karakterisai dari suatu morfologi dan bakteri laut yang merupakan cabang ilmu dalam biokimia yang telah banyak dipelajari dalam ilmu kimia terkini. Prof Dal telah berhasil mengkarakterisasi suatu sampel yang berasal dari laut
karakterisai dari suatu morfologi dan bakteri laut yang merupakan cabang ilmu dalam biokimia yang telah banyak dipelajari dalam ilmu kimia terkini. Prof Dal telah berhasil mengkarakterisasi suatu sampel yang berasal dari laut
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondelferrydmn1999
Indonesia, negara kepulauan yang kaya akan keragaman budaya, suku, dan tradisi, memiliki Jakarta sebagai pusat kebudayaan yang dinamis dan unik. Salah satu kesenian tradisional yang ikonik dan identik dengan Jakarta adalah ondel-ondel, boneka raksasa yang biasanya tampil berpasangan, terdiri dari laki-laki dan perempuan. Ondel-ondel awalnya dianggap sebagai simbol budaya sakral dan memainkan peran penting dalam ritual budaya masyarakat Betawi untuk menolak bala atau nasib buruk. Namun, seiring dengan bergulirnya waktu dan perubahan zaman, makna sakral ondel-ondel perlahan memudar dan berubah menjadi sesuatu yang kurang bernilai. Kini, ondel-ondel lebih sering digunakan sebagai hiasan atau sebagai sarana untuk mencari penghasilan. Buku foto Lensa Kampung Ondel-Ondel berfokus pada Keluarga Mulyadi, yang menghadapi tantangan untuk menjaga tradisi pembuatan ondel-ondel warisan leluhur di tengah keterbatasan ekonomi yang ada. Melalui foto cerita, foto feature dan foto jurnalistik buku ini menggambarkan usaha Keluarga Mulyadi untuk menjaga tradisi pembuatan ondel-ondel sambil menghadapi dilema dalam mempertahankan makna budaya di tengah perubahan makna dan keterbatasan ekonomi keluarganya. Buku foto ini dapat menggambarkan tentang bagaimana keluarga tersebut berjuang untuk menjaga warisan budaya mereka di tengah arus modernisasi.
1. RINGKASAN
Salim Priyatna dan I Gde Ekaputra Gunartha, 2006.-- IDENTIFIKASI FAKTOR
DETERMINAN DALAM REAKSI PELARUTAN UNSUR HARA DARI BATUAN
SILIKAT DI DALAM TANAH. (i – xi; 22 Halaman)1)
Kejituan pupuk batuan silikat (PBS) ditentukan oleh laju pelepasan unsur hara dari
PBS di dalam tanah yang antara lain dipengaruhi oleh sifat tanah itu sendiri. Namun
sifat tanah yang mana yang dominant menentukan pelarutan tersebut belum diketahui
semuanya. Pengetahuan itu penting untuk dapat memodifikasi atau menentukan
pada tanah seperti apa pemberian PBS akan paling menguntungkan. Penelitian ini
bertujuan untuk menentukan: (1). kinetik reaksi pelarutan unsur hara dari PBS di
dalam tanah dan (2). sifat tanah yang nyata menentukan (sebagai faktor determinan)
laju pelarutan tersebut. Data penelitian ini akan digunakan untuk membuat suatu
model pendugaan kapasitas pasokan unsur hara dari PBS untuk tanaman.
Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia dan Biologi Tanah Fakultas
Pertanian Universitas Mataram. Batuan (basalt) diambil lereng gunung api Tambora
(di Pulau Sumbawa) dan K-feldpar dari Australia Barat, keduanya digiling dengan
ball-mill selama 10 menit (untuk basalt) dan 60 menit (untuk K-feldpar). Komposisi
mineral dan total unsur utama dalam batuan berturut-turut diidentifikasi
menggunakan difraksi sinar X dan metode destruksi basah menurut Jackson (1958).
Media pelarut (tanah buatan) dibuat dengan mencampur: (1). pasir silikat, (2).
fraksi liat montmorilonitik, (3). fraksi liat kaolinitik (kaolinitik A), (4). fraksi liat
kalolinitik yang telah diektrak bahan amorfusnya (kaolinitik B), dan (5). asam
organik (campuran dari asam sitrat dan asam oksalat). Empat puluh jenis media
disiapkan dengan cara mengkombinasikan bahan tersebut dengan bandingan 90, 80,
70% pasir; 0, 10, 20, 30% fraksi liat; dan 0, 0,001, 0,005, 0,01% asam organik.
Dua set percobaan disiapkan, yaitu 5 g PBS (basalt) + 250 g masing-masing jenis
media (40 unit). Tambahan 40 unit 250 g media tanpa PBS disiapkan dengan cara
yang sama, digunakan sebagai kontrol. Masing-masing campuran tersebut dibasahi
dengan H2O dalam botol plastik dan kadar lengas dipertahankan pada sekitar 125%
kapasitas lapang, diinkubasikan dalam ruang ber AC (22 – 25o C). Sub sampel
diambil dari masing-masing botol setelah inkubasi berjalan 1, 4, dan 20 minggu;
untuk analisis pH, EC, kuantitas Ca dan Si terekstrak (untuk perlakuan PBS-basalt),
K, dan Si (untuk perlakuan PBS-feldpar) menggunakan larutan pengekstrak 0,01 M
asam sitrat + asam oksalat. Kuantitas unsur hara terlarut dari PBS dihitung
berdasarkan kuantitas unsur terekstrak dari media yang mendapat perlakuan PBS
dikurangi unsur terekstrak pada kontrol.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian PBS nyata meningkatkan pH tetapi
tidak/sedikit berpengaruh pada EC untuk masing-masing media. Hubungan antara
kuantitas unsur terlarut dengan kadar liat pada media pelarutan umumnya berbentuk
Jurusan Ilmu Tanah Fakultas Pertanian Laporan Hasil Penelitian - 1/2
Universitas Mataram
2. persamaan dh = d0 + aLn (persamaan berpangkat), dimana dh adalah kuantitas unsur
terlarut (cmolc.kg-1) dalam media yang mengandung L% fraksi liat; d0 adalah
kuantitas elemen dalam media tanpa fraksi liat; a dan n adalah tetapan empiris; L
adalah % kadar fraksi liat dalam media pelarut. Bentuk hubungan tersebut untuk
campuran fraksi montmorilonitik + PBS dan untuk fraksi liat kaolinitik + PBS sangat
mirif. Hasil uji multivariabel dengan variabel tetap tipe liat, kadar liat, dan kadar
asam organik dalam media menunjukkan bahwa kadar asam organik adalah faktor
paling dominan menentukan pelarutan unsur hara terlarut dari PBS dalam media.
Berdasarkan data yang tersedia, model yang dapat dibentuk adalah: dh = f(kadar
asam organik) + f(kadar liat). Untuk dapat membuat suatu model yang memadai dan
layak diuji validitasnya pada kondisi lapang, diperlukan penelitian lebih lanjut
dengan mempertimbangkan : (1). faktor internal tanah (yaitu kombinasi fraksi
padatan tanah pada kisaran yang luas, kadar bahan organik dan asam organik) dan
faktor eksternal (tanaman dan ekosistem rizosfer).
1)
Hasil Penelitian Dasar, dibiayai oleh Ditjen DIKTI, Departemen Pendidikan
Nasional RI sesuai dengan Surat Perjanjian Pelaksanaan Penelitian No.
028/SP3/PP/DP2M/II/2006, tanggal 1 Februari 2006
Jurusan Ilmu Tanah Fakultas Pertanian Laporan Hasil Penelitian - 2/2
Universitas Mataram