1. Family
Counseling & Therapy
Sempurnanya Fitrah Kunci Kebahagiaan Sejati
Herlina Husen, S.Si., M.Pd.I.
(Ummi Inna)
Konselor dan Psikoterapis Islam
In-syaa Allah kami siap membantu anda mengatasi
konflik keluarga, emosi negative, trauma masa lalu,
gangguan kecemasan, depresi, serta penanganan
anak dengan gangguan kognitif dan perilaku
2. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mencatat, hampir satu miliar orang di
seluruh dunia mengalami beberapa bentuk gangguan kesehatan mental.
Untuk saat ini Indonesia memiliki prevalensi orang dengan gangguan jiwa
sekitar 1 dari 5 penduduk, artinya sekitar 20% populasi di Indonesia itu
mempunyai potensi-potensi masalah gangguan jiwa. Ini jelas masalah
serius, karena 20% dari 250 juta jiwa warga negara kita potensial
mengalami masalah kesehatan jiwa. Gangguan paling umum yang dialami
adalah gangguan kecemasan dan depresi.
WHO mendefinisikan gangguan mental sebagai gangguan secara klinis
terkait fungsi kognisi, regulasi emosi, atau perilaku seseorang. Beberapa
gangguan mental yang dapat dialami seseorang antara lain gangguan
kecemasan, bipolar, depresi, post-traumatic stress disorder (PTSD),
schizophrenia, hingga gangguan makan.
Banyak Interpretasi tentang kehidupan yang baik (sehat),
diantaranya:qanaah,ridha,serta rezeki yang baik. Akan tetapi,dari kesekian
interpretasi tersebut,yang benar adalah kehidupan
jiwa,kenikmatan,kebahagiaan dan ketenangan jiwa yang di isi dengan
keimanan, pengetahuan, cinta, taubat,dan tawakkal kepada Allah. Sebab
tidak ada kehidupan yang lebih baik dan lebih nikmat daripada kehidupan
akhirat. Bila kehidupan jiwa baik dan sehat di barengi dengan kehidupan
jasmani yang sehat pula,maka secara tidak langsung telah tercipta jiwa
yang sehat.
3. Selain itu, kehidupan yang sehat erat kaitannya dengan kepatuhan kepada
perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya. Beliau mengungkapkan,"Jika
perintah atau Larangan Allah di langgar, maka akan berakibat negatif,
seperti ketidaksempurnaan, kerusakan, kerapuhan, keterpurukan, kehinaan,
serta kehidupan yang semakin sempit dan kelam", Menurut Ibnu qoyyim,
kebahagiaan merupakan konsekuensi hidayah, sedangkan kesengsaraan
merupakan konsekuensi ketidakpatuhan terhadap perintah Allah. Beliau
Mengungkapkan,"perasaan aman, damai, senang, tenteram dan bahagia
yang timbul saat mendapat keimanan dan hidayah akan menuntun
seseorang memperoleh keselamatan dan kebahagiaan, Sebaliknya,
perasaan takut, kalut, sedih, tersiksa, dan gelisah akan timbul ketika
tersesat dan bingung."
Jelaslah bahwa Ibnu qayyim melihat kebagaiaan hakiki hanya akan
didapatkan dengan hidayah dari Allah. Kehidupan yang baik, damai, dan
tenteram konsekuensi logis keimanan kepada Allah dan amal baik,yang
menyertai manusia di dunia. Lain halnya dengan studi psikologi modern
yang hanya konsen pada kebahagiaan duniawi.
Allah Berfirman,
"Barangsiapa yang mengerjakan amal shalih,baik laki-laki maupun
perempuan dalam keadaan beriman, maka seseungguhnya akan
kami berikan balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik
dari apa yang telah mereka kerjakan,"(QS. An-Nahl : 97).