ H0 (Hipotesis Nol)  tidak ada perbedaan antara parameter kedua populasi ○ Ha (Hipotesis Alternatif  ada perbedaan parameter kedua populasi Cara menguji Hipotesis?
  • 16. ● Kesalahan tipe I atau α, yaitu salah menolak hipotesis nol, padahal di populasi hipotesis adalah benar ● Kesalahan tipe II atau β, yaitu peneliti gagal menolak hipotesis nol, padahal di populasi hipotesis nol adalah salah ● Kekuatan uji (power) atau 1-β, yaitu kemungkinan untuk menolak hipotesis nol jika hipotesis nol pada populasi adalah salah Keputusannya bergantung dari seberapa besar risiko untuk salah mengambil kesimpulan, yaitu:
  • 17.
  • 18. Besar Sampel tergantung pada : a. Eksplorasi awal: 1 percontoh mungkin cukup b. Generalisasi - harus representative Semakin tinggi ~ semakin besar sampel a. Kategorikal/ proporsional b. Kontinyu (interval) Jenis Penelitian Derajat ketepatan perkiraan yg diinginkan Skala Ukur Variabel Dependen 03
  • 19. Perhitungan besar Sampel Minimal ● Estimasi Proporsi dengan Presisi Mutlak  penelitian deskriptif (data kategorik) ● n= Jumlah sampel dibutuhkan ● Z= Nilai Baku distribusi normal pada a tertentu (99%, 95%, 90% Nilai 99% = 2,58; 95% = 1,96; 90% = 1,64 ● p= proporsi suatu kejadian (penelitian sebelumnya) ● d= derajat akurasi (presisi) yang diinginkan d P P Z = n 2 ) 1 ( ) ( 2 1  a a  1 Z
  • 20. Kepala Dinas Kabupaten Cianjur ingin mengetahui prevalensi anemia pada ibu hamil. Berdasarkan informasi pada survei gizi ibu hamil di jawa barat diperoleh prevalensi anemia pada kehamilan sebesar 62%. Berdasarkan masalah dan informasi yang ada, berapa jumlah sampel yang dibutuhkan jika kepala dinas menginginkan presisi mutlak sebesar 10% dengan derajat kepercayaan 90% ? Jawaban Diketahui : 90% = 1,64 p = 62% = 0,62 d = 10% Tentukan jumlah sampel minimal Contoh Soal a  1 Z
  • 21. Perhitungan rumus sampel minimal : 47 , 90 01 , 0 ) 38 , 0 ( 62 , 0 84 . 3 ) 1 , 0 ( ) 62 , 0 1 ( 62 , 0 96 , 1 ) 1 ( 2 2      n x n x n d P P z = n 2 2 - 1 a Jadi, sampel minimum yang dibutuhkan sebesar 90,47 ibu hamil. Jumlah tersebut dibulatkan menjadi 91 ibu hamil, yang berarti 91 ibu hamil dibutuhkan sebagai sampel agar kita percaya 90% dalam melakukan estimasi prevalensi anemia pada ibu hamil.
  • 22. Perhitungan besar Sampel Minimal ● Estimasi Rata-Rata penelitian deskriptif (data numerik) ● n= Jumlah sampel dibutuhkan ● Z= Nilai Baku distribusi normal pada a tertentu (99%, 95%, 90% Nilai 99% = 2,58; 95% = 1,96; 90% = 1,64 ● σ= standar deviasi (penelitian sebelumnya) ● d= derajat akurasi (presisi) yang diinginkan 2 2 1 ) ( d Z = n 2  a  a  1 Z
  • 23. Suatu penelitian dilakukan untuk mengetahui asupan energi pada balita di Kabupaten Lampung Selatan. Dari penelitian di Kabupaten lain, diketahui standar deviasi asupan energi pada balita adalah 50 kkal. Besar sampel yang harus diambil jika peneliti menginginkan derajat kepercayaan 95% dan besar simpangan maksimum dari rata-rata asupan energi adalah 20kkal? Jawaban Diketahui : 95% = 1,96 Σ = 50 d = 20 Tentukan jumlah sampel minimal Contoh Soal a  1 Z
  • 24. Jadi, sampel minimum yang dibutuhkan sebesar 24,01 Balita. Jumlah tersebut dibulatkan menjadi 25 balita. 01 , 24 20 50 96 , 1 ) ( 2 2 2 2 2 1    n x n d Z = n 2  a
  • 25. Uji Hipotesis Beda 2 Proporsi (two tailed) Crossectional Uji Hipotesis Beda Proporsi 2 Sisi  Penelitian analitik dengan data kategorik )2 p - p ( )2 q p + q p z + 2PQ z ( = n 2 1 2 2 1 1 - 1 - 1  a •n= Jumlah sampel yang dibutuhkan=n1=n2 •Z= Nilai Baku distribusi normal pada a atau  tertentu • = Derajat Kepercayaan 99% = 2,58; 95%=1,96; 90%=1,64 • = Kekuatan Uji 99% = 2,33; 95% = 1,64; 90%=1,28; 80%=0,84 •p1=proporsi sesuatu pd klp I; q1=1-p1 •p2=proporsi sesuatu pd klp II; q2=1-p2 •P= (p1+p2)/2; Q=1-P z - 1  z - 1 a Rumus jumlah sampel tersebut adalah untuk sampel yang diambil secara acak sederhana (simple random sampling). Pada penelitian survei, pengambilan sampel secara acak sederhana sulit untuk dilakukan sehingga jumlah sampel yang diperoleh harus dikalikan dengan faktor efek desain (design effect), yang sering digunakan adalah dikali 2
  • 26. Contoh hasil penelitian dimana persentase dihitung berdasarkan baris Variabel Terikat Total Kategori 1 Kategori 2 Variabel Bebas Kategori 1 a (p1) b (q1) (a+b) (n1) Kategori 2 c (p2) d (q2) (c+d) (n2) Total (a+c) (b+d) n1+n2
  • 27. Suatu penelitian pendahuluan mempelihatkan bahwa kebiasaan merokok pada ibu hamil merupakan faktor risiko terhadap kejadian BBLR (Berat Bayi Lahir Rendah). Pada penelitian tersebut, dari 20 ibu hamil yang merokok, 12 orang melahirkan dengan BBLR. Dari 20 ibu hamil yang tidak merokok, 6 orang melahirkan bayi BBLR. Seorang peneliti ingin mengetahui apakah ada perbedaan proporsi BBLR antara ibu hamil yang merokok dengan tidak merokok. Berapa besar sampel yang diperlukan jika peneliti menghendaki drajat kemaknaan 5% dan kekuatan uji 80%?
  • 28. Jawaban Diketahui : Proporsi bayi BBLR pada ibu yang merokok = 12 20 𝑥100% = 60%  p1 = 0,6 Proporsi bayi BBLR pada ibu yang tidak merokok = 6 20 𝑥100% = 30% p2 = 0,3 Proporsi rata-rata(P) = (p1+p2)/2 = (0,6+0,3)/2 = 0,45 Derajat kemaknaan 5% = = 1,96 Kekuatan Uji 80% = = 0,84 Maka, perhitungan besar sampel minimal sebagai berikut z - 1 a z - 1  92 , 41 ) 3 , 0 6 , 0 ( ) ) 3 , 0 1 ( 3 , 0 6 , 0 1 ( 6 , 0 84 , 0 ) 45 , 0 1 ( 45 , 0 2 96 , 1 ( 2 2         n x n )2 p - p ( )2 q p + q p z + 2pq z ( = n 2 1 2 2 1 1 - 1 - 1  a Jadi untuk membuktikan bahwa proporsi BBLR pada ibu merokok tidak sama/berbeda dari proporsi BBLR ibu yang tidak merokok diperlukan sampel minimal sebanyak 42 pada masing-masing kelompok.
  • 29. Variabel dependen : kategori Dua populasi  Penelitian kasus kontrol P2= Proporsi subjek terpajan pada kelompok tanpa penyakit; q2=1-P2 P= (p1+p2)/2; Q= 1-P 2 1 2 2 2 2 1 1 1 1 ) ( ) 2 ( p p q p q p z PQ z n        a n= jumlah sampel=n1=n2 Z=nilai baku distribusi normal p1= Proporsi subjek terpajan pada kelompok penyakit q1 = 1 – p1
  • 30. Contoh hasil penelitian dimana persentase dihitung berdasarkan kolom Variabel Terikat Total Kasus Kontrol Variabel Bebas terpajan a (p1) b (p2) (a+b) Tidak terpajan c (q1) d (q2) (c+d) Total (a+c) (n1) (b+d) (n2) n1+n2
  • 31.
  • 32. Jawaban Diketahui : Proporsi bayi Non BBLR pada ibu yang anemia = 60%  p2 = 0,6 OR = 2,5  p1 = 𝑂𝑅 𝑝2 𝑂𝑅 𝑝2 +(1−𝑝2) = 2,5(0,6) 2,5 0,6+(1−0,6) =0,78 Proporsi rata-rata(P) = (p1+p2)/2 = (0,6+0,78)/2 = 0,69 Derajat kemaknaan 5% = = 1,96 Kekuatan Uji 80% = = 0,84 Maka, perhitungan besar sampel minimal sebagai berikut z - 1 a z - 1  96 . 44 ) 6 , 0 78 , 0 ( ) ) 6 , 0 1 ( 6 , 0 78 , 0 1 ( 78 , 0 84 , 0 ) 69 , 0 1 ( 69 , 0 2 96 , 1 ( 2 2         n x n )2 p - p ( )2 q p + q p z + 2PQ z ( = n 2 1 2 2 1 1 - 1 - 1  a Jadi untuk membuktikan bahwa proporsi BBLR pada ibu anemia tidak sama/berbeda dari proporsi BBLR pada ibu yang tidak anemia diperlukan sampel minimal sebanyak 50 pada masing-masing kelompok.
  • 33. N= jumlah sampel=n1=n2 Z=nilai baku distribusi normal p1= proporsi sesuatu pada kelompok I; p1 = (RR)P2; q1=1-P1 P2= proporsi sesuatu pada kelompok II; q2=1-P2 Uji Hipotesis Risiko Relatif Dua populasi  kohort 2 1 2 2 2 2 1 1 1 1 ) ( ) 2 ( p p q p q p z PQ z n        a 2 ) ( 2 1 p p P   P Q   1
  • 34. Contoh hasil penelitian dimana persentase dihitung berdasarkan baris Variabel Terikat Total Penyakit (+) Penyakit (-) Variabel Bebas terpajan a (p1) b (q1) (a+b) (n1) Tidak terpajan c (p2) d (q2) (c+d) (n2) Total (a+c) (b+d) n1+n2
  • 35. Contoh Soal 4 Seorang peneliti ingin membandingkan terapi pembedahan dengan radiasi untuk suatu jenis kanker. Dari penelitian terdahulu diketahui bahwa 35% pasien kanker tersebut yang menjalani terapi pembedahan meninggal dalam waktu 5 tahun setelah terapi. Berapa besar sampel yang diperlukan jika peneliti ingin melakukan penelitian kohort dengan asumsi resiko kematian pada terapi radiasi adalah separuh dari terapi pembedahan (RR = 0,5) dan peneliti menginginkan derajat kemaknaan 5% serta kekuatan uji 90% ?
  • 36. Jawaban Diketahui : Proporsi kematian pasien kanker dengan terapi pembedahan radiasi = 35%  p2 = 0,35 RR = 0,5  p1 = RR(p1)= 0,5 x 0,35 = 0,175 Proporsi rata-rata(P) = (p1+p2)/2 = (0,175+0,35)/2 = 0,262 Derajat kemaknaan 5% = = 1,96 Kekuatan Uji 90% = = 1,28 Maka, perhitungan besar sampel minimal sebagai berikut z - 1 a z - 1  33 . 121 ) 35 , 0 175 , 0 ( ) ) 35 , 0 1 ( 35 , 0 ) 175 , 0 1 ( 175 , 0 28 , 1 ) 262 , 0 1 ( 262 , 0 2 96 , 1 ( 2 2         n x n )2 p - p ( )2 q p + q p z + 2PQ z ( = n 2 1 2 2 1 1 - 1 - 1  a Jadi besar sampel minimal untuk penelitian kohort tersebut adalah 122 pada masing-masing kelompok.
  • 37. ● Pada uji hipotesis beda rata-rata berpasangan (dependen sampel), peneliti ingin menguji perbedaan rata-rata sebelum dan sesudah intervensi diberikan. ● Maka rumus yang digunakan Uji Hipotesis Beda Rata-Rata Dua Kelompok Berpasangan 2 2 1 2 1 1 2 ) ( ) (     a      Z Z n Keterangan : σ = standar deviasi Z=nilai baku distribusi normal µ1= rata-rata pada keadaan sebelum intervensi µ2=rata-rata pada keadaan sesudah intervensi
  • 38. Contoh Soal Seorang peneliti ingin membuktikan efek pembeian tablet zat besi terhadap peningkatan kadar hemoglobin pada ibu hamil. Dari penelitian pendahuluan pada 10 orang ibu hamil, diketahui rata-rata kadar hemoglobin sebelum perlakuan adalah 9,5 g/dl dan setelah empat bulan pemberian zat besi rata-rata menjadi 10,5 g/dl. Jadi ada peningkatan kadar hemoglobin 1,0 g/dl dan standar deviasi 0,25 g/dl. Peneliti ingin menguji hipotesis dengan perbedaan rata-rata minimum yang ingin diketahui adalah sebesar 0,2 g/dl, tingkat kemaknaan 5% dan kekuatan uji 90%. Berapa jumlah sampel minimal yang dibutuhkan dalam penelitian tersebut?
  • 39. Jawaban Diketahui : σ = 0,25 Perbedaan rata-rata minimum (µ1-µ2)= 0,2 α 5% maka Z1-α = 1,96 Kekuatan Uji 90% maka Z1-β = 1,28 Maka perhitungan sampel minimal yang dibutuhkan sebagai berikut. 17 ) 2 , 0 ( ) 28 , 1 96 , 1 ( 25 , 0 ) ( ) ( 2 2 2 2 2 1 2 1 1 2         n n Z Z n     a Jadi, peneliti membutuhkan minimal 17 ibu hamil sebagai sampel
  • 40. ● Penelitian sering ditujukan untuk mengetahui perbedaan dua rata-rata pada kelompok atau populasi independen. ● Misalnya peneliti ingin mengetahui perbedaan rata-rata antara kelompok 1 yang diberikan intervensi/perlakuan dengan kelompok 2 (diberikan intervensi lain/tidak diberikan intervensi) ● Maka rumus yang digunakan sebagai berikut Uji Hipotesis Beda Rata-Rata Dua Kelompok Independen 2 2 1 2 1 1 2 ) ( ) ( 2     a      Z Z n Keterangan : σ = standar deviasi Z=nilai baku distribusi normal µ1= rata-rata pada kelompok 1 µ2= rata-rata pada kelompok 2 Pada umumnya nilai tidak diketahui sehingga umumnya diperkirakan berdasarkan varians gabungan dengan rumus sebagai berikut Keterangan : = standar deviasi pada kelompok 1 = standar deviasi pada kelompok 2 2  ) 1 2 ( ) 1 1 ( ) 1 2 ( ) 1 1 [( 2 2 2 1 2        n n s n s n Sp 2 1 s 2 2 s
  • 41. Seorang peneliti ingin mengetahui efek samping asupan natrium terhadap tekanan darah orang dewasa sehat. Pada penelitian sebelumnya dengan jumlah sampel 20 orang untuk masing-masing kelompok diketahui pada kelompok masyarakat yan konsumsi natrium rendah rata-rata tekanan darah diastolik adalah 75 mmHg dengan standar deviasi 10 mmHg. Pada kelompok masyarakat yang konsumsi natriumnya tinggi rata-rata tekanan darah diastoliknya adalah 82 mmHg dengan standar deviasi 12 mmHg. Berapa jumlah sampel minimum yang dibutuhkan jika peneliti hendak menguji hipotesis adanya perbedaan tekanan diastolik pada kedua kelompok tersebut dengan derajat kemaknaan 5% dan kekuatan uji 80%?
  • 42. Jawaban Diketahui: n1 = 20, s1 = 10, µ1=75 n2 = 20, s2 = 12, µ2=82 Kemaknaan 5% , maka nilai Z1-α = 1,96 (dari tabel Z) Kekuatan uji 80%, maka nilai Z1-β = 0,84 (dari tabel Z) Maka, perhitungan rumus sampel sebagai berikut 122 _ 1 20 ( ) 1 20 ( ] 12 ) 1 20 ( 10 ) 1 20 [ ) 1 2 ( ) 1 1 ( ) 1 2 ( ) 1 1 [( 2 2 2 2 2 2 2 1 2                p p p S S n n s n s n S 03 , 39 ) 82 75 ( ] 84 , 0 96 , 1 )[ 122 ( 2 ) ( ) ( 2 2 2 2 2 1 2 1 1          n n Z Z n     a Jadi peneliti memerlukan sampel minimal 40 orang untuk masing-masing kelompok
  • 43. Uji Hipotesis Koefisien Korelasi 3 ) ( 2 1 1        a z z n          r r In 1 1 5 , 0  • Dalam penelitian yang menghubungkan antara 2 variabel kontinu (numerik), peneliti seringkali menggambarkan hubungan tersebut dalam bentuk koefisien korelasi (r) atau koefisien determinasi (r²). • Perhitungan besar sampel untuk uji hipotesis koefisien korelasi Keterangan : Z=nilai baku distribusi normal = transformasi fisher r = koefisien korelasi  Rumus jumlah sampel tersebut adalah untuk sampel yang diambil secara acak sederhana (simple random sampling). Pada penelitian survei, pengambilan sampel secara acak sederhana sulit untuk dilakukan sehingga jumlah sampel yang diperoleh harus dikalikan dengan faktor efek desain (design effect), yang sering digunakan adalah dikali 2
  • 44. Contoh Soal Seorang peneliti ingin mengetahui hubungan antara tinggi badan ibu dengan status gizi anak balita yang dinyatakan dengan z-score indeks BB/TB atau PB. Peneliti memperkirakan koefisien korelasi kedua variabel tersebut adalah sebesar 0,8. berapa jumlah sampel minimal jika peneliti menghendaki tingkat kemaknaan 1% dan kekuatan uji 90%? Jawaban Diketahui : Koefisien korelasi (r)= 0,8 Kemaknaan 1% , maka nilai Z1-α = 2.58 (dari tabel Z) Kekuatan uji 90%, maka nilai Z1-β = 1.28 (dari tabel Z) Maka, perhitungan rumus sampel sebagai berikut 0986 , 1 8 , 0 1 8 , 0 1 5 , 0 1 1 5 , 0                       In r r In 35 , 15 3 0986 , 1 28 , 1 58 , 2 3 ) ( 2 1 1                n n z z n   a Jadi, peneliti membutuhkan sampel minimal sebesar 16 orang.
  • 45.
  • 46. Teknik sampling merupakan salah satu elemen yang penting dalam suatu penelitian. Penelitian yang baik, kecil maupun besar, baik itu penelitian kuantitatif dan kualitatif, wajib menentukan dan menerapkan suatu metode sampling dan menentukan sampel yang akan diambil untuk subjek penelitian. Menentukan sampel dalam teknik sampling menjadi hal yang krusial dalam penelitian. Keakuratannya memengaruhi tingkat keberhasilan riset Anda.
  • 47. Sampling Frame • “Sampling frame”  Daftar yang berisikan setiap elemen populasi yang bisa diambil sebagai sampel • Contoh  Daftar rumah tangga, Buku petunjuk telepon, catatan pajak, catatan SIM,dll • Kerangka sampling yang baik penting untuk sampling yang akurat • Kerangka sampling harus “up to date”.
  • 48. Teknik Pengambilan Sampel Probabilty Sampling Teknik pengambilan sampel yang memberikan peluang yang sama bagi setiap anggota populasi untuk dijadikan sampel Non Probability sampling Teknik pengambilan sampel yang tidak memberi peluang/kesempatan yang sama untuk dipilih menjadi sampel
  • 50. Simple Random Sampling Digunakan jika populasi tidak terlalu bervariasi (homogen) dan tidak terlalu menyebar secara geografis Harus tersedia sampling frame/ kerangka sampling Cara pengambilan sampel dengan diundi, menggunakan tabel bilangan random, menggunakan perangkat komputer
  • 51. Cluster Sampling Cluster random sampling adalah suatu jenis teknik sampling dimana seorang peneliti membagi populasi menjadi beberapa kelompok yang terpisah yang disebut sebagai cluster. Dari beberapa cluster ini diambil beberapa sampel yang dipilih secara random atau acak. Cluster random sampling adalah teknik sampling yang banyak digunakan pada kelompok statistika yang sifatnya geografis. Dalam metode cluster, populasi dibagi menjadi beberapa gugus atau kelas dengan asumsi setiap gugus atau kelas sudah terdapat semua sifat-sifat atau variansi yang hendak diteliti. Selanjutnya kelas-kelas itulah yang akan diacak atau dirandom. Dan unit sampel akan diambil dari kelas yang sudah dipilih.
  • 52. Langkah-langkah cluster random sampling Peneliti membagi populasi menjadi beberapa kelompok/kluster berdasarkan kecamatan/kriteria tertentu Peneliti memilih beberapa cluster sesuai dengan penelitian yang dilakukan melalui pemilihan sampel acak yang sistematis Lalu dari beberapa cluster yang telah dipilih secara acak, peneliti dapat memilih bebeapa subjek dari tiap cluster melalui random sampling 02 01 03
  • 53. ● Pada penyampelan jenis ini, anggota populasi dikelompokkan berdasarkan stratanya, misal tinggi, sedang, dan rendah. Kemudian dipilih sampel yang mewakili masing-masing strata ● Elemen populasi dibagi menjadi beberapa tingkatan (stratifikasi) berdasarkan karakter yang melekat padanya. Dalam stratified random sampling elemen populasi dikelompokkan pada tingkatan-tingkatan tertentu dengan tujuan pengambilan sampel akan merata pada seluruh tingkatan dan sampel mewakili karakter seluruh elemen populasi yang heterogen. Stratified Random Sampling
  • 54. Langkah-Langkah Stratified Random Sampling 04 Pilih sampel dari setiap stratum secara acak. 03 Tentukan jumlah sampel dalam setiap stratum 02 Bagi sampling frame tersebut berdasarkan strata yang dikehendaki 01 Siapkan “sampling frame”
  • 55. • Jika peneliti dihadapkan pada ukuran populasi yang banyak dan tidak memiliki alat pengambil data secara random, cara pengambilan sampel sistematis dapat digunakan. • Cara ini menuntut kepada peneliti untuk memilih unsur populasi secara sistematis, yaitu unsur populasi yang bisa dijadikan sampel adalah yang “keberapa”. • Misalnya, setiap unsur populasi yang keenam, yang bisa dijadikan sampel. Soal “keberapa”-nya satu unsur populasi bisa dijadikan sampel tergantung pada ukuran populasi dan ukuran sampel. • Misalnya, dalam satu populasi terdapat 5000 rumah. Sampel yang akan diambil adalah 250 rumah dengan demikian interval di antara sampel kesatu, kedua, dan seterusnya adalah 25. Systematic Sampling
  • 56. 1. Susun sampling frame 2. Tetapkan jumlah sampel yang ingin diambil 3. Tentukan K (kelas interval) 4. Tentukan angka atau nomor awal di antara kelas interval tersebut secara acak atau random – biasanya melalui cara undian saja 5. Mulailah mengambil sampel dimulai dari angka atau nomor awal yang terpilih 6. Pilihlah sebagai sampel angka atau nomor interval berikutnya Langkah-langkah Systematic Sampling
  • 58. Purposive Sampling Purposive Sampling adalah teknik sampling yang cukup sering digunakan. Metode ini menggunakan kriteria yang telah dipilih oleh peneliti dalam memilih sampel. Kriteria pemilihan sampel terbagi menjadi kriteria inklusi dan eksklusi. Kriteria inklusi merupakan kriteria sampel yang diinginkan peneliti berdasarkan tujuan penelitian. Kriteria eksklusi merupakan kriteria khusus yang menyebabkan calon responden yang memenuhi kriteria inklusi harus dikeluarkan dari kelompok penelitian
  • 59. Quota Sampling Tehnik sampling ini mengambil jumlah sampel sebanyak jumlah yang telah ditentukan oleh peneliti. Sampel diambil dengan memberikan jatah atau quota tertentu terhadap kelompok. Pengumpulan data dilakukan langsung pada unit sampling. Setelah jatah terpenuhi, maka pengumpulan data dihentikan. Kelebihan metode ini yaitu praktis karena sampel penelitian sudah diketahui sebelumnya, sedangkan kekurangannya yaitu bias penelitian cukup tinggi jika menggunakan metode ini.
  • 60. Accidental Sampling Sampling aksidental adalah teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang secara kebetulan bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel, bila dipandang orang yang kebetulan ditemui itu sesuai sebagai sumber data. Dalam teknik sampling aksidental, pengambilan sampel tidak ditetapkan lebih dahulu. Peneliti langsung saja mengumpulkan data dari unit sampling yang ditemui.
  • 61.
  • 62. Teknik Sampel Jenuh ● Teknik Sampling Jenuh adalah teknik penentuan sampel yang menjadikan semua anggota populasi sebagai sampel. dengan syarat populasi yang ada kurang dari 30 orang.
  • 63. CREDITS: This presentation template was created by Slidesgo, including icons by Flaticon, and infographics & images by Freepik THANKS!