Dokumen tersebut membahas tentang peran Indonesia dalam COP21 di Paris, termasuk komitmen pengurangan emisi sebesar 29% pada 2030, kerangka negosiasi, harapan untuk mencapai kesepakatan yang seimbang, dukungan pendanaan dan transfer teknologi, serta peran penting mekanisme REDD+ dalam mengurangi emisi hutan dan penyelamatan negara-negara hutan.
Ada hal menarik dari rilis terbaru Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) tentang data kejadian bencana selama kurun 2019 kemarin. Meski terus dirundung petaka, namun intensitas bencana 2019 mengalami penurunan dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Tahun 2017 tercatat kejadian bencana mengalami puncaknya sebanyak 2.869 kejadian, disusul 2018 sebanyak 2.573 kejadian.
Dokumen tersebut membahas sejarah perkembangan masalah lingkungan hidup secara global, dimulai dari Konferensi Stockholm tahun 1972 hingga Protokol Kyoto tahun 2001. Berbagai konferensi internasional dan deklarasi menekankan pentingnya kerjasama global dalam perlindungan lingkungan hidup dan pembangunan berkelanjutan. Namun demikian, kondisi lingkungan hidup dan sosial ekonomi masyarakat terus memburuk.
Pentingnya Amdal Pesisir Dalam Perspektif Pembangunan Berwawasan Lingkungan ...Mujiyanto -
1. Tulisan ini membahas pentingnya Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) terhadap rencana pembangunan di wilayah pesisir, khususnya eksploitasi minyak.
2. Eksploitasi minyak di wilayah pesisir dan laut merupakan salah satu kegiatan yang mewajibkan AMDAL karena dapat memberikan dampak lingkungan.
3. Karakteristik fisik dan kimia minyak mempengaruhi tingkah lakunya di l
Ada hal menarik dari rilis terbaru Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) tentang data kejadian bencana selama kurun 2019 kemarin. Meski terus dirundung petaka, namun intensitas bencana 2019 mengalami penurunan dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Tahun 2017 tercatat kejadian bencana mengalami puncaknya sebanyak 2.869 kejadian, disusul 2018 sebanyak 2.573 kejadian.
Dokumen tersebut membahas sejarah perkembangan masalah lingkungan hidup secara global, dimulai dari Konferensi Stockholm tahun 1972 hingga Protokol Kyoto tahun 2001. Berbagai konferensi internasional dan deklarasi menekankan pentingnya kerjasama global dalam perlindungan lingkungan hidup dan pembangunan berkelanjutan. Namun demikian, kondisi lingkungan hidup dan sosial ekonomi masyarakat terus memburuk.
Pentingnya Amdal Pesisir Dalam Perspektif Pembangunan Berwawasan Lingkungan ...Mujiyanto -
1. Tulisan ini membahas pentingnya Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) terhadap rencana pembangunan di wilayah pesisir, khususnya eksploitasi minyak.
2. Eksploitasi minyak di wilayah pesisir dan laut merupakan salah satu kegiatan yang mewajibkan AMDAL karena dapat memberikan dampak lingkungan.
3. Karakteristik fisik dan kimia minyak mempengaruhi tingkah lakunya di l
1. Dokumen tersebut membahas tentang pengembangan ilmu teknologi dan pengetahuan lingkungan serta hukum lingkungan.
2. Dibahas pula dampak positif dan negatif dari pembangunan, asas-asas perlindungan lingkungan, dan konferensi lingkungan internasional.
3. Dokumen ini juga menjelaskan berbagai istilah terkait lingkungan seperti ekosistem, daya dukung lingkungan, dan pencemaran lingkungan.
Pelatihan Asia Pasifik tentang Karbon Hutan yang diselenggarakan Conservation International membahas strategi mitigasi dan adaptasi perubahan iklim khususnya penanggulangan emisi karbon dioksida, termasuk melalui program REDD dan CDM seperti reforestasi. Peserta dari berbagai negara bertukar pengetahuan tentang kebijakan iklim regional dan teknis proyek karbon.
Dokumen tersebut membahas dampak perubahan iklim terhadap kawasan pertambakan di Kecamatan Candi, Kabupaten Sidoarjo. Dampak tersebut antara lain berupa peningkatan banjir dan abrasi pantai yang mengakibatkan berkurangnya lahan tambak dan mangrove. Dokumen juga menyebutkan langkah adaptasi yang dapat dilakukan seperti penguatan kapasitas masyarakat melalui pelatihan tanggap bencana serta sosialisasi informasi
1. Dokumen tersebut membahas dampak pembangunan terhadap lingkungan hidup, konferensi lingkungan internasional, dan kerangka hukum lingkungan di Indonesia.
Pembangunan berkelanjutan melibatkan tiga pilar saling terkait yaitu ekonomi, lingkungan hidup, dan sosial. Ketiga pilar ini harus diintegrasikan dengan baik agar dapat memenuhi kebutuhan generasi saat ini tanpa mengurangi kemampuan generasi masa depan.
- Indonesia menargetkan penurunan emisi sebesar 29% untuk periode 2020-2030 dan mendukung penuh INDC yang disusun untuk mengatasi perubahan iklim
- INDC memberi penekanan pada adaptasi perubahan iklim di sektor pangan, energi, dan air sambil mempertimbangkan karakteristik Indonesia sebagai negara kepulauan dan masyarakat adat
- Dokumen INDC akan diserahkan kepada Sekretariat UNFCCC pada September 2015 untuk mendukung up
Dokumen tersebut membahas tentang lingkungan hidup dan upaya pengelolaannya. Pertama, menjelaskan ketergantungan manusia pada sumber daya alam seperti tanah, air dan udara. Kedua, mengidentifikasi masalah lingkungan hidup di Indonesia seperti pencemaran sungai, laut, tanah dan hutan serta penyebab dan dampaknya. Ketiga, menyarankan upaya pengelolaan sumber daya alam dan pengelolaan daur ulang untuk mengatasi mas
Dokumen tersebut membahas perjalanan kebijakan internasional terkait perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup, mulai dari Konferensi Stockholm (1972), KTT Bumi di Rio (1992), KTT Pembangunan Berkelanjutan di Johannesburg (2002), Rio+20 (2012), hingga Perjanjian Paris (2015). Dokumen tersebut juga menjelaskan program dan kebijakan perlindungan lingkungan hidup di Indonesia seperti Adipura, Adiwiyata, AMDAL, serta
Adaptasi Perubahan Iklim di Kawasan Pesisir dan NDCCIFOR-ICRAF
Presented by Dra. Sri Tantri Arundhati, M.Sc, Direktur Adaptasi Perubahan Iklim, KLHK at Webinar - Coastal Zone Rehabilitation for Low Carbon Development on 31 March 2022.
1. Dokumen tersebut membahas tentang pengembangan ilmu teknologi dan pengetahuan lingkungan serta hukum lingkungan.
2. Dibahas pula dampak positif dan negatif dari pembangunan, asas-asas perlindungan lingkungan, dan konferensi lingkungan internasional.
3. Dokumen ini juga menjelaskan berbagai istilah terkait lingkungan seperti ekosistem, daya dukung lingkungan, dan pencemaran lingkungan.
Pelatihan Asia Pasifik tentang Karbon Hutan yang diselenggarakan Conservation International membahas strategi mitigasi dan adaptasi perubahan iklim khususnya penanggulangan emisi karbon dioksida, termasuk melalui program REDD dan CDM seperti reforestasi. Peserta dari berbagai negara bertukar pengetahuan tentang kebijakan iklim regional dan teknis proyek karbon.
Dokumen tersebut membahas dampak perubahan iklim terhadap kawasan pertambakan di Kecamatan Candi, Kabupaten Sidoarjo. Dampak tersebut antara lain berupa peningkatan banjir dan abrasi pantai yang mengakibatkan berkurangnya lahan tambak dan mangrove. Dokumen juga menyebutkan langkah adaptasi yang dapat dilakukan seperti penguatan kapasitas masyarakat melalui pelatihan tanggap bencana serta sosialisasi informasi
1. Dokumen tersebut membahas dampak pembangunan terhadap lingkungan hidup, konferensi lingkungan internasional, dan kerangka hukum lingkungan di Indonesia.
Pembangunan berkelanjutan melibatkan tiga pilar saling terkait yaitu ekonomi, lingkungan hidup, dan sosial. Ketiga pilar ini harus diintegrasikan dengan baik agar dapat memenuhi kebutuhan generasi saat ini tanpa mengurangi kemampuan generasi masa depan.
- Indonesia menargetkan penurunan emisi sebesar 29% untuk periode 2020-2030 dan mendukung penuh INDC yang disusun untuk mengatasi perubahan iklim
- INDC memberi penekanan pada adaptasi perubahan iklim di sektor pangan, energi, dan air sambil mempertimbangkan karakteristik Indonesia sebagai negara kepulauan dan masyarakat adat
- Dokumen INDC akan diserahkan kepada Sekretariat UNFCCC pada September 2015 untuk mendukung up
Dokumen tersebut membahas tentang lingkungan hidup dan upaya pengelolaannya. Pertama, menjelaskan ketergantungan manusia pada sumber daya alam seperti tanah, air dan udara. Kedua, mengidentifikasi masalah lingkungan hidup di Indonesia seperti pencemaran sungai, laut, tanah dan hutan serta penyebab dan dampaknya. Ketiga, menyarankan upaya pengelolaan sumber daya alam dan pengelolaan daur ulang untuk mengatasi mas
Dokumen tersebut membahas perjalanan kebijakan internasional terkait perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup, mulai dari Konferensi Stockholm (1972), KTT Bumi di Rio (1992), KTT Pembangunan Berkelanjutan di Johannesburg (2002), Rio+20 (2012), hingga Perjanjian Paris (2015). Dokumen tersebut juga menjelaskan program dan kebijakan perlindungan lingkungan hidup di Indonesia seperti Adipura, Adiwiyata, AMDAL, serta
Adaptasi Perubahan Iklim di Kawasan Pesisir dan NDCCIFOR-ICRAF
Presented by Dra. Sri Tantri Arundhati, M.Sc, Direktur Adaptasi Perubahan Iklim, KLHK at Webinar - Coastal Zone Rehabilitation for Low Carbon Development on 31 March 2022.
Pengelolaan Sumber Daya Air dalam menghadapi dampak perubahan iklim globalpariatmono
Diskusi kelompok membahas penataan sumber daya air untuk menghadapi perubahan iklim global dalam rangka ketahanan nasional. Kelompok ini menyarankan peningkatan pengelolaan sumber daya air, perencanaan antisipasi dampak perubahan iklim, dan budaya hemat air melalui regulasi dan sosialisasi.
CCN Business plan edisi bahasa malaysiaAntal Boros
CCN adalah organisasi perundingan perdagangan karbon yang menguruskan projek-projek hijau dan pemeliharaan hutan serta menyediakan platform untuk melelong karbon dan minat pelaburan dalam teknologi hijau. CCN bekerjasama dengan Sustainable Growth Group untuk membekalkan 10 juta kredit karbon daripada Projek Pemeliharaan Rimba Megah Lestari di Indonesia yang melindungi hutan dan mendukung masyarakat tempatan.
Global warming is causing sea levels to rise gradually in the city, potentially causing problems in low-lying areas. As a consultant, a mitigation plan is proposed to reduce carbon emissions through renewable energy and conservation efforts. An adaptation plan includes infrastructure upgrades, relocating to safer areas, and changing lifestyles to be more environmentally friendly. Both mitigation and adaptation are needed to address the impacts of climate change.
Dokumen tersebut membahas konsep jasa lingkungan dan berbagai pengalaman negara dalam menerapkan skema pembayaran atas jasa lingkungan. Dibahas pula pendekatan yang berbeda antar negara dalam melibatkan masyarakat setempat dan mengkompensasi mereka atas pelestarian lingkungan.
Dokumen ini membahas masalah kenaikan aras laut akibat pemanasan global di sebuah bandar pantai dan menyarankan pelan tindakan mitigasi dan adaptasi. Pelan tersebut mencakupi upaya pemerintah dan masyarakat untuk mengurangi emisi gas rumah kaca, menyesuaikan infrastruktur terhadap perubahan iklim, serta mempromosikan penggunaan sumber daya yang ramah lingkungan.
CCN adalah organisasi perdagangan karbon yang menangani proyek hijau dan menjual kredit karbon dari proyek konservasi hutan seperti Proyek Rimba Megah Lestari di Indonesia. CCN membantu anggotanya mengimbangi emisi karbon dan berinvestasi dalam teknologi hijau.
Upaya Mitigasi dan Perubahan Iklim dengan Pemanfaatan Mangrove (Climate Chang...CIFOR-ICRAF
Presented by Fegi Nurhabni, S.T., M.T., M.Sc. – Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) in sub-national workshop on Increasing Capacity of Local Community and Sub-National Government on Mangrove Restoration and Food Security on 12 July 2022
Pembangunan Berwawasan Lingkungan (Tugas Pengetahuan Lingkungan)Nurul Afdal Haris
Dokumen tersebut membahas tentang pembangunan berwawasan lingkungan. Pembangunan berwawasan lingkungan adalah pembangunan yang memanfaatkan sumber daya alam secara bijak sambil melestarikan lingkungan, dengan tujuan meningkatkan kesejahteraan manusia saat ini tanpa mengorbankan generasi mendatang. Dokumen tersebut juga membahas ciri-ciri pembangunan berwawasan lingkungan, aspek hukum perlind
Arah Kebijakan dan Strategi Mewujudkan Jabar Resilience Culture ProvinceHenricusMariaWindyPr
Cetak biru Jabar Resilience Culture Province (JRCP) merupakan salah satu sarana bagaimana upaya manajemen risiko bencana di lakukan di Jawa Barat sampai tingkatan paling tinggi yaitu resilient.
Artikel ini membahas pentingnya mengakui tindakan konservasi berbasis area yang efektif selain Kawasan Konservasi Perairan (KKP) di Indonesia. Artikel ini juga membahas beberapa contoh tindakan konservasi berbasis area yang efektif, seperti sasi dan MPA (Marine Protected Area), serta tantangan yang dihadapi dalam mengimplementasikan tindakan konservasi tersebut. Artikel ini juga membahas pentingnya melibatkan masyarakat lokal dalam tindakan konservasi dan pentingnya memperhatikan aspek sosial dan ekonomi dalam implementasi tindakan konservasi.
Penulis berpendapat bahwa meskipun MPA penting untuk konservasi laut, namun bukan satu-satunya alat yang efektif. Tindakan lain, seperti konservasi berbasis masyarakat dan sistem pengelolaan tradisional, juga telah berhasil dalam melestarikan ekosistem laut di Indonesia. Para penulis memberikan contoh OECM yang berhasil, seperti sistem sasi laut di Maluku Tenggara Barat dan sistem panglima laut di Pulau Weh.
Artikel ini juga membahas tantangan yang dihadapi dalam mengimplementasikan tindakan konservasi laut yang efektif di Indonesia, seperti kurangnya pendanaan, penegakan hukum yang lemah, dan konflik antara tujuan konservasi dan mata pencaharian lokal. Para penulis menekankan pentingnya melibatkan masyarakat lokal dalam upaya konservasi dan menemukan solusi yang seimbang antara tujuan konservasi dengan kebutuhan masyarakat lokal.
Dokumen ini menjelaskan program Pengembangan Produk Unggulan Kawasan Perdesaan (PRUKADES) yang bertujuan meningkatkan pendapatan masyarakat pedesaan melalui pengembangan komoditas unggulan. Dokumen ini memberikan contoh PRUKADES di beberapa daerah seperti Kabupaten Pandeglang (komoditas jagung), Kabupaten Halmahera Barat (jagung), dan Kabupaten Lampung Timur (budidaya udang). Dukungan pemerintah meliputi
23102017 bahan press conference kementerian desa pdtt edit4Panji Kharisma Jaya
Dokumen membahas enam kriteria daerah tertinggal yaitu perekonomian masyarakat, sumber daya manusia, sarana dan prasarana, kemampuan keuangan daerah, aksesibilitas, dan karakteristik daerah.
Konferensi ini membahas evaluasi capaian reformasi tenurial hutan 2011 dan agenda ke depan. Beberapa temuan utama adalah: (1) capaian reformasi tenurial belum merata di tingkat subnasional; (2) masih terjadi pelanjutan dan modus baru perampasan tanah rakyat; (3) dibutuhkan perubahan paradigma kebijakan tenurial yang lebih berkeadilan dan berkelanjutan.
Dokumen ini memberikan ringkasan kebijakan reforma agraria dan perhutanan sosial pemerintah Indonesia di bawah kepemimpinan Presiden Joko Widodo. Reformasi ini bertujuan mengurangi ketimpangan penguasaan tanah dan sumber daya alam serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pada tahun 2017, pemerintah telah menyerahkan hak pengelolaan lahan dan hutan seluas lebih dari 4 juta hektar kepada lebih dari 2
Reforma agraria dan penyelesaian konflik agraria tidak dapat dilakukan secara terpisah. Reforma agraria harus dilakukan dengan cara yang menghormati hak asasi manusia, termasuk hak atas tanah. Konflik agraria yang panjang menyebabkan berbagai pelanggaran HAM. Diperlukan kerja sama antar lembaga untuk menyelesaikan konflik secara efektif dan merealisasikan reforma agraria.
Festival Karya Pusaka Agraria Indonesia melibatkan peluncuran buku-buku terkait penguasaan tanah dan pengelolaan hutan. Kegiatan ini bertujuan mensosialisasikan sejarah gerakan reforma agraria dan memberikan apresiasi terhadap kontribusi buku-buku tersebut bagi konferensi dan isu terkait. Sembilan buku dengan berbagai topik seperti hutan adat, reforma agraria, hukum masyarakat adat, dan pengelolaan hut
Dokumen tersebut membahas rencana dan proses Reformasi Agraria yang dilakukan pemerintah Indonesia. Beberapa poin penting yang diangkat adalah alokasi lahan untuk reformasi agraria, proses legalisasi tanah, dan masalah konflik agraria yang masih belum teratasi. Kritik dan saran diberikan terkait pendekatan yang lebih bottom-up dan melibatkan masyarakat dalam menentukan lokasi reformasi agraria.
Koalisi organisasi non-pemerintah menyatakan bahwa capaian pemerintah dalam mereformasi agraria dan mengakui hak-hak masyarakat adat masih sangat minim. Hanya sedikit lahan yang dikembalikan kepada petani dan masyarakat adat meski pemerintah telah menerima laporan luasan wilayah adat seluas lebih dari 8 juta hektar. Koalisi ini mendesak pemerintah mempercepat proses reformasi agraria dan pengakuan
Konferensi Tenurial 2017 menghasilkan pembaruan peta jalan reformasi agraria dan perhutanan sosial hingga 2019 melalui partisipasi berbagai pihak. Konferensi ini membahas berbagai inovasi untuk mempercepat pemenuhan hak rakyat atas penguasaan tanah dan hutan guna keadilan ekonomi. Peta jalan diharapkan memandu pemerintah dan masyarakat dalam mendukung program reformasi hingga dua tahun ke depan.
This document discusses Indonesia's energy challenges and solutions. It notes that Indonesia has high fuel consumption and is increasingly reliant on imports due to production declines. However, Indonesia has substantial oil and gas reserves that could last over 12 years. The document recommends developing renewable energy sources like geothermal, hydropower, and solar to increase energy independence. It also suggests adopting higher vehicle emission standards to reduce pollution and moving to more sustainable energy can boost the economy. Overall, the document analyzes Indonesia's energy vulnerabilities and proposes developing domestic renewables and cleaner technologies.
Dokumen ini membahas perjanjian Paris 2015 untuk membatasi pemanasan global di bawah 2 derajat Celsius. Untuk mencapai tujuan ini diperlukan transformasi sistem energi global karena sektor energi menghasilkan 2/3 emisi gas rumah kaca. Meskipun pertumbuhan ekonomi meningkat, tingkat emisi CO2 dari energi tetap tinggi pada 32.2 gigaton, menunjukkan perlunya aksi yang lebih cepat.
KERUSAKAN LAHAN GAMBUT ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI DAN STRATEGI ...d1051231039
Lahan gambut merupakan salah satu ekosistem yang unik dan penting secara global. Terbentuk dari endapan bahan organik yang terdekomposisi selama ribuan tahun, lahan gambut memiliki peran yang sangat signifikan dalam menjaga keanekaragaman hayati, menyimpan karbon, serta mengatur siklus air. Kerusakan lahan gambut dapat menyebabkan hilangnya habitat, degradasi lingkungan, dan penurunan kesuburan tanah. Kerusakan lahan gambut di Indonesia telah meningkat seiring waktu, dengan laju deforestasi dan degradasi lahan gambut yang signifikan. Menurut data, sekitar 70% dari lahan gambut di Indonesia telah rusak, dan angka tersebut terus meningkat. Kerusakan lahan gambut memiliki dampak yang luas dan serius, tidak hanya secara lokal tetapi juga global. Selain menyebabkan hilangnya habitat bagi berbagai spesies tumbuhan dan hewan yang khas bagi ekosistem gambut, kerusakan lahan gambut juga melepaskan jumlah karbon yang signifikan ke atmosfer, berkontribusi pada perubahan iklim global.Kerusakan lahan gambut memiliki dampak negatif yang luas pada masyarakat, lingkungan, dan ekonomi. Dalam jangka panjang, kerusakan lahan gambut dapat menyebabkan hilangnya sumber daya alam, penurunan kesuburan tanah, dan peningkatan risiko bencana alam.
ANALISIS DAMPAK DAN SOLUSI HUJAN ASAM: PENGARUH PEMBAKARAN BAHAN BAKAR FOSIL ...d1051231079
Hujan asam merupakan kombinasi ringan dari asam sulfat dan asam nitrat. Hujan asam biasanya terjadi di daerah-daerah yang padat penduduk dan banyaknya aktivitas manusia dalam kegiatan transportasi. Emisi gas SO2 dan NO2 yang berasal dari kegiatan industri dan transportasi merupakan penyebab terjadinya peristiwa hujan asam apabila emisi gas tersebut bereaksi dengan air hujan, dimana senyawa yang bersifat asam terbentuk. Emisi gas SO2 dan NO2 yang berasal dari aktivitas manusia dapat berubah menjadi nitrat (NO3 - ) dan sulfat (SO4 2-) melalui proses fisika dan kimia yang kompleks. Sulfat dan nitrat lebih banyak berbentuk asam yang terlarut dalam air hujan. Keasaman air hujan berhubungan erat dengan konsentrasi SO2 dan NO2 yang terlarut di dalam air hujan. Semakin tinggi konsentrasi SO2 dan NO2 , maka dapat mengakibatkan nilai keasaman air hujan semakin asam .Deposisi asam yang berasal dari emisi antropogenik SO2 dan NOx , memiliki pengaruh besar pada biogeokimia, dan menyebabkan pengasaman tanah dan air permukaan, eutrofikasi ekosistem darat dan air dan penurunan keanekaragaman hayati di banyak wilayah.
DAMPAK KEBAKARAN LAHAN GAMBUT TERHADAP KUALITAS AIR DAN KESEHATAN MASYARAKAT.pdfd1051231031
Kebakaran hutan dan lahan gambut merupakan kebakaran permukaan dimana api membakar bahan bakar yang ada di atas permukaan seperti pepohonan maupun semak-semak, kemudian api menyebar tidak menentu secara perlahan di bawah permukaan (Ground fire), membakar bahan organicmelalui pori-pori gambut dan melalui akar semak belukar ataupun pohon yang bagian atasnya terbakar. Selanjutnya api menjalar secara vertical dan horizontal berbentuk seperti kantong asap dengan pembakaran yang tidak menyala (smoldering) sehingga hanya asap yang berwarna putih saja yang Nampak di atas permukaan, yang sering dikenal dengan kabut asap yang terjadi akibat kebakaran hutan yang bersifat masiv. Oleh karena peristiwa kebakaran tersebut terjadi di bawah tanah dan tidak nampak di permukaanselain itu tanahnya merupakan tanah basah/gambut yang mengandung air maka proses kegiatan pemadamannya tentu akan menimbulkan kesulitan.
“ANALISIS DINAMIKA DAN KONDISI ATMOSFER AKIBAT PENINGKATAN POLUTAN DAN EMISI...aisyrahadatul14
Pencemaran udara adalah pelepasan zat-zat berbahaya ke atmosfer, seperti polusi industri, kendaraan bermotor, dan pembakaran sampah. Dampaknya terhadap lingkungan sangat serius. Udara yang tercemar dapat merusak lapisan ozon, memicu perubahan iklim, dan mengurangi kualitas udara yang kita hirup setiap hari. Bagi makhluk hidup, pencemaran udara dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan seperti penyakit pernapasan, iritasi mata, dan bahkan kematian. Lingkungan juga terdampak dengan terganggunya ekosistem dan berkurangnya keanekaragaman hayati.
Pengelolaan Lahan Gambut Sebagai Media Tanam Dan Implikasinya Terhadap Konser...d1051231053
Gambut merupakan tanah yang memiliki karakteristik unik. Lahan gambut yang begitu luas di beberapa pulau besar di Indonesia, menjadikan pengelolaan lahan gambut sering dilakukan, terutama dalam peralihan fungsi menjadi perkebunan, pertanian, hingga pemukiman. Pada studi kasus ini lebih berfokus pada degradasi lahan gambut menjadi media tanam, proses, dampak, serta upaya pemulihan dampak yang dihasilkan dari degradasi lahan gambut tersebut
DAMPAK PIRIT ANTARA MANFAAT DAN BAHAYA BAGI LINGKUNGAN DAN KESEHATAN.pdfd1051231033
Tanah merupakan bagian terpenting dalam bidang pertanian, peranan tanah juga sangat kompleks bagi media perakaran tanaman. Tanah mampu menopang dan menyediakan unsur hara yang sangat dibutuhkan tanaman untuk pertumbuhan vegetatif dan generatif. Tanah tersusun dari bahan mineral, bahan organik, udara dan air. Bahan mineral tersusun dari hasil aktivitas pelapukan bebatuan, sedangkan bahan organik berasal dari pelapukan serasah tumbuhan akibat adanya aktivitas mikroorganisme di dalam tanah. Salah satu jenis tanah adalah tanah sulfat masam. Tanah sulfat masam ini keberadaannya di daerah rawa pasang surut. Sering kali tanah sulfat masam dijumpai pada lahan gambut terdegradasi yang mengakibatkan tanah mengandung pirit (FeS2) naik kepermukaan. Tanah sulfat masam yang mengandung pirit ini juga mengganggu pertumbuhan tanaman. Terganggunya pertumbuhan tanaman menyebabkan lahan ini nantinya akan ditinggalkan petani bila tidak dilakukan usaha perbaikan atau menjadi lahan bongkor.
1. PENJELASAN MENTERI LHK PADA PRESS CONFERENCE
PARIS COP, 1 Desember 2015
I. KepentinganIndonesiadalam COP 21
1. Low carbon dan climate resilient development (dalam agenda ADP WS I).
Konsep Pembangunan Low Carbon didorong oleh UNFCCC sejak tahun 1992
yang intinya adalah sustainable development. Secara sederhana berarti
pembangunan yang tetap memberikan akses sumberdaya alam bagi generasi
yang akan datang seperti yang kita alami sekarang. Dengan kata lain tetap
menjaga sumberdaya alam, tidak boleh mengalami deplesi. Pembangunan
seperti ini misalnya dalam sumberdaya hutan, sumberdaya air, dan
sumberdaya energi. Prinsipnya adalah pembangunan berkelanjutan.
Climate resilience development diintroduksi tahun 2014, yang untuk Indonesia
kita sudah mengenal tentang ketahanan nasional. Pada konteks ini, ketahanan
nasional dikaitkan dengan ancaman perubahan iklim. Konsep ketahanan
nasional itu sendiri adalah kekuatan dan keuletan bangsa dari dalam diri sendiri
menghadapi berbagai ancaman. Pada konteks perubahan iklim maka
ketahanan nasional dikaitkan dengan berbagai keputusan berkenaan dengan
ancaman menurunnya kualitas atmosfir akibat emisi gas serta ancaman
menurunnya sumber kekayaan alam(SKA) kita.
Semua keputusan pembangunan yang melemahkan kualitas sumber kekayaan
alam menjadi perhatian. Pada tahun 2014, agenda climate resillience, dikaitkan
dengan kondisi pesisir laut dan pantai atau coastal zones yang dinilai rentan.
Begitupun dikaitkan dengan konflik-konflik sumberdaya serta kondisi sumber
daya air. Bagian-bagian ini yang sekarang dinilai menghadapi ancaman yang
cukup serius.
2. ADP WS II mencakup perlunya peningkatan aksi sebelum 2020 sebagai dasar
diberlakukan agreement 2015, aksi mitigasi, dukungan implementasi
komitmen, dukungan pendanaan, kualitas teknologi, expertise, aksi adaptasi
serta keberadaan non state actors. Untuk Indonesia, komitmen dalam
pembangunan yang relevan untuk didudukkan mencakup NAWACITA Kabinet
yang meliputi : masuk dalam agenda negosiasi ADP WS II.
2. a. Menghadirkan Negara, melindungi dari dampak kenaikan suhu global
diatas 2 derajat Celsius, kesediaan lingkungan yang baik, menjaga
sumber kekayaan alam.
b. Tata kelola pemerintahan , tata kelola hutan, partisipatif aspiratif
(masyarakatadat), keadilan dan proses transparansi.
c. Membangun dari pinggiran dan desa, menjaga lingkungan kepulauan,
eksistensi pulau-pulau kecil dari dampak global, akses energy, kebijakan
alokasikeseimbangan pembangunan dan lingkungan.
d. Reformasi sistem dan penegakan hukum, penerapan keadilan dalam
penggunaan ska secara lestari yang berdasarkan taatazas.
e. Produktivitas rakyat, penyediaan lingkungan dan ska yang stabil dan
sustained, memenuhi pertumbuhan ekonomi secara berkelanjutan,
introduksigreen investing.
f. Kemandirian ekonomi, mengatasi kemiskinan, food security, energy
security, ketahanan air, sumberdaya ekonomi maritim, dan kebijakan
fiscal yang mendukung atasi dampak global.
g. Revolusi karakter, gaya hidup hemat energy, tanggung jawab
lingkungan, penerap dini atau pionier, menjaga kualitas SKA,
penyelamatan alam.
h. Perteguh kebhinekaan, melindungi keaneka-ragaman hayati, biodiversity
dan peran masyarakat adat, pelestarian kearifan lokal dan aktualisasi
dalam pembangunan.
3. Kontribusi terhadap upaya global dalam mencapai tujuan konvensi WS I, WS II,
Subsidiary Body for Implementation dan Subsidiary Body and Technologycal
Advice)
4. INDCposisiIndonesia
Indonesia berkomitmen : menurunkan emisi sebesar 29% dibawah business as
usual pada tahun 2030 sebesar 41% dengan bantuan internasional dan
penurunan emisi dilakukan dengan mengambil langkah :
a. Di bidang energy : pengalihan subsidi BBM ke sektor produktif, peningkatan
penggunaan sumber energi terbarukan hingga 23% dari konsumsi energi
nasionaltahun 2025, pengolahan sampah menjadi sumber energy.
3. b. Di bidang tata kelola hutan dan sektor lahan, melalui : penerapan one map
policy dan menetapkan moratorium dan review ijin pemanfaatan lahan
gambut.
c. Sementara di bidang maritime : mengatasi perikanan ilegal/IUU Fishing dan
perlindungan keanekaragaman hayatilaut.
d. Dalam melaksanakan mitigasi dan adaptasi secara binding tersebut
mengedepankan peran masyarakat terutama berkenaan dengan kearifan
lokal.
5. Frame negosiasi yang meliputi : adaptasi, mitigasi, means of implementasi
seperti Finance, Technology Development and Transfer, Capacity building,
Loss and damage, Transparency of actions and support, Facilitating
implementation compliance, aspek institusi dan aspek legal lainnya seperti
review aksi pengendalian perubahan iklim sebelum tahun 2020 dilaksanakan,
stock taking berkala untuk mengetahui status pencapaian tujuan akhir secara
global, dsb.
II. HARAPAN INDONESIA TERHADAP COP
1. Kesepakatan harus dicapai. Untuk keseimbangan dan keadilan sesuai dengan
prioritas dan kemampaun nasional, tidak menghambat pembangunan nasional
2. Kontribusi semua pihak terutama negara maju dalam aksi kurangi resiko
bencana dan adaptasi
3. Mobiliasi pendanaan
4. Transfer teknologi ramah lingkungan
5. Langkah nyata dalam agenda pengendalian perubahan iklim
III. Apa saja REDD +
1. Hutan merupakan sumber emisi yang besar oleh karena itu REDD + menjadi
sangat penting. Dalam diskusi2 pendahuluan jelang Paris COP, sumber emisi
meliputi : electricity 25%, Agriculture and Forest Land Use (AFOLU) 24%
industry 20%, transport14 %, buildings 6.4 % lain-lain 9.6 %.
2. Termasuk dalam elemen REDD + meliputi : reduksi dari deforestasi, reduksi
dari degradasi, reduksi dari kebakaran hutan dan lahan, pengelolaan hutan
berkelanjutan, forest carbon conservation, MRV, badan Safeguard
4. Informastion System (SIS) REDD+ (governance, social culture and environment),
Financial mechanism.
3. Tanpa REDD+ hampir tidak mungkin untuk menjaga kenaikan suhu global 2
derajatCelsius.
4. REDD + dapat membantu penyelamatan Negara-negara hutan, karena
deforestasi mengakibatkan hal-hal buruk tidak saja kerusakan hutan tetapi juga
kualitas udara, kualitas tanah, air, keanekaragaman hayati, baik lokal maupun
global.
5. Hal-hal yang juga muncul dalam statement kepala Negara pada konteks ini ialah
pentingnya MRV, pengukuran, metodis dan transparansidalamprosesnya.
IV. APA YANG DILAKUKAN ?
1. Cost and Scale, REDD + skala global, dukungan pemerintah, penurunan dan
penghilangan emisi dengan kualitas tinggi dan biaya rendah;
2. Integritas atmosfir, mekanisme REDD+ dengan penerapan good practices
guides by the IPCC dan national referenceemission level
3. Standar yang disetujui bersama dalam UNFCCC yang meliputi : pengukuran,
pelaporan, berifikasidan monitoring kegiatan-kegiatan REDD +
4. Hasil kerja yang transparan dalam hal REDD + yang direncakan dalam
perencanaan nasional, system monitoring, refrensi level emisi tingkat
nasional, sistem pengaman dan verifikasiindependen atas penurunan emisi.
5. Dukungan budgetinternasional, seperti GCF dengan aturan dan standard yang
disepakati.
6. Kebutuhan dalam langkah-langkah nyatanya :
a. Pertukaran hasil REDD+, yang diterima oleh UNFCCC, dengan verifikasi
independen pada skala nasional, fasilitasi untuk pendaftaran, akuntansi
dan audit serta link kepada platform internasional emsissions trading
b. Mekanisme Pasar , perlu MRV, national scale and participation
c. Prinsip pedoman : integrasi amtosfir, biaya rendah dan efisien.