Satuan Tugas Penanganan COVID-19. Surat Edaran Nomor 10 Tahun 2022 Tentang Protokol Kesehatan Mekanisme Travel Bubble di Kawasan Batam, Bintan, Dengan Singapura Dalam Masa Pandemi COVID-19
Satuan Tugas Penanganan COVID-19. Surat Edaran Nomor 10 Tahun 2022 Tentang Protokol Kesehatan Mekanisme Travel Bubble di Kawasan Batam, Bintan, Dengan Singapura Dalam Masa Pandemi COVID-19
Se ka-satgas-nomor-9-tahun-2022-tentang-protokol-kesehatan-perjalanan-luar-ne...CIkumparan
Satuan Tugas Penanganan COVID-19. Surat Edaran Nomor 9 Tahun 2022 Tentang Protokol Kesehatan Perjalanan Luar Negeri Pada Masa Pandemi Corona Virus Disease 2019
Surat Edaran Menteri BUMN Nomor SE-4/MBU/04/2020JalinKrakatau
Surat Edaran Menteri BUMN Nomor SE-4/MBU/04/2020 tentang Larangan Kegiatan Bepergian Ke Luar Daerah Dan/Atau Kegiatan Mudik Dalam Upaya Pencegahan Penyebaran Corona Virus Disease 2019 (Covid-19)
Se ka-satgas-nomor-9-tahun-2022-tentang-protokol-kesehatan-perjalanan-luar-ne...CIkumparan
Satuan Tugas Penanganan COVID-19. Surat Edaran Nomor 9 Tahun 2022 Tentang Protokol Kesehatan Perjalanan Luar Negeri Pada Masa Pandemi Corona Virus Disease 2019
Surat Edaran Menteri BUMN Nomor SE-4/MBU/04/2020JalinKrakatau
Surat Edaran Menteri BUMN Nomor SE-4/MBU/04/2020 tentang Larangan Kegiatan Bepergian Ke Luar Daerah Dan/Atau Kegiatan Mudik Dalam Upaya Pencegahan Penyebaran Corona Virus Disease 2019 (Covid-19)
Perluasan Larangan Sementara Orang Asing Masuk ke Wilayah IndonesiaIqbal Maulana
PERLUASAN SURAT EDARAN DIRJEN IMIGRASI NOMOR IMI-GR.01.01-2325 TAHUN 2020 TENTANG PELARANGAN SEMENTARA ORANG ASING MASUK WILAYAH RI MENGENAI TATA CARA PEMBERIAN IJIN MASUK BAGI PEMEGANG ITAS/ITAP/IMK/PERSETUJUAN VISA/VISA YANG HABIS MASA BERLAKU
Petunjuk pelaksanaan direktur jenderal imigrasi nomor f 314 il 02 10 tahun 19...Bajang Perdana
PETUNJUK PELAKSANAAN DIREKTUR JENDERAL IMIGRASI
NOMOR : F-314.IL.02.10 TAHUN 1995
TENTANG
TATA CARA TINDAKAN KEIMIGRASIAN
I. PENDAHULUAN
A. Maksud dan Tujuan.
1. Petunjuk pelaksanaan ini dimaksudkan untuk memberikan pedoman tentang pelaksanaan Keputusan Menteri Kehakiman Republik Indonesia Nomor. M.02-PW.09.02 tanggal 14 Maret Tahun 1995 tentang Tata Cara Pengawasan, Pengajuan Keberatan Orang Asing dan Tindakan Keimigrasian.
2. Petunjuk pelaksanaan ini bertujuan agar dapat dicapai keseragaman, efektifitas dan efesiensi dalam pelaksanaan Tindakan Keimigrasian.
B. Ruang Lingkup.
Ruang lingkup petunjuk pelaksanaan ini meliputi :
1. Umum;
2. Jenis Tindakan Keimigrasian;
3. Wewenang melakukan Tindakan Keimigrasian;
4. Tata Cara Penyelenggaraan Tindakan Keimigrasian;
5. Penutup.
II. DASAR HUKUM
1. Undang-Undang No.9 Tahun 1992 tentang Keimigrasian;
2. Peraturan pemerintah No.31 Tahun 1994 tentang Pengawasan Orang Asing dan Tindakan Keimigrasian;
3. Peraturan pemerintah No.32 tahun 1994 tentang Visa, Izin Masuk dan Izin Keimigrasian;
4. Keputusan Menteri Kehakiman Republik Indonesia Nomor M.02-PR.07.10 Tahun 1989 tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Kehakiman;
5. Keputusan Menteri Kehakiman Republik Indonesia Nomor M.03-PR.07.04 Tahun 1991 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor Imigrasi;
6. Keputusan Menteri Kehakiman Republik Indonesia Nomor M.03-PR.07.10 Tahun 1992 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor Wilayah Departemen Kehakiman;
7. Keputusan Menteri Kehakiman Republik Indonesia Nomor M.02-PW.09.02 tanggal 14 Maret Tahun 1995 tentang Tata Cara Pengawasan, Pengajuan Keberatan Orang Asing dan Tindakan Keimigrasian;
III. PELAKSANAAN
A. Umum.
1. Tindakan Keimigrasian adalah tindakan administratif di bidang Keimigrasian yang dilakukan oleh pejabat Imigrasi berupa:
a. Pembatasan, perubahan atau pembatalan izin keberadaan;
b. Larangan untuk berada di suatu atau beberapa tempat tertentu di wilayah Indonesia;
c. Keharusan untuk bertempat tinggal di suatu tempat tertentu di wilayah Indonesia;
d. Pengusiran atau deportasi dari wilayah Indonesia atau penolakan masuk ke wilayah Indonesia.
2. Tindakan Keimigrasian dilakukan sebagai sanksi administratif terhadap orang asing yang melanggar peraturan Keimigrasian dan ketentuanketentuan lainnya mengenai orang asing sesuai dengan dimaksud dalam pasal 19 Keputusan Menteri Kehakiman Republik Indonesia Nomor : M.02-PW.09.02 tanggal 14 Maret Tahun 1995 tentang Tata Cara Pengawasan, Pengajuan Keberatan Orang Asing dan Tindakan Keimigrasian.
3. Tindakan Keimigrasian dapat dilakukan terhadap orang asing pemegang izin Keimigrasian atau tanpa izin Keimigrasian, mulai saat masuk, berada dan akan meninggalkan wilayah Indonesia.
4. Jenis Tindakan Keimigrasian :
a. Penolakan masuk Indonesia terhadap orang asing yang tergolong dalam pasal 8 dan 17 Undang-Undang No.9 Tahun 1992 tentang Keimigrasian;
b. Penolakan pemberian tanda bertolak terhadap orang asing yang dikenakan t
Peraturan BEM UI 2023 tentang Pelaporan, Penanganan, dan Pencegahan Kekerasan...CIkumparan
Peraturan BEM UI 2023 tentang Pelaporan, Penanganan, dan Pencegahan Kekerasan Seksual di Lingkup Internal Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas Indonesia.pdf
Disampaikan pada PKN Tingkat II Angkatan IV-2024 BPSDM Provinsi Jawa Tengah dengan Tema “Transformasi Tata Kelola Pelayanan Publik untuk Mewujudkan Perekonomian Tangguh, Berdayasaing, dan Berkelanjutan”
Dr. Tri Widodo Wahyu Utomo, S.H., MA
Deputi Kajian Kebijakan dan Inovasi Administrasi Negara LAN RI
PETUNJUK TEKNIS INTEGRASI PELAYANAN KESEHATAN PRIMER
Kementerian Kesehatan menggulirkan transformasi sistem kesehatan.
Terdapat 6 pilar transformasi sistem kesehatan sebagai penopang kesehatan
Indonesia yaitu: 1) Transformasi pelayanan kesehatan primer; 2) Transformasi
pelayanan kesehatan rujukan; 3) Transformasi sistem ketahanan kesehatan;
4) Transformasi sistem pembiayaan kesehatan; 5) Transformasi SDM
kesehatan; dan 6) Transformasi teknologi kesehatan.
Transformasi pelayanan kesehatan primer dilaksanakan melalui edukasi
penduduk, pencegahan primer, pencegahan sekunder dan peningkatan
kapasitas serta kapabilitas pelayanan kesehatan primer. Pilar prioritas
pertama ini bertujuan menata kembali pelayanan kesehatan primer yang ada,
sehingga mampu melayani seluruh penduduk Indonesia dengan pelayanan
kesehatan yang lengkap dan berkualitas.
Penataan struktur layanan kesehatan primer tersebut membutuhkan
pendekatan baru yang berorientasi pada kebutuhan layanan di setiap
siklus kehidupan yang diberikan secara komprehensif dan terintegrasi
antar tingkatan fasilitas pelayanan kesehatan. Pendekatan baru ini disebut
sebagai Integrasi Pelayanan Kesehatan Primer, melibatkan Puskesmas, unit
pelayanan kesehatan di desa/kelurahan yang disebut juga sebagai Puskesmas
Pembantu dan Posyandu. Selanjutnya juga akan melibatkan seluruh fasilitas
pelayanan kesehatan primer.
Survei Kesehatan Indonesia (SKI) Tahun 2023Muh Saleh
Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023 merupakan survei yang mengintegrasikan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) dan Survei Status Gizi Balita Indonesia (SSGI). SKI 2023 dikerjakan untuk menilai capaian hasil pembangunan kesehatan yang dilakukan pada kurun waktu lima tahun terakhir di Indonesia, dan juga untuk mengukur tren status gizi balita setiap tahun (2019-2024). Data yang dihasilkan dapat merepresentasikan status kesehatan tingkat Nasional sampai dengan tingkat Kabupaten/Kota.
Ketersediaan data dan informasi terkait capaian hasil pembangunan kesehatan penting bagi Kementerian Kesehatan, Pemerintah Provinsi dan Kabupaten/Kota sebagai bahan penyusunan kebijakan, program dan kegiatan pembangunan yang lebih terarah dan tepat sasaran berbasis bukti termasuk pengembangan Rencana Pembangunan Kesehatan Jangka Menengah Nasional (RPJMN 2024-2029) oleh Kementerian PPN/Bappenas. Dalam upaya penyediaan data yang valid dan akurat tersebut, Badan Kebijakan Pembangunan Kesehatan (BKPK) bekerjasama dengan Badan Pusat Statistik (BPS) dalam penyusunan metode dan kerangka sampel SKI 2023, serta bersama dengan Lintas Program di Kementerian Kesehatan, World Health Organization (WHO) dan World Bank dalam pengembangan instrumen, pedoman hingga pelaporan survei.
Disampaikan dalam Drum-up Laboratorium Inovasi Kabupaten Sorong, 27 Mei 2024
Dr. Tri Widodo W. Utomo, S.H., MA.
Deputi Kajian Kebijakan dan Inovasi Administrasi Negara LAN-RI
Salinan Peraturan Menteri Hukum dan HAM no. 34 tahun 2021
1. PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 34 TAHUN 2021
TENTANG
PEMBERIAN VISA DAN IZIN TINGGAL KEIMIGRASIAN DALAM MASA
PENANGANAN PENYEBARAN CORONA VIRUS DISEASE 2019
DAN PEMULIHAN EKONOMI NASIONAL
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA,
Menimbang : a. bahwa pandemi Corona Virus Disease 2019 berdampak
pada perekonomian nasional;
b. bahwa dalam rangka mendukung pemulihan ekonomi
nasional, serta dengan memperhatikan tingkat penyebaran
Corona Virus Disease 2019 secara global, perlu dilakukan
penyesuaian dalam pemberian Visa dan Izin Tinggal
Keimigrasian;
c. bahwa Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia
Nomor 27 Tahun 2021 tentang Pembatasan Orang Asing
Masuk ke Wilayah Indonesia dalam Masa Pemberlakuan
Pembatasan Kegiatan Masyarakat Darurat sudah tidak sesuai
dengan perkembangan situasi negara, sehingga perlu diganti;
d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud
dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu menetapkan
Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia tentang
Pemberian Visa dan Izin Tinggal Keimigrasian dalam Masa
Penanganan Corona Virus Disease 2019 dan Pemulihan
Ekonomi Nasional;
2. Mengingat : 1. Pasal 17 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945;
2. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang
Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4916);
3. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 tentang
Keimigrasian (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2011 Nomor 52, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5216);
4. Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 2013 tentang
Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun
2011 tentang Keimigrasian (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2013 Nomor 68, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5049) sebagaimana
telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 48 Tahun 2021 tentang Perubahan
Ketiga atas Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 2013
tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6
Tahun 2011 tentang Keimigrasian (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2021 Nomor 58, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6660);
5. Peraturan Presiden Nomor 44 Tahun 2015 tentang
Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 84);
6. Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor
29 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik
Indonesia (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015
Nomor 1473) sebagaimana telah beberapa kali diubah
terakhir dengan Peraturan Menteri Hukum dan Hak
Asasi Manusia Nomor 24 Tahun 2018 tentang Perubahan
Ketiga atas Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi
Manusia Nomor 29 Tahun 2015 tentang Organisasi dan
Tata Kerja Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia
Republik Indonesia (Berita Negara Republik Indonesia
Tahun 2018 Nomor 1135);
3. MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PEMBERIAN VISA DAN IZIN TINGGAL KEIMIGRASIAN DALAM
MASA PENANGANAN PENYEBARAN CORONA VIRUS DISEASE
2019 DAN PEMULIHAN EKONOMI NASIONAL.
Pasal 1
Dalam Peraturan Menteri ini, yang dimaksud dengan:
1. Keimigrasian adalah hal ihwal lalu lintas orang yang
masuk atau keluar Wilayah Indonesia serta
pengawasannya dalam rangka menjaga tegaknya
kedaulatan negara.
2. Wilayah Negara Republik Indonesia yang selanjutnya
disebut Wilayah Indonesia adalah seluruh wilayah
Indonesia serta zona tertentu yang ditetapkan
berdasarkan Undang-Undang.
3. Corona Virus Disease 2019 yang selanjutnya disebut
COVID-19 adalah penyakit menular yang disebabkan
oleh Severe Acute Respiratory Syndrom Coronavirus 2
(SARSCoV-2).
4. Visa Republik Indonesia yang selanjutnya disebut Visa
adalah keterangan tertulis, baik secara manual maupun
elektronik yang diberikan oleh pejabat yang berwenang
untuk melakukan perjalanan ke Wilayah Indonesia dan
menjadi dasar untuk pemberian Izin Tinggal.
5. Izin Tinggal adalah izin yang diberikan kepada Orang
Asing oleh pejabat imigrasi atau pejabat dinas luar negeri
baik secara manual maupun elektronik untuk berada di
Wilayah Indonesia.
6. Izin Masuk Kembali adalah izin tertulis yang diberikan
oleh pejabat imigrasi kepada Orang Asing pemegang Izin
Tinggal terbatas dan Izin Tinggal tetap untuk masuk
kembali ke Wilayah Indonesia.
7. Orang Asing adalah orang yang bukan warga negara
Indonesia.
8. Penjamin adalah orang atau korporasi yang bertanggung
jawab atas keberadaan dan kegiatan Orang Asing selama
berada di Wilayah Indonesia.
4. 9. Penanggung Jawab Alat Angkut adalah pemilik,
pengurus, agen, nakhoda, kapten kapal, kapten pilot,
atau pengemudi alat angkut yang bersangkutan.
10. Penumpang adalah setiap orang yang berada di atas alat
angkut, kecuali awak alat angkut.
11. Reverse Transcriptase-Polymerase Chain Reaction yang
selanjutnya disingkat RT-PCR adalah pemeriksaan
laboratorium untuk mendeteksi keberadaan material
genetik virus COVID-19.
12. Tempat Pemeriksaan Imigrasi adalah tempat
pemeriksaan di pelabuhan laut, bandar udara, pos lintas
batas, atau tempat lain sebagai tempat masuk dan keluar
Wilayah Indonesia.
13. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang hukum dan hak asasi manusia.
Pasal 2
(1) Orang Asing pemegang Visa atau Izin Tinggal yang sah dan
berlaku dapat masuk Wilayah Indonesia melalui Tempat
Pemeriksaan Imigrasi tertentu setelah memenuhi protokol
kesehatan yang ditetapkan oleh kementerian atau lembaga
yang melaksanakan penanganan COVID-19.
(2) Visa atau Izin Tinggal yang sah sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) terdiri atas:
a. Visa dinas;
b. Visa diplomatik;
c. Visa kunjungan;
d. Visa tinggal terbatas;
e. Izin Tinggal dinas;
f. Izin Tinggal diplomatik;
g. Izin Tinggal terbatas; dan
h. Izin Tinggal tetap.
(3) Selain Orang Asing pemegang Visa atau Izin Tinggal
sebagaimana dimaksud pada ayat (2), awak alat angkut yang
datang dengan menggunakan alat angkutnya, Orang Asing
pemegang Kartu Perjalanan Pebisnis Asia-Pacific Economic
Cooperation (KPP APEC), dan pelintas batas tradisional juga
dapat masuk Wilayah Indonesia.
5. (4) Penanggung Jawab Alat Angkut yang datang dari luar Wilayah
Indonesia wajib memastikan setiap Penumpang membawa
hasil RT-PCR negatif COVID-19 yang masih berlaku dan bukti
telah menerima vaksin COVID-19 dosis lengkap.
(5) Kewajiban membawa hasil RT-PCR negatif COVID-19
sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dikecualikan bagi awak
alat angkut yang memasuki Wilayah Indonesia menggunakan
kapal yacht.
(6) Kewajiban memiliki bukti telah menerima vaksin COVID-19
dosis lengkap sebagaimana dimaksud pada ayat (4)
dikecualikan bagi Orang Asing berusia di bawah 12 (dua belas)
tahun.
(7) Tempat Pemeriksaan Imigrasi tertentu sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) ditetapkan oleh Menteri dengan
mempertimbangkan kesiapan pemerintah daerah dan
kementerian atau lembaga yang melaksanakan penanganan
COVID-19.
Pasal 3
(1) Menteri menghentikan sementara pemberian bebas Visa
kunjungan dan Visa kunjungan saat kedatangan sampai
dengan pandemi COVID-19 dinyatakan berakhir oleh
Pemerintah Republik Indonesia.
(2) Pengaturan mengenai bebas Visa diplomatik dan bebas Visa
dinas dilaksanakan oleh menteri yang menyelenggarakan
urusan pemerintahan di bidang hubungan luar negeri.
Pasal 4
(1) Menteri dapat melarang dan menolak masuk Orang Asing dari
negara tertentu dengan tingkat penyebaran COVID-19 tinggi.
(2) Negara tertentu sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
ditetapkan oleh Menteri berdasarkan informasi dari
kementerian atau lembaga yang melaksanakan penanganan
COVID-19.
(3) Kementerian atau lembaga yang melaksanakan penanganan
COVID-19 memberikan informasi secara berkala setiap 14
(empat belas) hari kepada Menteri mengenai suatu negara
dengan tingkat penyebaran COVID-19 tinggi.
6. Pasal 5
(1) Permohonan Visa kunjungan dan Visa tinggal terbatas
diajukan oleh Penjamin kepada Direktur Jenderal Imigrasi
berdasarkan jenis kegiatan Orang Asing sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
(2) Permohonan Visa kunjungan dan Visa tinggal terbatas
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus mendapatkan
persetujuan Direktur Jenderal Imigrasi.
(3) Permohonan Visa kunjungan dan Visa tinggal terbatas
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diajukan secara
elektronik sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan dengan melampirkan:
a. bukti telah menerima vaksin COVID-19 dosis lengkap;
b. surat pernyataan bersedia mematuhi seluruh protokol
kesehatan yang berlaku di Indonesia; dan
c. bukti kepemilikan asuransi kesehatan/asuransi
perjalanan yang mencakup pembiayaan kesehatan,
dan/atau surat pernyataan bersedia membayar secara
mandiri apabila terdampak COVID-19 selama berada di
Wilayah Indonesia.
(4) Visa kunjungan dan Visa tinggal terbatas sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dapat diberikan secara elektronik
setelah dilakukan pembayaran biaya Visa dan biaya
persetujuan Visa Direktur Jenderal Imigrasi sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan di bidang penerimaan negara
bukan pajak yang berlaku pada Kementerian Hukum dan Hak
Asasi Manusia.
(5) Jenis kegiatan Orang Asing sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) ditetapkan oleh Menteri.
Pasal 6
(1) Orang Asing pemegang Izin Tinggal yang berada di Wilayah
Indonesia dan belum dapat kembali ke negara asalnya dapat
diberikan Izin Tinggal baru setelah memperoleh Visa.
(2) Visa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas:
a. Visa kunjungan; atau
b. Visa tinggal terbatas.
(3) Visa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diajukan oleh
Penjamin kepada Direktur Jenderal Imigrasi secara elektronik
7. dengan memenuhi persyaratan sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan melalui mekanisme:
a. pengajuan permohonan secara elektronik sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan; dan
b. pembayaran biaya Visa dan biaya persetujuan Visa
Direktur Jenderal Imigrasi sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan di bidang penerimaan negara
bukan pajak yang berlaku pada Kementerian Hukum dan
Hak Asasi Manusia.
Pasal 7
(1) Visa kunjungan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (2)
huruf a berlaku juga sebagai Izin Tinggal kunjungan.
(2) Orang Asing pemegang Visa tinggal terbatas sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 6 ayat (2) huruf b, diberikan Izin
Tinggal terbatas setelah melapor paling lama 7 (tujuh) hari
pada Kantor Imigrasi yang wilayah kerjanya meliputi tempat
tinggal Orang Asing.
Pasal 8
Orang Asing yang tidak memenuhi ketentuan protokol kesehatan
dapat dikenakan tindakan administratif keimigrasian sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 9
Dalam keadaan tertentu, Menteri berdasarkan
kewenangannya dapat menetapkan kebijakan lain terkait
fasilitas keimigrasian dan alasan kemanusiaan, sepanjang
memberikan kemanfaatan umum.
Pasal 10
Ketentuan lebih lanjut mengenai pemberian Visa dan Izin
Tinggal Keimigrasian dalam masa penanganan COVID-19 dan
pemulihan ekonomi nasional diatur dengan pedoman yang
ditetapkan oleh Direktur Jenderal Imigrasi
8. Pasal 11
Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku, Peraturan
Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor 27 Tahun
2021 tentang Pembatasan Orang Asing Masuk ke Wilayah
Indonesia dalam Masa Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan
Masyarakat Darurat (Berita Negara Republik Indonesia Tahun
2021 Nomor 827), dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
Pasal 12
Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal
diundangkan.
BENNY RIYANTO
ttd.
REPUBLIK INDONESIA,
KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
UNDANGAN
PERATURAN PERUNDANG-
DIREKTUR JENDERAL
pada tanggal 15 September 2021
Diundangkan di Jakarta
YASONNA H. LAOLY
ttd.
REPUBLIK INDONESIA,
MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
pada tanggal 15 September 2021
Ditetapkan di Jakarta
dalam Berita Negara Republik Indonesia.
pengundangan Peraturan Menteri ini dengan penempatannya
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan