SlideShare a Scribd company logo
Karakteristik Struktur dan Sifat Kimia Produk Biogenik Rayap Schedorhinotermes spp
dari Campuran Limbah Kertas Kardus dengan Limbah Pengolahan Biogas
(Biogenic Structure and Chemical Characteristics Made of Cardboard and Biogas
Processing Wasted by Termite Schedorhinotermes spp)
Yosephina Saung Rajo1)
, Musrizal Muin2)
, Astuti Arif2)
1) Mahasiswa sarjana kehutanan Fakultas Kehutanan, Universitas Hasanuddin, Makassar
2) Staf Pengajar, Fakultas Kehutanan, Universitas Hasanuddin, Makassar
Abstract
The ecologically important roles of termite as decomposer for organic materials need to
be explored throughout their biogenic production. This research was conducted to determine the
structure and chemical properties o biogenic materials resulted from the mixture of corrugated
cardboard and biogas processing wastes by termite Schedorhinotermes spp. For the purpose of
the study, the materials in the forms of corrugated cardboard waste and biogas processing wastes
were mixed with the ration of 1:0, 0:1, 1:1 and 1:0,5 based on the oven dry weight. Each of the
mixture was put into a wooden container measuring 6 x 6 cm, placed at about 3 cm underground
with active termite indication, and covered by a PVC stopper. The test sample unit was left in
place for 6 weeks to allow the termite attacks. The attacked sample units ware then evaluated for
their physical structures (bulk density and aggregate fraction distribution) and chemical
properties (pH and C-organic content). Results showed that the structure and chemical properties
of the biogenic produced by termite, Schedorhinotermes spp, are better than the surrounding soil.
Keywords: Biogenic, corrugated cardboard, biogas processing wastes, Schedorhinotermes
Pendahuluan
Sebagai negara kepulauan dengan iklim tropis, Indonesia adalah daerah yang sangat
sesuai bagi perkembangan kehidupan rayap yang merupakan agen biodeteriorasi terpenting di
Indonesia (Suhasman dkk., 2008). Namun, di ekosistem rayap berperan sebagai dekomposer
yang dapat menguraikan bahan-bahan organik menjadi zat hara tanah yang dapat menyuburkan
tanah. Pada umumnya, sumber makanan rayap yang dijadikan sumber energi adalah bahan-bahan
yang memiliki kandungan selulosa utama seperti kayu, kertas kardus, arsip kantor, buku,
perabot, kayu bagian konstruksi, serasah, sampah, tunggak, dan lain-lain. Hasil penelitian
sebelumnya menunjukkan bahwa bahan-bahan limbah organik lainnya yang banyak mengandung
unsur karbon juga disukai oleh rayap (Waryono, 2004). Salah satu limbah yang memiliki
kandungan bahan organik adalah limbah pengolahan biogas yang diperoleh dari hasil sampingan
dari produksi biogas kotoran ternak.
Bahan organik yang dikonsumsi oleh rayap dan diproses secara biologis dapat
menghasilkan suatu bahan dengan struktur dan komposisi tertentu yang juga dapat disebut
sebagai produk biogenik.Karakteristik produk biogenik yang dihasilkan oleh rayap diduga dapat
bervariasi menurut bahan organik yang dikonsumsi.Penelitian ini diarahkan untuk memanfaatkan
limbah produksi biogas sebagai bahan campuran kertas kardus untuk makanan rayap serta
mengetahui karateristik produk biogenik yang terbentuk.
Metode Penelitian
Kertas kardus yang diperoleh dari pengumpul kertas bekas direndam dalam aquades
selama 3 hari. Hasil dari rendaman dicabik dan dibiarkan hingga diperoleh bubur kertas berupa
serat-serat kertas yang bercampur dengan aquades. Hasil rendaman kemudian diperas untuk
mengurangi jumlah kadar air yang terdapat pada bubur kertas, sementara itu limbah pengolahan
biogas yang diperoleh dari industri rumah tangga dikeringudarakan. Bubur kertas kemudian
dicampur dengan limbah pengolahan biogas (1:0, 0:1, 1:1 dan 1:0,5) setara berat kering tanur
yang kemudian dimasukkan ke dalam plastik klip untuk menjaga kestabilan kadar airnya.
Sampel uji dimasukkan ke dalam wadah kayu berukuran 6 x 6 cm hingga penuh atau
sebanyak 16 gram setara berat kering tanur untuk masing-masing perbandingan. Wadah kayu
yang telah diisi sampel ditanam sedalam 3 cm ke dalam tanah pada lahan yang memiliki aktivitas
serangan rayap dengan menggunakan indikator keberadaan rayap di bawah serasah. Wadah kayu
kemudian ditutup dengan menggunakan stopper PVC untuk membuat suasana gelap dan
melindungi sampel uji.
Sampel uji yang telah ditanam dibiarkan di lapangan hingga terdapat aktivitas rayap yang nyata
pada sampel uji yang dalam penelitian ini ditunjukkan setelah 6 minggu.
Penelitian ini dititikberatkan pada pengamatan struktur biogenik yang dibentuk oleh
rayap dan oleh karenanya maka hanya unit sampel yang menunjukkan adanya serangan dan
aktivitas rayap di lapangan yang diambil dan diuji lebih lanjut. Unit sampel berupa wadah kayu
beserta stoppernya diambil kemudian diletakkan pada kotak container yang selanjutnya dibawa
ke laboratorium untuk dilakukan penentuan struktur biogenik dan pengujian kandungan
kimianya. Tanah yang berada disekitar unit pengujian juga diambil dengan menggunakan ring
tanah berdiameter 7 cm yang nantinya akan dijadikan sebagai referensi atau pembanding
terhadap struktur biogenik yang dibentuk oleh rayap.
Struktur biogenik yang diamati adalah kerapatan (bulk density) dan fraksi agregat.
Penentuan kerapatan dan fraksi agregat dilakukan berdasarkan prosedur yang dikemukakan oleh
Kemper dan Rousenaou (1986) dalam Decaënset al. (2001). Sedangkan Pengujian sifat kimia
produk biogenik dilakukan dengan menentukan tingkat kemasaman (pH)dan kadar C-organik
pada produk biogenik. Tingkat kemasaman (pH) ditentukan dengan cara meletakkan pH-meter
kedalam campuran produk aktivator rayap dengan air menggunakan perbandingan 1 : 2,5; dan
untuk kadar C-organik dianalisis dengan menggunakan metode yang dikemukakan oleh Walkley
and Black dalam Sunanto (2010). Data-data yang diperoleh dalam penelitian ini dibuat dalam
bentuk tabulasi berupa tabel dan/atau gambar. Perbedaan sifat fisik dan kimia struktur biogenik
dan tanah dianalisis secara deskriptif kualitatif dan kuantitatif.
Hasil dan Pembahasan
Kerapatan (bulk density)
Kerapatan struktur biogenik sampel uji dinyatakan dalam g/cm3
, yang menunjukkan
banyaknya massa produk biogenik pada satuan volume. Hasil rata-rata pengukuran kerapatan
dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Kerapatan struktur biogenik yang dihasilkan dari perbandingan limbah kertas kardus
dengan limbah pengolahan biogas
Keterangan: *top soil sekitar sampel uji di lapangan
` NA (Not accessible): jumlah sampel uji tidak memadai
Tabel 1 memperlihatkan adanya penurunan nilai kerapatan sampel uji antara sebelum
pengumpanan (bahan umpan) dan setelah pengumpanan (produk biogenik). Hal ini disebabkan
karena aktivitas rayap Schedorhinotermes spp. pada sampel uji setelah pengumpanan
menyebabkan terjadinya pengurangan jumlah dan kepadatan pada sampel uji tersebut. Nilai
kerapatan biogenik yang dihasilkan rayap juga cenderung lebih rendah dibandingkan dengan
tanah di sekitarnya. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Decaёns et al. (2001)
yang mengemukakan bahwa kerapatan produk biogenik yang dihasilkan oleh aktivitas rayap
lebih kecil dari pada kerapatan tanah sebagai kontrol.
Kerapatan produk biogenik yang rendah bila bercampur dengan tanah sekitarnya akan
sangat bermanfaat karena dapat memperbaiki sifat fisik dari tanah; terutama aerasi dan porositas
tanah. Hal ini didukung oleh pernyataan Russel (1977) dalam Rusdiana (2000) bahwa kerapatan
tanah yang tinggi akan menyebabkan terjadinya penurunan ruang pori makro dalam tanah yang
akhirnya menghambat penetrasi akar.
Distribusi fraksi agregat
Distribusi fraksi agregat struktur biogenik menunjukkan perbandingan antara berat kering
partikel yang tertahan pada setiap ayakan dengan berat kering keseluruhan sampel yang
dinyatakan dalam persen (%). Hasil pengujian distribusi fraksi agregat dari setiap bagian struktur
biogenik pada semua sampel uji dapat dilihat pada Gambar 1.
Sampel Uji dari
perbandingan kertas
kardus dangan limbah
pengolahan biogas
Kerapatan Sebelum
Pengumpanan (g cm-3
)
Kerapatan Setelah Pengumpanan ( g cm-3
)
Dalam Luar Referensi*
1:0 0,35 0,25 NA
0,650:1 0,34 0,10 0,45
1:1 0,30 0,11 NA
Rata-rata 0,33 0,13 0,45
Gambar 1. Distribusi fraksi agregat struktur biogenik yang dihasilkan dari campuran limbah
kertas kardus dengan limbah pengolahan biogas
Berdasarkan grafik pengukuran distribusi fraksi agregat produk biogenik (Gambar 1)
dapat dilihat bahwa ukuran partikel agregat pada seluruh sampel hasil proses biologis rayap lebih
besar (>70 %) dibandingkan dengan referensi (60 %).Hal ini diduga berhubungan dengan
perilaku rayap dalam mengolah tanah dengan mengangkut dan merekatkan partikel tanah. Rayap
tersebut menggunakan saliva untuk membentuk sebuah struktur biogenik yang turut
menyebabkan terjadinya perubahan pada tekstur tanah. Hal ini didukung oleh pernyataan yang
dikemukakan oleh De Broyn et al. (1990) dalam Decaëns et al. (2001) bahwa rayap merekatkan
partikel-partikel tanah menggunakan sekresi saliva dalam membangun konstruksi dinding pada
sarangnya.
Pembentukan agregat tanah yang berukuran lebih besar oleh rayap sangat penting.
Menurut Prayoo dan Herujito (1989) dalam Riyadi (2002), terbentuknya agregat-agregat tanah
dengan ukuran butir yang cukup besar akan menghasilkan porositas tanah yang lebih tinggi dan
akan memperbesar daya serap tanah terhadap air yang akhirnya akan meningkatkan jumlah air
yang dapat ditahan oleh tanah. Hal ini akan menghasilkan perbaikan sifat-sifat tanah diantaranya
meningkatkan total ruang pori dan menurunkan berat isi tanah.
Tingkat kemasaman (pH)
Tingkat kemasaman (pH) digunakan untuk menentukan mudah tidaknya unsur hara
diserap oleh tanaman serta menunjukkan keberadaan unsur-unsur yang bersifat racun bagi
tanaman. Tingkat kemasaman (pH) dari setiap bagian struktur biogenik pada semua sampel uji
dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Nilai pH produk biogenik yang dihasilkan dari campuran limbah kertas kardus dengan
limbah pengolahan biogas
Keterangan: *top soil sekitar sampel uji di lapangan
` NA (Not accessible): jumlah sampel uji tidak memadai
Data pada Tabel 2 menunjukkan bahwa rata-rata dari pH produk biogenik baik pada
bagian dalam maupun luar cenderung lebih tinggi dari pada tanah sekitarnya, yaitu pada kisaran
6,19. Hasil ini memberikan indikasi bahwa tanah dengan produk biogenik memiliki tingkat
kesuburan yang lebih baik dari bagian tanah di sekitarnya. Oktavia (2006) mengemukakan
adanya pengaruh besar dari pH terhadap pertumbuhan tanaman, yaitu dengan tersedianya unsur
hara. Pada kisaran pH 6,0-7,0 hampir semua hara tumbuhan tersedia dalam jumlah optimum
serta memiliki KTK (Kapasitas tukar kation) yang baik karena pada pH tersebut sebagian bahan
organik mudah larut.
Kadar C-organik
C-organik adalah penyusun utama bahan organik. Menurut Istomo (1994) dalam
Rahmawati (2007), bahan organik ternyata mempunyai peranan yang sangat penting dalam tanah
terutama pengaruhnya terhadap kesuburan tanah yakni menyediakan zat-zat yang dibutuhkan
dalam pembentukan dan pemantapan agregat-agregat tanah.Kadar C-organik dari setiap bagian
struktur biogenik pada semua sampel uji dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Kadar C-organik produk biogenik yang dihasilkan dari campuran limbah kertas kardus
dengan limbah pengolahan biogas.
Keterangan: *top soil sekitar sampel uji di lapangan
` NA (Not accessible): jumlah sampel uji tidak memadai
Hasil pengamatan seperti dikemukakan pada Tabel 3 menunjukkan bahwa kadar C-
organik pada bagian dalam dan luar sampel uji lebih tinggi dibandingkan dengan referensi tanah
disekitarnya. Hal ini diduga karena senyawa pada sampel uji telah mengalami perombakan oleh
rayap Schedorhinotermes spp. Hampir sama dengan penelitian yang sebelumnya telah dilakukan
Sampel Uji
Nilai Ph
Dalam Luar Referensi*
1:0 7,30 NA
5,33
0:1 5,94 5,66
1:1 5,86 NA
Rata-rata 6,36 5,66
Sampel Uji
C-organik (%)
Dalam Luar Referensi*
1:0 3,27 NA
2,34
0:1 3,32 4,16
1:1 3,86 NA
Rata-rata 3,48 4,16
oleh Decaens et al. (2001) yang menemukan bahwa konsentrasi C-organik pada struktur
biogenik yang dihasilkan oleh rayap lebih tinggi dibandingkan dengan tanah sekitarnya sebagai
kontrol.
Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa produk biogenik yang dihasilkan rayap
mampu meningkatkan kualitas tanah. Menurut Doran dan Parkin (1994) dalam Rahmawati
(2007), kadar C-organik adalah salah satu indikator yang digunakan dalam menentukan kualitas
tanah selain N-total dan biomassa karbon mikroorganisme.
Kesimpulan
Karakteristik struktur dan komponen kimia produk biogenik yang dihasilkan oleh rayap
Schedorhinotermes spp. dari campuran limbah kertas kardus dengan limbah pengolahan biogas
memiliki kerapatan lebih rendah dibandingkan dengan tanah sekitarnya. Distribusi fraksi agregat
yang terbentuk oleh aktivitas rayap ini juga lebih besar dibandingkan dengan tanah sekitarnya.
Selain itu, nilai pH dan kadar C-organik biogenik rayap lebih tinggi dibandingkan tanah
sekitarnya.
Daftar Pustaka
Decaëns, T., J. H. Galvis and E. Amésquita. 2001. Properties of the structures created by
ecosystem engineers on the soil surface of a Colombian savanna. Compte rendus de
l’Academie des sciences, serie III 324 (5), P 465-478.
Husni, R. C. Tarumingkeng, D. Nandika dan S. Surjokusumo. 1999. Pengujian kemampuan
umpan hexaflumuran terhadap koloni rayap tanah Schedorhinotermes javanicus Kemner
(Isoptera: Rhinotermitidae). Prosiding seminar hasil-hasil penelitian bidang ilmu
hayat.Pusat antar Universitas Ilmu Hayat, Institut Pertanian Bogor. 16 September. Bogor.
Oktavia, D. 2006. Perubahan karbon organik dan nitrogen total tanah akibat perlakuan pupuk
organik pada budidaya sayuran organik. Skripsi Fakultas Matematika dan Ilmu
Pangetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Rahmawati, N. 2007. Dampak pembukaan lahan hutan terhadap sifat fisik, kimia, dan biologi
tanah: studi kasus di Taman Wisata Alam Sibolangit Deli Serdang. Skripsi Program Studi
Budi Daya Hutan, Fakultas Kehutanan, Intitut Pertanian Bogor. Bogor.
Rusdiana, O., Y. Fakuara, C. Kusmana dan Y. Hidayat. 2000. Respon pertumbuhan akar
tanaman sengon (Paraserianthes falcataria) terhadap kepadatan dan kandungan air tanah
podsolik merah kuning. Jurnal Manajemen Hutan Tropika, 6 (2): 43-53.
Riyadi, A. 2002. Kajian teknologi irigasi bawah tanah dengan pengelolaan lahan pasir: studi
kasus di Desa Karangwuni, Kulon Progo, Yogyakarta. Tesis Program Pascasarjana
Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Suhasman, Massijaya, M., Y., Hadi, Y., S., dan Astuti. 2008. Ketahanan papan komposit dari
limbah kayu sengon dan karton terhadap rayap kayu kering dan rayap tanah. Jurnal
Perennial, 4(1) : 28-35.
Waryono, T. 2004. Ekosistem rayap dan vektor demam berdarah di lingkungan pemukiman.
Makalah disajikan pada seminar sehari penanggulangan rayap dan vektor demam
berdarah pada bangunan dan perumahan. Klub Pesona KhayanganEstat. 2 September
2004. Depok.

More Related Content

What's hot

Acara 4 (struktur tanah)
Acara 4 (struktur tanah)Acara 4 (struktur tanah)
Acara 4 (struktur tanah)
agung kurniawan
 
STRUKTUR TANAH DAN KEMANTAPAN AGREGAT
STRUKTUR TANAH DAN KEMANTAPAN AGREGATSTRUKTUR TANAH DAN KEMANTAPAN AGREGAT
STRUKTUR TANAH DAN KEMANTAPAN AGREGAT
mahviro vivi
 
Ppt bab ii
Ppt bab iiPpt bab ii
Ppt bab ii
fitrielestari
 
3367 8664-1-sm
3367 8664-1-sm3367 8664-1-sm
3367 8664-1-sm
Syibral Malasyi
 
Pengamatan kualitas tanah dari aspek biologis
Pengamatan kualitas tanah dari aspek biologisPengamatan kualitas tanah dari aspek biologis
Pengamatan kualitas tanah dari aspek biologisrizky hadi
 
Rpp sifat bahan
Rpp sifat bahanRpp sifat bahan
Rpp sifat bahan
Lisna M
 
Biodegradable film selulosa nanas
Biodegradable film selulosa nanasBiodegradable film selulosa nanas
Biodegradable film selulosa nanas
sukmiyatiagustin
 
Sifat fisik tanah1
Sifat fisik tanah1Sifat fisik tanah1
Sifat fisik tanah1
Kamilia Nur Asyaro Aida
 
27813 57016-1-sm
27813 57016-1-sm27813 57016-1-sm
27813 57016-1-sm
AmdMdkr
 
Co2 internal
Co2 internalCo2 internal
Co2 internal
Hikma Ellya
 
Laporan akhir dasar dasar ilmu tanah
Laporan akhir dasar dasar ilmu tanahLaporan akhir dasar dasar ilmu tanah
Laporan akhir dasar dasar ilmu tanah
jumadi ahmad
 
Sifat Biologi Tanah PPT
Sifat Biologi Tanah PPTSifat Biologi Tanah PPT
Sifat Biologi Tanah PPT
IndraSetiawan115511
 
Keterkaitan Sifat Fisika Kimia Biologi Tanah
Keterkaitan Sifat Fisika Kimia Biologi TanahKeterkaitan Sifat Fisika Kimia Biologi Tanah
Keterkaitan Sifat Fisika Kimia Biologi Tanah
Feisal Rachman Soedibja
 
materialfgf
materialfgfmaterialfgf
materialfgf
bagussandi
 
Ki kd bio_1_mei
Ki kd bio_1_meiKi kd bio_1_mei
Ki kd bio_1_mei
Irma G-Nemon Diespada
 

What's hot (18)

Acara 4 (struktur tanah)
Acara 4 (struktur tanah)Acara 4 (struktur tanah)
Acara 4 (struktur tanah)
 
STRUKTUR TANAH DAN KEMANTAPAN AGREGAT
STRUKTUR TANAH DAN KEMANTAPAN AGREGATSTRUKTUR TANAH DAN KEMANTAPAN AGREGAT
STRUKTUR TANAH DAN KEMANTAPAN AGREGAT
 
Ppt bab ii
Ppt bab iiPpt bab ii
Ppt bab ii
 
3367 8664-1-sm
3367 8664-1-sm3367 8664-1-sm
3367 8664-1-sm
 
Pengamatan kualitas tanah dari aspek biologis
Pengamatan kualitas tanah dari aspek biologisPengamatan kualitas tanah dari aspek biologis
Pengamatan kualitas tanah dari aspek biologis
 
Rpp sifat bahan
Rpp sifat bahanRpp sifat bahan
Rpp sifat bahan
 
Biodegradable film selulosa nanas
Biodegradable film selulosa nanasBiodegradable film selulosa nanas
Biodegradable film selulosa nanas
 
Sifat fisik tanah1
Sifat fisik tanah1Sifat fisik tanah1
Sifat fisik tanah1
 
27813 57016-1-sm
27813 57016-1-sm27813 57016-1-sm
27813 57016-1-sm
 
Co2 internal
Co2 internalCo2 internal
Co2 internal
 
Laporan akhir dasar dasar ilmu tanah
Laporan akhir dasar dasar ilmu tanahLaporan akhir dasar dasar ilmu tanah
Laporan akhir dasar dasar ilmu tanah
 
Sifat Biologi Tanah PPT
Sifat Biologi Tanah PPTSifat Biologi Tanah PPT
Sifat Biologi Tanah PPT
 
Keterkaitan Sifat Fisika Kimia Biologi Tanah
Keterkaitan Sifat Fisika Kimia Biologi TanahKeterkaitan Sifat Fisika Kimia Biologi Tanah
Keterkaitan Sifat Fisika Kimia Biologi Tanah
 
Laporan ilmu tanah
Laporan ilmu tanahLaporan ilmu tanah
Laporan ilmu tanah
 
Tekstur
TeksturTekstur
Tekstur
 
Laporan resmi
Laporan resmiLaporan resmi
Laporan resmi
 
materialfgf
materialfgfmaterialfgf
materialfgf
 
Ki kd bio_1_mei
Ki kd bio_1_meiKi kd bio_1_mei
Ki kd bio_1_mei
 

Viewers also liked

Digitized by usu digital library pergerakan nitrogen
Digitized by usu digital library pergerakan nitrogenDigitized by usu digital library pergerakan nitrogen
Digitized by usu digital library pergerakan nitrogenAlfania Sekar Fatmikarina
 
Laporan pkl (hana desliana ;
Laporan pkl (hana desliana ;Laporan pkl (hana desliana ;
Laporan pkl (hana desliana ;
Desliana Hana
 
Jurnal mekanika tanah
Jurnal mekanika tanahJurnal mekanika tanah
Jurnal mekanika tanahSeno Leegunz
 
Studi pustaka gerakan tanah
Studi pustaka gerakan tanahStudi pustaka gerakan tanah
Studi pustaka gerakan tanahdiyantiai
 
jurnal nasional tentang kebutuhan air tanaman
jurnal nasional tentang kebutuhan air tanamanjurnal nasional tentang kebutuhan air tanaman
jurnal nasional tentang kebutuhan air tanaman
kasimusman
 
Hubungan tanah air dan tanaman
Hubungan tanah air dan tanamanHubungan tanah air dan tanaman
Hubungan tanah air dan tanaman
muhammadirfhan
 
The Presentation Come-Back Kid
The Presentation Come-Back KidThe Presentation Come-Back Kid
The Presentation Come-Back Kid
Ethos3
 
The Buyer's Journey - by Chris Lema
The Buyer's Journey - by Chris LemaThe Buyer's Journey - by Chris Lema
The Buyer's Journey - by Chris Lema
Chris Lema
 

Viewers also liked (8)

Digitized by usu digital library pergerakan nitrogen
Digitized by usu digital library pergerakan nitrogenDigitized by usu digital library pergerakan nitrogen
Digitized by usu digital library pergerakan nitrogen
 
Laporan pkl (hana desliana ;
Laporan pkl (hana desliana ;Laporan pkl (hana desliana ;
Laporan pkl (hana desliana ;
 
Jurnal mekanika tanah
Jurnal mekanika tanahJurnal mekanika tanah
Jurnal mekanika tanah
 
Studi pustaka gerakan tanah
Studi pustaka gerakan tanahStudi pustaka gerakan tanah
Studi pustaka gerakan tanah
 
jurnal nasional tentang kebutuhan air tanaman
jurnal nasional tentang kebutuhan air tanamanjurnal nasional tentang kebutuhan air tanaman
jurnal nasional tentang kebutuhan air tanaman
 
Hubungan tanah air dan tanaman
Hubungan tanah air dan tanamanHubungan tanah air dan tanaman
Hubungan tanah air dan tanaman
 
The Presentation Come-Back Kid
The Presentation Come-Back KidThe Presentation Come-Back Kid
The Presentation Come-Back Kid
 
The Buyer's Journey - by Chris Lema
The Buyer's Journey - by Chris LemaThe Buyer's Journey - by Chris Lema
The Buyer's Journey - by Chris Lema
 

Similar to Jurnal yosephina saung rajo (m111 09 009)

Laporan Praktikum PTPSP (Kompos, Biogas, Briket & Kepadatan Lalat)
Laporan Praktikum PTPSP (Kompos, Biogas, Briket & Kepadatan Lalat)Laporan Praktikum PTPSP (Kompos, Biogas, Briket & Kepadatan Lalat)
Laporan Praktikum PTPSP (Kompos, Biogas, Briket & Kepadatan Lalat)
Novita Anggraini
 
ANALISA STRUKTUR NANOPARTIKEL SELULOSA KULIT ROTAN SEBAGAI FILLER BIONANOKOMP...
ANALISA STRUKTUR NANOPARTIKEL SELULOSA KULIT ROTAN SEBAGAI FILLER BIONANOKOMP...ANALISA STRUKTUR NANOPARTIKEL SELULOSA KULIT ROTAN SEBAGAI FILLER BIONANOKOMP...
ANALISA STRUKTUR NANOPARTIKEL SELULOSA KULIT ROTAN SEBAGAI FILLER BIONANOKOMP...
Repository Ipb
 
Analisis kinerja digester biogas sampah organik
Analisis kinerja digester biogas sampah organikAnalisis kinerja digester biogas sampah organik
Analisis kinerja digester biogas sampah organikFatimah Azzahra
 
Pengamatan kualitas tanah dari aspek biologis
Pengamatan kualitas tanah dari aspek biologisPengamatan kualitas tanah dari aspek biologis
Pengamatan kualitas tanah dari aspek biologisrizky hadi
 
Aplikasi mol (mikro organisme lokal) sebagai dekomposer pada pembuatan kompo...
Aplikasi mol (mikro organisme lokal)  sebagai dekomposer pada pembuatan kompo...Aplikasi mol (mikro organisme lokal)  sebagai dekomposer pada pembuatan kompo...
Aplikasi mol (mikro organisme lokal) sebagai dekomposer pada pembuatan kompo...Jidun Cool
 
Makalah "Pengolahan Sampah menjadi Pupuk Kompos".
Makalah "Pengolahan Sampah menjadi Pupuk Kompos".Makalah "Pengolahan Sampah menjadi Pupuk Kompos".
Makalah "Pengolahan Sampah menjadi Pupuk Kompos".
Manado State University
 
Laporan Praktikum Kesuburan Tanah
Laporan Praktikum Kesuburan TanahLaporan Praktikum Kesuburan Tanah
Laporan Praktikum Kesuburan Tanahedhie noegroho
 
PEMANFAATAN TEKNOLOGI KERTAS NANO KARBON SEBAGAI PEMBUNGKUS WORTEL.pptx
PEMANFAATAN TEKNOLOGI KERTAS NANO KARBON SEBAGAI PEMBUNGKUS WORTEL.pptxPEMANFAATAN TEKNOLOGI KERTAS NANO KARBON SEBAGAI PEMBUNGKUS WORTEL.pptx
PEMANFAATAN TEKNOLOGI KERTAS NANO KARBON SEBAGAI PEMBUNGKUS WORTEL.pptx
Adam Superman
 
Baja organik
Baja organikBaja organik
Baja organikAkma Ija
 
14156-265-36888-3-10-20200930.pdf
14156-265-36888-3-10-20200930.pdf14156-265-36888-3-10-20200930.pdf
14156-265-36888-3-10-20200930.pdf
fatoniwijaya
 
14156-265-36888-3-10-20200930.pdf
14156-265-36888-3-10-20200930.pdf14156-265-36888-3-10-20200930.pdf
14156-265-36888-3-10-20200930.pdf
fatoniwijaya
 
Laporan praktikum pembuatan pupuk kompos organik menggunakan bioaktivator em4
Laporan praktikum pembuatan pupuk kompos organik menggunakan bioaktivator em4Laporan praktikum pembuatan pupuk kompos organik menggunakan bioaktivator em4
Laporan praktikum pembuatan pupuk kompos organik menggunakan bioaktivator em4
Ariefman Fajar
 
Manusia dan Lingkungan
Manusia dan LingkunganManusia dan Lingkungan
Manusia dan Lingkungan
TiganSilangit
 
Laporan Praktikum Ekologi Tanaman Sekitar Pantai Pangandaran
Laporan Praktikum Ekologi Tanaman Sekitar Pantai PangandaranLaporan Praktikum Ekologi Tanaman Sekitar Pantai Pangandaran
Laporan Praktikum Ekologi Tanaman Sekitar Pantai PangandaranNurma Fauzaniar
 
Aodidoospspdkdkdkdkdkdkdkdododkdkodkdkdkdkdkdkdkdk
AodidoospspdkdkdkdkdkdkdkdododkdkodkdkdkdkdkdkdkdkAodidoospspdkdkdkdkdkdkdkdododkdkodkdkdkdkdkdkdkdk
Aodidoospspdkdkdkdkdkdkdkdododkdkodkdkdkdkdkdkdkdk
RitwanSuryanto
 
Laporan kompos
Laporan komposLaporan kompos
Laporan kompos
eka42853
 

Similar to Jurnal yosephina saung rajo (m111 09 009) (20)

Lapporan k ompos
Lapporan k omposLapporan k ompos
Lapporan k ompos
 
Laporan Praktikum PTPSP (Kompos, Biogas, Briket & Kepadatan Lalat)
Laporan Praktikum PTPSP (Kompos, Biogas, Briket & Kepadatan Lalat)Laporan Praktikum PTPSP (Kompos, Biogas, Briket & Kepadatan Lalat)
Laporan Praktikum PTPSP (Kompos, Biogas, Briket & Kepadatan Lalat)
 
ANALISA STRUKTUR NANOPARTIKEL SELULOSA KULIT ROTAN SEBAGAI FILLER BIONANOKOMP...
ANALISA STRUKTUR NANOPARTIKEL SELULOSA KULIT ROTAN SEBAGAI FILLER BIONANOKOMP...ANALISA STRUKTUR NANOPARTIKEL SELULOSA KULIT ROTAN SEBAGAI FILLER BIONANOKOMP...
ANALISA STRUKTUR NANOPARTIKEL SELULOSA KULIT ROTAN SEBAGAI FILLER BIONANOKOMP...
 
Analisis kinerja digester biogas sampah organik
Analisis kinerja digester biogas sampah organikAnalisis kinerja digester biogas sampah organik
Analisis kinerja digester biogas sampah organik
 
Pengamatan kualitas tanah dari aspek biologis
Pengamatan kualitas tanah dari aspek biologisPengamatan kualitas tanah dari aspek biologis
Pengamatan kualitas tanah dari aspek biologis
 
Aplikasi mol (mikro organisme lokal) sebagai dekomposer pada pembuatan kompo...
Aplikasi mol (mikro organisme lokal)  sebagai dekomposer pada pembuatan kompo...Aplikasi mol (mikro organisme lokal)  sebagai dekomposer pada pembuatan kompo...
Aplikasi mol (mikro organisme lokal) sebagai dekomposer pada pembuatan kompo...
 
Makalah "Pengolahan Sampah menjadi Pupuk Kompos".
Makalah "Pengolahan Sampah menjadi Pupuk Kompos".Makalah "Pengolahan Sampah menjadi Pupuk Kompos".
Makalah "Pengolahan Sampah menjadi Pupuk Kompos".
 
Laporan Praktikum Kesuburan Tanah
Laporan Praktikum Kesuburan TanahLaporan Praktikum Kesuburan Tanah
Laporan Praktikum Kesuburan Tanah
 
Dasar Ilmu Tanah
Dasar Ilmu TanahDasar Ilmu Tanah
Dasar Ilmu Tanah
 
PEMANFAATAN TEKNOLOGI KERTAS NANO KARBON SEBAGAI PEMBUNGKUS WORTEL.pptx
PEMANFAATAN TEKNOLOGI KERTAS NANO KARBON SEBAGAI PEMBUNGKUS WORTEL.pptxPEMANFAATAN TEKNOLOGI KERTAS NANO KARBON SEBAGAI PEMBUNGKUS WORTEL.pptx
PEMANFAATAN TEKNOLOGI KERTAS NANO KARBON SEBAGAI PEMBUNGKUS WORTEL.pptx
 
Baja organik
Baja organikBaja organik
Baja organik
 
Bab 9 ekologi
Bab 9 ekologiBab 9 ekologi
Bab 9 ekologi
 
14156-265-36888-3-10-20200930.pdf
14156-265-36888-3-10-20200930.pdf14156-265-36888-3-10-20200930.pdf
14156-265-36888-3-10-20200930.pdf
 
14156-265-36888-3-10-20200930.pdf
14156-265-36888-3-10-20200930.pdf14156-265-36888-3-10-20200930.pdf
14156-265-36888-3-10-20200930.pdf
 
Seminar proposal gue
Seminar proposal gueSeminar proposal gue
Seminar proposal gue
 
Laporan praktikum pembuatan pupuk kompos organik menggunakan bioaktivator em4
Laporan praktikum pembuatan pupuk kompos organik menggunakan bioaktivator em4Laporan praktikum pembuatan pupuk kompos organik menggunakan bioaktivator em4
Laporan praktikum pembuatan pupuk kompos organik menggunakan bioaktivator em4
 
Manusia dan Lingkungan
Manusia dan LingkunganManusia dan Lingkungan
Manusia dan Lingkungan
 
Laporan Praktikum Ekologi Tanaman Sekitar Pantai Pangandaran
Laporan Praktikum Ekologi Tanaman Sekitar Pantai PangandaranLaporan Praktikum Ekologi Tanaman Sekitar Pantai Pangandaran
Laporan Praktikum Ekologi Tanaman Sekitar Pantai Pangandaran
 
Aodidoospspdkdkdkdkdkdkdkdododkdkodkdkdkdkdkdkdkdk
AodidoospspdkdkdkdkdkdkdkdododkdkodkdkdkdkdkdkdkdkAodidoospspdkdkdkdkdkdkdkdododkdkodkdkdkdkdkdkdkdk
Aodidoospspdkdkdkdkdkdkdkdododkdkodkdkdkdkdkdkdkdk
 
Laporan kompos
Laporan komposLaporan kompos
Laporan kompos
 

Jurnal yosephina saung rajo (m111 09 009)

  • 1. Karakteristik Struktur dan Sifat Kimia Produk Biogenik Rayap Schedorhinotermes spp dari Campuran Limbah Kertas Kardus dengan Limbah Pengolahan Biogas (Biogenic Structure and Chemical Characteristics Made of Cardboard and Biogas Processing Wasted by Termite Schedorhinotermes spp) Yosephina Saung Rajo1) , Musrizal Muin2) , Astuti Arif2) 1) Mahasiswa sarjana kehutanan Fakultas Kehutanan, Universitas Hasanuddin, Makassar 2) Staf Pengajar, Fakultas Kehutanan, Universitas Hasanuddin, Makassar Abstract The ecologically important roles of termite as decomposer for organic materials need to be explored throughout their biogenic production. This research was conducted to determine the structure and chemical properties o biogenic materials resulted from the mixture of corrugated cardboard and biogas processing wastes by termite Schedorhinotermes spp. For the purpose of the study, the materials in the forms of corrugated cardboard waste and biogas processing wastes were mixed with the ration of 1:0, 0:1, 1:1 and 1:0,5 based on the oven dry weight. Each of the mixture was put into a wooden container measuring 6 x 6 cm, placed at about 3 cm underground with active termite indication, and covered by a PVC stopper. The test sample unit was left in place for 6 weeks to allow the termite attacks. The attacked sample units ware then evaluated for their physical structures (bulk density and aggregate fraction distribution) and chemical properties (pH and C-organic content). Results showed that the structure and chemical properties of the biogenic produced by termite, Schedorhinotermes spp, are better than the surrounding soil. Keywords: Biogenic, corrugated cardboard, biogas processing wastes, Schedorhinotermes Pendahuluan Sebagai negara kepulauan dengan iklim tropis, Indonesia adalah daerah yang sangat sesuai bagi perkembangan kehidupan rayap yang merupakan agen biodeteriorasi terpenting di Indonesia (Suhasman dkk., 2008). Namun, di ekosistem rayap berperan sebagai dekomposer yang dapat menguraikan bahan-bahan organik menjadi zat hara tanah yang dapat menyuburkan tanah. Pada umumnya, sumber makanan rayap yang dijadikan sumber energi adalah bahan-bahan yang memiliki kandungan selulosa utama seperti kayu, kertas kardus, arsip kantor, buku, perabot, kayu bagian konstruksi, serasah, sampah, tunggak, dan lain-lain. Hasil penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa bahan-bahan limbah organik lainnya yang banyak mengandung unsur karbon juga disukai oleh rayap (Waryono, 2004). Salah satu limbah yang memiliki kandungan bahan organik adalah limbah pengolahan biogas yang diperoleh dari hasil sampingan dari produksi biogas kotoran ternak. Bahan organik yang dikonsumsi oleh rayap dan diproses secara biologis dapat menghasilkan suatu bahan dengan struktur dan komposisi tertentu yang juga dapat disebut sebagai produk biogenik.Karakteristik produk biogenik yang dihasilkan oleh rayap diduga dapat bervariasi menurut bahan organik yang dikonsumsi.Penelitian ini diarahkan untuk memanfaatkan
  • 2. limbah produksi biogas sebagai bahan campuran kertas kardus untuk makanan rayap serta mengetahui karateristik produk biogenik yang terbentuk. Metode Penelitian Kertas kardus yang diperoleh dari pengumpul kertas bekas direndam dalam aquades selama 3 hari. Hasil dari rendaman dicabik dan dibiarkan hingga diperoleh bubur kertas berupa serat-serat kertas yang bercampur dengan aquades. Hasil rendaman kemudian diperas untuk mengurangi jumlah kadar air yang terdapat pada bubur kertas, sementara itu limbah pengolahan biogas yang diperoleh dari industri rumah tangga dikeringudarakan. Bubur kertas kemudian dicampur dengan limbah pengolahan biogas (1:0, 0:1, 1:1 dan 1:0,5) setara berat kering tanur yang kemudian dimasukkan ke dalam plastik klip untuk menjaga kestabilan kadar airnya. Sampel uji dimasukkan ke dalam wadah kayu berukuran 6 x 6 cm hingga penuh atau sebanyak 16 gram setara berat kering tanur untuk masing-masing perbandingan. Wadah kayu yang telah diisi sampel ditanam sedalam 3 cm ke dalam tanah pada lahan yang memiliki aktivitas serangan rayap dengan menggunakan indikator keberadaan rayap di bawah serasah. Wadah kayu kemudian ditutup dengan menggunakan stopper PVC untuk membuat suasana gelap dan melindungi sampel uji. Sampel uji yang telah ditanam dibiarkan di lapangan hingga terdapat aktivitas rayap yang nyata pada sampel uji yang dalam penelitian ini ditunjukkan setelah 6 minggu. Penelitian ini dititikberatkan pada pengamatan struktur biogenik yang dibentuk oleh rayap dan oleh karenanya maka hanya unit sampel yang menunjukkan adanya serangan dan aktivitas rayap di lapangan yang diambil dan diuji lebih lanjut. Unit sampel berupa wadah kayu beserta stoppernya diambil kemudian diletakkan pada kotak container yang selanjutnya dibawa ke laboratorium untuk dilakukan penentuan struktur biogenik dan pengujian kandungan kimianya. Tanah yang berada disekitar unit pengujian juga diambil dengan menggunakan ring tanah berdiameter 7 cm yang nantinya akan dijadikan sebagai referensi atau pembanding terhadap struktur biogenik yang dibentuk oleh rayap. Struktur biogenik yang diamati adalah kerapatan (bulk density) dan fraksi agregat. Penentuan kerapatan dan fraksi agregat dilakukan berdasarkan prosedur yang dikemukakan oleh Kemper dan Rousenaou (1986) dalam Decaënset al. (2001). Sedangkan Pengujian sifat kimia produk biogenik dilakukan dengan menentukan tingkat kemasaman (pH)dan kadar C-organik pada produk biogenik. Tingkat kemasaman (pH) ditentukan dengan cara meletakkan pH-meter kedalam campuran produk aktivator rayap dengan air menggunakan perbandingan 1 : 2,5; dan untuk kadar C-organik dianalisis dengan menggunakan metode yang dikemukakan oleh Walkley and Black dalam Sunanto (2010). Data-data yang diperoleh dalam penelitian ini dibuat dalam bentuk tabulasi berupa tabel dan/atau gambar. Perbedaan sifat fisik dan kimia struktur biogenik dan tanah dianalisis secara deskriptif kualitatif dan kuantitatif. Hasil dan Pembahasan Kerapatan (bulk density) Kerapatan struktur biogenik sampel uji dinyatakan dalam g/cm3 , yang menunjukkan banyaknya massa produk biogenik pada satuan volume. Hasil rata-rata pengukuran kerapatan dapat dilihat pada Tabel 1.
  • 3. Tabel 1. Kerapatan struktur biogenik yang dihasilkan dari perbandingan limbah kertas kardus dengan limbah pengolahan biogas Keterangan: *top soil sekitar sampel uji di lapangan ` NA (Not accessible): jumlah sampel uji tidak memadai Tabel 1 memperlihatkan adanya penurunan nilai kerapatan sampel uji antara sebelum pengumpanan (bahan umpan) dan setelah pengumpanan (produk biogenik). Hal ini disebabkan karena aktivitas rayap Schedorhinotermes spp. pada sampel uji setelah pengumpanan menyebabkan terjadinya pengurangan jumlah dan kepadatan pada sampel uji tersebut. Nilai kerapatan biogenik yang dihasilkan rayap juga cenderung lebih rendah dibandingkan dengan tanah di sekitarnya. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Decaёns et al. (2001) yang mengemukakan bahwa kerapatan produk biogenik yang dihasilkan oleh aktivitas rayap lebih kecil dari pada kerapatan tanah sebagai kontrol. Kerapatan produk biogenik yang rendah bila bercampur dengan tanah sekitarnya akan sangat bermanfaat karena dapat memperbaiki sifat fisik dari tanah; terutama aerasi dan porositas tanah. Hal ini didukung oleh pernyataan Russel (1977) dalam Rusdiana (2000) bahwa kerapatan tanah yang tinggi akan menyebabkan terjadinya penurunan ruang pori makro dalam tanah yang akhirnya menghambat penetrasi akar. Distribusi fraksi agregat Distribusi fraksi agregat struktur biogenik menunjukkan perbandingan antara berat kering partikel yang tertahan pada setiap ayakan dengan berat kering keseluruhan sampel yang dinyatakan dalam persen (%). Hasil pengujian distribusi fraksi agregat dari setiap bagian struktur biogenik pada semua sampel uji dapat dilihat pada Gambar 1. Sampel Uji dari perbandingan kertas kardus dangan limbah pengolahan biogas Kerapatan Sebelum Pengumpanan (g cm-3 ) Kerapatan Setelah Pengumpanan ( g cm-3 ) Dalam Luar Referensi* 1:0 0,35 0,25 NA 0,650:1 0,34 0,10 0,45 1:1 0,30 0,11 NA Rata-rata 0,33 0,13 0,45
  • 4. Gambar 1. Distribusi fraksi agregat struktur biogenik yang dihasilkan dari campuran limbah kertas kardus dengan limbah pengolahan biogas Berdasarkan grafik pengukuran distribusi fraksi agregat produk biogenik (Gambar 1) dapat dilihat bahwa ukuran partikel agregat pada seluruh sampel hasil proses biologis rayap lebih besar (>70 %) dibandingkan dengan referensi (60 %).Hal ini diduga berhubungan dengan perilaku rayap dalam mengolah tanah dengan mengangkut dan merekatkan partikel tanah. Rayap tersebut menggunakan saliva untuk membentuk sebuah struktur biogenik yang turut menyebabkan terjadinya perubahan pada tekstur tanah. Hal ini didukung oleh pernyataan yang dikemukakan oleh De Broyn et al. (1990) dalam Decaëns et al. (2001) bahwa rayap merekatkan partikel-partikel tanah menggunakan sekresi saliva dalam membangun konstruksi dinding pada sarangnya. Pembentukan agregat tanah yang berukuran lebih besar oleh rayap sangat penting. Menurut Prayoo dan Herujito (1989) dalam Riyadi (2002), terbentuknya agregat-agregat tanah dengan ukuran butir yang cukup besar akan menghasilkan porositas tanah yang lebih tinggi dan akan memperbesar daya serap tanah terhadap air yang akhirnya akan meningkatkan jumlah air yang dapat ditahan oleh tanah. Hal ini akan menghasilkan perbaikan sifat-sifat tanah diantaranya meningkatkan total ruang pori dan menurunkan berat isi tanah. Tingkat kemasaman (pH) Tingkat kemasaman (pH) digunakan untuk menentukan mudah tidaknya unsur hara diserap oleh tanaman serta menunjukkan keberadaan unsur-unsur yang bersifat racun bagi tanaman. Tingkat kemasaman (pH) dari setiap bagian struktur biogenik pada semua sampel uji dapat dilihat pada Tabel 2.
  • 5. Tabel 2. Nilai pH produk biogenik yang dihasilkan dari campuran limbah kertas kardus dengan limbah pengolahan biogas Keterangan: *top soil sekitar sampel uji di lapangan ` NA (Not accessible): jumlah sampel uji tidak memadai Data pada Tabel 2 menunjukkan bahwa rata-rata dari pH produk biogenik baik pada bagian dalam maupun luar cenderung lebih tinggi dari pada tanah sekitarnya, yaitu pada kisaran 6,19. Hasil ini memberikan indikasi bahwa tanah dengan produk biogenik memiliki tingkat kesuburan yang lebih baik dari bagian tanah di sekitarnya. Oktavia (2006) mengemukakan adanya pengaruh besar dari pH terhadap pertumbuhan tanaman, yaitu dengan tersedianya unsur hara. Pada kisaran pH 6,0-7,0 hampir semua hara tumbuhan tersedia dalam jumlah optimum serta memiliki KTK (Kapasitas tukar kation) yang baik karena pada pH tersebut sebagian bahan organik mudah larut. Kadar C-organik C-organik adalah penyusun utama bahan organik. Menurut Istomo (1994) dalam Rahmawati (2007), bahan organik ternyata mempunyai peranan yang sangat penting dalam tanah terutama pengaruhnya terhadap kesuburan tanah yakni menyediakan zat-zat yang dibutuhkan dalam pembentukan dan pemantapan agregat-agregat tanah.Kadar C-organik dari setiap bagian struktur biogenik pada semua sampel uji dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Kadar C-organik produk biogenik yang dihasilkan dari campuran limbah kertas kardus dengan limbah pengolahan biogas. Keterangan: *top soil sekitar sampel uji di lapangan ` NA (Not accessible): jumlah sampel uji tidak memadai Hasil pengamatan seperti dikemukakan pada Tabel 3 menunjukkan bahwa kadar C- organik pada bagian dalam dan luar sampel uji lebih tinggi dibandingkan dengan referensi tanah disekitarnya. Hal ini diduga karena senyawa pada sampel uji telah mengalami perombakan oleh rayap Schedorhinotermes spp. Hampir sama dengan penelitian yang sebelumnya telah dilakukan Sampel Uji Nilai Ph Dalam Luar Referensi* 1:0 7,30 NA 5,33 0:1 5,94 5,66 1:1 5,86 NA Rata-rata 6,36 5,66 Sampel Uji C-organik (%) Dalam Luar Referensi* 1:0 3,27 NA 2,34 0:1 3,32 4,16 1:1 3,86 NA Rata-rata 3,48 4,16
  • 6. oleh Decaens et al. (2001) yang menemukan bahwa konsentrasi C-organik pada struktur biogenik yang dihasilkan oleh rayap lebih tinggi dibandingkan dengan tanah sekitarnya sebagai kontrol. Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa produk biogenik yang dihasilkan rayap mampu meningkatkan kualitas tanah. Menurut Doran dan Parkin (1994) dalam Rahmawati (2007), kadar C-organik adalah salah satu indikator yang digunakan dalam menentukan kualitas tanah selain N-total dan biomassa karbon mikroorganisme. Kesimpulan Karakteristik struktur dan komponen kimia produk biogenik yang dihasilkan oleh rayap Schedorhinotermes spp. dari campuran limbah kertas kardus dengan limbah pengolahan biogas memiliki kerapatan lebih rendah dibandingkan dengan tanah sekitarnya. Distribusi fraksi agregat yang terbentuk oleh aktivitas rayap ini juga lebih besar dibandingkan dengan tanah sekitarnya. Selain itu, nilai pH dan kadar C-organik biogenik rayap lebih tinggi dibandingkan tanah sekitarnya. Daftar Pustaka Decaëns, T., J. H. Galvis and E. Amésquita. 2001. Properties of the structures created by ecosystem engineers on the soil surface of a Colombian savanna. Compte rendus de l’Academie des sciences, serie III 324 (5), P 465-478. Husni, R. C. Tarumingkeng, D. Nandika dan S. Surjokusumo. 1999. Pengujian kemampuan umpan hexaflumuran terhadap koloni rayap tanah Schedorhinotermes javanicus Kemner (Isoptera: Rhinotermitidae). Prosiding seminar hasil-hasil penelitian bidang ilmu hayat.Pusat antar Universitas Ilmu Hayat, Institut Pertanian Bogor. 16 September. Bogor. Oktavia, D. 2006. Perubahan karbon organik dan nitrogen total tanah akibat perlakuan pupuk organik pada budidaya sayuran organik. Skripsi Fakultas Matematika dan Ilmu Pangetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor. Bogor. Rahmawati, N. 2007. Dampak pembukaan lahan hutan terhadap sifat fisik, kimia, dan biologi tanah: studi kasus di Taman Wisata Alam Sibolangit Deli Serdang. Skripsi Program Studi Budi Daya Hutan, Fakultas Kehutanan, Intitut Pertanian Bogor. Bogor. Rusdiana, O., Y. Fakuara, C. Kusmana dan Y. Hidayat. 2000. Respon pertumbuhan akar tanaman sengon (Paraserianthes falcataria) terhadap kepadatan dan kandungan air tanah podsolik merah kuning. Jurnal Manajemen Hutan Tropika, 6 (2): 43-53. Riyadi, A. 2002. Kajian teknologi irigasi bawah tanah dengan pengelolaan lahan pasir: studi kasus di Desa Karangwuni, Kulon Progo, Yogyakarta. Tesis Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor. Suhasman, Massijaya, M., Y., Hadi, Y., S., dan Astuti. 2008. Ketahanan papan komposit dari limbah kayu sengon dan karton terhadap rayap kayu kering dan rayap tanah. Jurnal Perennial, 4(1) : 28-35.
  • 7. Waryono, T. 2004. Ekosistem rayap dan vektor demam berdarah di lingkungan pemukiman. Makalah disajikan pada seminar sehari penanggulangan rayap dan vektor demam berdarah pada bangunan dan perumahan. Klub Pesona KhayanganEstat. 2 September 2004. Depok.