Proses penyusunan PTK yang baik meliputi penetapan fokus masalah, perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan dan observasi, analisis dan refleksi, serta perencanaan tindakan lanjutan untuk perbaikan berikutnya. Langkah-langkah ini dilakukan secara terkendali dan kolaboratif untuk mengungkap penyebab masalah dan memberikan solusi.
Judul PTK hendaknya dinyatakan dengan akurat dan padat permasalahan serta bentuk tindakan yang dilakukan peneliti sebagai upaya pemecahan masalah. Formulasi judul hendaknya singkat, jelas, dan sederhana namun secara tersirat telah menampilkan sosok PTK bukan sosok penelitian formal. Judul ditulis dalam halaman judul yang dilengkapi dengan identitas peneliti (nama dan NIP guru), lembaga/satuan pendidikan tempat guru bekerja, dan bulan dan tahun penulisan PTK.
Judul PTK hendaknya dinyatakan dengan akurat dan padat permasalahan serta bentuk tindakan yang dilakukan peneliti sebagai upaya pemecahan masalah. Formulasi judul hendaknya singkat, jelas, dan sederhana namun secara tersirat telah menampilkan sosok PTK bukan sosok penelitian formal. Judul ditulis dalam halaman judul yang dilengkapi dengan identitas peneliti (nama dan NIP guru), lembaga/satuan pendidikan tempat guru bekerja, dan bulan dan tahun penulisan PTK.
Pembelajaran sifat-sifat cahaya merupakan salah satu materi dalam mata pelajaran ilmu pengetahuan alam. Sifat - sifat cahaya penting untuk dipahami oleh siswa karena berkaitan erat dengan kehidupan siswa yaitu cahaya menyebabkan manusia dapat melihat benda yang ada disekitarnya. Menurut Pendapat Al-Kindi (http://fisikaoptik.blogspot.com/2013/03/teori-cahaya-parti.html) mengemukakan bahwa “penglihatan ditimbulkan daya pencahayaan yang berjalan dari mata ke obyek dalam bentuk kerucut radiasi yang padat”. Benda yang menghasilkan cahaya disebut sumber cahaya dan terbagi menjadi sumber cahaya alami dan sumber cahaya buatan. Cahaya memiliki sifat-sifat tertentu, yaitu cahaya dapat merambat lurus cahaya dapat dipantulkan, cahaya dapat menembus benda bening, cahaya dapat dibiaskan dan cahaya dapat diuraikan. Banyak peristiwa yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari yang berhubungan dengan sifat - sifat cahaya. Pembelajaran sifat-sifat cahaya hendaknya memberikan kesempatan kepada siswa untuk meningkatkan rasa ingin tahu dan kemampuan berfikir pada siswa. Siswa SD lebih mudah mengingat apa yang pernah dialaminya dibandingkan pengetahuan yang diperoleh berdasarkan penjelasan saja. Hal ini sesuai dengan teori belajar konstruktivisme yang di kemukakan oleh Jean Piaget (Trianto, 2014:72), ‘bahwa anak membangun skemata-skemata dari pengalaman sendiri dengan lingkungannya
Daftar resmi nama 34 menteri kabinet kerja presiden joko widodo dan wakil pre...
Proses penyusunan ptk yang
1. Proses Penyusunan PTK Yang Baik
Proses Penyusunan PTK Yang Baik
Penelitian tindakan kelas bertujuan untuk mengungkap penyebab masalah dan sekaligus memberikan
solusi terhadap masalah. Upaya tersebut dilakukan secara terkendali dan kolaboratif. Langkah-langkah
pokok yang umumnya ditempuh adalah: 1) penetapan fokus masalah penelitian, 2) perencanaan
tindakan perbaikan, 3) pelaksanaan tindakan perbaikan, observasi dan interpretasi, 4) analisis dan
refleksi, dan 5) perencanaan tindak lanjut.
dan berikut adalah Proses Penyusunan PTK dari mulai awal sampai akhir
Penetapan fokus masalah penelitian
Merasakan Adanya Masalah
Sebelum ada masalah yang ditetapkan, maka perlu ditumbuhkan sikap dan keberanian untuk
mempertanyakan kualitas pembelajaran yang selama ini dilcapai. Sikap demikian sangat diperlukan
untuk menumbuhkan kemauan untuk memperbaiki diri. Pertanyaan-pertanyaan dapat diarahkan pada:
apakah kualitas siswa sudah cukup baik? Apakah proses pembelajaran yang dilakukan sudah cukup
efektif? Apakah sarana pembelajaran cukup memadai? apakah hasil pembelajaran cukup berkualitas?
dst. Tahapan ini disebut dengan tahapan merasakan adanya masalah dalam pembelajaran.
Identifikasi Masalah
Selanjutnya dilakukan identifikasi terhadap masalah yang sangat merisaukan. Pada tahap ini yang
paling penting adalah menghasilkan gagasan-gasan awal mengenai permasalahan aktual yang dialami
dalam pembelajaran. Tahap ini disebut dengan tahapan mengidentifikasi permasalahan.
Analisis Masalah
Setelah memperoleh sederet permasalahan melalui proses identifikasi, maka dilanjutkan dengan
analisis masalah untuk menentukan urgensinya. Analisis terhadap masalah juga dimaksudkan untuk
mengetahui proses tindak lanjut perbaikan atau solusi (obat) yang akan diambil.
Merumuskan Masalah
Selanjutnya, masalah-masalah yang dapat diidentifikasi dan ditetapkan dirumuskan secara jelas,
spesifik dan operasional. Perumusan masalah yang jelas akan memungkinkan peluang untuk pemilihan
tindakan yang tepat. Contoh rumusan masalah yang mengandung tindakan alternatif yang ditempuh:
apakah strategi pembelajaran menulis yang berorientasi pada proses dapat meningkatkan kemampuan
siswa dalam menulis?
Perencanaan Tindakan
Formulasi Hipotesis Tindakan
Setelah masalah dirumuskan secara operasional, maka perlu dirumuskan alternatif tindakan yang akan
diambil. Alternatif tindakan yang diambil dapat dirumuskan ke dalam hipotesis tindakan dalam arti
dugaan mengenai perubahan yang akan terjadi jika suatu tindakan dilakukan.
Bentuk umum rumusan hipotesis tindakan berbeda dengan hipotesis dalam penelitian formal. Hipotesis
tindakan umumnya dirumuskan dalam bentuk keyakinan tindakan yang diambil akan dapat
2. memperbaiki suatu sistem, proses, atau hasil. Contoh: Pembelajaran menulis berpendekatan proses
akan berdampak positif terhadap kualitas tulisan siswa.
Persiapan Tindakan
Sebelum pelaksanaan tindakan, maka perlu perencanaan sebagai tindakan persiapan. Beberapa hal
perlu direncanakan secara baik, antara lain, (1) Membuat skenario pembelajaran yang berisikan
langkah-langkah kegiatan dalam pembelajaran disamping bentuk-bentuk kegiatan yang akan dilakukan,
(2) Mempersiapkan sarana pembelajaran yang mendukung terlaksananya tindakan, (3) Mepersiapkan
instrumen penelitian, misalnya untuk mengobservasi proses, kegiatan, dan hasil pembelajaran, (4)
Melakukan simulasi pelaksanaan tindakan dan menguji keterlaksanaannya di lapangan.
Pelaksanaan Tindakan dan Observasi-Interpretasi
Pelaksanaan Tindakan
Jika semua tindakan dipersiapkan, maka skenario tindakan dilaksanakan dalam situasi pembelajaran
yang aktual. Kegiatan pelaksanan tindakan perbaikan merupakan tindakan pokok dalam siklus
penelitian tindakan. Pada saat pelaksanaan tindakan, kegiatan mengobservasi dan interpretasi dilakukan
secara berbarengan dengan kegiatan refleksi. Penggabungan kegiatan tindakan, observasi, interpretasi,
dan refleksi merupakan suatu kenyataan proses pembelajaran yang utuh.
Observasi dan Interpretasi
Secara umum, observasi merupakan upaya untuk merekam proses yang terjadi selama pembelajaran
berlangsung. Mengingat kegiatan observasi menyatu dalam pelaksanaan tindakan, maka perlu
dikembangkan sistem dan prosedur observasi yang mudah dan cepat dilakukan. Observasi akan
memiliki manfaat apabila dilanjutkan dengan diskusi sebagai balikan. Balikan ini sangat diperlukan
untuk dapat memperbaiki proses penyelenggaraan tindakan.
Analisis dan Refleksi
Analisis Data.
Analisis data dilakukan melalui tiga tahap, yaitu: reduksi data, paparan data, dan penyimpulan hasil
analisis, (1) Reduksi Data. Reduksi data adalah proses penyederhanaan data yang dilakukan melalui
seleksi, pengelompokkan, dan pengorganisasian data mentah menjadi sebuah informasi bermakna, (2)
Paparan Data. Pemaparan data merupakan suatu upaya menampilkan data secara jelas dan mudah
dipahami dalam bentuk paparan naratif, grafik, atau perwujudan lainnya, (3) Penyimpulan.
Penyimpulan merupakan pengambilan intisari dari sajian data yang telah terorganisasikan dalam
bentuk pernyataan atau kalimat yang singkat, padat dan bermakna.
Refleksi
Refleksi dimaksudkan sebagai upaya untuk mengkaji apa yang telah dan belum terjadi, apa yang
dihasilkan, kenapa hal tersebut terjadi demikian, dan apa yang perlu dilakukan selanjutnya. Hasil
refleksi digunakan untuk menetapkan langkah selanjutnya dalam upaya untuk menghasilkan perbaikan.
Komponen-komponen refleksi dapat digambarkan sebagai berikut.
ANALISIS PEMAKNAAN PENJELASAN PENYIMPULAN TINDAK LANJUT
Perencanaan Tindak Lanjut
3. Bila hasil perbaikan yang diharapkan belum tercapai pada siklus 1, maka diperlukan langkah lanjutan
pada siklus 2. Satu siklus kegiatan merupakan kesatuan dari kegiatan perumusan masalah, perencanaan
tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi dan interpretasi, serta analisis dan refleksi. Banyaknya siklus
tidak dapat ditetapkan, dan karenanya perlu dibuatkan semacam kriteria keberhasilan. Kriteria
keberhasilan dapat ditetapkan, misalnya dengan menggunakan prinsip belajar tuntas. Apabila tingkat
perbaikan yang diharapkan tercapai minimal 75%, maka pencapaian itu dapat dikatakan sudah
memenuhi kriteria.
INSTRUMEN-INSTRUMEN DALAM PENELITIAN TINDAKAN KELAS
Instrumen yang diperlukan dalam penelitian tindakan sangat sejalan dengan prosedur dan langkah
penelitian tindakan kelas itu sendiri. Ditinjau dari hal tersebut, maka instrumen-instrumen itu dapat
dikelompokkan menjadi 3 (tiga), yaitu: instrumen untuk mengobservasi guru (observing teachers),
instrumen untuk mengobservasi kelas (observing classroom), dan instrumen untuk mengobservasi
perilaku siswa (observing students).
Pengamatan terhadap Perilaku Guru (Observing Teachers)
Observasi merupakan alat yang efektif untuk mempelajari tentang metode dan strategi yang
diimplementasikan di kelas, misalnya, tentang organisasi kelas, respon siswa terhadap lingkungan
kelas, dsb. Salah satu bentuk instrumen observasi adalah observasi anekdotal (anecdotal record).
Observasi anekdotal memfokuskan pada hal-hal spesifik yang terjadi di dalam kelas atau catatan
tentang aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran. Observasi anekdotal mencatat kejadian di dalam
kelas secara informal dalam bentuk naratif. Sejauh mungkin, catatatan itu memuat deskripsi rinci dan
lugas peristiwa yang terjadi di kelas. Observasi anekdotal tidak mempersyaratkan pengamat
memperoleh latihan secara khusus. Suatu observasi anekdotal yang baik setidaknya memiliki empat
ciri, yaitu: 1) pengamat harus mengamati keseluruhan sekuensi peristiwa yang terjadi di kelas, 2)
tujuan, batas waktu dan rambu-rambu pengamatan jelas, 3) hasil pengamatan dicatat lengkap dan hati-
hati, dan 4) pengamatan harus dilakukan secara obyektif.
Beberapa model pengamatan anekdotal diusulkan oleh Reed dan Bergermann (1992) yang dapat
digunakan dalam PTK, antara lain:a) Catatan Anekdotal Peristiwa dalam Pembelajaran (Anecdotal
Record for Observing Instructional Events), b) Observasi Anecdotal Interaksi Guru-Siswa (Anecdotal
Teacher-Student Interaction Form), c) Observasi Anekdotal Pola Pengelompokkan Belajar (Anecdotal
Record Form for Grouping Patterns), d) Observasi Terstruktur (structured observation), e) Lembar
Observasi Model Manajemen Kelas (Checklist for Management Model), f) Lembar Observasi
Keterampilan Bertanya (Checklist for Examining Questions), g) Catatan Anekdotal Aktivitas
Pembelajaran (Anecdotal Record of Pre-, Whilst-, and Post-Teaching Activities) , h) Catatan Anekdotal
Membantu Siswa Berpartisipasi (Checklist for Routine Involving Students), dsb.
Pengamatan terhadap Kelas (Observing Classrooms)
Pengamatan anekdotal dapat dilengkapi sambil melakukan pengamatan terhadap segala kejadian yang
terjadi di kelas. Pengamatan ini sangat bermanfaat karena dapat mengungkapkan praktik-praktik
pembelajaran yang menarik di kelas. Disamping itu, observasi demikian dapat menunjukkan strategi
yang digunakan guru dalam menangani kendala dan hambatan pembelajaran yang terjadi di kelas.
Observasi anekdotal kelas meliputi deskripsi tentang lingkungan fisik kelas, tata letaknya, dan
manajemen kelas.
Beberapa model pengamatan anekdotal kelas diusulkan oleh Reed dan Bergermann (1992) yang dapat
digunakan dalam PTK, antara lain: a) Format Anekdotal Organisasi Kelas (Form for Anecdotal Record
4. of Classroom Organization), b) Format Peta Kelas (Form for a Classroom Map), c) Observasi Kelas
Terstruktur (Structured Observation of Classrooms), d) Format Skala Pengkodean Lingkungan Sosial
Kelas (Form for Coding Scale of Classroom Social Environment), e) Lembar Cek Wawancara
Personalia Sekolah (Checklist for School Personnel Interviews), f) Lembar Cek Kompetensi (Checklist
of Competencies), dsb.
Pengamatan Perilaku Siswa (Observing Students).
Observasi anekdotal terhadap perilaku siswa dapat mengungkapkan berbagai hal yang menarik.
Masing-masing individu siswa dapat diamati secara individual atau bekelompok sebelum, saat
berlangsung, dan sesudah usai pembelajaran. Perubahan pada setiap individu juga dapat diamati, dalam
kurun waktu tertentu, mulai dari sebelum dilakukan tindakan, saat tindakan diimplementasikan, dan
seusai tindakan.
Beberapa model pengamatan terhadap perilaku siswa diusulkan oleh Reed dan Bergermann (1992)
yang dapat digunakan dalam PTK, antara lain: a) Tes Diagnostik (Diagnostic Test) , b) Catatan
Anekdotal Perilaku Siswa (Anecdotal Record for Observing Students), b) Format Bayangan
(Shadowing Form), c) Kartu Profil Siswa (Profile Card of Strudents), d) Carta Deskripsi Profil Siswa
(Descriptive profile Chart), Sistem Koding Partisipasi Siswa (Coding System to Observe Student
Participation in Lessons), e) Inventori Kalimat tak Lengkap (Incomplete Sentence Inventory), f)
Pedoman Wawancara untuk Refleksi (Interview Guide for Reflection), g) sosiogram, dsb.