1. Penelitian ini bertujuan mengembangkan media pembelajaran berbasis website untuk materi koloid di SMK Farmasi Ikasari Pekanbaru. 2. Media ini diharapkan dapat meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi koloid dengan menggunakan teknologi website yang interaktif dan menarik. 3. Hasil penelitian diharapkan bermanfaat bagi siswa, guru, sekolah, dan peneliti.
PEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdf
Proposal
1. 1
A. Judul
Pengembangan Media Pembelajaran Kimia Berbasis Website sebagai
Sumber Belajar Siswa pada Materi Koloid.
B. Latar Belakang
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.1
Menurut Islam, orang yang memiliki ilmu pengetahuan dan pendidikan, maka
akan meningkat derajat kehidupannya, sesuai dengan firman Allah SWT dalam
surat Al-Mujadalah ayat 11:2
Artinya :“Hai orang-orang beriman apabila dikatakan kepadamu:
"Berlapang-lapanglah dalam majelis", Maka lapangkanlah niscaya
Allah akan memberi kelapangan untukmu. dan apabila dikatakan:
"Berdirilah kamu", Maka berdirilah, niscaya Allah akan
meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-
orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat dan Allah
Maha mengetahui apa yang kamukerjakan”(Q.SAl-Mujadalah :11)
1 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Stansar Proses pendidikan, Jakarta,
Kencana, 2013, hlm. 2.
2 Departemen Agama RI, Al-Qur'an dan Terjemahnya (Bandung: 2007), hlm. 543.
2. 2
Kemajuan dibidang pendidikan, khususnya dalam ilmu pengetahuan dan
teknologi memberikan pengaruh terhadap proses pembelajaran di sekolah.
Proses pembelajaran awalnya berlangsung satu arah dan terpusat pada guru
(teacher centered), seperti konsep behavioristik, dimana pendidik (sumber
belajar) menyediakan dan menuangkan informasi sebanyak-banyaknya kepada
peserta didik. Guru adalah seorang pendidik yang secara langsung terlibat
dalam proses pembelajaran dan bertugas menciptakan suasana pembelajaran
yang dapat diterima peserta didik sehingga membuat peserta didik secara
optimal menerima pembelajaran sehingga memperoleh hasil belajar yang
memuaskan. Untuk memperoleh hasil belajar yang optimal diperlukan
penerapan strategi yang tepat dan alat bantu berupa media pembelajaran yang
sesuai.3
Media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk
menyalurkan pesan (bahan pembelajaran), sehingga dapat merangsang
perhatian, minat, pikiran, perasaan, sikap, dan kepercayaan siswa dalam
kegiatan belajar untuk mencapai tujuan belajar.4 Terdapat beberapa jenis media
pembelajaran, salah satunya media pembelajaran dalam bentuk website.
Website adalah sebuah jaringan global dari jutaan halaman informasi
yang berisi teks, gambar, dan link ke halaman lain yang menjadi bagian
informasi. Halaman dari website biasa diakses melalui sebuah URL yang
3 Hasyya Shabrina Sajidah. Pengembangan Media Pembelajaran Berbasis Video Pada
Materi Perdagangan Internasional di SMAN 1 Taman – Sidoarjo.jurnal pendidikan ekonomi
volume 5 no.3,2017. hlm.1.
4 Epinur, yusnidar, lestari eka putri. Pengembangan media pembelajaran pada materi system
periodic unsur menggunakan Edmodo berbasis social network untuk siswa kelas XI ipa SMA N
KOTA JAMBI. Jurnal ind, soc, integ. Volume 5. Nomor 2. Hal:24
3. 3
biasa disebut Homepage. URL ini mengatur para pembaca dan memberitahu
mereka susunan keseluruhan dan bagaimana arus informasi ini berjalan.
Menurut Isjoni mengemukakan pembelajaran menggunakan media
pembelajaran berbasis website memiliki sifat interaktif, sebagai media massa
dan interpersonal, dan gudang informasi. Pembelajaran berbasis website
menyediakan lebih dari sekedar akses. Pembelajaran berbasis website yang
bermutu memberikan informasi yang tidak sama dengan pembelajaran
tradisional. Pembelajaran berbasis website dapat menggabungkan informasi
yang lebih luas, tentu saja dengan menggabungkan konten yang ada
dengan sumber-sumber informasi website. Website juga dapat memuat berbagai
macam materi dan mampu mengkongkritkan permasalahan yang bersifat
abstrak yang banyak terdapat pada mata pelajaran kimia.5
Kimia merupakan ilmu tentang materi dan perubahan yang terjadi di
dalamnya. Ilmu ini menjelaskan materi dari sudut pandang komponen
terkecilnya, yaitu atom dan molekul. Kajian ilmu ini berukuran mikroskopis
sehingga sulit bagi siswa untuk menggambarkan obyek yang dibicarakan.
Menurut Tresna Sastrawijaya, kurikulum ilmu kimia terlalu berat pada
komponen teori sehingga melupakan dimensi manusia dan sosial. Hal ini bisa
menyebabkan siswa cepat bosan dan tidak bersemangat dalam pembelajaran
kimia. Problematika seperti inilah yang perlu disiasati dengan media
pembelajaran yang mampu menarik perhatian siswa dalam memahami ilmu
5 Irwan Jas, Media Rosha, Nilawasti ZA. Penggunaan Media Pembelajaran Berbasis
Website Dalam Pembelajaran Matematika. 2012. Vol 1. No 2. Hal. 2
4. 4
kimia.6
Salah satu materi dalam pembelajaran kimia adalah koloid. Materi koloid
berisi materi yang terkadang membutuhkan bantuan media khusus untuk
memvisualkan sifat-sifat maupun proses pembentukan koloid. Selain itu
terdapat berbagai macam pembuatan koloid dan penerapannya dalam
kehidupan sehari- hari yang tidak memungkinkan semua dipraktikkan atau
ditunjukkan secara langsung (misal karena berbahaya, biaya mahal). Letak
pembelajaran materi koloid yang berada diakhir semester juga menjadikan
materi koloid terkadang tidak disampaikan secara langsung tetapi hanya
melalui modul atau handout saja. Bantuan media dalam bentuk sederhana dan
mudah dimengerti sangat dibutuhkan, baik tertuang dalam bentuk teks, gambar,
video, audio maupun animasi. Pengguanan multimedia pembelajaran interaktif
berbasis teknologi komputer dapat dijadikan alternatif untuk menyelesaikan
beberapa permasalahan tersebut.7
Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan peneliti dengan guru
bidang studi kimia di SMK Farmasi Ikasari Pekanbaru yaitu Bapak YA Andika
Despari, MT, peneliti memperoleh masih sedikitnya penggunaan media dalam
pembelajaran terutama media dalam bentuk website. Oleh karena itu, dengan
penelitian ini diharapkan dapat membantu siswa dalam memperoleh materi
yang tidak hanya di sekolah akan tetapi bisa dimana saja dan kapan saja.
6 Widha Nur Agastya, Pengembangan Media Audio Visual Materi Pokok Senyawa
Hidrokarbon bagi Siswa SMA/MA Kelas X Semster 2 Berdasarkan Standar Isi, Skripsi tidak
diterbitkan, Yogyakarta: FST UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2009, h. 3.
7 Ira Novita Sari, sulystui Saputro, ashadi, Pengembangan Media Pembelajaran Berbasis
Macromedia Flash Sebagai Sumber Belajar Mandiri Pada Materi Koloid Kelas XI IPA SMA dan
MA, (Surakarta:Universitas Sebelas Maret), 2013, Vol.2 No.3, Hal 153
5. 5
Berdasarkan uraian di atas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
dengan judul “Pengembangan Media Pembelajaran Kimia Berbasis
Website sebagai Sumber Belajar Siswa pada Materi Koloid”
C. Penegasan Istilah
Untuk menghindari kesalahan dalam memahami judul penelitian,
maka perlu adanya penegasan istilah, yaitu:
1. Media pembelajaran adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim
kepada penerima pesan.8
2. Sumber belajar adalah berbagai atau semua sumber baik berupa data, orang,
dan wujud tertentu yang dapat digunakan peserta didik dalam belajar, baik
secara terpisah maupun terkombinasi sehingga mempermudah peserta didik
dalam mencapai tujuan belajar.9
3. Website adalah sebuah jaringan global dari jutaan halaman informasi yang
berisi teks, gambar, dan link ke halaman lain yang menjadi bagian
informasi. Halaman dari website biasa diakses melalui sebuah URL yang
biasa disebut Homepage. URL ini mengatur para pembaca dan memberitahu
mereka susunan keseluruhan dan bagaimana arus informasi ini berjalan.10
4. Koloid adalah suatu campuran zat heterogen antara dua zat atau lebih
dimana partikel-partikel zat yang berukuran koloid (berkisar antara 1-100
nm) tersebar merata dalam zat lain.
8Azhar Arsyad. Media Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada. 2011. Hal:3
9Kasrina. Ragam Jenis Mikroalga Di Air Rawa Kelurahan Bentiring Permai Kota
Bengkulu Sebagai Alternatif Sumber Belajar Biologi SMA. Jurnal Exacta Bengkulu. 2012. Hal:36
10 Irwan jas. Penggunaan media pembelajaran berbasis website dalam pembelajaran
matematika. Jurnal Pendidikan matematika. 2012. Hal : 2
6. 6
D. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diungkapkan di atas
maka ada beberapa masalah yang berkaitan dengan judul penelitian ini yaitu
antara lain :
1. Media pembelajaran harus berkembang sesuai dengan perkembangan
terknologi terbarukan.
2. Kurangnya dalam memahami konsep pada materi koloid karena media
pembelajaran yang digunakan kurang menarik.
3. Banyak siswa yang cepat bosan dan tidak memperhatikan materi yang
diajarkan oleh gurunya.
4. Media pembelajaran berbabsis website dengan materi koloid masih
jarang ditemukan.
E. Batasan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, agar peneliti lebih terarah secara
sistematis dan mencapai sasaran, maka perlu adanya batasan-batasan
masalah yaitu:
1. Media pembelajaran yang akan dikembangkan media berbasis website
pada materi koloid.
2. Penelitian ini menggunakan model pengembangan menurut 4-D yang
memiliki 4 tahapan yaitu Define (pendefinisian), Design (perencanaan),
Develope (pengembangan) dan Disseminate (penyebaran), akan tetapi
hanya dilakukan sampai tahap ketiga yaitu sampai pada pengembangan
produk (uji coba terbatas).
7. 7
F. Rumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah yang telah dikemukakan di atas, maka
rumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut:
1. Bagaimana tingkat validitas media berbasis website pada pokok bahasan
sistem koloid sebagai sumber belajar di SMK Farmasi Ikasari
Pekanbaru?
2. Apakah media berbasis website layak sebagai sumber belajar di SMK
Farmasi Ikasari Pekanbaru?
G. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Sejalan dengan rumusan masalah yang telah dikemukakan
sebelumnya, maka tujuan dari penelitian ini adalah:
a. Untuk mengetahui tingkat validitas media berbasis website pada
pokok bahasan sistem koloid sebagai sumber belajar di SMK Farmasi
Ikasari Pekanbaru.
b. Untuk mengetahui kelayakan media berbasis website sebagai sumber
belajar di SMK Farmasi Ikasari Pekanbaru.
2. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi :
a. Bagi peserta didik, menambah pengalaman belajar dalam
pembelajaran kimia yang lebih bervariasi sehingga diharapkan
berpengaruh dalam belajar lebih optimal.
8. 8
b. Bagi guru, produk dapat digunakan oleh guru sebagai alternatif
sumber belajar siswa.
c. Bagi sekolah, penelitian ini dapat dijadikan sebagai masukan
informasi guna mendukung meningkatnya proses pembelajaran yang
nantinya berpengaruh terhadap kualitas sekolah.
d. Bagi peneliti, memperoleh pengalaman baru langsung dalam proses
pembuatan produk sumber belajar berbasis website di sekolah
H. Spesifikasi Produk yang Dikembangkan
Berdasarkan tujuan penelitian bahwa penelitian ini mengembangkan
produk dalam bentuk media pembelajaran berbasis website dimana dapat
digunakan sebagai media pembelajaran menarik, adapun spesifikasi produk
yang dikembangkan adalah sebagai berikut :
1. Materi dalam media ini adalah materi koloid semester 2 kelas XI di SMK
Farmasi Ikasari Pekanbaru.
2. Media pembelajaran website dikembangkan menggunakan program
wordpress 2.5 dan CMS (Content Management System).
3. Prosedur penggunaannya dapat ditayangkan pada komputer atau laptop.
I. Konsep Teoritis
1. Media Pembelajaran
Media pembelajaran merupakan bentuk perangsang dan alat yang
disediakan guru untuk mendorong siswa belajar secara cepat, tepat, mudah,
benar dan tidak terjadinya verbalisme. Media pembelajaran merupakan alat
bantu pendengaran dan penglihatan (Audio Visual Aid) bagi peserta didik
9. 9
dalam rangka memperoleh pengalaman belajar secara signifikan. Pengalaman
belajar dapat diperoleh melalui :
1) Situasi dan kondisi yang sesungguhnya.
2) Mengamati benda pengganti dalam wujud alat peraga.
3) Membaca bahan-bahan cetakan, seperti majalah, buku, surat kabar dan
sebagainya.11
Terdapat enam jenis dasar dari media pembelajaran menurut Heinich
dan Molenda yaitu:
1) Teks
Teks merupakan elemen dasar bagi penyampaian suatu informasi
yang mempunyai berbagai jenis dan bentuk tulisan yang berupaya
memberi daya tarik dalam penyampaian informasi.
2) Media audio
Peranan media audia antara lain: membantu menyampaikan
maklumat dengan lebih berkesan dan membantu meningkatkan daya
tarikan terhadap sesuatu persembahan. Jenis audio termasuk suara latar,
musik, atau rekaman suara dan lainnya.
3) Media visual
Media visual adalah media yang dapat memberikan rangsangan-
rangsangan visual seperti gambar/foto, sketsa, diagram, bagan, grafik,
kartun, poster, papan buletin dan lainnya.
11 Nanang Hanafiah dan Cucu Suhana, Op. Cit., hlm. 59-60
10. 10
4) Media proyeksi gerak
Termasuk di dalamnya film gerak, film gelang, program TV, video
kaset (CD, VCD, atau DVD).
5) Benda-benda tiruan/miniatur
Seperti benda-benda tiga dimensi yang dapat disentuh dan diraba
oleh siswa. Media ini dibuat untuk mengatasi keterbatasan baik objek
maupun situasi sehingga proses pembelajaran tetap berjalan dengan baik.
6) Manusia
Termasuk di dalamnya guru, siswa, atau pakar/ahli di bidang/materi
tertentu.
Secara umum media pembelajaran mempunyai manfaat sebagai
berikut:
1) Memperjelas penyajian suatu pesan agar tidak terlalu bersifat
verbalistis.
2) Mengatasi keterbatasan ruang, waktu dan daya indera seperti: objek
yang terlalu besar, dapat digantikan dengan gambar, film bingkai, film,
gambar video, atau model, objek yang kecil dibantu dengan proyektor
mikro, film slide, gambar video atau gambar, gerak yang terlalu lambat
atau terlalu cepat dapat dibantu dengan playback video, kejadian atau
peristiwa yang terjadi pada masa lalu dapat ditampilkan lagi melalui
rekaman film, video, atau foto.
3) Objek yang terlalu kompleks dapat disajikan dengan model, diagram,
dan lain-lain.
11. 11
4) Konsep yang terlalu luas dapat divisualkan dalam bentuk film, slide,
gambar atau video.
Dengan menggunakan media pembelajaran secara tepat dan
bervariasi dapat mengatasi sikap pasif siswa. Dalam hal ini media
pembelajaran berguna untuk:
1) Menimbulkan gairah belajar siswa.
2) Memungkinkan interaksi langsung antara siswa dengan lingkungan dan
kenyataan.
3) Memungkinkan siswa belajar sendiri menurut minat dan
kemampuannya.12
2. E-Learning
Kemajuan teknologi informasi dan komunikasi saat ini memberikan
banyak kemudahan dan kemungkinan dalam membuat suatu perancangan
dan pengembangan sistem pendidikan, khususnya konsep dan model
pembelajaran online atau banyak yang menyebutkannya dengan E-
Learning.
E-learning adalah pembelajaran yang menggunakan TIK untuk
mentransformasikan proses pembelajaran antara pendidikan dan siswa.
Tujuan utama penggunaan teknologi ini adalah meningkatkan efisiensi dan
efektivitas, transparansi, dan akuntabilitas pembelajaran. Di samping itu,
suatu E-Learning juga harus mempunyai kemudahan professional isi
pelajaran secara online. Dari uraian tersebut jelas bahwa E-Learning
12 Sri Agustina Wijiastuti, Op. Cit., hlm. 34.
12. 12
menggunakan teknologi informasi dan komunikasi sebagai alat; dengan
tujuan meningkatkan efesiensi, efektivitas, transparansi, akuntabilitas, dan
kenyamana belajar; dengan objeknya adalah layanan pembelajaran yang
lebih baik, menarik, interaktif dan atraktif. Hasil akhir yang diharapkan
adalah peningkatan prestasi dan kecakapan akademik siswa serta
pengurangan biaya, waktu dan tenaga untuk proses pembelajaran.13
3. E-Learning sebagai Media Pembelajaran
E-Learning termasuk model pembelajaran yang berpusat pada
siswa. Dengan ini, siswa dituntut mandiri dan bertanggungjawab terhadap
proses pembelajarannya, sebab ia dapat belajar di mana saja, kapan saja,
yang penting tersedia alatnya. E-Learning menuntut keaktifan siswa.
Melalui E-Learning, siswa dapat mencari dan mengambil informasi atau
materi pembelajaran berdasarkan silabus atau kriteria yang telas ditetapkan
pendidik atau pengelola pendidikan.
Siswa akan memiliki kekayaan informasi, sebab ia dapat mengakses
informasi dari mana saja yang berhubungan dengan materi
pembelajarannya. Siswa juga dapat berdiskusi secara onlone dengan pakar-
pakar pada bidangnya, melalui e-mail atau chatting. Dengan demikian, jelas
bahwa keaktifan siswa dalam E-Learning sangat menentukan hasil belajar
yang mereka peroleh. Semakin ia aktif, semakin banyak pengetahuan atau
kecakapan yang akan diperoleh.
13 Budi Murtiyasa. 2012. Pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi untuk
meningkatkan kualitas pembelajaran matematika. Surakarta : FKIP Univ. Muhammadiyah
Surakarta
13. 13
Dengan sistem semacam ini diharapkan bahwa hasil akhir proses
belajar dengan E-Learning akan lebih baik, sebab tuntutan belajar tuntas
(mastery learning) dapat dipenuhi. Siswa juga bebas mengakses bahan
pembelajaran E-Learning dari mana saja yang ia suka. Bahan pembelajaran
E-Learning yang dirancang dengan baik dan professional akan
memperhatikan dan menggunakan ciri-ciri multimedia. Artinya, dalam
bahan pembelajaran tersebut di samping memuat teks, juga dapat memuat
gambar, grafik, animasi, simulasi, audio dan video. Pemilihan warna yang
baik dan tepat akan meningkatkan penampilan di layar monitor. Hal yang
menjadikan bahan pembelajaran E-Learning lebih menarik, berkesan,
interaktif dan atraktif. Dari keadaan semacam ini memungkinkan siswa
selalu ingat tentang apa yang dipelajarinya.
Menurut Munir setidaknya ada tiga fungsi E-Learning terhadap kegiatan
pembelajaran di dalam kelas (classroom instruction) :14
1) Suplemen (tambahan)
Dikatakan berfungsi sebagai suplemen apabila siswa mempunyai
kebebasan memilih, apakah akan memanfaatkan materi pembelajaran
elektronik atau tidak. Dalam hal ini tidak ada keharusan bagi siswa untuk
mengakses materi. Sekalipun sifatnya opsional, siswa yang
memanfaatkannya tentu akan memiliki tambahan pengetahuan atau
wawasan.
14 Munir. Pembelajaran jarak jauh berbasis teknologiinformasi dan komunikasi.bandung.
Alfabeta. 2009. Hal. 99-101
14. 14
2) Komplemen (pelengkap)
Dikatakan berfungsi sebagai komplemen apabila materi pembelajaran
elektonik diprogram untuk melengkapi materi pembelajaran yang diterima
siswa di dalam kelas. Sebagai komplemen berarti materi pembelajaran
elektronik diprogramkan untuk melengkapi materi pengayaan atau
remedial. Dikatakan sebagai pengayaan, apabila kepada siswa yang dapat
dengan cepat menguasai atau memahami materi pelajaran yang disampaikan
pada saat tatap muka diberi kesempatan untuk mengakses materi
pembelajaran elektronik yang memang secara khusus dikembangkan untuk
mereka. Dikatakan program remedial, apabila siswa yang mengalami
kesulitan memahami materi pelajaran pada saat tatap muka diberikan
kesempatan untuk memanfaatkan materi pembelajaran elektronik yang
memang secara khusus dirancang untuk mereka. Tujuannya agar siswa
semakin mudah memahami materi pelajaran yang disajikan di kelas.
3) Substitusi (pengganti)
Dikatakan sebagai subtitusi apabila E-learning dilakukan sebagai
pengganti belajar, misalnya dengan menggunakan model-model kegiatan
pembelajaran. Ada tiga model yang dapat dipilih, yakni : (1) sepenuhnya
secara tatap muka (konvensional), (2) sebagian secara tatap muka dan
sebagian lagi melalui internet, atau (3) sepenuhnya melalui internet.
15. 15
Kelebihan E-Learning menurut Elangoan, Soekartiwi, Mulvihil, Utarin
dalam Asep Herman Suyanto,15 antara lain tersedianya fasilitas e-
moderating dimana pendidik dan siswa dapat berkomunikasi secara mudah
melalui fasilitas internet secara regular atau kapan saja kegiatan
berkomunikasi itu dilakukan dengan tanpa dibatasi oleh jarak, tempat dan
waktu. Kedua, pendidik dan siswa dapat menggunakan bahan ajar atau
petunjuk belajar yang terstruktur dan terjadwal melalui internet, sehingga
keduanya bisa saling menilai sampai berapa jauh bahan ajar dipelajari.
Ketiga, dapat belajar atau me-review bahan ajar setiap saat dan dimana saja
kalau diperlukan mengingat bahan ajar tersimpan di komputer. Bila siswa
memerlukan tambahan informasi yang berkaitan dengan bahan yang
dipelajarinya, ia dapat melakukan akses internet secara lebih mudah. Baik
pendidik maupun siswa dapat melakukan diskusi melalui internet yang
dapat diikuti dengan jumlah peserta yang banyak, sehingga menambah ilmu
pengetahuan dan wawasan yang lebih luas. Poin penting adalah bahwa peran
siswa dari yang biasanya pasif menjadi aktif.
Menurut Munir manfaat E-Learning dalam pembelajaran adalah :16
1. Pendidik dan pembelajar dapat berkomunikasi secara mudah dan cepat
melalui fasilitas internet tanpa dibatasi oleh jarak, tempat dan waktu. Secara
regular atau kapan saja kegiatan pembelajaran berkomunikasi itu bisa
dilakukan.
15 Asep Herman Suyanto.2005. Mengenal E-Learning.Universitas Gadjah Mada. Tersedia
: htttp:www.asep-hs.web.ugm.ac.id
16 Munir. Op.cit. hal. 171
16. 16
2. Pendidik dan pembelajar yang ruang lingkupnya sudah sistematis terjadwal
melalui internet, sehingga bagi pendidik bsia menilai seberapa jauh materi
pembelajaran tersebut dapat dipelajari dan dikuasainya.
3. Materi pembelajaran dapat disimpan pada komputer pembelajar/siswa
dengan adanya situs download, sehingga pembelajar dapat mengulang atau
mempelajari kembali materi pembelajaran yang telah dipelajarinya setiap
saat dan dimana saja sesuai dengan keperluannya. Pembelajar dapat menilai
materi pembelajaran mana yang telah dikuasainya dan terus dilanjutkan,
atau materi pembelajaran mana yang belum dikuasainya atau
dikonsultasikan kepada pendidik atau tutor secara online/posting komentar.
4. Mempermudah dan mempercepat mengakses atau memperoleh banyak
informasi yang berkaitan dengan materi pembelajaran yang dipelajarinya
dari sumber informasi dengan melakukan akses internet. Informasi mudah
diakses dari jarak jauh dan tidak terbatas oleh waktu bisa kapan saja dan
dimana saja.
5. Internet dapata dijadikan media untuk melakukan diskusi antara pendidik
dengan pembelajar, baik untuk seorang pembelajar/siswa, atau dalam
jumlah pembelajar terbatas, bahkan masal. Dengan diskusi ini akan
bermanfaat untuk menambah ilmu pengetahuan dan wawasan yang lebih
luas, serta kemampuan dalam berdiskusi, mengajukan pertanyaan,
menjawab pertanyaan, atau mengajukan dan mempertahankan pendapat
sendiri.
17. 17
6. Peran pembelajar menjadi lebih aktif mempelajari materi pembelajaran,
memperoleh ilmu pengetahuan atau informasi secara mandiri tidak
mengandalkan pemberian dari pendidik, disesuaikan dengan keinginan dan
minatnya terhadap materi pembelajaran.
7. Relatif lebih efesien dari segi tempat, waktu, dan biaya. Pembelajaran dapat
diakses dimana saja, termasuk bagi pembelajar yang tinggal di daerah
terpencil atau pedalaman yang jauh dari lembaga pendidikan, perpendidikan
tinggi atau sekolah. Berkaitan dengan ruang atau tempat/fasilitas E-
Learning tidak membutuhkan ruangan atau tempat yang luas sebagaimana
ruang kelas konvensional, namun bisa dimana saja. Teknologi ini telah
memperpendek jarak antara pendidik dan pembelajar.
8. Dari segi biaya, penyediaan layanan intenet lebih kecil biayanya
dibandingkan harus membangun ruangan atau kelas pada lembaga
pendidikan sekaligus memeliharanya, serta menggaji para pegawainya.
9. Memberikan pengalaman yang menarik dan bermakna bagi pembelajar
karena dapat berinteraksi langsung, sehingga pemahaman terhadap materi
pembelajaran akan lebih bermakna, mudah dipahami dan diingat kembali.
10. Kerja sama dalam komunitas online yang memudahkan dalam transfer
informasi dan melakukan suatu komunikasi, sehingga tidak akan
kekurangan sumber atau materi pembelajaran.
11. Membuat pusat perhatian dalam pembelajaran. Pembelajaran dengan
dukungan teknologi internet membuat pusat perhatian dalam pembelajaran
pada pembelajar, sebagian ciri pokok dari E-Learning. Dalam pembelajaran
18. 18
pembelajar tidak bergantung sepenuhnya kepada pendidik, namun belajar
mandiri untuk menggali (mengeksplorasi) ilmu pengetahuan melalui
internet atau media teknologi informasi dan komunikasi lainnya.
4. Website
Situs web (bahasa Inggris: website) adalah suatu halaman web yang
saling berhubungan yang umumnya berada pada peladen yang sama
berisikan kumpulan informasi yang disediakan secara perorangan,
kelompok, atau organisasi. Sebuah situs web biasanya ditempatkan
setidaknya pada sebuah server web yang dapat diakses melalui jaringan
seperti Internet, ataupun jaringan wilayah lokal (LAN) melalui alamat
internet yang dikenali sebagai URL. Gabungan atas semua situs yang dapat
diakses publik di Internet disebut pula sebagai World Wide Web atau lebih
dikenal dengan singkatan WWW. Meskipun setidaknya halaman beranda
situs internet umumnya dapat diakses publik secara bebas, pada praktiknya
tidak semua situs memberikan kebebasan bagi publik untuk mengaksesnya,
beberapa situs web mewajibkan pengunjung untuk melakukan pendaftaran
sebagai anggota, atau bahkan meminta pembayaran untuk dapat menjadi
anggota untuk dapat mengakses isi yang terdapat dalam situs web tersebut,
misalnya situs-situs yang menampilkan pornografi, situs-situs berita,
layanan surel (e-mail), dan lain-lain. Pembatasan-pembatasan ini umumnya
dilakukan karena alasan keamanan, menghormati privasi, atau karena tujuan
komersial tertentu.
19. 19
Sebuah halaman web merupakan berkas yang ditulis sebagai berkas
teks biasa (plain text) yang diatur dan dikombinasikan sedemikian rupa
dengan instruksi-instruksi berbasis HTML atau XHTML, kadang-kadang
pula disisipi dengan sekelumit bahasa skrip. Berkas tersebut kemudian
diterjemahkan oleh peramban web dan ditampilkan seperti layaknya sebuah
halaman pada monitor komputer.
Halaman-halaman web tersebut diakses oleh pengguna melalui
protokol komunikasi jaringan yang disebut sebagai HTTP, sebagai
tambahan untuk meningkatkan aspek keamanan dan aspek privasi yang
lebih baik, situs web dapat pula mengimplementasikan mekanisme
pengaksesan melalui protokol HTTPS.17
Pembelajaran menggunakan media pembelajaran berbasis website
memiliki sifat interaktif, sebagai media massa dan interpersonal, dan
gudang informasi. Pembelajaran berbasis website menyediakan lebih dari
sekedar akses. Pembelajaran berbasis website yang bermutu memberikan
informasi yang tidak sama dengan pembelajaran tradisional. Pembelajaran
berbasis website dapat menggabungkan informasi yang lebih luas, tentu
saja dengan menggabungkan konten yang ada dengan sumber-sumber
informasi website.18
5. CMS (Content Management System)
CMS (Content Management System) secara umum merupakan
17 https://id.wikipedia.org/wiki/Situs_web. Diakses pada 07 desember jam 16.58
18 Irwan Jas, Media Rosha dan Nilaswati ZA. Jurnal penggunaan media berbasis website
dalam pembelajaran matematika. FMIPA UNP. 2012. Hal. 3.
20. 20
sebuah sistem yang memberi kemudahan kepada penggunanya dalam
mengelola dan melakukan perubahan isi sebuah website tanpa dibekali
pengetahuan yang bersifat teknis. Artinya, setiap orang leluasa untuk
membuat, menghapus, atau bahkan memperbaharui isi website tanpa campur
tangan pihak webmaster. Secara teknis CMS memisahkan isi dan desain
sehingga konsistensi tampilan senantiasa terjaga dengan baik. Setiap bagian
website dapat memiliki isi dan tampilan berbeda, tanpa harus khawatir
kehilangan identitas website secara keseluruhan. Semua data disimpan dalam
satu tempat sehingga mudah memanfaatkan kembali informasi untuk
berbagai keperluan. CMSjuga membuat fleksibel pengaturan alur kerja atau
work flow dan hak akses sehingga memperbesar kesempatan pengguna
beradaptasi dalam mengembangkan website. Ada berbagai CMS yang
telah sering digunakan untuk membangun website, di antaranya adalah
Wordpress, Joomla, Drupal, Moodle, Formulasi dan lain sebagainya19.
Terdapat beberapa manfaat dari CMS itu sendiri diantaranya:
a. Manajemen data
Ini merupakan fungsi utama dari CMS. Semua data dan informasi baik
yang telah ditampilkan ataupun belum dapat diorganisasi dan disimpan
dengan baik. Suatu waktu data dan informasi tadi dapat dipergunakan
kembali sesuai dengan kebutuhan. Selain itu, CMS juga mendukung
berbagai macam format data, seperti XML, HTML, PDF, indexing, fungsi
19 Fatsyahrina Fitriastuti, Septiana Mundianarti. Rancang bagun system informasi
sekolah berbasis web menggunakan CMS formulasi .November. 2016. Vol 1. No 2. Hal. 93
21. 21
pencarian dan kontrol terhadap revisi yang dilakukan terhadap data dan
informasi.
b. Mengatur siklus hidup website
Banyak CMS memberikan fasilitas kepada para penggunanya untuk
mengelola bagian atau isi mana saja yang akan ditampilkan, masa atau
waktu tampilan dan lokasi tampilan di website. Tak jarang sebelum
ditampilkan, bagian atau isi yang dimaksud terlebih dahulu di-review oleh
editor sehingga dijamin kevaliditasnya.20
6. Wordpress
Wordpress merupakan aplikasi publikasi blog yang bersifat open
source. Wordpress dibuat untuk menggantikan “b2cafelog” yang
dikembangkan oleh Michael Valdighi. Kemudian muncul nama wordpress
dari Christine Selleck, seorang teman dari pengembang Wordpress, Matt
Mullenweg.
Wordpress tampil pertama kali ditahun 2003 sebagai usaha kerja
sama antara Mullenweg dengan Mike Little untuk membuat pengganti b2.
Di tahun 2004, banyak user yang bermigrasi ke Wordpress, menyebabkan
popularitas wordpress semakin meningkat, hingga di tahun 2007 Wordpress
memenangkan penghargaan Packet Open Source CMS (Content
Management System) terbaik.21
20 Bambang eka purnama. Cara mudah membuat web dengan CMS. Graha ilmu. Surakarta.
2013. Hal. 4-5
21 Ibid. Hal. 17
22. 22
Wordpress sebuah aplikasi web yang memberikan kemudahan
dalam membuat website secara gratis dan tanpa perlu pengetahuan
mendalam mengenai web. Wordpress bukan hanya sebagai blog tool yang
dapat diinstal ke server anda sendiri namun juga menyediakan layanan
hosting blog gratis sebagaimana layaknya blogger. Jadi anda memiliki dua
opsi yakni menggunakan wordpress untuk hosting blog sendiri atau
menumpang blog gratis WWW.Wodrpress.com. Fasilitas tersebut antara
lain data statistic blog, anti spam, fasilitas multibahasa, blog multiauthor
dan lain sebagainya. Wordpress mempunyai fungsi yaitu :
a. Menulis artikel
b. Menuliskan halaman
c. Menuliskan link
d. Mengelola komentar
e. Mengelola tulisan dan halaman
f. Mengelola file media22
7. Model Pengembangan 4-D
Model pengembangan perangkat yang disarankan oleh S.
Thiagarajan, Dorothy S. Semmel, dan Melvyn I. Semmel (1974) adalah
model 4-D (four-D). Model ini terdiri dari empat tahap pengembangan,
yaitu define, design, develop, dan disseminate atau diadaptasi menjadi
22 Ika Nur Indah, Lies yulianto. Pembuatan Website Sebagai Sarana Promosi Produk
Kelompok Prida Desa Gawang Kecamatan Kobanagung Kabupaten Pacitan. Jurnal engineering
dan edukasi. 2011. Vol 3. No 4. Hal. 31
23. 23
model 4-P, yaitu, pendefinisian, perancangan, pengembangan, dan
penyebaran.
a. Tahap pendefisian (define)
Tujuan dari tahap ini ialah menetapkan dan mendefinisikan syarat-
syarat pembelajaran. Dalam menentukan dan menetapkan syarat-syarat
pembelajaran diawali dengan analisis tujuan dan batasan materi yang akan
dikembangkan perangkatnya. Tahap ini meliputi lima langkah pokok, yaitu:
(a) analisis ujung depan; (b) analisis peserta didik; (c) analisis tugas; (d)
analisis konsep; (e) perumusan tujuan pembelajaran.
b. Tahap Perancangan (design)
Tujuannya menyiapkan prototype perangkat pembelajaran. Tahap ini
terdiri dari empat langkah, yaitu: (1) penyusunan tes acauan patokan,
merupakan langkah awal yang menghubungkan antara tahap define dan
tahap design. Tes disusun berdasarkan hasil perumusan tujuan pembelajaran
khusus. Tes ini merupakan suatu alat mengukur terjadinya perubahan
tingkah laku pada diri peserta didik setelah kegiatan belajar mengajar; (2)
Pemilihan media yang sesuai tujuan untuk menyampaikan materi pelajaran;
(3) Pemilihan format dapat dilakukan dengan mengkaji format perangkat
yang ada; (4) Perancangan awal.
c. Tahap Pengembangan (develope)
Tujuan tahap ini untuk menghasilkan perangkat pembelajaran yang
sudah direvisi berdasarkan masukan dari para pakar. Tahap ini meliputi: (a)
validasi perangkat oleh para pakar dikuti dengan revisi; (b) simulasi yaitu
kegiatan mengoperasionalkan rencana pelajaran, dan (c) uji coba terbatas
24. 24
dengan peserta didik yang sesungguhnya. Hasil tahap (b) dan (c) digunakan
sebagai dasar revisi. Langkah berikutnya adalah uji coba lebih lanjut dengan
peserta didik sesuai kelas sesungguhnya.
d. Tahap Penyebaran (disseminate)
Tahap ini merupakan tahap penggunaan perangkat yang telah
dikembangkan pada skala yang lebih luas misalnya di kelas lain, di sekolah
lain, oleh guru lain.23
8. Materi Koloid
Koloid, disebut juga dispersi koloid atau suspensi koloid adalah
campuran yang berada antara larutan sejati dan suspensi. Misalnya adalah
susu segar, yang terdiri dari butir-butir halus dari lemak mentega yang
terdispersi dalam fase cair yang mengandung kasein (suatu protein) dan
beberapa zat lainnya. Dalam koloid seperti susu, partikel zat terlarutnya
lebih besar daripada partikel larutan tetapi lebih kecil dari partikel yang
mengapung pada suspensi. Oleh karena bentuk ukuran medium dimana
partikel koloid dibandingkan dengan ukuran medium dimana partikel itu
tersebar, maka di sini tidak digunakan istilah zat terlarut dan pelarut
melainkan fase terdispersi dan medium pendispersi.
Biasanya, ukuran partikel koloid antara 1-1000 nm. Koloid terdiri
dari kumpulan banyak molekul atau ion, dalam sel hidup seperti protein
masih termasuk dalam ukuran dalam antara ini. Walaupun partikelnya lebih
23Trianto Ibnu Badar al-Tabany, Mendesain Pembelajaran Inovatif, Progresif, dan
Kontekstual: Konsep, Lamdasan, dan Implementasinya pada Kurikulum 2013 , (Jakarta:
Prenadamedia Group, 2015), hlm. 233-235.
25. 25
besar dari partikel ukuran larutan asli, tetapi masih cukup kecil. Dengan
demikian masih terjadi tumbukan yang tetap dengan medium sekitarnya
menyebabkan partikel akan bertahan untuk beberapa waktu. Maka salah
satu sifat umum dari koloid adalah cenderung untuk stabil di bawah
pengaruh gaya gravitasi bumi. Bahkan, ada beberapa koloid yang kelihatan
stabil selamanya. Seperti pada suspensi, jumlah relatif dari partikel koloid
dalam campuran lebih sedikit dibandingkan dengan jumlah partikel medium
dispersinya. Oleh karena itu, sifat-sifat fisik dari kebanyakan koloid hanya
berbeda sedikit dengan medium dispersinya.24
a. Penggolongan koloid
Dipandang dari kelarutannya, koloid dibagi atas koloid dispersi dan
koloid asosiasi.
1) Koloid dispersi, yaitu koloid yang partikelnya tidak dapat larut secara
individu dalam medium. Yang terjadi hanyalah penyebaran (dispersi)
partikel tersebut. Yang termasuk kelompok ini adalah koloid mikromolekul
(protein dan plastik), agregat molekul (koloid belerang), dan agregat atom
(sol emas dan platina).
2) Koloid asosiasi, yaitu koloid yang terbentuk dari gabungan (asosiasi)
partikel kecil yang larut dalam medium, contohnya koloid Fe(OH)3.
Senyawa ini larut dalam air menjadi ion Fe3+ dan OH-. Jika larutan Fe3+ dan
24James E. Brady, Kimia Universitas Asas & Struktur Jilid 1, (Tangerang: Binarupa
Aksara, 2010), hlm. 597.
26. 26
OH- dicampur sedemikian rupa sehingga berasosiasi membentuk kristal
kecil yang melayang-layang dalam air sebagai koloid.
Suatu koloid selalu mengandung dua fasa yang berbeda, mungkin
berupa gas, cair, atau padat. Pengertian fasa di sini tidak sama dengan
wujud, karena ada wujud sama tetapi fasanya berbeda, contohnya campuran
air dan minyak bila dikocok akan terlihat butiran minyak dalam air. Butiran
itu mempunyai fasa berbeda dengan air walaupun keduanya cair. Oleh sebab
itu, suatu koloid selalu mempunyai fasa terdispersi dan fasa pendispersi.
Fasa terdispersi mirip dengan zat terlarut, fasa pendispersi mirip dengan
pelarut pada suatu larutan.25
Berdasarkan fasa terdispersinya dan fasa pendispersinya, koloid
disebut juga dispersi koloid yang dapat dibagi atas delapan jenis.
Tabel 1. Jenis sistem dispersi koloid
Fasa
terdispersi
Fasa
pendispersi
Nama Contoh
Gas
Gas
Cair
Cair
Cair
Padat
Padat
Padat
Cair
Padat
Gas
Cair
Padat
Gas
Cair
Padat
Buih
Busa
Aerosol cair
Emulsi
Emulsi padat (gel)
Aerosol padat
Sol (suspensoid)
Sol padat
Busa sabun, busa air
Batu apung, karet busa
Karet
Susu
Mentega
Asap, abu
Cat
Zat warna dalam kaca
Ditinjau dari interaksi fasa terdispersi dan pendispersi (medium),
koloid dapat pula dibagi atas koloid liofil dan liofob.
25Syukri S, Kimia Dasar 2, (Bandung: ITB, 1999), hlm. 454.
27. 27
1) Koloid liofil, yaitu koloid yang suka berikatan dengan mediumnya sehingga
sulit dipisahkan atau sangat stabil. Jika mediumnya air disebut koloid
hidrofil, yaitu suka air, contoh agar-agar dan tepung kanji (amilum) dalam
air.
2) Koloid liofob, yaitu koloid yang tidak menyukai mediumnya sehingga
cenderung memisah, dan akibatnya tidak stabil. Bila mediumnya air, disebut
koloid hidrofob (tidak suka air), contoh sol emas dan koloid Fe(OH)3 dalam
air.
Koloid dapat berubah menjadi tidak koloid atau sebaliknya.
Berdasarkan perubahan itu ada koloid reversibel dan irreversibel.
1) Koloid reversibel, yaitu suatu koloid yang dapat berubah jadi tak koloid, dan
kemudian menjadi koloid kembali. Contohnya air susu (koloid) bila
dibiarkan akan mengendap (tidak koloid) dan airnya terpisah, tetapi bila
dikocok akan bercampur seperti semula (koloid).
2) Koloid irreversibel, yaitu koloid yang setelah berubah menjadi bukan koloid
tidak dapat menjadi koloid lagi, contohnya sol emas.26
b. Sifat koloid
Suatu campuran digolongkan ke dalam sistem koloid apabila memiliki
sifat fisik yang berbeda dari larutan sejati. Beberapa sifat fisik yang
membedakan sistem koloid dari larutan sejati akan diuraikan sebagai
berikut.27
26Ibid., hlm. 455.
27Yayan Sunarya, Kimia Dasar 2, (Bandung: CV Yrama Widya, 2013), hlm. 45.
28. 28
1) Efek Tyndall
Ukuran partikel koloid agak besar, maka cahaya yang melewatinya
akan dipantulkan. Arah pantulan itu tidak teratur karena tersebar secara acak
sehingga pantulan cahaya itu berhamburan ke segala arah, yang disebut efek
tyndall.28 Efek Tyndall dapat digunakan untuk membedakan koloid dari
larutan sejati, sebab atom, molekul, atau ion yang membentuk larutan tidak
dapat menghamburkan cahaya akibat ukurannya terlalu kecil.
Penghamburan cahaya oleh suatu campuran menunjukkan bahwa campuran
tersebut adalah suatu koloid, dimana ukuran partikel-partikelnya lebih besar
dari ukuran partikel dalam larutan, sehingga dapat menghamburkan
cahaya.29
2) Gerak Brown
Sebagai partikel yang bebas dalam mediumnya, partikel koloid selalu
bergerak ke segala arah. Gerakannya selalu lurus dan akan patah bila
bertabrakan dengan partikel lain. Gerakan itu disebut gerakan brown.
Gerakan ini dapat diteliti dengan mikroskop optik, untuk mengamati cahaya
yang lewat dalam koloid dengan latar belakang gelap. Yang terlihat
bukanlah partikel koloid, melainkan bintik-bintik cahaya yang berkilauan.
Gerakan brown menunjukkan bahwa partikel koloid berdifusi lambat.30
3) Adsorpsi
Atom, molekul, atau ion yang berkerumunan membentuk partikel
koloid dan memiliki sifat listrik pada permukaannya. Sifat ini menimbulkan
28Syukri S, Op.Cit., hlm. 456.
29Yayan Sunarya, Op.Cit., hlm. 45-46.
30Syukri S, Loc.Cit.
29. 29
gaya van der Walls, bahkan gaya valensi yang dapat menarik dan mengikat
atom-atom, molekul atau ion-ion zat asing.
Penempelan zat asing pada permukaan suatu partikel koloid disebut
adsorpsi. Zat-zat teradsorpsi dapat terikat kuat membentuk lapisan yang
tebalnya tidak lebih dari satu atau dua partikel. Banyaknya zat asing yang
dapat diadsorpsi bergantung pada luas permukaan partikel koloid. Meskipun
adsorpsi merupakan gejala umum suatu zat, efisiensi adsorpsi ini
bergantung pada besarnya luas permukaan suatu zat pengadsorpsi.31
Suatu koloid umumnya hanya mengadsorpsi ion positif atau ion
negatif saja.32 Artinya jika permukaan partikel koloid bermuatan positif,
maka zat asing yang menempel harus bermuatan negatif. Sebaliknya, jika
permukaan partikel koloid bermuatan negatif, maka zat asing yang
menempel pada permukaan koloid harus bermuatan positif.33
4) Koagulasi
Koloid bila dibiarkan dalam waktu tertentu akan terpengaruh oleh
gaya gravitasi, sehingga partikelnya turun perlahan ke dasar bejana yang
disebut koagulasi, atau penggumpalan.34
c. Pembuatan koloid
Suatu sistem koloid dapat dibuat dengan dua cara, yaitu cara dispersi
dan kondensasi.
31Yayan Sunarya, Op.Cit., hlm. 47.
32Syukri S, Op.Cit., hlm. 457.
33Yayan Sunarya, Loc.Cit.
34Syukri S, Op.Cit., hlm. 458.
30. 30
1) Dispersi
Gumpalan materi atau suspensi kasar dapat diubah menjadi lebih kecil
sehingga tersebar dan berukuran koloid. Membuat koloid dengan memecah
gumpalan itu disebut dispersi (penyebaran), yaitu dengan cara: mekanik,
elektronik, dan peptisasi.
2) Kondensasi
Kondensasi adalah kebalikan dari dispersi, yaitu penggabungan
(kondensasi) partikel kecil menjadi lebih besar sampai berukuran koloid.
Penggabungan itu terjadi dengan berbagai cara, diantaranya: cara reaksi
kimia (cara reduksi, cara oksidasi, cara hidrolisis dan reaksi metatesis), cara
pertukaran pelarut, dan pendinginan berlebih.35
d. Pemurnian koloid
1) Cara dialisis
Cara ini didasarkan pada fakta bahwa partikel koloid tidak dapat
menembus membran seperti selofan. Agar molekul kecil atau ion, lebih
cepat menembus membran, pada membran diberi beda potensial. Cara ini
disebut elektrodialisis.
2) Ultra Filtrasi
Pada cara ini kertas diperkecil dengan mencelupkan ke dalam
kollodion. Pada penyaringan perlu menggunakan pompa air atau pompa
vakum.36
35Ibid., hlm. 458-460.
36Hiskia Achmad, Penuntun Belajar Kimia Dasar Kimia Larutan, (Bandung: PT Citra
Aditya Bakti, 2001), hlm. 208.
31. 31
e. Kegunaan koloid
Berikut beberapa kegunaan koloid dalam kehidupan sehari-hari.
1) Pengendap Cotrell dapat digunakan untuk mengurangi polusi udara dari
pabrik. Alat ini dapat mengendapkan partikel koloid yang terdapat dalam
gas yang akan keluar dari cerobong asap.37
2) Sebagai deodoran, doedoran mengandung aluminium klorida untuk
mengkoagulasi (mengendapkan) protein dalam keringat. Endapan protein
ini dapat menghalangi kerja kelenjar keringat sehingga keringat dan protein
yang dihasilkan berkurang.38
3) Pada penjernihan air digunakan aluminium sulfat untuk mengkoagulasi zat
pengotor dalam air.
4) Sabun sebagai zat pengemulsi untuk menghilangkan zat pengotor yang tidak
bercampur dengan air.
5) Berbagai makanan dan obat-obatan berupa koloid.
6) Berbagai kosmetik seperti body lotion dan hand cream adalah koloid39
J. Penelitian yang Relevan
1. Berdasarkan penelitian oleh Fakhrizal dan Kiar Vansa bahwa website ini
dapat dimanfaatkan dalam pembelajaran fisika SMA kelas X pada pokok
bahasan listrik dinamis. Website dapat digunakan sebagai sumber belajar
oleh siswa secara mandiri, dan memberikan akses bagi siswa untuk berbagi
pengetahuan yang baru didapatnya melalui konektivitas jejaring sosial
yang ada di dalam website.
37Ibid., hlm. 212.
38Syukri S, Op.Cit., hlm. 465.
39Hiskia Achmad, Op.Cit., hlm. 213.
32. 32
Website telah memenuhi syarat kelayakan dengan komponen isi materi
yang mendapat skor 91,35% atau masuk dalam kategori “Baik”, komponen
teknis media pembelajaran yang mendapat skor 83,8% atau dalam kategori
“Baik”, serta hasil uji coba lapangan yang mendapat skor 78,1% atau
dalam kategori “Baik”. Maka dari hasil pengujian tersebut, disimpulkan
bahwa website yang dikembangkan layak dijadikan sebagai media
pembelajaran fisika SMA kelas X pada pokok bahasan listrik dinamis.40
2. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Ary Purmadi, Herman Dwi
Surjono adalah hasil analisis data dan pembahasan dapat disimpulkan hasil
pengembangan bahan ajar berbasis web memiliki 5 fitur pembelajaran
seperti tes gaya belajar, paket bahan ajar (visual, auditori, dan kinestetik),
forum diskusi, fasilitas chatting, tes penilaian (pretest dan posttest) yang
dikhususkan untuk mata pelajaran Fisika materi Fluida Statis (Hukum Pascal
dan Archimedes) kelas X SMA. Kualitas kelayakan bahan ajar berbasis web
berdasarkan gaya belajar menurut validasi oleh ahli media termasuk kategori
baik, validasi oleh ahli materi termasuk kategori sangat baik. Tanggapan
oleh siswa dalam uji beta dalam kategori baik41.
3. Berdasarkan hasil yang dilakukan oleh Triyanna Widiyaningtyas, dan
Anom Widiatmoko adalah :
a.Media pembelajaran kimia berbasis web menyajikan materi berupa
40 Fakhrizal arsi,S.Pd dan Kiar vansa febrianti, Pengembangan Media Pembelajaran
Fisika BerbasisWEB untuk SMA kelas X pada pokok bahasanlistrik dinamis,prosiding seminar
nasional fisika dan Pendidikan (SNFPF), Universitas Negri Jakarta, vol. 5, No. 1, Hlm. 40-41
41 Pengembangan Bahan Ajar Berbasis Web Berdasarkan Gaya Belajar Siswa Untuk
Mata Pelajaran Fisika Ary Purmadi, Herman Dwi Surjono
33. 33
teks, gambar dan simulasi dengan pokok bahasan struktur atom,
sistem periodik dan ikatan kimia.
b. Media pembelajaran kimia berbasis web dapat membantu siswa
dalam memahami materi. Selain itu media yang dikembangkan ini
dapat meningkatkan nilai siswa menjadi lebih baik.
c.Media pembelajaran kimia berbasis web dinyatakan valid dan tidak
perlu direvisi42
42
34. 34
J. Konsep Operasional
Gambar 1. Prosedur Penelitian dan Pengembangan (RnD)
K. Waktu dan Tempat Penelitian
1. Tempat
Penilitian ini akan dilaksanakan di Sekolah Menengah Kejuruan
Farmasi Ikasari Pekanbaru. Hal ini dikarenakan pada sekolah tersebut
Penyususan naskah/ rancangan media pembelajaran
Pembuatan media pembelajaran
Produk awal
Review IDosen Pembimbing Ahli materi
Revisi 1
Review II
Ahli media
Revisi 2
Penilaian4 Guru Kimia
Analisis data
Revisi Akhir
Produk Akhir
35. 35
penerapan sumber belajar dalam bentuk website belum berjalan serta belum
pernah ada penelitian sejenis
2. Waktu
Penelitian ini akan dilaksanakan pada semester genap Tahun Ajaran
2017/2018. Waktu pengambilan data penelitian ini akan dimulai sekitar bulan
Februari-April 2018.
L. Subjek dan Objek Penelitian
1. Objek
Objek dalam penelitian adalah media website pembelajaran pada materi
koloid.
2. Subjek
Subjek dalam penelitian ini adalah guru SMK Farmasi Ikasari Pekanbaru.
M. Jenis dan Desain Penelitian
1. Jenis
Adapun jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian pengembangan
(R & D). Penelitian pengembangan atau Research and Development (R & D)
adalah metode penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk tertentu,
dan menguji kefektifan produk tersebut.
2. Desain
Adapun model pengembangan dalam penelitian ini adalah model
pengembangan 4-D (Four D) merupakan model pengembangan perangkat
pembelajaran. Model ini dikembangkan oleh S. Thagarajan, Dorothy S.
Semmel, dan Melvyn I. Semmel. Model pengembangan 4D terdiri atas 4 tahap
36. 36
utama yaitu : (1) Pendefinisian (define), (2) Perancangan (design), (3)
Pengembangan (develop) dan (4) Penyebaran (disseminate), atau diadaptasi
Model 4-P yaitu Pendefinisian, Perancangan, Pengembangan dan Penyebaran.
Dalam penelitian ini, akan tetapi hanya dilakukan sampai tahap ketiga yaitu
sampai pada pengembangan produk (uji coba terbatas).
N. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data adalah cara yang digunakan oleh peneliti untuk
mengumpulkan data.43 Suatu instrumen merupakan cara memperoleh data dan
berfungsi untuk menjaring data-data hasil penelitian. Teknik yang digunakan
untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini adalah angket. Angket
merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi
seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk
dijawabnya.44 Angket yang digunakan dalam pengumpulan data pada
penelitian ini adalah angket uji validitas dan angket uji coba terbatas.
1) Instrument Validasi oleh Ahli Materi
Pembuatan media berbasis website sebelum diuji cobakan kepada guru
kimia harus divalidasi terlebih dahulu kepada ahli materi. Instrumen divalidasi
oleh 1 orang ahli materi. Penilaian instrumen ini disusun menurut skala
perhitungan rating scale. Rating scale atau skala bertingkat adalah suatu
43Triyono. Metodologi Penelitian Pendidikan. Yogyakarta: Penerbit Ombak. 2013. Hal:.
157
44Sugiyono.Metode Penelitian Pendidikan:Pendekatan Kuantitatif,Kualitatif,dan R & D,
(Bandung: Alfabeta. 2013. Hal:199
37. 37
ukuran subjektif yang dibuat berskala. Adapun Tabel II skala angketnya yaitu
sebagai berikut: 45
Tabel II. Skala Angket Ahli Materi
Jawaban Item
Instrument
Skor
Sangat Baik 5
Baik 4
Cukup Baik 3
Kurang Baik 2
Tidak Baik 1
2) Instrument Validasi oleh Ahli Media
Pembuatan website setelah divalidasi kepada ahli materi kemudian
divalidasi oleh ahli media. Instrumen ini divalidasi kepada 1 orang ahli media.
Penilaian instrumen ini disusun menurut skala perhitungan rating scale. Rating
scale atau skala bertingkat adalah suatu ukuran subjektif yang dibuat berskala.
Adapun Tabel III skala angketnya yaitu sebagai berikut : 46
Tabel III. Skala Angket Ahli Media
Jawaban Item Instrument Skor
Sangat Baik 5
Baik 4
Cukup Baik 3
Kurang Baik 2
Tidak Baik 1
3) Instrument Uji Coba oleh Guru
Setelah divalidasi oleh ahli materi dan ahli media, website tersebut
direvisi sesuai dengan masukan dari validator. Kemudian setelah valid
45Riduwan, M.B.A. Belajar Mudah Penelitian Untuk Guru- Karyawan Dan Peneliti
Pemula. Bandung:Alfa Beda. 2013. Hal: 87
46Ibid
38. 38
pembuatan website tersebut diuji cobakan kepada 4 orang guru Kimia.
Penilaian instrumen ini disusun menurut skala perhitungan rating scale. Rating
scale atau skala bertingkat adalah suatu ukuran subjektif yang dibuat berskala.
Adapun Tabel IV skala angketnya yaitu sebagai berikut : 47
TABEL IV. Skala Angket Guru
Jawaban Item Instrumen Skor
Sangat Baik 5
Baik 4
Cukup Baik 3
Kurang Baik 2
Tidak Baik 1
O. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis deskriptif
kualitatif dan teknik analisis deskriptif kuantitatif yang mendeskripsikan hasil
uji validitas dan uji praktikalitas. Adapun kedua teknik tersebut yaitu :
1) Analisis Deskriptif Kualitatif
Analisis deskriptif kualitatif dilakukan dengan cara mengelompokkan
informasi-informasi dari data kualitatif yang berupa masukan, kritik, dan
saran perbaikan yang terdapat pada angket. Teknik analisis deskriptif
kualitatif ini digunakan untuk mengolah data hasil review ahli materi dan ahli
media berupa saran dan komentar mengenai perbaikan website.
47Ibid
39. 39
2) Analisis Deskriptif Kuantitatif
Analisis deskriptif kuantitatif dilakukan dengan cara menganalisis data
kuantitatif berupa angka. Analisis deskriptif kuantitatif digunakan untuk
menganalisis data yang diperoleh dari angket.
Data kuantitatif diperoleh dari skor yang diberikan oleh validator. Skor
merupakan nilai mentah berupa angka yang diperoleh berdasarkan kriteria
penilaian instrumen. Langkah-langkah perhitungan skor kevalidan produk
adalah sebagai berikut:
1) Para validator memberikan skor untuk setiap butir pertanyaan dalam angket
berdasarkan alternatif pilihan jawaban yang diberikan.
2) Peneliti menentukan presentase kevalidan media dengan rumus sebagai
berikut:
PKev =
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑘𝑟𝑖𝑡𝑒𝑟𝑖𝑢𝑚
× 100%
Dengan:
Jumlah skor kriterium = 1 × m × n
Keterangan
PKev = Presentase kevalidan
1 = skor tertinggi tiap butir
M = Jumlah butir
N = Jumlah validator
3) Menginterprestasikan data berdasarkan Tabel V berikut: 48
Tabel V. Interprestasi Data Validitas Media pembelajaran berbabsis website
N
o
Interval Kriteria
1 81% < PKev ≤
100%
Sangat Valid
2 61% < PKev ≤
80%
Valid
48Ibid. Hal:89
40. 40
N
o
Interval Kriteria
3 41% < PKev ≤
60%
Cukup Valid
4 21% < PKev ≤
40%
Tidak Valid
5 0% < PKev ≤
20%
Sangat Tidak
Valid
Interprestasi data validitas media pembelajaran berbasis website pada Tabel
V digunakan sebagai acuan dalam melakukan revisi. Revisi media website
pembelajaran dilakukan pada pencapaian aspek media yang kurang dengan
pertimbangan dari komentar, saran perbaikan, dan jawaban pertanyaan
pendukung dari validator. Setelah media website pembelajaran di revisi,
media website pembelajaran diuji cobakan ke guru untuk mengetahui tingkat
kelayakan media pembelajaran berbasis website.
41. 41
DAFTAR PUSTAKA
Achmad, Hiskia. Penuntun Belajar Kimia Dasar Kimia Larutan. Bandung: PT
Citra Aditya Bakti. 2001
Agastya,Widha Nur. Pengembangan Media Audio Visual Materi Pokok Senyawa
Hidrokarbon bagi Siswa SMA/MA Kelas X Semster 2 Berdasarkan Standar
Isi,
al-Tabany,Trianto Ibnu Badar. Mendesain Pembelajaran Inovatif, Progresif, dan
Kontekstual: Konsep, Lamdasan, dan Implementasinya pada Kurikulum
2013. Jakarta: Prenadamedia Group. 201.hlm. 233-235.
Arsyad, Azhar. Media Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada. 2011
Departemen Agama RI, Al-Qur'an dan Terjemahnya. Bandung: 2007. hlm. 543.
Epinur, yusnidar, lestari eka putri. Pengembangan media pembelajaran pada
materi system periodic unsur menggunakan Edmodo berbasis social network
untuk siswa kelas XI ipa SMA N KOTA JAMBI. Jurnal ind, soc, integ. Volume
5. Nomor 2. Hal:24
Fakhrizal arsi,S.Pd dan Kiar vansa febrianti, Pengembangan Media Pembelajaran
Fisika Berbasis WEB untuk SMA kelas X pada pokok bahasan listrik dinamis,
prosiding seminar nasional fisika dan Pendidikan (SNFPF). Universitas Negri
Jakarta, vol. 5. No. 1. Hlm. 40-41
Fatsyahrina Fitriastuti, Septiana Mundianarti. Rancang bagun system informasi
sekolah berbasis web menggunakan CMS formulasi .November. 2016.
Vol 1. No 2. Hal. 93
Hasyya Shabrina Sajidah. Pengembangan Media Pembelajaran Berbasis Video
Pada Materi Perdagangan Internasional di SMAN 1 Taman – Sidoarjo.jurnal
pendidikan ekonomi volume 5 no.3. 2017. hlm.1.
42. 42
https://id.wikipedia.org/wiki/Situs_web. Diakses pada 07 desember jam 16.58
Ika Nur Indah, Lies yulianto. Pembuatan Website Sebagai Sarana Promosi Produk
Kelompok Prida Desa Gawang KecamatanKobanagung Kabupaten Pacitan.
Jurnal engineering dan edukasi. 2011. Vol 3. No 4. Hal. 31
James E. Brady. Kimia Universitas Asas & Struktur Jilid 1. Tangerang: Binarupa
Aksara. 2010
Jas, Irwan, Media Rosha dan Nilaswati ZA. Jurnal penggunaan media berbasis
website dalam pembelajaran matematika. FMIPA UNP. 2012. Hal. 3.
Kasrina. Ragam Jenis Mikroalga Di Air Rawa Kelurahan Bentiring Permai Kota
Bengkulu Sebagai Alternatif Sumber Belajar Biologi SMA. Jurnal Exacta
Bengkulu. 2012. Hal:36
Munir. Pembelajaran jarak jauh berbasis teknologi informasi dan komunikasi.
bandung. Alfabeta. 2009
Murtiyasa, Budi. 2012. Pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi untuk
meningkatkan kualitas pembelajaran matematika. Surakarta : FKIP Univ.
Muhammadiyah Surakarta
Purnama, Bambang eka. Cara mudah membuat web dengan CMS. Graha ilmu.
Surakarta. 2013
Riduwan, M.B.A. Belajar Mudah Penelitian Untuk Guru- Karyawan Dan Peneliti
Pemula. Bandung:Alfa Beda. 2013
S, Syukri. Kimia Dasar 2. Bandung: ITB. 1999
Sanjaya, Wina. Strategi Pembelajaran Berorientasi Stansar Proses pendidikan,
Jakarta. Kencana.2013
Sari, Ira Novita, sulystui Saputro, ashadi, Pengembangan Media Pembelajaran
Berbasis Macromedia Flash Sebagai Sumber Belajar Mandiri Pada Materi
43. 43
Koloid Kelas XI IPA SMA dan MA. Surakarta:Universitas Sebelas Maret.
2013. Vol.2 No.3. Hal 153
Sugiyono. Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan
R & D.Bandung: Alfabeta. 2013
Sunarya ,Yayan. Kimia Dasar 2. Bandung: CV Yrama Widya. 2013
Suyanto, Asep Herman. 2005. Mengenal E-Learning. Universitas Gadjah Mada.
Triyono. Metodologi Penelitian Pendidikan. Yogyakarta: Penerbit Ombak. 2013.
Hal:. 157