ppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdfNur afiyah
Pembelajaran landasan pendidikan yang membahas tentang profesionalisasi pendidikan. Semoga dengan adanya materi ini dapat memudahkan kita untuk memahami dengan baik serta menambah pengetahuan kita tentang profesionalisasi pendidikan.
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondelferrydmn1999
Indonesia, negara kepulauan yang kaya akan keragaman budaya, suku, dan tradisi, memiliki Jakarta sebagai pusat kebudayaan yang dinamis dan unik. Salah satu kesenian tradisional yang ikonik dan identik dengan Jakarta adalah ondel-ondel, boneka raksasa yang biasanya tampil berpasangan, terdiri dari laki-laki dan perempuan. Ondel-ondel awalnya dianggap sebagai simbol budaya sakral dan memainkan peran penting dalam ritual budaya masyarakat Betawi untuk menolak bala atau nasib buruk. Namun, seiring dengan bergulirnya waktu dan perubahan zaman, makna sakral ondel-ondel perlahan memudar dan berubah menjadi sesuatu yang kurang bernilai. Kini, ondel-ondel lebih sering digunakan sebagai hiasan atau sebagai sarana untuk mencari penghasilan. Buku foto Lensa Kampung Ondel-Ondel berfokus pada Keluarga Mulyadi, yang menghadapi tantangan untuk menjaga tradisi pembuatan ondel-ondel warisan leluhur di tengah keterbatasan ekonomi yang ada. Melalui foto cerita, foto feature dan foto jurnalistik buku ini menggambarkan usaha Keluarga Mulyadi untuk menjaga tradisi pembuatan ondel-ondel sambil menghadapi dilema dalam mempertahankan makna budaya di tengah perubahan makna dan keterbatasan ekonomi keluarganya. Buku foto ini dapat menggambarkan tentang bagaimana keluarga tersebut berjuang untuk menjaga warisan budaya mereka di tengah arus modernisasi.
Pendampingan Individu 2 Modul 1 PGP 10 Kab. Sukabumi Jawa BaratEldi Mardiansyah
Di dalamnya mencakup Presentasi tentang Pendampingan Individu 2 Pendidikan Guru Penggerak Aangkatan ke 10 Kab. Sukabumi Jawa Barat tahun 2024 yang bertemakan Visi dan Prakarsa Perubahan pada SMP Negeri 4 Ciemas. Penulis adalah seorang Calon Guru Penggerak bernama Eldi Mardiansyah, seorang guru bahasa Inggris kelahiran Bogor.
2. Identitas
Nama Tn. MW
Umur 79 tahun 7 bulan
Alamat Kutut 3/5 Cembongan Sukoharjo
Jenis
kelamin
Laki - laki
Pekerjaan -
No RM 316281
Tanggal
masuk
09-08-2018 (19:56)
Tanggal
Periksa
09-08-2018
4. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang dibawa keluarga dengan keluhan nyeri kepala
dan pantat sebelah kanan nyeri setelah jatuh terpeleset.
Keluhan penyerta berupa pusing (+), mual (-), muntah (-).
Makan dan minum dalam batas normal. BAB dan BAK tidak
ada keluhan.
6. Riwayat Penyakit Keluarga
- Riwayat keluhan serupa : disangkal
- Riwayat anggota keluarga stroke : disangkal
- Riwayat hipertensi di keluarga : disangkal
7. Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum : sedang
Kesadaran : GCS E4V5M6 Compos Mentis
Tanda Vital
- Tekanan darah : 230/130 mmHg
- Laju nadi : 76x/menit
- Laju respirasi : 20x/menit
- Suhu : 35,4 C
8. Kepala
• Bentuk : bulat, normocephal, deformitas (-)
• Mata : konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-),
• Telinga : discharge (-/-). nyeri tekan (-/-)
• Hidung : deviasi septum (-), sekret (-), epistaksis (-)
• Leher : pembesaran KGB (-)
Pemeriksaan Fisik
19. • 14-08-2018
• S : keluhan tidak ada
• O : ku : sedang,
• Td : 160/90
• Nadi :80x/mnit
• S : 36,4
• Rr : 20
• A: HT urgency, contusio pelvis
dextra
• P:
BLPL
Amlodipin 10mg 1 – 0 – 0
Candesartan 8mg 0- 0- 1
Hct 25mg 1- 0- 0
20. LATAR BELAKANG
• Hipertensi Masalah kesehatan masyarakat
dunia
• Prevalensi hipertensi pada populasi masih cukup
tinggi dan diperkirakan 1-2 % penderita hipertensi
dapat terjadi kirisis hipertensi.
• Untuk mencegah kerusakan organ akibat krisis
hipertensi di Indonesia perlu dilakukan upaya
pengenalan dini dan penatalaksanaan krisis
hipertensi yang disepakati bersama.
21. DEFINISI
Krisis hipertensi adalah Suatu keadaan peningkatan
tekanan darah yang mendadak (sistole ≥180 mmHg
dan/atau diastole ≥120 mmHg), pd penderita hipertensi,
yg membutuhkan penanggulangan segera.
22. KLASIFIKASI KRISIS HIPERTENSI
1. Hipertensi emergensi / emergency hipertension
(darurat) ditandai dengan TD Diastolik > 120 mmHg,
disertai kerusakan berat dari organ sasaran yang bersifat
progresif yang disebabkan oleh satu atau lebih
penyakit/kondisi akut. Tekanan darah harus diturunkan
dengan segera (dalam menit sampai jam), keterlambatan
pengobatan akan menyebebabkan timbulnya sequele
atau kematian.
2. 2. Hipertensi urgensi / urgency hipertension
(mendesak), TD diastolik > 120 mmHg dan dengan tanpa
kerusakan/komplikasi minimum dari organ sasaran,
sehingga penurunan tekanan darah dapat dilaksanakan
lebih lambat (dalam hitungan jam sampai hari) (24 jam –
48 jam).
23. KLASIFIKASI HIPERTENSI
Sistole Diastole
------------------------------------------------------------------------------------
Normal < 120 mmHg and < 80 mmHg
------------------------------------------------------------------------------------
Prehipertensi 120 – 139 mmHg or 80 – 89 mmHg
------------------------------------------------------------------------------------
Hipertensi stage 1 140 – 159 mmHg or 90 – 99 mmHg
------------------------------------------------------------------------------------
Hipertensi stage 2 > 160 mmHg or > 100 mmHg
------------------------------------------------------------------------------------
24. FAKTOR PREDISPOSISI
Faktor predisposisi tejadinya krisis hipertensi oleh karena:
• Hipertensi yang tidak terkontrol
• Hipertensi yang tidak terobati]Penderita hipertensi yang minum obat:
MAO inhibitor, dekongestan, kokain.
•Kenaikan Tekanan darah tiba-tiba pada penderita hipertensi kronis
essensial(tersering).
•Hipertensi renovaskular.
•Glomeluronefritis akut
25. MANIFESTASI KLINIS KRISIS HIPERTENSI
1. Bidang neurologi:
Sakit kepala, hilang/ kabur penglihatan, kejang,
defisit neurologis fokal, gangguan kesadaran
(somnolen, sopor, coma).
2. Bidang mata:
Funduskopi berupa perdarahan retina, eksudat
retina, edema papil.
3. Bidang kardiovaskular :
Nyeri dada, edema paru.
26. 4. Bidang ginjal:
Azotemia, proteinuria, oligouria.
5. Bidang obstetri
Preklampsia dg gejala berupa gangguan
penglihatan, sakit kepala hebat, kejang, nyeri
abdomen kuadran atas, gagal jantung kongestif
dan oliguri, serta gangguan kesadaran/
gangguan serebrovaskuler.
27. FAKTOR RESIKO
• Penderita hipertensi yg tidak meminum obat atau
minum obat anti hipertensi
• Kehamilan
• Penggunaan NAPZA
• Penderita dengan rangsangan simpatis yg tinggi
seperti luka bakar berat, phaechromocytoma,
penyakit kolagen, penyakit vaskuler, trauma kepala.
• Penderita hipertensi dengan penyakit parenkim
ginjal
28. PENDEKATAN AWAL PD KRISIS HIPERTENSI
Anamnesis
• Riwayat hipertensi (awal hipertensi, jenis
obat anti hipertensi, keteraturan konsumsi
obat).
• Ganguan organ (kardiovaskuler,
serebrovaskular, serebrovaskular,
renovaskular, dan organ lain).
29. Pemeriksaan fisik
Sesuai dengan organ target yang terkena
Pengukuran TD di kedua lengan
Palpasi denyut nadi di keempat ekstremitas
Auskultasi untuk mendengar ada/ tidak bruit
pembuluh darah besar, bising jantung dan ronki
paru.
Pemeriksaan neurologis umum
Pemeriksaan funduskopi
30. Pemeriksaan laboratorium awal dan penunjang
Pemeriksaan laboratorium awal:
a. Urinalisis
b. Hb, Ht, ureum, kreatinin, gula darah dan
elektrolit.
Pemeriksaan penunjang: ekg, foto toraks
Pemeriksaan penunjang lain bila memungkinkan:
CT scan kepala, ekokardiogram, ultrasonogram.
31. PENETAPAN DIAGNOSTIK
Walau biasanya pd krisis hipertensi ditemukan TD
≥180/120 mmHg perlu diperhatikan kecepatan
kenaikan TD tersebut dan derajat gangguan organ
target yang terjadi.
32. TATALAKSANA HIPERTENSI EMERGENSI
Harus dilakukan di RS dg fasiltas pemantauan yg memadai
Pengobatan parenteral diberikan secara bolus atau infus
sesegera mungkin
TD harus diturunkan dalam hitungan menit sampai jam
dengan langkah sbb:
a. 5 menit s/d 120 menit pertama TD rata-rata
(mean arterial blood pressure) diturunkan 20-25%.
b. 2 s/d 6 jam kemudian TD diturunkan sampai 160/100 mmHg.
c. 6-24 jam berikutnya diturunkan sampai <140/90 mmHg bila tidak
ada gejala iskemia organ.
33. OBAT-OBATAN YANG DIGUNAKAN PADA
HIPERTENSI EMERGENSI
Clonidin (catapres) IV (150 mcg/ampul)
a. Clonidin 900 mcg dimasukkan dalam cairan
infus glucosa 5% 500cc dan diberikan
dengan mikrodrip 12 tetes/ menit, setiap 15
menit dapat dinaikkan 4 tetes sampai TD yg
diharapkan tercapai.
b. Bila TD target tercapai pasien diobservasi
selama 4 jam kemudian diganti dg tablet
clonidin oral sesuai kebutuhan.
34. C. Clonidin tidak boleh dihentikan mendadak, tetapi diturunkan
perlahan-lahan oleh karena bahaya rebound phenomen, dimana TD
naik secara cepat bila obat dihentikan.
Diltiazem (Herbesser) IV (10 mg dan 50 mg/ampul)
a. Diltiazem 10 mg IV diberikan dalam 1-3 menit
kemudian diteruskan dg infus 50 mg/jam
selama 20 menit.
b. Bila TD telah turun >20% dari awal, dosis
diberikan 30 mg/jam sampai target tercapai.
c. Diteruskan dg dosis maintenance 5-10 mg/jam
dg observasi 4 jam kemudian diganti dg tablet
oral.
35. Nicardipin (Perdipin) IV (12 mg dan 10 mg/ampul)
a. Nicardipin diberikan 10-30 mcg/kgBB bolus.
b. Bila TD tetap stabil diteruskan dengan 0,5-6
mcg/kgBB/menit sampai target TD tercapai.
Labetalol (Normodyne) IV
Diberikan 20-80 mg IV bolus setiap 10 menit
atau dapat diberikan dalam cairan infus dg dosis 2
mg menit.
Nitroprusside (Nitropress, Nipride) IV
Diberikan dlm cairan infus dg dosis 0,25-10.00
mcg/kg/menit.